Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017"

Transkripsi

1 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017

2 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat 2017

3 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2017 Gedung Utama Lantai 13 Kementerian Pekerjaan Umum Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru Jakarta Selatan

4 Direktorat Bina Investasi Infrastruktur Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR berterima kasih atas kontribusi dan dukungan dari: Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kepala BPM Provinsi Jawa Timur, Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Direktur KPS dan Rancang Bangun, Bappenas,Ketua Perkumpulan Air Minum Swasta (ASPASINDO),Kepala Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, Direktur Utama PT. Sarana Multi Infrastruktur, Direktur Utama PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia, Ketua Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah, Direktur PDAM, dan Direktur PDAB; dalam penyempurnaan Buku Panduan Supervisi Teknis ini.

5 UUD 1945 mengamanatkan bahwa negara bertanggung jawab atas fasilitas kesehatan dan pelayanan umum demi tercapainya kesejahteraan sosial. Dalam rangka memenuhi amanat tersebut, Pemerintah menyediakan infrastruktur yang sesuai untuk memberikan layanan kesehatan dan layanan umum. Penyediaan infrastruktur tersebut dilaksanakan dengan menggunakan anggaran yang tersedia sehingga efektivitas dan efisiensi menjadi tolok ukur untuk menilai ketepatan pilihan cara dalam menyediakannya. Berdasarkan pertimbangan efektivitas dan efisiensi tersebut, Pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga, termasuk Badan Usaha dalam rangka penyediaan infrastruktur. Kerjasama tersebut dituangkan dalam kontrak kerjasama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk kesesuaian dengan standar pelayanan yang berlaku. Dalam bidang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), penyelenggaraan layanan umum dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Dalam penyelenggaraan tersebut, BUMD dapat bekerjasama dengan Badan Usaha swasta melalui skema Business-to-Business ataupun skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Kerjasama ini tentunya ditujukan untuk efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan layanan umum air minum. Pada dua skema tersebut, Badan Usaha swasta akan mau terlibat apabila proyek tersebut menawarkan kelayakan yang memadai. Namun apabila kelayakan tersebut tidak mencukupi, maka Dukungan Pemerintah diperlukan. Berdasarkan regulasi yang berlaku, kerjasama yang membutuhkan Dukungan Pemerintah akan dilakukan melalui skema KPBU. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) sangat sentral dalam penyelenggaraan pelayanan umum. Hal ini juga termasuk dalam pelayanan umum untuk penyediaan air minum, baik melalui modalitas yang ada, yaitu: BUMD, skema Business-to-Business maupun KPBU. Dalam RPJMN , disebutkan bahwa target capaian akses air minum aman mencapai 100%. Tantangan besar ini harus bisa dihadapi oleh Pemerintah yang didukung oleh ASN di daerah. Efisiensi dan efektivitas dari pilihan modalitas, terutama KPBU, tergantung pada kemampuan ASN dalam merencanakan, menyiapkan, mentransaksikan dan memonitor proyek KPBU. 5

6 Untuk bisa menawarkan proyek yang menarik minta Badan Usaha, kapasitas sumber daya ASN perlu ditingkatkan termasuk dalam mengelola sumber daya eksternal yaitu konsultan pendamping. Pengelolaan konsultan pandamping terutama ditujukan untuk memastikan daya tarik proyek tersebut bagi badan usaha. Kapasitas tersebut menjadi persyaratan agar proyek SPAM yang dikerjakan adalah proyek yang tepat dan dilakukan dengan cara yang tepat. Pemerintah telah memberikan panduan untuk keperluan perencanaan hingga pelaksanaan proyek KPBU tersebut melalui Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas No. 4 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Selain itu, telah ada proyek KPBU SPAM yang telah berjalan, namun masih berdasarkan Undang-Undang sebelumnya. Keberadaan Kantor Bersama KPBU saat ini juga memfasilitasi pengembangan kapasitas PJPK. Meskipun demikian, bagi banyak ASN, KPBU ini masih merupakan hal yang baru sehingga masih memerlukan waktu dan upaya pengembangan kapasitas. Selain itu, setiap sektor memiliki tantangan tersendiri terkait pengembangan KPBU nya. Sejalan dengan hal tersebut di atas Kementerian PUPR, selaku pembina teknis sektor SPAM, bermaksud membuat supervisi teknis pelaksanaan KPBU bidang SPAM. Supervisi menjadi dibutuhkan karena pelaksanaan perencanaan, penyiapan, transaksi dan implementasi proyek KPBU memerlukan suatu proses dan waktu yang tidak singkat. Supervisi akan memastikan bahwa proses tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang disiapkan. Buku supervisi teknis ini bertujuan untuk memberikan arahan mengenai aktivitas-aktivitas kunci yang harus diselesaikan pada tiap tahapan proses KPBU. Arahan tersebut dapat digunakan sebagai panduan pelaksanaan dan supervisi. Supervisi dilakukan oleh Kementerian PUPR sebagai pembina teknis dari ASN di daerah. Buku ini merupakan buku pertama yang berisi materi terkait dengan proses perencanaan dan penyiapan proyek KPBU SPAM beserta panduan supervisinya. Materi tersebut meliputi pengetahuan mengenai konsep KPBU, KPBU di bidang SPAM, serta input-proses-output pada tahapan-tahapan perencanaan dan penyiapan proyek KPBU. Sedangkan panduan supervisi memberikan petunjuk pelaksanaan supervisi yang ditujukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan tahapan-tahapan dalam materi dapat dilakukan dengan baik oleh ASN yang melakukannya. Supervisi yang akan dilakukan berdasarkan buku pedoman ini diharapkan bisa membantu meningkatkan kualitas perencanaan dan penyiapan proyek KPBU oleh PJPK di daerah. 6

7 Sistematika Bagian B akan menjelaskan lebih detil mengenai KPBU secara umum dan KPBU SPAM JP pada khususnya. Penjelasan ini meliputi kerangka regulasi, pemangku kepentingan, siklus dan dukungan Pemerintah yang dapat disediakan untuk proyek KPBU. Pada akhir dari bagian B ini akan diberikan dua contoh KPBU SPAM JP yang sudah pernah berjalan sebelumnya, meskipun masih A Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) F Pemeriksaan Akhir Kajian Awal Pra-FS menggunakan peraturan perundang-undangan yang lama. Bagian C memberikan konteks pada buku panduan supervisi teknis ini. Lingkup dari buku panduan dan tata cara pelaksanaan supervisi teknis merupakan isi dari Bagian ini. B C KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Pedoman Supervisi E D Input-Proses- Ouput Tahap Penyiapan Input-Proses- Output Tahap Perencanaan Catatan Teknis Pelaksanaan Proses Catatan Teknis Pelaksanaan Proses Sistematika buku Supervisi Teknis Pelaksanaan KPBU ini adalah seperti urutan di atas. Bagian pertama akan membahas mengenai Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) menurut peraturan perundangundangan terakhir. Pada bagian tersebut akan dijabarkan bagaimana perencanaan dan penyelenggaraan SPAM khususnya SPAM Jaringan Perpipaan. Pada bagian akhir dari bagian A ini dipaparkan bagaimana skema KPBU dapat berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik melalui pengembangan penyelenggaraan SPAM Bagian D dan E merupakan penjabaran detil mengenai input, proses dan output dari tiap tahap dalam Perencanaan dan Penyiapan proyek KPBU. Setiap tahapan memiliki input yang diperlukan untuk keperluan proses dalam rangka menghasilkan output. Proses yang dilakukan dapat fleksibel bergantung kondisi organisasi yang terlibat. Namun proses tersebut akan dipandu melalui pertanyaanpertanyaan kunci yang harus dijawab untuk memastikan bahwa proses yang dilakukan sudah memadai untuk menghasilkan output. Beberapa metodologi yang dapat digunakan dalam proses ini diberikan pada bagian Catatan Teknis Pelaksanaan Proses. Bagian F merupakan daftar periksa output berupa Kajian Awal Pra Studi Kelayakan. 7

8 Sistematika A. Sistem Penyediaan AirMinum (SPAM) Bagian A menjelaskan mengenai Sistem Penyediaan AirMinum. Penjelasan ini dimulai dengan memaparkan bagaimana suatu SPAM direncanakan, bagaimana hubungan antar dokumendokumen perencanaan serta prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam melakukan A Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) h Dokumen Perencanaan SPAM h. 14 perencanaan SPAM. Selanjutnya adalah masalah kewenangan dalam penyelenggaraan SPAM. Kewenangan ini berkaitan dengan lingkup tanggung jawab, termasuk memastikan pihak-pihak yang dapat berperan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama dalam KPBU. KPBU merupakan salah satu cara dalam penyelenggaraan SPAM, namun lingkupnya dibatasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Oleh karena itu, kontrak 2 Kewenangan Dalam Penyelenggaraan SPAM h Lingkup KPBU Pada Sektor SPAM h.19 kerjasama dan alokasi risiko antara PJPK dengan Badan Usaha akan memiliki variasi seperti yang diperbolehkan dalam peraturan perundang-undangan. Di akhir dari bagian A ini akan dijelaskan mengenai Proses Dasar Manajemen dalam pengembangan penyelenggaraan SPAM. Proses ini pun mendasari tahapan-tahapan dalam pengembangan penyelenggaraan SPAM menggunakan skema KPBU. Dalam pengembangan penyelenggaraan SPAM menggunakan skema KPBU tersebut, perlu ada kerjasama yang baik antara pembina teknis 4 Proses Dasar Manajemen Dalam Pengembangan Penyelenggaraan SPAM h Tahapan Pengembangan Penyelenggaraan SPAM dan KPBU h.23 dan pihak yang memberikan fasilitasi kepada ASN di daerah untuk perencanaan dan penyiapan proyek KPBU B. KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Bagian B ini memberikan penjelasan khusus mengenai KPBU secara umum dan dalam konteks SPAM Jaringan Perpipaan. Penjelasan dimulai dari pengertian KPBU menurut Peraturan Presiden No. 38 Tahun Kemudian hal tersebut dilanjutkan dengan kerangka regulasi B KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan h Pengertian KPBU h. 24 dari KPBU, termasuk regulasi-regulasi yang telah terdapat di sektor. Kerangka regulasi tersebut memandu ASN di daerah dalam melakukan seluruh tahapan-tahapan dalam siklus KPBU. Pada penjelasan mengenai siklus KPBU, diperlihatkan bahwa lingkup buku panduan supervisi ini hanyalah di dua tahap pertama dari siklus tersebut, yaitu: perencanaan dan penyiapan. 2 Kerangka Regulasi KPBU h Siklus KPBU h. 27 8

9 Sistematika B. KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan ASN di daerah dapat melakukan perencanaan dan penyiapan proyek KPBU secara mandiri apabila sumber dayanya memadai. Yang dimaksud dengan sumber daya adalah termasuk B KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan h Pemangku Kepentingan KPBU & Kantor Bersama h. 29 manusia dan anggaran. Namun apabila sumber daya yang dibutuhkan tidak memadai, Pemerintah Daerah / PJPK bisa mengajukan permohonan fasilitasi. Untuk tahap perencanaan dan penyiapan, Kementerian PUPR merupakan pihak yang bisa memberikan fasilitasi tersebut. Selain itu, perkembangan terakhir dengan dibentuknya Kantor Bersama oleh pemangku kepentingan di KPBU, dapat pula Pemerintah Daerah / PJPK mengajukan 5 Prinsip-prinsip Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha h Pembayaran Ketersediaan Layanan h. 34 permohonan fasilitasi ke Kantor Bersama. Untuk tahap perencanaan dan penyiapan saat ini Bappenas bisa memberikan fasilitasi. Sedangkan untuk tahap transaksi, apabila proyek KPBU tersebut membutuhkan Dukungan Pemerintah yang diberikan oleh Menteri Keuangan, Pemerintah Daerah / PJPK dapat mengajukan permohonan fasilitasi untuk keperluan tersebut kepada Menteri Keuangan. Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha haruslah berdasarkan prinsip-prinsip yang telah 7 Dukungan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah h DPP Konstruksi Dari Menteri PUPR h. 36 ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Prinsip-prinsip ini mendasari segala keputusan yang diambil dalam siklus KPBU. Hal selanjutnya yang dipaparkan pada bagian ini adalah mengenai pembayaran ketersediaan layanan, yaitu pembayaran oleh Penanggung Jawab Proyek Kerjasama kepada Badan Usaha berdasarkan suatu standar ketersediaan layanan. Regulasi yang mengatur hal ini diberikan 9 DPP Dari Menteri Keuangan untuk Proyek KPBU h Contoh Pelaksanaan KPBU SPAM Jaringan Perpipaan h. 39 oleh Menteri Dalam Negeri. Dukungan Pemerintah bisa diberikan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Dalam buku ini dijelaskan Dukungan Pemerintah yang diberikan oleh Menteri PUPR dan Menteri Keuangan. Contoh pelaksanaan KPBU SPAM jaringan perpipaan diberikan pada bagian akhir. Meskipun dua contoh yang diberikan masih berdasarkan peraturan perundang-undangan yang lama, namun banyak hal yang bisa dipelajari dari pengalaman kedua proyek tersebut. 9

10 Sistematika C. Pedoman Supervisi Pedoman supervisi pada bagian ini menjabarkan kegiatan-kegiatan supervisi yang dapat dilakukan oleh Kementerian PUPR dalam rangka memastikan berjalan baiknya proses perencanaan dan penyiapan proyek KPBU oleh Tim KPBU di daerah. Selain itu, dijabarkan pula bagaimana cara menggunakan dan mengaktualkan buku pedoman supervisi ini. Pada bagian berikutnya dari bagian C ini, dijabarkan lingkup dari buku Pedoman Supervisi Teknis ini. Yang dimaksud dengan lingkup adalah tahapan-tahapan perencanaan dan penyiapan yang menjadi obyek dari supervisi teknis ini. C 2 Pedoman Supervisi p Lingkup Buku Pedoman Supervisi Teknis h Kegiatan Supervisi p. 47 D. Input Proses Output untuk Tahap Perencanaan Bagian D memuat tahapan dalam pelaksanaan perencanaan proyek KPBU. Masing-masing tahapan disusun berdasarkan input, proses dan output yang diharapkan, untuk mempermudah supervisi. Output merupakan input untuk tahap berikutnya. D Tahap Perencanaan h Identifikasi Proyek h. 57 Perencanaan dimulai dengan identifikasi proyek infrastruktur oleh Pemerintah Daerah sebagai pihak yang berwenang dalam penyediaan fasilitas publik, dalam hal ini air minum untuk masyarakat. Apabila terdapat lebih dari satu proyek yang teridentifikasi dan anggaran yang dimiliki terbatas, maka Pemerintah Daerah harus melakukan prioritisasi proyek. Proyek-proyek yang menjadi prioritas kemudian diuji, apakah layak disediakan dengan skema KPBU atau tidak. Output akhir dari urutan tahapan dalam perencanaan ini dirangkum dalam dokumen Studi Pendahuluan. Studi Pendahuluan telah mengakomodasi masukan masyarakat yang didapatkan dari konsultasi publik. Pada bagian akhir terdapat daftar periksa Studi Pendahuluan untuk keperluan supervisi. 2 4 Prioritisasi Proyek h. 61 Konsultasi Publik h Uji Kelayakan KPBU h. 63 Finalisasi Studi Pendahuluan h

11 Sistematika E Input-Proses-Output Penyiapan h Prioritisasi Proyek KPBU h. 79 E. Input Proses Output untuk Tahap Penyiapan 2 4 Penganggaran Penyiapan Proyek KPBU h. 81 Pengadaan Badan Usaha Penyiapan h Pembentukan Tim KPBU h. 84 Manajemen Penyiapan Proyek KPBU h. 90 Bagian E memuat tahapan dalam fase penyiapan proyek KPBU. Pada fase ini PJPK telah ditentukan. Penganggaran untuk fase ini dilakukan oleh PJPK dan dilanjutkan dengan pembentukan Tim KPBU. Tim ini akan bekerja untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk fase transaksi, termasuk untuk pengajuan permohonan dukungan dan/atau jaminan Pemerintah kepada Menteri Keuangan. Dalam pelaksanaan penyiapan, Tim KPBU umumnya dibantu oleh Konsultan Pendamping atau Badan Usaha Penyiapan. Supervisi memastikan bahwa proses penganggaran, penugasan Tim KPBU, pengadaan Konsultan Pendamping dan pelaksanaan penyiapan berjalan baik. 6 Market Sounding h Pengajuan Permohonan Dukungan/ Jaminan 11

12 Sistematika F. Pemeriksaan Akhir Kajian Awal Pra-FS Output akhir dari pelaksanaan perencanaan dan penyiapan proyek KPBU dirangkung dalam dokumen Kajian Awal Pra Studi Kelayakan (Outline Business Case / OBC). Kajian Awal Pra Studi Kelayakan memuat hasil kajian komprehensif yang dilakukan oleh PJPK sebagai dasar bagi PJPK untuk memutuskan untuk lanjut atau tidak ke fase transaksi. Untuk memastikan kecukupan hasil kajian ini, pada bagian E terdapat daftar periksa yang dapat digunakan dalam rangka supervisi untuk memastikan bahwa pekerjaan yang dihasilkan telah memadai. Apabila belum memadai, Tim KPBU dan Konsultan Pendamping / Badan Usaha Penyiapan, dapat melakukan perbaikan berdasarkan masukan dari hasil supervisi dokumen tersebut. F Pemeriksaan Akhir Kajian Awal Pra-FS h Kajian Hukum & Kelembagaan Kajian Struktur Kerjasama Kajian Ekonomi & Keuangan Kajian Teknis Kajian Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah Kajian Lingkungan & Sosial Kajian Risiko 12

13 Sistematika Keterangan Input Proses Output Menjabarkan mengenai konteks tahapan dalam fase perencanaan penyiapan proyek KPBU Memberikan gambaran peran pengguna pada tahap ini Merupakan fakta, data, informasi atau dokumen yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses dalam tahap yang bersangkutan Input adalah prasyarat yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses tersebut Merupakan aktivitas yang harus dilakukan untuk menghasilkan output berdasarkan input yang ada Dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dijawab Disediakan lampiran catatan teknis yang dapat membantu dalam melakukan proses atau menjawab pertanyaanpertanyaan kunci untuk menghasilkan output Merupakan hasil dari proses pengolahan input. Output berupa dokumen yang berisi informasi yang dapat digunakan oleh Pemda / PJPK untuk mengambil keputusan terkait dengan tahap / fase selanjutnya Tahap Selanjutnya 13

14 KPBU di Sektor SPAM Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 122 Tahun 2015, SPAM diselenggarakan untuk memberikan pelayanan Air Minum kepada masyarakat untuk memenuhi hak rakyat atas Air Minum. Penyelenggaraan SPAM tersebut ditujukan untuk pengelolaan dan pelayanan Air Minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau secara efektif dan efisisen. SPAM adalah merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan Air Minum, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih dan produktif. Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang mengikuti proses dasar manajemen untuk penyediaan Air Minum untuk masyarakat. Untuk SPAM jaringan perpipaan, hal ini meliputi unit air baku, unit produksi, unit produksi dan unit pelayanan. Landasan penyelenggaraan SPAM dijabarkan dalam Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun Landasan tersebut terdiri dari Kebijakan dan Strategi SPAM dan Rencana Induk SPAM. Kebijakan dan strategi SPAM meliputi: Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan (KSNP) SPAM: acuan untuk penyusunan Kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM (Jakstra SPAM Provinsi) dan Kebijakan dan Strategi Kabupaten / Kota Penyelenggaraan SPAM (Jakstra SPAM Kabupaten / Kota) Jakstra SPAM Provinsi: acuan bagi penyelenggaraan SPAM Provinsi dan penyusunan Jakstra SPAM Kabupaten / Kota dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan daerah sekitarnya Jakstra SPAM Kabupaten/ Kota: acuan bagi penyelenggaraan SPAM Kabupaten / Kota dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan daerah sekitarnya. Rencana Induk SPAM adalah dokumen perencanaan Air Minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan Air Minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. Rencana Induk ini meliputi: Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi; Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten / Kota; dan Rencana Induk SPAM Kabupaten / Kota. Dalam RPJMN , target layanan air minum mencapai 100% di tahun A 1 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Dokumen Perencanaan SPAM 14

15 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) RPJP RPJPD Pedoman Masukan Jakstra Spam Nas Acuan Pedoman Masukan Jakstra SPAM Da Acuan RI SPAM Acuan RPJMN Renstra K/L RPJMD Renstra SKPD Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman RKP Renja K/L RKPD Renja SKPD Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman RAPBN RKA K/L RAPBD RKA SKPD Acuan Acuan Acuan Acuan APBN DIPA APBD DIPDA PUSAT DAERAH Gambar di atas memperlihatkan hubungan antara dokumen Jakstra dan Rencana Induk serta rencana dan anggaran pusat maupun daerah. Jakstra memiliki visi & misi yang ingin dicapai dalam 5 tahun, baik oleh pusat (Jakstra SPAM Nas) maupun daerah (Jakstra SPAM Da). Berdasarkan misi & visi Jakstra SPAM Da, SKPD melakukan identifikasi dan analisis terhadap: isu strategis, permasalahan dan tantangan dalam pelaksanaan pengembangan SPAM di daerah yang bersangkutan. 15

16 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Aspek-Aspek Krusial Akses aman Pendanaan Kelembagaan Penerapan peraturan Pemenuhan air minum Peran kemitraan Inovasi Teknologi Beberapa aspek yang perlu diidentifikasi dan dianalisis adalah: Akses aman penduduk terhadap air minum: seberapa besar prosentase masyarakat yang mendapatkan air minum perpipaan maupun air minum bukan jaringan perpipaan; apakah sumber air baku air minum bukan jaringan perpipaan tersebut merupakan air yang jauh dari pencemaran atau tidak; bagaimana kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pelayanan air minum perpipaan oleh PDAM; apa permasalahan yang dihadapi oleh PDAM untuk mencapai standar minimum kuantitas, kualitas dan kontinuitas air minum. Pendanaan: seberapa besar kemampuan Pemda, PDAM, masyarakat, maupun kelompok masyarakat membiayai keperluan air minumnya; analisis akses pendanaan lain yang disediakan Pemerintah Pusat, lembaga keuangan/perbankan, atau badan usaha swasta; apakah tarif PDAM telah menggunakan full cost recovery. Kelembagaan: bagaimana keberadaan dan pelaksanaan fungsi organisasiorganisasi penyelenggara SPAM (UPTD/BLUD, PDAM, BUMDES, atau Koperasi); apakah manajemen pelaksanaannya telah berjalan dengan baik. Pengembangan dan penerapan peraturan perundang-undangan: bagaimana konsistensi dan integrase peraturan daerah dengan peraturan pusat yang terkait (SPAM, pengelolaan air tanah, pengelolaan asset, pendanaan, serta kerjasama dengan pihak ketiga) Pemenuhan air baku untuk air minum: bagaimana kondisi air baku yang digunakan untuk pelayanan air minum saat ini; apakah ketersediaan air baku memadai hingga 5 tahun ke depan; apakah sudah ada program / rencana pengelolaan sumber air baku untuk memasok pengembangan SPAM di daerah yang bersangkutan Peran Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat: bagaimana kinerja kemitraan yang ada saat ini; hal-hal apa saja yang menjadi kendala atau tantangan dalam kemitraan yang telah ada dan yang akan direncanakan? Inovasi Teknologi: apakah teknologi yang ada sudah sesuai dengan kearifan lokal, didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang ada, serta efisien dalam penggunaan energi? 16

17 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) A Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kewenangan dan Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum, penyelenggaraan SPAM merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam rangka melaksanakan penyelanggaraan SPAM tersebut, Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah membentuk BUMN dan/atau BUMD sesuai dengan kewenangannya. 2 Kewenangan Dalam Penyelenggaraan SPAM Kewenangan & tanggungjawab Pemerintah Pusat: Menyusun dan menetapkan Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan SPAM; Menyusun dan menetapkan Rencana Induk SPAM Lintas Provinsi; Menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria; Melaksanakan Penyelenggaraan SPAM yang bersifat khusus, kepentingan strategis nasional, dan lintas provinsi; Mementuk BUMN dan/atau UPT; Memberikan izin kepada Badan Usaha untuk melakukan penyelenggaraan SPAM; Memberikan pembinaan dan pengawasan kepada Pemerintah Daerah; Menjamin ketersediaan Air Baku untuk Penyelenggaraan SPAM lintas provinsi; Melakukan kerja sama dengan Pemeirntah Daerah ; dan Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap BUMN dan PUT Kewenangan & tanggungjawab Pemerintah Provinsi: Menyusun dan menetapkan Kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM; Menyusun dan menteapkan Rencana Induk SPAM Lintas Kabupaten/Kota; Melaksanakan Penyelenggaraan SPAM yang bersifat khusus, kepentingan strategis provinsi, dan lintas kabupaten/kota; Membentuk BUMD dan/atau UPTD provinsi; Memberikan izin kepada Badan Usaha untuk melakukan Penyelenggaraan SPAM; Melakukan pemanatauan dan evaluasi Penyelenggaraan SPAM pada kabupaten/kota di wilayahnya; Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi Penyelenggaraan SPAM kepada Pemeirntah Pusat; Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pemerintah kabupaten/kota; Menjamin ketersediaan Air Baku untuk Penyelenggaraan SPAM lintas kabupaten/kota; dan Melakukan kerja sama dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lain. 17

18 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota: Menyusun dan menetapkan Kebijakan dan Strategi Kabupaten/Kota Penyelenggaraan SPAM; Menyusun dan menetapkan Rencana Induk SPAM Kabupaten/Kota; Melaksanakan Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya; Membentuk BUMD dan/atau UPTD; Melakukan pencatatan laporan yang disampaikan oleh Kelompok Masyarakat; Memberikan izin kepada Badan Usaha untuk melakukan Penyelenggaraan SPAM; Melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pemerintah desa dan Kelompok Masyarakat di wilayahnya dalam Penyelenggaraan SPAM Melakukan pemanatauan dan evaluasi Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya; Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi Penyelenggaraan SPAM kepada pemerintah provinsi; Menjamin ketersediaan Air Baku untuk Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya; dan Melakukan kerja sama dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lain. Kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Pusat meliputi: Melakukan dukungan terhadap pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan SPAM di tingkat Kelompok Masyarakat; Memfasilitasi pelaporan Kelompok Masyarakat kepada pemerintah kabupaten/kota; dan Menyampaikan laporan Penyelenggaraan SPAM di wilayahnya kepada pemerintah kabupaten/kota Pelaksanaan penyelenggaraan SPAM dilakukan oleh: BUMN/BUMD; UPT/PUTD; Kelompok Masyarakat; dan/atau Badan Usaha. Penyelenggaraan SPAM oleh Badan Usaha dilakukan untuk kebutuhan sendiri pada kawasan yang belum terjangka pelayanan Air Minum oleh BUMN, BUMD, UPT dan UPTD; dan tidak melayani masyarakat umum. Sumber dana untuk pembiayaan Penyelenggaraan SPAM berasal dari: APBN dan/atau APBD; BUMN atau BUMD; dana masyarakat; dan/atau sumber dana lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Namun, apabila BUMN atau BUMD tidak mampu membiayai kebutuhan Penyelengaraan SPAM dengan jaringan perpipaan di dalam maupun di luar pelayanan wilayah BUMN atau BUMD, BUMN dan BUMD dapat melakukan kerjasama dengan badan usaha swasta dengan prinsip: Surat Izin Pengambilan Air dimiliki oleh BUMN atau BUMD; dan Mengutamakan masyarakat berpenghasilan rendah. 18

19 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) A 3 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Lingkup KPBU Pada Sektor SPAM Lingkup kerjasama antara BUMN atau BUMD dengan badan usaha swasta dibatasi pada pilihan-pilihan sebagai berikut (berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No. 19 Tahun 2016): 1. Investasi Pengembangan SPAM dan/atau Penge-lolaan SPAM pada unit Air Baku dan unit produksi; 2. Investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasi-kan dan dikelola oleh BUMN atau BUMD ybs; 3. Investasi teknologi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rangka mengupayakan Penyelenggaraan SPAM yang efektif dan efisien dengan mekanisme kontrak berbasis kinerja; 4. Investasi Pengembangan SPAM dan/atau Pengelolaan SPAM terhadap unit Air Baku dan unit produksi serta investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan dikelola oleh BUMN atau BUMD yang bersangkutan; 5. Investasi Pengembangan SPAM dan/atau Penge-lolaan SPAM pada unit Air Baku dan unit produksi serta investasi teknologi investasi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rangka mengupayakan Penyelenggaraan SPAM yang efektif dan efisien dengan mekanisme kontrak berbasis kinerja; 6. Investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasi-kan dan dikelola oleh BUMN atau BUMD yang bersangkutan serta investasi teknologi peng-operasian dan pemeliharaan dalam rangka meng-upayakan Penyelenggaraan SPAM dengan mekanisme kontrak berbasis kinerja; dan/atau SPAM terhadap unit Air Baku dan unit produksi, investasi unit distribusi yang selanjutnya dioperasikan dan dikelola oleh BUMN atau BUMD yang bersangkutan, serta investasi teknologi pengoperasian dan pemeliharaan dalam rangka mengupayakan Penyelenggaraan SPAM yang efektif dan efisien dengan mekanisme kontrak berbasis kinerja. Berdasarkan studi yang dilakukan dalam rangka perencanaan Kerjasama SPAM; Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN atau BUMD (sesuai dengan kewenangannya) menentukan mekanisme kerjasama yaitu: KPBU atau B2B. Kerjasama dengan mekanisme KPBU memerlukan Dukungan Pemerintah. Dukungan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah diberikan kepada KPBU SPAM bisa dalam bentuk dukungan finansial dan/atau dukungan non finansial. Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat memberikan penugasan kepada BUMN/BUMD untuk melaksanakan Kerjasama SPAM melalui skema KPBU tersebut. Dalam hal ini BUMN/BUMD yang menerima penugasan bertindak sebagai PJPK proyek KPBU. BUMN atau BUMD yang mendapatkan penugasan bertindak sebagai PJPK adalah pihak yang melakukan penyiapan dan transaksi proyek KPBU. Hal ini dimulai dengan melakukan penyesuaian terhadap studi yang telah ada. 7. Investasi pengembangan SPAM dan/atau Pengelolaan 19

20 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Gambar skematik SPAM dengan pembagian kewenangan hingga tingkat daerah kabupaten / Kota. Menunggu gambar dari Direktorat PAM Dirjen Cipta Karya spt yang dipresentasikan ketika FGD. 20

21 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) A 4 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Proses Dasar Manajemen Dalam Pengembangan Penyelenggaraan SPAM Peraturan Menteri PUPR No. 27 Tahun 2016 mengatur jenis SPAM menjadi terdiri dari: SPAM Jaringan Perpipaan (SPAM JP) dan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (SPAM BJP). Lingkup dari buku pedoman supervisi ini adalah SPAM JP. Penyelenggaraan SPAM JP bertujuan untuk menjamin kepastian kuantitas dan kualitas Air Minum serta kontinuitas pengaliran Air Minum. Untuk memastikan hal tersebut, SPAM JP harus memenuhi ketentuan teknis seperti yang dijabarkan pada Lampiran III dari Peraturan Menteri tersebut di atas. Ketentuan teknis tersebut meliputi seluruh lingkup SPAM JP yang terdiri dari: unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit pelayanan. Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan berdasarkan Proses Dasar Manajemen yang terdiri dari tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Urutan tahapan tersebut berlaku untuk penyelenggaraan SPAM, baik pengembangan maupun pengelolaan. Yang dimaksud dengan pengembangan adalah: pembangunan baru, peningkatan atau pun perluasan. Sedangkan yang dimaksud dengan pengelolaan adalah: operasi & pemeliharaan, perbaikan, pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan kelembagaan. Penyelenggaran SPAM harus memiliki izin pengusahaan sumber daya air. Pada penyelenggaraan SPAM Regional Lintas Provinsi atau SPAM Regional Lintas Kabupaten/Kota, izin pengusahaan sumber daya air terkait dengan sistem pengambilan Air Baku dimiliki oleh pengelola SPAM BUMN/BUMD yang bertanggung jawab mengelola SPAM Regional, atau BUMD pada daerah terkait yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama antar daerah. Tahapan Pengembangan Penyelenggaran SPAM: 1. Perencanaan: a. Tahapan ini meliputi: penyusunan Studi Kelayakan dan penyusunan Rencana Teknis Terinici. Studi Kelayakan adalah suatu kajian untuk mengetahui tingkat kelayakan usulan pembangunan SPAM di suatu wilayah pelayanan ditinjau dari aspek-aspek: teknis, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, kelembagaan dan finansial. Kajian ini juga harus mengacu pada Rencana Induk SPAM yang telah ditetapkan dan membahas kajian sumber pembiayaan. Ketentuan mengenai Studi Kelayakan terdapat pada lampiran V Permen PUPR No. 27/2016. b. Kajian aspek kelayakan finansial dan sumber pembiayaan perlu membuat beberapa skenario untuk pengembangan penyelengaraan SPAM. Skenario tersebut dapat terdiri dari: (1) pengembangan menggunakan sumber daya penyelenggara (BUMN/BUMD), (2) pengembangan menggunakan skema B2B (tanpa dukungan Pemerintah), dan (3) pengembangan menggunakan skema KPBU (memerlukan dukungan Pemerintah). Studi Pendahuluan diperlukan jika skenario ketiga (KPBU) lebih mungkin untuk dilakukan. 21

22 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) c. Rencana Teknis Terinci adalah rencana rinci pembangunan SPAM di suatu kota atau kawasan yang meliputi: unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit pelayanan. Rencana teknis ini disusun mengacu pada Rencana Induk SPAM yang telah ditetapkan dan Studi Kelayakan yang telah dibuat. Dalam perencanaan teknis ini dijabarkan jadwal pelaksanaan konstruksi, kepastian sumber pendanaan, serta hasil konsultasi teknis dengan dinas teknis terkait. Ketentuan mengenai Rencana Rinci ini terdapat pada Lampiran VI dari Permen PUPR No. 27/ Pelaksanaan: a. Pelaksanaan untuk pengembangan penyelenggaraan SPAM terdiri dari; pengadaan, pembangunan, manajemen mutu dan pemanfaatan. b. Sistem manajemen mutu dilakukan sesuai dengan dokumen standar yang ditujukan untuk menjamin efektivitas ssarana dan prasarana SPAM JP. 3. Pemantauan: a. Pemantauan untuk pengembangan penyelenggaraan SPAM meliputi: pendataan kinerja serta pengawasan & pengendalian kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Pendataan kinerja tersebut dilaksanakan secara berkala untuk mendapatkan data dan/atau informasi kondisi dan kinerja SPAM yang dilakukan sesuai dengan dokumen standar pendataan kinerja. b. Ketentuan mengenai dokumen standar pendataan kinerja dijabarkan pada Lampiran VIII dari Permen PUPR No. 27/ Evaluasi: a. Evaluasi untuk pengembangan penyelenggaraan SPAM terdiri dari: evaluasi teknis evaluasi keuangan penyelenggara SPAM, evaluasi kelembagaan dan sumber daya manusia, serta evaluasi pelayanan Air Minum. b. Ketentuan dokumen standar evaluasi terdapat pada Lampiran IX dari Permen PUPR No. 27/2016 Skema KPBU digunakan apabila berdasarkan Studi Kelayakan, aspek finansial dan sumber pembiayaan menunjukkan perlunya Dukungan Pemerintah. Pemberian Dukungan Pemerintah ini diatur dalam Peraturan Menteri PUPR No. 19 Tahun 2016 Tentang Pemberian Dukungan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah Dalam Kerjasama Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum. Dukungan Pemerintah tersebut di atas dapat berupa dukungan fiskal maupun dukungan non fiskal dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah. Dukungan fiskal dapat berupa: dukungan kelayakan (viability gap fund) dan/atau insentif perpajakan, serta dukungan fiskal lainnya yang meliputi beberapa kemungkinan sebagai berikut: subsidi, hibah, penerushibahan, pinjaman, penerusan pinjaman, penyertaan modal negara, penyertaan modal daerah dan penggantian biaya penugasan. Sedangkan dukungan non fiskal dapat meliputi: bantuan infrastruktur, ketersediaan lahan, perizinan,, serta bentuk lain sesuai dengan kewenangan Pemeirntah Pusat / Pemerintah Daerah. Selain Dukungan Pemerintah di atas, Pemerintah Pusat, melalui Menteri Keuangan dan/atau Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur, dapat memberikan Jaminan Pemerintah kepada Badan Usaha Pelaksana (yang melakukan kontrak kerjasama dengan Penyelenggara SPAM) terhadap risiko politik, risiko permintaan, perubahan hukum, serta kegagalan bayar dan/atau operasi dan pemeliharaan termasuk konektivitas. 22

23 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) A Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 5 Tahapan Pengembangan Penyelenggaraan SPAM dan KPBU Tahapan Pengembangan Penyelenggaraan SPAM dan Skema KPBU Berdasarkan hasil kajian finansial dan sumber pembiayaan lebih sesuai untuk diadakan sendiri (atau skema B2B) Rencana Teknis Terinci Pelaksanaan Pemantauan Evaluasi Studi Kelayakan Hasil VFM: pengadaan oleh penyelenggara Sistem Manajemen Mutu Pendataan kinerja Manajemen kontrak Standar evaluasi Tim/Komite Pemantauan Berdasarkan hasil kajian finansial dan sumber pembiayaan lebih sesuai untuk diadakan melalui skema KPBU (butuh Dukungan Pemerintah) Studi Pendahulu-an Hasil VFM: pengadaan oleh KPBU Kajian Kebutuhan Kajian Kriteria Kepatuhan Kajian Value for Money Kajian Potensi Pendapatan dan Skema Pembiayaan Rekomendasi & Tindak Lanjut Penyiapan Transaksi Pelaksanaan Transfer Kajian Kebutuhan &Kepatuhan Kajian Hukum & Kelembagaan Kajian Teknis Kajian Ekonomi & Komersial Kajian Lingkungan & Sosial Kajian Bentuk KPBU Kajian Risiko Kajian Dukungan / Jaminan Pemerintah Masa Perjanjian Kerjasama KPBU Pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU Penandatangan Perjanjian Kerjasama Dukungan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daearah Akhir Masa Perjanjian Kerjasama KPBU 23

24 KPBU di Sektor SPAM KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha adalah kerjasama antara pemerintah daerah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum, dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Kepala Daerah selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK), yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha. KPBU merupakan bagian dari Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Pihak yang berkontrak dengan Badan Usaha sehubungan dengan KPBU ini disebut dengan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK). PJPK adalah Kepala Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah sebagai penyedia atau penyelenggara infrastruktur berdasarkan peraturan perundang-undangan. pengadaan barang melalui APBD, KPBU tidak hanya sekedar pengadaan fasilitas infrastruktur namun berfokus pada kuantitas dan kualitas layanan publik yang disediakan selama berlangsungnya pengoperasian fasilitas infrastruktur tersebut berdasarkan perjanjian KPBU. Kunci dari efisiensi dan efektivitas tersebut di atas adalah alokasi risiko yang optimal antara Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha. Untuk mencapai hal itu, risiko-risiko infrastruktur harus dialokasikan pada pihak yang paling mampu memitigasi, mengendalikan atau pun menyerap risiko-risiko tersebut. Sebagai contoh, risiko konstruksi dialokasikan pada Badan Usaha, namun risiko perubahan regulasi dialokasikan pada Pemerintah Daerah. B 1 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Pengertian KPBU Yang dimaksud dengan Penyediaan Infrastruktur adalah kegiatan yang meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur dan/atau kegiatan pengelolaan infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur Namun berbeda dengan 24

25 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan B 2 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Kerangka Regulasi KPBU Proses KPBU mengikuti proses KPBU seperti yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Tata cara pelaksanaan KPBU diatur oleh: Peraturan Menteri PPN / Kepala Bappenas No. 4 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan LKPP No. 19 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan Menteri Keuangan No. 223/PMK.011/2012 Tentang Pemberian Dukungan Kelayakan Atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan Menteri Keuangan No. 170/PMK. 08/2015 Tentang Perubahan Atas PMK No. 143/PMK.011/2013 Tentang Panduan Pemberian Dukungan Kelayakan Atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek KPBU Dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan Menteri Keuangan No. 143/PMK.011/2013 Tentang Panduan Pemberian Dukungan Kelayakan Atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Dukungan Pemerintah atas proyek KPBU melalui pembayaran ketersediaan layanan diatur oleh: Peraturan Menteri Keuangan No. 190/PMK.08/2015 Tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 96 Tahun 2016 Tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Di Daerah Dukungan Pemerintah berupa Penjaminan Infrastruktur di atur dengan: Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2010 Tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur Peraturan Menteri Keuangan No. 260/PMK.011/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek KerjasamaPemerintah Dengan Badan Usaha Dukungan Pemerintah berupa Dukungan Kelayakan di atur dengan: 25

26 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Dukungan kepada PJPK untuk penyiapan dan pelaksanaan transaksi KPBU diatur dengan: Peraturan Menteri Keuangan No. 129/PMK.08/2016 Tentang Perubahan Atas PMK No. 265/PMK.08/2015 Tentang Fasilitas Dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan Menteri Keuangan No. 265/PMK.08/2015 Tentang Fasilitas Dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah Dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan Sektor Air Minum: Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan Peraturan Pemerintah No. 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan Sumber Daya Air Peratruran Pemerintah No. 122 Tahun 2015 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 19 Tahun 2016 Tentang Dukungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam Kerjasama Penyelenggaraan SPAM Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 25 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri oleh BadanUsaha Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan SPAM Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 1 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air Dan Penggunaan Sumber Daya Air Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas No. 6 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Penyusunan Daftar Rencana Proyek Infrastruktur Infrastruktur Prioritas: Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas Pengadaan Tanah diatur dengan: Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah: Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 96 Tahun 2016 Tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Di Daerah Daftar rencana infrastruktur: 26

27 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan B 3 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Siklus KPBU Siklus KPBU dimulai dari fase perencanaan hingga akhir kontrak kerjasama antara PJPK dengan Badan Usaha Pelaksana. Fase perencanaan meliputi pembuatan studi pendahuluan yang memuat identifikasi proyek infrastruktur, prioritisasi proyek, uji kelayakan KPBU, konsultasi publik dan kajian-kajian awal terkait pengadaan lahan dan dampak lingkungan. Fase ini dilanjutkan dengan fase penyiapan. Fase penyiapan dimulai dengan penganggaran dan pembentukan tim teknis. Selain itu PJPK dapat pula mengadakan tim konsultan (Badan Usaha Penyiapan) sebagai pendamping tim teknis (Tim KPBU) dalam menyiapkan proyek KPBU. Hasil akhir dari fase penyiapan ini adalah dokumen kajian awal pra-studi kelayakan Berdasarkan dokumen ini PJPK dapat memilih untuk lanjut pada fase transaksi. Fase ini dimulai dengan pembentukan tim pengadaan yang dapat didampingi oleh tim konsultan pendamping transaksi. Tim ini bertugas untuk menyiapkan dokumen-dokumen untuk pengadaan Badan Usaha pemenang dan melaksanakan proses pengadaannya. Di antara dokumen-dokumen tersebut adalah Kajian Akhir pra studi Kelayakan atau Final Business Case (FBC). Badan usaha pemenang yang terpilih akan membentuk Badan Usaha Pelaksana. Badan Usaha Pelaksana ini yang menandatangani kontrak dengan PJPK untuk pelaksanaan KPBU. Dalam kontrak tersebut, Badan Usaha Pelaksana akan membiayai, melakukan konstruksi, mengoperasikan fasilitas infrastruktur serta melakukan perawatan fasilitas tersebut. Aktivitas ini akan diakhiri sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerjasama. Penyerahan fasilitas infrastruktur dari Badan Usaha Pelaksana kepada PJPK dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerjasama. Tahap Perencanaan Tahap Transaksi Akhir Kontrak Kerjasama Tahap Penyiapan Tahap Implementasi 27

28 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Dalam siklus KPBU seperti diperlihatkan pada gambar di samping, Kementerian PUPR dan Bappenas dapat membantu Pemda / penyelenggara SPAM / PJPK dalam menyusun dokumen perencanaan. Apabila diputuskan untuk menggunakan skema KPBU, PJPK dapat memilih menyiapkan sendiri, atau mengusulkan untuk mendapatkan fasilitasi dari Kementerian PUPR / Bappenas (untuk proyek frontier) / KP2IP (untuk proyek prioritas); dalam menyusun kajian awal pra Studi Kelayakan. Apabila PJPK melakukan aplikasi untuk mendapatkan fasilitas penyiapan proyek dari Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur (PDPPI) Kementerian Keuangan, maka fase FBC akan dikoordinir oleh PDPPI. Adaptasi dari sumber: Kantor Bersama KPBU 28

29 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan B KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama) adalah pihak pemerintah yang berwewenang untuk membuat Perjanjian Kerjasama dengan Badan Usaha untuk penyediaan Infrastruktur melalui skema KPBU LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) adalah lembaga yang mengatur tata cara pelaksanaan pengadaan Badan Usaha KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur 4 Pemangku Kepentingan KPBU & Kantor Bersama Masyarakat yakni pihak yang terkena dampak akibat penyediaan infrastruktur dan yang akan mendapatkan layanan umum Badan Usaha yakni badan usaha yang terlibat dalam skema KPBU. Keterlibatan Badan Usaha bisa sebagai Badan Usaha Pemrakarsa, Badan Usaha Penyiapan atau Badan Usaha Pelaksana Bappenas adalah kementerian yang mengatur tata cara pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Kementerian Keuangan adalah kementerian yang berwewenang memberikan Dukungan Pemerintah berupa: dukungan fiskal untuk sebagian konstruksi (Viability Gap Fund/VGF), Jaminan Pemerintah dan Fasilitas Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi KPBU. Kementerian Dalam Negeri adalah kementerian yang membidangi urusan dalam negeri, termasuk mengatur tentang pembayaran ketersediaan layanan dalam rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur di daerah BPN (Badan Pertanahan Nasional): lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan Kementerian Lingkungan Hidup adalah kementerian yang menyelenggrakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup KP2IP (Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas) adalah komite yang dibentuk oleh Presiden untuk meningkatan koordinasi antar pemangku kepentingan untuk percepatan penyediaan infrastruktur prioritas. BUPI (Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur) adalah PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, badan usaha yang didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia dan diberikan tugas khusus untuk melaksanakan Penjaminan Infrastruktur serta telah diberikan modal berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Penjaminan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah kementerian yang membina sektor penyediaan air minum. Kementerian PUPR juga dapat memberikan fasilitasi penyiapan proyek KPBU 29

30 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Kantor Bersama dalam Siklus KPBU Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas fasilitasi pengembangan proyek KPBU, Kantor Bersama didirikan oleh para pemangku kepentingan di pemerintah pusat. Pemangku kepentingan tersebut terdiri dari: Bappenas (sekretariat), Pusat Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Keuangan, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, Kementerian Koordinator Perekonomian, Lembaga Kebijakan Pengadanaan Barang / Jasa Pemerintah (LKPP) dan Badan Kebijakan Penanaman Modal (BKPM). Kantor Bersama berfungsi sebagai pusat informasi terpadu terkait KPBU, dan pusat pendampingan terpadu dalam rangka penguatan kapasitas aparatur negara terkait pengetahuan KPBU. Kantor Bersama juga bermaksud untuk menjadi tempat pelayanan terpadu satu pintu untuk perencanaan, penyiapan serta pendampingan proyek KPBU, baik pada Kementerian/Lembaga maupun pada Pemerintah Daerah (Provinsi maupun Kabupaten/Kota). Selain itu keberadaan Kantor Bersama diharapkan bisa menciptakan alur koordinasi antar simpul KPBU di masing-masing Kementerian / Lembaga. 30

31 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Bappenas menyediakan fasilitasi studi pendahuluan dan/atau Kajian Awal Pra Studi Kelayakan. Dalam memberikan fasilitasi Kajian Awal Pra Studi Kelayakan, Bappenas dapat berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian dan BKPM Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur (PDPPI) Kemenkeu menyediakan fasilitas pendampingan transaksi, termasuk finalisasi FBC. Selain itu PDPPI juga memproses Dukungan Kelayakan (VGF) dan dapat berperan sebagai co-guarantor bersama PT PII. PDPPI juga berperan bersama dengan PT PII dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan KPBU yang beri penjaminan pemerintah. LKPP berperan dalam kebijakan pengadaan Badan Usaha pemenang lelang. Selain itu, pengadaan Badan Usaha Penyiapan oleh PJPK juga dilakukan berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh LKPP. PT PII berperan dalam pemberian Penjaminan Infrastruktur. Selain itu, bersama-sama dengan Bappenas dan Kemendagri, PT PII memberikan sosialisasi dan konsultasi KPBU. PT PII juga menjadi pendamping BKPM dalam menyediakan publikasi terkait KPBU. Kemenko Perekonomian memfasilitasi de-bottlenecking dan koordinasi proyek KPBU. Untuk proyek strategis dan prioritas, fungsi ini dilakukan oleh KP2IP, sedangkan proyek KPBU lainnya oleh Deputi 6 Kemenko. BKPM berperan melakukan publikasi KPBU dan interaksi dengan calon-calon investor KPBU. 31

32 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Sesuai dengan amanat UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah melaksanakan Urusan Pemeirntahan Wajib berkaitan dengan Pelayanan Dasar yang meliputi antara lain pekerjaan umum dan penataan ruang. Sistem penyediaan air minum merupakan bagian dari lingkup tersebut. Dalam menjalankan urusan tersebut, prinsip yang harus dianut oleh Pemerintah Daerah adalah: akuntabilitas, efisiensi, eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. Selain itu, penyelenggaraan urusan Pemerintah Wajib tersebut juga harus berpedoman pada standar pelayanan minimal. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat mengadakan kerjasama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik. Prinsip kerjasama tersebut adalah: efisiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, kepentingan nasional, persamaan kedudukan, transparansi, keadilan, dan kepastian hukum. Obyek kerjasama tersebut dapat berupa penyediaan pelayanan publik. Kerjasama tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama. keterbukaan; akuntabilitas; perlakuan khusus bagi kelompok rentan; ketepatan waktu; dan kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan. Penyelenggara pelayanan publik dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk penyerahan sebagian tugas penyelenggaraan pelayanan publik dengan ketentuan Perjanjian Kerjasama penyelenggaraan pelayanan publik yang dituangkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik tersebut didasarkan pada standar pelayanan. Kerjasama Pemerintah Daerah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut sebagai KPBU adalah kerjasama antara Pemerintah Daerah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak. Prinsip KPBU: kemitraan, kemanfaatan, bersaing, pengendalian dan pengelolaan risiko, efektif dan efisien. B 5 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Prinsip-prinsip Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Penyediaan infrastruktur SPAM merupakan bagian dari kegiatan pelayanan publik yang merupakan tugas Pemeirntah Daerah sebagai penyelenggara pelayanan publik. Dalam penyediaannya, asas-asas yang harus dipenuhi adalah: kepentingan umum; kepastian hukum; kesamaan hak; keseimbangan hak dan kewajiban; keprofesionalan; partisipatif; persamaan perlakuan; 32

33 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Implementasi skema KPBU akan dapat berjalan dengan lancar apabila fungsifungsi secara efektif tersedia. Fungsi-fungsi itu adalah: perumusan kebijakan, sinkronisasi & koordinasi, pengawasan & evaluasi, serta pemasaran & informasi. Untuk menyediakan fungsi-fungsi ini, Kepala Daerah dapat memberdayakan Bapeda maupun TKKSD. Namun dapat pula Kepala Daerah membentuk Simpul KPBU untuk keperluan tersebut. Dalam pelaksanaan penyiapan proyek KPBU, Kepala Daerah perlu membentuk Tim Teknis / KPBU. Fungsi dari ini adalah: melakukan kegiatan penyiapan kajian awal prastudi kelayakan dan (pada fase transaksi) kajian akhir prastudi kelayakan; memastikan terlaksananya kegiatan fase penyiapan (dan transaksi) KPBU hingga pemenuhan pembiayaan (financial close), menyampaikan laporan berkala kepada Kepala Daerah / Direktur BUMD (sebagai PJPK) secara langsung atau pun melalui simpul KPBU (bila ada), serta melakukan koordinasi dengan pelaksana fungsi-fungsi di atas (atau simpul KPBU bila ada) dalam pelaksanaan tugasnya. Perumusan Kebijakan Perumusan kebijakan pemilihan modalitas penyediaan infrastruktur Perumusan prosedur perencanaan, penyiapan, transaksi dan pelaksanaan KPBU Sinkronisasi dan Koordinasi Pengawasan dan Evaluasi Pemasaran dan Informasi Sinkronisasi kebijakan dan prosedur penyediaan infrastruktur di internal lingkungan Pemerintah Daerah dan dengan instansi di luar Pemerintah Daerah Koordinasi dengan instansi terkait: pemangku kepentingan di Kantor Bersama KPBU, BPN, instansi sektor terkait, instansi daerah (dinas,, BKAD, DPRD) Pengawasan pelaksanaan perencanaan, penyiapan, transaksi dan pelaksanaan KPBU oleh tim KPBU, tim pengadaan, konsultan/penasihat penyiapan dan/atau transaksi KPBU Evaluasi pelaksanaan perencanaan, penyiapan, transaksi dan pelaksanaan KPBU oleh tim KPBU, tim pengadaan, konsultan/penasihat penyiapan dan/atau transaksi KPBU Penetapan strategi pemasaran dan informasi terkait KPBU di internal Pemerintah Daerah/PJPK dan kepada pihak eksternal Pelayanan informasi kepada calon investor (badan usaha dan pemberi pinjaman) dan masyarakat Dapat berkoordinasi dengan Kantor Bersama KPBU 33

34 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Pembayaran Ketersediaan Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha Permendagri No. 96 Tahun 2016 mengatur tentang pembayaran ketersediaan layanan dalam rangka Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Usaha (KPDBU) dalam penyediaan infrastruktur di daerah. Yang dimaksud dengan Pembayaran Ketersediaan Layanan adalah pembayaran secara berkala oleh Kepala Daerah atau Direksi BUMN/BUMD selaku penyelenggara SPAM - selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) kepada Badan Usaha Pelaksana (BUP) atas tersedianya layanan infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPDBU. Tujuan dari Pembayaran Ketersediaan Layanan ini adalah untuk memastikan ketersediaan layanan yang berkualitas kepada masyarakat secara berkesinambungan, yang dihasilkan dari penyediaan infrastruktur, dalam hal ini SPAM JP, serta mengoptimalkan nilai guna dari APBD atau anggaran BUMN/BUMD penyelenggara SPAM - (Value for Money) untuk penyediaan layanan. Prinsip dari KPDBU dengan skema ini adalah bahwa Pembayaran Ketersediaan Layanan ini dilakukan dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah, kesinambungan fiskal, pengelolaan risiko fiskal, dan ketepatan sasaran penggunaannya. Dalam konteks BUMN/BUMD sebagai penyelenggara SPAM JP, maka yang dimaksud adalah kemampuan, kesinambungan, dan pengelolaan risiko keuangan BUMN/ BUMD. Selain itu pengadaan BUP dilakukan melalui pemilihan yang adil, terbuka, transparan, dan memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat. Pembayaran Ketersediaan Layanan kepada BUP dilakukan dengan kriteria : (1) penyediaan infrastruktur yang memiliki manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat; dan (2) pengembalian investasi dalam rangka penyediaan infrastruktur tidak diperoleh dari pembayaran Badan Usaha atau penggunaan layanan melalui tariff. Waktu pembayaran ketersediaan layanan dilakukan setelah infrastruktur selesai dibangun dan siap beroperasi serta memenuhi output dan indikator kinerja yang dimuat dalam Perjanjian Kerjasama (KPDBU). Tahapan KPDBU terdiri dari: perencanaan, penyiapan dan transaksi, pelaksanaan dan pengakhiran perjanjian KPDBU. Untuk masing-masing tahapan, PJPK, atau BUMN/BUMD dalam hal sebagai penyelenggara SPAM JP, melakukan penganggaran yang diperlukan. Penganggaran ini dilakukan melalui mekanisme BUMN/BUMD. Detil tahapan KPDBU sama dengan KPBU, yaitu seperti yang dijabarkan pada bagian berikutnya dari buku pedoman supervisi teknis ini. B 6 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Pembayaran Ketersediaan Layanan 34

35 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan B 7 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Dukungan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah Dukungan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah (DPP) untuk sektor SPAM diatur melalui Peraturan Menteri PUPR No. 19 Tahun DPP ini terdiri dari: 1. Kontribusi fiskal dan/atau bentuk lainnya yang diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara sesuai dengan kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial dan efektivitas KPBU. Salah satu bentuk dari DPP ini adalah Dukungan Sebagian Biaya Konstruksi, atau yang sering disebut dengan Viability Gap Fund, yang diberikan oleh Menteri Keuangan kepada Badan Usaha Pelaksana KPBU. 2. Kontribusi fiskal dan/atau bentuk lainnya yang diberikan oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah dan/atau Menteri PUPR sesuai dengan kewenangannya. Beberapa bentuk dari DPP ini antara lain: bantuan infrastruktur, ketersediaan lahan, perizinan, diskon sewa, kebijakan, serta bentuk lain sesuai dengan kewenangan Pemeirntah Pusat / Pemerintah Daerah. 3. Jaminan Pemerintah berupa kompensasi finansial yang diberikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada Badan Usaha Pelaksana melalui skema pembagian risiko untuk proyek KPBU. Salah satu bentuk dari DPP ini adalah Penjaminan Infrastruktur yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI). Keperluan pemberian DPP untuk suatu proyek SPAM JP ditentukan pada tahap Perencanaan KPBU, yaitu dalam pembuatan Studi Pendahuluan. DPP dapat diberikan oleh Pemberi Penugasan (Pemerintah Pusat (Menteri BUMN) atau Pemerintah Daerah (Provinsi atau Kabupaten/Kota)) kepada BUMN/BUMD selaku penyelenggara SPAM yang akan berperan sebagai PJPK dalam KPBU. Namun DPP juga dapat diberikan oleh kementerian / lembaga pemerintah, atau institusi selain pemberi Penugasan. Berdasarkan Studi Pendahuluan (di tahap Perencanaan KPBU) dan Kajian Awal Pra-Studi Kelayakan (di tahap Penyiapan KPBU) PJPK dapat mengajukan permohonan DPP kepada pihak-pihak yang berwenang. Kajian Awal Pra- Studi Kelayakan yang telah disesuaikan merupakan salah satu dokumen yang digunakan oleh pemberi DPP dalam melakukan evaluasi dalam rangka memutuskan pemberian DPP. Pihak yang berwenang memberikan DPP akan melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap kelayakan dan jenis dukungan yang dapat diberikan dengan mengikuti tata cara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 35

36 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan B 8 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan DPP Konstruksi Dari Menteri PUPR Apabila kelayakan finansial dari suatu proyek KPBU tidak memadai, maka PJPK dapat merencanakan agar proyek tersebut mendapatkan DPP. Salah satu DPP yang dapat dipertimbangkan adalah dukungan konstruksi seperti yang pernah diberikan pada Proyek KPBU SPAM Jawa Timur. Ketika membuat Studi Pendahuluan, Pemerintah Daerah / penyelenggara SPAM / PJPK melakukan kajian finansial dan analisa risiko untuk menentukan lingkup kerjasama, alokasi risiko & mitigasi dan keperluan DPP. Suatu kerjasama akan dilakukan melalui mekanisme KPBU apabila membutuhkan adanya DPP. Surat permohonan DPP konstruksi dapat diajukan kepada Menteri PUPR, cq. Dirjen Cipta Karya, dengan melampirkan dokumen Studi Pendauluan, Kajian Awal Pra Studi Kelayakan dan dokumendokumen pendukung lainnya. Penerbitan DPP ini dilakukan sebelum tahap transaksi, paling lambat sebelum dokumen pengadaan diterbitkan. Kebutuhan DPP ini sudah mempertimbangkan masukan dari peserta pengadaan, melalui market sounding, namun tetap menjaga keseimbangan hubungan kerjasama pemerintah dengan Badan Usaha. Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan dukungan konstruksi adalah status Barang Milik Negara. Dalam hal dukungan konstruksi diberikan oleh Pemerintah Daerah, maka statusnya adalah Barang Milik Daerah. 36

37 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Dukungan Pemerintah yang dapat diberikan melalui Menteri Keuangan untuk Proyek KPBU terdiri dari: Dana Penyiapan Proyek, Dana Dukungan Kelayakan dan Penjaminan Infrastruktur. Dana Penyiapan Proyek (Project Development Fund (PDF)) adalah fasilitas yang dapat digunakan oleh PJPK untuk membiayai penyiapan kajian akhir pra studi kelayakan dan pendampingan transaksi sebagaimana diatur dalam PMK 265/2015 dan PMK 129/2016. Sedangkan Dana Dukungan Kelayakan (Viability Gap Fund (VGF)) adalah kontribusi Pemerintah Pusat atas sebagian biaya konstruksi dalam rangka meningkatkan kelayakan finansial proyek KPBU sebagaimana diatur dalam PMK 223/2012 dan PMK 143/2013. Penjaminan Infrastruktur diberikan oleh Menteri Keuangan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur, untuk meningkatkan kelayakan kredit dari proyek KPBU sebagaimana diatur melalui Perpres 78/2010 dan PMK 260/2010. Untuk mendapatkan fasilitas PDF, PJPK mengajukan usulan terkait hal tersebut kepada Menteri Keuangan sesuai dengan persyaratan yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila permohonan ini disetujui, Menteri Keuangan akan menerbitkan Persetujuan Fasilitas dan berdasarkan hal tersebut PJPK dan Menteri Keuangan cq Dirjen PPR menandatangani Kesepakatan Induk dalam rangka Penyediaan dan Pelaksanaan Fasilitas. Setelah itu PJPK akan menandatangani Perjanjian Pelaksanaan Fasilitas dengan Direktur PDPPI atau BUMN yang diberi penugasan oleh Menteri Keuangan cq Dirjen PPR. Fasilitas yang diberikan meliputi: 1. Fasilitas Penyiapan Proyek a. Penyiapan Kajian Akhir Pra Studi Kelayakan b. Penyiapan kajian dan / atau dokumen pendukung Kajian Akhir Pra Studi Kelayakan 2. Fasilitas Pendampingan Transaksi a. Pelaksanaan pengadaan Badan Usaha b. Pelaksanaan penandatangan Perjanjian KPBU c. Perolehan pembiayaan untuk proyek KPBU (financial close) Dalam pelaksanaan fasilitas, Tim KPBU dan Tim Pengadaan PJPK bekerjasama dengan konsultan pendamping yang diadakan melalui PDF dalam menyiapkan dokumendokumen yang diperlukan dan melakukan pengadaan Badan Usaha. VGF dapat diberikan pada proyek KPBU yang: 1. Layak secara ekonomi namun tidak layak secara finansial 2. Menggunakan prinsip pengguna membayar (user pay principle) 3. Total biaya investasi minimal Rp 100 miliar 4. Badan usaha pemenang ditetapkan oleh PJPK melalui proses lelang yang terbuka dan kompetitif B 9 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan DPP Dari Menteri Keuangan untuk Proyek KPBU Usulan untuk mendapatkan VGF disampaikan oleh PJPK kepada Menteri Keuangan. Dalam rangka pemberian VGF Menteri Keuangan membentuk Komite Dukungan Kelayakan yang: (1) akan mengusulkan anggaran Dukungan Kelayakan kepada Menteri Keuangan untuk dialokasikan sesuai dengan mekanisme APBN, (2) mengevaluasi setiap usulan dan laporan dalam rangka pemberian Dukungan Kelayakan, dan (3) memberikan rekomendasi kepada Menteri Keuangan berdasarkan hasil evaluasi untuk pemberian Dukungan Kelayakan. 37

38 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Penjaminan Pemerintah yang diberikan oleh Pemerintah Pusat melalui Menteri Keuangan, dilakukan dengan mekanisme Single Window Policy. Yang dimaksud adalah, usulan terhadap Penjaminan Pemerintah diajukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI) yang didirikan oleh Menteri Keuangan untuk keperluan pemrosesan dan pemberian penjaminan tersebut. BUPI tersebut adalah PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII). Jenis penjaminan yang diberikan adalah Penjaminan Infrastruktur. Penjaminan Infrastruktur adalah pemberian jaminan atas Kewajiban Finansial PJPK yang dilaksanakan berdasarkan Perjanjian Penjaminan. Kewajiban Finansial tersebut adalah kewajiban untuk membayar kompensasi finansial kepada Badan Usaha Pelaksana atas terjadinya Risiko Infrastruktur yang menjadi tanggung jawab PJPK sesuai dengan Alokasi Risiko sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Kerjasama KPBU. Alokasi Risiko adalah distribusi Risiko Infrastruktur kepada pihak yang paling mampu mengelola, mengendalikan, atau mencegah terjadinya Risiko Infrastruktur, atau menyerap Risiko Infrastruktur. appraisal, PT PII akan menerbitkan Letter of Intent yang dapat dilampirkan pada draft RFP oleh PJPK. Proses selanjutnya adalah structuring, yang antara lain meliputi aktivitas one-on-one meeting dengan peserta tender. Proses structuring ini diakhiri dengan penerbitan In Principle Approval yang akan dilampirkan pada rancangan akhir dokumen RFP. Penandatangan Perjanjian Penjaminan dilakukan pada saat atau setelah penandatanganan Perjanjian KPBU antara PJPK dengan pemenang lelang. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan penjaminan. Periode Konsultasi & Panduan Penyampaian Screening Form kpd PT PII Proses Screening Penandatangan Perjanjian Penjaminan dilakukan bersamaan atau setelah penandatanganan Perjanjian Kerjasama KPBU. Untuk melakukan pengawasan dan pengendalian jaminan pemerintah, komite pemantauan bersama (joint monitoring committe) dibentuk oleh PT PII/Kementerian Keuangan, PJPK dan Badan Usaha Pelaksana. Komite ini berfungsi hingga akhir periode perjanjian penjaminan. Apabila PJPK telah memutuskan untuk masuk pada Tahap Penyiapan Proyek KPBU, PJPK dapat melakukan konsultasi kepada PT PII terkait dengan kebutuhan penjaminan. Hal tersebut umumnya akan ditindaklanjuti dengan pemberian screening form untuk diisi oleh Tim KPBU PJPK sebagai dasar untuk proses screening dan penerbitan confirmation to proceed dari PT PII. Setelah proses Pra- Kualifikasi dilakukan oleh PJPK, PJPK dapat menyampaikan Usulan Penjaminan. PT PII kemudian melakukan appraisal atas Usulan Penjaminan tersebut. Setelah Penerbitan Confirmation to Proceed Penerbitan Letter of Intent Draft final Perjanjian Penjaminan Penyampaian Usulan Penjaminan Periode Structuring Penandatangan Perjanjian Penjaminan Periode Appraisal Penerbitan In Principle Approval Pelaksanaan Penjaminan 38

39 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan B 10 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Contoh Pelaksanaan KPBU SPAM Jaringan Perpipaan Proyek KPBU SPAM Kabupaten Tanggerang Proyek KPBU SPAM Kabupaten Tanggerang merupakan proyek KPBU pertama yang menggunakan dasar hukum Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur yang kini telah diganti dengan Perpres 38 / Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) telah membukukan lesson learned dari proyek KPBU ini dalam Model Percepatan Layanan Penyediaan Air Minum Perkotaan: Best Practice KPS SPAM Kabupaten Tanggerang pada tahun Latar belakang dari proyek tersebut adalah kondisi cakupan layanan air minum PDAM Kabupaten Tanggerang yang hanya sebesar 11%. Selain itu, pelayanan umum tersebut belum memenuhi standar pelayanan kualitas, kuantitas dan kontiunitas. Tantangan yang dihadapi oleh PDAM tersebut antara lain adalah: perizinan, keterbatasan air baku, inefisiensi produksi & energi, non revenue water yang tinggi, serta permasalahan hutang yang cukup besar. Berdasarkan keadaan ini PDAM tersebut kemudian mengusulkan kepada Pemda untuk dapat bekerjasama dengan badan usaha untuk penyelenggaraan air minum di daerah yang belum dilayani oleh PDAM. Bupati Tanggerang kemudian mendisposisikan rekomendasi tersebut kepada SKPD terkait, yaitu Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD), untuk menyusun rencana kerja proyek KPBU SPAM Kabupaten Tanggerang. BPMD mengundang PDAM dan BPPSPAM dalam pembuatan rencana tersebut. Di samping itu, pada tahun 2005 hingga 2007, Kabupaten Tanggerang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) muntaber akibat konsumsi air yang terkontaminasi bakter E.Coli. Dinas Kesehatan pun merekomendasikan perbaikan lingkungan kawasan perumahan, termasuk penyediaan air minum sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan. Sebenarnya proyek ini telah diwacanakan pula dalam Indonesia Infrastructure Conference and Exhibition 2005 (IICE 2005) dan diinformasikan sebagai rencana proyek KPBU pada Infrastructure Summit Proyek ini pun dianggap penting untuk meningkatkan ekonomi kawasan sehingga masuk dalam Inpres No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus Ekonomi Proyek KPBU Kabupaten Tanggerang memiliki lingkup pembangunan intake, IPA, serta jaringan transmisi dan distribusi. Proyek tersebut direncanakan akan memanfaatkan 900 liter/detik debit air baku dari sungai Cisadane dan Ciujung. Periode perjanjian kerjasama berdurasi 25 tahun. Bupati Tanggerang membentuk tim yang ditugaskan untuk menyiapkan proyek kerjasama dan menyeleksi badan usaha sesuai dengan Perpres 67/2005 serta mamfasilitasi badan usaha dalam melaksanakan proyek sesuai dengan perjanjian. Tim tersebut diketuai oleh Sekretaris Daerah dan beranggotakan lintas SKPD yang meliputi unsur: Bapeda, Dinas PU Bina Marga dan Pengairan, Biro Hukum, Dinas Tata Ruang BPMD, BLHD, BKAD, serta melibatkan PDAM. 39

40 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Pelatihan dan pendampingan digunakan untuk meningkatkan kapasitas tim dalam menyelenggarakan proyek KPBU, mulai dari perencanaan, penyiapan, transaksi hingga pelaksanaan. Selain itu, untuk mengoptimalkan peran masyarakat, konsultasi publik dilakukan dalam rangka mendapatkan masukan terhadap rencana Pemda tersebut. Dalam konsultasi publik tersebut dijelaskan bahwa keterbatasan pelayanan air minum dapat diatasi dengan kerjasama dengan badan usaha tanpa memberatkan masyarakat. Dipastikan pula bahwa air yang mengaliri rumah masyarakat bukan lagi sekedar bersih namun dapat langsung diminum. Masyarakat mendukung rencana tersebut. Lembagalembaga swadaya masyarakat pun diyakinkan bahwa kekuatiran mengenai kerugian-kerugian yang mungkin terjadi telah masuk dalam pertimbangan dan akan dihindarkan. Dukungan masyarakat pada gilirannya meningkatkan keyakinan bahwa proyek KPBU yang akan dilaksanakan tidak akan memberatkan tetapi justru meningkatkan perekonomian dan kesehatan masyarakat. Investor pun akan yakin dan fokus untuk turut serta mewujudkan hal tersebut. Selain dukungan masyarakat, proyek ini juga mendapatkan dukungan dari DPRD setempat, meskipun prosesnya panjang. Berdasarkan UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, DPRD memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. Penyusunan Pra-FS dilakukan oleh tim dengan pendampingan dari BPPSPAM. Aspek-aspek yang ditinjau meliputi: teknis, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, kelembagaan dan finansial. Ketika proses lelang diumumkan, sebanyak 15 perusahaan / konsorsium menyatakan minat. Namun hanya 4 yang lolos persyaratan teknis dan non teknis, yaitu: PT Tirta Bangun Pacibaja, Acuatico Capitalinc, Asian Utilities Pte. Ltd dan PT Dextam Contractors. Keempat perusahaan tersebut lolos prakualifikasi dan dapat mengajukan penawaran. Namun hanya dua yang akhirnya memasukan penawaran. Berdasarkan pertimbangan bahwa mengulangi proses pengadaan badan usaha akan memakan waktu yang panjang, maka Bupati menyurati Menteri Pekerjaan umum untuk mendapatkan rekomendasi, yang akhirnya meneruskan surat tersebut kepada LKPP untuk mendapatkan masukan dan pertimbangan lebih lanjut. Demi pelayanan kepada masyarakat, LKPP menyarankan untuk meneruskan proses tender. Tim pengadaan badan usaha akhirnya melanjutkan proses lelang dan menetapkan Acuatico Capitalinc sebagai pemenang tender. Pertimbangan harga air termurah dengan standar pelayanan kualitas dan kontinunitas adalah yang menjadi penentu pemilihan pemenang. Setelah menjadi pemenang, Acuatico Capitalinc membentuk PT Aetra Air Tanggerang (PT AAT). PT AAT, pemda dan BPPSPAM menyusun draft perjanjian kerjasama dengan tujuan untuk pencapaian pelayanan air minum berkualitas yang tidak memberatkan masyarakat, tetapi juga mencukupi hak-hak investor untuk mendapatkan keuntungan yang wajar. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa pengambilan air baku sebesar 350 l/det dari sungai Cisadane dan 550 l/det air curah dari PDAM Serang yang mengambil dari sungai Ciujung. Namun akhirnya dilakukan amandemen sehingga PT AAT memgambil air baku sebesar 550 l/det yang bisa didapatkan dari sungai Cisadane atau pun sungai Ciujung. Dirjen SDA akhirnya menerbitkan SIPA 550 l/det untuk PT AAT. Pada saat itu, pihak perbankan masih ragu untuk terlibat dalam pendanaan proyek KPBU. Akhirnya pendanaan dilakukan dengan 100% ekuitas, yaitu sekitar Rp. 580 milyar. Saat ini PT AAT telah beroperasi dengan baik dan menjadi salah satu perusahaan air minum dengan tingkat kehilangan air terendah di dunia. Hal ini terutama karena pemanfaatan teknologi dan manajemen oleh badan usaha tersebut. 40

41 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan B 10 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Contoh Pelaksanaan KPBU SPAM Jaringan Perpipaan Proeyek KPBU SPAM Jawa Timur Skema KPBU untuk sektor SPAM telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Tanggerang. Proyek SPAM Provinsi Jawa Timur (proyek KPBU Umbulan) memiliki fitur-fitur sebagaimana dijabarkan berikut. Proyek KPBU Umbulan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi 5 (lima) wilayah Kabupaten / Kota di Propinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kabupaten Gresik serta 2 (dua) wilayah pelayanan milik Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Jawa Timur di Kawasan Industri PIER Kabupaten Pasuruan dan di Kawasan Ngoro Industri Persada (NIP) di Kabupaten Mojokerto. Lingkup proyek Umbulan adalah sebagai berikut: memanfaatkan sumber air utama dari Mata Air Kolam Utama Mata Air Umbulan dan sumber-sumber lain di sekitarnya sebagai sumber tambahan. Transmisi air minum curah direncanakan menggunakan pipa transmisi sepanjang meter ke 16 (enam belas) titik penyadapan yang tersebar di 5 (lima) wilayah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur. Total biaya investasi dalam pengembangan Proyek Kerja Sama ini adalah Rp. 2 triliun, sudah termasuk biaya konstruksi Rp. 1.7 triliun. Bentuk kerja sama antara Badan Usaha dengan PJPK adalah Bangun Guna Serah (Build, Operate, Transfer / BOT) dengan masa konstruksi 2 (dua) tahun dan masa operasi 25 tahun. Pada akhir periode kerja sama, Proyek akan dialihkan dari Badan Usaha kepada PJPK. Tanggung Jawab Badan Usaha: design, enginering, pengadaan, pembangunan, pengoperasian, perawatan, pembiayaan dan pengalihan Fasilitas Baru dan Fasilitas Lokasi Mata Air Umbulan. Fasilitas Baru tersebut adalah sistem penyediaan air minum curah yang terdiri dari jaringan-jaringan pengambil Air Baku, fasilitas pengolahan air, stasiun-stasiun pompa, jaringan pipa transmisi, Titiktitik Pasokan, meteran-meteran air, alat monitor kualitas air, reservoir distribusi, telemetri, sistem pengontrol dan peralatan-peralatan serta fasilitas-fasilitas terkait yang membentuk Proyek, termasuk Fasilitas Intake Mata Air Umbulan. Fasilitas Baru tersebut juga meliputi setiap penambahan, perubahan, modifikasi, penggantian, atau upgrade sistem penyediaan air minum curah dan setiap benda lainnya yang ada sekarang atau yang akan datang yang dimiliki, disewa, dilisensi, atau dikuasai Badan Usaha. Kapasitas produksi yang direncanakan adalah liter per detik Tanggung Jawab Pemerintah Daerah (Pemda Jawa Timur) selaku PJPK akan memberikan hak-hak ekslusif kepada Badan Usaha dalam kaitannya dengan pembangunan dan pelaksanaan Proyek, serta menyediakan lahan proyek yang diperlukan untuk membangun dan/atau mengoperasikan Fasilitas Baru dan Fasilitas Lokasi Mata Air Umbulan. Hak dan kewajiban PJPK yang dilakukan melalui PDAB adalah: menerima pasokan Air Minum Curah, menerima tagih- 41

42 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan an dari Badan Usaha setiap akhir bulan, dan melakukan pembayaran Air Minum Curah. Meskipun demikian, PJPK akan tetap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan hak dan kewajiban PDAB tersebut. Berdasarkan penugasan dari Menteri Keuangan, PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) melakukan fasilitasi penyiapan dan transaksi proyek KPBU Umbulan. Dalam regulasi yang berlaku saat ini, peran PT SMI adalah sebagai Badan Penyiapan serta pendamping / penasihat transaksi bagi tim PJPJK. Fasilitasi tersebut meliputi: pendam-pingan terhadap PJPK dalam melaksanakan penyiapan proyek SPAM Umbulan serta penyusunan pra-studi kelayakan, penyiapan dokumen pelelangan, penjajakan minat pasar, asistensi pelaksanaan pelelangan, dan mendukung tercapainya perolehan pembiayaan (financial close). Pelaksanaan penugasan ini diatur dalam Perjanjian Pelaksanaan Penugasan antara Menteri Keuangan dengan PT SMI. Tujuan penyediaan fasilitasi tersebut adalah: pra-studi kelayakan yang memadai agar pengadaan Badan Usaha dapat diadakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai KPS; kemasan proyek dan dokumen pelelangan yang telah mempertimbangkan minat investor dan kreditur untuk berpartisipasi dalam proyek KPS; pelaksanaan pengadaan Badan Usaha yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai KPS; dukungan guna tercapainya perolehan pembiayaan (financial close). Dalam membuat pra-studi kelayakan tersebut PT SMI menggunakan jasa konsultan IFC (International Finance Corporation) hingga bulan Juli Hasil yang diserahkan pada saat itu adalah dokumen Request for Proposal, draft Perjanjian Kerja Sama dan pra-studi kelayakan; termasuk usulan struktur proyek. dan mitra lokalnya ABNR. Namun setelah kontrak mereka habis, pekerjaan kajian ini dilakukan oleh konsultan perorangan yang diadakan oleh PT SMI sendiri. Sedangkan kajian finansial dilakukan oleh IFC yang kemudian dilanjutkan oleh PT SMI bersama PJPK. Penentuan tarif dan perhitungan kebutuhan DK dilakukan oleh PT SMI dan PJPK bersama-sama. Kajian teknis dilakukan oleh dua orang staf ahli, DHV Consultant dan Mott Mc Donald Consultant. Finalisasi kajian teknis tersebut dilakukan melalui kesepakatan antara PJPK, PT SMI dan Kementerian PU. Acara Penandatanganan Perjanjian Kerjasama ini dilakukan antara Gubernur Jawa Timur selaku PJPK Proyek KPBU SPAM Umbulan dengan PT Meta Adhya Tirta Umbulan selaku Badan Usaha yang akan melaksanakan proyek tersebut. PT Meta Adhya Tirta Umbulan merupakan perusahaan yang dibentuk oleh konsorsium PT Medco Gas Indonesia dan PT Bangun Cipta Kontraktor selaku pemenang lelang. Pada saat bersamaan juga ditandatangani 3 (tiga) perjanjian turunan dalam kerjasama ini, yaitu Perjanjian Penyediaan Air Minum Curah antara Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Provinsi Jawa Timur dengan PT Meta Adhya Tirta Umbulan, Perjanjian Penjaminan Infrastruktur antara PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) ( PT PII ) dengan PT Meta Adhya Tirta Umbulan dan Perjanjian Regres antara Gubernur Jawa Timur dengan PT PII. Dalam proyek ini, pemerintah memberikan Dukungan Kelayakan sebesar Rp 818 miliar, sedangkan Badan Usaha akan bertanggung jawab menyediakan sebagian dana lainnya. Proyek yang menggunakan skema BOT (Built Operate Transfer) dengan masa konsesi 25 tahun ini, meliputi pekerjaan desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, pembiayaan sarana pengelolaan dan jaringan transmisi berkapasitas liter/detik, yang akan dilakukan oleh Badan Usaha. Kajian hukum dalam pra-studi kelayakan tersebut dilakukan oleh Norton Rose 42

43 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Perbandingan KPBU SPAM Tangerang dengan KPBU SPAM Jawa Timur Lingkup Proyek Daerah layanan KPBU SPAM Kabupaten Tangerang Pembangunan dan pengoperasian unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit pelayanan Kabupaten Tanggerang KPBU SPAM Provinsi Jawa Timur (Umbulan) Pembangunan dan pengoperasian unit air baku, dan unit produksi Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, Kawasan Industri PIER (Kab. Pasuruan) dan Kawasan Industri NIP (Kabupaten Mojokerto) Kapasitas 550 liter / detik 4000 liter per / detik PJPK Pemerintah Kabupaten Tanggerang Pemerintah Provinsi Jawa Timur Pemenang Lelang Acquatico Capitalinc Konsorsium PT Medco Gas Indonesia dan PT Bangun Cipta Kontraktor Badan Usaha Pelaksana PT Aetra Air Tanggerang PT Meta Adhya Tirta Umbulan Waktu Kerjasama 25 tahun waktu operasi 25 tahun waktu operasi Dukungan Konstruksi dan dukungan lainnya Dukungan lainnnya Pembangunan pipa dari titik offtake sampai ke distribusi utama, pembangunan instalasi pengolahan air dari Kali Rejoso dengan kapasitas 300 liter per detik, dan dukungan lainnya Dukungan Fiskal Tidak ada Dukungan Sebagian Biaya Konstruksi (Viability Gap Fund / VGF) dan Jaminan Pemerintah melalui PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia 43

44 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Gambar Skematik SPAM Umbulan Jawa Timur 44

45 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Gambar Struktur KPBU SPAM Umbulan Jawa Timur Cq. Menkeu. PENYIAPAN PROYEK PKS PEMERINTAH VGF Cq. Men PU DUKUNGAN PEMB. FISIK Perjanjian Regres PT PII Perjanjian I Konsesi PJPK dg Badan Usaha Perjanjian Penjaminan Keterangan: Dalam struktur proyek ini: o Perjanjian Konsesi mengatur hak & kewajiban PJPK dan Badan Usaha untuk BOT SPAM Umbulan tidak termasuk jual beli o Kewajiban pembayaran tarif diatur dalam Perjanjian Jual Beli Air Minum antara PDAB dan Badan Usaha o Dalam Perjanjian KPS juga diatur Jaminan PJPK kepada Badan Usaha atas gagal bayar PDAB Kapitalisasi Perjanjian II Penyediaan Air Curah antara PDAB dg Badan Usaha Perjanjian II Penyediaan Air Curah antara PDAB dan PDAM 5 PDAM Sumber: Pemerintah Provinsi Jawa Timur 45

46 KPBU Sektor SPAM Jaringan Perpipaan Contoh Progress KPBU SPAM Umbulan Jawa Timur Transaction Stage Implementation Stage Pemerintah Badan Usaha Pra Kualifik asi Dok Lelang Awal Adendum Dok Lelang I-IV 1on1 Meeting dengan Peserta Lelang Dok Lelang Final Dok Penawar an Evaluasi Penetap an Pemena ng Ttd Perj KPS Financi al Close Konstr uksi COD 2011 Feb 2012 Feb 2012 Sep Sep Nov 2015 Nov-Des Feb Jul Des Akhir 2018 PEMENANG LELANG: KONSORSIUM PT MEDCO GAS INDONESIA PT BANGUN CIPTA KONTRAKTOR Sumber: Pemerintah Provinsi Jawa Timur 46

47 Supervisi KPBU di Sektor SPAM Teknis C 1 Pedoman Supervisi Kegiatan Supervisi Supervisi yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR dilakukan mengikuti perkembangan proses perencanaan dan penyiapan proyek KPBU SPAM. Aktivitas supervisi dilakukan dengan beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Sosialisasi buku supervisi teknis pelaksanaan KPBU bidang SPAM 2. Pemantauan pelaksanaan perencanaan proyek SPAM yang terdiri dari: identifikasi, prioritisasi, uji kelayakan KPBU, konsultasi publik dan finalisasi studi pendahuluan. Supervisi teknis dilakukan dengan memeriksa apakah pertanyaan-pertanyaan kunci pada setiap proses tersebut bisa dijawab dengan baik oleh ASN di daerah. Pemerintah Daerah memiliki dasar yang kuat. Termasuk hal-hal yang bisa perlu ditindaklanjuti pada level pusat oleh Kementerian PUPR 6. Pada akhir tahap penyiapan, sebelum Pemeirntah daerah memutsukan untuk lanjut ke tahap transaksi, daftar periksa Outline Business Case digunakan untuk memastikan kecukupan dasar untuk pengambilan keputusan tersebut 7. Memberikan masukan terhadap Studi Pendahuluan agar keputusan untuk lanjut yang akan diambil oleh Pemerintah Daerah memiliki dasar yang kuat. Termasuk hal-hal yang bisa perlu ditindaklanjuti pada level pusat oleh Kementerian PUPR. 3. Memberikan konsultasi kepada ASN di daaerah terkait dengan pelaksanaan perencanaan proyek, terutama yang terkait dengan tahapan dan pertanyaanpertanyaan kunci yang terdapat dalam buku ini, bila diminta. 8. Pengaktualan catatan teknis yang bisa digunakan sebagai referensi bagi Pemerintah Daerah untuk memastikan keaktualan metodologi yang digunakan dalam Studi Pendahuluan dan Kajian Awal Pra-FS. 4. Pada akhir tahap perencanaan, sebelum Pemerintah daerah memutuskan untuk lanjut ke tahap penyiapan proyek, daftar periksa Studi Pendahuluan digunakan untuk memastikan kecukupan dasar untuk pengambilan keputusan tersebut. 5. Memberikan masukan terhadap Studi Pendahuluan agar keputusan untuk lanjut yang akan diambil oleh 47

48 Supervisi Teknis Jadwal Supervisi Teknis Kegiatan supervisi teknis seperti dijelaskan sebelumnya, akan dilakukan sesuai dengan penjadwalan sebagai berikut: 1. Sosialisasi: dilakukan secara rutin setiap bulan secara bergantian pada pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah daerah kabupaten/kota 2. Pemantauan pelaksanaan: a. Tahap perencanaa: mengikuti perkembangan tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah b. Tahap penyiapan: mengikut jadwal yang telah ditetapkan pada Studi Pendahuluan 3. Konsultasi dilakukan setiap saat dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah untuk membantu pelaksanaan perencanaan dan penyiapan proyek KPBU 4. Supervisi terhadap hasil Studi Pendahuluan dilakukan saat rancangan akhir Studi Pendahuluan telah diselesaikan oleh Pemerintah Daerah 5. Supervisi terhadap hasil kajian awal Pra-FS dilakukan saat rancangan akhir Outline Business Case telah diselesaikan oleh Tim KPBU dan Konsultan Pendamping. Pengaktualan Buku Supervisi Teknis Buku Supervisi Teknis Pelaksanaan KPBU Bidang SPAM ini perlu secara teratur diaktualkan dengan pengaturan sebagai berikut: 2. Setiap perubahan harus melalui kesepakatan tim yang ditunjuk untuk memelihara keaktualan buku 3. Perubahan dapat dilakukan pada bagian-bagian: a. Konsep KPBU: apabila terjadi perubahan regulasi maupun institusi pemangku kepentingan KPBU b. KPBU sektor SPAM: apabila terjadi perubahan regulasi terkait dengan pelaksanaan KPBU di sektor SPAM apabila telah ada proyek KPBU sesuai dengan Perpres 38/2015 yang dapat dijadikan contoh kasus KPBU c. Input-Proses-Output Perencanaan dan Penyiapan apabila terjadi perubahan Perpres 38/2015 beserta peraturan pelaksanaannya apabila diidentifikasi pertanyaan-pertanyaan kunci yang perlu diubah atau ditambahkan berdasarkan pengalaman pelaksanaan supervisi teknis d. Daftar periksa Studi Pendahuluan dan Kajian Awal Pra Studi Kelayakan Apabila terdapat perubahan kebutuhan dari pemangku kepentingan seperti Bappenas dan PDPPI Kementerian Keuangan Apabila diidentifikasi hal-hal yang perlu dipastikan bersasarkan pengalaman pelaksanaan supervisi teknis e. Catatan Teknis: Setiap ada perkembangan teknis yang dapat menjadi standar pelaksanaan bagi ASN dalam merencanakan maupun menyiapkan proyek KPBU. 1. Buku yang digunakan adalah yang telah disetujui oleh Direktorat Bina Investasi Infrastruktur (DBII) Kementerian PUPR 48

49 Supervisi Teknis C 2 Pedoman Supervisi Lingkup Buku Pedoman Supervisi Teknis Lingkup Supervisi Teknis Proses Perencanaan dan Penyiapan Gambar di samping memperlihatkan proses perencanaan dan penyiapan proyek KPBU secara umum terdiri dari dua bagian besar: level stratejik dan level proyek. Level stratejik adalah wilayah yang dikuasai oleh ASN Pemerintah Daerah (Pemda) sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan publik. Pada proses di level ini, Pemda mengidentifikasi adanya kesenjangan-kesenjangan antara target kuantitas dan kualitas pelayanan umum dengan yang terjadi di lapangan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, Pemda merumuskan pilihan-pilihan penyediaan infrastruktur. Apabila diputuskan untuk melakukan penyediaan melalui skema KPBU, maka selanjutnya adalah penyiapan untuk transaksi proyek KPBU. Sedangkan level proyek, terkait dengan penyiapan proyek KPBU, umumnya lebih dikuasai oleh Konsultan Pendamping yang lebih memiliki pengalaman dalam penyiapan proyek untuk keperluan Badan Usaha. Namun ASN tetap perlu melakukan manajemen pelaksanaan penyiapan untuk memastikan bahwa target dan standar pelayanan minimal akan terpenuhi oleh proyek KPBU tersebut. Pada proses selanjutnya adalah melakukan penilaian kelayakan skema KPBU sebagai cara untuk penyediaan jenis-jenis infrastruktur yang telah teridentifikasi sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan membandingkan cara penyediaan melalui APBD dengan melalui KPBU. Hasilnya adalah daftar proyek infrastruktur yang akan disediakan melalui KPBU maupun APBD. Pemda kemudian melakukan prioritisasi atas proyekproyek KPBU dengan mempertimbangkan keter-sediaan ruang fiskal daerah. Hasilnya adalah proyek-proyek KPBU yang ditetapkan untuk diteruskan pada tahap-tahap selanjutnya di level proyek. Pada level proyek ini, PJPK membentuk tim teknis untuk menyiapkan kajian awal prastudi kelayakan (Outline Business Case/OBC) dan kajian semi-akhir pra-studi kelayakan ( Final Business Case/FBC). Yang dimaksud dengan Final Business Case ini adalah business case yang disiapkan untuk keperluan prakualifikasi calon peserta tender. Dalam menyiapkan Kajian Awal Pra-FS maupun F BC ini, tim teknis dapat dibantu oleh tim konsultan yang bisa diadakan melalui fasilitasi Bappenas (untuk Kajian Awal Pra-FS), fasilitasi Kemenkeu (untuk Kajian Awal Pra-FS) maupun mengadakan sendiri dengan menggunakan ketentuan LKPP. Gambar tersebut juga menunjukkan titik-titik keputusan dan informasi yang dibutuhkan. Keputusan untuk lanjut dari tahap perencanaan ke tahap prioritiasi membutuhkan informasi terkait dengan kelayakan ekonomi dan kelayakan KPBU (value for money). Sedangkan pelaksanaan proses di level proyek hanya diambil apabila dapat dibuktikan bahwa proyek-proyek tersebut masuk dalam daftar prioritas. 49

50 Supervisi Teknis Tahap Kajian Awal Pra Studi Kelayakan akan berlanjut ke FBC apabila terdapat bukti bahwa terdapat respon yang baik dari pasar, yaitu ada minat dari sejumlah Badan Usaha yang memiliki kapabilitas dan dapat bersaing secara kompetitif. Sumber pendapatan Badan Usaha Pelaksana KPBU dapat berasal dari pembayaran pengguna atau dari PJPK dengan skema pembayaran ketersediaan layanan (Availability Payment / AP). Terkait AP, Permendagri No. 96 Tahun 2016 menetapkan bahwa untuk KPBU tingkat provinsi, Gubernur harus menyampaikan dokumen rencana KPBU serta proyeksi pembayaran ketersediaan layanan kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pertimbangan. Demikian halnya dengan KPBU daerah tingkat II, Bupati/Walikota harus menyampaikan dokumen rencana KPBU serta proyeksi perhitungan pembayaran ketersediaan layanan kepada Gubernur untuk mendapatkan pertimbangan. Pertimbangan-pertimbangan di atas adalah yang sehubungan dengan kesesuaian rencana KPBU tersebut dengan RPJMD, RKPD, KUA, PPAS dan kemampuan keuangan daerah. Rencana proyek KPBU yang mengikutsertakan dukungan pemerintah pusat seperti PDF dan/atau VGF, juga memerlukan mekanisme pertimbangan yang sama. LEVEL STRATEJIK LEVEL PROYEK Perencanaan Proyek Penetapan Prioritas Proyek Outline Business Case Final Business Case Keputusan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Informasi yang perlu disiapkan berdasarkan fakta di lapangan dan hasil analisis Lanjut karena masuk dalam proyek prioritas? Terdapat kebutuhan layanan publik, alternatif solusi infrastruktur, kelayakan ekonomi, kelebihan/ kekurangan KPBU, kelayakan KPBU Masuk prioritas untuk dibuat business case? Pemenuhan kriteriakriteria prioritas Terdapat indikasi badan usaha di pasar dapat, berminat untuk terlibat dalam KPBU? Respon pasar yang antusias untuk terlibat dalam KPBU, tersedia kapaiblitas yang memadai di pasar, tersedia kompetisi yang memadai di pasar Lanjut ke Prakualifikasi? (sudah mendapatkan persetujuan prinsip VGF, bila diperlukan) (sudah memberikan usulan penjaminan, bila diperlukan) 50

51 Supervisi Teknis Gambar berikut ini menunjukkan bahwa input dari keseluruhan proses adalah tanggung jawab dan kewenangan Pemda dalam pelayanan publik untuk sektor air minum. Sedangkan output dari dihasilkan dari pelaksanaan pedoman ini adalah dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk memutuskan lanjut atau tidak ke fase transaksi. INPUT Tanggung jawab dan kewenangan Pemda dalam pelayanan publik untuk sektor air minum Identifikasi Proyek Pembentukan Tim KPBU Penyusunan KAK Konsultan Penyiapan Prioritisasi Proyek Pemilihan dan Penganggaran Penyiapan Pengadaan Konsultan Penyiapan Uji Kelayakan KPBU Prioritisasi Proyek KPBU Manajemen Penyiapan Proyek KPBU Tahap Transaksi Konsultasi Publik Finalisasi Studi Pendahuluan Market Sounding Pengajuan Dukungan / Jaminan Pemerintah Dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk lanjut ke tahap transaksi proyek KPBU OUTPUT 51

52 Supervisi Teknis Target subyek supervisi teknis: SKPD / Tim Koordinasi Kerja Sama antar Daerah: q Identifikasi proyek Infrastruktur q Penyusunan prioritas proyek infrastruktur q Penilaian kelayakan proyek infrastruktur dengan skema KPBU Daerah q Pemberian saran terhadap proses pemilihan pihak ketiga q Penyiapan kerangka acuan / proposal objek kerja sama daerah q Pembuatan dan penilaian proposal dan studi kelayakan Simpul KPBU (bila ada): q Perumusan kebijakan pemilihan modalitas penyediaan infrastruktur q Perumusan prosedur perencanaan, penyiapan, transaksi dan pelaksanaan KPBU q Koordinasi dengan instansi terkait q Pengawasan pelaksanaan perencanaan dan penyiapan KPBU q Evaluasi pelaksanaan perencanaan, penyiapan KPBU q Penetapan strategi pemasaran dan informasi terkait KPBU q Pelayanan informasi kepada calon investor dan masyarakat Tim KPBU / Tim Teknis: q Manajemen Penyiapan Proyek KPBU q Penyusunan KAK untuk konsultan/penasihat penyiapan dan/atau transaksi q Melakukan pengawasan dan evaluasi pekerjaan konsultan penyiapan q Membantu koordinasi (simpul KPBU) dengan pemberi fasilitas penyiapan dan/atau transaksi KPBU 52

53 INPUT PROSES OUTPUT TAHAP PERENCANAAN Perencanaan proyek KPBU dilakukan setelah hasil Studi Kelayakan dan kajian sumber pembiayaan menurut Permen PUPR No. 27/2016. Pada halaman 20 dari buku pedoman supervisi teknis ini digambarkan diagram alur Proses Dasar Manajemen penyelenggaraan SPAM dan proses dalam siklus KPBU. Studi Kelayakan dilakukan untuk menilai tingkat kelayakan suatu usulan pembangunan SPAM di suatu wilayah pelayanan. Usulan ini harus mengacu pada Rencana Induk SPAM yang telah ditetapkan. Sedangkan ketentuan mengenai Studi Kelayakan terdapat pada Lampiran V Permen PUPR tersebut di atas. Buku panduan supervisi teknis ini menganjurkan agar kajian kelembagaan, finansial dan sumber pembiayaan dalam tahap perencanaan Proses Dasar Manajemen Pengembangan SPAM JP juga meliputi penilaian skenario apakah pengembangan ini dilakukan dengan: (1) menggunakan anggaran BUMN/BUMD sendiri sebagai penyelenggara SPAM JP, (2) menggunakan anggaran BUMN/BUMD sebagai penyelenggara SPAM JP dengan Badan Usaha melalui kerjasama business-to-business, atau (3) menggunakan anggaran BUMN/BUMD dan/atau Badan Usaha melalui skema KPBU dengan Dukungan Pemerintah. Apabila hasil penilaian tersebut menghasilkan pilihan skema KPBU, maka tahapan input-proses-output pada bagian selanjutnya harus dilakukan oleh BUMN/BUMD sebagai penyelenggara. Hasil Studi Kelayakan dan kajian sumber pembiayaan serta RISPAM merupakan input bagi pembuatan Studi Pendahuluan di Perencanaan KPBU.

54 Pelaksanaan kajian Studi Kelayakan dan sumber pembiayaan tersebut di atas dapat pula dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui aktivitas Bappeda atau tim TKKSD. Referensi yang digunakan adalah Rencana Induk SPAM yang diturunkan dari Rencana Induk pada level yang lebih tinggi dan Kebijakan dan Strategi SPAM tingkat Nasional, Provinsi, atau pun Kabupaten/Kota. Apabila Rencana Induk SPAM belum memasukkan rencana pengembangan SPAM sebagaimana yang dimaksud, maka Rencana Induk tersebut perlu diperbaharui. Studi Pendahuluan. Berdasarkan analisis nilai manfaat uang tersebut, apabila ternyata pengembangan tersebut lebih baik dilaksanakan melalui anggaran BUMN/BUMD sendiri sebagai penyelenggara SPAM, maka proses KPBU selanjutnya (tahap penyiapan) tidak dilakukan tetapi lanjut ke pembuatan rencana teknis rinci sebagaimana ditunjukkan pada gambar halaman 20 di depan. Selanjutnya adalah proses pengembangan SPAM JP yang menggunakan anggaran penyelenggara sendiri, atau business-to-business. Penilaian skenario sebagaimana dimaksud di atas, dilakukan berdasarkan ketersediaan data. Apabila pengembangan SPAM diputuskan untuk dikerjakan melalui skema KPBU, analisis nilai manfaat uang akan dilakukan dalam tahap

55 Input Proses Output Tahap Perencanaan Tahap Perencanaan Tahap Transaksi Akhir Kontrak Kerjasama Tahap Penyiapan Tahap Implementasi 55

56 Input Proses Output di Tahap Perencanaan LEVEL STRATEJIK Perencanaan Proyek Penetapan Prioritas Proyek Keputusan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Lanjut karena masuk dalam proyek prioritas? Masuk prioritas untuk dibuat business case? Informasi yang perlu disiapkan berdasarkan fakta di lapangan dan hasil analisis Terdapat kebutuhan layanan publik, alternatif solusi infrastruktur, kelayakan ekonomi, kelebihan/ kekurangan KPBU, kelayakan KPBU Pemenuhan kriteria-kriteria prioritas 56

57 Input Proses Output di Tahap Perencanaan D Input Proses Output Perencanaan INPUT PROSES 1 IDENTIFIKASI PROYEK OUTPUT 1 Identifikasi Proyek Tanggung jawab dan kewenangan Pemda dalam pelayanan publik untuk sektor air minum Melakukan analisis kesesuaian (compliance): kewenangan Pemerintah Daerah, RTRW, dan Renstra Sektor Mengidentifikasi kesenjangan layanan publik di sektor air minum Melakukan analisis kelayakan ekonomi dan sosial Daftar proyek infrastruktur yang teridentifikasi memiliki setidaknya satu dari beberapa opsi berikut: Memiliki ENPV > 0 atau EIRR > social discount rate Memiliki biaya penyediaan < batas maksimum yang ditetapkan Dinilai memenuhi threshold 57

58 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Pemerintah Daerah (Bappeda / Tim TKKSD) melakukan identifikasi proyek infrastruktur dalam rangka menjalankan urusan Pemerintah Konkuren Wajib yang diserahkan ke daerah, yang berkaitan dengan pelayanan dasar, khususnya sektor pekerjaan umum, dalam hal ini sektor SPAM. Penyelenggaraan urusan ini berpedoman pada standar pelayanan minimum. Dokumen-dokumen yang harus diperhatikan dalam melakukan identifikasi ini meliputi: Kebijakan dan Strategi SPAM (Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota) serta Rencana Induk SPAM (Nasional, Provinisi dan Kabupaten / Kota). Selain itu, analisis kesenjangan antara pelayanan minimum, ketersediaan air baku dengan kebutuhan masyarakat dan proyeksinya juga perlu menjadi masukan untuk identifikasi kebutuhan penyelenggaraan SPAM. Pemerintah Daerah juga melakukan analisis kebutuhan masyarakat akan layanan publik dan melakukan kajian untuk menunjukkan adanya indikasi manfaat ekonomi dan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya ekonomi dan sosialnya. Tahap ini merupakan awal dari Studi Pendahuluan. Pertanyaan Kunci Apakah tanggung jawab negara dalam penyediaan air minum berada dalam wilayah kewenangan Pemerintah Daerah setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada? Apakah identifikasi proyek atas prakarsa pemerintah daerah dilaksanakan oleh Kepala Perangkat Daerah atau Direksi BUMD? Apakah tersedia rencana anggaran untuk melakukan identifikasi? Apakah rencana anggaran tersebut berasal dari APBN, APBD, pinjaman, hibah, kas BUMD atau sumber lainnya? 58

59 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Apabila Pemerintah Daerah / BUMD berinisiatif untuk menyediakan infrastruktur untuk penyediaan air minum, apakah hal ini telah sesuai dengan: RPJMN, RPJMD, RTRWN, RTRWD, Rencana strategis sektor air minum Kementerian PUPR, Jakstra SPAM Nasional, Jakstra SPAM Daerah, Rencana Induk SPAM Nasional dan Rencana Induk SPAM Daerah? Apakah akses pada air minum aman dan kuantitas air minum per kapita telah sesuai dengan standar pelayanan minimum? Apakah kualitas air minum yang tersedia telah sesuai dengan standar kesehatan yang ditetapkan? (Baca Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum) Apa saja solusi-solusi teknis yang bisa memenuhi besar permintaan tersebut? Apakah ketersediaan air baku untuk memenuhi kesenjangan tersebut memerlukan sumber yang berada di wilayah pemerintah daerah lain? Bagaimana kesenjangan ini dapat diterjemahkan menjadi permintaan yang berkelanjutan? 59

60 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Apa saja manfaat ekonomi dan sosial yang bisa didapatkan oleh masyarakat yang tidak sebagai pengguna/ pembeli air minum dari infrastruktur yang disediakan? Lihat catatan teknis 1: Panduan Analisis Kelayakan Ekonomi & Sosial Berapa besar manfaat-manfaat ekonomi dan sosial tersebut di atas selama siklus proyek - bila dinyatakan dalam Rupiah? Apa saja beban yang diperlukan dan terjadi dengan adanya aktivitas penyediaan infrastruktur SPAM yang direncanakan? Berapa besar beban-beban yang diperlukan dan yang terjadi di atas selama siklus proyek bila dinyatakan dalam Rupiah? 60

61 Input Proses Output di Tahap Perencanaan D Input Proses Output Perencanaan INPUT PROSES 2 PRIORITISASI PROYEK OUTPUT 2 Prioritisasi Proyek Daftar proyek infrastruktur yang teridentifikasi memiliki setidaknya satu dari beberapa opsi berikut: Memiliki ENPV > 0 atau EIRR > social discount rate Memiliki biaya penyediaan < batas maksimum yang ditetapkan Dinilai memenuhi threshold (skor analisis multikriteria) Memperhitungkan biaya fiskal (daerah) yang dibutuhkan selama satu siklus infrastruktur Menetapkan batas biaya fiskal untuk penyediaan infrastruktur Mengurutkan alternatif proyekproyek infrastruktur berdasarkan pencapaian ENPV/EIRR atau efisiensi atau multikriteria Menetapkan inisiatif proyek infrastruktur yang lolos untuk siklus fiskal tertentu Daftar proyek infrastruktur yang sudah diurutkan sesuai dengan prioritas sesuai dengan: pencapaian angka ENPV terbesar / EIRR terbesar; atau paling efisien; atau pencapaian nilai berdasarkan multi kriteria. 61

62 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Setelah mengidentifikasi beberapa proyek infrastruktur yang memiliki indikasi layak secara ekonomi, sosial dan teknis, Pemerintah Daerah (Bappeda / Tim TKKSD) melakukan prioritisasi. Metodologi prioritisasi yang dapat digunakan adalah: Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis), Analisis Efektivitas Biaya (Cost Effectiveness Analysis), atau Analisis Multi Kriteria (Multicriteria Analysis) Hasil dari prioritisasi adalah urutan potensi proyek infrastruktur dari yang paling memberikan manfaat terbesar dibandingkan dengan biayanya. Hal ini sangat diperlukan oleh Pemerintah Daerah, terutama yang memiliki keterbatasan sumber daya manusia maupun fiskal. Pertanyaan Kunci Berapa besar ruang fiskal yang tersedia untuk penyediaan infrastruktur (pembangunan, pengoperasian dan perawatan) selama suatu siklus infrastruktur tertentu (misalkan 25 tahun)? Proyek-proyek infrastruktur mana saja yang bisa dijalankan dengan menggunakan batasan ruang fiskal yang telah ditetapkan? Berapa besar batasan ruang fiskal yang akan dialokasikan untuk penyediaan infrastruktur? Apakah terdapat akses pembiayaan dari sumber lain seperti Pemerintah Pusat atau hibah? Inisiatif proyek-proyek infrastruktur mana saja yang memiliki pencapaian tertinggi berdasarkan analisis kelayakan ekonomi dan sosial? 62

63 Input Proses Output di Tahap Perencanaan D Input Proses Output Perencanaan INPUT PROSES 3 UJI KELAYAKAN KPBU OUTPUT 3 Uji Kelayakan KPBU Daftar proyek infrastruktur yang sudah diurutkan sesuai dengan prioritas sesuai dengan: pencapaian angka ENPV terbesar / EIRR terbesar; atau paling efisien; atau pencapaian nilai berdasarkan multi kriteria. Analisis Value for Money (VfM) secara kuantitatif dan/atau kualitatif Daftar awal prioritas proyekproyek KPBU Daerah. 63

64 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Dengan menggunakan daftar potensi proyek-proyek infrastruktur yang masuk dalam kategori prioritas, Pemerintah Daerah (Tim TKKSD) melakukan uji kelayakan KPBU. Uji yang dimaksud adalah untuk mengidentifikasi apakah value for money lebih dapat dicapai dengan skema penyediaan KPBU atau skema pengadaan barang dan jasa biasa. Selain itu, Pemerintah Daerah juga memperkirakan kemampuan keuangan daerah, berdasarkan ruang fiskal yang tersedia, dalam menyediakan infrastruktur yang bersangkutan, baik dengan pengadaan barang dan jasa biasa maupun dengan skema KPBU. Keluaran dari tahap ini adalah daftar potensi proyek-proyek infrastruktur dengan skema KPBU (Perpres 38) dan proyek-proyek infrastruktur dengan skema pengadaan barang dan jasa biasa (Perpres 54/70) Secara kualitatif hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan Value for Money Tool dari IIGF Institute Pertanyaan Kunci Apakah kelebihan dan kekurangan penyediaan infrastruktur melalui skema KPBU dibandingkan dengan skema lainnya seperti business to business - dilihat dari sudut pandang insentif Badan Usaha dan transfer risiko kepada Badan Usaha? Apakah pasar (dunia usaha) memiliki jumlah badan usaha yang memiliki kemampuan / kapasitas serta minat untuk ikut serta dalam skema KPBU? 64

65 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Apakah proses pengadaan dapat menjamin persaingan sehat, transparansi dan efisiensi diantara pasar (dunia usaha) yang ingin ikut serta dalam skema KPBU? Lihat catatan teknis 3: Panduan Analisa Value for Money Apakah penyediaan infrastruktur melalui skema KPBU (sesuai dengan Perpres mengenai KPBU) dapat menjamin pencapaian standar pelayanan minimal, efisiensi, akuntabilitas dan keadilan seperti yang dapat dicapai melalui penyediaan secara langsung dengan APBD (sesuai dengan Perpres mengenai pengadaan barang dan jasa)? Apakah skema KPBU yang akan dilakukan dapat memberikan manfaat dalam bentuk alih pengetahuan dan teknologi dari swasta ke publik? 65

66 Input Proses Output di Tahap Perencanaan D Input Proses Output Perencanaan INPUT PROSES 4 KONSULTASI PUBLIK OUTPUT 4 Konsultasi Publik Daftar awal prioritas proyekproyek KPBU dan Studi Pendahuluan tiap-tiap proyek tersebut. Melakukan konsultasi publik untuk mendapatkan masukan dari masyarakat dan pemangku kepentingan perihal daftar awal prioritas proyek-proyek KPDBU daerah. Daftar prioritas proyek-proyek KPBU yang sudah mendapat masukan dari masyarakat dan pemangku kepentingan. 66

67 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Konsultasi Publik dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka untuk mendapatkan masukan mengenai dampak dari suatu penyediaan infrastruktur (KPBU) bagi masyarakat dan lingkungan hidup. Dampak ini termasuk dampak positif maupun dampak negatif. Masukan dari masyarakat ini akan disusun dalam dokumen hasil konsultasi publik dan akan menjadi pertimbangan dalam penyelesaian Studi Pendahuluan dan kemudian Kajian Awal Pra Studi Kelayakan. Hal ini terutama terkait dengan kajian mengenai dampak lingkungan dan sosial. Pertanyaan Kunci Apakah masyarakat dan pemangku kepentingan perlu memiliki informasi dan wawasan mengenai proyek yang diusulkan karena proyek tersebut menyangkut aspek-aspek vital dalam kehidupan bermasyarakat? Apakah ada pertimbangan-pertimbangan kualitatif dalam analisa kelayakan ekonomi sosial yang bias subjektivitasnya dapat diminimalisir dengan mendiskusikannya dengan masyarakat? 67

68 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Apakah ada kelompok masyarakat dengan kemampuan teknis terkait proyek KPBU yang perlu untuk lebih dilibatkan dan didengarkan perspektifnya? Lihat catatan teknis 4: Panduan Pelaksanaan Konsultasi Publik Apakah ada kelompok masyarakat yang akan terkena dampak dari pelaksanaan proyek KPBU yang juga perlu untuk lebih dilibatkan dan didengarkan perspektifnya? Apakah diskusi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan tersebut perlu bersifat interaktif, dialogis, dan memiliki unsur negosiasi untuk mencapai titik mufakat? 68

69 Input Proses Output di Tahap Perencanaan D Input Proses Output Perencanaan INPUT PROSES 5 FINALISASI STUDI PENDAHULUAN OUTPUT 5 Finalisasi Studi Pendahuluan Daftar prioritas proyek-proyek KPBU yang sudah mendapat masukan dari masyarakat dan pemangku kepentingan. Finalisasi kajian-kajian sebagai berikut: Analisis kebutuhan Kriteria kepatuhan Analisa Nilai Manfaat Uang atas partisipasi badan usaha Analisa komersil atau potensi pendapatan Rekomendasi dan rencana tindak lanjut Daftar final prioritas proyekproyek KPBU 69

70 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Pemerintah Daerah (Tim TKKSD) melakukan penyelesaian dokumen Studi Pendahuluan. Dokumen ini menjadi dasar bagi (Kepala) Pemerintah Daerah untuk memutuskan lanjut atau tidaknya proyek penyediaan infrastruktur KPBU. Dokumen ini setidaknya memuat beberapa hal sebagai berikut: (1) Latar belakang, (2) deskripsi proyek (landasan hukum, kondisi saat ini, dan permasalahan kebutuhan infrastruktur), (3) manfaat Proyek Kerjasama (konsep proyek kerjasama, potensi untuk dikerjasamakan, indikasi layak teknis, indikasi layak ekonomis, potensi hambatan dan lingkungan, hasil konsultasi publik, serta kebutuhan manajemen proyek), (4) lingkup pekerjaan dan metode pemilihan pengadaan, dan (5) identifikasi perkiraan lokasi dan kebutuhan luas tanah Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemerintah Daerah memutuskan untuk lanjut atau tidak pada tahap Penyiapan Pertanyaan Kunci Apakah kriteria kepatuhan sudah menunjukkan bahwa proyek sejalan dengan: RPJMN, RPJMD, RTRWN, RTRWD, Rencana strategis sektor air minum Kementerian PUPR, Jakstra SPAM Nasional, Jakstra SPAM Daerah, Rencana Induk SPAM Nasional, dan Rencana Induk SPAM Daerah? 70

71 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Apakah analisa Nilai Manfaat Uang menunjukkan bahwa proyek memang lebih layak untuk diteruskan melalui skema KPDBU? Apakah analisa komersil atau potensi pendapatan proyek menunjukkan bahwa proyek tersebut dapat memberi keuntungan dari segi finansial? Apakah analisis kebutuhan dan analisis kelayakan ekonomi sosial yang telah dilakukan menunjukkan bahwa proyek perlu untuk diteruskan? (Dengan indikator seperti ENPV atau EIRR, atau threshold yang terpenuhi). 71

72 Input Proses Output di Tahap Perencanaan Apakah hasil dari pelaksanaan Konsultasi Publik menunjukkan bahwa masyarakat dan pemangku kepentingan mendukung pengembangan proyek tersebut? Apa saja catatan, rekomendasi, dan rencana tidak lanjut yang perlu dikembangkan? Bagaimana rencana untuk mendapatkan izin lingkungan, termasuk pelaksanaan AMDAL? Bagaimana rencana pengadaan lahan, relokasi penduduk dan kompensasi yang diperlukan? 72

73 KPBU Daftar di Sektor SPAMPeriksa Studi Pendahuluan No. Temuan ü Catatan 1 Terdapat indikasi layak teknis, ekonomi dan sosial? 2 Terdapat kepastian suatu jumlah permintaan air minum yang berkelanjutan? 3 Terdapat bukti bahwa proyek KPDBU ini mendapat dukungan dari masyarakat berdasarkan hasil konsultasi publik? 4 Terbukti adanya kesesuaian Pemerintah Daerah atau Direktur BUMD sebagai PJPK berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada? 5 Terbukti adanya kesesuaian rencana proyek KPDBU ini dengan RPJMN, RPJMD, renstra BUMD, serta dokumen-domumen perencanaan jaringan SPAM? 6 Terdapat bukti bahwa ada kesesuaian antara rencana lokasi proyek dengan RTRWN, RTRWD serta dokumen-dokumen perencanaan jaringan SPAM? 7 Dapat ditunjukkan keterkaitan proyek ini dengan infrastruktur SPAM lainnya? 8 Terdapat bukti bahwa sektor Badan Usaha memiliki keunggulan manajemen risiko untuk risiko-risiko yang akan ditransfer/dialokasikan pada Badan Usaha? 73

74 Daftar Periksa Studi Pendahuluan No. Temuan ü Catatan 9 Standar pelayanan telah terdefinisi dengan baik dan dapat disediakan oleh Badan Usaha melalui skema KPDBU? 10 Terdapat suatu indikasi bahwa penyediaan melalui KPDBU lebih memberikan value for money dibandingkan skema lainnya? 11 Berdasarkan hasil konsultasi publik bisa disimpulkan rentang kemampuan dan kemauan pengguna untuk membayar? 12 Dapat dibuktikan bahwa ruang fiskal yang tersedia mampu untuk mendukung implementasi proyek KPDBU ini hingga akhir masa Perjanjian Kerjasama? 13 Telah ada indikasi kebutuhan dukungan pemerintah; baik berupa Dukungan Kelayakan, Penjaminan Infrastruktur, fasilitasi Kajian Awal Pra Studi Kelayakan ataupun fasilitasi transaksi? 14 Telah ada kesimpulan dan rekomendasi untuk lanjut/tidak ke fase Penyiapan? 15 Telah ada rencana yang dapat dilaksanakan untuk melakukan kajian lingkungan dan memperoleh izin lingkungan 16 Telah ada rencana yang dapat dilaksanakan untuk melakukan pembebasan lahan, relokasi dan pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak proyek. 17 Telah ada rencana / agenda untuk penyiapan proyek KPDBU, termasuk rencana terkait dengan pengadaan Badan Penyiapan atau fasilitasi Bappenas dan/atau PDPPI Kementerian Keuangan. 74

75 INPUT PROSES OUTPUT TAHAP PENYIAPAN Tahap penyiapan hanya dilakukan apabila Pemerintah Daerah atau BUMN/BUMD sebagai penyelenggara SPAM JP memutuskan untuk menggunakan skema KPBU dalam pengembangan SPAM JP. Pertimbangan untuk memutuskan lanjut dari tahap perencanaan ke tahap penyiapan adalah berdasarkan hasil analisis kelayakan, value for money dan kebutuhan Dukungan Pemerintah. Apabila hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa proyek KPBU SPAM JP ini layak untuk dilanjutkan, PJPK segera membentuk Tim KPBU. Tim KPBU dibentuk oleh PJPK yang merupakan BUMN/BUMD penyelenggara SPAM, atau Kepala Daerah. Apabila Kepala Daerah yang membentuk Tim KPBU, PJPK dari proyek KPBU akan disesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tim KPBU memiliki tugas untuk melakukan manajemen penyiapan proyek KPBU. Dalam menyiapkan proyek KPBU tersebut, PJPK bisa memohon pendampingan dari Kantor Bersama. Dalam Kantor Bersama, Bappenas dapat memberikan fasilitasi untuk mempercepat pembuatan kajian awal pra-studi kelayakan. Fasilitasi ini dilakukan dengan memberikan tim konsultan pendamping bagi Tim KPBU. Meskipun demikian, focus dari tim konsultan fasilitasi ini lebih pada percepatan penyusunnan dokumen-dokumen Studi Pendahuluan dan Kajian Awal Pra-Studi Kelayakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kantor Bersama.

76 Selain itu PJPK juga dapat memutuskan untuk menganggarkan sendiri pengadaan konsultan pendamping untuk KPBU. Keberadaan konsultan pendamping bagi Tim KPBU ini dapat menjadi penting mengingat kajian-kajian yang dilakukan akan mengarah pada kelayakan finansial suatu badan usaha. Hal ini umumnya belum tentu menjadi suatu kajian yang dilakukan oleh anggota Tim KPBU dalam keseharian pekerjaanya di penugasan sebagai anggota Tim KPBU. Selain itu, anggota Tim KPBU dapat berubah-ubah karena rotasi yang merupakan bagian rutin dalam birokrasi. Dalam hal PJPK menyediakan konsultan pendamping untuk Tim KPBU, tugas Tim KPBU antara lain adalah menyusun Kerangka Acuan Kerja untuk konsultan pendamping. Setelah itu, PJPK akan mengadakan konsultan sesuai dengan kualifikasi dalam KAK. Tim KPBU lalu bersama-sama dengan tim konsultan pendamping menyusun kajian awal pra-studi Kelayakan. Tim fasiltasi Bappenas (bila ada) dapat membantu memberikan arahan dalam menyusun dokumen tersebut agar sesuai dengan standar Kantor Bersama sehingga dapat segera dilanjutkan pada proses transaksi. Tim KPBU melakukan pengawasan dan evaluasi pekerjaan konsultan pendamping penyiapan sambil berkoordinasi dengan tim fasilitasi, bila ada. Milestone penting dalam tahap penyiapan ini adalah market sounding dan penyampaian permohonan Dukungan Pemerintah. Market sounding dapat dilakukan lebih dari satu kali, tergantung kebutuhan. Misalkan terdapat premarket sounding dan market sounding. Sedangkan Dukungan Pemerintah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku untuk masing-masing jenis Dukungan Pemerintah yang diperlukan. Jenis-jenis Dukungan Pemerintah ini telah dijabarkan pada bagian SPAM dan Konsep KPBU dalam buku panduan supervisi teknis ini.

77 Input Proses Output Tahap Penyiapan Tahap Perencanaan Tahap Transaksi Akhir Kontrak Kerjasama Tahap Penyiapan Tahap Implementasi 77

78 Input Proses Output di Tahap Penyiapan LEVEL PROYEK Outline Business Case Final Business Case Terdapat indikasi badan usaha di pasar dapat, berminat untuk terlibat dalam KPBU? Lanjut ke Pra-kualifikasi? (sudah mendapatkan persetujuan prinsip VGF, bila diperlukan) (sudah memberikan usulan penjaminan, bila diperlukan) Respon pasar yang antusias untuk terlibat dalam KPBU, tersedia kapaiblitas yang memadai di pasar, tersedia kompetisi yang memadai di pasar 78

79 Tahap Penyiapan E Input Proses Output Penyiapan INPUT PROSES 1 Prioritisasi Proyek KPBU OUTPUT 1 Prioritisasi Proyek KPBU Daftar final prioritas proyekproyek KPBU Apabila terdapat beberapa pilihan proyek KPBU namun ada keterbatasn sumber daya, proyek KPBU diprioritaskan berdasarkan kesiapan untuk dapat segera lanjut ke tahap penyiapan dan transaksi. Prioritas bisa juga diberikan berdasarkan strategi nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota Proyek KPBU Siap Masuk Tahap Penyiapan 79

80 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Usulan KPBU diajukan pada Menteri Perencanaan dengan melampirkan dokumen studi pendahuluan, berita acara konsultasi publik, dokumen rencana kajian lingkungan hidup, dokumen rencana pengadaan lahan, dan kerangka acuan Badan Penyiapan. Bappenas melakukan prioritisasi terhadap rencana proyek-proyek KPBU yang telah masuk. Pertanyaan Kunci Apakah rencana proyek KPBU ini diprioritaskan berdasarkan kesesuaian dengan kebijakan dan strategi kabupaten/kota dan Rencana Induk kabupaten/kota untuk penyelenggaraan SPAM? Apakah rencana proyek KPBU ini diprioritaskan berdasarkan kesesuaian dengan kebijakan dan strategi nasional dan Rencana Induk nasional untuk penyelenggaraan SPAM? Apakah Studi Pendahuluan dan dokumen-dokumen pendukungnya telah memenuhi daftar periksa dengan baik? Apakah rencana proyek KPBU ini diprioritaskan berdasarkan kesesuaian dengan kebijakan dan strategi provinsi dan Rencana Induk provinsi untuk penyelenggaraan SPAM? 80

81 Input Proses Output di Tahap Penyiapan E Input Proses Output Penyiapan INPUT PROSES 2 PENGANGGARAN PENYIAPAN PROYEK KPBU OUTPUT 2 Penganggaran Penyiapan Proyek KPBU Proyek KPBU SPAM terpilih untuk masuk tahap penyiapan Penghitungan besar anggaran yang diperlukan untuk penugasan tim KPBU / teknis, pengadaan Badan Usaha Penyiapan, pertimbangan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menutup kekurangan anggaran dalam menyiapkan proyek KPBU. Pengganggaran yang diperlukan untuk tahap penyiapan dan komitmen dari sumber anggaran di luar APBD 81

82 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Potensi proyek KPBU yang termasuk dalam daftar prioritas kemudian dipilih oleh Pemerintah Daerah untuk dilanjutkan dengan tahap Penyiapan. Pada awal tahap ini, Pemerintah Daerah melakukan perhitungan anggaran yang dibutuhkan untuk penyiapan (dan transaksi) proyek KPBU. Dokumen utama yang akan dihasilkan dari tahap penyiapan adalah Kajian Awal Pra Studi Kelayakan (Outline Business Case), sedangkan dokumen utama yang akan dihasilkan pada tahap transaksi adalah Kajian Akhir Pra Studi Kelayakan (Final Business Case). Apabila Pemerintah Daerah mendapati keterbatasan anggaran untuk penyiapan (dan transaksi) proyek KPBU, maka pihaknya dapat berkoordinasi dengan pemberi fasilitas penyiapan (dan transaksi KPBU): (1) Kementerian PUPR, bila diputuskan untuk mendapatkan fasilitas untuk kajian awal Pra Studi Kelayakan (OBC); (2) Bappenas atau KP2IP, bila diputuskan untuk menjadi proyek frontier Bappenas, Proyek Prioritas (Perpres 75/2014) / Proyek Strategis Nasional (Perpres 3/2016); (3) Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Keuangan, bila diputuskan untuk menggunakan fasilitas penyiapan proyek (dan fasilitas pendampingan transaksi) berdasarkan PMK 265/2015 untuk menghasilkan Kajian Akhir Pra Studi Kelayakan (Final Business Case) dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Pertanyaan Kunci Apakah Pemerintah Daerah atau PJPK akan menggunakan fasilitas penyiapan Outline Business Case yang disediakan oleh Kementerian PUPR? Apakah Pemerintah Daerah atau PJPK akan menggunakan fasilitas penyiapan Outline Business Case yang disediakan oleh Bappenas atau KP2IP? Berdasarkan jawaban atas dua pertanyaan di atas, berapa anggaran yang dibutuhkan untuk membentuk dan menugaskan tim KPBU / teknis dan biaya-biaya lain yang tidak termasuk dalam fasilitas yang diberikan oleh Kementerian PUPR / Bappenas / KP2IP? 82

83 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Dalam hal Pemerintah Daerah atau PJPK tidak menggunakan fasilitas dari Kementeraian PUPR, Bappenas dan KP2IP, berapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan: pengadaan Badan Usaha Penyiapan, kerjasama tim KPBU dengan Badan Usaha Penyiapan, pembayaran imbalan kepada Badan Usaha Penyiapan, pengawasan kerja Badan Usaha Penyiapan dan evaluasi hasil kerja Badan Usaha Penyiapan? Fasilitas Penyiapan Kajian Awal Pra Studi Kelayakan Kementerian PUPR Market Sounding Fasilitas Penyiapan FBC PDPPI Kemenkeu Pelaksanaan Penyiapan FBC dengan APBD Penganggaran Tahap Penyiapan Fasilitas Penyiapan Kajian Awal Pra Studi Kelayakan Bappenas / KP2IP Market Sounding Fasilitas Penyiapan FBC PDPPI Kemenkeu Pelaksanaan pembuatan Kajian Awal Pra Studi Kelayakan oleh APBD atau anggaran BUMN/BUMD Market Sounding Fasilitas Penyiapan FBC PDPPI Kemenkeu Pelaksanaan Penyiapan FBC dengan APBD 83

84 Input Proses Output di Tahap Penyiapan E Input Proses Output Penyiapan INPUT PROSES 3 PEMBENTUKAN TIM TEKNIS/KPBU OUTPUT 3 Pembentukan Tim Teknis/KPBU Anggaran Penyiapan Proyek KPBU SPAM Pembentukan tim KPBU yang meliputi: pembuatan kriteria, pembuatan kontrak kerja, pembuatan tata kelola tim KPBU dan pembentukan tim Tim KPBU yang siap untuk melaksanakan penyiapan Proyek KPBU dan bekerja sama dengan Badan Usaha Penyiapan serta jadwal kerjanya 84

85 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Organisasi Tim KPBU / Tim Teknis terdiri dari: 1) Ketua Tim: ditugaskan oleh Kepala Daerah untuk secara penuh waktu bekerja sebagai ketua Tim KPBU / Tim Teknis. Telah memiliki pengalaman dan pemahaman terkait: KPBU, manajemen proyek, value for money, Dukungan Pemerintah, Penjaminan Infrastruktur, sektor swasta (sponsor) dan pemberi pinjaman. Diberi kewenangan yang memadai untuk dapat mengambil keputusan dengan cepat. Pemerintah Daerah/Kepala Daerah membentuk Tim KPBU/Tim Teknis yang akan melakukan: 1) manajemen penyiapan proyek KPBU; 2) penyusunan KAK Konsultan Penyiapan yang akan membuat Kajian Awal Pra-FS dan dokumen-dokumennya, atau Kajian Akhir Pra-FS dengan dokumen-dokumen pendukungnya; 3) melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pekerjaan Konsultan Penyiapan; serta 4) membantu koordinasi Pemeirntah Daerah / Kepala Daerah / Simpul KPBU dengan penyedia fasilitas penyiapan (Kajian Awal Pra-FS oleh Bappenas, Kajian Awal Pra-FS Proyek KPBU Prioritas oleh KP2IP, Kajian Akhir Pra-FS oleh PDPPI Kemenkeu) bila fasilitas tersebut digunakan. 2) Anggota tim yang terdiri dari fungsi-fungsi: hukum dan insitusi; ekonomi dan finansial; teknis; serta lingkungan dan sosial. Masing-masing anggota tim ini akan menjadi counterpart dari tenaga ahli terkait dari Konsultan Penyiapan (dalam rangka pembuatan Kajian Awal Pra-FS dan dokumendokumen pendukungnya) dan Penasihat Transaksi (dalam rangka pembuatan Kajian Akhir Pra-FS dan dokumen-dokumen pendukungnya) Fungsi dari Tim KPBU meliputi: Penyiapan kajian awal Pra-FS dan pada fase transaksi kajian akhir pra-fs Memastikan berjalannya proses penyiapan, transaksi, penentuan pemengang hingga financial close Menyampaikan laporan berkala kepada Kepala Daerah atau Direktur BUMD selaku PJPK atau melalui simpul KPBU (bila ada) Melakukan koordinasi dengan fungsi-fungsi KPBU di TKKSD dan Bappeda 85

86 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Pertanyaan Kunci Bagaimana tahapan / jadwal kerja yang harus dilakukan oleh Tim KPBU dalam menyiapkan proyek KPBU hingga siap untuk melakukan tahap transaksi? Kriteria apa saja yang bisa digunakan untuk melakukan pemilihan terhadap personil yang dapat diikutsertakan dalam tim KPBU? Apa saja milestone penting dalam tahapan / jadwal kerja yang dapat mempengaruhi waktu penyelesaian pekerjaan penyiapan proyek KPBU? Bagaimana tata kelola pelaksanaan tim KPBU, terutama dalam kerjasama dengan Badan Usaha Penyiapan serta pengambilan keputusan-keputusan terkait dengan kelayakan teknis, legal, finansial, sosial dan lingkungan? 86

87 Input Proses Output di Tahap Penyiapan E Input Proses Output Penyiapan INPUT PROSES 4 PENGADAAN KONSULTAN PENDAMPING PENYIAPAN OUTPUT 4 Pengadaan Konsultan Pendamping Penyiapan Tim KPBU yang siap untuk melaksanakan penyiapan Proyek KPBU dan bekerja sama dengan Badan Usaha Penyiapan Membuat Kerangka Acuan Kerja untuk Badan Usaha Penyiapan yang akan diadakan oleh PJPK atau melalui fasilitas Bappenas/KP2IP, melakukan pengadaan Badan Usaha Penyiapan. Badan Usaha Penyiapan / Konsultan Pendamping Penyiapan yang siap bekerjasama dengan Tim KPBU sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati 87

88 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Tim KPBU / Tim Teknis menyusun Kerangka Acuan Kerja untuk Konsultan Penyiapan yang akan menyusun dokumen Pra Studi Kelayakan (OBC) dan dokumen-dokumen pendukungnya. Apabila dalam rangka pembuatan Kajian Awal Pra Studi Kelayakan tersebut Pemerintah Daerah menggunakan fasilitas dari Bappenas, maka KAK tersebut disusun dengan mempertimbangkan masukan dari Bappenas. Sedangkan bila proyek tersebut merupakan Proyek Prioritas, maka KAK tersebut disusun dengan mempertimbangkan masukan dari KP2IP. Setelah KAK tersusun, tahap selanjutnya adalah Pengadaan Konsultan Penyiapan Kajian Awal Pra Studi Kelayakan. Pemilihan pemenang menggunakan kriteria yang disusun oleh Tim KPBU / Tim Teknis. Apabila Pemerintah Daerah menggunakan fasilitas Bappenas untuk penyiapan Kajian Awal Pra Studi Kelayakan, maka kriteria tersebut mempertimbangkan masukan dari Bappenas. Sedangkan bila proyek tersebut merupakan Proyek Prioiritas, maka kriteria tersebut mempertimbangkan masukan dari KP2IP. Kerangka acuan untuk pengadaan Badan Penyiapan tersebut setidaknya meliputi: Latar belakang dan deskripsi proyek KPDBU Tujuan pekerjaan Lingkup jasa konsultasi untuk melaksanakan berbagai kajian kelayakan yang diperlukan / dipersyarakatkan Jumlah personil dan kualifikasi yang dibutuhkan Dokumen yang harus disiapkan Jadwal pelaksanaan Perkiraan besarnya anggaran. Pertanyaan Kunci Apakah latar belakang, deskripsi serta tujuan proyek KPBU SPAM telah dapat disajikan dengan baik dan jelas sehingga bisa memberikan gambaran yang tepat kepada calon Konsultan Pendamping Penyiapan / Badan Usaha Penyiapan? Apakah lingkup kerja konsultasi telah sesuai dengan kebutuhan tim KPBU? Apakah kriteria dan kualifikasi personil yang dipersyaratkan telah sesuai dengan kebutuhan terkait dengan pembuatan kajian-kajian kelayakan yang diperlukan? (pengadaan tanah, teknis, legal, finansial, lingkungan, sosial, serta fiskal) 88

89 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Apakah output yang diharapkan dari Konsultan Pendamping Penyiapan / Badan Usaha Penyiapan sudah cukup jelas dan sesuai dengan kebutuhan tim KPBU? (dokumen-dokumen yang dibutuhkan beserta kriteria dokumen-dokumen tersebut) Apakah jadwal pelaksanaan kerja cukup realistis dengan mempertimbangkan jumlah serta kualifikasi personil yang telah ditetapkan? Apakah anggaran yang tersedia cukup untuk keperluan pelaksanaan kerja Konsultan Pendamping Penyiapan / Badan Usaha Penyiapan hingga akhir pelaksanaan kerja? Apakah kontrak kerja Konsultan Pendamping Penyiapan / Badan Usaha Penyiapan telah meliputi insentif yang sesuai agar tujuan Penyelenggaraan SPAM dan Value for Money dapat dilaksanakan dengan baik? 89

90 Input Proses Output di Tahap Penyiapan E Input Proses Output Penyiapan INPUT PROSES 5 MANAJEMEN PROYEK PENYIAPAN OUTPUT 5 Manajemen Proyek Penyiapan Badan Usaha Penyiapan / Konsultan Pendamping Penyiapan yang siap bekerjasama dengan Tim KPBU sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati Manajemen proyek penyiapan proyek KPBU yang dilakukan oleh Tim KPBU berdasarkan kontrak kerja Tim KPBU dan kontrak kerja Konsultan Pendamping Penyiapan / Badan Usaha Penyiapan Dokumen Kajian Awal Pra-Studi Kelayakan beserta dokumendokumen pendukungnya 90

91 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Penyiapan Proyek KPBU dilakukan oleh Tim KPBU / Tim Teknis dibantu oleh Konsultan Penyiapan yang dibiayai dengan APBD atau dengan bantukan fasilitas (dari Bappenas atau KP2IP. Hasil pekerjaan penyiapan tersebut disarikan dalam bentuk dokumen Kajian Awal Pra Studi Kelayakan (Outline Business Case) beserta dokumen-dokumen pendukungnya yang terdiri dari antara lain kajian kesiapan, dokumen AMDAL / pengisian formulir UKL/UPL, dokumen perencanaan pengadaan lahan dan pemukiman kembali, Confirmation to Proceed (dari PT PII, apabila membutuhkan Penjaminan Infrastruktur) dan hasil konsultasi dengan komite VGF (bila membutuhkan Dukungan Kelayakan). Pertanyaan Kunci Apa saja milestone yang harus dilalui dalam jadwal peniyapan proyek KPBU yang harus dipenuhi oleh Tim KPBU beserta Badan Usaha Penyiapan? Bagaimana Tim KPBU menggunakan ketentuan-ketentuan dlaam kontrak kerjasama Badan Usaha Penyiapan untuk memastikan tercapainya milestone dalam jadwal yang telah ditetapkan? 91

92 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Risiko-risiko internal apa saja yang bisa membuat tidak tercapainya milestone pada jadwal penyiapan proyek yang telah ditetapkan? Bagaimana miitgasi yang dapat dilakukan oleh Tim KPBU untuk mengelola risiko-risiko internal di atas? Risiko-risiko eksternal apa saja yang bisa membuat tidak tercapainya milestone pada jadwal penyiapan proyek yang telah ditetapkan? Bagaimana miitgasi yang dapat dilakukan oleh Tim KPBU untuk mengelola risiko-risiko eksternal di atas? 92

93 Input Proses Output di Tahap Penyiapan E Input Proses Output Penyiapan INPUT PROSES 5 MARKET SOUNDING OUTPUT 5 Market Sounding Dokumen Market Sounding Pelaksanaan Market Sounding untuk mendapatkan masukan mengenai hasil kajian awal pra-studi kelayakan yang telah disiapkan, terutama dalam hal kebutuhan Dukungan Pemeirntah. Selain itu, Tim KPBU juga dapat mengukur kapasitas badan usaha yang tersedia dan membandingkannya dengan kebutuhan proyek Masukan untuk penyempurnaan kajian awal pra studi kelayakan dan kriteria Badan Usaha 93

94 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Berdasarkan hasil kajian sementara, Pemerintah Daerah atau PJPK mengambil keputusan untuk lanjut atau tidak dengan market sounding. Market sounding dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai minat sektor badan usaha / swasta untuk ikut serta dalam tender proyek tersebut. Berdasarkan hasil market sounding, Pemerintah Daerah dapat memutuskan lanjut atau tidak ke tahap Transaksi. Sebelum transaksi dilakukan, Pemerintah Daerah perlu melakukan finalisasi atas kajian Pra Studi Kelayakan tersebut, dengan mempertimbangkan masukan dari calon investor dan mengakomodasi dukungan-dukungan Pemerintah yang dibutuhkan. Untuk melakukan hal ini Tim KPBU / Tim Teknis dapat mengadakan dan membiayai Konsultan Pendamping Transaksi yang akan membantu membuat Kajian Akhir Pra Studi Kelayakan (Final Business Case). Dalam hal dukungan fasilitas dibutuhkan, Pemerintah Daerah dapat mengajukan proposal fasilitas kepada Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur Kementerian keuangan. Pertanyaan Kunci Apakah tujuan market sounding telah didefinisikan dengan baik? Apakah informasi-informasi yang disiapkan telah dapat membantu pencapaian tujuan market sounding? Apakah metodologi market sounding telah sesuai sehingga masukan yang diharapkan bisa didapatkan dengan lengkap? 94

95 Input Proses Output di Tahap Penyiapan Apa saja kriteria badan usaha yang akan diundang dalam market sounding? Berdasarkan hasil market sounding, bagaimana kelayakan teknis, legal, finansial, lingkungan dan sosial menurut peserta? Berdasarkan hasil market sounding, bagaimanan Dukungan Pemerintah yang dibutuhkan oleh peserta? Berdasarkan hasil market sounding, apakah proyek ini layak dilanjutkan ke tahap transaksi? 95

96 KPBU di Sektor SPAM Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Hukum dan Kelembagaan ü Catatan 1 Apakah kajian hukum telah menunjukkan bahwa proyek KPBU dimaksud akan menaati peraturan-peraturan terkait dengan SPAM? 2 Apakah kajian hukum telah mengidentifikasi potensi hambatan dan risiko dari sisi hukum? 3 Jika terdapat hambatan dan risiko hukum, apakah telah ada rencana mitigasinya? 4 Apakah kajian telah mengidentifikasi seluruh peraturan hukum dan perizinan yang diperlukan? 5 Apakah sudah ada rencana dan jadwal untuk memenuhi persyaratan peraturan hukum dan perizinan pada poin 4? 6 Apakah PJPK memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan proyek KPBU yang direncanakan? 7 Apakah telah dilakukan pemetaan terhadap pemangku kepentingan (stakeholders) publik serta peran dan tanggung jawab pada implementasi proyek telah ditentukan dan disetujui? 96

97 Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Teknis ü Catatan 1 Apakah kajian teknis pra studi kelayakan proyek telah pernah dilakukan sebelumnya baik di Indonesia maupun di tempat lain? 2 Jika tidak ada proyek serupa, apakah kajian teknis pra studi kelayakan sudah dibuktikan dengan analisa spesifik terhadap proyek yang bersangkutan? 3 Apakah lokasi proyek telah ditetapkan? 4 Apakah telah sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) tingkat nasional, provinsi, maupun daerah kabupaten/kota? 5 Apakah izin untuk lokasi sudah didapatkan? 6 Apakah spesifikasi output proyek terkait telah didefinisikan? 7 Apakah risiko teknis proyek telah teridentifikasi? 97

98 KPBU di Sektor SPAM Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Teknis ü Catatan 8 Apakah indikasi probabilitas dan konsekuensi (penundaan dan biaya) telah tersedia? 9 Apakah analisis risiko telah terdokumentasi dengan baik dan referensi analisa risiko teknis tersedia? 10 Apakah estimasi biaya telah dipersiapkan sebagai input terhadap analisis biaya manfaat? Estimasi biaya termasuk seluruh biaya yang relevan yang terjadi akibat dari proyek. 11 Apakah estimasi biaya telah terdokumentasi dengan baik dan referensi estimasi biaya proyek sejenis tersedia? 12 Apakah perkiraan biaya telah memperhitungkan karakteristik yang spesifik dengan proyek, seperti lokasi terpencil, kondisi lokasi yang sulit, dan ketersediaan sumber daya lokal (sumber daya manusia, bahan baku, layanan dukungan, dll.)? 13 Apakah asumsi terhadap estimasi biaya telah didokumentasikan dengan baik? Dan apakah perhitungan biaya telah dijelaskan dengan baik? 14 Apakah indikasi probabilitas dan konsekuensi (penundaan dan biaya) telah tersedia? 98

99 Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Ekonomi dan Keuangan ü Catatan 1 Apakah perkiraan analisa kebutuhan (user demand) telah ditetapkan? 2 Apakah tingkat layanan (quality of service) telah ditetapkan berdasarkan analisa kebutuhan? 3 Apakah alternatif struktur penerimaan telah dikembangkan? 4 Apakah perkiraan biaya telah memperhitungkan keseluruhan biaya yang timbul seperti: a. biaya konstruksi; b. biaya pembebasan lahan; c. biaya untuk mengukur dan mencegah/mitigasi efek sosial dan lingkungan; d. biaya operasi dan perawatan; dan e. biaya lain-lain terkait proyek? 5 Apakah perkiraan biaya telah didokumentasikan dengan baik beserta penjelasannya? 6 Apakah perkiraan biaya telah dibandingkan dengan alternatif tidak melakukan apaapa? 99

100 Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Ekonomi dan Keuangan ü Catatan 7 Apakah biaya telah ditetapkan pada tingkat yang konstan? 8 Apakah biaya telah ditetapkan pada tingkat yang konstan? 9 Apakah estimasi biaya mengacu pada estimasi biaya pada kajian teknis? 10 Apakah biaya penting lainnya yang belum dapat dikuantifikasikan telah dipaparkan? 11 Apakah manfaat dari proyek telah ditetapkan? Terdiri dari kemauan membayar atas layanan yang diberikan atau penghematan biaya. 12 Apakah manfaat telah ditetapkan pada tingkat yang konstan? 13 Apakah perkiraan manfaat telah didokumentasikan dengan baik beserta penjelasannya? 14 Apakah manfaat penting lainnya yang belum dapat dikuantifikasikan telah dipaparkan? 100

101 Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Ekonomi dan Keuangan ü Catatan 15 Apakah Economic Net Present Value (NPV) dari arus biaya dan manfaat selama masa hidup proyek sudah diperhitungkan? 16 Apakah EconomicNPV lebih besar dari nol? 17 Apakah arus kas badan usaha selama masa perjanjian KPBU telah ditentukan? 18 Apakah arus beban dan penerimaan telah didokumentasikan dengan baik beserta penjelasannya? 19 Apakah Financial Internal Rate of Return (FIRR) telah ditetapkan? 20 Apakah Cost of Capital (COC) telah ditetapkan? 21 Apakah FIRR lebih besar daripada COC? (Financially Feasible) 22 Apakah equilibrium user fee telah ditetapkan? (Price Elasticity of Demand) 101

102 Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Ekonomi dan Keuangan ü Catatan 23 Apakah FIRR lebih besar daripada WACC? (Financially Feasible) 24 Apakah equilibrium user fee telah ditetapkan? (Price Elasticity of Demand) 25 Apakah opsi-opsi untuk meningkatkan return proyek telah diuji? 26 Apakah analisa sensitivitas telah dilakukan? 27 Apakah pengujian sensitivitas telah mempertimbangkan: a. peningkatan biaya; b. skenario low demand; dan c. risiko-risiko lain dari proyek yang telah diidentifikasi pada studi kelayakan? 102

103 Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Lingkungan dan Sosial ü Catatan 1 Apakah dampak lingkungan yang signifikan atas keberadaan proyek telah teridentifikasi? 2 Apakah Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) telah dilakukan? 3 Apakah UKL-UPL telah dilakukan? 4 Apakah dampak sosial dari proyek telah diidentifikasi? 5 Apakah dibutuhkan dukungan pemerintah dan/atau penjaminan? 103

104 Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Ekonomi dan Keuangan ü Catatan 1 Apakah manfaat dari KPBU telah disebutkan? 2 Apakan manfaat dari KPBU yang telah disebutkan mengacu pada keefektifan dan keefisienan? 3 Apakah telah menunjukkan manfaat dari proyek? 4 Apakah terdapat alokasi risiko? 5 Apakah BUP mampu mengadakan proyek sebagai KPBU? 6 Apakah sektor swasta tertarik dengan kontrak KPBU dan mampu melaksanakannya? 7 Apakah tidak ada kebijakan atau peraturan yang menghambat proyek? 8 Apakah proyek tidak memiliki risiko besar? 9 Apakah telah ditetapkan spesifikasi KPBU? 104

105 Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Risiko ü Catatan 1 Apakah risiko proyek telah teridentifikasi? 2 Apakah matriks risiko telah disajikan? 3 Apakah alokasi risiko telah disajikan? 4 Apakah risiko proyek telah dikuantifikasi dengan baik? 5 Apakah analisis risiko telah dilakukan? 6 Apakah dampak risiko telah diperhitungkan? 7 Apakah upaya mitigasi telah disusun? 105

106 Daftar Periksa Kajian Awal Pra-FS No. Kajian Dukungan/Jaminan Pemerintah ü Catatan 1 Apakah analisis kebutuhan Dukungan Pemerintah telah dilaksanakan? 2 Apakah analisis kebutuhan Jaminan Pemerintah telah dilaksanakan? 106

107 KPBU di Sektor SPAM CATATAN TEKNIS Catatan Teknis 1 Analisis Kelayakan Ekonomi dan Sosial Catatan Teknis 2 Analisis Ketersediaan Ruang Fiskal Catatan Teknis 3 Analisis Value for Money (VfM) 107

108 Catatan Teknis Catatan Teknis 4 Konsultasi Publik Catatan Teknis 5 Penganggaran Penyiapan Proyek KPBU Catatan Teknis 6 Market Sounding 108

109 CATATAN KPBU di Sektor SPAM TEKNIS 1: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI DAN SOSIAL Analisis Kelayakan Ekonomi & Sosial Dalam Identifikasi Proyek Proyek infrastruktur SPAM adalah suatu cara untuk melaksanakan mandat pelayanan umum untuk pelayanan umum dalam hal penyediaan air minum. Oleh karena itu, pelaksanaannya harus didahului dengan identifikasi kebutuhan atau permasalahan terkait dengan pelayanan umum tersebut. Setelah mengetahui kebutuhan atau permasalahan tersebut, Pemerintah Daerah mengidentifikasi opsi-opsi untuk mengatasi hal tersebut. Proyek penyediaan infrastruktur SPAM dapat menjadi bagian dari opsi-opsi itu. Langkah selanjutnya adalah memperjelas lingkup dan deskripsi teknis dari proyek-proyek tersebut. Dalam melakukan hal ini, kesesuaian dengan dokumen-dokumen perencanaan perlu dipastikan. Dokumen-dokumen tersebut meliputi: RPJMN, RPJMD, RTRWN, RTRWD, Rencana strategis sektor air minum Kementerian PUPR, Jakstra SPAM Nasional, Jakstra SPAM Daerah, Rencana Induk SPAM Nasional dan Rencana Induk SPAM Daerah. Setelah lingkup dan deskripsi teknis suatu proyek telah terdefinisi, langkah selanjutnya adalah melakukan uji kelayakan ekonomi dan sosial. Apabila hasil dari uji kelayakan ini menghasilkan hasil yang positif, proyek tersebut dapat lanjut pada proses selanjutnya, yaitu prioritisasi proyek. Identifikasi Kebutuhan atau Permasalahan Pelayanan Umum Sebelum melakukan analisis kelayakan ekonomi dan sosial, langkah pertama yang harus dilakukan adalah identifikasi kebutuhan atau permasalahan dalam pelayanan penyediaan air minum. Hal ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap kondisi terkini mengenai akses masyarakat terhadap air minum aman serta pelayanan BUMD (PDAM) yang tersedia. Akses masyarakat terhadap air minum aman dapat dijabarkan dalam angka-angka statistik terkait dengan: (1) proporsi masyarakat yang tidak memiliki akses air minum aman; (2) proporsi masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap jaringan air minum; (3) daerah masyarakat yang penyediaan air minum per kapita di bawah standar layanan; (4) daerah masyarakat yang kualitas air minumnya di bawah standar layanan; (5) daerah masyarakat yang kontinuitas penyediaan air minumnya di bawah standar layanan; (6) data relevan lainnya. Sedangkan kondisi pelayanan BUMD (PDAM) yang tersedia saat ini dapat dijabarkan dalam angka-angka statistik terkait dengan: (1) lingkup pelayanan berdasarkan wilayah geografis dan cakupan persentase masyarakat; (2) tingkat kebocoran / kehilangan air (Non Revenue Water); (3) kapasitas tidak terpakai: (4) kontinuitas pelayanan (kelangsungan pasokan); (5) pencapaian standar pelayanan umum yang ditetapkan; (6) data relevan lainnya (umur aset, standar teknis material, debit, dan spesifikasi teknis lainnya). 109

110 Catatan Teknis 1: Analisis Kelayakan Ekonomi dan Sosial Analisis Kelayakan Ekonomi & Sosial Setelah Pemerintah Daerah mengidentifikasi kebutuhan atau permasalahan layanan air minum di wilayah kewenangannya, tahap selanjutnya adalah merumuskan pilihan solusi-solusi teknis yang mungkin dapat dilakukan. Solusi teknis yang terbaik adalah yang memberikan kelayakan ekonomi dan sosial yang tertinggi. Analisis kelayakan ekonomi dan sosial ditujukan untuk menilai apakah solusisolusi teknis yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya akan memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial dibandingkan dengan biayanya. Salah satu metodologi yang paling banyak digunakan dalam melakukan hal ini adalah Cost-Benefit-Analysis (CBA). Analisis ini membandingkan pencapaian Net Present Value secara ekonomi (Economic NPV) dari alternatif solusi-solusi teknis tersebut. Suatu proyek atau solusi teknis dengan Economic NPV terbesar adalah pilihan yang terbaik. Dapat dikatakan bahwa CBA adalah selisih antara nilai yang dihasilkan dari suatu proyek dengan nilai sumber daya yang digunakan oleh proyek tersebut; kedua nilai tersebut dinyatakan dengan nilai moneter (Rupiah). Terdapat beberapa konsep penting dalam CBA yang harus dipahami oleh ASN di daerah. Di antaranya adalah Willingness to Pay (WTP), yaitu nilai manfaat yang didapatkan oleh penerima layanan umum. Suatu proyek dikatakan secara ekonomi (dan sosial) layak berarti manfaat yang didapatkan oleh masyarakat lebih besar dibandingkan dengan biayanya bagi masyarakat. Hal ini berbeda dengan konsep kelayakan finansial, yang berati nilai pendapatan yang didapat dari suatu proyek lebih besar daripada biaya proyek tersebut. Bila nilai biaya proyek lebih besar dibandingkan dengan nilai pendapatannya, hal ini disebut terjadi gap kelayakan (viability gap). ASN perlu menyadari bahwa manfaat yang dihitung pada CBA meliputi manfaat langsung maupun tidak langsung. Di sisi lain, biaya pun terdiri dari biaya langsung maupun tidak langsung. Yang dimaksud dengan manfaat dan biaya langsung adalah yang muncul secara langsung akibat keberadaan proyek tersebut, misalkan manfaat bagi pelanggan air minum dari SPAM yang dibangun serta biaya investasi yang diperlukan untuk membangun proyek SPAM tersebut. Sedangkan manfaat tidak langsung contohnya adalah penghematan biaya kesehatan karena ketersediaan air minum aman yang sebelumnya tidak atau kurang tersedia. Biaya tidak langsung bisa berupa berkurangnya potensi lahan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi lain seperti pariwisata. ASN perlu mengidentifikasi externalities yang terjadi akibat adanya proyek. Yang dimaksud dengan externalities adalah biaya dan manfaat yang muncul akibat produksi dan konsumsi layanan umum namun tidak tercermin pada harga yang dibebankan pada layanan umum tersebut. Tantangan utama dari CBA adalah ketersediaan data kuantitatif. Oleh karena itu, seringkali CBA dikombinasikan dengan metodologi lain yang lebih subyektif - untuk mengatasi ketidaktersediaan data kuantitatif terkait dengan manfaat dan/atau biaya. Beberapa metodologi yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan antara lain adalah: Cost Effectiveness Analysis (CEA) dan Threshold Analysis. CEA mengaitkan biaya opsi-opsi proyek dengan tujuan dari proyek tersebut. Misalkan biaya dibagi dengan jumlah pelanggan. Sedangkan Threshold Analysis dilakukan dengan menggunakan beberapa alternatif metodologi pengambilan keputusan multikriteria seperti pembobotan kriteria maupun Analytical Hierarchy Process / Analytical Network Process (AHP/ANP). 110

111 Catatan Teknis 1: Analisis Kelayakan Ekonomi dan Sosial Tersedia Lakukan Cost Benefit Analysis (CBA) Apakah data-data yang diperlukan untuk kuantifikasi tersedia? Tidak Tersedia Lakukan Cost Effectiveness Analysis (CEA) Ada / Signifikan Apakah masih ada manfaat/biaya yang belum dapat dikuantifikasi dan bernilai signifikan? Tidak ada / Tidak Signifikan Lakukan Threshold Analysis Opsi Output: a. CBA + Threshold b. CEA + Threshold c. CBA d. CEA Analisis kelayakan ekonomi dan sosial bertujuan untuk secara komprehensif mengetahui berapa besar manfaat dan biaya dari KPBU yang akan dikembangkan. Disebut komprehensif karena tidak hanya mencakup analisis keuangan, namun juga memperhatikan aspek sosial-ekonomi dari kehadiran proyek tersebut. 111

112 Catatan Teknis 1: Analisis Kelayakan Ekonomi dan Sosial 1. Cost Benefit Analysis Menggunakan data kuantitatif dari manfaat/biaya untuk mengukur ENPV, EIRR atau SDR. Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan pada proyek-proyek besar, namun juga lebih kompleks dan perlu pengumpulan data-data kuantitatif melalui cara berikut: Stated preference methods, yakni survey atau menanyakan langsung ke calon konsumen perihal berapa nilai/harga dari suatu produk/layanan berdasarkan persepsi mereka. Pertanyaan dapat berupa: Contingent valuation atau valuasi nilai dari suatu layanan. Dilakukan dengan mencari willingness to pay atau willingness to accept. Choice modelling atau komparasi beberapa alternatif/opsi untuk lalu menjadi bahan dalam melakukan valuasi. Dilakukan melalui discrete choice modelling, conjoint analysis, dsb. Revealed preference methods, yakni observasi perilaku calon konsumen untuk mengetahui pilihan-pilihan yang tersedia dan relasi uang dengan produk/layanan yang akan disediakan. Observasi dapat berupa: Hedonic pricing atau mencari tahu valuasi pasar atas suatu karakteristik dari layanan. Averting expenditures atau mencari tahu berapa biaya yang dikeluarkan calon konsumen (rumah tangga) untuk mencegah penurunan kualitas lingkungan. Dose response atau mencari hubungan antara dampak lingkungan/sosial terhadap hal lain yang terkait dengan kegiatan produksi dan ada data pasarnya. 2. Cost Effectiveness Analysis Melakukan perbandingan biaya proyek yang akan dijalankan dengan proyek lain yang bisa saja bentuknya atau jenis teknologinya berbeda namun menghasilkan output yang sama untuk layanan publik. Metode ini memudahkan menilai manfaat ekonomi sosial satu proyek dengan proyek lain tanpa perlu melakukan kuantifikasi manfaatnya, meskipun metode ini juga tidak detil seperti CBA dan struktur tiap-tiap proyek belum tentu apple to apple (adil untuk dibandingkan). Perbandingan dapat didasarkan pada dua hal, yakni: Unit value transfer, atau terkait unit-unit (atribut/karakter) yang bisa dikomparasi. Benefit function transfer, atau terkait fungsi-fungsi yang didapat dari stated/revealed preference method). 3. Threshold Analysis Bertujuan untuk memberikan komparasi subjektif terhadap manfaat dan biaya yang belum dapat dikuantifikasi terhadap ENPV dari hasil kuantifikasi (jika menggunakan CBA) atau komparasi proyek lainnya (jika menggunakan CEA). Meskipun lebih sederhana, metode ini juga rentan terhadap subjektivitas (bias) dapat terjadi baik oleh analis ataupun oleh perumus kebijakan. Perbandingan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: Multiple objective programming, atau menilai objektif eksplisit secara multikriteria sederhana. Analytical hierarchy process / Analytical Network Process, atau menilai objektif eksplisit dengan komparasi berpasangan. 112

113 Catatan Teknis 1: Analisis Kelayakan Ekonomi dan Sosial Contoh Sederhana Daerah ABC ingin membuat SPAM guna meningkatkan layanan publik dengan memanfaatkan waduk di daerah tersebut. Karena beberapa pertimbangan, diputuskan bahwa pembangunan SPAM akan dilakukan dengan model KPBU. Pada tahap identifikasi proyek, pemerintah daerah ini menugaskan tim yang melakukan riset dalam bentuk survey, sehingga metode yang digunakan dalam cost-benefit analysis (CBA) ini adalah stated preference method. Survey melibatkan 900 orang di desa A dan B serta kota C. Hasil survey pertama dengan metode contingent valuation untuk mencari real demand survey adalah sebagai berikut: Willingness to pay: Rata-rata satu keluarga di desa A dan B yang belum teraliri saluran air bersih rela mengeluarkan Rp per bulan untuk bisa mendapatkan layanan tersebut. Willingness to accept: Rata-rata satu keluarga di kota C yang sudah teraliri saluran air bersih mengaku bahwa harga kompensasi yang pantas diterima atas hilangnya layanan tersebut adalah Rp per bulan. Hasil survey kedua dengan metode choice modelling menanyakan sebagai berikut: Discrete choice modelling: Terdapat dua layanan air bersih. Layanan A memiliki debit air tinggi dan kualitas cukup, sedangkan layanan B memiliki debit air sedang dan kualitas tinggi. Keduanya memiliki harga sama yakni Rp per kubik. Diantara dua layanan tersebut ternyata 20% responden memilih layanan A sedangkan 80% sisanya memilih layanan B. Hal ini berarti atribut kualitas bernilai 4 kali lebih tinggi dari atribut debit air. Conjoint analysis: Dua opsi layanan diatas dikembangkan menjadi 6 opsi (2 opsi x 3 atribut debit, kualitas dan harga). Lalu responden diminta untuk mengurutkan ke-6 opsi tersebut. Lalu karena merasa hasil survey masih kurang memberikan gambaran yang cukup representatif, maka pemerintah daerah juga melakukan observasi terhadap pasar, sehingga metode yang digunakan dalam cost benefit analysis ini adalah revealed preference method. Hasil dari pengamatan tersebut adalah sebagai berikut: Hedonic pricing: Diasumsikan tiap layanan air minum memiliki karakteristik yang sama, kecuali pada debit airnya. Maka H = a + bq, dimana H adalah harga air minum, Q adalah kadar toksin dan 'b' adalah koefisien yang dicari melalui observasi. 113

114 Catatan Teknis 1: Analisis Kelayakan Ekonomi dan Sosial Averting expenditures: mengamati berapa hal di level rumah tangga, seperti: Penghematan biaya kesehatan Penghematan biaya membeli air dari vendor Penghematan waktu untuk mendapatkan air (dikuantifikasi berdasarkan proporsi dari casual daily unskilled wage rate) Penghematan waktu untuk merebus air (dikuanitifikasi berdasarkan proporsi dari casual daily unskilled wage rate) Penghematan biaya listrik/bahan bakar untuk merebus air Dose response: mengamati beberapa hal yang terjadi di level produksi/bisnis, seperti: Peningkatan pendapatan masyarakat akibat peningkatan produktivitas kerja Surplus PDAM Penambahan pajak bagi pemerintah Peningkatan peluang kerja dalam tahap konstruksi Dampak lainnya terhadap operasional dan kenyamanan bisnis Unit value transfer: Berapa debit air dan harga yang digunakan di proyek ABC, kemudian disesuaikan dengan keperluan debit air dan harga di proyek DEF. Benefit function transfer: Berapa WTP dari proyek ABC, lalu disesuaikan dengan WTP proyek DEF dengan cara sesuaikan berdasarkan perbandingan kondisi ekonomi masyarakat atau indikator komparasi lainnya. Setelah melakukan metode CBA untuk mengkuantifikasi dampak pengembangan proyek terhadap lingkungan sosial ekonomi, pemerintah ABC menemukan bahwa masih ada beberapa komponen yang sulit untuk dikuantifikasi. Oleh sebab itu diperlukan metode threshold analysis untuk menilai komponen-komponen tersebut secara kualitatif. Sementara itu kebutuhan layanan air bersih juga muncul di daerah DEF. Sama seperti daerah ABC, DEF juga memiliki waduk sendiri yang ingin dimanfaatkan dalam model KPBU. Namun karena memiliki keterbatasan anggaran dan sumber daya untuk melakukan pengumpulan data-data kuantitatif, maka pemerintah daerah DEF melakukan identifikasi proyek dengan metode Cost Effectiveness Analysis. Pemerintah daerah ini mengadopsi data-data kuantitatif yang sudah dimiliki pemerintah daerah ABC, yakni dalam bentuk: 114

115 CATATAN KPBU di Sektor SPAM TEKNIS 2: ANALISIS KESEDIAAN RUANG FISKAL Terdapat enam hal yang perlu dilakukan untuk menghitung ketersediaan ruang fiskal bagi penyediaan infrastruktur, yakni: 1. Pembuatan proyeksi pendapatan daerah PAD, Dana Perimbangan, pendapatan daerah lainnya. 2. Pembuatan proyeksi belanja Belanja langsung dan belanja tidak langsung 3. Pembuatan proyeksi surplus / defisit Proyeksi pendapatan dikurangi proyeksi belanja 4. Pembuatan proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan 5. Perhitungan proyeksi ruang fiskal Batas maksimal defisit (proyeksi defisit / proyeksi PRDB) 6. Penetapan proyeksi ruang fiskal untuk penyediaan infrastruktur Pembangunan, pengoperasian dan perawatan 115

116 Catatan Teknis 2: Analisis Kesediaan Ruang Fiskal Mengurutkan Mengurutkan pilihan proyek-proyek infrastruktur hasil tahap identifikasi proyek berdasarkan pencapaian: a) ENPV / EIRR bila menggunakan Cost-Benefit Analysis. b) Biaya paling efisien bila menggunakan Cost-Effectiveness Analysis. c) Skor bila menggunakan Multi-Criteria Analysis. Mengestimasi Biaya Melakukan estimasi atas proyeksi biaya fiskal dari tiap-tiap inisiatif proyek infrastruktur. Terdapat tiga tahap utama dalam membuat prioritisasi proyek infrastruktur, yakni tahap mengurutkan, tahap mengestimasi biaya, dan tahap menetapkan. Menetapkan Menetapkan inisiatif proyek-proyek infrastruktur yang lolos berdasarkan threshold ruang fiskal yang tersedia untuk penyediaan infrastruktur. 116

117 CATATAN KPBU di Sektor SPAM TEKNIS 3: ANALISIS VALUE FOR MONEY (VfM) Terdapat dua pilihan analisis VfM, yakni secara kualitatif dan secara kuantitatif. Pendekatan kuantitatif cenderung lebih reliable dan relatif lebih bebas dari bias subjektif karena menggunakan data-data objektif mengenai proyek-proyek sejenis. Meskipun demikian, pendekatan ini memerlukan data-data besar risiko, probabilitas dan deviasinya. Karena kompleksitas ini, penggunaan pendekatan kualitatif menjadi lebih disarankan. Selain mengambil kesimpulan dari jawaban atas pertanyaanpertanyaan kunci, analisis Value for Money secara kualitatif bisa pula dilakukan dengan menggunakan software VAT Tool yang dibuat oleh IIGF Institute. Algoritma software tersebut dibuat berdasarkan struktur seperti contoh pada gambar di samping. Dengan menggunakan tool tersebut, pemilihan modalitas yang terbaik (pengadaan barang dan jasa biasa atau KPBU) dilakukan dengan pemilihan skor terbesar dari hasil perhitungan kualitatif berdasarkan metode pair wise comparison. 117

118 Catatan Teknis 3: Analisis Value for Money Dengan metode pair wise comparison, diharapkan proses penilaian dapat menjadi lebih objektif. Cara utamanya adalah dengan melakukan perbandingan secara berpasang-pasangan. Sebagai contoh pada level 2 di faktor Desirability, terdapat 4 subfaktor yang diyakini berpengaruh. Keempat subfaktor tersebut dinilai secara berpasang-pasangan, dimana pengguna diminta memilih mana subfaktor yang dirasa lebih penting daripada subfaktor lainnya. Contohnya adalah sebagai berikut: Contoh Penilaian Secara Pair Wise Comparison untuk Level 2 (Desirability) Hal tersebut dilakukan di semua faktor pada semua level (level 1, 2, 3 jika dalam contoh). 118

119 Catatan Teknis 3: Analisis Value for Money Skala Pengertian Penjelasan 1 Equal importance Sama besar pengaruhnya 2 Weak or slight * 3 Moderate importance 4 Moderate plus ** 5 Strong importance Kriteria yang dipilih memberi pengaruh yang sedikit lebih besar dibandingkan pilihan lainnya Kriteria yang dipilih memberi pengaruh yang lebih besar dibandingkan pilihan lainnya Setelah pengguna memberikan penilaian atas semua pasangan tersebut di setiap level, maka pengguna akan menerima hasil akhir berupa VfM score. Nilai yang ada di VfM score tidak menunjukkan besaran risiko, probabilitas ataupun deviasi atas risiko tersebut, tetapi menunjukkan kekuatan relatif suatu risiko terhadap risiko lain. Sebagai contoh, dari hasil di samping dapat dilihat bahwa risiko dukungan kerangka peraturan bersifat lebih kuat daripada risiko lain. Selain itu dapat dilihat juga mana skema pembiayaan yang paling tepat, apakah dengan menggunakan APBD/APBN, BUMN, KPBU, atau B2B. 6 Strong plus *** 7 Very Strong Importance Kriteria yang dipilih memberi pengaruh yang sangat lebih besar dibandingkan pilihan lainnya 8 Very, very strong **** 9 Extreme importance Kriteria yang dipilih memberi pengaruh yang jauh lebih besar dibandingkan pilihan lainnya 119

120 Catatan Teknis 3: Analisis Value for Money 120

121 Catatan Teknis 3: Analisis Value for Money Pendekatan Kuantitatif Analisis VFM kuantitatif memerlukan data yang umumnya belum tersedia di fase perencanaan. Meskipun demikian, perkiraan perhitungan kasar dapat dilakukan, tetapi akurasinya akan lebih baik apabila dilakukan pada fase penyiapan dan, apa lagi, fase transaksi. Analisis ini dilakukan dengan menghitung Public Service Comparator (PSC), yaitu biaya yang akan dikeluarkan oleh Pemerintah, selama satu siklus hidup infrastruktur, apabila penyediaannya menggunakan skema pengadaan barang dan jasa biasa. PSC, selain memperhitungkan estimasi biaya investasi dan operasi, juga memperhitungkan perkiraaan biaya risiko. Perkiraan biaya risiko adalah perkiraan tambahan biaya proyek akibat adanya kebolehjadian terjadinya suatu risiko dan perkiraan dampak terjadinya risiko. Hasil perhitungan terhadap total biaya yang terjadi akibat adanya risiko-risiko yang akan dialokasikan pada Badan Usaha Estimasi biaya-biaya yang muncul pada Badan Usaha apabila skema KPBU digunakan, dibandingkan dengan pengadaan secara langsung oleh Pemerintah Estimasi biaya proyek (investasi dan operasional) bila dilakukan melalui pengadaan barang dan jasa biasa tanpa memperhitungkan biaya-biaya risiko. Hasil perhitungan terhadap total biaya akibat adanya risiko-risiko yang akan tetap dialokasikan pada Pemerintah (PJPK) 121

122 CATATAN TEKNIS 4: KONSULTASI PUBLIK Konsultasi Publik Konsultasi publik adalah proses interaksi antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi BUMN/direksi BUMD dengan masyarakat termasuk pemangku kepentingan untuk meningkatkan transparansi, efisiensi, akuntabilitas dan efektivitas KPBU. Terdapat dua kali pelaksanaan konsultasi publik, yakni pada tahap perencanaan dan pada tahap persiapan. Konsultasi Publik pada tahap perencanaan dilakukan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN/Direksi BUMD untuk mendiskusikan penjelasan dan penjabaran terkait dengan rencana KPBU sehingga diperoleh hasil sekurang-kurangnya sebagai berikut: 1. Penerimaan tanggapan dan/atau masukan dari pemangku kepentingan yang menghadiri Konsultasi Publik; dan 2. Evaluasi terhadap hasil yang didapat dari Konsultasi Publik dan implementasinya dalam KPBU. Landasan Hukum PP No. 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum Perpres No. 38 Tahun 2015 tentang KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur Permen Bappenas No. 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur 122

123 Catatan Teknis 4: Konsultasi Publik Konsultasi publik berbeda dengan penyuluhan, dimana tujuan dari konsultasi publik adalah untuk mendapatkan informasi, data, perspektif dan argumen dari masyarakat. Oleh sebab itu konsultasi publik bersifat lebih dua arah dan pencapaiannya dapat diukur dengan kedalaman penggalian masalah serta hasil berupa mufakat musyawarah. ELEMEN/DIMENSI PENYULUHAN/SOSIALISASI KONSULTASI PUBLIK Subyek Pemerintah sebagai aktor utama Pemerintah dan warga sebagai aktor bersama Sumber informasi Kaum ahli Kaum ahli dan warga negara Kualitas informasi Informasi dan pilihan kebijakan dimiliki oleh pemerintah dan ahli Informasi dan pilihan kebijakan dibagi dan disebar ke warganegara Relasi Pemerintah dominan Pemerintah setara dengan pihak lain Proses Satu arah dari pemerintah ke warganegara Dua arah dan interaktif/dialogis Ukuran capaian Jumlah pertemuan dan peserta Penggalian masalah, forum belajar bersama, kesepakatan Hasil utama Informasi tersebar Musyawarah, deliberasi dan mufakat 123

124 Catatan Teknis 4: Konsultasi Publik Diskusi Kelompok Terarah (FocusGroup Discussion) Jejak Pendapat (Deliberative Poll) Konsultasi publik yang dilakukan di tahap perencanaan perlu bersifat deliberatif, yang kurang lebih berarti melibatkan pertimbangan teliti dan seksama untuk mendukung atau mengkritisi suatu usulan. Untuk itu, konsultasi publik biasanya diawali dengan pemaparan usulan proyek (draf studi pendahuluan) Terdapat beberapa contoh metode deliberatif yang dapat diaplikasikan, diantaranya adalah: Diskusi Kelompok Terarah/ Focus Group Discussion yang cukup sederhana dan umum dipraktekkan di Indonesia; dan Jejak Pendapat/Deliberative Poll yang lebih kompleks namun hasilnya juga efektif dan banyak diaplikasikan di negara-negara lain. Peserta Teknik Kelebihan Kekurangan Satu kelompok terdiri dari 6-10 warga yang memiliki keahlian teknis; akan menerima dampak dari proyek; atau mewakili elemen tertentu dalam masyarakat Tiap diskusi berlangsung +/- 90 menit, ada penyaji yang memaparkan usulan proyek (studi pendahuluan) dan ada fasilitator yang mengarahkan diskusi agar sesuai objektif diskusi. Lebih singkat Pembahasan dapat lebih detail dan mendalam, sehingga kualitas informasi, data, dan perspektif dapat jadi lebih tajam. Perlu fasilitator yang piawai di tiap diskusi Perlu diselenggarakan beberapa kali dengan kelompok peserta yang berbeda bila perlu lebih banyak kuantitas perspektif. Polling daring diikuti oleh warga yang memiliki keahlian teknis, menerima dampak, atau mewakili elemen tertentu bisa dengan atau tanpa kuota. Lalu diskusi jejak pendapat diikuti 6-10 orang. Tiap diskusi berlangsung +/- 90 menit, penyaji memaparkan usulan proyek (studi pendahuluan) serta hasil dari polling daring. Lebih merepresentasikan suara masyarakat banyak Tidak perlu diselenggarakan berkali-kali Proses lebih panjang karena ada polling daring Hasil polling online tidak lepas dari bias Contoh waktu Penggunaan Ketika proyek yang diusulkan bersifat sensitif atau rentan terhadap ekspektasi publik yang berlebih sehingga persebaran informasi perlu diminimalisir. Ketika proyek yang diusulkan tidak bersifat sensitif dan data-datanya dapat diakses oleh publik tanpa perlu pembatasan persebaran informasi. 124

125 Catatan Teknis 4: Konsultasi Publik 1 Yakni presentasi draf studi pendahuluan yang didalamnya tercakup analisa kelayakan ekonomi sosial; kriteria kepatuhan; kriteria faktor penentu nilai manfaat uang partisipasi badan usaha; dan analisa komersil (potensi pendapatan) dan skema pembiayaan proyek. Penyiapan data-data dan dokumen yang akan menjadi bahan Konsultasi Publik Pemetaan aktor, penjadwalan, menentukan tim kerja dalam KP, serta skema pendanaan KP. 6 2 Evaluasi proses dan hasil akhir KP Penyiapan desain dan rencana kerja Konsultasi Publik Enam Proses Konsultasi Publik 5 Pemantauan oleh warga apakah hasil-hasil KP diakomodir pemerintah Pengolahan, pelaporan dan penyebarluasan hasil-hasil KP Hasil-hasil KP tersebut dapat menggambarkan respon dari publik perihal setuju/tidaknya untuk meneruskan proyek KPBU yang dibahas. 4 Pelaksanaan Konsultasi Publik 3 Meliputi proses registrasi peserta, pembukaan, presentasi dari inisiator acara, diskusi kelompok berdasarkan analisis yang dilakukan, serta pleno pembahasan dan penutup. 125

126 KPBU di Sektor SPAM CATATAN TEKNIS 5: PENGANGGARAN PENYIAPAN PROYEK KPBU Fasilitas Penyiapan Kajian Awal Pra Studi Kelayakan Kementerian PUPR Market Sounding Fasilitas Penyiapan FBC PDPPI Kemenkeu Pelaksanaan Penyiapan FBC dengan APBD Penganggaran Tahap Penyiapan Fasilitas Penyiapan Kajian Awal Pra Studi Kelayakan Bappenas / KP2IP Market Sounding Fasilitas Penyiapan FBC PDPPI Kemenkeu Pelaksanaan pembuatan Kajian Awal Pra Studi Kelayakan oleh APBD Market Sounding Fasilitas Penyiapan FBC PDPPI Kemenkeu Pelaksanaan Penyiapan FBC dengan APBD Gambar di atas menunjukkan pilihan alur yang dapat dilalui oleh PJPK dalam menganggarkan biaya untuk penyiapan dan transaksi Proyek Kerjasama. Pilihan pertama adalah melaksanakan penyiapan proyek KPDBU dengan menggunakan APBD. Setelah market sounding dan hasilnya menjanjikan untuk dilanjutkan ke fase transaksi, PJPK memiliki dua pilihan untuk penganggaran. Yang pertama adalah dengan tetap menggunakan APBD, yang kedua adalah dengan menggunakan fasilitasi dari PDPPI Kementerian Keuangan. Pilihan kedua adalah dengan menggunakan fasilitasi Kementerian PUPR untuk pembuatan kajian awal pra-studi kelayakan. Dengan demikian penggangaran fase penyiapan akan terbantu dengan anggaran dari fasilitasi Kementerian PUPR. Pada fase berikutnya, setelah market sounding, PJPK dapat mempertimbangkan untuk memanfaatkan fasilitasi dari PDPPI Kementerian Keuangan atau menggunakan APBD. Sedangkan yang ketiga, apabila usulan proyek tersebut menjadi proyek frontier, prioritas atau strategis nasional, maka fasilitasi Kajian Awal Pra Studi Kelayakan dari Bappenas atau KP2IP akan digunakan. Pada fase transaksi, fasilitasi PDPPI Kemenkeu akan digunakan. Meskipun fasilitasi dilakukan pada fase penyiapan maupun transaksi, ini tidak berarti PJPK tidak menganggarkan apa pun, namun anggaran tetap diperlukan untuk keperluan operasional tim teknis / KPBU dan tim pengadaan. 126

127 CATATAN KPBU di Sektor SPAM TEKNIS 6: Market Sounding Kapan Market Sounding Perlu Diadakan? Market sounding sebaiknya dilakukan segera setelah proyek yang dibahas memiliki batasan atau pengertian khusus terkait ukuran, kapasitas, atau lingkup cakupannya. Waktu pelaksanaan ini tidak boleh terlalu awal dan juga tidak boleh terlalu telat. Apabila market sounding dilakukan terlalu awal, maka proyek yang diusulkan bisa mendapat multi intrepretasi dan publik juga belum dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cukup relevan. Sebaliknya, apabila market sounding dilakukan terlalu telat, yakni ketika proyek sudah terlalu detail, maka fleksibilitas menjadi berkurang. Oleh sebab diatas, disarankan agar market sounding dilakukan ketika proyek sedang di pertengahan masa peninjauan aspek-aspek fundamental proyek (kebutuhan teknikal, model finansial, struktur kontrak), sehingga proyek sudah lebih mudah untuk dipahami namun juga masih cukup fleksibel untuk mengalami perubahan. Proyek yang diusulkan perlu dibahas melalui dialog antara pemerintah, badan usaha, dan masyarakat, khususnya pihak-pihak yang berpengalaman dalam mengadakan infrastruktur atau layanan sejenis. Hal ini ditujukan agar market sounding yang dilakukan dapat menjaring opini ahli terhadap kondisi pasar, aspek teknikal, serta alokasi risiko. Apabila tidak ada pihakpihak yang berpengalaman karena infrastruktur atau layanan tersebut terbilang baru, maka dapat dipertimbangkan untuk mengundang pihak berpengalaman yang ada di daerah lain. Selain itu, market sounding juga dapat mengundang pihak-pihak yang berpotensi menjadi investor atau menunjang pendanaan proyek, dimana pihak ini juga dapat memberikan masukan yang relevan mengenai kesesuaian dari perspektif komersial maupun kondisi pasar pada sektor yang spesifik. Siapa Saja Yang Perlu Diundang Dalam Market Sounding? 127

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2016 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN OLEH PEMERINTAH PUSAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN

Lebih terperinci

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Dipersiapkan untuk Market Sounding Proyek KPBU: Pengembangan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN SPAM

PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN SPAM PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN SPAM RPJPN RPJMN RKP RAPBN APBN JAKSTRA NasSPAM RENSTRA K/L RENJA K/L RKA K/L DIPA PUSAT DAERAH RPJPD RPJMD RKPD RAPBD APBD JAKSTRA DaSPAM

Lebih terperinci

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyiapan. Pelaksanaan. Transaksi. Fasilitas. Penyediaan Infrastruktur. Proyek Kerjasama. Pemerintah dan Bahan Usaha. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM

TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM TATA CARA KERJASAMA PENYELENGGARAAN SPAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN KERJASAMA SPAM 1. UU 23/2014 2. PP 50/2007 3. PP 121/2015 4. PP 122/2015 5. PP 54/2017 6. Perpres 38/2015 7. Permen

Lebih terperinci

KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif

KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif KPBU sebagai Skema Pengadaan Infrastruktur Yang Akuntabel, Transparan dan Kompetitif Jakarta 31 Desember 2015 Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya infrastruktur dan menempatkan infrastruktur

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 KEMENKEU. Ketersediaan Layanan KPBU. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.08/2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai hal-hal

Lebih terperinci

- 1 - DOKUMEN STANDAR KSNP SPAM, JAKSTRA SPAM PROVINSI, DAN JAKSTRA SPAM KABUPATEN/KOTA

- 1 - DOKUMEN STANDAR KSNP SPAM, JAKSTRA SPAM PROVINSI, DAN JAKSTRA SPAM KABUPATEN/KOTA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR KSNP SPAM, JAKSTRA SPAM PROVINSI, DAN JAKSTRA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2012 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH

MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK KPBU OLEH PEMERINTAH DAERAH MEKANISME PELAKSANAAN PROYEK OLEH PEMERINTAH DAERAH LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH Jakarta, 14 September 2017 OUTLINE TUGAS DAN FUNGSI LKPP DALAM PENGADAAN SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta No.1486, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Ketersediaan Layanan. Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur.Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.08/2015

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

2012, No.662. www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.662. www.djpp.depkumham.go.id 13 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PANDUAN UMUM PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T Pedoman Layanan Informasi dan Konsultasi Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Berbasis Web D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Dana Alokasi Khusus. Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM 1 OUTLINE 1 2 3 4 5 OVERVIEW BPPSPAM PENILAIAN KINERJA PDAM LANDASAN HUKUM DAN TAHAPAN PROSES KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) PROYEK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Proyek Infrastruktur. Rencana. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I SUMBER DAYA AIR. Air Minum. Penyediaan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 345 Tahun 2015) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN BINA KEUANGAN DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN BINA KEUANGAN DAERAH KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR: KEBIJAKAN DAN MEKANISME PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN (AVAILABILITY PAYMENT) DALAM APBD Oleh: Ir. BUDI ERNAWAN, MPPM Kasubdit

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT 1. UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah 2. PP 121/2015 tentnag Pengusahaan Sumber Daya Air 3. PP 122/2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum 4. Perpres 38/2015

Lebih terperinci

PEMBERIAN SUBSIDI DARI PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PENYELENGGARA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PEMBERIAN SUBSIDI DARI PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PENYELENGGARA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PEMBERIAN SUBSIDI DARI PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PENYELENGGARA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM www.medan.tribunnews.com I. PENDAHULUAN Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PAPARAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PAPARAN PAPARAN PENGANTAR PERMENDAGRI NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN/AVAILABILITY PAYMENT DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA UNTUK PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Kementerian PUPR Mendorong Peran Aktif Pemda Mencapai Target 100% Akses Aman Air Minum

Kementerian PUPR Mendorong Peran Aktif Pemda Mencapai Target 100% Akses Aman Air Minum Rilis PUPR #1 23 Oktober 2017 SP.BIRKOM/X/2017/518 Kementerian PUPR Mendorong Peran Aktif Pemda Mencapai Target 100% Akses Aman Air Minum Jakarta - Tidak hanya membangun konektivitas dan bendungan, Kementerian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah Jakarta, 26 Oktober 2017 Outline o Kebutuhan Pembiayaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PRT/M/2016 TENTANG PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN SENDIRI OLEH BADAN

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Percepatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR [*] TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM No. 12/PRT/M/2010 B A N J A R M A S I N, M E I

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM No. 12/PRT/M/2010 B A N J A R M A S I N, M E I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM No. 12/PRT/M/2010 1 B A N J A R M A S I N, M E I 2 0 1 1 ALUR PENGEMBANGAN SPAM 2 pemerintah BUMN/ BUMD SPAM Dana Sendiri Kerjasama Kontraktor SPAM Pasal 37 PP 16/2005

Lebih terperinci

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU? Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Definisi: KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu kepada spesifikasi

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM mercusuarnews.com Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012

Lebih terperinci

GLOSARIUM KPBU DAFTAR ISTILAH-ISTILAH DALAM SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA

GLOSARIUM KPBU DAFTAR ISTILAH-ISTILAH DALAM SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA GLOSARIUM KPBU DAFTAR ISTILAH-ISTILAH DALAM SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA Buku ini disusun oleh Tim IIGF Institute : Bely Utarja, Reni F. Zahro, Ratna Widianingrum didukung oleh berbagai narasumber;

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013-2015 Disusun oleh: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah dibagi menjadi beberapa tahapan mulai dari Perencanaan Jangka Panjang, Jangka Menengah, dan Tahunan. Dokumen perencanaan jangka panjang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2014 KEMENDAGRI. Produk Unggulan. Daerah. Pengembangan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Penggunaan Dana Alokasi Khusus. Tahun Anggaran 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

1 of 9 21/12/ :39

1 of 9 21/12/ :39 1 of 9 21/12/2015 12:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

KOORDINASI PENGAWALAN PENGGUNAAN DANA DESA 2017

KOORDINASI PENGAWALAN PENGGUNAAN DANA DESA 2017 Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan KOORDINASI PENGAWALAN PENGGUNAAN DANA DESA 2017 Yogyakarta, 12 Januari 2017 TUGAS KEMENKO PMK (Sesuai Perpres Nomor 9 Tahun 2015) Menyelenggarakan

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM disampaikan oleh Direktur Pengembangan SPAM pada: Sosialisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Air Minum TA 2019 Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG : : : : PERATURAN DAERAH 4 TAHUN 2012 20 April 2012 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN 2011-2016 BAB I PENDAHULUAN Perencanaan adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang dalam bab pendahuluan ini adalah untuk mengemukakan secara ringkas pengertian Renstra SKPD, fungsi Renstra SKPD dalam penyelenggaraan pembangunan daerah,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Isu Strategis

Isu Strategis Isu Strategis 2015-2019 Masih rendahnya akses aman air minum (rata-rata Nasional masih di bawah 70%) Terbatasnya opsi pendanaan (APBN terbatas, APBD minim, KPS belum kondusif) Belum memadainya kapasitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan,

Lebih terperinci

PAPARAN DIREKTUR PENDAPATAN DAERAH

PAPARAN DIREKTUR PENDAPATAN DAERAH PAPARAN DIREKTUR PENDAPATAN DAERAH PENGANTAR PERMENDAGRI NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN/AVAILABILITY PAYMENT DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA UNTUK

Lebih terperinci

CARA PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS

CARA PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK. 05/2006 TENTANG TATACARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PENGELOLAAN DANA DUKUNGAN INFRASTRUKTUR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK. 05/2006 TENTANG TATACARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PENGELOLAAN DANA DUKUNGAN INFRASTRUKTUR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK. 05/2006 TENTANG TATACARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PENGELOLAAN DANA DUKUNGAN INFRASTRUKTUR MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai hal-hal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci