PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI PRIMA DESSY HANDAYANI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN PRIMA DESSY H. Pengukuran Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RAHMAT YANUAR). Koperasi merupakan salah satu lembaga yang digunakan dalam pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian merupakan suatu upaya untuk memberdayakan petani agar dapat meningkatkan kemandirian serta kesejahteraannya. Peran koperasi dalam sektor pertanian sangat penting. Hal ini didasarkan pada suatu kenyataan bahwa kondisi pertanian di Indonesia dicirikan oleh skala usaha yang kecil dan tersebar. Sehingga melaui koperasi pertanian diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan pendapatan petani, memberdayakan petani dan membangun sektor pertanian secara keseluruhan. Salah satu koperasi pertanian yang ada di Indonesia adalah Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang beranggotakan petani padi di Kabupaten Bogor. Sebagai sebuah koperasi pertanian KKT Lisung Kiwari dituntut agar dapat bersaing dengan organisasi lainnya. Sehingga sudah sewajarnya koperasi memiliki anggota dan manajemen yang kuat. Dalam membangunan koperasi yang sesuai dengan jatidirinya dibutuhkan suatu instrumen yang efektif untuk membangun koperasi tidak saja sebagai perkumpulan orang namun juga sebagai perusahaan yang dapat memberikan manfaat untuk anggota. Oleh sebab itu, pengukuran kinerja KKT Lisung Kiwari sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh koperasi. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis kinerja KKT Lisung Kiwari melalui indikator-indikator Penilaian Tangga Perkembangan (PTP), (2) menganalisis manfaat koperasi dan partisipasi anggota pada KKT Lisung Kiwari, (3) menganalisis hubungan antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota terhadap KKT Lisung Kiwari. Penelitian ini dilaksanakan di KKT Lisung Kiwari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada akhir bulan Desember hingga Januari Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah anggota KKT Lisung Kiwari yang berprofesi sebagai petani. Pada pengukuran kinerja koperasi digunakan alat analisis berupa Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi. Sedangkan untuk menganalisis tingkat partisipasi anggota koperasi dilihat berdasarkan manfaat yang diterima oleh anggota. Selanjutnya digunakan uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara partisipasi anggota dan manfaat ekonomi yang diterima. Pengukuran kinerja dengan menggunakan PTP ini dilihat berdasarkan empat indikator yaitu visi, kapasitas, sumberdaya, dan jaringan kerja. Visi digunakan sebagai indikator penilaian dikarenakan koperasi merupakan organisasi yang berbasiskan anggota sehingga perlu diketahui mengenai tujuan jangka panjang koperasi. Sedangkan kapasitas dijadikan salah satu indikator karena koperasi merupakan organisasi perusahaan sehingga diperlukan indikator yang berorientasi pada kapasitas manajemen koperasi. Sedangkan sumberdaya dan

3 jaringan kerja dijadikan salah satu indikator PTP karena koperasi memiliki dua dimensi yaitu sosial dan ekonomi. Sehingga indikator yang berfokus pada sistem dan sumberdaya keuangan sangat diperlukan untuk dimensi ekonomi koperasi dan sebagai sebuah organisasi koperasi dituntut untuk dapat memiliki daya saing. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan adalah melalui jaringan kerja yang dibentuk oleh koperasi. Berdasarkan indikator visi, kapasitas dan sumberdaya dapat diketahui bahwa KKT Lisung Kiwari berada dalam zona hijau yang berarti kinerja koperasi berada dalam kondisi yang baik. Sedangkan jika dilihat berdasarkan indikator jaringan kerja, KKT Lisung Kiwari berada dalam zona kuning yang berarti kinerja koperasi memuaskan namun memerlukan perbaikan lebih lanjut bagi perkembangan koperasi. Hasil analisis manfaat ekonomi menunjukan bahwa KKT Lisung Kiwari sampai sejauh ini sudah dapat memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh anggota yang meliputi jaminan pemasaran gabah, harga gabah, peningkatan pendapatan, kemudahan dalam memperoleh saprodi dalam hal pembayaran, harga benih padi dan harga pupuk. Manfaat koperasi dalam bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari manfaat koperasi dalam bidang sosial. Hal ini dikarenakan koperasi merupakan organisasi yang memiliki dua dimensi yaitu dimensi ekonomi dan sosial. Manfaat sosial yang dirasakan oleh anggota KKT Lisung Kiwari adalah adanya pola pertukaran atau resiprocity antar anggota, mendidik anggota koperasi untuk memiliki semangat berkorban sesuai dengan kemampuan masingmasing demi terwujudnya tatanan sosial yang adil dan beradab, mendorong terbentuknya suatu tatanan sosial yang didasarkan atas kekeluargaan, persaudaraan, dan bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi serta turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis partisipasi anggota dapat diketahui bahwa partisipasi anggota pada bidang organisasi yaitu kehadiran dalam RAT termasuk kedalam kategori tinggi, namun keaktifan anggota dalam mengajukan suara termasuk kedalam kategori rendah. Partisipasi anggota dalam hal permodalan koperasi yang meliputi simpanan wajib dan simpanan manasuka termasuk kedalam kategori sedang. Sedangkan partisipasi anggota dalam unit usaha koperasi termasuk kedalam kategori tinggi yang dilihat berdasarkan penjualan gabah dan pembelian saprodi melalui koperasi. Melalui uji korelasi dengan menggunakan Rank Spearman dapat diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan yang searah antara manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota pada bidang organisasi, permodalan, dan unit usaha. Hal tersebut menunjukkan bahwa partisipasi anggota dapat terbentuk jika terdapat manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota. Semakin tinggi manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota maka partisipasi anggota akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya. Namun apabila dilihat dari sig (2-tailed) hanya partisipasi anggota pada bidang permodalan saja yang signifikan dengan manfaat ekonomi. Sedangkan antara manfaat ekonomi dan partisipasi pada bidang organisasi dan unit usaha tidak menunjukan hubungan yang signifikan.

4 PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR PRIMA DESSY HANDAYANI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama NIM : Pengukuran Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor : Prima Dessy Handayani : H Disetujui, Pembimbing Rahmat Yanuar, SP, M.Si NIP Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Pengukuran Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2011 Prima Dessy Handayani NIM. H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Prima Dessy Handayani dilahirkan di Ciamis pada tanggal 6 Januari 1989 dari pasangan Bapak Dodo S Suherman dan Ibu Lilis Irawati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis meyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Polisi V Bogor pada tahun Pendidikan menengah pertama berhasil diselesaikan penulis pada tahun 2004 di SMP Negeri 4 Bogor. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun pertama di IPB penulis mengikuti Tahap Perkenalan Bersama (TPB) selama satu tahun. Kemudian pada tahun 2008 penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain aktif sebagai mahasiswa penulis juga merupakan salah satu karyawan disalah satu bank pemerintah yaitu bank bjb syariah cabang Bogor yaitu sebagai customer service.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmat-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengukuran Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai indikator kinerja koperasi dan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari serta mengidentifikasi manfaat koperasi dan partisipasi anggota pada Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan serta informasi bagi pengurus koperasi untuk menetapkan strategi yang berguna bagi pengembangan koperasi di masa yang akan datang. Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Namun, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, Mei 2011 Prima Dessy Handayani

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Rahmat Yanuar, SP, MSi., selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing serta memberikan arahan kepada saya selama penyusunan skripsi ini 2. Dr. Amzul Rifin, SP. MA dan Yanti Nuraeni M, SP. MAgribuss selaku dosen penguji pada ujian sidang yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini 3. Ir. Anna Fariyanti, MSi., yang telah menjadi pembimbing akademik dan selalu memberikan motivasi serta dorongan selama saya menyelesaikan pendidikan. 4. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 5. Orang tua serta adik tersayang Aditya Gantina, yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan doa kepada penulis. Mudah-mudahan ini bisa menjadi suatu persembahan yang terbaik. 6. Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor atas waktu, kesempatan, informasi serta dukungan yang telah diberikan pada penulis. 7. Sahabat-sahabat tercinta 106 (Mia, Rianda, Rini), COB (Mbak Tika, d Dian, Erik, Rifky), Lolly (Upeh, Juju, Aci, Felis, Bahril dan Anin), Muhammad Solihin, atas persahabatan yang telah terjalin selama ini serta dukungan, semangat, dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi. 8. Teman-teman Agribisnis angkatan 44 atas semangat dan bantuannya selama ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu, terima kasih. Bogor, Mei 2011 Prima Dessy Handayani

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... v vi vii I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Keanggotaan Koperasi Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi Prinsip Koperasi Penggolongan Koperasi Perangkat Organisasi Koperasi Sumber Keuangan dan Usaha Koperasi Manajemen Koperasi Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Kinerja Konsep Partisipasi Kerangka Pemikiran Operasional VI METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Metode Penentuan Responden Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) Bagi Koperasi Analisis Tingkat Partisipasi Anggota V GAMBARAN UMUM KKT LISUNG KIWARI Sejarah Terbentuknya KKT Lisung Kiwari Lokasi dan Tata Letak KKT Lisung Kiwari Kegiatan KKT Lisung Kiwari VI PENGUKURAN KINERJA KKT LISUNG KIWARI Indikator-Indikator Model Perkembangan Koperasi Visi Koperasi Kapasitas... 65

11 6.1.3 Sumberdaya Jaringan Kerja Koperasi Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) KKT Lisung Kiwari VII IDENTIFIKASI TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA Analisis Manfaat KKT Lisung Kiwari Analisis Manfaat Ekonomi Analisis Manfaat Sosial Analisis Partisipasi Anggota KKT Lisung Kiwari Hubungan Antara Manfaat Ekonomi dan Tingkat Partisipasi Anggota VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Kinerja Koperasi di Indonesia Tahun Koperasi Kelompok Tani di Kabupaten Bogo Penjualan, Harga Pokok Penjualan, dan Laba Usaha Unit Usaha KKT Lisung Kiwari Tahun Perkembangan Kinerja KKT Lisung Kiwari Jumlah Pertemuan Rapat Anggota KKT Lisung Kiwari Tahun Kelompok Mitra Dalam Pengadaan dan Pemasaran Beras Tingkat Kecukupan Modal KKT Lisung Kiwari Tahun Pertumbuhan Aset KKT Lisung Kiwari Tahun Tingkat Pengembalian KKT Lisung Kiwari Tahun Posisi Indikator Model Perkembangan KKT Lisung Kiwari Analisis Manfaat Ekonomi pada KKT Lisung Kiwari Analisis Partisipasi Anggota KKT Lisung Kiwari Korelasi Manfaat Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi... 92

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Model Kesesuaian (fit) Partisipasi Alur Kerangka Pemikiran Operasional Perubahan Kelompok Tani Menjadi Sebuah Koperasi Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari Perkembangan Anggota KKT Lisung Kiwari Tahun Aktivitas Penjualan Unit Usaha Sarana Produksi Pertanian Aktivitas Penjualan Unit Usaha Sembako Volume Pinjaman Anggota KKT Lisung Kiwari Tahun Peran KKT Lisung Kiwari Dalam Sistem Agribisnis Padi Di Desa Ciburuy Perkembangan Modal Sendiri dan Modal Luar KKT Lisung Kiwari Tahun Perkembangan SHU KKT Lisung Kiwari Tahun Perkembangan Simpanan Wajib dan Simpanan Manasuka KKT Lisung Kiwari Tahun

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Tata Letak KKT Lisung Kiwari Peta Operasional Usaha Pengadaan dan Pemasaran Beras SAE Alat Ukur Analisis Manfaat Ekonomi Alat Ukur Analisis Partisipasi Anggota Kuisioner Penelitian Mengenai Penilaian Tingkat Perkembangan (PTP) Bagi Koperasi Kuisioner Penelitian Mengenai Hubungan antara Manfaat Ekonomi dan Partisipasi Anggota Penilaian Tangga Perkembangan KKT Lisung Kiwari Dokumentasi Penelitian

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia menurut pasal 33 ayat 1 UUD 1945 disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Ayat tersebut menjelaskan bahwa badan usaha yang sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan adalah koperasi. Hal ini dikarena dalam koperasi lebih diutamakan kesejahteraan anggotanya dibandingkan dengan kesejahteraan orang perseorangan. Pembangunan ekonomi kerakyatan merupakan salah satu perwujudan dari demokrasi ekonomi yaitu ekonomi yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pembentukan koperasi menurut pasal 3 UU Perkoperasian Tahun 1992 bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi dari pembentukan koperasi adalah pelayanan terhadap anggotanya. Identitas ganda (double identity) merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh anggota koperasi. Anggota dalam suatu koperasi selain berperan sebagai pemilik juga merupakan pelanggan dari koperasi tersebut. Hal ini merupakan suatu bentuk partisipasi anggota yang substansial dan merupakan operasionalisasi dari tujuan koperasi yaitu mempersatukan usaha anggota untuk mencapai skala ekonomi sehingga memiliki posisi tawar agar dapat mempengaruhi harga bagi kepentingan anggota dan masyarakat (Soelarso 2000). Pembangunan koperasi menunjukkan kemajuan yang pesat pada periode jika diukur dari segi jumlah koperasi, jumlah anggota, modal dan volume usaha. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari jumlah koperasi di Indonesia yang mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2006 hanya sebesar unit meningkat menjadi unit pada tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan sebesar 20,5 persen. Begitu pula dengan jumlah anggota koperasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,27 persen dari orang pada tahun 2006 menjadi orang pada tahun Peningkatan jumlah

16 anggota koperasi dapat dikarenakan bertambahnya jumlah koperasi yang ada di Indonesia. Tabel 1. Perkembangan Kinerja Koperasi di Indonesia Tahun Variabel Tahun Jumlah Koperasi (unit) Jumlah Koperasi RAT Jumlah Anggota (orang) Jumlah Manager (orang) Jumlah Karyawan (orang) Modal Sendiri (Rp juta) Modal Luar (Rp juta) Volume Usaha (Rp juta) Sisa Hasil Usaha (Rp juta) Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2009) 1 Berdasarkan Tabel 1, terdapat variabel yang juga mengalami pertumbuhan yaitu modal sendiri sebesar 68,83 persen selama periode Modal yang berasal dari luar juga mengalami peningkatan sebesar 42,79 persen. Peningkatan modal yang berasal dari luar dapat diakibatkan karena adanya bantuan dana bergulir yang berasal dari pemerintah maupun dana hibah. Permodalan koperasi memang bisa didapatkan dari luar asalkan modal luar tersebut tidak lebih besar dari modal sendiri. Jika proporsi modal luar lebih besar dibandingkan modal sendiri menunjukkan usaha koperasi masih mengandalkan bantuan dari luar, sehingga kemandirian koperasi tidak dapat tercapai. Volume usaha dan sisa hasil usaha (SHU) juga mengalami pertumbuhan sebesar 30,9 persen dan 64,8 persen. Namun besarnya volume usaha tidak sebanding dengan SHU yang ada. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan modal usaha koperasi yang banyak berasal dari luar. Sehingga koperasi harus membayar cicilan pinjaman yang berasal dari luar. Akibatnya jumlah SHU yang seharusnya dibagikan pada anggota harus terpotong untuk membayar cicilan koperasi. 1 Kementrian Kordinator Bidang Kesra Koperasi dan Jumlah Anggota Koperasi di Indonesia. http :// [26 September 2010].

17 Walaupun koperasi di Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang signifikan, namun jika dibandingkan dengan koperasi-koperasi yang berada di seluruh dunia koperasi di Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini dapat terlihat pada International Cooperative Alliance (ICA) Global 300 yang merupakan proyek dari ICA dimana tidak satupun koperasi-koperasi di Indonesia berhasil masuk dalam daftar tersebut. Padahal negara-negara di Asia banyak yang masuk dalam daftar Global 300 seperti Jepang, India, Korea Selatan, dan Singapura. Bahkan pada Developing 300 Project yang menyajikan perkembangan koperasi di negara-negara yang sedang berkembang, koperasi di Indonesia pun tidak ada yang masuk dalam daftar tersebut 2. Tolak ukur dari perkembangan koperasi di Indonesia tidak hanya dilihat dari besar kecilnya volume usaha koperasi atau peran koperasi dalam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Namun yang menjadi ukuran perkembangan koperasi adalah sejauh mana usaha koperasi tersebut dapat terkait dengan usaha anggotanya yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat sebesarbesarnya agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. Sehingga permasalahan yang muncul pada pertumbuhan koperasi di Indonesia yaitu pertumbuhan kuantitas koperasi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik. Salah satu kendalanya dikarenakan masih banyak anggota yang kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi (Herdhiana 2011). Koperasi merupakan salah satu lembaga yang dapat digunakan dalam pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian merupakan suatu upaya untuk memberdayakan petani agar dapat meningkatkan kemandirian serta kesejahteraannya. Di Indonesia, sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis yaitu sebagai penyedia lapangan kerja, penyedia kebutuhan pangan masyarakat dan pemenuhan bahan baku industri (Sompie 1987). Oleh karena itu dibutuhkan suatu lembaga atau badan usaha yang tangguh dan dapat melindungi petani. Salah satu lembaga yang sesuai untuk diterapkan adalah koperasi pertanian. Terbentuknya koperasi pertanian dikarenakan adanya kebersamaan aktivitas dan kepentingan ekonomi dari kelompok tani yang telah terbina dengan 2 Bataviase Koperasi Sumbang PDB 56,2 %. [7 Oktober 2010].

18 baik. Koperasi pertanian penting untuk dikembangkan karena didasarkan pada suatu kenyataan bahwa kondisi pertanian di Indonesia dicirikan oleh skala usaha yang kecil dan tersebar. Dengan adanya koperasi pertanian diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan posisi tawar petani, meningkatkan pendapatan petani, memberdayakan petani dan membangun sektor pertanian secara keseluruhan (Jafar 2000). Inpres No. 18 Tahun 1998 mengenai Peningkatan Pembinaan dan Pengembangan Perkoperasian menyebutkan bahwa sesuai dengan pasal 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasiaan, pemerintah memberikan keleluasaan kepada seluruh masyarakat untuk mendirikan koperasi sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam mengembangkan usahanya. Inpres tersebut memberikan peluang pada kelompok tani untuk menjadi suatu lembaga ekonomi baru yaitu koperasi pertanian. Dikeluarkannya permentan No. 273 Tahun 2007 mengenai pedoman pertumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani menjadi sebuah usaha bersama yang dapat saling bersinergi, semakin menguatkan pembentukan koperasi pertanian yang dapat berasal dari kelompok tani maupun gabungan kelompok tani. Di Kabupaten Bogor, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Deskoperindag) sudah membina beberapa koperasi pertanian yang berasal dari kelompok tani maupun gabungan kelompok tani. Pembinaan tersebut bertujuan untuk membangkitkan kembali peran koperasi pertanian dalam kegiatan usaha petani. Deskoperindag memiliki beberapa program yang dapat menunjang perkembangan koperasi-koperasi yang ada di Kabupaten Bogor, termasuk bagi koperasi pertanian. Program-program tersebut adalah program mengenai pengembangan kewirausahaan dan kompetitif, program pengembangan ekonomi pedesaan, program peningkatan kualitas kelembagaan, program revitalisasi kelembagaan koperasi, program pemeringkatan koperasi dan program pembubaran koperasi (Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor 2010). Adapun koperasi pertanian yang ada di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.

19 Tabel 2. Koperasi Kelompok Tani di Kabupaten Bogor No Kecamatan Nama Koperasi Kelompok Tani (KKT) Tahun Berdiri 1 Parung Panjang KKT Jawosan Tenjo KKT Darma Sarana Jasinga KKT Pangan Balarea Rancabungur KKT Rukun Tani Cariuk KKT Berkah Mandiri Cigombong KKT Lisung Kiwari Caringim KKT Mandiri Mega Mendung KKT Sukses Kerjasama Gunung Sindur Koptan Bina Tani Pamijahan Koptan Ikhlas 2010 Sumber : Purba (2010) Terbentuknya koperasi pertanian dapat membawa dampak positif bagi perkembangan pertanian di Indonesia khususnya di Kabupaten Bogor. Keberadaan koperasi pertanian diharapkan dapat menjadi sebuah organisasi yang dapat diandalkan khususnya untuk usaha-usaha pertanian yang harus dikerjakan dalam skala kecil. Koperasi pertanian dihadapkan pada suatu keadaan untuk dapat mewujudkan suatu badan usaha yang dapat menerapkan prinsip-prinsip koperasi sehingga mampu untuk mensejahterakan anggotanya. Sebagai sebuah organisasi yang bekerja berdasarkan jatidiri koperasi, koperasi pertanian juga dihadapkan pada suatu sistem ekonomi pasar yang penuh dengan persaingan. Koperasi pertanian perlu memiliki organisasi yang efisien agar dapat berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi anggotanya. Oleh sebab itu, kinerja koperasi pertanian harus ditingkatkan agar dapat menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Pengukuran kinerja merupakan faktor penting bagi suatu organisasi khususnya koperasi pertanian untuk mengetahui keefektifan pengembangan koperasi. Dalam pengukuran kinerja dibutuhkan suatu instrumen yang dapat mengukur koperasi tidak hanya dari aspek keuangannya saja namun juga dari aspek non keuangannya sehingga dapat mendorong koperasi pertanian untuk terus melakukan perbaikan baik pada kegiatan unit usaha, pelayanan maupun manajemennya.

20 1.2. Rumusan Masalah Salah satu koperasi pertanian yang terdapat di Kabupaten Bogor adalah Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (KKT Lisung Kiwari). KKT Lisung Kiwari merupakan salah satu koperasi yang pada awalnya bergerak di bidang pertanian. Namun seiring dengan perkembangan waktu, koperasi ini mulai berbisnis pada berbagai jenis usaha yang potensial untuk dikembangkan. Kegiatan usaha tersebut dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh koperasi. Beberapa usaha yang dijalankan oleh KKT Lisung Kiwari adalah pengadaan sarana produksi pertanian yang meliputi bibit, pupuk, obat-obatan; kegiatan simpan pinjam; penjualan barang sembako; penjualan pulsa telepon genggam (voucher) dan usaha warnet; serta tempat pembayaran listrik. Pada tahun 2008 sampai tahun 2010 perkembangan kinerja KKT Lisung Kiwari mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada peningkatan jumlah anggota koperasi setiap tahunnya yaitu sebanyak 100 orang pada tahun 2008 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 156 orang. Peningkatan jumlah anggota KKT Lisung Kiwari ini bisa diakibatkan karena kesadaran dan kepercayaan yang mulai tumbuh di masyarakat. Keanggotaan KKT Lisung Kiwari terbuka bagi siapa saja yang ingin menjadi anggota koperasi, sepanjang calon anggota tersebut dapat mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh KKT Lisung Kiwari. Aset keseluruhan KKT Lisung Kiwari juga mengalami peningkatan yang cukup pesat dimana pada tahun 2008 sebesar Rp meningkat menjadi Rp pada tahun Hal serupa juga dialami oleh simpanan wajib yang mengalami peningkatan sebesar 278,80 persen. Pada tahun 2008 jumlah simpanan wajib sebesar Rp meningkat menjadi Rp pada tahun Peningkatan simpanan wajib dapat dikarenakan bertambahnya jumlah anggota KKT Lisung Kiwari selama periode Selain itu adanya aturan baru dalam simpanan wajib anggota berdasarkan Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK ) No. 27 yang menyebutkan bahwa simpanan wajib bagi anggota baru jumlahnya harus mengikuti simpanan wajib anggota lama. Saat ini, pada KKT Lisung Kiwari anggota koperasi yang baru dikenakan biaya Rp

21 untuk simpanan wajibnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada kecemburuan antara anggota lama dan anggota baru. Tabel 3. Penjualan, Harga Pokok Penjualan, dan Laba Usaha Unit Usaha KKT Lisung Kiwari Tahun Unit Usaha No Tahun perdagangan koperasi Unit pengadaan sembako Unit pengadaan sarana produksi Unit penjualan voucher Penjualan (Rp) Harga Pokok Penjualan (Rp) Laba Kotor (Rp) Total Unit pengadaan sembako Unit pengadaan sarana produksi Unit penjulan voucher Total Sumber : Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari Tahun (data diolah) Unit usaha yang dijalankan oleh koperasi juga mengalami peningkatan penjulan selama periode Hal ini membuktikan bahwa koperasi mampu memberikan pelayanan dalam hal pemenuhan kebutuhan anggota sehingga banyak anggota yang terlibat dalam unit usaha koperasi. Adapun perkembangan kinerja koperasi dapat dilihat pada Tabel 4.

22 Tabel 4. Perkembangan Kinerja KKT Lisung Kiwari No Uraian Satuan Tahun Jumlah anggota Orang Manajer Orang Karyawan Orang Modal sendiri Rp Modal dari luar Rp Simpan pinjam Rp Simpanan pokok Rp Simpanan wajib Rp SHU Rp Sumber : Laporan RAT KKT Lisung Kiwari (data diolah) Jika dilihat dari segi unit usaha, KKT Lisung Kiwari sudah berhasil untuk dapat meningkatkan jumlah anggota, volume penjualan, modal koperasi yang berasal dari anggota serta laba usaha. Namun keberhasilan suatu koperasi tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan dalam unit usahanya saja. Menurut Soedjono (1997) dalam Baga et al.(2009) keberhasilan suatu koperasi dalam aspek mikro dapat dilihat dari dua segi yaitu unit usaha dan organisasi. Permasalahan yang ada adalah apakah dengan keberhasilan dalam segi unit usaha merupakan bukti keberhasilan organisasi koperasi. Sehingga untuk melihat perkembangan koperasi secara keseluruhan perlu juga dilihat dari segi organisasinya yaitu berdasarkan kinerja manajemen KKT Lisung Kiwari dalam menjalankan kegiatan koperasi. Karena sebagai sebuah koperasi yang memiliki jatidiri, KKT Lisung Kiwari dituntut untuk memiliki manajemen yang efisien agar dapat bertahan dan berkembang ditengah persaingan pasar. Pembangunan kinerja koperasi secara terus menerus sangat diperlukan agar dapat memberikan manfaat serta pelayanan yang maksimal sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Dalam pembangunan kinerja koperasi dibutuhkan suatu instrumen pengukuran yang tepat untuk mengetahui keefektifan perkembangan koperasi agar dapat mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh koperasi sehingga dapat dirumuskan alternatif kebijakan yang dapat digunakan dalam pengembangan koperasi.

23 Salah satu instrumen yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja koperasi adalah Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi. PTP ini digunakan karena dalam pengukuran kinerja koperasi diperlukan suatu instrumen yang tidak hanya mengukur aspek keuangan saja namun juga aspek non keuangan. Melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan PTP ini diharapkan dapat memberikan data dasar mengenai kapasitas kelembagaan koperasi sehingga memudahkan bagi para pengambil keputusan untuk melakukan tindakan-tindakan perbaikan pada kegiatan organisasi, unit usaha dan meningkatkan pelayanan kepada anggota. Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2007) 3 koperasi diharapkan dapat terus berkembang untuk dapat meningkatkan peran dan fungsi usahanya agar tidak tersisih dengan unit usaha lain. Sehingga pembangunan koperasi secara terus menerus sangat dibutuhkan. Pembangunan koperasi dapat dilihat dari dua sisi. Pada satu sisi pembangunan koperasi dilihat dari pembangunan pemahaman yang sama mengenai tujuan, sasaran, dan pengukuran kriteria mengenai penilaian keberhasilan pembangunan koperasi. Sedangkan pada sisi lain tergantung pada partisipasi aktif dari anggota koperasi. Karena tidak dapat dipungkiri dalam koperasi anggota merupakan pemilik sekaligus pelanggan. Sehingga partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan suatu koperasi (Hendar & Kusnadi 1999). Partisipasi aktif anggota akan meningkat apabila koperasi mampu memberikan manfaat dalam bentuk pelayanan yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh anggota. Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian kali ini antara lain: 1. Bagaimanakah kinerja Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari yang diukur melalui Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)? 3 Kementrian Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Executive Summary Hasil Kajian Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKM dan Koperasi Tahun [24 November 2010].

24 2. Bagaimanakah manfaat ekonomi dan partisipasi anggota pada Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari? 3. Bagaimanakah hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota terhadap Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari? 1.3. Tujuan Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kinerja Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari melalui indikator-indikator Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) 2. Menganalisis manfaat ekonomi dan partisipasi anggota pada Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari. 3. Menganalisis hubungan antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota terhadap Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Manfaat Manfaat hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi pengurus Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan informasi serta bahan pertimbangan untuk menetapkan strategi yang berguna bagi pengembangan koperasi di masa yang akan datang. 2. Bagi pemerintah Kabupaten Bogor dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk menetapkan kebijakan dalam pengembangan koperasi yang ada diwilayah Kabupaten Bogor. 3. Bagi peneliti dan akademisi diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk penelitian lebih lanjut terutama dalam bidang koperasi.

25 2.1. Koperasi II. TINJAUAN PUSTAKA Keanggotaan Koperasi Koperasi menurut UU Perkoperasian No.25 Tahun 1992 pasal 3 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hatta (1958) dalam Naim (1995) pada dasarnya menjelaskan bahwa koperasi merupakan usaha ekonomi bersama yang berlandaskan pada rasionalitas, lugas, objektif, terbuka dan modern. Dimana dalam pembagian kerja dan tanggung jawab serta hak dan kewajiban dilakukan secara jelas. Warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota koperasi. Salah satu prinsip koperasi menyebutkan bahwa keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka. Menurut Baswir (2000) yang dimaksud dengan sukarela bahwa setiap anggota koperasi yang ingin menjadi anggota koperasi mendaftar atas kemauan sendiri dan anggota tersebut boleh mengundurkan diri jika koperasi tidak memberikan manfaat bagi anggota. Sedangkan yang dimaksud dengan terbuka adalah tidak ada diskriminasi bagi siapapun untuk mendaftar menjadi anggota koperasi. Siapapun bisa menjadi anggota koperasi asal dapat memenuhi persyaratan keanggotaan yang diajukan oleh koperasi. Keanggotaan merupakan sumber potensi utama yang dimiliki oleh koperasi yaitu sebagai perkumpulan orang Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi Landasan koperasi Indonesia sebagaimana tercantum dalam UU No.25 Tahun 1992 adalah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Baswir (2000) menjelaskan bahwa Pancasila dipilih sebagai landasan idiil koperasi Indonesia karena Pancasila merupakan pandangan hidup dan ideologi dari bangsa Indonesia. Pancasila merupakan jiwa dan semangat bangsa serta mengandung nilai-nilai luhur yang sangat baik bila diwujudkan dalam suatu kehidupan. Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945

26 dijadikan sebagai landasan strukturil karena dalam salah satu pasalnya yaitu pasal 33 ayat 1 disebutkan bahwa perekonomian yang hendak disusun oleh bangsa Indonesia adalah berdasarkan usaha bersama atas asas kekeluargaan. Semangat usaha bersama atas dasar kekeluargaan merupakan semangat koperasi. Oleh sebab itu semangat koperasi kemudian diangkat menjadi semangat dari perekonomian di Indonesia. Pada pasal 2 UU No.25 Tahun 1992 juga disebutkan bahwa kekeluargaan merupakan asas yang digunakan oleh koperasi Indonesia. Semangat kekeluargaan ini juga sekaligus menjadi pembeda antara badan usaha koperasi dengan badan usaha lainnya. Tujuan dari pembentukan koperasi menurut pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992 adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut dalam membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur dengan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pernyataan dalam UU tersebut mengandung makna bahwa tujuan dari koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota melalui pelayanan usaha koperasi. Soedjono (2007) juga menyampaikan bahwa koperasi bertujuan untuk memajukan kepentingan anggotanya dan melakukan tindakan-tindakan dimana tindakan tersebut dapat membuktikan bahwa koperasi telah memajukan kepentingan anggotanya Prinsip Koperasi Prinsip koperasi Indonesia tercantum dalam UU No.25 Tahun 1992 yaitu sebagai berikut : 1) Koperasi melakukan prinsip koperasi sebagai berikut : a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka b. pengelolaan dilakukan secara demokratis c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal e. kemandirian 2) Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut : a. pendidikan perkoperasian

27 b. kerjasama antarkoperasi Penggolongan Koperasi Penggolongan koperasi berfungsi untuk mengelompokan koperasikoperasi yang ada berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Menurut Baswir (2000) koperasi dapat digolongkan menjadi : 1) Berdasarkan Bidang Usaha a. Koperasi Konsumsi Koperasi ini bertujuan untuk menyediakan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh anggotanya. Barang-barang yang disediakan oleh koperasi tergantung dari latar belakang dari kebutuhan anggota yang hendak dipenuhi. b. Koperasi Produksi Koperasi ini bertujuan untuk menyatukan kemampuan dan modal yang dimiliki oleh anggota sehingga dapat menghasilkan suatu barang melalui suatu perusahaan yang dikelola secara bersama-sama. Kegiatan utama koperasi produksi adalah memproses bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi. c. Koperasi Pemasaran Tujuan utama dari dibentuknya koperasi ini adalah menyederhanakan rantai tataniaga dan mengurangi peran pedagang perantara dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh anggota koperasi. Koperasi ini dapat membantu anggota untuk memasarkan secara langsung barang dagangannya kepada penyalur bahkan kepada konsumen secara langsung. d. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam Koperasi ini bertujuan untuk mendidik anggotanya agar bersikap hemat dan gemar menabung selain itu juga bertujuan untuk membebaskan para anggota koperasi dari tangan rentenir. Koperasi ini memupuk simpanan dari anggota dan kemudian simpanan tersebut dapat dipinjamkan kembali kepada para anggota yang membutuhkan.

28 2) Berdasarkan Jenis Komoditi a. Koperasi Pertambangan Koperasi ini melakukan usaha untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara langsung atau melakukan perubahan bentuk pada sumber daya yang ada. b. Koperasi Pertanian dan Peternakan Koperasi pertanian merupakan suatu wadah yang dapat diandalkan terutama untuk usaha-usaha pertanian yang dikerjakan dalam skala yang kecil (Tampubolon 2000). Koperasi ini dapat menjadi jalan bagi petani untuk meningkatkan posisi tawarnya, memperbaiki struktur pasar produk pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan memberdayakan petani serta dapat membangun sektor pertanian secara keseluruhan. Menurut Chaniago (1984) dalam Baswir (2000) kegitan yang biasanya terdapat dalam koperasi pertanian yaitu : mengusahakan bibit, semprotan, dan peralatan pertanian mengolah hasil pertanian memasarkan hasil olahan komoditi pertanian menyediakan modal bagi para petani mengembangkan keterampilan petani. Koperasi peternakan merupakan sebuah wadah yang berhubungan dengan komoditi peternakan tertentu dimana biasanya beranggotakan para peternak dan para pegawai yang pekerjaan sehari-harinya berhubungan dengan bidang peternakan. c. Koperasi Industri dan Kerajinan Usaha yang dijalankan oleh koperasi ini berhubungan dengan bidang industri atau kerajinan tertentu. Kegiatan koperasi ini dapat meliputi pengadaan bahan baku, pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi ataupun dalam hal pemasaran produk. d. Koperasi Jasa Koperasi ini mengkhususkan usahanya dalam memproduksi dan memasarkan kegiatan jasa tertentu. Tujuan utama dari pembentukan

29 koperasi ini adalah untuk menyatukan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki oleh para anggotanya. 3) Berdasarkan Daerah Kerja a. Koperasi Primer Koperasi ini beranggotakan orang-orang tertentu yang biasanya didirikan dalam cakupan wilayah kecil tertentu. b. Koperasi Sekunder Koperasi sekunder dapat pula dikatakan sebagai pusat koperasi. Koperasi sekunder merupakan koperasi dimana anggotanya merupakan koperasi-koperasi primer yang didirikan dalam rangka pemusatan dari beberapa koperasi primer dalam suatu wilayah tertentu. c. Koperasi Tertier Koperasi ini merupakan koperasi yang terdiri dari gabungan dari koperasi-koperasi sekunder. Koperasi tertier sering disebut sebagai induk koperasi yang biasanya berkedudukan di Ibu kota negara Perangkat Organisasi Koperasi Perangkat organisasi koperasi menurut Sartika dan Rachman (2002) terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Komunikasi yang baik diperlukan antara rapat anggota, pengurus, dan pengawas agar koperasi dapat berjalan dengan semestinya sesuai dengan tujuan koperasi. 1) Rapat anggota Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Pengambilan keputusan pada rapat anggota dilakukan secara musyawarah dan apabila tidak tercapai pengambilan keputusan secara musyawarah maka dilakukan dengan cara pengambilan suara terbanyak. Rapat anggota ini biasanya diadakan minimal satu kali dalam setahun. Rapat anggota diadakan untuk menetapkan anggaran dasar dan kebijaksanaan umum pada bidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi; melakukan pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian pengurus koperasi; rencana kerja rencana pendapatan dan anggaran belanja koperasi serta pengesahan laporan keuangan.

30 2) Pengurus Pengurus koperasi dipilih dari dan oleh anggota. Masa jabatan dari pengurus koperasi adalah lima tahun. Pengurus diberikan wewenang untuk menyelenggarakan rapat anggota. Beberapa tugas yang biasanya dilakukan oleh pengurus adalah bertanggung jawab untuk mengelola koperasi dan kegiatan usaha lainnya, membuat rancangan anggaran pendapatan dan belanja koperasi, dan pengangkatan pengelola (manajer) 3) Pengawas Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi. Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap jalannya koperasi, membuat laporan tentang hasil pengawasannya. Pengawas juga bertugas untuk meneliti catatan yang ada pada koperasi dan berhak menanyakan keterangan-keterangan yang diperlukan Sumber Keuangan dan Usaha Koperasi Menurut UU No.25 Tahun 1992 pasal 41 mengenai permodalan koperasi, permodalan dapat berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri merupakan modal yang mengandung risiko atau modal ekuitas. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah. Hendar dan Kusnadi (1999) mengatakan bahwa dengan ditetapkannya modal sendiri sebagai ekuitas maka kedudukan simpanan pokok dan simpanan wajib menjadi kuat sama halnya seperti saham pada perusahaan. Selain berasal dari modal sendiri koperasi juga dapat memperoleh modal yang berasal dari modal pinjaman. Modal pinjaman dapat bersumber dari anggota, koperasi lain, bank dan lembaga keuangan lainnya ataupun penerbitan obligasi dan surat hutang Manajemen Koperasi Koperasi memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat secara umum. Agar tujuan-tujuan tersebut dapat terwujud maka koperasi memerlukan pengelolaan yang baik seperti dibutuhkannya aspek manajemen koperasi. Manajemen merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari termasuk oleh koperasi. Kegiatan-kegiatan utama dari manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

31 pengawasan (Baswir 2000). Perencanaan yang baik dapat memberikan sasaran yang ingin dicapai bagi koperasi dan menetapkan strategi terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Pengorganisasian merupakan suatu kegiatan dalam hal pembagian tugas dan wewenang di dalam tubuh koperasi atas perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan dalam menajemen koperasi dilakukan dengan cara koordinasi dan monitoring yang dilakukan oleh masing-masing bagian dalam organisasi koperasi. Sedangkan pengawasan merupakan suatu kegiatan untuk mengukur tingkat kesesuaian antara rencana dan hasil yang telah dicapai oleh koperasi. Manajemen koperasi harus mampu mengembangkan potensi yang ada didalam koperasi seperti keanggotaan, modal, volume usaha dan pelayanan sehingga tujuan koperasi dapat tercapai. Secara operasional menurut Soedjono (2000) manajemen koperasi harus mengadakan kegiatan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota yaitu : 1) Menyediakan produksi dan jasa bagi anggota sebagai tujuan umum koperasi. 2) Memberdayakan dan mempersatukan para petani dan keluarganya secara umum dan anggota pada khususnya agar memperoleh akses terhadap sumber-sumber ekonomi dan sosial sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. 3) Menyatukan dan melibatkan anggota-anggotanya dalam segi ekonomi dan sosial agar koperasi mampu menguasai sumber-sumber produksi dan dapat menjadi kekuatan pasar penyangga dalam ekonomi. 4) Membangun kesadaran dan pemahaman akan jatidiri koperasi di antara komunitas dan mendorong partisipasi anggota Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi adalah penelitian yang berhubungan dengan kinerja koperasi dan tingkat partisipasi anggota pada koperasi.

32 Penelitian mengenai kinerja koperasi Penelitian yang dilakukan oleh Himpuni (2009) berjudul Analisis Kinerja Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Alam, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan pengukuran kinerja yang dilakukan oleh KUD Sumber Alam, merumuskan dan menggambarkan peta strategis yang sesuai dengan kondisi KUD serta menganalisis kinerja KUD melalui penerapan BSC (Balanced Scorecard). Pengukuran kinerja yang dilakukan oleh KUD Sumber Alam hanya menfokuskan pada aspek keuangan saja. Indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja adalah total penjualan, biaya administrasi, kantor dan organisasi, perhitungan SHU, dan rasio keuangan. Peta strategis merupakan visualisasi dari alur sistematis dan pola pikir BSC yang dapat menunjukkan hubungan sebab akibat dari sasaran-sasaran strategis dari perspektif BSC. Sasaran strategis yang hendak dicapai oleh KUD adalah kesejahteraan anggota melalui peningkatan kepuasan anggota dan peningkatan SHU. Analisis kinerja KUD melalui pendekatan BSC secara keseluruhan mencapai hasil yang cukup baik. Total pencapaian dari keempat perspektif BSD yang meliputi keuangan, keanggotaan, bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan mencapai 74,80 persen. Purba (2010) melakukan penelitian mengenai Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis bagaimana perubahan kinerja organisasi sebelum berbentuk koperasi (poktan dan gapoktan) hingga menjadi koperasi. Apakah dengan perubahan organisasi tersebut dapat meningkatkan kinerja organisasi dan mampu untuk mengelola modal yang ada. Dalam menganalisis kinerja koperasi Purba menggunakan statistik non parametrik yaitu uji Friedman dan metode analisis rasio keuangan koperasi untuk menganalisis kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari. Terdapat tujuh indikator penilaian kinerja organisasi yaitu penilaian anggota terhadap pertemuan dan rapat; keterlibatan anggota dalam mengelola; keterlibatan dalam pengambilan keputusan; keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama; usaha berorientasi kepada kepentingan anggota; kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota; dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan

33 untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa kinerja gapoktan lebih baik dibandingkan dengan KKT Lisung Kiwari. Sedangkan kinerja keuangan koperasi menunjukkan kondisi baik, yang dilihat berdasarkan likuiditas koperasi tahun sesuai dengan rasio lancar dan rasio cair. Rasio kas berada dalam kondisi tidak baik karena kemampuan koperasi untuk membayar kewajiban lancarnya atas kas sangat rendah. Solvabilitas koperasi berada dalam kondisi baik namun kewajiban jangka panjang atas modal berada dalam kondisi tidak baik dikarenakan kemampuan modal untuk menjamin kewajiban jangka panjang semakin rendah. Profitabilitas berada dalam kondisi baik untuk rasio SHU terhadap penjualan, hanya saja rasio SHU terhadap modal berada dalam kondisi tidak baik Penelitian mengenai tingkat partisipasi Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2006) yaitu mengenai Partisipasi Anggota Koperasi Produsen Tahu Tempe (KOPTI) di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan karakteristik dan persepsi anggota tentang perkembangan KOPTI terhadap tingkat partisipasi anggota KOPTI di Kabupaten Kuningan. Hasil dari penelitian tersebut menggunakan tujuh variabel yang diduga berpengaruh pada partisipasi anggota. Variabel tersebut adalah umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan, skala usaha, tingkat keterjangkauan pelayanan, dan tingkat pengelolaan serta persepsi anggota mengenai perkembangan KOPTI. Variabel persepsi anggota terhadap kepengurusan KOPTI dan kelengkapan fasilitas tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan partisipasi anggota. Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman pada taraf nyata 5 persen diperoleh hasil bahwa yang mempengaruhi tingkat partisipasi anggota adalah umur, tingkat pendidikan, masa keanggotaan, skala usaha, tingkat keterjangkauan pelayanan dan tingkat pengelolaan. Azrina (2007) melakukan penelitian dengan judul Tingkat Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Koperasi Perikanan Mina Jaya, Muara Angke, Jakarta Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat partisipasi anggota Koperasi Perikanan Mina Jaya dan menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi anggota dalam melaksanakan kegiatan koperasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat partisipasi

34 anggota Koperasi Mina Jaya tergolong rendah. Faktor internal yang memiliki korelasi yang nyata dengan tingkat partisipasi adalah tingkat pengetahuan. Sedangkan dalam faktor eksternal pengurus koperasi, program kerja dan kegiatan koperasi, dukungan dan peran pemerintah serta kondisi alam dan lingkungan berhubungan dengan partisipasi anggota terhadap kegiatan koperasi Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor yang mengkaji kinerja koperasi melalui Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) dan tingkat partisipasi anggota KKT Lisung Kiwari. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2006) dan Azrina (2007) yaitu dalam mengkaji tingkat partisipasi anggota koperasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia dan Azrina terletak pada aspek manfaat ekonomi. Dimana dalam mengkaji tingkat partisipasi dilihat berdasarkan manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota. Sedangkan pada penelitian sebelumnya untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota lebih melihat pada faktor internal dan eksternal anggota. Faktor internal meliputi umur, tingkat pendidikan, motivasi, lama keanggotaan, pendapatan, dan pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal meliputi pengurus koperasi, program kerja, dukungan dan peran pemerintah. Apabila dibandingkan dengan Himpuni (2009) dan Purba (2010) penelitian ini mempunyai kesamaan yaitu dalam mengkaji kinerja koperasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat terlihat dari alat analisis yang digunakan. Himpuni menggunakan penerapan BSC (Balanced Scorecard) dalam pengukuran kinerja koperasi. Penerapan BSC tidak dilakukan pada penelitian ini karena biasanya BSC lebih sering digunakan pada organisasi atau perusahaan yang bertujuan untuk mencari laba (profit seeking organisations). Sedangkan koperasi merupakan organisasi dengan karakteristik khusus dimana pemilik dan pelanggan adalah orang yang sama dan mutual benefit anggota menjadi prioritas utama (Merchant 1998 dalam Mutasowifin 2002). Walaupun koperasi juga membutuhkan laba, namun tujuan utama koperasi bukan mencari laba yang sebesar-besarnya namun lebih menfokuskan diri untuk melayani

35 anggota. Sehingga dibutuhkan instrumen yang benar-benar diperuntukkan bagi koperasi. Sedangkan dalam menganalisis kinerja organisasi Purba menggunakan uji Friedman. Fokus penelitian Purba lebih melihat perubahan kinerja organisasi dari poktan dan gapoktan hingga menjadi koperasi dan apakah dengan perubahan tersebut dapat meningkatkan kinerja organisasinya. Selanjutnya Purba juga membandingkan kinerja ketiga organisasi tersebut. Sedangkan pada penelitian ini, dalam menganalisis kinerja koperasi digunakan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi yang meliputi empat indikator yaitu visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja. Penggunaan PTP ini lebih bertujuan untuk mengetahui kapasitas organisasi yang dilihat melalui kinerjanya selama ini. Apakah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sudah sesuai dengan jatidiri koperasi dan apakah output yang dihasilkan oleh manajemen koperasi dapat memberikan manfaat bagi anggota sehingga dapat meningkatkan partisipasi anggota pada kegiatan koperasi serta bagaimana kemampuan dan kapasitas koperasi untuk bersaing dalam suatu sistem ekonomi pasar. Sehingga melalui pengukuran instrumen PTP ini diharapkan akan mengangkat masalah-masalah yang terdapat pada koperasi yang memerlukan perbaikan agar dapat diarahkan untuk menuju kualitas yang lebih baik lagi. Hasil akhirnya akan didapatkan informasi mengenai alternatif kebijakan apa yang cocok untuk diterapkan bagi kemajuan KKT Lisung Kiwari.

36 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Kinerja Kinerja merupakan suatu kemampuan dan hasil yang telah dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Schermerson et al. (1992) dalam Nawawi (2006) mendefinisikan kinerja sebagai sebuah kuantitas dan kualitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan secara individu, kelompok maupun organisasi. Aspek kuantitas koperasi melihat kepada target kerja sedangkan kualitas menyangkut kesempurnaan dan kerapihan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Menurut Nawawi (2006) kinerja merupakan gabungan dari tiga buah faktor yang terdiri dari pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian. Pengetahuan mencakup jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti. Pengalaman bukan sekedar mencakup waktu berkerja atau beroperasi namun berhubungan juga dengan substansi yang dikerjakan sehingga akan meningkatkan kemampuan mengerjakan sesuatu dalam bidang tertentu. Sedangkan kepribadian merupakan suatu kondisi koperasi dalam menghadapi bidang kerjanya seperti kemampuan bekerjasama, kejujuran, tanggung jawab, dan bekerjasama. Kinerja terdiri dari tiga buah unsur yang meliputi unsur kemampuan, unsur usaha dan unsur kesempatan. Dimana ketiga buah unsur tersebut dapat bermuara pada hasil kerja yang akan dicapai. Nawawi (2006) mengatakan bahwa indikator kinerja yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan di lingkungan sebuah organisasi mencakup lima unsur yaitu : 1) Kuantitas hasil kerja yang dicapai 2) Kualitas hasil kerja yang dicapai 3) Jangka waktu mencapai hasil kerja tersebut 4) Kehadiran dan kegiatan selama hadir di tempat kerja 5) Kemampuan bekerjasama Berdasarkan unsur tersebut dapat terlihat bahwa kinerja seseorang dalam suatu lingkungan organisasi termasuk koperasi dapat terlihat dari dua orientasi yang meliputi orientasi proses dan orientasi hasil. Orientasi proses menyangkut efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan berdasarkan suatu metode kerja

37 tertentu. Sedangkan orientasi hasil dapat dicapai apabila kriteria produktivitas tinggi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang akhirnya dapat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh anggota koperasi Konsep Partisipasi Partisipasi anggota adalah keterlibatan mental dan emosional terhadap koperasi, memiliki motivasi berkontribusi kepada koperasi dan berbagi tanggung jawab atas pencapaian tujuan organisasi maupun usaha koperasi (Kementrian Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah 2010). Partisipasi anggota dapat juga diartikan sebagai keikutsertaan anggota dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik sebagai pemilik maupun pelanggan. Titik awal partisipasi dalam sebuah koperasi adalah anggota koperasi. Melalui partisipasi diharapkan dapat menggugah kesadaran anggota koperasi bahwa kegagalan atau keberhasilan suatu koperasi bukan saja tanggung jawab dari pengurus koperasi melainkan sangat bergantung pada peran aktif atau keterlibatan anggota pada semua kegiatan koperasi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (Elizabeth 2008). Partisipasi dapat dipandang dari beberapa dimensi tergantung dari mana kita melihatnya. Berikut ini adalah dimensi-dimensi dalam partisipasi menurut Hendar dan Kusnadi (1999): 1) Partisipasi dipandang dari sifatnya Menurut sifatnya partisipasi dibedakan menjadi partisipasi yang dipaksakan dan partisipasi sukarela. Partisipasi yang dipaksakan terjadi bila seseorang dipaksa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Sedangkan partisipasi sukarela merupakan partisipasi yang terjadi dalam koperasi dimana sifat sukarela ini menuntut pengurus agar bisa merangsang anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan koperasi. 2) Partisipasi dipandang dari bentuknya Dilihat dari keformalannya, partisipasi dapat digolongkan menjadi partisipasi yang bersifat formal dan informal. Partisipasi formal menuntut adanya suatu mekanisme yang formal dalam setiap kegiatan ataupun pengambilan keputusan. Sedangkan dalam partisipasi non formal dalam

38 melakukan setiap kegiatan atau pengambilan keputusan hanya terdapat persetujuan lisan saja. 3) Partisipasi dipandang dari pelaksanaannya Dipandang dari pelaksanaannya partisipasi dapat dibagi menjadi partisipasi secara langsung dan secara tidak langsung. Partisipasi secara langsung terjadi apabila seseorang dalam suatu kegiatan dapat menyampaikan ide, gagasan atau harapan secara langsung kepada pimpinannya. Partisipasi secara tidak langsung merupakan kebalikan dari partisipasi langsung dimana dalam menyampaikan sesuatu seseorang harus melewati tahapan tertentu hingga pada akhirnya pendapatnya bisa sampai kepada pimpinan. 4) Partisipasi dipandang dari segi kepentingannya Menurut segi kepentingannya koperasi dapat dibedakan menjadi partisipasi kontributif dan intensif. Kedua jenis partisipasi ini berhubungan dengan peran ganda yang dimiliki oleh anggota koperasi yaitu sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan. Sebagai pemilik anggota koperasi dapat memberikan kontribusinya dalam hal keuangan, pembuatan keputusan serta pengawasan terhadap jalannya koperasi. Sebagai pelanggan anggota koperasi menginginkan agar koperasi dapat melayani kepentingan anggota melalui usaha-usaha yang efisien dan efektif. Partisipasi intensif merupakan partisipasi yang paling penting dalam sebuah koperasi. Koperasi dapat meningkatkan partisipasi anggotanya jika koperasi mampu memberikan pelayanan yang intensif kepada anggotanya melalui peningkatan manfaat keanggotaan. Ropke (1985) dalam Hendar dan Kusnadi (1999) menyebutkan bahwa pada dasarnya partisipasi dalam suatu koperasi ditentukan oleh tiga faktor yaitu anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi. Partisipasi dalam pelayanan akan berhasil dilaksanakan oleh koperasi jika terdapat kesesuaian (fit) antara anggota, manajemen koperasi, dan program koperasi. Kesesuaian antara anggota dan manajemen koperasi terjadi jika anggota mempunyai kemampuan dan keinginan dalam mengemukakan pendapatnya

39 kemudian manajemen koperasi dapat mewujudkan permintaan anggota tersebut dan program dalam keputusan manajemen. Kesesuaian antara anggota dan program koperasi terjadi apabila adanya kesepakatan antara kebutuhan anggota dengan keluaran (output) yang dihasilkan oleh program koperasi. Program koperasi merupakan rencana kerja dari pengurus koperasi. Program koperasi tersebut bisa berupa pelayanan ataupun kegiatan usaha koperasi yang meliputi penyediaan sarana dan prasarana produksi, penjualan barang konsumsi, penyediaan fasilitas pinjaman, penerimaan pembayaran rekening listrik, dan sebagainya. Kesesuaian yang terakhir harus ada kesesuaian antara manajemen koperasi dengan program koperasi. Berbagai macam program yang direncanakan harus sesuai dengan kemampuan manajemen untuk melaksanakan program tersebut. Apabila digambarkan maka model kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut: hasil (output) Program tugas (task) kebutuhan (need) Para Anggota Permintaan Keberhasilan Partisipasi Keputusan kemampuan Manajemen Koperasi (ability) Voice Vote Exit Alat- alat Partisipasi Gambar 1. Model Kesesuaian (fit) Partisipasi Sumber : Ropke (1985) dalam Hendar dan Kusnadi (1999) Pada model kesesuaian Ropke, menunjukkan bahwa jika terjadi kesesuaian antar output, keinginan dan sumberdaya yang dikeluarkan maka keberhasilan partisipasi pada koperasi akan terwujud. Terdapat alat yang digunakan oleh anggota koperasi dalam mengeluarkan pendapatnya agar dalam setiap keputusan

40 manajemen tercermin keinginan anggota koperasi yaitu hak mengeluarkan pendapat, hak suara dalam pemilihan, dan hak keluar. Melalui voice, anggota dapat mempengaruhi manajemen dengan cara mengeluarkan pendapat, memberikan informasi, dan kritik kepada koperasi. Dengan vote, anggota koperasi dapat mempergunakan hak suaranya dalam pemilihan pengurus koperasi yang sesuai dengan keinginannya. Sedangkan dengan exit, anggota dapat meninggalkan koperasi jika koperasi tidak mampu memberikan pelayanan pada anggotanya. Pada dasarnya anggota akan berperan aktif dalam seluruh kegiatan koperasi apabila manfaat yang anggota dapatkan lebih besar dibandingkan dengan kontribusi yang harus dilakukan (Hanel 1992). Sehingga partisipasi anggota dalam suatu koperasi akan terjadi apabila terdapat manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota. Keterlibatan anggota terhadap koperasi sangat tergantung pada sejauh mana koperasi dapat menawarkan manfaat-manfaat ekonomi terhadap anggota. Menurut Arif (1990) dalam Hendar dan Kusnadi (1999) anggota koperasi sudah seharusnya mendapatkan manfaat khusus dari koperasi karena kedudukannya sebagai pemilik dan pelanggan. Sebagai sebuah organisasi bisnis yang otonom dimana anggota pada koperasi berperan sebagai pemilik dan pelanggan maka koperasi dapat memberikan manfaat yang maksimal melalui penerapan integrasi vertikal pada unit-unit usahanya. Integrasi vertikal merupakan suatu strategi efektif yang dapat digunakan oleh koperasi dalam memenangkan persaingan (Robbins 1985). Menurut David (2009) melalui integrasi vertikal memungkinkan sebuah organisasi memperoleh kendali atas distributor, pemasok ataupun pesaing. Adanya integrasi ke belakang bertujuan untuk membantu kelancaran akan sumber-sumber bahan mentah dan menjamin adanya biaya bahan yang rendah. Integrasi ke depan bertujuan sebagai jalan keluar untuk menjamin kelancaran penjualan suatu produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Manfaat dari penerapan integrasi vertikal yang paling umum adalah penghematan atau penekanan biaya dalam produksi, penjualan, pembelian, dan biaya transaksi untuk transaksi-transaksi pasar. Melalui penerapan integrasi vertikal tersebut akan memudahkan koperasi dalam memanfaatkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh koperasi.

41 Sehingga melalui keunggulan-keunggulan tersebut akan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar pada anggota. Adapun keunggulan tersebut adalah : 1) Skala Ekonomi (Economies of scale) Menurut Hendar dan Kusnadi (1999) skala ekonomi merupakan suatu faktor yang memungkinkan perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata-rata yang lebih rendah. Skala ekonomi ini dapat diperoleh apabila terdapat aktivitas nyata seperti spesialisasi dan terdapat reduksi ketidakpastian. Selain itu adanya efek biaya tetap yang timbul karena memproduksi dalam jumlah yang besar sehingga dapat menghasilkan biaya tetap rata-rata yang semakin rendah, dengan meningkatnya output yang dihasilkan juga akan menyebabkan organisasi memiliki skala ekonomi. Peningkatan skala usaha karena adanya integrasi juga dapat memungkinkan organisasi untuk memperoleh skala ekonomi. Karena melalui integrasi memungkinkan adanya penghematan biaya pemasaran masing-masing anggota dan penurunan harga beli sehingga biaya per satuan masing-masing anggota dapat menurun. Hendar dan Kusnadi (1999) menyebutkan terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan apabila koperasi ingin mewujudkan keunggulan ekonomis, yaitu : a. Koperasi harus memperhatikan kemampuan yang sama dalam memproduksi dan mendistribusikan produk kepada anggota dibandingkan dengan pesaingnya. b. Manajer perlu diberi kesempatan untuk meminimalkan biaya produksi. c. Koperasi harus mampu untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada anggota. 2) Kompetisi Koperasi mampu untuk berkompetisi dikarenakan kemampuan koperasi dalam menciptakan skala ekonomi sehingga koperasi mampu untuk menetapkan harga dan jumlah yang dapat bersaing didalam suatu pasar. Hal ini juga didasari karena kemampuan koperasi dalam menciptakan bargaining position dipasar melalui kekuatan dalam

42 penawaran suatu barang. Adanya bargaining position ini dapat menguntungkan koperasi karena dapat membawa pengaruh pada aktifitas koperasi seperti kontrak, negosiasi, dan petani yang tergabung dalam keanggotaan koperasi dapat menyamakan kualitas produk yang akan dijualnya (Ton et al. 2007). Sehingga jika seluruh produsen pada suatu daerah tertentu bergabung menjadi anggota koperasi, maka koperasi dapat menjadi suatu kekuatan dalam mengendalikan pasar (Baga et al. 2009). 3) Biaya Transaksi (transaction cost) Hendar dan Kusnadi (1999) menyebutkan bahwa biaya transaksi merupakan biaya-biaya lain yang timbul diluar biaya produksi. Biaya transaksi biasanya berhubungan dengan munculnya transaksi antar unit seperti biaya informasi, biaya monitoring, biaya kontrak, dan lain-lain. Biaya informasi seperti informasi pasar dan biaya pemeliharaan pada koperasi cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan biaya informasi pada perusahaan-perusahaan diluar koperasi. Hal ini didasari karena adanya identitas ganda anggota yaitu sebagai pemilik dan pelanggan. Sehingga anggota akan berjuang semaksimal mungkin untuk kemajuan koperasi dan masing-masing anggota akan saling mengawasi kegiatan masing-masing. 4) Mengurangi Risiko Ketidakpastian Ketidakpastian dapat muncul karena tidak terdapatnya hubungan antara pemilik dengan pengguna input tersebut (Hendar & Kusnadi 1999). Sehingga pemilik input masih belum pasti dalam menyuplai inputnya. Akibatnya penawaran input akan sangat bergantung terhadap permintaan input tersebut. Namun ketidakpastian dalam koperasi dapat dikurangi melalui transaksi pada pasar internal. Karena anggota akan membeli atau menjual barang kepada koperasi melalui pasar internal sehingga tingkat risiko yang ditanggung menjadi rendah. Peranan koperasi dalam bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari peranan koperasi dalam bidang sosial. Hal ini dikarenakan koperasi sebagai organisasi yang terdiri dari dua dimensi sekaligus yaitu dimensi ekonomi dan

43 dimensi sosial. Menurut Soetrisno (2003) 4 kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh koperasi tidak hanya dilihat pada sisi ekonominya saja. Namun kekuatan koperasi juga dapat dilihat dari sisi non-ekonomis yang menjadi salah satu faktor yang dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap kegiatan ekonomi anggota dan unit usaha koperasi. Sehingga manfaat yang dapat diperoleh anggota koperasi tidak hanya manfaat ekonomi saja namun juga manfaat sosial. Baswir (2000) mengatakan bahwa manfaat koperasi secara sosial adalah : 1) Mendidik anggota koperasi agar memiliki semangat untuk bekerja sama baik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan usaha anggota maupun dalam membangun tatanan sosial yang lebih baik lagi. 2) Mendidik anggota koperasi agar memiliki semangat berkorban sesuai dengan kemampuan masing-masing anggota demi terwujudnya suatu tatanan sosial adil dan beradab. 3) Mendorong suatu tatanan sosial yang lebih manusiawi yang tidak didasarkan pada hubungan-hubungan kebendaan namun lebih melihat dari rasa persaudaraan dan kekeluargaan. 4) Mendorong suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi. 5) Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Koperasi selain berperan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya dan sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga berperan sebagai pendorong bagi terwujudnya suatu tatanan sosial yang lebih manusiawi dan demokratis. Hal ini sesuai dengan asas dan prinsip yang dimiliki oleh koperasi dimana koperasi merupakan suatu bentuk organisasi yang bedasarkan asas kekeluargaan dan dikelola secara demokratis. Manfaat koperasi baik pada bidang ekonomi maupun sosial bersifat saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan dari hakikat koperasi sebagai sebuah organisasi yang berbeda dengan organisasi pada umumnya. 4 Soetrisno N Koperasi Indonesia Potret dan Tantangan. [21 Mei 2011].

44 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional KKT Lisung Kiwari yang merupakan salah satu koperasi pertanian yang terdapat di Kabupaten Bogor. Sebagai salah satu koperasi pertanian, KKT Lisung Kiwari memiliki tantangan untuk membangun koperasi dengan basis keanggotaan agar dapat digunakan sebagai wadah untuk memberdayakan anggota, mensejahterakan anggota dan berperan aktif dalam membangun pertanian. Koperasi merupakan suatu organisasi yang berbeda dengan organisasi lainnya. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki jatidiri yang terdiri dari organisasi, nilainilai dan prinsip yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya. Berdasarkan jatidiri yang dimilikinya, KKT Lisung Kiwari diharapkan mampu untuk mencerminkan nilai-nilai koperasi melalui prinsip-prinsip koperasi yang dijadikan sebagai pedoman dalam bekerja. Menurut Soedjono (1997) dalam Baga et al.(2009) keberhasilan suatu koperasi dapat dilihat dari aspek makro dan aspek mikro. Keberhasilan dalam aspek makro dapat terlihat dari peranan koperasi dalam pembangunan perekonomian nasional. Sedangkan dalam aspek mikro dapat terlihat dari peran koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota. Keberhasilan koperasi dalam aspek mikro dapat dilihat dari dua segi yaitu unit usaha dan organisasi. Jika dilihat dari segi unit usaha KKT Lisung Kiwari sudah dapat dikatakan berhasil. Hal ini didasari oleh peningkatan jumlah anggota koperasi, peningkatan modal koperasi yang berasal dari anggota, peningkatan laba koperasi dan volume penjualan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan keberhasilan dalam segi unit usaha, KKT Lisung Kiwari sudah dapat dikatakan berhasil. Karena menurut Baga et al.(2009) terdapat koperasi-koperasi yang berhasil secara unit usaha namun tidak memiliki kekuatan organisasi. Sehingga untuk melihat perkembangan koperasi secara keseluruhan perlu juga dilihat dari segi organisasinya. Untuk mengetahui perkembangan organisasi koperasi dapat dilihat dari kinerja manajemen KKT Lisung Kiwari dalam menjalankan koperasi. Pengukuran kinerja koperasi sangat diperlukan karena dapat digunakan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas koperasi dalam melaksanakan tugastugasnya sehingga dapat diketahui apakah pencapaian kinerja KKT Lisung Kiwari

45 sudah sesuai dengan harapan anggota. Kuantitas koperasi dapat dilihat berdasarkan target kerja yang sudah dicapai oleh koperasi. Sebagai sebuah koperasi pertanian, KKT Lisung Kiwari diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan anggota yang berprofesi sebagai petani seperti membantu dalam penyediaan input-input pertanian, pengemasan produk pertanian petani, hingga pemasaran produknya. Sehingga fungsi dari koperasi sebagai organisasi yang dapat meningkatkan pendapatan dan bargaining position petani dapat terwujud. Sedangkan kualitas kinerja koperasi dapat dilihat dari kesempurnaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh manajemen koperasi. Hal ini didasarkan pada kemampuan KKT Lisung Kiwari dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan anggota. Sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilakukan oleh koperasi dalam bentuk program-programnya sudah sesuai dengan harapan anggota. Instrumen yang digunakan dalam pengukuran kinerja KKT Lisung Kiwari adalah Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi. PTP ini digunakan karena dapat memberikan data dasar mengenai kapasitas kelembagaan koperasi sehingga dapat memudahkan para pengambil keputusan untuk melakukan tindakan-tindakan pada kegiatan organisasi, unit usaha dan meningkatkan pelayanan kepada anggota. Indikator yang digunakan dalam penilaian kinerja koperasi adalah visi, kapasitas, sumberdaya dan jaringan kerja. Visi digunakan sebagai indikator penilaian dikarenakan koperasi merupakan organisasi yang berbasiskan anggota sehingga perlu diketahui mengenai tujuan jangka panjang koperasi. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi yaitu pengendalian secara demokratis oleh anggota. Melalui kesamaan visi diantara anggota diharapkan dapat meningkatkan partisipasi anggota dalam seluruh kegiatan koperasi. Kapasitas dijadikan sebagai indikator karena koperasi merupakan organisasi perusahaan sehingga diperlukan indikator yang berorientasi pada kapasitas manajemen koperasi. Manajemen koperasi merupakan salah satu pendukung keberhasilan organisasi. Melalui manajemen yang efektif, koperasi dapat mengembangkan dirinya sebagai sebuah organisasi yang dapat mengelola bisnisnya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi anggota (Hanel 1992). Indikator sumberdaya dipilih karena tidak dapat dipungkiri bahwa koperasi

46 memiliki dua dimensi yaitu sosial dan ekonomi. Sehingga indikator yang berfokus pada sistem dan sumberdaya keuangan sangat diperlukan untuk dimensi ekonomi koperasi. Sedangkan indikator jaringan kerja digunakan karena sebagai sebuah organisasi koperasi dituntut untuk dapat memiliki daya saing. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan adalah melalui jaringan kerja yang dibentuk oleh koperasi. Melalui pengukuran kinerja tersebut diharapkan dapat diketahui apakah output yang dihasilkan oleh KKT Lisung Kiwari sudah dengan harapan anggota. Karena dalam organisasi koperasi dibutuhkan kesesuaian antara anggota, manajemen, dan program koperasi. Anggota merupakan ujung tombak koperasi sebagai perkumpulan orang. Sehingga dibutuhkan informasi yang berasal dari anggota yang berkaitan dengan kebutuhannya. Manajemen koperasi berfungsi untuk mewujudkan keinginan anggota dalam bentuk program-program yang sesuai dengan kebutuhan anggota. Melalui program-program yang ada pada KKT Lisung Kiwari, kemudian dilihat apakah terdapat manfaat yang dapat diperoleh anggota. Manfaat yang dianalisis adalah manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Hal ini dikarenakan adanya dua dimensi yang dimiliki oleh koperasi yaitu dimensi ekonomi dan dimensi sosial. Koperasi jika dipandang dalam dimensi ekonomi dapat memberikan manfaat ekonomi kepada anggota berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh koperasi. Economics of Scale merupakan salah satu keunggulan koperasi dibandingkan organisasi lainnya. Koperasi juga memiliki kemampuan kompetisi terutama jika koperasi mampu menciptakan economics of scale sehingga dapat menetapkan harga yang bersaing di pasar. Melalui bargaining position koperasi juga dapat menciptakan kekuatan dalam penawaran produk sehingga pendapatan anggota koperasi dapat meningkat. Kemudahan anggota untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dapat terjadi karena koperasi melakukan integrasi vertikal hulu dengan berbagai organisasi yang dapat menunjang kegiatan koperasi. Oleh sebab itu dibutuhkan pertukaran informasi agar koperasi mengetahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh anggota sehingga koperasi dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi anggotanya. Sedangkan jika dilihat dalam dimensi sosial, koperasi dapat memberikan manfaat-manfaat sosial seperti pendidikan, suasana sosial kemasyarakatan, dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

47 Berdasarkan manfaat-manfaat yang telah diterima oleh anggota koperasi tersebut kemudian dilihat apakah dengan manfaat yang didapatkan oleh anggota dapat menimbulkan keterlibatan aktif anggota dalam kegiatan koperasi. Karena keterlibatan anggota terhadap koperasi sangat tergantung pada sejauh mana koperasi dapat menawarkan manfaat kepada anggota. Manfaat yang dapat mempengaruhi anggota untuk berpartisipasi pada kegiatan koperasi adalah manfaat ekonomi. Partisipasi anggota KKT Lisung Kiwari terjadi apabila anggota berperan aktif dalam segala hal yang berhubungan dengan koperasi sehingga terjadi pertukaran informasi diantara keduanya. Kelebihan koperasi terutama dalam hal partisipasi dapat terjadi karena adanya identitas ganda yang dimiliki oleh anggota yaitu sebagai pemilik dan pelanggan. Melalui prinsip tersebut anggota seharusnya membiayai koperasi dengan cara memberikan kontribusi keuangan dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan manasuka. Anggota diwajibkan juga untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan melalui pemberian ide, saran, dan kritik demi kemajuan koperasi. Namun keberhasilan suatu koperasi tidak cukup dengan partisipasi kontributif saja yaitu kontribusi keuangan dan kontribusi dalam pengambilan keputusan. Anggota juga perlu melakukan partisipasi intensif berupa pemanfaatan jasa pelayanan yang ditawarkan oleh koperasi. Semakin tinggi anggota memanfaatkan jasa pelayanan pada koperasi maka akan semakin banyak kontribusi anggota pada pembentukan sisa hasil usaha (SHU). Koperasi perlu merangsang partisipasi intensif anggota melalui peningkatan pelayanan terhadap anggota. Tingkat partisipasi anggota pada KKT Lisung Kiwari dapat dilihat dari partisipasi dalam bidang organisasi, partisipasi dalam bidang permodalan, dan partisipasi dalam kegiatan usaha. Partisipasi anggota koperasi dalam bidang organisasi yaitu dalam bentuk kehadiran anggota dalam rapat anggota tahunan (RAT) dan keaktifan anggota dalam memberikan pendapat atau saran kepada pengurus koperasi. Partisipasi anggota dalam bidang permodalan yaitu dalam bentuk keaktifan anggota untuk membayar simpanan yang telah ditetapkan oleh koperasi yaitu simpanan wajib, dan simpanan manasuka. Sedangkan partisipasi

48 anggota dalam bidang kegiatan usaha dalam bentuk keaktifan anggota untuk memanfaatkan unit-unit usaha yang telah disediakan oleh KKT Lisung Kiwari seperti unit pengadaan sarana produksi pertanian, unit pengadaan sembako, unit simpan pinjam dan unit penjualan voucher. Adapun alur kerangka pemikiran konseptual dapat dilihat pada Gambar 2.

49 Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (KKT Lisung Kiwari) Kinerja KKT Lisung Kiwari Pengukuran Kinerja Koperasi Menggunakan Penilaian Tangga Pengembangan (PTP) Bagi Koperasi Visi Kapasitas Sumberdaya Jaringan Kerja Output KKT Lisung Kiwari (Program Bagi Anggota) Manfaat Ekonomi Manfaat Sosial Partisipasi Anggota Peningkatan Pendapatan Kemudahan Akses Terhadap Sarana Produksi Pertanian Kepuasan Terhadap Harga Pendidikan Suana Sosial Kemasyarakatan Kepedulian terhadap lingkungan Partisipasi Dalam Organisasi Partisipasi Dalam Permodalan Partisipasi Dalam Bidang Usaha Analisis Hubungan Rank Spearman Alternatif Kebijakan Bagi Pengembangan Koperasi Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional

50 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di RT/RW 02/02 Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Responden dari penelitian ini adalah anggota koperasi yang tergabung dalam Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (KKT Lisung Kiwari) dan berprofesi sebagai petani. Pemilihan lokasi penelitian tersebut ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa KKT Lisung Kiwari merupakan salah satu koperasi pertanian di Kabupaten Bogor yang telah mengembangkan berbagai macam unit bisnis yang ada. KKT Lisung Kiwari juga telah mendapatkan berbagai macam prestasi seperti juara pertama pengelolaan LUEP ( Lembaga Usaha Ekonomi Desa) tingkat Kabupaten Bogor tahun 2006, juara pertama pemberdayaan masyarakat petani padi tingkat provinsi tahun 2007, dan juara pertama pengelola DPM- LUEP (Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan) tingkat nasional pada tahun Banyaknya prestasi yang telah diperoleh merupakan suatu bukti bahwa KKT Lisung Kiwari layak diperhitungkan sebagai salah satu koperasi yang mempunyai potensi untuk berkembang lebih baik lagi. Pengambilan data dilakukan pada akhir bulan Desember- Januari Metode Penentuan Responden Responden yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari petani-petani yang tergabung dalam keanggotaan KKT Lisung Kiwari. Anggota KKT Lisung Kiwari seluruhnya berjumlah 156 orang, namun yang berprofesi sebagai petani hanya 114 orang. Pemilihan responden dilakukan dengan cara mengelompokan populasi dalam suatu kelompok yang homogen. Sehingga responden yang dipilih hanya yang berprofesi sebagai petani saja. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan nama-nama anggota KKT Lisung Kiwari yang berprofesi sebagai petani, kemudian nama-nama tersebut diundi secara acak dan nama-nama yang keluar akan menjadi responden dalam penelitian ini. Responden yang digunakan dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) berjumlah 10 orang yang terdiri dari personil senior dari manajemen, ketua koperasi, pengurus koperasi

51 yang berjumlah dua orang, pengawas koperasi, serta lima orang perwakilan anggota koperasi yang dipilih secara acak. Hal ini berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Soedjono (2003) bahwa jumlah responden yang diperlukan pada pengukuran kinerja dengan menggunakan PTP terdiri dari satu orang personil senior dari manajemen, ketua dan sekurang-kurangnya salah seorang pengurus serta pengawas dan sekurang-kurangnya lima orang anggota biasa. Sedangkan responden yang digunakan dalam analisis tingkat partisipasi anggota berjumlah 34 orang. Menurut Umar (2004) jumlah responden yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi berdasarkan metode gay minimal 10 persen dari total populasi. Sehingga berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode gay, responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 11 responden. Namun untuk lebih menggambarkan populasi maka dalam penelitian ini digunakan 34 responden atau tiga kali lebih banyak dari perhitungan berdasarkan metode gay yang hanya menggunakan 11 responden dari 114 populasi Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui observasi, wawancara pada pengurus KKT Lisung Kiwari, dan menyebarkan daftar pertanyaan (kuesioner) terhadap anggota koperasi. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mempelajari buku, majalah ilmiah, dan data-data yang bersumber dari instansi yang terkait seperti Kementrian Negara Koperasi dan UKM, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, serta data yang bersumber dari artikel elektronik yang relevan dengan penelitian ini Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang diperlukan melalui suatu prosedur secara sistematis. Pengumpulan data penelitian dilakukan ketika berada di lokasi penelitian hingga perolehan data berdasarkan sampel telah terpenuhi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi di lapangan, melakukan wawancara dengan narasumber, dan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner).

52 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data-data dan informasi yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan kalkulator dan Microsoft Excel Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif melalui tahap pengolahan, deskripsi dan interpretasi data secara deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan KKT Lisung Kiwari pada kondisi saat ini. Selanjutnya analisis kuantitatif terhadap data diperoleh sebagai berikut : Analisis Penilaian Tangga Pengembangan Bagi Koperasi Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) atau Development Ladder Assessment (DLA) merupakan suatu alat penilaian yang disusun dan digunakan oleh Canadian Co-operative Association (CCA) dalam membangun model koperasi sebagai proyek dari Indonesia Cooperative Development Assistance Program (INCODAP). PTP merupakan suatu metode yang dapat mengumpulkan data dasar (baseline data) mengenai kapasitas kelembagaan dari organisasi sebuah koperasi dengan tetap berpedoman pada ketentuan-ketentuan ilmiah. Menurut Soedjono (2003) PTP merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja khususnya dalam kapasitas kelembagaan koperasi. Kegiatan PTP ini terbagi menjadi dua bagian yang terpisah yaitu bagian kualitatif dan kuantitatif. Bagian kualitatif ini berhubungan dengan konsep-konsep yang bersifat subjektif seperti menilai visi koperasi. Bagian kuantitatif merupakan bagian yang paling besar digunakan dalam PTP seperti dalam menentukan perbaikan mengenai kapasitas manajemen dari koperasi, sumber daya koperasi dan upaya koperasi dalam mengembangkan jaringan kerja. PTP terdiri dari empat indikator utama yaitu visi, kapasitas, sumberdaya, dan jaringan kerja. 1) Visi koperasi Visi dijadikan salah satu indikator karena koperasi merupakan suatu organisasi dimana anggota merupakan modal utamanya, sehingga perlu diketahui bagaimana tujuan dari koperasi tersebut dan apakah tujuan tersebut sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh anggota. Selain itu pada indikator visi juga dapat diketahui bagaimana kepemimpinan yang dijalankan oleh pengurus koperasi.

53 2) Kapasitas koperasi Kapasitas koperasi juga perlu diteliti karena koperasi merupakan organisasi yang mempunyai manajemen dalam menjalankan kegiatan sehariharinya. Manajemen dalam kapasitas koperasi meliputi struktur organisasi, staf, komitmen koperasi terhadap pelatihan baik bagi staf maupun anggota, pelayanan koperasi terhadap anggota, dan tindakan-tindakan yang dilakukan koperasi untuk menurunkan biaya operasional serta pemeliharaan sistem operasi dan pengaturan keuangan koperasi. 3) Sumber daya koperasi Pada PTP ini sumber daya yang diteliti adalah sumber daya keuangan koperasi yang meliputi kecukupan modal koperasi, pertumbuhan aset koperasi, ekuiti dan pengelolaan aset serta kebijakan dalam perkreditan yang ada dalam koperasi. Kecukupan modal koperasi didapatkan berdasarkan perhitungan sebagai berikut : M% (Tingkat Kecakupan Modal Organisasi) = x 100% Permodalan koperasi dapat dikatakan kuat jika M > 20 persen. Dimana aset jauh melebihi daripada kewajiban koperasi. Permodalan dapat dikatakan cukup jika M > 5 persen dan permodalan dikatakan kurang apabila M < 5 persen. Apabila M < - 25 persen maka dapat dikatakan bahwa permodalan koperasi tidak mencukupi yang artinya kewajiban jauh melebihi aset koperasi. Pertumbuhan aset koperasi dapat diketahui berdasarkan perhitungan sebagai berikut : T = x100% Dimana, pertumbuhan koperasi dapat dikatakan positif tinggi apabila terjadi pertumbuhan aset sebesar lima persen (5 %) terus menerus selama tiga tahun berturut-turut. Pertumbuhan koperasi dapat dikatakan negatif tinggi apabila

54 pertumbuhan aset koperasi minus lima persen (-5 %) setiap tahun selama tiga tahun. Berdasarkan indikator sumber daya keuangan juga dapat diketahui apakah koperasi sudah melindungi ekuitinya dan mengelola aset yang dimiliki oleh koperasi secara menguntungkan. Adapun perhitungannya sebagai berikut : P = x 100% Dimana, P Ekuiti = Tingkat pengembalian/ rate of return = Aset kewajiban Koperasi dapat dikatakan telah mengelola organisasi dengan sangat baik apabila ekuiti positif, SHU koperasi positif dan terdapat cadangan modal selama tiga tahun. Apabila ekuiti dan SHU negatif karena inflasi lebih dari minus tiga persen ( - 3%) maka koperasi dapat dikategorikan sebagai koperasi yang dikelola dengan sangat buruk. Indikator sumberdaya juga dapat menilai mengenai keefektifan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh koperasi menyangkut prosedur dalam perkreditan. Kinerja koperasi dapat sangat efektif apabila terdapat kebijakan tertulis mengenai perkreditan dengan tingkat tunggakan < lima persen (5%). Apabila tingkat tunggakan > 15 persen maka dapat dikatakan bahwa kinerja koperasi dalam hal perkreditan sangat tidak efektif. Karena tidak terdapat kebijakan untuk menindaklanjuti tunggakan anggota. Adapun perhitungan untuk mengetahui tingkat tunggakan adalah sebagai berikut : Tg (Tingkat tunggakan) = x 100% 4) Jaringan Kerja Indikator jaringan kerja koperasi dalam PTP digunakan untuk melihat bagaimana kebijakan-kebijakan anggaran koperasi dibuat seperti kebijakan mengenai tingkat bunga dan harga. Selain itu indikator ini dapat mengetahui mengenai bagaimana hubungan koperasi dengan pemerintah, koperasi lainnya dan mitra usahanya.

55 Pada prakteknya PTP ini terbagi dalam beberapa bagian yaitu pengkodean, wawancara, dan lembar tabulasi. Pada wawancara PTP diberikan skala nilai berdasarkan jawaban responden. Skor lima diberikan apabila koperasi mengalami kemajuan secara konsisten atau baik. Skor empat diberikan jika koperasi mengalami kemajuan sejak penilaian terakhir. Apabila kinerja koperasi naik dan turun maka diberikan skor tiga. Skor dua diberikan jika keadaan koperasi dalam keadaan baik namun bukti yang menunjukkan koperasi dalam keadaan baik tidak lengkap. Jika terdapat sedikit atau tidak ada bukti mengenai pencapaian koperasi selama periode terakhir maka diberikan skor satu. Sedangkan apabila dokumen pembuktian yang menunjukkan keadaan koperasi dalam penilaian ini tidak diperoleh, maka diberikan skor nol. Berdasarkan skala nilai tersebut maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa PTP terdiri dari sembilan tingkat yaitu hijau, kuning, dan merah yang masingmasing terdiri dari tiga tingkatan. Setiap tingkat mempunyai jarak 12 butir. Zona hijau merupakan zona dimana kinerja koperasi umumnya baik. Zona kuning menunjukkan bahwa kinerja koperasi memuaskan namun memerlukan perhatian lebih lanjut. Sedangkan zona merah menunjukkan bahwa koperasi dalam kondisi yang sulit. Pada penelitian ini skor yang berada pada selang termasuk dalam zona hijau, skor yang berada pada selang termasuk dalam zona kuning, dan skor yang berada dalam selang 51-(-5) termasuk dalam zona merah. Dalam perhitungan skor pada setiap variabel dari indikator-indikator yang ada, menggunakan nilai modus atau nilai yang mempunyai frekuensi pemunculan terbanyak pada pengamatan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terlalu ekstrimnya pengukuran jika menggunakan nilai rata-rata. Penilaian skor pada setiap indikator berbeda antara visi, kapasitas, sumber daya, dan jaringan kerja. Pada penilaian visi koperasi, jika skor berada pada selang termasuk dalam zona hijau yang berarti visi koperasi sudah dijalankan dengan sangat baik. Jika berada pada selang maka visi koperasi berada pada zona kuning yang berarti visi koperasi sudah memuaskan namun perlu ada perbaikan. Sedangkan apabila berada pada selang 11-0 maka visi koperasi berada dalam zona merah yang artinya koperasi tidak mempunyai visi yang jelas dalam pengorganisasiannya.

56 Pada penilaian kapasitas, jika skor berada pada selang maka termasuk kedalam zona hijau dimana kapasitas koperasi yang dilihat dari aspek manajemennya berada dalam kondisi yang baik. Kapasitas koperasi termasuk kedalam zona kuning jika berada pada selang yang berati manajemen koperasi sudah memuaskan namun perlu untuk ditingkatkan kembali agar menjadi lebih baik lagi. Sedangkan jika berada pada selang 12-(-5) termasuk dalam zona merah yang berarti manajemen koperasi berada dalam kondisi yang buruk. Perhitungan skor penilaian sumberdaya keuangan koperasi dihitung dua kali. Hal ini dikarenakan begitu pentingnya keuangan bagi koperasi yang berorientasikan bisnis. Hal ini dilatar belakangi oleh adanya dua dimensi yang dimiliki oleh koperasi yaitu dimensi ekonomi dan sosial. Walaupun tujuan koperasi bukan mencari profit yang sebesar-besarnya. Namun koperasi tetap memerlukan sumberdaya keuangan untuk membiayai kegiatan operasional dan unit usaha koperasi. Zona hijau pada penilaian sumber daya koperasi berada dalam selang yang berarti sistem dan sumber daya keuangan koperasi umumnya baik. Apabila berada dalam selang maka termasuk dalam zona kuning dan jika berada dalam selang 7-0 maka termasuk kedalam zona merah yang berarti sistem dan sumber daya keuangan koperasi berada dalam suatu kondisi yang buruk. Pada penilaian jaringan kerja apabila berada pada selang 7-0 maka jaringan kerja koperasi termasuk dalam zona merah yang artinya jaringan kerja koperasi berada dalam kondisi yang buruk. Apabila berada dalam selang 14-8 jaringan kerja koperasi berada dalam zona kuning. Jaringan kerja koperasi dapat dikatakan baik apabila berada dalam zona hijau dengan skor yang berada dalam selang Analisis Tingkat Partisipasi Anggota Analisis tingkat partisipasi anggota diawali dengan melihat manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota. Manfaat ekonomi ini dianalisis berdasarkan manfaat yang dirasakan oleh anggota setelah menjadi anggota KKT Lisung Kiwari. Analisis ini dilakukan dengan pengisian kuisioner oleh anggota. Manfaat ekonomi yang dianalisis meliputi jaminan pemasaran beras, kepuasan terhadap harga gabah yang ditetapkan oleh KKT Lisung Kiwari, peningkatan pendapatan

57 setelah menjadi anggota koperasi, kemudahan dalam memperoleh sarana produksi pertanian dalam hal pembayaran, kepuasan terhadap harga bibit yang ditawarkan oleh koperasi, dan kepuasan terhadap harga pupuk yang ditawarkan oleh koperasi. Partisipasi anggota KKT Lisung kiwari dapat dilihat dari partisipasi dalam bidang organisasi, permodalan, dan usaha. Partisipasi dalam bidang organisasi dapat dilihat dari kehadiran anggota dalam rapat yang diselenggarakan oleh koperasi yaitu Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan keaktifan anggota dalam memberikan saran atau pendapat untuk kemajuan koperasi. Partisipasi dalam bidang permodalan dilihat dari kesadaran anggota dalam membayar simpanan yang telah ditetapkan oleh koperasi seperti simpanan wajib dan simpanan manasuka. Sedangkan partisipasi dalam bidang usaha dapat dilihat dari keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha yang disediakan oleh koperasi seperti unit usaha pengadaan sarana produksi pertanian. Responden diberikan skala jawaban pada kuisioner yang diajukan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan diskriminasi antar jawaban sehingga memberikan rentang penafsiran yang lebih luas dan mudah dipahami oleh responden. Pengukuran manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi dilakukan dengan memberikan skoring. Penelitian ini menggunakan jenjang tiga (1, 2, 3). Menurut Singarimbun (1989) jenjang yang digunakan pada suatu penelitian tergantung dengan populasi penelitian. Apabila populasi penelitian adalah masyarakat terdidik yang mampu membedakan pendapatnya dengan lebih tajam maka dapat digunakan jenjang yang besar. Namun apabila populasi penelitiannya merupakan masyarakat pedesaan maka jenjang yang kecil lebih sesuai untuk digunakan. Responden yang tidak merasakan manfaat ekonomi diberikan skor satu, responden yang kurang merasakan diberikan skor dua dan responden yang merasakan manfaat ekonomi diberikan skor tiga. Pada pengukuran partisipasi anggota juga diberlakukan hal yang sama. Responden yang berpartisipasi rendah diberikan skor satu. Jika partisipasi responden sedang diberikan skor dua dan untuk responden yang berpartisipasi tinggi diberikan skor tiga Skor dari setiap responden dijumlahkan yang merupakan total skor dan total skor ini ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala Likert (Nazir 2005).

58 Berdasarkan total skor yang ada, baik pada pengukuran manfaat ekonomi dan partisipasi anggota akan dikategorikan kedalam rentang skor terendah dan rentang skor tertinggi. Skor terendah didapatkan dari nilai skor terkecil dikalikan dengan jumlah responden (1x34=34). Skor tertinggi didapatkan dari nilai skor tertinggi dikalikan dengan jumlah responden (3x34=102). Rentang skala penilaian didapatkan dengan cara mengurangi rentang skor tertinggi dan skor terendah kemudian hasilnya dibagi dengan banyaknya skor yang ada ((102-34)/3=22,667=23). Skor yang berada pada selang termasuk kedalam kategori rendah, skor yang berada dalam selang termasuk dalam kategori sedang, dan skor yang berada dalam selang termasuk dalam kategori tinggi. Alat ukur analisis manfaat ekonomi dan partisipasi anggota dapat dilihat dalam lampiran 1 dan 2. Hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota dapat diketahui dengan menggunakan uji statistik yaitu melalui uji koefisien korelasi Rank Spearman. Koefisien korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara dua variabel ordinal (Nazir 2005). Pengunaan metode korelasi Rank Spearman pada penelitian ini adalah untuk membuktikan berpengaruh atau tidaknya antara kedua variabel. Tahapan pengolahan data untuk menganalisis hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota adalah sebagai berikut : 1) Pemberian skor pada jawaban responden dengan menggunakan skala Likert berdasarkan bobot yang telah ditentukan. 2) Memindahkan data dari lembar kuisioner dan menghitung nilai total dari masing-masing variabel dengan menggunakan Microsoft Excel ) Memindahkan data dari lembar kerja untuk diolah dan dianalisis dengan menggunakan SPSS 11.0 for Windows yaitu uji korelasi Rank Spearman. Rumus koefisien Rank Spearman yang digunakan (Mulyono 1991) adalah : Dimana : r s = Koefisien korelasi Rank Spearman d i = Selisih antara rank bagi X dan Y n = Jumlah variabel

59 Pada penelitian ini variabel X adalah manfaat ekonomi dan variabel Y yaitu partisipasi anggota. Tanda positif yang terdapat pada nilai r s menunjukkan hubungan yang searah antara variabel X dan variabel Y. Sedangkan jika r s negatif menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang searah antara variabel X dan variabel Y. Untuk menentukan kuat tidaknya variabel X dan variabel Y ditentukan berdasarkan nilai sebaran normal yaitu 0,5. Jika r s < 0,5 menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara variabel X dan Y. Sedangkan jika r s 0,5 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel X dan Y.

60 V. GAMBARAN UMUM KKT LISUNG KIWARI 5.1. Sejarah Terbentuknya KKT Lisung Kiwari Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari berdiri pada tahun Namun KKT Lisung Kiwari baru berbadan hukum pada tahun 2005 dengan nomor 518/03 BHKPTS/KANKOP Pembentukan KKT Lisung Kiwari didasari oleh adanya inisiatif dari sebagian anggota kelompok tani. Pada awalnya di Desa Ciburuy terdapat satu kelompok tani yaitu kelompok tani Silih Asih yang sudah berdiri sejak Mayoritas anggota dari kelompok tani Silih Asih adalah petani padi yang bertempat tinggal di Desa Ciburuy. Karena terlalu banyak anggotanya dan agar lebih efektif, maka kelompok tani Silih Asih dipecah menjadi 11 kelompok tani yaitu kelompok tani Silih Asih 1, kelompok tani Silih Asih 2, kelompok tani Tunas Inti, kelompok tani Manunggal Jaya, kelompok tani Saung Kuring, kelompok tani Lisung Kiwari, kelompok tani Harapan Maju, kelompok tani Silih Asih Fish Farm, kelompok tani Bilibintik, kelompok tani Motekar, dan kelompok tani Sayur Saluyu. Setelah kelompok tani tersebut dipecah, ketua kelompok tani Silih Asih yaitu H.A. Zakaria merasa perlu menghubungkan ke-11 kelompok tani tersebut dalam suatu wadah agar komunikasi antar kelompok tani tersebut tetap terjaga. Oleh sebab itu, dibentuklah gapoktan. Pembentukan gapoktan Silih Asih ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan kerjasama antar petani padi dalam mengembangkan usahanya. Selain itu karena dilatarbelakangi oleh lemahnya akses petani terhadap lembaga layanan usaha seperti lembaga keuangan, lembaga sarana produksi pertanian, dan lembaga-lembaga lainnya dalam kegiatan pertanian. Kepemilikan lahan pertanian setiap petani juga sangat kecil yaitu sekitar 5000 m 2 setiap orangnya. Maka dengan adanya gapoktan Silih Asih ini diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani dan meningkatkan pendapatan petani. Kegiatan sehari-hari kelompok tani dan juga gapoktan tidak terlepas dari peran PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) di Desa Ciburuy. PPL sangat berperan dalam membantu para petani khususnya dalam kegiatan usahatani mengenai teknik bercocok tanam yang sesuai, konsultasi mengenai masalah-masalah pertanian,

61 mengajarkan manajerial dalam bertani, dan kewirausahaan petani. Salah satu PPL yang sudah mengabdikan dirinya untuk Desa Ciburuy adalah Bpk Edi Darma. Adanya gapoktan membawa manfaat bagi perkembangan pertanian yang ada di Desa Ciburuy. Melalui gapoktan semua kelompok tani dapat bersatu dalam suatu wadah sehingga memudahkan pertukaran informasi. Selain itu, banyak program-program yang berasal dari pemerintah yang diperuntukkan bagi gapoktan yang tentunya dapat berperan dalam kemajuan pertanian yang ada di Desa Ciburuy. Seperti pada tahun 2003 terdapat program untuk gapoktan yang berasal dari Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor agar membentuk lumbung pangan desa. Kegiatan utama dari program ini lebih difokuskan pada bagaimana pengurus dapat mengoptimalkan cara pengelolaan tabungan gabah anggota kelompok, tidak saja sebagai cadangan pangan untuk masa paceklik akan tetapi tabungan gabah dapat menjadi permodalan bagi perkembangnya usaha tani lebih lanjut. Pada prakteknya program lumbung pangan ini juga mengharuskan adanya kelengkapan administrasi. Setelah dirundingkan dengan beberapa anggota gapoktan dan petugas PPL saat itu (Bpk Edi Darma) serta adanya keinginan dari beberapa anggota agar lumbung pangan dapat menjadi suatu organisasi yang dapat menangani seluruh hasil panen petani. Beberapa anggota juga mengusulkan dibentuknya suatu lembaga ekonomi yang komplementer dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh petani padi. Perkembangan kegiatan usaha tersebut diiringi dengan kesadaran dari masing-masing anggota bahwa nilai tambah ekonomi dalam kegiatan ekonomi pertanian tidak dapat dilakukan secara individu namun dibutuhkan suatu kerjasama seperti dalam hal perdagangan, dan pengangkutan. Keinginan anggota tersebut mengarah pada kelembagaan koperasi sebagai wahana petani dan masyarakat dalam meningkatkan kinerja kegiatan produktifnya. Maka tercetuslah rencana untuk mendirikan koperasi yang kemudian diberi nama KKT Lisung Kiwari. Walaupun pada awalnya cikal bakal pembentukan KKT Lisung Kiwari berasal dari program lumbung pangan namun terdapat pula keinginan dari petani yang merupakan anggota gapoktan untuk mendirikan suatu organisasi yang nantinya dapat membantu petani dalam menampung hasil pertaniannya. Sehingga

62 dapat dikatakan bahwa pembentukan KKT Lisung Kiwari ini memang didasarkan atas keinginan dan kebutuhan anggota. Arah pengembangan KKT Lisung Kiwari adalah pengembangan koperasi agribisnis dengan core business satu komoditi yaitu padi. Hal ini ditujukan agar koperasi dapat fokus untuk memajukan usaha anggotanya dalam hal ini adalah petani padi. KKT Lisung Kiwari juga dikembangkan pada sub sistem agribisnis hulu dan sub sistem agribisnis hilir. Pada agribisnis hulu KKT Lisung Kiwari menangani penanganan pupuk dan perbenihan. Sedangkan pada agribisnis hilir KKT Lisung Kiwari membantu anggota dalam penggilingan padi dan pemasaran beras. Sehingga bila awalnya perdagangan beras ditangani oleh BULOG maka dengan adanya koperasi kegiatan pemasaran beras bisa dilakukan sendiri oleh koperasi milik petani padi. Melalui integrasi vertikal, KKT Lisung Kiwari dapat melakukan penekanan biaya baik yang berhubungan pada proses produksi, penjualan ataupun pembelian serta dapat mengurangi biaya transaksi. Integrasi vertikal dapat memperkecil risiko dan meningkatkan efisiensi kegiatan usaha koperasi (Hendar& Kusnadi 1999). Karena koperasi bergerak pada sub sistem agribisnis hulu dan hilir, maka risiko kekurangan bahan baku pada bagian hilir dan pemasaran bahan baku pada bagian hulu akan mudah untuk direduksi. Sehingga adanya integrasi vertikal ini dapat memperlancar proses produksi dan mengurangi risiko ketidakpastian dalam pengadaan dan pemasaran hasil produksi petani anggota. Pada awal pendiriannya, anggota dari KKT Lisung Kiwari hanya 20 orang. Sedangkan anggota gapoktan lainnya belum berminat untuk menjadi anggota KKT Lisung Kiwari. Setelah melihat adanya perubahan dari petani yang menjadi anggota KKT Lisung Kiwari khususnya dalam kepastian penjualan gabah. Dimana gabah hasil produksi dari petani anggota ditampung oleh koperasi untuk selanjutnya dipasarkan melalui koperasi dengan menggunakan merk Beras SAE. Adanya kondisi seperti itu menyebabkan petani yang belum menjadi anggota koperasi tertarik untuk bergabung. Apalagi harga gabah yang ditawarkan oleh koperasi lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh tengkulak. Dalam perjalanannya, KKT Lisung Kiwari juga mengalami pasang surut. Walaupun jumlah anggotanya sudah banyak, namun sulit sekali untuk

63 menanamkan bahwa koperasi itu milik anggota. Banyak anggota yang beranggapan bahwa koperasi itu milik ketua koperasi. Padahal kenyataannya anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi pada koperasi. Apalagi anggota mempunyai dua identitas yaitu sebagai pemilik dan pelanggan. Untuk menghilangkan anggapan itu saja dibutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat tahun. Permodalan KKT Lisung Kiwari selain berasal dari modal sendiri juga ada yang berasal dari luar. Pada awal berdiri KKT Lisung Kiwari mendapatkan bantuan lunak sebesar Rp dan terdapat pula pinjaman dari Dinas Koperasi Kabupaten Bogor dalam Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) sebesar Rp yang digunakan khusus untuk simpan pinjam. Hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Kementrian Negara Koperasi dan UKM melalui Dinas Koperasi Kabupaten Bogor untuk memajukan masyarakat sekitar khususnya yang menjadi anggota koperasi agar terbantu dalam permodalan usahanya. Menurut Krisnamurthi (2010) selama ini permodalan kelompok tani/gapoktan dibebankan kepada anggaran pemerintah melalui Kementrian Pertanian baik melalui mekanisme Penguatan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Bantuan Langsung Mandiri (BLM), Desa Mandiri Pangan dan lain sebagainya. Maka dengan adanya KKT Lisung Kiwari ini walaupun terdapat modal yang berasal dari luar, diharapkan anggota dapat mengelola modal tersebut dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan para petani anggota. Adanya KKT Lisung Kiwari juga akan memudahkan petani anggota dalam menjual produknya. Seperti saat ini, KKT Lisung Kiwari mengadakan kemitraan dengan Dompet Dhuafa dalam hal pemasaran beras SAE. Adanya kemitraan tersebut menguntungkan anggota karena adanya kepastian pasar yang menampung produknya serta harga pembelian yang relatif stabil dengan kontrak kerja yang jelas. Adapun pengembangan kelompok tani sehingga menjadi koperasi dapat dilihat pada Gambar 3.

64 Petani desa Ciburuy Kelompok tani Silih Asih Dipecah menjadi 11 kelompok tani Peran Penyuluh Pertanian (PPL) - Kepemimpinan Petani - Manajerial Petani - Kewirausahaan Petani Gapoktan Silih Asih Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari Kemitraan Usaha Dukungan dari Kementrian Program Pemerintah Gambar 3. Perubahan Kelompok Tani Menjadi Sebuah Koperasi Melalui kerjasama antar anggota dan pengurusnya, KKT Lisung Kiwari mampu menjadi koperasi yang tangguh. Hal ini dapat terlihat dengan berbagai macam prestasi yang sudah diperoleh KKT Lisung seperti juara pertama pengelolaan LUEP ( Lembaga Usaha Ekonomi Desa) tingkat Kabupaten Bogor tahun 2006, juara pertama pemberdayaan masyarakat petani padi tingkat provinsi tahun 2007, dan juara pertama pengelola DPM- LUEP (Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan) tingkat nasional pada tahun Pada tahun 2010 KKT Lisung Kiwari juga mendapatkan akreditasi A dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor Lokasi dan Tata Letak KKT Lisung Kiwari KKT Lisung Kiwari terletak di Desa Ciburuy RT 002 RW 002 Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. KKT Lisung Kiwari sudah memiliki berbagai macam fasilitas yang digunakan dalam mendukung kegiatan operasionalnya seperti kantor, satu buah warung yang digunakan dalam usaha koperasi yaitu unit

65 usaha sembako, satu buah tempat penggilingan gabah, satu buah tempat penyimpanan gabah, gudang beras, satu buah tempat penjemuran gabah ukuran 10 m x 50 m dengan kapasitas 15 ton gabah, satu buah tempat yang digunakan dalam unit usaha sarana produksi pertanian (saprodi), satu buah warnet, dan balai pertemuan yang biasanya digunakan anggota dan pengurus ketika mengadakan rapat. Adapun tata letak KKT Lisung Kiwari dapat dilihat pada Lampiran Kegiatan KKT Lisung Kiwari Kegiatan KKT Lisung Kiwari terbagi menjadi dua bidang utama yaitu bidang organisasi yang merupakan bidang yang berhubungan dengan manajemen KKT Lisung Kiwari dan bidang usaha koperasi. Adapun kegiatan usaha koperasi terbagi dalam empat unit yaitu unit usaha simpan pinjam, unit usaha sarana produksi pertanian, unit usaha sembako, dan unit usaha voucher & internet. 1) Bidang Organisasi a. Struktur Organisasi Pada kepengurusan koperasi saat ini KKT Lisung Kiwari di ketuai oleh Hari Koswara. Sedangkan jabatan sekretaris dipegang oleh Suherman,SE serta Heli Permana,Sp sebagai bendahara. Badan pengawas KKT Lisung Kiwari di ketuai oleh Edi Darma yang juga pernah menjadi petugas PPL desa Ciburuy dengan jumlah anggota pengawas sebanyak dua orang yaitu Asep Saepuloh dan Erik Risnandar. Apabila pada koperasi lain kegiatan operasionalnya dijalankan oleh manajer. Maka hal ini tidak berlaku pada KKT Lisung Kiwari karena dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya tugas seorang manager masih dirangkap oleh ketua koperasi. Ini dikarenakan belum ada sosok yang mampu meluangkan waktu sepenuhnya bagi koperasi. Ketua juga merupakan sosok lama karena setelah dilakukan pemilihan sebanyak dua kali, ketua yang lama tetap terpilih. Hal ini dapat diidentifikasikan bahwa ketua KKT Lisung Kiwari merupakan sosok yang sangat dipercaya oleh anggota-anggotanya untuk menjalankan koperasi. Dalam menjalankan kegiatan usahanya KKT Lisung Kiwari dibantu oleh tiga orang karyawan.

66 KKT Lisung Kiwari mempunyai struktur organisasi dengan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam organisasi.. Adapun susunan organisasi dari KKT Lisung Kiwari dapat dilihat pada Gambar 4. Rapat Anggota Pembina Badan Pengawas Pengurus Unit Usaha Unit Usaha Unit Usaha Unit Usaha Simpan Pengadaan Sarana Produksi Voucher dan Pinjam Sembako Pertanian Internet Anggota Keterangan : : Garis Komando : Garis Tanggung Jawab : Garis Pelayanan : Garis Hubungan Gambar 4. Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari Sumber : KKT Lisung Kiwari Kegiatan organisasi lainnya yang dilakukan oleh KKT Lisung Kiwari adalah kegiatan pelatihan dan penyuluhan bagi anggota koperasi yang biasanya dilakukan melalui kerjasama dengan instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan serta LPS (Lembaga Pertanian Sehat) yang berada dibawah Dompet Dhuafa. KKT Lisung Kiwari juga mempunyai stakeholders yang secara tidak langsung terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh koperasi. Stakeholders pada KKT Lisung Kiwari terdiri dari stakeholders input, stakeholders on farm, dan stakeholders output. Stakeholders

67 input merupakan pihak yang memiliki kepentingan dengan koperasi dalam hal penyediaan input seperti pupuk, peralatan pertanian, dan bibit. Dalam memenuhi penyediaan pupuk KKT Lisung Kiwari bekerjasama dengan beberapa kelompok tani yang ada di Desa Ciburuy sedangkan bahan baku campuran untuk pembuatan pupuk sendiri diperoleh koperasi melalui kerjasama dengan PT Karyana-Cicurug. PT Karyana-Cicurug merupakan salah satu perusahaan skala besar yang menyediakan kotoran sapi. Sedangkan untuk memperoleh bibit padi, koperasi mendapatkan bantuan bibit dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor yang kemudian dibudidayakan kembali oleh kelompok tani. Peralatan pertanian diperoleh koperasi melalui kerjasama dengan koperasi Sugitani. Stakeholders yang terlibat dalam kegiatan on farm adalah petani yang juga merupakan anggota dari KKT Lisung Kiwari. Petani merupakan pihak yang paling penting dalam usaha koperasi karena petani anggota merupakan pelaku utama dalam usaha yang dijalankan oleh KKT Lisung Kiwari. Sedangkan stakeholders output merupakan pihak yang terlibat dalam pemasaran produkproduk yang dihasilkan oleh koperasi. Saat ini produk koperasi seperti pupuk OFER hanya dipasarkan melalui LPS sedangkan beras SAE dipasarkan melalui LPS, koperasi Oriza Sativa, dan Bintang Makmur Sentosa/ PT Kapol Nusantara. Pengaruh kekuatan stakeholders yang terdapat pada KKT Lisung Kiwari berbeda-beda, namun masing-masing stakeholders sangat berperan bagi keberlanjutan usaha koperasi. b. Rapat Anggota Koperasi Rapat anggota merupakan salah satu bagian dari organisasi koperasi. Rapat anggota merupakan suatu kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Dalam RAT setiap anggota dapat mengeluarkan pendapatnya untuk kemajuan koperasi kedepannya. Pada rapat yang diselenggarakan oleh koperasi hampir semua anggota koperasi selalu menghadiri rapat tersebut khususnya dalam RAT. Karena selain mendapatkan SHU setiap anggota pasti mendapatkan doorprize yang sangat menarik seperti sembako, beras, peralatan rumah tangga, peralatan bertani hingga hewan ternak seperti ayam dan bebek. Program doorprize tersebut merupakan program yang sudah menjadi budaya dalam KKT Lisung Kiwari semenjak koperasi tersebut berdiri. KKT Lisung Kiwari telah mengadakan rapat-rapat yang

68 berkaitan dengan kegiatan dan tugas-tugas pengurus yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Pertemuan Rapat Anggota KKT Lisung Kiwari tahun Rapat Tahun Rapat pengurus dan badan pengawas 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali Rapat pengurus dengan anggota 2 kali 1kali 1 kali 1 kali 1 kali Rapat pengurus dengan instansi Pembina 5 kali 10 kali 10 kali 10 kali 10 kali Rapat Anggota Tahunan 1 kali 2 kali 2 kali 2 kali 1 kali sumber : Laporan Tahunan KKT Lisung Kiwari ( data diolah) c. Keanggotaan KKT Lisung Kiwari Keanggotaan KKT Lisung Kiwari terbuka bagi siapa saja yang ingin menjadi anggota koperasi, sepanjang calon anggota tersebut dapat mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh KKT Lisung Kiwari. Anggota juga mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan KKT Lisung Kiwari. Anggota melakukan pengawasan terhadap koperasi dengan cara ikut terlibat dalam rapat-rapat yang dilaksanakan oleh koperasi seperti rapat anggota tahunan (RAT) dan rapat pengurus yang diadakan setiap tiga bulan sekali. Anggota merupakan faktor penting dalam kegiatan koperasi. Karena adanya dua identitas ganda yang melekat pada anggota yaitu sebagai pemilik dan pelanggan. Sebagai pemilik dan pelanggan anggota diharapkan mampu untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan koperasi. Karena kinerja yang baik dari pengurus tidak ada artinya apabila anggota tidak berperan aktif dalam kegiatan koperasi. Menurut laporan tahunan KKT Lisung Kiwari perkembangan jumlah anggota koperasi selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal itu mengidentifikasikan bahwa KKT Lisung Kiwari mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh anggota. Berdasarkan pengambilan sampel yang telah dilakukan pada anggota koperasi dapat diketahui bahwa 88,2 persen anggota KKT Lisung Kiwari berjenis

69 Orang kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) sebesar 64,7 persen lalu disusul dengan SMP dan SMA sebesar 23,5 dan 11,8 persen. Mayoritas anggota KKT Lisung Kiwari berumur antara tahun atau 52,9 persen. Sedangkan sisanya berumur antara atau 23,5 persen. Banyaknya anggota KKT Lisung Kiwari yang usianya relatif muda mengidentifikasikan bahwa petani yang relatif muda lebih tertarik bergabung dalam kegiatan koperasi. Sedangkan lamanya anggota bergabung dengan KKT Lisung Kiwari sangat bervariasi. Namun, sekitar 47,1 persen anggota sudah bergabung dengan koperasi sejak 2-3 tahun yang lalu. Sedangkan sebesar 44,1 persen sudah bergabung dengan koperasi semenjak 4-5 tahun yang lalu. Lamanya keanggotaan menunjukkan bahwa KKT Lisung Kiwari mampu memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan oleh anggota. Hanya saja pada tahun 2006 sempat terjadi penurunan jumlah anggota koperasi. Hal itu dikarenakan adanya moral hazard yang dilakukan oleh salah satu pengurus koperasi. Dimana pengurus tersebut menggelapkan dana koperasi. Akibatnya kepercayaan anggota menurun. Namun pada tahun 2007, KKT Lisung Kiwari melakukan pembenahan pada manajemen koperasinya dan terbukti jumlah anggota koperasi kembali meningkat Tahun Banyak Anggota Gambar 5. Perkembangan Anggota KKT Lisung Kiwari Tahun (data diolah)

70 Rupiah Walaupun keanggotaan koperasi didominasi oleh petani yang terdapat di Desa Ciburuy. Namun tidak semua anggota gapoktan tergabung dalam KKT Lisung Kiwari. Hanya beberapa kelompok tani yang hampir seluruh anggotanya tergabung dalam koperasi seperti kelompok tani Silih Asih 1, Silih Asih 2, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tunas Inti, dan Lisung Kiwari. Sedangkan pada lima kelompok tani lainnya hanya sebagian kecil anggota yang sudah bergabung dengan koperasi. 2) Bidang Usaha Koperasi a. Unit Usaha Sarana Produksi Pertanian (Saprodi) Unit usaha sarana produksi pertanian baru dijalankan oleh koperasi pada tahun Dibentuknya unit usaha ini dikarenakan anggota sangat membutuhkan adanya unit usaha yang dapat membatu petani anggota dalam sub sistem agribisnis hulu dan hilir. Kegiatan yang dilaksanakan dalam unit usaha saprodi meliputi upaya pengadaan benih padi bersertifikat, pupuk anorganik (urea, SP 18 dan Phonska ), penyediaan alat-alat pertanian, pupuk kompos dengan merek OFER (Organic Fertilizer), biaya garap hingga pemasaran produk pertanian petani anggota. Berikut ini merupakan tabel aktivitas penjualan unit usaha sarana produksi pertanian. 250,000, ,000, ,000, ,000,000 Aktivitas Penjualan 50,000, Tahun Gambar 6. Aktivitas Penjualan Unit Usaha Saprodi (data diolah)

71 Berdasarkan grafik aktivitas penjualan unit usaha saprodi pada Gambar 6, dapat terlihat bahwa unit usaha saprodi semenjak didirikan pada tahun 2007 hingga tahun 2010 terus mengalami peningkatan aktivitas penjualan. Hal tersebut dikarenakan banyak petani anggota yang melakukan transaksi pada unit usaha tersebut. KKT Lisung Kiwari berusaha menyediakan bibit-bibit yang berkualitas yang sudah melalui uji Balai Penelitian Pertanian (BPP) dan mulai dikembangkan pula budidaya pembenihan oleh kelompok-kelompok tani yang tergabung dalam keanggotaan koperasi. Koperasi juga melakukan kemitraan dengan koperasi lainnya yaitu Koperasi Sugitani dalam pemenuhan saprodi seperti alat-alat pertanian. Karena usahatani yang dijalankan oleh anggota KKT Lisung Kiwari adalah padi bebas pestisida maka kebutuhan pupuk kompos di Desa Ciburuy cukup tinggi. Oleh sebab itu KKT Lisung Kiwari mengembangkan usaha saprodi lainnya yaitu pengusahaan pupuk kompos dengan merek OFER (Organic Fertilizer). Bahan baku pupuk OFER berupa sekam gabah dan jerami padi. Sedangkan bahan baku campurannya adalah kotoran sapi yang diperoleh dari PT Karyana-Cicurug yang merupakan salah satu perusahaan skala besar yang menyediakan tiga jenis kotoran sapi yag terdiri dari grade satu dengan kadar air paling rendah hingga grade tiga dengan kadar air paling tinggi. Jenis kotoran sapi yang digunakan oleh koperasi adalah kotoran sapi grade tiga dengan harga Rp per karung (30 kg). Dalam menjalankan usaha ini koperasi mendapatkan bantuan dari pihak LPS melalui program pembinaan dan bantuan pemasaran. Dimana LPS mengadakan pelatihan pembuatan pupuk kompos hingga petani dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan terhadap pupuk organik. Selain dikonsumsi sendiri oleh para anggota koperasi, pupuk OFER ini juga mulai dipasarkan keluar wilayah Desa Ciburuy melalui bantuan Dompet Dhuafa. Hasilnya pupuk OFER mendapatkan respon yang cukup baik dipasaran. Unit usaha saprodi juga membantu anggota dalam menyediakan biaya garap. Dahulu sebelum menjadi anggota koperasi petani selalu mencari pinjaman pada tengkulak untuk biaya garap sawah. Maka setelah menjadi anggota koperasi petani mendapatkan kemudahan. Dimana pihak koperasi membantu petani dalam menyediaan biaya garap. Petani dapat membayar biaya garap dengan cara

72 dipotong dari penjulan gabah yang akan dijual melalui koperasi atau istilah masyarakat sekitar yarnen (dibayar panen). Selain berperan dalam pengembangan sub sistem agribisnis hulu, KKT Lisung Kiwari juga ikut berperan dalam pengembangan sub sistem agribisnis hilir. Dimana koperasi menampung hasil produksi petani anggota berupa gabah yang selanjutnya diproses dan dipasarkan melalui koperasi dengan merk beras SAE. Harga gabah yang ditawarkan oleh koperasi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh tengkulak. Jika oleh koperasi harga gabah per kilo dapat dihargai Rp 2500 Rp 3000 maka oleh tengkulak hanya dihargai Rp Rp Keuntungan lainnya dengan menjual gabah melalui koperasi anggota mendapatkan 2,5 % dari penjualan gabah yang nantinya akan masuk kedalam SHU anggota. Beras yang dipasarkan berasal dari tabungan gabah anggota maupun hasil pengadaan kelompok. Rata-rata jumlah yang dipasarkan sebanyak persen. Sedangkan persen sisanya sebagai cadangan digudang kelompok. Pemasaran beras SAE ini selain dipasarkan disekitar daerah Ciburuy juga dipasarkan di daerah Jabodetabek melalui kemitraan yang dijalin oleh koperasi. Adapun mitra dari KKT Lisung Kiwari dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kelompok Mitra dalam Pengadaan dan Pemasaran Beras No Kelompok Mitra Volume (Ton) Keterangan 1 Kelompok tani Saung Kuring 59,00 Gabah 2 Kelompok tani Manunggal Jaya 46,20 Gabah 3 Kelompok tani Tunas Inti 28,98 Gabah 4 Kelompok tani Silih Asih I 82,95 Gabah 5 Kelompok tani Silih Asih II 31,29 Gabah 6 Koperasi Oryza Sativa 10 Beras 7 LPS 10 Beras 8 Bintang Makmur Sentosa/ PT Kapol Nusantara 5 Beras Jumlah 273,42 Sumber : Profil Lumbung Pangan Lisung Kiwari (2010)

73 Rupiah b. Unit Usaha Sembako Unit usaha sembako dapat dikatakan sebagai unit usaha yang memberikan sumbangan SHU terbesar pada KKT Lisung Kiwari. Hal ini dikarenakan hampir semua anggota koperasi membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga di unit usaha sembako KKT Lisung Kiwari. Selain itu 27 persen dari anggota koperasi berprofesi sebagai pedagang yang hampir setiap harinya melakukan transaksi pada unit usaha sembako. Banyak pula dari istri-istri petani yang membuka usaha warung didepan rumahnya dan untuk barang-barang yang akan dijualnya biasanya didapatkan dengan membeli melalui koperasi. Harga yang ditawarkan merupakan harga grosir sehingga bisa lebih murah. Namun koperasi juga melayani pembelian secara eceran dengan harga yang lebih murah dibandingkan dipasar. Letaknya juga sangat strategis yaitu dekat dengan pemukiman anggota koperasi. Prioritas utama koperasi adalah anggota namun koperasi juga melayani transaksi dengan non anggota koperasi tentunya harga yang ditawarkan lebih mahal. Ada keuntungan lain jika menjadi anggota yang berbelanja di unit usaha sembako yaitu anggota bisa berhutang dahulu atau istilah masyarakat disana disebut jukyar (berhutang dahulu dan membayarnya nanti). Adapun aktivitas penjualan pada unit usaha sembako dapat dilihat pada Gambar 7. 1,800,000,000 1,600,000,000 1,400,000,000 1,200,000,000 1,000,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Tahun Aktivitas penjualan Gambar 7. Aktivitas Penjualan Unit Usaha Sembako (data diolah)

74 Rupiah c. Unit Usaha Simpan Pinjam Unit usaha simpan pinjam merupakan salah satu unit usaha yang dapat memudahkan anggota untuk menyimpan uang layaknya seperti bank dan memperoleh pinjaman dengan cara yang mudah dan cepat. Unit usaha simpan pinjam ini hanya dapat dimanfaatkan oleh anggota koperasi. Permodalan pada unit usaha simpan pinjam ini berasal dari anggota koperasi dan pinjaman lunak yang berasal dari luar untuk kemudian dikelola oleh KKT Lisung Kiwari. Pada KKT Lisung Kiwari jasa pinjaman yang dibebankan pada setiap anggota yang meminjam adalah 2,5 persen per bulan dengan jangka waktu pengembalian selama satu tahun. Adapun besarnya jumlah pinjaman yang dapat diajukan oleh anggota adalah dua kali dari besarnya jumlah simpanan wajibnya. Berikut ini akan disajikan volume pinjaman anggota pada tahun ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 50,000,000 Volume pinjaman Pengembalian Sisa Piutang Tahun Gambar 8. Volume Pinjaman Anggota KKT Lisung Kiwari (data diolah) Pada Gambar 8 dapat terlihat bahwa volume pinjaman anggota mengalami peningkatan setiap tahunnya hanya saja pada tahun 2009 sempat terjadi penurunan jumlah pinjaman anggota. Volume peminjaman yang tinggi dapat diartikan bahwa banyak anggota yang memanfaatkan layanan usaha ini baik digunakan untuk modal usaha maupun kebutuhan sehari-hari. Tingkat pengembalian pinjaman anggota pada KKT Lisung Kiwari dapat dikatakan tinggi. Karena banyak anggota

75 yang sudah mulai sadar untuk membayar pinjaman pada koperasi. Dahulu sangat sulit untuk menagih hutang pinjaman pada anggota. Namun setelah adanya peraturan yang ditetapkan oleh koperasi yaitu dengan mengirimkan surat tagihan pada anggota. Anggota mulai rajin membayar hutang pinjaman karena anggota merasa malu apabila mendapat surat tagihan dari koperasi. d. Unit Usaha Voucher dan Internet Unit usaha voucher dan internet merupakan unit usaha yang baru dijalankan oleh KKT Lisung Kiwari. Sebenarnya unit usaha ini sudah ada sejak pertengahan tahun Namun unit usaha ini mulai berjalan efektif pada tahun Unit usaha ini terbentuk karena pada saat itu disekitar KKT Lisung Kiwari belum terdapat tempat penjualan voucher telepon genggam. Tetapi sudah banyak masyarakat sekitar yang mempunyai telepon genggam dan kesulitan untuk mengisi ulang pulsa. Oleh sebab itu pengurus menilai usaha ini bisa sangat prospektif untuk dikembangkan. Sedangkan pemilihan usaha internet lebih dikarenakan untuk membantu anak-anak anggota koperasi yang masih bersekolah dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

76 VI. PENGUKURAN KINERJA KKT LISUNG KIWARI 6.1. Indikator- Indikator Pengukuran Kinerja Koperasi KKT Lisung Kiwari merupakan salah satu koperasi pertanian yang berada di Desa Ciburuy, Kabupaten Bogor dengan mayoritas anggota yang berprofesi sebagai petani padi. Para petani anggota ini hanya memiliki lahan dengan luas yang terbatas sehingga skala pertaniannya sangat kecil. Oleh sebab itu, para petani bersatu kedalam kelembagaan koperasi yaitu KKT Lisung Kiwari dengan harapan dapat menghimpun suatu kekuatan agar dapat meningkatkan bargaining position dan pendapatan petani. KKT Lisung Kiwari dalam kegiatannya selalu berusaha agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal sesuai dengan kebutuhan anggota. Sehingga pengukuran kinerja KKT Lisung Kiwari ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh KKT Lisung Kiwari. Melalui pengukuran kinerja ini diharapkan dapat diketahui apakah fungsi dari KKT Lisung Kiwari ini sudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anggota. Pengukuran kinerja koperasi ini menggunakan indikator-indikator model perkembangan koperasi yang dapat mengukur kinerja koperasi dalam hal kapasitas kelembagaan organisasi. Indikator-indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja koperasi adalah visi, kapasitas, sumber daya, dan jaringan kerja Visi Koperasi Visi merupakan dasar bagi sebuah organisasi untuk menjelaskan ingin menjadi seperti apa organisasi tersebut. Melalui visi sasaran jangka panjang suatu organisasi dapat terwujud. Visi tidak dapat dilepaskan dari misi organisasi. Visi dan misi saling terkait untuk mencapai tujuan akhir suatu organisasi. Sedangkan misi merupakan deklarasi mengenai alasan keberadaan suatu organisasi. Konsep visi dan misi ini seringkali diistilahkan sebagai keyakinan sebuah organisasi yaitu sebuah pernyataan maksud, filosofi organisasi, kepercayaan, dan prinsip-prinsip organisasi. Pernyataan mengenai visi dan misi ini merupakan langkah pertama dalam menentukan manajemen strategis organisasi (David 2009). Sebagai sebuah organisasi tentunya koperasi memerlukan konsep mengenai visi dan misi. Tujuannya untuk menentukan sasaran jangka panjang

77 yang ingin dicapai oleh koperasi dalam bentuk manajemen strategis. Ketika anggota koperasi bersama-sama membentuk visi dan misi organisasi dapat mencerminkan visi personal yang diyakini oleh anggota dan manajemen koperasi terkait dengan masa depan yang ingin dicapai. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi mengenai pengendalian oleh anggota secara demokratis. Dimana anggota secara aktif berpartisipasi dalam penetapan kebijakan-kebijakan dan pengambil keputusan. Melalui kesamaan visi dapat menciptakan kebersamaan kepentingan antar anggota dan dapat memotivasi anggota untuk terlibat aktif dalam seluruh kegiatan koperasi. Koperasi merupakan suatu organisasi dimana anggota merupakan modal utamanya. Sehingga kepemimpinan yang dijalankan oleh pengurus merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mewujudkan apa yang diharapkan oleh anggota. Hingga saat ini KKT Lisung Kiwari belum memiliki visi dan misi tertulis secara jelas. Namun pada setiap pertemuan anggota baik dalam rapat bulanan maupun RAT selalu disinggung mengenai tujuan KKT Lisung Kiwari. Adapun visi dari KKT Lisung Kiwari berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus koperasi adalah Mensejahterakan anggota dan masyarakat sekitar KKT Lisung Kiwari melalui program-program yang dibuat oleh koperasi sedangkan misi yang digunakan koperasi untuk mencapai tujuannya adalah Memberikan pelayanan yang terbaik khususnya bagi anggota koperasi dan masyarakat secara umum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari koperasi adalah menjadi suatu organisasi yang dapat memberikan manfaat bagi anggotanya. Karena mayoritas anggotanya berprofesi sebagai petani maka KKT Lisung Kiwari berusaha untuk menjadi bagian dalam sub sistem agribisnis hulu dan hilir melalui unit-unit usahanya dengan pelayanan terbaik bagi anggotanya. Dalam mengimplementasikan visinya, KKT Lisung Kiwari mempunyai rencanarencana kerja yang mendukung. Rencana kerja yang dimiliki oleh koperasi adalah rencana untuk satu tahun kedepannya. Seperti pada rencana kerja 2011 KKT Lisung Kiwari mempunyai rencana kegiatan dalam bidang organisasi yaitu pelatihan dasar-dasar perkoperasian bagi pengurus dan anggota sebanyak 25 orang dan berupaya untuk menambah jumlah anggota dari kalangan petani Desa Ciburuy sebanyak lima orang. Pada bidang usaha, KKT Lisung Kiwari berusaha

78 untuk meningkatkan jumlah rata-rata penjualan kepada setiap anggota dan peningkatan pelayanan jasa-jasa kepada non anggota dengan tetap mengutamakan pelayanan terhadap anggota. Sedangkan pada bidang permodalan, KKT Lisung Kiwari berusaha untuk menghimpun modal sendiri dengan cara mengefektifkan penarikan simpanan wajib pada anggota yang kurang aktif dan meningkatkan simpanan wajib dari Rp menjadi Rp Kepemimpinan pengurus koperasi menjadi salah satu faktor yang dapat mewujudkan visi dari koperasi. Kepemimpinan yang bertanggung jawab dan efektif dapat menjadi suatu kekuatan bagi sebuah organisasi dalam memaksimalkan kontribusinya bagi kesejahteraan para anggota. Karena merupakan bagian dari sistem koperasi, kepemimpinan koperasi harus berpegang teguh pada jatidiri koperasi agar nilai-nilai dan prinsip koperasi dapat dilaksanakan dengan baik. Pada KKT Lisung Kiwari jajaran pengurus koperasi merupakan orangorang yang dipilih langsung oleh anggota. Setiap pengurus tidak mewakili suatu komunitas tertentu. Misalnya karena anggota KKT Lisung Kiwari mayoritas berprofesi sebagai petani padi maka pengurusnya harus petani juga. Pengurus koperasi merupakan orang-orang yang dipilih oleh anggota dan dirasakan mampu untuk mewakili aspirasi anggota baik yang berprofesi sebagai petani (mayoritas anggota) maupun pedagang (minoritas anggota). Hal ini sesuai dengan nilai organisasi koperasi yaitu demokrasi, persamaan, dan keadilan. Dimana setiap anggota mempunyai hak yang sama untuk mengajukan diri sebagai pengurus dan pemilihan pengurus koperasi memang dilakukan secara demokrasi. KKT Lisung Kiwari juga selalu menginformasikan mengenai visi dari koperasi. Penjabaran mengenai visi dan misi biasanya dijelaskan secara jelas pada Rapat Anggota Tahunan (RAT). Sedangkan bila ada perubahan informasi dan kebijakan koperasi selalu disampaikan kepada anggota melalui rapat-rapat bulanan yang diperuntukkan bagi pengurus dan perwakilan dari anggota koperasi. KKT Lisung Kiwari mempunyai komitmen dalam pengembangan bisnis dan pengembangan sosial yang pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan visi koperasi. KKT Lisung Kiwari juga memiliki tujuan-tujuan ekonomi secara tertulis dan berorientasi bisnis yang selalu disampaikan pada waktu RAT. Walaupun

79 koperasi berorientasikan bisnis namun apa yang ingin dicapai oleh koperasi sangat berbeda dengan apa yang ingin dicapai perusahaan pada umumnya. Perbedaan antara koperasi dengan perusahaan terletak pada motif yang ingin dicapai. Dalam melakukan kegiatan ekonomi, motif yang ingin dicapai koperasi adalah pelayanan yang sebaik-baiknya kepada anggota sedangkan pada perusahaan berupa maksimalisasi profit (keuntungan). Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa koperasi juga memerlukan laba untuk tujuan investasi, pelayanan, dan sebagainya. Namun koperasi bukan bermotifkan laba melainkan maksimalisasi pelayanan. Sedangkan komitmen koperasi dalam hal pembangunan adalah menyisihkan sebagian SHU yaitu sebesar 2,5 % untuk kesejahteraan sosial. Seperti yang sudah dilakukan oleh KKT Lisung Kiwari yaitu membantu membeli peralatan madrasah seperti karpet ataupun memberikan bantuan pendidikan pada putra dan putri dari anggota KKT Lisung Kiwari yang berprestasi. Saat ini juga KKT Lisung Kiwari mempunyai suatu program yaitu bedah rumah yang merupakan bantuan dari BSP2S (Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya) yang bekerjasama dengan koperasi melalui Kementrian Perumahan Rakyat yang sudah berjalan selama dua tahun. Program ini dapat membantu anggota koperasi untuk merenovasi rumah yang tidak layak huni. Pada tahun 2009 terdapat 25 rumah anggota KKT Lisung Kiwari yang mendapatkan program tersebut dan di tahun 2010 jumlah anggota yang rumahnya direnovasi sebanyak 35 rumah. Bentuk pelayanan sosial yang telah dilakukan oleh KKT Lisung Kiwari ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi kesejahteraan anggota dan dapat menjadi pemicu bagi non anggota untuk bergabung pada KKT Lisung Kiwari Kapasitas Manajemen merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dalam suatu organisasi begitu pula pada koperasi. Manajemen adalah kegiatan untuk mengkordinasikan suatu aktivitas atau pekerjaan tertentu secara efektif dan efisien. Manajemen koperasi harus disesuaikan dengan tujuan, prinsip koperasi dan azas manajemen usaha. Manajemen koperasi berbeda dengan manajemen perusahaan pada umumnya. Dimana pada manajemen koperasi tidak semata-mata mencari keuntungan, namun lebih menfokuskan diri pada pelayanan yang

80 maksimal bagi anggota-anggotanya. Selain itu pengendalian koperasi berada ditangan anggota. Hal ini merupakan salah satu perwujudan prinsip koperasi yaitu pengendalian secara demokratis oleh anggota. Kegiatan manajemen KKT Lisung Kiwari meliputi perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian. Perencanaan meliputi suatu proses untuk merumuskan sasaran dari koperasi yaitu mensejahterakan anggota dan masyarakat sekitar KKT Lisung Koperasi melalui program-program yang dibuat oleh koperasi. Sedangkan pengorganisasian mencakup suatu proses untuk menentukan tugas apa saja yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan dan bagaimana untuk mengelompokan tugas-tugas yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pengorganisasian lebih menekankan pada membuat suatu rancangan pekerjaan agar sasaran dapat tercapai. KKT Lisung Kiwari sudah mempunyai struktur organisasi yang jelas dengan pembagian kerja didalamnya. Hanya saja ada beberapa tugas yang semestinya dikerjakan oleh dua orang namun ditanggungjawabkan pada satu orang. Misalnya saja ketua koperasi yang harus menjabat sebagai manajer. Hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang memadai. Pada KKT Lisung Kiwari pengurus koperasi tidak pernah mengalami perombakan. Artinya selama dua kali pemilihan pengurus koperasi, pengurus yang lama tetap terpilih. Ini disebabkan karena tingkat kepercayaan anggota yang tinggi pada pengurus koperasi. Anggota sudah merasa puas dengan kepemimpinan pengurus yang lama. Walaupun anggota merasa puas, namun kurangnya regenerasi pengurus juga merupakan masalah bagi pengembangan KKT Lisung Kiwari kedepannya. Regenerasi pengurus tetap dibutuhkan bagi pengembangan suatu koperasi agar terdapat calon penerus baru yang dapat memajukan koperasi lebih baik lagi. Setiap anggota koperasi berhak untuk mendapatkan pelatihan dasar koperasi. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi yaitu pendidikan, pelatihan dan informasi. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan anggota, pengurus, manajer, dan karyawan agar dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang nantinya akan berdampak pada kemajuan koperasi. Selain itu melalui pendidikan anggota dapat membantu anggota dalam melihat hubungan antara kepentingan pribadi anggota, kepentingan kelompok, dan dapat

81 menciptakan rasa kepemilikan dan pengendalian pada koperasi. Begitu juga yang berlaku di KKT Lisung Kiwari. Koperasi sudah mempunyai rencana pelatihan bagi anggota dan pengurus. Pelatihan dan pendidikan bagi anggota biasanya dilaksanakan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Pelatihan yang diberikan mengenai seluk beluk perkoperasian. Sedangkan bagi pengurus biasanya diadakan pelatihan mengenai manajemen dan kewirausahaan. KKT Lisung Kiwari juga mempunyai anggaran dari SHU untuk dana pendidikan sebesar lima persen. Walaupun sudah tercantum dalam anggaran dasar koperasi mengenai pelatihan bagi anggota. Tetapi koperasi belum mampu untuk memberikan pelatihan bagi semua anggota secara bersama-sama. Biasanya pelatihan diberikan secara bertahap bagi anggota. Ini dikarena koperasi belum mempunyai dana yang cukup untuk memberikan pelatihan dasar pada anggota. Strategi yang dilakukan oleh KKT Lisung Kiwari biasanya memanfaatkan kesempatan yang ada dengan mengirimkan anggota yang belum mendapatkan pelatihan untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak luar. Sebagai suatu organisasi, koperasi perlu untuk melakukan langkahlangkah yang menurunkan biaya operasional. Karena dalam koperasi terdapat prinsip identitas yang menyatakan bahwa anggota berperan sebagai pemilik dan pelanggan maka keunggulan koperasi dapat dicapai melalui integrasi vertikal. David (2009) menyatakan bahwa integrasi vertikal merupakan kombinasi dari proses produksi, distribusi, dan ekonomi yang secara teknologi berada dalam batas-batas perusahaan tunggal. Sehingga dalam integrasi vertikal, strategi yang dilakukan oleh koperasi adalah membuat suatu keputusan dengan menggunakan transaksi intern dan bukan transaksi pasar dalam mencapai tujuan ekonomisnya. Melalui intergrasi vertikal ini diharapkan dapat memperkecil risiko dan meningkatkan efisiensi kegiatan usaha koperasi. Pada KKT Lisung Kiwari integrasi vertikal dapat terlihat dimana koperasi memiliki unit usaha pada sub sistem agribisnis hulu yaitu penyediaan bibit dan pupuk kompos. Sehingga melalui integrasi kebelakang (hulu) ini dapat membantu petani anggota dalam mendapatkan bibit padi yang berkualitas, pupuk kompos, dan terbantu dalam mendapatkan alat-alat pertanian. Hal ini tentu saja menguntungkan bagi petani

82 anggota karena petani dapat meminimumkan risiko kekurangan sumberdaya serta biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan sumberdaya tersebut rendah. Bibit Pupuk Kompos Alat-Alat Pertanian Pengolahan Pengemasan Pemasaran Sub Sistem Agribisnis Hulu Sub Sistem Usahatani (On Farm) Sub Sistem Agribisnis Hilir Kelembagaan dan Kegiatan Penunjang Unit Usaha Simpan Pinjam KKT Lisung Kiwari Gambar 9. Peran KKT Lisung Kiwari Dalam Sistem Agribisnis Padi Di Desa Ciburuy Pada sub sistem agribisnis hilir dapat terlihat dari pemasaran hasil produksi pertanian anggota. Seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya bahwa KKT Lisung Kiwari menampung gabah milik anggota koperasi untuk selanjutnya dikemas dan dipasarkan dalam bentuk beras. Saat ini pun KKT Lisung Kiwari sudah memiliki merek sendiri dalam menjual hasil produksi beras anggotanya yaitu beras SAE dan untuk pemasaran beras SAE, KKT Lisung Kiwari sudah mempunyai mitra usaha yaitu Dompet Dhuafa dan beberapa koperasi yang ada di Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk sub sistem usahatani diserahkan sepenuhnya pada kelompok tani dan gapoktan yang berada di Desa Ciburuy. KKT Lisung Kiwari juga membantu anggota koperasi dalam penyediaan modal melalui unit usaha simpan pinjam seperti untuk biaya garap. Sehingga anggota KKT Lisung Kiwari benar-benar dimudahkan dalam menjalankan unit usahanya. Walaupun unit usaha yang dijalankan oleh KKT Lisung Kiwari ini

83 masih terbilang kecil namun melalui integrasi vertikal ini membawa keuntungan bagi anggota koperasi karena dapat memperlancar proses produksi petani anggota dan mengurangi risiko ketidakpastian dalam pengadaan bahan baku dan pemasaran hasil produksi Sistem operasi dan keuangan koperasi selalu dicatat dengan baik dan disampaikan pada anggota dalam RAT. Setiap kali anggota melakukan transaksi di koperasi, transaksi anggota akan dicatat dan selalu ditunjukan pada setiap akhir transaksi. Laporan perkembangan keuangan koperasi juga selalu disampaikan kepada anggota. Hanya saja semenjak didirikan, KKT Lisung Kiwari belum pernah melakukan audit keuangan. Walaupun kewajiban audit koperasi sudah dihapuskan oleh UU No.25 Tahun Namun tetap saja fungsi audit sangat penting untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi manajemen, menjaga kebersihan koperasi dan dapat meningkatkan rasa kepercayaan anggota. Hubungan pelayanan yang diberikan oleh KKT Lisung Kiwari kepada anggota sudah dapat dikatakan baik. Hubungan pelayanan ini terbentuk dikarenakan pada koperasi pemilik atau anggotanya adalah pelanggan utama dari koperasi tersebut. Anggota pada koperasi dapat berperan sebagai produsen (penjual) tetapi dapat juga berperan sebagai konsumen (pembeli) begitu juga dengan koperasi. Sehingga unit usaha yang dijalankan oleh koperasi memang harus berkorelasi dengan unit usaha yang dijalankan oleh anggota. Seperti pada KKT Lisung Kiwari dimana koperasi berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan anggota mulai dari penyediaan input pertanian hingga penjualan output pertanian anggota. KKT Lisung Kiwari perlu untuk meningkatkan pelayanan terhadap anggotanya. Hal ini bertujuan agar koperasi tidak kalah bersaing dengan organisasi lain terutama organisasi non koperasi serta kebutuhan anggota yang selalu berubah. Jika koperasi mampu untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota dibandingkan dengan organisasi pesaing maka tingkat partisipasi anggota akan meningkat. Agar dapat meningkatkan partisipasi anggota maka manajemen koperasi perlu untuk menggali informasi yang berasal dari anggota mengenai kebutuhan apa saja yang diinginkan oleh anggota.

84 Rupiah Sumber Daya Sumberdaya keuangan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja KKT Lisung Kiwari. Karena tidak dapat dipungkiri selain memiliki dimensi sosial koperasi juga memiliki dimensi ekonomi yang berorientasikan bisnis sehingga koperasi memerlukan dana yang sesuai dengan lingkup dan jenis usahanya. Sebagai sebuah organisasi yang memiliki unit usaha sudah sangat jelas mengapa koperasi sangat membutuhkan modal. Hal ini bertujuan untuk membiayai proses pendirian koperasi, pembelian barang-barang modal usaha seperti unit-unit produksi pertanian dan dapat digunakan untuk membiayai operasional kegiatan koperasi seperti membayar gaji karyawan, listrik, dan lain-lain. Berikut ini akan disajikan data permodalan KKT Lisung Kiwari. 160,000, ,000, ,000, ,000,000 80,000,000 60,000,000 40,000,000 Modal sendiri Modal Luar 20,000, Tahun Gambar 10. Perkembangan modal sendiri dan modal luar KKT Lisung Kiwari Tahun (data diolah) Permodalan merupakan salah satu masalah yang paling mendesak bagi koperasi. Apalagi bagi koperasi pertanian termasuk KKT Lisung Kiwari dimana mayoritas anggotanya merupakan petani yang potensi ekonominya sangat terbatas. Akibatnya pembentukan modal dapat berjalan dengan sangat lambat. Salah satu solusinya adalah menerima modal yang berasal dari luar. Menurut Soedjono (2000) investasi yang berasal dari luar diperbolehkan untuk mengembangkan usaha koperasi asalkan tidak melanggar prinsip-prinsip koperasi.

85 Sebagai perkumpulan orang, permodalan koperasi tidak berdasarkan saham. Sehingga apabila terdapat modal dari luar maka tidak mungkin memiliki hak suara. Karena keputusan koperasi diambil berdasarkan satu anggota satu suara. Berdasarkan Gambar 10 dapat diketahui bahwa permodalan KKT Lisung Kiwari pada awalnya memang masih didominasi oleh permodalan yang berasal dari luar. Namun setiap tahunnya modal yang berasal dari dalam koperasi terus mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diakibatkan karena bertambahnya jumlah anggota KKT Lisung Kiwari sehingga jumlah simpanan wajib terus meningkat. Modal sendiri berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tahun berjalan, dan SHU tidak dibagi. Sedangkan modal luar yang diperoleh KKT Lisung Kiwari sebagian besar berasal dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dalam Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) sebesar Rp yang digunakan untuk program simpan pinjam. Dimana setiap bulannya koperasi harus membayar angsuran sebesar Rp untuk melunasi pinjamannya. Tujuan dari program ini adalah membantu permodalan anggota koperasi dalam mengembangkan usahanya khususnya dalam bidang pertanian. Tabel 7. Tingkat Kecukupan Modal KKT Lisung Kiwari Tahun Tahun Aset Kewajiban Tingkat Kecukupan Modal (Rp) (Rp) Koperasi (M%) , , , Sumber : Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari (data diolah) Tingkat kecukupan modal KKT Lisung Kiwari mengalami peningkatan setiap tahunnya dimana aset koperasi melebihi dari kewajiban yang harus dibayarkan. Pada tahun 2008 tingkatan kecukupan modal koperasi (M persen) sebesar 21 persen, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010 tingkat kecukupan modal koperasi sebesar 62,1 persen dan 45 persen. Walaupun terjadi penurunan tingkat

86 kecukupan modal koperasi pada tahun 2010, namun permodalan koperasi masih dapat dikatakan kuat. Karena M >20 persen yang artinya aset yang dimiliki oleh koperasi lebih besar dari pada kewajiban koperasi. Pertumbuhan aset KKT Lisung Kiwari dilihat berdasarkan jumlah simpanan yang ditambahkan dengan ekuiti dikurangi dengan jumlah simpanan tahun sebelumnya ditambahkan dengan ekuiti tahun sebelumnya kemudian dibagi dengan jumlah simpanan ditambah ekuiti tahun sebelumnya. Jumlah simpanan didapatkan dari modal sendiri ditambahkan dengan modal yang berasal dari luar. Sedangkan ekuiti didapatkan dari pengurangan aset terhadap kewajiban koperasi. Tabel 8. Pertumbuhan aset KKT Lisung Kiwari Tahun Tahun Jumlah Simpanan (Rp) Ekuiti Pertumbuhan Aset Koperasi (Rp) (T %) , , , , ,7 Sumber : Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari (data diolah) Selama tiga tahun terkahir pertumbuhan aset KKT Lisung Kiwari mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun 2008 pertumbuhan aset koperasi negatif yaitu sebesar -8,8 persen. Hal ini bisa dikarenakan terjadinya inflasi pada tahun tersebut. Namun pada tahun 2009 pertumbuhan aset koperasi kembali positif sebesar 75,8 persen dan di tahun 2010 pertumbuhan asetnya turun kembali pada kisaran 23,7 persen. Pembagian SHU (Sisa Hasil Usaha) pada KKT Lisung Kiwari didasarkan atas banyaknya jasa anggota pada koperasi. Semakin banyak anggota memanfaatkan layanan koperasi maka SHU yang diterima akan semakin besar pula. Pembagian SHU pada KKT Lisung Kiwari setiap tahunnya mengalami peningkatan. Ini bisa disebabkan karena anggota sudah mulai menyadari bahwa semakin banyak mereka melakukan transaksi di koperasi, maka mereka juga akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk SHU yang dibagikan setiap tahunnya.

87 Rupiah 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 SHU 2,000, Tahun Gambar 11. Perkembangan SHU KKT Lisung Kiwari Tahun Tahun 2006 SHU yang dibagikan pada anggota hanya sekitar Rp dan terakhir pada tahun 2010 jumlah SHU yang dibagikan sebesar Rp dan pada tahun 2011 sesuai dengan rencana kerja pada RAT, koperasi menargetkan dapat memperoleh SHU sebesar Rp SHU yang dibagikan pada anggota koperasi berasal dari pendapatan bersih koperasi dimana 40 persen dibagikan pada anggota atas jasa yang sudah dilakukan anggota pada koperasi, selanjutnya 40 persen digunakan untuk cadangan dana koperasi sedangkan sisanya sebesar 15 persen digunakan untuk pengurus, alokasi untuk dana pendidikan dan kesejahtera koperasi sebesar 5 persen untuk masing-masing bagian. Sedangkan untuk pembangunan kerja daerah dan kesejahteraan sosial masing-masing mendapatkan alokasi dana sebesar 2,5 persen. Tingkat pengembalian (rate of return) terhadap investasi yang ditanamkan pada unit usaha KKT Lisung Kiwari pada tahun 2010 sebesar 9,14 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa koperasi mampu melindungi ekuitinya, pembagian SHU selalu menunjukkan hasil yang positif dan terdapat ketentuan cadangan modal bagi koperasi.

88 Tabel 9. Tingkat Pengembalian KKT Lisung Kiwari Tahun Tahun Pendapatan Operasional Pengeluaran Operasional Tingkat Pengembalian / Rate of return (P%) , , , , ,14 Sumber : Laporan Keuangan KKT Lisung Kiwari (data diolah) KKT Lisung Kiwari juga mempunyai prosedur dalam pengajuan pinjaman bagi anggota. Dimana anggota hanya dapat meminjam sebesar dua kali lipat dari jumlah simpanan wajibnya. Koperasi juga sering sekali mengalami tunggakan pembayaran simpanan. Untuk menyiasatinya koperasi mengirimkan surat pada anggota yang belum membayar pinjaman. Pada awal-awal diberlakukan kebijakan tersebut banyak anggota yang merasa tersinggung dan marah pada pengurus. Namun lama kelamaan cara itu terbukti ampuh dengan banyaknya anggota yang mau membayar tepat waktu karena malu apabila sudah menerima surat tagihan. Tunggakan pinjaman anggota pada tahun 2010, yang sudah lewat dari 30 hari semenjak jatuh tempo hanya sebesar Rp atau sekitar 1,92 persen Jaringan Kerja Koperasi Konsep jaringan kerja koperasi digunakan karena didasarkan bahwa koperasi merupakan bagian dari suatu lingkungan yang sangat dipengaruhi dan dapat mempengaruhi suatu lingkungan yang lebih besar dalam arti politik, sosial, dan teknologi (Soedjono 2003). Koperasi sebagai sebuah organisasi dituntut untuk memiliki daya saing usaha yang lebih baik melalui pembaharuan pada sistem perencanaan dan manajemennya. Salah satu cara untuk mengantisipasi persaingan bebas yaitu melalui jaringan kerja koperasi. Melalui kerjasama diharapkan koperasi-koperasi dapat saling berbagi risiko, mengurangi biaya, meningkatkan laba, dan mengatasi masalah yang berhubungan dengan kegiatan koperasi seperti pemasaran dan kekurangan teknologi. Pada jaringan kerja koperasi kerjasama yang dibentuk biasanya tidak serumit kerjasama pada umumnya. Biasanya

89 jaringan kerjasama yang dibentuk lebih fleksibel, tidak birokratis, dan disesuaikan dengan kebutuhan anggota-anggotanya. Jaringan kerja pada KKT Lisung Kiwari lebih melihat pada kebijakankebijakan yang diterapkan dan hubungan antara KKT Lisung Kiwari dengan organisasi atau instansi terkait. Pada penetapan kebijakan-kebijakan anggaran seperti tingkat bunga biasanya didiskusikan dengan anggota koperasi pada RAT ataupun rapat bulanan. Pengurus tidak mempunyai wewenang untuk menetapkan tingkat bunga sesuai dengan keinginan pengurus. Karena pada koperasi keputusan tertinggi tetap berada ditangan anggota. Namun sejauh ini, setiap keputusan yang diambil selalu di setujui oleh anggota sebab keputusan yang diambil memang selalu menguntungkan anggota. Pada jaman dahulu pembentukan koperasi cenderung dari atas yang tujuannya untuk melancarkan program-program pemerintah atau membantu perusahaan-perusahaan swasta. Sehingga pemerintah sangat memegang kendali pada setiap kegiatan koperasi khususnya pada Koperasi Unit Desa (KUD). Selain pembentukan KUD dibentuk dari atas ruang gerak KUD juga sangat dibatasi. KUD dalam kegiatannya hanya dibatasi pada kegiatan on farm sedangkan kegiatan pada hulu dan hilir diserahkan pada pengusaha atau pemerintah. Akibatnya petani anggota tidak merasakan keuntungan. Namun hal ini tidak berlaku pada KKT Lisung Kiwari. Hubungan antara KKT Lisung Kiwari dan pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Deskoperindag) Kabupaten Bogor berjalan sangat baik. Deskoperindag tidak pernah turut campur dalam kegiatan operasional koperasi. KKT Lisung Kiwari benar-benar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anggota dan tidak ada campur tangan dari pemerintah. Peran Deskoperindag disini hanya memberikan dukungan tetapi tidak mencampuri manajemen koperasi. Deskoperindag juga memberikan informasi mengenai dana-dana bantuan bagi pembangunan koperasi. KKT Lisung Kiwari juga menjalin kerjasama dengan beberapa koperasi seperti dengan Koperasi Oriza Sativa dan Koperasi Sugitani. Koperasi Oriza Sativa membantu KKT Lisung Kiwari dalam memasarkan produk beras SAE. Koperasi Oriza Sativa merupakan koperasi pegawai Dinas Pertanian Kabupaten

90 Bogor. Jalinan kerjasama ini cukup menguntungkan bagi KKT Lisung Kiwari karena terbantu dalam memasarkan produk-produknya. Jalinan kerjasama lainnya yang dilakukan oleh KKT Lisung Kiwari yaitu dengan Koperasi Sugitani. Dimana KKT Lisung Kiwari terbantu dalam mendapatkan alat-alat pertanian dari Koperasi Sugitani dan Koperasi Sugitani biasanya memanfaatkan unit usaha saprodi KKT Lisung Kiwari dalam penggilingan gabah. Saat ini KKT Lisung Kiwari juga menjalankan program kemitraan dengan Dompet Dhuafa dalam hal pemasaran pupuk kompos OFER dan beras SAE. Melalui program kemitraan ini KKT Lisung Kiwari memperoleh manfaat karena terbantu dalam pemasaran produkproduknya. KKT Lisung Kiwari juga mendapatkan beberapa pelatihan dan pembinaan dari LPS seperti proses pembuatan pupuk kompos. Adapun peta operasional pemasaran Beras SAE dapat dilihat pada Lampiran Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) KKT Lisung Kiwari Berdasarkan indikator-indikator model perkembangan koperasi yang meliputi visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja dapat dilihat mengenai kinerja koperasi saat ini. Keuntungan dari menganalisis indikator-indikator model perkembangan koperasi adalah perangkat tersebut dapat mengkombinasikan ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif pada kinerja koperasi. Hal ini dapat memberikan penilaian yang lebih luas pada kinerja dibandingkan hanya menganalisis mengenai keuangan koperasinya saja. Berikut ini akan disajikan posisi indikator-indikator model pengembangan koperasi yang terletak pada zona tertentu. Tabel 10. Posisi Indikator Model Perkembangan KKT Lisung Kiwari Zona Indikator Merah Kuning Hijau Visi Kapasitas Sumberdaya v v v Jaringan Kerja v

91 Melalui wawancara mendalam yang dilakukan pada pengurus, dewan pengawas dan beberapa anggota KKT Lisung Kiwari didapatkan kesimpulan bahwa indikator visi berada dalam zona hijau yang berarti bahwa kinerja koperasi umumnya baik. Walaupun demikian diperlukan adanya perbaikan-perbaikan yang tentunya berguna bagi perkembangan koperasi kedepannya. Perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan oleh KKT Lisung Kiwari terkait dengan indikator visi diantaranya perlunya KKT Lisung Kiwari menjabarkan visi dan misi koperasi secara tertulis. Hal ini dilakukan agar setiap orang khususnya masyarakat sekitar KKT Lisung Kiwari yang belum menjadi anggota koperasi mengetahui sebenarnya apa yang menjadi tujuan akhir dari koperasi sehingga pengurus tidak perlu menjelaskan berulang-ulang. Pada manajemen pengurus walaupun sudah terdapat pembagian tugas, namun setiap pengurus masih mempunyai peran ganda. Dimana ketua dan dua pengurus lainnya yaitu sekretaris dan bendahara membawahi langsung unit usaha KKT Lisung Kiwari. Idealnya pengurus hanya bertanggung jawab pada manajemen koperasi sedangkan kegiatan operasional diserahkan kepada orang lain atau menajer profesional. KKT Lisung Kiwari juga belum mempunyai mekanisme penyelesaian sengketa jika terjadi pertentangan atau masalah dalam tubuh koperasi. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa ini tetap diperlukan sehingga apabila terjadi perselisihan sudah terdapat aturan-aturan tertulis yang menjadi dasar dalam menyelesaikan pertentangan yang ada. Pada indikator kapasitas KKT Lisung Kiwari berada pada zona hijau yang artinya kinerja koperasi sudah baik namun perlu melakukan pebaikan-perbaikan lagi agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi anggota. Perbaikan yang perlu dilakukan adalah perlunya koperasi mengalokasikan dana tambahan yang diperuntukkan bagi pelatihan anggota. Walaupun saat ini sudah ada dana yang dialokasikan untuk dana pendidikan anggota, namun tidak semua anggota dapat merasakan pelatihan tersebut. Hal ini dikarenakan kecilnya dana yang dialokasikan untuk pelatihan anggota. Idealnya setiap anggota baru yang masuk koperasi harus mendapatkan pelatihan dasar mengenai koperasi. Adanya pelatihan tersebut dapat memberikan peluang bagi terciptanya kreatifitas dan inovasi bagi pengembangan koperasi. Melalui pendidikan, anggota dan pengurus diharapkan

92 akan mudah berkembang sehingga dapat menyerap pengetahuan mengenai prinsip-prinsip koperasi dan keterampilan mengenai pengelolaan manajemen koperasi yang berhasil. KKT Lisung Kiwari juga perlu melakukan audit bagi laporan keuangan koperasi. Walaupun dalam Undang- undang Perkoperasian Tahun 1992 No 25 perintah mengenai audit koperasi sudah dihapuskan. Namun koperasi tetap perlu melakukan audit hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan anggota terhadap manajemen koperasi dan menjaga kebersihan manajemen koperasi. Kinerja koperasi jika dilihat dari indikator sumberdaya keuangan berada dalam zona hijau yang berarti keuangan koperasi berada dalam kondisi yang mendukung bagi perkembangan koperasi. Hal ini didukung oleh permodalan koperasi yang kuat yang berasal dari modal sendiri dan modal luar. Walaupun pada tahap pembentukan koperasi modal luar sangat mendominasi. Namun sejalan dengan perkembangannya KKT Lisung Kiwari mampu untuk mengurangi penggunaan modal yang berasal dari luar. Saat ini modal yang berasal dari anggota (modal sendiri) jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan modal yang berasal dari luar. Sedangkan apabila dilihat dari indikator jaringan kerja, KKT Lisung Kiwari berada dalam zona kuning yang berarti kinerja koperasi memuaskan tetapi memerlukan perubahan-perubahan bagi perbaikan koperasi kedepannya. Misalnya koperasi terlibat aktif dalam organisasi puncaknya (koperasi sekunder) dalam bentuk keterlibatan dalam hal sumberdaya manusia maupun modal. Hal ini berguna untuk mendukung kemajuan koperasi pertanian sebagai koperasi sekundernya. Sehingga semua kegiatan yang berhubungan dengan pertanian dapat terintegrasikan dengan baik. Pada koperasi dimana tingkat integrasinya kuat, maka koperasi akan kuat pula. Begitu juga sebaliknya, jika tingkat integrasinya lemah koperasi akan menghadapi kesulitan. Secara umum berdasarkan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) dengan melihat pada indikator-indikator visi, kapasitas, sumberdaya, dan jaringan kerja KKT Lisung Kiwari berada pada zona hijau. Adapaun tabel Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) KKT Lisung Kiwari dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan pengukuran melalui PTP maka dapat diidentifikasikan bahwa kinerja KKT Lisung Kiwari dapat dilihat berdasarkan orientasi proses dan

93 orientasi hasil. Berdasarkan orientasi proses dapat terlihat dalam kemampuan pengurus dalam menjalankan kegiatan operasional koperasi dan efisiensi yang dicapai oleh koperasi. Dimana pengurus berusaha untuk menjalankan koperasi sesuai dengan keinginan anggota. Pengurus berusaha untuk mengelola unit-unit usaha yang dapat menunjang kegiatan anggota. Dimana pada tahap awal pendirian KKT Lisung Kiwari hanya terdapat unit usaha simpan pinjam dan unit usaha sembako. Namun seiring dengan perkembangan koperasi, pengurus mampu membentuk unit usaha lain yaitu unit usaha sarana produksi pertanian yang dapat membantu anggota khususnya yang berprofesi sebagai petani dalam mendapatkan input pertaniannya. Selain itu pengurus mampu menjalin kerjasama dengan beberapa mitra koperasi yang menunjang semua kegiatan koperasi. Efisiensi pada koperasi bukan hanya melihat hubungan output dan input saja. Namun efisiensi pada koperasi lebih melihat pada seberapa jauh koperasi dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya (Soedjono 2000). Sedangkan pada orientasi hasil dapat terlihat dari kuantitas yang telah dicapai oleh KKT Lisung Kiwari seperti peningkatan SHU anggota setiap tahunnya dan perbaikan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pengurus koperasi dalam melayani anggota.

94 VII. IDENTIFIKASI TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA 7.1. Analisis Manfaat KKT Lisung Kiwari Analisis Manfaat Ekonomi KKT Lisung Kiwari sejauh ini sudah dapat memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat disekitar Desa Ciburuy khususnya yang menjadi anggota koperasi. Pada penelitian ini, manfaat ekonomi yang dianalisis meliputi jaminan dalam pemasaran gabah, kepuasan terhadap harga gabah yang sudah ditetapkan oleh KKT Lisung Kiwari, peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota dari KKT Lisung Kiwari, kemudahan dalam memperoleh sarana produksi pertanian dalam hal pembayaran, kepuasan terhadap harga benih padi, dan kepuasan terhadap harga pupuk yang ditetapkan oleh KKT Lisung Kiwari. Adapun analisis manfaat ekonomi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Analisis Manfaat Ekonomi pada KKT Lisung Kiwari Skor Manfaat No Skor Tingkat Ekonomi Kategori Manfaat Manfaat Ekonomi Manfaat Jumlah (orang) Ekonomi Ekonomi 1* 2* 3* 1 Jaminan pemasaran gabah Tinggi 2 Harga gabah Tinggi 3 Peningkatan Pendapatan Tinggi 4 Kemudahan dalam memperoleh saprodi dalam Tinggi hal pembayaran 5 Harga benih padi Tinggi 6 Harga pupuk Tinggi Keterangan : Skor* Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa seluruh anggota KKT Lisung Kiwari yang mayoritasnya berprofesi sebagai petani padi sudah merasakan adanya jaminan pemasaran gabah. Hal ini menunjukkan bahwa KKT Lisung Kiwari sebagai wadah pengumpul gabah petani dan sebagai alat untuk memasarkan gabah petani sudah dirasakan manfaatnya oleh anggota. Setiap gabah yang diserahkan oleh petani pada koperasi selalu diterima oleh koperasi. Hal ini dikarenakan

95 koperasi memang berfungsi sebagai suatu lembaga penunjang dalam sub sistem agribisnis hilir dalam bentuk lembaga pemasaran. Seluruh responden menyatakan puas terhadap harga gabah yang ditawarkan oleh koperasi. Disamping harga yang ditawarkan lebih tinggi yaitu berkisar antara Rp 2500 Rp Harga tersebut lebih menguntungkan bagi petani dibandingkan apabila petani menjual melalui tengkulak dengan harga Rp 2400 Rp Keuntungan lain yang didapat oleh petani anggota bila menjual gabah melalui KKT Lisung Kiwari adalah petani dapat memperoleh keuntungan sebesar 2,5% yang nantinya akan diakumulasikan pada SHU. Hampir seluruh responden atau sekitar 70,58 persen anggota merasakan adanya peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota KKT Lisung Kiwari. Hal ini dikarenakan hasil panen petani yang selalu ditampung oleh koperasi. Akibatnya gabah milik petani selalu terjual dan petani anggota mendapatkan kepastian harga dalam penjualan gabahnya. KKT Lisung Kiwari juga memberikan fasilitas dan kemudahan bagi anggota ketika akan bercocok tanam. Apabila anggota tidak mempunyai modal untuk bertani maka koperasi akan memberi pinjaman mulai dari pemberian bibit, pupuk, hingga biaya garap. Sehingga petani anggota hanya tinggal menyediakan lahan saja untuk mengolahnya. Hal ini menyebabkan anggota koperasi merasakan adanya manfaat koperasi dalam bentuk kemudahan dalam memperoleh saprodi. Sebagian besar anggota atau sekitar 73,52 persen merasakan kepuasan dalam penetapan harga bibit yang ditawarkan oleh KKT Lisung Kiwari. Dari 34 responden hanya satu orang yang kurang puas dengan harga bibit yang ditawarkan oleh koperasi.walaupun harga bibit padi yang ditawarkan oleh koperasi sama dengan harga pasaran yaitu sekitar Rp hingga Rp 7.000/kg. Namun keaslian bibit padi yang dibeli melalui koperasi sangat terjamin. Hal ini dikarenakan KKT Lisung Kiwari mendapatkan bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor dalam membudidayakan bibit padi yang berkualitas. Sebesar 76,47 persen responden merasakan kepuasan terhadap harga pupuk yang ditawarkan oleh koperasi. Disamping harganya lebih murah dibandingkan dengan yang berada dipasaran. Petani anggota pun dapat membayar pupuk tersebut ketika mereka sudah menerima hasil panen atau istilah masyarakat sekitar adalah jukyar

96 (berhutang dahulu dan membayarnya kemudian). Pupuk kompos yang dijual pada petani anggota juga lebih murah yaitu Rp 850/kg sedangkan untuk umum dijual Rp 1.050/kg. Kemudahan-kemudahan dalam bentuk manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota tersebut semakin menjelaskan adanya fungsi koperasi yang nyata dalam aktivitas bertani petani anggota. Manfaat yang dirasakan oleh anggota tersebut dikarenakan koperasi memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh organisasi non koperasi seperti skala ekonomi yang merupakan satu kemampuan untuk memproduksi lebih banyak output dengan biaya rata-rata yang lebih rendah. Pada KKT Lisung Kiwari, adanya skala ekonomi dapat terlihat pada unit usaha produksi pupuk kompos merk OFER. Dimana harga pupuk OFER lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk anorganik. Sedangkan bila dibandingkan dengan pupuk organik lainnya misalnya pupuk produksi kelompok tani Antanan di Cimande, harga pupuk OFER memang lebih mahal. Harga pupuk OFER Rp per karung (20 kg) dan harga pupuk Antanan Rp per karung (20 kg). Namun hal ini dikarenakan pupuk OFER dikemas dengan menggunakan karung standar berlabel dan terdapat kemasan plastik didalamnya (inner bag) sedangkan pupuk Antanan hanya dikemas dengan menggunakan karung bekas. Sehingga kualitas pupuk OFER dapat terjaga dan memiliki daya tahan lebih lama dibandingkan pupuk kompos Antanan. KKT Lisung Kiwari mampu berkompetisi dalam penjualan pupuk kompos karena kemampuan koperasi dalam menciptakan skala ekonomi sehingga koperasi mampu untuk menetapkan harga dan jumlah yang dapat bersaing didalam suatu pasar. Bergabungnya petani anggota untuk menjual gabahnya melalui KKT Lisung Kiwari juga menjadi salah satu kekuatan koperasi. Peningkatan input berupa gabah tersebut akan meningkatkan volume produksi beras SAE. Sehingga akan menurunkan biaya per unit karena produktivitasnya tinggi. Akibatnya harga gabah yang diterima oleh petani dapat lebih tinggi. Manfaat lainnya yang dirasakan oleh anggota adalah adanya pengurangan risiko ketidakpastian. Ketidakpastian yang dihadapi oleh petani padi Desa Ciburuy sebelum bergabung dengan koperasi adalah ketidakpastian dalam hal harga gabah. Sebelumnya petani anggota rela melepaskan gabahnya dengan harga

97 berapapun kepada tengkulak. Hal ini dilakukan karena mereka takut gabah hasil produksinya tidak terjual. Namun setelah terbentuk KKT Lisung Kiwari, gabah milik petani anggota selalu ditampung oleh koperasi untuk kemudian di pasarkan melalui koperasi. KKT Lisung Kiwari dapat mengurangi ketidakpastian petani anggota karena koperasi sudah mempunyai mitra dalam memasarkan produkproduk hasil petani anggota. Kemampuan KKT Lisung Kiwari dalam menghadapi ketidakpastian juga disebabkan karena di dalam koperasi terdapat internal market dan eksternal market. Melalui internal market ini, risiko ketidakpastian dapat ditekan serendah mungkin misalnya saja dalam pemasaran pupuk kompos. Dimana terdapat pula anggota koperasi yang memang membutuhkan pupuk kompos tersebut untuk digunakan pada lahan pertaniannya. Sedangkan apabila terjadi risiko ketidakpastikan yang disebabkan karena koperasi bergerak pada eksternal market, maka risiko tersebut akan ditanggung bersama-sama oleh anggota. Sehingga risiko setiap anggota akan menjadi lebih murah Petani anggota yang bergabung dalam koperasi juga dapat mengurangi transaction cost (biaya transaksi). Sebelum KKT Lisung Kiwari terbentuk, petani harus mencari informasi mengenai benih yang unggul, pupuk yang bagus untuk digunakan serta biaya pencarian mengenai informasi pasar dalam memasarkan produknya nanti. Namun dengan bergabung dalam suatu kelembagaan koperasi, petani anggota tidak perlu melakukan hal tersebut. Karena pada prinsipnya didalam koperasi, anggota adalah pemilik sekaligus pelanggan. Sehingga biaya informasi pada koperasi lebih rendah bila dibandingkan dengan organisasi diluar koperasi. Hal ini dapat terlihat dari pemasaran pupuk kompos dan pembenihan bibit padi. Dimana dalam KKT Lisung Kiwari ada sebagian anggota koperasi yang berperan sebagai produsen sedangkan sisanya berperan sebagai konsumen. Sehingga apapun yang diproduksi oleh anggota memang merupakan kebutuhan bagi anggota lainnya. Rendahnya biaya transaksi pada koperasi dapat disebabkan karena adanya pengawasan antaranggota (social control) dan pengawasan manajemen terhadap anggota ataupun sebaliknya (management control), serta kemampuan koperasi dalam menghadapi risiko ketidakpastian.

98 Kort (2006) dalam Ton G et al. (2007) mengatakan bahwa manfaat ekonomi dapat menyebabkan anggota berkomitmen terhadap koperasi. Komitmen anggota sangat dibutuhkan pada koperasi karena merupakan suatu ukuran yang mampu membedakan antara koperasi dengan perusahaan pada umumnya (Ton G et al. 2007). Pertama, komitmen anggota dibutuhkan dalam hal permodalan koperasi. Karena permodalan yang berasal dari anggota merupakan sumber modal utama bagi koperasi dalam menjalankan usahanya. Kedua, komitmen dibutuhkan untuk kordinasi efektif antara anggota yang berperan sebagai produsen dengan koperasi yang berfungsi sebagai lembaga yang menyalurkan produk-produk anggota. Dimana anggota harus memberikan informasi mengenai kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Ketiga, komitmen anggota dibutuhkan dalam hal keberlanjutan usaha koperasi. Anggota yang tidak berkomitmen pada koperasi akan mudah beralih pada mitra usaha lain sehingga koperasi akan sulit untuk membentuk skala ekonomis. Keempat, komitmen anggota dibutuhkan dalam hal pengambilan keputusan yang efektif dan efisien. Dalam koperasi anggota perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Komitmen yang rendah akan menyebabkan rendahnya kemauan anggota untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan kontrol yang efektif atas manajemen koperasi. Kelima, komitmen dibutuhkan untuk membangun dan memelihara norma-norma serta nilai-nilai yang ada pada koperasi, Norma dan nilai-nilai diperlukan untuk mengurangi biaya transaksi baik antara anggota maupun antara anggota dan koperasi. Menurut Ketaren (2006) komitmen anggota akan menjadikan koperasi sebagai suatu kesatuan organisasi yang dapat tumbuh, bertahan dan berhasil Analisis Manfaat Sosial Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi serta sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan. Sehingga keberadaan koperasi sangat erat kaitannya dengan sifat-sifat dan budaya orang atau masyarakat yang membentuk koperasi tersebut. Kedudukan anggota dalam koperasi sangat penting yaitu sebagai pemilik dan pelanggan sehingga kesetiaan dan tanggung jawab anggota pada koperasi menjadi salah satu kunci dalam membangun koperasi.

99 Keberadaan koperasi sebagai suatu organisasi yang memiliki dua dimensi yaitu dimensi ekonomi dan dimensi sosial menyebabkan koperasi mempunya dua manfaat langsung bagi anggota. Sehingga peran koperasi dalam bidang ekonomi tidak terlepas dari peran koperasi dalam bidang sosial. Begitu juga pada KKT Lisung Kiwari, selain anggota merasakan adanya manfaat ekonomi anggota juga mendapatkan manfaat lain yaitu manfaat sosial yang secara tidak langsung diperoleh anggota ketika bergabung dengan KKT Lisung Kiwari. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada anggota KKT Lisung Kiwari dapat diketahui bahwa manfaat sosial yang dirasakan oleh anggota koperasi adalah : 1) Adanya pola pertukaran atau resiprocity antar anggota. Pola pertukaran ini bukan dilihat dalam bentuk proses jual beli. Namun lebih melihat pada suatu kombinasi jangka pendek dan jangka panjang untuk dapat saling membantu dan mementingkan kepentingan orang lain. Pada KKT Lisung Kiwari, hal ini dapat terlihat dimana seluruh anggota koperasi saling bekerjasama untuk mencapai tujuan koperasi dan terdapat kesadaran bahwa tujuan tersebut dapat memberikan manfaat bagi seluruh anggota dikemudian hari. Menurut Cooley (1930) dalam Soekanto (1986) kerjasama dapat timbul apabila orang-orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai pengetahuan yang cukup dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerjasama. Kerjasama yang terbentuk pada KKT Lisung Kiwari seperti bersatunya petani yang berada di Desa Ciburuy dalam suatu kelembagaan koperasi sehingga setiap anggota dapat saling menciptakan bargaining (proses perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa dalam suatu organisasi) ataupun bertukar informasi. 2) Mendidik anggota koperasi untuk memiliki semangat berkorban sesuai dengan kemampuan masing-masing demi terwujudnya tatanan sosial yang adil dan beradab.

100 Semangat berkorban anggota pada koperasi dapat terlihat ketika anggota KKT Lisung Kiwari tetap berkomitmen pada koperasi dalam melakukan seluruh kegiatan secara bersama-sama. Padahal tidak menutup kemungkinan bagi petani anggota yang skala usahanya sudah besar bisa berjalan sendiri dan tentunya mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selain itu setiap SHU yang terkumpul 2,5 persennya selalu dialokasikan bagi pembangunan sosial disekitar Desa Ciburuy seperti membantu dalam memperbaiki sarana dan prasarana umum, merenovasi rumah warga yang tidak layak huni, dan lain-lain. Sehingga selain membawa manfaat bagi anggota, keberadaan KKT Lisung Kiwari ini memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. 3) Mendorong terbentuknya suatu tatanan sosial yang didasarkan atas kekeluargaan dan persaudaraan. Rasa kekeluargaan pada koperasi dapat terbentuk dikarenakan setiap anggota selalu berkumpul dalam setiap kegiatan koperasi baik itu dalam RAT maupun rapat-rapat bulanan. Hal ini didasari karena anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi pada koperasi. Sehingga jika terdapat perubahan-perubahan kebijakan yang berkaitan dengan koperasi selalu didiskusikan dengan anggota. Melalui pertemuan rutin tersebut anggota KKT Lisung Kiwari merasakan adanya ikatan kekeluargaan yang terbentuk diantara anggota. Selain itu, pada KKT Lisung Kiwari anggota bisa berhutang terlebih dahulu atau istilah masyarakat Desa Ciburuy adalah jukyar (berhutang terlebih dahulu dan membayarnya nanti setelah hasil panennya terjual). Hal ini dikarenakan adanya sikap saling percaya antara anggota dan koperasi. Kepercayaan tersebut didasari oleh perasaan yakin bahwa seseorang akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan melakukan suatu pola tindakan yang saling mendukung atau tidak akan merugikan diri dan kelompoknya. 4) Mendorong suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi.

101 Menurut Soedjono (2007) koperasi merupakan suatu organisasi demokratis yang diawasi oleh anggota dimana anggota tersebut secara efektif menetapkan suatu kebijakan dan membuat keputusan. Pada koperasi hak suara anggota tidak berdasarkan atas besar kecilnya modal yang diinvestasikan namun setiap anggota memiliki hak suara yang sama yaitu satu anggota satu suara. Prinsip demokrasi pada koperasi lebih menekankan bahwa anggotalah yang mempunyai kekuasaan dalam mengendalikan koperasi. Sehingga anggota mempunyai hak untuk dapat dilibatkan dalam setiap kegiatan koperasi baik itu pada saat penetapan kebijakan maupun pengambilan keputusan. Dengan demikian kedudukan anggota pada koperasi adalah sebagai pemilik, pengelola, dan pengawas koperasi. Pada KKT Lisung Kiwari, pengawasan demokratis oleh anggota terlihat ketika pengurus akan menetapkan suatu kebijakan. Dimana setiap keputusan yang diambil selalu didiskusikan dengan anggota baik pada saat RAT maupun rapat bulanan koperasi. 5) Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Selain untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya, adanya koperasi juga diharapakan dapat menjadi suatu wadah yang dapat meningkatkan kerjasama ekonomi anggotanya sehingga akan meningkatkan kualitas kehidupan anggota dan masyarakat pada umumnya (Baswir 2000). Pada tahap pertama perkembangan koperasi memang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Setelah kesejahteraan ekonomi anggota meningkat koperasi memiliki peluang untuk turut serta meningkatkan kualitas kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pada KKT Lisung Kiwari dapat terlihat dalam pertisipasi aktif anggota dalam mengelola unit usaha koperasi yang secara tidak langsung merupakan bentuk pendidikan manajemen koperasi kepada anggotanya. Melalui pendidikan pengelolaan koperasi, para anggota KKT Lisung Kiwari akan memperoleh pengalaman dalam hal pengembangan potensi dan inisiatif dalam berusaha.

102 7.2. Analisis Partisipasi Anggota KKT Lisung Kiwari Keberhasilan KKT Lisung Kiwari dalam menjalankan unit usahanya tidak terlepas dari adanya partisipasi anggota. Partisipasi memegang peranan yang penting dalam perkembangan koperasi. Tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan bekerja secara efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan koperasi merupakan suatu badan usaha dimana pemilik dan pelanggannya sama. Suatu koperasi dapat berhasil dalam suatu kompetisi bila anggota dapat berpartisipasi dalam kegiatan koperasi. Partisipasi anggota diperlukan untuk mengawasi kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pengurus. Tingkat partisipasi anggota dipengaruhi oleh manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota. Semakin tinggi manfaat ekonomi, maka akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi anggotanya. Tingkat partisipasi anggota dapat dilihat dari partisipasi dalam bidang organisasi, permodalan, dan unit usaha. Pada KKT Lisung Kiwari partisipasi anggota dalam bidang organisasi yaitu kehadiran dalam RAT termasuk kedalam partisipasi sukarela. Sifat sukarela ini dapat terjadi karena manajemen koperasi merangsang aktivitas partisipasi anggota melalui kegiatan-kegiatan tertentu sehingga anggota secara tidak langsung ikut terlibat dalam kegiatan koperasi. Hal ini dapat terlihat pada pembagian doorprize yang selalu dilakukan oleh pengurus KKT Lisung Kiwari dalam kegiatan RAT. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan keaktifan anggota dalam mengajukan saran maka termasuk kedalam partisipasi langsung. Karena setiap anggota dapat secara langsung mengajukan pendapat atau sarannya bagi kemajuan koperasi kepada pengurus tanpa harus melalui tahapan-tahapan tertentu. Partisipasi anggota dalam hal permodalan yaitu membayar simpanan wajib dan menbayar simpanan manasuka termasuk kedalam partisipasi kontributif. Partisipasi kontributif dapat terjadi karena kedudukan anggota sebagai pemilik koperasi. Dimana anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan unit usaha koperasi dalam hal keuangan seperti membayar simpanan wajib dan simpanan manasuka. Sedangkan partisipasi anggota dalam unit usaha koperasi termasuk kedalam partisipasi intensif. Hal ini dikarenakan kedudukan anggota sebagai pelanggan koperasi. Dimana anggota dapat memanfaatkan berbagai bentuk pelayanan yang disediakan oleh koperasi. Seperti pada KKT

103 Lisung Kiwari anggota dapat menjual produknya yaitu gabah melalui koperasi serta membeli saprodi pada koperasi. Semakin banyak anggota memanfaatkan layanan yang disediakan oleh koperasi maka manfaat yang diperoleh anggota akan semakin banyak sehingga partisipasi kontributif anggota akan meningkat. Oleh sebab itu, KKT Lisung Kiwari merangsang partisipasi kontributif anggota melalui pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Keefektifan partisipasi anggota akan berhasil apabila terdapat kesesuaian antara anggota, program, dan manajemen koperasi. Kesesuaian antara anggota dan program pada KKT Lisung Kiwari dapat terlihat dari kesepakatan antara kebutuhan anggota dengan output koperasi berupa program-program yang sesuai. Program koperasi tersebut berupa unit usaha yang sesuai dengan kebutuhan anggota. Seperti adanya unit usaha sarana produksi pertanian yang dapat menyediakan semua input pertanian bagi anggota KKT Lisung Kiwari. Kesesuaian antara anggota dengan manajemen koperasi dapat dilihat dari kemampuan anggota dalam mengemukakan pendapat yang selanjutnya diimplementasikan dalam keputusan manajemen koperasi. Pada KKT Lisung Kiwari dapat terlihat ketika pembentukan unit usaha sarana produksi pertanian. Dimana ketika unit usaha saprodi belum terbentuk banyak anggota yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan input pertanian. Setelah mendengar adanya keinginan petani anggota agar koperasi dapat menyediakan input pertanian maka pengurus mendirikan unit usaha tersebut. Sedangkan kesesuaian antara program dan manajemen dapat terjadi apabila manajemen mampu untuk melaksanakan program-program yang sudah ditetapkan. Program koperasi tersebut berupa rencana kerja pengurus yang dijabarkan dalam bentuk pelayanan yang disediakan oleh koperasi. Seperti pengelolaan terhadap semua unit usaha yang ada pada koperasi. Sehingga melalui unit-unit usaha tersebut dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada anggota. Dengan adanya kesesuaian tersebut dapat berimplikasi pada pemilihan manajemen yang dapat menjalankan tugas sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anggota melalui mekanisme hak suara (one man one vote). Adapun partisipasi anggota pada KKT Lisung Kiwari dapat dilihat pada Tabel 12.

104 Tabel 12. Analisis Partisipasi Anggota KKT Lisung Kiwari Bogor No Jenis Partisipasi Skor Partisipasi Jumlah (orang) 1* 2* 3* Skor Partisipasi Kategori Partisipasi 1 Kehadiran dalam RAT Tinggi 2 Keaktifan dalam mengajukan suara Rendah 3 Membayar simpanan wajib Sedang 4 Membayar simpanan manasuka Sedang 5 Menjual gabah melalui KKT Lisung Kiwari 6 Membeli saprodi di KKT Lisung Kiwari Keterangan : Skor* Tinggi Tinggi Partisipasi anggota koperasi dalam bidang organisasi dapat dikatakan tinggi yaitu dalam kehadiran anggota pada RAT. Ini dikarenakan setiap anggota pasti mendapatkan SHU ketika diadakan RAT. Selain itu anggota juga mendapatkan berbagai macam doorprize berupa sembako, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian hingga hewan ternak. Kondisi seperti inilah yang membuat anggota selalu menginginkan hadir pada acara RAT. Namun, kehadiran anggota yang tinggi dalam RAT tidak diimbangi dengan keaktifan anggota dalam mengajukan pendapat. Dimana keaktifan anggota dalam mengajukan pendapat sangat rendah atau sekitar 82,35 persen anggota tidak pernah mengajukan saran dalam kegiatan RAT ataupun rapat koperasi. Padahal adanya pendapat atau saran anggota sangat diperlukan untuk kemajuan koperasi. Banyak anggota yang langsung menyetujui rencana-rencana yang disampaikan oleh pengurus. Walaupun rencana-rencana tersebut tidak merugikan anggota tetap saja saran dari anggota sangatlah diperlukan. Pada RAT 2010 saja hanya lima orang yang mengajukan saran sisanya setuju dengan rencana yang sudah dijelaskan oleh pengurus. Partisipasi anggota dalam bidang permodalan KKT Lisung Kiwari dapat dikategorikan sedang. Hal ini dapat disebabkan karena masih banyak anggota koperasi yang tidak membayar simpanan wajib dan simpanan manasuka tepat waktu. Akibatnya pengurus koperasi harus selalu mengingatkan anggota. Walaupun sering terjadi keterlambatan pembayaran, jumlah simpanan wajib dan

105 Rupiah simpanan manasuka anggota KKT Lisung Kiwari selalu meningkat setiap tahunnya. Hal inilah yang menyebabkan permodalan koperasi semakin kuat, karena modal KKT Lisung Kiwari lebih didominasi oleh permodalan yang berasal dari dalam. Adapun jumlah simpanan wajib dan simpanan manasuka dapat dilihat pada Gambar ,000, ,000,000 80,000,000 60,000,000 40,000,000 Simpanan Wajib Simpanan Manasuka 20,000, Tahun Gambar 12. Perkembangan Simpanan Wajib dan Simpanan Manasuka KKT Lisung Kiwari Tahun (data diolah) Sedangkan partisipasi anggota dalam bidang usaha koperasi dapat dikategorikan tinggi. Terdapat 76,47 persen anggota yang selalu menjual gabahnya melalui koperasi. Disamping karena harga jual gabahnya yang lebih tinggi yaitu berkisar antara Rp Rp 3000, anggota juga mempunyai hutang terhadap koperasi dalam bentuk pembiayaan ketika akan bercocok tanam sehingga salah satu cara untuk melunasinya dengan cara menyetorkan gabahnya pada koperasi. Adanya sistem jukyar ataupun yarnen membuat tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan unit usaha pengadaan sarana produksi pertanian berada dalam kategori tinggi. Ini disebabkan karena petani merasa dimudahkan jika membeli kebutuhan pertanian pada koperasi. Disamping harga yang tentunya lebih murah, petani anggota tidak harus membayar dimuka. Namun petani bisa

106 membayarnya nanti setelah panen. Kondisi seperti inilah yang tidak diperoleh petani jika membeli input pertanian di toko-toko pertanian Hubungan Antara Manfaat Ekonomi Dengan Partisipasi Anngota Partisipasi anggota dapat terjalin jika terdapat manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota. Sehingga koperasi harus selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota. Untuk melihat hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota dapat dilihat pada Tabel 13 berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Rank Spearman. Tabel 13. Korelasi Manfaat Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Anggota KKT Lisung kiwari Spearman s Rho Manfaat Jenis partisipasi Ekonomi Organisasi Unit Usaha Modal Koefisisen Korelasi (r s ) 0,107 0,102 0,340 Sig.(2-tailed) 0,545 0,567 0,049 N Keterangan : Correlations is significant at the 0,05 level (2-tailed) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (r s ) antara manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang organisasi, partisipasi bidang unit usaha, dan partisipasi dalam hal permodalan menunjukkan nilai positif yang artinya terdapat hubungan yang searah antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota baik pada bidang organisasi, unit usaha, maupun permodalan. Sehingga semakin tinggi manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota maka partisipasi anggota pada koperasi juga akan semakin tinggi. Hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi di bidang organisasi menghasilkan koefisien korelasi (r s ) sebesar 0,107 dengan sig (2-tailed) sebesar 0,545. Sehingga apabila dilihat berdasarkan nilai sig (2-tailed) yang lebih besar dari alfa 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara manfaat ekonomi dan partisipasi di bidang organisasi. Hal ini berarti adanya manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota ternyata tidak menyebabkan anggota berpartisipasi dalam kegiatan organisasi koperasi yaitu pada kehadiran RAT dan keaktifan anggota dalam mengajukan suara. Tidak signifikannya hubungan antara

107 manfaat ekonomi dan partisipasi anggota dalam bidang organisasi dapat disebabkan oleh rendahnya keaktifan anggota dalam mengajukan pendapat dalam rapat-rapat yang diselenggarakan oleh koperasi khususnya dalam RAT. Sehingga koperasi tidak memperoleh informasi yang lansung berasal dari mulut anggota. Walaupun ada hanya sebagian anggota yang mau membuka suara namun tetap saja jumlahnya masih kalah dengan anggota yang langsung menyetujui keputusan pengurus. Sedangkan hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi di bidang unit usaha menghasilkan koefisien korelasi (r s ) sebesar 0,102 dengan sig (2-tailed) sebesar 0,567. Sehingga apabila dilihat berdasarkan nilai sig (2-tailed) yang lebih besar dari alfa 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara manfaat ekonomi dan partisipasi di bidang unit usaha. Artinya walaupun KKT Lisung Kiwari telah meyediakan berbagai macam kebutuhan petani anggota mulai dari penyediaan input pertanian hingga pemasaran produk-produk petani ternyata tidak mempengaruhi anggota untuk berpartisipasi pada unit usaha koperasi. Hal ini dapat disebabkan karena banyak anggota yang sering kesulitan untuk mendapatkan input-input pertanian di KKT Lisung Kiwari dikarenakan persediaannya yang selalu habis. Kondisi tersebut dikarena permintaan terhadap input pertanian seperti pupuk dan bibit di KKT Lisung Kiwari cukup tinggi. Akibatnya petani anggota sering berbelanja kebutuhan pertaniannya di toko-toko pertanian yang berada di daerah Cigombong. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,340 antara manfaat ekonomi dengan partisipasi dalam hal permodalan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Ini dikarenakan nilai sig (2-tailed) 0,049 kurang dari nilai alfa. Namun hubungan yang terbentuk antara manfaat ekonomi dan partisipasi dalam hal permodalan sangat lemah. Ini dapat terlihat dari nilai r s yang kurang dari 0,5. Hal ini dikarenakan banyaknya anggota koperasi yang tidak membayar simpanan wajib dan simpanan manasuka tepat waktu. Kondisi seperti ini disebabkan karena uang untuk membayar simpanan wajib dan simpanan manasuka sering digunakan untuk keperluan rumah tangga. Akibatnya sering terjadi keterlambatan pembayaran. Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota pada bidang organisasi serta unit usaha tidak

108 terdapat hubungan yang signifikan. Sedangkan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota dalam bidang permodalan koperasi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Namun hubungan yang terbentuk diantara kedua variabel tersebut sangatlah lemah. Walaupun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota pada bidang organisasi dan permodalan karena diakibatkan nilai sig (2-tailed) yang lebih besar dari 0,05. Namun nilai koefisien korelasi (r s ) antara manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang organisasi, partisipasi bidang unit usaha, dan partisipasi dalam hal permodalan menunjukkan nilai positif. Nilai koefisien korelasi (r s ) yang positif mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang searah antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota. Jika manfaat yang diterima oleh anggota sedikit maka anggota tidak akan berperan aktif pada seluruh kegiatan koperasi. Begitu juga sebaliknya, jika manfaat yang diterima oleh anggota besar maka tingkat partisipasinya juga akan tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hanel (2005) dalam Rindrayani (2009) yang menjelaskan bahwa koperasi harus meningkatkan pelayanan atau manfaat secara efisien melalui penyediaan barang-barang yang dapat merangsang anggota, sehingga anggota terdorong untuk turut serta memberikan kontribusinya pada pembentukan dan pertumbuhan koperasi serta mempertahankan hubungan-hubungan usahanya secara intensif dengan koperasi. Fulton (1999) juga berpendapat bahwa anggota dapat berkomitmen pada koperasi apabila koperasi dapat memberikan layanan atau manfaat yang menarik kepada anggota. Sehingga melalui manfaat yang diperoleh diharapkan partisipasi anggota pada setiap kegiatan koperasi akan meningkat. Hasil dari penelitian ini juga mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Syahza (2009) 5 yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang dapat menumbuhkan partisipasi anggota pada setiap aktivitas koperasi adalah promosi ekonomi anggota. Promosi ekonomi anggota dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan manfaat atau pelayanan yang optimal pada anggota dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonominya. 5 Almasdi Syahza Percepatan Peningkatan Ekonomi Pedesaan Melalui Pengembangan Koperasi Berbasis Agribisnis Didaerah Pedesaan. [13 Maret 2011].

109 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Pengukuran kinerja yang dilakukan pada KKT Lisung Kiwari menggunakan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) bagi koperasi dengan melihat pada empat indikator yang meliputi visi, kapasitas, sumber daya, dan jaringan kerja. Pada indikator visi, kapasitas, dan sumberdaya menunjukkan bahwa KKT Lisung Kiwari berada pada zona hijau yang berarti kinerja koperasi berada dalam kondisi yang baik. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan indikator jaringan kerja maka koperasi berada pada zona kuning yang berarti kinerja koperasi sudah memuaskan namun memerlukan perbaikan lebih lanjut. Apabila dilihat secara keseluruhan kinerja KKT Lisung Kiwari berada pada zona hijau yang artinya kinerja koperasi umumnya sudah berjalan dengan baik. Berdasarkan pengukuran melalui PTP maka dapat diidentifikasikan bahwa kinerja KKT Lisung Kiwari dapat dilihat berdasarkan orientasi proses dan orientasi hasil. Dimana pada orientasi proses dapat terlihat dalam kemampuan pengurus dalam menjalankan kegiatan operasional koperasi dan efisiensi yang dicapai oleh koperasi. Sedangkan dalam orientasi hasil dapat terlihat pada kuantitas yang telah dicapai oleh koperasi serta peningkatan kualitas yang terus dilakukan oleh KKT Lisung Kiwari dalam memberikan pelayanan kepada anggota. Berdasarkan analisis manfaat ekonomi dapat diketahui bahwa KKT Lisung Kiwari sampai sejauh ini sudah dapat memberikan manfaat terhadap anggotanya. Hal ini dapat terlihat dari perhitungan berdasarkan hasil kuesioner bahwa kategori manfaat ekonomi yang diterima oleh anggota dapat dikategorikan tingga jika dilihat dari jaminan dalam pemasaran gabah, kepuasan terhadap harga gabah yang sudah ditetapkan oleh KKT Lisung Kiwari, peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota dari KKT Lisung Kiwari, kemudahan dalam memperoleh sarana produksi pertanian dalam hal pembayaran, kepuasan terhadap harga benih padi, dan kepuasan terhadap harga pupuk yang ditetapkan oleh KKT Lisung Kiwari. Sedangkan berdasarkan analisis partisipasi anggota dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi anggota pada bidang organisasi yaitu kehadiran dalam RAT dapat dikategorikan tinggi. Namun partisipasi anggota dalam keaktifan mengajukan suara termasuk dalam kategori rendah. Partisipasi anggota dalam bidang unit

110 usaha yaitu menjual gabah melalui koperasi serta membeli saprodi melalui koperasi dapat dikategorikan tinggi. Sedangkan partisipasi anggota dalam bidang permodalan yaitu dalam hal kesadaran anggota membayar simpanan wajib dan simpanan manasuka dapat dikategorikan sedang. Selain memperoleh manfaat dalam hal ekonomi, anggota juga memperoleh manfaat sosial yang secara tidak langsung diterima oleh anggota ketika bergabung dalam keanggotaan KKT Lisung Kiwari seperti adanya pola pertukaran atau resiprocity antar anggota, mendidik anggota koperasi untuk memiliki semangat berkorban sesuai dengan kemampuan masing-masing demi terwujudnya tatanan sosial yang adil dan beradab, mendorong terbentuknya suatu tatanan sosial yang didasarkan atas kekeluargaan, persaudaraan, dan bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi serta turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis dengan mengguanakan Rank Spearman dapat diketahui bahwa hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi dibidang organisasi, unit usaha, dan permodalan menunjukkan nilai koefisien korelasi (r s ) positif yang artinya terdapat hubungan yang searah antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota baik pada bidang organisasi, unit usaha, maupun permodalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa partisipasi anggota sangat ditentukan oleh manfaat yang diterimanya. Jika manfaat yang diterima oleh anggota sedikit maka anggota tidak akan berperan aktif pada seluruh kegiatan koperasi. Begitu juga sebaliknya, jika manfaat yang diterima oleh anggota besar maka tingkat partisipasinya juga akan tinggi. Namun jika dilihat berdasarkan nilai sig (2-tailed) hanya manfaat ekonomi dan partisipasi pada bidang permodalan saja yang menunjukkan hubungan yang signifikan. Sedangkan antara manfaat ekonomi dan partisipasi pada organisasi serta permodalan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan Saran 1. KKT Lisung Kiwari harus menetapkan visi dan misi koperasi secara jelas dan kongkrit yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan anggota.

111 2. KKT Lisung Kiwari perlu melakukan regenerasi pengurus agar terdapat calon penerus koperasi berikutnya serta perekrutan manajer yang berkualitas agar dapat mengelola unit usaha koperasi. 3. KKT Lisung Kiwari perlu untuk meningkatkan alokasi dana pendidikan bagi anggota sehingga diharapkan melalui pendidikan tersebut akan meningkatkan kualitas sumberdaya anggota koperasi serta meningkatkan pemahaman anggota mengenai perkoperasian. 4. KKT Lisung Kiwari perlu untuk meningkatkan manajemen pengelolaan keuangan koperasi dalam hal audit keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan anggota terhadap manajemen koperasi dan menjaga kebersihan manajemen koperasi. 5. KKT Lisung Kiwari harus merangsang partisipasi anggota pada setiap kegiatan koperasi dan menumbuhkan komitmen dan rasa memiliki anggota pada koperasi.

112 DAFTAR PUSTAKA Azhar YA Tingkat Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Koperasi Perikanan Mina Jaya, Muara Angke, Jakarta Utara [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Peranian Bogor. Baga LM et al Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis. Bogor : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Baswir R Koperasi Indonesia. Ed ke-1. Yogyakarta : BPFE- YOGYAKARTA. David FR Strategic Management. Jakarta : Salemba Empat. Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor Program dan Kegiatan Koperasi Kabupaten Bogor Tahun Bogor : Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan. Elizabeth R Partisipasi Sebagai Strategi Pemberdayaan Petani Miskin Melalui Program Integrasi Jagung dan Ternak. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian & Agribisnis 8(Februari): Fulton M Co-Operatives And Member Commitment. Di dalam The Role of Cooperative Entrepreneurship in the Modern Market Environment; Helsinki, 11 Juni Finland : University of Saskatchewan. hlm Muray.Fulton@usask.ca. [26 Maret 2011]. Hanel A Basic Aspects Of Cooperative Organizations And Cooperative Self-Help Promotion In Developing Countries. Germany : Marburg Consult. Hendar, Kusnadi Ekonomi Koperasi. Ed ke-2. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Herdhiana R Partisipasi Anggota Untuk Mencapai Kemandirian Koperasi. Jurnal Pendidikan dan Budaya. [13 Maret 2011]. Hidayanto E Faktor Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat/ KUR Studi Kasus Usaha Agribisnis BRI Unit Tongkol, Jakarta [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Himpuni O Analisis Kinerja Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Alam Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jafar M Efektivitas Koperasi Pertanian dalam Penyediaan Sarana Produksi Pembangunan Pertanian. Di dalam Djohan D, Krinamurthi B, editor.

113 Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. Jakarta : LSP2I Hal Kementrian Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Partisipasi Anggota Koperasi. partisipasi_anggota_koperasi.pdf. [22 Mei 2011]. Ketaren N Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koperasi Credit Union Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Analisis Administrasi dan Kebijakan : [13 Maret 2011]. Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Bogor a. Profil Kelompok Tani Lisung Kiwari. Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Bogor b. Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Bogor Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Bogor Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Bogor Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Bogor. Krisnamurthi B Koperasi Pertanian Sebagai Upaya Membangun Daya Saing Perekonomian Dalam Era Perdagangan Bebas. Di dalam Seminar Koperasi Agribisnis Nasional; Bogor, 6 Juni Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kurnia A Partisipasi Anggota Koperasi Produsen Tahu Tempe (KOPTI) Kabupaten Kuningan Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mulyono S Statistika Untuk Ekonomi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Mutasowifin A Penerapan Balance Scorecard Sebagai Tolak Ukur Penilaian Pada Badan Usaha Berbentuk Koperasi. [13 Maret 2011]. Naim M Hatta dan Pembangunan Ekonomi Koperasi di Indonesia. Di dalam Natsir I,editor. Pemikiran Pembangunan Bung Hatta. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia. Hal

114 Nawawi H Evaluasi Dan Manajemen Kinerja Di Lingkungan Perusahaan Dan Industri.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Nazir M Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Purba YA Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rindrayani SR Pengaruh Harga Dan Pelayanan Anggota Terhadap Partisipasi Anggota Di KUD Tani Wilis Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Jurnal Cakrawala Pendidikan 11 (April): [13 Maret 2011]. Robbins LW Potential Benefit And Cost From Assuring Access To Input And Product Markets: Discussion. Di dalam Schrader LF, Dobson WD, editor. Farmer Cooperatives For The Future.Indiana : St Louis Bank for Cooperatives. Hal Sartika T, Rachman A Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Bogor : Ghalia Indonesia Singarimbun M, Effendi S Metode Penelitian Survai. Jakarta : PT Midas Surya Grafindo. Soedjono I Rancangan Bangun Pola Perkoperasian Di Masa Datang. Di dalam Djohan D, Krinamurthi B, editor. Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. Jakarta : LSP2I Hal Instrumen-Instrumen Pengembangan Koperasi. Jakarta : Keno Promotion Jatidiri Koperasi antara Pengertian Normatif dan Penerapannya dalam Praktek. Di dalam Djohan D, editor. Membangun Koperasi Mandiri dalam Koridor Jatidiri. Jakarta : LSP2I-ISC. Hal Soekanto S Sosiologi Suatu Pengantar. Ed ke-2. Jakarta : CV Rajawali. Soelarso KUD, Upaya Mempertajam Pengertian sebagai Koperasi Pertanian. Di dalam Djohan D, Krinamurthi B, editor. Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. Jakarta : LSP2I Hal Sompie BF Kelompoktani Manapulus (Poktalus) Sebagai Potensi Organisasi Cikal Bakal Koperasi Pedesaan [Tesis]. Bogor : Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Tampubolon SMH Peran Koperasi Pertanian dalam Agroindustri dan Agribisnis. Di dalam Djohan D, Krinamurthi B, editor. Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. Jakarta : LSP2I Hal

115 Ton G et al Producer Organisations and Market Chains. Netherlands : Wageningen Academic Publishers. Umar H Riset Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi. Edisi Revisi dan Perluasan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.

116 LAMPIRAN

117 Lampiran 1. Tata Letak KKT Lisung Kiwari I H G J F E K D C L B A Keterangan : A : Unit usaha voucher dan warnet B : Kantor KKT Lisung Kiwari C : Tempat penjualan bibit dan pupuk D : Tempat penjualan beras E : Tempat penyimpanan gabah F : Tempat penyimpanan mesin-mesin pertanian G : Sekretariat gapoktan H : Tempat yang biasa digunakan untuk RAT I : Bale pertemuan (saung) anggota J : Tempat penjemuran gabah K : Gudang Beras L : Unit usaha sembako

118 Lampiran 2. Peta Operasional Usaha Pengadaan dan Pemasaran Beras SAE DKI Jakarta Kabupaten Bogor TI SA II SA I MJ Kecamatan Cigombong SK Pasar Beba s Griya Jaya Sukabumi Kota Bogor Pasar Beba s Keterangan : TI : Kelompok Tani Tunas Inti SA I : Kelompok Tani Silih Asih I MJ : Kelompok Tani Manunggal Jaya SA II : Kelompok Tani Silih Asih II SK : Kelompok Tani Saung Kuring : Pengadaan bahan baku : Pemasaran

119 Lampiran 3. Alat Ukur Analisis Manfaat Ekonomi Jenis Manfaat Tidak puas (tidak merasakan) (Skor 1) Kurang puas(kurang merasakan) (Skor 2) Puas (merasakan) (Skor 3) Jaminan pemasaran Gabah yang dipasok Gabah yang dipasok Gabah yang dipasok gabah tidak pernah diterima tidak selalu diterima selalu diterima Harga gabah di KKT Harga gabah di KKT Harga gabah di KKT Harga gabah Lisung Kiwari lebih rendah dibandingkan Lisung Kiwari sama dengan pesaing Lisung Kiwari lebih tinggi dibandingkan pesaing pesaing Pendapatan tidak Pendapatan sama Pendapatan meningkat Peningkatan meningkat dari dengan sebelum setelah menjadi pendapatan sebelum menjadi menjadi anggota anggota anggota Kemudahan memperoleh produksi dalam sarana Sulit saprodi memperoleh Tidak terlalu mudah dalam memperoleh saprodi Mudah saprodi memperoleh pertanian(saprodi) dalam hal pembayaran Harga bibit di KKT Harga bibit di KKT Harga bibit di KKT Harga bibit Lisung Kiwari lebih tinggi dibandingkan Lisung Kiwari sama dengan pesaing Lisung Kiwari lebih rendah dari pada dengan pesaing pesaing. Harga pupuk di KKT Harga pupuk di KKT Harga pupuk di KKT Harga pupuk Lisung Kiwari lebih tinggi dibandingkan Lisung Kiwari sama dengan pesaing Lisung Kiwari lebih rendah dari pada dengan pesaing pesaing.

120 Lampiran 4. Alat Ukur Analisis Partisipasi Anggota Jenis Partisipasi Hadir dalam RAT Keatifan dalam mengajukan saran atau pendapat Membayar simpanan wajib Membayar simpanan manasuka Menjual gabah melalui KKT Lisung Kiwari Membeli saprodi di KKT Lisung Kiwari Tidak Pernah (Skor 1) Jarang (Skor 2) Tidak pernah hadir Tidak setiap tahun hadir Tidak pernah Jarang memberikan memberikan saran saran atau pendapat atau pendapat Tidak pernah Jarang membayar membayar simpanan simpanan wajib tepat wajib tepat waktu waktu Tidak pernah Jarang membayar membayar simpanan simpanan manasuka manasuka tepat waktu tepat waktu Tidak pernah menjual Tidak setiap waktu gabah melalui KKT menjual gabah melalui Lisung Kiwari KKT Lisung Kiwari Tidak pernah membeli Tidak selalu membeli saprodi di KKT saprodi di KKT Lisung kiwari Lisung kiwari Selalu (Skor 3) Hadir setiap tahun Selalu memberikan saran atau pendapat Setiap bulan selalu membayar simpanan wajib tepat waktu Setiap hari membayar simpanan manasuka tepat waktu Selalu menjual gabah melalui KKT Lisung Kiwari Selalu membeli saprodi di KKT Lisung kiwari

121 Lampiran 5. Kuesioner Penelitian Mengenai Penilaian Tingkat Perkembangan (PTP) Bagi Koperasi KUESIONER Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) Bagi Koperasi Kuesioner ini digunakan sebagai Bahan Penyusunan Skripsi Pengukuran Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Oleh : Prima Dessy Handayani H Program Sarjana Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2011

122 WAWANCARA PTP Nama : Jabatan : PETUNJUK : Berilah tanda silang [x] pada alternatif jawaban untuk masingmasing pertanyaan. I. VISI 1. Apakah petani, kaum muda dan golongan minoritas terwakili dalam staf dan kepengurusan? Apakah peran mereka dan sampai berapa jauh hal ini didukung oleh anggaran dasar koperasi? [5] Sangat adil. Petani, kaum muda dan golongan minoritas sepenuhnya terintergrasi dan terdapat keadilan dalam hal perwakilan dan partisipasi dalam keanggotaan, pengurus dan manajemen. [4] Adil. Organisasi mempunyai proyek-proyek khusus untuk menggalakan keterlibatan mereka. Organisasi bergerak kearah perwakilan yang seimbang. [3] Campuran. Ada beberapa partisipasi dari petani, kaum muda, dan golongan minoritas dalam pengurus dan dalam kedudukan yang bertanggung jawab dalam manajemen. [2] Tidak adil. Dibutuhkan lebih besar kesadaran mengenai issue-issue diatas. Jika ada, hanya sedikit partisipasi dari petani, kaum muda dari golongan minoritas. [1] Sangat tidak adil. Kesadaran kecil mengenai issue-issue diatas. Partisipasi adalah pengecualian. 2. Sejauh mana tingkat keefektifan organisasi dalam melakukan hubungan dengan anggota-anggotanya? [5] Sangat efektif. Misi dan tujuan-tujuan dinyatakan secara jelas dan disampaikan kepada para anggota. Anggota-anggota telah diberi informasi mengenai semua kebijakan dan setiap terjadi perubahan. Tingkat bunga, pemberitahuan pertemuan-pertemuan, kegiatankegiatan komunitas disebarkan secara meluas dan secara teratur

123 disampaikan kepada anggota-anggota. Rapat anggota diselenggarakan tepat pada waktunya. [4] Efektif. Misi dan tujuan-tujuan telah disampaikan kepada para anggota. Anggota selalu diberi tahu mengenai semua perubahan kebijakan, tingkat bunga, kegiatan-kegiatan pertemuan dan komunitas. Akan tetapi hal tersebut tidak selalu disebar luaskan dan informasi tidak selalu disampaikan tepat waktu. [3] Campuran. Para anggota terus diberi informasi, tetapi tidak teratur dan tidak semua informasi diteruskan kepada mereka. [2] Tidak efektif. Para anggota merasa perlu untuk memperoleh informasi. Tidak ada informasi yang disebar luaskan atau diteruskan kepada mereka [1] Sangat tidak efektif. Para anggota tidak diberi informasi jika mereka tidak memintanya. Informasi memang tidak tersedia atau secara sengaja ditahan terhadap mereka. 3. Apa yang dilakukan organisasi untuk mengembangkan bisnis? [5] Sangat tinggi. Organisasi secara tertulis memiliki tujuan-tujuan ekonomi dan berorientasi bisnis, sasaran-sasaran berdasarkan kinerja yang secara teratur diimplementasiakn atau dievaluasi. [4] Tinggi. Organisasi telah memiliki tujuan-tujuan secara tertulis yang berorientasikan pada bisnis akan tetapi tujuan-tujuan tersebut tidak selalu diimplementasikan. [3] Campuran. Tidak ada tujuan-tujuan yang tertulis. Akan tetapi kegiatan-kegiatan bisnis didiskusikan dan jarang terdapat keterlibatan dalam issue-issue bisnis oleh koperasi dan anggota-anggota. [2] Rendah. Tidak ada tujuan-tujuan tertulis, issue-issue bisnis jarang didiskusikan. [1] Sangat rendah. Tidak ada fokus nyata pada issue-issue bisnis. 4. Bagaimana tingkat komitmen organisasi terhadap pembangunan sosial? [5] Sangat tinggi. Organisasi memiliki secara tertulis tujuan-tujuan sosial dan berorientasi komunitas. Sasaran-sasaran organisasi berbasiskan kinerja yang secara teratur diimplementasikan dan dievaluasi.

124 [4] Tinggi. Organisasi memiliki secara tertulis tujuan sosial dan yang berorientasi komunitas dan secara efektif terlibat dalam beberapa kegiatan komunitas. Namun tujuan dan sasaran tidak selalu diimplementasikan dan dievaluasi. Hanya beberapa anggota yang terlibat. [3] Campuran. Tidak ada tujuan/sasaran tertulis tetapi kegiatan-kegiatan komunitas didiskusikan dan ada keterlibatan yang tidak teratur dalam issue-issue komunitas oleh koperasi dan anggota. [2] Rendah. Tidak ada tujuan-tujuan tertulis. Issue-issue komunitas/sosial jarang sekali didiskusikan. Tidak ada partisipasi dalam kegiatan komunitas. [1] Sangat Rendah. Tidak ada keterlibatan dalam issue-issue komunitas/ sosial. 5. Sampai berapa jauh keefektifan pimpinan dan manajemen pengurus serta panitia lain? [5] Sangat efektif. Terdapat peran-peran yang jelas dan uraian jabatan bagi pengurus dan panitia. Kebijakan-kebijakan diimplementasikan. [4] Efektif. Ada peran-peran jelas dan uraian jabatan, kebijakankebujakan yang ada jelas. Kepemimpinan tidak selalu mencerminkan keragaman anggota. [3] Campuran. Peran-peran jelas, tetapi tidak terdapat uraian jabatan bagi panitia. Hanya beberapa panitia aktif. Kepemimpinan dikendalikan oleh mayoritas anggota. Pembaharuan pengurus tidak dilakukan dan ada perputaran anggota pengurus yang terbatas atau berlebihan. [2] Tidak efektif. Hanya pengurus yang berfungsi, namun tanpa uraian jabatan dan kebijakan yang jelas. Kepemimpinan dilakukan oleh sedikit anggota. [1] Sangat tidak efektif. Tidak ada panitia yang aktif. Pengurus bekerja atas dasar ad hoc (untuk tujuan tertentu saja). Kepemimpinan didominasi oleh satu orang. 6. Bagaimana sifat dari rencana strategik dan sejauh mana efektivitas dari rencana strategik organisasi tersebut?

125 [5] Sangat efektif. Rencana memberikan visi jangka panjang organisasi dan didukung dengan analisa keuangan. Rencana secara menyeluruh menilai lingkungan internal dan eksternal dan mempertimbangkan pertumbuhan mendatang melalui integrasi vertikal dan horizontal. Termasuk target kualitas output/hasil. [4] Efektif. Organisasi memiliki rencana strategis yang dikembangkan dengan baik yang memberikan posisi bagi perluasan dikemudian hari. [3] Campuran. Rencana memiliki beberapa kelemahan dan hanya berfokus pada pengaturan struktur dan sistem, termasuk target output/hasil. [2] Tidak efektif. Rencana dikembangkan oleh pengurus dan manajemen. Rencana adalah jangka pendek dan terbatas ruang lingkupnya. [1] Sangat tidak efektif. Rencana dikembangkan oleh pemimpin dan didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan dadakan dan keinginan para pemimpin, mementingkan orientasi pada input/ masukan. 7. Adakah mekanisme untuk menyelesaikan pertentangan? Apakah tercantum dalam anggaran dasar? Apakah pernah dimulai? Apakah telah dibuat keputusan-keputasan yang didokumentasikan? [5] Sangat baik. Organisasi secara tertulis memiliki mekanisme penyelesaian sengketa yang adil dan dicantumkan dalam anggaran dasar, dapat dijangkau oleh anggota dan telah dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya. [4] Baik. Organisasi secara tertulis memiliki mekanisme penyelesaian sengketa yang adil dan dapat dijangkau akan tetapi tidak dicantumkan dalam anggaran dasar atau belum digunakan sesuai dengan yang dimaksudkan. [3] Adil. Organisasi memiliki mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak tertulis yang telah digunakan secara adil dalam menyelesaikan sengketa. [2] Buruk. Mekanisme penyelesaian sengketa dari organisasi tidak tertulis, prosesnya tidak memadai atau tidak berdasarkan aturan.

126 [1] Sangat buruk. Organisasi tidak memiliki mekanisme penyelesaian sengketa. SUB TOTAL VISI DARI 35 II. KAPASITAS 8. Bagaimana tingkat struktur organisasi dan staf, apakah mencerminkan sebuah koperasi yang mempunyai daya hidup dan berhasil? [5] Sangat tinggi. Staf koperasi memenuhi persyaratan baik. Struktur dirancang untuk melayani anggota-anggota. [4] Tinggi. Struktur tidak seramping seperti yang seharusnya. [3] Campuran. Sementara staf koperasi memenuhi persyaratan. Struktur akan melayani anggota-anggota dan koperasi akan memiliki daya hidup tetapi secara marjinal. [2] Rendah. Beberapa staf memenuhi persyaratan, akan tetapi struktur tidak memungkinkan koperasi bertahan hidup dalam keadaan seperti sekarang ini. [1] Sangat rendah. Staf umumnya memiliki itikad baik, tetapi tidak memenuhi persyaratan. Struktur memiliki kekosongan-kekosongan yang signifikan (penting). 9. Bagaimana tingkat retensi (yang bertahan) pegawai senior dalam manajemen selama lima tahun terakhir? [5] Sangat tinggi. Semua manajer senior bertahan, bekerja dan memberikan laporan yang memuaskan. [4] Tinggi. Pergantian staf terbatas dan terdapat sedikit bukti mengenai ketegangan antara pengurus dan staf senior. [3] Campuran. Catatan tentang mereka yang bertahan beragam, akan tetapi terdapat kepuasan yang berlaku diantara pengurus. [2] Rendah. Terdapat perubahan karena adanya permasalahan dalam hubungan antar pengurus dengan manajemen senior. [1] Sangat rendah. Banyak terjadi perubahan disebabkan kurang baiknya hubungan antara pengurus dan manajemen senior.

127 10. Seberapa memuaskan syarat-syarat pelayanan bagi staf? [5] Sangat memuaskan. Kontrak-kontrak tertulis, penghasilan yang baik, staf merasa puas. [4] Memuaskan. Kontrak-kontrak tertulis dan penghasilan yang dapat disetujui namun tidak semua staf merasa puas. [3] Campuran. Kondisi-kondisi dan pandangan berbeda diantara staf. [2] Tidak memuaskan. Terdapat kontrak-kontrak tertulis bagi staf sementara, penghasilan rendah dan umumnya staf tidak merasa puas. [1] Sangat tidak memuaskan. Tidak ada kontrak-kontrak tertulis, penghasilan rendah, dan rasa ketidakpuasan sangat besar diantara staf. 11. Sampai berapa jauh kecakupan komitmen organisasi mengenai pentingnya pelatihan? [5] Sangat cukup. Rencana pelatihan untuk staf, anggota dan pengurus diimplementasikan dengan dana-dana sendiri. [4] Cukup. Rencana untuk pelatihan bagi semuanya ada, tetapi dana tidak mencukupi. [3] Campuran. Ada kesadaran kebutuhan pelatihan, tetapi tidak ada upaya sistematik dari organisasi. [2] Tidak cukup. Mengakui pentingnya pelatihan staf dan anggotaanggota pengurus, tetapi hanya menanggapi kesempatan-kesempatan yang tersedia di luar. [1] Sangat tidak cukup. Pengakuan akan pelatihan sangat lemah dan tidak ada prakarsa dari organisasi. 12. Sejauh mana efektifnya langkah-langkah yang diambil oleh organisasi untuk menurunkan biaya? (Sesuai dengan kondisi yang ada, apakah teknologi yang ada sesuai digunakan untuk bersaing secara efektif). [5] Sangat efektif. Organisasi telah memulai studi untuk menekan biaya operasional [4] Efektif. Tidak ada bukti studi yang sistematik, tetapi beberapa langkah telah diambil untuk menekan biaya. [3] Campuran. Tindakan-tindakan diambil tetapi hasil-hasilnya tidak jelas.

128 [2] Tidak efektif. Tidak pernah dilakukan studi, namun diintervensi oleh pihak luar untuk mengurangi pengeluaran. [1] Sangat tidak efektif. Tidak ada studi dan tidak ada tindakan-tindakan yang diambil. 13. Seberapa baik pemeliharaan sistem-sistem operasi dan pengaturan keuangan organisasi? [5] Dipelihara dengan sangat baik. Sistem pengendalian internal bagi semua kegiatan diurus secara benar dan informasi dapat dengan mudah diperoleh. Transaksi usaha anggota dengan koperasi dicatat seluruhnya dan dipelihara dengan sangat baik dan tepat waktu. [4] Dipelihara dengan baik. Sebagaian besar sistem-sistem pengendalian internal diurus dengan benar. Transaksi usaha anggota dengan koperasi dicatat seluruhnya namun tidak tepat waktu. [3] Campuran. Catatan berbeda-beda dalam kualitas selama lima tahun terakhir. Sebagian besar transaksi anggota dengan koperasi tidak dicatat. [2] Tidak dipelihara dengan baik. Catatan-catatan tidak up to date dan informasi menyeluruh sulit diambil kesimpulannya. Hanya sebagian kecil transaksi anggota dengan koperasi yang dicatat. [1] Dipelihara sangat buruk. Catatan-catatan tidak diurus oleh organisasi. Tidak ada catatan transaksi antara anggota dan koperasi. 14. Apakah audit (jika ada) selama tiga tahun yang lalu dapat diterima? [5] Sangat dapat diterima. Buku-buku diaudit secara benar setiap tahun oleh auditor professional. [4] Dapat diterima. Buku-buku diaudit secara benar tetapi tidak selalu tepat waktu. [3] Campuran. Laporan campur aduk, tetapi ada bukti untuk beberapa perbaikan. [2] Tidak dapat diterima. Buku-buku diaudit, akan tetapi rata-rata tertunda satu tahun atau lebih. [1] Sangat tidak dapat diterima. Terlambat secara terus menerus untuk dua tahun atau lebih.

129 15. Apakah penyampaian pelayanan-pelayanan bagi anggota oleh koperasi menguntungkan berdasarkan penelitian pasar? [5] Menurut kepentingan anggota dan menguntungkan. Pelayanan dengan analisa pasar diberikan kepada anggota secara menguntungkan. [4] Pelayanan menurut pasar sebagian menguntungkan. Batas dasar menyeluruh dari pelayanan organisasi menguntungkan. [3] Beberapa pelayanan menguntungkan. Batas dasar dari pelayanan tertentu organisasi menguntungkan. [2] Sedikit pelayanan yang menguntungkan. Kebutuhan anggota belum dipertimbangkan. [1] Pengembalian minimal dari biaya-biaya tetap. Pelayanan yang diberikan jumlahnya terbatas. 16. (Ditanyakan jika laporan-laporan keuangan tidak diperoleh) Mengapa laporan-laporan keuangan koperasi terlambat dan kapan laporan keuangan terakhir dapat diperoleh? [5] Hampir tidak pernah membuat laporan keuangan. Tidak ada rencana untuk membuatnya. [4] Tidak ada penjelasan, tidak ada target tanggal untuk persiapan. [3] Penjelasan samar-samar. Target tanggal lebih dari satu tahun setelah akhir tahun anggaran/fiscal. [2] Penjelasan dapat diterima. Target tanggal lebih dari enam bulan setelah akhir tahun, tetapi kurang dari setahun. [1] Penjelasan masuk akal. Target tanggal lebih dari satu kwartal setelah akhir tahun, tetapi kurang dari enam bulan. SUB TOTAL KAPASITAS DARI 40 III. SUMBER DAYA 17. Bagaimana dengan kecakupan modal organisasi? [5] Permodalan kuat. Aset jauh melebihi kewajiban (M>20%) [4] Permodalan cukup. Aset sedikit melebihi kewajiban (M>5%) [3] Permodalan kurang. Kewajiban melebihi aset (M<5%)

130 [2] Permodalan tidak cukup. Kewajiban jauh melebihi aset (M<-25%) [1] Permodalan nyata-nyata kurang. Hubungan antara aset dan kewajiban tidak diketahui atau tidak dapat diperoleh. 18. Apakah pertumbuhan aset terjadi, dalam arti riil selama tiga tahun terakhir? [5] Pertumbuhan positif tinggi, secara terus menerus 5% setiap tahun selama tiga tahun. [4] Pertumbuhan positif, rata-rata untuk tiga tahun. [3] Pertumbuhan statis, tetapi aset tidak susut. [2] Pertumbuhan negatif, akibat inflasi rata-rata selam tiga tahun [1] Pertumbuhan negatif tinggi, secara terus menerus lebih dari 5% negative akibat inflasi setiap tahun selama tiga tahun. 19. Apakah organisasi melindungi ekuitinya dan mengelola aset-asetnya secara menguntungkan? [5] Dikelola dengan sangat baik. Ekuiti positif, pembagian Surplus Hasil Usaha (SHU) positif dan dipenuhi ketentuan bagi cadangan modal untuk tiga tahun. [4] Dikelola dengan baik. Ekuiti positif, pembagian SHU statis atau sedikit negatif (0-3%), tetapi dipenuhi ketentuan bagi cadangan modal untuk tiga tahun. [3] Campuran. Ekuiti statis (+/-1%), pembagian SHU negatif (0-3%), dipenuhi ketentuan bagi cadangan modal. [2] Dikelola dengan buruk. Ekuiti dan bagian SHU negatif karena inflasi (lebih dari -3%) [1] Sangat buruk. Ekuiti dan bagian SHU nyata-nyata negatif (-10% atau lebih) 20. Apakah kedudukan kebijakan-kebijakan perkreditan dan prosedur-prosedur pengendalian dan bagaimanakah keefektifan keduanya? [5] Sangat efektif. kebijakan tertulis jelas sebagai pedoman keputusankeputusan alokasi kredit, keamanan, dan kapasitas untuk pembayaran kembali. Panitia kredit bertemu teratur dan setiap bulan memonitor kinerja keuangan. Tingkat tunggakan <5%.

131 [4] Efektif. Kebijakan ada. Panitia kredit bertemu teratur. Tindak lanjut terhadap tunggakan. Tingkat tunggakan 5% - 7%. [3] Campuran. Standar praktek ada namun tidak diikuti secara tertib. Panitia kredit bertemu teratur, tindak lanjutnya tidak memadai. Tingkat tunggakan 7 % - 10%. [2] Tidak efektif. Panitia kredit bertemu dan membuat keputusan tanpa kebijakan yang jelas. Sedikit atau tidak ada tindak lanjut. Tingkat tunggakan > 10%. [1] Sangat tidak efektif. Tidak ada kebijakan yang pasti. Panitia kredit tidak ada atau tidak dapat berfungsi. Tidak ada tindak lanjut terhadap tunggakan keuangan. Tingkat tunggakan > 15% atau tidak diketahui. SUB TOTAL SUMBER DAYA DARI 40 VI. JARINGAN KERJA 21. Bagaimana kebijakan-kebijakan anggaran/ fiscal dibuat dalam organisasi? [5] Tidak ada peraturan. Pengurus memiliki wewenang untuk menetapkan tingkat bunga, harga, dan sebagainya. Diatur oleh prinsip-prinsip umum yang ditetapkan oleh para anggota. [4] Sebagian besar tidak ada peraturan. Kebijakan tingkat bunga dan harga ditetapkan oleh pengurus atau menajemen dengan berkonsultasi dengan anggota. [3] Agak tidak ada peraturan. Tingkat bunga dan harga disesuaikan secara nasional. Pengurus menentukan kebijakan berdasarkan model-model yang diberikan oleh gerakan koperasi. [2] Sebagian besar ada peraturan. Kebijakan-kebijakan tingkat bunga dan harga dikaji dalam rapat anggota tahunan dari organisasi. [1] Sepenuhnya ada peraturan. Semua kebijakan tingkat bunga dan harga secara ketat diatur oleh konstitusi atau undang-undang dan tidak dapat disesuaikan tanpa amandemen peraturan hukum yang berlaku. 22. Bagaimana hubungan organisasi dengan perintah?

132 [5] Pemerintah mengatur dan berkonsultasi mengenai usul amandemen undang-undang dan peraturan-peraturan. [4] Pemerintah memonitor secara ketat dan meneriman pendapatpendapat yang diberikan dan mempertimbangkannya. [3] Pemerintah sangat berkepentingan dan seringkali memberikan saransaran mengenai kegiatan operasional. [2] Wakil pemerintah duduk dalam kepengurusan dan secara aktif berpartisipasi [1] Wakil pemerintah mendominir kepengurusan. 23. Seberapa memuaskannya hubungan antara organisasi dan koperasi puncaknya/sekunder? [5] Sangat memuaskan. Organisasi mengambil peran dalam kepemimpinan dalam organisasi puncak/sekundernya. [4] Memuaskan. Organisasi menyumbang bagi kekuatan organisasi puncak/sekunder dalam arti keuangan dan sumberdaya manusia. [3] Campuran. Organisasi berpartisipasi secara aktif dalam organisasi puncak/sekundernya. [2] Tidak memuaskan. Organisasi menerima lebih banyak dibandingkan dengan sumbangannya pada organisasi puncak. [1] Sangat tidak memuaskan. Organisasi tergantung pada atau tidak berpartisipasi dalam organisasi puncak/sekundernya. 24. Bagaimanakah hubungan antara organisasi dengan koperasi-koperasi lain yang sedang berkembang dan mitra kerjanya? [5] Berbagi pengalaman secar bebas. Membagi keterampilan yang dimiliki kepada organisasi-organisasi yang sedang berkembang. Mengakui adanya kesaling tergantungan. [4] Berbagi pengalaman dengan dukungan mitra kerja. [3] Kemitraan seimbang. Memberikan manfaat bersama. [2] Kemitraan lemah. Memiliki kesulitan menerima tanggung jawab. [1] Tergantung pada donor. Mentalitas penerima. SUBTOTAL JARINGAN KERJA DARI 20

133 Lampiran 6. Kuesioner Penelitian Mengenai Hubungan antara Manfaat Ekonomi dan Partisipasi Anggota KUESIONER Hubungan Antara Manfaat Ekonomi dan Partisipasi Anggota Kuesioner ini digunakan sebagai Bahan Penyusunan Skripsi Pengukuran Kinerja dan Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Oleh : Prima Dessy Handayani H Program Sarjana Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2011

134 KUESIONER ANGGOTA Kepada yang terhormat Bapak/Ibu di tempat, sebelumnya saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Adapun Kuesioner ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota pada Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (KKT Lisung Kiwari). Sebagai data pelengkap dalam penelitian ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk melengkapi pertanyaan berikut ini : I. IDENTITAS 1. Nama : 2. Umur : tahun 3. Jenis kelamin : 4. Pendidikan : 5. Lama menjadi anggota : II. MANFAAT EKONOMI 6. Bagaimanakah tingkat kepuasan Bapak/Ibu dalam menjual gabah melalui KKT Lisung Kiwari? a. Tidak puas b. Kurang puas c. Puas 7. Bagaimanalah tingkat kepuasan Bapak/Ibu terhadap penetapan harga beli gabah yang dilakukan oleh KKT Lisung Kiwari? a. Tidak puas b. Kurang Puas c. Puas 8. Apakah Bapak/Ibu dapat merasakan adanya peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota KKT Lisung Kiwari? a. Tidak merasakan b. Kurang merasakan

135 c. Merasakan 9. Apakah Bapak/Ibu dapat merasakan adanya kemudahan dalam memperoleh sarana produksi pertanian (saprodi) terutama dalam hal pembayaran? a. Tidak merasakan b. Kurang merasakan c. Merasakan 10. Bagaimanakah tingkat kepuasan Bapak/Ibu terhadap harga bibit yang ditetapkan oleh KKT Lisung Kiwari? a. Tidak puas b. Kurang puas c. Puas 11. Bagaimanakah tingkat kepuasan Bapak/Ibu terhadap harga pupuk yang ditetapkan oleh KKT Lisung Kiwari? a. Tidak puas b. Kurang puas c. Puas III. PARTISIPASI ANGGOTA 12. Bagaimanakah tingkat kehadiran Bapak/Ibu pada kegiatan Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang diadakan oleh KKT Lisung Kiwari? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 13. Bagaimanakah tingkat keaktifan Bapak/Ibu dalam memberikan pendapat atau saran pada kegiatan RAT yang diselenggarakan oleh KKT Lisung Kiwari? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 14. Apakah Bapak/Ibu membayar simpanan wajib tepat waktu? a. Tidak pernah

136 b. Jarang c. Selalu 15. Apakah Bapak/Ibu membayar simpanan manasuka tepat waktu? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 16. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan layanan usaha koperasi yaitu menjual gabah melalui KKT Lisung Kiwari? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu 17. Apakah Bapak/Ibu membeli sarana produksi pertanian (saprodi) melalui KKT Lisung Kiwari? a. Tidak pernah b. Jarang c. Selalu

137 Lampiran 7. Penilaian Tangga Perkembangan KKT Lisung Kiwari No Variabel Indikator Skor Zonasi 1) Keterwakilan kaum muda dan golongan minoritas dalam staf dan kepengurusan koperasi yang didukung oleh anggaran dasar dan keputusan-keputusan 4 2) Efektifitas koperasi dalam melakukan hubungan dengan anggota 5 3) Upaya koperasi dalam melakukan pengembangan sosial 4 1 Visi 4) Tingkat komitmen koperasi pada pembangunan sosial 4 5) Efektivitas kepemimpinan dan manajemen pengurus 3 6) Sifat rencana strategis dan efektivitasnya 4 7) Keberadaan mekanisme penyelesaian pertentangan dalam anggaran dasar 3 Sub Total 27 Hijau 2 Kapasitas 1) Tingkat struktur dan staf organisasi mencerminkan sebuah koperasi yang memiliki daya hidup dan berhasil 3 2) Tingkat resistensi pegawai senior dalam manajemen lima tahun terakhir 5 3) Tingkat kepuasan terhadap syarat-syarat pelayanan bagi staf koperasi 4 4) Tingkat komitmen koperasi mengenai pentingnya pelatihan 3 5) Efektivitas langkah-langkah yang diambil koperasi untuk menurunkan biaya 4 6) Pemeliharaan sistem operasi dan pengaturan keuangan koperasi 5 7) Respon terhadap audit dalam lima tahun terakhir 0 8) Pelayanan koperasi terhadap anggota berdasarkan penelitian pasar 5

138 9) Keterlambatan laporan-laporan keuangan koperasi 0 Sub Total 29 Hijau 1) Kecukupan modal organisasi 10 2) Pertumbuhan aset dalam arti ril tiga tahun terakhir 6 3 Sumberdaya 3) Perlindungan terhadap ekuiti dan pengelolaan aset secara menguntungkan 10 4) Efektivitas kedudukan kebijakan perkreditan dan prosedur pengendalian 10 Sub Total 36 Hijau 1) Kebijakan fiskal dalam organisasi 4 2) Hubungan organisasi dengan pemerintah 4 4 Jaringan Kerja 3) Tingkat kepuasan hubungan antara organisasi dengan koperasi puncaknya (gerakan koperasi) 0 4) Hubungan koperasi dengan koperasi yang sedang berkembang/ mitra kerja 4 Sub Total 12 Kuning Total 104 Hijau Sumber : Data primer diolah

139

140 Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan Kantor KKT Lisung Kiwari Tempat penjualan bibit dan pupuk Tempat penyimpanan mesin pertanian Tempat penyimpanan gabah

141 Tempat penjemuran gabah Gudang penyimpanan beras Tempat yang biasa digunakan dalam RAT Bale pertemuan (saung) Unit usaha sembako Unit usaha voucher dan internet

142 Suasana RAT KKT Lisung Kiwari Tahun 2010

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Okwan Himpuni H 34066099 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi KOPERASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang konsep dasar koperasi. 2. Memahami perhitungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan gerakan ekonomi yang sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 ayat 1 yang berbunyi bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat dari kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Koperasi dikenal sebagai suatu bentuk perusahaan yang bukan milik perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya koperasi, perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut:

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut: Overview Koperasi 1 Pendahuluan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) menyatakan perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasan pasal 33 ayat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti kerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu defenisi koperasi adalah suatu perkumpulan

Lebih terperinci

PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA. Oleh Sri Zulhartati (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA. Oleh Sri Zulhartati (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Oleh Sri Zulhartati (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Pada kasus Indonesia, koperasi sebagai badan usaha yang dimiliki dan dimanfaatkan

Lebih terperinci

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi URAIAN MATERI A. Pengertian Koperasi Kata Koperasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu co dan operation. Co berarti bersama, operation berarti usaha. Kalau kedua kata itu dirangkai, maka koperasi dapat

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lestari (2005:47) meneliti tentang: Pengaruh modal terhadap sisa hasil usaha KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah positif,

Lebih terperinci

Koperasi. By :

Koperasi. By : Koperasi By : dhoni.yusra@indonusa.ac.id Dasar Hukum Landasan Yuridis ada Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945 : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Pengaturan pertama diatur dalam UU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation, yang berarti usaha bersama. Secara umum, koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sesuai cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 116, 1992 (PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warganegara. Kesejahteraan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

KINERJA ORGANISASI DAN KEUANGAN KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR

KINERJA ORGANISASI DAN KEUANGAN KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR KINERJA ORGANISASI DAN KEUANGAN KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI YONA OCTAVA PURBA H34086101 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu: Koperasi Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis. Akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orangorang,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orangorang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerjasama demi kesejahteraan bersama. Berdasarkan UU No 12 tahun 1967, koperasi Indonesia adalah organisasi

Lebih terperinci

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas). KOPERASI.. Nomor : 12 Pada hari ini, Kamis, tanggal 10-09-2015 (sepuluh September dua ribu lima belas). Pukul 16.00 (enam belas titik kosong-kosong) Waktu Indonesia Bagian Barat. ------- - Hadir dihadapan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, terdapat beberapa bentuk badan usaha. Badan usaha sendiri dapat didefinisikan kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang ekonomi yang beranggotakan orang-orang bergabung secara sukarela dan atas persamaan hak

Lebih terperinci

KOPERASI.

KOPERASI. KOPERASI TUJUAN Mampu mendefinisikan koperasi Mampu menyebutkan peran koperasi PENGERTIAN Koperasi berasal dari bahasa Latin: Cum (dengan) + operasi (bekerja)bekerja dengan orangorang lain. Istilah Ekonomi:

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI BIOTEK LIPI DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN TANGGA PERKEMBANGAN MUHAMMAD KHOERURIJAL

ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI BIOTEK LIPI DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN TANGGA PERKEMBANGAN MUHAMMAD KHOERURIJAL i ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI BIOTEK LIPI DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN TANGGA PERKEMBANGAN MUHAMMAD KHOERURIJAL DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kegiatannya berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kegiatannya berlandaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Koperasi adalah gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kegiatannya berlandaskan pada prinsip-prinsip koperasi.

Lebih terperinci

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN (Studi Kasus Unit Usaha Kelompok Wanita Tani Damai, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Koperasi dan UKM merupakan salah satu sektor yang mampu menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan ditengah krisis global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian yang semakin maju memicu banyak munculnya perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang dagang, jasa, maupun lainnya yang pada umumnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata-susunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG

PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG Ketua : Fridayana Yudiaatmaja, M.Sc / 0012047414 Anggota

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Pengertian koperasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Pengertian koperasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Secara etimologi, koperasi itu berasal dari bahasa Inggris co dan operation. Co memiliki arti bersama dan operation yang berarti bekerja. Dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S.

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S. Ekonomi untuk SMA/MA kelas X Oleh: Alam S. 2 10 Ba b 3 Tujuan Pembelajaran Dengan mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: menjelaskan pengertian landasan, asas, tujuan, nilai, dan prinsip koperasi,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR Titik Hidayati A14102584 PROGRAM STUDI SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Subandi (2011) Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Dengan kata lain berarti segala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Sejarah Berdirinya Koperasi Tani Sari Ngaglik Desa Bonomerto Koperasi Ttani Sari Ngaglik sebagai pusat pelayanan perekonomian untuk menyalurkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR Oleh : A LAA HIMMATI H14052961 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian indonesia disusun berdasarkan falsafah dan ideologi negara, yaitu pancasila. Perekonomian yang disusun berdasarkan pancasila adalah ekonomi pancasila.

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK)

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) PADA GAPOKTAN SILIH ASIH DESA CIBURUY KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI IPO MELANI SINAGA H34076081 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU). Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kecamatan Denpasar Selatan Nama : I Gede Andika Miarta NIM : 1306105118 Abstrak Koperasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) SKRIPSI ERNI SITI MUNIGAR H34066041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan ekonomi, karena bidang ekonomi merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Koperasi merupakan salah satu penggerak perekonomian di Indonesia yang memiliki peran cukup penting dalam mempengaruhi pertumbuhan UMKM dalam hal pemberian

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Koperasi Pengertian Koperasi

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Koperasi Pengertian Koperasi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Kata koperasi berasal dari bahasa latin cooperatio yang berarti kerjasama atau bekerjasama. Dalam ilmu ekonomi, koperasi adalah perkumpulan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Koperasi Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut. BAB II TINJAUAN TEORI 1.1. Landasan Teori 1.1.1. Pengertian Kinerja Menurut kamus umum Bahasa Indonesia kinerja diartikan sebagai berikut : a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan b. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Koperasi merupakan suatu bentuk kerja sama dalam perekonomian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Koperasi merupakan suatu bentuk kerja sama dalam perekonomian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi merupakan suatu bentuk kerja sama dalam perekonomian, kerja sama ini terjadi karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Mereka bersama sama mengusahakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

koperasi, dilakukan oleh anggota secara demokratis One man one vote, dalam Rapat Anggota Tahunan koperasi

koperasi, dilakukan oleh anggota secara demokratis One man one vote, dalam Rapat Anggota Tahunan koperasi 1 Lampiran III Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor : 02 /Per/Dep.6/IV/2017 Tanggal : 28 April 2017 Tentang : Pedoman Pengawasan Kepatuhan Koperasi No Indikator Kepatuhan Skor Bobot I. PRINSIP KOPERASI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris

BAB II LANDASAN TEORI. Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koperasi Bagi Indonesia koperasi merupakan suatu badan usaha yang menerapkan sifat gotong royong dan cara bekerjanya bersifat kekeluargaan. Kata koperasi berasal dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep BAB II LANDASAN TEORI Untuk dapat memulai suatu penelitian diperlukan suatu landasan teori yang relevan dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PUSTAKA. Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang. bersama-sama. Menurut Revrisond Baswir (2000:2) dalam bukunya

BAB II LANDASAN PUSTAKA. Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang. bersama-sama. Menurut Revrisond Baswir (2000:2) dalam bukunya BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Secara Umum a. Pengertian Koperasi Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang dalam bahasa Inggris Cooperation. Co artinya bersama dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Landasan, dan Jenis Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang Koperasi tahun 1967 No. 12 tentang Pokokpokok Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

OLEH ASISTEN DEPUTI TATALAKSANA KOPERASI DAN UKM DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Bogor, 28 Januari 2016

OLEH ASISTEN DEPUTI TATALAKSANA KOPERASI DAN UKM DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Bogor, 28 Januari 2016 OLEH ASISTEN DEPUTI TATALAKSANA KOPERASI DAN UKM DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Bogor, 28 Januari 2016 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Koperasi adalah badan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Istilah koperasi menurut etimologi berasal dari bahasa Inggris, co yang berarti bersama dan operation yang berarti usaha, koperasi berarti

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PUJASEGA GARUT JAWA BARAT

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PUJASEGA GARUT JAWA BARAT ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PUJASEGA GARUT JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD AMIR ELBANY H34066084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang Perkoperasian Koperasi di Indonesia suatu wadah perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotong royongan serta merupakan ciri khas tata kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu lembaga yang sesuai dengan pembangunan masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

5.00 a. Kepatuhan Koperasi dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan dan pengelolaan koperasi,

5.00 a. Kepatuhan Koperasi dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan dan pengelolaan koperasi, 1 Lampiran I Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor : 02 /Per/Dep.6/IV/2017 Tanggal : 28 April 2017 Tentang : Pedoman Pengawasan Kepatuhan Koperasi I. PRINSIP KOPERASI 20.00 1. Keanggotaan sukarela dan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----BAB I ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara harfiah kata Koperasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN. Koperasi Karya Mandiri Air Molek merupakan koperasi serba usaha (KSU) yang didirikan

BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN. Koperasi Karya Mandiri Air Molek merupakan koperasi serba usaha (KSU) yang didirikan BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN A. Sejarah berdirinya Koperasi Karya Mandiri Air Molek Koperasi Karya Mandiri Air Molek merupakan koperasi serba usaha (KSU) yang didirikan untuk membangun dunia usaha melalui

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan KONSEP DASAR PERKOPERASIAN 1. Pendahaluan Selama ini diketahui bahwa perkembangan Koperasi dan peranannya dalam perekonomian nasional belum memenuhi harapan, khususnya dalam memenuhi harapan sebagai sokoguru

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR)

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR) ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR) SKRIPSI EDINHO IKHTISAR PANGIHUTAN HUTAGAOL H 34066037

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah yang terletak di Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir yang dibentuk pada

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA

ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci