Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Ketidakseimbangan Eksternal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Ketidakseimbangan Eksternal"

Transkripsi

1 1 KSK No.22, Maret 2014 Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Ketidakseimbangan Eksternal Dr. Halim Alamsyah Deputi Gubernur Bank Indonesia Bank Indonesia 19 Mei 2014

2 Agenda 2 I. Stabilitas Sistem Keuangan II. Tools Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan III. Kebijakan Makroprudensial IV. Kajian Stabilitas Keuangan - Maret 2014

3 3 Sistem Keuangan terdiri atas Institusi Keuangan, Pasar Keuangan dan Pengguna Jasa Keuangan. Ketiganya didukung oleh Insfrastruktur Keuangan. Sistem Keuangan Institusi Keuangan Bank Non Bank interaksi Pasar Financial Service Users Rumah Tangga Korporasi interaksi Makro Ekonomi Pasar Uang Pasar Modal I n f r a s t r u k t u r Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) adalah suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

4 4 EKONOMI MAKRO Growth & Unemployment BoP Rumah Tangga Kondisi Keuangan Probability of Default (PD) & Loss Given Default (LGD) Bank - Risiko kredit - Risiko likuiditas - Risiko pasar Profitabilitas Permodalan Inflasi Korporasi Probability of Default (PD) & Loss Given Default (LGD) Lembaga Keuangan non Bank Profitabilitas Permodalan Stabilitas Sistem Keuangan Kinerja Keuangan Internasional dan Domestik : - Fiskal - Faktor ekonomi - Faktor non Ekonomi - Efek domino pasar internasional Pasar Keuangan Infrastruktur Sistem Keuangan IHSG, Yield Curve, PUAB Stabilitas Moneter SSK merupakan tanggung jawab semua pihak baik BI, Kemenkeu, OJK dan LPS.

5 Agenda 5 I. Stabilitas Sistem Keuangan II. Tools Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan III. Kebijakan Makroprudensial IV. Kajian Stabilitas Keuangan - Maret 2014

6 6 Menggambarkan kondisi ketahanan sistem keuangan dari sisi Institusi Keuangan dan Pasar Keuangan. Berdampak pada KORPORASI Leverage Kemampuan membayar RUMAH TANGGA Leverage Kemampuan membayar EKSTERNAL Perekonomian Global Flows of Funds Utang Luar Negeri MAKROEKONOMI DOMESTIK Fiskal Inflasi PDB, dsb ISSK dibagi 4 (empat) kondisi, yaitu Normal, Waspada, Siaga, Krisis

7 7 PERBANKAN Identifikasi Risiko Top-Down Approach 1. Macro stress-testing 2. Credit risk stress-testing 3. Interest rate risk stress-testing 4. Exchange rate risk stress-testing 5. Government bond prices stress-testing 6. Liquidity risk stress-testing 7. Integrated stress-testing 8. Interbank stress-testing KORPORASI MAKROPRUDENSIAL MIKROPRUDENSIAL Bottom-Up Approach 1. Credit risk stress-testing 2. Interest rate risk stress-testing 3. Exchange rate risk stress-testing 4. Government bond prices stress-testing 5. Liquidity risk stress-testing 6. Integrated stress-testing Dilengkapi dengan Contagion Analysis Mengukur dampak kegagalan suatu bank thdp bank lain/sistem keuangan 1. Exchange rate risk stress-testing 2. Interest rate risk stress-testing 3. Credit risk stress-testing

8 Agenda 8 I. Stabilitas Sistem Keuangan dan Kebijakan Makroprudensial II. Tools Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan III. Kebijakan Makroprudensial IV. Kajian Stabilitas Keuangan - Maret 2014

9 9 Moneter, Mikroprudensial & Makroprudensial Kebijakan Moneter Kebijakan Kebijakan Makroprudensial Mikroprudensial Stabilitas Sistem Keuangan Tujuan Kebijakan Makroprudensial Kebijakan moneter fokus pada inflasi yang rendah dan kestabilan harga Kebijakan Mikroprudensial fokus pada tingkat kesehatan institusi keuangan individual. Kebijakan Makroprudensial fokus pada stabilitas sistem keuangan, dengan mengurangi risiko sistemik dan kecenderungan mengikutli siklus ekonomi (procyclicality). Mencegah Risiko Sistemik & Memperkuat Resiliensi Sistem Keuangan Kebijakan makroprudensial adalah kebijakan untuk mengatur dan mengawasi sistem keuangan, dalam rangka mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas serta meningkatkan akses dan efisiensi sistem keuangan Intermediasi Seimbang & Berkualitas Koordinasi & Kerjasama Meningkatkan Efisiensi

10 10 Mikroprudensial Makroprudensial Macroeconomic conditions Mikroprudensial lebih mengarah kepada analisis perkembangan individu lembaga keuangan. Makroprudensial lebih mengarah kepada analisis sistem Microprudential kumpulan dari individu lembaga keuangan secara keseluruhan sebagai conditions keuangan. Kegagalan kebijakan makroekonomi, kegagalan regulasi maupun kegagalan pasar yang menyebabkan krisis mendorong perlunya kebijakan makroprudensial Keeping individual financial institutions sound is not enough. A broader approach is needed to safeguard the financial system.

11 11 Bank Indonesia telah mengimplementasikan beberapa instrumen pengaturan makroprudensial untuk melengkapi kebijakan moneter dan mikroprudensial Instrumen untuk mengurangi dampak siklus ekonomi Instrumen utk meningkatkan resiliensi dan efisiensi Kebijakan Makroprud ensial Kebijakan Moneter Loan to Value ratio (LTV) Managing capital flows Kebijakan Mikropru densial GWM - LDR Systemic capital surcharges (akan diimplementasikan) GWM Sekunder Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Stabilitas Sistem Keuangan Basel III : countercyclical capital buffers (akan diimplementasikan) Loan to Value Ratio (LTV Ratio) Menjaga sektor properti, sbg salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi, tumbuh berkelanjutan dlm jk menengah & panjang. Dampak kebijakan : (i) perkembangan KPR dan kredit KPR yang diatur dalam LTV secara umum melambat, (ii) penambahan debitur dengan pemilikan KPR > 1 melambat dari sisi jumlah dan plafon KPR, (iii) kualitas kredit KPR relatif terjaga. Penyempurnaan Ketentuan GWM - LDR Meningkatkan ketahanan sektor perbankan dalam menghadapi berbagai risiko, khususnya terkait dengan risiko kredit dan likuiditas sehingga dapat mendukung stabilitas sistem keuangan sekaligus stabilitas moneter melalui penguatan peran intermediasi bank. Dampak kebijakan : (i) Pertumbuhan kredit industri perbankan melambat, (ii) kualitas kredit industri perbankan tetap terjaga (NPL relatif rendah) Penyempurnaan Ketentuan GWM Sekunder Mendorong bank memiliki cadangan likuiditas yg memadai sehingga dapat mengantisipasi peningkatan tekanan likuiditas.

12 Agenda 12 I. Stabilitas Sistem Keuangan dan Kebijakan Makroprudensial II. Tools Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan III. Kebijakan Makroprudensial IV. Kajian Stabilitas Keuangan - Maret 2014

13 13 Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meskipun SSK sempat mengalami tekanan pada paruh kedua 2013 terimbas perlambatan ekonomi dan gejolak pasar keuangan global. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan Dampak dari tekanan pada: Volatilitas Nilai Tukar IHSG Yield Obligasi Ditengah ketidakseimbangan perekonomian global dan perlambatan ekonomi domestik, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, didukung oleh kinerja positif dan ketahanan perbankan yang kuat. Sementara itu, meskipun tekanan dipasar keuangan global sempat berdampak pada kinerja pasar keuangan domestik dan sektor riil (korporasi dan rumah tangga), namun pada akhir tahun telah kembali membaik.

14 14 Stabilitas sistem keuangan masih terjaga di tengah ketidakseimbangan perekonomian global dan perlambatan ekonomi domestik Industri Perbankan Pasar Keuangan & IKNB Korporasi & RT Infrastruktur SK Risiko dan ketahanan perbankan masih terjaga. Risiko likuiditas sempat meningkat, a.l. disebabkan pertumbuhan kredit lebih tinggi dibandingkan laju kenaikan DPK. Risiko pasar meningkat terutama karena kenaikan suku bunga DPK jk pendek & pelemahan nilai tukar. Risiko kredit menunjukkan penurunan, tercermin dari cukup rendahnya rasio NPL gross. Profitabilitas perbankan meningkat, tercermin dari peningkatan laba bersih. Ketahanan industri perbankan meningkat, tercermin dari meningkatnya CAR. Risiko-risiko utama di pasar keuangan meningkat cukup signifikan di 2013, dengan peningkatan lebih besar pada semester II/2013, tercermin dari kenaikan yield SBN dan penurunan IHSG. Kinerja IKNB (Pembiayaan, Asuransi dan Reksadana) meningkat: total aset meningkat & nonperforming financing (NPF) menurun. Secara umum kinerja korporasi dan rumah tangga masih solid meski sempat mengalami perlambatan pada semester II/2013: Kinerja korporasi masih terjaga meskipun profitabilitas mengalami penurunan, kecuali di sektor properti. Sektor Rumah Tangga menghadapi kenaikan risiko selama Semester II/2013, namun kinerja masih terjaga. Penyelenggaraan sistem pembayaran berjalan dengan efisien, aman dan lancar. Risiko Sistemik: Ketidakseimbangan eksternal dan perlambatan ekonomi domestik sempat menimbulkan peningkatan beberapa risiko di sistem keuangan namun belum berdampak pada peningkatan risiko sistemik. Tantangan, Outlook dan Arah Kebijakan SSK: Seiring dengan perbaikan perekonomian di beberapa negara maju, perekonomian global 2014 diperkirakan membaik. Prospek perbankan Indonesia di tahun 2014 masih cukup baik namun perlu diwaspadai potensi peningkatan risiko likuiditas dan risiko kredit.

15 15 1 Integrated Stress Test Sensitivitas risiko kredit dan pasar secara terintegrasi berdampak relatif kecil terhadap ketahanan industri dan kelompok BUKU. 2 Stress Test Ketahanan Korporasi thdp Nilai Tukar Stress test menunjukan bahwa dari 196 korporasi yang menjadi sampel observasi terdapat 9 Korporasi yang berpotensi insolvent apabila nilai tukar rupiah melemah sampai dengan kurs Rp16.000/dollar.

16 16

17 17 Tujuan Antara Mikroprudensial Pemantauan dan penilaian terhadap kesehatan individu lembaga keuangan Makroprudensial Pemantauan dan penilaian terhadap sistem keuangan secara keseluruhan Tujuan Akhir Perlindungan konsumen Menekan biaya krisis (penurunan PDB) Model Risiko Eksogen Sebagian endogen Korelasi & eksposur lintas lembaga keuangan (contagion) Tidak relevan Penting Kalibrasi kebijakan prudensial Fokus Fokus pada risiko individual : Bottom up Individu Lembaga keuangan Fokus pada risiko sistemik: Top down Lembaga keuangan sistemik (Systemically Important Financial Institution/SIFIs)

18 18 Fungsi intermediasi tetap tumbuh meskipun melambat dengan risiko terjaga.. Pertumbuhan kredit perbankan cenderung menurun menjadi sebesar 21,60% (yoy) dan NPL tetap terjaga pada level 1,77% lebih rendah dari periode sebelumnya. Pertumbuhan Kredit Perbankan Pertumbuhan DPK Non Performing Loan

19 DPK Kredit Risiko pasar meningkat terutama karena kenaikan sk bunga DPK jk pendek & pelemahan nilai tukar. 19 Perkembangan suku bunga DPK industri perbankan relatif stabil kecuali suku bunga Deposito 1 bulan. Sementara itu dari sisi suku bunga kredit industri perbankan, peningkatan BI Rate pada semester II 2013 belum direspon oleh perbankan secara siginifikan. Net Long/Short Valas Perbankan Suku Bunga Industri Sem I/2011 Sem II/2011 Sem I/2012 Sem II/2012 Sem I/2013 Sem II/2013 Deposito Giro Tabungan KMK KI KK Pelemahan nilai tukar pada semester II 2013 menyebabkan perbankan cenderung meningkatkan aset valas untuk memitigasi risiko pelemahan rupiah thdp modal bank. Rata-rata rasio PDN thdp modal perbankan 2,5%. Hasil stress test dgn skenario depresiasi Rupiah 10%-50% menunjukkan ketahanan industri tercemin dr CAR masih >15%.

20 20 Profitabilitas perbankan tetap meningkat sejalan dengan peningkatan efisiensi Profitabilitas Industri Perbankan masih tetap meningkat dibandingkan semester sebelumnya. Laba bersih meningkat terutama berasal dai pendapatan bunga kredit sejalan dengan meningkatnya volume penyaluran kredit perbankan dan meningkatnya fee based income. Efisiensi mengalami peningkatan terutama pada Buku 4. Perkembangan Laba/Rugi Industri Perbankan (dalam Triliun) ROA per BUKU (%) BOPO

21 21 Ketahanan industri perbankan didukung oleh kualitas permodalan yang meningkat. Ketahanan industri perbankan masih berada pada level aman tercermin dari peningkatan rasio CAR. Ketahanan industri perbankan didukung oleh kualitas permodalan yang meningkat. Perkembangan CAR Perbankan (%) Rasio Tier I Perbankan

22 22 Gejolak pasar SBN dan saham sempat terpengaruh oleh gejolak pasar keuangan global namun pada akhir tahun kembali membaik. Y ield SBN 10 Tahun dan Kawasan INDO INDI THAI MAL PHIL Dec-12 5,15 8,17 3,43 3,52 4,20 Jan-13 5,24 8,04 3,58 3,55 4,00 Feb-13 5,18 8,03 3,50 3,42 3,58 Mar-13 5,44 8,03 3,42 3,45 2,91 Apr-13 5,39 7,77 3,30 3,39 2,91 May-13 5,80 7,47 3,39 3,50 3,02 Jun-13 7,06 7,69 3,63 3,72 4,01 Jul-13 7,79 8,79 3,86 4,04 3,19 Aug-13 8,52 8,86 4,13 4,04 3,56 Sep-13 8,32 8,97 3,87 3,76 3,38 Oct-13 7,35 8,78 3,79 3,65 3,50 Nov-13 8,59 9,09 3,91 4,30 3,34 Dec-13 8,37 9,17 3,80 4,20 3,40 Volatilitas Yield SBN 10 Tahun dan Kawasan INDO INDI THAI MAL PHIL Dec-12 4,16 1,42 1,78 2,40 2,69 Jan-13 2,94 1,67 2,12 4,61 5,99 Feb-13 1,01 1,85 2,80 2,89 2,27 Mar-13 2,63 1,74 2,37 2,00 7,44 Apr-13 1,53 1,58 4,36 1,35 5,09 May-13 3,42 2,02 2,96 5,47 5,52 Jun-13 8,69 5,36 9,56 8,19 11,02 Jul-13 17,47 26,20 3,16 7,53 10,55 Aug-13 11,78 10,63 7,24 2,78 17,65 Sep-13 12,97 5,38 8,23 6,41 12,98 Oct-13 17,04 2,81 3,02 4,22 9,73 Nov-13 4,22 8,23 5,78 6,88 2,16 Dec-13 2,64 7,95 2,62 3,03 12,46 Yield SBN jangka pendek, menengah dan Panjang Perkembangan Indeks Saham Kawasan Volatilitas Indeks Saham Sektoral Pangsa per Des Semester I 2012 Semester II 2013 Semester I 2013 Semester II IHSG 18,95 13,05 22,38 27,42 Keuangan 24 21,57 17,23 25,79 34,18 Pertanian 3 23,35 20,89 22,75 31,72 Industri Dasar dan Kimia 8 25,62 19,77 29,15 39,22 Konsumsi 15 23,12 21,74 30,53 32,98 Properti 6 24,98 16,29 31,16 41,36 Pertambangan 7 28,96 24,23 25,51 30,57 Infrastruktur 15 19,21 17,38 27,11 27,14 Perdagangan 13 21,09 13,99 23,15 25,52 Aneka Industri 9 30,25 28,80 34,03 41,23

23 Kinerja Perusahaan Pembiayaan meningkat tercermin dari naiknya total aset dan pembiayaan yang disalurkan yang terbesar pada Pembiayaan Konsumen dan Sewa Guna Usaha. Sementara itu, risiko PP menurun tercermin dari penurunan non performing financing (NPF). Perkembangan Kinerja PP Rasio NPF PP 23 Kinerja industri asuransi meningkat meskipun dengan tren melambat tercermin dari meningkatnya aset dan rasio klaim bruto terhadap premi bruto. Sementara itu, meskipun reksadana mengalami perlambatan pertumbuhan (NAB & jumlah reksadana menurun), namun masih memberikan return yg positif bagi investor. Growth yoy Reksadana Aset dan Investasi Industri Asuransi

24 24 Ketahanan korporasi masih solid meskipun sempat tertekan. Kinerja korporasi sempat mengalami perlambatan akibat perlambatan perekonomian domestik, pelemahan nilai tukar serta tingginya inflasi. Indikator Kunci Kinerja Keuangan Korporasi Rasio profitabilitas baik ROA maupun ROE mengalami penurunan. Penurunan profitabilitas pada 2013 dialami hampir oleh seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor properti. Meski tingkat utang korporasi masih tinggi, kemampuan korporasi dalam memenuhi kewajibannya relatif terjaga. No. Sektor ROA ROE DER TA/TL Current Ratio Inventory TO Pertanian 5,32% 1,98% 9,71% 3,91% 0,86 1,08 2,16 1,93 1,10 1,07 7,85 6,86 2 Industri Dasar dan Kimia 6,29% 5,88% 13,30% 12,62% 1,14 1,16 1,88 1,86 1,61 1,62 5,41 5,20 3 Industri Barang Konsumsi 11,40% 9,19% 19,57% 16,40% 0,75 0,81 2,33 2,23 2,03 1,79 4,41 4,49 4 Infrastruktur, utilitas dan transportasi 7,86% 4,12% 17,38% 9,24% 1,17 1,30 1,85 1,77 1,09 1,04 75,62 77,59 5 Aneka Industri 8,91% 7,29% 21,03% 16,78% 1,34 1,27 1,75 1,79 1,22 1,18 10,52 8,93 6 Pertambangan 4,77% 0,09% 11,60% 0,23% 1,54 1,76 1,65 1,57 1,60 1,17 14,17 11,76 7 Properti dan Real Estate 5,77% 7,70% 10,94% 15,32% 0,93 1,06 2,07 1,94 2,04 1,78 1,74 2,01 8 Perdagangan, jasa dan investasi 8,21% 5,42% 15,23% 9,98% 0,80 0,86 2,26 2,16 1,65 1,60 8,61 7,48 Agregat 7,27% 4,94% 15,09% 10,53% 1,09 1,17 1,92 1,86 1,53 1,40 7,21 6,69 Posisi data Tw III-2012 & Tw III-2013 Sumber: Laporan Keuangan Korporasi di Bursa Efek Indonesia, Bloomberg, diolah

25 25 Ketahanan sektor Rumah Tanggal masih solid meskipun sempat tertekan. Mayoritas penghasilan bulanan rumah tangga Indonesia digunakan untuk konsumsi, diikuti untuk Tabungan dan pembayaran cicilan pinjaman. Mayoritas aset rumah tangga berupa aset tetap (rumah, tanah, kendaraan, peralatan RT, dan pakaian). Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Komposisi Aset RT Pengeluar an Sem II Sem I Sem II Des % 100% 90% 80% 9.55% 10.86% 13.38% 10.32% 1.09% 0.24% 0.14% 0.25% Konsumsi 65.3% 65.5% 65.6% 14.66% 70% 60% Cicilan Pinjaman 14.6% 14.0% 15.0% Tabungan 20.1% 20.5% 19.4% Sumber: Survei Neraca Rumah Tangga, Bank Indonesia. Diolah 66.35% Konsumsi Cicilan Pinjaman Tabungan 88.79% 88.27% 85.46% 89.16% 0.58% 0.63% 0.94% 0.37% Berdasarkan hasil Survei Neraca Rumah Tangga, rasio cicilan pinjaman terhadap pendapatan (Debt to Income Ratio) sebesar 14,66%. Rasio cicilan pinjaman masih lebih rendah dibandingkan persyaratan bank bagi calon debitur (biasanya ditetapkan maks. 30%). Dengan demikian, terbuka peluang cukup besar bagi perbankan untuk menyalurkan kredit bagi rumah tangga dalam rangka program perluasan akses keuangan. Tingginya inflasi berdampak kepada peningkatan pengeluaran untuk konsumsi. Namun, kemampuan membayar cicilan utang rumah tangga masih terjaga terkait masih cukup tingginya tingkat tabungan. Di tahun 2012 aset rumah tangga masih didominasi oleh aset tetap dengan komposisi yang meningkat. Aset rumah tangga pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 3,41% dibandingkan tahun sebelumnya. 50% 40% 30% 20% 10% 0% Aset Lainnya Aset Tetap Investasi Aset Lancar

26 26 Kredit rumah tangga cenderung tumbuh melambat dengan tingkat NPL dan kemampuan pembayaran utang RT masih terjaga pada level aman. Komposisi Kredit Rumah Tangga Dec'10 Dec'11 Dec'12 Dec'13 Mar'14 Kredit Rumah Nominal Pangsa Nominal Pangsa Nominal Pangsa Nominal Pangsa Nominal Pangsa Tangga (Rp T) (%) (Rp T) (%) (Rp T) (%) (Rp T) (%) (Rp T) (%) Perumahan % % % % % Kendaraan % % % % % Peralatan % % % % % Multiguna % % % % % Lainnya % % % % % Total % % % % % Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah Pertumbuhan dan NPL Kredit ke Sektor RT Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah

27 27 Kinerja sistem pembayaran yg diselenggarakan Bank Indonesia tetap terpelihara dengan baik. Tingkat ketersediaan (availability) sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI sebesar 99,96% melebihi Service Level Agreement (SLA) Terlaksananya Manajemen Risiko SP BI yang memadai 1. Uji coba sistem back-up SP BI (BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI) sebanyak 2 kali. 2. Tersedianya Business Continuity Plan (BCP) termasuk infrastruktur back up system yang dapat menggantikan operasional setiap saat. 3. Pelaksanaan security audit secara berkala. Turn Over Ratio 4. Pelaksanaan member certification 5. Helpdesk kepada peserta. Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Nilai Turn Over Ratio selama 2013 mengalami penurunan yang mencerminkan bahwa peserta BI-RTGS memiliki kemampuan yang memadai untuk memenuhi kewajiban dalam melakukan transaksi pembayaran. Antrian di sistem pembayaran (queue transaction) mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan perbankan memiliki likuiditas yang lebih memadai dibandingkan periode sebelumnya. Miliar Rp Queue Transaction (Nilai) Queue Transaction (Nilai) BUKU 1BUKU 2BUKU 3BUKU 4 Industri 2012 Sem I 2012 Sem II 2013 Sem I 2013 Sem II

28 28 Prospek perbankan Indonesia di tahun 2014 masih cukup baik namun perlu diwaspadai potensi kenaikan terutama risiko kredit dan tekanan likuiditas. Pert. Kredit: 15-17% Pert. DPK: 15-17% NPL: % Proyeksi Perbankan & RBB 2014

29 29 Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan diperlukan sinergi antara makroprudensial dan mikroprudensial. Oleh karena itu perlu dukungan kerjasama antar otoritas terkait yaitu Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan. Koordinasi & Kerjasama antara BI dan OJK Dasar Hukum : Keputusan Bersama BI dan OJK Nomor 15/1/KEP.GBI/2013, No.PRJ-11/D.01/2013 tgl 18 Oktober 2013 Cakupan, antara lain : Perumusan kebijakan dan peraturan makro-mikroprudensial Pertukaran informasi hasil pengawasan LJK dan macro-surveillance Kajian dan/atau penelitian bersama Stance dalam fora internasional Sosialisasi dan edukasi Koordinasi, berupa : Pembentukan single point of contact Pertemuan reguler level deputies, pimpinan satker dan teknis

30 30 Koordinasi & Kerjasama BI dalam FKSSK Dasar Hukum : Nota Kesepahaman antara Menkeu, GBI, Ketua DK OJK dan Ketua DK LPS : MOU- 8/MOU-8/MK.011/2012, No. 14/2/GBI/DKM/NK, No. 01/NK1/DK/XII/2012 dan MOU.001/DK/XII/2012 Cakupan Pertukaran data data dan informasi kondisi SSK dan analisa Protokol Manajemen Krisis (PMK) Hasil pemantauan kondisi nilai tukar, perbankan, LKBB, Pasar Modal, pasar SBN dan risiko fiskal yang ditengarai dapat mengganggu SSK Harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan dalam menjaga SSK Koordinasi pelaksanaan kebijakan dalam rangka penanganan krisis Koordinasi, berupa : Pertemuan bulanan level Deputies Pertemuan triwulanan FKSSK Pertemuan reguler level teknis

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. EKSTERNAL INTERNAL. Global Financial Crisis (GFC): Macroeconomic. conditions. Microprudential. conditions

LATAR BELAKANG. EKSTERNAL INTERNAL. Global Financial Crisis (GFC): Macroeconomic. conditions. Microprudential. conditions 1 2 LATAR BELAKANG. 3 EKSTERNAL Global Financial Crisis (GFC): Macroeconomic conditions INTERNAL Microprudential conditions LATAR BELAKANG. 4 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia Menetapkan dan melaksanakan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Kebijakan Makroprudensial di. Bank Indonesia. Bank Indonesia

Kebijakan Makroprudensial di. Bank Indonesia. Bank Indonesia Kebijakan Makroprudensial di Bank Indonesia Bank Indonesia Sistem Keuangan 2 Sistem keuangan adalah kumpulan institusi dan pasar yang mana terdapat interaksi di dalamnya dengan tujuan mobilisasi dana dari

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai bank sentral, Bank

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif xi halaman ini sengaja dikosongkan xii Ringkasan Eksekutif Pada semester I 2015, pasar keuangan global mengalami pelemahan yang dipicu oleh ketidakpastian arah kebijakan moneter di

Lebih terperinci

et 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII

et 2018 o. 30, Mar n an G an U ke as BILIT sta an JI ka RiNGKAsAN EKsEKuTif Bank IndonesIa XVIII Bank IndonesIa KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 30, Maret 2018 ringkasan eksekutif XVIII Pada Semester II 2017, Stabilitas Sistem Keuangan Menunjukkan Perkembangan Yang Lebih Baik Dibandingkan Dengan Periode

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

perlambatan ekonomi domestik serta pasar uang dan pasar modal yang masih tersegmentasi dan dangkal juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik.

perlambatan ekonomi domestik serta pasar uang dan pasar modal yang masih tersegmentasi dan dangkal juga mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik. RINGKASAN EKSEKUTIF Pemulihan ekonomi di negara maju yang belum merata serta melambatnya pertumbuhan emerging market economies (EMEs) khususnya Tiongkok, telah berkontribusi terhadap peningkatan risiko

Lebih terperinci

Mempertahankan Soliditas

Mempertahankan Soliditas Hasil Kinerja Semester I 2017 Mempertahankan Soliditas Public Expose 2017 PT Bank Central Asia Tbk Jakarta, 9 Agustus 2017 Daftar Isi Tinjauan Makro Ekonomi halaman Kondisi makro ekonomi 4 Ikhtisar kinerja

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Makroprudensial. Pengaturan. Pengawasan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 141) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Sistem keuangan pada paruh kedua 2016 relatif stabil bahkan membaik sejalan dengan menurunnya risiko perekonomian domestik. Meningkatnya stabilitas sistem keuangan didukung oleh tingginya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan ober Uang Beredar dalam arti luas (M2) yang terdiri dari uang kartal dan dana masyarakat di perbankan, pada

Lebih terperinci

KREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE

KREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE KREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE Bagaimana memutus rantai pelemahan kredit & PDB Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah

Lebih terperinci

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

% (yoy) Feb'15 Mar'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa et Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada et mengalami peningkatan. Posisi M2 tercatat Rp4.246,3 T, tumbuh 16,3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL 1. Apa latar belakang penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial? a. Pengalaman krisis keuangan global menunjukkan pentingnya untuk menjaga stabilitas sistem

Lebih terperinci

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Surabaya 21 Desember 2016 OUTLINE 2 Perekonomian Global Perekonomian Nasional Kebijakan

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

Manulife Investor Sentiment Index Study Q Indonesia. Februari 2016

Manulife Investor Sentiment Index Study Q Indonesia. Februari 2016 Manulife Investor Sentiment Index Study Q4 2015 Indonesia Februari 2016 1 TENTANG MANULIFE INVESTOR SENTIMENT INDEX (MISI) Apakah Manulife Investor Sentiment Index (MISI)? Kelas aset utama Dana tunai/

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melakukan berbagai transaksi bisnis dan pembayaran-pembayaran tagihan.

I. PENDAHULUAN. melakukan berbagai transaksi bisnis dan pembayaran-pembayaran tagihan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Indonesia telah memainkan berbagai peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Salah satu fungsi dari perbankan adalah intermediasi keuangan,

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

% (yoy) Oct'15 Nov'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari

Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari Penerbit: Bank Indonesia Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan kewenangan Bank Indonesia di bidang pengaturan dan pengawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masalah nilai dan pengukuran sudah lama menjadi isu ekonomi khususnya akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk mengetahui

Lebih terperinci

POTENSI OBLIGASI SYARIAH BAGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

POTENSI OBLIGASI SYARIAH BAGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR 1 POTENSI OBLIGASI SYARIAH BAGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Dr. Rifki Ismal Asisten Direktur Bank Indonesia Focus Group Dissussion Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta, 23 Desember 2013 2 KINERJA EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN DAN PENGANGGULANGAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA

PENCEGAHAN DAN PENGANGGULANGAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA PENCEGAHAN DAN PENGANGGULANGAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA Dr. Anggito Abimanyu, Msc Dosen UGM/Chief Economist Bank BRI Jakarta, 18 Mei 2016 Outline 1 Transmisi Krisis Keuangan dan Ekonomi 2 Pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu negara dan dengan cepat berimbas ke negara lain. Salah satu bukti konkretnya adalah krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Informasi dan Order: KSK ini terbit pada bulan Maret 2014 dan didasarkan pada data dan informasi per Desember 2013, kecuali

Informasi dan Order: KSK ini terbit pada bulan Maret 2014 dan didasarkan pada data dan informasi per Desember 2013, kecuali Penerbit: Bank Indonesia Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta Indonesia Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan kewenangan Bank Indonesia di bidang pengaturan dan pengawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) 12/14/2014 Pertanyaan 1: Benarkah selalu melemah selama Desember? 12/14/2014 M. Indra Maulana 2 Nilai tukar Rupiah saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah

Lebih terperinci

04 Analisis dan Pembahasan Manajemen

04 Analisis dan Pembahasan Manajemen 01 Ikhtisar Data 02 Laporan 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola 06 Tanggung Jawab Sosial 07 Laporan Konsolidasian 04 Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Tinjauan Pada tahun 2016 BCA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi baik di negara berkembang maupun negara maju dapat menyebabkan stabilitas keuangan dan sistem pembayaran terganggu. Bagi pembuat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu untuk menganalisis pengaruh kredit bermasalah (NPF), faktor ekonomi makro (INF, INT, Nilai Tukar), likuiditas (CR) dan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif xi halaman ini sengaja dikosongkan xii Ringkasan Eksekutif Sejalan dengan kebijakan moneter global yang akomodatif, likuiditas global masih berlimpah dan telah mendorong berlanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017

KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 29, September 2017 Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2017 relatif stabil dengan didukung oleh meningkatnya permodalan dan likuiditas perbankan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12.

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12. BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menganalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005:07 2014:12. Empat sistem persamaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejauh ini krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1998 telah membawa dampak yang tidak baik bagi perkembangan bangsa Indonesia. Hampir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Dengan tema Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 Balroom Hotel JW Marriot, Jakarta, 19 November 2015 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Makroprudensial. Pengaturan. Pengawasan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5546) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Di negara seperti Indonesia, bank memegang peranan penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang yang berguna untuk mengantisipasi adanya inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Investasi

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peran perbankan dalam menggerakkan perekonomian suatu negara yang berdampak pada peningkatan pendapatan nasional adalah cermin efektifitas perbankan dalam menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF PROSPEK EKONOMI 216: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 215 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF PERKEMBANGAN TERKINI 3Q6 3Q7 3Q8 3Q9 3Q1 3Q11 3Q12 3Q13 3Q14 3Q15 EKONOMI GLOBAL: PERTUMBUHAN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar keuangan global yang sangat cepat dan semakin terintegrasi telah mengakibatkan pasar obligasi memainkan peranan penting sebagai alternatif sumber

Lebih terperinci

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L No.87, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum Konvensional. GWM. Rupiah. Valuta. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6047) PERATURAN

Lebih terperinci