PENGEMBANGAN INDUSTRI NUKLIR DI INDONESIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN INDUSTRI NUKLIR DI INDONESIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA Aprilia Sakti Kusumalestari Jurusan Teknik Penerbangan, Fakultas Teknologi Kedirgantaraan, Universitas Suryadarma Jl. Protokol Halim Perdanakusuma, Jakarta ABSTRAK PENGEMBANGAN INDUSTRI NUKLIR DI INDONESIA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA. Indonesia semakin mantap untuk mengembangkan teknologi nuklir sebagai salah satu sumber energi. Terjadi polemik tentang kesiapan atau ketidaksiapan bangsa Indonesia untuk mengelola teknologi ini. Alasannya adalah karakter bangsa Indonesia yang dinilai tidak disiplin, dan kurang bertanggung jawab. Menganalogikan dengan industri perawatan pesawat terbang yang juga bertanggung jawab atas keselamatan jiwa orang banyak, pengembangan teknologi nuklir dapat menjadi media pembelajaran. Sebagai wadah bagi mahasiswa dan pekerja yang berkecimpung di bidang tersebut untuk menemukan kembali karakter bangsa Indonesia. Kata kunc : teknologi nuklir, industri perawatan pesawat terbang, karakter bangsa ABSTRACT NUCLEAR INDUSTRY IN INDONESIA AS A LEARNING MEDIA OF NATION S CHARACTER BUILDING. Indonesia is increasingly determined to develop nuclear technology as a source of energy. There are polemics about the preparedness or unpreparedness of Indonesia to manage this technology. The reason is the character of the Indonesian nation is judged to be disciplined, and less responsible. Compare with aircraft maintenance industry, which is also has a duty for the safety of many people, the development of nuclear technology can be a medium of learning. As a forum for students and workers working in these fields to reinvent the character of the Indonesian nation. Key words: nuclear technology, aircraft maintenance, nation s charachter 1. PENDAHULUAN Pro kontra tentang pengembangan teknologi nuklir sebagai sumber energi di Indonesia sampai saat ini masih terjadi. Tetapi pemerintah sudah semakin dekat dengan dimulainya pelaksanaan pengembangan teknologi ini. Sebagian yang mendukung, berpikir optimis bahwa Indonesia sedang melanjutkan pembangunan di berbagai sektor, terutama teknologi. Selain adanya stimulasi, yaitu kebutuhan energi listrik yang meningkat, pemerintah beranggapan bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengembangkan kembali teknologi nuklir ke skalayang lebih besar. Pada tahun 1964, pada saat negara lain di kawasan Asia belum mengembangkan teknologi ini, Indonesia sudah memiliki reaktor nuklir [1]. Walaupun hanya dimaksudkan untuk penelitian, tetapi ini dapat digunakan sebagai landasan dalam pengembangan aplikasi pemanfaatan sumber energi tersebut. Sebagian yang lain, mengemukakan alasan-alasan praktis yang menunjukkan ketidaksiapan bangsa Indonesia. Ungkapan-ungkapan persuasif ini, muncul dari pandangan masyarakat bahwa pemerintah tidak 377

2 mampu menangani teknologi yang lebih sederhana, tabung gas misalnya. Konversi energi ini dianggap sudah memakan banyak korban. Begitu juga dengan kebiasaan dan tingkat disiplin masyarakat Indonesia yang dianggap kurang bertanggung jawab untuk menangani teknologi tinggi ini. Walaupun sejauh ini tingkat keamanan dari tiga reaktor nuklir di Indonesia ternilai aman [2], yaitu di Yogyakarta, Bandung dan Serpong. Di sisi lain, bangsa Indonesia sedang memulihkan diri untuk kembali kepada karakter aslinya. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar terbukti dengan peninggalan sejarahnya, baik yang berupa bentuk fisik maupun abstrak. Tetapi tidak banyak yang dapat dilihat oleh generasi penerus pada jaman ini. Pendidikan Indonesia, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi, sekarang ini sedang mengembangkan pendidikan karakter dalam setiap aspek, untuk mencapai terbentuknya kembali karakter bangsa. Pelajaran tentang perilaku dan etika bukanlah suatu informasi atau pengetahuan. Tetapi merupakan suatu proses pendidikan yang harus ditunjang dengan kebiasaan. Bagaimanapun teori tentang perilaku dan etika dalam pengajaran, jikatidak dipraktekkan dalam keseharian, akan sangat sedikit manfaatnya. 2. PEMBENTUKAN KARAKTER Sebagian masyarakat menilai Indonesia kurang disiplin. Terutama dalam konteks ini adalah yang berhubungan dengan keselamatan. Sampah yang tidak terkelola dengan baik sehingga menimbulkan polusi atau jalan-jalan menjadi licin, jalan berlubang-lubang, bahanbahan untuk membangun gedung bertingkat yang diturunkan dari standar keamanannya, dan sebagainya. Gambar 1. Diagram proses pembentukan karakter. Dalam teori sosiologi, pembentukan karakter sekelompok orang, menempati suatu rantai proses sebagaimana digambarkan pada Gambar 1 [3]. Proses ini haruslah diawali dengan pikiran positif. Didukung dengan lingkungan belajar atau bekerja yang kondusif, akan terbentuk suatu perilaku yang positif. Perilaku yang dilakukan terus menerus akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang meliputi semua aspek kehidupan dan diajarkan dari generasi ke generasi ini akan membentuk karakter. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseluruhan proses tersebut adalah pola didik dan lingkungan. Pola didik merupakan faktor utama dari proses pembentukan karakter. Pada proses pendidikan dibuat suatu sistem dengan aturan-aturan yang membentuk kebiasaan. Jika teori ini dikembangkan maka akan menuju kepada nasib seseorang, atau nasib suatu bangsa. Sebagai ilustrasi, misalnya bangsa Jepang yang bangkit dari sektor pendidikan setelah dua kota besarnya hancur oleh bom atom. Kemudian menegakkan disiplin dan kerja keras sehingga terbentuklah kebiasaan, dari kebiasaan ini terbentuklah karakter bangsa yang mengarahkan nasib bangsa. Bencana alam tsunami yang mereka alami bulan Maret lalu merupakan masalah besar. Tetapi apa yang sudah mereka dapatkan dari perjuangan mereka jauh lebih banyak. Faktor kedua yang mempengaruhi proses pembentukan karakter adalah lingkungan. Dalam buku yang ditulis oleh Hillary Clinton, dipaparkan bahwa hanya untuk membesarkan seorang anak dengan benar, membutuhkan peran seluruh kampung. Bagaimanapun sebuah keluarga mendidik dan menyekolahkan anaknya, jika dia tinggal di lingkungan yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan kepadanya, hampir tidak mungkin berhasil. Kemungkinan besar akan gagal atau si Anak akan mengalami konflik batin sehingga mengganggu perkembangan psikologisnya. Pada kasus membangun karakter suatu bangsa, hal ini merupakan proses pembangunan terpadu. Ini diibaratkan sebagai penyusunan suatu program atau software yang membutuhkan kerja sangat serius. Indonesia sebagai negara multikultural terbangun lebih dari 50 kerajaan asal. Ini mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakatnya [4 ]. Pada tingkatan paling rendah dalam masyarakat, seseorang akan berpikir dalam kerangka adat. Tingkat selanjutnya seseorang akan berpikir dalam kerangka ras atau agama atau kelas sosial. Tingkat yang tertinggi dalam suatu negara adalah berpikir dalam kerangka 378

3 pikir nasional. Jika tercapai kerangka pikir ini pada masyarakat suatu negara, maka barulah dapat terbentuk karakter yang mewakili seluruh masyarakat bangsa tersebut. 3. OPERASIONAL TEKNOLOGI NUKLIR Pendidikan pengembangan teknologi nuklir dan aplikasinya merupakan suatu lingkup pekerjaan dan pemikiran yang bertaraf nasional atau internasional. Secara psikologis ini akan membawa pelakunya ketingkat kerangka berpikir nasional. Secara teknis, operasional pembangkit nuklir memerlukan pemeliharaan dengan disiplin tinggi. Kesalahan kecil pada suatu reaktor, dapat menimbulkan kecelakaan bahkan bencana yang serius. Tercatat kecelakaan di Windscale Pile, Inggris pada tahun 1957 ketika kebakaran menyulut persediaan plutonium, 33 orang dinyatakan tewas [5]. Kecelakaan yang dialami kapal selam Rusia berenergi nuklir pada tahun 1985 menelan korban puluhan jiwa. Selain reaktor Fukushima Jepang yang terpicu oleh bencana alam, Reaktor Chernobyl di Ukraina merupakan sejarah terburuk dari bencana akibat kesalahan dalam operasional reator nulklir. Korban jiwa yang disebutkan hanyalah sebagian dari efek bencana. Sisanya adalah akibat dari radiasi yang memakan korban lebih banyak, lebih luas dan lebih lama. Karena inilah perkembangan teknologi nuklir merupakan bidang yang sangat memerlukan pengelola dan pekerja yang berkarakter, bertanggung jawab, dan berdisiplin, sehingga terwujud dalam perilaku kerja dan perilaku berpikirnya. 4. ANALOGI : PERAWATAN PESAWAT TERBANG Pada sub bab ini akan digambarkan kasus yang terjadi pada industri penerbangan Indonesia, sebagai analogi dari perkembangan pendidikan di bidang tertentu. Dunia penerbangan di Indonesia sedang berkembang pesat. Beberapa maskapai penerbangan terus menambah jumlah armadanya. Di lain pihak, teknisi perawatan pesawat terbang di Indonesia masih sangat sedikit. Sebagian dari mereka tidak memenuhi syarat sebagai teknisi, sehingga kenyataan yang terjadi adalah bengkel-bengkel perawatan pesawat terbang di Indonesia masih mendatangkan teknisi dari luar, atau maskapai penerbangan di Indonesia masih mengandalkan bengkel di luar negeri untuk menangani pesawatnya [6]. Pada seleksi masuk untuk menjadi teknisi di suatu perusahaan perawatan pesawat terbang, selain ilmunya, kedisiplinan dan berpikir sistematis, merupakan satu syarat pendukung yang utama. Karena ini berhubungan dengan keselamatan jiwa penumpang. Jika teknisi dalam negeri yang memenuhi kriteria masih kurang, maka perusahaan akan mendatangkan teknisi dari luar negeri daripada mempekerjakan teknisi yang tidak memenuhi kriteria penilaian. Perguruan-perguruan tinggi yang mendidik calon teknisi pesawat terbang di Indonesia juga belum banyak. Tetapi persaingan para lulusannya untuk menempati kedudukan sebagai teknisi cukup kompetitif. Melihat keadaan ini, sebagian perguruan tinggi terus meningkatkan kualitas baik dalam kurikulumnya maupun aplikasi kurikulum tersebut. Sebagai contoh antara lain diwajibkannya berpakaian seragam bagi mahsiswa di sekolah tinggi untuk teknik penerbangan. Ini merupakan awal dari penerapan disiplin yang ada di kampus. Bahkan sebagian dari mereka memisahkan diri dari program studi yang lain (berbentuk sekolah tinggi), untuk tercapainya standar disiplin ini. Perguruan tinggi yang berhasil mendidik lulusannya sehingga mempunyai kebiasaan disiplin yang tinggi, lebih mempunyai kesempatan bekerja di bidangnya daripada yang tidak. Karakter-karakter ini selain menjadi dasar perilaku yang standar di perguruan tinggi dan lingkungan kerja, jika terus dikembangkan akan meluas ke masyarakat. Jika lebih banyak lagi disiplin dan aplikasi ilmu yang sangat membutuhkan karakter ini, maka perguruan tinggi dan lembaga ini menjadi sarana yang sangat kondusif dalam pembentukan karakter bangsa. 5. MEDIA BELAJAR Teknologi nuklir, seperti juga perawatan pesawat terbang, tidak hanya memerlukan ilmu dan ketrampilan yang cukup dalam pelaksanaannya. Tetapi kebiasaan dan karakter yang dimiliki oleh sumber daya manusianya juga merupakan syarat pendukung utama yang harus dipenuhi. Disiplin dalam manajemen waktu dan manajemen perilaku, kedalaman analisa dan pengambilan keputusan semuanya diawali dari kebiasaan dalam pembelajaran. 379

4 Perguruan tinggi dalam perannya mendidik generasi muda pada usia yang optimal dalam pembentukan perilaku dan karakter sebuah bangsa. Dalam konteks ini adalah kurikulum, fasilitas, pengelolaan proses belajar, suasana belajar, dan kepemimpinan di perguruan tinggi tersebut [7]. Pengembangan teknologi nuklir di Indonesia dapat menjadi penyulut bagi perguruan tinggi dan lembaga pengembangnya untuk mengembangkan pendidikan karakter bangsa. Dengan adanya peraturan dan standar khusus yang diterapkan pada proses pembalajaran dan aplikasi teknologi nulklir, manusia yang terlibat di dalamnya harus mengembangkan karakternya untuk menyesuaikan diri dengan standar tersebut. Mulai dari perilakunya dan cara berpikirnya. 6. KESIMPULAN Bidang-bidang tertentu, seperti teknik perawatan pesawat terbang dan teknologi nuklir, sangat membutuhkan disiplin tinggi, kemampuan analisa dan pengambilan keputusan yang akurat. Ini karena berhubungan dengan keselamatan jiwa orang banyak. Untuk itu pembentukan perilaku, kebiasaan dan karakter sumber daya manusianya sangat penting, di samping ilmu itu sendiri. Sarana pendidikan dan pengembangan teknologi nuklir di Indonesia akan menjadi media yang sangat kondusif untuk mendukung pembangunan di Indonesia. Selain perkembangan teknologi itu sendiri, juga pembentukan kembali karakter bangsa. 7. DAFTAR PUSTAKA 1. SAPUTRO, T.T. (2008, Oktober, 28). Neutrino. Menjawab Keraguanakan SDM Nuklir Indonesia. Available: el/menjawab-keraguan-akan-sdm-nuklirindonesia/ 2. ANONYMOUS. Available: politik/18382-reaktor-nuklir-indonesiasangat-aman. 3. KRISTANTO, Character Building, Lokakarya Menata Pendidikan Karakter Bangsa Mewujudkan Bangsa Indonesia yang Kompetitif (2010), tidak terbit. 4. PRASOJO, I., Proses Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia, Lokakarya Menata Pendidikan Karakter Bangsa Mewujudkan Bangsa Indonesia yang Kompetitif (2010), tidak terbit. 5. ANONYMOUS. Available: /10-tragedi-kecelakaan-nuklir/ 6. SOERATMAN D., Industri Perawatan Pesawat Terbang di Indonesia, Seminar Kedirgantaraan (2011), tidak terbit. 7. SUDIYONO, Manajemen Pendidikan Tinggi, Rineka Cipta, Jakarta (2004). 8. DISKUSI Deni: Bagaimana karakter ini agar bisa diterapkan di kelas? Aprilia Sakti K: Pendidikan karakter di dalam kelas (misal yang berhubungan teknologi tinggi) - Memberi kesempatan kepada siswa untuk berani mencoba - Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan analisis - Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih membuat keputusan - Memberi contoh karakter yang baik dengan membuat peraturan yang adil atau fair dalam ulangan, diskusi, quiz dan sebagainya Contoh: melempar materi diskusi atau soal yang membuat semua individu terlibat aktif. Syarif Hamdani: Pengembangan teknologi atau industri nuklir seperti apa yang dapat dijadikan pendidikan karakter bangsa? Di sisi lain kurikulum tentang nuklir di sekolah sangat kecil dan pemahaman masyarakat tentang nuklir lebih ke arah negatif. Bagaimana tolak ukur nantinya kalau karakter bangsa terbentuk dari pengembangan yang dimaksud? Aprilia Sakti K: Dalam seleksi masuk teknisi pesawat terbang, disiplin dan tanggung jawab yang tinggi merupakan karakter 380

5 wajib (pasti begitu juga kalau pengembangan teknologi nuklir). Akibatnya sekolah sekolah yang meluluskan calon teknisi ini juga melatih siswa-siswanya, supaya bisa bersaing dan diakui oleh stake holder. Jika aplikasi teknologi tinggi ini berkembang di Indonesia, diharapkan bisa menjadi salah satu penyokong pembelajaran karakter bangsa. Karena banyaknya sekolah dan lingkungan yang secara langsung menuntut suatu kebiasaan dan perilaku yang real, yang membentuk karakter. 381