LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

2 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis. Laporan Kinerja tahun 2016 merupakan laporan tahun kedua pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas yang berfungsi, antara lain sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, merupakan wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Daerah provinsi Lampung menuju terwujudnya Good Govermance dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat disatu sisi dan di sisi lain merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja di setiap bidang lingkup Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Secara umum capaian kinerja sasaran telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, meskipun beberapa sasaran belum menunjukkan capaian sesuai target. Berdasarkan analisis dan evaluasi obyektif yang disampaikan melalui Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 ini, diharapkan dapat terjadi optimalisasi dari peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kinerja seluruh pejabat dan pelaksana di Badan Ketahanan Pangan Daerah pada tahun-tahun selanjutnya, sehingga dapat mendukung Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah dalam mewujudkan Good Govermance dan Clean Government. Bandar Lampung, Februari 2017 Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung, Ir. KUSNARDI, M.Agr.Ec Pembina Utama Madya iii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... IKHTISAR EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ii iii iv v viii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Tugas Pokok dan Fungsi BKPD Struktur Organisasi BKPD Isu Strategis/Permasalahan SKPD... 4 BAB II. PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis BKPD Perjanjian Kinerja Perubahan Tahun BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Realisasi Anggaran Kinerja Tahun Analisis Efisiensi BAB IV. PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN iv

4 DAFTAR TABEL Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan... 7 Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja... 8 Tabel 3. Program Tahun 2016 untuk Mendukung Pencapaian Sasaran Strategis Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi Lampung Taun Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran Tabel 9. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provins Lampung Tahun Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 per Triwulan Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2015 di Bandingkan dengan Target Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan Konsumsi Pangan per Kapita Masyarakat untuk Memenuhi Kecukupan Energi dan Keamanan Pangan Tabel 13. Rencana dan Realisasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Tabel 14. PPH Ketersediaan di Provins Lampung Tabel 15. Surplus/Minus Bahan Makanan Prov. Lampung Thn Tabel 16. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi Lampung Tahun Tabel 17. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya Tabel 18. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Berdasarkan NBM Tahun Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap Tahun 2015) Tabel 20. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan v

5 Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun Tabel 22. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun Tabel 23. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Pangan Pokok Di Tingkat Produsen dan Konsumen Tabel 24. Data harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung Tahun Tabel 25. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran Tahun 2016 di Provinsi Lampung Tabel 26. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun Tabel 27. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun Tabel 28. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein pada Tahun Tabel 29. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun Tabel 30. Perbandingan Target Nasional, Terget Renstra dan Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tabel 31. Target dan Realisasi Capaian Indikator Konsumsi Energi Di Provinsi Lampung Tahun Tabel 32. Perbandingan Antara Target Nasional, Target Renstra Dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun Tabel 33. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun Tabel 34. Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister dan Sudah Tersertiifikasi Tabel 36. Target dan Realisasi Capaian Indikator Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji Tabel 37. Rekap Hasil Uji Cepat (Formalin, Boraks, Methyl Yellow, Pestisida dan Rhodamin B dan Uji Laboratorium Provinsi Lampung Tahun vi

6 Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan Anggaran Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya vii

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun Gambar 2. Skor PPH Ketersediaan Prov. Lampung Th Gambar 3. Ketersediaan Energi di Lihat dari Sumbernya Tahun Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya tahun Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH Menurut Kelompok Pangan Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra Dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra Dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun Gambar 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun Gambar 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun Gambar 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun viii

8 RINGKASAN EKSEKUTIF Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung menetapkan 6 sasaran strategis dengan 9 indikator. Selanjutnya sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (lima) program dan 44 (Empat Puluh Empat) kegiatan yang dibiayai dengan dana APBD Tahun Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa capaian kinerja sasaran strategis yang ditetapkan ratarata mencapai 88,89%. Dengan demikian tugas yang diamanatkan di dalam Rencana Strategis dapat dilaksanakan dengan baik.sehingga secara ke seluruhan tercapainya target-target pembangunan tadi menggambarkan adanya komitmen yang kuat dari unsur pimpinan maupun staf Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam melaksan akan tugas pokok dan fungsinya. Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, pada penurunan persentase jumlah penduduk miskin mencapai 0,43% hal ini berarti kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah tahun 2016 tidak mencapai target (1%), Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 75,08 belum mencapai target 85,60, Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen sudah melebihi target yaitu Rp dari target Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp ,-, Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen telah mencapai target, Coefisien Variabel (CV) dari hasil pemantauan telah mencapai 2% dari target CV < 10%, Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi belum mencapai target yaitu 78,0 dari target 85,0, konsumsi energi 1.856,7 kkal/kapita/hari belum mencapai target kkal/kapita/hari dan konsumsi protein belum mencapai target 56,3 gr/kapita/hari terealisasi 50,30 gr/kapita/hari, untuk PPH konsumsi, konsumsi energi dan konsumsi protein menggunakan angka sementara, karena angka tetap baru akan diketahui nanti sekitar bulan Juni 2017, untuk Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi mencapai 7,33% dari target 10%, dan Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji telah melebihi target 80% (dibawah ambang batas) terealisasi 83,78. Secara ringkas seluruh capaian kinerja tersebut diatas telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung untuk meningkatkan kinerja dimasa-masa yang akan datang. Capaian kinerja tersebut merupakan hasil dari upaya upaya dan langkah-langkah yang dirumuskan sebagai strategi pemecahan masalah yang selama ini ditemui. Tentunya upaya-upaya tersebut akan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi serta kemampuan sumber daya yang dimiliki guna pencapaian kinerja yang lebih tinggi ditahun berikutnya guna mewujudkan visi Gubernur Lampung Lampung Maju Sejahtera iii

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia.selain itu, ketahanan pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkaitdengan hal tersebut, ketahanan pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan satu komponen bangsa, tapi harus melibatkan seluruh komponen bangsa,baik pemerintah maupun masyarakat, harus bersama-sama membangun ketahanan pangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang merumuskan ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, halal, merata,dan terjangkau dan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang Pangan tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk diimplementasikan dalam keputusan Pimpinan Pemerintah. Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan: 1. Ketersediaan pangan yang cukup dan merata; 2. Keterjangkauan pangan yangefektif dan efisien; serta 3. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, amandan halal. Ketiga komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga,dengan: 1. Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan; 2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan; 3. Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehingga menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); 4. Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam;serta 5. Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 1

10 Upaya untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan tersebut, kemudian dijabarkan dalam berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung (BKPD). Guna mengetahui kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan tersebut selama tahun 2016, disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 1.2 Maksud dan Tujuan Laporan Kinerja (LKj) tahun 2016 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Kepada Gubernur Lampung selaku Pimpinan Daerah tertinggi di Provinsi Lampung. Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk : 1. Mengetahui sejauhmana kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2016; 2. Memenuhi kewajiban Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun Tugas Pokok dan Fungsi SKPD Tugas Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yaitu : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung mempunyai funngsi, sebagai berikut : 1. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan ketahanan pangan; 2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketahanan pangan; 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan pangan 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang Ketahanan Pangan; 5. Pengelolaan administrative. Pembangunan ketahanan pangan, sangat diperlukan kerjasama yang sinergis dan terarah antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dankegiatan berbagai subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasi kebijakan dan program, serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan(DKP) yang bertugas merumuskan kebijakan serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui Peraturan Gubernur Lampung Nomor 9 tanggal 2 April tahun 2008 yang disempurnakan dengan Peraturan Gubernur Lampung Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 2

11 Nomor 25 tahun 2013 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), dalam peraturan ini Gubernur berkedudukan sebagai ketua dan Wakil Gubernur sebagai ketua harian. BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Wakil Gubernur selaku Ketua Harian DKP dalam membantu Gubernur untuk : 1. Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi Lampung dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan Dewan Ketahanan Pangan Nasional; dan 2. Merumuskan kebijakan dalam rangka mendorong keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan pangan 3. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian perwujudan ketahanan pangan. Tugas Badan Ketahanan Pangan Daerah meliputi kegiatan di bidang: penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta mutu dan keamanan pangan. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung didukung oleh 6 Eselon III dengan struktur organisasi, yaitu: 1. Sekretariat Badan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. 2. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, pemantapan ketersediaan dan akses pangan serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan 3. Bidang Distribusi dan Harga Pangan, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan, pengembangan dan pemantauan distribusi dan harga pangan serta cadangan pangan. 4. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan konsumsi dan keamanan pangan. 5. Bidang Mutu dan Keamannan Pangan Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan, pengembangan dan pemantauan serta pengendalian mutu dan keamanan pangan 6. UPT Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaranan pelayanan administrasi di bidang sertifikasi mutu dan keamanan pangan produk hasil pertanian secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan pangan dan kepastian. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 3

12 1.4 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah KEPALA BADAN SEKRETARIS SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN EVALUASI BIDANG KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN BIDANG DISTRIBUSI DAN HARGA PANGAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKA- RAGAMAN PANGAN BIDANG MUTU DAN KEAMANAN PANGAN UPT SUB BIDANG KETERSEDIAAN DAN AKSES PANGAN SUB BIDANG DISTRIBUSI PANGAN SUB BIDANG KONSUMSI PANGAN SUB BIDANG MUTU PANGAN DAN GIZI SUB BIDANG KERAWANAN PANGAN SUB BIDANG HARGA DAN CADANGAN PANGAN SUB BIDANG PENGANEKA- RAGAMAN PANGAN SUB BIDANG KEAMANAN PANGAN 1.5 Isu Strategis/Permasalahan Badan Ketahanan Pangan Daerah 1. Penanganan kerawanan pangan 2. Peningkatan stabilitas pasokan, harga dan distribusi pangan 3. Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat 4. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan segar Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 4

13 BAB II. PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Terdapat beberapa dokumen perencanaan nasional dan daerah yang menjadi dasar bagi perencanaan kinerja. Beberapa dokumen tersebut adalah Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah berupa Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD). Pada lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dokumen perencanaan lima tahunan berupa dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD. Berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung maka disusunlah Rencana Strategik Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tahun yang merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat arah, kebijakan dan strategi serta program program pembangunan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan langsung oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung maupun mendorong Badan Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten/Kota serta peran aktif masyarakat. Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program pembangunan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu dengan penekanan pada pencapaian sasaran prioritas Nasional, Daerah dan Standar Pelayanan Minimal (SPM).Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, indikator yang akan dicapai sampai tahun Visi dan Misi Pada periode Renstra tidak ada lagi visi dan misi SKPD namun mengikuti Visi Gubernur yaitu : Lampung Maju dan Sejahtera 2019 Visi tersebut dimaksudkan untuk menjadikan Provinsi Lampung merupakan daerah yang maju dan berdaya saing. Menjadi wilayah maju mempunyai pengertian Provinsi Lampung menjadi daerah dengan kinerja ekonomi tinggi dimana untuk menjadi daerah yang maju harus di dukung dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya yang tinggi akan didapatkan bila status kesehatan masyarakat Provinsi Lampung Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 5

14 juga tinggi. Menjadi wilayah sejahtera mempunyai pengertian bahwa masyarakat Provinsi Lampung yang sejahtera dalam arti sejahtera secara ekonomi, makmur dengan pembagian yang lebih adil dan merata, jumlah penduduk terkendali, derajat kesehatan tinggi, angka harapan hidup tinggi, kualitas pelayanan sosial lebih baik. Masyarakat sejahtera juga harus terjamin hak-haknya dan memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial serta kebutuhan dasar yang layak Pada periode Renstra tidak ada lagi misi SKPD namun mengikuti Misi Gubernur. Untuk mewujudkan Visi Gubernur Lampung maka telah dirumuskan menjadi 5 (lima) misi yaitu: 1. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah 2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial 3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, IPTEK dan inovasi, budaya masyarakat dan Toleransi kehidupan beragama 4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan 5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis kearifan lokal, dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan antisipatif Sektor Ketahanan Pangan masuk dalam Misi Pertama dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Provinsi Lampung yaitu : Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian Daerah Tujuan Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut : Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian pangan Tujuan : 1. Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal 2. Menurunkan jumlah penduduk rawan pangan 3. Memperkuat sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan pokok 4. Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman melalui penguatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat 5. Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal 6. Meningkatkan keamanan pangan segar Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 6

15 Indikator Tujuan : 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan (%) 3. Harga gabah kering panen ( GKP) di tingkat produsen (Rp.) 4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (%) 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 6. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr) 7. Jumlah Konsumsi Protein (gram/kap/hr) 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji (%) Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan No. Tujuan Indikator Tujuan Satuan 1. Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal 1. Skor PPH ketersediaan - Kondisi Akhir ,7 2. Menurunkan jumlah penduduk rawan pangan 2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan % 1 3. Memperkuat sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan pokok 3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen 4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen Rp. % HPP CV<10% 4. Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman melalui penguatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi - 87,7 5. Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal 6. Jumlah Konsumsi energi 7. Jumlah Konsumsi Protein Kkal/kap/hr Gram/kap/hr ,0 6. Meningkatkan keamanan pangan segar 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi % Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji % 80% (dibawah ambang batas) Sasaran Strategis Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut : Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 7

16 Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian pangan sasaran : 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman 5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 6. Tercapainya keamanan pangan segar Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Kondisi Awal (2015) Kondisi Akhir RPJMD 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan - 87,52 88,70 2. Penurunan penduduk pangan jumlah rawan 2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan % Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen 3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen 4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen Rp/Kg % HPP CV<10% HPP CV<10% 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi - 84,1 87,70 5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 6. Jumlah Konsumsi Energi 7. Jumlah Konsumsi Protein Kkal/kap/hr Gram/kap/hr , Tercapainya keamanan segar pangan 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji % % 10 80% (dibawah ambang batas) 10 80% (dibawah ambang batas) Strategi, Arah Kebijakan Daerah, Program dan Indikator Kinerja Dalam Renstra Berdasarkan visi, misi serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya selanjutnya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan strategis, arah kebijakan dan program. Selain itu untuk mengukur capaian kinerjanya maka dirumuskan pula indikator sebagai tolok ukur kinerjanya. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 8

17 Strategi Strategi untuk mencapai misi pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah, adalah terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi per kapitadengan cara : 1. Memprioritaskan pembagunan ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat 2. Pemenuhan pangan bagi kelompok masyarakat terutama masyarakat miskin transien dan kronis akibat bencana alam melalui pendistribusian bantuan pangan 3. Pemberdayaan masyarakat agar mampu memanfaatkan pangan beragam, bergizi dan aman (B2SA) berbasis sumberdaya lokal 4. Promosi dan edukasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan pangan B2SA berbasis sumberdaya lokal 5. Pengawasan dan pemantauan keamanan pangan segar Arah Kebijakan Daerah Arah kebijakan daerah untuk mencapai Misi pertama Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah, adalah untuk pemantapan ketahanan pangan, yang meliputi aspek : 1. Aspek ketersediaan pangan Dalam aspek ketersediaan pangan difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan yang beranekaragam berbasis potensi sumberdaya lokal dan memantapkan penanganan kerawanan pangan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan kelaparan 2. Keterjangkauan pangan Difokuskan pada stabilisasi harga dan pasokan pangan serta pengelolaan cadangan pangan 3. Pemanfaatan pangan. Difokuskan pada pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan melalui pemberdayaan pekarangan pangan dan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya dan kearifan lokal ditunjang dengan pengawasan keamanan pangan segar Program untuk mencapai sasaran Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis dan arah kebijakan yang telah ditetapkan dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, maka upaya yang dilakukan untuk pencapaiannya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan program prioritas daerah. Adapun Program Prioritas untuk mendukung masing-masing sasaran tahun 2016 adalah sebagai berikut : Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 9

18 Tabel 3. Program Tahun 2016 untuk Mendukung Pencapaian Sasaran Strategis No Sasaran Strategis Indikator Jumlah Program Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) Tercapainya keamanan pangan segar 1. Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan 2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/tahun) 3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp./Kg) 4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (CV) 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 6. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hari) 7. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari) 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%) 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%) 1 Program Tema, Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tema Pembangunan Daerah Peraturan Gubernur Lampung nomor 36 tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), tema dan prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2016 adalah Memperkuat sinergi pembangunan infrastruktur, pelayanan publik dan ekonomi untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah menuju Lampung maju dan sejahtera Prioritas Pembangunan Daerah Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016, priortas pembangunan Daerah Lampung adalah sebagai berikut : 1. Memperkuat daya dukung infrastruktur dan konektivitas wilayah 2. Revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan 3. Memperluas kesempatan kerja dan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan 4. Penguatan inovasi teknologi, pematapan IPTEK, industri dan perdagangan serta energi terbarukan 5. Peningkatan pariwisata dan kebudayaan daerah melalui snergi antar pemangku kepentingan 6. Pemantapan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan dan penanggulangan bencana Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 10

19 7. Reformasi birokrasi melalui peningkatan kerjasama dan tatakelola pemerintahan yang baik Bidang ketahanan pangan masuk dalam prioritas kedua, yaitu revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan Sasaran Pembangunan Daerah Untuk mendukung pelaksanaan tema pembangunan tersebut diatas, maka ditetapkan prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2016 bersama dengan sasarannya sebagai berikut : Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi Lampung tahun 2016 NO PRIORITAS SASARAN 1 Bidang Ketahanan Pangan : 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Revitalisasi pertanian dalam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan rangka pemantapan ekonomi 3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat daerah untuk peningkatan rakyat produsen dan konsumen yang berkeadilan 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman 5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 6. Tercapainya keamanan pangan segar 2.2 Perjanjian Kinerja (PK) Perubahan Tahun 2016 Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen pernyataan atau kesepakatan atau perjanjian antara atasan dan bawahan untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan suatu instansi. Dokumen ini memuat sasaran strategis, indikator kinerja utama beserta target kinerja dan anggaran. Penyusunan PK 2015 dilakukan dengan mengacu kepada RPJMD, RKPD 2015, IKU dan APBD. Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/thn) 3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp./Kg) 4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (CV) 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 11 85,6 1 HPP CV < 10% 85,0

20 5. sehat dan aman Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 6. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr) 7. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari) ,3 6. Tercapainya pangan segar keamanan 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%) 10% 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%) 80% (dibawah ambang batas) Program : Anggaran 1. Pelayanan Administrasi Perkantoran Rp ,- 2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Rp ,- Aparatur 3. Peningkatan Disiplin Aparatur Rp ,- 4. Peningkatan Pengembangan Sistem Rp ,- Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 5. Peningkatan Diversifikasi dan Rp ,- Peningkatan Ketahanan Pangan J u m l a h APBD Rp ,- 6. Peningkatan Diversifikasi dan Rp ,- Ketahanan Pangan Masyarakat J u m l a h APBN Rp ,- T O T A L Rp ,- Keterangan APBD APBD APBD APBD APBD APBN Rencana Anggaran Tahun 2016 Jumlah Anggaran untuk Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2016 sebesar Rp ,- yang digunakan untuk membiayai Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung, secara rinci rencana anggaran Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung dapat dillihat pada tabel dibawah ini : Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016 No. Uraian Rencana % 1. Belanja Tidak Langsung ,30 2. Belanja Langsung ,70 J u m l a h Sumber : DPA Perubahan BKPD TA Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 12

21 Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2016 yang dialokasikan untuk membiayai program pendukung kelancaran kegiatan yang langsung mendukung pencapaian sasaran BKPD Provinsi Lampung, sebagai berikut: Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung No. Program Anggaran (Rp.) % Program Pendukung (Rutin) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Program Peningkatan Disiplin Aparatur Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan capaian Kinerja dan Keuangan ,73 2,30 0,07 1,48 Program Pencapaian Sasaran 1. Program Peningkatan Diversifikasi ,42 dan Peningkatan Ketahanan Pangan J u m l a h Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2016 yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan-kegiatan prioritas yang langsung mendukung pencapaian sasaran pembangunan adalah sebagai berikut : Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2016 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Anggaran % Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen Tercapainya pangan segar keamanan 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 3. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr) 4. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari) 5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/thn) 6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp./Kg) 7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (CV) 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%) ,56 9,07 4,49 64,31 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar ,57 yang di Uji (%) J U M L A H Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 13

22 Pada tabel di atas, jumlah anggaran untuk program/kegiatan sebesar Rp , untuk pencapaian indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan, Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi energi, jumlah konsumsi protein dibiayai dengan anggaran sebesar 14,56%, untuk pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan dibiayai dengan anggaran sebesar 9,07%, untuk pencapaian indikator Harga Gabah Di Tingkat Produsen dan Harga Beras di Tingkat Konsumen di biayai dengan anggaran 4,09%, untuk pencapaian indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi sebesar 64,31 karena didalamnya termasuk dana DAK untuk pembangunan gedung Laboratorium dan gedung UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan. Sementara untuk pencapaian target indikator Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji dibiayai dengan anggaran 7,57% dari anggaran kegiatan untuk pencapaian indikator (Program Peningkatan Diversifikasi dan Peningkatan Ketahanan Pangan). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 14

23 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pendekatan manajemen pembangunan berbasis kinerja, yang utama adalah bahwa pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal ini mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen pembangunan berbasis kinerja adalah orientasi untuk mendorong perbaikan, dimana program/kegiatan dan sumber daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan perubahan, baik pada level keluaran, hasil maupun dampak. Pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip Good Govermance dimana salah satu pilarnya, yaitu akuntabilitas, akan menunjukkan sejauh mana sebuah instansi pemerintahan telah memenuhi tugas dan mandatnya dalam penyediaan layanan public yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat, sehingga pengendalian dan pertanggungjawaban program/kegiatan menjadi bagian penting dalam memastikan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kepada public telah dicapai. Dalam hal ini, Laporan Kinerja pemerintah merupakan bentuk realisasi kinerja dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam pemyusunan laporan kinerja adalah pegukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja (Permenpan Nomor 53 tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan kinerja instansi pemerintah). Sedangkan untuk skala penilaian terhadap kinerja pemerintah, menggunakan pijakan Permendagri No. 54 tahun 2010, sebagai berikut : No. Interval Nilai Realisasi Kriteria Penilaian Realisasi Kinerja Kinerja Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Kode Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 15

24 3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016 Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 9. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 No Indikator Kinerja 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/th) 3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp/Kg) 4. Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 6. Jumlah Konsumsi energi(kkal/kap/hr) 7. Jumlah Konsumsi Protein(gr/kap/hr) 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%) 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%) Capaian 2015 Tahun 2016 Target Capaian % Target Akhir Renstra Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 70,31 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95 0,68 1 0, % 43 HPP Rp HPP Rp HPP Rp HPP HPP tahun 2019 belum diketahui CV : 6% CV<10% CV : 2% 100 CV <10% ,3 85,0 78,0 91,76 92,5 84, , ,7 91, ,36 49,6 56,3 50,3 89, ,25 3, ,33 73, ,3 91,39 80% 83,78 104,73 80% 104,73 Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, 5 indikator menunjukkan capaian lebih dari 91, 2 indikator kinerja memiliki capaian 76 90, 1 indikator kinerja memiliki capaian dan 1 indikator menunjukkan capaian kinerja antara 50. berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 terdapat 5 indikator menunjukkan capaian sangat tinggi, 2 indikator menunjukkan capaian tinggi, 1 indikator menunjukkan capaian sedang dan 1 indikator menunjukkan capaian sangat rendah. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 16

25 Sedang 11,11% Tingkat Capaian IKU Tahun 2016 Sangat Rendah 11,11% Tinggi 22,22% Sangat Tinggi 55,56% Sangat Tinggi 55,56% Tinggi 22,22% Sedang 11,11% Sangat Rendah 11,11% Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016 Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana dan realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut : Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 per Triwulan No Sasaran Strategi Indikator Kinerja Satuan Target Tahun an Triwulan Target Realisasi % 1. Peningkatan Skor pola pangan harapan - 85,6 Triwulan I 85,6 79,3 92,64 ketersediaan pangan(pph) ketersediaan Triwulan II 85,6 79,3 92,64 yang beragam Triwulan III 85,6 79,3 92,64 2. Penurunan jumlahpesentase Penurunan penduduk rawanjumlah penduduk rawan pangan pangan 3. Stabilnya harga panganharga Gabah Kering pokok di tingkat Panen (GKP) di Tingkat produsen danprodusen konsumen Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen 4. Peningkatan Skor Pola Pangan keragaman konsumsiharapan (PPH) Konsumsi pangan yang sehat dan aman 5. Peningkatan konsumsi Jumlah Konsumsi pangan yan sesuai Energi angka kecukupan gizi (AKG) Jumlah Konsumsi Protein 6. Tercapainya keamanan Persentase pangan segar Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi Triwulan IV 85,6 75,08 87,71 % 1 Triwulan I 1 0,68 68 Triwulan II 1 0,68 68 Triwulan III 1 0,68 68 Triwulan IV 1 0,43 43 Rp/kg Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV % 10% > Triwulan I 10% > Triwulan II 10% > Triwulan III 10% > Triwulan IV 10% > ,0 Triwulan I 85,0 79,3 93,29 Triwulan II 85,0 79,3 93,29 Triwulan III 85,0 79,3 93,29 Triwulan IV 85,0 78,0 *) 91,76 Kkal/kap/hr Triwulan I ,5 91,21 Triwulan II ,5 91,21 Triwulan III ,5 91,21 Triwulan IV ,7 *) 91,96 Gram/kap/hr 56,3 Triwulan I 56,3 49,6 88,10 Triwulan II 56,3 49,6 88,10 Triwulan III 56,3 49,6 88,10 Triwulan IV 56,3 50,3 *) 89,34 -% 10 Triwulan I 10 7,4 74 Triwulan II 10 7,4 74 Triwulan III 10 7,4 74 Triwulan IV 10 7,33 73,3 Persentase Tingkat % 80 Triwulan I 80 91,39 114,24 Keamanan Pangan Segar Triwulan II 80 91,39 114,24 yang di Uji Triwulan III 80 91,39 114,24 Triwulan IV 80 83,78 104,73 Catatan *) menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni 2016 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 17

26 Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi triwulan dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter indikator yang spesifik, termasuk tentang metode pengukuran indikator. Indikator yang dimaksud dan penjelasan mengapa dipergunakan proxy indikator adalah sebagai berikut : 1. Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi pada pencapaian target kinerja IKU secara langsung, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan. 2. Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran secara periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang biasanya dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam kategori ini adalah PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, Konsumsi energi dan Konsumsi Protein. Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan dengan Target Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 No Sasaran Strategi 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Stabilnya harga pangan pokok d tingkat produsen dan konsumen 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman 5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan (AKG) 6. Tercapainya keamanan pangan segar gizi Indikator Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen Satuan Tahun 2016 Tahun 2017 Target Capaian Realisasi Target PK RPJMD - 85,6 75,08 87,71 88,0 88,0 %/Tahun 1 0, Rp/Kg HPP % <10% 2% 100 < 10% < 10% Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi - 85,0 78,0 91,76 85,9 85,9 Jumlah Konsumsi Energi Kkal/kap/hr ,7 91, Jumlah Konsumsi Protein Gram/kap/hr 56,3 50,3 89,34 56,5 56,5 Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji % 10 7,33 73, % 80% (dibawah ambang batas) 83,78 104,73 80 % 80 % Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 18

27 3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung memiliki 6 sasaran, yaitu : 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman 5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 6. Tercapainya keamanan pangan segar yang diukur dengan 9 indikator, yaitu : 1. Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan 2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen 4. Coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen 5. Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi 6. Jumlah konsumsi energi 7. Jumlah konsumsi protein 8. Persentase peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi 9. Persentase tingkat keamanan pangan segar yang di uji Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator yang terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini. Capaian kinerja tahun 2016 merupakan capaian kinerja tahun kedua dari periode 5 (lima) tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Indikator Kinerja BKPD TA NO Sasaran Srategis 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen Indikatir Kinerja 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen 4. Coefisien Variasi pangan beras di Satuan Target Target Realisasi % % RPJMD - 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95 %/Tahun 1 0, Rp/Kg HPP HPP Belum diketahui HPP nya % <10% 2% 100 <10% 100 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 19

28 NO Sasaran Srategis Indikatir Kinerja tingkat konsumen Satuan Target Realisasi % Target RPJMD % 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman 5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 6. Tercapainya keamanan pangan segar 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 6. Jumlah Konsumsi Energi 7. Jumlah Konsumsi Protein 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji - 85,0 78,0 *) 91,76 92,5 84,32 Kkal/kap/hr ,7 *) 91, ,36 Gram/kap/hr 56,3 50,30 *) 89, ,25 % 10 7,33 73, ,3 % 80% (dibawah ambang batas) 83,78 104, ,73 Catatan *) Angka sementara Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam menjalankan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan bidang yaitu Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Bidang Distribusi dan Harga Pangan, Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, UPT serta Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah tersebut dilaksanakan secara tahunan, sedangkan pengukuran realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan tri wulanan melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan. Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa indikator kinerja dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung menjadi satu dalam analisis ini. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung per indikator dapat dijelaskan sebagai berikut : Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 20

29 SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagi Indonesia mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki dimensi yang terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem, subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi dan cadangan pangan. Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan yang dapat berfungsi menjaga kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan, disamping itu juga dapat digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat sementara disebabkan gangguan atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya karena putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam. Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 13. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan No Indikator Kinerja Capaian Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan Tahun 2016 Target Capaian % Target Akhir Renstra Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 70,31 85,60 75,08 87,71 88,70 84,64 Pada indikator skor pola pangan harapan (PPH) Ketersediaan pada tahun 2016 ini ditargetkan 85,6 dan terealisasi 75,08 atau 87,71%, meskipun pencapaian kinerjanya belum mencapai 100% tetapi pencapaian kinerjanya sudah tergolong tinggi yaitu mencapai 87,71%. Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan selama lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 21

30 Tabel 14. Pola Pangan Harapan (PPH Ketersediaan) di Provinsi Lampung Kelompok Pangan Padi-Padian Umbi-Umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-Kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-Lain Skor Maks 25 2, , Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan ,5 1,97 2,00 1,65 1,0 7,08 10,06 9,87 9,40 10,7 5,0 2,36 2,82 1,03 3, ,0 1,55 2,5 30,0-1,97 2,5 30-1,72 2,50 30,00-0,73 2, ,6 2,5 30,0 - T O T A L ,63 73,86 73,92 70,31 75,08 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Prov. Lampung SKOR PPH KETERSEDIAAN 75, ,63 73,86 73, ,31 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Series 1 Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung Gambar2. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi Lampung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, hanya saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakan ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga masih dibawah skor maksimal, untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan buah ketersediaannnya sudah melebihi dari skor maksimal, sementara untuk kelompok pangan umbi-umbian, hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di bawah skor maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung belum ideal yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/berimbang. Dan pada tahun 2016 skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan mengalami peningkatan yaitu 75,08, meskipun mengalami peningkatan di Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 22

31 tahun 2016 ini, tapi PPH ketersediaan menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan selama lima tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 15. Surplus/Minus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th No. I Komoditas Pangan Nabati Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sayur Buah Minyak Goreng Gula Pasir Surplus (+)/Minus (-) (ton) II Pangan Hewani Daging Telur Susu Ikan Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Data Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya energi dan protein yang telah melebihi standar yang ditetapkan melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Sebagai gambaran ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 16. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi Lampung Tahun No. 1 Uraian Energi (kal/kap/hr) Standar WNPG Tahun 2012 (ATAP 2011) Tahun 2013 (ATAP 2012) Tahun 2014 (ATAP 2013) Tahun 2015 (ATAP 2014) Tahun 2016 (ATAP , , , , a. Nabati 2.791, , , , b. Hewani 78,36 111,71 109,93 104, Protein (gram/kap/hr) 57 58,31 68,23 55,90 67,93 68,67 a. Nabati 49,36 55,47 43,57 55,65 51,82 b. Hewani 8,95 12,76 12,33 12,28 16,85 Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 23

32 3.000, , , , , , , , , , , , , , ,00 500,00 Sumber Hewani Sumber Nabati Total Energi - 78,36 111,71 109,93 104,66 133,00 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Gambar 3. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun ,41 68,23 68, ,19 49,36 58,31 55,47 43,57 55,9 51,82 40 Sumber Hewani 30 Sumber Nabati Total Protein ,95 12,76 12,33 12,28 16,85 0 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah melakukan penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM).Tabel Neraca Bahan Makanan ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang pola penyediaan pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu. Neraca Bahan Makanan (NBM) digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun kebijakan ketersediaan pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu dan berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola ketersediaan energi atau zat gizi lainnya. Selain itu juga digunakan sebagai acuan dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 24

33 perencanaan produksi/pegadaan pangan serta sebagai bahan dalam penetapan kebijakan pangan dan gizi. Pada tahun 2016 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar 85,6 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di Provinsi Lampung baru mencapai 75,08, masih lebih rendah dari yang di inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Dari hasil penghitungan ketersediaan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukan bahwa ketersediaan pangan di provinsi Lampung masih di dominasi oleh kelompok pangan padi-padian (66,54%), kelompok gula (7,96%), kelompok sayur/buahan (10,97%), pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak (5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,69%. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimum,. Sedangkan kelompok pangan yang memiliki skor dibawah skor maksimal PPH yaitu kelompok umbi-umbian sebesar 1,0 (skor maksimal 2,5), kelompok pangan hewani sebesar 10,7 (skor maksimal 24) kelompok kacang-kacangan sebesar 1,6 (skor maksimal 10) dan kelompok minyak dan lemak sebesar 3,2 (skor maksimal 5). Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang. Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang, maka untuk komoditas yang produksinya masih rendah (kelompok umbi-umbian, kacangkacangan,kelompok pangan hewani, kelompok minyak dan lemak) agar dilakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi lahan yang tersedia, sementara kelebihan ketersediaan untuk beberapa komoditas pangan di Provinsi Lampung seperti beras dan ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai aset provinsi untuk di eksport guna meningkatkan pendapatan daerah. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan mengukur rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna sebagai masukan bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki dan meningkatkan penyediaan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan Provinsi Lampung. Untuk melihat kecukupan ketersediaan dan konsumsi, dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi aktual dengan angka kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan protein. Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh bahan pangan. Pada tahun 2016 ini angka kecukupan energi tingkat ketersediaan di targetkan Kkal/kapita/hari, dari hasil penyusunan neraca bahan makanan Provinsi Lampung tahun 2016 angka kecukupan energi tingkat ketersediaan mencapai Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 25

34 Kkal/kapita/hari (117,45% dari target angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan sebesar Kkal/kapita/hari). Dari total ketersediaan energi, sumbangan terbesar berasal dari pangan nabati yaitu sebesar kkal/kapita/hari atau 95,28% dan sisanya 4,72% yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari kelompok pangan tersebut sebagai berikut : Tabel17. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya Sumber Pangan Ketersediaan energi Ketersediaan Protein Kkal/kapita/hari % Gram/kap/hari % Nabati ,28 51,82 75,46 Hewani 133 4,72 16,85 24,54 Total , Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2016 KETERSEDIAAN ENERGI HEWANI; 4,72% NABATI; 95,28% Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016 Ketersediaan Protein Nabati Hewani 24,54% 75,46% Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 26

35 Total ketersediaan protein adalah sebesar 68,67 gram/kapita/hari atau lebih besar 9 % dari angka yang dianjurkan yakni 63 gram/kapita/hari. Jika dilihat sumbangannya menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi, protein dan lemak masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar kkal/kapita/hari atau 66,55%, kemudian diikuti kelompok buah-buahan 10,03%, gula 7,95%, makanan berpati 1,74%, daging 1,06%, minyak dan lemak 5,36%, ikan 2,66%, sayuran 0,99%, telur 0,92%, dan buah/biji berminyak 2,69%. Sedangkan yang memberi sumbangan yang paling kecil adalah kelompok susu dengan ketersediaan energi yang hanya mencapai 1% per 1000 kkal/kapita/hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gula 7,95% Buah-Buahan ; 10,03% % KONTRIBUSI KELOMPOK PANGAN Makanan Berpati Daging 1,06% 1,74% Telur 0,92% Ikan 2,66% Minyak dan Lemak Sayuran 0,99% 5,36% Padi-Padian ; 66,55% Padi-Padian 66,55% Buah-Buahan 10,03% Gula 7,95% Minyak dan Lemak 5,36% Buah/Biji Beminyak 2,69% Ikan 2,66% Makanan Berpati 1,74% Daging 1,06% Sayuran 0,99% Telur 0,92% Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016 Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan tahun 2016 didapatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi Lampung menurut kelompok pangan sebagai berikut : Tabel 18. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Kelompok Pangan % Kalori % AKE*) Bobot Skor Skor Skor Skor Aktual AKE Maks PPH Padi-padian ,54 78,2 0,50 33,27 39,09 25,00 25,00 Umbi-umbian 49 1,73 2,0 0,50 0,87 1,02 2,50 1,0 Pangan Hewani 128 4,55 5,4 2,00 9,11 10,70 24,00 10,7 Minyak &Lemak 155 5,51 6,5 0,50 2,75 3,23 5,00 3,2 Buah/Biji Berminyak 58 2,04 2,4 0,50 1,02 1,20 1,00 1,0 Kacang-kacangan 20 0,69 0,8 2,00 1,39 1,63 10,00 1,6 Gula 224 7,96 9,3 0,50 3,98 4,67 2,50 2,50 Sayur dan Buah ,97 12,9 5,00 54,85 64,44 30,00 30,00 Lain-lain Total ,5 107,24 125, ,08 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 27

36 30,00 20,00 10,00 0,00 25,00 25,00 30,00 30,00 24,00 10,70 10,00 2,50 1,00 5,00 3,20 1,00 1,60 2,50 1,00 2,50 0,00 0,00 Skor Maksimum Skor Maksimum Skor PPH Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok Pangan Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan berdasarkan pola pangan harapan (Kualitas) di Provinsi Lampung pada tahun 2016 memiliki ketersediaan energi sebesar kkal/kapita/hari atau lebih 17,45% dari angka kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) dengan skor PPH 75,08 yang menyatakan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Kuantitas) telah mencapai kkal/kapita/hari atau surplus sebesar 17,45% dari angka kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) namun secara kualitas (skor PPH 75,08) belum ideal. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena : 1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan 2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang 3. Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan pada beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak (5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,69%. Kondisi ini dikarenakan produksi untuk masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih rendah. Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap 2015) menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras surplus ton, Jagung surplus ton, Kacang Tanah surplus ton, Ubi Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 28

37 Kayu surplus ton, Ubi Jalar surplus ton, cabe merah 4.122, daging sapi ton, daging ayam ras dan buras ton, telur ton, gula pasir ton, dan minyak goreng ton, sedangkan untuk komoditas kedelai, kacang hijau, bawang merah, dan susu ketersediaannya mengalami kekurangan/minus. Untuk kedelai minus ton, kacang hijau minus 1 ton, bawang merah minus ton, dan susu minus ton. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung tahun 2016 (atap 2015) dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 29

38 Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap Tahun 2015) No. Komoditas Produksi (Ton) Benih/Pakan/Tercecer % (Ton) Ketersediaan (Ton) Padi , Jumlah Penduduk (Jiwa) Konsumsi/kapita (Kg/Kap/Th) Total Konsumsi (Ton) Surplus/Minus Ketersediaan /Konsumsi (%) 1. Beras , , , Jagung , , Kedelai , , Kacang Tanah , , Kacang Hijau , , Ubi Kayu , Ubi Jalar , , Bawang Merah , ,63 4 Cabe Merah , , Daging Sapi , , Daging ayam ras dan buras , ,30 1 Susu 78, , , Telur (ayam,itik) , ,89 1 Gula Pasir , , Minyak Goreng , ,76 1 Keterangan : Skor 1 : Surplus (rasio > 114%) Skor 2 : Swasembada ( rasio %) Skor 3 : Cukup (rasio %) Skor 4 : Defisit (rasio < 95%) Skor Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 30

39 Jika dibandingkan dengan tahun 2015, pencapaian skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan pada tahun 2016 mengalami peningkatan, pada tahun 2015 skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan mencapai 70,31 dan pada tahun 2016 naik menjadi 75,08. Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok pangan ada yang mengalami peningkatan seperti kelompok pangan umbi-umbian, kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, dan kelompok kacang-kacangan. Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan juga di bandingkan dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah target renstra dan nasional pada tahun 2016 sebesar 85,6, sedangkan pencapaian di tahun 2016 baru 75,08 atau baru mencapai 87,71% dari target renstra dan nasional Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, antara lain : 1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya program dan kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan suatu wilayah. Solusi 1. Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya perlu dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju alih fungsi lahan, serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar 2. Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan melalui peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan potensi wilayah 3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile dan di Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat tergantung pasokan dari luar Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 31

40 PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN (%) Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan, sebagai berikut : Tabel 20. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan No Indikator Kinerja Capaian Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%) Tahun 2016 Target Capaian % Target Akhir Renstra Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 0,68 1 0, % 43 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% hanya bisa dicapai 0,43% atau terealisasi 43%. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran menurunnya jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sangat rendah, Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% ini sulit untuk tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang mempengaruhi dan harus diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan pangan yang ditinjau dalam dua dimensi: a. Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat b. Jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka panjang dan transien untuk jangka pendek/fluktuasi Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran, karena terkait dengan pendapatan penduduk (faktor ekonomi) dan daya beli masyarakat. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin sejak tahun cenderung turun : Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun Tahun 2012 (Maret) 2012 (Sept) 2013 (Maret) 2013 (Sept) Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Jumlah Kota Desa Jumlah 241, , ,48 12,00 17,63 16,18 240,11 990, ,16 11,88 16,96 15,65 235,47 939, ,35 11,59 15,99 14,86 224,81 919, ,76 10,89 15,62 14,39 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 32

41 2014 (Maret) 230,63 912, ,92 11,08 15,41 14, (Sept) 224,21 919, ,93 10,68 15,46 14, (Maret) 233,27 930, ,49 10,94 15,56 14, (Sept) 197,94 902, ,68 9,25 15,05 13, (Maret) 233, ,60 10,53 15,69 14, (Sept) 227,44 912, ,78 10,15 15,24 13, ,96 15,65 11,88 15,62 15,46 14,39 14,21 10,89 10,68 15,05 15,24 13,53 13,86 9,25 10,15 Kota 8 Desa 6 Jumlah Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Sumber Data : BPS Provinsi Lampung Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun , bahwa jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Pada tahun 2016 penurunan penduduk miskin sebesar 0,43% sementara target nasional dan target Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Pada tahun 2016 dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu 1%, hal ini berarti bahwa kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2016 dalam menurunkan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1% per tahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari rata-rata penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08% menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung selama lima tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk rawan pangan. Tabel 22. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Target Nasional 1% 1% 1% 1% 1% Target Renstra 1% 1% 1% 1% 1% Realisasi Capaian Kinerja 0,92% 1,26% 0,18% 0,68% 0,43% Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 33

42 1,40% 1,20% 1,26% 1,00% 0,80% 0,60% 0,40% 1% 1% 1% 1% 1% 0,92% 0,68% 0,43% Realisasi Kinerja Target Renstra Target Nasional 0,20% 0,18% 0,00% Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu : a. Pengembangan desa mandiri pangan b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan. f. Akses Pangan g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan Pada tahun 2016 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan pemantauan dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan pembinaan dan pemantauan di 6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil pemantaun dan pembinaan, dampak dari kegiatan pengembangan desa mandiri pangan, antara lain : meningkatkan kelembagaan khususnya Kelompok Afinitas dan Lembaga Keuangan Desa (LKD) namun masih kurang untuk Tim Pendamping Desa (TPD) Menurunkan tingkat kemiskinan Menurunkan kerawanan pangan Meningkatkan tahan pangan Meningkatkan pola pikir Pada tahun 2016 ini ada 6 kawasan desa mandiri pangan tahap pengembangan yang tersebar di 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan, Tanggamus, Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Lampung Barat. Dari Hasil pembinaan dan pemantauan untuk kegiatan kawasan mandiri pangan ini dampaknya belum terlihat Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 34

43 karena rata-rata pemberian bantuan modal dari anggaran APBN ke kawasan desa mandiri pangan untuk usaha kelompok belum menunjukkan perubahan yang signifikan, pada umumnya dana tersebut untuk usaha pertanian, seperti menanam bawang merah, jahe, memelihara ikan dsb. Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) situasi pangan dan Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor penyebab dominan yaitu indikator ketersediaan, dari 15 Kabupaten tidak ada satupun dalam kondisi aman, untuk faktor ketersediaan pangan dalam kondisi waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang dalam kondisi rawan yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro. Dari hasil analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif serealia dan umbi umbian di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan pangan yang baik, hanya di Kota Metro dan Kota Bandar Lampung. Sedangkan akses terhadap pangan, Provinsi Lampung masih dikategorikan aman, dari 15 Kabupaten tiadak ada yang posisi rawan, untuk akses pangan di Provinsi Lampung dalam kondisi aman dan waspada. Sementara untuk indikator pemanfaatan pangan di Provinsi Lampung masih relatif aman, hanya Kabupaten Tanggamus dan Bandar Lampung yang kondisi rawan untuk pemanfaatan pangannya. Jika dilihat secara keseluruhan dari ketiga indikator (Komposit) yang dalam kondisi aman hanyalah Kabupaten Pringsewu, kondisi waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Mesuji dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang rawan jika dilihat dari ke tiga indikator tersebut yaitu Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro. Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan (FSVA) di desa di bagi dalam 4 kelompok prioritas, yaitu : 130 desa/pekon pada prioritas 1, 358 desa/pekon pada prioritas 2, 719 desa/pekon prioritas 3, desa/pekon prioritas 4. Faktor yang menyebabkan desa/pekon tersebut menjadi rawan terhadap kerentanan pangan disebabkan oleh : a. Tingginya rasio rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah rata-rata 0,2004. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 2 4 rumah tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah. b. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar dengan ratarata data rasio sebesar 0,0831 hal ini diasumsikan bahwa terdapat 7 8 rumah tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki sanitasi yang baik. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 35

44 c. Tingginya Rumah Tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dengan ratarata 0,0369. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 4 rumah tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air bersih. d. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dengan ratarata 0,2450. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 4 rumah tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah. Pada tahun 2016 kegiatan cadangan pangan tidak direalisasikan karena adanya surat dari bulog Nomor 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog no. KD-199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp /kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stock milik Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Pada tahun 2016 ini kegiatan cadangan pangan pemerintah daerah tidak direalisasikan karena adanya surat dari bulog nomor : 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog No. KD-199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp /kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stok milik Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yang dititipkan di gudang bulog sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan adanya surat tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak merealisasikan pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog, karena belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan surat penyesuaian harga tersebut terhadap stok cadangan pangan pemerintah yang sudah dititipkan di bulog. Sehingga pada APBD-P tahun 2016 kegiatan cadangan pangan anggarannya diubah. Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan pangan pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di masyarakat yaitu lumbung pangan masyarakat. Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik. Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan alternatif dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam suatu organisasi modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata mengalami kegagalan dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 36

45 menyebabkan petani selalu berada dalam posisi lemah. Berdasarkan hasil penelitian PSP-LP IPB tahun 2001, menunjukkan bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa daerah terbukti memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis lembaga alternatif yang diintervensi dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif dalam melayani kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani kebutuhan finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung. Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi salah satu lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah salah satu kelembagaan yang ada di masyarakat yang telah lama berperan dalam pengadaan pangan terutama dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi perlu dilakukan, mengingat (1) keberadaan lumbung pangan pada akhir-akhir ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan sistem perdagangan dan berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; (2) terjadinya reformasi peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang sebagai salah satu solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik (cadangan pangan) di pedesaan dan perkotaan; dan (3) terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah satu alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangan/defisit pangan di musim paceklik, serta merosotnya harga pangan (padi) pada saat panen raya di wilayah sentra produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung sejak tahun 2011 melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat, dan pada tahun 2016 pengembangan lumbung pangan masyarakat untuk pengisian lumbung dianggarkan dari dana APBN, masing-masing lumbung mendapat anggaran Rp ,- untuk pengisian lumbung.pada tahun 2016 di targetkan untuk 38 lumbung dan terealisasi 38 lumbung yang berada di Kabupaten Tulang Bawang Barat, yaitu : No. Nama Kelompok Alamat Lumbung Bangun Karya I Jaya Lestari Karya Maju Margo Seto Mekar Jaya Rejosari II Subur Makmur Suka Maju Sumber Rejeki Harapan Tani II Baru Muncul Kp. Daya Sakti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Sumber Rejo, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Makarti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Gunung Timbul, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Karta Sari, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Mulya Asri, Tulang Bawang Tengah, Tuba Barat Kp. Mekar Yekti Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Margo Dadi, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Gunung Menanti, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 37

46 Mugi lestari Rukun Sentosa Sido Dadi Sido Makmur Sido Dadi Trimo Maju Tunas Baru I Tunas Remaja Untung Jaya Ngudi Makmur Tani Maju Setia Bakti Tirta Waru Flamboyan Harapan Jaya Sederhana Sumber Nabati Tri Kencana Tani Maju Muda Karya Sumber Makmur Ngudi Agung Ngudi Santoso Ngudi Luhur Mekar Sari Margo Mukti II Kp. Mekar Sari Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Panca Marga, Batu Putih, Tulang Bawang Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Murni Jaya, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Mulya Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Karta Sari, Tuba Udik, Tulang Bawang Tengah Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Toto Katon, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar Tulang Bawang Barat Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Tiyuh Tunas Asri, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Mulya Jaya Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Panaragan, Tuba Tengah, Tulang Bawang Barat Kp. Candra Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Kata Raharja, TB. Udik, Tulang Bawang Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Penumangan Baru, TB. Tengah, Tuba Barat Sementara untuk pembinaan dan pemantauan lumbung melalui dana APBD tahun 2016, didapatkan hasil dana bansos cair pada saat petani tidak ada panen, maka rata-rata kelompk lumbung membeli gabah cukup tinggi yaitu antara Rp Rp , tapi masih sesuai dengan RUK. Dari hasil pembinaan dan pemantauan diharapkan kelompok lumbung meningkatkan pertemuan rutin untuk membahas kegiatan kelompok agar dalam pengelolaan lumbung ini bisa berhasil dan bermanfaat. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 38

47 HARGA GABAH KERING PANEN (GKP) DI TINGKAT PRODUSEN DAN KOEFISIEN VARIASI PANGAN (BERAS) DI TINGKAT KONSUMEN Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan, permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar internasional, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli masyarakat, kesejahteraan petani/produsen, dsb. Dengan menganalisis informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan ketahanan pangan. Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 23. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen No Indikator Kinerja Capaian 2015 Harga Gabah Kering Panen (HPP : 3.700) (GKP)) di Tingkat produsen Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen CV : 6% Tahun 2016 Target Capaian % HPP (3.700) CV<10% HPP (3.776) CV = 2% Target Akhir Renstra HPP CV<10% Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) HPP tahun 2019 belum diketahui 100 Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen Agar kebijakan dapat dirumuskan dengan tepat dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan pemantauan, pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan analisis data. Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam perumusan kebijakan. Oleh karena itu diperlukan pedoman sebagai acuan pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah. Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi beberapa aspek Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 39

48 antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan, kelancaran arus distribusi pangan dan pengaturan impor pangan, misalnya beras dan kedelai. Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan. Situasi harga tahun 2016 pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi Lampung sebagai berikut : Tabel 24. Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016 Padi.Gabah Beras Nama Bahan Pangan - GKP - GKPG - GKG - Premium - Medium Harga Rata-Rata per Kg Produsen Grosir Eceran Asalan Kacang kedelai - Kering Jagung pipilan kering - Kering Cabe - Merah Keriting Bawang Merah - Bawang Merah Daging - Sapi di tingkat pemotong - Sapi hidup tingkat peternak - Daging sapi murni - Ayam broiler/potong Telur - Ayam ras Gula Pasir - Dalam Negeri/Lokal Minyak Goreng Tepung Terigu Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen dilihat dari tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015, Harga HPP Tahun 2016 untuk Gabah kering Panen yaitu Rp /kg. Berdasarkan Panel harga yang dilakukan dihasilkan harga gabah kering panen di produsen pada tahun 2016 di Provinsi Lampung mencapai Rp /kg atau lebih tinggi 2,05% dari harga pembelian pemerintah (HPP). Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen Koefisien variasi (CV) merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan untuk membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbeda atau perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil, maka harga tersebut semakin stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV, maka harga komoditas tersebut tidak stabil. Kondisi kestabilan harga pangan tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 40

49 Tabel 25. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 2016 di Provinsi Lampung No Komoditas Jagung Pipilan Kering Biji Kedelai Kering Beras Premium Beras Medium Beras Termurah Bawang merah Cabai Merah Keriting Gula Pasir Lokal Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi Murni Tepung Terigu Minyak goreng : Koefisien Variasi S : Stabil TS : Tidak Stabil Keterangan :CV Tahun 2016 Target CV Realisasi CV Ket. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi Pangan (Beras) di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV < 10%. Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 harga beras baik yang kualitas premium, medium ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang ditunjukkan dengan nilai CV < 10%. Tabel 26. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Target Nasional (>HPP) Rp Rp Rp Rp Rp Target Renstra (>HPP) Rp Rp Rp Rp Rp Capaian Kinerja Rp Rp Rp Rp Rp Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dari tahun sudah diatas harga pembelian pemerintah (HPP). Dan pencapaian koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen jika dibandingkan dengan target nasional dan target renstra dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 27. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Target Nasional CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% Target Renstra CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% Capaian Kinerja CV : 2% CV : 2% CV : 6% CV : 6% CV : 2% Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki topografi yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung sektor tersebut Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page S S S S S S TS S S S S S S

50 (produksi, pengolahan, dan penyimpanan) bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya sehingga petani, kelompok tani maupun gabungan kelompok tani selalu dihadapkan pada berbagai masalah : - Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/pemasaran - Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah kepada para pelepas uang (pedagang perantara) - Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup. Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah, menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan : - Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen raya - Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani, gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian pertanian cq Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap pangan melalui kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Penguatan- PLDPM). Dan melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN. Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen yaitu melalui kegiatan a. Pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan b. Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan Dalam rangka untuk mewujudkan sasaran stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen dengan indikator kinerja harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan indikator coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen, salah satunya melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan. Masalah yang sering di hadapi oleh Gapoktan ataupun poktan antara lain : 1. Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/pemasaran; 2. Posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah; Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 42

51 3. Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup. Dampak dari ketidak berdayaan petani dalam mengolah, menyimpan dan pendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan : 1. Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat panen raya 2. Kekurangan pangan pada saat musim paceklik. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani/gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung, maka pemerintah melalui kementerian pertanian Cq. Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan Gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap pangan melalui Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat ( Penguatan LDPM). Provinsi Lampung dari tahun 2009 sampai tahun 2016 telah mengalokasikan anggaran APBN untuk PLDPM kepada 113 gapoktan yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Barat, Tulang Bawang, Tanggamus, Lampung Timur, Way Kanan dan Kota Bandar Lampung. Gapoktan yang sudah masuk ke tahap mandiri, untuk pembinaannya dilanjutkan dengan dana yang dialokasikan dari APBD Provinsi Lampung. Pembinaan, monitoring dan evaluasi PLDPM tahap mandiri (PLDPM tahun ) pada tahun 2016 dilaksanakan di 83 Gapoktan di 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Lampung Selatan dan Tanggamus. Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Perkembangan Unit Distribusi/Pemasaran Tahun 2009 gapoktan yang mendapat dana P- LDPM sebanyak 25 gapoktan, tahun 2010 sebanyak 20 Gapoktan, Tahun 2011 sebanyak 17 Gapoktan, dan tahun 2012 sebanyak 21 Gapoktan, total Gapoktan yang mendapat dana P-LDPM dari tahun sebanyak 83 Gapoktan. Dana pada unit distribusi mengalami kenaikan sebesar 10,8% untuk Gapoktan Tahun 2009, untuk Gapoktan tahun 2010 naik 11%, Gapoktan Tahun 2011 naik sebesar 10,7% dan perkembangan dana bansos gapoktan tahun 2012 sebesar 9,5%. 2. Perkembangan Unit Cadangan Pangan Perkembangan pada unit cadangan pangan sangat kecil hal ini dikarenakan unit ini diasumsikan oleh anggota sebagai unit sosial, stok cadangan pangan di butuhkan padaa saat paceklik dan dikembalikan pada saat panen dengan penambahan sebanyak 5 10%. Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan-permasalahan yang dihadapi, antara lain : Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 43

52 1. Jaringan pemasaran gapoktan belum/kurang luas, masih sebatas antar desa/kecamatan 2. Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan modal untuk saprodi 3. SDM gapoktan yang belum memadai 4. Masih rendahnya mutu/kualitas gabah/jagung anggota gapoktan/petani 5. Sarana transportasi yang kurang mendukung (jalan rusak, jarak jauh, dll) sehingga biaya angkut jadi tinggi 6. Pembukuan dan pelaporan yang dibuat oleh gapoktan masih banyak yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan. 7. Pengurus Gapoktan kurang tertib dalam mengisi pembukuan 8. Masih banyak pendamping yang kurang dalam melakukan pembinaan terhadap gapoktan yang menjadi tanggungjawabnya dengan alasan kesibukan diluar tugas sebagai PPL. Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya bantuan modal dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli kelompok terhadap hasil produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga tetap stabil baik pada saat panen raya ataupun pada saat musim paceklik dan harga bisa diatas harga pembelian pemerintah (HPP), harga tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen raya harga jual turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani. Dan diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok tani/kelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis. Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah ketergantungan pada alam (musim) dan antisipasi pemasaran. Dengan ketergantungan yang tinggi pada ketersediaan air hujan dan pemasaran menghadapi hari-hari besar, makan sebagian besar sentra produksi pangan mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga mengalami pola panen serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang luas, maka disebut dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil panen yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan, akibatnya para petani mengahadapi harga jual yang rendah. Pada usaha tani padi, harga gabah ditingkat petani umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah (HPP) dan harga panen asal temak/ikan di tingkat petani kadang-kadang berada di bawah harga biaya produksi. Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen (petani) sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman fluktuasi tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada giliranya juga berdampak pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani. Lemahnya daya "Tawar" petani sangat dipengaruhi oleh tersedianya modal usaha, tingkat penerapan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 44

53 teknologi pasca panen, ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi prasarana angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, "Cash Flow", petani pada umumnya segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses pengolahan dan penyimpanan terlebih dahulu. Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil pertanian pada saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem "tunda jual " yang sesuai dengan kondisi lokal spesifik. pengembangan modal sistem tunda jual di daerah sentra produksi pangan bertujuan untuk memperkuat permodalan kelompok tani yang selama ini masih menjadi kendala besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini maka posisi tawar dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian, sasaran untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerah/rumah tangga dapat terealisasi. Distribusi pangan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk menyalurkan produk komoditas pangan dari produsen agar dapat sampai ke konsumen secara tepat waktu dan jumlah yang cukup serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Aspek distribusi dalam hal ini sangat berperan dalam rangka stabilisasi harga pangan, sehingga ketersediaan data dan informasi distribusi pangan yang terkini serta mudah di akses merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi permasalahan distribusi. Pada tahun 2016 kegiatan mobilitas pangan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Way Kanan, Mesuji, dan Kota Bandar Lampung, komditas yang di pantau yaitu gabah/beras, cabai merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras dan pangan pokok lainnya. Pelaksanaan pengamatan mobilitas dan pasokan komoditas pangan di Kabupaten/Kota yang berupa jembatan timbang gayam dan way urang Kabupaten Lampung Selatan, Way Umpu Kabupaten Way Kanan dan Simpang Pematang Kabupaten Mesuji. Pelabuhan laut dan pelabuhan sungai : pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung, pelabuhan Labuhan Marunggai, Lampung Timur, pelabuhan Kota Agung Kabupaten Tanggamus, Pasar Induk : Pasir Gintung Kta Bandar Lampung. Pencapaian indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen pada tahun 2016 ini telah memenuhi target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra maupun target nasional. Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat Produsen dan indikator koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen menemui beberapa masalah di antaranya : 1. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasil-hasil pangan merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen pangan khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik dan hari-hari besar disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin siste pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 45

54 dan lunak untuk mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya kemampuan teknis petugas dan pelaku pemasaran. 2. Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang memadai serta terjadinya bencana alam 3. Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah bersaing dengan para tengkulak 4. Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin kemitraan, baik dengan pihak perbankan maupun pihak swasta 5. Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan usahanya 6. Kualitas SDM yang masih kurang 7. Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata-rata administrasi masih berantakan Solusi 1. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana umum distribusi serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga peran masyarakat baik bersifat individu skala kecil, usaha kelompok/koperasi hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan perlu terus di tinngkatkan 2. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan program dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui peningkatan pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan kelembagaan distribusi pangan masyarakat serta peningkatan akses pangan. 3. Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin kemitraan agar usahanya lebih berkembang 4. Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis melalui pelatihan dan pendampingan 5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 46

55 SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KONSUMSI, JUMLAH KONSUMSI ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Indikator Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu, karena kegiatan yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut sama. Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di Badan Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan penganekaragaman pangan. Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan ketahanan pangan daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan. untuk meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi pangan (pelatihan bagi petugas/aparat Kabupaten/Kota), Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional, Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP), Promosi P2KP, Pengembangan usaha pangan lokal. Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) Konsumsi, Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 28. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan, Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada Tahun 2016 No Indikator Kinerja Capaian Skor Pola Pangan 79,3 Harapan (PPH) Konsumsi 2. Jumlah Konsumsi 1.841,5 Energi(kkal/kap/hr) 3. Jumlah Konsumsi 49,6 Protein (Gr/kap/hr) Sumber data : BKPD Prov. Lampung Keterangan *) Angka Sementara Tahun 2016 Target Capaian % 85,0 78,0 *) 91, , ,7 *) 50,3 *) 91,96 89,34 Target Akhir Renstra 87, Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 88,94 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page ,96 88,25 Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, dapat dijelaskan sebagai berikut : Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Pengertian Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relative) dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan. FAO RAPA (1989) mendefinisikan PPH sebagai komposisi

56 kelomok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.mutu konsumsi pangan penduduk dapat dilihat dari skor pangan (dietary score) dan dikenalnya sebagai skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang. Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut mencakup kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor PPH di nilai dengan angka 100.Kegunaan PPH merupakan instrummen sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang dinyatakan dalam skor PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi pangan pada tahun tahun mendatang.pph dapat digunakan sebagai pedoman dalam evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk, baik secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi.budaya, agama dan cita rasa. Pada tahun 2016 ini, skor PPH di Provinsi Lampung ditargetkan 85,0 dan ternyata dari hasil analisis target PPH tahun 2016 tercapai yaitu 78,0 (Angka Sementara), seperti terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel 29. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016 Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Kelompok Pangan % Kalori % AKE*) Bobot Skor Skor Skor Skor Aktual AKE Maks PPH Padi-padian 1.038,4 55,9 51,9 0,5 28,0 26,0 25,0 25,0 Umbi-umbian 25,9 1,4 1,3 0,5 0,7 0,6 2,5 0,6 Pangan Hewani 160,5 8,6 8,0 2,0 17,3 16,0 24,0 16,0 Minyak &Lemak 284,4 15,3 14,2 0,5 7,7 7,1 5,0 5,0 Buah/Biji Berminyak 59,8 3,2 3,0 0,5 1,6 1,5 1,0 1,0 Kacang-kacangan 75,5 4,1 3,8 2,0 8,1 7,6 10,0 7,6 Gula 100,7 5,4 5,0 0,5 2,7 2,5 2,5 2,5 Sayur dan Buah 81,1 4,4 4,1 5,0 21,8 20,3 30,0 20,3 Lain-lain 30,5 1,6 1,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total 1.856, ,8 87,9 81, ,0 Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara Untuk skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi tahun 2016 yang ditampilkan pada tabel diatas merupakan angka sementara (ASEM) karena angka tetapnya baru akan keluar sekitar bulan Juni Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 48

57 Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beras/padi-padian, sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu perlu ditingkatkan kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan pangan dari umbiumbian.konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga masih kurang, masih bisa ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung merupakan penghasil ikan dan daging yang cukup besar. Untuk itu gerakan makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan, namun yang lebih penting lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena harga produk hewani cukup mahal. Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan rumah pangan lestari (KRPL) di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan era global. Untuk itu, tubuh memerlukan makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan untuk dapat menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif. Makanan yang di konsumsi sehari-hari harus mengandunng lima kelompok zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup dan tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh. Zat-zat gizi tersebut akan terpenuhi bila pangan yang kita konsumsi beragam, karena secara alami komposisi setiap jenis bahan pangan memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu, sehingga dengan mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan. Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman konsumsi pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih beranekaragam, seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup (Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman) yang dimulai dari masing-masing rumah tangga. Tabel 30. Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Target Nasional 89,8 91,5 93,3 84,10 86,2 Target Renstra 89,8 91,5 93,3 84,10 85,0 Realisasi Kinerja 86,5 84,3 83,4 79,3 78,0 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 49

58 ,3 91,5 93,3 89,8 91,5 89,8 86,5 84,3 83,4 84,1 86, ,1 79, Realisasi Kinerja Target Renstra Target Nasional Target Nasional Target Renstra Realisasi Kinerja Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kapita/hari); Jumlah Konsumsi Protein (gr/kapita/hari) Pada tahun 2016 untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi 1.856,7 kkal/ kapita/hari dari target kkal/kapita/hari atau 91,96%, sedangkan untuk jumlah konsumsi protein terealisasi 50,3 gram/kapita/hari dari yang ditargetkan sebesar 56,3 atau 89,34%. Untuk kedua indikator yaitu jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein capaian kinerjanya termasuk tinggi karena pencapainnya antara dari 76 90%. Secara rinci pencapaian jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 31. Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2016 No Indikator Kinerja Capaian Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr) Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hr) 1.841,5 49,6 Sumber Data BKPD Prov. Lampung Keterangan *) Angka Sementara Tahun 2016 Target Capaian % , ,7 *) 50,3 *) 92,10 89,34 Target Akhir Renstra Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 89,96 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page ,25 Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi dalam satuan Kkal/Kap/Hari atau Gram/Kap/Hari. Penilaian aspek ini ditinjau dari volume pangan yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan sudah dapat memenuhi kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( WNPG). Untuk

59 menilai kuantitas konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma atau angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat lain juga akan terpenuhi dari konsumsi pangan. Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya beranekaragam makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi bahan pangan lainnya. Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 32. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2016 PPH Jumlah Konsumsi Energi Jumlah Konsumsi Protein Target Nasional Target Renstra Capaian Kinerja 86,2 85,0 78,0 *) ,7 *) 56,4 56,3 50,30 *) Keterangan *) Data Sementara , Target Nasional Target Renstra Realisasi Kinerja ,2 85,0 78,0 56,4 56,3 50,3 PPH Konsumsi Protein Konsumsi Energi Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2016 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2016 untuk indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi protein dan jumlah konsumsi energi masih dibawah target nasional dan target di renstra.. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 51

60 Perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, konsumsi energi dan konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 33. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun Uraian Th Th Th Th Th Skor PPH Konsumsi 86,5 84,3 83,4 79,3 78,0 *) Jumlah Konsumsi , ,7 *) Energi Jumlah Konsumsi Protein 59,5 57,2 54,8 49,6 50,3 *) Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : *) Angka Sementara SKOR PPH KONSUMSI 86,5 84,3 83,4 79,3 78,0 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 PPH Grafik 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun , , , ,0 Konsumsi Energi 2.156, , , , ,0 Konsumsi Energi 500,0 0,0 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Grafik 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 52

61 Konsumsi Protein 59,5 57,2 54,8 49,6 50,3 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Konsumsi Protein Grafik 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada beragam, bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA), PPH konsumsi dari tahun terjadi penurunan, hal ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data BPS dan BKP Pusat. Dan pada tahun 2015 terjadi perubahan cara penghitungan dalam pengelompokan jenis pangan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan skor PPH konsumsi ini yaitu melalui beberapa kegiatan diantaranya terus mensosialisasikan dan mengkampanyekan keseimbangan pangan melalui lomba cipta menu dan makanan sehat, pameran dan penyuluhan-penyuluhan melalui PPL dan PKK. upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain : a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional c. Pengembangan usaha pangan lokal Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua aspek penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi (% AKE) dan aspek kualitas konsumsi (mutu Konsumsi : Skor PPH). Mutu pangan atau kualitas pangan dalam hal ini dapat mencakup aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan mikrobiologi/aspek keamanan pangan, aspek organoleptic dan aspek gizi. Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukan hanya beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga anekaragaman konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan yang dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak ada satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup jumlah jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH). Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung menggunakan pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin beragam dan komposisinya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 53

62 semakin baik dan seimbang.apabila keragaman konsumsi pangan berada di bawah anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat perlu ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dan pengetahuan pangan dan gizi. Pada tahun 2016 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan Ketahanan Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya melalui kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran anak SD/usia dini, petugas Kabupaten/Kota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan kelompok wanita tani di 3 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Utara, Way Kanan dan Bandar Lampung. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi kelompok tani dan anak-anak SD dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA).Serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pokok beras. Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan sosialisasi gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) kepada tim penggerak PKK, karena tim penggerak PKK merupakan organisasi wanita yang mempunyai anggota sampai pada tingkat desa, oleh karena itu TP_PKK merupakan mitra yang sangat cocok dan tepat dalam mensosialisasikan dan menyebarluaskan gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung tombak dalam menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat. Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA), maka Badan Ketahanan Pangan Daerah harus melakukan sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta mengubah pola konsumsi pangan masyarakat menuju beragam, bergizi, seimbang dan aman. Dalam rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan daerah melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yang diikuti oleh perwakilan dari Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung. Pada tahun 2016 ini lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 10 Oktober 2016 yang diikuti oleh 13 tim penggerak PKK Kabupaten/Kota. Adapun 2 Kabupaten tidak ikut yaitu Lampung Timur dikarenakan tidak dianggarakan oleh APBD setempat dan Kab. Tulang Bawang karena harus menyiapkan diri mengikuti LCM tingkat nasional tahun 2016 sebagai wakil Provinsi Lampung, karena pada tahun 2015 Kabupaten Tulang Bawang menjadi pemenang di LCM tingkat Provinsi. Lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga dalam pengembangan pangan lokal guna mendukung percepatan diversifikasi Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 54

63 penganekaragaman pangan, dan diharapkan dapat diterapkan di tingkat rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga menuju ketahanan pangan nasional. Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha pengolahan pangan lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin sulit berkembang dan makin terpinggirkan oleh produk-produk makanan produk industri yang umumya berbahan baku terigu. Pada tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung memberikan bantuan alat penepung kepada kelompok wanita di 7 Kabupaten, yaitu No Nama Kelompok Ketua Kelompok Kecamatan Kabupaten TLAWUNG SARI TRESNO MAJU DEWI SRI KUNTUM BERSERI SERUNAI KARYA SEJAHTERA PERMATA BUNDA Samitri Hindun Muasoma Dewi Novita Sari Suparni Titik Sadarsih Darsilah Tri Handayani Gunung Sugih Way Kenanga Tanjung Raya Sumberejo Gading Rejo Tanjung Sari Bengkunat Lampung Tengah Tlg. Bawang Barat Mesuji Tanggamus Pringsewu Lampung Selatan Pesisir Barat Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein, sebagai berikut : Masalah 1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan sehingga kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur dan buah 2. Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan asosiasi yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal 3. Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan pokok bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih relative lebih tinggi daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan yang salah dimasyarakat yaitu belum makan kalau belum makan nasi serta masih terbatasnya dukungan sosialisasi, promosi dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media. Solusi 1. Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya pemanfaatan pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 55

64 2. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam diversifikasi konsumsi pangan. 3. Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan makanan tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan industri dan bisnis pangan lokal (MP3L) PENINGKATAN PRODUK PANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI (%) Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada tahun 2016 sebesar 10% dan terealisasi 7,33% atau 73,3%. Secara rinci di sajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 34.Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi No Indikator Kinerja Tahun 2016 Target Akhir Target Capaian % Renstra 1.. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 10% 7,33% 73,3% 10% 73,3% Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi baru mencapai 7,33% dari yang ditargetkan. Target renstra dan target nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi adalah 10%, pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi belum dijadikan indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan indikator. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister & sudah Tersertiifikasi Tahun Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Jumlah Kebun dan lahan usaha yang sudah Teregister Jumlah kebun dan lahan usaha yang sudah tersertifikasi Presentase 11,67 17,67 25,00 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dari tahun 2015 sampai tahun 2016 baru mencapai 7,33% atau 73,30% dari yang ditargetkan yaitu 10%. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi yaitu dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara sosiallisasi atau pelatihan pelatihan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 56

65 dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman. Dalam upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan domestik dan internasional, penerapan sistem jaminan/manajemen mutu dan keamanan pangan produk (food safety) agribisnis terutama untuk produk segar adalah sanngat penting dan menjadi satu keharusan, sehingga Petani/pelaku usaha dituntut menjalankan proses produksi yang baik, yang berujung pada penerapan Hazard analysis critical control point (HACCP), selain hal tersebut, untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan segar dengan benar diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan segar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk jaminan mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label yang menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia (SNI) atau standar lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan keamanan pangan, petani/pelaku usaha harus menerapkan system jaminan mutu dan mengajukan permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait seperti Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) yang ada di Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi sebesar 10% ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa faktor, yaitu : 1. Dari segi pelaku usaha Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami tentang tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun prima 2 dan belum memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas produk yang sudah bersertifikat/teregistrasi sehingga perlu kerja keras dari OKKP-D untuk mensosialisasikan tata cara pengajuan sertifikat/registrasi dan merubah pola pikir petani/pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini kurang dipahami dan kurang diperhatikan 2. Dari segi konsumen Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi sehingga pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap penting sertifikat untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang dihasilkannya. 3. Dari segi pasar Pasar belum menghargai sertifikat/registrasi yang dimiliki oleh petani/pelaku usaha, dipasaran harga produk pertanian baik yang bersertifikat maupun yang tidak memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal ini menjadi salah satu sebab petani enggan untuk mengajukan sertifikasi atas produk pangan segar yang dihasilkannya. Menghadapi kendala kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan beberapa upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang penerapan mutu dan keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk yang sudah memiliki sertifikat Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 57

66 agar tetap konsisten menerapkan mutu dan keamanan pangan dalam budidaya produk pangan segarnya, melakukan sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi produknya, dan juga melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi dan registrasi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai jualnya. Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi, antara lain : 1. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang teregister 2. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh atas produk yang telah bersertifikat/teregister 3. Sistem pemasaran belum menghargai mutu (sertifikasiregistrasi yang dimiliki oleh petani/pelaku usaha) 4. Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikat/teregistrasi Solusi pemecahan masalah sebagai berikut : 1. Melakukan edukasi konsumen (retailer, supplier, dan konsumen akhir) untuk lebih menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai media massa secara intensif 2. Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir dalam hal pemasaran produk segar bersertifikat/teregistrasi 3. Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasi/registrasi 4. Meningkatkan kepedulian stakeholder tentang pentingnya sertifikasi/registrasi dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya saing produk hortikultura PERSENTASE MENINGKATNYA KEAMANAN PANGAN SEGAR Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur Lampung No. G/564/II.06/HK/2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan revisi dari Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/744/II.05/HK/2013 tanggal 30 September 2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dengan menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan Segar dilakukan melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 58

67 Pangan Daerah Provinsi Lampung bersama sama dengan Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung. Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan pangan segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 36.Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%) No Indikator Kinerja 1. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar (Uji Lab) Capaian ,39% (114,24%) Tahun 2016 Target Capaian % 80% (dibawah ambang batas) Target Akhir Renstra 83,78% 104,73 80% (dibawah ambang batas) Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 104,73 Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada tahun 2016 tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung melakukan inspeksi mendadak (SIDAK) ke pasar tradisional dan pasar modern. Sidak dilaksanakan dalam rangka hari besar keagamaan yaitu pada saat menyambut bulan suci ramadhan 1437 H dan hari raya idul fitri 1437 H serta menjelang hari raya natal tahun Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di dapatkan hasil tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai 83,78% dari target 80%. Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium menunjukkan ada beberapa sampel yang mengandung bahan berbahaya seperti Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi kadarnya masih di bawah ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi. Indikator keamanan pangan segar (uji lab) pada tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah menargetkan 80% dan terealisasi 83,78%. Upaya Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan pangan segar antara lain melalui kegiatan a. Peningkatan, penerapan standar mutu BMR (Batas Maksimum Residu) b. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan segar c. Pengembangan produk pangan segar yang bermutu dan bersertifikat d. Sosialisasi dan promosi peningkatan gizi pangan keluarga Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja, tetapi merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan membentuk jejaring kerja (Networking) yang berjalan secara efektif dan efisien. Keamanan pangan menjadi sangat penting mengingat bahwa pada saat ini tuntutan akan mutu dan keamanan pangan oleh masyarakat dan dunia semakin tinggi. Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung pada tahun 2016 ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan, masih rendahnya kesadaran masyarakat (produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 59

68 keamanan pangan, kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang. Dari permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas pengawas serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas keamanan pangan, koordinasi dan sinkronisasi dalam wadah jejaring keamanan pangan serta menggiatkan sosialisasi dan promosi keamanan pangan secara berkesinambungan. Jejaring keamanan pangan daerah menjadi kunci kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh karena itu memerlukan upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi fungsi-fungsi jejaring keamanan pangan daerah (JKPD) dan mengintegrasikan program yang ada di daerah. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 60

69 TABEL 37. REKAP HASIL UJI CEPAT ( FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH No. Kabupaten Jenis uji Jumlah Sampel yang Diuji Hasil Uji Positif Negatif Terdeteksi Jumlah Aman dikonsumsi Komoditi Asal Komoditi 1 Lampung Barat Formalin Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu Pestisida**) Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu 2 Pringsewu Formalin Buah (jeruk madu) Pasar Sukoharjo, Gading Rejo Rhodamin B Kolkan dadu, cendol aci pink, merah Pasar Sukoharjo, Gading Rejo Pestisida**) Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo 3 Tanggamus Formalin Buah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting Pestisida**) Buah dan Sayur Pasar Talang Padang, Pasar Gisting Rhodamin B Cendol merah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting 4 Pesawaran Formalin Buah Pasar Sukaraja, Gedong Tataan Pestisida**) Buah dan Sayur Pasar Wiyono dan Pasar Sukaraja Gedong Tataan 5 Tulang Bawang Formalin Buah Pasar Unit II Pestisida**) Sayur Pasar Unit II 6 Metro Formalin Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih Pestisida**) Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih 7 Bandar Lampung Formalin*) Buah dan Sayur Pasar tradisional dan pasar modern Bandar Lampung Pestisida**) Buah dan sayur Pasar Tradisional dan Modern Bandar Lampung 8 Lampung Timur Formalin Buah dan Sayur Pasar Pekalongan Pestisida**) Buah dan Sayur Pasar Pekalongan 9 Lampung Selatan Formalin*) Buah dan Sayur Pasar Natar Pestisida**) Buah dan Sayur Pasar Natar Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 61

70 10 Lampung Tengah Formalin Buah Pasar Wates Pestisida**) Sayuran dan Buah Pasar Wates 11 Lampung Utara Pestisida**) Buah dan Sayur Pasar Impres Formalin Buah Pasar Impres 12 Way Kanan Formalin Buah Pasar Baradatu Pestisida**) Sayur Pasar Baradatu 13 Tulang Bawang Barat Pestisida**) Buah dan Sayur Pasar Mulya Asri Formalin Buah Pasar Mulya Asri 14 Mesuji Pestisida**) Sayur Pasar Brabasan dan Gedung Ram Formalin Buah Pasar Brabasan dan Gedung Ram 15 Pesisir Barat Pestisida**) Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat Formalin Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat Jumlah Persentase (%) ,78 16,22 83,78 Ket; *) Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin **) Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu (BMR) (Masih aman untuk dikonsumsi) Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 62

71 Permasalahan : 1. Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan 2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat (produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang keamanan pangan 3. Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang. 4. Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan Solusi : Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain : 1. Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM 2. Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel keamanan pangan segar 3. Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar 4. Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah maupun vertical yang terkait dengan penanganan keamanan pangan dengan membentuk tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah 5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu dan keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung seperti pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 63

72 3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2016 Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2016 sebesar 98,83% dari total yang dianggaran yang di alokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per sasaran penyerapan anggaran terbesar pada kegiatan untuk indikator Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, Skor PPH konsumsi, Jumlah konsumsi energi, dan Jumlah konsumsi protein (99,47%). Sedangkan penyerapan terkecil pada kegiatan untuk indikator Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan (97,24%). Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator yang dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi. Pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 2016 secara umum tidak menunjukkan tingkat efisiensi anggaran. Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas dari seluruh indikator menunjukkan realisasi anggarannya hampir sama dengan realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum, pencapaian kinerja sesuai dengan anggaran yang dianggarkan. Memang terdapat indikator yang realisasinya lebih rendah daripada realisasi anggarannya, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan, yang realisasi anggarannya mencapai 97,24% namun realisasi kinerjanya baru mencapai 43%, untuk indikator semacam ini, perlu mengkaji lebih jauh factor apa sajakah yang menyumbang kepada situasi diatas, seperti menguji seberapa baik koordinasi dan sinergi dengan stakeholder telah terbangun untuk menjawab persoalan kerawanan pangan karena faktor kemiskinan, karena masalah kemiskinan tidak bisa diatasi oleh satu instansi saja tapi harus melibatkan lintas sektor. Selain itu juga perlu mengidentifikasi, bagaimana membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan menjadi lebih baik. Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2016 yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan dalam pencapaian indikator pembangunan di sajikan dalam tabel berikut : Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 64

73 Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan anggaran Sasaran 1. Peningkatan ketersediaam pangan yang beragam 2. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yanng sehat dan aman 3. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 4. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 5. Stabilnya hasil pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen 6. Tercapainya keamanan pangan segar Indikator 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 3. Jumlah Konsumsi Energi 4. Jumlah Konsumsi Protein 5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen 7. Coefisien Variasi Pangan (beras) di Tingkat Konsumen 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji Kinerja Anggaran Target Realisasi % Realisasi Target Realisasi % Realisasi 85,6 85, ,3 HPP (HPP : 3.700) CV<10% 75,08 78,0 *) 1.856,7 *) 50,30 *) 87,71 91,76 91,96 89, ,47 1 0, , % ,13 10 % 7,33 % 73,3 % ,14 80% 83,78 104, ,06 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 65

74 3.4 Analisis Efisiensi Bagian yang disajikan dalam tabel ini terkait dengan efisiensi anggaran untuk indikator yang pencapaian kinerjanya mencapai atau lebih dari 100%, terlihat bahwa dari 9 indikator menunjukkan pencapaian yang sama atau lebih dari 100%, yaitu sebanyak 3 indikator, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini, sebagai contoh indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dengan realisasi anggaran sebesar 98,13 dari total anggaran telah mencapai kinerja 100%, Indikator persentase tingkat keamanan pangan segar yang diuji dengan realisasi anggaran 99,06% telah mencapai kinerja 104,73%. Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Sasaran Strategis 1. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen Indikator 1. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat 2. Coefisien Variasi Pangan (beras) di Tingkat Konsumen % Capaian Kinerja % Penyerapan Anggaran 98,13 98,13 Tingkat Efisiensi 1,87 1,87 2. Tercapainya keamanan pangan segar 3. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji 104,73 99,06 0,94 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 66

75 BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja (LKj) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah memaparkan sasaran dan indikator yang ada pada perencanaan strategis untuk mengetahui keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Selama ini keberhasilan suatu instansi pemerintah lebih ditekankan kepada kemampuan instansi dalam menyerap sumber daya keuangan. Melalui pengukuran kinerja yang terdapat dalam LKj, maka keberhasilan suatu instansi pemerintah akan lebih dilihat dari kemampuan instansi tersebut berdasarkan sumberdaya yang dikelolanya untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam perencanaan strategis. Berdasarkan hasil pengukuran dan evaluasi kinerja yang dilakukan terhadap kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam merealisasikan visi, misi, tujuan dan sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis, dengan cara mempertimbangkan nilai indikator kinerja masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (Benefit) dan dampak (impact), maka nilai capaian kinerja Badan ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung pada tahun anggaran 2016 sebesar 88,89%. Menurut skala pengukuran ordinal, maka nilai capaian kinerja tersebut dapat dikategorikan Baik dan Berhasil. Demikian Laporan Kinerja Instansi (LKj) Badan Ketahanan Pangan daerah Provinsi Lampung ini disusun, dengan harapan dapat memberikan umpan balik bagi seluruh aparat yang ada pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung agar dapat lebih meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 67

76 L A M P I R A N Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 68

77 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 69

78 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 70

79 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 71

80 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 72

81 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 73

82 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 74

83 LAMPIRAN Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 75

84 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 76

85 TABEL PENCAPAIAN KINERJA DAN ANGGARAN TAHUN 2016 SASARAN 1 INDIKATOR/KEGIATAN 2 KINERJA 1. Peningkatan ketersediaan 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 85,6 75,08 87,71 pangan yang beragam ANGGARAN TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI Peningkatan keragaman 2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 85,0 78,0 91,76 konsumsi pangan yang sehat dan aman ,47 3. Peningkatan konsumsi 3. Jumlah Konsumsi Energi ,7 91,96 pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 4. Jumlah Konsumsi Protein 56,3 50,3 89,34 a. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi 180 anak SD 180 anak SD ,98 Pangan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota b. Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional 2 kali 2 kali ,00 c. Promosi Pangan Segar dan Olahan d. Hari Pangan Sedunia TK. Provinsi dan TK. Nasional 2 kali 2 kali ,98 e. Pengembangan Usaha Pangan Lokal 7 Unit 7 Unit ,73 f. Penyusunan Pola Pangan Harapan 1 Laporan 1 Laporan ,76 4. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan g. Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota ,26 Lestari (KRPL) 5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 1 0,43 43, ,24 a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan 6 Kawasan 6 Kawasan ,89 b. Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP 1 Dokumen 1 Dokumen ,78

86 SASARAN 1 INDIKATOR/KEGIATAN 2 KINERJA ANGGARAN TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI c. Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah ,00 Daerah d. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat 18 Lumbung 18 lumbung ,68 e. Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan 1 Dokumen 1 Dokumen ,92 dan Kerentanan Pangan f. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan 4 Kegiatan 4 Kegiatan ,60 5. Stabilnya harga pangan 6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen HPP pokok di tingkat produsen HPP = Rp dan konsumen 7. Coefisien Variasi Pangan (beras) Tingkat Konsumen CV < 10% CV = 2% ,13 a. Pemberdayaan Gapoktan dalam rangka Stabilisasi 83 Gapoktan 83 Gapoktan ,56 Harga Pangan b. Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan 1 Komoditi 1 Komoditi ,95 c. Kegiatan Akses Pangan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota ,49 6. Tercapainya keamanan pangan segar 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi 10% 7,33% 73,3% ,14 a. Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan 12 Bulan 12 Bulan ,75 Pangan OKKPD b. Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian 15 Pelaku Usaha 15 Pelaku Usaha ,98 yang sudah Sertifikasi/Regristrasi/Produk yang Beredar

87 SASARAN 1 INDIKATOR/KEGIATAN 2 KINERJA ANGGARAN TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI c. Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu 4 Dokumen 4 Dokumen ,81 pada ISO/IEC d. Sertifikasi, Regristrasi Produk Labelisasi Prima 3 35 Pelaku Usaha 34 Pelaku Usaha 97, ,78 Mendukung Terminal Agrobisnis e. Audit Internal 3 Bidang (Adm, 3 Bidang (adm, ,00 Mutu, Teknis) Mutu, Teknis) f. Promosi Produk Unggulan Lampung yang sudah 1 Kali 1 Kali ,83 Sertifikas/Regristrasi g. Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium 1 Unit 1 Unit ,11 Pengujian Mutu dan Sarana Prasarana OKKPD Provinsi Lampung 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan yang di Uji 80% 83,78 104, ,06 a. Peningkatan Penerapan Standar BMR (Batas 15 Kab/Kota 15 KabKota ,80 Maksimum Residu) b. Pengembangan Jejaring Keamanan Pangan dan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota ,43 Promosi Keamanan Pangan Segar c. Pengembangan Produk Pangan Segar yang Bermutu dan 1 Dokumen 1 Dokumen ,86 Bersertifikat d. Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota ,09

88 PENYERAHAN ALAT PENGEMBANGAN PANGAN LOKAL LOMBA CIPTA MENU TK. PROVINSI TAHUN 2016

89 MENGENALKAN MAKANAN B2SA KEPADA ANAK ANAK SD INSPEKSI LAPANG DAN PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENERBITAN SERTIFIKASI PRIMA 3 KOMODITAS JERUK DI LAMPUNG SELATAN

90 INSPEKSI LAPANG DAN PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENERBITAN SERTIFIKASI HEALTH CERTIFICATE ( HC ) PALA KAWASAN MANDIRI PANGAN

91 KELOMPOK BUDIDAYA IKAN TAWAR DI KAWASAN MANDIRI PANGAN Pengambilan sampel buah anggur di pasar tradisional

92 Pemusnahan buah yang positif formalin oleh managemen swalayan PENYERAHAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN) TK. PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 PADA SAAT PERINGATAN HPS KE 36

93 PENYERAHAN HADIAH PEMENANG LOMBA KUDAPAN BERBAHAN SINGKONG PENYERAHAN HADIAH PEMENANG LCM B2SA TK. PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

94 PEMBINAAN KE KELOMPOK LUMBUNG PEMANTAUAN HARGA PASAR

LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015-2019 BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI KEPUTUSAN KEPALA BADAN... ii DAFTAR ISI... iv BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 i RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 disusun sebagai salah satu bentuk

Lebih terperinci

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan e Oleh : Sekretaris Badan Ketahanan BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN I. EVALUASI e-proposal BKP 2016 II. RENJA 2016 Indikator Kinerja Program BKP 2016 Regulasi & Dasar Pertimbangan Arah Kebijakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Harga (Rp/Kg) LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 11.000 9.000 7.000 5.000 3.000 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Harga GKP di Petani BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) Nasional Tahun 2015, 4 Juni 2015 FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2016 Sekretaris Badan Ketahanan Pangan BADAN KETAHANAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUN 2015 BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka mewujudkan Lampung Maju dan Sejahtera tidaklah mudah. Pembangunan ketahanan Pangan merupakan perwujudan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2015 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinnya Laporan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang

KATA PENGANTAR. Bontang, Desember 2015 Kepala, Ir. Hj. Yuli Hartati, MM NIP LAKIP 2015, Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang KATA PENGANTAR Dengan Mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2015 Kantor Ketahanan Pangan Kota Bontang telah selesai disusun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Padang, Januari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT,

Kata Pengantar. Padang, Januari 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT, Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat (LKj BKP Sumbar) ini disusun sebagai salah satu perwujudan akuntabilitas atas pelaksanaan Visi, Misi, dan Pencapaian Sasaran

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI RENJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TA. 2016

LAPORAN EVALUASI RENJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TA. 2016 LAPORAN EVALUASI RENJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TA. 2016 DINAS KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Menindaklanjuti Permendagri Nomor 54 Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Jl. Panglima Batur Timur Banjarbaru Kalimantan Selatan Telp. 0511-4772471-4778047

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAERAH

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAERAH VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAERAH 1.1 Visi dan Misi Dinas Ketahanan Tujuan menetapkan Visi adalah : 1. Mencerminkan apa yang ingin dicapai oleh Dinas Ketahanan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 1.1. Latar Belakang Terselenggaranya Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Gambaran Umum 1. Organisasi Perangkat Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan kewajiban suatu lembaga instansi untuk mempertanggungjawabkan kinerja, keberhasilan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA PEKANBARU DENGAN

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan upaya membangun sistem manajemen

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas,

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Rawas, BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Permendagri No 54 Tahun 2010, Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi a. Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) sebagai bagian integral dari Pemerintah Kuantan Singingi

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana program kegiatan dalam Renstra DISHANPAN 213-218 merupakan penjabaran dari RPJMD Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaah Terhadap Kebijakan Nasional Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, Kementerian PPN/Bappenas memangkas prioritas nasional agar lebih fokus menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN. (LKj-IP) KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN. (LKj-IP) KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj-IP) TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS KETAHANAN PANGAN Jl. A. Wahab Syahrani Sangatta 2017 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG 2016 KATA PENGANTAR Menindaklanjuti Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KETAHANAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA Disampaikan Dalam Rangka FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Kebijakan dan Implementasi Pembentukan Lembaga Lain Di Daerah KEMENTERIAN PERTANIAN Bangka

Lebih terperinci

BAB II BADAN KETAHANAN PANGAN MEDAN. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara yang awal mulanya

BAB II BADAN KETAHANAN PANGAN MEDAN. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara yang awal mulanya BAB II BADAN KETAHANAN PANGAN MEDAN A. Sejarah Ringkas Badan Ketahanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara yang awal mulanya sebelum dilaksanakannya undang undang otonomi daerah merupakan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2015 Dinas Kesehatan Provinsi Lampung merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT, KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2016 ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Padang, Desember 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KATA PENGANTAR. Padang, Desember 2016 KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan

Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Badan Ketahanan Pangan Prov Kalimantan Selatan Badan Ketahanan Bab 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pangan dan ketahanan pangan merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan suatu bangsa. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 1.1. Latar Belakang Terselenggaranya Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara.

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N 2 0 1 5 Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, atas Rahmat

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR Dalam rangka menetapkan arah dan acuan pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan Pangan Kabaupaten Musi Rawas dan menindaklanjuti

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RENJA KKPD TAHUN 2016 i

KATA PENGANTAR. RENJA KKPD TAHUN 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penyusunan Rencana Kerja (RENJA) Kantor Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2016 dapat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI MUSI RAWAS, Mengingat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandar Lampung, Januari Kepala Bappeda Provinsi Lampung,

KATA PENGANTAR. Bandar Lampung, Januari Kepala Bappeda Provinsi Lampung, KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat dan Nikmat- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kinerja tahun 2015 dan Penetapan Kinerja Tahun 2015 pada unit

Lebih terperinci

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN 3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/ kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2016 Dinas Kesehatan Provinsi Lampung merupakan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN (DKP2) Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam Telepon (0730) 623 545 Faximili (0730) 623 545 Email : dkpppagaralam@gmail.com

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 VISI : Lampung Maju dan Sejahtera 2019 Misi : 1. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah; 2. Meningkatkan infrstruktur

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT BADAN KETAHANAN PANGAN Garut, 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami persembahkan ke

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan SPM Bidang Ketahanan ini dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan salah

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Kabupaten Lumajang sejalan dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah lebih mengutamakan pelaksanaan desentralisasi

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang

Lebih terperinci

13. URUSAN KETAHANAN PANGAN

13. URUSAN KETAHANAN PANGAN 13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Komp.Perkantoran Pemda Tulang Bawang Jl. Cendana Gunung Sakti Kec. Menggala Kab.Tulang Bawang Provinsi Lampung 34596 Telp (0726)

Lebih terperinci

LKPJ Walikota Semarang AkhirTahunAnggaran 2015

LKPJ Walikota Semarang AkhirTahunAnggaran 2015 21. URUSAN WAJIB KETAHANAN PANGAN Pembangunan ketahanan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi penduduk merupakan salah satu urusan wajib pemerintah, Pewujudan ketersediaan pangan yang berbasis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA (LKj) DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA (LKj) DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG Jl. Dr. Soesilo no. 44-46 Pahoman, Bandar Lampung IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan

Lebih terperinci

KATA PENGNTAR RKT INSPEKTORAT

KATA PENGNTAR RKT INSPEKTORAT KATA PENGNTAR Dengan rahmat Allah,SWT, Rencana Kerja Tahunan (RKT) Inspektorat Kabupaten Lingga Tahun 2017 ini selain berisi tentang Struktur, Tugas dan Fungsi Inspektorat, Program dan Kegiatan, Rencana

Lebih terperinci

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN)

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN) 14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Laporan Kinerja (LKj) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Siak Tahun 2016, merupakan wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci