LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2011"

Transkripsi

1 LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2011

2 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian khususnya tanaman pangan dalam pembangunan nasional sangatlah penting. Upaya mewujudkan swasembada berkelanjutan padi, jagung dan kedelai pada tahun 2014 memerlukan strategi dan langkah operasional yang sinergis antara pusat dan daerah. Strategi peningkatan produksi pangan diterapkan melalui perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas, pengamanan produksi, dan pemberdayaan kelembagaan pertanian serta adanya dukungan pembiayaan usahatani. Strategi pengamanan produksi diupayakan dalam bentuk penanganan pascapanen yang baik. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor : 14/HK.310/C/2/2011 tentang pedoman pelaksanaan penanganan pascapanen tanaman pangan dijelaskan bahwa kegiatan pascapanen dianggap memiliki peranan penting dan strategis dalam mendukung keberhasilan penanganan susut hasil, mempertahankan mutu, meningkatkan daya saing dan nilai tambah hasil pertanian, oleh karena itu diharapkan dari tahun ke tahun dapat dilakukan penurunan tingkat kehilangan hasil tanaman pangan secara intensif dan kontinyu. Tujuan penanganan pascapanen itu sendiri adalah : 1. Menurunkan Susut hasil 2. Mempertahankan mutu 3. Meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan 4. Mempertahankan dan memperpanjang masa simpan Oleh karena itu, dalam penanganan pascapanen tanaman pangan, peran pemerintah sangat diperlukan dalam regulasi dan fasilitasi penyediaan sarana pascapanen untuk mengatasi masalah susut panen di lapangan, olehnya itu Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun anggaran 2011 mengalokasikan dana dekonsentrasi untuk provinsi dan dana tugas pembantuan untuk kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan penanganan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 1

3 pascapanen tanaman pangan dialokasikan pada 31 perovinsi dan 189 kabupaten/kota meliputi bimbingan teknis dan apresiasi penanganan pascapanen. Beberapa kegiatan utama yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2011 antara lain : 1) Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan; 2) Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan; 3) Apresiasi dan Monev Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 4) Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 5) Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 6) Pembinaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 7) Sosialisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 8) Bahan Informasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan; 9) Kegiatan Project FAO (TCP/INS/3202 (D) : Strategy For Improving Rice Post Harvest System in Indonesia; 10) Kegiatan Pertemuan/Workshop. Untuk melaksanakan kegiatan Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2011, telah dialokasikan anggaran melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (revisi ke-4 DIPA) sebesar Rp ,- dari jumlah tersebut terdapat alokasi anggaran hasil penghematan sebesar Rp ,- dan dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) sebesar Rp ,- pada kegiatan Penguatan Kelembagaan dan Manajemen Pascapanen melalui dana bantuan untuk kegiatan strategi penanganan sistem pascapanen. Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan selama kurun waktu 1 (satu) tahun di tahun 2011 perlu disusun dalam satu laporan kegiatan, dan dirangkum sebagai laporan tahunan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun B. Tujuan Tujuan penyusunan laporan tahunan adalah memaparkan hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan di tahun 2011 dan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan di tahun Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2

4 II PELAKSANAAN KEGIATAN A. Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan Penyusunan Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan bertujuan: 1. Menyediakan bahan kebijakan penanganan pascapanen tanaman pangan bagi segenap stakeholders dalam pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan mulai dari tingkat Kementerian, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Gapoktan dan Poktan. 2. Mewujudkan penanganan pascapanen tanaman pangan yang terarah dan terintegrasi dalam tataran teknis manajerial, dan operasional. 3. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana pascapanen secara efektif dan efisien sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan memuat antara lain : 1. Arah Kebijakan dan Strategi Pascapanen Tanaman Pangan Fokus kebijaksanaan pembangunan tanaman pangan Tahun adalah meningkatkan produksi komoditas sub sektor tanaman pangan dalam rangka memperkuat ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional. Sejalan dengan hal ini maka kebijakan pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan difokuskan pada upaya penyelamatan hasil dan upaya mempertahankan kualitas hasil. Hal ini sesuai dengan tujuan penanganan pascapanen yaitu menurunkan susut hasil komoditas tanaman pangan; mempertahankan mutu hasil; mempertahankan dan memperpanjang masa simpan serta meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan. Dalam upaya penyelamatan hasil dan mempertahankan kualitas hasil, maka kebijakan penanganan pascapanen yang dilaksanakan tahun 2011 antara lain : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 3

5 a. Penerapan atau Pengelolaan Teknologi Pascapanen yang dilaksanakan melalui : 1) Sosialisasi penerapan teknologi pascapanen. 2) Koordinasi penanganan pascapanen 3) Apresiasi teknologi pascapanen 4) Penyebarluasan informasi teknologi pascapanen. 5) Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen. b. Fasilitasi bantuan sarana pascapanen, yang difokuskan pada komoditas padi. Jenis sarana pascapanennya disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan harus dibeli dengan seluruh dana bantuan per paket Rp ,- (seratus delapan puluh lima juta rupiah). c. Strategi dan program pascapanen tanaman pangan yang dilaksanakan pada saat ini antara lain : c.1. Padi 1) Optimasi Penanganan Panen dan Pascapanen a) Pemantapan kelembagaan pascapanen padi berbasis poktan/gapoktan. b) Peningkatan kemampuan dan keterampilan regu panen dan pascapanen dalam penanganan kegiatan. c) Meningkatkan aktivitas Gerakan Penanganan Pascapanen melalui Gerakan Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Gabah/Beras (GP4GB). d) Fasilitasi teknologi, sarana dan pembiayaan pascapanen sesuai spesifik lokasi. e) Pengembangan metodologi susut hasil padi. f) Fasilitasi perencanaan dan Implementasi Gerakan Massal Kebutuhan Pangan Nasional. 2) Revitalisasi Penggilingan Padi a) Sosialisasi revitalisasi penggilingan padi dan Apresiasi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4

6 b) Bimbingan teknis pemberdayaan penggilingan padi, teknologi, sarana. c) Fasilitasi dan pembiayaan untuk revitalisasi penggilingan padi. d) Fasilitasi kerjasama penggilingan padi dengan poktan/ gapoktan di sentra produksi padi. c.2. Jagung dan Serealia Lain 1) Perumusan kebijakan dan penyusunan pedoman, standar, kreteria dan bimbingan teknis/manajemen pascapanen jagung. 2) Melakukan gerakan pelayanan penanganan pascapanen jagung 3) Revitalisasi silo jagung. 4) Bimbingan teknis dan manajemen penerapan SOP dan GHP penanganan pascapanen c.3. Kedelai dan Aneka Kacang 1) Pendekatan Kawasan/Wilayah a) Pengembangan sentra produksi terintegrasi dengan sentra pemasaran b) Menumbuh dan mengembangkan kelembagaan pascapanen berbasis gapoktan sebagai lembaga perekonomian di pedesaan dalam rangka mendukung pengembangan usahatani ke arah agribisnis. 2) Pendekatan Sarana dan Teknologi a) Pengembangan mekanisasi/penyebaran sarana dan teknologi pascapanen tanaman pangan secara tepat sasaran sesuai spesifik lokasi. b) Fasilitasi/investasi peralatan dan mesin (alsin) pascapanen kedelai untuk menurunkan kehilangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 5

7 hasil dan memperbaiki mutu hasil kedelai sesuai permintaan pasar. c) Pendekatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan petani/ kelompok tani maupun gapoktan diperlukan pembinaan, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan. d) Menjalin kemitraan untuk mendorong dan menggerakkan seluruh pemangku kepentingan/ stakeholders dalam penangan pascapanen kedelai. c.4. Aneka Umbi 1) Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan 2) Optimalisasi dan fasilitasi pemanfaatan sarana dan teknologi pascapanen 3) Pembinaan dan pelatihan penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar. 2. Langkah-Langkah Operasional a. Kegiatan Pusat 1) Penyediaan Pedoman Pelaksanaan Pascapanen Tanaman Pangan. 2) Apresiasi, Koordinasi dan Workshop Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. 3) Pembinaan dan Monitoring dan Evaluasi. b. Kegiatan Pusat di Provinsi (Dekonsentrasi) 1) Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan (31 Provinsi). 2) Apresiasi Penanganan Pascapanen (15 Provinsi). c. Kegiatan Pusat di Kabupaten/Kota (Tugas Pembantuan) 1) Bimbingan Teknis/Apresiasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan (189 Kabupaten/Kota). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 6

8 2) Bantuan Sarana Pascapanen (189 Kabupaten/Kota pada 378 poktan). Kegiatan operasional pascapanen tanaman pangan yang akan dilakukan tahun antara lain : 1. Apresiasi/pelatihan bagi penyuluh/pemandu lapang/petugas dan kelompok tani/petani. 2. Bimbingan Teknis Pascapanen Tanaman Pangan 3. Kajian/ujicoba penerapan susut pascapanen tanaman pangan 4. Pengembangan Sistem dan Manajemen Pascapanen yang terintegrasi 5. Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan 6. Survei susut panen dan pascapanen tanaman pangan. B. Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Dalam rangka mendukung swasembada pangan dan meningkatkan nilai tambah serta daya saing produk, maka peranan penanganan pascapanen sangat penting. Sampai saat ini tingkat susut hasil panen dan pascapanen masih cukup tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan susut hasil tersebut diperlukan upaya penanganan pascapanen yang intensif dan kontinyu. Pada Tahun Anggaran 2011 untuk mendukung kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan di daerah, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengalokasikan dana dekonsentrasi untuk provinsi dan dana tugas pembantuan untuk kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan di alokasikan pada 31 provinsi dan 189 kabupaten/kota meliputi kegiatan bimbingan teknis dan apresiasi penanganan pascapanen. Sedangkan bantuan pembelian sarana pascapanen dialokasikan pada 378 kelompoktani (poktan) atau gabungan kelompoktani (gapoktan) yang tersebar pada 189 kabupaten/kota. Setiap Dinas Pertanian Kabupaten/kota menerima 2 (dua) paket bantuan sarana pascapanen padi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 7

9 Bantuan sarana pascapanen padi merupakan salah satu wujud kepedulian Pemerintah Pusat dalam rangka mengembangkan sarana pascapanen dan upaya mengurangi susut hasil panen padi di lokasi penerima bantuan dan dalam membantu poktan/gapoktan melalui pemberian dana bantuan sosial dengan pola Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang dananya ditransfer ke rekening bank milik poktan/gapoktan penerima bantuan berdasarkan DIPA 2011 yang telah dialokasikan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sejumlah Rp ,- (seratus delapan puluh lima juta rupiah) per paket. Untuk itu, diperlukan peran aktif Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam merealisasikan sarana penanganan pascapanen. Penerima bantuan dalam membeli sarana pascapanen padi harus sesuai prioritas kebutuhan dalam rangka menurunkan susut hasil padi. Pilihan sarana pascapanen padi yang akan dibeli berupa : a. Reaper (mesin pemanen padi tipe pisau bergerigi gerak bolak balik 4 alur pemotongan), paddy mower (mesin pemanen padi tipe sandang), dan atau sabit bergerigi. Sarana panen dapat dipilih, namun alsin yang dipilih harus mempertimbangkan upaya penekanan susut hasil semaksimal mungkin. b. Power Thresher (alat mesin perontok padi tipe throw in) dengan kelengkapan 2 unit terpal minimal ukuran 8 x 8 m (apabila belum memiliki terpal). c. Pedal Thresher Bermotor dengan kelengkapan 2 unit terpal minimal ukuran 8 x 8 m (apabila belum memiliki terpal). d. Flat Bed Dryer (mesin pengering biji-bijian tipe bak datar) dengan tungku sekam. Bagi poktan/gapoktan yang telah memiliki dryer dengan kompor/tungku berbahan bakar selain sekam dan berkeinginan untuk mengganti dengan tungku sekam, maka diperbolehkan untuk membeli tungku sekamnya saja. e. Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil, dengan perbaikan/ pembelian komponen penggilingan antara lain : 2 unit Polisher (Milling, Spiral, Screen), 2 unit Ayakan kawat (separator), 1 unit Moisture tester, dan 1 unit water polisher. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 8

10 Realisasi bantuan penanganan pascapanen tanaman pangan 2011 yaitu : 1. Realisasi CPCL Realisasi CPCL sebanyak 377 (99,74 %) dari target 378 paket. Kabupaten Solok Selatan hanya menetapkan 1 poktan/gapoktan penerima, karena kesulitan mencari poktan/gapoktan yang akan menerima. 2. Realisasi SP2D Realisasi SP2D 373 paket (98,93 %) dari realisasi 377 CPCL yang ditetapkan. Kabupaten yang tidak terealisasi SP2Dnya yaitu : Kabupaten Solok (2 paket), dan Kabupaten Tanah Karo (2 paket). a. Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok telah bersurat kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor : 520/1482/Usta/IX-2011 tanggal 27 September 2011 perihal Pembatalan Penerima Bantuan Kegiatan Pascapanen Tahun Hal ini disebabkan karena pilihan sarana pascapanen padi dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diusulkan poktan/gapoktan calon penerima bantuan. b. Kabupaten Tanah Karo tidak merealisasikan bantuan sarana pascapanen padi disebabkan Pemerintah setempat memprioritaskan merealisasikan bantuan yang berasal dari dana APBD. 3. Realisasi Pembelian Realisasi pembelian 373 paket (98,6 %) dari target 378 paket. Adapun perincian kabupaten/kota penerima bantuan dan realisasi kegiatannya sebagaimana terlampir (Lampiran 1). C. Bantuan Sarana Pascapanen APBN-Dana Penghematan Dalam upaya mendukung peningkatan produksi tanaman pangan terutama padi perlu diikuti dengan penanganan pascapanen yang baik guna menyelamatkan hasil, mempertahankan mutu, efisiensi, nilai tambah dan daya saing bagi petani. Namun dengan adanya dampak perubahan iklim berpotensi mengganggu kegiatan pascapanen padi khususnya proses Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 9

11 pengeringan, karena sebagian besar petani Indonesia masih bergantung pada sinar matahari. Agar perubahan iklim tidak mempengaruhi proses penanganan pascapanen khususnya pengeringan, maka di tahun 2011 Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mendapat alokasi dana APBN-Penghematan untuk bantuan sarana pengering (flat bed dryer) sebanyak 231 unit di 16 Propinsi pada 82 kabupaten/kota (Lampiran 2). Adapun kriteria pemberian bantuan alat pengering (flat bed dryer) sebagai berikut : a. Kelompoktani (Poktan)/Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) penerima bantuan merupakan poktan/gapoktan yang aktif dan bersedia mendukung program pencapaian sasaran produksi tanaman pangan. b. Diprioritaskan bukan penerima bantuan sarana pascapanen reguler (Bantuan Sosial Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota) tahun c. Penerima bantuan bersedia menyiapkan lahan dan bangunan untuk tempat sarana pengering/flat bed dryer yang dikuatkan dengan surat pernyataan kesediaan dari pemilik lahan/bangunan untuk penempatan dryer. d. Penerima bantuan bersedia mengikuti semua kewajiban yang diberikan dan bertanggung jawab dalam kegiatan operasional tersebut untuk mensukseskan pencapaian tujuan pemberian bantuan yang telah ditetapkan. e. Lokasi penempatan bantuan sarana pengering/flat bed dryer berada di lokasi SL-PTT dan berdekatan dengan penggilingan padi. f. Adanya surat perjanjian tertulis antara poktan/ gapoktan penerima bantuan dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang menyatakan bahwa bantuan sarana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk mengoptimalkan dukungan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 10

12 g. Penerima bantuan mau dan bersedia membuat laporan perkembangan pemanfaatan pengering/flat bed dryer yang diterimanya, termasuk manfaatnya bagi perkembangan kelompoknya sendiri. Penentuan lokasi kabupaten/kota, mempertimbangkan beberapa hal, sebagai berikut : a. Memberi prioritas pada daerah sentra produksi tanaman pangan b. Mempertimbangkan proposal yang dibuat oleh daerah/masyarakat, terkait dengan kebutuhan pengering tipe bak datar/flat bed dryer di wilayahnya. c. Mempertimbangkan respon daerah dalam merealisasikan bantuanbantuan alsintan yang pernah diberikan tahun-tahun sebelumnya yang diantaranya ditunjukkan melalui laporan pemanfaatan alsintan bantuan tersebut setiap tahunnya. d. Mempertimbangkan letak lokasi penerima bantuan mengingat keterbatasan waktu yang tersedia yang dibutuhkan untuk proses pengadaan, distribusi dan perakitan bantuan sarana pengering tipe bak datar/flat bed dryer tahun Penetapan calon penerima dan calon lokasi melalui tahapan sebagai berikut: a. Usulan calon penerima dan calon lokasi bantuan sarana pengering tipe bak datar yang telah masuk di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/ Provinsi/Pusat diverifikasi oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama-sama dengan Dinas Pertanian Provinsi. b. Hasil verifikasi tersebut direkapitulasi oleh Dinas Pertanian Provinsi yang selanjutnya disampaikan kembali kepada Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, cq. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. c. Hasil finalisasi usulan tersebut selanjutnya akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan sebagai penerima bantuan sarana pengering/flat bed dryer Dana Penghematan tahun Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 11

13 Ketentuan dalam pendistribusian dan perakitan bantuan sarana pengering sebagai berikut : a. Sebelum pendistribusian, penyedia barang berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota/Calon Penerima bantuan untuk menginformasikan jadwal pengiriman sarana pengering tipe bak datar dan mendapatkan informasi tentang petugas yang akan memeriksa barang yang telah ditunjuk oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. b. Petugas pemeriksa barang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan terhadap sarana pengering beserta kelengkapannya. c. Pendistribusian bantuan sarana pengering sampai titik bagi di lokasi yang ditentukan oleh poktan/gapoktan. Lahan dan bangunan yang merupakan titik bagi telah disediakan oleh poktan/gapoktan penerima bantuan dengan ukuran minimal (p x l x t) 12 x 6 x 4 meter. d. Sarana pengering yang dikirim, dalam kondisi terpasang, baru, baik, terakit sempurna, sudah di running test (diuji coba dengan dihidupkan mesinnya), serta dilengkapi dengan petunjuk operasional/manual penggunaan dan perawatan sarana pengering tersebut. e. Bantuan yang telah diterima oleh Poktan/Gapoktan agar diketahui oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dilaporkan ke Dinas Pertanian Provinsi dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan cq. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan untuk memudahkan pembinaan selanjutnya. Dengan terbatasnya waktu pelaksanaan pengadaan sarana pengering gabah, maka pelatihan operasional sarana pengering untuk operator yang ditunjuk oleh poktan/gapoktan penerima dipusatkan pada satu lokasi di masing-masing provinsi dengan pelatih dari pihak pabrikan. Waktu pelatihan ditetapkan berdasarkan kesiapan poktan/gapoktan, pabrikan sebagai pelatih, sedangkan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Provinsi sebagai pembina. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 12

14 D. Apresiasi/Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Kondisi saat ini pengetahuan dan keterampilan serta kesadaran dan kepedulian petani terhadap penanganan pascapanen masih rendah, sehingga tingkat susut hasil tanaman pangan masih cukup tinggi. Agar susut hasil tanaman pangan dapat diperkecil, maka perlu meningkatkan kemampuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu petugas/aparat, penyuluh dan kelompoktani dalam menangani pascapanen di tingkat lapang, khususnya padi. Kegiatan Apresisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan dialokasikan di 15 provinsi (Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah) berupa pertemuan dan pelatihan bagi petugas Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Sedangkan apresiasi di tingkat kabupaten/kota berupa pertemuan dan pelatihan bagi kelompoktani, terutama penerima bantuan sarana pascapanen lingkup kabupaten/kota bersangkutan. Penanganan pascapanen tanaman pangan bertujuan meningkatkan efisiensi, menurunkan tingkat susut hasil dan mempertahankan mutu hasil. Susut hasil tanaman pangan dapat terjadi secara kuantitatif yaitu terjadi pada kegiatan panen dan perontokan serta secara kualitatif atau turunnya mutu yang disebabkan oleh rusaknya atau rendahnya kualitas hasil tanaman pangan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, kemajuan maupun kendala penanganan pascapanen tanaman pangan di tingkat petani perlu dilakukan monitoring dan evaluasi, sehingga dapat dilakukan perbaikan penanganan pascapanen di tahun mendatang. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen yang telah dilakukan antara lain : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 13

15 1. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pascapanen padi dilakukan untuk memonitor realisasi bantuan sarana pascapanen yang diperoleh poktan/gapoktan. Monitoring dan evaluasi dilakukan ke beberapa propinsi yaitu; Provinsi Aceh, Lampung, Bengkulu, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua Barat, dengan hasil sebagai berikut : a. Aceh Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen sejumlah 16 paket yang tersebar di 8 kabupaten. Realisasi bantuan telah mencapai 100%. b. Lampung Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen sejumlah 16 paket yang tersebar di 8 kabupaten. Realisasi bantuan telah mencapai 100%. c. Bengkulu Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen sejumlah 8 paket yang tersebar di 4 kabupaten. Realisasi bantuan telah mencapai 100%. d. D.I. Yogyakarta Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen sejumlah 8 paket yang tersebar di 4 kabupaten. Realisasi bantuan telah mencapai100%. e. Jawa Timur Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen sejumlah 48 paket yang tersebar di 24 kabupaten. Realisasi bantuan telah mencapai100%. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 14

16 f. Nusa Tenggara Barat, Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen sejumlah 10 paket yang tersebar di 5 kabupaten. Realisasi bantuan telah mencapai 100%. g. Sulawesi Selatan, Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen sejumlah 18 paket yang tersebar di 9 kabupaten. Realisasi bantuan telah mencapai 100%. h. Sulawesi Utara, Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen sejumlah 10 paket yang tersebar di 5 kabupaten. Realisasi bantuan telah mencapai 100%. i. Sulawesi Tengah Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pascapanen sejumlah 12 paket yang tersebar di 6 kabupaten. Realisasi bantuan telah mencapai 100%. j. Papua Barat. Mendapatkan alokasi bantuan penanganan sarana pasca panen sejumlah 4 paket yang tersebar di 2 kabupaten. Realisasi bantuan telah mencapai 100%. 2. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan ke Provinsi Banten, Jawa Barat, Sumatera Barat, Lampung, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DIY, diperolah hasil sebagai berikut : a. Kegiatan monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan melalui rapat koordinasi untuk Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 15

17 membahas form-form yang akan dibuat untuk digunakan sebagai rujukan kegiatan monitoring dan evaluasi, dan selanjutnya melakukan kunjungan ke lapangan antara lain ke Provinsi Banten, Jawa Barat, Sumatera Barat, Lampung, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DIY. b. Tujuan dilaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain adalah untuk memonitor kegiatan penanganan pasca panen jagung dan serealia lain di tingkat lapang agar mutu hasil panen dapat dipertahankan, dan melakukan evaluasi kegiatan penanganan pascapanen, mulai dari kegiatan panen, pengeringan, pemipilan, pengangkutan, dan penyimpanan. Diharapkan pada setiap kegiatan tersebut dilakukan secara tepat untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi. c. Hasil monitoring di tingkat lapang, dapat disimpulkan bahwa pada setiap Provinsi, susut hasil pada proses pascapanen sebagian besar tidak pernah didata; silo jagung yang dimiliki poktan/ gapoktan tidak difungsikan secara maksimal dikarenakan sumber panas yang menggunakan tungku sekam menghasilkan biji jagung yang kusam, sedangkan jika menggunakan sumber panas/burner dengan bahan bakar minyak tanah akan mengakibatkan ongkos produksi yang tinggi; Pola kemitraan untuk pascapanen jagung masih sebatas antara petani dengan pedagang pengumpul, belum sampai ke pabrik pengolahan/produsen pakan ternak. Tahapan penanganan pascapanen jagung pada umumnya adalah: 1) Proses pemanenan masih dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit/parang; 2) Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan lantai jemur/terpal kecuali pemanenan yang dilakukan pada musim hujan, proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan dryer (pada beberapa provinsi yang mendapatkan bantuan paket silo jagung). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 16

18 3) Proses pemipilan dilakukan dengan menggunakan cornsheller, kecuali di beberapa daerah yang luas tanamnya kecil (pemipilan dilakukan dengan manual). 4) Proses penyimpanan dilakukan hanya untuk menunggu proses pengumpulan hasil panen dari anggota kelompok tani sebelum dijual dan tidak berfungsi sebagai stok. Proses penyimpanan biasanya menggunakan karung dan tidak ada perlakuan khusus selama penyimpanan. 5) Proses pengangkutan dari Poktan/Gapoktan ke pedagang pengumpul/ pabrikan menggunakan mobil. d. Penanganan pascapanen serealia lain belum dilakukan monitoring dan evaluasi secara langsung dikarenakan pertanaman komoditas serealia lain seperti gandum dan sorgum masih terbatas. 3. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang pada tahun 2011 dilaksanakan di Provinsi Banten, Gorontalo, Maluku Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta dengan tujuan untuk mengetahui penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang di tingkat petani dan permasalahan yang ada serta upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah. Hasil evaluasi tersebut dapat sebagai perbaikan penanganan pascapanen di tahun mendatang. Hasil kegiatan monitoring dan evaluasi yaitu penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang kehilangan hasilnya paling banyak terjadi pada tahap panen, perontokan dan pengeringan. Hasil Analisis permasalahan di tingkat lapang dan pemecahan masalah dalam penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dapat dilihat pada tabel 1. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 17

19 Tabel 1. Analis Dan Pemecahan Masalah Dalam Tahap Kegiatan Penanganan Pascapanen Kedelai Dan Aneka Kacang Kegiatan Masalah Penyebab Pemecahan Masalah Masalah Panen 1. Panen terlalu awal - Petani tidak - Sosialisasi umur dan atau panen mengetahui umur panen kedelai terlambat panen yang tepat optimin sesuai varietas 2. Kehilangan hasil - Ketika panen - Setelah pemanenan tinggi kedela, kacang kedelai, kacang tanah tanah, kacang hijau kacang hijau ditaruh langsung di taruh di dialas plastik lahan tanpa alas - Biji tercecer di ladang Perontokan - Kehilangan hasil - Perontokan tertunda - Kontrol yang ketat tinggi di lapangan saat panen - Cara perontokan - Panen berkelompok dengan dipukul (regu panen) di - Perontokan tanpa lengkapi dengan alas mesin perontok Pengeringan - Terlambat - Fasilitas - Pengeringan di pengeringan penjemuran/lantai usahakan sampai - Mutu biji kedelai, jemur terbatas, tidak kering simpan kacang tanah, kacang ada alat mesin sementara hijau rusak pengering (k.a %) - Mesin pengering - Ada alat mesin - Bantuan mesin tidak berkembang tetapi tidak dapat pengering mengoperasikannya - Pelatihan operator - Petani enggan - Pemilikan alsin secara mengeluarkan biaya berkelompok dan untuk pengeringan pengoperasiannya secara berpindahpindah 4. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Aneka Umbi Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen aneka umbi telah dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Gorontalo, dan Jambi, dengan hasil sebagai berikut : a. Penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar masih bersifat tradisonal/sangat sederhana, yaitu dengan cara mencabut/cangkul. b. Sarana penanganan pascapanen untuk ubijalar dan ubikayu masih sangat terbatas. c. Rendahnya harga ubikayu dan ubijalar di tingkat petani menyebabkan minat petani untuk mengusahakan komoditi ubikayu dan ubijalar rendah. d. Masih rendahnya pengetahuan petani terhadap penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar. e. Perlunya pembinaan, bimbingan teknis, sosialisasi tentang penanganan pascapanen secara kontinyu. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 18

20 E. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan bentuk fasilitasi dalam rangka peningkatan efisiensi produksi, menurunkan susut hasil, meningkatkan rendemen dan mutu hasil, nilai tambah dan daya saing serta pengamanan harga untuk mendukung peningkatan produksi tanaman pangan. Penanganan pascapanen akan memberikan hasil sesuai yang diharapkan apabila dilakukan secara professional, untuk itu kegiatan tersebut diharapkan dapat berkembang secara optimal dan menguntungkan serta berkelanjutan sehingga mampu memberikan andil yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia dengan melakukan bimbingan teknis di tingkat lapangan untuk penanganan pascapanen tanaman pangan. Bimbingan teknis di provinsi dan kabupaten/kota penerima bantuan sarana pascapanen diberikan dalam rangka mengidentifikasi, memverifikasi dan menentukan kelompoktani penerima bantuan, membimbing/ membina dan memonitor kelompoktani penerima bantuan serta mengevaluasi perkembangan dan pemanfataan sarana pascapanen. Kegiatan bimbingan teknis di tingkat lapangan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan para pelaku pascapanen (petugas, petani/ kelompok tani) yang menangani pascapanen tanaman pangan, sehingga peningkatan efisiensi produksi, penurunan susut hasil, peningkatan rendemen dan mutu hasil, panen akan dapat menambah nilai tambah dan daya saing serta pengamanan harga hasil panen sesuai yang diharapkan. 1. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Padi Bimbingan teknis penanganan pascapanen padi dilaksanakan di Provinsi Aceh, Lampung, Sumatera Utara, Jambi, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, dan D.I Yogyakarta, dengan hasil sebagai berikut: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 19

21 a. Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota memberikan bimbingan serta bahan masukan kepada poktan/gapoktan penerima bantuan dalam membeli sarana pascapanen padi (diprioritaskan sesuai kebutuhan). Pembelian sarana pascapanen harus mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Tahun Sarana yang dibeli berupa Reaper, Power Thresher, Pedal Thresher, Flat Bed Dryer, dan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil. b. Di dalam penyusunan RUK (Rencana Usaha Kelompok) sudah mengacu pada pedoman pelaksanaan penanganan pascapanen tanaman pangan 2011 dan diperioritaskan pada kebutuhan poktan/gapoktan, sedangkan spesifikasi teknisnya disesuaikan kebutuhan daerah dan dapat menggunakan produsen/pengrajin di daerah setempat sepanjang telah memiliki test report dari lembaga uji yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian. c. Masalah utama proses penanganan pascapanen padi adalah kehilangan (susut) hasil yang masih relatif tinggi serta mutu gabah/beras yang dihasilkan belum baik. Titik kritis terjadinya susut hasil yaitu pada tahapan panen dan perontokan serta saat penggilingan. Selain terjadi kehilangan bobot di setiap perlakuan penanganan pascapanen juga terjadi kerusakan kualitas fisik gabah. Langkah untuk mengurangi tingkat kerusakan fisik dan mutu beras adalah dengan memperbaiki cara, keterampilan, perbaikan sarana dan prasarana. d. Beberapa provinsi menginginkan sarana pascapanen dibeli di luar alat pascapanen yang tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan Pascapanen seperti Penggilingan Padi Kecil dan RMU. e. Teknologi alat dan mesin pascapanen merupakan adopsi teknologi baru bagi petani, olehnya itu perlu dilakukan bimbingan yang intensif bagi petani, aparat/petugas mengenai cara penggunaan, cara perbaikan serta perawatan sarana pascapanen Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 20

22 sehingga alat tersebut lebih bermanfaat dan berdayaguna baik dari segi waktu maupun tenaga yang dikeluarkan. 2. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain Bimbingan teknis penanganan pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan di Provinsi Gorontalo, Lampung, Sumatera Barat, NTB, Bengkulu, Sulawesi Selatan, Maluku, DIY, dan Sumatera Utara, dengan hasil sebagai berikut : a. Kegiatan penanganan pascapanen jagung dan serealia lain dengan baik dan benar memerlukan kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia. Olehnya itu, para pelaku di lapangan perlu diberi bimbingan teknis dalam penanganan pascapanen terutama kepada aparat/petugas kabupaten/kota, dan kepada poktan/gapoktan. b. Bimbingan teknis di tingkat lapangan diharapkan dapat meningkatkan SDM (petugas, petani / kelompoktani) yang menangani pascapanen jagung dan serealia lain, sehingga akan terjadi peningkatan efisiensi produksi, penurunan susut hasil, dan mutu hasil panen yang dapat memberikan nilai tambah, daya saing serta pengamanan harga hasil panen sesuai yang diharapkan. 3. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, Bali, Sumatera Utara, Jambi, NTB, Jawa Tengah, dan D.I Yogyakarta, dengan hasil sebagai berikut: a. Penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang umumnya masih secara tradisional, sehingga menyebabkan susut tercecer masih relatif tinggi, terutama saat proses panen, perontokan dan pengeringan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 21

23 b. Kualitas/mutu dan kuantitas/jumlah hasil panen kedelai dan aneka kacang masih rendah, hal ini disebabkan karena panen terlalu awal pada kadar air tinggi dan penundaan penanganan pascapanen. c. Petani masih sulit mengadopsi teknologi penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang. Dalam mengoperasikan alsin pascapanen petani kurang trampil dalam penggunaannya, disebabkan tidak adanya pelatihan khusus dalam pengoperasian sarana pascapanen. d. Masih kurangnya pengetahuan petani dalam melakukan penanganan pascapanen yang tepat dan benar, serta masih kurangnya ketersediaan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang. e. Petani enggan bertanam kedelai karena harga jual kedelai yang rendah, sehingga perlu ditumbuhkembangkan kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha industri kedelai melalui sistem kontrak beli agar terdapat kepastian produksi, harga dan kelangsungan usaha. 4. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Aneka Umbi Bimbingan teknis penanganan pascapanen aneka umbi dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dengan hasil sebagai berikut : a. Penanganan pascapanen yang baik perlu dilakukan pada setiap tahapan kegiatan pascapanen ubikayu dan ubijalar seperti penentuan saat panen, pemanenan, pengupasan, pencucian, perajangan, pengeringan, pengemasan gaplek/chips dan penyimpanan umbi segar. b. Penanganan pascapanen aneka umbi belum diterapkan secara optimal, sehingga tingkat kehilangan hasil masih tinggi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 22

24 dikarenakan adanya berbagai kendala seperti aspek teknis, ekonomi, dan sosial. c. Penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar yang dilakukan oleh petani masih bersifat tradisional. Saat panen masih menggunakan cangkul, sehingga masih terdapat batang umbi yang terluka. Pengangkutan dari ladang ke tempat pengumpulan masih dipikul, sehingga beberapa umbi akan tercecer selama perjalanan. Di samping itu diperlukan biaya tambahan untuk tenaga kerja. Sumber daya manusia masih rendah dan pengetahuan tentang pentingnya penanganan pascapanen ubikayu dan ubijalar yang baik masih kurang. d. Introduksi sarana dan teknologi pascapanen ubikayu dan ubijalar belum bersifat spesifik dan selektif. e. Kurangnya tenaga/operator sarana pascapanen yang terampil dan dukungan perbengkelan dalam perbaikan, perawatan dan penyediaan suku cadang masih belum memadai. f. Masih diperlukan upaya penanganan pascapanen yang intensif dan kontinyu. F. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Informasi mengenai Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan bertujuan sebagai : 1. Bahan panduan bagi petani dan pelaku pascapanen tentang cara-cara penanganan pascapanen yang berdasarkan prinsip-prinsip Good Handling Practises (GHP) sehingga diharapkan petani dapat : (1) Menurunkan tingkat kehilangan; (2) Mempertahankan mutu; dan (3) Mendapatkan produk tanaman pangan yang memenuhi persyaratan kualitas. 2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melakukan penanganan pascapanen tanaman pangan, khususnya terkait dengan upaya menurunkan susut pascapanennya. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 23

25 Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan terdiri dari : 1. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Padi Penanganan pascapanen padi meliputi beberapa tahapan kegiatan yaitu penentuan saat panen, pemanenan, perontokan, pengangkutan, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras. a. Penentuan Saat Panen Padi Merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pascapanen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen harus dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis. 1) Pengamatan Visual Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat tampilan fisik tanaman padi pada hamparan lahan sawah, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95% butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning keemasan. 2) Pengamatan Teoritis Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture tester, umur panen padi yang tepat adalah hari setelah berbunga merata atau antara hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22-23% pada musim kemarau, dan antara 24-26% pada musim penghujan. b. Pemanenan Padi Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemanenan padi adalah umur panen, cara panen, sistem panen, serta penumpukan dan pengumpulan hasil panen. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 24

26 tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52% apabila pemanenan padi dilakukan secara tidak tepat. c. Alat dan Mesin Pemanen Padi Alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi harus memenuhi persyaratan teknis, ekonomis, dan sosial. Selain itu, alat dan mesin yang digunakan untuk memanen padi juga harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini telah terjadi perkembangan dalam penggunaan alat pemanen padi mulai dari sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam, dan juga telah diperkenalkan secara mekanisasi dengan menggunakan paddy mower, reaper dan stripper. d. Sistem Panen Padi Sistem panen harus dibuat berdasarkan tata cara sebagai berikut : 1) Pemanenan dilakukan dengan sistem beregu/kelompok. 2) Pemanenan dan perontokan dilakukan oleh kelompok pemanen. 3) Jumlah pemanen antara 5-7 orang yang dilengkapi dengan 1 unit pedal thresher atau orang yang dilengkapi 1 unit power thresher. Menurut hasil penelitian, kehilangan hasil panen pada sistem kelompok jauh lebih rendah dibandingkan dengan sistem kroyokan dan ceblokan. e. Penumpukan dan Pengumpulan Hasil Panen Penumpukan dan pengumpulan hasil panen harus dilakukan dengan cara yang baik. Untuk menghindari atau mengurangi terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengumpulan hasil panen menggunakan alas dari terpal/plastik. Penggunaan alas pada saat penumpukan dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 25

27 pengumpulan hasil panen dapat menurunkan kehilangan hasil antara 0,94 2,36%. f. Perontokan Padi Pada tahap perontokan padi, kehilangan hasil akibat ketidak tepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5%. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perontokan padi adalah penundaan perontokan, dan alat perontok yang digunakan. Alat dan mesin yang digunakan untuk merontokkan padi telah mengalami perkembangan mulai dari perlakuan tradisional dengan gebotan sampai menggunakan perlakuan mekanis menggunakan pedal thresher atau power thresher. 1) Gebotan Gebotan merupakan alat perontok padi tradisionil yang masih banyak digunakan petani. 2) Pedal Thresher Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana dan digerakkan dengan menggunakan tenaga manusia. Kelebihan alat ini dibandingkan dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu; mudah dioperasikan dan mengurangi kehilangan hasil. Kapasitas kerja kg per jam dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 2,5%. 3) Pedal Thresher Bermotor Pedal thresher bermotor adalah alat perontok padi yang digunakan untuk melepas butiran-butiran gabah dari tangkainya sehingga dapat diproses menjadi beras, dengan menggunakan tenaga motor penggerak untuk mengoperasionalkanya. Proses perontokan dilakukan hanya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 26

28 ujung jerami yang ada padinya saja, sementara ujung yang lain (pangkal) jerami masih dipegang oleh operator. 4) Power Thresher Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga motor penggerak. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat mengurangi kehilangan hasil padi sekitar 3%. 5) Power Thresher Bermotor (Multifungsi Pedal Thresher) Power thresher merupakan alat perontok yang digerakan oleh motor bakar atau motor listrik melalui system transmisi. Pengumpanan padi yang dirontokkan dengan cara memegang tangkai padi bagian malai, diletakan di bawah atau di atas silinder perontok atau dengan melepas padi ke ruang perontok. Pada umumnya power thresher sudah dilengkapi dengan unit pembersih berupa saringan dan kipas penghembus untuk memisah tangkai atau jerami, daun dan gabah hasil perontokan. g. Pengeringan Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gabah sampai mencapai batas tertentu sehingga siap untuk diolah/ digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama 1) Penjemuran Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Sebagai sarana penjemuran dapat digunakan lantai jemur dari semen atau menggunakan alas dari terpal/plastik. 2) Pengeringan buatan (a) Flat Bed Dryer Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 27

29 Flat bed dryer merupakan alat pengering buatan yang sederhana, terdiri dari : (1) Kotak/bak pengering, pemanas dan kipas/blower. Lantai kotak pengering terbuat dari baja yang berlubang kecil-kecil sehingga dapat dilalui udara pengering. (2) Bed type adalah suatu tipe alat pengering dimana bak penampungnya berada di atas ruang pengering dan angin berhembus secara horizontal kemudian naik ke atas melewati sela-sela ruang udara di antara butiran bahan yang dikeringkan. (3) Gabah yang akan dikeringkan diletakkan di kotak pengering, udara yang sudah dipanaskan oleh sumber pemanas (tungku sekam) dihembuskan oleh blower dan menembus tumpukan gabah. Udara yang keluar dari tumpukan gabah akan membawa uap air yang dilepaskan oleh gabah. (b) Flat Bed Dryer Berbahan Bakar Sekam Penggunaan mesin pengering (dryer) berbahan bakar sekam dalam teknologi pengeringan gabah merupakan terobosan baru dalam penanganan pascapanen. Mesin pengering dapat digunakan untuk mengantisipasi pengaruh cuaca di mana biasanya petani harus mengeringkan gabahnya pada musim penghujan dan lantai jemur tidak bisa dipakai pada saat tersebut. (c) Bed Dryer Automixing Bed dryer automixing adalah sistem pengering dengan sistem pengacak/pengaduk otomatis. Dasar automixing adalah menggantikan peran manual pengacakan atau pengadukan kerataan gabah. Makin sering diacak, makin homogen tingkat kerataan kering gabahnya, serta makin Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 28

30 jarang diacak makin tidak homogen antar lapisan. Ratarata bed dryer manual memiliki rendemen rendah sekitar 50% namun dapat lebih tinggi apabila rajin dibalik dan suhu dipertahankan tidak terlalu tinggi. Bed dryer automixing ini dapat mengatasi masalah yang terjadi pada tipe flat bed dryer yang memiliki kelemahan kekurangan kerataan tekanan di keempat sudutnya. (d) Vertical Dryer Vertical Dryer adalah Mesin Pengering Gabah yang terdiri dari : Motor Penggerak, Ruang Pengering, Unit Pemanas (Burner), Blower, Bucket Elevator dan Panel kontrol. h. Penyimpanan Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam melakukan penyimpanan gabah/beras dapat mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur; serangan serangga, binatang pengerat; dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu gabah/beras. Cara penyimpanan gabah/ beras dapat dilakukan melalui : 1) sistem curah, yaitu gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari gangguan hama maupun cuaca; dan 2) cara penyimpanan menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik, karung goni, dan lain-lain. i. Penggilingan Penggilingan merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan. Peningkatan mutu beras akan dapat dicapai apabila : a) gabah yang digiling bermutu baik dengan budidaya yang baik dan benar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 29

31 dan proses pascapanen yang tepat; b) sarana mekanis yang dipakai untuk mengolahnya memadai; dan c) SDM operator yang terampil. j. Pengemasan Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukan pengemasan antara lain : 1) Beras hasil gilingan sebaiknya tidak langsung dikemas, sampai sisa panas akibat penggilingan hilang. 2) Jenis kemasan disarankan memperhatikan berat isinya. 3) Untuk kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya, untuk ukuran 5 kg dengan kantong plastik ketebalan 0,8 mm. 4) Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan kemasan, dan bahan kemasan (tidak korosif, tidak mencemari, kedap udara). 5) Label kemasan beras hendaknya mencantumkan nama varietas (untuk menghindari pemalsuan). k. Penyimpanan 1) Tempat penyimpanan beras harus aman dari tikus, bersih, bebas kontaminasi hama (Caliandra sp. dan Tribolium sp.) dan penyakit gudang, ada pengaturan aerasi, tidak bocor dan tidak lembab. 2) Sebelum beras disimpan sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap kebocoran kemasan. 3) Karung beras diletakkan di atas bantalan kayu yang disusun berjejer dengan jarak tertentu untuk pengaturan aerasi, tidak langsung kontak dengan lantai untuk menghindari kelembaban, memudahkan pengendalian hama (fumigasi), serta teknik penumpukan beras. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 30

32 2. Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Jagung Buku Teknologi Penanganan Pascapanen Jagung, menyajikan antara lain: a. Teknik Penanganan Pascapanen Jagung 1) Penanganan Tahap Pertama (a) Teknik Pemanenan Jagung (1) Kegiatan pemanenan, meliputi kegiatan penentuan waktu panen, pemungutan hasil, pengumpulan, dan pengangkutan ke tempat proses selanjutnya. (2) Kegiatan panen jagung yang dilakukan harus sesuai waktu panen atau tepat umur, dan sesuai metoda/ cara yang biasa dilakukan petani. Penentuan panen dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 7-8 minggu setelah keluar bunga, masak fisiologis, dan berdasarkan visual telah mencapai kematangan biji yang tepat, dan ditandai dengan mengeringnya batang dan daun-daun yang menguning kering kecoklatan. (3) Sebaiknya panen dilakukan pada kadar air %, akan tetapi bila dipanen pada kadar air tinggi (35-40%) maka cara panen dilakukan dengan menyabit batang jagung setinggi pinggang, kemudian jagung langsung dipetik atau dipuntir dengan tangan dan segera dikupas kelobotnya serta dimasukkan ke dalam keranjang dan dilakukan pengeringan sampai kondisi kadar air mencapai 17-18%. Sedangkan pada kadar air rendah (17-20%) cara panen dilakukan dengan memetik dan mengupas kelobot jagung langsung pada batangnya tanpa menyabit tanaman jagung terlebih dahulu. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 31

33 (4) Setelah panen selesai, jagung tongkol dimasukkan ke dalam karung dan dibawa ke tepi jalan menunggu pengangkutan. (b) Teknik Pengeringan Jagung (1) Pengeringan awal untuk jagung tongkol Pengeringan awal biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan pemipilan jagung di mana kadar air diturunkan sekitar %, sebab pemipilan tanpa dilakukan pengeringan terlebih dahulu menyebabkan banyak butiran yang rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat, pengerjaannya agak lambat. Pengeringan dapat dilakukan secara tradisional maupun dengan bantuan alat mekanis berupa alat mesin pengering jagung. (2) Pengeringan akhir untuk jagung pipil Pengeringan akhir yaitu butir-butir biji yang telah terpipil dikeringkan kembali dengan tujuan agar kadar airnya turun lagi dari % menjadi sekitar 12 %. (c) Teknik Pemipilan Jagung Kegiatan pemipilan jagung meliputi kegiatan melepas biji dari tongkol, memisahkan tongkol, memisahkan kotoran dan mengangkut jagung pipilan kering ke tempat proses selanjutnya. Proses pemipilan dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat sederhana dan mesin pemipil. 2) Penanganan Tahap Kedua (a) Teknik Penyimpanan Jagung Biji (1) Penyimpanan jagung dengan sistem curah. (2) Penyimpanan jagung biji dengan kemasan/wadah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 32

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 IKHTISAR EKSEKUTIF IKHTISAR EKSEKUTIF, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 LAK KIP (LAPORAN KINERJA IN NSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPAN NEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2014 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Scanned

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL

II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi 11: PANEN DAN

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PANEN DAN PASKA PANEN KEDELAI A.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

ALAT DAN MESIN PANEN PADI ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi... KATA PENGANTAR Dalam rangka mencapai kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani perlu upaya khusus, terutama dukungan kebijakan pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman pangan sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki posisi strategis dalam penyediaan kebutuhan, sumber lapangan kerja dan pendapatan, serta sumber devisa.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015-2019 DIREKTORAT PASCAPANEN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya seperti tanaman jagung

I. PENDAHULUAN. padi jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya seperti tanaman jagung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditi pangan unggulan di Indonesia sehingga di Indonesia mayoritas petani lebih memilih menanami sawahnya dengan tanaman padi jika dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Komoditi padi sebagai bahan konsumsi pangan pokok masyarakat, tentunya telah diletakkan sebagai prioritas dan fokus kegiatan program

Lebih terperinci

INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:

INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.: INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS Informasi Praktis Balitkabi No.:2015-12 Disajikan pada: Workshop Optimalisasi Pengembangan Mekanisasi Usahatani Kedelai Serpong,

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCA PANEN PADI

PANEN DAN PASCA PANEN PADI PANEN DAN PASCA PANEN PADI Penanganan pasca panen padi merupakan kegiatan sejak padi dipanen sampai menghasilkan produk antara (intermediate product) yang siap dipasarkan. Dengan demikian, kegiatanpenanganan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak

Lebih terperinci

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN KEDELAI

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN KEDELAI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PANEN

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN MENUJU PERTANIAN MODERN KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN 1. Pengelolaan Alsintan Melalui Brigade Tanam: a. Bersifat task force b. Dikelola oleh Dinas Pertanian Propinsi

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN TEKNIS

KERANGKA ACUAN TEKNIS KERANGKA ACUAN TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGADAAN FASILITASI BANTUAN SARANA PASCAPANEN (DANA APBN-P TAHUN 2012) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka Program Percepatan Peningkatan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di zaman yang semakin canggih ini, kemajuan teknologi juga semakin pesat berkembang. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan teknologi, khususnya

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP

ALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP ALAT DAN MESIN PANEN HASIL PERTANIAN drh. Saiful Helmy, MP Proses panen padi dimulai dengan pemotongan bulir padi yang sudah tua (siap Panen) dari batang tanaman padi, dilanjutkan dengan perontokan yaitu

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI DAERAH PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN HASBI

STRATEGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI DAERAH PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN HASBI STRATEGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI DI DAERAH PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN HASBI PUSAT UNGGULAN RISET PENGEMBANGAN LAHAN SUB OPTIMAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA PASCA PANEN PENTING? Gabah adalah

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Pertemuan ke-14. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

Pertemuan ke-14. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa Pertemuan ke-14 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian 2. Khusus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. KATA PENGANTAR Kekayaan sumber-sumber pangan lokal di Indonesia sangat beragam diantaranya yang berasal dari tanaman biji-bijian seperti gandum, sorgum, hotong dan jewawut bila dikembangkan dapat menjadi

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta. PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP 2017 Laporan Kinerja Triwulan II KATA PENGANTAR Dalam rangka memonitor capaian kinerja kegiatan Ditjen Tanaman Pangan pada triwulan II TA 2017 serta sebagai bahan penilaian aspek akuntabilitas kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen beras yang besar, tetapi kebutuhan konsumsi beras dan pertumbuhan penduduk yang besar menyebabkan Indonesia tidak mampu menjadi

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan alsintan oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota maupun oleh Satuan Komando

Lebih terperinci

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak

Jember, Juli, 2011 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2011] Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) Abstrak Penggunaan Mesin Perontok untuk Menekan Susut dan Mempertahankan Kualitas Gabah (The Use of Power Thresher to Reduce Losses and Maintain Quality of Paddy) Rokhani Hasbullah 1), Riska Indaryani 1) 1) Departemen

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) Engkos Koswara Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email : ekoswara.ek@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli tropis Ethiopia, Afrika Timur, dan dataran tinggi Ethiopia dianggap sebagai pusat utama domestikasi

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN : ANALISIS KEBUTUHAN, EVALUASI PROGRAM, DAN DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PASCA PANEN

KAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN : ANALISIS KEBUTUHAN, EVALUASI PROGRAM, DAN DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PASCA PANEN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN KEBIJAKAN TEKNOLOGI PASCA PANEN : ANALISIS KEBUTUHAN, EVALUASI PROGRAM, DAN DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PASCA PANEN Oleh : Henny Mayrowani Dewa K.S. Swastika Supadi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP KATA PENGANTAR Dalam upaya peningkatan produksi pertanian tahun 2010, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin berkembang tidak seiring dengan kesejahteraan para petani beras di Indonesia khususnya.ketidaksejahteraan petani ini disebabkan

Lebih terperinci

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan :

Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : Kode Produk Target : 1.3 Kode Kegiatan : 1.03.02 PENGEMBANGAN PAKET TEKNOLOGI MESIN PERONTOK PADI LIPAT DI DAERAH TERASERING UNTUK MENEKAN LOSSES DAN MENGURANGI KEJERIHAN KERJA Oleh Koes Sulistiadji Joko

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN 2010 1 Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR 0 KATA PENGANTAR Kondisi usaha pembibitan sapi yang dilakukan oleh peternak masih berjalan lambat dan usaha pembibitan sapi belum banyak dilakukan oleh pelaku usaha, maka diperlukan peran pemerintah untuk

Lebih terperinci

VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL

VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL 7.1. Subsistem Usahatani Gandum Lokal Informan usahatani ditetapkan berdasarkan Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) pada desa-desa target observasi.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember 2013 Direktur Alat dan Mesin Pertanian. Ir. Bambang Santosa, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember 2013 Direktur Alat dan Mesin Pertanian. Ir. Bambang Santosa, MSc. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas tersusunnya Pedoman Teknis Pengembangan dan Pembinaan UPJA sebagai tindak lanjut dalam mengoptimalkan peran dan fungsi kelembagaan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, Kementerian Pertanian merupakan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk besar sangat perlu memantapkan kestabilan pangan secara berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi dan upaya-upaya

Lebih terperinci

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 1 LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian mengemban amanat untuk terus berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 92 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi dihadapkan pada beberapa permasalahan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016

RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016 RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016 OLEH : SEKRETARIS BADAN PPSDMP Disampaikan pada : Pra-Musrenbangtannas Kementerian Pertanian Jakarta, 12 Mei 2015 ARAH KEBIJAKAN 2015-2019

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan subsektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi wilayah. Oleh sebab itu, komoditas tanaman pangan memegang peranan

Lebih terperinci