BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilakukan untuk memberikan gambaran pelaksanaan metode

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilakukan untuk memberikan gambaran pelaksanaan metode"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam BAB ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran pelaksanaan metode keperawatan tim di Ruang Dahlia Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan, Salatiga. Dalam penyajian data hasil penelitian peneliti akan membagi menjadi tiga bagian. Peneliti akan memaparkan hasil penelitian berupa hasil analisis tema yang mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam yang peneliti susun berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang bagaimana pelaksanaan metode keperawatan tim. Dan pada bagian ketiga peneliti akan membahas hasil analisis data dengan membandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan hasil penelitian peneliti. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 22 Oktober 25 Oktober Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak lima orang sesuai kriteria yang peneliti paparkan. Penelitian dilakukan dengan mengambil partisipan perawat Ruang Dahlia. Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu melakukan pilot project dengan perawat yang berbeda dengan obyek penelitian. 29

2 Pilot project dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran hasil yang diperoleh dengan objek yang berbeda dan untuk menguji coba pertanyaan, kemudian digunakan sebagai acuan dan memprediksi keadaan rata-rata calon responden. Setelah melakukan survey awal ke Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga. Peneliti memutuskan untuk mengambil partisipan yaitu perawat di ruang Mawar sebanyak dua orang untuk melakukan pilot project yang dilakukan selama 1 minggu mulai tanggal 8 Oktober 2013 sampai dengan 12 Oktober 2013 disesuaikan dengan jadwal dinas perawat yang sebelumnya peneliti sudah melakukan kontrak waktu. 4.1 Gambaran partisipan Partisipan yang telibat dalam penelitian peneliti ini adalah perawat Ruang Rawat Inap Dahlia Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga. Jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah lima orang perawat. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini disesuaikan dengan kriteria dalam penelitian ini. Waktu pengambilan data disesuaikan dengan pekerjaan pasien, disaat pekerjaan sudah longgar sesuai permintaan partisipan sendiri. 30

3 Karakteristik Partisipan No Umur (Thn) Jenis Kelamin Suku Tempat Tinggal Pendidikan Lama Kerja P1 37 L Jawa Salatiga D III 12 Thn P2 41 P Jawa Salatiga S1 17 Thn P3 27 P Jawa Salatiga D III 3 Thn P4 36 P Jawa Salatiga S1 12 Thn P5 38 L Jawa Salatiga D II 10 Thn 4.2. Hasil Penelitian Dari hasil analisis tema berdasarkan kategori dapat terlihat 5 tema yang menjadi gambaran pelaksanaan motode keperawatam tim, yaitu : (1) Ada pembagian tanggung jawab menangani pasien, (2) Keterbatasan tenaga perawat, (3) Katim memiliki peran penting, (4) Pemberian asuhan keperawatan lebih fokus, (5) Perlunya pelatihan tentang SP2KP, Berikut adalah tema tema merupakan hasil penelitian dari pelaksanaan metode keperawatan tim: 1. Ada pembagian tanggung jawab menangani pasien Dari yang diungkapkan oleh paritsipan bahwa pelaksanaan metode keperawatan tim, setiap perawat akan 31

4 dibagikan pasien yang menjadi tanggungjawab masingmasing untuk memberikan asuhan keperawatan diungkapkan oleh partisipan: diruangan dibagi menjadi dua tim, yaitu tim 1 dan tim 2. Tim 1 menangani pasien laki-laki dan tim 2 menangani pasien perempuan. Dalam tim dibagi tanggung jawab menengani pasien contohnnya pasien ada sepuluh, perawat ada lima jadi setiap perawat menangani 2 pasien (P1). Pembagian pasien disesuaikan untuk mengoptimalkan pekerjaan juga mempermudah pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan seperti yang diungkapkan partisipan: disini ada dua tim, satu tim untuk pasen laki-laki dan satu tim untuk pasien perempuan. Didalam tim ada pembagian pasien, tujuannya untuk mengevaluasi pasien, memudahkan bekerja, mengoptimalkan bekerja, lebih efektif juga, pasien juga lebih puas, komunikasi dengan pasien lebih bagus. Misalnya ada tiga perawat dengan pasien 10 setiap perawat dapat 3 atau 4 pasien. Untuk perawat senior kita beri pasien yang perlu pengawasan khusus (P4). Pasien yang menjadi tanggung jawab perawat disesuaikan dengan jumlah pasien dan jumlah perawat yang ada, hal ini diungkapkan partisipan: di Ruang Dahlia ini katim ada dua, untuk pasien perempuan dan pasien laki-laki. Untuk perawat pelaksana dibagi ada dua orang setiap tim. Untuk pasien sendiri misalnya ada 10 kita ada dua ya dapat 32

5 lima orang setiap perawat, tapi misalnya ada kesulitan kita saling bantu (P3). disini ada dua tim, satu tim untuk pasien perempuan dan satu tim untuk pasien laki-laki. Misalnya ada 3 perawat dalam satu tim dan pasien ada sepuluh jadi setiap perawat dapat 3 atau 4 pasien (P5). Selain berdasarkan jumlah perawat dan pasien pembagian juga diliat dari kasus pasien, perawat mendapatkan kasus sesuai dengan pengalan perawat: dalam tim untuk pelaksanaan setiap pagi setelah overran sebelum kerja kita lakukan pembagian pasien oleh katim. Pembagian diliat dari jumlah pasien dan kasus yang perlu pengawasan serius dipegang perawat senior (P2). 2. Keterbatasan tenaga perawat Partisipan mengatakan salah satu kendala dalam pelaksanaan metode keperawatan tim yaitu dari segi tenaga keperawatan sendiri. Tenaga perawat untuk penerapan metode keperawatan tim terutama pada saat shift siang dan malam hari menurut partisipan masih terbatas, seperti yang diungkapkan oleh semua partisipan: Untuk sesuai kita masih butuh proses, untuk pagi kita masih bisa. Tugas sore dan malam kita hanya ada dua orang perawat jadi tidak maksimal apalagi untuk metode keperawatan tim (P1). Untuk jaga pagi dari tenaga kita tidak ada masalah. Hanya untuk sore dan malam dari segi tenaga kurang 33

6 karena yang jaga hanya dua perawat, kalau mau menerapkan metode keperawatan tim secara penuh masih belum bisa (P2). Jumlah perawat dengan pasien juga mempengaruhi apalagi untuk siang dan malam kan Cuma ada dua, kadang sampai kewalahan (P3). Kalau maksimal belum tapi kita berusaha maksimal karena jumlah pasien sekian coba. Jumlah pasien 29 orang dengan pearawat 5, siang dan malam ada dua orang perawat yang menjadi kendala tapi kita berusaha menjadi maksimal dengan tenaga yang ada (P4) Untuk sore dan malam hanya ada dua orang, kerjanya kita bekerja sama-sama hanya dokumentasi kita tanggungjawab di tim masingmasing. Jadi hanya askep saja sedangkan kerja sama-sama (P5). 3. Ketua tim memiliki peran penting Ketua tim sendiri berperan penting dalam pelaksanaan metode keperawatan tim, seperti membagikan tugas dan tanggungjawab kepada perawat anggota untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, seperti yang diungkapkan oleh partisipan: Dalam tim untuk pelaksanaan setiap pagi setelah overran sebelum kerja kita lakukan pembagian pasien oleh katim. Pembagian diliat dari jumlah pasien dan kasus yang perlu pengawasan serius dipegang perawat senior (P2). Tugas ketua tim sendiri mulai dari pengkajian pasien baru, membuat diagnosa, sampai membuat rencana tindakan asuhan keperawatan dibuat oleh ketua tim. Tidak 34

7 hanya sampai disitu, peranan ketua tim juga melakukan pengawasan, membimbing angota tim yang mengalami kesulitan dalam memberikan asuhan keperawatan. Peran ketua tim sendiri terlihat dari apa yang partisipan ungkapkan: ketua tim yang memberi dan membagi pasien yang menjadi tanggungjawab kepada anggota tim. Perawat anggota nanti melaksanakan tugas yang sudah dibuat oleh ketua tim, ketua tim sendiri melakukan pengkajian sampai rencana tindakan jadi anggota yang bertugas untuk melakukan implementasi. Peran ketua tim juga penting membagikan pasien dan memberikan tanggungjawab kepada anggota. Ada program atau terapi kita anggota yang melakukan kalau ada kendala kita lapor katim (P1). Nanti untuk pengkajian pasien baru perawat pelaksana boleh tapi untuk pagi itu katim yang melakukan pengkajian, diagnosa, terus rencana tindakan apa. Misalnya pasien sesak mengkaji pola napas, memberikan posisi semi voler. Itu yang melaksanakan perawat pelaksana, katim yang membuat rencana nanti juga dibantu oleh katim (P3). Ketua tim sendiri seharusnya selalu ada untuk setiap shift sehingga proses keperawatan dapat berjalan dengan maksimal. Beberapa partisipan mengungkapkan bahwa peranan ketua tim sangat penting sehingga seharusnya selalu ada disetiap shift: Untuk pengkajian pasien baru itu tanggungjawab katim, diagnosa sampai perencanaan dibuat oleh katim. Nanti untuk pelaksanaannya sesuai rencana yang dibuat oleh katim. Katim sebenarnya bisa dirolling dan juga untuk overan harusnya antar katim. 35

8 Itu juga yang menjadi kendala dari penerapan, seharusnya setiap shift ada katim (P4). Kalau metode keperawatan tim seharusnya setiap shift ada ketua tim. Setiap perawat dibagi tugas dan tanggung jawab kepada pasien sehingga perlu pengawasan juga dari katim apalagi perawat baru (P5). 4. Pemberian asuhan keperawatan lebih fokus Dengan penerapan metode keperawatan tim pemberian asuhan keperawatan dirasa oleh partisipan menjadi lebih fokus. Hal ini disampaikan oleh partisipan sebagai berikut: Lebih cepat dan fokus dalam melayani pasien. kalau ada masalah lebih tertangani misalnya ada program untuk pasien (P1). Pelaksanaan metode keperawatan tim lebih fokus sehingga membuat pekerjaan lebih efektif dan maksimal dalam memberikan asuhan keperawatan: Kita komunikasi semakin baik, lebih efektif, kepuasan pasien, kerjasama kelompok semakin bagus. Kita fokus dengan pasien sendiri tapi jangan lupa kerja sama tim (P4). Kita cuma tau dengan pasien kita sendiri karena kita fokus menangani pasien yang menjadi tanggung jawab kita sendiri (P5). Adanya pembagian tanggung jawab yang diberikan membuat pekerjaan fokus sehingga perawat juga lebih 36

9 menguasai pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Partisipan merasa dengan metode keperawatan tim mengerti perkembangan pasiennya karena lebih fokus dengan pasien sendiri: Memang dengan metode keperawatan tim ini kita menjadi lebih fokus dengan pasien yang kita pegang. Proses perubahan yang kita dulu bekerja bersamasama sekarang punya tanggung jawab. Dengan metode keperawatan tim pekerjaan lebih ringan karena kita bisa lebih fokus dengan pasien kita sendiri, lebih bertanggung jawab. Untuk metode keperawatan tim lebih fokus dibanding kalau kita kerja bersama-sama, kita kurang tahu perkembangan pasien seperti apa (P2). Pelaksanaan metode keperawatan tim penanganannnya dalam melaksanakan metode keperawatan tim jadi lebih fokus. Beban kerja kita sebenarnya berkurang karena kita hanya fokus dengan pasien kita, jika kesulitan ada yang membantu dari perawat pelaksana atau katim sendiri. Bekerja lebih mudah karena kita menguasai pasien kita sendiri (P3). 5. Perlunya pelatihan tentang SP2KP Pelatihan dirasa penting oleh partisipan dalam melaksanakan metode keperawatan tim. Pentingnya pelatihan karena perlu adanya persamaan persepsi dari semua perawat dalam melaksanakan metode keperawatan tim diungkapkan oleh partisipan: Pelatihan untuk pelatihan hanya sebagian saja dan dari pelatihan pun output pun tidak sama. Persepsi setiap orang tidak sama jadi perlu persamaan 37

10 persepsi. Perlu sering pertemuan dan tidak orang yang sama dikirim berulang-ulang. Kalau perlu dibuat beberapa gelombang, paling tidak pokok-pokoknya saja (P5). Pelatihan juga memberikan pemahaman dari pelaksanaan metode keperawatan tim juga penting dalam melaksanakan sistem baru agar mengerti jelas dari tugas dan tanggung jawab masing sesuai perannya. Hal ini diungkapkan partisipan: Masih perlu perbaikan, setelah kita bagi pasien perawat kurang bisa fokus kepada pasien karena sistem baru dan perlu banyak belajar. Untuk pelatihan ada, materinya banyak waktu cuma satu minggu jadi pemahaman kurang tentang SP2KP. Pelatihan juga ada beberapa tahap tapi ada yang tidak ikut semua. Untuk peserta sendiri itu dari kepala ruang dan katim. Diawal-awal kita bingung dengan berjalan waktu ada perubahan. Dulu karena masih baru tanggung jawab tugas katim dengan perawat asosiet (P2). Selama ini pelatihan belum terintregasi dengan baik dan hanya diperuntukan kepada ketua tim dan kepala ruang sedangkan angota tim yang lain hanya diberikan pengarahan dari ketua tim maupun kepala ruang. Seperti yang dikatakan partisipan: Pelatihan ada tapi tidak semua kebagian. Pelatihan yang diutamakan itu perawat senior, terutama katim dan kepala ruang. Jadi kita tidak kebagian pelatihan dan hanya ikut yang disampaikan katim temtang metode keperawatan tim (P1). 38

11 Untuk pelatihan untuk perawat pelaksana hanya sosialisasi dari katim. Untuk pelatihan itu diikuti oleh kepala ruang dan katim, yah masih penyesuaian (P3) Pelatihan sudah diatur oleh bagian diklat. Sebelum ada pelatihan penerapan belum terintegrasi tapi sekarang sudah lebih baik (P4) Pembahasan Dalam pembahasan, peneliti akan mengintrepretasikan tema hasil penelitian dengan cara membandingkan pada hasil penelitan sebelumnya. Peneliti juga akan membahas tentang keterbatasan dalam penelitian ini. 1. Ada pembagian tanggung jawab menangani pasien Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam metode keperawatan tim setiap perawat memiliki tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pembagian tugas dalam tim di Ruang Dahlia yaitu tim 1 untuk pasien laki-laki dan tim 2 untuk pasien perempuan. Tugas dalam anggota tim untuk memberikan asuhan keperawatan dibagi sesuai jumlah pasen dan perawat anggota setiap tim. Tanggung jawab dari anggota tim adalah memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang 39

12 menjadi tanggung jawabnya. Asuhan keperawatan yang diberikan sesuai rencana yang sudah dibuat oleh ketua tim, kemudian memberikan laporan kepada ketua tim tentang perkembangan kondisi pasien (Tappen,1995). Tanggung jawab angota tim dalam memberikan asuhan keperawatan dan mendokumentasikan tindakan memiliki dampak positif, seperti hasil penelitian Fox & Tucker (2014) bahwa perawat memiliki tanggung jawab terhadap pasien yang dirawat selama tugas shift. Tangung jawab diberikan dengan kepastian bahwa setiap rencana dan tindakan didokumentasikan, sehingga merasa tanggung jawab besar serta merasa memiliki kepedulian terhadap tugas yang diberikan. Hal ini juga membantu untuk memastikan dukungan untuk angggota tim individual. Adanya tanggung jawab perawat yang diberikan kepada setiap angota tim dalam pemberian asuhan keperawatan merupakan salah satu indikator bahwa perawat memiliki tanggung jawab professional. Hal tersebut didukung penelitian Izumi (2012) bahwa rasa tanggung jawab membuat perawat sebagai individu dan profesi memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik. Hal ini juga 40

13 membuat rasa percaya pasien juga keamanan pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan bahwa, pembagian tugas dan tanggung jawab adalah penting. Rasa tanggung jawab memberikan motivasi dalam menjalankan tugas sebagai perawat profesional. Dengan adanya tanggung jawab yang dipegang dituntut adanya kualitas yang baik sehingga berdampak pada peningkatkan kualitas pelayanan dalam pemberian asuhan keperawatan, serta membuat rasa percaya pasien dan dapat terjalin hubungan profesional yang baik. Dengan demikian metode keperawatan tim perlu dipertahankan dan ditingkatkan. 2. Keterbatasan tenaga perawat. Penelitian ini menunjukan bahwa keterbatasan tenaga keperawatan menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan metode keperawatan tim. Adanya keterbatasan tenaga perawat, sehingga tim hanya terbentuk paga shift pagi. Pada shift berikutnaya tidak ada tim karena hanya ada 2 perawat. Menurut Huber (2006) tentang metode keperawatan tim, asuhan keperawatan diberikan oleh tim perawat kepada beberapa paisen. Perawat ruangan dibagi 41

14 dalam beberapa tim dan setiap ketua tim membawahi 2-3 perawat (Swanburg, 2000; Nursalam, 2011). Tenaga perawat dalam keperawatan tim adalah ketua tim dengan kualifikasi Ners (Swanburg, 2000). Penelitian menunjukan bahwa tenaga perawat dengan pendidikan maksimal S1 keperawatan. Menurut Fagestrom (2009) berdasakan hasil penelitiannya, sumber daya manusia merupakan merupakan bagian terpenting yang menjadi kompetitif dalam organisasi kesehatan. Oleh karena manajemen sumber daya manusia sangat penting dalam mencapai visi dan misi suatu organisasi. Menejemen mengevaluasi dan memastikan hasil dan kualitas layanan terjamin optimal. Manajemen dari kapasitas tenaga kerja manusia dapat mendukung kondisi kerja yang optimal bagi perawat, sehingga meningkatkan kepuasan kerja dan mencegah keluarnya kariawan. Selain itu dari penelitian McCormack (1992) mengatakan bahwa jumlah pasien dan perawat memiliki hubungan dengan tanggung jawab dan kualitas dari perawatan, serta tingkat stress perawat. Menurut hasil penelitian Lammintakanen, Kivinen & Kinnunen (2008), tugas penting manejemen adalah 42

15 bagaimana memilih, mempertahankan, dan mengembangkan suber daya manusia dalam suatu organisasi. Kurangnya staf, kualitas dari staf, kurangnya kerjasama dan berebagi pengetahuan antar profesi dapat mempengaruhi kualitas pelayanan. Manajemen keperawatan berkaitan erat dengan pengembangan strategi organisasi dan proses pelaksanaannya. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam menjamin kualitas layanan keperawatan. Manejeman mengatur strategi dalam mengatur tenaga keperawatan baik secara kualitas dan kuantitas. Selain itu juga dapat dilakukan penelitia lanjut tentang keefektifan cara perhitungan tenaga keperawatan yang sesuai untuk metode keperawatan tim. 3. Ketua tim memiliki peran penting. Hasil penelitian menunjukan ketua tim merupakan salah satu yang memiliki peranan penting dalam metode keperawatan tim adalah ketua tim. Ketiua tim bertanggung jawab membuat rencana asuhan keperawatan, memberikan penugasan, melakukan supervisi dan evaluasi kepada angota tim (Tappen, 1995; Nursalam, 2011). Melakukan 43

16 koordinasi seluruh perawatan pasien dalam tim merupakan tanggung jawab ketua tim (Swanburg, 2000). Hasil penelitian ketua tim berperan mulai dari melakukan pengkajian, membuat rencana tindakan sampai melakukan pengawasan kepada anggota tim dalam pemberian asuhan keperawatan. Penelitian menunjukan bahwa ketua tim diperlukan dalam setiap shift karena ketua tim membantu anggota dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga mengurangi kesalahan. Seperti hasil penelitian Cioffi & Ferguson (2009) menyatakan bahwa ketua tim merupakan perawat yang berpengalaman mengidentifikasi, memberikan bantuan dan dukungan bagi perawat lain untuk menghindari kesalahan pemberian asuhan. Ketua tim dan perawat saling mendukung dan perawat bisa saling belajar dari perawat yang berpengalaman. Hasil penelitian Castrele, Willemse, Verschueren & Milisen (2008) memaparkan bahwa kepemimpinan dalam metode keperawatan tim memberikan dampak positif tidak hanya kepada ketua tim tapi juga kepada anggota tim. Dari sisi ketua tim menjadi lebih efektif, memiliki kesadaran diri, memiliki komunikasi yang efektif. Untuk angota tim sendiri memiliki tanggung jawab, memiliki kejelasan kerja, dan 44

17 berkomunikasi secara efektif. Bagi proses keperawatan sendiri membuat komunikasi dengan pasien lebih baik, kekonsistenan kualitas pelayanan, dan juga peningkatan kolaborasi interdisiplin ilmu. Figur pemimpin sangat penting terutama dalam mengelola metode yang ada juga sebagai motivator bagi staf perawat dan juga pembentukan tim (Evangelia & Thomai, 2012) Hasil penelitian Eneh, Julkunen & Kvist (2012) menunjukan bahwa pentingnya pengetahuan akan tentang bagaimana menjadi pemimpin dapat meningkatkan kinerja perawat dalam lingkungan kerja. Kepemimpinan berdampak positif untuk memaksimalkan potensi staf perawat. Kepemimpinan perlu melibatkan staf dalam mengmbil keputusan dalam proses keperawatan. Penting adanya komikasi dua arah antara pemimpin dan staf, juga sebagai evaluasi dari staf perawat. Proses keperawatan yang dilakukan dalam metode keperawatan tim sangat erat dengan peran ketua tim. Ketua tim memiliki peran yang luas mulai dari merencanakan proses keperawatan sampai memastikan proses keperawatan yang optimal dengan mengawasi dan memberikan dukungan kepada perawat angota. Oleh karena 45

18 itu diperlukan ketua tim yang memilki pengalaman dan kualitas yang baik sebagai perawat dan juga dalam kepemimpinan. Hal ini perlu dukungan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan dengan memberikan pelatihan kepada ketua tim tentang metode keperawatan tim dan tentang kepemimpinan. 4. Pemberian asuhan keperawatan lebih fokus Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam metode keperawatan tim perawat merasa lebih fokus dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Setiap perawat memiliki pasien yang menjadi tanggung jawab sehingga lebih fokus memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawab masingmasing perawat. Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan Fairbrother, Jones and Rivas (2010) dengan melakukan uji coba menggunakan keperawatan tim di rumah sakit Sydney Prince of Wales, Australia bahwa perawat memiliki banyak waktu dengan pasien. Keuntungan yang ditunjukan yaitu kerja sama tim, komunikasi yang baik antar 46

19 perawat, dokter juga pasien, dokumentasi, dan perancanaan lebih baik. Metode keperawatan tim dinilai lebih efektif dalam pemberian asuhan keperawatan. Keefektifan keperawatan tim yaitu dari sisi komunikasi dan kerja sama tim dalam pemberian asuhan keperawatan (Hyrkas & Appelqvist- Schmidlechner, 2003). Penelitian Cioffi & Ferguson (2009) menggunakan metode keperawatan tim dalam, layanan kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan professional. Metode keperawatan tim memberikan dampak pisitif bagi perkembangan pelayanan kesehatan terutama bagi keperawatan. Oleh sebab itu penerapan metode tim menjadi rekomendasi untuk dilanjutkan dan bagi rumah sakit yang belum menerapkan, penelitian ini mendorong untuk diterapkannya metode tim. 5. Perlunya pelatihan tentang SP2KP Hasil penelitian menunjukan pelatihan diperlukan mengenai SP2KP terutama metode keperawatan tim yang sedang diterapkan rumah sakit. Pelatihan bertujuan unutk meningkatkan kualitas layanan keperawatan dalam 47

20 memberikan asuhan keperawatan dengan menerapkan metode keperawatan tim. Hasil selaras dengan penelitian Miller, Riley & Davis (2009) yang meneliti dampak kerjasama tim pada pemberian asuhan keperawatan dan keselamatan pasien. Hasil penelitian tersebut menunjukan pelatihan individual keperawatan, komunikasi serta pelatihan dalam tim sangat mempengaruhi kinerja baik secara individu maupun dalam tim. Hasil penelitian Moore (2012) mengatakan bahwa sikap yang kurang terkait lingkungan dan kepuasa kerja dapat ditingkatkan dengan pelatihan dan pengawasan. Dukungan dari pihak managerial juga diperlukan untuk mengadakan pelatihan. Penelitian Reay & Sears (2013) menunjukan bahwa pelatihan memiliki dampak positif bagi staf perawat. Pelatihan yang konsisten dan terprogram dengan baik dapat membangun tenaga kerja yang dapat bersaing dan memiliki keunggulan klinis. Dalam pelatihan ditujukan untuk dapat berkolaborasi dan berbagi pengalaman tentang praktik di lapangan. Jadi diharapkan untuk staf manajer membuat program yang efektif dan sesaui bagi keperluan, juga dilakukan secara bergulir dan konsisten. Untuk perawat yang 48

21 mengikuti pelatihan juga harus membagi hasil pelatihan kepada perawat lain sehingga bisa diterapkan dengan baik. Peningkatan mutu pelayanan terutama dalam hal keperawatan perlu menjadi perhatian penting. Kualitas pelayanan dapat menambah nilai saing yang memiliki keunggulan klinis sehingga perlu adanya pelatihan tentang SP2KP terutama mengenai metode keperawatan tim secara periodik yang dilaksanakan sesuai kebutuhan rumah sakit. Pelatihan ini diharapkan akan mendorong perawat secara individu dapat meningkatkan kinerja baik secara individual maupun tim keperawatan. Selain itu dari institusi pendidikan menyediakan mata kuliah atau pelatihan tentang SP2KP untuk mempersiapkan calon perawat profesional. 4.4 Keterbatasan Penelitian Kendala dalam penelitian partisipan yang direncanakan enam orang menjadi lima orang karena partisipan tidak sesuai kriteria yang peneliti tentukan. Pada saat penelitian banyak perawat baru dan perawat senior di pindah ke ruangan lain. Waktu penelitian yang awalnya direncanakan pada bulan September 2013 menjadi 25 Oktober 2013 kerena menunggu ijin dari direktur Rumah Sakit. 49

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Setelah Perang Dunia II model keperawatan tim muncul untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan selama perang berlangsung (Lyon, 1993). Model keperawatan tim timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perkembangan keperawatan berubah seiring dengan perubahan zaman. Pada zaman dahulu keperawatan masih menggunakan naluri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan Rumah Sakit saat ini berkembang dengan pesat. Di Indonesia sendiri ada tiga klasifikasi rumah sakit berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan organisasi yang memiliki beragam tenaga terampil dengan produk utamanya adalah jasa (Soeroso, 2003). Hidayat

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Teori

BAB II. Tinjauan Teori BAB II Tinjauan Teori 2.1 Teori 2.1.1 Keperawatan Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan professional. Selain itu pelayanan keperawatan menjadi salah satu faktor penentu mutu dan citra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan. untuk memahami hal-hal yang terjadi dan dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan. untuk memahami hal-hal yang terjadi dan dialami oleh subjek BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami hal-hal yang terjadi dan

Lebih terperinci

INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET

INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET Beri tanda check list (v) pada kolom Ya bila pekerjaan dilakukan dan pada kolom Tidak bila pekerjaan tidak dilakukan.

Lebih terperinci

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN MUHAMMAD JAMAL MISHBAH 6143027 STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN AKADEMIK 2016/2017 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, identifikasi konseptual pernyataan riset dan variabel riset dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, identifikasi konseptual pernyataan riset dan variabel riset dan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas tentang latar belg penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, identifikasi konseptual riset dan variabel riset dan masalah penelitian. 1.1 Latar Belg Rumah

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi,

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan keperawatan merupakan salah satu indikator dalam menentukan kualitas pelayanan dari suatu Rumah Sakit. Perawat merupakan profesi yang memberikan pelayanan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari tambahan penghasilan dari suami. Selain karena faktor ekonomi keluarga, wanita juga bisa mengekspresikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM

PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM PEDOMAN PELAKSANAAN MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN METODE TIM I. Pendahuluan Manajemen adalah proses bekerja melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Manajemen keperawatan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009 adalah upaya peningkatan kinerja dan mutu upaya kesehatan melalui pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang lebih berorientasi pada Kurikulum Berbasis Kompetesi (KBK) tentu memberikan implikasi pada berbagai

Lebih terperinci

Oleh : Andan Firmansyah

Oleh : Andan Firmansyah Oleh : Andan Firmansyah MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL PENDAHULUAN Pelayanan Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit Ruang perawatan pada sebuah rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan pusat layanan kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi yang membentuk suatu kesatuan dan saling berpengaruh satu sama lain. Rumah sakit dalam

Lebih terperinci

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan rumah sakit tidak lepas dari pelayanan keperawatan yang mempunyai peran dalam meningkatkan derajat kesehatan pasien. Salah satu peran perawat

Lebih terperinci

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan

A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan A Study of the Completeness of Nursing Care Documentation in Inpatient Room Class I Utama and Class III at RSUD Bendan Kota Pekalongan Teguh Irawan 1 ; Siwi Sri Widhowati 2 1 Prodi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi pasiennya. Keberhasilan suatu rumah sakit ditandai dengan adanya peningkatan

Lebih terperinci

KUESIONER DATA KARAKTERISTIK PARTISIPAN

KUESIONER DATA KARAKTERISTIK PARTISIPAN KUESIONER DATA KARAKTERISTIK PARTISIPAN Pengalaman Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara Petunjuk Pengisian: Dibawah ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu pelayanan. Pelayanan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan. Sebagai perawat profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih sayang, perhatian dan

Lebih terperinci

METODE PENUGASAN TIM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN. Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep.

METODE PENUGASAN TIM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN. Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. METODE PENUGASAN TIM DALAM ASUHAN KEPERAWATAN Oleh : Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep. Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kerja terbesar di rumah sakit yang memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien selama 24 jam melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini didorong karena semakin besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagiannya; mencakupi skala profit

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagiannya; mencakupi skala profit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas atau sarana vital bagi masyarakat. Peran organisasi (rumah sakit) sebagai media atau fasilitas sosial yang mencakup pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan analisa statistik deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memaparkan dan mendeskripsikan (menggambarkan) data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang munculnya topik penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan menguraikan satu-persatu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM ORIENTASI TENAGA BARU BIDAN BARU

KERANGKA ACUAN PROGRAM ORIENTASI TENAGA BARU BIDAN BARU KERANGKA ACUAN PROGRAM ORIENTASI TENAGA BARU BIDAN BARU BAGIAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT... KERANGKA ACUAN PROGRAM ORIENTASI BIDAN BARU I. PENDAHULUAN Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga Sejarah berdirnya Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga pada tahun 1934 dengan nama RSTP Ngawen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan berkualitas merupakan harapan dari pasien, keluarga dan masyarakat. Salah satu faktor yang mendukung terhadap keberhasilan tersebut adalah pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia pada suatu organisasi merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia meningkatkan pula kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepala ruangan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit harus mempunyai kemampuan untuk melakukan supervisi, karena dengan adanya supervisi dan pengarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah (problem solving) (Keliat dkk, 2005). Proses keperawatan ditujukan untuk memenuhi tujuan asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dituju kepada individu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan rumah sakit di Indonesia saat ini telah semakin membaik, hal ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal perkembangannya,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SUPERVISOR TENTANG FUNGSI PENGARAHAN DENGAN KINERJA SUPERVISOR MENURUT PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Gambar 4.1.1 Peta letak demografi RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga Kondisi geografis daerah Ngawen Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

Lembar Obsevasi Untuk Kepala Ruangan LEMBAR PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Program Magister Ilmu Keperawatan (S2-Keperawatan)

Lembar Obsevasi Untuk Kepala Ruangan LEMBAR PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Program Magister Ilmu Keperawatan (S2-Keperawatan) Lampiran 1: INSTRUMEN PENELITIAN Lembar Obsevasi Untuk Kepala Ruangan LEMBAR PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN Kepada Yth : Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Calon Responden Di RSUP.H.Adam Malik Medan Saya Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satu diantara pelayanan rumah sakit yang baik dapat dilihat dari cara pengelolaan berkas rekam medis pasien yang ada di rumah sakit tersebut. Rekam medis merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan yang cukup kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit merupakan institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan kesehatan berkaitan dengan mutu, dimana faktor manusia merupakan faktor yang menentukan (Wijono, 2000).

Lebih terperinci

IVANA KUSUMA PARAHITA J

IVANA KUSUMA PARAHITA J ANALISA KINERJA KEPALA RUANG SETELAH MENDAPAT PELATIHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN MENURUT PERSEPSI STAF KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran 1981/1982 Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pencapaian keoptimalan derajat kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP

URAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP URAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP 1. Nama Jabatan Kepala Instalasi Rawat Inap 2. Ruang Lingkup Meliputi Pelayanan Rawat Inap 3. Bertanggung Jawab Kepada : Kepala Bidang Keperawatan 4. Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pelayanan keperawatan merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting, dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan terhadap pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Hal ini terjadi karena adanya publikasi WHO pada tahun 2004 tentang penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam 74 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi 1) gambaran umum lokasi penelitian, 2) data demografi responden, 3) data khusus mengenai variabel yang diukur yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. adalah suatu

Lebih terperinci

tugas sehari-hari (Arwani, 2005).

tugas sehari-hari (Arwani, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Supervisi a. Pengertian Supervisi Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan terhadap pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU No. 44 Tahun 2009 dinyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS)

KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF (KKS) KOMPETENSI AN KEENANGAN STAF (KKS) PEENCANAAN Standar KKS 1 Pimpinan rumah sakit menetapkan perencanaan kebutuhan staf rumah sakit. Maksud dan Tujuan KKS 1 : Lihat SNAS 1 Elemen Penilaian KKS 1 Telusur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya rumah sakit. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR ADALAH : Ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Pelayanan kesehatan di Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sosial ekonomi masyarakat, maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan juga semakin meningkat. Masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting yang harus diperhatikan dalam pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah hasil penilaian dari pasien terhadap

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PRODUKTIFITAS PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT Maria Lily Hozana*, Gustop Amatiria** *Perawat RS Panti Secanti Gisting **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Globalisasi telah memberi dampak positif bagi setiap profesi kesehatan untuk selalu berupaya meningkatkan kinerja profesionalnya dalam kontribusi aterhadap perkembangan

Lebih terperinci

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF )

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF ) PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF ) No Elemen Penilaian 1 Standar KKS 1 1 Ada penetapan perencanaan kebutuhan staf rumah sakit yang berdasar atas perencanaan strategis dan perencanaan

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini saya Mamik Setyaningrum mahasiswi program

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini saya Mamik Setyaningrum mahasiswi program PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth : Rekan rekan perawat RS. Royal Taruma Di tempat Dengan hormat, Yang bertandatangan dibawah ini saya Mamik Setyaningrum mahasiswi program studi Ners Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan nilai integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG INDIKATOR KOLABORASI TERHADAP PRAKTEK KOLABORASI PERAWAT DOKTER DI UNIT RAWAT INAP RSJD

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG INDIKATOR KOLABORASI TERHADAP PRAKTEK KOLABORASI PERAWAT DOKTER DI UNIT RAWAT INAP RSJD ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG INDIKATOR KOLABORASI TERHADAP PRAKTEK KOLABORASI PERAWAT DOKTER DI UNIT RAWAT INAP RSJD Dr AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG ERLINA RUMANTI E4A007026 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PANDUAN KREDENSIAL KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PANDUAN KREDENSIAL KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS PANDUAN KREDENSIAL KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS A. PENDAHULUAN KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS 2014 Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya manusia di rumah sakit karena jumlahnya dominan (55-65%) serta merupakan profesi yang memberikan pelayanan terus menerus selama 24 jam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Gamping adalah rumah sakit swasta yang merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Gamping adalah rumah sakit swasta yang merupakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang beralamat di Jl. Wates, Gamping, Yogyakarta. Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM)) merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dapat dipastikan akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dapat dipastikan akan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedisiplinan merupakan salah satu penentu kemajuan atau kemunduran suatu instansi atau perusahaan. Suatu perusahaan yang didalamnya terdapat karyawan yang mempunyai

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN By setiadi

METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN By setiadi METODE PENUGASAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN By setiadi Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa mampu: 1) Menyebutkan macam metode penugasan asuhan keperawatan 2) Menjelaskan metode fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan dunia bisnis menjadi semakin ketat karena persaingan bisnis sekarang ini bersifat mendunia sehingga hal tersebut mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era reformasi yang ditandai. dengan berbagai perubahan di segala bidang khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era reformasi yang ditandai. dengan berbagai perubahan di segala bidang khususnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki era reformasi yang ditandai dengan berbagai perubahan di segala bidang khususnya dalam bidang kesehatan. Perubahan-perubahan di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan pula kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan pula kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia pada suatu organisasi merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia, meningkatkan pula kinerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN Yulianto Program Studi Ners, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : yulisiip@gmail.com ABSTRAK Keperawatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama di mana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Menurut Dinarti, dkk (2009) pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instalasi dan ruang perawatan sebagai operating core rumah sakit diisi oleh para profesional dibidangnya, diantaranya adalah perawat dan bidan. Pelayanan kesehatan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian pelayanan keperawatan sesuai WHO Expert Committee on Nursing adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian pelayanan keperawatan sesuai WHO Expert Committee on Nursing adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesi keperawatan merupakan salah satu profesi luhur bidang kesehatan. Pengertian pelayanan keperawatan sesuai WHO Expert Committee on Nursing adalah gabungan dari

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. ABSTRAK Yolanda Alim.. Hubungan pengarahan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang terima (Operan) perawat di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar evaluasi

Lebih terperinci

KASYFI HARTATI Disampaikan pada ASM 2014

KASYFI HARTATI Disampaikan pada ASM 2014 KASYFI HARTATI Disampaikan pada ASM 2014 Yogyakarta, 15 Maret 2014 Tinjauan Pustaka Pendahuluan Metode Penelitian Hasil & Pembahasan Kesimpulan A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah Bagaimanakah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi target yang ditetapkan,hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi target yang ditetapkan,hasil kerja secara kualitas dan kuantitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kinerja perawat Kinerja adalah keberhasilan dalam menyelsaikan tugas atau memenuhi target yang ditetapkan,hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN Universitas Sumatera Utara Instrumen Penelitian Hubungan Penerapan Timbang Terima Pasien dan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di Ruang Bedah dan Ruang Penyakit

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul penelitian Peneliti : Analisis Peran Kepala Ruangan dalam Pelaksanaan Fungsi Manajemen Keperawatan; Persepsi Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perawat adalah salah satu unsur vital yang berada di rumah sakit. Perawat, dokter, dan pasien merupakan satu berinteraksi, saling membutuhkan antara satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan diantaranya adalah milik swasta. 1. dari 6 buah puskesmas, 22 BKIA, 96 dokter praktik dan 3 Rumah Bersalin.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan diantaranya adalah milik swasta. 1. dari 6 buah puskesmas, 22 BKIA, 96 dokter praktik dan 3 Rumah Bersalin. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sepuluh tahun terakhir bisnis rumah sakit swasta di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Di kota kota besar hingga ke pelosok daerah bermunculan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. agar tetap bertahan. Dalam perubahan Istitusi Rumah Sakit baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. agar tetap bertahan. Dalam perubahan Istitusi Rumah Sakit baik yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, mensyaratkan institusi Rumah Sakit untuk bersikap lebih responsif agar tetap bertahan.

Lebih terperinci