Lister Budi Agus Rianto. Dosen Pembimbing: Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak. Binus University, 1 ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lister Budi Agus Rianto. Dosen Pembimbing: Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak. Binus University, 1 ABSTRACT"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK MENURUT STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU DI INDONESIA DAN MENURUT IAS 41: AGRICULTURE (STUDI KASUS: PT KELANTAN SAKTI) Lister Budi Agus Rianto Dosen Pembimbing: Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak. Binus University, 1 ABSTRACT Along with the development and dynamics of business in the national and international scale, globalization requires financial reporting standards in Indonesia should be compared with international accounting standards. So that the company can generate financial reports that are easy to understand, reliable, relevant, and can be compared. While most of the palm oil industry in Indonesia is still not applying appropriate accounting standards to set the appropriate accounting treatment for they biologic assets. Therefore, this study will describe the application of accounting standards for the analysis of industrial oil palm plantations in Indonesia and the adjustment, with a case study on PT Kelantan Sakti. There are several accounting standards that can be used as guidelines for the accounting treatment of biologic assets, including IAS 41: Agriculture, BUMN, and Bapepam. The third guideline established to homogenize biologic asset valuation method to achieve the reliability of financial reporting quality agricultural industry. The research concludes that fair value measurements using significant discrepancies on the financial statements of the company. So, when will the Company would like to become publicly traded company, the Company must be supported by a variety of preparation of urgency associated with the adoption of IAS 41 in Indonesia. Keywords: biologic assets, IAS 41, fair value Abstrak Seiring dengan perkembangan dan dinamika bisnis dalam skala nasional dan internasional, globalisasi menuntut standar pelaporan keuangan di Indonesia harus dapat dibandingkan dengan standar akuntansi internasional. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat menghasilkan laporan keuangan yang mudah dipahami, andal, relevan, dan dapat dibandingkan. Sedangkan kebanyakan industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih belum menerapkan standar akuntansi yang tepat untuk mengatur perlakuan akuntansi yang sesuai untuk aset biolojiknya. Untuk itu, penelitian ini akan menjabarkan mengenai analisis penerapan standar akuntansi untuk industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan penyesuaiannya, dengan studi kasus pada PT Kelantan Sakti. Terdapat beberapa standar akuntansi yang

2 dapat dijadikan pedoman untuk perlakuan akuntansi terhadap aset biolojik, di antaranya IAS 41: Agriculture, BUMN, dan Bapepam. Ketiga pedoman tersebut dibentuk untuk menyeragamkan metode penilaian aset biolojik demi tercapainya keandalan kualitas laporan keuangan industri agrikultur. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengukuran menggunakan nilai wajar menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan. Sehingga, apabila nantinya Perseroan ingin menjadi perusahaan go-public, Perseroan harus didukung dengan berbagai persiapan yang matang terkait dengan urgensi adopsi IAS 41 di Indonesia. Kata Kunci: aset biolojik, IAS 41, fair value PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam era globalisasi, perusahaan perkebunan dituntut untuk semakin efektif dan efisien agar tetap eksis di tengah persaingan usaha yang semakin ketat. Hal ini menyebabkan usaha perkebunan kelapa sawit dan unit pengolahannya semakin berkembang dengan pesat, sehingga pemanfaatan kelapa sawit semakin beragam. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) banyak memberikan manfaat bagi manusia antara lain kepentingan rumah tangga, kosmetik, makanan industri farmasi maupun industri kimia. Ditambah lagi, belakangan ini kian populer sebagai bahan baku energi alternatif biodiesel. Melihat masa depan minyak kelapa sawit yang cukup cerah ditingkatkan, konsumsi minyak sawit terus menerus meningkat dan cenderung menguntungkan pasar ekspor dan pasar dalam negri yang nampak semakin baik, selain itu faktor penyediaan lahan serta tenaga kerja, semua merupakan unsur unsur penunjang paling pokok untuk lebih menggerakan pembudidayaan tanaman kelapa sawit ini, yang tergolong dalam aset biolojik. Aset biolojik adalah aset yang unik, karena mengalami transformasi pertumbuhan bahkan setelah aset biolojik menghasilkan ouput, dibutuhkan waktu yang sangat panjang untuk proses pertumbuhan dari bibit sampai menjadi tanaman yang menghasilkan. Karena mengalami transformasi biologis itulah diperlukan pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan kontribusinya dalam menghasilkan aliran keuntungan ekonomis bagi perusahaan. Maka dari itu digunakan perlakuan akuntansi yang mencakup pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan aset biolojik dalam laporan keuangan. Aset biolojik tesebut juga akan dicatat dan diklasifikasikan mulai dari tanaman bibit hingga tanaman menghasilkan. Seiring dengan adanya standar keuangan globalisasi, perusahaan perusahaan besar multinasional pun secara bertahap menyajikan laporan keuangannya dari pencatatan, pengukuran dan penyajian serta pengungkapan dengan mengadopsi International Financial Reporting Standard (IFRS). Salah satu kegunaan mengadopsi IFRS adalah agar bahasa penyajian mudah dimengerti oleh pengguna laporan keuangan di dunia. Untuk dunia agribisnis, diatur dalam IAS 41: Agriculture yang merupakan standar yang masih menjadi agenda kerja Indonesia untuk proses pengadopsian. Berbeda dengan IFRS, dalam PSAK belum diatur tentang perlakuan akuntansi bagi aset biolojik secara spesifik, sehingga belum ada standar yang mengatur bagaimana informasi mengenai aset biolojik dapat menjadi informasi yang andal dan relevan dalam pengambilan keputusan bisnis. Oleh karena IAS 41 masih harus disesuaikan dalam implementasinya sesuai dengan kondisi perkebunan di Indonesia, maka penulis memandang bahwa analisis penerapan IAS 41 tersebut menarik untuk dibahas. Karena itu penulis mengambil pokok bahasan dengan judul Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Aset Biolojik Menurut Standar Akuntansi yang Berlaku di Indonesia dan IAS 41 : Agriculture (Studi Kasus: PT Kelantan Sakti) yang menjelaskan bagaimana suatu aset biolojik dicatat dalam laporan keuangan menurut standar yang berlaku. Hasil bahasan penelitian ini

3 adalah berupa pembahasan bagaimana perlakuan akuntansi aset biolojik pada PT Kelantan Sakti, serta menurut standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, dan IAS 41: Agriculture. Dampak dari penggunaan nilai wajar terhadap laporan keuangan juga akan menjadi pokok bahasan dalam penulisan skripsi ini. Kajian Pustaka Terdapat dua rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Inas Sari dan Bernadetha Athalia (Universitas Airlangga) dengan judul Urgensi Global Pengukuran dan Pengakuan Plantation Assets Melalui IAS 41 Beserta Kesiapannya di Indonesia, yaitu: Apakah IAS 41 sebagai standar internasional telah mampu untuk mengakomodir pengakuan dan pengukuran suatu aset biologis khususnya aset tanaman perkebunan kelapa sawit?, serta Bagaimanakah kesiapan perusahaan palm plantation serta instrumen pendukungnya di Indonesia dalam penerapan yang telah mengarah pada basis pengukuran fair value?. Secara keseluruhan penelitian ini menyimpulkan bahwa IAS 41 sudah kuat untuk dijadikan pijakan standar internasional untuk aset tanaman perkebunan kelapa sawit, namun masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan palm plantation di Indonesia untuk menanggapi penerapan yang berbasis pengukuran fair value, seperti kurangnya SDM appraisal dan belum adanya PSAK sektor agrikultur. Kemudian penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Prakoso dan Mahar memaparkan bahwa terdapat beberapa kendala dalam mempraktikan IAS 41 di Indonesia, antara lain: adanya pengakuan pendapatan padahal pendapatan tersebut tidak akan pernah terealisasi, penggunaan fair value akan menyebabkan volatilitas dalam laporan keuangan pada jangka pendek karena masa hidup tanaman kelapa sawit yang terbilang lama, selain itu juga akan menyebabkan konsep cost dan benefit tidak terpenuhi. Penelitian lainnya berpendapat bahwa IAS 41 cocok digunakan oleh perusahaan yang baru memulai bisnisnya untuk pengukuran biaya dan pengakuan awal aset biolojik, namun penelitian ini tidak mengunakan nilai wajar dikarenakan nilai wajar tidak dapat diandalkan dengan asumsi bahwa aset biolojik yang tertanam dengan tanah tidak untuk dijual. Penelitian ini dilakukan oleh Santana Luwia pada tahun 2011, dimana membahas mengenai analisis perbandingan pengakuan awal, pengukuran biaya, penilaian aset biolojik lebih lanjut sampai pada tahap penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Hasil kesimpulan berupa laporan keuangan yang telah memakai standar IAS 41, dimana terdapat perbedaan angka untuk tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap aset biolojik berdasarkan kebijakan PT Kelantan Sakti, dan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, maupun IAS 41: Agriculture? 2. Dampak apa saja yang terjadi secara keseluruhan akibat implementasi IAS 41: Agriculture? 3. Bagaimana saran perbaikan untuk perlakuan akuntansi yang sesuai terhadap aset biolojik pada PT Kelantan Sakti? Tujuan Penelitian 1. Dengan adanya penelitian ini, pembaca dapat mengetahui perlakuan akuntansi terhadap aset biolojik berdasarkan kebijakan PT Kelantan Sakti, dan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, maupun IAS 41: Agriculture; 2. Untuk mengetahui dampak yang terjadi secara keseluruhan akibat implementasi IAS 41: Agriculture; 3. Memberikan saran perbaikan untuk perlakuan akuntansi aset biolojik yang sesuai kepada PT Kelantan Sakti.

4 METODE PENELITIAN Agar penyusunan skripsi ini dapat mencapai hasil yang diinginkan, maka perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang lengkap, jelas, dan tepat. Karakteristik dari riset ini yaitu: 1. Jenis dari risetnya adalah riset eksploratoria, yakni riset yang bersifat kualitatif; 2. Dimensi waktu risetnya adalah cross sectional; 3. Risetnya mendalam dan hanya melibatkan satu objek saja (studi kasus); 4. Metode pengumpulan data berupa wawancara yang menghasilkan data primer perusahaan; 5. Lingkungan penelitian yaitu lingkungan riil (field research); 6. Unit analisisnya hanya menggunakan satu perusahaan saja, yaitu PT Kelantan Sakti yang bergerak dalam bidang agribisnis. HASIL DAN BAHASAN Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap Aset Biolojik pada PT Kelantan Sakti Menurut IAS 41: Agriculture. Pengukuran aset biolojik Perseroan dengan IAS 41: Agriculture menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) dihitung dengan cara present value dari expected net inflow dari tanaman perkebunan yang diperoleh dari ekspektasi harga Tandan Buah Segar (TBS) yang didiskontokan dengan tingkat bunga pasar sebesar 13,5% sebelum pajak. Tabel 1 Pengukuran Aset Biolojik Menurut IAS 41: Agriculture tahun 2011 TBM 1 1,000 ha x Rp 55,062,373,000 = Rp 37,658,874,731 TBM 2 1,000 ha x Rp 18,772,683,000 = Rp 14,572,801,572 TBM ha x Rp 5,351,081,000 = Rp 4,714,302,361 Total = Rp 56,945,978,663 Dibandingkan dengan biaya Rp 64,245,544,000. Biaya lebih besar, menyebabkan adanya impairment loss dan penyesuaian dimana selisih dari biaya adalah Rp 7,299,565,337. Tabel 2 Pengukuran Aset Biolojik Menurut IAS 41: Agriculture tahun 2012 TBM 2 1,000 ha x Rp 55,062,373,000 = Rp 42,743,652,349 TBM 3 1,000 ha x Rp 18,772,683,000 = Rp 12,839,223,574 TM ha x Rp 10,200,000,000 = Rp 8,986,200,000 Total = Rp 64,569,075,923 Dibandingkan dengan biaya Rp 76,662,729,000. Biaya lebih besar, menyebabkan adanya impairment loss dan penyesuaian dimana selisih dari biaya adalah Rp 12,093,653,077. Perhitungan di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan angka yang dihasilkan dengan pengukuran yang dilakukan oleh Perseroan. Adanya selisih dianggap sebagai pernurunan nilai akibat perubahan fair value. IAS 41: Agriculture mengatur bahwa setiap penurunan nilai akibat perubahan fair value, harus diakui sebagai kerugian di laporan laba rugi komprehensif pada periode terjadinya.

5 Dalam studi kasus ini cost to sell diasumsikan nol (0), hal ini dikarenakan produksi TBS yang dihasilkan tidak dijual ke pihak ketiga, melainkan dipakai sendiri untuk proses lebih lanjut, yaitu CPO dan kernel. Maka dari itu tidak ada biaya untuk menjual. Tabel 3 Penyajian Aset Biolojik Menurut IAS 41: Agriculture (Rp. 000) (Rp. 000) ASET TIDAK LANCAR Tanaman menghasilkan Rp - Rp ,14 Tanaman belum menghasilkan Rp Rp Total Nilai Wajar Aset Biolojik Rp Rp Selisih dari perubahan nilai wajar ini yang akan diakui sebagai keuntungan atau kerugian yang akan diungkapkan di dalam laporan laba rugi pada Tabel 4 Laporan Laba Rugi Komprehensif Perseroan Tahun 2011 dan 2012 Sebelum dan Sesudah Menggunakan IAS 41: Agriculture di bawah ini.

6 PT KELANTAN SAKTI LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain Keterangan Sebelum Sesudah PENJUALAN TBS Rp - Rp 5,351,081 CPO Rp - Rp - Kernel Rp - Rp - TOTAL Rp - Rp 5,351,081 BEBAN POKOK PENJUALAN Rp - Rp (5,515,869) KERUGIAN AKIBAT PERUBAHAN Rp - Rp (7,299,565,337) NILAI WAJAR ASET BIOLOJIK LABA (RUGI) KOTOR Rp - Rp (7,299,730,125) BEBAN OPERASIONAL Beban Pemasaran Rp - Rp - Beban Adm. & Umum Rp (1,067,991) Rp (1,067,991) TOTAL Rp (1,067,991) Rp (1,067,991) LABA (RUGI) OPERASI EBITDA Rp (1,067,991) Rp (7,300,798,116) BEBAN PENYUSUTAN & AMORTISASI Rp (1,764,536) Rp (1,764,536) PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN Pendapatan / (Beban) Lain-lain Rp - Rp - Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Non Tanaman Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Tanaman Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Pabrik Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Refinancing Beban Bunga IDC - Non Tanaman Rp - Rp - Beban Bunga IDC - Tanaman Rp - Rp - Beban Bunga IDC - Pabrik Rp - Rp - Beban Bunga IDC - Refinancing Rp - Rp - Beban Bunga Kredit Modal Kerja Rp - Rp - Beban Provisi Bank Rp (114,421) Rp (114,421) TOTAL Rp (114,421) Rp (114,421) LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK Rp (2,946,948) Rp (7,302,677,073) TAX Rp - Rp - LABA (RUGI) BERSIH Rp (2,946,948) Rp (7,302,677,073) SALDO LABA (RUGI) AWAL TAHUN Rp (4,514,905) Rp (4,514,905) SALDO LABA (RUGI) AKHIR TAHUN Rp (7,461,853) Rp (7,307,191,978)

7 PT KELANTAN SAKTI LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain Keterangan Sebelum Sesudah PENJUALAN TBS Rp 5,351,081 Rp 5,351,081 CPO Rp - Rp - Kernel Rp - Rp - TOTAL Rp 5,351,081 Rp 5,351,081 BEBAN POKOK PENJUALAN Rp (5,515,869) Rp (5,515,869) KERUGIAN AKIBAT PERUBAHAN Rp - Rp (12,093,653,077) NILAI WAJAR ASET BIOLOJIK LABA (RUGI) KOTOR Rp (164,789) Rp (12,093,817,865) BEBAN OPERASIONAL Beban Pemasaran Rp (147,155) Rp (147,155) Beban Adm. & Umum Rp (1,566,737) Rp (1,566,737) TOTAL Rp (1,713,892) Rp (1,713,892) LABA (RUGI) OPERASI - EBITDA Rp (1,878,681) Rp (12,095,531,757) BEBAN PENYUSUTAN & AMORTISASI Rp (2,720,755) Rp (2,720,755) PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN Pendapatan / (Beban) Lain-lain Rp - Rp - Beban Bunga Kredit Investasi - Rp (1,606,893) Rp (1,606,893) Non Tanaman Beban Bunga Kredit Investasi - Rp (2,087,580) Rp (2,087,580) Tanaman Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Pabrik Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Refinancing Beban Bunga IDC - Non Tanaman Rp (345,045) Rp (345,045) Beban Bunga IDC - Tanaman Rp (409,704) Rp (409,704) Beban Bunga IDC - Pabrik Rp - Rp - Beban Bunga IDC - Refinancing Rp - Rp - Beban Bunga Kredit Modal Kerja Rp - Rp - Beban Provisi Bank Rp (169,739) Rp (169,739) TOTAL Rp (4,618,961) Rp (4,618,961) LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK Rp (9,218,397) Rp (12,102,871,473) TAX Rp - Rp - LABA (RUGI) BERSIH Rp (9,218,397) Rp (12,102,871,473) SALDO LABA (RUGI) AWAL TAHUN Rp (7,461,853) Rp (7,307,027,190) SALDO LABA (RUGI) AKHIR TAHUN Rp (16,680,250) Rp (19,409,898,663)

8 Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap Aset Biolojik pada PT Kelantan Sakti Menurut BUMN Menurut BUMN, aset tanaman tahunan disajikan dalam kelompok aset tidak lancar. Dimana keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada periodenya, dan disajikan sebagai pendapatan atau beban non usaha. Tabel 5 Penyajian Aset Biolojik Menurut BUMN Tanaman Perkebunan Tanaman menghasilkan setelah Rp - Rp 27,005,767 dikurangi akumulasi amortisasi Tanaman belum menghasilkan Rp 64,245,544 Rp 53,713,477 Total Nilai Aset Biolojik Rp 64,245,544 Rp 80,719,244 Berikut adalah perhitungan menurut standar BUMN. Untuk pengukuran setelah pengakuan awal, pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansinya. Pos tanaman belum menghasilkan diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai, sedangkan pos tanaman menghasilkan diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Amortisasi tanaman kelapa sawit pada Perseroan juga dilakukan setelah tanaman memasuki kondisi menghasilkan selama umur ekonomis tanaman, yaitu 25 tahun. Hal ini dikarenakan tanaman yang belum menghasilkan tidak diamortisasi karena belum mengalami penurunan fungsi. Jadi pengukuran yang dilakukan pada tanaman belum menghasilkan diperoleh dari akumulasi biaya perolehannya. Tabel 6 Pengukuran Biaya Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan di Tahun 2012 Tahun Tanam ha x Rp 4,772,370 = Rp 4,056,514,500 Biaya Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan I VII berdasarkan data Perseroan dinyatakan sama sebesar Rp 4,772,370 per hektarnya. Jadi pada tahun 2012, terdapat biaya tambahan sebesar Rp 4,056,514,500 untuk memelihara tanaman menghasilkan. Kemudian pengukuran dilakukan dengan mengurangkan akumulasi deplesi pada biaya perolehan setelah penambahan biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan, sehingga tercatat tanaman menghasilkan senilai Rp. 27,005,767. Tanaman menghasilkan pada tahun 2012 adalah tanaman kelapa sawit pada saat tahun tanam 2008 yang direklasifikasi dari TBM III pada tahun 2011 menjadi TM I 2012, yaitu sebesar Rp. 23,905,471.

9 Keterangan 1 Harga Perolehan Awal Tabel 7 Pengukuran Aset Biolojik Menurut BUMN Tahun Tanam 2008 Rp 18,644,635 Rp 23,905,471 Tahun Tanam 2009 Rp 16,484,252 Rp 23,031,608 Tahun Tanam 2010 Rp 11,763,450 Rp 17,308,465 2 Penambahan Aktiva 3 Total Rp 46,892,337 Rp 64,245,544 Tahun Tanam 2008 Rp 5,260,836 Rp - Tahun Tanam 2009 Rp 6,547,356 Rp 6,498,680 Tahun Tanam 2010 Rp 5,545,015 Rp 6,874,724 Total Rp 17,353,207 Rp 13,373,404 Biaya Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Tahun Tanam 2008 Rp - Rp 4,056,515 Tahun Tanam 2009 Rp - Rp - Tahun Tanam 2010 Rp - Rp - 4 Harga Perolehan Akhir Total Rp - Rp 4,056,515 Tahun Tanam 2008 Rp 23,905,471 Rp 27,961,986 Tahun Tanam 2009 Rp 23,031,608 Rp 29,530,288 Tahun Tanam 2010 Rp 17,308,465 Rp 24,183,189 5 Depresiasi dan Amortisasi Total Rp 64,245,544 Rp 81,675,463 Tahun Tanam 2008 Rp - Rp 956,219 Tahun Tanam 2009 Rp - Rp - Tahun Tanam 2010 Rp - Rp - 6 Akumulasi Depresiasi dan Amortisasi 7 Nilai Buku Total Rp - Rp 956,219 Tahun Tanam 2008 Rp - Rp 956,219 Tahun Tanam 2009 Rp - Rp - Tahun Tanam 2010 Rp - Rp - Total Rp - Rp 956,219 Tahun Tanam 2008 Rp 23,905,471 Rp 27,005,767 Tahun Tanam 2009 Rp 23,031,608 Rp 29,530,288 Tahun Tanam 2010 Rp 17,308,465 Rp 24,183,189 Total Rp 64,245,544 Rp 80,719,244 Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap Aset Biolojik pada PT Kelantan Sakti Menurut Bapepam Untuk tanaman telah menghasilkan diukur dengan menggunakan Pendekatan Pendapatan (Income Approach), metode yang digunakan adalah metode Discounted Cash Flow. Tahapan pengukuran dilakukan dengan mendapatkan arus kas yang merupakan hasil perkalian produksi tahun tanam pada periode terjadinya dengan harga Tandan Buah Segar (TBS) yang telah disesuaikan untuk masing

10 masing tahun tanam, kemudian dikurangkan dengan arus kas keluar yang meliputi biaya pemeliharaan tanaman, biaya panen, biaya angkut, dan biaya umum lainnya seperti biaya operasional kebun dan biaya transportasi. Perseroan mengkategorikan biaya operasional kebun dan biaya transportasi sudah termasuk di dalam biaya pemeliharaan tanaman. Selanjutnya penilaian atas tanaman kelapa sawit ini dihitung berdasarkan tingkat diskonto. Tabel 8 Pengukuran Tanaman Menghasilkan Tahun 2012 Menurut Bapepam Arus Kas Masuk Rp 18,772,683 Biaya pemeliharaan TM Rp 4,056,515 Biaya panen Rp 581,400 Biaya angkut Rp 306,000 Arus Kas Keluar Rp 4,943,915 Net Cash Flow Rp 13,828,769 * *didiskontokan dengan tingkat bunga pasar sebesar 13,5% Rp 17,814,565 Tabel 9 Pengukuran Tanaman Belum Menghasilkan Menurut Bapepam 1 Harga Perolehan Awal Keterangan Tahun Tanam 2008 Rp 18,644,635 Rp - Tahun Tanam 2009 Rp 16,484,252 Rp 23,031,608 Tahun Tanam 2010 Rp 11,763,450 Rp 17,308,465 Rp 46,892,337 Rp 40,340,073 2 Penambahan Aktiva Tahun Tanam 2008 Rp 5,260,836 Rp - Tahun Tanam 2009 Rp 6,547,356 Rp 6,498,680 Tahun Tanam 2010 Rp 5,545,015 Rp 6,874,724 Rp 17,353,207 Rp 13,373,404 3 Harga Perolehan Akhir Tahun Tanam 2008 Rp 23,905,471 Rp - Tahun Tanam 2009 Rp 23,031,608 Rp 29,530,288 Tahun Tanam 2010 Rp 17,308,465 Rp 24,183,189 Rp 64,245,544 Rp 53,713,477 Tabel 10 Penyajian Aset Biolojik Menurut Bapepam Tanaman Perkebunan Tanaman telah menghasilkan Rp 17,814,565 Tanaman belum menghasilkan Rp 64,245,544 Rp 53,713,477

11 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dengan melihat hasil analisa dan pembahasan rasio-rasio yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan perhitungan yang signifikan apabila pengukuran aset biolojik menggunakan nilai wajar dalam implementasi IAS 41: Agriculture. Sedangkan untuk perlakuan akuntansi menurut BUMN dan Bapepam terdapat perbedaan dilihat dari pengukuran tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Untuk perhitungan tanaman belum menghasilkan yang dimiliki oleh Perseroan sudah sama dengan perhitungan yang dilakukan menurut standar BUMN dan Bapepam, dan untuk perhitungan tanaman menghasilkan yang dimiliki Perseroan tidak sama dengan kedua standar tersebut. Perbedaan tersebut dikarenakan perhitungan oleh Bapepam menggunakan Pendekatan Pendapatan (Income Approach), dengan metode Discounted Cash Flow dan perhitungan oleh BUMN menyatakan adanya selisih yang lebih besar dikarenakan adanya biaya tambahan yaitu biaya untuk memelihara tanaman menghasilkan. Kemudian terdapat dampak yang ditimbulkan akibat implementasi IAS 41: Agriculture secara keseluruhan, yaitu: a) Kurangnya aspek comparability dalam laporan keuangan, karena terdapat banyak metode dan asumsi yang dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar sehingga membuat laporan keuangan sulit untuk dibandingkan; b) Adanya penyisihan dana lebih untuk membayar jasa penilai karena nilai wajar yang sulit ditentukan; c) Pengenaan pajak yang lebih besar apabila perubahan nilai wajar diakui sebagai keuntungan, khususnya tanaman belum menghasilkan; d) Efek terhadap Laporan Keuangan. Saran Dari hasil simpulan analisis perlakuan akuntansi menurut standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dan IAS 41: Agriculture, ada beberapa saran yang dapat penulis berikan, antara lain 1. Bagi Perseroan apabila nantinya ingin menjadi Perusahaan go-public, Perseroan harus didukung dengan berbagai kesiapan terkait dengan urgensi adopsi IAS 41: Agriculture di Indonesia. Sehingga, di masa yang akan datang laporan keuangan Perseroan lebih terukur dan dapat meningkatkan keterbandingan laporan keuangannya dalam worldwide singlesetting accounting standart. 2. Bagi peneliti yang ingin mengambil topik yang sama, sebaiknya menggunakan objek penelitian yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Hal ini disarankan karena perusahaan yang telah listing lebih menghasilkan data yang lebih banyak dan akurat, sehingga dapat mengurangi keterbatasan informasi yang didapatkan.

12 REFERENSI Athalia, Bernadetha dan Mutiara Inas Sari. (2013). Urgensi Global Pengukuran dan Pengakuan Plantation Assets Melalui IAS 41 Beserta Kesiapannya di Indonesia. Universitas Airlangga, Jakarta. Badan Pengawas Pasar Modal. (2002). Surat Edaran Bapepam Nomor: SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Badan Pengawas Pasar Modal. (2002). Surat Edaran Nomor: SE-09/BL/2012 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit Di Pasar Modal. Deloitte. (2009). IAS PLUS Summary Of AS 41, diakses 4 Februari 2013 dari HYPERLINK " Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan (softcopy edition). Jakarta. Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2005). Intermediate Accounting. Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2005). Principle Accounting 7th Edition. United States: John Wiley & Sons. Lam, Nelson dan Peter Lau. (2011). Intermediate Financial Reporting Second Edition: an IFRS Perspective. Singapore: McGrawHill. Luwia, Santana. (2011). Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Aset Biolojik pada PT Dinamika Cipta Sentosa menurut IAS 41: Agriculture. Skripsi S1. Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Mackenzie, Bruce, et al. (2012). Interpretation and Application of International Financial Reporting Standards. Wiley. Pardamean, Maruli. (2012). Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya. Prakoso, Dimas Luhung dan Ghea Utari Mahar. (2013). Penyesuaian IAS 41 pada Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Universitas Indonesia, Jakarta. PT. Perkebunan Nusantara I-XIV (persero), PT. Rajawali Nusantara Indonesia, dan Ikatan Akuntan Indonesia. Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS. RIWAYAT PENULIS Lister Budi Agus Rianto lahir di Purwokerto pada 1 Agustus Penulis menamatkan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kekayaan Indonesia akan sumber daya alam yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kekayaan Indonesia akan sumber daya alam yang dapat dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyak kekayaan Indonesia akan sumber daya alam yang dapat dijadikan usaha. Salah satunya pengembangan agribisnis kelapa sawit yang usahanya berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada Dalam bab ini, dilakukan analisis dengan membandingkan standar standar akuntansi yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41 ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41 Vera Indrianti, Stefanus Ariyanto Binus University, Jalan Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam, terutama dari sektor pertanian. Sektor pertanian ini mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam. Banyak sekali sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pendekatan Pembahasan Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian yang dilaporkan oleh salah satu perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara dengan hasil perkebunan seperti kelapa sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the process of identifying, measuring, and communicating economic information to permit information

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD)

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD) ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD) Fenny Farida, Rosinta Ria Panggabean Universitas Bina Nusantara, Jln. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai penerapan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap pada perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ACUAN. Diakses pada

DAFTAR ACUAN.  Diakses pada DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Pasar Modal. (2002). Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. http://www.iapi.or.id/member_area/plk/industri%20perkebunan.pdf. Diakses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini komoditas perkebunan masih memegang peran penting dalam menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

Kepada: PROGRAM FAKULTAS

Kepada: PROGRAM FAKULTAS ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET A BIOLOGIS (Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara VII) I) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2 S Program Magister Akuntansi

Lebih terperinci

ARTIKEL PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN BANTARAN BLITAR

ARTIKEL PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN BANTARAN BLITAR ARTIKEL PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN BANTARAN BLITAR Oleh: DODIK SETIYAWAN 13.1.02.01.0063 Dibimbing oleh : 1. Drs. Ec. Sugeng, Ak., M.M., M.Ak., CA., ACPA. 2. Amin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan properti cukup berkembang pesat di beberapa negara. Pasar properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di tahun

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah I Kode Mata Kuliah : Semester : III SKS : 3 SKS (2-1) Jurusan : Akuntansi Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini menjelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) Nama : Hamzah Mutakin NPM : 23212274 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dyah Palupi, SE., MMSI Latar Belakang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41. Manado,

PENGEMBANGAN MODEL ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41. Manado, PENGEMBANGAN MODEL ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41 Anita L.V. Wauran 1, Nixon Sondakh 2, Joseph N. Tangon 3 1,2,3 Akuntansi, PoliteknikNegeri Manado, Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk informasi dalam bidang ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka konseptual Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, informasi menjadi bagian penting untuk seluruh segi kehidupan (Ridwan, 2011). Ketersediaan informasi menjadi bagian yang sangat penting dalam pengambilan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA Cindy Nur Aini Stefanus Ariyanto, SE., M.Ak Universitas Bina

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN PROGRAM STUDI DIII PERPAJAKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN PROGRAM STUDI DIII PERPAJAKAN Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031 I. DESKRIPSI Mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa/i yang telah menempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan kerangka acuan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan entitas harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mendukung perkembangan usahanya, suatu perusahaan pasti memiliki aset tidak lancar yang berwujud maupun tidak berwujud karena aset merupakan suatu

Lebih terperinci

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif SEMARANG, Oktober 2016

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif SEMARANG, Oktober 2016 AKUNTANSI ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41 Anita L.V. Wauran 1), Jeffry Rengku 1), Joseph N. Tangon 1) 1 Akuntansi, Politeknik Negeri Manado, Jl. Kampus

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia RYNA PANJAITAN University of Indonesia Abstrak Properti investasi

Lebih terperinci

FE-UNILA/FOM/ FEBRUARI Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031

FE-UNILA/FOM/ FEBRUARI Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031 Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031 I. DESKRIPSI Mata kuliah ini menjelaskan (i) konsep-konsep dan prinsip-prinsip akuntansi keuangan seperti definisi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Aset A.1 Definisi Aset merupakan semua kekayaan yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan baik berwujud maupun tak berwujud yang berharga atau bernilai

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS CV MILKINDO BERKA ABADI SKRIPSI

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS CV MILKINDO BERKA ABADI SKRIPSI ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS CV MILKINDO BERKA ABADI SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi Oleh: Dewi Murtiningsih 201110170311047 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY SILABUS BERBASIS KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia/Indonesian Qualification Frame Work) Nama Matakuliah : Akutansi Keuangan Kode Matakuliah

Lebih terperinci

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998)

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998) Jurnal Ilmiah ESAI Volume 6, Nomor 2, April 2012 ISSN No. 1978-6034 Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998) A Review of PSAK No.

Lebih terperinci

GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP)

GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP) Nama / Kode Mata Kuliah: Akuntansi Keuangan I / Semester/ SKS : Semester 3/ 3 kredit Mata Kuliah Prasyarat: Akuntansi Pengantar II Kompetensi Sasaran : GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP) Kompetensi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT SAPTAWIRA ADHITAMA TOUR & TRAVEL

IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT SAPTAWIRA ADHITAMA TOUR & TRAVEL IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT SAPTAWIRA ADHITAMA TOUR & TRAVEL Stefanus Ariyanto; Kartika Wijaya Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

Oleh :Rr Indah Mustikawati PSAK 14 PERSEDIAAN IAS 2 - INVENTORIES

Oleh :Rr Indah Mustikawati PSAK 14 PERSEDIAAN IAS 2 - INVENTORIES Oleh :Rr Indah Mustikawati PSAK 14 PERSEDIAAN IAS 2 - INVENTORIES Perubahan 2008 Mengadopsi IAS 2 (2003) Tidak untuk pialang komiditi Biaya perolehan terkait selisih valuta asing yang terkait pembelian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku petunjuk dari prosedur akuntansi yang berisi peraturan tentang perlakuan,

Lebih terperinci

KUIS & SOAL INVESTASI BONDS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

KUIS & SOAL INVESTASI BONDS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI KUIS & SOAL INVESTASI BONDS Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Soal 1 C Investasi utang (debt investment) yang memenuhi model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional.

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sektor industri secara global saat ini sangat menuntut untuk adanya pengaturan secara standar dalam sebuah laporan. Berbagai sektor industri menjadikan

Lebih terperinci

Yudhistiro Ardy Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta (021)

Yudhistiro Ardy Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta (021) INVESTIGASI PENYAJIAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN DAN KOMPONENNYA PADA INDUSTRI BARANG KONSUMSI PASCA IFRS (Studi Empiris pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M )

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M ) EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M ) Esti Laras Aruming Tyas Nurul Fachriyah, SE., MSA., Ak Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf

BAB I PENDAHULUAN. peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor pertanian dan perkebunan adalah salah satu industri yang memiliki peranan paling penting dalam perekonomian nasional. Harianto (2013), Staf Khusus Presiden

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA Hal 85-95 PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA Riyanto Utomo, Nur Laila Khumaidah ABSTRAK Aset biologis merupakan tanaman dan hewan yang mengalami transformasi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Tanaman Apel yang dimiliki oleh Kusuma Agrowisata telah diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan informasi yang relevan dan reliabel merupakan hal yang penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial Reporting Standard

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Disusun Oleh: Fitri Annisa

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Disusun Oleh: Fitri Annisa ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Disusun Oleh: Fitri Annisa 23213535 1. Sektor perkebunan di Indonesia. 2. Karakteristik unik yang terdapat pada

Lebih terperinci

Putri Yunita Restu Hajar ( ) Binus University, Jakarta, Indonesia,

Putri Yunita Restu Hajar ( ) Binus University, Jakarta, Indonesia, ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENYAJIAN, DAN PENGUNGKAPAN ASET TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PT. BHINEKA CIPTABAHANA PURA DAN KESESUAIANNYA DENGAN PSAK No. 16 (REVISI 2011) Putri Yunita Restu Hajar (1401079515)

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISIS PENERAPAN PSAK 48 (REVISI 2014) ATAS PENURUNAN NILAI ASET TETAP BANGUNAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK

ARTIKEL ANALISIS PENERAPAN PSAK 48 (REVISI 2014) ATAS PENURUNAN NILAI ASET TETAP BANGUNAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK ARTIKEL ANALISIS PENERAPAN (REVISI 2014) ATAS PENURUNAN NILAI ASET TETAP BANGUNAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK Oleh: FITRIA WIJAYANTI 13.1.02.01.0022 Dibimbing oleh : 1. Drs. Ec. Sugeng, Ak., M.M., M.Ak.,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT DINAMIKA CIPTA SENTOSA MENURUT IAS 41: AGRICULTURE

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT DINAMIKA CIPTA SENTOSA MENURUT IAS 41: AGRICULTURE ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT DINAMIKA CIPTA SENTOSA MENURUT IAS 41: AGRICULTURE SKRIPSI Oleh Santana Luwia 1100011421 Universitas Bina Nusantara Jakarta 2011 ANALISIS

Lebih terperinci

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR PELAPORAN PSAK DAN STANDAR PELAPORAN IFRS PADA PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK. NAMA : MELISA MARIA NPM : 24212545 JURUSAN : AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perkebunan karena merupakan komoditi yang paling banyak diminati. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. sektor perkebunan karena merupakan komoditi yang paling banyak diminati. Hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sektor perkebunan adalah salah satu sektor penting bagi Indonesia yang merupakan negara agraris. Pada krisis tahun 1997, banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang:

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang: AGENDA Pengantar Pengertian dasar Akuntansi Pajak Penghasilan sesuai SAK 46 Implementasi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan Penyajian Pajak Kini dan Pajak Tangguhan dalam Laporan Keuangan Komersial Aset dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran (PSAK 68 : Paragraf 09).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran (PSAK 68 : Paragraf 09). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Konsep Nilai Wajar Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas

Lebih terperinci

PSAK 26 Biaya Pinjaman

PSAK 26 Biaya Pinjaman PSAK 26 Biaya Pinjaman Ikhtisar Perubahan 2011 No Perihal PSAK 26 Rev 2011 PSAK 26 Rev 2008 1 Ruang lingkup Tidak berlaku untuk: aset kualifikasian yang diukur pada nilai wajar; atau persediaan yang dipabrikasi

Lebih terperinci

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER SEMESTER GENAP PERIODE : JANUARI JUNI 2018

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER SEMESTER GENAP PERIODE : JANUARI JUNI 2018 SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER SEMESTER GENAP 2017 2018 PERIODE : JANUARI JUNI 2018 1. Kelompok Mata Kuliah : Akuntansi 2. Nama Mata Kuliah : Pengantar Akuntansi 2 3. Kode Mata Kuliah : EKO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam melakukan persaingan internasional, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi bisnis

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN Akuntansi Keuangan Menengah 1 (AKK 201)

KONTRAK PERKULIAHAN Akuntansi Keuangan Menengah 1 (AKK 201) KONTRAK PERKULIAHAN Akuntansi Menengah 1 (AKK 201) Pengajar : 1. M. Suyunus, Dr.,SE.,MAFIS.,Ak. 2. Widi Hidayat, Dr.,SE.,M.Si.,Ak 3. Soegeng Soetedjo,Prof.,Dr.,SE.,Ak 4. Agus Widodo M., Drs.,M.Si.,Ak.,CMA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK... ABSTRAK Aset biologi merupakan salah satu jenis aktiva tetap yang memiliki keunikan dibandingkan aktiva tetap pada umumnya seperti kendaraan atau mesin. Aset biologi akan mengalami biological transformation

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek penelitian III. 1.1 Sejarah Singkat PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh perusahaan adalah dalam bidang perkebunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat. BAB 2 LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Pengertian Akuntansi menurut Weygant, Kieso dan Kimmel (2011) adalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas bisnis harus melaporkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laporan tersebut merupakan sebuah laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN SAK ETAP PADA PT AMAN INVESTAMA PERIODE

ANALISA PENERAPAN SAK ETAP PADA PT AMAN INVESTAMA PERIODE ANALISA PENERAPAN SAK ETAP PADA PT AMAN INVESTAMA PERIODE 2010-2011 Taryani Universitas Bina Nusantara Jalan Salam 3 No. 38-39, Sukabumi Utara - Jakarta Barat 11540 085775961936 taryanicandra@yahoo.com

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS

UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS Disusun untuk memenuhi syarat penilaian Ujian Tengah Semester pada mata kuliah Pelaporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang tujuan kegiatannya dijalankan adalah untuk menambah kekayaan pemilik melalui keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit 57 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Data Dalam bab ini disajikan analisis terhadap data yang telah terkumpul selama pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT)

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) Dalam sejarah perkembangan akuntansi, penurunan nilai merupakan metode pelengkap depresiasi yang digunakan dalam model biaya (historical cost model). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

: HERU WIDYANTO NPM : PEMBIMBING : Dr. SIGIT SUKMONO, SE,. MMSI.,

: HERU WIDYANTO NPM : PEMBIMBING : Dr. SIGIT SUKMONO, SE,. MMSI., ANALISIS PERBANDINGAN KUALITAS LABA LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI PSAK BERBASIS IFRS REVISI 2010 DAN 2015 PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO, TBK NAMA : HERU WIDYANTO NPM : 23212456

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

PENGARUH PENCABUTAN PSAK 27 TERHADAP PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN INDUSTRI KOPERASI (STUDI KASUS: KOPERASI KARYAWAN PT. ADIS)

PENGARUH PENCABUTAN PSAK 27 TERHADAP PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN INDUSTRI KOPERASI (STUDI KASUS: KOPERASI KARYAWAN PT. ADIS) PENGARUH PENCABUTAN PSAK 27 TERHADAP PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN INDUSTRI KOPERASI (STUDI KASUS: KOPERASI KARYAWAN PT. ADIS) Ruri Destianty Piliang, Stefanus Ariyanto Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon

Lebih terperinci

ANALISIS ALOKASI BIAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA REJOSARI DI LAMPUNG SELATAN.

ANALISIS ALOKASI BIAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA REJOSARI DI LAMPUNG SELATAN. 136 ANALISIS ALOKASI BIAYA TANAMAN KELAPA SAWIT PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA REJOSARI DI LAMPUNG SELATAN Nuzleha Staf Pengajar Fakultas Ekonomi ( USBRJ) ABSTRAK PTPN VII (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat bagi investor untuk mengetahui kondisi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu laporan keuangan juga memiliki

Lebih terperinci

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN AKTIVA BIOLOGI TERNAK AYAM (Studi Kasus Perusahaan Peternakan Ayam Ras Petelur Di Blitar)

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN AKTIVA BIOLOGI TERNAK AYAM (Studi Kasus Perusahaan Peternakan Ayam Ras Petelur Di Blitar) PENGAKUAN DAN PENGUKURAN AKTIVA BIOLOGI TERNAK AYAM (Studi Kasus Perusahaan Peternakan Ayam Ras Petelur Di Blitar) OLEH: FANNY SEPTINA 3203006086 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I Modul ke: AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I DEPRESIASI ASET, PENURUNAN NILAI, REVALUASI ASET TETAP, PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Fakultas FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah dan besar, tidak melihat apakah perusahan tersebut bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menengah dan besar, tidak melihat apakah perusahan tersebut bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bahwa bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Baik dalam perusahaan yang berskala kecil, menengah dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negeri agraris dengan tanah subur dan iklim tropis, mempunyai potensi agribisnis dan ekstraktif yang amat besar. Sektor ini berkembang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi

Lebih terperinci

Kata kunci: Aset tidak berwujud, PSAK 19, Standar akuntasi, LQ45, Strait Times

Kata kunci: Aset tidak berwujud, PSAK 19, Standar akuntasi, LQ45, Strait Times ANALISIS PENYAJIAN PENGUNGKAPAN ASET TIDAK BERWUJUD MENURUT PSAK 19 (REVISI 2010) / IAS 38 YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS LQ 45 DAN STRAIT TIMES Paulin Angeline, Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Peta Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan yang dikenal memiliki kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Peta Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan yang dikenal memiliki kekayaan alam Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1 Peta Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan yang dikenal memiliki kekayaan alam berlimpah, termasuk keanekaragaman flora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2008, pasar modal Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2008, pasar modal Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2008, pasar modal Indonesia mengalami penurunan harga-harga hingga lebih dari lima puluh persen. Hal ini terjadi sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Ternak ayam ras petelur telah diakui sebagai aktiva oleh PT X dan dilaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adopsi IFRS diberbagai negara memiliki beberapa manfaat.

BAB I PENDAHULUAN. Adopsi IFRS diberbagai negara memiliki beberapa manfaat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adopsi IFRS diberbagai negara memiliki beberapa manfaat. Pertama, dapat menyajikan laporan keuangan dengan dasar yang sama sebagai pesaing asing dan membuat perbandingan

Lebih terperinci

DEPLESI ASET BIOLOGIS PADA PETERNAKAN SAPI PERAH KUD KOTA BOYOLALI

DEPLESI ASET BIOLOGIS PADA PETERNAKAN SAPI PERAH KUD KOTA BOYOLALI DEPLESI ASET BIOLOGIS PADA PETERNAKAN SAPI PERAH KUD KOTA BOYOLALI Desti Harum Dewi Nastiti Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK Deplesi aset biologis merupakan penurunan nilai manfaat dari suatu aktiva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2017-2018 Nama Mata Kuliah Kode SKS Program Studi Fakultas Dosen Pembina Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan : EKO475 : 9 SKS : D3 Akuntansi : Ekonomi : 1. Nurzi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Instrumen Keuangan:Pengakuan dan Pengukuran. Sebelum

BAB I PENDAHULUAN. tentang Instrumen Keuangan:Pengakuan dan Pengukuran. Sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki tahun 2010, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mewajibkan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia menerapkan PSAK 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan:Pengakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Wahyu Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Wahyu Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian akuntansi Menurut Wahyu Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya globalisasi mengakibatkan semakin berkembangnya transaksi bisnis lintas negara dan arus modal investasi. Perusahaan harus mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan IAS 18 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates, and Error Dwi Martani Latar Belakang o Tujuan o Menentukan kriteria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Definisi Aset Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku di Indonesia disebutkan bahwa: Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakai lainnya untuk proses pengambilan keputusan. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pemakai lainnya untuk proses pengambilan keputusan. Informasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk informasi yang sangat bermanfaat yang dapat digunakan oleh para investor, kreditor dan para pemakai lainnya untuk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN : PK-FEB-10 PROSEDUR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM Tanggal Terbit : 01/08/11 Lampiran 8.3 FM-FEB-10-02 Rev.00 SATUAN ACARA PERKULIAHAN 1. Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah I 2. Bobot :

Lebih terperinci

KUIS & SOAL LAPORAN ARUS KAS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

KUIS & SOAL LAPORAN ARUS KAS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI KUIS & SOAL LAPORAN ARUS KAS Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Soal 1 C Tujuan utama dari laporan arus kas adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

BIOLOGICAL ASSET VALUATION

BIOLOGICAL ASSET VALUATION BIOLOGICAL ASSET VALUATION UNTUK KEPERLUAN LAPORAN KEUANGAN (IAS 41) Oleh: Ir. Benny Supriyanto, MSc, MAPPI (Cert) Jakarta, 12 Oktober 2010 1 IAS 41 tentang Biological Asset. Aktiva Biologis (biological

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE

ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE MEGA AYU KARTIKA Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk Raya No 27, Telp: (021) 53696969 Email: megaayu.kartika@yahoo.com

Lebih terperinci

DAMPAK INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) NO. 16 TERHADAP LABA KENA PAJAK PADA PT. X. A.A. Ngr. Yudi Surya Kusuma¹ I Kadek Sumadi²

DAMPAK INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) NO. 16 TERHADAP LABA KENA PAJAK PADA PT. X. A.A. Ngr. Yudi Surya Kusuma¹ I Kadek Sumadi² DAMPAK INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD (IAS) NO. 16 TERHADAP LABA KENA PAJAK PADA PT. X A.A. Ngr. Yudi Surya Kusuma¹ I Kadek Sumadi² ¹Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di setiap negara, penyusunan laporan keuangan memiliki standar dan tahapan yang berbeda-beda. Standar dan tahapan tersebut ditentukan oleh kalangan profesi yang bergabung

Lebih terperinci