APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ARNIS SINTA WIDYASTUTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ARNIS SINTA WIDYASTUTI"

Transkripsi

1 APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ARNIS SINTA WIDYASTUTI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Minyak Atsiri pada Pembuatan Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013 Arnis Sinta Widyastuti NIM F

4 ABSTRAK ARNIS SINTA WIDYASTUTI. Aplikasi Minyak Atsiri pada Pembuatan Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer). Dibimbing oleh MEIKA SYAHBANA RUSLI dan DWI SETYANINGSIH. Pemanfaatan minyak atsiri sebagai pemberi aroma pada produk pembersih tangan antiseptik diharapkan akan memberikan kesan berbeda pada produk, sehingga produk dapat memberikan efek aroma yang dapat menambah selera makan setelah penggunaan produk khususnya ketika memulai makan. Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mendapatkan formulasi produk pembersih tangan antiseptik dengan penambahan minyak atsiri sebagai bahan pewangi yang dapat menambah selera makan. Formulasi minyak atsiri pada produk pembersih tangan (handsanitizer) dilakukan dengan metode trial error. Formulasi tersebut menghasilkan dua jenis formulasi yaitu formulasi citrus oil dan basil oil. Berdasarkan dari uji kesukaan (hedonik) panelis terhadap sampel produk pembersih tangan telah didapatkan hasil formulasi citrus oil terbaik dengan kandungan 0.1 % minyak jeruk nipis dan 0.015% minyak green tea. Sedangkan pada formulasi basil oil didapatkan hasil terbaik dengan kandungan minyak kemangi 0.075% dan minyak lemon 0.075%. formulasi citrus oil terbaik tersebut memiliki karakteristik ph 5.56; viskositas cp; densitas gr/ml. Formulasi basil oil terbaik tersebut memiliki karakteristik ph 5.05; viskositas cp; densitas gr/ml. Hasil uji mikroba diketahui bahwa produk mampu mengurangi cemaran mikroba di tangan. Kata Kunci: formulasi, minyak atsiri, pembersih tangan, hedonik ABSTRACT ARNIS SINTA WIDYASTUTI. Application of Essential Oils on Hand Cleaner Product (Handsanitizer). Supervised by MEIKA SYAHBANA RUSLI and DWI SETYANINGSIH. The use of essential oils as flavor concentrates on antiseptic handsanitizer product can give different impression to the product. The product scent can increase appetite especially when starting a meal. The objective of this research is to obtain an antiseptic handsanitizer product formulation with the addition of essential oils as flavor materials which can increase appetite. Formulation of essential oils on handsanitizer product conducted through trial error method. There were two types of formulations,citrus oil and basil oil base formulations. based on the hedonic test on handsanitizer samples, the best citrus oil formulation containing 0.1% lime oil and 0.015% green tea oil. And the the best basil oil formulation containing 0.075% basil oil and 0.075% lemon oil. The best citrus oil formulastion is characterized by ph of 5.56; viscosity of cp; density of g/ml. And the best basil oil formulastion is characterized by ph of 5.05; cp viscosity; density of g / ml. Microbial test showed that the product is able to reduce microbial contamination at hand. Keywords: essential oils, formulation, handsanitizer, hedonic

5 APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ARNIS SINTA WIDYASTUTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Perrtanian DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Aplikasi Minyak Atsiri pada Pembuatan Produk Pembersih Tangan (Handasanitizer) Nama : Arnis Sinta Widyastuti NIM : F Disetujui oleh Dr Ir Meika Syahbana Rusli, MSc. agr Pembimbing I Dr Dwi Setyaningsih, STP MSi Pembimbing II Diketahui oleh Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen Tanggal Lulus: 31 Oktober 2013

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah pembuatan produk berbasis minyak atsiri, dengan judul Aplikasi Minyak Atsiri pada Pembuatan Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer). Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada: 1. Dr Ir Meika Syahbana Rusli, MSc. agr dan Ibu Dr. Dwi Setyaningsih STP, MSi selaku pembimbing atas perhatian dan bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi. 2. Drs Chilwan Pandji SApth MS, selaku dosen penguji 3. Ayahanda Slamet Suryadi, Ibunda Umi Susanti, kakak Mira Ardiyasanti beserta keluarga besar atas doa, dukungan semangat, dan kasih sayangnya 4. Keluarga besar TIN 46 atas keceriaan dan kenangan persahabatan indah tak terlupakan. 5. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2013 Arnis Sinta Widyastuti

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE 3 Waktu dan Tempat 3 Bahan 3 Alat 3 Metode Penelitian 3 Prosedur Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Formulasi minyak atsiri 6 Uji Hedonik 9 Karakteristik Produk 22 Pengujian Efektifitas Produk 23 Pemilihan Produk Terbaik 24 Analisis Finansial 25 SIMPULAN DAN SARAN 26 Simpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 28 RIWAYAT HIDUP 46

10 DAFTAR TABEL 1 Hasil pemilihan minyak atsiri tahap pertama Hasil formulasi minyak atsiri tahap kedua pada produk pembersih Hasil formulasi akhir minyak atsiri (citrus oil base) pada produk Hasil formulasi alternatif minyak atsiri (basil oil base) pada produk Data hasil uji karakteristik produk pembersih tangan formulasi citrus oil Data hasil uji karakteristik produk pembersih tangan formulasi basil oil Hasil perhitungan jumlah bakteri pada tangan Data hasil pembobotan produk terbaik formulasi citrus oil Data hasil pembobotan produk terbaik formulasi basil oil Hasil perhitungan analisis finansial kemasan sachet 5 ml Tabel hasil perhitungan analisis finansial kemasan botol 30 ml DAFTAR GAMBAR 1 Hasil uji hedonik parameter aroma kesukaan (skala suka 4-5) formulasi minyak atsiri tahap kedua 8 2 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kesan aroma sebagai penambah selera makan 11 3 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kekuatan aroma 12 4 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter aroma keseluruhan 14 5 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter warna 16 6 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kejernihan 17 7 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kekentalan 18 8 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kelengketan 19 9 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter penerimaan keseluruhan 21 DAFTAR LAMPIRAN 1 Diagram alir proses pembuatan produk pembersih tangan 28 2 Formulir uji organoleptik produk pembersih tangan 29 3 Hasil uji Friedman untuk uji hedonik produk pembersih tangan (handsainitizer) dengan SPSS Statistic Dokumentasi produk 35 5 Hasil uji efektifitas mikroba 36 6 Hasil pembobotan formulasi kedua 37 7 Nilai kepentingan uji hedonik 38 8 Perhitungan pembobotan uji hedonik produk pembersih tangan Citrus Oil Base 39 9 Perhitungan pembobotan uji hedonik produk pembersih tangan Basil Oil Base Hasil perhitungan analisis finansial Arus kas (Cash Flow) 45

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Minyak atsiri merupakan cairan yang mengandung aroma khas dari suatu tanaman. Di Indonesia pemanfaatan minyak atsiri ini sangat beragam, berbagai manfaat yang dimiliki minyak atsiri antara lain sebagai aromaterapi untuk menangani masalah psikis dan bersifat menenangkan, bermanfaat untuk kesehatan sebagai antiradang, antiserangga, anti-inflamasi, anti flogistik, afrodisiak dan dekongestan, bermanfaat sebagai sumber aroma wangi dan juga pengikat bau (fixatif), bermanfaat untuk bahan tambahan makanan sebagai penambah aroma dan dapat menambah cita rasa makanan, bermanfaat sebagai pestisida alami untuk membasmi serangga dan hama (Rusli 2010). Berdasarkan pada data Hunter (2009) dapat diketahui bahwa penggunaan terbesar untuk minyak atsiri adalah sebagai pemberi aroma dan cita rasa pada industri flavor dan fragrance. Produk pembersih tangan antiseptik merupakan produk personal care yang berbentuk gel semisolid yang masih dapat mengalir dan memiliki bahan aktif yang bersifat antiseptik. Penggunaan produk ini cukup luas, salah satunya yaitu penggunaan produk sebelum makan. Secara khusus produk digunakan ketika air dan sabun untuk mencuci tangan tidak tersedia, bukan secara langsung menggantikan fungsi keduanya akan tetapi lebih pada pemilihan kepraktisan dan kemudahan membawa produk. Aktifitas masyarakat yang semakin meningkat serta diiringi dengan kesadaran untuk hidup sehat dan bersih yang juga semakin tinggi saat ini, memicu tingginya permintaan produk personal care yang praktis, ekonomis serta memiliki fungsi untuk menjaga kebersihan. Gaya hidup masyarakat saat ini dipengaruhi oleh aktifitas sehari-hari yang mereka kerjakan. Ancaman terbesar pada kesehatan masyarakat berawal dari suatu hal yang sepele dan remeh, seperti kurangnya perhatian terhadap kebersihan tangan. Semakin meningkat aktifitas seseorang, kebutuhan terhadap produk yang simpel dan praktis akan semakin tinggi. Hal inilah yang ditawarkan oleh produk pembersih tangan (handsanitizer) yaitu produk yang praktis dan simpel yang memiliki sifat antiseptik dan terbukti efektif membunuh bakteri. Fungsi utama pembersih tangan yaitu membersihkan tangan dari bakteri dan kuman tanpa menggunakan air dan sabun. Produk pembersih tangan (handsanitizer) sering digunakan di tempattempat umum seperti kantin, rumah makan, toilet dan tempat umum lainnya. Komposisi utama pembersih tangan antiseptik adalah alkohol 60-95%, bahan tambahan berupa polimer, air, bahan aktif, pengawet dan pewangi. Pewangi yang terdapat pada produk pembersih tangan komersial saat ini masih menggunakan bahan sintetis dan hanya sebagian kecil merek produk pembersih tangan yang memanfaatkan aroma alami. Sehingga konsumen cepat merasa bosan dengan aroma sintetis dan terkadang dapat mengurangi mood seseorang apabila aroma produk masih tertinggal dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan peluang ini, penelitian ini mencoba mengembangkan produk pembersih tangan yang memiliki aroma alami, memberikan aroma dalam waktu yang cukup singkat, serta dapat menambah suasana hati menjadi lebih baik sebelum makan. Pewangi memegang peranan penting dalam penentuan minat konsumen terhadap suatu produk. Hal ini

12 2 dikarenakan konsumen memiliki pertimbangan untuk membeli suatu produk dilihat dari atribut yang dimiliki salah satunya yaitu aroma. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai bahan bakunya diantaranya yaitu bioetanol sebagai bahan aktif, gliserin sebagai humektan, dan poliakrilat sebagai pembentuk gel. Produk pembersih tangan yang diharapkan yaitu yang dapat melepaskan aroma yang lebih singkat dibandingkan produk lainnya. Oleh karena itu digunakan pewangi yang berada pada kelompok top note antara lain yaitu minyak lemon, minyak mint, minyak jeruk nipis, minyak jeruk manis, dan minyak kemangi. Pemakaian beberapa jenis minyak atsiri akan diformulasikan menjadi pewangi produk handsanitizer yang disukai oleh panelis. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh penambahan minyak atsiri terhadap formulasi produk pembersih tangan antiseptik (handsanitizer)? 2. Apakah penambahan formulasi minyak atsiri dapat menambah selera makan? 3. Formulasi produk manakah yang menghasilkan produk terbaik dari respon pengujian sensori? 4. Bagaimanakah karakteristik produk terbaik hasil formulasi? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi produk pembersih tangan antiseptik dengan penambahan minyak atsiri sebagai pemberi aroma (flavor) yang memiliki karakteristik dan sifat sensori terbaik dan dapat menambah selera makan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui efektifitas produk dalam mengurangi cemaran mikroba pada tangan. Manfaat Penelitian Memberikan informasi pemanfaatan minyak atsiri sebagai pemberi aroma alami pada produk pembersih tangan yang lebih baik dan memiliki efek aromaterapi salah satunya memberikan efek psikologis menambah selera makan pada penggunaanya. Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini adalah formulasi komposisi minyak atsiri sebagai pemberi aroma (flavor), formulasi konsentrasi minyak atsiri dengan menggunakan uji sensori dan pengujian karakteristik produk dilihat dari ph, viskositas produk, densitas, uji sensori (hedonik) efektifitas terhadap bakteri.

13 3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan April 2013 hingga September Penelitian pendahuluan dilakukan di Laboratorium Dasar Ilmu Terapan, sedangkan penelitian utama dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia dan ruang Organoleptik, Departemen Teknologi Industri Pertanian. Penelitian ini meliputi beberapa tahapan antara lain tahapan formulasi produk, pengujian secara sensori, karakteristik produk, dan pengujian mikrobiologi. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah minyak atsiri, polimer dan bioetanol. Poliakrilat digunakan sebagai bahan pembentuk gel yang penting dalam sifat kekentalan produk dengan karakteristik bubuk berwarna putih, ringan dan mudah lengket jika terkena air. Gliserin digunakan sebagai humektan yang akan menjaga kelembaban kulit tangan. Bioetanol digunakan sebagai bahan yang bersifat antiseptik dan juga sebagai pelarut dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang digunakan sebagai pemberi aroma produk adalah minyak jahe, minyak lemon, mint oil, green tea oil minyak jeruk nipis, minyak jeruk manis, dan minyak kemangi. Minyak atsiri tersebut diperoleh dari Kreasi Aroma, online shop Lansida, dan suplier dari Jogjakarta. Bahan lain yang digunakan yaitu aquades, NaOH 1N digunakan sebagai penetral polimer, larutan garam fisiologis, media Plate Count Agar (PCA), dan swab cotton. Alat Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan produk pembersih tangan antara lain: neraca digital, gelas arloji, penangas, stopwatch, pipet volumetrik, labu ukur, sudip, pengaduk, kertas timbang, gelas piala, gelas ukur, magnetik stirer, dan alat pengaduk (homomixer). Sedangkan alat yang digunakan dalam pengujian karakterisasi produk antara lain: pengukur viskositas, ph-meter, dan spektrofotometer. Dalam pengujian mikrobiologi digunakan alat antara lain, inkubator, swab cotton, cawan petri, tabung ulir dan kamera digital untuk dokumentasi. Formulasi Aroma Metode Penelitian Formulasi minyak atsiri akan digunakan sebagai pemberi aroma pada produk gel. Proses formulasi minyak atsiri dimulai dengan memilih 2-3 jenis minyak atsiri kemudian dilarutkan ke dalam etanol. Konsentrasi yang digunakan yaitu antara 0,1%-0,5%. Kemudian dicampur dengan cara dikocok manual ±5 menit pada suhu ruang hingga homogen. Untuk menentukan minyak atsiri yang akan digunakan dilakukan uji hedonik terhadap responden sebanyak 25 orang. Uji

14 4 hedonik dilakukan dengan membawa produk yang telah diformulasikan dengan minyak atsiri untuk dinilai aromanya oleh responden dan kemudian responden akan memilih formulasi yang diinginkan dalam hal aroma. Pembuatan Produk Pembersih Tangan Tahapan formulasi gel pembersih tangan (handsanitizer) dilakukan dengan mengacu metode pembuatan gel bioetanol pada penelitian Meilianti (2009) yang dimodifikasi. Metode yang digunakan yaitu melarutkan juga poliakrilat pada air. Pelarutan carbomer ini dibantu dengan menggunakan magnetik stirer dengan kecepatan pengadukan ±1 200 rpm selama 30 menit. Setelah poliakrilat telah terdispersi sempurna pada air selanjutnya ditambahkan basa NaOH untuk menetralkan poliakrilat. Kemudian campuran diaduk secara manual selama ±5 menit hingga diperoleh gel yang kental dan bening. Etanol ditambahkan dengan jumlah disesuaikan dengan konsentrasi yang ingin digunakan. Secara bersamaan ditambahkan juga gliserin yang telah dilarutkan pada etanol terlebih dahulu. Setelah semua bahan telah dimasukkan terakhir ditambahkan formula minyak atsiri yang telah diformulasikan sebelumnya dengan melarutkan terlebih dahulu pada etanol 99%. Setelah itu dihomogenkan dengan homomixer berkecepatan 2000 rpm selama satu jam. Pengujian Sensori Produk (Hedonik) Pada tahap ini produk yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya diuji secara sensori dengan parameter warna, kejernihan, aroma, kekentalan, dan kesan lengket. Parameter aroma pada uji hedonik terbagi menjadi tiga parameter spesifik yaitu kesan aroma sebagai penambah selera makan, kekuatan aroma, dan penerimaan aroma keseluruhan. Pengujian sensori dilakukan dengan uji hedonik atau kesukaan. Panelis diminta menyatakan kesukaan terhadap produk dengan skala hedonik berikut, 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa, 4 = suka, 5 = sangat suka. Uji hedonik merupakan salah satu uji penerimaan yang menggunakan minimal 30 panelis untuk panel tidak terlatih maupun panel konsumen (Setyaningsih 2010). Karakterisasi Produk Sifat fisik produk yang ingin diketahui yaitu viskositas, ph, densitas dan kejernihan. Nilai viskositas produk dapat diperoleh dengan pengukuran kekentalan produk menggunakan viskometer Brookfield. Pengukuran dilakukan pada 500 ml sampel dengan dua kali ulangan. Setiap ulangan dilakukan tiga kali pengukuran pada bagian yang berbeda di wadah yang sama. Jika viskositas semakin tinggi maka tahanan untuk mengalir juga semakin tinggi. Viskositas suatu fluida merupakan ukuran resistansi bahan terhadap aliran. Nilai ph yang didapat diperoleh dari pengukuran menggunakan alat phmeter. Persiapan sampel dilakukan dengan melarutkan sampel terlebih dahulu. Sampel diambil sebanyak 10 gr dan dilarutkan dalam 100 ml air aquades. Kemudian dilakukan pengadukan untuk melarutkan sampel. Sampel yang telah dilarutkan kemudian diukur menggunakan ph-meter yang telah dikalibrasi.

15 Densitas produk diukur menggunakan piknometer. Penggunaan piknometer dikarenakan sampel merupakan fluida yang memiliki aliran sehingga masih dapat diukur bobot jenisnya dengan menggunakan piknometer. Bobot piknometer kosong dan tutup ditimbang setelah itu diisi dengan sampel hingga penuh dan ditimbang kembali. Nilai densitas dihitung dengan rumus berikut. 5 Pengujian Mikrobiologi Uji mikrobiologi yang dilakukan yaitu dengan metode swab (Radji 2007) dengan beberapa modifikasi. Sebelum diperiksa kedua telapak tangan responden dicuci dan diberikan suatu benda untuk dipegang agar kandungan bakteri di kedua telapak tangannya sama, kemudian dengan swab kapas steril yang telah dibasahi dengan larutan NaCl 0.85% diusapkan atau disapukan dengan cukup kuat pada telapak tangan responden, berlawanan arah dengan garis telapak tangan. Swab kapas tersebut kemudian dibilaskan ke dalam air pengencernya. Selanjutnya dilakukan pengenceran hingga 10 ³. Dari masing-masing pengenceran diambil 0.5 ml dan ditanam pada agar (PCA) dalam cawan petri. Kemudian cawan diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 24 jam. Setelah itu koloni bakteri yang tumbuh dihitung dan dicatat. Penentuan Produk Terbaik Penentuan produk terbaik dilakukan dengan metode pembobotan Bayes dengan modifikasi (Soraya 2007). Metode pembobotan didasarkan pada hasil uji hedonik yang telah dilakukan. Parameter uji hedonik yang digunakan meliputi parameter kesan aroma penambah selera makan, kekuatan aroma, aroma keseluruhan, warna, kejernihan, kekentalan, kelengketan, serta penerimaan keseluruhan panelis terhadap produk. Untuk menentukan produk terbaik maka setiap parameter uji hedonik diberikan skala 1 sampai 7 berdasarkan nilai kepentingannya. Semakin penting parameter tersebut maka nilai yang diberikan semakin besar. Nilai kepentingan kemudian dibobotkan dalam persen. Nilai kepentingan tiap parameter ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Pertimbangan-pertimbangan diputuskan melalui expert judgment. Nilai hasil analisis parameter uji hedonik diurutkan berdasarkan rangking terbaik. Peringkat terbaik diberi nilai terbesar dan peringkat terendah diberi nilai terkecil. Nilai total akhir diperoleh dari akumulasi perkalian antara nilai peringkat dikalikan dengan bobot setiap parameter kesukaan. Nilai total kemudian dirangking hingga diperoleh perlakuan terbaik. Analisis Finansial Menurut Kadriah et al. (1978) bahwa indikator yang biasa dipakai untuk membandingkan manfaat dan biaya pada usaha adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost-Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan periode

16 6 kembalinya modal atau dikenal dengan payback period. NPV merupakan nilai sekarang dari arus pendapatan yang timbul oleh investasi. Bila NPV lebih besar dari nol (positif) berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan sehingga secara finansial investasi dikatakan layak begitu sebaliknya. Apabila Net B/C lebih besar dari satu berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka investasi layak untuk dilaksanakan dan berlaku sebaliknya. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (Gottinger 1986). Nilai IRR lebih tinggi dari suku bunga bank menunjukan kegiatan investasi dikatakan layak untuk dijalankan. Prosedur Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik non-parameterik. Analisis statistika deskriptif dilakukan terhadap semua data yaitu data hasil pengujian sensori, hedonik, viskositas, densitas, ph dan data hasil uji mikrobiologi. Analisis dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata dan menyajikannya dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis statistik non-parametrik dengan uji Friedman dilakukan untuk menganalisis data hasil pengujian sensori dengan uji hedonik. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistic Pengujian dapat juga dilakukan dengan menggunakan rumus berikut: Keterangan : b = blok (panelis) k = perlakuan (sampel) Rj = peringkat pada masing-masing blok (panelis) Analisis statistik non parametrik dilakukan dengan syarat data nominal, ordinal atau memiliki skala, dan berupa data interval dan rasio tidak normal. Hipotesis yang digunakan untuk uji statistik ini yaitu: H0 : Perbedaan formulasi minyak atsiri tidak memberikan perbedaan antar sampel H1 : Perbedaan formulasi minyak atsiri memberikan perbedaan antar sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi Aroma Pada tahap pertama minyak atsiri yang dipilih untuk aroma dibedakan menjadi dua kelompok aroma yaitu kelompok middle note dan top note. Jenis minyak kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 1. Alasan pemilihan minyak atsiri pada kelompok middle note ini didasarkan pada penggunaan bahan tersebut

17 sebagai campuran dalam pembuatan makanan atau minuman dalam menambah citarasa. Sedangkan untuk kelompok top note, pemilihan minyak atsiri yang digunakan didasarkan pada aromanya yang memberikan kesan segar (fresh) dan dingin (cool). Penggunaan kedua kelompok disebabkan aroma produk yang ingin dihasilkan memiliki aroma yang cepat hilang dan tidak tertinggal pada tangan. Menurut Hunter (2009), kelompok top note memberikan kesan pertama pada suatu aroma dan memiliki sifat volatil yang tinggi. Sedangkan kelompok middle note merupakan kelompok yang menjadi tema aroma setelah aroma top note menghilang dan memiliki sifat yang lebih rendah dibandingkan top note. Selain dilihat dari kesukaan terhadap aroma, responden juga diminta memilih berdasarkan aroma yang dapat menambah selera makan seseorang setelah menggunakan produk. Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan hasil minyak yang memiliki aroma terbaik yaitu minyak jahe 0.3% dan minyak lemon 0.2%. Kombinasi aroma dari kedua jenis minyak atsiri yaitu segar, pungent, dan sedikit manis. Hasil kuisioner penentuan kombinasi minyak atsiri untuk mendapatkan aroma yang disukai dan dapat menambah selera makan dapat dilihat pada Tabel 1. Dengan Persentase pemilih yang masih rendah maka perlu dilakukan formulasi lanjutan. Tabel 1 Hasil pemilihan minyak atsiri tahap pertama Kode sampel Persentase hasil pemilihan Middle note Top Note A 6.2% jeruk purut 0.2% mint 0.3%, B 12.3% kayu manis 0.2% mint 0.3%, C 9.9% sereh wangi 0.2% lemon 0.3%, D 13.6% kayu manis 0.2% lemon 0.3%, E 7.4% jahe 0.3%, kayu manis 0.2% - F 22.2% jahe 0.3%, lemon 0.2% G 14.8% jahe 0.3%, mint 0.2% H 13.6% mint 0.3%, lemon 0.2% Kombinasi minyak atsiri terpilih dari formulasi tahap pertama tersebut digunakan dalam formulasi minyak atsiri tahap kedua dengan ditambahkan pada produk pembersih tangan. Hasil formulasi produk pembersih tangan dengan penambahan minyak atsiri dapat dilihat pada Tabel 2. 7

18 8 Tabel 2 Hasil formulasi minyak atsiri tahap kedua pada produk pembersih tangan Bahan Formulasi Aa Ab Ac Ad Ae Af Jahe 0.1% 0.03% 0.03% 0.1% 0.03% 0.03% Lemon 0.15% 0.1% 0.10% 0.15% 0.1% 0.10% Mint % % - Green Tea % % Etanol 70% 70% 70% 60% 60% 60% Terhadap produk hasil formulasi kemudian dilakukan uji hedonik. Setelah dilakukan uji hedonik ternyata penerimaan panelis terhadap kesukaan aroma masih kurang baik dibandingkan kontrol (Gambar 1). Pada formulasi tahap kedua ini, masih digunakan minyak jahe sebagai middle note dan minyak lemon, mint oil serta green tea oil sebagai top note. Penambahan mint oil dan green tea dilakukan untuk menambah karakter aroma yang lebih fresh untuk mint oil dan lebih sweet untuk green tea oil, dengan kombinasi awal minyak lemon dan minyak jahe yang pada sama setiap sampel. Berdasarkan hasil uji hedonik diketahui bahwa aroma kontrol merupakan aroma yang paling disukai panelis dibandingkan sampel sehingga formulasi lanjutan perlu dilakukan untuk memperbaiki aroma % K Aa Ab Ac Ad Ae Af Gambar 1 Hasil uji hedonik parameter aroma kesukaan (skala suka 4-5) formulasi minyak atsiri tahap 2. Perbaikan formulasi dilakukan dengan menambah jenis minyak atsiri yang digunakan dan mengatur konsentrasi minyak serta menentukan jumlah jenis minyak atsiri yang akan digunakan. Penambahan minyak atsiri dilakukan untuk memperoleh formulasi aroma yang lebih disukai dibandingkan dengan kontrol. Minyak yang ditambahkan adalah minyak jeruk nipis dan minyak jeruk manis. Keduanya termasuk dalam kelompok top note. Pemilihan keduanya disebabkan karakteristik aroma yang hampir mirip dengan minyak lemon sebagai jenis minyak yang digunakan pertama kali. Karakter aroma yang dominan untuk keluarga Citrus sp adalah segar (fresh). Penggunaan kelompok top note pada akhirnya dikarenakan aroma yang dihasilkan bertahan dalam waktu yang singkat.

19 Hal inilah yang dibutuhkan dalam formulasi produk pembersih tangan, aroma yang dimiliki tidak boleh tertinggal dalam waktu yang lama. Sedangkan pemilihan golongan citrus sebagai dasar formulasi aroma dikarenakan aromanya sangat dikenal oleh sebagian besar panelis. Konsentrasi minyak yang digunakan pada setiap formulasi tidak selalu sama, hal ini dikarenakan untuk formulasi aroma diperlukan teknik pencampuran tersendiri. Namun konsentrasi minyak yang digunakan harus kurang dari 0.2%. Hal ini dikarenakan produk pembersih tangan yang memiliki konsentrasi lebih dari 0.2% memiliki kekuatan aroma yang menyengat dan memberikan kesan kurang nyaman bagi panelis. penentuan konsentrasi tersebut dilakukan berdasarkan hasil formulasi yang dilakukan sebelumnya dengan melihat respon dari panelis. Formulasi tahap akhir atau tahap ketiga dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil formulasi akhir minyak atsiri (citrus oil base) pada produk pembersih tangan Minyak Formulasi Satuan Atsiri ACA ACB ACC ACD ACE ACF Jeruk Nipis % Jahe % Jeruk Manis % Lemon % Mint % Green Tea % Formulasi aroma tahap selanjutnya yaitu pembuatan formulasi alternatif yang dapat dikembangkan untuk produk pembersih tangan antiseptik. Formulasi alternatif ini berasal dari minyak atsiri kemangi (basil oil). Pemilihan minyak kemangi untuk formulasi aroma dikarenakan adanya budaya yang berkembang dalam masyarakat Jawa dan Bali. Kemangi dapat dimanfaatkan sebagai lalap, sayur dan bahan pelengkap masakan tradisional. Selain itu kemangi juga dipercaya masyarakat dapat meningkatkan selera makan, sehingga penambahan minyak kemangi ditujukan untuk melihat pengaruhnya dalam kesan menambah selera makan. Minyak kemangi digunakan sebagai aroma utama produk dengan ditambahkan jenis minyak atsiri lain pada formulasinya. Hasil formulasi alternatif minyak kemangi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil formulasi alternatif minyak atsiri (basil oil base) pada produk pembersih tangan Minyak Formulasi Satuan Atsiri BKA BKB BKC BKD BKE BKF Kemangi % Jahe % Lemon % Jeruk nipis % Jeruk manis % Mint %

20 10 Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut secara cepat berinteraksi sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactory, kemudian sistem ini akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak dibawah kesetimbangan korteks serebral (Buckle 1985). Setiap senyawa penyusun minyak atsiri memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Dua atau lebih bau dapat bercampur untuk saling menguatkan atau saling menutupi (Setyaningsih 2010). Uji Hedonik Produk Pengujian terhadap kesukaan produk dilakukan dengan menggunakan uji hedonik (kesukaan). Pengujian dilakukan dengan menggunakan empat parameter utama yaitu aroma, warna, kejernihan, dan kelengketan. 1. Aroma Aroma minyak atsiri merupakan aroma yang ingin ditambahkan pada produk pembersih tangan. Parameter aroma pada uji hedonik terbagi menjadi tiga parameter spesifik yaitu kesan aroma sebagai penambah selera makan, kekuatan aroma, dan penerimaan aroma keseluruhan. a. Kesan Aroma sebagai Penambah Selera Makan Berdasarkan data pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa kesukaan panelis terhadap parameter kesan aroma sebagai penambah selera makan untuk formulasi citrus oil berkisar di atas 40%. Sampel ACC dan ACE merupakan sampel yang paling disukai panelis karena dianggap memiliki kesan aroma sebagai penambah selera makan dibandingkan kontrol. Pada formulasi basil oil, menggunakan minyak kemangi (basil oil) dan ditambahkan minyak atsiri yang dipakai formulasi sebelumnya. Berdasarkan Gambar 1, diperoleh hasil bahwa sampel BKB memiliki persentase panelis tertinggi skala 5-7 dengan persentase panelis sebesar 60%. Hasil uji Friedman pada taraf 5% untuk kedua formulasi ini menunjukan bahwa perbedaan formulasi minyak atsiri tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan panelis untuk kesan aroma penambah selera makan (P>0.05). Perbandingan kedua formulasi pada parameter kesan aroma sebagai penambah selera makan yaitu memiliki kesamaan dengan penerimaan yang baik yang berkisar antara 50-70% untuk skala suka 5-7. Hal ini menunjukan bahwa panelis menerima formulasi citrus oil maupun basil oil sebagai aroma yang memiliki kesan sebagai penambah selera makan. Aroma indikator untuk menambah selera makan adalah aroma yang ringan, segar, dan memiliki sedikit aroma asam (Marsili 2002). Aroma yang ringan akan memberikan kesan yang cepat teridentifikasi oleh seseorang. Aroma segar akan memperbaiki suasana hati sehingga dapat menimbulkan rasa senang sebelum memulai makan. Secara psikologi, suasana hati yang baik sebelum memulai makan dapat meningkatkan selera makan (Marsili 2002). Aroma asam yang ditimbulkan oleh makanan akan memberikan rangsangan sistem saraf yang akan menstimulasi alat pencernaan terutama lambung sehingga menimbulkan keinginan untuk makan.

21 Minyak atsiri jeruk bermanfaat bagi kesehatan sebagai aromaterapi. Aroma jeruk dapat menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan perasaan senang dan tenang, meningkatkan nafsu makan, dan menyembuhkan penyakit (Anonim 2008). Selain pengunaan minyak jeruk, penambahan minyak kemangi juga dapat menambah selera makan karena adanya aroma yang dihasilkan daun kemangi (Wahyuni dan Hadipoentyanti 2006). Berdasarkan uji hedonik sampel yang memiliki kesan aroma penambah selera makan adalah sampel ACC, ACE, dan BKB. Sampel ACC memiliki formulasi minyak jahe, jeruk manis, dan mint. Karakter aroma minyak jeruk manis adalah manis, tipis (light), segar, dan beraroma buah, dipadukan dengan mint oil yang berkarakter tajam, segar, dan beraroma mint, serta minyak jahe yang berkarakter hangat, spicy, manis, beraroma lemon, earthy, dan woody (Heath 1978). Aroma yang mungkin tercium sehingga dapat menambah kesan penambah selera makan yaitu berkarakter segar, perpaduan aroma fruty minty, manis dan sedikit pedas. % % (a) (b) Gambar 2 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kesan aroma sebagai penambah selera makan (a) citrus oil base dan (b) basil oil base Keterangan : ACA = lemon, jahe, mint ACB = jeruk nipis, jahe, mint ACC = jeruk manis, jahe, mint ACD =jeruk nipis, mint ACE = jeruk nipis, green tea ACF = jeruk manis, green tea BKA = kemangi, jahe, lemon BKB = kemangi, lemon BKC = kemangi, jahe BKD = kemangi, jeruk nipis BKE = kemangi, mint BKF = kemangi, jeruk manis Sampel ACE mngandung minyak jeruk nipis dan green tea oil. Karakter aroma jeruk nipis adalah segar (fresh), beraroma jeruk (citrusy), manis, dan sedikit asam (Heath 1978) dan jika dicampur dengan green tea oil yang berkarakter segar, manis, dan sedikit aroma khas teh menghasilkan kombinasi aroma lembut, segar, dan lebih beraroma jeruk. Kombinasi karakter kedua minyak tersebut dianggap panelis memiliki kesan sebagai penambah selera makan.

22 12 Sampel BKB mengandung minyak lemon dan minyak kemangi. Karakter aroma minyak kemangi adalah manis, beraroma tumbuhan herba, sedikit beraroma lemon, fresh, dan sedikit beraroma mint. Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya. Minyak lemon memiliki karakteristik aroma fresh, light, dan fruity. Komponen utama minyak lemon antara lain citral, limonene, dan linalool (Price 1993). Karakter kedua minyak tersebut yaitu segar, beraroma lemon, light, beraroma herba dan sedikit manis. Karakter aroma tersebut mendapatkan kesukaan panelis tertinggi dibandingkan kombinasi yang lain sebagai aroma penambah selera makan. b. Kekuatan Aroma Formulasi citrus oil pada Gambar 3 menunjukan bahwa kekuatan aroma untuk semua sampel memiliki persentase kesukaan diatas 50 % pada skala 5-7. Sampel formulasi citrus oil yang memiliki kekuatan aroma yang lebih disukai pada persentase 70 % adalah sampel ACE dan K. Sampel K merupakan kontrol dengan wangi aroma jeruk nipis yang konsentrasinya tidak diketahui. Sedangkan untuk sampel ACE konsentrasi minyak atsiri yang digunakan sebesar 0.115%. Kedua sampel tersebut memiliki persentase kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan sampel lainnya dan dianggap memiliki kekuatan aroma yang lebih disukai oleh panelis. Untuk kekuatan aroma formulasi basil oil, sampel yang mendapatkan penerimaan panelis tertinggi yaitu sampel BKA dengan persentase 57%. % % (a) (b) Gambar 3 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kekuatan aroma (a) citrus oil base dan (b) basil oil base

23 13 Keterangan : ACA = lemon, jahe, mint ACB = jeruk nipis, jahe, mint ACC = jeruk manis, jahe, mint ACD = jeruk nipis, mint ACE = jeruk nipis, green tea ACF = jeruk manis, green tea BKA = kemangi, jahe, lemon BKB = kemangi, lemon BKC = kemangi, jahe BKD = kemangi, jeruk nipis BKE = kemangi, mint BKF = kemangi, jeruk manis Konsentrasi minyak keseluruhan yang digunakan tiap formulasi yaitu 0.1%. Secara keseluruhan penerimaan panelis cukup baik yang ditandai dengan skala suka 5-7 lebih dominan. Meskipun hasil uji Friedman taraf 5% untuk kedua jenis formulasi ini menunjukan bahwa perbedaan konsentrasi formulasi minyak atsiri tidak berpengaruh nyata terhadap parameter kekuatan aroma (P>0.05). Hal ini disebabkan minyak atsiri yang ditambahkan memiliki konsentrasi yang hampir sama karena itu perbedaan konsentrasi antar sampel sangat kecil. Konsentrasi minyak atsiri yang tinggi belum tentu akan memberikan intensitas aroma tinggi juga. Pada uji kesukaan, panelis diminta untuk menilai kesukaan kekuatan aroma bukan memilih intensitas aroma yang kuat atau lemah. Intensitas aroma yang diterima oleh panelis bergantung pada kepekaan indera penciuman masing-masing panelis. Berdasarkan hasil hedonik didapatkan sampel dengan kesukaan tertinggi yaitu ACE dan BKA. Sampel ACE menggunakan konsentrasi 0.115% minyak atsiri sedangkan BKA 0.1% minyak atsiri. Hal ini menunjukan bahwa panelis lebih menyukai aroma minyak atsiri dengan konsentrasi rendah. Karakter dari minyak atsiri yang beraroma agak tajam dapat dilembutkan dalam penggunaan pada konsentrasi rendah. Semua minyak atsiri yang digunakan dalam formulasi memiliki aroma tajam kecuali minyak jeruk nipis, minyak jeruk manis dan green tea oil. c. Penerimaan Aroma Keseluruhan Aroma keseluruhan suatu sampel merupakan parameter yang meliputi atribut aroma secara keseluruhan dari suatu sampel. parameter ini digunakan untuk mengetahui besar penerimaan panelis terhadap aroma produk secara keseluruhan. Berdasarkan data Gambar 4, sampel ACE memiliki tingkat kesukaan (skala suka 5-7) paling tinggi terhadap penerimaan aroma keseluruhan yaitu 73%. Berdasarkan data tersebut panelis menerima parameter aroma secara keseluruhan, ditandai oleh tingkat persentase panelis dominan di atas 50%. Pada formulasi citrus oil penerimaan panelis terhadap aroma keseluruhan dapat dikatakan sangat baik karena semua sampel mendapatkan persentase panelis (skala suka 5-7) di atas 50%, dengan nilai persentase netral dan ketidaksukaan rendah. Sedangkan pada formulasi basil oil hanya tiga dari enam sampel yang memiliki persentase panelis di atas 50%. Pada formulasi basil oil didapatkan sampel dengan persentase panelis tertinggi 53% yaitu sampel BKB. Berdasarkan hasil uji hedonik pada formulasi ini diketahui bahwa panelis lebih menyukai aroma hasil kombinasi minyak kemangi dan lemon. Berdasarkan hasil uji Friedman pada formulasi citrus oil dan basil oil menunjukan bahwa perbedaan minyak atsiri tidak berpengaruh nyata terhadap aroma keseluruhan dari sampel (P>0.05).

24 14 Berdasarkan uji Friedman pada ketiga parameter spesifik aroma tidak menunjukan adanya perbedaan nyata antar sampel pada setiap parameter yang diuji. Hal ini adanya keterbatasan panelis dalam melakukan uji organoleptik. Panelis yang seluruhnya merupakan mahasiswa memiliki kecenderungan menyukai aroma yang sama, sehingga diperlukan juga edukasi pada panelis sebelum melakukan uji misalnya untuk parameter aroma penambah selera makan, panelis harus diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai karakter aroma penambah selera makan. Hal ini diperlukan karena pada saat menguji sampel panelis akan dapat membedakan aroma mana yang sesuai untuk aroma penambah selera. Keragaman panelis merupakan salah satu faktor penentu untuk menilai satu sampel dengan sampel lainnya. Semakin beragam profil panelis maka akan memberikan penilaian yang akan beragam. % % (a) (b) Gambar 4 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter penerimaan aroma secara keseluruhan (a) citrus oil base dan (b) basil oil base Keterangan : ACA = lemon, jahe, mint ACB = jeruk nipis, jahe, mint ACC = jeruk manis, jahe, mint ACD = jeruk nipis, mint ACE = jeruk nipis, green tea ACF = jeruk manis, green tea BKA = kemangi, jahe, lemon BKB = kemangi, lemon BKC = kemangi, jahe BKD = kemangi, jeruk nipis BKE = kemangi, mint BKF = kemangi, jeruk manis Sampel memiliki formulasi minyak atsiri dengan beberapa jenis minyak atsiri yang digunakan sama sehingga panelis menganggap aroma sampel sama satu sama lain. Hal ini dipengaruhi adanya komponen yang sama pada setiap jenis minyak. Misalnya sampel yang paling disukai pada formulasi citrus oil adalah sampel ACE dan untuk formulasi basil oil adalah sampel BKB. Sampel ACE merupakan hasil formulasi minyak jeruk nipis dan green tea oil. Karakter aroma jeruk nipis adalah segar (fresh), beraroma jeruk (citrusy), manis, dan sedikit asam (Heath 1978) dan jika dicampur dengan green tea yang berkarakter segar, manis, dan sedikit aroma khas teh menghasilkan kombinasi

25 aroma lembut, segar, dan lebih beraroma jeruk. Aroma yang lembut kemungkinan disebabkan adanya interaksi antara komposisi masing-masing minyak. Bervariasinya komposisi minyak jeruk nipis dan green tea oil memungkinkan terdapat beberapa senyawa saling berinteraksi sehingga menghasilkan aroma keseluruhan yang lebih baik. Namun tidak semua senyawa berinteraksi satu sama lain, beberapa diantaranya memberikan efek aroma khas lebih menonjol dibandingkan senyawa lain. Dalam pengukuran aroma produk ini hanya dilakukan dengan menggunakan penilaian subyektif, oleh karena itu belum dapat ditentukan senyawa-senyawa yang berinteraksi maupun yang menonjol dalam pembentukan aroma yang disukai. Minyak jeruk nipis memiliki sitral sebagai pembentuk aroma utama, sedangkan green tea mengandung β-linalool. Pada formulasi basil oil diperoleh sampel yang paling disukai dari aroma keseluruhannya adalah sampel BKB. Sampel ini merupakan hasil formulasi dari minyak kemangi dengan lemon. Komposisi kimia minyak kemangi antara lain; d- linalool, methyl chavicol, citral dan cineol. Komponen utama minyak lemon antara lain citral, limonene, dan linalool (Price 1993). Karakter aroma kemangi yang manis, beraroma herba, sedikit beraroma lemon, fresh, dan sedikit beraroma mint dipadukan dengan aroma lemon yang khas dan segar, ringan, dan beraroma buah. Perpaduan karakter dari kedua minyak telah memberikan aroma keseluruhan yang disukai oleh panelis. 2. Warna Warna merupakan atribut yang paling mudah diamati karena dapat dilihat secara visual. Parameter warna ditujukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap atribut visual ini. Berdasarkan data Gambar 5, dapat diketahui bahwa untuk formulasi citrus oil, sampel yang paling disukai adalah sampel ACD dan K. Untuk sampel ACD dan K, persentase panelis mencapai tingkat 90% terhadap kesukaan parameter warna. Sedangkan untuk formulasi basil oil, sampel yang paling disukai adalah sampel BKB dengan persentase panelis yaitu 83%. Pada pengujian dengan parameter warna terdapat sampel yang masih kurang disukai oleh panelis yaitu sampel ACC untuk formulasi citrus oil dan sampel BKC untuk formulasi basil oil. Analisis menggunakan uji Friedman menyatakan bahwa perbedaan formulasi minyak atsiri berpengaruh terhadap kesukaan panelis pada warna. 15

26 16 % % (a) (b) Gambar 5 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter penerimaan warna (a) citrus oil base dan (b) basil oil base Keterangan : ACA = lemon, jahe, mint ACB = jeruk nipis, jahe, mint ACC = jeruk manis, jahe, mint ACD = jeruk nipis, mint ACE = jeruk nipis, green tea ACF = jeruk manis, green tea BKA = kemangi, jahe, lemon BKB = kemangi, lemon BKC = kemangi, jahe BKD = kemangi, jeruk nipis BKE = kemangi, mint BKF = kemangi, jeruk manis 3. Kejernihan Kejernihan merupakan parameter yang dapat dilihat secara visual. Sama halnya dengan parameter warna, kejernihan setiap sampel berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan data kejernihan pada Gambar 6, diperoleh hasil bahwa sampel yang banyak disukai yaitu sampel ACD, ACE, dan K untuk formulasi citrus oil dan sampel BKE untuk formulasi basil oil. Ketiga sampel dari formulasi citrus oil memiliki persentase panelis yang sama yaitu 87%, sedangkan sampel dari formulasi basil oil memiliki persentase panelis sebesar 80%. Hal ini menunjukkan bahwa keempat sampel dari dua formulasi tersebut merupakan sampel yang paling disukai kejernihannya oleh panelis. Sedangkan panelis kurang menyukai sampel ACC pada formulasi citrus oil dan sampel BKC pada formulasi basil oil.

27 % 40 % ACA ACB ACC ACD ACE ACF K 0 BKA BKB BKC BKD BKE BKF (a) (b) Gambar 6 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kejernihan (a) citrus oil base dan (b) basil oil base Keterangan : ACA = lemon, jahe, mint ACB = jeruk nipis, jahe, mint ACC = jeruk manis, jahe, mint ACD = jeruk nipis, mint ACE = jeruk nipis, green tea ACF = jeruk manis, green tea BKA = kemangi, jahe, lemon BKB = kemangi, lemon BKC = kemangi, jahe BKD = kemangi, jeruk nipis BKE = kemangi, mint BKF = kemangi, jeruk manis Kedua sampel yang kurang disukai oleh panelis merupakan sampel dengan penambahan minyak jahe dalam komposisinya. Hal ini ditunjukan pada hasil uji Friedman untuk kedua jenis formulasi bahwa perbedaan minyak atsiri berpengaruh nyata terhadap kejernihan sampel. Seperti pada parameter warna, minyak jahe memberikan efek keruh pada sampel dikarenakan pada saat pelarutan minyak jahe tidak terlarut sempurna. Berdasarkan hasil uji lanjut didapatkan bahwa untuk formulasi citrus oil sampel ACC dan formulasi basil oil sampel BKC berbeda secara signifikan dengan sampel lainnya pada parameter kejernihan. 4. Kekentalan Pengujian terhadap parameter kekentalan ditujukan untuk mengetahui tekstur sampel yang diinginkan atau disukai oleh panelis. Untuk produk pembersih tangan, kekentalan merupakan atribut yang cukup penting karena berhubungan dengan kemudahan produk dikeluarkan dari kemasan. Panelis lebih menyukai produk dengan kekentalan yang agak tinggi, hal ini disebabkan oleh produk yang tidak mudah tumpah pada saat produk digunakan. Parameter kekentalan dapat diukur dengan alat yang disebut viskometer. Berdasarkan data Gambar 7, sampel ACE merupakan sampel yang lebih disukai kekentalannya oleh panelis dibandingkan dengan sampel lain dan kontrol.

28 18 Sampel ACE dari formulasi citrus oil memiliki tingkat kesukaan sebesar 80%. Sedangkan untuk formulasi basil oil, panelis memberikan penilaian yang hampir sama untuk sumua sampel. Sampel yang paling disukai oleh panelis yaitu sampel BKE, dengan tingkat persentasea mencapai 63%. Meskipun demikian, berdasarkan hasil uji Friedman kedua jenis formulasi ini menunjukan bahwa perbedaan formulasi minyak atsiri tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan panelis pada kekentalan (P>0.05). Nilai viskositas pada kedua jenis formulasi sedikit mengalami perbedaan. Pada formulasi basil oil nilai kekentalannya mengalami penurunan dibandingkan dengan nilai viskositas formulasi citrus oil. Perbandingan nilai viskositas pada kedua formulasi dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Penurunan nilai kekentalan juga mempengaruhi penurunan persentase panelis terhadap parameter kekentalan pada formulasi basil oil dibandingkan dengan persentase panelis pada formulasi citrus oil. Berdasarkan nilai viskositas yang telah diperoleh pada Tabel 5, nilai viskositas setiap sampel relatif sama. Nilai viskositas formulasi citrus oil berkisar pada cp hingga cp. Sedangkan untuk nilai viskositas formulasi basil oil berkisar pada cp hingga cp. Jika dibandingkan dengan kontrol nilai viskositas sampel jauh lebih tinggi daripada kontrol. Kontrol memiliki viskositas yang rendah yang berkisar antara cp hingga cp. Jika dilihat berdasarkan uji hedonik kedua nilai viskositas dari produk maupun kontrol masih dapat diterima oleh panelis. Menurut Meilianti (2009), rentang viskoistas gel etanol yang dapat mengalir yaitu cp hingga cp % % ACA ACB ACC ACD ACE ACF K 0 BKA BKB BKC BKD BKE BKF (a) (b) Gambar 7 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kekentalan (a) citrus oil base dan (b) basil oil base

29 19 Keterangan : ACA = lemon, jahe, mint ACB = jeruk nipis, jahe, mint ACC = jeruk manis, jahe, mint ACD = jeruk nipis, mint ACE = jeruk nipis, green tea ACF = jeruk manis, green tea BKA = kemangi, jahe, lemon BKB = kemangi, lemon BKC = kemangi, jahe BKD = kemangi, jeruk nipis BKE = kemangi, mint BKF = kemangi, jeruk manis Faktor penting yang mempengaruhi viskositas sampel antara lain polimer pengental dan basa penetral. Basa merupakan faktor yang cukup penting dalam melakukan formulasi gel. Basa berfungsi sebagai penetral gelling agent yang digunakan yaitu polimer asam akrilat yang bersifat lebih asam. Selain itu basa juga berfungsi sebagai pembentuk gel. Dalam Lubrizol Pharmaceutical Bulletin No 6 mengenai Pengentalan (2008), viskositas polimer asam akrilat akan meningkat bila mengalami netralisasi. Polimer asam akrilat memiliki viskositas yang lebih tinggi dalam air daripada dalam pelarut, selain itu viskositas juga akan mengalami peningkatan jika konsentrasi polimer asam akrilat yang digunakan meningkat. 5. Kelengketan Pada parameter ini panelis diminta untuk menilai kesukaan terhadap kesan lengket pada sampel. Kesan lengket pada sampel dipengaruhi adanya tambahan gliserin sebagai humektan dan pelembab. Dengan adanya gliserin produk pembersih tangan akan membantu untuk melembabkan kulit tangan. Penambahan gliserin diharapkan mampu mengurangi efek dari kandungan etanol cukup tinggi yaitu 70% yang dapat membuat kulit menjadi kering. Secara umum panelis lebih menyukai sampel produk yang tidak lengket setelah penggunaan produk. Gliserin yang ditambahkan untuk setiap sampel memiliki jumlah yang sama sehingga diharapkan semua sampel memiliki kesan yang sama % 40 % ACA ACB ACC ACD ACE ACF K 0 BKA BKB BKC BKD BKE BKF (a) (b) Gambar 8 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kelengketan (a). citrus oil base dan (b) basil oil base

30 20 Keterangan : ACA = lemon, jahe, mint ACB = jeruk nipis, jahe, mint ACC = jeruk manis, jahe, mint ACD = jeruk nipis, mint ACE = jeruk nipis, green tea ACF = jeruk manis, green tea BKA = kemangi, jahe, lemon BKB = kemangi, lemon BKC = kemangi, jahe BKD = kemangi, jeruk nipis BKE = kemangi, mint BKF = kemangi, jeruk manis Berdasarkan data pada Gambar 8, diketahui bahwa untuk parameter kelengketan sampel ACA pada formulasi citrus oil mendapatkan penerimaan panelis yang cukup baik dengan tingkat kesukaan sebesar 70%. Pada formulasi basil oil sampel yang mendapatkan penilaian tertinggi yaitu sampel BKB dan sampel BKD. Besar persentase panelis yang menyukai kedua sampel tersebut yaitu 73%. Hasil uji Friedman menunjukan bahwa perbedaan formulasi minyak atsiri tidak berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap kelengketan sampel untuk kedua jenis formulasi (P>0.05). Seperti halnya kekentalan, panelis menganggap bahwa kekentalan pada semua sampel sama karena tidak terdapat adanya formulasi yang berbeda pada setiap sampel yang mempengaruhi parameter kelengketan 6. Penerimaan keseluruhan Parameter penerimaan secara keseluruhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap produk dengan menilai dari parameter-parameter yang telah dinilai sebelumnya. Penilaian keseluruhan panelis ini akan memberikan kesimpulan awal sampel produk mana yang banyak disukai. Untuk memberikan kesimpulan sampel mana yang merupakan sampel produk terbaik maka perlu dilakukan uji pembobotan. Pada parameter ini dilakukan evaluasi secara keseluruhan terhadap parameter-parameter sebelumnya. Berdasarkan data pada Gambar 9, diketahui bahwa penerimaan panelis yang ditentukan melalui uji kesukaan pada sampel diperoleh hasil yang cukup baik pada beberapa sampel. Sampel ACE merupakan sampel yang memperoleh tingkat kesukaan (skala suka 5-7) tertinggi hingga mencapai 90%. Hal ini menunjukan bahwa sampel ACE merupakan sampel yang paling disukai oleh panelis dilihat dari seluruh parameter. Selain itu, penerimaan panelis terhadap sampel ini juga mendapatkan Persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yang membuktikan bahwa dalam pengujian ini sampel merupakan produk yang siap bersaing dengan produk kontrol. Pada pengujian formulasi basil oil, penyajian sampel tidak disertakan kontrol, hal ini dilakukan untuk memberikan kondisi panelis agar fokus pada aroma minyak kemangi, selain itu juga untuk produk pembersih tangan yang ada di pasaran belum banyak menggunakan pewangi yang bersumber minyak kemangi. Berdasarkan data Gambar 9, diketahui bahwa sampel BKB mendapatkan persentase kesukaan sebesar 70% dan merupakan persentase panelis tertinggi. Hal ini menunjukan bahwa pada formulasi basil oil, sampel BKB merupakan sampel yang banyak disukai panelis secara keseluruhan.

31 21 % ACA ACB ACC ACD ACE ACF K % BKA BKB BKC BKD BKE BKF (a) (b) Gambar 9 Persentase tingkat kesukaan panelis (skala suka 5-7) pada penerimaan keseluruhan produk untuk setiap sampel (a) citrus oil base dan (b) basil oil base Keterangan : ACA = lemon, jahe, mint ACB = jeruk nipis, jahe, mint ACC = jeruk manis, jahe, mint ACD = jeruk nipis, mint ACE = jeruk nipis, green tea ACF = jeruk manis, green tea BKA = kemangi, jahe, lemon BKB = kemangi, lemon BKC = kemangi, jahe BKD = kemangi, jeruk nipis BKE = kemangi, mint BKF = kemangi, jeruk manis Berdasarkan hasil uji Friedman taraf 5% kedua jenis formulasi menunjukan bahwa perbedaan minyak atsiri berpengaruh terhadap penerimaan keseluruhan sampel. Uji lanjut yang dilakukan pada kedua formulasi menunjukan bahwa sampel ACC dan sampel BKC merupakan sampel yang berbeda nyata dengan sampel lainnya. Hal ini mengacu pada Gambar 9, untuk sampel ACC memperoleh persentase panelis paling rendah yang hanya mencapai 30% skala kesukaan 5-7. Untuk sampel yang paling disukai ACE dan BKB, keduanya menggunakan formulasi dengan campuran citrus oil, meskipun jenis citrus oil yang digunakan berbeda. Sampel ACE menggunakan minyak jeruk nipis, sedangkan BKB menggunakan minyak lemon. Kedua sampel dari formulasi yang berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pada kombinasi minyak. Untuk kombinasi minyak jeruk nipis dan minyak kemangi pada formulasi basil oil memberikan kesukaan yang lebih rendah dibandingkan dengan kombinasi minyak lemon dan minyak kemangi pada penerimaan keseluruhan. Namun pada formulasi citrus oil kombinasi minyak jeruk nipis dan green tea oil memberikan kesukaan yang tinggi untuk penerimaan keseluruhan dibandingkan kombinasi minyak lemon, minyak jahe, dan mint oil. Hal ini disebabkan adanya dua atau lebih bau dapat bercampur untuk saling menguatkan atau saling menutupi (Setyaningsih et al. 2010).

32 22 Karakteristik Produk Nilai ph Untuk produk personal care seperti handsanitizer diperlukan ph yang sesuai untuk kulit dalam hal ini yaitu kulit tangan. Nilai ph atau derajat keasaman produk diharapkan berada pada rentang atau sesuai dengan nilai ph kulit manusia (Tranggono dan Latifa 2007). Berdasarkan data nilai ph pada Tabel 5 dan Tabel 6, nilai ph tiap sampel didapatkan nilai pada rentang 5-6. Hal ini menunjukan bahwa nilai ph masih dapat diterima terutama oleh kulit karena masih dalam batasan yang diharapkan. Hal yang berpengaruh pada nilai ph produk pembersih tangan adalah basa penetral yang digunakan. Tabel 5 Data hasil uji karakteristik produk pembersih tangan formulasi citrus oil Sampel formulasi citrus oil Parameter Satuan ACA ACB ACC ACD ACE ACF K ph viskositas cp densitas gr/ml Tabel 6 Data hasil uji karakteristik produk pembersih tangan formulasi Basil Oil Parameter Satuan Sampel formulasi Basil oil BKA BKB BKC BKD BKE BKF ph viskositas cp densitas gr/ml Nilai ph yang kurang sesuai dengan nilai ph kulit misalnya terlalu asam atau terlalu basa maka akan mempercepat kerusakan jaringan kulit sehingga dapat terjadi alergi, iritasi serta dapat memicu terjadinya penyakit kulit dan penyakit lainnya. Hal ini terjadi karena rusaknya jaringan kulit akan memudahkan bakteri atau mikroba lain untuk masuk dan berkembang biak serta menginfeksi bagianbagian yang vital bagi tubuh Densitas Penetapan bobot jenis bertujuan untuk menentukan atau mengidentifikasi suatu zat, baik dalam bentuk padat maupun cair. Densitas produk merupakan salah satu karakteristik untuk mengetahui sifat fisik dari produk yang dihasilkan. Produk merupakan salah satu produk yang berbahan baku bioetanol. Bioetanol memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan air. Semakin tinggi densitas bioetanol maka kadar bioetanolnya semakin rendah. Pada sampel yang telah diuji densitasnya diketahui bahwa densitas yang dimiliki sampel formulasi awal berkisar antara gr/ml. Jika

33 dibandingkan dengan kontrol yang berupa produk yang telah ada di pasaran dengan nilai densitas 0.88 gr/ml, sampel masih memenuhi kriteria sebagai produk pembersih tangan yang mengandung etanol. Untuk formulasi basil oil nilai densitas yang didapatkan mendekati dengan nilai densitas pada formulasi citrus oil meskipun dengan nilai densitas yang cenderung menurun. Rentang nilai yang didapatkan rata-rata berkisar antara gr/ml. Besarnya nilai densitas ini berhubungan dengan keseluruhan bahan formulasi yang digunakan. Pengujian Efektifitas Produk Pada pengujian ini dilakukan pengamatan terhadap mikroba yang ada pada tangan sebelum dan sesudah menggunakan produk. Pengujian ini bertujuan untuk menguji sifat antiseptik produk. Bahan antiseptik yang digunakan dalam formula sediaan adalah dari golongan alkohol (etanol, propanol, isopropanol) dengan konsentrasi 50% sampai 70% dan jenis disinfektan yang lain seperti: klorheksidin, triklosan (Block 2001 dan Gennaro 1995). Meskipun hanya menggunakan etanol sebgai bahan antiseptik, sampel produk memberikan respon yang baik pada penurunan mikroba di tangan. Bakteri didapatkan dari hasil usapan pada setengah telapak tangan dan selasela jari pada tangan kanan. Jumlah bakteri didapatkan dengan membagi total koloni yang tumbuh pada media Plate Count Agar dengan luas permukaan tangan (cm²). Luas permukaan telapak tangan adalah 180 cm² dan luas permukaan selasela jari adalah 41 cm² (Supeni 2009). Luas permukaan tangan yang diambil adalah setengah dari jumlah luas telapak tangan dan sela-sela jari, maka luas permukaan tangan yang diambil adalah cm². Hasil dibandingkan dengan jumlah normal bakteri pada tangan yaitu sebesar 847 CFU/cm² pada telapak tangan dan 223 CFU/cm² pada jari-jari tangan (Fierer 2008), sehingga total bakteri normal rata-rata adalah CFU/cm². Namun pada penelitian hanya setengah dari luas permukaan yang diambil usapan, sehingga hasil normal rata-ratanya adalah 535 CFU/cm². Tabel 7 Hasil perhitungan jumlah bakteri pada tangan 23 Kondisi responden Cuci air biasa Cuci air + pakai Handsanitizer Ulangan jumlah bakteri (CFU/cm²) rata-rata (CFU/cm²) 10 ¹ 10 ² Berdasarkan data pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa cemaran mikroba di tangan masih dalam jumlah normal jika dibandingkan dengan literatur. Selain itu, jumlah bakteri sesudah menggunakan produk terlihat mengalami penurunan. Kondisi responden sebelum dilakukan uji diharuskan mencuci tangan terlebih dahulu sehingga mikroba di tangan sebagian besar telah menurun, hal ini

34 24 berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Girou et al. (2002) membuktikan bahwa cuci tangan dapat menurunkan jumlah kuman di tangan hingga 58%. Perlakuan mencuci tangan dilakukan untuk mengurangi faktor-faktor yang tidak terkendali. Pemilihan Produk Terbaik Pemilihan produk terbaik dilakukan dengan cara pembobotan didasarkan pada hasil uji hedonik dengan parameter kesan aroma sebagai penambah selera makan, kekuatan aroma, aroma keseluruhan, warna, kejernihan, kekentalan, kelengketan dan penerimaan secara keseluruhan. Perhitungan pembobotan dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Tabel 8 Data hasil pembobotan produk terbaik formulasi citrus oil Sampel Nilai Total Peringkat Keterangan Formulasi ACE Jeruk nipis, green tea K Aroma jeruk nipis ACD Jeruk nipis, mint ACA Lemon, jahe, mint ACB Jeruk nipis, jahe, mint ACF Jeruk manis, green tea ACC Jeruk manis, jahe, mint Tabel 9 Data hasil pembobotan produk terbaik formulasi basil oil Sampel Nilai Total Peringkat Keterangan Formulasi BKB Kemangi, lemon BKE Kemangi, mint BKA Kemangi, jahe, lemon BKF Kemangi, jeruk manis BKD Kemangi, jeruk nipis BKC Kemangi, jahe Setelah dilakukan pembobotan pada formulasi citrus oil (Tabel 8) didapatkan 2 sampel yang dianggap formulasi produk terbaik hasil dari pembobotan. Sampel ACE merupakan sampel dengan hasil pembobotan tertinggi. Sampel ACE merupakan hasil formulasi antara 0.1% minyak jeruk manis dan 0.015% green tea oil. Sampel dengan nilai pembobotan kedua yaitu sampel ACD dengan formulasi 0.15% minyak jeruk nipis dan 0.01% mint oil. Sedangkan pada formulasi basil oil (Tabel 9) didapatkan 2 sampel yang dianggap formulasi produk terbaik terbaik berdasarkan hasil pembobotan. Sampel BKB merupakan sampel dengan hasil pembobotan pada formulasi kedua dengan nilai tertinggi. Sampel BKB memiliki formulasi minyak atsiri dengan kombinasi % minyak kemangi dan 0.075% minyak lemon. Untuk sampel kedua yang mendapatkan nilai pembobotan tertinggi kedua adalah sampel BKE. Sampel BKE merupakan sampel dengan formulasi 0.075% minyak kemangi dan 0.075% mint oil.

35 25 Analisis Finansial Analisis finansial merupakan salah satu analisis yang penting dilakukan dalam pembuatan suatu produk baru selain analisis karakteristik produk. Analisis finansial ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan produk dilihat dari sisi finansial. Dengan dilakukan perhitungan secara ekonomi ini maka dapat diketahui apakah produk layak secara finansial atau tidak. Analisis finansial ini digunakan untuk menganalisis dua jenis kemasan yang akan diproduksi. Basis produksi 50 liter/hari dengan kemasan yang diproduksi yaitu sachet dan botol, Jumlah produk dalam sachet yang diproduksi per hari adalah sachet dan untuk botol adalah botol. Asumsi volume produk per sachet adalah 5 ml sedangkan per botol adalah 30 ml. Berdasarkan hasil perhitungan biaya produksi diperoleh harga pokok produksi sachet Rp 217 dan botol Rp Penentuan harga jual produk dilakukan berdasarkan HPP dan harga produk sejenis di pasaran. Harga jual produk ditentukan sebesar Rp 500 per sachet dan Rp per botol. Berdasarkan analisis finasial telah dihitung NPV, IRR, payback period, dan Net B/C yang dapat dilihat pada Tabel 10 untuk kemasan sachet dan Tabel 11 untuk kemasan botol. Berdasarkan perhitungan untuk kedua jenis kemasan diperoleh nilai NPV yang positif, hal ini menunjukan bahwa usaha dinyatakan layak. Demikian juga dengan nilai IRR yang diperoleh menunjukan nilai yang lebih besar dibandingkan suku bunga yang ditetapkan yaitu 13%, hal ini menunjukan bahwa usaha layak dilaksanakan. Selain NPV dan IRR kelayakan usaha dapat juga dilihat berdasarkan Net B/C. Berdasarkan perhitungan pada jenis kemasan sachet maupun botol, nilai Net B/C yang diperoleh lebih dari satu sehingga dinyatakan bahwa usaha atau usaha ini layak untuk dijalankan baik untuk kemasan sachet maupun botol. Tabel 10 Hasil perhitungan analisis finansial kemasan sachet 5 ml Kriteria Nilai Jumlah produksi HPP Rp217 NPV Rp IRR 30% Payback Period tahun ke-4 Net B/C 1.43 Selain mengetahui kelayakan usaha analisis finansial juga digunakan untuk mengetahui periode kembalinya model (payback period). Periode kembalinya modal dapat diketahui dengan menghitung arus kas. Berdasarkan arus kas yang telah dihitung pada Lampiran 11 dapat diketahui bahwa periode kembalinya modal untuk kedua kemasan yang akan diproduksi sama yaitu pada tahun keempat.

36 26 Tabel 11 Tabel hasil perhitungan analisis finansial kemasan botol 30 ml Kriteria Nilai Jumlah produksi HPP Rp1 971 NPV Rp IRR 21% Payback Period tahun ke-4 Net B/C 1.20 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil formulasi minyak atsiri sebagai pemberi aroma dan formulasi produk pembersih tangan yang memiliki sifat sensori terbaik. Komposisi produk pembersih tangan antara lain: poliakrilat, etanol, air, basa penetral, gliserin dan pemberi aroma. Hasil formulasi pemberi aroma didapatkan formulasi terbaik dari citrus oil base dengan formulasi 0.1% minyak jeruk nipis dan 0.015% green tea oil dan formulasi terbaik dari basil oil base dengan formulasi 0.075% minyak kemangi dan 0.075% minyak lemon. Penerimaan kedua formulasi produk dengan aroma alami secara keseluruhan sangat baik. Hal ini ditunjukan dengan tingginya persentase panelis yang menyukai produk. Selain itu, kedua formulasi produk juga telah teridentifkasi oleh panelis sebagai penambah selera makan. Karakteristik produk yang dihasilkan untuk formulasi terbaik citrus oil yaitu nilai ph 5.62, viskositas cp, dan densitas gr/ml. Sedangkan untuk formulasi terbaik basil oil yaitu nilai ph 5.05, viskositas cp, dan densitas gr/ml. Nilai karakteristik sampel produk maupun hasil uji hedonik tidak berbeda jauh dengan kontrol selaku produk yang telah ada dipasaran dan telah diterima oleh masyarakat. Hasil pengujian cemaran mikroba menunjukan adanya penurunan jumlah mikroba setelah menggunakan produk. Berdasarkan uji karakterisasi, secara teknis pembuatan produk pembersih tangan dengan aroma alami layak untuk dilakukan produksi karena karakteristik yang hampir sama dengan produk yang ada di pasaran. Berdasarkan analisis finansial pembuatan produk pembersih tangan juga layak untuk dikembangkan. Saran Perlu adanya pengembangan formulasi menggunakan jenis minyak atsiri lain yang berpotensi memberikan kesan penambah selera makan. Selain itu perlu peningkatan keragaman panelis diperlukan untuk melihat respon yang lebih utuh terhadap produk yang dibuat misalnya dilakukan uji organoleptik langsung pada sasaran pelanggan.

37 27 DAFTAR PUSTAKA Anonim Minyak atsiri jeruk: peluang meningkatkan nilai ekonomi kulit jeruk. [5 Juni 2013]. Block S Disinfection, Sterilization and Preservation. 4th. Edition. Williams and Wilkins. P. Buckle KA et al Ilmu Pangan. Terjemahan. UI Press, Jakarta. Fierer N et al. (2009). Bacterial variation in human body habitats across space and time. Science 326: doi: /science Gennaro AR Remington: The Science and Practice of Pharmacy, Vol. II. Mack Publishing Company. Pennsylvanis. P Girou E et al Efficacy of Handrubbing with an Alcohol Based Solution versus Standard Handwashing with Antiseptic Soap: randomised clinical trial. BMJ 325 : Gittinger J P Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Ed ke-2.universitas Indonesia Press-John Hopkins. Jakarta Heath Henry B Flavor Technology: Profiles, Product, Aplications. Avi Publishing Company Inc. London. Hunter Murray Essential Oils Art, Agriculture, Science, Industry and Entrepreneurship (a focus on the Asia-Pacific Region). Nova Science Publisher Inc. New York Kadriah L, Karlina I, Gray C Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Lubrizol Pharmaceutical Bulletin No. 6 (2008). Thickening Properties. Edisi 29 Oktober Di dalam Diakses pada 5 Juni 2013 Marsili Ray Flavor, Fragrance, and Odor Analysis. Marcel Dekker, Inc. New York Meilianti Sondang Formulasi Gel Bioetanol dengan Pengental Polimer Asam Akrilat.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Price Shirley The Aromatherapy Workbook. Hammersmith, London: Thorsons. Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press Soraya N Kajian Aplikasi Virgin Coconut Oil dan Dietanolamida pada Formulasi Sabun Transparan. Tesis Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, IPB. Bogor Supeni Meila, Inayati Habib Hubungan antara perilaku cuci tangan perawat dengan pertumbuhan bakteri aerob penyebab infeksi nosokomial. Publikasi UMY Vol 8 no 9. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadyah Yogyakarta. Tranggono RI, Latifah F Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetika. PT. Gramedia : Jakarta.

38 28 Lampiran 1. Diagram alir proses pembuatan produk pembersih tangan antiseptik Polimer asam akrilat + aquades Campuran keduanya diaduk dengan stirer (v=±1200 rpm, t= 30 menit, T=25-29 C) Gel polimer asam akrilat NaOH 1 N Gel yang terbentuk diaduk secara manual hingga merata Bioetanol Formula minyak atsiri Campuran sebelumnya diaduk dengan homomixer (v=2000 rpm, t=1 jam, T= C) Gel bioetanol pembersih tangan dengan campuran minyak atsiri b b Diagram alir pembuatan gel bioetanol (modifikasi dari: Meilianti,2009)

39 Lampiran 2. Formulir uji organoleptik produk pembersih tangan (handsanitizer) Tanggal : 3 September 2013 Nama/NRP : Sampel : Pembersih tangan Antiseptik Instruksi : Pertama kali bauilah aroma setiap sampel dengan menggunakan kertas strip yang telah disediakan untuk masing-masing sampel. Berikan penilaian berdasarkan kesukaan akan parameter spesifik aroma: 29 Atribut Kesan aroma menambah selera makan Kekuatan Aroma Penerimaan aroma keselurahan Kode Selanjutnya amati warna dan kejernihan masing-masing sampel. Rasakan kekentalan dan kelengketan pada sampel pada saat diteteskan ditangan. Nyatakan penilaian Saudara dengan memberikan nilai (angka) yang sesuai dengan penilaian Saudara! Berikan penilaian dari penerimaan keseluruhan pada setiap produk. Atribut Warna Kejernihan Kekentalan Kelengketan Penerimaan Keseluruhan Kode Keterangan penilaian : 1 = sangat tidak suka 2 = tidak suka 3 = agak tidak suka 4 = biasa 5 = agak suka 6 = suka 7 = sangat suka

40 30 Lampiran 3. Hasil uji Friedman untuk uji hedonik produk pembersih tangan (handsainitizer) dengan SPSS Statistic 17.0 Hipotesa : H0 : Perbedaan formulasi minyak atsiri tidak memberikan perbedaan antar sampel H1 : Perbedaan formulasi minyak atsiri memberikan perbedaan antar sampel Warna Citrus oil base Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum ACA ACB ACC ACD ACE ACF K Test Statistics a N 30 Chi-Square df 6 Asymp. Sig..000 a. Friedman Test Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi minyak atsiri berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater warna.

41 31 Kejernihan Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum ACA ACB ACC ACD ACE ACF K Test Statistics a N 30 Chi-Square df 6 Asymp. Sig..000 a. Friedman Test Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi minyak atsiri berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater kejernihan. Penerimaan keseluruhan Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum ACA ACB ACC ACD ACE ACF K

42 32 Test Statistics a N 30 Chi-Square df 6 Asymp. Sig..000 a. Friedman Test Berdasarkan data uji stastistik α=0,05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi minyak atsiri berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater penerimaan keseluruhan. Basil Oil Base Warna Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum BKA BKB BKC BKD BKE BKF Test Statistics a N 30 Chi-Square df 5 Asymp. Sig..000 a. Friedman Test Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0.05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi minyak atsiri berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater warna

43 33 Kejernihan Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum BKA BKB BKC BKD BKE BKF Test Statistics a N 30 Chi-Square df 5 Asymp. Sig..000 a. Friedman Test Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0.05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi minyak atsiri berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater kejernihan. Penerimaan keseluruhan Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum BKA BKB BKC BKD BKE BKF

44 34 Test Statistics a N 30 Chi-Square df 5 Asymp. Sig..017 a. Friedman Test Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0.05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi minyak atsiri berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater penerimaan keseluruhan.

45 35 Lampiran 4. Dokumentasi produk Produk terbaik citrus oil base Produk terbaik basil oil base Hasil pengemasan produk dengan sachet

46 36 Lampiran 5. Hasil uji efektifitas mikroba Pengenceran Cuci Tangan Cuci tangan + Handsanitizer 10 ¹ 10 ²

APLIKASI GEL ALOEVERA DAN GLISERIN SEBAGAI PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ALZARA ZETIARA

APLIKASI GEL ALOEVERA DAN GLISERIN SEBAGAI PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ALZARA ZETIARA APLIKASI GEL ALOEVERA DAN GLISERIN SEBAGAI PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER) ALZARA ZETIARA DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 ALAT DAN BAHAN 3.3 METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 ALAT DAN BAHAN 3.3 METODE PENELITIAN 3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 Mei 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Departement of Industrial Technology (LDIT) dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental laboratorium dan eksperimental survey.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental laboratorium dan eksperimental survey. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan eksperimental survey. B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu (uji kimia dan mikrobiologi) dan di bagian Teknologi Hasil Ternak (uji organoleptik), Departemen Ilmu Produksi dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rempah basah (bawang putih, bawang merah, lengkuas, kunyit, dan jahe) serta rempah kering (kemiri, merica,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni secara in vitro. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Peningkatan nilai tambah produk turunan minyak jarak pagar mutlak diperlukan agar industri biodiesel jarak pagar dapat berkembang dengan baik. Saat ini, perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.) Laporan Tugas Akhir BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan Dalam pembuatan mouthwash memiliki beberapa tahapan proses, adapun alat dan bahan yang digunakan pada setiap proses adalah : III.1.1 Pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup di kulit (Jawetz et al., 1991). Kulit merupakan organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan konsumsi pangan tidak lagi hanya memikirkan tentang cita rasa, harga dan tampilan makanan tetapi juga mulai memperhatikan nilai gizi. Konsumen mulai beralih

Lebih terperinci

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutu produk kopi instan formula a. Kadar air (AOAC, 1995) Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsip dari metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013. Pelaksanaan proses pengeringan dilakukan di Desa Titidu, Kecamatan Kwandang, Kabupaten

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 12 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Industri Pengolahan Hasil Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI. Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM :

PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI. Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM : PEMBUATAN MENTEGA BUAH NAGA (KAJIAN EKSTRAK BUAH NAGA : KONSENTRASI SORBITOL) SKRIPSI Oleh : IRA HERU PURWANINGSIH NPM : 0533310039 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN 1 ARTIKEL ILMIAH Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN Penelitian mengenai Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda telah dilakanakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Pengujian yang

Lebih terperinci

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Pembuatan sirup rosella dilakukan di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1) Total bakteri Rancangan penelitian total bakteri menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan waktu penyimpanan selama 0, 3, 6, 9, dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengharum ruangan merupakan suatu produk yang berisi zat wewangian yang digunakan untuk membuat harum suatu ruangan atau mengurangi bau tidak menyenangkan pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam Rancangan Acak Lengkap dan ulangan yang dilakukan sebanyak empat kali Faktor pertama:

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) 10 BAB III MATERI DAN METODE Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill) dengan 3 jenis pemanis alami, dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017 di Laboratorium Kimia dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN NATRIUM ALGINAT DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF

FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN NATRIUM ALGINAT DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF FORMULASI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN DAN NATRIUM ALGINAT DENGAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan untuk pembuatan produk, menguji total bakteri asam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET ALAMI DALAM PENGAWETAN TAHU. Ria Mariana Mustafa

STUDI EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET ALAMI DALAM PENGAWETAN TAHU. Ria Mariana Mustafa STUDI EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET ALAMI DALAM PENGAWETAN TAHU Ria Mariana Mustafa PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN RIA MARIANA

Lebih terperinci

APLIKASI SITRONELAL MINYAK SEREH WANGI PADA PRODUK EAU DE TOILETTE DENGAN BAHAN PEWANGI ALAMI ANIK SETIYANINGSIH

APLIKASI SITRONELAL MINYAK SEREH WANGI PADA PRODUK EAU DE TOILETTE DENGAN BAHAN PEWANGI ALAMI ANIK SETIYANINGSIH APLIKASI SITRONELAL MINYAK SEREH WANGI PADA PRODUK EAU DE TOILETTE DENGAN BAHAN PEWANGI ALAMI ANIK SETIYANINGSIH DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan untuk pembuatan gel bioetanol adalah handmixer, penangas air, dan gelas ukur. Alat yang digunakan untuk uji antara lain adalah Bomb Calorimeter,

Lebih terperinci

Sifat Sensoris (Sensory Properties)

Sifat Sensoris (Sensory Properties) Analisis Sifat Sensoris Bahan Pangan By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP - UB 2016 Sifat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang. 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, dan Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Cikaret, Bogor dan Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti variabel bebas yaitu konsentrasi kunyit dan lama penyimpanan nasi kuning, juga variabel terikat yaitu daya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik (uji lipat), organoleptik (uji hedonik), uji skoring dan analisis kimia (Pb). 1.1 Uji Lipat Uji lipat (folding test) merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Gambar 7 Desain peralatan penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pemucat bekas yang diperoleh dari Asian Agri Group Jakarta. Bahan bahan kimia yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi. 1 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian 1. Karkas ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ayam broiler berumur 23-28 hari dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre-test dan post-test. B. Populasi dan Sampel 1. Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pengumpulan Bahan Bahan berupa minyak kemiri (Aleurites moluccana L.) diperoleh dari rumah industri minyak kemiri dengan nama dagang Minyak kemiri alami 100%, VCO diperoleh di

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA Muhammad Saeful Afwan 123020103 Pembimbing Utama (Ir. H. Thomas Gozali,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi digilib.uns.ac.id 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAUS KUPANG MERAH (Musculita senhausia) DENGAN PERLAKUAN KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI

PEMBUATAN SAUS KUPANG MERAH (Musculita senhausia) DENGAN PERLAKUAN KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI PEMBUATAN SAUS KUPANG MERAH (Musculita senhausia) DENGAN PERLAKUAN KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI Oleh : Fitri Meidianasari NPM. 0633010006 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yaitu permasalahan yang diteliti oleh penulis. Objek yang di teliti yaitu choux pastry dari tepung talas dan subjek

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN NaCl DAN TEPUNG TAPIOKA PADA PEMBUATAN KAMABOKO IKAN MUJAIR SKRIPSI

KAJIAN PENAMBAHAN NaCl DAN TEPUNG TAPIOKA PADA PEMBUATAN KAMABOKO IKAN MUJAIR SKRIPSI KAJIAN PENAMBAHAN NaCl DAN TEPUNG TAPIOKA PADA PEMBUATAN KAMABOKO IKAN MUJAIR SKRIPSI Oleh : Indah Asriningrum 0333010052 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC- BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan gel dari ekstrak etil asetat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU

PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU PEMANFAATAN KARAGENAN DAN ASAM SITRAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS TAHU SKRIPSI Oleh : Windi Novitasari NPM. 0333010002 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta) BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Propolis Gold (Science&Nature ), minyak lavender (diperoleh dari PT. Martina Berto), aquadest, Crillet 4 (Trimax), Crill 4 (diperoleh dari PT. Pusaka Tradisi Ibu), setostearil

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah susu sapi segar dari Koperasi Susu di daerah Ciampea - Bogor, susu skim, starter bakteri Lactobacillus casei, dan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai april 2011 sampai dengan juni 2011 di Kampus IPB Dramaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar Lampung, Laboratorium Penguji Balai Veteriner Lampung, dan Laboratorium Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini diaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri

Lebih terperinci

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak Contoh si Sediaan Salep 1. sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak Vaselin Putih 82,75% Ekstrak Hidroglikolik Centellae Herba 15 % Montanox 80 2 % Mentol 0,05 % Nipagin 0,15

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen murni (Pure Eksperimen) pada skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Februari 2012, bertempat di Laboratorium Pengawasan Mutu Hasil Pertanian Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Katholik Soegiyapranata untuk analisis fisik (ph) dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai Aplikasi Asap Cair dalam Pembuatan Fillet Belut Asap dengan Kombinasi Bumbu dilakukan pada bulan Agustus 2009 Januari 2010 yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. FORMULASI Formulasi antinyamuk spray ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap yang pertama adalah pembuatan larutan X. Neraca massa dari pembuatan larutan X tersebut diuraikan pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan Oktober 2011 sampai Mei 2012. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Terpadu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL Pada awal penelitian ini, telah diuji coba beberapa jenis bahan pengental yang biasa digunakan dalam makanan untuk diaplikasikan ke dalam pembuatan

Lebih terperinci

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Kimia Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Fisik Gelatin Pengujian fisik gelatin meliputi rendemen, kekuatan gel dan viskositas. Pengujian fisik bertujuan untuk mengetahui nilai dari rendemen, kekuatan

Lebih terperinci

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat.

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilakukan di PT. Indolakto Sukabumi dan pelaksanaan analisa proksimat dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan survei serta rancangan deskriptif dan eksploratif. B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Prosedur Penelitian 1. Epoksidasi Minyak Jarak Pagar

METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Prosedur Penelitian 1. Epoksidasi Minyak Jarak Pagar METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : minyak jarak pagar, asam Akrilat (Sigma), natrium hidrogen karbonat (E.Merck), natrium sulfat anhydrous (E.Merck),

Lebih terperinci