ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA"

Transkripsi

1 ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 ABSTRAK DEPO PANCA SATRIA. Analisis Kinerja Dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M BAGA. Koperasi merupakan lembaga sosial ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Salah satu koperasi pertanian yang ada di Indonesia adalah Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) yang beranggotakan peternak kelinci di Kabupaten Bogor. Tolak ukur keberhasilan suatu koperasi dapat dilihat dari unit usaha dan unit organisasi. Jika dilihat dari unit usaha KOPNAKCI sudah dapat dikatakan berhasil karena didasari terjadinya peningkatan jumlah anggota, peningkatan modal yang berasal dari anggota, peningkatan laba dan volume penjualan. Oleh sebab itu, pengukuran kinerja dalam organisasi KOPNAKCI sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh koperasi. Analisis Kinerja dan partisipasi ini dikaji menggunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan data kuantitatif berdasarkan indikator visi, kapasitas, jaringan kerja dan sumber daya. Dari analisis data dapat diketahui bahwa kinerja koperasi berada dalam kondisi yang baik, Melalui uji korelasi dengan menggunakan Rank Spearman dapat diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan yang searah antara manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota pada bidang organisasi, permodalan, dan unit usaha. Kata Kunci : Analisis Kinerja dan Partisipasi, Kelinci, Koperasi ABSTRACT DEPO PANCA SATRIA. Performance and Member Participation Level Analysis of Rabbit Breeder Cooperative (KOPNAKCI) in Bogor Regency, West Java. Guided by LUKMAN M. BAGA. Cooperative is a social-economic institution which has purpose to improve its member welfare. The cooperative success indicator can be seen from its success in conducting its organization and business activities. Cooperative of Rabbit Breeder (KOPNAKCI) is one of agricultural cooperative of which members are the rabbit breeders in Bogor Regency and has been successful in running both its organization and business activities due to the indicators of increasing the number of members, developing the capital from members, and rising the profit and sale volume. This study aimed to analyze the performance and member participation level in the activities of Rabbit Breeder Cooperative (KOPNAKCI) in Bogor Regency, West Java, and to know how far the cooperative progress has been achieved. The performance and member participation level of the cooperative in the form of primary and secondary data were analyzed by using quantitative method through Rank Spearman Correlation Test based on vision indicator, capacity, networking, and resources. The results of data analysis was known that the cooperative performance was in good condition. And through Rank Spearman Correlation Test, it was obtained that there was in line-relationship between economic benefit with the member participation level, capital, and business activity. Keywords: Cooperative, Performance and Participation Analysis, Rabbits

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Dan Partisipasi Anggota Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 DEPO PANCA SATRIA NIM H *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

5 ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6 Judul Skripsi : Analisis Kinerja Dan Partisipasi Anggota Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor Nama : Depo Panca Satria NIM : H Disetujui oleh Ir Lukman M Baga, MAEc Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

7 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah koperasi, dengan judul Analisis Kinerja dan Partisipasi Anggota KOPNAKCI Kabupaten Bogor. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta keempat kakak saya yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan, Ir Lukman M Baga, MAEc sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Dr Ir Ratna Winandi, MS sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan banyak saran, keluarga besar KOPNAKCI yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dantelah membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2013 Depo Panca Satria

8

9 i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR ii DAFTAR LAMPIRAN iii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 7 Koperasi 7 Pengembangan Kinerja Koperasi 7 Peranan Partisipasi Anggota dalam Perkembangan Koperasi 8 Manfaat Ekonomi dan Sosial Bagi Anggota Koperasi 9 KERANGKA PEMIKIRAN 10 Kerangka Pemikiran Teoritis 10 Manfaat Sosial Ekonomi Koperasi 10 Konsep Kinerja Koperasi 11 Konsep Partisipasi Anggota 12 Analisis Kinerja Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) 14 Kerangka Pemikiran Operasional 15 METODE PENELITIAN 19 Lokasi dan Waktu 19 Jenis dan Sumber Data 19 Metode Pengumpulan Data 19 Metode Pengolahan dan Analisis Data 20 Analisis Penilaian Tangga Pengembangan Bagi Koperasi 20 Analisis Manfaat Sosial Ekonomi Anggota dan Tingkat Partisipasinya 25 Analisis Korelasi Manfaat Ekonomi TerhadapTingkat Partisipasi dengan Rank Spearman 26 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 27 Lokasi Perusahaan 28 Struktur Organisasi Koperasi 28 Rapat Anggota Koperasi 31 Keanggotaan Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) 32 Karakteristik Responden 32 Karakteristik Usaha Ternak Responden 34 Identifikasi Tingkat Partisipasi Anggota 35 Analisis Manfaat Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) 39

10 ii Analisis Manfaat Ekonomi 40 Analisis Partisipasi Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) 41 Analisis Kinerja Koperasi Peternak Kelinci (Kopnakci) 35 Kinerja dengan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)/DLA (Development Leader Assesment) 35 Visi Koperasi 36 Kapasitas 37 Sumber Daya 38 Jaringan kerja 38 SIMPULAN DAN SARAN 45 Simpulan 45 Saran 46 DAFTAR PUSTAKA 47 LAMPIRAN 49 DAFTAR TABEL Tabel 1 Data perkembangan koperasi di Indonesia tahun a 2 Tabel 2 Perkembangan kinerja koperasi di Indonesia tahun a 3 Tabel 3 Tabulasi penilaian tangga perkembangan a 23 Tabel 4 Skor penilaian tangga perkembangan (PTP) a 24 Tabel 5 Indikator - indikator penilaian tangga perkembangan (PTP) a 24 Tabel 6 Indikator manfaat ekonomi dan skor 25 Tabel 7 Indikator partisipasi dan skor 26 Tabel 8 Kelompok peternak binaan KOPNAKCI a 28 Tabel 9 Jumlah pertemuan rapat anggota KOPNAKCI tahun a 32 Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin a 32 Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan usia a 33 Tabel 12 Sebaran responden menurut pendidikan formal a 33 Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengalaman beternak 34 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Dimensi partisipasi pada koperasi 13 Gambar 2 Kerangka pemikiran analisis kinerja dan partisipasi KOPNAKCI 16 Gambar 3 Struktur organisasi koperasi peternak kelinci 31

11 iii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana srategis dan operasional usaha kelinci di KOPNAKCI 49 Lampiran 2 Skema operasional usaha pengadaan dan pemasaran kelinci di KOPNAKCI 50 Lampiran 3 Alat ukur analisis manfaat ekonomi 51 Lampiran 4 Alat ukur analisis partisipasi anggota 52 Lampiran 5 Penilaian tangga perkembangan KOPNAKCI 53 Lampiran 6 Dokumentasi kegiatan 55

12

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan dalam pembangunan nasional. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari subsektor pertanian, dimana sektor pertanian memiliki peran strategis terlihat dari berdasarkan data statistik, pertumbuhan PDB Peternakan pada tahun 2009 sebesar 7.9% melebihi tingkat pertumbuhan sektor pertanian 3.5% dan pertumbuhan PDB nasional 5.5%. Pada tahun 2010, pemerintah memberikan anggaran pembangunan peternakan sebesar Rp 7.8 trilyun melebihi anggaran untuk tanaman pangan dan perkebunan dalam mendorong percepatan pembangunan industri peternakan (Yusdja et al. 2006). Keberhasilan pembangunan nasional berdampak pada perubahan pola konsumsi masyarakat kearah konsumsi daging telur dan susu. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan serta meningkatnya kadar gizi masyarakat dapat menyebabkan permintaan akan produksi ternak semakin meningkat. Dalam menunjang kebutuhan protein hewani yang meningkat, seiring pendapatan dan daya beli masyarakat juga meningkat sehingga permintaan konsumsi naik, membuat kebutuhan daging dalam negeri mengalami kekurangan pasokan. Oleh karena itu pemerintah masih melakukan impor daging dalam menangani masalah kebutuhan daging. Pada tahun 2012 Indonesia terus mengimpor daging sapi yang mencapai ekor, hal ini dilakukan bukan hanya mengatasi harga daging sapi yang melambung tinggi, dan untuk mengentaskan masyarakat yang memiliki pendapat yang berada dibawah garis standar yang layak serta mewujudkan ketahanan pangan hewani. Pengembangan ternak kelinci dianggap sebagai salah satu alternatif dalam penyediaan kebutuhan portein hewani selain daging sapi. Ternak hewani seperti kelinci dapat diandalkan sebagai penyedia daging karena mempunyai kapasitas produksi yang tinggi (sekali melahirkan anakan antara 6-10 ekor), dengan tingkat pertumbuhan cepat, dan membutuhkan pakan yang tidak berkompetisi dengan manusia, serta pemeliharaannya relatif mudah dan murah. Menurut Ditjennak (2012) usaha budidaya ternak kelinci sebagai penghasil daging lebih menguntungkan dibandingan dengan ternak lain, terutama ternak ruminansia karena kelinci merupakan ternak prolifik, dapat bunting dan menyusui, interval beranak cepat dan dapat tumbuh cepat. Selain itu, dalam hal keuntungan ekonomi yang diperoleh dalam usaha kecil dan menengah antara lain: kebutuhan modal tetap dan modal kerja yang relatif kecil, pakan tidak tergantung dengan bahan baku impor dan mampu mengkomsumsi hijauan dan tidak bersaing dengan pakan, mudah beradaptasi terhadap lingkungan dan mudah dibudidayakan, tidak membutuhkan lahan luas, menghasilkan beragam produk seperti daging, kulit, kulit bulu, pupuk organik, kelinci hias, kualitas daging, mengandung protein tinggi dan tidak menyebabkan kolesterol. Salah satu lembaga yang dapat digunakan dalam pembangunan pertanian dapat dibentuk melalui koperasi dengan memberdayakan peternak-peternak setempat. Pembentukan koperasi menurut pasal 3 UU perkoperasian Tahun 1992 bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

14 2 masyarakat pada umunya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur, berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini berarti koperasi merupakan badan atau lembaga yang sangat peduli terhadap pelayanan dan manfaatnya bagi anggota. Menurut Baga et.al (2010), Koperasi merupakan kelembagaan sosial - ekonomi dalam agribisnis. Kelembagaan sosial-ekonomi dalam agribisnis adalah kelembagaan yang tidak hanya mementingkan aspek sosial saja dalam pengembanganya tetapi juga memperhatikan aspek-aspek ekonomi. Dalam perkembanganya jumlah koperasi yang aktif di Indonesia dari tahun mengalami peningkatan, namun terdapat juga peningkatan koperasi yang tidak aktif. Data perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Data perkembangan koperasi di Indonesia tahun a Tahun Koperasi aktif Unit usaha b Kenaikan persentase c Rata-rata Kenaikan 12.0 a Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM 2010 (data diolah).; b Unit usaha (Rp).; c persentase (%) Pengembangan koperasi dapat dijadikan sebagai sebuah wahana yang efektif bagi anggota untuk saling bekerja sama, dengan membuka akses pasar, modal, informasi, teknologi dengan mengoptimalkan potensi, dan memanfaatkan peluang usaha yang terbuka (Nasution 2008). Koperasi yang mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya berarti anggota koperasi tersebut dapat mengatasi permasalahan ekonomi dan sosial yang dihadapinya merupakan bagian koperasi yang telah berhasil. Kesejahteraan bagi anggota melalui pemberian manfaat ekonomi dan sosial dan itu juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ikut bergabung dengan koperasi. Perkembangan koperasi di Indonesia telah menunjukan perkembangan yang signifikan dalam pembangunan koperasi pada tahun jika diukur dari segi jumlah koperasi, jumlah anggota, modal, dan volume usaha. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari jumlah koperasi di Indonesia yang mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2006 hanya sebesar unit meningkat menjadi unit pada tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan sebesar 20.5%. Begitu pula dengan jumlah anggota koperasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 5.27% dari orang pada tahun 2006 menjadi orang pada tahun 2009.

15 3 Peningkatan jumlah anggota koperasi dapat dikarenakan bertambahnya jumlah koperasi yang ada di Indonesia. Data perkembangan kinerja koperasi di Indonesia pada tahun 2006 sampai dengan 2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perkembangan kinerja koperasi di Indonesia tahun a Variabel Tahun Jumlah Koperasi b Jumlah Koperasi RAT b Jumlah Anggota c Jumlah Manager c Jumlah Karyawan c Modal Sendiri d Modal Luar d Volume Usaha d Sisa Hasil Usaha d a Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2009).; b Jumlah (unit).; c Jumlah (orang).; d Jumlah (Rp) Berdasarkan Tabel 2, terdapat variabel yang juga mengalami pertumbuhan yaitu modal sendiri sebesar 68.83% selama periode Modal yang berasal dari luar juga mengalami peningkatan sebesar 42.79%. Peningkatan modal yang berasal dari luar dapat diakibatkan karena adanya bantuan dana bergulir yang berasal dari pemerintah maupun dana hibah. Permodalan koperasi memang bisa didapatkan dari luar asalkan modal luar tersebut tidak lebih besar dari modal sendiri. Jika proporsi modal luar lebih besar dibandingkan modal sendiri menunjukkan usaha koperasi masih mengandalkan bantuan dari luar, sehingga kemandirian koperasi tidak dapat tercapai. Volume usaha dan sisa hasil usaha (SHU) juga mengalami pertumbuhan sebesar 30.9% dan 64.8%. Namun besarnya volume usaha tidak sebanding dengan SHU yang ada. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan modal usaha koperasi yang banyak berasal dari luar. Sehingga koperasi harus membayar cicilan pinjaman yang berasal dari luar. Akibatnya jumlah SHU yang seharusnya dibagikan pada anggota harus terpotong untuk membayar cicilan koperasi. Salah satu koperasi yang bergerak dibidang peternak kelinci. Koperasi ini fokus mengembangkan usaha agribsinis kelinci. KOPNAKCI merupakan satusatunya koperasi kelinci rintisan para sarjana membangun desa di wilayah Bogor yang berdiri tanggal 17 Mei 2011 merupakan KOPNAKCI pertama di Indonesia. Saat ini KOPNAKCI memiliki 24 kelompok binaan dengan jumlah anggota aktif 60 orang yang menyebar di 11 kecamatan di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor ini. Model koperasi yang dikembangkan bertujuan untuk mendukung daya saing dalam skala ekonomis usaha ternak kelinci yang relevan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan yang utama wadah integrasi usaha para peternak kelinci di Bogor. Populasi ternak kelinci di Kabupaten Bogor terus meningkat dari tahun ke tahun sejak tahun 2009, dan populasinya pada tahun 2011 adalah sebanyak ekor.

16 4 Dalam menjalankan usaha sebuah koperasi harus memiliki organisasi yang efisien agar dapat berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi anggotanya. Oleh sebab itu, kinerja koperasi pertanian harus ditingkatkan agar dapat menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Pengukuran kinerja merupakan faktor penting bagi suatu organisasi, khususnya koperasi pertanian untuk mengetahui keefektifan pengembangan koperasi. Dalam pengukuran kinerja dibutuhkan suatu instrumen yang dapat mengukur koperasi tidak hanya dari aspek keuangannya saja namun juga dari aspek non keuangannya sehingga dapat mendorong koperasi pertanian untuk terus melakukan perbaikan baik pada kegiatan unit usaha, pelayanan maupun manajemennya. Perumusan Masalah Salah satu koperasi peternakan yang terdapat di Kabupaten Bogor adalah KOPNAKCI. Saat ini KOPNAKCI memiliki 24 kelompok binaan dengan jumlah anggota aktif 60 orang yang menyebar di 11 Kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor. Model koperasi yang dikembangkan bertujuan untuk mendukung daya saing dalam skala ekonomis usaha ternak kelinci yang relevan dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan yang utama wadah integrasi usaha para peternak kelinci di Bogor. Desa Gunung Mulya ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Direktur Budidaya Ternak dan Kesehatan Hewan Departemen Pertanian Republik Indonesia. Penetapan tersebut berdasarkan persyaratan yang sudah ditetapkan diantaranya memiliki jumlah peternak kelinci 40%, memiliki potensi untuk dikembangkan, bukan daerah endemik penyakit serta Desa Gunung Mulya sudah membudidayakan dan memasarkan kelinci sejak Tahun 1990-an sampai sekarang. Model pemberdayaan peternak kelinci yang dilakukan oleh KOPNAKCI tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam pengembangan sentra produksi berbasis komoditas. Model pemberdayaan yang melibatkan peternak sebagai pemilik sekaligus pelanggan dalam sebuah usaha. Adanya program kerja dan unit usaha yang terkait dengan penyebaran bibit, pelatihan, pusat informasi, penyediaan sapronak dan jaminan pemasaran serta pembagian sisa hasil usaha merupakan indikator dalam sebuah aktivitas dalam sebuah usaha. Kelinci yang diusahakan oleh para anggota KOPNAKCI umumnya adalah jenis lokal, Rex, New Zealand White, dan Resa. Peternak kelinci masih menghadapi beberapa kendala dan masalah dalam melakukan budidaya kelinci. Kendala tersebut antara lain terdapat pada suplai bibit dan pakan. Belum adanya pusat pembibitan kelinci sehingga sulit mendapatkan bibit berkualitas. Bibit yang didapat peternak berasal dari luar Bogor seperti Cianjur ataupun Bandung. Pakan yang digunakan peternak kelinci adalah pakan konsentrat dan pakan hijauan. Pakan konsentrat dirasakan masih mahal oleh para peternak sehingga dapat mempengaruhi biaya produksi peternak, sedangkan pakan hijauan berupa rumput dan daun ubi, para peternak mengalami kesulitan mendapat pakan hijauan yang baik, karena Bogor merupakan daerah yang termasuk ke dalam wilayah yang berpotensi hujan sepanjang tahun sehingga pakan hijauan masih lembab dan dapat menimbulkan penyakit pada kelinci.

17 5 Pada tahun 2011 sampai dengan pada tahun 2012 perkembangan kinerja KOPNAKCI mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada peningkatan jumlah anggota koperasi setiap tahunya yaitu sebanyak 10 kelompok binaan sampai pada Desember 2012 anggota yang bergabung dalam KOPNAKCI sebanyak 28 kelompok tani dimana sebanyak 60 orang. Peningkatan jumlah anggota KOPNAKCI ini bisa diakibatkan karena kesadaran dan kepercayaan yang mulai tumbuh dimasyarakat setempat. Keanggotaan KOPNAKCI terbuka siapa saja yang ingin menjadi anggota koperasi, sepanjang calon anggota tersebut dapat mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh KOPNAKCI. Dampak yang ditimbulkan dengan peningkatan anggota berupa terjadi kenaikan aset keseluruhan. Aset keseluruhan KOPNAKCI mengalami peningkatan cukup pesat dimana pada tahun 2011 sebesar Rp meningkat menjadi Rp Unit usaha yang dijalankan oleh KOPNAKCI juga mengalami peningkatan penjualan selama periode 2011 sampai dengan tahun Hal ini membuktikan bahwa koperasi mampu memberikan pelayanan dalam hal pemenuhan anggota sehingga banyak anggota yang terlibat dalam usaha koperasi. Selain itu KOPNAKCI juga telah melakukan realisasi beberapa unit usaha yaitu unit pengolahan kabita, unit riset farm, unit pengolahan farm, unit pengolahan kulit, unit pengolahan kompos kampung kelinci, unit pembibitan, unit kelinci hias, unit holding ground, unit kelinci laboraturium, dan unit pembibitan kampoeng kelinci Gunung Malang. Kesepuluh unit usaha ini dibentuk untuk dapat memfasilitasi kegiatan budidaya dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha dan nilai tambah secara ekonomi. Jika dilihat dari segi unit usaha, KOPNAKCI sudah berhasil untuk meningkatkan jumlah anggota, volume penjualan, laba usaha, dan perkembangan bentuk unit usaha. Namun keberhasilan suatu koperasi tidak ditentukan hanya oleh keberhasilan unit usahanya saja melainkan tolak ukurnya pembangunan kinerja dalam suatu organisasi yaitu koperasi dalam hal ini. Pembangunan kinerja mutlak diperlukan agar dapat memberikan manfaat serta pelayanan yang maksimal sesuai dengan kebutuhan anggota. Dalam pembangunan kinerja koperasi dibutuhkan suatu instrumen pengukuran yang tepat. Hal ini dapat dilakukan untuk mengetahui keefektifan perkembangan koperasi agar dapat mengetahui sejauh mana kemajuan mana yang telah dicapai oleh koperasi sehingga dapat dirumuskan alternatif kebijakan yang dapat digunakan dalam pengembangan koperasi. Salah satu instrumen tersebut yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja koperasi yaitu Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi. Instrumen ini digunakan karena dalam dasar pembanding yang sistematis untuk mengukur perkembangan kelembagaan sebuah kinerja koperasi. Penilaian Tangga Perkembangan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kapasitas kelembagaan koperasi sehingga dapat mempermudah bagi manejemen sebagai pihak dalam mengambil keputusan untuk dapat melakukan sikap-sikap perbaikan dalam hal kegiatan organisasi, unit usaha dan meningkatkan pelayanan kepada anggota.

18 6 Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian kali ini antara lain: 1. Bagaimanakan kinerja KOPNAKCI? 2. Bagaimanakah manfaat ekonomi dan partisipasi anggota pada KOPNAKCI? 3. Bagaimana hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota terhadap KOPNAKCI? Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kinerja KOPNAKCI 2. Menganalisis manfaat ekonomi dan partisipasi anggotaa pada KOPNAKCI 3. Menganilisis hubungan antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota terhadap KOPNAKCI Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Bagi pengurus KOPNAKCI Kabupaten Bogor, memberikan masukan untuk menjadi pertimbangan dalam perencanaan, penetapan strategi dan kebijakan dalam pengembangan koperasi dimasa yang akan datang. 2. Bagi penulis berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisis masalah serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis 3. Bagi akademisi dan pembaca hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan dapat dijadikan perbandingan atau acuan dalam melakukan studi lanjut terutama dibidang koperasi.

19 7 TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Koperasi merupakan suatu perusahaan yang didirikan bersama tanpa paksaan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Organisasi ini dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi dan sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) koperasi yang menjalankan kegiatannya secara efisien dan produktif yang berlandaskan pada partisipasi anggota dalam aktivitas ekonomi akan mengalami perkembangan yang sesuai dengan prinsip dan tujuan koperasi. Oleh karena itu yang harus diperhatikan koperasi adalah definisi dari koperasi itu sendiri dan membedakannnya dengan lembaga lain. Dimana pelayanan koperasi dilakukan terhadap anggota sehingga anggota tertarik untuk berkontribusi dan koperasi dapat menghadapi persaingan dipasar terhadap pemasaran produk, serta persaingan organisasi seperti lembaga lembaga lain yang telah memiliki omset tinggi. Maju mundur koperasi dapat dilihat dari partisipasi anggota koperasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Dartiana (2005) bahwa partisipasi anggota mempengaruhi keberhasilan Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Kota Bogor, Jawa Barat. Selain itu juga menurut Dartiana (2005) tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tujuan tersebut dapat memberikan manfaat baik secara sosial maupun ekonomi. Manfaat sosial merupakan kebutuhan dalam kehidupan berinteraksi dan keamanan. Sedangkan manfaat ekonomi merupakan kebutuhan yang bersifat materil dalam memenuhi pangan dan papan yang dibutuhkan anggota. Pengembangan Kinerja Koperasi Penilaian kinerja merupakan ukuran dalam melakukan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh sebuah koperasi. Hal ini dilihat dari manfaat yang akan diperoleh dengan adanya penilaian kinerja seperti dapat mengetahui sejauh mana koperasi berjalan, mengetahui produktivitas koperasi, serta memotivasi personil mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditentukan koperasi sebelumnya. Kinerja yang baik diperlukan untuk mendukung kesejahteraan anggota. Program yang akan dilaksanakan koperasi membutuhkan dukungan dari semua unsur yang ada dalam koperasi termasuk kinerja koperasi. Kinerja organisasi terlihat baik pada indikator keterlibatan anggota dalam mengelola kelompok, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan

20 8 untuk meningkatkan kemampuan anggota (Handayani 2011). Koswara (2011) melakukan penilaian kerja secara deskriptif, penilaian kinerja dari segi organisasi dikatakan baik terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai dengan tujuan organisasi, interaksi pengurus dan anggota, dan peningkatan kemampuan anggota melalui penyuluhan dan pembinaan. Himpuni (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis KUD Sumber Alam, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Data yang diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis rasio. Pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif meliputi analisis terhadap kinerja yang dilakukan oleh koperasi selama ini dan hasilnya. Identifikasi faktorfaktor dan pertimbangan koperasi yang menjadi dasar kegiatan pengukuran kinerja itu sendiri, eksplorasi terhadap strategi bisnis koperasi, pendeskripsian visi dan misi koperasi berdasarkan empat prespektif pengukuran kinerja dalam Balance Score Card (BSC) yaitu prespektif finansial, prespektif keanggotaan, prespektif bisnis internal, dan prespektif pembelajaran dan pertumbuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011) menggunakan uji Friedman, perbandingan kinerja Koperasi Kelompok Tani (KTT) Lisung Kiwari, gapoktan dan poktan yang dinilai berdasarkan tujuh indikator yaitu pertemuan atau rapat, keterlibatan anggota dalam mengelola, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota, dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus. Terlihat dari tujuh indikator yang dinilai ada beberapa indikator merupakan partisipasi dari anggota. Hal ini menandakan bahwa kinerja koperasi dipengaruhi oleh partisipasi anggota. Kinerja organisasi gapoktan terlihat baik pada indikator keterlibatan anggota dalam mengelola kelompok, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan kemampuan anggota (Purba 2011). Perbedaan yaitu dalam penelitian ini tidak mengukur kinerja koperasi namun hanya mengetahui dari keempat faktor tersebut, faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja koperasi. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja koperasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu partisipasi anggota sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Purba 2011). Peranan Partisipasi Anggota dalam Perkembangan Koperasi Partisipasi anggota merupakan bentuk kesadaran anggota dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik sebagai pemiliki maupun pelanggan. Partisipasi anggota dapat dibedakan menjadi partisipasi anggota terhadap organisasi, usaha, dan permodalan. Partisipasi dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan keaktifan anggota dalam memberikan saran kepada pengurus dan manajemen (Handayani 2011). Partisipasi dalam bidang usaha dilihat dari keaktifan

21 9 melakukan pembelian terhadap barang yang disediakan oleh koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011) menambahkan partisipasi dalam bidang usaha yaitu keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha raw milk dan pakan konsentrat. Partisipasi dalam bidang permodalan yaitu dilihat dari keaktifan dalam membayar simpanan wajib, simpanan sukarela, dan simpanan lain-lain (Dartiana 2005; Handayani 2011). Partisipasi anggota dapat terlihat jelas dari partisipasi dalam bidang permodalan dengan anggota yang dinilai rendah yaitu terkait dengan partisipasi dalam bidang permodalan yaitu kesadaran dalam hal membayar iuran wajib dan sukarela (Handayani 2011). Partisipasi anggota timbul karena manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh oleh anggota. Peningkatan pendapatan merupakan salah satu manfaat ekonomi yang diperoleh anggota yang akan meningkatkan tingkat partisipasi anggota (Koswara 2011; Handayani 2011). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial terhadap partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Koswara 2011; Handayani 2011). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial dan ekonomi terhadap partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011). Manfaat sosial memiliki korelasi positif terhadap partisipasi anggota (Koswara 2011; Handayani 2011). Semakin tinggi manfaat sosial yang diperoleh anggota maka keinginan untuk berpartisipasi akan semakin tinggi. Manfaat ekonomi memiliki korelasi yang positif terhadap partisipasi anggota (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011). Manfaat ekonomi lebih memberikan kontribusi terhadap partisipasi anggota daripada manfaat sosialnya (Koswara 2011; Handayani 2011). Dartiana (2005) mengukur manfaat ekonomi terhadap tiga jenis partisipasi yaitu partisipasi dibidang organisasi, usaha, dan permodalan. Manfaat ekonomi memiliki nilai korelasi paling kuat terhadap partisipasi permodalan. Semakin tinggi manfaat ekonomi yang diterima anggota maka semakin tinggi partisipasi permodalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota pada penelitian ini yaitu manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011). Partisipasi anggota dalam penelitian ini dilihat dari partisipasi di bidang permodalan, organisasi, dan usaha. Partisipasi dalam bidang permodalan dilihat dari simpanan pokok, wajib, dan sukarela. Partisipasi dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam RAT, pemahaman mengenai koperasi, keaktifan dalam meberikan evaluasi dan saran, kesediaan menjadi pengurus, dan keinginan bergabung menjadi anggota koperasi. Partisipasi dalam bidang usaha yaitu pembelian pakan konsentrat, pembelian kebutuhan di Waserda, dan melakukan pinjaman. Manfaat Ekonomi dan Sosial Bagi Anggota Koperasi Koperasi dalam dimensi ekonomi dapat memberikan manfaat ekonomi kepada anggota berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh koperasi tersebut. Koperasi harus memiliki kemampuan kompetisi terutama dalam menciptakan

22 10 economic of scale sehingga dapat menetapkan harga yang bersaing dipasar dan peran koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. Manfaat ekonomi yang diperoleh anggota antara lain jaminan pemasaran dan harga produk yang dihasilkan, kemudahan memperoleh sarana produksi pertanian, dan kepuasan harga input (Dartiana 2005 Handayani 2011). Manfaat ekonomi lainnya yang dirasakan anggota yaitu peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011). Dartiana (2005) menambahkan bahwa manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota adalah kepuasan terhadap bantuan kredit sapi perah dan kemudahan pembayaran harga input. Hasil penelitian yang dilakukan Dartiana (2005) adalah keberadaan koperasi dirasakan anggota terutama sebagai wadah pengumpul dan pemasaran hasil pertanian. Koperasi dalam dimensi sosial dilihat dari seluruh kegiatan yang dilakukan dengan adanya hubungan baik dengan berbagai pihak yang berada didalam organisasi ini. Hubungan tersebut terjadi antara anggota dengan pengurus, dan sesama anggota. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) manfaat sosial yang dirasakan anggota adalah adanya pola pertukaran atau resiprocity antar anggota dalam bentuk proses jual beli, mendidik anggota koperasi untuk memiliki semangat sesuai kemampuan demi terwujudnya tatanan sosial yang adil dan beradab, mendorong terbentuknya tatanan sosial yang didasarkan atas kekeluargaan dan persaudaraan, mendorong suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi, dan turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis juga merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada dalam penelitian dan dapat dijadikan acuan untuk menjawab permasalahan. Teori-teori dalam penelitian ini mencakup manfaat sosial ekonomi koperasi peternak kelinci, kinerja anggota koperasi, dan partisipasi anggota. Manfaat Sosial Ekonomi Koperasi Menurut Hendar dan Kusnadi (2002), manfaat diartikan sebagai nilai yang subyektif dari suatu alternatif yang terbuka bagi seseorang. Manfaat atau value merupakan nilai yang menunjukkan kapasitas potensial dari suatu objek atau aksi untuk memuaskan kebutuhan manusia. Kebutuhan anggota koperasi tersebut

23 11 dilihat dari kebutuhan sosial dan kebutuhan ekonomi. Kebutuhan sosial yang diinginkan oleh anggota koperasi dilihat dari seluruh kegiatan yang dilakukan dengan adanya hubungan baik dengan berbagai pihak yang berada di koperasi. Hubungan tersebut terjadi antara anggota dengan pengurus, dan sesama anggota. Selain itu kebutuhan sosial dilihat pelayanan pengurus terhadap koperasi. Manfaat sosial yang dirasakan anggota koperasi tinggi, akan menunjukan terjalinnya hubungan kekeluargaan dan gotong royong di dalam lembaga tersebut. Selain manfaat sosial, terdapat manfaat yang bersifat ekonomi merupakan alasan dasar masyarakat bergabung menjadi anggota dalam koperasi (Hendar dan Kusnadi 2002). Manfaat ekonomi yang dapat dirasakan anggota koperasi, yaitu pengadaan dan penyediaan sarana produksi peternakan, jaminan harga beli komoditas kelinci berserta poduk olahannya, terjadinya peningkatan pendapatan, jaminan pemasaran hasil produksi peternakan dan bantuan kredit. Sementara itu, dalam hal manfaat sosial yang dapat dirasakan anggota koperasi berupa hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota. Manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diperoleh anggota koperasi akan menentukan tingkat partisipasinya terhadap kegiatan yang akan dilakukan dalam KOPNAKCI. Konsep Kinerja Koperasi Kinerja adalah hasil pekerjaaan atau kegiatan yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika 2008). Unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja antara lain, pertama hasil-hasil pekerjaan atau kegiatan, kedua pencapaian tujuan atau target organisasi dan dan ketiga periode waktu tertentu. Penilaian terhadap kinerja terhadap koperasi sangat penting dilakukan. Hal ini dilihat dari manfaat yang akan diperolah dengan adanya penilaian kinerja seperti dapat mengetahui sejauh mana koperasi berjalan, mengetahui produktivitas koperasi, serta memotivasi personel mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditentukan koperasi sebelumnya. Penilaian kinerja juga dapat menjadi ukuran dalam melakukan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh koperasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategi, program dan anggaran koperasi (Himpuni 2009). Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemberian motivasi karyawan secara maksimum seperti promosi, transfer, dan pemberhentian, mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan serta untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan, menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerjanya, dan menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan, sedangkan dalam menentukan indikator kinerja koperasi menurut Soedjono (2003) terdiri dari dua segi yaitu segi usaha dan segi organisasi. Dalam segi usaha mencakup peningkatan jumlah anggota, modal koperasi, jumlah dan volume usaha, pelayanan sosial kepada anggota, dan kesejahteraan anggota dengan pembagian SHU.

24 12 a. Peningkatan jumlah anggota didasarkan pada adanya rasa manfaat di koperasi melalui pelaksanaan proses pelayanan sehingga membuat anggota baru lebih tertarik berpartisipasi dan mengundang masyarakat untuk bergabung dan berkontribusi di dalam koperasi. b. Peningkatan modal koperasi yang berasal dari anggota dengan melalui simpanan pokok dan simpanan wajib. Peningkatan modal koperasi yang dimaksud merupakan modal sendiri koperasi bukan modal luar koperasi. Oleh karena itu, modal yang berasal dari anggota harus lebih besar jumlahnya agar menimbulkan kemandirian bagi anggota koperasi untuk terlibat dari aktivitas modal tersebut. c. Peningkatan jumlah dan volume usaha yang dapat diakibatkan beragamnya kegiatan, barang, dan jasa yang dapat dihasilkan atau dilakukan oleh koperasi sehingga terjadi peningkatan pelayanan kepada anggota baik fisik, kuantitas maupun kualitas. d. Peningkatan pelayanan kepada anggota. Pada dasarnya pelayanan kepada anggota sulit diukur secara kuantitatif namun langkah yang harus dilakukan oleh koperasi adalah menempatkan koperasi sebagai kebutuhan bagi anggota secara bermanfaat.pelayanan yang diberikan kepada anggota sesuai dengan kebutuhan anggota sehingga membuat anggota memiliki tingkat kepuasan yang tinggi terhadap koperasi dan secara tidak langsung mengundang non anggota untuk bergabung. Dalam pelayanan tidak hanya memberikan kepuasan melainkan pembinaan secara terus menerus mengenai koperasi. e. Peningkatan kesejahteraan para anggota yang dapat diukur dari pendapatan dengan pembagian SHU dan analisis keuangan, kemudahan mendapatkan kebutuhan hidup dengan harga murah, akses pasar, dan bantuan modal. Indikator yang digunakan dari peningkatan kesejahteraan dilihat dari keuangan atau pendapatan yang diperoleh (SHU). Berdasarkan segi organisasi, penilaian koperasi dapat dilakukan dengan menunjukkan dampak keberhasilan koperasi yang dirasakan oleh anggota dan masyarakat. Keberhasilan koperasi dilihat pada terpenuhinya kebutuhan anggota dan kemampuannya dalam mengelola keuangan. Serta mengetahui jati diri yang dihadapi koperasi sebagai lembaga sosial ekonomi. Konsep Partisipasi Anggota Partisipasi merupakan bentuk nyata anggota koperasi untuk ikut berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan koperasi, baik kegiatan ekonomi maupun sosial. Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) dalam Dartiana (2006), secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikut sertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Istilah partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukkan peran serta seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu. Partisipasi anggota dalam koperasi berarti anggota ikut serta dalam kegiatan koperasi dalam mencapai tujuan bersama yaitu menuju kesejahteraan dan kebersamaan. Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) istilah partisipasi mempunyai dimensi banyak, tergantung dari sudut mana kita memandang. Partisipasi bisa dipandang dari sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya dan peran serta perorangan

25 13 atau sekelompok orang. Dilihat dari sifatnya, partisipasi anggota terdiri dari partisipasi yang dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela (voluntary). Dimensi partisipasi pada koperasi dapat dilihat pada Gambar 1. Dimensi Partisipasi Sifatnya Bentuknya Pelaksanaannya a Kepentingannya Dipaksakan Sukarela Formal Informal Langsung Tidak langsung Kontributif Insentif Sumber : Hendar dan Kusnadi, 2002 Gambar 1 Dimensi partisipasi pada koperasi Partisipasi yang dipaksakan terjadi apabila manajemen dalam pengambilan keputusan memaksa anggota untuk berpartisipasi dan mendukung keputusan tersebut. Partisipasi sukarela terjadi jika manajemen memulai gagasan tertentu dan para bawahan menyetujui untuk berpartisipasi dan mendukung gagasan tersebut. Partisipasi berdasarkan sifatnya yang sesuai dengan koperasi adalah partisipasi sukarela. Dengan sifat kesukarelaan dalam ikut berpartisipasi maka melakukan kegiatan koperasi lebih baik dan sesuai dengan prinsip koperasi. Dimensi partisipasi berdasarkan bentuknya, partisipasi dapat bersifat formal dan dapat pula bersifat informal. Partisipasi yang bersifat formal biasanya dalam setiap kegiatannya dan pengambilan keputusan dilakukan secara formal yang diatur dalam manajemen koperasi. Sedangkan partisipasi yang bersifat informal biasanya hanya terdapat pada persetujuan lisan antara atasan dan bawahan. Kedua bentuk tersebut dapat terjadi dalam manajemen koperasi sesuai dengan kondisi dan situasi serta aturan yang berlaku di dalam koperasi. Dari dimensi pelaksanaannya, partisipasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi secara langsung dapat terjadi ketika anggota mengungkapkan apa pendapatnya serta apa yang diinginkan oleh anggota dalam meningkatkan kinerja koperasi. sedangkan partisipasi secara tidak langsung terbentuk ketika ada salah satu orang yang mewakili aspirasi sekelompok anggota. Berdasarkan kepentingannya, partisipasi anggota dapat berupa partisipasi kontributif dan partisipasi insentif. Partisipasi kontributif artinya dalam kedudukan sebagai pemilik para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan peningkatan kontribusi dalam hal keuangan seperti penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, atau dana-dana pribadi

26 14 yang diinvestasikan pada koperasi. sedangkan partisipasi insentif dapat berupa pengawasan terhadap jalannya koperasi, penetapan tujuan, serta pembuat keputusan. Manajemen koperasi tidak terlepas dari tingkat partisipasi anggota dalam melakukan kinerjanya. Adanya tingkat partisipasi yang tinggi dari anggota koperasi akan terbentuk suatu informasi mengenai kebutuhan dan kepentingan yang sesuai dengan anggota sehingga koperasi dapat menyediakan semua kebutuhan tersebut (high associations). Jika tujuan koperasi tercapai dengan hubungan yang tinggi namun pelayanan masih kurang dilakukan terhadap kebutuhan atau kepentingan anggota akan berdampak pada partisipasinya kurang (moderately high associations). Hubungan di dalam koperasi tidak terjadi sehingga tidak ada anggotanya berkontribusi merupakan kondisi koperasi yang tidak baik (low associations). Selain itu, dengan adanya partisipasi dalam hal penyediaan serta pembelian akan membuat koperasi memperoleh keuntungan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota. Manfaat ekonomi maupun organisasi yang dirasakan oleh anggota akan membuat anggota terus berkontribusi bahkan menarik orang lain untuk menjadi anggota koperasi. Partisipasi anggota koperasi sangat dipengaruhi oleh kepentingannya atau tujuannya di dalam koperasi. Dimana partisipasi anggota koperasi berdasarkan kepentingannya dilihat dari kewajiban dan hak anggota. Kewajiban anggota dalam melakukan pembayaran simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Selain itu kewajiban anggota dalam bidang usaha dan jasa dengan adanya aktivitas pembelian atau pemanfaatan terhadap barangbarang dan jasa yang disediakan koperasi. Analisis Kinerja Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) PTP atau Development Leader Assesment (DLA) bagi koperasi merupakan metode yang dapat mengukur dampak dan hasil pembandingan antar waktu yang memungkinkan bagi siapapun untuk membahas dengan kepastian tentang keefektifan pengembangan koperasi menurut (Soedjono 2003). Komponen - komponen dalam PTP antara lain adalah visi, kapasitas, sumber daya, dan jaringan kerja dari koperasi yang dipilih. Namun komponen tersebut disesuaikan dengan kondisi yang terdapat pada Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI). Tujuan dari PTP ini antara lain memberikan dasar pembanding yang sistematis untuk mengukur perkembangan kelembagaan sebuah koperasi pada waktu tertentu, memberikan metode penilaian yang sesuai kinerjanya, dan efektif dari segi biaya (cost effective), dan membantu koperasi-koperasi untuk dapat memahami lebih baik berbagai indikator kinerja dari organisasi mereka dan menggalakan mereka untuk mengambil prakarsa yang perlu untuk memperbaiki organisasi mereka. Visi dalam sebuah organisasi koperasi dilihat dari berbagai aspek antara lain pemerataan penaatan anggota, komunikasi dengan anggota, komitmen terhadap pengembangan bisnis, keefektifan kepemimpinan dan manajemen pengurus, kefektifan rencana strategi, dan penyelesaian masalah atau sengketa (Soedjono 2003).

27 15 Penentuan visi dilihat dari cita-cita yang diinginkan koperasi selama waktu tertentu dengan melihat komitmennya dalam memberikan pelayanan kepada anggota. Visi tersebut didukung dengan misi dalam lembaga ini yaitu melakukan kegiatan usaha yang ada kaitan dengan anggota, meningkatkan potensi anggota dan sumber daya yang dimiliki, dan memberikan hasil yang optimal dalam usahanya. Secara umum visi yang berada di koperasi merupakan realisasi hubungan antara manajemen koperasi dengan anggota. Kapasitas dalam PTP dilihat dari tingkat struktur organisasi, tingkat retensi tenaga staf, syarat-syarat pelayanan bagi staf tenaga kerja, pelatihan tenaga staf, langkah atau teknologi untuk mengurangi biaya-biaya, sistem operasi dan pengaturan keuangan, tiga tahun laporan audit, dan pemberian pelayanan terhadap anggota (Soedjono 2003). Penentuan kapasitas dilakukan dengan melihat respon staf pengurus dan anggota terhadap kinerja, kebijakan yang ditetapkan, serta kemampuannya dalam mengelola sumber daya. Respon staf memiliki perbedaan dengan anggota sehingga diperlukan cara yang untuk memberikan kesimpulan yang sesuai dengan kondisi dikoperasi. Jaringan kerja dalam PTP dilihat dari hubungan dengan organisasi puncak dan hubungan dengan pihak-pihak lain. Jaringan kerja menurut PTP terdapat dua sifat yaitu jaringan kerja intern dan jaringan kerja eksternal. Jaringan kerja internal merupakan hubungan dalam menetapkan kebijakan dengan anggota sehingga terdapat kontribusi anggota terhadap koperasi. Jaringan eksternal merupakan hubungan dengan pihak luar seperti pemerintah, koperasi induk, koperasi lain, dan distributor. Sifat dari jaringan kerja eksternal memiliki perbedaan dimana hubungan dengan pemerintah bersifat insentif, dengan koperasiinduk dan koperasi lain bersifat sharing atau bersaing, dengan distributor adalah kerjasama dalam penyediaan barang-barang di koperasi. Berdasarkan indikator PTP menempatkan kinerja koperasi pada tiga zona yaitu zona hijau, kuning, dan merah. Penetapan zona tersebut dilihat dari tingkat komulatif penilaian terhadap komponen - komponen kinerja yang disesuaikan di koperasi dan membaginya ke dalam tiga zona. Penentuan zona tersebut dilihat dari pemberian rentang skala nilai dari keseluruhan skor setiap variabel. Zona hijau merupakan koperasi yang kinerjanya baik dengan adanya manajemen yang efektif dengan pemberian pelayanan yang memuaskan. Zona kuning menunjukkan kinerja koperasi memuaskan namun harus diperhatikan dari segi manajemen ataupun pelayanan anggota. Zona merah menunjukkan koperasi berada dalam kesulitan baik dari segi pelayanan anggota atau organisasi dan usaha. Dengan penilaian kinerja PTP tersebut dapat memberikan alternatif bagi koperasi dalam memperbaikinya. Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran terkait dengan permasalahan yang terjadi dilapangan yang telah dirumuskan dalam permasalahan dan tujuan penelitian dijadikan sebagai dasar dalam kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran digambarkan dalam suatu bagan alur yang disebut kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 2

28 16 Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kinerja KOPNAKCI Pengukuran Kinerja KOPNAKCI Menggunakan Penilaian Tangga Pengembangan (PTP) VISI KAPASITAS SUMBER DAYA JARINGAN Output KOPNAKCI ( Progam Bagi Anggota ) Manfaat Ekonomi Manfaat Sosial Partisipasi Anggota 1. Kemudahan Akses terhadap Sapronak. 2. Peningkatan Pendapatan 3. Jaminan Harga 1. Pendidikan 2. Kepedulian Lingkungan 3. Hubungan Sosial 1. Partisipasi dalam bidang Usaha 2. Partisipasi dalam bidang Organisasi 3. Partisipasi dalam bidang Permodalan Analisis Hubungan Rank Spearman Analisis Kebijakan Bagi Pengembangan Koperasi Gambar 2 Kerangka pemikiran analisis kinerja dan partisipasi KOPNAKCI

29 17 KOPNAKCI merupakan koperasi yang bergerak di bidang peternakan dan hampir semua anggotanya merupakan peternak kelinci. Dalam perkembangan usaha peternakan kelicinya KOPNAKCI dituntut untuk dapat meningkatkan produksi yang dihasilkan. Dalam upaya peningkatan produksinya tersebut, KOPNAKCI terus meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan peternak anggota koperasi. Pemberian dan pemenuhan kebutuhan dalam pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada peternak anggota koperasi dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas daging yang dihasilkan. Hal ini dilakukan digunakan mampu memenuhi permintaan pasar daging kelinci sehingga koperasi mengalami peningkatan jumlah anggota dan permodalan. Meningkatnya jumlah anggota dan permodalan belum dapat menunjukkan tingkat partisipasi tinggi dalam koperasi. Menurut soedjono (1997) dalam Baga et al.2009 keberhasilan suatu koperasi dapat dilihat dari aspek makro dan aspek mikro. Keberhasilam aspek makro dapat dilihat dari perekonomian nasional. Sedangkan dalam aspek mikro dapat dilihat dari peran koperasi memenuhi kebutuhan anggota sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. Keberhasilan koperasi dalam aspek mikro terbagi atas dua unit yaitu unit usaha dan unit organisasi. Jika dilihat dari unit usaha KOPNAKCI sudah dapat dikatakan berhasil karena didasari terjadinya peningkatan jumlah anggota, peningkatan modal yang berasal dari anggota, peningkatan laba dan volume penjualan. Menurut Baga et al.2009 terdapat koperasi yang berhasil secara unit usaha tapi tidak memiliki kekuatan organisasi. Sehingga untuk melihat perkembanganya secara keseluruhan juga dilihat dari segi organisasinya. Untuk mengetahui perkembangan organisasi koperasi dapat dilihat dari kinerja manajemen KOPNAKCI dalam menjalankan kegiatan yang terbentuk didalamnya. Pengukuran kinerja koperasi sangat diperlukan karena dapat digunakan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas koperasi dalam melaksanakan tugastugasnya, sehingga dapat diketahui apakah pencapaian kinerja KOPNAKCI sudah sesuai dengan harapan anggota. Kuantitas koperasi dapat dilihat berdasarkan target kerja yang sudah dicapai oleh koperasi. Sedangkan kualitas kinerja koperasi dapat dilihat kesempurnaan pekerjaan yang telah dilakukan manajemen koperasi. Langkah yang akan dilakukan oleh KOPNAKCI harus dilihat bagaimana kinerja koperasi dari berbagai sisi baik produksi, sumberdaya manusia, keuangan dan sisi lainnya yang harus diketahui oleh koperasi itu sendiri. Instrumen yang digunakan dalam pengukuran KOPNAKCI adalah penilaian Penilaian Tangga Perkembangan (PTP). Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kapasitas kelembagaan koperasi. Sehingga dapat mempermudah bagi manejemen sebagai pihak dalam mengambil keputusan untuk dapat melakukan sikap-sikap perbaikan dalam hal kegiatan organisasi, unit usaha dan meningkatkan pelayan kepada anggota. Indikator yang dilihat dari instrumen ini adalah aspek visi, kapasitas, sumber daya, dan jaringan kerja. Visi digunakan sebagai indikator penilaian dikarenakan koperasi merupakan organisasi yang berbasiskan anggota sehingga perlu diketahui mengenai tujuan jangka panjang koperasi. Melalui kesamaan visi diantara anggota dapat meningkatkan partispasi anggota dalam seluruh kegiatan koperasi. Indikator kedua yaitu kapasitas, kapasitas dijadikan sebagai indikator karena koperasi merupakan organisasi

30 18 perusahaan sehingga diperlukan indikator yang berorientasi pada kapasitas manajemen koperasi. Melalui manajemen yang efektif, koperasi dapat mengembangkan dirinya sebagai sebuah organisasi yang dapat mengelola bisnisnya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi anggota. Indikator sumberdaya dipilih karena tidak dapat dipungkiri koperasi memiliki dua dimensi yaitu sosial dan ekonomi, sedangkan indikator jaringan kerja digunakan sebagai sebuah organisasi koperasi dituntut untuk dapat memiliki daya saing. Daya saing tersebut dapat dilakukan menggunakan analisis jaringan kerja. Pengukuran kinerja tersebut dapat diharapkan diketahui apakah output yang dihasilkan oleh KOPNAKCI sudah dengan harapan anggota. Karena dalam organisasi bersama ini dibutuhkan kesesuaian antara anggota, manajemen, dan program koperasi. Manajemen koperasi tidak terlepas dari tingkat partisipasi anggota dalam melakukan kinerjanya. Adanya tingkat partisipasi yang tinggi dari anggota koperasi akan terbentuk suatu informasi mengenai kebutuhan dan kepentingan yang sesuai dengan anggota sehingga koperasi dapat menyediakan semua kebutuhan tersebut (high associations). Selain itu, partisipasi anggota akan timbul jika koperasi memberikan manfaat bagi anggota dengan pelayanan dan pengelolaan yang baik dari koperasi. Manfaat yang dirasakan oleh anggota adalah manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Manfaat sosial dilihat dari hubungan, pelayanan, dan pelatihan dengan adanya partisipasi dalam hal penyediaan serta pembelian akan membuat koperasi memperoleh keuntungan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota. Partisipasi anggota koperasi yang dilihat dari kegiatan RAT dan kegiatan pembelian. Partisipasi usaha dilihat dari kegiatan pembelian terhadap koperasi, sedangkan partisipasi permodalan dilihat berdasarkan kewajibannya melakukan simpanan wajib dan sukarela. Oleh karena itu KOPNAKCI melakukan berbagai kegiatan atau langkah. Semua kegiatan yang dilakukan oleh koperasi dalam meningkatkan pelayanan kepada anggotanya masih terdapat berbagai kendala. Kendala-kendala yang dihadapi oleh adalah mengkoordinasikan kepada seluruh anggota dan distribusi pemasaran terhadap anggotanya. Oleh karena itu diperlukan berbagai analisis terhadap anggota dan manajemen dari koperasi sendiri. Hal ini sesuai denggan prinsip koperasi yaitu pengendalian secara demokratis oleh anggota. Tingkat partisipasi anggota pada KOPNAKCI dapat dilihat dari partisipasi dalam bidang organisasi, partisipasi dalam bidang permodalan, dan partisipasi dalam kegiatan unit usaha. Partisipasi anggota koperasi dalam bidang organisasi yaitu bentuk kehadiran anggota dalam rapat anggota tahunan (RAT) dan keaktifan anggota dalam memberikan pendapat dan saran kepada manajemen koperasi. Partisipasi anggota dalam bidang permodalan yaitu dalam bentuk keaktifan anggota untuk membayar simpanan yang telah ditetapkan oleh koperasi yaitu simpanan wajib, dan sukarela. Sedangkan partisipasi anggota dalam bidang kegiatan usaha dalam bentuk keaktifan untuk dapat menggunakan dan memberikan kontribusi terhadap pembentukan unit usaha yang telah disediakan oleh KOPNAKCI. Berdasarkan hasil kinerja organisasi dan kinerja usaha akan terlihat kemampuan KOPNAKCI dalam memenuhi kebutuhan anggota baik pemenuhan terhadap modal, sarana produksi maupun pemasaran produk selanjutnya dapat dijadikan rujukan untuk peningkatan kinerja koperasi.

31 19 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pengukuran kinerja koperasi dan tingkat partisipasi anggota koperasi dilaksanakan pada KOPNAKCI, Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa KOPNAKCI merupakan koperasi kelinci di pertama di Bogor bahkan di Indonesia. KOPNAKCI memiliki unit usaha di bidang peternakan kelinci dan pengolahanya serta memiliki 24 kelompok binaan dengan jumlah anggota aktif 60 orang yang menyebar di 11 Kecamatan di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari bulan Februari sampai Juli 2013, sedangkan kegiatan pengumpulan data dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan juni sampai dengan juli Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data langsung yang didapat dari sumber informasi melalui pengamatan langsung, diskusi, wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang disesuaikan untuk menjawab masalah penelitian terhadap pengurus dan anggota KOPNAKCI. Data sekunder merupakan data yang diambil berdasarkan data dari internal laporan tahunan KOPNAKCI, Badan Pusat Statistik, Kementerian Koperasi dan UMKM, artikel, jurnal, internet dan hasil penelitian sebelumnya yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini. Data tersebut digunakan sebagai data pendukung dan pembanding penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi di lapangan, melakukan wawancara dengan narasumber (responden) dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Jenis pertanyaan pada kuesioner tersebut merupakan pertanyaan terstruktur tertutup dan pertanyaan tidak berstruktur untuk memperoleh deskripsi yang jelas mengenai gambaran usaha KOPNAKCI. Kuesioner yang digunakan terlebih dahulu dilakukan uji realibilitas dan uji validitas agar dapat dipercaya dan valid. Menurut Nazir (2005) suatu alat ukur dapat dipercaya apabila alat ukur itu mantap dengan kata lain alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability), dan dapat diramalkan (predictability). Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk menilai suatu alat ukur yang digunakan mampu memberikan pengukuran yang konsisten. Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden sebagai pengujian awal. Jumlah pernyataan awal dari masing-masing aspek partisipasi adalah 16 pernyataan dan kinerja sebesar 24 pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, maka jumlah pernyataan berjumlah 38

32 20 dengan variabel aspek kinerja terdiri dari dua pernyataan. Kuesioner juga digunakan untuk mendapatkan data yang dimiliki peternak dan faktor yang berkorelasi dengannya. Dalam setiap pengisian kuesioner peneliti melakukan pendampingan untuk mengantisipasi adanya kesulitan atau kesalahpahaman dalam mengartikan pertanyaan kuesioner. Pendampingan yang dilakukan dalam setiap pengisian kuesioner juga dimaksudkan untuk mencari informasi lain yang lebih mendalam yang belum tercakup dalam kuesioner Responden yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peternak yang tergabung dalam keanggotaan KOPNAKCI yang telah menjadi anggota lebih dari satu tahun. Anggota KOPNAKCI keseluruhan berjumlah 50 orang. Penentuan responden pada penelitian ini dilakukan dengan metode sensus karena dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah keseluruhan dari anggota KOPNAKCI. Responden yang digunakan dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) berjumlah 10 orang yang terdiri dari personil senior dari manajemen, ketua koperasi, pengurus koperasi yang berjumlah dua orang, pengawas koperasi, serta lima orang perwakilan anggota koperasi yang dipilih secara acak. Hal ini berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Soedjono (2003) bahwa jumlah responden yang diperlukan pada pengukuran kinerja dengan menggunakan PTP terdiri dari satu orang personil senior dari manajemen, ketua dan sekurang-kurangnya salah seorang pengurus serta pengawas dan sekurang-kurangnya lima orang anggota biasa Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan sikap partisipasi dan manfaat sosial yang ada pada diri peternak kelinci anggota KOPNAKCI Kabupaten Bogor. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini meliputi analisis tingkat sikap partisipasi dan manfaat ekonomi serta faktor-faktor yang berkorelasi dengannya. Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah menggunakan software computer Microsoft Excel, dan SPSS for Windows. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan KOPNAKCI pada kondisi saat ini selanjutnya analsisis kuantitatif data diperoleh sebagai berikut: Analisis Penilaian Tangga Pengembangan Bagi Koperasi Penilaian tangga Perkembangan Koperasi atau Deveploment Ladder Assesment (DLA) merupakan suatu alat yang disusun dan digunakan oleh Canadian Co-operative Association (CCA) dalam membangun model koperasi sebagai proyek dari Indonesia Coorperative Assistaince Program (INDOCODAP). PTP merupakan suatu metode yang dapat mengumpulkan data dasar (baseline data) mengenai kapasitas kelembagaan dari organisasi sebuah koperasi dengan tetap berpedoman pada ketentuan - ketentuan ilmiah. Menurut Soedjono (2003) PTP merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja khususnya dalam kapasitas kelembagaan koperasi. Kegiatan PTP ini menjadi dua bagian terpisah yaitu bagian kualitatif dan kuatitatif. Bagian kualitatif ini berhubungan dengan konsep-konsep yang bersifaat subjektif seperti menilai visi koperasi. Bagian kuantitatif merupakan bagian yang

33 21 paling besar digunakan dalam PTP seperti dalam menentukan perbaikan mengenai kapasitas manajemen dari koperasi, sumber daya koperasi dan upaya koperasi dalam mengembangkan jaringan kerja. PTP terdiri dari empat indikator utama yaitu visi, kapasitas, sumber daya, dan jaringan kerja. 1. Visi Koperasi Secara umum visi yang berada di koperasi merupakan realisasi hubungan antara manajemen koperasi dengan anggota. Kapasitas dalam PTP dilihat dari tingkat struktur organisasi, tingkat retensi tenaga staf, syarat-syarat pelayanan bagi staf tenaga kerja, pelatihan tenaga staf, langkah atau teknologi untuk mengurangi biaya-biaya, sistem operasi dan pengaturan keuangan, tiga tahun laporan audit, dan pemberian pelayanan terhadap anggota (Soedjono 2003) 2. Kapasitas Koperasi Kapasitas terkait dengan manajemen organisasi koperasi yaitu dilihat dari tingkat struktur dan staf sudah memenuhi persyaratan, pelayanan yang sesuai kebutuhan anggota, dan langkah-langkah yang dilakukan koperasi untuk menurunkan biaya operasional serta pemeliharaan sistem operasi dan pengaturan koperasi. Penentuan kapasitas dilakukan dengan melihat respon staf pengurus dan anggota terhadap kinerja, kebijakan yang ditetapkan, serta kemampuannya dalam mengelola sumberdaya. Respon staf memiliki perbedaan dengan anggota sehingga diperlukan cara yang untuk memberikan kesimpulan yang sesuai dengan kondisi di koperasi. Cara tersebut dengan melakukan penelitian atau survei mengenai kegiatankegiatan yang dilakukan koperasi. Sehingga dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai kapasitas dari manajemen koperasi. 3. Sumber Daya Koperasi Pada PTP ini sumber daya yang diteliti adalah terkait mengenai pengelolaan sumberdaya keuangan untuk anggota seperti kebijakan simpan pinjam dan kebijakan pembagian SHU. Menurut Soedjono (2003), sumberdaya yang dimiliki koperasi dilihat dari kecukupan modal, pertumbuhan aset, manajemen aset, kebijakan perkreditan, dan kebijakan anggaran. Kecukupan modal koperasi didapatkan berdasarkan perhitungan permodalan koperasi dikatakan kuat jika M > 20 %. Dimana aset jauh melebihi dari pada kewajiban koperasi. Permodalan dapat dikatakan cukup jika M> 5 %. Apabila M < -25 % maka dapat dikatakan bahwa permodalan koperasi tidak mencukupi yang artinya kewajiban jauh melebihi aset koperasi. Pertumbuhan koperasi dikatakan positif tinggi apabila terjadi pertumbuhan aset sebesar 5 % terus menerus selama tiga tahun berturut-turut. Pertumbuhan koperasi dikatakan negatif tinggi apabila pertumbuhan aset koperasi -5 % setiap tahun selama tiga tahun. Berdasarkan indikator sumberdaya keuangan juga dapat diketahui apakah koperasi sudah dapat melindungi ekuitinya dan mengelola aset yang dimiliki oleh koperasi secara menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pengembalian (Rate of Return) koperasi yaitu sebagai berikut koperasi dapat dikatakan telah mengelola organisasi dengan sangat baik apabila ekuiti positif, SHU koperasi positif dan terdapat cadangan modal selamatiga tahun. Apabila ekuiti dan SHU negatif karena inflasi lebih dari -3% maka koperasi dapat dikategorikan sebagai koperasi

34 22 yang dikelola dengan sangat buruk. Indikator sumberdaya juga dapat menilai mengenai keefektifan kebijakan - kebijakan yang ditetapkan oleh koperasi menyangkut prosedur dalam perkreditan. Kinerja koperasi dapat sangat efektif apabila terdapat kebijakan tertulis mengenai perkreditan dengan tingkat tunggakan > 15% maka dapat dikatakan bahwa kinerja koperasi dalam hal perkreditan sangat tidak efektif. Dikarenakan tidak terdapat kebijakan untuk melakukan pengambilan tunggakan anggota. 4. Jaringan Kerja Jaringan kerja dalam PTP dilihat dari hubungan dengan organisasi puncak (apex) dan hubungan dengan pihak-pihak lain. Jaringan kerja menurut PTP terdapat dua sifat yaitu jaringan kerja intern dan jaringan kerja eksternal. Jaringan kerja internal merupakan hubungan dalam menetapkan kebijakan dengan anggota sehingga terdapat kontribusi anggota terhadap koperasi. Jaringan eksternal merupakan hubungan dengan pihak luar seperti pemerintah, koperasi induk, koperasi lain, dan distributor. Sifat dari jaringan kerja eksternal memiliki perbedaan dimana hubungan dengan pemerintah bersifat insentif, dengan koperasi induk dan koperasi lain bersifat sharing atau bersaing, dengan distributor adalah kerja sama dalam penyediaan barang-barang di koperasi. Berdasarkan indikator PTP menempatkan kinerja koperasi pada tiga zona yaitu zona hijau, kuning, dan merah. Penetapan zona tersebut dilihat dari tingkat kumulatif penilaian terhadap komponen - komponen kinerja yang disesuaikan di koperasi dan membaginya ke dalam tiga zona. Penentuan zona tersebut dilihat dari pemberian rentang skala nilai dari keseluruhan skor setiap variabel. Zona hijau merupakan koperasi yang kinerjanya baik dengan adanya manajemen yang efektif dengan pemberian pelayanan yang memuaskan. Zona kuning menunjukkan kinerja koperasi memuaskan namun harus diperhatikan dari segi manajemen ataupun pelayanan anggota. Zona merah menunjukkan koperasi berada dalam kesulitan baik dari segi pelayanan anggota atau organisasi dan usaha. Analisis Kinerja pada Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) berdasarkan visi, kapasitas, sumberdaya, dan jaringan kerja. Dari berbagai indikator tersebut terdapat komponen-komponen yang disesuaikan dengan kondisi kinerja KOPNAKCI. Variabel penelitian dalam analisis kinerja koperasi dengan menggunakan PTP terdapat berbagai indikator (Soedjono 2003). Indikator untuk menentukan visi, kapasitas, sumberdaya, dan jaringan kerja didasarkan pada tabulasi dengan pemberian nilai untuk setiap variabel, dimana hal tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 3.

35 23 Tabel 3 Tabulasi penilaian tangga perkembangan a No Indikator Skor A VISI Pemerataan pemanfaatan anggota Keefektifan komunikasi dengan anggota Komitmen tentang pengembangan bisnis Keefektifan kepemimpinan dan manajemen pengurus Komitmen terhadap pengembangan social Keefektifan rencana strategic Mekanisme penyelesaian sengketa 1-5 Sub total Dari 35 B KAPASITAS Struktur organisasi pada keberhasilan koperasi Retensi (dipertahankannya tenaga staf) Syarat-syarat pelayanan bagi tenaga staf Pelatihan tenaga staf Langkah, teknologi untuk mengurangi biaya Sistem operasi dan pengaturan keuangan tahun laporan audit Pemberian pelayanan kepada anggota 1-5 Sub total Dari 40 C SUMBER DAYA 16 Kecukupan modal (M) Pertumbuhan asset (T) Manajemen asset (P) Kebijakan perkreditan (Tg) 1-5 Sub total Dari 40 D JARINGAN KERJA 20 Kebijakan anggaran/fiscal Hubungan dengan organisasi puncak Hubungan dengan pihak lain 1-5 Sub total Dari 20/35 a Sumber : Soedjono (2003) dalam LSP21(2003) Indikator-indikator dalam PTP sudah sesuai dengan indikator yang terdapat di dalam koperasi. Setiap indikator terdapat berbagai variabel yang menunjukkan tujuan koperasi sebagai lembaga sosial ekonomi. Indikator indikator yang telah diberi skor dilakukan penjumlahan dari setiap variabel. Penjumlahan skor untuk setiap indikator dilakukan secara mean dan ditentukan rentang skala nilai. Skor PTP/DLA menurut Soedjono (2003) dalam LSP2I (2003) dapat dijelaskan pada Tabel 4.

36 24 Tabel 4 Skor penilaian tangga perkembangan (PTP) a Keterangan skor Skala Nilai Kemajuan secara konsisten atau baik 5 Kamajuan terjadi sejak penilaian terakhir 4 Kerja naik turun 3 Dalam keadaan yang terbaik, bukti yang ada tidak sempurna/berbeda dalam 2 daripencapaian Sedikit atau tidak ada pembuktian tentang pencapaian selama periode terakhir 1 a Sumber : Soedjono (2003) dalam LSP2I 2003 Penelitian ini dilakukan dua kali dengan skala satu bulan sekali. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya. Hasil dari penelitian PTP ini dibagi menjadi tiga zona yaitu hijau, kuning, dan merah. Keterangan mengenai tiga zona tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 5. Tabel 5 Indikator - indikator penilaian tangga perkembangan (PTP) a Indikator Skala nilai menurut Indikator Visi Hijau (35-22) Kuning (21-12) Merah (11-0) Kapasitas Hijau (40-26) Kuning (25-13) Merah (12-(-5) Sumber Daya Hijau (40-28) Kuning (27-15) Merah (7-0) Jarianga kerja (tanpa wawancara tambahan) Hijau (20-15) Kuning (14-8) Merah (7-0) Keterangan Hijau = visi yang diterapkan baik Kuning = visi pada umumnya baik namun harus diperhatikan lagi Merah = visi yang diterapkan tidak Sesuai Hijau = kapasitas organisasi baik Kuning = kapasitas organisasi baik namun harus diperhatikan lagi Merah = kapasitas organisasi semakin sulit Hjau = sumber daya yang dimiliki baik Kuning = sumber daya yang dimiliki baik namun harus diperhatikan Merah = sumber daya mengalami Kesulitan Hijau = jaringan kerja koperasi baik Kuning = jaringan kerja baik namun harus diperhatikan Merah = jaringan kerja mengalami Kesulitan a Sumber : Soedjono dalam Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LPSP2I 2003) Indikator-indikator tersebut telah menjadi ketentuan untuk semua koperasi di Indonesia yang terdapat pada PTP dengan rentang atau jarak yang memungkinkan dari setiap indikator antara lain hijau rentang (150-(-5) = , kuning rentang (97-52), merah rentang (51-(-5). Perolehan rentang tersebut didapat dari tabulasi setiap indikator dengan penjumlahan dari setiap skala

37 25 indikator. Secara umum PTP dilakukan penempatan pada tiga zona yaitu hijau yang artinya kinerja yang dilakukan baik dimana kegiatan dalam pemanfaatan sumberdaya, kapasitas, dan jaringan kerja sesuai dengan visi di KOPNAKCI. Analisis Manfaat Sosial Ekonomi Anggota dan Tingkat Partisipasinya Analisis ini menunjukan persentase jawaban KOPNAKCI terhadap manfaat yang diberikan KOPNAKCI baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial. Manfaat ekonomi terdiri dari jaminan pemasaran usaha kelinci, jaminan harga jual kelinci yang ditetapkan oleh KOPNAKCI, peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota, kemudahan memperoleh sapronak dalam hal ini pakan konsentrat dan bantuan peralatan budidaya. Manfaat sosial terdiri dari hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota. Pengukuran manfaat dilakukan dengan cara pemberian nilai dengan tujuan untuk mempermudah pengukuran secara kuantitatif. Hasil dari jawaban responden mengenai manfaat ekonomi yang dirasakan anggota dilakukan pemberian skor untuk mengetahui kesimpulan umum. Indikator - indikator dari manfaat ekonomi dan pemberian skor dapat dijelaskan pada Tabel 6. Tabel 6 Indikator manfaat ekonomi dan skor No Indikator manfaat ekonomi Skor manfaat Total 1 a 2 a 3 a 1 Jaminan pemasaran dan hasil produksi anggota 2 Jaminan harga 3 Peningkatan pendapatan 4 Jaminan memperoleh sapronak 5 Penerimaan bantuan kredit a Skor 1 : Tidak memuaskan, 2 : Kurang memuaskan, 3 : Memuaskan skor Kategori manfaat Pemberian skor bertujuan untuk mengetahui tingkat manfaat yang dirasakan responden misalnya tidak merasakan manfaat ekonomi dikarenakan tidak adanya transaksi pembelian dan tidak merasakan adanya pendapatan didalam koperasi. Kemudian dilihat dari manfaat sosial yang dirasakan anggota koperasi adalah terjalinnya hubungan baik dengan sesama anggota maupun pengurus, kepuasan terhadap pelayanan koperasi, serta pembinaan dan pelatihan usaha yang diadakan oleh KOPNAKCI. Tingkat partisipasi anggota koperasi dilihat dari partisipasi organisasi, usaha, dan permodalan. Partisipasi anggota dalam organisasi dilihat dari kehadiran anggota dalam RAT dan keaktifan anggota dalam memberikan saran kepada pengurus dan manajemen koperasi. Partisipasi anggota dalam permodalan dilihat dari keaktifan anggota dalam membayar simpanan wajib, simpanan pokok, dan simpanan sukarela. Sedangkan dalam bidang usaha dilihat dari keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha agribisnis koperasi yaitu saprotan dan pinjaman dapat dijelaskan pada Tabel 7.

38 26 Tabel 7 Indikator partisipasi dan skor No Indikator partisipasi Skor manfaat Total skor Kategori 1 a 2 a 3 a Partisipasi 1 Partisipasi organisasi Kehadiran RAT Saran dalam RAT 2 Partisipasi usaha Pembelian barang agribisnis Pembelian non agribisnis 3 Partisipasi permodalan Simpanan wajib Simpanan sukarela Simpanan manasuka a Skor 1 : Tidak aktif, 2: Kurang aktif, 3: Aktif Analisis Korelasi Manfaat Ekonomi TerhadapTingkat Partisipasi dengan Rank Spearman Korelasi rank spearman dalam penelitian ini digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non parametric khususnya untuk data ordinal yaitu data yang mempunyai skala pengukuran yang berjenjang. Korelasi rank spearman dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat partisipasi (Y) dengan manfaat ekonomi (X) yang dirasakan oleh anggota peternak dan non peternak. Selain itu, dapat mengetahui tingkat partisipasi dengan manfaat sosial yang dirasakan oleh peternak dan non peternak. Dimana tingkat partisipasi merupakan variabel Y dan manfaat sosial variabel X. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program aplikasi software SPSS 15,0 for windows (Sugiyono 2007): Berdasarkan nilai korelasi, kriteria pengujian hubungan observasi dilakukan pada taraf nyata (α = 5%). Pengambilan keputusan dapat dilihat dari kuat lemahnya hubungan dengan ditunjukkan pada nilai korelasi rank Spearman (Sarwono 2006). Nilai korelasi yang positif menunjukkan adanya hubungan searah antar variabel tersebut. Sedangkan nilai korelasi negatif menunjukkan adanya hubungan berlawanan arah diantara variabel tersebut. Dimana nilai rentang nilai korelasi jika > 0.5 memiliki hubungan kuat dan < 0.5 memiliki hubungan yang lemah. Pengukuran manfaat dilakukan dengan cara pemberian nilai dengan tujuan untuk mempermudah pengukuran secara kuantitatif. Responden yang merasakan manfaat diberi nilai tiga, kurang merasakan diberi nilai dua dan kategori tidak merasakan diberi nilai satu. Menurut Nazir (2005), nilai responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total nilai, dan total nilai inilah ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala likert.

39 27 ( Xib XiO) Range = Banyaknya Skala Pengukuran Dimana : Xib = Nilai terbesar yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban merasakan manfaat (skor 3) terhadap setiap unsur i dari aspek manfaat yang diperoleh anggota (3x50=150). Xik = Nilai terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban tidak merasakan manfaat (skor 1) terhadap setiap unsur i aspek manfaat yangdiperoleh anggota (1x50=50). Maka besarnya range untuk tiap kelas yang diteliti adalah : Range = = (150-50) = 33,33 = 33 3 Sehingga pembagian kelas berdasarkan pengukuran manfaat yang diperoleh adalah : a) : Kategori rendah b) : Kategori sedang c) : Kategori tinggi HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan KOPNAKCI berdiri secara resmi tanggal 17 Mei KOPNAKCI telah memiliki 23 kelompok peternak di Kabupaten Bogor (tabel 4) dengan anggota aktif sebanyak 50 orang. Berdasarkan SK Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, KOPNAKCI memiliki 8 daerah pengembangan, yaitu Tenjolaya, Ciomas, Dramaga, Tamansari, Cibungbulang, Ciampea, Cijeruk, dan Kemang. KOPNAKCI dibentuk dengan dasar pertimbangan : 1. Komoditas ternak kelinci saat ini sudah diandalkan sebagai substitusi penghasil protein hewani (daging) dalam peningkatan kualitas SDM masyarakat Indonesia, dan sudah menjadi perhatian dan dicanangkan pemerintah dalam program pengembangan dan realisasinya. 2. Untuk mencapai skala usaha ekonomis dan kapasitas produksi yang besar, maka diperlukan wadah sebagai payung bersama dalam menjalankan kegiatan usaha ternak kelinci, pusat informasi, akses pemasaran dan pembinaan atau pemberdayaan kelembagaan usaha tani ternak kelinci. 3. Koperasi merupakan wadah yang tepat, selain sedang digalakan gerakan sadar koperasi berbasis komoditas (one village, one product) oleh pemerintah, kelembagaan koperasi. 4. Pioneer (Perintis) pembentukan KOPNAKCI dari program Sarjana Membangun Desa (SMD) komoditas kelinci di wilayah Bogor. Berikut merupakan nama anggota kelompok peternak di KOPNAKCI dapat dilihat pada tabel 8.

40 28 Tabel 8 Kelompok peternak binaan KOPNAKCI a No. Nama Kelompok Lokasi 1. Kelompok Tani Ternak Bina Tani Desa Pasir Eurih 2. Kelompok Tani Ternak Asy-Syabab2 Desa Laladon 3. Kelompok Tani Tegalwaru Desa Tegalwaru 4. Kelompok Tani Ternak Bina Mandiri Desa Citapen 5. Kelompok Tani Ternak Km26 Desa Pondok Udik 6. Kelompok Tani Ternak Wahana Taruna Karya Desa Gunung Mulya 7. Kelompok Tani Ternak Budi Asih Desa Gunung Mulya 8. Big Rabbit Farm Desa Cijulang 9. Agribuana Farm Desa Cemplang 10. SK2R Farm Desa Pagelaran 11. Tryas Nakci Desa Parakan 12. Sukaharja Farm Desa Sukaharja 13. Mandiri Rabbit Desa Purwasari 14. Rea Kelinci Desa Pagelaran 15. Kelompok Tani Ternak Jaya Tani Desa Sukajadi 16. Kelompok Tani Ternak Muara Jaya Desa Muara 17. Kelompok Tani Ternak Raja Nanggrang Berkah Desa Nanggrang 18. Kelompok Tani Ternak Mitra Farm Desa Sukawening 19. Kelompok Tani Ternak Family Umam Desa Ciaruteun Udik 20. Kelompok Tani Fajar Rabbitry Desa Cibatok Satu 21. Kelompok Tani Utari Desa Pasir Eurih 22. Kelompok Tani Binatani Mandiri Desa Purwasari 23. Kelompok Tani Binatani Lestari Desa Gunung Mulya a Sumber: KOPNAKCI (2012) Lokasi Perusahaan Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah mencapai Ha dengan 0.22% berupa puncak pegunugan, 8.35% berupa pegunungan tinggi, 19.34% berupa perbukitan, 42.62% berupa dataran bergelombang, dan 29.28% berupa dataran rendah. Kabupaten Bogor memiliki batas wilayah yang berbatasan langsung dengan kota-kota lain. Batas-batas wilayah antara lain : 1. Utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kabupaten atau Kota Bekasi, batas administrasi Kota Depok. 2. Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang. 3. Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. 4. Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak (Provinsi Banten). 5. Tengah berbatasan dengan Kota Bogor Struktur Organisasi Koperasi Setiap jabatan di dalam kepengurusan KOPNAKCI memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Peraturan tersebut dibuat berdasarkan hasil kesepakatan bersama pengurus Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI). Peraturan dibuat agar pengurus koperasi lebih memahami

41 29 tanggung jawabnya sehingga pengelolaan baik organisasi maupun usaha koperasi berjalan dengan baik. Ketua KOPNAKCI merupakan pengambil keputusan dan kebijakan koperasi baik jika terjadi permasalahan atau dalam penyusunan yang dilakukan secara bersama-sama dengan anggota. Penyusunan kebijakan dilakukan untuk memberikan suatu suasana yang kondusif sehingga kegiatan-kegiatan KOPNAKCI dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan untuk kelangsungan dan kemajuan koperasi. Penyusunan kebijakan dan program kerja KOPNAKCI ini dilakukan oleh ketua dengan dibantu sekretaris, bendahara dan wakil sekretaris serta kepala-kepala departemen unit usaha. Dimana pemilihan pengurus dilakukan pada saat RAT. Pengurus yang terpilih memiliki tugas, wewenang serta tanggung jawab sebagai berikut : 1. Melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan dalam RAT. 2. Mengajukan rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi (RAPBK) kepada RAT untuk mendapat pengesahan. 3. Menetapkan tentang kebijakan personalia atau kepegawaian. 4. Mewakili untuk dan atas nama koperasi dalam menyelenggarakan hubungan. dengan pihak ketiga. 5. Mengawasi dan mengendalikan semua program koperasi. 6. Melakukan pembinaan terhadap karyawan dan anggota. 7. Membina suasana kerja yang harmonis. 8. Bertanggung jawab atas semua kegiatan koperasi. 9. Menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus tiap tahun buk Pengawas Koperasi adalah Dewan Pengawas dan Penasehat (DPP) yang mengacu pada ketentuan dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM). Hal ini dilakukan untuk mengefisiensikan biaya dan tanggung jawab perangkat organisasi. DPP memiliki fungsi sebatas pengawas, pembina, dan pelindung terhadap kegiatan koperasi seperti memberi nasehat, pandangan, kritik, dan saran sekaligus sebagai tempat menampung aspirasi yang berasal dari dan atau untuk pengurus, karyawan, anggota, maupun masyarakat. DPP melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi setiap tiga bulan sekali dan sekurang-kurangnya enam bulan sekali. Pengawasan yang dilakukan oleh DPP meliputi pengawasan laporan keuangan, surat berharga, persediaan barang, peralatan, perlengkapan. Sekretaris KOPNAKCI berfungsi untuk membantu ketua dalam kegiatankegiatan di bidang administrasi koperasi. Sekretaris KOPNAKCI melakukan penghimpunan dan penyebaran informasi baik kepada pengurus maupun kepada anggota dan bertanggung jawab langsung kepada ketua. Sekretaris membantu ketua dalam penyimpanan berkas dan dokumen-dokumen yang diperlukan KOPNAKCI untuk melakukan kegiatan-kegiatan. Sekretaris dalam pembuatan dan penyusunan laporan-laporan kegiatan KOPNAKCI diharuskan berkoordinasi langsung dengan bendahara, wakil sekertaris serta kepala-kepala departemen unit usaha. Bendahara dalam KOPNAKCI berfungsi untuk membantu ketua dalam kegiatan-kegiatan di bidang administrasi keuangan dan bertanggung jawab langsung kepada ketua. Selain itu, pembuatan laporan keuangan oleh bendahara dilakukan untuk melengkapi penyusunan laporan kegiatan koperasi oleh sekretaris yang akan

42 30 disampaikan kepada anggota KOPNAKCI. Penyampaian laporan kegiatan koperasi disampaikan oleh ketua dalam rapat anggota koperasi pada setiap tahun tutup buku laporan keuangan. Wakil sekretaris dalam KOPNAKCI mempunyai fungsi untuk membantu sekretais dalam kegiatan-kegiatan di bidang operasional produksi. Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tahun 2011, KOPNAKCI menyelenggarakan rapat anggota setiap bulan. Tujuan diadakannya rapat bulanan adalah untuk membahas pemasalahan seputar usaha ternak kelinci serta menemukan solusi diantara anggota koperasi. Selain itu, setiap akhir tahun KOPNAKCI juga mengadakan evaluasi kegiatan selama satu tahun pada rapat anggota tahunan. Sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan RAT-1, pada periode , struktur organisasi KOPNAKCI terdiri dari lembaga atau instansi Pembina. Lembaga Pembina ini terdiri dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bogor, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Kementan RI. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI, Himpunan Masyarakat Perkelincian Indonesia (HIMAKINDO) Dewan Penasehat/Anggota Luar Biasa yang terdiri dari: Drh. Soetrisno, MM, Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc, Dr. Ir. Yono C Rahardjo, M.Sc., APU, Dr. Ir. Riwantoro, MM, Ir. Teti Budiwati., MM. Dewan Pengawas terdiri dari: Sugiman, S.Pd, Kusmadi, M.Pd, Iman Yudistira, S.Pt. Dewan Pengurus terdiri dari: Ketua yaitu Wahyu Darsono, Wakil Ketua yaitu Bramada Winiar Putra, Sekretaris yaitu Saki Wijaya, Wakil Sekretaris yaitu Jefry Pakpahan, dan Bendahara yaitu Ratih Windya Ningrum. Koperasi ini telah memiliki beberapa unit usaha yang dikelola oleh manajer masing-masing unit usaha, dan Program yang dikelola oleh masingmasing manajer. Program dan Manajer yang mengelolanya adalah sebagai berikut: 1. Program Penyuluhan dan Pelatihan : Syamsul Hadi., S.Pt 2. Program Pelayanan Keswan : Drh. Ronald Tarigan 3. Program Arisan Sipeci : Saki Wijaya 4. Program Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan : Tony Panji Purnama Program Unit Usaha dan Manajer yang mengelolanya adalah sebagai berikut : 1. Unit Pabrik Pakan/Kampung Kelinci : Aris Rizal 2. Unit Pembibitan/Kampung Kelinci : Suminta Riyahya 3. Unit Pengolahan Limbah/Kampung Kelinci : Juhri Juardi 4. Unit Pemasaran/Holding Ground : Nur Fajar 5. Unit Pengolahan Hasil Ternak/Dapur Kebita : Nengsih Kumala Sari 6. Unit Pengolahan Kulit/Mandiri Rabbit : Iyoh Komala Sari

43 31 Struktur organisasi perangkat dalam KOPNAKCI dapat dilihat pada Gambar 3. Dewan pengawas Dewan Pengurus terdiri dari: 1.Ketua 2.Wakil 3.Sekretaris 4.Wakil Sekretaris 4.Bendahara Unit Usaha : 1. Unit Pabrik Pakan 2. Unit Pembibitan 3. Unit Pengolahan Limbah 4. Unit Pemasaran 5. Unit Pengolahan Hasil Ternak 6. Unit Pengolahan Kulit Program : 1. Program Penyuluhan dan Pelatihan 2. Program Pelayanan Keswan 3. Program Arisan Sipeci 4. Program Pengembangan Kemitraan Sumber: Koperasi peternak kelinci Gambar 3 Struktur organisasi koperasi peternak kelinci Rapat Anggota Koperasi Rapat anggota merupakan salah satu bagian dari organisasi koperasi. Rapat anggota merupakan suatu kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Dalam RAT setiap anggota dapat mengeluarkan pendapatnya untuk kemajuan koperasi kedepannya. Pada rapat yang diselenggarakan oleh koperasi hampir semua anggota koperasi selalu menghadiri rapat tersebut khususnya dalam RAT. Karena dalam RAT setiap anggota dapat menikmati keistimewaan rapat itu adanya hadiah dan makanan yang membuat menarik anggota dan ikut serta dalam rapat anggota tahunan tersebut. KOPNAKCI mempunyai sruktur organisasi dengan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam organisasi. Jumlah pertemuan rapat anggota KOPNAKCI selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 9.

44 32 Tabel 9 Jumlah pertemuan rapat anggota KOPNAKCI tahun a Tahun Rapat Rapat pengurus dan badan pengawas 3kali 5 kali 8 kali Rapat pengurus dengan anggota 7 kali 12kali 12 kali Rapat pengurus dengan instansi 5 kali 8 kali 8 kali Pembina Rapat Anggota Tahunan 1 kali 2 kali 2 kali a Sumber : Laporan tahunan KOPNAKCI (data diolah) Keanggotaan Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Dalam KOPNAKCI keanggotaan terbuka bagi siapa saja yang ingin menjadi anggota koperasi, sepanjang calon anggota tersebut dapat mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh KOPNAKCI. Anggota KOPNAKCI akan memperoleh manfaat yaitu manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Manfaat ekonomi yaitu meningkatnya pendapatan, harga yang ditawarkan lebih murah, serta kemudahan memperoleh apa yang dibutuhkan oleh anggota. Sedangkan manfaat sosial yang dapat diambil adalah peningkatan hubungan kekerabatan sesama anggota maupun perangkat organisasi KOPNAKCI. Selain itu, pelatihan dan penyuluhan mengenai koperasi memberikan manfaat sosial yang diperoleh anggota KOPNAKCI Anggota juga mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan koperasi. Anggota melakukan pengawasan terhadap koperasi dengan cara ikut terlibat dalam rapat-rapat yang dilaksanakan oleh koperasi seperti rapat anggota tahunan (RAT) dan rapat pengurus yang diadakan setiap tiga bulan sekali. Menurut laporan tahunan KOPNAKCI perkembangan jumlah anggota koperasi selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal itu mengidentifikasikan bahwa Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh anggota. Karakteristik Responden Karakteristik responden dibagi menjadi karakteristik internal dan karakteristik eksternal. Karakteristik internal terdiri dari usia, pendidikan, pengalaman, dan motivasi. Karakteristik eksternal terdiri dari ketersediaan input, pelatihan, dan ketersediaaan media informasi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Sebanyak 46 responden berjenis kelamin pria (92%) dan 4 orang responden berjenis kelamin wanita (8%). Sebaran responden menurut jenis kelamin dapat dijelaskan pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin a Jenis kelamin Jumlah responden b Persentase c Pria Wanita 4 8 Jumlah a Sumber: data primer diolah oleh penulis (2013).; b Jumlah (orang).; c Persentase(%)

45 33 Jika dilihat berdasarkan usia, responden yang memiliki usia 16 sampai 22 tahun sebanyak 16%. Responden yang berusia 23 sampai 29 tahun sebanyak 20%. Responden umumnya berusia 30 sampai 36 tahun yaitu sebanyak 32%. Responden yang berusia 37 sampai 43 tahun sebanyak 12%. Responden yang berusia 44 sampai 50 tahun sebanyak 6%. Responden yang berusia 51 sampai 57 tahun sebanyak 10%. Responden yang berusia 58 sampai 63 tahun sebanyak 4%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar peternak kelinci anggota koperasi merupakan usia produktif. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dijelaskan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan usia a Usia (tahun) Jumlah responden b Persentase c Jumlah a Sumber: data primer diolah oleh penulis (2013).; b Jumlah (orang).; c Persentase(%) Jika dilihat berdasarkan pendidikan formal, responden dibagi menjadi lima tingkatan yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Dari keseluruhan responden, semua responden memiliki pendidikan formal. Sebanyak 15 orang 30% berpendidikan SD, 15 orang 30% berpendidikan SMP, 11 orang 22% berpendidikan SMA, dan Sembilan orang 18 % berpendidikan perguruan tinggi. Dengan demikan dapat dikatakan dikatakan bahwa responden tidak ada yang buta huruf. Seluruh responden telah menempuh pendidikan formal minimal jenjang sekolah dasar Sebaran responden berdasarkan pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran responden menurut pendidikan formal a Jenis pendidikan Jumlah responden b Persentase c Tidak Sekolah 0 0 SD SLTP SMA Perguruan Tinggi 9 18 Jumlah a Sumber: data primer diolah oleh penulis (2013).; b Jumlah (orang).; c Persentase(%) Jika berdasarkan pengalaman beternak tabel 13, responden umumnya telah memiliki rata-rata pengalaman beternak selama lima tahun. Hal ini dapat terlihat bahwa sebanyak 38 orang 76% beternak selama 1 sampai 5 tahun. Sebanyak tujuh

46 34 orang 14% beternak selama 6 sampai 10 tahun, satu orang 2% beternak selama 11 sampai 15 tahun, tiga orang 6% beternak selama 16 sampai 20 tahun, satu orang 2% beternak selama 26 sampai 30 tahun. Dari sebaran responden tersebut, dapat dikatakan bahwa peternak kelinci umumnya memiliki pengalaman beternak belum cukup lama. Hal ini dapat dikatakan bahwa peternak mulai menjadikan kelinci sebagai komoditas ternak kurang dari lima tahun terakhir. Terdapat responden yang memiliki pengalaman beternak 15 tahun. Responden ini beternak sejak usia muda dan pada masa itu kelinci belum dijadikan binatang ternak. Kelinci hanya dipelihara di dalam rumah yang beralaskan tanah dan akan dijual apabila ada tetangga yang mau membeli dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengalaman beternak Pengalaman beternak b Jumlah responden c Persentase d Jumlah a Sumber: data primer diolah oleh penulis (2013).; b Pengalaman (tahun).; c Jumlah (orang).; d Persentase (%) Karakteristik Usaha Ternak Responden Usaha ternak kelinci merupakan usaha sampingan dari responden. Pekerjaan utama responden bervariasi, yaitu seorang petani sayuran, guru sekolah dasar, kepala sekolah, dosen, pegawai swasta, mahasiswa, dan pelajar. Usaha ternak kelinci umumnya dilakukan di sebelah rumah responden dengan bangunan terpisah. Bangunan kandang kelinci dibuat umumnya dari bambu dan kayu dengan genting sebagai atap dan berukuran 112 meter persegi. Dalam satu bangunan, terdapat kotak-kotak yang berukuran 60 sentimeter x 50 sentimeter x 70 sentimeter. Setiap kotak berisikan satu kelinci. Kotak kandang kelinci dilengkapi dengan tempat makan, tempat minum, dan sarang beranak. Tempat makan kelinci biasanya terbuat dari susunan bambu memanjang yang menyatu dengan kandang. Adapula yang menggunakan tempat makan yang terbuat dari plastik. Tempat minum terbuat dari plastik yang dibuat menyerupai dot bayi. Sarang beranak sangat diperlukan bagi kelinci indukan betina sebelum melahirkan. Sarang beranak dibuat dari kayu berbentuk kotak dengan ukuran adalah 30 sentimeter x 40 sentimeter x 25 sentimeter. Kepemilikan indukan ternak bervariatif, namun umumnya masih kurang dari 50 ekor. Bibit kelinci didapat berasal dari para peternak lain karena belum adanya pusat pembibitan kelinci. Harga yang ditetapkan diantara peternak dan

47 35 instansi pemerintahan sangat berbeda. Harga bibit kelinci tingkat peternak terdistribusi mulai harga Rp Rp per ekor, sedangkan ditingkat dinas peternakan mulai harga Rp Rp per ekor. Harga bibit kelinci jantan lebih mahal dibandingkan harga bibit betina karena kelinci jantan termasuk dalam kelinci ras karena untuk menghasilkan anakan yang beragam dengan keunikan pada bulu, warna, mata, atau ukuran. Pakan yang digunakan oleh peternak yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat dan atau pelet kelinci. Pakan hijauan berupa rerumputan dan daun ubi yang didapat dari sekitar lingkungan peternak. Rata-rata porsi pakan hijauan yang diberikan adalah 1,5 kilogram per ekor untuk satu hari. Pakan konsentrat berupa ampas tahu yang dicampur dengan dedak dan lainnya. Pellet kelinci digunakan jika peternak tidak menggunakan pakan konsentrat. Harga pellet kelinci berkisar antara Rp7 mm/ hingga Rp per kilogram. Pemberian pakan dilakukan dua sampai tiga kali dalam sehari. Budidaya ternak kelinci yang dilakukan yaitu 1:10, artinya jika peternak memiliki seekor pejantan maka kelinci betina yang dimiliki sebanyak 10 ekor. Perkawinan kelinci dilakukan empat kali dalam satu bulan. Kelinci dewasa yang siap dikawinkan biasanya berumur antara 8 sampai 10 bulan. Kelinci akan melahirkan anak setelah bunting selama 30 sampai 32 hari. Rata-rata kelahiran anak kelinci dari setiap kelahiran adalah 6 sampai 10 ekor dengan tingkat kematian sebesar 15%. Bayi kelinci akan menyusu pada induknya selama satu bulan, oleh karena itu, asi merupakan makanan pokok bagi bayi kelinci. Kelinci yang dijual oleh peternak yaitu kelinci yang masih berumur kurang lebih satu bulan. Anak kelinci ini dijual kepada para tengkulak desa dengan harga antara Rp hingga Rp per ekor. Kelinci yang dijual bukan kelinci ras taupun kelinci lokal, namun kelinci yang dijual merupakan hasil kawin silang antara kelinci ras pejantan dengan kelinci lokal betina, persilangan ini menghasilkan anak kelinci dengan sebutan topeng. Analisis Kinerja Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kinerja dengan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)/DLA (Development Leader Assesment) Pengukuran kinerja merupakan penilaian terhadap bagaimana suatu koperas imenjalankan organisasi sosial ekonomi yang sesuai dengan tujuan mensejahterakan anggotanya dan masyarakat. Berdasarkan respon anggota terhadap kegiatan KOPNAKCI akan mempengaruhi tingkat kinerja yang telah dijalankan selama ini. Kinerja KOPNAKCI dilihat dari segi organisasi dan usaha dengan variabelnya antara lain kelembagaan, keanggotaan,volume usaha, permodalan, aset, dan SHU. Menurut Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) atau Development Ladder Assesment (DLA), kinerja koperasi dilihat dari visi koperasi, kapasitas manajemen koperasi, sumber daya keuangan, dan jaringan kerja koperasi.

48 36 Visi Koperasi Sebuah organisasi tentunya koperasi memerlukan konsep mengenai visi dan misi. Tujuannya untuk menentukan sasaran jangka panjang yang ingin dicapai oleh koperasi dalam bentuk manajemen strategis. Ketika anggota koperasi bersama-sama membentuk visi dan misi organisasi dapat mencerminkan visi personal yang diyakini oleh anggota dan manajemen koperasi terkait dengan masa depan yang ingin dicapai. Visi merupakan dasar bagi sebuah organisasi untuk menjelaskan ingin menjadi seperti apa organisasi tersebut. Melalui visi sasaran jangka panjang suatu organisasi dapat terwujud. Visi tidak dapat dilepaskan dari misi organisasi. Visi dan misi saling terkait untuk mencapai tujuan akhir suatu organisasi. Sedangkan misi merupakan deklarasi mengenai alasan keberadaan suatu organisasi. Adapun visi dari KOPNAKCI berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus koperasi adalah Kemandirian ekonomi kerakyatan dalam kebersamaan usaha agribisnis dan agroindustri ternak kelinci sedangkan misi yang digunakan koperasi untuk mencapai tujuannya adalah Memberikan kebijakan pelayanan yang terbaik dan penumbuhan semangat kebersamaan dan motivasi kemandirian dalam kegiatan usaha khususnya bagi anggota koperasi dan masyarakat secara umum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari koperasi adalah menjadi suatu organisasi yang dapat memberikan manfaat bagi anggotanya. KOPNAKCI juga selalu menginformasikan mengenai visi dari koperasi. Penjabaran mengenai visi dan misi biasanya dijelaskan secara jelas pada Rapat Anggota Tahunan (RAT). Sedangkan bila ada perubahan informasi dan kebijakan koperasi selalu disampaikan kepada anggota melalui rapat-rapat bulanan yang diperuntukkan bagi pengurus dan perwakilan dari anggota koperasi. KOPNAKCI mempunyai komitmen dalam pengembangan bisnis dan pengembangan sosial yang pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan visi koperasi. KOPNAKCI juga memiliki tujuan-tujuan ekonomi secara tertulis dan berorientasi bisnis yang selalu disampaikan pada waktu RAT. Walaupun koperasi berorientasikan bisnis namun apa yang ingin dicapai oleh koperasi sangat berbeda dengan apa yang ingin dicapai perusahaan pada umumnya. Perbedaan antara koperasi dengan perusahaan terletak pada motif yang ingin dicapai. Dalam melakukan kegiatan ekonomi, motif yang ingin dicapai koperasi adalah pelayanan yang sebaik-baiknya kepada anggota sedangkan pada perusahaan berupa maksimalisasi profit (keuntungan). Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa koperasi juga memerlukan laba untuk tujuan investasi, pelayanan, dan sebagainya. Namun koperasi bukan bermotifkan laba melainkan maksimalisasi pelayanan. Melalui wawancara yang dilakukan pada pengurus, dewan pengawas dan beberapa anggota KOPNAKCI didapatkan kesimpulan bahwa indikator visi berada dalam zona hijau yang berarti bahwa kinerja koperasi umumnya baik. Walaupun demikian diperlukan adanya perbaikan-perbaikan yang tentunya berguna bagi perkembangan koperasi kedepannya. Perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan oleh KOPNAKCI terkait dengan indikator visi diantaranya perlunya KOPNAKCI menjabarkan visi dan misi koperasi secara tertulis. Hal ini dilakukan agar setiap orang khususnya masyarakat sekitar KOPNAKCI yang belum menjadi anggota koperasi mengetahui sebenarnya apa yang menjadi tujuan akhir dari koperasi sehingga pengurus tidak perlu menjelaskan berulang-ulang.

49 37 Pada manajemen pengurus walaupun sudah terdapat pembagian tugas, namun setiap pengurus masih mempunyai peran ganda. Dimana ketua kelompok juga menajdi ketua bagian dalam unit usaha yang terdapat pada kegiatan KOPNAKCI Idealnya pengurus hanya bertanggung jawab pada manajemen koperasi sedangkan kegiatan operasional diserahkan kepada orang lain. KOPNAKCI juga belum mempunyai mekanisme dalam pengurusan yaitu tidak adanya perputaran anggota pengurus atau pembaharuan kepengurusan sehingga kepengurusan masih dikendaliikan oleh mayoritas anggota. Sehingga visi KOPNAKCI berada pada zona hijau dengan skor 28 yang artinya visi yang diterapkan baik dari manajemen KOPNAKCI. Kapasitas Manajemen merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dalam suatu organisasi begitu pula pada koperasi. Manajemen adalah kegiatan untuk mengkordinasikan suatu aktivitas atau pekerjaan tertentu secara efektif dan efisien. Manajemen koperasi harus disesuaikan dengan tujuan, prinsip koperasi dan azas manajemen usaha. Manajemen koperasi berbeda dengan manajemen perusahaan pada umumnya. Dimana pada manajemen koperasi tidak semata-mata mencari keuntungan, namun lebih menfokuskan diri pada pelayanan. Kegiatan manajemen KOPNAKCI meliputi perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian. Perencanaan meliputi suatu proses untuk merumuskan sasaran dari koperasi yaitu mensejahterakan anggota dan masyarakat sekitar KOPNAKCI melalui program-program yang dibuat oleh koperasi. Sedangkan pengorganisasian mencakup suatu proses untuk menentukan tugas apa saja yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan dan bagaimana untuk mengelompokan tugas-tugas yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pengorganisasian lebih menekankan pada membuat suatu rancangan pekerjaan agar sasaran dapat tercapai. Setiap anggota koperasi berhak untuk mendapatkan pelatihan dasar koperasi. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi yaitu pendidikan, pelatihan dan informasi. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan anggota, pengurus, manajer, dan karyawan agar dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang nantinya akan berdampak pada kemajuan koperasi. Selain itu melalui pendidikan anggota dapat membantu anggota dalam melihat hubungan antara kepentingan pribadi anggota, kepentingan kelompok, dan dapat menciptakan rasa kepemilikan dan pengendalian pada koperasi. Begitu juga yang berlaku di KOPNAKCI. Koperasi sudah mempunyai rencana pelatihan bagi anggota dan pengurus. Pelatihan dan pendidikan bagi anggota biasanya dilaksanakan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Pelatihan yang diberikan mengenai seluk beluk perkoperasian. Sistem operasi dan keuangan koperasi selalu dicatat dengan baik dan disampaikan pada anggota dalam RAT. Setiap kali anggota melakukan transaksi di koperasi, transaksi anggota akan dicatat dan selalu ditunjukan pada setiap akhir transaksi. Laporan perkembangan belum pernah melakukan audit keuangan pada KOPNAKCI. Walaupun kewajiban audit koperasi sudah dihapuskan oleh UU No.25 Tahun Namun tetap saja fungsi audit sangat penting untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi manajemen, menjaga kebersihan koperasi dan dapat meningkatkan rasa kepercayaan anggota.

50 38 Hubungan pelayanan yang diberikan oleh KOPNAKCI kepada anggota sudah dapat dikatakan baik. Hubungan pelayanan ini terbentuk dikarenakan pada koperasi pemilik atau anggotanya adalah pelanggan utama dari koperasi tersebut. Anggota pada koperasi dapat berperan sebagai produsen (penjual) tetapi dapat juga berperan sebagai konsumen (pembeli) begitu juga dengan koperasi. Sehingga unit usaha yang dijalankan oleh koperasi memang harus berkorelasi dengan unit usaha yang dijalankan oleh anggota. Seperti pada KOPNAKCI dimana koperasi berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan anggota mulai dari penyediaan input pertanian hingga penjualan output pertanian anggota. Kapasitas KOPNAKCI memiliki skala 29 berada pada zona hijau yang artinya kinerja kapasitas umumnya baik namun perlu melakukan pebaikan-perbaikan lagi agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi anggota. Perbaikan yang perlu dilakukan adalah perlunya koperasi mengalokasikan dana tambahan yang diperuntukkan untuk menurunkan biaya sesuai dengan kondisi yang ada, teknologi yang sesuai digunakan bersaing secara efektif. Sumber Daya Sumber daya keuangan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja KOPNAKCI karena tidak dapat dipungkiri selain memiliki dimensi sosial koperasi juga memiliki dimensi ekonomi yang berorientasikan bisnis sehingga koperasi memerlukan dana yang sesuai dengan lingkup dan jenis usahanya. Sebagai sebuah organisasi yang memiliki unit usaha sudah sangat jelas mengapa koperasi sangat membutuhkan modal. Hal ini bertujuan untuk membiayai proses pendirian koperasi, pembelian barang-barang modal usaha seperti unit-unit produksi pertanian dan dapat digunakan untuk membiayai operasional kegiatan koperasi seperti membayar gaji karyawan, listrik, dan lain-lain. Sumber daya yang dimiliki KOPNAKCI berdasarkan keuangan dilihat dari tingkat kecukupan modal organisasi, pertumbuhan aset, tingkat pengembalian, dan tingkat tunggakan. Kecukupan modal organisasi KOPNAKCI berada pada zonasi hijau yaitu 27. Permodalan kuat dimana aset melebihi kewajiban. Tingkat kecukupan modal KOPNAKCI berada di atas 20% (M > 20%). Jaringan kerja Konsep jaringan kerja koperasi digunakan karena didasarkan bahwa koperasi merupakan bagian dari suatu lingkungan yang sangat dipengaruhi dan dapat mempengaruhi suatu lingkungan yang lebih besar dalam arti politik, sosial, dan teknologi (Soedjono 2003). Koperasi sebagai sebuah organisasi dituntut untuk memiliki daya saing usaha yang lebih baik melalui pembaharuan pada sistem perencanaan dan manajemena. Salah satu cara untuk mengantisipasi persaingan bebas yaitu melalui jaringan kerja koperasi. Melalui kerjasama diharapkan koperasi - koperasi dapat saling berbagi risiko, mengurangi biaya, meningkatkan laba, dan mengatasi masalah yang berhubungan dengan kegiatan koperasi seperti pemasaran dan kekurangan teknologi. Pada jaringan kerja koperasi kerja sama yang dibentuk biasanya tidak serumit kerja sama pada umumnya. Biasanya jaringan kerjasama yang dibentuk lebih fleksibel, tidak birokratis, dan disesuaikan dengan kebutuhan anggota-anggotanya.

51 39 Jaringan kerja pada KOPNAKCI lebih melihat pada kebijakan-kebijakan yang diterapkan dan hubungan antara KOPNAKCI dengan organisasi atau instansi terkait. Hubungan antara KOPNAKCI dan pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Deskoperindag) Kabupaten Bogor dan Direktorat Jenderal Peternak dam Kesahatan Hewan Kementan RI berjalan sangat baik. Kedua instansi tersebut tidak pernah turut campur dalam kegiatan operasional koperasi. KOPNAKCI benar-benar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anggota dan tidak ada campur tangan dari pemerintah. Peran kedua instansi pemerintah tersebut disini hanya memberikan dukungan dan memberikan informasi mengenai dana-dana bantuan bagi pembangunan koperasi. Dalam jaringan kerja KOPNAKCI memiliki zonasi kuning 13 yang artinya jaringan kerja baik namun perlu diperhatikan dan perlu ditingkatkan agar KOPNAKCI mendapat banyak informasi dan tetap bertahan. Berikut ini akan disajikan posisi indikator-indikator model pengembangan koperasi yang terletak pada zona tertentu. Posisi indikator model perkembangan KOPNAKCI dapat dilihat pada Tabel 14 Tabel 14 Posisi indikator model perkembangan KOPNAKCI Indikator Skor Zona Merah Kuning Hijau Visi 28 V Kapasitas 29 V Sumberdaya 27 V Jaringan Kerja 13 V Berdasarkan indikator-indikator model perkembangan koperasi yang meliputi visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja dapat dilihat mengenai kinerja koperasi saat ini. Keuntungan dari menganalisis indikator-indikator model perkembangan koperasi adalah perangkat tersebut dapat mengkombinasikan ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif pada kinerja koperasi. Hal ini dapat memberikan penilaian yang lebih luas pada kinerja dibandingkan hanya menganalisis mengenai keuangan koperasinya saja. Identifikasi Tingkat Partisipasi Anggota Analisis Manfaat Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Keberadaan KOPNAKCI memberikan manfaat baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial yang diperoleh anggotanya. Adapun manfaat yang diperoleh anggota koperasi dari sisi ekonomi yang dianalisis adalah jaminan pemasaran dan hasil produksi anggota, jaminan harga yang diberikan koperasi, peningkatan pendapatan, jaminan memperoleh sapronak dan kemudahan dalam memperoleh sapronak dalam hal pembayaran. Selanjutnya, manfaat yang

52 40 diperoleh anggota koperasi dari sisi sosial yang dianalisis adalah kerjasama yang baik dengan pengurus, hubungan yang baik sesama anggota dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam melakuakan usaha budidaya kelinci. Analisis Manfaat Ekonomi Manfaat ekonomi memberikan suatu gambaran terhadap dampak atau reaksi anggota terhadap aktivitas usaha dan penjualan yang dilakukan oleh KOPNAKCI. Dalam perkembanganya KOPNAKCI sejauh ini sudah dapat memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh menjadi anggota koperasi. Pada penelitian ini, manfaat ekonomi yang dianalisis meliputi jaminan dalam pemasaran kelinci, kepuasan terhadap harga kelinci yang sudah ditetapkan oleh KOPNAKCI, peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota dari KOPNAKCI, kemudahan dalam memperoleh sarana produksi pertanian dalam hal pembayaran, kepuasan terhadap harga bibit kelinci, dan kepuasan terhadap harga sapronak yang ditetapkan oleh KOPNAKCI. Adapun analisis manfaat ekonomi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Manfaat ekonomi dan skor a No Manfaat Ekonomi Skor Distribusi Manfaat Ekonomi 1 b 2 b 3 b Skor Tingkat Manfaat Ekonomi Kategori Manfaat Ekonomi 1 Jaminan pemasaran kelinci Tinggi 2 Harga beli kelinci Tinggi 3 Peningkatan pendapatan Tinggi 4 Kemudahan dalam Tinggi memperoleh sapronak dalam hal pembayaran 5 Harga bibit kelinci Tinggi 6 Harga pakan Tinggi 7 Harga obat-obat dan vitamin Tinggi a Sumber: data primer diolah oleh penulis (2013).; b Jumlah (orang) Keterangan : Skor 1 untuk jawaban tidak puas Skor 2 untuk jawaban kurang puas Skor 3 untuk jawaban puas Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa seluruh anggota KOPNAKCI yang merasakan adanya jaminan pemasaran kelinci. Hal ini menunjukkan bahwa KOPNAKCI sebagai wadah pengumpul peternak kelinci dan sebagai alat untuk memasarkan produk kelinci petani sudah dirasakan manfaatnya oleh anggota. Setiap kelinci yang diserahkan oleh petani pada koperasi selalu diterima oleh koperasi. Hal ini dikarenakan kemudahan dalam koperasi memang berfungsi sebagai suatu lembaga penunjang dalam sub sistem agribisnis hilir dalam bentuk lembaga pemasaran. Seluruh responden menyatakan puas terhadap harga gabah yang ditawarkan oleh koperasi. Disamping harga yang ditawarkan lebih tinggi yaitu berkisar antara Rp Rp Harga tersebut lebih menguntungkan bagi peternak dibandingkan apabila petani menjual melalui tengkulak dengan harga Rp Rp

53 41 Keuntungan lain yang didapat oleh peternak anggota bila menjual kelinci melalui KOPNAKCI adalah petani dapat memperoleh keuntungan sebesar 2,5% yang nantinya akan diakumulasikan pada SHU. Hampir seluruh responden atau sekitar 89,33% anggota merasakan adanya peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota KOPNAKCI. Hal ini dikarenakan semua hasil panen peternak yang selalu ditampung oleh koperasi. Akibatnya kelinci milik petani selalu terjual dan peternak anggota mendapatkan kepastian harga dalam penjualan ternaknya. KOPNAKCI juga memberikan fasilitas dan kemudahan bagi anggota ketika akan beternak kelinci. Adanya bantuan kepada yang anggota tidak mempunyai modal untuk beternak maka koperasi akan memberi pinjaman mulai dari pemberian bibit, pupuk, hingga biaya pembuatan kandang dengan syaratsyarat yang ditentukan oleh KOPNAKCI. Hal ini menyebabkan anggota koperasi merasakan adanya manfaat koperasi dalam bentuk kemudahan dalam memperoleh sapronak. Sebagian besar anggota atau sekitar 84% merasakan kepuasan dalam penetapan harga bibit yang ditawarkan oleh KOPNAKCI. KOPNAKCI mempunyai unit bisnis lain selain unit bisnis penjualan kelinci. Unit bisnis lain yang dimiliki KOPNAKCI adalah unit bisnis dalam hal penyediaan pakan ternak konsentrat dan obat-obatan. Sebesar 84% responden merasakan adanya kemudahan dalam memperoleh sapronak yaitu berupa pakan konsentrat dan obatobatan serta vitamin. Hal ini dikarenakan adanya kemudahan dalam pembayaran pembelian sapronak dimana peternak dapat membeli pakan konsentrat dan obatobatan secara kredit. Selanjutnya, dalam hal harga sapronak yang ditetapkan oleh KOPNAKCI, peternak anggota koperasi merasa bahwa harga yang ditetapkan koperasi sesuai dengan kemampuan ekonomi peternak. Hal ini dikarenakan unit bisnis pakan konsentrat dan obat-obatan disediakan hanyak husus untuk peternak anggota KOPNAKCI. Analisis Partisipasi Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Partisipasi merupakan ikut serta dari seseorang atau sekelompok orang dalam meningkatkan potensi terhadap suatu organisasi. Seseorang atau sekelompok orang dalam menyediakan sarana dan prasarana membutuhkan modal serta jejaring kerja sama. Keberhasilan KOPNAKCI dalam menjalankan unit usahanya tidak terlepas dari adanya partisipasi anggota. Partisipasi memegang peranan yang penting dalam perkembangan koperasi. Tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan bekerja secara efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan koperasi merupakan suatu badan usaha dimana pemilik dan pelanggannya sama. Suatu koperasi dapat berhasil dalam suatu kompetisi bila anggota dapat berpartisipasi dalam kegiatan koperasi. Partisipasi anggota diperlukan untuk mengawasi kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pengurus. Tingkat partisipasi anggota dipengaruhi oleh manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota. Semakin tinggi manfaat ekonomi, maka akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi anggotanya. Tingkat partisipasi anggota dapat dilihat dari partisipasi dalam bidang organisasi, permodalan, dan unit usaha. Tingkat partisipasi anggota KOPNAKCI dilihat dari partisipasi organisasi, usaha, dan permodalan. Partisipasi

54 42 anggota dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan keaktifan anggota dalam memberikan saran kepada pengurus dan manajemen. Penentuan RAT dalam partisipasi organisasi anggota dikarenakan kegiatan yang paling penting dalam koperasi khususnya adalah RAT yang menentukan seberapa besar perhatian anggota terhadap KOPNAKCI. Partisipasi juga dilihat dari keaktifan atau perhatian anggota terhadap kemajuan yaitu saran pada RAT. Sedangkan partisipasi anggota KOPNAKCI dalam bidang permodalan dilihat dari keaktifan dalam membayar simpanan wajib, simpanan sukarela, dan simpanan lain. Hal ini dikarenakan kemajuan KOPNAKCI sangat tergantung pada simpanan anggota sebagai permodalan untuk memenuhi kebutuhan anggota. Sedangkan partisipasi dalam bidang usaha dilihat dari keaktifannya dalam melakukan pembelian terhadap barang-barang yang disediakan oleh KOPNAKCI. Semakin banyak anggota memanfaatkan layanan yang disediakan oleh koperasi maka manfaat yang diperoleh anggota akan semakin banyak sehingga partisipasi kontributif anggota akan meningkat. Adapun partisipasi anggota pada KOPNAKCI dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Analisis partisipasi anggota KOPNAKCI a No Jenis Partisipasi Skor distribusi partisipasi Skor Kategori 1 b 2 b 3 b partisipasi partisipasi 1 Kehadiran dalam RAT Tinggi 2 Keaktifan dalam Rendah mengajukan suara 3 Membayar simpanan Sedang wajib 4 Membayar simpanan Sedang sukarela 5 Menjual kelinci di Tinggi KOPNAKCI 6 Membeli sapronak di KOPNAKCI Tinggi a Sumber: data primer diolah oleh penulis (2013).; b Jumlah (orang) Keterangan : Skor 1 untuk jawaban tidak pernah Skor 2 untuk jawaban jarang Skor 3 untuk jawaban selalu Partisipasi anggota koperasi dalam bidang organisasi dapat dikatakan tinggi yaitu dalam kehadiran anggota pada RAT. Ini dikarenakan setiap anggota pasti mendapatkan SHU ketika diadakan RAT. Namun, kehadiran anggota yang tinggi dalam RAT tidak diimbangi dengan keaktifan anggota dalam mengajukan pendapat. Dimana keaktifan anggota dalam mengajukan pendapat sangat rendah atau sekitar 58.6% anggota tidak pernah mengajukan saran dalam kegiatan RAT ataupun rapat koperasi. Tingkat pendidikan dan rendahnya kepedulian menjadi penyebab ketidak aktifan anggota memberikan saran dalam Rapat Anggota. Padahal adanya pendapat atau saran anggota sangat diperlukan untuk kemajuan koperasi. Banyak anggota yang langsung menyetujui rencana-rencana yang

55 43 disampaikan oleh pengurus. Walaupun rencana-rencana tersebut tidak merugikan anggota tetap saja saran dari anggota sangat diperlukan. Partisipasi anggota dalam bidang permodalan dapat dikategorikan sedang. Hal ini dapat disebabkan karena masih banyak anggota KOPNAKCI yang tidak membayar simpanan wajib dan simpanan manasuka tepat waktu. Akibatnya pengurus koperasi harus selalu mengingatkan anggota. Walaupun sering terjadi keterlambatan pembayaran, jumlah simpanan wajib dan simpanan manasuka anggota selalu meningkat setiap tahunnya. Sedangkan partisipasi anggota dalam bidang usaha koperasi dapat dikategorikan tinggi. Terdapat 90.33% anggota yang menjual kelinci melalui koperasi. Disamping karena harga jual yang lebih tinggi yaitu berkisar antara Rp Rp20 000, Namun tidak semua petani dapat melakukan pembelian sapronak di KOPNAKCI karena kebanyakan petani anggota jauh dari lokasi gudang koperasi. Hal ini dapat mengakibatkan ada biaya transportasi untuk membeli pupuk dan obat-obatan di sehingga biaya yang dikeluarkan sama dengan membeli di pasar. Hubungan Antara Manfaat Ekonomi Dengan Partisipasi Anggota Partisipasi anggota dapat terjalin jika terdapat manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota. Sehingga koperasi harus selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota. Untuk melihat hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota dapat dilihat pada Tabel 17 berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Rank Spearman. Tabel 17 Hasil perhitungan manfaat ekonomi dan partisipasi menggunakan Rank Spearman a Spearman s Rho Manfaat Ekonomi Jenis partisipasi Organisasi Unit Usaha Modal Koefisisen Korelasi (rs) 0,3843 0,5868 0,7543 Sig.(2-tailed) b 0,059 0,000 0,000 N a Sumber: data primer diolah oleh penulis (2013).; b Correlations is significant at the 0,05 level (2- tailed) Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (rs) antara manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang organisasi, partisipasi bidang unit usaha, dan partisipasi dalam hal permodalan menunjukkan nilai positif yang artinya terdapat hubungan yang searah antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota baik pada bidang organisasi, unit usaha, maupun permodalan. Sehingga semakin tinggi manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota maka partisipasi anggota pada koperasi juga akan semakin tinggi. Hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi di bidang organisasi menghasilkan koefisien korelasi (rs) sebesar dengan sig (2-tailed) sebesar Sehingga apabila dilihat berdasarkan nilai sig (2-tailed) yang lebih kecil dari alpha pada taraf alpha = 5% (0.05), artinya terdapat hubungan yang signifikan

56 44 antara manfaat ekonomi dan partisipasi di bidang organisasi. Hal ini berarti adanya manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota ternyata tidak menyebabkan anggota berpartisipasi dalam kegiatan organisasi koperasi yaitu pada kehadiran RAT dan keaktifan anggota dalam mengajukan suara. Tidak signifikannya hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota dalam bidang organisasi dapat disebabkan oleh rendahnya keaktifan anggota dalam mengajukan pendapat dalam rapat-rapat yang diselenggarakan oleh koperasi khususnya dalam RAT. Sehingga koperasi tidak memperoleh informasi yang lansung berasal dari mulut anggota. Walaupun ada hanya sebagian anggota yang mau membuka suara namun tetap saja jumlahnya masih kalah dengan anggota yang langsung menyetujui keputusan pengurus. Hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi di bidang unit usaha juga menghasilkan koefisien korelasi (rs) sebesar dengan sig (2-tailed) sebesar 0,0000, yang artinya nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari pada alpha pada taraf alpha = 5% (0.05) sehingga terdapat hubungan yang sangat signifikan antara manfaat ekonomi dan partisipasi di bidang unit usaha. Artinya walaupun KOPNAKCI telah meyediakan berbagai macam kebutuhan petani anggota mulai dari penyediaan input pertanian hingga pemasaran produk-produk petani ternyata tidak mempengaruhi anggota untuk berpartisipasi pada unit usaha koperasi. Hal ini dapat disebabkan karena banyak anggota yang sering kesulitan untuk mendapatkan input-input pertanian karena kendala jarak antara koperasi dengan peternak sehingga membutuhkan biaya. Hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi di bidang modal juga menghasilkan koefisien korelasi (rs) sebesar dengan sig (2-tailed) sebesar yang artinya nilai sig (2-tailed) lebih kecil dari alpha pada taraf alpha = 5% (0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara manfaat ekonomi dan partisipasi di bidang modal. Hal ini dikarenakan banyaknya anggota koperasi yang tidak membayar simpanan wajib dan simpanan manasuka tepat waktu. Kondisi seperti ini disebabkan karena uang untuk membayar simpanan wajib dan simpanan manasuka sering digunakan untuk keperluan rumah tangga. Akibatnya sering terjadi keterlambatan pembayaran. Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota pada bidang organisasi serta unit usaha tidak terdapat hubungan yang signifikan. Sedangkan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota dalam bidang permodalan koperasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Namun hubungan yang terbentuk diantara kedua variabel tersebut sangatlah lemah. Walaupun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota pada bidang organisasi dan permodalan karena diakibatkan nilai sig (2-tailed) yang lebih besar dari Namun nilai koefisien korelasi (rs) antara manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang organisasi, partisipasi bidang unit usaha, dan partisipasi dalam hal permodalan menunjukkan nilai positif. Nilai koefisien korelasi (rs) yang positif mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang searah antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota. Jika manfaat yang diterima oleh anggota sedikit maka anggota tidak akan berperan aktif pada seluruh kegiatan koperasi. Begitu juga sebaliknya, jika manfaat yang diterima oleh anggota besar maka tingkat partisipasinya juga akan tinggi.

57 45 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian analisis kinerja dan partisipasi pada KOPNAKCI adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Pengukuran kinerja yang dilakukan pada KOPNAKCI menggunakan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi dengan melihat pada empat indikator yang meliputi visi, kapasitas, sumber daya, dan jaringan kerja. Pada indikator visi, kapasitas, dan sumberdaya menunjukkan bahwa KOPNAKCI berada pada zona hijau yang berarti kinerja koperasi berada dalam kondisi yang baik. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan indikator jaringan kerja maka koperasi berada pada zona kuning yang berarti kinerja koperasi sudah memuaskan namun memerlukan perbaikan lebih lanjut. 2. Berdasarkan analisis manfaat ekonomi dapat diketahui bahwa KOPNAKCI sampai sejauh ini sudah dapat memberikan manfaat terhadap anggotanya dilihat dari jaminan dalam pemasaran kelinci, kepuasan terhadap harga kelinci yang sudah ditetapkan oleh KOPNAKCI, peningkatan pendapatan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi pertanian dalam hal pembayaran, kepuasan terhadap bibit, dan kepuasan terhadap harga pakan yang ditetapkan oleh KOPNAKCI. Berdasarkan analisis partisipasi anggota dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi anggota pada bidang organisasi yaitu kehadiran dalam RAT dapat dikategorikan tinggi. Namun partisipasi anggota dalam keaktifan mengajukan suara termasuk dalam kategori rendah. Partisipasi anggota dalam bidang unit usaha yaitu menjual kelinci melalui koperasi serta membeli sapronak melalui koperasi dapat dikategorikan tinggi. Sedangkan partisipasi anggota dalam bidang permodalan yaitu dalam hal kesadaran anggota membayar simpanan wajib dan simpanan manasuka dapat dikategorikan sedang. 3. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Rank Spearman dapat diketahui bahwa hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi dibidang organisasi, unit usaha, dan permodalan menunjukkan nilai koefisien korelasi (rs) positif yang artinya terdapat hubungan yang searah antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota baik pada bidang organisasi, unit usaha, maupun permodalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa partisipasi anggota sangat ditentukan oleh manfaat yang diterimanya. Jika manfaat yang diterima oleh anggota sedikit maka anggota tidak akan berperan aktif pada seluruh kegiatan koperasi. Begitu juga sebaliknya, jika manfaat yang diterima oleh anggota besar maka tingkat partisipasinya juga akan tinggi. Namun jika dilihat berdasarkan nilai sig (2-tailed) hanya manfaat ekonomi dan partisipasi pada bidang permodalan saja yang menunjukkan hubungan yang signifikan. Sedangkan antara manfaat ekonomi dan partisipasi pada organisasi serta permodalan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.

58 46 Saran Beberapa saran sebagai bahan pertimbangan manajemen KOPNAKCI dalam upaya meningkatkan kinerja dan kualitas manajemen KOPNAKCI, direkomendasikan beberapa alternatif pengembangan antara lain : 1. Meningkatkan kinerja KOPNAKCI dengan melakukan administrasi anggota. Hal dimaksudkan untuk mempermudah pengurus KOPNAKCI dalam mendata anggota KOPNAKCI, mencatat transaksi anggota, dan pemberian informasi secara teratur. 2. Meningkatkan partisipasi anggota dari segi manfaat ekonomi dapat ditingkatkan dengan membangun unit usaha sesuai dengan harapan anggota dan membangun unit usaha secara mandiri. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh koperasi untuk meningkatkan partisipasi anggota adalah dengan menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh anggota relatif lebih baik dari pesaing dipasar, pemberian diskon atau potongan harga kepada anggota dengan persyaratan tertentu, menyediakan barang yang tidak tersedia di pasar bebas, meningkatkan SHU anggota dan menyediakan tunjangan bagi anggota. 3. KOPNAKCI harus menyelenggarakan secara rutin pendidikan dan pelatihan anggota, pengurus, manajer dan karyawan agar dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berdampak pada kemajuan koperasi. Pendidikan yang diberikan koperasi adalah pendidikan dasar-dasar koperasi dan budidaya kelinci. KOPNAKCI perlu melakukan regenerasi pengurus agar terdapat calon penerus koperasi berikutnya serta perekrutan manajer yang berkualitas agar dapat mengelola unit usaha koperasi.

59 47 DAFTAR PUSTAKA Baga LM Revitalisasi Koperasi Petani. Bogor ID): Agrimedia Dartiana I Analisis kinerja keuangan dan partisipasi anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Kota Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Handayani PD Pengukuran kinerja dan tingkat partisipasi anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Hendar dan Kusnadi Ekonomi Koperasi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hendrojogi Koperasi, Asas-Asas, Teori dan Praktek. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Himpuni O Analisis kinerja Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Alam Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jakiyah U Analisis partisipasi anggota dan kinerja Koperasi Unit Desa Sumber Alam Studi Kasus Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Karo-Karo EP Analisis Kinerja dan Partisipasi Anggota KUD Sumber Alam, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2010a. Data Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun Jakarta (ID). Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2010b. Partisipasi Anggota Koperasi. Jakarta (ID): Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Negara Koperasi dan UKM Perkembangan Kinerja Koperasi di Indonesia Tahun Jakarta (ID). Koswara D Partisipasi anggota dan kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Mulyadi Balanced Scorecard : Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta (ID) Nasution S Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Nazir M Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Prawirokusumo S Kebijaksanaan Pembinaan Koperasi dalam Era Liberalisasi dan Globalisasi. Jakarta (ID): Formasi. Purba YO Kinerja organisasi dan keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Purwanto W Analisis faktor-faktor pendukung proses penciptaan pengetahuan di organisasi koperasi susu [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

60 48 Soedjono I Koperasi, Daya Saing dan Globalisasi. Jakarta(ID): Formasi. Soedjono I Instrumen-Instrumen Pengembangan Koperasi. Jakarta (ID): Keno Promotion. Tika MP Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta (ID):PT Bumi Aksara Yusdja Y, Sayuti R, Wahyuning S, Wahyuning KS, Sodikin I, Ilham N, Sinuraya YF Pembangunan Peternakan; Pencapaian dan Prospek. Prosiding Seminar Sehari Kinerja Pembangunan Pertanian 2006 dan Prospek 2007;Jakarta (ID), 20 Desember Hlm

61 49 LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana srategis dan operasional usaha kelinci di KOPNAKCI

62 50 Lampiran 2 Skema operasional usaha pengadaan dan pemasaran kelinci di KOPNAKCI

63 51 Lampiran 3 Alat ukur analisis manfaat ekonomi Jenis Manfaat Tidak puas (tidak merasakan) (Skor 1) Kurang puas (kurang merasakan) (Skor 2) Puas (merasakan) (Skor 3) Jaminan pemasaran kelinci Kelinci yang dipasok tidak pernah diterima Kelinci yang dipasok tidak selalu diterima Kelinci yang dipasok selalu diterima Harga kelinci Harga kelinci di KOPNAKCI lebih rendah dibandingkan pesaing Harga Kelinci di KOPNAKCI sama dengan pesaing Harga Kelinci di KOPNAKCI lebih tinggi dibandingkan pesaing Peningkatan pendapatan Pendapatan tidak meningkat dari sebelum menjadi anggota Pendapatan sama dengan sebelum menjadi anggota Pendapatan meningkat setelah menjadi anggota Kemudahan dalam memperoleh sarana produksi peternakan(saprona k) dalam hal pembayaran Sulit memperoleh sapronak Tidak terlalu mudah dalam memperoleh sapronak Mudah memperoleh sapronak Harga bibit Harga bibit di KOPNAKCI lebih tinggi dibandingkan dengan pesaing Harga bibit di KOPNAKCI sama dengan pesaing Harga bibit di KOPNAKCI lebih rendah dari pada pesaing. Harga pakan Harga pakan di KOPNAKCI lebih tinggi dibandingkan dengan pesaing Harga pakan di KOPNAKCI sama dengan pesaing Harga pakan di KOPNAKCI lebih rendah dari pada pesaing.

64 52 Lampiran 4 Alat ukur analisis partisipasi anggota Jenis Partisipasi Hadir dalam RAT Tidak pernah (Skor 1) Tidak pernah hadir Jarang (Skor 2) Tidak setiap tahun hadir Selalu (Skor 3) Hadir setiap tahun Keatifan dalam mengajukan saran atau pendapat Tidak pernah memberikan saran atau pendapat Jarang memberikan saran atau pendapat Selalu memberikan saran atau pendapat Membayar simpanan wajib Tidak pernah membayar simpanan wajib tepat waktu Jarang membayar simpanan wajib tepat waktu Setiap bulan selalu membayar simpanan wajib tepat waktu Membayar simpanan manasuka Tidak pernah membayar simpanan manasuka tepat waktu Jarang membayar simpanan manasuka tepat waktu Setiap hari membayar simpanan manasuka tepat waktu Menjual kelinci melalui KOPNAKCI Tidak pernah menjual kelinci melalui KOPNAKCI Tidak setiap waktu menjual kelinci melalui KOPNAKCI Selalu menjual kelinci melalui KOPNAKCI Membeli sapronak di KOPNAKCI Tidak pernah membeli sapronak di KOPNAKCI Tidak selalu membeli sapronak di KOPNAKCI Selalu membeli sapronak di KOPNAKCI

65 53 Lampiran 5 Penilaian tangga perkembangan KOPNAKCI No Variabel Indikator Skor Zonasi 1) Keterwakilan kaum muda dan golongan minoritas dalam staf dan kepengurusan koperasi yang didukung oleh anggaran dasar dan keputusan-keputusan 1 Visi 2) Efektifitas koperasi dalam melakukan hubungan dengan anggota 3) Upaya koperasi dalam melakukan pengembangan sosial 4) Tingkat komitmen koperasi pada pembangunan sosial 5) Efektivitas kepemimpinan dan manajemen pengurus 6) Sifat rencana strategis dan efektivitasnya 7) Keberadaan mekanisme penyelesaian pertentangan dalam anggaran dasar Sub Total 2 Kapasitas 1)Tingkat struktur dan staf organisasi mencerminkan sebuah koperasi yang memiliki daya hidup dan berhasil 2) Tingkat resistensi pegawai senior dalam manajemen lima tahun terakhir 3) Tingkat kepuasan terhadap syarat-syarat pelayanan bagi staf koperasi 4) Tingkat komitmen koperasi mengenai pentingnya pelatihan 5) Efektivitas langkah-langkah yang diambil koperasi untuk menurunkan biaya 6) Pemeliharaan sistem operasi dan pengaturan keuangan koperasi 7) Respon terhadap audit dalam lima tahun terakhir 8) Pelayanan koperasi terhadap anggota berdasarkan penelitian pasar 9) Keterlambatan laporan-laporan keuangan koperasi Sub Total 53

66 54 3 Sumberdaya 1) Kecukupan modal organisasi 2) Pertumbuhan aset dalam arti ril tiga tahun terakhir 3) Perlindungan terhadap ekuiti dan pengelolaan aset secara menguntungkan 4) Efektivitas kedudukan kebijakan perkreditan dan prosedur pengendalian 54 Sub Total 4 Jaringan Kerja 1) Kebijakan fiskal dalam organisasi 2) Hubungan organisasi dengan pemerintah 3) Tingkat kepuasan hubungan antara organisasi dengan koperasi puncaknya (gerakan koperasi) 4) Hubungan koperasi dengan koperasi yang sedang berkembang/ mitra kerja Sumber : Data primer diolah Total

67 55 Lampiran 6 Dokumentasi kegiatan Gambar suasana rapat anggota Gambar unit usaha pembibitan Gambar kandang kelinci Gambar unit pengolahan kompos Gambar produk olahan kelinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) JABAR MUHAMMAD HANHAN SEPTIANTO

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) JABAR MUHAMMAD HANHAN SEPTIANTO ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) JABAR MUHAMMAD HANHAN SEPTIANTO DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam 21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam persaingan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara harfiah kata Koperasi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI BIOTEK LIPI DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN TANGGA PERKEMBANGAN MUHAMMAD KHOERURIJAL

ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI BIOTEK LIPI DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN TANGGA PERKEMBANGAN MUHAMMAD KHOERURIJAL i ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI BIOTEK LIPI DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN TANGGA PERKEMBANGAN MUHAMMAD KHOERURIJAL DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK SAPI POTONG Kasus pada Kelompok Ternak Lembu Jaya dan Bumi Mulyo Kabupaten Banjarnegara SKRIPSI TAUFIK BUDI PRASETIYONO PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta )

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI ( Studi Kasus di Divisi Produksi Susu Bubuk PT. Indomilk Jakarta ) SKRIPSI SETYO UTOMO PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY

POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN MODAL SENDIRI TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU BINA KASIH PEMATANGSIANTAR

ANALISIS PERANAN MODAL SENDIRI TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU BINA KASIH PEMATANGSIANTAR ANALISIS PERANAN MODAL SENDIRI TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU BINA KASIH PEMATANGSIANTAR Oleh: Supriana S1 Akuntansi Parman Tarigan, Jubi, Ady Inrawan Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR

PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI PRIMA DESSY HANDAYANI H34070092 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Hubungan Antara Tingkat Pelayanan Sarana Produksi dan Kegiatan Penyuluhan dengan Keberlanjutan Usaha Anggota Koperasi Relation Between Input Service Level and Extension Activity with Cooperative s Member

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) SKRIPSI FAJAR MUTAQIEN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dalam pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh petumbuhan di sektor industri dan sektor pertanian. Sektor industri dan sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dwiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging dan susu.

I PENDAHULUAN. dwiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging dan susu. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang membantu dalam pemenuhan gizi masyarakat di Indonesia. Produk peternakan berupa daging, susu, telur serta bahan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) SKRIPSI TEGUH PURWADI H34050065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu merupakan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan masyarakat. Susu merupakan sumber protein utama

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI DENI KOSWARA H34077009 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA, PARTISIPASI, DAN MANFAAT BAGI ANGGOTA KOPERASI

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA, PARTISIPASI, DAN MANFAAT BAGI ANGGOTA KOPERASI VI ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA, PARTISIPASI, DAN MANFAAT BAGI ANGGOTA KOPERASI 6.1. Indikator Model Hubungan Antara Kinerja Koperasi, Partisipasi, dan Manfaat bagi Anggota KUD Puspa Mekar merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang ekonomi yang beranggotakan orang-orang bergabung secara sukarela dan atas persamaan hak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat

Lebih terperinci

dwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN :

dwijenagro Vol. 4 No. 2 ISSN : TINGKAT KEBERHASILAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI DI KABUPATEN TABANAN Dewa Nyoman Darmayasa, S.P.,M.P Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Dwijendra Abstrak Simantri atau lebih dikenal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Riska Yulianti, Agung Wibowo, Arip Wijianto Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu lembaga yang sesuai dengan pembangunan masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 53 BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 4.1 Sejarah Perkembangan KPSBU Jabar Bangsa Belanda mulai memperkenalkan sapi perah kepada masyarakat Lembang sekitar tahun 1800-an. Seiring dengan berjalannya waktu,

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan usaha sapi perah dilakukan untuk memenuhi gizi masyarakat dan mengurangi tingkat ketergantungan nasional terhadap impor susu. Usaha susu di Indonesia sudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Suatu Kasus pada Gapoktan Tahan Jaya di Desa Buahdua Kecamatan Buahdua Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 3.1.1. Capaian Kinerja Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : Tujuan 1 Sasaran : Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dimana sebagai negara agraris, memiliki letak geografis serta iklim yang sangat mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD IKHSAN H34054305 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Agribisnis merupakan salah satu sektor dalam kegiatan perekonomian berbasis kekayaan alam yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha berorientasi keuntungan. Sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berbasis peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian adalah peternakan, yang

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI MUKHAMAD FATHONI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ERLI YUNEKANTARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG TANAH DENGAN CV MITRA PRIANGAN (Kasus pada Petani Kacang Tanah di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur) SKRIPSI TIARA ASRI SATRIA H34052169 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT SKRIPSI SANDY KARTIWA SUTISNA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SANDY

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana penilaian kinerja karyawan bagian operasional khususnya divisi produksi 1-A dan divisi produksi 1-B pada PT. Pupuk Kujang Cikampek,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi dan manfaat bagi anggota sangat berkaitan dengan kaidah-kaidah koperasi. Hal-hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO PEMAFAATA MEDIA ITERET SEBAGAI MEDIA IFORMASI DA KOMUIKASI DALAM PEMBERDAYAA PETAI DI DESA POCOKUSUMO KECAMATA POCOKUSUMO Use Of The Internet As A Media Information And Communication In The Empowerment

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Koperasi Unit Desa (KUD)

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor) JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Juni 2006, Vol. 2, No. 2 Abstract FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan

Lebih terperinci

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si BAB. X. JARINGAN USAHA OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si SEBAGAI EKONOMI RAKYAT Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman

Lebih terperinci