BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada Dalam bab ini, dilakukan analisis dengan membandingkan standar standar akuntansi yang ada di Indonesia sesuai dengan bidang agribisnis, yaitu IAS 41: Agriculture, BUMN, dan Bapepam. Analisis dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan berdasarkan aset biolojik yang ada pada perusahaan. Aset biolojik tersebut kemudian akan dibahas lebih mendalam pada saat pembibitan tanaman kelapa sawit, tanaman belum menghasilkan, dan tanaman telah menghasilkan. Masing masing dari tahapan tersebut memiliki perlakuan akuntansi yang berbeda beda untuk setiap standar akuntansi. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan data yang ada pada Perseroan untuk dibandingkan sesuai dengan ketiga standar akuntansi yang telah disebutkan di atas. 4.2 Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap Aset Biolojik Menurut Kebijaksanaan Perseroan Tabel 4.1 Uraian Luas Tahun Tanam Kelapa Sawit Uraian Luas Lahan (ha) Tahun Tanam Tahun Tanam ,000 Tahun Tanam ,000 Total 2,850

2 Total 2008 (ha) I Biaya II Biaya III Biaya IV Biaya Total Biaya Pembukaan Lahan Rp 1,994, Rp 1,574,703 Rp 3,569,327 Pembibitan Rp 1,395, Rp 1,101,463 Rp 2,469,649 Persiapan dan Penanaman Rp 912, Rp 720,521 Rp 1,633,180 Kelapa Sawit Penanaman Kacangan Rp 756, Rp 604,487 Rp 1,370,170 TBM 1 TBM 2 TBM 3 TOTAL BIAYA Rp 9,069,326 Tabel 4.2 Perhitungan Tanaman Belum Menghasilkan Tahun Tanam 2008 (Rp.000) 37

3 Total 2009 (ha) I Biaya II Biaya III Biaya IV Biaya Total Biaya Pembukaan Lahan Rp 1,469, Rp 1,469, Rp 1,469,723 Rp 4,409,169 Pembibitan Rp 1,028, Rp 1,028, Rp 1,028,032 Rp 3,084,096 Persiapan dan Penanaman Rp 1,008, Rp 1,008,729 Rp 2,017,458 Kelapa Sawit Penanaman Kacangan Rp 846, Rp 846,282 Rp 1,692,564 TBM Rp 1,068, Rp 1,068, Rp 1,068, Rp 1,068,767 Rp 4,275,069 TBM 2 TBM 3 TOTAL BIAYA Rp 15,478,354 Tabel 4.3 Perhitungan Tanaman Belum Menghasilkan Tahun Tanam 2009 (Rp.000)

4 Total 2010 (ha) I Biaya II Biaya III Biaya IV Biaya Total Biaya Pembukaan Lahan Rp 1,157, Rp 1,157, Rp 1,157, Rp 1,157,407 Rp 4,629,628 Pembibitan Rp 809, Rp 809, Rp 809, Rp 809,575 Rp 3,238,300 Persiapan dan Penanaman Rp 706, Rp 706, Rp 706,110 Rp 2,118,330 Kelapa Sawit Penanaman Kacangan Rp 592, Rp 592, Rp 592,397 Rp 1,777,191 TBM Rp 1,320, Rp 1,320, Rp 1,320, Rp 1,320,242 Rp 5,280,967 TBM Rp 1,325, Rp 1,325, Rp 1,325, Rp 1,325,060 Rp 5,300,240 TBM 3 TOTAL BIAYA Rp 22,344,657 Tabel 4.4 Perhitungan Tanaman Belum Menghasilkan Tahun Tanam 2010 (Rp.000) 39

5 4.2.1 Pengakuan Melihat dari tabel perhitungan tanaman baru menghasilkan yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa Perseroan mengakui adanya tiga pos tanaman kelapa sawit, yaitu bibit tanaman kelapa sawit, tanaman belum menghasilkan, dan tanaman telah menghasilkan. Pembibitan dimasukkan sebagai dalam perhitungan biaya tanaman belum menghasilkan Pengukuran Perseroan menggunakan biaya historis sebagai alat untuk mengukur nilai aset tanaman kelapa sawit. Pengukuran ini bersifat reliable karena mencerminkan nilai yang sebenarnya (objective). Amortisasi tanaman dilakukan setelah tanaman memasuki kondisi menghasilkan selama umur ekonomis tanaman, yaitu 25 tahun. Berikut adalah perincian biaya yang terkait terhadap perhitungan yang dilakukan pada tabel di atas : Biaya Pembukaan Lahan = Rp 5,677,380/ha Biaya ini sudah termasuk biaya tenaga kerja dan biaya bahan serta alat, seperti babat pendahuluan, menumbang pohon, perun awal, dst. Pembukaan lahan Perseroan berasal dari Hutan Primer, Hutan Sekunder, Semak Belukar, dan Ilalang. Biaya Pembibitan = Rp 2,937,230/ha Biaya ini sudah termasuk biaya tenaga kerja dan biaya bahan serta alat, seperti membuat bedengan, membuat peneduh, pemupukan, pancang, gembor, dll. Biaya Persiapan dan Penanaman Kelapa Sawit = Rp 1,611,970/ha 40

6 Biaya ini sudah termasuk biaya tenaga kerja dan biaya bahan serta alat, seperti survei lapangan, memupuk tanaman, mandor, peralatan ringan, dll. Biaya Penanaman Kacangan = Rp 1,921,390/ha Pengelompokkan biaya ini memiliki komponen kompenen biaya yang sama dengan biaya penanaman kacangan, dimana seluruh biaya sudah termasuk biaya tenaga kerja dan biaya bahan serta alat, seperti survei lapangan, memupuk tanaman, mandor, peralatan ringan, dll. Biaya Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan I = Rp 4,789,.990/ha Biaya Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan II = Rp 5,655,850/ha Biaya Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan III = Rp 5,346,480/ha Seluruh biaya pada tanaman belum menghasilkan terdiri dari komponen biaya yang sama, yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan serta alat, seperti perawatan jalan dan parit, penyisipan, sensus tanaman, dll. Biaya Tanaman Menghasilkan = Rp 4,772,370/ha Biaya ini sudah termasuk biaya tenaga kerja dan biaya bahan serta alat untuk memelihara tanaman telah menghasilkan, seperti perawatan jalan dan parit, memupuk tanaman, katrasi, pestisida/insektisida, dll. Tanaman menghasilkan berumur bulan sejak ditanam dan mulai menghasilkan, direklasifikasi sebesar biaya perolehan TBM, yaitu biaya pemeliharaan TBM dan alokasi biaya tidak langsung. Tanaman menghasilkan ini setiap tahun disusutkan/deplesi. Biaya tanaman yang sudah menghasilkan dicatat sebagai aktiva dan disusutkan/diamortisasi sesuai dengan nilai ekonomisnya. Biaya operasional tanaman yang sudah menghasilkan meliputi biaya pemeliharaan tanaman dan biaya panen, biaya biaya ini merupakan komponen harga produksi TBS. 41

7 Tabel 4.5 Pengukuran Aset Biolojik Menurut Kebijakan Perseroan 2011 (Rp.000) 2012 (Rp.000) Keterangan 1 Harga Perolehan Awal Tahun Tanam 2008 Rp 18,644,635 Rp 23,905,471 Tahun Tanam 2009 Rp 16,484,252 Rp 23,031,608 Tahun Tanam 2010 Rp 11,763,450 Rp 17,308,465 Total Rp 46,892,337 Rp 64,245,544 2 Penambahan Aktiva Tahun Tanam 2008 Rp 5,260,836 Rp - Tahun Tanam 2009 Rp 6,547,356 Rp 6,498,680 Tahun Tanam 2010 Rp 5,545,015 Rp 6,874,724 Total Rp 17,353,207 Rp 13,373,404 3 Harga Perolehan Akhir Tahun Tanam 2008 Rp 23,905,471 Rp 23,905,471 Tahun Tanam 2009 Rp 23,031,608 Rp 29,530,288 Tahun Tanam 2010 Rp 17,308,465 Rp 24,183,189 Total Rp 64,245,544 Rp 77,618,948 4 Depresiasi dan Amortisasi Tahun Tanam 2008 Rp - Rp 956,219 Tahun Tanam 2009 Rp - Rp - Tahun Tanam 2010 Rp - Rp - Total Rp - Rp 956,219 5 Akumulasi Depresiasi dan Amortisasi Tahun Tanam 2008 Rp - Rp 956,219 Tahun Tanam 2009 Rp - Rp - Tahun Tanam 2010 Rp - Rp - Total Rp - Rp 956,219 6 Nilai Buku Tahun Tanam 2008 Rp 23,905,471 Rp 22,949,252 Tahun Tanam 2009 Rp 23,031,608 Rp 29,530,288 Tahun Tanam 2010 Rp 17,308,465 Rp 24,183,189 Total Rp 64,245,544 Rp 76,662,729 42

8 4.2.3 Penyajian dan Pengungkapan Perseroan menyajikan aset tanaman kelapa sawit di dalam Laporan Posisi Keuangan kelompok Aset Lancar dengan akun Aktiva Tanaman, dimana termasuk di dalamnya pembibitan, tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan yang disajikan dalam kesatuan nilai atau tidak dipisahkan. Tabel 4.6 Penyajian Aset Biolojik Menurut Kebijakan Perseroan 2011 (Rp.000) 2012 (Rp.000) Aktiva Tanaman Harga Perolehan Rp 64,245,545 Rp 77,618,948 Akumulasi Amortisasi Rp - Rp (956,219) Total Nilai Aset Biolojik Rp 64,245,545 Rp 76,662, Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap Aset Biolojik pada PT Kelantan Sakti Menurut IAS 41: Agriculture Pembahasan IAS 41: Agriculture berikut dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu pembibitan, tanaman belum menghasilkan, dan tanaman telah menghasilkan sesuai dengan perlakuan akuntansinya. Berikut adalah detail perlakuan akuntansi terhadap aset biolojik Perseroan menggunakan standar IAS 41: Agriculture. 43

9 4.3.1 Pengakuan Suatu entitas mengakui aset biolojik hanya ketika aset biolojik tersebut sebagai akibat peristiwa masa lalu, dan besar kemungkinan akan memberikan manfaat ekonomi masa depan, serta nilai wajar dapat diukur secara handal. Perolehan pembibitan menurut IAS 41: Agriculture diakui dengan dua cara, yaitu bibit yang diperoleh dengan cara membeli dari supplier dan pembibitan sendiri yang dilakukan oleh perusahaan. Bibit yang ditanam tersebut memerlukan waktu kurang lebih 12 bulan untuk siap ditanam dan sampai pada tahap tanaman belum menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan ini dikategorikan sebagai tanaman baru yang sudah tumbuh dengan baik di lapangan dan statusnya ditetapkan telah memasuki masa TBM, yaitu apabila terdapat pertumbuhan selama 3 4 tahun untuk bisa dikonversikan menjadi tanaman menghasilkan yang dapat dipanen produk agrikulturnya. Penghentian pengakuan aset tanaman biolojik ini dihentikan apabila tanaman ditebang atau diganti dengan tanaman lainnya. Apabila Perseroan mengacu pada standar IAS 41: Agriculture, Perseroan harus mengakui adanya bibit tanaman kelapa sawit, tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Dimana perolehan pembibitan tanaman kelapa sawit Perseroan diakui dengan membeli bibit tanaman dari supplier Pengukuran Menurut IAS 41: Agriculture aset biolojik diukur pada saat pengakuan awal atas aset dan setiap tanggal neraca sebesar nilai wajar dikurangi dengan biaya pada saat titik penjualan (point of sell). Point of sell adalah biaya langsung yang terkait dengan penjualan aset biolojik tersebut, tidak termasuk biaya keuangan dan pajak 44

10 penghasilan. Penentuan nilai wajar dapat ditentukan dari pasar aktif, apabila tidak terdapat pasar aktif, penentuan menggunakan pendekatan harga pasar transaksi terbaru, asalkan belum ada perubahan yang signifikan dalam keadaan ekonomi antara tanggal transaksi dan periode akhir pelaporan. Pendekatan lain yang bisa dilakukan untuk menentukan nilai wajar adalah harga pasar untuk aset serupa dengan penyesuaian dan benchmark, seperti nilai kebun yang dinyatakan per hektar, dan nilai ternak yang dinyatakan per kilogram. Jika dengan metode metode di atas ternyata fair value tidak dapat diketahui, maka entitas dapat mengukur nilai aset dengan metode discounted cash flow atau cost method, yaitu mengurangi nilai biaya yang telah dikeluarkan dikurangi dengan akumulasi depresiasi. Di akhir periode, keuntungan atau kerugian yang terjadi akibat perubahan nilai wajar ini harus diakui pada laporan laba rugi perusahaan. Pengukuran bibit kelapa sawit menggunakan IAS 41: Agriculture hanya dapat dilakukan bila perusahaan membeli bibit dari supplier, karena perlakuan akuntansi untuk bibit yang dikembangkan sendiri belum diakomodir secara utuh dalam IAS 41: Agriculture. Bibit yang dibeli dari supplier dapat diukur dengan metode pendekatan biaya (cost approach) dimana cost tersebut dapat diukur pada initial recognition-nya. Sedangkan bibit yang dikembangkan sendiri tidak dapat diukur dengan fair value secara handal dikarenakan perusahaan yang mengembangkan bibit sendiri tidak akan menjual bibit unggulan temuannya sendiri kepada publik, terutama kompetitor, sehingga tidak ditemukan pasar aktif untuk mempertemukan penjual dan pembeli untuk menentukan nilai wajar. Maka dari itu, pengukuran initial cost bibit kelapa sawit yang dibeli di supplier dapat diukur berdasarkan harga pasar aset serupa. Akan tetapi pengukuran ini agaknya kurang mengakomodir untuk pengakuan biaya 45

11 selanjutnya dari pemeliharaan bibit sampai siap untuk ditanam menjadi TBM karena bibit kelapa sawit tidak mengalami penyusutan, sedangkan pengukuran harus dikurangi dengan akumulasi depresiasi. Pengukuran aset biolojik Perseroan dengan IAS 41: Agriculture menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) dihitung dengan cara present value dari expected net inflow dari tanaman perkebunan yang diperoleh dari ekspektasi harga Tandan Buah Segar (TBS) yang didiskontokan dengan tingkat bunga pasar sebesar 13,5% sebelum pajak. Selisih dari perubahan nilai wajar ini yang akan diakui sebagai keuntungan atau kerugian yang akan diungkapkan di dalam laporan laba rugi. Tabel 4.7 Pengukuran Aset Biolojik Menurut IAS 41: Agriculture tahun 2011 TBM 1 1,000 ha x Rp 55,062,373,000 = Rp 37,658,874,731 TBM 2 1,000 ha x Rp 18,772,683,000 = Rp 14,572,801,572 TBM ha x Rp 5,351,081,000 = Rp 4,714,302,361 Total = Rp 56,945,978,663 Dibandingkan dengan biaya Rp 64,245,544,000. Biaya lebih besar, menyebabkan adanya impairment loss dan penyesuaian dimana selisih dari biaya adalah Rp 7,299,565,337. Tabel 4.8 Pengukuran Aset Biolojik Menurut IAS 41: Agriculture tahun 2012 TBM 2 1,000 ha x Rp 55,062,373,000 = Rp 42,743,652,349 TBM 3 1,000 ha x Rp 18,772,683,000 = Rp 12,839,223,574 TM ha x Rp 10,200,000,000 = Rp 8,986,200,000 Total = Rp 64,569,075,923 46

12 Dibandingkan dengan biaya Rp 76,662,729,000. Biaya lebih besar, menyebabkan adanya impairment loss dan penyesuaian dimana selisih dari biaya adalah Rp 12,093,653,077. Perhitungan di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan angka yang dihasilkan dengan pengukuran yang dilakukan oleh Perseroan. Adanya selisih dianggap sebagai pernurunan nilai akibat perubahan fair value. IAS 41: Agriculture mengatur bahwa setiap penurunan nilai akibat perubahan fair value, harus diakui sebagai kerugian di laporan laba rugi komprehensif pada periode terjadinya. Dalam studi kasus ini cost to sell diasumsikan nol (0), hal ini dikarenakan produksi TBS yang dihasilkan tidak dijual ke pihak ketiga, melainkan dipakai sendiri untuk proses lebih lanjut, yaitu CPO dan kernel. Maka dari itu tidak ada biaya untuk menjual. Tabel 4.9 Perhitungan Tandan Buah Segar 2012 Tandan buah segar yang dihasilkan = 5,270,000 ton x Rp 1, = Rp 5,351,081, Penyajian dan Pengungkapan IAS 41: Agriculture mensyaratkan bahwa nilai tercatat dari aset biolojik harus disajikan terpisah dengan aset lainnya dalam laporan posisi keuangan. Sifat dan tahap produksi (tanaman belum menghasilkan sampai dengan tanaman telah menghasilkan buah tandan segar) dari aset biolojik tersebut juga harus dideskripsikan di dalam catatan atas laporan keuangan. Hal ini berguna untuk menambah wawasan para pembaca laporan keuangan tentang arus kas masa depan terhadap aset biolojik 47

13 tersebut. Selain itu, entitas juga dianjurkan untuk menyediakan deskripsi mengenai setiap kelompok aset biolojik, yaitu consumable dan bearer biological assets. Seluruh keuntungan dan kerugian yang dialami dari perubahan nilai wajar dari penilaian aset biolojik atau produk agrikultur yang dihasilkan pada saat panen juga harus dimunculkan dan disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif, termasuk juga metode dan asumsi yang digunakan dalam menentukan nilai wajar harus diungkapkan. IAS 41: Agriculture membedakan penyajian aset biolojik menjadi dua yaitu, tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Jadi, tidak ada pos khusus untuk bibit tanaman kelapa sawit. Bibit tanaman kelapa sawit dikategorikan tergabung dalam tanaman belum menghasilkan pada penyajian di dalam laporan keuangan. Tabel 4.10 Penyajian Aset Biolojik Menurut IAS 41: Agriculture (Rp. 000) (Rp. 000) ASET TIDAK LANCAR Tanaman menghasilkan Rp - Rp ,14 Tanaman belum menghasilkan Rp Rp Total Nilai Wajar Aset Biolojik Rp Rp

14 Tabel 4.11 Laporan Laba Rugi Komprehensif Perseroan Tahun 2011 dan 2012 Sebelum dan Sesudah Menggunakan IAS 41: Agriculture. PT KELANTAN SAKTI LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain (Rp.000) Keterangan Sebelum Sesudah PENJUALAN TBS Rp - Rp 5,351,081 CPO Rp - Rp - Kernel Rp - Rp - TOTAL Rp - Rp 5,351,081 BEBAN POKOK PENJUALAN Rp - Rp (5,515,869) KERUGIAN AKIBAT Rp (7,299,565,337) PERUBAHAN Rp - NILAI WAJAR ASET BIOLOJIK LABA (RUGI) KOTOR Rp - Rp (7,299,730,125) BEBAN OPERASIONAL Beban Pemasaran Rp - Rp - Beban Adm. & Umum Rp (1,067,991) Rp (1,067,991) TOTAL Rp (1,067,991) Rp (1,067,991) LABA (RUGI) OPERASI EBITDA Rp (1,067,991) Rp (7,300,798,116) BEBAN PENYUSUTAN & AMORTISASI Rp (1,764,536) Rp (1,764,536) PENDAPATAN (BEBAN) LAIN- LAIN Pendapatan / (Beban) Lain-lain Rp - Rp - Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Non Tanaman Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Tanaman Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Pabrik 49

15 Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Refinancing Beban Bunga IDC - Non Tanaman Rp - Rp - Beban Bunga IDC - Tanaman Rp - Rp - Beban Bunga IDC - Pabrik Rp - Rp - Beban Bunga IDC - Refinancing Rp - Rp - Beban Bunga Kredit Modal Kerja Rp - Rp - Beban Provisi Bank Rp (114,421) Rp (114,421) TOTAL Rp (114,421) Rp (114,421) LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK Rp (2,946,948) Rp (7,302,677,073) TAX Rp - Rp - LABA (RUGI) BERSIH Rp (2,946,948) Rp (7,302,677,073) SALDO LABA (RUGI) AWAL TAHUN Rp (4,514,905) Rp (4,514,905) SALDO LABA (RUGI) AKHIR TAHUN Rp (7,461,853) Rp (7,307,191,978) 50

16 PT KELANTAN SAKTI LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain (Rp.000) Keterangan Sebelum Sesudah PENJUALAN TBS Rp 5,351,081 Rp 5,351,081 CPO Rp - Rp - Kernel Rp - Rp - TOTAL Rp 5,351,081 Rp 5,351,081 BEBAN POKOK PENJUALAN Rp (5,515,869) Rp (5,515,869) KERUGIAN AKIBAT PERUBAHAN Rp - Rp (12,093,653,077) NILAI WAJAR ASET BIOLOJIK LABA (RUGI) KOTOR Rp (164,789) Rp (12,093,817,865) BEBAN OPERASIONAL Beban Pemasaran Rp (147,155) Rp (147,155) Beban Adm. & Umum Rp (1,566,737) Rp (1,566,737) TOTAL Rp (1,713,892) Rp (1,713,892) LABA (RUGI) OPERASI - EBITDA Rp (1,878,681) Rp (12,095,531,757) BEBAN PENYUSUTAN & AMORTISASI Rp (2,720,755) Rp (2,720,755) PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN Pendapatan / (Beban) Lain-lain Rp - Rp - Beban Bunga Kredit Investasi - Rp (1,606,893) Rp (1,606,893) Non Tanaman Beban Bunga Kredit Investasi - Rp (2,087,580) Rp (2,087,580) Tanaman Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Pabrik Beban Bunga Kredit Investasi - Rp - Rp - Refinancing Beban Bunga IDC - Non Tanaman Rp (345,045) Rp (345,045) Beban Bunga IDC - Tanaman Rp (409,704) Rp (409,704) Beban Bunga IDC - Pabrik Rp - Rp - Beban Bunga IDC - Refinancing Rp - Rp - Beban Bunga Kredit Modal Kerja Rp - Rp - 51

17 Beban Provisi Bank Rp (169,739) Rp (169,739) TOTAL Rp (4,618,961) Rp (4,618,961) LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK Rp (9,218,397) Rp (12,102,871,473) TAX Rp - Rp - LABA (RUGI) BERSIH Rp (9,218,397) Rp (12,102,871,473) SALDO LABA (RUGI) AWAL TAHUN Rp (7,461,853) Rp (7,307,027,190) SALDO LABA (RUGI) AKHIR TAHUN Rp (16,680,250) Rp (19,409,898,663) Seperti yang diatur dalam IAS 41: Agriculture, kerugian yang muncul dari selisih penilaian wajar ini harus dimasukkan ke dalam laporan laba rugi Perseroan pada saat terjadinya. Begitu juga sebalikanya, apabila ada keuntungan karena selisih penilaian wajar harus dimasukkan ke dalam laporan keuangan, hal ini akan berdampak signifikan terhadap income Perseroan, karena profit before tax Perseroan menjadi lebih besar. Keuntungan ini nantinya juga akan menambah profit yang dimiliki Perseroan. Ketika ada keuntungan selisih nilai wajar, Perseroan harus melaporkan profit sebelum pajak yang lebih besar, yang akan menyebabkan pajak yang lebih besar juga. Begitu juga sebaliknya apabila Perseroan mengalami kerugian atas perubahan nilai wajar. Hal ini diungkapkan dalam UU Pajak Penghasilan Indonesia yaitu UU Nomor pasal 4 ayat 1, keuntungan atas penilaian kembali aktiva merupakan objek pajak. Hal ini juga didukung dengan adaya Keputusan Menteri Keuangan Nomor PMK 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan. Keputusan ini menjelaskan bahwa keuntungan atas 52

18 penilaian kembali aktiva dikenakan pajak final sebesar 10%. Penilaian kembali aset ini dapat dikatakan menguntungkan apabila yang dinilai kembali adalah aset yang dapat didepresiasikan, karena walaupun terdapat penambahan dari pajak yang harus dibayarkan, hal ini juga diiringi dengan adanya penambahan dari sisi pengurang yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak Perseroan. 4.4 Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap Aset Biolojik pada PT Kelantan Sakti Menurut BUMN Menurut BUMN, tanaman kelapa sawit digolongkan dalam aset tanaman tahunan yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM) Pengakuan Untuk menjadi aset tanaman tahunan diperlukan proses, proses tersebut terdiri dari dua, yaitu : 1. Dari pembibitan sampai dengan menjadi tanaman telah menghasilkan (proses dari TBM menjadi TM); 2. Dari tanaman menghasilkan sampai dengan dihentikan pengakuannya, misalnya ditebang atau diganti dengan tanaman lain. Dalam pedoman BUMN, Perseroan harus mengakui adanya pembibitan sebagai bagian dari pos tanaman belum menghasilkan. Setelah tanaman dapat menghasilkan, tanaman diakui menjadi pos tanaman telah menghasilkan sampai dihentikan pengakuannya Pengukuran 53

19 Untuk pengukuran setelah pengakuan awal, pedoman ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan akuntansinya. Pos tanaman belum menghasilkan diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai, sedangkan pos tanaman menghasilkan diukur pada biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Jadi, penyusutan aset tanaman dimulai ketika TBM direklasifikasi ke TM. Penyusutan ini diakui sebagai beban produksi atau penambah biaya perolehan persediaan yang dihasilkan, dan akumulasi penyusutan disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya. Penyusutan tanaman kelapa sawit menurut BUMN dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) dengan taksiran umur manfaat (setelah menjadi TM) selama 25 tahun. Jumlah yang disusutkan yaitu biaya perolehan dikurangi dengan nilai residu. Pedoman ini mengatakan bahwa entitas dapat mengubah metode penyusutan dan/atau menggunakan umur manfaat yang berbeda sesuai dengan taksiran manajemen. Adapun biaya biaya yang terkait dengan aset tanaman tahunan yang menjadi dasar pengukuran diatas. Berikut adalah sebagian rincian biaya biaya tersebut berdasarkan prosesnya. Biaya yang diakui sebagai bagian dari TBM (biaya perolehan awal), yaitu : a. Biaya input, adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang dikeluarkan oleh entitas sampai dengan bibit siap tanam. b. Biaya proses, adalah biaya biaya yang dikeluarkan setelah biaya input sampai menjadi bibit tanaman berikutnya. Biaya ini terdiri dari biaya tenaga kerja langsung, seperti upah tenaga kerja dan biaya biaya lainnya yang 54

20 terjadi di unit/kebun yang dapat diatribusikan secara langsung, contohnya : biaya penyiapan lahan (land clearing); biaya handling dan pengangkutan bibit tanaman; biaya penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan; biaya pengujian aset tanaman tahunan apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut; dan biaya komisi profesional yang menangani aset tanaman. c. Biaya penyisipan, dimana ada dua pendekatan : 1) Pendekatan areal - Biaya penyisipan suatu aset tanaman dalam areal TBM diakui sebagai penambah jumlah tercatat aset TBM. - Biaya penyisipan suatu aset tanaman dalam areal TBM diakui sebagai beban periode terjadinya. 2) Pendekatan per pohon - Jumlah tercatat aset tanaman TM yang diganti diakui sebagai beban periode terjadinya. - Biaya aset tanaman baru diakui sebagai perolehan aset tanaman. Adapun biaya biaya yang tidak boleh diakui sebagai biaya perolehan dan harus dibebankan pada periode terjadinya, contohnya antara lain : biaya tenaga kerja yang tidak terkait secara langsung seperti bonus dan tunjangan, biaya pembukaan fasilitas baru, biaya umum dan administrasi. Kemudian TBM yang akan diakui sebagai TM pada saat tanaman menghasilkan ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif dan berdasarkan taksiran manajemen. 55

21 Setelah menjadi TM, biaya perolehannya dicatat berdasarkan nilai TBM yang direklasifikasi ke TM. Biaya biaya yang terjadi selama pemeliharaan diakui sebagai beban periodenya (termasuk juga biaya untuk memelihara tanaman yang tidak menambah manfaat ekonomis aset tanaman atau biaya untuk mengembalikan aset tanaman ke kondisi normalnya, contohnya seperti biaya pemupukan rutin), kecuali biaya biaya yang memenuhi syarat untuk dikapitalisasi ke aset. Amortisasi tanaman kelapa sawit pada Perseroan juga dilakukan setelah tanaman memasuki kondisi menghasilkan selama umur ekonomis tanaman, yaitu 25 tahun. Hal ini dikarenakan tanaman yang belum menghasilkan tidak diamortisasi karena belum mengalami penurunan fungsi. Jadi pengukuran yang dilakukan pada tanaman belum menghasilkan diperoleh dari akumulasi biaya perolehannya. Tabel 4.12 Pengukuran Biaya Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan di Tahun 2012 Tahun Tanam ha x Rp 4,772,370 = Rp 4,056,514,500 Biaya Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan I VII berdasarkan data Perseroan dinyatakan sama sebesar Rp 4,772,370 per hektarnya. Jadi pada tahun 2012, terdapat biaya tambahan sebesar Rp 4,056,514,500 untuk memelihara tanaman menghasilkan. 56

22 Tabel 4.13 Pengukuran Aset Biolojik Menurut BUMN (Rp.000) 2012 (Rp.000) Keterangan 1 Harga Perolehan Awal Tahun Tanam 2008 Rp 18,644,635 Rp 23,905,471 Tahun Tanam 2009 Rp 16,484,252 Rp 23,031,608 Tahun Tanam 2010 Rp 11,763,450 Rp 17,308,465 Total Rp 46,892,337 Rp 64,245,544 2 Penambahan Aktiva Tahun Tanam 2008 Rp 5,260,836 Rp - Tahun Tanam 2009 Rp 6,547,356 Rp 6,498,680 Tahun Tanam 2010 Rp 5,545,015 Rp 6,874,724 Total Rp 17,353,207 Rp 13,373,404 3 Biaya Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Tahun Tanam 2008 Rp - Rp 4,056,515 Tahun Tanam 2009 Rp - Rp - Tahun Tanam 2010 Rp - Rp - Total Rp - Rp 4,056,515 4 Harga Perolehan Akhir Tahun Tanam 2008 Rp 23,905,471 Rp 27,961,986 Tahun Tanam 2009 Rp 23,031,608 Rp 29,530,288 Tahun Tanam 2010 Rp 17,308,465 Rp 24,183,189 Total Rp 64,245,544 Rp 81,675,463 5 Depresiasi dan Amortisasi Tahun Tanam 2008 Rp - Rp 956,219 Tahun Tanam 2009 Rp - Rp - Tahun Tanam 2010 Rp - Rp - Total Rp - Rp 956,219 6 Akumulasi Depresiasi dan Amortisasi Tahun Tanam 2008 Rp - Rp 956,219 Tahun Tanam 2009 Rp - Rp - Tahun Tanam 2010 Rp - Rp - Total Rp - Rp 956,219 7 Nilai Buku Tahun Tanam 2008 Rp 23,905,471 Rp 27,005,767 Tahun Tanam 2009 Rp 23,031,608 Rp 29,530,288 Tahun Tanam 2010 Rp 17,308,465 Rp 24,183,189 Total Rp 64,245,544 Rp 80,719,244

23 Tanaman menghasilkan pada tahun 2012 adalah tanaman kelapa sawit pada saat tahun tanam 2008 yang direklasifikasi dari TBM III pada tahun 2011 menjadi TM I 2012, yaitu sebesar Rp. 23,905,471. Dimana pengukuran dilakukan dengan mengurangkan akumulasi deplesi pada biaya perolehan setelah penambahan biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan, sehingga tercatat tanaman menghasilkan senilai Rp. 27,005, Penyajian dan Pengungkapan Menurut BUMN, aset tanaman tahunan disajikan dalam kelompok aset tidak lancar. Dimana keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada periodenya, dan disajikan sebagai pendapatan atau beban non usaha. Tabel 4.14 Penyajian Aset Biolojik Menurut BUMN Tanaman Perkebunan 2011 (Rp.000) 2012 (Rp.000) Tanaman menghasilkan setelah Rp - Rp 27,005,767 dikurangi akumulasi amortisasi Tanaman belum menghasilkan Rp 64,245,544 Rp 53,713,477 Total Nilai Aset Biolojik Rp 64,245,544 Rp 80,719,244 58

24 4.5 Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap Aset Biolojik pada PT Kelantan Sakti Menurut Bapepam Bapepam menjabarkan tanaman kelapa sawit termasuk dalam pos tanaman menghasilkan berumur panjang yang terdiri dari pembibitan tanaman kelapa sawit, tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan. Untuk perlakuan akuntansi aset biolojik ini tidak dijelaskan secara detail pada Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor: SE-02/PM/2002. Perincian biaya juga tidak disajikan secara khusus, namun untuk pengukuran lanjutannya dijelaskan dalam Surat Edaran Nomor: SE-9/BL/2012 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit di Pasar Modal. Berikut adalah pembahasan mengenai perlakuan akuntansi aset biolojik menurut Bapepam Pengakuan Bapepam mengakui adanya bibit tanaman kelapa sawit. Dimana bibit kelapa sawit merupakan bakal tanaman yang berupa benih maupun tanaman dalam persemaian. Bibit tanaman kelapa sawit ini termasuk dalam tanaman belum menghasilkan. Bibit tersebut dapat dijual atau digunakan dalam proses produksi selanjutnya. Sedangkan pos tanaman yang belum menghasilkan diakui dapat dipanen lebih dari satu kali. Pencatatannya diakui sebesar biaya biaya yang terjadi sejak saat penanaman sampai saat tanaman tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial. Pada saat tanaman siap untuk menghasilkan maka direklasifikasi menjadi tanaman telah menghasilkan. 59

25 Pada pos tanaman telah menghasilkan merupakan tanaman keras yang dapat dipanen lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial. Pencatatannya sebesar biaya perolehannya, yaitu semua biaya biaya yang dikeluarkan sampai tanaman tersebut menghasilkan. Untuk mengadopsi prosedur ini, Perseroan harus mengakui adanya pos tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan seperti yang tercantum di atas. Pembibitan tidak diakui sebagai pos khusus dan tidak diatur pencatatan maupun pengukurannya dalam standar akuntansi Bapepam Pengukuran Biaya biaya yang terkait dari pos tanaman belum menghasilkan antara lain terdiri dari biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan kapitalisasi biaya pinjaman yang dipakai dalam pendanaan. Biaya biaya ini dicatat sebesar biaya perolehannya dan tidak disusutkan. Kemudian diukur dengan Pendekatan Biaya (Cost Approach) dimana nilai tanah diasumsikan nol (0). Oleh sebab itu, pengukuran dari biaya tanaman belum menghasilkan merupakan akumulasi biaya perolehan sampai dengan tanaman tersebut digolongkan menjadi tanaman menghasilkan. Untuk tanaman telah menghasilkan diukur dengan menggunakan Pendekatan Pendapatan (Income Approach), metode yang digunakan adalah metode Discounted Cash Flow. Tahapan pengukuran dilakukan dengan mendapatkan arus kas yang merupakan hasil perkalian produksi tahun tanam pada periode terjadinya dengan harga Tandan Buah Segar (TBS) yang telah disesuaikan untuk masing masing tahun tanam, kemudian dikurangkan dengan arus kas keluar yang meliputi biaya 60

26 pemeliharaan tanaman, biaya panen, biaya angkut, dan biaya umum lainnya seperti biaya operasional kebun dan biaya transportasi. Perseroan mengkategorikan biaya operasional kebun dan biaya transportasi sudah termasuk di dalam biaya pemeliharaan tanaman. Selanjutnya penilaian atas tanaman kelapa sawit ini dihitung berdasarkan tingkat diskonto. Tahun 2012 (dalam Rp. 000) Tabel 4.15 Pengukuran Tanaman MenghasilkanMenurut Bapepam Arus Kas Masuk Rp 18,772,683 Biaya pemeliharaan TM Rp 4,056,515 Biaya panen Rp 581,400 Biaya angkut Rp 306,000 Arus Kas Keluar Rp 4,943,915 Net Cash Flow Rp 13,828,769 * Rp 17,814,565 *didiskontokan dengan tingkat bunga pasar sebesar 13,5% 61

27 Tabel 4.16 Pengukuran Tanaman Belum Menghasilkan Menurut Bapepam 2011 (Rp.000) 2012 (Rp.000) Keterangan 1 Harga Perolehan Awal Tahun Tanam 2008 Rp 18,644,635 Rp - Tahun Tanam 2009 Rp 16,484,252 Rp 23,031,608 Tahun Tanam 2010 Rp 11,763,450 Rp 17,308,465 Rp 46,892,337 Rp 40,340,073 2 Penambahan Aktiva Tahun Tanam 2008 Rp 5,260,836 Rp - Tahun Tanam 2009 Rp 6,547,356 Rp 6,498,680 Tahun Tanam 2010 Rp 5,545,015 Rp 6,874,724 Rp 17,353,207 Rp 13,373,404 3 Harga Perolehan Akhir Tahun Tanam 2008 Rp 23,905,471 Rp - Tahun Tanam 2009 Rp 23,031,608 Rp 29,530,288 Tahun Tanam 2010 Rp 17,308,465 Rp 24,183,189 Rp 64,245,544 Rp 53,713, Penyajian dan Pengungkapan Selain ketentuan yang telah dijabarkan oleh penulis pada landasan teori, Bapepam juga menjelaskan apa yang harus dijelaskan di dalam catatan atas laporan keuangan pada ikhtisar kebijakan akuntansi, yaitu: 1. Dasar klasifikasi untuk jenis tanaman sebagai persediaan, tanaman belum menghasilkan, dan tanaman telah menghasilkan. 2. Dasar penilaian dan pengukuran. 3. Kebijakan akuntansi reklasifikasi tanaman belum menghasilkan. 4. Metode penyusutan dan masa manfaat tanaman yang disusutkan. 5. Kebijakan akuntansi biaya pinjaman. Dari perhitungan yang telah dilakukan berdasarkan standar akuntansi 62

28 Bapepam, pada tahun 2011 dan 2012 terdapat nilai tanaman belum menghasilkan yang sama dengan Perseroan sebesar Rp 64,245,544,000 dan Rp 53,713,477,000. Sedangkan penilaian tanaman telah menghasilkan yang diukur dengan Pendekatan Pendapatan (Income Approach) memiliki nilai yang berbeda dengan nilai yang ada di Perseroan, yaitu sebesar Rp 17,814,565,000. Tabel 4.17 Penyajian Aset Biolojik Menurut Bapepam 2011 (Rp.000) 2012 (Rp.000) Tanaman Perkebunan Tanaman telah menghasilkan Rp 17,814,565 Tanaman belum menghasilkan Rp 64,245,544 Rp 53,713,477 63

29 Catatan Atas Laporan Keuangan Tanaman Perkebunan Tanaman Perkebunan diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan dinyatakan sebesar harga perolehannya, yang terdiri dari biaya biaya pembukaan lahan, pembibitan, persiapan dan penanaman kelapa sawit dan kacangan. Biaya tersebut dikapitalisasi sebesar biaya biaya yang sudah terakumulasi. Tanaman belum menghasilkan dicatat sebagai aktiva tanaman dan tidak disusutkan. Tanaman belum menghasilkan direklasifikasi menjadi tanaman menghasilkan pada saat tanaman dianggap sudah menghasilkan. Klasifikasi tanaman menghasilkan ditentukan dari pertumbuhan vegetatif dan berdasarkan taksiran manajemen, dicatat sebesar biaya perolehannya pada saat reklasifikasi dan disusutkan sesuai metode garis lurus (straight-line method) dengan taksiran masa ekonomis selama dua puluh lima tahun. Bunga pinjaman yang digunakan sebagai investasi untuk penanaman tanaman perkebunan ini dikapitalisasi sebagai Interest During Construction (IDC) pada akun tertentu dalam aset dan tidak dikurangi langsung dari akun tanaman. Pembibitan Semua biaya yang dikeluarkan untuk proses pembibitan, pembelian bibit, dan biaya pemeliharaannya dinyatakan sebesar harga perolehannya. Kemudian seluruh akumulasi biaya ini dipindahkan pada tanaman belum menghasilkan apabila bibit tanaman kelapa sawit siap untuk ditanam. 64

30 Penurunan Nilai Aktiva Rugi penurunan nilai diakui apabila taksiran jumlah yang diperoleh kembali dari suatu aktiva lebih rendah dari nilai tercatatnya, dicatat sebagai kerugian akibat perubahan nilai wajar aset di dalam laporan laba rugi. Pada setiap tanggal neraca, Perseroan harus melakukan penelahaan untuk menentukan apakah terdapat indikasi pemulihan penurunan nilai. Apabila terdapat pemulihan penurunan nila, akan diakui sebagai laba pada periode terjadinya pemulihan. 4.6 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Implementasi IAS 41: Agriculture Secara Keseluruhan Setelah melakukan analisis perlakuan akuntansi terhadap aset biolojik menurut IAS 41: Agriculture, dapat diketahui bahwa penerapan pengukuran menggunakan nilai wajar mempunyai pengaruh yang cukup signifikan secara keseluruhan. Berikut akan dibahas dampak dampak yang terjadi akibat implementasi IAS 41: Agriculture: Kurangnya aspek comparability dalam laporan keuangan Terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar akan membuat laporan keuangan sulit untuk dibandingkan. Hal ini terbukti dari adanya beberapa alternatif seperti NPV, nilai pasar, discounted cash flow, dan lainnya Membutuhkan Dana Tambahan Untuk Jasa Penilai 65 Sulitnya menentukan nilai wajar menjadi salah satu masalah dalam implementasi IAS 41: Agriculture. Harga pasar aktif maupun serupa tidak selalu ada,

31 hal ini menyebabkan pengukuran nilai wajar kelapa sawit memakai hierarki seperti discounted cash flow ataupun metode present value net cash inflow, keadaan ini secara tidak langsung mengakibatkan entitas akan menyisihkan sebagian dananya untuk menggunakan jasa penilai dalam menentukan nilai wajar aset biolojiknya Adanya Pengenaan Pajak Tambahan Akibat Keuntungan dari Penilaian Kembali Aset Biolojik Penilaian kembali aset biolojik menggunakan nilai wajar menyebabkan keuntungan atau kerugian atas perubahan nilai wajar. Semua keuntungan atau kerugian tersebut akibat penilaian kembali nilai wajar dimasukkan ke dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya. Keuntungan atas perubahan nilai wajar inilah yang menyebabkan entitas akan membayar pajak final sebesar 10% lebih besar, hal ini merugikan apabila aset yang dinilai kembali bukan aset yang bisa didepresiasikan, seperti contohnya tanaman belum menghasilkan. Penambahan pajak yang harus dibayarkan ini tidak diimbangi dengan adanya penambahan beban yang boleh dikurangkan sebagai pengurang hasilnya Efek Terhadap Laporan Keuangan Keuntungan atau kerugian perubahan nilai wajar mempengaruhi ekuitas akibat adanya peningkatan nilai aset. Ketika mengalami penurunan, sisi ekuitas juga akan berkurang juga sebesar jumlah yang sama pada laporan posisi keuangan. Dan jika dilihat dari sisi laporan laba rugi, penilaian kembali aset biolojik ini sangat berdampak pada profit entitas. Ketika mengalami kenaikan, entitas akan mengakuinya sebagai keuntungan, keuntungan ini tidak akan pernah terealisasi karena tanaman kelapa sawit ini bukan untuk dijual, melainkan untuk menghasilkan 66

32 produk agrikultural. Masalah ini akan menyebabkan volatilitas pendapatan yang menyebabkan kesalahan interpretasi dari para pembaca laporan keuangan. 67

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pendekatan Pembahasan Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian yang dilaporkan oleh salah satu perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

Lister Budi Agus Rianto. Dosen Pembimbing: Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak. Binus University, 1 ABSTRACT

Lister Budi Agus Rianto. Dosen Pembimbing: Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak. Binus University, 1 ABSTRACT ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK MENURUT STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU DI INDONESIA DAN MENURUT IAS 41: AGRICULTURE (STUDI KASUS: PT KELANTAN SAKTI) Lister Budi Agus Rianto

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) Pelatihan APHI 18 MEI 2011 Dwi Martani & Taufik Hidayat Staf Pengajar Departemen Akuntansi FEUI Tim Penyusun

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) Nama : Hamzah Mutakin NPM : 23212274 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dyah Palupi, SE., MMSI Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap tanaman menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41 ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41 Vera Indrianti, Stefanus Ariyanto Binus University, Jalan Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Aset A.1 Definisi Aset merupakan semua kekayaan yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan baik berwujud maupun tak berwujud yang berharga atau bernilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit 57 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Data Dalam bab ini disajikan analisis terhadap data yang telah terkumpul selama pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

KANTOR JASA PENILAI PUBLIK (KJPP) O, P, Q DAN REKAN. LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KOMPARATIF 31 DESEMBER 2013 DAN 2014 (Dinyatakan dalam Rupiah)

KANTOR JASA PENILAI PUBLIK (KJPP) O, P, Q DAN REKAN. LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KOMPARATIF 31 DESEMBER 2013 DAN 2014 (Dinyatakan dalam Rupiah) Berikut di bawah ini merupakan (contoh) ilustrasi sederhana penyajian laporan keuangan yang terdiri atas: 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Komparatif; 2. Laporan Laba Rugi Komparatif; 3. Catatan Atas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kondisi Perusahaan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kondisi Perusahaan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Kondisi Perusahaan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada Dalam bab ini, dilakukan analisis kondisi perusahaan mengenai perlakuan akuntansi bagi aset biolojik yang berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penjelasan Umum Aset Tetap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 16 adalah Standar Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

Lebih terperinci

PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT)

PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) PT SIANTAR TOP Tbk LAPORAN KEUANGAN UNTUK ENAM BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) 1 PT SIANTAR TOP Tbk NERACA PER TANGGAL 30 JUNI 2007 DAN 2006 (TIDAK DIAUDIT) Catatan

Lebih terperinci

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 29 Februari 2016 dan 31 Desember 2015

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 29 Februari 2016 dan 31 Desember 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) ASET 1. Kas 18,172 17,859 2. Penempatan pada Bank Indonesia 166,785 168,240 3. Penempatan pada bank lain 1,128,825 1,118,035 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga

Lebih terperinci

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) ASET 1. Kas 16,800 17,859 2. Penempatan pada Bank Indonesia 271,059 168,240 3. Penempatan pada bank lain 507,862 1,118,200 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) ASET 1. Kas 21,457 2. Penempatan pada Bank Indonesia 106,107 3. Penempatan pada bank lain 60,002 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga a. Diukur pada nilai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the process of identifying, measuring, and communicating economic information to permit information

Lebih terperinci

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015 NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015 No. POS POS (dalam jutaan rupiah) Posisi Tgl. Laporan ASET 1. Kas 13,594 2. Penempatan pada Bank Indonesia 279,777 3. Penempatan pada bank lain 10,687 4. Tagihan spot

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 2015 (Unaudited)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 2015 (Unaudited) LAPORAN POSISI KEUANGAN POS POS ASET 1. Kas 28.470.316 2. Penempatan pada Bank Indonesia 95.635.319 3. Penempatan pada bank lain 24.146.273 4. Tagihan spot dan derivatif 13.102 5. Surat berharga a. Diukur

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Januari 2016 (Unaudited)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Januari 2016 (Unaudited) LAPORAN POSISI KEUANGAN POS POS ASET 1. Kas 20.110.663 2. Penempatan pada Bank Indonesia 79.527.736 3. Penempatan pada bank lain 17.394.631 4. Tagihan spot dan derivatif 281 5. Surat berharga a. Diukur

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 Juni 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 Juni 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN POS POS ASET 1. Kas 18.819.152 2. Penempatan pada Bank Indonesia 79.253.524 3. Penempatan pada bank lain 16.633.391 4. Tagihan spot dan derivatif 722 5. Surat berharga a. Diukur

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 9.601.772 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37.086.352 3. Penempatan pada bank lain 14.455.137 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11.253.358 2. Penempatan pada Bank Indonesia 39.954.020 3. Penempatan pada bank lain 19.876.744 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 16,585,317 2. Penempatan pada Bank Indonesia 38,046,361 3. Penempatan pada bank lain 22,931,445 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,417,472 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37,972,458 3. Penempatan pada bank lain 19,313,423 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 11,609,497 2. Penempatan pada Bank Indonesia 34,482,395 3. Penempatan pada bank lain 26,093,132 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN TANGGAL LAPORAN : Per LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 10,260,695 2. Penempatan pada Bank Indonesia 32,182,944 3. Penempatan pada bank lain 26,766,738 4. Tagihan spot dan derivatif

Lebih terperinci

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham) AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Bank 2.b, 4 7.079.491 4.389.630 Investasi Jangka Pendek 2.d, 5 6.150 6.150 Piutang Usaha 2.b,

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 138,248 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,967,265 3. Penempatan pada bank lain 488,298 4. Tagihan spot dan derivatif 577 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 124,877 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,489,384 3. Penempatan pada bank lain 394,768 4. Tagihan spot dan derivatif 74,842 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 97,734 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,540,949 3. Penempatan pada bank lain 1,189,868 4. Tagihan spot dan derivatif 5,950 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 88,246 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,217,499 3. Penempatan pada bank lain 334,458 4. Tagihan spot dan derivatif 1,286 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 106,921 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,652,083 3. Penempatan pada bank lain 560,019 4. Tagihan spot dan derivatif 4,903 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 89,341 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,106,222 3. Penempatan pada bank lain 284,267 4. Tagihan spot dan derivatif 23,154 5. Surat berharga

Lebih terperinci

ii. Kredit 4,251,765 iii. Pembiayaan Syariah 40,726

ii. Kredit 4,251,765 iii. Pembiayaan Syariah 40,726 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF Periode 1 Januari - 31 Desember 2016 (Audited) No. POS-POS 2016 PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL A. Pendapatan dan Beban Bunga 1. Pendapatan Bunga a. Rupiah

Lebih terperinci

Laporan Publikasi PT. Bank Sulselbar LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT. BANK SULSELBAR PER 31 MEI 2015

Laporan Publikasi PT. Bank Sulselbar LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT. BANK SULSELBAR PER 31 MEI 2015 NO ASET Laporan Publikasi PT. Bank Sulselbar LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN PT. BANK SULSELBAR PER 31 MEI 2015 POS POS Mei 2015 1 Kas 494,078 2 Penempatan pada Bank Indonesia 929,578 3 Penempatan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 November 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 November 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN POS POS ASET 1. Kas 20.057.179 2. Penempatan pada Bank Indonesia 75.083.342 3. Penempatan pada bank lain 15.603.121 4. Tagihan spot dan derivatif 3.646 5. Surat berharga a. Diukur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai penerapan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap pada perusahaan

Lebih terperinci

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Periode Tanggal 30 November 2016

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Periode Tanggal 30 November 2016 BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Periode Tanggal 30 November 2016 No. POS POS 30 Nov 2016 ASET 1. Kas 13,408 2. Penempatan pada Bank Indonesia 102,048 3. Penempatan pada bank lain

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Juli 2016 (Unaudited)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Juli 2016 (Unaudited) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 19.388.698 2. Penempatan pada Bank Indonesia 67.181.864 3. Penempatan pada bank lain 19.416.060 4. Tagihan spot dan derivatif 10.901 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

TOTAL ASET 81,190,623

TOTAL ASET 81,190,623 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,188,987 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,488,609 3. Penempatan pada bank lain 990,536 4. Tagihan spot dan derivatif 67,956 5. Surat berharga: 5,868,588

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Agustus 2016 (Unaudited)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Agustus 2016 (Unaudited) LAPORAN POSISI KEUANGAN Per POS POS ASET 1. Kas 20.526.491 2. Penempatan pada Bank Indonesia 79.056.436 3. Penempatan pada bank lain 16.158.912 4. Tagihan spot dan derivatif 40.727 5. Surat berharga a.

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,982,283

TOTAL ASET 85,982,283 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,123,362 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,684,778 3. Penempatan pada bank lain 2,087,488 4. Tagihan spot dan derivatif 3,975 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 84,802,795

TOTAL ASET 84,802,795 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,256,517 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,020,664 3. Penempatan pada bank lain 1,917,892 4. Tagihan spot dan derivatif 43,652 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 84,923,383

TOTAL ASET 84,923,383 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,217,214 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,457,923 3. Penempatan pada bank lain 1,088,927 4. Tagihan spot dan derivatif 7,487 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 83,967,262

TOTAL ASET 83,967,262 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,178,137 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,446,926 3. Penempatan pada bank lain 1,690,067 4. Tagihan spot dan derivatif 253 5. Surat berharga: 5,850,999

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.122.024 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9.223.085 3. Penempatan pada bank lain 1.694.438 4. Tagihan spot dan derivatif 105 5. Surat berharga: 5.775.137

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.312.028 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8.824.905 3. Penempatan pada bank lain 1.980.257 4. Tagihan spot dan derivatif 1.624 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 89,648,272

TOTAL ASET 89,648,272 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,581,513 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,660,113 3. Penempatan pada bank lain 3,242,369 4. Tagihan spot dan derivatif 1,098 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 88,075,236

TOTAL ASET 88,075,236 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,294,085 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,684,113 3. Penempatan pada bank lain 1,089,865 4. Tagihan spot dan derivatif 350 5. Surat berharga: 5,230,104

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,932,429

TOTAL ASET 85,932,429 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,236,095 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,080,589 3. Penempatan pada bank lain 1,105,201 4. Tagihan spot dan derivatif 35,413 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,474,937

TOTAL ASET 85,474,937 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,229,632 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,069,150 3. Penempatan pada bank lain 1,108,366 4. Tagihan spot dan derivatif 675 5. Surat berharga: 4,830,077

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,302,409

TOTAL ASET 87,302,409 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,126,306 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,015,894 3. Penempatan pada bank lain 1,125,987 4. Tagihan spot dan derivatif 21,003 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,686,543

TOTAL ASET 87,686,543 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,128,229 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,197,289 3. Penempatan pada bank lain 842,333 4. Tagihan spot dan derivatif 14,004 5. Surat berharga: 6,134,587

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,035,918

TOTAL ASET 87,035,918 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,268,260 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,643,950 3. Penempatan pada bank lain 981,207 4. Tagihan spot dan derivatif 2,338 5. Surat berharga: 6,298,959

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA Per 30 Juni 2015 (dalam jutaan Rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA Per 30 Juni 2015 (dalam jutaan Rupiah) LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA ASET 1. K a s 3,979,752 2. Penempatan pada Bank Indonesia 20,176,595 3. Penempatan pada bank lain 3,672,191 4. Tagihan spot dan derivatif 1,044,023 5. Surat berharga 5a

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 224,190 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,800,906 3. Penempatan pada bank lain 4,231,976 4. Tagihan spot dan derivatif 1,609,369 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI 2015. (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 237,020 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,908,323 3. Penempatan pada bank lain 1,921,142 4. Tagihan spot dan derivatif 1,739,857 5. Surat

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Juli 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Juli 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 10.035 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1.726.219 3. Penempatan pada bank lain 988.082 4. Tagihan spot dan derivatif 16.719

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 April 2018 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 April 2018 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 9.089 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4.826.555 3. Penempatan pada bank lain 1.928.587 4. Tagihan spot dan derivatif 35.715

Lebih terperinci

- 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )

- 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo ) LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 9,471 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,809,222 3. Penempatan pada bank lain 882,630 4. Tagihan spot dan derivatif 21,247

Lebih terperinci

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 No. POS - POS 31 Dec 2015 ASET 1. Kas 17,859 2. Penempatan pada Bank Indonesia 168,240 3. Penempatan pada

Lebih terperinci

TOTAL ASET 73,184,906

TOTAL ASET 73,184,906 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,057,463 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,691,741 3. Penempatan pada bank lain 1,333,630 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 4,853,997

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 29 Februari 2016 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 29 Februari 2016 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,118,737 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,152,789 3. Penempatan pada bank lain 398,019 4. Tagihan spot dan derivatif 5 5. Surat berharga: 6,189,159

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 30 Nopember 2015 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 30 Nopember 2015 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,145,908 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,192,040 3. Penempatan pada bank lain 458,462 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 5,229,071

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Oktober 2015 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Oktober 2015 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,136,423 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,130,735 3. Penempatan pada bank lain 641,783 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 5,283,694

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Desember 2015 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Desember 2015 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,243,963 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,630,796 3. Penempatan pada bank lain 1,356,062 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga: 4,920,689

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.169.265 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6.105.044 3. Penempatan pada bank lain 1.308.902 4. Tagihan spot dan derivatif 8 5. Surat berharga: 6.337.202

Lebih terperinci

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Maret 2016 POS POS

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN 31 Maret 2016 POS POS LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,155,841 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,078,792 3. Penempatan pada bank lain 689,893 4. Tagihan spot dan derivatif 28 5. Surat berharga: 6,752,757

Lebih terperinci

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Periode yang berakhir Pada Tanggal 30 SEPTEMBER 2015

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Periode yang berakhir Pada Tanggal 30 SEPTEMBER 2015 LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Periode yang berakhir Pada Tanggal No Pos Pos PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL A Pendapatan dan Beban Bunga 1 Pendapatan Bunga a. Rupiah 670,178 b. Valuta

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 JUNI 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 JUNI 2015 No. LAPORAN POSISI KEUANGAN Per Pos Pos Aset 1 Kas 36,322 2 Penempatan pada Bank Indonesia 462,412 3 Penempatan Pada Bank lain 387,168 4 Tagihan Spot dan Derivatif 5 Surat Berharga 648,972 a. Diukur pada

Lebih terperinci

NPM : ANALISIS REVALUASI AKTIVA TETAP UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PT BHAKTI TRANS CARGO. Nama : Sri Mulyani

NPM : ANALISIS REVALUASI AKTIVA TETAP UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PT BHAKTI TRANS CARGO. Nama : Sri Mulyani ANALISIS REVALUASI AKTIVA TETAP UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PT BHAKTI TRANS CARGO Nama : Sri Mulyani NPM : 26210667 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Sri Sapto Darmawati, SE., MMSI Pendahuluan Latar

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 JULI 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 JULI 2015 No. LAPORAN POSISI KEUANGAN Per Pos Pos Aset 1 Kas 26,424 2 Penempatan pada Bank Indonesia 962,261 3 Penempatan Pada Bank lain 50,007 4 Tagihan Spot dan Derivatif 5 Surat Berharga 816,452 a. Diukur pada

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) (dalam jutaan Rupiah) No. POS POS ASET 1. Kas 10.087 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3.680.914 3. Penempatan pada bank lain 1.451.922 4. Tagihan spot dan derivatif 14.824

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 April 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 April 2015 No. LAPORAN POSISI KEUANGAN Pos Pos BANK 30 April 2015 Aset 1 Kas 27,660 2 Penempatan pada Bank Indonesia 711,266 3 Penempatan Pada Bank lain 50,541 4 Tagihan Spot dan Derivatif 5 Surat Berharga 865,428

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Posisi Tanggal POS POS ASET 1. Kas 17,985 2. Penempatan pada Bank Indonesia 400,137 3. Penempatan pada bank lain 48,646 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Maret 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Maret 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 219,637 2. Penempatan pada Bank Indonesia 10,233,306 3. Penempatan pada bank lain 6,008,316 4. Tagihan spot dan derivatif 1,688,167 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 216,348 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,360,970 3. Penempatan pada bank lain 1,230,114 4. Tagihan spot dan derivatif 1,809,138 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 208,619 2. Penempatan pada Bank Indonesia 3,966,030 3. Penempatan pada bank lain 961,168 4. Tagihan spot dan derivatif 1,629,355 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 212,975 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,253,068 3. Penempatan pada bank lain 1,681,402 4. Tagihan spot dan derivatif 1,808,119 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 212,448 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,772,567 3. Penempatan pada bank lain 805,791 4. Tagihan spot dan derivatif 1,443,178 5. Surat berharga

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 230,047 2. Penempatan pada Bank Indonesia 4,344,167 3. Penempatan pada bank lain 2,117,471 4. Tagihan spot dan derivatif 1,764,716 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 29 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 29 FEBRUARI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 29 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 29 FEBRUARI 2016 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 226,647 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,256,895 3. Penempatan pada bank lain 2,093,897 4. Tagihan spot dan derivatif 1,882,319 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 301,710 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,058,354 3. Penempatan pada bank lain 1,908,431 4. Tagihan spot dan derivatif 1,810,440 5. Surat

Lebih terperinci

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET 1. Kas 174,832 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,391,850 3. Penempatan pada bank lain 1,867,794 4. Tagihan spot dan derivatif 1,790,796 5. Surat

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek penelitian III. 1.1 Sejarah Singkat PT Dinamika Cipta Sentosa berdiri sejak Tahun 1993, bidang usaha yang dijalani oleh perusahaan adalah dalam bidang perkebunan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 64,702 2. Penempatan pada Bank Indonesia,08,576 3. Penempatan pada bank lain 92,692 4. Tagihan spot dan derivatif 6,037 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 597,305 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,332,008 3. Penempatan pada bank lain,66,280 4. Tagihan spot dan derivatif 2,04 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 632,766 2. Penempatan pada Bank Indonesia 6,363,488 3. Penempatan pada bank lain 2,037,470 4. Tagihan spot dan derivatif 3,082 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 630,298 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,878,077 3. Penempatan pada bank lain,242,250 4. Tagihan spot dan derivatif 2,959 5. Surat berharga,432,22

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN No. POS POS ASET. Kas 57,782 2. Penempatan pada Bank Indonesia 5,765,558 3. Penempatan pada bank lain,459,973 4. Tagihan spot dan derivatif 2,993 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 757,482 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,746,5 3. Penempatan pada bank lain,696,236 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga,235,946

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 663,293 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,974,938 3. Penempatan pada bank lain,405,659 4. Tagihan spot dan derivatif,83 5. Surat berharga 4,207,920

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 79,420 2. Penempatan pada Bank Indonesia 0,560,846 3. Penempatan pada bank lain 2,204,05 4. Tagihan spot dan derivatif 4,20 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 803,348 2. Penempatan pada Bank Indonesia,848,063 3. Penempatan pada bank lain 3,462,206 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 6,839,38

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 757,058 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,33,489 3. Penempatan pada bank lain 923,34 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 0,57,259

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 763,850 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,99,034 3. Penempatan pada bank lain 2,382,025 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 8,394,389

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 728,944 2. Penempatan pada Bank Indonesia 0,363,255 3. Penempatan pada bank lain,406,668 4. Tagihan spot dan derivatif 59,425 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS POS ASET. Kas 697,67 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,382,054 3. Penempatan pada bank lain,772,228 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 0,433,276

Lebih terperinci