UNIVERSITAS INDONESIA INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE MAKALAH NON SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora RATIH PRATWI WATE FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA DEPOK JULI 2014

2

3

4 INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE Ratih Pratiwi Wate Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia Abstrak Puisi merupakan pemikiran dan ekspresi dari diri penyair baik itu tersirat maupun tersurat. Sama halnya dengan puisi Sanyuhwa yang ditulis oleh Kim Sowol. Sekilas puisi ini hanya bertemakan keindahan alam yang menggunakan lambang-lambang seperti gunung, bunga, dan burung. Akan tetapi, ketika dianalisa melalui pendekatan semiotik Riffaterre, dihasilkan kesimpulan bahwa puisi Sanyuhwa ini bukanlah sekadar puisi tentang keindahan alam melainkan terdapat makna tentang siklus kehidupan di dalamnya. Terlebih lagi ketika dilakukannya analisis hubungan intertekstual puisi dengan sejarahnya yang menyimpulkan bahwa puisi Sanyuhwa ini menggambarkan sejarah, peristiwa, dan apa yang dirasakan oleh masyarakat Korea pada tahun 1920-an. Dilakukannya analisis puisi ini agar masyarakat tidak lagi memandang puisi hanya sebagai kata kiasan semata. Kata Kunci: Puisi Korea, Pengkajian Puisi, Analisis Semiotik, Sanyuhwa, Kim Sowol Abstract Poetry is an expression and self thought of poet, either express or implied. Similarly, the Sanyuhwa s poem written by Kim Sowol. Overview, the poetry is just the natural beauty theme that uses symbols such as mountains, flowers, and birds. However, when analyzed through a Riffaterre s semiotic approach, Sanyuhwa resulting conclusion that the poetry is not simply a poem about the beauty of nature, but there is a sense of the cycle of life in it. Even more, when doing analyzes intertextual relationship of poetry to history, Sanyuhwa conclude that the poem describes the history, events, and what is perceived by the people of Korea in the 1920 s. Analysis of this poem is done, so that people no longer think of poetry only as a mere figure of speech. Keywords: Korean Poem, Poem Assessment, Semiotic Analysis, Sanyuhwa, Kim Sowol 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Saat terjadinya kolonialisasi pada tahun 1920-an di Korea, Jepang sangat membatasi pergerakan Korea dan semakin mengetatkan penjagaannya terhadap Korea. Namun dalam penjajahannya, Jepang tidak lagi menggunakan kekuatan militer. Hal ini dilakukan untuk mencegah memburuknya opini internasional terhadap Jepang. Berbagai aturan diterapkan pemerintah Jepang untuk menahan perlawanan dari Korea. Penerbitan karya sastra dalam media seperti Koran, majalah, serta antologi puisi yang dapat menyalurkan aspirasi dan 1

5 perlawanan masyarakat Korea pun tidak luput dari pendisiplinan bentuk sensor dari Jepang. Jepang menyeleksi makna dari isi puisi dan apabila isi puisi mengandung makna yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme, bukan hal yang tidak mungkin jika penyair yang membuat puisi tersebut ditangkap dan dipenjarakan. Oleh karena itu, agar karya mereka tidak diambil paksa oleh pemerintah Jepang, maka para penyair banyak yang menggunakan tema cinta dan estetika alam sebagai simbol dari kritik dan nasionalisme mereka. Puisi-puisi Kim Sowol yang pada awalnya merupakan curahan hati secara langsung dan tertuang dalam bentuk puisi pun berubah ketika mulai adanya pelarangan yang menghimbau bahwa tidak boleh diterbitkannya puisi-puisi yang menggunakan kata-kata subjektif dan mengandung perasaan secara eksplisit. Maka dari itu, pada tahun 1920, Kim Sowol mulai menerbitkan puisi dengan kata-kata yang objektif, tidak lagi adanya unsure nasionalisme melainkan mengenai cinta dan keindahan alam. Akan tetapi, banyak para pengkaji puisi yang beranggapan bahwa masih tetap melekat curahan hati Kim Sowol pada karya-karya puisinya secara implisit. Salah satu puisi yang terbit pada tahun itu adalah Sanyuhwa. Puisi yang perbaitnya mempunyai kata-kata yang sering kita dengar dan hanya terlihat sebagai puisi yang mengangkat unsur keindahan berpuisi. Walaupun kata-kata yang digunakan dalam puisi ini sangatlah sederhana, tetapi telah banyak para pengkaji puisi yang menginterpretasikan ke berbagai macam interpretasi, namun tidak dijelaskan lebih rinci melalui metode seperti apa interpretasi dilakukan. Maka dari itu, pengkajian yang dilakukan kali ini pun bukan semata-mata hanya untuk mengetahui struktur-struktur dalam karya sastra ini. Struktur karya sastra yang diteliti merupaka hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan strukturalisme karena karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks (Pradopo, 2007: 120). Akan tetapi, sudah banyak yang melakukan pengkajian karya sastra melalui pendekatan structural, sehingga menghasilkan struktur-struktur karya sastra tersebut. Lain halnya dengan pengkajian karya sastra melalui pendekatan semiotik yang jarang dilakukan. Salah seorang kritikus sastra, Michael Riffaterre (1978), dalam bukunya Semiotics of Poetry menyampaikan metodenya sendiri dalam menginterpretasi teks atau karya sastra, yang di karya ilmiah ini terfokus pada puisi. Metode atau cara yang disampaikan Riffaterre dalam bukunya adalah pendekatan semiotik yang meliputi 4 tahap, yaitu: (1) puisi itu ekspresi tak langsung, (2) pembacaan heuristik dan pembacaan retrokatif atau hermeneutik, (3) matriks, model, dan varian-varian, dan (4) hipogram (Riffaterre, 1978: 13,14-15). Sampai saat ini, hanya beberapa karya ilmiah saja yang sudah menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre, 2

6 sehingga membuat penulis juga berkeinginan melakukan interpretasi dengan pendekatan semiotik Riffaterre sebagai tambahan dan sebagai pertimbangan untuk penulis-penulis lain dalam menganalisis karya sastra selanjutnya. Oleh karena itu, karya ilmiah ini akan menginterpretasikan puisi Sanyuhwa karya Kim Sowol dengan menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre. 2. Tinjauan Teoritis 2.1 Interpretasi Puisi Interpretasi puisi merupakan cara memaknai sebuah puisi. Pengertian interpretasi puisi menurut KBBI adalah pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap suatu tafsiran (1998: 157). Sedangkan menurut Olsen dalam Aminuddin (2010: 168) terdapat beberapa kriteria dalam menentukan validitas hasil interpretasi yaitu, kecermatan, keselarasan penafsiran, serta keajegan penafsiran puisi. 2.2 Definisi Puisi dan Semiotik Puisi adalah salah satu hasil karya sastra. Puisi biasa digunakan oleh ppenyair sebagai media untuk mengekspresikan diri atau menyampaikan pikiran mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi adalah gubahan di bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusu lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusu (Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 903). Pradopo (dalam Adella 2013) menyimpulkan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama (1990: 7). Kesimpulan ini ia ungkapkan setelah mengutip beberapa pengertian puisi menurut beberapa ahli dalam bukunya yang berjudul Pengkajian Puisi: a. Altenbernd (1970): Puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum). b. Samuel Taylor: Kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya. c. Wordsworth: Puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. 3

7 d. Shelley: Puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat[ ] Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda yang mempunyai makna. Konsep semiotik menurut Ferdinan de Saussure menjelaskan bahwa tanda mempunyai dua aspek, yaitu penanda dan petanda. Penanda adalah bentuk formal yang menandai suatu petanda. Penanda adalah bentuk formal bahasa, sedangkan petanda adalah arti yang ditimbulkan oleh bentuk formal (Sariban, 2009: 44-45) Konsep semiotik menurut Charles Sander Pierce adalah hubungan antara petanda dengan penanda, yang terdiri dari ikon, indeks, dan symbol. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara petanda dan penanda. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausualitas (sebab-akibat). Symbol adalah tanda yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiah antara petanda dan penanda (Sariban, 2009: 45-46). Pierce telah menciptakan semiotik agar dapat memecahkan dengan lebih baik masalah inferensi (pemikiran logis). Tanda yang dianalisis dengan pendekatan semiotik ini dapat menghasilkan berbagai makna, tergantung pada interpretasi seseorang terhadap suatu karya sastra. Ada banyak cara yang ditawarkan dalam rangka menganalisis karya sastra secara semiotik. Cara yang paling umum adalah dengan menganalisis karya melalui dua tahapan sebagai mana ditawarkan oleh Wellek dan Warren (dalam Hudayat.2007: 62) yaitu analisis intrinsik (analisis mikrostruktur) dan analisis ekstrinsik (analisis makrostruktur). Cara yang lain seperti yang dikemukakan Abrams (dalam Hudayat.2007: 62) dilakukan dengan menggabungkan empat aspek, yaitu pengarang (ekspresif), semestaan (mimetik), pembaca (pragmatik), dan objektif (otonom). Sedangkan puisi menurut Michael Riffaterre adalah pemikiran yang dibakukan melalui mediasi bahasa. Dalam semiotik, Riffaterre memperlakukan semua kata menjadi tanda. Langkah-langkah dalam memahami sebuah puisi menurut Michael Riffaterre ada 4, yaitu: (1) puisi itu ekspresi tak langsung, menyatakan suatu hal dengan arti lain, (2) pembacaan heuristik dan pembacaan retrokatif atau hermeneutik, (3) matriks, model, dan varian-varian, dan (4) hipogram (Riffaterre, 1978: 13,14-15). Keempat hal itu uraiannya sebagai berikut: 4

8 1. Puisi Merupakan Ekspresi Tidak Langsung Puisi adalah ekspresi tidak langsung. Dengan kata lain, puisi menyatakan suatu hal dengan arti yang berbeda. Ekspresi tidak langsung itu disebabkan oleh a) penggantian arti (displacing of meaning), b) penyimpangan atau pemencongan arti (distorting of meaning), dan c) penciptaan arti (creating of meaning) (Riffaterre, 1978:1-2). 2. Pembacaan Heuristik dan Pembacaan Retrokatif atau Hermeneutik (Riffaterre, 1978:5-6). Pertama kali, sajak dibaca secara heuristik, yaitu dibaca berdasarkan tata bahasa normatif, morfologi, semantik, dan sintaksis. Pembacaan ini menghasilkan arti sajak secara keseluruhan menurut tata bahasa normatif sesuai dengan sistem semiotik tingkat pertama (first order semiotics). Pembacaan heuristik ini belum memberikan makna sajak atau makna sajak atau makna sastra (significance). Oleh karena itu, karya sastra dalam hal ini puisi harus dibaca ulang (retrokatif) dengan memberikan tafsiran (hermeneutik). Pembacaan retrokatif dan hermeneutik itu berdasarkan konvensi sastra, yaitu puisi itu merupakan ekspresi tidak langsung (lihat 1a, -b, -c). Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan menurut sistem semiotik tingkat kedua (second order semiotics) (Riffaterre, 1978:5-6). 3. Matriks, Model, dan Varian-Varian Untuk memperjelas dan mendapatkan makna sajak lebih lanjut, maka dicari tema dan masalahnya dengan mencari matriks, model, dan varian-variannya lebih dahulu (Riffaterre, 1978: 13, 19-21). Matriks itu harus diabstraksikan dari sajak yang dibahas. Matriks itu tidak dieksplisitkan dalam sajak. Matriks itu bukan kiasan. Matriks adalah kata kunci (key words), dapat berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat, atau kalimat sederhana. Matriks ini mengarah pada tema. Jadi, matriks bukan tema atau belum merupakan tema, dengan ditemukan matriks nanti akan ditemukan tema. Matriks itu sebagai hipogram intern yang ditransformasikan menjadi model yang berupa kiasan. Matriks dan model ditransformasikan menjadi varian-varian. Varian merupakan transformasi model pada setiap satuan tanda, baris atau bait, varian itu berupa masalahnya. Dari matriks, model, dan varian-varian ini dapat disimpulkan atau diabstraksikan tema sajak. 5

9 4. Hipogram Sering kali sajak itu (karya sastra) merupakan transformasi teks lain (teks sebelumnya) yang merupakan hipogramnya, yaitu teks yang menjadi latar belakang penciptaannya. Teks latar penciptaanya itu bisa berupa latar sosial masyarakat, peristiwa sejarah, benda-benda alam dan lain-lain. Dengan adanya hipogram itu, pemaknaan membuat makna sajak menjadi lebih penuh, maka dilakukan analisis metode intertekstual dengan menjajarkan sajak yang dimaknai dengan teks lain yang menjadi hipogramnya. 2.3 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Interpretasi Puisi Sanyuhwa Karya Kim Sowol Melalui Pendekatan Semiotik Riffaterre. Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data melalui telaah pustaka yang berupa pengumpulan data dan informasi dari sumber tertulis yang memiliki hubungan dengan masalah yang sedang diteliti, yaitu buku, artikel, jurnal, dan sebagainya. Penelitian ini mempunyai dua sumber data yang menjadi subjek utama dalam meneliti masalah, yaitu sumber data primer yang berupa buku-buku dan berbagai literatur yang berhubungan dengan analisis puisi melalui pendekatan semiotic serta informasi dari dosen. Sumber data sekunder yaitu informasi-informasi tambahan dari media baik cetak maupun elektronik yang sesuai dengan penelitian ini. Data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik analisis data secara kualitatif, yaitu dengan menjelaskan data dari hasil penelitian dengan kata-kata tertulis. 3. Biografi Kim Sowol dan Puisi Sanyuhwa Beberapa penyair yang terkenal dan mewakili puisi tahun 1920-an adalah Kim Sowol, Kim Anseo, dan Han Yeongun. Kim Sowol merupakan penyair yang diakui luas sebagai tokoh paling penting dan paling terkenal dalam awal pembentukan puisi Korea modern. Selama awal pertumbuhan sastra modern ini, Kim Sowol menghasilkan syair-syair yang terinspirasi oleh lirik lagu-lagu rakyat yang berirama tradisional dan bercita rasa Korea yang unik. Gaya penulisan Kim Sowol sama dengan para pendahulunya, yaitu Kim Ok dan Joo Yohan. Namun Kim Sowol secara pribadi merintis dimensi-dimensi baru dalam segi isi dan teknik. 6

10 Karya-karya Kim Sowol memuat elemen cerita rakyat, lagu-lagu rakyat, serta menggunakan suara perempuan untuk mengekspresikan sentimen tradisional tentang han, yaitu tetntang penderitaan dalam keterpencilan. Teknik bersyairnya yang inovatif menggunakan ritme 3 langkah, symbol suara, bunyi, kalavinka, dan format Tanya-jawab, menghasilkan kelenturan gaya bahasa. Rasa sakit dan penderitaan Kim Sowol tercermin dalam hasil karyanya yang berjudul, Jindallaekkot (Bunga Azalea), Meonhuil (Jauh dari Sekarang), Yejeoneun Michyeo Meollasseo (Aku Tidak Pernah Tahu), Monnijeo (Tak Terlupakan), Jeopdongsae (The Cuckoo), dan Sanyuhwa (Bunga-bunga Pegunungan), yang bertemakan cinta. Ada pula puisi-puisi yang mengangkat tema estetika alam seperti, Barageondaeneun Uriege Uriui Boseopdaeil Ttangi Isseotdamyeon (Andaikan Ada Tempat Dimana Kita Bisa Bebas Berjalan), dan Otgwa Babgwa Jayu (Pakaian, Makanan, dan Kebebasan), yang mengungkapkan kepeduliannya terhadap kemiskinan dan kerasnya penderitaan hidup di zaman penjajahan Jepang di Korea. Kim Sowol lahir dengan nama Kim Jeongshik pada 6 Agustus 1902 di Guseon, Pyeonganbuk-do. Menurut Andrei Lankov, masa kecil Kim Sowol sangat suram dan menyedihkan. Kim Sowol was born in 1902 in what is now North Korea. His childhood was coloured by tragedy: Kim Sowol s father was attacked by Japanese workers who were building a railway near his home. He suffered from a grave mental illness and was treated by the local shamans who resorted to the old ways of driving the demons out : the patient was severely beaten and occasionally forced into icy cold water (one must admit: nowadays psychiatrist s methods are probably not much more efficient, but definitely less violent). (Koreantimes, 2012) Pada tahun 1915, Kim Sowol masuk ke sekolah menengah Osan. Semua itu adalah berkat bantuan kakeknya yang banyak mengajari Kim Sowol ilmu cina klasik. Di sekolah itu Kim Sowol bertemu dan diajar oleh seorang guru yang merupakan seorang penyair terkenal Korea juga, bernama Kim Ok. Ketika menuntut ilmu di sekolah menengah Osan, Kim Sowol memulai kegiatannya menulis puisi. Pada tahun 1920, Kim Sowol naik ke podium dan mendeklamasikan karya puisinya. Salah satunya adalah Nangineui Bom dari buku koleksi puisi Changjo. Kim Sowol meniti pendidikan selanjutnya di Akademi Paejae dan lulus dari sana pada tahun Tidak berhenti di situ, di tahun 1923 ia mendaftarkan diri ke Tokyo University of Commerce, tetapi tak berapa lama menarik diri di bulan September di tahun yang sama setelah gempa bumi besar melanda Kanto. Pada tahun 1924, Kim Sowol sibuk beraktivitas dalam suatu perkumpulan bersama Kim Dongin, Kim Chanyeong, Im Janghwa, 7

11 dan banyak yang lainnya dalam perkumpulan Yeongdae (Perkumpulan Generasi Abadi). Pada tahun 1925, Kim Sowol menerbitkan sebuah buku kumpulan puisinya yang terkenal berjudul Jindallaekkot. Kim Sowol memang seorang penyair yang berbakat dan terkenal, namun sangat disayangkan bahwa Kim Sowol harus meninggal di usia yang masih muda. Kematian Kim Sowol sendiri masih merupakan kontroversi. Ada pihak yang menyatakan bahwa Kim Sowol meninggal karena overdosis dalam mengonsumsi opium (Mc Cann, 2004: 18) dan ada pula pihak yang menyatakan bahwa Kim Sowol meninggal karena bunuh diri (Lankov, koreantimes: 2012). Namun fakta yang ada dan disepakati bersama adalah bahwa Kim Sowol meninggal pada tahun 1932 yang di usianya ke-32 tahun. Puisi yang berjudul Sanyuhwa karya Kim Sowol ini merupakan sebuah sajak yang sederhana. Puisi ini terdiri dari larik yang diulang-ulang, terdapat 4 bait dan setiap bait memiliki masing-masing 4 larik (Lee, 2003: 352). Salah satu keunikan dari puisi ini adalah bentuknya yang jika dilihat baik-baik akan tercipta kesan cermin. Antara dua bait pertama dan dua bit terakhir terlihat sebagai pantulan yang berbentuk sama. 산에는꽃피네꽃이피네가을봄여름없이꽃이피네 산에산에피는꽃은저만치혼자서피어있네 산에서우는적은새오꽃이좋아산에서사노라네 산에는꽃이지네꽃이지네가을봄여름없이 8

12 꽃이지네 (Lim, 2007: 35) Bunga mekar di gunung Bunga mekar Musing gugur, musim semi, ataupun musim panas Bunga mekar Di gunung Di gunung Bunga yang mekar Mekar sendirian di tempat yang jauh Burung kecil yang berkicau di gunung Menyukai bunga Di Gunung Sanorane Bunga gugur di gunung Bunga gugur Musim gugur, musim semi, ataupun musim panas Bunga gugur (Terjemahan Bebas) 4. Analisis Ketidaklangsungan Ekspresi Puisi Sanyuhwa Kim Sowol Dikemukakan Riffaterre (dalam Pradopo, 2007: ) bahwa puisi itu merupakan ekspresi tidak langsung. Ketidaklangsungan ekspresi ini disebabkan oleh tiga hal yaitu: 1. Penggantian arti (displacing of meaning). 2. Penyimpangan arti (distorting of meaning). 3. Penciptaan arti (creating of meaning). 4.1 Penggantian arti (displacing of meaning) Penggantian arti menurut Riffaterre disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi. Metafora dan metonimi itu sendiri adalah bahasa kiasan pada umumnya, yang mengiaskan sesuatu dengan yang lain. Dalam puisi ini, penggantian arti terdapat pada 9

13 baris 산에는꽃피네 / 꽃이피네 yang menyiratkan 산 (gunung) itu dunia, 꽃 (bunga) itu negara Korea, sedangkan 꽃피네 (bunga mekar) berarti negara Korea yang sedang mengembangkan dirinya. Lalu dalam sajak 산에서우는적은새오 / 꽃이좋아 yang menyiratkan bahwa 새 (burung) itu bangsa Jepang dan 꽃이좋아 (menyukai bunga) berarti menyukai Korea. Oleh karena itu, baris dalam sajak ini menyiratkan keinginan bangsa Jepang dalam menguasai Korea yang sedang berkembang itu. Terakhir terdapat kata 꽃이지네 (bunga gugur) yang menyiratkan kematian negara dan bangsa Korea setelah dikuasai oleh Jepang. 4.2 Penyimpangan arti (distorting of meaning) Riffaterre mengemukakan bahwa penyimpangan arti terjadi apabila dalam sajak ada ambiguitas, kontradiksi, ataupun nonsense. a. Ambiguitas itu disebabkan karena bahasa puisi mempunyai arti ganda. Dalam puisi Sanyuhwa karya Kim Sowol ini tidak didapatkannya kata-kata yang memiliki makna atau arti ambigu. b. Kontradiksi merupakan pertentangan antara dua hal yang disebabkan oleh paradok atau ironi. Paradok adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlawanan. Pada puisi Sanyuhwa ini dalam larik: 피는꽃은저만치혼자서피어있네. 산에서우는적은새오꽃이좋아 Dalam larik 피는꽃은 / 저만치혼자서피어있네 (bunga yang mekar / ternyata bunga tetap bermekaran walau sendirian dan di tempat yang jauh) dan larik 산에서우는적은새오 / 꽃이좋아 (burung kecil yang berkicau di gunung / menyukai bunga) mempunyai arti yang kontradiktif yaitu walaupun ternyata bunga mekar di tempat yang jauh dan sendirian tetapi tetap ada yang mengetahui keberadaannya dan menyukainya. c. Nonsense merupakan kata-kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti. Dalam puisi ini terdapat kata 사노라네 (sanorane) yang di dalam kamus tak mempunyai makna. Akan tetapi, penulis mengartikan 사노라네 (sanorane) sebagai bunga yang tinggal dan tumbuh di gunung seorang diri. 10

14 4.3 Penciptaan arti (creating of meaning) Penciptaan arti disebabkan oleh pengorganisasian ruang teks, diantaranya adalah (a) enjambement, (b) sajak, (c) tipografi, dan (d) homologue (Pradopo, 2007: 220). a. Enjambement, yaitu perloncatan baris dalam sajak, membuat intensitas arti atau perhatian pada akhir kata atau kata yang diloncatkan ke baris berikutnya. 산에는꽃피네꽃이피네가을봄여름없이꽃이피네.. 산에는꽃이지네꽃이지네가을봄여름없이꽃이지네 Sanyuhwa, (bait 1 dan 4), Kim Sowol Bait pertama ini kemudian diloncatkan pada bait terakhir. Peloncatan bait dilakukan penyair untuk menciptakan suasana yang tragis yang terjadi dalam siklus kehidupan dengan menggantikan kata mekar ( 피네 ) menjadi gugur ( 지네 ). b. Sajak menimbulkan intensitas arti dan makna liris, pencurahan perasaan pada sajak. Berikut kutipannya: 가을봄여름없이꽃이피네. 저만치혼자서피어있네. 가을봄여름없이꽃이지네 Sanyuhwa, (bait 1 larik 3-4, bait 2 larik 4, bait 4 larik 3-4 ), Kim Sowol Penggunaan kata-kata di atas menimbulkan makna lirih untuk mengungkapkan hal yang pasti terjadi dalam siklus kehidupan. 11

15 c. Tipografi, yaitu tata huruf dalam sajak yang dapat menciptakan makna. Dalam puisi Sanyuhwa ini tak terlihat adanya tata huruf yang dapat menciptakan makna tersendiri pada pembaca. d. Homologue adalah persejajaran bentuk atau persejajaran baris, bentuk yang sejajar itu menimbulkan makna yang sama. Dalam puisi Sanyuhwa ini dapat terlihat bahwa Kim Sowol menggunakan kesejajaran kalimat atau bait dalam puisinya. Kesejajaran bait ini digunakan untuk menimbulkan persejajaran bentuk. Kesejajaran atau keteraturan ini menunjukkan bahwa Kim Sowol ingin mengungkapkan tentang siklus kehidupan yang akan terus terjadi berulang-ulang dengan cobaan dan masalah yang sama terus-menerus. 4.4 Pembacaan Semiotik Dalam Puisi Sanyuhwa Kim Sowol Untuk konkretisasi makna puisi dapat diusahakan dengan pembacaan heuristik dan retrokatif (hermeneutic). Pada umumnya bahasa puisi menyimpang dari penggunaan bahasa biasa. Oleh karena itu, dalam pembacaan ini semua yang tidak biasa harus dibuat biasa atau dinaturalisasikan sesuai dengan sistem bahasa normatif. Bilamana perlu, kata-kata dapat diberi awalan atau akhiran, disisipkan kata-kata supaya hubungan kalimat-kalimat puisi menjadi jelas (Pradopo, 2007: ). a. Pembacaan Heuristik Dalam pembacaan heuristik ini, sajak dibaca berdasarkan konvensi bahasa atau sistem bahasa sesuai dengan kedudukan bahasa sebagai sistem semiotik tingkat pertama. Bait Pertama : 산에는꽃피네 (ternyata bunga mekar di pegunungan) 꽃이피네 (ternyata bunga bermekaran di gunung) 가을봄여름없이 (tanpa adanya musim dingin, musim semi, dan musim panas pun) 꽃이피네 (ternyata bunga bermekaran di gunung). Bait Kedua : 산에 (di gunung) 산에 (di pegunungan) 피는꽃은 (bunga akan tetap mekar ) 저만치 혼자서피어있네 (walaupun bunga berada di tempat yang jauh dari pemukiman masyarakat). 12

16 Bait Ketiga : 산에서우는적은새오 (terdapat burung kecil yang berkicau di pegunungan) 꽃이좋아 (burung itu menyukai bunga) 산에서 (di pegunungan) 사노라네 (bunga yang mekar dan menetap di pegunungan). Bait Keempat : 산에는꽃이지네 (ternyata di pegunungan itu pula bunga berguguran) 꽃이지네 (ternyata bunga pun berguguran) 가을봄여름없이 (walaupun tanpa adanya musim dingin, musim semi, dan musim panas) 꽃이지네 (bunga pasti akan berguguran). b. Pembacaan Retrokatif (hermeneutic) Pembacaan retrokatif adalah pembacaan ulang dari awal sampai akhir dengan penafsiran. Pembacaan ini adalah pemberian makna berdasarkan konvensi sastra (puisi). Puisi Sanyuhwa ini menunjukkan suatu siklus kehidupan yang dikiaskan dengan bunga. Bait Pertama : Dalam bait pertama ini diterangkan tentang penciptaan bunga yang akan tetap tumbuh dan mekar, walaupun tanpa adanya musim dingin, musim semi, dan musim panas yang membantunya untuk terus tumbuh.. 산에는꽃피네 / 꽃이피네 / 가을봄여름없이 / 꽃이피네 katakata inilah yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan siklus penciptaan bunga. Gaya repetisi digunakan penyair untuk mengiaskan betapa hebatnya suatu penciptaan itu. Bunga-bunga akan tetap mekar jika waktunya telah tiba. Bait Kedua : Bait kedua masih menggambarkan tentang penciptaan bunga yang bisa terjadi di mana pun. Baik itu ia hanya tumbuh di pegunungan yang jauh dari pemukiman masyarakat, bunga tetap akan mekar jika saatnya tiba. Kata 저만치혼자서피어있네 (ternyata bunga akan tetap mekar, walaupun berada di tempat yang jauh dan sendirian) sengaja diselipkan oleh penyair untuk menciptakan suasana yang memilukan dan betapa hebatnya suatu penciptaan itu. Bait Ketiga : Dalam bait ketiga ini menjelaskan bahwa walaupun bunga itu mekar seorang diri di pegunungan atau tempat yang jauh dari pemukiman, pasti ada saja yang menyadari 13

17 keberadaannya, yang dalam bait ini menggunakan simbol burung. Penjelasan ini tertuang melalui pilihan kata 산에서우는적은새오 / 꽃이좋아 dari sang penyair. Bait Keempat : Dalam bait terakhir ini sang penyair berusaha menjelaskan tentang akhir dari siklus kehidupanb sang bunga, yaitu kematian atau gugurnya bunga. Sama seperti halnya dalam bait pertama, bait terakhir ini juga menegaskan bahwa gugurnya bunga pun akan tetap terjadi walau tanpa adanya musim-musim yang datang silih berganti, bunga akan tetap mati atau gugur. Semua itu tertuang dalam baris 산에는꽃이지네 / 꽃이지네 / 가을봄여름없이 / 꽃이지네. 5. Matriks, Model, dan Varian-varian dalam Puisi Sanyuhwa Kim Sowol Untuk membongkar makna sajak supaya mudah dipahami, dalam konkretisasi puisi, haruslah dicari matriks atau kata-kata kuncinya. Kata kunci adalah kata yang menjadi kunci penafsiran sajak yang dikonkretisasikan (Pradopo, 2007:299). Matriks dalam sajak Sanyuhwa adalah siklus kehidupan dan apa yang terjadi dalam kehidupan. Matriks ini ditransformasikan menjadi model 가을봄여름없이꽃이피네 (walau tanpa adanya musim dingin, musim semi, dan musim panas, ternyata bunga tetap bermekaran), 저만치혼자서피어있네 (ternyata bunga tetap akan mekar walau berada di tempat yang jauh dan seorang diri), 산에서우는적은새오꽃이좋아 (burung kecil yang berkicau di gunung itu menyukai bunga yang berada di pegunungan) dan 가을봄여름없이꽃이지네 (walau tanpa adanya musim dingin, musim semi, dan musim panas, ternyata bunga tetap berguguran). Puisi Sanyuhwa, seperti yang telah dijelaskan di awal, terbit pada tahun 1925, yang pada saat itu sedang terjadinya penjajahan Jepang di Korea. Maka dari itu matriks-matriks dalam puisi Sanyuhwa ini bisa juga diartikan sebagai berikut; Gunung atau Pegunungan ( 산 ) merupakan dunia, Bunga ( 꽃 ) merupakan Negara Korea, dan Burung ( 새 ) merupakan Negara Jepang. Matriks ini sebagai hipogram intern lantas ditransformasikan menjadi varian-varian berupa masalah atau uraian dalam sajak: Varian pertama : Menggambarkan tentang peristiwa terbentuknya sebuah negara bernama Korea di kancah dunia yang dengan petualangan sejarahnya sendiri berhasil mendirikan suatu negara kesatuan, yaitu Korea ( 산에는꽃피네 / 꽃이피네 / 가을봄여름없이 / 꽃이피네 ). 14

18 Varian kedua : Menggambarkan tentang bagaimana negara Korea yang tak terjamah dunia luar mampu membangun negaranya sediri dan menjadi negara yang cukup makmur pada saat itu ( 저만치혼자서피어있네 ). Lalu datanglah bangsa Jepang yang mencium kemakmuran negeri Korea lalu mengaku-aku sebagai saudara se-asia kepada bangsa Korea yang saat itu menerima kedatangan Jepang dengan suka hati ( 산에서우는적은새오 / 꽃이좋아 ). Varian ketiga : Menggambarkan tentang matinya sebuah negara Korea karena penjajahan yang dilakukan Jepang terhadap Korea. Matinya karya-karya asli puisi dari para penyair Korea semenjak terjadinya penjajahan Jepang tersebut. Mati pula satu per satu rakyat Korea demi membela negara, demi Kemerdekaan negara mereka ( 가을봄여름없이꽃이지네 ). Dari matriks, model dan varian yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa tema siklus kehidupan yang disampaikan puisi Sanyuhwa adalah di mana adanya kehidupan di situ pula ada kematian. Di mana ada kemenangan di situ pula ada kekalahan. Kehidupan di dunia memang seperti roda yang terus berputar tanpa menghiraukan pagi dan malam yang silih berganti atau musim-musim yang datang dan pergi. Satu hal yang bisa kita lakukan adalah berusaha sekuat-kuatnya memberikan yang terbaik dalam kehidupan yang kita jalani ini. 6. Hubungan Intertekstual Puisi Sanyuhwa Kim Sowol Prinsip intertekstualitas adalah prinsip hubungan antar-teks sajak. Sebuah sajak merupakan tanggapan terhadap teks atau sajak-sajak sebelumnya. Ada istilah khusus yang dikemukakan Riffaterre yaitu hipogram. Hipogram adalah teks yang menjadi latar penciptaan teks lain atau yang menjadi latar penciptaan sajak yang lain (Pradopo, 2007: 300). Dalam penciptaan puisi Sanyuhwa yang menjadi hipogramnya adalah peristiwa terjadinya penjajahan Jepang di Korea. Penjajahan Jepang itu sendiri berlangsung sejak tahun 1910 sampai tahun Pada tahun 1920-an, saat puisi Sanyuhwa ini diterbitkan, terjadi pelarangan penerbitan besar-besaran terhadap puisi bertema nasionalisme karena takutnya tentara Jepang terhadap pemberontakan yang akan dilakukan Korea jika tersulut oleh puisipuisi nasionalis tersebut. Maka dari itu, Kim Sowol menumpahkan segala kesedihannya ke dalam puisi berjudul Sanyuhwa ini. 15

19 Oleh karena itu, bait pertama dan kedua menjelaskan Negara Korea yang masih hidup damai membangun negaranya yang masih terisolasi dari dunia luar. Lalu pada bait ketiga dijelaskan bahwa Jepang mencium kemakmuran yang dirasakan oleh masyarakat Korea dan berkeinginan untuk menguasai Korea seutuhnya. Mereka berpura-pura baik dan mengaku bahwa ingin membatu Korea untuk lebih maju dengan alas an mereka, Jepang, adalah saudara se-asia dengan Korea. Korea yang memang tak tahu apa-apa mengenai dunia luar pun dengan senang hati menerima kehadiran Jepang. Sampai di bait terakhir, Korea akhirnya sadar apa yang sedang dilakukan Jepang terhadap negaranya. Maka dari itu tertulis bunga yang gugur atau Korea yang sudah gugur, Korea yang mati terjajah oleh Jepang. 7. Hasil Penelitian Dari analisis puisi Sanyuhwa dengan pendekatan semiotik Riffaterre ini, penulis berhasil mendapatkan interpretasi mengenai dua hal. Pertama, Sanyuhwa merupakan puisi yang menyampaikan tentang siklus kehidupan makhluk hidup, yang dalam puisi diwakilkan oleh bunga. Siklus kehidupan dalam puisi ini terlihat jelas pada bait awal maupun akhirnya yang terdapat kata 피네 (mekar/hidup) dan 지네 (gugur/mati). Sedangkan hasil yang kedua, penulis mendapatkan hasil interpretasi yang lebih sempit yaitu runtuhnya negara Korea dalam penjajahan Jepang. Hal ini bisa dibuktikan saat penulis melakukan pencarian mengenai matriks, model, dan varian-varian dalam puisi Sanyuhwa dan melakukan analisis hubungan intertekstual puisi Sanyuhwa dengan sejarah pada tahun puisi tersebut diterbitkan, yaitu tahun 1925, yang merupakan masa-masa penjajahan Jepang sedang berlangsung. 8. Kesimpulan Puisi merupakan salah satu sarana penyampaian ekspresi penyair. Baik secara tersirat maupun tersurat. Puisi juga selalu berubah-ubah seiring perkembangan zaman. Begitu pula puisi Korea pada tahun 1920-an yang mengalami perubahan karena dilarangnya penerbitan puisi yang secara eksplisit tersampaikan maknanya. Salah satu penyair yang menerbitkan puisi pada tahun itu adalah Kim Sowol. Analisis semiotik merupakan analisis yang digunakan untuk memahami makna yang terkandung di dalam teks karya sastra, khususnya puisi. Karena bahasa puisi bersifat padat dan ringkas, maka perlu adanya sebuah teori atau kajian yang menelaah bahasa puisi secara terperinci dan mendalam. Maka dilakukannya analisis semiotik yang diambil dari teori menurut Riffaterre. Diawali dengan melakukan analisis ketidaklangsungan ekspresi puisi yang 16

20 meliputi penciptaan arti, penggantian arti, dan penyimpangan arti. Analisis ini digunakan untuk memahami gaya bahasa dan bentuk puisi, selain itu juga untuk memperkuat pemaknaan puisi secara keseluruhan. Kemudian dilanjutkan dengan pencarian kata kunci sebagai inti makna keseluruhan puisi dan pembacaan semiotik, yaitu pembacaan pada tingkat bahasa (heuristic), dan pembacaan pada tingkat makna (hermeneutic). Pembacaan ini dilakukan agar dapat memahami bahasa dan makna puisi secara utuh dan menyeluruh. Pemahaman puisi ini kemudian diakhiri dengan mencari hubungan intertekstual puisi dengan karya atau teks yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aspek diakronis yang melatari puisi ini diciptakan. Setelah menganalisis interpretasi puisi sanyuhwa karya Kim Sowol melalui pendekatan semiotik Riffaterre ini dapat diinterpretasikan bahwa Kim Sowol ingin menyampaikan apa yang sedang dan telah dialami masyarakat Korea pada masa Penjajahan Jepang. Dijelaskannya awal mula Korea yang terisolasi dari dunia luar dan mampu membangun bangsanya. Lalu datanglah Jepang yang mengaku-aku sebagai saudara yang baik, yang ingin membantu kemajuan Korea dan tak berapa lama ternyata mulai menjajah Korea perlahan-lahan dan membuat masyarakat Korea tak berkutik. Korea pun menjadi bangsa yang dijajah oleh Jepang dan banyak mengalami keguguran. Daftar Acuan 김규중, 왕지윤, 한은영 국어교과서작품읽기중 1 시. 서울 : 창비출판. (Kim Gyu Jung, Wang Ji Yoon, Han Eun Yeong Gugo Gyogwaseo Jakphumilki Jung 1 Si. Seoul: Chang Bi Chulphan). 김규중, 류원호, 유세진 국어교과서작품읽기중 2 시. 서울 : 창비출판. (Kim Gyu Jung, Ryoo Won Ho, Yoo Se Jin Gugo Gyogwaseo Jakphumilki Jung 2 Si. Seoul: Chang Bi Chulphan). 김윤식 고교생과함께하는김윤식교수의시특강 1. 서울 : ( 주 ) 한국문학사. (Kim Yun Sik Gogyosaenggwa Hamkkehanun Kim Yun Sikui Si Teukgang 1. Seoul: Hanguk Munhaksa. 오세영 한국현대詩사. 서울 : 민음사. (Oh Se Young Hanguk Hyundae Si Sa. Seoul: Min Eum Sa. 오세영 한국근대문학론과근데시. 서울 : 마음사. (Oh Se Young Hanguk Gundaemunhakrongwa Gundaesi. Seoul: Maeumsa. 17

21 Aminuddin Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru Algesindo. Fajrini, Annisa Cinta dan Harapan dalam Tiga Puisi Karya Han Yongun: Analisis Tema. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya: Jurnal. Fananie, Zainuddin Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Hudayat, Asep Yusuf Metode Penelitian Sastra: Modul Online. Bandung : Universitas Padjadjaran. Kasnadi, Sutejo Kajian Prosa. Yogyakarta: Pustaka Felicha. Keraf, Gorys Diksi dan Gaya Bahasa (cetakan ketujuh belas). Jakarta: Gramedia. Kim, J Lost Love: 99 Poems by Sowol Kim. Seoul: Pan-Korea Book Coorporation. Korean Foundation A History To Open The Future: Modern East Asia History and Regional Reconsiliation. Seoul: Minimum Ltd. Kridalaksana Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Lee, Peter H A History of Korean Literature. Cambridge: Cambridge University Press. Lim, Chung-Young Puisi Buat Rakyat Indonesia: Kumpulan Puisi 25 Penyair Korea. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mc Cann, David R The Columbia Anthology of Modern Korean Poetry. New York: Columbia University Press. Pradopo, Rachmat Djoko Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko, dkk Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. Preminger, Alese (ed.) dkk Princeton Encyclopedia of Poetry and Poetics. New Jersey: Pringceton University Press. Ratna, Nyoman Kutha Teori, Metode, dan Teknik Penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rilman, Ronaldus Kajian Semiotik Puisi Isa dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang Jalang Karya Chairil Anwar. Jakarta: Jurnal. Riffaterre, Michael Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press. Sariban Teori dan Penerapan Penelitian Sastra. Surabaya: Lentera Cendekia. Stanton, Robert Teori fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoest Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia. 18

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam 12 Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk memahami karya sastra dibutuhkan analisis. Definisi karya sastra menurut KBBI (1989:76) adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Sebelumnya, ada beberapa penelitian yang memiliki tema yang sama. Pertama, Intertekstual Lirik-Lirik Lagu Karya Ahmad Dhani: Sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi dalam Kamus Istilah Sastra (1984) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal yang sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai yaitu dengan munculnya kayo. Kayo lahir di Jepang dari kebudayaan bercocok tanam yang mana kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal

BAB I PENDAHULUAN. bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terdapat tiga genre sastra, yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi adalah pemadatan ide atau gagasan yang jika kadar kepadatannya diencerkan akan berwujud

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA BUNGA DALAM PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL DAN PUISI KKOT KARYA KIM CHUNSU: ANALISIS RELASI MAKNA DAN MEDAN MAKNA

UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA BUNGA DALAM PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL DAN PUISI KKOT KARYA KIM CHUNSU: ANALISIS RELASI MAKNA DAN MEDAN MAKNA UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA BUNGA DALAM PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL DAN PUISI KKOT KARYA KIM CHUNSU: ANALISIS RELASI MAKNA DAN MEDAN MAKNA MAKALAH NON SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. ANALISIS SEMIOTIKA MAKSUD DAN TUJUAN Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. Menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna sajak SEMIOTIKA TOKOH SEMIOTIKA XXX PUISI

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini menggunakan salah satu karya sastra yang berasal dari kesusastraan Jepang modern sebagai objeknya. Kesusastraan Jepang modern dimulai dari adanya

Lebih terperinci

PEMAKNAAN PUISI GADIS PEMINTA-MINTA KARYA TOTO SUDARTO BACHTIAR MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA DAN INTERTEKSTUALITAS

PEMAKNAAN PUISI GADIS PEMINTA-MINTA KARYA TOTO SUDARTO BACHTIAR MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA DAN INTERTEKSTUALITAS 73 PEMAKNAAN PUISI GADIS PEMINTA-MINTA KARYA TOTO SUDARTO BACHTIAR MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA DAN INTERTEKSTUALITAS wardah_hanafiah@yahoo.com Abstract As homo semioticus, humans communicate to others

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1998:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Hal ini ditegaskan oleh Wellek dan Werren, bahwa karya sastra dipandang sebagai suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

(Michael Riffaterre) (S.S)

(Michael Riffaterre) (S.S) (Michael Riffaterre) (S.S) : : / :.١..٢..٣. : : (Michael Riffaterre).. (Michael Riffaterre) (Heuristic).(Hermeneutic).. (Heuristic) (Hermeneutic) : (Heuristic). (Hermeneutic). . : :.١. .٢..٣..٤..٥..٦.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran danperasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan.genre sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran, sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran, sebagai BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran, sebagai bab penutup. Kesimpulan yang dimaksud adalah memberikan gambaran yang jelas dari hasil analisis data yang

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam novel AW karya Any Asmara ditemukan enam jenis penggunaan bahasa kias, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke dan hiperbola. Fungsi bahasa kias yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK. Oleh: Itaristanti, M.A.

ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK. Oleh: Itaristanti, M.A. ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK Oleh: Itaristanti, M.A. Abstrak Tulisan ini mendeskripsikan hasil analisis bunyi, kata, dan citraan terhadap beberapa puisi anak. Tujuannya bukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii

DAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL....i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.ii LEMBAR PENGESAHAN iii HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI x ABSTRAK.xii

Lebih terperinci

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI 1 ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI Andi nova 1,Dainur Putri 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

Lebih terperinci

Citra Pantai Bali dalam Antologi Puisi Impian Usai Karya Wayan Sunarta: Kajian Semiotik

Citra Pantai Bali dalam Antologi Puisi Impian Usai Karya Wayan Sunarta: Kajian Semiotik Citra Pantai Bali dalam Antologi Puisi Impian Usai Karya Wayan Sunarta: Kajian Semiotik Eirenne Pridari Sinsya Dewi 1*, Made Jiwa Atmaja 2, I G.A.A. Mas Triadnyani 3 123 Program Studi Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG David Maulana Muhammad*)1 Wahyudi Siswanto)*2 Email davidmuhammad7@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG Jurnal Pendidikan Rokania Vol. II (No. 2/2017) 200-209 200 PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG Oleh Hasmi Novianti Dosen Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah hasil seni kreatif manusia yang menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia, menggunakan seni bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra merupakan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan

Lebih terperinci

SILABUS. : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Matakuliah & Kode : Pengantar Kajian Sastra, INA 412 SKS : Teori 4 Praktik 0

SILABUS. : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Matakuliah & Kode : Pengantar Kajian Sastra, INA 412 SKS : Teori 4 Praktik 0 SILABUS Fakultas : FBS Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Matakuliah & Kode : Pengantar Kajian Sastra, INA 412 SKS : Teori 4 Praktik 0 : I Mata Kuliah Prasyarat & Kode : - Dosen : I.

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.193 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR Risma Despryanti 1, Riska Desyana 2, Amalia Siddiqa Rahayu 3, Yeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga

BAB I PENDAHULUAN. Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga menambahkan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi

Lebih terperinci

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER KRITIK SASTRA I (BDI 2133) Pengampu: Drs. Heru Marwata, M.Hum.

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER KRITIK SASTRA I (BDI 2133) Pengampu: Drs. Heru Marwata, M.Hum. BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER KRITIK SASTRA I (BDI 2133) Pengampu: Drs. Heru Marwata, M.Hum. JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2004

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

ANALISIS NASIONALISME NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA SKRIPSI

ANALISIS NASIONALISME NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA SKRIPSI ANALISIS NASIONALISME NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR KARYA YB. MANGUNWIJAYA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Pada umumnya, sebuah lagu memiliki dua elemen penting didalamnya,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Pada umumnya, sebuah lagu memiliki dua elemen penting didalamnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lagu adalah salah satu bentuk seni populer yang ada pada masa kini. Lagu menjadi salah satu bentuk seni audio yang memadukan antara seni musik dan seni bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran dari kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat.

Lebih terperinci

Strukturalisme Genetik

Strukturalisme Genetik Strukturalisme Genetik Prinsip Dasar Strukturalisme Genetik Strukturalisme genetik (Genetic Strukturalism) adalah cabang penelitian sastra secara struktural yang tak murni. Kemunculannya sebagai reaksi

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

Karya Ahmad Tohari. Heisma Arya Demokrawati dan Widowati. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Karya Ahmad Tohari. Heisma Arya Demokrawati dan Widowati. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Tinjauan Semiotika Riffaterre pada Cerpen Bulan Kuning Sudah Tenggelam Karya Ahmad Tohari Heisma Arya Demokrawati dan Widowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Lebih terperinci

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 1 November 2015 9-14 Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa. Oleh sebab itu, bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan diri baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dari berbagai macam karya sastra yang ada. Dalam perkembangannya, puisi mengalami pasang surut sesuai pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 Tinjauan aspek sosiokultural puisi-puisi pada harian Solopos dan relevansinya sebagai materi ajar alternatif bahasa Indonesia di SMA (harian Solopos edisi oktober-desember 2008) Oleh: Erwan Kustriyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian sastra pada hakikatnya merupakan penerapan pendekatan ilmiah terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya (Coleridge

BAB I PENDAHULUAN. memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya (Coleridge BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya (Coleridge dalam Pradopo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra yang baik tidak dapat menghindar dari dimensi kemanusiaan, mempunyai keterkaitan dengan masalah kehidupan manusia, dan segala problematikanya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang karya 78 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan simpulan dalam penelitian ini serta saran dari peneliti terkait penggunaan puisi dalam pembelajaran. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO Oleh: Farida Tuzzaman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disaksikannya, gagasan hidup, hingga cita-cita. Pengungkapan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. disaksikannya, gagasan hidup, hingga cita-cita. Pengungkapan tersebut harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni adalah pengungkapan pengalaman dan merupakan hasil kreativitas manusia dalam menghayati dan memaknai kehidupan. Seorang seniman bermaksud menyampaikan

Lebih terperinci

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2 A. Pengantar Menulis puisi pada hakikatnya mencipta dunia dalam kata. Kata-kata merupakan piranti bagi penulis merekayasa sebuah dunia, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

RESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR. Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin

RESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR. Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin RESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin Email: buyunga50@gmail.com ABSTRACT The problem in this research was the reception of students

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM 09080240 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Risma Dwi Saraswati, SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Risma Dwi Saraswati, SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memiliki peranan penting terhadap ilmu pengetahuan dalam mengantarkan suatu pemahaman ataupun gagasan-gagasan, sebagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang saling berinteraksi terhadap sesama. Manusia dalam berinteraksi tidak pernah lepas dari komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan.hal tersebut berarti bahwa sebagian besar tindakan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan.hal tersebut berarti bahwa sebagian besar tindakan manusia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari manusia sebagai makhluk budaya terus menjalankan kebudayaan.hal tersebut berarti bahwa sebagian besar tindakan manusia adalah kebudayaan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek tersebut. Lirik merupakan pemikiran atau gagasan seseorang terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. aspek tersebut. Lirik merupakan pemikiran atau gagasan seseorang terhadap suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lagu akan selalu berkaitan dengan lirik dan musik yang mengiringinya. Dapat dikatakan bahwa kekuatan dari sebuah lagu terletak pada hadirnya kedua aspek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian memerlukan teori yang tepat agar sesuai dengan objek kajian, teori digunakan untuk mengetahui objek penelitian, maka dalam penelitian dibutuhkan

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra

Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra JURNAL ILMIAH RANI FITRIA WATI NPM. 09080301 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V Oleh: Aida Azizah Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah

Lebih terperinci