PENILAIAN ECONOMIC LOSSES MASYARAKAT DESA CIJERUK KABUPATEN BOGOR AKIBAT ADANYA PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR OLEH PERUSAHAAN AIR MINUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENILAIAN ECONOMIC LOSSES MASYARAKAT DESA CIJERUK KABUPATEN BOGOR AKIBAT ADANYA PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR OLEH PERUSAHAAN AIR MINUM"

Transkripsi

1 PENILAIAN ECONOMIC LOSSES MASYARAKAT DESA CIJERUK KABUPATEN BOGOR AKIBAT ADANYA PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR OLEH PERUSAHAAN AIR MINUM PRAMUDYA BAGUS SETIAWAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 PENILAIAN ECONOMIC LOSSES MASYARAKAT DESA CIJERUK KABUPATEN BOGOR AKIBAT ADANYA PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR OLEH PERUSAHAAN AIR MINUM PRAMUDYA BAGUS SETIAWAN H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

3 RINGKASAN PRAMUDYA BAGUS SETIAWAN. Penilaian Economic Losses Masyarakat Desa Cijeruk Kabupaten Bogor Akibat Adanya Pemanfaatan Sumber Mata Air oleh Perusahaan Air Minum. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air pada dasarnya terdiri atas tiga jenis, yaitu air hujan, air permukaan dan air bawah tanah (Wiyono, 2007). Mata air termasuk ke dalam sumber air bawah tanah. Sumber mata air Gunung Salak sudah banyak dikuasai oleh individu maupun perusahaan air minum. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab terjadi pemanfaatan secara berlebihan terhadap sumber mata air demi kepentingan keuntungan finansial tanpa berdasarkan kelestarian lingkungan sehingga menimbulkan berkurangnya debit air yang disalurkan ke masyarakat. Berkurangnya debit air ini menyebabkan kerugian yang dialami oleh masyarakat dalam memanfaatkan sumber mata air untuk kebutuhan sehari-hari serta untuk irigasi persawahan. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mengidentifikasi kelangkaan sumberdaya air yang dialami masyarakat di Desa Cijeruk akibat pemanfaatan secara berlebihan terhadap sumber mata air Gunung Salak, (2) mengkaji pengelolaan sumber mata air di Desa Cijeruk, (3) mengestimasi nilai economic losses sumberdaya air pada sumber mata air Gunung Salak akibat pemanfaatan berlebihan oleh perusahaan air minum di Desa Cijeruk. Penelitian ini dilaksanakan di RW 04 dengan sumber mata air yang bernama mata air Cikiara dan di RW 05 dengan sumber mata air yang bernama mata air Legok Adung Desa Cijeruk Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian ini dipilih atas rekomendasi dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor serta berdasarkan hasil riset sebelumnya karena adanya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum yang menimbulkan kerugian terhadap masyarakat. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Juni Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner serta observasi lapang. Responden yang diwawancarai meliputi rumah tangga dan petani padi yang memperoleh air dari sumber mata air. Data sekunder sebagai data penunjang diperoleh dari Desa Cijeruk serta Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan persepsi responden telah terjadi kelangkaan sumberdaya air yang berasal dari sumber mata air akibat adanya pemanfaatan secara berlebihan terhadap sumber mata air oleh perusahaan air minum. Belum adanya kelembagaan yang jelas dalam pengelolaan sumber mata air. Total nilai economic losses rumahtangga Desa Cijeruk per tahun adalah sebesar Rp sedangkan economic losses petani padi adalah sebesar Rp Jadi total nilai economic losses masyarakat Desa Cijeruk akibat adanya pemanfaatan sumber mata air secara berlebihan oleh perusahaan air minum adalah sebesar Rp Kata Kunci: economic losses, kelangkaan, sumber mata air

4 Judul : Penilaian Economic Losses Masyarakat Desa Cijeruk Kabupaten Bogor Akibat Adanya Pemanfaatan Sumber Mata Air Oleh Perusahaan Air Minum Nama : Pramudya Bagus Setiawan NIM : H Menyetujui, Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M. Sc NIP: Nuva, SP, M.Sc Mengetahui: Ketua Departemen, Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP: Tanggal Lulus :

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PENILAIAN ECONOMIC LOSSES MASYARAKAT DESA CIJERUK KABUPATEN BOGOR AKIBAT ADANYA PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR OLEH PERUSAHAAN AIR MINUM BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Juli 2012 Pramudya Bagus Setiawan H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 27 Oktober 1987 sebagai putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Bambang Hadi Sutrisno dan Ibu Sri Mulyasih. Pada tahun 1992 penulis memulai studinya di TK Nusantara, Tangerang dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan di SDN Cipondoh 02, Tangerang dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan kembali pendidikan di SLTP Negeri 1 Tangerang dan lulus pada tahun Setelah itu, penulis bersekolah di SMA Negeri 95 Jakarta dan lulus pada tahun Tahun itu juga, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setelah setahun belajar pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB-IPB), pada tahun 2007 penulis memilih Mayor Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen-IPB. Selama kuliah penulis aktif pada lembaga kemahasiswaan intra kampus. Pada tahun , penulis menjadi anggota Divisi Study Resource and Development, Resource and Environmental Economics Students Association (REESA). Kemudian pada tahun , penulis menjadi ketua Divisi Study Resource and Development, Resource and Environmental Economics Students Association (REESA). Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan baik sebagai peserta maupun sebagai panitia.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat pemanfaatan secara berlebihan oleh perusahaan air minum terhadap sumber mata air. Dampak kerugian ekonomi ini dicerminkan pada masyarakat yang harus mengeluarkan pengorbanan lebih serta petani padi yang mengalami kerugian akibat berkurangnya jumlah pendapatannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya pihak yang terkait dengan penelitian ini. Bogor, Juli 2012 Pramudya Bagus Setiawan H

8 UCAPAN TERIMA KASIH Skripsi ini dapat selesai tidat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Ibu Nuva, SP, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan serta motivasinya yang luar biasa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. 2. Ibu Pini Wijayanti, SP, M.Si yang sempat menjadi dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan serta motivasinya yang luar biasa kepada penulis. 3. Ibu Eva Anggraini, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingannya selama kuliah di Departemen ESL. 4. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen penguji utama dan Bapak Novindra, SP, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan saran, kritik dan masukan. 5. Mamah (Sri Mulyasih), Papah (Bambang Hadi Sutrisno), adikku (Himawan Yudistiro) serta seluruh keluarga besar yang telah melimpahkan kasih sayang, doa dan dukungan selama ini. 6. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Zenal, Ayu dan Tina) atas masukan dan dukungannya serta teman-teman ESL 43 yang yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah menjadi teman yang baik.

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. 1.5 Batasan Penelitian.. II. TINJAUAN PUSTAKA Kelangkaan Sumberdaya Air. 2.2 Penilaian Economic Losses Sumberdaya Air. 2.3 Kelembagaan Sumberdaya Air... III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Kerangka Operasional IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 4.2 Jenis dan Sumber Data Penentuan Jumlah Responden 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Kelangkaan Sumberdaya Air Penilaian Economic Losses Sumber Mata Air Analisis Pendekatan Produktifitas Analisis Averted Cost Method Mengkaji Pengelolaan Sumberdaya Air Di Desa Cijeruk. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Sumberdaya Alam. 5.3 Gambaran Umum Responden Umur Pendidikan Terakhir Lama Bertani Luas Lahan Pekerjaan Rumahtangga Tingkat Pendapatan Rumahtangga Lama Tinggal Halaman xi xii xiii

10 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Mengidentifikasi Kelangkaan Sumberdaya Air Di Desa Cijeruk Responden Petani Padi Responden Rumahtangga Pengelolaan Sumberdaya Air Estimasi Nilai Economic Losses Analisis Perubahan Pendapatan pada Responden Petani Padi Analisis Averted Cost Methode (Metode Biaya Tambahan) pada Responden Rumah Tangga 54 VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran 59 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 62 x

11 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data Sebaran Desa di Kecamatan Cijeruk Karakteristik Penduduk Desa Cijeruk Tahun Karakteristik Mata Air Cikiara dan Mata Air Legok Adung di Desa Cijeruk Tahun Rentang Umur Responden Rumahtangga dan Responden Petani Padi di Desa Cijeruk Tahun Sebaran Responden Berdasarkan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Cijeruk Tahun Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Lama Bertani di Desa Cijeruk Tahun Persepsi Responden Petani Padi Terhadap Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk Tahun Persepsi Responden Rumahtangga Terhadap Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk Tahun Perbandingan Pengelolaan Sumber Mata Air Sebelum dan Sesudah Adanya Pemanfaatan oleh Perusahaan Air Minum di Desa Cijeruk Tahun Produksi serta Pendapatan Petani Padi Sebelum Adanya Perusahaan Air Minum di Desa Cijeruk Tahun Produksi serta Pendapatan Petani Padi Setelah Adanya Perusahaan Air Minum di Desa Cijeruk Tahun Estimasi Nilai Economic Losses Responden Petani Padi di Desa Cijeruk Tahun Biaya Tambahan Responden Rumahtangga di Desa Cijeruk Tahun Total Economic Losses Masyarakat Desa Cijeruk Tahun xi

12 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Ketersediaan air tahun 1995 dan 2000 serta prediksi kebutuhan air tahun 2015 di Pulau Jawa Diagram Alur Berpikir Foto Mata Air Cikiara Foto Mata Air Legok Adung Sebaran Responden Petani Padi Menurut Luas Lahan Pertanian di Desa Cijeruk Tahun Sebaran Responden Rumahtangga Berdasarkan Pekerjaan di Desa Cijeruk Tahun Sebaran Responden Rumahtangga Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Desa Cijeruk Tahun Sebaran Responden Rumahtangga Berdasarkan Lama Tinggal di Desa Cijeruk Tahun xii

13 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuisioner Responden Petani Padi Kuisioner Responden Rumahtangga Data Produksi Responden Petani Padi Desa Cijeruk Sebelum dan Setelah Adanya Pemanfaatan Sumber Mata Air Oleh Perusahaan Air Minum Data Biaya yang Dikeluarkan oleh Responden Rumahtangga Desa Cijeruk Pembangunan Bak Penampungan Air dan Pemeliharaan Instalasi Air Setelah Adanya Pemanfaatan Sumber Mata Air oleh Perusahaan Air Minum 71 xiii

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah sumberdaya alam yang berlimpah serta beragam jenisnya. Secara umum sumberdaya alam dibagi menjadi sumberdaya alam yang dapat pulih dan tidak dapat pulih. Sumberdaya alam yang dapat pulih adalah sumberdaya alam yang tidak dapat habis jika dieksploitasi tidak melebihi daya regenerasinya, sedangkan sumberdaya alam yang tidak dapat pulih adalah sumberdaya alam yang akan habis dalam waktu cepat jika dieksploitasi secara berlebihan. Sumberdaya alam yang merupakan sumberdaya yang klasifikasinya dapat digolongkan baik ke dalam sumberdaya dapat terbarukan maupun tidak terbarukan tergantung pada sumber dan pemanfaatannya salah satunya adalah air (Fauzi, 2004). Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup yang berfungsi menjaga kesinambungan rantai pangan makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, selain sebagai penunjang kehidupan unsur hayati juga diperlukan sebagai penunjang ekonomi seperti pertanian dan industri, selain itu juga sebagai sarana kegiatan keagamaan dan budaya. Oleh karena air sangat penting bagi kehidupan manusia, untuk itu diperlukan upaya dalam menjaga kualitas serta kuantitas sumberdaya air tersebut. Sumberdaya air dapat digolongkan secara ekonomi sebagai sumberdaya milik bersama. Sumberdaya yang semacam ini biasanya akan menghadapi masalah pemanfaatan yang dilakukan secara berlebihan sehingga melebihi daya regenerasinya. Dengan semakin banyak permasalahan yang timbul, maka akan 1

15 lebih sulit menegaskan hak-hak kepemilikan terhadap sumberdaya yang bersangkutan. Oleh karena itu, sangat diperlukan pengelolaan sumberdaya air yang lestari agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hal ini sangat penting diterapkan pada wilayah yang kebutuhan terhadap sumberdaya air dari tahun ketahun semakin tinggi seperti di Pulau Jawa (KLH, 2007). Berdasarkan hasil estimasi diperkirakan pada atahun 2015 kebutuhan air di Pulau Jawa mencapai m 3 /tahun (Sanim, 2003). Sumber : Sanim, 2003 Gambar 1 : Ketersediaan Air Tahun 1995 dan 2000 serta Prediksi Kebutuhan Air Tahun 2015 di Pulau Jawa Kegiatan yang dilakukan manusia seperti produksi dan konsumsi sebagian besar menggunakan sumberdaya air sebagai bahan bakunya. Apabila penggunaannya tidak berdasarkan unsur kelestarian sumberdaya air, akan sangat mengancam kualitas serta kuantitas dari sumberdaya air. Hal ini terkait dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah yang menyebabkan eksploitasi sumberdaya air meningkat dengan cepat. Peningkatan jumlah penduduk tidak 2

16 hanya akan meningkatkan jumlah konsumsi air secara drastis, namun juga kebutuhan pangan yang nantinya membutuhkan lebih banyak air untuk pertanian, industri, dan air bersih yang juga akan meningkatkan permintaan terhadap air. Kebutuhan air yang terus bertambah akan merubah sifat sumberdaya air yang awalnya public good seperti non excludable dan non rivality akan berubah menjadi barang ekonomi yaitu rivality, excludable, dan substractable menurut tempat dan waktu. Hal ini tercermin dari semakin sulitnya mendapatkan air bersih khususnya di perkotaan, sehingga dibutuhkan pengorbanan lebih untuk mendapatkannya. Seperti contohnya di wilayah Jabodetabek yang telah terjadi kelangkaan air bersih. Kabupaten Bogor Jawa Barat merupakan salah satu wilayah di Pulau Jawa yang terdapat banyak titik sumber mata air. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bogor wilayahnya terletak di antara Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Salak sebagai salah satu sumber penghasil air dengan 83 titik mata air (BLH Kab. Bogor, 2008). Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air pada dasarnya terdiri atas tiga jenis, yaitu air hujan, air permukaan dan air bawah tanah (Wiyono, 2007). Mata air termasuk ke dalam sumber air bawah tanah. Suplai air bersih dari Kabupaten Bogor berasal dari air bawah tanah yaitu sumber mata air Gunung Salak. Sumber mata air Gunung Salak sudah banyak dikuasai oleh individu maupun perusahaan air minum. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab terjadi pemanfaatan secara berlebihan terhadap sumber mata air demi kepentingan keuntungan ekonomi tanpa berdasarkan kelestarian lingkungan sehingga menimbulkan berkurangnya debit air yang disalurkan kemasyarakat. Berkurangnya debit air ini menyebabkan kerugian yang dialami oleh masyarakat 3

17 dalam memanfaatkan sumber mata air untuk kebutuhan sehari-hari serta untuk irigasi persawahan. Oleh sebab itu, penelitian ini sangat penting dilakukan agar permasalahan terkait pemanfaatan secara berlebihan oleh perusahaan air minum terhadap sumber mata air Gunung Salak dapat diatasi dengan baik Perumusan Masalah Sumberdaya air merupakan suatu kebutuhan yang penting bagi semua makhluk hidup, terutama bagi manusia. Sumberdaya air digunakan oleh manusia untuk kebutuhan rumahtangga, pertanian, industri dan lain-lain. Seperti halnya masyarakat Desa Cijeruk Kecamatan Cijeruk yang memanfaatkan sumberdaya air untuk kebutuhan rumahtangga serta pertanian. Sebagian besar masyarakat Desa Cijeruk sangat tergantung dengan sumber mata air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan rumahtangga serta untuk pertanian. Selain digunakan untuk kebutuhan rumahtangga dan pertanian, sumber mata air di Desa Cijeruk juga dimanfaatkan oleh perusahaan air minum. Desa Cijeruk merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bogor dengan potensi sumber mata air yang cukup banyak. Saat ini selain masyarakat, beberapa perusahaan air minum juga memanfaatkan sumber mata air tersebut sebagai bahan baku produksi. Akibat pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum mengakibatkan kelangkaan sumberdaya air yang merugian bagi masyarakat serta para petani khususnya petani padi. Peningkatan penggunaan sumber mata air memerlukan pengendalian dan penataan yang tepat agar upaya pemanfaatan air tanah dilaksanakan secara efektif, efisien, berkelanjutan serta memberikan kontribusi bagi PAD tanpa menimbulkan 4

18 dampak lingkungan yang merugikan. Oleh sebab itu dilakukan penerapan perizinan pengambilan air, sehingga dapat ditentukan batasan volume air yang dapat dimanfaatkan. Kenyataannya penyimpangan yang terjadi di lapangan menyebabkan pemanfaatan sumberdaya air yang terjadi tidak terkendali oleh perusahaan air minum di wilayah Desa Cijeruk Kecamatan Cijeruk. Hal ini pada akhirnya menyebabkan kerugian terhadap masyarakat sekitar khususnya para petani yang semakin sulit mendapatkan air bersih. Berdasarkan uraian di atas, menimbulkan beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana gambaran mengenai kelangkaan sumberdaya air yang dialami masyarakat Desa Cijeruk akibat pemanfaatan secara berlebihan terhadap sumber mata air Gunung Salak? 2. Bagaimana pengelolaan sumber mata air di Desa Cijeruk berdasarkan persepsi multistakeholder? 3. Berapakah nilai economic losses sumberdaya air pada sumber mata air Gunung Salak akibat pemanfaatan yang berlebihan oleh perusahaan air minum di Desa Cijeruk? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi kelangkaan sumberdaya air yang dialami masyarakat di Desa Cijeruk akibat pemanfaatan secara berlebihan terhadap sumber mata air Gunung Salak. 5

19 2. Mengkaji pengelolaan sumber mata air di Desa Cijeruk berdasarkan persepsi multistakeholder. 3. Mengestimasi nilai economic losses sumberdaya air pada sumber mata air Gunung Salak akibat pemanfaatan berlebihan oleh perusahaan air minum di Desa Cijeruk Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Akademisi dan peneliti, yaitu diharapkan menjadi pelengkap keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan serta sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya dan sebagai salah satu syarat kelulusan. 2. Pemerintah Daerah, yaitu sebagai bahan evaluasi dalam penerapan kebijakan pengelolaan sumber mata air di Gunung Salak. 3. Masyarakat setempat, yaitu sebagai tambahan pengetahuan mengenai keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan khususnya mengenai dampak pemanfaatan berlebihan terhadap sumber mata air Batasan Penelitian Penelitian ini lebih fokus terhadap kelangkaan sumberdaya air berdasarkan persepsi masyarakat baik rumahtangga maupun petani padi, nilai economic losses sumber mata air serta mengenai pengelolaan sumber mata air di Desa Cijeruk. Lokasi penelitian hanya di wilayah RW 04 dan RW 05 karena dikedua RW tersebut terdapat sumber mata air dengan debit besar serta pemanfaatannya tidak 6

20 hanya oleh masyarakat tetapi juga perusahaan air minum. Adapun mengenai penentuan harga air tidak menjadi fokus dan tidak dibahas dalam penelitian ini. 7

21 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelangkaan Sumberdaya Air Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu penyebab pemanfaatan berlebihan yang dilakukan terhadap sumberdaya air. Selain itu, berkurangnya daerah resapan air akibat pengalihfungsian daerah resapan air menjadi perumahan serta kerusakan hutan akibat penebangan liar akan mempengaruhi debit air khususnya debit air tanah. Kelangkaan sumberdaya air juga diakibatkan oleh sudah mulai terancamnya gunung yang merupakan hulu air atau menara air. Keberlanjutan fungsi gunung sebagai menara air terancam sangat serius karena (Setiadi, 2002): 1. Harmoni antara fungsi alami gunung dengan kehidupan sosial masyarakat mengalami perubahan yang sangat mendasar. 2. Diversitas kehidupan ekonomi, perkembangan pertanian dan kehutanan, pemanfaatan sumber-sumber alam yang berubah. 3. Tidak ada keharmonisan bioclimate di daerah gunung. 4. Keputusan dan peraturan pemerintah mengenai pemanfaatan gunung dan kawasan di sekitarnya sering diabaikan masyarakat. Semakin sedikit ketersediaan sumberdaya air bersih, menyebabkan di beberapa tempat sumberdaya air sudah menjadi sumber konflik antara kelompok dalam masyarakat, bahkan antara bangsa satu dengan bangsa lain. Oleh sebab itu diperlukan kerjasama antar stakeholder untuk dapat mengatasi permasalahan kelangkaan tersebut. Sumberdaya air tidak mengenal batas negara, batas provinsi atau batas kabupaten. Pola pengelolaan sumberdaya air secara integrasi dan 8

22 komprehensif memperlakukannya sebagai satu kesatuan ekosistem memerlukan kesepakatan politik antar negara, antar propinsi dan antar kabupaten (Salim, 2002). Setiap negara di dunia memiliki indikator masing-masing mengenai kelangkaan air di negaranya. Penelitian Gusti (2006) menyatakan bahwa di Indonesia khususnya pulau Jawa telah terjadi kelangkaan air. Bukti kelangkaan air yang ada adalah pada tahun 2002, dari 26 telaga yang ada di Paranggupito Wonogiri hanya tinggal tiga telaga yang masih ada airnya. Akibatnya sebanyak kepala keluarga atau sekitar warga delapan desa di Kecamatan Paranggupito Wonogiri kekurangan air. Kelangkaan sumberdaya air yang terjadi menyebabkan 350 hektar tanaman padi di Sukoharjo gagal panen akibat minimnya air irigasi. Helmi (2002) menyatakan bahwa kelangkaan sumberdaya air dapat dikurangi salah satunya dengan cara pengontrolan permintaan serta penghematan air. Hal ini dapat dilakukan dengan mengontrol kuantitas permintaan (demand) dengan instrumen harga sehingga pemakaian bisa dihemat. Adanya pengontrol kualitas air menjadikan air yang tersedia memenuhi standar kualitas penggunaan tertentu tidak berkurang. Perilaku manusia yang sebagian besar tidak sesuai dengan kelestarian sumberdaya air seperti eksploitasi berlebihan serta pengurangan daerah resapan air, menyebabkan kelangkaan sumberdaya air. Oleh sebab itu diperlukan Perlindungan serta pengontrolan terhadap eksploitasi sumberdaya air yang menjadikan sumberdaya air dapat bermanfaat secara berkelanjutan. 9

23 2.2. Penilaian Economic Losses Sumberdaya Air Sumberdaya air secara ekonomi tergolong ke dalam common pool resources. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi masalah eksploitasi yang melebihi daya regenerasinya. Permasalahan tersebut akan menjadi lebih sulit dalam hal menegaskan hak-hak kepemilikan sumberdaya yang bersangkutan. Sumberdaya dapat dikelola secara efisien dengan membangun sistem kepemilikan di atas sistem property right yang efisien. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip property right, yaitu (Gardner et al, 1990) : 1. Universality, semua sumberdaya dimiliki secara pribadi (private owned) dan seluruh hak-haknya diperinci dengan lengkap dan jelas. 2. Exclusivity, semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan sebagai akibat dari kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain. 3. Transferability, seluruh hak kepemilikan dapat dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas. 4. Enforceability, hak kepemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain. Gardner et al, (1990) menjelaskan bahwa terdapat tiga kondisi yang menyebabkan permasalahan common pool resources pada sumberdaya air. Pertama, adanya eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya air. Kedua, tindakan-tindakan serta karakteristik dari individu pemakai air dan teknologi pengambilan sumberdaya air yang tidak mendukung kelestarian sumberdaya air. 10

24 Ketiga, dari kondisi di atas diperlukan aturan-aturan yang memungkinkan untuk mengatur eksploitasi sumberdaya air agar lebih efisien dan berkelanjutan. Penelitian yang dilakukan oleh Acharya dan Barbier (2000) di Nigeria, mengindikasikan adanya kelangkaan pada sumberdaya air. Kelangkaan tersebut diakibatkan oleh pengelolaan serta pemanfaatan sumberdaya air yang tidak bersifat keberlanjutan, seperti eksploitasi yang berlebihan untuk industri. Hal ini berdampak besar pada masyarakat dan petani. Masyarakat harus mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan air karena harus memperdalam sumur. Petani mengalami kerugian karena menurunnya produktifitas pertanian karena semakin berkurangnya supply air irigasi ke lahan pertanian mereka. Penilaian economic losses pada sumberdaya air dilakukan bertujuan untuk menilai besarnya kerugian dari kelangkaan sumberdaya air yang diindikasikan dengan kelangkaan sumberdaya air. Kerugian ini tercermin dari semakin besarnya biaya dalam memperoleh sumberdaya air serta menurunnya produktifitas pertanian. Besarnya biaya kerugian tersebut dapat pula dijadikan sebagai besarnya manfaat yang hilang akibat kelangkaan sumberdaya air serta dapat pula dijadikan sebagai biaya pengganti untuk memulihkan kondisi sumberdaya air kekeadaan sebelum terjadinya kelangkaan Kelembagaan Sumberdaya Air Air merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup sehingga keberadaan serta pemanfaatannya perlu ada aturan atau kelembagaan yang mengaturnya. Negara Republik Indonesia dengan 11

25 tegas menyatakan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahwa bumi, tanah dan air dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Negara Indonesia mempunyai aturan yang khusus mengatur tentang pengelolaan sumberdaya air adalah UU nomor 7 Tahun 2004 tentang sumberdaya air. Undang-undang tersebut menggantikan UU nomor 11 tahun 1974 tentang pengairan. Pergantian ini menandai secara formal pergeseran paradigma tata kelola sumberdaya air di Indonesia. Suharno (2005) menyatakan bahwa isi dari UU nomor 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air merupakan bentuk pengakuan eksplisit Indonesia. Pertama, air bukan saja merupakan barang sosial melainkan juga merupakan barang ekonomi yang untuk mendapatkannya harus mengikuti asas efisiensi dan keadilan. Kedua, karena sifatnya sebagai common pool resources maka di dalam pengelolaan sumberdaya air diperlukan penerapan asas desentralisasi, partisipasi masyarakat dan keterpaduan. Secara garis besar isi UU nomor 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air sesuai dengan pernyataan yang dihasilkan pada konferensi dunia tentang sumberdaya air dan lingkungan yang diselenggarakan di Dublin, Scotlandia tahun Hasil konferensi ini dikenal dengan prinsip Dublin yang menjadi landasan bagi kaidah pengelolaan sumberdaya air terpadu (integrated water resource management) dengan empat butir prisip, yaitu (Suharno, 2005): 1. Air, yang merupakan sumberdaya azasi bagi keberlangsungan kehidupan, pembangunan dan lingkungan, adalah sumberdaya yang terbatas dan rentan ketersediaannya. 12

26 2. Pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air harus dilandaskan pada pendekatan partisipatif, yang melibatkan pengguna, perencana dan pembuat kebijakan pada semua tingkatan. 3. Wanita memiliki peran sentral dalam penyediaan, pengelolaan dan pengamanan sumberdaya air. 4. Air memiliki nilai ekonomi dalam semua ragam penggunaan yang saling bersaing satu sama lain dan karenanya harus diakui sebagai barang ekonomi. Menurut Boulding (1980), pemerintah di seluruh dunia memperlakukan air lebih dari suatu komoditas ekonomi yang sederhana. Air adalah penting untuk kehidupan. Banyak Negara yang menolak mekanisme-mekanisme alokasi pasar kompetitif terhadap sumberdaya air karena akan menimbulkan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya air sehingga diperlukan aturan mengenai alokasi serta hak atas sumberdaya air. Penelitian yang dilakukan oleh Getches (1990) di Amerika Serikat bagian barat, menunjukkan bahwa setiap individu dibatasi dan ditetapkan haknya terhadap kuantitas pemanfaatan serta penggunaan sumberdaya air. Setiap individu tidak bisa memiliki sumberdaya air tetapi mempunyai hak untuk memperoleh air. Penggunaan sumberdaya air dibatasi pada sektor swasta, pemerintah Amerika lebih mengutamakan pada sektor pertanian dan rumah tangga. Getches juga menyatakan bahwa hak-hak atas sumberdaya air secara umum terikat pada suatu bidang tanah yang spesifik. Bagaimanapun, pada kebanyakan negara hak-hak air ini dapat dijual, tanpa menghilangkan hak individu lain untuk menggunakan sumberdaya air tersebut. 13

27 Pada sistem kelembagaan pengelolaan sumberdaya air terkandung makna elemen-elemen partisipan, teknologi, tujuan dan struktur dimana terdapat interdependensi satu sama lain. Sistem kelembagaan yang dianut bertujuan ke arah efisiensi, dengan mengurangi biaya transaksi. Rachman, et al (2002) menyatakan bahwa hubungan sistem kelembagaan dan biaya transaksi tercirikan pada tiga kaitan sifat yang secara nyata menyebabkan adanya perbedaan insentif dan pembatas bagi partisipan yaitu: sifat fisik sumberdaya air, sifat masyarakat partisipan dan sifat kelembagaan. Pada dasarnya di setiap negara telah dibuat aturan mengenai penggunaan serta pengelolaan sumberdaya air. Aturan atau kelembagaan tersebut diharapkan dapat menjaga kelestarian sumberdaya air sehingga dapat terus dirasakan manfaat yang besar dari sumberdaya air tersebut. 14

28 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Penghitungan nilai economic losses sumberdaya air dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan tahapan-tahapan proses penilaian kelangkaan. Seperti yang dikemukakan oleh Vecvagars (2006) bahwa penilaian economic losses sumberdaya air dapat dilakukan dengan melakukan tahapan-tahapan proses penilaian kelangkaan sebagai berikut: identification of the cultural asset, tahapan yang pertama ini adalah mengidentifikasi aset dari budaya yang terkandung di dalamnya. Permasalahan yang dapat muncul dari identifikasi ini yaitu banyaknya karakteristik dari budaya yang diidentifikasi. Tahap yang kedua adalah determining the level of significance, yaitu menentukan tingkat signifikansi dari nilai asset yang hilang atau rusak. Tahap yang ketiga adalah identification of beneficiaries, yaitu mengidentifikasi penerimaan atau manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset tersebut sebelum terjadi kelangkaan. Tahap yang keempat adalah identification of benefits, yaitu mengidentifikasi manfaat dari aset tersebut. Tahapan ini dapat berjalan secara simultan dengan tahapan yang ketiga. Tahapan ini tidak hanya mengidentifikasi manfaat langsung dan tidak langsung tetapi juga mengidentifikasi tingkat signifikansi dari manfaat yang didapat. Tahapan yang kelima adalah identification of valuation method, yaitu mengidentifikasi metode valuasi yang digunakan untuk menilai aset yang mengalami kelangkaan. Tahapan yang terakhir adalah valuation and compilation of the result. Tahapan yang terakhir ini lebih menekankan pada pemilihan metode 15

29 valuasi yang sesuai. Selain itu, terdapat pula tahapan-tahapan dalam melakukan penilaian economic losses sumber mata air. Menurut Ando et al, (2004), tahapan atau proses dalam melakukan penilaian economic losses diawali dengan penentuan kerusakan, yaitu mengidentifikasi tipe sumberdaya yang berpotensi terkena dampak serta menentukan apakah kerusakan telah terjadi. Tahapan yang kedua, kuantifikasi kerusakan yaitu menentukan layanan sumber mata air yang terkena dampak. Tahapan yang terakhir yaitu melakukan penilaian kerusakan dengan metode yang sesuai. Vecvagars (2006) juga menyatakan bahwa estimasi besarnya economic losses dapat dilakukan melalui pendekatan biaya. Pertama, replacement cost method yaitu mengestimasi biaya pengganti dari barang atau jasa, yang dipakai sebagai proxy untuk menilai economic losses dari barang atau jasa yang dinilai. Metode kedua, restoration cost method yaitu menilai barang atau jasa yang mengalami economic losses dengan mengestimasi biaya-biaya pemulihan ke keadaan sebelum mengalami economic losses. Perbedaan replacement cost method dengan restoration cost method adalah metode yang kedua dapat digunakan ketika barang atau jasa yang mengalami economic losses hanya sebagian atau secara parsial. Ketiga, substitute cost method yaitu metode yang fokus pada penetapan harga pasar dari suatu barang atau jasa yang dijadikan pengganti dari barang atau jasa yang mengalami economic losses. Keempat, preventive expenditure method yang juga dikenal sebagai mitigation or defensive expenditure method yaitu metode yang menilai economic losses dari barang atau jasa dari biaya atau pengeluaran yang digunakan untuk melakukan pencegahan economic losses dari barang atau jasa tersebut. 16

30 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Adverted Cost Method atau metode biaya tambahan. Ando et al, (2004) menyatakan bahwa Adverted Cost Method adalah salah satu metode dalam penilaian economic losses sumberdaya alam dan lingkungan dengan prinsip dasar bahwa hilangnya nilai ekonomi sumberdaya dapat menyebabkan penambahan biaya dari pemanfaatan SDAL yang terkena dampak. Penghitungan terhadap sumberdaya yang mengalami kelangkaan dapat diawali dengan melakukan klarifikasi proses terjadinya hal tersebut serta identifikasi lingkungan yang mengalami kelangkaan dan atau kerusakan (KLH, 2006). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Klarifikasi proses terjadinya kelangkaan dan atau kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Verifikasi dugaan terjadinya kelangkaan dan atau kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan dilakukan melalui dua langkah : a. Identifikasi sumber kelangkaan dan atau kerusakan, b. Proses terjadinya kelangkaan dan atau kerusakan. 2. Identifikasi lingkungan yang terjadi kelangkaan dan atau kerusakan yang terdiri dari langkah-langkah: a. Identifikasi jenis media lingkungan yang terkena dampak, b. Penghitungan lamanya kelangkaan dan atau kerusakan berlangsung, c. Identifikasi kelangkaan dan atau kerusakan terjadi secara langsung atau tidak langsung, d. Pengukuran derajat kelangkaan dan atau kerusakan yang terjadi (menyangkut skala spasial dan jumlah pihak yang terlibat), 17

31 e. Identifikasi status kepemilikan sumberdaya alam dan lingkungan yang terdiri dari: milik public dan milik perorangan (kepemilikan, tipe hak kepemilikan, durasi kepemilikan dan intensitas pemanfaatan). Penelitian yang dilakukan oleh Acharya and Barbier (2000) di Nigeria mengenai besarnya kerugian yang diperoleh petani akibat kelangkaan sumberdaya air. Kelangkaan tersebut akibat pemanfaatan yang berlebihan terhadap sumber air. Kelangkaan sumberdaya air diakibatkan oleh pengelolaan serta pemanfaatan sumberdaya air yang tidak bersifat keberlanjutan, seperti pemanfaatan yang berlebihan untuk industri. Penentuan besarnya kerugian akibat kelangkaan sumberdaya air dilakukan dengan pendekatan fungsi produksi. Total biaya yang ditanggung oleh petani menjadi meningkat karena harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk mendapatkan sumberdaya air untuk irigasi. Selisih biaya yang ditanggung oleh petani sebelum dan sesudah kelangkaan merupakan nilai kerugian akibat kelangkaan sumberdaya air. Berdasarkan teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemanfaatan secara berlebihan terhadap sumber mata air mengakibatkan kelangkaan sumberdaya air. 2. Pemanfaatan tersebut menjadikan debit mata air berkurang. 3. Keadaan debit mata air berhubungan negatif terhadap biaya pengambilan air oleh masyarakat. Apabila debit mata air semakin berkurang, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk mengambil air akan semakin besar. 18

32 4. Keadaan debit mata air berhubungan positif terhadap irigasi persawahan. Apabila debit mata air berkurang, maka irigasi persawahan juga berkurang. Hal tersebut menyebabkan produktifitas pertanian menurun Kerangka Operasional Kabupaten Bogor terletak di selatan Provinsi DKI Jakarta yang diapit oleh tiga buah gunung yaitu Gunung Salak, Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Hal ini menyebabkan Kabupaten Bogor memiliki banyak sumber mata air yang salah satunya berasal dari sekitar Gunung Salak. Salah satu wilayah di sekitar lokasi tersebut yang memiliki mata air berlimpah adalah Desa Cijeruk Kecamatan Cijeruk. Keberadaan mata air tersebut sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga serta irigasi persawahan. Selain itu, sumber mata air tersebut juga dimanfaatkan sebagai bahan baku sejumlah perusahaan air minum. Pengelolaan serta pengawasan sumber mata air di Desa Cijeruk belum dilaksanakan secara optimal khususnya terhadap perusahaan-perusahaan air minum. Hal ini menyebabkan pemanfaatan yang berlebihan terhadap sumber mata air yang mengakibatkan kelangkaan sumberdaya air. Kelangkaan tersebut diindikasikan dari sulitnya masyarakat sekitar dalam memperoleh air serta penurunan produktivitas padi akibat berkurangnya pasokan air irigasi. Penelitian ini mempunyai tiga tujuan yang saling berhubungan satu sama lain. Pertama, mendeskripsikan gambaran kelangkaan sumberdaya air akibat pemanfaatan secara berlebihan. Tujuan tersebut diletakkan ditujuan pertama karena adanya kelangkaan sumberdaya air akibat pemanfaatan secara berlebihan yang menjadi awal latar belakang dari penelitian ini. Kedua, mengkaji bagaimana 19

33 seharusnya kelembagaan yang mengatur pemanfaatan sumber mata air di Kecamatan Cijeruk. Hal ini dikarenakan belum optimalnya kelembagaan yang ada sekarang sehingga pengelolaan terhadap sumber mata air tidak berjalan dengan baik. Tujuan ketiga, mengestimasi nilai economic losses dari sumber mata air tersebut. Tujuan ketiga ini merupakan tujuan inti penelitian. Berdasarkan ketiga tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Pemerintah Kabupaten Bogor mengenai kondisi kelangkaan sumberdaya air di Desa Cijeruk Kecamatan Cijeruk. Selain itu juga dapat memberikan rekomendasi mengenai nilai economic losses dari sumber mata air serta kelembagaan yang mengaturnya. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka alur kerangka berpikir terkait dengan tujuan penelitian tersaji pada Gambar 2. 20

34 Sumber mata air Pemanfaatan oleh masyarakat Pemanfaatan oleh perusahaan Kelangkaan air Petani padi Rumahtangga Identifikasi kelangkaan sumberdaya air bagi masyarakat Penilaian economic losses masyarakat Kelembagaan pengelolaan sumber mata air sebelum dan sesudah pemanfaatan oleh perusahaan air minum Pemanfaatan sumber mata air yang tidak merugikan masyarakat Keterangan: Gambar 2 : Diagram Alur Berpikir = Ruang lingkup penelitian 21

35 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RW 04 dengan sumber mata air yang bernama mata air Cikiara dan di RW 05 dengan sumber mata air yang bernama mata air Legok Adung Desa Cijeruk Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian ini dipilih atas rekomendasi dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor serta berdasarkan survey langsung karena adanya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum yang menimbulkan kerugian terhadap masyarakat. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Juni Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner serta observasi lapang. Responden yang diwawancarai meliputi rumah tangga dan petani padi yang memperoleh air dari sumber mata air. Data sekunder sebagai data penunjang dan pelengkap diperoleh dari Desa Cijeruk serta Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor Penentuan Jumlah Responden Responden yang diperlukan dalam penelitian ini adalah rumahtangga di RW 04 dan RW 05 Desa Cijeruk yang memanfaatkan sumber mata air. Selain rumahtangga, responden dalam penelitian ini adalah petani padi pemilik lahan yang sumber air irigasi sawahnya berasal dari sumber mata air. Pengambilan 22

36 contoh untuk responden rumahtangga dikelompokkan berdasarkan jarak rumah dengan sumber mata air. Responden yang berada di wilayah RW 04 diambil sebanyak 15 responden untuk rumahtangga yang rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari sumber mata air dan 15 responden untuk rumahtangga yang rumahnya berjarak sekitar 1000 meter dari sumber mata air serta 15 responden dari RW 05 yang rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari sumber mata air. Pengambilan contoh untuk responden petani padi dilakukan secara justified sampling yaitu pengambilan sampel yang menjustifikasi bahwa petani padi yang ditemui sesuai dengan kriteria bahwa air irigasi untuk persawahannya berasal dari sumber mata air. Contoh responden diambil sebanyak 30 responden petani padi pemilik lahan yang terdiri dari 15 responden di RW 04 dan 15 responden di RW Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis economic losses responden petani padi dengan pendekatan produktifitas serta analisis economic losses responden rumahtangga dengan pendekatan metode biaya tambahan Analisis Kelangkaan Sumberdaya Air Pengukuran kelangkaan sumber daya air menggunakan pengukuran moneter yang menggunakan aspek ekonomi seperti harga dan biaya ekstraksi. Pengukuran moneter pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung harga 23

37 riil dan unit cost. Pengukuran kelangkaan berdasarkan harga riil merupakan standar pengukuran kelangkaan dalam ilmu ekonomi. Menurut Fauzi (2006), berdasarkan standar teori ekonomi klasik, ketika barang menjadi berkurang kuantitasnya, maka konsumen mau membayar dengan harga mahal untuk komoditas tersebut. Jadi, tingginya harga barang dari sumberdaya mencerminkan tingkat kelangkaan dari sumberdaya tersebut. Pengukuran yang menggunakan unit cost didasarkan pada prinsip bahwa jika sumberdaya air mulai langka, maka biaya untuk mengekstraksinya juga menjadi semakin besar. Kedua pengukuran tersebut dilakukan dengan bertanya langsung ke responden menggunakan kuisioner Penilaian Economic Losses Sumber Mata Air Penilaian economic losses sumber mata air di Desa Cijeruk dilakukan berdasarkan dua objek yang mengalami kerugian yaitu petani dan rumahtangga. Penilaian dilakukan dengan terlabih dahulu melakukan tahapan-tahapan dalam melakukan penilaian economic losses sumber mata air (Ando et al, 2004). Tahapan atau proses dalam melakukan penilaian economic losses sumber mata air diawali dengan mengidentifikasi tipe sumberdaya yang berpotensi terkena dampak serta menentukan apakah economic losses telah terjadi. Tahapan yang kedua, kuantifikasi economic losses yaitu menentukan layanan sumber mata air yang terkena dampak. Tahapan yang terakhir yaitu melakukan penilaian economic losses dengan metode yang sesuai. Tahapan yang pertama dan kedua dilakukan dengan observasi langsung ke lapang serta dengan bertanya langsung ke responden melalui kuisioner. Tahapan 24

38 yang ketiga dilakukan dengan menggunakan metode penilaian economic losses sesuai dengan kelompok responden. Kelompok responden petani menggunakan metode pendekatan produktifitas, sedangkan kelompok responden rumahtangga menggunakan metode biaya tambahan Analisis Pendekatan Produktifitas Penilaian yang dilakukan terhadap petani menggunakan pendekatan produktifitas. Menurut KLH (2006) pendekatan produktifitas mengacu pada penentuan ganti kerugian berdasarkan perubahan produktifitas berdasarkan sebelum dan sesudah terjadinya pemanfaatan sumber mata air oleh perusahaan air minum. Nilai economic losses pada pendekatan produktifitas dilakukan dengan cara sebagai berikut (KLH, 2006): N = VP x L x H (Rp/Kg/Tahun) (4.1) VP t = P t P t+1 (4.2) Dimana : P t P t+1 L H N = Produktifitas sebelum terjadinya kerusakan. = Produktifitas setelah terjadinya kerusakan. = Luas lahan pertanian. = Harga produk pertanian. = Nilai economic losses Produktifitas (P t ) ditentukan sebelum adanya perusahaan air minum yang memanfaatkan sumber mata air. Produktifitas (P t+1 ) ditentukan pada saat perusahaan air minum memanfaatkan sumber mata air secara berlabihan yang menyebabkan debit mata air berkurang. 25

39 Analisis Averted Cost Method (Metode Biaya Tambahan) Metode biaya tambahan adalah salah satu metode dalam penilaian economic losses sumberdaya alam dan lingkungan dengan prinsip dasar bahwa kelangkaan dapat menyebabkan penambahan biaya dari pemanfaatan SDAL yang terkena dampak (Ando et al, 2004). Penambahan biaya ini merepresentasikan pengukuran kehilangan sosial. Metode biaya tambahan dilakukan pada responden rumahtangga yang mengalami kerugian akibat adanya biaya tambahan dalam pemanfaatan air yang disebabkan kelangkaan sumberdaya air. Informasi mengenai biaya tambahan apa saja yang dikeluarkan oleh rumahtangga didapat dengan cara bertanya langsung ke responden melalui kuisioner. Hasil rata-rata biaya tambahan atau biaya kerugian per rumahtangga didapat dari total biaya tambahan seluruh responden dibagi jumlah responden Mengkaji Pengelolaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk Kajian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer dimasyarakat melalui kuisioner dan data sekunder yang didapat dari instansi pemerintah yaitu data penunjang dan pelengkap diperoleh dari Desa Cijeruk serta Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor. Data tersebut dianalisis mengenai kesesuaiannya dengan praktiknya di lapang. Hasil analisis yang didapat, penulis memberikan kesimpulan mengenai kelembagaan yang mengatur pemanfaatan sumber mata air di Desa Cijeruk. Penulis juga memberikan saran mengenai sistem kelembagaan yang optimal dalam mengatasi kelangkaan sumberdaya air tersebut. Berikut ini matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian. 26

40 Tabel 1. Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1. Mengidentifikasi Data primer Analisis deskriptif kelangkaan SD air ( kuisioner) 2. Mengkaji pengelolaan SD Data primer dan Analisis deskriptif air di Kecamatan Cijeruk sekunder 3. Mengestimasi nilai Data primer dan Perubahan produktifitas economic losses sekunder dan metode biaya tambahan 27

41 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cijeruk, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Desa Cijeruk terletak kurang lebih 42 km di sebelah selatan Ibu Kota Kabupaten Bogor. Wilayah Desa Cijeruk seluruhnya berupa perbukitan dengan total luas wilayah Ha dengan 49.6 % luas wilayah berupa tanah sawah seluas Ha. Keterangan luas wilayah Desa Cijeruk beserta Sebaran wilayah Kecamatan Cijeruk serta luas wilayahnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sebaran Desa di Kecamatan Cijeruk No Nama Desa Luas Wilayah (Ha) 1. Cipelang Sukaharja Cipicung Cijeruk Palasari Tajur Halang Cibalung Warung Menteng Tanjung Sari Total Sumber: Kecamatan Cijeruk (2009) Luas wilayah Desa Cijeruk menempati urutan ke empat luas wilayah terbesar di Kecamatan Cijeruk. Desa Cijeruk terletak di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut sehingga memiliki udara yang sejuk dengan suhu maksimum sebesar 22 C dan suhu minimum sebesar 18 C. Jumlah bulan dengan curah hujan terbanyak di Desa Cijeruk sebanyak delapan bulan dengan curah hujan rata- 28

42 rata mm/tahun (Desa Cijeruk 2009). Karakteristik penduduk di Desa Cijeruk dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik Penduduk Desa Cijeruk Tahun 2009 No. Karakteristik Keterangan Jumlah % 1. Jumlah Penduduk Laki-laki orang Perempuan orang Total orang Jumlah Kepala KK Keluarga (KK) 3. Mata Pencaharian Petani pemilik lahan 155 orang 1.90 Buruh tani orang Peternak kecil 160 orang 1.93 PNS 125 orang 1.50 Pedagang 83 orang 0.99 Pengrajin 26 orang 0.30 Guru swasta 15 orang 0.18 Lainnya orang Total orang Tingkat Pendidikan Tidak sekolah orang Tamat SD/sederajat 654 orang 7.90 Tamat SLTP/sederajat 67 orang 0.80 Tamat SLTA/sederajat 43 orang 0.50 Perguruan Tinggi 18 orang 0.24 Total orang Sumber : Kecamatan Cijeruk (2009) Berdasarkan Tabel 3, sebagian besar penduduk Desa Cijeruk adalah sebagai ibu rumahtangga serta masih banyak yang pengangguran (80.80 %). Berdasarkan informasi dari Kepala Desa Cijeruk, banyaknya pengangguran lebih banyak disebabkan oleh tingkat pendidikan yang masih rendah serta minimnya 29

43 keahlian yang dimiliki sehingga sulit untuk membuka peluang usaha. Mata pencaharian penduduk Desa Cijeruk didominasi oleh buruh tani, peternak kecil serta petani pemilik lahan. Hal ini menyebabkan kebutuhan air untuk mengairi sawah petani cukup besar karena lahan pertanian mencakup % dari total luas wilayah Desa Cijeruk. Pemenuhan kebutuhan air tersebut sebesar 100 % berasal dari sumber mata air. Mata pencaharian penduduk yang lainnya dengan persentase di bawah 1 % yaitu pedagang, pengrajin, guru swasta dan penjahit. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Cijeruk masih sangat rendah. Hal ini dicerminkan dengan banyaknya penduduk yang tidak sekolah, yaitu sebesar 90.6 %, sedangkan persentase penduduk yang tamat SLTA/sederajat serta tamat Perguruan Tinggi hanya di bawah 1 %. Rendahnya tingkat pendidikan di Desa Cijeruk dikarenakan akses yang sulit dan jauh menuju sekolah serta masih rendahnya kesadaran mengenai pentingnya pendidikan. 5.2 Karakteristik Sumberdaya Alam Desa Cijeruk terletak di kaki Gunung Salak yang memiliki karakteristik kaya akan sumberdaya alam yang sebagian besar berupa sumberdaya air, seperti mata air, sungai, dan air terjun (Kecamatan Cijeruk, 2009). Berdasarkan informasi dari pejabat Kecamatan Cijeruk, pejabat Desa Cijeruk serta masyarakat, mata air merupakan sumberdaya alam yang jumlahnya berlimpah. Sumber mata air yang ada di Kecamatan Cijeruk paling banyak berada di Desa Cijeruk. Hasil survei lapang yang telah dilakukan serta informasi dari pejabat Desa Cijeruk, lokasi mata air di Desa Cijeruk seluruhnya berada di lahan milik individu. Kepemilikan mata air di Desa Cijeruk didasarkan pada lokasi mata air tersebut berada, sehingga 30

44 kepemilikan mata air dimiliki oleh individu. Penggunaan atau pemanfaatan sumber mata air di Desa Cijeruk untuk kebutuhan rumahtangga serta untuk irigasi pertanian. Sebelum adanya perusahaan air minum yang juga memanfaatkan sumber mata air, masyarakat sangat mudah mendapatkan air dengan jumlah yang banyak. Tidak ada batasan dalam pemafaatan sumber mata air oleh masyarakat. Berdasarkan musyawarah yang dilakukan oleh masyarakat, setiap bulannya masyarakat dikenakan biaya atau iuran untuk pemeliharaan saluran distribusi air. Pembagian zonasi pemanfaatan sumber mata air didasarkan pada lokasi masing-masing sumber mata air tersebut. Setiap wilayah/rw di Desa Cijeruk memiliki sumber mata air sendiri. Tidak semua sumber mata air memiliki debit air yang besar. Di Desa Cijeruk terdapat dua lokasi mata air yang memiliki jumlah debit yang cukup besar sehingga pemanfaatannya tidak hanya oleh masyarakat tetapi juga oleh perusahaan air minum. Penelitian ini dilakukan di dua lokasi sumber mata air tersebut, yaitu mata air Cikiara di RW 04 serta mata air Legok Adung di RW 05. Berdasarkan keterangan pihak aparat Desa Cijeruk serta masyarakat, saat ini sumber mata air di Desa Cijeruk sebagian besar dieksploitasi oleh perusahaan air minum, baik perusahaan air minum yang ada di Desa Cijeruk maupun di luar Desa Cijeruk. Hal ini menyebabkan masyarakat serta petani mulai merasakan kerugian dengan adanya eksploitasi sumber mata air yang dilakukan oleh perusahaan air minum. Sumber mata air di Desa Cijeruk yang memiliki debit air paling besar yaitu mata air Cikiara dan mata air Legok Adung. Karakteristik mengenai kedua mata air tersebut, dapat dilihat pada Tabel 4. 31

45 Tabel 4. Karakteristik Mata Air Cikiara dan Mata Air Legok Adung di Desa Cijeruk Tahun 2010 No. Mata Air Lokasi Jumlah Titik Total Diameter 1. Cikiara RW 04 4 buah 30 inchi 2. Legok Adung RW 05 3 buah 27 inchi Sumber : Survei Penulis (2010) Mata air Cikiara berlokasi di RW 04, sedangkan mata air Legok Adung berlokasi di RW 05. Mata air Cikiara memiliki empat buah titik mata air. Masingmasing titik tersebut dimiliki oleh individu dan perusahaan. Kepemilikan mata air tersebut didasarkan pada kepemilikan lahan tempat mata air berada. Pemilik lahan berhak untuk menjual air ke pihak swasta tetapi berdasarkan musyawarah dengan penduduk desa, pemilik lahan juga berkewajiban untuk tidak memutus distribusi air ke penduduk desa. Pengaturan serta distribusi air untuk penduduk desa diserahkan kepada penduduk desa dan ketua RT serta RW setempat sebagai koordinatornya. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW 04 dan pengamatan langsung, titik yang pertama dan kedua dengan total diameter 24 inchi dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bogor. Titik yang ketiga dengan total diameter 3 inchi disalurkan ke perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Titik yang keempat dengan total diameter 3 inchi dimanfaatkan oleh penduduk lokal untuk pengairan sawah serta untuk kebutuhan rumahtangga. 32

46 Sumber : Dokumentasi penulis Gambar 3: Foto Mata Air Cikiara Mata air Legok Adung memiliki tiga buah titik mata air. Ketiga titik mata air tersebut dimiliki oleh individu. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW 05 dan pengamatan langsung, titik yang pertama dengan total diameter 15 inchi dimanfaatkan oleh penduduk lokal yang disalurkan sebesar dua inchi ke perusahaan air curah. Titik yang kedua dengan total diameter delapan inchi dimanfaatkan penduduk lokal untuk pengairan sawah serta untuk kebutuhan rumahtangga sebesar enam inchi serta sebesar dua inchi disalurkan ke perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Titik yang ketiga dengan total diameter empat inchi yang disalurkan seluruhnya ke perusahaan AMDK. 33

47 Sumber : Dokumentasi penulis Gambar 4: Foto Mata Air Legok Adung 5.3 Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari responden rumah tangga dan responden petani padi pemilik lahan. Responden rumah tangga berjumlah 45 orang responden yang ditentukan berdasarkan jarak rumah dengan sumber mata air. Sebanyak 75 % responden dengan jarak rumah kurang lebih 500 meter dari sumber mata air dan 25 % responden dengan jarak rumah kurang lebih 1000 meter dari sumber mata air. Responden petani padi berjumlah 30 orang yang seluruhnya menggunakan mata air sebagai sumber air bagi pengairan sawahnya Umur Karakteristik umur responden yang didapat berbeda antara responden rumah tangga dan responden petani padi. Responden rumah tangga sebagian besar berumur kurang dari 45 tahun, sedangkan responden petani padi sebagian besar berumur lebih dari 45 tahun. Banyaknya responden petani padi yang berumur lebih dari 45 tahun dikarenakan banyaknya generasi muda yang tidak tertarik dengan usaha pertanian serta semakin banyaknya lahan pertanian yang berubah 34

48 fungsi menjadi rumah penduduk. Rentang umur responden rumah tangga dan responden petani padi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rentang Umur Responden Rumah Tangga dan Responden Petani Padi di Desa Cijeruk Tahun Umur (Tahun) Petani (orang) (%) Rumahtangga (orang) (%) Jumlah Sumber: Survei Penulis (2010) Pendidikan Terakhir Pendidikan terakhir responden baik petani padi maupun rumahtangga, mayoritas berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan persentase lebih dari 70%. Sebagian kecil berpendidikan SMP dan SMA dengan persentase tidak lebih dari 15 %. Terdapat responden petani padi yang tidak sekolah dengan persentase sebesar 13.3 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berpendidikan rendah. Hai ini dikarenakan akses yang sulit dan jauh serta tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih sangat rendah. Perbandingan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 6. 35

49 Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Cijeruk Tahun Pendidikan Petani (orang) (%) Rumahtangga (orang) (%) SD SMP SMA/K Perguruan Tinggi Tidak Sekolah Jumlah Sumber : Survei Penulis (2010) Lama Bertani Responden petani padi memiliki perbedaan lamanya dalam bertani padi antara petani yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan Tabel 4, umur sebagian besar responden petani padi lebih dari 45 tahun yang akan mempengaruhi lama bertaninya. Sebagian besar responden petani padi melakukan usaha bertani padi lebih dari 20 Tahun. Perbandingan persentase tingkat lama bertani responden petani padi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Lama Bertani di Desa Cijeruk Tahun 2010 Lama Bertani (Tahun) Petani (orang) (%) O Jumlah Sumber: Survei Penulis (2010) 36

50 5.3.4 Luas Lahan Luas lahan pertanian yang dimiliki responden petani padi sebagian besar kurang dari meter persegi. Sebanyak 74 % dari total responden memiliki luas lahan pertanian sebesar meter persegi. Status kepemilikan lahan responden petani padi seluruhnya adalah lahan milik sendiri. Persentase luas lahan pertanianyang dimiliki responden petani padi dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber: Data Primer (Diolah) Gambar 5. Sebaran Responden Petani Padi Menurut Luas Lahan Pertanian di Desa Cijeruk Tahun Pekerjaan Rumahtangga Mata pencaharian responden rumahtangga sebagian besar bekerja sebagai buruh dengan tingkat persentase sebesar 60%. Sebagian yang lain bekerja sebagai pedagang/wiraswasta, sopir, swasta dan pensiunan. Perbandingannya dapat dilihat pada Gambar 6. 37

51 Sumber: Data Primer (diolah) Gambar 6. Sebaran Responden Rumahtangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Cijeruk Tahun Tingkat Pendapatan Rumahtangga Sebagian besar responden rumah tangga berpendapatan antara Rp sampai dengan Rp dengan persentase lebih dari 40%. Responden yang lain berpendapatan kurang dari Rp dan lebih dari Rp dengan persentase yang sama. Kecilnya pendapatan responden rumahtangga diantaranya disebabkan oleh tingkat pendidikan yang masih rendah, sehingga pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki juga rendah. Perbandingan tingkat pendapatan responden rumahtangga dapat dilihat pada Gambar 7. 38

52 Sumber: Data Primer (Diolah) Gambar 7. Sebaran Responden Rumahtangga Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Desa Cijeruk Tahun Lama Tinggal Semua responden rumahtangga merupakan penduduk asli. Sebanyak lebih dari 70 % responden sudah tinggal selama lebih dari 30 tahun. Persentase jumlah responden berdasarkan lama tinggalnya dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber: Data Primer (Diolah) Gambar 8. Sebaran Responden Rumahtangga Berdasarkan Lama Tinggal di Desa Cijeruk Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi debit air khususnya debit air tanah. Kelangkaan sumberdaya air

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi debit air khususnya debit air tanah. Kelangkaan sumberdaya air II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelangkaan Sumberdaya Air Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu penyebab pemanfaatan berlebihan yang dilakukan terhadap sumberdaya air. Selain itu, berkurangnya daerah

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Mengidentifikasi Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Mengidentifikasi Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Mengidentifikasi Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk Kelangkaan sumberdaya air yang terjadi di Desa Cijeruk Kabupaten Bogor mulai dirasakan sejak tahun 2007. Hal ini

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT

ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT GARNA YUANA SUHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Irigasi Jatiluhur terletak di Daerah Aliran Sungai Citarum Provinsi Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA (Studi Kasus di Perumahan Cipinang Elok, Jakarta Timur) GANIS DWI CAHYANI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) Oleh : Natalia A14304070 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI

ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN PELAYANAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN WSLIC (Water Sanitation for Low Income Community) (Studi Kasus Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya,

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN LYZA WIDYA RUATININGRUM DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA ALAM (Studi Kasus : Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor) MILASARI H44050654 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah

Lebih terperinci

ESTIMASI MANFAAT DAN KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR: Studi Kasus di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi YUDI BUJAGUNASTI

ESTIMASI MANFAAT DAN KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR: Studi Kasus di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi YUDI BUJAGUNASTI ESTIMASI MANFAAT DAN KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR: Studi Kasus di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi YUDI BUJAGUNASTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup dan sebagai barang publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikan bersama (global commons atau common

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG KAMILA HAQQ

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG KAMILA HAQQ ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG KAMILA HAQQ DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam dan jasa lingkungan merupakan aset yang menghasilkan arus barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup. Di sisi lain kita sering bersikap menerima

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H14050206 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan dua pertiga wilayahnya berupa perairan serta memiliki jumlah panjang garis

I. PENDAHULUAN. dengan dua pertiga wilayahnya berupa perairan serta memiliki jumlah panjang garis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki 17.508 pulau dengan dua pertiga wilayahnya berupa perairan serta memiliki jumlah panjang garis pantai 91.000

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

SKRIPSI PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN. Oleh: RINI AGUSTINA F

SKRIPSI PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN. Oleh: RINI AGUSTINA F SKRIPSI PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN Oleh: RINI AGUSTINA F14103007 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PEMANFAATAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN STATUS PETANI

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN STATUS PETANI ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN STATUS PETANI (Studi Kasus di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor) STEFANI ANGELIA

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A

ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR. Oleh : Cecep Cahliana A ANALISIS PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Jasinga) Oleh : Cecep Cahliana A14304043 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan jumlah kepulauan terbesar didunia. Indonesia memiliki dua musim dalam setahunnya, yaitu musim

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR Oleh: DODY KURNIAWAN L2D 001 412 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

ARI SUPRIYATNA A

ARI SUPRIYATNA A ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA Oleh: ARI SUPRIYATNA A14303050 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

POLA KESEMPATAN KERJA DI DAERAH PERTAMBANGAN EMAS GUNUNG PONGKOR

POLA KESEMPATAN KERJA DI DAERAH PERTAMBANGAN EMAS GUNUNG PONGKOR POLA KESEMPATAN KERJA DI DAERAH PERTAMBANGAN EMAS GUNUNG PONGKOR (Studi Kasus : Desa Bantar Karet, Desa Cisarua, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor) SITI MARYATI SETIANINGSIH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM ( Studi Kasus : Perusahaan Deddy Fish Farm) BELUM PERNAH

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A

DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI. Oleh : ROHELA A DAMPAK PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) TERHADAP PENDAPATAN PETANI Oleh : ROHELA A14105699 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN ASET KELEMBAGAAN SUMBERDAYA AIR PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOGAWA I. PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN ASET KELEMBAGAAN SUMBERDAYA AIR PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOGAWA I. PENDAHULUAN PENGEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN ASET KELEMBAGAAN SUMBERDAYA AIR PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOGAWA I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bentuk common pool resources

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN (Kasus di Sekitar Kawasan Pariwisata Kota Bunga, Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet,

Lebih terperinci

SKRIPSI MEMPELAJARI PERENCANAAN BENDUNGAN KECIL DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. Oleh : LUCKY INDRA GUNAWAN F

SKRIPSI MEMPELAJARI PERENCANAAN BENDUNGAN KECIL DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. Oleh : LUCKY INDRA GUNAWAN F 1` ` Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

LEONARD DHARMAWAN A

LEONARD DHARMAWAN A ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F14102075 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air vii B Tinjauan Mata Kuliah uku ajar pengelolaan sumber daya air ini ditujukan untuk menjadi bahan ajar kuliah di tingkat sarjana (S1). Dalam buku ini akan dijelaskan beberapa pokok materi yang berhubungan

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah

Lebih terperinci

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH

PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH PERANAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) TERHADAP P0ENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan Sapi Perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut) CHICHI RIZKY DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) Oleh : WAHYUNI RAHMIATI SIREGAR A14204045 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H14103029 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan. VI. IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN C 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan Pertambangann Banyaknya industri tambang di berbagai skala menjadikan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAMBU BIJI (Studi Kasus: Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat) FITRIA ASTRIANA

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAMBU BIJI (Studi Kasus: Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat) FITRIA ASTRIANA ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAMBU BIJI (Studi Kasus: Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat) FITRIA ASTRIANA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) ERY FEBRURIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

Oleh: ZAINUL AZMI A

Oleh: ZAINUL AZMI A FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MENGIKUTI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN CURAHAN KERJA (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Tenjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan) Oleh: MUTIARA PERTIWI A14304025 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat) Oleh : Amir Mutaqin A08400033 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci