Laporan KPPIP. Periode Juli - Desember 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan KPPIP. Periode Juli - Desember 2016"

Transkripsi

1 Laporan KPPIP Periode Juli - Desember 2016 Laporan KPPIP Semester i

2

3 Laporan KPPIP Semester Periode Juli 2016 Desember 2016 DAFTAR ISI BAB 01 Perkembangan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Bab ini mencakup highlights perkembangan KPPIP sebagai institusi, dimana termasuk: Perkenalan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). Pengembangan KPPIP Dengan Revisi Peraturan Presiden No.75 Tahun Pengembangan Project Management Office (PMO) KPPIP. Dukungan KPPIP Untuk Kebijakan Terkait Percepatan Penyediaan Infrastruktur BAB 02 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Bab ini mencakup highlights perkembangan terkait peraturan, fiskal, dan institusional yang mendukung percepatan penyediaan infrastruktur dan rangkuman pencapaian proyek prioritas KPPIP (milestones). 9 A. Perbaikan Peraturan Terkait Infrastruktur 12 Paket Kebijakan Ekonomi. Percepatan Perizinan Melalui BKPM. Revisi Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2015 tentang Penunjukkan BUMD sebagai Kontraktor B. Perbaikan Peraturan Terkait Kebijakan Fiskal 14 Peraturan Menteri Keuangan No. 129 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No. 265 Tahun 2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Menteri Keuangan No. 130 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 96 tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Di Daerah Laporan KPPIP Semester iii

4 C. Perbaikan Peraturan Terkait Kelembagaan 16 Rancangan Peraturan Presiden tentang Penyediaan Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN. Pembubaran Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN) dan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN). Pembiayaan Investasi Non-APBN (PINA) D. Perkembangan KPBU di Indonesia 17 Kemajuan KPBU di Indonesia. 17 BAB 03 Pencapaian KPPIP 19 Bab ini mencakup laporan pencapaian KPPIP untuk proyek dalam hal peningkatan kualitas penyiapan proyek, penetapan skema pendanaan, monitoring dan debottlenecking serta perbaikan peraturan. A. Dukungan Penyiapan Proyek 21 Penyusunan Outline Business Case/OBC Pelabuhan Hub Internasional (PHI) Kuala Tanjung. Harga Keekonomian Produk Kilang Minyak Bontang. Penyusunan Dokumen AMDAL Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Merauke. Studi Kelembagaan Pendanaan dalam Pengadaan Infrastruktur di Indonesia B. Penetapan Proyek 22 Penandatanganan Perjanjian KPBU dan Financial Close SPAM Harga Keekonomian Produk Kilang Minyak Bontang adalah Poin Kedua. Penandatanganan Perjanjian KPBU Palapa Ring Broadband Paket Timur. Pencapaian Financial Close Palapa Ring Broadband Paket Tengah dan Paket Barat. Penerbitan Penetapan Lokasi untuk Central West Java Transmission Line 500 kv. Pengadaan Badan Usaha Jalan Tol Serang Panimbang C. Dukungan Penyiapan Proyek 24 Kesesuaian Tata Ruang untuk Transmisi Sumatera 500 kv. Prioritasisasi Pembangunan Zona Lainnya setelah Zona 1 dan 6 Jakarta Sewerage System (JSS). Debottlenecking Penyusunan Dok. AMDAL Pelabuhan Patimban. Pengalokasian Kebutuhan Sisa Dana Pengadaan Tanah untuk Kereta Api Makassar Pare Pare oleh BLU LMAN. Kesepakatan Legal Standing Penyelenggaraan Prasarana Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan. Penjaminan Medium Term Notes (MTN) dan Obligasi Pembiayaan Jalan Tol Trans Sumatera (8 ruas prioritas) oleh Pemerintah melalui Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan No. 168/PMK.08/ iv Laporan KPPIP Semester

5 D. Pencapaian dalam Perbaikan Peraturan terkait Infrastruktur 27 Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Peraturan Presiden No. 102 Tahun 2016 tentang Pendanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional BAB 04 Daftar Proyek Prioritas KPPIP SPAM Semarang Barat 2. Jakarta Sewarage System 3. National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A 4. Kilang Minyak Bontang 5. Kilang Minyak Tuban 6. Revitalisasi Kilang Eksisiting (RDMP) 7. High Voltage Direct Current (HVDC) 8. Transmisi Sumatera 500kV 9. Central West Java Transmission Line 500 kv 10. Central Java Power Plant (PLTU Batang) 11. PLTU Indramayu 12. A. PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 B. PLTU Mulut Tambang Sumsel 9, PLTA Karangkates IV & V (2x50 MW) 14. PLTA Kesamben (37 MW) 15. PLTMH Lodoyo (10MW) 16. Jalan Tol Balikpapan Samarinda 17. Jalan Tol Manado Bitung 18. Jalan Tol Serang Panimbang 19. A. Jalan Tol Medan Binjai (8 Ruas Jalan Tol Trans Sumatera) B. Jalan Tol Palembang Indralaya (8 Ruas Trans Sumatera) C. Jalan Tol Bakauheni Terbanggi Besar (8 Ruas Trans Sumatera) D. Jalan Tol Pekabaru Dumai (8 Ruas Trans Sumatera) E & F. Jalan Tol Terbanggi Besar Pematang Panggang Kayu Agung (8 Ruas Trans Sumatera) G. Jalan Tol Palembang Tanjung Api-Api (8 Ruas Trans Sumatera) H. Jalan Tol Kisaran Tebing Tinggi (8 Ruas Trans Sumatera) 20. MRT Jakarta Jalur Utara Selatan 21. Kereta Ekspres Bandara Soekarno Hatta Laporan KPPIP Semester v

6 22. Kereta Api Makassar Pare Pare 23. Kereta Api Kalimantan Timur 24. Light Rail Transit Sumatera Selatan 25. Light Rail Transit Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi 26. Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung 27. Pelabuhan Hub Internasional Bitung 28. Pelabuhan Patimban 29. Inland Waterways/Cikarang Bekasi Laut 30. Palapa Ring Broadband BAB 05 Proyek Strategis Nasional 87 Penjelasan tentang Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Proyek Strategis Nasional dan peran KPPIP untuk mendorong PSN tersebut. Selain itu, Bab ini mencakup kegiatan KPPIP dalam melakukan evaluasi PSN dan posisi terakhir proyek. Status PSN Saat Ini Evaluasi dan Monitoring PSN Sistem Teknologi Informasi (TI) KPPIP BAB 06 Kebijakan Terkait Infrastruktur yang Didukung KPPIP 97 Bab ini mencakup penjelasan tentang substansi revisi Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2015 yang sedang berlangsung dan fasilitasi percepatan penerbitan peraturan yang dilakukan oleh KPPIP, contohnya untuk sinkronisasi Perpres BLU LMAN dari Kementerian Keuangan dan Perpres Bank Tanah dari Kementerian ATR. A. Kemajuan Kebijakan dan/atau Regulasi yang Telah Teridentifikasi 99 Perubahan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. Sinkronisasi Penyusunan Raperpres Pendanaan untuk Pengadaan Tanah bagi PSN antar Kementerian/Lembaga. Mendukung Percepatan Penerbitan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) dari APBD. Perubahan terhadap Peraturan Pemerintah tentang Jasa Konstruksi untuk Mengakomodir Percepatan Pengadaan Kontraktor oleh BUMD yang Mendapatkan Penugasan Pemerintah B. Identifikasi Kebijakan dan/atau Regulasi yang Perlu Dilakukan Perbaikan 102 Perubahan terhadap Peraturan Pemerintah tentang Perkeretaapian untuk Mengakomodir Percepatan Pelaksanaan Proyek Prioritas Kereta Api Kalimantan Timur. Perubahan terhadap Ketentuan Minimum Modal Disetor untuk Badan Usaha Penyelenggara Pelabuhan Utama vi Laporan KPPIP Semester

7 Perubahan terhadap Kebijakan di Bidang Perbankan untuk Mendukung Pembiayaan Infrastruktur Melalui Skema Project Financing. Koordinasi Perubahan terhadap Ketentuan Pengenaan Pajak di Bidang Hulu Minyak dan Gas Bumi BAB 07 Rencana KPPIP ke Depan 105 A. Rencana KPPIP ke Depan 107 Pencapaian Saat Ini Rencana Pencapaian 1 Tahun ke Depan Upaya Pencapaian Target B. Kegiatan KPPIP untuk Pengembangan Kapasitas 109 Webinar KPPIP Modul Pengembangan Kapasitas KPPIP Laporan KPPIP Semester vii

8

9 01BAB Perkembangan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Laporan KPPIP Semester

10 2 Laporan KPPIP Semester

11 Perkenalan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmen yang kuat dalam mempercepat penyediaan infrastruktur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat. Akan tetapi proses penyediaan infrastruktur seringkali terhambat di lapangan sehingga membutuhkan penyiapan yang lebih baik meskipun sudah mendapatkan komitmen dari tingkat tinggi. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas dengan membentuk KPPIP dan memberikan mandat untuk melaksanakan percepatan proyek-proyek yang terpilih sebagai proyek prioritas sebagaimana diatur dalam Peraturan Menko Perekonomian No. 12 Tahun Seiring diterbitkannya Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2016 dan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, maka mandat KPPIP pun berkembang. KPPIP dimandatkan untuk melakukan seleksi dan evaluasi atas daftar Proyek Strategis Nasional dan melaporkan kepada Presiden secara periodik. Dalam melakukan evaluasi, KPPIP bekerja sama dengan Penanggung Jawab Proyek (PJP) untuk melakukan pengumpulan dan verifikasi data, penyusunan Rencana Aksi, identifikasi isu, dan pemutakhiran status terakhir proyek. Dari hasil evaluasi tersebut, KPPIP telah menyusun hasil evaluasi yang dibahas di tingkat Tim Pelaksana dan Komite KPPIP untuk menentukan revisi Daftar PSN. Selain melakukan evaluasi PSN, KPPIP juga mendukung Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN) melakukan prioritasisasi alokasi pendanaan penyediaan tanah untuk PSN. Laporan KPPIP Semester

12 MANDAT KPPIP Pemilihan proyek strategis nasional Mandat berdasarkan Perpres No. 75 Tahun Proyek Top Down (usulan presiden/wakil) Penerapan standar kualitas Pra-Studi Kelayakan (OBC) serta melakukan revisi/ re-do bila diperlukan (3-6 bulan) Proyek Bottom Up (usulan K/L/Pemda) 2 Penetapan Daftar Proyek Prioritas Penetapan skema & sumber pendanaan untuk proyek yang ditetapkan sebagai prioritas 3 APBN Koordinasi antara PJP dengan Kementerian PPN terkait sumber pendanaan (APBN, APBD, PHLN) Penugasan BUMN ditujukan untuk percepatan pelaksanaan dan pemanfaatan kapasitas nansial BUMN OUTPUT KPPIP KPBU Strategic Funding PPP Unit di Kemenkeu untuk mengkoordinasikan penyusunan Final Business Case (FBC) dan transaction advisory untuk implementasi proyek KPBU ( melibatkan konsultan bertaraf internasional ) Daftar Proyek Prioritas yang disetujui semua pihak Rencana Aksi dengan target pencapaian serta insentif dan disinsentif Service Level Agreement (SLA) yang mengikat Monitoring and debottlenecking KPPIP menyusun rencana aksi dan memantau serta melakukan debottlenecking Memetakan strategi dan kebijakan di sektor infrastruktur Memfasilitasi peningkatan kapasitas aparatur dan kelembagaan terkait penyediaan infrastruktur prioritas Memantau serta melakukan strategi debottlenecking untuk proyek strategis nasional 4 Laporan KPPIP Semester

13 PENGEMBANGAN KPPIP DENGAN REVISI PERATURAN PRESIDEN NO. 75 TAHUN 2014 Seiring berjalannya KPPIP dan dampak dari perubahan akibat factor eksternal, maka disepakati bahwa Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 perlu mengakomodir perubahan-perubahan tersebut. Beberapa hal yang berubah mencakup penambahan anggota komite, penambahan jenis infrastruktur, mengakomodir fasilitas percepatan pengadaan di Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016, dan pembentukan Panel Konsultan. Pada Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014, KPPIP dibentuk dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai Ketua dan Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Menteri Agraria dan Tata Ruang, dan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN sebagai anggota. Dengan adanya perubahan kebinet dengan naiknya Presiden Jokowi pada Oktober 2014, maka KPPIP akan menambahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sebagai Wakil Ketua dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai anggota. Selain itu, revisi juga mencakup penambahan 4 jenis infrastruktur prioritas yang dapat didukung oleh KPPIP sehingga keseluruhan menjadi 13 jenis. Jenis infrastruktur yang ditambahkan adalah infrastruktur fasilitas pendidikan, infrastruktur kawasan, infrastruktur pariwisata, dan infrastruktur kesehatan. Penambahan jenis infrastruktur tersebut telah mempertimbangkan jenis infrastruktur yang diatur dalam peraturan lain, seperti Peraturan Presiden No. 38 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha. Selanjutnya, revisi Perpres juga mencakup penambahan pasal tentang percepatan proses pengadaan yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016, seperti pengadaan langsung untuk jasa konsultansi atau jasa lainnya dengan nilai paling tinggi Rp 500 Juta, penunjukan langsung kepada Lembaga Keuangan Internasional untuk memfasilitasi penyiapan infrastruktur prioritas, dan penunjukan langsung satu kali untuk Penyedia Barang yang telah melakukan kontrak sejenis dengan kinerja baik. Selanjutnya, revisi Perpres mencakup penambahan pasal tentang pembentukan Panel Konsultan. Dengan adanya Panel Konsultan, KPPIP melaksanakan prakualifikasi dan seleksi awal. Konsultan yang lolos prakuaifikasi akan diberikan kontrak payung dengan jangka waktu 3 tahun di dalam Panel dan dapat ditunjuk langsung oleh KPPIP ketika dibutuhkan. Dengan adanya Panel Konsultan, diharapkan agar penyiapan proyek dapat dilaksanakan tanpa terhambat waktu pengadaan. Laporan KPPIP Semester

14 PENGEMBANGAN PROJECT MANAGEMENT OFFICE (PMO) KPPIP PMO KPPIP terdiri dari tenaga ahli profesional untuk melakukan analisa dan bertindak sebagai dapur KPPIP. Selain melakukan analisa untuk rekomendasi kebijakan atau pengambilan keputusan di tingkat Tim Pelaksana dan Menteri, PMO KPPIP berperan untuk memberikan masukan atas kebijakan dan strategi, mendukung prioritasisasi proyek, mendorong kegiatan penyelesaian masalah (debottlenecking), menyusun rekomendasi kebijakan dan peraturan, dan menyusun strategi pengembangan kapasitas pihak terkait. PMO KPPIP diisi oleh Direktur Program dan Direktur Sektor, mencakup sektor energi dan ketenagalistrikan, sektor transportasi, sektor jalan dan jembatan, sektor air dan sanitasi, dan keuangan. Untuk mendukung kegiatan harian, PMO juga didukung oleh tim konsultan untuk pelaksanaan, hukum, dan komunikasi. STRUKTUR ORGANISASI Tim Pelaksana harian Direktur Program Tim Pengadaan: 1.TA Senior Procurement 2. TA Procurement Office Manager Tim Administrasi Direktur Sumber Daya Manusia Direktur Finansial Direktur Proyek Sektor Energi Direktur Proyek Sektor Sumber Daya Air Direktur Proyek Sektor Transportasi Direktur Proyek Sektor Jalan & Jembatan Direktur Capacity Development Tenaga Ahli Komunikasi KONSULTAN PENDAMPING PMO Konsultan Hukum PANEL KONSULTAN Selama tahun 2016, PMO KPPIP juga mengawasi implementasi sistem Teknologi Informasi (TI) KPPIP untuk pemantauan proyek prioritas dan PSN. Tujuan dari pembentukan Sistem TI tersebut adalah untuk melakukan sinkronisasi data dan status terakhir proyek, memudahkan pemantauan proyek dengan sistem yang terintegrasi, dan memberikan sistem warning jika ada tindak lanjut yang dibutuhkan. Dengan adanya sistem ini, diharapkan agar seluruh pihak terkait memperoleh informasi yang seragam dan terintegrasi. Sistem TI KPPIP dibentuk dengan bekerja sama dengan Kantor Staf Presiden dan telah dilakukan soft launch pada Tim Pelaksana KPPIP pada 30 November Laporan KPPIP Semester

15 DUKUNGAN KPPIP UNTUK KEBIJAKAN TERKAIT PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR Dukungan untuk percepatan penyediaan infrastruktur dibutuhkan dari tingkat strategis maupun di tingkat implementasi. Di samping menjalankan tugasnya untuk mendorong percepatan penyediaan proyek prioritas di tingkat implementasi, KPPIP juga memberikan kontribusi untuk masukan-masukan terkait kebijakan infrastruktur di tingkat tinggi. Pertama, KPPIP terlibat dalam penyusunan rekomendasi pengaliran dana dari dana repatriasi yang diperoleh dari program Tax Amnesty Pemerintah Indonesia. Kajian yang dilakukan oleh KPPIP mencakup analisa Economic Rate of Return (EIRR) proyek prioritas, penyusunan opsi investasi melalui investasi langsung dan tidak langsung (melalui instrumen finansial), strategi implementasi jangka pendek dengan memanfaatkan secondary market seperti Medium Term Notes (MTN), Efek Beragun Aset (EBA), Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT), dan opsi pembiayaan swasta untuk 30 proyek prioritas. Dari hasil kajian tersebut, diharapkan agar dana yang diperoleh dari tax amnesty dapat disalurkan sebagian untuk menutupi gap pendanaan pembangunan infrastruktur. Hasil kajian dan rekomendasi tersebut telah disampaikan kepada Menko Perekonomian dan Kementerian Keuangan. Kedua, KPPIP telah mendukung analisa terkait kebutuhan lahan untuk pembangunan infrasturktur, baik untuk infrastruktur eksisting atau infrastruktur yang akan dibangun di masa mendatang. Analisa dilakukan dengan menggunakan data yang tersedia dari Biro Pusat Statistik, data dan laporan Kementerian dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam penyusunan estimasi kebutuhan ke depan, KPPIP menganalisa benchmark dari infrastruktur eksisting atau data kebutuhan tanah untuk infrastruktur di luar negeri. Hasil kajian tersebut menjadi panduan Menko Perekonomian dalam menyampaikan estimasi kebutuhan lahan untuk infrastruktur dengan mempertimbangkan peruntukan lahan lainnya, seperti lahan kehutanan dan lahan pertanian. Hasil kajian telah disampaikan kepada Menko Perekonomian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Laporan KPPIP Semester

16

17 02BAB Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Laporan KPPIP Semester

18 10 Laporan KPPIP Semester

19 Perlambatan pertumbuhan ekonomi global pada tahun-tahun belakangan ini mengakibatkan penurunan pada pertumbuhan PDB negara maju dan negara berkembang. Berdasarkan World Bank Economic Outlook, pertumbuhan global diproyeksikan akan melambat pada 3,1% di 2016, sebelum mengalami perbaikan di 2017 pada angka 3,4%. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global, termasuk beberapa kejutan, seperti Brexit (referendum yang memutuskan United Kingdom keluar dari Uni Eropa), rebalancing pertumbuhan ekonomi di Tiongkok, tren produktivitas yang melambat, serta beberapa faktor non-ekonomi, seperti ketidakjelasan peraturan dan geopolitik. Untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi, salah satu fokus Pemerintah pada saat ini adalah melakukan percepatan pembangunan infrastruktur. Pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah upaya dalam rangka mendorong investasi untuk beragam sektor terkait infrastruktur. Dimulai dari upaya dalam meningkatkan sumber pendapatan dan investasi, hingga perbaikan dalam regulasi, fiskal, dan kelembagaan telah dilakukan Pemerintah guna mendorong pencapaian milestones proyek prioritas. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan sumber pendapatan dan investasi adalah dengan mengeluarkan aturan tentang Tax Amnesty yang secara efektif dimulai sejak Juli Pendapatan dari hasil uang tebusan Tax Amnesty diharapkan untuk dapat meningkatkan keberlangsungan penggunaan APBN. Dengan demikian, kemampuan belanja Pemerintah akan semakin besar, sehingga alokasi untuk pembangunan infrastruktur dapat ditingkatkan. pada proyek-proyek infrastruktur, ataupun investasi tidak langsung melalui instrumen finansial, baik dalam bentuk ekuitas, utang, ataupun derivatif. Contoh produk derivatif yang dikembangkan adalah Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT), Efek Beragun Aset (EBA), dan Dana Investasi Real Estate (DIRE). Sejak tahun 2015, Pemerintah juga telah melakukan reformasi dengan mengeluarkan 14 paket kebijakan ekonomi. Sejak Juli 2016, terdapat 2 Paket Ekonomi baru yang diterbitkan Pemerintah. Terkait kebijakan fiskal, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 129 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No. 265 Tahun 2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan Menteri Keuangan No. 130 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. Selain itu, Pemerintah juga akan segera mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 96 tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Di Daerah. Upaya perbaikan peraturan pemerintah dalam hal kelembagaan ditunjukan dengan perancangan Raperpres yang ditujukan untuk menjamin penyediaan dana Uang Ganti Rugi (UGR) PSN dengan cara dikelola oleh Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN), perampingan organisasi untuk penghematan anggaran, dan penyusunan rancangan Peraturan Presiden terkait Pembiayaan Investasi Non-APBN (PINA). Selain dana dari uang tebusan, Pemerintah juga dapat memanfaatkan dana repatriasi Tax Amnesty. Dana repatriasi Tax Amnesty ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pembiayaan infrastruktur melalui investasi langsung Dengan upaya yang dilakukan Pemerintah tersebut, diharapkan terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang didorong oleh peningkatan pertumbuhan pembangunan infrastruktur. Laporan KPPIP Semester

20 A. Perbaikan Peraturan Terkait Infrastruktur Paket Kebijakan Ekonomi Salah satu solusi yang ditempuh Pemerintah dalam menghadapi kendala dalam percepatan pembangunan infrastruktur Indonesia adalah melakukan reformasi berupa paket kebijakan ekonomi. Pemerintah telah mengeluarkan 14 paket kebijakan ekonomi sejak September 2015 hingga Desember Paket kebijakan ekonomi tersebut bertujuan untuk mengatur kembali regulasi Indonesia yang menghambat pertumbuhan ekonomi (deregulasi), mengatur kembali birokrasi Indonesia, dan memberikan insentif kemudahan hingga iklim investasi dan perekonomian di Indonesia menjadi kondusif dan menguat. Berikut di bawah adalah penjabaran paket kebijakan ekonomi tersebut: Paket Kebijakan Ekonomi Pokok Kebijakan VIII Kebijakan Satu Peta, mempercepat pembangunan kilang minyak dalam negeri dan memberikan insentif bagi perusahaan jasa pemeliharaan I Melakukan deregulasi atas 165 peraturan, mempercepat birokrasi perizinan terkait pengadaan lahan dan izin lainnya untuk proyek infrastruktur, memperkuat kepastian hukum untuk kepemilikan lahan, serta memperjelas tata cara dan kelengkapan dokumen yang dibutuhkan dalam prosedur IX Mendukung percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan melalui Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Infrastruktur Ketenagalistrikan untuk mencapai target rasio elektrifikasi sebesar 97% di tahun II perizinan Mempermudah layanan dalam pemberian izin investasi di kawasan industri, memangkas durasi untuk mengurus tax allowance dan tax holiday dan menghapus pungutan PPN X Meningkatkan perlindungan bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) melalui revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) III untuk alat transportasi Menurunkan harga BBM, gas, dan tarif dasar listrik bagi industri dan menyederhanakan izin pertanahan untuk kepentingan investasi XI Pengendalian risiko untuk memperlancar arus barang di pelabuhan melalui Indonesia Single Risk Management (ISRM) IV Memperbaiki sistem ketenagakerjaan serta sistem pendapatan yang meningkat setiap tahunnya dan memberikan kebijakan terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih XII Kebijakan deregulasi untuk mendukung kemudahan berusaha dengan memangkas dari 94 prosedur menjadi 10 prosedur untuk mendapatkan izin memulai usaha. luas dan terjangkau V Memberikan insentif berupa keringanan pajak dan revaluasi aset perusahaan dan BUMN serta individu untuk membuat sistem ekonomi dan investasi yang lebih transparan dan efisien XIII Penyederhanaan jumlah dan waktu perizinan yang diperlukan untuk membangun rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dari 33 izin/tahapan menjadi 11 izin/ rekomendasi. VI VII Memberikan insentif berupa kemudahan investasi untuk daerah KEK, regulasi sumber daya air dan proses perizinan yang cepat Memberikan keringanan pada industri padat karya, dimana PPh 21 menjadi tanggungan perusahaan XIV Menerbitkan Peta Jalan E-Commerce untuk mendorong perluasan dan peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat di seluruh Indonesia secara efisien dan terkoneksi secara global. Harapan dengan diimplementasikannya kebijakan-kebijakan tersebut adalah untuk dapat menarik lebih banyak investor, terutama investor dari luar negeri, sehingga meningkatkan investasi di Indonesia, terutama di sektor pembangunan infrastruktur. 12 Laporan KPPIP Semester

21 Percepatan Perizinan Melalui BKPM Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007, BKPM merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal. Pada 11 Januari 2016, Pemerintah meresmikan peluncuran 3 Jam Perizinan Investasi di BKPM. Produk-produk perizinan yang dapat diberikan melalui layanan izin investasi 3 jam diantaranya adalah: 1. Izin investasi 2. Akta Perusahaan dan Pengesahan 3. NPWP 4. Tanda Daftar Perusahaan 5. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) 6. Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) 7. Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) 8. Nomor Induk Kepabeanan (NIK) 9. Surat Keterangan Peta Informasi Ketersediaan Lahan Pada saat peluncuran layanan 3 Jam Perizinan Investasi, salah satu syarat yang dibutuhkan adalah investasi minimal Rp 100 Miliar dan/atau menyerap tenaga kerja minimal orang. Selanjutnya, untuk mendukung program Tax Amnesty, peserta Tax Amnesty dapat memanfaatkan layanan tersebut tanpa melihat batasan nilai investasi dan jumlah tenaga kerja. KPPIP turut mendukung BKPM dalam peningkatan investasi di Indonesia, salah satunya dengan menyampaikan peluang investasi pada infrastruktur prioritas pada forum-forum bisnis yang diadakan bersama dengan BKPM. Revisi Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2015 tentang Penunjukkan BUMD sebagai Kontraktor Revisi PP No. 79/2015 j.o PP No. 54/2016 diundangkan pada 22 November Adapun revisi yang dilakukan adalah pengaturan bahwa BUMD yang diberi penugasan oleh Pemerintah Daerah dapat melakukan penunjukkan langsung jasa kontraktor. Sebelum dilakukan revisi ini, hanya BUMN yang diberi penugasan oleh Pemerintah yang dapat melakukan penunjukkan langsung. KPPIP mendorong dilakukannya revisi dan mendorong percepatan finalisasi rancangan revisi PP No. 79/2015 untuk memastikan bahwa proyek-proyek yang menggunakan skema penugasan kepada BUMD dapat melakukan penunjukkan langsung jasa konstruksi. Dengan dilakukannya penunjukkan langsung, BUMD terkait dapat mempercepat proses pengadaan barang/ jasa sehingga mempercepat proses penyiapan proyek. Dukungan KPPIP dalam mendorong revisi dan percepatan finalisasi rancangan revisi PP No. 79/2015 adalah pemantauan sirkulasi tanda tangan pemangku kepentingan dan eskalasi ke rapat tingkat menteri KPPIP pada 11 November Laporan KPPIP Semester

22 B. Perbaikan peraturan terkait kebijakan fiskal Peraturan Menteri Keuangan No. 129 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No. 265 Tahun 2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Cara pemilihan Transaction Advisor melalui skema kerja sama, sesuai dengan PMK 129/2016 adalah sebagai berikut: MENTERI KEUANGAN 3 Peraturan Menteri Keuangan No. 129 Tahun 2016 mengatur Tata Cara Pelaksanaan Fasilitas dengan Lembaga Internasional untuk Penyediaan Transaction Advisor dengan opsi perjanjian kerja sama, yang diterbitkan pada bulan Agustus PMK ini merupakan revisi dari Peraturan Menteri Keuangan No. 265 Tahun 2015 dengan penambahan peraturan terkait dengan Pembangunan Kilang Minyak melalui skema KPBU. MENTERI ESDM LEMBAGA INTERNASIONAL Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan No. 129 Tahun 2016 dilatarbelakangi oleh kebutuhan Proyek Kilang Minyak Bontang, yang telah ditetapkan sebagai proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) pada 9 Februari 2016, untuk menetapkan Transaction Advisor. 5 PJPK 7 Pada rapat koordinasi yang sama yang menetapkan skema proyek menjadi KPBU, terdapat usulan agar International Finance Corporation (IFC) menjadi Transaction Advisor mengingat rekam jejak suksesnya pendampingan IFC untuk proyek KPBU di Indonesia sebelumnya. Pertimbangan pemilihan IFC sebagai Transaction Advisor adalah karena IFC dipercaya dapat melakukan proses pelelangan yang credible dan juga sekaligus bankable. Pada 29 Agustus 2016, IFC mengirimkan proposal Transaction Advisor untuk Proyek Kilang Minyak Bontang kepada PT Pertamina, sebagai penanggung jawab proyek. PT Pertamina membutuhkan dukungan fasilitas Pemerintah berupa Project Development Fund (PDF) untuk mendapatkan penggantian biaya Transaction Advisor. Dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas untuk melaksanakan fasilitas tersebut, Kementerian Keuangan menyusun Peraturan Menteri Keuangan No. 129 Tahun 2016 di mana di dalamnya ditambahkan satu pasal (pasal 14A) yang menyatakan bahwa Menteri Keuangan, dalam hal ini Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, dapat mengadakan kerjasama dengan Lembaga Internasional dalam rangka pelaksanaan fasilitas Cara pemilihan Transaction Advisor melalui PJPK mengajukan Surat Permohonan Fasilitas kepada Menteri Keuangan. Menteri Keuangan dan PJPK membuat Kesepakatan Induk. Menteri Keuangan dan Lembaga Internasional membuat Perjanjian Kerjasama Pelaksanaan Fasilitas (Cooperation Agreement). PJPK dan Lembaga Internasional menyusun Draft Financial Advisory Services Agreement (FASA) PJPK menyampaikan draft FASA kepada Kementerian ESDM untuk mendapat persetujuan terkait lingkup dan biaya. Kementerian ESDM menyampaikan Surat Konfirmasi PJPK dan Lembaga Internasional menandatangani FASA Dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 129 Tahun 2016 ini, maka dimungkinkan ditetapkannya IFC sebagai Transaction Advisor Proyek Kilang Minyak Bontang dengan skema kerja sama dengan Menteri Keuangan. Dukungan KPPIP diberikan dalam implementasi PMK 129/2016 untuk percepatan penetapan IFC sebagai Transaction Advisor Proyek Kilang Minyak Bontang, dengan mengkoordinasikan rapat pembahasan secara rutin dengan semua pemangku kepentingan, yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, PT Pertamina, dan IFC. 14 Laporan KPPIP Semester

23 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 96 tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur di Daerah Peraturan Menteri Keuangan No. 130 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan Pembayaran ketersediaan layanan atau Availability payment adalah bentuk dukungan pemerintah untuk pengembangan proyek infrastruktur dengan skema KPBU. Pembayaran ketersediaan layanan mengambil bentuk pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPBU. Untuk memberikan dukungan dalam bentuk Pembayaran ketersediaan layanan bagi proyek infrastruktur dengan Pemerintah Daerah sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), maka diperlukan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) sebagai dasar hukum. Peraturan Menteri Keuangan No. 130 Tahun 2016 merupakan peraturan turunan dari Perpres 4/2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan yang diterbitkan pada September Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2016 tersebut memberikan penugasan kepada PT PLN untuk melakukan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK) melalui skema swakelola dan skema kerja sama dengan Independent Power Producer (IPP). Selanjutnya Peraturan Menteri Keuangan No. 130 Tahun 2016 mengatur tata cara pemberian jaminan Pemerintah berupa jaminan pinjaman PT PLN dalam hal melakukan swakelola, dan jaminan kelayakan usaha atas kerja sama penyediaan tenaga listrik yang dilakukan dengan IPP berdasarkan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL). Dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 130 Tahun 2016, pemenuhan kewajiban PT PLN kepada kreditur berdasarkan perjanjian pinjaman/kredit dapat dijamin oleh Pemerintah, sehingga dapat meningkatkan kemudahan bagi PT PLN dalam mendapatkan kreditur untuk melaksanakan PIK secara swakelola. Untuk skema kerja sama dengan IPP, Pemerintah dapat memberikan jaminan bahwa PT PLN mampu memenuhi kewajiban finansialnya dalam membeli listrik dari IPP sesuai dengan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL), dalam bentuk Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU). Dukungan Pemerintah ini merupakan wujud komitmen dalam membangun infrastruktur ketenagalistrikan, termasuk mencapai target program MW. Pada Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai Pembayaran Ketersediaan Layanan diatur dalam Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang pemerintahan dalam negeri, paling lambat 30 hari sejak Peraturan Presiden ini dikeluarkan (Pasal 13 dan Pasal 47). Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 sendiri dikeluarkan pada Maret 2015, namun hingga pertengahan 2016, Permendagri terkait Pembayaran ketersediaan layanan belum juga dikeluarkan. KPPIP mendukung untuk mendorong diterbitkannya Permendagri tersebut dengan menyampaikan pemahaman mendasar terkait pratek KPBU dan memastikan digunakannya prinsip-prinsip kunci Pembayaran Ketersediaan Layanan, pada pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri. Pada akhir November 2016, rancangan Permendagri telah disetujui dan ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri dengan nomor Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 96 tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Di Daerah. Selanjutnya, Permendagri ini akan diproses oleh Kementerian Hukum dan HAM untuk selanjutnya diberlakukan. KPPIP mendukung implementasi dari Peraturan Menteri Keuangan No. 130 Tahun 2016 untuk mempercepat pencapaian financial close dari proyek-proyek dalam program MW, terutama dengan skema kerja sama IPP. Dengan adanya jaminan pemerintah ini, maka para pengembang proyek dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi pada proyek-proyek ketenagalistrikan. Laporan KPPIP Semester

24 C. Perbaikan peraturan terkait kelembagaan Rancangan Peraturan Presiden tentang Penyediaan Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN KPPIP mendukung secara intensif Raperpres Penyediaan Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN. Raperpres ini ditujukan untuk menjamin penyediaan dana Uang Ganti Rugi (UGR) PSN dengan cara dikelola oleh Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN). Implementasi Raperpes ini akan terbagi dalam dua skema yakni Pendanaan Langsung dan Dana Talangan. Dalam skema Dana Talangan, LMAN akan mengganti dana badan usaha yang telah terpakai terlebih dahulu untuk pengadaan tanah proyek PSN. Dengan dikelola oleh LMAN, diharapkan alokasi dana lebih terjamin karena dikelola dibawah satu instansi yang dapat fokus pada penganggaran dana UGR. Lalu, dengan dikelola oleh LMAN, alokasi dana tidak terikat dengan rezim APBN yang terpaku pada anggaran tahunan (dapat di carry over ke tahun berikutnya jika UGR belum dapat dicairkan pada tahun anggaran). KPPIP mendukung perumusan Raperpres ini karena diharapkan dapat mempercepat dan menjamin ketersediaan dana UGR bagi PSN. Saat ini, KPPIP tidak hanya mendukung perumusan tetapi juga mendukung penyiapan implementasi Raperpres ini di LMAN melalui kompilasi informasi data kebutuhan dana pengadaan tanah PSN dan prioritasisasi pengalokasiannya. Pembubaran Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN) dan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) UP3KN Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN) dibentuk pada Januari 2015 melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 129 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri ESDM No. 3 Tahun Pembentukan UP3KN bertujuan untuk mempercepat proses Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK) dan pencapaian target program MW. Tugas dari UP3KN meliputi inventarisasi status PIK, menyusun dan memantau kemajuan rencana aksi, debottlenecking hambatan yang ditemui, fasilitasi pertemuan dengan pemangku kepentingan, dan mendorong pemanfaatan produk dalam negeri. Pada Agustus 2016, unit ini dibubarkan oleh Plt Menteri ESDM dalam rangka perampingan organisasi pada Kementerian ESDM, dengan menyerahkan fungsi unit khusus kepada DItjen terkait di Kementerian ESDM. BKPRN Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) adalah lembaga ad hoc yang dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional. Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut BKPRN bertugas untuk mengkoordinasikan: 1. Penyiapan kebijakan penataan ruang nasional 2. Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) 3. Penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang 4. Penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang 5. Pemaduserasian peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan penataan ruang 6. Pemaduserasian penatagunaan RTRWN 7. Pemantauan pelaksanaan RTRWN 8. Penyelenggaraan, pembinaan, dan penentuan prioritas pelaksanaan penataan ruang kawasan-kawasan strategis nasional 9. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional dan kawasan strategis nasional 10. Pemfasilitasian kerja sama penataan ruang antar provinsi 11. Kerja sama penataan ruang antarnegara 12. Penyebarluasan informasi bidang penataan ruang dan yang terkait 13. Sinkronisasi Rencana Umum dan Rencana Rinci Tata Ruang Daerah dengan peraturan perundang-undangan 14. Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang Pada 20 September 2016, dilakukan Rapat Terbatas yang memutuskan pembubaran 9 (sembilan) Lembaga Non Struktural (LNS), termasuk salah satunya adalah BKPRN. Alasan dari pembubaran LNS ini adalah untuk penghematan anggaran dan menghapus terjadinya tumpang tindih kewenangan antar instansi Pemerintah. Setelah pembubaran ini, maka fungsi dari Sembilan LNS tersebut, termasuk BKPRN, akan diintegrasikan kepada Kementerian atau Lembaga yang berkaitan dengan fungsi tersebut. 16 Laporan KPPIP Semester

25 Pembiayaan Investasi Non-APBN (PINA) Total alokasi dana infrastruktur yang bersumber dari APBN/ APBD adalah sekitar Rp Triliun, dari total kebutuhan investasi infrastruktur sebesar Rp 4.796,2 Triliun, sehingga masih terdapat gap dalam pendanaan pembangunan infrastruktur. penegasan tugas dan kewenangan Menteri PPN/Bappenas sebagai Chief Investment Officer dan jalur koordinasi dengan pihak terkait, penambahan arahan kebijakan khusus PINA pada Rencana Kerja Pemerintah, dan harmonisasi kebijakan dalam rangka menciptakan sumber-sumber pendanaan PINA. Oleh karena itu, Kementerian PPN/Bappenas memandang dibutuhkannya suatu sistem perencanaan dan koordinasi paralel untuk investasi pembangunan yang menggunakan dana non APBN dan diatur dalam bentuk Peraturan Presiden. Sejumlah isu kunci yang perlu diatur dalam Peraturan Presiden ini adalah KPPIP mendukung perumusan PINA dengan memberi masukan terkait perlunya sinergi antara KPPIP dan Koordinator PINA untuk optimalisasi proyek prioritas dan strategis. D. Perkembangan KPBU di Indonesia Kemajuan KPBU di Indonesia Untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia dibutuhkan pendanaan yang mencapai sekitar Rp 4.796,2 Triliun. Mengingat adanya keterbatasan pendanaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), maka dibutuhkan peran dari Badan Usaha Swasta untuk menutupi gap pendanaan sebesar 36%. Keterlibatan Badan Usaha Swasta dapat dilihat sejak tahun 1970-an dimana dilakukan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) pertama untuk sektor jalan tol. Sejak itu, Pemerintah mulai mengembangan KPBU di sektor jalan tol dengan skema Built-Operate-Transfer (BOT). Pada tahun 2007, Pemerintah menerbitan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2007 tentang Kerjasama Pemerintah Swasta yang sudah direvisi menjadi Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha. Selain itu, dari sisi kelembagaan juga telah dibentuk PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia untuk memberikan penjaminan sehingga meningkatkan kelayakan proyek dan PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) untuk mendorong pendampingan penyiapan dan pendanaan proyek. Kementerian Keuangan juga telah membentuk PPP Unit yang mengelola dukungan penyiapan maupun dukungan pemerintah lainnya untuk proyek KPBU. Meskipun langkah-langkah reformasi dari sisi peraturan dan kelembagaan sudah dilakukan, implementasi KPBU di Indonesia masih terhambat. Sejumlah proyek yang diusung sebagai KPBU melalui PPP Book sejak tahun 2011 sampai tahun 2013 belum sukses mencapai financial close dan konstruksi. Pada tahun 2015, Pemerintah semakin giat untuk mendorong tumbuhnya keterlibatan Badan Usaha sesuai arahan Presiden Jokowi. Hasil dari seluruh upaya dan kerjasama berbagai pihak terkait, maka sejumlah proyek KPBU telah berhasil maju ke tahapan proyek selanjutnya, Dari proyek prioritas, terdapat proyek PLTU Batang, Palapa Ring Paket Barat, dan Palapa Ring Paket Tengah yang sudah mencapai financial close sehingga konstruksi fisik dapat segera dilakukan. Di samping itu, terdapat proyek Palapa Ring Paket Timur, Jalan Tol Manado Bitung, dan Jalan Tol Balikpapan Samarinda dan SPAM Umbulan yang sudah mencapai penandatanganan perjanjian KPBU. Dengan adanya perbaikan-perbaikan regulasi, pembentukan kelembagaan, penyediaan dukungan pemerintah, komitmen PJPK yang solid, dan koordinasi yang kuat antar pemangku kepentingan, diharapkan semakin banyak proyekproyek KPBU yang dapat maju dan berhasil. Laporan KPPIP Semester

26

27 03BAB Pencapaian KPPIP Bab ini mencakup laporan pencapaian KPPIP untuk proyek dalam hal peningkatan kualitas penyiapan proyek, penetapan skema pendanaan, monitoring dan debottlenecking serta perbaikan peraturan.

28 20 Laporan KPPIP Semester

29 A. Dukungan Penyiapan Proyek Penyusunan Outline Business Case/OBC Pelabuhan Hub Internasional (PHI) Kuala Tanjung Penyiapan rencana pembangunan proyek PHI Kuala Tanjung telah dilakukan sejak 2012 oleh sejumlah pemangku kepentingan. Akan tetapi, belum ada upaya untuk mengintegrasikan rencana pembangunan pelabuhan dengan pengembangan industri serta infrastruktur akses dan pendukung yang merupakan faktor penting dalam menjaga keberlanjutan operasional pelabuhan di masa mendatang. Melihat kondisi ini, KPPIP menyediakan jasa konsultansi penyusunan Prastudi Kelayakan/OBC PHI Kuala Tanjung melalui pengadaan Konsorsium Mott MacDonald, Deloitte Indonesia dan Hanafiah, Ponggawa & Partners (HPRP). Penyusunan lingkup studi untuk OBC PHI Kuala Tanjung dibahas dan disepakati oleh pemangku kepentingan utama yaitu Kementerian Perhubungan, PT Pelindo I serta PT Inalum. Dengan diselesaikannya penyusunan OBC ini, maka proses pembahasan dan penetapan skema pendanaan proyek dapat segera dilakukan. OBC PHI Kuala Tanjung telah diselesaikan pada Desember Harga Keekonomian Produk Kilang Minyak Bontang Berdasarkan Peraturan Presiden No. 146 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pembangunan dan Pengembangan Kilang Minyak di Dalam Negeri, produk BBM Kilang Minyak Bontang akan ditetapkan menggunakan harga keekonomian. Harga keekonomian merupakan harga yang diperhitungkan berdasarkan pengembalian nilai investasi dan keuntungan yang wajar atas Pembangunan Kilang Minyak atau Pengembangan Kilang Minyak yang besarannya ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. Pada bulan April 2016, Kementerian ESDM mengirimkan surat permohonan kepada KPPIP untuk melakukan kajian harga keekonomian. Menindaklanjuti hal tersebut, KPPIP menyediakan jasa konsultansi dan memilih Argus/Santi Group sebagai konsultan penyusun kajian. Penyusunan Dokumen AMDAL Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Merauke Pada bulan Juli 2016, Presiden menginstruksikan untuk segera dilakukan pembentukan KEK Merauke. Sebagai upaya percepatan memenuhi kelengkapan dokumen pengusulan pembentukan KEK Merauke oleh Pemerintah Kab. Merauke, KPPIP menyediakan jasa konsultansi untuk penyusunan Dok. AMDAL dimana PT Karsa Buana Lestari terpilih melalui proses penunjukan langsung. Pada Desember 2016, kajian AMDAL telah diselesaikan dan dilanjutkan dengan sosialisasi rencana pembentukan KEK kepada masyarakat setempat oleh Konsultan penyusun Dok. AMDAL dengan dukungan KPPIP. Dengan diselesaikannya Dok. AMDAL ini, proses pengusulan pembentukan KEK diharapkan dapat segera dilakukan pada awal tahun Studi Kelembagaan Pendanaan dalam Pengadaan Infrastruktur di Indonesia Menimbang kebutuhan pendanaan infrastruktur yang sangat signifikan serta keterbatasan kemampuan pembiayaan dari APBN/APBD, maka diperlukan sumber dan skema pembiayaan alternatif. Melihat kondisi ini, KPPIP melalui pengadaan jasa konsultansi PT Wiswakharman yang terpilih melalui proses lelang untuk melakukan studi Kelembagaan Pendanaan dalam Pengadaan Infrastruktur di Indonesia. Tujuan upaya ini adalah mencari rekomendasi alternatif pembiayaan guna mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia. Studi Kelembagaan ini diselesaikan pada Oktober Studi Kelembagaan ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada KPPIP dan Penanggung Jawab Proyek infrastruktur terkait dengan konsep lembaga keuangan dan investasi infrastruktur yang perlu dikembangkan di Indonesia untuk membantu pendanaan proyek melalui instrumen-instrumen atau skema yang saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Kajian Harga Keekonomian selesai pada Oktober 2016, setelah sebelumnya dilakukan tiga kali workshop untuk membahas metodologi dan hasil perhitungan harga. Hasil kajian harga keekonomian ini dapat menjadi basis harga referensi produk Kilang Minyak Bontang yang menjadi informasi penting bagi calon investor dan digunakan pada saat market sounding guna menarik minat investor untuk mengembangkan proyek Kilang Minyak Bontang. Laporan KPPIP Semester

30 B. Penetapan Skema Pendanaan Proyek Penandatanganan Perjanjian KPBU dan Financial Close SPAM Umbulan Setelah selesainya proses lelang Proyek SPAM Umbulan pada Februari 2016, penandatanganan Perjanjian KPBU antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai PJPK dan Badan Usaha belum dapat dilakukan hingga Mei Hal ini disebabkan belum terpenuhinya persyaratan berupa persetujuan atas Detail Engineering Design (DED) Proyek SPAM Umbulan oleh semua PDAM terdampak yaitu PDAM Kab, Gresik, PDAM Kota Surabaya, PDAM Kab. Sidoarjo, PDAM Kota Pasuruan, dan PDAM Kab. Pasuruan. Persetujuan atas DED yang masih dibutuhkan adalah persetujuan dari PDAM Kabupaten Pasuruan. Melalui Rapat Koordinasi Menteri KPPIP pada 17 Juli 2016, KPPIP memfasilitasi pencapaian kesepakatan antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemkab Pasuruan, PDAM Pasuruan, dan Kementerian PUPR serta berperan aktif dalam melakukan komunikasi dengan Gubernur Provinsi Jawa Timur untuk memastikan semua syarat penandatanganan perjanjian KPBU yang menjadi tanggung jawab PJPK dapat terpenuhi. Penandatanganan perjanjian KPBU sendiri dilakukan pada 22 Juli KPPIP membantu proses percepatan financial close melalui rapat mingguan SPAM Umbulan yang dipimpin oleh Deputi VI Kemenko Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana KPPIP. Mendekati tenggat waktu target percepatan financial close, KPPIP melaksanakan Rapat Koordinasi Tingkat Menteri KPPIP pada 21 November Rapat ini membahas upaya pemenuhan syarat-syarat financial close seperti alokasi DAK untuk pembangunan jaringan distribusi SPAM Umbulan di Kabupaten Pasuruan dan juga membahas amandemen perjanjian KPBU antara PJPK dan Badan Usaha untuk memungkinkan percepatan financial close. Sebagai hasil atas koordinasi yang dilakukan KPPIP, dikeluarkannya surat komitmen dukungan ketiga kementerian tersebut untuk pengalokasian DAK bagi pembangunan jaringan distribusi hilir di Kabupaten Pasuruan terkait Proyek SPAM Umbulan. Terkait amandemen perjanjian KPBU antara PJPK dan Badan Usaha, KPPIP berkoordinasi dengan Tim PJPK yang dipimpin oleh Gubernur Jawa Timur serta Kepala BPPT Jawa Timur, PT Sarana Multi Infrastruktur sebagai pelaksana project development facility, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia sebagai penjamin risiko, PT Indonesia Infrastructure Finance sebagai lead arranger, dan PT Meta Ardhya Tirta Umbulan sebagai badan usaha. KPPIP berperan sebagai mediator dalam negosiasi hal-hal yang termasuk sebagai condition precedent dan perubahannya menjadi condition subsequent dari financial close. Perubahan-perubahan tersebut dapat mendorong percepatan financial close dari 1 tahun menjadi 6 bulan sejak penandatanganan perjanjian KPBU. Financial close SPAM Umbulan berhasil terpenuhi pada 30 Desember Penandatanganan Perjanjian KPBU Palapa Ring Broadband Paket Timur Palapa Ring Paket Timur adalah paket terakhir dari proyek Palapa Ring yang bertujuan membangun jaringan serat optik nasional yang mencakup 35 kabupaten/kota. Pada 29 September 2016, penandatanganan Perjanjian KPBU untuk Palapa Ring Paket Timur telah terlaksana antara Menteri Komunikasi dan Informatika sebagai PJPK dan PT Palapa Timur Telematika sebagai Badan Usaha Pelaksana yang terpilih melalui proses lelang. Selain itu, telah dilakukan penandatanganan Perjanjian Penjaminan dan Perjanjian Regres pada saat yang bersamaan. Terkait dengan alokasi DAK untuk pembangunan jaringan distribusi SPAM Umbulan di Kabupaten Pasuruan, KPPIP berkoordinasi dengan Kedeputian Bidang Sarana dan Prasarana serta Kedeputian Bidang Pengembangan Regional Bappenas; Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR; serta Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan. Sebagai bagian dari proyek prioritas, KPPIP melakukan pemantauan kemajuan proyek bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kementerian Keuangan, dan PT Sarana Multi Infrastruktur serta memfasilitasi penandatanganan Perjanjian KPBU yang disaksikan oleh Presiden di Istana Negara. 22 Laporan KPPIP Semester

31 Pencapaian Financial Close Palapa Ring Broadband Paket Tengah dan Paket Barat Setelah tercapainya penandatanganan Perjanjian KPBU Palapa Ring Paket Barat pada 29 Februari 2016 dan Paket Tengah pada 4 Maret 2016, maka Kementerian Kominfo sebagai PJPK telah mengambil langkahlangkah untuk mewujudkan financial close agar dana dapat dicairkan untuk memulai konstruksi. Financial close Paket Barat telah tercapai pada 26 Juli 2016 dan disusul oleh Paket Tengah pada 29 Agustus Untuk mencapai milestone ini, KPPIP melakukan pemantauan dan memfasilitasi koordinasi untuk percepatan pencapaian financial close sehingga konstruksi dapat segera dimulai. Penerbitan Penetapan Lokasi untuk Central West Java Transmission Line 500 kv KPPIP memfasilitasi rapat koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait di Sekretariat Wakil Presiden pada 30 Agustus 2016 untuk mempercepat diterbitkannya Penetapan Lokasi oleh Bupati Tegal. Dengan dilakukannya serangkaian pembahasan di level teknis dan rapat koordinasi ini, Penetapan Lokasi proyek dikeluarkan pada 17 Oktober 2016 sehingga proses pengadaan tanah dapat dilaksanakan guna mencapai target mulai konstruksi pada Januari Pengadaan Badan Usaha Jalan Tol Serang Panimbang KPPIP mendukung BPJT selaku penanggung jawab proyek Jalan Tol Serang Panimbang untuk mempercepat penentuan skema pendanaan. KPPIP melakukan analisa finansial maupun kelembagaan terhadap penyusunan skema pendanaan Jalan Tol Serang Panimbang. KPPIP juga secara intensif berkoordinasi dan berdiskusi dengan pemangku kepentingan terkait meliputi BPJT selaku otoritas pengatur jalan tol, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) selaku pemberi jaminan dan Kementerian Keuangan untuk mendiskusikan mengenai bentuk dukungan Pemerintah yang dapat ditberikan. Sebagai hasil dari upaya ini, BPJT telah melaksanakan proses Request for Final Proposal (RFP) atau pemasukan penawaran terakhir pada tanggal 27 Oktober Hasilnya terdapat satu peserta lelang yang mengikuti RFP yakni konsorsium PT Wijaya Karya dengan PT Jababeka. Saat ini sedang berlangsung proses negosiasi dimana diharapkan pada Januari 2017 sudah dapat ditetapkan BUJT pemenang lelang. Laporan KPPIP Semester

32 C. Pemantauan DAN Debottlenecking Proyek Kesesuaian Tata Ruang untuk Transmisi Sumatera 500 kv KPPIP memantau kemajuan proyek dan memfasilitasi rapat koordinasi yang diperlukan untuk menyelesaikan isu yang menghambat pembangunan Transmisi Sumatera 500 kv. Salah satu isu yang muncul adalah belum disahkannya RTRW Provinsi Riau sehingga proses Penetapan Lokasi dan Izin Lingkungan Transmisi yang melewati Provinsi Riau, jalur New Aur Duri Peranap Perawang, belum dapat dilanjutkan. Pada 16 September 2016, telah dilaksanakan rapat pembahasan tata ruang terkait rencana pembangunan SUTET 500kV New Aur Duri Peranap Perawang, yang secara khusus bertujuan untuk merumuskan dan mengambil diskresi untuk penyelesaian permasalahan mengenai belum disahkannya RTRW Provinsi Riau. Hasil dari rapat yang difasilitasi oleh BKPRN ini adalah penandatanganan rumusan rekomendasi yang menjadi fatwa bahwa rencana pembangunan SUTET 500kV New Aur Duri Peranap Perawang, yang sesuai dengan Jaringan Transmisi Sumatera Timur dan Jaringan Transmisi Sumatera Tengah, dapat dilanjutkan. Peran KPPIP pada kegiatan ini adalah mendukung dan memastikan bahwa fatwa yang dikeluarkan dapat diaplikasikan oleh para pihak terkait didalam proses pengadaan lahan Transmisi Sumatera 500kV. 24 Laporan KPPIP Semester

33 Prioritasisasi Pembangunan Zona Lainnya Setelah Zona 1 dan 6 Jakarta Sewerage System (JSS) Setelah penetapan skema pendanaan untuk Zona 1 dan Zona 6 proyek JSS, belum dilakukan prioritasisasi untuk zona-zona lainnya. Untuk mencapai target layanan pengolahan limbah di Provinsi DKI Jakarta, diperlukan keputusan prioritasisasi dan penetapan rencana aksi JSS selain Zona 1 dan 6. Keputusan prioritasisasi ini memerlukan studi komprehensif sebagai dasar penetapan dan pengambilan keputusan. KPPIP bekerjasama dengan Kementerian PUPR melakukan rapat koordinasi dengan pemangku kepentingan JSS pada Oktober 2016 untuk memperoleh pendapat terkait rencana penyiapan JSS selanjutnya. KPPIP, dengan bantuan dari Indonesia Infrastructure Initiative (IndII) selaku lembaga donor penyedia pendanaan, melakukan scoping study untuk menentukan zona-zona yang (secara indikatif) menjadi prioritas dan memiliki potensi untuk dikembangkan setelah Zona 1 dan Zona 6 JSS. Studi ini diperkirakan akan selesai pada Januari Hasil dari studi tersebut akan menjadi dasar bagi KPPIP melakukan gap study untuk zona-zona prioritas pada tahun Gap study melengkapi studi-studi yang sudah dilakukan seperti misalnya rancangan dasar teknis dan kajian awal. Hasil dari gap study dapat menjadi komplemen untuk kajian yang sudah ada dan bila disatukan akan menghasilkan Outline Business Case (OBC) yang lengkap. OBC tersebut dapat menjadi dasar pengambilan keputusan skema pendanaan atas zona-zona prioritas dan menandai dimulainya penyiapan untuk zona-zona tersebut. Debottlenecking Penyusunan Dok. AMDAL Pelabuhan Patimban Setelah ditetapkannya lokasi pelabuhan di Patimban, Subang, Jawa Barat pada 25 Mei 2016, Kementerian Perhubungan selaku Penanggung Jawab Proyek segera memulai penyiapan proyek dengan menyusun 4 studi secara paralel, salah satunya adalah Dok. AMDAL melalui dukungan hibah dari JICA yang dibutuhkan sebagai kelengkapan dokumen untuk pengajuan pinjaman luar negeri (ODA Loan). Mengingat proyek belum tercantum dalam tata ruang di tingkat nasional dan daerah dan Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) serta penyusunan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) dilakukan secara paralel, maka pengajuan penilaian KA-ANDAL oleh Kementerian Perhubungan tidak dapat diproses oleh Kementerian LHK. Menanggapi situasi ini, KPPIP memfasilitasi serangkaian rapat koordinasi dan konsultansi dengan pemangku kepentingan untuk membahas solusi agar proses penilaian KA-ANDAL dapat dilakukan yaitu dikeluarkannya Surat Menteri Perhubungan yang menjelaskan status penyiapan proyek sembari melengkapi prasyarat administrasi dan legalitas proyek serta Surat Direktur Jenderal Tata Ruang, Kementerian ATR sebagai rujukan untuk penyesuaian tata ruang di tingkat nasional dan daerah. Selain itu, KPPIP turut memfasilitasi pembahasan teknis dengan Kementerian LHK agar Dok. AMDAL yang disusun telah memenuhi seluruh komponen yang diperlukan untuk penilaian kelayakan lingkungan oleh Komite AMDAL. Dengan dukungan KPPIP ini, proses KA-ANDAL Pelabuhan Patimban dapat dilanjutkan. Pengalokasian Kebutuhan Sisa Dana Pengadaan Tanah untuk Kereta Api Makassar Pare Pare oleh BLU-LMAN Pada awalnya, dana alokasi dana pengadaan tanah pada DIPA Kementerian Perhubungan untuk proyek KA Makassar Parepare tidak mencukupi kebutuhan pembayaran uang ganti rugi (UGR) lahan untuk memenuhi target operasi pada Menanggapi kondisi ini, KPPIP memfasilitasi koordinasi dan prioritasisasi alokasi dana antara BLU-LMAN dan Kementerian Perhubungan dalam rangka pembahasan kebutuhan anggaran UGR untuk Tahun Anggaran Dengan teralokasinya dana ini, pengadaan tanah proyek dapat dilakukan sesuai dengan target dan pada akhirnya memastikan tidak tertundanya konstruksi proyek. Laporan KPPIP Semester

34 Kesepakatan Legal Standing Penyelenggaraan Prasarana Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan Proyek LRT Sumatera Selatan merupakan salah satu infrastruktur yang direncanakan untuk mendukung perhelatan Asian Games pada Agustus Dalam rangka memastikan terwujudnya target operasi proyek pada Agustus 2018, dibutuhkan percepatan sehingga dikeluarkannya penugasan penyelenggaraaan prasarana dan sarana LRT melalui Peraturan Presiden No. 116/2015 j.o. Peraturan Presiden No. 55/2016 tentang Perubahan atas Perpres No. 116/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan KA Ringan/LRT di Provinsi Sumatera Selatan. Setelah dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 116/2015, PT Waskita Karya segera menjalankan konstruksi namun terdapat sejumlah kelengkapan penyiapan proyek yang belum terpenuhi sehingga berpotensi menghambat pelaksanaan penyelenggaraan proyek meliputi penetapan spesifikasi teknis/desain dan kontrak kerjasama. Penyelenggaraan prasarana juga telah dimulai sejak November 2015 oleh PT Waskita Karya untuk mencapai target penyelesaian konstruksi pada Juni 2018 dan target penyelenggaraan sarana pada Maret Dalam rangka memastikan bahwa pelaksaan pembangunan LRT Sumatera Selatan berjalan sesuai dengan Peraturan Presiden No. 116/2015 j.o. Peraturan Presiden No. 55/2016, KPPIP memfasilitasi rapat penyusunan kesepakatan legal standing pada 14 November 2016 dengan melibatkan Kantor Staf Presiden (KSP); Kementerian Perhubungan; Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP); Tim Pengawalan, Pengamanan Pemerintahan, dan Pembangunan (TP4); Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP); dan PT Waskita Karya. Penyusunan legal standing ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman diantara pemangku kepentingan terkait dengan pelaksanaan pembangunan LRT oleh PT Waskita Karya berdasarkan dasar hukum Peraturan Presiden No. 116/2016. Hal ini dibutuhkan agar pelaksanaan pembangunan tidak menghasilkan temuan pada saat proses audit dilakukan di masa mendatang. Penjaminan Medium Term Notes (MTN) dan Obligasi Pembiayaan Jalan Tol Trans Sumatera (8 Ruas Prioritas) oleh Pemerintah melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan No. 168/PMK.08/2016 KPPIP terlibat dalam pembahasan pemenuhan sumber pendanaan 8 ruas prioritas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang merupakan bagian dari program infrastruktur prioritas Pemerintah. KPPIP secara aktif membahas dan merekomendasikan potensi alternatif sumber pendanaan JTTS. Hal ini dilakukan melalui koordinasi dengan PT Hutama Karya selaku penerima penugasan penyelenggaraan proyek dan PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) selaku konsultan yang mendukung PT Hutama Karya dalam pemenuhan pembiayaan JTTS. Pada akhirnya diputuskan bahwa pemenuhan kebutuhan ekuitas PT Hutama Karya akan dipenuhi melalui penerbitan MTN dan Surat Hutang, namun agar menarik bagi calon investor diperlukan dukungan Pemerintah berupa jaminan. Pada November 2016, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 168/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Jaminan Obligasi Dalam Rangka Percepatan Proyek Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. Jaminan tersebut diberikan berdasarkan mandat Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014, disamping memberikan jaminan atas pinjaman PT Hutama Karya dalam rangka pengusahaan jalan tol di Sumatera. 26 Laporan KPPIP Semester

35 D. Pencapaian dalam Perbaikan Peraturan terkait Infrastruktur Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi KPPIP terlibat dalam proses pembahasan dan penyusunan serta mendorong percepatan pengundangan rancangan revisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Dengan direvisinya PP ini, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mendapat penugasan dari Pemerintah dapat melakukan penunjukan langsung pelaksana konstruksi. PP ini dibutuhkan oleh BUMD yang menerima penugasan langsung dari Pemerintah agar dapat memenuhi pelaksanaan penyediaan prasarana infrastruktur dalam waktu singkat (18-24 bulan) sehingga target operasi dapat tercapai. Dengan diperbolehkannya BUMD melakukan penunjukan langsung, maka akan mempersingkat proses pengadaan kontraktor dari sekitar 6 bulan menjadi 3 bulan. Hasil dorongan percepatan ini ialah diterbitkannya PP No. 54 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas PP No. 29 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Peraturan Presiden No. 102 Tahun 2016 tentang Pendanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional Dalam rangka memastikan tersedianya dana ganti rugi untuk pengadaan tanah PSN, KPPIP berkerjasama dengan Badan Layanan Umum-Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU-LMAN) dalam menyusun kebutuhan dana pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Dengan diterbitkannya Peraturan Presiden ini, penanggung jawab PSN melalui Menteri/Kepala K/L terkait mengalokasikan pendanaan sesuai dengan daftar peringkat, yang telah dikoordinasikan dengan KPPIP, dalam APBN pada bagian Bendahara Umum Negara (BUN). Selain itu, diatur pula mengenai pengadaan tanah dengan menggunakan dana badan usaha terlebih dahulu untuk memastikan tersedianya dana ganti rugi pengadaan tanah proyek sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek. Menteri/Kepala K/L terkait perlu melakukan perjanjian dengan Badan Usaha untuk memperoleh kuasa pengadaan tanah dan selanjutnya meminta persetujuan BLU-LMAN. Dana pengadaan tanah yang telah digunakan akan dibayarkan kembali melalui APBN setelah pelepasan hak obyek pengadaan tanah selesai. Laporan KPPIP Semester

36

37 04BAB DAFTAR PROYEK PRIORITAS KPPIP Laporan KPPIP Semester

38 30 Laporan KPPIP Semester

39 1. SPAM SEMARANG BARAT Nilai Investasi : ~Rp 900 Miliar : Belum ditetapkan Lokasi : Jawa Tengah Penanggung Jawab Proyek : PDAM Kota Semarang Rencana Mulai Konstruksi : 2018 Rencana Mulai Operasi : 2022 Deskripsi Proyek SPAM Semarang Barat adalah proyek pembangunan SPAM yang direncanakan sebagai pilot project SPAM dengan skema pendanaan KPBU di Indonesia. SPAM Semarang Barat akan menyelesaikan permasalahan krisis air bersih dan penurunan permukaan tanah karena penggunaan air tanah di Kota Semarang. Signifikansi Proyek Proyek akan menggunakan air dari Bendungan Jatibarang untuk menyelesaikan masalah kurangnya penyediaan air baku kota Semarang yang selama ini mengandalkan penyediaan dari Kabupaten Kudus. Proyek ini bertujuan untuk menyediakan air minum untuk 31 kelurahan di 3 kecamatan dengan estimasi keluarga yang belum tersambung dengan jaringan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dalam wilayah Semarang Barat, Tugu, dan Ngaliyan. Proyek ini diharapkan dapat menyelesaikan krisis air bersih dan mengurangi penggunaan air tanah di Kota Semarang. Status Terakhir Sesuai dengan instruksi Wakil Presiden pada Juni 2015, saat ini sedang dilakukan koordinasi untuk penetapan skema pendanaan yang akan diterapkan dalam proyek ini. Direktorat Pengembangan SPAM Kementerian PUPR telah membuat quick review atas perbandingan skema KPBU dan pendanaan pemerintah pusat-pemerintah daerah. Atas hasil tersebut, Menteri PUPR meminta arahan lebih lanjut dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dalam menentukan skema pendanaan yang akan dipilih. Pengambilan keputusan atas skema pendanaan direncanakan akan dilakukan dalam Rapat Tingkat Menteri KPPIP. Sebagai dampak dari perubahan regulasi dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 122/2015 dan Peraturan Menteri PUPR No. 19/2016, apapun skema pendanaan yang nantinya terpilih, PJP /PJPK yang baru dari proyek SPAM Semarang Barat adalah PDAM Kota Semarang. Laporan KPPIP Semester

40 Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai pada 2012 Selesai pada 2014 Ditargetkan dimulai pada Semester ke AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan N/A Menunggu penetapan lokasi Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Belum ditetapkan Ditargetkan dimulai pada Semester ke In principle approval sudah disetujui Letter of intent PT PII sudah diterbitkan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Proyek SPAM Semarang Barat sebelumnya telah disiapkan dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang direncanakan akan menerima Dukungan Pemerintah dalam bentuk Viability Gap Fund (VGF). Izin Prinsip VGF (in-principle approval VGF) telah dikeluarkan di bulan Mei Saat ini, menindaklanjuti instruksi Wakil Presiden pada 2015, masih dilakukan kajian bersama oleh para pemangku kepentingan atas skema pendanaan yang akan dipilih, antara KPBU, APBN, atau Business-to-Business. Tindak Lanjut 1. Koordinasi antara Direktorat Jenderal Cipta Karya, Pemerintah Kota Semarang dan PDAM Kota Semarang untuk menyepakati skema pendanaan yang paling tepat dan efektif untuk mempercepat pelaksanaan proyek; 2. Penguatan dan peningkatan kapasitas PDAM Semarang Barat sebagai PJP/PJPK proyek SPAM Semarang Barat sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No.19/2016. Pengadaan Tanah Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah telah disusun, dan penyelesaian pengadaan tanah ditargetkan selesai sebelum proses lelang selesai. Proses pengadaan tanah terhenti dan menunggu kejelasan skema pendanaan sebelum ditindaklanjuti. 32 Laporan KPPIP Semester

41 2. JAKARTA SEWERAGE SYSTEM Nilai Investasi : ~Rp 70 Triliun : APBN dengan Pinjaman Asing (Jepang) untuk Zona 1 dan potensi skema yang sama untuk Zona 6, skema pendanaan untuk zona lainnya belum ditetapkan Lokasi : DKI Jakarta Penanggung Jawab Proyek : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Rencana Mulai Konstruksi : 2018 (Zona 1) Rencana Mulai Operasi : 2021 (Zona 1) Deskripsi Proyek Proyek Jakarta Sewerage System akan menangani pengolahan limbah domestik di 15 zona (termasuk Zona yang sudah beroperasi), dengan rencana pembangunan awal pada Zona 1 dan 6. Kedua zona ini diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2022, dimana Zona 1 akan melayani wilayah pusat dan utara dan Zona 6 akan melayani wilayah barat. Total biaya proyek di Zona 1 adalah ± 8,1 Triliun sedangkan pengembangan Zona 6 akan membutuhkan biaya sebesar ± 5 Triliun. Pengembangan Pengolahan Sistem Air Limbah Terpusat di DKI Jakarta, dengan target pencapaian 75% cakupan wilayah pelayanan air limbah pada tahun Pembangunan Zona 1 dan Zona 6 akan meningkatkan cakupan wilayah pelayanan air limbah di DKI Jakarta sebesar 20%. Diharapkan dengan dimulainya penyiapan proyek untuk Zona 1 dapat menjadi spillover effect kepada pembangunan zona lainnya. Pada akhirnya, pembangunan seluruh proyek JSS dapat melebihi target jangkauan layanan limbah di DKI Jakarta. Zona 1 merupakan pembangunan sistem pengolahan limbah terpusat yang terdiri dari: 1) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL); 2) Sistem perpipaan; 3) Sambungan rumah, dengan cakupan wilayah seluas Ha. IPAL Zona 1 akan dibangun di Pluit dengan kapasitas rata-rata m3 per hari. Pada saat ini, percepatan proyek difokuskan pada Zona 1. Signifikansi Proyek Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta telah berkembang sebagai pusat pemerintahan, bisnis, dan industri. Karena perkembangan tersebut tidak disertai dengan perbaikan sistem pembuangan untuk menangani limbah yang dihasilkan, maka kondisi air dan sanitasi di Jakarta semakin memburuk. Saat ini, cakupan wilayah (coverage ratio) di DKI Jakarta hanya meliputi 4% dari keseluruhan wilayah dengan tingkat pencemaran BOD sebesar 84 mg/l. Dengan kondisi tersebut, DKI Jakarta berada di posisi kedua terendah dalam hal sanitasi di antara ibu kota di Asia Tenggara. Selain itu, JSS juga dibutuhkan untuk mendukung efektivitas Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN)/ National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang juga sudah mulai dibangun. Status Terakhir Proses Zona 1 akan dipercepat dengan dimulainya proses loan di Bappenas segera setelah dokumen teknis yang merupakan bagian DED yang dilakukan oleh Dirjen Cipta Karya sudah dapat menyediakan informasi dasar seperti project scope dan total kebutuhan pinjaman. Pelaksanaan DED untuk Zona 1 masih menunggu selesainya proses lelang dan lengkapnya dokumen administratif untuk lahan IPAL Zona 1. Proses untuk zona-zona lain akan dipercepat dengan dilakukannya scoping study dengan bantuan donor yang akan menjadi dasar KPPIP melakukan gap study yang akan menghasilkan FS sebagai dasar penentuan skema pendanaan JSS zona-zona lain. NCICD memerlukan percepatan pembangunan proyek pengolahan air limbah sehingga proyek ini mendapatkan prioritas khusus dari pemerintah pusat dengan diterbitkannya surat No: S-130/D.VI.M.EKON/09/2013 mengenai Percepatan Laporan KPPIP Semester

42 Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek Jss Zona 1 RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai pada 2015 Selesai pada 2016 Ditargetkan dimulai pada Semester ke AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Belum dimulai Belum dimulai Tidak diperlukan Sudah mencapai penetapan lokasi Penetapan Skema Pendanaan APBN dengan pinjaman asing Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Tidak diperlukan Tidak diperlukan Tidak diperlukan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek Jss Zona 6 RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai pada 2015 Selesai pada 2016 Ditargetkan dimulai pada 2019 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Belum dimulai Belum dimulai Tidak diperlukan Belum dimulai Penetapan Skema Pendanaan APBN dengan pinjaman asing Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Tidak diperlukan Tidak diperlukan Tidak diperlukan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Laporan KPPIP Semester

43 Berdasarkan rapat pembahasan di tingkat Eselon 1 yang dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2016, diputuskan bahwa Zona 1 dan Zona 6 akan dibiayai dengan APBN dengan sumber pendanaan dari pinjaman asing yaitu ODA Jepang. Skema pendanaan untuk zona-zona lainnya belum ditentukan namun memiliki potensi untuk dilakukan dengan skema KPBU atau Business-to-Business. Tindak Lanjut 1. Koordinasi internal Pemerintah Provinsi DKI Jakarta antara Bappeda DKI dan PT Jakarta Propertindo terkait lahan untuk IPAL Zona 1; 2. Koordinasi antara Kementerian PUPR dengan JICA terkait proses ODA Loan untuk JSS Zona 1 dan Zona 6 dengan bantuan KPPIP dan Bappenas; 3. Penetapan rencana aksi JSS secara keseluruhan untuk seluruh zona. Pengadaan Tanah Pembangunan Zona 1 tidak membutuhkan pengadaan tanah karena lahan telah dimiliki oleh BUMD DKI Jakarta sehingga hal-hal terkait permasalahan lahan di Zona 1 akan diselesaikan secara internal dalam lingkungan DKI Jakarta. 3. NATIONAL CAPITAL INTEGRATED COASTAL DEVELOPMENT (NCICD) FASE A Nilai Investasi : ~Rp 2,4 Triliun untuk fase A (belum termasuk biaya pembebasan lahan) : APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan Swasta Lokasi : DKI Jakarta Penanggung Jawab Proyek : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian PUPR Rencana Mulai Konstruksi : 2016 Rencana Mulai Operasi : 2018 Deskripsi Proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) mencakup pembangunan sebuah tanggul raksasa di bagian utara dari Teluk Jakarta sebagai cara untuk melindungi ibukota dari banjir. Di dalam tanggul ini akan dibuat laguna-laguna besar untuk menampung aliran dari 13 sungai di Jakarta (tempat-tempat penampungan air yang menjadi waduk raksasa). Tiga fase dari mega proyek ini adalah: Fase A: Fase A difokuskan untuk meningkatkan perlindungan pantai yang ada saat ini. Penguatan dan pengembangan tanggul-tanggul pantai yang sudah ada sepanjang 30 kilometer, dan membangun 17 pulau buatan di Teluk Jakarta, kegiatan pencanangan dari fase pertama ini dilaksanakan pada awal September Pelaksanaan konstruksi direncanakan untuk dilaksanakan di awal tahun Fase B: Fase B difokuskan pada upaya membangun tanggul laut luar barat dan waduk besar yang diperkirakan akan dibangun dalam kurun waktu 2018 sampai dengan Fase C: Fase C difokuskan untuk membangun tanggul luar timur yang akan dibangun setelah tahun Beberapa pengembangan jangka panjang di sisi timur teluk Jakarta dilakukan dengan menutup bagian dari teluk untuk mengantisipasi jika penurunan muka tanah di Jakarta bagian timur tidak dapat dihentikan. Dalam pelaksanaannya, akan disediakan bagian tanggul timur dengan jalan tol akses Tangerang Bekasi untuk mengurangi dampak atas penutupan ini. Dari ketiga fase tersebut, hanya fase A yang menjadi prioritas KPPIP. Laporan KPPIP Semester

44 Signifikansi Proyek Status Terakhir Lebih dari separuh penduduk Jakarta tinggal di area pesisir dan aktivitas perekonomian utama perkotaan juga banyak berkembang di kawasan pesisir. Di kawasan ini terdapat aliran 13 sungai besar yang bermuara di Teluk Jakarta dan 40% wilayahnya merupakan dataran rendah yang berada di bawah muka air laut pasang. Banjir di kawasan pesisir Jakarta diperburuk dengan menurunnya muka tanah akibat ekstrasi pemanfaatan air tanah dalam yang berlebihan. Dengan adanya ancaman yang ada saat ini, maka diperlukan sebuah mega proyek NCICD, yang akan dilakukan dalam 3 tahap dimana tahap pertama akan dilakukan dengan meninggikan tanggul-tanggul eksisting. AMDAL dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) telah selesai disusun pada Desember Walaupun pembagian Trase Fase A di wilayah DKI Jakarta sudah selesai, dibutuhkan penetapan Trase Fase A untuk Tangerang dan Bekasi, di mana Surat Keputusan untuk penetapan dibutuhkan dari Gubernur Provinsi masing-masing untuk kelanjutan penyelesaian trase. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai pada 2015 Selesai pada 2015 Selesai pada 2016 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan N/A Belum dimulai Penetapan Skema Pendanaan APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan Swasta Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi 2016 Ditargetkan selesai pada Pengadaan Tanah Pendanaan Fase A akan menggunakan APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan swasta dengan pembagian alokasi pendanaan mengikuti trase indikatif yang sudah ditetapkan. Fase selanjutnya akan direncanakan dengan menggandeng pihak swasta yang akan berinvestasi di kawasan NCICD. NCICD yang berlokasi di utara Jakarta akan melakukan reklamasi lahan dimana 90 juta m³ pasir akan dibutuhkan untuk membangun tanggul luar saja. Tambahan sejumlah 210 juta m³ pasir akan dibutuhkan untuk mereklamasi lahan seluas ha yang akan menjadi lokasi pengembangan perkotaan. Tindak Lanjut Percepatan penetapan trase Fase A untuk daerah Tangerang dan Bekasi yang disertai dengan penerbitan Surat Keputusan dari masing-masing Gubernur 36 Laporan KPPIP Semester

45 4. KILANG MINYAK BONTANG Nilai Investasi : Rp 194 Triliun : Penugasan PT Pertamina dengan kerjasama Swasta Lokasi : Kalimantan Timur Penanggung Jawab Proyek : PT Pertamina (Persero) Rencana Mulai Konstruksi : 2019 Rencana Mulai Operasi : 2024 Deskripsi Proyek Status Terakhir Kilang minyak Bontang adalah proyek pembangunan kilang minyak baru (Grass Root Refinery) dengan kapasitas produksi bahan bakar minimal 300 ribu barel per hari yang akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur. Perencanaan pembangunan Kilang Minyak Bontang akan menggunakan konfigurasi yang mempertimbangkan sistem lain seperti sistem petrokimia. Selanjutnya, hasil produksi kilang minyak tersebut akan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri. Outline Business Case (OBC) telah selesai disusun pada Februari 2016 dengan fasilitas dari KPPIP dan telah memenuhi standar kualitas OBC KPPIP. KPPIP telah mengadakan konsultan untuk menghitung harga keekonomian produk kilang minyak Bontang sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No. 146/2016. Telah dilakukan tiga workshop terkait kajian ini dan hasil kajian telah selesai pada 28 Oktober Signifikansi Proyek Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya pencapaian ketahanan energi di dalam negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak. Kombinasi Grass Root Refinery (GRR) dan Refinery Development Masterplan (RDMP) dibutuhkan untuk meningkatkan penyediaan minyak mentah dan bahan bakar di Indonesia sehingga dapat menurunkan ketergantungan pada impor. Kini, PT Pertamina merupakan Penanggung Jawab Proyek dengan skema penugasan BUMN, yang tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No K/10/MEM/2016 tentang Penugasan Kepada PT Pertamina Dalam Pembangunan dan Pengoperasian Kilang Minyak di Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur, yang diterbitkan pada 9 Desember Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Ditargetkan selesai Desember 2016 Selesai pada Januari 2016 Akan disusun oleh investor/ Transaction Advisor Ditargetkan selesai pada 2017 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan selesai pada 2017 Ditargetkan selesai pada 2017 Menunggu Revisi RTRW Belum dimulai Laporan KPPIP Semester

46 Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN Ditargetkan selesai Juni 2018 Tidak diperlukan Ditargetkan selesai Juni 2018 Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai pada 2019 Ditargetkan mulai pada 2019 Ditargetkan mulai pada 2024 Proyek Kilang Bontang akan dilaksanakan dengan skema penugasan BUMN dengan PT Pertamina sebagai Penanggung Jawab Proyek (melalui Keputusan Menteri ESDM No K/10/MEM/2016). PT Pertamina berencana akan melibatkan pihak swasta dalam bentuk Joint Venture dalam pembangunan dan pengoperasian kilang. Pengadaan Tanah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan, akan menyediakan lahan seluas 300 ha di Kabupaten Bontang yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan kilang minyak dengan mekanisme pemanfaatan Barang Milik Negara menggunakan skema Kerja Sama Pemanfaatan. Namun sebagian lahan yang diberikan untuk lokasi kilang tidak sesuai dengan RTRW Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Bontang karena sebagian lahan tersebut saat ini diperuntukan konservasi hutan mangrove. Saat ini sedang dalam proses revisi RTRW untuk dapat mencakup keseluruhan lahan untuk pembangunan kilang minyak. Penetapan lokasi menunggu revisi RTRW Provinsi Kalimantan Timur dan RTRW Kota Bontang. Namun Izin prinsip pembangunan kilang minyak Bontang telah diterbitkan pada 3 Mei 2016 (surat no 600/2250/BPPD/Bangda). Tindak Lanjut 1. Pemantauan penyusunan kajian harga keekonomian kilang. 2. Pemantauan penunjukan rekan kerja sama swasta oleh PT Pertamina. 3. Pemantauan penerbitan revisi RTRW Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Bontang. 5. KILANG MINYAK TUBAN Nilai Investasi : Rp 176 Triliun : Penugasan PT Pertamina dengan kerjasama Swasta (Investor: Rosneft) Lokasi : Jawa Timur Penanggung Jawab Proyek : PT Pertamina Rencana Mulai Konstruksi : 2018 Rencana Mulai Operasi : 2021 Deskripsi Proyek Kilang Minyak Tuban adalah proyek pembangunan kilang minyak baru dengan kapasitas produksi 300 ribu barel per hari yang akan dibangun di Tuban, Jawa Timur. Perencanaan pembangunan Kilang Minyak Tuban akan menggunakan konfigurasi petrokimia (terintegrasi dengan PT Trans Pacific Petrochemical Indotama). 38 Laporan KPPIP Semester

47 Signifikansi Proyek Status Terakhir Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya pencapaian ketahanan energi dalam negeri, Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak di dalam negeri. Dengan dibangunnya Kilang Minyak Tuban, diharapkan dapat meningkatkan penyediaan minyak mentah dan bahan bakar di Indonesia sehingga dapat menurunkan ketergantungan terhadap impor. Tim Teknis PT Pertamina dan Tim Teknis Pemprov Jawa Timur telah melakukan site visit dan mencapai kesepakatan bahwa Pelabuhan Tanjung Awar Awar akan dibangun di sebelah timur lokasi kilang minyak, yang pada awalnya akan dibeli oleh Pertamina dan dilakukan ruislag dengan sebagian lahan KLHK yang dimanfaatkan untuk kilang minyak. Saat ini sedang dilakukan penyusunan Bankable Feasibility Study (BFS) oleh Technip dengan target penyelesaian Februari Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Ditargetkan selesai pada Agustus 2016 Selesai Ditargetkan selesai pada 2016 Ditargetkan selesai pada 2017 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan selesai pada 2017 Ditargetkan selesai pada 2017 Ditargetkan selesai pada 2017 Ditargetkan selesai pada 2017 Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN Selesai pada Mei 2016 Tidak diperlukan Tidak diperlukan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai pada 2017 Ditargetkan mulai pada 2018 Ditargetkan mulai pada 2021 Proyek Kilang Minyak Tuban adalah proyek kerjasama Business-to-Business antara PT Pertamina dan Rosneft sebagai investor. Seluruh pendanaan untuk investasi proyek akan diatur dan dilakukan oleh investor. rapat Komite tanggal 22 Juni Diputuskan bahwa lahan KLHK akan digunakan untuk kilang minyak. PT Pertamina memberikan komitmen kepada Pemda Jatim untuk mengalokasikan lahan untuk pembangunan pelabuhan di sebelah Timur lahan. Telah disetujui MoU antara PT Pertamina dan KLHK tentang mekanisme ruislag untuk lahan pelabuhan. Pengadaan Tanah Penyelesaian isu tumpang tindih rencana pembangunan Kilang Minyak Tuban dan Pelabuhan Tanjung Awar-Awar di atas lahan KLHK telah diputuskan dalam Tindak Lanjut Penentuan mekanisme ruislag antara PT Pertamina dan KLHK tentang lahan pelabuhan Tanjung Awar-Awar. Laporan KPPIP Semester

48 6. REVITALISASI KILANG EKSISTING (RDMP) Nilai Investasi : Rp 226 Triliun : Penugasan BUMN (dapat bekerja sama dengan swasta) Lokasi : Cilacap, Jawa Tengah; Balongan, Jawa Barat; Dumai, Riau; Balikpapan, Kalimantan Timur; Plaju, Sumatera Selatan Penanggung Jawab Proyek : PT Pertamina (Persero) Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2025 Deskripsi Proyek Proyek RDMP adalah proyek untuk merevitalisasi 5 kilang yang ada di Cilacap, Jawa Tengah; Balongan, Jawa Barat; Dumai, Riau; Balikpapan, Kalimantan Timur; Plaju, Sumatera Selatan; untuk meningkatkan kapasitas kilang minyak di Indonesia. Signifikansi Proyek Mengingat kebutuhan bahan bakar dan upaya untuk mencapai ketahanan energi dalam negeri, maka Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri kilang minyak dalam negeri. Pada saat ini, kemampuan Indonesia memenuhi kebutuhan produk dalam negeri sangat rendah, yaitu hanya dapat memenuni kebutuhan selama 48 hari pada tahun 2013 dan diperkirakan akan turun menjadi 38 hari pada tahun Jika dibiarkan, hal ini berpotensi menjadi ancaman ketahanan energi. RDMP dibutuhkan bersamaan dengan proyek kilang minyak baru (Grass Root Refinery) untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang minyak yang sudah ada di Indonesia. Dengan revitalisasi 5 kilang di Cilacap, Balikpapan, Plaju, Balongan, dan Dumai, maka produksi diestimasi akan meningkat 150%. Status Terakhir Pengembangan RDMP Balikpapan saat ini dikerjakan oleh PT Pertamina, namun pekerjaan engineering dikerjakan oleh Bechtel. BFS sudah diselesaikan oleh UOP pada Maret BED sedang disusun oleh Axens, UOP, dan CB&I dengan target penyelesaian Januari FEED ISBL sedang disusun oleh Bechtel dengan target penyelesaian Juni Pengembangan RDMP Cilacap dikerjakan oleh Saudi Aramco sebagai mitra investasi PT Pertamina. Pada 22 Desember 2016, direktur kedua perusahaan tersebut menandatangani kesepakatan pembentukan Joint Venture untuk pengembangan Kilang Cilacap. Untuk RDMP Cilacap, BFS sudah diselesaikan oleh UOP pada Desember 2015, BED sedang disusun oleh AMEC Foster Wheeler dengan target penyelesaian Maret 2017, dan pada saat ini pada tahap penyusunan JV Agreement dengan target tanda tangan pada Oktober Untuk RDMP Balongan dan Dumai, belum terdapat timeline pengembangan proyek. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai pada 2015 Selesai pada 2015 Kilang Balikpapan: Juni 2017 Kilang Cilacap: 2017 Kilang Plaju, Balongan, Dumai: Belum ditetapkan 40 Laporan KPPIP Semester

49 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Kilang Balikpapan: Ditargetkan selesai pada Juli 2016 Kilang Cilacap: Ditargetkan selesai pada Juli 2016 Kilang Plaju, Balongan, Dumai: Belum ditetapkan Kilang Balikpapan dan Cilacap: Ditargetkan selesai pada Juli 2016 Kilang Plaju, Balongan, Dumai: Belum ditetapkan Kilang Balikpapan dan Cilacap: Ditargetkan selesai pada Juli 2016 Kilang Plaju, Balongan, Dumai: Belum ditetapkan Tidak diperlukan (menggunakan lahan eksisting) Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN Tidak diperlukan Tidak diperlukan Kilang Balikpapan dan Kilang Cilacap: 2022 Kilang Plaju, Balongan, Dumai: Belum ditetapkan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Kilang Balikpapan dan Cilacap: Ditargetkan selesai pada 2016 Kilang Plaju, Balongan, Dumai: Belum ditetapkan Kilang Balikpapan: Ditargetkan mulai April 2017 Kilang Cilacap: Ditargetkan mulai 2017 Kilang Plaju, Balongan, Dumai: Belum ditetapkan Kilang Balikpapan dan Kilang Cilacap: 2022 Kilang Plaju, Balongan, Dumai: Belum ditetapkan Pertamina akan menjadi PJP untuk seluruh revitalisasi kilang eksisting. Untuk skema pendanaan, PT Pertamina dapat bekerjasama dengan pihak swasta (B-to-B) untuk mengembangkan kilang-kilang tersebut. Saat ini PT Pertamina (Persero) telah bekerja sama dengan Saudi Aramco untuk revitalisasi kilang Cilacap. Tindak Lanjut 1. Penentuan proses penyusunan Front End Engineering Design (FEED) 2. Penetapan sumber pendanaan 3. Finalisasi dokumen AMDAL Pengadaan Tanah Tidak diperlukan pengadaan tanah karena lahan yang digunakan adalah lahan dari kilang-kilang eksisting milik PT Pertamina (Persero). Laporan KPPIP Semester

50 7. HIGH VOLTAGE DIRECT CURRENT (HVDC) Nilai Investasi : Rp 33,4 Triliun : APBN dengan pinjaman luar negeri Lokasi : Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat Penanggung Jawab Proyek : PT PLN Rencana Mulai Konstruksi : Paket 1-4 pada 2016, paket 5 pada 2017 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek High Voltage Direct Current (HVDC) adalah proyek pembangunan sistem transmisi interkoneksi antara Sumatra dan Jawa yang salah satu fungsinya adalah untuk mengalirkan listrik yang dihasilkan oleh PLTU Mulut Tambang Sumatera Selatan 8, 9, dan 10 ke Pulau Jawa. PAKET 1 PAKET 2 PAKET 3 PAKET 4 PAKET 5 WAKTU PELAKSANAAN 42 BULAN WAKTU PELAKSANAAN 41 BULAN WAKTU PELAKSANAAN 41 BULAN WAKTU PELAKSANAAN 30 BULAN WAKTU PELAKSANAAN 26 BULAN Stasiun konverter/ Saluran transmisi kabel Saluran transmisi udara Saluran transmisi udara Saluran transmisi udara inverter di Kabupaten bawah laut 500kV DC 500 kv DC dari Muara 500 kv AC dari stasiun 500 kv DC dari Muara Muara Enim (Sumatera sepanjang 40 km dari Enim (Sumatera Selatan) konverter Muara Enim Enim (Sumatera Selatan) Selatan dan Kabupaten ketapang (Lamtpung) ke Ketapang (Lampung) (Sumatera Selatan) ke PLTU ke sistem transimisi 500 Bogor (Jawa Barat). - Salira (Banten), yang dan dari Salira (Banten) Mulut Tambang dan dari kv Sumatera. melintasi Selat Sunda. ke Bogor (Jawa Barat). stasiun konverter ke Bogor (Jawa Barat) ke sistem transimisi 500 kv Jawa-Bali. Deskripsi Proyek Proyek HVDC akan mengembangkan jalur transmisi sepanjang ±742 km dan dalam pelaksanaannya akan membutuhkan lahan seluas 300 ha. Transmisi HVDC direncanakan memiliki kemampuan transfer daya sebesar MW dari Sumatera ke Jawa. Tujuan tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan pasokan listrik di Jawa sehingga biaya produksi energi listrik dapat ditekan dengan mengoptimalkan pemanfaatan batubara low grade yang melimpah di Pulau Sumatera bagian selatan. Status Terakhir Proyek HVDC termasuk dalam RUPTL akan tetapi keberlanjutan proyek HVDC menunggu konfirmasi lebih lanjut dari PT PLN. Penerbitan LOI untuk HVDC Paket 1 dan 2 terhenti mengingat keberlanjutan proyek sempat menjadi pembahasan di tingkat Pemerintah dan PT PLN. Namun proyek HVDC kembali dimasukkan dalam RUPTL sehingga dapat dilanjutkan. 42 Laporan KPPIP Semester

51 Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah Tercantum Selesai Selesai Selesai AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Menunggu konfirmasi PT PLN Menunggu konfirmasi PT PLN Menunggu konfirmasi PT PLN Sudah mencapai 10% Penetapan Skema Pendanaan Menunggu konfirmasi PT PLN terkait status perjanjian pinjaman luar negeri yang telah dilakukan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Tidak diperlukan Tidak diperlukan Tidak diperlukan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Menunggu konfirmasi PT PLN Menunggu konfirmasi PT PLN Menunggu konfirmasi PT PLN HVDC akan dibangun dengan menggunakan APBN dengan pinjaman dari Pemerintah Jepang (JICA). Pinjaman dengan total nilai sekitar Rp 18 Triliun dibagi menjadi 4 perjanjian pinjaman, dimana perjanjian pertama telah ditandatangan dan telah dicairkan sebesar Rp 350 Miliar untuk kebutuhan engineering service. Akan tetapi, pada saat ini status pelaksanaan perjanjian pinjaman tersebut masih harus dikonfirmasikan kembali dari PT PLN. Pengadaan Tanah Sumatera Selatan 1. Pengadaaan lahan untuk converter station dan electrode station telah selesai dengan total lahan seluas 76,3 Ha. 2. Lahan tapak tower baru dibebaskan sebanyak 3 tapak tower dari total kebutuhan 439 tapak tower. Lampung 1. Pengadaaan lahan untuk landing point telah selesai dengan total lahan seluas 76,3 Ha. 2. Lahan tapak tower baru dibebaskan sebanyak 23 tapak tower dari total kebutuhan 606 tapak tower. Banten 1. Pengadaaan lahan untuk electrode station dengan total lahan seluas 17,5 Ha belum dimulai. 2. Pengadaan lahan untuk landing point telah selesai dilakukan dengan total lahan 3 Ha. 3. Lahan tapak tower telah dibebaskan sebanyak 85 tapak tower dari total kebutuhan 241 tapak tower. Bogor 1. Pengadaaan lahan untuk converter station telah dilakukan seluas 50 Ha darikebutuhan 54 Ha 2. Lahan tapak tower telah dibebaskan sebanyak 5 tapak tower dari total kebutuhan 123 tapak tower. Tindak Lanjut Menunggu konfirmasi PT PLN terkait kelanjutan proyek HVDC. Laporan KPPIP Semester

52 8. TRANSMISI SUMATERA 500kV Nilai Investasi : Rp 24,4 Triliun : Penunjukan BUMN dan swasta Penanggung Jawab Proyek : PT PLN Lokasi : Pulau Sumatera Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Proyek pembangunan Transmisi Sumatera 500 kv ini bertujuan untuk mengalirkan listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga batu bara yang berada di bagian selatan ke bagian utara Pulau Sumatera dengan menggunakan jalur transmisi sepanjang km dari Muara Enim, Sumatera Selatan sampai ke Langsa, Aceh. Signifikansi Proyek Transmisi Sumatera dibutuhkan untuk mengalirkan listrik dari PLTU di Sumatera Selatan ke wilayah utara Pulau Sumatera dalam upaya untuk meningkatkan akses listrik untuk masyarakat. Status Terakhir Lelang untuk 430 km pertama transmisi (ruas Aur Duri Peranap Perawang) telah dilakukan dan PT Waskita Karya keluar sebagai pemenang lelang. Lelang untuk pengadaan transmisi 900 km masih menunggu konfirmasi dari PT PLN. Terdapat rencana bahwa pembangunan Transmisi dari PLTU MT Sumsel 8 ke Muara Enim akan dilakukan oleh Waskita Karya, tetapi hal ini membutuhkan opini dari BPKP terlebih dahulu. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) RTRW Provinsi Riau belum disahkan Selesai Selesai Selesai AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan selesai Desember 2016 Ditargetkan selesai Desember 2016 Ditargetkan selesai Desember 2016 Mencapai 78% untuk ruas Aur Duri Peranap Perawang Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penunjukan BUMN atau Swasta Ditargetkan selesai Desember 2016 Tidak diperlukan Tidak diperlukan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai Desember 2016 Telah dimulai pada Juli 2016 Ditargetkan mulai Juli Laporan KPPIP Semester

53 Untuk 430 km ruas dari New Aur Duri Peranap Perawang, PT PLN telah menetapkan PT Waskita Karya sebagai pemenang lelang. Pengadaan Tanah PT Waskita Karya telah memulai proses pengadaan tanah untuk ruas New Aurduri Peranap dan Peranap - Perawang, dan telah groundbreaking pada bulan April Sampai akhir 2016, PT Waskita Karya telah melakukan pembebasan 711 tapak tower dari 907 tapak tower yang dibutuhkan pada kedua ruas tersebut. Pada 16 September 2016, telah dilaksanakan rapat pembahasan tata ruang terkait rencana pembangunan SUTET 500kV New Aur Duri Peranap Perawang, yang secara khusus bertujuan untuk merumuskan dan mengambil diskresi untuk penyelesaian permasalahan yang diakibatkan belum disahkannya RTRW Provinsi Riau. Hasil dari rapat adalah penandatanganan rumusan rekomendasi yang menjadi fatwa bahwa rencana pembangunan SUTET 500kV New Aur Duri Peranap Perawang, yang sesuai dengan Jaringan Transmisi Sumatera Timur dan Jaringan Transmisi Sumatera Tengah, dapat dilanjutkan. Tindak Lanjut Pemantauan pengadaan tanah dan konstruksi untuk ruas New Aur Duri Peranap Perawang dan penyelesaian tahap lelang untuk ~900 km Transmisi Sumatera. 9. CENTRAL-WEST JAVA TRANSMISSION LINE 500 kv Nilai Investasi : Rp 7,64 Triliun : BUMN (Anggaran PLN) Lokasi : Jawa Tengah dan Jawa Barat Penanggung Jawab Proyek : PT PLN Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Pembangunan transmisi 500 kv untuk mengalirkan listrik yang dihasilkan di Jawa Tengah ke load center Jakarta yang berada di wilayah Barat Pulau Jawa. Transmisi ini akan terbagi menjadi beberapa ruas meliputi Pencapaian Pembiayaan panjang Signifikansi Proyek Jalur transmisi dari Jawa Barat ke Jawa Tengah sangatlah dibutuhkan untuk mengalirkan listrik yang akan dihasilkan oleh PLTU Indramayu (1.000 MW), PLTU Jawa 1 (1.000 MW), PLTU Pemalang (2 x MW), PLTU Jawa 3 (2 x 660 MW), PLTU Jawa 4 (2 x MW) dan PLTU Batang (2.000 MW). Oleh karena itu, dibutuhkan sinkronisasi jadwal pembangunan dan penyelesaian seluruh proyek tersebut. Tanjung Jati Tx (Ungaran Pedan) Tx (Ungaran Pedan) Mandirancan Mandirancan Indramayu Indramayu Cibatu 144 km 397 km 180 km 260 km Status Terakhir Proyek sudah memasuki tahap pengadaan tanah dan perizinan terkait lahan, seperti IPPKH. PT PLN telah memutuskan untuk memanfaatkan anggaran perusahaan untuk pembangunan proyek ini. Laporan KPPIP Semester

54 Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Ditargetkan selesai Desember 2016 Selesai Selesai Selesai AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Juli 2016 Juli 2016 Juli 2016 Sudah mencapai 16% Penetapan Skema Pendanaan APBN dengan pinjaman luar negeri Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Tidak diperlukan Tidak diperlukan Tidak diperlukan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai pada Agustus 2016 Ditargetkan mulai pada Agustus 2017 Ditargetkan mulai Juli 2019 Proyek ini terindikasi mendapat pinjaman asing dari JICA. Saat ini JICA dan PLN sedang dalam proses penyusunan loan agreement dan ditargetkan dapat selesai pada Agustus Sementara menunggu proses tersebut, PT PLN berinisiatif melakukan pengadaan tanah dengan menggunakan anggaran PT PLN terlebih dahulu. Pengadaan Tanah Sebagian besar Ruas Tanjung Jati Tx (Unggaran-Pedan) telah mencapai tahap penilaian apraisal, kecuali Kabupaten Demak yang termasuk ke dalam kawasan hutan. Pertimbangan teknis dari Kementerian LHK yang dibutuhkan untuk permohonan IPPKH telah terbit sehingga PT PLN sedang melanjutkan proses melengkapi dokumen untuk IPPKH. Konstruksi sudah mulai di Kabupaten Grobogan dan terdapat 4 tapak yang telah selesai fondasi. Ruas Tx (Unggaran Pedan) Mandirancan telah selesai tahap survei, pendataan kepemilikan tanah, soil investigation, dan persiapan dokumen pengadaan. Tata ruang proyek sudah sesuai setelah diterbitkan diskresi oleh BKPRN, termasuk untuk Kota Semarang. PT PLN sedang melakukan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah. Pada ruas ini, hanya Kabupaten Kendal yang telah memiliki penetapan lokasi. Ruas Mandirancan Indramayu dan Indramayu- Cibatu sedang menunggu penerbitan surat kesesuaian tata ruang dari Kabupaten Kuningan. Tindak Lanjut Pemantauan dan mendukung percepatan Penetapan lokasi untuk Ruas Tx (Unggaran Pedan) Mandirancan, ruas Mandirancan Indramayu, dan ruas Indramayu- Cibatu. 46 Laporan KPPIP Semester

55 10. CENTRAL JAVA POWER PLANT (PLTU BATANG) Nilai Investasi : Rp 40 Triliun : KPBU (dengan IPP PT Bhimasena Power Indonesia) Lokasi : Batang, Jawa Tengah Penanggung Jawab Proyek : PT PLN Rencana Mulai Konstruksi : 2016 Rencana Mulai Operas : 2019 Signifikansi Proyek Deskripsi Proyek PLTU Batang atau Central Java Power Plant (CJPP) adalah proyek pembangkit listrik tenaga uap ultra critical sebesar 2 x MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. PLTU Batang akan dibangun oleh Special Purpose Vehicle (SPV) PT Bhimasena Power Indonesia yang beranggotakan J-POWER (34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%). Proyek ini telah mendapatkan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) dan Pemerintah Pusat untuk risiko politik dan force majeure. PLTU Batang atau Central Java Power Plant (CJPP) ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Pulau Jawa dan merupakan bagian dari program penyediaan listrik MW. Sebagai salah satu pilot project KPBU pertama dan terbesar di Indonesia, PLTU Jawa Tengah memiliki peran strategis untuk mendorong keterlibatan investasi swasta dalam pembangunan infrastruktur. Status Terakhir PLTU Jawa Tengah telah mencapai Financial Closing pada tanggal 6 Juni Saat ini proyek sudah memasuki tahap persiapan untuk konstruksi fisik. PT BPI mulai melakukan konstruksi sebagian dan telah melakukan konsinyasi ke pengadilan untuk membayar uang ganti rugi masyarakat terdampak yang sebelumnya melakukan gugatan atas pengadaan tanah. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Telah diterbitkan Telah diterbitkan Telah diterbitkan Selesai Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan IPP Selesai pada Mei 2011 Tidak diperlukan Selesai pada Mei 2016 Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Selesai pada Juni 2016 Dimulai Juli 2016 Ditargetkan mulai pada 2019 Laporan KPPIP Semester

56 Skema pendanaan sudah ditetapkan sebagai Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dimana pihak investor pemenang lelang adalah PT Bhimasena Power Indonesia yang didirikan oleh J-Power (34%), Adaro (34%), dan Itochu (32%). Pengadaan Tanah Proses pengadaan lahan telah selesai. Tindak Lanjut Pemantauan tahap konstruksi. 11. PLTU INDRAMAYU Nilai Investasi : Rp 20 Triliun : APBN dengan pinjaman luar negeri Lokasi : Indramayu, Jawa Barat Penanggung Jawab Proyek : PT PLN Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap dengan kapasitas MW yang akan menghasilkan listrik untuk kebutuhan di Pulau Jawa dan Pulau Bali. Signifikansi Proyek Pembangunan PLTU ini bertujuan untuk mendukung penyediaan sistem listrik dan mengurangi krisis listrik di wilayah Jawa dan Bali. Selain itu proyek ini juga berguna untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan dampak positif di masyarakat dengan mendukung pertumbuhan kawasan industri di Jakarta wilayah timur dan Jawa Barat. Status Terakhir Penetapan Lokasi telah dilaksanakan pada 24 Mei 2016 melalui surat keputusan Kepala Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat (Surat no. 590/03/ /BPMPT/2016). Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Ditargetkan mulai pada 2016 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan selesai pada 2016 Ditargetkan selesai pada 2016 Tidak diperlukan Ditargetkan mulai pada Juli Laporan KPPIP Semester

57 Penetapan Skema Pendanaan APBN dengan pinjaman luar negeri Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Tidak diperlukan Tidak diperlukan Tidak diperlukan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai pada Juli 2016 Ditargetkan mulai pada Januari 2017 Ditargetkan mulai pada Juni 2019 PLTU Indramayu telah ditetapkan menggunakan pendanaan dari APBN dengan pinjaman asing dari JICA sebesar USD 2 miliar. Tindak Lanjut Percepatan penyelesaian proses pengadaan tanah. Pengadaan Tanah Penetapan lokasi telah selesai pada Juni Pengadaan lahan pada saat ini dalam tahap penyusunan Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP) sebagai bagian dari tahapan pengadaan tanah dengan pendanaan dari JICA. Pada saat ini JICA menginginkan persetujuan atas hasil LARAP dari penduduk yang memiliki lahan dan penduduk yang tidak memiliki lahan namun terkena dampak pembangunan proyek. 12A. PLTU MULUT TAMBANG SUMSEL 8 Nilai Investasi : Rp 18 Triliun : IPP dengan konsorsium PT Huadian Bukit Asam Power (PT Bukit Asam dan China Huadian Corporation) sebagai pemenang lelang Lokasi : Sumatera Selatan Penanggung Jawab Proyek : PT PLN Rencana Mulai Konstruksi : 2016 Rencana Mulai Operasi : 2018 Deskripsi Proyek PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 adalah pembangkit listrik tenaga batubara dengan skema Mine-to-Mouth dengan lokasi pembangkit yang terletak paralel terhadap lokasi tambang batu bara sehingga biaya logistik dapat dikurangi. PLTU ini direncanakan akan memiliki kapasitas MW dan akan tersambung dengan transmisi HVDC. Laporan KPPIP Semester

58 Signifikansi Proyek Pertumbuhan penduduk dan industri di Pulau Jawa, terutama Jawa bagian Barat, telah meningkatkan kebutuhan tenaga listrik yang tidak dapat dicukupi oleh pembangkit listrik di pulau Jawa saja. Melihat besarnya potensi batubara dan pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara di Pulau Sumatera, Pemerintah Indonesia telah menyusun rencana pembangunan pembangkit dan transmisi untuk memberikan suplai berkesinambungan untuk Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Status Terakhir Target operasional proyek diundur menjadi tahun 2023 terkait dengan penyelesaian Transmisi 500 kv New Aur Duri ke Muara Enim. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Ditargetkan selesai pada 2016 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Telah diterbitkan Ditargetkan selesai pada 2016 Ditargetkan selesai pada 2016 Telah Selesai Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan IPP Selesai pada Mei 2011 Tidak diperlukan Tidak diperlukan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Menunggu keputusan PT PLN Menunggu keputusan PT PLN Ditargetkan mulai pada Maret 2023 PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 adalah proyek dengan skema Independent Power Producer (IPP), yaitu PT PLN melakukan lelang pemilihan Badan Usaha yang akan memberikan pendanaan dan membangun proyek. Pemenang lelang adalah PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan konsorsium dari PT Bukit Asam dan China Huadian Corporation. Pengadaan Tanah AMDAL untuk proyek telah diterbitkan dan pengadaan lahan telah dilakukan. Saat ini sedang dalam proses penerbitan sertifikat tanah. Tindak Lanjut Mendapatkan kepastian kelanjutan proyek dari PT PLN. 50 Laporan KPPIP Semester

59 12B. PLTU MULUT TAMBANG SUMSEL 9, 10 Nilai Investasi : Rp 54 Triliun : KPBU Lokasi : Sumatera Selatan Penanggung Jawab Proyek : PT PLN Rencana Mulai Konstruksi : 2016 Rencana Mulai Operasi : 2018 Deskripsi Proyek PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 & 10 adalah pembangkit listrik tenaga batubara dengan skema Mine-to-Mouth dimana lokasi pembangkit terletak paralel terhadap lokasi tambang batu bara sehingga biaya logistik dapat dikurangi. PLTU ini direncanakan akan memiliki kapasitas MW dan 600 MW yang akan tersambung dengan transmisi HVDC. Status Terakhir Signifikansi Proyek Pertumbuhan penduduk dan industri di Pulau Jawa, terutama Jawa bagian barat, telah meningkatkan kebutuhan tenaga listrik yang tidak dapat dicukupi oleh pembangkit listrik di pulau Jawa. Melihat besarnya potensi batubara dan pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara di Pulau Sumatera, Pemerintah Indonesia telah menyusun rencana pembangunan pembangkit dan transmisi untuk memberikan suplai berkesinambungan untuk Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Kelanjutan proyek akan menunggu konfirmasi dari PT PLN dan untuk sementara proyek ditunda. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai 2016 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Menunggu konfirmasi PT PLN Menunggu konfirmasi PT PLN Menunggu konfirmasi PT PLN Belum dimulai Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan KPBU Menunggu konfirmasi PT PLN Tidak diperlukan Tidak diperlukan Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Menunggu konfirmasi PT PLN Menunggu konfirmasi PT PLN Menunggu konfirmasi PT PLN Laporan KPPIP Semester

60 PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 & 10 menggunakan skema Independent Power Producer (IPP) dimana PT PLN melakukan lelang kepada Badan Usaha yang akan memberikan pendanaan dan membangun proyek. Pengadaan Tanah Proyek belum memasuki tahap pengadaan tanah. Pengadaan tanah untuk PLTU Mulut Tambang akan dilakukan setelah penetapan pemenang. Tindak Lanjut Menunggu konfirmasi dari PT PLN. 13. PLTA KARANGKATES IV & V (2x50MW) Nilai Investasi : Rp 1,6 Triliun : BUMN Lokasi : Jawa Timur Penanggung Jawab Proyek : Kementerian PUPR Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2020 Deskripsi Proyek PLTA Karangkates IV dan V adalah salah satu pilot project untuk program Waterto-Energy bersama PLTA Kesamben, dan PLTMH Lodoyo dengan total kapasitas ketiga PLTA mencapai 147 MW. Lokasi PLTA Karangkates IV & V berada di wilayah Sungai Brantas, Jawa Timur. Signifikansi Proyek PLTA Karangkates IV & V memiliki kemampuan menghasilkan listrik sebesar 100 MW dan berperan dalam pencapaian target peningkatan bauran energi terbarukan. Status Terakhir PLTA Karangkates IV & V mengalami hambatan dalam pengambilan keputusan mengenai skema pendanaan karena belum ada surat penunjukkan atau penugasan resmi atas terhadap Konsorsium BUMN sebagai pelaksana proyek. Pengurusan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) mengalami hambatan karena harga listrik per Kwh yang ditawarkan kepada PT PLN terlalu tinggi karena proyek PLTA Karangkates IV-V terbebani biaya pembangunan regulating dam Kesamben. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai pada Agustus 2014 Selesai pada Agustus 2014 Selesai pada Oktober 2015 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan selesai pada pertengahan 2016 Ditargetkan selesai pada pertengahan 2016 Menunggu konfirmasi PT PLN Belum dimulai 52 Laporan KPPIP Semester

61 Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan BUMN Tidak diperlukan Belum dimulai N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai pada 2017 Ditargetkan dimulai pada Pengadaan Tanah Proyek ini telah dimulai prosesnya oleh konsorsium BUMN yang terdiri dari PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Brantas Energi, dan Perum Jasa Tirta I. Penetapan skema pendanaan saat ini terkendala karena belum adanya basis penugasan atau penunjukkan PLTA Karangkates IV & V akan menggunakan lahan milik Perum Jasa Tirta I. Tindak Lanjut 1. Peningkatan kualitas FS melalui fasilitas yang disediakan KPPIP untuk Proyek Prioritas; 2. Penetapan skema pendanaan dan pelaksana proyek PLTA Karangkates IV-V, PLTA Kesamben, dan PLTMH Lodoyo sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No. 9 Tahun PLTA KESAMBEN (37 MW) Nilai Investasi : Rp 1,1 Triliun : BUMN Lokasi : Jawa Timur Penanggung Jawab Proyek : Kementerian PUPR Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2020 Deskripsi Proyek PLTA Kesamben adalah salah satu terobosan percepatan untuk program Waterto-Energy bersama PLTA Karangkates IV dan V, dan PLTMH Lodoyo, dengan total kapasitas ketiga PLTA mencapai 147 MW. Lokasi PLTA Kesamben berada di wilayah Sungai Brantas, Jawa Timur. Signifikansi Proyek PLTA Kesamben memiliki kemampuan menghasilkan listrik sebesar 37 MW dan berperan dalam pencapaian peningkatan bauran energi terbarukan. Status Terakhir PLTA Kesamben mengalami hambatan dalam pengambilan keputusan mengenai skema pendanaan karena belum ada surat penunjukkan atau penugasan resmi atas terhadap Konsorsium BUMN sebagai pelaksana proyek. Pengurusan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) mengalami hambatan karena harga listrik per Kwh yang ditawarkan kepada PT PLN terlalu tinggi karena proyek terbebani biaya pembangunan regulating dam Kesamben. Laporan KPPIP Semester

62 Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai pada Agustus 2014 Selesai pada Agustus 2014 Selesai pada Oktober 2015 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan selesai pada pertengahan 2016 Ditargetkan selesai pada pertengahan 2016 Tidak diperlukan Belum dimulai Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan BUMN Tidak diperlukan Belum dimulai N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai pada 2017 Ditargetkan dimulai pada Proyek ini telah dimulai prosesnnya oleh konsorsium BUMN yang terdiri dari PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Brantas Energi, dan Perum Jasa Tirta I. Penetapan skema pendanaan saat ini terkendala karena belum adanya basis penugasan atau penunjukkan Pengadaan Tanah Tindak Lanjut 1. Peningkatan kualitas FS melalui fasilitas yang disediakan KPPIP untuk Proyek Prioritas; 2. Penetapan skema pendanaan dan pelaksana proyek PLTA Karangkates IV- V, PLTA Kesamben, dan PLTMH Lodoyo sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No. 9 Tahun Pengadaan tanah PLTA Kesamben masih menunggu proses penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA). 15. PLTMH LODOYO (10 MW) Nilai Investasi : Rp 300 Miliar : BUMN Lokasi : Jawa Tengah Penanggung Jawab Proyek : Kementerian PUPR Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2020 Deskripsi Proyek PLTMH Lodoyo adalah salah satu terobosan percepatan untuk program Water to Energy bersama PLTA Karangkates IV dan V, dan PLTA Kesamben, dengan total kapasitas ketiga PLTA mencapai 147 MW. Lokasi PLTMH Lodoyo berada di wilayah muara Sungai Brantas, Jawa Tengah. 54 Laporan KPPIP Semester

63 Signifikansi Proyek PLTA Kesamben memiliki kemampuan menghasilkan listrik sebesar 10 MW dan berperan dalam pencapaian peningkatan bauran energi terbarukan. Status Terakhir Pengurusan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) mengalami hambatan mengingat belum terbentuknya Special Purpose Company (SPC), jika SPC sudah terbentuk, konsorsium akan melakukan pengurusan izin SIPPA dan proses selanjutnya. Target pembentukan SPC adalah pertengahan tahun Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai pada Agustus 2014 Selesai pada Oktober 2014 Desember 2015 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Sudah diterbitkan pada Januari 2015 Sudah diterbitkan pada Januari 2015 Tidak diperlukan Belum dimulai Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan BUMN Tidak diperlukan Belum dimulai N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai pada 2016 Ditargetkan dimulai pada Desember Proyek ini telah dimulai prosesnnya oleh konsorsium BUMN yang terdiri dari PT Pembangkit Jawa Bali (PJB), PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Brantas Energi, dan Perum Jasa Tirta I. Penetapan skema pendanaan saat ini terkendala karena belum adanya basis penugasan atau penunjukkan. Tindak Lanjut Mendorong penunjukkan secara resmi Konsorsium BUMN untuk PLTA Karangkates IV-V, PLTA Kesamben, dan PLTMH Lodoyo sebagai pendorong pembentukan SPC. Pengadaan Tanah PLTA Lodoyo tidak membutuhkan pengadaan lahan. Laporan KPPIP Semester

64 16. JALAN TOL BALIKPAPAN SAMARINDA Nilai Investasi : - Rp 9,9 Triliun : KPBU Lokasi : Kalimantan Timur Penanggung Jawab Proyek : Badan Pengatur Jalan Tol Rencana Mulai Konstruksi : 2016 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Jalan Tol Balikpapan Samarinda akan menghubungkan dua kota terbesar di Kalimantan Timur serta Bandara Internasional Sepinggan di Kota Balikpapan, dengan kota Samarinda yang berstatus sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Timur dengan panjang 99 km. Jalan tol ini terbagi menjadi 5 seksi dan direncanakan memiliki dua lajur untuk masing-masing arah. Signifikansi Proyek Jalan tol akan mengembangkan kawasan-kawasan industri berbasis kelapa sawit, batubara, migas, dan pertanian di kedua kota dan disepanjang jalan tol. Proyek jalan tol ini juga akan mendukung proyeksi pertambahan perpindahan penumpang dan barang serta mengurangi biaya logistik dan waktu tempuh antara Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. Status Terakhir Lelang investasi untuk porsi KPBU Jalan Tol Balikpapan - Samarinda telah selesai pada Juni 2016 dimana PT Jasamarga Balikpapan - Samarinda terpilih sebagai BUJT. Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) telah dilaksanakan pada tanggal 9 Juni Selain itu, proyek ini juga mendapatkan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII). Perjanjian penjaminan dan perjanjian regres juga telah ditandatangani pada 9 Juni Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Selesai Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan Sudah mencapai 81,84% Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan KPBU Selesai pada Mei 2016 Konstruksi sebagian oleh Pemerintah 9 Juni 2016 Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai pada akhir 2018 Ditargetkan mulai 2017 (porsi BUJT), Ditargetkan mulai 2016 (porsi Pemerintah) Laporan KPPIP Semester

65 Jalan Tol Balikpapan - Samarinda menggunakan skema pendanaan Supported- Build Operate Transfer dimana Pemerintah membangun sebagian seksi jalan tol dan sebagian lainnya dilelang kepada investor swasta. Adapun porsi Pemerintah adalah Seksi I yang memiliki panjang 22,03 km dan Seksi V yang memiliki panjang 11,09 km. Pengadaan Tanah Pengadaan tanah untuk jalan tol ini telah berjalan dan saat ini sudah lebih dari 90% untuk Seksi I dan II. Secara umum kemajuan pengadaan tanah untuk kelima seksi telah mencapai 81,84% dimana Seksi V memiliki kemajuan paling rendah (55,22%). Pemerintah Daerah memiliki kekurangan dana pengadaan tanah sebesar Rp 250 Miliar. Pembiayaan Seksi I diperoleh dari APBN dan APBD sementara Seksi V bersumber dari pinjaman Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebesar Rp 720 Miliar. Seksi II, III, dan IV adalah bagian yang dibangun oleh investor pemenang lelang KPBU dan direncanakan untuk dibiayai dengan Contractor Pre- Financing (CPF) sehingga financial close ditargetkan setelah konstruksi selesai di akhir Tindak Lanjut 1. Percepatan pengadaan tanah Seksi I Seksi V 2. Pemantauan alokasi anggaran pengadaan tanah dalam APBN untuk memastikan ketersediaan pembiayaan 17. JALAN TOL MANADO BITUNG Nilai Investasi : ~ Rp 5,1 Triliun : KPBU Lokasi : Sulawesi Utara Penanggung Jawab Proyek : Badan Pengatur Jalan Tol Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Pembangunan jalan tol sepanjang 39 km ini akan menghubungkan dua kota besar di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Manado dan Bitung. Proyek ini dibagi menjadi dua seksi: Seksi I Manado Airmadidi; dan Seksi II Airmadidi Bitung. Signifikansi Proyek Jalan Tol Manado - Bitung ini diharapkan dapat mendukung pengembangan pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di kawasan Manado, Minahasa Utara, dan Bitung serta menjadi jalan akses utama menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Pelabuhan Internasional Bitung. Status Terakhir Lelang investasi untuk porsi KPBU Jalan Tol Manado - Bitung telah selesai pada Mei 2016 dimana PT Jasamarga Manado Bitung terpilih sebagai BUJT untuk membangun ruas dengan skema pendanaan KPBU. Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) telah dilaksanakan pada tanggal 9 Juni Selain itu, proyek ini juga mendapatkan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII). Perjanjian penjaminan dan perjanjian regres juga telah ditandatangani pada 9 Juni Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai Laporan KPPIP Semester

66 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Selesai Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Sudah mencapai 64,15% untuk Seksi I Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan KPBU Selesai pada Mei 2016 Konstruksi sebagian oleh Pemerintah 9 Juni 2016 Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai Triwulan Kedua 2017 Ditargetkan dimulai Jalan Tol Manado Bitung menggunakan skema pendanaan Supported-Build Operate Transfer dimana Pemerintah membangun sebagian seksi jalan tol dan sisanya dilelang kepada investor swasta. Adapun porsi Pemerintah adalah Seksi I yang memiliki panjang 14,09 km dari APBN, APBD, dan pinjaman dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebesar Rp 1 Triliun. Seksi II yang memiliki panjang 25,5 km merupakan porsi swasta. Pengadaan Tanah Pengadaan tanah untuk ruas ini telah dimulai sejak Juni 2015 dimana pengadaan tanah untuk Seksi I (Manado Airmadidi) telah terbebaskan 64,15% dengan dukungan anggaran dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Pembebasan tanah untuk Seksi II direncanakan mulai pada Tindak Lanjut 1. Percepatan pengadaan tanah Seksi I dan Seksi II 2. Pemantauan alokasi anggaran pengadaan tanah dalam APBN untuk memastikan ketersediaan pembiayaan. 18. JALAN TOL SERANG - PANIMBANG Nilai Investasi : ~ Rp 11,3 Triliun : KPBU Lokasi : Banten Penanggung Jawab Proyek : Badan Pengatur Jalan Tol Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2018 Deskripsi Proyek Pembangunan jalan tol sepanjang 83,6 km ini bertujuan untuk menyediakan akses ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon. Proyek direncanakan akan terdiri dari tiga seksi: Seksi I Serang Rangkasbitung; Seksi II Rangkasbitung - Bojong; Seksi III Bojong Panimbang. 58 Laporan KPPIP Semester

67 Signifikansi Proyek Selain untuk mendukung pengembangan pariwisata di Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon, jalan tol ini diharapkan dapat mengurangi biaya logistik pengiriman barang dari kawasan industri di Pandeglang ke pelabuhan di Jakarta dan sebaliknya. Status Terakhir Perencanaan Pengadaan Tanah selesai pada 23 Mei 2016 ditandai dengan penyerahan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah kepada Gubernur Banten. Persiapan Pengadaan Tanah tengah berjalan dimana pada 10 Juni 2016 telah diselesaikan proses pendataan awal lokasi pembangunan. Konsultasi Publik Pengadaan Tanah direncanakan untuk diadakan pada tanggal Juni 2016 dan Penetapan Lokasi sudah dilaksanakan pada 29 Juni Saat ini secara paralel dengan Pelaksanaan Pengadaan Tanah, BPJT juga sedang berproses untuk memulai lelang dengan yang rencananya akan dilaksanakan pada Oktober Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai 2016 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Selesai Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Tahap Pelaksanaan Pengadaan Tanah Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan KPBU Pelaksanaan RFP pada tanggal 27 Oktober 2016 SBOT + Dana Likuiditas Terbatas Ditargetkan selesai 2016 Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan selesai 2017 Ditargetkan dimulai Jalan Tol Serang Panimbang telah ditetapkan dalam rapat KPPIP pada bulan Juni 2016 untuk menggunakan skema KPBU dengan Dukungan Pemerintah dalam bentuk pembangunan sebagian dan jaminan atas tingkat pendapatan tetap agar dapat mencapai tingkat kelayakan yang menarik untuk investor. Dengan skema pendanaan ini, lelang investasi dapat dimulai sehingga diharapkan target operasi di 2018 dapat tercapai. Pada tanggal 16 Agustus 2016, BPJT telah mengumumkan nama dua konsorsium yang lolos tahap Pra-kualifikasi, yakni PT Waskita Toll Road serta Konsorsium PT Wijaya Karya Tbk., PT Pembangunan Perumahan Tbk., dan PT Jababeka Infrastruktur. Saat ini lelang telah sampai di tahap pelaksanaan RFP (Request for Proposal) yang berlangsung pada 27 Oktober 2016 dengan satu peserta yang memasukkan proposal yakni konsorsium PT Wijaya Karya dan PT Jababeka. Pengadaan Tanah Pengadaan tanah untuk Jalan Tol Serang Panimbang sedang berada pada tahap pelaksanaan pengadaan tanah, dan diperkirakan pada Desember 2016 sudah dapat dimulai pelaksanaan penilaian bidang tanah yang akan dibebaskan. Tindak Lanjut 1. Percepatan persiapan pengadaan tanah pasca dikeluarkannya Penetapan Lokasi oleh Gubernur Banten 2. Penyusunan kajian kelembagaan untuk penerapan skema pendanaan. Laporan KPPIP Semester

68 19A. JALAN TOL MEDAN BINJAI (8 RUAS TRANS SUMATERA) Nilai Investasi : ~ Rp 1,6 Triliun : Penugasan BUMN Lokasi : Sumatera Utara Penanggung Jawab Proyek : PT Hutama Karya Rencana Mulai Konstruksi : 2015 Rencana Mulai Operasi : 2018 Deskripsi Proyek Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Ruas ini dibagi menjadi 3 seksi dan akan berlokasi di Sumatera Utara menghubungkan Kota Medan dengan Binjai. Ketiga seksi yang dimaksud adalah: (1) Seksi I: Tanjung Mulia Helvetia; (2) Seksi II: Helvetia Semayang; (3) Seksi III: Semayang Binjai. Signifikansi Proyek Sebagai bagian dari jaringan JTTS, ruas ini penting untuk mendukung lalu lintas barang dan orang antara Medan dan Binjai. Proyek ini diharapkan dapat menjadi alternatif jalur kendaraan sehingga dapat mengurangi beban pada jalur yang sudah ada dan mempermudah akses serta meningkatkan konektivitas. Dengan demikian, jalan tol ini dapat berkontribusi pada pengembangan kawasan dan pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera. Status Terakhir Saat ini JTTS Ruas Medan Binjai sedang dalam tahap penyelesaian pengadaan tanah dan pelaksanaan konstruksi. Kemajuan konstruksi saat ini untuk Seksi III sudah mencapai 46%; Seksi II sudah mencapai 24%; sementara untuk Seksi I kemajuan konstruksi masih terhambat oleh masalah pengadaan tanah yang belum terselesaikan. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Selesai Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan Sudah selesai 78% Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN N/A Penyertaan Modal Negara (PMN) N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Selesai Sudah dimulai pada 2015 Desember Laporan KPPIP Semester

69 Pembangunan Jalan Tol Medan Binjai menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. PPJT untuk ruas tol ini telah ditandatangani pada Pada tahun yang sama Pemerintah juga memberikan dukungan berupa PMN kepada PT Hutama Karya untuk mendukung PT Hutama Karya memenuhi mandat penugasan ini. Struktur pendanaan ruas ini terdiri dari 70% ekuitas PT Hutama Karya (pemenuhannya didukung PMN) dan 30% adalah pinjaman dari PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI). Pengadaan Tanah Kemajuan Seksi I masih terkendala oleh pengadaan tanah yang terhambat karena sengketa atas kepemilikan tanah. Selain itu, Service Level Agreement (SLA) yang bertujuan untuk mendorong percepatan pengadaan tanah masih menunggu penandatanganan oleh Gubernur Sumatera Utara. Tindak Lanjut 1. Percepatan pengadaan tanah untuk Seksi I dan konstruksi pada Seksi II dan III. 2. Penandatanganan SLA oleh Gubernur Sumatera Utara. 19B. JALAN TOL PALEMBANG INDRALAYA (8 RUAS TRANS SUMATERA) Nilai Investasi : ~ Rp 3,3 Triliun : Penugasan BUMN Lokasi : Sumatera Selatan Penanggung Jawab Proyek : PT Hutama Karya Rencana Mulai Konstruksi : 2015 Rencana Mulai Operasi : 2018 Deskripsi Proyek Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Ruas ini adalah salah satu ruas yang terletak di Sumatera Selatan dengan panjang total 22 Km dan terbagi kedalam tiga seksi: (1) Seksi I: Palembang IC Pemulutan; (2) Seksi II: IC Pemulutan IC KTM; (3) Seksi III: IC KTM Simpang Indralaya. Signifikansi Proyek Ruas ini diharapkan dapat mengakomodir proyeksi pertumbuhan lalu lintas harian antara Kota Palembang dengan Indralaya di sisi barat daya Kota Palembang. Dengan adanya jalan tol ini, volume kendaraan akan terbagi dan mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan serta aksesibilitas menuju dan dari Indralaya serta Palembang. Status Terakhir Saat ini JTTS ruas Palembang Indralaya sedang dalam tahap konstruksi dengan penyelesaian konstruksi sebesar 30% untuk Seksi I, 12% untuk Seksi III, dan 1% untuk Seksi II. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai Laporan KPPIP Semester

70 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Selesai Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Sudah mencapai 71,26% Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN N/A Penyertaan Modal Negara (PMN) N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Selesai Sudah dimulai pada 2015 Desember 2018 Pembangunan Jalan Tol Palembang Indralaya menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. PPJT untuk ruas tol ini telah ditandatangani pada Pada tahun yang sama Pemerintah juga memberikan dukungan berupa PMN kepada PT Hutama Karya untuk mendukung PT Hutama Karya memenuhi mandat penugasan ini. Struktur pendanaan ruas ini terdiri dari 70% ekuitas PT Hutama Karya (pemenuhannya didukung PMN) dan 30% adalah pinjaman dari PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI). Pengadaan Tanah Pengadaan tanah Seksi I telah selesai pada Selanjutnya untuk Seksi II dan Seksi III diharapkan dapat diselesaikan pada Saat ini tanah sudah bebas 16,7 km dari total 22 km (84,47%). Tindak Lanjut 1. Percepatan pengadaan tanah untuk Seksi II dan Seksi III. 2. Pemantauan terkait ketersediaan alokasi anggaran untuk pembayaran UGR pengadaan tanah. 19C. JALAN TOL BAKAUHENI TERBANGGI BESAR (8 RUAS TRANS SUMATERA) Nilai Investasi : ~ Rp 16,7 Triliun : Penugasan BUMN Lokasi : Lampung Penanggung Jawab Proyek : PT Hutama Karya Rencana Mulai Konstruksi : 2015 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Ruas ini adalah salah satu ruas yang terletak di Sumatera Selatan dengan panjang total 140 km. Ruas ini terbagi kedalam tiga seksi: (1) Seksi I: Bakauheni Sidomulyo; (2) Seksi II: Sidomulyo - Branti; (3) Seksi III: Branti Terbanggi Besar. 62 Laporan KPPIP Semester

71 Signifikansi Proyek Ruas ini akan menjadi jalan akses utama dari dan ke Pelabuhan Bakauheni. Mengingat Pelabuhan Bakauheni adalah salah satu pelabuhan utama yang menghubungkan Jawa dengan Sumatera, maka keberadaan ruas ini dapat secara signifikan mempercepat distribusi barang dan orang yang tiba di Sumatera melalui pelabuhan tersebut. Status Terakhir Saat ini JTTS ruas Bakauheni Terbanggi Besar sedang dalam tahap pengadaan tanah dan konstruksi. Pelaksanaan konstruksi terbagi ke dalam 4 paket dimana masing masing paket kemajuannya masih dibawah 10%. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Selesai Sudah diterbitkan Sudah diterbitkan Sudah mencapai 20% Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN N/A Penyertaan Modal Negara (PMN) N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Selesai Sudah dimulai pada Pembangunan Jalan Tol Bakauheni Terbanggi Besar menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. PPJT untuk ruas tol ini telah ditandatangani pada Pada tahun yang sama Pemerintah juga memberikan dukungan berupa PMN kepada PT Hutama Karya untuk mendukung PT Hutama Karya memenuhi mandat penugasan ini. Struktur pendanaan ruas ini terdiri atas 45% ekuitas (dipenuhi dengan dukungan PMN) serta 55% pinjaman. Pengadaan Tanah Pemerintah telah menetapkan lokasi trase jalan tol dan saat ini sedang dalam tahap pelaksanaan pengadaan tanah. Diharapkan prosesnya dapat selesai pada Desember 2016 sehingga pembangunan jalan tol dapat terlaksana sesuai rencana jadwal. Tindak Lanjut 1. Percepatan pengadaan tanah. 2. Pemantauan ketersediaan alokasi anggaran untuk pembayaran Uang Ganti Rugi (UGR) pengadaan tanah. Laporan KPPIP Semester

72 19D. JALAN TOL PEKANBARU DUMAI (8 RUAS TRANS SUMATERA) Nilai Investasi : ~ Rp 16,2 Triliun : Penugasan BUMN Lokasi : Riau Penanggung Jawab Proyek : PT Hutama Karya Rencana Mulai Konstruksi : 2016 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Ruas ini adalah salah satu ruas yang terletak di Provinsi Riau dan akan menghubungkan Pekanbaru dengan Kandis dan Dumai. Ruas ini terbagi ke dalam 6 seksi yakni: (1) Seksi I: Pekanbaru IC Minas; (2) Seksi II: IC Minas- IC Kandis; (3) Seksi III: IC Kandis Selatan IC Kandis Utara; (4) Seksi IV: IC Kandis Utara IC Duri Selatan; (5) Seksi V: IC Duri Selatan IC Duri Utara; (6) Seksi VI: IC Dumai Junction Duri. Signifikansi Proyek Ruas ini akan menghubungkan Kota Pekanbaru (Ibukota Provinsi Riau) dengan Kota Dumai. Dengan potensi pengembangan agrobisinis serta status Dumai sebagai kota yang memiliki industri perminyakan yang maju, ruas ini diharapkan dapat terus mendukung pengembangan sektor industri tersebut. Status Terakhir Saat ini JTTS ruas Pekanbaru Dumai sedang dalam proses penyusunan Detailed Engineering Design (DED) dan pengadaan tanah. Konstruksi sedang dipersiapkan untuk dimulai bagi lahan sepanjang 2,7 km dari total 9,5 km pada Seksi 1. Lelang kontraktor sedang dipersiapkan dan diharapkan konstruksi dapat dimulai pada Desember Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai 2017 awal untuk seluruh seksi AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan selesai pada Juli 2016 Ditargetkan diterbitkan pada Juli 2016 Ditargetkan diterbitkan pada Juli 2016 Sudah mencapai 21% Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN N/A Belum ditentukan N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan tercapai awal 2017 Ditargetkan mulai Laporan KPPIP Semester

73 Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru Dumai menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. PPJT untuk ruas tol ini telah ditandatangani pada Ruas ini membutuhkan ekuitas sebesar 70%. Namun keterbatasan PMN menyebabkan perlunya penjajakan sumber pendanaan alternatif seperti Medium Term Notes. Pengadaan Tanah Penetapan Lokasi oleh Gubernur Riau telah diterbitkan dan saat ini sedang dalam proses pengadaan tanah oleh Pemerintah, secara total tanah sudah terbebaskan sebanyak 21%. Tindak Lanjut 1. Percepatan penyelesaian penyesuaian RTRW Provinsi Riau oleh Gubernur Riau dengan koordinasi antar pihak yang bersangkutan. 2. Percepatan penerbitan Izin Lingkungan dan Kelayakan Lingkungan Hidup. 3. Penjajakan sumber pendanaan alternatif untuk ruas Pekanbaru Dumai. 19 E & F. JALAN TOL TERBANGGI BESAR PEMATANG PANGGANG KAYU AGUNG (8 RUAS TRANS SUMATERA) Nilai Investasi : 21,9 Triliun : Penugasan BUMN Lokasi : Lampung dan Sumatera Utara Penanggung Jawab Proyek : PT Hutama Karya Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Ruas ini terletak di Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan dengan panjang total 185 km. Ruas ini terbagi kedalam tiga seksi yakni: (1) Seksi I: Terbanggi Besar Mengala; (2) Seksi II: Menggala Sp. Pematang; (3) Seksi III: Sp. Pematang Kayu Agung. Ruas ini merupakan gabungan ruas Terbanggi Besar Pematang Panggang (100 km) dan Pematang Panggang Kayu Agung (85 km). Signifikansi Proyek Sebagai bagian dari jaringan JTTS, seksi ini penting untuk mendukung lalu lintas barang dan orang dari Pelabuhan Bakauheni. Seksi ini juga diharapkan mampu membuka akses pada daerah-daerah sekitarnya dan menunjang pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor kelapa sawit dan perkebunan karet. Selain itu, salah satu peran vital yang diharapkan adalah memotong waktu perjalanan dan biaya logistik yang menggunakan moda transportasi darat dari Pelabuhan Bakauheni menuju Sumatera Selatan dan wilayah sekitarnya sehingga mampu menunjang pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor kelapa sawit dan perkebunan karet. Status Terakhir Sedang dalam proses penyusunan Rencana Bisnis dan Rancangan Teknik Dasar oleh konsultan PT Hutama Karya dan juga dilakukan review Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah sepanjang 100 km untuk Terbanggi Besar Pematang Panggang. Sementara untuk Pematang Panggang Kayu Agung sudah diterbitkan Penetapan Lokasi sepanjang 77 km pada 19 Mei 2016 dan saat ini sedang dilaksanakan review Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah sepanjang 8,6 km. Laporan KPPIP Semester

74 Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai 2017 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Belum dimulai Selesai Belum dimulai Belum dimulai Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Belum dimulai Pembangunan Jalan Tol Terbanggi Besar Pematang Panggang menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. PPJT untuk ruas tol ini telah ditandatangani pada Juni Tindak Lanjut 1. Pemantauan kemajuan penyusunan Rencana Bisnis dan Rancangan Teknik Dasar. 2. Penyusunan AMDAL. 3. Penyusunan kajian finansial untuk penetapan skema pendanaan. Pengadaan Tanah Belum dimulai. 19G. JALAN TOL PALEMBANG TANJUNG API-API (8 RUAS TRANS SUMATERA) Nilai Investasi : ~ Rp 14,2 Triliun : Penugasan BUMN Lokasi : Sumatera Selatan Penanggung Jawab Proyek : PT Hutama Karya Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Jalan Tol Palembang Tanjung Api-Api merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Ruas ini adalah salah satu ruas yang terletak di Sumatera Selatan. 66 Laporan KPPIP Semester

75 Signifikansi Proyek Ruas ini akan menjadi penghubung utama bagi arus kendaraan yang mengangkut orang maupun barang dari Palembang menuju KEK Tanjung Api-api dan Pelabuhan Tanjung Api-api yang sedang dikembangkan. Kawasan KEK Tanjung Api-api ini merupakan sentra industri kelapa sawit dan industri pengolahan ekspor. Status Terakhir Sedang dalam proses penyusunan Laporan Dokumen Studi Kelayakan dan AMDAL oleh konsultan. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Ditargetkan selesai 2016 Ditargetkan selesai 2017 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Belum dimulai Belum dimulai Belum dimulai Belum dimulai Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Belum dimulai Ditargetkan mulai Pembangunan Jalan Tol Palembang Tj. Api-api menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. Pengadaan Tanah Belum dimulai. Tindak Lanjut 1. Penyelesaian dokumen AMDAL untuk penerbitan Izin Lingkungan sehingga proyek dapat melanjutkan ke proses Perencanaan Pengadaan Tanah. 2. Pemantauan penyelesaian Studi Kelayakan. 3. Penetapan sumber pendanaan dan bentuk Dukungan Pemerintah. Laporan KPPIP Semester

76 19H. JALAN TOL KISARAN TEBING TINGGI (8 RUAS TRANS SUMATERA) Nilai Investasi : ~ Rp 6,9 Triliun : Penugasan BUMN Lokasi : Sumatera Utara Penanggung Jawab Proyek : PT Hutama Karya Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Jalan Tol Kisaran Tebing Tinggi merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang direncanakan akan membentang dari utara Pulau Sumatera sampai selatan menyambungkan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sampai Provinsi Lampung. Ruas ini adalah salah satu ruas yang terletak di Sumatera Utara. Status Terakhir Review atas studi kelayakan dan rencana bisnis yang disusun oleh konsultan sedang dilaksanakan oleh PT Hutama Karya. Signifikansi Proyek Secara umum, dengan adanya jalan tol ini diharapkan akan meningkatkan konektivitas antar wilayah di Sumatera Utara dan memberikan opsi transportasi dengan biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan jalan yang ada saat ini dan waktu tempuh lebih cepat. Proyek ini selain dapat mempromosikan pariwisata di Tebing Tinggi, juga dapat mendukung industri alumunium yang terletak di Kabupaten Asahan serta mempermudah akses dan konektivitas ke Pelabuhan Kuala Tanjung yang merupakan pelabuhan hub internasional. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Ditargetkan selesai 2017 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Belum dimulai Belum dimulai Belum dimulai Belum dimulai Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Belum dimulai Ditargetkan mulai Laporan KPPIP Semester

77 Pembangunan Jalan Tol Kisaran Tebing Tinggi menggunakan skema penugasan kepada BUMN yakni PT Hutama Karya melalui Peraturan Presiden No. 117 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatera. Pengadaan Tanah Belum dimulai. Tindak Lanjut 1. Penyelesaian dokumen AMDAL untuk penerbitan Izin Lingkungan sehingga proyek dapat melanjutkan ke proses Perencanaan Pengadaan Tanah. 2. Penetapan sumber pendanaan dan bentuk dukungan Pemerintah. 3. Penandatanganan SLA untuk Provinsi Sumatera Utara oleh Gubernur Sumatera Utara. 20. MRT JAKARTA JALUR UTARA-SELATAN Nilai Investasi : Rp 25 Triliun : APBN dan APBD Provinsi DKI Jakarta dengan Pinjaman Luar Negeri Lokasi : DKI Jakarta Penanggung Jawab Proyek : PT Mass Rapid Transit Jakarta Mulai Konstruksi : 2013 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di ibukota untuk meningkatkan fasilitas transportasi umum dan mengurangi kemacetan di Jakarta. Tahap pertama dari proyek ini terdiri dari 2 fase: (1) Lebak Bulus - Bundaran HI dan (2) Bundaran HI - Kampung Bandan. Signifikansi Proyek MRT Jakarta adalah transportasi umum yang akan membantu menyelesaikan masalah kemacetan, meningkatkan mobilitas penduduk ibukota, mengurangi emisi karbon dan menciptakan lapangan kerja baru di DKI Jakarta. Status Terakhir Saat ini tengah dilakukan kegiatan konstruksi depo, koridor dan stasiun untuk fase 1. Perkembangan konstruksi per November 2016 telah mencapai 46%. Berdasarkan koordinasi antara Kementerian Keuangan dan PT MRT Jakarta, pengalokasian sumber pendanaan proyek melalui paket pinjaman IP-571 telah terdaftar pada DIPA Kementerian Keuangan. Berdasarkan hasil pembahasan antara Kementerian ATR, Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) dan PT MRT Jakarta, permohonan legal opinion (LO) kepada Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta terkait pembayaran ganti rugi 27 bidang tanah dengan status kepemilikan negara dan tanah girik tidak diperlukan. Hal ini mengingat BPN Jakarta Selatan telah melakukan inventarisasi dan musyawarah ulang sehingga akan mengacu pada Berita Acara yang baru dengan mekanisme pelaksanaan pengadaan tanah berdasarkan UU No. 2 Tahun Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah selesai melakukan audit terkait Cost Overun akibat dari Variance Order (VO) senilai Rp 2,5 triliun. Menanggapi hal ini, Gubernur DKI Jakarta menugaskan PT MRT Jakarta untuk melakukan pengadaan jasa penilai independen untuk me-review kembali nilai Cost Overrun sebelum dilakukan proses pemenuhan kebutuhan dana tambahan. Laporan KPPIP Semester

78 Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Fase 1: Selesai Fase 2: 2015 Fase 1: Selesai Fase 2: 2015 Fase 1: Selesai Fase 2: AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Selesai Sudah diterbitkan Tidak diperlukan Penetapan Lokasi telah terbit Penetapan Skema Pendanaan APBN dan APBD DKI Jakarta dengan pinjaman luar negeri Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Selesai pada Desember 2015 Fase 1: Agustus 2013 Februari 2019 Fase 2: Ditargetkan selesai pada 2019 Tindak Lanjut Proyek MRT Jakarta menggunakan pendanaan APBN dengan pinjaman asing yang bersumber dari Overseas Development Assistance (ODA) Pemerintah Jepang sebesar Rp 14,3 Triliun. Pinjaman asing ini dibagi ke dalam tiga paket pinjaman, yaitu Paket 536 sebesar JPY 1,87 Miliar, Paket 554 sebesar JPY 48,15 Miliar dan Paket 571 sebesar JPY 75,22 Miliar. 1. Pengadaan jasa konsultansi oleh PT MRT Jakarta untuk mereview hasil audit oleh BPKP atas biaya investasi tambahan yang dibutuhkan. 2. Keputusan terkait pihak yang lebih tepat menanggung biaya investasi tambahan tersebut. 3. Penyelesaian pengadaan tanah sehingga target operasi pada awal tahun 2019 tercapai. Pengadaan Tanah Status pengadaan tanah per November 2016 mencapai 89%. Proses pengadaan tanah masih berlangsung dan membutuhkan upaya percepatan di sejumlah titik lokasi meliputi CP 101 (bekas tanah Metropolitan Kencana dan depo Lebak Bulus), CP 102 (stasiun Fatmawati dan area Jl. T.B. Simatupang) dan CP 103 (stasiun Blok A, stasiun Cipete Raya, stasiun H. Nawi dan stasiun Sisingamangaraja). 70 Laporan KPPIP Semester

79 21. KERETA EKSPRES BANDARA SOEKARNO-HATTA Nilai Investasi : Rp 24 Triliun : Potensi KPBU Lokasi : DKI Jakarta dan Banten Penanggung Jawab Proyek : Kementerian Perhubungan Rencana Mulai Konstruksi : 2018 Rencana Mulai Operasi : 2022 Deskripsi Proyek Proyek Kereta Ekspres Bandara merupakan moda transportasi alternatif menuju Soekarno-Hatta International Airport (SHIA) dengan perkiraan waktu tempuh dari pusat kota ke bandara maksimal 30 menit. Kereta Ekspres SHIA sepanjang 37 km dari Bandara Soekarno-Hatta menuju ke Bandara Halim Perdanakusuma akan menyediakan stasiun-stasiun di dalam kota yang mudah diakses melalui jalan dan moda transportasi lainnya serta berlokasi dekat dengan pusat-pusat kegiatan komersial dan wilayahwilayah permukiman padat serta terhubung dengan sistem transportasi MRT Jakarta dan jalur kereta lainnya. Stasiun di Bandara diharapkan akan berlokasi dekat dengan terminal-terminal penumpang dimana lokasinya dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari stasiun kereta ke terminal keberangkatan atau dari tempat pengambilan bagasi dan terminal kedatangan. Kereta Ekspres SHIA akan mengutamakan kenyamanan dengan kapasitas untuk menyimpan bagasi penumpang, mempersingkat waktu tempuh, dan dapat diandalkan dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Tarif akan bersaing dengan moda transportasi lainnya. Kereta akan memiliki kecepatan yang lebih cepat dibandingkan dengan Kereta Jalur Komuter dan dengan pemberhentian yang lebih sedikit. Signifikansi Proyek Proyek ini diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan akses dari dan ke Bandara SHIA, mendukung pertumbuhan permintaan Bandara SHIA, dan mendorong ekonomi lokal dan nasional. Keuntungan ekonomi dari proyek ini diantaranya adalah mendorong peningkatan aktivitas komersial dan industrial di jalur tersebut serta peningkatan lapangan kerja bagi penduduk lokal. Status Terakhir Skema pendanaan dan trase proyek belum ditentukan secara resmi. Saat ini terdapat dua alternatif trase yaitu melalui Dukuh Atas yang merupakan hasil studi PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan Gambir yang akan menggunakan jalur kereta eksisting milik PT Kereta Api Indonesia. Penetapan skema pendanaan proyek masih menunggu proses pembahasan di internal Kementerian Perhubungan. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Perda DKI Jakarta No. 1 Tahun 2014(koridor Halim - Palmerah-SHIA); Perda DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 (rute SHIA- Manggarai) Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2016 Ditargetkan dimulai pada kuartal I 2017 Ditargetkan dimulai pada kuartal II 2017 Laporan KPPIP Semester

80 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2017 Ditargetkan dimulai pada kuartal I 2018 Tidak diperlukan Penetapan Lokasi belum terbit Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Potensi penugasan BUMN N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Ditargetkan dimulai pada April 2018 Ditargetkan dimulai pada Mei 2018 Ditargetkan selesai pada Maret 2022 Skema pendanaan proyek belum ditetapkan. Menteri Perhubungan memberikan arahan untuk dilakukan koordinasi di internal Kementerian Perhubungan untuk melanjutkan pembahasan hasil studi dengan skema KPBU yang telah disusun oleh PT SMI. Tindak Lanjut 1. Penetapan trase proyek. 2. Penetapan skema pendanaan proyek. Pengadaan Tanah Kereta Ekspres SHIA akan membutuhkan lahan seluas 84,68 ha, dimana sebagian besar lahan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Lahan pihak swasta yang terdaftar di Kementerian Agraria dan Tata Ruang diestimasi sepanjang 5,2 km atau seluas 13,09 ha. Total luas lahan yang dibutuhkan mewakili kebutuhan lahan minimum rute untuk pembangunan proyek ini. Kebutuhan lahan stasiun Dukuh Atas dan Manggarai tidak akan memerlukan lahan swasta. Sedangkan kebutuhan lahan untuk tiga stasiun (Pluit, Tanah Abang dan Halim) diperkirakan seluas 16,86 ha. Perlu diperhatikan bahwa terdapat lahan permukiman untuk pembangunan Stasiun Halim seluas 7,2 ha dan untuk Stasiun Tanah Abang seluas 0,3 ha yang tidak terdaftar di Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Kebutuhan lahan tidak terdaftar ini belum dimasukan dalam perhitungan total kebutuhan lahan. Total estimasi kebutuhan lahan non-pemerintah dan lahan dan permukiman swasta adalah sebesar ~Rp 2,3 Triliun. Proses pengadaan tanah dan permukiman kembali akan mengacu pada Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 dan Peraturan Presiden No. 148 Tahun KERETA API MAKASSAR-PAREPARE Nilai Investasi : Rp 9,4 Triliun : APBN Lokasi : Sulawesi Selatan Penanggung Jawab Proyek : Kementerian Perhubungan Mulai Konstruksi : 2015 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Proyek Kereta Api Makassar Parepare sepanjang 144 km merupakan bagian dari jaringan kereta api Trans Sulawesi yang akan menghubungkan seluruh Pulau Sulawesi. 72 Laporan KPPIP Semester

81 Signifikansi Proyek Merupakan sarana perkerataapian Sulawesi Selatan bagian barat dimana dapat berperan sebagai sarana transportasi yang mampu mendukung permintaan angkutan penumpang dan perpindahan barang. Jalur kereta api akan menghubungkan pelabuhan di Parepare dan di Makassar. Status Terakhir Saat ini tengah dilakukan pabrikasi dan peletakan rel kereta di sepanjang jalur yang telah disiapkan. Sepanjang tahun 2016, akan dilakukan penyelesaian konstruksi tahap 1 (Barru-Parepare) dan perpanjangan jalur ke arah Makassar dan ke arah Parepare dari Kabupaten Barru. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Selesai Selesai Tidak diperlukan Penetapan Lokasi sudah terbit Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan APBN dan APBD N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi N/A Ditargetkan selesai pada 2019 Proyek ini akan menggunakan dana yang telah dialokasikan dalam APBN melalui Kementerian Perhubungan untuk konstruksi tahap 1 (Barru) dan 2 (Barru Parepare). Sedangkan untuk tahap 3 (Makassar Barru), akan diupayakan alternatif sumber pendanaan dari lembaga donor yang tengah dikoordinasikan oleh KPPIP. Tindak Lanjut 1. Penyelesaian konstruksi jalur rel kereta api tahap I. 2. Pengalokasian anggaran yang sesuai dengan target kebutuhan pelaksanaan konstruksi dan pengadaan tanah dalam APBN Kementerian Perhubungan. Pengadaan Tanah Telah dialokasikan dana sebesar Rp 350 miliar oleh Pemerintah Pusat untuk pembayaran dana pengadaan tanah sepanjang 70 km. Kementerian Perhubungan mengestimasi total kebutuhan pengadaan tanah sebesar Rp 2,4 Triliun. Mengingat kebutuhan tanah yang cukup besar, KPPIP telah mengupayakan prioritasisasi ketersediaan sisa dana pengadaan tanah agar dibayarkan melalui anggaran BLU-LMAN, Kementerian Keuangan Tahun Anggaran Laporan KPPIP Semester

82 23. KERETA API KALIMANTAN TIMUR Nilai Investasi : Rp 52 Triliun : Swasta Lokasi : Kalimantan Timur Penanggung Jawab Proyek : PT Kereta Api Borneo Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2021 Deskripsi Proyek Kereta api Kalimantan Timur merupakan proyek pembangunan kereta api single track sepanjang 203 km yang didukung dengan infrastruktur meliputi stasiun, jetty batubara, pelabuhan dan PLTU dengan kapasitas 15 MW. PT Kereta Api Borneo (PT KAB) akan mengoperasikan proyek ini. Proyek ini akan melewati Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser dan Kota Balikpapan. Signifikansi Proyek Proyek ini bertujuan untuk mengurangi biaya distribusi dan waktu tempuh sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi perusahan pertambangan. Meskipun status kereta api adalah kereta api khusus, terdapat potensi PT KAB untuk menggunakan kereta api untuk pengangkutan logistik minyak kelapa sawit, kayu dan penumpang setelah adanya perubahan status kereta api dari khusus menjadi umum. Status Terakhir Saat ini sedang dilakukan proses revisi PP No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dimana kedepannya proyek kereta api umum unsolicited yang tidak menggunakan sumber pendanaan dari APBN/D dapat diselenggarakan tanpa proses lelang. PT KAB selaku pemrakarsa proyek berencana untuk mengubah status kereta api dari pengoperasian khusus menjadi umum. Usulan ini bertujuan agar kereta api dapat digunakan untuk mengangkut komoditas non-afiliasi PT KAB dan penumpang sehingga membuka peluang pengembangan pemanfaatan kereta api di masa mendatang. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan dimulai pada kuartal II 2017 Ditargetkan dimulai pada kuartal III 2017 Selesai pada Maret 2015 Penetapan lokasi sudah terbit Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Swasta N/A N/A N/A 74 Laporan KPPIP Semester

83 Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi N/A Ditargetkan dimulai pada 2017 Ditargetkan selesai pada 2021 Pendanaan proyek ini sepenuhnya dibiayai oleh pihak swasta, yakni PT KAB yang merupakan anak perusahaan Russian Railways. PT KAB berencana membentuk konsorsium untuk memenuhi pendanaan kelanjutan proyek. Informasi terkait dengan pihak-pihak yang akan bergabung dalam konsorsium belum diketahui. Tindak Lanjut Keputusan terkait perubahan status pengoperasian kereta api dari khusus menjadi umum sehingga kereta api dapat digunakan untuk mengangkut komoditas non-afiliasi PT KAB dan penumpang dengan komitmen pembayaran tarif/biaya jasa jangka panjang. Pengadaan Tanah Pengadaan tanah dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah hutan dan non-hutan. Wilayah hutan telah memperoleh Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk Survey dan Eksplorasi Jalur Kereta Api No. 41/IPPKH/PMA/2015 tanggal 19 Maret 2015 dari Kepala BKPM atas nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sedangkan wilayah non-kehutanan telah memperoleh perizinan dari pemilik lahan yang berstatus badan usaha di jalur perlintasan kereta. 24. LIGHT RAIL TRANSIT SUMATERA SELATAN Nilai Investasi : Rp 12,5 Triliun : Penugasan BUMN Lokasi : Sumatera Selatan Penanggung Jawab Proyek : Kementerian Perhubungan Mulai Konstruksi : 2015 Rencana Mulai Operasi : 2018 Deskripsi Proyek Pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Palembang, Sumatera Selatan untuk mendukung penyediaan angkutan umum massal. Lintas pelayanan LRT dimulai dari stasiun Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II hingga Jakabaring Sport City. LRT ditargetkan untuk beroperasi pada Agustus 2018 dalam rangka mendukung perhelatan kompetisi olahraga Asian Games Signifikansi Proyek Kota Palembang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang tengah bertumbuh pesat. Keberadaan transportasi umum massal diperlukan sebagai upaya preventif prediksi peningkatan kepadatan lalu lintas di Kota Palembang. Status Terakhir Berdasarkan hasil rapat koordinasi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, telah disepakati bahwa LRT akan menggunakan tenaga listrik (third rail) dan narrow gauge. Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan telah diterbitkan. Revisi ini mencakup tambahan lingkup kerja yaitu pembangunan depo dan mekanisme reimbursement PT Waskita Karya dan penugasan kepada PT Kereta Api Indonesia untuk penyelenggaraan sarana, pengoperasian dan perawatan, dan penyelenggaraan sistem tiket otomatis. Spesifikasi teknis telah dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan. Kontrak Kerjasama telah ditandatangani pada Juni 2016 antara Kementerian Perhubungan dan PT Waskita Karya namun belum efektif dimana pembayaran baru dapat dilakukan setelah dilakukan penetapan harga satuan oleh Kementerian Perhubungan. Mengingat skema proyek adalah design and build, maka pembayaran akan dilakukan secara bertahap untuk bagian yang telah siap dibangun. Pengadaan konsultan pengawas telah selesai dan telah efektif per 14 Oktober Konsultan Pengawas sedang me-review dokumen teknis dan biaya yang disampaikan oleh PT Waskita Karya untuk dijadikan basis pengefektifan Kontrak Kerjasama. Laporan KPPIP Semester

84 Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai sebagian (DED belum disetujui oleh Kementerian Perhubungan) AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Selesai pada 2013 Selesai Tidak diperlukan Penetapan Lokasi sudah terbit Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi N/A Kuartal III 2015-Kuartal III 2018 Ditargetkan selesai pada Juni 2018 Pembangunan proyek LRT menggunakan skema penugasan kepada PT Waskita Karya melalui penerbitan Peraturan Presiden No. 116 Tahun 2015 j.o. Peraturan Presiden No. 55 Tahun Pengadaan Tanah Kebutuhan tanah untuk proyek ini adalah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan PT Angkasa Pura II serta memanfaatkan ruang milik jalan. Tindak Lanjut 1. Pengefektifan Kontrak Kerjasama penyelenggaraan prasarana antara Kementerian Perhubungan dan PT Waskita Karya; 2. Pelaksanaan pengadaan sarana oleh PT Kereta Api Indonesia; 3. Penyelesaian isu tumpang tindih di area lokasi depo. 25. LIGHT RAIL TRANSIT JAKARTA, BOGOR, DEPOK DAN BEKASI Nilai Investasi : Rp 20,6 Triliun : Penugasan BUMN Lokasi : DKI Jakarta dan Jawa Barat Penanggung Jawab Proyek : Kementerian Perhubungan Mulai Konstruksi : 2015 Rencana Mulai Operasi : 2018 Deskripsi Proyek Pembangunan LRT dengan enam lintas pelayanan: (1) Cawang Cibubur, (2) Cawang Kuningan Dukuh Atas, (3) Cawang Bekasi Timur, (4) Dukuh Atas Senayan, (5) Cibubur Bogor, dan (6) Palmerah Bogor. LRT ditargetkan untuk beroperasi pada tahun 2018 sejalan dengan perhelatan kompetisi olahraga Asian Games 2018 yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Palembang. 76 Laporan KPPIP Semester

85 Signifikansi Proyek Sebagai upaya untuk mengurangi kemacetan di wilayah DKI Jakarta, pembangunan LRT dibutuhkan untuk menyediakan sarana transportasi umum untuk masyarakat sehingga penggunaan kendaraan bermotor pribadi dapat menurun. Status Terakhir Kontrak kerjasama penyelenggaraan prasarana LRT Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi belum dikeluarkan karena menunggu finalisasi skema mekanisme pendanaan proyek dan review dokumen teknis dan biaya oleh Konsultan Pengawas. PT KAI belum mengadakan sarana LRT Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi namun telah disepakati dalam rapat koordinasi pada tanggal 21 September 2016 bahwa penyelenggaraan sarana harus selesai pada kuartal I tahun Dengan demikian, PT KAI perlu menyiapkan rencana jadwal pengadaan sarana LRT dengan target tersebut dengan jangka waktu 20 bulan. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Selesai Selesai sebagian (DED belum disetujui oleh Kementerian Perhubungan) AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Lintas pelayanan 1-3: Selesai Lintas pelayanan 1-3: Selesai Lintas pelayanan 3 berpotensi untuk direvisi Tidak diperlukan Penetapan Lokasi sudah terbit Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Penugasan BUMN N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi N/A Kuartal III 2015-Kuartal III 2018 Ditargetkan selesai pada Juni 2018 Pembangunan proyek LRT menggunakan skema penugasan kepada PT Adhi Karya melalui penerbitan Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2015 j.o. Peraturan Presiden No. 65 Tahun Pengadaan Tanah Tindak Lanjut 1. Penandatanganan Kontrak Kerjasama penyelenggaraan prasarana antara Kementerian Perhubungan dan PT Adhi Karya; 2. Penetapan trase untuk lintas pelayanan 4 (Dukuh Atas Palmerah Senayan), lintas pelayanan 5 (Cibubur Bogor) dan lintas pelayanan 6 (Palmerah Grogol). Pembangunan proyek ini memanfaatkan ruang milik jalan. Izin Prinsip oleh Gubernur DKI Jakarta untuk lintas pelayanan 1-3 telah dikeluarkan. Laporan KPPIP Semester

86 26. PELABUHAN HUB INTERNASIONAL KUALA TANJUNG Nilai Investasi : Estimasi Rp 30 Triliun : Potensi KPBU Lokasi : Sumatera Utara Penanggung Jawab Proyek : Kementerian Perhubungan Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Pengembangan pelabuhan di Kuala Tanjung menjadi pelabuhan hub internasional sebagai pintu masuk ke wilayah barat Indonesia. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 2015, pengembangan pelabuhan akan meningkatkan volume arus petikemas hingga 12,4 juta TEUs pada tahun Peningkatan volume arus petikemas ini berasal dari permintaan yang berasal dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei hingga Provinsi Jambi dan diasumsikan bahwa pelabuhan akan memperoleh tambahan permintaan dari empat pelabuhan kompetitor yaitu Port of Singapore, Port of Tanjung Pelepas, Port Klang dan Pelabuhan Penang. Signifikansi Proyek Dengan hub internasional diharapkan Indonesia dapat menikmati demand pelabuhan yang selama ini dinikmati oleh Singapura dan Malaysia. Berdasarkan dari Rencana Pelabuhan Kuala Tanjung Tahun 2012, pembangunan pelabuhan ini akan mengakomodir kargo untuk mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dan Pelabuhan Belawan. Status Terakhir Kementerian Perhubungan telah melakukan kajian dengan hasil berupa studi kelayakan untuk pembangunan pelabuhan hub internasional Kuala Tanjung dengan skema pendanaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Akan tetapi masih diperlukan penyempurnaan studi kelayakan tersebut terutama terkait skema pendanaan yang lebih baik dan cepat. Opsi pendanaan yang dipertimbangkan adalah dengan APBN, Penugasan BUMN (PT Pelindo I) atau KPBU. Saat ini KPPIP melalui Konsorsium PT Mott MacDonald tengah menyusun Outline Business Case (OBC) yang ditargetkan selesai pada Desember Penyediaan fasilitas ini bertujuan agar memenuhi kriteria studi yang dapat diterima oleh pasar serta memberikan rekomendasi pengembangan wilayah di sekitar lokasi pelabuhan hub. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Ditargetkan dimulai pada kuartal III 2016 Ditargetkan dimulai pada kuartal II Ditargetkan dimulai pada kuartal IV AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2017 Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2017 N/A Penetapan Lokasi belum terbit 78 Laporan KPPIP Semester

87 Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Potensi KPBU N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi N/A Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2017 Ditargetkan selesai pada 2019 Tindak Lanjut Skema pendanaan belum ditentukan. Proyek ini berpotensi menggunakan skema KPBU. Peran pemerintah dan pihak swasta akan ditentukan kemudian setelah studi selesai. Pengadaan Tanah Saat ini proses pengadaan tanah belum ditentukan dan masih menunggu hingga studi selesai. 1. Percepatan penyiapan penyiapan proyek pelabuhan hub internasional Kuala Tanjung melalui koordinasi antar Kementerian Perhubungan dengan KPPIP; 2. Penyempurnaan kebijakan di sektor kepelabuhanan terkait sinkronisasi dengan Pelabuhan Belawan serta efektifitas pelaksanaan sistem cabotage; 3. Penyiapan masterplan wilayah untuk menjadi acuan strategis dalam pengembangan wilayah ke depan. 27. PELABUHAN HUB INTERNASIONAL BITUNG Nilai Investasi : Estimasi Rp 34 Triliun : Potensi KPBU Lokasi : Sulawesi Utara Penanggung Jawab Proyek : Kementerian Perhubungan Rencana Mulai Konstruksi : 2017 Rencana Mulai Operasi : 2019 Deskripsi Proyek Pelabuhan ini dipilih sebagai Pelabuhan Hub Internasional di Kawasan Timur Indonesia dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan di Wilayah Timur Indonesia memiliki potensi lebih tinggi dibandingkan dengan Wilayah Barat Indonesia; 2. Dinamika logistik di Wilayah Timur Indonesia diharapkan bertumbuh secara eksponensial. Signifikansi Proyek Pelabuhan ini akan mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung yang dinyatakan sebagai salah satu prioritas Pemerintah. Di samping itu, keberadaan Pelabuhan Hub Internasional Bitung juga akan mendukung kegiatan industri kawasan timur Indonesia meliputi Ambon dan Ternate (pertanian, industri dan pertambangan) serta Samarinda, Balikpapan, Tarakan dan Nunukan (batubara, minyak bumi dan kayu lapis). Laporan KPPIP Semester

88 Status Terakhir Kementerian Perhubungan merencanakan bahwa akan dilakukan pengembangan kapasitas pelabuhan eksisting. Apabila dibutuhkan pengembangan kapasitas, maka akan diperluas ke lokasi KEK Bitung dan Pulau Lembeh. Terkait dengan ini, Kementerian Perhubungan tengah melakukan Survey Investigasi Desain (SID) untuk melihat kelayakan pembangunan pelabuhan di KEK Bitung. Terkait dengan pengembangan kapasitas pelabuhan eksisting, PT Pelindo IV telah menyusun rencana pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2034 dengan estimasi kapasitas 2,25 juta TEUs. Di sisi lain, rencana pembangunan pelabuhan di KEK Bitung belum memiliki rencana terinci. Menanggapi hal ini, KPPIP berencana untuk memberikan fasilitas penyusunan OBC pada tahun 2017 guna mensinkronisasi rencana pembangunan pelabuhan sebagai pelabuhan hub internasional. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Ditargetkan dimulai pada kuartal I 2017 Ditargetkan dimulai pada kuartal II 2017 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan dimulai pada kuartal III 2017 Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2017 N/A Penetapan Lokasi belum terbit Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Potensi KPBU N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi N/A Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2017 Ditargetkan selesai pada 2019 Tindak Lanjut Proyek ini memiliki potensi untuk dikembangkan melalui skema KPBU. Peran pemerintah dan pihak swasta akan ditentukan kemudian setelah studi selesai. Pengadaan Tanah Saat ini proses pengadaan tanah belum ditentukan dan masih menunggu hingga studi selesai. 1. Percepatan penyempurnaan studi untuk penetapan skema pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Bitung; 2. Penyiapan masterplan wilayah untuk menjadi acuan strategis dalam pengembangan wilayah ke depan. 80 Laporan KPPIP Semester

89 28. PELABUHAN PATIMBAN Nilai Investasi : Rp 43,2 Triliun : APBN dengan Pinjaman Luar Negeri, APBD dan Swasta Lokasi : Jawa Barat Penanggung Jawab Proyek : Kementerian Perhubungan Rencana Mulai Konstruksi : 2018 Rencana Mulai Operasi : 2019 (Tahap 1) Deskripsi Proyek Pembangunan pelabuhan dengan terminal kontainer dan perkiraan kapasitas sebesar 7,5 juta TEUs. Perkiraan kapasitas mempertimbangkan potensi pertumbuhan demand di wilayah timur Jawa Barat. Signifikansi Proyek Pembangunan pelabuhan ini merupakan strategi Pemerintah untuk mengurangi kelebihan kapasitas di Pelabuhan Tanjung Priok. Pembangunan Pelabuhan Patimban ini diharapkan juga dapat menjadi stimulator pengembangan wilayah di daerah Subang. Status Terakhir Proyek direncanakan untuk menerima pinjaman luar negeri dari Pemerintah Jepang. Dalam rangka pencapaian loan agreement, studi Rencana Induk Pelabuhan, AMDAL, Perencanaan Pengadaan Tanah dan Basic Design dibutuhkan sebagai persyaratan. Studi AMDAL dan Rancangan Awal/Basic Design sedang disusun dengan pembiayaan dari JICA, sedangkan Kementerian Perhubungan tengah menyusun Rencana Induk Pelabuhan Patimban. Studi Perencanaan Pengadaan Tanah telah diselesaikan pada November Terkait dengan penyusunan studi AMDAL, KPPIP tengah mengupayakan penyelesaian isu terkait dengan dikembalikannya permohonan penilaian KA-ANDAL oleh Kementerian LHK. Saat ini dibutuhkan adendum Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN), penyesuaian tata ruang dan penyampaian rancangan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) yang merupakan prasyarat penilaian oleh Kementerian LHK. KPPIP mengoordinasikan dikeluarkannya rekomendasi penyesuaian tata ruang di tingkat nasional dan daerah. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sedang proses September 2015 Selesai Desember 2015 Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2016 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan dimulai pada kuartal III 2016 Ditargetkan dimulai pada kuartal I 2017 N/A Penetapan Lokasi belum terbit Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Belum ditetapkan N/A N/A N/A Laporan KPPIP Semester

90 Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi N/A Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2017 Ditargetkan selesai pada 2019 Tindak Lanjut Skema pendanaan proyek belum ditetapkan secara resmi oleh Menteri Perhubungan atau di tingkat Menteri KPPIP. Skema pendanaan proyek untuk tahap 1 direncanakan menggunakan sumber pendanaan dari APBN, APBD, pinjaman luar negeri dan swasta. Selanjutnya, tahap 2 dan tahap 3 direncanakan menggunakan skema KPBU. Pengadaan Tanah Kementerian Perhubungan sedang melakukan penyusunan dokumen perencanaan pengadaan tanah telah selesai pada November Area pelabuhan akan membutuhkan tanah seluas 300 ha dan area penunjang pelabuhan seluas 250 ha. 1. Penyusunan studi Rencana Induk Pelabuhan Patimban oleh Kementerian Perhubungan; 2. Penyusunan Studi AMDAL dan Basic Design oleh JICA; 3. Penyesuaian rencana pembangunan pelabuhan di dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN); 4. Penyesuaian tata ruang di tingkat nasional dan daerah; 5. Penerbitan Izin Lingkungan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 6. Penetapan Lokasi proyek oleh Bupati Subang. 29. INLAND WATERWAYS/CIKARANG-BEKASI-LAUT Nilai Investasi : Rp 3,4 Triliun : Potensi penugasan BUMN Lokasi : DKI Jakarta dan Jawa Barat Penanggung Jawab Proyek : PT Pelindo II (belum ditetapkan) Rencana Mulai Konstruksi : 2016 Rencana Mulai Operasi : 2020 Deskripsi Proyek Pembangunan Inland Waterways/CBL bertujuan untuk mengoptimalkan potensi jalur kanal sungai sebagai alternatif transportasi logistik. Optimalisasi ini akan menghubungkan area off-the-road Pelabuhan Tanjung Priok dengan area w. Signifikansi Proyek Pembangunan Inland Waterways/CBL diharapkan dapat mengurangi kepadatan arus logistik jalur darat dari kawasan industri Cikarang dan Karawang menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Dalam tahap 1, sistem transportasi kanal akan menggunakan kanal eksisting yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yaitu Cikarang Bekasi Laut melewati Marunda, Jakarta Utara. Sedangkan untuk tahap 2, PT Pelindo II berencana menambahkan rute kanal dari Tanjung Priok menuju Cikampek dimana kanal akan menghubungkan arus logistrik dari Tanjung Priok menuju kawasan industri Cibitung-Cikarang di Bekasi serta di Cikampek, Karawang. Status Terakhir Studi Kelayakan dan Studi Rona Awal Lingkungan telah diselesaikan oleh PT Pelindo II. Sebelum dilanjutkan pembahasan terkait skema pendanaan dan dimulainya proses perizinan, PT Pelindo II akan melakukan pembahasan hasil kedua studi tersebut dengan KPPIP. 82 Laporan KPPIP Semester

91 Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Sudah tercantum Selesai Ditargetkan dimulai pada kuartal I 2017 Ditargetkan dimulai pada kuartal II 2017 AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Ditargetkan dimulai pada kuartal III 2017 Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2017 N/A Penetapan Lokasi belum terbit Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Potensi KPBU N/A N/A N/A Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi N/A Ditargetkan dimulai pada kuartal IV 2017 Ditargetkan selesai pada 2019 Tindak Lanjut Pembiayaan proyek menggunakan anggaran internal PT Pelindo II namun terdapat rencana untuk penugasan secara resmi kepada PT Pelindo II atau menggunakan skema KPBU. 1. Penetapan skema pendanaan proyek sebagai basis tindak lanjut penyiapan proyek; 2. Penyesuaian rencana pembangunan proyek ke dalam Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Tanjung Priok. Pengadaan Tanah Pembangunan proyek dibagi menjadi dua tahapan sehingga turut mempengaruhi tahapan pengadaan tanah proyek. Tahap pertama, pengembangan kanal sepanjang 40 km dari Tanjung Priok menuju Kawasan Industri Cikarang yang memanfaatkan jalur kanal yang pernah dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sehingga tidak dibutuhkan pengadaan lahan untuk proyek ini, melainkan perlu dilakukan pengerukan kanal yang mendangkal karena minim perawatan dan diperlukan renovasi jembatan penyeberangan. Sedangkan untuk tahapan kedua, yang merupakan penambahan rute kanal sepanjang 42 km dari Tanjung Priok menuju Cikampek, dibutuhkan pengadaan lahan seluas 300 ha yang rencananya akan digunakan untuk pembangunan dermaga tongkang. Berdasarkan hasil kunjungan lapangan, kepemilikan lahan pada lokasi rencana dermaga tongkang merupakan tanah dengan hak milik warga dan pengembang perumahan. Laporan KPPIP Semester

92 30. PALAPA RING BROADBAND Nilai Investasi Lokasi Penanggung Jawab Proyek Rencana Mulai Konstruksi Rencana Mulai Operasi : Rp 5,84 Triliun : Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) : Seluruh Indonesia : Kementerian Komunikasi dan Informatika : Paket Barat dan Tengah pada Kuartal dan Paket Timur pada Kuartal : Paket Barat pada Kuartal , Paket Tengah pada Kuartal , Paket Timur pada Kuartal Deskripsi Proyek Palapa Ring Broadband adalah proyek pembangunan jaringan serat optik sebagai tulang punggung system telekomunikasi nasional yang menjangkau seluruh kota/ kabupaten di Indonesia (514 kota/kabupaten). Signifikansi Proyek Penyediaan jaringan serat optik bertujuan untuk pembangunan salah satu upaya Pemerintah untuk memenuhi target RPJMN dengan menyediakan akses broadband yang berkualitas secara merata di seluruh Indonesia. Dengan terciptanya akses komunikasi yang lebih baik dengan proyek ini, maka diharapkan akan tercipta pemerataan dan kemudahan akses telekomunikasi-informasi, membuka peluang usaha dan lapangan pekerjaan berbasis internet (e-commerce), meningkatkan efisiensi dan efektifitas system kerja, dan meningkatkan kompetensi untuk berkompetisi di pasar global. Status Terakhir Proyek telah mendapatkan persetujuan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) dan akan menggunakan skema pembayaran ketersediaan layanan (availability payment) selama 15 tahun untuk Paket Barat, Paket Tengah, dan Paket Timur. Dana untuk availability payment diberikan dari PNBP USO dari BP3TI. Penetapan Badan Usaha Pelaksana untuk Paket Barat dan Tengah telah dilakukan, dimana Paket Barat akan bekerja sama dengan PT Palapa Ring Barat dan Paket Tengah akan bekerja sama dengan PT Len Telekomunikasi Indonesia. Pengadaan untuk Paket Timur telah diselesaikan dimana PT Palapa Timur Telematika yang merupakan konsorsium Moratel IBS Smart Telecom keluar sebagai pemenang. Kementerian Kominfo sebagai PJPK sedang fokus kepada pengadaan Project Management Unit (PMU) yang akan mendampingi PJPK dalam pemantauan penyediaan proyek. Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Status Proyek RTRW Pra-Studi Kelayakan Studi Kelayakan Rencana Teknik Terinci (DED) Selesai Selesai Selesai Selesai AMDAL Izin Lingkungan IPPKH Pengadaan Tanah Tidak dibutuhkan Tidak dibutuhkan Tidak dibutuhkan Tidak dibutuhkan 84 Laporan KPPIP Semester

93 Penetapan Skema Pendanaan Pelelangan Investasi Dukungan Kelayakan Penjaminan Selesai Paket Barat dan Tengah pada Juli Paket Barat dan Tengah pada Maret Paket Barat dan Tengah pada Maret Paket Timur pada Januari Paket Timur pada Oktober Paket Timur pada Oktober Pencapaian Pembiayaan Rencana Mulai Konstruksi Target Operasi Paket Barat pada Agustus Paket Barat dan Tengah pada Kuartal Paket Tengah pada Oktober Paket Timur pada Kuartal Paket Timur pada Februari Proyek Palapa Ring menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dimana Kementerian Komunikasi dan Informatika menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama. Selain itu, proyek tersebut juga memperoleh penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia dan dukungan kelayakan dalam bentuk pembayaran ketersediaan layanan (availabilility payment). Tindak Lanjut 1. Proyek tidak membutuhkan pengadaan tanah. Pengadaan Tanah 1. Pemantauan pencapaian finansial close untuk Paket Timur. 2. Pemantauan proses pengadaan PMU untuk Palapa Ring. Laporan KPPIP Semester

94

95 05BAB Proyek Strategis Nasional Laporan KPPIP Semester

96 88 Laporan KPPIP Semester

97 Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan infrastruktur di Indonesia, Pemerintah melakukan upaya percepatan proyek-proyek yang dianggap strategis dan memiliki urgensi tinggi untuk dapat direalisasikan dalam kurun waktu yang singkat. Dalam upaya tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menginisiasi untuk membuat mekanisme percepatan penyediaan infrastruktur dan penerbitan regulasi terkait sebagai payung hukum yang mengaturnya. Dengan menggunakan mekanisme tersebut, Kemenko Perekonomian melakukan seleksi daftar proyek-proyek yang dianggap strategis dan memiliki urgensi tinggi, dan memberikan fasilitas-fasilitas kemudahan pengembangan proyek. Dengan diberikannya fasilitas-fasilitas tersebut, diharapkan proyek-proyek strategis dapat direalisasikan lebih cepat. Hasil seleksi proyek strategis dan mekanisme percepatan pembangunannya dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional yang diterbitkan pada 12 Januari Laporan KPPIP Semester

98 5.1. Status PSN Saat Ini Sepanjang tahun 2016, KPPIP melakukan evaluasi dan monitoring kemajuan proyek-proyek PSN. Dari sisi kemajuan pembangunan proyek, sebanyak 20 proyek telah selesai, 96 proyek telah memasuki tahap pelaksanaan yang berarti tahap konstruksi telah dimulai, 12 proyek dalam tahap transaksi, dan sebanyak 81 proyek masih berada dalam tahap penyiapan dan 16 proyek dikeluarkan 1. Selain itu terdapat 25 proyek yang perlu ditinjau kembali karena tidak memenuhi kriteria Proyek Strategis Nasional. 7% 9% 20 proyek sudah selesai 94 proyek dalam tahap konstruksi 35% 43% 13 proyek dalam tahap transaksi 82 proyek dalam penyiapan 6% 16 proyek dikeluarkan 1 Sedangkan untuk program ketenagalistrikan (Program MW), sampai dengan Desember 2016, 706 MW sudah beroperasi, MW dalam tahap konstruksi 2, MW sudah memiliki Power Purchase Agreement dengan PT PLN namun belum financial close, MW dalam tahap pengadaan, dan MW dalam tahap perencanaan. 28% 2% 16% 706 MW sudah beroperasi MW dalam tahap konstruksi 2 24% 30% MW sudah selesai PPA namun belum financial close MW dalam tahap pengadaan MW dalam tahap perencanaan Diluar proyek yang telah selesai dan proyek yang telah dikeluarkan, 8 (delapan) proyek belum ditetapkan skema pendanaannya. Estimasi kebutuhan pendanaan untuk 164 proyek PSN dan ketenagalistrikan sampai dengan Desember 2016 adalah Rp Triliun dengan sumber pendanaan dari APBN sebesar Rp 360 Triliun, BUMN/D sebesar Rp 813 Triliun, dan Swasta sebesar Rp 778 Triliun. Pencapaian tersebut diatas dianggap masih sesuai dengan target dan diharapkan seluruh proyek dapat beroperasi sesuai dengan target Commercial Operation Date. 1 Dikeluarkan karena tidak memenuhi kriteria-kriteria PSN seperti: adanya champion yang jelas atas proyek; groundbreaking 2018; nilai proyek dibawah Rp100 Miliar. 2 Termasuk PLTU Kalsel-1 yang mencapai Financial Close pada Januari Laporan KPPIP Semester

99 5.2. Evaluasi dan Monitoring PSN Mengingat kemajuan proyek dan dibutuhkannya prioritisasi dalam pemberian fasilitas sesuai kapasitas Pemerintah yang ada, daftar PSN dievaluasi untuk menentukan proyek yang masih relevan dari sisi nilai strategis dan kemajuan proyek untuk memperbarui daftar proyek PSN secara berkala (setiap tahun). Dalam rangka evaluasi daftar PSN tersebut, KPPIP telah menyusun Standard Operating Procedure (SOP) sebagai mekanisme evaluasi. Melalui mekanisme tersebut, proyek PSN dapat dievaluasi dan dinilai kelayakannya untuk berada dalam daftar proyek PSN. Berdasarkan hasil evaluasi, proyek PSN dapat dikeluarkan dari daftar dan juga dapat dilakukan usulan proyek baru. Berikut adalah skema mekanisme evaluasi daftar PSN: Daftar PSN USULAN PROYEK BARU Evaluasi Kemajuan Kemajuan Sangat Rendah Penetapan PSN Seleksi Proyek Bottom-Up Seleksi Proyek Top-Down Proyek Dikeluarkan dari Daftar Daftar Kandidat Proyek Untuk seleksi Proyek Bottom- Up, syarat pengajuan adalah surat permohonan resmi oleh K/L/I kepada Ketua KPPIP dengan lampiran dokumen pra-kelayakan yang bankable MOU Rencana Aksi Usulan Revisi Daftar Proyek PSN (setelah MOU untuk Proyek baru) Kriteria Terpenuhi Proyek tetap dalam Daftar Kriteria Evaluasi Kemajuan: Tidak terdapat kemajuan yang signifikan (kurang dari 10% dalam 12 bulan terakhir dibandingkan terhadap Service Level Agreement yang disetujui seluruh pihak) Konstruksi tidak dapat dimulai pada akhir 2018 Persetujuan Revisi Daftar Proyek sebagai Proyek Strategi Nasional Pengawasan dan Debottlenecking Daftar Proyek Prioritas Laporan KPPIP Semester

100 Menggunakan SOP tersebut, KPPIP telah memulai evaluasi PSN sejak Agustus Dalam proses evaluasi tersebut, KPPIP menggunakan kriteria yang digunakan pada saat penyusunan daftar PSN. Kriteria yang KPPIP gunakan adalah sebagai berikut: Proyek Kemenko Perekonomian/Maritim/ K/L PSN Proyek Prioritas/ KPPIP Kriteria Proyek Kemenko/K/L: Kriteria Dasar Kesesuaian dengan RPJMN dan Renstra. Kesesuaian dengan tata ruang. Atau diatur khusus dalam PP atau Perpres khusus. Selain kriteria di atas, PSN dipilih berdasarkan kriteria tambahan: Kriteria Strategis Kriteria Operasional Memiliki peran strategis atas perekonomian, kesejahteraan sosial, pertahanan, dan kedaulatan nasional (memiliki dampak positif atas PDB, pengangguran, sosial-ekonomi, dan lingkungan hidup). Keselarasan antar berbagai sektor infrastruktur (saling mendukung atau complementary. Distribusi proyek secara regional. Proposal proyek baru harus memiliki studi kelayakan yang berkualitas. Nilai Investasi harus di atas Rp 100 miliar, atau proyek harus memiliki peran strategis dalam meningkatkan perekonomian daerah. Konstruksi harus dimulai paling lambat di 2018 atau awal 2019 bila proyek tersebut mendapat diskresi dalam Rapat Tingkat Menteri KPPIP. Analisa kriteria tambahan meliputi: Champion yang jelas EIRR Proyek harus memiliki champion yang jelas dan yang memiliki komitmen dalam menjalankan proyek (terutama rencana aksi dan jadwal yang jelas). KPPIP tidak hanya memperhatikan proyek dengan nilai yang tinggi, namun juga akan fokus atas proyek yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Karenanya, idelanya proyek KPPIP memiliki EIRR dengan quartile teratas dari proposal yang ada. 92 Laporan KPPIP Semester

101 Evaluasi PSN tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa dari 225 Proyek Strategis Nasional, 16 diantaranya dikeluarkan, seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini: No Sektor Nama Proyek Alasan Utama Dikeluarkan 1 Bandara Revitalisasi Bandara Sebatik Tidak memiliki champion 2 Bandara Bandara Banten Selatan, Panimbang Tidak memiliki champion 3 Bandara Bandara Karawang Tidak memiliki champion 4 Bandara Bandara HAS Hanadjoedin, Tanjung Pandan Tidak memiliki champion 5 Bendungan Bendungan Long Sempajong Konstruksi tidak dimulai Bendungan Bendungan Loea Konstruksi tidak dimulai Bendungan Bendungan Bonehulu Konstruksi tidak dimulai Bendungan Bendungan Segalamider Tidak memiliki champion 9 Energi Terminal LPG Banten Tidak memiliki champion 10 Energi Kilang Mini LNG di Pulau Jawa Tidak memiliki champion 11 Jalan Tol Jalan Tol Sunter Rawa Buaya Batu Ceper Duplikasi dari PSN lain 12 Pelabuhan Pelabuhan Wayabula Tidak memiliki champion 13 Pelabuhan Pelabuhan Parigi Tidak memiliki champion 14 Pertanian dan Kelautan Food Estate Tidak memilki output yang jelas Tidak memiliki champion 15 Pertanian dan Kelautan Pembangunan Pulau Karantina di Pulau Nanduk, Bangka Belitung Tidak memilki output yang jelas Tidak memiliki champion 16 Pertanian dan Kelautan Pembangunan Gudang Beku Terintegrasi dalam Rangka Penerapan Cool Chain System di 20 Lokasi Nilai investasi dibawah Rp 100 Miliar Selain melakukan evaluasi atas PSN existing, secara paralel KPPIP juga melakukan proses seleksi untuk proyek yang oleh Kementerian terkait ingin diajukan untuk dimasukkan ke dalam daftar Proyek Strategis Nasional. KPPIP menerima total 131 proyek usulan, dimana 115 proyek usulan diantaranya diajukan oleh Kementerian, lengkap dengan surat pernyataan komitmen oleh Menteri masing-masing, 2 poyek usulan yang sudah terdaftar sebagai PSN dan 14 proyek usulan lainnya yang diajukan oleh BUMN dan Pemerintah Daerah tanpa endorsement dari Menteri terkait. Dari 115 proyek usulan tersebut, 65 proyek usulan yang disertai dengan kelengkapan dokumen yang diminta dan memenuhi kriteria PSN. Laporan KPPIP Semester

102 Berdasarkan usulan baru yang diterima dari K/L, terdapat 33 proyek yang memenuhi kelengkapan dokumen dan kriteria Proposal Usulan Baru Evaluasi oleh KPPIP Terdapat 115 proyek baru yang diusulkan oleh kementrian/lembaga, yang disertai komitmen menteri: Kementerian Kominfo 1 proyek satelit multifungsi. Kementerian PUPR 25 proyek jalan tol, 12 proyek air baku, 9 proyek bendungan, 31 proyek irigasi & rawa, dan 8 proyek perumahan. Kementerian ESDM 9 proyek pembangunan infrastruktur migas, 6 proyek hulu migas. Kementerian ESDM 7 kawasan industri dan 2 proyek pengembangan pesawat jarak menengah. Kementerian Perhubungan 1 proyek bandara udara dan 4 proyek kereta api. Terdapat 2 usulan yang sudah terdaftar sebagai PSN (Jalan Tol Batu Ampar - Hang Nadim dan kawasan Industri Teluk Bintuni) Terdapat 14 usulan proyek baru yang belum mendapatkan surat komitmen meneteri yang diusulkan oleh 1 BUMN dan 9 Pemerintah Daerah Hanya 65 usulan baru disertai dengan kelengkapan dokumen yang diminta Kementerian Kominfo 1 proyek satelit multifungsi. Kementerian PUPR 23 proyek jalan tol, 4 proyek air baku, 4 proyek bendungan, dan 20 proyek irigasi dan rawa. Kementerian ESDM 5 proyek hulu migas. Kementerian Perindustrian 6 kawasan industri dan 2 proyek pengembangan pesawat jarak menengah. Dokumen yang dibutuhkan: (1) Surat komitmen dari Menteri, (2) Dokumen studi, (3) Rencana aksi, (4) Rencana pendanaan per tahun, dan (5) Kajian. Beberapa proyek mendapatkan dukungan dari Menteri tetapi tidak disertai dokumen lengkap: 12 proyek irigasi dan rawa, 9 proyek infrastruktur migas, 8 proyek perumahan, 8 proyek air baku (termasuk Jatiluhur Pumped S torage), 5 proyek bendungan, 4 proyek kereta api, 2 proyek jalan tol, 2 proyek kawasan industri, 1 proyek bandara udara, dan 1 proyek hulu migas. Hasil Evaluasi Menghasilkan 33 Usulan Baru yang telah Sesuai dengan Kriteria dan Kelengkapan Dokumen Kementerian Kominfo 1 proyek satelit multifungsi. Kementerian PUPR 15 proyek jalan tol, 1 proyek air baku, dan 6 proyek irigasi dan rawa. Kementerian ESDM 5 proyek hulu migas. Kementerian Perindustrian 4 kawasan industri dan 1 proyek pengembangan pesawat jarak menengah. Serta 4 usulan baru yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Kriteria: Memiliki champion dari kementerian teknis Terdapat dalam RP JMN/Renstra Kesesuaian RTRW Nilai investasi > Rp 100 Miliar Konstruksi paling lambat dimulai pada 2018 Memiliki EIRR positif Memiliki nilai strategis (Data usulan baru PSN per 31 Desember 2016) Dalam Rapat Tingkat Menteri KPPIP pada 8 Desember 2016, disepakati penambahan 1 proyek dalam daftar PSN. Proyek tersebut adalah proyek sektor komunikasi yaitu proyek satelit multifungsi. Sedangkan untuk usulan-usulan lain akan dibahas kembali pada Januari 2017 setelah Kementerian terkait sebagai pengusul menyediakan kelengkapan dokumen, paling lambat 30 Desember Laporan KPPIP Semester

103 5.3. Sistem TI KPPIP Untuk mendukung pemantauan Proyek Strategis Nasional, KPPIP telah menyiapkan Dashboard sistem Teknologi Informasi untuk pemantauan PSN. Dashboard tersebut akan menjadi database untuk seluruh informasi terkait proyek PSN seperti profil proyek dan perkembangan sampai saat ini. Dashboard sistem Teknologi Informasi ini telah secara resmi diluncurkan pada Rapat Tingkat Menteri KPPIP pada tanggal 8 Desember 2016 untuk selanjutnya digunakan oleh penanggung jawab proyek sebagai platform pelaporan perkembangan dan kemajuan Proyek Strategis Nasional. Laporan dari Penanggung Jawab Proyek akan dirangkum dalam dashboard yang menampilkan informasi antara lain: 1. Overview Status Proyek Menampilkan informasi umum proyek 2. Analisa Pencapaian / Milestone Menampilkan informasi potensi keterlambatan proyek 3. Kinerja Proyek Menampilkan kinerja proyek dan pencapaian fase proyek actual serta isu proyek terkini 4. Risiko dan Isu Proyek Menampilkan isu dan risiko yang teridentifikasi beserta status mitigasinya. Hingga Desember 2016, Tim KPPIP terus melanjutkan proses pengumpulan data PSN untuk melengkapi database dalam Dashboard TI tersebut. KPPIP telah melakukan konsinyering PSN kedua pada tanggal Desember 2016 yang dikoordinasikan oleh KPPIP dengan mengundang Penanggung Jawab Proyek (PJP) dari masing-masing proyek yang terdaftar sebagai PSN. Dalam konsinyering tersebut, KPPIP telah menginformasikan basis data yang dimiliki dan menyiapkan formulir terkait informasi PSN dan perkembangan status terakhir untuk diisikan oleh masing-masing PJP. Hingga Desember 2016, data yang telah terkumpul adalah sebagai berikut (diluar Program Ketenagalistrikan) Data nilai investasi untukk 200 proyek Data skema pendanaan untuk 204 proyek Data FIRR untuk 57 proyek Data EIRR untuk 71 proyek Data lokasi untuk 224 proyek Data Penanggung Jawab Proyek untuk 224 proyek Data Rencana konstruksi untuk 163 proyek Data Rencana operasi untuk 165 proyek Status terakhir untuk 225 proyek Laporan KPPIP Semester

104

105 06BAB Perkembangan Regulasi Terkait Infrastruktur Laporan KPPIP Semester

106 98 Laporan KPPIP Semester

107 Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis awal terhadap hambatan yang muncul dalam pelaksanaan Proyek Prioritas dan Proyek Strategis Nasional, terdapat beberapa kebijakan dan regulasi yang dinilai perlu diperbaiki. Pembahasan mengenai perkembangan regulasi akan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: (i) kemajuan kebijakan dan/atau regulasi yang telah diidentifikasi sebelumnya dan (ii) identifikasi kebijakan dan/atau regulasi yang perlu dilakukan perbaikan. A. Kemajuan Kebijakan dan/ atau Regulasi yang telah Teridentifikasi A1. Perubahan Perpres 75/2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas Usulan perubahan tersebut telah disepakati di rapat komite KPPIP pada 22 Juni 2016 untuk mengakomodir: a. Perluasan cakupan infrastruktur yang dapat diajukan menjadi Proyek Prioritas; b. Perubahan susunan anggota KPPIP; dan c. Penguatan mekanisme pengadaan barang/jasa di lingkungan KPPIP; Dalam kurun waktu periode laporan ini, terdapat beberapa perkembangan khususnya yang berkaitan dengan proses penyusunan, pembahasan dan finalisasi rancangan perubahan Perpres 75/2014. Selama bulan Agustus September, KPPIP bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah melakukan proses pembahasan secara internal mengenai ketentuan perubahan Perpres 75/2014. Pembahasan secara internal yang telah dilakukan juga mengakomodir masukan yang diterima dari beberapa pemangku kepentingan yang berada di luar organisasi KPPIP dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Setelah rancangan perubahan disepakati secara internal, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan KPPIP mengundang anggota yang tergabung dalam struktur Tim Pelaksana Harian KPPIP pada bulan Oktober untuk kemudian dilakukan pembahasan dan finalisasi terhadap rancangan perubahan. Berdasarkan hasil rapat tersebut, telah disepakati beberapa hal yang perlu diperjelas dan diperbaiki. Tindak lanjut dari rapat tersebut adalah pemutakhiran rancangan perubahan dan menyampaikan rancangan perubahan kepada Sekretariat Kabinet untuk kemudian dilakukan uji materi muatan dan kemudian disampaikan kepada Presiden untuk ditandatangani. Hingga saat ini, rancangan perubahan Perpres 75/2014 telah disampaikan kepada Presiden dan sedang menunggu proses penandatanganan serta pengundangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Laporan KPPIP Semester

108 A2. Sinkronisasi Penyusunan Raperpres Pendanaan untuk Pengadaan Tanah bagi PSN antar Kementerian/Lembaga Berdasarkan hasil penyusunan dan pembahasan Raperpres tersebut, KPPIP akan berperan untuk mendukung Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU-LMAN) dengan melakukan verifikasi terhadap PSN yang layak diprioritaskan untuk mendapatkan penyediaan dana pengadaan tanah yang dikelola oleh BLU-LMAN. Dalam kurun waktu periode laporan ini, Raperpres Pendanaan untuk Pengadaan Tanah bagi PSN telah dilakukan beberapa kali pembahasan dengan beberapa pemangku kepentingan khususnya internal Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis terkait. Saat ini, Raperpres Pendanaan untuk Pengadaan Tanah bagi PSN telah diterbitkan melalui Peraturan Presiden Nomor 102 Tahun 2016 tentang Pendanaan Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum untuk Proyek Strategis Nasional. A3. Mendukung Percepatan Penerbitan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) dari APBD Berdasarkan ketentuan Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Pasal 13 ayat (5), dibutuhkan pengaturan lebih lanjut tentang pembayaran availability payment yang bersumber dari dana APBD. Menindaklanjuti hal tersebut, KPPIP berperan untuk mendorong penerbitan Rancangan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan untuk KPBU Daerah. Dalam kurun waktu periode laporan ini, KPPIP telah terlibat dalam proses penyusunan, pembahasan dan finalisasi Rancangan Peraturan Dalam Negeri tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan untuk KPBU Daerah dengan Kementerian Dalam Negeri dan para pemangku kepentingan terkait lainnya. Rancangan telah difinalkan oleh Kementerian Dalam Negeri pada bulan Oktober. Saat ini, Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan dalam rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur di Daerah. 100 Laporan KPPIP Semester

109 A4. Perubahan terhadap Peraturan Pemerintah tentang Jasa Konstruksi untuk Mengakomodir Percepatan Pengadaan Kontraktor oleh BUMD yang Mendapatkan Penugasan Pemerintah Untuk melakukan percepatan pembangunan infrastruktur, Pemerintah telah menugaskan BUMN dan BUMD untuk melaksanakan beberapa Proyek Prioritas dan Proyek Strategis Nasional. Sebagai contoh, Pemerintah menugaskan PT Adhi Karya untuk melaksanakan pembangunan Kereta Api Ringan Jakarta Bogor Depok Bekasi. Selain penugasan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah menugaskan PT Jakarta Propertindo untuk melaksanakan pembangunan Kereta Api Ringan di Jakarta. Terhadap pelaksanaan penugasan kepada BUMN, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi telah mengakomodir penugasan pemerintah kepada BUMN sebagai salah satu kriteria keadaan yang memungkinkan untuk dilakukan penunjukan langsung kepada penyedia jasa konstruksi yang merupakan BUMN atau anak perusahaan BUMN. Namun, perubahan tersebut belum mengakomodir penugasan pemerintah kepada BUMD. Sehingga, BUMD yang mendapatkan penugasan tidak dapat melakukan penunjukan langsung kepada penyedia jasa konstruksi. Pada tanggal 21 November 2016, Presiden telah menandatangani dan menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang telah mengakomodir ketentuan penugasan BUMD sebagai salah satu kriteria keadaan untuk melakukan penunjukan langsung kepada penyedia jasa konstruksi yang merupakan BUMN dan/atau anak perusahaan BUMN atau BUMD lain dan/atau anak perusahaan BUMD. Laporan KPPIP Semester

110 B. Identifikasi Kebijakan dan/ atau Regulasi yang Perlu Dilakukan Perbaikan B1. Perubahan terhadap Peraturan Pemerintah tentang Perkeretaapian untuk Mengakomodir Percepatan Pelaksanaan Proyek Prioritas Kereta Api Kalimantan Timur Pelaksanaan pembangunan Kereta Api di Provinsi Kalimantan Timur yang dilaksanakan menggunakan skema pendanaan penuh oleh swasta dengan PT Kereta Api Borneo sebagai pemilik proyek. PT Kereta Api Borneo bermaksud untuk melakukan konstruksi secara keseluruhan dan menyelenggarakan kegiatan perkeretaapian dengan jenis umum sebagaimana diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (PP 56/2009). Berdasarkan PP 56/2009, maka diperlukan mekanisme pelelangan untuk memilih badan usaha yang berhak untuk mendapatkan konsesi operasi kereta api umum. Sehingga hal tersebut bertolak belakang dengan skema eksisting yang ada, di mana PT Kereta Api Borneo telah ditetapkan sebagai pemilik proyek. Oleh karena hal tersebut, Kementerian Perhubungan telah menginisiasi usulan perubahan terhadap PP 56/2009 untuk kemudian dapat mengakomodir penunjukan langsung kepada penyelenggara dalam hal proyek kereta api yang dimaksud sepenuhnya dibiayai oleh swasta termasuk biaya pengadaan lahan. Sehingga perubahan yang diusulkan oleh Kementerian Perhubungan akan sesuai dengan skema eksisting pelaksanaan pengembangan Kereta Api Kalimantan Timur oleh PT Kereta Api Borneo. Pada tanggal diterbitkannya laporan ini, Rancangan Perubahan terhadap PP 56/2009 telah disampaikan oleh Kementerian Perhubungan kepada Sekretariat Negara untuk dilakukan uji materi muatan dan harmonisasi. B2. Perubahan terhadap Ketentuan Minimum Modal Disetor untuk Badan Usaha Penyelenggara Pelabuhan Utama Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan 45 Tahun 2015 tentang Persyaratan Kepemilikan Modal Badan Usaha di Bidang Transportasi (Permenhub 45/2015), minimum modal disetor untuk Badan Usaha Penyelenggara Pelabuhan Utama adalah Rp ,- (satu triliun rupiah). Ketentuan tersebut dikhawatirkan menghambat penyediaan infrastruktur pelabuhan. Mengingat fokus pemerintah untuk membangun infrastruktur transportasi khususnya pelabuhan untuk menghubungkan pulau-pulau utama di Indonesia, sehingga dibutuhkan deregulasi ketentuan yang memberatkan pihak swasta untuk berpartisipasi. Saat ini, Kementerian Perhubungan tengah melakukan pembahasan internal dan menyusun rancangan perubahan terhadap Permenhub 45/2015. Diharapkan bahwa setelah perubahan minimum modal disetor disetujui dan diundangkan akan meningkatkan partsipasi swasta dalam pelaksanaan pengembangan pelabuhan utama sesuai dengan target yang ditetapkan oleh pemerintah. B3. Perubahan terhadap Kebijakan di Bidang Perbankan untuk Mendukung Pembiayaan Infrastruktur Melalui Skema Project Financing Sektor perbankan merupakan salah satu sektor pendukung vital yang berkaitan langsung dengan penyediaan infrastruktur. Dengan terbatasnya ketersediaan dana APBN dan APBD, maka diperlukan penyediaan dana dari pihak swasta. Kepesertaan pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur akan melibatkan pula pihak perbankan untuk melakukan pembiayaan terhadap proyek infrastruktur. Hal ini didasarkan perbandingan ekuitas dan pinjaman (debt to equity ratio) dalam suatu pembiayaan proyek pada umumnya sebesar 30 (e): 70 (l). Berdasarkan perbandingan ekuitas dan pinjaman tersebut, peran perbankan sangat besar bagi proyek infrastruktur. Kerangka regulasi yang menjadi landasan hukum penyediaan pinjaman yang dilakukan oleh Perbankan saat ini belum mendukung terlaksananya pembiayaan infrastruktur melalui skema project financing. Hal ini dikarenakan terdapat ketentuan dalam ketentuan Pasal 8 beserta penjelasannya dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 bahwa Bank dalam memberikan kredit harus memperoleh keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit. Hal ini tercermin dalam peraturan internal Bank yang mengharuskan bahwa dalam memberikan kredit, Bank harus menerima agunan dengan minimum nilai tertentu dari total nilai pinjaman. Mengingat bahwa aset proyek infrastruktur baru (greenfield) dilaksanakan oleh Badan Usaha Pelaksana atau Special Purpose Company (SPC), maka SPC yang melaksanakan proyek pada dasarnya tidak memiliki aset awal untuk dapat dijaminkan sebagai jaminan untuk memperoleh pembiayaan, melainkan aset yang akan datang seperti penerimaan pendapatan, barang infrastruktur, dan lainnya. Selain faktor kebijakan perbankan, beberapa kondisi pasar (market condition) juga berkontribusi terhadap kelayakan skema project financing sebagai salah satu produk perbankan. Tingkat suku bunga produk perbankan lainnya yang dinilai lebih kompetitif dan menguntungkan menjadi salah satu alasan mengapa banyak produk jasa keuangan lain menjadi lesu. 102 Laporan KPPIP Semester

111 Oleh karena itu, untuk mendukung partisipasi swasta dengan tersedianya pinjaman melaui skema project financing, perlu dilakukan pembahasan dan koordinasi dengan lembaga-lembaga yang merupakan regulator dan pembina di sektor jasa keuangan seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan untuk memperbaiki beberapa kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembiayaan infrastruktur sehingga dapat menstimulus pembiayaan proyek infrastruktur di Indonesia. B4. Koordinasi Perubahan terhadap Ketentuan Pengenaan Pajak di Bidang Hulu Minyak dan Gas Bumi Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (PP 79/2010), pajak yang dikenakan untuk kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi adalah: a. Pajak dividen; b. Pajak Penghasilan (PPh) Badan; c. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) masa eksplorasi dan eksploitasi; d. Bea masuk, PPN & PPh impor masa eksplorasi dan eksploitasi; e. Sharing cost dan overhead cost kantor pusat; dan f. Pajak dan Retribusi Daerah. Pengenaan pajak yang diatur berdasarkan PP 79/2010 dianggap tidak mendukung aspek ekonomis yang menjadi pertimbangan para investor untuk menanamkan modalnya di kegiatan hulu minyak dan gas bumi. Dalam kurun waktu periode laporan ini, KPPIP telah melakukan fasilitasi dan koordinasi pembahasan perubahan ketentuan PP 79/2010 dengan beberapa pemangku kepentingan yang terkait dengan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Berdasarkan hasil rapat koordinasi dan pembahasan yang telah dilakukan, disepakati bahwa akan dilakukan perubahan terhadap ketentuan pengenaan pajak dengan rincian sebagai berikut: a. Untuk masa eksplorasi akan dibebaskan dari pengenaan pajak; b. Untuk masa eksploitasi dapat dikenakan pajak sesuai dengan hasil kajian ke-ekonomian; c. Pemberian insentif investasi seperti sliding scale, percepatan depresiasi dan investment credit. Saat ini, proses perubahan PP 79/2010 masih dalam tahap pembahasan dan finalisasi antara Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, Indonesia Petroleum Association (IPA) dan pemangku kepentingan lainnya. Laporan KPPIP Semester

112

113 07BAB Rencana KPPIP ke Depan Laporan KPPIP Semester

114 106 Laporan KPPIP Semester

115 A. RENCANA KPPIP KEDEPAN Berikut ini adalah pencapaian KPPIP hingga akhir tahun 2016 dan rencana KPPIP di tahun 2017 yang dijabarkan dalam bentuk rencana bisnis (business plan) KPPIP yang telah memperoleh persetujuan dari Tim Pelaksana: 1. Pencapaian Saat Ini Pencapaian Proyek Sampai dengan akhir tahun 2016, KPPIP telah mengeluarkan 13 rekomendasi hasil kebijakan ekonomi, 7 rekomendasi hasil pre FS, 1 rekomendasi pemantauan dan evaluasi, 4 proyek yang mencapai financial close, dan 7 proyek yang mencapai tahap lanjutan. Berikut ini adalah perbandingan target dan realisasi pencapaian KPPIP sampai akhir tahun 2016: Proyek Rekomendasi Hasil Kebijakan Ekonomi Rekomendasi Hasil Pre FS Rekomendasi Pemantauan dan Evaluasi Financial Close Mencapai Tahap Lanjutan Target Realisasi Penyerapan Anggaran Penyerapan anggaran KPPIP pada tahun 2016 mencapai 99,92% dengan total anggaran terpakai sampai dengan akhir 2016 adalah sebesar Rp 58, 966 Miliar. Total (Rp Miliar) Anggaran 59,012 Terpakai dan Terkontrak 58,966 Peningkatan Kualitas 1. SOP KPPIP telah direvisi dan diratifikasi 2. Pedoman SOP perusahaan telah ditetapkan untuk kegiatan operasional kantor 3. Telah dilaksanakan induction untuk seluruh Project Director 4. Telah dilaksanakan sosialisasi terkait KPPIP kepada 6 Pemerintah Daerah dan 2 negara tetangga 5. Telah dilaksanakan peningkatan kapasitas untuk para pemangku kepentingan, yang terdiri dari anggota KPPIP dan Kementerian/Lembaga terkait 6. IT dashboard telah diterapkan dalam monitoring Proyek Strategis Naisonal 7. Telah dilaksanakan komunikasi publik umum, yang meliputi pengenalan kepada media dan beberapa investor/pengembang dari Eropa, Australia, dan Jepang Perbaikan Regulasi Beberapa pencapaian KPPIP terkait perbaikan regulasi diantaranya adalah: 1. KPPIP telah menindaklanjuti isu sektoral untuk listrik, pelabuhan, dan kereta api 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 96 tahun 2016 tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Di Daerah dan Peraturan Presiden tentang Penyediaan Pendanaan Pengadaan Tanah bagi PSN telah diratifikasi dengan dukungan KPPIP 3. Naskah akademik terkait Undang-Undang Infrastruktur/Peraturan Pemerintah tentang KPBU telah diselesaikan 4. Business plan sectoral dalam KPPIP telah tersusun Laporan KPPIP Semester

116 2. Rencana Pencapaian 1 Tahun ke Depan Target Pencapaian Proyek Untuk tahun 2017, target pencapaian proyek diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan revisi daftar 30 Proyek Prioritas menjadi maksimum 35 proyek 2. Mencapai tahap financial close untuk 4 proyek KPBU 3. Menyelesaikan tender untuk 4 proyek 4. Menetapkan skema pendanaan untuk seluruh Proyek Prioritas dan menyiapkan untuk memulai konstruksi pada akhir tahun Menyelesaikan 70% isu proyek strategis yang dimintakan kepada KPPIP dan prioritas Target Penyerapan Anggaran Berikut ini adalah target penyerapan anggaran untuk tahun 2017: Operasional Pemantauan dan Fasilitas Anggaran (Rp Miliar) Proyek 15,2 34,8 Target Peningkatan Kualitas Target pencapaian peningkatan kualitas pada tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Panduan skema pendanaan dan VfM telah diratifikasi 2. Mengimplementasikan seluruh Pedoman SOP operasional kantor 3. Melaksanakan induction untuk seluruh staf baru 4. Melaksanakan evaluasi 360 derajat untuk seluruh staf 5. Melaksanakan sosialisasi untuk 6 Pemerintah Daerah dan 2 negara tetangga 6. Menghasilkan setidaknya 3 laporan terkait research and development KPPIP (potensi topik: strategi HR dan skema pendanaan alternatif) 7. Menerbitkan Infrastructure Outlook/Infrastructure Report Card 8. Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan terkait, meliputi Kementerian/Lembaga 9. IT dashboard diterapkan dan digunakan oleh seluruh pemangku kepentingan 10. Melaksanakan komunikasi publik yang intensif, meliputi pembuatan infografis bulanan, pelaksanaan konferensi pers secara rutin, dan penyusunan laporan semester Target Perbaikan Regulasi Pencapaian terkait perbaikan regulasi yang ditargetkan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan meratifikasi isu-isu pada sektor infrastruktur (seperti sektor air, listrik, energi, infrastruktur sosial, dan lainnya) yang masih belum ditangani atau menantikan keputusan, terutama isu terkait keterlibatan swasta, termasuk isu yang membutuhkan inovasi regulasi (contoh KPI yang menekankan outcome) 2. Menindaklanjuti isu sektoral untuk listrik, pelabuhan, bandara, dan kereta api 3. Menyusun rancangan Undang Undang Infrastruktur/Peraturan Pemerintah tentang KPBU 4. Menyusun business plan dengan target yang jelas untuk tim kerja sektor 3. Upaya Pencapaian Target Untuk mencapai target pada tahun 2017 yang telah disusun, baik target pencapaian proyek, penyerapan anggaran, peningkatan kualitas, maupun perbaikan regulasi, beberapa upaya yang akan dilakukan diantaranya adalah: Nilai Bersama 1. Menjadi point of contact dalam implementasi koordinasi Proyek Prioritas pada infrastruktur 2. Menjadi center of excellence dalam penerapan penyiapan proyek untuk dimanfaatkan pada Proyek Strategis Nasional dan Proyek Prioritas 3. Memberikan kepemimpinan dan keteladanan, serta tingkat profesionalitas yang baik untuk Kementerian / Lembaga / Institutsi / Aparatur negara lainnya 4. Menjadi point of contact dalam koordinasi untuk debottlenecking Proyek Prioritas 5. Menjadi point of contact dalam monitoring dan inventarisasi data untuk Proyek Strategis Nasional 108 Laporan KPPIP Semester

117 Struktur 1. Menjadi organisasi yang proaktif dalam merangkul para pemangku kepentingan 2. Menjadi pendorong proyek KPBU melalui sinkronisasi dengan PPP unit, Kementerian Keuangan, Bappenas, PT SMI, PT PII, dan lainnya 3. Menempatkan KPPIP, termasuk dengan sistem TI KPPIP yang telah terintegrasi, sebagai pusat informasi proyek prioritas, dengan melaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut: Pemutakhiran data pada sistem TI KPPIP secara rutin pada setiap bulan Penyelenggaraan konferensi Pers untuk mempromosikan proyek yang telah mencapai target/milestones Penyelenggaraan konferensi Pers untuk ground breaking dari proyek-proyek KPPIP Publikasi Infrastructure Outlook Penyusunan dan penerbitan laporan tahunan Keahlian 1. Merekrut tenaga teknis lain dalam panel konsultan untuk PMO KPPIP dan tim yang bekerja di dalamnya 2. Mengembangkan rencana dan melaksanakan penelitian, serta menyusun publikasi penelitian (e.g. artikel, laporan penelitian, dan lainnya) bersama dengan institusi lainnya 3. Mengembangkan keahlian yang dilaksanakan secara terus menerus Sistem Staf 1. Mengembangkan dan mengimplementasikan SOP perusahaan dan matriks tanggung jawab dalam organisasi secara penuh 2. Melaksanakan good governance melalui audit yang berkesinambungan 3. Meratifikasi dan menjalankan SOP dalam pemilihan proyek, upaya debottlenecking, dan penentuan skema pendanaan 4. Menjalankan dan memanfaatkan sistem pengadaan khusus dengan panel konsultan, termasuk persiapan TOR dan evaluasi sistem 5. Menetapkan pemetaan rencana aksi yang kuat, serta monitoring dan evaluasi, untuk setiap proyek yang melibatkan KPPIP 1. Menjalankan sistem evaluasi berkala 2. Menyiapkan rencana staf untuk tahun Peningkatan kapasitas staf Kementerian yang berhubungan langsung atau diperbantukan ke KPPIP untuk mendukung kinerja tim kerja sektoral dan direktur proyek Strategi 1. Mengembangkan dan menjalankannya rencana kegiatan yang dapat diandalkan untuk setiap proyek sesuai dengan strategi pemetaan 2. Menyelesaikan pedoman OBC dan VfM untuk sektor-sektor utama (dengan fokus pada proyek infrastruktur sosial) 3. Mengembangkan rencana sosialisasi pedoman OBC dan VfM untuk stakeholder dan investor potensial 4. Mengoordinasikan strategi sosialisasi dengan pihak swasta 5. Mengembangkan rencana peningkatan kapasitas untuk pedoman OBC dan VfM bagi stakeholder terkait 6. Mengembangkan Sumber Daya Manusia Nasional dan strategi peningkatan kapasitas untuk mengakomodasi percepatan pembangunan infrastruktur 7. Melengkapi dan mengeluarkan laporan tahunan berupa Infrastructure Outlook/Infrastructure Score Card. B. Kegiatan KPPIP untuk Pengembangan Kapasitas Rencana pengembangan kapasitas bertujuan untuk memastikan seluruh anggota KPPIP dan para pemangku kepentingan memiliki kapasitas dan kualitas yang baik dalam melakukan pemenuhan mandat KPPIP. Sasaran dari kegiatan pengembangan kapasitas KPPIP adalah teridentifikasinya kekurangan dan kelemahan kapasitas SDM penyelenggara infrastruktur, serta tersusunnya evaluasi dan rekomendasi penguatan dan pengembangan kapasitas penyelenggara sehubungan dengan pelaksanaan rencana aksi KPPIP. 1. Webinar KPPIP Untuk membagikan pengetahuan yang diperoleh KPPIP melalui proses penyiapan dan debotllenecking Proyek Strategis Nasional dan Proyek Prioritas, KPPIP telah membuat webinar (seminar secara online) yang saat ini telah dapat diakses pada Youtube. Tujuan dari pembuatan webinar ini adalah untuk menyediakan materi KPPIP yang dapat diakses dengan mudah oleh para Penanggung Jawab Proyek. Materi yang tersedia pada webinar KPPIP di Youtube diantaranya adalah: 1. Perkenalan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas 2. Metodologi Penyiapan Proyek Infrastruktur 3. Ikhtisar Siklus Proyek Infrastruktur di Indonesia 4. Tata Cara Penyusunan Outline Business Case (OBC) Sesuai Panduan KPPIP 5. Pemberian Fasilitas Penyusunan OBC KPPIP untuk Kilang Minyak Bontang Laporan KPPIP Semester

118 6. Latar Belakang dan Acuan KAK Penyusunan OBC Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung 7. KPPIP Strategic Procurement Process 8. Analisis Biaya Manfaat Sosial Konsep dan Aplikasinya 9. Proyek Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Semarang Barat 10. Tata Cara Penentuan Konsep dan Aplikasi 11. Pembelajaran dari Pencapaian Penetapan untuk Kilang Minyak Bontang 12. Penetapan Lokasi Jalan Tol Serang Panimbang 13. Pembelajaran dari Percepatan Penetapan Lokasi untuk Kilang Minyak Bontang 14. Pembelajaran tentang Percepatan Penetapan Lokasi PLTU Indramayu 15. Pengenalan Terhadap UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaaan Tanah untuk Kepentingan Umum dan Studi Kasus 16. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Tanah untuk Proyek Strategis Nasional 17. Cara Penentuan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama PJPK untuk Proyek KPBU 18. Transaction Advisor dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha 19. Public Private Partnership 20. Tahapan Menuju Financial Closing 21. Pembelajaran Pencapaian Financial Close di Proyek PLTU Batang 22. Mandat Debottlenecking: Contoh Kasus Proyek MRT Jakarta Persilangan Jalur MRT dan Pipa Gas 23. Sistem Monitoring Proyek Strategis Nasional 24. Pengenalan Aplikasi Program Management Office (PMO) PLN 25. Sistem Koordinasi dan Komunikasi Tim Proyek Sektor Energi dan Ketenagalistrikan KPPIP 26. Sistem Penyimpanan Dokumen pada Cloud Storage 2. Modul Pengembangan Kapasitas KPPIP KPPIP tengah memproses perjanjian kerjasama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) dalam kegiatan peningkatan kapasitas. Tujuan utama dari kerjasama ini adalah untuk menciptakan pelaksanaan kegiatan peningkatan kapasitas yang efektif dan efisien bagi pihak terkait proyek infrastruktur KPBU. Kerjasama ini dilatarbelakangi oleh keterkaitan dari kegiatan peningkatan kapasitas masing-masing pihak, yaitu pada materi mengenai KPBU. PT PII yang memiliki IIGF Institute dapat berperan di sisi dari penyiapan materi dan sertifikasi, PT SMI dapat menyajikan aspek finansial, sedang dari KPPIP bisa memberikan penguatan sisi kebijakan, koordinasi dan kelembagaan. Diharapkan dapat terjadi sinergi diantara ketiga pihak dalam menciptakan kegiatan peningkatan kapasitas. 2. IIGF INSTITUTE PT SMI KPPIP 110 Laporan KPPIP Semester

119 KODE TARGET K/L/D KPBU PSN K/L/D yang memiliki proyek infrastruktur yang berpotensi menarik minat swasta, bisa berskema KPBU Pihak yang terkait proyek infrastruktur yang dijamin oleh PT PII, berskema KPBU Pihak yang terkait PSN (atau Proyek Prioritas) [catatan: tidak harus KPBU] K/L/D sebagai PJPK dengan skema KPBU yang proyeknya dijamin oleh PT PII 13 K/L/D yang terkait PSN (atau Proyek Prioritas) PSN (atau Proyek Prioritas) berskema KPBU yang proyeknya dijamin oleh PT PII K/L/D yang terkait PSN (atau Proyek Prioritas) berskema KPBU yang proyeknya dijamin oleh PT PII Laporan KPPIP Semester

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENYIAPAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS

Lebih terperinci

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Dipersiapkan untuk Market Sounding Proyek KPBU: Pengembangan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional dan

Lebih terperinci

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1228, 2017 KEMENKO-PEREKONOMIAN. Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT. Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Kalimantan Timur

RISALAH RAPAT. Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Kalimantan Timur RISALAH RAPAT Hari/Tanggal : Kamis/15 Juni 2017 Waktu : 13.30 15.00 WIB Tempat : KPPIP Perihal : Rapat Tindak Lanjut Rapat Terbatas (RATAS) Proyek Strategis Nasional (PSN) di Kalimantan Timur Peserta :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT. : Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Sumatera Utara

RISALAH RAPAT. : Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Sumatera Utara RISALAH RAPAT Hari/Tanggal : Kamis, 8 Juni 2017 Waktu : 13.00 15.30 WIB Tempat : KPPIP Perihal : Rapat Tindak Lanjut Rapat Terbatas (RATAS) Proyek Strategis Nasional (PSN) di Provinsi Sumatera Utara Peserta

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN

PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PERCEPATAN PROYEK INFRASTRUKTUR KPBU SPAM UMBULAN MENCAPAI FINANCIAL CLOSE DALAM 6 BULAN Jakarta, 30 Desember 2016 - Pemerintah dan Badan Usaha pada hari ini berhasil mempercepat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2016 EKONOMI. Penyediaan Infrastruktur. Prioritas. Percepatan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah Jakarta, 26 Oktober 2017 Outline o Kebutuhan Pembiayaan

Lebih terperinci

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU? Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Definisi: KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Proyek Infrastruktur. Rencana. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 Masalah Global 1. Permintaan Dunia mengalami penurunan 50 persen, menyebabkan banyak sektor usaha yang melakukan pengurangan produksi dan efisiensi 2. Krisis keuangan dunia, menyebabkan para pemilik

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.417, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Kilang Minyak. Dalam Negeri. Pembangunan. Pengembangan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyiapan. Pelaksanaan. Transaksi. Fasilitas. Penyediaan Infrastruktur. Proyek Kerjasama. Pemerintah dan Bahan Usaha. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA

PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA PENGAMANAN FISKAL MELALUI POLA PEMBAGIAN RISIKO ANTARA PEMERINTAH DAN SWASTA Oleh: Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, Ph.D Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Pendahuluan Investasi di bidang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar. Bab 1 Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas 1. Bab 2 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia 7

Daftar Isi. Kata Pengantar. Bab 1 Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas 1. Bab 2 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia 7 Daftar Isi Daftar Isi i Kata Pengantar ii Bab 1 Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas 1 Bab 2 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia 7 Bab 3 Pencapaian KPPIP 19 Bab 4 Status

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT. : Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Sumatera Selatan

RISALAH RAPAT. : Pembahasan tindak lanjut RATAS PSN di Provinsi Sumatera Selatan RISALAH RAPAT Hari/Tanggal : Kamis/13 Juli 2017 Waktu : 15.00 17.00 WIB Tempat : Hotel Sari Pan Pacific Jl. M. H. Thamrin No. 6, Jakarta Pusat Perihal : Rapat Tindak Lanjut Rapat Terbatas (RATAS) Proyek

Lebih terperinci

Materi. Perkenalan KPPIP. Pencapaian KPBU dan Key Success Factors

Materi. Perkenalan KPPIP. Pencapaian KPBU dan Key Success Factors Materi Perkenalan KPPIP Pencapaian KPBU dan Key Success Factors 1 Proyek Infrastruktur: antara harapan dan realita Infrastructure Summit 2005 2005 91 Proyek Infrastruktur dengan nilai US$ 22,5 Milyar ditawarkan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar. Bab 1 Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas 1. Bab 2 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia 7

Daftar Isi. Kata Pengantar. Bab 1 Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas 1. Bab 2 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia 7 Daftar Isi Daftar Isi i Kata Pengantar ii Bab 1 Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas 1 Bab 2 Perkembangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia 7 Bab 3 Pencapaian KPPIP 19 Bab 4 Status

Lebih terperinci

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T Pedoman Layanan Informasi dan Konsultasi Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Berbasis Web D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN KERJASAMA SPAM 1. UU 23/2014 2. PP 50/2007 3. PP 121/2015 4. PP 122/2015 5. PP 54/2017 6. Perpres 38/2015 7. Permen

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011 DIREKTORAT STRATEGI DAN PORTOFOLIO UTANG DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DESEMBER 2011 00 Pendahuluan Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015 BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015 1. Fasilitas Tax Holiday adalah fasilitas pembebasan dan pengurangan Pajak

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK OLEH PEMERINTAH DAERAH LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH Jakarta, 14 September 2017 OUTLINE TUGAS DAN FUNGSI LKPP DALAM PENGADAAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2016 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN OLEH PEMERINTAH PUSAT

Lebih terperinci

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1

Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1 Fasilitas Fiskal untuk Mendukung Percepatan Pembangunan Infrastruktur 1 Dewasa ini, permasalahan terkait infrastruktur menjadi isu hangat yang sering dibicarakan. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2016 SUMBER DAYA ENERGI. Percepatan Pembangunan. Infrastruktur Ketenagalistrikan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut No.210, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Berusaha. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

PENGALAMAN KOTA MEDAN DAL AM DAN BADAN USAHA (KPBU) Pemerintah Kota Medan

PENGALAMAN KOTA MEDAN DAL AM DAN BADAN USAHA (KPBU) Pemerintah Kota Medan PENGALAMAN KOTA MEDAN DAL AM PEL AKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) Pemerintah Kota Medan 1 SISTEMATIKA PAPARAN 1 PENDAHULUAN 2 3 KONSEP KPBU DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta No.1486, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Ketersediaan Layanan. Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur.Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.08/2015

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 KEMENKEU. Ketersediaan Layanan KPBU. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

RISALAH RAPAT. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

RISALAH RAPAT. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. RISALAH RAPAT Hari/Tanggal : Rabu/15 Juni 2017 Waktu : 15.30 17.00 WIB Tempat : KPPIP Perihal : Rapat Tindak Lanjut Rapat Terbatas (RATAS) Proyek Strategis Nasional (PSN) di Provinsi Jawa Timur Peserta

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 2016

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 2016 MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 206 KENDALA PENGADAAN TANAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ISU YANG DIHADAPI PROYEK STRATEGIS NASIONAL ISU PROSES PENDANA AN 8% ISU PELAKSA-

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2012, No.662. www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.662. www.djpp.depkumham.go.id 13 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PANDUAN UMUM PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA PERCEPAT PROYEK 35.000 MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA www.detik.com Untuk mempercepat realisasi proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (mw), pemerintah melakukan berbagai cara. Saat memimpin rapat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012

Lebih terperinci

PERTAMINA BUTUH RP 520 TRILIUN DALAM 10 TAHUN UNTUK BANGUN KILANG

PERTAMINA BUTUH RP 520 TRILIUN DALAM 10 TAHUN UNTUK BANGUN KILANG PERTAMINA BUTUH RP 520 TRILIUN DALAM 10 TAHUN UNTUK BANGUN KILANG Detik.com PT Pertamina (Persero) menempatkan pembangunan kilang pada rencana pengembangan jangka panjang perusahaan untuk mendukung program

Lebih terperinci

National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur

National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009-2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA Kerangka Pemikiran Peraturan PERUNDANGAN KONDISI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012

Lebih terperinci

National Summit 2009

National Summit 2009 National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 29 30 Oktober 2009 Percepatan Pembangunan Infrastruktur 2009 2014 Komisi Infrastruktur KADIN INDONESIA 1 KERANGKA PEMIKIRAN Peraturan PERUNDANGAN

Lebih terperinci

1 of 9 21/12/ :39

1 of 9 21/12/ :39 1 of 9 21/12/2015 12:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENYELENGGARAAN KEK TANJUNG LESUNG

RENCANA AKSI PENYELENGGARAAN KEK TANJUNG LESUNG 1 KELEMBAGAAN 1.1 Pembentukan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) a. Usulan pembentukan dan keanggotaan oleh Gubernur kepada Dewan Gubernur Provinsi Banten Dewan Nasional KEK, b. Dewan memberikan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc. Presiden Direktur PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) Konsepsi Penjaminan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG PENDANAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

2018, No Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerint

2018, No Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerint No.624, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LKPP. Pemilihan dan Penetapan Panel Konsultan KPPIP. PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Jakarta, 22 September 2015 A. RPP Tempat Penimbunan Berikat, (D1) B. RPP Perubahan PP Nomor 23 Tahun 2010, (F3) C. RPerpres

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA DEWAN NASIONAL KAWASAN EKONOMI KHUSUS NOMOR : PER-07/M.EKON/10/2011 TENTANG PEDOMAN PENGUSULAN PEMBENTUKAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Lebih terperinci

Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat

Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat Pemerintah Provinsi Jawa Timur Mengalirkan Air Umbulan, Sejahterakan Masyarakat Profil Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta Sistem Penyediaan Air Minum Umbulan Provinsi Jatim Profil Proyek Kerjasama Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambah

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1529, 2017 KEMENKEU. LRT Jabodetabek. Pemberian Jaminan Pemerintah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA DEWAN NASIONAL KAWASAN EKONOMI KHUSUS NOMOR : PER-08/M.EKON/10/2011 TENTANG PEDOMAN EVALUASI USULAN PEMBENTUKAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Lebih terperinci

Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017

Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

Lebih terperinci

Percepatan Kebijakan Satu Peta pada Skala 1:50.000

Percepatan Kebijakan Satu Peta pada Skala 1:50.000 Percepatan Kebijakan Satu Peta pada Skala 1:50.000 Untuk mengurangi potensi konflik karena pemanfaatan ruang atau penggunaan lahan, pemerintah saat ini tengah merancang aturan untuk Percepatan Pelaksanaan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA SATUAN TUGAS NASIONAL PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA NOMOR 160 TAHUN 2017 TENTANG TIM PELAKSANA SATUAN TUGAS NASIONAL PERCEPATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.EKON/05/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN

Lebih terperinci

MENTER! KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTER! KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTER! KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENT ANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KOORDINATOR

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA SATUAN TUGAS NASIONAL PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA

Lebih terperinci

PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PEMBAHASAN KERANGKA PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU) DALAM PENYEDIAAN MATERI PEMBAHASAN MATERI PEMBAHASAN RAPAT: LATAR BELAKANG POKOK DISKUSI PERBANDINGAN KERANGKA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN BINA KEUANGAN DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN BINA KEUANGAN DAERAH KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR: KEBIJAKAN DAN MEKANISME PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (AVAILABILITY PAYMENT) DALAM APBD Oleh: Ir. BUDI ERNAWAN, MPPM Kasubdit

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 164 /PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN P EMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 129 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 129 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS NOMOR 129 TAHUN 2015 TENTANG TIM KERJA PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha Jakarta, 31 Agustus 2017 - 1 - Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN www.detik.com I. PENDAHULUAN Dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang pesat, Indonesia membutuhkan energi yang sangat besar untuk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN

KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH MEKANISME DAN LINGKUP PENGADAAN OVERVIEW KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM MENDUKUNG INDONESIA BEBAS SAMPAH 2020 Disampaikan Oleh Robin A. Suryo Deputi Pengembangan Strategi dan Kebijakan OVERVIEW 1. Konsep Pengelolaan Persampahan

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II http://www.republika.co.id Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN ' MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG QUICK WINS KEMENTERIAN KOORDINATOR

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 107 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 107 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 107 TAHUN 2014 TENTANG PROYEK MANAJEMEN UNIT PEMBANGUNAN KERETA API CEPAT (HIGH SPEED RAILWAY) JAKARTA - BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW.

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. RABU, 03 FEBRUARI 2016 KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.508, 2009 BKPM. Permohonan. Penanaman Modal. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.508, 2009 BKPM. Permohonan. Penanaman Modal. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.508, 2009 BKPM. Permohonan. Penanaman Modal. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN TATA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Laporan KPPIP Juni Juli 2015

Laporan KPPIP Juni Juli 2015 Laporan KPPIP Juni 2014 - Juli 2015 Daftar Isi DAFTAR ISI i UCAPAN TERIMA KASIH ii SAMBUTAN MENKO PEREKONOMIAN iii BAB 1 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA 1 BAB 2 KOMITE PERCEPATAN PENYEDIAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2016 TENTANG PENETAPAN DAN TATA CARA PENGGUNAAN DANA

Lebih terperinci