TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)"

Transkripsi

1 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. KUD memusatkan pada skala ekonomi yang besar agar dapat melayani masyarakat luas, sehingga menghasilkan SHU yang besar pula (Ismawan 1996). Pendirian KUD memiliki tujuan untuk melayani berbagai kepentingan masyarakat pedesaan, bersifat serba usaha dengan wilayah kerja mencakup unit desa. KUD berperan sebagai lembaga pelayanan di desa yang dituntut untuk menampung, mengembangkan, dan membina berbagai kegiatan usaha anggotanya secara efektif dan efisien sehingga tujuan KUD dapat tercapai (Suarta 1997). Awal berdirinya KUD hanya mencakup koperasi pertanian, koperasi desa dan koperasi serba usaha di desa-desa, akan tetapi selanjutnya KUD mampu mengembangkan usahanya ke bidang-bidang lain seperti peternakan (Firdaus & Susanto 2004). Keberadaan KUD melalui program yang dikembangkan pemerintah membuat berdirinya koperasi menjadi top down approach. Dukungan kuat dari pemerintah baik dalam bentuk peraturan, perundangan maupun berbagai bentuk fasilitas bukan saja mampu meningkatkan taraf hidup anggotanya tetapi juga sebagai sarana untuk melaksanakan program-program pemerintah. KUD selama ini mendapat perhatian istimewa dari pemerintah karena sebagian kegiatannya merupakan program-program pemerintah (Prawirokusumo 1996). Sipayung (2003) menyatakan bahwa kebijakan pemerintah sebaiknya diarahkan pada peningkatan kemampuan KUD mengelola dirinya sendiri untuk meningkatkan kemampuan manajerial serta penguasaan keterampilan yang berhubungan dengan unit usaha yang dikelola koperasi sehingga meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Menurut Prawirokusumo (1996), beberapa program pemerintah seperti pengadaan pangan, distribusi pupuk, pinjaman kredit, ditugaskan kepada KUD, dan banyak diantaranya tanpa diimbangi dengan kemampuan organisasi dan manajemennya. Pelaksanaan program pemerintah inilah yang lebih menonjol

2 sehingga KUD lebih dikenal sebagai kebijaksanaan pemerintah. Sementara peranan anggota baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa belum banyak dirasakan. Terkait dengan pengembangan sektor pertanian, pola KUD menyebabkan rendahnya kreativitas para pengurus koperasi dalam menghasilkan berbagai jenis produk komoditas pertanian (Baga 2010). Hal ini menjadi tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi untuk membangun koperasi pertanian yang mempunyai basis anggota yang nyata sebagai wadah dan sarana efektif untuk memberdayakan anggotanya, meningkatkan kesejahteraan serta berperan aktif dalam usaha dan pembangunan pertanian secara optimal Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Koperasi Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pengukuran kinerja yang dilakukan oleh koperasi merupakan tujuan dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya. Kinerja koperasi yang diukur yaitu kinerja organisasi, kinerja usaha dan kinerja keuangan. Kinerja yang baik diperlukan untuk mendukung kesejahteraan anggota. Program yang akan dilaksanakan koperasi membutuhkan dukungan dari semua unsur yang ada dalam koperasi termasuk kinerja koperasi. Kinerja keuangan pada koperasi masih cenderung dipengaruhi oleh bantuan dan modal dari luar seperti lembaga-lembaga pengembangan swadaya pemerintah maupun semi pemerintah (Purba 2011; Retno 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Ilhami (2011) di Koperasi Keluarga Pegawai ITB menunjukkan bahwa permodalan berasal dari modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan modal dari luar. Penelitian yang dilakukan oleh Sipayung (2003) meyatakan bahwa jika ditinjau dari aspek permodalan, pemanfaatan modal luar masih cukup tinggi karena kelemahan KUD dalam menghimpun modal sendiri. Hal ini terkait dengan keterbatasan KUD di dalam menghimpun modal sendiri yang berasal dari anggota serta adanya kesempatan dan peluang bagi KUD untuk menggunakan modal yang berasal dari luar. Tingginya modal yang bersumber dari luar akan berdampak negatif terhadap permodalan KUD karena pada akhirnya menjadi tunggakan sehingga akan meningkatkan beban. Sumber permodalan akan ikut menentukan

3 kinerja keuangan koperasi tersebut sehingga perlu diperhatikan seberapa proporsi permodalan yang berasal dari luar dan dari dalam koperasi. Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha. Rasio likuiditas pengukurannya terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat. Rasio solvabilitas pengukurannya terdiri dari rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio modal sendiri dengan aktiva tetap, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang, rasio total hutang dengan total aktiva, dan rasio hutang dengan total modal sendiri. Rasio rentabilitas diukur dari rasio laba bersih, rasio operasional, rasio tingkat pengembalian modal sendiri, dan rasio tingkat pengembalian investasi. Pengukuran rasio aktivitas usaha terdiri dari rasio perputaran total aktiva, rasio perputaran aktiva tetap, rasio perputaran piutang, dan rasio perputaran persediaan. (Dartiana 2005; Himpuni 2009; Jakiyah 2011; Purba 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011) menggunakan uji Friedman, perbandingan kinerja Koperasi Kelompok Tani (KTT) Lisung Kiwari, gapoktan dan poktan yang dinilai berdasarkan tujuh indikator yaitu: pertemuan atau rapat, keterlibatan anggota dalam mengelola, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota, dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus. Terlihat dari tujuh indikator yang dinilai ada beberapa indikator merupakan partisipasi dari anggota. Hal ini menandakan bahwa kinerja koperasi dipengaruhi oleh partisipasi anggota. Kinerja organisasi gapoktan terlihat baik pada indikator keterlibatan anggota dalam mengelola kelompok, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan kemampuan anggota (Purba 2011). Koswara (2011) melakukan penilaian kerja secara deskriptif, penilaian kinerja dari segi organisasi dikatakan baik terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai

4 dengan tujuan organisasi, interaksi pengurus dan anggota, dan peningkatan kemampuan anggota melalui penyuluhan dan pembinaan. Penilaian kinerja yang dilakukan Retno (2011) dengan metode analisis deskriptif dan metode Importance Performance Alaysis dengan indikator yang dinilai berdasarkan prinsip-prinsip koperasi yang diterapkan oleh pengurus Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) Cikajang yaitu: adanya peningkatan jumlah anggota tiap tahun, pencatatan keanggotaan koperasi, aturan/tata cara penyelenggaraan rapat akhir tahun yang ketat, audit keuangan, pencatatan simpanan pokok dan wajib milik anggota koperasi, keterkaitan usaha koperasi dengan kegiatan usaha anggota, pemberian bagi hasil yang adil, sanksi bagi anggota yang tidak menaati peraturan, penyelenggaraan RAT koperasi tepat waktu, pendidikan dan pelatihan bagi anggota dan pengurus koperasi, penerangan dan penyuluhan bagi anggota koperasi, ketersediaan media informasi, penyediaan anggaran bagi anggota, kerjasama usaha dengan koperasi lain yang menguntungkan, kerjasama usaha dengan pemasok, penyerapan tenaga kerja oleh koperasi, melakukan pembayaran pajak dan retribusi dan ketersediaan dana pembangunan kerja. Atribut yang menjadi prioritas utama yaitu sanksi bagi anggota yang tidak menaati peraturan, pendidikan dan pelatihan bagi anggota koperasi, dan kerjasama usaha dengan koperasi lain yang sejenis. Kinerja koperasi mengalami peningkatan sesuai dengan volume usaha yang dilaksanakan oleh koperasi. Retno (2011) menyatakan bahwa peningkatan kinerja usaha KPGS Cikajang mengalami peningkatan karena unit-unit usaha yang ada di KPGS Cikajang memperoleh keuntungan cukup besar, terutama unit usaha susu dan simpan pinjam. Pengembangan kinerja usaha dan keuangan KPGS Cikajang meliputi modal luar, modal sendiri, dan volume usaha. Penilaian kinerja yang dilakukan oleh Himpuni (2009) menggunakan analisis Balanced Scoredcard. Penilaian kinerja dilihat dari empat perspektif adalah keuangan, anggota, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan perspektif anggota KUD Sumber Alam memiliki kinerja yang baik, sedangkan perspektif anggota, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan memiliki kinerja cukup baik. Penilaian kinerja yang dilakukan oleh Handayani (2011) dan Jakiyah (2011) menggunakan

5 analisis Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) melihat empat indikator meliputi visi koperasi, kapasitas, sumberdaya dan jaringan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi dalam penelitian ini diacu dari metode yang digunakan pada penelitian Handayani (2011) dan Jakiyah (2011). Faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu visi koperasi, kapasitas, jaringan kerja dan sumberdaya. Perbedaannya yaitu dalam penelitian ini tidak mengukur kinerja koperasi namun hanya mengetahui dari keempat faktor tersebut, faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja koperasi. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja koperasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu partisipasi anggota sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan berkembangnya koperasi diantaranya: partisipasi anggota, pengetahuan anggota, rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan dan jumlah anggota (Suarta 1997). Anggota merupakan titik awal yang menentukan proses partisipasi berlangsung (Hendar & Kusnadi 2005). Tingginya partisipasi anggota sangat besar pengaruhnya terhadap KUD dalam menjalankan kegiatan usaha untuk mencapai tujuannya (Suarta 1997). Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan. Partisipasi anggota dapat dikelompokkan menjadi partisipasi anggota terhadap organisasi, usaha, dan permodalan. Partisipasi dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan keaktifan anggota dalam memberikan saran kepada pengurus dan manajemen (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Partisipasi dalam bidang usaha dilihat dari keaktifan melakukan pembelian terhadap barang yang disediakan oleh koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Koswara (2011) menambahkan partisipasi dalam bidang usaha yaitu keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha raw milk dan pakan konsentrat. Partisipasi dalam bidang permodalan yaitu dilihat dari keaktifan dalam membayar

6 simpanan wajib, simpanan sukarela, dan simpanan lain-lain (Dartiana 2005; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Partisipasi anggota dapat terlihat jelas dari partisipasi dalam bidang permodalan (Kusumah 1987). Partisipasi anggota yang dinilai rendah yaitu terkait dengan partisipasi dalam bidang permodalan yaitu kesadaran dalam hal membayar iuran wajib dan sukarela (Handayani 2011). Kusumah (1987) menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi adalah kondisi sosial dan ekonomi anggota. Kondisi sosial anggota terkait dengan status penguasaan lahan, penyuluhan perkoperasian, dan hubungan dengan pengurus. Kondisi ekonomi yang mempengaruhi partisipasi yaitu luas penguasaan lahan, produktivitas usahatani, pendapatan luar usahatani, ongkos angkut barang, ongkos transport ke kantor KUD, dan keperluan modal luar keluarga. Partisipasi anggota dalam KUD sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial merupakan suatu aktivitas yang timbul sebagai hasil dari dua faktor yaitu faktor internal yang terletak pada inidvidu dan faktor eksternal yang terdapat pada organisasi (Tenang 1993; Azhar 2007). Penilaian partisipasi yang dilakukan oleh Tenang (1993) dan Azhar (2007) adalah dengan menggunakan analisis Chi- Square dan korelasi Rank Spearman. Faktor individu yaitu terkait pengetahuan tentang KUD, luas penguasaan lahan usahatani, status kepemilikan lahan usahatani, pendapatan usahatani, umur anggota KUD dan lama menjadi anggota KUD (Tenang 1993; Azhar 2007). Faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi yaitu persepsi tentang tujuan organisasi, hubungan pengurus dan anggota, pelayanan KUD, dan jarak tempat tinggal anggota dengan KUD (Tenang 1993). Anggota koperasi yang memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan KUD dan mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap organisasi adalah anggota yang memiliki hubungan baik dengan pengurus koperasi (Tenang 1993; Kusumah 1987). Hubungan yang semakin baik antara pengurus dan anggota cenderung akan meningkatkan partisipasi anggota dalam kegiatan KUD (Tenang 1993; Kusumah 1987). Terdapat hubungan yang positif antara partisipasi dengan pengetahuan petani tentang koperasi, presepsi yang baik terhadap tujuan KUD dan lamanya menjadi anggota (Tenang 1993; Kurnia 2006; Azhar 2007). Faktor

7 kondisi sosial ekonomi yang semakin baik akan meningkatkan keaktifan anggota dalam melakukan transaksi (Kusumah 1987). Partisipasi anggota dengan jumlah lahan yang dimiliki anggota memiliki hubungan yang negatif. Semakin besar luas lahan atau skala usaha maka akan semakin kecil partisipasi terhadap koperasi (Tenang 1993; Kusumah 1987). Faktor pendapatan luar usahatani berpengaruh negatif terhadap partisipasi anggota, semakin besar perolehan pendapatan luar usahatani maka semakin kurang aktif tingkat partisipasi terhadap KUD (Kusumah 1987). Partisipasi anggota timbul karena manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh oleh anggota. Peningkatan pendapatan merupakan salah satu manfaat ekonomi yang diperoleh anggota yang akan meningkatkan tingkat partisipasi anggota (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial terhadap partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Alat analisis yang digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial dan ekonomi terhadap partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Manfaat sosial memiliki korelasi positif terhadap partisipasi anggota (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Semakin tinggi manfaat sosial yang diperoleh anggota maka keinginan untuk berpartisipasi akan semakin tinggi. Manfaat ekonomi memiliki korelasi yang positif terhadap partisipasi anggota (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Manfaat ekonomi lebih memberikan kontribusi terhadap partisipasi anggota daripada manfaat sosialnya (Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Dartiana (2005) mengukur manfaat ekonomi terhadap tiga jenis partisipasi yaitu partisipasi dibidang organisasi, usaha, dan permodalan. Manfaat ekonomi memiliki nilai korelasi paling kuat terhadap partisipasi permodalan. Semakin tinggi manfaat ekonomi yang diterima anggota maka semakin tinggi partisipasi permodalan. Manfaat ekonomi memiliki nilai korelasi paling lemah terhadap partisipasi dibidang organisasi. Manfaat ekonomi lebih berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dibandingkan dengan manfaat sosial yang diterima oleh anggota (Koswara 2011).

8 Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota pada penelitian ini yaitu manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Koswara (2011), Handayani (2011), dan Jakiyah (2011). Partisipasi anggota dalam penelitian ini dilihat dari partisipasi di bidang permodalan, organisasi, dan usaha. Partisipasi dalam bidang permodalan dilihat dari simpanan pokok, wajib, dan sukarela. Partisipasi dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam RAT, pemahaman mengenai koperasi, keaktifan dalam meberikan evaluasi dan saran, kesediaan menjadi pengurus, dan keinginan bergabung menjadi anggota koperasi. Partisipasi dalam bidang usaha yaitu pembelian pakan konsentrat, pembelian kebutuhan di waserda, dan melakukan pinjaman Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manfaat Sosial dan Ekonomi Bagi Anggota Koperasi Koperasi dalam pergerakannya harus dapat memberikan pelayanan kepada anggota baik secara sosial maupun ekonomi. Manfaat sosial merupakan manfaat yang diperoleh anggota secara sosial. Manfaat sosial memberikan gambaran adanya sikap kebersamaan dan hubungan harmonis antara setiap manusia. Manfaat ekonomi memberikan gambaran terhadap reaksi anggota terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan oleh koperasi. Anggota akan berpartisipasi secara maksimal jika adanya peningkatan manfaat yang diterima anggota. Manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh anggota dipengaruhi oleh kinerja koperasi dalam memberikan pelayanan dan hubungan dengan anggotanya. Semakin baik kinerja koperasi maka pelayanan yang diberikan akan semakin baik. Hal ini akan berdampak pada tingginya manfaat sosial dan ekonomi yang diterima anggota (Himpuni 2009; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Tingginya manfaat sosial dan ekonomi yang diterima oleh anggota akan berdampak pada loyalitas dan partisipasi anggotanya. Semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggota maka akan semakin tinggi loyalitas dan partisipasi anggotanya. Manfaat sosial bagi anggota yang dilakukan oleh Koswara (2011); Jakiyah (2011) adalah kerjasama yang baik dengan pengurus, hubungan baik sesama anggota dan peningkatan pengetahuan. Manfaat sosial lainnya yaitu pembinaan

9 dan pelatihan dan kepuasan terhadap pelayanan pengurus koperasi (Jakiyah 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) manfaat sosial yang dirasakan anggota adalah adanya pola pertukaran atau resiprocity antar anggota dalam bentuk proses jual beli, mendidik anggota koperasi untuk memiliki semangat sesuai kemampuan demi terwujudnya tatanan sosial yang adil dan beradab, mendorong terbentuknya tatanan sosial yang didasarkan atas kekeluargaan dan persaudaraan, mendorong suatu tatanan sosial yang bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih terlindungi, dan turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Manfaat ekonomi yang diperoleh anggota antara lain jaminan pemasaran dan harga produk yang dihasilkan, kemudahan memperoleh sarana produksi pertanian, dan kepuasan harga input (Dartiana 2005; Koswara 2011; Handayani 2011; Jakiyah 2011). Jasa simpan pinjam terkait kemudahan memperoleh pinjaman dan tingkat bunga yang rendah juga merupakan manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota (Jakiyah 2011). Manfaat ekonomi lainnya yang dirasakan anggota yaitu peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011). Dartiana (2005) menambahkan bahwa manfaat ekonomi yang dirasakan oleh anggota adalah kepuasan terhadap bantuan kredit sapi perah dan kemudahan pembayaran harga input. Hasil penelitian yang dilakukan Dartiana (2005) adalah keberadaan koperasi dirasakan anggota terutama sebagai wadah pengumpul dan pemasaran hasil pertanian. Manfaat sosial yang diperoleh anggota dalam penelitian ini dilihat dari hubungan antar anggota, hubungan anggota dengan pengurus, pelayanan dan fasilitas yang disediakan, dan pembinaan dan pelatihan. Manfaat ekonomi yang diperolah anggota dalam penelitian ini dilihat dari penambahan pendapatan yang dirasakan anggota, kemudahan memperoleh pakan dan kebutuhan di waserda, harga pakan dan kebutuhan di waserda yang ditawarkan oleh koperasi, dan kemudahan memperoleh pinjaman.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

Jumingan Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jumingan Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. DAFTAR PUSTAKA Aini A, Setiawan AH. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) Unit Simpan Pinjam (USP) karyawan pemerintah daerah Kota Semarang. Jurnal

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA, PARTISIPASI, DAN MANFAAT BAGI ANGGOTA KOPERASI

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA, PARTISIPASI, DAN MANFAAT BAGI ANGGOTA KOPERASI VI ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA, PARTISIPASI, DAN MANFAAT BAGI ANGGOTA KOPERASI 6.1. Indikator Model Hubungan Antara Kinerja Koperasi, Partisipasi, dan Manfaat bagi Anggota KUD Puspa Mekar merupakan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA

ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI) KABUPATEN BOGOR DEPO PANCA SATRIA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan

Lebih terperinci

PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI DENI KOSWARA H34077009 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS SEBAGAI SALAH SATU PENGUKUR TINGKAT EFISIENSI MODAL KERJA PADA KPRI KOPENDIK WONOGIRI TAHUN

LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS SEBAGAI SALAH SATU PENGUKUR TINGKAT EFISIENSI MODAL KERJA PADA KPRI KOPENDIK WONOGIRI TAHUN LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS SEBAGAI SALAH SATU PENGUKUR TINGKAT EFISIENSI MODAL KERJA PADA KPRI KOPENDIK WONOGIRI TAHUN 2005-2007 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi dan manfaat bagi anggota koperasi dilaksanakan pada KUD Puspa Mekar, Kecamatan

Lebih terperinci

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN PERAH KUD 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan 7.1.1 Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan Dalam menjalankan usahanya manajemen

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep BAB II LANDASAN TEORI Untuk dapat memulai suatu penelitian diperlukan suatu landasan teori yang relevan dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Basic.NET 2003 dan Microsoft SQL Server Menurut Anoraga (1995:8), koperasi berasal dari kata co dan operation,

BAB III LANDASAN TEORI. Basic.NET 2003 dan Microsoft SQL Server Menurut Anoraga (1995:8), koperasi berasal dari kata co dan operation, BAB III LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan panduan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pada bab ini akan dikemukakan landasan teori yang terkait dengan permasalahan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghadapi persoalan kurangnya kemakmuran yang hebat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghadapi persoalan kurangnya kemakmuran yang hebat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia menghadapi persoalan kurangnya kemakmuran yang hebat sekali, yang sebagian besar berakar dari sejarah. Tatkala kedaulatan atas indonesia diserahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Landasan, dan Jenis Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang Koperasi tahun 1967 No. 12 tentang Pokokpokok Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Hubungan antara kinerja koperasi, partisipasi dan manfaat bagi anggota sangat berkaitan dengan kaidah-kaidah koperasi. Hal-hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KOPERASI SERBA USAHA WIRA KARYA LESTARI SMK HKBP. A. Sejarah Ringkas Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK

BAB II PROFIL KOPERASI SERBA USAHA WIRA KARYA LESTARI SMK HKBP. A. Sejarah Ringkas Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK BAB II PROFIL KOPERASI SERBA USAHA WIRA KARYA LESTARI SMK HKBP A. Sejarah Ringkas Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK HKBP Koperasi ini bernama Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK HKBP

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjadi seiring dengan perkembangan UKM serta masih banyaknya hambatan UKM dalam mengakses sumber-sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 53 BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 4.1 Sejarah Perkembangan KPSBU Jabar Bangsa Belanda mulai memperkenalkan sapi perah kepada masyarakat Lembang sekitar tahun 1800-an. Seiring dengan berjalannya waktu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan akhir suatu perusahaan dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan akhir suatu perusahaan dalam menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan akhir suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah memperoleh laba, yang dapat menjamin kelangsungan hidup. Persaingan usaha yang sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk membangun perekonomian Indonesia yaitu dengan memberdayakan

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk membangun perekonomian Indonesia yaitu dengan memberdayakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mengacu pada UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang berbunyi Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, maka cara yang tepat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatasi persoalan anggotanya. Khusus dalam bidang usaha, karena koperasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatasi persoalan anggotanya. Khusus dalam bidang usaha, karena koperasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian menyebutkan bahwa koperasi Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR

PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR PENGUKURAN KINERJA DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI PRIMA DESSY HANDAYANI H34070092 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU 1 ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU 2006-2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang ekonomi yang beranggotakan orang-orang bergabung secara sukarela dan atas persamaan hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Koperasi dikenal sebagai suatu bentuk perusahaan yang bukan milik perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya koperasi, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian yang semakin maju memicu banyak munculnya perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang dagang, jasa, maupun lainnya yang pada umumnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Kondisi Internal dan Eksternal KUD Puspa Mekar DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Koperasi Unit Desa (KUD)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan transmigrasi diarahkan pada pembangunan daerah, keseimbangan penyebaran penduduk dan peningkatan mutu kehidupan penduduk di lokasi transmigrasi dan sekitarnya

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI BIOTEK LIPI DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN TANGGA PERKEMBANGAN MUHAMMAD KHOERURIJAL

ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI BIOTEK LIPI DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN TANGGA PERKEMBANGAN MUHAMMAD KHOERURIJAL i ANALISIS KINERJA KOPERASI PEGAWAI BIOTEK LIPI DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN TANGGA PERKEMBANGAN MUHAMMAD KHOERURIJAL DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan koperasi di Indonesia dalam Perekonomian Nasional berperan

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan koperasi di Indonesia dalam Perekonomian Nasional berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan koperasi di Indonesia dalam Perekonomian Nasional berperan penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat dari kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tentang perkoperasian menyebutkan bahwa Koperasi Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN tentang perkoperasian menyebutkan bahwa Koperasi Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian menyebutkan bahwa Koperasi Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Implikasi Grameen Bank di Indonesia Grameen Bank pertama kali direplikasikan di Indonesia pada tahun 1989 di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat oleh Yayasan Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan ekonomi yang menonjol di Indonesia saat ini diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan ekonomi yang menonjol di Indonesia saat ini diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan ekonomi yang menonjol di Indonesia saat ini diantaranya berupa kemiskinan, tidak meratanya pemilikan sumber dana, sumber daya dan sumber informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka BAB I PENDAHULUAN A. Later Belakang Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2012 : pasal 1, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti kerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu defenisi koperasi adalah suatu perkumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim. pengembangan dan pemberdayaan Koperasi yang memiliki peran strategis

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim. pengembangan dan pemberdayaan Koperasi yang memiliki peran strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas-asas kekeluargaan. Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menunjang keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menunjang keberhasilan pembangunan di Indonesia, partisipasi dari semua sektor sangat diperlukan termasuk sektor swasta dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Pengertian koperasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Pengertian koperasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Secara etimologi, koperasi itu berasal dari bahasa Inggris co dan operation. Co memiliki arti bersama dan operation yang berarti bekerja. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk memajukan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk memajukan kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Yang pada akhirnya akan berdampak pada kesejahteraan rakyat. Salah satu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan koperasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan koperasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan koperasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Koperasi dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia karena koperasi

Lebih terperinci

Transpormasi kelembagaan tani menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani tidak terelakkan lagi, sejalan dengan tuntunan untuk melakukan penguatan organisasi

Transpormasi kelembagaan tani menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani tidak terelakkan lagi, sejalan dengan tuntunan untuk melakukan penguatan organisasi Transpormasi kelembagaan tani menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani tidak terelakkan lagi, sejalan dengan tuntunan untuk melakukan penguatan organisasi usaha yang berbadan hukum, terbentuk organisasi pelaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang Perkoperasian Koperasi di Indonesia suatu wadah perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotong royongan serta merupakan ciri khas tata kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini akan menjelaskan mengenai pengertianpengertian yang mendasar mengenai prosedur pelaksanaan simpan pinjam, tinjauan pustaka ini penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian nasional sekarang ini banyak melibatkan koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan strategi pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan strategi pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional yang sedang berkembang di Indonesia merupakan bagian dari usaha nasional untuk memecahkan berbagai masalah sosial dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan dari pembangunan terdahulu, yaitu pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan dari pembangunan terdahulu, yaitu pembangunan nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pembangunan yang sedang kita laksanakan adalah suatu rangkaian dari kegiatan dari pembangunan terdahulu, yaitu pembangunan nasional yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Lembaga keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan bank contohnya seperti bank, finance dan lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. makmur maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan. Ketiga sektor kekuatan tersebut adalah sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi mempunyai peran penting dalam tercapainya kesejahteraan bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi dalam kegiatannya memiliki dua karakter yang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sesuai cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Rudianto (2015:3), Koperasi adalah perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES Sri Rahayu: Analisis Kinerja Keuangan pada KUD... ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES Sri Rahayu ABSTRAKSI Penelitian ini berjudul Analisis Kinerja Keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat ini sangat cepat

Lebih terperinci

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT Pelaksanaan program BPLM di Kabupaten PPU bertujuan: (1) menumbuhkan usaha kelompok, (2) memberdayakan kelompok untuk dapat mengakses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian indonesia disusun berdasarkan falsafah dan ideologi negara, yaitu pancasila. Perekonomian yang disusun berdasarkan pancasila adalah ekonomi pancasila.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian integral bidang pertanian, bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani pada umumnya dengan melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut. BAB II TINJAUAN TEORI 1.1. Landasan Teori 1.1.1. Pengertian Kinerja Menurut kamus umum Bahasa Indonesia kinerja diartikan sebagai berikut : a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan b. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Aike Mariya (2009) Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Istilah koperasi menurut etimologi berasal dari bahasa Inggris, co yang berarti bersama dan operation yang berarti usaha, koperasi berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation, yang berarti usaha bersama. Secara umum, koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan

Lebih terperinci

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU). Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kecamatan Denpasar Selatan Nama : I Gede Andika Miarta NIM : 1306105118 Abstrak Koperasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah perekonomian adalah salah satu hal yang mendasar dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, oleh sebab itu masalah perekonomian memiliki andil yang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Dewasa ini dunia bisnis telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Dewasa ini dunia bisnis telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan 43 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dewasa ini dunia bisnis telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan menuju era informasi yang serba cepat sehingga tercipta kondisi

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Koperasi 3.1.1. Pengertian Koperasi Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang perkoperasian menyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha

Lebih terperinci

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK KETERKAITAN PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI DENGAN PERAN KELOMPOK TANI DALAM PEROLEHAN KREDIT USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok) Diarsi Eka Yani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian di Indonesia. Ketiga sektor tersebut yaitu Badan

Lebih terperinci

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB GaneÇ Swara Vol. No. Maret 6 PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB ABSTRAK SAHRUL IHSAN Fakultas Ekonomi Universitas Gunung Rinjani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Tujuan perekonomian Indonesia adalah mewujudkan. masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Tujuan perekonomian Indonesia adalah mewujudkan. masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu perekonomian Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha berdasarkan asas kekeluargaan. Tujuan perekonomian Indonesia adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPMA (KOPERASI MAHASISWA) DI UMS DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPMA (KOPERASI MAHASISWA) DI UMS DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KOPMA (KOPERASI MAHASISWA) DI UMS DITINJAU DARI RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN RENTABILITAS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berbasis peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Koperasi Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya kerja sama. Dalam hal ini, kerja sama tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan Sunindhia, 2008). Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

Lebih terperinci

VII KESIMPULAN DAN SARAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka berikut ini penulis akan menyajikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil analisis kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian, hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. demikian, hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan sokoguru perekonomian Nasional diharapkan mampu bertahan terhadap berbagai goncangan yang terjadi di Indonesia. Kondisi perekonomian yang

Lebih terperinci

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL GUBERNUR NANGGROE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk memenuhi hasrat dan keinginan maupun cita-citanya, bantuan dana ini

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk memenuhi hasrat dan keinginan maupun cita-citanya, bantuan dana ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kebutuhan manusia beraneka ragam sesuai dengan hakekatnya selalu meningkat sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya itu terbatas. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dimana sebagai negara agraris, memiliki letak geografis serta iklim yang sangat mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: TRI PRASETIYA B

SKRIPSI. Disusun oleh: TRI PRASETIYA B ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI PERKEMBANGAN KOPERASI DILIHAT DARI SEGI RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN RENTABILITAS PADA PUSAT KOPERASI WARIS SURAKARTA DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang

I. PENDAHULUAN. Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang strategis dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Selain berpeluang meningkatkan gizi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur laporan pelaksanaan simpan pinjam yang

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas

BAB I PENDAHULUAN. koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah yang terletak di Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir yang dibentuk pada

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN MODAL SENDIRI TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU BINA KASIH PEMATANGSIANTAR

ANALISIS PERANAN MODAL SENDIRI TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU BINA KASIH PEMATANGSIANTAR ANALISIS PERANAN MODAL SENDIRI TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU BINA KASIH PEMATANGSIANTAR Oleh: Supriana S1 Akuntansi Parman Tarigan, Jubi, Ady Inrawan Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian yang semakin baik di Indonesia menyebabkan munculnya banyak usaha besar maupun usaha kecil dimana usaha yang didirikan tersebut mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS RENTABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS UNTUK MENILAI KEBERHASILAN USAHA PADA KUD DHEWI SRI DI GATAK SUKOHARJO

ANALISIS RENTABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS UNTUK MENILAI KEBERHASILAN USAHA PADA KUD DHEWI SRI DI GATAK SUKOHARJO ANALISIS RENTABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS UNTUK MENILAI KEBERHASILAN USAHA PADA KUD DHEWI SRI DI GATAK SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Guna Untuk Memperoleh Gelar S-1 Jurusan Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci