PENDAHULUAN. Latar Belakang. terpenting dalam memenuhi kebutuhan gizi dan nutrien yang di perlukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Latar Belakang. terpenting dalam memenuhi kebutuhan gizi dan nutrien yang di perlukan"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Produk pangan di dalam kehidupan manusia merupakan hal terpenting dalam memenuhi kebutuhan gizi dan nutrien yang di perlukan oleh tubuh. Globalisasi telah menyentuh seluruh aspek kehidupan dan pangan menjadi salah satu produk yang tidak terbatas oleh wilayah. Pangan yang dapat dikonsumsi manusia dapat berasal dari berbagai kombinasi bahan pangan yang berasal dari pertanian, peternakan, dan perikanan yang sudah mengalami proses pengolahan sehingga siap disajikan dan dikonsumsi. Produk pangan yang layak dan memenuhi syarat untuk di konsumsi adalah produk pangan yang sehat, bergizi, dan tidak beracun. Pola makan dan jenis makanan, dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya, latar belakang budaya, kebiasaan masyarakat, wilayah, dan agama. Mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam. Pola makan masyarakat yang beragama Islam harus mentaati perintah agama yaitu mengkonsumsi makanan yang halal dan tidak makan barang yang haram, sehingga faktor kehalalan dari makanan yang dikonsumsi menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Pangan yang boleh dimakan atau halal jumlahnya sangat banyak dan beragam jenisnya. Pangan tersebut dapat berasal dari wilayah mana saja di dunia, sedangkan pangan yang dilarang atau haram jumlahnya sangat sedikit, salah satunya adalah diharamkannya babi untuk 1

2 dikonsumsi. Agama Islam adalah agama yang juga mengatur umatnya dalam perkara makanan, yaitu antara makanan yang boleh dimakan (halal) dan makanan yang dilarang dimakan (haram). Seluruh produk pangan yang mengandung unsur babi di dalamnnya diharamkan dalam Islam untuk dimakan. Bakso adalah makanan yang berasal dari daging yang paling populer di Indonesia. Saat ini banyak jenis produk daging yang umum dikonsumsi dan tersebar di seluruh negara tanpa batasan. Produk baru seperti nugget, sosis, burger, hot dog, bakso, dan lainnya, diterima secara luas oleh konsumen tanpa memandang jenis kelamin, etnis, dan usia. Pengolahan lebih lanjut daging telah memberikan keuntungan lebih ekonomis bagi produsen dan kenyamanan bagi konsumen. Bakso banyak dijual di masyarakat, semua kalangan mengkonsumsi makanan bakso ini, mulai dari masyarakat menengah ke bawah sampai menengah ke atas. Bakso sangat digemari masyarakat Indonesia karena bahan utamanya adalah daging yang memiliki kandungan protein yang tinggi dengan rasanya yang enak dan harganya terjangkau. Bahan dasar pembuatan bakso yaitu daging, bumbu-bumbu, dan tepung, daging yang digunakan untuk membuat bakso biasanya adalah daging sapi, ayam atau babi, dengan bahan dasar tersebut maka bakso merupakan makanan yang bergizi. Bakso yang berada di pasar secara umum menggunakan daging sapi sebagai bahan utamanya, tetapi terdapat beberapa pedagang yang 2

3 mencampur daging sapi dengan daging babi atau daging bangkai dalam pembuatan baksonya. Pencampuran tersebut dilakukan untuk meningkatkan keuntungan karena daging babi maupun bangkai harganya lebih murah dibandingkan dengan daging sapi. Bakso yang tercampur daging babi menjadi haram dikonsumsi oleh orang yang beragama Islam. Permasalahan utama adalah tidak mudahnya mendeteksi unsur babi dalam produk pangan apakah mengandung unsur babi atau tidak, karena kontaminasinya dalam pangan tidak mudah dibedakan secara organoleptik dan fisik. Kemajuan teknologi telah memberikan solusi dalam mendeteksi kontaminasi bahan pangan, dan salah satunya adalah kontaminasi babi. Erwanto et al. (2011) melaporkan bahwa teknologi yang mendasarkan pada DNA mampu digunakan untuk mendeteksi keberadaan unsur babi dalam pangan. Menurut Pouli et al. (2007) teknologi tidak hanya diperlukan untuk sertifikasi status kehalalan produk namun juga menghindari pemalsuan dan sekaligus menjadi alat bukti yang kuat apabila terjadi suatu kasus yang memerlukan pembuktian ilmiah. Hasil penelitian sebelumnya telah mampu membuktikan kemampuan deteksi DNA melalui metode PCR-RFLP untuk mendeteksi kontaminasi babi pada produk pangan. Deteksi kontaminasi unsur babi sampai level 1% dapat dideteksi keberadaanya pada produk pangan yang dilakukan di laboratorium (Aida et al., 2005, Erwanto et al., 2011, dan Erwanto et al., 2012). 3

4 PCR-RFLP merupakan salah satu metode yang sesuai untuk identifikasi spesies spesifik pada produk olahan daging seperti bakso, sosis, nugget, kornet dan lain-lain. Identifikasi spesies menggunakan digesti enzim restriksi merupakan metode yang sederhana dengan pemilihan enzim restriksi yang tepat. Metode PCR-RFLP dapat digunakan untuk mendeteksi daging babi yang dicampur dengan daging sapi untuk menentukan kehalalan suatu produk olahan daging seperti bakso (Haryati, 2010). Erwanto et al. (2011) juga melaporkan tentang kemampuan metode PCR-RFLP yang mampu mendeteksi daging babi dalam campuran dengan daging sapi dan ayam, dalam keadaan yang sudah dimasak menjadi produk. Metode PCR-RFLP diaplikasikan dengan menggunakan enzim BseDI sebagai enzim restriksi yang mampu memecah DNA cytochrome b yang berasal dari daging babi sehingga dapat digunakan sebagai dasar ada tidaknya unsur babi secara ilmiah. Penelitian skala laboratorium tersebut perlu dikaji aplikasinya dalam mendeteksi unsur babi melalui PCR-RFLP tersebut pada produk komersial di lapangan. Oleh karena itu penelitian ini akan mengaplikasikan teknologi deteksi unsur babi melalui metode PCR-RFLP pada produk bakso komersil di lapangan, khususnya di wilayah kota Surabaya dan Yogyakarta. Wilayah tersebut dijadikan pengambilan sampel dikarenakan penduduknya mayoritas beragama Islam. 4

5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya campuran daging babi pada bakso di Surabaya dan Yogyakarta dengan metode Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dengan menggunakan enzim restriksi BseDI. Manfaat Penelitian Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah tersediannya informasi kehalalan produk bakso di Yogyakarta dan Surabaya, serta diketahui kemampuan teknologi PCR-RFLP untuk mendeteksi kontaminasi daging babi pada produk olahan pangan khususnya bakso. 5

6 TINJAUAN PUSTAKA Daging dan Produk Daging Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Daging yag dapat dikonsumsi dapat berasal dari sapi, kerbau, babi, kuda, domba, kambing, unggas, ikan, dan organisme yang hidup di air atau di air dan di darat (Soeparno, 2009). Promosi makanan sehat dan halal secara global telah menciptakan permintaan yang lebih besar dari konsumen dan makanan eksportir untuk makanan lebih aman dan bersih. Hygiene dan sanitasi merupakan faktor utama yang terlibat ketika berbicara tentang keamanan pangan. Dengan demikian harus diperhatikan unsur-unsur keamanan pangan seperti penanganan, pengolahan, pengemasan dan penyimpanan makanan halal sangat penting. Konsep HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) telah diterapkan secara luas dan juga mencakup bahaya mikrobiologis. Kombinasi HACCP dan konsep produksi makanan secara halal, memastikan makanan yang dijual di pasaran tidak hanya aman, tapi bebas dari segala jejak melanggar hukum (Shaeda, 2009). Identifikasi spesies hewan dalam produk makanan adalah isu penting yang harus diselesaikan dalam rangka untuk melindungi konsumen dari pemalsuan, maupun pengantian bahan pangan secara 6

7 ilegal, karena alasan ekonomi, agama dan kesehatan (Liyana et al., 2009). Haryati (2010), meneliti status kehalalan bakso yang ada di pasaran, dari 16 sampel yang diambil terdapat 7 sampel bakso yang mengandung daging babi. Bakso merupakan jenis makanan yang sangat populer di Indonesia, terutama di Jawa. Bakso dibuat dari campuran daging tidak kurang dari 50% dan pati atau tepung serealia, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan. Umumnya bakso berbentuk bulat, namun saat ini bentuk bakso makin variatif, begitu pula rasanya. Umumnya bakso dibuat menggunakan daging ternak untuk mendapatkan produk yang kenyal dan kompak. Daging yang digunakan dapat berupa daging sapi, kerbau, kambing, domba, unggas. Pada prinsipnya, pembuatan bakso terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) penghancuran daging; (2) pembuatan adonan; (3) pencetakan bakso; dan (4) pemasakan. Bakso biasanya disajikan bersama mi atau bihun, sayuran, dan kuah. Bakso diperkenalkan ke Indonesia oleh perantau dari Cina (Anonim, 2009). Kontaminasi Produk Olahan Daging Kekhawatiran terhadap keamanan pangan meningkat seiring dengan banyaknya ragam pasokan pangan dan terjadinya perubahan kebiasaan makan (food habit) akibat gaya hidup yang berubah. Seiring kemajuan zaman ke depan masyarakat cenderung lebih banyak 7

8 mengkonsumsi produk-produk hasil industri. Dalam proses pengolahan di industri hampir selalu ditambahkan bahan kimia yang disebut bahan tambahan pangan (food additives) yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas produk atau membantu pengolahan. Pada ranahnya sering juga ditemukan pelanggaran hukum seperti kecurangan atau pemalsuan dalam praktek perdagangan pangan. Faktor pemalsuan atau adulteration adalah pemalsuan atau pencampuran bahan pangan dengan bahan lain yang lebih rendah mutunya atau dengan bahan yang berbahaya, atau bahan yang dilarang digunakan. Adulteration dengan bahan yang lebih murah menarik bagi pengolah maupun pedagang pangan, baik industri kecil maupun besar. Demikian juga turunan-turunan produk babi tak jarang tercampur pada produk pangan (Santoso, 2009). Beberapa tahun terakhir masyarakat beragama Islam menjadi semakin khawatir tentang daging yang mereka makan. Produk label yang tepat sangat penting bagi konsumen untuk membuat informasi pilihan dan untuk memastikan produk perdagangan, terutama di pasar makanan halal. Secara global konsumen muslim prihatin mengenai sejumlah permasalahan terkait daging dan produk daging seperti daging babi substitusi, penggunaan plasma darah, penggunaan bahan makanan yang dilarang, casing dari usus babi, dan non-halal metode pemotongan (Nakyinsige, 2012). 8

9 Jaminan Kehalalan dan Kesehatan Pangan Pangan menurut undang-undang no 18 tahun 2012, pasal 1 ayat 1, tentang pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan makanan atau minuman. Pelanggaran dalam perdagangan seperti produk pangan rusak atau busuk, kadaluwarsa, daging gelonggongan, ayam tiren (bangkai), daging sampah restoran, pemalsuan daging sapi dengan daging lain (daging babi) dan lain-lain. Kasus-kasus keracunan karena makanan (food poisoning) sangat sering terjadi di masyarakat, ini mengindikasikan bahwa kondisi keamanan pangan di masyarakat sangat memprihatinkan. Praktek pemalsuan dalam perdagangan pangan sangat memprihatinkan, merisaukan, dan membingungkan, karena hal ini tidak hanya menyangkut kualitas tetapi juga keamanan dan kehalalan pangan (Santoso, 2009). Allah SWT telah mengharamkan daging babi karena ilmu pengetahuan telah menyingkapkan bahwa di dalam daging babi itu terdapat cacing pita dan bakteri yang mematikan bagi manusia. Ilmu kedokteran sekarang mengakui bahwa makan daging babi itu sangat berbahaya untuk seluruh daerah, lebih-lebih di daerah panas. Ini diperoleh 9

10 berdasarkan penyelidikan ilmiah, bahwa makan daging babi itu salah satu sebab timbulnya cacing pita yang sangat berbahaya (Qardhawi, 2000). Menurut undang-undang no 18 Tahun 2012, pasal 1 ayat 5, Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat menggangu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Teknologi Deteksi Daging Babi Penelitian mengenai deteksi jenis daging dan produk olahan terus dikembangkan sebagai suatu usaha perlindungan terhadap konsumen. Suatu organisme hidup akan mempunyai satu susunan tertentu dari protein atau asam nukleatnya. Oleh karena itu keragaman protein dari organisme dapat dijadikan alat atau penanda untuk menelusuri asal usul atau kekerabatan suatu spesies. Identifikasi suatu jenis daging dan produk olahannya dapat dilakukan dengan metode yang berdasarkan pemisahan fraksi molekul (elektroforesis), metode imunologi (single diffusion, double diffusion, ELISA = enzyme linked immunosorbent assay, RID = radial immunodiffusion, CIE = counter immunoelectrophoresis), komposisi asam lemak (chromatography gas dan high performance liquid chromatography) serta teknologi DNA (hibridasi DNA; PCR-RAPD : Polymerase Chain Reaction-Random Amplified Polymorphic; PCR-RFLP : Polymerase Chain 10

11 Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism; PCR dengan primer spesifik) (Nuraini, 2004). Metode ELISA Identifikasi pada sampel daging relevan kepada konsumen karena beberapa alasan: (i) kemungkinan kerugian ekonomi dari penipuan, penggantian atau pemalsuan, (ii) persyaratan medis individu yang mungkin memiliki alergi makanan tertentu, dan (iii) alasan agama. Dengan demikian, dapat diandalkan dan sensitif alat analisis diperlukan untuk deteksi dan identifikasi bahan makanan hewan. DNA berbasis metode dan teknik ELISA yang paling banyak digunakan untuk identifikasi daging (Asensio et al., 2007). ELISA digunakan dalam tahun terakhir untuk mengidentifikasi daging dari spesies binatang yang berbeda. ELISA adalah teknik imunologi yang melibatkan enzim (protein yang mengkatalis reaksi biokimia) untuk mendeteksi adanya antibodi dan antigen dalam sampel. Uji yang dilakukan pada antibodi yang terdapat di otot dan protein hewani, serum atau termostabil protein. Metode ELISA dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, hasil kualitatif memberikan hasil positif atau negatif pada sampel. Keterbatasan ELISA yaitu metodologinya menggunakan protein untuk dianalisis, sehingga protein tersebut sering terdenaturasi selama proses pengolahan makanan, akibatnya protein epitop tidak terdeteksi antibodinya (Asensio et al., 2007). Denaturasi 11

12 protein dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu oleh panas, ph, kimia, dan mekanik (Winarno, 1998). Prasyarat untuk ELISA adalah ketersediaan jumlah yang cukup untuk mendeteksi analisis antibodi. Antibodi poliklonal dan monoklonal (MAbs) dapat digunakan dalam metode ELISA untuk identifikasi komponen makanan. Antibodi poliklonal menawarkan sejumlah manfaat seperti pengakuan dari campuran epitop berbeda dari antigen, lebih toleransi terhadap perubahan kecil dalam sifat antigen, seperti polimerisasi atau sedikit denaturasi dan mereka adalah pilihan yang lebih disukai untuk deteksi denaturasi protein. Namun, memiliki keterbatasan seperti variabel afinitas, produksi terbatas dan persyaratan untuk pemurnian untuk menghilangkan cross-reactivity untuk identifikasi spesies tertentu (Harlow dan Lane, 1999). Elektroforesis SDS PAGE (Sodium, Dodecyl Sulfat Polyacrylamid Gel Electroforesis) Elektroforesis SDS PAGE (sodium dodecyl sulfat polyacrylamid gel electroforesis) merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya daging babi pada produk pangan. Metode elektroforesis didasarkan pada pemisahan protein yang terdapat di medan listrik setelah ekstraksi dari jaringan otot, kemudian ditempatkan pada media khusus. Pada awalnya, gel yang bekerja dan kemudian polyacrylamide dan agarose. Saat ini, pemisahan elektroforesis dapat dilakukan pada polyacrylamide gel (PAGE), pada polyacrylamide 12

13 gel mengandung agen mendenaturasikan sodium dodecyl sulfate) (SDS- PAGE) atau isoelektrik (isoelectric focusing = IEF) yang fokus pada agar atau gel polyacrylamide (PAGIF) (Montowska dan Pospiech, 2007). Menurut Hermanto dan Dhien (2009) SDS PAGE digunakan untuk mengetahui perbedaan protein produk olahan (sosis) daging babi dan daging sapi. protein yang terdapat pada sosis diekstraksi. Protein yang terisolasi kemudian dikarakterisasi menggunakan SDS PAGE (sodium dodecyl sulphate polyacrilamide gel electrophoresis) dengan metode standar. Karakterisasi profil protein dilakukan dengan menggunakan Mini protean gel elektroforesis kemudian di elektroforesis dan diketahui berat molekul masing-masing protein. Spesifitas pita protein pada produk olahan sosis (sapi dan babi) dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan pita protein yang spesifik pada kisaran 45,1 kda untuk sosis sapi dan 69 kda untuk sosis babi komersil. Penelitian Zelechowska et al. (2012) menggunakan SDS PAGE untuk menganalisis protein pada daging babi yang telah mengalami susut masak selama proses pemasakan. Hasil elektroforesis produk yang mengalami perubahan dikarenakan adanya enzim proteolitik selama proses pemasakan daging, yang dipartisi menjadi polypeptides dengan bobot molekul antara 60 dan 85 kda. 13

14 Polymerase Chain Reaction (PCR) Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu teknik perbanyakan molekul DNA dengan ukuran tertentu secara enzimatik melalui mekanisme perubahan suhu. Prinsip dasar PCR adalah proses denaturasi DNA pada suhu 94 C sampai 95 C. Proses annealing (proses penempelan primer) pada suhu antara 32 C terjadi pada DNA yang telah terbelah pada tempat yang spesifik. Kemudian akan terjadi proses extension yaitu suhu dinaikkan menjadi 72 C, maka primer dengan bantuan enzim DNA polymerase akan membentuk untaian DNA sesuai dengan urutan DNA yang terbelah (Sulandari dan Zein, 2003). Polymerase chain reaction (PCR) merupakan langkah replikasi DNA. DNA Polymerase Singel stranded digunakan sebagai template sintesis DNA baru. Singel stranded DNA template didapat dengan proses pemanasan. DNA Polymerase membutuhkankan primer untuk memulai sintesis untaian ganda. Karena itu titik awal untuk sintesis DNA dapat ditentukan dengan menyediakan sebuah primer oligonucleotide sebagai template. Hal ini adalah sangat penting dari proses PCR bahwa DNA polymerase dapat diarahkan untuk mensintesis suatu wilayah tertentu dari DNA. PCR mampu menghasilkan banyak salinan urutan DNA tanpa beralih ke cloning (Watson et al., 1992). Ming et al. (2011) menggunakan PCR multiplex untuk mengidentifikasi sumber-sumber produk pangan. Produk pangan yang diidentifikasi adalah produk tanduk rusa yang sering dipalsukan dengan 14

15 menggunakan jaringan binatang lain. PCR assay untuk identifikasi spesies banyak digunakan dalam produk rusa. Primer dirancang dari wilayah ulangi tandem D-loop dan terpelihara wilayah 16S. Hasilnya menunjukkan bahwa fenomena penipuan epidemi penggantian produk rusa, khususnya produk tanduk, penis, janin dan tendon. Oleh karena itu, PCR multiplex ini disediakan teknik yang berguna dan sensitif untuk mengidentifikasi sumber-sumber produk olahan. Identifikasi produk daging pada pangan olahan dapat dilakukan dengan primer spesifik sesuai dengan spesies hewan ternak. Primer didesain berdasarkan urutan DNA yang dilestarikan di mitokondria cytochrome b gen, dan reverse primers pada spesies tertentu sekuensi DNA untuk setiap spesies. PCR multiplex pada campuran daging sapi dan babi teramplifikasi membentuk 2 band dengan besaran 274 bp dan 398 bp (Matsunaga et al., 1999). Bai et al. (2008) menggunakan common primer multiplex PCR (CP-M-PCR) dalam mendeteksi dan mengungkapkan panjang fragmen empat jenis daging (ayam, sapi, babi dan kuda). Panjang fragmen yang didapat secara berurutan daging ayam, sapi, babi dan kuda sebesar 239, 292, 412 dan 451 bp. Penggunaan CP- M-PCR diyakini lebih efisien dalam penggunaan primer, serta meningkatkan sensitifitas primer sampai 100 kali dibandingkan dengan multiplex PCR. 15

16 Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) PCR-RFLP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk identifikasi suatu spesies dalam produk olahan daging, seperti bakso, sosis, nugget, kornet dan lain-lain. Identifikasi spesies menggunakan digesti enzim restriksi merupakan metode yang sederhana dengan memilih enzim restriksi yang tepat. Metode PCR-RFLP dapat digunakan untuk mendeteksi daging babi yang dicampur dengan daging sapi, untuk menentukan kehalalan suatu produk olahan daging (Haryati, 2010). Dalam mengidentifikasi suatu spesies, primer yang umum digunakan adalah primer universal dan spesies-spesific primer. Primer gen mitokondria cytochrome b didesain untuk dapat mengamplifikasi beberapa jenis hewan, meliputi mamalia, burung, amphibi, reptil, ikan, serangga dan laba-laba (Kocher et al., 1989). Mitokondria merupakan salah satu organela sel pada makhluk hidup, khususnya pada eukaryote dan merupakan organela di dalam sitoplasma yang berukuran kecil, memiliki lapisan dalam yang berlipat (internal layer) atau cristae dan memiliki ukuran yang sama seperti bakteri (Gardner et al., 1991). Cytochrome b adalah salah satu protein yang telah dikarakterisasi dengan baik, membentuk kompleks III sistem fosforilasi oksidatif mitokondria dan merupakan gen yang dikode oleh genom mitokondria. Gen cytochrome b mitokondria dapat digunakan untuk mempelajari 16

17 evolusi dan hubungan filogenetik berbagai hewan, seperti burung, mamalia, reptile, amfibi, ikan, dan beberapa invertebrata (Prusak et al., 2004). PCR-RFLP gen mitokondria cytochrome b merupakan alternatif yang dapat diterapkan untuk deteksi babi dalam daging olahan dalam produk-produk yang diperdagangkan, seperti sosis dan chicken nugget. Gen cytochrome b digunakan untuk kation amplifikasi dari PCR dan menghasilkan fragmen DNA sekitar 360 bp (Erwanto et al., 2011). Menurut Kocher (1989), optimalisasi proses PCR menghasilkan produk PCR dengan ukuran spesifik sesuai pasangan primer yang digunakan. Pasangan primer yang digunakan untuk mengidentifikasi daging babi adalah primer L14841 (5 -CCA TCC AAC ATC TCA GCA TGA TGA AA-3 ) dan primer H15149 (5 -GCC CCT CAG AAT GAT ATT TGT CCT CA-3 ) pasangan primer ini menghasilkan amplikon sebesar 359 bp. Enzim restriksi endonuklease merupakan enzim yang mempunyai spesifitas karena hanya memotong DNA untai ganda yang mempunyai urutan nukleotida tertentu. Enzim endonuklease restriksi dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu tipe I, tipe II, dan tipe III. Enzim restriksi tipe I memotong DNA secara acak dan jauh dari sekuen pengenalnya. Enzim restriksi tipe II memotong DNA dekat atau pada situs pengenalannya. Enzim restriksi tipe III merupakan enzim yang memotong di luar situs pengenalnya (Yuwono, 2005). Penelitian Erwanto et al. (2011) dalam proses PCR-RFLP menggunakan enzim restriksi BseDI untuk mengidentifikasi adanya 17

18 daging babi dalam daging olahan (sosis sapi dan chicken nugget), menunjukkan DNA mitokondria babi dipotong menjadi fragmen 131 dan 228 bp. PCR-RFLP dapat mengidentifikasi spesies menghasilkan hasil yang sangat jelas untuk identifikasi spesies babi. Teknik ini berpotensi dapat diandalkan untuk deteksi babi dalam produk olahan pangan yang berasal dari hewan, dimana DNA umumnya terdegradasi selama proses pengolahan. Analisis RFLP dengan menggunakan enzim restriksi BseDl untuk mengidentifikasi spesies daging dalam produk olahan pangan. Enzim BseDI dikenal sebagai isoschizomer dari BsaJI, BssECI, dan SecI. Enzim ini mengenali dan memotong DNA fragmen di urutan CCNNGG. Enzim restriksi BseDI dihasilkan dari bakteri Geobacillus Strearothermophilus (Fermentas AB), dengan RFLP enzim BseDl akan memotong basa yang dikenali dan menghasilkan fragment DNA dengan jumlah dan ukuran yang berbeda (Erwanto et al., 2011). Bakso yang tercampur daging babi akan menghasilkan 2 pita sebesar 131 bp dan 228 bp, sedangkan daging bakso yang tidak dicampur daging babi menghasilkan 1 pita dengan ukuran 359 bp (Haryati, 2010). Menurut Erwanto et al. (2009) penggunaan metode PCR-RFLP dengan enzim BseDI merupakan salah satu teknik yang akurat untuk mengetahui keberadaan daging babi. 18

19 Isolasi DNA DNA merupakan substansi yang sangat penting karena menggandung struktur informasi turun-temurun yang menentukan struktur protein, dan DNA merupakan molekul primer kehidupan. DNA memberikan petunjuk langsung ke sel tumbuh dan pembelahan, serta pesan ke banyaknya sel-sel khusus yang diperlukan untuk keberhasilan fungsi tumbuhan tingkat tinggi dan hewan (Watson et al., 1992). Ekstraksi DNA dari organisme eukaryote (manusia, hewan, dan tumbuhan) dilakukan melalui proses penghancuran dinding sel (lysis cell walls), penghilangan protein dan RNA (cell digestion), dan pengendapan DNA (precipitation of DNA) dan pemanenan. Berbagai teknik ekstraksi DNA telah dikembangkan dari prinsip dasar tersebut, sehingga saat ini telah muncul berbagai teknik ekstraksi dan purifikasi DNA. Prinsip dasar ekstraksi DNA adalah serangkaian proses untuk memisahkan DNA dari komponen-komponen sel lainnya. Hasil ekstraksi tersebut merupakan tahapan penting untuk langkah berikutnya (Sulandari dan Zein, 2003). Secara kimiawi penghancuran sel dilakukan dengan memanfaatkan senyawa kimia seperti EDTA (ethyllenediamine tetraacetid), dan SDS (sodium dodecyl sulfate). EDTA berfungsi sebagai perusak sel dengan cara mengikat ion magnesium (ion ini berfungsi untuk mempertahankan integritas sel maupun mempertahankan aktivitas enzim nuclease yang merusak asam nukleat). SDS merupakan sejenis deterjen yang berfungsi merusak membran sel. Enzim proteinase K dapat digunakan untuk 19

20 menghancurkan protein. Kotoran akibat lisis sel dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Kemudian molekul nukleotida (DNA dan RNA) yang telah dipisahkan dibersihkan dari protein yang masih ada dengan menggunakan phenol. Chloroform digunakan untuk membersihkan sisa-sisa protein dan polisakarida dari larutan. Enzim RNAase berfungsi untuk menghancurkan RNA sehingga DNA dapat diisolasi secara utuh, pemurnian DNA dengan cara penambahan NaCl yang berfungsi untuk memekatkan, memisahkan DNA dari larutan dan mengendapkan DNA sewaktu dicampur dengan etanol (Sulandari dan Zein, 2003). Pengukuran Konsentrasi Molekul DNA Ukuran molekul DNA teramat kecil sehingga tidak dapat dilihat kasat mata. Namun demikian ukuran panjang pendeknya, kuantitas, dan kualitas (tingkat kemurnian) molekul DNA dapat diketahui dengan pendugaan yang cukup akurat. Kuantitas dan kualitas DNA dapat di duga melalui spektofotometri sinar ultra violet, dengan alat yang disebut spektrofotometer. Kemurnian DNA ditentukan oleh tingkat kontaminasi protein dalam larutan. Kemurnian larutan DNA dapat dilihat dengan membagi nilai OD 260 dengan OD 280. Molekul DNA dikatakan murni jika rasio kedua nilai tersebut berkisar antara 1,8 sampai 2 (Sulandari dan Zein, 2003). 20

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi rakyat Indonesia, pernyataan ini terdapat dalam UU pangan No. 7 tahun 1996. Sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun masyarakat patut berhati-hati dengan bahan makanan dalam bentuk olahan atau mentah yang sangat mudah didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Produk makanan olahan saat ini sedang berkembang di Indonesia. Banyaknya variasi bentuk produk makanan olahan, terutama berbahan dasar daging yang beredar

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. bakso menggunakan daging sapi dan daging ayam. campuran bakso, dendeng, abon dan produk berbasis bakso lainnya.

BAB. I PENDAHULUAN. bakso menggunakan daging sapi dan daging ayam. campuran bakso, dendeng, abon dan produk berbasis bakso lainnya. BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan yang sangat populer di Indonesia. Bakso dapat dijumpai mulai dari pedagang gerobak yang berkeliling hingga restoran di hotel berbintang. Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengalami pemisahan bagian-bagian dari karkas hewan utuh sehingga jenis

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengalami pemisahan bagian-bagian dari karkas hewan utuh sehingga jenis BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun minuman bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang- BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan kebutuhan gizi. Bahan pangan asal hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini, pelaksanaan sistem jaminan halal menjadi isu global.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini, pelaksanaan sistem jaminan halal menjadi isu global. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini, pelaksanaan sistem jaminan halal menjadi isu global. Mengkonsumsi makanan halal adalah suatu keharusan bagi setiap Muslim. Dalam al Qur an, disebutkan makanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemalsuan makanan merupakan masalah besar dalam industri makanan, dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa domestica) merupakan salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Gen sitokrom b digunakan sebagai pembawa kode genetik seperti halnya gen yang terdapat dalam nukleus. Primer tikus yang dikembangkan dari gen sitokrom b, terbukti dapat mengamplifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terbuat dari gelatin sapi (Sahilah dkk., 2012). Produsen akan memilih

I. PENDAHULUAN. yang terbuat dari gelatin sapi (Sahilah dkk., 2012). Produsen akan memilih I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kapsul adalah salah satu produk farmasi yang terbuat dari gelatin sapi dan gelatin babi yang berperan dalam pengemasan sediaan obat (Sahilah dkk., 2012), sedangkan gelatin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir, identifikasi spesies hewan menjadi perhatian utama karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap bahan atau komposisi makanan

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi dan Purifikasi Bakteri Isolasi merupakan proses pemindahan organisme dari habitat asli ke dalam suatu habitat baru untuk dapat dikembangbiakkan. Purifikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpengaruh langsung pada diversifikasi produk pangan menyebabkan beranekaragamnya

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Potensi Ternak Sapi Potong di Indonesia Populasi penduduk yang terus berkembang, mengakibatkan permintaan terhadap kebutuhan pangan terus meningkat. Ternak memberikan kontribusi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) Srihanto, E.A, Setiaji, G, Rumpaka, R dan Firwantoni Balai Veteriner Lampung Jalan Untung Suropati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b TINJAUAN PUSTAKA Tikus (Rattus norvegicus) Tikus termasuk ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mamalia, ordo Rodentia, dan famili Muridae. Spesies-spesies utama yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi yang dicampur dengan daging tikus. Akibat dari tingginya harga daging sapi, ada pedagang bakso yang

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total DNA total yang diperoleh dalam penelitian bersumber dari darah dan bulu. Ekstraksi DNA yang bersumber dari darah dilakukan dengan metode phenolchloroform,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA MANUSIA (EPITELIAL MULUT DAN DARAH) DAN TEKNIK PCR DAN ISOLASI PROTEIN DARI DRAH, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA MANUSIA (EPITELIAL MULUT DAN DARAH) DAN TEKNIK PCR DAN ISOLASI PROTEIN DARI DRAH, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA MANUSIA (EPITELIAL MULUT DAN DARAH) DAN TEKNIK PCR DAN ISOLASI PROTEIN DARI DRAH, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDSPAGE Oleh : Nita Andriani Lubis dan Fery Prawira Gurusinga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah pusat dan pemerintah daerah selain berkewajiban menjamin keamanan produk obat dan makanan, saat ini juga mulai berupaya untuk menjamin kehalalan produk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Babi domestik (Sus scrofa) merupakan hewan ternak yang dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut Sihombing (2006), daging babi sangat digemari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE

LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE Nama (NIM) : Debby Mirani Lubis (137008010) dan Melviana (137008011)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan pangan merupakan salah satu isu yang harus menjadi perhatian baik pemerintah maupun masyarakat. Pengolahan makanan yang tidak bersih dapat memicu terjadinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging merupakan makanan berbentuk bulatan atau lain yang diperoleh dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. daging merupakan makanan berbentuk bulatan atau lain yang diperoleh dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakso Sapi Definisi dari Standar Nasional Indonesia menyebutkan bahwa bakso daging merupakan makanan berbentuk bulatan atau lain yang diperoleh dari campuran daging ternak (kadar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu penyedia sumber bahan pangan memiliki banyak macam produk yang dihasilkan. Salah satu produk pangan yang berasal dari peternakan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari

Lebih terperinci

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN Darda Efendi, Ph.D Nurul Khumaida, Ph.D Sintho W. Ardie, Ph.D Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB 2013 Marka = tanda Marka (marka biologi) adalah sesuatu/penanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Golongan darah sistem ABO yang selanjutnya disebut golongan darah merupakan salah satu indikator identitas seseorang. Pada orang hidup, golongan darah sering digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016 EKSTRAKSI DNA 13 Juni 2016 Pendahuluan DNA: polimer untai ganda yg tersusun dari deoksiribonukleotida (dari basa purin atau pirimidin, gula pentosa,dan fosfat). Basa purin: A,G Basa pirimidin: C,T DNA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas mikroba dari sampel tanah yang dapat diisolasi dengan kultivasi sel

BAB I PENDAHULUAN. komunitas mikroba dari sampel tanah yang dapat diisolasi dengan kultivasi sel BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendekatan klasik untuk memperoleh akses biokatalis baru adalah dengan menumbuhkembangkan mikroorganisme dari sampel lingkungan, seperti tanah dalam media berbeda dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu peredaran bakso oplosan dengan daging babi yang kini berkembang di tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang dioplos dengan daging

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Sumber DNA pada Aves biasanya berasal dari darah. Selain itu bulu juga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber DNA. Hal ini karena pada sebagian jenis Aves memiliki pembuluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi sudah banyak perubahan dalam pola makan, sebagai dampak dari adanya perubahan tingkat ekonomi dan pendidikan penduduknya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Serum dan Kuning Telur Hasil AGPT memperlihatkan pembentukan garis presipitasi yang berwarna putih pada pengujian serum dan kuning telur tiga dari sepuluh ekor ayam yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Isolasi Protein Darah dan Elektroforesis SDS-PAGE

LAPORAN PRAKTIKUM Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Isolasi Protein Darah dan Elektroforesis SDS-PAGE LAPORAN PRAKTIKUM Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Isolasi Protein Darah dan Elektroforesis SDSPAGE Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 07, 14, 21, dan 28 November 2013 Nama Mahasiswa : Maya

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan pola hidup,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Didalam Al-Qur an tertera dengan

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni TINJAUAN PUSTAKA Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni siklus hidupnya terdiri dari telur larva pupa imago. E. kamerunicus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Selain mutu proteinnya tinggi, daging juga mengandung asam amino essensial yang lengkap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Afkir Itik afkir merupakan ternak betina yang tidak produktif bertelur lagi. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hewan Babi Hewan babi berasal dari Genus Sus, Linnaeus 1758 mempunyai bentuk hidung yang rata sangat khas, hewan ini merupakan jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Surra merupakan penyakit pada ternak yang disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi. Penyakit ini juga menyerang hewan domestik dan hewan liar. Parasit ini

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Kuantitas DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Spektrofotometer Pengujian kualitas DNA udang jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau PENGANTAR Latar Belakang Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau Wild Mallard). Proses penjinakan telah terjadi berabad-abad yang lalu dan di Asia Tenggara merupakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosis merupakan produk olahan daging yang terdapat di dalam selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya. Diantara berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan Cyprinid salah satu yang populer diantaranya adalah ikan mas atau common carp (Cyprinus carpio) merupakan ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan cukup

Lebih terperinci

SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP

SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP Disusun oleh: Bening Wiji NPM : 060800997 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNOBIOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Bagian B Supernatan Pengendapan Jumlah /warna 7 ml / berwarna kuning 1 ml Warna merah

LAPORAN PRAKTIKUM. Bagian B Supernatan Pengendapan Jumlah /warna 7 ml / berwarna kuning 1 ml Warna merah LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM ISOLASI DNA MANUSIA (SEL EPITHEL MULUT DAN DARAH) PRAKTIKUM ISOLASI PROTEIN DARI DARAH PRAKTIKUM PCR,ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE OLEH : Yuni Rahmayanti Ade Putra Sinaga

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani. Daging

BAB I PENDAHULUAN. Daging merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani. Daging BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daging merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani. Daging mempunyai asam amino essensial yang lebih lengkap bila dibandingkan dengan protein yang

Lebih terperinci

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang identifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang identifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang identifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) insersi/ delesi (I/D) dilakukan pada 100 pasien hipertensi yang berobat di poli jantung rumah sakit dr.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam deoksiribonukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan salah satu jenis asam nukleat yang membawa ribuan gen yang menentukan sifat tertentu dari satu generasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pewarnaan Gram

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pewarnaan Gram 46 HASIL DAN PEMBAHASAN Pewarnaan Gram Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa 14 isolat lokal yang diduga sebagai S. aureus (AS, NU1, NU2, NU3, NU4, NU5, NU6, NU7, NU8, NU9, NU10, NU11, NU13 dan NU14)

Lebih terperinci

MACAM-MACAM TIPE PCR DAN TEKNIK PEMOTONGAN PROTEIN DENGAN METODE EDMAN SEBAGAI DASAR KERJA ANALISIS SEKUENSING

MACAM-MACAM TIPE PCR DAN TEKNIK PEMOTONGAN PROTEIN DENGAN METODE EDMAN SEBAGAI DASAR KERJA ANALISIS SEKUENSING TUGAS GENETIKA MOLEKULER MACAM-MACAM TIPE PCR DAN TEKNIK PEMOTONGAN PROTEIN DENGAN METODE EDMAN SEBAGAI DASAR KERJA ANALISIS SEKUENSING Oleh: Laurencius Sihotang 8756130889 Program Studi Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian mengenai biodiversitas mikroba termofilik telah membuka banyak informasi mengenai interaksi mikroba dengan lingkungannya (Newman dan Banfield, 2002).

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Re-Karakterisasi Isolat Bakteri Re-karakterisasi bakteri pada biakan agar darah serta hasil uji gula-gula (biokimia) menggunakan Kit Microgen TM GN-ID Identification dapat dilihat

Lebih terperinci

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Disusun oleh : Vallery Athalia Priyanka NPM : 130801398 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Protein merupakan zat yang sangat penting bagi setiap organisme serta merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh berfungsi sebagai sumber

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Sosis Sapi Nilai ph Sosis Sapi Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sel pada tubuh memiliki DNA yang sama dan sebagian besar terdapat pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sel pada tubuh memiliki DNA yang sama dan sebagian besar terdapat pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. DNA (Deoxyribonuleic Acid) Deoxyribonucleic acid (DNA) adalah suatu materi yang terdapat pada tubuh manusia dan semua makhluk hidup yang diwarisi secara turun menurun. Semua

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci