BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Salatiga yang berletak di jalan Hasanuddin No.806, Kelurahan Ngawen,
|
|
- Liani Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang berletak di jalan Hasanuddin No.806, Kelurahan Ngawen, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Rumah sakit ini pertama kali didirikan pada awal tahun 1934 dengan nama RSTP Ngawen Salatiga yang berfungsi sebagai tempat petirahan/sanatorium yaitu sebagai fasilitas medis untuk penyakit jangka panjang, terutama tuberkulosis, bagi penderita kesehatan paru yang pada masa itu lebih banyak didominasi oleh warga keturunan Belanda. Pendirian Sanatorium tersebut dilatar belakangi dengan kondisi udara yang sejuk karena secara geografis daerah Ngawen Salatiga memiliki ketinggian kurang lebih 800 meter dari permukaan air laut dengan suhu udara berkisar antara C. Fungsi sanatorium ini terus berlanjut hingga diberi sebutan sebagai Rumah Sakit Paru- Paru. Pada tahun 1978 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 137/MenKes/SK/IV/1978 ditetapkan Struktur Organisasi yang lebih jelas tugas pokok dan fungsinya yaitu sebagai rumah sakit 50
2 51 khusus yang menyelenggarakan pelayanan terhadap penderita penyakit TB paru, dengan sebutan RSTP. Selanjutnya pada tanggal 26 September 2002, dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI, nomor 1208/Menkes/SK/IX/2002, RSTP Ngawen Salatiga berubah nama menjadi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, dan merupakan satu-satunya rumah sakit paru di Provinsi Jawa Tengah ( Menurut data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah 2012, sampai sekarang ini RSPAW masih merupakan satu-satunya rumah sakit paru di Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Jateng, 2012). Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan memiliki fasilitas pelayanan yaitu Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan, yang terdiri dari Ruangan Eksekutif dan Poliklinik. Rumah Paru dr. Ario Wirawan mempunyai ruang rawat inap berjumlah 8 ruang dan didukung dengan instalasi antara lain terdiri dari, Instalasi Radiologi, Instalasi Laboratorium, Rehabilitas medis, Instalasi Gizi dan Instalasi Farmasi. Rumah sakit ini memiliki pelayanan unggulan dalam pemeriksaan spirometri, bronkoskopi, Ct Scan, dan Ct Guide, analisa gas darah dan petanda tumor.
3 52 Dari 8 ruangan Intalasi Rawat Inap, peneliti melakukan penelitian di 2 ruangan yaitu ruangan Dahlia bawah dan ICU. Ruangan Dahlia bawah merupakan tempat perawatan bagi pasien kelas III yaitu pasien yang menggunakan Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat) dan yang tidak menggunakan jaminan kesehatan ini. Ruangan Dahlia bawah memiliki 19 perawat dengan memiliki kapasitas 38 tempat tidur dan di Ruangan ICU memiliki 13 perawat dengan kapasitas 5 tempat tidur. Gambar 4.1: Peta lokasi RSP dr. Ario Wirawan salatiga (
4 Karakteristik Responden Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja selengkapnya disajikan dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja (n:32) Karakteristik Responden Jenis Kelamin : Pria Wanita Usia : tahun tahun Tingkat Pendidikan : D3 S1 Masa Kerja <5 tahun >5 tahun Jumlah (n:32) Presentase (%) 43,8 56,2 37,5 62,5 96,9 3,1 43,8 56,2 Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini mayoritas wanita yaitu 56,25% dibandingkan dengan jumlah responden pria yaitu 43,75%. Mayoritas usia responden yaitu tahun sebanyak 62,5%. Tingkat pendidikan responden hampir seluruhnya D3 dengan 96,875% disusul S1 hanya 3,125%. Mayoritas masa kerja lebih banyak rata-rata antara <5 tahun yaitu 43,75%, menyusul masa kerja >5 tahun yaitu 56,25%.
5 Gambaran Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga Berikut ini adalah distribusi gambaran kepatuhan perawat terhadap penggunaan alat pelindung diri yang meliputi penggunaan masker, handschoen, pelindung tubuh/baju dalam menangani pasien penderita TB Paru. Peneliti memisahkan gambaran kepatuhan perawat terhadap penggunaan APD di Ruang ICU dan Ruang Dahlia. Hasil penelitian selengkapnya disajikan dalam tabel 4.2 dan tabel 4.3. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Ruang ICU Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga No Kepatuhan Penggunaan Frekuensi Presentasi APD 1 Patuh Kurang Patuh Tidak Patuh 0 0 Jumlah % Tabel 4.2 menunjukkan bahwa seluruh responden di ruang ICU patuh dalam penggunaan alat pelindung diri dengan kategori 100.
6 55 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Ruang Dahlia Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga No Kepatuhan Penggunaan APD Frekuensi Presentasi 1 Patuh 16 84,2 2 Kurang Patuh 3 15,8 3 Tidak Patuh 0 0 Jumlah % Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden di ruang Dahlia sebagian besar patuh terhadap penggunaan alat pelindung diri dengan kategori baik 84,2%, disusul responden kurang patuh 15,8%. 4.3 Pembahasan Karakteristik Responden Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ruang ICU dan Dahlia Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga pada bulan Juni 2012, dari 32 responden perawat jumlah perawat perempuan sebanyak 18 orang (56,25%) sedangkan untuk jumlah perawat laki-laki sebanyak 14 orang (40,625%). Penelitian ini sesuai dengan pendapat Muchlas (2004) yang menyatakan bahwa proporsi perempuan dalam personel keperawatan jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.
7 56 Hal ini sesuai dengan rumah sakit lain pada umumnya, dimana sebagian besar perawat pelaksananya didominasi oleh kaum perempuan. Dilain pihak terdapat pertimbangan lain bahwa perempuan dalam melaksanakan pekerjaannya lebih disiplin dalam mematuhi wewenang daripada laki-laki, sehingga akan tercapai pelayanan keperawatan secara optimal (Stephen P. Robbin, 2001:48). Ariyani, 2008 mengatakan bahwa tidak ada batas ideal perbandingan antara perawat laki-laki dan perempuan. Namun dalam manajemen keperawatan mengenai pengaturan jadwal dinas, dianjurkan dalam satu shift ada perawat laki-laki dan perempuan, sehingga apabila melakukan tindakan yang bersifat privacy bisa dilakukan oleh perawat yang sama jenis kelaminnya misalnya personal higiyene, eliminasi, perekaman EKG, pemasangan asesoris bed side monitor dan lain-lain. Dalam tindakan keperawatan selain memberikan asuhan keperawatan kepada klien, tenaga laki-laki lebih cenderung dibutuhkan untuk membantu memindahkan beban yang berat seperti pasien obesitas, peralatan tabung O2 serta tindakan lain yang sulit untuk dilakukan oleh perempuan, dimana akan mengganggu kelancaran proses keperawatan ketika perawat sedang bertugas.
8 Usia Rata-rata umur responden di atas 30 tahun, dengan umur termuda 22 tahun. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa umur responden berdasarkan kelompok umur sebesar 37,5% untuk umur 20 tahun sampai 30 tahun dan sebesar 62,5% untuk umur diatas 30 tahun. Secara fisiologis pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat digambarkan dengan pertambahan umur. Dengan peningkatan umur diharapkan terjadi pertumbuhan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya, yang identik dengan idealisme tinggi, semangat tinggi dan tenaga yang prima. Umur responden dalam penelitian ini antara 22 tahun hingga 40 tahun. Umur sampai 40 merupakan umur yang masih sangat produktif yang dalam menjalankan pekerjaannya masih bersifat ideal ditunjang dengan fisik yang masih kuat dan prima sehingga dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Pada umur 40 sampai 45 tahun, secara fisik sudah mengalami kemunduran (Monks, 2000). Faktor usia juga merupakan variabel individu, secara prinsip bahwa seseorang bertambah usianya akan bertambah kedewasaannya dan semakin banyak menyerap informasi yang akan mempengaruhi perilakunya. Hal ini
9 58 sesuai dengan keadaan di ruangan dimana perawat yang paling dominan di ruangan adalah perawat yang umurnya di atas 30 tahun dan dari hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruhnya dari jumlah perawat patuh terhadap penggunaan alat pelindung diri (Baihaqi, 2009). Menurut Georgios Efstathiou, 2011 umur dapat menjadi penentu terhadap kepatuhan penggunaan alat pelindung diri. Semakin tinggi umur perawat maka akan lebih mengikuti kepatuhan penggunaan alat pelindung diri. Umur menjadi penentu pengalaman praktek seorang perawat. Perawat yang sudah berpengalaman selama bertahun-tahun akan membuat mereka lebih melakukan tindakan pencegahan seperti halnya penggunaan alat pelindung diri Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 32 orang perawat Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, tingkat pendidikan perawat pelaksana hampir seluruhnya lulusan Akademi Keperawatan yang berjumlah 31 orang perawat (96,875%). Hal ini membuktikan bahwa perawat pelaksana di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga rata-rata sudah memiliki tingkat pendidikan yang cukup untuk kapasitas pekerjaannya.
10 59 Kriteria perawat profesional adalah lulusan pendidikan tinggi keperawatan minimal Akademi Keperawatan, mentaati kode etik, mampu berkomunikasi dengan pasien dan keluarga, serta mampu memanfaatkan sarana kesehatan yang tersedia secara berdaya guna dan berhasil guna,mampu berperan sebagai agen pembaharu dan mengembangkan ilmu serta teknologi keperawatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha pembaharuan dan dapat menyesuaikan diri terhadap pembaharuan (Baihaqi, 2009). Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Dengan bekal pendidikan yang tinggi seseorang akan lebih banyak menyerap informasi dan luasnya pengetahuan yang telah diperoleh dan tanggap dengan permasalahan yang dihadapi sehingga mereka akan dengan cepat menerima perubahan dan informasi serta melakukan tindakan nyata dalam memproteksi diri dari bahaya akibat dari pekerjaannya dengan berperilaku aman dalam bekerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) (Baihaqi, 2009). Jenjang pendidikan yang tinggi menyebabkan perawat memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap
11 60 tugas. Perawat yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih tinggi yang diikuti pengalaman yang lebih banyak serta mendapatkan informasi tentang teori-teori baru mengenai pencegahan infeksi nosokomial diharapkan semakin mampu melakukan upaya pencegahan infeksi nosokomial. Pada penelitian ini tidak bisa menunjukkan efek pendidikan terhadap praktik pencegahan infeksi karena responden mempunyai tingkat pendidikan yang homogen Masa Kerja Masa kerja responden berkisar antara 1 sampai 10 tahun dengan rata-rata masa kerja 5 tahun. Masa kerja responden <5 tahun berjumlah 14 orang (43,75%), masa kerja responden >5 tahun berjumlah 18 orang (56,25%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah lama menjalankan profesinya sebagai perawat. Semakin lama perawat bekerja semakin banyak kasus yang ditanganinya sehingga semakin meningkat pengalamannya, sebaliknya semakin singkat orang bekerja maka semakin sedikit kasus yang ditanganinya.(agus, 2002). Seseorang perawat yang pengalaman kerjanya sudah lama, akan memiliki ketelatenan atau keterampilan lebih luas karena sudah banyak menangani berbagai macam kasus serta sudah dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaannya
12 61 dan lingkungan pekerjaannya. Sehingga perawat yang berpengalaman dengan status masa kerja lebih lama akan lebih patuh dan akan melaksanakan tugasnya dengan baik. Semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki seorang perawat baik dari kemampuan teknis dan praktek dalam tindakannya keperawatan yang dilakukan, maka akan dapat meningkatkan prestasi perawat tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena seseorang yang telah lama bekerja memiliki wawasan yang luas dan pengalaman yang lebih dan seseorang individu akan melakukan sesuatu tindakan berdasarkan pengalamannya. Petugas kesehatan yang berpengalaman akan melakukan tindakan sesuai ketentuan yang telah mereka kenal dan tidak merasa canggung dengan tindakannya. Jadi asumsi peneliti bahwa, semakin lama masa kerja responden maka mereka semakin patuh. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi berbagai macam kasus penyakit, keterampilan dalam menghadapi pekerjaannya serta kemampuan teknis praktek. Asumsi peneliti diatas juga sesuai dengan yang dikatakan Siagian (2006) yang mengatakan bahwa kualitas dan kemampuan kerja seseorang bertambah dan
13 62 berkembang melalui 2 jalur utama yakni pengalaman kerja yang dapat mendewasakan seseorang dari pelatihan dan pendidikan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Dalam pembahasan ini peneliti membahas masing-masing tingkat kepatuhan di kedua ruangan yang diteliti. Dari 32 jumlah responden perawat, di Ruang ICU terdapat 13 orang perawat yang diteliti dan 19 orang perawat di Ruang Dahlia yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dari 13 responden di Ruang ICU menunjukkan bahwa frekuensi responden berdasarkan kepatuhan perawat menggunakan alat pelindung diri dalam menangani pasien penderita TB Paru diatas, bahwa semua perawat pelaksana di ruangan tersebut patuh dalam penggunaan alat pelindung diri yaitu masker, handschoen dan baju pelindung diri. Semua responden dikategorikan patuh karena, selama peneliti melakukan observasi langsung sebanyak 3 kali dalam waktu yang berbeda pada setiap responden, peneliti melihat bahwa setiap perawat selalu menggunakan dengan tepat dan benar alat pelindung diri dalam menangani pasien penderita TB Paru. Penggunaan alat pelindung diri ini merupakan teknik pencegahan penyakit menular seperti TB Paru, yang dapat menular melalui udara sehingga perlu menggunakan masker, selain itu dapat juga menular melalui percikan darah jika mengenai tubuh perawat sehingga mewaspadai
14 63 penularan dengan menggunakan handschoen dan baju/pelindung diri. Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan peneliti bahwa hal ini didukung pula karena penggunaan APD merupakan kebijakan rumah sakit dalam penerapan SPO (Standar Prosedur Operasional) dalam memberikan asuhan keperawatan. Disamping itu dipengaruhi juga oleh peran kepala ruang atau kepala tim dalam memimpin dan mengayomi anggota atau perawat pelaksana dalam menerapkan SPO khususnya penggunaan APD demi menjaga keselamatan dan kesehatan kerja pasien dan juga perawat. Hal ini menunjukkan ketua tim di ruangan tersebut berhasil mengembangkan tipe kepemimpinan dan ilmu yang dimiliki dengan cara membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan keperawatan. Selain itu hampir seluruhnya perawat pelaksana di ruangan memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu Akademi Keperawatan dan pengalaman kerja dimana lebih dari setengah responden memiliki masa kerja lama yaitu di atas 5 tahun. Berbeda halnya dengan hasil penelitian pada tabel 4.3 dari 19 responden di Ruang Dahlia menunjukkan jumlah responden yang patuh yaitu 16 orang perawat (84,2%) dan jumlah responden yang kurang patuh yaitu 3 orang perawat (15,8%). Responden dengan kategori kurang patuh terlihat menggunakan alat pelindung diri dengan tidak benar dan tidak tepat.
15 64 Observasi peneliti menunjukkan, hal ini diakibatkan karena perawat saat itu datang terlambat sehingga tidak terlalu memperhatikan kelengkapan atribut APD yang digunakannya. Sebab lain karena ada pasien yang dalam keadaan darurat harus segera diberikan pertolongan, dan perawat memiliki prinsip lebih mendahulukan akan keselamatan pasien. Hal ini menjadikan perawat kurang memperhatikan kelengkapan dan kerapian penggunaan APD yang digunakan dalam setiap memberikan asuhan keperawatan. Hal tersebut juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anastasios Merkouris (2011) yaitu tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap penggunaan alat pelindung diri untuk menghindari pajanan mikroorganisme di Amerika Serikat, dimana hasil dari penelitiannya mengatakan bahwa alasan dari keseluruhan respondennya mengalami hambatan dalam kepatuhan penggunaan alat pelindung diri karena ketika mereka sedang bertugas, sesuatu yang tidak terduga/darurat bisa terjadi seperti menemukan pasien dalam situasi hidup atau mati, pada saat itu juga mereka akan segera memberikan perawatan secara langsung bukan lagi memikirkan untuk menggunakan alat pelindung diri. Perhatian utama mereka adalah untuk melindungi keselamatan pasien sekalipun itu akan membahayakan diri mereka sendiri.
16 65 Keadaan ini sangat berisiko atau berpotensi menimbulkan bahaya kesehatan bagi perawat selama menangani pasien penderita TB Paru. Pada studi pendahuluan sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti memperoleh informasi dari salah seorang perawat di RSPAW Salatiga mengemukakan bahwa, dalam dua tahun belakangan ini, ada beberapa perawat yang tertular penyakit TB Paru. Jumlah perawat yang tertular TB tidak dapat di data, karena jika mereka tertular TB/ penyakit dari pasien mereka tidak pernah melaporkan atau dengan kata lain mereka menyembunyikan kasus tersebut karena merupakan privasi masingmasing individu perawat tersebut. Penyebab penularan ini diduga diakibatkan karena kurang disiplin dalam menjaga keamanan diri sendiri dengan tidak disiplin menggunakan APD. Dari kejadian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa alat pelindung diri berperan penting untuk perlindungan diri bagi perawat sendiri. Perawat yang patuh menggunakan alat pelindung diri serta digunakan dengan tepat dan benar memiliki tingkat resiko rendah untuk tertular penyakit menular seperti TB Paru dibandingkan dengan perawat yang kurang patuh ataupun tidak patuh dalam menggunakan alat pelindung diri. Dikatakan perawat patuh dengan memiliki tingkat resiko rendah tertular penyakit menular seperti TB Paru, jika menggunakan APD tidak akan dengan mudah terinfeksi karena masih ada atribut di
17 66 luar tubuh yang bisa melindungi anggota tubuh bagian dalam. Apabila perawat tertusuk jarum suntik mungkin hanya tertusuk di kulit luar handschoen atau baju pelindung tubuh. Jika terkena paparan selaput lendir, kemungkinan hanya terkena sampai di bagian luar baju pelindung tubuh, sedangkan paparan udara/droplet masih terhalangi oleh penggunaan masker yang menutupi bagian muka. Dalam observasi yang dilakukan oleh peneliti, penilaian APD dilihat dari kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dan cara penggunaannya. Ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penilaian tingkat kepatuhan perawat. Penilaian yang dimaksud peneliti yaitu, tentang penggunaan APD dengan benar dan tepat dan penggunaan alat pelindung diri dengan tidak benar dan tidak tepat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusran Muhammad pada tahun 2007 dengan judul kepatuhan penerapan prinsip-prinsip pencegahan infeksi (Universal Precaution) pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Muluk Bandar Lampung, yakni dihasil penelitiannya menemukan bahwa pelaksanaan Universal Precaution oleh responden masih sub optimal. Hanya 64 (33,5%) responden yang masuk dalam kategori baik dalam menjalankan prinsip Universal Precaution. Tingkat
18 67 kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (gaun, pelindung mata, pelindung wajah) masih rendah. Hasil dalam penelitian ini sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Georgios Efstathiou, (2011) tentang kepatuhan perawat terhadap penggunaan alat pelindung diri untuk pencegahan penularan patogen di Amerika Serikat, yang menemukan hanya 9,1% responden yang patuh terhadap penggunaan alat pelindung diri. Dalam penelitiannya, Georgios mengatakan bahwa sebagian dari respondennya kurang patuh karena tidak selalu menggunakan sarung tangan ketika berimplementasi kepada pasien, maupun masker dan pelindung tubuh hanya kadang-kadang mereka menggunakannya. Respondennya mengatakan bahwa mereka menggunakan cincin dan kuku palsu sehingga akan mengganggu jika menggunakan sarung tangan, merasa tidak nyaman menggunakan masker karena memiliki bau yang mengerikan, serta dalam penggunaan gaun pelindung tubuh mereka mengatakan akan mengganggu ketangkasan dan keterampilan mereka dalam bekerja. Peneliti mengaitkan tentang kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor berdasarkan Standard Precautions Clinical Governance, Penggunaan SPO di suatu Rumah Sakit, dapat mencegah
19 68 kontaminasi (orang ke orang atau benda yang terkontaminasi ke orang) baik itu resiko penularan patogen melalui darah dan droplet. Selain prosedur tetap yang diterapkan di rumah sakit harus dipatuhi, sikap, ketekunan dan kesadaran perawat turut memberi sumbangsih terhadap kepatuhan penggunaan APD dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sesuai dengan teori kepatuhan perawat menurut Setiadi, 2007 bahwa kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang dilakukan atau ditaati. Akan tetapi perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan bila ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul perilaku ketidakpatuhan. Perilaku kepatuhan ini akan optimal jika perawat itu sendiri mengganggap perilaku ini bernilai positif yang akan diintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan.
BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta
1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru), merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Healthcare Acquired Infections (HAIs) merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang tidak didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia cukup tinggi. Mengingat kasus nosokomial infeksi menunjukkan angka yang cukup tinggi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Tempat Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Umbu Rara Meha Waingapu yang terletak di jalan Adam Malik No. 54 Kelurahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang semakin kompleks membawa banyak perubahan di berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa ini, bidang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Gambar 4.1.1 Peta letak demografi RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga Kondisi geografis daerah Ngawen Salatiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Universal precaution (kewaspadaan standar) merupakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immune Deficiency Virus), relatif mudah menular dan mematikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan umum (universal precaution) merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit yang oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan sejak tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah sakit Islam Kendal adalah rumah sakit swasta yang dikelola oleh amal usaha muhammadiyah. Rumah sakit tipe C yang sudah terakreditasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan rumah sakit adalah lingkungan yang mengandung berbagai dampak negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang mana dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petugas kesehatan yang paling sering berinteraksi dan paling lama kontak dengan pasien dalam memberikan asuhan salah satunya adalah perawat (Nursalam, 2011). Perawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi
Lebih terperinciPANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA
PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA A. LATAR BELAKANG Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia cukup tinggi. Kasus infeksi nosokomial menunjukkan angka yang cukup tinggi. Tingginya
Lebih terperincimaupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi di rumah sakit merupakan masalah yang cukup besar pada pelayanan kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem pelayanan kesehatan
Lebih terperinciUNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi
UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap
Lebih terperinciGAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan berisiko tinggi terinfeksi penyakit yang dapat mengancam keselamatannya saat bekerja. Menurut catatan World Health Organization (WHO) tahun 2004 didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas tentang: latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Di jaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman
BAB I PENDAHULIAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis, kuman yang berukuran satu sampai lima micrometer, penyebarannya lewat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan di antaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju bahkan telah menggeser paradigma quality kearah paradigma quality
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara maju bahkan telah menggeser paradigma
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga
Lebih terperinciBAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Visi Indonesia sehat merupakan pandangan dalam mencapai derajat kesehatan bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari kemungkinan untuk mengalami kecelakan dalam pekerjaannya. Perilaku dan kesadaran yang baik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perkembangan keperawatan berubah seiring dengan perubahan zaman. Pada zaman dahulu keperawatan masih menggunakan naluri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroba atau mikroorganisme terdapat hampir di semua tempat. Mikroba terdapat di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran pernafasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah penderita asma yang sedang menjalankan pengobatan dan pengontrolan di Instalasi Rawat Jalan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya tidak hanya dari segi jenis dan macam penyakit yang harus memperoleh perhatian dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinciISNANIAR BP PEMBIMBING I:
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.
51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga Sejarah berdirnya Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga pada tahun 1934 dengan nama RSTP Ngawen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang mempengaruhi kerja daya imun tetapi tidak disertai gejala klinik (Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan meningkatnya persaingan global dan produktifitas ekonomi, manusia dituntut untuk terus berkarya dan meningkatkan potensinya. Setiap pekerja memiliki hak untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan yang cukup kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit merupakan institusi pelayanan
Lebih terperinciLAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA
LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA DISUSUN OLEH TIM PPI RS SYAFIRA Jl. JenderalSudirman No. 134 Pekanbaru Telp. (0761) 3061000 Fax : (0761) 41887 Email :cso@rssyafira.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah. penelitian kuantitatif dengan tipe pendekatan model observasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian kuantitatif dengan tipe pendekatan model observasi noneksperimental yaitu penelitian
Lebih terperinciPERSEPSI TERHADAP APD
A. Data Responden 1. Umur :... tahun 2. Pendidikan : D1 D3 S1 3. Lama Bekerja : < 1 thn 1 5 thn > 5 thn 4. Status Kerja : Karyawan Tetap Karyawan Kontrak B. Pernyataan Untuk Aspek pengetahuan Petunjuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010, rumah sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional, pusat terapi dan diagnosis yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi melalui tenaga medis professional yang teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit perlu mendapat perhatian serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses pelayanan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Karakteristik responden berdasarkan umur dari mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Universal precautions merupakan pedoman pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh seluruh petugas pelayanan kesehatan terhadap semua pasien, pada setiap tindakan
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN
99 Lampiran 1 No. Kode : LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Judul penelitian : Hubungan antar pengetahuan perawat tentang kewaspadaan universal dengan rotasi perawat ke ruang isolasi di RSUD Cengkareng. Peneliti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini umumnya menyerang pada paru, tetapi juga dapat menyerang bagian
Lebih terperincipromotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif (pembinaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan pada hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan Juli tahun 2016 di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit (RS) merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat di lingkungannya. Kesehatan dan keselamatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi
Lebih terperinciLaboratorium 7 orang petugas, dan Instalasi Gizi 11 orang petugas. Setiap
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu Rumah Sakit Umum milik yayasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia Rumah Sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna, dan berhasil guna dengan mengutamakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
54 BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hasil penelitian pada setiap variabel yang sudah direncanakan. Proses pengambilan data dilakukan di RSUD Tidar kota Magelang dari 30 Desember 2015 sampai 7 Januari
Lebih terperinciFAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG PROVINSI BANTEN.
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG PROVINSI BANTEN. Dwi Agung Riyanto* : dwi.riyanto0545@gmail.com ABSTRAK Perawat merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia dengan 9% (variasi 3-
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia dengan 9% (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke arah yang lebih baik di Indonesia, mempengaruhi pergeseran pola penyakit yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) Nama Rumah Sakit Alamat Rumah Sakit Nama Pembimbing Tanggal Bimbingan : : : : STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN PROGRAM KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI
Lebih terperincinosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai penyakit diantaranya adalah penyakit infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat. Masyarakat yang
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent)
LAMPIRAN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia tentang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus September 24 dengan jumlah sampel yang ada di Poli TB MDR sebanyak 6 pasien, namun dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945
10 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinciPANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan
103 Lampiran 1 PANDUAN WAWANCARA Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan A. Data Karakteristik Informan Petunjuk Pengisian:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, karena akan menambah masa perawatan pasien di rumah sakit sekaligus akan memperberat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 23
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien, keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka rumah sakit dituntut untuk melaksanakan pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan
Lebih terperinci