KERANGKA ACUAN TEKNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA ACUAN TEKNIS"

Transkripsi

1 KERANGKA ACUAN TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGADAAN FASILITASI BANTUAN SARANA PASCAPANEN (DANA APBN-P TAHUN 2012) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka Program Percepatan Peningkatan Ekonomi Nasional dalam 5 (lima) tahun ke depan Kementerian Pertanian telah mencanangkan 4 (empat) target utama, yaitu : (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; dan (4) peningkatan pendapatan petani. Berdasarkan 4 (empat) target utama tersebut, maka arah kebijakan pembangunan tanaman pangan, adalah : (1) pelestarian swasembada padi; (2) peningkatan produksi jagung dan kedelai menuju swasembada; (3) peningkatan produksi kacang tanah, kacang hijau, ubikayu dan ubi jalar; (4) serta pengembangan tanaman pangan alternatif lainnya. Untuk mewujudkan arah kebijakan tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan Catur Strategi Tanaman Pangan, yaitu : (1) peningkatan produktivitas; (2) perluasan areal; (3) pengamanan produksi; serta (4) pengembangan kelembagaan dan pembiayaan. Salah satu dari unsur Catur Strategi Tanaman Pangan adalah pengamanan produksi yang dapat dilakukan melalui penanganan pascapanen yang baik, sehingga dapat menekan susut hasil, mempertahankan mutu hasil, mempertahankan dan memperpanjang masa simpan, serta meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan. Belum berkembangnya penanganan pascapanen tanaman pangan pada saat ini disebabkan antara lain yaitu (a) harga beli sarana pascapanen relatif mahal, sedangkan daya beli petani terbatas (b). pada umumnya petani melakukan penanganan pascapanen secara tradisional (c). terbatasnya kemampuan dan pengetahuan sumber daya manusia (SDM) petani dan (d). kurangnya petugas/penyuluh penanganan pascapanen. Sedangkan di sisi lain, teknologi di bidang sarana pascapanen tanaman pangan berkembang sangat pesat dan kebutuhan sarana pascapanen oleh petani semakin mendesak, dikarenakan semakin berkurangnya tenaga kerja di bidang pertanian terutama saat tanam dan panen. Panen dan perontokan/pemipilan sebagai salah satu kegiatan pascapanen yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Saat panen dan perontokan/pemipilan merupakan waktu yang kritis, dikarenakan apabila saat panen terlambat, maka kualitas maupun kuantitas hasil produksinya akan turun, bahkan dapat rusak sama sekali. Untuk mengurangi serangan OPT, budidaya tanaman diupayakan dengan pola tanam serentak, sehingga saat panen di lapangan juga hampir bersamaan 1

2 pada suatu kawasan/wilayah. Begitu pula dengan pemipilan jagung, jika dilakukan secara manual akan membutuhkan banyak tenaga kerja dan waktu yang lama. Hal ini membawa implikasi kebutuhan tenaga pemanen dan perontok/pemipil sangat banyak untuk melakukan panen secara tepat waktu. Kebutuhan tenaga kerja yang besar pada saat panen dan perontok/pemipil ini menjadi masalah pada daerahdaerah yang memiliki keterbatasan tenaga kerja dan sekaligus menyebabkan tingginya susut hasil saat pemanenan dan perontokan/pemipilan tersebut. Masalah utama dalam penanganan pascapanen padi, jagung dan kedelai yang dihadapi petani adalah susut hasil yang masih tinggi. Susut hasil padi terjadi secara kuantitatif yang dapat terjadi pada kegiatan panen dan perontokan, serta kehilangan hasil secara kualitatif atau turunnya mutu yang disebabkan oleh rusak atau rendahnya mutu gabah akibat terlambatnya atau tidak baiknya proses panen, perontokan dan pengeringan. Kondisi ini membuat petani cenderung menjual dalam kondisi gabah kering panen (GKP) secara langsung saat panen. Sedangkan susut hasil jagung yang tertinggi pada saat proses pemipilan dan kedelai pada perontokan Berdasarkan data hasil survei susut hasil padi yang dilakukan BPS RI (2008) sebesar 10,82 %. dengan komponen pada susut pemanenan 1,80% dan perontokan 0,18 %. Apabila perontokan ditunda sampai 3 malam, akibat kurangnya tenaga kerja dan kurang/tidak tersedianya sarana perontok, maka dapat mengakibatkan kehilangan hasil sebesar 3 %. Sedangkan survei susut hasil padi yang dilakukan FAO (2010) rata-rata sebesar 14,53 %, dengan komponen pada susut pemanenan 0,54 % dan perontokan 1,84 %. Susut hasil jagung secara tradisional berkisar + 1,7 5,2 %. Komponen susut hasil jagung terbesar terjadi pada kegiatan pemipilan dengan menggunakan tenaga manusia pada kadar air % sebesar 0,5 4,0 %. Susut hasil kedelai secara tradisional sebesar + 2,5 % pada saat kadar air rendah sebesar + 10 %, sedangkan susut hasil sebesar + 15,5 % pada kadar air tinggi. Sedangkan komponen susut hasil kedelai terbesar terjadi pada kegiatan perontokan sebesar 7 %. Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan upaya penurunan susut hasil padi sebesar 1,79 %. Diharapkan dengan tercapainya target tersebut dapat mengamankan produksi sebesar 1,29 juta ton GKG atau setara dengan Rp 5,35 triliun. Target upaya penurunan susut hasil jagung sebesar 0,25 %. Diharapkan dengan tercapainya target tersebut dapat mengamankan produksi sebesar 64,8 ribu ton jagung pipilan kering atau setara dengan Rp 205 milyar. Target upaya penurunan susut hasil kedelai sebesar 0,75 %. Diharapkan dengan tercapainya target tersebut dapat mengamankan produksi sebesar 16,9 ribu ton biji kedelai kering atau setara dengan Rp 101 milyar. Hal tersebut telah tertuang dalam Roadmap Sasaran Penurunan Susut Hasil Padi, Jagung dan Kedelai tahun sebagaimana terlihat pada tabel berikut : 2

3 Tabel 1. Roadmap Sasaran Penurunan Susut Hasil Serta Kebutuhan Alsin Pascapanen Padi, Jagung dan Kedelai Tahun SASARAN SASARAN PENYELAMATAN LUAS LAHAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN BIAYA KOMODITI TAHUN PRODUKSI PENEKANAN PRODUKSI YANG PADDY P.THRESHER/ COMBINE DRYER RMU INVESTASI SARANA (TON) SUSUT (TON) DIINTENSIF- MOWER CORNSHELLER HARVESTER (UNIT) (UNIT) (RP) HASIL KAN ( HA ) (UNIT) (UNIT) (UNIT) PADI ,00% % ,79% ,70% JAGUNG ,20% ,25% ,25% ,25% KEDELAI ,25% ,50% ,75% ,00% Dalam rangka mengatasi permasalahan pascapanen serta upaya menurunkan susut hasil dan meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai, maka Pemerintah melalui kegiatan APBN-P TA berupaya memfasilitasi kebutuhan sarana tersebut melalui bantuan sarana pascapanen padi, jagung dan kedelai berupa sarana panen sekaligus perontokan padi/combine harvester, power thresher, pemipil jagung/corn sheller, dan power thresher multiguna yang dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi yang diharapkan dapat membantu petani pada saat panen. 1.2 Tujuan dan Sasaran : Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah fasilitasi sarana pascapanen kepada Dinas Pertanian Provinsi untuk dioptimalkan pada wilayah pengembangan komoditas tanaman pangan, agar dapat mengamankan produksi padi, jagung dan kedelai sesuai catur strategi produksi yang telah ditetapkan pemerintah dengan upaya menurunkan susut hasil (losses) Sasaran kegiatan adalah Dinas Pertanian Provinsi sebagai penerima bantuan sarana pascapanen padi, jagung dan kedelai yang pemanfaatannya dialokasikan di wilayah pertanaman padi, jagung dan kedelai, agar dapat menyelamatkan hasil produksi, sehingga program peningkatan produksi ketiga komoditi tersebut yang telah ditetapkan pemerintah dapat tercapai. 1.3 Penerima Manfaat Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Dinas Pertanian Provinsi dan gapoktan/poktan/petani yang memanfaatkan bantuan sarana pascapanen padi, jagung dan kedelai. 1.4 Strategi Pencapaian Keluaran 1) Pengadaan sarana pascapanen padi, jagung dan kedelai (combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna) dilakukan melalui 3

4 kegiatan pelelangan umum di Pusat. Distribusi sarana pascapanen dilaksanakan oleh pemenang lelang sampai di titik bagi pada Dinas Pertanian Provinsi. 2) Pengelolaan bantuan sarana pascapanen (Combine Harvester, Power Thresher, Power Thresher Multiguna dan Corn Sheller) tersebut dikoordinir oleh Dinas Pertanian Provinsi. Untuk meminimalisasi adanya permasalahan yang diakibatkan oleh operasionalisasi dan pemeliharaan (maintenance) sarana pascapanen (Combine Harvester, Power Thresher, Corn Sheller, Power Thresher Multiguna), maka Dinas Pertanian Provinsi penerima bantuan diwajibkan untuk membuat Surat Perjanjian Kerjasama antara Dinas Pertanian Provinsi dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Dinas Pertanian Kota/Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota tentang tanggung jawab operasionalisasi dan pemeliharaan (maintenance) bantuan sarana pascapanen (Combine Harvester, Power Thresher, Corn Seller Dan Power Thresher Multiguna) yang selanjutnya surat perjanjian tersebut dikirimkan ke Pusat. 3) Dinas Pertanian Provinsi penerima bantuan combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna meliputi 16 Provinsi sebagaimana pada Lampiran 1, dan segera diberikan pelatihan operasional dan perawatan oleh penyedia barang yaitu saat tersedia lahan padi yang siap panen di wilayahnya (untuk pelatihan Combine Harvester) dan saat tersedia gabah/padi, jagung, dan kedelai yang siap dirontok/dipipil di wilayahnya (untuk pelatihan power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna). Dalam hal ini, pelatihan operasional dan perawatan dapat dilakukan setelah sarana pascapanen diterima di provinsi selambat-lambatnya pada musim panen pertama tahun II. LINGKUP KEGIATAN Ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka pengadaan bantuan sarana pascapanen antara lain adalah : a. Pengadaan Alsintan Jenis alsintan adalah combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna. o Paket combine harvester berupa kesatuan combine harvester dengan kelengkapan berupa trailer untuk pengangkutan combine harvester yang disesuaikan dengan standar ukuran combine harvester, rachet strap, tangga atau jembatan besi, terpal/plastik penutup combine harvester saat tidak digunakan, spare part cadangan (pisau pemanen/cutter knife), mesin pencuci tekanan tinggi portable untuk perawatan kebersihan alsintan (power sprayer), karung plastik untuk gabah, toolkit, dan buku petunjuk operasional, sebagaimana pada spesifikasi teknis pada lampiran 2a. Dalam hal ini, combine 4

5 harvester terdiri dari 2 paket yaitu Paket I didistribusikan ke pulau Jawa dan Paket II didistribusikan ke luar pulau Jawa. o Paket power thresher berupa kesatuan power thresher, roda karet standar, batang pipa pendorong, terpal ukuran 6 x 6 m, toolkit, dan buku petunjuk operasional dan perawatan, brosur/leaflet, sebagaimana pada spesifikasi teknis pada lampiran 2b. Dalam hal ini, power thresher terdiri dari 2 paket yaitu Paket I didistribusikan ke pulau Jawa dan Paket II didistribusikan ke luar pulau Jawa. o Paket corn sheller berupa kesatuan corn sheller, roda karet standar, batang pipa pendorong, terpal ukuran 6 x 6 m, moisture tester, mesin jahit karung, karung, toolkit, dan buku petunjuk operasional dan perawatan, brosur/leaflet, sebagaimana pada spesifikasi teknis pada lampiran 2c. o Paket power thresher multiguna berupa kesatuan power thresher multiguna roda karet standar, batang pipa pendorong, terpal ukuran 6 x 6 m, toolkit, dan buku petunjuk operasional dan perawatan, brosur/leaflet, sebagaimana pada spesifikasi teknis pada lampiran 2d. b. Pembiayaan Sumber pembiayaan untuk pengadaan sarana pascapanen berasal dari DIPA APBN-Perubahan TA 2012 senilai Rp ,- (seratus tiga puluh delapan milyar tujuh ratus tiga puluh juta rupiah), Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. c. Distribusi Bantuan : o o o o Bantuan secara keseluruhan dialokasikan di provinsi pada Dinas Pertanian Provinsi pada 16 Provinsi di Indonesia. Sebelum distribusi dilaksanakan, pihak pelaksana penyedia barang terlebih dahulu berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi penerima bantuan untuk menginformasikan rencana jadwal pengiriman combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna. Sebelum barang diterima oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi dilakukan pemeriksaan terhadap bantuan berikut kelengkapannya. Setelah combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna diterima di titik bagi, penyedia barang segera melaporkan secara tertulis hasil pengiriman combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna serta menyerahkan Form Berita Acara Serah Terima Barang yang sudah ditandatangani kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. o Pendistribusian combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna termasuk penyelesaian administrasi harus selesai seluruhnya sesuai dengan jadwal yang tercantum dalam dokumen pengadaan. 5

6 d. Combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna yang akan diadakan harus memiliki dokumen teknis sebagai berikut : o Surat keterangan hasil uji (test report) yang masih berlaku yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. o Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI) yang masih berlaku yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang khusus untuk motor penggerak diesel, kecuali motor penggerak untuk combine harvester. o Dukungan dari pabrikan : Jaminan suplai barang combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna. Jaminan purna jual minimal 2 (dua) tahun untuk combine harvester, sedangkan untuk power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna minimal 1 (satu) tahun. Jaminan ketersediaan suku cadang combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna minimal 5 (lima) tahun. Jaminan mutu dan keaslian barang untuk combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna. Khusus barang/sarana pascapanen combine harvester yang merupakan barang produksi luar negeri (import), maka harus ada dukungan dari distributor barang/sarana tersebut di Indonesia dan dilengkapi surat penunjukan dari pabrikan asal barang (luar negeri / import). e. Surat keterangan dari pabrikan yang menyatakan bahwa combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna yang didistribusikan harus dalam kondisi baru, baik, dan sudah terakit, di running test (diuji coba dengan dihidupkan mesinnya) serta dilengkapi dengan petunjuk operasional/manual penggunaan dan perawatan combine harvester, power thresher, corn seller, dan power thresher multiguna bersangkutan pada saat diterima oleh Dinas Pertanian Provinsi. f. Penyedia barang bertanggung jawab dalam perakitan combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna di titik bagi yaitu Dinas Pertanian Provinsi. III. SPESIFIKASI TEKNIS Persyaratan utama dan spesifikasi teknis combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna sebagaimana pada lampiran 2. IV. PENANDAAN Setiap bantuan alsintan pascapanen diberi tanda dengan grafir/plat nama (name plate) terbuat dari plat yang pemasangannya dirivet secara rapi dan tidak mudah untuk dihilangkan dengan bertuliskan : 6

7 Contoh gambar 1 : BANTUAN SARANA PASCAPANEN APBN -P TAHUN 2012 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Kode : V. PENUTUP Bantuan combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna yang diberikan merupakan salah satu langkah Pemerintah untuk membantu petani khususnya pada saat panen raya atau jika masa panen padi, jagung dan kedelai terjadi pada musim penghujan. Dengan adanya bantuan ini maka diharapkan akan dapat menekan tingkat kehilangan hasil dan meningkatkan mutu komoditi tersebut. 7

8 Lampiran 1. ALOKASI FASILITASI BANTUAN SARANA PASCAPANEN APBN-P TAHUN 2012 NO. PROVINSI COMBINE HARVESTER (PULAU JAWA) (UNIT) COMBINE HARVESTER (LUAR P. JAWA) (UNIT) POWER THRESHER (PULAU JAWA ) (UNIT) POWER THRESHER (LUAR P. JAWA) (UNIT) CORN SHELLER (UNIT) POWER THRESHER MULTI GUNA (UNIT) 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah D.I.Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Jumlah

9 SPESIFIKASI DAN PERSYARATAN TEKNIS COMBINE HARVESTER Lampiran 2a. No Spesifikasi Teknis Parameter Teknis Persyaratan 1 Unit Keseluruhan a. Dimensi - panjang mm - lebar mm - tinggi mm b. Berat kosong kg c. Daya maksimum HP d. Cara menampung gabah Tipe kantong karung 2 Unit Combine Harvester a. Motor Penggerak a. Mesin diesel b. Konsumsi bahan bakar maksimal 10 liter/jam b. Bagian Pemotongan a. Kecepatan jalan pemanenan minimal 2,5 km/jam b. Lebar pemotongan rata-rata mm c. Bagian Perontokan Jumlah silinder perontok 1 atau 2 d. Roda penggerak Tipe crawler/troller karet 3 Unjuk Kerja a. Kapasitas Lapang Efektif minimal 0,45 Ha/jam b. Efisiensi Lapang pemanenan minimal 46% c. Tingkat Kebersihan minimal 90% d. Susut panen maksimal 2,09% e. Kebisingan <95 db 4 Kelengkapan a. Trailer untuk pengangkutan combine harvester yang disesuaikan dengan standar ukuran combine harvester 1 unit b. Rachet Strap minimal 4 m 1 set c. Jembatan atau tangga besi (pxl minimal = 4000x400 mm) 2 unit d. Terpal/plastik cover penutup Combine Harvester 1 unit e. Mesin pencuci alsintan tekanan tinggi portable (Power Sprayer) 1 unit f. Spare part cadangan : - Cutter Knife 2 set g. Karung plastik untuk gabah kapasitas min 50 kg 200 buah h. Toolkit 1 set i. Buku Petunjuk Operasional dan Perawatan Bahasa Indonesia 9

10 SPESIFIKASI DAN PERSYARATAN TEKNIS PERONTOK PADI (POWER THRESHER) No Spesifikasi Parameter Teknis Persyaratan 1 MOTOR PENGGERAK 2 UNIT THRESHER 2.1. Dimensi keseluruhan a. Tipe 4 langkah (4 tak) direct injection b. Bahan Bakar solar/diesel c. Sistem Pendingin radiator/hopper d. Daya 5,5 8 HP e. Bobot Maksimum 95 kg a. Panjang (operasi/dengan tangkai) mm b. Lebar (operasi/dengan tangkai) mm c. Tinggi Meja Pengumpan mm d. Bobot Operasi Maksimum 250 kg 2.2. Dimensi silinder Diameter mm perontok Lampiran 2b. 3 BAHAN KONSTRUKSI 3.1. Rangka - Rangka tegak dan datar Besi siku/pipa kotak/pipa bulat Besi siku minimum 40x40x4 mm Pipa kotak minimum 40x40x4 mm Pipa bulat minimum 50x2,5 mm - Dinding Plat Baja/Besi, Tebal Minimum 1,2 mm 3.2. Unit silinder perontok - Dinding samping silinder Plat Baja, Tebal Minimum 2 mm - Dudukan gigi perontok Plat Strip Baja, Tebal min 6 mm 3.3. Gigi perontok Besi Baja, Diameter Minimum 10 mm 3.4. Penutup transmisi Plat Baja, Tebal Minimum 1,2 mm 4 UNJUK KERJA a. Kapasitas Perontokan Minimum 650 kg/jam b. Tingkat Kebersihan Minimum - Tanpa Ayakan 70% - Atau Dengan Ayakan 93% c. Efisiensi Perontokan Minimum 98% d. Persentase Kehilangan Hasil 5% 5 PERLENGKAPAN Maksimum a. Roda Karet Standar 1 pasang (kanan dan kiri) b. Batang Pipa 1 pasang Pendorong/Pengangkut (kanan dan kiri) c. Terpal Tebal Minimum 0,2 mm, 2 buah Ukuran Minimal 6000 x 6000 mm d. Tool kit 1 set e. Buku Petunjuk Operasioanal dan 1 set Perawatan Bahasa Indonesia f. Brosur Atau Leaflet 1 set 6 TEST REPORT masih berlaku 10

11 SPESIFIKASI DAN PERSYARATAN TEKNIS PEMIPIL JAGUNG TANPA KUPAS KEROBOT (CORN SHELLER) Lampiran 2c. No Spesifikasi Parameter Teknis Persyaratan 1 MOTOR PENGGERAK a. Tipe 4 langkah (4 tak) direct injection b. Bahan bakar solar/diesel c. Sistem pendingin radiator/hopper d. Daya 6-10,5 HP e. Bobot Maksimum 95 kg 2 UNIT PEMIPIL 2.1 Dimensi Keseluruhan : a. Panjang (operasi/dengan tangkai) mm b. Lebar (operasi/dengan tangkai) mm c. Tinggi Meja Pengumpan mm d. Bobot Operasi Maksimum 300 Kg 2.2 Dimensi Silinder Pemipil Diameter mm 3 BAHAN KONSTRUKSI 3.1. Rangka - Rangka tegak dan datar Besi siku/pipa kotak/pipa bulat Besi siku minimum 40x40x4 mm Pipa kotak minimum 40x40x4 mm Pipa bulat minimum 50x2,5 mm - Dinding plat baja, tebal minimum 1,2 mm 3.2. Unit silinder pemipil - Dinding samping silinder pemipil Plat Baja, Tebal Minimum 2 mm - Dudukan gigi pemipil Plat Strip Baja, Tebal min 6 mm - Gigi pemipil Besi baja, diameter minimum 12 mm 3.3. Penutup transmisi Plat Baja, Tebal Minimum 1,2 mm 4 UNJUK KERJA a. Kapasitas pemipilan minimum Kg/Jam b. Tingkat kebersihan minimum 95% c. Tingkat kerusakan maksimum - (dihilangkan/ditiadakan) d. Efisiensi pemipilan minimum 95% e. Persentase Kehilangan hasil maksimum 8% 5 PERLENGKAPAN a. Roda Karet Standar 1 pasang (kanan dan kiri) b. Batang Pipa 1 pasang Pendorong/Pengangkut (kanan dan kiri) c. Terpal Tebal Minimum 0,2 mm, 2 buah Ukuran Minimal 6000 x 6000 mm d. Moisture Tester untuk jagung 1 unit e. Mesin Jahit Karung 1 unit f. Karung Plastik ukuran min. 50 kg 100 buah g. Tool kit 1 set h. Buku petunjuk operasioanal dan 1 set perawatan Bahasa Indonesia i. Brosur atau leaflet 1 set 6 TEST REPORT masih berlaku 11

12 Lampiran 2d. SPESIFIKASI DAN PERSYARATAN TEKNIS PERONTOK PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (POWER THRESHER MULTIGUNA) No Spesifikasi Parameter Teknis Persyaratan 1 MOTOR PENGGERAK 2 UNIT THRESHER 2.1. Dimensi keseluruhan a. Tipe 4 langkah (4 tak) direct injection b. Bahan bakar solar/diesel c. Sistem pendingin radiator/hopper d. Daya 5,5 8 HP e. Bobot Maksimum 95 kg a. Panjang (operasi/dengan tangkai) mm b. Lebar (operasi/dengan tangkai) mm c. Tinggi Meja Pengumpan mm d. Bobot Operasi Maksimum 350 kg 2.2. Dimensi silinder perontok Diameter mm 3 BAHAN KONSTRUKSI 3.1. Rangka - Rangka tegak dan datar Besi siku/pipa kotak/pipa bulat Besi siku minimum 40x40x4 mm Pipa kotak minimum 40x40x4 mm Pipa bulat minimum 50x2,5 mm - Dinding Plat Baja, Tebal Minimum 1,2 mm 3.2. Unit silinder perontok - Dinding samping silinder Plat Baja, Tebal Minimum 2 mm - Dudukan gigi perontok Plat Strip Baja, Tebal min 6 mm 3.3. Gigi perontok Besi Baja, Diameter Minimum 10 mm 3.4. Penutup transmisi Plat Baja, Tebal Minimum 1,2 mm 4 UNJUK KERJA a. Kapasitas perontokan minimum - padi 450 kg/jam - jagung (tanpa klobot) 1200 kg/jam - kedelai 450 kg/jam b. Tingkat Kebersihan Minimum - padi 90% - jagung (tanpa klobot) 90% - kedelai 75% c. Efisiensi Perontokan Minimum - padi 90% - jagung (tanpa klobot) 95% - kedelai 80% d. Persentase Kehilangan Hasil Maksimum - padi 5% - jagung (tanpa klobot) 5% - kedelai 24% 5 PERLENGKAPAN a. Roda Karet Standar 1 pasang (kanan dan kiri) b. Batang Pipa 1 pasang Pendorong/Pengangkut (kanan dan kiri) c. Terpal Tebal Minimum 0,2 mm, 2 buah Ukuran Minimal 6000 x 6000 mm d. Tool kit 1 set e. Buku petunjuk operasioanal dan 1 set perawatan Bahasa Indonesia f. Brosur atau leaflet 1 set 6 TEST REPORT masih berlaku 12

13 Tim Teknis Pelaksanaan Pengadaan Fasilitasi Bantuan Sarana Pascapanen Dana APBN-P Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 Ketua Sekretaris Anggota : Ir. Budi Satriyo, M.Si. : Ir. Dian Handayani, M.Si. : Ir. Eddy Trijono, M.M. Ir. Sigit Nugraha Ir. Riyani Dwi Hastuti, M.Si. Ir. Joko Pitoyo, M.Si. Tiurmauli Silalahi, SP., M.M. Achmad Yusuf, S.TP. Kholifatul Arifa, S.TP. Jakarta, Oktober 2012 Menyetujui, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Ditjen Tanaman Pangan (Djatmiko, S. Sos.) Mengetahui, Direktur Pascapanen Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan ( Ir. Pending Dadih Permana, M.Ec.Dev.) 13

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 IKHTISAR EKSEKUTIF IKHTISAR EKSEKUTIF, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji

Lebih terperinci

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 LAK KIP (LAPORAN KINERJA IN NSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPAN NEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2014 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Scanned

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman pangan sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki posisi strategis dalam penyediaan kebutuhan, sumber lapangan kerja dan pendapatan, serta sumber devisa.

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya seperti tanaman jagung

I. PENDAHULUAN. padi jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya seperti tanaman jagung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditi pangan unggulan di Indonesia sehingga di Indonesia mayoritas petani lebih memilih menanami sawahnya dengan tanaman padi jika dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING)

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING) KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) Jalan AUP Pasar Minggu Kotak Pos 7264 & 7301/JKS PM - Jakarta Selatan 12520 Telepon : (021) 7806819 Facsimile : (021)

Lebih terperinci

MITRA BALAI INDUSTRI PUSAT TEKNOLOGI SARANA PERTANIAN mitrabalaiindustri.wordpress.com / mitrabalaiindustri.webs.com

MITRA BALAI INDUSTRI PUSAT TEKNOLOGI SARANA PERTANIAN mitrabalaiindustri.wordpress.com / mitrabalaiindustri.webs.com KATALOG PASCA PANEN KEDELAI MBI/YANMAR SOLUSI MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI MITRA BALAI INDUSTRI PUSAT TEKNOLOGI SARANA PERTANIAN mitrabalaiindustri.wordpress.com / mitrabalaiindustri.webs.com POWER THRESHER

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Buku Pedoman Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan BUMA dan BAKAL Tahun 2010 ini telah selesai disusun. Buku ini terdiri dari 2 bagian, yang pertama

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perecanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 1 SASARAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 045/11/11/Th.V. 01 November 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2011,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai media untuk menanam padi. memprihatinkan, dimana negara Indonesia yang memiliki lahan yang cukup luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, sehingga padi termasuk tanaman prioritas. Hampir diseluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan dari masalah yang akan diselesaikan, tujuan yang ingin dicapai, pembatasan masalah pada penelitian ini, serta sistematika

Lebih terperinci

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 1 LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian mengemban amanat untuk terus berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 92 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi dihadapkan pada beberapa permasalahan,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN MENUJU PERTANIAN MODERN KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN 1. Pengelolaan Alsintan Melalui Brigade Tanam: a. Bersifat task force b. Dikelola oleh Dinas Pertanian Propinsi

Lebih terperinci

Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan :

Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : 1.03.02 PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI MESIN PERONTOK PADI LIPAT DI DAERAH TERASERING UNTUK MENEKAN LOSSES DAN MENGURANGI KEJERIHAN KERJA Oleh Koes Sulistiadji Joko

Lebih terperinci

5. Pupuk dan benih belum enam tepat; 6. Lemahnya permodalan petani; 7. Fluktuatif harga komoditas Harus bisa

5. Pupuk dan benih belum enam tepat; 6. Lemahnya permodalan petani; 7. Fluktuatif harga komoditas Harus bisa 1. Alih fungsi lahan 2. Rusaknya infrastruktur jaringan irigasi; 3. Tenaga kerja berkurang dan mahal, kurangnya peralatan mekanisasi Pertanian; 4. Masih tingginya susut hasil (losses); 5. Pupuk dan benih

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 147, 2001 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4157) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan alsintan oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota maupun oleh Satuan Komando

Lebih terperinci

KATALOG PASCA PANEN JAGUNG MBI/YANMAR 2014 SOLUSI MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI

KATALOG PASCA PANEN JAGUNG MBI/YANMAR 2014 SOLUSI MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI KATALOG PASCA PANEN JAGUNG MBI/YANMAR 2014 SOLUSI MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI BOX DRYER DAN TUNGKU SEMUANYA BAHAN STAINLESS STEEL JAGUNG TIDAK TERKONTIMINASI BAHAN BAKAR TUNGKUBIOMASA : BISA SEKAM,BONGGOL,BATUABARA,LPG,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc. NIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc. NIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Dalam rangka mendukung pencapaian swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan pencapaian swasembada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan

Lebih terperinci

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi dari Padi Ladang Tahun

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi dari Padi Ladang Tahun 1 1.1 Tanaman Padi Tabel 1.1.1 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi dari Padi Sawah Tahun 2011 2015 Tahun No Uraian 1 Luas Panen (Ha) 22.464 22.071 24.569 23.241 24.518 2 Produktivitas (Ku/Ha) 58,17

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan salah satu

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 046/11/12/Th.VI. 01 November 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2012) Sampai dengan Subrorund II (Januari-Agustus) tahun 2012,

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS BAB III PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS Uning Budiharti, Putu Wigena I.G, Hendriadi A, Yulistiana E.Ui, Sri Nuryanti, dan Puji Astuti Abstrak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PENGELOLAAN ADMINISTRASI DAN KEUANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) POLA KERJASAMA OPERASI (KSO) SISTEM REVOLVING/LEASING

Lebih terperinci

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Laporan Kinerja Tahun 2014 i RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pengamanan produksi tanaman pangan mencakup seluruh areal pertanaman. Operasional kegiatan diarahkan dalam rangka penguatan perlindungan tanaman pangan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, Februari 2013 Laporan AkLrntabilitas

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.5-/216 DS995-2521-7677-169 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015) PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA ) No. 15 /03/94 /Th. VIII, 1 Maret 2016 A. PADI Produksi Padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 181.682 ton gabah kering

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015) No. 47/07/33/Th.X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015) Angka Tetap (ATAP) produksi padi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 sebesar 11,30 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Angka

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Mesin Perontok Padi Untuk Peningkatan Produksi Kelompok Tani Desa Ngadirejo Kromengan Kabupaten Malang

Perancangan dan Pembuatan Mesin Perontok Padi Untuk Peningkatan Produksi Kelompok Tani Desa Ngadirejo Kromengan Kabupaten Malang Perancangan dan Pembuatan Mesin Perontok Padi Untuk Peningkatan Produksi Kelompok Tani Desa Ngadirejo Kromengan Kabupaten Malang Dwi Ana Anggorowati 1,*, Erni Junita Sinaga 2, Anis Artiyani 3 1 Program

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 14/03/Th.XIX. 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN 2015 SEBESAR 2.331.046 TON

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 14/03/Th.XIX. 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN 2015 SEBESAR 2.331.046 TON

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) No. 78/11/33, Th. IX, 2 NOVEMBER 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, produksi padi Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 diperkirakan sebesar

Lebih terperinci

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Pada KEGIATAN PERLUASAN (PENCETAKAN) SAWAH DALAM PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007-2009 Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) No. 48/07/33/Th.IX, 1 Juli 2015 Angka tetap produksi padi tahun 2014 di Jawa Tengah mencapai 9,65 juta ton Gabah Kering Giling (GKG)

Lebih terperinci

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Komoditi padi sebagai bahan konsumsi pangan pokok masyarakat, tentunya telah diletakkan sebagai prioritas dan fokus kegiatan program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur, sebagai salah satu lumbung pangan nasional, telah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional melalui pembangunan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 20/03/52/Th.VIII, 3 Maret 2014 ANGKA SEMENTARA TAHUN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT A. PADI Angka tetap 2012 (ATAP 2012)

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG DAN

Lebih terperinci

Pedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat

Pedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat Pedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat Oleh : KOES SULISTIADJI **) BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009 **) Perekayasa Madya

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 48/11/Th. XVII, 03 November 2014 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014) Sampai dengan Subround II (Januari-Agustus) tahun 2014, telah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/07/12/Th.VI. 02 Juli 2012 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2011 DAN RAMALAN I TAHUN 2012) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2011,

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No. 22/03/33 Th.IX, 2 Maret 2015 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 diperkirakan 9,65 juta ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015) No.02 /07/3321/Th.I,1 Juli 2015 Angka tetap produksi padi Kabupaten Demak tahun 2014 mencapai

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2011

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2011 LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2011 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian khususnya tanaman

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014) No.01 /03/3321/Th.I,2 Maret 2015 Angka Sementara (ASEM) produksi padi Kabupaten Demak Tahun 2014 diperkirakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai

Lebih terperinci

Analisis Harga Gabah Maret 2013

Analisis Harga Gabah Maret 2013 Analisis Harga Gabah Maret 2013 Pergerakan Harga Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa rerata harga seluruh kelompok kualitas gabah mengalami penurunan pada Maret 2013 di bandingkan Februari 2013.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip KATA PENGANTAR Dalam rangka pencapaian sasaran swasembada pangan berkelanjutan, Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya prasarana dan sarana pertanian guna peningkatan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) No. 20/03/33 Th.X, 1 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 diperkirakan 11,30 juta ton Gabah Kering Giling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen beras yang besar, tetapi kebutuhan konsumsi beras dan pertumbuhan penduduk yang besar menyebabkan Indonesia tidak mampu menjadi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/11/Th.V. 01 Juli 2011 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA TETAP 2010 DAN RAMALAN II TAHUN 2011) Dari pembahasan Angka Tetap (ATAP) tahun 2010,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 19/3/52/Th.X, 1 Maret 216 ANGKA SEMENTARA TAHUN PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT A. PADI Angka tetap 214 (ATAP 214) produksi

Lebih terperinci

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015) No. 62 /11 /94 /Th. VII, 2 November Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun (Berdasarkan Angka Ramalan II ) A. PADI Produksi padi Provinsi Papua tahun diperkirakan mencapai 204.891 ton gabah kering

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013) NO. 66/11/33 TH. VII, 1 NOVEMBER 2013 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013) Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, pada tahun 2013 produksi padi Provinsi Jawa Tengah diperkirakan sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 Disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Tanggal 4 Januari 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OUTLINE 1. Evaluasi 2016 2. Sasaran luas tanam

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013) PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013) No. 18/03/33 Th.VIII, 3 Maret 2014 Angka Sementara (ASEM) produksi padi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 diperkirakan 10,34 juta ton gabah kering

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prototipe Perontok Padi Tipe Pedal Hasil Rancangan (O-Belt Thresher) Prototipe perontok padi ini merupakan modifikasi dari alat perontok padi (threadle thresher) yang sudah ada.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL

RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIS ALAT PERONTOK PADI SEMI MEKANIS PORTABEL Mislaini R Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas-Padang 25163 Email: mislaini_rahman@yahoo.co.id ABSTRAK Rancang bangun

Lebih terperinci

Laporan Tahunan KATA PENGANTAR

Laporan Tahunan KATA PENGANTAR 2015 Laporan Tahunan KATA PENGANTAR Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan tahun 2015, maka menyusun laporan tahunan. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2015 ini merupakan

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KABUPATEN ASAHAN (ANGKA TETAP TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KABUPATEN ASAHAN (ANGKA TETAP TAHUN 2013) BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Thn. XVII, 20 Oktober PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KABUPATEN ASAHAN (ANGKA TETAP TAHUN ) ANGKA TETAP PRODUKSI PADI TAHUN SEBESAR 103.881 TON GABAH KERING GILING (GKG),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi... KATA PENGANTAR Dalam rangka mencapai kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani perlu upaya khusus, terutama dukungan kebijakan pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan bahan

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI DAERAH PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN HASBI

STRATEGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI DAERAH PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN HASBI STRATEGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI DAERAH PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN HASBI PUSAT UNGGULAN RISET PENGEMBANGAN LAHAN SUB OPTIMAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA PASCA PANEN PENTING? Gabah adalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II 2015) No.03 /11/3321/Th.I,2 November 2015 Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II, produksi padi Kabupaten Demak pada

Lebih terperinci

Laporan Tahunan KATA PENGANTAR

Laporan Tahunan KATA PENGANTAR 2016 Laporan Tahunan KATA PENGANTAR Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2016 merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi selama tahun 2016, yang dijabarkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN U M U M Pengembangan budidaya tanaman bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas penganekaragaman

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) TRIWULAN III TAHUN 2016 DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA PERATURAN BUPATI JAYAPURA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI PENGELOLAAN ALAT MESIN PERTANIAN PADA DINAS PERTANIAN KABUPATEN JAYAPURA

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks. Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Mesin Pemipil Jagung Untuk Meningkatkan Hasil Pemipilan Jagung Kelompok Tani Desa Kuala Dua

Rancang Bangun Mesin Pemipil Jagung Untuk Meningkatkan Hasil Pemipilan Jagung Kelompok Tani Desa Kuala Dua 1 Rancang Bangun Mesin Pemipil Jagung Untuk Meningkatkan Hasil Pemipilan Jagung Kelompok Tani Desa Kuala Dua Silvia Uslianti (1), Tri Wahyudi (2), Muhammad Saleh (3), Suko Priyono (4) (1,2) Program Studi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP 2017 Laporan Kinerja Triwulan II KATA PENGANTAR Dalam rangka memonitor capaian kinerja kegiatan Ditjen Tanaman Pangan pada triwulan II TA 2017 serta sebagai bahan penilaian aspek akuntabilitas kinerja

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015) BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 17/03/12/Thn. XIX, 01 Maret 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN ) ANGKA SEMENTARA PRODUKSI PADI TAHUN SEBESAR 4.044.829 TON GKG, NAIK SEBESAR

Lebih terperinci