BAB I PENDAHULUAN. sukses. Pada pertengahan tahun 1990-an, dalam penghitungan pendapatan perkapita

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sukses. Pada pertengahan tahun 1990-an, dalam penghitungan pendapatan perkapita"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang telah terkenal di berbagai belahan dunia sebagai negara maju yang sukses. Pada pertengahan tahun 1990-an, dalam penghitungan pendapatan perkapita dan taraf hidup masyarakat, Jepang menduduki peringkat kedua tertinggi setelah Swiss, dan pada akhir tahun yang sama, perusahaan dagang Jepang telah dapat menguasai sekitar 10 persen ekspor dunia. Selain itu, kesuksesan Jepang juga dapat diketahui dengan banyaknya merek perusahaan-perusahaan raksasa yang kini telah mendunia, seperti misalnya Toyota, Mitsubishi, Honda, Canon, Yamaha, Toshiba, dan masih banyak lagi. (Azhari, 2011: ) Kesuksesan yang diraih Jepang tersebut tidak lepas dari pengaruh manajemen Jepang yang efisien. Sistem manajemen yang telah dilestarikan oleh masyarakat Jepang sejak lama ini sangat efektif untuk memacu kesuksesan berbagai perusahaan raksasa Jepang, juga menyebabkan cepatnya pertumbuhan ekonomi Jepang (Odaka, 1896: 1-6). Sistem manajemen ini tidak tercipta begitu saja tetapi berasal dari nilai-nilai tradisi lama yang telah dianut Jepang.Sistem manajemen Jepang tumbuh dengan membawa nilai-nilai budaya yang juga tercermin pada karakteristik masyarakat Jepang. Wierzbicka (1997) di bukunya yang berjudul Understanding Cultures Through Key Words menyebutkan bahwa Jepang mempunyai kata kunci yang juga menjadi nilai budaya mereka, misalnya amae/kebergantungan ke orang lain, 1

2 2 enryo/ menahan diri, wa/harmoni, on dan giri/ kewajiban dan pembalasan budi, seishin/ jiwa, dan omoiyari/ kepedulian ke sesama.sedangkan Davies dan Ikeno (2002) di bukunya yang berjudul The Japanese Mind: Understanding Contemporary Japanese Culture yang diterbitkan tahun 2002 menyebutkan beberapa kata kunci nilai budaya lain yang ada di Jepang, yaitu aimai/ambiguitas, amakudari/ keturunan dari Surga, bigaku/ nilai estetika, Bushidou/ jalan hidup seorang samurai, chinmoku/ keheningan dalam komunikasi, danjou kankei/hubungan pria dan wanita, ganbari/perjuangan, haragei/seni berkomunikasi, hedataru to najimu/ruang privasi dan pendekatan diri, honne to tatemae/niat yang sesungguhnya dan ungkapan basa-basi, ie/keluarga, iitokodori/adopsi budaya asing, ikuji/membesarkan anak, kenkyo/kerendahan hati, kisetsu/konsep musim di Jepang, newamashi/pertimbangan sebelum bekerja, omiai/perjodohan, otogibanashi/cerita rakyat tradisional Jepang, ryousaikenbo/istri yang baik dan ibu yang bijaksana, senpai-kouhai/hubungan senior dan junior, shuudan ishiki/kesadaranberkelompok, soushiki/upacara kematian, uchi to soto/orang dalam dan orang luar, wabi-sabi/kesederhanaan dan elegansi, dan zoutou/pemberian hadiah. Tidak hanya terkenal dengan budayanya, Jepang juga terkenal sebagai negara yang rawan bencana, khususnya gempa bumi dan tsunami. Beberapa gempa bumi yang dahsyat telah mengguncang Jepang satu abad terakhir ini, dari gempa besar Kanto tahun 1923, gempa besar di Kobe tahun 1995, sampai gempa yang mengakibatkan munculnya tsunami di Sendai bulan Maret 2011.

3 3 Situasi mencekam yang dialami Jepang tidak hanya terjadi karena bencana alam. Jepang juga pernah mengalami kejadian lain yang membuat kondisi negara menjadi kacau. Pada Agustus 1945 kotahiroshima dan Nagasaki juga dijatuhi bom atom oleh Sekutu, yang menyebabkan kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan hancurnya beberapa kota di Jepang yang membuat keadaan Jepang menjadi memprihatinkan. Dengan kondisi yang menyedihkan seperti itu pun, masyarakat dan pemerintah Jepang tidak membuang waktu untuk meratap, tetapi dengan sigap mereka bersikap tanggap terhadap bencana maupun situasi yang terjadi. Pemerintah beserta masyarakat bekerja sama untuk memulihkan negara. Masyarakat Jepang mau belajar dari pengalaman mereka, dan berusaha sebaik mungkin untuk mempersiapkan segala sesuatunya jika di masa yang akan datang terjadi hal-hal yang serupa. Sewaktu menghadapi bencana, mereka tidak hanya memikirkan diri mereka sendiri dan kabur. Para korban bencana saling membantu untuk bertahan hidup. Tidak ada istilah untung-rugi, yang ada hanyalah rasa solidaritas dan kebersamaan. Tidak hanya duduk diam dan meratapi nasib, masyarakat Jepang tidak mau menyerah pada keadaan. Sebisa mungkin mereka melakukan apa yang bisa mereka lakukan untuk memperbaiki keadaan (Citraningtyas, 2011: 60-70). Dalam tindakan pemerintah dan masyarakat Jepang untuk memulihkan kondisi negri tersebut, terdapat cerminan dari nilai-nilai budaya yang telah dianut oleh masyarakat Jepang itu sendiri sebagai dasar manajemen tindakan mereka. Demikian pula dengan tindakan tanggap bencana dalam rangka pemulihan pasca

4 4 bencana besar(gempa bumi, tsunami, ledakan reaktor nuklir) yang diberi nama Higashi Nihon Daishinsai,yang terjadi di Jepang bulan Maret Meskipun belum pulih dengan sempurna dan masih terdapat beberapa masalah akibat meledaknya reaktor nuklir di Fukushima, hanya berselang setahun setelahnya, situasi di tempat kejadian telah menjadi jauh berbeda dari sebelumnya. Jalan-jalan telah tertata dengan baik kembali, dan puing-puing bekas gedung yang hancur telah disingkirkan. Pemulihan telah dijalankan dengan sangat cepat. 1 Penjelasan tentang tercerminnya nilai-nilai budaya dari tindakan tanggap bencana masyarakat dan pemerintah yang juga menjadi unsur pemicu pesatnya pemulihan, dapat menjadi suatu hal yang bermanfaat terutama bagi negara yang rawan bencana. PemulihanJepang yang terlihat pesat pun dapat menjadi cerminan bagi negara-negara lain untuk mempersiapkan diri mereka sebaik mungkin sewaktu terjadi bencana maupun hal-hal yang tak diinginkan. Karena itulah kali ini, dengan menjadikan tindakan tanggap bencana yang dilakukan masyarakat dan pemerintah Jepang pasca bencana besar yang terjadi di Jepang Timur pada bulan Maret 2011 sebagai obyeknya, penelitian ini akan dilakukan untuk melihat cerminan nilai budaya dalam tindakan tanggap bencana tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: Nilai budaya Jepang apa sajakah yang tercermin dari tindakan 1 Egidius Patnistik, Setahun Setelah Bencana Jepang, Apa yang Berubah?, Kompas.com, diakses dari Bencana.Jepang.Apa.yang.Berubah, pada 5 Mei 2013 pukul WIB

5 5 tanggap bencana masyarakat dan pemerintah Jepang pasca bencana besar di Jepang Timur pada bulan Maret 2011? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan tentang nilai budaya Jepang apa sajakah yang tercermin dari tindakan tanggap bencana masyarakat dan pemerintah Jepang pasca bencana besar yang terjadi di Jepang Timur pada bulan Maret Batasan Masalah Pada penelitian ini, ruang lingkup waktu yang digunakan untuk pengambilan data penelitian akan diberi batasan, yaitu sampai dua tahun pasca bencana besar yang terjadi di Jepang pada bulan Maret Tindakan tanggap bencana yang akan diteliti juga dibatasi dengan tindakan tanggap bencana yang dilakukan di daerah Touhoku, terutama daerah Fukushima dan Sendai yang mendapat kerusakan parah. 1.5 Landasan Teori Karena pada penelitian ini akan dibahas mengenai nilai-nilai budaya yang tercermin dari tindakan tanggap bencana masyarakat dan pemerintah Jepang, maka dari itu akan digunakan teori tentang kebudayaan dan nilai budaya, serta Bushidou sebagai landasan teori.

6 6 Nilai budaya merupakan suatu bagian dari kebudayaan yang tertanam di masyarakat. Kebudayaan, menurut ilmu antropologi, merupakan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang ditemui dalam kehidupan masyarakat, dan dijadikan milik sendiri dengan cara pembelajaran. Kebudayaan sendiri berasal dari kata yang ada di bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah yang berarti bentuk jamak dari buddhi yang memiliki makna budi/akal. Kebudayaan akan memantapkan pola-pola dari tindakan dan kepribadian masyarakat dan dapat memberi arah pada kehidupan manusia (Koentjaraningrat, 1980: ). Kata budaya sendiri dapat dipahami sebagai pengalaman yang dipelajari, dan mengacu pada pola perilaku kelompok sosial. Budaya merupakan proyeksi dari kepribadian dan bahkan dapat menentukan perilaku orang dewasa. Tentu saja, cara masyarakat penganut suatu budaya memandang dan menilai budaya tersebut berbeda dengan cara masyarakat luar dalam memandang dan menilainya. Masyarakat penganut budaya lebih menguasai budaya tersebut, maka dari itu pemahaman tentang budaya tersebut akan menjadi lebih dalam. Dapat dikatakan bahwa nilai sebuah budaya bagi masyarakat atau kelompok sosial tertentu juga berbeda satu dengan yang lainnya (Keesing, 1989: 94-97). Karena penelitian kali ini mengacu kepada nilai budaya yang tertanam pada diri masyarakat Jepang, konsep tentang nilai budaya itu sendiri pastinya diperlukan. Menurut Clyde dan Florence Kluckhohn (Murniatmo, 1999), nilai budaya bersifat paling abstrak dari nilai-nilai yang lain, dan merupakan konsep mengenai sesuatu dari alam pikiran yang dianggap masyarakat bernilai. Jika diterapkan dengan benar, maka nilai budaya ini dapat menjadi motivasi untuk

7 7 mengembangkan suatu negara. Nilai budaya terdapat dalam jiwa emosional dari masyarakat penganut kebudayaan tersebut karena nilai budaya bersifat luas dan tidak konkret. Salah satu fungsi dari nilai budaya tersebut adalah menjadi pedoman dari konsep pada masyarakat, yang juga menjadi suatu pendorong di kehidupan. Perwujudannya dapat dilihat dari perilaku masyarakat penganut nilai budaya tersebut. Nilai budaya ini dapat tertanam dalam masyarakat jika nilai tersebut diresapkan ke kehidupan sejak kecil. Nilai ini tidak mudah tergantikan oleh nilai lain, dan berpengaruh kuat pada mental dan sikap masyarakat. Nilai budaya tersebut memberikan suatu pengaruh terhadap manajemen suatu negara, yang juga berarti manajemen tindakan pada pemerintah dan masyarakat. Nilai budaya merupakan suatu bagian dari lingkungan budaya yang ada pada masyarakat. Menurut Handoko (2001), lingkungan budaya itulah yang juga memberikan pengaruh yang besar dalam pengoperasian suatu manajemen. Nilai-nilai budaya Jepang pun telah menjadi suatu motivasi tersendiri bagi masyarakat Jepang sewaktu menjalankan manajemennya. Masyarakat Jepang akan berusaha sebaik mungkin menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut dapat direalisasikan dengan suatu kesuksesan, tidak hanya menjadi sesuatu untuk diucapkan saja (Marbun Ed., 1986: 3-6). Dengan demikian dapat dipahami bahwa pencerminan nilai-nilai tersebut juga membawa pengaruh ke penentuan manajemen aktivitas masyarakat Jepang untuk membangun negrinya kembali pasca bencana yang terjadi.

8 8 Nilai budaya yang tertanam pada diri masyarakat Jepang tidak lepas dari pengaruh Bushidou. Bushidou merupakan faktor penting yang memberikan pengaruh besar kepada pandangan hidup masyarakat Jepang. Kata Bushidou terdiri dari tiga karakter kanji, yaitu 武士道. Kanji 武士 (bushi) memiliki makna satria, pahlawan, samurai, dan kanji 道 (michi, dibaca secara onyomi sebagai dou) memiliki makna jalan, perjalanan, cara. Kata dou ini dimaknai sebagai doktrin ataupun jalan hidup, sehingga dapat dikatakan bahwa Bushidou merupakan jalan hidup seorang samurai (Chandra, 2008: 6, 56). Kata Bushidou ini memang mengacu pada sikap dasar samurai pada masa pemerintahan Jepang sejak abad kedua belas sampai abad kesembilan belas. Pada masa tersebut samurai mendominasi kelas teratas di struktur masyarakat Jepang pada masa itu. Walaupun sudah muncul sejak jaman Kamakura, namun kata ini baru populer setelah adanya Restorasi Meiji. Bushidou tidak hanya merefleksikan segala sesuatu yang berhubungan dengan keahlian berperang maupun menggunakan senjata, namun Bushidou mengandung makna tentang adanya kesetiaan kepada tuan masing-masing, harga diri yang tinggi, dedikasi terhadap pekerjaan, keberanian, dan juga pengorbanan diri. Salah seorang samurai jaman Edo mengatakan bahwa Bushidou berarti seseorang memiliki ketetapan hati untuk mati. Yang dimaksud dengan ketetapan hati untuk mati adalah bahwa jika seorang samurai mati, mereka akan mati dengan penuh kebanggaan atas diri mereka. Hal ini menunjukkan suatu kesetiaan karena para samurai dengan siap akan mengorbankan nyawanya untuk

9 9 menunjukkan kesetiaan mereka kepada tuan mereka. Kebanggaan diri mereka diwujudkan dengan suatu tindakan ekstrim bahwa para samurai akan lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya daripada harus hidup menanggung malu. Selanjutnya, hal ini memunculkan adanya istilah seppuku atau harakiri, yang diterjemahkan sebagai bunuh diri (Davies dan Ikeno, 2002: 41-48). Pada masa kini, Bushidou telah menjadi nilai dasar yang memberi pengaruh kepada nilai-nilai budaya Jepang lainnya sekaligus kepada pandangan hidup masyarakat Jepang. Dengan demikian, penulis akan menggunakan Bushidou sebagai akar dari nilai-nilai budaya Jepang yang akan dianalisis dalam penelitian ini. 1.6 Tinjauan Pustaka Pada penelitian ini akan digunakan dua penelitian sebagai tinjauan pustaka. Bahan acuan pertama merupakan penelitian yang sudah dipublikasikan sebagai buku yang berjudul Ganbatte, Meneladani Karakter Tangguh Bangsa Jepang yang ditulis oleh A.A, Azhari (2011). Buku ini menjelaskan tentang kata ganbatte sebagai salah satu kata pembentuk karakter tangguh masyarakat Jepang. Selain ganbatte, disebutkan pula bahwa semangat Bushidou juga ikut mengambil peran penting dalam kesuksesan Jepang. Aplikasi ganbatte dan Bushidou ini terlihat di manajemen perusahaan-perusahaan raksasa di Jepang yang sekarang telah mendunia, juga pada pesatnya pertumbuhan ekonomi di Jepang. Tidak hanya itu, ganbatte juga telah memacu Jepang untuk bangkit dari keterpurukan. Azhari menyebutkan bahwa ayahnya pun merupakan saksi mata dari cepatnya

10 10 pertumbuhan Jepang pasca kekalahan Jepang di Perang Dunia II. Azhari lalu mendapatkan hasil bahwa cepatnya kebangkitan Jepang tersebut merupakan hasil dari ketangguhan Jepang itu sendiri. Kata ganbatte ini sendiri telah ditanamkan sejak dini. Masyarakat dilatih untuk belajar dari pengalaman masa lalu demi memperbaiki keadaan, tetap berjuang pada situasi dan kondisi apapun dan memberikan yang terbaik dari mereka. Penerapan ganbatte pasca bencana mulai terlihat sejak pasca Gempa Besar Kanto tahun Pada waktu itu pemerintah dan masyarakat bekerja sama meminimalisir korban dan kerugian, serta menyiapkan berbagai hal untuk berjaga-jaga seandainya terjadi gempa lagi.dalam bencana yang terjadi bulan Maret 2011 pun, kata ganbatte menjadi salah satu motivasi dalam proses pemulihan negara. Pada bab terakhir buku ini disebutkan beberapa usaha pemerintah untuk memberikan semangat dan dorongan kepada para korban. Tidak hanya itu, disebutkan pula bahwa para korban tidak berdiam diri, tetapi membantu para korban lain serta menyemangati mereka. Di sub-bab terakhir pun disebutkan bahwa ganbatte mempengaruhi sikap dan karakteristik masyarakat Jepang yang diantaranya adalah sikap tanggung jawab, tabah, kerja keras, dan peduli pada sesama. Bahan acuan kedua merupakan penelitian yang telah disusun menjadi sebuah skripsi berjudul Nilai Budaya Jepang yang Tercermin di dalam Pelaksanaan Mitigasi Gempa di Tokyo Tahun yang disusun oleh Picco Novradara tahun Di penelitian ini dilakukan studi kasus atas pelaksanaan proyek mitigasi gempa, khususnya daerah Tokyo, dan yang ditekankan adalah nilai budaya Jepang yang berupa gakumon, wa, dan makoto, yang terlihat dalam

11 11 pelaksanaan mitigasi gempa tersebut. Ketiga nilai budaya tersebut sangat dipengaruhi oleh ajaran Konfusianisme, Shintou, dan Buddha. Menurut hasil analisisnya, dapat diketahui bahwa nilai budaya gakumon tercermin dalam dilaksanakannya bousai kyouiku atau pendidikan bencana di kurikulum pendidikan di Jepang. Nilai budaya wa tercermin dalam kerja sama masyarakat dengan pembentukan kelompok penanggulangan bencana di tiap daerah, dan nilai budaya makoto tercermin dalam kesungguhan pemerintah menyediakan dana yang besar untuk pelaksanaan mitigasi dalam hal tata kota. Penelitian di bahan acuan pertama berbeda dengan apa yang akan diteliti dalam penelitian kali ini karena di penelitian Azhari tersebut dicontohkan bagaimana aplikasi ganbatte dan semangat Bushidou dalam manajemen masyarakat Jepang, serta dalam manajemen perusahaan-perusahaan raksasa di Jepang, sedangkan pada penelitian kali ini yang akan diteliti adalah bagaimana cerminan nilai-nilai budaya Jepang dalam tindakan masyarakat dan pemerintah pasca bencana. Studi kasus pada penelitian kali ini akan dilakukan dengan metode yang sama tetapi berbeda obyek dengan penelitian di bahan acuan kedua. Yang dibahas di penelitian yang dilakukan oleh Picco Novradara adalah mitigasi yang merupakan komponen manajemen bencana yang dilakukan sebelum bencana terjadi. Obyeknya adalah pelaksanaan mitigasi gempa di Tokyo tahun Sedangkan yang akan dibahas pada penelitian kali ini ialah tindakan tanggap bencana yang dilakukan dalam rangka pemulihan kembali negara setelah bencana terjadi. Obyek pada penelitian kali ini pun berbeda, yaitu tindakan tanggap

12 12 bencana yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah Jepang setelah terjadinya bencana besar di Jepang pada bulan Maret Metode dan Teknik Penelitian Metode yang akan dipakai untuk mengumpulkan data adalah metode deskriptif kualitatif. Kirk dan Miller mengungkapkan bahwa penelitian secara kualitatif bergantung pada pengamatan pada manusia. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 1989), metode ini mengarahkan pendekatannya pada individu dan latar secara utuh, dan akan menghasilkan data yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan. Data akan dikumpulkan, disusun, lalu dijelaskan. Dengan pendekatan kualitatif, penulis akan berusaha memahami makna terjadinya suatu peristiwa dan interaksi yang terjadi di dalamnya. Teknik pengumpulan yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah teknik studi pustaka. Penulis akan meneliti menggunakan informasi yang didapatkan dari berbagai sumber tertulis. 1.8 Sistematika Laporan Laporan penelitian ini terdiri IV bab. Bab I berisi tentang pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, tinjauan pustaka, metode dan teknik penelitian, dan sistematika laporan. Bab II berisi tentang penjelasan mengenai konsep tindakan tanggap bencana dan Higashi Nihon Daishinsai, serta penjelasan mengenai nilai-nilai

13 13 Bushidou sebagai dasar dari nilai-nilai budaya Jepang dan uraian tentang beberapa nilai budaya Jepang. Bab III berisi tentang tindakan tanggap bencana masyarakat dan pemerintah Jepang pasca Higashi Nihon Daishinsai bulan Maret 2011 beserta uraian tentang cerminan nilai budaya Jepang dalam tindakan tersebut. Bab IV berisi tentang kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 370.000 km 2. Kepulauan Jepang terletak

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Dr. Takashi Nagai sedang menulis manuskrip di atas tempat tidur. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Dr. Takashi Nagai sedang menulis manuskrip di atas tempat tidur. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Dr. Takashi Nagai sedang menulis manuskrip di atas tempat tidur Patung Takashi Nagai di Kayano Puing-puing reruntuhan dari katedral urakami Puing-puing reruntuhan dari katedral urakami Kota Nagasaski

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan

Bab 1. Pendahuluan. bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah bangsa yang mendapatkan nilai plus di mata dunia, sebagai bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan berjalan dengan sangat

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka Prinsip utama aikidou adalah gi. Gi terdapat dalam diri aikidouka yaitu jasmani dan jiwa. Jiwa

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014 Hari, tanggal Selasa, 21 Oktober 2014 Sumber Berita http://palingaktual.com/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bila membicarakan Jepang, maka hal yang akan terbayang adalah sebuah Negara modern di mana penduduknya memiliki kedisiplinan yang tinggi, maju, kaya, dan sebutan-sebutan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menyebabkan negara ini kehilangan kedaulatannya dan dikuasai oleh Sekutu. Berdasarkan isi dari Deklarasi Potsdam, Sekutu sebagai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan Dan Saran. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep

Bab 4. Simpulan Dan Saran. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep Bab 4 Simpulan Dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep Bushido pada tentara Kamikaze dalam Film letters from Iwojima penulis menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak negara termasuk dengan Indonesia. Hal ini membuat banyak warga negara

BAB I PENDAHULUAN. banyak negara termasuk dengan Indonesia. Hal ini membuat banyak warga negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini sangat mudah bagi seseorang untuk pindah dari satu negara ke negara lain yang sudah tentu memiliki latar budaya yang berbeda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

RASA SOLIDARITAS KELOMPOK, RASA MEMILIKI, DAN RASA KESETIAAN SEBAGAI NILAI-NILAI TRADISI JEPANG DALAM SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN DI JEPANG

RASA SOLIDARITAS KELOMPOK, RASA MEMILIKI, DAN RASA KESETIAAN SEBAGAI NILAI-NILAI TRADISI JEPANG DALAM SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN DI JEPANG bidang HUMANIORA RASA SOLIDARITAS KELOMPOK, RASA MEMILIKI, DAN RASA KESETIAAN SEBAGAI NILAI-NILAI TRADISI JEPANG DALAM SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN DI JEPANG DEWI SOETANTI Jurusan Sastra Jepang Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang Tercermin Dari Tokoh Saionji Fumie Dalam Drama Juken no Kamisama Bab pertama, yaitu Pendahuluan, berisi tentang latar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BISNIS JEPANG. historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BISNIS JEPANG. historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BISNIS JEPANG 2.1 Pengertian Bisnis Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan

Lebih terperinci

MAKNA INTEGRASI DENGAN INDONESIA MENURUT ORANG PAPUA

MAKNA INTEGRASI DENGAN INDONESIA MENURUT ORANG PAPUA MAKNA INTEGRASI DENGAN INDONESIA MENURUT ORANG PAPUA Sebuah Perspektif Antropologi Kebudayaan OLEH: NELES TEBAY (Koordinator Jaringan Damai Papua - JDP) Seminar Akhir Tahun INTEGRASI SOSIAL EKONOMI, SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudera Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan menurunnya angka kelahiran adalah permasalahan yang banyak dialami negara maju, salah satu negara yang mengalaminya adalah Jepang. Jepang telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan Jepang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah suatu negara kepulauan yang memiliki luas sebesar km 2.

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah suatu negara kepulauan yang memiliki luas sebesar km 2. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah suatu negara kepulauan yang memiliki luas sebesar 377.873 km 2. Hal tersebut membuat negara Jepang lebih luas dibandingkan dengan Finlandia, Vietnam,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kali peperangan di seluruh dunia. Kemudian sejak abad 19, manusia mulai

BAB I PENDAHULUAN kali peperangan di seluruh dunia. Kemudian sejak abad 19, manusia mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak zaman dahulu manusia tak henti-hentinya berperang. Bahkan menurut catatan sejarah, sejak 6000 tahun yang lalu sudah terjadi lebih dari 15.000 kali peperangan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Salah satu kepribadian bangsa Jepang yang mengungguli bangsa lain adalah

BAB 1. Pendahuluan. Salah satu kepribadian bangsa Jepang yang mengungguli bangsa lain adalah BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Salah satu kepribadian bangsa Jepang yang mengungguli bangsa lain adalah ketekunan bekerja dan rasa kesetiaan yang luar biasa pada perusahaan atau tempatnya bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu karya manusia yang menarik untuk dikaji adalah sastra, karena dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya. Untuk mengarahkan deskripsi kepada kesimpulan penelitian terhadap respon

Lebih terperinci

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009 Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, 05-10-09 Senin, 05 Oktober 2009 Â AMANAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN TNI KE-64 DI MABES TNI, CILANGKAP, JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada terdapat berbagai macam definisi kebudayaan, ada yang membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah sesuatu yang semiotik, tidak kentara atau

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan

Lebih terperinci

Wonderful Inspiration. Belajar dari Jepang. *Ringkasan dari Buku : RAHASIA BISNIS ORANG JEPANG : Langkah Raksasa Sang Nippon Menguasai Dunia

Wonderful Inspiration. Belajar dari Jepang. *Ringkasan dari Buku : RAHASIA BISNIS ORANG JEPANG : Langkah Raksasa Sang Nippon Menguasai Dunia Belajar dari epang Wonderful Inspiration (WIN) Belajar dari epang *Ringkasan dari Buku : RAHASIA BISNIS ORANG EPANG : Langkah Raksasa Sang Nippon Menguasai Dunia Ann Wan Seng (Terjemahan, Mizan, Bandung,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1 1. Serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan yang mendatangkan kerugian harta benda sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai dan Jepang mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai dan Jepang mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai 1943-1945 dan Jepang mencapai puncak kekalahannya atas serangan Sekutu pada tahun 1945. Kerusakan dan kerugian di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. DAFTAR PUSTAKA Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. Kusuma Aprilyna.2011.Dampak Perubahan Undang-Undang Tentang Pendidikan Wanita Terhadap Kemajuan Jepang.Skripsi Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulan Agustus 1945 menandakan akhir dari Perang Dunia II saat Jepang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulan Agustus 1945 menandakan akhir dari Perang Dunia II saat Jepang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan Agustus 1945 menandakan akhir dari Perang Dunia II saat Jepang dikalahkan oleh Sekutu. Kekalahan tersebut membawa Jepang ke dalam masa pendudukan oleh Sekutu.

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. sekarang. Sifat seperti itu dapat dikatakan sebagai salah satu sifat khas dari

Bab 1 Pendahuluan. sekarang. Sifat seperti itu dapat dikatakan sebagai salah satu sifat khas dari Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejarah kesusastraan Jepang dalam bentuk tertulis sudah ada sejak abad ke -8. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, sejarah Jepang bukanlah sejarah yang singkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga

Bab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik

Bab 1. Pendahuluan. Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra Jepang dibagi menjadi 5 periode, sastra kuno (zaman Nara), sastra klasik (zaman Heian), sastra pertengahan (zaman Kamakura, zaman Namboku-cho dan zaman Muromachi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis negaranya serta adanya pengaruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya kehidupan dewasa ini disemaraki oleh banyaknya kegagalan dalam membina rumah tangga yang utuh. Seringkali banyak keluarga memilih untuk berpisah dari hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk mencapai kemerdekaan suatu negara bukanlah suatu hal yang mudah. Perjuangan tersebut membutuhkan pengorbanan besar. Penjajah yang mencoba menguasai

Lebih terperinci

Buku ini didedikasikan bagi Tuhan. Dari sebuah doa yang diajarkan-nya, buku ini mendapatkan seluruh inspirasinya. Datanglah Kerajaan-Mu Jadilah

Buku ini didedikasikan bagi Tuhan. Dari sebuah doa yang diajarkan-nya, buku ini mendapatkan seluruh inspirasinya. Datanglah Kerajaan-Mu Jadilah Buku ini didedikasikan bagi Tuhan. Dari sebuah doa yang diajarkan-nya, buku ini mendapatkan seluruh inspirasinya. Datanglah Kerajaan-Mu Jadilah kehendak-mu Di atas bumi seperti di dalam surga... Buku ini

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INTERNAL KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PUSAT KERAJINAN KUNINGAN DAN TEMBAGA PAMUNGKAS GALLERY BOYOLALI SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR INTERNAL KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PUSAT KERAJINAN KUNINGAN DAN TEMBAGA PAMUNGKAS GALLERY BOYOLALI SKRIPSI 0 PENGARUH FAKTOR INTERNAL KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PUSAT KERAJINAN KUNINGAN DAN TEMBAGA PAMUNGKAS GALLERY BOYOLALI SKRIPSI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI NUKLIR DI INDONESIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

PENGEMBANGAN INDUSTRI NUKLIR DI INDONESIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA PENGEMBANGAN INDUSTRI NUKLIR DI INDONESIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA Aprilia Sakti Kusumalestari Jurusan Teknik Penerbangan, Fakultas Teknologi Kedirgantaraan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dibawah koordinasi Satkorlak Bencana Gempa dan Tsunami di Banda

BAB I PENDAHULUAN. Negara dibawah koordinasi Satkorlak Bencana Gempa dan Tsunami di Banda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada Tahun 2004, Indonesia dicengangkan dengan bencana dahsyat yaitu gempabumi yang kemudian yang disusul dengan gelombang tsunami yang terjadi di Aceh dan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai bushidoyang ada di Jepang dengan melihat bagaimana nilai ini tetap dapat eksis dalam sistem masyarakat yang ada dan diterapkan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. 1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News,

BAB 1 Pendahuluan.  1 NN, Badan Geologi Pastikan Penyebab Gempa di Yogyakarta, ANTARA News, 1 BAB 1 Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 Skala Richter pada kedalaman 17,1 km dengan lokasi pusat gempa terletak di dekat pantai pada koordinat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penghadangan terhadap tentara Jepang di daerah Kubang Garut oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menarik. Masyarakat Jepang sendiri terkenal memiliki sifat-sifat seperti

BAB I PENDAHULUAN. dan menarik. Masyarakat Jepang sendiri terkenal memiliki sifat-sifat seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jepang dikenal sebagai negara yang maju dan berkembang pesat. Selain itu Jepang dikenal pula sebagai negara yang memiliki kebudayaan yang unik dan menarik. Masyarakat

Lebih terperinci

Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda maka akan ku guncang dunia -Ir.

Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan ku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda maka akan ku guncang dunia -Ir. MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-87 TAHUN 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai Alternatif Kelulusan 1. Pengertian Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai

Lebih terperinci

PERANG DI INDONESIA. Pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia. Betapa kejamnya Jepang terhadap Indonesia, sampai

PERANG DI INDONESIA. Pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia. Betapa kejamnya Jepang terhadap Indonesia, sampai Karim 1 Mahir Karim Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 9 September 2011 PERANG DI INDONESIA Pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia. Betapa kejamnya Jepang terhadap Indonesia, sampai ada orang Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) telah menyeret nama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) telah menyeret nama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) telah menyeret nama sejumlah institusi pendidikan lewat kasus-kasus yang terjadi selama pelaksanaannya. Dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian agar lebih terfokus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, sehingga dapat menjadi dasar dan sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga yang utuh mempunyai peranan yang sangat penting pada perkembangan psikologis anak. Peranan masing-masing orangtua dalam pertumbuhan anak pun mempunyai peran

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-87 TAHUN 2015

SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-87 TAHUN 2015 SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-87 TAHUN 2015 Hari/tanggal : Rabu, 28 Oktober 2015 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam sehingga mengakibatkan timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai. kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai. kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa 40 tahun sesudah Perang Dunia Ke-2, Jepang mencapai kedudukan sebagai negara adikuasa dalam bidang ekonomi dan merupakan pesaing berat dalam bidang

Lebih terperinci

menyatakan bahwa Kabupaten Klaten memiliki karakter wilayah yang rentan terhadap bencana, dan salah satu bencana yang terjadi adalah gempa bumi.

menyatakan bahwa Kabupaten Klaten memiliki karakter wilayah yang rentan terhadap bencana, dan salah satu bencana yang terjadi adalah gempa bumi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengetahuan tentang kebencanaan belum sepenuhnya diketahui secara mendalam oleh peserta didik. Sehingga saat terjadi bencana, menimbulkan rasa panik dalam diri

Lebih terperinci

11 Tips Sukses Dari Jepang

11 Tips Sukses Dari Jepang 11 Tips Sukses Dari Jepang 1. Kerja Keras Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari Bab 5 Ringkasan Upacara minum teh atau chanoyu ( 茶の湯 ) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari huruf-huruf sebagai berikut

Lebih terperinci

Mulyo Wiharto Axiology Keilmuan AXIOLOGY KEILMUAN. Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU

Mulyo Wiharto Axiology Keilmuan AXIOLOGY KEILMUAN. Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU AXIOLOGY KEILMUAN Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU mulyo.wiharto@indonusa.ac.id ABSTRAK Setiap ilmu pengetahuan memiliki aspek ontology, epistemology dan axiology. Ontology berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain yaitu teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peragaan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Wil. Timur, Senin, 29 Maret 2010

Sambutan Presiden RI pada Peragaan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Wil. Timur, Senin, 29 Maret 2010 Sambutan Presiden RI pada Peragaan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Wil. Timur, 29-3-2010 Senin, 29 Maret 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERAGAAN DAN SIMULASI GELAR KESIAPAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi yang berjudul Blokade Ekonomi Napoleon Bonaparte dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia ini. Dalam Perang Dunia II ini ada sebuah fenomena 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia ini. Dalam Perang Dunia II ini ada sebuah fenomena 1 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang Dunia II merupakan perang yang sangat dasyat dan melibatkan hampir seluruh negara di dunia ini. Dalam Perang Dunia II ini ada sebuah fenomena 1 yang

Lebih terperinci

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary)

Injil Maria Magdalena. (The Gospel of Mary) Injil Maria Magdalena (The Gospel of Mary) Para Murid Berbincang-bincang dengan Guru Mereka, Sang Juruselamat Apakah segala sesuatu akan hancur? Sang Juruselamat berkata, Segenap alam, segala hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara yang menjadi bagian dari Perang Dunia II dan mengalami kekalahan. Kekalahan ini yang menyebabkan ekonomi Jepang memburuk, karena dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Kagoshima pada tahun 1549, menjadikan banyak warga Jepang memeluk

BAB I PENDAHULUAN. di Kagoshima pada tahun 1549, menjadikan banyak warga Jepang memeluk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedatangan seorang misionaris asal Portugis bernama Fransiskus Xaverius di Kagoshima pada tahun 1549, menjadikan banyak warga Jepang memeluk agama Kristen dan jumlahnya

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak

Bab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara yang memiliki banyak budaya yang telah diterapkan oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara yang maju dalam teknologi dan ekonomi. Meskipun Jepang termasuk dalam salah satu negara maju di dunia, masyarakat Jepang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4 SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.4 1. LBB dainggap tidak bisa bekerja karena telah terjadi perang dunia II.Sehingga setelah perang dunia II reda kemudian didirikan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tawuran merupakan suatu perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran sepertinya bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila 1. Nilai Semangat Pendiri Negara Sebelum kamu mempelajari tentang semangat kebangsaan para pendiri negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di Negara Indonesia dimana semua kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada bulan Juli 2010 Indonesia kembali dilanda bencana alam. Beberapa tempat di Indonesia yang dilanda gempa diantaranya Palangkaraya, Labuhan Batu, dan kota

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan kondisi iklim global di dunia yang terjadi dalam beberapa tahun ini merupakan sebab pemicu terjadinya berbagai bencana alam yang sering melanda Indonesia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Membangun Komunitas Manusia Pembelajar di Sekolah Melalui Prinsip-prinsip Kaizen

Membangun Komunitas Manusia Pembelajar di Sekolah Melalui Prinsip-prinsip Kaizen Membangun Komunitas Manusia Pembelajar di Sekolah Melalui Prinsip-prinsip Kaizen Dr. Azam Syukur Rahmatullah, S.H.I.,M.S.I.,M.A Pembahasan tentang dunia pendidikan, idealnya adalah pembahasan yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Sogo Shosha dalam Perkembangan Perekonomian Jepang Pasca Perang Dunia II (1952-. Kesimpulan tersebut

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan pengertian nilai dengan nilai social. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci