BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis Gambar Peta letak demografi RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga Kondisi geografis daerah Ngawen Salatiga yang memiliki ketinggian kurang lebih 800 meter dari permukaan air laut dengan suhu udara berkisar antara C. Kondisi tersebut dianggap sangat ideal sebagai tempat petirahan bagi masyarakat Belanda yang terganggu kesehatan parunya oleh karena wilayah Salatiga, Ambarawa dan sekitarnya banyak ditinggali oleh warga negara Belanda, mengingat kota Salatiga dan sekitarnya merupakan daerah konsentrasi militer/tentara 59

2 Belanda dengan status sebagai daerah gemeente/kota praja Profil Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan didirikan pada tahun 1934 dengan nama RSTP Ngawen Salatiga. Saat itu RSP dr. Ario Wirawan berfungsi sebagai tempat petirahan/sanatorium yaitu sebagai fasilitas medis untuk penyakit jangka panjang, terutama tuberkulosis. Pendirian Sanatorium ini tidak lain dilatar belakangi oleh kondisi geografis daerah Ngawen Salatiga yang memiliki ketinggian kurang lebih 800 meter dari permukaan air laut dengan suhu udara berkisar antara C. Pada tahun 1978, dengan dikeluarkannya SK Menteri Kesehatan RI, maka ditetapkan Struktur Organisasi yang lebih jelas, tugas pokok dan fungsi dari rumah sakit ini yaitu sebagai rumah sakit khusus yang menyelenggarakan pelayanan terhadap penderita penyakit TB paru, dengan sebutan RSTP.Kemudian pada tanggal 26 September 2002, dengan dikeluarkanny6a SK Menteri Kesehatan RI, nomor 1208/Menkes/SK/IX/2002, akhirnya RSTP Ngawen Salatiga berubah nama menjadi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, dan merupakan satusatunya rumah sakit paru di Provinsi Jawa Tengah. 60

3 Dengan ini diharapkan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga mampu berkembang menjadi rumah sakit, dengan cakupan wilayah yang lebih luas yaitu wilayah Jawa Tengah dan Provinsi lain yang tidak memiliki RSTP. 4.1 Gambaran Responden dan Partisipan Penelitian Responden dalam penelitian kuantitatif ini adalah perawat yang sedang atau pernah merawat dan memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini yaitu 45 orang. Responden yang diteliti memiliki karakteristik berdasarkan jenis kelamin, umur/usia, tingkat pendidikan/pendidikan terakhir. 61

4 responden. Tabel dibawah ini mendeskripsikan karakteristik Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Serta Tingkat Pendidikan (N=45) Karakteristik Partisipan Jumlah (n:45) Presentase (%) Jenis Kelamin : Pria Wanita Umur : thn thn Tingkat Pendidikan : SPK 2 4,4 D ,7 S1 4 8,9 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jenis kelamin mayoritas responden yaitu wanita dengan presentase 64% sedangkan pria 36%. Mayoritas usia responden berada pada usia tahun dengan presentase 60%. Tingkat pendidikan responden mayoritas D3 dengan presentase 86,7%, disusul S1 yaitu 18,67% dan Spk 4,4%. 62

5 Sedangkan partisipan dalam penelitian kualitatif ini adalah kepala/atasan perawat, pasien PPOK dan keluarga pasien. Adapun karakteristik partisipan adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Karakteristik Partisipan Partisipan Inisial Umur Pendidikan Terakhir P1 N 32 S1 P2 K 64 SMP P3 S 56 SMA P4 M 36 SMP Keterangan : P1 : Partisipan 1 (Kepala perawat) P2-P3 : Partisipan 2 dan 3 (Pasien PPOK) P4 S1 : Partisipan 4 (keluarga pasien) : Strata 1 (Satu) 63

6 4.2 Hasil Penelitian Statistik Berikut adalah tabel distribusi dan grafik peran perawat sebagai care giver yang meliputi pengkajian keperawatan, penetapan diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi pada pasien PPOK selama dirawat di Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga pada 45 responden. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Perawat Dalam Melakukan Pengkajian Pada Pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga Kategori Frekuensi Presentase Baik 41 91,1 Cukup 4 8,9 Kurang 0 0 Jumlah Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden mayoritas mempunyai tingkat pengkajian tentang PPOK dengan kategori baik sebesar 91,1%. 64

7 Data di interpretasi dalam grafik 4.1 sebagai berikut: Grafik 4.1 Peran Perawat Dalam Melakukan Pengkajian Frekuensi Kurang Cukup Baik Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Perawat Dalam Menetapkan Diagnosa Pada Pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga Kategori Frekuensi Presentase Baik 39 86,7 Cukup 5 11,1 Kurang 1 2,2 Jumlah Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden mayoritas mempunyai tingkat dalam penetapan diagnosa tentang PPOK dengan kategori baik sebesar 86,7%. 65

8 Data di interpretasi dalam grafik 4.2 sebagai berikut : Grafik 4.2 Peran Perawat Dalam Melakukan Diagnosa Keperawatan Frekuensi Kurang Cukup Baik Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Perawat Dalam Perencanaaan Keperawatan Pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga Kategori Frekuensi Presentase Baik Cukup 9 20 Kurang 0 0 Jumlah Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden mayoritas mempunyai tingkat dalam perencanaan keperawatan pada pasien PPOK dengan kategori baik sebesar 80%. 66

9 Data di interpretasi dalam grafik 4.3 sebagai berikut : Grafik 4.3 Peran Perawat Dalam Melakukan Perancanaan keperawatan Frekuensi Kurang Cukup Baik Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Perawat Dalam Implementasi Pasien PPOK Keperawatan di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga Kategori Frekuensi Presentase Baik 19 42,2 Cukup 26 57,8 Kurang 0 0 Jumlah Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden mayoritas mempunyai tingkat dalam implementasi keperawatan pada pasien PPOK dengan kategori baik sebesar 42,2% kemudian cukup sebesar 57,8%. 67

10 Data di interpretasi dalam grafik 4.4 sebagai berikut : Grafik 4.4 Peran Perawat Dalam Melakukan Implementasi Frekuensi Kurang Cukup Baik Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Perawat Dalam Mengevaluasi Pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga Kategori Frekuensi Presentase Baik 39 86,7 Cukup 6 13,3 Kurang 0 0 Jumlah Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden mayoritas mempunyai tingkat evaluasi keperawatan pada pasien PPOK dengan kategori baik sebesar 86,7%. 68

11 Data di interpretasi dalam grafik 4.5 sebagai berikut : Grafik 4.5 Peran Perawat Dalam Melakukan Evaluasi Frekuensi Kurang Cukup Baik 4.3 Deskripsi Analisa Hasil Wawancara Peran perawat sebagai care giver dalam melakukan pengkajian pada pasien PPOK Dalam melakukan pengkajian, perawat menjalankan tugasnya dengan mengumpulkan data atau informasi mengenai masalah kesehatan pasien. Dimana perawat dapat melakukan pengamatan visual, pemeriksaan fisik TTV, palpasi, perkusi dan auskultasi dengan baik. Dalam penelitian ini, dapat dipahami dari pernyataan partisipan. yaaa itu,,, awal pertama masuk ruang dahlia, perawatnya ramah, senyum (pasien batuk)...nanya-nanya sesak ga, saya jawab sesak, batuk juga. Dipakaikan alat mbak supaya nda sesak (P3) 69

12 Perawatnya baik, kalo datang pasti ngukur tekanan darah, nadi juga, suhu juga mba. Tidak mungkin alpa mereka kalo datang periksa itu (P4) Selain itu, perawat dapat menjalankan perannya dalam pengkajian, diperkuat dengan adanya pernyataan partisipan. Menurut saya, pasien baru itu harus dilakukan pengkajian dari awal. Meskipun sudah dikaji saat di UGD. Pasien di anamnesa, kalau bukan pasien ya keluarganya. Dan data awal ini yang nantinya digunakan untuk membuat suatu diagnosa. Sebagai atasan perawat disini, saya menjamin bahwa perawat diruangan ini melakukan pengkajian sesuai dengan SOP yang ada (P1) Ungkapan diatas menggambarkan bahwa, perawat dapat menjalankan perannya dalam melakukan pengkajian dengan baik. Dan dijalankan sesuai dengan standar operational yang ada Peran perawat sebagai care giver dalam menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien PPOK Diagnosa keperawatan ditentukan setelah pengkajian dilakukan. Data awal dari pengkajian tersebut digunakan untuk membuat suatu diagnosa dengan memprioritaskan masalah terlebih dahulu. Peran perawat disini ialah dimana perawat dapat menentukan prioritas masalah yang dirasakan oleh pasien PPOK. Hal ini dapat dilihat dalam pernyataan partisipan. 70

13 Perawat mampu menetapkan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah (P1) Peran perawat sebagai care giver dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien PPOK Suatu rencana keperawatan disusun berdasarkan data pengkajian yang telah didokumentasi dan masalahmasalah pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Pada tahap penyusunan rencana keperawatan ini, dilakukan dengan melibatkan tim kesehatan serta pasien dan keluarga. Dalam penelitian ini, peran perawat tersebut tergambar dalam pernyataan partisipan. Pada rencana keperawatan yang telah dibuat berdasarkan pasien PPOK yang sudah dikaji. Misalkan, atur posisi pasien, ajarkan teknik relaksasi dengan melibatkan keluarga, karena keluarga merupakan pendamping pasien (P1) hhmm...kolaborasi yang kita lakukan terutama dengan terapis, dokter. Kebanyakan kita berkolaborasi dengan dokter, misalnya kita melakukan tindakan medis sesuai advis dokter (P1) Ungkapan diatas menggambarkan bahwa, dalam menyusun rencana keperawatan, perawat memiliki peran mandiri dalam hal tindakan-tindakan keperawatan. Namun perawat juga memiliki peran kolaboratif dalam artian perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dan melibatkan keluarga dalam menjalani perannya. 71

14 4.3.4 Peran perawat sebagai care giver dalam implementasi keperawatan pada pasien PPOK Pada tahap implementasi ini, peran perawat dapat dilihat dari tindakan-tindakan yang diberikan kepada pasien PPOK. Dilihat dari kemampuan yang dimiliki perawat dalam tahap implementasi ini dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien PPOK. Menurut partisipan, perawat tidak menberikan edukasi ataupun informasi mengenai penyakitnya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan. Belum dikasih tau mba, aku orangnya manut aja, ora ngerti mba (P2) Saya taunya aja penyakit ini penyakit paru-paru. Soalnya udah pernah dirawat sebelumnya (P3) Hal lain yang perlu dilihat dalam implementasi ini, menurut partisipan bahwa jarangnya perawat dalam menjelaskan cara minum obat, tujuan pemberian obat. Biasanya ne dibilang perawat, ini diminum sebelum makan ya atau sesudahnya. Tapi, obat untuk apa ya saya ga tau mba ga ngerti mba (P4) biasanya saya taunya saya sakit paru pastinya itu obat paru mba (P3). Selain itu, ada hal lain yang dikemukakan oleh partisipan dalam menangani implementasi pada pasien 72

15 PPOK. Dalam hal ini, partisipan dilihat dari pernyataan perawat. Untuk pelaksanaannya, apa yang sudah direncanakan kita tindaklanjuti untuk dilakukan. Untuk implementasinya kadang ada kelalaian yang dilakukan perawat walaupun cuman sedikit. Hal ini, dikarenakan jumlah pasien yang terlalu banyak dan SDM perawat yang kurang (P1) Peran perawat sebagai care giver dalam melakukan evaluasi keperawatan pada pasien PPOK Pada tahap evaluasi ini terkait dengan peran perawat dalam melakukan evaluasi sumatif. Dalam artian bahwa perawat melakukan wawancara pada akhir layanan dengan menanyakan respon pasien PPOK dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Peran ini diungkapkan oleh beberapa partisipan. ohh ya... Pernah dirawat mba, sebelumnya sekitar 2 bulan yang lalu. Kalau soal itu kayaknya belum pernah mba (P3) Sudah berobat untuk yang ketiga kalinya disni. Kalau diwawancara perawat belum pernah mba (P4) Pernyataan dari partisipan lain menyatakan bahwa memang jarang dilakukan evaluasi dikarenakan jadwal kerja 73

16 perawat yang padat serta kebanyakan pasien dan keluarga berasal dari desa yang tempatnya jauh. Ada yang sempat dievaluasi ada juga yang tidak. Nah, kan kebanyakan pasiennya lanjut usia, dari desa dan rumahnya jauh. Perawat juga kerjanya padat, sehingga mungkin untuk evaluasi memang agak jarang juga (P1) 4.4 Pembahasan Data Kuantitatif Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dari 45 responden menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki peran yang baik sebesar 91,1% dalam melakukan pengkajian keperawatan pada pasien PPOK di Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga. Asumsi hasil analisa dari data terkait tingginya peran perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien PPOK dengan kategori baik, hal ini karena seringnya perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan pasien PPOK serta melakukan pengkajian fisik yang meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan diagnostik. Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada saat sedang melakukan pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki format khusus yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan begitu juga dengan Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga. Perawat meninjau semua hasil pengkajian 74

17 fisik sebelum membantu pasien berpakaian, untuk berjagajaga seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data tambahan. Setelah itu, melihat hasil dari pengkajian fisik tersebut perawat menetapkan diagnosa keperawatan. Hal ini serupa dengan pendapat Gordon (1994) dalam Potter & Perry (2005), keakuratan pengkajian mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima pasien dan penentuan respon terhadap terapi tersebut. Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara berurutan, sistematis dan dilakukan dengan prosedur yang benar. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dari 45 responden menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki peran yang baik sebesar 86,7% dalam menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien PPOK di Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga. Menurut peneliti, hal ini dikarenakan oleh perawat yang mampu menjalankan tugas dan perannya dengan baik dalam menetapkan diagnosa keperawatan dimulai dari mengidentifikasi masalah kesehatan sampai dapat merumuskan diagnosa keperawatan. Setelah dilakukan pengkajian awal, perawat dapat merumuskan beberapa 75

18 masalah kesehatan pasien dan menentukan prioritas masalah yang menjadi kebutuhan utama pasien. Selanjutnya, disusunlah Diagnosis Keperawatan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Prioritas masalah yang biasanya menjadi keluhan utama pasien PPOK adalah sesak. Sesak yang dialami selama bertahuntahun dan ditambah adanya riwayat merokok. Hal yang seupa dikemukakan oleh Gordon (1994) dalam Potter & Perry (2005), diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas diagnosa keperawatan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki peran yang baik sebesar 80% dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien PPOK di Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga. Menurut peneliti, hasil tersebut membuktikan bahwa perawat dapat meyusun rencana tindakan keperawatan beserta tujuan dan kriteria hasil dengan baik yang akan digunakan dalam menerapkan tindakan/implementasi keperawatan. Alasan pentingnya disusun rencana tindakan keperawatan ialah karena berisi data atau informasi penting 76

19 dan jelas mengenai masalah kesehatan pasien yang dapat digunakan sebagai pedoman intervensi keperawatan. Selain itu, dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar perawat dan tim kesehatan lainnya sehingga memudahkan proses keperawatan yang berkelanjutan dalam melakukan intervensi. Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan data melalui pengkajian awal pasien dan rumusan diagnosa keperawatan sebagai petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan atau mengeliminasi masalah kesehatan pasien. Pendapat yang serupa dinyatakan oleh (Iyer, 1996), perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki peran yang baik sebesar 42,2% sedangkan kategori cukup sebesar 57,8% dalam implementasi keperawatan pada pasien PPOK di Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga. Asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa peran perawat pada tahap implementasi ini terlihat dengan kategori cukup sehingga 77

20 peran perawat sebagai care giver dalam memberikan tindakan/implementasi keperawatan perlu untuk ditingkatkan lagi. Misalkan dengan melakukan implementasi sesuai dengan standar keperawatan yang ada. Selain itu, dapat dilakukan kerjasama dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Perawat perlu melakukan intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk pasien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Menurut Kozier (1995), untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki peran yang baik sebesar 86,7% sedangkan dalam evaluasi keperawatan pada pasien PPOK di Rumah Sakit dr. Ario Wirawan Salatiga. 78

21 Dalam tahap evalusi ini, membuktikan bahwa perawat dapat melakukan perannya dalam mengevaluasi pasien dengan baik. Misalkan, dengan mengevaluasi tercapainya tujuan dari rencana keperawatan dan terpenuhinya kebutuhan keperawatan pasien. Menurut peneliti, tahap evaluasi merupakan tahap perawat melakukan penilaian secara sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kemudian dilakukan secara berkesinambungan atau berkelanjutan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya. Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Implementasi yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Hal serupa dikemukakan oleh Craven and Hirnle (2002), evaluasi dilakukan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama 79

22 tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Noor Faizah (2010), di RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Perawat dalam melakukan pengkajian mendalam pada pasien dapat menyusun diagnosis yang optimal, rencana tindakan 91,7% dan tindakan keperawatan 75% dengan kategori cukup. Masih ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan rencana tindakan dan implementasi pelaksanaan asuhan keperawatan. evaluasi dan dokumentasi 91,7% baik. Perawat telah memperhatikan hasil tindakan yang telah dilakukan, dengan peran perawat yang professional sesuai standar asuhan keperawatan yang baik dan mampu membawa perubahan pada pasien. Menurut Aisiah (2004), perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan pada individu sehat maupun sakit dimana segala aktifitas yang dilakukan berguna untuk pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, identifikasi masalah (diagnosa keperawatan), rencana tindakan, implementasi dan evaluasi keperawatan 80

23 Selain itu, perlu adanya penyegaran secara berkala yang diberikan kepada perawat di Rumah Sakit tentang materi asuhan keperawatan, agar perawat dapat memenuhi kebutuhan pasien secara berkesinambungan mulai dari pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta melakukan pendokumentasian dalam catatan keperawatan. 4.5 Pembahasan Data Kualitatif Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran perawat sebagai care giver dalam perawatan pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Peran ini dijelaskan menggunakan proses keperawatan. Menurut Praptianingsih (2006), peran ini dimulai dari pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dari hasil analisis data dapat dilihat dan diketahui bahwa peran perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien PPOK yang didapatkan dari partisipan1 adalah dengan melakukan pengkajian awal kepada tiap pasien PPOK tanpa menggunakan data yang diterima dari UGD. Dari pengkajian tersebut akan ditentukan suatu diagnosa dengan prioritas masalah. Menurutnya, perawat sudah 81

24 melakukan pengkajian sesuai dengan SOP. Dari dua partisipan lainnya yaitu partisipan 3 dan 4 mengemukakan bahwa, perawat sudah melakukan perannya dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat melalui pemeriksaan TTV, palpasi, perkusi dan auskultasi yang dijalankan perawat dengan ramah, memberikan senyuman dan berkomunikasi dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Potter & Perry (2005), menyatakan bahwa pengkajian meliputi kegiatan awal perawat seperti mengumpulkan data pasien yang akan mendapatkan perawatan, mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya dengan menganalisa data yang terkumpul dan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapinya. Tujuannya, agar permasalahan yang mendesak dapat didahulukan. Selanjutnya, diketahui juga dalam diagnosa keperawatan, partisipan 1 mengatakan bahwa, perawat mampu menjalankan perannya sebagai care giver dalam menetapkan diagnosa keperawatan sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan. Pernyataan ini, sehubungan dengan pendapat Gordon (2000) dalam Carpenito (2002), perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan diagnosa secara pasti dan akurat untuk status kesehatan pasien. 82

25 Selain itu, ketika diagnosa keperawatan telah ditentukan, maka disusunlah rencana keperawatan. Rencana keperawatan ini, disusun berdasarkan masalahmasalah yang telah dikaji sebelumnya. Partisipan 1 menyatakan bahwa perawat menyusun rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan data awal yang didapat dari pengkajian pada pasien PPOK. Rencana tersebut disusun dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai. Misalkan, dalam pengkajian pasien terlihat tidak nyaman. Susun rencana keperawatan untuk teknik relaksasi pada pasien PPOK dengan cara buat posisi nyaman, posisi semi fowler. Selain itu juga disusun tindakan kolaboratif yang akan dilakukan dengan melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Menurut Bulecheck dan McCloskey (1989) intervensi keperawatan merupakan suatu tindakan langsung kepada pasien yang dilaksanakan oleh perawat. Definisi tersebut berhubungan dengan semua intrervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Setelah rencana tindakan keperawatan disusun, maka dimplementasikan pada pasien PPOK. Peran perawat pada tahap implementasi ini, tergambar dalam pernyataan partisipan 2 dan 3 bahwa, perawat tidak memberikan 83

26 edukasi atau informasi pendidikan selama pasien dirawat. Hal lain, dikemukakan oleh partisipan 3 dan 4. Menyatakan bahwa, jarangnya perawat menjelaskan tujuan diberikan obat tersebut. Menurut Craven dan Hirnle (2000), pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan perawat untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal. Selanjutnya, tahap akhir dalam asuhan keperawatan ini ialah evaluasi. Pada evaluasi yang dilihat ialah respon pasien dan keluarga pada akhir layanan. Evaluasi tersebut dilakukan dengan wawancara kepada pasien atau keluarga untuk menilai respon pasien dan keluarga diakhir layanan. Menurut pernyataan partisipan 3 dan 4, sebelumnya partisipan maupun keluarga partisipan menjelaskan pernah dirawat dirumah sakit ini dengan kasus yang sama. Dinyatakan bahwa, perawat belum pernah melakukan evaluasi saat pasien hendak pulang. Pernyataan lain disampaikan oleh partisipan 1, hal ini dikarenakan jadwal perawat yang padat sehingga tidak ada waktu atau kesempatan perawat dalam melakukan evaluasi pada pasien PPOK dan keluarga. Menurut 84 Craven dan Hirnle

27 (2000), evalusi merupakan hal penting bagi perawat untuk menilai kemampuannya. Evaluasi harus mencakup pertimbangan semua factor : waktu, strategi, jumlah informasi dan apakah evaluasi cukup berguna. 4.6 Keterbatasan Penelitian Peneliti mengakui masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Keterbatasan atau kelemahan dalam penelitian ini terletak pada hal-hal sebagai berikut:. 1. Waktu penelitian yang masih kurang efesien dalam wawancara. Diharapkan penelitian selanjutnya, dapat meggunakan waktu yang lebih lama dalam melakukan wawancara. 2. Jumlah paritisipan sangat kurang dan minim. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya, dapat menggunakan partisipan dalam jumlah yang lebih banyak. 85

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN LAMPIRAN 95 Lampiran 1 PENJELAAN PENELITIAN UNTUK BERPARTIIPAI EBAGAI REPONDEN PENELITIAN Judul Penelitian : Gambaran Peran Perawat ebagai Care Giver Dalam Perawatan Pasien PPOK elama Dirawat Di Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akan disampaikan saran praktis yang berhubungan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akan disampaikan saran praktis yang berhubungan dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang simpulan yang menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan, kemudian akan disampaikan saran praktis yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pencapaian keoptimalan derajat kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perkembangan keperawatan berubah seiring dengan perubahan zaman. Pada zaman dahulu keperawatan masih menggunakan naluri

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa partisipan memahami discharge planning sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Salatiga yang berletak di jalan Hasanuddin No.806, Kelurahan Ngawen,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Salatiga yang berletak di jalan Hasanuddin No.806, Kelurahan Ngawen, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang berletak di jalan Hasanuddin No.806, Kelurahan Ngawen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat pasien setelah 3x24 jam setelah dilakukan perawatan di rumah sakit. Salah satu jenis infeksi nosokomial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa globalisasi ini, arus informasi dari satu tempat ke tempat lain semakin cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan tanpa

Lebih terperinci

DOKUMENTASI KEPERAWATAN Oleh Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan

DOKUMENTASI KEPERAWATAN Oleh Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan DOKUMENTASI KEPERAWATAN Oleh Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan PENDAHULUAN Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik, informasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga Sejarah berdirnya Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga pada tahun 1934 dengan nama RSTP Ngawen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam pelayanan keperawatan. Discharge planning adalah proses mempersiapkan pasien yang dirawat di rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra

Lebih terperinci

BAB 3 METODE STUDI KASUS

BAB 3 METODE STUDI KASUS BAB 3 METODE STUDI KASUS 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2008). Desain yang digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo

Lebih terperinci

No. Responden : Universitas Sumatera Utara

No. Responden : Universitas Sumatera Utara 88 KUSIONER PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) DJASAMEN SARAGIH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2016 No. Responden : IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah penderita asma yang sedang menjalankan pengobatan dan pengontrolan di Instalasi Rawat Jalan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada sembilan partisipan selama kurang lebih satu bulan, dalam menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan dan Sikap 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang

Lebih terperinci

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PARU BATU

LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PARU BATU LAPORAN RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PARU BATU Teguh Setiadi, dr UGD RS PARU BATU 1. Kegiatan Membuat Catatan medik pasien rawat inap

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INFORMAN

KARAKTERISTIK INFORMAN KARAKTERISTIK INFORMAN Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien Dalam Upaya Keselamatan Pasien (patient Safety) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan Petunjuk Pengisian : Istilah pertanyaan dibawah ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk megevaluasi mutu pelayanan kasus Asma Bronkial Anak di Unit Gawat Darurat

Lebih terperinci

TERAPI INHALASI MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI. : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru. I. Waktu. Mengembangkan kompetensi.

TERAPI INHALASI MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI. : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru. I. Waktu. Mengembangkan kompetensi. MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI NOMOR MODUL TOPIK SUB TOPIK I. Waktu : B02 : Prosedur Tidakan pada Kelainan Paru : Terapi Inhalasi TERAPI INHALASI Mengembangkan kompetensi Sesi Tutorial Diskusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan lain-lain. Pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan lain-lain. Pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pada era globalisasi, teknologi informasi berkembang dengan sangat pesat. Perkembangannya dapat dilihat pada berbagai bidang, seperti bidang usaha, komunikasi, industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan semakin mendapat perhatian luas diseluruh dunia, dimana perubahan cara pandang dari yang semula melihat kesehatan dari sesuatu yang konsumtif menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KASUS Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses, menghantarkan, dan menggunakan sistem simbol

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa.

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa. PERAN PERAWAT HOME CARE Disampaikan oleh Djati Santosa. AWAL PERJALANAN Home Care sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan yang sangat sederhana. Kunjungan perawat kepada pasien yang tidak mampu menuju

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

Check List Penatalaksanaan Asma Bronkial Anak. di UGD RSAL dr.azhar Zahir Manokwari Papua Barat. No Jenis Tindakan YA TIDAK

Check List Penatalaksanaan Asma Bronkial Anak. di UGD RSAL dr.azhar Zahir Manokwari Papua Barat. No Jenis Tindakan YA TIDAK 127 Lampiran 1. Cheeck List Penatalaksanaan Asma Bronkial Anak Check List Penatalaksanaan Asma Bronkial Anak di UGD RSAL dr.azhar Zahir Manokwari Papua Barat Nama : No RM : Umur : Diagnosa : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga terletak di jalan Hasanuddin No. 806, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Partisipan Penelitian Riset partisipan dalam penelitian ini adalah penderita Tuberkulosis yang sedang menjalankan pengobatan di Instalasi Rawat Jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Kerja 2.1.1 Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana dalam memperkirakan beban kerja

Lebih terperinci

SEJ S A EJ R A AH A PROS PR E OS S E KEPER

SEJ S A EJ R A AH A PROS PR E OS S E KEPER SEJARAH PROSES KEPERAWATAN RAHMAD GURUSINGA Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar KUESIONER PENELITIAN Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar A. Petunjuk pengisian 1. Mohon bantuan dan kesediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Neonatus disebut juga bayi baru lahir yakni merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah. penelitian kuantitatif dengan tipe pendekatan model observasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah. penelitian kuantitatif dengan tipe pendekatan model observasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian kuantitatif dengan tipe pendekatan model observasi noneksperimental yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORITIS. peraturan perundang-undangan yang berlaku.

TINJAUAN TEORITIS. peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Peran dan Fungsi Perawat Dalam dunia keperawatan modern respons manusia sebagai pengalaman dan respon orang terhadap sehat dan sakit juga merupakan suatu fenomena perhatian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian A.1. Tempat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. A.2. Waktu Waktu pelaksanaan bulan September Oktober 2011. A.3. Disiplin Ilmu Disiplin ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh kainnya, termasuk meningitis, ginjal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru), merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan ini tuntutan kehidupan akan kebutuhan kesehatan sangat tidak dihiraukan oleh sebagian manusia. Banyak manusia hidup dengan malakukan pekerjaan keras

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkemihan merupakan salah satu sistem yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya angka Kematian Ibu yang masih tinggi (AKI) di. berbagai pihak. Terdapat beberapa penyebab yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mencapai kehamilan yang berkualitas harus didukung dengan adanya pelayanan antenatal care yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan klien. Kehamilan di definisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit progresif yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang masuk terjadi secara ireversibel, Sehingga

Lebih terperinci

UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN. Law & Regulation MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM 11/22/12 REKAM MEDIS PARAGRAF 3. Pasal 46

UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN. Law & Regulation MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM 11/22/12 REKAM MEDIS PARAGRAF 3. Pasal 46 MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM PARAGRAF 3 REKAM MEDIS Pasal 46 Law & Regulation UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN 1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah memberikan dampak yang besar pada masyarakat, tidak terkecuali di Indonesia. Dampak tersebut telah mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang berperan besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai profesi dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket Lampiran 1 JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket 1. 05.00-06.00 2. 06.00-07.00 3. 07.00-08.00 4. 08.00-09.00 5. 09.00-10.00 6. 10.00-11.00 7.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilakukan untuk memberikan gambaran pelaksanaan metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilakukan untuk memberikan gambaran pelaksanaan metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam BAB ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran pelaksanaan metode keperawatan tim di Ruang Dahlia Rumah Sakit Paru dr Ario

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan dokter yang mampu ini tidak akan memberikan hasil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No. LAMPIRAN 1 STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.RM : Tanggal I. DATA PRIBADI 1. Nama 2. Umur 3. Alamat 4. Telepon

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. standar akreditasi dalam asuhan keperawatan spiritual. Hasil penelitian ini sudah terjawab

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. standar akreditasi dalam asuhan keperawatan spiritual. Hasil penelitian ini sudah terjawab BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menggali secara mendalam persepsi perawat tentang pelaksanaan standar akreditasi dalam asuhan keperawatan spiritual. Hasil penelitian ini sudah terjawab bahwa

Lebih terperinci

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 5 Nurul Amin ABSTRAK Kebutuhan personal hygiene klien skizofrenia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG Menimbang : a. Bahwa semua pasien yang dilayani di RSIA Kemang harus diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan paru masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama di Indonesia. Beberapa penyakit paru yang menjadi permasalahan kesehatan nasional adalah

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang yang berdiri sejak 1930 merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi kesehatan yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik

Lebih terperinci

INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET

INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET Beri tanda check list (v) pada kolom Ya bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom Tidak bila pekerjaan tidak dilakukan.

Lebih terperinci

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP:

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP: 1 Berkas Pasien Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan : No Berkas : No Rekam Medis : Pasien Ke : dalam keluarga Data Administrasi tanggal diisi oleh Nama: NPM/NIP: Nama Umur / tgl. Lahir Alamat Jenis kelamin

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI Data Diri DokterMuda NamaPasien Alamsyah JenisKelamin Laki-laki 59 tahun No. CM 1-07-96-69 Soal 1 ReferensiLiteratur Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan. Nyeri dada dirasakan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas

Lebih terperinci

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( IN DEPTH INTERVIEW ) ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS PADA PROGRAM PENANGGULANGAN TB MDR DI PUSKESMAS TELADAN TAHUN 06 I. Daftar pertanyaan untuk Staf bidang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana saja baik dirumah, tempat kerja, maupun dijalan atau ditempattempat

BAB I PENDAHULUAN. dimana saja baik dirumah, tempat kerja, maupun dijalan atau ditempattempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat kerja, maupun dijalan atau ditempattempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di Negara-negara maju. Namun seiring dengan transisi demografi di negaranegara berkembang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Dalam penelitian ini, kerangka konsep tentang peran perawat sebagai care giver dalam perawatan pasien PPOK sebagai berikut : Peran perawat sebagai care giver

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP

URAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP URAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP 1. Nama Jabatan Kepala Instalasi Rawat Inap 2. Ruang Lingkup Meliputi Pelayanan Rawat Inap 3. Bertanggung Jawab Kepada : Kepala Bidang Keperawatan 4. Persyaratan

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini saya Mamik Setyaningrum mahasiswi program

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini saya Mamik Setyaningrum mahasiswi program PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth : Rekan rekan perawat RS. Royal Taruma Di tempat Dengan hormat, Yang bertandatangan dibawah ini saya Mamik Setyaningrum mahasiswi program studi Ners Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan dambaan setiap insan manusia. Tidak ada seorang pun yang menginginkan dirinya dalam keadaan yang kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan menurut Virginia Henderson (1966) dapat didefenisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan menurut Virginia Henderson (1966) dapat didefenisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keperawatan menurut Virginia Henderson (1966) dapat didefenisikan membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan aktifitas yang memiliki kontribusi terhadap

Lebih terperinci

Lampiran 1: LEMBAR PERSETUJUAN

Lampiran 1: LEMBAR PERSETUJUAN 65 Lampiran 1: LEMBAR PERSETUJUAN Anda diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul Perbandingan Tingkat Kepuasan Pasien Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan Nasional tentang

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mengggunakan teknik hypnoterapi dan musik relaksasi pada Tn. N berumur 45tahun dan

BAB V PEMBAHASAN. mengggunakan teknik hypnoterapi dan musik relaksasi pada Tn. N berumur 45tahun dan BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Bab ini akan membahas mengenai permasalahan tentang penanganan nyeri pascabedah ortopedi dan membandingkan dengan teori yang sudah ada dengan kenyataan yang dihadapi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Discharge planning adalah suatu proses dimana pasien mulai mendapat pelayanan kesehatan yang diberikan dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PRODUKTIFITAS PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT Maria Lily Hozana*, Gustop Amatiria** *Perawat RS Panti Secanti Gisting **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis, setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat rekam medis pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesembuhan dan pemulihan status kesehatan. Bersama dengan itu klien sekarang

BAB I PENDAHULUAN. kesembuhan dan pemulihan status kesehatan. Bersama dengan itu klien sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari sejarah kehidupan bangsa. Dampak perkembangan zaman dan pembangunan dewasa ini juga menjadi faktor peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan serta peningkatan kesehatan. tingginya kesadaran hukum masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan serta peningkatan kesehatan. tingginya kesadaran hukum masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan pelayanan kesehatan tidak lagi hanya sekedar untuk memperoleh pengobatan dan perawatan tetapi juga membutuhkan pelayanan kesehatan dalam upaya pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE)

BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) BAB 7 MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) GAMBARAN UMUM Memberikan asuhan pasien merupakan upaya yang kompleks dan sangat bergantung pada komunikasi dari informasi. Komunikasi tersebut adalah kepada

Lebih terperinci

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN Desri Natalia Siahaan*, Mula Tarigan** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan Dasar

Lebih terperinci

Kepada Yth Saudara/i Responden penelitian Di tempat

Kepada Yth Saudara/i Responden penelitian Di tempat Kepada Yth Saudara/i Responden penelitian Di tempat Dengan hormat, Dalam rangka menyelesaikan skripsi peneliti di program Strata Satu/S1 Universitas Esa Unggul, maka peneliti mempunyai kewajiban untuk

Lebih terperinci

PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR) By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR) By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR) By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Problem Oriented Medical Record merupakan suatu sistem yang memberikan cara dokumentasi menurut sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal dalam 100.000 persalinan hidup.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh agens infeksius. Kasus pneumonia tidak memiliki kriteria usia

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh agens infeksius. Kasus pneumonia tidak memiliki kriteria usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius. Kasus pneumonia tidak memiliki kriteria usia ataupun jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit maupun kelemahan. Sakit

Lebih terperinci