BAB I PENDAHULUAN. di Kagoshima pada tahun 1549, menjadikan banyak warga Jepang memeluk
|
|
- Farida Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedatangan seorang misionaris asal Portugis bernama Fransiskus Xaverius di Kagoshima pada tahun 1549, menjadikan banyak warga Jepang memeluk agama Kristen dan jumlahnya semakin bertambah dengan adanya perdagangan internasional. Karena ada kekhawatiran dapat mengancam masa depan bangsa Jepang, pemerintah mulai melakukan tindakan-tindakan untuk menekan agama Kristen, salah satunya dengan kebijakan politik isolasi negara (sakoku). Dengan adanya sakoku, Jepang tertutup bagi dunia luar. Meskipun begitu, perdagangan internasional masih dapat dilangsungkan, namun terbatas di satu tempat, yakni di Nagasaki, dan hanya dibatasi untuk negara Cina dan Belanda saja. Adanya keterbatasan ini justru mendorong Jepang berkembang ke arah yang lebih baik. Birokrasi yang bergaya militer berubah menjadi bergaya sipil, kesenian dan pendidikan yang terbatas untuk kalangan bangsawan saja akhirnya menyebar ke seluruh masyarakat Jepang (Jansen, 1983: 13). Keadaan seperti ini menunjukkan awal dari modernisasi di Jepang. bahwa: Fuse dalam bukunya, Modernization and Stress in Japan, menyebutkan...in the essays by Fuse and Mitchell, Japan's modernization was triggered during the Tokugawa period ( ), introducing enormous changes in urbanization, population growth, a rise in literacy and mass education, emergence of an efficient, centralized bureaucracy, agricultural innovation, etc. (1975: 2). 1
2 2 Menurut kutipan di atas, dalam esai-esai yang ditulis oleh Fuse dan Mitchell disebutkan bahwa modernisasi di Jepang muncul pada periode pemerintahan Tokugawa ( M). Modernisasi ini menunjukkan perubahan-perubahan besar pada urbanisasi, pertumbuhan penduduk, peningkatan jumlah masyarakat yang melek huruf dan pendidikan massa, munculnya kepraktisan dalam hidup, birokrasi terpusat, inovasi dalam pertanian, dan lain-lain. Modernisasi juga terjadi setelah Restorasi Meiji di tahun 1868 yang ditandai dengan berakhirnya zaman feodalisme dan dibukanya Jepang bagi dunia luar. Untuk mengejar ketertinggalannya dari Barat selama sakoku, modernisasi ini berlangsung secara cepat dalam segala bidang melalui proses peniruan kebiasaan dan gaya Barat, yang disebut sebagai bunmei kaika (peradaban dan penerangan). Selain itu, modernisasi dengan hasil yang berbeda juga terjadi setelah Perang Dunia II. Perubahan-perubahan yang terjadi selama modernisasi ini disesuaikan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat Jepang. Dengan demikian, modernisasi di Jepang berbeda dengan modernisasi di Barat. Sejak berlangsungnya modernisasi tersebut, Jepang berhasil memajukan negaranya dan menjadikan Jepang sebagai salah satu negara maju di dunia, baik dalam bidang ekonomi, perdagangan luar negeri, maupun teknologi. Sebagai negara maju, Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan berbagai macam budaya, baik budaya tradisional maupun budaya populer. Salah satu budaya tradisional Jepang tersebut adalah upacara minum teh atau chanoyu. Chanoyu merupakan sebuah contoh yang paling terkenal dari kebiasaan pengomsumsian teh di Jepang. Kebiasaan menurut Kamus Besar
3 3 Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat berarti sesuatu yang biasa dikerjakan; pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama (2012: 186), sedangkan pengonsumsian berarti proses, cara, perbuatan mengonsumsi (2012: 728). Jadi, yang dimaksud dengan kebiasaan pengonsumsian teh di sini adalah suatu tindakan yang dilakukan secara berulang untuk hal yang sama oleh sekelompok masyarakat dalam menggunakan atau menikmati teh. Kebiasaan pengonsumsian teh yang berupa chanoyu hingga saat ini masih menjadi tradisi, meskipun telah berkembang pula kebiasaan pengonsumsian teh yang lebih modern dalam masyarakat Jepang. Istilah chanoyu mulai digunakan pada abad ke-16 untuk menggambarkan kegiatan tuan rumah yang menyajikan teh kepada para tamunya dalam sebuah pertemuan teh (Tanaka, 1998: 36-37). Sebelum istilah chanoyu digunakan, pada Zaman Kamakura ( M), masyarakat Jepang telah mengenal kebiasaan pengonsumsian teh yang menggunakan teh bubuk (matcha). Tanaka menyebutkan bahwa kebiasaan ini tak lepas dari peranan Myouan Eisai, pendiri ajaran Buddha Zen, yang telah membawa kebiasaan pembuatan teh bubuk dari Cina ke Jepang dan menyebarkan ide-idenya (1998: 28). Pada zaman Muromachi ( M), kebiasaan ini menyebar di kalangan bangsawan, prajurit, dan pedagang kaya, yang kemudian disempurnakan oleh Sen no Rikyu menjadi sebuah upacara minum teh bernama chanoyu. Chanoyu yang pada awalnya merupakan ritual sakral bagi masyarakat Jepang mengalami berbagai macam perubahan seiring dengan adanya perubahan
4 4 pada masyarakat. Dengan adanya modernisasi, chanoyu yang dulunya sering dilakukan oleh masyarakat Jepang kini mulai jarang dilakukan, khususnya oleh sebagian besar generasi muda Jepang. Selain itu, kebiasaan pengonsumsian teh juga berkembang dan tumbuh menjadi berbagai macam kebiasaan pengonsumsian teh yang lebih modern. Dalam proses modernisasinya, kebiasaan pengonsumsian teh tetap diadaptasi dan disesuaikan dengan budaya Jepang. Misalnya saja adanya inovasi baru yang berupa es krim dari matcha. Es krim merupakan produk budaya dari kebudayaan Barat, namun rasa dari es krim tersebut disesuaikan dengan lidah orang Jepang, yakni rasa matcha. Selain itu, ada pula teh dalam kemasan botol plastik. Pengetahuan tentang pembuatan minuman dengan kemasan botol plastik memang berasal dari Barat, namun minuman yang dikemas dalam botol plastik tersebut adalah teh hijau Jepang. Selain kebiasaan pengonsumsian teh tersebut di atas, masih terdapat aneka ragam kebiasaan pengonsumsian teh di Jepang. Kebiasaan pengonsumsian teh yang lebih modern yang lebih diminati oleh masyarakat Jepang sekarang ini. Bahkan ada pula tempat-tempat makan khusus yang menyajikan berbagai macam olahan makanan atau minuman dari teh. Sesuai dengan pendapat Fuse yang menyebutkan bahwa modernisasi di Jepang tidak mendorong dampak yang luar biasa dari westernisasi karena tidak menjadikan masyarakat Jepang menjadi kurang ke-jepang-annya (1975: 3), maka dapat disimpulkan bahwa modernisasi di Jepang berbeda dengan modernisasi di Barat, di mana perubahan dan perkembangan budaya di Jepang
5 5 selama modernisasi berlangsung disesuaikan dengan budaya Jepang dan tidak menjadikan masyarakat Jepang menjadi kurang ke-jepang-annya, khususnya dalam kebiasaan pengonsumsian teh. Hal inilah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti tentang modernisasi dan westernisasi, khususnya dalam studi terhadap perubahan kebiasaan pengonsumsian teh dalam masyarakat Jepang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah perkembangan kebiasaan pengonsumsian teh di Jepang sejak Zaman Azuchi-Momoyama hingga Zaman Heisei (sekarang)? b. Bagaimanakah pengaruh modernisasi terhadap kebiasaan pengonsumsian teh dalam masyarakat Jepang? c. Bersamaan dengan modernisasi pada rumusan b, juga terjadi westernisasi. Namun, modernisasi dan westernisasi ini memiliki pengertian yang berbeda dan pada batas-batas tertentu terdapat perbedaan di antara keduanya. Dengan mengetahui jenis perubahan dari suatu kebudayaan, maka akan diketahui perbedaan di antara keduanya. Oleh karenanya, rumusan masalah ketiga menjadi: termasuk dalam kategori perubahan kebudayaan yang seperti apa kebiasaan pengonsumsian teh tersebut? Apakah termasuk dalam kategori discovery, invention, inovasi, difusi, akulturasi, atau asimilasi?
6 6 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menjelaskan perkembangan kebiasaan pengonsumsian teh di Jepang sejak zaman Azuchi-Momoyama hingga zaman Heisei (sekarang). b. Untuk mengungkapkan pengaruh modernisasi terhadap kebiasaan pengonsumsian teh dalam masyarakat Jepang. c. Untuk mengklasifikasi jenis perubahan kebudayaan pada kebiasaan pengonsumsian teh. Lebih lanjut, penelitian ini secara khusus juga bertujuan untuk mengumpulkan fakta-fakta tentang kebiasaan pengonsumsian teh yang ada di Jepang dari zaman Azuchi-Momoyama hingga zaman Heisei dalam suatu bentuk karya ilmiah dan isinya dapat dipertanggung jawabkan. 1.4 Tinjauan Pustaka Sejauh ini, belum ditemukan penelitian yang berkaitan dengan tema yang diteliti. Namun ada beberapa penelitian yang menggunakan chanoyu sebagai objek materialnya. Penelitian tersebut berupa skripsi oleh Rian Riefiyanti pada tahun 2005 yang berjudul Perubahan Abstrak dan Kongkrit oleh Sen no Rikyu dalam Chanoyu. Skripsi Fakultas Sastra dan Bahasa Universitas Nasional ini mengkaji mengenai chanoyu dan tata cara pelaksanaannya menurut Sen no Rikyu yang menganut prinsip wabi (kesederhanaan) atas dasar ajaran Buddha aliran Zen.
7 7 Kedua, skripsi oleh Anna Desy Yulianty G. pada tahun 2008 yang berjudul Analisis Adaptasi Upacara Minum Teh (Chanoyu) di Indonesia. Skripsi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara ini menganalisis tentang adaptasi upacara minum teh (chanoyu) di Indonesia. Ketiga, skripsi oleh Anastasia Merry Christiani Widyaputri pada tahun 2008 yang berjudul Unsur-Unsur di dalam Agama Buddha Zen yang terdapat dalam Chanoyu di Chashitsu Urasenke. Skripsi Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara ini menganalisis unsur-unsur di dalam agama Buddha Zen yang terdapat dalam chanoyu. Ada pula penelitian yang menggunakan teori tentang perubahan kebudayaan sebagai objek formalnya, yaitu penelitian berupa skripsi oleh Primasari Nirwana Dewi pada tahun 2009 yang berjudul Perubahan Kriteria Pasangan Hidup yang Cocok Menurut Kalangan Wanita Muda Jepang dari Zaman Edo sampai Zaman Heisei (Sekarang). Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada ini menganalisis tentang penyebab dan dampak sosial dari perubahan kriteria pasangan hidup yang cocok bagi kalangan wanita muda Jepang dari zaman Edo hingga zaman Heisei. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini tidak akan berfokus pada kebiasaan pengonsumsian teh yang berupa chanoyu saja, tetapi juga akan membahas tentang kebiasaan pengonsumsian teh lainnya dari zaman Azuchi-Momoyama hingga zaman Heisei. Selain itu, penelitian ini juga membahas tentang modernisasi dan westernisasi dalam studi terhadap perubahan kebiasaan pengonsumsian teh dalam masyarakat Jepang.
8 8 1.5 Fokus, Batasan, dan Ruang Lingkup Masalah Fokus penelitian ini adalah mengenai modernisasi dan westernisasi dalam studi terhadap perubahan kebiasaan pengonsumsian teh dalam masyarakat Jepang. Kebiasaan pengonsumsian teh yang dimaksud di sini adalah suatu tindakan yang dilakukan secara berulang untuk hal yang sama oleh sekelompok masyarakat dalam menggunakan atau menikmati teh. Pada penelitian ini, teh yang dibahas akan dibatasi pada teh yang berupa makanan dan minuman. Teh yang berupa non-makanan dan non-minuman tidak akan dibahas dalam skripsi ini karena keterbatasan kemampuan peneliti dalam mengumpulkan data-data tersebut. Meskipun teh yang dibahas dalam skripsi ini adalah teh yang berupa makanan dan minuman, namun ruang lingkup pembahasan pengonsumsian teh tidak sebatas pada aktivitas konsumsi yang berupa makan dan minum saja, namun juga mencakup aktivitas lain yang masih berkaitan dengan konsumsi makanan dan minuman tersebut. 1.6 Kerangka Teori Budaya menurut Williams (via Storey, 2001: 2-3) berarti suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual dan estetis; pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu; atau karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
9 9 milik diri manusia dalam belajar (2000: 181). Sehingga dapat dikatakan bahwa hampir seluruh tindakan manusia merupakan kebudayaan, karena banyak tindakan tersebut yang dibiasakan melalui proses belajar. Bahkan tindakan manusia seharihari seperti makan, minum, tidur, dan berjalan juga termasuk kebudayaan. Makan dan minum memang merupakan kebutuhan manusia yang ditentukan oleh faktor biologis, namun cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut bersifat kultural. Ihromi (ed., 1986: 32) menyebutkan bahwa kebudayaan tidaklah bersifat statis, ia selalu berubah. Kenyataan bahwa banyak kebudayaan yang bertahan dan berkembang menunjukkan bahwa kebudayaan tersebut berubah dan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu dari lingkungannya (Ihromi (ed.), 1986: 28). Maka tidak mengherankan apabila suatu kebudayaan itu berubah dan berkembang, karena apabila sifat-sifat suatu kebudayaan tidak disesuaikan dengan keadaan tertentu, maka kebudayaan tersebut lama-kelamaan akan menghilang. Berbicara mengenai kebudayaan, akan berkaitan erat dengan masyarakat. Masyarakat tidak mungkin ada tanpa kebudayaan, dan kebudayaan hanya mungkin ada di dalam satu masyarakat (Harsoyo, 1967: 111). Dengan demikian, apabila berbicara mengenai perubahan budaya, maka akan berkaitan erat dengan perubahan masyarakat, begitu pula sebaliknya. Gillin dan Gillin mengemukakan bahwa social change atau perubahan sosial adalah variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima dan berlaku, yang disebabkan oleh kondisi geografis, oleh hasil-hasil kebudayaan yang berupa alat yang mempertinggi taraf kehidupan, oleh komposisi penduduk, atau oleh ideologi
10 10 yang berasal dari luar dengan jalan difusi atau yang berasal dari dalam masyarakat sendiri oleh adanya invention (Harsoyo, 1967: 111). Menurut Haviland (1993: 252), faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan ada 3, yakni: 1. Perubahan lingkungan, yang diikuti oleh perubahan adaptif dalam kebudayaan; 2. Variasi perorangan mengenai cara orang di dalam kebudayaan memahami karakteristik kebudayaannya sendiri, yang dapat menimbulkan perubahan cara masyarakat pada umumnya menafsirkan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaannya; 3. Kontak dengan kelompok-kelompok lain, yang menyebabkan masuknya gagasan-gagasan dan cara-cara baru untuk mengerjakan sesuatu, yang akhirnya menimbulkan perubahan nilai perilaku tradisional. Honigmann (via Koentjaraningrat, 2000: 186) membedakan adanya tiga gejala kebudayaan, yaitu (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifacts. Sedangkan Koentjaraningrat sendiri membagi kebudayaan menjadi 3 wujud (2000: ), yakni: 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
11 11 Ketiga wujud kebudayaan ini saling berkaitan satu sama lain dalam suatu kebudayaan. Sehingga sulit untuk mengabaikan atau memisahkan salah satu wujud kebudayaan dari wujud kebudayaan yang lainnya. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian budaya. Dalam penelitian budaya, metode penelitian yang biasanya digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini juga menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (via Moleong, 2001: 3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode kajian pustaka (library research), yakni dengan mengumpulkan data berupa sumber tertulis dan gambar-gambar yang berkaitan dengan topik permasalahan, baik yang menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, maupun bahasa Jepang. Sumber-sumber tertulis tersebut antara lain berupa buku-buku, skripsi/tesis/disertasi, majalah, maupun sumber-sumber dari internet yang kebenaran dan kevaliditasannya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk menganalisis data, digunakan metode identifikasi perbandingan. Penelitian ini membandingkan kebiasaan pengonsumsian teh dari zaman Azuchi- Momoyama hingga zaman Heisei sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan dari masing-masing kebiasaan pengonsumsian teh tersebut. Hasil analisis tersebut akan dipergunakan sebagai data untuk mengetahui pengaruh
12 12 modernisasi terhadap kebiasaan pengonsumsian teh dalam masyarakat Jepang, maupun untuk mengklasifikasi jenis-jenis perubahan kebudayaan pada kebiasaan pengonsumsian teh di Jepang tersebut. Konsep-konsep yang digunakan untuk menganalisis data tersebut menggunakan konsep-konsep tentang perubahan kebudayaan dan modernisasi. Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah: a. mengumpulkan semua data yang berhubungan dengan penelitian, b. memisahkan data yang relevan dan tidak relevan dengan maksud dan tujuan peneliti, c. mengklasifikasi data-data tersebut sesuai dengan rumusan masalah, d. menganalisis data-data tersebut terus menerus sehingga mendapatkan jawaban dari rumusan masalah, e. menarik kesimpulan. 1.8 Sistematika Penulisan Laporan akhir penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab I berupa Pendahuluan yang berisi Latar Belakang; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Tinjauan Pustaka; Fokus, Batasan, dan Ruang Lingkup Masalah; Kerangka Teori; Metode Penelitian; dan Sistematika Penyajian. Bab II berupa Kerangka Konseptual yang berisi tentang konsep perubahan kebudayaan, tinjauan tentang modernisasi dan modernisasi di Jepang. Bab III merupakan isi yang menjabarkan perkembangan kebiasaan pengonsumsian teh di Jepang sejak zaman Azuchi- Momoyama hingga zaman Heisei. Bab IV akan menjabarkan analisis tentang
13 13 pengaruh modernisasi terhadap kebiasaan pengonsumsian teh dalam masyarakat Jepang dan mengklasifikasikan jenis perubahan dari kebiasaan pengonsumsian teh tersebut. Bab V berupa kesimpulan.
Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari
Bab 5 Ringkasan Upacara minum teh atau chanoyu ( 茶の湯 ) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari huruf-huruf sebagai berikut
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang memiliki berbagai macam budaya yang orisinil dan unik seperti dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
DAFTAR PUSTAKA Berger, Peter L., Berger, Brigitte., Kellner, Hansfried., 1992. The Homeless Mind, Modernization and Consciousness, atau Pikiran Kembara, terj. Widyamartaya, A. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Lebih terperinciBAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak membawa sukses yang besar dibandingkan dengan penyebaran yang dilakukannya di negara Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaankebudayaan tersebut sampai sekarang masih berlaku dalam masyarakat Jepang. Dalam kebudayaan Jepang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan
Lebih terperinciKomunikasi dan Proses Perubahan Sosial
Modul ke: Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Media massa berlaku sebagai agen pembawa perubahan sosial
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang atau disebut juga dengan 日本 (Nippon/Nihon) adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara
Lebih terperinciAbstraksi. Kata kunci : chanoyu,chashitsu dan Zen.
Abstraksi Negara Jepang memiliki berbagai macam kebudayaan salah satunya yang sangat terkenal dan menjadi tradisi adalah upacara minum teh atau chanoyu. Chanoyu adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budayabudaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai bermacam-macam kebudayaan. Meskipun peradaban Jepang kuno sebagian dibangun diatas budayabudaya yang diperkenalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teh merupakan jenis tanaman yang populer di dunia. Diawali oleh penemuan teh di Cina, tanaman ini mulai merambah ke berbagai negara lain, seperti Portugal,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Sadō merupakan salah satu kesenian yang masih menjadi tradisi dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika tradisional dalam menyajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jepang adalah Negara yang kaya dengan keaneka ragaman kebudayaannya. Di era globalisasi sekarang ini negara Jepang termasuk dalam urutan-urutan Negara dengan modernisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana tanaman dan bunga-bunga tersebut dapat tumbuh dan hidup. Jepang juga disebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah Negara kepulauan yang indah, didukung dengan empat musim yang bergantian secara teratur dan berkala menjadikan alam Jepang ditumbuhi dengan tanaman dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Japanese Art and Popular Culture menyebutkan bahwa daruma adalah salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut McFarland dalam bukunya Daruma, The Founder of Zen in Japanese Art and Popular Culture menyebutkan bahwa daruma adalah salah satu kunci penting untuk memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciPerubahan terjadi pada pendidikan formal dan non formal sejak jaman penjajahan hingga saat ini Perubahan sistem atau komponen pend.
Perubahan terjadi pada pendidikan formal dan non formal sejak jaman penjajahan hingga saat ini Perubahan sistem atau komponen pend. Perubahan tujuan tertentu dianggap tepat untuk setiap jaman Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang patut diperhitungkan.dengan kehebatannya dalam memadukan tradisi dan modernisasi, menjadikan Jepang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain yaitu teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan
Lebih terperinciPerubahan Sosial Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi UDINUS Semarang
Perubahan Sosial Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi UDINUS Semarang Apakah kalian bagian dari perubahan??? Apa yg dimaksud perubahan? Perbandingan masa lalu - masa sekarang Masy statis, tidak maju,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu kegiatan yang menjadi bagian dari program corporate social responsibility
Lebih terperincia. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut
a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut unsur-unsur kebudayaan yang dianggap halus, maju, dan
Lebih terperinci2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada waktu itu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang yang berangkat dari keterbelakangan, adalah salah satu negara yang menggunakan pendidikan sebagai langkah dalam membangun negaranya. Pendidikan Jepang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh, juga dapat dijadikan tempat untuk menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis negaranya serta adanya pengaruh
Lebih terperinciGEOGRAFI BUDAYA Materi : 7
GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 Agus sudarsono 1 VII. KEBUDAYAAN 2 A. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Dalam kehidupan masyarakat Jepang sering terdengar sosok wanita cantik berwajah
Bab 5 Ringkasan Dalam kehidupan masyarakat Jepang sering terdengar sosok wanita cantik berwajah putih dengan bibir merah dan menjadi symbol kecantikan wanita Asia yang lebih sering dikenal dengan geisha.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti
Lebih terperincimembuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak negara termasuk dengan Indonesia. Hal ini membuat banyak warga negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini sangat mudah bagi seseorang untuk pindah dari satu negara ke negara lain yang sudah tentu memiliki latar budaya yang berbeda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jepang merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan dan tradisi yang cukup dikenal oleh negara lain. Kebudayaan Jepang berhasil disebarkan ke berbagai negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia tidak lepas dari pesatnya perkembangan investasi asing atau yang biasa disebut dengan Penanaman modal asing
Lebih terperinciI. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Jepang pada abad ke-16 sampai abad ke-17 merupakan negara yang masih banyak terdapat perang perebutan supremasi kekuasaan di dalam negeri, walaupun kepala pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karya seni adalah merupakan salah satu produk budaya suatu bangsa, dengan sendirinya akan berdasar pada kebhinekaan budaya yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara maju yang berada di Asia Timur. Dalam Hal keyakinan, Jepang merupakan negara yang membebaskan warga negaranya dalam beragama, seperti yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah merupakan kekayaan budaya nasional sejak dahulu kala. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam rempah-rempah yang disediakan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menunjukkan skala berkembang, tumbuh besar, mempercepat dan memperdalam dampak arus dan pola interaksi sosial antar benua (Held dan McGrew, 2002:12). Globalisasi
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Sugono, 2008). Menurut pendapat Anastasia (2007:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting disekolah yang pada dasarnya menekankan siswa untuk mampu berbahasa dan bersastra, akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. Perkembangan Jepang yang begitu pesat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang fashion,
Lebih terperinciKEBUDAYAAN. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si
KEBUDAYAAN Pengantar Antropologi 1 Sub Pokok Bahasan: 1. Definisi Kebudayaan 2. Wujud Kebudayaan 3. Adat Istiadat 2 Definisi Kebudayaan Kebudayaan (dalam bahasa sehari-hari): Dibatasi pada hal-hal yang
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki berbagai keunikan dalam kehidupan mereka,
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bangsa Jepang memiliki berbagai keunikan dalam kehidupan mereka, khususnya dalam kebudayaan. Festival, makanan, tarian, drama dan upacara adatnya memiliki makna dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI
SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 08 Komunikasi dan Perubahan Sosial Fakultas ILMU KOMUNIKASI Program Studi PUBLIK RELATIONS http://mercubuana.ac.id Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Perubahan Sosial Gillin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 370.000 km 2. Kepulauan Jepang terletak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kedatangan Para Misionaris Portugis 1.1.1.1Zaman Momoyama Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai mencoba menanamkan pengaruh
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya
MODUL PERKULIAHAN Masyarakat & Budaya FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ MK 42005 Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 5 Abstract Dalam pokok bahasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka merupakan hasil penelaahan terhadap sumber-sumber yang diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan berfikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya keberagaman dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga, dan banyak hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan
Lebih terperinciPERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya merupakan amanat yang dipercaya Allah SWT kepada umat manusia. Allah SWT memerintahkan manusia untuk menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang telah berlaku selama kurang
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk yang memiliki akal pikiran untuk melakukan inovasiinovasi dalam mencapai tujuan tertentu sesuai yang diinginkannya. Di dalam proses pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Manusia adalah makhluk yang memiliki akal budi dan juga makhluk sosial. Dalam bersosialisasi dan berinteraksi antar sesamanya, manusia diperlukan alat yang bernama
Lebih terperinciBahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang
Penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagikeberhasilan individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Penguasaan Bahasa Jepang dapat diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan
Lebih terperinciAKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)
AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran dari segi fungsi dan nilai terutama pada teko-teko yang ada dalam rumah masyarakat modern. Teko
Lebih terperinciKONSEP KEBUDAYAAN. Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan
KONSEP KEBUDAYAAN Kuliah 2 - Geografi Kebudayaan Apakah Kebudayaan Hofstede (dalam Berry, 1997): Merupakan seperangkat asumsi, keyakinan, nilai, dan persepsi yang khas Parsudi Suparlan (1998): Merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat pada umumnya mempunyai suatu pola kehidupan yang terbentuk dari setiap kebiasaan anggota masyarakat yang disepakati. Polapola kehidupan tersebut menjadi
Lebih terperinciModernisasi dan Perubahan Sosial Budaya.
Modernisasi dan Perubahan Sosial Budaya B A G A N -Pengertian -Bentuk perubahan -Ciri, syarat dan sikap Mental manusia modern -Gejala modernisasi -Pengertian -Teori globalisasi -Proses globalisasi -Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1
Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari
Bab 3 Analisis Data 3.1 Tahap Persiapan Sebelum Melaksanakan Chanoyu Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari tuan rumah itu sendiri maupun tamu yang akan mengikuti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 8. DISKUSILatihan Soal
SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 8. DISKUSILatihan Soal 8.4 1. Perhatikan teks acak di bawah ini! 1. Handphone menjadi lebih praktis dan memiliki berbagai macam fitur yang sangat banyak dan menarik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Kebudayaan tersebut tidak terlepas dari pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia, salah satunya yaitu seni dekoratif
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. berbatasan dengan Samudra Pasifik, sedangkan di bagian utara berbatasan dengan
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara kepulauan. Secara geografis terletak di bagian timur berbatasan dengan Samudra Pasifik, sedangkan di bagian utara berbatasan dengan Rusia dan di
Lebih terperinci