BAB 4 EVALUASI KINERJA PDAM DAN SISTEM KOMUNAL DI KOTA SOREANG DAN BANJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 EVALUASI KINERJA PDAM DAN SISTEM KOMUNAL DI KOTA SOREANG DAN BANJARAN"

Transkripsi

1 BB 4 EVLUSI KINERJ PDM DN SISTEM KOMUNL DI KOT SORENG DN BNJRN Pada bab ini dilakukan analisis untuk mengetahui kinerja PDM dan lembaga penyedia air bersih komunal di Kota Soreang dan Banjaran. Identifikasi kinerja kedua lembaga air bersih tersebut akan dilakukan dalam aspek operasional, tarif, dan administrasi. 4.1 spek Operasional spek operasional menyangkut tujuh hal, yaitu cakupan pelayanan, kuantitas air, kualitas air, kontinuitas pengaliran, tingkat kehilangan air, kecepatan penyambungan baru, dan kemampuan penanganan pengaduan ratarata perbulan Cakupan Pelayanan PDM Seperti yang telah diketahui dalam bab 3, cakupan pelayanan PDM di Kota Soreang sampai tahun 2005 hanya sebesar 26,3% (33,5% untuk Desa Soreang dan 54,1% untuk Desa Karamatmulya). Sedangkan cakupan pelayanan PDM di Kota Banjaran adalah 2,3% (7,1% untuk Desa Kamasan dan 0% untuk Desa Sindangpanon). dapun standar cakupan pelayanan PDM ideal adalah 60%. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja PDM dalam hal ini masih buruk karena memiliki cakupan pelayanan jauh lebih kecil dari yang seharusnya. Rendahnya cakupan pelayanan PDM ini disebabkan oleh hal-hal, antara lain: kendala geografis dan banyaknya sumber-sumber air yang telah dikuasai oleh kelompok-kelompok masyarakat.

2 Kendala kita salah satunya itu kendala geografis, sulit sekali dijangkau. Yang kedua di Kabupaten Bandung banyak sekali sumber air yang dipergunakan oleh masyarakat. Sebenarnya, kan, itu hak kita untuk dikelola, diberdayakan potensipotensi yang ada. Tapi ternyata banyak sekali masyarakat sekitar yang komplain... Jadi itu dia masalahnya air. ir sudah dipandang sebagai barang ekonomi. Mereka pikir kok enak sekali PDM mau invest, mau bikin reservoir, WTP, dsb. Padahal maksud kita potensi yang ada dikembangkan agar bisa memperluas jangkauan pelayanan. Bu Eva Kasubbag Litbang Bagian Teknik PDM Tirta Raharja Komunal dapun cakupan pelayanan pengelola air bersih sistem komunal yang disurvey berkisar antara 1,8%-28,6% dari seluruh rumah tangga di desa. Sedangkan cakupan pelayanan idealnya adalah sebesar 40%. Kecilnya persentase cakupan pelayanan sistem komunal ini sebagaian besar diakibatkan oleh kapasitas supply yang kurang memadai. Selain itu juga diakibatkan oleh kendala teknis yang menyebabkan kesulitan perluasan jaringan. Padahal jika dilihat dari sisi permintaan masyarakat cukup tinggi. Malahan ada yang datang ke rumah bawa uang, Saya sanggup bayar 750 sekarang, Pak. Tolong dipasang. Cuma ya itu, saya pikir nanti kalu diiyain trus pelayanan airnya nggak sesuai, kan, kita nggak enak. Pak rieffudin Bendahara BUMDES Karamat Mulya Untuk sementara ini ada 300 KK yang sudah terdaftar, tapi karna permintaan masih banyak, jadi rencananya kita akan bangun lagi sumur. Lokasinya masih di tanah SD Purwawinaya. Warga sudah mulai mengumpulkan iuran untuk pembangunan itu. Pak hmad Saefudin Sekretaris BPBD Sindangpanon Masalahnya untuk perluasan itu kami sulit karena untuk melayani wilayah di seberang sana, pipa harus menyebrang melewati jalan propinsi. Sementara untuk menyebrang, perizinannya rumit, lama, dan biayanya mahal sekali padahal kita belum mempunyai pemasukan. Dari mana biayanya.. Pak Maman Hidayat Sekretaris BPBD manah Desa Soreang Keberadaan sistem komunal ini sendiri merupakan alternatif bagi masyarakat akibat pelayanan PDM yang dirasakan belum optimal. Dalam hal ini sistem komunal memiliki beberapa keunggulan antara lain: (1) sistem komunal dapat menjangkau wilayah yang belum mendapatkan pelayanan PDM (BPBD

3 Karamat Mulya Kota Soreang dan BPBD Sindangpanon Kota Banjaran), dan (2) keberadaan pengelola sistem komunal dapat menggantikan peran PDM bagi wilayah yang telah terlayani PDM namun tidak mendapat pengaliran air 24 jam (BPBD Soreang Kota Soreang). Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja PDM maupun sistem komunal dalam hal cakupan pelayanan masih buruk. Masing-masing memiliki cakupan pelayanan yang jauh dari keadaan ideal. PDM belum mampu melayani mayoritas penduduk di kedua kota tersebut. Sementara itu, sistem komunal juga belum mampu menutupi kekurangan pelayanan oleh PDM Kuantitas ir PDM Berdasarkan hasil survei terhadap rumah tangga yang terdapat di Kota Soreang, diketahui konsumsi air bersih rata-rata tiap orang untuk pengguna PDM sebesar 153,1 liter/ orang/ hari. dapun konsumsi air bersih rata-rata tiap orang di Kota Banjaran adalah sebesar 125,5 liter/ orang/ hari. pabila dibandingkan terhadap standar kinerja tentang kebutuhan air bersih per orang per hari, yaitu sebesar 60 l/orang/ hari, maka konsumsi air PDM sudah memenuhi standar kebutuhan. Namun apabila dilihat lebih lanjut, pemenuhan kuantitas air pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari faktor cakupan pelayanan. Dengan kata lain pelayanan kuantitas air oleh PDM selama ini tercukupi karena cakupan pelayanannya yang sempit Komunal dapun kuantitas air rata-rata yang dikonsumsi oleh pengguna air sistem komunal di Kota Soreang adalah sebesar 160,2 liter/ orang/ hari. Sedangkan di Banjaran sebesar 139,3 liter/ orang/ hari. Berdasarkan standar yang ditetapkan (60 l/o/h), maka penyedia air bersih komunal sudah mampu memenuhi persyaratan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam hal kuantitas air, kinerja PDM dan sistem komunal baik karena mampu memenuhi standar kebutuhan yang dipersyaratkan.

4 TBEL IV.1 KUNTITS IR YNG DIGUNKN OLEH MSYRKT DI KOT SORENG DN BNJRN Kota Kuantitas ir yang Digunakan (l/o/h) PDM Sistem Komunal Soreang 153,1 160,2 Banjaran 125,5 139,3 Sumber: Hasil nalisis (2006) Jika dilihat lebih lanjut, maka terlihat bahwa baik di Kota Soreang maupun di Kota Banjaran, kuantitas penggunaan air dari sistem komunal lebih besar daripada penggunaan air dari PDM. Hal ini dimungkinkan karena tarif PDM lebih lebih mahal dibandingkan tarif air sistem komunal sehingga masyarakat cenderung menggunakan air dari sistem komunal lebih banyak. Dilihat dari komposisinya jenis penggunaannya, air PDM/ komunal cenderung dipakai untuk konsumsi, diantaranya minum, masak, mencuci bahan makanan. Sedangkan kebutuhan untuk mandi, wudhu, mencuci pakaian, menyiram tanaman, dan mencuci kendaraan cenderung menggunakan sumur gali/ bor. TBEL IV.2 KOMPOSISI SUMBER IR UNTUK BERBGI JENIS PENGGUNN DI KOT SORENG DN BNJRN Jenis Penggunaan PDM Sumber air Komunal Minum Masak MCK Cuci pakaian Wudhu Membersihkan rumah Menyiram tanaman Mencuci kendaraan Sumber: Hasil analisis (2006) Sumur gali/bor Penggunaan air oleh tiap rumah tangga di Kota Soreang maupun Banjaran tidak didasarkan oleh satu sumber saja, melainkan dari beberapa sumber. Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa komposisi sumber air yang

5 digunakan antara lain PDM dan sumur, sistem komunal dan sumur, maupun PDM dan sistem komunal. Penggunaan PDM maupun sistem komunal dianggap penting oleh masyarakat di kedua kota tersebut karena kualitas air sumur yang buruk, terutama pada musim kemarau dimana air menjadi berwarna keruh dan kuning. Sehingga air sumur biasanya hanya dimanfaatkan pada musim hujan saja. Biasanya kalau bulan-bulan sekarang ini, waduuh..disini sumurnya, kan, jelek, kalau musim kemarau begini pasti kuning karena berdekatan dengan sawah. Jadi dulu itu, musim kemarau gini, malam-malam rame, orang-orang pada ngangkutin air dari sumur di depan itu..sekarang, lhamdulillah masyarakat sudah bisa merasakan manfaatnya.. Jadi di sini kalau musim hujan, mayoritas sumur dipake. Nah, kalo sekarang, musim kemarau kayaknya hampir semua air (komunal, red) dipake. Pak rieffudin Bendahara BUMDES Karamat Mulya Kualitas ir PDM Dilihat dari segi kualitas, air PDM memiliki keunggulan dari penyedia air bersih lainnya. Hal ini dikarenakan adanya pemeriksaan kualitas air yang dilakukan secara berkala. Pemeriksaan dilakukan oleh lembaga/ konsultan yang kredibel dengan frekuensi pemeriksaan maksimal satu bulan sekali dan minimal tiga bulan sekali. Pemeriksaan air dilakukan pada tiga lokasi, yaitu (1) air yang terdapat pada water treatment plant; (2) air yang terdapat pada saluran distribusi; (3) air yang sampai di konsumen. Itu periodik, ya dilakukannya. Kita juga punya lab pemeriksaan sendiri. Tapi, kan, biasanya kalau hasil olahan kita diperiksa oleh kita sendiri, kan, kurang akuntabel, makanya kita periksa ke lembaga resmi yang sudah memiliki kredibilitas yang sudah diakui, Sucofindo....itu biasanya periodik satu bulan sekali. Yang diperiksa ada 3 obyek. Pertama, air yang ada di bak pengolahan, kedua, air yang ada di saluran distribusi. Itu diambil sampelnya. Yang ketiga, air setelah ada di pelanggan. Dari tiga ini kita tau standar kualitasnya seperti apa.. Secara khusus tidak kita publikasikan, tapi kalau ada yang minta, kita informasikan.. (Satu periodik) itu maksimal 1 bulan sekali, minimal 3 bulan sekali. Kalo memang kita menganggap satu kawasan harus dimonitor terus bisa 1 bulan sekali. Pak Suryana Kabag Humas dan Pemasaran PDM Tirta Raharja

6 Namun demikian, perlu diketahui bahwa kualitas air PDM tidak terlepas dari sistem penyediaan air bersih terkait dengan kondisi wilayah. Dalam hal ini karakteristik penyediaan air bersih PDM di Kota Soreang dan Banjaran ditunjukkan oleh: Sumber air diperoleh dari air permukaan Sungai Cisangkuy Lokasi Kota Soreang dan Banjaran berada pada dataran tinggi (+700 m di atas permukaan laut) Sumber air tidak berada dalam kawasan industri Wilayah terbangun di kedua kota ini masih kecil (<40%) Dengan demikian, faktor pencemaran air baku sumber air di kedua kota ini masih rendah Sistem Komunal Berbeda dengan kualitas air PDM, air bersih yang bersumber dari sistem komunal sebagian besar tidak diperiksakan ke laboratorium/ dinas kesehatan. Dari empat lokasi yang ditemui, hanya BPBD Karamat Mulya Kota Soreang yang sudah mengantongi laporan pemeriksaan air dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Walaupun kata orang tua dulu air di sini uda bagus tapi kita tetap ada lisensinya untuk legalitas. Setelah bawa ke laboratorium, ya, lhamdulillah..jadi setaraf dengan aqua lah. Pak rieffudin Bendahara BUMDES Karamat Mulya Padahal dalam pelatihan yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung untuk penyediaan air bersih komunal di Kota Soreang dan Banjaran dinyatakan bahwa kualitas air harus diperiksakan ke Dinas Kesehatan. Namun pada prakteknya, selama ini mereka hanya mengandalkan pengamatan visual. Walaupun belum pernah mengalami pemeriksaan, namun kualitas air sistem komunal ini terbukti masih jauh lebih baik daripada kualitas air sumur yang sebelumnya mereka terima, bahkan di Desa Soreang dan Desa Sindangpanon, dengan adanya air melalui sistem komunal mampu mengurangi timbulnya penyakit muntaber dan diare yang biasanya terjadi setiap tahun pada musim kemarau. Bahkan banyak yang tadinya menggunakan PDM beralih ke

7 sistem komunal karena harganya lebih ekonomis dengan kualitas yang tidak jauh berbeda daripada kualitas air PDM. Nah, di sini sebelum ada BPBD sering banyak yang muntaber, diare. Yah, sumur permukaan itu kualitasnya, kan, jelek. Bahkan di sini dulu terjadi endemik diare, demam berdarah di daerah yang sekarang dialiri oleh ini itu. Memang sekarang mulai menurun. Bahkan mulai tahun kemaren, diare, DBD dan sebagainya itu, lhamdulillah, bukan tidak ada, tapi berkurang..dari masyarakat puas. Yang mempergunakan air ledeng sekarang tidak dipergunakan air ledengnya, lebih condong memakai air ini. Pak Maman Hidayat Sekretaris BPBD manah Desa Soreang Dulu, pas musim kemarau gini memang banyak yang kena diare. lhamdulillah, dulu yang suka terkena wabah, sekarang jadi berkurang sejak kita manfaatin air ini. Pak hmad Saefudin Sekretaris BPBD Sindangpanon Ini (sumur artesis) kalo haus langsung diminum juga nggak masalah. Bapak, kan, sanyo ada. Paling bapak pake untuk nyiram halaman, cuci motor. Kalau untuk konsumsi, mah, sampe cuci piring pakai ini aja. Termasuk yang pake PDM itu, kebanyakan PDM nya itu istilahnya cadangan. Jadi begitu, lah. kalau di sana, kan, pake penjernih, ya, pake obat. Kalau ade mau mencoba mandi pake air yang ini, ya, kalau orang baru pasti heran. Bisa dibilang, kalau mandi itu walaupun pake sabun, kaya nggak pake sabun, nggak ada sisanya sama sekali. Pak Sambas Saefuddin Ketua RW Desa Kamasan TBEL IV.3 KINERJ PENYEDI IR BERSIH PERPIPN DLM KRITERI KULITS IR Keterangan Sumber PDM Sistem Komunal Pengelola/ Karyawan PDM Masyarakat (kuesioner) Sumber: Hasil analisis (2006) Kualitas air memenuhi syarat Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dan dilakukan pemeriksaan secara reguler Secara umum kualitas air baik, tidak berwana, berasa, dan berbau. Namun pada waktu-waktu tertentu setiap habis hujan tercium bau kaporit. Dari empat pengelola air bersih komunal, hanya satu yang memiliki surat keterangan dari Dinas Kesehatan Kualitas air baik, tidak berwarna, berasa, dan berbau. Hanya saja di Desa Soreang, dalam aliran air masih terdapat pasir, namun dapat diatasi melalui penyaringan. Dapat disimpulkan, dilihat dari pelayanan kualitas, air PDM, khususnya di Kota Soreang dan Banjaran sudah baik karena air bersih yang dihasilkan

8 sudah teruji secara klinis sehat untuk dikonsumsi. Sedangkan kualitas air dari pengelola air bersih komunal, dari 4 pengelola air bersih komunal yang ditemui, hanya satu yang sudah memenuhi persyaratan air bersih berdasarkan Dinas Kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan kinerja penyedia air bersih sistem komunal dalam hal ini masih buruk Kontinuitas Pengaliran PDM Dalam hal kontinuitas air, PDM belum dapat melakukan pelayanan dengan optimal. Hal ini diakibatkan karena naiknya permintaan pemasangan instalasi tidak diimbangi oleh jaringan distribusi yang memadai. Sehingga beberapa daerah tertentu, terutama yang berada pada topografi tinggi tidak dapat mengakses air bersih 24 jam. Namun pihak PDM meyakini bahwa hal tersebut tidak menghambat masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan air dasar sebesar 60 l/o/h. Namun demikian, apabila hal itu terjadi, maka PDM akan memberikan pelayanan air bersih melalui tangki air. Sebetulnya secara umum, kita memang beroperasi 24 jam. PDM di 6 cabang itu semuanya beroperasi 24 jam, tapi Seperti saya katakan tadi..semakin hari jumlah penduduk itu semakin bertambah, sedangkan ketersediaan sumber yang ada pada saat dibangun dengan sekarang itu relatif tetap. Permintaan semakin banyak, sementara supply yang ada itu malah semakin turun. Jadi ada daerahdaerah tertentu yang topografinya di atas, tadinya ngalir 24 jam pada saat baru, pada saat pelanggannya belum banyak. Setelah penduduknya di bawah padat, (debit air) ke atas jadi berkurang. Yang tadinya itu 24 jam mungkin jadi 18 jam. Jadi memang ada daerah-daerah tertentu yang berdasarkan kontur, menerima dibawah 24 jam.. Kalau pun misalnya tidak ngalir, kita, kan, punya armada tangki. Itu bisa disuplai dengan armada tangki. Kalau misalnya secara sistem tidak ngalir, secara perpipaan tidak bisa dialirkan ke sana, kita bisa drop off ke sana. Pak Suryana Kabag Humas dan Pemasaran PDM Tirta Raharja Sistem Komunal Untuk penyedia air bersih komunal yang diteliti, tiga diantaranya dapat diakses 24 jam nonstop (BPBD Karamat Mulya, BPBD Soreang, BPBD Kamasan). Sedangkan BPBD Sindangpanon dapat diakses pada waktu-waktu tertentu saja. Namun kekurangan tersebut dapat diatasi karena ada komunikasi antara pihak pengelola dan pelanggan. Sehingga, meskipun tidak dapat diakses selama 24 jam, warga mengetahui bahwa air dapat diakses secara reguler pada waktu-waktu yang telah ditetapkan.

9 Kalau PDM kan dibatas, kalau ini kan 24 jam. sal pintar-pintar mengatur mana jam sibuk, tidak akan kekurangan air sebenarnya. Pak Maman Hidayat Sekretaris BPBD manah Desa Soreang Iya, di sini airnya 24 jam nonstop Pak Sambas Saefuddin Ketua RW Desa Kamasan.jadi air dimatikan setiap jam setengah sembilan (malam) dan diidupin lagi jam 4 pagi. Warga udah pada tau itu.. Pak hmad Saefudin Sekretaris BPBD Sindangpanon Jika dilihat lebih lanjut, sebenarnya keberadaan pengelola air bersih komunal di Desa Soreang dipicu oleh pelayanan PDM dalam kontinuitas air yang kurang memadai. Banyak perumahan di Kota Soreang yang telah berlangganan PDM turut memasang jaringan air dari sistem komunal karena waktu pengaliran air tidak tentu. dapun keberadaan BPBD Karamat Mulya maupun BPBD Sindangpanon timbul akibat belum terlayaninya kedua wilayah tersebut oleh PDM. Cakupan PDM belum sampe 50% lah dari seluruh rumah yang ada di desa Soreang, padahal PDM nya sendiri ada di Desa Soreang. Selain itu pelayanan dari PDM itu tidak maksimal, belum maksudnya, karena penjatahannya itu sangat singkat. Jadi hanya ada sore hari dari jam 4-6 paling lama dan dari jam 5 pagi sampai jam 6, atau paling lama jam 7. Jadi, kan, disaat sibuk pembagian airnya juga tidak merata. Bahkan ada yang sudah memasang PDM dari awal berdiri PDM sampai sekarang ini dari satu bulan hanya 2 atau 3 hari terairinya. Itu daerah RW 01. Jadi PDM dalam hal ini belum bisa melayani secara maksimal. Jadi munculnya BPBD ini mungkin pemerintah daerah memikirkan suatu saat PDM akan kelabakan dalam melayani masyarakat. Pak Maman Hidayat Sekretaris BPBD manah Desa Soreang

10 TBEL IV.4 KINERJ PENYEDI IR BERSIH DLM KRITERI KONTINUITS PENGLIRN Keterangan Sumber PDM Sistem Komunal Pengelola/ Karyawan PDM Masyarakat (kuesioner) Sumber: Hasil analisis (2006) Beberapa daerah tertentu (wilayah tiopografi tinggi) tidak dapat mengakses air PDM 24 jam akibat kurangnya jaringan transmisi dan distribusi. Di BPBD Soreang dan Kamasan, masyarakat mengaku mendapatkan akses air 24 jam. Namun pada pagi atau sore hari, debit air yang mengalir sangat kecil. Dari empat pengelola air bersih komunal yang ditemui, hanya satu yang tidak mengalir selama 24 jam, namun ada waktu tertentu yang ditetapkan Pada wilayah yang disurvei, masyarakat mendapatkan akses air bersih 24 jam/ terjadwal. Berdasarkan kontinuitasnya, dapat disimpulkan, kinerja PDM masih buruk karena masih banyak penduduk yang tidak dapat mengakses air bersih setiap saat atau 24 jam sesuai dengan tolak ukur yang ditetapkan. Sedangkan kinerja penyedia air bersih komunal dalam hal ini sudah baik karena walaupun air tidak mengalir selama 24 jam, namun ada waktu reguler yang ditetapkan pengelola sehingga warga dapat mempersiapkan kebutuhan air sebelumnya Tingkat Kehilangan ir PDM Persentase kehilangan air oleh PDM di Kota Banjaran, yaitu sebesar 50,82% atau lebih besar dari rata-rata tingkat kehilangan air rata-rata PDM Kabupaten Bandung (40,77%). Sedangkan persentase tingkat kehilangan air di Kota Soreang sebesar 37,61%. pabila dilihat dari tolok ukur kehilangan air yang ditetapkan sebesar 20%, maka tingkat kehilangan air di kedua kota tersebut sangat tinggi. Tingginya tingkat kehilangan air di PDM secara umum, antara lain karena hal-hal sebagai berikut: Watermeter induk di sebagian instalasi kurang berfungsi dengan baik, atau belum ada sehingga pengukuran secara lebih akurat atas distribusi air tidak dapat dilakukan. Secara kemampuan teknis, beberapa jaringan distribusi dan instalasi Sambungan Langganan (SL) sudah usang karena telah melewati umur

11 teknisnya, demikian pula dengan water meter pelanggan, sehingga menimbulkan rawan kebocoran. Peneraan watermeter secara berkala (5 tahun) belum dilakukan Pada dasarnya banyak, yah, yang menyebabkan tingginya angka kehilangan air itu.. masalahnya, kan, watermeter induk maupun instalasi watermeter pelanggan rata-rata, usianya itu banyak yang sudah tua, jadi pengukurannya kurang optimal. Yang di pelanggan juga demikian. Selain itu yang perlu diperhatikan itu kehilangan air yang terjadi secara fisik, yang terjadi karena ha-hal kebocoran pipa. Di Ciwidey malahan ada air yang terbuang karena pelanggannya sedikit, jadi air di reservoir melimpas ke luar Pak Suryana Kabag Humas dan Pemasaran PDM Tirta Raharja Sistem Komunal dapun penyediaan air bersih komunal atau swadaya belum memperhitungkan tingkat kehilangan air karena tidak memiliki watermeter induk sehingga jumlah produksi air tidak diketahui. Bahkan pada kenyataannya, seluruh pengurus sistem komunal yang disurvei belum mengerti mengenai konsep kehilangan air. Mereka menganggap bahwa kehilangan air hanya dapat terjadi melalui kebocoran pipa. Kalau kehilangan air itu paling ya, itu kalo ada pipa-pipa yang bocor. Pak rieffudin Bendahara BUMDES Karamat Mulya Kehilangan air?maksudnya kebocoran ya?ya paling-paling itu aja, sambungan pipa ke rumah-rumah itu pada bocor. Tapi nggak bisa terukur berapa besarnya soalnya kita kan nggak pernah kontro debit dari sumber. Pak hmad Saefudin Sekretaris BPBD Sindangpanon Wah, kebocoran air kita nggak pernah tau berapa, nggak pernah diukur....kebetulan kita nggak punya meterannya. Pak Maman Hidayat Sekretaris BPBD manah Desa Soreang Kehilangan air yang terdeteksi pada umumnya terjadi secara fisik, yaitu melalui kebocoran pipa dan melimpasnya air di reservoir. Kebocoran pipa terjadi di semua penyedia air bersih sistem komunal yang ditemui dan menjadi jumlah keluhan tertinggi, dengan frekuensi keluhan sering (>3 kali dalam setahun) dan

12 jarang (1-3 kali dalam setahun). Sedangkan melimpasnya air di reservoir terjadi di wilayah yang memanfaatkan mata air sebagai sumber airnya. Hal ini terjadi karena air secara otomatis mengalir selama 24 jam, sementara sebagian besar warga tidak menggunakan air pada malam hari. Sehingga air yang tidak termanfaatkan kembali ke reservoir dan meluber ke luar. Di Desa Karamatmulya Kota Soreang, limpasan air dari reservoir ini dimanfaatkan untuk mengaliri persawahan warga. Yah, itu jadi manfaat buat yang punya sawah-sawah juga jadinya. Jadi sawah di sini masih banyak yang pake air bersih. Karna masih banyak yang terbuang itu makanya rencananya dikembangkan pelayanannya ke 4 RW lagi. Pak rieffudin Bendahara BUMDES Karamat Mulya TBEL IV.5 KINERJ PENYEDI IR BERSIH DLM KRITERI TINGKT KEHILNGN IR Keterangan Sumber PDM Sistem Komunal Pengelola/ Karyawan PDM Masyarakat (kuesioner) Sumber: Hasil analisis (2006) Tingkat kehilangan air di Kota Soreang maupun Banjaran jauh melebihi tolok ukur yang ditetapkan. Kehilangan air yang dialami oleh pelanggan, yaitu kehilangan air secara fisik melalui kebocoran pipa. Tingkat kehilangan air pada pengelolaan air bersih sistem komunal tidak terhitung. Pengurus belum mengerti mengenai konsep kehilangan air. Kehilangan air yang terdeteksi adalah akibat limpasan air dari reservoir dan kebocoran pipa. Kehilangan air yang dialami pelanggan berupa kebocoran pipa. Dapat disimpulkan bahwa dalam segi kehilangan air, kinerja PDM masih buruk. Demikian pula halnya dengan pengelola air bersih komunal, kehilangan air belum menjadi concern bagi pengelolaan air bersih. Walaupun tingkat kehilangan air tidak terhitung, namun berdasarkan perkiraan dari pihak penyedia air bersih, tingkat kehilangan air yang dialami lebih dari 20%. Sehingga dalam hal ini dapat dikatakan pelayanan air bersih dengan sistem komunal masih buruk.

13 4.1.6 Kecepatan Penyambungan Baru PDM Berdasarkan tolok ukur yang ditetapkan, waktu penyambungan baru maksimal 6 hari kerja. Namun, kecepatan waktu penyambungan di PDM Tirta Raharja masih ada yang lebih dari enam hari. Hal ini juga diakui oleh pihak PDM....diharapkan prosesnya itu dalam jangka waktu 14 hari kerja, itu sudah bisa terealisasi. Memang itu masih relatif terlalu lama. Pak Suryana Kabag Humas dan Pemasaran PDM Tirta Raharja Lamanya proses penyambungan baru disebabkan oleh prosedur yang panjang dimulai dari dimasukkannya berkas permohonan hingga persetujuan permohonan walaupun dalam prosesnya, calon pelanggan tidak perlu memindahtangankan berkas tersebut (lihat bab 3). Selain itu, tidak ada penjelasan kepada pelanggan mengenai prosedur yang akan dijalankan terhadap formulir permohonan yang telah masuk dan waktu yang dibutuhkan untuk memproses formulir tersebut. Dalam hal pemasangan instalasi SL di PDM, calon pelanggan harus datang minimal sebanyak tiga kali. Pertama, untuk mencari tahu persyaratan pemasangan instalasi SL. Kedua, pada saat penyerahan dokumen yang termasuk dalam persyaratan. Ketiga, pada saat penandatangan Bukti Persetujuan Langganan (BPL). Biaya pemasangan baru akan dibebankan pada saat formulir permohonan telah disetujui Sistem Komunal Berbeda dengan proses penyambungan baru di pengelola air bersih komunal, hampir seluruh proses pemasangan instalasi pada sistem komunal dilakukan dalam waktu kurang dari enam hari kerja. Hal ini karena tidak adanya prosedur yang mengikat. Calon pelanggan cukup datang dan menunjukkan KTP dan membawa biaya pemasangan, maka proses penyambungan akan segera dilaksanakan oleh petugas teknis. Walau demikian, proses administrasi penyambungan baru di lokasi yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan, sudah menunjukkan profesionalisme, seperti terdapatnya formulir pemasangan.

14 Proses penyambungan baru juga lebih cepat karena sifat gotong royong yang masih kuat di antara warga seperti yang terjadi di Desa Kamasan Banjaran. Waktu pemasangan mah sebentar. Begitu ada yang daftar dan memenuhi syarat-syarat yang diajukan bisa kita langsung pasang... pokoknya begitu daftar, besok sudah bisa dipasang. Pak rieffudin Bendahara BUMDES Karamat Mulya Kalau peralatannya udah lengkap yah sebentar ya, nggak sampe sehari juga udah selesai, tapi kalau ada yang harus dibeli dulu, sekitar 2-3 hari lah baru selesai. Pak hmad Saefudin Sekretaris BPBD Sindangpanon Itu sih sebentar, pokoknya warga daftar bayar, setelah itu langsung dipasang....paling sehari selesai. Pak Maman Hidayat Sekretaris BPBD manah Desa Soreang h, kalau masang, mah, disini semuanya pada bantu. Di masyarakat, mah, udah spontan, nggak masalah itu. Nggak terlalu komersial, lah. Pak Sambas Saefuddin Ketua RW Desa Kamasan Keterangan pihak penyedia air bersih tersebut sesuai apabila dibandingkan dengan hasil survei terhadap masyarakat Kota Soreang dan Banjaran. pabila dilihat dari variabel kecepatan pemasangan sambungan di Kota Soreang, 67% pengguna air PDM menyatakan bahwa tingkat kecepatan pemasangan instalasi adalah cepat (atau kurang dari enam hari). Sedangkan 33% menyatakan bahwa pemasangan instalasi lambat. Bagi pengguna air bersih komunal, 100% menyatakan bahwa tingkat kecepatan pemasangan instalasi adalah cepat. dapun persepsi masyarakat di Kota Banjaran, 53% menyatakan pemasangan instalasi adalah cepat. Sedangkan 47% menyatakan bahwa pemasangan instalasi lambat. Dengan demikian terlihat bahwasanya tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelayanan PDM dan sistem komunal di Kota Soreang maupun di Kota Banjaran. Persepsi masyarakat terhadap kecepatan waktu penyambungan baru di Kota Soreang dan Banjaran dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2.

15 GMBR 4.1 GRFIK HUBUNGN NTR PENYEDI IR BERSIH DN PERSEPSI TERHDP KECEPTN PEMSNGN INSTLSI SL DI KOT SORENG cepat lambat PDM 10 5 Sistem Komunal 15 0 Sumber: Kuesioner (2006) GMBR 4.2 GRFIK HUBUNGN NTR PENYEDI IR BERSIH DN PERSEPSI TERHDP KECEPTN PEMSNGN INSTLSI SL DI KOT BNJRN cepat lambat PDM 8 7 Sistem Komunal 15 0 Sumber: Kuesioner (2006)

16 TBEL IV.6 KINERJ PENYEDI IR BERSIH DLM KRITERI KECEPTN PENYMBUNGN BRU Keterangan Sumber PDM Sistem Komunal Tidak semua proses Seluruh proses Pengelola/ Karyawan PDM penyambungan baru dapat dilakukan kurang dari enam penyambungan baru dapat dilakukan kurang dari enam Masyarakat (kuesioner) Sumber: Hasil analisis, 2006 hari. 60% warga di Kota Soreang dan Banjaran menyatakan bahwa waktu pemasangan sambungan cepat. Sisanya 40% menyatakan waktu pemasangan di PDM lambat. hari Seluruh pelanggan menyatakan proses penyambungan baru dilakukan kurang dari enam hari sejak pendaftaran Oleh karena itu, berdasarkan waktu penyambungan baru, maka dapat dikatakan kinerja PDM masih buruk. Sedangkan kinerja pengelola air bersih komunal dalam hal ini sudah baik karena seluruh pelanggan mengalami waktu pemasangan kurang dari enam hari kerja Kemampuan Penanganan Pengaduan PDM Jumlah pengaduan rata-rata per bulan yang berhasil diselesaikan oleh PDM cabang III (Soreang, Banjaran, dan Ciwidey) adalah sebesar 100%. Keluhan yang paling sering dialami oleh pelanggan PDM, baik di Kota Soreang maupun Banjaran adalah kesalahan rekening. Kesalahan rekening yang terjadi biasanya berkenaan dengan pencatatan perhitungan meteran yang lebih besar dari yang seharusnya. Jenis keluhan yang dialami pelanggan PDM di Kota Soreang dan Banjaran dijabarkan pada gambar 4.3. dan gambar 4.4. Untuk cabang tiga, seperti yang bisa anda lihat, penanganan pengaduan itu mencapai 100%. Pelayanan pengaduan itu 24 jam, di masing-masing unit kerja, kan, ada petugas piket bergilir. Pak Suryana Kabag Humas dan Pemasaran PDM Tirta Raharja Jika dilihat frekuensi keluhan yang dialami oleh pelanggan PDM di Kota Soreang dan Banjaran, tidak tampak perbedaan yang signifikan dalam jumlah

17 pelanggan yang mengajukan keluhan. Di Kota Soreang sebesar 40% pelanggan menyatakan tidak pernah mengajukan keluhan; 53% pelanggan menyatakan frekuensi keluhan jarang (1-3 kali dalam setahun); dan 7% pelanggan menyatakan frekuensi keluhan sedang (>3 kali dalam setahun). dapun di Kota Banjaran, pelanggan yang tidak pernah mengajukan keluhan sebanyak 47%, pelanggan yang jarang mengajukan keluhan sebesar 33%, dan pelanggan yang sering mengajukan keluhan sebesar 20%. Frekuensi keluhan yang dialami oleh pelanggan PDM maupun sistem komunal dapat dilihat lebih jelas pada gambar 4.5 dan 4.6. GMBR 4.3 GRFIK HUBUNGN NTR PENYEDI IR BERSIH DN JENIS KELUHN DI KOT SORENG kebocoran pipa kesalahan rekening aliran tidak optimal air mati kualitas air buruk PDM Komunal Sumber: Hasil nalisis Kuesioner, 2006 GMBR 4.4 GRFIK HUBUNGN NTR PENYEDI IR BERSIH DN JENIS KELUHN DI KOT BNJRN kebocorankesalahan aliran pipa rekening tidak optimal air mati kualitas air buruk PDM Komunal Sumber: Hasil nalisis Kuesioner, 2006

18 GMBR 4.5 GRFIK HUBUNGN NTR PENYEDI IR BERSIH DN FREKUENSI KELUHN DI KOT SORENG tidak jarang sering PDM Komunal Sumber: Hasil nalisis Kuesioner (2006) GMBR 4.6 GRFIK HUBUNGN NTR PENYEDI IR BERSIH DN FREKUENSI KELUHN DI KOT BNJRN tidak jarang sering PDM Komunal Sumber: Hasil nalisis Kuesioner (2006) Sistem Komunal Sama halnya dengan PDM, jumlah pengaduan rata-rata yang mampu ditangani oleh pengelola air bersih sistem komunal adalah 100%. Jenis keluhan yang paling banyak dialami oleh pelanggan air bersih komunal, baik di Kota Soreang maupun di Kota Banjaran adalah kebocoran pipa. Kebocoran pipa seringkali terjadi karena penanaman pipa yang tidak begitu dalam, yaitu hanya sekitar cm di bawah pemukaan tanah sehingga pipa rawan terkena bendabenda tajam diatasnya.

19 Hampir semua (keluhan) bisa kita tangani, ya. Selama itu masih mengenai halhal teknis lainnya selalu bisa kita tangani.. Ya itu aja, pada awal-awal ada komplain pasir-pasir itu. Kalau mau bikin rumah kayanya bisa itu pake pasir-pasir itu.hehehehhe..ya kemudian mungkin kesalahan dalam rekening, bukan kesalahan total nilai, tapi kesalahan cetak nama, ya seperti itu. Seperti ini, harusnya bulan September, lupa ini nya tidak diganti masih bulan agustus. Pak Maman Hidayat Sekretaris BPBD manah Desa Soreang Selama ini, lhamdulillah semua pengaduan yang masuk ke kita masih bisa tertangani karena, kan, biasanya hanya mengenai kebocoran pipa, atau kerannya. Itu aja, sih. Pak rieffudin Bendahara BUMDES Karamat Mulya Kalau yang sifatnya bisa tertangani, ya kita tangani. Kaya sekarang ini kan ada yang beberapa jalurnya itu kalau jam-jam sibuk, pagi ama sore, itu sedikit kebagian airnya. Itu jalurnya akan kita pisahkan. Bak torennya ditambah, lalu jalur-jalur yang tadinya jam sibuk, debit airnya kecil, akan kita pisahkan gitu, jadi semuanya rata. Dua minggu lagi udah mulai pembangunan. Tapi kalau masalah pencurian meteran itu, sulit ya, karena sampe sekarang juga nggak ketahuan, dan itu kan harusnya jadi tanggung jawab pelanggan karena udah menjadi milik mereka. Di kita, mah, lebih ke arah teknis aja. Pak hmad Saefudin Sekretaris BPBD Sindangpanon Keluhan pada pengelola air bersih komunal biasanya dilakukan langsung kepada pengurus secara pribadi, baik datang langsung ke rumah pengurus, maupun melalui telepon. Hal ini dilakukan karena hubungan antara pengurus dan pelanggan sudah dekat sehingga pelanggan tidak merasa sungkan untuk mengemukakan keluhannya. Karena kita pendekatannya secara langsung, jadi kalau keluhan apapun ya ngomong aja dia kepada kita, jadi nggak ada sekat. Kita juga berbaur secara langsung dengan masyarakatnya. Pak Maman Hidayat Sekretaris BPBD manah Desa Soreang pabila dibandingkan frekuensi keluhan pelanggan di Kota Soreang dan Banjaran, maka tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan. dapun frekuensi keluhan yang diajukan pelanggan air bersih komunal di Soreang, yaitu sebesar 27% menyatakan tidak pernah menyatakan keluhan; 60% menyatakan frekuensi keluhan jarang (1-3 kali dalam setahun); dan 13% menyatakan frekuensi keluhan sering (>3 kali dalam setahun). Sedangkan pelanggan air bersih komunal di Kota Banjaran, sebesar 40% menyatakan tidak pernah

20 mengajukan keluhan, 33% menyatakan frekuensi pengajuan keluhan jarang, dan sebesar 27% pelanggan menyatakan frekuensi pengajuan keluhan sering. Frekuensi keluhan yang dialami oleh pelanggan sistem komunal dapat dilihat lebih jelas pada gambar 4.5 dan 4.6. TBEL IV.7 KINERJ PENYEDI IR BERSIH DLM KRITERI KEMMPUN PENNGNN PENGDUN Keterangan Sumber PDM Sistem Komunal Kemampuan penanganan Seluruh pengaduan yang Pengelola/ Karyawan pengaduan mencapai masuk dapat tertangani. PDM 100%. Dari 17 rumah tangga yang Dari 20 rumah tangga yang yang pernah mengalami pernah mengalami keluhan, keluhan, seluruhnya seluruhnya menyatakan Masyarakat menyatakan bahwa keluhan mampu ditangani keluhan mereka oleh pengelola air bersih diselesaikan dengan baik komunal. oleh petugas PDM. Sumber: Hasil analisis (2006) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jumlah keluhan yang terselesaikan, baik PDM maupun sistem komunal memiliki kinerja baik karena mampu menyelesaikan seluruh keluhan. 4.2 spek Tarif tarif. spek tarif dilihat dari kriteria sistem penetapan tarif dan dasar penetapan Sistem Penetapan Tarif PDM Berdasarkan tolok ukur sistem penetapan tarif, PDM harus menetapkan tarif berdasarkan sistem tarif progresif. Dalam hal ini, PDM telah memenuhi tolok ukur yang pertama karena tarif yang ditetapkan seperti berikut ini: 0 s/d 10 m 3 = Rp 1200,00 11 s/d 20 m 3 = Rp 2100,00 21 s/d 30 m 3 = Rp 3000,00 31 s/d 40 m 3 = Rp 4200,00

21 diatas 40 m 3 = Rp 5400,00 Penetapan tarif dilakukan dengan sistem progresif dengan tujuan agar penggunaan air oleh masyarakat dilakukan dengan efisien demi perlindungan terhadap sumber daya air. Ditetapkan tarif progresif itu, kan, sudah diputuskan dalam KEPMENDGRI, itu berlaku di seluruh PDM. Tujuannya, kan, supaya masyarakat menggunakan air itu dengan hemat sehingga pemakaian air itu benar-benar efisien. Bu Eva Kasubbag Litbang Bagian Teknik PDM Tirta Raharja Sistem Komunal dapun tarif yang ditetapkan oleh pengelola air bersih komunal pada umumnya lebih murah dibandingkan tarif PDM. Besaran tarif untuk air bersih tergantung pada sumber air yang digunakan. Sistem komunal yang menggunakan mata air memasang tarif berkisar antara Rp. 250,00 per m 3 hingga Rp. 900 per m 3. Sedangkan sistem komunal yang menggunakan sumur artesis memasang tarif sebesar Rp.900,00 per m 3 hingga Rp.1.000,00 per m 3. Dilihat dari sistem penetapan tarif, ketiga pengelola air bersih komunal yang diteliti telah menetapkan tarif progresif. dapun pengelola air bersih komunal yang belum menetapkan sistem tarif progresif, yaitu BPBD Kamasan Kota Banjaran. lasan tidak ditetapkannya sistem tarif progresif karena pengelola air bersih komunal di Desa Kamasan tidak mendapatkan pelatihan dari pemerintah daerah mengenai mekanisme pengelolaan air bersih yang didalamnya juga mencakup mekanisme penetapan tarif. Hubungan antara pengaturan tarif dengan ada/ tidaknya pelatihan dari pemerintah dapat dilihat pada tabel IV.8. Makanya bagi yang pemakaian kecil sekarang enak, tapi untuk pemakaian besar tarifnnya emang meningkat. Tujuan kita emang susidi silang. Itu supaya nggak menghambur-hamburkan air. Jadi kalau yang punya mobil misalnya kalau cuci mobil mah kalau ada air sumur, pake itu lah. Jadi ajas manfaatnya jangan terlalu di open lah. Namanya juga mata air ya. Pak rieffudin Bendahara BUMDES Karamat Mulya

22 ..Jadi setiap kenaikan 10 m 3, itu ada kenaikan tarif 250 rupiah supaya pemakaian air ini lebih terkontrol..gitu. Pak Maman Hidayat Sekretaris BPBD manah Desa Soreang TBEL IV.8 HUBUNGN NTR PENGTURN TRIF DENGN D/ TIDKNY PELTIHN DRI PEMERINTH Pengelola ir Bersih BPBD Karamat Mulya BPBD Soreang BPBD Sindangpanon BPBD Kamasan Sumber: Hasil analisis (2006) Pelatihan Pengelolaan (ada/ tidak) da da da Tidak Tarif Penetapan tarif secara progresif untuk setiap pemakaian kelipatan 5 m 3 Penetapan flat tariff untuk sarana umum (mesjid dan madrasah) Sangsi pemutusan apabila tidak membayar selama 3 bulan Penetapan tarif secara progresif untuk setiap pemakaian kelipatan 10 m 3 Pengenaan biaya denda 10% dari jumlah tagihan apabila terlambat melakukan pembayaran (> tanggal 20 dalam setiap bulan) Penetapan tarif secara progresif untuk setiap pemakaian kelipatan 5 m 3 Penetapan flat tariff untuk sarana umum (mesjid dan madrasah) Sangsi pemutusan apabila tidak membayar selama 3 bulan Penetapan flat tariff Pembebasan tarif untuk sarana umum (madrasah) Tidak diberlakukan sistem denda, namun dilakukan pemutusan hubungan apabila 3 bulan berturutturut tidak melunasi biaya pemakaian air. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya dalam kriteria sistem penetapan tarif, baik PDM maupun sistem komunal sudah memiliki kinerja yang baik karena telah menetapkan tarif progresif.

23 4.2.2 Dasar Penetapan Tarif PDM Berdasarkan tolok ukur yang ditetapkan, PDM harus memenuhi prinsip tarif 4% Upah Minimum Regional Propinsi Jawa Barat (Rp ,00). Dengan asumsi, tarif yang dipergunakan merupakan tarif untuk golongan bawah, maka biaya yang maksimal dikeluarkan oleh masyarakat di Kota Soreang maupun Kota Banjaran untuk air bersih, yaitu sebesar Rp ,00. pabila diasumsikan jumlah anggota keluarga sebanyak lima orang dengan tingkat konsumsi air per hari 60 l/o/h, maka dengan tarif yang berlaku, pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh satu keluarga untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam satu bulan adalah sebesar Rp Dengan demikian, dalam hal ini PDM sudah memenuhi tolok ukur yang ditetapkan. Menaikkan tarif itu kan nggak semudah membalikkan telapak tangan, ada prosedurnya, panjang itu prosesnya....kita tidak dapat begitu saja menyesuaikan tarif tanpa alasan, ada peninjauannya dulu, lalu ada persetujuan dari dewan pengawas dan DPRD. Kalo sudah itu baru kita baru bisa menaikkan. Bu Eva Kasubbag Litbang Bagian Teknik PDM Tirta Raharja Sistem Komunal Berdasarkan tolok ukur penetapan tarif sistem komunal, penetapan tarif dilakukan secara musyawarah. Pada kenyataannya, penetapan tarif sistem komunal memang dilakukan secara musyawarah oleh perangkat desa dengan para pelanggan sehingga pelanggan dapat mengetahui secara langsung. Demikian pula halnya apabila ada penyesuaian tarif. Setelah dikonfirmasikan kepada warga, hal tersebut benar adanya bahwa penetapan tarif oleh pengelola sistem komunal dilakukan dengan jalan musyawarah. Kalau tarif ini kan kita masih pake yang lama. Setelah perubahan manajemen, kan, kita semua berembuk lagi, ternyata nggak ada yang keberatan dengan tarif yang dulu, jadi sampe sekarang kita masih pake tarif itu. Pak hmad Saefudin Sekretaris BPBD Sindangpanon (Untuk menetukan tarif) kita bermusyawarah dengan para tokoh, yaitu kepala desa, BPD, ketua RW, RT, trus dengan tokoh masyarakat. Pak rieffudin

24 Bendahara BUMDES Karamat Mulya Ya, rapatnya melibatkan seluruh panitia dari tokoh masyarakat. RT, RW sebagai fasilitatornya, kemudian ada juga warga yang sudah daftar karena mereka belum tentu sanggup, kan, mungkin ada keberatan dengan besar tarif. Pak Sambas Saefuddin Ketua RW Desa Kamasan Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kinerja PDM maupun sistem komunal dalam kriteria dasar penetapan tarif baik karena sudah sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan. 4.3 spek dministrasi spek administrasi dilihat dari kelengkapan dokumen dasar sebagai panduan/ dasar hukum dan alat kontrol kegiatan operasional Kelengkapan Dokumen Dasar Dilihat dari segi kelembagaan, bagaimanapun PDM mempunyai manajemen yang lebih kompleks dari pengelola air bersih komunal. PDM mempunyai status perusahaan BUMD. Hal ini merupakan kepastian hukum dalam menjalankan usaha. Persyaratan dokumen berdasarkan tolok ukur yang telah ditetapkan pada umumnya mampu dilengkapi oleh PDM. Walaupun demikian dari Laporan Hasil Evaluasi Kinerja PDM Tirta Raharja Kabupaten Bandung Tahun 2004, diketahui bahwa pada penerapannya, dokumen tersebut belum sepenuhnya dipedomani. Hal ini dijelaskan pada tabel IV.9. TBEL IV.9 KELENGKPN DOKUMEN DSR PDM Dokumen yang disyaratkan Rencana Organisasi dan Uraian Tugas Prosedur Operasi Standar Pedoman Penilaian Kerja Karyawan Rencana Jangka Panjang Gambar Nyata Laksana (s Built Drawing) Rencana Kerja dan nggaran Perusahaan Tertib Laporan Internal Tertib Laporan Eksternal Keterangan dipedomani sepenuhnya dipedomani sebagian tidak dibuat tepat waktu

25 Sumber: Laporan Hasil Evaluasi Kinerja PDM Tirta Raharja Kabupaten Bandung Tahun 2004 Meskipun PDM telah memiliki dokumen yang dipersyaratkan, namun karena pada penerapannya belum sepenuhnya dipedomani, maka dapat dikatakan bahwa dalam hal ini kinerja PDM masih buruk Sistem Komunal Bagi penyediaan air bersih komunal, kelengkapan dokumen berbanding lurus dengan kinerja pengelolaan. Dari empat pengelola air bersih komunal yang ditemui, dua diantaranya memiliki kinerja baik berdasarkan hasil evaluasi oleh pemerintah Kabupaten Bandung, yaitu Desa Karamat Mulya Soreang dan Desa Sindangpanon Banjaran. Setelah dilihat lebih lanjut, kedua BPBD ini mampu melengkapi keseluruhan dokumen yang digunakan sebagai panduan pengelolaan, diantaranya SK Kepala Desa, D/ RT, Tertib Laporan Internal, dan Tertib Laporan Eksternal. Namun untuk desa lainnya, dokumen yang ada hanya laporan keuangan (tertib laporan internal) dan Surat Keputusan Pembentukan. Oh kalo laporan keuangan, teh, pasti ada, harus jelas itu. anggaran dasar juga ada, SK apalagi.. Kalau ke pemerintah itu hanya sekedar laporannya per triwulan, baik neraca dari simpan pinjam, (maupun) air itu ke kecamatan. Nanti kecamatan yang memberikan ke KIMTWIL dan kabupaten. Dan dari KIMTWIL pun ada tiap bulan ke sini memantau. Kalau yang resmi 6 bulan sekali. Jadi laporannya itu dari sini kita bikin rangkap tiga trus nanti kita kasih ke kecamatan. Kecamatan yang ngirim ke kabupaten dan KIMTWIL Pak rieffudin Bendahara BUMDES Karamat Mulya Semuanya ada ya..di sini laporannya lengkap. Malahan dulu tiap bulan laporan keuangan ini dipasang di depan biar warga bisa pada liat.. Sekarang, teh, udah nggak, tapi kalo warga mau liat silahkan. Pak hmad Saefudin Sekretaris BPBD Sindangpanon Begini, ini kan baru satu tahun setengah, nanti kalau utangnya udah lunas, kalau sudah lunas segala-galanya baru musyawarah kembali bagaimana untuk manajemen ke depan. Masalah anggaran dasar itu nanti saja....laporan kegiatan itu dari desa nggak ada yang minta. Pak Sambas Saefuddin Ketua RW Desa Kamasan nggaran dasar itu belum, kita udah punya rencana-rencana, tapi belum ditulis. Pak Maman Hidayat Sekretaris BPBD manah Desa Soreang

26 Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya dalam bidang dministrasi, kinerja PDM masih buruk. Demikian pula halnya dengan kinerja pengelola air bersih komunal, sebagian besar masih memiliki kinerja yang buruk karena hanya sebagian kecil sistem komunal yang memiliki panduan kerja dan alat kontrol. Dari hasil penjabaran mengenai kondisi PDM maupun pengelolaan sistem komunal dalam berbagai kriteria pelayanan air bersih, maka pada tabel IV.10 dapat dilihat pemenuhan tolok ukur dari beberapa indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

27 TBEL IV.10 PEMENUHN TOLOK UKUR INDIKTOR KINERJ PDM DN SISTEM KOMUNL spek Kriteria Tolok Ukur PDM Sistem Komunal Cakupan Pelayanan 60% x 40% x Kuantitas air 60 l/o/h Kualitas air Memenuhi syarat air bersih berdasarkan syarat kesehatan x O P E R S I O N L T R I F D M I N I S T R S I Kontinuitas air Mengalir 24 jam x Tingkat kehilangan air 20% x x Kecepatan pemasangan SL Jumlah aduan terselesaikan Sistem penetapan tarif Dasar Penetapan Tarif Kelengkapan Dokumen Dasar Ket: = mampu dipenuhi x = tidak dapat dipenuhi 6 hari x 80% Penetapan tarif sistem progresif Biaya penggunaan air 4% UMR propinsi Penetapan tarif secara musyawarah Memiliki: Rencana Jangka Panjang Rencana Organisasi dan Uraian Tugas Prosedur Operasi Standar Gambar Nyata Laksana Pedoman Penilaian Kerja Karyawan Rencana Kerja dan nggaran Perusahaan Tertib Laporan Internal Tertib Laporan Eksternal Memiliki: Surat Keputusan Pembentukan D/ RT Tertib Laporan Internal Tertib Laporan Eksternal x x dapun kesimpulan mengenai kinerja PDM dan pengelola air bersih sistem komunal dalam berbagai kriteria pelayanan air bersih dapat dilihat pada tabel IV.11.

28 TBEL IV.11 KESIMPULN KINERJ PDM DN SISTEM KOMUNL DI KOT SORENG DN BNJRN spek Kriteria PDM Sistem Komunal O P E R S I O N L T R I F DMINIS TRSI Cakupan Pelayanan Kuantitas air Kualitas air Kontinuitas air Tingkat kehilangan air Kecepatan pemasangan SL Jumlah aduan terselesaikan Sistem Penetapan Tarif Dasar Penetapan Tarif Dokumen Dasar Sumber: Hasil nalisis (2007) Kinerja PDM buruk karena cakupan pelayanan masih jauh (<30%) dari cakupan pelayanan ideal (60%). Kinerja PDM baik karena kuantitas minimum air bersih sebesar 60 l/o/h yang dibutuhkan oleh warga mampu dipenuhi. Kinerja PDM sudah baik. Hal ini dikarenakan adanya pemeriksaan kualitas air yang dilakukan secara berkala. Pemeriksaan dilakukan oleh lembaga/ konsultan yang kredibel dengan frekuensi pemeriksaan maksimal satu bulan sekali dan minimal tiga bulan sekali. Kinerja PDM masih buruk karena masih ada beberapa daerah tertentu yang tidak dapat mengakses air PDM 24 jam akibat kurangnya jaringan transmisi dan distribusi. Kinerja PDM juga masih buruk. Hal ini dikarenakan besarnya persentase kehilangan air yang lebih besar dari tolak ukur yang ditetapkan sebesar 20%. Kinerja PDM masih buruk karena banyak pelanggan yang mengalami pemasangan lebih dari enam hari kerja yang disebabkan oleh lamanya proses birokrasi. Kinerja PDM sudah baik, jumlah keluhan yang terselesaikan mencapai 100%. Kinerja PDM baik karena penetapan tarif sudah memepertimbangkan prinsip efisiensi penggunaan air bersih (berdasarkan sistem tarif progresif) Kinerja PDM baik karena penetapan tarif sudah dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat ( 4% UMR Propinsi) Kinerja PDM masih buruk karena dokumen dasar yang diharapkan dapat dipergunakan sebagai panduan sekaligus alat kontrol dalam menjalankan operasional ternyata belum seluruhnya dipedomani. Kinerja sistem komunal buruk karena cakupan pelayanan masih jauh (<30%) dari cakupan pelayanan ideal (40%). Kinerja pengelola sistem komunal baik karena kuantitas minimum air bersih sebesar 60 l/o/h yang dibutuhkan oleh warga mampu dipenuhi. Kinerja sistem komunal masih buruk karena sebagian besar pengelola air bersih komunal tidak memeriksakan kualitas air ke dinas kesehatan sehingga kualitas airnya masih diragukan. Kinerja pengelola air bersih komunal sudah baik karena walaupun air tidak mengalir selama 24 jam, namun ada waktu reguler yang ditetapkan pengelola sehingga warga dapat mempersiapkan kebutuhan air sebelumnya. Kinerja pengelola air bersih komunal masih buruk karena berdasarkan perkiraan dari pihak penyedia air bersih, tingkat kehilangan air yang dialami lebih dari 20%, kehilangan air juga belum menjadi concern bagi pengelolaan air bersih. Kinerja pengelola air bersih komunal sudah baik karena waktu penyambungan kurang dari enam hari kerja. Kinerja pengelola air bersih komunal sudah baik karena mampu menyelesaikan seluruh keluhan. Kinerja pengelola air bersih komunal baik karena penetapan tarif sudah memepertimbangkan prinsip efisiensi penggunaan air bersih (berdasarkan sistem tarif progresif) Kinerja pengelola air bersih komunal sudah baik karena sudah mempertimbangkan kemampuan masyarakat (melalui proses musyawarah antara pelanggan dan pengurus). Kinerja pengelola air bersih komunal masih buruk karena dokumen dasar yang dipersyaratkan sebagai dasar panduan menjalankan operasional belum dapat dipenuhi oleh sebagian besar pengelola air bersih komunal.

29 Berdasarkan penjabaran terhadap kinerja dari tiap-tiap indikator, maka dapat dilihat keunggulan dan kelemahan dari PDM dan sistem komunal. Penjabaran mengenai keunggulan dan kelemahan kedua lembaga penyedia air bersih perpipaan ini dapat dilihat pada tabel IV.12 dan IV.13 TBEL IV.12 KEUNGGULN PDM DN PENGELOL IR BERSIH SISTEM KOMUNL DI KOT SORENG DN BNJRN spek Kriteria PDM Komunal O P E R S I O N L T R I F DMINIS TRSI Cakupan Pelayanan Kuantitas ir Kualitas ir Kontinuitas Tingkat Kehilangan ir Kecepatan Penyambungan Baru Kemampuan Penanganan Pengaduan Ratarata Perbulan Penetapan Tarif Dokumen Dasar Kuantitas air sesuai dengan standar kebutuhan (60 l/o/h) Kualitas air (sesuai dengan sistem penyediaan air minum dan karakteristik wilayah) memenuhi standar kesehatan Karyawan dapat menyelesaikan seluruh pengaduan yang masuk dengan baik danya upaya konservasi air melalui penetapan tarif progresif Kuantitas air sesuai dengan standar kebutuhan Waktu pengaliran air 24 jam/ terjadwal sehingga warga tidak pernah mengalami kekurangan air Prosedur pemasangan sambungan mudah untuk diikuti sehingga waktu pemasangan tergolong cepat ( 6 hari) Pengelola mampu menyelesaikan seluruh pengaduan yang masuk dengan baik Tarif air lebih ekonomis dibandingkan tarif PDM Penetapan tarif melibatkan pelanggan Telah ada upaya penghematan penggunaan air melalui penetapan tarif progresif

30 TBEL IV.13 KELEMHN PDM DN PENGELOL IR BERSIH SISTEM KOMUNL DI KOT KECIL spek Kriteria PDM Komunal O P E R S I O N L T R I F D M I N I S T R S I Cakupan pelayanan Kuantitas ir Kualitas ir Kontinuitas Tingkat Kehilangan ir Kecepatan Penyambungan Baru Pengaduan Penetapan Tarif Dokumen Dasar Cakupan pelayanan masih sangat kecil (<30%) diandingkan kondisi idealnya (60%) Pengaliran air tidak optimal ( 24 jam) diakibatkan oleh jaringan transmisi dan distribusi yang masih rendah Tingkat kehilangan air tergolong sangat tinggi akibat jaringan transmisi dan distribusi yang kurang layak (usang) dan peneraan meter tidak berkala Waktu pemasangan lambat ( 6 hari) yang disebabkan oleh prosedur pemasangan sambungan baru masih terlalu panjang. Frekuensi pengaduan tinggi sebesar 2-3% setiap bulan (1:45) SL, terutama oleh kesalahan rekening Meskipun telah melengkapi persyaratan dokumen yang dibutuhkan namun dalam penerapannya, belum sepenuhnya dipedomani Cakupan pelayanan masih sangat kecil (<30%) diandingkan kondisi idealnya (40%) Kualitas air belum terjamin higienitasnya meskipun tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan masyarakat Tingkat kehilangan air tidak terdeteksi belum menjadi kepedulian dari para pengelola. Frekuensi pengaduan yang masuk lebih besar daripada PDM, sebagian besar karena sistem pemasangan perpipaan masih sederhana sehingga mudah bocor Masih ada pengelola air bersih komunal yang belum mengerti pentingnya penerapan tarif progresif Sebagian besar pengelola air bersih komunal belum memiliki D/ RT sebagai panduan pengelolaan. Sebagian besar pengelola air bersih komunal belum memiliki laporan tertib eksternal sehingga tidak ada kontrol dari pihak luar terhadap pengelolaan kegiatan.

BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN)

BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN) BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN) 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian data dan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini,

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PELAYANAN PENYEDIA AIR BERSIH SISTEM PERPIPAAN DI KOTA KECIL (STUDI KASUS: KOTA SOREANG DAN BANJARAN) TUGAS AKHIR

EVALUASI KINERJA PELAYANAN PENYEDIA AIR BERSIH SISTEM PERPIPAAN DI KOTA KECIL (STUDI KASUS: KOTA SOREANG DAN BANJARAN) TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA PELAYANAN PENYEDIA AIR BERSIH SISTEM PERPIPAAN DI KOTA KECIL (STUDI KASUS: KOTA SOREANG DAN BANJARAN) TUGAS AKHIR DYAH NASTITI PROBORINI 15402049 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan dipaparkan temuan studi, kesimpulan, dan rekomendasi dari studi yang telah dilakukan. Di bagian akhir bab ini, juga akan dipaparkan mengenai kelemahan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI A. Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi Bagaimana Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi? Berikut ini analisa yang

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR Oleh: DODY KURNIAWAN L2D 001 412 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Cirebon pada awalnya bernama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) yang merupakan badan usaha dengan berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan air bersih merupakan komponen pelayanan publik yang sangat penting. Air pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten didirikan berdasar kan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis Nomor 4 Tahun 1994 Tanggal

Lebih terperinci

BAB 4 KINERJA PDAM KABUPATEN PONOROGO TAHUN

BAB 4 KINERJA PDAM KABUPATEN PONOROGO TAHUN BAB 4 KINERJA PDAM KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2007-2009 Penilaian kinerja PDAM Kabupaten Ponorogo tahun 2007-2009 berdasarkan Kepmendagri No.47 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM. Kinerja

Lebih terperinci

PERMASALAHAN ALIRAN AIR

PERMASALAHAN ALIRAN AIR PERMASALAHAN ALIRAN AIR A. Mengapa air tidak mengalir? Penyebab air tidak mengalir pada pelanggan adalah : - Permasalahan di sistem perpipaan pelanggan. - Stopkran yang ada di pelanggan rusak (dalam posisi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Evaluasi Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Permukaan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Evaluasi Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Permukaan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Evaluasi Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Permukaan a. Langkah-langkah dalam perhitungan Pajak Air Permukaan di PDAM Kota Surakarta 1)

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 21 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 21 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 21 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM "DELTA TIRTA" KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisis pola konsumsi air bersih rumah tangga di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah.

Lebih terperinci

VI. POLA DAN PERILAKU PENGGUNAAN AIR BERSIH OLEH PENDUDUK. 6.1 Pola Penggunaan Air Bersih oleh Penduduk

VI. POLA DAN PERILAKU PENGGUNAAN AIR BERSIH OLEH PENDUDUK. 6.1 Pola Penggunaan Air Bersih oleh Penduduk VI. POLA DAN PERILAKU PENGGUNAAN AIR BERSIH OLEH PENDUDUK 6.1 Pola Penggunaan Air Bersih oleh Penduduk Pemenuhan kebutuhan air bersih oleh rumah tangga pada umumnya menggunakan dua sumber air. Kedua sumber

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SATRIA KABUPATEN BANYUMAS. NOMOR : 3 Tahun 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SATRIA KABUPATEN BANYUMAS. NOMOR : 3 Tahun 2016 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SATRIA KABUPATEN BANYUMAS Jl. Prof. Dr. Suharso No. 52 PURWOKERTO 53114 Telp. 0281-632324 Fax. 0281-641654 Website : www.pdambanyumas.com E-Mail : pdam_banyumas@yahoo.com

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Yogi S, dan M. Ikhsan. Standar Pelayanan Publik di Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Yogi S, dan M. Ikhsan. Standar Pelayanan Publik di Daerah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu infrastruktur perkotaan yang paling penting. Air bersih termasuk prasarana kota yang sangat berpengaruh bagi perkembangan kota, disamping

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN AIR BAKU BAGI USAHA PERHOTELAN, PERUMAHAN DAN USAHA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi PDAM Bekasi merupakan salah satu PDAM yang berada di wilayah Kota Bekasi. Pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan air tidak dapat dilepaskan dari kehidupan makhluk hidup karena air merupakan komponen vital yang sangat diperlukan terutama oleh manusia. Setiap harinya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN PELAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAWENING

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 160 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian sebelumnya telah dibahas berbagai temuan yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian akhir ini selanjutnya akan dibahas mengenai kesimpulan yang didapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 13 SERI E. 13 ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 522 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG IJIN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

V. EVALUASI KINERJA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dalam mengukur kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai

V. EVALUASI KINERJA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dalam mengukur kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai V. EVALUASI KINERJA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dalam mengukur kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai pembahasan hasil kajian digunakan dua aspek, yang meliputi fungsi sosial dan ekonominya. Guna memudahkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH PERUSAHAAN

BAB II SEJARAH PERUSAHAAN BAB II SEJARAH PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kampar adalah Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah Kampar. Sesuai dengan Surat Keputusan bersama Menteri Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Berdasarkan hasil wawancara dan literatur, isu utama yang dihadapi PDAM Kota Bandung adalah nya kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI KINERJA PELAYANAN PDAM KOTA MANGGAR

BAB IV EVALUASI KINERJA PELAYANAN PDAM KOTA MANGGAR 73 BAB IV EVALUASI KINERJA PELAYANAN PDAM KOTA MANGGAR Pembahasan pada Bab IV akan menjelaskan aspek operasional yang meliputi kriteria: cakupan pelayanan, sumber air baku, kuantitas air, kualitas air,

Lebih terperinci

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 63 BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 6.1 Pendahuluan Dampak Sosio-Ekologi Kampung Cikaret memiliki dua buah sungai yang mengaliri kawasan RW 01

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. LEIDING BEDRIJF yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. LEIDING BEDRIJF yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah singkat perusahaan Pada tahun 1926 Perusahaan air minum dikenal dengan nama WATER LEIDING BEDRIJF yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan cakupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Pelanggan 2.1.1. Konsep Kepuasan Pelanggan Konsep Pengukuran Kepuasan Masyarakat atau Pelanggan Menurut Kotler yang dikutip Prasetyani dalam penelitiannya terdapat 4

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN SERTA KARAKTERISTIK PENYEDIA PELAYANAN AIR BERSIH SISTEM PERPIPAAN

BAB 3 GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN SERTA KARAKTERISTIK PENYEDIA PELAYANAN AIR BERSIH SISTEM PERPIPAAN BAB 3 GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN SERTA KARAKTERISTIK PENYEDIA PELAYANAN AIR BERSIH SISTEM PERPIPAAN 3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dalam kerangka Metropolitan Bandung, kedudukan Kota Soreang dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 13 SERI E. 13 ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR I. PENJELASAN UMUM Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BANGKA

PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BANGKA PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BANGKA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa guna menjamin kelancaran operasional

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYEDIAAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM SURYA SEMBADA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah unsur penting bagi makhluk hidup. Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan selama 3 sampai 6 bulan namun tidak akan mampu bertahan hidup tanpa air. Sebanyak

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Melalui wawancara dengan Ir. HM. Nasija Warnadi, MM. selaku Direktur PDAM Kabupaten Cirebon dan studi literatur dari buku (majalah) Air Minum terbitan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. milik Pemerintah Daerah Kampar. Sesuai dengan surat Keputusan Menteri

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. milik Pemerintah Daerah Kampar. Sesuai dengan surat Keputusan Menteri BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kampar adalah Badan Usaha milik Pemerintah Daerah Kampar. Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting dan pembahasan terhadap kondisi pelayanan air minum oleh PDAM Kecamatan Kota Sumenep, maka kesimpulan yang diambil

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 36 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 29

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 36 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 29 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 36 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan dan menyangkut hajat hidup orang banyak, maka. diperlukan suatu badan atau organisasi yang professional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. keharusan dan menyangkut hajat hidup orang banyak, maka. diperlukan suatu badan atau organisasi yang professional yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan yang sangat penting bagi manusia adalah kebutuhan atas air bersih, baik untuk konsumsi atau untuk kebutuhan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini memuat hasil temuan dan kesimpulan mengenai Karakteristik Pola Konsumsi Air Bersih Rumah Tangga di Kelurahan Setiamanah, Kota Cimahi sebagai Masukan bagi Upaya

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan : PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 50 Tahun 2017 Seri E Nomor 41 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 50 Tahun 2017 Seri E Nomor 41 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 50 Tahun 2017 Seri E Nomor 41 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGHITUNGAN BIAYA PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN

Lebih terperinci

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM. VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH 7.1 Memperoleh Sumber Air Tanah Air tanah merupakan salah satu sumber air bersih utama yang masih digunakan oleh sebagian besar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN UMUM DAERAH AIR MINUM TIRTA MERAPI KABUPATEN KLATEN DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirta Kampar Bangkinang Kota

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirta Kampar Bangkinang Kota BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Tirta Kampar Bangkinang Kota adalah Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Kampar yang didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk 86 BAB IV KAJIAN PEMBIAYAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih pada wilayah pelayanan yang telah ditentukan didapat berdasarkan guna lahan rencana Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Barat. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Barat. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya kegiatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Liwa sebagai kabupaten Lampung Barat merupakan pusat pertanian, budaya, dan pendidikan. Disamping itu, juga merupakan tujuan wisata utama di Lampung Barat. Tingkat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 2 TAHUN 2011 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 2 TAHUN 2011 LAMPIRAN : 2 (dua) lembar TENTANG TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN TARIF PEMAKAIAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN BENGKAYANG PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN AIR MINUM

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengatasi masalah kemiskinan (hal I, Pedoman Teknis Pengamanan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengatasi masalah kemiskinan (hal I, Pedoman Teknis Pengamanan Sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) adalah program yang bertujuan memberdayakan masyarakat agar mampu mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber energi yang terpenting di dunia ini adalah air. Ketersediaan air yang cukup secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum merupakan salah satu unit usaha milik daerah, yang yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi masyarakat umum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terutama dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terutama dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terutama dari sektor sumber daya airnya, mengingat bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN NGADA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN NGADA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN NGADA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGADA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KAYONG UTARA DANGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 12A Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 12A Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 11 Tahun 2003 tentang Tarip Pengelolaan Air Minum Kabupaten Brebes sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan dan perkembangan saat ini, maka perlu disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I. Wilayah/Distribusi untuk meningkatkan pelayanan kepada para pelanggan.

BAB I. Wilayah/Distribusi untuk meningkatkan pelayanan kepada para pelanggan. BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perusahaan yang melayani kepentingan masyarakat Indonesia di bidang ketenagalistrikan, PT PLN (Persero) selama ini telah berusaha untuk memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I pendahuluan akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup yang terdiri dari lingkup wilayah dan lingkup materi,

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NATUNA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan pada suatu daerah sering membawa dampak, baik dari nilai positif maupun nilai negatif. Semakin berkembangnya suatu daerah tersebut akan meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air

Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air Bab VI Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air VI.1 Umum Studi pengendalian kehilangan air untuk PDAM Kota Bandung tidak cukup hanya meneliti berapa besar nilai kehilangan air dan penyebab-penyebabnya,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PRT/M/2016 TENTANG PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN SENDIRI OLEH BADAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Gambar 4.1: Gedung Operasional PDAM Tirta Indragiri

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Gambar 4.1: Gedung Operasional PDAM Tirta Indragiri 51 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan Gambar 4.1: Gedung Operasional PDAM Tirta Indragiri Sumber: PDAM Tirta Indragiri Awalnya prasarana air bersih di Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 10 TAHUN 2012 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Penghematan. Penggunaan. Air Tanah. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Penghematan. Penggunaan. Air Tanah. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL No.558, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Penghematan. Penggunaan. Air Tanah. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

Lebih terperinci

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah; LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. WALIKOTA SALATIGA, bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok untuk kehidupan manusia dengan segala macam kegiatannya, dipergunakan untuk keperluan rumah tangga, keperluan umum, industri, perdagangan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PRT/M/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PRT/M/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PRT/M/2014 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KLASIFIKASI PELANGGAN DAN BESARAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PURWAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru

BAB IV PEMBAHASAN. A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru BAB IV PEMBAHASAN A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru Penerimaan kas dari PDAM Tirta Satria Cabang Purwokerto 2 terbagi menjadi 2 yaitu penerimaan kas air dan non air. Penerimaan kas

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PENGHEMATAN PENGGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PENGHEMATAN PENGGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PENGHEMATAN PENGGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka upaya konservasi air tanah dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muka bumi yang luasnya ± 510.073 juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 148.94 juta Km 2 (29.2%) dan lautan 361.132 juta Km 2 (70.8%), sehingga dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Oleh : Benny Gunawan Ardiansyah, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal 1. Pendahuluan Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama untuk rnemproduksi dan merebut pasar di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sama untuk rnemproduksi dan merebut pasar di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan ujung tombak dari setiap perusahaan, sehingga ia memegang peranan penting terhadap perusahaan yang memasarkan barang dan jasa kepada konsumen,

Lebih terperinci

Interview Guide. 1. Apakah Inteeshirt terlebih dulu melakukan perencanaan promosi? 2. Mengapa harus ada perencanaan promosi?

Interview Guide. 1. Apakah Inteeshirt terlebih dulu melakukan perencanaan promosi? 2. Mengapa harus ada perencanaan promosi? Lampiran 1 : Interview Guide Interview Guide Strategi Promosi 1. Apakah Inteeshirt terlebih dulu melakukan perencanaan promosi? 2. Mengapa harus ada perencanaan promosi? 3. Siapa yang menjadi target audiens

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM mercusuarnews.com Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 21 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENGI KABUPATEN BENER MERIAH DENGAN

Lebih terperinci

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-355 Studi Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara) Iis Puspitasari dan Alfan Purnomo Departemen Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 270 sampel di wilayah usaha

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 270 sampel di wilayah usaha 69 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pemakaian Air Bersih 5.1.1 Pemakaian Air Untuk Domestik Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel di wilayah usaha PAM PT. TB, menunjukkan bahwa pemakaian air bersih

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 30 TAHUN 2014

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 30 TAHUN 2014 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 30 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2014-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KUDUS

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KUDUS 1 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) D-157

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) D-157 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-157 Sistem Penyediaan Air Bersih Desa Metatu dan Desa Kalipadang Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik Anisa Nanhidayah dan Alfan

Lebih terperinci