PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI DENI KOSWARA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 RINGKASAN DENI KOSWARA. Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUPREHATIN) Jawa Barat sebagai salah satu sentra agribisnis peternakan sapi perah merupakan salah satu produsen susu terbesar tingkat nasional. Pengelolaan peternakan sapi perah masih dilakukan secara skala kecil terlihat dari sebagian besar peternak sapi perah rata-rata hanya memiliki 2-3 ekor dengan produktivitas ternak rata-rata di bawah 12 liter/ekor/hari. Peranan lembaga kelompok tani dalam pengembangan peternakan sapi perah sangat penting yaitu dalam hal peningkatan kemampuan petani, ketersediaan bibit sapi unggul, akses dan ketersediaan modal serta pemasaran hasil ternak berupa susu segar. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah salah satu gabungan kelompok tani yang dibentuk berdasarkan keinginan anggota kelompok tani dengan tujuan meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Pada tahun 2007, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri telah menjalin kerjasama dengan pihak IPS (Industri Pengolah Susu), yaitu PT Indolakto. Adanya peningkatan permintaan susu dari PT Indolakto sebesar 20 ton per hari membuat Gapoktan berupaya untuk memenuhi kebutuhan para peternak anggota Gapoktan. Oleh karena itu, dengan adanya Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap anggota Gapoktan sehingga merangsang anggota untuk meningkatkan partisipasinya. Adanya peningkatan partisipasi anggota Gapoktan diharapkan berdampak positif terhadap kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah 1) mengukur tingkat partisipasi anggota dan manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri; 2) mengukur hubungan antara tingkat partisipasi anggota dengan manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri; dan 3) menganalisis dampak partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri di bidang organisasi dan usaha. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari sampai Februari Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif dan analisis kuantitatif untuk melihat kinerja kelompok dari segi organisasi dan usaha. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat partisipasi dan manfaat yang diterima anggota kelompok digunakan analisis kuantitatif. Hubungan korelasi antara manfaat dengan tingkat partisipasi anggota digunakan analisis korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah jaminan pemasaran susu segar yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama antara Gapoktan dengan PT Indolakto mengenai jaminan pemasaran susu dengan kualitas yang sudah ditentukan. Sebagian besar responden anggota Gapoktan merasakan jaminan harga yang ditetapkan Gapoktan. Harga yang ditetapkan memberikan manfaat ekonomi kepada anggota Gapoktan dalam hal peningkatan pendapatan. Tingkat partisipasi anggota Gapoktan di bidang organisasi dinilai tinggi untuk hadir dalam Rapat Anggota karena sebagian besar responden anggota Gapoktan menyatakan kehadiran lebih dari 75%. Akan tetapi dalam hal keaktifan 2

3 memberikan saran dan kritik pada saat Rapat anggota termasuk ke dalam kategori sedang. Tingkat pendidikan dan rendahnya kepedulian menjadi penyebab ketidakaktifan anggota memberikan saran dalam Rapat Anggota. Partisipasi anggota Gapoktan dalam memanfaatkan usaha dinilai cukup tinggi. Hal ini dikarenakan peternak anggota Gapoktan memperoleh jaminan pemasaran dan hasil produksi susu peternak anggota Gapoktan. Berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dengan partisipasi organisasi. Hubungan yang kuat diantara keduanya terlihat dari nilai korelasi manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota di bidang organisasi adalah sebesar 0,592. Hal ini menunjukkan semakin tinggi manfaat ekonomi yang diperoleh anggota maka keinginan untuk berpartisipasi dalam organisasi semakin tinggi. Untuk hubungan antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang usaha mempunyai nilai korelasi 0,393. Nilai korelasi ini menunjukkan bahwa ada hubungan korelasi akan tetapi hubungan antara keduanya bersifat lemah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi manfaat ekonomi yang diperoleh anggota maka tidak secara signifikan akan meningkatkan partisipasi anggota di bidang usaha. Hubungan antara manfaat sosial dengan partisipasi di bidang organisasi dan usaha terdapat hubungan yang lemah. Hubungan yang lemah diantara keduanya terlihat dari nilai korelasi manfaat sosial dengan partisipasi dan usaha masing-masing adalah sebesar 0,453 dan 0,223. Kinerja Gapoktan dari segi organisasi dapat dikatakan cukup baik. Hal ini terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai dengan tujuan organisasi sehingga pengurus dalam menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya. Perangkat organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan asisten manajer serta dibantu beberapa kepala unit departemen. Pertemuan/rapat dalam kelompok baik antara pengurus maupun dengan anggota semakin sering dilakukan secara berkala. Pertemuan anggota kelompok ini dilakukan untuk menyusun rencana kerja yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama. Kinerja Gapoktan dari segi usaha baik likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas diperoleh hasil bahwa Gapoktan mampu memfasilitasi kegiatankegiatan usaha anggotanya. Berdasarkan hasil dari segi likuiditas, pada tahun 2010 terjadi peningkatan rasio lancar yang sebelumnya 3,1 menjadi 4,6. Hal ini terjadi karena aktiva lancar tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan dengan hutang lancar yang mengalami penurunan. Selanjutnya, kinerja rasio posisi kas pada tahun 2010 juga mengalami peningkatan dari 0,6 menjadi 1,1 yang melampaui standar rasio posisi kas (0,4). Hasil analisis solvabilitas untuk rasio total hutang baik tahun 2009 maupun tahun 2010 memiliki nilai rasio yang sama yaitu 0,6 dengan standar (0,5). Hal yang sama juga terjadi pada hasil rasio total hutang terhadap modal sendiri yang mempunyai nilai rasio berada diatas standar (1,0) yaitu 1,6. Analisis rentabilitas untuk rasio laba usaha terhadap total aktiva mengalami penurunan pada tahun 2010 (0,49), walaupun nilai rasionya di atas standar rasio tapi masih di bawah rasio dari tahun sebelumnya yaitu 0,66. Nilai rasio laba usaha terhadap modal sendiri pada tahun 2010 mengalami penurunan yaitu 1,29 dibandingkan tahun 2009 yaitu 1,72. 3

4 PARTISIPASI ANGGOTA DAN KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI AGROPURNA MITRA MANDIRI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT DENI KOSWARA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

5 Judul Skripsi : Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat Nama : Deni Koswara NIM : H Disetujui, Pembimbing Suprehatin, SP, MAB NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus: 5

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2011 Deni Koswara H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Deni Koswara dilahirkan di Bandung pada tanggal 09 Oktober Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Dahri Heriadi dan Ibunda Ai Hasanah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Bojongrangkas 1 Bogor pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMP Negeri 1 Ciampea Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 9 Bogor diselesaikan pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di program Diploma III Program Studi Teknologi Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Reguler dan lulus pada tahun Pada tahun 2008 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan pada pendidikan strata satu (S1) Program Penyelenggaraan Khusus Sarjana Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 7

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Partisipasi Anggota dan Kinerja Gabungan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri di Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis manfaat baik manfaat ekonomi maupun sosial serta partisipasi anggota di bidang organisasi dan usaha, menganalisis hubungan antara manfaat yang diperoleh anggota dengan tingkat partisipasi anggota dan hubungannya dengan kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dilihat dari segi organisasi dan usaha. Bogor, Juni 2011 Penulis 8

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Suprehatin, SP, MAB selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, kesabaran dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini hingga selesai. 2. Rahmat Yanuar, SP, M.Si selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan banyak masukan, kritikan dan saran kepada penulis. 3. Etriya, SP, MM dan Yanti Nuraeni M, SP, M.Agribuss selaku dosen penguji utama dan dosen dari komisi akademik dalam sidang hasil penelitian yang telah memberikan koreksi, saran dan masukannya kepada penulis untuk menjadikan skripsi ini lebih baik. 4. Seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan penulis. 5. Ayahanda Dahri Heriadi dan Ibunda tercinta Ai Hasanah serta adik-adikku tersayang untuk setiap doa dan dukungan yang diberikan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Pihak Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 7. Resty Kristina, SE dan keluarga atas segala doa dan dukungan yang diberikan selama ini. 8. Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan IV atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Juni 2011 Penulis 9

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Sapi Perah Kelembagaan Petani Partisipasi dan Manfaat Anggota Kelompok Hubungan antara Manfaat dengan Partisipasi Anggota Kelompok Kinerja Kelembagaan Petani III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kelembagaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kinerja Gapoktan Partisipasi Anggota dan Manfaat Gapoktan Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Desain Penelitian Metode Penentuan Sampel Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Deskriptif Analisis Rasio Analisis Manfaat Analisis Partisipasi Anggota V KEADAAN UMUM GAPOKTAN AGROPURNA... MITRA MANDIRI Sejarah, Visi dan Misi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Karakteristik Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri xii 10

11 VI MANFAAT DAN PARTISIPASI ANGGOTA GAPOKTAN... AGROPURNA MITRA MANDIRI Manfaat Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Partisipasi Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Hubungan Manfaat dan Partisipasi Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri VII ANALISIS KINERJA KELOMPOK TANI AGROPURNA... MITRA MANDIRI Kinerja Organisasi Struktur Organisasi Pengurus Kelompok Tani Rapat Anggota Kelompok Tani Rencana Kerja Kelompok Tani Perkembangan Kelompok Tani Kinerja Usaha Analisis Likuiditas Analisis Solvabilitas Analisis Rentabilitas VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Indonesia Tahun Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun (ekor) Jumlah Pemasok Susu Segar PT Indolakto Tahun Model Pengukuran Kinerja dengan Membandingkan Antara Hasil dan Target Alat Ukur Analisis Manfaat yang Diperoleh Anggota Alat Ukur Analisis Partisipasi Anggota Karakteristik Responden Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Hasil Analisis Manfaat Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Hasil Analisis Tingkat Partisipasi Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Manfaat Ekonomi dengan Partisipasi Organisasi dan Usaha Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Manfaat Sosial dengan Partisipasi Organisasi dan Usaha Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Kepemilikan Sapi Perah Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Tahun Perkembangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Pengukuran Kinerja Organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Tahun Hasil Analisis Rasio Likuiditas Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Hasil Analisis Rasio Solvabilitas Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Hasil Analisis Rasio Rentabilitas Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Sistem Agribisnis Sapi Perah Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Syarat dan Peraturan Keanggotaan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri Hak Anggota Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri Daftar Penetapan Harga Susu Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri Berdasarkan Kualitas Susu yang Dihasilkan Neraca Perbandingan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri Tahun 2009 dan Hasil Output Analisis Rank Spearman SPSS 18. For Windows Aktivitas Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri

15 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan dalam pembangunan pertanian Indonesia. Berdasarkan data statistik, pertumbuhan PDB Peternakan pada tahun 2005 sebesar 7,9 persen melebihi tingkat pertumbuhan sektor pertanian (3,5%) dan pertumbuhan PDB nasional (5,5%). Tahun 2007, pemerintah memberikan anggaran pembangunan peternakan sebesar Rp 7,8 trilyun melebihi anggaran untuk tanaman pangan dan perkebunan dalam mendorong percepatan pembangunan industri peternakan (Yusdja et al. 2006). Subsektor peternakan memiliki pertumbuhan yang cepat karena didukung oleh perkembangan industri peternakan terutama peternakan sapi perah. Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu usaha peternakan yang mempunyai nilai strategis, mengingat produk susu yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Perkembangan populasi ternak sapi perah dan produksi susu segar nasional yang meningkat setiap tahunnya memungkinkan terjadinya perkembangan subsektor peternakan sapi perah. Disamping itu, usaha ternak sapi perah sangat membantu kehidupan masyarakat terutama dalam hal sumber ekonomi keluarga, pemasok bahan baku industri, penyediaan lapangan kerja, dan membantu menjaga kelestarian lingkungan dengan pemanfaatan pupuk organik yang dihasilkan (Mukson et al. 2009). Perkembangan populasi sapi perah, dan produksi di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu di Indonesia Tahun Tahun Populasi Sapi Perah (per ekor) Produksi Susu (per ton) Sumber : Kementerian Pertanian (2010) 1

16 Berdasarkan Tabel 1, pasar produk susu di Indonesia masih cukup besar, dimana perkembangan produksi susu nasional selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan produksi rata-rata sebesar ton per tahun. Pada tahun 2005 terjadi penurunan produksi susu sebesar 2,53 persen yang diakibatkan adanya penurunan populasi sapi perah pada tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa populasi sapi perah mempengaruhi produksi susu segar nasional. Rata-rata jumlah populasi sapi perah di Indonesia meningkat setiap tahunnya setelah tahun 2005 dengan peningkatan populasi berkisar antara 2,22 persen sampai 22,46 persen. Jawa Barat sebagai salah satu sentra agribisnis peternakan sapi perah setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan populasi ternak. Tabel 2 menunjukkan bahwa populasi ternak sapi perah pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar ekor, meningkat 5,59 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar ekor. Pada tahun yang sama produksi susu yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sebesar ton sehingga Jawa Barat merupakan salah satu produsen susu terbesar tingkat nasional (Disnak Jabar 2010). Tabel 2. Populasi Ternak di Jawa Barat Tahun (Ekor) Jenis Ternak Growth* Sapi potong (Cattle Cow) ,49 Sapi Perah (Dairy Cow) ,16 Kerbau (Buffalo) (1,60) Kuda (Horse) (4,43) Kambing (Goat) ,74 Domba (Sheep) Babi (Pig) ,38 Sumber: Disnak Jabar (2010) *Ket : Rata-rata Pertumbuhan Tahun Berdasarkan data statistik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bandung Barat merupakan produsen susu terbesar di Jawa Barat yang dikelola peternak di lima kecamatan, yaitu Lembang, Cisarua, Parongpong, Cikalong Wetan dan Gununghalu. Jumlah populasi sapi perah Kabupaten 2

17 Bandung Barat adalah sebesar ekor dengan produksi susu sebesar ton. Produksi susu yang dihasilkan peternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat memberikan kontribusi sekitar 48 persen untuk produksi susu Jawa Barat dan 17 persen untuk produksi susu nasional 1 ). Potensi ini tentunya memberikan peluang yang lebih terbuka untuk terus mengembangkan usaha peternakan sapi perah agar populasi ternak dan produksi susu terus mengalami peningkatan sehingga mampu menempatkan Jawa Barat sebagai produsen susu terbesar di Indonesia. Disamping itu, agar terjadi peningkatan konsumsi susu di Jawa Barat yang pada tahun 2008 sebesar 5,93 kg/kapita/tahun menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 5,88 kg/kapita/tahun (Disnak Jabar 2010). Namun demikian, ada beberapa kendala dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah diantaranya lemahnya posisi tawar peternak dalam memperoleh nilai jual susu sehingga berakibat pada penurunan harga susu yang diterima dari Industri Pengolahan Susu (IPS). Selain itu, menurut Yusdja dan Winarso (2009) usaha peternakan sapi perah di Indonesia sebagian besar berada pada tingkatan skala kecil dengan kepemilikan sapi perah sebanyak 1-9 ekor. Ciriciri usaha peternakan sapi perah skala kecil antara lain rendahnya tingkat pendidikan peternak, memiliki pendapatan rendah, penerapan manajemen dan teknologi secara konvensional, lokasi ternak menyebar luas, skala usaha relatif kecil dan pengadaan input utama yakni hijauan makanan ternak yang masih tergantung pada musim. Berdasarkan hal tersebut peranan lembaga kelompok tani dalam pengembangan peternakan sapi perah sangat penting yaitu dalam hal peningkatan kemampuan petani baik pengetahuan maupun keterampilan budidaya, kemudahan untuk pemanfaatan lahan, akses dan ketersediaan modal serta pemasaran hasil ternak berupa susu segar. Pemberdayaan lembaga kelompok tani merupakan serangkaian upaya yang sistematis, konsisten dan berkelanjutan untuk meningkatkan daya adaptasi dan inovasi petani guna memanfaatkan teknologi secara optimal dalam bingkai aturan main yang ada untuk mencapai tujuan bersama secara efisien (Zakaria 2008). 1 ) Abubakar Konsumsi Susu Segar Masih Rendah. [Diakses tanggal 24 November 2010] 3

18 Berdasarkan Permentan nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, pemerintah telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) sebagai wujud untuk peningkatan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan kelompok tani. Kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dengan menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang terkait untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu, dengan adanya kelompok tani ini dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi dan permodalan. Kelompok tani merupakan organisasi non formal yang dikembangkan dari, oleh dan untuk petani dan memiliki karakteristik yaitu 1) saling mengenal dan percaya diantara sesama anggota; 2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani; 3) memiliki kesamaan dalam bahasa, budaya, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial serta pendidikan; dan 4) adanya pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama (Permentan No 273/Kpts/OT.160/4/2007). Selain itu, adanya kepentingan yang sama dan kegiatan yang dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggota merupakan unsur pengikat kelompok tani sehingga akan meningkatkan fungsi kelompok tani sebagai wadah organisasi yang berhubungan langsung dengan peningkatan kesejahteraan petani. Peranan kelompok tani dalam hal ini usaha peternakan sapi perah adalah mengelola sarana dan prasarana pengelolaan produk susu segar seperti pengadaan cooling unit, pemasaran dan distribusi susu segar ke IPS sehingga perlu adanya penggabungan kelompok tani ke dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Penggabungan ini didasari oleh tingginya biaya produksi susu segar untuk mempertahankan kualitas susu karena sifat komoditas susu segar yang mudah rusak pada suhu kamar. Gapoktan adalah gabungan beberapa petani atau kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya (Syahyuti 2007). Menteri Pertanian melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 telah menetapkan Gapoktan sebagai 4

19 format final dari organisasi di tingkat petani yang di dalamnya terkandung fungsifungsi pengelolaan antara lain unit kelembagaan keuangan, unit penyediaan sarana produksi peternakan (sapronak) dan unit pengolahan serta pemasaran hasil. Adanya Gapoktan memberikan kemudahan kepada anggota Gapoktan dalam hal perencanaan kebutuhan peralatan produksi peternak maupun kelompok tani, penyediaan bahan baku pakan konsentrat, penyediaan informasi dan akses permodalan serta peningkatan kemampuan baik peternak maupun kelompok tani dalam mengelola usaha peternakan sapi perah. Selain itu, Gapoktan dapat berperan sebagai penghubung dan menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penyediaan peralatan produksi, pengolahan dan pemasaran hasil serta lembaga keuangan. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah salah satu Gapoktan yang berada di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat yang bergerak di bidang peternakan. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terdiri dari 20 kelompok tani dengan jumlah anggota sekitar 400 peternak yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Lembang, Cisarua dan Parongpong. Pembentukan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dimaksudkan untuk mempermudah akses peternak terhadap modal, pemanfaatan lahan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak serta ketersediaan sapronak dan pemasaran hasil ternak berupa susu segar Perumusan Masalah Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mempunyai peranan utama dalam kegiatan perekonomian pedesaan khususnya di sektor usaha peternakan sapi perah, penyediaan sapronak, modal dan pemasaran hasil bagi para peternak. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dalam perkembangan usaha peternakannya telah berhasil menghimpun peternak-peternak sapi perah yang berada di daerah Bandung Barat terutama Kecamatan Parongpong, Cisarua dan Lembang. Pada tahun 2007, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri telah menjalin kerjasama dengan pihak Industri Pengolah Susu (IPS) dalam hal ini PT Indolakto dan Bank Mandiri sebagai lembaga keuangan penyedia bantuan kredit sapi perah. Kerjasama antara Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dengan PT Indolakto adalah berupa jaminan pemasaran hasil produksi susu segar (raw milk) dimana PT Indolakto akan menyerap seluruh hasil produksi susu yang dihasilkan Gapoktan. 5

20 Adanya jaminan pemasaran dari PT Indolakto memberikan kesempatan kepada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri untuk mendapatkan bantuan kredit sapi perah dari Bank Mandiri pada tahun 2008 yaitu berupa Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). PT Indolakto sebagai salah satu IPS terbesar di Indonesia mendapatkan pasokan susu dari beberapa daerah di sekitar Jawa Barat dan Jakarta. Susu segar yang dipasok kepada PT Indolakto dapat mencapai ton susu segar per hari. Akan tetapi susu segar yang dipasok belum dapat mencukupi kebutuhan PT Indokato seiring dengan permintaan konsumen yang semakin tinggi. Adapun beberapa koperasi dan kelompok tani yang memasok susu segar kepada PT Indolakto tahun 2009 ditunjukkan oleh Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Pemasok Susu Segar ke PT Indolakto Tahun 2009 No Pemasok Pabrik Jumlah Pasokan (per ton) 1 Koperda DKI Jakarta 2,0 2 SCA Farm Jakarta 4,0 3 Andini Luhur Jakarta 13,0 4 Laras Ati Sukabumi 10,3 5 Fajar Taurus Sukabumi 1,0 6 UPSP Purbasari Sukabumi 4,5 7 Makmur Sukabumi 5,0 8 Cisurupan Sukabumi 8,0 9 Gapoktan Agropurna Mitra Jakarta - Mandiri Sukabumi 16,0 10 KPS Bogor Jakarta 9,0 Sukabumi 5,0 11 Tandangsari Jakarta 16,5 Sukabumi 8,5 12 KPGS Cikajang Jakarta 8,0 Sukabumi 16,0 Sumber : Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, 2010 Tabel 3 menunjukkan bahwa Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan kelompok tani pemasok susu terbesar ketiga setelah KPGS Cikajang dan Tandangsari. Hal ini yang menyebabkan PT Indolakto meningkatkan permintaan susu yang dipasok oleh KPGS Cikajang dan Tandangsari termasuk Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Sampai saat ini produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri belum dapat memenuhi target permintaan susu dari PT 6

21 Indolakto yang mencapai 20 ton per hari. Upaya yang dilakukan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dalam pencapaian target permintaan susu tersebut adalah dengan melakukan kerjasama bantuan kredit sapi perah dengan Bank Mandiri berupa KKP-E. Adanya penambahan populasi sapi perah diharapkan akan meningkatkan produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Perkembangan produksi susu pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terus mengalami peningkatan untuk memenuhi permintaan susu dari PT Indolakto. Produksi rata-rata susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah sebanyak 16 ton per hari. Tahun 2007, produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri sebanyak ,3 liter yang merupakan awal berdirinya usaha susu segar (raw milk). Produksi susu segar Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan hampir 500 persen pada tahun 2008 yaitu mencapai liter. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan anggota peternak dan populasi sapi perah hasil kerjasama dengan Bank Mandiri berupa kredit KKP-E. Selanjutnya, tahun 2009 produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mengalami peningkatan produksi menjadi ,75 liter. Kenaikan produksi tahun 2009 hanya meningkat sebesar 60,08 persen jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang hampir mencapai 500 persen. Hal ini diduga ada kecenderungan penurunan kualitas pengelolaan usaha ternak anggota Gapoktan. Peningkatan produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diiringi dengan peningkatan populasi sapi perah yang dimiliki anggota Gapoktan. Jumlah populasi sapi perah yang dimiliki Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri tahun 2009 terbagi menjadi sapi perah kepemilikan pribadi dan sapi perah kepemilikan KKP- E. Populasi sapi perah milik sendiri sebanyak ekor dan milik KKP-E sebanyak 615 ekor yang terdiri dari sapi laktasi, sapi bunting, sapi kering kandang dan sapi dara. Dalam upaya peningkatan produksi susu untuk mencapai target permintaan susu dari PT Indolakto, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terus meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan peternak anggota Gapoktan. Pemberian dan pemenuhan kebutuhan dalam pelayanan dan fasilitas 7

22 yang diberikan kepada peternak anggota Gapoktan dimaksudkan untuk meningkatkan produksi susu dan mempertahankan kualitas susu yang dihasilkan agar mampu memenuhi permintaan susu PT Indolakto. Pemenuhan kebutuhan peternak anggota Gapoktan berupa jaminan pemasaran hasil, jaminan harga jual susu, jaminan ketersediaan sapronak dalam hal ini pakan konsentrat dan pemberian kredit sapi perah serta adanya pelayanan kesehatan hewan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, kemampuan kelompok memenuhi kebutuhan anggota, kemampuan kelompok memberikan nilai tambah kepada anggota dan kepercayaan bahwa kelompok akan memberi manfaat dan keuntungan kepada anggota akan meningkatkan partisipasi atau peran serta anggota. Partisipasi anggota merupakan salah satu faktor kunci dalam mendukung keberhasilan atau kinerja kelompok tani. Semakin tinggi tingkat partisipasi anggota maka semakin baik pula kinerja kelompok tani tersebut. Partisipasi anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri saat ini di bidang usaha Gapoktan dapat dikatakan tinggi dimana seluruh anggota Gapoktan memanfaatkan fasilitas yang ada di Gapoktan. Anggota Gapoktan menjual seluruh hasil susu segar yang diproduksi ternak sapi perahnya kepada Gapoktan. Hal ini menunjukkan bahwa anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memperoleh manfaat dalam hal jaminan pemasaran hasil. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri juga menyediakan pakan konsentrat yang diproduksi khusus untuk anggota Gapoktan tetapi hanya sebagian anggota Gapoktan yang menggunakan pakan konsentrat tersebut. Partisipasi anggota Gapoktan di bidang usaha tidak diiringi dengan partisipasi di bidang organisasi. Hal ini terlihat dari kehadiran anggota Gapoktan dalam rapat anggota yang diadakan pengurus Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang hanya dihadiri oleh perwakilan dari masing-masing Gapoktan anggota. Selain itu, sebagian besar anggota Gapoktan tidak memberikan saran atau kritik ketika pengurus Gapoktan memberikan kesempatan kepada anggota Gapoktan pada saat rapat anggota. Ketidakaktifan anggota Gapoktan dalam memberikan saran dan kritik menyebabkan tidak adanya interaksi komunikasi antara pengurus dengan anggota Gapoktan. 8

23 Pada saat sekarang ini, banyak Gapoktan yang tidak berjalan dengan baik karena kurangnya komunikasi yang terjadi antara pengurus kelompok dengan anggota kelompok. Hal ini yang menyebabkan pengurus kelompok tidak mengetahui apa yang menjadi keinginan atau kebutuhan anggota kelompok sehingga perencanaan dan pengelolaan usaha tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pengukuran tingkat partisipasi di bidang organisasi dan usaha serta manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri penting untuk dilakukan. Pengukuran tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh memberikan gambaran mengenai perkembangan kelompok tani dalam hal ini kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri? 2. Bagaimana hubungan antara manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dengan tingkat partisipasi anggota? 3. Bagaimana dampak tingkat partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dari segi organisasi dan usaha? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah seperti telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengukur tingkat partisipasi anggota dan manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. 2. Mengukur hubungan antara tingkat partisipasi anggota dengan manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. 3. Menganalisis dampak partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri di bidang organisasi dan usaha Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 9

24 1. Bagi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi Gapoktan saat ini. 2. Bagi para peternak khususnya peternak sapi serah dapat menjadi masukan dan informasi untuk mengembangkan usaha ternaknya. 3. Menjadi pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam hal pengembangan dan penguatan kelompok tani untuk meningkatan kinerja kelompok Ruang Lingkup Penelitian Mengingat objek penelitian ini hanya difokuskan pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, maka ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Penelitian terbatas pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. 2. Penelitian hanya menganalisis manfaat yang diperoleh anggota dan partisipasi anggota di bidang organisasi dan usaha serta hubungan korelasinya. 3. Penelitian hanya menganalisis kinerja Gapoktan dari segi organisasi dan usaha. 4. Dalam menganalisis manfaat dan tingkat partisipasi anggota hanya terbatas pada peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. 10

25 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Sapi Perah Agribisnis adalah seluruh kegiatan yang saling bertalian dengan kegiatan pertanian, yaitu kegiatan usahatani, kegiatan proses produksi berupa penyimpanan, pengolahan dan distribusi baik sarana produksi maupun produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari pertanian (Tatuh 2000). Agribisnis sapi perah merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan peternakan sapi perah dimana terdapat beberapa subsistem yang terkait satu sama lain. Pambudy (2006) menyatakan bahwa suatu sistem agribisnis yang lengkap terdiri dari lima subsistem agribisnis, yaitu 1) subsistem agribisnis hulu (off-farm) yakni seluruh industri yang menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi, seperti industri pakan dan obat-obatan; 2) subsistem agribisnis budidaya/usahatani (on-farm) yakni kegiatan yang menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan komoditas primer dalam hal ini adalah susu; 3) subsistem agribisnis pengolahan (off-farm) yakni industri yang mengolah industri primer menjadi produk olahan, seperti pembelian dan penjualan susu segar, industri pengolahan susu; 4) Subsistem Pemasaran (off-farm) yakni kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan hasil pengolahan produk, seperti distribusi, promosi dan informasi pasar dan 5) subsistem jasa penunjang yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi keempat subsistem lainnya, seperti infrastruktur, transportasi, perkreditan, pendidikan pelatihan serta kebijakan pemerintah. Secara ringkas sistem agribisnis sapi perah dapat dilihat pada Gambar 1. Subsistem Agribisnis Hulu Industri Pakan Konsentrat Industri Obatobatan Subsistem Usahatani Usaha Peternakan Sapi Perah Subsistem Pengolahan Industri Pengolahan Susu Subsistem Pemasaran Distribusi Promosi Informasi pasar Subsistem Jasa dan Penunjang Perkreditan dan Penyediaan Modal Gambar 1. Sistem Agribisnis Sapi Perah 11

26 2.2. Kelembagaan Petani Menurut Pambudy (2006), secara garis besar fungsi dan peran kelembagaan dan organisasi petani dalam kerangka sistem agribisnis yaitu mencakup subsistem agribisnis hulu sampai dengan subsistem pemasaran. Masing-masing kerangka subsistem baik lembaga pertanian maupun organisasi petani mempunyai peranan yang saling terkoordinasi. Terdapat beberapa bentuk kelembagaan petani yang mempunyai peranan dalam pengembangan agribisnis. Bentuk-bentuk kelembagaan petani dari sekian banyak lembaga yang ada diantaranya adalah kelompok tani, Gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan koperasi. Kelompok tani sebagai organisasi di tingkat petani yang melakukan usaha agribisnis mempunyai peranan dalam meningkatkan posisi tawar dan diharapkan dapat berfungsi sebagai unit usahatani, unit usaha pengolahan, unit usaha sarana dan prasarana produksi, unit usaha pemasaran dan unit usaha keuangan mikro serta unit jasa penunjang lainnya. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Interaksi yang terjadi antar sesama petani dalam satu kelompok tani merupakan wujud kerjasama untuk meningkatkan partisipasi dan peranan petani dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan hidup. Selama ini terdapat beberapa kendala dalam peningkatan peranan kelompok tani dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotnya. Menurut Pambudy (2006), kendala yang sering dihadapi kelompok tani khususnya dalam kaitan sistem agribisnis adalah: 1. Ketersediaan faktor produksi dalam hal ini usaha peternakan sapi perah berupa, bibit sapi perah, obat-obatan dan pakan ternak yang tidak terjamin waktunya serta harganya relatif tinggi. 2. Dalam subsistem usahatani sendiri seringkali terdapat permasalahan teknis budidaya dimana pengetahuan dan kemampuan manajemem petani yang realtif rendah. 12

27 3. Kualitas produk hasil yang masih relatif rendah dikarenakan belum optimalnya penanganan pasca panen yang disebabkan keterbatasan dan mahalnya peralatan dalam hal ini pengadaan cooling unit untuk mempertahankan kualitas susu hasil produksi. 4. Kurangnya pengetahuan petani mengenai informasi pasar, mengakibatkan posisi tawar petani menjadi lemah. 5. Kurangnya aksesibilitas petani untuk mendapatkan bantuan kredit dari bank serta kurangnya kesadaran petani akan fungsi dan peran kelompok tani dalam rangka meningkatkan posisi tawarnya juga menjadi masalah bagi petani dalam pengembangan usahataninya. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani, Gapoktan merupakan organisasi petani yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, dalam penyediaan sarana produksi, permodalan, peningkatan atau perluasan usahatani, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar (Permentan No 273/Kpts/OT.160/4/2007). Gapoktan dan koperasi mempunyai karakteristik kelembagaan yang hampir sama dimana baik Gapoktan maupun koperasi merupakan suatu lembaga sosial ekonomi yang memiliki peran penting dalam peningkatan kesejahteraan petani. Perbedaan antara Gapoktan dan Koperasi adalah dalam status hukum yang diperoleh dimana koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orangseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (Undang-undang Republik Indonesia No 25 tahun 1992). Baik Koperasi maupun Gapoktan adalah salah satu bentuk kelembagaan yang dapat membantu petani usaha untuk meningkatkan posisi tawarnya dengan mengutamakan kerjasama dan kepentingan anggota dalam menjalankan kegiatannya. Selain itu, baik anggota koperasi maupun Gapoktan akan lebih mudah dalam hal pengelolaan hasil produksi dan penanganan resiko agar kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar. Dalam wadah 13

28 organisasinya anggota Gapoktan dan koperasi lebih mudah berinteraksi secara positif terkait dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas atau kemampuan anggota. Akan tetapi ada perbedaan pandangan yang terjadi di kalangan petani antara Gapoktan dan Koperasi dimana petani golongan ekonomi lemah masih banyak yang belum memahami arti koperasi bagi peningkatan kesejahteraan. Petani memandang bahwa koperasi adalah suatu organisasi ekonomi yang manfaatnya hanya menguntungkan bagi golongan masyarakat tertentu saja. Oleh karena itu, diperlukan salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk memperkuat kinerja suatu kelompok sosial adalah melalui pendekatan sosial learning proses (Uphoff, 1986 dalam Syahyuti 2007). Dalam pendekatan ini, seluruh anggota kelompok belajar bersama, mengalami bersama dan menyelesaikan segala persoalan secara bersama. Tidak hanya solusi yang baik tapi yang lebih penting adalah bagaimana prosesnya sehingga suatu solusi dapat dicapai Partisipasi dan Manfaat Anggota Kelompok Semua anggota baik koperasi maupun Gapoktan di tuntut untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha maupun dalam pengelolaan organisasi, baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota. Hal ini dilakukan karena dengan adanya pemahaman mengenai peran masing-masing anggota, terutama mereka yang bertindak sebagai perangkat organisasi maka diharapkan koperasi atau Gapoktan akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan pendirian. Tingkat partisipasi anggota koperasi dipengaruhi oleh karateristik anggota atau latar belakang pendidikan anggota seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2006) pada anggota Koperasi Produsen Tahu Tempe (KOPTI) Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Penelitian ini mengkaji pengaruh karakteristik anggota KOPTI terhadap tingkat partisipasi anggota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik anggota yang berpengaruh terhadap partisipasi yaitu, 1) persepsi mengenai perkembangan KOPTI; 2) tingkat pengelolaan KOPTI; dan 3) tingkat pendidikan anggota. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Negara (2008) bahwa tingkat pendidikan menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan kelompok. Latar belakang pendidikan yang masih 14

29 rendah menyulitkan pengurus dalam menginformasikan yang berkaitan dengan kegiatan operasional kelompok. Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Yusuf (2006) bahwa tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi anggota untuk berpartisipasi baik pada aspek perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan hasil kegiatan cenderung masuk dalam kategori sedang. Selain itu, masih rendahnya pengalaman anggota dalam usaha ternak dan hanya 16,7 persen saja anggota yang menjadi pengurus di kelompok Sinar Asih ikut mempengaruhi rendahnya partisipasi anggota. Tingkat partisipasi anggota di bidang organisasi yang diteliti oleh Dartiana (2005), di KPS Bogor menunjukkan bahwa tingkat partisipasi dinilai tinggi untuk hadir dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT). Partisipasi keaktifan anggota terlihat dari seringnya memberikan saran dalam RAT. Selain itu, partisipasi anggota dalam memanfaatkan usaha KPS Bogor pun dinilai cukup tinggi. Hal ini dikarenakan anggota merasakan manfaat dalam jaminan pemasaran susu. Namun berbeda halnya dengan hasil penelitian Ginting (2003) yang menunjukkan bahwa partisipasi anggota di bidang organisasi dan usaha masih dirasakan kurang sedangkan di bidang permodalan menunjukkan partisipasi yang cukup baik. Dalam hal manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dan pengaruhnya terhadap partisipasi anggota, pada penelitian yang dilakukan Karo-Karo (2003), terlihat hasil yang berdampak positif antara manfaat ekonomi dengan tingkat partisipasi anggota dibidang usaha dibandingkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dengan partisipasi anggota dibidang organisasi. Sama halnya dengan hasil penelitian Ginting (2003), mengenai keragaan koperasi kredit dan tingkat partisipasi anggota pada Koperasi Kredit Sejahtera. Hasil analisis manfaat ekonomi menunjukkan bahwa anggota merasakan manfaat ekonomi yang diberikan koperasi, sedangkan manfaat sosial ada beberapa yang dirasakan baik dan kurang baik oleh anggota. Manfaat sosial yang dirasakan baik oleh anggota yaitu mengenai hubungan kekerabatan yang semakin baik dengan pengurus dan pihak manajemen, sedangkan manfaat sosial yang dirasakan kurang yaitu hubungan kekerabatan yang semakin baik dengan sesama anggota dan mengenai penggunaan uang secara bijak. 15

30 2.4. Hubungan antara Manfaat dengan Partisipasi Anggota Kelompok Hasil analisis korelasi Rank Spearman pada penelitian yang dilakukan Ginting (2003) menunjukkan bahwa korelasi antara manfaat ekonomi dan manfaat sosial terhadap partisipasi di bidang permodalan dikategorikan pada hubungan yang lemah, sedangkan korelasi antara manfaat sosial dengan tingkat partisipasi anggota di bidang organisasi dikategorikan pada hubungan yang kuat. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan Dartiana (2005), tingkat keeratan antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang modal menunjukkan hubungan yang kuat. Terlihat dari semakin banyak susu yang dipasok maka baik simpanan wajib maupun simpanan lebaran akan semakin besar yang dibayarkan anggota kepada KPS Bogor. Hal ini menunjukkan dengan semakin tingginya manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dari pelayanan KPS Bogor maka keinginan untuk berpartisipasi di bidang permodalan juga tinggi. Tingkat keeratan yang kuat pun ditunjukkan oleh hubungan antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota di bidang usaha. Hal ini dikarenakan anggota akan berpartisipasi secara maksimal jika adanya peningkatan pelayanan usaha KPS Bogor terhadap anggotanya. Hal ini menunjukkan semakin tinggi manfaat ekonomi yang diperoleh anggota maka pelayanan usaha KPS Kota Bogor pun akan tinggi. Namun dalam hubungan antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota menunjukkan adanya hubungan yang lemah. Hal ini terlihat dari partisipasi anggota dalam menghadiri RAT dipengaruhi oleh tersedianya waktu luang untuk menghadiri RAT, sedangkan partisipasi anggota dalam memberikan saran sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kedudukan anggota dalam kepengurusan Kinerja Kelembagaan Petani Kinerja kelompok tani sangat dipengaruhi oleh partisipasi anggota dimana partisipasi anggota merupakan faktor penentu utama dalam mendukung perkembangan atau keberhasilan kelompok tani untuk mencapai tujuan bersama. Palapa (2006) melakukan penelitian mengenai evaluasi kinerja koperasi pada Koperasi Puspa Anggrek di Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menganalisis sejauh mana koperasi berhasil dalam mengelola organisasi, usaha dan menerapkan prinsip-prinsip koperasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 16

31 peningkatan pendapatan Sisa Hasil Usaha (SHU) tidak berbanding lurus dengan peningkatan usaha koperasi, dikarenakan adanya anggota yang keluar sehingga simpanan wajib dan pokok harus dikembalikan sesuai dengan setoran awal pembayaran. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Karo-Karo (2003), bahwa pada KUD Sumber Alam tentang analisis kinerja dan partisipasi anggota menunjukkan bahwa anggota merasakan adanya peningkatan pendapatan dengan adanya usaha KUD Sumber Alam. Secara umum usaha simpan pinjam merupakan usaha yang dominan dimanfaatkan oleh anggota, sehingga menimbulkan terjadinya peningkatan usaha yang mempunyai dampak positif terhadap pendapatan anggota. Sama halnya dengan hasil penelitian Dartiana (2005), bahwa sebagian besar anggota merasakan adanya peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota. Hal ini terlihat dari susu yang dihasilkan oleh peternak selalu dapat diserap oleh koperasi. Sebagian besar anggota merasakan adanya kemudahan dalam hal pembayaran memperoleh sapronak, akan tetapi berbanding terbalik dalam hal bantuan kredit sapi karena sebagian besar anggota memperoleh sapi dari membeli sendiri. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, setiap metode analisis yang digunakan memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Selain itu, hasil penelitian terdapat persamaan dan perbedaan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Kontribusi penelitian-penelitian terdahulu terhadap penelitian yang dilakukan adalah memberikan gambaran mengenai kinerja kelembagaan yang ada di masyarakat baik Kelompok tani, Gabungan Kelompok tani maupun koperasi. Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu memberikan acuan terhadap penggunaan metode analisis data yang akan digunakan di penelitian ini. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah berbeda dalm hal lembaga yang dijadikan objek penelitian, permasalahan yang diselesaikan dan aplikasi dari penggunaan metode analisis. 17

32 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis juga merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada dalam penelitian dan dapat dijadikan acuan untuk menjawab permasalahan. Teori-teori dalam penelitian ini mencakup kelembagaan, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), kinerja Gapoktan, partisipasi anggota dan manfaat Gapoktan Kelembagaan Menurut Syahyuti (2007), kelembagaan adalah sekumpulan jaringan dari relasi sosial yang melibatkan orang-orang tertentu, memiliki tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur. Kelembagaan dapat berbentuk sebuah relasi sosial yang melembaga atau lembaga dengan struktur dan badan hukum, terdapat delapan kelembagaan, yaitu: 1) kelembagaan penyediaan input usahatani; 2) kelembagaan penyediaan permodalan; 3) kelembagaan pemenuhan tenaga kerja; 4) kelembagaan penyediaan lahan dan air irigasi; 5) kelembagaan usahatani; 6) kelembagaan pengolahan hasil pertanian; 7) kelembagaan pemasaran hasil pertanian; dan 8) kelembagaan penyediaan informasi. Tiap-tiap kelembagaan dapat dijalankan baik secara individual (perorangan) maupun secara kolektif (kelompok). Lembaga atau organisasi adalah bentuk kelembagaan yang formal dengan ciri memiliki struktur yang tegas dalam menjalankan fungsi kelembagaan (Syahyuti 2007). Gapoktan merupakan lembaga yang menjalankan fungsi kelembagaan dari penyediaan sarana produksi pertanian sampai dengan pemasaran hasil pertanian. Syahyuti (2007) mengatakan bahwa kelompok tani atau Gapoktan yang dapat menjalankan fungsi kelembagaan dengan baik membutuhkan persyaratan, antara lain 1) kepemimpinan yang baik dan keaktifan anggota dalam kegiatan dan pertemuan; 2) terjalinnya hubungan yang baik sesama anggota; 3) adanya kegiatan yang menghasilkan pendapatan baik bagi Gapoktan 18

33 maupun anggotanya; 4) kemampuan manajerial keuangan; dan 5) kemampuan Gapoktan memenuhi kebutuhan anggotanya Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Menurut Syahyuti (2007), pengembangan Gapoktan saat ini diarahkan pada peningkatan kemampuan Gapoktan dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota Gapoktan dalam mengembangkan usaha taninya dan penguatan Gapoktan menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Berdasarkan Permentan Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, Gapoktan yang kuat dan mandiri dicirikan antara lain : 1. Adanya pertemuan atau rapat anggota atau pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan; 2. Disusunnya rencana kerja Gapoktan secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi; 3. Memiliki aturan atau norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama; 4. Memiliki pencatatan atau pengadministrasian setiap anggota organisasi yang rapih; 5. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir; 6. Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar; 7. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota Gapoktan khususnya; 8. Adanya jalinan kerjasama antara Gapoktan dengan pihak lain; 9. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha atau kegiatan Gapoktan. Peranan Gapoktan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, terbagi menjadi lima dalam hal peningkatan kesejahteraan anggotanya, yaitu: 1. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar baik kuantitas, kualitas, kontinuitas maupun harga; 2. Penyediaan sarana produksi serta menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya; 19

34 3. Penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau pinjaman kepada para petani yang memerlukan; 4. Melakukan proses pengolahan produk para anggota yang dapat meningkatkan nilai tambah; 5. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan atau menjual produk petani kepada pedagang atau industri hilir Kinerja Gapoktan Tika (2008), menyatakan bahwa kinerja adalah hasil pekerjaaan/kegiatan yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja antara lain, 1) hasil-hasil pekerjaan/kegiatan; 2) pencapaian tujuan/target organisasi; dan 3) periode waktu tertentu. Dalam hal ini kinerja Gapoktan merupakan prestasi yang dicapai oleh Gapoktan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan Gapoktan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja Gapoktan dapat diketahui melalui proses pembandingan antara hasil yang diperoleh Gapoktan dengan standar/target yang telah ditetapkan dalam periode waktu tertentu. Melalui pengukuran tersebut, akan terlihat gambaran kondisi Gapoktan dan perkembangannya. Menurut Dharma (2004), target atau standar yang telah ditentukan kelompok berhubungan dengan sasaran dan kontribusi yang diharapkan bagi pencapaian target tersebut. Selanjutnya, Dharma (2004) juga menyatakan bahwa sasaran atau target kelompok dapat dinyatakan dengan istilah-istilah seperti; a) target yang dapat dikualifikasikan, misalkan peningkatan hasil penjualan produk; b) target yang harus diselesaikan secara memuaskan pada periode tertentu, seperti pemenuhan kebutuhan anggota kelompok; dan c) target dan aspirasi kualitatif, seperti kerjasama antar anggota kelompok. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa kinerja Gapoktan terbagi menjadi dua bagian yaitu kinerja organisasi dan kinerja usaha. Kinerja organisasi merupakan kinerja Gapoktan dilihat dari unsur-unsur organisasi yang dianalisis secara deskriptif mengenai perkembangan terhadap variabel-variabel organisasi Gapoktan, seperti struktur organisasi Gapoktan, kredibilitas pengurus Gapoktan, rencana kerja Gapoktan dan pelaksanaan rapat 20

35 anggota serta pencapaian target Gapoktan. Kinerja usaha merupakan pengukuran kinerja usaha Gapoktan secara kuantitatif. Variabel-variabel kinerja usaha Gapoktan yang dianalisis mencakup volume usaha atau dalam hal ini volume produksi Gapoktan, rataan produksi susu Gapoktan, modal usaha Gapoktan dan laba usaha Gapoktan dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio merupakan metode analisis neraca keuangan atau laporan rugi laba untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir 2002). Adanya analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi atau kinerja usaha. Keuntungan dari analisis rasio adalah dapat menjelaskan atau memberikan gambaran baik atau buruknya suatu usaha, mengidentifikasi bidang-bidang usaha yang perlu mendapat perhatian lebih dan berguna dalam membuat proyeksi dan perkiraan operasi. Menurut Munawir (2002), analisis rasio dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuannya yaitu, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan Gapoktan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan Gapoktan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Rasio ini menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan harta lancar yang dimilikinya tanpa mengganggu kegiatan operasional. Untuk mengukur kemampuan Gapoktan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila Gapoktan tersebut dinyatakan gagal dalam memenuhi kewajiban keuangannya menggunakan rasio solvabilitas. Gapoktan dikatakan solvabel apabila Gapoktan mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti Gapoktan tersebut insolvabel. Selanjutnya, Rasio rentabilitas digunakan untuk menunjukkan kemampuan Gapoktan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Besar kecilnya laba menunjukkan kemampuan dan keterampilan manajemen Gapoktan dalam mengelola usaha. Kemampuan berkembang Gapoktan tercermin dari keuntungan 21

36 atau Laba Usaha sehingga hasil pengukuran rentabilitas merupakan tolok ukur keuntungan yang diperoleh telah sesuai dengan harta dan modal yang ditanamkan. Pengukuran kinerja organisasi maupun kinerja usaha Gapoktan didasarkan pada aspek-aspek kemampuan kelompok menurut SK Mentan No. 41/Kpts/OT.210/1992 dalam Wahyuni (2003) yang indikator-indikatornya yaitu: 1. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani (termasuk pasca panen dan analisis usahatani) dengan menerapkan rekomendasi yang tepat dan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal. 2. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain. 3. Kemampuan memupuk modal dan manfaatnya secara rasional. 4. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antara dengan KUD. 5. Kemampuan menerapkan teknologi dan memanfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok Partisipasi Anggota dan Manfaat Gapoktan Pada dasarnya Gapoktan dibentuk atas dasar kepentingan yang sama antar sesama anggota dan mempunyai kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh para anggotanya serta adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat (Syahyuti 2007). Pembentukan Gapoktan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anggota dalam pengelolaan usaha ternaknya serta mempererat hubungan interaksi dan meningkatkan kerjasama antar anggota Gapoktan. Gapoktan sebagai lembaga ekonomi pedesaan harus dapat memberikan manfaat baik berupa manfaat ekonomi maupun manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Seperti halnya yang diungkapkan Soesilo (2000), bahwa koperasi yang dalam kegiatan operasionalnya hampir sama dengan Gapoktan harus dapat berperan dan berfungsi sebagai wadah ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Manfaat ekonomi yang dapat dirasakan anggota Gapoktan, yaitu pengadaan dan penyediaan sarana produksi peternakan, jaminan harga beli susu, terjadinya peningkatan pendapatan, jaminan pemasaran hasil produksi peternakan dan bantuan kredit. Sementara itu, dalam hal manfaat sosial yang dapat dirasakan 22

37 anggota Gapoktan berupa hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota. Manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diperoleh anggota Gapoktan akan menentukan tingkat partisipasinya terhadap Gapoktan. Partisipasi merupakan bentuk nyata anggota Gapoktan untuk ikut berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Gapoktan, baik kegiatan ekonomi maupun sosial. Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) dalam Dartiana (2006), secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikutsertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Istilah partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukkan peran serta seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu. Partisipasi anggota Gapoktan dapat berupa partisipasi di bidang organisasi dan partisipasi di bidang usaha. Partisipasi anggota di bidang organisasi terlihat dari 1) kehadiran; dan 2) keaktifannya dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT). Anggota berhak memberikan suaranya, menyatakan pendapat, saran dan kritik, memilih dan dipilih sebagai pengurus. Partisipasi di bidang usaha dapat diwujudkan dengan memanfaatkan pelayanan yang diberikan Gapoktan sesuai bidang usaha yang dikelola Kerangka Pemikiran Operasional Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan kelompok tani yang bergerak di bidang peternakan dan hampir semua anggotanya merupakan peternak sapi perah. Dalam perkembangan usaha peternakan sapi perahnya, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri telah menjalin kerjasama dengan pihak Industri Pengolahan Susu (IPS) yaitu PT Indolakto. Dalam perkembangannya Gapoktan Agopurna Mitra Mandiri dituntut untuk dapat meningkatkan produksi susu yang dihasilkan. Saat ini produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah sebesar 16 ton per hari dimana Gapoktan belum dapat memenuhi target permintaan susu dari PT Indolakto yang mencapai 20 ton per hari. Dalam upaya peningkatan produksi susu tersebut, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terus meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan peternak anggota Gapoktan. Pemberian dan pemenuhan kebutuhan dalam pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada peternak anggota Gapoktan 23

38 dimaksudkan untuk meningkatkan produksi susu dan mempertahankan kualitas susu yang dihasilkan agar mampu memenuhi permintaan susu PT Indolakto. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan anggota sebagai upaya pencapaian tujuan bersama diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada anggota yang selanjutnya akan meningkatkan partisipasi anggota Gapoktan. Partisipasi anggota merupakan faktor penentu utama dalam mendukung keberhasilan atau kinerja Gapoktan. Partisipasi akan meningkat jika Gapoktan dapat memberikan pelayanan yang baik dan motivasi kepada anggota untuk berperan serta aktif pada Gapoktan. Peran serta aktif anggota akan timbul dengan sendirinya jika Gapoktan dapat memberikan manfaat serta keuntungan kepada anggota. Manfaat yang diperoleh anggota berupa manfaat ekonomi dan manfaat sosial. Manfaat ekonomi yang diperoleh anggota berupa jaminan ketersediaan sarana produksi peternakan, jaminan harga beli susu, peningkatan pendapatan, jaminan pemasaran hasil produksi peternakan dan bantuan kredit. Sementara itu, dalam hal manfaat sosial yang diperoleh anggota berupa hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota. Semakin besar manfaat yang diperoleh anggota maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi anggota. Partisipasi anggota terhadap kegiatan yang dilaksanakan Gapoktan terlihat dari peran aktif anggota di bidang organisasi dan usaha. Analisis hubungan antara manfaat yang diperoleh anggota dengan tingkat partisipasi anggota dilakukan melalui uji korelasi Rank Spearman. Dengan mengetahui hubungan antara manfaat dengan tingkat partisipasi anggota diharapkan dapat diketahui perkembangan Gapoktan sehingga akan terlihat kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan suatu aspek penting dalam melihat gambaran kondisi dan perkembangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri guna mencapai target atau pemenuhan permintaan susu kepada PT Indolakto. Perkembangan kinerja Gapoktan ditinjau dari segi organisasi dan kegiatan usahanya. Kinerja organisasi dan kinerja usaha mempunyai hubungan 24

39 yang saling terkait satu sama lain dimana adanya kerjasama yang baik dalam organisasi dapat meningkatkan kinerja usaha Gapoktan. Kinerja organisasi dilihat dari perkembangan terhadap variabel-variabel organisasi, seperti struktur organisasi, kredibilitas pengurus, rencana kerja Gapoktan dan pelaksanaan rapat anggota Gapoktan. Kinerja usaha dilihat dari perkembangan terhadap variabel-variabel usaha, seperti volume usaha atau volume produksi, rataan produksi Gapoktan, modal usaha Gapoktan dan laba usaha yang dihasilkan dengan menggunakan analisis rasio. Berdasarkan hasil kinerja organisasi dan kinerja usaha akan terlihat kemampuan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dalam mememenuhi kebutuhan anggota baik pemenuhan terhadap modal, sarana produksi maupun pemasaran produk selanjutnya dapat dijadikan rujukan untuk peningkatan kinerja Gapoktan. Secara ringkas dan sistematis bagan alur pemikiran yang mendasari penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2. 25

40 Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri 1. Pemenuhan Permintaan Susu PT Indolakto 2. Pemenuhan Kebutuhan Peternak Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Manfaat 1. Ekonomi 2. Sosial Analisis Hubungan Rank Spearman Partisipasi Anggota 1. Organisasi 2. Usaha Tingkat Partisipasi Anggota Kinerja Organisasi Kinerja Usaha Analisis Deskriptif Analisis Rasio 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Solvabilitas 3. Rasio Rentabilitas Rekomendasi Peningkatan Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional 26

41 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang terletak di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan Gapoktan yang memiliki unit usaha di bidang peternakan sapi perah dan memiliki jumlah anggota yang tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Lembang, Cisarua dan Parongpong. Selain itu, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan Gapoktan pemasok susu terbesar ketiga PT Indolakto dengan luas cakupan wilayah kerja Gapoktan yang berada di tiga kecamatan sehingga perlu dilakukan kajian mengenai kinerja Gapoktan. Pengumpulan data primer dan sekunder dalam penelitian ini dilakukan selama bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2011, berdasarkan pertimbangan bahwa pada bulan tersebut telah dilakukan rekapitulasi data Gapoktan selama tahun Kegiatan penelitian ini meliputi penyusunan rencana penelitian, pengumpulan literatur dan data, pengolahan data dan penulisan skripsi Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus, dimana metode ini digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis (Yin 2003). Studi kasus adalah penelitian yang ideal yang diperlukan jika kajian yang dilakukan bersifat holistik dan mendalam. Selanjutnya, Yin (2003) menyatakan bahwa ada 6 sumber bukti yang dapat dijadikan fokus bagi pengumpulan data studi kasus adalah 1) dokumen; 2) rekaman arsip; 3) wawancara; 4) observasi langsung; 5) observasi pemeran; dan 6) perangkat fisik. Adapun yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah pada peristiwa yang terjadi di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dimana pembentukan Gapoktan ini didasari oleh adanya kekecewaan kelompok tani mantan anggota Koperasi Unit Desa. Selanjutnya kelompok-kelompok tani 27

42 tersebut membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang diberi nama Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Penelitian ini diawali dari fakta-fakta yang terjadi di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan berbagai konsep dan teori yang sesuai dengan fakta yang ada. Desain penelitian studi kasus ini bersifat single case dimana permasalahan yang diangkat adalah kebutuhan untuk mengetahui suatu program berlangsung atau tidak berlangsung. Dalam hal ini adalah mengetahui tentang bagaimana manfaat yang diperoleh dan tingkat partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan dimana pembentukan Gapoktan didasari dari keinginan anggota sendiri. Hasil dari penelitian ini adalah berupa deskriptif dari topik yang diteliti, yakni bagaimana manfaat yang diperoleh anggota terhadap pembentukan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang selanjutnya akan diketahui tingkat partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan hasil penelitian bermanfaat bagi Gapoktan dalam memahami manfaat yang diperoleh anggota dan tingkat partisipasi anggota terhadap kinerja Gapoktan Metode Penentuan Sampel Jumlah anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yaitu 20 kelompok tani yang terdiri dari 400 peternak yang selanjutnya disebut populasi. Tahapan pertama adalah penentuan kelompok tani secara sengaja (purposive) berdasarkan jumlah produksi susu yang dihasilkan anggota Gapoktan. Dari sebanyak 20 kelompok tani yang ada diambil tiga kelompok tani, yaitu satu kelompok tani yang memiliki jumlah produksi tertinggi dan satu kelompok tani yang memiliki jumlah produksi terendah. Selanjutnya, untuk satu kelompok tani lagi ditentukan dengan cara melihat median atau nilai tengah jumlah produksi yang dihasilkan. Tahapan kedua yaitu penentuan jumlah sampel yang didasarkan pada metode Gay yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi yaitu minimal 10% dari total populasi (Umar 2005). Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 46 sampel peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Selanjutnya dari 46 sampel tersebut diambil 40 peternak anggota dari tiga kelompok tani terpilih pada tahapan pertama untuk mengukur tingkat partisipasi anggota dan manfaat yang diperoleh sedangkan sisanya 6 peternak anggota dari pengurus Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri 28

43 secara purposive sampling digunakan untuk menganalisis kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Pengurus yang terpilih menjadi responden adalah pengurus yang mengetahui dan memahami mengenai kinerja Gapoktan, sehingga dapat mempermudah dan membantu peneliti dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu kinerja organisasi dan usaha. Tahapan ketiga yaitu penentuan sampel yang terpilih yang selanjutnya menjadi responden penelitian. Dari 40 peternak anggota ketiga kelompok yang terpilih diambil 3 peternak anggota secara purposive (sengaja) yaitu ketua kelompok tani dari masing-masing kelompok. Pemilihan ketua kelompok tani ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa ketua kelompok memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kegiatan-kegiatan kelompok yang dilakukan secara bersama-sama. Selanjutnya, 37 peternak anggota kelompok yang dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling ini dilakukan dengan cara diundi. Pengambilan sampel diawali dengan menuliskan nama-nama anggota kelompok tani dan nomor urut di kertas kecil yang terpisah kemudian di gulung. Tahap berikutnya memasukkan gulungan kertas kecil tersebut ke dalam botol secara terpisah untuk dilakukan pengundian. Penggunaan metode ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tiap anggota kelompok tani memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik data kualitatif maupun kuantitatif seperti yang dijelaskan sebagai berikut : a. Data Primer Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data yang diperoleh dari anggota dan pengurus Gapoktan, yaitu mengenai kondisi organisasi Gapoktan secara keseluruhan, volume usaha Gapoktan, karakteristik anggota, partisipasi anggota dan manfaat yang diperoleh anggota. b. Data Sekunder Data sekunder yang diperlukan yaitu berupa literatur, dokumen-dokumen yang dimiliki atau publikasi dan informasi dari instansi baik di daerah maupun di pusat meliputi Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung 29

44 dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Selain itu, data sekunder yang diperlukan juga dapat berupa hasil dari penelusuran internet yang berhubungan dengan penelitian Metode Pengumpulan Data Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi). Selain itu, dalam pengumpulan data deskriptif mengenai organisasi dan volume usaha, dilakukan wawancara langsung kepada pengurus Gapoktan. Wawancara dengan anggota Gapoktan atau peternak dilakukan untuk memperoleh data mengenai karakteristik anggota, tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu (kuesioner). Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, yaitu mempelajari data-data atau bahan-bahan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Informasi data dari instansi terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan Badan Pusat Statistik (BPS) Metode Pengolahan Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang terkumpul dikelompokkan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif yang selanjutnya dianalisis lebih lanjut. Analisis kualitatif deskriptif dilakukan untuk melihat dan memberikan gambaran mengenai kinerja Gapoktan dari segi organisasi sedangkan gambaran mengenai kinerja Gapoktan dari segi usaha akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode analisis rasio. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat partisipasi dan manfaat yang diterima anggota Gapoktan akan dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif. Data yang dikumpulkan, akan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 for Windows dan SPSS 18 for Windows Analisis Deskriptif Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang diukur dari segi organisasi yang dianalisis secara deskriptif meliputi struktur organisasi, kredibilitas pengurus, perencanaan rencana kerja Gapoktan dan pelaksanaan Rapat Anggota. Selain itu, pengukuran kinerja Gapoktan juga dilakukan dengan 30

45 membandingkan antara hasil yang diperoleh Gapoktan dengan standar/target yang ditetapkan Gapoktan meliputi perkembangan kepemilikan sapi, jumlah produksi susu yang dihasilkan dan penjualan susu. Standar atau target yang ditetapkan Gapoktan didasarkan dari hasil evaluasi Gapoktan tahun sebelumnya agar dapat terlihat sejauh mana perkembangan Gapoktan. Secara lengkap pengukuran kinerja Gapoktan ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Model Pengukuran Kinerja dengan Membandingkan antara Hasil dan Target Indikator Kinerja Jumlah Kepemilikan Sapi Hasil pada Tahun 2010 (A) Target (B) Pencapaian (A/B x 100%) Produksi Susu Penjualan Susu Analisis Rasio Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang diukur dari segi usaha akan yang dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis rasio. Pengukuran kinerja Gapoktan dari sisi usaha mencakup pertumbuhan dan volume usaha atau volume produksi susu, modal usaha Gapoktan dan Laba Usaha Gapoktan yang dihasilkan. Analisis rasio merupakan alat ukur kinerja Gapoktan secara kuantitatif. Munawir (2002), mendefinisikan analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Rasio ini memberikan indikasi apakah Gapoktan memiliki jumlah kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang dan hutang yang cukup rasional serta struktur modal yang sehat dalam rangka melaksanakan kegiatan Gapoktan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Penggunaan analisis rasio ini juga akan sangat membantu menilai prestasi manajemen atau pengurus Gapoktan dan prospeknya di masa mendatang. Munawir (2002) membagi rasio menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuannya, yaitu : 31

46 1. Rasio Likuiditas Rasio likiuditas menunjukkan kemampuan Gapoktan mengembalikan atau membayar kewajiban jangka pendeknya, pada saat ditagih. Rasio ini sangat ditentukan oleh jumlah aktiva lancar yang dimiliki Gapoktan pada periode akuntansi tertentu, meliputi jumlah kas, piutang dan persediaan. Rasio likiuditas meliputi rasio lancar (current ratio) dan rasio posisi kas (cash ratio). a. Rasio Lancar (current ratio) adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Angka standar yang digunakan untuk rasio ini adalah 2,0. Rasio lancar dihitung dengan menggunakan rumus : aktiva lancar Rasio lancar = hutang lancar b. Rasio Posisi Kas (cash ratio) adalah rasio yang mencerminkan likuiditas modal secara lebih tajam lagi sebab hanya memperhitungkan kas dan bank yang sewaktu-waktu dapat diuangkan dan digunakan untuk membayar hutang lancar Gapoktan. Nilai standar rasio ini adalah 0,4 artinya setiap Rp. 1,0 hutang lancar hendaknya diimbangi dengan saldo kas dan bank sebesar Rp. 0,4. Rasio cepat dihitung dengan menggunakan rumus : Kas + Bank Rasio Posisi Kas = hutang lancar 2. Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan Gapoktan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam kondisi jangka panjang. a. Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukkan kemampuan total aktiva yang dimiliki untuk menjamin seluruh hutang baik hutang jangka panjang maupun hutang lancar. Semakin kecil rasio ini semakin aman dan terjamin hutang para kreditur. Standar bagi rasio ini adalah 0,5. Rasio total hutang terhadap aktiva dapat dihitung dengan menggunakan rumus : hutang lancar + hutang jangka panjang Rasio total hutang dengan aktiva = total aktiva 32

47 b. Rasio total hutang dengan total modal sendiri menunjukkan bagian hutang yang dijamin dengan modal sendiri dan juga mencerminkan keseimbangan pengelolaan modal sendiri dan juga mencerminkan keseimbangan pengelolaan modal sendiri dan modal luar Gapoktan. Rasio standar yang digunakan adalah 0,1 artinya semakin kecil rasio yang dimiliki suatu Gapoktan, maka semakin baik kemampuan Gapoktan dalam menjamin hutangnya. Rasio total hutang dengan modal sendiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus : total hutang Rasio total hutang dengan total modal sendiri = total modal sendiri 3. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas ini mengukur kemampuan Gapoktan untuk menghasilkan atau mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk kegiatan operasionalnya. Kemampuan berkembang Gapoktan tercermin dari keuntungan atau Laba Usaha, sehingga hasil pengukuran rentabilitas merupakan tolok ukur apakah keuntungan yang diperoleh telah sesuai dengan harta dan modal yang ditanamkan. a. Rasio Laba Usaha dengan total aktiva merupakan kemampuan Gapoktan dalam memperoleh keuntungan dari seluruh harta yang ditanamkan usaha. Rasio ini memiliki standar 0,04. Rasio Laba Usaha dengan total aktiva dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Laba Usaha Rasio Laba Usaha dengan total aktiva = total aktiva b. Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri mengukur kemampuan Gapoktan dalam memperoleh Laba Usaha yang tersedia bagi anggotanya. Standar rasio ini adalah 0,15. Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Laba Usaha Rasio Laba Usaha dengan modal sendiri = Modal sendiri 33

48 Analisis Manfaat Analisis ini menunjukkan persentase jawaban anggota Gapoktan terhadap manfaat yang diberikan Gapoktan baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial. Manfaat ekonomi terdiri dari jaminan pemasaran susu, jaminan harga jual susu yang ditetapkan oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota, kemudahan memperoleh sapronak dalam hal ini pakan konsentrat dan bantuan kredit sapi perah. Manfaat sosial terdiri dari hubungan yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota Pengukuran manfaat dilakukan dengan cara pemberian nilai dengan tujuan untuk mempermudah pengukuran secara kuantitatif. Responden yang merasakan manfaat diberi nilai tiga, kurang merasakan diberi nilai dua dan kategori tidak merasakan diberi nilai satu. Menurut Nazir (2005), nilai responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total nilai, dan total nilai inilah ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala likert. ( Xib Xik ) Range = Banyaknya Skala Pengukuran Dimana : Xib = Nilai terbesar yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban merasakan manfaat (skor 3) terhadap setiap unsur i dari aspek manfaat yang diperoleh anggota (3x40=120). Xik = Nilai terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban tidak merasakan manfaat (skor 1) terhadap setiap unsur i aspek manfaat yang diperoleh anggota (1x40=40). Maka besarnya range untuk tiap kelas yang diteliti adalah : ( ) Range = = 26,67 = 27 3 Sehingga pembagian kelas berdasarkan pengukuran manfaat yang diperoleh adalah : 34

49 a) : Kategori rendah b) : Kategori sedang c) : Kategori tinggi Alat ukur analisis manfaat dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Alat ukur Analisis Manfaat yang Diperoleh Anggota No Jenis Manfaat Alat Ukur 1 Jaminan Pemasaran dan Hasil Produksi Anggota Jumlah responden yang menjual hasil produksinya lewat Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri 2 Jaminan Harga Jumlah responden yang puas terhadap ketetapan harga jual susu hasil produksinya oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri 3 Peningkatan Pendapatan 4 Jaminan Memperoleh Sapronak 5 Penerimaan Bantuan Kredit 6 Kerjasama yang Baik dengan Pengurus 7 Hubungan yang Baik Sesama Anggota 8 Peningkatan Pengetahuan Sumber : Susanti (2002) Jumlah responden yang mengalami peningkatan pendapatan setelah menjadi anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Jumlah responden yang membeli Sapronak melalui Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Jumlah responden yang menerima bantuan kredit melalui Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Jumlah responden yang sering bertemu pengurus Jumlah responden yang mengenal anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri lainnya Jumlah responden yang pernah mengikuti bimbingan/penyuluhan/pembinaan Analisis Partisipasi Anggota Tingkat partisipasi anggota Gapoktan dilihat dari partisipasi organisasi dan usaha. Partisipasi anggota dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan keaktifan anggota dalam memberikan saran kepada pengurus Gapoktan. Partisipasi anggota dalam bidang usaha dilihat dari keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha murni dan unit usaha pakan ternak Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Responden yang berpartisipasi tinggi diberi nilai tiga, partisipasi sedang diberikan nilai dua dan partisipasi rendah diberikan nilai satu. Berdasarkan nilai ini akan ditentukan total nilai yakni dengan cara menjumlahkan nilai responden. Total nilai akan dikategorikan ke dalam selang dengan rentang nilai terendah 35

50 adalah nilai terkecil dikali jumlah responden (1x40=40) dan rentang nilai tertinggi adalah nilai terbesar dikali jumlah responden (3x40=120) serta rentang skala penilaian yakni dengan cara membagi rentang nilai tertinggi dikurangi rentang nilai terendah. Maka besarnya range untuk tiap kelas yang diteliti adalah : Range = = 26,67 = 27 3 Sehingga pembagian kelas berdasarkan pengukuran tingkat partisipasi anggota adalah : ( ) a) : Kategori rendah b) : Kategori sedang c) : Kategori tinggi Alat ukur analisis partisipasi anggota dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Alat ukur Analisis Partisipasi Anggota No Jenis Partisipasi Alat Ukur 1 Kesadaran anggota untuk Jumlah responden yang mengikuti Rapat berorganisasi Anggota 2 Partisipasi organisasi Jumlah responden yang memberikan saran/kritik dalam Rapat Anggota 3 Partisipasi organisasi Jumlah responden yang memberikan saran/kritik diluar Rapat Anggota kepada pengurus/manajer/karyawan/pengawas 4 Partisipasi usaha Jumlah responden yang sering bertransaksi usaha melalui Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Sumber : Susanti (2002) Hubungan antara manfaat yang diperoleh anggota dengan partisipasi yang diberikan oleh anggota dianalisis dengan menggunakan uji statistik melalui uji korelasi Rank Spearman bersama uji signifikasinya. Menurut Nazir (2005), koefisien korelasi ini mengukur keeratan hubungan antara dua jenis variabel dengan syarat minimal variabel ordinal, dimana dilakukan observasi. Adapun tahapan kerja pengolahan data dari kuesioner untuk menganalisis hubungan manfaat dan tingkat partisipasi anggota adalah sebagai berikut : 1. Memberikan skor pada masing-masing jawaban responden berdasarkan bobot tertentu pada setiap jawaban dengan skala Likert. 36

51 2. Memindahkan data dari lembaran kuesioner ke lembaran tabulasi dan menghitung nilai total dari masing-masing variabel dengan program komputer Microsoft Excel Memindahkan data dari lembar kerja untuk diolah dan dianalisis, dengan menggunakan program komputer SPSS 18.0 for windows, menggunakan model uji korelasi Rank Spearman. Menurut Walpole (1995), korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara kedua variabel ordinal. Korelasi ini mengasumsikan bahwa data terdiri dari pasangan-pasangan hasil pengamatan numerik atau non numerik. Setiap data Xi maupun Yi ditetapkan peringkatnya relatif terhadap X dan Y yang lain dari yang terkecil sampai terbesar (Nazir 2005). Dalam penelitian ini variabel X adalah manfaat ekonomi dan sosial sedangkan variabel Y adalah tingkat partisipasi anggota. Adapun koefisien Rank Spearman adalah sebagai berikut : Statistik uji : r s = 1-6 n n i= 1 di 2 2 ( n 1) dimana : r s = koefisien korelasi Rank Spearman di = selisih antara peringkat X dan Y n = Jumlah sampel Tanda positif pada nilai r s menunjukkan adanya hubungan searah antara variabel X dan Y, sedangkan tanda negatif pada nila r s menunjukkan adanya hubungan berlawanan arah antara variabel X dan variabel Y. Kuat tidaknya variabel X dan variabel Y pada nilai koefisien Spearman (r s ) ditentukan berdasarkan nila sebaran normal yaitu 0,5 dengan kriteria sebagai berikut ; r s < 0,5 yaitu kondisi yang menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara variabel X dan Y r s 0,5 yaitu kondisi yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel X dan Y. 37

52 V KEADAAN UMUM GAPOKTAN AGROPURNA MITRA MANDIRI 5.1. Sejarah, Visi dan Misi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Adanya keluhan para peternak mantan anggota KUD yang merasa dirugikan seperti harga susu yang rendah, kebutuhan pakan konsentrat yang tidak selalu tersedia, kesehatan hewan dan Inseminasi Buatan (IB) yang tidak terlayani. Kondisi ini menyebabkan peternak mengalami kesulitan dalam mengembangkan usaha ternak sapi perahnya sehingga pada tanggal 1 Agustus 2007, para peternak membentuk Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang bergerak di bidang peternakan sapi perah berupa susu segar (raw milk). Pembentukan Gapoktan ini dimaksudkan agar para peternak dapat mengembangkan usaha ternak sapi perahnya sehingga akan meningkatkan pendapatan yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan peternak. Peranan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terhadap para peternak, yaitu: 1) meningkatkan harga jual susu dengan peningkatan kualitas dan kuantitas susu; 2) penyediaan sarana produksi dalam hal ini pemenuhan kebutuhan pakan konsentrat dan obat-obatan; 3) penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit atau pinjaman kepada para peternak anggota; dan 4) mengadakan kerjasama dengan pihak Industri Pengolahan Susu dalam hal pemasaran dan penjualan hasil produksi peternakan sapi perah berupa susu segar. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berada di Jalan Cihanjuang Rahayu No. 16 Desa Cihanjuang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terletak di wilayah Kecamatan parongpong yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Cisarua di sebelah Barat dan Kecamatan Lembang di sebelah Timur. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mempunyai target wilayah yang merupakan daerah penyumbang susu terbesar di Kabupaten Bandung Barat. Target wilayah yang kemudian menjadi wilayah kerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri meliputi tiga kecamatan yaitu Parongpong, Cisarua dan Lembang. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mempunyai visi menjadi market leader bagi para peternak dengan membuat peluang usaha yang didukung dengan 38

53 tempat strategis menjangkau kemitraan dengan suplier, Gapoktan dan mitra bisnis serta membuka peluang bagi calon investor untuk menjalin hubungan kemitraan yang saling menguntungkan dan berkesinambungan. Hubungan kemitraan yang telah dilakukan oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah mengadakan kerjasama dengan pihak lembaga keuangan dalam hal ini Bank Mandiri. Kerjasama antara Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dengan Bank Mandiri berupa penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) kepada para peternak anggota Gapoktan. Adanya jaminan pemasaran hasil peternakan sapi perah berupa susu segar (raw milk) oleh pihak Industri Pengolahan Susu (IPS) dalam hal ini PT. Indolakto memberikan kemudahan pemberian kredit KKP-E kepada peternak anggota Gapoktan. Pemberian kredit KKP-E ini dilakukan untuk meningkatkan populasi sapi perah Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang selanjutnya akan meningkatkan produksi susu yang dihasilkan. Peningkatkan produksi susu yang dihasilkan akan mewujudkan misi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, yaitu menyediakan dan mengolah hasil bumi yang berupa produk hasil untuk pemenuhan kebutuhan industri peternakan Karakteristik Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Karakteristik peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dapat mempengaruhi keberhasilan Gapoktan dalam menjalankan dan mengembangkan usaha Gapoktan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejateraan anggota. Karakteristik peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri meliputi jenis kelamin, status usahatani, usia peternak, tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani. Responden dalam hal ini adalah peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri sebanyak 40 orang peternak sapi perah. Adapun karakteristik Responden Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ditunjukkan pada Tabel 7. Seluruh responden yang berjumlah 40 orang peternak sapi perah berjenis kelamin laki-laki. Responden anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri menganggap bahwa semua kegiatan usahatani yang dilakukan adalah sebagai pekerjaan utama. Sembilan puluh persen atau 36 peternak responden yang 39

54 beranggapan bahwa pekerjaan utamanya adalah sebagai peternak sapi perah. Sementara itu, empat peternak atau 10 persen dari total responden menganggap kegiatan usahatani yang mereka lakukan merupakan pekerjaan sampingan. Tabel 7. Karakteristik Responden Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Kriteria Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Status Usaha Tani Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan 4 10 Total Golongan Umur 0-14 tahun tahun >65 tahun 0 0 Total Tingkat Pendidikan Tamat SD 16 40,0 Tamat SMP 15 37,5 Tamat SMA 9 22,5 Total Pengalaman Berusahatani <5 tahun 7 17, tahun 8 20, tahun 17 42, tahun 6 15,0 >20 tahun 2 5,0 Total Berdasarkan Tabel 7, responden menganggap bahwa menjalankan kegiatan usahatani peternakan sapi perah merupakan kegiatan yang menguntungkan karena sebagian besar responden menggantungkan hidupnya pada usaha peternakan sapi perah. Sepuluh persen atau empat orang responden yang menjadikan kegiatan usahatani sebagai pekerjaan sampingan mempunyai pekerjaan utama sebagai karyawan atau buruh pabrik dan pedagang atau wiraswasta. Pembagian kelompok usia responden didasarkan atas usia responden yang belum produktif, usia responden produktif dan usia responden tidak produktif. kelomppok usia responden belum produktif adalah usia peternak kurang dari 14 tahun, sedangkan kelompok usia responden produktif yaitu 15 sampai 64 tahun dan kelompok usia responden tidak produktif yaitu diatas 65 tahun. 40

55 Sebanyak 40 orang atau seluruh responden anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang melakukan kegiatan usahatani sapi perah merupakan usia peternak produktif yaitu berada pada usia tahun. Usia responden produktif yang tertua adalah 60 tahun dan usia responden yang termuda adalah 17 tahun. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa responden anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah berasal dari kalangan peternak usia produktif. Tingkat pendidikan yang dimiliki responden diduga mempengaruhi terhadap penerapan teknologi dan hal-hal baru atau informasi yang diperoleh. Jika responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memudahkan dalam hal penerapan teknologi dan informasi yang diterima untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahataninya. Selain itu, tingkat pendidikan yang dimiliki peternak akan mempermudah peternak dalam pengambilan keputusan untuk mengembangkan usahataninya. Tingkat pendidikan anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri sangat beragam mulai dari SD sampai dengan SMA (40 persen berpendidikan SD, 37,5 persen berpendidikan SMP dan 22,5 persen berpendidikan SMA). Responden yang paling banyak berdasarkan tingkat pendidikan adalah lulusan Sekolah Dasar, yaitu sebanyak 16 orang atau 40 persen dari total responden. Responden Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memiliki pengalaman berusahatani yaitu 11 sampai 15 tahun sebanyak 17 orang atau 42,5 persen responden. Pengalaman usahatani responden yang paling lama yaitu selama 26 tahun. Sementara itu, responden yang pengalamannya kurang dari lima tahun sebanyak 7 orang atau 17,5 peren. Pengalaman usahatani yang dimiliki oleh peternak menunjukkan seberapa lamanya peternak berperan aktif dalam usahatani ternak sapi perah. Semakin lama pengalaman usahatani peternak maka dapat dikatakan bahwa peternak telah memahami teknik budidaya dalam hal ini budidaya ternak sapi perah dengan baik. 41

56 VI MANFAAT DAN PARTISIPASI ANGGOTA GAPOKTAN AGROPURNA MITRA MANDIRI 6.1. Manfaat Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Keberadaan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memberikan manfaat baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial yang diperoleh anggotanya. Adapun manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan dari sisi ekonomi yang dianalisis adalah jaminan pemasaran dan hasil produksi anggota, jaminan harga yang diberikan Gapoktan, peningkatan pendapatan, jaminan memperoleh sapronak dan penerimaan bantuan kredit sapi perah. Selanjutnya, manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan dari sisi sosial yang dianalisis adalah kerjasama yang baik dengan pengurus, hubungan yang baik sesama anggota dan peningkatan pengetahuan. Hasil analisis atau tanggapan peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terhadap manfaat ekonomi dan sosial secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Analisis Manfaat Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri No Manfaat Skor Manfaat Skor Tingkat Manfaat Kategori Manfaat 1 Jaminan Pemasaran dan Tinggi/Merasakan Hasil Produksi Anggota 2 Jaminan Harga Tinggi/Merasakan 3 Peningkatan Pendapatan 4 Jaminan Memperoleh Sapronak 5 Penerimaan Bantuan Kredit 6 Kerjasama yang baik dengan Pengurus 7 Hubungan yang baik Sesama Anggota 8 Peningkatan Pengetahuan Tinggi/Merasakan Tinggi/Merasakan Rendah/Tidak Merasakan Tinggi/Merasakan Tinggi/Merasakan Rendah/Tidak Merasakan Berdasarkan hasil analisis yang tersaji pada Tabel 8, menunjukkan bahwa ada perbedaan jawaban responden tentang manfaat Gapoktan Agropurna Mitra 42

57 Mandiri yang diperoleh baik manfaat ekonomi maupun manfaat sosial. Tabel 8, menunjukkan bahwa seluruh responden anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merasakan adanya jaminan pemasaran susu segar yang dihasilkan anggota. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah sebagai wadah pengumpul atau penampungan susu yang kemudian dipasarkan ke PT Indolakto. Setiap susu yang diproduksi oleh peternak anggota Gapoktan selalu diterima oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri sesuai dengan kualitas yang ditentukan oleh pihak PT Indolakto. Hal ini dikarenakan adanya perjanjian kerjasama antara Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dengan PT Indolakto. Namun, sampai saat ini Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri belum dapat memenuhi permintaan PT Indolakto dalam hal jumlah produksi susu segar setiap harinya. Sebagian besar responden anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merasakan jaminan harga yang ditetapkan Gapoktan dengan nilai skor manfaat ekonomi dan sosial sebesar 111. Sebanyak 32 atau 80 persen responden menyatakan bahwa harga yang ditetapkan lebih tinggi dari harga diluar Gapoktan. Harga yang diterima peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berkisar antara Rp 3.000,- s/d Rp 3.200,-. Harga yang ditetapkan Gapoktan sesuai dengan kualitas susu segar yang dihasilkan peternak anggota Gapoktan tersebut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas susu segar yang dihasilkan peternak anggota Gapoktan selama ini mempunyai kualitas yang baik. Dalam hal adanya peningkatan pendapatan juga dirasakan responden anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dengan skor manfaat ekonomi dan sosial sebesar 115. Sebesar 92,5 persen atau 37 responden anggota menyatakan bahwa pendapatan setelah menjadi anggota lebih besar daripada sebelum menjadi anggota. Hal ini dikarenakan adanya jaminan pemasaran dimana susu segar yang diproduksi selalu diterima Gapoktan dengan harga jual susu segar yang lebih tinggi. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mempunyai unit bisnis lain selain unit bisnis susu segar atau raw milk. Unit bisnis lain yang dimiliki Gapoktan adalah unit bisnis dalam hal penyediaan pakan ternak konsentrat dan obat-obatan. 43

58 Sebesar 75 persen responden merasakan adanya kemudahan dalam memperoleh sapronak yaitu berupa pakan konsentrat dan obat-obatan. Hal ini dikarenakan adanya kemudahan dalam pembayaran pembelian sapronak dimana peternak dapat membeli pakan konsentrat dan obat-obatan secara kredit. Selanjutnya, dalam hal harga sapronak yang ditetapkan oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, peternak anggota Gapoktan merasa bahwa harga yang ditetapkan Gapoktan sesuai dengan kemampuan ekonomi peternak. Hal ini dikarenakan unit bisnis pakan konsentrat dan obat-obatan disediakan hanya khusus untuk peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Nilai skor manfaat ekonomi sebesar 62 termasuk ke dalam kategori rendah untuk manfaat dalam bantuan kredit sapi perah. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yaitu sebanyak 22 peternak anggota baru merasakan bantuan kredit sapi perah sebanyak satu kali. Sebanyak 18 responden menyatakan bahwa belum pernah merasakan bantuan kredit sapi perah. Program pemberian kredit sapi perah baru dilaksanakan satu kali yaitu pada tahun 2008 sebanyak 250 peternak anggota Gapoktan yang mendapatkan bantuan kredit sapi perah. Pemberian kredit sapi perah tahap kedua akan dilaksanakan pada tahun 2010 dan 2011 yang ditujukan untuk peternak anggota Gapoktan yang belum mendapatkan bantuan kredit sapi perah tahap pertama. Adapun selain manfaat ekonomi yang diperoleh peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah manfaat sosial berupa adanya kerjasama yang baik antara anggota dengan anggota maupun anggota dengan pengurus. Hubungan baik antara anggota dengan pengurus diindikasikan oleh intensitas pertemuan keduanya. Sebagian besar responden atau 65 persen pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri menyatakan bahwa intensitas pertemuan dengan pengurus Gapoktan adalah bertemu setiap hari. Pertemuan antara pengurus dengan peternak anggota dilakukan bukan dengan pertemuan secara resmi akan tetapi pertemuan jika terjadi masalah dengan ternak sapi perahnya. Pertemuan ini bersifat tidak resmi dimana pengurus Gapoktan bertemu dengan peternak anggota Gapoktan pada saat Inseminasi 44

59 Buatan atau ternak sapi perah mengalami penyakit serta pada saat peternak mengirimkan susu segar hasil produksi. Pertemuan yang dilakukan antara pengurus Gapoktan dengan peternak anggota Gapoktan secara resmi dilakukan jika terdapat suatu masalah yang harus segera diselesaikan secara bersama-sama. Berdasarkan wawancara dengan pengurus Gapoktan dapat dikatakan bahwa pertemuan antara pengurus dan peternak anggota Gapoktan diadakan setiap akhir tahun atau pada saat ada program bantuan kredit sapi perah dan sosialisasi program-program kerja Gapoktan. Pertemuan antara pengurus Gapoktan dengan peternak anggota Gapoktan secara resmi sampai saat ini selalu mengalami peningkatan intensitas bertemu yang semakin sering. Selain hubungan yang baik dengan pengurus Gapoktan, hubungan baik sesama anggota dirasakan manfaat sosialnya oleh responden anggota Gapoktan. Hubungan yang baik sesama anggota Gapoktan diindikasikan oleh saling mengenal sesama anggota. Sebagian besar anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yaitu 87,5 persen atau 35 responden menyatakan bahwa peternak anggota Gapoktan mengenal sebagian anggota Gapoktan. Namun, hal yang harus menjadi perhatian di sini bahwa materi pembicaraan antara sesama anggota maupun antara anggota dengan pengurus tidak selalu mengenai kondisi Gapoktan akan tetapi cenderung merupakan hubungan silaturahmi. Sebagian besar responden anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri menyatakan pernah mengikuti pembinaan/penyuluhan yang dilakukan oleh Gapoktan yaitu sebanyak 55 persen atau 22 responden anggota Gapoktan. Pembinaan atau penyuluhan yang dilakukan hanya diperuntukkan untuk peternak anggota yang mendapatkan bantuan kredit sapi perah. Materi yang disampaikan pada saat pembinaan atau penyuluhan adalah materi berupa teknik budidaya sapi perah, kewirausahaan, persyaratan pengajuan dan pengembalian atau pembayaran kredit, sanitasi dan pemeliharaan kandang yang baik, kesehatan hewan ternak sapi perah dan program kredit sapi perah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak responden anggota Gapoktan yang mendapatkan bantuan kredit sapi perah maka akan semakin banyak responden anggota Gapoktan yang mengikuti pembinaan atau penyuluhan. 45

60 Oleh karena itu, akan semakin banyak peternak anggota yang mendapatkan pengetahuan dan teknologi baru terutama yang berhubungan dengan upaya-upaya meningkatkan usaha ternak sapi perah Partisipasi Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Dalam perkembangan usaha yang dijalankan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri tidak terlepas dari partisipasi anggotanya. Selanjutnya tingkat partisipasi anggota dapat dipengaruhi oleh manfaat yang diperoleh peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Tingkat partisipasi peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dilihat dari partisipasi di bidang organisasi dan usaha. Partisipasi peternak anggota dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran anggota dalam Rapat Anggota dan keaktifannya dalam memberikan saran kepada pengurus Gapoktan. Sementara itu, partisipasi anggota dalam bidang usaha dilihat dari keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha raw milk dan unit usaha pakan konsentrat Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Adapun partisipasi anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9, menunjukkan bahwa partisipasi anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri di bidang organisasi dinilai tinggi untuk hadir dalam Rapat Anggota dengan skor 105. Hanya 5 persen responden anggota Gapoktan yang menyatakan tidak pernah hadir dalam Rapat Anggota atau kehadiran kurang dari 50%. Ketidakhadiran responden anggota Gapoktan menunjukkan partisipasi yang rendah terhadap keorganisasian Gapoktan yang selanjutnya mengakibatkan kurang merasakan manfaat ekonomi dan sosial dikarenakan kurangnya peternak anggota untuk memanfaatkan fasilitas yang telah ada. Tabel 9. Hasil Analisis Tingkat Partisipasi Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri No Jenis Partisipasi Skor Manfaat Skor Kategori Partisipasi Partisipasi 1 Partisipasi Organisasi a. Kehadiran dalam rapat Tinggi b. Memberikan saran dalam rapat Sedang 2 Partisipasi Usaha a. Menjual Susu ke Gapoktan Tinggi b. Membeli Sapronak Tinggi 46

61 Masalah yang sering dikemukakan oleh responden dalam setiap Rapat Anggota adalah permasalahan dilapangan yaitu berupa kesehatan hewan yang sering terkena penyakit pada saat perubahan musim. Selain itu, penyebab seringnya ternak sapi perah terkena penyakit adalah kebersihan kandang sapi yang tidak diperhatikan oleh peternak anggota Gapoktan. Partisipasi anggota dalam hal keaktifan memberikan saran dan kritik pada saat Rapat anggota di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri termasuk ke dalam kategori sedang dengan skor 80. Tingkat pendidikan dan rendahnya kepedulian menjadi penyebab ketidakaktifan anggota memberikan saran dalam Rapat Anggota. Selanjutnya, dampak yang timbul akibat dari ketidakikutsertaannya peternak anggota Gapoktan dalam memberikan saran menjadikan rendahnya tingkat pengetahuan pengurus terhadap kebutuhan yang diinginkan peternak anggota Gapoktannya sendiri. Partisipasi responden anggota dalam memanfaatkan usaha Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dinilai cukup tinggi. Seluruh responden menyatakan bahwa partisipasi anggota dalam memanfaatkan unit usaha raw milk dinilai tinggi. Partisipasi anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dalam memasarkan dan menjual susu segat atau raw milk memiliki skor 120. Hal ini dikarenakan peternak anggota Gapoktan merasakan adanya jaminan pemasaran dan hasil produksi susu peternak anggota Gapoktan. Setiap hari peternak anggota Gapoktan menjual susu yang dihasilkannya kepada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri baik pagi dan sore hari. Setiap susu segar yang disetorkan peternak anggota Gapoktan selalu diterima oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan penjualan produk susu segar raw milk yang selama ini belum memenuhi permintaan pihak IPS. Partisipasi peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dalam pembelian pakan ternak konsentrat dinilai cukup tinggi dengan skor 105. Sebanyak 65 persen atau 26 responden anggota menyatakan bahwa selalu membeli sapronak dalam hal ini pakan ternak konsentrat di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Hal ini dikarenakan harga pakan konsentrat di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dinilai lebih rendah dari harga diluar Gapoktan. 47

62 Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh informasi bahwa dengan diberikannya pakan ternak konsentrat maka produksi susu yang dihasilkan ternak sapi perah mengalami peningkatan dengan kualitas yang baik. Selain itu juga, sistem pembelian pakan konsentrat dilakukan secara kredit dimana pembayaran dilakukan dengan cara pemotongan hasil dari penjualan susu segar kepada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Hubungan Manfaat dengan Partisipasi Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Manfaat yang diperoleh peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota di bidang organisasi maupun usaha. Hubungan ini terbagi menjadi menjadi empat bagian yaitu 1) hubungan antara manfaat ekonomi dengan tingkat partisipasi anggota di bidang organisasi; 2) hubungan antara manfaat ekonomi dengan tingkat partisipasi di bidang usaha; 3) hubungan antara manfaat sosial dengan tingkat partisipasi di bidang organisasi; dan 4) hubungan antara manfaat sosial dengan tingkat partisipasi di bidang usaha. Hubungan antara manfaat ekonomi dan sosial dengan tingkat partisipasi di bidang organisasi dan usaha diketahui dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman. Hasil korelasi antara manfaat ekonomi dengan partisipasi organisasi dan usaha anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman Hubungan antara Manfaat Ekonomi dengan Partisipasi Organisasi dan Usaha Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Spearman s Rho Manfaat Jenis Partisipasi Ekonomi Organisasi Usaha Koefisien Korelasi 0,592 0,393 N Berdasarkan Tabel 10, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dengan partisipasi organisasi. Hubungan yang kuat diantara keduanya terlihat dari nilai korelasi manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota di bidang organisasi adalah sebesar 0,592. Nilai korelasi yang lebih besar dari nilai sebaran normal (0,5) menunjukkan 48

63 adanya hubungan yang kuat antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota di bidang organisasi. Selain itu, adanya hubungan yang kuat dapat juga terlihat dari nilai sig. (2- tailed) yang lebih kecil dari taraf nyata yaitu 0 < 0,01. Partisipasi anggota di bidang organisasi adalah kehadiran peternak anggota dalam rapat anggota yang diadakan Gapoktan serta keaktifan anggota dalam memberikan saran atau kritik terhadap pengurus. Korelasi antara keduanya ditandai dengan adanya tanda positif yang berarti bahwa ada hubungan searah antara manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota di bidang organisasi. Hal ini menunjukkan semakin tinggi manfaat ekonomi yang diperoleh anggota maka keinginan untuk berpartisipasi dalam organisasi semakin tinggi. Jaminan pemasaran susu, harga jual susu, peningkatan pendapatan dan jaminan memperoleh sapronak merupakan variabel yang mempengaruhi manfaat ekonomi yang diperoleh anggota. Oleh karena itu, peningkatan pelayanan yang selama ini diberikan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berupa pelayanan kesehatan hewan dan Inseminasi Buatan serta obat-obatan akan mempengaruhi kualitas susu. Kualitas susu segar peternak anggota Gapoktan yang semakin baik pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan peternak anggota dan akan berpengaruh positif terhadap partisipasi anggota di bidang organisasi. Partisipasi di bidang organisasi yang semakin meningkat dalam hal ini adalah tingkat kehadiran anggota dalam setiap rapat anggota yang diadakan Gapoktan. Untuk hubungan antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang usaha berdasarkan output SPSS 18. for windows, mempunyai nilai korelasi 0,393. Nilai korelasi ini menunjukkan bahwa ada hubungan korelasi akan tetapi hubungan antara keduanya bersifat lemah karena kurang dari nilai sebaran normal (0,5). Adanya hubungan korelasi antara keduanya juga terlihat dari nilai sig. (2- tailed) yang lebih kecil dari taraf nyata yaitu 0,012 < 0,05. Partisipasi anggota dalam bidang usaha di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah menjual susu segar dan membeli sapronak berupa pakan konsentrat dan obat-obatan. Tanda positif pada nilai korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan searah antara manfaat dengan partisipasi di bidang usaha akan tetapi bersifat lemah. Hal 49

64 ini menunjukkan bahwa semakin tinggi manfaat ekonomi yang diperoleh anggota maka tidak secara signifikan akan meningkatkan partisipasi anggota di bidang usaha. Tidak terpenuhinya pakan konsentrat yang disediakan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri menyebabkan anggota Gapoktan membeli sapronak diluar Gapoktan sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi anggota di bidang usaha. Selain itu lemahnya hubungan antara manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang usaha terlihat dari adanya sebagian peternak anggota Gapoktan yang belum merasakan bantuan kredit sapi perah. Selama ini partisipasi anggota di bidang usaha dikarenakan adanya perjanjian antara anggota dengan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri pada saat menjadi anggota Gapoktan. Anggota Gapoktan diharuskan menjual seluruh hasil produksinya berupa susu segar kepada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Tabel 11. Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman Hubungan antara Manfaat Sosial dengan Partisipasi Organisasi dan Usaha Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Spearman s Rho Manfaat Sosial Jenis Partisipasi Organisasi Usaha Koefisien Korelasi 0,453 0,223 N Berdasarkan Tabel 11, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang lemah antara manfaat sosial yang diperoleh anggota baik dengan partisipasi di bidang organisasi maupun di bidang usaha. Hubungan yang lemah diantara keduanya terlihat dari nilai korelasi manfaat sosial dengan partisipasi di bidang organisasi adalah sebesar 0,453 dan partisipasi anggota di bidang usaha sebesar 0,223. Nilai korelasi yang lebih kecil dari nilai sebaran normal (0,5) menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara variabel manfaat sosial dengan partisipasi di bidang organisasi dan usaha. Manfaat sosial yang diperoleh peternak anggota Gapoktan adalah hubungan yang baik antara anggota dengan pengurus Gapoktan berupa intensitas pertemuan antara keduannya yang semakin meningkat. Akan tetapi perlu diketahui bahwa intensitas pertemuan ini dilakukan bukan pada saat pertemuan secara resmi yaitu pada saat rapat anggota. Hal ini menunjukkan adanya korelasi yang lemah dengan partisipasi di bidang organisasi dimana anggota Gapoktan 50

65 lebih sering bertemu diluar rapat anggota secara perorangan. Selain itu, adanya sebagian anggota Gapoktan yang belum merasakan bantuan kredit sapi perah ikut mempengaruhi partisipasi anggota di bidang organisasi. Hal ini dikarenakan pengurus Gapoktan mengadakan pertemuan dengan anggota Gapoktan secara resmi hanya dengan anggota Gapoktan yang akan memperoleh bantuan kredit sapi perah. Hubungan yang sangat lemah juga terlihat antara manfaat sosial yang diperoleh anggota Gapoktan dengan partisipasi anggota Gapoktan di bidang usaha. Hal ini terlihat dari manfaat sosial yang belum dirasakan oleh sebagian anggota Gapoktan yaitu peningkatan pengetahuan anggota Gapoktan. Peningkatan pengetahuan ini diperoleh dari adanya penyuluhan atau pembinaan yang dilakukan oleh Gapoktan terhadap peternak anggotanya. Akan tetapi program pembinaan atau penyuluhan yang diberikan pengurus Gapoktan hanya diberikan untuk anggota Gapoktan yang memperoleh bantuan kredit sapi perah. Tidak dirasakannya peningkatan pengetahuan berupa teknik budidaya sapi perah, kewirausahaan, pemeliharaan kandang dan kesehatan ternak mempengaruhi partisipasi anggota di bidang usaha. Partisipasi anggota di bidang usaha ini adalah pada pembelian sapronak berupa pakan ternak dan obat-obatan untuk kesehatan ternak. 51

66 VIII ANALISIS KINERJA GAPOKTAN AGROPURNA MITRA MANDIRI 7.1. Kinerja Organisasi Kinerja organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri beorientasi terhadap sasaran dan tujuan Gapoktan. Sasaran dan tujuan Gapoktan yang dimaksud adalah berupa pemenuhan kebutuhan anggota Gapoktan dan peningkatan produksi susu segar untuk memenuhi permintaan susu PT Indolakto. Pencapaian sasaran dan tujuan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dilakukan dengan cara mengatur dan mengorganisasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan Gapoktan. Pengaturan kegiatan-kegiatan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sehingga pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab setiap pengurus Gapoktan lebih jelas. Selain itu, intensitas pertemuan/rapat dalam Gapoktan baik antara pengurus maupun dengan anggota Gapoktan semakin sering dilakukan. Pertemuan anggota Gapoktan dengan pengurus Gapoktan dilakukan untuk merencanakan dan membahas kegiatan-kegiatan yang telah maupun yang akan dilakukan. Tersusunnya rencana kerja Gapoktan dimaksudkan agar pengurus maupun anggota Gapoktan mempunyai pedoman kerja sehingga pemenuhan kebutuhan yang diharapkan tercapai. Pencapaian sasaran dan tujuan Gapoktan terlihat dari perkembangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dengan cara membandingkan antara hasil yang diperoleh Gapoktan dengan standar atau target yang telah ditetapkan Struktur Organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri secara struktur tidak menempatkan RAT (Rapat Anggota Tahunan) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi seperti halnya Gapoktan pada umumnya. Adanya unsur kekecewaan yang terjadi selama anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri menjadi anggota KUD menyebabkan anggota merubah struktur organisasi dimana pemegang kekuasaan tertinggi dipegang oleh Ketua. Ketua dipilih atas dasar kesepakatan bersama selanjutnya ketua berhak memilih orang-orang yang dianggap mempunyai kemampuan 52

67 menjadi pengurus. Ketua dan para pengurus Gapoktan berperan langsung menangani kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan Gapoktan. Perangkat organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri pada saat ini terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Asisten Manajer serta dibantu beberapa pengurus yang dibagi menjadi beberapa departemen menurut fungsinya. Departemen-departemen tersebut terdiri atas Departemen Keuangan, Departemen Sapi Perah, Departemen Tata Usaha dan Departemen Kendaraan yang mempunyai tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda. Adapun struktur organisasi disajikan pada Gambar 3. KETUA SEKRETARIS BENDAHARA ASISTEN MANAJER DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN SAPI PERAH DEPARTEMEN TATA USAHA DEPARTEMEN KENDARAAN KEPALA UNIT KEPALA UNIT KEPALA UNIT KEPALA UNIT KASIR DITRISBUSI UMUM SECURITY KELEMBAGAAN AGROSERVICE FRESH MILK ADMN. FRESH MILK LABORATORIUM KESWAN & IB RECORDING DATA POPULASI MAKANAN TERNAK CHILING Gambar 3. Strutur Organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Setiap jabatan di dalam kepengurusan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memiliki tugas, wewenang dan tanggungjawab masing-masing. Peraturan tersebut dibuat berdasarkan hasil kesepakatan bersama pengurus Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Peraturan dibuat agar pengurus Gapoktan lebih memahami tanggungjawabnya sehingga pengelolaan baik organisasi maupun usaha Gapoktan berjalan dengan baik. Ketua Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan penghubung antara Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dengan mitra Gapoktan seperti lembaga keuangan dan Industri Pengolahan Susu. Bank Mandiri dan PT Indolakto 53

68 merupakan mitra Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Ketua Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diharapkan mampu menjaga hubungan yang baik dengan mitra Gapoktan. Selain itu, ketua berfungsi sebagai pengambil keputusan dalam Gapoktan baik jika terjadi permasalahan atau dalam penyusunan kebijakan Gapoktan. Penyusunan kebijakan dilakukan untuk memberikan suatu suasana yang kondusif sehingga kegiatan-kegiatan Gapoktan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan untuk kelangsungan dan kemajuan Gapoktan. Penyusunan kebijakan dan program kerja Gapoktan ini dilakukan oleh ketua dengan dibantu sekretaris, bendahara dan asisten manajer serta kepala-kepala departemen. Sekretaris Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berfungsi untuk membantu ketua dalam kegiatan-kegiatan di bidang administrasi Gapoktan. Sekretaris Gapoktan melakukan penghimpunan dan penyebaran informasi baik kepada pengurus Gapoktan maupun kepada anggota Gapoktan dan bertanggungjawab langsung kepada ketua. Sekretaris membantu ketua dalam penyimpanan berkas dan dokumen-dokumen yang diperlukan Gapoktan untuk melakukan kegiatankegiatan Gapoktan. Sekretaris dalam pembuatan dan penyusunan laporan-laporan kegiatan Gapoktan diharuskan berkoordinasi langsung dengan bendahara, asisten manajer serta kepala-kepala departemen. Bendahara dalam Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berfungsi untuk membantu ketua dalam kegiatan-kegiatan di bidang administrasi keuangan dan bertanggungjawab langsung kepada ketua. Bendahara dibantu Kepala Unit Departemen Keuangan untuk meengatur dan mengelola bagian keuangan Gapoktan. Pencatatan pemasukan dan pengeluaran keuangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dilakukan untuk melihat perkembangan Gapoktan dalam hal keuangan. Selain itu, pembuatan laporan keuangan oleh bendahara dilakukan untuk melengkapi penyusunan laporan kegiatan Gapoktan oleh sekretaris yang akan disampaikan kepada anggota Gapoktan. Penyampaian laporan kegiatan Gapoktan disampaikan oleh ketua dalam rapat anggota Gapoktan pada setiap tahun tutup buku laporan keuangan. Asisten manajer dalam Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mempunyai fungsi untuk membantu ketua dalam kegiatan-kegiatan di bidang produksi susu 54

69 segar. Pencatatan laporan produksi susu yang disetorkan anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri setiap hari dilaporkan asisten manajer kepada ketua setiap awal bulan. Asisten manajer berkoordinasi dengan Kepala Unit Departemen Sapi Perah dalam pelaporan populasi dan produksi susu serta hasil penjualan susu segar. Selanjutnya, laporan tersebut disampaikan kepada sekretaris dan Kepala Unit Departemen Sapi Perah untuk segera ditindaklanjuti jika terjadi permasalahan atau penurunan produksi. Kepala Unit Departemen Sapi Perah mempunyai tugas dan fungsi untuk membantu ketua dalam bidang produksi usaha Gapoktan yaitu susu segar. Kepala Unit Departemen Sapi Perah membawahi empat divisi dalam melaksanakan kegiatan produksi Gapoktan dan bertanggungjawab langsung kepada ketua Gapoktan. Keempat divisi tersebut adalah Divisi Agroservice, Divisi Raw milk, Divisi Kesehatan Hewan (Keswan) & Inseminasi Buatan (IB) dan Divisi Makanan Ternak yang masing-masing mempunyai tugas, wewenang dan tanggungjawab masing-masing. Divisi Agroservice melakukan penyuluhan mengenai kebijakan yang akan dilakukan maupun informasi yang akan disampaikan kepada peternak. Divisi Agroservice juga melakukan pendampingan kepada anggota Gapoktan dalam hal penyusunan rencana kerja Gapoktan anggota sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan bantuan kredit. Divisi Agroservice bekerjasama dengan Divisi Keswan dan IB untuk menanggapi keluhan anggota Gapoktan dalam hal pemeriksaan keadaan dan kesehatan ternak sapi perah serta pelayanan inseminasi buatan. Setiap peternak anggota Gapoktan yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan hewan dapat menyampaikan kepada Divisi Agroservice atau juga dapat secara langsung kepada salah satu anggota Divisi Keswan dan IB. Divisi Agroservice dan Divisi Keswan dan IB juga bekerjasama dalam hal penyusunan rencana kerja atau program-program kegiatan Gapoktan yang bersifat peningkatan pelayanan kepada anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Anggota divisi Keswan diharuskan memberikan informasi mengenai jumlah sapi dan kondisinya kepada Kepala Unit Departemen Sapi Perah Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang selanjutnya akan disampaikan kepada asisten manajer dan ditembuskan kepada ketua Gapoktan. Divisi Agroservice dan Divisi Keswan & IB 55

70 bertanggungjawab langsung kepada Kepala Unit Departemen Sapi Perah Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Divisi Raw milk Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, bertugas melakukan penerimaan dan pemeriksaan kualitas susu dari anggota Gapoktan sebelum dikirim ke Industri Pengolahan Susu. Divisi Raw milk setiap hari membuat laporan hasil produksi yang kemudian disampaikan kepada asisten manajer. Pembuatan laporan ini selanjutnya ditembuskan ke Divisi Agroservice dan Divisi Keswan dan IB apabila terjadi penyimpangan atau penurunan kualitas dari susu yang dihasilkan anggota Gapoktan. Selanjutnya, Divisi Agroservice berkoordinasi dengan Divisi Makanan Ternak dalam hal pengawasan proses pengolahan makanan ternak atau konsentrat untuk anggota Gapoktan. Pakan konsentrat yang dikonsumsi oleh ternak sapi perah merupakan salah satu yang mempengaruhi kualitas susu segar yang dihasilkan. Divisi Makanan Ternak melakukan proses pengawasan pengadaan pakan, benih dan sarana produksi peternakan Gapoktan. Divisi Raw milk dan Divisi Makanan Ternak Bertanggungjawab langsung kepada Kepala Unit Departemen Sapi Perah Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Divisi Raw milk dan Divisi Makanan Ternak berkoordinasi langsung dengan Departemen Kendaraan yang mempunyai fungsi untuk membantu ketua dalam bidang distribusi dan perawatan kendaraan operasional Gapoktan. Departemen Kendaraan dipimpin langsung oleh kepala unit yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggungjawab dalam pengaturan dan pengawasan distribusi. Pengawasan dan pengaturan distribusi pengiriman susu ke Industri Pengolahan Susu dan pengiriman pakan ternak konsentrat kepada anggota Gapoktan diawasi langsung oleh asisten manajer Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Divisi Kendaraan Bertanggung jawab langsung kepada ketua Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Selanjutnya, salah satu bagian dari struktur organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang mempunyai peranan penting adalah Divisi Tata Usaha. Divisi Tata Usaha mempunyai tugas dan fungsi membantu ketua dalam bidang kelembagaan atau tata usaha Gapoktan yang dipimpin langsung oleh Kepala Unit dan membawahi tiga divisi dalam melaksanakan tugas, wewenang 56

71 dan tanggungjawabnya. Adapun tugas, wewenang dan tanggungjawab Departemen Tata Usaha adalah menangani permasalahan kelembagaan dan hubungan kerjasama Gapoktan dengan mitra Gapoktan. Departemen Tata Usaha berkoordinasi dengan ketua untuk menjaga hubungan baik dengan mitra Gapoktan dalam hal ini adalah Bank Mandiri dan PT Indolakto. Departemen Tata Usaha dapat bekerjasama dengan Departemen Sapi Perah terutama dengan Divisi Agroservice menangani secara langsung pengajuan bantuan kredit sapi perah dari Bank Mandiri. Pengajuan kredit sapi perah dari anggota Gapoktan disampaikan secara langsung oleh Divisi Agroservice yang kemudian akan diseleksi oleh Departemen Tata Usaha sebelum disahkan oleh ketua Gapoktan. Pengajuan kredit yang telah disetujui ketua selanjutnya akan di ajukan kepada Bank Mandiri. Selain itu, Departemen Tata Usaha juga bertanggungjawab atas pengaturan pembayaran hasil penjualan susu ke anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Departemen Tata Usaha bertanggungjawab langsung kepada Ketua Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri secara struktur organisasi dapat dikatakan cukup baik. Pengertian cukup baik ini dilihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai dengan tujuan organisasi Gapoktan yaitu peningkatan produksi susu untuk memenuhi permintaan susu PT Indolakto. Struktur organisasi ini dibagi ke dalam fungsi-fungsi yang berbeda dimana terdapat pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab secara merata sehingga pengurus dalam menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi, dalam struktur organisasi masih terdapat kekurangan karena tidak dicantumkannya perwakilan anggota Gapoktan ke dalam struktur organisasi sehingga tidak adanya representasi anggota Gapoktan dalam kepengurusan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Namun, Gapoktan dianggap telah memberikan kemudahan-kemudahan terhadap pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan anggota Gapoktan. Hal ini terlihat dari adanya manfaat yang diperoleh anggota Gapoktan yaitu kemudahan dalam memperoleh sapronak berupa pakan konsentrat dan obat-obatan secara kredit dimana pembayaran dilakukan dengan cara pemotongan harga jual susu yang diterima anggota Gapoktan. Selain itu, adanya jaminan sistem pembayaran 57

72 harga susu yang sesuai dengan kualitas yang dihasilkan anggota Gapoktan sehingga para peternak anggota Gapoktan tidak merasa dirugikan. Interaksi yang dilakukan pengurus Gapoktan dalam hal komunikasi dengan anggota Gapoktan dianggap telah ada upaya yang cukup baik dimana ini terlihat dari adanya manfaat sosial yang diperoleh anggota Gapoktan yaitu hubungan dan kerjasama yang baik antara pengurus dan anggota Gapoktan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Divisi Agroservice dalam struktur organisasi yang mempunyai tugas dan fungsi untuk mengelola dan memecahkan permasalahan yang terjadi pada anggota Gapoktan. Permasalahan yang sering terjadi adalah dalam hal teknik budidaya ternak sapi perah, pencegahan terjadinya penyakit pada hewan ternak dan pengelolaaan penggunaan pakan ternak. Sejalan dengan itu, Gapoktan dianggap telah cukup berupaya untuk meningkatkan kemampuan budidaya usaha ternak sapi perah anggotanya melalui penyuluhan atau pembinaan. Akan tetapi penyuluhan yang diadakan oleh pengurus Gapoktan baru dirasakan oleh sebagian anggota Gapoktan. Hal ini terjadi karena penyuluhan hanya diperuntukkan anggota Gapoktan yang memperoleh bantuan kredit sapi perah sehingga manfaat bantuan kredit sapi perah dan peningkatan pengetahuan tidak dirasakan sebagian anggota Gapoktan. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja Gapoktan dari sisi pengelolaan mengenai bantuan kredit sapi perah belum optimal Pengurus Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Perangkat organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memerlukan pengurus Gapoktan yang mempunyai kemampuan dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggungjawab yang telah disusun. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mempunyai 20 orang yang berperan menjadi pengurus Gapoktan. Pengurus Gapoktan merupakan peternak sapi perah sekaligus sebagai anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Pengurus dipilih langsung oleh ketua berdasarkan pertimbangan kemampuan dan pengetahuan pengurus dalam mengelola Gapoktan. Pengurus Gapoktan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Gapoktan serta mengelola organisasi dan usaha Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Selama ini, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri belum melakukan pelatihan-pelatihan 58

73 bagi pengurusnya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mengelola organisasi Gapoktan. Oleh karena itu, pengurus Gapoktan dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan Gapoktan cenderung terjadi kesalahpahaman komunikasi. Hal ini terjadi karena adanya beberapa pengurus yang memiliki jabatan ganda. Keterbatasan peternak anggota yang menjadi pengurus yang menyebabkan beberapa pengurus diharuskan memiliki jabatan ganda. Sebagian besar tingkat pendidikan pengurus Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berkisar antara SMP sampai dengan Perguruan Tinggi (40 persen berpendidikan SMP, 25 persen berpendidikan SMA dan 35 persen berpendidikan Perguruan Tinggi). Rata-rata tingkat pendidikan pengurus Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah SMP yaitu sebanyak 8 orang pengurus. Tingkat pendidikan yang dimiliki pengurus Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri menunjukkan bahwa pengurus Gapoktan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggungjawabnya. Selain itu, hal yang sangat diperhatikan dalam menjadi pengurus Gapoktan adalah rasa tanggungjawab dan rasa memiliki Rapat Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Pengurus Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dalam menentukan dan menyampaikan kebijakan-kebijakan Gapoktan yang telah disusun melalui rapat anggota Gapoktan. Rapat anggota Gapoktan dihadiri oleh pengurus Gapoktan dan peternak anggota dari masing-masing Gapoktan yang tergabung dalam Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Setiap anggota Gapoktan memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat dan memberikan saran serta kritik terhadap kebijakankebijakan dan perkembangan usaha Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Selain itu, rapat anggota Gapoktan merupakan sarana tempat untuk bertukar informasi dan mendiskusikan permasalahan yang dihadapi anggota Gapoktan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diperoleh informasi bahwa kegiatan rapat anggota Gapoktan dilakukan tidak secara rutin akan tetapi dilaksanakan jika terdapat permasalahan yang dihadapi peternak anggota. Frekuensi pertemuan atau rapat anggota Gapoktan semakin sering dilakukan yaitu lebih dari dua kali dalam satu tahun diadakan rapat anggota Gapoktan. 59

74 Selain bertujuan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, rapat anggota Gapoktan dilakukan agar terjadi interaksi antara peternak anggota Gapoktan dengan pengurus Gapoktan. Para pengurus dan masing-masing peternak anggota Gapoktan dapat saling memberi dan menerima masukan terkait dengan usaha peternakan sapi perah yang yang mereka jalankan. Hasil rapat anggota tersebut nantinya akan diinformasikan dan menjadi bahan masukan untuk pengurus dalam menyusun rencana kerja Gapoktan Rencana Kerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Penyusunan rencana kerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan perencanaan yang disusun oleh Gapoktan sebagai pedoman kerja baik oleh pengurus Gapoktan maupun anggota Gapoktan. Perencanaan rencana kerja Gapoktan yang disusun diharapkan akan membantu peternak atau anggota Gapoktan dalam melaksanakan usaha peternakan sapi perah yang dilakukan. Adanya perencanaan rencana Gapoktan ini diharapkan akan meningkatkan produksi susu yang dihasilkan peternak sehingga akan meningkatkan produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Penyusunan rencana kerja ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan kredit sapi perah. Penyusunan rencana kerja dilakukan oleh Gapoktan anggota yang didampingi oleh pihak Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Departemen Sapi Perah Divisi Agroservice. Rencana kerja Gapoktan dijadikan pedoman bagi peternak-peternak anggota yang mendapatkan bantuan kredit sapi perah dalam melaksanakan usaha peternakan sapi perah. Pembahasan mengenai rencana kerja Gapoktan melibatkan peternak anggota Gapoktan yang akan mendapatkan bantuan kredit sapi perah. Penyusunan rencana kerja Gapoktan membahas mengenai kondisi kesehatan sapi perah, perawatan kandang sapi perah, pemerahan susu sapi perah yang baik dan pengaturan pemerahan susu sapi perah agar memperoleh susu segar yang berkualitas serta penggunaan pakan ternak atau konsentrat. Dalam penyusunan rencana kerja Gapoktan dibahas mengenai kebutuhankebutuhan dan jumlah dana yang dibutuhkan peternak anggota dalam melaksanakan usaha peternakan sapi perahnya. Perencanaan ini dilakukan guna 60

75 mendapatkan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan peternak anggota. Kualitas susu sapi perah dipengaruhi oleh kesehatan hewan, penggunaan pakan ternak dan kondisi kandang sapi perah serta proses pemerahan sapi perah. Adanya penyusunan rencana kerja Gapoktan yang melibatkan anggota dan berorientasi pada kepentingan peternak anggota akan mempengaruhi terhadap kinerja organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Tersusun dan terlaksananya rencana kerja Gapoktan menunjukkan kinerja organisasi yang baik. Oleh karena itu, dalam perencanaan kerja Gapoktan akan memberikan dampak yang positif bagi peternak anggota Gapoktan maupun Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri itu sendiri Perkembangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Kinerja organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terlihat dari terlaksananya rencana kerja Gapoktan sehingga tercapai tujuan atau standar target yang telah ditetapkan Gapoktan. Pengukuran kinerja organisasi Gapoktan dilakukan dengan melihat hasil yang diperoleh pada akhir tahun berjalan kemudian dibandingkan dengan standar target yang ditetapkan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Pengukuran kinerja organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri meliputi perkembangan jumlah kepemilikan sapi yang dimiliki Gapoktan, jumlah produksi susu yang dihasilkan Gapoktan, penjualan hasil produksi susu Gapoktan dan harga rata-rata yang diterima peternak anggota Gapoktan. Jumlah kepemilikan ternak sapi perah yang dimiliki Gapoktan menunjukkan adanya peningkatan taraf hidup peternak anggota Gapoktan yang ditandai dengan adanya peningkatan pendapatan yang diperoleh. Perkembangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berdasarkan jumlah kepemilikan sapi perah pada tahun 2010 mengalami kenaikan populasi sapi dibandingkan dengan tahun Jumlah sapi perah yang dimiliki Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri pada tahun 2010, yaitu sebanyak ekor sapi perah mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2009, yaitu sebanyak ekor sapi perah. Hal ini terjadi karena adanya penambahan peternak anggota Gapoktan dan pelaksanaan program bantuan kredit sapi perah. Jumlah kepemilikan sapi perah Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dapat dilihat pada Tabel

76 Tabel 12. Kepemilikan Sapi Perah Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Tahun No Jenis Sapi Milik Pribadi 1 Laktasi 983 ekor 971 ekor 2 Bunting 145 ekor 174 ekor 3 Kering Kandang 114 ekor 141 ekor 4 Dara 85 ekor 258 ekor Total Milik Pribadi ekor ekor KKPE 5 Laktasi 481 ekor 418 ekor 6 Bunting 55 ekor 90 ekor 7 Kering Kandang 75 ekor 62 ekor 8 Dara 4 ekor 50 ekor Total Milik KKPE 615 ekor 620 ekor Total ekor ekor Sumber : Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, 2010 Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa kepemilikan ternak sapi perah terbagi atas kepemilikan pribadi dan kepemilikan KKP-E yaitu sapi perah yang berasal dari program bantuan kredit berupa Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). Jumlah ternak sapi perah baik ternak sapi perah milik sendiri maupun milik KKP-E mengalami kenaikan populasi. Pada tahun 2010 sebanyak 16,35 persen peningkatan populasi terjadi pada jumlah ternak sapi perah milik pribadi yaitu ekor ternak sapi perah dibandingkan tahun 2009 yaitu sebanyak ekor ternak sapi perah. Peningkatan populasi ternak sapi perah pada kepemilikan pribadi dikarenakan adanya penambahan jumlah anggota baru pada tahun Keanggotaan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri bersifat secara sukarela atau bebas tapi terikat artinya semua peternak sapi perah yang memenuhi persyaratan keanggotaan dapat diterima menjadi anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Keterikatan peternak sapi perah yang ingin menjadi anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terlihat dari adanya syarat dan aturan keanggotaan yang telah ditetapkan Gapoktan. Adapun syarat dan peraturan serta hak dan kewajiban anggota yang ditetapkan oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Adanya penambahan jumlah anggota baru dan adanya program peningkatan populasi ternak sapi perah yang terjadi pada tahun 2010, berpengaruh terhadap peningkatan produksi susu segar dan penjualan hasil produksi berupa 62

77 susu segar di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Pada tahun 2010, produksi susu segar Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah sebesar ,70 liter yang mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2009 yaitu sebesar ,75 liter. Seiring dengan peningkatan produksi susu segar Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mengalami peningkatan penjualan hasil produk susu segar ke Industri Pengolahan Susu (IPS) yaitu PT Indolakto. Peningkatan produksi dan penjualan produk susu segar secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13, menjelaskan bahwa peningkatan penjualan susu segar ke IPS yang terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar ,55 liter mengalami peningkatan sebesar 2,65 persen dibandingkan tahun Peningkatan penjualan susu segar ini terjadi karena adanya permintaan dari pihak PT Indolakto untuk meningkatkan volume produksi susu segar yang dihasilkan. Saat ini PT Indolakto menginginkan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri untuk menyetor 20 ton susu per hari dan akan terus mengalami peningkatan permintaan. Produksi susu yang dihasilkan dan disetorkan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ke PT Indolakto yaitu rata-rata adalah 16 ton per hari. Tabel 13. Perkembangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Indikator Kinerja Tahun Jumlah Kepemilikan Sapi (ekor) Produksi Susu (liter) , ,70 Penjualan Susu (liter) , ,55 Harga Rata-rata (rupiah) Rp 3.158,- Rp 3.160,- Sumber : Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, 2010 Selain volume produksi, kualitas susu yang dihasilkan oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan PT Indolakto. Kualitas susu yang dihasilkan akan menentukan harga susu yang diterima Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dari PT Indolakto. Oleh karena itu, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri menyesuaikan standar kualitas yang ditetapkan PT Indolakto kepada peternak anggota Gapoktan. Kualitas susu yang dihasilkan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri rata-rata memiliki kualitas yang cukup baik. 63

78 Kualitas susu segar Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berpengaruh terhadap harga yang diterima peternak anggota Gapoktan. Semakin tinggi kualitas susu yang dihasilkan maka harga yang diterima peternak anggota Gapoktan akan meningkat. Harga yang diterima peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri pada tahun 2010 rata-rata sebesar Rp 3.160,- meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar Rp 3.158,-. Hal ini memunjukkan bahwa kualitas susu yang dihasilkan peternak pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan dengan dengan tahun Pengukuran kinerja organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diukur dengan membandingkan pencapaian antara hasil yang diperoleh dengan target yang telah ditetapkan. Target yang ditetapkan Gapoktan tahun 2010 yaitu sebesar 25 persen untuk jumlah kepemilikan sapi perah, 30 persen untuk jumlah produksi dan penjualan susu pada tahun berikutnya. Target yang ditetapkan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berdasarkan hasil pencapaian yang dicapai oleh Gapoktan pada tahun sebelumnya. Jumlah populasi sapi perah yang ditargetkan Gapoktan sebesar 25 persen diperkirakan dari penambahan populasi sapi perah sebanyak 500 ekor. Penambahan populasi ini diharapkan dapat terpenuhi dari program bantuan kredit KKP-E Bank Mandiri. Adanya penambahan populasi sapi perah, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri menargetkan untuk peningkatan jumlah produksi dan penjualan susu tahun berikutnya sebesar 30 persen. Peningkatan jumlah produksi dan penjualan susu segar ini diperkirakan dari satu ekor sapi perah akan menghasilkan 10 liter susu/hari sehingga dalam satu tahun ada penambahan produksi sebesar liter susu segar. Adapun pencapaian hasil yang diperoleh dengan target atau standar yang telah ditetapkan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pengukuran Kinerja Organisasi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Tahun 2010 Indikator Kinerja Hasil Tahun (A) Target (B) Pencapaian (A/B x 100%) Jumlah Kepemilikan Sapi 11,43 % 25 % 45,72 % Produksi Susu 2,53 % 30 % 8,43 % Penjualan Susu 2,65 % 30 % 8,83 % 64

79 Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 14, menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi pada tahun 2010 dalam hal jumlah kepemilikan sapi perah adalah sebesar 11,43 persen sedangkan target yang ditetapkan Gapoktan adalah sebesar 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan Gapoktan, karena pencapaian baru mencapai 45,72 persen. Tidak terpenuhinya target yang telah ditetapkan dikarenakan ada beberapa kelompok anggota yang belum memenuhi persyaratan dalam memperoleh bantuan kredit. Kelompok tersebut diharuskan melengkapi persyaratan terlebih dahulu sehingga pencairan dana bantuan kredit bisa terealisasi. Pihak Bank Mandiri dalam pencairan kredit KKP-E dilakukan dalam beberapa tahap sehingga tidak semua kelompok anggota mendapatkan bantuan kredit dalam waktu bersamaan. Jumlah populasi sapi perah yang tidak sesuai dengan target Gapoktan berpengaruh terhadap pencapaian target lainnya yaitu peningkatan produksi dan penjualan susu segar. Produksi dan penjualan susu segar yang ditargetkan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah masing-masing sebesar 25 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri telah berusaha untuk meningkatkan produksi dan penjualan susu segar yaitu masing-masing sebesar 2,53 persen dan 2,65 persen dari 30 persen yang ditargetkan. Dengan kata lain pencapaian target Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri hanya mencapai 8,43 persen untuk peningkatan produksi dan 8,83 persen untuk peningkatan penjualan susu segar (raw milk) Gapoktan Kinerja Usaha Pengukuran kinerja usaha Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri merupakan hal yang dianggap penting karena merupakan salah satu indikator pengukuran kinerja Gapoktan setelah pengukuran kinerja organisasi. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan pengurus Gapoktan bahwa semenjak Gapoktan berdiri, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri terus mengalami perkembangan di bidang usaha. Kegiatan unit usaha raw milk ini merupakan kegiatan pengumpulan susu segar dari peternak anggota Gapoktan yang berada di wilayah kerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Susu segar yang diproduksi oleh para peternak anggota 65

80 Gapoktan dikumpulkan dan dipasarkan oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ke Industri Pengolahan Susu (IPS) yaitu PT Indolakto dan secara eceran kepada konsumen rumah tangga yang ada disekitar wilayah kerja Gapoktan. Penerimaan susu di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pagi hari pukul WIB dan sore hari pukul WIB. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri melakukan pengujian kualitas susu terhadap susu yang diterima dari peternak anggota baik pada pagi maupun sore hari. Pengujian ini dilakukan untuk memenuhi standar kualitas baik yang telah ditetapkan Gapoktan maupun PT Indolakto. Susu yang tidak memenuhi standar kualitas yang ditentukan maka tidak akan diterima. Kualitas susu penting untuk diperhatikan karena hal ini sangat menentukan apakah susu tersebut akan diterima atau ditolak oleh PT Indolakto. Selain itu, kualitas susu yang disetorkan peternak anggota Gapoktan akan menentukan harga susu yang ditetapkan oleh Gapoktan. Semakin baik kualitas susu yang disetor peternak anggota Gapoktan maka semakin besar pula harga susu tersebut. Harga susu yang ditetapkan berkisar antara Rp 2.900,-/liter sampai Rp 3.200,-/liter. Pada tahun 2008 harga terendah yang diterima peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah sebesar Rp 2.335,- untuk kualifikasi susu yang berada pada grade E dan mempunyai TS 10,7 persen. Harga tertinggi yang diterima peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah sebesar Rp 3.010,- untuk kualifikasi susu yang berada pada grade A dan mempunyai TS sebesar 12,5 persen. Harga susu yang ditawarkan koperasi maupun Gapoktan lainnya dan tengkulak hampir sama dengan harga yang ditetapkan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, yaitu berkisar antara Rp 2.500,- sampai dengan Rp 3.500,-. Pembayaran susu oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dilakukan setiap 15 hari sekali yaitu pada tanggal 1 dan pada tanggal 15 bulan berjalan. Daftar harga susu yang ditetapkan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dapat dilihat pada Lampiran 3. Meskipun unit usaha raw milk ini baru berjalan selama tiga tahun namun unit usaha raw milk terus mengalami perkembangan, hal tersebut dapat dilihat dari adanya penambahan volume produksi. Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui 66

81 bahwa produksi susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri tahun 2010 mengalami kenaikan dibandingkan tahun Volume produksi tahun 2009 yaitu sebesar ,75 liter dengan rataan produksi per hari ,1 liter meningkat menjadi ,70 liter dengan rataan produksi per hari ,2 liter. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota dalam memanfaatkan pelayanan usaha raw milk yang diberikan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri semakin meningkat. Seiring dengan peningkatan produksi susu peternak anggota, harga susu peternak anggota pun meningkat walaupun hanya mengalami sedikit kenaikan. Harga susu rata-rata tahun 2009 adalah Rp 3.158,-/liter meningkat pada tahun 2010 menjadi Rp 3.160,-/liter. Peningkatan harga susu ini dikarenakan adanya peningkatan mutu atau kualitas susu yang dihasilkan peternak anggota Gapoktan. Peningkatan kualitas susu yang dihasilkan peternak dikarenakan meningkatnya kesadaran peternak anggota untuk menggunakan pakan konsentrat yang disediakan oleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Dalam rangka meningkatkan produksi susu untuk memenuhi kebutuhan susu segar di PT Indolakto, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri melaksanakan program kredit sapi perah. Sebagian anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memperoleh bantuan kredit sapi perah dari Bank Mandiri berupa KKP-E. Pemberian kredit KKP-E ini dimulai pada tahun 2008 dengan jumlah kredit sebesar Rp 12,5 milyar berupa 500 ekor sapi perah untuk 250 peternak anggota Gapoktan. Setiap peternak anggota Gapoktan memperoleh sapi perah sebanyak 2 ekor. Besarnya kredit yang diberikan kepada masing-masing peternak adalah sebesar Rp ,- dengan rincian berupa dua ekor sapi perah yang berkualitas serta untuk pembiayaan perbaikan kandang sapi perah dan sarana produksi peternakan. Pembayaran kredit KKP-E ini dipotong langsung dari hasil penjualan susu peternak anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Sistem pembayarannya adalah jangka panjang yaitu diberikan jangka watu selama lima tahun dan diangsur setiap bulan dengan bunga sebesar tujuh persen. Pengukuran kinerja usaha Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diukur dengan menggunakan analisis rasio, yaitu rasio likuiditas, solvabilitas dan 67

82 rentabilitas. Analisis rasio ini didapatkan dari laporan keuangan Gapoktan berupa neraca keuangan Analisis Likuiditas Analisis likuiditas dilakukan dengan menggunaka rasio lancar dan rasio posisi kas. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan harta lancar yang dimilikinya. Hasil analisis rasio lancar secara lengkap disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Analisis Rasio Likuiditas Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Jenis Rasio Tahun Rasio likuiditas Rata-rata Rasio Lancar 3,1 4,6 3,8 Standar 2,0 2,0 Rasio Posisi Kas 0,6 1,1 0,8 Standar 0,4 0,4 Sumber : Laporan Keuangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ( ), data diolah Berdasarkan Tabel 15, hasil perhitungan analisis rasio lancar rata-rata pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yaitu 3,8 dimana hasil rasio ini diatas standar rasio lancar yaitu 2,0. Hal ini menunjukkan bahwa Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Setiap hutang Gapoktan sebesar Rp ,- akan dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp ,-. Selain itu, Tabel 15 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2010 terjadi peningkatan rasio lancar yang sebelumnya 3,1 menjadi 4,6. Hal ini terjadi karena aktiva lancar pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan dengan hutang lancar yang mengalami penurunan. Penurunan hutang lancar yang terjadi pada tahun 2010 menunjukkan bahwa Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mengalami tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mengakibatkan lebih banyak aktiva lancar. Piutang dagang dan persediaan barang dalam komponen aktiva lancar memiliki proporsi yang tinggi dibandingkan dengan komponen aktiva lancar lainnya yaitu Kas dan Bank. 68

83 Untuk kinerja rasio posisi kas rata-rata Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memiliki rasio posisi kas diatas standar rasio posisi kas (0,4) yaitu 0,8. Kinerja rasio posisi kas pada tahun 2010 megalami peningkatan dari 0,6 menjadi 1,1 yang melampaui standar rasio posisi kas (0,4). Hal ini terjadi karena posisi kas dan Bank mengalami peningkatan lebih besar dibandingkan dengan hutang lancar yang mengalami penurunan. Penurunan hutang lancar pada tahun 2010 dikarenakan telah lunasnya cicilan hutang kepada bank sebagian kendaraan operasional Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Hasil analisis terhadap aktiva lancar Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri yang mengelola usaha peternakan sapi perah menunjukkan bahwa Gapoktan dalam keadaan likuid tetapi memiliki persentase kas dan bank yang relatif kecil dibandingkan proporsi piutang dagang dan persediaan barang. Padahal piutang dagang dan persediaan barang relatif kurang likuid jika dibandingkan dengan kas dan bank yang dimiliki Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Piutang yang umumnya terjadi pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri adalah piutang barang, piutang kasbon peternak dan piutang susu eceran dan piutang IPS dengan anggapan masih bisa ditagih. Adapun persediaan barang yang terjadi meliputi persediaan bahan baku konsentrat dan persediaan makanan ternak jadi serta obatobatan dan susu segar Analisis Solvabilitas Analisis solvabilitas sangat penting dilakukan guna melihat posisi keuangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dalam posisis keuangan Gapoktan jangka panjang karena menurut Munawir (2002), bagaimanapun baiknya posisi keuangan jangka panjang tidak akan selalu paralel dengan posisi keuangan jangka pendek. Rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah rasio total hutang terhadap total aktiva dan rasio total hutang terhadap modal sendiri. Pengukuran analisis solvabilitas di Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri untuk melihat keseimbangan pengelolaan antara modal luar dan modal sendiri yang dimiliki. Hasil analisis solvabilitas dapat dilihat pada Tabel 16. Secara umum berdasarkan hasil analisis pada Tabel 16, menunjukkan bahwa pada jangka panjang ketergantungan pada modal luar masih tinggi, hal ini bisa dilihat dari hasil rata-rata rasio total hutang terhadap total aktiva (0,6) diatas 69

84 standar (0,5). Hal ini menunjukkan total aktiva yang dibiayai dengan menggunakan modal luar, yaitu 60 persen dibiayai oleh hutang. Selain itu, kondisi ini juga menunjukkan bahwa Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri belum mempunyai kemampuan dalam menutupi total hutangnya akibat terjadinya total aktiva yang mengalami peningkatan pada tahun 2010, yaitu peralatan produksi dan alat-alat kantor. Tabel 16. Hasil Analisis Rasio Solvabilitas Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Jenis Rasio Tahun Rasio Solvabilitas Rata-rata Total Hutang/Total Aktiva 0,6 0,6 0,6 Standar 0,5 0,5 Total Hutang/Modal Sendiri 1,6 1,6 1,6 Standar 1,0 1,0 Sumber : Laporan Keuangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ( ), Data Diolah Nilai rasio total hutang baik tahun 2009 maupun tahun 2010 memiliki nilasi rasio yang sama yaitu 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri pada tahun 2009 dan 2010 total hutang dan total aktivanya relatif sama. Berdasarkan proporsinya pada neraca, maka hutang lancar Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri memiliki proporsi paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun ini Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri mengalami penambahan hutang yang berasal dari luar yaitu hutang terhadap suplier baik suplier bahan baku maupun suplier peralatan produksi dan alat-alat kantor. Dari hasil rata-rata rasio total hutang terhadap modal sendiri (1,6) rasio Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri selama ini masih diatas standar rasio (1,0). Hal ini menunjukkan bahwa Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri masih terjadi ketidakseimbangan pengelolaan modal luar dan modal sendiri. Dilihat dari rasio total hutang terhadap modal sendiri baik tahun 2009 maupun tahun 2010, nilai rasio berada diatas standar yaitu 1,6. Hal ini diakibatkan karena terjadinya total hutang Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri lebih besar dari modal sendiri karena aset yang dimiliki Gapoktan sebagian besar adalah hutang. Berdasarkan perkembangan kedua rasio baik total hutang terhadap total aktiva maupun modal sendiri dapat dikatakan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri 70

85 dalam keadaan insolvabel. Hal ini terlihat dari semakin besarnya peranan modal luar dalam Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Besarnya peranan modal luar pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, jika tidak diselesaikan secara tepat akan membuat posisi keuangan jangka panjang semakin tidak sehat sehingga mengurangi minat investasi pada Gapoktan Analisis Rentabilitas Analisis Rentabilitas digunakan untuk mengukur keuntungan yang diperoleh Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dari hasil usahanya dalam hal ini adalah laba usaha yang diperoleh. Rasio ini bertujuan untuk menganalisis gambaran umum mengenai prestasi pengurus dalam mengelola usaha Gapoktan. Untuk itu digunakan 2 jenis rasio yaitu rasio Laba usaha terhadap total aktiva dan rasio Laba usaha terhadap modal sendiri. Hasil analisis perkembangan rentabilitas Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri secara rinci seperti pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Analisis Rentabilitas Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Jenis Rasio Tahun Rasio Rentabilitas Rata-rata Laba Usaha/Total Aktiva 0,66 0,49 0,58 Standar 0,04 0,04 Laba Usaha/Total Modal Sendiri 1,72 1,29 1,51 Standar 0,15 0,15 Sumber : Laporan Keuangan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri ( ), Data Diolah Berdasarkan Tabel 17, menunjukkan nilai rasio rata-rata Laba Usaha terhadap total aktiva pada Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri berada diatas standar (0,04) yaitu 0,58. Kondisi ini bisa digambarkan oleh Laba Usaha Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri walaupun pada tahun 2010 yang mengalami penurunan. Rasio Laba Usaha terhadap total aktiva mengalami penurunan pada tahun 2010 (0,49), walaupun nilai rasio nya diatas standar rasio tapi masih di bawah rasio dari tahun sebelum yaitu 0,66. Hal ini terjadi karena total Laba Usaha tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan total aktivanya mengalami kenaikan, sehingga nilai rasionya menjadi kecil. Hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan persediaan yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan penjualan susu segar, obat-obatan dan pakan ternak konsentrat secara 71

86 tunai. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri belum optimal dalam menggunakan total aktiva untuk membentuk Laba Usaha. Rasio laba usaha terhadap modal sendiri, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri pada tahun 2010 sebesar 1,29 mengalami penurunan rasio dibandingkan tahun 2009 yaitu 1,72. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Gapoktan dalam memperoleh laba usaha atas modal sendiri yang ditanamkam semakin menurun. Penurunan ini terjadi karena modal sendiri Gapoktan digunakan untuk pengembangan usaha, akan tetapi laju peningkatan modal sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan laju laba usaha sehingga menyebabkan rentabilitas menurun. Berdasarkan perkembangan kedua rasio baik laba usaha terhadap total aktiva maupun modal sendiri dapat dikatakan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri belum optimal dalam kemampuan memperoleh laba usaha. Untuk meningkatkan rasio ini atau kemampuan Gapoktan, maka salah satu caranya Gapoktan harus dapat mengurangi biaya-biaya unit usaha karena selama ini komponen terbesar yang mengurangi perolehan laba adalah biaya usaha. 72

87 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Manfaat ekonomi yang diperoleh anggota Gapoktan dan termasuk ke dalam kategori tinggi adalah terjaminnya pemasaran dan harga susu yang dihasilkan, peningkatan pendapatan dan jaminan memperoleh pakan ternak konsentrat. Manfaat ekonomi dalam hal ini bantuan kredit sapi perah termasuk ke dalam kategori rendah dikarenakan belum semua peternak anggota Gapoktan merasakannya. Hubungan kerjasama yang baik antara pengurus dengan peternak anggota serta antar sesama peternak anggota Gapoktan adalah manfaat sosial yang dirasakan hampir sebagian peternak anggota Gapoktan. Partisipasi anggota di bidang organisasi untuk tingkat kehadiran dalam rapat anggota dikategorikan tinggi, karena sebagian besar anggota Gapoktan selalu hadir dalam rapat anggota. Partisipasi anggota di bidang organisasi dalam hal memberikan saran termasuk kedalam kategori sedang. Anggota Gapoktan hanya mengajukan pertanyaan tanpa memberikan saran atau kritik terhadap keputusan atau kebijakan yang dibuat pengurus. Partisipasi usaha dalam menjual susu ke Gapoktan termasuk kategori tinggi karena seluruh produk susu segar yang dihasilkan selalu diterima oleh Gapoktan. Hasil korelasi analisis Rank Spearman antara manfaat ekonomi dengan partisipasi organisasi sebesar 0,592 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang kuat antara manfaat yang diperoleh anggota dengan partisipasi organisasi. Semakin tinggi manfaat yang diperoleh maka tingkat partisipasi anggota akan semakin meningkat. Sementara itu, hubungan antara variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi usaha memiliki hubungan yang lemah dengan nilai korelasi sebesar 0,393. Hasil korelasi tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan manfaat yang diperoleh anggota tidak akan secara signifikan akan meningkatkan partisipasi anggota di bidang usaha. Terdapat hubungan yang lemah antara manfaat sosial yang diperoleh anggota baik dengan partisipasi organisasi maupun usaha. Hubungan yang lemah diantara keduanya terlihat dari nilai korelasi manfaat sosial dengan partisipasi di bidang organisasi dan usaha adalah masing-masing sebesar 0,453 dan 0,223. Hal 73

88 ini menunjukkan adanya korelasi yang lemah dengan partisipasi di bidang organisasi dimana pengurus Gapoktan mengadakan pertemuan dengan anggota Gapoktan secara resmi hanya dengan anggota Gapoktan yang akan memperoleh bantuan kredit sapi perah. Tidak dirasakannya peningkatan pengetahuan berupa teknik budidaya sapi perah, kewirausahaan, pemeliharaan kandang dan kesehatan ternak mempengaruhi partisipasi anggota di bidang usaha. Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dari segi organisasi dapat dikatakan cukup baik. Hal ini terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai dengan tujuan organisasi sehingga pengurus dalam menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya. Interaksi yang dilakukan pengurus Gapoktan dalam hal komunikasi dengan anggota Gapoktan dianggap telah ada upaya yang cukup baik dimana ini terlihat dari adanya manfaat sosial yang diperoleh anggota Gapoktan. Sejalan dengan itu, Gapoktan dianggap telah cukup berupaya untuk meningkatkan kemampuan budidaya usaha ternak sapi perah anggotanya melalui penyuluhan atau pembinaan walaupun masih belum optimal. Kinerja Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dari segi usaha dapat dikatakan baik likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas diperoleh hasil bahwa Gapoktan mampu memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha anggotanya. Selain itu, Gapoktan mampu menjadi sebagai sumber serta pelayanan informasi untuk usaha anggota Gapoktan. Akan tetapi, Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri saat ini dalam keadaan likuid dan insolvabel dengan rentabilitas yang menurun. Hal ini menunjukkan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri masih dapat melakukan kegiatan usahanya dengan baik akan tetapi kesulitan keuangan Gapoktan akan terjadi ketika Gapoktan dibubarkan atau dinyatakan bangkrut Saran Adapun beberapa hal yang dapat dijadikan masukan bagi Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri, diantaranya adalah : 1. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dapat mempertimbangkan adanya pelaksanaan pelatihan khusus kepada pengurus Gapoktan yang selama ini belum mendapatkan pelatihan pengelolaan organisasi dan usaha Gapoktan. Pelatihan yang dilakukan dapat berupa pelatihan secara teknis maupun pelatihan secara pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dalam rangka 74

89 peningkatan kinerja Gapoktan, karena masih terjadi kesalahpahaman yang disebabkan masih kurangnya komunikasi antar pengurus. 2. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri diharapkan lebih memprioritaskan Gapoktan peternak anggota yang belum pernah mendapatkan bantuan kredit sapi perah. Selain itu, perlu adanya penyuluhan-penyuluhan kepada peternak anggota Gapoktan yang lebih intensif terutama peternak yang belum mendapatkan bantuan kredit sapi perah sehingga manfaat sosial dalam hal peningkatan pengetahuan akan diperoleh. Adanya peningkatan pengetahuan yang diperoleh peternak anggota Gapoktan diharapkan akan meningkatkan partisipasi anggota di bidang usaha dan organisasi terutama dalam memberikan saran dan kritik. 3. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai kinerja Gapotan Agropurna Mitra Mandiri yang lebih mendalam mengenai karakteristik peternak anggota Gapoktan. Jumlah anggota Gapoktan yang memiliki 20 kelompok tani memiliki masing-masing karakteristik yang berbeda satu sama lain, perbedaan ini mempengaruhi sikap dan perilaku dalam berpartisipasi untuk mencapai tujuan Gapoktan. 75

90 DAFTAR PUSTAKA Dartiana I Analisis kinerja keuangan dan partisipasi anggota [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [Deptan] Peraturan Menteri Pertanian No 273/kpts/OT.160/4/2007. Departemen Kementerian Pertanian. Jakarta. Dharma S Manajemen Kinerja; Falsafah, Teori dan penerapannya. Jakarat: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. [Disnak Jabar] Jawa Barat dalam Angka Bandung: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Laporan Tahunan Bandung: Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri. Ginting IR Analisis keragaan koperasi kredit dan tingkat partisipasi anggota studi kasus koperasi koperasi kredit sejahtera, Cibinong [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Karo-Karo Analisis kinerja dan partisipasi anggota KUD Sumber Alam, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kurnia A Partisipasi anggota koperasi produsen tahu tempe (Kopti), Kabupaten Kuningan, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mukson, Ekowati T, Handayani M, Harjanti DW Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Makalah Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Semarang: 20 Mei Munawir S Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Nazir M Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Negara T C Analisis Persepsi Anggota Terhadap Kinerja Organisasi Kelompok Usaha Tanaman Hias Akuarium (KUTHA) Bunga Air di Desa Ciawi, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Palapa MKP Evaluasi kinerja koperasi pada koperasi pada koperasi puspa anggrek di Kabupaten Tangerang [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 76

91 Pambudy R Ketahanan Pangan dalam Sistem dan Usaha Agribisnis: Pemberdayaan Petani dan Organisasi Petani. Prosiding Seminar Hari Pangan Sedunia XXVI; Jakarta, 13 September Soesilo MI Investasi yang Diperlukan Bagi Pengembangan Koperasi Pertanian dalam Agroindustri/Agrobisnis. Di Dalam Djohan D dan Krisnamurthi B, editor. Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. Jakarta: LSP21 bekerjasama dengan INKOPDIT dan YAPPIKA. Hlm Syahyuti Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Pedesaan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian (Maret): [Sekneg] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Jakarta. Tatuh J Struktur Koperasi Pertanian Yang Efektif Untuk Perkebunan Rakyat. Di Dalam Djohan D dan Krisnamurthi B, editor. Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota. Jakarta: LSP21 bekerjasama dengan INKOPDIT dan YAPPIKA. Hlm Tika MP Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta:PT Bumi Aksara. Umar H Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Walpole RE Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yin RK. (2003). Case Study Research. Design and Methods. 3 th ed: California. Yusdja Y, Sayuti R, Wahyuning S, Wahyuning KS, Sodikin I, Ilham N, Sinuraya YF Pembangunan Peternakan; Pencapaian dan Prospek. Prosiding Seminar Sehari Kinerja Pembangunan Pertanian 2006 dan Prospek 2007; Jakarta, 20 Desember Hlm Yusdja Y, Winarso B Kebijakan Pembangunan Sosial Ekonomi Menuju Sistem Peternakan yang Diharapkan Peternakan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian (September): Yusuf M Partisipasi peternak domba dalam kegiatan kelompok kasus kelompok Sinar Asih Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Zakaria WA Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Kunci Kesejahteraan Petani. Makalah. Bandar Lampung:

92 LAMPIRAN 78

93

94 Lampiran 1. Syarat dan Peraturan Keanggotaan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Syarat dan Peraturan Keanggotaan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri 1. Keanggotaan ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan yang telah berusia 17 tahun dan atau telah menikah yang dibuktikan dengan tanda pengenal KTP atau surat nikah. 2. Berdomisili di wilayah kerja Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri. 3. Memiliki usaha pengelolaan sapi perah. 4. Aktif dalam usaha jual beli susu dengan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri. 5. Setiap anggota kelompok wajib membayar iuran pokok sebesar Rp ,- saat awal keanggotaan. 6. Setiap anggota kelompok wajib berpartisipasi atau terlibat secara langsung dalam setiap kegiatan usaha yang diselenggarakan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri. 7. Setiap anggota kelompok wajib menyetorkan setiap hasi produk berupa susu segar kepada Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri, 8. Setiap anggota kelompok wajib menjaga dan meningkatkan kualitas produk susu segar agar selalu baik pada saat dijual. 9. Setiap anggota kelompok wajib menjaga populasi yang tersebar diseluruh wilayah kerja Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri. 10. Setiap anggota kelompok wajib menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan di dalam tubuh Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri. 11. Selalu bermusyawarah dalam setiap permasalahan yang muncul. 78

95 Lampiran 2. Hak Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Hak Anggota Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri 1. Setiap anggota kelompok berhak mendapatkan pembayaran atas produk susu segar yang dijual kepada Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri. 2. Setiap anggota kelompok berhak mengetahui harga yang akan dibayarkan berdasarkan hasil pemeriksaaan kualitas yang dilakukan Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri. 3. Setiap anggota kelompok berhak mendapatkan pelayanan kesehatan hewan (Keswan) dan Inseminasi Buatan (IB). 4. Setiap anggota kelompok berhak mendapatkan pelayanan pembinaan dalam memperbaiki pengelolaan usaha sapi perahnya dari Kelompok Tani Agropurna Mitra Mandiri. 5. Setiap anggota kelompok berhak mendapatkan pelayanan dalam pembelian makanan ternak untuk usahanya. 6. Setiap anggota kelompok berhak memperoleh kualitas pakan yang baik untuk mendukung usaha sapi perahnya. 79

96 Lampiran 3. Daftar Penetapan Harga Susu Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Berdasarkan Kualitas Susu. TS (%) FAT (%) Protein (%) Grade A (TPC 0-1 juta) Grade B (TPC > 1-3 juta) Harga (Rp) Grade C (TPC > 3-5 juta) Grade D (TPC > 5-10 juta) Grade E (TPC > 10 juta) 12,5 3,50 2, ,4 3,49 2, ,3 3,48 2, ,2 3,47 2, ,1 4,46 2, ,45 2, ,9 3,44 2, ,8 3,43 2, ,7 3,42 2, ,6 3,41 2, ,5 3,40 2, ,4 3,39 2, ,3 3,38 2, ,2 3,37 2, ,1 3,36 2, ,35 2, ,9 3,34 2, ,8 3,33 2, , ,7 3,32 2,

97 Lampiran 4. Neraca Perbandingan Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Tahun 2009 dan 2010 GAPOKTAN AGROPURNA MITRA MANDIRI Neraca Perbandingan 31 Desember 2009 dan 2010 AKTIVA Aktiva Lancar Naik atau Turun * 31 Desember 2010 atas Rp % Ratio Kas ( ) -98,9 0,01 Bank ,7 1,32 Piutang Dagang ( ) -3,6 0,96 Persediaan ,6 1,38 Jumlah Aktiva Lancar ,8 1,07 Aktiva Tetap Inventaris ( ) -1,9 0,98 Peralatan Produksi ,0 1,21 Alat-alat Kantor ,8 14,55 Mesin-Mesin ( ) -13,3 0,87 Bangunan ,0 1,00 Tanah ,0 1,00 Jumlah Aktiva Tetap ,9 1,15 JUMLAH AKTIVA ,7 1,11 PASIVA Hutang Lancar Hutang Kendaraan ( ) -47,3 0,53 Hutang Dagang ,1 1,38 Jumlah Hutang Lancar ( ) -28,5 0,71 Hutang Jangka Panjang Jumlah Hutang Jangka Panjang ,4 1,26 Modal Jumlah Hutang ,2 1,11 Modal Sendiri ,8 1,10 Jumlah Pasiva ,7 1,11 81

98 Lampiran 5. Hasil output Analisis Rank Spearman SPSS 18. For Windows Hasil Output SPSS 18. For Windows Korelasi Manfaaat Ekonomi dengan Partisipasi Organisasi Correlations Manfaat Ekonomi Partisipasi Organisasi Spearman's rho Manfaat Ekonomi Correlation Coefficient 1,000,592 ** Sig. (2-tailed).,000 N Partisipasi Organisasi Correlation Coefficient,592 ** 1,000 Sig. (2-tailed),000. N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hasil Output SPSS 18. For Windows Korelasi Manfaaat Ekonomi dengan Partisipasi Usaha Correlations Manfaat Ekonomi Partisipasi Usaha Spearman's rho Manfaat Ekonomi Correlation Coefficient 1,000,393 * Sig. (2-tailed).,012 N Partisipasi Usaha Correlation Coefficient,393 * 1,000 Sig. (2-tailed),012. N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 82

99 Hasil Output SPSS 18. For Windows Korelasi Manfaaat Sosial dengan Partisipasi Organisasi Correlations Manfaat Sosial Partisipasi Organisasi Spearman's rho Manfaat Sosial Correlation Coefficient 1,000,453 ** Sig. (2-tailed).,003 N Partisipasi Organisasi Correlation Coefficient,453 ** 1,000 Sig. (2-tailed),003. N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hasil Output SPSS 18. For Windows Korelasi Manfaaat Sosial dengan Partisipasi Usaha Correlations Manfaat Sosial Partisipasi Usaha Spearman's rho Manfaat Sosial Correlation Coefficient 1,000,223 Sig. (2-tailed).,166 N Partisipasi Usaha Correlation Coefficient,223 1,000 Sig. (2-tailed),166. N

100 Lampiran 6. Aktivitas Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri dan Area Cooling Proses Penerimaan dan Pengujian Susu Kendaraan Operasional Gapoktan Agropurna Mitra Mandiri Kegiatan Pelayanan Kesehatan Hewan 84

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Unit Desa (KUD) KUD dibentuk atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) SKRIPSI ERNI SITI MUNIGAR H34066041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat) ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI DE AULIA RAMADHAN H34066030 PROGRAM PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD IKHSAN H34054305 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat) Oleh : Amir Mutaqin A08400033 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN PERAH KUD 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan 7.1.1 Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan Dalam menjalankan usahanya manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR ANALISIS PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI WINWORK SINAGA H34066130 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut) CHICHI RIZKY DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI AJEN MUKAROM H34066008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR)

ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TERNAK KAMBING PERAH (KASUS : TIGA SKALA PENGUSAHAAN DI KABUPATEN BOGOR) SKRIPSI DEWINTHA STANI H34066033 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Agribisnis merupakan salah satu sektor dalam kegiatan perekonomian berbasis kekayaan alam yang dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan usaha berorientasi keuntungan. Sektor

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA, PARTISIPASI, DAN MANFAAT BAGI ANGGOTA KOPERASI

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA, PARTISIPASI, DAN MANFAAT BAGI ANGGOTA KOPERASI VI ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KINERJA, PARTISIPASI, DAN MANFAAT BAGI ANGGOTA KOPERASI 6.1. Indikator Model Hubungan Antara Kinerja Koperasi, Partisipasi, dan Manfaat bagi Anggota KUD Puspa Mekar merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR SKRIPSI MASTUTY HANDOYO H 34066079 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH Studi Kasus Peternak Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cipanas Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI ITA FUSFITAWATI H34053987 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG SKRIPSI IMAM WAHYUDI H34066064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU DAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM (TWA) TALAGA WARNA CISARUA - BOGOR

ANALISIS PERILAKU DAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM (TWA) TALAGA WARNA CISARUA - BOGOR ANALISIS PERILAKU DAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM (TWA) TALAGA WARNA CISARUA - BOGOR SKRIPSI SRI MULYANI H 34066118 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Peternakan didefinisikan sebagai usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam berupa ternak, dengan cara produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran untuk menguraikan nalar dan pola pikir dalam upaya menjawab tujuan penelitian. Uraian pemaparan mengenai hal yang berkaitan dan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN SARI ERLIANINGSIH A.14105704 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SARI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari ketersediaan sumberdaya yang ada di Indonesia, Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA SKRIPSI TIUR MARIANI SIHALOHO H34076150 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) SKRIPSI MEYLANI LESTARI H34066081 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh : Topan Candra Negara A14105618 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK)

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) PADA GAPOKTAN SILIH ASIH DESA CIBURUY KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI IPO MELANI SINAGA H34076081 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEPUASAN KONSUMEN WISATA PEMANCINGAN AJO KABUPATEN KARAWANG PROPINSI JAWA BARAT OLEH: ANDRO FRIEHANDHOKO H

KEPUASAN KONSUMEN WISATA PEMANCINGAN AJO KABUPATEN KARAWANG PROPINSI JAWA BARAT OLEH: ANDRO FRIEHANDHOKO H KEPUASAN KONSUMEN WISATA PEMANCINGAN AJO KABUPATEN KARAWANG PROPINSI JAWA BARAT OLEH: ANDRO FRIEHANDHOKO H34066014 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI

EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI EFEKTIVITAS PENETAPAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Kasus Kecamatan Binong, dan Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh: MILA YULISA A 14105572 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PUJASEGA GARUT JAWA BARAT

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PUJASEGA GARUT JAWA BARAT ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PUJASEGA GARUT JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD AMIR ELBANY H34066084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (Kasus di Desa Pasirgaok, Kecamatan Rancabungur, Bogor, Jawa Barat) Oleh : ARTATI WIDIANINGSIH A. 14103659 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN (Studi Kasus Unit Usaha Kelompok Wanita Tani Damai, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dalam pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh petumbuhan di sektor industri dan sektor pertanian. Sektor industri dan sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan, I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci