ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41 Vera Indrianti, Stefanus Ariyanto Binus University, Jalan Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530, ABSTRACT This research aims to know the difference in recognition, measurement and presentation of biological asset in palm plantation in accordance with Indonesian Accounting Standard 16 Fixed Assets (PSAK 16) which allows selection of cost model or revaluation and International Accounting Standards 41 Agriculture (IAS 41) with basis of market price(fair value) as well as looking at the impact of implementation fair value on biological asset in financial statements.this research is a qualitative research with secondary data using the financial statements of the year 2011 in PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).Analysis in this research is to compare the implementation of PSAK 16 cost model by PT AALI with IAS 41on the recognition, measurement and presentation of biological asset. The result indicates that implementation of fair value model IAS 41 cause the recognition of unrealized gain or loss because of biological asset (oil palm plants) are not intended for sale and cause loss to the company especially in taxation when compared to PSAK 16 cost model. The conclusion of this research is there are significant different on biological asset accounting treatments between PSAK 16 cost model (based on historical cost) and IAS 41 (based on fair value) in financial reporting. Key words : Biological asset, Fair value, Historical cost, IAS 41, PSAK 16 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dalam pengakuan, pengukuran, dan penyajian aset biolojik pada perkebunan kelapa sawit menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 16 Aset Tetap (PSAK 16) berdasarkan model biaya atau model revaluasi dan International Accounting Standards 41 (IAS 41) yang berbasis nilai wajar, serta melihat dampak penggunaan nilai wajar pada aset biolojik dalam laporan keuangan. Metode dan objek penelitian dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif eksploratoria dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2011 pada PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Analisis dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan penerapan PSAK 16 model biaya oleh PT AALI dengan IAS 41 pada pengakuan, pengukuran dan penyajian aset biolojik. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah penerapan nilai wajar IAS 41 menyebabkan adanya pengakuan keuntungan dan kerugian yang tidak dapat direalisasikan karena aset biolojik (tanaman kelapa sawit) tidak ditujukan untuk dijual. Hal ini akan menyebabkan kerugian pada

2 perusahaan terutama dalam perpajakan apabila dibandingkan dengan PSAK 16 Model Biaya. Simpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan yang cukup signifikan atas perlakuan akuntansi aset biolojik antara PSAK 16 model biaya berbasis biaya perolehan dengan IAS 41 berbasis nilai wajar dalam pelaporan keuangan. Kata Kunci: Aset Biolojik, Biaya Perolehan, IAS 41, Nilai Wajar, PSAK 16 PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam, terutama dari sektor perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan yang menarik perhatian para investor adalah kelapa sawit. Ketertarikan investor ini disebabkan karena usaha perkebunan kelapa sawit mampu menjanjikan laba di masa yang akan datang. Hal ini semakin diperkuat dengan peningkatan permintaan minyak kelapa sawit (CPO/Crude Palm Oil) di pasar global karena minyak kelapa sawit jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Peningkatan permintaan dalam komoditas perkebunan, mendorong industri perkebunan untuk menyajikan laporan keuangan secara memadai dengan memenuhi karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan. Salah satu karakteristik kualitatif yang penting adalah mengenai isu keterbandingan karena adanya tuntutan pelaporan secara global yang menyebabkan peningkatan terhadap pemahaman dan daya banding laporan keuangan antar negara. Upaya dalam peningkatan daya banding dan peningkatan kualitas laporan keuangan yaitu dengan dilakukan konvergensi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) terhadap International Accounting Standars (IAS) atau International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia. Standar IAS yang sangat mempengaruhi perusahaan perkebunan kelapa sawit adalah IAS 41:Agriculture. Namun, sampai saat ini Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) belum menerbitkan PSAK yang mengacu pada IAS 41 yang berbasis nilai wajar karena adanya perdebatan mengenai dampak penerapan standar akuntansi internasional tersebut pada pengakuan, pengukuran dan penyajian aset biolojik. Oleh karena itu, perusahaan agrikultur di Indonesia masih menerapkan PSAK 16: Model Biaya dalam mengukur aset biolojiknya. Hal tersebut mendorong dilakukannya penelitian untuk menganalisis lebih lanjut mengenai implementasi IAS 41 terhadap pengakuan, pengukuran dan penyajian aset biolojik. Penelitian ini menggunakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini dibuat dengan judul Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Aset Biolojik Pada PT Astra Agro Lestari Tbk Menurut PSAK 16:Aset Tetap dan IAS 41:Agriculture. LANDASAN TEORI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 16 Aset Tetap Dalam PSAK 16:Aset Tetap belum ada standar yang mengatur mengenai akuntansi aset biolojik secara spesifik. Penerapan PSAK 16:Aset Tetap pada industri perkebunan kelapa sawit disebabkan karena aset biolojik memiliki kesamaan sifat dengan aset tetap. Persamaan antara aset biolojik (tanaman kelapa sawit) dengan aset tetap diantaranya karena keduanya merupakan aset berwujud yang digunakan untuk kegiatan produksi serta memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu periode. Pengakuan suatu aset dalam PSAK 16:Aset Tetap hanya dapat diakui apabila memiliki kemungkinan manfaat ekonomis di masa mendatang serta biaya perolehan dalam aset dapat diukur dengan andal. Sedangkan pengukuran aset dalam PSAK 16 memiliki 2 model sebagai kebijakan akuntansi dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Dua model tersebut yaitu model biaya dan model revaluasi. Dalam penerapannya, perusahaan kelapa sawit mendasarkan perlakukan akuntansinya berdasarkan model biaya yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Sementara pada model revaluasi, aset dicatat pada jumlah revaluasian yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.

3 International Accounting Standards (IAS) 41 Agriculture IAS 41 bertujuan untuk menentukan perlakuan dan penyajian akuntansi yang terkait dengan aktivitas agrikultural. Aktivitas ini mencakup seluruh proses transformasi biolojik yaitu proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang menyebabkan perubahan kualitatif maupun kuantitatif dari sebuah aset biolojik. Ruang lingkup pada IAS 41 meliputi aset biolojik, produk agrikultural pada titik panen dan hibah dari pemerintah yang berkaitan dengan aset biolojik. Aset biolojik adalah hewan atau tumbuhan yang masih hidup, misalnya pohon kelapa sawit. Secara umum, aset biolojik dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain (1) aset biolojik yang dapat menghasilkan produk agrikultural (aset biolojik pengusung/bearer biological asset) dan (2) aset biolojik yang nantinya menjadi produk agrikultural (aset biolojik yang dapat dikonsumsi/consumable biological asset). Sedangkan produk agrikultural merupakan hasil panen dari aset biolojik yaitu produk yang telah dipisahkan dari aset biolojik, misalnya buah kelapa sawit/tandan buah segar. IAS 41 tidak mengatur pengolahan produk agrikultural setelah panen. Sehingga, pengolahan produk agrikultural setelah panen akan merujuk kepada IAS 2 mengenai Inventory (persediaan) atau standar lain yang dapat diterapkan. Suatu perusahaan harus mengakui aset biolojik atau produk agrikultural hanya ketika perusahaan mengendalikan aset tersebut sebagai hasil dari kejadian masa lalu, memiliki kemungkinan manfaat ekonomis di masa mendatang serta nilai wajar dapat diukur dengan andal. Sedangkan pengukuran pada aset biolojik dan produk agrikultural dalam IAS 41 adalah berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual. Dasar acuan yang paling tepat dalam menentukan nilai wajar adalah apabila terdapat pasar aktif untuk aset biolojik atau produk agrikultural tersebut. Pasar aktif dapat didefinisikan sebagai sebuah pasar yang memenuhi kondisi seperti barang yang diperdagangkan di pasar bersifat sejenis, penjual dan pembeli bersedia melakukan transaksi serta harga tersedia di publik. Berikut ini merupakan alternatif pengukuran aset biolojik, apabila tidak dapat menentukan nilai wajar yaitu: 1. Apabila tidak terdapat pasar aktif dalam menentukan nilai wajar, terdapat alternatif untuk menentukan nilai wajat tersebut yaitu: (a) harga transaksi pasar terkini (b) harga pasar untuk aset yang mirip (c) benchmark terhadap sektor, seperti nilai dari sebuah kebun buah yang dinyatakan per hektar. 2. Apabila harga atau nilai yang ditentukan pasar tidak tersedia bagi aset biolojik dalam kondisinya yang sekarang, maka dalam menentukan nilai wajar dari aset biolojik, entitas menggunakan present value of expected net cash flow (nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan). 3. Apabila harga atau nilai yang ditentukan pasar tidak tersedia serta estimasi nilai wajar dipastikan tidak andal, maka aset biolojik diukur pada biaya dikurang akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Pengukuran aset biolojik berdasarkan IAS 41 harus diukur pada pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan. Sehingga keuntungan atau kerugian pada saat pengakuan awal (yang diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) harus dimasukkan dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan (IAS 41 paragraf 26). Aspek Perpajakan di Indonesia Undang-Undang Pajak Penghasilan dalam pasal 4 menyebutkan bahwa selisih lebih penilaian kembali aktiva (aset tetap) merupakan objek pajak. Hal ini akan dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK 03/2008. Berdasarkan PMK Nomor 79/PMK 03/2008 dijelaskan bahwa perusahaan yang ingin melakukan penilaian kembali aktiva tetap harus mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada Dirjen Pajak. Selisih lebih atas penilaian kembali aktiva akan dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final sebesar 10%. Penilaian kembali aktiva harus dilakukan berdasarkan nilai pasar/nilai wajar yang ditetapkan oleh jasa penilai dan hanya boleh dilakukan setiap lima tahun.

4 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Objek penelitian yang digunakan adalah PT Astra Agro Lestari Tbk, salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini memanfaatkan data sekunder yang diperoleh dari situs website PT Bursa Efek Indonesia dan PT Astra Agro Lestari Tbk, yaitu dan berupa laporan keuangan tahunan tahun Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka serta dokumentasi, dengan memahami teori-teori yang menyangkut pokok permasalahan yang diteliti dengan cara mengkaji, mendokumentasikan, dan menelaah buku-buku serta jurnal-jurnal yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. HASIL DAN BAHASAN Pengakuan dan Pengukuran Aset Biolojik Menurut PSAK 16 :Model Biaya PT Astra Agro Lestari (AALI) Tbk mendasarkan perlakuan akuntansinya untuk pengakuan dan pengukuran aset biolojik (tanaman kelapa sawit) sesuai dengan PSAK 16:Model Biaya. Dalam pengakuan aset biolojiknya, PT AALI membagi tanaman perkebunannya menjadi dua yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Pembagian tanaman perkebunan tersebut disesuaikan dengan umur dari tanaman yaitu tanaman diklasifikasikan sebagai tanaman belum menghasilkan apabila memiliki umur di bawah tiga tahun, dan akan diklasifikasikan sebagai tanaman menghasilkan apabila telah berumur di atas tiga hingga empat tahun dan dapat menghasilkan tandan buah segar yang dapat dipanen. Total lahan tertanam pada perkebunan inti PT AALI sebanyak Ha. Dari total lahan tertanam tersebut, sebanyak Ha merupakan tanaman menghasilkan dan Ha merupakan tanaman belum menghasilkan. Aset biolojik PT AALI dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset sesuai dengan pengukuran berdasarkan PSAK 16:Model Biaya. Komponen biaya perolehan dalam TBM dapat meliputi biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan termasuk kapitalisasi biaya pinjaman yang digunakan untuk membiayai pengembangan TBM. Pengukuran untuk TBM tidak dilakukan penyusutan karena perhitungan penyusutan dimulai ketika tanaman dinyatakan telah menghasilkan. Berikut ini terdapat tabel 4.1 yang menunjukkan rincian biaya perolehan dari TBM. Tabel 4.1 Rincian Biaya Perolehan Tanaman Belum Menghasilkan (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Saldo Awal Penambahan biaya Reklasifikasi ke Tanaman Menghasilkan (TM) ( ) ( ) Pengurangan oleh pengalihan kebun inti menjadi kebun plasma ( ) Pengurangan sehubungan dengan pelepasan entitas anak ( ) Saldo Akhir Sumber: diolah dari Laporan Keuangan PT AALI tahun Pengukuran untuk tanaman menghasilkan berdasarkan biaya perolehan dikurangi biaya penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset, jika ada. Biaya perolehan pada TM merupakan nilai yang telah direklasifkasi dari TBM. Untuk TM, dapat dilakukan perhitungan terhadap penyusutan. Perhitungan

5 terhadap penyusutan TM dimulai pada tahun tanaman tersebut menghasilkan (kisaran umur tiga hingga empat tahun), dengan menggunakan metode garis lurus selama taksiran masa manfaat ekonomis tanaman yaitu 20 tahun. Oleh karena itu, penyusutan akan dialokasikan selama umur produktif 17 tahun. Berikut ini terdapat tabel 4.2 yang menunjukkan komposisi TM pada PT AALI tahun 2010 dan Tabel 4.2 Komposisi TM PT AALI (Dinyatakan dalam jutaan rupiah) Pengakuan dan Pengukuran Aset Biolojik Menurut PSAK 16 :Model Revaluasi Pengakuan aset biolojik dalam PSAK 16: Model Revaluasi tidak berbeda dengan PSAK 16:Model Biaya karena aset biolojik juga diklasifikasikan menjadi dua yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Namun pengukuran aset biolojik diantara PSAK 16:Model Biaya dan PSAK 16:Model Revaluasi mengalami perbedaan karena PSAK 16:Model Biaya mengukur aset biolojiknya berdasarkan historical cost sedangkan PSAK 16:Model Revaluasi mengukur aset biolojiknya berdasarkan fair value (nilai wajar). Definisi nilai wajar dalam PSAK 16 sama dengan definisi nilai wajar dalam IAS 41. Berdasarkan hal ini, sepanjang perhitungan nilai wajar menggunakan basis harga pasar yang sama (dalam hal pengukuran aset biolojik) maka nilai tercatat tanaman kelapa sawit akan memiliki nilai wajar yang sama baik diukur dengan menggunakan PSAK 16 maupun IAS 41. Akan tetapi terdapat perbedaan diantara keduanya karena dampak yang terdapat pada laporan laba rugi serta laporan posisi keuangan pada komposisi ekuitas terkait kenaikan/penurunan nilai revaluasi atau keuntungan/kerugian perubahan nilai wajar. Informasi mengenai nilai wajar untuk TBM dan TM diasumsikan menggunakan jasa penilai independen yang diperoleh dari penelitian sebelumnya dan akan disesuaikan dengan kondisi perusahaan pada tahun 2010 dan Informasi nilai wajar yang diketahui dalam penelitian terdahulu adalah nilai wajar per pohon tahun 2009 untuk TM dan TBM yaitu sebesar Rp dan Rp Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) mempertimbangkan tingkat inflasi yang terjadi pada periode desember 2010 yaitu 6,96% dan periode desember 2011 yaitu 3,79% serta (2) jumlah pohon kelapa sawit yang ditanam per hektar adalah sekitar 130 pohon. Selain asumsi tersebut, dalam menghitung nilai wajar juga diperlukan informasi mengenai luas areal lahan sawit pada perkebunan inti perusahaan yang akan ditunjukkan dalam tabel 4.3 mengenai luas areal lahan sawit pada perkebunan inti. Tabel 4.3 Luas Areal Lahan Sawit Pada Perkebunan Inti Lahan Sawit Tertanam (Ha) Tanaman menghasilkan (TM) Tanaman belum menghasilkan (TBM) Sumber: diolah dari laporan tahunan PT AALI

6 Nilai wajar per pohon dari TM dan TBM selama tahun 2010 dan 2011 dalam PT AALI diperoleh dari hasil perkalian antara nilai wajar per pohon tahun sebelumnya dengan tingkat inflasi. Sedangkan informasi nilai wajar dari TM dan TBM PT AALI diperoleh dari nilai wajar per pohon TM/TBM x luas areal lahan x jumlah pohon per ha. Berikut ini terdapat tabel 4.4 yang menunjukkan nilai wajar TM dan TBM pada PT AALI. Tabel 4.4 Nilai Wajar Tanaman Menghasilkan dan Tanaman Belum Menghasilkan PT AALI Nilai wajar aset biolojik (dalam jutaan rupiah) Tanaman menghasilkan (TM) Tanaman belum menghasilkan (TBM) Total nilai wajar aset biolojik Berdasarkan informasi nilai wajar pada tabel 4.4, maka dapat dilakukan pengukuran aset biolojik berdasarkan PSAK 16:Model Revaluasi. Gambaran mengenai pengukuran aset biolojik dalam PSAK 16:Model Revaluasi dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5 Gambaran Pengukuran Aset Biolojik dalam PSAK 16:Model Revaluasi

7 Pengakuan dan Pengukuran Aset Biolojik Menurut IAS 41 : Agriculture Dalam IAS 41:Agriculture, pengakuan aset biolojik diklasifikasikan menjadi dua yaitu aset biolojik yang belum dewasa (TBM) dan aset biolojik yang sudah dewasa (TM). Pembagian aset biolojik menjadi aset biolojik yang belum dewasa (TBM) dan aset biolojik yang sudah dewasa (TM) juga berdasarkan umur dari aset biolojik tersebut. Berbeda dengan PSAK 16:Model Biaya, pengukuran aset biolojik pada IAS 41 adalah berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual pada awal dan akhir periode pelaporan. Dasar acuan yang paling tepat dalam menentukan nilai wajar adalah pasar aktif. Namun, penentuan nilai wajar berdasarkan pasar aktif sangat sulit diterapkan, sehingga BAPEPAM-LK mengeluarkan suatu pedoman yang menjelaskan bahwa penggunaan jasa penilai independen dapat membantu menentukan nilai wajar aset biolojik. Informasi mengenai nilai wajar aset biolojik untuk TM dan TBM dalam penelitian ini telah disajikan dalam tabel 4.4 di atas. Sedangkan biaya untuk menjual diasumsikan sebesar 2,5% dari nilai wajar aset biolojik untuk biaya broker/perantara. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka hasil pengukuran aset biolojik dalam IAS 41 dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini: Tabel 4.6 Pengukuran Aset Biolojik IAS 41 Pengukuran aset biolojik berdasarkan IAS 41 (dalam jutaan rupiah) Tanaman menghasilkan (TM) Tanaman belum menghasilkan (TBM) Total pengukuran aset biolojik Berikut ini terdapat tabel 4.7 yang menunjukkan keuntungan/kerugian sebagai akibat pengukuran aset biolojik pada awal dan akhir tahun dalam IAS 41. Tabel 4.7 Pengakuan Keuntungan/Kerugian Pengukuran Aset Biolojik IAS 41

8 Analisis Perbandingan Penyajian Aset Biolojik Pada Laporan Laba Rugi PT AALI Menurut PSAK 16:Model Biaya dan IAS 41 Dalam perbandingan penyajian laporan laba rugi (tabel 4.8) dapat dilihat bahwa dalam IAS 41 mengakui adanya keuntungan atas perubahan nilai wajar biolojik yaitu sebesar Rp juta pada tahun 2011 dan Rp juta pada tahun Keuntungan atas perubahan nilai wajar ini sesuai dengan IAS 41 paragraf 26 bahwa keuntungan atau kerugian harus dimasukkan dalam laporan rugi laba periode bersangkutan. Pengakuan keuntungan perubahan nilai wajar pada IAS 41 menyebabkan terjadinya peningkatan laba pada laporan, padahal keuntungan dari kenaikan nilai wajar ini tidak dapat direalisasikan karena tanaman kelapa sawit termasuk dalam bearer biological asset. Keuntungan atas kenaikan nilai wajar akan terus terjadi hingga masa produktif dari tanaman kelapa sawit, namun apabila tanaman kelapa sawit tidak produktif hingga masa manfaat tanaman habis, maka keuntungan perubahan nilai wajar akan dibuang dan tidak dapat direalisasikan sehingga terjadi pengakuan keuntungan di awal dan kerugian di masa akhir manfaat kelapa sawit. Pada saat pengakuan keuntungan di awal, perusahaan diharuskan membayar pajak yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan PSAK 16: Model Biaya yang dapat dilihat pada tabel 4.8 pada akun beban pajak penghasilan. Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan pasal 4 disebutkan bahwa selisih lebih penilaian kembali aktiva merupakan objek pajak. Pengenaan pajak final atas selisih lebih penilaian kembali aktiva ini adalah 10%. Dengan adanya Undang-Undang tersebut, maka keuntungan dari nilai wajar yang diperoleh perusahaan pada tahun 2011 dan 2010 yaitu sebesar Rp juta dan Rp juta akan dikenakan pajak sebesar 10% meskipun keuntungan atas nilai wajar tersebut merupakan keuntungan yang tidak terealisasi. Tabel 4.8 Perbandingan Penyajian Laporan Laba Rugi (dalam jutaan rupiah) PSAK 16 IAS 41 PSAK 16 IAS 41 Pendapatan bersih Beban pokok pendapatan ( ) ( ) ( ) ( ) Keuntungan/(Kerugian) dari nilai wajar aset biolojik Laba bruto Beban penjualan ( ) ( ) ( ) ( ) Beban umum dan administrasi ( ) ( ) ( ) ( ) Total beban usaha ( ) ( ) ( ) ( ) Laba sebelum pajak penghasilan Beban pajak penghasilan (25%) ( ) ( ) ( ) ( ) Laba tahun berjalan Sumber: data diolah dari laporan keuangan PT AALI Analisis Penyajian Aset Biolojik Pada Laporan Posisi Keuangan PT AALI Berdasarkan PSAK 16:Model Biaya dan IAS 41 Dalam perbandingan penyajian aset biolojik pada laporan posisi keuangan (tabel 4.9) dapat dilihat bahwa penerapan IAS 41 menyebabkan satu akun yang berganti nama di bagian aset tidak lancar yaitu tanaman perkebunan menjadi aset biolojik. Namun, penerapan IAS 41 tidak hanya berdampak pada perubahan nama akun, melainkan juga jumlah tercatat pada aset biolojik. Berdasarkan pengukuran menurut IAS 41, total aset biolojik pada PT AALI tahun 2011 adalah sebesar Rp juta dan tahun 2010 sebesar Rp juta. Aset biolojik ini diukur menggunakan nilai wajar dikurang biaya untuk menjual. Nilai wajar yang diperoleh berasal dari jasa penilai independen.

9 Penggunaan nilai wajar untuk aset biolojik perusahaan akan mengakibatkan laporan posisi keuangan perusahaan lebih sering mengalami kenaikan/penurunan apabila dibandingkan dengan biaya perolehannya karena dengan menggunakan nilai wajar, nilai aset biolojik akan mencerminkan nilai yang sebenarnya dan disesuaikan dengan kondisi pasar saat itu. Apabila aset mengalami peningkatan, maka juga dapat berdampak pada peningkatan dari sisi ekuitas sebesar jumlah yang sama dengan peningkatan aset tersebut, begitu juga sebaliknya. Selain itu, penggunaan nilai wajar aset biolojik akan menyebabkan volatilitas pada laporan keuangan, misalnya ketika tanaman kelapa sawit berada dalam masa produktif, maka nilai wajar dari aset biolojik akan mengalami peningkatan, dan apabila tanaman kelapa sawit sudah mencapai usia tua, nilai wajar aset biolojik akan mengalami penurunan. Tabel 4.9 Perbandingan Penyajian Laporan Posisi Keuangan Sumber: data diolah dari laporan keuangan PT AALI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Terdapat perbedaan yang cukup signifikan terutama dalam pengukuran aset biolojik berdasarkan IAS 41 dengan PSAK 16 khususnya model biaya yang diterapkan oleh PT Astra Agro Lestari Tbk. Perbedaan tersebut disebabkan karena IAS 41 mengukur aset biolojik menggunakan nilai wajar (fair value) sedangkan PSAK 16 model biaya menggunakan historical cost. (2) Perhitungan nilai wajar antara PSAK 16:Model revaluasi dan IAS 41akan memiliki persamaan sepanjang perhitungannya menggunakan basis harga pasar yang sama. Namun meskipun perhitungan nilai wajar sama, perbedaan diantara keduanya disebabkan karena dampak yang terdapat pada laporan posisi keuangan bagian ekuitas dan laporan laba rugi tahun berjalan. Hal inilah yang menyebabkan PSAK 16 model revaluasi tidak bisa menggantikan penerapan IAS 41. (3) Dampak penggunaan nilai wajar atas aset biolojik (tanaman kelapa sawit) dalam IAS 41 menyebabkan timbulnya pengakuan keuntungan/kerugian akibat perubahan nilai wajar pada laporan laba rugi perusahan. Akan tetapi, pengakuan keuntungan tersebut tidak dapat direalisasikan karena kelapa sawit tidak ditujukan untuk dijual. Sehingga hal ini akan menyebabkan kerugian pada perusahaan terutama dalam hal perpajakan karena perusahaan harus melakukan pembayaran pajak lebih besar karena adanya peningkatan laba akibat pengakuan keuntungan perubahan nilai wajar yang tidak dapat terealisasi tersebut. Selain itu, penggunaan nilai wajar dalam IAS 41 juga menyebabkan terjadinya kenaikan/penurunan aset biolojik pada laporan posisi keuangan apabila dibandingkan dengan biaya perolehannya. Hal ini disebabkan karena penggunaan nilai wajar disesuaikan dengan kondisi pasar dari aset biolojik. Berdasarkan dampak-dampak penggunaan nilai wajar pada IAS 41 tersebut, maka diperlukan adanya penyesuaian terutama dalam hal perpajakan atas selisih lebih penilaian kembali aktiva sehingga perusahaan perkebunan dapat melakukan pengukuran aset biolojik berdasarkan nilai wajar (fair value) pada IAS 41. Hal ini disebabkan karena dengan adanya penerapan IAS 41 nilai aset biolojik dapat mencerminkan nilai yang sebenarnya karena disesuaikan dengan kondisi pasar, dapat meningkatkan

10 keterbandingan dalam laporan keuangan (didukung dengan adanya rencana pengadopsian IFRS 13:Fair Value sehingga memungkinkan terjadinya pemahaman yang sama dalam mengukur nilai wajar) serta menyebabkan perusahaan perkebunan kelapa sawit dapat berkembang secara global. Berdasarkan hasil kesimpulan, penulis mengajukan beberapa saran yaitu (1) bagi perusahaan kelapa sawit, sebaiknya mulai berdikusi dengan otoritas perpajakan untuk melakukan penyesuaian terhadap pengenaan pajak atas keuntungan perubahan nilai wajar (2) bagi Direktorat Jenderal Pajak, sebaiknya dapat melakukan penyesuaian terhadap pengenaan pajak final atas selisih lebih aktiva terutama pada industri perkebunan kelapa sawit yang keuntungan atas perubahan nilai wajarnya belum tentu terealisasi (3) Bagi Dewan Standar Akuntansi Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia, sebaiknya dapat segera dilakukan pengadopsian IFRS 13:Fair Value sehingga dalam penentuan nilai wajar diperoleh pemahaman yang sama diantara semua pihak seperti akuntan, jasa penilaian independen. DSAK-IAI disarankan juga melakukan sosialisasi kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit, Direktorat Jenderal Pajak, BAPEPAM, dan Institut Akuntan Indonesia pada saat penyusunan dan penerbitan exposure draft pengadopsian IAS 41. REFERENSI Aryanto, Y.H. (2011). Theoretical Failure of IAS 41. Working Paper Series, diakses 23 Mei 2013 dari Bank Indonesia. (2011). Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen), diakses 20 Mei 2013 dari BAPEPAM-LK. (2012). Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit di Pasar Modal, diakses tanggal 28 Februari 2013 dari Bapepam.go.id/ pasar_modal/ publikasi_pm/ siaran_pers_pm/ 2012/pdf/SE pdf. Bursa Efek Indonesia. (2011). Laporan Keuangan Tahunan, diakses 5 April 2013 dari Deloitte. (2009). IAS PLUS Summary Of IAS 41, diakses 5 Mei 2013 dari Elad,C. & Herbohn,K. (2011). Implementing Fair Value Accounting in The Agricultural Sector. The Institude of Chartered Accountants of Scotland, diakses 10 Juni 2013 dari European Commission. (2009). International Accounting Standards 41 Agriculture, diakses 30 Desember 2012 dari Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Kieso, D.E., Weygandt, J.J, & Kimmel P.D. (2011). Financial Accounting. United Stated:John Wiley & Sons. Kieso, D. E., Weygandt, J. J, & Warfield, T. D. (2011). Intermediate Accounting IFRS 1 th edition. United States: John Wiley & Sons. Lam, N., Lau,P. (2009). Intermediate Financial Reporting (An IFRS Perspective). Singapore: Publisher McGraw Hill. Luwia, Santana. (2011). Analisis Pengakuan, Pengukuran dan Penyajian Aset Biolojik Pada PT Dinamika Cipta Sentosa Menurut IAS 41:Agriculture. Skripsi tidak dipublikasikan. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Bina Nusantara. Martani, Dwi. (2010). Penerapan Standar Akuntansi Agrikultur (IAS 41). Economic Business & Accounting Review volume III. (2):

11 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK 03/2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan, diakses 24 Maret 2013 dari Riyadi, Deden. (2010). Analisis Nilai Wajar Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan International Accounting Standard 41 Agriculture Dibandingkan Dengan Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 16 Aset Tetap: Studi Pada PT Agro Indonesia. Tesis tidak dipublikasikan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. RIWAYAT PENULIS Vera Indrianti lahir di Padang pada 25 Agustus Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2013.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pendekatan Pembahasan Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian yang dilaporkan oleh salah satu perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam, terutama dari sektor pertanian. Sektor pertanian ini mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada Dalam bab ini, dilakukan analisis dengan membandingkan standar standar akuntansi yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam. Banyak sekali sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku petunjuk dari prosedur akuntansi yang berisi peraturan tentang perlakuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, informasi menjadi bagian penting untuk seluruh segi kehidupan (Ridwan, 2011). Ketersediaan informasi menjadi bagian yang sangat penting dalam pengambilan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD)

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD) ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD) Fenny Farida, Rosinta Ria Panggabean Universitas Bina Nusantara, Jln. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

Lister Budi Agus Rianto. Dosen Pembimbing: Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak. Binus University, 1 ABSTRACT

Lister Budi Agus Rianto. Dosen Pembimbing: Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak. Binus University, 1 ABSTRACT ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK MENURUT STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU DI INDONESIA DAN MENURUT IAS 41: AGRICULTURE (STUDI KASUS: PT KELANTAN SAKTI) Lister Budi Agus Rianto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the process of identifying, measuring, and communicating economic information to permit information

Lebih terperinci

DAFTAR ACUAN. Diakses pada

DAFTAR ACUAN.  Diakses pada DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Pasar Modal. (2002). Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. http://www.iapi.or.id/member_area/plk/industri%20perkebunan.pdf. Diakses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Aset A.1 Definisi Aset merupakan semua kekayaan yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan baik berwujud maupun tak berwujud yang berharga atau bernilai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA Cindy Nur Aini Stefanus Ariyanto, SE., M.Ak Universitas Bina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk informasi dalam bidang ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka konseptual Standar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai penerapan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap pada perusahaan

Lebih terperinci

Sulistyorini Rafika Putri Universitas Negeri Surabaya Abstract

Sulistyorini Rafika Putri Universitas Negeri Surabaya Abstract 1 ANALISIS PERBANDINGAN PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN ASET BIOLOGIS SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN IAS (INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD) 41 PADA PT. ASTRA AGRO LESTARI, Tbk Sulistyorini Rafika Putri Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang tujuan kegiatannya dijalankan adalah untuk menambah kekayaan pemilik melalui keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

Lebih terperinci

ARTIKEL PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN BANTARAN BLITAR

ARTIKEL PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN BANTARAN BLITAR ARTIKEL PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEBUN BANTARAN BLITAR Oleh: DODIK SETIYAWAN 13.1.02.01.0063 Dibimbing oleh : 1. Drs. Ec. Sugeng, Ak., M.M., M.Ak., CA., ACPA. 2. Amin

Lebih terperinci

PRAKTIK PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN (PERSERO) DI INDONESIA. Rani Dame Simanjorang

PRAKTIK PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN (PERSERO) DI INDONESIA. Rani Dame Simanjorang PRAKTIK PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN (PERSERO) DI INDONESIA Rani Dame Simanjorang Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Supatmi Fakultas Ekonomika

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia RYNA PANJAITAN University of Indonesia Abstrak Properti investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini komoditas perkebunan masih memegang peran penting dalam menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

AKUNTANSI AGRIKULTUR PSAK 69 DAN PSAK 68 BY: ERSA TRI WAHYUNI

AKUNTANSI AGRIKULTUR PSAK 69 DAN PSAK 68 BY: ERSA TRI WAHYUNI 1 AKUNTANSI AGRIKULTUR PSAK 69 DAN PSAK 68 BY: ERSA TRI WAHYUNI All material presented is the opinion of the author and not a formal position of the Indonesian Institute of Accountants PSAK yang terkait

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kekayaan Indonesia akan sumber daya alam yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kekayaan Indonesia akan sumber daya alam yang dapat dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyak kekayaan Indonesia akan sumber daya alam yang dapat dijadikan usaha. Salah satunya pengembangan agribisnis kelapa sawit yang usahanya berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA Evi Maria Staf Pengajar Program Profesional - Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.

Lebih terperinci

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS KELOMPOK GOODWILL: Dwi Rahayu 090462201 098 Dedi Alhamdanis 100462201 362 Larasati Sunarto 100462201 107 FAKULTAS EKONOMI UMRAH 2012 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (konsumen). Untuk tujuan ini manajemen sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (konsumen). Untuk tujuan ini manajemen sebagai pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi dengan arah dan tujuan tertentu. Secara ekonomis, tujuan dari pada perusahaan adalah untuk mencari laba atau nilai

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) Nama : Hamzah Mutakin NPM : 23212274 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dyah Palupi, SE., MMSI Latar Belakang

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA Hal 85-95 PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA Riyanto Utomo, Nur Laila Khumaidah ABSTRAK Aset biologis merupakan tanaman dan hewan yang mengalami transformasi

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terkait analisis revaluasi aset tetap dan dampaknya terhadap Pajak Penghasilan terutang (Studi Kasus

Lebih terperinci

Kepada: PROGRAM FAKULTAS

Kepada: PROGRAM FAKULTAS ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET A BIOLOGIS (Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara VII) I) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2 S Program Magister Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dimanfaatkan untuk usaha. Indonesia menghasilkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dimanfaatkan untuk usaha. Indonesia menghasilkan berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia adalah negara yang mempunyai sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan untuk usaha. Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan, antara lain

Lebih terperinci

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang:

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang: AGENDA Pengantar Pengertian dasar Akuntansi Pajak Penghasilan sesuai SAK 46 Implementasi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan Penyajian Pajak Kini dan Pajak Tangguhan dalam Laporan Keuangan Komersial Aset dan

Lebih terperinci

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR PELAPORAN PSAK DAN STANDAR PELAPORAN IFRS PADA PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK. NAMA : MELISA MARIA NPM : 24212545 JURUSAN : AKUNTANSI

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 13 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. Pajak dalam LK Pajak dan Akuntansi Akt.

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah I Kode Mata Kuliah : Semester : III SKS : 3 SKS (2-1) Jurusan : Akuntansi Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini menjelaskan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN PROGRAM STUDI DIII PERPAJAKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN PROGRAM STUDI DIII PERPAJAKAN Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031 I. DESKRIPSI Mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa/i yang telah menempuh

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD 41 PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD 41 PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) 1 ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD 41 PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Ike Farida Universitas Negeri Surabaya Email: adirafike@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN Edisi : VIII/Agustus 2009 PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN Oleh: Rian Ardhi Redhite Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan Berdasarkan PSAK 16 (Revisi

Lebih terperinci

Oleh :Rr Indah Mustikawati PSAK 14 PERSEDIAAN IAS 2 - INVENTORIES

Oleh :Rr Indah Mustikawati PSAK 14 PERSEDIAAN IAS 2 - INVENTORIES Oleh :Rr Indah Mustikawati PSAK 14 PERSEDIAAN IAS 2 - INVENTORIES Perubahan 2008 Mengadopsi IAS 2 (2003) Tidak untuk pialang komiditi Biaya perolehan terkait selisih valuta asing yang terkait pembelian

Lebih terperinci

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998)

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998) Jurnal Ilmiah ESAI Volume 6, Nomor 2, April 2012 ISSN No. 1978-6034 Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998) A Review of PSAK No.

Lebih terperinci

PEMBUATAN NERACA FISKAL (PSAK No. 46) BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT Razaaqi Selaras Persada Jakarta)

PEMBUATAN NERACA FISKAL (PSAK No. 46) BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT Razaaqi Selaras Persada Jakarta) PEMBUATAN NERACA FISKAL (PSAK No. 46) BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT Razaaqi Selaras Persada Jakarta) Hilda Amril Dr. Gustian Djuanda, S.E., M.M. Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Peta Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan yang dikenal memiliki kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Peta Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan yang dikenal memiliki kekayaan alam Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1 Peta Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan yang dikenal memiliki kekayaan alam berlimpah, termasuk keanekaragaman flora

Lebih terperinci

PENGARUH PENCABUTAN PSAK 27 TERHADAP PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN INDUSTRI KOPERASI (STUDI KASUS: KOPERASI KARYAWAN PT. ADIS)

PENGARUH PENCABUTAN PSAK 27 TERHADAP PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN INDUSTRI KOPERASI (STUDI KASUS: KOPERASI KARYAWAN PT. ADIS) PENGARUH PENCABUTAN PSAK 27 TERHADAP PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN INDUSTRI KOPERASI (STUDI KASUS: KOPERASI KARYAWAN PT. ADIS) Ruri Destianty Piliang, Stefanus Ariyanto Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41. Manado,

PENGEMBANGAN MODEL ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41. Manado, PENGEMBANGAN MODEL ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41 Anita L.V. Wauran 1, Nixon Sondakh 2, Joseph N. Tangon 3 1,2,3 Akuntansi, PoliteknikNegeri Manado, Jl.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. International Accounting Standards (IAS) / International Financial

BAB II LANDASAN TEORI. International Accounting Standards (IAS) / International Financial BAB II LANDASAN TEORI II.1. International Accounting Standards (IAS) / International Financial Reporting Standards (IFRS) International Accounting Standards adalah standar akuntansi yang dapat diaplikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan rangkuman kinerja perusahaan untuk melaporkan setiap aktivitas yang dilakukan, mulai dari aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan.

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen

Lebih terperinci

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan IAS 18 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates, and Error Dwi Martani Latar Belakang o Tujuan o Menentukan kriteria

Lebih terperinci

KUIS & SOAL INVESTASI BONDS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

KUIS & SOAL INVESTASI BONDS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI KUIS & SOAL INVESTASI BONDS Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Soal 1 C Investasi utang (debt investment) yang memenuhi model

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M )

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M ) EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M ) Esti Laras Aruming Tyas Nurul Fachriyah, SE., MSA., Ak Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan kerangka acuan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan entitas harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negeri agraris dengan tanah subur dan iklim tropis, mempunyai potensi agribisnis dan ekstraktif yang amat besar. Sektor ini berkembang pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media penghubung antara manajemen perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari laporan keuangan adalah

Lebih terperinci

Yudhistiro Ardy Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta (021)

Yudhistiro Ardy Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta (021) INVESTIGASI PENYAJIAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN DAN KOMPONENNYA PADA INDUSTRI BARANG KONSUMSI PASCA IFRS (Studi Empiris pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

FE-UNILA/FOM/ FEBRUARI Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031

FE-UNILA/FOM/ FEBRUARI Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031 Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031 I. DESKRIPSI Mata kuliah ini menjelaskan (i) konsep-konsep dan prinsip-prinsip akuntansi keuangan seperti definisi,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Tanaman Apel yang dimiliki oleh Kusuma Agrowisata telah diakui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) adalah kumpulan standar, pernyataan, opini, interpretasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional.

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sektor industri secara global saat ini sangat menuntut untuk adanya pengaturan secara standar dalam sebuah laporan. Berbagai sektor industri menjadikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Wahyu Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Wahyu Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian akuntansi Menurut Wahyu Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara dengan hasil perkebunan seperti kelapa sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Instrumen keuangan merupakan kontrak yang mengakibatkan timbulnya aset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas

Lebih terperinci

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif SEMARANG, Oktober 2016

Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif SEMARANG, Oktober 2016 AKUNTANSI ASET BIOLOGIS TANAMAN KELAPA BERBASIS INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS (IAS) 41 Anita L.V. Wauran 1), Jeffry Rengku 1), Joseph N. Tangon 1) 1 Akuntansi, Politeknik Negeri Manado, Jl. Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan yang mengelola faktor-faktor produksi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan yang mengelola faktor-faktor produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan yang mengelola faktor-faktor produksi seperti alam, tenaga kerja, modal, dan keahlian (entrepreneurship) untuk menghasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 (PASCA ADOPSI IFRS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN. Oleh:

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 (PASCA ADOPSI IFRS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN. Oleh: ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 (PASCA ADOPSI IFRS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN Oleh: Yunni Angela Yustisia NPM : 0811031061 Telepon : 089631566577 Email : yunniangela@yahoo.com Pembimbing I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan mencatat informasi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai pihak seperti investor, karyawan,

Lebih terperinci

Kata kunci: Aset tidak berwujud, PSAK 19, Standar akuntasi, LQ45, Strait Times

Kata kunci: Aset tidak berwujud, PSAK 19, Standar akuntasi, LQ45, Strait Times ANALISIS PENYAJIAN PENGUNGKAPAN ASET TIDAK BERWUJUD MENURUT PSAK 19 (REVISI 2010) / IAS 38 YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS LQ 45 DAN STRAIT TIMES Paulin Angeline, Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I Modul ke: AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I DEPRESIASI ASET, PENURUNAN NILAI, REVALUASI ASET TETAP, PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Fakultas FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN KUIS & SOAL AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 13 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Soal 1 Penghasilan Kena Pajak dari suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas bisnis harus melaporkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laporan tersebut merupakan sebuah laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Laporan Arus Kas Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 Laporan Arus Kas Latihan dan Pembahasan 3

Lebih terperinci

KUIS & SOAL LAPORAN ARUS KAS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

KUIS & SOAL LAPORAN ARUS KAS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI KUIS & SOAL LAPORAN ARUS KAS Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Soal 1 C Tujuan utama dari laporan arus kas adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

Putri Yunita Restu Hajar ( ) Binus University, Jakarta, Indonesia,

Putri Yunita Restu Hajar ( ) Binus University, Jakarta, Indonesia, ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENYAJIAN, DAN PENGUNGKAPAN ASET TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PT. BHINEKA CIPTABAHANA PURA DAN KESESUAIANNYA DENGAN PSAK No. 16 (REVISI 2011) Putri Yunita Restu Hajar (1401079515)

Lebih terperinci

Pendapatan Kontrak Konstruksi PSAK 34. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Pendapatan Kontrak Konstruksi PSAK 34. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Pendapatan Kontrak Konstruksi PSAK 34 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 Metode presentase penyelesaian untuk kontrak jangka panjang

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS

UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS Disusun untuk memenuhi syarat penilaian Ujian Tengah Semester pada mata kuliah Pelaporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konvergensi PSAK dengan IFRS/IAS merupakan salah satu komitmen dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International Federation of Accountants

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REVALUASI ASET TETAP BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 79 TAHUN 2008 PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

IMPLEMENTASI REVALUASI ASET TETAP BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 79 TAHUN 2008 PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1 IMPLEMENTASI REVALUASI ASET TETAP BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 79 TAHUN 2008 PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA Putri Nabela Dewi Universitas Negeri Surabaya PutriSnowbella@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan untuk melihat bagaimana implementasi PSAK 58 revisi tahun 2009 pada laporan keuangan 39 perusahaan yang terdiri

Lebih terperinci

REVALUASI ASET TETAP PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA

REVALUASI ASET TETAP PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA Ekspansi Vol. 9, No. 1 (Mei 2017), 133 144 REVALUASI ASET TETAP PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MENEKAN PAJAK PENGHASILAN Hastuti Politeknik Negeri Bandung myhastuti73@gmail.com Endah Dwi Kusumastuti

Lebih terperinci

Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET. Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November 2015

Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET. Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November 2015 DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November

Lebih terperinci

PSAK 58. Discontinued Operation OPERASI YANG DIHENTIKAN. Presented by: Dwi Martani Anggota Tim Implementasi IFRS Ketua Departemen Akuntansi FEUI

PSAK 58. Discontinued Operation OPERASI YANG DIHENTIKAN. Presented by: Dwi Martani Anggota Tim Implementasi IFRS Ketua Departemen Akuntansi FEUI PSAK 58 ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN IFRS 5 (2009): Non-current tassets Held ldfor Sale and Discontinued Operation Presented by: Dwi Martani Anggota Tim Implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini menguji relevansi nilai pajak tangguhan sebagai dampak perubahan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia. Perubahan PSAK ini terjadi

Lebih terperinci

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan BAB 1 Apa itu AKUNTANSI? Akuntansi adalah seni yg menurut kepercayaan luas pertama kali ditemukan oleh Fra Luca Bartolomeo de Pacioli, seorang ahli matematika Italia dan friar Franciscan di abad ke 16

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia Menurut Martani (2011) Indonesia memiliki empat pilar standar akuntansi yang berlaku, di antaranya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit 57 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Data Dalam bab ini disajikan analisis terhadap data yang telah terkumpul selama pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

KONVERGENSI KETENTUAN PERPAJAKAN KE IFRS. Godang P. Panjaitan

KONVERGENSI KETENTUAN PERPAJAKAN KE IFRS. Godang P. Panjaitan KONVERGENSI KETENTUAN PERPAJAKAN KE IFRS Godang P. Panjaitan Wajib pajak yang hendak melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Badan (SPT PPh Badan) menggunakan laba atau rugi sebelum pajak, dari

Lebih terperinci

GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP)

GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP) Nama / Kode Mata Kuliah: Akuntansi Keuangan I / Semester/ SKS : Semester 3/ 3 kredit Mata Kuliah Prasyarat: Akuntansi Pengantar II Kompetensi Sasaran : GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP) Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat bagi investor untuk mengetahui kondisi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu laporan keuangan juga memiliki

Lebih terperinci

Analisis penerapan psak no. 45

Analisis penerapan psak no. 45 Available online: http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/jurnalmanajemen JURNAL MANAJEMEN Volume 9 (2) 2017, 55-61 Analisis penerapan psak no. 45 Endra Julianto 1, Nurita Affan 2, Ferry Diyanti 3 Fakultas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PENYUSUTAN ASET BIOLOGIS KELAPA SAWIT DENGAN METODE GARIS LURUS DAN SALDO MENURUN (Studi Kasus Pada PT XYZ)

PERBANDINGAN BIAYA PENYUSUTAN ASET BIOLOGIS KELAPA SAWIT DENGAN METODE GARIS LURUS DAN SALDO MENURUN (Studi Kasus Pada PT XYZ) PERBANDINGAN BIAYA PENYUSUTAN ASET BIOLOGIS KELAPA SAWIT DENGAN METODE GARIS LURUS DAN SALDO MENURUN (Studi Kasus Pada PT XYZ) Siti Munawaroh 1, Dian Nirmala Dewi 2, Rusmianto 2 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pengukuran yang digunakan perusahaan properti terdaftar di BEI, ASX dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pengukuran yang digunakan perusahaan properti terdaftar di BEI, ASX dan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan 1. Metode pengukuran yang digunakan perusahaan properti terdaftar di BEI, ASX dan SGX berbeda-beda yaitu keseluruhan perusahaan properti di BEI menggunakan pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mendukung perkembangan usahanya, suatu perusahaan pasti memiliki aset tidak lancar yang berwujud maupun tidak berwujud karena aset merupakan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE

ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE MEGA AYU KARTIKA Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk Raya No 27, Telp: (021) 53696969 Email: megaayu.kartika@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Disusun Oleh: Fitri Annisa

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Disusun Oleh: Fitri Annisa ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS ASET BIOLOGIS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Disusun Oleh: Fitri Annisa 23213535 1. Sektor perkebunan di Indonesia. 2. Karakteristik unik yang terdapat pada

Lebih terperinci

Melisa Rahma Sari. Jl. Manyar No.3 D FLAT Komp. Krakatau Steel, Cilegon. ABSTRAK

Melisa Rahma Sari. Jl. Manyar No.3 D FLAT Komp. Krakatau Steel, Cilegon. ABSTRAK ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENYAJIAN, DAN PENGUNGKAPAN ASET TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PT. DWI PUTRA JASA PRIMA DAN KESESUAIANNYA DENGAN PSAK NO.16 (REVISI 2007) Melisa Rahma Sari Jl. Manyar No.3

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT SAPTAWIRA ADHITAMA TOUR & TRAVEL

IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT SAPTAWIRA ADHITAMA TOUR & TRAVEL IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT SAPTAWIRA ADHITAMA TOUR & TRAVEL Stefanus Ariyanto; Kartika Wijaya Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif ini, kelangsungan hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan

Lebih terperinci