APLIKASI SITRONELAL MINYAK SEREH WANGI PADA PRODUK EAU DE TOILETTE DENGAN BAHAN PEWANGI ALAMI ANIK SETIYANINGSIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI SITRONELAL MINYAK SEREH WANGI PADA PRODUK EAU DE TOILETTE DENGAN BAHAN PEWANGI ALAMI ANIK SETIYANINGSIH"

Transkripsi

1 APLIKASI SITRONELAL MINYAK SEREH WANGI PADA PRODUK EAU DE TOILETTE DENGAN BAHAN PEWANGI ALAMI ANIK SETIYANINGSIH DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Sitronelal Minyak Sereh Wangi pada Produk Eau de Toilette dengan Bahan Pewangi Alami adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Anik Setiyaningsih NIM F

4 ABSTRAK ANIK SETIYANINGSIH. Aplikasi Sitronelal Minyak Sereh Wangi pada Produk Eau de Toilette dengan Bahan Pewangi Alami. Dibimbing oleh MEIKA SYAHBANA RUSLI dan DWI SETYANINGSIH. Kepedulian konsumen meningkat terhadap lingkungan, kesehatan, dan gaya hidup sehingga mengarahkan untuk membeli produk yang lebih alami, salah satunya ialah penggunaan pewangi. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat formula pewangi jenis eau de toilette dengan bahan pewangi alami menggunakan sitronelal dan minyak atsiri lainnya. Penelitian pendahuluan berupa survei untuk mengetahui kecenderungan penggunaan pewangi dan jenis-jenis minyak atsiri yang disukai oleh konsumen. Penelitian utama berupa formulasi eau de toilette dengan konsentrasi bahan pewangi 7.4%. Uji hedonik kesukaan dilakukan melalui parameter kesukaan terhadap kejernihan, wangi alami, dan wangi keseluruhan produk. Formula dibuat dengan mencampurkan bahan pewangi dalam pelarut bioetanol 10 ml. Berdasarkan uji hedonik dan pemilihan formula terbaik menggunakan metode Bayes, terpilih tiga formula dengan nilai tertinggi. Formula terbaik pertama ialah campuran nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, dan lemon 0.3 ml. Terbaik kedua ialah formula nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml, dan lemon 0.2 ml. Terbaik ketiga ialah campuran nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml, dan mint 0.2 ml. Tiga formula terbaik memiliki karakter wangi bunga-bungaan yang segar. Kata kunci : eau de toilette, minyak atsiri, pewangi alami, sitronelal ABSTRACT ANIK SETIYANINGSIH. Application of Citronellal from Citronella Oil on The Eau de Toilette Formula with Natural Fragrance. Supervised by Meika Syahbana Rusli and Dwi Setyaningsih. The increasing awareness for customer s health, lifestyle, and environmental issues leads them to purchase products that have natural advantages, and one of those is natural fragrance. The purpose of this study is to formulate eau de toilette with natural fragrance using citronellal from citronella oil and other essential oils. Preliminary research was done by survey method to identify trends in perfume using and essential oil types preferred by customers. Primary research was done by formulating eau de toilette at 7.4% fragrance concentration. In this research, the hedonic test utilizes preference for clarity, natural fragrance, and overall fragrance product parameters. The formulation is a mixture of fragrances to 10 ml ethanol as a solvent. Based on hedonic test and selection of the best formulas using Bayes method, three formulas were selected with the highest score. The best formula is mixed between 0.3 ml patchouli oil, 0.2 ml jasmine oil, and 0.3 ml lemon oil. The second formula is mixed between 0.3 ml patchouli oil, 0.2 ml jasmine oil, 0.1 ml citronellal, and 0.2 ml lemon oil. The third formula is mixed between 0.3 ml patchouli oil, 0.2 ml jasmine oil, 0.1 ml citronellal, and 0.2 ml peppermint oil. The best three formulas have flower and fresh aroma. Keywords: citronellal, eau de toilette, essential oils, natural fragrance

5 APLIKASI SITRONELAL MINYAK SEREH WANGI PADA PRODUK EAU DE TOILETTE DENGAN BAHAN PEWANGI ALAMI ANIK SETIYANINGSIH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi Nama NIM : Aplikasi Sitronelal Minyak Sereh Wangi pada Produk Eau de Toilette dengan Bahan Pewangi Alami : Anik Setiyaningsih : F Disetujui oleh Dr Meika Syahbana Rusli, MSc agr Pembimbing I Dr Dwi Setyaningsih, STP MSi Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen Tanggal Lulus :

8 Judul Skripsi Nama NIM : Aplikasl S:rr.)neial Minyak Sereh Wangi pada Produk Eau de Toile:le dengan Bahan Pewangi Alami : Anik Seti;aningsih : F340900S_ Disetujui oleh Dr Meika Syahbana Rusli, MSc agr Pembimbing I STP MSi - ~} titi Siswi Indrasti etua Departemen Tanggal Lulus :

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini alhamdulillah terselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah aplikasi minyak atsiri terutama komponen sitronelal minyak sereh wangi, dengan judul Aplikasi Sitronelal Minyak Sereh Wangi pada Produk Eau de Toilette dengan Bahan Pewangi Alami Terima kasih penulis ucapkan kepada : 1 Dr Meika Syahbana Rusli, MSc agr dan Dr Dwi Setyaningsih, STP MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan. 2 Prof Dr Ir Ani Suryani, DEA selaku dosen penguji. 3 Ibu Sri, Ibu Rini, dan Ibu Dyah selaku laboran yang telah banyak memberikan saran kepada penulis saat melakukan formulasi produk 4 Bapak Erwin dari PT. Indesso Aroma yang telah membantu melakukan analisis minyak atsiri yang digunakan. 5 Terimakasih kepada ayah, ibu, teman-teman TIN 46, teman-teman UKM FORCES, yang telah banyak memberikan dukungan, doa, semangat, dan kasih sayangnya. Penulis menyadari karya ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran yang membangun terbuka untuk penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2013 Anik Setiyaningsih

10 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE PENELITIAN 3 Waktu dan Tempat 3 Bahan 3 Alat 3 Tahapan Penelitian 3 Prosedur Formulasi dan Pengujian Produk 5 Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Profil Responden 7 Kecenderungan Penggunaan Pewangi 8 Pemilihan Minyak Atsiri 9 Formulasi Komposisi Bahan Pewangi 11 Formulasi Konsentrasi dan Komposisi Pewangi dalam Top Note 20 Karakterisasi Produk 27 SIMPULAN DAN SARAN 29 Simpulan 29 Saran 30 DAFTAR PUSTAKA 30 LAMPIRAN 32 RIWAYAT HIDUP 51

11 DAFTAR TABEL 1 Pemilihan base note 12 2 Pemilihan konsentrasi pelarut 13 3 Formula eau de toilette 15 4 Penilaian kepentingan setiap parameter uji hedonik 19 5 Peringkat formula (komposisi bahan pewangi) 20 6 Formula terbaik hasil formulasi komposisi pewangi 21 7 Variasi top note pada formula eau de toilette 21 8 Peringkat formula (formulasi top note) 25 9 Sediaan eau de toilette non aerosol (SNI ) 29 DAFTAR GAMBAR 1 Tahapan penelitian 4 2 Profil responden berdasarkan (a) jenis kelamin, (b) jenis pekerjaan, (c) usia, (d) lama penggunaan pewangi 8 3 Kecenderungan penggunaan pewangi berdasarkan (a) jenis pewangi, (b) intensitas, (c) kemasan. 9 4 Pemilihan minyak atsiri pada (a) base note, (b) top note, (c) middle note Penilaian panelis terhadap kejernihan produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka Penilaian panelis terhadap wangi keseluruhan produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka Penilaian panelis terhadap kejernihan produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka Ketahanan wangi formula P ( ), formula R ( ), dan S ( ) 27 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner 32 2 Lembar uji hedonik eau de toilette 34 3 Lembar uji ketahanan wangi eau de toilette 35 4 Tahapan pemilihan produk terbaik 36 5 Pengolahan data uji hedonik (komposisi pewangi) 37 6 Pengolahan data uji hedonik (komposisi jenis dan konsentrasi top note) 41 7 Uji karakteristik produk 43 8 Hasil GC MS minyak nilam 44

12 9 Hasil GC MS minyak melati Hasil GC MS minyak lemon Hasil GC MS minyak mint Hasil GC sitronelal minyak sereh wangi Hasil GC MS eau de toilete formula R 50

13

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri bahan pewangi dan perisa (fragrance and flavour) berkembang pesat mulai abad ke-18 hingga saat ini. Menurut Brud (2010) selama beberapa dekade terakhir ini industri bahan pewangi dan perisa kembali menggunakan bahan yang berasal dari alam yang sebagian besar adalah minyak atsiri. Menurut Hunter (2009) kepedulian konsumen meningkat terhadap lingkungan, kesehatan, dan gaya hidup sehingga mengarahkan untuk membeli produk yang diakui bersifat alami, salah satunya ialah pewangi. Pewangi yang dimaksudkan ialah pewangi yang digunakan oleh seseorang di pakaian atau badannya. Menurut Hunter (2009) klasifikasi pewangi dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yakni eau de extrait dengan bahan pewangi 20-30%, eau de parfum 8-15%, eau de toilette 4-8%, eau de cologne 3-5%, dan splash cologne 1-3%. Penggolongan pewangi tersebut didasari pada konsentrasi bahan pewangi yang ada di dalamnya. Konsentrasi bahan pewangi yang terkandung dalam pewangi akan berpengaruh pada intensitas dan ketahanan wanginya, semakin tinggi konsentrasi bahan pewangi akan membuat wanginya menjadi lebih kuat dan tahan lama (Herz 2011). Penggunaan pewangi menjadi salah satu kebutuhan di tengah aktivitas kebanyakan orang. Pewangi digunakan oleh berbagai kalangan mulai dari dewasa, remaja, hingga anak-anak. Penggunaan pewangi dapat memberikan suasana positif dan membuat aktivitas lebih nyaman untuk dilakukan. Pewangi yang digunakan dapat meningkatkan citra seseorang, mempengaruhi suasana hati, dan berpengaruh pada kepribadian pengguna. Berbagai kesan dapat ditimbulkan dari penggunaan pewangi sehingga banyak orang memilih pewangi karena kesukaan pada wanginya. Pewangi dibuat dengan mencampurkan bahan pewangi dan pelarutnya, perbedaannya hanya terletak pada konsentrasi bahan pewangi dalam larutan (Satuhu 2006). Minyak atsiri merupakan salah satu bahan pewangi alami yang banyak diproduksi di Indonesia. Statistik perdagangan minyak atsiri Indonesia menunjukan nilai ekspor minyak atsiri tahun 2007 mencapai juta US$ dengan 20 jenis minyak atsiri. Pada tahun yang sama, Indonesia mengimpor minyak atsiri, turunan, produk pewangi, dan flavour senilai juta US$ (Gunawan 2009). Ekspor minyak atsiri Indonesia pada tahun 2010 semakin meningkat mencapai 124 juta US$. Untuk meningkatkan nilai tambah minyak atsiri Indonesia perlu dilakukan pengembangan teknik dalam mendapatkan turunan minyak atsiri juga mengaplikasikannya dalam berbagai produk siap jual. Salah satu produk yang dapat dikembangkan dari pemanfaatan minyak atsiri ialah pembuatan pewangi alami, mengingat industri wewangian merupakan salah satu industri terbesar yang mengkonsumsi minyak atsiri (Kemendag 2011). Wangi yang dihasilkan dari minyak atsiri memiliki pengaruh bagi manusia baik secara fisik maupun psikologis. Tidak seperti wewangian sintetis yang hanya mengeluarkan bau harum dan tidak memiliki efek apapun sedangkan minyak atsiri yang merupakan ekstrak tumbuhan aromatik dapat memberikan rangsangan psikologis. Sitronelal merupakan salah satu senyawa yang banyak digunakan dalam formulasi pewangi karena wanginya yang menyenangkan. Persenyawaan

15 2 sitronelal salah satunya terdapat dalam minyak sereh wangi. Hasil fraksi minyak sereh wangi berupa sitronelal memiliki aroma yang lebih menyenangkan dan lembut dibandingkan minyak sereh wangi asalnya. Sitronelal alami memiliki wangi khas dan tidak dapat digantikan secara langsung dengan bahan sintetis. Hal ini membuka peluang untuk mengembangkan produk eau de toilette dengan sitronelal sebagai pewanginya. Pewangi jenis eau de toilette merupakan salah satu jenis pewangi yang banyak dicari orang karena harganya yang relatif terjangkau dibandingkan dengan eau de parfum. Kata eau de toilette sendiri berasal dari bahasa Prancis yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia ialah cairan yang digunakan sebagai pewangi pakaian agar tercipta wangi yang menyenangkan. Pembuatan eau de toilette dengan pewangi alami dapat menjadi salah satu peluang usaha dalam menjangkau pasar khusus kalangan yang memilih produk alami. Pewangi jenis eau de toilette alami yang dibuat dari sitronelal dan minyak atsiri lainnya sebagai bahan pewangi alami diharapkan dapat memberikan wangi yang lebih alami dan menyenangkan sehingga disukai oleh konsumen. Perumusan Masalah 1. Apakah sitronelal minyak sereh wangi dan minyak atsiri lainnya dapat diformulasikan menjadi eau de toilette yang disukai konsumen? 2. Bagaimana pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi minyak atsiri yang digunakan sebagai bahan pewangi pada base note, middle note, dan top note? 3. Bagaimana pengaruh variasi top note sitronelal yang digunakan sebagai bahan pewangi? 4. Bagaimana karakteristik produk terbaik hasil formulasi? Tujuan Penelitian 1. Mengembangkan pemanfaatan sitronelal minyak sereh wangi dan minyak atsiri lainnya pada pembuatan eau de toilette dengan bahan pewangi alami. 2. Menghasilkan formula produk eau de toilette dengan bahan pewangi alami yang disukai oleh konsumen. 3. Mengetahui karakteristik produk terbaik yang dihasilkan. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini ialah diperoleh aplikasi sitronelal dan beberapa jenis minyak atsiri sebagai produk akhir berupa pewangi jenis eau de toilette sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk minyak atsiri. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terdiri dari penelitian pendahuluan berupa survei untuk mengetahui trend penggunaan pewangi dan memilih jenis minyak atsiri yang disukai oleh responden. Penelitian utama difokuskan pada formulasi eau de toilette menggunakan bahan pewangi alami berupa sitronelal dan minyak atsiri. Formulasi dilakukan untuk menentukan komposisi dan konsentrasi minyak yang

16 akan digunakan pada base note, middle note, dan top note. Selanjutnya akan diuji kesukaan secara hedonik dan dilakukan karakterisasi produk. 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga September Survei berupa penyebaran kuesioner dilakukan di Kampus IPB Dramaga dan Serambi Botani, Bogor. Formulasi eau de toilette dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan yang digunakan untuk membuat formula eau de toilette terdiri atas pelarut dan bahan pewangi. Pelarut berupa bioetanol 99%, bahan pewangi berupa sitronelal dan minyak atsiri. Sitronelal yang digunakan merupakan hasil fraksi dari minyak sereh wangi dengan kadar 91.18%. Minyak atsiri yang digunakan ialah minyak lemon, mint, kayu manis, sereh wangi, kenanga, melati, mawar, nilam, dan akar wangi. Bahan yang digunakan untuk analisis ialah biji kopi sebagai penetralisir saat uji organoleptik, smelling strip sebagai kertas yang dicelupkan saat uji ketahanan wangi, kain katun untuk uji kelekatan noda. Alat Peralatan yang digunakan untuk formulasi ialah peralatan gelas laboratorium. Analisis bobot jenis menggunakan piknometer 5 ml, uji daya sebar menggunakan botol spray. Analisa Gas Chromatografi (GC) menggunakan GC merk Agilent tipe 7890A memiliki kolom non polar HP-1 (methyl siloxane), suhu injektor C, rasio split 100 : 1, gas pembawa nitrogen dengan flow rate 0.5 ml/min. Analisa Gas Cromatography Mass Spectroscopy (GC-MS) menggunakan GC-MS dengan kolom non polar HP-1 (methyl siloxane), suhu injektor C, rasio split 100 : 1, gas pembawa helium dengan flow rate 0.5 ml/min. Tahapan Penelitian Penelitian pendahuluan dilakukan dengan melakukan survei, borang kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1. Formulasi eau de toilette dibuat menggunakan sitronelal dan minyak atsiri terpilih dari hasil survei. Formulasi difokuskan pada komposisi bahan pewangi yang digunakan pada top note, middle note, dan base note. Top note atau head note merupakan impresi pertama dari sebuah pewangi, merupakan elemen yang paling mudah menguap karena mengandung molekul yang ringan dan dapat menguap dengan cepat (Herz 2011). Middle note atau heart note merupakan elemen wangi yang pada awal wanginya

17 4 kurang disukai namun wanginya akan semakin membaik setelah top note hilang (Hunter 2009), middle note akan muncul setelah dua menit hingga satu jam dari penggunaan pewangi (Herz 2011). Base note merupakan elemen pengikat wangi yang dapat membuat wangi bertahan lama, memiliki bobot molekul yang berat sehingga evaporasinya berjalan perlahan, biasanya tidak terasa wanginya hingga 30 menit setelah penggunaan pewangi (Herz 2011). Penelitian utama dilakukan dengan membuat pengembangan formulasi tiga produk dengan penerimaan terbaik hasil penelitian pendahuluan. Formulasi kemudian diuji kesukaan kepada panelis. Tiga produk dengan penerimaan terbaik selanjutnya dikarakterisasi meliputi uji daya sebar (spreadibility), uji spot, uji ketahanan wangi, dan, kesesuian produk dengan SNI Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Penentuan minyak atsiri yang disukai konsumen untuk dibuat eau de toilette Survei Minyak atsiri terpilih Formulasi komposisi pewangi Uji hedonik 12 formula 3 formula terbaik Formulasi konsentrasi dan komposisi pewangi dalam top note Uji hedonik 9 formula 3 formula terbaik Karakterisasi produk Gambar 1 Tahapan penelitian

18 5 Prosedur Penelitian Formulasi Formulasi dilakukan secara trial and error dengan mencampurkan pewangi berupa sitronelal dan minyak atsiri lainnya dengan pelarut bioetanol 99%. Sebanyak ml pewangi dilarutkan dalam 10 ml bioetanol yang diletakkan dalam tabung reaksi. Campuran kemudian dikocok secara manual selama 15 detik hingga pewangi dan pelarut bercampur secara homogen, proses pencampuran ini dilakukan dalam suhu ruang. Formula yang telah dibuat kemudian dilakukan proses aging selama dua minggu dalam suhu ruang setelah itu diuji kesukaan secara hedonik kepada panelis. Survei Survei dilakukan kepada 50 responden, kriteria responden merupakan orang yang menggunakan pewangi/minyak wangi dalam aktivitas sehari-harinya. Penyebaran kuesioner dilakukan di Kampus IPB Dramaga dan Serambi Botani Bogor. Pengambilan sampel responden dilakukan dengan teknik convenience sampling. Menurut Moore (1996) teknik ini dapat dilakukan untuk mengambil data yang mudah dan cepat namun data yang dihasilkan akan memiliki bias yang cukup tinggi. Data tersebut hanya merepresentasikan sebagian populasi dalam sampling namun tidak dapat merepresentasikan penilaian yang sama pada populasi yang lebih luas. Uji Hedonik Pada uji hedonik atau uji kesukaan, panelis diminta mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Panelis selain mengemukakan tanggapannya juga diminta untuk menyatakan tingkat kesukaannya (Setyaningsih 2010). Tingkat kesukaan ini disebut sebagai skala hedonik. Skala hedonik yang digunakan 1-7, skala penilaian 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (agak tidak suka), 4 (netral), 5 (agak suka), 6 (suka), dan 7 (sangat suka). Parameter kesukaan produk yang diujikan pada panelis ialah kejernihan, wangi alami, dan wangi keseluruhan (Lampiran 2). Panelis yang digunakan pada pengujian organoleptik ini ialah 30 panelis perempuan agak terlatih yang semuanya adalah mahasiswa. Penentuan Produk Terbaik Pengambilan keputusan untuk menentukan formula produk terbaik berdasarkan hasil uji kesukaan hedonik menggunakan teknik pembobotan metode Bayes. Pembuatan keputusan dengan metode Bayes dilakukan melalui upaya pengkuantifikasian kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan dinyatakan dengan bilangan 0 dan 1 atau skala konversinya (Marimin dan Maghfiroh 2010). Skala konversi yang digunakan dalam penelitian ini memodifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Soraya (2007) yakni menggunakan ranking dari hasil penilaian uji hedonik sampel yang diujikan dikali dengan bobot parameter. Tahapan menghitung untuk mendapatkan formula produk terbaik yang disukai oleh panelis dapat dilihat pada Lampiran 4.

19 6 Uji Ketahanan Wangi Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa lama wangi eau de toilette dapat bertahan. Panelis diberikan sampel kontrol yakni nilai 0 merupakan kertas smelling strip yang tidak dicelupkan dalam cairan eau de toilette. Nilai 100 untuk kertas smelling strip yang baru dicelupkan dalam cairan eau de toilette, pencelupan dilakukan selama tiga detik. Sebanyak 30 panelis diminta untuk membaui kertas yang telah dicelupkan dalam cairan eau de toilette dengan jarak waktu pencelupan ke pengujian yang berbeda yakni 2, 4, 6, dan 8 jam. Panelis diminta memberikan penilaian secara skalar antara nilai 0 hingga 100. Lembar uji ketahanan wangi dapat dilihat pada Lampiran 3. Uji Daya Sebar (Spreadibility) Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemudahan penyemprotan cairan eau de toilette yang telah dibuat. Uji yang dilakukan ialah dengan menyemprotkan eau de toilette yang telah dibuat ke atas kain putih berukuran 15 x 15 cm, kemudian diamati hasil semprotan meliputi diameter dan warnanya. Pada uji ini digunakan produk yang telah ada di pasaran sebagai pembanding. Uji Spot Uji spot dilakukan untuk mengetahui formula eau de toilette yang dibuat akan meninggalkan noda atau tidak setelah penggunaan. Uji ini dilakukan dengan menyemprotkan cairan eau de toilette pada kain putih berukuran 15 x 15 cm. Penyemprotan dilakukan selama 5 x sehari dengan selang waktu penyemprotan setiap tiga jam. Pada setiap semprotan diamati warnanya. Setelah disemprot selama 5 x kemudian kain dicuci dengan menggunakan air biasa dan air yang ditambah detergen, selanjutnya kain dibilas dan dijemur. Kain dijemur selama 30 menit hingga kain kering, setelah itu kembali diamati warnanya. Pada uji ini digunakan produk yang telah ada di pasaran sebagai pembanding. Kesesuaian Produk dengan SNI (SNI ) Menurut SNI syarat mutu cairan eau de toilette non aerosol dapat dilihat dari deskripsi, bobot jenis, metanol, zat warna, dan zat pengawet. Deskripsi produk dilakukan secara visual dengan melihat kejernihan cairan, kehomogenan cairan, dan keberadaan partikel asing. Bobot jenis produk diujikan dengan menimbang piknometer 5 ml yang kosong, kemudian piknometer diisi dengan produk sampai tanda tera. Kemudian, produk ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Nilai bobot jenis dihitung dengan persamaman (1). Bobot Jenis = ( ) ( ) ( ) ( ) Analisis Data (1) Data survei dan pengamatan diolah secara deskriptif. Analisis data organoleptik diolah menggunakan statistika non parametrik berupa uji Friedman. Uji Friedman dapat digunakan untuk mengolah data ordinal yang tidak terdapat

20 interaksi antara blok dan perlakuan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut : H 0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap parameter penilaian produk H 1 : Formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap parameter penilaian produk Parameter penilaian produk meliputi parameter kejernihan, wangi alami, wangi keseluruhan. Apabila nilai χ 2 hitung < χ 2 tabel maka terima H 0 namun apabila nilai χ 2 hitung > χ 2 tabel maka tolak H 0, terima H 1. Apabila formula memberikan pengaruh yang berbeda maka dilakukan uji lanjut berupa uji pembanding ganda dengan membandingkan nilai LSD (least significant difference) antar sampel dengan nilai LSD rank (Daniel 1990). Apabila selisih nilai LSD antar formula yang dibandingkan lebih besar dari nilai LSD rank menunjukkan antar formula terdapat perbedaan nyata terhadap parameter pengujian produk, taraf nyata yang digunakan ialah Nilai χ 2 hitung dan LSD rank (D) dihitung melalui persamaan (2) dan (3). 7 χ2 χ2 χ 2 = 12 N ( +1) (Rj) 3N (k + 1) D = t j=1 /2, p t (t + 1)/6 (2) (3) keterangan : keterangan : χ 2 = nilai Chi-Kuadrat hitung D = nilai least significant difference N = blok / jumlah panelis t /2, = nilai tabel t pada alfa tertentu k = perlakuan / jumlah sampel p = jumlah blok/ panelis R j = peringkat pada masing-masing blok t = jumlah perlakuan HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden Karakteristik responden pada survei kecenderungan penggunaan pewangi dan pemilihan minyak atsiri dikelompokkan menjadi empat, yakni berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan lama penggunaan pewangi. Profil respondennya dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin diketahui jumlah responden perempuan sebanyak 64% dan responden laki-laki 36%. Data diperoleh melalui teknik kemudahan mendapatkan responden jadi tidak dapat langsung disimpulkan bahwa perempuan lebih banyak menggunakan pewangi dibanding laki-laki namun kecenderungan akan hal ini dapat dimungkinkan. Berdasarkan pengelompokkan usia, rentang usia tahun memiliki persentase tertinggi yakni 48% hal ini sesuai dengan hasil pengelompokkan pada jenis pekerjaan, sebesar 76% adalah pelajar/mahasiswa. Jumlah mahasiswa lebih dominan karena tempat utama penyebaran kuesioner ialah Kampus IPB Dramaga dan para pengunjung Serambi Botani-Bogor.

21 8 36% (a) 64% perempuan laki-laki 2% 2% 18% 2% 76% (b) pelajar/mahasiswa pegawai negeri karyawan swasta wiraswasta lainnya 12% 48% 2% (c) 38% < 16 tahun tahun tahun tahun 14% 22% 4% 30% 30% (d) < 6 tahun 6-10 tahun tahun tahun tahun Gambar 2 Profil responden berdasarkan (a) jenis kelamin, (b) jenis pekerjaan, (c) usia, (d) lama penggunaan pewangi Berdasarkan lama penggunaan pewangi, persentase responden yang telah menggunakan pewangi kurang dari 6 tahun ialah 30%, selama 6-10 tahun sebanyak 30%, selama tahun sebanyak 22%. Berdasarkan data tersebut dapat dijadikan referensi bahwa jawaban yang diberikan oleh responden berasal dari responden yang telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang penggunaan pewangi dalam aktivitas sehari-harinya. Kecenderungan Penggunaan Pewangi Survei yang dilakukan juga ingin melihat kecenderungan penggunaan pewangi responden, hal ini diamati melalui jenis pewangi yang digunakan oleh responden dan intensitas penggunaanya. Hasil survei dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil penelitian pendahuluan melalui survei diketahui bahwa sebanyak 30% responden menggunakan splash cologne dan 24% menggunakan eau de toilette. Berdasarkan hasil survei persentase jumlah pengguna eau de toilette merupakan yang tertinggi kedua setelah splash cologne. Pewangi jenis eau de toilette dipilih sebagai jenis pewangi yang akan dibuat formulanya. Wangi yang dibuat diarahkan pada wangi yang memberikan kesan bunga-bungaan yang segar (floral fresh). Wangi ini cenderung disukai oleh perempuan. Menurut Fah et al (2011) perempuan akan lebih banyak menghabiskan uang untuk membeli wewangian dibanding dengan laki-laki. Pembuatan pewangi jenis eau de toilette memiliki keunggulan yakni ketahanan wanginya yang lebih baik dibanding splash cologne. Menurut Gemitcha (2013) eau de toilette memiliki ketahanan wangi selama 6-12 jam, eau de parfum wanginya dapat bertahan hingga dua hari sedangkan eau de extrait wangi dapat bertahan hingga tiga hari. Semakin tinggi kosentrasi bahan pewangi yang ada dalam pewangi maka ketahanan wanginya juga semakin meningkat. Pewangi yang memiliki ketahanan wangi yang lama

22 akan lebih mahal bila dibandingkan dengan pewangi yang wanginya hanya bertahan beberapa saat, harga akan sebanding dengan ketahanan wanginya. 9 20% 30% splash cologne eau de cologne eau de toilette eau de parfum 12% 24% 14% (a) 4% 12% 36% 1 x sehari 2 x sehari 3 x sehari > 3 x sehari 48% (b) 12% 88% spray roll on Gambar 3 Kecenderungan penggunaan pewangi berdasarkan (a) jenis pewangi, (b) intensitas, (c) kemasan. Hasil survei menunjukkan responden yang menggunakan pewangi 1 x sehari sebanyak 36%, penggunaan 2 x sehari sebesar 48%, 3 x sehari sebesar 12%, dan sebanyak 4% menggunakan lebih dari 3 x sehari. Intensitas penggunaan pewangi ini dipengaruhi oleh jenis pewangi yang digunakan dan aktivitas penggunanya. Pewangi dengan konsentrasi bahan pewangi yang rendah memiliki ketahanan wangi yang rendah sehingga untuk mendapatkan wangi dalam jangka waktu yang lama intensitas penggunaanya harus semakin ditingkatkan. Survei tentang kemasan pewangi yang digunakan, sebanyak 88% responden menggunakan pewangi jenis spray, dan sebanyak 12% menggunakan pewangi jenis stick roll on. Hal ini sesuai dengan jenis pewangi yang ada di pasaran bahwa pewangi dengan kemasan spray lebih banyak ditemukan dibanding yang berbentuk stick roll on. Jenis pewangi yang akan dibuat ialah eau de toilette dengan karakter wangi floral fresh. Karakter wangi ini cenderung lebih banyak digunakan oleh wanita. Jenis kemasan eau de toilette yang digunakan ialah spray. Formula yang dibuat diharapkan dapat mempertahankan wanginya diatas 6 jam. Pewangi jenis eau de toilette merupakan pewangi yang memiliki pasar yang besar karena harganya yang masih dapat bersaing dan wanginya yang tahan lama. Pemilihan Minyak Atsiri Kategori pewangi dalam pasar komersial ialah feminine, masculine, dan unisex, pewangi dengan kategori unisex merupakan minoritas. Lindqvist (2012) menyatakan pewangi yang dikategorikan feminine memiliki wangi mirip bungabungan (floral) atau buah-buahan (fruity) sedangkan pewangi yang dikategorikan (c)

23 10 masculine memiliki wangi yang spicy, yakni wangi-wangi yang pedas. Asyik (2005) menyatakan standar yang dapat digunakan untuk menyatakan spicy ialah metil eugenol. Aroma spicy berdasarkan hasil QDA pada penelitian Asyik (2005) digambarkan mirip dengan minyak cengkeh, jahe, cabai, dan gingseng. Alasan seseorang menggunakan pewangi dipengaruhi oleh faktor psikologis, demografis, dan suasana hati (mood). Perempuan menggunakan wewangian karena dapat memberikan efek positif pada suasana hatinya. Penggunaan pewangi juga dipengaruhi oleh penilaian seseorang terhadap pribadinya misalnya dramatic maka akan menggunakan wewangian yang oriental, sporty akan menggunakan wewangian yang segar. Situasi atau tujuan acara juga merupakan faktor seorang wanita memilih jenis wewangian yang akan digunakan, misalnya saat akan ada pertemuan romantis atau wawancara kerja (Herz 2003). Laki-laki memiliki motivasi yang berbeda dengan perempuan saat menggunakan pewangi, laki-laki memiliki kecenderungan menggunakan wewangian untuk memberikan kenyamanan pada orang lain saat berinteraksi dengannya, salah satunya untuk menarik wanita (Herz 2007). Wangi yang dihasilkan dalam sebuah pewangi dipengaruhi oleh komponen bahan pewangi yang digunakan. Minyak atsiri merupakan salah satu bahan pewangi alami yang dapat digunakan. Minyak atsiri digunakan sebagai campuran bahan kosmetik, insektisida, farmasi, aromaterapi, bahan pewangi, dan perisa. Salah satu tujuan dilakukan survei ialah untuk memilih wangi minyak atsiri yang cenderung disukai responden. Berikut adalah hasil pemilihan minyak atsiri responden (Gambar 4) 6% 33% 7% 29% 25% nilam akar wangi vanili gaharu lainnya 22% 13% 18% 8% 33% 6% lemon jeruk purut kayu putih sitronelal mint lainnya (a) (b) 1% 18% 3% 16% 3% 5% 12% 11% 10% 3% 18% (c) kayu manis sereh wangi kenanga cengkeh melati kamboja pala sedap malam gandapura jahe lainnya Gambar 4 Pemilihan minyak atsiri pada (a) base note, (b) top note, (c) middle note.

24 Senyawa wangi yang berperan penting dalam mempertahankan wangi pada pewangi disebut sebagai base note. Senyawa pada base note memiliki bobot molekul yang lebih berat dibandingkan senyawa-senyawa yang masuk dalam kelompok middle atau top note. Responden diminta untuk memberikan jawaban terhadap minyak-minyak yang wanginya disukai bila akan digunakan sebagai base note dalam formulasi. Penilaian responden menunjukkan 33% memilih minyak vanili sebagai base note, 29% memilih minyak nilam, 25% memilih minyak akar wangi. Vanila memiliki wangi sweet yang intensif dengan wangi balsamic yang warm (Hunter 2009). Asyik (2005) menyatakan standar untuk menyatakan deskripsi warm ialah metil salicilat. Nilam memiliki karakter wangi rich, earthy, woody dengan aroma buah yang tersimpan di dalamnya (Kemendag 2011). Deskripsi wangi minyak akar wangi ialah woody, earthy, herbacious, spicy, dan smoky (Kemendag 2011). Persentase tertinggi pemilihan minyak atsiri sebagai top note yang akan digunakan ialah lemon 33%, 22% memilih minyak mint, 18% memilih sitronelal. Karakter wangi dari ketiga minyak tersebut ialah minyak lemon memiliki wangi yang fresh, light, fruity (Health 1978). Minyak mint memiliki wangi yang sharp, minty, fresh, cooling (Health 1978). Sitronelal memiliki wangi yang sweet, floral rosy waxy, citrus green (Mosciano 1989). Salah satu top note yang menjadi fokus penelitian ialah penggunaan sitronelal. Responden juga diminta memilih minyak yang wanginya disukai apabila digunakan sebagai middle note. Hasil survei menunjukkan lima minyak yang paling disukai dalam middle note ialah minyak melati (18%), sedap malam (16%), kayu manis (12%), sereh wangi (11%), dan kenanga (10%). Karakter wangi minyak melati dan sedap malam ialah sweet, floral (Health 1978); minyak kayu manis memiliki karakter wangi yang peppery, earthy, spicy, slighty woody (Kemendag 2011). Minyak sereh wangi memiliki karakter wangi yang citrus, slighty fruity, fresh, sweet (Kemendag 2011); minyak kenanga karakter wanginya ialah floral, sweet, slighty woody (Kemendag 2011). Formulasi Komposisi Bahan Pewangi Tahapan selanjutnya setelah mengetahui minyak-minyak yang cenderung disukai oleh responden ialah membuat formulasi komposisi minyak yang akan dibuat menjadi eau de toilette dengan bahan pewangi alami. Formulasi ini penting untuk dilakukan mengingat setiap minyak memiliki karakter wangi masingmasing. Komposisi bahan pewangi yang dimaksud ialah menentukan paduan jenis minyak yang akan digunakan sebagai base note, middle note, dan top note sehingga diharapkan dapat memberikan paduan wangi yang menyenangkan. Hasil survei menunjukkan responden menyukai wangi minyak lemon, mint, dan sitronelal sebagai top note. Minyak melati, sedap malam, kayu manis, sereh wangi, dan kenanga sebagai middle note. Minyak vanila, nilam, dan akar wangi sebagai base note. Minyak yang disukai oleh responden dapat menjadi referensi peneliti dalam memilih minyak yang akan digunakan dalam formulasi eau de toilette dengan pewangi alami. Hasil survei pada penelitian pendahuluan terpilih minyak nilam, akar wangi, dan vanila sebagai base note. Minyak-minyak tersebut berfungsi sebagai fiksatif yang dapat mempertahankan wangi. Metode trial and error dilakukan 11

25 12 untuk menentukan base note yang sesuai dengan produk eau de toilette yang diharapkan. Formula diharapkan memiliki wangi yang menyenangkan mengarah pada kesan bunga-bungaan yang segar dan memiliki warna yang baik ditandai dengan campuran larutan yang homogen. Minyak nilam terpilih sebagai base note terbaik (Tabel 1). Tabel 1 Pemilihan base note Minyak Warna cairan Keselarasan Kelarutan dalam wangi bioetanol 96% Keterangan Akar wangi Coklat gelap Tidak selaras Larut sempurna Tidak dipilih Vanila Coklat gelap Kurang selaras Kurang larut sempurna Tidak dipilih Nilam Coklat keemasan Selaras Larut sempurna Terpilih Penilaian warna cairan dan kelarutan dalam bioetanol dilihat secara visual sedangkan kriteria keselarasan wangi formula mengacu pada keharmonisan wangi bunga-bungaan yang segar. Minyak akar wangi atau yang lebih dikenal dengan nama vetiver oil memiliki warna coklat gelap dengan konsistensi thick, biasanya digunakan sebagai base note karena kekuatan aromanya yang strong. Deskripsi aroma minyak akar wangi ialah woody, earthy, herbacious, spicy, dan smoky (Kemendag 2011). Minyak akar wangi dapat larut sempurna dalam bioetanol 96%, namun minyak akar wangi tidak dipilih sebagai base note karena memberikan paduan wangi yang kurang selaras bila dicampurkan dengan minyak atsiri middle dan top note terpilih, minyak yang terpilih mengarah pada wangi floral dan citrus. Minyak yang digunakan memiliki aroma smoky, hal ini dapat terjadi karena jenis minyak akar wangi yang digunakan merupakan minyak penyulingan yang masih kasar sehingga minyak masih memberikan wangi smoky yang kuat dibanding woody. Daerah Garut merupakan pusat produksi minyak akar wangi di Indonesia. Minyak vanila memiliki warna coklat gelap, kekuatan aromanya strong (Health 1978). Curtis dan William (2001) dalam Hunter (2009) mengelompokkan vanila dalam balsamic family, kebanyakan dalam kelompok ini merupakan keluarga resin yang digunakan sebagai base note dan dapat bercampur dengan baik bersama kelompok floral family. Vanila memiliki wangi manis yang intensif dengan wangi balsamic yang warm (Hunter 2009). Vanila tidak dipilih sebagai base note dalam penelitian ini, mengingat vanila yang digunakan berupa oleoresin sehingga tidak dapat bercampur secara sempurna dengan bioetanol 96%. Warna campuran cairan yang dihasilkan terlalu pekat (coklat gelap) sehingga kurang menarik untuk digunakan karena cairan yang pekat dapat meninggalkan noda dengan intensitas tinggi di pakaian. Wangi paduannya juga kurang selaras karena vanila yang digunakan wanginya terlalu kuat (strong) dengan wangi alkohol yang sharp (tajam) mengurangi wangi sweet minyak vanila. Menurut Asyik (2005) minyak yang mengandung senyawa monoterpen dan sesquiterpen hidrokarbon akan sukar larut dalam alkohol sedangkan komponen yang mengandung terpen-o akan lebih mudah larut dalam alkohol. Minyak nilam menurut Curtis dan William (2001) dalam Hunter (2009) termasuk dalam kelompok woody family. Warna dari minyak nilam ialah golden

26 brown (coklat keemasan) dengan konsistensi aroma medium (menengah) hingga thick (tebal). Penggunaan minyak nilam dalam pewangi ialah sebagai base note. Kekuatan aromanya ialah menengah (medium). Aroma minyak nilam ialah rich, earthy, woody dengan aroma buah yang tersimpan di dalamnya (Kemendag 2011). Minyak nilam dipilih sebagai base note, karena minyak nilam memiliki keserasian aroma yang paling cocok dibandingkan minyak akar wangi dan vanila saat dipadukan dengan minyak-minyak terpilih pada middle dan top note yakni wangi floral dan citrus. Minyak nilam telah larut sempurna pada bioetanol 96% dengan warna larutan coklat kekuningan. Hasil GC-MS (Lampiran 8) menunjukkan minyak nilam yang digunakan memiliki kadar patchouli alcohol sekitar 27%, komponen ini merupakan golongan terpen-o sehingga memudahkan kelarutan minyak nilam dalam alkohol. Saat ini Indonesia memimpin produksi nilam dengan memiliki 90% pangsa pasar dunia pada perdagangan nilam, dengan kompetitor Malaysia, Filipina, India, dan China (Kemendag 2011). Minyak nilam terdiri atas persenyawaan terpen dan alkohol yang mengandung patchouli, ester, β- caryopilene. Patchouli alcohol merupakan senyawa yang menentukan bau minyak nilam, mutu minyak nilam, dan merupakan komponen terbesar. Manfaat dari minyak nilam ialah sebagai penyegar, peremaja kulit (Satuhu 2006). Minyak nilam merupakan bahan utama untuk mengikat bahan pewangi pada industri pewangi dan kosmetik. Minyak nilam telah terpilih sebagai base note selanjutnya dilakukan pemilihan konsentrasi pelarut terbaik agar warna larutan menjadi lebih jernih. Pemilihan konsentrasi pelarut terbaik dilakukan dengan mencampurkan 1 ml minyak nilam dengan bioetanol 5 ml. Konsentrasi bioetanol yang digunakan ialah 94%, 96%, dan 99%. Berikut adalah tabel pemilihan konsentrasi pelarut yang digunakan (Tabel 2). Tabel 2 Pemilihan konsentrasi pelarut Fiksatif Pelarut Kelarutan Warna cairan campuran eau de toilette Keterangan Nilam Bioetanol 94% Tidak larut Coklat tua Tidak dipilih Nilam Bioetanol 96% Larut sempurna Coklat tua Tidak dipilih Nilam Bioetanol 99% Larut sempurna Coklat kekuningan Terpilih Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pelarut yang digunakan maka warna larutan akan semakin jernih. Oleh karena itu dipilih bioetanol 99% sebagai pelarut pada formulasi eau de toilette selanjutnya yang akan dibuat. Hasil penyebaran kuesioner pada penelitian pendahuluan terpilih minyak sedap malam sebagai salah satu middle note yang disukai oleh responden namun peneliti tidak menggunakan minyak sedap malam melainkan minyak mawar. Wangi minyak mawar lebih lembut dibanding minyak sedap malam. Minyak sedap malam dan mawar termasuk kelompok minyak atsiri yang berasal dari kelompok floral family, keduanya termasuk kelompok middle note, warna minyak keduanya sama yakni kuning pucat. Karakter wangi keduanya tidak jauh berbeda yakni sweet. 13

27 14 Formulasi awal dilakukan dengan menggunakan base note minyak nilam; middle note berupa minyak melati, mawar, kenanga, kayu manis, dan sereh wangi; top note berupa sitronelal, minyak lemon, dan minyak mint. Penggunaan minyak atsiri sebagai bahan pewangi dalam struktur dasar wewangian ialah sebagai base note 45-55%, middle note 30-40%, dan top note 15-25% dari total keseluruhan pewangi yang ditambahkan (Hunter 2009). Minyak nilam merupakan base note yang digunakan dalam formulasi. Konsentrasi minyak nilam yang dicampurkan pada formulasi berkisar 1-3% dari total pelarut yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmaisni (2011) penggunaan konsentrasi nilam 1% dalam formulasi pengharum ruangan adalah yang paling efektif. Machfudz (2008) membuat eau de cologne dengan menambahkan emulsifier berupa polisorbat 80 namun produk yang dihasilkan lengket dan konsumen tidak menyukainya oleh karena itu pada penelitian ini hanya digunakan minyak nilam sebagai fiksatif tanpa tambahan emulsifier. Nilam dapat berfungsi sebagai fiksatif karena relatif sukar menguap dibanding minyak atsiri lain (titik didih komponen yang tinggi), larut dalam alkohol, dan dapat bercampur dengan minyak lain. Uji Hedonik Formula Uji hedonik merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap sebuah produk, dilihat dari kesukaan konsumen. Menurut Setyaningsih (2010) dalam uji organoleptik jumlah sampel yang diujikan pada setiap ujinya tidak boleh lebih dari 8, karena hal ini akan membuat panelis jenuh dan berpengaruh pada penilaian. Sampel yang diujikan sebanyak 12 sampel, masing-masing terdiri dari formula eau de toilette yang berbeda. Uji hedonik dibagi menjadi dua sesi, pada sesi satu diujikan enam sampel selanjutnya panelis beristirahat selama lima menit dan dilanjutkan ke sesi dua dengan enam sampel uji. Pada setiap sempel pengujian panelis dapat mencium biji kopi untuk menetralisir wangi sebelumnya. Panelis yang digunakan ialah 30 mahasiswa perempuan, karena formulasi eau de toilette yang dibuat mengarah pada wangi bunga-bungaan yang lebih banyak digunakan oleh perempuan dibandingkan lakilaki. Parameter penilaian meliputi kejernihan, wangi alami, dan wangi keseluruhan. Skala penilaian hedonik yang digunakan 1-7, skala penilaian 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (agak tidak suka), 4 (netral), 5 (agak suka), 6 (suka), dan 7 (sangat suka). Tujuh skala yang digunakan kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok kesukaan, yakni tidak suka, netral, dan suka. Skala penilaian 1, 2, dan 3 termasuk dalam kelompok tidak suka, skala penilaian 4 adalah netral, skala penilaian 5, 6, dan 7 termasuk dalam kelompok suka. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembacaan data hedonik dan memilih formula dengan kesukaan terbaik. Formula yang diujikan secara hedonik ialah sebagai berikut (Tabel 3).

28 Tabel 3 Formula eau de toilette Kode Keterangan formula formula Base note (ml) Middle note (ml) Top note (ml) A Nilam 0.1 Kenanga 0.1 Sitronelal 0.2, mint 0.1 B Nilam 0.2 Kayu manis 0.1 Lemon 0.4 C Nilam 0.2 Melati 0.1 Lemon 0.2 D Nilam 0.2 Sereh wangi 0.2 Sitronelal 0.1, lemon 0.2 E Nilam 0.2 Kayu manis 0.05, kenanga 0.05 Sitronelal 0.15, mint 0.15 F Nilam 0.2 Melati 0.1 Lemon 0.1 G Nilam 0.2 Mawar 0.15 Sitronelal 0.05 H Nilam 0.2 Melati 0.1, kenanga Sitronelal , kayu manis 0.05 I Nilam 0.2 Sereh wangi 0.2 Lemon 0.2 J Nilam 0.2 Melati 0.1 Sitronelal 0.1, mint 0.1 K Nilam 0.2 Mawar 0.2 Lemon 0.1 L Nilam 0.2 Mawar 0.15, kenanga 0.05 Sitronelal 0.2 Kejernihan Kejernihan merupakan parameter yang diamati secara visual dengan melihat warna cairan serta kelarutan antara bahan pewangi dengan pelarut. Hasil uji hedonik panelis terhadap parameter kejernihan pada 12 formulasi yang diujikan ialah sebagai berikut (Gambar 5). 15 Persentase panelis (%) A B C D E F G H I J K L Formula (-) Keterangan (ml) A : nilam 0.1, kenanga 0.1, sitronelal 0.2, mint 0.1 G : nilam 0.2, mawar 0.15, sitronelal 0.05 B : nilam 0.2, kayu manis 0.1, lemon 0.4 H : nilam 0.2, melati 0.1, kenanga 0.05 C : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.2 kayu manis 0.05, sitronelal 0.1 D : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, sitronelal 0.1, lemon 0.2 I : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, lemon 0.2 E : nilam 0.2, kayu manis 0.05, kenanga 0.05, J : nilam 0.2, melati 0.1, sitronelal 0.1, sitronelal 0.15, mint 0.15 mint 0.1 F : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.1 K : nilam 0.2, mawar 0.2, lemon 0.1 L : nilam 0.2, mawar 0.15, kenanga 0.05, sitronelal 0.2 Gambar 5 Penilaian panelis terhadap kejernihan produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka.

29 16 Hasil uji hedonik produk terhadap parameter kejernihan produk menunjukkan bahwa angka penerimaan kejernihan semua formula berada di atas 60%. Hasil ini menunjukkan bahwa kejernihan produk sudah cukup baik, kejernihan ini dilihat dari tingkat kehomogenan antara pelarut dan pewangi yang digunakan. Pelarut yang digunakan ialah bioetanol 99%. Hasil penerimaan hedonik pada parameter kejernihan nilai kesukaan tertinggi ialah formula A, dengan persentase kesukaan panelis sebesar 90%, kemudian formula D dan I dengan persentase kesukaan 86.7%. Formula yang mendapatkan persentase penilaian kesukaan paling rendah ialah formula B, E, dan F dengan persentase kesukaan panelis 63.3%. Pengolahan data organoleptik melalui uji Friedman menunjukkan bahwa formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kejernihan produk pada taraf nyata 0.05, setidaknya terdapat satu formula yang memberikan pengaruh berbeda pada kejernihan produk eau de toilette. Hasil pengolahan uji Friedman parameter kejernihan dapat dilihat pada Lampiran 5a. Hasil penerimaan hedonik pada parameter kejernihan nilai kesukaan tertinggi ialah formula A (nilam 0.1 ml, kenanga 0.1 ml, sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml), formula D (nilam 0.2 ml, sereh wangi 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml), formula I (nilam 0.2 ml, sereh wangi 0.2 ml, lemon 0.2 ml). Uji lanjut menunjukkan bahwa ketiga formula tersebut tidak berbeda nyata. Melalui uji lanjut (Lampiran 5a) diketahui bahwa formula B (nilam 0.2 ml, kayu manis 0.1 ml, lemon 0.4 ml) berbeda dengan formula D (nilam 0.2 ml, sereh wangi 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml) dan A (nilam 0.1 ml, kenanga 0.1 ml, sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml). Formula E (nilam 0.2 ml, kayu manis 0.05 ml, kenanga 0.05ml, sitronelel 0.15ml, mint 0.15ml) berbeda dengan formula D dan A. Sedangkan kejernihan formula B tidak berbeda dengan formula E. Formula B dan E mengandung minyak kayu manis, meskipun dengan konsentrasi yang berbeda. Formula D dan A tidak mengandung minyak kayu manis. Minyak kayu manis memiliki warna coklat (Kemendag 2011) sehingga akan memberikan pengaruh pada produk yang dihasilkan yakni warna cairan menjadi agak coklat. Warna dasar minyak sangat berpengaruh pada cairan eau de toilette yang dihasilkan. Warna minyak nilam yang digunakan sebagai base note memiliki warna coklat keemasan, minyak kenanga, mawar, melati, dan lemon memilki warna kuning pucat. Minyak sereh wangi, mint, dan sitronelal memiliki warna jernih sedangkan minyak kayu manis memiliki warna coklat. Panelis cenderung menyukai warna produk yang lebih jernih dibandingkan produk yang berwarna coklat tua. Formulasi yang menggunakan minyak kayu akan berwarna lebih coklat. Wangi alami Wangi alami merupakan kesan wangi yang lebih lembut memberikan efek aromaterapi. Hasil uji hedonik panelis terhadap wangi alami produk dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil uji hedonik produk menyatakan persentase kesukaan tertinggi panelis terhadap parameter wangi alami ialah pada formula F, C, dan H. Sebesar 83.3% menyukai wangi alami formula F, 80% menyukai wangi alami formula C dan 73.3% menyukai formula H. Formula yang mendapatkan persentase kesukaan panelis terendah ialah formula A, D, dan E. Formula A dan D masing-masing pendapat persentasi kesukaan panelis sebesar 36.7%, dan formula E 33.3%.

30 17 Persentase panelis (%) A B C D E F G H I J K L Formula (-) Keterangan (ml) A : nilam 0.1, kenanga 0.1, sitronelal 0.2, mint 0.1 G : nilam 0.2, mawar 0.15, sitronelal 0.05 B : nilam 0.2, kayu manis 0.1, lemon 0.4 H : nilam 0.2, melati 0.1, kenanga 0.05 C : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.2 kayu manis 0.05, sitronelal 0.1 D : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, sitronelal 0.1, lemon 0.2 I : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, lemon 0.2 E : nilam 0.2, kayu manis 0.05, kenanga 0.05, J : nilam 0.2, melati 0.1, sitronelal 0.1, sitronelal 0.15, mint 0.15 mint 0.1 F : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.1 K : nilam 0.2, mawar 0.2, lemon 0.1 L : nilam 0.2, mawar 0.15, kenanga 0.05, sitronelal Gambar 6 Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka. Formula yang mendapat persentase kesukaan wangi alami yang tinggi oleh panelis ialah formula F (nilam 0.2 ml, melati 0.1 ml, lemon 0.1 ml), formula C (nilam 0.2 ml, melati 0.1 ml, lemon 0.2 ml), dan formula H (nilam 0.2 ml, melati 0.1 ml, kenanga 0.05 ml, kayu manis 0.05 ml, sitronelal 0.1). Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa ketiga formula memberikan kesan wangi alami yang sama satu sama lain. Ketiga formula mengandung minyak melati 0.1 ml. Minyak melati memiliki wangi yang cenderung disukai oleh kebanyakan orang karena wanginya yang menyenangkan. Wangi minyak melati menurut Curtis dan William (2001) dalam Hunter (2009) dideskripsikan memiliki wangi manis yang kuat mengarah pada wangi bunga (floral). Pengolahan data organoleptik dengan uji Friedman menunjukkan bahwa formula memberikan pengaruh berbeda terhadap wangi alami produk pada taraf nyata 0.05, setidaknya terdapat satu formula yang memberikan wangi alami berbeda pada produk eau de toilette (Lampiran 5b). Formula E (nilam 0.2 ml, kayu manis 0.05 ml, kenanga 0.05 ml, sitronelal 0.15 ml, mint 0.15 ml) berbeda wangi alaminya dengan formula C (nilam 0.2 ml, melati 0.1 ml, lemon 0.2 ml) dan F (nilam 0.2 ml, melati 0.1 ml, lemon 0.1 ml). Hal ini disebabkan komposisi bahan pewangi yang ada di formula E memiliki karakter wangi yang berbeda dengan komposisi pewangi yang ada di formula C dan F. Formula C dan F mengandung minyak melati sebagai middle note dan minyak lemon sebagai top note, minyak melati memiliki wangi yang floral sweet, minyak lemon memiliki karakter wangi yang fresh, light, fruity (Health 1978). Formula E mengandung minyak kayu manis, kenanga, dan mint. Formula E dominan memiliki wangi yang spicy, woody, sharp, minty berbeda dengan wangi sehingga formula C dan F dominan memiliki karakter wangi yang floral, fresh, fruity

31 18 Wangi keseluruhan Parameter selanjutnya yang diujikan ialah wangi keseluruhan produk. Hasil uji hedonik panelis terhadap parameter wangi keseluruhan produk pada 12 formulasi yang diujikan ialah sebagai berikut (Gambar 7). Persentase panelis (%) Gambar 7 Penilaian panelis terhadap wangi keseluruhan produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka. Persentase penilaian kesukaan panelis terhadap wangi keseluruhan produk sebesar 76.7% menyukai wangi keseluruhan formula C, masing-masing sebanyak 70% panelis menyukai formula F dan J. Ketiga formula tersebut menggunakan minyak melati sebagai middle note. Formula C dan F memilki top note yang sama yakni minyak lemon, namun formula C lebih disukai dibandingkan formula F karena konsentrasi minyak lemon pada formula C lebih tinggi dibandingkan formula F. Persentase kesukaan panelis yang menyukai formula F sama dengan persentase yang menyukai formula J, formula J memiliki top note yang berbeda yakni campuran sitronelal dan mint. Formula A, D, dan E merupakan formula yang paling tidak disukai wangi keseluruhannya dengan persentase kesukaan 33.3% dan 26.7%, hasil penilaian ini sama dengan formula yang tidak disukai pada parameter uji kesukaan kesan wangi alami produk. Pengolahan data organoleptik dengan uji Friedman menunjukkan bahwa formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi keseluruhan produk pada taraf nyata 0.05, setidaknya terdapat satu formula yang memberikan wangi keseluruhan yang berbeda pada produk eau de toilette. Hasil uji lanjut dengan membandingkan formula C, F, dan J, diketahui bahwa ketiganya memiliki wangi keseluruhan yang sama karena dalam ketiganya mengandung middle note yang sama yakni minyak melati. Uji lanjut yang digunakan untuk membandingkan formula yang tidak disukai (A, D, dan, E) menunjukkan bahwa ketiga formula memberikan wangi keseluruhan yang sama, Formula A dan E menggunakan 70.0 A B C D E F G H I J K L 50.0 Formula (-) Keterangan (ml) A : nilam 0.1, kenanga 0.1, sitronelal 0.2, mint 0.1 G : nilam 0.2, mawar 0.15, sitronelal 0.05 B : nilam 0.2, kayu manis 0.1, lemon 0.4 H : nilam 0.2, melati 0.1, kenanga 0.05 C : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.2 kayu manis 0.05, sitronelal 0.1 D : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, sitronelal 0.1, lemon 0.2 I : nilam 0.2, sereh wangi 0.2, lemon 0.2 E : nilam 0.2, kayu manis 0.05, kenanga 0.05, J : nilam 0.2, melati 0.1, sitronelal 0.1, sitronelal 0.15, mint 0.15 mint 0.1 F : nilam 0.2, melati 0.1, lemon 0.1 K : nilam 0.2, mawar 0.2, lemon 0.1 L : nilam 0.2, mawar 0.15, kenanga 0.05, sitronelal

32 middle note minyak kenanga, formula D menggunakan minyak sereh wangi. Formula C, F, dan J, semuanya berbeda dengan formula A, D, K (lampiran 5c). Formula C, F, dan J dominan memiliki karakter wangi floral, fresh, fruity sedangkan formula A, D, dan K memiliki karakter wangi dominan floral, woody. Penentuan formula terpilih Hasil penerimaan hedonik melalui parameter kejernihan menyatakan bahwa formula A, D, dan K merupakan formula dengan persentase kesukaan tertinggi. Penilaian melalui parameter kesan wangi alami, tiga formula dengan persentase kesukaan tertinggi ialah C, F, dan H. Melalui parameter kesan wangi keseluruhan, tiga formula dengan persentase kesukaan tertinggi ialah C, F, dan J. Berdasarkan ketiga parameter tersebut akan ditentukan tiga formula dengan nilai kesukaan panelis tertinggi. Akan tetapi tingkat kepentingan masing-masing parameter tersebut berbeda oleh karena itu digunakan teknik pembobotan dengan metode Bayes. Pemilihan tiga formula terbaik dilakukan dengan cara pembobotan yang didasarkan pada hasil uji hedonik, hal ini mengacu pada Soraya (2007). Pengolahan data pada pengujian ini dilakukan dengan melihat frekuensi hedonik panelis. Metode pembobotan yang digunakan ialah dengan metode Bayes. Metode Bayes merupakan salah satu teknik pengambilan keputusan untuk menentukan peringkat dari beberapa alternatif keputusan berdasarkan kriteria keputusan. Metode ini menggunakan asumsi dasar bahwa pengambil keputusan dapat menentukan nilai kriteria keputusan, yang merupakan penilaian subjektif berdasarkan intuisi, dapat berupa data riset, observasi, wawancara, atau pengetahuan umum mengenai kriteria tersebut (Setyaningsih 2010). Parameter uji hedonik yang digunakan ialah penilaian terhadap kejernihan, wangi alami, dan wangi keseluruhan. Untuk menentukan formulasi terbaik yang disukai oleh panelis maka setiap parameter uji dari hasil uji hedonik diberikan skala 1 sampai 7 berdasarkan nilai kepentingannya. Semakin penting parameter tersebut maka nilai yang diberikan semakin besar. Nilai kepentingan setiap parameter ditentukan oleh peneliti berdasarkan diskusi dengan pakar, ditanyakan kepada para panelis, dan pengamatan melalui penilaian subjektif. Berikut adalah nilai kepentingan dari setiap parameter (Tabel 4). Tabel 4 Penilaian kepentingan setiap parameter uji hedonik Parameter Dasar pertimbangan kepentingan Nilai kepentingan Kejernihan Merupakan salah satu parameter mutu 4 saat bahan pewangi dan pelarut dapat bercampur sempurna Wangi alami Kesan yang dapat memberikan efek 5 aromaterapi, wangi yang lebih lembut dan alami Wangi keseluruhan Kesan pertama yang akan berpengaruh pada penilaian kesukaan konsumen. 7 Wangi keseluruhan diberikan nilai kepentingan yang paling tinggi yakni 7, hal ini disebabkan wangi keseluruhan merupakan kesan pertama yang akan diterima oleh konsumen. Konsumen yang menyukai wangi keseluruhan akan 19

33 20 pewangi belum tentu menyukai wangi alaminya, tetapi konsumen yang menyukai wangi alami pewangi cenderung akan menyukai wangi keseluruhannya. Kesan wangi alami diberi nilai kepentingan 5 karena tidak semua konsumen menyukai pewangi dengan wangi alami. Parameter kejernihan diberi nilai 4 karena parameter ini merupakan penilaian terakhir yang akan dilakukan konsumen saat akan membeli pewangi. Kejernihan dilihat dari bercampurnya pelarut dan pewangi secara homogen. Berikut adalah peringkat 12 formula yang telah dinilai dengan metode Bayes berdasarkan hasil uji hedonik setiap parameter (Tabel 5). Tabel 5 Peringkat formula (komposisi bahan pewangi) Kode Keterangan formula Total formula Base note Middle note Top note nilai Peringkat (ml) (ml) (ml) C Nilam 0.2 Melati 0.1 Lemon F Nilam 0.2 Melati 0.1 Lemon J Nilam 0.2 Melati 0.1 Sitronelal 0.1, mint 0.1 I Nilam 0.2 Sereh wangi 0.2 Lemon H Nilam 0.2 Melati 0.1, Sitronelal kenanga 0.05, kayu manis 0.05 G Nilam 0.2 Mawar 0.15 Sitronelal L Nilam 0.2 Mawar 0.15, Sitronelal kenanga 0.05 A Nilam 0.1 Kenanga 0.1 Sitronelal 0.2, mint 0.1 K Nilam 0.2 Mawar 0.2 Lemon B Nilam 0.2 Kayu manis 0.1 Lemon D Nilam 0.2 Sereh wangi 0.2 Sitronelal 0.1, lemon 0.2 E Nilam 0.2 Kayu manis 0.05, kenanga 0.05 Sitronelal 0.15, mint Formula C mendapatkan nilai tertinggi, disusul oleh formula F dan J. Tiga formula dengan nilai tertinggi selanjutnya akan dikembangkan dalam formulasi lanjutan berupa formulasi variasi konsentrasi dan komposisi jenis top note yang digunakan. Formulasi Konsentrasi dan Komposisi Pewangi dalam Top Note Formulasi konsentrasi dan pewangi yang digunakan sebagai top note mengacu pada hasil formulasi pada penelitian pendahuluan. Tiga formula yang mendapatkan peringkat tertinggi dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil formulasi komposisi pewangi menunjukkan bahwa ketiga formulasi terbaik yang disukai oleh panelis memiliki komposisi minyak yang sama pada base dan middle note, yakni base berupa minyak nilam dan middle note berupa minyak melati. Berdasarkan hasil ini maka pada penelitian utama digunakan base dan middle note

34 berupa minyak nilam dan minyak melati. Variasi yang akan digunakan pada penelitian utama terletak di top note, yakni berupa formulasi variasi jenis minyak dan konsentrasi top note yang akan digunakan Tabel 6 Formula terbaik hasil formulasi komposisi pewangi Formula Base note Middle note Top note Total minyak atsiri (ml) (ml) (ml) yang digunakan C Nilam 0.2 Melati 0.1 Lemon % F Nilam 0.2 Melati 0.1 Lemon % J Nilam 0.2 Melati 0.1 Sitronelal 0.1, mint % Pada penelitian utama total bahan pewangi alami minyak atsiri yang digunakan dalam formula eau de toilette dinaikan menjadi 7.4%. Kenaikan konsentrasi minyak atsiri yang digunakan bertujuan agar produk memiliki ketahanan wangi yang lebih lama. Formula produk yang dibuat pada penelitian utama ialah sebagai berikut (Tabel 7). Tabel 7 Variasi top note pada formula eau de toilette Formula Base note (ml) Middle note (ml) Top note (ml) O Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.3 P Nilam 0.3 Melati 0.2 Lemon 0.3 Q Nilam 0.3 Melati 0.2 Mint 0.3 R Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.1, lemon 0.2 S Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.1, mint 0.2 T Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.15, lemon 0.15 U Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.15, mint 0.15 V Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.2, lemon 0.1 W Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.2, mint 0.1 Formula yang telah dibuat kemudian diujikan secara hedonik kepada 30 panelis perempuan. Parameter yang diujikan ialah kejernihan, kesan wangi alami, dan wangi keseluruhan eau de toilette. Kejernihan Pengujian kesukaan terhadap parameter kejernihan dilakukan dengan memperlihatkan cairan eau de toilette yang dibuat kemudian panelis diminta menilai secara visual dengan melihat kejernihannya atau kehomogenan antara bahan pewangi dan pelarut. Hasil uji hedonik terhadap parameter kejernihan pada sembilan formulasi dapat dilihat pada Gambar 8. Hasil uji hedonik terhadap parameter kejernihan produk menunjukkan bahwa angka penerimaan kejernihan semua formula berada di atas 70%. Nilai persentase ini lebih baik dibandingkan nilai uji hedonik awal pada komposisi bahan pewangi, karena formulasi selanjutnya sudah tidak menggunakan minyak kayu manis yang berwarna coklat. 21

35 22 Persentase panelis (%) Keterangan variasi top note : Gambar 8 Penilaian panelis terhadap kejernihan produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka. Hasil penerimaan hedonik pada parameter kejernihan didapatkan nilai kesukaan tertinggi pada formula S dan T dengan persentase kesukaan panelis sebesar 90%. Formula S menggunakan top note sitronelal 0.1 ml, mint 0.2 ml, formula T menggunakan sitronelal 0.15 ml, minyak lemon 0.15 ml. Persentase kesukaan formula W dengan top note sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml merupakan yang terkecil di antara yang lain yakni 73.3%. Meskipun formula W mendapatkan persentase penilaian terkecil bila dibandingkan dengan formula S atau T, ketiganya memiliki kejernihan yang sama. Pengolahan data organoleptik dengan uji Friedman pada taraf nyata 0.05 menunjukkan bahwa formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kejernihan eau de toilette (Lampiran 6a). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua formula eau de toilette yang dibuat memiliki tingkat kejernihan produk yang sama. Kejernihan produk tidak berbeda karena pada formulasi ini jenis base note dan middle note yang digunakan adalah sama yakni minyak nilam dan melati, dengan jenis minyak yang dipakai sebagai top note tidak terlalu beragam yakni lemon, mint, sitronelal. Minyak nilam memiliki warna keemasan, minyak melati dan lemon berwarna kuning pucat, dan minyak mint serta sitronelal berwarna jernih. Warna dasar minyak tidak ada yang gelap sehingga kejernihan akhir produk juga baik. Wangi Alami Persentase kesukaan tertinggi panelis terhadap parameter wangi alami ialah pada formula P dan R, 86.7% menyukai wangi alami formula P dan 80% menyukai wangi alami formula R. Formula yang mendapatkan persentase kesukaan panelis terendah ialah formula Q dan W. Formula Q dan W masingmasing mendapatkan persentase kesukaan panelis sebesar 63.3%. Hasil uji hedonik panelis terhadap parameter wangi alami produk pada sembilan formulasi yang diujikan ialah sebagai berikut (Gambar 9) O P Q R S T U V W Formula (-) O : sitroneal 0.3 ml R : sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml U : sitronelal 0.15 ml, mint 0.15 ml P : lemon 0.3 ml S : sitronelal 0.1 ml, mint 0.2 ml V : sitronelal 0.2 ml, lemon 0.1 ml Q : mint 0.3 ml T : sitronelal 0.15 ml, lemon 0.15 ml W : sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml

36 23 Persentase panelis (%) O P Q R S T U V W Formula (-) Keterangan variasi top note : O : sitroneal 0.3 ml R : sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml U : sitronelal 0.15 ml, mint 0.15 ml P : lemon 0.3 ml S : sitronelal 0.1 ml, mint 0.2 ml V : sitronelal 0.2 ml, lemon 0.1 ml Q : mint 0.3 ml T : sitronelal 0.15 ml, lemon 0.15 ml W : sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml Gambar 9 Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka. Pengolahan data organoleptik dengan uji Friedman menyatakan formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi produk pada taraf nyata 0.05, setidaknya terdapat satu formula yang memberikan wangi alami berbeda pada produk eau de toilette. Melalui uji lanjut dengan membandingkan antar formula, diketahui bahwa formula P (top note lemon 0.3 ml) dan R (top note sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml) berbeda dengan formula Q (top note mint 0.3 ml), W (top note sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml), dan T (top note sitronelal 0.15 ml, lemon 0.15 ml). Formula P dan R berdasarkan uji lanjut diketahui keduanya memiliki wangi yang sama karena keduanya mengandung top note yang sama yakni lemon, meskipun formula R juga menggunakan top note sitronelal 0.1 ml. Wangi alami formula R dan T meskipun memiliki jenis pewangi yang sama dalam top note yakni sitronelal dan lemon namun keduanya memiliki wangi yang berbeda, hal ini karena konsentrasi top note yang digunakan berbeda sehingga jenis dan konsentrasi top note akan sangat berpengaruh pada wangi alami produk. Melalui hasil uji hedonik dan pengolahan data dengan uji Friedman dapat disimpulkan bahwa panelis cenderung menyukai top note yang menggunakan minyak lemon. Formula R yang menggunakan top note (lemon 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml) memiliki persentase kesukaan wangi alami tertinggi kedua setelah formula P. Jenis dan konsentrasi top note akan sangat berpengaruh pada wangi alami produk. Karakter wangi yang dimiliki oleh minyak lemon ialah fresh, light, fruity (Kemendag 2011); sitronelal memiliki karakter wangi yang sweet, floral rosy waxy, citrus green (Mosciano 1989) sehingga keduanya akan padan bila dipadukan dengan minyak nilam yang memiliki aroma rich, earthy, woody dengan aroma buah (Kemendag 2011); minyak melati memiliki aroma floral, sweet (Kemendag 2011) sehingga wangi akhir produk ialah wangi floral, fruity, fresh dengan campuran woody. Ambang batas bau (odor threshold) merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi konsentrasi suatu senyawa yang baunya sudah dapat dideteksi oleh 50% panelis, panelis cukup merasakan keberadaan baunya tanpa mengkarakterisasi bau (Powers 2004). Minyak melati termasuk dalam kelompok

37 24 minyak yang memiliki wangi floral, karakter wangi ini didapatkan dari keberadaan senyawa linalool. Hasil GC-MS minyak melati (Lampiran 9) menunjukkan bahwa minyak melati memiliki komponen linalool dengan kadar 5% dan α-terpineol 4.64%, dengan komponen yang dominan ialah α- hexylcinnamaldehyde sebesar 32.84%. Senyawa linalool memiliki ambang batas bau 6 ppb (Ohloff 1978), senyawa α-terpineol memiliki ambang batas bau ppb (Ohloff 1978). Hasil GC-MS minyak lemon (lampiran 10) menunjukkan bahwa senyawa yang paling dominan ialah limonene dengan kadar 66.12%, β-pinene 14.05%, α- pinene 2.23%. Limonene memiliki ambang batas bau 10 ppb (Ohloff 1978), β- pinene memiliki ambang batas bau 140 ppb (Fazzalari 1978), α-pinene 6 ppb (Fazzalari 1978), geranyl acetate 9 ppb (Fazzalari 1978). Hasil GC-MS minyak mint (lampiran 11) menunjukkan jumlah senyawa yang paling dominan ialah menthol dengan kadar 28.41%, menthone 15.97%, limonene 5.76%, β-pinene 4.93%, α-pinene 3.72%. Menthone memiliki ambang batas bau 170 ppb (Fazzalari 1978), β-pinene 140 ppb (Fazzalari 1978), limonene 10 ppb (Ohloff 1978), α-pinene 6 ppb (Fazzalari 1978). Minyak lemon dan minyak mint memiliki karakter wangi yang fresh karena dalam kedua bahan terkandung senyawa limonene dengan ambang batas bau yang kecil yakni 10 ppb. Senyawa linalool yang terdapat pada minyak melati menentukan wangi minyak tersebut sehingga memiliki kesan floral. Karakteristik wangi dominan yang ada dalam suatu minyak tidak hanya ditentukan oleh konsentrasi senyawa yang terkandung namun yang lebih penting ialah ambang batas bau komponen. Semakin kecil ambang batas bau senyawa maka wangi senyawa tersebut akan lebih mudah untuk dibaui meskipun memiliki konsentrasi yang kecil. Wangi keseluruhan Hasil uji hedonik panelis terhadap parameter wangi keseluruhan produk pada sembilan formulasi yang diujikan ialah sebagai berikut (Gambar 10). 100 Persentase panelis (%) O P Q R S T U V W Formula (-) Keterangan variasi top note : O : sitroneal 0.3 ml R : sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml U : sitronelal 0.15 ml, mint 0.15 ml P : lemon 0.3 ml S : sitronelal 0.1 ml, mint 0.2 ml V : sitronelal 0.2 ml, lemon 0.1 ml Q : mint 0.3 ml T : sitronelal 0.15 ml, lemon 0.15 ml W : sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml Gambar 10 Penilaian panelis terhadap wangi alami produk. ( ) suka, ( ) netral, ( ) tidak suka.

38 Persentase penilaian kesukaan panelis terhadap wangi keseluruhan produk sebesar 90% menyukai wangi keseluruhan formula P, 80% menyukai formula R. Kedua formula tersebut mengandung top note yang sama yakni minyak lemon, pada formula R ditambahkan sitronelal sebagai top note. Formula yang mendapatkan nilai kesukaan wangi keseluruhan terendah ialah formula W dengan top note yang digunakan sitronelal 0.2 ml dan mint 0.1 ml. Pengolahan data organoleptik dengan uji Friedman menyatakan formula memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi keseluruhan produk pada taraf nyata 0.05, setidaknya terdapat satu formula yang memberikan wangi keseluruhan yang berbeda pada produk eau de toilette. Hasil uji lanjut menunjukkan formula R dengan top note (sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml) memiliki wangi keseluruhan yang sama dengan formula P dengan top note lemon 0.3 ml. Formula P dan R berbeda wangi keseluruhannya dengan formula W, Q, dan T. Formula T dengan top note (sitronelal 0.15 ml, lemon 0.15 ml) dengan formula R (sitronelal 0.1 ml, lemon 0,2 ml) memiliki jenis top note yang sama dengan konsentrasi yang berbeda. Kedua formula memiliki perbedaan kesukaan yang signifikan, formula P disukai oleh panelis sebesar 90% sedangkan formula R disukai oleh panelis sebesar 66.7% sehingga jelas bahwa konsentrasi top note sangat berpengaruh pada wangi keseluruhan yang dihasilkan. Penentuan formula terbaik Hasil penerimaan hedonik menunjukkan formula yang mendapatkan persentase kesukaan kejernihan tertinggi ialah formula S dan T yakni sebesar sebesar 90%. Formula O, P, U mendapatkan persentase kesukaan sebesar 86.7%. Penilaian melalui parameter kesan wangi alami dan wangi keseluruhan, tiga produk dengan persentase kesukaan tertinggi ialah formula P, R, V. Melalui hasil penerimaan hedonik tersebut selanjutnya akan dipilih tiga formula terbaik. Teknik pemilihan yang digunakan ialah dengan metode Bayes. Nilai pembobotan yang dilakukan sama dengan pemilihan produk terbaik pada formulasi komposisi pewangi. Berikut adalah sembilan formula yang telah dinilai dengan metode Bayes berdasarkan hasil uji hedonik setiap parameter (Tabel 8) Tabel 8 Peringkat formula (formulasi top note) Formula Keterangan formula Total Base note Middle Top note (ml) nilai (ml) note (ml) Peringkat P Nilam 0.3 Melati 0.2 Lemon R Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.1, lemon S Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.1, mint V Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.2, lemon Sitronelal 0.15, mint U Nilam 0.3 Melati Sitronelal 0.15, lemon T Nilam 0.3 Melati O Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal Q Nilam 0.3 Melati 0.2 Mint W Nilam 0.3 Melati 0.2 Sitronelal 0.2, mint

39 26 Hasil penilaian menunjukkan tiga formula yang mendapatkan nilai tertinggi ialah formula P, R, dan S. Formula P (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, lemon 0.3 ml) merupakan yang terbaik disusul dengan formula R (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml) dan formula S (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml, mint 0.2 ml). Hasil formulasi menunjukkan bahwa paduan wangi minyak lemon dengan minyak nilam dan melati merupakan wangi yang paling menyenangkan dan disukai. Wangi minyak lemon dengan aroma menyegarkan, konsistensi wangi thin (tipis), kekuatan aroma yang ringan, cocok menjadi top note yang dipadukan dengan minyak melati yang merupakan jenis minyak dengan karakter aroma yang sweet, floral (Feranoli 1971). Hasil GC-MS minyak nilam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa komponen utama yang terkandung ialah patchouli alcohol, pada minyak melati (Lampiran 9) ialah benzyl acetate, pada minyak lemon (Lampiran 10) ialah limonene dan o-chimene. Formula R (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml) dan S (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml) merupakan formula dengan peringkat terbaik kedua dan ketiga setelah formula P. Kedua formula tersebut menggunakan sitronelal sebagai top note. Penggunaan sitronelal sebagai bahan pewangi dengan konsentrasi yang tepat dapat memberikan variasi wangi yang menyenangkan, selain itu juga dapat memperbaiki wangi yang dihasilkan. Hal ini dapat diamati dari formula Q dengan top note yang digunakan hanya minyak mint saja, peringkat yang didapat hanya 8; sitronelal yang hanya digunakan sebagai top note tunggal (formula O) mendapatkan peringkat 7; namun ketika keduanya dipadukan dalam top note dengan konsentrasi yang tepat dapat memberikan wangi yang menyenangkan. Formula S dengan top note sitronelal 0.1 ml dan mint 0.2 ml peringkat yang didapatkan menjadi lebih baik yakni peringkat 3. Paduan minyak yang sudah tepat (mint, sitronelal) namun konsentrasi yang digunakan tidak tepat maka dapat membuat wangi eau de toilette menjadi sangat tidak menyenangkan, hal ini terlihat dari formula W (sitronelal 0.2 ml, mint 0.1 ml). Formula W menggunakan sitronelal dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan minyak mint maka paduan wangi keduanya menjadi tidak menyenangkan, formula ini mendapatkan peringkat terakhir (peringkat 9), oleh karena itu penting untuk memformulasikan jenis dan konsentrasi top note dengan tepat agar wangi yang dihasilkan dapat menyenangkan. Hasil GC-MS minyak mint (Lampiran 11) menunjukkan bahwa komponen utama yang terkandung ialah menthol. Sitronelal lebih cocok dipadukan dengan minyak lemon daripada dengan minyak mint. Sitronelal dapat digunakan dengan konsentrasi yang lebih tinggi bila dicampurkan dengan top note lemon, formula V dibuat dengan top note sitronelal 0.2 ml dan lemon 0.1 ml, mendapatkan peringkat yang cukup baik yakni peringkat 4. Hasil GC sitronelal yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil GC-MS salah satu formula terbaik, yakni formula R (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml, mint 0.2 ml) teramati adanya 25 komponen yang dapat diidentifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa formula yang wanginya disukai oleh panelis terdiri dari berbagai senyawa penyusun, semakin banyak senyawa penyusunnya maka wangi formula yang dihasilkan akan semakin unik. Pewangi yang tersedia di pasaran ada yang dibuat dari berbagai ratusan senyawa penyusun sehingga wangi yang dihasilkan menjadi khas dan tidak mudah ditiru oleh produsen lain.

40 Kandungan patchouli alcohol dalam formula R ialah 2.57% komponen ini didapatkan dari minyak nilam yang digunakan sebagai base note. Senyawa α- hexylcinnamaldehyde teridentifikasi dalam kadar 1.64%, senyawa ini didapatkan dari minyak melati. Hasil GC-MS formula R dapat dilihat pada Lampiran 13. Karakterisasi Produk Karakterisasi produk dilakukan terhadap tiga formula yang mendapatkan peringkat tertinggi melalui hasil penilaian. Formula tersebut ialah formula P (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, lemon 0.3 ml), formula R (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml, lemon 0.2 ml), dan formula S (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml, mint 0.2 ml). Karakterisasi meliputi uji ketahanan wangi, uji daya sebar (spreadibility), uji spot, dan kesesuian produk dengan SNI (bobot jenis, deskripsi, metanol, zat warna, zat pengawet). Uji ketahanan wangi Uji ketahanan wangi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana wangi eau de toilette dapat terbaui oleh pengguna. Uji ini dilakukan oleh 30 panelis yang akan memberikan penilaian secara skalar antara nilai 0 hingga 100 pada kertas smelling strip yang telah dicelupkan selama tiga detik dalam cairan eau de toilette. Waktu yang ingin dilihat ialah pada rentang 2, 4, 6, dan 8 jam. Berikut adalah grafik hasil pengujian ketahanan wangi pada tiga formula produk akhir yakni formula P, R, dan S (Gambar 11) Nilai kekuatan wangi (%) jam ke- (-) Gambar 11 Ketahanan wangi formula P ( ), formula R ( ), dan formula S ( ). Ketahanan wangi penggunaan eau de toilette pada jam ke-8 masih berada pada kisaran nilai 30% dari total 100%. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan wangi formula eau de toilette yang dibuat adalah baik, pada umumnya eau de toilette hanya bertahan hingga 6 jam saja. Formula eau de toilette yang digunakan menggunakan total bahan pewangi sebanyak 7.4%, terdiri atas base note minyak nilam 0.3 ml, middle note berupa minyak melati 0.2 ml, dan total top note yang digunakan sebanyak 0.3 ml. Semua bahan pewangi dilarutkan dalam 10 ml bioetanol sebagai pelarut. Semakin tinggi konsentrasi bahan pewangi yang terkandung dalam suatu formula maka ketahanan wangi formula tersebut akan semakain baik.

41 28 Uji daya sebar (spreadibility) dan uji spot Hasil uji spreadibility menunjukkan bahwa rata-rata diameter semprotan dari eau de toilette yang dihasilkan ialah 7 cm (Lampiran 7b). Cairan dapat tersebar secara homogen saat disemprotkan pada kain putih, warna dari hasil semprotan ialah jernih (tidak berwarna). Setelah dilakukan uji spreadibility dilanjutkan dengan uji spot untuk mengetahui ada tidaknya noda yang ditinggalkan dalam intensitas penyemprotan yang tinggi. Uji spot dilakukan dengan menyemprotkan formula eau de toilette pada kain putih berukuran 15x15 cm. Penyemprotan dilakukan selama 5 x dalam sehari dengan selang waktu setiap 3 jam, total waktu penyemprotan ialah 15 jam. Hasil uji spot menunjukkan bahwa noda yang berwarna kekuningan akan muncul saat penyemprotan ke-3, pada jam ke-9, noda ini akan semakin terlihat pada penyemprotan ke-5 pada jam ke-15 (Lampiran 7c). Pembanding yang digunakan dalam uji ini terdiri dari 2 jenis yakni pewangi jenis eau de toilette yang memiliki warna jernih dan yang berwarna agak kuning (mirip dengan formula yang dihasilkan). Hasilnya produk pembanding yang cairannya berwarna kuning pucat juga meninggalkan noda pada penyemprotan ke-3 jam ke-9. Kain yang bernoda selanjutnya dicuci menggunakan air biasa dan air yang ditambah detergen, selanjutnya kain dibilas dan dijemur. Kain dijemur selama 30 menit hingga kain kering, kain yang pada awalnya bernoda setelah dicuci dan dikeringkan ternyata semua kembali berwarna putih tanpa ada noda di atasnya. Melalui hal ini dapat disimpulkan bahwa eau de toilette yang dihasilkan merupakan formula yang dapat meninggalkan noda ketika digunakan dalam intensitas yang tinggi dengan jarak penyemprotan setiap tiga jam. Oleh sebab itu produk sebaiknya digunakan dengan intensitas yang tidak terlalu sering, ketahanan wangi produk berkisar 8 jam sehingga pengguna dapat menyemprotkan kembali pada kisaran jarak 6-8 jam. Walaupun formula eau de toilette yang dihasilkan dapat meninggalakan noda bila digunakan dalam intensitas yang tinggi formula tersebut aman untuk digunakan pada pakaian karena noda yang ada dapat hilang ketika pakaian dicuci dengan detergen. Kesesuain dengan SNI SNI yang mengatur mengenai sediaan eau de toilette non aerosol ialah SNI (Tabel 9). Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga formula yang dihasilkan memiliki deskripsi yang sesuai dengan SNI, yakni cairan jernih, homogen, bebas partikel asing (diamati secara fisik), berbau harum dan khas. Cairan berwarna jernih dan homogen karena telah menggunakan pelarut berupa bioetanol dengan konsentrasi 99% sehingga dapat melarutkan pewangi dengan sempurna. Eau de toilette yang dihasilkan memiliki bau yang harum dan khas, yakni mengarah pada wangi bunga yang menyegarkan. Bobot jenis formula P, R, dan S ialah 0.8 (Lampiran 7a), hasil ini telah sesuai dengan SNI yang mensyaratkan bobot jenis sediaan eau de toilette non aerosol berkisar Produk eau de toilette ini merupakan produk alami yang tidak menggunakan zat warna dan pengawet sehingga pengujian SNI terhadap zat warna dan zat pengawet tidak diujikan. Pelarut yang digunakan ialah bioetanol dengan kadar alkohol 99% sehingga angka cemaran mikroba tidak dihitung.

42 29 Tabel 9 Sediaan eau de toilette non aerosol (SNI ) No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Deskripsi - - Cairan jernih - Homogen - Bebas partikel asing - Bau harum, khas 2. Bobot jenis Metanol - Sesuai PerMenKes No.376 / Menkes/ Per/ VIII/ Zat warna % Sesuai PerMenKes No.376 / Menkes/ Per/ VIII/ Zat pengawet % Sesuai PerMenKes No.376 / Menkes/ Per/ VIII/ Cemaran mikroba (khusus untuk sediaan yang tidak mengandung alkohol) 6.1 angka lempeng total 6.2 Staphylococcus aereus 6.3 Pseudomonasaeruginosa 6.4 Candida albicans (kol/g) (kol/g) (kol/g) (kol/g) Maksimum 10 5 Negatif Negatif Negatif Hasil pengujian menunjukkan tiga formula terbaik yakni formula P (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, lemon 0.3 ml), R (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml,lemon 0.3 ml, dan S (nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, mint 0.2 ml) memiliki kesesuaian dengan semua parameter SNI. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sitronelal minyak sereh wangi dan beberapa jenis minyak atsiri dapat diformulasikan menjadi produk eau de toilette berbahan pewangi alami. Formulasi menggunakan minyak nilam sebagai base note dan minyak melati sebagai middle note. Adapun variasi top note yang digunakan ialah sitronelal, mint, dan lemon. Formulasi pada penelitian utama menggunakan bahan pewangi 7.4% dalam 10 ml pelarut bioetanol. Formulasi jenis minyak dan konsentrasi yang tepat dapat menghasilkan eau de toilette dengan wangi yang unik dan menyenangkan. Berdasarkan uji hedonik dan pemilihan formula terbaik menggunakan metode Bayes, terpilih tiga formula dengan nilai tertinggi. Formula terbaik pertama ialah campuran nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, lemon 0.3 ml dengan nilai 8.5; terbaik kedua ialah formula nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml dan lemon 0.2 ml dengan nilai 6.5;

43 30 terbaik ketiga ialah campuran nilam 0.3 ml, melati 0.2 ml, sitronelal 0.1 ml dan mint 0.2 ml dengan nilai 6.1. Penggunaan sitronelal dengan konsentrasi yang tepat dapat memberikan variasi wangi yang menyenangkan dan dapat memperbaiki wangi campuran. Sitronelal yang digunakan dapat memperbaiki wangi minyak mint menjadi lebih menyenangkan dibandingkan minyak mint hanya digunakan sebagai top note tunggal. Sitronelal paling cocok dipadukan dengan minyak lemon karena keduanya memiliki karakter wangi yang mirip yakni beraroma buah yang segar. Wangi eau de toilette yang dihasilkan ialah floral fresh. Penggunaan bahan pewangi alami sebanyak 7.4% dapat mempertahankan wangi formula hingga 8 jam penggunaan. Hasil pengujian kesuaian produk dengan SNI menunjukkan bahwa ketiga formula tersebut telah sesuai dengan SNI. Saran Wangi formula yang dihasilkan dapat dapat diperbaiki dengan menambahkan komponen-komponen tunggal minyak atsiri atau aroma chemicals pada formula. Hasil formula yang telah dibuat sebaiknya dilakukan proses aging dalam waktu yang cukup agar mendapatkan gradasi wangi yang lebih harmonis. DAFTAR PUSTAKA Asyik N Karakterisasi Mutu dan Identifikasi Komponen Aroma Minyak Pala (Nutmeg oil) Indonesia sebagai Bahan Baku Industri Bahan Penyedap dan Pewangi [Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Brud WS Industrial Uses of Essential Oils. Di dalam: Baser HC, Buchnaueur G, editor. Handbook of Essential Oils : Science,Technology, and Applications. New York (US): CRC Press. Hlm Curtis T, Williams DG Introduction to Perfumery. Weymouth Dorset : Micelle Press. Daniel WW Apllied Nonparametric Statistics. USA : Wadswort. Inc. Fah B, Foon YS, Osman S An exploratory study of the relationship between advertising appeals, spending tendency, perceived social status and materialism on perfume purchasing behavior. Journal of Business and Science.2 (10).206 Fazzalari FA Compilation of odor and taste threshold data, astm data series DS 48A. [internet]. [diunduh 17 Desember 2013]. Tersedia pada : Fenaroli G Fenaroli s Handbook of Flavor Ingredients. Furia TE dan Bellanca N, editor. New York (US) : CRC Press. Hlm : 139, 148, 190, 195. Gemitcha Pilih pewangi berdasarkan ketahanan wanginya. [internet]. [diunduh 20 november 2013]. Tersedia pada : Berdasarkan-Ketahanan-Wanginya

44 Gunawan W Kualitas dan nilai minyak atsiri, implikasi pada pengembangan turunannya, seminar nasional dengan tema: kimia bervisi sets (science, environment, technology, society) kontribusi bagi kemajuan pendidikan dan industri, 21 Maret 2009, Semarang. Health HB, Pharm B Flavour Technology : Profiles, Products, Applications. London (GB): Avi Publishing Company Inc. Herz RS Survey study final report. [internet]. [diunduh 20 november 2013]. Tersedia pada : Herz w. tables.doc The Scent of Desire: Discovering Our Enigmatic Sense of Smell.. New York (US): William Morrow/ HarperCollins Perfume Quality and Art. Gottfried JA, editor. Bocca Raton : CRC Press. Hunter M Essential Oil: Art, Africulture, Science, Industry, and Enterpreneurship (A Focus on the Asia-Pasific Region). New York (US): Nova Science Publisher, Inc. [Kemendag] Kementrian Perdagangan Indonesian essential oil-the scents of nature life. Jakarta (ID): Trade Policy Analysis Development Agency. Lindqvist A How is commercial gender categorization of perfumes related to consumers preference of fragrance. Procedia-Social and Behavioral Science.[internet].[diunduh 2013 Mar 28]; 65 (2012) Tersedia pada: Mahfudz F Kajian proses pembuatan dan karakterisasi eau de cologne aromatheraphy lavender [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Marimin, Maghfiroh N Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor : IPB Press. Moore DS Statistics Concept and Controversies. New York (US): Purdue University. Mosciano G Organoleptic characteristic of flavour materials. P&F 14, No. 6, 47. [internet].[diunduh 10 Desember 2013]. Tersedia pada : Ohloff G Recent developments in the field of naturally occurring aroma components, Prog. Chem. Org. Nat Prod, 35, [Internet]. [diunduh 17 Desember 2013]. Tersedia pada : Powers W The Science of Smell Part 1 : Odor perception and physiological response. Lowa State University. Rahmaisni A Aplikasi minyak atsiri pada produk gel pengharum ruangan anti serangga [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Satuhu S Melati-Penanganan Segar dan Pembuatan Minyak Bungan Melati. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor (ID) : IPB Press. Soraya, N Kajian Aplikasi Virgin Coconut Oil dan Dietanolamida pada Formulasi Sabun Transparan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 31

45 32 Lampiran 1 Kuesioner Kuesioner ini dibuat untuk mendapatkan data bagi penyusunan SKRIPSI dengan judul APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PRODUK EAU DE TOILETTE. Oleh Anik Setiyaningsih, F , mahasiswa tingkat IV (Program Sarjana) pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Responden Nama : No. Hp : PetunjukPengisian: Responden diharapkan memberikan jawaban terhadap seluruh pertanyaan yang tersedia dengan cara memberikan tanda silang (X) pada kolom yang tersedia. I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Jenis kelamin Anda? ( ) laki-laki ( ) perempuan 2. Usia Anda saat ini? ( ) < 16 tahun ( ) tahun ( ) tahun ( ) tahun ( ) tahun ( ) > 45 tahun 3. Pekerjaan Anda saat ini? ( ) pelajar/mahasiswa ( ) wiraswasta ( ) pegawai negeri ( ) ibu rumah tangga ( ) karyawan swasta ( ) lainnya, II. PENGGUNAAN PEWANGI 1. Intensitas penggunaan pewangi dalam sehari? ( ) 1 x sehari ( ) 2 x sehari ( ) 3 x sehari ( ) lainnya, 2. Aplikasi bentuk penggunaan pewangi yang Anda gunakan? ( ) disemprotkan ( ) dioleskan ( ) stick padat ( ) lainnya, 3. Berapa lama Anda telah menggunakan pewangi? ( ) < 6 tahun ( ) tahun ( ) 6-10 tahun ( ) tahun ( ) tahun ( ) > 25 tahun 4. Jernis pewangi yang saat ini Anda gunakan? ( ) Splash cologne ( ) Eau de cologne ( ) Eau de toilette ( ) Eau de pewangi ( ) Eau de extait ( ) lainnya,

46 5. Apakah Anda menginginkan pewangi dengan wangi alami? ( ) Ya ( ) Tidak 6. Kesan wangi alami yang Anda inginkan? ( ) floral (wangi bunga-bungaan, contoh :melati, kenanga) ( ) fruity (wangi buah-buahan, contoh : apel, melon) ( ) woody (wangi kayu-kayuan, contoh : nilam, akar wangi) ( ) citrus (wangi jeruk-jerukan, contoh : lemon, jeruk purut) ( ) spicy (wangi hangat pedas, contoh : kayu manis, cengkeh) 7. Kesan yang Anda inginkan dari pewangi yang Anda gunakan? ( ) feminine ( ) energic ( ) masculine ( ) spirit ( ) romantic ( ) relaxing ( ) sporty ( ) lainnya, 8. Pelarut pewangi yang Anda inginkan? ( ) tanpa alkohol ( ) dengan alkohol 9. Apabila Anda dibuatkan formulasi pewangi dengan wangi alami, minyak apa yang akan Anda pilih sebagai campurannya?* Top note (pilih 2 jenis) middle note (pilih 4 jenis) ( ) minyak lemon ( ) minyak kayu manis ( ) minyak jeruk purut ( ) minyak sereh wangi ( ) minyak kayu putih ( ) minyak kenanga ( ) sitronelal ( ) minyak cengkeh ( ) minyak mint ( ) minyak melati ( ) minyak kamboja Base note (pilih 2 jenis) ( ) minyak pala ( ) minyak nilam ( ) minyak sedap malam ( ) minyak akar wangi ( ) minyak gandapura ( ) minyak vanili ( ) minyak jahe ( ) minyak gaharu Jika tidak ada minyak yang anda sukai pada pilihan di atas silahkan menuliskannya dibawah top note : middle note : base note : *Dalam formulasi pewangi terdapat tiga elemen (top note, middle note, dan base note). Top note merupakan elemen yang paling mudah menguap, wanginya langsung tercium ketika pewangi disemprotkan. Middle note merupakan wangi yang akan keluar setelah top note hilang. Base note merupakan elemen pengikat wangi yang keluar terakhir dan wanginya bertahan lama. Saran : 33 Terimakasih atas partisipasi Anda untuk mengisi kuesioner ini

47 34 Lampiran 2 Lembar uji hedonik eau de toilette Lembar Uji Kesukaan Eau de toilette (sesi 1) Tanggal : Nama panelis : No Hp : Jenis sampel : Eau de toilette Instruksi : Nyatakan kesukaan Anda terhadap sampel meliputi kejernihan, wangi alami, dan wangi keseluruhan, dengan menuliskan angka sesuai penilaian Anda. Baui setiap sampel dan langsung tuliskan penilaian Anda tanpa membandingkan antar sampel. Tuliskan penilaian Anda dalam tabel sebagai berikut : 1 = sangat tidak suka 2 = tidak suka 3 = agak tidak suka 4 = netral 5 = agak suka 6 = suka 7 = sangat suka Parameter Kejernihan Wangi alami Wangi keseluruhan Kode Sampel Catatan : - Berikan jarak 6-10 cm dari hidung saat membaui sampel produk - Berikan waktu pengujian antar sampel - Tutup kembali sampel produk setelah selesai membauinya

48 35 Lampiran 3 Lembar uji ketahanan wangi eau de toilette Form uji sensori ketahanan wangi Nama : Jenis Sampel : Eau de toilette Instruksi : Di hadapan anda tersedia 5 sampel eau de toilette dengan formula yang sama namun berbeda di waktu penyemprotannnya. Lakukan uji sensori ketahanan wangi terhadap 5 sampel tersebut, kemudian nyatakan penilaian Anda dengan memberikan tanda silang pada diagram garis skalar yang sesuai dengan penilaian anda. Masingmasing sampel terdiri atas 2 sampel kontrol dengan skala intensitas wanginya 0 dan 100. Langkah : 1. Baui terlebih dahulu sampel kontrol yang terdiri dari skala wangi 0 dan Lanjutkan dengan membaui sampel uji dan lakukan penilaian 3. Ulangi langkah 1 dan 2 pada sampel berikutnya Di bawah ini contoh pemberian nilai pada garis scoring X Kode sampel 3A : Kode sampel 3B : Kode sampel 3C : Kode sampel 3D : Kode sampel 3E :

49 36 Lampiran 4 Tahapan pemilihan produk terbaik 1. Menghitung frekuensi penerimaan hedonik setiap skala Mengakumulasikan penerimaan frekuensi untuk skala Menentukan nilai kepentingan tiap paramater hedonik, skala yang digunakan 1-7, kesan wangi keseluruhan (7), kesan wangi alami (5), kejernihan (4) 4. Melakukan pembobotan parameter penilaian, total bobot 1 5. Melakukan pengalian antara akumulasi nilai frekuensi (5-7) dengan bobot 6. Menghitung nilai total setiap formulasi produk berdasarkan semua parameter hedonik 7. Meranking produk berdasarkan nilai terbesar, untuk selanjutnya diambil 3 formulasi yang memiliki nilai total tertinggi

50 37 Lampiran 5 Pengolahan data uji hedonik (komposisi pewangi) Uji Friedman χ 2 = 12 N ( +1) (Rj) 3N (k + 1) j=1 keterangan : N K R j = blok / jumlah panelis = perlakuan / jumlah sampel = peringkat pada masing-masing blok Jika χ 2 hit < χ 2 tab maka terima H 0, tolak H 1 Jika χ 2 hit > χ 2 tab maka tolak H 0, terima H 1 (dilakukan uji lanjut) uji lanjut dilakukan dengan melihat nilai LSD rank. Uji LSD rank = t /2, p t (t + 1)/6 Keterangan t /2, untuk 5%, nilainya p = jumlah panelis t = jumlah perlakuan a. Parameter Kejernihan Jumlah sampel 12, jumlah panelis 30 Hipotesis : H 0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kejernihan produk H 1 : Minimal terdapat satu formula yang memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kejernihan produk χ 2 hitung = 3 χ 2 tabel pada (α 5%) = karena χ 2 hit > χ 2 tab maka tolak H 0, terima H 1 hasil uji lanjut parameter kejernihan Nilai LSD rank = t /2, p t (t + 1)/6 = x12 (12+1)/6 = = 54.74

51 38 Jumlah nilai peringkat tiap sampel Formula Total Rank B E H C F J L G K I D A berikut adalah perbandingan antar sampel beserta selisih nilai ranknya A-B D-B 73.8 I-B 52.8 K-B 51.0 G-B 49.8 A-E 93.0 D-E 62.4 I-E 41.4 K-E 39.6 G-E 38.4 A-H 87.9 D-H 57.3 I-H 36.3 K-H 34.5 G-H 33.3 A-C 78.9 D-C 48.3 I-C 27.3 K-C 25.5 G-C 24.3 A-F 77.4 D-F 46.8 I-F 25.8 K-F 24.0 G-F 22.8 A-J 71.1 D-J 40.5 I-J 19.5 K-J 17.7 G-J 16.5 A-L 71.1 D-L 40.5 I-L 19.5 K-L 17.7 G-L 16.5 A-G 54.6 D-G 24.0 I-G 3.0 K-G 1.2 A-K 53.4 D-K 22.8 I-K 1.8 A-I 51.6 D-I 21.0 A-D 30.6 L-B 33 J-B 33 F-B 27 C-B 26 H-B 17 E-B 11 L-E 22 J-E 22 F-E 16 C-E 14 H-E 5.1 L-H 17 J-H 17 F-H 11 C-H 9 L-C 7.8 J-C 7.8 F-C 1.5 L-F 6.3 J-F 6.3 L-J 0 B E H C F J L G K I D A Keterangan Menunjukkan antar formula yang terdapat perbedaan nyata terhadap kejernihan produk (ditandai dengan nilai selisihnya rank-nya yang lebih besar dari nilai LSD rank)

52 39 b. Parameter Wangi Alami Hipotesis : H 0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi alami produk H 1 : Minimal terdapat satu formula yang memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi alami produk χ 2 hitung = χ 2 tabel pada (α 5%) = karena χ 2 hit > χ 2 tab maka tolak H 0, terima H 1 sehingga dilakukan uji lanjut Uji lanjut dilakukan dengan melihat nilai LSD rank. Nilai LSD rank = Jumlah nilai peringkat tiap sampel Formula Total rank Formula Total rank E G 193 D 138 I A J B 159 H K 165 C L 188 F 266 berikut adalah perbandingan antar formula beserta selisih nilai ranknya F-E C-E 122 H-E 112 J-E 100 I-E 80 F-D 128 C-D H-F 107 J-D 94.5 I-D 74.5 F-A C-A 100 H-A 90 J-A 78 I-A 58 F-B 107 C-B 95.5 H-B 85.5 J-B 73.5 I-B 53.5 F-K 101 C-K 89.5 H-K 79.5 J-K 67.5 I-K 47.5 F-L 78 C-L 66.5 H-L 56.5 J-L 44.5 I-L 24.5 F-G 73 C-G 61.5 H-G 51.5 J-G 39.5 I-G 19.5 F-I 53.5 C-I 42 H-I 32 J-I 20 F-J 33.5 C-J 22 H-J 12 F-H 21.5 C-H 10 F-C 11.5 G-E 60.5 L-E 55.5 K-E 32.5 B-E 26.5 A-E 22 D-E 6 G-D 55 L-D 50 K-D 27 B-D 21 A-D 17 G-A 38.5 L-A 33.5 K-A 10.5 B-A 4.5 G-B 34 L-B 29 K-B 6 G-K 28 L-K 23 G-L 5 Keterangan Menunjukkan antar formula yang terdapat perbedaan nyata terhadap wangi alami produk (ditandai dengan nilai selisihnya rank-nya yang lebih besar dari nilai LSD rank)

53 40 c. Parameter Wangi Keseluruhan Hipotesis : H 0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi keseluruhan produk H 1 : Minimal terdapat satu formula yang memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi keseluruhan produk χ 2 hitung = χ 2 tabel pada (α 5%) = karena χ 2 hit > χ 2 tab maka tolak H 0, terima H 1, sehingga dilakukan uji lanjut uji lanjut dilakukan dengan melihat nilai LSD rank. Nilai LSD rank = Jumlah nilai peringkat tiap sampel Formula Total Rank Formula Total Rank E L 190 A I 207 D H 231 B 159 J 235 K 171 F 262 G 190 C 270 berikut adalah perbandingan antar sampel beserta selisih nilai ranknya A-E 7 D-A 0 B-D 16.5 K-B 12 L-K 19 G-L 4.5 D-E 7 B-A 16.5 K-D 28.5 L-B 31 G-K 23.5 I-L 17 B-E 23.5 K-A 28.5 L-D 47.5 G-B 35.5 I-K 36 H-L 41 K-E 35.5 L-A 47.5 G-D 52 I-B 48 H-K 60 J-L 45 L-E 54.5 G-A 52 I-D 64.5 H-B 72 J-K 64 F-L 72 G-E 59 I-A 64.5 H-D 88.5 J-B 76 F-K 91 C-L 80 I-E 71.5 H-A 88.5 J-D 92.5 F-B 103 C-K 99 H-E 95.5 J-A 92.5 F-D C-B 111 J-E 99.5 F-A 120 C-D F-E 127 C-A 128 C-E 135 I-G 13 H-I 24 J-H 4 F-J 27 C-F 8 H-G 37 J-I 28 F-H 31 C-J 35 J-G 41 F-I 55 C-H 39 F-G 68 C-I 63 C-G 76 Keterangan Menunjukkan antar formula yang terdapat perbedaan nyata terhadap wangi keseluruhan produk (ditandai dengan nilai selisihnya rank-nya yang lebih besar dari nilai LSD rank)

54 41 Lampiran 6 Pengolahan data uji hedonik (komposisi jenis dan konsentrasi top note) a. Parameter Kejernihan Jumlah sampel 9, jumlah panelis 30 Hipotesis : H 0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kejernihan H 1 : produk. Minimal terdapat satu formula yang memberikan pengaruh berbeda terhadap kejernihan produk. χ 2 hitung = χ 2 tabel pada (α 5%) = karena χ 2 hit < χ 2 tab maka tolak H 1, terima H O b. Parameter Kesan Wangi Alami Hipotesis : H 0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi alami produk. H 1 : Minimal terdapat satu formula yang memberikan pengaruh berbeda terhadap wangi alami produk. χ 2 hitung = χ 2 tabel pada (α 5%) = karena χ 2 hit > χ 2 tab maka tolak H 0, terima H 1, sehingga dilakukan uji lanjut uji lanjut dilakukan dengan melihat nilai LSD rank. Nilai LSD rank = t /2, p t (t + 1)/6 = x9 (9+1)/6 = 42 Jumlah nilai peringkat tiap sampel Formula Total Rank Formula Total Rank Q U 152 W 127 V 154 T 135 P 178 O R 185 S berikut adalah perbandingan antar sampel beserta selisih nilai ranknya R-Q 65 P-Q 57 V-Q 34 U-Q 31.5 S-Q 29 O-Q 29 T-Q 14.5 W-Q 6.5 R-W 58 P-W 51 V-W 27 U-W 25 S-W 23 O-W 23 T-W 8 R-T 50 P-T 43 V-T 19 U-T 17 S-T 15 O-T 15 R-O 36 P-O 28 V-O 4.5 U-O 2.5 S-O 0 R-S 36 P-S 28 V-S 4.5 U-S 2.5 R-U 33 P-U 26 V-U 2 R-V 31 P-V 24 R-P 7.5

55 42 Q W T O S U V P R Keterangan Menunjukkan antar formula terdapat perbedaan nyata terhadap wangi alaminya (ditandai dengan nilai selisih rank-nya yang lebih besar dari nilai LSD rank) c. Parameter Wangi Keseluruhan Hipotesis : H 0 : Formula tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap wangi keseluruhan produk. H 1 : Minimal terdapat satu formula yang memberikan pengaruh berbeda terhadap wangi a keseluruhan produk. χ 2 hitung = χ 2 tabel pada (α 5%) = karena χ 2 hit > χ 2 tab maka tolak H 0, terima H 1, dilakukan uji lanjut uji lanjut dilakukan dengan melihat nilai LSD rank. Nilai LSD rank = 42 Jumlah nilai peringkat tiap sampel Formula Total rank Formula Total rank W U 152 Q V 154 T 135 P O R 185 S berikut adalah perbandingan antar sampel beserta selisih nilainya R-W 72 P-W 64 V-W 41 U-W 38.5 S-W 36 O-W 36 T-W 22 Q-W 2 R-Q 70 P-Q 62 V-Q 39 U-Q 36.5 S-Q 34 O-Q 34 T-Q 20 R-T 50 P-T 43 V-T 19 U-T 17 S-T 15 O-T 15 R-O 36 P-O 28 V-O 4.5 U-O 2.5 S-O 0 R-S 36 P-S 28 V-S 4.5 U-S 2.5 R-U 33 P-U 26 V-U 2 R-V 31 P-V 24 R-P 7.5 W Q T O S U V P R Keterangan Menunjukkan antar formula terdapat perbedaan nyata terhadap wangi keseluruhan produk (ditandai dengan nilai selisih rank-nya yang lebih besar dari nilai LSD rank)

56 43 Lampiran 7 Uji karakteristik produk a. Bobot jenis 3 formula terbaik Formula Bobot jenis ulangan 1 Bobot jenis ulangan II Rata-rata P R S b. Uji daya sebar (spreadibility) Formula ulangan 1 diameter semprotan (cm) ulangan 2 diameter semprotan (cm) Rata-rata diameter semprotan (cm) warna P tidak berwarna R tidak berwarna S tidak berwarna Pembanding tidak berwarna keterangan semprotan homogen homogen homogen homogen c. Uji spot Formula P R S Pembanding 1* Pembanding 2* penyemprotan ke-1 tidak berwarna tidak berwarna tidak berwarna tidak berwarna tidak berwarna penyemprotan ke-2 tidak berwarna tidak berwarna tidak berwarna tidak berwarna tidak berwarna penyemprotan ke-3 ++ (agak kuning) ++ (agak kuning) ++ (agak kuning) ++ (agak kuning) tidak berwarna penyemprotan ke (agak kuning) ++ +(agak kuning) ++ (agak kuning) ++ +(agak kuning) + (putih kecoklatan) penyemprotan ke (kuning) ++ ++(kuning) ++ +(agak kuning) ++ ++( kuning) + +( putih kecoklatan) *pembanding 1 cairan berwarna kuning *pembanding 2 cairan berwarna jernih

57 44 Lampiran 8 Hasil GC MS minyak nilam GC chart patchouli oil r e s p o n d e t e Waktu retensi (menit) Jenis senyawa volatil penyusun minyak nilam NNo. Nama komponen Luas area (%) 1 β-elemene β-patchoulene β-caryophyllene α-guaiene Seychellene α-patchoulene α-selinene α-bulnesene Pogostol Patchouli alcohol Lampiran 9 Hasil GC MS minyak melati GC chart jasmine oil r e s p o n d e t e

58 45 Waktu retensi (menit) Jenis senyawa volatil penyusun minyak melati NNo. Nama komponen Luas area (%) 1 Diprophilene glicol Linalool Benzyl acetate α-terpineol β-citronelol Benzyl propionate Linalyl acetate α-hexylcinnamaldehyde β-hexylcinnamaldehyde Benzyl salicilate 2.671

59 46 Lampiran 10 Hasil GC MS minyak lemon GC chart lemon oil r e s p o n d e t e Waktu retensi (menit) Jenis senyawa volatil penyusun minyak lemon NNo. Nama komponen Luas area (%) 1 α-pinene Sabinene β-pinene O-chimene Limonene γ-terpineol Cis-citral Trans-citral Neryl acetate Geranil acetate 0.277

60 47 Lampiran 11 Hasil GC MS minyak mint GC chart mint oil r e s p o n d e t e Waktu retensi (menit) Jenis senyawa volatil penyusun minyak mint NNo. Nama komponen Luas area (%) 1 Hexylenen glicol α-pinene β-pinene Limonene Menthone Iso menthone Iso menthol Menthol Pulegone Menthyl acetate 2.657

61 48 Lampiran 12 Hasil GC sitronelal minyak sereh wangi

62 Sitronelal yang terkandung dalam minyak sereh wangi teramati pada peak nomor 31 sebesar 91.18% pada waktu retensi menit. 49

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengharum ruangan merupakan suatu produk yang berisi zat wewangian yang digunakan untuk membuat harum suatu ruangan atau mengurangi bau tidak menyenangkan pada suatu

Lebih terperinci

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK Minyak melati merupakan salah satu produk minyak atsiri yang paling mahal dan banyak

Lebih terperinci

DEFINISI. Parfum adalah substansi yang digunakan pada tubuh manusia atau obyek dan memberikan aroma yang menyenangkan

DEFINISI. Parfum adalah substansi yang digunakan pada tubuh manusia atau obyek dan memberikan aroma yang menyenangkan PARFUM DEFINISI Parfum adalah substansi yang digunakan pada tubuh manusia atau obyek dan memberikan aroma yang menyenangkan Parfum dari bahasa Latin "per" artinya melalui dan "fumum," artinya "smoke."

Lebih terperinci

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN NATRIUM ALGINAT DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN NATRIUM ALGINAT DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN NATRIUM ALGINAT DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. C. Metode Penelitian

III. METODOLOGI. C. Metode Penelitian III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji dan Laboratorium Riset dan Development PT Indesso Aroma, Cibubur, Bogor. Penelitian ini dimulai bulan Desember 2011 sampai

Lebih terperinci

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Edisi Juli 2017 Edisi Juli 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Agrotek Parfum daritembakau Bernilai Jual Tinggi Tembakau dikenal sebagai bahan baku rokok. Inovasi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI

TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI Oleh: Dr. Karseno, S.P., M.P., Ph.D. Dra. Erminawati, M.Sc., Ph.D. Ir. Sujiman, M.P. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ARNIS SINTA WIDYASTUTI

APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ARNIS SINTA WIDYASTUTI APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ARNIS SINTA WIDYASTUTI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 ALAT DAN BAHAN 3.3 METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 ALAT DAN BAHAN 3.3 METODE PENELITIAN 3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 Mei 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Departement of Industrial Technology (LDIT) dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan. 1. Warna Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther

Lebih terperinci

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN DENGAN PEWANGI MINYAK MAWAR DAN FIKSATIF MINYAK AKAR WANGI

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN DENGAN PEWANGI MINYAK MAWAR DAN FIKSATIF MINYAK AKAR WANGI FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN DENGAN PEWANGI MINYAK MAWAR DAN FIKSATIF MINYAK AKAR WANGI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi OLEH :

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara penghasil utama minyak atsiri di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara penghasil utama minyak atsiri di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara penghasil utama minyak atsiri di dunia. Terdapat kurang lebih 45 jenis tanaman penghasil minyak atsiri tumbuh di Indonesia, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK MUTU MINYAK NILAM YANG DIHASILKAN

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK MUTU MINYAK NILAM YANG DIHASILKAN PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA KARAKTERISTIK MUTU MINYAK NILAM YANG DIHASILKAN SKRIPSI OLEH : A. A. MAS WILLYA SAHASRI NIM : 0111005050 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. FORMULASI Formulasi antinyamuk spray ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap yang pertama adalah pembuatan larutan X. Neraca massa dari pembuatan larutan X tersebut diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

KAJIAN PROSES PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI EAU DE COLOGNE AROMATHERAPHY LAVENDER. Oleh: FARID MACHFUDZ F

KAJIAN PROSES PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI EAU DE COLOGNE AROMATHERAPHY LAVENDER. Oleh: FARID MACHFUDZ F KAJIAN PROSES PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI EAU DE COLOGNE AROMATHERAPHY LAVENDER Oleh: FARID MACHFUDZ F34104101 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KAJIAN PROSES PEMBUATAN DAN

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-93 Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan bakar minyak disebabkan oleh terjadinya peningkatan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan bakar minyak disebabkan oleh terjadinya peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan bahan bakar minyak pada saat ini, sudah menjadi kebutuhan pokok oleh warga negara Indonesia untuk menjalankan kehidupan ekonomi. Kebutuhan akan bahan bakar minyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.) Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan mouthwash memiliki beberapa tahapan proses, adapun alat dan bahan yang digunakan pada setiap proses adalah : III.1.1 Pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Minyak terpentin SNI 7633:2011 Standar Nasional Indonesia Minyak terpentin ICS 65.020.99 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta ABSTRAK Minyak atsiri merupakan minyak mudah menguap atau

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak atsiri memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan di Indonesia, karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam penyediaan bahan bakunya.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Biofarmaka, IPB-Bogor. Penelitian ini berlangsung selama lima

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditas ekspor nonmigas yang dibutuhkan di berbagai industri seperti dalam industri parfum, kosmetika,

Lebih terperinci

PEMISAHAN FRAKSI KAYA SITRONELAL, SITRONELOL, DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM IMASTIA RAHMA SIWI

PEMISAHAN FRAKSI KAYA SITRONELAL, SITRONELOL, DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM IMASTIA RAHMA SIWI PEMISAHAN FRAKSI KAYA SITRONELAL, SITRONELOL, DAN GERANIOL MINYAK SEREH WANGI MENGGUNAKAN DISTILASI FRAKSINASI VAKUM IMASTIA RAHMA SIWI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF TERHADAP KETAHANAN WANGI GEL PENGHARUM RUANGAN ALAMI SAMPAH MAS

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF TERHADAP KETAHANAN WANGI GEL PENGHARUM RUANGAN ALAMI SAMPAH MAS PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF TERHADAP KETAHANAN WANGI GEL PENGHARUM RUANGAN ALAMI SAMPAH MAS DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET ALAMI DALAM PENGAWETAN TAHU. Ria Mariana Mustafa

STUDI EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET ALAMI DALAM PENGAWETAN TAHU. Ria Mariana Mustafa STUDI EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET ALAMI DALAM PENGAWETAN TAHU Ria Mariana Mustafa PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN RIA MARIANA

Lebih terperinci

PEMBUATAN PRODUK STIK AROMA DIFFUSER DAN MINYAK GOSOK AROMATERAPI DARI HASIL FRAKSINASI DAN PERMURNIAN MINYAK SEREH WANGI ALFYANDI

PEMBUATAN PRODUK STIK AROMA DIFFUSER DAN MINYAK GOSOK AROMATERAPI DARI HASIL FRAKSINASI DAN PERMURNIAN MINYAK SEREH WANGI ALFYANDI PEMBUATAN PRODUK STIK AROMA DIFFUSER DAN MINYAK GOSOK AROMATERAPI DARI HASIL FRAKSINASI DAN PERMURNIAN MINYAK SEREH WANGI ALFYANDI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL

IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL Techno, ISSN 1410-8607 Volume 18 No. 1, April 2017 Hal. 023 027 IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL Identification of GC-MS Essential

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah penting. Oleh karena itu, jahe menjadi komoditas yang mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai usaha

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kulit masohi SNI 7941:2013 Standar Nasional Indonesia ICS 65.020.99 Kulit masohi Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk memisahkan komponen utama minyak sereh wangi yaitu rodinol (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Minyak Atsiri Minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang serta minyak aromatic adalah kelompok besar minyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I Ujicoba peralatan penyulingan minyak sereh wangi sistem uap pada IKM bertujuan untuk memanfaatkan potensi sereh wangi;menyebarluaskan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI OLEORESIN DARI KAYU MANIS BERBANTU ULTRASONIK DENGAN MENGGUNAKAN PELARUT ALKOHOL

EKSTRAKSI OLEORESIN DARI KAYU MANIS BERBANTU ULTRASONIK DENGAN MENGGUNAKAN PELARUT ALKOHOL EKSTRAKSI OLEORESIN DARI KAYU MANIS BERBANTU ULTRASONIK DENGAN MENGGUNAKAN PELARUT ALKOHOL Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Magister Teknik Kimia Aprianto L4C 009

Lebih terperinci

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL LAPORAN TUGAS AKHIR PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL (Purification Patchouli oil By Use Of Microwave Distillation

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.2.2 Manfaat - Untuk dapat mengetahui bobot jenis dan indeks bias pada minyak sereh apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL 1 KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan konsumsi pangan tidak lagi hanya memikirkan tentang cita rasa, harga dan tampilan makanan tetapi juga mulai memperhatikan nilai gizi. Konsumen mulai beralih

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

Minyak daun cengkih SNI

Minyak daun cengkih SNI SNI 06-2387-2006 Standar Nasional Indonesia Minyak daun cengkih ICS 71.100.60 Badan Standardisasi Nasional i Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen di bidang Teknologi Pangan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pembuatan cake rumput laut dan mutu organoleptik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penulisan rencana bisnis ini adalah untuk membangun sebuah usaha yang terintegrasi dalam pengembangan komoditas minyak nilam, yang merupakan tanaman

Lebih terperinci

OPTIMASI TEKANAN DAN RASIO REFLUKS PADA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM TERHADAP MUTU EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata)

OPTIMASI TEKANAN DAN RASIO REFLUKS PADA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM TERHADAP MUTU EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata) Optimasi Tekanan dan pada Distilasi Fraksinasi Vakum terhadap Mutu Eugenol dari Minyak OPTIMASI TEKANAN DAN RASIO REFLUKS PADA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM TERHADAP MUTU EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH

Lebih terperinci

VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL

VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL VI. MODEL PENENTUAN PRODUK PROSPEKTIF DAN PASAR POTENSIAL A. Model Pemilihan Produk Prospektif 1. Input Model Pemilihan Produk Prospektif. Model pemilihan produk prospektif ini digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental 8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri

Lebih terperinci

FM WORLD Indonesia Menjadi Ahli Penjual Wewangian bagian 2

FM WORLD Indonesia Menjadi Ahli Penjual Wewangian bagian 2 FM WORLD Indonesia Menjadi Ahli Penjual Wewangian bagian 2 PERSIAPKAN DIRI ANDA Siapkan mobi le perfumery anda Tetaplah belajar bagi diri anda Belajar mengajukan pertanyaan2 yang tepat Menangani pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan eksperimen, metode ini ditempuh dalam pembuatan Chiffon cake dengan subtitusi tepung kulit singkong 0%, 5%, 10%,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati melimpah di dunia. Hal ini menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) THE CHEMICAL NATURE AND LEVEL (HARD CANDY) SARI NUTMEG (Myristica fragrans houtt

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo dan analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo dan analisis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Lokasi tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo dan analisis proksimat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai banyak jenis tanaman yang mengandung minyak atsiri seperti minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu cendana,

Lebih terperinci

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit Ika Sri Hardyanti 1, Dyan Septyaningsih 2, Isni Nurani 3 Emas Agus Prastyo Wibowo

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth) Pengaruh Lama dan Komposisi Bahan baku terhadap Rendemen...A.Sulaiman, Dwi Harsono. PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI

PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI PKMP-2-11-1 PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI Kelik Kurniawan, Vita Nindya H., Erna Rahmawati, Iva Nur Rhomadia

Lebih terperinci

Gambar 12.(a) Persentase Responden yang Memilih Makanan Ringan dan Makanan Berat, (b) Persentase Produk Makanan Ringan

Gambar 12.(a) Persentase Responden yang Memilih Makanan Ringan dan Makanan Berat, (b) Persentase Produk Makanan Ringan 3. HASIL PENGAMATAN 3.1. Survei Berdasarkan survei pemetaan produk yang dilakukan didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang memilih makanan ringan sebagai jenis makanan yang akan diaplikasikan beras

Lebih terperinci

APLIKASI/ PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES BRIKET ARANG DARI CANGKANG SAWIT PADA PEMASAKAN GARAM RAKYAT I N T I S A R I

APLIKASI/ PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES BRIKET ARANG DARI CANGKANG SAWIT PADA PEMASAKAN GARAM RAKYAT I N T I S A R I APLIKASI/ PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES BRIKET ARANG DARI CANGKANG SAWIT PADA PEMASAKAN GARAM RAKYAT I N T I S A R I Program pemerintah mengenal konversi energy dari sumber terbarukan dengan kewajiban memanfaatkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Survei Manfaat Daun Hantap Cara Penetapan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Survei Manfaat Daun Hantap Cara Penetapan Sampel 19 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Desember 2010 yang mencakup kegiatan penyelesaian proposal, pengambilan

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

KETAHANAN WANGI MINYAK LAVENDER

KETAHANAN WANGI MINYAK LAVENDER PENGARUH MINYAK NILAM (Oleum pogostemon) TERHADAP KETAHANAN WANGI MINYAK LAVENDER (Oleum lavandulae) DALAM SEDIAAN GEL PENGHARUM RUANGAN MEMAKAI BASIS GEL CAMPURAN AGAR AGAR DAN XANTHAN GUM SKRIPSI OLEH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

Karya Ilmiah Bisnis Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil

Karya Ilmiah Bisnis Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil Karya Ilmiah Bisnis Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil Nama : Angga Adi Utama Nim : 10.11.3957 Kelas : S1 TI F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 1.1 Latar Belakang BAB

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM 3.1 Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MINYAK ATSIRI BUNGA KAMBOJA CENDANA (Plumeria alba) PADA PERLAKUAN LAMA PROSES DISTILASI

KARAKTERISTIK MINYAK ATSIRI BUNGA KAMBOJA CENDANA (Plumeria alba) PADA PERLAKUAN LAMA PROSES DISTILASI 31 KARAKTERISTIK MINYAK ATSIRI BUNGA KAMBOJA CENDANA (Plumeria alba) PADA PERLAKUAN LAMA PROSES DISTILASI I Gst. Ngrh. Ag. Paranatha 1, Ni Made Wartini 2, Ida Bagus Wayan Gunam 2 Email: paranathahunter@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH WINAWANTI S. AMRULLAH NIM. 632 410 030 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dengan pengujian organoleptik dan uji lipat dilakukan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Organoleptik 1. Aroma Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar, agar menghasilkan

Lebih terperinci

ISOLASI PATCHOULI ALKOHOL DARI MINYAK NILAM UNTUK BAHAN REFERENSI PENGUJIAN DALAM ANALISIS MUTU

ISOLASI PATCHOULI ALKOHOL DARI MINYAK NILAM UNTUK BAHAN REFERENSI PENGUJIAN DALAM ANALISIS MUTU ISOLASI PATCHOULI ALKOHOL DARI MINYAK NILAM UNTUK BAHAN REFERENSI PENGUJIAN DALAM ANALISIS MUTU Ma mun¹ dan Adhi Maryadhi² 1) Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik 2) Pusat Penelitian Sistem Mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu merupakan hasil hutan dimana produk yang diambil bukan kayu atau hasilnya bukan berasal dari penebangan pohon. Produk hasil hutan non kayu diantaranya

Lebih terperinci

KUALITAS MINYAK ATSIRI NILAM DARI METODE PENGECILAN UKURAN PADA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemom cablin BENTH).

KUALITAS MINYAK ATSIRI NILAM DARI METODE PENGECILAN UKURAN PADA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemom cablin BENTH). KUALITAS MINYAK ATSIRI NILAM DARI METODE PENGECILAN UKURAN PADA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemom cablin BENTH). Supriono, SP, Theresia Adi Susanti, SP Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-256-IDN Nama Laboratorium Alamat Alamat Bidang Pengujian : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO (The Period s effect to increase Patchouli

Lebih terperinci