; Swayne, 2007; Wibawa et al., 2012). Hasil-hasil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "; Swayne, 2007; Wibawa et al., 2012). Hasil-hasil"

Transkripsi

1 INVESTIGASI WABAH PENYAKIT PADA ITIK DI JAWA TENGAH, YOGYAKARTA, DAN JAWA TIMUR : IDENTIFIKASI SEBUAH CLADE BARU Hendra Wibawa, Walujo Budi Prijono, Ni Luh Putu Indi Dharmayanti 2, Sri Handayani Irianingsih, Yuli Miswati 3, Anieka Rohmah 4, Ernes Andesyha 5, Romlah 5, Rosmalina Sari Dewi Daulay 4 dan Kiki Safitria 3 Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta, 2 Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, 3 Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi, 4 Pusat Veterinaria Farma, Surabaya, 5 Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan Bogor ABSTRACT The Eurasian lineage of H5N viruses continue to cause highly pathogenic avian influenza (HPAI) in poultry in some countries in Asia and Africa. In Indonesia, H5N clade 2. viruses have been known to cause all H5N HPAI outbreaks in which 2..3 clade viruses have predominantly circulated in poultry in this country since Most H5N HPAI outbreak occurs in chickens, whereas outbreak in other avian species including ducks is rare. However, between September and November 202, several disease outbreaks were reported from duck farms in three provinces in Java (Central Java, Yogyakarta and East Java) with high morbidity and mortality seen in ducks. The majority of disease cases found in young ducks, but in some occasions, adult ducks were also affected. Neurological signs, whitish eye and death were the main clinical signs in young ducks, while reduced in egg production were frequently observed in affected laying ducks. Histopathology showed acute necrotic to chronic non-suppurative encephalitis and perivascular cuffing in dead or severe infected ducks. Immunohistochemistry result showed H5N viral antigen detected mainly in brain. H5N virus was successfully isolated either from tissues, oropharyngeal and cloacal swabs or from feather samples. Avian influenza subtype H5 viral RNA was detected by real-time reverse transcription PCR. Phylogenetic analysis of hemagglutinin sequences of seven H5N virus isolates indicated that these isolates belong to clade 2.3.2, a H5N sublineage that previously has not been detected in Indonesia. Further analysis should be done to investigate whether the emergence of this virus in Indonesia is due to new H5N viral introduction or to mutation processes occurring in poultry. In addition, another study is necessary to assess the pathogenecity of the virus in ducks and other poultry, including chickens. PENDAHULUAN Penyakit highly pathogenic avian influenza (HPAI) yang disebabkan oleh virus avian influenza subtipe H5N diidentifikasi pada unggas sejak tahun 2003 (Dharmayanti et al., 2004; Wiyono et al., 2004). Menurut klasifikasi WHO/OIE/FAO, semua virus H5N yang diisolasi dari unggas dan manusia di Indonesia termasuk dalam clade 2.. Virus H5N yang predominan ditemukan sejak tahun 2005 sampai saat ini berasal dari clade 2..3 (2..3., , dan ). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infeksi virus-virus H5N clade 2. pada golongan ayam (gallinaceous) seperti ayam layer, ayam broiler, ayam kampung bersifat sangat pathogen, menyebabkan sakit perakut dan kematian dalam jumlah tinggi, sedangkan itik dan unggas air lainnya relatif lebih tahan terhadap infeksi virus-virus ini (Bingham et al., 2009 ; Swayne, 2007; Wibawa et al., 202). Hasil-hasil studi ini sesuai dengan hasil investigasi BBVet/BPPV dan beberapa survei epidemiologi dan epidemiologi molekuler yang menunjukkan bahwa tingkat prevalensi virus H5N clade 2. pada itik dan unggas air lainnya di Indonesia sangat rendah dibandingkan prevalensi virus pada ayam (Henning et al., 200; Wibawa et al., 20; Loth et al., 20). Pada bulan September - November 202 dilaporkan terjadinya kasus kematian yang cukup ting-gi pada itik di daerah Jawa Tengah, DI Jogjakarta dan Jawa Timur. Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates) melakukan invesitigasi di lapang dan melakukan pengambilan sampel guna mengidentifikasi agen penyebab dari kematian itik tersebut. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi agen penyebab dari pe- 2

2 nyakit infeksius yang bersifat patogen terhadap itik. Materi dan Metode. Penyidikan Kasus Penyakit Penyidikan penyakit dilakukan dengan kegiatan aktif dimana tim BBVet Wates melakukan respon secara aktif, berdasarkan laporan dari peternak maupun dinas, untuk melakukan investigasi langsung di lokasi terjadinya kasus. Selain aktif servis juga dengan pasif servis yaitu mengevaluasi sampel kiriman dinas maupun perorangan (peternak), serta dengan kegiatan semi aktif/pasif dimana sampel diambil pada saat tim BBVet Wates melakukan kegiatan aktif servis pada kegiatan monitoring atau surveilan penyakit hewan yang lain. Investigasi kasus penyakit di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur dilakukan dari bulan September-November 202 menindaklanjuti beberapa laporan kematian itik di beberapa kabupaten di ketiga propinsi tersebut. Kronologi kasus penyakit dijabarkan dalam Tabel. Tabel. Tanggal Rekaman kronologi kasus kematian itik di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, September-November 202. Kabupaten Wonosobo (Jateng) Kulon Progo (DIY) Yogyakarta (LDCC) Sukoharjo (Jateng) Bantul (DIY) Bantul (DIY) Wonogiri (Jateng) Pekalongan (Jateng) Blitar (Jatim) Jumlah Peternak Spesies/ Umur Itik disekitar kasus kematian pada ayam Populasi Mortalitas Gejala Klinis tc tinggi Itik muda tc tinggi Ayam: kematian Itik: tortikolis Kematian, mata putih Rapid Test AI Itik muda 600 % Kematian td % Kematian td % Kematian % % Lumpuh, kejang, kematian Inkoordinasi, tortikolis, mata putih td % Kematian td % Mati mendadak, kelumpuhan tortikolis Keterangan : Mortalitas dihitung berdasarkan jumlah kematian itik pada total populasi dalam sebuah peternakan, tc: tidak ada catatan karena berdasarkan laporan informal peternak, td: tidak dilakukan. Beberapa informasi dari peternak juga menyebutkan bahwa wabah kematian itik juga terjadi di beberapa kabupaten di Jawa Tengah diantaranya Boyolali, Pati dan Rembang. Berdasarkan hasil investigasi di lapangan dan laporan kematian dari pengantar sampel itik diperoleh data bahwa rata-rata kematian itik adalah 39,3% dengan prosentase terendah 8,3% dan kematian tertinggi mencapai,0%. 2. Uji Laboratorium Pengujian laboratorium dilakukan di BBVet Wates untuk mengetahui agen utama penyakit yang menyebabkan kasus kematian pada itik. Beberapa pengujian dilakukan 3

3 antara lain dengan uji bedah bangkai, Rapid Test AI, histopatologi, imunohistokimia, isolasi virus, konvensional polymerase chain reaction (PCR) untuk deteksi ND virus, realtime reverse transcription PCR (RT-PCR) untuk deteksi influenza virus tipe A dan subtipe H5 virus, kultur bakteri, dan uji serologi (titer AI dan ND). Selain pengujian di laboratorium BBVet Wates, juga dilakukan uji sekuensing DNA untuk mengetahui urutan nukleotida (asam nukleat) yang menyusun gen hemagglutinin (HA) influenza A virus dari sampel-sampel yang positif berdasarkan hasil isolasi virus H5N dan RT-PCR subtipe H5. Dari beberapa sample yang positif, sebanyak 3-7 sampel dikirim ke sequencing lab partner, yaitu Pusat Veterinaria Farma (3 sampel itik), Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor (3 sampel), Balai Besar Pengujian dan Sertifikasi Obat Hewan Bogor (7 sampel) dan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi (7 sampel). Sampel itik No.-3, dikirim kepada semua sequencing lab partner, sedangkan No. 4-7 dikirim ke BBPMSOH dan BPPV II Bukittinggi. Detil penaamaan isolat-isolat virus H5N dari itik seperti di bawah ini : No. : A/duck/Sukoharjo/BBVW-428-9/202 No. 2 : A/duck/Bantul/BBVW-443-9/202 No. 3 : A/duck/Sleman/BBVW-463-0/202 No. 4 : A/duck/Wonogiri/BBVW-730-/202 No. 5 : A/duck/Blitar/BBVW-73-/202 No. 6 : A/duck/Tegal/BBVW-727-/202 No. 7: A/muscovy duck/tegal/bbvw-732-/202 Sekuensing DNA dilakukan dengan standard operation procedure (SOP) dari Australian Animal Health Laboratory (AAHL), Geelong Australia, menggunakan empat pasangan primer spesifik yang telah didesain oleh AAHL (AAHL, 2008). Primerprimer ini didesain untuk mensekuen keseluruhan fragment gen HA sehingga dapat diperoleh full open reading frame (ORF) gen ini (AAHL, 2008). 3. Analisis sekuen dan filogenetik DNASTAR Lasergene 8.0 software digunakan untuk assembly dan editing sekuensekuen HA gen. Multiple alignment dilakukan dengan menggunakan program ClustalW dalam software Bioedit (Hall, 9). Konstruksi filogenetik dilakukan dalam MEGA 4 software (Tamura et al., 2007) dengan metode Neighbour Joining (NJ) tree menggunakan 0 bootstrap replikasi dan Tamura-Nei93 (TN93) untuk model substitusi nucleotide. Analisis jarak pasangan nukelotida dilakukan dengan p- distance model dengan 0 bootsrap replikasi. Hasil dan Pembahasan Hasil pengujian laboratorium Untuk mengetahui kemungkinan penyebab wabah kematian itik telah dilakukan pemeriksaan dan pengujian di laboratorium baik dengan uji cepat (Rapid Test) untuk AI, pemeriksaan secara klinis, patologis anatomis, histopatologis, imunohistokimia dan pengujian secara serologis, bakteriologis, virologi dan biologi molekular dengan realtime RT-PCR menggunakan primer dan probe spesifik yang mengidentifikasi AI subtipe H5. Hasil pengujian virologi dan molekular biologi secara khusus disajikan dalam Table 2. Tabel 2. Rekapitulasi hasil pengujian virologi dan biologi molekuler sampel-sampel itik Jenis Uji Kasus Kasus Negatif Dalam proses uji Tidak dilakukan Total Isolasi virus AI H Isolasi virus ND 5-7 rrt-pcr AI H RT-PCR ND Pada pemeriksaan secara klinis terhadap itik yang sakit, terlihat bahwa itik yang sakit menunjukkan gejala klinis syaraf seperti tortikolis (Gambar ), tremor, kesulitan berdiri, kehilangan keseimbangan saat berjalan dan pada kasus parah disertai kematian. Hasil bedah bangkai tidak ditemukan perubahan yang spesifik kecuali adanya kornea mata yang keputihan baik unilateral maupun bilateral (Gambar 2), garisgaris keputihan pada otot jantung yang bervariasi dari ringan sampai berat serta adanya kongesti pada pembuluh darah 4

4 dan malasea (nekrosis) pada otak dengan variasi dari ringan sampai berat. Pemeriksaan histopatologis menunjukkan adanya infiltrasi limfosit dalam jumlah yang tinggi pada otot jantung. Pada otak terjadi peradangan akut multifocal nekrosis dan pada kasus yang lebih khronis terjadi infiltrasi limfosit pada otak (Gambar 3) yang diikuti oleh adanya peradangan perivaskular cuffing ringan sampai berat. Pada pewarnaan dengan metode imunohistokimia dengan menggunakan antibodi AI H5N ditemukan adanya antigen virus pada sel-sel neuron otak (Gambar 4) Gambar :. Gejala klinis H5N yang dijumpai pada itik muda (tortikolis). 2. Mata yang diambil dari itik yang mati atau sakit parah menunjukkan selaput keputihan pada kornea. 3. Otak yang menunjukkan multifocal nekrosis disertai dengan infiltrasi sel-sel radang (pewarnaan H&E). 4. H5N antigen terdeteksi pada sel-sel neuron otak (pewarnaan IHC). Perubahan histopatologis dan hasil imunohistokimia ini mirip dengan pengamatan pada pada perubahan mikroskopis pada itik-itik eksperimen yang diinfeksi oleh isolat virus H5N dari clade atau 2. (Bingham et al., 2009; Wibawa et al., 202). Tetapi virus-virus H5N yang diisolasi dari kasus itik baru-baru ini terlihat memiliki tingkat keparahan lesi yang lebih tinggi dibanding infeksi yang ditimbulkan virus-virus dari clade 2.. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana pathogenesitas isolat-isolat baru ini pada spesies unggas yang berbeda, terutama ayam dan itik. Pada pemeriksaan kultur bakteri dari mata, cairan mata, otak, jantung dan hati semua hasilnya negatif jamur dan bakteri pathogen. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan permasalahan kematian pada itik bukan disebabkan oleh infeksi penyakit bakteri maupun jamur. Pada uji secara serologis, dari 28 sampel serum itik yang diuji ditemukan 8 sampel (28,6%) positif antibody AI H5 dan 2 sampel (42,9%) positif antibody ND. Dengan adanya titer antibodi baik AI maupun ND pada serum itik, 5

5 hal ini menunjukkan bahwa itik kemungkinan pernah divaksin atau pernah terserang penyakit AI atau ND lapangan. Dari data hasil uji isolasi virus ditemukan kasus positif ND (sampel dari LDCC), 0 positif AI, negatif isolasi dan sisanya 5 kasus masih dalam proses isolasi virus (Tabel 2). Untuk isolat virus ND, uji coba telah dilakukan dengan menyuntikkan isolat virus yang bersangkutan pada itik secara intra vena, namun demikian setelah 3 minggu itik tidak mati dan timbul antibodi ND dengan titer yang cukup tinggi (titer HI 2 5 ). Hasil ini mengidikasikan bahwa isolat virus ND yang ditemukan bukan penyebab wabah kematian itik. Pada pemeriksaan dengan metode PCR, dari 7 kasus itik, kasus dilakukan uji PCR dan diperoleh data sebagai berikut: 9 sampel positif H5 viral RNA, 9 negatif ND viral RNA, satu sampel yang negatif baik H5 maupun ND, dan satu sisanya masih dalam proses pengujian (Tabel 2). Hasil pengujian molekular ini memperkuat dugaan penyebab wabah kematian yang terjadi pada itik adalah virus AI subtipe H5. Analisis Sekuen dan Filogenetik Gen Hemagglutinin Hasil sekuen DNA menunjukkan bahwa ORF dari gen HA dari virus ini adalah 707 pasangan basa (base pairs) dan ini mengkode 569 asam amino dari HA protein. Ketujuh isolat memiliki kesamaan genetik yang tinggi, yaitu % baik itu pada tingkat kesamaan genetik nucleotida maupun asam amino. Hasil analisis Basic Local Alignment Search Tools (BLAST) di Genbank dan jarak genetik menggunakan Mega 4 Software (Tamura et al., 2007) menunjukkan bahwa ketujuh isolat-isolat H5N itik ini memiliki tingkat homologi sebesar 97-98% dengan virus-virus H5N clade Sebaliknya, berdasarkan, tingkat homologi dengan virus-virus dari clade 2. rendah sekitar 9-93%. Hasil ini mengindikasikan bahwa isolat-isolat H5N dari itik ini bukan berasal dari Indonesian clade 2.. Analisis sekuen HA protein menunjukkan bahwa ketujuh isolat itik memiliki motif sekuen asam amino basic yang berulang daerah tapak pemotongan enzim protease (proteolitic cleavage site) yang identik dengan virus-virus dari clade , yaitu PQRERRRKR (Li et al., 20) (Gambar 5). Hal ini mengindikasikan bahwa virusvirus yang diisolasi dari itik ini memiliki kharakteristik HPAI virus (Perdue et al., 7; Senne et al., 6). Gambar 5. Motif asam-asam amino pada daerah tapak pemotongan proteolitik HA protein (diberi kotak merah) dari isolat-isolat H5N. Untuk melihat klasifikasi H5N isolat-isolat yang diisolasi dari itik, dilakukan analisis filogenetik menggunakan Neighbor-Joining (NJ) Tree dengan TN93 model subtitusi nekleotida menggunakan 0 bootstrap replikasi. Hasil pohon filogenetik menunjukkan bahwa isolat-isolat itik termasuk dalam clade dan berada pada cabang filogenetik dalam clade (Gambar 6). Selanjutnya, untuk melihat apakah virus-virus ini masih dalam satu galur (lineage) dengan clade , maka dilakukan uji keragaman genetik untuk mengetahui jarak rata-rata pasangan nukleotida isolat-isolat itik ini dengan virusvirus dari clade WHO/OIE/FAO H5N Evolution Working Group (WHO, 2008; WHO, 202) telah membuat ketentuan klasifikasi H5N clade sebagai berikut: ) Digolongkan sebuah clade baru jika memiliki rata-rata persentase jarak (keragaman) pasangan nucleotida antar spesies (average pairwise distance) lebih dari.5% dari clade yang telah ada dan terdefinisi sebelumnya, 2) Hasil analisis phylogenetic dan keragaman HA sequen- 6

6 ce menunjukkan sharing common ancestral node dengan nilai bootstrap > 60% pada nodus filogenetik yang menunjukkan clade (setelah 0 neighbour-joining bootstrap replicates) A/goose/Guangdong//96 A/chicken/Laos/44/2004 A/Viet Nam/203/2004 A/duck/Cambodia/DKC/2006 A/duck/Sleman/BBVW /2007 A/chicken/Legok/2003 A/Chicken/West Java/HAMD/2006 A/Duck/Indonesia/MS/ A/Chicken/Karo/BBPVII/2006 A/Chicken/Medan/BPPV-498/2005 A/Chicken/Padang/BBPVII/ A/Chicken/Langkat/BBPV-576/2005 A/Chicken/Indonesia/Soppeng63-7/2007 A/chicken/East Java/UT606/2006 A/chicken/Central Java/UT309/2005 A/Indonesia/6/ A/Swan/Indonesia/Malang63-6/2007 A/chicken/Bantul/BBVW /2007 A/Chicken/Indonesia/Garut63-5/2006 A/Chicken/West Java/TASIKSOL/2006 A/Chicken/West Java/PWT-WIJ/2006 A/Indonesia/5/ A/chicken/Sulawesi Selatan/UT2093/2005 A/chicken/Wajo/BBVM/2005 A/chicken/Bali/UT209/ A/Chicken/Papua/TA5/2006 A/Chicken/Indonesia/Wates/2005 A/Chicken/Bandar Lampung/BBPVIII/2006 A/Chicken/Way Kanan/BBPVIII/ A/swine/North Sumatra/UT6004/ A/Chicken/Sembawa/BPPV-III/ A/Chicken/Palembang/BPPV-III/2005 A/whooper swan/mongolia/244/2005 A/chicken/Egypt/709-5/ A/chicken/Nigeria/228-0/2006 A/chicken/Sichuan/8/ A/Hunan/2/2009 A/goose/Yunnan/6384/2006 A/duck/Anhui// A/duck/Hunan/69/2004 A/goose/Guiyang/3422/2005 A/chicken/Guiyang/3055/ A/Duck/Hunan/9/ A/Dk/HN/303/2004 A/chicken/Guangdong/9/ A/Guangxi//2009 A/grey heron/hong Kong/779/2009 A/feral pigeon/hong Kong/3409/2009 A/large billed crow/hong Kong/885/2009 A/house crow/hong Kong/7677/ A/crested myna/hong Kong/78/2009 A/great egret/hong Kong/807/ A/magpie robin/hong Kong/897/ Grup 2..3 A/muscovy duck/vietnam/lbm4/20 A/duck/Vietnam/LBM40/202 A/duck/Vietnam/OIE-2533/20 A/Hubei//200 A/muscovy duck/vietnam/lbm57/20 A/duck/India/02CA0/20 A/chicken/India/TR0383/20 A/chicken/India/CL03485/20 A/peregrine falcon/tochigi/5/20 A/peregrine falcon/aichi/2302o07/20 A/whooper swan/hokkaido/6/20 A/bar-headed goose/qinghai//200 Grup 2 Grup 3 A/ruddy shelduck/mongolia/x42/ A/bar-headed goose/mongolia/x53/2009 A/chicken/Nepal//200 A/great crested grebe/qinghai// A/grebe/Tyva/2/200 A/duck/Bantul/BBVW-443-9/202 A/muscovy duck/tegal/bbvw-732-/202 A/duck/Wonogori/BBVW-730-/202 A/duck/Tegal/BBVW-727-/202 A/duck/Sleman/BBVW-463-0/202 A/duck/Blitar/BBVW-73-/ A/duck/Sukoharjo/BBVW-428-9/202 Gambar 6. Pohon filogenetik dari isolat-isolat H5N yang diisolasi dari itik (3 isolate dipake untuk analisis). Analisis menggunakan NJ tree, dengan model substitusi nukleotida Tamura-Nei (TN93) dengan 0 boostrap replikasi. Pohon filogenetik diroot-kan pada A/goose/ Guangdong//96 (H5N). Isolat-isolat H5N dari kasus itik diberi warna merah

7 Analisis filogenetik dan keragaman genetik dengan menggunakan MEGA 4.0 software menunjukkan bahwa rata-rata jarak pasangan nucleotida antar sesama isolat itik adalah 0.3% yang berarti bahwa ketujuh isolat H5N dari kasus itik ini masih berada dalam satu grup, tetapi rata-rata jarak pasangan nucleotida dengan group atau kluster lain dalam clade (grup, grup 2 dan grup 3) adalah lebih dari.5 % ( %) (Gambar 6). Meskipun rata-rata jarak pasangan nukletida antara isolat itik ini lebih dari.5% dari grup lain dalam clade , semua isolat virus ini masih share satu common ancestral node dari clade Hasil ini mengindikasikan bahwa ada kemungkinan isolat-isolat itik adalah atau berasal dari sebuah group atau cluster filogenetik baru dalam clade (Gambar 6). Sampai saat ini diketahui bahwa hanya vi-rus-virus yang berasal dari clade 2. yang menyerang unggas dan manusia di Indonesia. Dengan penemuan clade H5N ba-ru di Indonesia, khususnya di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, menunjukkan adanya kemungkinan introduksi virus baru ke Indonesia. Tetapi terja-dinya awal introduksi, spesies hewan yang terlibat, dan faktorfaktor penyebab munculnya virus ini sehingga mengakibatkan kematian pada itikitik di ketiga daerah di Jawa tersebut belum diketahui. Untuk mengetahui hal ini perlu diadakan kajian retrospektif baik secara epidemiologi dan molekular epidemiologi. Hal yang lebih penting adalah perlu ditingkatkan perhatian (awareness) dan monitoring atas kemungkinan adanya perluasan virus ini ke wilayah lain di Indonesia melalui lalu lintas unggas ataupun produknya. Untuk mencegah penyebaran kasus, perlu dilakukan tindakan pengendalian diantaranya depopuasi atau culling pada unggas itik yang terinfeksi dan pembatasan serta pengawasan ketat lalu lintas itik dan produknya dari dan ke dalam ketiga daerah tersebut di atas. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data hasil uji laboratorium disimpulkan bahwa diduga penyebab wabah kematian itik yang saat ini terjadi di Provinsi Jawa tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur adalah penyakit AI subtipe H5N. 2. Tujuh isolat H5N virus yang telah disekuensing diduga bukan berasal dari garis keturunan H5N virus clade 2. yang telah endemis pada unggas di Indonesia. 3. Isolat-isolat H5N virus yang diisolasi dari itik ini memiliki tingkat kekerabatan yang lebih tinggi terhadap virus-virus dari clade (97-98% nucleic acid similarity) dibandingkan kekerabatan terhadap virus-virus dari clade 2. (9-93%). 4. Berdasarkan analisis filogenetik, isolatisolat H5N virus yang diisolasi dari itik ini termasuk dalam clade Berdasarkan analisis keragaman genetik sekuen nukleotida gen HA, tidak menutup kemungkinan jika isolat-isolat virus ini tergolong ke dalam sebuah group (sublineage) baru tetapi masih termasuk dalam clade Hal ini perlu pembuktian dengan analisis yang lebih akurat dan komprehensif melibatkan lebih banyak isolat virus. 6. Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya clade ke Indonesia perlu diteliti lebih lanjut, apakah hal ini disebabkan oleh introduksi virus baru ke Indonesia. 7. Perlu ditingkatkan monitoring pada unggas (ayam dan unggas air) tentang sirkulasi virus-virus yang menyerupai clade dan endemisitas HPAI yang diakibatkannya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktur Kesehatan Hewan, Kepala BBVet Wates, Kepala BPPV Regional II Bukittingi, Kepala BBalitvet, Kepala Pusvetma dan Kepala BBPMSOH atas masukan dan dukungan yang diberikan dalam penulisan artikel ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Australian Animal Health Laboratory (AAHL), Geelong, Australia dan FAO-OIE OFFLU Project yang telah membantu peningkatan kapasitas pengujian dan pengembangan diagnosis AI dan sequensing DNA di laboratorium-laboratorium pada unit pelayanan teknis di bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya Dinas Pertanian/Peternakan dan Kesehatan Hewan di kabupaten dan juga peternak yang telah membantu dalam investigasi penyakit. 8

8 DAFTAR PUSTAKA AAHL (2008). Sequencing of Avian Influenza. CSIRO-Australian Animal Health Laboratory (AAHL),Geelong, Australia. Bingham, J., Green, D. J., Lowther, S., Klippel, J., Burggraaf, S., Anderson, D. E., Wibawa, H., Hoa, D. M., Long, N. T., Vu, P. P., Middleton, D. J. &Daniels, P. W. (2009). Infection studies with two highly pathogenic avian influenza strains (Vietnamese and Indonesian) in Pekin ducks (Anas platyrhynchos), with particular reference to clinical disease, tissue tropism and viral shedding. Avian Pathol 38(4): Dharmayanti, NLP.I., Damayanti, R., Wiyono, A., Indriani, R., dan Darminto Identifikasi virus avian influenza virus isolat Indonesia dengan metode reverse transcripatese polymerase chain reaction RT-PCR. JITV : Hall, T. (9). BioEdit: a user-friendly biological sequence alignment editor and analysis program for Windows 95/98/NT. Nucleic Acids Symp Ser 4: Henning, J., Wibawa, H., Morton, J., Usman, T. B., Junaidi, A. &Meers, J. (200). Scavenging ducks and transmission of highly pathogenic avian influenza, Java, Indonesia. Emerg Infect Dis 6(8): Li, Y., Liu, L., Zhang, Y., Duan, Z., Tian, G., Zeng, X., Shi, J., Zhang, L. &Chen, H. (20). New avian influenza virus (H5N) in wild birds, Qinghai, China. Emerg Infect Dis 7(2): Loth, L., Gilbert, M., Wu, J., Czarnecki, C., Hidayat, M. &Xiao, X. (20). Identifying risk factors of highly pathogenic avian influenza (H5N subtype) in Indonesia. Prev Vet Med 02(): Perdue, M. L., Garcia, M., Senne, D. &Fraire, M. (7). Virulence-associated sequence duplication at the hemagglutinin cleavage site of avian influenza viruses. Virus Res 49(2): Senne, D. A., Panigrahy, B., Kawaoka, Y., Pearson, J. E., Suss, J., Lipkind, M., Kida, H. &Webster, R. G. (6). Survey of the hemagglutinin (HA) cleavage site sequence of H5 and H7 avian influenza viruses: amino acid sequence at the HA cleavage site as a marker of pathogenicity potential. Avian Dis 40(2): Swayne, D. E. (2007). Understanding the complex pathobiology of high pathogenicity avian influenza viruses in birds. Avian Dis 5( Suppl): Tamura, K., Dudley, J., Nei, M. &Kumar, S. (2007). MEGA4: Molecular Evolutionary Genetics Analysis (MEGA) software version Molecular Biology and Evolution 24: WHO (2008). Toward a unified nomenclature system for highly pathogenic avian influenza virus (H5N). Emerg Infect Dis 4(7): e. WHO (202). Continued evolution of highly pathogenic avian influenza A (H5N): updated nomenclature. WHO/OIE/FAO H5N Evolution Working Group. Influenza Other Respi Viruses 6(): -5. Wibawa, H., Bingham, J., Nuradji, H., Lowther, S., Payne, J., Harper, J., Wong, F., Lunt, R., Junaidi, A., Middleton, D. &Meers, J. (202). The pathobiology of two Indonesian H5N avian influenza viruses representing different clade 2. sublineages in chickens and ducks Comp Immunol Microbiol Infect Dis. In Press. Wibawa, H., Henning, J., Wong, F., Selleck, P., Junaidi, A., Bingham, J., Daniels, P. &Meers, J. (20). A molecular and antigenic survey of H5N highly pathogenic avian influenza virus isolates from smallholder duck farms in Central Java, Indonesia during Virol J 8: 425. Wiyono, A., Indriani, R., Dharmayanti, N.L.P.I., Damayanti, R., dan Darminto Isolasi dan Karakterisasi Virus Highly Pathogenic Avian Influenza subtipe H5 dari ayam asal Wabah di Indonesia. JITV. 9. : 6-7 9

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014

Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014 Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014 Laporan perkembangan kasus penyakit Avian Influenza (AI) pada unggas di Indonesia berdasarkan hasil Uji Cepat (Rapid Test) positif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah penyakit menular ganas pada babi yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama gangguan reproduksi

Lebih terperinci

Tingkat Perlindungan Vaksin Komersial AI H5N1 Clade terhadap Virus AI H5N1 clade Asal Itik pada Ayam SPF dalam Kondisi Laboratorium

Tingkat Perlindungan Vaksin Komersial AI H5N1 Clade terhadap Virus AI H5N1 clade Asal Itik pada Ayam SPF dalam Kondisi Laboratorium Tingkat Perlindungan Vaksin Komersial AI H5N1 Clade 2.1.3 terhadap Virus AI H5N1 clade 2.3.2 Asal Itik pada Ayam SPF dalam Kondisi Laboratorium Indriani R, Dharmayanti NLPI Balai Besar Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH 29-211 Sri Handayani Irianingsih *, Rama Dharmawan * Dessie Eri Waluyati ** dan Didik Arif Zubaidi *** * Medik Veteriner pada Laboratorium

Lebih terperinci

DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI

DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI (Detection of Avian H5 Influenza Virus in Some Birds in Jakarta and Sukabumi) N.L.P. INDI DHARMAYANTI dan RISA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., PENDAHULUAN Latar Belakang Tortikolis adalah gejala yang umum terlihat di berbagai jenis unggas yang dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., 2014). Menurut Capua

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

Bioinformatika. Aplikasi Bioinformatika dalam Virologi

Bioinformatika. Aplikasi Bioinformatika dalam Virologi Bioinformatika Aplikasi Bioinformatika dalam Virologi Contents Klasifikasi virus Penentuan tingkat mutasi Prediksi rekombinasi Prediksi bagian antigen (antigenic sites) yang ada pada permukaan virus. Sebelum

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut : 25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.2 Deteksi Avian Influenza

5. PEMBAHASAN 5.2 Deteksi Avian Influenza 29 5. PEMBAHASAN 5.2 Deteksi Avian Influenza Virus influenza A memiliki keragaman genetik yang tinggi dan tersebar pada berbagai spesies unggas liar di seluruh dunia. Pada studi yang dilakukan di Pasar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit PENDAHULUAN Latar Belakang Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit pernafasan pada unggas dan termasuk list A Office International des Epizooties (OIE) sebagai penyakit yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan penyakit viral disebabkan oleh Newcastle disease virus (NDV) yang sangat penting dan telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Morbiditas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Megalocytivirus merupakan salah satu genus terbaru dalam famili Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan kerugian ekonomi serta kerugian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS F. F. MUNIER Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Raya

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM YUNI YUPIANA Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Virus Hepatitis B Gibbon Regio Pre-S1 Amplifikasi Virus Hepatitis B Regio Pre-S1 Hasil amplifikasi dari 9 sampel DNA owa jawa yang telah berstatus serologis positif terhadap antigen

Lebih terperinci

Karakteristik Molekuler dan Patogenesitas Virus H5N1 clade 2.3.2 asal Indonesia

Karakteristik Molekuler dan Patogenesitas Virus H5N1 clade 2.3.2 asal Indonesia Karakteristik Molekuler dan Patogenesitas Virus H5N1 clade 2.3.2 asal Indonesia Dharmayanti NLPI 1, Hartawan R 1, Hewajuli DA 1, Hardiman 1, Wibawa H 2 Pudjiatmoko 3 1 Balai Besar Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis. Kasus rabies sangat ditakuti dikalangan masyarakat, karena mengakibatkan penderitaan yang berat dengan

Lebih terperinci

Sirkulasi Virus Flu Burung Subtipe H5 pada Unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur Sepanjang Tahun

Sirkulasi Virus Flu Burung Subtipe H5 pada Unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur Sepanjang Tahun Jurnal Veteriner September 2012 Vol. 13 No. 3: 293-302 ISSN : 1411-8327 Sirkulasi Virus Flu Burung Subtipe H5 pada Unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur Sepanjang Tahun 2008-2009 (CIRCULATION OF

Lebih terperinci

Efikasi Penerapan Vaksin AI H5N1 Clade pada Itik Mojosari Terhadap Tantangan Virus AI H5N1 Clade pada Kondisi Laboratorium

Efikasi Penerapan Vaksin AI H5N1 Clade pada Itik Mojosari Terhadap Tantangan Virus AI H5N1 Clade pada Kondisi Laboratorium Indriani et al. Efikasi penerapan vaksin AI H5N1 clade 2.1.3 pada itik Mojosari terhadap tantangan virus AI H5N1 Efikasi Penerapan Vaksin AI H5N1 Clade 2.1.3 pada Itik Mojosari Terhadap Tantangan Virus

Lebih terperinci

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE.

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE. UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE. OLEH: FITRIA ARDHIANI, ROFIQUL A LA, FIFIN KURNIA SARI, RETNO OKTORINA LABORATOIUM

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat- Nya maka program Monitoring Virus Influenza secara

Lebih terperinci

Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014 ANALISIS INSIDENSI PENYAKIT FLU BURUNG PADA ITIK (Anas Domesticus) DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 7 Edy Susanto* dan Ana Sutomo* * Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

NLP. Indi Dharmayanti 1 & Risa Indriani 1

NLP. Indi Dharmayanti 1 & Risa Indriani 1 Efikasi Vaksin Inaktif Bivalen Avian Influenza Virus Subtipe H5N1 (Clade 2.1.3. dan Clade 2.3.2) di Indonesia (Efficacy of Bivalent Inactive Vaccine of Avian Influenza H5N1 Subtype (Clade 2.1.3. and Clade

Lebih terperinci

ANALISIS MOLEKULER FRAGMEN GEN PENYANDI HEMAGLUTININ VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 DARI UNGGAS AIR R. SUSANTI

ANALISIS MOLEKULER FRAGMEN GEN PENYANDI HEMAGLUTININ VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 DARI UNGGAS AIR R. SUSANTI ANALISIS MOLEKULER FRAGMEN GEN PENYANDI HEMAGLUTININ VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 DARI UNGGAS AIR R. SUSANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang

Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang 157 Prevalensi Virus Influenza (Influenza Like Illness) di Laboratorium Regional Avian Influenza Semarang Prevalence of Influenza Viruses (Influenza Like Illness) In Regional Laboratory Avian Influenza

Lebih terperinci

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya Menteri Pertanian RI Rapat Koordinasi AI/Flu Burung Tingkat Menteri Di Kementerian Pertanian, 27 Desember 2012 Perkembangan Kasus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang dalam beberapa tahun ini telah menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Penyakit DBD adalah penyakit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fabavirus pada Tanaman Nilam Deteksi Fabavirus Melalui Uji Serologi Tanaman nilam dari sampel yang telah dikoleksi dari daerah Cicurug dan Gunung Bunder telah berhasil diuji

Lebih terperinci

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (3): 150-155 ISSN 1410-5020 Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging The Best Timing

Lebih terperinci

Karakterisasi Molekuler Virus Avian Influenza Isolat Indonesia

Karakterisasi Molekuler Virus Avian Influenza Isolat Indonesia Karakterisasi Molekuler Virus Avian Influenza Isolat Indonesia N.L.P.I. DHARMAYANTI, R. DAMAYANTI, R. INDRIANI, A. WIYONO dan R.M.A. ADJID Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16151 (Diterima

Lebih terperinci

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia ABSTRAK Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia Kirby Saputra, 2008 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

KAJIAN MOLEKULER BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 9A HASIL ISOLASI DARI KOLON SAPI BALI MELALUI ANALISIS GEN 16S rrna SKRIPSI

KAJIAN MOLEKULER BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 9A HASIL ISOLASI DARI KOLON SAPI BALI MELALUI ANALISIS GEN 16S rrna SKRIPSI KAJIAN MOLEKULER BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 9A HASIL ISOLASI DARI KOLON SAPI BALI MELALUI ANALISIS GEN 16S rrna SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar

Lebih terperinci

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan asal ternak untuk memenuhi konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Data Survei Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2007-2011

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) A. PENDAHULUAN NCBI (National Centre for Biotechnology Information) merupakan suatu institusi yang menyediakan sumber informasi terkait

Lebih terperinci

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso AVIAN INFLUENZA Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Flu burung atau Avian Influenza adalah jenis influenza pada binatang yang sebenarnya telah ditemukan

Lebih terperinci

STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I

STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I T 572 MUL ABSTRAK DNA polimerase merupakan enzim yang berperan dalam proses replikasi DNA. Tiga aktivitas yang umumnya

Lebih terperinci

ANALISIS MOLEKULER FILOGENETIK DAN STRUKTUR ANTIGENIC VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 ISOLAT LAMPUNG TAHUN

ANALISIS MOLEKULER FILOGENETIK DAN STRUKTUR ANTIGENIC VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 ISOLAT LAMPUNG TAHUN Jurnal Kedokteran Hewan ISSN : 1978-225X Eko Agus Srihanto, dkk ANALISIS MOLEKULER FILOGENETIK DAN STRUKTUR ANTIGENIC VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 ISOLAT LAMPUNG TAHUN 2008-2013 Phylogenetic Molecular

Lebih terperinci

Identifikasi Secara Serologi Galur Virus Flu Burung Subtipe H5N1 Clade dan Clade pada Ayam Petelur

Identifikasi Secara Serologi Galur Virus Flu Burung Subtipe H5N1 Clade dan Clade pada Ayam Petelur Jurnal Veteriner September 2015 Vol. 16 No. 3 : 371-382 ISSN : 1411-8327 Terakreditasi Nasional SK. No. 15/XI/Dirjen Dikti/2011 Identifikasi Secara Serologi Galur Virus Flu Burung Subtipe H5N1 Clade 2.1.3

Lebih terperinci

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah.

ABSTRAK. Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. ABSTRAK Analisis Mutasi Gen Pengekspresi Domain B dan C DNA Polimerase HBV Dari Pasien Yang Terinfeksi Dengan Titer Rendah. Natalia, 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping : Johan Lucianus, dr., M.Si.

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK (Isolation and Identification of Avian Influenza Virus from Ducks) HARIMURTI NURADJI, L. PAREDE dan R.M.A. ADJID Balai Besar Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

ANALISIS MOLEKULER HCV (HEPATITIS C VIRUS) REGIO E1-E2 DAN NS5B PASIEN HIV RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI DI SURAKARTA TESIS

ANALISIS MOLEKULER HCV (HEPATITIS C VIRUS) REGIO E1-E2 DAN NS5B PASIEN HIV RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI DI SURAKARTA TESIS ANALISIS MOLEKULER HCV (HEPATITIS C VIRUS) REGIO E1-E2 DAN NS5B PASIEN HIV RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI DI SURAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Rumusan Masalah Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan orang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rabies merupakan penyakit zoonosis yang mematikan dan tersebar di seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan 70.000 orang meninggal setiap tahun karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun kasus dengue di dunia meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu spesies ikan yang cukup luas dibudidayakan dan dipelihara di Indonesia adalah ikan mas dan koi (Cyprinus carpio) karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi permasalahan utama di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Virus Influenza merupakan virus RNA yang termasuk dalam famili orthomyxoviridae, yang dapat menginfeksi unggas, mamalia dan manusia (Nidom, 2005). Berbeda dengan virus

Lebih terperinci

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1 INDRIANI et al.: Deteksi respon antibodi dengan uji hemaglutinasi inhibisi dan titer proteksi terhadap virus avian influenza subtipe H5N1 Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer

Lebih terperinci

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap semua kelompok ayam sebelum vaksinasi menunjukan bahwa ayam yang digunakan memiliki antibodi terhadap IBD cukup tinggi dan seragam dengan titer antara

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIJAMUR BAKTERI ENDOFIT LAMUN TERHADAP JAMUR PATOGEN

AKTIVITAS ANTIJAMUR BAKTERI ENDOFIT LAMUN TERHADAP JAMUR PATOGEN AKTIVITAS ANTIJAMUR BAKTERI ENDOFIT LAMUN TERHADAP JAMUR PATOGEN Oleh : AISA AZIZA AN NURIAH 26020110120055 Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Derajat Sarjana S1 pada Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

DIAGRAM FILOGENIK HASIL SEKUENS BASA DNA MENGGUNAKAN PROGRAM MEGA-7 (MOLECULAR EVOLUTIONARY GENETICS ANALYSIS)

DIAGRAM FILOGENIK HASIL SEKUENS BASA DNA MENGGUNAKAN PROGRAM MEGA-7 (MOLECULAR EVOLUTIONARY GENETICS ANALYSIS) DIAGRAM FILOGENIK HASIL SEKUENS BASA DNA MENGGUNAKAN PROGRAM MEGA-7 (MOLECULAR EVOLUTIONARY GENETICS ANALYSIS) Harumi Yuniarti* ), Bambang Cholis S* ), Astri Rinanti** ) *) Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BBPMSOH telah mengikuti 6 uji profisiensi. internasional yang diselenggarakan oleh GD- Deventer, Belanda. nasional yang diselenggarakan oleh BSN-KAN

BBPMSOH telah mengikuti 6 uji profisiensi. internasional yang diselenggarakan oleh GD- Deventer, Belanda. nasional yang diselenggarakan oleh BSN-KAN BBPMSOH telah mengikuti 8 uji profisiensi internasional yang diselenggarakan oleh GD- Deventer, Belanda. BBPMSOH telah mengikuti 6 uji profisiensi nasional yang diselenggarakan oleh BSN-KAN dan proyek

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN VAKSIN H5N1 DAN H5N2 VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA PETERNAKAN UNGGAS DI DAERAH JAWA BARAT

PENGARUH PENGGUNAAN VAKSIN H5N1 DAN H5N2 VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA PETERNAKAN UNGGAS DI DAERAH JAWA BARAT PENGARUH PENGGUNAAN VAKSIN H5N1 DAN H5N2 VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA PETERNAKAN UNGGAS DI DAERAH JAWA BARAT (Effect of H5N1 and H5N2 Vaccine Strain Poultry Farm in West Java) SUDARISMAN Balai Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging ABSTRAK Bursa Fabrisius merupakan target organ virus Infectious Bursal Disease (IBD) ketika terjadi infeksi, yang sering kali mengalami kerusakan setelah ayam divaksinasi IBD baik menggunakan vaksin aktif

Lebih terperinci

ANALYSIS OF PHYLOGENETIC HAEMAGGLUTININ GEN OF AI VIRUS SUBTYPE H5N1ISOLATE KAMPUNG CHICKEN TAKEN FROM SEVERAL AREAS IN INDONESIA

ANALYSIS OF PHYLOGENETIC HAEMAGGLUTININ GEN OF AI VIRUS SUBTYPE H5N1ISOLATE KAMPUNG CHICKEN TAKEN FROM SEVERAL AREAS IN INDONESIA ANALYSIS OF PHYLOGENETIC HAEMAGGLUTININ GEN OF AI VIRUS SUBTYPE H5N1ISOLATE KAMPUNG CHICKEN TAKEN FROM SEVERAL AREAS IN INDONESIA SNR. Anieka Rochmah 1, Rosmalina S. Dewi 1 1. PUSAT VETERINER FARMA SURABAYA,

Lebih terperinci

Risa Indriani 1 & NLP Indi Dharmayanti 1 1

Risa Indriani 1 & NLP Indi Dharmayanti 1 1 Jurnal Biologi Indonesia 9(1): 21-30 (2013) Studi Efikasi Vaksin Bivalen AI Isolat Lokal terhadap Beberapa Karakter Genetik Virus AI subtipe H5N1 (Efficacy Study of Bivalent vaccine AI local against some

Lebih terperinci

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C

Lebih terperinci

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor (Diterima Dewan Redaksi 28 Maret 2011) ABSTRACT

Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor (Diterima Dewan Redaksi 28 Maret 2011) ABSTRACT Tingkat Proteksi Beberapa Vaksin Avian Influenza Unggas terhadap Infeksi Virus Isolat Lapang A/chicken/West Java/Smi-Pat/2006 dan A/chicken/West Java/Smi-Mae/2008 pada Kondisi Laboratorium RISA INDRIANI,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY : Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16 KATA PENGANTAR Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe

Lebih terperinci

ANALISIS FILOGENETIK ISOLAT VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 ASAL PROVINSI ACEH

ANALISIS FILOGENETIK ISOLAT VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 ASAL PROVINSI ACEH Jurnal Kedokteran Hewan Vol. No., Maret ISSN : -X ANALISIS FILOGENETIK ISOLAT VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE HN ASAL PROVINSI ACEH Phylogenetic Study of Avian Influenza Virus Subtype HN Isolate from Aceh

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini

Lebih terperinci

Avian influenza outbreak investigation form COMMERCIAL flocks

Avian influenza outbreak investigation form COMMERCIAL flocks Avian influenza outbreak investigation form COMMERCIAL flocks Unique ID (one form per commercial unit investigated) GENERAL INFORMATION Central request Provincial request District request Repeat visit

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati memberikan harapan baru untuk pengendalian hama pertanian terutama fungi yang bersifat patogen. Secara

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau PENGANTAR Latar Belakang Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau Wild Mallard). Proses penjinakan telah terjadi berabad-abad yang lalu dan di Asia Tenggara merupakan

Lebih terperinci

Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium

Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium R. INDRIANI, N.L.P.I. DHARMAYANTI, T. SYAFRIATI, A. WIYONO dan R.M.A.

Lebih terperinci

DETEKSI DAN IDENTIFIKASI Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus PENYEBAB PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN NANAS DI INDONESIA RENO TRYONO

DETEKSI DAN IDENTIFIKASI Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus PENYEBAB PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN NANAS DI INDONESIA RENO TRYONO DETEKSI DAN IDENTIFIKASI Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus PENYEBAB PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN NANAS DI INDONESIA RENO TRYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA

Lebih terperinci

PENGUJIAN POTENSI VAKSIN AI INAKTIF CLADE DAN CLADE TAHUN Ramlah, Emilia, Yati Suryati, Ketut Karuni N. Natih

PENGUJIAN POTENSI VAKSIN AI INAKTIF CLADE DAN CLADE TAHUN Ramlah, Emilia, Yati Suryati, Ketut Karuni N. Natih PENGUJIAN POTENSI VAKSIN AI INAKTIF CLADE 2.1.3 DAN CLADE 2.3.2 TAHUN 2013 Ramlah, Emilia, Yati Suryati, Ketut Karuni N. Natih Unit Uji Virologi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikat Obat Hewan, Gunungsindur-Bogor

Lebih terperinci

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

SURVEILANS AI TAHUN :DATA DUKUNG PEMBEBASAN AI DI PROVINSI NTT

SURVEILANS AI TAHUN :DATA DUKUNG PEMBEBASAN AI DI PROVINSI NTT SURVEILANS AI TAHUN 2011-2015 :DATA DUKUNG PEMBEBASAN AI DI PROVINSI NTT (Surveillance of Avian Influenza in 2012 2015 : supporting data for eradication program at NTT Province) Dinar, H. W. Hartawan.,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu PENDAHULUAN Latar Belakang Rabies merupakan penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis. Kejadian rabies sangat ditakuti di kalangan masyarakat, karena mengakibatkan penderitaan yang berat dengan gejala

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HISTOPATHOGENESIS KASUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1, PADA AYAM DAN ITIK DENGAN TEKNIK IMUNOHISTOKIMIA SKRIPSI

PERBANDINGAN HISTOPATHOGENESIS KASUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1, PADA AYAM DAN ITIK DENGAN TEKNIK IMUNOHISTOKIMIA SKRIPSI PERBANDINGAN HISTOPATHOGENESIS KASUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1, PADA AYAM DAN ITIK DENGAN TEKNIK IMUNOHISTOKIMIA SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas -Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

ANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI

ANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI ABSTRAK ANALISIS MUTASI GEN PENGEKSPRESI DOMAIN B DAN C DNA POLIMERASE HBV DARI PASIEN YANG TERINFEKSI DENGAN TITER TINGGI Anton Mulyono., 2003 ; Pembimbing I: Johan Lucianus, dr, M.Si. Pembimbing II:

Lebih terperinci

T E S I S IDENTIFIKASI MYXOBOLUS SP PADA FAMILI CYPRINIDAE DENGAN METODE MOLEKULER DI PROVINSI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH

T E S I S IDENTIFIKASI MYXOBOLUS SP PADA FAMILI CYPRINIDAE DENGAN METODE MOLEKULER DI PROVINSI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH T E S I S IDENTIFIKASI MYXOBOLUS SP PADA FAMILI CYPRINIDAE DENGAN METODE MOLEKULER DI PROVINSI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH Oleh : NIM : 091324153005 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Newcastle Disease (ND) atau penyakit tetelo disebabkan oleh strain virulen avian Paramyxovirus serotipe tipe 1 (AMPV-1) dari genus Avulavirus yang termasuk dalam subfamily

Lebih terperinci

ANALISIS MOLEKULER SEBAGIAN GEN HBsAg VIRUS HEPATITIS B YANG MENGINFEKSI PASIEN HIV DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TESIS

ANALISIS MOLEKULER SEBAGIAN GEN HBsAg VIRUS HEPATITIS B YANG MENGINFEKSI PASIEN HIV DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TESIS ANALISIS MOLEKULER SEBAGIAN GEN HBsAg VIRUS HEPATITIS B YANG MENGINFEKSI PASIEN HIV DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titer antibody terhadap penyakit Newcastle Disease (ND) pada ayam petelur fase layer I dan fase layer II pasca vaksinasi ND. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada

Lebih terperinci

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS 23 Apr 2003 Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) masih menempatkan berita utama di sebagian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH

PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH PERBANDINGAN POLA PITA AMPLIFIKASI DNA DAUN, BUNGA, DAN BUAH KELAPA SAWIT NORMAL DAN ABNORMAL ALFINIA AZIZAH PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 18 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan April 2014. Sampel diambil dari itik dan ayam dari tempat penampungan unggas, pasar unggas dan peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. sapi secara maksimal masih terkendala oleh lambatnya pertumbuhan populasi sapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. sapi secara maksimal masih terkendala oleh lambatnya pertumbuhan populasi sapi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Produksi daging sapi pada tahun 2012 mengalami defisit sebesar 78.329 ton (21,40%). Upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan produksi daging sapi secara

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN 2000-2005 NUR K. HIDAYANTO, IDA L. SOEDIJAR, DEWA M.N. DHARMA, EMILIA, E. SUSANTO, DAN Y. SURYATI Balai Besar Pengujian Mutu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit

Lebih terperinci