Kata kunci: Aset tidak berwujud, PSAK 19, Standar akuntasi, LQ45, Strait Times

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci: Aset tidak berwujud, PSAK 19, Standar akuntasi, LQ45, Strait Times"

Transkripsi

1 ANALISIS PENYAJIAN PENGUNGKAPAN ASET TIDAK BERWUJUD MENURUT PSAK 19 (REVISI 2010) / IAS 38 YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS LQ 45 DAN STRAIT TIMES Paulin Angeline, Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak ABSTRAK Indonesia melakukan penyesuaian atas standar akuntasi keuangan dengan mengikuti standar yang diberlakukan secara internasional. Penyelarasan atas standar yang berlaku diberlakukan Indonesia agar perusahaan dapat menghasilkan laporan keuangan yang mudah dipahami, andal, relevan dan dapat dibandingkan. Standar akuntasi keuangan yang mengatur mengenai aset tidak berwujud di Indonesia PSAK 19 mengalami revisi pada tahun 2010 yang diadopsi dari IAS 38. Standar ini diberlakukan secara efektif di Indonesia mulai tanggal 1 Januari Dengan adanya perubahan dan revisi dari standarstandar tersebut menjadikan penyusunan atas laporan keuangan pun menjadi berubah. Sedangkan banyak perusahaan yang belum menerapkan perubahan kebijakan pada standar tersebut pada laporan keuangan mereka.untuk itu, penelitian ini akan menjabarkan mengenai analisis penerapan standar akuntansi untuk aset tidak berwujud pada perusahaan yang berada di Indonesia dan Singapura. Penelitian ini melibatkan perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam indeks LQ45 dari Indonesia dan indeks strait times dari Singapura. Terdapat 8 kriteria yang telah dipilih terkait aset tidak berwujud. Hasil penelitian menyimpulan bahwa perusahaan-perusahaan di Singapura lebih banyak yang menerapkan standar daripada Indonesia, sehingga Indonesia perlu melakukan peningkatan terhadap kualitas laporan keuangan mereka menjadi lebih baik. (PA) Kata kunci: Aset tidak berwujud, PSAK 19, Standar akuntasi, LQ45, Strait Times PENDAHALUAN Latar belakang dibuatnya skripsi ini dikarenakan setiap perusahaan di dunia pada suatu periode akuntansi perusahaan akan membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertanggung jawaban mereka. Laporan keuangan harus disusun berdasarkan standar-standar yang telah ditetapkan di setiap negara. Salah satu standar akuntansi keuangan yang mengalami perubahan karena adopsi menuju IFRS mengenai pembahasan atas aset tidak berwujud yaitu PSAK 19. PSAK 19 (revisi tahun 2010) : Aset Tidak Berwujud diadopsi dari IFRS 38 : Intigible Assets. PSAK ini akan mulai berlaku secara efektif mulai tanggal 1 Januari Dengan adanya perubahan dan revisi dari standar-standar tersebut menjadikan penyusunan atas laporan keuangan pun menjadi berubah. Sehubungan dengan hal tersebut penulis ingin membandingkan kesesuaian aktivitas penerapan yang diberlakukan di Indonesia untuk PSAK No.19 revisi 2010 pada laporan keuangan perusahaan dengan indeks LQ 45 yang ada di Bursa Efek Indonesia dengan penerapan IAS 38 pada laporan keuangan perusahaan dengan indeks Strait Times yang ada Bursa Efek Singapura. Rumusan masalah dan tujuan penulis melakukan penelitian ini karena penulis ingin mengetahui bagaimanakah penerepan yang sesuai dengan PSAK 19/ IAS 38 mengenai aset tidak berwujud, apakah telah diterapkan pada laporan keuangan di perusahaan-perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Singapura, dan terdapat berapa banyak perusahaan yang telah melakukan pengungkapan yang sesuai dalam indeks LQ 45 dan Strait Times.

2 Yang menjadi kajian pustaka dari peneliti, peneliti melihat adanya pembahasan mengenai salah satu penerapan aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal dimana hasil penelitian tersebut berdasarkan U.S GAAP, semua biaya R&D akan diperhitungkan sebagai beban saat terjadinya. Sedangkan berdasarkan IFRS, aset tidak berwujud yang timbul dikarenakan tahap pengembangan, harus memenuhi kreteria tertentu. Untuk kajian pustaka yang kedua peneliti membahas sehubungan dengan penerapan International Financial Reporting Standards (IFRS) di Malaysia, yang telah membuat auditor menjadi kewalahan dikarenakan begitu banyak perubahan dari standar. IFRS 138 adalah IFRS baru di Malaysia, yang merupakan standar akuntansi pada aset tak berwujud. Pertanyaannya adalah, apakah FRS 138 yang adopsi di Malaysia akan mempengaruhi efisiensi audit. Oleh karena itu, peneliti menguji hubungan antara penerapan FRS 138 atas penerbitan tepat waktu laporan audit. Penulis memakai perusahaan yang dijadikan sampel untuk penelitannya. Dengan analisis regresi panel, hasilnya mengungkapkan adanya kolerasi positif yang signifikan antara adopsi FRS 138 dengan audit delay. Hasilnya membuktikan bahwa FRS 138 adalah standar yang kompleks yang membuat auditor memerlukan lebih banyak waktu untuk proses audit. Sedangkan untuk penelitian saya membahas tentang keseluruhan pengungkapan PSAK 19 dan IAS 38 di nergara Indonesia, serta melakukan perbandingan dengan Singapura pada tahun 2012 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam melaksanakan analisis penyajian pengungkapan aset tidak berwujud menurut PSAK 19 / IAS 38 peneliti menggunakan metode kualitatif. Penulis menggunakan studi pustaka, dan memperoleh data dengan mengunduh laporan keuangan yang terdaftar dalam dan Dimana laporan keungan yang diambil merupakan laporan keuangan pada tahun 2012 yang menampilkan akun aset tidak berwujud dalam laporan keuangan mereka, serta perusahaan merupakan perusahaan yang bergerak disegala bidang kecuali bidang perbankan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 dan Strait Times. HASIL DAN BAHASAN Dari 45 laporan keuangan yang didapat di Bursa Efek Indonesia dengan indeks LQ 45, peneliti menemukan adanya 34 perusahaan yang menampilkan akun aset tidak berwujud pada laporan keuangan beserta notes to financial statement, 5 laporan keuangan lainnya yang tidak menampilkan akun aset tidak berwujud pada laporan keuangan beserta notes to financial statement, dan 6 perusahaan merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor perbankan dan keuangan. Untuk 30 laporan keuangan yang didapat dari Bursa Efek Singapura dengan indeks Strait Times, ditemukan adanya 25 perusahaan yang menampilkan akun aset tidak berwujud pada laporan keuangan beserta notes to financial statement, dan sisanya 5 perusahaan bergerak dalam sektor perbankan dan keuangan. Total sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 59 sampel perusahaan, yang terdiri dari 34 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan 25 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura Penulis melakukan penilaian terhadap kualitas dari notes to financial statement untuk mengetahui nilai dari laporan keuangan perusahaan yang memiliki aset tak berwujud didalam perusahaan sesuai dengan poin-poin sebagai berikut :

3 1. Adanya pengungkapan mengenai umur manfaat dari aset takberwujud, terbatas atau tidak terbatas secara tertulis. (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 119a). 2. Adanya pengujian atas penurunan nilai aset untuk aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas maupun tidak terbatas. (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 108). 3. Adanya pengungkapan atas penerapan awal yang dilakukan perusahaan untuk perubahan atas perlakuan goodwill. (PSAK No. 22 revisi 2010 paragraf 66a dan 66b). 4. Adanya pengungkapan atas penerapan awal yang dilakukan perusahaan untuk goodwill negatif yang diakui sebelumnya. (PSAK No. 22 revisi 2010 paragraf 67). 5. Adanya pengungkapan serta penerapan yang dilakukan perusahaan atas pengakuan trademark. 6. Adanya pengungkapan atas pemisahan untuk tahap penelitian (research) dan tahap pengembangan (development) (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 42). 7. Adanya penerapan atas perlakuan pengakuan beban untuk tahap penelitian (research) (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 53 dan 54). 8. Adanya penerapan atas kapitalisasi biaya beban untuk tahap pengembangan (development) (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 42b dan 56). Hasil penelitian : 1. Pada kriteria yang membahas pengungkapan aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas dan tidak terbatas Seharusnya sesuai dengan ketentuan PSAK 19 yang mengacu pada IFRS 38 yang telah di berlakukan semenjak 1 Januari 2011, setiap perusahaan sudah seharusnya mengungkapkan adanya perubahan atas penentuan masa manfaat bagi aset tidak berwujud. Kriteria ini dapat dilihat pada PSAK No. 19 revisi 2010 umur manfaat dari aset takberwujud menjadi terbatas atau tidak terbatas. Tidak ada lagi pembatasan mengenai umur manfaat aset maksimal selama 20 tahun. Aset tidak berwujud dikatakan umur manfaatnya tidak terbatas apabila tidak diketahui batas waktunya pada saat pengkajian, namun bisa terjadi di masa yang akan datang umurnya menjadi terbatas. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perubahan pada estimasi akuntansi dan juga adanya indikasi penurunan nilai. Kreteria ini dapat dilihat dari pengungkapan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan karena pada pengungkapan kebijakan biasanya diungkapkan mengenai jenis dan umur manfaat dari aset tak berwujud tersebut. Beberapa perusahaan juga mengungkapkan mengenai umur manfaat di notes to financial statement yang langsung berhubungan dengan aset tak berwujud. Umur manfaat berguna bagi perusahaan untuk menentukan aset tak berwujud perlu diamortisasi atau tidak, karena aset tak berwujud yang memiliki masa manfaat yang tidak terbatas tidak lagi diamortisasi sesuai dengan kebijakan baru pada PSAK No. 19 revisi Beberapa perusahaan ada yang tetap mengungkapkan mengenai adanya umur manfaat dari aset tak berwujud menjadi terbatas atau tidak terbatas secara tertulis pada notes to financial statement, walaupun kondisi mereka yang tidak memiliki aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas. Untuk perusahaan Jasa Marga (JSMR), Global Media (BMTR), Mitra Adiperkasa (MAPI), Keppel Corporation Limited, ST Engineering, Singapore Press Holding, dan

4 Golden Agri-resorces LTD mereka tidak mengungkapkan secara tertulis dalam notes to financial statement, akan tetapi mereka tetap melakukan perhitungan amortisasi sesuai dengan ketentuan yang yang berlaku di PSAK dan IFRS. 2. Pengungkapan pengujian atas penurunan nilai aset tidak berwujud Perusahaan-perusahaan menampilkan sesuai dengan standar yang berlaku, dimana perusahaan diwajibkan untuk melakukan pengujian penurunan nilai suatu aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas setiap tahunnya. Sedangkan untuk aset tidak berwujud dengan masa manfaat terbatas dapat diuji setiap tahunnya atau dikarenakan adanya indikasi bahwa aset tidak berwujud mengalami penurunan nilai. Kenyataan bahwa tidak ada lagi pasar aktif bagi aset yang direvaluasi dapat menjadi indikasi bahwa aset mengalami penurunan nilai. Jika suatu aset tidak berwujud dalam sekelompok aset yang akan dilakukan penilaian kembali tetapi tidak dapat dilakukan penilaian kembali karena tidak terdapat pasar aktif untuk aset tersebut, maka harus dicatat pada harga perolehannya dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Kerugian penurunan nilai yang terjadi diperusahaan akan diakui dalam laporan rugi laba selama periode sesuai. Pengakuan kerugian atas penurunan nilai pada aset dapat juga memberikan indikasi bahwa periode amortisasi dapat dirubah. 3. Pengungkapan atas penerapan awal yang dilakukan perusahaan untuk perubahan atas perlakuan goodwill. (PSAK No. 22 revisi 2010 paragraf 66a dan 66b) Perusahaan-perusahaan yang telah melakukan pengungkapan sesuai dengan standar yang berlaku, mereka memberikan informasi-informasi seperti : _ Sebelumnya goodwill diamortisasi selama 5 20 tahun dengan menggunakan metode garis lurus. Sekarang untuk goodwill yang diperoleh dari kombinasi bisnis yang tanggal akuisisinya sebelum 1 Januari 2011, perusahaan akan menghentikan amortisasi goodwill nya sejak awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011; - Goodwill yang termasuk dalam jumlah tercatat investasi, dan efektif 1 Januari 2011 tidak lagi diamortisasi tetapi diuji penurunan nilai setiap tahun sebagai bagian dari investasi - Perusahaan akan mengeliminasi jumlah tercatat yang terkait dengan akumulasi amortisasi sehubungan penurunan goodwill pada awal periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari Seharusnya sesuai dengan ketentuan berlaku, perusahaan yang memiliki goodwill harus mengungkapkan ketentuan tersebut. Ketentuan ini dapat memberikan dampak atas perhitungan goodwill. 4. Pengungkapan atas penerapan awal yang dilakukan perusahaan untuk goodwill negatif yang diakui sebelumnya. (PSAK No. 22 revisi 2010 paragraf 67) Salah satu perusahaan yang melakukan penerapan sesuai dengan standar adalah perusahaan Aneka Tambang. Perusahaan ini memperlakukan goodwill negatif yang berasal dari kombinasi bisnis yang tanggal akuisisinya sebelum tanggal 1 januari dihentikan pengakuannya

5 dengan melakukan penyesuaian terhadap saldo laba awal periode buku pada tanggal 1 januari Kasus ini terjadi pada tanggal 22 Desember 2010 ketika perusahaan menaiki kepemilikan saham di AJSI senjadi 100% dan mencatat goodwill negatif sebesar Rp Sehingga goodwill negatif yang berasal dari kombinasi bisnis tersebut dihentikan pengakuannya dengan melakukan penyesuaian terhadap saldo laba awal periode buku pada tanggal 1 Januari Adanya pengungkapan serta penerapan yang dilakukan perusahaan atas merek dagang Ketentuan yang terbaru menetapkan merek dagang tidak lagi harus berpedoman dengan umur manfaat dengan batas maksimal 20 tahun, tetapi merek dagang juga dapat dijadikan sebagai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas. Ketika merek dagang menjadi aset dengan masa manfaat tidak terbatas maka aset tersebut tidak lagi di amortisasi, tetapi diuji penurunan nilainya setiap tahun. Perusahaan yang tidak melakukan sesuai ketentuan yang berlaku merupakan perusahaan yang memiliki merek dagang tetapi tidak memberikan keterangan serta perhitungan secara jelas seperti perusahaan Astra Internasional. Ketika merek dagang dengan masa manfaat 10 tahun dibeli dengan harga tertentu, kemudian perusahaan ingin memperpanjang masa manfaat dari aset tersebut, bila perusahaan harus mengeluarkan biaya yang sama pada saat pertama kali perusahaan membeli merek dagang. Dengan demikian, umur manfaat merek dagang itu terbatas. Akan tetapi bila perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih kecil dari harga pada saat membeli untuk perpanjangan merek dagang tersebut, maka merek dagang tersebut dapat disebutkan sebagai aset dengan masa manfaat aset tidak terbatas. 6. Pengungkapan atas pemisahan untuk tahap penelitian (research) dan tahap pengembangan (development) (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 42) Menurut ketentuan yang berlaku, seharusnya sudah terdapat pemisahan antara tahap pengembangan dan tahap penelitian. Karena dari tahap pengembangan memiliki makna yang berbeda dengan tahap penelitian. Tahap pengembangan adalah penerapan temuan riset atau pengetahuan lainnya pada suatu rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yang sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan substansial, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian Sedangkan tahap riset adalah penelitian orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru. Tahap Penelitian Tahap Pengembangan (beban) Tahap Pengembangan (ATB) Dapat dilihat pada gambar bahwa pada awal perusahaan melakukan perencanaan yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru itu disebut itu termasuk dalam tahap penelitian. Ketika perusahaan telah

6 melakukan penerapan atas temuan riset atau pengetahuan lainnya pada suatu rencana atau rancangan tetapi belum memenuhi kriteria aset tidak berwujud dalam tahap pengembangan, maka segala pengeluaran biaya atas tahap pengembangan didalokasikan ke beban. Bila dalam tahap pengembangan telah memenuhi 6 kriteria, maka tahap pengembangan dapat digolongkan sebagai aset tidak berwujud. 7. Penerapan atas perlakuan pengakuan beban untuk tahap penelitian (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 53 dan 54 ) Setiap perusahaan yang memiliki tahap riset disebuah proyek internal, dan dari tahap tersebut tidak dapat menunjukkan telah adanya suatu aset tidak berwujud yang akan dapat menghasilkan manfaat ekonomis masa depan. Maka, pengeluaran untuk riset diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Contoh contoh dari tahap penelitian yang ada di perusahaan yang dianalisis seperti : Penelitian klinis yang dilakukan oleh perusahaan Kalbe Farma. Penelitian atas evaluasi sistem dan jasa oleh perusahaan Unilever. Penelitian atas peralatan sawit oleh perusahaan PP London Sumatra Indonesia dan Singapore Press Holding. Penelitian atas penemuan ilmiah dan ilmu pengetahuan secara teknis oleh perusahaan Sembcorp Industries dan Keppel corporation Limited. 8. Penerapan atas kapitalisasi biaya pengembangan untuk tahap pengembangan. (PSAK No. 19 revisi 2010 paragraf 42b dan 56 ) Dalam tahap pengembangan seharusnya perusahaan melakukan penyesuaian terhadap kriteria tahap pengembangan yang dapat diakui sebagai aset seperti : a. Teknis penyelesaian aset tidak berwujud tersebut sehingga aset tersebut dapat digunakan atau dijual, seperti pengembangan atas produk yang dilakukan pada perusahaan Kalbe Farma. b. Kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut, seperti kontraksi pada lokasi Jurong Island pada perusahaan Sembcorp. c. Menyelesaikan aset tersebut dan kemudian menjualnya, seperti pengembangan plasma pada perusahaan Indofood Sukses Makmur. d. Aset tidak berwujud akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomis masa depan. e. Tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan pengembangan aset tidak berwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut; f. Kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak bewujud selama pengembangannya. Ketika tahap pengembangan tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, maka segala pengeluaran yang timbul dari taham pengembangan tersebut dianggap sebagai beban. Berikut merupakan hasil dari banyaknya perusahaan yang tercatat atas pemenuhan 8 kriteria diatas :

7 Kriteria Indonesia ( LQ 45 ) Sesuai Tidak sesuai Tidak memiliki Singapura (Strait Times) Sesuai Tidak sesuai Tidak memiliki SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Perbandingan implementasi atas kriteria yang telah ditetapkan untuk aset tidak lancar pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura secara keseluruhan telah melakukan penyajian komponen bagian dari PSAK 19 secara lebih tepat dibandingkan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Semua perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini telah memenuhi minimal 3 dari 8 kriteria yang telah di ungkapkan. Hampir sebagian besar perusahaan juga telah menyajikan secara tepat untuk penilaian aset tidak berwujud sesuai PSAK 19 (revisi 2010) pada laporan laba rugi maupun laporan arus kas perusahaan. SARAN Berdasarkan perbandingan atas penerapan aset tidak berwujud untuk aset tidak berwujud pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Singapura, terlihat bahwa persentase penerapan aset tidak berwujud di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sudah seharusnya kenyataan ini memberikan motivasi bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk melakukan penerapan terhadap PSAK 19 secara lebih tepat. Agar perusahaan Indonesia dapat selalu update dengan setiap perubahan yang terjadi di dalam standar akuntansi yang selalu mengalami perkembangan dalam usahanya untuk berkonfergensi dengan IFRS, maka inisiatif dari perusahaan diperlukan. Inisiatif tersebut dapat berupa membangan kerjasama serta meningkatkan relasi yang lebih erat antara para auditor-auditor dengan karyawan-karyawan yang bertugas membuat laporan keuangan. Dengan adanya ikut serta dari karyawan bagian akuntansi dalam

8 seminar dan pelatihan yang diadakan oleh IAI yang berkaitan dengan topik perkembangan PSAK terbaru juga dapat membantu untuk membuat laporan keuangan perusahaan di Indonesia menjadi lebih baik. Referensi Ayoibche, A (2012). Adoption of FRS 138 and Audit Delay in Malaysia, Malaysia : College of Business, Universiti Utara Malaysia. Beams, Floyd A Advanced Accounting. 10th edition, Pearson Education, Prentice Hall Diana (2009). Analisis Pengaruh Struktur Finansial, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, Struktur Dewan Terhadap Penyajian Aset Tidak Berwujud. Tesis S1, Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta. Harahap, S. S (2010). Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta : PT.Rajagrafindo persada. IAI. (1 juli 2009). PSAK 19 (revisi 2009). Jakarta: Salemba Empat. Indonesia, I. A. (1 juli 2009). PSAK 1 (revisi 2009). Jakarta: Salemba Empat. Nurani, A. V. KESESUAIAN PENGUNGKAPAN ASET TAK BERWUJUD (studi kasus laporan keuangan 2011). Nurani, A. V (2012). Kesesuaian Pengungkapan Aset Tak Berwujud Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Dengan PSAK 19 Revisi 2010 (studi kasus laporan keuangan 2011). Tesis S1, Binus University, Jakarta. SGX. Diakses 1 Januari 2013 Sutrisno. (2009). Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Jakarta: Ekonosia. Sylwia, G. T (2005). Accounting for Reseach and Development Costs, New York : The Peter J. Tobin Collage of Business, St John s University. Sundjaja, R.S., dan Barlian. I Manajemen Keuangan 2, Literata Media, Jakarta. Weygrandt, J.J., Kimmel. P. D., & Kieso, D. E. (2011). Financial Accounting (IFRS ed,), New jersey: John Wiley & Sons, Inc. RIWAYAT HIDUP Paulin Angeline lahir di Kota Jambi pada 24 Agustus Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidan ilmu Akuntansi pada tahun Penulis aktif di (organisasi Himpunan Mahasiswa Akuntansi.

BAB 4 ANALISIS DANBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DANBAHASAN BAB 4 ANALISIS DANBAHASAN 4.1 Mekanisme Pembahasan Penelitian Pembahasan penelitian ini akan dimulai dengan pembahasan mengenai aset tidak berwujud, dengan melakukan penilaian apakah telah memenuhi beberapa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan untuk melihat bagaimana implementasi PSAK 58 revisi tahun 2009 pada laporan keuangan 39 perusahaan yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Dalam mendukung perkembangan usahanya, suatu perusahaan pasti memiliki aset tidak lancar yang berwujud maupun tidak berwujud karena aset merupakan suatu

Lebih terperinci

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets 1 Ruang Lingkup Dikecualikan dari penerapan PSAK 19 : Aset tidak berwujud yang diatur standar lain (goodwill-psak 22) Aset keuangan (PSAK 50) Hak

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi IFRS dan membandingkan laporan keuangan PT Telkom Indonesia yang telah mengadopsi

Lebih terperinci

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2017-2018 Nama Mata Kuliah Kode SKS Program Studi Fakultas Dosen Pembina Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan : EKO475 : 9 SKS : D3 Akuntansi : Ekonomi : 1. Nurzi

Lebih terperinci

Materi: 13. INTANGIBLE ASSETS (Aset Tidak Berujud)

Materi: 13. INTANGIBLE ASSETS (Aset Tidak Berujud) Materi: 13 INTANGIBLE ASSETS (Aset Tidak Berujud) 2 Tujuan Pembelajaran 1. Menggambarkan kontrol internal terhadap aset tetap tidak berujud. 2. Menghitung dan menjurnal perolehan aset tetap tidak berujud

Lebih terperinci

KUIS & SOAL LAPORAN ARUS KAS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

KUIS & SOAL LAPORAN ARUS KAS. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI KUIS & SOAL LAPORAN ARUS KAS Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Soal 1 C Tujuan utama dari laporan arus kas adalah untuk memberikan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN PROGRAM STUDI DIII PERPAJAKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN PROGRAM STUDI DIII PERPAJAKAN Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031 I. DESKRIPSI Mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa/i yang telah menempuh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA Cindy Nur Aini Stefanus Ariyanto, SE., M.Ak Universitas Bina

Lebih terperinci

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2017-2018 Nama Mata Kuliah Kode SKS Program Studi Fakultas Dosen Pembina Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan : EKO475 : 9 SKS : D3 Akuntansi : Ekonomi : 1. Nurzi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Instrumen keuangan merupakan kontrak yang mengakibatkan timbulnya aset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan untuk melihat bagaimana implementasi PSAK 33 revisi tahun 2011 serta PSAK 64 pada laporan keuangan 40 perusahaan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah I Kode Mata Kuliah : Semester : III SKS : 3 SKS (2-1) Jurusan : Akuntansi Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini menjelaskan

Lebih terperinci

SEMINAR PENULISAN ILMIAH

SEMINAR PENULISAN ILMIAH ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN LABA RUGI MENGGUNAKAN STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL (IFRS) DENGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) PADA PT. JASA MARGA (PERSERO) Tbk SEMINAR PENULISAN ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS KELOMPOK GOODWILL: Dwi Rahayu 090462201 098 Dedi Alhamdanis 100462201 362 Larasati Sunarto 100462201 107 FAKULTAS EKONOMI UMRAH 2012 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam, terutama dari sektor pertanian. Sektor pertanian ini mempunyai peran yang

Lebih terperinci

PSAK 19 ASET TIDAK BERWUJUD (REV 2009)

PSAK 19 ASET TIDAK BERWUJUD (REV 2009) 1 PSAK 19 ASET TIDAK BERWUJUD (REV 2009) Aria Farahmita Ruang Lingkup 2 Dikecualikan dari penerapan PSAK 19 : Aset tidak berwujud yang diatur standar lain (goodwill-psak 22) Aset keuangan (PSAK 50) Hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, informasi menjadi bagian penting untuk seluruh segi kehidupan (Ridwan, 2011). Ketersediaan informasi menjadi bagian yang sangat penting dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang cukup bagi pengguna laporan keuangan agar mampu membuat keputusan. Untuk itu, laporan keuangan tidak

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penting bagi perusahaan dan juga pemegang kepentingan lainnya. Penyusunan laporan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penting bagi perusahaan dan juga pemegang kepentingan lainnya. Penyusunan laporan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Laporan keuangan merupakan penyajian dan pengungkapan informasi yang penting bagi perusahaan dan juga pemegang kepentingan lainnya. Penyusunan laporan keuangan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. standar akuntansi internasional International Financial Reporting Standard (IFRS)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. standar akuntansi internasional International Financial Reporting Standard (IFRS) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Goodwill telah menjadi salah satu topik yang kontroversial yang berkepanjangan dalam akuntansi di beberapa negara. Perubahan peraturan termasuk standar akuntansi internasional

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia RYNA PANJAITAN University of Indonesia Abstrak Properti investasi

Lebih terperinci

Melisa Rahma Sari. Jl. Manyar No.3 D FLAT Komp. Krakatau Steel, Cilegon. ABSTRAK

Melisa Rahma Sari. Jl. Manyar No.3 D FLAT Komp. Krakatau Steel, Cilegon. ABSTRAK ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENYAJIAN, DAN PENGUNGKAPAN ASET TETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN PT. DWI PUTRA JASA PRIMA DAN KESESUAIANNYA DENGAN PSAK NO.16 (REVISI 2007) Melisa Rahma Sari Jl. Manyar No.3

Lebih terperinci

FE-UNILA/FOM/ FEBRUARI Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031

FE-UNILA/FOM/ FEBRUARI Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031 Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031 I. DESKRIPSI Mata kuliah ini menjelaskan (i) konsep-konsep dan prinsip-prinsip akuntansi keuangan seperti definisi,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan dengan IFRS (International Financial Reporting Standard).

Lebih terperinci

ARTIKEL ANALISIS PENERAPAN PSAK 48 (REVISI 2014) ATAS PENURUNAN NILAI ASET TETAP BANGUNAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK

ARTIKEL ANALISIS PENERAPAN PSAK 48 (REVISI 2014) ATAS PENURUNAN NILAI ASET TETAP BANGUNAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK ARTIKEL ANALISIS PENERAPAN (REVISI 2014) ATAS PENURUNAN NILAI ASET TETAP BANGUNAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK Oleh: FITRIA WIJAYANTI 13.1.02.01.0022 Dibimbing oleh : 1. Drs. Ec. Sugeng, Ak., M.M., M.Ak.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama suatu perusahaan yaitu memperoleh pengembalian yang maksimal atas dana yang ditanamkan pemilik dalam perusahaan. Dana tersebut akan dinvestasikan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan di dalam perusahaan merupakan salah satu sumber informasi penting yang dibutuhkan oleh para stakeholders

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan dilaksanakannya program konvergensi

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PSAK NO. 19 TENTANG ASET TAKBERWUJUDPADA PT INDUSTRI KERETAAPI (PERSERO) KOTA MADIUN SKRIPSI

EVALUASI PENERAPAN PSAK NO. 19 TENTANG ASET TAKBERWUJUDPADA PT INDUSTRI KERETAAPI (PERSERO) KOTA MADIUN SKRIPSI EVALUASI PENERAPAN PSAK NO. 19 TENTANG ASET TAKBERWUJUDPADA PT INDUSTRI KERETAAPI (PERSERO) KOTA MADIUN SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Ekonomi Oleh: DIYA NUR ARIYANI

Lebih terperinci

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan IAS 18 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates, and Error Dwi Martani Latar Belakang o Tujuan o Menentukan kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan informasi keuangan dapat dilakukan melalui laporan keuangan yang sangat bermanfaat bagi pemangku kepentingan yang terdiri dari pihak ekstern dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai penerapan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap pada perusahaan

Lebih terperinci

Accounting Standards Update

Accounting Standards Update Accounting Standards Update Dalam edisi ini: 1. PSAK 19 (Revisi 2010): Akuntansi Aset Takberwujud 2. PSAK 48 (Revisi 2009): Akuntansi Penurunan Nilai Aset 3. PSAK 58 (Revisi 2009): Akuntansi Aset Tidak

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF KEBIJAKAN AKUNTANSI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN GLOBAL

ANALISIS KOMPARATIF KEBIJAKAN AKUNTANSI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN GLOBAL ANALISIS KOMPARATIF KEBIJAKAN AKUNTANSI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN GLOBAL DISUSUN OLEH : DANNISA APRILIA 21211733 Latar Belakang Arus perkembangan informasi yang

Lebih terperinci

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR PELAPORAN PSAK DAN STANDAR PELAPORAN IFRS PADA PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK. NAMA : MELISA MARIA NPM : 24212545 JURUSAN : AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya disajikan dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE

ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE ANALISIS PENERAPAN PSAK 34 (REVISI 2010) PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI. STUDI KASUS PADA PT WISE MEGA AYU KARTIKA Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon jeruk Raya No 27, Telp: (021) 53696969 Email: megaayu.kartika@yahoo.com

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA Agenda 1. 2. 3. 4. Perkembangan Standar ISAK 29 Pengupasan Tanah PSAK Terkait Diskusi PSAK Pertambangan Umum Tidak ada standar akuntansi khusus industri pertambangan

Lebih terperinci

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASI Per (Tidak Diaudit) ASET 31 Desember 2010 ASET LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Piutang Lainlain Pihak Ketiga Persediaan Bersih Biaya Dibayar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi. Investasi pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi. Investasi pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu aset atau lebih selama jangka waktu tertentu dengan harapan memperoleh pendapatan atau peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENCABUTAN PSAK 27 TERHADAP PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN INDUSTRI KOPERASI (STUDI KASUS: KOPERASI KARYAWAN PT. ADIS)

PENGARUH PENCABUTAN PSAK 27 TERHADAP PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN INDUSTRI KOPERASI (STUDI KASUS: KOPERASI KARYAWAN PT. ADIS) PENGARUH PENCABUTAN PSAK 27 TERHADAP PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN INDUSTRI KOPERASI (STUDI KASUS: KOPERASI KARYAWAN PT. ADIS) Ruri Destianty Piliang, Stefanus Ariyanto Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon

Lebih terperinci

GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP)

GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP) Nama / Kode Mata Kuliah: Akuntansi Keuangan I / Semester/ SKS : Semester 3/ 3 kredit Mata Kuliah Prasyarat: Akuntansi Pengantar II Kompetensi Sasaran : GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP) Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. Singapura pada tahun Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada tahun 1992.

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 13 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. Pajak dalam LK Pajak dan Akuntansi Akt.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standard Board (IASB). Menurut penelitian

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standard Board (IASB). Menurut penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, arus globalisasi yang berkembang pesat membuat negaranegara di dunia khususnya di Indonesia terus berupaya untuk memperbaiki standar laporan keuangannya.

Lebih terperinci

Pendapatan Kontrak Konstruksi PSAK 34. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Pendapatan Kontrak Konstruksi PSAK 34. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Pendapatan Kontrak Konstruksi PSAK 34 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 Metode presentase penyelesaian untuk kontrak jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan rangkuman kinerja perusahaan untuk melaporkan setiap aktivitas yang dilakukan, mulai dari aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan.

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-11 Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai Arumsarri, Yoshe STIE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat bagi investor untuk mengetahui kondisi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu laporan keuangan juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh investor untuk melihat dan menilai kinerja suatu perusahaan apakah perusahaan tersebut

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas bisnis harus melaporkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laporan tersebut merupakan sebuah laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Return On Assets (ROA),

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Return On Assets (ROA), BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Return On Assets (ROA), ukuarn perusahaan, jenis industri dan likuiditas terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.

Lebih terperinci

Dalam Ekonomi Hiperinflasi

Dalam Ekonomi Hiperinflasi ED PSAK No. Agustus 0 exposure draft Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Pelaporan Keuangan Dalam Ekonomi Hiperinflasi Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan bahwa: Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan 1. Current Ratio secara parsial berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen

Lebih terperinci

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP Nia Herlina Program Studi Akuntansi STIE STEMBI, niaherlina01@gmail.com Abstrak Tujuan_Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Standar

Lebih terperinci

DAFTAR ACUAN. Diakses pada

DAFTAR ACUAN.  Diakses pada DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Pasar Modal. (2002). Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. http://www.iapi.or.id/member_area/plk/industri%20perkebunan.pdf. Diakses

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41 ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41 Vera Indrianti, Stefanus Ariyanto Binus University, Jalan Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya globalisasi mengakibatkan semakin berkembangnya transaksi bisnis lintas negara dan arus modal investasi. Perusahaan harus mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diversifikasi merupakan bentuk pengembangan usaha yang dilakukan perusahaan dengan cara memperluas jumlah segmen usaha maupun segmen geografis, memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Dalam rangka menyelaraskan standar akuntansi keuangan khususnya untuk perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan market discipline, Bank Indonesia berinisiatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan properti cukup berkembang pesat di beberapa negara. Pasar properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan yang mengelola faktor-faktor produksi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan yang mengelola faktor-faktor produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan yang mengelola faktor-faktor produksi seperti alam, tenaga kerja, modal, dan keahlian (entrepreneurship) untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis pada bab pembahasan yang dilakukan, penulis menarik beberapa kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan

Lebih terperinci

PELATIHAN MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SEDERHANA. Disusun Oleh:

PELATIHAN MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SEDERHANA. Disusun Oleh: Hibah Penugasan Perjanjian No: III/LPPM/2016-03/48-PMP PELATIHAN MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SEDERHANA Disusun Oleh: Elsje Kosasih, Dra., M.Sc., Ak. Felisia, SE., M.Ak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. baik organisasi profit maupun non profit untuk menghasilkan informasi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. baik organisasi profit maupun non profit untuk menghasilkan informasi yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan mengenai transaksi (kejadian ekonomi dan keuangan) suatu organisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha yang semakin ketat dan kompetitif perlu diiringi dengan suatu pemikiran yang kritis dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awalnya Indonesia memakai standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Financial Accounting Standards Board s (FASB). Hal itu mengalami perubahan sejak tahun 1994,

Lebih terperinci

: HERU WIDYANTO NPM : PEMBIMBING : Dr. SIGIT SUKMONO, SE,. MMSI.,

: HERU WIDYANTO NPM : PEMBIMBING : Dr. SIGIT SUKMONO, SE,. MMSI., ANALISIS PERBANDINGAN KUALITAS LABA LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI PSAK BERBASIS IFRS REVISI 2010 DAN 2015 PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO, TBK NAMA : HERU WIDYANTO NPM : 23212456

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian perdagangan bebas seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), kemudian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) serta Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian perdagangan bebas seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), kemudian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) serta Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat. Selain harus bersaing di pasar lokal, pelaku bisnis Indonesia harus bersaing dengan pasar internasional,

Lebih terperinci

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER SEMESTER GENAP PERIODE : JANUARI JUNI 2018

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER SEMESTER GENAP PERIODE : JANUARI JUNI 2018 SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SATU SEMESTER SEMESTER GENAP 2017 2018 PERIODE : JANUARI JUNI 2018 1. Kelompok Mata Kuliah : Akuntansi 2. Nama Mata Kuliah : Pengantar Akuntansi 2 3. Kode Mata Kuliah : EKO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS) menjadi topik yang hangat di tanah air. Pertemuan G-20 tahun 2008 di Washington (USA) menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di setiap negara, penyusunan laporan keuangan memiliki standar dan tahapan yang berbeda-beda. Standar dan tahapan tersebut ditentukan oleh kalangan profesi yang bergabung

Lebih terperinci

22/02/2018. Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA, CPSAK

22/02/2018. Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA, CPSAK Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA, CPSAK 1 Latar Belakang Tujuan Menentukan kriteria dalam pemilihan dan perubahan kebijakan akuntansi. Perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas: Perubahan kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS DENGAN. KONVERGENSI IFRS PADA PT INDOSAT Tbk PERIODE NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS DENGAN. KONVERGENSI IFRS PADA PT INDOSAT Tbk PERIODE NASKAH PUBLIKASI ANALISIS TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS DENGAN KONVERGENSI IFRS PADA PT INDOSAT Tbk PERIODE 2011-2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN SAK ETAP PADA PT AMAN INVESTAMA PERIODE

ANALISA PENERAPAN SAK ETAP PADA PT AMAN INVESTAMA PERIODE ANALISA PENERAPAN SAK ETAP PADA PT AMAN INVESTAMA PERIODE 2010-2011 Taryani Universitas Bina Nusantara Jalan Salam 3 No. 38-39, Sukabumi Utara - Jakarta Barat 11540 085775961936 taryanicandra@yahoo.com

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN Akuntansi Keuangan Menengah 1 (AKK 201)

KONTRAK PERKULIAHAN Akuntansi Keuangan Menengah 1 (AKK 201) KONTRAK PERKULIAHAN Akuntansi Menengah 1 (AKK 201) Pengajar : 1. M. Suyunus, Dr.,SE.,MAFIS.,Ak. 2. Widi Hidayat, Dr.,SE.,M.Si.,Ak 3. Soegeng Soetedjo,Prof.,Dr.,SE.,Ak 4. Agus Widodo M., Drs.,M.Si.,Ak.,CMA

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dengan tujuan mengembangkan perusahaannya. Perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun dengan tujuan mengembangkan perusahaannya. Perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan dana yang cukup bagi industri memegang peranan yang penting dalam kelangsungan hidup perusahaan karena dana merupakan motor penggerak industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konvergensi PSAK dengan IFRS/IAS merupakan salah satu komitmen dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International Federation of Accountants

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di suatu negara selalu dikaitkan dengan keberhasilan pengusaha-pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya. Dalam upaya pengembangan bisnis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 1. Menurut PSAK 1 (IAI, 2002 : par 47) Laporan keuangan adalah Laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang tujuan kegiatannya dijalankan adalah untuk menambah kekayaan pemilik melalui keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah media yang dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak manajemen dengan para pihak berkepentingan (Margaretta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsistensi, relevansi, dan keseragaman agar dapat diperbandingkan. dengan laporan keuangan perusahaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. konsistensi, relevansi, dan keseragaman agar dapat diperbandingkan. dengan laporan keuangan perusahaan lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahanperubahannya, serta hasil yang dicapai

Lebih terperinci

PSAK NO. 52 - MATA UANG PELAPORAN SEBUAH CONTOH PENERAPAN

PSAK NO. 52 - MATA UANG PELAPORAN SEBUAH CONTOH PENERAPAN 16 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 16-27 PSAK NO. 52 - MATA UANG PELAPORAN SEBUAH CONTOH PENERAPAN Y. Jogi Christiawan Dosen Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis dalam upaya untuk melakukan analisis posisi keuangan PT K untuk mengidentifikasi penghindaran

Lebih terperinci

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows Presented by: Dwi Martani LAPORAN ARUS KAS Informasi arus kas entitas berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan entias dalam menghasilkan kas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media penghubung antara manajemen perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari laporan keuangan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan perlu mengetahui perkembangan kegiatan usahanya dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu mengetahui

Lebih terperinci

PSAK NO. 48 PENURUNAN NILAI ASET

PSAK NO. 48 PENURUNAN NILAI ASET RANGKUMAN MATA KULIAH PRAKTIKUM PEMERIKSAAN AKUNTANSI (AUDIT) Nama : Santi Andriyani Dosen : Sugiharto, SE.,MSA.,Ak.,CA NIM/Kelas : 1233025 / 5A MK : AUDIT Jurusan : Komputerisasi Akuntansi Tanggal : 16

Lebih terperinci