BAB 1 PENGANTAR. Sejak zaman Kerajaan Karangasem-Sasak 1, pelabuhan Ampenan telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENGANTAR. Sejak zaman Kerajaan Karangasem-Sasak 1, pelabuhan Ampenan telah"

Transkripsi

1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Sejak zaman Kerajaan Karangasem-Sasak 1, pelabuhan Ampenan telah menjadi pusat perdagangan di Pulau Lombok. Hal ini berlangsung hingga kedatangan Kolonial Belanda di wilayah tersebut. Wilayah pelabuhan Ampenan merupakan daerah vassal dari Kerajaan Karangasem 2 yang wilayahnya berhadapan langsung dengan Selat Lombok dan Pulau Bali bagian timur. Kondisi semacam ini menyebabkan terjadinya hubungan perdagangan yang kuat antara Bali dengan Lombok sehingga pada akhir abad ke 19 pelabuhan Ampenan ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dari berbagai daerah untuk membongkar muat berbagai komoditi dagang yang dibawanya. Ampenan tumbuh menjadi pelabuhan yang ramai dikarenakan pada saat itu Singapura menjadi pusat perdagangan yang 1 Kerajaan Karangasem-Sasak adalah Kerajaan yang berkuasa di Lombok pada tahun , beribukota di Cakranegara. Raja pertamanya adalah I Gusti Anglurah Ketut Karangasem, sedangkan raja terakhirnya adalah I Gusti Ngurah Panji. Lebih lanjut lihat A. A. Gde Putra Agung. Peralihan Sistem Birokrasi dari tradisional ke Kolonial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm Kerajaan Karangasem adalah kerajaan yang berkuasa di Bali pada tahun , beribukota di Amlapura. Raja pertamanya adalah I Gusti Oka, sedangkan raja terakhirnya adalah Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Lebih lanjut lihat A.A. Gde Putra Agung. Peralihan Sistem Birokrasi dari tradisional ke Kolonial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm

2 2 ramai di Asia yang pengaruhnya juga berdampak di Bali dan Lombok. Pada saat itu juga Pelabuhan di Bali tidak dapat menampung kapal-kapal dagang besar dari Bugis, Mandar, dan Melayu yang membawa barang dagangan dari Singapura. Oleh karena pelabuhan di Bali tidak memungkinkan untuk menampung kapalkapal besar dari ketiga daerah tersebut maka para pedagang memilih pelabuhan Ampenan sebagai tempat bersandar dikarenakan keadaan pelabuhannya lebih baik daripada di Bali dan dekat dengan Bali. 3 Pelabuhan Ampenan merupakan pintu masuk utama bagi perdagangan di Pulau Lombok. Kondisi perairan di sekitar wilayah pelabuhan ini dapat disinggahi kapal besar sehingga menyebabkan pelabuhan ini menjadi pelabuhan yang ramai dan strategis bagi Pulau Lombok. Eksistensi Pelabuhan Ampenan sangat ditentukan oleh surplus pangan daerah sekitarnya. 4 Sebagai pusat aktivitas perdagangan di Lombok, pelabuhan Ampenan didukung oleh ketersediaan produk-produk pertanian yang dihasilkan masyarakat di sekitarnya sehingga tercipta suatu mata rantai perdagangan yang ramai. Sebagai contoh, pada tahun 1804 komoditi ekspor yang diperdagangkan di Pelabuhan Ampenan adalah ikan, penyu dan minuman keras. Komoditi impor 3 Ide Anak Agung Gde Agung. Bali Pada Abad XIX, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989), hlm Raharjo, Perkembangan Kota dan Permasalahannya. (Jakarta: Bina Aksara, 1983), hlm. 10.

3 3 yang diperdagangkan adalah babi, candu, emas, dan kayu cendana. 5 Hal ini diperkuat dengan kunjungan Mayor J.S. Wetters 6 bahwa komoditi penting yang diekspor oleh Lombok ialah beras. Selain beras, Lombok mengekspor tembakau, minyak kelapa, kulit sapi, tanduk sapi, dan kapas. Barang-barang yang diimpor adalah candu, senjata api dengan mesiunya, uang logam dari Cina (kepeng), barang besi dari Inggris dan Swedia, sutera dari Cina, tekstil, kain, benang tenun, benang emas, dan barang pecah belah. 7 Pada abad ke-19 berbagai etnis datang ke wilayah Pelabuhan Ampenan sehingga terjadi interaksi antaretnis di wilayah tersebut. Mereka terdiri dari etnis Jawa, Madura, Bali, Bugis, Banjar, Cina, dan Arab. Interaksi antaretnis tersebut tampak pada tata letak pemukiman mereka yang saling berdekatan dan percampuran budaya dan tradisi masyarakat di Ampenan. Mata pencaharian setiap kelompok etnis di Lombok berbeda-beda seperti contoh orang Bali sebagai petani, 5 Tim Penulis, Simpul-Simpul Sejarah Maritim: Dari Pelabuhan ke Pelabuhan Merajut Indonesia, (Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2003), hlm Mayor J.S. Wetters adalah utusan dari Gubernur Jenderal J. De Eerens yang diutus Ke Lombok pada tahun 1838 untuk mengetahui situasi Lombok pasca-perang Lombok (perang antara Kerajaan Karangasem-Sasak dengan Kerajaan Mataram Lombok). Lihat buku Ide Anak Agung Gde Agung. Bali Pada Abad XIX, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989). 7 Ide Anak Agung Gde Agung. Bali Pada Abad XIX, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989), hlm. 119.

4 4 orang Bugis sebagai nelayan, orang Sasak sebagi buruh, orang Jawa, Banjar, Cina dan Arab sebagai pedagang. 8 Di Lombok, telah bermunculan pedagang-pedagang Eropa. Mereka membawa dampak terhadap perubahan peta ekonomi dan peta politik di Lombok, salah satunya M.J. Lange 9. Lange adalah orang Eropa pertama yang mendapat izin berdagang di Tanjung Karang di bawah perlindungan Raja Karangasem Sasak Ratu Ngurah Made Karangasem 10. Ketika M.J. Lange datang pertama kali ke Lombok, ia bersama John Burd 11. Kondisi ini menambah ramainya pedagangpedagang asing di Selat Lombok sehingga menarik minat orang Eropa lainnya 8 Henry Zollinger, Het Eiland Lombok, dalam Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, Deel 2, (1847), hlm Salah satu orang asing yang melakukan transaksi perdagangan di Lombok yaitu Mads Johhann Lange yang berkebangsaan Denmark. Tahun 1834 Mads Lange mendirikan perusahaan Burd Company di Lombok dan melakukan aktivitas ekspor beras yang dikumpulkannya dari daerah-daerah pedalaman. Aktivitas perusahaannya tersebut berpusat di pelabuhan Ampenan. Lebih lanjut lihat Henk Schulte Nordholt, The Mads Lange Connection A Danish Trader on Bali in the Middle of the Nineteenth Century: Broker and Buffer dalam Majalah Indonesia No.32 (October 1981), (New York: Cornell Southeast Asia, 1981), hlm Ratu Ngurah Made Karangasem adalah Raja Kerajaan Karangasem Sasak yang berkuasa di Lombok pada tahun Lebih lanjut lihat A.A. Gde Putra Agung. Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke Kolonial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm John Burd adalah seorang pelaut Skotlandia tetapi lahir di Denmark. Ia bekerja pada East India Company. Lebih lanjut lihat Willard A. Hanna. Bali Chronicles: Fascinating People and Events in Balinese History, (Singapura: Periplus, 2004), hlm. 67.

5 5 untuk menanamkan usahanya di Lombok. G.P. King 12 misalnya mendapat sambutan dari Raja Mataram 13 dengan mendapat izin berdagang pada tahun 1835 di Labuhan Tring, 14 sebelum mendapat perlindungan Raja Mataram atas usahanya di Lombok, G.P. King mempunyai toko di Kuta dan Laboe-adji (Padang Bai) Bali, dan di Lombok di dua tempat yaitu Tanjung Karang dan Ampenan. 15 Kehadiran M.J. Lange dan G.P. King telah memperluas jaringan perdagangan di Ampenan dengan sekitarnya. Usaha itu dilakukan dengan memperkenalkan potensi beras Lombok ke beberapa negara sehingga membuka jalur perdagangan baru. Sebagai syahbandar, M.J. Lange dan G.P. King 12 George Peacock King seorang pedagang asal Inggris yang tinggal di Lombok pada tahun Pada tahun 1835 Ia mendirikan galangan kapal di Labuan Tring untuk membangun kapal-kapal dan memperbaikinya bila ada yang rusak, disamping sebagai tempat berdagang. Lebih lanjut lihat Eck, R. Van Schets van het Eiland Lombok, Tijschrift voor Indische Taal, Land-een, Volkenkunde Uitgegeven door he Bataviasch Genootschap van Kusten en Wetenschappenn, Deel 22, (1875), hlm Kerajaan Mataram adalah Kerajaan yang berkuasa di Lombok pada tahun , beribukota di Mataram. Raja pertamanya adalah I Gusti Ngurah Ketut Karangasem, sedangkan raja terakhirnya adalah Anak Agung Made Karangasem. Lebih lanjut lihat A.A. Gde Putra Agung. Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke Kolonial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm W.A. Hanna, Bali Profile: People, Events, Circumstances (New York: American University Field Satff, 1976), hlm C. Lekkerkerker, Het Voorspel der Vestiging van der Nederlandsche Macht op Bali en Lombok, dalam Arsip Bijjdragen Tot de Taal, Land-en Volkenkunde Uitgegeven door het Koninkiljk Instituut voor Taal, Land-en Volkenkunde, 79, (1923), hlm

6 6 mengorganisir perdagangan dan sebagai pemegang monopoli mereka membayar izin berdagang seharga 3000 guilders dan 2000 guilders setahun. 16 Semenjak hegemoni dipegang oleh Kerajaan Mataram pada masa kekuasaan Raja I Gusti Ngurah Ketut Karangasem 17, G.P. King tidak mendapati saingan dagang. Atas jasanya, G.P. King kemudian diangkat sebagai syahbandar untuk mengorganisir pelabuhan dan perdagangan serta diberikan tugas sebagai konsul mewakili raja dalam menerima orang asing. 18 G.P. King yang memperoleh kepercayaan dari Raja Mataram selama puluhan tahun, akhirnya meninggalkan Lombok karena adanya pergolakan politik mengenai daerah koloni di Asia antara Belanda, Perancis, dan Inggris. G.P. King menyadari akan kepentingan ekonomi masing-masing serta menghapus dugaan Belanda dari tuduhan akan aspirasi politik Inggris di Lombok. Atas dasar 16 Henk S. Nordholt, The Made Lange Connection, a Danish Trader on Bali in the Middle of the Nineteenth Century: Broker and Buffer, dalam Indonesia, no 32, (1981), hlm I Gusti Ngurah Ketut Karangasem adalah Raja Kerajaan Mataram Lombok yang berkuasa di Lombok pada tahun Lebih lanjut lihat A.A. Gde Putra Agung. Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke Kolonial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm I Gde Parimartha. Perdagangan dan Politik di Nusa Tenggara, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2002, hlm. 229.

7 7 pertimbangan inilah, G.P. King meninggalkan Ampenan dan kemudian ia muncul di Kutai, Kalimantan. 19 Pada saat kelesuan pelayaran dan perdagangan di Lombok, Said Abdullah 20 diperkirakan sudah menjalani aktivitas pelayaran dan perdagangan di Kuta, namun ia diusir oleh raja Badung karena masalah politik. Sejak saat itu Said Abdullah tinggal dan menetap di Lombok 21. Kejelian Said Abdullah ternyata dapat membaca situasi untuk menyakinkan dirinya untuk mendapatkan kepercayaan Raja Mataram. Pengalaman yang luas dalam bidang dagang serta kecakapannya sebagai tabib (dokter), disamping memperistri putri Sasak, menjadikan hubungannnya luas di kalangan masyarakat Sasak. Hubungan baik antara Said Abdullah meningkat ketika Said Abdullah memberikan nasehat kepada raja Ratu Agung Gde Ngurah Karangasem 22 untuk 19 Wong Lin Ken, The Trade of Singapore , dalam Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society, vol. 33, (1960), hlm Said Abdullah seorang pedagang asal Arab. Ia diperkirakan sudah menetap menjalankan aktivitas dagang sejak tahun 1864, pada saat berlangsungnya kemerosotan perdagangan di Lombok. Lebih lanjut lihat Jurrien Van Goor, Kooplieden, Predikaten en Bestuurders Overzee. (Hes Uitgevers/Utrecht, 1982), hlm Jurrien Van Goor, Kooplieden, Predikaten en Bestuurders Overzee. (Hes Uitgevers/Utrecht, 1982), hlm Ratu Agung Gde Ngurah Karangasem adalah Raja Kerajaan Mataram Lombok yang berkuasa di Lombok pada tahun Lebih lanjut lihat A.A. Gde Putra Agung. Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke Kolonial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 94.

8 8 memperistri putri bangsawan Dinda Aminah 23 mendapat tanggapan baik dari raja. Sejak saat itu, Said Abdullah dikenal luas di kalangan istana. Dengan kepercayaan raja Ratu Agung kemudian Said Abdullah diangkat sebagai syahbandar yang dapat disejajarkan dengan jabatan G.P. King pada masanya. Disamping itu, Said Abdullah memainkan peranan penting dalam tugas-tugas kerajaan. 24 Pada tahun 1872, Ratu Agung mengangkat putranya, Anak Agung Ketut Karangasem 25 sebagai putra mahkota. Sejak saat itu, pemerintahan dijalankan berdua sebagai penguasa. Pada tahun 1894 ketika Ratu Agung lanjut usia, Ia mengangkat seorang putranya yaitu Anak Agung Made Karangasem 26 untuk menjadi pembantu dalam menjalankan pemerintahan 27 namun kehadiran Anak 23 Dinda aminah adalah istri Ratu Agung Gde Ngurah Karangasem raja kerajaan Mataram Lombok. Ia adalah wanita Sasak yang merupakan anak dari kepala desa Kalijaga. Lebih lanjut lihat Eck, R, van, Schets van het eiland Lombok, Tijschrift voor Indische Taal, Land-een, Volkenkunde Uitgegeven door he Bataviasch Genootschap van Kusten en Wetenschappenn, Deel 22, (1875), hlm Jurrien Van Goor, Kooplieden, Predikaten en Bestuurders Overzee. (Hes Uitgevers/Utrecht, 1982), hlm Anak Agung Ketut Karangasem adalah wakil raja Kerajaan Mataram Lombok yang berkuasa di Lombok pada tahun Lebih lanjut lihat A.A. Gde Putra Agung. Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke Kolonial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm Anak Agung Made Karangasem adalah wakil raja Kerajaan Mataram Lombok yang berkuasa di Lombok pada tahun Lebih lanjut lihat A.A. Gde Putra Agung. Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke Kolonial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm W. Cool, De Lombok Expeditie. (Batavia, 1896), hlm

9 9 Agung Made Karangasem menimbulkan perpecahan dalam istana Mataram. Anak Agung Ketut Karangasem lebih memihak orang-orang Sasak daripada orangorang Bali. Kondisi ini telah mewarnai sikap Anak Agung Made Karangasem yang memandang peranan Said Abdullah terlalu luas yang dianggap membahayakan pemerintahan Mataram. Hal ini juga menyebabkan pembatasan aktivitas Said Abdullah. Terjadi konflik antara Anak Agung Made Karangasem dengan Said Abdullah. Ia dituduhkan menerima tamu, 2 orang Turki dan mengumpulkan massa di rumahnya dan menghasut masyarakat Sasak untuk memberontak terhadap kerajaan Mataram. Said abdullah juga dituduh memainkan peran ganda dengan mencari pelindung baru dari agen perusahaan pelayaran Hindia Belanda di Ampenan 28. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan Said Abdullah terpaksa menyerahkan cap kerajaan dan jabatannya sebagai syahbandar pelabuhan Ampenan pada tahun Pelabuhan Ampenan merupakan salah satu pelabuhan penting dalam jaringan pelayaran dan perdagangan di Pulau Lombok dikarenakan pelabuhan Ampenan mempunyai faktor geografis dan demografis yang sangat mendukung. 28 Alfons van der Kraan. Lombok: Conquest, Colonization, and Underdevelopment, (Singapura: Heinemann Educational Books LtD, 1980). hlm I Gde Parimartha, Politik, Perdagangan, dan Konflik di Lombok , Tesis Pascasarjana Program Studi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia, hlm 142.

10 10 Peranan syahbandar dalam menjalankan fungsi organisasi dan roda pelayaran dan perdagangan di pelabuhan Ampenan menjadi sangat vital. B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, permasalahan pokok skripsi ini adalah apa peran syahbandar di Pelabuhan Ampenan dan dampak politikekonominya terhadap pelayaran dan perdagangan di Pelabuhan Ampenan. Pulau Lombok, di mana Pelabuhan Ampenan berada memainkan peran penting sebagai penghubung antara kepulauan Nusa Tenggara dengan Jawa dan juga sebagai salah satu jalur perdagangan regional dan internasional. Dari rumusan permasalahan pokok diatas, beberapa buah pertanyaan penelitian dapat dirumuskan, yaitu: Bagaimana hubungan antara syahbandar dengan penguasa Kerajaan Mataram? Bagaimana kebijakan syahbandar dalam mengelola pelabuhan Ampenan? Cakupan spasial dan temporal ruang lingkup penelitian ini adalah pelabuhan Ampenan pada tahun Alasan diambilnya pelabuhan Ampenan sebagai spasial penelitian berawal dari keinginan penulis untuk melakukan penelitian mengenai aktivitas politik-ekonomi perdagangan yang dititikberatkan pada peran syahbandar di pelabuhan Ampenan. Pelabuhan Ampenan pada saat itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram. Pada kurun waktu tersebut pelabuhan Ampenan sebagai pelabuhan utama Kerajaan Mataram memiliki dua syahbandar yang mengepalai pelabuhan tersebut yaitu G.P. King ( ) dan Said Abdullah ( ).

11 11 Dipilihnya tahun karena pada tahun 1835 pelayaran dan perdagangan di pelabuhan Ampenan mulai ramai yang ditandai dengan hadirnya G.P. King untuk berdagang di sana. Batas akhir sampai tahun 1888 karena pada tahun 1888 terjadi kekacauan politik yang ditandai dengan pemecatan Said Abdullah dari jabatannya sebagai syahbandar pelabuhan Ampenan. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menjelaskan bahwa dalam mengorganisasikan pelabuhan di Ampenan dalam arus pelayaran dan perdagangan di Nusantara, syahbandar mempunyai peranan yang penting. Terkait itu, pelabuhan Ampenan menjadi salah satu pelabuhan yang penting di Lombok. Peranan syahbandar di dalam menjalankan fungsi organisasi dan roda pelayaran dan perdagangan di pelabuhan Ampenan menjadi menarik dikarenakan selama ini kajian yang ada kebanyakan tentang perdagangan secara umum di Lombok. Selain itu, penelitian ini juga diharapkankan memperkaya perbendaharaan historiografi Indonesia khususnya mengenai Lombok dan Pelabuhan Ampenan. D. Tinjauan Pustaka Anif 30 menggambarkan tentang Pelabuhan Semarang dalam jaringan perdagangan di kawasan Asia. Pelabuhan Semarang pada waktu itu mempunyai peranan yang penting dalam pegintegrasian ekonomi nasional Indonesia. 30 Anif E. Trisnadi, Merajut Jejaring Perdagangan dan Mendorong Integrasi Ekonomi Nasional: Pelabuhan Semarang , skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, 2013.

12 12 Pertama, karya Alfons van der Kraan. Lombok: Conquest, Colonization, and Underdevelopment, yang membahas tentang Lombok pada abad ke-19 saat Lombok dikuasai Kerajaan Karangasem Bali hingga pascakedatangan Belanda di Lombok. 31 Tesis dari I Gde parimartha 32, menjelaskan secara spesifik tentang konflik antara kerajaan Mataram Lombok dengan Karangasem Sasak yang memperebutkan kekuasaan di Lombokjuga konflik antara M.J. Lange dan G.P. King yang memperebutkan posisi syahbandar yang utama di Lombok. I Gde Parimatha 33 menggambarkan aktivitas perdagangan dan politik di Nusa Tenggara yang pada salah satu aspek kajian spasialnya adalah Lombok. Diterangkan pola pelayaran dan perdagangan yang terjadi pada waktu kurun waktu tersebut. Buku ini menjelaskan Pelabuhan Ampenan sebagai salah pelabuhan penting dalam jaringan perdagangan di Nusa Tenggara. Usaha Pemerintah Hindia Belanda untuk menyebarluaskan pengaruh politiknya melalui pembukaan kantor dagang di Bali dan Lombok diterangkan 31 Alfons van der Kraan. Lombok: Conquest, Colonization, and Underdevelopment, (Singapura: Heinemann Educational Books LtD, 1980). 32 I Gde Parimartha, Politik, Perdagangan, dan Konflik di Lombok , Tesis Pascasarjana Program Studi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia, I Gde Parimartha. Perdagangan dan Politik di Nusa Tenggara, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2002).

13 13 oleh Ide Anak Agung Gde Agung 34 dalam bukunya, termasuk usaha Pemerintah Hindia Belanda untuk menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan di Lombok. Buku paling komprehensif mengenai integrasi ekonomi melalui jejaring pelabuhan adalah disertasi dari Singgih Tri Sulistiyono. 35 Buku ini menguraikan secara detail bahwa pelabuhan Surabaya merupakan pintu masuk jalur perdagangan di kawasan Nusa Tenggara pada masa Pemerintah Hindia Belanda membuka Surabaya sebagai pelabuhan bebas. Sementara itu, dalam skripsi milik I Nyoman Pageh 36 menjelaskan mengenai Peranan syahbandar di Lombok dalam mengorganisasikan perdagangan di pelabuhan-pelabuhan Lombok dan membahas perkembangan perdagangan di pelabuhan-pelabuhan di Lombok. Ia juga menyinggung Pelabuhan Ampenan sebagai sebuah pelabuhan yang sudah berkembang dan mempunyai posisi yang strategis dalam perdagangan di Pulau Lombok. Tinjauan pustaka di atas dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni sejarah perkembangan kota pelabuhan, perdagangan, dan syahbandar. Dari kajian- 34 Ide Anak Agung Gde Agung. Bali Pada Abad XIX, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989). 35 Singgih Tri Sulistiyono, The Java Sea Network: Patterns in the Development of Interregional Shipping and Trade in the Process of National Economic Integration in Indonesia 1870s-1970s, Disertasi Universiteit Leiden, I Nyoman Pageh. Peranan Syahbandar di Lombok Skripsi. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana, 1988.

14 14 kajian tersebut yang secara khusus membahas mengenai peranan syahbandar dalam mengorganisir pelayaran dan perdagangan di Lombok secara umum hanya tesis dari I Nyoman Pageh. Akan tetapi, kajian tersebut membahas secara luas peranan syahbandar dalam mengorganisir pelabuhan khususnya di semua pelabuhan di pulau Lombok. Dengan demikian, pembahasan mengenai peran syahbandar dalam mengelola pelabuhan Ampenan secara spesifik belum dilakukan sehingga celah ini yang dikaji dalam penelitian ini. E. Metode dan Sumber Penelitian ini akan dikembangkan secara deskripsi naratif. Tema yang dikerjakan penulis adalah sejarah maritim yang kajiannya menekankan pada aspek politik-ekonomi. Sebagai tulisan sejarah, akan digunakan juga metode sejarah yang menurut G.J. Garraghan merupakan prinsip-prinsip untuk menelusuri sumber-sumber material sejarah, menilai secara kritis, dan menyajikan sebuah sintesis dalam bentuk tulisan pada umumnya dari hasil penelitian yang didapatkan. 37 Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan sumber yang relevan berupa buku, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, dan arsip. Penulis memfokuskan pada studi pustaka ke berbagai perpustakaan baik tingkat lokal maupun nasional untuk menemukan sebanyak mungkin sumber dan informasi terkait. Diantaranya, 37 G.J. Garraghan, A Guide Historical Method, (New York: Fordham University Press, 1957), hlm. 33.

15 15 seluruh perpustakaan di lingkungan Universitas Gadjah Mada yang terkait, Perpustakaan di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana di Bali, Badan Arsip dan Perpustakaan Nusa Tenggara Barat di Lombok, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta, dan Arsip Nasional Republik Indonesia di Jakarta. F. Sistematika Penulisan Penulisan ini terbatas pada periode sebelum kolonial. Penulisan ini dimulai dengan memberikan gambaran mengenai konteks kewilayahan dari Lombok secara umum dan pelabuhan Ampenan secara khusus. Dalam konteks ini dijelaskan mengenai aspek geografis dan demografis Lombok. Konteks ini sangat penting ketika pelabuhan Ampenan menjadi salah satu tempat strategis yang dilalui jalur pelayaran dan perdagangan regional dan internasional. Bagian ini juga dijelaskan perekonomian Lombok yang sangat tergantung pada pelayaran dan perdagangan yang pada saat itu ditopang oleh Pelabuhan Ampenan. Latar historis Lombok yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan besar menjadikan Lombok menjadi salah satu tempat yang potensial untuk pelayaran dan perdagangan. Potensi yang dimiliki oleh Lombok pada akhirnya membuat peranan syahbandar menjadi sangat penting dalam mengorganisasi pelabuhan Ampenan. Hubungan antara syahbandar dan penguasa kerajaan Mataram menjadi sangat penting untuk mebuat politik-ekonomi pelabuhan Ampenan berjalan dengan baik. Selain itu, dibahas lebih dalam mengenai bagaimana syahbandar berperan tidak hanya dalam perdagangan, tetapi juga dalam bidang politik di kerajaan Mataram.

16 16 Pada bagian selanjutnya, apa yang telah dilakukan syahbandar sebagai pengornanisir Pelabuhan Ampenan dalam menjalankan roda pelayaran dan perdaganganditandai dengan aktivitas perdagangan berupa ekpor dan impor di dalamnya dan dampaknya dalam pelayaran dan perdagangan regional dan internasional. Sistematika penulisan tersebut dibuat sesistematik mungkin agar dapat menjelaskan secara mudah peranan syahbandar dalam mengordinasikan Pelabuhan Ampenan sebagai salah satu pelabuhan jejaring pelayaran dan perdagangan di Nusantara. Kesalahan dan kekurangan dalam menjelaskan masalah tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

DAFTAR PUSTAKA. Arsip Nasional Republik Indonesia, Ikhtisar Keadaan Politik Hindia-Belanda tahun Jakarta, 1973.

DAFTAR PUSTAKA. Arsip Nasional Republik Indonesia, Ikhtisar Keadaan Politik Hindia-Belanda tahun Jakarta, 1973. DAFTAR PUSTAKA A. Arsip dan terbitan resmi pemerintah: Arsip Nasional Republik Indonesia, Ikhtisar Keadaan Politik Hindia-Belanda tahun 1839-1848. Jakarta, 1973. Arsip Nasional Republik Indonesia, Surat-Surat

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) TUGAS AKHIR Oleh : RINA MERIANA L2D 305 139 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur Pulau

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur Pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumatera Timur (Ooskust van Sumatra atau Sumatra s Ooskust) merupakan istilah yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak. yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara.

BAB I PENDAHULUAN. Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak. yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara. Mayoritas orang Tionghoa di Borneo Barat 1 datang dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an,

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendaratan ikan berlangsung selama 24 jam dan tidak ada waktu khusus kapal mendarat. Kegiatan pendaratan ikan pada pagi hari, kebanyakan orang adalah nelayan, buruh nelayan

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Kedudukan Opsir Cina dalam Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia antara Tahun 1910-1942. Bab ini berisi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR Oleh : SEVINA MAHARDINI L2D 000 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB 8 PENUTUP. Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam

BAB 8 PENUTUP. Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam BAB 8 PENUTUP 8.1 Rangkuman Penempatan benda-benda megalitik di Kawasan Lembah Iyang-Ijen Kabupaten Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam menyikapi lingkungan. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

TANGGAPAN ATAS LAPORAN

TANGGAPAN ATAS LAPORAN TANGGAPAN ATAS LAPORAN PENELITIAN TRANSFORMASI SOSIAL DI PERKOTAAN PANTAI UTARA JAWA: Studi Perbandingan Cirebon dan Gresik DJOKO MARIHANDONO DAN HARTO JUWONO FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

Sejarah Sosial & Politik Indonesia. Sejarah Sosial & Politik Indonesia Sejarah Ina Modern * Ricklefs: sejarah tertulis dimulai prasasti Yupa, Kutai 400M *3 unsur fundamental sbg kesatuan historis Budaya & agama: Islamisasi Ina 1300 M Unsur

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara tahun 1830 hingga akhir abad ke-19 dinamakan Culturstelsel (Tanam Paksa).

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

kita bisa mengetahui dan memperoleh informasi mengenai destinasi pariwisata yang ada dan baru ada di Bali. Mengenai banyaknya jumlah biro perjalanan

kita bisa mengetahui dan memperoleh informasi mengenai destinasi pariwisata yang ada dan baru ada di Bali. Mengenai banyaknya jumlah biro perjalanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai daerah pariwisata mempunyai berbagai hal yang menarik untuk di kunjungi. Hal menarik tersebut mulai dari obyek wisata, bermacam kreasi budaya, adat istiadat

Lebih terperinci

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni]

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni] ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL [Dewi Triwahyuni] FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KERJASAMA DI ASIA TENGGARA Setiap negara butuh hubungan dan kerja sama dengan negara lain dalam berbagai hal. Sebagai contoh,

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

KOLONIALISME DAN IMPERIALISME KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam

BAB I PENDAHULUAN. merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan wilayah juga harus memperhatikan pembangunan ekonomi daerah untuk dapat memacu pengembangan wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

Revolusi Industri: Latar Belakang, Proses Revolusi, & Dampaknya

Revolusi Industri: Latar Belakang, Proses Revolusi, & Dampaknya Revolusi Industri: Latar Belakang, Proses Revolusi, & Dampaknya Didiek Prasetya M.Sn Revolusi Industri ~ Revolusi bisa diartikan sebagai perubahan secara cepat atau perubahan yang cukup mendasar dalam

Lebih terperinci

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur Melacak Perburuan Mutiara dari Timur A. Latar Belakang Masuknya Bangsa Barat Peta diatas merupakan gambaran dari proses kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Nusantara. Garis menggambarkan proses perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangPenelitian Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asalnya dari satu daerah di negara Cina/Tiongkok, tetapi terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015 No. 05/02/34/Th.XVIII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2015 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 No. 33/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota Jakarta adalah kota yang berkembang dan memiliki banyak sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota Jakarta adalah kota yang berkembang dan memiliki banyak sejarah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta adalah kota yang berkembang dan memiliki banyak sejarah di dalamnya. Sejarah kawasan dapat menjadi sebuah karakteristik tersendiri bagi suatu kawasan yang

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 No. 29/06/34/Th.XVIII, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan April

Lebih terperinci

1. Dalam sistem pentadbiran Melaka, Sultan dibantu oleh empat orang pembesar iaitu,(m/s 58) a) b) c) d)

1. Dalam sistem pentadbiran Melaka, Sultan dibantu oleh empat orang pembesar iaitu,(m/s 58) a) b) c) d) SOALAN LATIHAN SEJARAH TINGKATAN 1 Bab 5 KEGEMILANGAN MELAKA 1. Dalam sistem pentadbiran Melaka, Sultan dibantu oleh empat orang pembesar iaitu,(m/s 58) a) b) c) d) 2. Nyatakan tugas-tugas Bendahara, (m/s

Lebih terperinci

Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI

Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Makalah Diskusi SEJARAH SOSIAL EKONOMI Oleh: Zulkarnain JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 SISTEM TANAM PAKSA Oleh: Zulkarnain Masa penjajahan yang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 1. Persentuhan antara India dengan wilayah Nusantara didorong oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang paling penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN A. Kondisi Geografis Penelitian yang berjudul Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Kader Muhammadiyah dan Pahlawan

Lebih terperinci

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono 6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PEREKONOMIAN GLOBAL

KONSEP DASAR PEREKONOMIAN GLOBAL Indah Oktaviani, M. Si KONSEP DASAR PEREKONOMIAN GLOBAL TPB SEM. II 2017/2018 Kebutuhan 1. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang, yang apabila tidak terpenuhi maka dapat menganggu

Lebih terperinci

No. 109, 2007(Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4759)

No. 109, 2007(Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4759) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 109, 2007(Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4759) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14.

Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK Lembar BIL Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. B ila hanya ada sedikit waktu untuk berlibur, pilihan transportasi paling mudah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166 kilometer merupakan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1 Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri Titik Pudjisatuti 1 1. Pengantar Banten sebagai salah satu kesultanan Islam terbesar di Nusantara pada abad ke-16--17 telah menarik perhatian banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan sebagai pengawet

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 No. 12/03/34/Th.XVIII, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BINTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BINTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BINTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang sangat luas. Sebagai negara maritim luas wilayah laut yang mencakup wilayah pesisir dan lautannya memiliki luas 5,8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

Lebih terperinci

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo Kabupaten Karangasem dengan sebutan "Pearl from East Bali" merupakan tujuan wisata ketiga setelah

Lebih terperinci

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi *Diselenggarakan 20 November 2013 oleh Jurusan Sejarah & Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata sudah merupakan bagian penting dari kebutuhan manusia. Pariwisata sendiri sebenarnya adalah sebuah kegiatan rekreasi atau liburan yang mana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang seolah baru sadar bahwa apa yang diakui negara lain itu miliknya.

BAB I PENDAHULUAN. orang yang seolah baru sadar bahwa apa yang diakui negara lain itu miliknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semenjak isu batik Indonesia diakui sebagai budaya Malaysia maka banyak orang yang seolah baru sadar bahwa apa yang diakui negara lain itu miliknya. Sebagai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas sejarah yang berjudul Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 . 04/01/34/Th.XIX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Pada tahun 1884 terjadi krisis yang dialami industri gula di pulau Jawa, terjadi kemerosotan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Pada tahun 1884 terjadi krisis yang dialami industri gula di pulau Jawa, terjadi kemerosotan 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian ini akan menitikberatkan pada sejarah kesehatan di Indonesia khususnya kota Malang pada tahun 1911-1916. Sehingga pada latar belakang ini, penulis akan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2016 . 09/02/34/Th.XIX, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2016 Nilai ekspor barang asal D.I. Yogyakarta yang dikirim melalui beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan

Lebih terperinci