BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB 3METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Pusat PenelitianPengembangan Fisika (P2F) Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia (LIPI) PUSPITEK, Serpong Waktu Penelitian Penelitian ini di lakukan selama 3 bulan, mulai dari tanggal 6 Februari 2016sampai dengan tanggal 9 Mei Bahan dan Alat Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pasir besi alam Berfungsi sebagai bahan baku dalam pembuatan nanopartikel magnesium ferrit. 2. Serbuk Magnesium Asetat Tetrahidrat ( Mg(CH 3 COO) 2. 4H 2 O ) Berfungsi sebagai bahan baku dalam pembuatan nanopartikel magnesium ferrit. 3. Larutan Amonia (NH 3 ) Berfungsi sebagai zat pengendap pada proses sintesis magnesium ferrit 4. Larutan Asam Klorida (HCl) Berfungsi sebagai bahan pelarut pada proses sintesis magnesium ferrit 5. Aquades Berfungsi sebagai bahan pelarut pada pembuatan nanopartikel MgFe 2 O 4 dan membersihkan endapan yang tersisa. 6. PEG 6000 Berfungsi sebagai coating pada pembuatan nanopartikel MgFe 2 O 4 7. Larutan Ethanol (C 2 H 5 OH) Berfungsi untuk membersihkan kaca preparat dan membasahi serbuk

2 saat pengujian Optical Microscope (OM) 8. Serbuk Timbal Nitrat (Pb(NO 3 ) 2 Berfungsi sebagai limbah buatan untuk pengujian AAS Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Magnetic Stirrer Berfungsi untuk mengaduk dan mencampur larutan agar homogeny 2. Magnetic Bar Berfungsi sebagai media pengaduk pada alat magnetic stirrer 3. Beaker Glass Berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan dan mencampurkan bahanbahan yang digunakan 4. Spatula Berfungsi untuk mengambil sampel berupa serbuk 5. Gelas Ukur Berfungsi untuk mengukur jumlah larutan yang digunakan 6. Neraca Digital Berfungsi untuk menimbang massa sampel yang digunakan 7. Pipet Tetes Berfungsi untuk memindahkan dari suatu wadah ke wadah lainnya 8. Magnet Permanen Berfungsi untuk menahan endapan serbuk agar tidak hilang pada saat endapan di bersihkan 9. Oven Berfungsi untuk mengeringkan endapan serbuk yang basah 10. Pinset Berfungsi untuk menjepit magnetic bar pada saat diangkat dari beaker glass 11. Kertas Saring Berfungsi untuk menyaring larutan 12. Masker Berfungsi untuk melindungi wajah dari bahan berbau tajam

3 13. Sarung Tangan Berfungsi untuk melindungi tangan dari bahan yang menyebabkan iritasi 14. Tisu Berfungsi untuk membersihkan peralatan yang digunakan 15. Kertas Label Berfungsi sebagai penanda sampel 16. Plastik Sampel Berfungsi untuk menyimpan sampel 17. Kertas Sampel Berfungsi sebagai media untuk menimbang sampel 18. Mill Shaker Berfungsi sebagai pengguncang limbah buatan yang digunakan 19. Jar Mill Berfungsi untuk meletakkan limbah buatan dan bahan adsorben 20. Corong Berfungsi untuk memasukkan larutan limbah buatan ke dalam botol 21. Wadah Botol Berfungsi sebagai tempat larutan limbah buatan yang akan di uji 22. Piknometer Berfungsi sebagai alat untuk mengukur nilai True Density 23. High Energy Milling (HEM) Berfungsi untuk menghaluskan sampel untuk pengujian 24. Optical Microscope (OM) Berfungsi sebagai alat untuk melihat distribusi partikel 25. Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) Berfungsi sebagai alat untuk melihat besarnya pernyerapan limbah 26. Vibrating Sample Magnetizer (VSM 250 Electromagnetic) Berfungsi sebagai alat untuk melihat sifat magnetik 27. X-Ray Diffraction (XRD) Berfungsi sebagai alat untuk melihat fasa dan struktur Kristal

4 28. Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE SEM) Berfungsi sebagai alat untuk menganalisa ukuran nanopartikel magnesium ferit.

5 3.3 Diagram Alir Penelitian Alur proses kerja yang dilakukan dalam sintesis magnesium ferrite akan ditunjukkan seperti pada gambar dibawah ini : Dicampurkan 5,91 gram serbuk pasir besi alam dan 2,72 serbuk Mg(CH 3 COO) 2. 4H 2 O kedalam 40 ml larutan HCl 5,1 M Diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga homogen dengan kecepatan 500 rpm Dipanaskan PEG 6000 ke dalam oven bersuhu 100 o C; Sebanyak 0, 4, 8, dan 12 gram hingga meleleh Campuran dimasukkan tetes demi tetes kedalam larutan 99 ml NH 3 2 M dan PEG 6000 masingmasing 0, 4, 8, dan 12 gram Campuran larutan diaduk menggunakan magnetic stirrer (T =70 o C; t=120 menit; v = 500 rpm) Dicuci dengan aquades hingga ph netral Hasil endapan dikeringkan didalam oven selama 1 jam dengan suhu 100 o C Digerus Nanopartikel MgFe 2 O 4 Karakterisasi: True Density, Optical Microscopy (OM), Vibrating Sample Magnetometer (VSM), X- Ray Diffraction (XRD), Atomic Adsorption Spectroscopy (AAS) dan Field Emission Scanning ElectronMicroscopy(FE SEM) Gambar 5. Diagram Alir Penelitian Sintesis Magnesium Ferrite ( MgFe 2 O 4 )

6 3.4 Variabel Eksperimen Variabel Penelitian Variabel dari penelitian ini adalah variasi komposisi PEG 6000 sebagai sintesis nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan metode kopresipitasi. Komposisi sintesis divariasikan pada proses pengadukan menggunakan magnetic stirrer yaitu dengan massa 0 gram, 4 gram, 8 gram dan 12 gram Variabel Percobaan yang Diuji Variabel yang digunakan dalam percobaan ini adalah : a) Sifat Fisis Analisa sifat fisis meliputi pengujian True Density dari serbuk MgFe 2 O 4 serta mengamati nano struktur dengan pengamatan OM b) Karakterisasi Ukuran Partikel Analisa nanopartikel dengan melakukan uji FE-SEM (Field Emission Scanning Electron Microscope) c) Analisa Struktur Kristal Pengamatan dan analisis struktur kristal dilakukan dengan pengujian XRD (X-Ray Diffraction) d) Analisa Sifat Magnet Pengujian sifat magnetik dari serbuk MgFe 2 O 4 yaitu dengan pengujian VSM (Vibrating Sample Magnetometer) e) Analisa Sifat Penyerapan Pengujian sifat penyerapan dari serbuk MgFe 2 O 4 yaitu dengan pengujian AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) 3.5 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini dilakukan proses sintesis nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan metode Kopresipitasi kemudian dilakukan karakterisasi terhadap hasil sintesis tersebut. Bahan baku MgFe 2 O 4 yang digunakan pada sintesis nanopartikel ini adalahmg(ch 3 COO) 2. 4H 2 O dan pasir besidengan perbandingan koefisien reaksi 1:2, larutan HCl sebagai pelarut serta larutan NH 4 OH sebagai pengendap. Mg Fe OH MgFe 2 O H 2 O

7 3.5.1 Sintesis MgFe 2 O 4 dengan metode Kopresipitasi 1. Pada tahapan preparasi bahan baku Mg(CH 3 COO) 2. 4H 2 O dan pasir besi masing-masing ditimbang massanya sebanyak 2,72 gram dan 5,91 gram menggunakan neraca digital. Pencampuran dilakukan dengan memasukkan 40 ml HCl 5,1M kedalam beaker glass berisi bahan baku yang telah ditimbang massanya. Kemudian campuran tersebut diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 500 hingga larutan homogen. 2. PEG 6000 dimasukkan ke dalam beaker glass masing-masing 0 gram, 4 gram, 8 gram dan 12 gram. Kemudian beaker glass yang sudah berisi PEG 6000 dipanaskan ke dalam oven bersuhu 100ºC. 3. Setelah PEG meleleh, dimasukkan larutan NH 3 (Molaritas = 2) kedalam beaker glass berisi PEG gram sebanyak 99 ml dan diaduk menggunakan magnetic stirrer. Kemudian kedalam larutan NH 3 tersebut, dimasukkan hasil pencampuran bahan baku dan HCl secara perlahan-lahan hingga seluruh campuran tercampur sambil diaduk dan dipanaskan diatas magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm dan suhu 70 o C selama 120 menit. Dilakukan tahapan yang sama untuk membuat variasi komposisi PEG 6000 yaitu : 4 gram, 8 gram dan 12 gram. 4. Hasil larutan MgFe 2 O 4 yang terbentuk diletakkan diatas magnet permanen untuk memisahkan endapan MgFe 2 O 4 dengan larutannya. Kemudian secara perlahan dituang larutan tersebut dari beaker glass sehingga diperoleh endapan MgFe 2 O Hasil endapan MgFe 2 O 4 yang terbentuk (berwarna hitam) dicuci berulangulang dengan aquades sampai bersih, sehingga tidak ada zat pengotor. Cara pencucian adalah sebagai berikut : a) Letakkan hasil endapan MgFe 2 O 4 yang terbentuk kedalam beaker glass besar (500 ml). b) Tuangkan aquades kedalam beaker glass sebanyak yang dapat ditampung gelas tersebut. c) Tempatkan magnet permanen dibawah gelas agar semua endapan MgFe 2 O 4 dapat tertarik dan mengendap lebih cepat.

8 d) Apabila telah terbentuk endapan di dasar gelas maka air yang berada di dalam gelas dibuang dengan hati-hati agar endapan MgFe 2 O 4 tidak ikut terbuang. e) Pencucian dilakukan berulang-ulang hingga aquades yang dituangkan kedalam endapan benar-benar jernih (ph netral) Proses Pengeringan Serbuk MgFe 2 O 4 1. Sampel endapan MgFe 2 O 4 yang telah dicuci bersih dimasukkan kedalam beaker glass. 2. Kemudian sampel dimasukkan kedalam oven dan diatur suhu oven 100 o C 3. Sampel dibiarkan di dalam oven selam 1 jam. 4. Sampel diambil dari dalam oven kemudian digerus menggunakan spatula hingga diperoleh serbuk nanopartikel MgFe 2 O Karakterisasi Karakterisasi sampel yang dilakukan antara lain karakterisasi sifat fisis meliputi : pengujian true density, analisa nanostruktur, karakterisasi partikel. Serta karakakterisasi struktur kristal dan karakterisasi sifat magnet dari serbuk nanopartikel magnetik MgFe 2 O Uji True Density Prosedur untuk menentukan besarnya true density (g/cm 3 ) suatu sampel yang masih dalambentuk serbuk yaitu, sebagaiberikut: 1. Piknometer kosong ditimbang, kemudian massanyadicatatsebagaim Piknometer yang telah diisi aquades hingga penuh kemdian ditimbang, laludicatat massanyasebagaim Piknometer dikosongkandandikeringkanmenggunakandryeragartidak adaaquadesyangtersisapada tabungpiknometer. 4. Piknometer yang telah diisi serbuk sampel seperlunya (0,5 gram) ditimbang kembali, dicatatmassanyasebagaim Piknometerdenganserbuksampeldanaquades diisihinggapenuhdan ditimbangmassakeseluruhan, dicatatmassanyasebagaim Hasilpengukuran dikalkulasikan dengan menggunakanpersamaan

9 7. Langkah di atas dilakukan kembaliuntuk sampelyanglainnya Pengujian OM ( Optical Microscope ) Pada PadaperalatanOpticalMicroscope(OM)yang berfungsiuntukmelihatmorfologi (bentukdanukuran)sampeldanmengamatidistribusipartikel.sampelyang akan diujiyaitu dalambentuk serbuk. Adapun prosedur pengujianopticalmicroscopeyaitu: 1. Sampel yangakandiuji disiapkan 2. Sampel yang akan diuji diletakkan di atas kaca preparat 3. Sampel yang akan diuji dibasahi sedikit dengan ethanol, kemudian ditunggu hingga kering 4. Sampel diletakkandiatas meja preparat. 5. Permukaan sampel diamatimenggunakanopticalmicroscope, dengan perbesaran 40 kalidandiambilgambar hasilperbesaran tersebutsebagaigambaryang akan dianalisisukurandandistribusi partikelnya. 6. Gambarhasilperbesaranopticalmicroscopeakandiolah dandianalisis menggunakansoftwareimagej Pengujian VSM ( Vibrating Sample Magnetometer) VSMdigunakanuntukmelihatsifat magnetdarisampel.hasilpengukuran yang didapatdaripengujianiniyaitunilaikoersivitas(hc),remanensi(ζr), saturasi(ζs),dannilailooparea.darivsmjugaakanmenghasilkankurva histerisis dari sampel yang diuji. Adapun langkah-langkah dalam pengujian ini adalah : 1. Sampel yang akan diuji disiapkan 2. Sampel yang akan diuji ditimbang sebanyak 0,8 gram, lalu sampel dimasukkan ke dalam kapsul dan diletakkan di dalam sampel holder yang berupa gabus. 3. Agar sampel kering dan mengeras, diteteskan power gluesecukupnya 4. Setelahsampelkering,kapsulyangtelahberisisampeldimasukkan kedalam alatpengujipadavsm.

10 5. LaludisiapkansoftwareuntukmendukungpengujianpadaVSMdan diberimedan magnet luar (Hext) padasampeltersebutuntuk mendapatkan hasilpengujian sifatmagnetdarisampel Pengujian AAS ( Atomic Absorption Spectrofotometric ) Pengujian AAS ( Atomic Absorption Spectrofotometric ) dilakukan untuk megetahui penyerapan logam-logam berat oleh sampel nanopartikel MgFe 2 O 4. Adapun proses pengujian AAS pada penelitian ini meliputi preparasi limbah logam berat, proses pengguncangan (shaker), dan karakterisasi. Secara keseluruhan proses tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Serbuk Pb(NO 3 ) 2 sebanyak 0,2966 gram dicampurkan ke dalam 350 ml akuades kedalam beaker glass 2. Larutan tersebut kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer selam 45 menit dengan kecepatan putaran 500 rpm. 3. Serbuk nanopartikel magnetik MgFe 2 O 4 disiapkan masing-masing ( PEG 0 gram, 4 gram, 8 gram, dan 12 gram ) sebanyak 50 mg. 4. Masing-masing serbuk yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam jar mill kemudian dimasukkan larutan limbah Pb(NO 3 ) 2 yang telah selesai diaduk masing-masing sebanyak 25 ml. 5. Larutan tersebut kemudian diguncang menggunakan shaker mill selama 30 menit 6. Sampel yang telah di shaker disaring menggunakan kertas saring ukuran 125 mm, sambil ditahan endapan pada larutan dengan magnet permanen. 7. Masing-masing limbah hasil absorbsi yang telah di shaker dan limbah murni dimasukkan kedalam wadah yang telah disediakan 8. Analisa konsentrasi ion logam berat Pb dilakukan menggunakan alat Atomic Absorption Spectrofotometric (AAS) Pengujian XRD ( X-Ray Diffraction Spectroscopy ) DifraksisinarXatauX-raydiffractionadalahsuatu metodeanalisayang digunakanuntukmengidentifikasi fasakristalindalammaterial dengancara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran

11 partikel.difraksisinar Xinidigunakanuntuk mengetahuibeberapa informasi,diantaranya: 1. Pengukuran jarak rata-rata antaralapisanatau barisatom. 2. Penentuan kristal tunggal. 3. Penentuan struktur kristaldarimaterialyangtidak diketahui. 4. Mengukur bentuk, ukuran, dan tegangandalamdarikristalkecil. Adapun langkah-langkah daripengujian ini adalah : 1. Sampelyangakan diuji disiapkan. 2. Sampeldiletakkan diataspreparat. 3. Preparatdimasukkan kedalamxrdkemudian ditutup rapat. 4. Softwarependukung disiapkanuntuk pengoperasian XRD. 5. Sinar X-Ray ditembakkan pada sampel dan hasil puncak-puncak kristalterbentukakanterlihatpadalayarmonitor. 6. Puncak kristal terbentuk akan dianalisis menggunakan softwarematch3 dan software Origin8.

12 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Telah berhasil dilakukan sintesis nanopartikel magnesium ferit (MgFe 2 O 4 ) dengan menggunakan metode kopresipitasi. Sintesis nanopartikel dilakukan dengan penambahan PEG 6000 yang divariasikan massanya. Variasi massa PEG pada pembuatan nanopartikel magnesium ferit (MgFe 2 O 4 ) adalah: 0, 4, 8, dan 12 gram. Pengaruh penambahan PEG 6000 pada pembuatan nanopartikel tentu menjadi sebuah penelitian yang menarik. Oleh karena itu, perlu dilakukan karakterisasi terhadap sampel yang telah berhasil disintesis untuk dapat mengetahui sifat-sifatnya lebih dalam lagi.untuk membuktikan bahwa nanopartikel magnesium ferit telah berhasil disintesis dilakukan pengujian menggunakan alat Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE-SEM). Pengujian true density pada serbuk nanopartikel magnesium ferite untuk mengetahui perbandingan nilai densitas oleh parameter massa PEG Pengujian menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) untuk menganalisis struktur kristal dan ukuran butir padananopartikel magnesium ferite. Pengujian menggunakan Optical Microscopy (OM) untuk mengetahui distribusi dan ukuran gumpalan partikel darinanopartikel magnesium ferite. Pengujian Vibrating Sample Magnetometer (VSM) untuk mengetahui karakterisasi sifat magnet padananopartikel magnesium ferite. Pengujian Atomic Absorbsion Spectroscopy (AAS) untuk mengetahui persentasi optimal penyerapan logam berat Pb olehnanopartikel magnesium ferite. Hasil dari masing-masing pengujian akan dibahas pada bab ini. 4.1 Analisa Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE-SEM) Analisa menggunakan alat Field Emission Scanning Electron Microscopy(FE-SEM) dilakukan untuk melihat nanopartikel magnesium ferit telah berhasil disintesis. Analisa ini juga dilakukan untuk mengetahui bahwa partikel yang terbentuk telah berada pada skala nanometer. Selain itu analisa menggunakan alat ini juga digunakan untuk mengetahui komposisi unsur penyusun sampel nanopartikel. Pada pengujian ini dipilih sampel magnesium ferit yang disintesis tanpa menggunakan PEG Berdasarkan hasil pengujian diperoleh ukuran salah satu

13 partikel yaitu : 65,192 nm. Hal tersebut dapat dilihat seperti gambar 4.1 yang menunjukkan hasil pencitraan menggunakan Field Emission Scanning Electron Microscopy(FE-SEM). Analisa ini menunjukkan bahwa telah terbentuk partikel nano dari sampel yang telah berhasil disintesis. Gambar 6. Hasil pencitraan Emission Scanning Electron Microscopy(FE-SEM) untuk sampel nanopartikel magnesium ferit Mapping dari spektrum unsur nanopartikel magnesium ferit seperti pada gambar 7 ditampilkan untuk melihat komposisi unsur penyusun sampel nanopartikel magnesium ferit dalam At%. Gambar 7. Hasil spektrum unsur analisa menggunakan Field Emission Scanning Electron Microscopy(FE-SEM) untuk sampel nanopartikel magnesium ferit Berdasarkan spektrum hasil analisa menggunakan Field Emission Scanning Electron Microscopy(FE-SEM) dapat dilihat bahwa sampel nanopartikel memiliki

14 unsur penyusun yaitu: Mg, Fe dan O dengan perbandingan masing-masing komposisi unsur penyusun yaitu: 0.7, 22.5 dan 76.8% atomik. Sesuai dengan formula dari magnesium ferit bahwa unsur O memiliki jumlah atom terbanyak dalam satu sel Kristal dan unsur Mg memiliki jumlah terkecil. 4.2 Analisa X-Ray Diffraction (XRD) Identifikasi pola-pola difraksi yang merupakan puncak-puncak karakteristik dari suatu sampel dilakukan dengan pengujian X-Ray Diffraction (XRD). Pola-pola difraksi diidentifikasi untuk mengetahui keberadaan nanopartikel MgFe 2 O 4 pada sampel. Jika puncak-puncak karakteristik MgFe 2 O 4 muncul maka fasa kristal MgFe 2 O 4 dapat diidentifikasi. Pola difraksi sinar-x yang terbentuk akibat adanya hamburan atom-atom yang terletak pada suatu bidang h k l dalam kristal. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa nanopartikel MgFe 2 O 4 memiliki puncak utama pada daerah 2θ yaitu sekitar 35 o yang merupakan puncak bidang (311). Berdasarkan Joint Committe on Powder Diffraction Standards (JCPDS) puncakpuncak lain yang teridentifikasi dalam sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 secara berturutturut adalah bidang (220), (222), (400), (511), dan (440). Keberadaan bidang-bidang tersebut pada setiap puncak difraksi sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 menandakan bahwa puncak-puncak difraksi memiliki fasa tunggal magnesium ferit. Hal ini juga menunjukkan bahwa sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 mengkristal dengan baik. Gambar 8 menunjukkan pola difraksi untuk sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan coating PEG 6000 sebanyak 0 dan 12 gram. Pada gambar dapat dilihat bahwa sampel memiliki puncak tertinggi yang sama yaitu pada indeks miller (311) dengan 2θ yang sama sebesar 35,36 o. Berdasarkan gambar 8 (a), terlihat bahwa sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan massa PEG 6000 sebanyak 12 gram memiliki intensitas paling tinggi pada indeks miller yang sama (311). Selain itu pada pada gambar 8 (a) juga terlihat terbentuknya puncak lain (533) namun masih dengan fasa yang sama. Hal ini memprediksikan bahwa sampel yang disintesis dengan massa PEG 6000 sebanyak 12 gram memiliki derajat kristalinitas yang tinggi. Fasa-fasa yang terbentuk oleh pola difraksi pada gambar 8 (a) dan (b) adalah fasa tunggal,

15 dimana pola difrasi mengidentifikasikan keberadaan kristal nanopartikel MgFe 2 O 4 di setiap puncak difraksi. Gambar 8. Pola XRD gabungan untuk sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 a). PEG 6000 sebanyak 12 gram ; b). Tanpa PEG 6000 Berdasarkan analisa dari data XRD sampel magnesium ferrit yang disintesis menggunakan metode kopresipitasi dengan variasi massa PEG 6000 memiliki struktur kristal kubik. Analisa ini diperoleh dari perhitungan parameter kisi dari sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan PEG 6000 sebanyak 12 gram dan tanpa PEG Perhitungan parameter kisi pada sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 menggunakan metode Cohen yang dihitung menggunakan data 2θ, h k l dan panjang gelombang dari sumber XRD (CuKα). Pada sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 tanpa penambahan PEG 6000 diperoleh parameter kisinya yaitu 8,417 Å, sedangkan untuk sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan penambahan PEG 6000 sebanyak 12 gram diperoleh nilai parameter kisinya 8,419 Å (disajikan pada Tabel 4). Nilai parameter kisi ini menunjukkan bahwa sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 yang telah berhasil disintesis memiliki nilai parameter kisi mendekati nilai parameter

16 kisi nanopartikel MgFe 2 O 4 ukuran bulk yaitu 8,4 Å. Perhitungan nilai parameter kisi dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 4. Nilai perhitungan parameter kisi dari sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 No Sampel Nilai Parameter Kisi (Å) Literatur (Å) Struktur Kristal (a=b=c) 1 MgFe 2 O 4 (PEG 0 gram) MgFe 2 O 4 (PEG 12 gram) kubik Penentuan ukuran kristal diperoleh dari nilai FWHM puncak-puncak pada data XRD. Bidang yang sering digunakan untuk menghitung ukuran kristal adalah bidang yang memiliki puncak paling tertinggi. Penentuan ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan scherrer. Perhitungan ukuran kristal untuk massa PEG gram dan tanpa PEG 6000 dapat dilihat pada Lampiran 4. Ukuran kristal nanopartikel MgFe 2 O 4 untuk masing-masing puncak tertinggi suhu sintesis dapat dilihat pada (Tabel 5.). Tabel 5. Ukuran kristal sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 menggunakan persamaaan No scherrer untuk puncak tertinggi (bidang 311) Sampel 2 Theta (deg) FWHM (rad) Ukuran Kristal (nm) 1 Tanpa PEG PEG gram Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwasannya sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan penambahan PEG 6000 sebanyak 12 gram memiliki ukuran kristalin yang besar yaitu 52,99 nm, sedangkan untuk sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 tanpa penambahan PEG 6000 memiliki ukuran kristalin 29,05 nm. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran kristalin nanopartikel MgFe 2 O 4 meningkat seiring bertambahnya massa PEG Hal ini berdasarkan perhitungan ukuran kristalin pada 2θ dan bidang hkl yang sama yaitu pada puncak tertinggi. Terjadinya peningkatan ukuran

17 kristal ini diprediksi terjadi karena bertambahnya massa PEG 6000 menyebabkan meningkatnya pertumbuhan ukuran kristal nanopartikel selama proses sintesis berlangsung. 4.3 Pengamatan Optical Microscopy (OM) Pengamatan distribusi gumpalan partikel pada sampel dilakukan dengan pengujian menggunakan alat Optical Microscopy (OM). Analisa menggunakan OM sangat mudah dilakukan dan sangat praktis. Sampel MgFe 2 O 4 dalam bentuk serbuk terlebih dahulu diletakkan diatas kaca preparat, lalu dibasahi sedikit dengan cairan ethanol. Kemudian sampel diletakkan diatas meja sampel, tepatnya dibawah lensa objektif. Pengaturan fokus pada OM dilakukan untuk mendapatkan gambar dengan distribusi gumpalan partikel yang diinginkan. Pengamatan distribusi gumpalan ukuran partikel dapat dilihat melalui layar monitor yang telah terhubung dengan OM maupun melalui lensa okuler. Pengamatan dilakukan dengan perbesaran 40 kali oleh lensa objektif. Hasil dari pengamatan optical microscopy (OM) yaitu berupa gambar digital yang dapat dianalisis menggunakan software Image-J. Analisis menggunakan software Image-J dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran gumpalan partikel dari setiap sampel yang diuji. Pengolahan gambar dengan Image-J dilakukan untuk mendapatkan distribusi gumpalan partikel MgFe 2 O 4. Berdasarkan hasil pengolahan gambar dari optical microscopy dengan menggunakan software Image-J, dapat dilihat dengan jelas distribusi gumpalan partikel untuk masing-masing sampel melalui gambar dibawah. Gambar 9, 10, 11, dan 12 menunjukkan pesebaran distribusi gumpalan partikel yang dapat kita amati dalam bentuk gambar. PenggunaanImage-Juntuk analisis partikel membutuhkan definisi bagian gambaryang didefinisikansebagaibenda /partikeldan bagiangambaryang didefinisikan sebagailatar belakang (background) yangdisebutsebagaisegmentasigambar.halinidapat dilakukan dengan caraimage > Adjust>Threshold.Dengan mengaturlevelthresholdmaka dapat diatur tingkat kecerahangambar untukdefinisi benda/ partikel danlatar belakangnya.

18 a b c Gambar 9. a) Gambar hasil pengukuran serbuk MgFe 2 O 4 tanpa penambahan PEG 6000 menggunakan optical microscopy dengan skala perbesaran 400 kali; b) Gambar mode Thresholdmenggunakan software Image- J; c) Ukuran salah satu gumpalan partikel analisis software Image-J setelah diperbesar. a b c Gambar 10. a) Gambar hasil pengukuran serbuk MgFe 2 O 4 PEG 6000 sebanyak 4 gram menggunakan optical microscopy dengan skala perbesaran 400 kali; b) Gambar mode Thresholdmenggunakan software Image-J; c) Ukuran salah satu gumpalan partikel analisis software Image-J setelah diperbesar

19 a b c Gambar 11. a) Gambar hasil pengukuran serbuk MgFe 2 O 4 PEG 6000 sebanyak 8 gram menggunakan optical microscopy dengan skala perbesaran 400 kali; b) Gambar mode Thresholdmenggunakan software Image-J; c) Ukuran salah satu gumpalan partikel analisis software Image-J setelah diperbesar a b c Gambar 12. a) Gambar hasil pengukuran serbuk MgFe 2 O 4 PEG 6000 sebanyak 12 gram menggunakan optical microscopy dengan skala perbesaran 400 kali; b) Gambar mode Thresholdmenggunakan software Image-J; c) Ukuran salah satu gumpalan partikel analisis software Image-Jsetelah diperbesar

20 Analisa dari software Image-J yaitu berupa data diameter gumpalan partikelpartikel akan disajikan dalam bentuk histogram. Hal ini untuk mempermudah melihat jumlah distribusi ukuran gumpalan partikel-partikel dengan diameter yang berbeda. Sebelum dilakukan analisa ukuran rata-rata gumpalan partikel, data hasil analisis software Image-J terlebih dahulu dibuat range-nya. Hal ini untuk memberi batasan terhadap distribusi gumpalan partikel yang ukurannya tidak diinginkan. Gambar 13. Histogram distribusi gumpalan partikel MgFe 2 O 4 tanpa PEG 6000 Gambar 14. Histogram distribusi gumpalan partikel MgFe 2 O 4 dengan PEG 6000 sebanyak 4 gram

21 Gambar 15. Histogram distribusi gumpalan partikel MgFe 2 O 4 dengan PEG 6000 sebanyak 8 gram Gambar 16. Histogram distribusi gumpalan partikel MgFe 2 O 4 dengan PEG 6000 sebanyak 12 gram Gambar 13, 14, 15 dan 16 merupakan histogram dari masing-masing sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan PEG , 4, 8, dan 12 gram. Dari hasil untuk masing-masing sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 yang disintesis dengan variasi massa yang berbeda, dapat dilihat adanya perbedaan distribusi ukuran gumpalan partikel masing-masing sampel untuk range yang sama. Berdasarkan histogram masing-

22 masing sampel dapat dilihat bahwa gumpalan partikel cenderung menurun seiring bertambahnya massa PEG Hal ini dapat dilihat pada penambahan PEG 6000 sebanyak 12 gram (gambar 16) yaitu dimana distribusi ukuran gumpalan partikel dengan diameter yang lebih kecil lebih dominan dibandingkan dengan distribusi ukuran gumpalan partikel dengan diameter yang lebih besar. Sebaliknya sampel dengan tanpa penambahan PEG 6000 (gambar 13) terlihat bahwa distribusi ukuran gumpalan partikel dengan diameter yang lebih besar lebih dominan dibandingkan dengan distribusi ukuran gumpalan partikel dengan diameter yang lebih kecil. Hal tersebut diprediksi karena dengan bertambahnya massa PEG 6000 maka partikel-partikel mengalami pengurangan aglomerasi, sehingga ukuran partikel terlihat mengecil. Sesuai dengan fungsi penambahan PEG adalah sebagai coating(pelapis) permukaan nanopartikel sehingga dapat mengurangi aglomerasi, meningkatkan stabilitas kimia (tidak mudah teroksidasi) dan meningkatkan stabilitas kimianya. Hal ini juga diperkuat dari hasil pengukuran menggunakan XRD dimana terjadi penurunan ukuran butir seiring berkurangnya massa PEG 6000 untuk serbuk nanopartikel magnesium ferite. Analisa partikel menggunakan software Image-J terdapat beberapa keterbatasan analisis sesuai dengan ukuran skala terkecil dari gambar. Ukuran skala terkecil menentukan batas ketelitian analisis, sehingga dapat mempengaruhi hasil analisis. 4.4 Pengujian Densitas Serbuk MgFe 2 O 4 Pengukuran densitas serbuk (true density) dilakukan untuk mengetahui kepadatan sebenarnya dari partikel padat atau serbuk (powder). PengukurantruedensityserbukdilakukanberdasarkanprinsipArchimedes pada suhu ruang sekitar (27 o C) dengan menggunakan alat piknometer dan akuadessebagai cairan pembanding. Hasil pengukuran true density diperlihatkan seperti gambar 17. Berdasarkan data sheet oleh Weinrich Minerals tentang sifat fisis dari magnesium ferrit disebutkan bahwa nilai densitas dari magnesium ferrit berada pada rentang 4,6 4,7 g/cm 3. Nilai true density serbuk nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan

23 penambahan PEG 6000 sebayak 0, 4, 8, dan 12 gram masing-masing yaitu: 4,66, 4,56, 4,45 dan 4,41 g/cm 3. Hasil perhitungan true density dapat dilihat pada lampiran 2. Gambar 17. Grafik true densityserbuk MgFe 2 O 4 terhadap massa PEG 6000 Grafik nilai true density pada Gambar 17 memperlihatkan adanya penurunan nilai densitas dari serbuk nanopartikel MgFe 2 O 4 seiring dengan bertambahnya massa PEG Penurunan nilai densitas nanopartikel MgFe 2 O 4 serbuk menunjukkan bahwa terjadi penurunan kerapatan partikel. Hal ini diprediksi terjadi karena dengan bertambahnya massa PEG 6000 yang melapisi permukaan nanopartikel, dimana densitas PEG lebih kecil dibanding dengan magnesium ferrit (yaitu sekitar 1.2 g/cm 3 berdasarkan data sheet Material Safety Clariant) sehingga nilai densitas menurun seiring dengan peningkatan PEG yang ditambahkan. 4.5 Karakterisasi Vibrating Sample Magnetometer (VSM) Sifat magnetik nanopartikel MgFe 2 O 4 dapat diketahui berdasarkan kurva histerisis hasil analisa Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan masing-masing kurva untuk masing-masing sampel dengan massa PEG yang berbeda.

24 Gambar 18. Kurva Histerisis untuk sampel MgFe 2 O 4 Dari pengamatan VSM melalui kurva histerisis dapat dilihat nilai koersivitas dari setiap sampel sangat kecil yang merupakan ciri soft magnetik. Hal ini ditunjukkan pada gambar 18 dimana kurva histerisis cenderung merapat. Sehingga untuk memperjelas perbedaan nilai koersivitasnya, kurva dari masing-masing sampel dilakukan perbesaran (pada tampilan inset) sehingga dapat dilihat perbedaan nilai koersivitasnya. Tabel 6. Nilai koersivitas dan magnetisasi sampel MgFe 2 O 4 Sampel (MgFe 2 O 4 ) Koersivitas (Oe) Mr (emu/g) Ms (emu/g) PEG gram PEG gram PEG gram PEG gram Analisa menggunakan VSM untuk sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan PEG 6000 sebanyak 0, 4, 8, dan 12 gram menunjukkan bahwa masing-masing sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 merupakan bahan ferromagnetik dan merupakan soft magnetic dengan nilai koersivitas untuk masing-masing sampel yaitu : ,

25 335.21, , Oe.Pada penambahan PEG terjadi penurunan nilai koersivitas, ini menunjukkan bahwa coating PEG 6000 pada permukaan nanopartikel telah dapat mengurangi aglomerasi sampel. Berkurangnya aglomerasi menyebabkan penyempitan domain magnet sehingga terjadi penurunan koersivitas. Namun pada sampel 12 gram PEG 6000, nilai koersivitas kembali naik. Hal ini terjadi karena konsentrasi PEG 6000 yang digunakan terlalu berlebih. Sehingga PEG 6000 bukan hanya mengurangi aglomerasi, tetapi lapisan PEG 6000 yang melapisi nanopartikel menjadi semakin tebal. Dengan semakin tebal coating maka nilai koersivitasnya akan semakin besar. Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa sampel dengan PEG 6000 sebanyak 8 gram memiliki nilai koersivitas dan nilai magnetisasi remanensi yang paling rendah dan nilai magnetisasi saturasi yang paling tinggi yaitu: Oe, 8.51 emu/g dan emu/g Analisa Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) Karakterisasi menggunakan alat AAS dilakukan untuk mengetahui persentase logam berat yang dapat diserap oleh nanopartikel MgFe 2 O 4. Ion logam berat yang digunakan dalam pengujian ini adalah ion timbal (Pb 2+ ). Serbuk Pb(NO 3 ) 2 terlebih dahulu dilarutkan menggunakan aquades untuk mendapatkan ion logam berat Pb dalam bentuk cairan. Pencampuran adsorben nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan limbah logam berat Pb dilakukan dengan menggunakan Shaker selama 30 menit. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan reaksi adsorpsi oleh serbuk nanopartikel MgFe 2 O 4 terhadap limbah logam berat Pb. Limbah cair yang telah dishaker kemudian dilakukan analisis menggunakan alat AAS untuk mengetahui besarnya penyerapan yang terjadi. Pengujian AAS dilakukan di laboratorium pengujian Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Data hasil pengujian ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada pengujian ini masing-masing sampel nanopartikel MgFe 2 O 4 (dengan massa PEG dan 4 gram) dibuat perlakuan yang sama terhadap analisis adsorpsi ion logam berat Pb. Hasil adsorpsi ion Pb oleh masing-masing sampel dapat dilihat pada tabel 7.

26 Persentase penurunan kadar ion Pb 2+ dalam larutan sebelum dan setelah adsorpsi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : (%)Adsorpsi = Konsentrasi Awal Konsentrasi Akhir Konsentrasi Awal 100% (4.1) Tabel 7. Data persentase (%) penurunan kadar ion Pb dengan variasi massa PEG 6000 adsorben nanopartikel MgFe 2 O 4 Konsentrasi Ion Pb (mg/l) Konsentrasi Ion Persentase Ion Sampel Sebelum Sesudah Pb yang Terserap Pb yang Adsorpsi Adsorpsi (mg/l) Terserap (%) MgFe 2 O 4 -PEG 0 gram MgFe 2 O 4 -PEG 4 gram Pada penelitian adsorpsi pengujian hanya dilakukan pada dua sampel saja yaitu sampel tanpa PEG dan sampel dengan coating 4 gram PEG 6000 untuk mengetahui efek sifat magnetik dan penambahan PEG pada daya serap nanopartikel. Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa adsorben nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan penambahan PEG 6000 sebanyak 4 gram memiliki persentase penyerapan yang sangat tinggi yaitu sebesar 94.4 %. Hal ini menunjukkan bahwa Adsorben MgFe 2 O 4 dengan PEG 6000 sebanyak 4 gram mampu menyerap ion logam berat Pb dengan sangat baik. Sementara persentase penyerapan pada adsorben nanopartikel MgFe 2 O 4 tanpa penambahan PEG 6000 yaitu sebesar 88.2%. Tren ini menunjukkan adanya peningkatan persentase ion Pb yang dapat diserap oleh adsorben nanopartikel MgFe 2 O 4 dengan penambahan massa PEG 6000 adsorben nanopartikel MgFe 2 O 4. Pada aplikasi nanopartikel magnetik sebagai adsorben ion logam terdapat dua faktor dominan yang mempengaruhi yaitu luas permukaan adsorpsi dan sifat magnetnya. Untuk diaplikasikan sebagai adsorben maka nanopartikel harus mempunyai sifat superparamagnetik atau mendekati superparamagnetik. Yaitu kondisi ketika partikel feromagnetik atau ferimagnetik berukuran sangat kecil, sehingga nilai saturasinya tinggi sedangkan koersivitasnya sangat rendah mendekati nol. Semakin kecil ukuran partikel maka luas permuakaan tiap gram nya akan semakin besar sehingga luas bidang adsorpsinya juga semakin besar. Begitu pula dengan sifat magnetiknya,

27 semakin mendekati superparamagnetik (saturasi tinggi dan koersivias rendah) maka daya adsorpsi nanopartikel terhadap ion logam akan semakin besar. Dari penelitian ini diperlihatkan bahwa pada sampel dengan penambahan PEG 6000 sebanyak 4 gram telah dapat menurunkan koersivitas dan menaikkan saturasi sampel, begitu pula sehingga sesuai dengan sifatnya, bahwa pada sampel nanopartikel dengan coating 4 gram PEG 6000 telah berhasil meningkatkan sifat magnetiknya sehingga nilai serapannya menjadi lebih besar dibanding yang tanpa penambahan PEG Sesuai hasil VSM dari serbuk nanopartikel Magnesium Ferrit, yaitu nilai saturasi serbuk Magnesium Ferrit tanpa PEG 6000 dan dengan penambahan PEG 6000 bermassa 4 gram berturut-turut adalah emu/g dan emu/g, sedangkan nilai koesivitasserbuk Magnesium Ferrit tanpa PEG 6000 dan dengan penambahan PEG 6000 bermassa 4 gram berturut-turut adalah Oe dan Oe. Dalam skala nanometer partikel memiliki ciri khas yang unik. Karena ukurannya yang kecil, nanopartikel memiliki nilai perbandingan antara luas permukaan dan volume yang lebih besar jika dibandingkan dengan partikel sejenis dalam ukuran besar. Ini membuat nanopartikel bersifat lebih reaktif. Reaktivitas material ditentukan oleh atom-atom di permukaan, karena hanya atom-atom tersebut yang bersentuhan langsung dengan material lain. Hal ini memperkuat bukti, bahwa semakin kecil ukuran suatu nanopartikel maka persentase penyerapannya cenderung akan semakin besar. Hal ini terjadi karena nanopartikel dengan ukuran yang lebih kecil memiliki luas permukaan yang besar dari pada nanopartikel dengan ukuran yang lebih besar. Semakin besar luas permukaan suatu partikel maka semakin luas bidang penyerapannya. Dewi Sartika (2012) dalam penelitiannya mengenai Studi Penurunan Kadar Logam Fe dan Co Pada Limbah Cair dengan Sistem Purifikasi Berbasis Adsorben Nanopartikel Fe 3 O 4 menunjukkan bahwa ukuran Fe 3 O 4 yang semakin kecil mampu mengasorbsi logam Pb dan Co lebih besar. Hal ini disebabkan karena partikel dalam skala nano memiliki luas permukaan partikel yang besar sehingga mampu menyerap logam berat Pb lebih banyak.

28 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Dari hasil penelitian, telah berhasil disintesis nanopartikel magnesium ferite. Proses pembuatan nanopartikel menggunakan bahan baku Pasir besi alam (Deli Serdang) yang telah diolah, Magnesium Asetat Tetrahidrat (Mg(CH 3 COO) 2.4H 2 O, larutan asam klorida (HCl) sebagai pelarut, serta NH 4 OH sebagai zat pengendap utama. Sintesis ini dilakukan menggunakan metode kopresipitasi yaitu metode pengendapan. 2. Analisa menggunakan Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE- SEM) terhadap salah satu sampel (tanpa PEG 6000) menunjukan bahwa telah terbentuk partikel ukuran nano dengan ukuran sekitar nm 3. Dari hasil pengujian X-Ray diffraction (XRDmagnesium feritedengan PEG 6000 sebanyak 0 dan 12 gram didapati bahwa ukuran kristal untuk bidang (311) masing-masing yaitu : nm dan nm dengan struktur kristal kubik dan fasa tunggal MgFe 2 O Dari hasil pengujian optical microscopy (OM) diperoleh distribusi partikel magnesium ferite berubah seiring dengan penambahan massa PEG Dimana pada penambahan PEG gram distribusi partikel dengan diameter yang besar lebih dominan dibandingkan dengan diameter yang kecil. Sebaliknya pada penambahan PEG 6000 sebanyak 12 gram distribusi partikel dengan diameter yang kecil lebih dominan dibandingkan dengan diameter yang besar. 5. Dari hasil pengujian true density didapati bahwa nilai densitas magnesium ferite mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya massa PEG Analisa menggunakan Vibrating Sample Magnetometer (VSM) untuk sampel nanopartikel magnesium ferite dengan penambahan PEG 6000 sebanyak 0, 4, 8, dan 12 gram menunjukkan bahwa masing-masing sampel

29 MgFe 2 O 4 merupakan bahan ferromagnetik dengan nilai koersivitas untuk masing-masing sampel yaitu : , , , Oe 7. Berdasarkan pengujian sifat absorbsi nanopartikel magnesium ferit didapati bahwa dengan penambahan massa PEG 6000 maka persentase penyerapan ion logam Pb cenderung meningkat sesuai dengan sifat magnetiknya 5.2 Saran Untuk proses penelitian kedepannya yaitu pada proses sintesis dan karakterisasi nanopartikel magnetik magnesium ferite disarankan: 1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, perlu dilakukan bahan polimer lain sebagai material coating selain PEG 2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap nanopartikel magnesium ferit hasil sintesis untuk mengetahui potensi yang dimiliki, sehingga bisa diterapkan dalam berbagai bidang aplikasi.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Fisika- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPF-LIPI) Kawasan

Lebih terperinci

SINTESIS NANOPARTIKEL MgFe 2 O 4 DENGAN COATING PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI SKRIPSI ADINDA SUCI PRATIWI SAPUTRA

SINTESIS NANOPARTIKEL MgFe 2 O 4 DENGAN COATING PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI SKRIPSI ADINDA SUCI PRATIWI SAPUTRA SINTESIS NANOPARTIKEL MgFe 2 O 4 DENGAN COATING PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI SKRIPSI ADINDA SUCI PRATIWI SAPUTRA 130801079 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasir besi umumnya ditambang di areal sungai dasar atau tambang pasir (quarry) di pegunungan, tetapi hanya beberapa saja pegunungan di Indonesia yang banyak mengandung

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi memiliki jangkauan keilmuan yang bersifat interdisipliner. Satu bidang kajian terkait dengan bidang kajian lainnya. Sebagai contoh, ilmu fisika terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan kebutuhan manusia disegala bidang selain membawa kemajuan terhadap kehidupan manusia, tetapi juga akan memberikan dampak negatif kepada lingkungan. Industrialisasi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena

Lebih terperinci

ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR

ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pilihan Teknologi Nano Oleh : Nama : Dwi Tri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan di Laboratorium Magnet Pusat Penelitian Fisika-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) 10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Perkembangan tersebut diikuti dengan meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan penelitian dan pengembangan teknologi pada level atom, molekul dan makromolekul, dengan rentang skala 1-100 nm. Nanoteknologi dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hidrogen klorida (HCl) dan waktu hidrotermal terhadap kristalinitas SBA-15, maka penelitian ini dilakukan dengan tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memicu terjadinya pencemaran lingkungan, seperti: air, tanah dan udara. Pencemaran lingkungan hidup, terutama logam berat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci

polutan. Pada dasarnya terdapat empat kelas bahan nano yang telah dievaluasi sebagai bahan fungsional untuk pemurnian air yaitu nanopartikel

polutan. Pada dasarnya terdapat empat kelas bahan nano yang telah dievaluasi sebagai bahan fungsional untuk pemurnian air yaitu nanopartikel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan mendasar bagi makhluk hidup. Namun, kualitas air terus menurun karena pertumbuhan penduduk maupun industrialisasi yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III.1

BAB III METODOLOGI III.1 BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah : a. Pembuatan serbuk LiFePO 4 1. Gelas beaker 250 ml 2. Gelas beaker 500 ml 3. Sendok 4. Cawan porselin 5. Magnetic Stirer 6. Pipet volume

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif. Intensitas 5 selama 24 jam. Setelah itu, filtrat dipisahkan dari sampel C, D, dan E dengan cara mendekatkan batang magnet permanen pada permukaan Erlenmeyer. Konsentrasi filtrat ditentukan menggunakan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN BAB 3METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Pusat Penelitian Pengembangan Fisika (P2F) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) PUSPIPTEK, Serpong. 3.1.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil-hasil penelitian bidang nanoteknologi telah diaplikasikan diberbagai bidang kehidupan, seperti industri, teknologi informasi, lingkungan, pertanian dan kesehatan.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI 130801041 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak dikembangkan penelitian tentang nanopartikel spinel ferrit. Hal ini dikarenakan bidang aplikasinya yang sangat luas yaitu dalam sistem penyimpanan

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND Oleh : Henny Dwi Bhakti Dosen Pembimbing : Dr. Mashuri, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Dibutuhkannya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015 di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 di bawah ini memperlihatkan diagram alir dalam penelitian ini. Surfaktan P123 2 gr Penambahan Katalis HCl 60 gr dengan variabel Konsentrasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Lampung, serta

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer. Perkembangan nanoteknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Percobaan ini melewati beberapa tahap dalam pelaksanaannya. Langkah pertama yang diambil adalah mempelajari perkembangan teknologi mengenai barium ferit dari berbagai sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Untuk keperluan Analisis digunakan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat 28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode eksperimen. Eksperimen dilakukan di beberapa tempat yaitu Laboratorium Kemagnetan Bahan, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai September 2012 di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral / laboratorium geoteknologi, analisis proksimat dilakukan di laboratorium instrumen Pusat Penelitian

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu pada bulan Februari 2015 hingga bulan Desember 2015. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3. 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini : Latar belakang penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian

Lebih terperinci