KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Buku Pedoman Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan BUMA dan BAKAL Tahun 2010 ini telah selesai disusun. Buku ini terdiri dari 2 bagian, yang pertama adalah Kegiatan BAKAL Pilot Project Pengembangan Alsintan, dan yang kedua Kegiatan BUMA dan BAKAL Diluar Pilot Project Pengembangan Alsintan. Melalui buku pedoman ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai dasar kebijakan dan dapat dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terkait dengan program bantuan alsintan ini. Disamping itu, diharapkan hasil dari kegiatan Pilot Project Pengembangan Alsintan BUMA dan BAKAL kedepan juga dapat dijadikan acuan bagi perencana kebijakan Pemerintah Pusat, maupun Dinas Pertanian Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada pihak terkait yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam proses penyusunan buku pedoman pelaksanaan ini. Jakarta, Januari 2010 DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP i

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v PEDOMAN PELAKSANAAN PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN TAHUN I. PENDAHULUAN... 2 II. A. Latar Belakang... 2 B. Tujuan dan Sasaran... 4 BANTUAN ALSINTAN UNTUK PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN PADA UPJA... 5 A. UPJA Penerima Bantuan... 5 B. Mekanisme Pemberian Bantuan Pilot Project Jenis Bantuan dan Sumber Pembiayaan Penentuan Alokasi Mekanisme Pelaksanaan Pemberian Bantuan Proses Pembelian Alsintan III. KETENTUAN PEMANFAATAN ALSINTAN IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN V. INDIKATOR KEBERHASILAN VI. PENUTUP LAMPIRAN ii ii

4 PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BUMA DAN BAKAL DILUAR PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN TAHUN I. PENDAHULUAN II. A. Latar Belakang B. Tujuan dan Sasaran BUMA DAN BAKAL DILUAR PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN TAHUN A. UPJA PENERIMA BANTUAN B. MEKANISME PEMBERIAN BANTUAN Jenis Bantuan dan Sumber Pembiayaan Penentuan Alokasi Mekanisme Pelaksanaan Pemberian Bantuan Proses Pembelian Alsintan III. KETENTUAN PEMANFAATAN ALSINTAN IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN V. INDIKATOR KEBERHASILAN VI. PENUTUP LAMPIRAN iii

5 DAFTAR LAMPIRAN Halaman PEDOMAN PELAKSANAAN PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN TAHUN 2010 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan Lampiran 2. Alokasi Bantuan Alsintan untuk Pilot Project Pengembangan Alsintan Lampiran 3. Contoh Perjanjian Antara Dinas Pertanian Kabupaten Dengan UPJA Penerima Bantuan Alsintan Untuk Pilot Project Pengembangan Alsintan Lampiran 4. Contoh Form Catatan Penggunaan Alsintan Lampiran 5. Contoh Analisa Ekonomi Penggunaan Alsintan Lampiran 6. Contoh Form Pelaporan PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BUMA DAN BAKAL DILUAR PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN TAHUN 2010 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan Lampiran 2. Alokasi Kegiatan BUMA dan BAKAL diluar Pilot Project Pengembangan Alsintan Tahun Lampiran 3. Contoh Perjanjian Antara Dinas Pertanian Kabupaten Dengan UPJA Penerima Kegiatan BUMA dan BAKAL diluar Pilot Project Pengembangan Alsintan Lampiran 4. Realisasi Kegiatan BUMA dan BAKAL diluar Pilot Project Pengembangan Alsintan Lampiran 5. Contoh Analisa Ekonomi Penggunaan Alsintan Lampiran 6. Contoh Form Pelaporan iv

6 DAFTAR TABEL PEDOMAN PELAKSANAAN PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN TAHUN 2010 Tabel 1. Bantuan Alsintan untuk Pilot Project Pengembangan Alsintan Paket A... 9 Tabel 2.Bantuan Alsintan untuk Pilot Project Pengembangan Alsintan Paket B PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BUMA DAN BAKAL DILUAR PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN TAHUN 2010 Tabel 1. BUMA dan BAKAL diluar Pilot Project Pengembangan Alsintan Paket A Tabel 2.BUMA dan BAKAL diluar Pilot Project Pengembangan Alsintan Paket B v

7 DAFTAR GAMBAR PEDOMAN PELAKSANAAN PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN TAHUN 2010 Gambar 1. Diagram UPJA Penerima Bantuan Alsintan untuk Pilot Project Pengembangan Alsintan... 7 Gambar 2. Contoh Lahan Percontohan... 7 Gambar 3. Mekanisme Bantuan Alsintan untuk Pilot Project Pengembangan Alsintan Gambar 4. Diagram Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Pilot Project Pengembangan Alsintan Tahun PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BUMA DAN BAKAL DILUAR PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN TAHUN 2010 Gambar 1. Diagram UPJA Penerima BUMA dan BAKAL Diluar Pilot Project Pengembangan Alsintan Gambar 2. Mekanisme Kegiatan BUMA dan BAKAL Diluar Pilot Project Pengembangan Alsintan Gambar 3. Mekanisme Pembelian Traktor Roda 2 Menggunakan Bantuan Uang Muka (BUMA) T.A Gambar 4. Diagram Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan BUMA dan BAKAL Diluar Pilot Project Pengembangan Alsintan Tahun vi

8 PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BAKAL PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2010

9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya pengamanan produksi tanaman pangan guna memantapkan kecukupan bahan pangan serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, beberapa hal seperti alih fungsi dan degradasi lahan dan air menjadi masalah sekaligus tantangan yang harus dihadapi. Hal ini menyebabkan ketersediaan sumber daya lahan dan air mengalami penurunan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Kecenderungan peningkatan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian terus berlanjut. Kondisi ini diperburuk bahwa pengalihan fungsi lahan tersebut justru terjadi pada lahan-lahan yang subur, sementara dalam upaya perluasan areal baru, kesuburan tanahnya relatif rendah dan memerlukan investasi yang cukup besar untuk mendapatkan tingkat kesuburan yang signifikan. Kondisi ketersediaan lahan yang semakin terbatas tersebut diikuti merosotnya kualitas kesuburan lahan dan air sebagai akibat degradasi kualitas lingkungan. Hal lain adalah adanya gangguan bencana alam (kekeringan, banjir) akibat gangguan iklim, merosotnya kondisi tata guna tanah dan perairan, serta gangguan hama dan penyakit. Untuk mengatasi kendala tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penerapan/inovasi teknologi alat dan mesin pertanian (alsintan) dengan tetap memperhatikan persyaratan: (1) secara teknis dapat dilaksanakan oleh petani; (2) ekonomis/ menguntungkan (3) sesuai dengan kondisi sosial masyarakat tani serta (4) ramah lingkungan. Dalam penerapan teknologi alsintan pada suatu usaha tani ditemukan kondisi areal pertanian yang berbeda-beda baik topografi maupun sifat fisik tanahnya, iklim yang beragam, kondisi infrastruktur yang tidak mendukung, kelembagaan yang masih terbatas serta latar belakang pendidikan dan kondisi sosial ekonomi petani pengguna alsintan tersebut yang umumnya masih terbatas (sebagian besar petani masih menggunakan cara konvensional dalam pengolahan tanah), menjadi salah satu hal yang harus menjadi pertimbangan dalam penerapan teknologi alsintan tersebut. 2

10 Dukungan alsintan dalam proses produksi tanaman pangan yang dimulai dari kegiatan pengolahan tanah, perbenihan, pembibitan, pengairan, penyiangan, sampai pemanenan saat ini diperlukan dikarenakan makin terbatasnya tenaga kerja pertanian di pedesaan dan untuk meningkatkan kemampuan penanganan pra dan pasca panen baik secara kuantitas maupun kualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemerintah berupaya menggulirkan program Proyek Percontohan (Pilot Project) Pengembangan Alsintan yang diberikan kepada lembaga Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang memenuhi kriteria sebagai UPJA penerima pada 30 Kabupaten di 30 Provinsi di Indonesia. Strategi pengembangan alsintan melalui program ini selain diharapkan dapat meningkatkan pendapatan UPJA juga dalam rangka proses inovasi teknologi mekanisasi pertanian khususnya alat dan mesin pertanian (alsintan) penanam bibit padi (transplanter) dan penyiang (power weeder). Dengan demikian dalam pelaksanaannya, bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan bagi UPJA, harus mampu memberikan peningkatan pendapatan yang lebih baik bagi UPJA penerima bantuan dibandingkan dengan kondisi sebelum menerima bantuan. Disamping itu, UPJA penerima bantuan diharapkan juga mampu mengadopsi teknologi transplanter dan power weeder dalam rangka proses alih teknologi di tingkat UPJA. Oleh karena itu, segala ketentuan berkaitan dengan penyiapan lahan untuk keperluan inovasi tersebut juga harus dapat dipenuhi oleh UPJA bersangkutan. Pedoman Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan, merupakan acuan bagi petugas di lapangan dalam menjalankan kebijakan yang telah dibuat oleh Pusat (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan) terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan, pelaksanaan pemanfaatan alsintan tersebut serta pelaporannya. Pedoman ini perlu ditindak lanjuti oleh daerah melalui pembuatan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang mengatur secara lebih rinci pelaksanaan pilot project oleh UPJA penerima bantuan dan hal-hal lain yang dianggap perlu. 3

11 B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan a) Memberikan petunjuk dan arahan bagi petugas di Kabupaten/Kota berkaitan dengan Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan bagi UPJA. b) Meciptakan suatu model percontohan pengelolaan alsintan melalui UPJA. c) Meningkatkan pendapatan UPJA melalui penambahan jumlah dan jenis kepemilikan alsintan. d) Meningkatkan kemampuan pengelolaan dan kompetensi SDM pengelola UPJA untuk peningkatan kinerjanya. e) Membuat suatu model percontohan inovasi teknologi alsintan yang dapat menunjang upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi. 2. Sasaran a) Terwujudnya buku pedoman yang berisi petunjuk dan arahan bagi petugas di Kabupaten/Kota berkaitan dengan Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan bagi UPJA. b) Terwujudnya suatu model percontohan pengelolaan alsintan pada UPJA. c) Meningkatnya pendapatan UPJA melalui penambahan jumlah dan jenis kepemilikan alsintan. d) Meningkatnya kemampuan pengelolaan dan kompentasi SDM pengelola UPJA untuk peningkatan kinerjanya. e) Terwujudnya suatu lahan untuk model percontohan inovasi teknologi alsintan yang dapat menunjang upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi. 4

12 II. BANTUAN ALSINTAN UNTUK PILOT PROJECT PENGEMBANGAN ALSINTAN PADA UPJA A. UPJA Penerima Bantuan Bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan yang dilaksanakan pada tahun 2010 merupakan upaya Pemerintah dalam membantu UPJA agar UPJA tersebut dapat memperoleh peningkatan pendapatan yang signifikan sehingga dapat digunakan untuk menunjang kebutuhan UPJA maupun untuk membeli alsintan baru lainnya. Penentuan UPJA penerima bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan mengacu pada hal-hal sebagai berikut : 1. UPJA penerima diusulkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten dan diketahui oleh Dinas Pertanian Provinsi. 2. UPJA penerima merupakan UPJA profesional, berpengalaman sekurangnya 2 tahun dan dikelola oleh SDM yang kompeten. Kriteria UPJA profesional diatur dalam Permentan no. 25/Permentan/PL.130/5/ UPJA mempunyai struktur organisasi jelas, dilengkapi AD/ART, dan berbadan usaha serta mempunyai kegiatan yang produktif. 4. UPJA penerima bantuan adalah UPJA yang merupakan bagian/unit kegiatan usaha dari Kelompok Tani (Poktan)/ Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), maupun UPJA lainnya, yaitu UPJA yang bukan merupakan bagian dari unit usaha Poktan/Gapoktan yang independent yang bermitra dengan kelompok tani/gabungan kelompok tani (lihat Gambar 1). 5. Wilayah kerja UPJA penerima bantuan sekurang-kurangnya seluas 50 Ha, yaitu merupakan gabungan wilayah kerja dari Poktan/Gapoktan yang dilayani UPJA tersebut. 6. UPJA penerima bersedia menyediakan lahan untuk model percontohan inovasi teknologi alsintan yang akan dikembangkan di lahan tersebut dan mempunyai SDM yang mampu menerima teknologi yang akan dikembangkan di lahan percontohan tersebut. Lahan percontohan yang dimaksud minimum berukuran 0,3 Ha per petak dan sekurang-kurangnya ada 2 petak, 5

13 dilengkapi dengan saluran irigasi, saluran drainase dan jalan untuk alsintan (farm road) sebagaimana dijelaskan pada Gambar Jika lahan percontohan tersebut belum tersedia, dapat mulai dibentuk sesuai dengan kriteria rancangan lahan sebagaimana disajikan pada Gambar 2. Persiapan pembentukan lahan harus sudah selesai dilakukan selambat-lambatnya pada bulan April tahun UPJA penerima bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan dapat menggunakan bantuan alsintan yang diterimanya selain untuk mengerjakan model lahan percontohan, juga untuk kegiatan usaha pelayanan jasa alsintan. 9. UPJA penerima memiliki tabungan kelompok yang merupakan tabungan hasil usaha selama minimum 1 tahun terakhir. 10. UPJA wajib membuat laporan perkembangan pemanfaatan alsintan yang diterimanya, termasuk manfaatnya bagi perkembangan UPJA sendiri. 6

14 Gambar 1. Diagram UPJA Penerima Bantuan Alsintan untuk Pilot Project Pengembangan Alsintan KELOMPOK TANI KELOMPOK TANI KELOMPOK TANI GAPOKTAN UPJA UK UNIT KEGIATAN UNIT KEGIATAN UK UPJA WIL KERJA WIL KERJA WIL KERJA WIL KERJA WIL KERJA WIL KERJA UPJA PENERIMA UPJA (INDEPENDENT) WIL KERJA WIL KERJA WIL KERJA Gambar 2. Contoh Lahan Percontohan 7

15 B. Mekanisme Pemberian Bantuan Pilot Project 1. Jenis Bantuan dan Sumber Pembiayaan Pemberian bantuan alsintan untuk pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan ini berupa Paket A (Tabel 1) atau Paket B (Tabel 2). Masing-masing paket tersebut dengan nilai sebesar Rp ,00 (tiga ratus tiga puluh juta tujuh ratus ribu rupiah) untuk paket A dan Rp ,00 (dua ratus tujuh puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah) untuk paket B. Bantuan yang diberikan merupakan bantuan sosial (BANSOS) yang dilaksanakan melalui pola Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang diberikan kepada UPJA dengan sumber pembiayaan berasal dari DIPA APBN 2010, Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian yang dialokasikan pada DIPA Tugas Pembantuan (TP) Tahun 2010 di Kabupaten penerima bantuan (dana bantuan masuk ke dalam rekening UPJA). Karena pembelian alsintan dilakukan langsung oleh UPJA penerima bantuan dengan pengawalan oleh petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten dan Dinas Pertanian Provinsi, agar alsintan yang dibeli sesuai dengan standar nasional (SNI) atau memiliki Laporan Hasil Uji (Test Report) yang berlaku, yang dikeluarkan oleh lembaga uji mutu alsintan yang terakreditasi/ditunjuk oleh Pemerintah, maka pada Lampiran 1 disajikan spesifikasi dari alsintan bantuan tersebut yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelian. 8

16 Tabel 1. Bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan Paket A No Jenis Alsintan Jumlah Alsintan (Unit/paket) Nilai Satuan (Rp.) Nilai Bantuan 1 Traktor Roda Pompa Air Alsin tanam bibit padi (Transplanter) Alsin Pemanen Padi Tipe Sandang (Paddy Mower) Alsin Perontok Padi Tipe Throw In Bermotor (Power Thresher) Alsin Perontok Padi Hold On Bermotor/Pedal Thresher Bermotor Alsin Pembuat Pupuk Organik (APPO) Alsin Penyiang Bermotor (Power Weeder) Gudang Penyimpanan Alsintan Peralatan Bengkel Alsintan Mesin Perawatan Kebersihan Alsintan Total :

17 Tabel 2. Bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan Paket B No Jenis Alsintan Jumlah Alsintan (Unit) Nilai Satuan (Rp.) Nilai Bantuan 1 Traktor Roda Pompa Air Alsin tanam bibit padi (Transplanter) Alsin Pemanen Padi Tipe Sandang (Paddy Mower) Alsin Perontok Padi Tipe Throw In Bermotor (Power Thresher) Alsin Perontok Padi Hold On Bermotor/Pedal Thresher Bermotor Alsin Pembuat Pupuk Organik (APPO) Alsin Penyiang Bermotor (Power Weeder) Gudang Penyimpanan Alsintan Peralatan Bengkel Alsintan Total : Penentuan Alokasi Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi kabupaten penerima bantuan adalah sebagai berikut : a) Memberi prioritas pada daerah sentra produksi tanaman pangan, khususnya padi di lahan sawah irigasi atau daerah pelaksanaan Sekolah Lapangan Pertanian Tanaman Terpadu (SLPTT). b) Mempertimbangkan proposal yang dibuat oleh Daerah, terkait dengan upaya pengembangan alsintan. 10

18 c) Mempertimbangkan faktor agroekologi lokasi penerima bantuan disesuaikan dengan jenis alsintan yang akan dikembangkan dalam Pilot Project. d) Memperhatikan kesiapan infrastruktur lokasi penerima bantuan dengan memperhatikan kesesuaiannya bagi kegiatan pengembangan dan pemanfaatan alsintan. Sedangkan lokasi bantuan alsintan untuk pelaksanaan bantuan alsintan pada pilot project pengembangan alsintan adalah pada 30 kabupaten di 30 provinsi di Indonesia yang disajikan pada Lampiran Mekanisme Pelaksanaan Pemberian Bantuan Mekanisme pelaksanaan pemberian bantuan alsintan untuk pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan adalah sebagai berikut : a) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memberikan informasi program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan dan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menentukan calon UPJA penerima Bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan. b) Dinas Pertanian Kabupaten melakukan identifikasi dan verifikasi beberapa calon UPJA penerima bantuan alsintan untuk Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan. Identifikasi ini dapat juga dilakukan melalui analisa proposal yang diajukan oleh UPJA bersangkutan serta diverifikasi secara obyektif melalui survey langsung ke lokasi UPJA. c) Identifikasi dan verifikasi UPJA penerima bantuan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagaimana dijelaskan pada Bab II A. d) Melalui hasil identifikasi dan verifikasi tersebut, Dinas Pertanian Kabupaten melakukan penilaian secara obyektif pada beberapa UPJA calon penerima bantuan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Dinas Pertanian Kabupaten kemudian menentukan 1 (satu) UPJA untuk ditetapkan oleh Kepala 11

19 Dinas Pertanian Kabupaten sebagai calon penerima bantuan yang akan diusulkan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan cq Direktorat Sarana Produksi melalui Dinas Pertanian Provinsi (diketahui Kepala Dinas provinsi). e) Penetapan calon penerima bantuan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten tersebut dibuat dalam bentuk Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten, dilakukan selambatlambatnya minggu pertama bulan Maret f) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dalam hal ini Direktorat Sarana Produksi menerima usulan UPJA penerima bantuan dari Dinas Pertanian Provinsi dan melakukan rekapitulasi terhadap usulan tersebut secara nasional. Selanjutnya, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, menyampaikan hasil rekapitulasi UPJA penerima bantuan tersebut kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten. g) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten dalam menyampaikan ketentuan-ketentuan dalam pedoman pelaksanaan tersebut, kepada UPJA yang bersangkutan. h) Proses Pencairan anggaran harus mendapat persetujuan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten, atau pejabat yang mewakili apabila Kepala Dinas Kabupaten berhalangan dalam waktu lama. i) Sebelum pencairan anggaran, UPJA penerima membuat Surat Pernyataan terkait dengan pelaksanaan pemanfaatan alsintan yang berasal dari program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan. Dalam Surat Pertanyaan tersebut menyebutkan ketersediaan UPJA penerima untuk mengikuti semua ketentuan yang ditetapkan dalam program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan sebagaimana dijelaskan pada Pedoman ini. j) Apabila dikemudian hari diketahui adanya ketidak sesuaian dalam pelaksanaan perjanjian tersebut, Dinas Pertanian Kabupaten dengan diketahui oleh Dinas Pertanian Provinsi 12

20 dan disetujui oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dalam hal ini Direktorat Sarana Produksi, berhak mengalihkan bantuan tersebut ke UPJA lainnya (UPJA pengganti) yang mau dan mampu melaksanakan ketentuan sesuai dengan yang dimaksud dalam Pedoman. Segala biaya terkait proses pemindahan alsintan maupun pembuatan tempat penyimpanan alsintan ditanggung oleh UPJA pengganti. k) Contoh Surat Pernyataan (butir i) adalah sebagaimana pada Lampiran 3. Selanjutnya salinan/copy naskah Surat Pernyataan tersebut disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan cq. Direktur Sarana Produksi, dan kepada Dinas Pertanian Provinsi dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah naskah Surat Perjanjian tersebut ditandatangani. l) Dalam Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan, Dinas Pertanian Provinsi bersama-sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten agar mengawal proses pencairan anggaran maupun proses pembelian alsintan, serta melakukan pembinaan secara teknis operasional, manajerial maupun kerjasama dengan produsen dalam hal penyediaan suku cadang dengan tetap berkoordinasi dengan Pusat (Direktorat Sarana Produksi). m) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten bertanggungjawab terhadap pemanfaatan dana dan alsintan yang diadakan dari program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan Tahun n) Apabila terjadi penyalahgunaan bantuan pada program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan, maka Pemerintah Daerah (Kabupaten) berhak memberikan sanksi kepada UPJA bersangkutan. o) Sanksi pelanggaran tersebut diatur oleh Dinas Pertanian Kabupaten dan sudah disosialisasikan pada UPJA penerima sebelum membuat perjanjian sebagaimana pada butir i). 13

21 p) Sosialisasi terkait Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan ini secara nasional direncanakan akan dilakukan pada Bulan Maret di Kabupaten Bogor dan diikuti oleh peserta wakil dari 30 Provinsi penerima bantuan. Apabila dikehendaki dan atas inisiatif dan biaya sendiri, UPJA penerima bantuan juga dapat mengikuti kegiatan tersebut, dengan menginformasikan hal tersebut kepada panitia penyelenggara. Melalui pengawalan, pembinaan dan monitoring yang dilakukan oleh Direktorat Sarana Produksi maupun oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, diharapkan terjadi penumbuhan dan pengembangan alsintan dari sisi (1) Alsintan, terjadinya peningkatan kesadaran akan pentingnya kebutuhan alsintan, peningkatan operasional pemanfaatan alsintan dan peningkatan optimasi penggunaan alsintan, (2) Kelembagaan UPJA, yaitu terjadinya peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan, peningkatan manajerial teknis dan keuangan serta peningkatan kemampuan finansial, serta (3) Sistem Usaha Tani, terjadinya penambahan luas tanam dan panen, peningkatan Indeks Pertanaman, solusi mengatasi kelangkaan SDM pertanian serta mengejar waktu tanam, panen dan pasca panen. Gambar 3 berikut menjelaskan mekanisme pemberian bantuan alsintan untuk pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan. 14

22 Gambar 3. Mekanisme Bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan PEMERINTAH / DEPTAN DINAS PERTANIANPROPINSI DINAS KABUPATEN/KOTA Keterangan : = alur usulan = alur penetapan IDENTIFIKASI, VERIFIKASI DAN PENETAPAN UPJA PENERIMA 4. Proses Pembelian Alsintan Hal-hal yang perlu dilakukan oleh UPJA penerima bantuan setelah anggaran APBN masuk kedalam rekening UPJA adalah sebagai berikut : a. Segera dilakukan pembelian alsintan yang dilakukan sendiri oleh UPJA penerima bantuan dengan pengawalan oleh petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten dan Dinas Pertanian Provinsi yang ditunjuk, yang membidangi dan memahami alsintan. b. Alsintan yang dibeli harus sesuai jenis, jumlah dan spesifikasinya sebagaimana telah ditentukan dalam pedoman ini. Selain itu, alsintan yang dibeli juga sudah memiliki Laporan Hasil Uji (Test Report) dari lembaga uji mutu alsintan yang terakreditasi/ditunjuk oleh Pemerintah. c. Pembelian alsintan mengacu pada spesifikasi teknis yang dijelaskan pada Pedoman ini (Lampiran 1). Pembelian alsintan dengan jenis, jumlah dan spesifikasi yang 15

23 menyimpang dari yang telah ditentukan dianggap sebagai tindakan pelanggaran yang dapat dikenai sanksi. d. Alsintan yang dibeli oleh UPJA penerima bantuan adalah termasuk implement dan peralatan kelengkapannya. e. Alsintan yang dibeli harus dalam kondisi baru, baik, terakit sempurna, sudah di running test (diuji coba dengan dihidupkan mesinnya) dan dilengkapi dengan petunjuk operasional/manual penggunaan dan perawatan bersangkutan. alsintan f. Dalam kuitansi pembelian harus mencantumkan tanggal dan tempat pembelian, nama alsintan, model/tipe dan harganya, merk motor penggerak dan dayanya, serta ditandatangani oleh penjual dan dicap oleh toko tempat pembelian alsintan tersebut. g. Foto Copy kuitansi tersebut beserta rincian spesifikasi teknis alsintan yang dibeli selanjutnya dikirimkan kepada : Direktorat Sarana Produksi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan UP. Subdit Alsintan Jl. Ragunan no. 15, Pasar Minggu Jakarta Selatan Telp./Fax Pengiriman kuitansi dan spesifikasi tersebut dilakukan selambat-lambatnya 1 minggu setelah tanggal pembelian. h. Apabila terdapat sisa anggaran dalam pembelian alsintan dalam program pilot project ini, dapat digunakan untuk pembelian implement atau peralatan lain yang dibutuhkan sebagai pendukung. Spesifikasi dari implement atau peralatan lain tersebut disesuaikan dengan kebutuhannya. i. Sisa anggaran dalam pembelian alsintan yang tidak dimanfaatkan untuk keperluan sebagaimana butir h di atas, dikembalikan kepada Negara. 16

24 III. KETENTUAN PEMANFAATAN ALSINTAN Dalam Pelaksanaan Pilot Project Pengembangan Alsintan, pemanfaatan alsintan mengikuti beberapa ketentuan sebagai berikut : 1. Pemanfaatan alsintan memperhatikan kondisi agroekologi, topografi dan sifat fisik lahan serta kondisi sosial ekonomi wilayah. 2. Pemanfaatan alsintan dalam program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan ini dapat dibedakan menjadi 2 hal pokok : a. Pemanfaatan alsintan untuk model percontohan pada lahan dengan luasan minimum 0,3 Ha yang dilengkapi dengan saluran irigasi, saluran drainase dan farm road (Gambar 2). b. Pemanfaatan alsintan untuk kegiatan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan. Pemanfaatan dua hal pokok di atas dapat dilakukan secara bersamaan (simultan) dalam satu musim. 3. Alsintan yang berasal dari program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan diproritaskan untuk kegiatan usaha tani pada lahan model percontohan. Pemanfaatan untuk kegiatan UPJA (disewakan) diupayakan agar tidak mengganggu pelaksanaan kegiatan pada lahan model percontohan di lahan yang telah ditentukan, setidaknya dalam kurun waktu 1 kali musim pertanaman hingga panen. 4. Setiap penggunaan alsintan program bantuan ini harus dicatat mengikuti format sebagaimana pada Lampiran Dinas Pertanian Kabupaten dibantu Dinas Pertanian Provinsi, bertanggungjawab mengawal dan membina penggunaan/ pemanfaatan alsintan yang diadakan dari program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan Tahun 2010, sesuai dengan arahan dan petunjuk dalam pedoman ini, dengan berkoordinasi dengan Pusat (Direktorat Sarana Produksi, Ditjen. Tanaman Pangan). 17

25 IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan yang terkait kegiatan Pilot Project Pengembangan Alsintan serta mendapatkan masukan langsung dari UPJA penerima terhadap kondisi yang terjadi di lapangan baik manfaat maupun permasalahan yang timbul terkait dengan pemanfaatan alsintan dari program Pilot Project tersebut. Masukan yang diperoleh digunakan untuk acuan dalam penentuan kebijakan selanjutnya. Monitoring, evaluasi dan pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang dari Dinas Pertanian Provinsi yang merupakan rekapitulasi dari Dinas Pertanian Kabupaten. Diagram monitoring, evaluasi dan pelaporan pilot project pengembangan alsintan tahun 2010 disajikan pada gambar 4. Beberapa hal yang perlu dimonitor dan dievaluasi adalah : a. Kondisi fisik alsintan yang berasal dari program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan. b. Kegiatan operasional seluruh alsintan yang digunakan oleh UPJA penerima. c. Perkembangan kondisi kelembagaan UPJA sebelum dan sesudah menerima bantuan. d. Perkembangan kebutuhan alsintan bagi UPJA untuk masa mendatang. Pelaporan dari kegiatan monitoring dan evaluasi berupa : a. Perkembangan alsintan dan pemanfaatannya oleh UPJA penerima. b. Optimalisasi pemanfaatan alsintan yang ditunjukkan dengan jumlah jam kerja alsintan (jam operasional alsintan). c. Keuntungan ekonomis penggunaan alsintan yang ditunjukkan dengan analisa ekonomi penggunaan alsintan (Lampiran 5). d. Perkembangan kondisi kas UPJA dari pemanfaatan jasa sewa alsintan. 18

26 e. Permasalahan-permasalahan baik teknis, managerial maupun yang berkaitan dengan kondisi sosial budaya setempat. f. Masukan dari UPJA yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun kebijakan di masa mendatang. Pelaporan wajib dilakukan oleh masing-masing UPJA penerima bantuan yaitu setelah pemanfaatan alsintan diakhir musim panen setiap musim, dengan mengikuti format pelaporan sebagaimana pada Lampiran 6. Pelaporan ini merupakan masukan penting bagi perencanaan pengembangan alat dan mesin pertanian pada masa mendatang, sehingga keterlambatan maupun kelalaian dalam pembuatan laporan tersebut akan menjadi pertimbangan utama bagi kebijakan pemberian bantuan selanjutnya. UPJA penerima bantuan alsintan menyampaikan laporan kepada Dinas Pertanian Kabupaten. Laporan dari UPJA tersebut selanjutnya disampaikan kepada Pusat secara berjenjang melalui Dinas Pertanian Kabupaten dan Dinas Pertanian Provinsi. 19

27 Gambar 4. Diagram Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan Kegiatan Pilot Project Pengembangan Alsintan Tahun 2010 DITJEN TP/ DIT. SAPRODI Monitoring dan Evaluasi : a. kondisi fisik peralatan bantuan alsintan b. kegiatan operasional bantuan alsintan c. kondisi kelembagaan UPJA penerima d. sistem/pola kerja/bisnis yang dilakukan oleh UPJA penerima bantuan. e. permasalahan dan kemajuan yang terjadi DINAS PROVINSI DINAS KABUPATEN/KOTA UPJA Keterangan : = alur monitoring = alur Pelaporan 20

28 V. INDIKATOR KEBERHASILAN Indikator keberhasilan meliputi 2 kegiatan yang dilakukan dalam program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan, yaitu : 1. Kegiatan pada model Lahan Proyek Percontohan, dicirikan antara lain : 1) Meningkatnya kesadaran terhadap pemanfaatan penggunaan alsintan dalam kegiatan usaha tani dari kegiatan prapanen, panen dan pasca panen. 2) Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan operasional penggunaan alsintan, mulai dari alsintan pengolahan tanah sampai dengan alsin perontokan padi. 3) Meningkatnya optimasi pengelolaan alsintan untuk proses produksi, panen dan pasca panen. 4) Meningkatnya pemahaman terhadap pentingnya penataan lahan yang sesuai dengan kebutuhan untuk operasional alsintan. 5) Meningkatnya produktivitas lahan yang mengarah pada kenaikan hasil produksi. 6) Meningkatnya efisiensi biaya operasional untuk produksi per satuan luas lahan. 7) Meningkatkan kualitas/mutu hasil produksi. 2. Kegiatan pemanfaatan alsintan untuk Usaha Jasa Pelayanan Alsintan (UPJA), dicirikan antara lain : 1) Meningkatnya kemampuan SDM dalam pengelolaan (manajerial) organisasi UPJA. 2) Meningkatnya hasil usaha yang didapat dari pemanfaatan penggunaan alsintan dalam kegiatan usaha tani dari kegiatan prapanen, panen dan pasca panen. 21

29 3) Berkembangnya jumlah tabungan UPJA pada setiap tahunnya. 4) Bertambahnya luasnya wilayah kerja UPJA yang menggunakan alsintan. 5) Meningkatnya kebutuhan UPJA terhadap jenis maupun jumlah alsintan untuk kegiatan usaha tani di wilayahnya. 22

30 VI. PENUTUP Penyediaan alsintan pada program bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan merupakan salah satu wujud kepedulian Pemerintah Pusat untuk mengembangkan alat dan mesin pertanian di seluruh wilayah Indonesia dan untuk menumbuhkembangkan UPJA-UPJA yang diharapkan pada masa mendatang dapat lebih mandiri di daerah. Pada Tahun 2010, bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan dialokasikan pada 30 Provinsi di 30 Kabupaten dengan paket alsintan pra, panen dan pasca panen ditujukan untuk digunakan pada lahan percontohan dan untuk dijadikan sebagai peningkatan dukungan dalam usaha jasa pelayanan alsintan (persewaan alsintan) bagi UPJA penerima bantuan. Oleh karena itu, agar sasaran yang dikehendaki dapat dicapai, diperlukan peran aktif Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten) dalam merealisasikan program ini. Pemanfaatan alat dan mesin pertanian secara benar dan terencana oleh SDM yang profesional diharapkan akan memberikan dampak terhadap peningkatan produksi khususnya tanaman pangan dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat tani menuju ke arah yang lebih baik. Bantuan alsintan untuk pilot project pengembangan alsintan merupakan upaya pendayagunaan pemanfaatan alsintan oleh masyarakat yaitu melalui peningkatan kualitas pemanfaatannya maupun pengenalan teknologi alsintan yang prospektif bagi masyarakat dimasa mendatang. Melalui perbaikan mutu dan efisiensi dalam kegiatan pemanfaatan alsintan, diharapkan produksi tanaman pangan di Indonesia pada umumnya dapat ditingkatkan serta dapat mendukung tercapainya pertanian industrial yang tangguh agar memberikan manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia dikemudian hari. 23

31 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan Traktor Roda 2 NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 1 MOTOR PENGGERAK a. Tipe : 4 langkah (4 tak) b. Bahan bakar : Solar c. Daya maksimum : 8 HP - 9 HP d. Bobot mesin : 98 kg maksimum e. Sistem pendinginan : Radiator 2 UNIT TRAKTOR : 2.1 DIMENSI a.tinggi traktor - dengan roda karet : mm - dengan roda besi : mm b. Bobot operasi traktor - dengan roda besi (maks) : 350 kg c. Tinggi penggandeng - dengan roda karet : mm - dengan roda besi : mm 2.2 UNJUK KERJA a. Kapasitas lapang efektif minimum : 0,059 Ha/Jam b. Efisiensi lapang minimum : 70% c. Kecepatan kerja optimum : 2,5-3 km/jam 24

32 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Traktor Roda 2 NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 2.2 UNJUK KERJA a. Kedalaman pembajakan : mm b. Slip roda maksimum : 25% c. Pemakaian Bahan Bakar maksimum : 2,0 liter/jam d. Pemakaian Bahan Bakar Spesifik : g/kw.jam e. Efisiensi penerusan daya (minimum) : 80% 2.3 PELAYANAN a. Kenyamanan kerja - kebisingan maksimum : 90 db b. Gaya pengoperasian kopling kemudi maksimum : 180 N 2.4. TRANSMISI a. Sistem transmisi : Kombinasi gigi dan rantai (chain-gear) b. Sistem kopling utama : V-belt dan tension pulley atau disk clutch c. Sistem pembelokan : Kopling kemudi (Dog clutch) d. Rumah (Box) transmisi : besi tuang (cor)/ casting atau press plate 25

33 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Traktor Roda 2 NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 3 PERLENGKAPAN TRAKTOR a. Roda besi dan roda : Masing-masing 1 karet standar pasang b. Bajak singkal/luku : 1 unit c. Garu : 1 unit d. Gelebeg : 1 unit e. Gerobak traktor/trailer : 1 unit f. Tool Kit : 1 set g. Buku Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan : 1 set 4 KELENGKAPAN DOKUMEN Brosur atau leaflet traktor roda dua singkal 1 set 26

34 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Traktor Roda 4 NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 1 MOTOR PENGGERAK a. Tipe : 4 langkah (4 tak) direct injection b. Bahan bakar : Solar c. Daya maksimum : HP d. Rata-rata rpm : rpm e. Maksimum torsi : Nm f. Sistem pendinginan : Radiator/pendingin air g. Jumlah silinder : 1 buah h. Sistem pembersih udara 2 UNIT TRAKTOR : 2.1 DIMENSI a. Tinggi traktor - dengan roda karet b. Bobot operasi traktor : Kering/basah, dengan/tanpa precleaner pendingin air : Maksimum mm c. Tinggi penggandeng - dengan roda karet - dengan roda besi : mm : mm d. Panjang traktor : mm e. Tinggi bagian terendah f. Jarak poros roda depan - belakang : mm : mm 2.2 KOPLING (CLUTCH) a. Tipe kopling : Plat tipe kering b. Jumlah piringan (disc) : Single 27

35 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Traktor Roda 4 NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 2.3 TRANSMISI Tipe : Synchromesh 2.4 SISTEM REM a. Rem parkir : Menggunakan tangan b. Differential lock : Mekanikal 2.5 SUMBER DAYA PUTAR - PTO 2.6 SISTEM HIDROLIS 2.7 SISTEM PENGGANDENG 2.8 SISTEM KEMUDI (STEER) 2.9 POROS DEPAN TRAKTOR (4 WD) 2.10 TANGKI BAHAN BAKAR a. Sistem operasi : Mekanikal b. Kecepatan putar : Maksimum 660 rpm a. Tekanan oli hidrolis : bar b. Kecepatan maksimum aliran oli : 7-10 liter/menit a. Kategori 3 titik : Kategori 1 gandeng b. Kapasitas angkat : kg c. Stabilizer : Rantai a. Tipe : Mekanik a. Tipe : bevel gear/cross joint b. Maksimum sudut : º putar c. Differential lock : elektrohidolis a. Kapasitas : liter 2.11 RODA DEPAN a. Ukuran : RODA BELAKANG a. Ukuran :

36 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Traktor Roda 4 NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 2.13 UNJUK KERJA a. Kapasitas lapang efektif minimum : - singkal/piringan : 0,11 Ha/Jam - rotari : 0,350 Ha/Jam b. Efisiensi lapang minimum : 50% ( lahan sawah), 60 % (lahan kering) c. Kecepatan kerja : optimum - singkal/piringan : 2,5 4,5 km/jam - rotari : 2,5 4,0 km/jam d. Kedalaman : pembajakan - singkal/piringan : mm - rotari : mm e. Slip roda maksimum : 50% (lahan sawah), 25 % (lahan kering) f. Pemakaian Bahan : 3 liter/jam Bakar maksimum g. Pemakaian Bahan Bakar Spesifik maksimum : 400 g/kw.jam 2.14 PELAYANAN a. Kenyamanan kerja - kebisingan maksimum : 90 db b. Getaran : sedang 29

37 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Traktor Roda 4 NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 3 PERLENGKAPAN TRAKTOR a. Roda besi dan roda karet standar : Masing-masing 1 pasang depan dan belakang b. Bajak rotari (Rotary : 1 unit tiller) c. Tool Kit : 1 set d. Buku Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan : 1 set 4 KELENGKAPAN DOKUMEN Brosur atau leaflet traktor roda 4 30

38 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Pompa Air Irigasi 4 NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 1 MOTOR a. Tipe : 4 langkah (4 tak) PENGGERAK b. Bahan bakar : Solar c. Daya maksimum : 8 HP - 9 HP d. Bobot mesin : 98 kg maksimum e. Sistem pendinginan : Hopper 2 3 KONSTRUKSI DAN UNJUK KERJA MATERIAL POMPA a. Model b. Diameter Lubang hisap c. Kapasitas/ Debit Maksimum Pompa d. Efisiensi Pompa e. Tinggi Total Pemompaan f. Tinggi Hisap g. Bobot Pompa Tanpa Motor Self priming Sentrifugal 4 inch (± 100 mm) 0,9 m 3 /menit 55 % 8 meter 4 meter 60 kg Besi Tuang (Cor) a. Rumah Pompa Baja Karbon b. Poros Pompa c. Kipas/Impeller Besi Tuang (Cor) 31

39 Pompa Air Irigasi 4 NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 4 PERLENGKAPAN 6 mtr POMPA a. Selang hisap plastik spiral b. Selang buang plastik vinyl c. Saringan hisap bahan metal/plastik d. Discharge elbow e. Suction house neeple (sock hisap) f. Klem selang hisap dan buang g. Landasan/dudukan penghubung motor penggerak dan pompa bahan dari besi kanal h. Tool kit i. Buku petunjuk pengoperasian dan perawatan j. Brosur 10 mtr 1 unit 1 unit 1 unit 1 set 1 unit 1 set 1 set 1 set 32

40 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Alsintan Penanam Padi (Transplanter) PARAMETER TEKNIS SATUAN PERSYARATAN Jumlah alur tanam Baris/row 4 Tinggi mesin: Dengan roda besi mm Bobot operasi mesin kg Motor penggerak a. Jenis motor - b. Daya kontinyu/ putaran motor c. Volume silinder d. Sistem pendingin e. Kapasitas tangki bahan bakar g. Berat kosong h. Sistim penyalaan Transmisi a. Sistim pengaturan roda b. Gigi maju dan mundur kw/rpm ml - l kg - motor bensin, 4 langkah 1,5 3,5 / udara (air cooled) 2,5 4, Rekoil - Sistim deviasi hidrolis otomatis 2 maju; 1 mundur Kopling utama - puli dan sabuk tensi Kopling belok - Kopling otomatis/manual, dengan/tanpa kopling kemudi, dengan/tanpa gigi cakar Diameter roda besi dengan pelapis karet mm

41 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Alsintan Penyiang Bermotor (Power Weeder) NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 1 MOTOR a. Tipe : 2 langkah (2 tak) PENGGERAK b. Bahan bakar : Bensin c. Daya maksimum : 2 HP 2 UNIT POWER WEEDER : 2.1 DIMENSI, BAHAN KONSTRUKSI DAN TRANSMISI a. Dimensi : - panjang : mm - lebar : mm - tinggi : mm - berat maksimal : 30 kg b. Bahan konstruksi : - kerangka utama : besi pipa minimum diameter ¾ inchi - transmisi : Gear 2.2 UNJUK KERJA a. Kapasitas kerja minimum : 9-10 jam/ha Lebar kerja : 2 baris/row 2.3 PELAYANAN a. Kenyamanan kerja - kebisingan : 90 db maksimum 3 PERLENGKAPAN a. Tool Kit : 1 set b. Buku Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan : 1 set 4 KELENGKAPAN DOKUMEN Brosur atau leaflet power weeder 1 set 34

42 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Alsintan Pembuat Pupuk Organik (APPO) NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 1 MOTOR PENGGERAK a. Tipe : 4 langkah (4 tak) direct injection b. Bahan bakar : solar c. Daya maksimum : 8 9 HP d. Bobot mesin : 98 kg maksimum e. Sistem pendinginan : Radiator 2 UNIT MESIN PENGHANCUR : 2.1 DIMENSI, BAHAN KONSTRUKSI DAN TRANSMISI a. Dimensi : - panjang total : mm - lebar total : mm - tinggi total : mm - bobot tanpa motor : Maximum 152 kg penggerak - bobot operasional : Maximum 250 kg - tinggi bagian : Maksimum mm pengumpan - jumlah pisau minimum : 18 buah - tebal pisau minimum : 6 mm - kekerasan pisau : 45 HRC atau 500 HV minimum - lebar pisau : 45 mm minimum - diameter silinder : Minimum 75 mm dudukan pisau - diameter silinder dudukan pisau dan pisau : Minimum 400 mm b. Bahan konstruksi : - kerangka utama : besi siku minimum 50x50x5 mm atau besi kanal minimal 100x50x5 mm 35

43 Alsintan Pembuat Pupuk Organik (APPO) NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN - dinding kerangka utama - penutup silinder pisau (cover) : Plat baja minimum t = 1,2 mm : Plat baja minimum t = 2 mm - penutup transmisi : Plat baja minimum t = 1,2 mm - bagian pelemparan hasil ke out let (kipas) - bagian pemasukan bahan : Plat baja minimum t = 3 mm : Plat baja minimum t = 2 mm - bagian pengeluaran hasil (out let) : Plat baja minimum t = 2 mm c. Transmisi : Pulley dan Vbelt 2.2 UNJUK KERJA a. Kapasitas keluaran minimum b. Konsumsi bahan bakar maksimum c. Panjang cacahan maksimum d. Tingkat keseragaman panjang cacahan minimum : 600 kg/jam : 0,75 liter/jam : 50 mm : 80 % 2.3 PELAYANAN a. Kenyamanan kerja - kebisingan maksimum : 90 db 36

44 Alsintan Pembuat Pupuk Organik (APPO) NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 3 PERLENGKAPAN MESIN PENGHANCUR 4 KELENGKAPAN DOKUMEN b. keamanan kerja - plat penutup bagian transmisi a. Roda karet standar : ada b. Tool Kit : 1 set c. Buku Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan Brosur atau leaflet APPO : 1 set (4 buah ukuran 8 inchi) : 1 set 1 set 37

45 Lampiran 1. Spesifikasi Teknis Alsintan (lanjutan) Alsin Pemanen Padi Tipe Sandang (Paddy Mower) NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 1 MOTOR PENGGERAK a. Tipe : langkah (2 tak) direct injection b. Bahan bakar : bensin c. Daya maksimum : 2 HP 2 UNIT MESIN PEMANEN : 2.1 DIMENSI, BAHAN KONSTRUKSI DAN TRANSMISI a. Dimensi : - panjang total : Maksimum mm - lebar total : Maksimum 520 mm - tinggi total : Maksimum 520 mm - diameter pisau : 255 mm (10 ) pemanen - bobot operasional : Maximum 10 kg - jumlah pisau : 1 buah - tebal pisau minimum : 1,2 mm b. Bahan konstruksi : - kerangka utama : Pipa aluminium diameter minimum 19 mm - dinding plat pengarah : Plat aluminium batang padi minimum t = 1 mm - kerangka pengarah Besi baja diameter - penutup pisau (cover) c. Transmisi : gear minimum = 6 mm : Besi plat aluminium diameter minimum = 0,8 mm 2.2 UNJUK KERJA a. Kapasitas pemotongan minimum : 23 jam/ha (0,04 ha/jam) b. Kehilangan hasil : Maksimal 1 % 38

46 Lampiran 1. Spesifikasi Teknis Alsintan (lanjutan) Alsin Pemanen Padi Tipe Sandang (Paddy Mower) NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 2.3 PELAYANAN a. Kenyamanan kerja - kebisingan : 90 db maksimum b. Keamanan kerja - pelindung operasional kerja : ada 3 PERLENGKAPAN MESIN PEMANEN 4 KELENGKAPAN DOKUMEN a. Tool Kit b. Suku Cadang (Spare Part) : - Pisau Potong Piringan - Busi - Kabel Transmisi c. Buku Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan Brosur atau leaflet mesin pemanen tipe sandang (paddy mower) 1 set 10 set 10 buah 1 set 1 set 1 set 39

47 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Alsintan Perontok Multiguna (Power Thresher) Tipe Throw In untuk Padi, Jagung dan Kedelai NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 1 MOTOR PENGGERAK a. Tipe : 4 langkah (4 tak) direct injection b. Bahan bakar : Solar c. Daya maksimum : 5-7 HP d. Bobot mesin : 90 kg maksimum e. Sistem pendinginan : Radiator/Hopper 2 UNIT THRESHER : 2.1 DIMENSI, BAHAN KONSTRUKSI DAN TRANSMISI a. Dimensi : - panjang silinder perontok : mm - diameter silinder : mm perontok - bobot tanpa motor : Maximum 125 kg penggerak - bobot operasional : Maximum 250 kg - tinggi meja : mm pengumpan b. Bahan konstruksi : - kerangka utama : besi siku minimum 35x35x2 mm - dinding kerangka utama : Plat baja minimum t = 1,2 mm - penutup silinder perontok (cover) : Plat baja minimum t = 1,5 mm - dinding silinder perontok : Plat baja Minimum t = 5 mm - meja pengumpan : Plat baja minimum t = 1,5 mm - as silinder perontok : Besi as baja minimum Ǿ = 25,4 mm - gigi perontok : Besi baja minimum Ǿ = 6 mm berbentuk V terbalik atau I 40

48 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Alsintan Perontok Multiguna (Power Thresher) Tipe Throw In untuk Padi, Jagung dan Kedelai NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN - dudukan gigi perontok : Plat baja Minimum t = 5 mm - penutup transmisi : Plat baja Minimum t = 1,2 mm - saringan gabah : Besi baja minimum Ǿ = 6 mm dan Plat baja Minimum t = 5 mm 2.2 UNJUK KERJA a. Kapasitas input minimum - Potong panjang - Potong pendek b. Kapasitas perontokan/pemipilan minimum - Padi potong panjang - Padi potong pendek - Jagung - Kedelai c. Tingkat kebersihan minimum d. Efisiensi perontokan minimum e. Persentase kehilangan hasil maksimum f. Efisiensi daya perontokan minimum : 750 kg/jam kg/jam : 650 kg/jam 540 kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam : 90 % : 95 % (padi & jagung), 80 % (kedelai) : 5 % (padi) 2 % (jagung) 20 % (kedelai) : 90 % 2.3 PELAYANAN a. Kenyamanan kerja - kebisingan maksimum b. keamanan kerja - plat penutup bagian transmisi : 90 db : ada 41

49 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Alsintan Perontok Padi (Power Thresher) Tipe Throw In NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 3 PERLENGKAPAN THRESHER a. Roda karet standar : 1 pasang (kanan dan kiri) b. Batang pipa pendorong : 1 pasang (kanan dan kiri) c. Tool Kit : 1 set d. Buku Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan : 1 set 4 KELENGKAPAN DOKUMEN Brosur atau leaflet perontok padi (power thresher) 1 set 42

50 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Alsintan Perontok Padi Tipe Pedal Bermotor (Tipe Hold On) NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN 1 MOTOR a. Tipe : 2 langkah (2 tak) PENGGERAK b. Bahan bakar : Bensin c. Daya maksimum : 3,5 HP d. Sistem pendinginan : Radiator 2 UNIT THRESHER : 2.1 DIMENSI, BAHAN KONSTRUKSI DAN TRANSMISI a. Dimensi : - panjang silinder perontok : mm - diameter silinder : mm perontok - bobot operasional : Maximum 100 kg b. Bahan konstruksi : - kerangka utama : besi siku minimum 40x40x3 mm - meja pengumpan : Kayu tebal 20 mm atau Plat baja minimum t = 1,5 mm atau dari kayu t = 20 mm - as silinder perontok : Besi as baja minimum Ǿ = 18 mm - gigi perontok : Besi baja minimum Ǿ = 2,5 mm berbentuk V terbalik 43

51 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Alsintan Perontok Padi Tipe Pedal Bermotor (Tipe Hold On) NO. SPESIFIKASI PARAMETER TEKNIS PERSYARATAN - pedal : Dari papan dengan tebal 20 mm - transmisi pedal : Gear/sproket/rantai 2.2 UNJUK KERJA a. Kapasitas perontokan : minimum - dengan pedal : Minimum 200 kg/jam - dengan motor : Minimum 350 kg/jam b. Tingkat kebersihan : minimum - dengan pedal : 90 % - dengan motor : 90 % 2.3 PELAYANAN a. Kenyamanan kerja - kebisingan maksimum b. keamanan kerja - plat penutup bagian 3 PERLENGKAPAN THRESHER : 90 db : ada transmisi a. Tool Kit : 1 set b. Buku Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan : 1 set 4 KELENGKAPAN DOKUMEN Brosur atau leaflet perontok padi (pedal thresher bermotor) tipe hold on 1 set 44

52 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Gudang Penyimpanan Alsintan SKETSA GAMBAR TEMPAT/GUDANG PENYIMPANAN ALSINTAN RANGKA ATAP : KAYU ATAP : SENG/ASBES TANPA DINDING RANGKA TIANG DARI BESI TIPE H LANTAI DISEMEN BATU PONDASI 4 SKETSA DENAH TEMPAT/GUDANG PENYIMPANAN DAN PENCUCIAN ALSINTAN 3 t = 5 CM TEMPAT PENCUCIAN ALSINTAN (LANTAI SEMEN) TEMPAT PENYIMPANAN ALSINTAN Spesifikasi Gudang Penyimpanan Alsintan Uraian Bahan Spesifikasi Ukuran bangunan (tanpa dinding) minimum (panjang 12 m x lebar 8 m) Lantai semen tebal minimum 5 cm Tiang penyangga (minimum 10 buah) besi tipe H, lebar minimum 10 cm minimum 10 buah Tinggi tiang penyangga bangunan minimum 3 m Pondasi tiang penyangga bangunan Batu Pondasi / Batu kali dan semen Atap asbes/seng Rangka atap kayu (6 cm x 4 cm) Dilengkapi dengan penerangan/listrik minimum 1300 Watt, 220 Volt/50 Hz Tempat untuk mencuci alsin (dengan pipa air) lantai semen, tebal minimum 5 cm minimum (panjang 3 m x lebar 4 m) 45

53 Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Alsintan (lanjutan) Mesin untuk Perawatan Kebersihan Alsintan URAIAN SPESIFIKASI WATER STEAMER : - Panjang bagian semprotan : cm - Daya : motor bensin 5,5 HP/motor listrik 900W - Perlengkapan : 1 set + slang COMPRESSOR : - Daya : 1 HP - Tekanan : 8 bar - Perlengkapan : 1 set + slang PENDUKUNG - Shampo : 1 botol - Semir ban : 5 lt - Caneboo : 1 bh 46

T KNIS B A N T U A N A L A T M E S I N P E R T A N I A N T A

T KNIS B A N T U A N A L A T M E S I N P E R T A N I A N T A PEDOMAN TEKNIS B A N T U A N A L AT M E S I N P E R TA N I A N TA. 2 0 1 4 DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARNA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 PEDOMAN TEKNIS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN TEKNIS

KERANGKA ACUAN TEKNIS KERANGKA ACUAN TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGADAAN FASILITASI BANTUAN SARANA PASCAPANEN (DANA APBN-P TAHUN 2012) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka Program Percepatan Peningkatan Ekonomi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi... KATA PENGANTAR Dalam rangka mencapai kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani perlu upaya khusus, terutama dukungan kebijakan pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks.

Masa berlaku: Alamat : Situgadung, Tromol Pos 2 Serpong, Tangerang Februari 2010 Telp. (021) /87 Faks. Nama Laboratorium : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ; Ir. H. Koes Sulistiadji, M.S. Mekanik Traktor roda empat Pengukuran dimensi : - Dimensi unit traktor IK-SP TR4: 2007 butir 1 - Dimensi

Lebih terperinci

HANDTRACTOR QUICK BOXER G1000

HANDTRACTOR QUICK BOXER G1000 HANDTRACTOR QUICK BOXER G1000 Spesifikasi: TRAKTOR TANGAN Merk/Model QUICK / G 1000 BOXER Kecepatan 1 Kecepatan Maju (2 ganti jalur pulley) Transmisi Kombinasi (Gear- Chain) / 4 Tingkat Gear Case Penggerak

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan alsintan oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota maupun oleh Satuan Komando

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. iii. iv PENUTUP iii

DAFTAR ISI. iii. iv PENUTUP iii KATA PENGANTAR Dalam rangka mendukung Swasembada Berkelanjutan Padi dan Jagung serta Swasembada Kedelai, Kementerian Pertanian telah menetapkan upaya khusus melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi

Lebih terperinci

15 Traktor. Bajak Piring Dua Sisi - Disc Harrow. 15 Traktor Galaxy 304 : 30 HP, 4WD. Bajak Singkal - Share Plough. 16 Traktor Galaxy 404 : 40 HP, 4WD

15 Traktor. Bajak Piring Dua Sisi - Disc Harrow. 15 Traktor Galaxy 304 : 30 HP, 4WD. Bajak Singkal - Share Plough. 16 Traktor Galaxy 404 : 40 HP, 4WD 1 www.galaxindo.com DAFTAR ISI PERSIAPAN LAHAN Bajak Piring Dua Sisi - Disc Harrow 15 Traktor Bajak Singkal - Share Plough 15 Traktor Galaxy 304 : 30 HP, 4WD 6 Penggembur Tanah - Rotary Tiller 16 Traktor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN MENUJU PERTANIAN MODERN KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN 1. Pengelolaan Alsintan Melalui Brigade Tanam: a. Bersifat task force b. Dikelola oleh Dinas Pertanian Propinsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan salah satu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 147, 2001 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4157) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji Standar Nasional Indonesia Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji ICS 65.060.50 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 92 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi dihadapkan pada beberapa permasalahan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember 2013 Direktur Alat dan Mesin Pertanian. Ir. Bambang Santosa, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember 2013 Direktur Alat dan Mesin Pertanian. Ir. Bambang Santosa, MSc. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas tersusunnya Pedoman Teknis Pengembangan dan Pembinaan UPJA sebagai tindak lanjut dalam mengoptimalkan peran dan fungsi kelembagaan

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP

ALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP ALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP Proses panen padi dimulai dengan pemotongan bulir padi yang sudah tua (siap Panen) dari batang tanaman padi, dilanjutkan dengan perontokan yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

MESIN PENGGILING JAGUNG TIPE HAMMER MILL

MESIN PENGGILING JAGUNG TIPE HAMMER MILL MESIN PENGGILING JAGUNG TIPE HAMMER MILL A. Dimensi Keseluruhan - Tipe/Merek : BEJE-UT 18 - Panjang : 1155 mm - Lebar : 780 mm - Tinggi : 1485 mm - Bobot operasi : 470 kg - B. Ruang Penggiling - Dimensi

Lebih terperinci

MITRA BALAI INDUSTRI PUSAT TEKNOLOGI SARANA PERTANIAN mitrabalaiindustri.wordpress.com / mitrabalaiindustri.webs.com

MITRA BALAI INDUSTRI PUSAT TEKNOLOGI SARANA PERTANIAN mitrabalaiindustri.wordpress.com / mitrabalaiindustri.webs.com KATALOG PASCA PANEN KEDELAI MBI/YANMAR SOLUSI MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI MITRA BALAI INDUSTRI PUSAT TEKNOLOGI SARANA PERTANIAN mitrabalaiindustri.wordpress.com / mitrabalaiindustri.webs.com POWER THRESHER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN U M U M Pengembangan budidaya tanaman bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas penganekaragaman

Lebih terperinci

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34

Gambar 15. Gambar teknik perontok padi hasil rancangan (O-Belt Thresher) 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prototipe Perontok Padi Tipe Pedal Hasil Rancangan (O-Belt Thresher) Prototipe perontok padi ini merupakan modifikasi dari alat perontok padi (threadle thresher) yang sudah ada.

Lebih terperinci

Pedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat

Pedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat Pedal Thresher dan Pedal Thresher Lipat Oleh : KOES SULISTIADJI **) BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009 **) Perekayasa Madya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN

Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN L A M P I R A N Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor LOKASI PENGAMATAN 50 Lampiran 2. Struktur Lahan Sawah Menurut Koga (1992), struktur lahan sawah terdiri dari: 1.

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Bambang Santosa, M.Sc

PENGANTAR. Ir. Bambang Santosa, M.Sc PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2011 2014 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

Mesin Pemanen Jagung Tipe mower

Mesin Pemanen Jagung Tipe mower PEDOMAN PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN Mesin Pemanen Jagung Tipe mower BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2007 I. PEDOMAN PENGGUNAAN MESIN PEMANEN TIPE MOWER 1 Mesin pemanen jagung tipe mower ini

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) TRIWULAN III TAHUN 2016 DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: 2355-3553 PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Sukadi* Novarini** *Dosen Teknik Mesin Politeknik Jambi **Dosen Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian. mulai

Lampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian. mulai 42 Lampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian mulai Mengukur luas lahan sawah Membagi menjadi 9 petakan Waktu pembajakan Pembajakan Kecepatan bajak: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s Waktu pengglebekan Pengglebekan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan V-belt yang sesuai. Ditimbang kertas bekas sebanyak 3 kg3 Kg. Dihidupkan mesin untuk mengoprasikan alat

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan V-belt yang sesuai. Ditimbang kertas bekas sebanyak 3 kg3 Kg. Dihidupkan mesin untuk mengoprasikan alat LAMPIRAN Lampiran 1. Flowchart Penelitian Mulai Dipasang pulley dan V-belt yang sesuai Ditimbang kertas bekas sebanyak 3 kg3 Kg Dihidupkan mesin untuk mengoprasikan alat Dimasukan kertas kedalam alat Dihitung

Lebih terperinci

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Tahap Pengujian Sepeda Motor Yamaha Mio Soul Tune Up Roller CVT Diameter 15mm Roller CVT Diameter 16mm Roller CVT Diameter 17mm Variasi Putaran Mesin Pengukuran Daya

Lebih terperinci

1. Penjabaran Nawacita di dalam program dan kegiatan

1. Penjabaran Nawacita di dalam program dan kegiatan 1. Penjabaran Nawacita di dalam program dan kegiatan 2. Arahan pimpinan terkait penugasan UPSUS Pencapaian Swasembada Padi, Jagung & Kedelai 3. Indikator kinerja harus jelas & terukur. Tambahan dukungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20 Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20 Bacalah buku petunjuk sebelum anda menggunakan mesin penyiang bermotor (power weeder) BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nawa Cita (Sembilan Program Prioritas) merupakan agenda prioritas Kabinet Kerja Pemerintah Indonesia periode 2015 2019 mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALUR PENELITIAN Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian 20 Dalam bab ini menguraikan tentang alur jalannya penelitian perbandingan antara menggunakan alat Semi-automatic

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI 2221 Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN 22409793 Latar Belakang Sampah botol plastik merupakan limbah yang dihasilkan oleh rumah dan pabrik

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PENGELOLAAN ADMINISTRASI DAN KEUANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) POLA KERJASAMA OPERASI (KSO) SISTEM REVOLVING/LEASING

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG KODE JUDUL: X-130 PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN Perekayasa/ Peneliti: Dr. Ir. Teguh Wikan Widodo, MSc Ir. M. Hidayat Ir. D.A.Budiman,

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

BENGKEL JAYA MANDIRI UTAMA SURABAYA - INDONESIA

BENGKEL JAYA MANDIRI UTAMA SURABAYA - INDONESIA BENGKEL JAYA MANDIRI UTAMA SURABAYA - INDONESIA Jl. Kalilom Lor Indah No.25 Kenjeran Surabaya Telp. 0858 5183 2778 / 0878 5461 8031 E-mail : bkljayamandiri01@gmail.com MESIN BATAKO SEMI OTOMATIS SPESIFIKASI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. iii. iv PENUTUP iii

DAFTAR ISI. iii. iv PENUTUP iii i ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN... 1. Latar Belakang... 2. Tujuan dan Sasaran... II. MEKANISME PELAKSANAAN... 1. Sumber Pembiayaan dan Jenis Bantuan Alsintan...

Lebih terperinci

Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan :

Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : 1.03.02 PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI MESIN PERONTOK PADI LIPAT DI DAERAH TERASERING UNTUK MENEKAN LOSSES DAN MENGURANGI KEJERIHAN KERJA Oleh Koes Sulistiadji Joko

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENILAIAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PADA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG Disusun Oleh : Nama : Tohim Purnanto Npm : 27411140 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip KATA PENGANTAR Dalam rangka pencapaian sasaran swasembada pangan berkelanjutan, Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya prasarana dan sarana pertanian guna peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Peleburan Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Peleburan Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Peleburan Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 27 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DJT. ALSJNTAN TA. 2013 KAT A PEN GANT AR Untuk

Lebih terperinci

TRAKTOR RODA-4. Klasifikasi. trakor roda-4. Konstruksi. Penggunaan traktor di pertanian

TRAKTOR RODA-4. Klasifikasi. trakor roda-4. Konstruksi. Penggunaan traktor di pertanian TRAKTOR RODA-4 Klasifikasi traktor roda-4 Konstruksi trakor roda-4 Penggunaan traktor di pertanian Klasifikasi Berdasarkan Daya Penggerak (FWP = fly wheel power) 1. Traktor kecil (

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI 1 I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI Beberapa kiat pengoperasian mesin perontok padi yang akan diuraikan dibawah ini dimaksudkan untuk tujuan dari hasil perancangan mesin perontok tersebut.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pembuatan alat yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM Oleh : ARIEF SALEH F14102120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Arief Saleh. F14102120.

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2

50kg Pita ukur/meteran Terpal 5 x 5 m 2 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Februari 2010. Pembuatan desain prototipe dilakukan di laboratorium Teknik

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR DI DAERAH RAWAN KERING

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR DI DAERAH RAWAN KERING PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR DI DAERAH RAWAN KERING DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci