RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012"

Transkripsi

1

2

3 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF LAKIP Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan kinerja yang dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan selama tahun Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), BKP juga ditetapkan secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP yang diketuai oleh Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian. DKP yang dibentuk diarahkan untuk memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu. Berdasarkan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan edisi revisi Juni 2011, Visi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian: menjadi institusi yang handal, inovatif, dan aspiratif dalam pemantapan ketahanan pangan. Untuk mencapai visi tersebut, maka disusun misi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian: (1) Peningkatan kualitas pengkajian dan perumusan kebijakan pembangunan ketahanan pangan; (2) Pengembangan dan pemantapan ketahanan pangan masyarakat, daerah, dan nasional; (3) Pengembangan kemampuan kelembagaan ketahanan pangan daerah; dan (4) Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan, pengembangan ketahanan pangan, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaannya. Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2012 sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan dicapai pada tahun 2012 sebagai berikut : (1) Penurunan penduduk rawan pangan per tahun sebesar 1 %; (2) Skor PPH Peningkatan Diversifikasai Pangan sebesar 89,6; (3) Penurunan konsumsi beras per kapita tiap tahun sebesar 1,5 %; dan (4) Lembaga Distribusi dan Lumbung Pangan dalam Pengembangan Stabilisasi Pangan Pokok sebanyak gapoktan dan lumbung pangan. Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Untuk mencapai sasaran dan indikator tersebut, Badan Ketahanan Pangan melaksanakan satu program yaitu : Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Secara i Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

4 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 umum kegiatan aksi program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat, dampaknya hanya berhasil pada wilayah/kelompok sasaran, belum berdampak secara nasional. Upaya mewujudkan diversifikasi pangan terkait erat dengan perilaku masyarakat/manusia. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkan diversifikasi pangan pada tahun 2012 adalah : (1) pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunnya daya beli masyarakat yang lebih disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan; (2) konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat walaupun konsumsi beras per kapita cenderung turun; (3) penggunaan teknologi pengolahan pangan non beras atau pangan lokal masih rendah; (4) kampanye dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (5) beras sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah; (6) kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi pangan sumber karbohidrat, serta masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbiumbian, aneka kacang, serta sayur dan buah; (7) terdapatnya konsep makan yang salah dalam masyarakat belum makan kalau belum makan nasi ; (8) pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu masih rendah; dan (9) bencana alam dan perubahan iklim yang sangat ekstrim. Terpaut dengan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam kinerja pembangunan ketahanan pangan tahun 2012, maka dalam upaya peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan ke depan diperlukan berbagai perbaikan dan inovasi dengan pendekatan antara lain: 1) membangun dukungan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan dalam upaya perwujudan ketahanan pangan; 2) meningkatkan peranan eksekutif dan legislatif dalam penentuan kebijakan ketahanan pangan wilayah, serta peningkatan pemahaman daerah dalam pembangunan ketahanan pangan melalui sosialisasi, seminar/workshop, advokasi, pemanfaatan multi media yang tersedia, penyebaran bahan informasi berupa booklet dan leaflet yang praktis tentang ketahanan pangan, dan lainnya; 3) meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM Aparat, dengan: pendidikan, pelatihan, dan pengembangan jejaring kerja melalui akses informasi ketahanan pangan khususnya dalam pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan; 4) menyelaraskan kebijakan pembangunan ketahanan pangan pusat dan daerah melalui berbagai upaya pemberdayaan masyarakat; 5) Mengembangkan sistem kordinasi dan pembinaan dalam pemupukan cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat yang bersifat pokok sesuai pola pangan setempat, guna mengantisipasi terjadinya kasus rawan pangan kronis dan transien, serta mendukung stabilisasi harga pangan pokok; 6) Meningkatkan ii Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

5 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 sosialisasi, advokasi, dan pembinaan bagi daerah dalam mengimplementasikan berbagai peraturan dan pedoman ketahanan pangan yang disusun di pusat. Dalam mencapai target program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat, Badan Ketahanan Pangan perlu dukungan dari instansi lain baik lintas sektor maupun lingkup Kementerian Pertanian. Dukungan tersebut adalah: (1) peningkatan produksi tanaman khusus tanaman pangan selain padi; (2) peningkatan produksi dan budidaya hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan; (3) pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras dan terigu; (4) pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan; (5) teknologi tepat guna dalam optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan; serta (6) penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan hortikultura. iii Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

6 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN Hal i iv v vi vii BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi 3 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 6 A. Perencanaan Kinerja 6 B. Penetapan Kinerja 14 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 15 A. Hasil Pengukuran Kinerja 15 B. Pengukuran Kinerja 16 C. Akuntabilitas Keuangan 38 BAB IV. PENUTUP 43 A. Tinjauan Utama 43 B. Permasalahan, Kendala Utama, dan Upaya Perbaikan 44 iv Badan Ketahanan Pangan kkementerian Pertanian

7 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 DAFTAR TABEL Tabel 1. Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011 Tabel III.1. Pengukuran Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011 Tabel III.2. Pengukuran Pencapaian Sasaran Meningkatnya Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan Segar Tahun 2011 Tabel III.3 Kumulatif Jumlah Lokasi Kegiatan P2KPG/P2KP Tahun Tabel III.4. Pengukuran Pencapaian Sasaran Meningkatnya Kemampuan Kelembagaan Distribusi dan Cadangan Pangan serta Stabilitas Harga Pangan Tabel III.5. Perbandingan Kegiatan Utama Penguatan LDPM Tahun 2010 dan 2011 Tabel III.6. Penyebaran Gapoktan dan jumlah bansos yang dialokasikan dan yang dicairkan untuk kegiatan Penguatan LDPM Tahun 2011 Tabel III.7. Perbandingan Kegiatan Panel Harga dan Pasokan Pangan Tahun 2010 dan 2011 Tabel III.8. Pengukuran Pencapaian Sasaran Meningkatnya Kualitas Analisis Ketersediaan dan Akses Pangan, dan Penanganan Rawan Pangan Tahun 2011 Tabel III.9. Perkembangan Jumlah Lokasi dan Anggota Pengembangan Demapan Tahun Tabel III.10. Perbandingan Alokasi Anggaran Lingkup BKP pada TA dan 2011 Tabel III.11. Alokasi Anggaran Berdasarkan Jenis Pendanaan pada TA. 2011(dalam Rp. 000) Tabel III.12. Realisasi Penyerapan dan Sisa Anggaran BKP Pusat dan Daerah pada TA.2011 Tabel III.13. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan per Kegiatan Utama Tahun 2011 iv Badan Ketahanan Pangan kkementerian Pertanian

8 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Selain itu, ketahanan pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkait dengan hal tersebut, ketahanan pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan satu komponen bangsa, tapi harus melibatkan seluruh komponen bangsa, baik pemerintah maupun masyarakat, harus bersama-sama membangunan ketahanan pangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang merumuskan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, halal, merata, dan terjangkau dan ketahanan pangan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang Pangan tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk diimplementasikan dalam keputusan Pimpinan Pemerintah. Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan: (1) Ketersediaan pangan yang cukup dan merata; (2) Keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien; serta (3) Konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Ketiga komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga, dengan: (1) Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan; (2) Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan; (3) Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehingga menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (4) Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam; serta 1 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

9 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 (5) Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok. Upaya untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan tersebut, kemudian dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP). Guna mengetahui perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan tersebut selama tahun 2012, disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BKP Tahun A.1. Landasan Hukum Pembentukan Badan Ketahanan Pangan (BKP) sebagai salah satu unit kerja setingkat Eselon I dalam struktur organisasi Kementerian Pertanian, ditetapkan dalam : Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, yang menetapkan tugas Badan Ketahanan Pangan yaitu: "Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan ketahanan pangan". Disamping itu, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006, bahwa BKP juga secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) didasarkan pada : a) Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999, tanggal 15 Juni 1999 dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi, serta kewenangan pengelolaan sumberdaya dan kebijaksanaan yang dipercayakan berdasarkan perencanaan stratejik yang telah dirumuskan; b) Pertauran Pemerintah No 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; c) Peraturan Menteri Pertanian No. 31 Tahun 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian. 2 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

10 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 A.2. Maksud dan Tujuan Laporan Akuntabilitas Pemerintah (LAKIP) tahun 2012 disusun sebagai pertanggungjawaban kinerja Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian kepada Menteri Pertanian selaku pimpinan tertinggi kementerian. Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi kewajiban Badan Ketahanan Pangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2012 dan digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan LAKIP pada tingkat kementerian. A.3. Sistematika Penyusunan LAKIP 2011 Sistematika penyusunan LAKIP berdasarkan format yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB) No. 29 tahun 2010 yaitu tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja (PK) dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Tugas BKP berdasarkan Permentan Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 yaitu: "Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan ketahanan pangan". Dalam melaksanakan tugasnya, BKP menyelenggarakan fungsi: 1. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan; 2. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan distribusi pangan dan cadangan pangan; 3. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan pola konsumsi dan penganekaragaman pangan; 4. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pengawasan keamanan pangan segar; serta 5. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan. 3 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

11 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Mengingat luasnya substansi dan banyaknya pelaku yang berperan dalam pembangunan ketahanan pangan, maka sangat diperlukan kerjasama yang sinergis dan terarah antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dan kegiatan berbagai subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasi kebijakan dan program, serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan (DKP) yang bertugas merumuskan kebijakan serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui Keppres Nomor 132 Tahun 2001 yang disempurnakan dengan Perpres Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), menetapkan BKP secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP yang diketuai oleh Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian. BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Menteri Pertanian selaku Ketua Harian DKP dalam membantu Presiden RI untuk: (1) Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; dan (2) Melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Tugas Dewan meliputi kegiatan di bidang: penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, BKP didukung oleh empat Eselon II dengan struktur organisasi, yaitu: 1. Sekretariat Badan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan. 2. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan. 3. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan distribusi pangan. 4 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

12 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan konsumsi dan keamanan pangan. 5 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

13 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategik Mengingat pada tahun 2012 telah terjadi beberapa perubahan kebijakan, target dan sasaran pembangunan pertanian, maka Badan Ketahanan Pangan juga melaksanakan perubahan Renstra yang disesuaikan dengan Permentan No. 83.1/Permentan/RC.110/12/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pada tahun 2012, Badan Ketahanan Pangan disusun dengan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan kegiatan sebagai berikut : 1. Visi Mengacu visi, arah, dan kebijakan pembangunan pertanian, maka Visi BKP Kementerian Pertanian tahun menjadi institusi yang handal, aspiratif, dan inovatif dalam pemantapan ketahanan pangan. Handal berarti mampu mengerjakan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban dengan penuh tanggung jawab berdasarkan pada target sasaran yang telah ditetapkan. Aspiratif berarti mempu menerima dan mengevaluasi kembali atas saran, kritik, dan kebutuhan masyarakat. Inovatif berarti mampu mengikuti perkembangan informasi dan teknologi yang terbaru. Pemantapan Ketahanan Pangan adalah upaya mewujudkan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. 2. Misi Untuk mencapai visi tersebut, maka disusun Misi BKP Kementerian Pertanian dalam tahun sebagai berikut : 6 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

14 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 a. Peningkatan kualitas pengkajian dan perumusan kebijakan pembangunan ketahanan pangan; b. Pengembangan dan pemantapan ketahanan pangan masyarakat, daerah, dan nasional; c. Pengembangan kemampuan kelembagaan ketahanan pangan daerah; d. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan, pengembangan ketahanan pangan, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaannya. 3. Tujuan Seiring visi dan misi serta memperhatikan perkembangan masalah, tantangan, potensi, dan peluang, disusun tujuan pembangunan ketahanan pangan Tahun , memberdayakan masyarakat agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang dikuasainya untuk mewujudkan ketahanan pangan secara berkelanjutan, dengan cara : a. Meningkatkan ketersediaan dan cadangan pangan dengan mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya/dikuasainya secara berkelanjutan; b. Membangun kesiapan dalam mengantisipasi dan menanggulangi kerawanan pangan; c. Mengembangkan sistem distribusi, harga, dan cadangan pangan untuk memelihara stabilitas pasokan dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat; d. Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman guna meningkatkan kualitas SDM dan penurunan konsumsi beras perkapita; e. Mengembangkan sistem penanganan keamanan pangan segar. 4. Sasaran Strategis Berdasarkan visi, misi, dan tujuan strategis Badan Ketahanan Pangan, disusunlah sasaran stategis Badan Ketahanan Pangan tahun 2012 yang hendak dicapai, terdiri dari: 7 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

15 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 a. Ketersediaan energi per kapita dipertahankan minimal kilokalori/hari dan penyediaan protein per kapita minimal 57 gram/hari; b. Jumlah penduduk rawan pangan berkurang minimal 1% setiap tahun; c. Jumlah konsumsi pangan per kapita untuk memenuhi kecukupan energi minimal kilokalori/hari dan protein minimal sebesar 52 gram/hari; d. Konsumsi beras per tahun menurun sebesar 1,5% per tahun yang diimbangi dengan kenaikan konsumsi umbi-umbian dan sumber protein hewani, buah-buahan dan sayuran, sehingga terjadi peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat yang diindikasikan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2014 sebesar 93,3; e. Terpantaunya distribusi pangan yang lancar sehingga dapat menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan yang terjangkau oleh masyarakat; f. Tersedianya cadangan pangan pemerintah provinsi di 17 provinsi dan cadangan pangan pemerintah kabupaten/kota di 100 kabupaten/kota, serta berkembangnya lumbung pangan masyarakat di desa. g. Meningkatnya pengawasan keamanan pangan segar melalui peran dan partisipasi masyarakat; h. Meningkatnya efektifitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan. 5. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran strategis ketahanan pangan tahun 2012 tersebut, ditempuh melalui strategi, kebijakan, program, kegiatan yang masih mengacu pada tahun sebelumnya sebagai berikut: 5.1. Strategi Strategi yang akan ditempuh Badan Ketahanan Pangan yaitu : a. Melaksanakan koordinasi secara sinergis dalam penyusunan kebijakan ketersediaan, distribusi, konsumsi pangan, dan keamanan pangan segar; b. Mendorong pengembangan cadangan pangan, sistem distribusi pangan, penganekaragaman konsumsi dan pengawasan keamanan pangan segar; 8 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

16 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 c. Mendorong peran serta swasta, masyarakat umum, dan kelembagaan masyarakat lainnya dalam ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan pengawasan keamanan pangan segar; d. Menyelenggarakan program aksi pemberdayaan masyarakat dalam memecahkan permasalahan ketahanan masyarakat; e. Mendorong sinkronisasi pembiayaan program aksi antara APBN, APBD dan dana masyarakat; f. Memecahkan permasalahan strategis ketahanan pangan melalui koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Implemantasi dari Strategi Badan Ketahanan Pangan tahun tersebut, dilaksanakan melalui : a. Pemantapan ketersediaan pangan, penanganan kerawanan dan akses pangan; b. Pemantapan system distribusi, stabilisasi harga dan cadangan pangan; c. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman; d. Penajaman keamanan pangan segar; dan e. Penguatan kelembagaan dan manajemen ketahanan pangan pemerintah dan masyarakat. Langkah operasional yang ditempuh dalam mengakomodasi strategi diatas adalah sebagai berikut : a. Pemantapan ketersediaan pangan, penanganan kerawanan pangan dan akses pangan, melalui : (a) Mendorong kemandirian pangan melalui swasembada pangan untuk komoditas strategis (beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi); (b) Meningkatkan keragaman produksi pangan berdasarkan potensi sumberdaya lokal/wilayah; (c) Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); (d) Memberdayakan masyarakat di daerah rawn pangan; dan (e) Meningkatkan akses pangan di tingkat wilayah dan rumahtangga. 9 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

17 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 b. Pemantapan distribusi, stabilisasi harga dan cadangan pangan, melalui : (a) Mendorong pembentukan cadangan pangan pokok pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota, desa) dan cadangan pangan masyarakat; (b) Mengembangkan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (penguatan LDPM) di daerah sentra produksi padi dan jagung; dan (c) Memantau stabilisasi pasokan dan harga komoditas pangan serta daya beli masyarakat. c. Percepatan penganekaragaman konsumsi beragam, bergizi seimbang dan aman, melalui : (a) Sosialisasi, promosi dan edukasi budaya pangan beragam, bergizi seimbang dan aman; (b) Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan; (c) Menumbuhkan dan mengembangkan industry pangan berbasis tepung-tepungan berbahan baku lokal (non beras, non terigu); (d) Melakukan kemitraan dengan perguruan tinggi, asosiasi, dan lembaga swadaya masyarakat; dan (e) Pengawasan keamanan pangan segar. d. Penguatan kelembagaan dan manajemen ketahanan pangan, dilakukan melalui : (a) Koordinasi program pembangunan ketahanan pangan lintas sector; (b) Peningkatan motivasi dan partisipasi masyarakat; (c) Koordinasi evaluasi dan pengendalian pencapaian kondisi ketahanan pangan; (d) Peningkatan pelayanan perkantoran dan perlengkapan terhadap program diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat; (e) Pengembangan pemberdayaan masyarakat ketahanan pangan; dan (f) Efektivitas peran dan fungsi Dewan Ketahanan Pangan. Untuk menopang berbagai strategi tersebut, diperlukan strategi penunjang yang tidak terlepas dari Tugas Pokok dan Fungsi BKP, yaitu sebagai berikut: a. Melaksanakan manajemen pembangunan ketahanan pangan yang profesional, bersih, peduli, transparan, dan bebas KKN. b. Meningkatkan koordinasi perencanaan ketahanan pangan. c. Merumuskan produk hukum bidang ketahanan pangan yg berpihak kepada petani. d. Membangun sistem evaluasi dan pengendalian pembangunan ketahanan pangan yang efektif. e. Meningkatkan kemampuan SDM aparatur dalam penanganan ketahanan pangan. 10 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

18 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Kebijakan Kebijakan yang berkaitan dengan ketahanan pangan yang bersifat umum dan strategis tidak sepenuhnya berada dalam kewenangan BKP, tetapi menyebar di berbagai subsektor lingkup Kementerian Pertanian dan instansi terkait lainnya. Beberapa kebijakan yang berada dalam kewenangan dan penanganan dari BKP antara lain: a. Peningkatan ketersediaan, penanganan kerawanan pangan dan akses pangan, diarahkan untuk: (i) Meningkatkan dan menjamin kelangsungan produksi dalam negeri menuju kemandirian pangan; (ii) Mencegah dan menanggulangi kondisi rawan pangan secara dinamis; (iii) Mengembangkan koordinasi sinergis lintas ektor dalam pengelolaan ketersediaan pangan, peningkatan akses pangan dan penanganan kerawanan pangan. b. Peningkatan sistem distribusi, stabilitasi harga dan cadangan pangan, kebijakannya diarahkan untuk : (i) Mengembangkan sistem distribusi pangan yang efektif dan efisien untuk menjamin stabilitas pasokan dan harga pangan; (ii) Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat secara sinergis dan partisipatif; (iii) Mengembangkan koordinasi sinergis lintas sektor dalam pengelolaan distribusi, harga dan cadangan pangan; dan (iv) Meningkatkan peranserta kelembagaan masyarakat dalam kelancaran distribusi, kestabilan harga dan cadangan pangan. c. Peningkatan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan keamanan pangan, antara lain: (i) Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal; (ii) Mengembangkan teknoogi pengolahan pangan, terutama pangan lokal non beras dan non terigu, guna meningkatkan nilai tambah dan nilai sosial; (iii) Meningkatkan pengawasan keamanan pangan segar; dan (iv) Mengembangkan koordinasi sinergis lintas sek tor dalam pengelolaan konsumsi dan keamanan pangan. d. Peningkatan peran Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, antara lain: (i) Mendorong koordinasi program ketahanan pangan lintas sektor dan lintas daerah; (ii) Meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat bersama pemerintah dalam 11 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

19 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 rangka memantapkan ketahanan pangan; (iii) Meningkatkan peranan kelembagaan formal dan informal dalam pelaksanaan ketahanan pangan. Dalam pelaksanaan implementasi kebijakan-kebijakan tersebut, diperlukan dukungan kebijakan, antara lain : (i) Peningkatan dukungan penelitian dan pengembangan pangan; (ii) Peningkatan kerjasama internasional; (iii) Peningkatan pemberdayaan dan peranserta masyarakat; (iv) Penguatan kelembagaan dan koordinasi ketahanan pangan; serta (v) Dorongan terciptanya kebijakan makro ekonomi dan perdagangan yang kondusif bagi ketahanan pangan. 6. Program Berbagai strategi dan kebijakan sebagai upaya untuk mencapai sasaran strategis ketahanan pangan tahun 2012, dioperasionalkan melalui penyelenggaraan berbagai program pembangunan pertanian yang mengacu pada program pembangunan tahun yaitu Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat, sasaran (outcome) yang hendak dicapai dalam program tersebut adalah meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan keamanan pangan segar serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan. Adapun indikator sasaran program (outcome) yaitu: (1) Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1 (satu) persen per tahun; (2) Peningkatan diversifikasi/ penganekaragaman konsumsi pangan dengan pencapaian skor PPH menjadi 93,3 untuk tahun 2014; (3) Penurunan konsumsi beras per kapita tiap tahun sebesar 1,5 persen; serta (4) Pengembangan lembaga distribusi masyarakat pada tahun 2014 menjadi gapoktan, lumbung dan 17 cadangan pangan pemerintah (propinsi) untuk menjaga kestabilan pangan pokok. Program tersebut dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan utama yaitu : a. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, sasaran yang hendak dicapai yaitu meningkatnya kemampuan kelembagaan distribusi dan cadangan pangan serta stabilitas harga pangan. 12 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

20 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 b. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan, sasaran yang hendak dicapai yaitu meningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan, serta penanganan rawan pangan. c. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar, sasaran yang hendak dicapai yaitu meningkatnya penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan segar. d. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan, dengan sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pelayanan administrasi dan manajemen terhadap penyelenggaran ketahanan pangan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: (a) Pengelolaan gaji, honorarium, dan tunjangan, untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam melaksanakan berbagai kegiatan; (b) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran, untuk menunjang pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan; dan (c) Pelayanan Publik atau Birokrasi, yang diarahkan untuk mendukung perencanaan, pemantauan, evaluasi, dan kerjasama dalam penyelenggaraan ketahanan pangan. Namun demikian, kegiatan ini tidak dicantumkan dalam laporan ini karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh setiap instansi, sehingga dianggap tidak dapat mewakili kinerja Badan Ketahanan Pangan. 7. Rencana Kinerja Tahun 2012 Rencana kinerja yang direncanakan pada tahun 2012 merupakan implementasi rencana jangka menengah ke dalam rencana kerja jangka pendek, yang mencakup tujuan dan sasaran kegiatan beserta indikator kinerja. Sasaran Kinerja Tahun 2012 berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Badan Ketahanan Pangan adalah meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan, dengan indikator kinerjanya sebagai berikut : a. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan per tahun sebesar 1, 5 %; b. Menurunnya jumlah penduduk yang mengkonsumsi pangan per kapita per tahun sebesar 1 %; 13 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

21 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 c. Meningkatnya skor PPH pada tahun 2012 menjadi 89,6. d. Berkembangnya Lembaga Distribusi dan Lumbung Pangan dalam Pengembangan Stabilisasi Pangan Pokok sebanyak Gapoktan dan Lumbung Pangan. B. PENETAPAN KINERJA Sebagai tindaklanjut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2012 sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan dicapai pada tahun 2012 sebagai berikut : Tabel 1. Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 Unit Organisasi Eselon I : Badan Ketahanan Pangan Tahun Anggaran : 2012 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan 1. Penurunan penduduk rawan pangan per tahun 2. Skor PPH Peningkatan Diversifikasi Pangan 3. Penurunan Konsumsi Beras per kapita tiap tahun 4. Lembaga Distribusi dan Lumbung Pangan dalam Pengembangan Stabilisasi Pangan Pokok 1 % 89,6 1,5 % Gap, LP Jumlah Anggaran : Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat : Rp. Rp ,00 14 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

22 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Hasil Pengukuran Kinerja Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian pada tahun 2012, telah ditetapkan 1 (satu) sasaran Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat BKP dan 4 (empat) sasaran Kegiatan utama Eselon II yang akan dicapai kelima sasaran tersebut yaitu: (1) meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan; (2) Meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan; (3) Meningkatnya pemantapan distribusi dan harga pangan; (4) Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan; (5) Meningkatnya manajemen dan pelayanan administrasi dan keuangan secara efektif dan efisien dalam mendukung pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan. Masing-masing sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan indicator kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel berikut : 15 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

23 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Tabel. Pengukuran Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 No. Sasaran 1. Meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan Indikator Kinerja Uraian Target Capaian Keterangan a.penurunan penduduk rawan pangan per tahun 1 % 2,01 % Tahun 2011 = (17,41 %) Tahun 2012 = (19,42 %) (Triwulan II) b.skor Pola Pangan Harapan (PPH) 89,8 75,4 83,9 persen c.penurunan konsumsi beras per tahun 1,5 % 5,05 % Tahun 2011 = 102,8 kg/kap/tahun Tahun 2012 = 97,6 kg/kap/tahun d. Pengembangan lembaga distribusi stabilisasi pangan Gap LP Gap LP 98.66% 99,71 Sumber data penurunan penduduk rawan pangan : BPS tahun , diolah BKP Kementerian Pertanian. B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012 Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa sasaran dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait untuk mencapai sasaran tersebut. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2012 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dapat dijelaskan sebagai berikut : B.1. Penurunan Penduduk Rawan Pangan Kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan pangan yang ditinjau dalam dua dimensi: (a) kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat; serta (b) jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka panjang dan transien untuk jangka pendek/fluktuasi. Tingkat kedalaman kerawanan pangan ditunjukkan dengan indikator kecukupan konsumsi kalori per kapita per hari dengan nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Jika konsumsi per kapita: kurang atau lebih kecil dari 70 persen dari AKG dikategorikan sangat rawan pangan, 70 hingga 90 persen dari AKG dikategorikan rawan pangan, dan lebih dari 90 persen dari AKG termasuk kategori tahan pangan. 16 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

24 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Menurunnya jumlah penduduk miskin di Indonesia periode , belum memberikan indikasi penurunan jumlah penduduk yang rentan terhadap rawan pangan, seperti tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Rawan Pangan Tahun Rincian Pertumbuhan (%/Tahun) 1.Jumlah penduduk (Juta Jiwa) 231,4 237,6 na 2.Jumlah Penduduk Miskin (Juta Jiwa) 32,53 31,02 30,02 (3,93) 3.Jumlah Penduduk Sangat Rawan Pangan a) : a. Jumlah (juta Jiwa) b. Persentase 4.Jumlah Penduduk Rawan b) : a. Jumlah (juta Jiwa) b. Persentase 5.Jumlah Penduduk Tahan Pangan c) : a. Jumlah (juta Jiwa) b. Persentase 33,29 14,47 61,57 27,46 35,71 15,34 72,44 31,12 42,08 17,41 78,49 32,48 123,96 53,90 124,61 53,53 121,01 50,10 Sumber data: BPS tahun , diolah BKP Kementerian Pertanian. Catatan: (a) Konsumsi kalori perkapita perhari kurang < 70% dari AKG; (b) Konsumsi kalori perkapita perhari 70-90% dari AKG; dan (c) Kosumsi kalori perkapita perhari > 90% dari AKG. 12,55 9,75 13,00 8,85 (1,18) (3,55) Jumlah penduduk yang rawan pangan serta jumlah daerah rawan bencana masih cukup banyak, terutama pada berbagai daerah yang terisolir dan pada waktu-waktu tertentu terkena musim kering, musim ombak besar, dan sebagainya. Penduduk dan daerah yang rawan tersebut, perlu ditangani secara komprehensif sebagai upaya antisipasi timbulnya kasus kerawanan pangan. Jumlah penduduk : (a) sangat rawan pangan pada tahun 2009 sekitar 33,29 juta atau 14,47 persen, bertambah menjadi 35,71 juta atau 15,34 persen pada tahun 2010, pada tahun 2011 bertambah menjadi 42,08 juta atau 17,41 persen; (b) rawan pangan pada tahun 2009 mencapai 61,57 juta atau 27,46 persen, bertambah menjadi 72,44 juta atau 31,12 persen pada tahun 2010, dan bertambah lagi menjadi 78,48 juta atau 32,48 persen pada tahun 2009; serta (c) tahan pangan pada tahun 2009 sebanyak 123,96 juta atau 53,90 persen, bertambah menjadi 124,61 juta atau 53,53 persen pada tahun 2010, tetapi pada tahun 2011 berkurang menjadi 121,01 juta atau 50,10 persen. Hal ini 17 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

25 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 menunjukkan adanya pergeseran dari jumlah penduduk yang tahan pangan menjadi tidak tahan pangan. Kalau dibandingkan antara jumlah penduduk miskin dan penduduk rawan pangan dari data tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, menunjukkan terdapat trend yang berbanding terbalik. Dari tahun 2009 sampai dengan 2011 menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun. Sedangkan peduduk rawan pangan justru mengalami peningkatan, hal ini perlu mendapat penjelasan secara lebih mendalam dan tindak lanjut yang lebih serius. Kenaikan tersebut disebabkan oleh : pendapatan masyarakat dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum masih rendah, pola konsumsi pangan yang tidak seimbang, bencana alam. Secara teknis penyebabnya adalah : (a) pelaksanaan SKPG belum berjalan secara optimal dan hasil deteksi dini dari SKPG kurang ditindaklanjuti; (b) belum semua Provinsi dan Kabupaten melakukan penyusunan juklak dan juknis; (c) belum terbentuk Tim Investigasi di beberapa daerah; dan (d) Tingginya tingkat mutasi aparat sehingga petugas sering berganti yang mempengaruhi proses administrasi. Program dan kegiatan yang dikelola oleh Badan Ketahanan Pangan dalam rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu penanganan daerah rawan pangan dan pengembangan Desa Mandiri Pangan. Kedua kegiatan tersebut secara nasional belum mampu memberikan dampak secara signifikan karena target kegiatan penanganan daerah rawan pangan pada tahun 2012 sebanyak 410 kabupaten/kota sedangkan yang merealisasikan sebanyak 143 kab/kota atau 35 %. Sedangkan kegiatan pengembangan desa mandiri pangan pada tahun 2012 ditargetkan sebanyak 398 desa. Hasil kajian dampak kegiatan Desa Mandiri Pangan (pelaksanaan tahun 2006, 2007 dan 2008) terhadap penurunan angka kemiskinan yang dilakukan Badan Ketahanan Pangan bekerjasama dengan PSEKP Badan Litbang Pertanian di 19 provinsi (Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Kep. Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Maluku) dapat memberikan dampak pengurangan angka kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan pada tingkat kelompok sasaran. 18 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

26 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Tabel 2. Dinamika Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Demapan menurut Wilayah di Indonesia, Awal Program dan tahun 2012 No Wilayah/Uraian Anggota KA Bukan Anggota KA Awal Program Jawa Sangat Miskin (%) Miskin (%) Kurang Sejahtera (%) Sejahtera (%) Luar Jawa Sangat Miskin (%) Miskin (%) Kurang Sejahtera (%) Sejahtera (%) Indonesia Sangat Miskin (%) Miskin (%) Kurang Sejahtera (%) Sejahtera (%) Kalau dibandingkan keluarga miskin yang paling banyak terdapat di luar pulau Jawa, baik anggota kelompok afinitas maupun yang bukan anggota kelompok afinitas. Di luar pulau Jawa baik pada awal menerima program sampai tahun 2012 paling banyak adalah keluarga miskin dan persentasenya mengalami perubahan menjadi keluarga kurang sejahtera, yaitu dari 61.53% keluarga miskin turun menjadi 42.15%, dan dari 17.30% keluarga kurang sejahtera naik menjadi 38.15%. Kondisi yang berbeda terjadi di pulau Jawa dimana keluarga yang paling banyak adalah keluarga kurang sejahtera yaitu 55.78% pada awal kegiatan turun menjadi 41.38% pada tahun Sementara keluarga sejahtera naik menjadi 32.07% tahun 2012 dari 2.07% pada saat baru menerima program. Dari hasil analisis dampak kegiatan Desa Mapan terhadap dinamika dan komparasi tingkat kemiskinan rumah tangga diperoleh informasi penting sebagai berikut: (1) Di Jawa dengan posisi awal tingkat kemiskinan yang lebih rendah, kegiatan Desa Mapan memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap peningkatan rumah tangga dengan katagori sejahtera, yaitu dari 2,07% menjadi 32,07%; (2) Di luar Jawa dengan 19 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

27 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 posisi awal tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, kegiatan Desa Mapan memberikan dampak positif yang relatif signifikan terhadap penurunan proporsi rumah tangga dengan katagori sangat miskin dan miskin, yang selanjutnya diikuti oleh peningkatan yang besar pada rumah tangga yang katagori kurang sejahtera dari 17,30% menjadi 38,15%; (3) Secara agregat nasional dapat disimpulkan telah terjadi penurunan rumah tangga miskin, dan pada saat bersamaan terjadi peningkatan tingkat kesejahteraan rumah tangga sejahtera dengan adanya program Desa Mapan. Secara nasional rumah tangga sangat miskin menurun dari 13,00% menjadi 4,89% dan rumah tangga sejahtera meningkat dari 1,15% menjadi 12,40% B.2. Skor Pola Pangan Harapan Per Tahun Pola konsumsi pangan yang ditunjukkan dengan Pola Pangan Harapan (PPH) pada tahun 2012 tidak sesuai dengan target, seperti dalam tabel 3. Meskipun secara agregat telah terjadi penurunan konsumsi beras, tetapi kurang diimbangi dengan kenaikan konsumsi protein hewani dan nabati, sayur dan buah; serta umbi-umbian sebagai pendongkrak skor PPH. Kendala lain adalah : pendapatan penduduk rendah yang berakibat pada daya beli masyarakat diprioritaskan pada pemenuhan karbohidrat; perubahan perilaku pola konsumsi masyarakat belum terlihat; serta koordinasi secara intens dalam menyosialisasikan tentang pola konsumsi yang seimbang masih tergantung pada pemerintah, kurang melibatkan dengan swasta. Tabel 3. PPH Tahun 2012 Triwulan I dibanding PPH Ideal Triwulan 1 PPH Ideal No Kelompok Pangan % Skor % Skor Gram Energi Gram Energi AKG PPH AKG PPH 1. Padi-padian 299, ,4 25,0 275, ,0 25,0 2. Umbi-umbian 30,6 40 2,6 1,0 100, ,0 2,5 3. Pangan hewani 91, ,4 16,5 150, ,0 24,0 4. Minyak dan lemak 23, ,2 5,0 20, ,0 5,0 5. Buah/biji berminyak 5,5 30 1,7 0,7 10,0 60 3,0 1,0 6. Kacang-kacangan 20,0 54 2,8 5,4 35, ,0 10,0 7. Gula 19,2 70 4,1 1,8 30, ,0 2,5 8. Sayur dan buah 199,1 80 4,2 20,0 250, ,0 30,0 9. Lain-lain 60,4 35 1, ,0 - Total , ,0 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Skor PPH 75,4 100,0

28 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Seperti pada tabel 4, bahwa perkembangan agregat konsumsi pangan menunjukkan penurunan, penurunan kuantitas konsumsi energi tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh penurunan konsumsi beras sebesar 5 % selama tahun (konsumsi tahun 2011 sebesar 281,71 gram/kap/hari atau 102,82 kg/kap/tahun menjadi 267,49 gram/kap/hari atau 97,63 kg/kap/tahun pada tahun 2012). Tabel 4. Perkembangan Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Tahun Konsumsi PerKapita Perhari WNPG Uraian 2012 VII Energi (kkal/kap/hari) Protein 53,14 52 (gram/kap/hari) 57,65 57,49 54,35 55,05 56,25 Skor PPH 82,8 81,9 75,7 77,5 77,3 75,4 100 Sumber data : Susenas BPS , BPS; diolah BKP Kementerian Pertanian Berdasarkan Hasil Susenas tahun 2012 menunjukkan konsumsi pangan penduduk dalam bentuk energi di tingkat rumah tangga secara nasional mengalami penurunan dari kkal/kap/hari pada tahun 2011 menjadi kkal/kap/hari pada tahun 2012 (masih dibawah angka kecukupan energi sebesar kkal/kap/hari). Penurunan kuantitas konsumsi energi tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh penurunan konsumsi beras sebesar 5,19 % selama tahun (konsumsi tahun 2011 sebesar 281, 71 gram/kap/hari atau 102,82 kg/kap/tahun menjadi 267,49 gram/kap/hari atau 97,63 kg/kap/tahun pada tahun 2012). Disamping itu terjadi penurunan konsumsi pada kelompok umbi-umbian (-24%), gula (-13,6 %), buah/biji berminyak (-9,5 %), kacang-kacangan (-3,3 %), sayur dan buah (-3,8 %), pangan hewani (-1,8 %), serta kelompok pangan lainnya (-10,6 %). Rata-rata konsumsi Rumah Tangga per Kelompok Pangan tahun dari sisi komposisi, keragaman konsumsi energi kelompok pangan terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) menunjukkan masih didominasi kelompok padi-padian diatas 58 persen, lebih besar dari proporsi ideal 50 persen, dan konsumsi umbi-umbian berkisar 2 persen atau kurang dari proporsi ideal 6 persen, seperti dalam Tabel Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

29 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Tabel 5. Rata-rata Konsumsi Rumah Tangga Per Kelompok Pangan Tahun No Th Th Laju (%) Kelompok Pangan % Energi AKG Energi % AKG Energi % AKG 1. Padi-padian , ,4-5,6-5,6 2. Umbi-umbian 53 2,6 40 2,0-24,0-24,0 3. Pangan hewani 168 8, ,2-1,8-1,8 4. Minyak dan lemak , ,6 4,2 4,2 5. Buah/biji berminyak 33 1,6 30 1,5-9,5-9,5 6. Kacangkacangan 56 2,8 54 2,7-3,3-3,3 7. Gula 81 4,1 70 3,5-13,6-13,6 8. Sayur dan buah 83 4,2 80 4,0-3,8-3,8 9. Lain-lain 39 1,9 35 1,7-10,6-10,6 Total , ,6-5,1-5,1 Sumber: Susenas, 2011 dan 2012 triwulan 1; BPS diolah BKP Keterangan : Angka Kecukupan Energi 2000 kkal/kap/hari (Widya Karya Pangan dan Gizi VIII, 2004) - Energi : dalam kkal - Gram : untuk berat jenis pangan menurut kelompok - AKG : Angka Kecukupan Gizi B.3. Penurunan Konsumsi Beras Per Tahun Secara kuantitas perkembangan konsumsi nasional selama tahun seperti tertera pada Tabel 6. Penurunan kuantitas konsumsi energi tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh penurunan konsumsi beras sebesar 5 % selama tahun (konsumsi tahun 2011 sebesar 281,71 gram/kap/hari atau 102,82 kg/kap/tahun menjadi 267,49 gram/kap/hari atau 97,63 kg/kap/tahun pada tahun 2012). kualitas Secara agregat telah terjadi penurunan konsumsi beras, namun untuk mencapai konsumsi pangan yang lebih baik perlu ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, serta sayur dan buah. Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan masyarakat antara lain: masih tingginya angka kemiskinan, rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pola pangan sehat, masih adanya keterbatasan aksesibilitas terhadap pangan, kurang berkembanganya teknologi untuk memproduksi maupun mengolah bahan pangan 22 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

30 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 terutama pangan lokal non beras, belum optimalnya kerjasama antar kementerian/lembaga, serta lemahnya partisipasi masyarakat Selain itu, dari sisi ketersediaan umbi-umbian bahwa : (a) produksi umbi-umbian masih belum stabil, sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian dipasar; (b) keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan pangan lokal/umbi-umbian (seperti tepung-tepungan) belum mampu berproduksi secara besar-besaran, sehingga harga pangan karbohidrat lokal masih tinggi di tingkat pasaran dan masyarakat belum mampu mengaksesnya; (c) teknologi penyimpanan pangan lokal/umbi-umbian dalam jangka waktu yang panjang belum banyak dan belum tersosialisasikan ke masyarakat. Tabel 6. Perkembangan Konsumsi nasional secara kuantitas pada tahun Konsumsi Kelompok Bahan Pangan gram/kap/hari Kg/kap/thn I. Padi-padian a. Beras 281,71 267,49 102,82 97,63 b. Jagung 4,30 5,19 1,57 1,90 c. Terigu 29,93 27,24 10,92 9,94 II. Umbi-umbian a. Singkong 27,59 20,02 10,07 7,31 b. Ubi jalar 8,11 6,59 2,96 2,41 c. Kentang 4,31 4,02 1,57 1,47 d. Sagu 1,33 1,19 0,48 0,44 e. Umbi lainnya 1,84 1,22 0,67 0,45 III. Pangan Hewani a. Daging ruminansia 5,54 7,63 2,02 2,79 b. Daging unggas 13,03 12,04 4,75 4,40 c. Telur 19,56 19,16 7,14 6,99 d. Susu 5,74 4,63 2,09 1,69 e. Ikan 51,99 48,27 18,98 17,62 IV. Minyak dan Lemak a. Minyak kelapa 4,11 2,82 1,50 1,03 b. Minyak sawit 18,09 20,51 6,60 7,49 c. Minyak lainnya 0,57 0,33 0,21 0,12 V. Buah/biji berminyak a. Kelapa 5,12 4,75 1,87 1,73 b. Kemiri 0,89 0,70 0,32 0,26 VI. Kacang-kacangan a. Kedelai 20,71 19,41 7,56 7,08 b. Kacang tanah 0,92 0,77 0,34 0,28 c. Kacang hijau 0,78 0,75 0,28 0,27 d. Kacang lain 0,28 0,62 0,10 0,23 VII. Gula a. Gula pasir 20,23 17,75 7,38 6,48 b. Gula merah 1,98 1,45 0,72 0,53 23 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

31 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 VIII. Sayuran dan buah a. Sayur 133,70 129,98 48,80 47,44 b. Buah 63,61 69,14 23,22 25,24 IX. Lain-lain a. Minuman 49,89 49,64 18,21 18,12 b. Bumbu-bumbuan 11,33 10,73 4,13 3,92 Dalam mewujudkan penurunan konsumsi beras per tahun tidak hanya dilaksanakan melalui kegiatan lingkup Badan Ketahanan Pangan melainkan banyak dipengaruhi oleh Eselon I lainnya lingkup Kementerian Pertanian, sektor dan pemangku kepentingan terkait. Dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan melaksanakan kegiatan : (a) Pemberdayaan kelompok wanita dengan jumlah kelompok wanita P2KP sebanyak desa, melalui : optimalisasi pemanfaatan pekarangan, dan pengembangan usaha pengolahan pangan lokal; (b) Pengembangan Pangan Lokal, sebanyak 9 provinsi dan 10 kab/kota; (c) Sosialisasi dan Promosi Penganekaragaman Konsumsi Pangan sejak usia dini pada SD/MI; dan (d) Pengembangan KRPL B.4. Pengembangan Distribusi Dan Stabilisasi Harga Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani/kelopoktani/gapoktan padi dan jagung terhadap jatuhnya harga di saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan di saat paceklik. Melalui kegiatan Penguatan-LDPM yang dilaksanakan sejak tahun 2009, pemerintah menyalurkan dana Bantuan Sosial dari APBN kepada Gapoktan untuk memberdayakan kelembagaan Gapoktan agar mampu mendistribusikan hasil produksi pangan dari anggotanya sehingga harga yang diterima di tingkat petani maupun di wilayah stabil, serta menyediakan cadangan pangan dalam rangka penyediaan aksesibilitas pangan bagi anggotanya. Melalui penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang distribusi pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi anggotanya yang kurang memiliki akses terhadap pangan disaat paceklik. Dukungan dana Bansos yang bersumber dari APBN pada kegiatan Penguatan- LDPM hanya diberikan kepada Gapoktan Tahap Penumbuhan dan Pengembangan, yaitu 24 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

32 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 pada tahun pertama dan tahun kedua. Sementara itu pada tahun ketiga, Gapoktan hanya akan menerima pembinaan dan/atau bimbingan dari pendamping, Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina Provinsi. Sasaran Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) sebanyak gapoktan tetapi gapoktan yang sudah melaksanakan sebanyak gapoktan atau sebesar %. Keberhasilan yang telah dicapai pada periode pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM sebagai berikut: Tabel 8. Perkembangan Pelaksanaan Penguatan-LDPM periode Tahapan Jumlah Gapoktan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Total Penumbuhan Pengembangan Kemandirian Pasca kemandirian Total Keterangan : *) 1 Gapoktan tahun 2009 kembalikan dana bansos Tahap Penumbuhan **) 33 Gapoktan tahun 2010 kembalikan dana Bansos Tahap Pengembangan ***) 17 Gapoktan tahun 2011 kembalikan dana Bansos Tahap Pengembangan ****) Tidak lagi didukung pendanaan APBN untuk pembinaan tahap Pasca Kemandirian, selanjutnya dibina oleh provinsi dan kabupatan/kota melalui APBD 1. Pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM dimulai pada tahun 2009, dimana pada tahun pertama tersebut ditumbuhkan sebanyak 546 Gapoktan. Seleksi calon Gapoktan yang akan ikut kegiatan Penguatan-LDPM dilakukan secara berjenjang mulai dari kabupaten/kota yang melakukan inventarisasi dan identifikasi calon Gapoktan, Setelah kabupaten/kota melakukan identifikasi kemudian diusulkan ke provinsi untuk selanjutnya dilakukan verifikasi. Hasil verifikasi provision kemudian ditetapkan oleh Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit ketahanan pangan sebagai Gapoktan pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM yang layak menerima dana bansos tahap pertama sebesar Rp. 150 juta. Pada akhir tahun 2009, 1 (satu) Gapoktan dari provinsi Gorontalo bermasalah dikarena adanya ketidakharmonisan diantara pengurus Gapoktan yang tidak dapat lagi diselesaikan secara musyarawarah 25 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

33 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 sehingga penanggung jawab pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM menarik dana bansos yang ada di Gapoktan dan mengembalikannya ke kantor Kas Negara. 2. Tahun 2010 merupakan tahun kedua pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, Pada tahun kedua ditumbuhkan sebanyak 204 Gapoktan yang akan menerima dana Bansos sebesar Rp 150 juta pada tahap pertama dan 545 Gapoktan yang masuk ke Tahap Pengembangan dan akan menerima dana bansos tahap kedua sebesar Rp 75 juta. Sebelum dana bansos tahap kedua disalurkan ke Gapoktan, tim Pembina provinsi dan tim teknis kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap kinerja dari masing-masing Gapoktan yang dinyatakan benar-benar layak untuk masuk ke Tahap Pengembangan. Hingga akhir tahun 2010 Gapoktan yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ada dalam Pedum Pelaksanaan Penguatan-LDPM 2010, hanya 512 Gapoktan yang layak mendapatkan tambahan dan penguatan modal usaha sebesar Rp 75 juta sedangkan 33 Gapoktan lainnya tidak layak untuk mendapatkan tambahan dana bansos sehingga dana bansos tersebut dikembalikan ke kas negara. Namun demikian daerah masih diberikan kesempatan untuk melakukan pembinaan dan dapat diusul kembali di tahun berikutnya untuk mendapat tambahan modal usaha. 3. Tahun 2011 merupakan tahun ketiga pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, dimana pada tahun ketiga ditumbuhkan sebanyak 235 Gapoktan, 237 Gapoktan yang memasuki tahap Pengembangan (204 gapoktan yang ditumbuhkan tahun 2010 dan 33 Gapoktan merupakan luncuran dari Gapoktan yang ditumbuhkan tahun 2009), dan 512 Gapoktan yang masuk tahap Kemandirian. Gapoktan yang masuk pada Tahap Penumbuhan akan menerima dana bansos sebesar Rp 150 juta, tahap Pengembangan akan menerima dana bansos sebesar Rp 75 juta, dan tahap Kemandirian tidak lagi menerima dana bansos namun provinsi dan kabupaten/kota tetap melakukan pembinaan agar dana bansos tetap dikelola dengan baik oleh Gapoktan sebagai modal usaha yang berkembang secara berkelanjutan. Pada akhir tahun 2011 dari 237 Gapoktan setelah dilakukan evaluasi dan pembinaan, hanya 220 Gapoktan yang layak untuk masuk tahap Pengembangan dan dapat menerima dana Bansos sebesar Rp 75 juta, dan selanjutnya dana bansos yang telah dialokasi bagi 17 Gapoktan dikembalikan ke kantor Kas Negara. 26 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

34 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Tahun 2012 merupakan tahun keempat pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, dimana pada tahun keempat ditumbuhkan sebanyak 281 Gapoktan, 235 Gapoktan yang masuk ke tahap Pengembangan, 220 Gapoktan yang masuk ke tahap Kemandirian dan 512 Gapoktan yang masuk Tahap Kemandirian. Gapoktan yang masuk pada Tahap Penumbuhan akan menerima dana bansos sebesar Rp 150 juta, tahap Pengembangan akan menerima dana bansos sebesar Rp 75 juta, dan tahap Kemandirian dan Pasca Kemandirian tidak lagi menerima dana bansos namun provinsi dan kabupaten/kota tetap melakukan pembinaan agar dana bansos yang diterima pada tahun pertama dan kedua tetap dikelola dengan baik oleh Gapoktan sebagai modal usaha yang berkembang secara berkelanjutan. Pada akhir tahun 2012 dari 235 Gapoktan setelah dilakukan evaluasi dan pembinaan, hanya 224 Gapoktan yang layak untuk masuk tahap Pengembangan dan dapat menerima dana Bansos sebesar Rp 75 juta, dan selanjutnya dana bansos yang telah dialokasi bagi 11 Gapoktan dikembalikan ke kantor Kas Negara. Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat pada tahun 2012 yang di biayai melalui dana dekonsentrasi dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap kemandirian. Tahap penumbuhan mencakup identifikasi lokasi dan pembangunan fisik lumbung melalui DAK Bidang Pertanian, tahap pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan pengisian cadangan pangan melalui dana Bansos, sedangkan tahap kemandirian mencakup penguatan modal untuk pengembangan usaha kelompok melalui dana Bansos. Tahap Penumbuhan dilaksanakan di 2 provinsi yaitu Provinsi Papua 7 kelompok dan Papua Barat 2 kelompok yang dialokasikan dana Bantuan Sosial sebesar Rp. 40 juta untuk pembangunan lumbung. Tahap Pengembangan dilaksanakan di 31 provinsi yang dialokasikan dana Bantuan Sosial sebesar Rp. 20 juta kepada kelompok lumbung pangan yang telah mendapatkan bantuan pembangunan fisik lumbung melalui DAK Tahun 2010 dan 2011 sebanyak 613 kelompok. Dana Bansos tersebut dipergunakan untuk penisian cadangan pangan. Sedangkan Tahap Kemandirian dilaksanakan di 31 provinsi 27 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

35 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 dialoksikan dana Bansos sebesar Rp. 20 juta untuk penguatan usaha kelompok. Kelompok lumbung pangan yang masuk tahap kemadirian adalah kelompok yang telah mendapatkan dana Bansos untuk pengisian cadangan pangan pada tahun 2010 dan telah terseleksi serta dinyatakan layak masuk tahap kemandirian. Sasaran Tahap Kemandirian sebanyak 418 kelompok. Alokasi daba bansos per provinsi dapat dilihat pada table berikut ini : 28 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

36 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Tabel 9. Alokasi Dana Bansos Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2012 No Provinsi Penumbuhan Pengembangan Kemandirian Total 1 DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawei Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Bali N T B N T T Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Total Pencairan dana Bansos kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat dari sasaran sebesar Rp. 20,98 milyar untuk 1040 kelompok, s/d 28 Desember 2012 telah terealisasi sebesar Rp. 20,92 Milyar atau kelompok (99,71 %) yang terdiri dari Tahap Penumbuhan sebesar 360 juta atau 9 kelompok (100%), Tahap 29 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

37 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Pengembangan sebesar 12,40 milyar atau 620 kelompok (101,14%), dan Tahap Kemandirian sebesar 8,14 milyar atau 408 kelompok( 97,61%). Rincian Realisasi kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat dapat di lihat pada table berikut ini. Tabel 10. Realisasi Dana Bansos Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2012 No Provinsi Penumbuhan Pengembangan Kemandirian Jumlah Presentase 1 DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawei Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Bali N T B N T T Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Total , Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

38 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Realisasi dana bansos yang mencapai 100 persen terdapat 30 provinsi, sedang provinsi yang realisasi dana bansosnya tidak mencapai 100 persen adalah Kalimantan Timur 80 persen (1 Kelompok tidak teralisasi), dan Maluku 85,71 persen (2 Kelompok tidak teralisasi). Di provinsi Kalimantan Timur tidak mencapai 100 persen disebabkan lumbung DAK tahun 2011 tidak teralisasi pembangunannya, sedangkan untuk provinsi Maluku tidak teralisasi 2 kelompok yaitu 1 kelompok berada di kabupaten Maluku Tenggara Barat disebabkan karena yang dibangun berada dilokasi yang sangat terpencil dan akses menuju lokasi sangat sulit sehingga menyebabkan kelompok kesulitan dalam membuka rekening bank, sedangkan untuk kelompok tahap kemandirian yang berada di kabupaten Seram Bagian Barat mengalami permasalahan dengan perbankan. Hasil evaluasi Tahap Kemandirian di 3 provinsi terdapat 11 kelompok yang dinilai tidak layak masuk tahap kemandiirian yaitu Kalimantan Barat (2 Kelompok), Sulawesi Tenggara (2 Kelompok) dan Bali (7 Kelompok). Alokasi dana Bansos Tahap Kemandirian tersebut dialihkan pada kelompok tahap pengembangan yang telah mendapatkan alokasi pembangunan lumbung melalui DAk tahun 2011, sehingga realisasi Tahap Pengembangan mencapai 620 kelompok dari target 613 kelompok (101, 14 %). Tabel 11. Relokasi Dana Bansos TA Dari Tahap Kemandirian ke Tahap Pengembangan No Provinsi Tahap Kemandirian Tahap Pengembangan Semula Menjadi Semula Menjadi 1. Kalimantan Barat Sulawesi Tenggara Bali Total Data perkembangan kondisi cadangan pangan yang telah dilaporkan oleh 21 provinsi pada periode Juli - September 2012 dari stock awal dan pengadaan/pembelian sebesar kg gabah, kg beras dan kg pangan spesifik lokasi 31 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

39 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 (jagung, sagu). Sebagian bahan pangan tersebut disalurkan kepada anggota yang membutuhkan yaitu sebesar kg gabah, kg beras dan kg pangan spesifik lokasi (jagung, sagu), sehingga stock yang ada di masyarakat pada posisi September adalah sebesar kg gabah, 416 kg beras dan kg pangan spesifik lokasi (jagung, sagu), sedangkan 10 provinsi belum menyampaikan laporan adalah Provinsi Aceh, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, Papua dan Papua Barat. C. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2012 Dalam melanjutkan pembangunan ketahanan pangan, pada TA Badan Ketahanan Pangan (BKP) beserta lembaga ketahanan pangan di propinsi dan kabupaten/kota memperoleh alokasi anggaran senilai Rp. 687,547 milyar. Jumlah alokasi anggaran tersebut bertambah Rp. 66,284 milyar atau naik 10,54 persen dibanding alokasi tahun 2011 sebesar Rp. 628,970 milyar. Kenaikan tersebut di tingkat pusat sebesar Rp. 11,370 milyar atau 17,15 %; dan di tingkat daerah sebesar Rp. 54,914 milyar atau 82,85 %. Tabel 12. Perbandingan Alokasi Anggaran Lingkup BKP pada TA dan 2012 (dalam ribuan) No Uraian Alokasi 2011 Alokasi 2012 Pertumbuhan Rp.000 % Rp.000 % Rp.000 % 1 Pusat , , ,15 2 Daerah : , , ,85 a. Propinsi , , ,05 b. Kab/Kota , , ,79 Jumlah , , ,00 Naiknya alokasi anggaran antara lain disebabkan oleh bertambahnya bansos yang diberikan melalui dana Tugas Pembantuan (TP) ke daerah yaitu kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang berbasis Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL); Pengembangan daerah rawan pangan; Pengembangan desa mandiri pangan; Pengembangan lumbung pangan; serta Penguatan Lembaga Distribusi Masyarakat (LDPM). 32 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

40 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Seluruh anggaran 2012 dialokasikan dalam 223 satker berupa : (a) Dana Sentralisasi di Pusat Rp. 83,570 milyar atau 12,02 persen; (b) Dana Dekonsentrasi (Dekon) di 33 propinsi Rp. 392,259 milyar atau 64,13 persen; (c) Dana Tugas Pembantuan Propinsi dan Kabupaten/kota sebesar Rp. 219,421 milyar atau 35,87 persen. Untuk kabupaten/kota yang tidak berdiri sendiri, anggarannya masuk dalam provinsi melalui dana dekonsentrasi. Pada tahun 2012 ada perubahan kebijakan pemanfaatan anggaran nasional untuk menambah subsidi kenaikan harga BBM, sehingga anggaran 2012 mengalami penghematan di tingkat pusat sebesar Rp ,- atau 9,22 persen. Sehingga anggaran yang dikelola Badan Ketahanan Pangan berubah menjadi Rp. 687,547 milyar. Tabel 13. Perbandingan Alokasi Anggaran Tahun 2011 dan 2012 No Uraian Alokasi 2011 Alokasi 2012 Rp.000 % Rp.000 % 1 Pusat , ,02 2 Daerah : , ,98 a. Propinsi , ,04 b. Kab/Kota , ,94 Jumlah , ,00 Sedangkan untuk alokasi anggaran per kegiatan utama pada tahun 2012 sebelum penghematan adalah sebagai berikut : No Kegiatan Pusat (Rp. Juta) Daerah (Rp. Juta) Jumlah (Rp. Juta) 1 Pengembangan Ketersediaan Pangan dan Penanganan Rawan Pangan 2 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 3 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar , , , , , , , , ,35 33 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

41 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan , , ,45 Jumlah , , ,00 Setelah dilaksanakan evaluasi kegiatan dan anggaran program ketahanan pangan, maka realisasi keuangan pusat dan daerah adalah sebagai berikut : Tabel. Realisasi Penyerapan dan Sisa Anggaran BKP Pusat dan Daerah pada TA.2012 (dalam Rp. Juta) Uraian Alokasi Realisasi Sisa Anggaran Rp. % Rp. % Rp. % 1. Pusat , , ,81 2. Daerah : a. Propinsi , , ,78 b. Kab/Kota , , ,40 Jumlah , , Sedangkan realisasi anggaran per jenis belanja adalah sebagai berikut : Tabel. Realisasi Penyerapan dan Sisa Anggaran BKP Pusat dan Daerah per Jenis Belanja pada TA.2012 (dalam Rp. Juta) No Satker Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Sosial Jumlah Anggaran Pagu Reals % Pagu Reals % Pagu Real s % Pagu Reals % Pagu Reals % I KANTOR , , , ,5 PUSAT DEKONS , , ,7 II ENTRASI III TUGAS PEMBAN TUAN PROPINS I KAB/KO TA , , , , , , , , ,2 94,1 TOTAL PUSAT/D K/TP , , , , ,3 34 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

42 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Belum optimalnya penyerapan anggaran lingkup BKP antara lain disebabkan oleh: (1) Belum semua laporan satker yang masuk merupakan realisasi bulan terakhir (2) Sebagian besar satker propinsi hanya menyampaikan laporan realisasi dana Dekonsentrasi, sedangkan dana TP Propinsi yang juga dialokasikan untuk pelaksanaan program dan kegiatan di kabupaten/kota belum di laporkan; (3) Sebagian besar realisasi anggaran satker belum dirinci per program dan kegiatan; (4) Adanya sistem desentralisasi dan otonomi daerah menyebabkan sulitnya bagi propinsi untuk melakukan pembinaan atau pengawasan dalam penggunaan dana TP di kabupaten, sehingga terkadang propinsi terkesan lepas tangan dalam hal pembinaan penggunaan anggaran khususnya dana bansos; (5) Keterbatasan sarana dan prasarana, serta banyaknya satker yang ditangani khususnya di tingkat kabupaten/kota menyebabkan kesulitan dalam menyusun dan menyampaikan laporan; dan (6) Adanya hambatan yang dialami oleh beberapa kabupaten dalam melakukan revisi MAK, sehingga tidak dapat segera mencairkan anggaran untuk kegiatan; (7) Pergantian pejabat (kepemimpinan) dan pelaksana kegiatan ketahanan pangan, serta bentuk kelembagaan di daerah yang mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan anggaran dan terjadinya beberapa revisi anggaran; dan (8) Keterlambatan penerbitan SK Pengelola Keuangan. Anggaran yang digunakan tidak seluruhnya dilaporkan dalam laporan ini karena LAKIP bukan merupakan laporan pertanggungjawaban keuangan, tetapi lebih kepada laporan pertanggungjawaban kinerja. Dengan demikian, anggaran yang tercantum pada laporan ini hanya anggaran program dan kegiatan strategis Badan Ketahanan Pangan lingkup Pusat dan Daerah. LAKIP Badan Ketahanan Pangan disusun berdasarkan Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2012 yang telah disepakati dan ditandatangani oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan dengan Menteri Pertanian. Alokasi anggaran Badan Ketahanan Pangan sebesar Rp. 687,55 milyar yang digunakan untuk melaksanakan empat kegiatan utama dengan sasaran kegiatan yang terdapat dalam laporan ini dengan rincian yaitu: (a) Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan keamanan pangan segar; (b) Pengembangan sistem distribusi dan stabilitas harga pangan; (c) Pengembangan ketersediaan dan penanganan rawan pangan; dan (d) Dukungan manajemen teknis lainnya, dengan rincian sebagai berikut : 35 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

43 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 NO KEGIATAN UTAMA PAGU ANGGARAN REALISASI ANGGARAN % 1 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan 142,476,460, ,28 2 Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan 202,592,700, ,05 3 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar 4 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan 195,639,100, ,47 146,838,923, ,25 687,547,183, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

44 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 A. Tinjauan Umum BAB IV PENUTUP Secara umum kegiatan aksi program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat, dampaknya hanya berhasil pada wilayah/kelompok sasaran yaitu : (1) membangun kesadaran kelompok sasaran untuk mendukung pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman (6000 Kelompok wanita dan 4400 SD/MI); (2) terwujudnya stabilitas harga gabah/ beras, dan jagung di wilayah gapoktan (Pencapaian target Penumbuhan = 281 gapoktan dan tahap Pengembangan = 224 gapoktan); (3) tercukupinya kebutuhan pangan lingkup kelompok Lumbung Pangan Masyarakat, yaitu : tahap Penumbuhan = 9 kelompok, tahap Pengembangan = 613 kelompok, tahap Kemandirian = 418 kelompok; serta (4) menurunkan KK miskin di Desa Mapan : tahap Persiapan = 429 desa, tahap Penumbuhan = 838 desa, tahap Pengembangan = 829 desa, dan Kemandirian = 359 desa. Dampak di wilayah kelompok sasaran secara nasional belum bisa mencapai target program secara nasional, sehingga belum cukup berperan dalam penurunan konsumsi beras secara nasional karena itu perlu introduksi komponen kegiatan di dalam dan luar lahan pekarangan untuk pengembangan umbi-umbian, pangan hewani, kacangkacangan serta buah dan sayur. Kegiatan pemanfaatan pekarangan P2KP belum dapat diukur secara nyata pengaruhnya terhadap penurunan konsumsi beras, walaupun sudah ada anggota kelompok yang mulai mengkonsumsi karbohidrat non beras dalam pola konsumsi harian rumah tangga. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh komponen kegiatan pemanfaatan pekarangan yang dikelola oleh Kelompok Wanita cenderung pada budidaya tanaman sayuran dan buah, namun belum optimal dalam hal pengembangan pangan lokal sumber karbohidrat. Kegiatan penumbuhan usaha pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan belum dapat tercapai secara berkelanjutan, terutama karena kurangnya dorongan motivasi dan kemampuan kerja sama usaha kelompok. Kegiatan promosi untuk meningkatkan motivasi, partisipasi dan aktivitas masyarakat dan anak usia dini dalam penganekaragaman konsumsi pangan belum menunjukkan pengaruh 37 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

45 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 langsung terhadap penurunan konsumsi beras, karena tidak diiringi dengan sosialisasi lanjutan kepada keluarga/orang tua siswa. Dalam mencapai target program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat, Badan Ketahanan Pangan perlu dukungan dari instansi lain baik lintas sektor maupun lingkup Kementerian Pertanian. Dukungan tersebut adalah : (1) peningkatan produksi tanaman khusus tanaman pangan selain padi; (2) peningkatan produksi dan budidaya hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan; (3) pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras dan terigu; (4) pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan; (5) teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan; serta (6) penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan hortikultura. B. Hambatan dan Kendala Dalam rangka mewujudkan diversifikasi pangan terkait erat dengan perilaku masyarakat/manusia. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkan diversifikasi pangan pada tahun 2012 adalah : (1) pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunnya daya beli masyarakat yang lebih disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan; (2) walaupu konsumsi beras per kapita cenderung turun, tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat; (3) teknologi pengolahan pangan non beras atau pangan lokal masih rendah; (4) kampanye dan promosi penganekaragaman pangan masih kurang; (5) beras sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah; (6) kualitas pangan masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi pangan sumber karbohidrat, serta masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang, serta sayur dan buah; (7) terdapatnya konsep makan belum makan kalau belum makan nasi yang salah dalam masyarakat; (8) pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu masih rendah; dan (9) bencana alam dan perubahan ilkim yang sangat ekstrim. 38 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

46 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Secara teknis program dan kegiatan ketahanan pangan yang dikelola oleh Badan Ketahanan Pangan, hambatan dan kendala yang dihadapi adalah : (1) pelaksanaan SKPG belum berjalan secara optimal dan hasil deteksi dini dari SKPG kurang ditindaklanjuti pada tahun (2) PDRP termasuk dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan & bencana, dimana mekanisme penyaluran bansos dalam bentuk barang lewat pihak ketiga (Perpres No.54 tahun 2010 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). Berdasarkan hasil evaluasi bahwa ada kabupaten/kota yang mengalami kejadian bencana tidak ditangani melalui pencairan bansos PDRP, penyebabnya : a) tidak adanya TIM Investigasi, b) Dana Investigasi daerah yang terbatas, dan c) Informasi yang tidak sampai/terlambat, karena sangat jauhnya lokasi bencana. (3) Mutasi Pejabat daerah, sehingga mengalami keterlambatan dalam penetapan SK Desa Mapan, (4) Jarak tempuh lokasi KPPN untuk TP kegiatan Desa Mapan yang di Provinsi sehingga menyulitkan proses pencairan dana apabila terjadi kesalahan, (5) Proses pencairan terhadap kab/kota yang menginduk Provinsi terkendala kesalahan pengadministrasian, infrastruktur transportasi. (6) Fortifikasi terdapat kegiatan senilai Rp 1.4 M (hibah) yg tidak dapat dilaksanakan karena belum ada persetujuan dari ADB karena ada perubahan ruang lingkup kegiatan. Pengadaan peralatan pencampuran beras dilaksanakan oleh ADB sehingga BKP tidak bisa melaksanakan proses pencampuran beras. (7) Mindset petugas tentang keberhasilan kinerja instansi dan program masih seputar realisasi keuangan, sedangkan realisasi fisik masih belum dianggap penting; (8) Petugas kegiatan evaluasi yang merangkap dengan kegiatan lain; (9) Seringnya terjadi mutasi pejabat/pegawai di daerah; (10) Keterlambatan dan kurang kontinue pelaporan evaluasi khusunya laporan fisik kegiatan; (11) Belum semua kabupaten/kota yang menggunakan aplikasi Simonev; (12) Website ketahanan pangan belum dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal; dan 39 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

47 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 (13) Kurang optimalnya partisipasi aparat provinsi dan kabupaten/kota dalam pembinaan dan pemenuhan kebutuhan peralatan yang diperlukan kelompok unit usaha kecil untuk pengembangan tepung-tepungan sebagai bahan baku olahan pangan lokal di lokasi penerima manfaat. C. Upaya dan Tindak Lanjut Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya dan tindak lanjut sebagai berikut: (1) fasilitasi kepada kelompok penerima manfaat untuk pengembangan bisnis pangan lokal dan makanan tradisional, (2) mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan industri dan bisnis pangan lokal, (3) peningkatan kerja sama antara Perguruan Tinggi dengan institusi yang menangani Ketahanan Pangan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya, (4) sinkronisasi kebijakan baik antar kementerian maupun dengan pihak swasta yang diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan sesuai kewenangan masingmasing namun saling mendukung, (5) mengembangkan kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL, (6) melaksanakan kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), (7) perlu upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara terstruktur dan komprehensif guna mendorong percepatan diversifikasi pangan. (8) meningkatkan peran swasta dalam memanfaatkan keragaman sumber daya lokal, (9) mengembangkan bisnis dan industri pangan lokal, melalui: fasilitasi UMKM untuk pengembangan bisnis pangan lokal, industri bahan baku, industri pangan olahan dan pangan siap saji yang aman berbasis sumberdaya lokal dan advokasi, 40 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

48 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 sosialisasi dan penerapan standar keamanan dan mutu pangan bagi pelaku usaha pangan terutama usaha rumah tangga dan UMKM. (10) meningkatkan investasi agroindustri pangan berbasis pangan lokal dilakukan melalui pengembangan bisnis pangan lokal bagi UKM, pengembangan kemitraan dengan dunia usaha (bekerja sama dengan Ditjen PPHP), pengembangan gerai atau outlet pangan lokal, pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal (bekerja sama dengan Balitbang dan Perguruan Tinggi) dan memastikan peningkatan keanekaragaman pangan sesuai karakteristik daerah (dalam bentuk kajian yang akan dilaksanakan pada 2013). &&&&&&&&&&&&&&&&&& 41 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

49 Lampiran 2. TARGET DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN NO PROGRAM/KEGIATAN 11. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat SASARAN Meningkatnya ketahanan pangan melalui konsumsidan keamanan pangan segar, distribusi dan pemberdayaan ditingkat masyarakat serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan. INDIKATOR ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN TARGET (Milyar Rp) % Realisasi koordinasi analisis dan ,85 537,47 605,54 688,11 775, ,99 rumusan kebijakan ketahanan pangan. % Realisasi gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan dalam peningkatan konsumsi pangan beragam dan bergizi seimbang. % Realisasi penguatan kelembagaan distribusi pangan masyarakat dalam stabilisasi harga dan cadangan pangan masyarakat. % Realisasi pengembangan Desa Mandiri Pangan dalam mengurangi jumlah penduduk rawan pangan 11.1 Pengembangan penganekaragaman Meningkatnya pemantapan Pengembangan Desa P2KP Desa Desa Desa Desa Desa 8,00 31,59 44,10 56,06 68,03 207,77 konsumsi pangan dan peningkatan penganekaragaman konsumsi (Percepatan penganekaragaman 1 Pusat / Prop / 1 Pusat / 33 Prop 1 Pusat / 33 Prop 1 Pusat / 33 1 Pusat / 33 Prop 78,40 44,15 37,09 32,76 30,67 223,07 keamanan pangan segar pangan dan keamanan pangan konsumsi pangan, dan Promosi dalam 383 Kab / 400 Kab / 425 Kab Prop / 450 Kab / 450 Kab rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan, TOTAL Penyediaan tenaga/petugas lapang Desa Desa Desa Desa Desa 18,67 17,01 20,90 22,81 24,27 103,66 seperti penyuluh (Pendampingan P2KP) Penanganan keamanan pangan segar di 33/236 Prop/kab 1 Pusat / 33 tingkat produsen dan konsumen Prop / 100 Kab 1 Pusat / 33 Prop / 150 Kab 1 Pusat / 33 Prop / 200 Kab 1 Pusat / 33 Prop / 250 Kab 37,33 87,95 86,54 84,10 79,20 375,12 Terlaksananya pemantauan dan 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 8,80 6,01 7,31 9,23 11,61 42,96 pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan (Percepatan diversifikasi pangan) Tersedianya data dan informasi tentang 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 8,80 5,24 5,14 5,26 5,59 30,02 pola konsumsi, penganekaragaman dan keamanan pangan. Sub Total 160,00 191,94 201,08 210,22 219,36 982, Pengembangan Sistem Distribusi dan Meningkatnya pemantapan Pengembangan sistem distribusi dan 750 Gap 900 Gap Gap Gap Gap 114,07 137,70 145,04 152,44 159,85 709,10 Stabilitas Harga Pangan. distribusi dan harga pangan. stabilitas harga pangan melalui Penyediaan Pembiayaan dalam Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Penyediaan tenaga/petugas lapang 750 Gap 900 Gap Gap Gap Gap 2,63 2,98 2,95 2,91 3,61 15,09 seperti penyuluh (Pendampingan Penguatan LDPM) 205

50 Lampiran 2. TARGET DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Tersedianya data dan informasi tentang 33 distribusi, harga dan akses pangan. Prop ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN TARGET (Milyar Rp) Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop TOTAL 6,65 8,26 8,39 8,66 8,05 40,01 Terlaksananya pemantauan dan 33 pemantapan distribusi, harga dan akses Prop pangan. (Peningkatan efisiensi distribusi dan akses pangan) 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 6,65 7,09 7,08 6,88 6,81 34,50 Sub Total 130,00 156,03 163,46 170,89 178,32 798, Pengembangan ketersediaan dan penangananmeningkatnya pemantapan ketersedia Pengembangan Desa Mandiri Pangan Desa Desa Desa Desa Desa 45,58 123,50 160,47 207,60 257,77 794,93 dan Lumbung Pangan. 800 Lb 700 Lb 800 Lb 900 Lb Lb 4,57 12,62 16,80 22,20 27,26 83,45 Penyediaan tenaga/petugas lapang Desa Desa Desa Desa Desa 2,33 5,58 6,58 7,75 8,69 30,93 seperti penyuluh (Pendampingan Desa Mandiri Pangan) Penanganan daerah/lokasi Rawan 350 Pangan Kab 400 Kab 425 Kab 450 Kab 450 Kab 3,33 6,87 7,64 7,98 8,18 33,99 Tersedianya Data & Informasi tentang 33 ketersediaan, cadangan dan daerah rawan Prop pangan. 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 1,88 4,70 5,19 6,16 7,18 25,11 Terlaksananya pemantauan dan analisis 33 ketersediaan dan kebutuhan pangan, Prop serta pemantauan dan pemantapan kerawanan pangan. 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 1,15 2,37 2,66 3,16 3,63 12, Dukungan Manajemen dan teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Menyusun skenario penyediaan pangan 33 Prop 33 berbasis wilayah. Prop Sub Total Meningkatnya manajemen serta pelayanan administrasi dan Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan 4 Paket / 33 Prop 4 Paket / 33 Prop 4 Paket / 33 Prop keuangan secara efektif dan efisien Program Pengembangan Koordinasi dalam mendukung pengembangan Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan. 33 Prop 33 Prop 33 Prop 1,15 2,37 2,66 3,16 3,63 12,97 60,00 158,00 202,00 258,00 316,34 994,34 4 Paket / 33 Prop 23,85 31,50 39,00 49,00 61,00 204,35 Koordinasi ketahanan pangan (Dewan 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket 23,85 31,50 39,00 49,00 61,00 204,35 Ketahanan Pangan), serta Koordinasi dalam perumusan kebijakan dan pemantauan ketersediaan, distribusi dan konsumsi dan keamanan pangan Terlaksananya peningkatan kesejahteraan 1 Paket / petani kecil (SOLID) KK / 22 Desa 1 Paket / KK / 53 Desa 1 Paket / KK / 106 Desa 1 Paket / KK / 165 Desa Sub Total 23,85 31,50 39,00 49,00 61,00 204,35 206

51 Lampiran 4. TARGET DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN NO PROGRAM/KEGIATAN 11. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat SASARAN Meningkatnya ketahanan pangan melalui konsumsidan keamanan pangan segar, distribusi dan pemberdayaan ditingkat masyarakat serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan. INDIKATOR ALOKASI ANGGARAN BASELINE TARGET KEGIATAN (Milyar Rp) % Realisasi koordinasi analisis dan ,68 618,97 719,87 827,46 938, ,49 rumusan kebijakan ketahanan pangan. % Realisasi gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan dalam peningkatan konsumsi pangan beragam dan bergizi seimbang. % Realisasi penguatan kelembagaan distribusi pangan masyarakat dalam stabilisasi harga dan cadangan pangan masyarakat. TOTAL % Realisasi pengembangan Desa Mandiri Pangan dalam mengurangi jumlah penduduk rawan pangan 11.1 Pengembangan penganekaragaman Meningkatnya pemantapan Pengembangan Desa P2KP Desa Desa Desa Desa Desa konsumsi pangan dan peningkatan penganekaragaman konsumsi (Percepatan penganekaragaman 1 Pusat / Prop 1 Pusat / 33 1 Pusat / 33 1 Pusat / 33 1 Pusat / 33 keamanan pangan segar pangan dan keamanan pangan konsumsi pangan, dan Promosi / 383 Kab Prop / 400 Kab Prop / 425 Kab Prop / 450 Kab Prop / 450 Kab dalam rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan, Penyediaan tenaga/petugas lapang Desa Desa Desa Desa Desa seperti penyuluh (Pendampingan P2KP) Penanganan keamanan pangan 33/236 segar di tingkat produsen dan Prop/kab konsumen 1 Pusat / 33 Prop / 100 Kab 1 Pusat / 33 Prop / 150 Kab 1 Pusat / 33 Prop / 200 Kab 1 Pusat / 33 Prop / 250 Kab Terlaksananya pemantauan dan 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan (Percepatan diversifikasi pangan) Tersedianya data dan informasi 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop tentang pola konsumsi, penganekaragaman dan keamanan pangan. Sub Total 64,46 203,00 259,53 332,02 406, , Pengembangan Sistem Distribusi dan Meningkatnya pemantapan Pengembangan sistem distribusi dan 750 Gap 900 Gap Gap Gap Gap Stabilitas Harga Pangan. distribusi dan harga pangan. stabilitas harga pangan melalui Penyediaan Pembiayaan dalam Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Penyediaan tenaga/petugas lapang 750 Gap 900 Gap Gap Gap Gap seperti penyuluh (Pendampingan Penguatan LDPM)

52 TARGET DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Tersedianya data dan informasi 33 tentang distribusi, harga dan akses Prop pangan. ALOKASI ANGGARAN BASELINE TARGET KEGIATAN (Milyar Rp) Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop TOTAL Terlaksananya pemantauan dan 33 pemantapan distribusi, harga dan Prop akses pangan. (Peningkatan efisiensi distribusi dan akses pangan) 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop Sub Total 130,22 136,73 143,31 149,80 156,29 716, Pengembangan ketersediaan pangan Meningkatnya pemantapan Pengembangan Desa Mandiri Desa Desa Desa Desa Desa dan penanganan kerawanan pangan. ketersediaan pangan dan Pangan dan Lumbung Pangan. penanganan rawan pangan. 800 Lb 700 Lb 800 Lb 900 Lb Lb Penyediaan tenaga/petugas lapang Desa Desa Desa Desa Desa seperti penyuluh (Pendampingan Desa Mandiri Pangan) Penanganan daerah/lokasi Rawan 350 Pangan Kab 400 Kab 425 Kab 450 Kab 450 Kab Tersedianya Data & Informasi 33 tentang ketersediaan, cadangan dan Prop daerah rawan pangan. 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop Terlaksananya pemantauan dan 33 analisis ketersediaan dan Prop kebutuhan pangan, serta pemantauan dan pemantapan kerawanan pangan. 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop Menyusun skenario penyediaan 33 Prop 33 pangan berbasis wilayah. Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop Sub Total 162,14 192,24 198,36 206,16 214,24 973, Dukungan Manajemen dan teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Meningkatnya manajemen serta pelayanan administrasi dan keuangan secara efektif dan efisien dalam mendukung pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan. Jumlah dokumen perencanaan, 4 Paket / 33 keuangan, umum serta evaluasi dan Prop pelaporan Program Pengembangan Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan 4 Paket / 33 Prop 4 Paket / 33 Prop 4 Paket / 33 Prop 4 Paket / 33 Prop Koordinasi ketahanan pangan - 1 Paket 1 Paket 1 Paket 1 Paket (Dewan Ketahanan Pangan), serta Koordinasi dalam perumusan kebijakan dan pemantauan ketersediaan, distribusi dan konsumsi dan keamanan pangan Terlaksananya peningkatan - 1 Paket / kesejahteraan petani kecil (SOLID) KK / 44 Desa 1 Paket / KK / 57 Desa 1 Paket / KK / 76 Desa 1 Paket / KK / 76 Desa Sub Total 40,85 87,00 118,68 139,49 161,62 547,64 Sumber : BKP;

53 Lampiran 1. NO PROGRAM/KEGIATAN 11. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat TARGET DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN SASARAN Meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan INDIKATOR ALOKASI ANGGARAN BASELINE TARGET KEGIATAN (Milyar Rp) Penurunan penduduk rawan pangan 1% 1% 1% 1% 1% 397,68 618,97 763,28 858,49 967, ,71 per tahun Skor PPH Peningkatan Diversifikasi 86,4 88,1 89,8 91,5 93,3 Pangan Penurunan Konsumsi Beras per 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% kapita tiap tahun Pengembangan Lembaga Distribusi Stabilisasi Pangan Pokok 750 Gap/800 LB 900 Gap/700 LB Gap/800 LB/6 CPP Gap/900 LB/12 CPP Gap/1.000 LB/17 CPP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah Tahun 2012 TOTAL 11.1 Pengembangan penganekaragaman Meningkatnya pemantapan Jumlah desa yang diberdayakan Desa Desa Desa Desa Desa konsumsi pangan dan peningkatan penganekaragaman konsumsi dalam P2KP keamanan pangan segar pangan dan keamanan pangan Jumlah hasil pemantauan, 1 Pusat / Prop / monitoring, evaluasi dan perumusan 383 Kab / Lap kebijakan P2KP Jumlah hasil promosi P2KP 1 Pusat / Prop / 383 Kab / Lap Jumlah hasil analisis pola konsumsi 1 Pst/33 Prop / pangan penduduk Lap 1 Pusat / 33 Prop / 400 Kab / Lap 1 Pusat / 33 Prop / 400 Kab / Lap 1 Pst/33 Prop / Lap 1 Pusat / 33 Prop / 425 Kab / Lap 1 Pusat / 33 Prop / 425 Kab / Lap 1 Pst/33 Prop / Lap 1 Pusat / 33 Prop / 450 Kab / Lap 1 Pusat / 33 Prop / 450 Kab / Lap 1 Pst/33 Prop / Lap 1 Pusat / 33 Prop / 450 Kab / Lap 1 Pusat / 33 Prop / 450 Kab / Lap 1 Pst/33 Prop / Lap Jumlah hasil kerjasama dengan 19 Lap 29 Lap 29 Lap 29 Lap 29 Lap perguruan tinggi Jumlah hasil koordinasi keamanan 1 Pusat / 33 pangan segar Prop / Lap 1 Pusat / 33 Prop / Lap 1 Pusat / 33 Prop / Lap 1 Pusat / 33 Prop / Lap 1 Pusat / 33 Prop / Lap Jumlah hasil pemantauan dan pengawasan keamanan pangan 1 Pusat/33 Prop/236 Kab/Lap 1 Pusat / 33 Prop / 100 Kab / Lap 1 Pusat / 33 Prop / 150 Kab / Lap 1 Pusat / 33 Prop / 200 Kab / Lap 1 Pusat / 33 Prop / 250 Kab / Lap Jumlah hasil pengembangan olahan Lap/prop 20 Lap/prop 25 Lap/prop pangan lokal Sub Total 64,46 203,00 300,53 360,64 432, , Pengembangan Sistem Distribusi dan Meningkatnya pemantapan Jumlah Kelembagaan Distribusi 750 Gap 900 Gap Gap Gap Gap Stabilitas Harga Pangan. distribusi dan harga pangan. Pangan Masyarakat (LDPM). Jumlah kelembagaan cadangan 800 Lb 700 Lb Lb pangan 6 CPP Lb 12 CPP Lb 17 CPP Jumlah hasil panel harga pangan 12 Lap / Prop 12 Lap / Prop 16 Lap / Prop 16 Lap / Prop 16 Lap / Prop pokok Jumlah hasil 1 pusat / 33 pemantauan/pengumpulan data Lap / Prop distribusi, harga dan cadangan pangan 1 pusat / 33 Lap / Prop 1 pusat / 33 Lap / Prop 1 pusat / 33 Lap / Prop 1 pusat / 33 Lap / Prop Jumlah hasil pengembangan model 12 Lap / Prop 12 Lap / Prop 12 Lap / Prop 16 Lap / Prop 19 Lap / Prop pemantauan distribusi, harga dan cadangan pangan Sub Total 130,22 136,73 145,71 152,20 158,69 723, Pengembangan ketersediaan pangan Meningkatnya pemantapan Jumlah Desa yang Desa Desa Desa Desa Desa dan penanganan kerawanan pangan. ketersediaan pangan dan diberdayakan/demapan penanganan rawan pangan.

54 TARGET DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN penanganan rawan pangan. INDIKATOR Jumlah Penanganan daerah/lokasi 350 Rawan Pangan Kab ALOKASI ANGGARAN BASELINE TARGET KEGIATAN (Milyar Rp) Kab 425 Kab 450 Kab 450 Kab TOTAL Jumlah Hasil Penyusunan FSVA 14 Lap / Prop 14 Lap / Prop 22 Lap / Prop 25 Lap / Prop 33 Lap / Prop Jumlah hasil analisis ketersediaan, 1 Pusat / 33 rawan pangan dan akses pangan Prov / Lap 1 Pusat / 33 Prov / Lap 1 Pusat / 33 Prov / Lap 1 Pusat / 33 Prov / Lap 1 Pusat / 33 Prov / Lap Jumlah laporan pelatihan aparat yang ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan Sub Total 34 Lap/ 1 Pst/33 Prop 34 Lap/ 1 Pst/33 Prop 34 Lap/ 1 Pst/33 Prop 34 Lap/ 1 Pst/33 Prop 34 Lap/ 1 Pst/33 Prop 162,14 192,24 198,36 206,16 214,24 973, Dukungan Manajemen dan teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Meningkatnya manajemen dan pelayanan administrasi dan keuangan secara efektif dan efisien dalam mendukung pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan. Jumlah dokumen perencanaan, 1 Pusat / 33 program dan anggaran Prop / Dok 1 Pusat / 33 Prop / Dok 1 Pusat / 33 Prop / Dok 1 Pusat / 33 Prop / Dok 1 Pusat / 33 Prop / Dok Jumlah laporan hasil pemantauan 33 Prop / Lap 33 Prop / Lap 33 Prop / Lap 33 Prop / Lap 33 Prop / Lap dan evaluasi program dan kegiatan Jumlah dokumen kepegawaian, 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok organisasi, humas dan hukum Jumlah waktu pelaksanaan 1 Tahun 1 Tahun 1 Tahun 1 Tahun 1 Tahun pelayanan keuangan dan perlengkapan Meningkatnya koordinasi perumusan kebijakan, evaluasi dan pengendalian ketahanan pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan Jumlah hasil sidang pleno, 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan 1 Laporan konferensi dan sidang regional ketahanan pangan Meningkatnya model pengembangan pemberdayaan masyarakat dalam pemantapan ketahanan pangan keluarga Jumlah kelompok masyarakat Kel 368 Kel 649 Kel 732 Kel mandiri yang dibina SOLID Jumlah federasi / gapoktan - 44 Fd 108 Fd 195 Fd 259 Fd masyarakat yang dibina SOLID Jumlah dokumen manajemen dan - 12 Bln 12 Bln 12 Bln 12 Bln administrasi SOLID Jumlah prasarana desa yang Unit 64 Unit 87 Unit dibangun dalam SOLID Jumlah demonstrasi plot yang - 44 Paket 64 Paket 87 Paket 64 Paket dilakukan di desa binaan SOLID Sub Total 40,85 87,00 118,68 139,49 161,62 547,64 Sumber : BKP;

55 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Departemen Pertanian SASARAN Peningkatan pelaksanaan kegiatan Departemen Pertanian melalui dukungan koordinasi, pembinaan dan pelayanan administrasi INDIKATOR TARGET Jumlah dokumen perencanaan, keuangan 24 paket 24 paket 24 paket 24 paket 24 paket & perlengkapan, hukum & humas, kerjasama luar negeri, organisasi dan kepegawaian, statistik dan sistem informasi pertanian Jumlah ijin usaha pertanian, ijon pemasukan/pengeluaran benih/bibit, obat hewan dan pakan ternak, produk ternak dan agensia hayati, serta rekomendasi produk pangan Realisasi penyaluran kredit program 1,5 trilyun 2 trilyun 2 trilyun 2 trilyun 2,5 trilyun untuk pertanian (KKP-E, KUR) Realisasi penyaluran pembiayaan syariah 4 trilyun 5 trilyun 6 tilyun 7 trilyun 8 trilyun dan pembiayaan komersial untuk sektor pertanian Jumlah sentra-sentra usaha pertanian di perdesaan Jumlah Gapoktan PUAP (unit) Koordinasi dan pembinaan perencanaan Peningkatan koordinasi dan Jumlah dokumen koordinasi dan pembinaan Departemen Pertanian pembinaan penyusunan rencana penyusunan rencana kerja kebijakan dan kerja kebijakan dan program, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan anggaran, evaluasi dan pelaporan serta ketatausahaan (paket) serta ketatausahaan 1.2 Pengelolaan keuangan dan perlengkapan Peningkatan pengelolaan keuangan Jumlah dokumen koordinasi dan pembinaan departemen serta pemeliharaan sarana dan dan perlengkapan secara akuntabel perbendaharaan dan penerimaan negara prasarana kantor pusat Departemen dan transparan bukan pajak, verifikasi dan akuntansi, Pertanian perlengkapan serta rumah tangga (paket) 102

56 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Pembinaan hukum dan peraturan perundangundangan Terbitnya produk hukum dan Jumlah dokumen pembinaan, koordinasi di bidang pertanian serta koordinasi humas dan komunikasi publik di bidang pertanian peraturan perundang-undangan di bidang pertanian, serta terbitnya produk humas dan terlaksananya komunikasi publik di bidang informasi pembangunan pertanian produk hukum dan peraturan perundangundangan di bidang pertanian, produk humas serta terlaksananya komunikasi publik dan tersedianya sistem informasi pembangunan pertanian (paket) 1.4 Pengembangan kerjasama luar negeri untuk Peningkatan kerja sama luar negeri Jumlah dokumen koordinasi dan pembinaan bidang pangan dan pertanian dalam di bidang pertanian melalui forum kerja sama luar negeri di bidang pertanian kerangka bilateral, regional, multilateral bilateral, regional, multilateral serta melalui forum bilateral, regional, serta PBB PBB multilateral serta PBB (paket) 1.5 Peningkatan kualitas kelembagaan, Penataan kelembagaan, pelayanan Jumlah dokumen koordinasi dan pembinaan ketatalaksanaan dan kepegawaian administrasi dan perencanaan serta penataan kelembagaan, tatalaksana pengembangan pegawai dan mutasi perencanaan dan pengembangan pegawai, mutasi, serta reformasi birokrasi (paket) 1.6 Pelayanan perizinan dan investasi pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang) Peningkatan penerimaan penyiapan bahan analisa, fasilitas proses teknis permohonan ijin, pendaftaran di bidang pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian, benih/bibit, produk ternak dan pangan segar serta penyiapan bahan pemantauan dan evaluasi Jumlah ijin usaha pertanian, ijon pemasukan/pengeluaran benih/bibit, obat hewan dan pakan ternak, produk ternak dan agensia hayati, serta rekomendasi produk pangan Bahan informasi dan bahan kebijakan 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket pengembangan investasi pertanian (publikasi, pameran, bahan analisis untuk kebijakan pertanian) 1.7 Pelayanan pembiayaan pertanian, Peningkatan realisasi penyaluran Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan kredit program (KKP-E dan KUR) (PUAP) (Prioritas Nasional dan Bidang) pembiayaan komersial, pembiayaan syariah, pengembangan sentra usaha pertanian perdesaan, dan pengembangan Gapoktan PUAP Realisasi penyaluran kredit program 1,5 trilyun 2 trilyun 2 trilyun 2 trilyun 2,5 trilyun untuk pertanian (KKP-E, KUR) Realisasi penyaluran pembiayaan syariah 4 trilyun 5 trilyun 6 tilyun 7 trilyun 8 trilyun dan pembiayaan komersial untuk sektor pertanian 103

57 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN TARGET INDIKATOR Jumlah sentra-sentra usaha pertanian di perdesaan Jumlah Gapoktan PUAP (unit) Pengembangan perstatistikan dan sistem Tersedianya data, metodologi, hasil Jumlah data, metodologi, hasil analisis informasi pertanian analisis dan sistem informasi tanaman pangan dan peternakan, pertanian hortikultura dan perkebunan, sistem informasi pertanian serta tata usaha (paket) 1.9 Pengembangan perlindungan dan Peningkatan kinerja pelayanan Jumlah pelayanan teknis, hukum dan pendaftaran varietas tanaman (Prioritas teknis, hukum dan administrasi administrasi perlindungan varietas tanaman Bidang) perlindungan varietas tanaman (buah) 2 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Departemen Pertanian Pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di Departemen Pertanian Jumlah pelaksanaan kegiatan pengawasan intern pada unsur Departemen Pertanian untuk mewujudkan good governance dan clean government (Kinerja/Satker) % proses administrasi dan dukungan 100% 100% 100% 100% 100% teknis Itjen tepat waktu % temuan laporan audit internal Departemen Pertanian ditindaklanjuti Tahun Tunggal (awal) Rata-rata 5 tahun 65% 75% 80% 85% 90% 79% 79% 79% 79% 79% 104

58 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Dukungan manajemen dan dukungan teknis Meningkatnya kapasitas manajemen Jumlah rumusan rencana, program, dan lainnya pada Inspektorat Jenderal administrasi, sumberdaya, sarana anggaran pengawasan; pemantauan dan dan prasarana, anggaran serta evaluasi pelaksanaan program serta piranti lunak organisasi lingkup tersusunnya laporan kegiatan dibidang Inspektorat Jenderal pengawasan; pelaksanaan urusan organisasi, ketatalaksanaan, kepegawaian, hubungan masyarakat, dan urusan peraturan perundangundangan; pengelolaan urusan keuangan, tata usaha, perlengkapan, dan rumah tangga; pemantauan, analisis, evaluasi dan penilaian penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan; dan kegiatan pembinaan SPI pada unit kerja lingkup Departemen Pertanian (Paket) 2.2 Peningkatan pelaksanaan pengawasan pada Satker lingkup Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Badan Pengembangan SDM Pertanian Meningkatnya pelaksanaan Jumlah kegiatan pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan kinerja dan pengelolaan pengelolaan keuangan pada Satker keuangan lingkup Sekretariat lingkup Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Direktorat Jenderal Jenderal Hortikultura, dan Badan Hortikultura, dan Badan Pengembangan SDM Pertanian (Satker Pengembangan SDM Pertanian dan Pelaporan) Jumlah kegiatan evaluasi LAKIP, review laporan keuangan, dan pemeriksaan anggaran bantuan luar negeri pada unit kerja lingkup Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Badan Pengembangan SDM Pertanian (Laporan ) 105

59 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Jumlah kegiatan pemantauan/pengawalan dan evaluasi pada Satker lingkup Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Badan Pengembangan SDM Pertanian (Kegiatan dan Pelaporan) 2.3 Peningkatan pelaksanaan pengawasan pada Satker lingkup Direktorat Jenderal PLA, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan & Badan Ketahanan Pangan Meningkatnya pelaksanaan Jumlah kegiatan pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan kinerja dan pengelolaan pengelolaan keuangan pada Satker keuangan lingkup Direktorat lingkup Direktorat Jenderal Pengelolaan Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Lahan dan Air, Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Tanaman Tanaman Pangan, dan Badan Ketahanan Pangan, dan Badan Ketahanan Pangan (Satker dan Pelaporan) Pangan Jumlah kegiatan evaluasi LAKIP, review laporan keuangan, dan pemeriksaan anggaran bantuan luar negeri pada unit kerja lingkup Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dan Badan Ketahanan Pangan (Laporan) Jumlah kegiatan pemantauan/ pengawalan dan evaluasi pada Satker lingkup Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dan Badan Ketahanan Pangan (Kegiatan dan Pelaporan) 106

60 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN 2.4 Peningkatan pelaksanaan pengawasan pada Satker lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal P2HP, dan Badan Litbang Pertanian Meningkatkan pelaksanaan pemeriksaan kinerja dan pengelolaan keuangan lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian INDIKATOR TARGET Jumlah kegiatan pemeriksaan kinerja dan pengelolaan keuangan pada Satker lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Satker dan Pelaporan) Jumlah kegiatan evaluasi LAKIP, review laporan keuangan, dan pemeriksaan anggaran bantuan luar negeri pada unit kerja lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Laporan) Jumlah kegiatan pemantauan/pengawalan dan evaluasi pada Satker lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Kegiatan dan Pelaporan) 2.5 Peningkatan pelaksanaan pengawasan pada Satker lingkup Direktorat Jenderal Peternakan, Badan Karantina Pertanian, dan Inspektorat Jenderal Meningkatkan pelaksanaan Jumlah kegiatan pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan kinerja dan pengelolaan pengelolaan keuangan pada Satker keuangan lingkup Direktorat lingkup Direktorat Jenderal Peternakan, Jenderal Peternakan, Badan Badan Karantina Pertanian, dan Karantina Pertanian, dan Inspektorat Inspektorat Jenderal (Satker dan Jenderal Pelaporan) 107

61 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Jumlah kegiatan evaluasi LAKIP, review laporan keuangan, dan pemeriksaan anggaran bantuan luar negeri pada unit kerja lingkup Direktorat Jenderal Peternakan, Badan Karantina Pertanian, dan Inspektorat Jenderal (Laporan) Jumlah kegiatan pemantauan/ pengawalan dan evaluasi pada Satker lingkup Direktorat Jenderal Peternakan, Badan Karantina Pertanian, dan Inspektorat Jenderal (Kegiatan dan Pelaporan) 2.6 Peningkatan pelaksanaan Pemeriksaan Khusus dan Tujuan Tertentu Meningkatnya pelaksanaan pemeriksaan khusus dan pengawasan untuk tujuan tertentu atas petunjuk Menteri Pertanian Jumlah rumusan kebijakan bidang pengawasan yang dihasilkan, pemeriksaan khusus dan pengusutan terhadap pengaduan masyarakat dan atas petunjuk/instruksi Menteri, pemeriksaan sanggahan terhadap LHP, pelaksanaan kegiatan intelejen terhadap dugaan pelanggaran peraturan perundangundangan dibidang pertanian, serta laporan hasil pemeriksaan/kegiatan lingkup Inspektorat Khusus (Kasus dan Pelaporan) Jumlah Unit Kerja lingkup Departemen pertanian yang ditetapkan sebagai Unit Kerja Wilayah Bebas dari Korupsi (Unit Kerja) 3 Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada Perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat yang didukung oleh sistem penyediaan Luas areal penerapan budidaya tanaman 2.969, , , , ,31 pangan yang tepat (ribu ha) 108

62 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN dan Swasembada Berkelanjutan SASARAN sarana produksi dan benih serta pengamanan produksi yang efisien untuk mewujudkan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan INDIKATOR Jumlah sarana produksi yang disediakan dan disalurkan serta lembaga perbenihan tanaman pangan yang dibina di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat: TARGET Sarana Produksi (Unit) Lembaga perbenihan (Balai) Jumlah subsidi pupuk dan benih : Pupuk (Juta ton) 11,06 11,32 11,6 11,89 12,2 Benih (ribu ton) 178,18 211,99 217,55 222,19 226,92 Luas areal yang aman dari serangan OPT 147,5 169, ,75 dan DFI pada pertanaman pangan yang menerapkan budidaya tanaman yang tepat (ribu ha) Produksi: Padi non hibrida (ribu ton) , , , , ,00 Padi hibrida (ribu ton) 1.509, , , , ,00 Padi lahan kering (ribu ton) 1.234, , , , ,00 Jagung (ribu ton) 926, , , , ,75 Kedelai (ribu ton) 380,00 460,56 542,69 665,57 790,86 Kacang tanah (ribu ton ) 83,17 172,40 268,01 370,36 383,84 Kacang hijau (ribu ton) 3,96 12,49 25,26 25,54 32,28 Ubi kayu (ribu ton) 155,09 159,69 164,68 169,82 175,39 Ubi jalar (ribu ton) 117,33 126,28 139,88 149,29 159,53 Produktivitas: Padi non hibrida (ku/ha) 64,00 64,00 64,00 64,00 64,00 Padi hibrida (ku/ha) 77,00 77,00 77,00 77,00 77,00 Padi lahan kering (ku/ha) 42,00 42,00 42,00 42,00 42,00 109

63 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Jagung (ku/ha) 65,00 65,00 65,00 65,00 65,00 Kedelai (ku/ha) 16,00 16,16 16,32 16,48 16,65 Kacang tanah (ku/ha) 17,51 18,15 18,81 19,49 20,20 Kacang hijau (ku/ha) 13,00 13,15 13,29 13,44 13,59 Ubi kayu (ku/ha) 250,00 257,03 264,25 271,67 279,31 Ubi jalar (ku/ha) 130,00 133,46 142,27 146,05 149,94 Luas Lahan: Padi non hibrida (ribu ha) 2.000, , , , ,00 Padi hibrida (ribu ha) 200,00 250,00 300,00 400,00 500,00 Padi lahan kering (ribu ha) 300,00 350,00 400,00 450,00 500,00 Jagung (ribu ha) 150,00 175,00 200,00 225,00 250,00 Kedelai (ribu ha) 250,00 300,00 350,00 425,00 500,00 Kacang tanah (ribu ha) 50,00 100,00 150,00 200,00 200,00 Kacang hijau (ribu ha) 3,21 10,00 20,00 20,00 25,00 Ubi kayu (ribu ha) 6,53 6,54 6,56 6,58 6,61 Ubi jalar (ribu ha) 9,50 9,96 10,35 10,76 11,20 Luas Panen: Padi non hibrida (ribu ha) 1.960, , , , ,00 Padi hibrida (ribu ha) 196,00 245,00 294,00 392,00 490,00 Padi lahan kering (ribu ha) 294,00 343,00 392,00 441,00 490,00 Jagung (ribu ha) 142,50 166,25 190,00 213,75 237,50 Kedelai (ribu ha) 237,50 285,00 332,50 403,75 475,00 Kacang tanah (ribu ha) 47,50 95,00 142,50 190,00 190,00 Kacang hijau (ribu ha) 3,05 9,50 19,00 19,00 23,75 Ubi kayu (ribu ha) 6,20 6,21 6,23 6,25 6,28 Ubi jalar (ribu ha) 9,03 9,46 9,83 10,22 10,64 110

64 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 3.1 Pengelolaan produksi tanaman serealia (Prioritas Nasional dan Bidang) SASARAN Meningkatnya perluasan penerapan budidaya tanaman serealia yang tepat dan berkelanjutan untuk peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas per satuan luas. INDIKATOR Luas areal penerapan budidaya serealia yang tepat dan berkelanjutan termasuk untuk bahan bakar nabati (ribu ha) : TARGET SLPTT padi non hibrida (ribu ha) 2.000, , , , ,00 SLPTT padi hibrida (ribu ha) 200,00 250,00 300,00 400,00 500,00 SLPTT Padi lahan kering (ribu ha) 300,00 350,00 400,00 450,00 500,00 SLPTT Jagung hibrida (ribu ha) 150,00 175,00 200,00 225,00 250,00 Pengembangan peningkatan produksi 0,10 0,13 0,15 0,18 0,20 gandum (ribu ha) Pengembangan peningkatan produksi 0,10 0,13 0,15 0,18 0,20 sorghum (ribu ha) Peta sentra produksi komoditas serealia (paket) Data luas tanam komoditas serealia (paket) 3.2 Pengelolaan produksi tanaman kacangkacangan dan umbi-umbian (Prioritas Nasional dan Bidang) Meningkatnya perluasan penerapan budidaya tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian yang tepat dan berkelanjutan untuk peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas per satuan luas. Luas areal penerapan budidaya tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian yang tepat dan berkelanjutan termasuk untuk bahan bakar nabati (ribu ha) : SLPTT kedelai (ribu ha) 250,00 300,00 350,00 425,00 500,00 SLPTT kacang tanah (ribu ha) 50,00 100,00 150,00 200,00 200,00 SLPTT kacang hijau (ribu ha) - 10,00 20,00 20,00 25,00 PTT kacang hijau (ribu ha) 3, PTT ubi kayu (ribu ha) 6,53 6,54 6,56 6,58 6,61 PTT ubi jalar (ribu ha) 9,50 9,96 10,35 10,76 11,20 PTT pangan lokal (ribu ha) 0,05 0,06 0,08 0,09 0,10 Peta sentra produksi beberapa komoditas Kabi (paket) 111

65 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN TARGET INDIKATOR Data luas tanam beberapa komoditas Kabi (paket) 3.3 Pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan (Prioritas Bidang) Terselenggaranya sistem pembinaan Lembaga perbenihan tanaman pangan lembaga perbenihan tanaman pangan yang dibina di lokasi penerapan budidaya yang efisien dan berkelanjutan di tanaman pangan yang tepat : lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat Tersusunnya roadmap kebutuhan & ketersediaan benih (paket) Tersusunnya kebijakan sistem subsidi benih (paket) Tersusunnya rancangan revitalisasi perbenihan (paket) BPSBTPH (Balai) BBI (Balai) Penyaluran subsidi benih tanaman pangan Tersalurnya benih tanaman pangan Jumlah benih tanaman pangan bersubsidi 178,18 211,99 217,55 222,19 226,92 (Prioritas Nasional dan Bidang) bersubsidi (ribu ton) 3.5 Pengelolaan sistem penyediaan dan pengawasan sarana produksi tanaman pangan (Prioritas Bidang) Terselenggaranya sistem penyediaan dan pengawasan sarana produksi tanaman pangan yang efisien dan berkelanjutan di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat. Sarana produksi tersedia dan terawasi di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat (unit) : Bantuan RPPPO (unit) Bantuan Traktor R-2 (unit) Bantuan Traktor R-4 (unit) Bantuan pompa air (unit) Penguatan UPJA pemula (unit) Penguatan UPJA berkembang (unit) Penguatan UPJA profesional (unit)

66 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN TARGET INDIKATOR Penguatan KP3 (unit) Penguatan PPNS Pupes (orang) Skrening pestisida (unit) Tersusunnya roadmap kebutuhan & penyediaan pupuk & alsintan (paket) 3.6 Penyaluran pupuk bersubsidi (Prioritas Nasional dan Bidang) Tersalurnya pupuk bersubsidi Tersusunnya kebijakan subsidi pupuk (paket) Jumlah pupuk bersubsidi (juta ton) 11,06 11,32 11,6 11,89 12,2 113

67 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 3.7 Penguatan perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT dan DFI (Prioritas Nasional dan Bidang) 3.8 Pengembangan metode pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu laboratorium pengujian benih (Prioritas Bidang) SASARAN Terkendalinya serangan OPT dan DFI di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat Berkembangnya metode pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura INDIKATOR TARGET Jumlah luas areal tanaman pangan yang 59,00 67,70 74,40 82,40 89,50 terserang OPT (ribu ha) Jumlah luas areal tanaman pangan yang 88,50 101,55 111,60 123,60 134,25 terkena DFI (ribu ha) Jumlah metode pengujian mutu benih yang dikembangkan, divalidasi dan disyahkan (metode) Jumlah laboratorium yang menerapkan sistem mutu (laboratorium) Jumlah laboratorium peserta uji profisiensi (laboratorium) Jumlah pelaksanaan uji petik mutu benih yang beredar (contoh benih) 3.9 Pengembangan peramalan serangan Tersedianya informasi dan model Organisme Penganggu Tumbuhan (Prioritas peramalan Organisme Penganggu Bidang) Tumbuhan (OPT) sebagai rujukan dalam pengamanan produksi tanaman pangan dan hortikultura Jumlah informasi peramalan serangan OPT (unit) Jumlah teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT (model) Jumlah propinsi yang menerapkan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT (propinsi) 3.10 Dukungan manajemen dan teknis lainnya Terselenggaranya pelayanan Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan administrasi dan pelayanan teknis umum serta evaluasi dan pelaporan program lainnya secara profesional dan pengelolaan produksi tanaman pangan, berintegritas di lingkungan kebijakan subsidi terpadu, data luas lahan, Direktorat Jenderal Tanaman (paket) Pangan 114

68 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 4. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan SASARAN Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman hortikultura yang aman konsumsi berdaya saing dan berkelanjutan INDIKATOR Produksi dan Laju Pertumbuhan Produksi Hortikultura Produksi : - Buah (ton) : - Sayuran (ton) : - Tanaman hias (tangkai) - Biofarmaka (kg) Laju Pertumbuhan Produksi : - Buah - Sayuran - Tanaman hias - Biofarmaka Peningkatan Mutu Produk Tanaman Hortikultura : TARGET ,00% 5,30% 5,50% 5,60% 5,60% 3,50% 3,80% 3,80% 4,20% 4,20% 6,00% 6,50% 6,50% 6,50% 6,50% 3,50% 4,00% 4,00% 4,00% 4,00% Peningkatan jumlah pelaku usaha 10,00% 10,00% 10,00% 10,00% 10,00% panutan (champion) dan gapoktan/asosiasi hortikultura Laju peningkatan ketersediaan produk hortikultura Kualitas Ekspor. - Buah - Tanaman Hias Laju Peningkatan Produktivitas kebun/lahan usaha hortikultura (mengajukan registrasi) - Buah (kebun) - Sayuran (lahan usaha) - Biofarmaka (lahan usaha) - Tanaman hias (lahan usaha) 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 115

69 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Peningkatan ketersediaan benih bermutu Benih buah 3 (%) %, benih sayur umbi 2 %, benih sayur biji 1 %, benih tanaman hias 2 % TARGET Benih buah 3 %, benih sayur umbi 2 %, benih sayur biji 1 %, benih tanaman hias 2 % Benih buah 3 %, benih sayur umbi 2 %, benih sayur biji 1 %, benih tanaman hias 2 % Benih buah 3 %, benih sayur umbi 2 %, benih sayur biji 1 %, benih tanaman hias 2 % Benih buah 3 %, benih sayur umbi 2 %, benih sayur biji 1 %, benih tanaman hias 2 % Proporsi luas serangan OPT utama Maksimal 5 % hortikultura terhadap total luas panen. terhadap luas panen Maksimal 5 % terhadap luas panen Maksimal 5 % terhadap luas panen Maksimal 5 % terhadap luas panen Maksimal 5 % terhadap luas panen 4.1 Dukungan manajemen dan teknis lainnya Meningkatnya kapasitas manajemen Jumlah dokumen pendukung pengembangan pada Direktorat Jenderal Hortikultura administrasi, sumberdaya manusia, produksi, produktivitas dan mutu produk sarana dan prasarana anggaran serta hortikultura: (perecanaan dan piranti lunak organisasi penganggaran, kerjasama internasional, pengembangan produksi hortikultura pengelolaan SDM, humas, keuangan, sarana dan prasarana, pelaksanaan, monitoring dan pelaporan, evaluasi pro 4.2 Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Produk Tanaman Buah Berkelanjutan (Prioritas Nasional dan Bidang) Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu buah yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan Produksi Tanaman Buah (ton), dan laju pertumbuhan produksi (%) (5,0%) Laju Peningkatan mutu produk tanaman buah: (5,30 %) (5,50%) (5,60%) (5,60) Laju Peningkatan Produktivitas kebun 5% 5% 5% 5% 5% buah (mengajukan registrasi) Jumlah pelaku usaha panutan 10% 10% 10% 10% 10% (Champion), Gapoktan/Asosiasi Hortikultura Laju peningkatan ketersediaan produk 5% 5% 5% 5% 5% buah Kualitas Ekspor 4.3 Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Produk Tanaman Sayuran dan Biofarmaka Berkelanjutan (Prioritas Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk sayuran dan biofarmaka yang cukup Produksi dan laju pertumbuhan Tanaman Sayuran dan biofarmaka : 116

70 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN Biofarmaka Berkelanjutan (Prioritas Nasional dan Bidang) SASARAN sayuran dan biofarmaka yang cukup dan aman konsumsi serta berkelanjutan INDIKATOR Sayuran (ton) (3,5 %) Biofarmaka (Kg) (3,5 %) TARGET (3,8 %) (4,0 %) (3,8 %) (4,0%) (4,2 %) (4,0%) (4,2%) (4,0 %) Laju Peningkatan mutu produk tanaman sayuran dan biofarmaka Laju Peningkatan Produktivitas lahan 5% 5% 5% 5% 5% usaha tanaman sayuran dan biofarmaka Jumlah pelaku usaha panutan 10% 10% 10% 10% 10% (Champion), Gapoktan/Asosiasi Hortikultura 4.4 Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Produk Tanaman Hias Berkelanjutan (Prioritas Bidang) Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman hias yang berdaya saing dan berkelanjutan Produksi dan laju pertumbuhan produksi Tanaman Hias (tangkai) (6,50%) Laju Peningkatan mutu produk tanaman hias (6,50%) (6,50%) (6,50%) (6,50%) Laju Peningkatan Produktivitas lahan 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% usaha tanaman hias (mengajukan registrasi) Jumlah pelaku usaha panutan 10,00% 10,00% 10,00% 10,00% 10,00% (Champion), Gapoktan/Asosiasi Hortikultura Laju peningkatan ketersediaan produk 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% 5,00% tanaman hias Kualitas Ekspor 4.5 Pengembangan Sistem Perbenihan, Pupuk dan Sarana Produksi lainnya (Prioritas Bidang) Terfasilitasinya penyediaan benih bermutu dalam mendukung peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk tanaman hortikultura Peningkatan ketersediaan benih bermutu (%) Benih buah 3 %, benih sayur umbi 2 %, benih sayur biji 1 %, benih tanaman hias 2 % Benih buah 3 %, benih sayur umbi 2 %, benih sayur biji 1 %, benih tanaman hias 2 % Benih buah 3 %, benih sayur umbi 2 %, benih sayur biji 1 %, benih tanaman hias 2 % Benih buah 3 %, benih sayur umbi 2 %, benih sayur biji 1 %, benih tanaman hias 2 % Benih buah 3 %, benih sayur umbi 2 %, benih sayur biji 1 %, benih tanaman hias 2 % 117

71 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR 4.6 Pengembangan Sistem Perlindungan Berkembangnya sistem perlindungan Proporsi luas serangan OPT utama Maksimal 5 % Tanaman Hortikultura (Prioritas Nasional dan Bidang) tanaman dalam mendukung pengembangan produksi hortikultura hortikultura terhadap total luas panen. terhadap luas panen TARGET Maksimal 5 % terhadap luas panen Maksimal 5 % terhadap luas panen Maksimal 5 % terhadap luas panen Maksimal 5 % terhadap luas panen 5. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya Capaian produksi (ribu ton) komoditi unggulan perkebunan (tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete dan jarak pagar); Swasembada gula nasional - Tebu (hablur) Koordinasi dalam perumusan kebijakan dan pemantauan ketersediaan dan distribusi pangan di 33 Provinsi Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri - Kapas Cengkeh Pengembangan komoditas ekspor - Tembakau Nilam Kopi Teh Kakao Lada Jambu mete Karet Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bioenergi) 118

72 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR bahan bakar nabati (bioenergi) TARGET Jarak pagar Kelapa Kelapa Sawit Kemiri sunan Peningkatan produktivitas (kg/ha) tanaman unggulan perkebunan (tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete dan jarak pagar); Swasembada gula nasional - Tebu Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri - Kapas Cengkeh Pengembangan komoditas ekspor - Tembakau Nilam Kopi Teh Kakao Lada Karet Jambu Mete Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bioenergi) 119

73 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR bahan bakar nabati (bioenergi) TARGET Jarak Pagar Kelapa Kelapa Sawit Kemiri Sunan Peningkatan mutu (% populasi standar) tanaman unggulan perkebunan (tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete dan jarak pagar); Penggunaan benih unggul bermutu, sarana produksi serta sumber benih bina perkebunan Jumlah penggunaan sarana produksi (%) ( Revitalisasi perbenihan dan pembibitan) Penguatan kelembagaan pengawas dan kelembagaan usaha perbenihan (Revitalisasi perbenihan dan perbibitan) Jumlah kelembagaan perbenihan (unit) Jumlah kelembagaan UPJA (unit usaha) Jumlah kelembagaan perlindungan tanaman SL-PHT Jumlah areal pengendalian OPT (hektar) dan penurunan titik api (hot spot) serta penanganan gangguan usaha perkebunan 120

74 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN TARGET INDIKATOR Jumlah penurunan titik api Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim (Prioritas Nasional dan Bidang) Terfasilitasinya pengembangan budidaya tanaman semusim (tebu,kapas, tembakau dan nilam) Capaian luas areal (ribu hektar) pembinaan dan pengembangan tanaman semusim (tebu, kapas, nilam, tembakau, dan aneka tanaman semusim lainnya) (Intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi) Swasembada Gula Nasional - Tebu Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri 5.2 Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman rempah dan penyegar (Prioritas Nasional dan Bidang) Terfasilitasinya pengembangan budidaya tanaman rempah dan penyegar (kopi, teh, kakao, lada, cengkeh) - Kapas Pengembangan Komoditas Ekspor - Tembakau Nilam Peningkatan luas areal (ribu hektar) pembinaan dan pengembangan tanaman rempah dan penyegar (kopi, teh, kakao, lada, cengkeh dan aneka tanaman rempah dan penyegar lainnya) (Intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi): Pengembangan Komoditas Ekspor - Kopi Teh Kakao Lada

75 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri TARGET Cengkeh Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (ribu ha) - Rehabilitasi 81,85 93,15 15,00 15,00 10,00 - Intensifikasi 30,55 49,45 15,00 20,00 20,00 - Peremajaan 22,60 27,40 5,00 5,00 5,00 - Pengendalian OPT 135,00 170,00 35,00 40,00 35,00 - Pemberdayaam petani (kelompok Tani) 6.750, , , , , Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman Tahunan (Prioritas Nasional dan Bidang) Terfasilitasinya pengembangan budidaya tanaman tahunan (kelapa, kelapa sawit, karet, jambu mete, jarak pagar) Peningkatan luas areal (ribu hektar) pembinaan dan pengembangan tanaman tahunan (Intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi) Pengembangan Komoditas Ekspor - Karet Jambu Mete Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio energi) - Jarak Pagar Kelapa Kelapa Sawit Kemiri sunan Revitalisasi perkebunan - Kelapa sawit Karet

76 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Kakao Penyusunan kebijakan Pengembangan bio energi - Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) - Koordinasi dengan pihak terkait dalam menyediakan insentif pajak untuk mendorong pemantapan energy terbarukan - Berpartisipasi aktif dalam Tim Koordinasi Interdept pengembangan bio-fuel - Pengembangan integrasi kebunternak (paket) 5.4 Dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi perkebunan (Prioritas Bidang) Terfasilitasinya penyediaan benih unggul bermutu dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas dan mutu tanaman perkebunan Jumlah penggunaan benih unggul bermutu dan sarana produksi perkebunan (%) (Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan) Revitalisasi Perbenihan - Jumlah penggunaan benih unggul bermutu Dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha perkebunan (Prioritas Bidang) Terfasilitasinya pengamatan dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan pada 13 komoditas perkebunan Revitalisasi Perlindungan Perkebunan Areal pengendalian OPT dan intensitas serangan OPT (ha) Penanganan gangguan usaha perkebunan (dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan) 123

77 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 5.6 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perkebunan SASARAN Terfasilitasinya pelayanan bidang perencanaan, evaluasi, data dan informasi, keuangan, dan pelayanan kepegawaian, organisasi, kehumasan, ketatausahaan, rumusan di bidang kesekretariatan yang berkualitas INDIKATOR Provinsi yang memperoleh pelayanan dibidang perencanaan program dan penganggaran dan kerjasama; Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi yang berkualitas; Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan asset yang berkualitas; Pelayanan organisasi kepegawaian, humas dan administrasi perkantoran yang berkualitas. (Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan) TARGET Propinsi 32 Propinsi 32 Propinsi 32 Propinsi 32 Propinsi Penyelesaian PP, Keppres, Perpres, Kepmentan sebagai turunan dari UU No. 18/2004 Pembinaan dan penilaian usaha perkebunan Penyediaan tenaga/petugas lapang seperti penyuluh, pengendali OPT, pengawas benih, inseminator, mantri tani/statistik, paramedik, petugas penyedia layanan informasi pasca, petugas revit perkebunan 124

78 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 5.7 Dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Surabaya SASARAN Terlaksananya pengawasan dan pengujian benih tanaman perkebunan INDIKATOR Pelaksanaan bimbingan teknis dan pengawasan mutu benih, pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih, adaptasi dan kelayakan, fasilitasi sertifikasi benih dan pemantauan peredaran benih TARGET Terlaksananya penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan Jumlah bibit yang tersertifikasi (dalam batang) Pelaksanaan analisadata serangan, situasi dan identifikasi OPT, koleksi OPT penting, pengembangan metode pengamatan, teknik survailance, model peramalan, teknik survailance, model peramalan OPT, fenomena iklim dan ganguan usaha serta taksasi kehilangan hasil, teknik pengendalian OPT dengan PHT Dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Medan Terlaksananya pengawasan dan pengujian benih tanaman perkebunan Jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan (paket) Pelaksanaan analisa data serangan, situasi dan identifikasi OPT, koleksi OPT penting, pengembangan metode pengamatan, teknik survailance, model peramalan, teknik survailance, model peramalan OPT, fenomena iklim dan ganguan usaha serta taksasi kehilangan hasil, teknik pengendalian OPT dengan PHT Jumlah bibit yang tersertifikasi (dalam batang) Terlaksananya penerapan Eksplorasi dan invetarisasi koleksi, teknik 125

79 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN teknologi proteksi tanaman perkebunan INDIKATOR perbanyakan/pengembangan pelepasan dan evaluasi pemanfaatan musuh alami, agens hayati dan pestisida nabati TARGET Dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Ambon Terlaksananya pengawasan dan pengujian benih tanaman perkebunan Terlaksananya penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan Jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan (paket) Jumlah pengawasan pelestarian plasma nutfah Jumlah bibit yang tersertifikasi (dalam batang) Jumlah eksplorasi dan invetarisasi koleksi, teknik perbanyakan/pengembangan pelepasan dan evaluasi pemanfaatan musuh alami, agens hayati dan pestisida nabati 6. Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal Meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, susu) Jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan (paket) Produksi daging meningkat 4,10% per tahun (ton) Produksi telur meningkat 4,42% per tahun (ton) Produksi susu meningkat 15,56% per tahun (ton) Meningkatnya kontribusi ternak Kontribusi daging sapi domestik terhadap 18,7 19,2 19,8 20,6 21,1 domestik dalam penyediaan total produksi daging sapi nasional pangan hewani (daging dan telur) meningkat (%) Kontribusi daging ayam buras terhadap 14, ,3 15,4 15,5 total produksi daging ayam nasional meningkat (%) Penyediaan sumber pembiayaan pertanian (PUAP, SMD, LDPM, LM3, LKM) kelompok 126

80 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak INDIKATOR Ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita meningkat 0,03% per tahun (g/kapita/hr) TARGET ,4 6,6 6,7 6,9 7,2 Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90 persen Produksi daging sapi domestik terhadap total penyediaan daging sapi nasional (%) 70,2 75,53 80,5 85, Peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan sumber daya lokal (Prioritas Bidang) Peningkatan kualitas dan kuantitas benih dan bibit ternak (sapi potong, sapi perah) Revitalisasi perbenihan dan perbibitan (semen ribu dosis) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu peternakan (embrio ekor) Peningkatan bibit sapi Penyediaan bibit sapi 200 ribu ekor per tahun Penambahan propinsi peserta KUPS Penambahan jumlah peserta dan pembinaan pelaksanaan KUPS (propinsi) Peningkatan produksi ternak ruminansia dengan pendayagunaan sumber daya lokal (Prioritas Nasional dan Bidang) UPT yang menjadi BLU Pengusulan 2 UPT peternakan menjadi Bahan Layanan Umum (BLU) Meningkatnya populasi dan produksi ternak ruminansia Peningkatan produksi dan produktivitas ternak (sapi ekor) Swasembada daging sapi (share produk dalam negeri %) Revitalisasi persusuan (ekor) Pemanfaatan kotoran ternak menjadi pupuk organik dan pemberian paket bantuan sosial pupuk organik (rumah kompos) Pengembangan dan pembinaan Biogas Asal Ternak Bersama Masyarakat (BATAMAS) terutama di sentra terpencil dan padat ternak (unit) 127

81 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Pengembangan integrasi ternak dan tanaman melalui pengelolaan kotoran ternak (padat & cair) menjadi pupuk organik dan pengolahan limbah tanaman untuk ternak terutama di sentra perkebunan, tanaman pangan dan holti kulture (klp) Penyediaan sumber pembiayaan pertanian (PUAP, SMD, LDPM, LM3, LKM) kelompok Pemanfaatan 700 ribu ha lahan kehutanan untuk pengembangan peternakan 6.3 Peningkatan produksi ternak non ruminansia dengan pendayagunaan sumber daya lokal (Prioritas Nasional dan Bidang) Meningkatnya populasi dan produksi, serta meningkatnya pendayagunaan sumber daya lokal ternak non ruminansia Restrukturiasi perunggasan (kelompok) Pengembangan pakan ternak (Unit) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis (Prioritas Nasional dan Bidang) Pelaksaan vaksinasi dan pengobatan Perlindungan hewan terhadap penyakit eksotik Penguatan sistem kesehatan hewan (vaksin/obat dlm juta dosis) Penyediaan tenaga/petugas lapang seperti penyuluh, pengendali OPT, pengawas n=benih, Inseminator, mantri tani/statistik, paramedik, petugas penyedia layanan informasi pasca, petugas revit bun Penjaminan pangan asal hewan yang aman dan halal serta pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan (Prioritas Nasional dan Bidang) Penguatan peran dan fungsi lembaga otoritas veteriner Peningkatan jaminan produk hewan ASUH dan daya saing produk hewan Peningkatan sertifikasi nomor veteriner yang ASUH 400 unit usaha Jaminan produk pangan asal hewan yang ASUH RPH/RPA

82 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 6.6 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Peternakan SASARAN Perlindungan hewan dan penyakit hewan INDIKATOR Penyelesaian PP, Kepmen, turunan dari UU No 18 th 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan TARGET Meningkatnya pelayanan prima kepada masyarakat Koordinasi dalam perumusan kebijakan dan pemantauan ketersediaan dan distribusi pangan 33 propinsi Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian Meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan % penurunan kehilangan/kerusakan hasil tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan Menurun 0,2 5% /thn Menurun 0,2 5% /thn Menurun 0,2 5% /thn Menurun 0,2 5% /thn Menurun 0,2 5% /thn % peningkatan produk dan jenis olahan 5%/thn 5%/thn 5%/thn 5%/thn 5%/thn hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan substitusi impor % peningkatan jumlah lembaga 5%/thn 5%/thn 5%/thn 5%/thn 5%/thn pemasaran petani dan penyerapan pasar hasil pertanian di pasar domestik % peningkatan ekspor dan surplus neraca 15%/thn 15%/thn 15%/thn 15%/thn 15%/thn perdagangan hasil pertanian 7.1 Pengembangan penangangan pasca panen pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang) Meningkatnya penanganan pasca panen hasil pertanian Jumlah kelompok tani yang menerapkan penanganan pasca panen sesuai GHP dan standar mutu 1800 poktan/ gapoktan 1980 poktan/ gapoktan 2178 poktan/ gapoktan 2396 poktan/ gapoktan 2636 poktan/ Gapoktan 7.2 Pengembangan pengolahan hasil pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang) Berkembangnya pengolahan hasil pertanian yang berkelanjutan % Peningkatan produksi kakao 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn fermentasi, karet bokar, mete % Peningkatan produksi pakan ternak 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn berbahan baku lokal Jumlah usaha pengolahan hasil pertanian unit unit unit unit unit yang bernilai tambah dan berdaya saing % Peningkatan agroindustri susu segar 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 129

83 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN TARGET INDIKATOR % Peningkatan produksi tepung cassava 5 %/thn 5 %/thn 5 %/thn 5 %/thn 5 %/thn fermentasi % Peningkatan produksi gula rakyat non 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn tebu. 7.3 Pengembangan mutu dan standardisasi pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang) Meningkatnya mutu dan keamanan pangan hasil pertanian Jumlah usaha pasca panen dan pengolahan yang menerapkan sistem jaminan mutu. 330 unit 330 unit 330 unit 330 unit 330 unit + 54 unit organik + 54 unit organik + 54 unit organik + 54 unit organik + 54 unit organik Jumlah pengujian mutu alat mesin 42 sertifikat 42 sertifikat 42 sertifikat 42 sertifikat 42 sertifikat pertanian 130

84 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 7.4 Pengembangan pemasaran domestik (Prioritas Bidang) SASARAN Meningkatnya pemasaran hasil pertanian TARGET INDIKATOR Jumlah kelembagaan pemasaran bagi 186 pasar 195 pasar 205 pasar 214 pasar 223 pasar petani Jumlah hasil pertanian yang diserap pasar 0% 2% 3% 4% 5% dalam negeri % Peningkatan kerjasama pasar modern 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn 10 %/thn dan tradisional % Peningkatan jaringan informasi harga 10 %/thn 10 %/thn 100 kab/thn 100 kab/thn 100 kab/thn antar Kab/Kota 7.5 Pengembangan pemasaran internasional Meningkatnya pemasaran Jumlah ekspor dan surplus neraca Meningkat (Prioritas Nasional dan Bidang) internasional hasil pertanian perdagangan hasil pertanian 15% dan meningkat 30% Meningkat 15% dan meningkat 30% Meningkat 15% dan meningkat 30% Meningkat 15% dan meningkat 30% Meningkat 15% dan meningkat 30% 7.6 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Meningkatnya manajemen pengolahan dan pemasaran hasil pertanian Nilai peta kerawan penyimpangan Putih Putih Putih Putih Putih Nilai laporan akuntabilitas Kinerja Gold Gold Gold Gold Gold Instansi Pemerintah (LAKIP) Nilai laporan keuangan WTP WTP WTP WTP WTP Nilai layanan publik Meningkat 25% Meningkat 25% Meningkat 25% Meningkat 25% Meningkat 25% Perencanaan, Keuangan dan kepegawaian peningkatan kualitas SDM & manajemen peningkatan kualitas SDM & manajemen peningkatan kualitas SDM & manajemen peningkatan kualitas SDM & manajemen peningkatan kualitas SDM & manajemen 131

85 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 8. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian SASARAN Terlaksananya pengembangan fasilitasi dalam pengelolaan lahan dan air melalui upaya pemberdayaan lahan pertanian, pengelolaan air irigasi pertanian dan perluasan areal pertanian INDIKATOR TARGET Terlaksananya (ha), ,884unit kegiatan pengelolaan air irigasi Terlaksananya (Ha) perluasan areal lahan Pertanian Terlaksananya Ha optimasi lahan pertanian (pupuk organik), dan Km JUT/Jalan produksi 8.1 Perluasan areal pertanian (Prioritas Meningkatnya luasan areal baru Luasan (Ha) perluasan areal Tanaman Nasional dan Bidang) lahan pertanian dalam mendukung pangan (saawah dan lahan Kering), peningkatan produksi pertanian hortikultura, perkebunan dan kawasan peternakan 8.2 Pengelolaan air untuk pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang) Meningkatnya ketersediaan air irigasi dalam mendukung produksi pertanian Tersedianya (unit) pengembangan sumber air alternatif skala kecil (melalui irigasi pedesaan, pengembangan sumber air tanah, pompanisasi air permukaan) yang berfungsi. Tersedianya optimasi pemanfaatan Air irigasi (melalui perbaikan JITUT/JIDES dan pengembangan TAM) yang berfungsi (ha) Tersedianya (unit) pengembangan Konservasi air (melalui pengembangan Embung, chek dam, sumur resapan, Antisipasi kekeringan dan banjir) yang berfungsi 132

86 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 8.3 Pengembangan pengelolaan lahan pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang) SASARAN Meningkatnya produktivitas lahan pertanian, dan prasarana Jalan Usaha Tani/Jalan Produksi serta pengendalian lahan untuk mendukung peningkatan produksi pertanian INDIKATOR TARGET Luasan (Ha) lahan yang dioptimasi, dikonservasi dan direhabilitasi, direklamasi (Pengembangan rumah kompos) Panjang jalan (Km) Usaha Tani dan Jalan Produksi, serta tersedianya data bidang tanah Petani yang layak disertifikasi Terlaksananya pengembangan System of Rice Intensification (SRI) paket (Adaptasi Iklim) 8.4 Dukungan manajemen dan dukungan teknis Meningkatnya fasilitasi pelayanan Tersedianya dokumen (Paket) perencanaan lainnya pada direktorat pengelolaan lahan dan air teknis dan administrasi untuk mendukung pelaksanaan kerja Direktorat Jenderal program, anggaran dan kerjasama (Renja- KL, RKA-KL, DIPA, POK, MOU Kerjasama PBIS, TOR) 9 Program Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing Peningkatan inovasi dan adopsi teknologi pertanian Inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan, dan produk olahan (paket) Inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya pertanian (paket) Rekomendasi kebijakan pertanian (paket) Adopsi inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan (propinsi) 133

87 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 9.1 Dukungan manajemen, fasilitasi dan instrumen teknis dalam pelaksanaan kegiatan litbang pertanian SASARAN INDIKATOR TARGET Pengembangan manajemen Jumlah paket dokumen perencanaan perencanaan program dan anggaran, program, anggaran, dan laporan kerjasama, pengelolaan sumberdaya, pelaksanaan program/ kegiatan litbang dan hasil litbang pertanian seluruh Satker Badan Litbang Pertanian Jumlah judul kerjasama kemitraan, sinergi penelitian pertanian, dan pemanfaatan hasil dengan Perguruan Tinggi Jumlah sertifikat paten untuk dilindungi, promosi teknologi litbang, dan naskah perjanjian kerja sama lisensi 9.2 Penelitian dan pengembangan tanaman pangan Penyediaan benih sumber dan varietas sangat genjah, pendampingan SLPTT dan peningkatan inovasi teknologi tanaman pangan mendukung P2BN Jumlah varietas sangat genjah dan unggul baru padi, serealia, kacang-kacangan & umbi-umbian Jumlah teknologi budidaya, panen dan pasca panen primer Jumlah aksesi sumberdaya genetik (SDG) padi, serealia, kacang-kacangan dan umbiumbian terkoleksi, teridentifikasi dan terkonservasi untuk perbaikan sifat varietas Jumlah produksi benih sumber (BS, FS) padi, serealia, kacang-kacangan & umbiumbian dengan SMM ISO dari 100 varietas tanaman pangan BS 10 ton BS 10 ton BS 15 ton BS 15 ton BS 15 ton FS 20 ton FS 20 ton FS 20 ton FS 20 ton FS 20 ton 9.3 Penelitian dan pengembangan tanaman hortikultura Meningkatnya inovasi teknologi tan.hortikultura mendukung Jumlah penelitian konsorsium padi, 2 Keg 2 Keg 2 Keg 2 Keg 2 Keg kedelai, dan gandum Jml VUB yg diminati konsumen

88 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN pengembangan kawasan hortikutura INDIKATOR Jumlah PN yang terkonservasi dan 20 Bw, 455 terkarakterisasi acc, 3925 TARGET acc acc acc acc 4100 Jml benih sumber : Sayuran GO 20 ton VUB buah tropik dan sub tropik batang (15 var) GO 25 ton batang (5 var) GO 16 ton batang (2 var) GO 35 ton batang (3 var) GO 40 ton batang (2 var) Aksesi mutasi buah trop Planlet, benih, stek tan. Hias ; 30 var ; 30 var Jumlah benih bt bwh dan bt atas hsl SE Jumlah teknologi budidaya produksi hortikultura ramah lingkungan 9.4 Penelitian dan pengembangan tanaman perkebunan Peningkatan inovasi tek. tan. perkebunan untuk meningkatkan produktivitas, diversifikasi dan nilai tambah tanaman perkebunan Jumlah varietas/klon unggul tanaman perkebunan Penyediaan jumlah bibit kakao (batang) melalui teknologi SE mendukung Gernas Kakao 10 var; 10 var; 10 var; 12 var; 15 var; 10 juta bibit 15 juta bibit 15 juta bibit 20 juta bibit 20 juta bibit 9.5 Penelitian dan pengembangan peternakan dan veteriner Meningkatkan Inovasi Teknologi Peternakan dan Veteriner Mendukung Program Percepatan Produksi Swasembada Daging Sapi (P2SDS) Jumlah teknologi untuk peningkatan produtivitas tanaman perkebunan Jumlah produk olahan tanaman perkebunan Jumlah penelitian konsorsium kelapa 3 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg sawit, kakao, dan jarak pagar Jumlah rekomendasi pembangunan peternakan dan veteriner, diseminasi, promosi, publikasi hasil penelitian dan koordinasi dengan stakeholders 135

89 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Jumlah SDG peternakan, TPT dan veteriner yang dikonservasi dan dikarakterisasi Jumlah galur (bangsa) baru ternak dan TPT spesifik lokasi Jumlah inovasi peternakan berupa twinning technology, aplikasi TPT murah dan teknologi veteriner (teknologi diagnosis, vaksin, epidemiologi, dan strategi pengendalian penyakit hewan strategis) yang dihasilkan dan didesiminasikan kepada pengguna Jumlah penelitian konsorsium sapi perah 2 Keg 2 Keg 2 Keg 2 Keg 2 Keg dan sapi potong 9.6 Penelitian/analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian Hasil penelitian/analisis sosial Jumlah rekomendasi kebijakan tentang ekonomi dan rekomendasi kebijakan pertanian Penguatan daya saing dan perlindungan usaha pertanian; Pengelolaan sumberdaya pert. & pembangunan infrastruktur pert.; Pengembangan kelembagaan dan paraturan mendorong iklim usaha yg kondusif; Makro ekonomi mendorong pertumbuhan sektor pertanian; Pembangunan pert.& perdesaan Konsorsium karakteristik sosek petani padi 9.7 Pengembangan perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian Meningkatnyapenyebaran teknologi hasil litbang pertanan mendukung ketahanan dan kemandirian pangan Jumlah judul jurnal primer dan publikasi bibliografis Jumlah perpustakaan yang dibina dan 13 Jdl 65 UK/UPT 13 Jdl 13 Jdl 13 Jdl 65 UK/UPT 65 UK/UPT 65 UK/UPT 13 Jdl 65 UK/UPT 136

90 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN TARGET INDIKATOR ditata Jumlah tambahan koleksi 30 jdl / 3 dtbase 35 jdl / dtbase 4 40 judul / dtbase 4 45 judul / 4 dtbase 50 jdl / dtbase 4 Jumlah kegiatan diseminasi dan 8 Keg 8 Keg 8 Keg 8 Keg 8 Keg perpustakaan 9.8 Penelitian/perekayasaan dan pengembangan mekanisasi pertanian Meningkatnya inovasi dan adopsi teknologi mekanisasi pertanian untuk peningkatan produktiifitas, efisiensi dan nilai tambah produk pertanian dan limbahnya Inovasi teknologi dan sistem mekanisasi pertanian untuk peningkatan; produktivitas, efisiensi, kualitas, nilai tambah komoditas utama pertanian dan limbahnya Kerjasama litbang mektan, konsorsium alsintan serta bahan rekomendasi kebijakan (paket) Prototipe alsin yang didiseminasikan (Paket) 9.9 Penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan pertanian Tersedianya data, informasi dan peningkatan inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya lahan pertanian Tersedianya peta potensi sumberdaya lahan pertanian terlantar 2,5 juta ha di Sulawesi dan daerah lainnya 2,5 juta ha di Sulawesi, NT & lainnya 3,5 juta ha di Maluku dan Papua 3,5 juta ha di Papua, dan daerah lainnya 3,5 juta ha di Papua, di daerah lainnya Jumlah informasi, paket komponen 9 paket 9 paket 9 paket 8 paket 8 paket teknologi pengelolaan SDL (lahan kering, lahan sawah, rawa, pasang surut, air, formula pupuk dan pembenah tanah, dan lingkungan pertanian) Jumlah informasi, pengelolaan sumberdaya iklim & air, model prediksi bencana pertanian serta paket komponen teknologi perubahan iklim global, mitigasi dan adaptasinya terhadap sektor pertanian 3 paket; 3 paket; 3 paket; 1 model prediksi bencana pertanian; 1 peta kalender tanam 2 model prediksi bencana pertanian; 1 peta kalender tanam 2 model pengelolaan SDA; 1 peta kalender tanam 3 paket; 2 model pengelolaan SDA; 1 peta kalender tanam 3 paket; 2 model pengelolaan SDA; 1 peta kalender tanam 137

91 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Jumlah rekomendasi kebijakan 2 paket 2 paket 2 paket 2 paket 2 paket penanganan perubahan iklim, dan konsorsium pengelolaan perubahan iklim dan lahan kering 9.10 Penelitian dan pengembangan bioteknologi dan sumber daya genetik pertanian Peningkatan inovasi dan adopsi hasil bioteknologi dan pemanfaatan sumberdaya genetik pertanian (SDGP) untuk mendukung ketahanan pangan dan peningkatan daya saing produk pertanian Jumlah aksesi SDGP dan database yang dikonservasi atau diremajakan Jumlah varietas unggul atau galur harapan padi, kedelai, dan jagung berproduktivitas tinggi dan berumur genjah melalui somatik embriogenesis, genom sequencing 2250 aksesi SDGP; 4 database 51 galur kedelai dan padi; 3 populasi baru padi; 6 galur transgenik 2250 aksesi SDGP; 4 database Keragaman 50 galur kedelai; 1 varietas padi unggul; Galur baru padi; 5 Galur transgenik (FUT) 2250 aksesi SDGP; 4 database 50 galur harapan kedelai; 2 galur harapan baru padi; Galur baru padi; 5 Galur transgenik (FUT) 2250 aksesi SDGP; 4 database Galur terpilih; 1 var. unggul padi baru; Galur baru terseleksi padi; 5 Galur transgenik (LUT) 2250 aksesi SDGP; 4 database Varietas unggul kedelai; Galur harapan baru padi; 5 Galur transgenik (LUT) Jumlah galur harapan gandum tropis Galur gandum transgenik mengandung gen ZmDreb2A Galur gandum adaptif iklim hasil pengujian di FUT Galur gandum adaptif iklim LUT Galur gandum adaptif iklim LUT Jumlah galur padi dan jagung efisien penggunaan pupuk sintetik 125 galur calon hibrida jagung unggul galur hibrida jagung adaptif kondisi pupuk rendah 8-10 galur hibrida jagung harapan dan padi harapan 2 Galur harapan jagung hibrida dan padi transgenik 2-4 varietas unggul hibrida jagung; Galur padi transgenik Jumlah biofertilizer untuk padi dan tebu 20 isolat potensial biofertilizer 20 isolat potensial biofertilizer 3 formula bahan pembawa 2 biofertilizer padi 1 biofertilizer tebu 138

92 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Jumlah tanaman manggis dan durian tanpa biji TARGET metode regenerasi dan transformasi 2 metode transformasi dan perbanyakan 2 jenis tanaman transgenik putatif 2 jenis tanaman transgenik Bahan sambungan Jumlah peta gen sifat-sifat penting pada kelapa sawit, jarak pagar dan sapi 7 sekuens whole genom 258 sekuens DNA target 3 sistem kit dan peta gen Jumlah klon gen pengendali sifat toleran kekeringan, produktivitas dan umur genjah 3 mutan biologi padi terseleksi; 3 klon gen faktor transkripsi; 3 transkrip cdna 3 klon gen target kandidat; 3 gen faktor transkripsi; 3 konstruksi cdna 6 gen target fungsional; 3 gen faktor transkripsi fungsional 139

93 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO 9.11 PROGRAM/KEGIATAN Penelitian dan pengembangan pasca panen pertanian SASARAN Meningkatnya inovasi teknologi pascapanen dan pengembangan produk hasil pertanian INDIKATOR Jumlah teknologi penanganan segar produk hortikultura dan daging Jumlah produk diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor TARGET Jumlah produk pengembangan/ product development untuk peningkatan nilai tambah 9.12 Pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian Pengembangan teknologi pertanian Jumlah koordinasi penyusunan 10 koordinasi 10 koordinasi 10 koordinasi 10 koordinasi 10 koordinasi serta pembinaan dan koordinasi penganggaran, pelaksanaan dan monev kegiatan Balai Pengkajian Teknologi kegiatan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Pertanian Jumlah advokasi teknis, pendampingan, 34 advokasi 69 advokasi 69advokasi 69 advokasi 69 advokasi dan kebijakan operasional pembangunan pertanian wilayah, regional, dan nasional (termasuk PUAP) Jumlah adaptasi teknologi spesifik lokasi 64 teknologi 96 teknologi 96 teknologi 96 teknologi 96 teknologi Jumlah diseminasi inovasi pertanian 329 kegiatan 446 kegiatan 446 kegiatan 446 kegiatan 446 kegiatan 10. Program Pengembangan SDM Pertanian dan Kelembagaan Petani Pengembangan SDM pertanian, melalui pemberdayaan SDM dan kelembagaan petani Jumlah aparatur di sektor pertanian yang diberdayakan dan dikembangkan kapasitasnya melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, serta sertifikasi profesi SDM pertanian (orang) Jumlah non aparatur di sektor pertanian yang diberdayakan dan dikembangkan kapasitasnya melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, serta sertifikasi profesi SDM pertanian (orang) 140

94 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Jumlah kelembagaan Petani yang ditumbuhkembangkan dan diberdayakan kapasitasnya melalui penyuluhan dan pelatihan pertanian (unit) 10.1 Pengembangan reorientasi pendidikan pertanian (Prioritas Bidang) Mengembangkan progam pendidikan pertanian Persentase jumlah kegiatan pendidikan pertanian yang dirancang dan dianggarkan(%) Jumlah jenis profesi SDM Pertanian yang terstandarisasi dan tersertifikasi (jenis) Mengembangkan kelembagaan pendidikan pertanian Jumlah kelembagaan pendidikan yang ditingkatkan kualitasnya (lembaga) Mengembangkan ketenagaan pendidikan pertanian Jumlah tenaga fungsional dan profesi yang sesuai dengan standar kompetensi (orang) Jumlah SDM Pertanian yang ditingkatkan kompetensinya melalui Diklat Fungsional dan Diklat Profesi yang sesuai dengan standar kompetensi(orang) Jumlah aparatur yang meningkat jenjang pendidikan formal Jumlah lulusan DIV di bidang RIHP Jumlah SDM Pertanian yang ditingkatkan kompetensinya melalui pendidikan SPP(orang) Jumlah lulusan yang mengikuti retooling di bidang pertanian 141

95 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Peningkatan kerjasama pendidikan pertanian di dalam dan luar negeri Persentase Jumlah kegiatan kerjasama pendidikan di dalam dan di luar negeri yang dirancang dan dilaksanakan (%) Pemantapan sistem pelatihan pertanian Menumbuh kembangkan kelembagaan pelatihan dan kelembagaan petani jumlah kelembagaan UPT Pusat dan P4S yang terakreditasi Meningkatkan kualitas dan kuantitas ketenagaan pelatihan pertanian - Mengembangkan pelatihan aparatur pertanian Jumlah aparatur pertanian yang ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan (orang) Mengembangkan pelatihan non aparatur pertanian Jumlah non aparatur pertanian yang ditingkatkan kompetensinya melalui pelatihan(orang) Meningkatkan penyelenggaraan pelatihan pertanian Persentase jumlah kegiatan yang mendukung penyelenggaraan pelatihan pertanian yang dirancang dan dianggarkan (%) Mengembangkan kerjasama pelatihan pertanian Jumlah kegiatan kerjasama pelatihan dan prosentase jumlah jenis pelatihan yang dirancang dan dilaksanakan (paket) Pemantapan sistem penyuluhan pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang) Menata dan menguatkan kelembagaan penyuluhan pertanian Jumlah kelembagaan penyuluhan pertanian yang terbentuk sesuai UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K(Bakorluh dan Bapeluh) Menumbuhkembangkan kelembagaan petani jumlah kelembagaan petani (gapoktan) Meningkatnya BPP model Jumlah BPP model

96 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN Meningkatkan kualitas dan kuantitas ketenagaan penyuluh pertanian INDIKATOR Jumlah Ketenagaan penyuluhan pertanian yang ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya(orang) TARGET Meningkatkan mutu penyelenggaraan penyuluhan pertanian Persentase jumlah kegiatan yang mendukung penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang dirancang dan dianggarkan (%) Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Badan Pengembangan SDM Pertanian Meningkatnya kapasitas administrasi, manajemen sumber daya manusia, sarana dan prasarana anggaran serta piranti lunak organisasi pengembangan SDM Pertanian Jumlah Dokumen perencanaan, keuangan, umum, serta evaluasi dan pelaporan program pengembangan SDM pertanian (paket) pemantapan sistem perencanaan - pemantapan sistem pengelolaan keuangan dan perlengkapan - Pemantapan sisdur pengelolaan peraturan perundang-undangan, organisasi, ketatalaksanaan dan kepegawaian - Pemantapan sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan - Pengelolaan gaji dan operasional perkantoran Meningkatnya kapasitas SDM pengelola LM3 Jumlah kegiatan dalam rangka koordinasi LM3 (paket)

97 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 11. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat SASARAN Meningkatnya ketahanan pangan melalui konsumsidan keamanan pangan segar, distribusi dan pemberdayaan ditingkat masyarakat serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan. INDIKATOR TARGET % Realisasi koordinasi analisis dan rumusan kebijakan ketahanan pangan. % Realisasi gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan dalam peningkatan konsumsi pangan beragam dan bergizi seimbang. % Realisasi penguatan kelembagaan distribusi pangan masyarakat dalam stabilisasi harga dan cadangan pangan masyarakat. % Realisasi pengembangan Desa Mandiri Pangan dalam mengurangi jumlah penduduk rawan pangan 11.1 Pengembangan penganekaragaman Meningkatnya pemantapan Pengembangan Desa P2KP konsumsi pangan dan peningkatan keamanan pangan segar penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan (Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan, dan Promosi dalam rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan, Desa Desa Desa Desa Desa 383 Pusat / Prop / Kab 434 Pusat / Prop / Kab 484 Pusat / Prop / Kab 484 Pusat / Prop / Kab 484 Pusat / Prop / Kab Penyediaan tenaga/petugas lapang Desa Desa Desa Desa Desa seperti penyuluh (Pendampingan P2KP) Penanganan keamanan pangan segar di 33/236 tingkat produsen dan konsumen Prop/kab 33/236 Prop/kab 33/236 Prop/Kab 33/350 Prop/Kab 33/350 Prop/Kab Terlaksananya pemantauan dan 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan (Percepatan diversifikasi pangan) 144

98 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Tersedianya data dan informasi tentang 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop pola konsumsi, penganekaragaman dan keamanan pangan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan. Meningkatnya pemantapan distribusi dan harga pangan. Pengembangan sistem distribusi dan 750 Gap Gap Gap Gap Gap stabilitas harga pangan melalui Penyediaan Pembiayaan dalam Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Penyediaan tenaga/petugas lapang 750 Gap Gap Gap Gap Gap seperti penyuluh (Pendampingan Penguatan LDPM) Tersedianya data dan informasi tentang 33 distribusi, harga dan akses pangan. Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop Terlaksananya pemantauan dan 33 pemantapan distribusi, harga dan akses Prop pangan. (Peningkatan efisiensi distribusi dan akses pangan) 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 11.3 Pengembangan ketersediaan dan penanganan rawan pangan. Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan. Pengembangan Desa Mandiri Pangan dan Lumbung Pangan Desa Desa Desa Desa Desa 800 Lb 1225 Lb Lb Lb Lb Penyediaan tenaga/petugas lapang Desa Desa Desa Desa Desa seperti penyuluh (Pendampingan Desa Mandiri Pangan) Penanganan daerah/lokasi Rawan 350 Pangan Kab 400 Kab 450 Kab 450 Kab 450 Kab Tersedianya Data & Informasi tentang 33 ketersediaan, cadangan dan daerah rawan Prop pangan. 33 Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 145

99 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR Terlaksananya pemantauan dan analisis 33 ketersediaan dan kebutuhan pangan, Prop serta pemantauan dan pemantapan kerawanan pangan. TARGET Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop Menyusun skenario penyediaan pangan 33 Prop 33 berbasis wilayah. Prop 33 Prop 33 Prop 33 Prop 11.4 Dukungan Manajemen dan teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Meningkatnya manajemen serta pelayanan administrasi dan keuangan secara efektif dan efisien dalam mendukung pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan. Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, 5 Pkt / 33 Prop 350 kab umum serta evaluasi dan pelaporan Program Pengembangan Koordinasi Perumusan Kebijakan Ketahanan Pangan Koordinasi ketahanan pangan (Dewan Ketahanan Pangan), serta Koordinasi dalam perumusan kebijakan dan pemantauan ketersediaan, distribusi dan konsumsi dan keamanan pangan 33 Prop 350 Kab 5 Pkt / 33 Prop 350 kab 33 Prop 350 Kab 5 Pkt / 33 Prop 350 kab 33 Prop 350 Kab 5 Pkt / 33 Prop 350 kab 33 Prop 350 Kab 5 Pkt / 33 Prop 350 kab 33 Prop 350 Kab 12. Program Karantina Pertanian dan Keamanan Hayati Meningkatnya efektifitas pelayanan Efektifitas pengendalian resiko masuk 50% 75% 80% 85% 90% karantina dan pengawasan keamanan dan menyebarnya HPHK dan OPTK, hayati serta pangan yang tidak sesuai standar keamanan pangan Efektifitas pelayanan ekspor komoditas 90% 90% 90% 90% 95% pertanian dan produk tertentu. Tingkat kepatuhan dan kepuasan 75% 85% 90% 90% 95% pengguna jasa karantina pertanian 12.1 Peningkatan Sitem Karantina Hewan Kebijakan teknis Karantina Hewan Jml Rumusan Kebijakan teknis operasional (Prioritas Bidang) yang efektif dalam operasional karantina hewan yang pencegahan masuk, menyebar dan dihasilkan/disempurnakan dan dapat keluarnya HPHK. berimplementasi (paket) 146

100 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR TARGET Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan Kebijakan teknis Karantina Jml Rumusan Kebijakan teknis operasional (Prioritas Bidang) Tumbuhan yang efektif dalam karantina tumbuhan yang operasional pencegahan masuk dan dihasilkan/disempurnakan dan dapat menyebarnya OPTK berimplementasi (paket) 12.3 Pengembangan Sistem Informasi dan Peningkatan sistem Pengawasan Keamanan Hayati (prioritas Bidang) Kebijakan teknis pengawasan keamanan hayati yang efektif dalam operasional pengawasan keamanan hayati hewani dan Nabati; dan sistim informasi yang optimal dalam mendukung operasional Program Barantan Jml Rumusan Kebijakan teknis operasional pengawasan keamanan hayati yang dihasilkan/disempurnakan dan dapat berimplementasi Tingkat kesiapan infrastruktur sistem 40% 50% 75% 80% 90% informasi Barantan Prosentase peningkatan akses informasi 25% 50% 50% 50% 25% melalui jaringan ke pusat data Barantan oleh instansi terkait, pengguna jasa dan unit kerja lingkup Barantan 12.4 Peningkatan Kualitas Pelayanan karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati.(Prioritas Nasional dan Bidang) Pelayanan karantina pertanian dan pengawasan keamanan hayati yang efektif Vol. dan frek. operasional tindakan 350 rb 400 rb 420 rb 450 rb 450 rb karantina pertanian dan pengawasan keamanan hayati (sertifikasi karantina) Prosentase peningkatan indeks 10% 20% 5% 5% 5% kesesuaian operasional tindakan karantina dan pengawasan terhadap kebijakan, standar, teknik dan metoda yang diberlakukan Prosentase penolakan kiriman barang 0% 0% 0% 0% 0% ekspor yang disertifikasi karantina pertanian Peningkatan Indeks kepuasan dan 15% 15% 10% 10% 10% kepatuhan pengguna jasa 147

101 Lampiran 1. TARGET PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN DEPARTEMEN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 12.5 Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan laboratorium Uji Standar Karantina Pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang) SASARAN Penyelenggaraan laboratorium yang berkualitas dalam mendukung efektifitas penilaian dan pengendalian resiko ditempat pemasukkan dan pengeluaran INDIKATOR TARGET Jml teknik dan metoda tindakan karantina dan pengawasan keamanan hayati yang diujicobakan dan dikembangkan Jumlah sampel lab. yang diperiksa sesuai ruang lingkup pengujian (Uji Standar, rujukan, konfirmasi dan profisiensi) Jumlah laboratorium karantina yang diakreditasi 12.6 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Badan Karantina Pertanian Meningkatnya kualitas manajemen kinerja penyelenggaraan karantina pertanian dan pengawasan keamanan hayati Opini laporan keuangan WTP WTP WTP WTP WTP Kualifikasi laporan kinerja minimal baik 100% 100% 100% 100% 100% Peningkatan indeks kesesuaian 5% 25% 5% 5% 5% kompetensi terhadap standar pelayanan Indeks budaya kerja Jumlah rancangan peraturan yang diselesaikan/disempurnakan berdasarkan rumusan kebijakan teknis (paket) Jumlah kehadiran dalam agenda pertemuan internasional (bilateral, regional, dan multilateral) (paket) 148

102 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan 1.417, , , , ,86 Tugas Teknis Lainnya Departemen Pertanian 1.1 Koordinasi dan pembinaan perencanaan Departemen 86,67 91,00 95,55 100,33 105,34 Pertanian 1.2 Pengelolaan keuangan dan perlengkapan departemen 134,57 141,30 148,37 155,78 163,57 serta pemeliharaan sarana dan prasarana kantor pusat Departemen Pertanian 1.3 Pembinaan hukum dan peraturan perundang-undangan 44,00 46,20 48,51 50,94 53,48 di bidang pertanian serta koordinasi humas dan komunikasi publik di bidang pertanian 1.4 Pengembangan kerjasama luar negeri untuk bidang 16,16 16,97 17,81 18,70 19,64 pangan dan pertanian dalam kerangka bilateral, regional, multilateral serta PBB 1.5 Peningkatan kualitas kelembagaan, ketatalaksanaan 45,24 47,51 49,88 52,37 54,99 dan kepegawaian 1.6 Pelayanan perizinan dan investasi pertanian (Prioritas 11,61 12,19 12,80 13,44 14,11 Nasional dan Bidang) 133 ]

103 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Pelayanan pembiayaan pertanian, Pengembangan 1.017, , , , ,63 Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) (Prioritas Nasional dan Bidang) 1.8 Pengembangan perstatistikan dan sistem informasi 54,78 57,51 60,39 63,41 66,58 pertanian 1.9 Pengembangan perlindungan dan pendaftaran varietas 7,00 7,35 7,72 8,10 8,51 tanaman (Prioritas Bidang) 2 Program Pengawasan dan Peningkatan 66,11 67,51 69,01 70,51 72,01 Akuntabilitas Aparatur Departemen Pertanian 2.1 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya 33,13 34,53 36,03 37,53 39,03 pada Inspektorat Jenderal 2.2 Peningkatan pelaksanaan pengawasan pada Satker 5,38 5,38 5,38 5,38 5,38 lingkup Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Badan Pengembangan SDM Pertanian 134 ]

104 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Peningkatan pelaksanaan pengawasan pada Satker 5,38 5,38 5,38 5,38 5,38 lingkup Direktorat Jenderal PLA, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan & Badan Ketahanan Pangan 2.4 Peningkatan pelaksanaan pengawasan pada Satker 5,38 5,38 5,38 5,38 5,38 lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal P2HP, dan Badan Litbang Pertanian 2.5 Peningkatan pelaksanaan pengawasan pada Satker 5,38 5,38 5,38 5,38 5,38 lingkup Direktorat Jenderal Peternakan, Badan Karantina Pertanian, dan Inspektorat Jenderal 2.6 Peningkatan pelaksanaan Pemeriksaan Khusus dan 11,46 11,46 11,46 11,46 11,46 Tujuan Tertentu 135 ]

105 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan 892, , , , ,80 Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan 3.1 Pengelolaan produksi tanaman serealia (Prioritas 360,74 469,80 616,30 825, ,40 Nasional dan Bidang) 3.2 Pengelolaan produksi tanaman kacang-kacangan dan 84,24 174,10 233,70 316,50 402,20 umbi-umbian (Prioritas Nasional dan Bidang) 3.3 Pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan 53,50 60,50 66,00 72,50 80,00 (Prioritas Bidang) 3.4 Penyaluran subsidi benih tanaman pangan (Prioritas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Nasional dan Bidang) 3.5 Pengelolaan sistem penyediaan dan pengawasan sarana 50,37 107,30 135,90 177,20 228,40 produksi tanaman pangan (Prioritas Bidang) 3.6 Penyaluran pupuk bersubsidi (Prioritas Nasional dan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Bidang) 136 ]

106 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Penguatan perlindungan tanaman pangan dari 60,56 95,00 105,00 115,00 125,00 gangguan OPT dan DFI (Prioritas Nasional dan Bidang) 3.8 Pengembangan metode pengujian mutu benih dan 1,50 1,95 2,54 3,30 4,29 penerapan sistem mutu laboratorium pengujian benih (Prioritas Bidang) 3.9 Pengembangan peramalan serangan Organisme 2,70 3,51 4,56 5,93 7,71 Penganggu Tumbuhan (Prioritas Bidang) 3.10 Dukungan manajemen dan teknis lainnya pada 278,76 292,70 307,30 322,70 338,80 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan 330,28 363,30 417,80 501,36 626,70 Mutu Produk Tanaman Hortikultura Berkelanjutan 4.1 Dukungan manajemen dan teknis lainnya pada 94,39 103,83 119,40 143,28 179,10 Direktorat Jenderal Hortikultura 137 ]

107 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Produk 64,45 70,90 81,53 97,84 122,30 Tanaman Buah Berkelanjutan (Prioritas Nasional dan Bidang) 4.3 Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Produk 67,52 74,28 85,42 102,50 128,13 Tanaman Sayuran dan Biofarmaka Berkelanjutan (Prioritas Nasional dan Bidang) 4.4 Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Produk 21,48 23,63 27,18 32,61 40,77 Tanaman Hias Berkelanjutan (Prioritas Bidang) 4.5 Pengembangan Sistem Perbenihan, Pupuk dan Sarana 46,14 50,75 58,36 70,04 87,54 Produksi lainnya (Prioritas Bidang) 4.6 Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman 36,29 39,92 45,90 55,09 68,86 Hortikultura (Prioritas Nasional dan Bidang) 5. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan 454,10 478,37 504,00 531,11 559,74 Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan 138 ]

108 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman 45,57 47,85 50,24 52,76 55,39 semusim (Prioritas Nasional dan Bidang) 5.2 Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman 46,07 48,38 50,79 53,33 56,00 rempah dan penyegar (Prioritas Nasional dan Bidang) 5.3 Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman 79,15 83,11 87,26 91,63 96,21 Tahunan (Prioritas Nasional dan Bidang) 5.4 Dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan 30,66 32,19 33,80 35,49 37,27 sarana produksi perkebunan (Prioritas Bidang) 5.5 Dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan 23,03 24,19 25,39 26,66 27,99 gangguan usaha perkebunan (Prioritas Bidang) 5.6 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya 165,76 175,61 186,12 197,32 209,28 Direktorat Jenderal Perkebunan 5.7 Dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Surabaya 16,42 17,23 18,10 19,01 19, ] Dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman 32,32 33,93 35,63 37,41 39,28

109 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Medan ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBP2TP Ambon 15,12 15,88 16,67 17,50 18, ]

110 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN 6. Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) , , , , , Peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit 93,50 114,50 132,00 142,50 147,40 dengan mengoptimalkan sumber daya lokal (Prioritas Bidang) 6.2 Peningkatan produksi ternak ruminansia dengan 346,00 740,10 830,86 930, ,60 pendayagunaan sumber daya lokal (Prioritas Nasional dan Bidang) 6.3 Peningkatan produksi ternak non ruminansia dengan 81,50 104,50 130,00 153,00 176,00 pendayagunaan sumber daya lokal (Prioritas Nasional dan Bidang) 6.4 Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan 187,69 225,00 265,00 285,00 305,00 menular strategis dan penyakit zoonosis (Prioritas Nasional dan Bidang) 141 ]

111 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Penjaminan pangan asal hewan yang aman dan halal 179,00 220,00 270,00 320,00 410,00 serta pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan (Prioritas Nasional dan Bidang) 6.6 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya 53,00 69,00 65,00 71,00 80,00 pada Direktorat Jenderal Peternakan 7. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, 326,81 431,06 569,03 751,75 993,89 Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian 7.1 Pengembangan penangangan pasca panen pertanian 35,30 46,24 60,58 79,36 103,96 (Prioritas Nasional dan Bidang) 7.2 Pengembangan pengolahan hasil pertanian (Prioritas 125,83 168,61 225,94 302,76 405,69 Nasional dan Bidang) 7.3 Pengembangan mutu dan standardisasi pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang) 22,57 30,69 41,74 56,77 77, ]

112 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Pengembangan pemasaran domestik (Prioritas Bidang) 64,48 85,12 112,36 148,31 195, Pengembangan pemasaran internasional (Prioritas 33,46 44,84 60,09 80,52 107,89 Nasional dan Bidang) 7.6 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya 45,17 55,55 68,33 84,05 103,38 pada Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 8. Program Penyediaan dan Pengembangan 755, , , , ,20 Prasarana dan Sarana Pertanian 8.1 Perluasan areal pertanian (Prioritas Nasional dan 225, , , , ,87 Bidang) 8.2 Pengelolaan air untuk pertanian (Prioritas Nasional dan 313,23 769,69 860,75 855,96 850,08 Bidang) 8.3 Pengembangan pengelolaan lahan pertanian (Prioritas 214, , ,88 949,25 905,25 Nasional dan Bidang) 143 ]

113 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 pada direktorat pengelolaan lahan dan air 9 Program Penciptaan Teknologi dan Varietas 908,28 981, , , ,86 Unggul Berdaya Saing 9.1 Dukungan manajemen, fasilitasi dan instrumen teknis 94,28 103,71 114,08 125,49 138,04 dalam pelaksanaan kegiatan litbang pertanian 9.2 Penelitian dan pengembangan tanaman pangan 118,16 141,79 170,15 204,18 245, Penelitian dan pengembangan tanaman hortikultura 51,95 59,75 68,71 79,01 90, Penelitian dan pengembangan tanaman perkebunan 94,98 125,07 163,71 157,92 170, Penelitian dan pengembangan peternakan dan veteriner 66,48 76,44 87,92 100,71 115, ]

114 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Penelitian/analisis sosial ekonomi dan kebijakan 16,17 17,79 19,57 21,52 23,68 pertanian 9.7 Pengembangan perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian 12,78 14,06 15,47 17,02 18, Penelitian/perekayasaan dan pengembangan 13,44 14,24 16,57 18,33 19,88 mekanisasi pertanian 9.9 Penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan pertanian 60,29 66,31 72,24 80,24 88, Penelitian dan pengembangan bioteknologi dan sumber 45,73 26,34 29,69 33,51 37,85 daya genetik pertanian 9.11 Penelitian dan pengembangan pasca panen pertanian 15,28 16,80 19,30 22,20 25, Pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi 318,74 318,75 318,75 331,65 332,05 teknologi pertanian 145 ]

115 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Program Pengembangan SDM Pertanian dan 1.161, , , , ,94 Kelembagaan Petani 10.1 Pengembangan reorientasi pendidikan pertanian 84,21 85,68 88,15 89,60 90,85 (Prioritas Bidang) 10.2 Pemantapan sistem pelatihan pertanian 155,62 183,05 203,20 211,72 218, Pemantapan sistem penyuluhan pertanian (Prioritas 738,43 813,19 858,54 893,70 924,63 Nasional dan Bidang) 10.4 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya 183,54 205,69 224,40 266,57 304,00 pada Badan Pengembangan SDM Pertanian 11. Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan 397,68 657,00 883, , ,34 Pangan Masyarakat 11.1 Pengembangan penganekaragaman konsumsi 60,00 158,00 202,00 258,00 316,34 pangan dan peningkatan keamanan pangan segar 146 ]

116 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga 130,00 183,00 243,00 308,00 432,00 Pangan Pengembangan ketersediaan dan penanganan rawan 157,68 253,00 360,01 483,99 637,00 pangan Dukungan Manajemen dan teknis lainnya pada Badan 50,00 63,00 78,00 98,00 122,00 Ketahanan Pangan. 12. Program Karantina Pertanian dan Keamanan 387,42 608,44 526,57 631,86 758,19 Hayati 12.1 Peningkatan Sitem Karantina Hewan (Prioritas Bidang) 4,71 8,00 9,60 11,52 13, Peningkatan Sistem Karantina Tumbuhan (Prioritas 3,62 8,00 9,60 11,52 13,82 Bidang) 147 ]

117 Lampiran 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PERTANIAN NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN BASELINE KEGIATAN (Milyar Rp) Pengembangan Sistem Informasi dan Peningkatan 5,29 19,24 15,60 18,72 22,46 sistem Pengawasan Keamanan Hayati (prioritas Bidang) 12.4 Peningkatan Kualitas Pelayanan karantina Pertanian 291,53 449,84 384,83 461,79 554,15 dan Pengawasan Keamanan Hayati.(Prioritas Nasional dan Bidang) 12.5 Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan laboratorium 12,57 18,86 16,34 19,61 23,54 Uji Standar Karantina Pertanian (Prioritas Nasional dan Bidang) 12.6 Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya 69,70 104,50 90,60 108,70 130,40 pada Badan Karantina Pertanian TOTAL 8.038, , , , , ]

118 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 LAMPIRAN 4. STRUKTUR ORGANISASI BADAN KETAHANAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN SEKRETARIAT BADAN PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

119 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian

120 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 Tabel 20. Realisasi Penyerapan dan Sisa Anggaran BKP Pusat dan Daerah per Jenis Belanja pada TA.2012 (dalam Rp. Juta) No Satker Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Sosial Jumlah Anggaran Pagu Reals % Pagu Reals % Pagu Reals % Pagu Reals % Pagu Reals % I KANTOR , , , ,5 PUSAT II DEKONSE , , ,7 NTRASI III TUGAS , , , ,2 PEMBANT UAN PROPINSI , , ,9 KAB/KOTA , , ,1 TOTAL PUSAT/DK /TP , , , , ,3

121 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2012 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Selain itu, ketahanan pangan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah

Lebih terperinci

B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n

B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n K E ME NT E R IAN PE R T ANIAN B ADAN K E T AHANAN PANG AN 2011 1 B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n RINGKASAN EKSEKUTIF LAKIP Badan Ketahanan Pangan Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 i RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 disusun sebagai salah satu bentuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. No.397, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinnya Laporan

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011 KATA PENGANTAR Pemantapan ketahanan pangan memiliki arti strategis, karena: (1) pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi; (2) konsumsi pangan dan gizi yang berimbang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Harga (Rp/Kg) LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 11.000 9.000 7.000 5.000 3.000 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harga GKP di Petani BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010 Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Jl. Panglima Batur Timur Banjarbaru Kalimantan Selatan Telp. 0511-4772471-4778047

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NO 1. Dipertahankannya ketersediaan pangan yang cukup, meningkatkan kemandirian masyarakat, pemantapan ketahanan pangan dan menurunnya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN MELALUI KONSEP RUMAH PANGAN LESTARI BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2012 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR Dalam rangka menetapkan arah dan acuan pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan Pangan Kabaupaten Musi Rawas dan menindaklanjuti

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN PURWOREJO Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Dr. Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI RINGKASAN Berbagai

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI BARITO UTARA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

PENGUATAN KOORDINASI DINAS/INSTANSI DALAM PEMANTAPAN KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

PENGUATAN KOORDINASI DINAS/INSTANSI DALAM PEMANTAPAN KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH PENGUATAN KOORDINASI DINAS/INSTANSI DALAM PEMANTAPAN KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH DISAMPAIKAN OLEH KEPALA BKP PROV SUMBAR PADA RAPAT KOORDINASI DEWAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT, PADANG 29 SEPTEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan (BP4K2P) Kabupaten Jayawijaya merupakan Organsasi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

5 / 7

5 / 7 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TA.2015 1 ARAHAN UU NO. 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN A. KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN Kedaulatan Pangan Kemandirian Pangan Ketahanan Pangan OUTCOME Masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. ALAMAT Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E BUPATI BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAMBI Menimbang PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2014-2018 PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Lahat mempunyai peran

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI KETAHANAN PANGAN DAN GIZI disampaikan pada : Temu Ilmiah Internasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian November 2014 OUTLINE 1. Pendahuluan 2. Permasalahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas,

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas, BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Permendagri No 54 Tahun 2010, Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN REVISI RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN 2015-2019 PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN JAKARTA 2015 Renstra Pusat Pusat PKKP 2015-2019

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan SPM Bidang Ketahanan ini dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan salah

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Kabupaten Lumajang sejalan dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah lebih mengutamakan pelaksanaan desentralisasi

Lebih terperinci

konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, serta sayuran dan buah, sehingga tercapai peningkatan skor PPH sebesar 2 persen per tahun; (3) Meningkatnya peman

konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, serta sayuran dan buah, sehingga tercapai peningkatan skor PPH sebesar 2 persen per tahun; (3) Meningkatnya peman RINGKASAN EKSEKUTIF Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 dan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan, maka Pusat Penganekaragaman

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota Bukittinggi, Maret 2016 BIDANG PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP)

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2011 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.11-/216 DS13-4386-848-854 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat ALAMAT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan Badan Ketahanan Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pangan dan ketahanan pangan merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan suatu bangsa. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI Pusat Penganekeragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah mengalami pemulihan yang cukup berarti sejak krisis ekonomi tahun 1998. Proses stabilisasi ekonomi Indonesia berjalan cukup baik setelah mengalami krisis

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional

I. LATAR BELAKANG POKOK BAHASAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL Posisi Pangan dalam Pembangunan Nasional KEBIJAKAN DAN STRATEGI KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2010-2014 Oleh Prof. Dr.Ir. Achmad Suryana, MS Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Disampaikan pada (KIPNAS) Ke-10 diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Ketahanan Pangan dan Pertanian disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Februari 2015 KONDISI KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) Nasional Tahun 2015, 4 Juni 2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Sekretaris Badan Ketahanan Pangan BADAN KETAHANAN

Lebih terperinci

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 I. LATAR BELAKANG Peraturan Presiden No.83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan menetapkan bahwa Dewan Ketahanan Pangan (DKP) mengadakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 01.a TAHUN 2011 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pencapaian indikator kinerja antara lain:

Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pencapaian indikator kinerja antara lain: RINGKASAN EKSEKUTIF Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 dan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan, maka Pusat Penganekaragaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Menurut Balitbang (2008), Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman menjadi

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA. 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP)

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA. 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) Rencana strategis (Renstra) instansi pemerintah merupakan langkah awal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 OLEH : DRS. HADJI HUSEN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI NTT BADAN

Lebih terperinci

Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas

Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas TIKEL Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Oleh: Achmad Suryana RINGKASAN Berbagai kajiandi bidang gizidan kesehatan menunjukkan bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2012 BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN SINJAI PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2010 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN TAHUN 2015 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia 2016 Laporan Kinerja Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA DINAS KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, Januari 2017 TUJUAN Menyamakan persepsi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA PEKANBARU DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang

Lebih terperinci