STUDI MORFOLOGI DAN ANATOMI PADA TANAMAN Capsicum annuum L. TERINFEKSI VIRUS DI DAERAH EKS KARESIDENAN SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI MORFOLOGI DAN ANATOMI PADA TANAMAN Capsicum annuum L. TERINFEKSI VIRUS DI DAERAH EKS KARESIDENAN SURAKARTA"

Transkripsi

1 STUDI MORFOLOGI DAN ANATOMI PADA TANAMAN Capsicum annuum L. TERINFEKSI VIRUS DI DAERAH EKS KARESIDENAN SURAKARTA Liss Dyah Dewi Arini 1, Suranto 2, Edwi Mahajoeno 3 1 Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS 2 Dosen Pembimbing I Program Studi Biosain Pascasarjana UNS 3 Dosen Pembimbing II Program Studi Biosain Pascasarjana UNS ( leeansz_fortune@yahoo.com ) ABSTRAK - Cabai besar atau Capsicum annuum L. merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. C.annuum L. tumbuh baik di tempat berkelembaban sedang sampai tinggi dan bersuhu C dengan curah hujan tahunan mm dan membutuhkan sinar matahari penuh. Tujuan penelitian ini adalah menguji ada nya perbedaan ciri morfologi, anatomi dan pola pita isozim pada tanaman C.annuum L. yang terinfeksi virus di wilayah eks-karesidenan Surakarta, yang meliputi 6 kabupaten, yaitu Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Klaten dan Wonogiri. Metode yang digunakan untuk menguji ciri morfologi dengan pengamatan organ tanaman yang meliputi batang, daun, bunga, buah dan biji, sedangkan uji anatomi menggunakan metode parafin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa C.annuum L. mempunyai perbedaan baik ciri morfologi maupun anatomi antara tanaman sehat dan yang terinfeksi virus. Ciri morfologi pada daun dan buah, daun sehat berwarna hijau tua dan berukuran besar, sedangkan daun terinfeksi virus berwarna kuning dan berukuran kecil serta buah sehat berukuran besar dengan warna merah, sedangkan buah terinfeksi virus berukuran kecil dan warna merah kecokelatan; untuk organ lain perbedaan terletak pada ukuran. Perbedaan karakter anatomi pucuk batang sehat dan terinfeksi virus terletak pada susunan sel dan pewarnaan safranin, dimana sel tanaman sehat berukuran besar-besar, longgar dengan intensitas pewarnaan lebih lemah, sedangkan tanaman sakit sel-selnya berukuran kecil-kecil, rapat dan pewarnaan lebih tebal. Indeks similaritas pada tanaman terinfeksi virus lebih kecil dibandingkan dengan tanaman sehat. Kata Kunci : C.annuum L., virus, morfologi, anatomi PENDAHULUAN C.annuum L. (cabai besar) merupakan jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Produksi cabai di Indonesia pada tahun 2006 sebesar ton, namun pada tahun 2007 terjadi penurunan produksi menjadi ton. Produksi cabai kemudian meningkat pada tahun 2008 dan 2009, yaitu dan ton, tetapi mengalami penurunan kembali pada tahun 2010 menjadi ton (BPS 45 RI, 2011). Luas panen cabai pada tahun 2009 adalah ha dengan produktivitas sebesar 5.89 ton/ha, sedangkan luas panen cabai pada tahun 2010 adalah ha dengan produktivitas sebesar 5,60 ton/ha. Ini berarti terjadi penurunan produktivitas sebesar 0,29 ton/ha (BPS RI, 2011). Menurut Purwati et al (2000), potensi produktivitas tanaman cabai dapat mencapai 12 ton/ha. Hal ini menunjuk-

2 kan bahwa produktivitas cabai nasional masih belum optimal. Salah satu kendala utama rendahnya produktivitas cabai nasional tersebut disebabkan oleh infeksi virus tanaman. Penyakit mosaik yang disebabkan oleh virus merupakan salah satu faktor pembatas penting dalam budidaya cabai. Beberapa macam virus telah dilaporkan dapat menyerang berbagai kultivar cabai di Indonesia (Duriat et al., 1994; Suryaningsih dkk., 1996). Dari sekian banyak virus yang menyerang tanaman cabai, empat virus penting di antaranya yaitu cucumber mosaic virus (CMV), chilli veinal mottle virus (ChiVMV), potato virus Y (PVY) dan tobaco mosaic virus (TMV) dapat menyebabkan timbulnya gejala mosaik Gejala penyakit pada tanaman cabai berupa bercak kuning di sekitar tulang daun, tulang daun menebal dan helai daun menggulung ke atas (cupping). Gejala lanjut menunjukan daun-daun muda menjadi kecil-kecil, helai daun berwarna kuning cerah atau hijau muda berseling dengan warna kuning dan cerah, akhirnya tanaman kerdil (Sulandari et al., 2004). Di eks karesidenan Surakarta dan sekitarnya seperti Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Klaten, Boyolali dan Wonogiri ada banyak varietas cabai lokal yang ditanam oleh petani. Varietas lokal tersebut mempunyai keragaman morfologi berbedabeda. Damayanti et al (2005) menyebutkan pendekatan taksonomi modern yang 46 menganalisa keragaman dan mengelompokkan tumbuhan hanya berdasarkan karakter morfologi tetapi juga diperkuat dengan karakter non morfologi, seperti karakter genetik atau molekuler seperti pola pita isozim. Pada studi tentang morfologi, anatomi dan pola pita isozim tanaman cabai khusus-nya terinfeksi di wilayah eks karesidenan Surakarta belum pernah dilakukan, oleh karena itu makalah ini dapat memberikan informasi keragaman tanaman sekaligus sebagai sumber data yang berguna untuk kepentingan pemuliaan tanaman dan koleksi plasma nutfah bagi pemenuhan kebutuhan manusia. BAHAN DAN METODE A. Alat dan Bahan Alat dalam penelitian ini adalah buku Morfologi Tumbuhan karangan Gembong Tjitrosoepomo (2006) sebagai buku penunjang, alat tulis, penggaris, pisau, kamera, kantong plastik, kertas label, silet/pinset, pisau mikrotom, bejana, mikroskop binokuler, pipet tetes, gelas benda, gelas penutup, tissue, kertas dan bolpoin. Bahan, yang digunakan adalah tanaman C.annuum L. meliputi batang, daun, bunga, buah dan biji; sayatan penampang melintang anatomi meliputi (PL) pucuk batang dan daun, safranin 1%, gliserin, aquades.

3 B. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel morfologi, dengan mengambil batang, daun, bunga, buah dan biji C.annuum L. Pembuatan preparat anatomi dengan mengambil bagian pucuk batang dan daun. Pengamatan pola pita isozim dengan mengambil bagian daun C.annuum L. Sampel diambil dari daerah eks karesidenan Surakarta, meliputi: Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Klaten dan Wonogiri. Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel tanaman cabai terinfeksi virus di daerah eks karesidenan Surakarta 1. Sragen; 2. Karanganyar; 3. Wonogiri; 4. Sukoharjo; 5. Klaten; 6. Boyolali C. Penelitian di Laboratorium 1. Pengamatan morfologi Sampel yang digunakan berumur 3-4 bulan, meliputi batang, daun, buah, bunga dan biji, diamati langsung sebanyak 5 kali ulangan, lalu dirata-rata. Sampel diambil di 6 kabupaten dan diambil gambarnya dengan kamera digital. Data yang 47 didapatkan ditulis pada tabel yang telah dibuat. 2. Pengamatan anatomi Dilaksanakan di laboratorium Biologi FMIPA UNS dengan menggunakan sampel yang berumur 3-4 bulan. a. Pembuatan preparat irisan melintang Pembuatan preparat menggunakan metode embedding (paraffin). b. Pembuatan preparat stomata Pembuatan preparat stomata dengan membuat sayatan permukaan daun sisi abaksial. Permukaan abaksial diolesi cat kuku pada luasan 1 cm 2. Setelah ditunggu 5 menit, selotip dikelupas. Selotip dan cat kuku yang menempel diberikan pada gelas benda dan diamati. Perhitungan indeks stomata menurut Sass (1958) dihitung dengan rumus: S/E + S x 100 (Sass, 1958). Dimana, jumlah epidermis (E) dan stomata (S). c. Pengamatan preparat Parameter struktur anatomi pucuk batang meliputi bentuk dasar batang, epidermis, hypodermis dan tipe pembuluh; sedangkan pada daun meliputi pola ikatan pembuluh, epidermis,

4 jaringan palisade dan tipe stomata. D. Analisa Data 1. Data Morfologi: analisa morfologi ditabulasikan untuk menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif berdasarkan variabel. Data yang diperoleh diberi tanda (ciri morfologi yang terobservasi). 2. Data anatomi: pengamatan anatomi pucuk batang dan daun, preparat difoto secara mikroskopis, kemudian disajikan dalam bentuk gambar dan hasilnya dibandingkan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakter morfologi Ke enam C.annuum L. dari eks karesidenan Surakarta yang diteliti (Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Klaten dan Wonogiri) memiliki habitus berbeda walaupun ada persamaannya. (a) Gambar 2 (a) C.annuum L. sehat (b) C.annuum L. terinfeksi virus (b) 48 Gambar 3. Hasil perbandingan observasi lapangan helaian daun C.annuum L. sehat (atas) dan terinfeksi virus (bawah) dari daerah eks karesidenan Surakarta (a) Karanganyar, (b) Sukoharjo, (c) Sragen, (d) Boyolali, (e) Klaten, (f) Wonogiri Hasil pengamatan karakter morfologi C.annuum L. sehat dan sakit di eks karesidenan Surakarta terdapat perbedaan yang nyata. Adapun perbedaan tanaman sehat dan sakit yang meliputi batang, daun, bunga, buah dan biji disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil perbandingan uji morfologi di lapangan pada C.annuum L. sehat dan sakit yang meliputi batang, daun, bunga, buah dan biji No Karakter morfologi Diameter batang Lebar daun Panjang daun Panjang tangkai daun Panjang tangkai bunga 6 Panjang kelopak bunga Panjang 7 mahkota bunga 8 Warna tangkai bunga Hasil Lokasi sampel Sehat Sakit Kra Skh Srg Byl Klt Wgr Sh Sk Sh Sk Sh Sk Sh Sk Sh Sk Sh Sk 1,10 0,50 1,20 0,60 1,30 2,40 1,00 2,80 1,20 3,00 1,30 1,50 1,60 8,50 6,30 8,60 6,40 8,70 6,50 9,00 6,60 2,30 0,30 2,50 0,40 3,00 0,90 0,10 1,10 0,15 1,20 1,50 0,30 0,50 0,40 0,60 0,50 0,70 0,60 0,80 0,70 1, ,10 Hijau muda Hijau tua

5 9 10 Ukuran buah Panjang biji 1,90 0,70 2,09 0,80 2,70 0,90 3,10 1,00 3,80 0,30 0,30 0,40 0,40 0,50 11 Lebarbiji 0,20 0,10 12 Berat biji 0,30 0,20 0,004 0,004 0,005 0,005 0,006 0,006 0, ,013 = karakter morfologi yang terobservasi Kra : Karanganyar, Skh : Sukoharjo Srg : Sragen, Byl : Boyolali Klt : Klaten, Wgr : Wonogiri sh : sehat, sk: sakit Hasil ini menunjukkan bahwa morfologi C.annuum L. sehat dan sakit berbeda, pada daun dan buah. Daun sehat berwarna hijau tua dengan panjang 8-9 cm, sedangkan pada daun sakit berwarna kuning/hijau muda dengan panjang ±6cm. Buah sehat berwarna merah dan besar, sedangkan buah sakit berwarna merah kecokelatan dan kecil-kecil. Pada umumnya tanaman sehat tumbuh ± 1 tahun dan tumbuh besar dan dapat dipanen ±20 kali, sedangkan tanaman sakit umurnya pendek, tumbuh kerdil, dan produksi menurun (gagal panen). Oleh karena itu jika ditemukan tanaman sakit sebaiknya langsung di-buang karena kemungkinan akan menulari tanaman sekitarnya sangat besar. Dari hasil observasi di lapangan, didapatkan hasil dari perhitungan Insidence Indeks (DI), yaitu tingkat keparahan tanaman terinfeksi virus dibandingkan dengan jumlah seluruh tanaman. Tanaman yang terobservasi didapatkan DI, Karanganyar 52,73%; Sukoharjo 50,73%; Sragen 47,92%; Boyolali 51,03%; Klaten 61,89% dan Wonogiri 49,99%. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kerusakan C.annuum L. paling parah pada Klaten, meskipun seluruhnya berkisar 50%. B. Karakter Anatomi Karakter anatomi mempunyai sifat lebih stabil dibandingkan dengan morfologi. Sifat ini banyak berubah karena adanya perbedaan tempat hidup (Simpson, 2006). PL Pucuk Batang Keseluruhan PL Pucuk Batang Bagian Tepi Sehat Sakit Sehat Sakit (a) (a) (a) (a) (b) (b) (b) (b) (c) (c) (c) (c) (d) (d) (d) (d) (e) (e) (e) (e) (f) (f) (f) (f) Gambar 4. Penampang melintang pucuk batang C. annuum L. Sehat dan sakit A : Karanganyar; B : Sukoharjo; C : Sragen; D : Boyolali; E : Klaten; F : Wonogiri Hasil pengamatan karakter anatomi C.annuum L. sehat dan terinfeksi virus terdapat adanya 49

6 keragaman. Adapun keragaman C.annuum L. sehat yang meliputi bagian pucuk batang dan daun disajikan pada tabel 2, 3 dan 4. Tabel 2. Perbedaan anatomi pucuk batang sehat dan sakit C.annuum L. di eks karesidenan Surakarta Karakter Pucuk batang Sehat Sakit Ukuran sel pada jaringan besar-besar kecil-kecil Susunan sel longgar rapat Hasil pewarnaan safranin lemah kuat Tabel 3. Hasil pengamatan karakter anatomi pucuk batang spesies C.annuum L. sehat di eks karesidenan Surakarta Karakter Kra Skh Srg Byl Klt Wgr Bentuk dasar Segi enam Segi enam Segi enam Segienam Segi enam Segi enam Epidermis Ada Ada Ada Ada Ada Ada Hypodermis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tipe pembuluh Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bentuk parenkim Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral Keberadaan kristal Ada Ada Ada Ada Ada Ada dalam parenkim Tipe stele Eustele Eustele Eustele Eustele Eustele Eustele Kra : Karanganyar Skh : Sukoharjo Srg : Sragen Byl : Boyolali Klt : Klaten Wgr : Wonogiri Tabel 4. Hasil pengamatan karakter anatomi pucuk batang spesies C.annuum L. terinfeksi virus di eks karesidenan Surakarta Karakter Kra Skh Srg Byl Klt Wgr Bentuk dasar batang Segi enam Segi enam Segi enam Segi enam Segi enam Segi enam Epidermis Hipodermis Ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tipe pembuluh Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bikolateral Bentuk parenkim Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral Polyhedral Keberadaan kristal dalam parenkim Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tipe stele Eustele Eustele Eustele Eustele Eustele Eustele Kra : Karanganyar Skh : Sukoharjo Srg : Sragen Byl : Boyolali Klt : Klaten Wgr : Wonogiri Struktur anatomi C.annuum L. sehat dan sakit terdapat persamaan bentuk dasar batang, keberadaan epidermis, hypodermis, tipe pembuluh, bentuk parenkim dan tipe stele. Kristal pada jaringan parenkim hanya terdapat pada C.annuum L. sehat. Tipe pembuluh sama-sama bikolateral (berkas pengangkut terdiri atas satu bagian xylem di tengah serta satu bagian floem di sebelah luar dan satu bagian di sebelah dalam). Bentuk parenkim tanaman sehat dan sakit polyhedral dan tipe stele tanaman sehat dan sakit adalah eustele. Karakter anatomi uji digunakan sebagai karakter pokok untuk identifikasi kelompok tanaman secara umum (Singh,1999). Karakter lain yang diamati adalah daun. Daun merupakan bagian penting tumbuhan dimana didalamnya terdapat struktur anatomi yang banyak digunakan sebagai dasar klasifikasi. Secara morfologi bentuk daun hampir sama yaitu lanset. Perbedaan yang cukup mencolok adalah pada ukuran. Pucuk batang sehat C.annuum L. memiliki ukuran sel pada jaringan yang lebih besar dan tersusun rapat serta hasil pewarnaan pada safranin lebih lemah daripada pucuk batang yang terinfeksi virus (ukuran sel kecilkecil dan tersusun rapat) serta hasil pewarnaan pada safranin lebih kuat. 50

7 Sehat (a) (b) (c) Sakit (a) (e) (c) bentuk dan kepadatan stomata (Gambar 6). Tabel 5. Perbedaan anatomi daun sehat dan sakit C.annuum L. di eks karesidenan Surakarta Karakter Jaringan palisade Sehat tersusun longgar Pucuk batang Sakit tersusun rapat Mesofil tebal dan besar tipis dan kecil Hasil pewarnaan safranin (lemah kuat (d) (d) Tabel 6. Ringkasan pengamatan karakter anatomi daun sehat C. annuum L. di eks karisidenan Surakarta (e) (e) Karakter Kra Skh Srg Byl Klt Wgr Epidermis berkutikula, berkutikula Berkutikula Berkutikula berkutikula berkutikula (f) Gambar 5. Penampang melintang daun C. annuum L. sehat dan sakit (a) Karanganyar; (b) Sukoharjo; (c) Sragen; (d) Boyolali; (e) Klaten; f) Wonogiri Dari gambar 4 terlihat bahwa daun sehat C.annuum L. jaringan palisadenya tersusun longgar, mesofilnya tebal dan hasil pewarnaan safranin tampak lebih muda (lemah) dibandingkan dengan daun yang sakit, yaitu jaringan palisadenya tersusun rapat, mesofilnya lebih tipis dan hasil pewarnaan safranin lebih kuat. Hal ini serupa dengan hasil pada pucuk batang dimana pucuk batang sehat hasil pewarnaan safraninnya lebih muda (lemah) dibandingkan dengan pucuk batang sakit (lebih kuat). Hasil pengamatan anatomi daun C.annuum L. sehat dan terinfeksi virus disajikan pada tabel 4, 5 dan 6. Selain penampang lintang daun, juga diamati (f) 51 Jaringan palisade longgar longgar longgar longgar longgar longgar Jaringan bunga karang Tipe stomata anisositik anisositik anisositik anisositik anisositik anisositik Kra: Karanganyar; Skh: Sukoharjo; Srg: Sragen; Byl: Boyolali; Klt: Klaten; Wgr: Wonogiri Tabel 7. Ringkasan pengamatan karakter anatomi daun terinfeksi virus C. annuum L. di eks karisidenan Surakarta Karakter Kra Skh Srg Byl Klt Wgr Epidermis berkutikula, berkutukula Berkutiku la berkutikula, berkutikula, Jaringan palisade rapat rapat rapat rapat rapat rapat Jaringan bunga karang berkutikula Tipe stomata anisositik anisositik anisositik anisositik anisositik anisositik Kra: Karanganyar; Skh: Sukoharjo; Srg: Sragen; Byl: Boyolali; Klt: Klaten; Wgr: Wonogiri Daun sehat C.annuum L. hasil pewarnaan safranin tampak lebih lemah (merah muda) dibandingkan dengan daun yang sakit (kuat). Hal ini serupa dengan hasil pada pucuk batang dimana pucuk batang sehat hasil pewarnaan safraninnya lebih lemah dibandingkan dengan pucuk batang sakit. Tanaman sakit sel-selnya terlihat menyempit dan kecil-kecil karena aktivitas membelah berlebih, pembentangan sel terganggu dan metabolismenya juga terganggu. Tumbuhan yang terkena infeksi virus mengalami gangguan di dalam

8 produksi metabolitnya, salah satunya diakibatkan karena produksi klorofil yang menurun. Jaringan daun tanaman tersusun atas jaringan epidermis atas dan bawah, jaringan mesofil (daging daun) yang tersusun atas palisade dan bunga karang. Epidermis menutupi permukaan atas dan bawah daun dilanjutkan ke epidermis batang, sedangkan lapisan mesofil merupakan daerah utama tempat terjadinya fotosintesis. Lapisan palisade merupakan bagian dari daun yang paling banyak mengandung kloroplas, dan merupakan bagian yang paling berpengaruh terhadap produk fotosintesis (Siregar, 2005). Penelitian anatomi pucuk batang dan daun yang terinfeksi virus belum pernah dilakukan, tetapi mirip dengan penelitian dari Roziaty (2009) tentang struktur anatomi daun Angsana yang terpolusi udara, yang hasilnya pada irisan melintang daun Angsana yang terkena paparan asap pabrik menunjukkan jaringan penyusun daun mengalami perbedaan (jaringan mesofilnya rusak), yaitu terjadi penurunan ketebalan jaringan palisade dan bunga karang. Siregar (2005) mengemukakan bahwa kerusakan tanaman umumnya terjadi pada jaringan mesofil. Penelitian luar negeri yang terkait dengan penelitian anatomi daun C.annuum L. adalah penelitian (Dias, et al, 2013) tentang karakterisasi spesies Capsicum menggunakan data anatomi di Brazil dan (Wahua, C., et al, 2013) tentang anatomi daun C.annuum L. dan C.frutescens di Nigeria. Dari penelitian 52 Dias, et al dan Wahua, C., et al diketahui bahwa genus Capsicum memiliki jaringan mesofil yang tebal, besar dan tersusun longgar serta kemampuan menyerap warna pada saat pewarnaan sel bersifat lemah (warna muda). Hasil penelitian G.B. Dias dan Wahua, C., ini sama persis dengan hasil anatomi daun C.annuum L. pada penelitian ini. Hasil pengamatan pucuk batang dan daun cabai sehat dan sakit menunjukkan respon yang berbeda. Perbedaan ini menunjukkan reaksi tanaman dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis tanaman terhadap tekanan yang diberikan oleh lingkungan. Akan tetapi ditemukan kelainan srtuktur anatomi antara tanaman sakit dengan kontrol (sehat). Pada beberapa penelitian, indeks stomata digunakan sebagai pembeda tingkat spesies (Hidayat, 2009). Indeks stomata daun adalah jumlah stomata total dibandingkan dengan jumlah sel epidermis daun ditambah dengan jumlah stomata. Sehat Sakit (a) (a) (b) (b) (c) (c) (d) (d) (e) (e)

9 (f) Gambar 6. Stomata daun sehat dan sakit (f) Capsicum annuum L. (a) Karanganyar (b) Sukoharjo (c) Sragen (d) Boyolali (e) Klaten (f) Wonogiri Tabel.8. Indeks stomata daun sehat pada spesies C. annuum L. No Spesies Indeks Stomata sehat sakit 1 C.annuum Karanganyar 33,75 29,16 2 C.annuum Sukoharjo 34,61 21,42 3 C.annuum Sragen 38,46 26,66 4 C.annuum Boyolali 40,42 28,57 5 C.annuum Klaten 45,23 16,00 6 C.annuum Wonogiri 44,44 30,00 Hasil perhitungan dari presentase indeks stomata (Tabel 8), menunjukkan bahwa pada C.annuum L. sehat memiliki indeks stomata lebih besar dibandingkan tanaman sakit, hal ini berarti jumlah stomata pada tanaman sehat lebih banyak dikarenakan pertumbuhan tanaman normal, sedangkan pada tanaman sakit jumlah stomatanya lebih sedikit karena infeksi virus menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu sehingga produksi metabolitnya juga terganggu. Hasil pengelompokan berdasarkan indeks stomata pada penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian anatomi Angsana yang terpapar polusi udara yang dilakukan oleh Roziaty (2009), yang menunjukkan bahwa stomata yang terpapar polusi jumlahnya lebih sedikit dibandingkan stomata tanaman normal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan variasi morfologi C.annuum L. sehat dan sakit dari daerah eks karesidenan Surakarta terdapat perbedan pada daun dan buah, untuk bagian lain perbedaan pada ukuran. 2. Berdasarkan analisis karakter anatomi pada pucuk batang serta daun sehat dan sakit terdapat perbedaan pada ukuran dan susunan sel pada jaringan serta pewarnaan safranin, dimana sel pada tanaman sehat berukuran besarbesar, rapat dan pewarnaan lebih muda, sedangkan pada tanaman sakit sel-selnya berukuran kecil-kecil, rapat dan pewarnaan lebih tebal. Indeks stomata tanaman sakit lebih kecil dibandingkan dengan tanaman sehat. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian morfologi lebih lanjut guna mendukung data morfologi. 2. Perlu dilakukan penelitian anatomi lebih lanjut dengan menggunakan bagian lain. Pengamatan anatomi perlu ketelitian lebih tinggi karena sedikit kesalahan dalam pembuatan sediaan berpengaruh pada hasil pengamatan. 53

10 DAFTAR PUSTAKA Artlip, T.S., and E.A.Funkhouser Protein Synthetic Responses to Enviromental Stresses. In M. Pessarakli (Ed). Handbook of Plant and Crop Physiology. Marcel Dekker, Inc., New York. Hal : Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai, Jakarta. Damayanti, S.D., A. Purwantoro, dan E. Sulistyaningsih Analisis Kariotipe Beberapa Kultivar Aglonema. Agrosains, 18 (4): Dias, V.M. Comes dan T.M.S. Maes Characterization of Capsicum Spesies using Anatomical and Molecular Data. Genetics and Molecular Research. ISSN: Duriat, A.S dan S. Sastrosiswojo Makalah Pada Seminar Agribisnis Cabai, Jakarta Juli 1994: Pengendalian Hama Penyakit Terpadu Pada Agribisnis Cabai. Bali Penelitian Hortikultura Lembang. Bandung Hidayat T, Kusdianti, Stomata Diversification and Phylogenenetic Analysis of 13 Species of Family Euphorbiaceae sensu lato.biodiversitas.10(1): 22. Purwati, E., Jaya B., dan Duriat A.S Penampilan beberapa varietas cabai dan uji resistensi terhadap penyakit virus kerupuk. J.Hort 10 (2) : Roziaty, E Kandungan Klorofil, Struktur Daun Angsana (Pterocarpus indicus) dan Kualitas Udara Ambien di Sekitar Industri PT. PUSRI di Palembang. Bogor: Program Pascasarjana Institut Teknik Bogor. Htm (Juni 2013). Sass, E Botanical Microtechnique. Lowa State Collage Press. Ames, Lowa : USA. Simpson, Michael G Plant Syatematic. Elsevier Science Publisher: Amsterdam. Singh G Plant Systematics. USA: Science Publishers Inc. Siregar, EBM Pencemaran Udara Respon Tanaman Dan Pengaruhnya Pada Manusia (tesis). Medan : Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Htm (Juni 2013). Steenis, C.G.G.J. van Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Cetakan Kedua Belas. (diterjemahkan oleh Moeso Surjowinoto, dkk). Pradnya Paramita, Jakarta. Sulandari, S Karakterisasi Biologi, Serologi dan Analisis Sidik Jari DNA Virus Penyebab Penyakit Daun Keriting Kuning Cabai. Desertasi. IPB, Bogor. Suryaningsih, E., R. Sutarya, dan A.S. Duriat Penyakit Tanaman Cabai Merah dan Pengendaliannya. P: Dalam A.S. Duriat, A.W.W. Hadigunda, T.A. Soetiarso, dam L. Prabaningrum (ed.). Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Lembang- Bandung. Tjitrosoepomo, G Taksonomi Umum: Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wahua, C., Okoli, B.E dan Sam, S.M Comparative Morphological, Anatomical, Cytological and Phytochemical Studies on Capsicum frutescens Linn. and Capsicum annuum Linn. (Solanaceae). International Journal of Scientific and Engineering Research. Volume 4, Issue 1. 54

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai yang dibudidayakan di Indonesia dikelompokkan menjadi dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Cabai besar dicirikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi Alat dan Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu sampel daun jambu semarang Buah Pink, Hijau Bulat, Unsoed, Merah Lebar', Kaget Merah, Camplong Putih, Irung

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2013-Mei 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2013-Mei 2014 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2013-Mei 2014 di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun jambu air (Syzygium aqueum). Kemikalia yang digunakan yaitu larutan alkohol 96%, ethanol,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

LISS DYAH DEWI ARINI

LISS DYAH DEWI ARINI STUDI MORFOLOGI, ANATOMI DAN POLA PITA ISOZIM PADA TANAMAN Capsicum annuum L. TERINFEKSI VIRUS DI DAERAH EKS KARESIDENAN SURAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat Magister

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Laboratorium Histologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT DAN PENGAMATAN STRUKTUR TUMBUHAN. DisusunOleh: Tribuana Maharani Muria XI MIPA 3 / 23 SMA NEGERI 2 WONOSARI

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT DAN PENGAMATAN STRUKTUR TUMBUHAN. DisusunOleh: Tribuana Maharani Muria XI MIPA 3 / 23 SMA NEGERI 2 WONOSARI LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT DAN PENGAMATAN STRUKTUR TUMBUHAN DisusunOleh: Tribuana Maharani Muria XI MIPA 3 / 23 SMA NEGERI 2 WONOSARI Jl. Ki AgengGiring 3 Telp / Fax (0274) 391158 Wonosari Gunungkidul

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Rumusan masalah... 3 C. Tujuan penelitian... 3 D. Manfaat penelitian... 3

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Rumusan masalah... 3 C. Tujuan penelitian... 3 D. Manfaat penelitian... 3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv vi viii ix

Lebih terperinci

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang Anatomi Batang Patah Tulang Pengamatan anatomi secara mikroskopis pada tanaman patah tulang dilakukan untuk melihat susunan sel penyusun organ tanaman.

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Alat dan bahan tercantum dalam Lampiran 1. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA. B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara faktorial, dengan faktor I varietas kedelai dan faktor II tingkat ketersediaan

Lebih terperinci

Densitas Stomata 120 Menit

Densitas Stomata 120 Menit LKS: 04 Densitas Stomata 120 Menit PENGANTAR Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN

ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN Wina Dyah Puspita Sari dan Herkules Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Dra. Endah Peniati, M.Si. Dr. Ning Setiati, M.Si. KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai 77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI ORGAN VEGETATIF DARUJU (Acanthus spp.) DI HUTAN MANGROVE KENAGARIAN MANGGUANG KOTA PARIAMAN. Oleh: ABSTRACT

STRUKTUR ANATOMI ORGAN VEGETATIF DARUJU (Acanthus spp.) DI HUTAN MANGROVE KENAGARIAN MANGGUANG KOTA PARIAMAN. Oleh: ABSTRACT STRUKTUR ANATOMI ORGAN VEGETATIF DARUJU (Acanthus spp.) DI HUTAN MANGROVE KENAGARIAN MANGGUANG KOTA PARIAMAN Oleh: Desviana Safitri 1), Irma Leilani Eka Putri 2), Erismar Amri 1) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI Oleh: Ayu Agustini Juhari 1210702007 Tanggal Praktikum : 16 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 23 April 2012

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia 2 kerapatan, dan ukuran stomata (panjang dan lebar). Kerapatan stomata dapat dinyatakan dengan jumlah stomata/mm 2. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x dan 400x. Irisan transversal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR

RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR Media Konservasi Vol. X, No. 2 Desember 2005 : 71 76 RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR [Growth and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang sering ditemui di pasar tradisional dan merupakan komoditas yang dapat dikembangkan untuk perbaikan

Lebih terperinci

STRUKTUR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

STRUKTUR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN L/O/G/O STRUKTUR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Oleh : Syubbanul Wathon, S.Si., M.S.i PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2016) Struktur & Perkembangan STRUKTUR BANGUNAN/ SUSUNAN PERKEMBANGAN BERUBAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu untuk menganalisis hubungan kekerabatan kultivar Mangifera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan aromanya yang

Lebih terperinci

Perhatikan skema penampang melintang batang dikotil muda berikut! Yang berlabel nomor 3 dan 5 berturut-turut adalah.

Perhatikan skema penampang melintang batang dikotil muda berikut! Yang berlabel nomor 3 dan 5 berturut-turut adalah. 1. SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 20. FUNGSI JARINGAN, ORGAN TUMBUHAN DAN FOTOSINTESISLatihan Soal 20.2 Perhatikan skema penampang melintang batang dikotil muda berikut! http://primemobile.co.id/assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/ddpng

Lebih terperinci

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU Annisrien Nadiah, SP POPT Ahli Pertama annisriennadiah@gmail.com Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Setiap tahun, produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

SILABUS EKSPERIMEN. Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi waktu

SILABUS EKSPERIMEN. Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi waktu 53 SILABUS EKSPERIMEN TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 1 MERBAU MATARAM MATA PELAJARAN : IPA KELAS / SEMESTER : VIII (DELAPAN) / I (Ganjil) STANDAR KOMPETENSI : 2 Memahami

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR Laporan Praktikum Mikroteknik Nama NIM Kelompok Asisten OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 : II (dua) : Ana Fatmasari PROGRAM

Lebih terperinci

Gambar : Struktur Tubuh Tumbuhan Dikotil

Gambar : Struktur Tubuh Tumbuhan Dikotil JARINGAN TUMBUHAN Gambar : Struktur Tubuh Tumbuhan Dikotil TUMBUHAN Organ Vegetatif : Akar, Batang, Daun Organ Generatif : Bunga, Buah, Biji Tersusun atas jaringan Sistem Jaringan Atas dasar tingkat perkembangan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR RAHMI YUNIANTI 1 dan SRIANI SUJIPRIHATI 2 1 Mahasiswa Pascasarjana Sekolah Pascasarjana,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kandungan Klorofil dan Udara Ambien Berdasarkan Tabel 1, terdapat kecenderungan peningkatan kandungan klorofil seiring dengan jauhnya stasiun dari pabrik. Semakin jauh lokasi

Lebih terperinci

STEREOM ( KOLENKIM DAN SKLERENKIM)

STEREOM ( KOLENKIM DAN SKLERENKIM) STEREOM ( KOLENKIM DAN SKLERENKIM) Judul praktikum : Stereom ( kolenkim dan sklerenkim ) Tanggal praktikum : 26 Februari 2014 Tujuan praktikum : 1. Mengidentifikasi jaringan kolenkim (kolenkim angular,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 2 Jaringan Pada Akar

Kegiatan Belajar 2 Jaringan Pada Akar Kegiatan Belajar 2 Jaringan Pada Akar Dikembangkan oleh: Wiwit Febriani Dr. Hadi Suwono, M.Si Dra. Sunarmi, M.Pd Jurusan Biologi FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG April 2013 Modul Jaringan Tumbuhan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani ubikayu: taksonomi dan morfologi Dalam sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 20. FUNGSI JARINGAN, ORGAN TUMBUHAN DAN FOTOSINTESISLatihan Soal 20.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 20. FUNGSI JARINGAN, ORGAN TUMBUHAN DAN FOTOSINTESISLatihan Soal 20.1 1. SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 20. FUNGSI JARINGAN, ORGAN TUMBUHAN DAN FOTOSINTESISLatihan Soal 20.1 Perhatikan gambar jaringan tumbuhan berikut http://primemobile.co.id/assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/zzzzzzzzzzzzzzzzzzzz.png

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN MAHONI

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN MAHONI STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) ANTARA DAERAH KEDUNGHALANG KOTA BOGOR DENGAN DAERAH CIAPUS KABUPATEN BOGOR Wahyu Hening Kartiko, Ismanto, Sri Wiedarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau

I. PENDAHULUAN. unggulan, baik untuk tujuan ekspor mau pun kebutuhan dalam negeri. Ditinjau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Durian ( Durio zibethinus, Murr.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek cukup cerah untuk menjadi komoditas unggulan, baik untuk tujuan ekspor

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV P0V1 P0V1 P0V1 P0V1 P1V1 P1V1 P1V1 P1V1 P2V1 P2V1 P2V1 P2V1 P3V1 P3V1 P3V1 P3V1 P4V1 P4V1 P4V1 P4V1 P0V2 P0V2 P0V2 P0V2 P1V2 P1V2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI KELAS: VIII E KELOMPOK TIKUS NAMA ANGGOTA : I KADEK ANGGA PRIMANTARA PUTRA ( 1 ) NI PUTU BELDA KUSUMANING SRI DEWI ( 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kultivar

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN 9. ORGAN DAUN

POKOK BAHASAN 9. ORGAN DAUN POKOK BAHASAN 9. ORGAN DAUN Daun merupakan organ yang berfungsi sebagai pusat fotosintesis. Secara morfologi bentuk, ukuran serta struktur daun sangat bervariasi. Daun dapat berbentuk tunggal atau majemuk.

Lebih terperinci

Bab. Peta Konsep. Gambar 6.1 Tumbuhan di taman. Jaringan meristem. Jaringan pada tumbuhan. Jaringan dewasa. terdiri dari. menyusun.

Bab. Peta Konsep. Gambar 6.1 Tumbuhan di taman. Jaringan meristem. Jaringan pada tumbuhan. Jaringan dewasa. terdiri dari. menyusun. Bab 6 Struktur Tumbuhan Sumber: Encarta 2005 Gambar 6.1 Tumbuhan di taman Coba kamu perhatikan tumbuhan yang ada di sekitarmu! Tentunya keadaan tumbuhan tersebut berbedabeda, seperti ada yang batangnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai Tanaman cabai termasuk suku terung-terungan (Solanaceae), berbentuk perdu, dan tergolong tanaman semusim. Tanaman cabai hibrida varietas Serambi dapat ditanam

Lebih terperinci

Latar belakang Seperti layaknya makhluk hidup yang lain tumbuhan pun memiliki organ-organ penyusun tubuh seperti akar, batang, daun, dan bunga.

Latar belakang Seperti layaknya makhluk hidup yang lain tumbuhan pun memiliki organ-organ penyusun tubuh seperti akar, batang, daun, dan bunga. Latar belakang Seperti layaknya makhluk hidup yang lain tumbuhan pun memiliki organ-organ penyusun tubuh seperti akar, batang, daun, dan bunga. Pada proses pembelahan, pembesaran dan diferensiasi sel-sel

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 2

TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 2 TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 2 1. Praktikan wajib hadir tepat waktu dan bila berhalangan wajib ijin secara tertulis 2. Praktikan wajib mengikuti seluruh topik kegiatan praktikum 3. Selama melakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Stomata DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting terutama daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan bumbu masak (rempah-rempah),

Lebih terperinci

3. KISI-KISI INSTRUMEN SOAL JARINGAN TUMBUHAN. Jenis sekolah. Kurikulum : 2013

3. KISI-KISI INSTRUMEN SOAL JARINGAN TUMBUHAN. Jenis sekolah. Kurikulum : 2013 3. KISI-KISI INSTRUMEN SOAL JARINGAN TUMBUHAN Jenis sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester : SMA : Biologi : XI / 2 (dua) Kurikulum : 2013 Kompetensi Dasar : 3.3 Menerapkan konsep tentang keterkaitan

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN 7. ORGAN BATANG. Organ yang paling penting pada tumbuhan adalah batang, akar, daun, buga dan buah yang di dalamnya terdapat biji.

POKOK BAHASAN 7. ORGAN BATANG. Organ yang paling penting pada tumbuhan adalah batang, akar, daun, buga dan buah yang di dalamnya terdapat biji. POKOK BAHASAN 7. ORGAN BATANG Organ yang paling penting pada tumbuhan adalah batang, akar, daun, buga dan buah yang di dalamnya terdapat biji. 7.1 Struktur Umum Batang Batang merupakan bagian tumbuhan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Gambar 16 Pohon angsana di Kota Yogyakarta (a) dan di Kota Solo (b).

Gambar 16 Pohon angsana di Kota Yogyakarta (a) dan di Kota Solo (b). BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Gunung Merapi meletus pada tanggal 26 Oktober 2010. Letusan gunung ini mengeluarkan gas dan materi vulkanik. P2PL (2010) melaporkan bahwa letusan Gunung Merapi mengeluarkan berbagai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007)

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) No. Karakteristik Deskripsi Notasi Data 1 Kecambah : Panjang Sangat pendek 1 hipokotil (*) Pendek

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5 ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN Pertemuan Ke-5 Bunga Buah Biji Daun Akar Batang AKAR Mengokohkan tegaknya tumbuhan Menyerap air dan garam mineral serta mengalirkannya ke batang dan daun Menyimpan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010 di laboratorium Struktur Tumbuhan Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas

Lebih terperinci

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN AKAR Mengokohkan tegaknya tumbuhan Menyerap air dan garam mineral serta mengalirkannya ke batang dan daun Menyimpan cadangan makanan Susunan anatomis akar dikotil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.3 1. Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali... A. Air cahaya CO 2 O 2 Kunci Jawaban : D Bahan-bahan yang

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA PRAKTIKUM VI Topik : Epidermis dan Derivatnya Tujuan : Untuk mengamati bentuk-bentuk epidermis, trikoma dan stoma Hari/Tanggal : Kamis, 16 April 2011 Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan 120 PEMBAHASAN UMUM Asiatikosida merupakan salah satu kandungan kimia pada pegagan yang memiliki aktivitas biologis. Pegagan dikenal aman dan efektif untuk mengobati berbagai macam penyakit, tumbuhan ini

Lebih terperinci

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelar Sarjana Sains. Oleh : SEPTIANA KURNIASARI NIM. M

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelar Sarjana Sains. Oleh : SEPTIANA KURNIASARI NIM. M STUDI KERAGAMAN SENTE (Alocasia macrorrhiza (L.) Schott) DI WILAYAH EKS-KARESIDENAN SURAKARTA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI, ANATOMI DAN POLA PITA ISOZIM Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kacang tanah adalah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Keasaman (ph) tanah yang optimal untuk

Lebih terperinci

BAGAN DUDUK DAUN DAN ANATOMI DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 ACICE (H ) HASTUTI (H411122) ANDI SITTI RAHMA (H411122)

BAGAN DUDUK DAUN DAN ANATOMI DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 ACICE (H ) HASTUTI (H411122) ANDI SITTI RAHMA (H411122) STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN BAGAN DUDUK DAUN DAN ANATOMI DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 ACICE (H41112012) HASTUTI (H411122) ANDI SITTI RAHMA (H411122) ABDI KHALIK DJ (H41112252)

Lebih terperinci

Peta Konsep. Kata Kunci. fotosintesis. klorofil autothrof. 126 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Proses fotosintesis. Reaksi terang. Reaksi gelap.

Peta Konsep. Kata Kunci. fotosintesis. klorofil autothrof. 126 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Proses fotosintesis. Reaksi terang. Reaksi gelap. Peta Konsep Proses fotosintesis Reaksi terang Reaksi gelap Fotosintesis Faktor-faktor yang memengaruhi fotosintesis Air (H 2 O Karbondioksida (CO 2 Cahaya matahari Suhu Oksigen (O 2 Kata Kunci fotosintesis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, dapat diambil

BAB V PENUTUP. Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, dapat diambil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Hutan Penelitian Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Variasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI ANATOMI AKAR BATANG DAN DAUN

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI ANATOMI AKAR BATANG DAN DAUN LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI ANATOMI AKAR BATANG DAN DAUN Di susun oleh ; SYAYID NURROFIK 1404020003 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN 8. ORGAN AKAR

POKOK BAHASAN 8. ORGAN AKAR POKOK BAHASAN 8. ORGAN AKAR 8.1 Struktur Umum Akar Akar merupakan bagian organ tumbuhan yang terdapat di dalam tanah. Akar tumbuh dan berkembang di bawah permukaan tanah. Bentuk dan ukuran akar sangat

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN (AKAR, BATANG, DAUN, BUNGA, BUAH, DAN BIJI) I. A K A R Berdasarkan asalnya, akar ada 2 macam : 1. Akar Primer : Akar pertama yang tumbuh dari lembaga yang terkandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Kentang Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan tergolong tanaman berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan menjalar dan memiliki

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa daerah di Jawa Timur yang mengalami perkembangan yang pesat dari sektor industri salah satunya di Kecamatan Ngoro. Jumlah perusahaan industri pengolahan di

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN JARINGAN MERISTEM STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN Adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional, artinya mampu terus-menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. CIRI-CIRI : 1.Dinding

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4 Jaringan Daun dan Sifat Totipotensi Tumbuhan

Kegiatan Belajar 4 Jaringan Daun dan Sifat Totipotensi Tumbuhan Kegiatan Belajar 4 Jaringan Daun dan Sifat Totipotensi Tumbuhan Dikembangkan oleh: Wiwit Febriani Dr. Hadi Suwono, M.Si Dra. Sunarmi, M.Pd Jurusan Biologi FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG April 2013 Modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya ditemukan di Pulau Sumbawa di daerah Bima dan Dompu. Hal ini diduga dengan seringnya orang-orang

Lebih terperinci

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3 PO49 Studi Kerapatan Stomata Pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea l.) Varietas Peka dan Toleran Terhadap Serangan Jamur Karat Daun (Puccinia arachidis speg.) Hilmiyyah Yulianti 1, Dian Siswanto

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci