UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA BUNGA DALAM PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL DAN PUISI KKOT KARYA KIM CHUNSU: ANALISIS RELASI MAKNA DAN MEDAN MAKNA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA BUNGA DALAM PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL DAN PUISI KKOT KARYA KIM CHUNSU: ANALISIS RELASI MAKNA DAN MEDAN MAKNA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA BUNGA DALAM PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL DAN PUISI KKOT KARYA KIM CHUNSU: ANALISIS RELASI MAKNA DAN MEDAN MAKNA MAKALAH NON SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora NINA TRIANA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN KOREA DEPOK JANUARI 2015

2

3

4 MAKNA BUNGA DALAM PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL DAN PUISI KKOT KARYA KIM CHUNSU: ANALISIS RELASI MAKNA DAN MEDAN MAKNA NINA TRIANA, EVA LATIFAH Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,, Depok, Indonesia Abstrak Jurnal ini membahas mengenai makna bunga dalam puisi Sanyunhwa hasil karya Kim Sowol dan puisi Kkot yang ditulis oleh Kim Chunsu. Di Korea, ada banyak puisi yang menggunakan kata bunga dalam bahasa puisinya, namun interpretasi makna bunga dalam setiap puisi-puisi tersebut berbeda. Begitu pula dengan kedua puisi ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan makna bunga yang terdapat dalam kedua puisi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik puisi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara makna bunga dalam kedua puisi terlepas dari perbedaan penulis dan latar belakang waktu penulisan. Dalam puisi Sanyuhwa makna bunga yang dimaksud adalah bunga sebagai tumbuhan namun dalam puisi Kkot, makna bunga yang dimiliki adalah sebagai kiasan. Hasil ini didapatkan berdasarkan analisis dengan menggunakan teori relasi makna dan medan makna. Kata Kunci: Puisi Korea, Sastra Korea, Semantik Analysis of Flowers Meaning on Kim Sowol s Sanyuhwa and Kim Chunsu s Kkot : Semantic relations and Semantic Fields Abstract This paper explains about the meaning of flower in a poetry entitled Sanyuhwa by Kim Sowol and a poetry entitled Kkot written by Kim Chunsu.In Korea, there are many poetries that use flower word for the lyrics, but with different interpretation in every poetry. So do these two poetries. The purpose of this research is to analyze and compare the meaning of flower between two poetries. The method of this research is qualitative methods approached with intrinsic and extrinsic theory related to poetry. The result of this result is that there is a difference in the meaning of flower between Sanyuhwa and Kkot regardless both poetries are written by two different poets and both poetries are made from different time. In Sanyuhwa, the meaning of flower is the real flower as a plant but in Kkot, the meaning of flower is only metaphor. The result is from analyze based on semantic relations and semantic fields theory. Keywords: Korean poem, Korean literature, Semantic

5 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Menurut KBBI, karya sastra adalah hasil sastra baik berupa puisi, prosa maupun lakon. Sebuah karya sastra merupakan hasil ekspresi dari penciptanya. Begitu juga dengan puisi, Puisi adalah salah satu bentuk kesusasteraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni struktur fisik dan struktur batin atau struktur maknanya (Waluyo, 1995:29). Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang menggunakan bahasa yang lebih padat dibandingkan dengan prosa. Bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa sastra. Bahasa sastra adalah bahasa yang dikarang, disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan susun bahasa yang menarik (Sumardi dkk, 1985:2). Dengan perkatan lain, bahasa sastra adalah bahasa yang mampu menimbulkan ketertarikan pembaca terhadap karya sastra tersebut walaupun terkadang sulit untuk memahami dan menginterpretasikan makna yang terkandung di dalamnya. Puisi juga merupakan salah satu jenis karya sastra yang berkembang di Korea. Perkembangan dunia sastra Korea dapat dilihat dari banyaknya puisi yang diterbitkan dari masa ke masa. Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetikanya (Riffaterre, 1978). Begitu pula di Korea, puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Puisi-puisi yang diterbitkan itu dibuat sesuai dengan keadaan sosial dan aliran yang masuk ke Korea pada saat itu. Karya sastra Korea yang berbentuk puisi sudah mulai berkembang di Korea sejak zaman sastra Korea klasik. Zaman sastra Korea modern dimulai sejak tahun 1920-an ketika penjajahan Jepang terjadi yang kemudian membawa masuk pengaruh dari dunia luar ke dalam Joseon. Pengaruh-pengaruh tersebut juga membawa berbagai jenis aliran dan paham baru ke dalam dunia kesusasteraan Korea. Dari semua puisi-puisi Korea yang telah diterbitkan itu, banyak puisi yang di dalam bahasanya menggunakan kata bunga. Dua diantara puisi-puisi tersebut adalah puisi 산유화 (Sanyuhwa, Flowers on the Mountains) karya Kim Sowol dan puisi 꽃 (Kkot, Flower) karya Kim Chunsu. Kedua puisi ini berasal dari tahun yang berbeda sehingga latar

6 belakang sosial pada saat puisi ini dibuat juga berbeda. Kedua pengarang juga mempunyai aliran puisi yang berbeda. Kim Sowol dengan puisinya Sanyuhwa memiliki aliran romantisme sedangkan Kim Chunsu dengan puisinya yang berjudul Kkot memiliki aliran eksistensialisme. Puisi Sanyuhwa dibuat oleh Kim Sowol dan diterbitkan pada masa penjajahan Jepang yaitu pada tahun 1920-an. Kim Sowol adalah salah satu penyair terkenal Korea yang lahir pada tahun 1902 di Kusong Provinsi Pyeongan Utara, Korea Utara. Kim Sowol memiliki nama asli Kim Jeongsik. Kim Sowol memulai karirnya dalam dunia sastra pertama kali pada tahun 1920 dan banyak menerbitkan karya-karya yang terkenal, diantaranya adalah JindallaeKkot, Nangin eui Bom, Eommaya Nunaya, Sanyuhwa dan sebagainya. Kim Sowol terkenal dengan karya-karyanya yang memiliki aliran romantisme. Puisi Kkot ditulis oleh Kim Chunsu yang lahir pada 25 November 1922 di Tongyeong dan meninggal pada 29 November Ia pernah menempuh pendidikan di Jurusan Seni Universitas Nihon di Jepang. Ia juga pernah menjadi profesor di Universitas Masan dan Universitas Nasional Kyungpook. Karya-karyanya yang paling terkenal adalah Kkot, Kkoteul Uihan Seosi, Sonyeo dan sebagainya. Kim Chunsu dikenal dengan ciri khas aliran eksistensialisme dan mueuimisi 1 yang banyak mempengaruhi karya-karyanya. Dalam karya tulis ini, penulis menganalisis makna kata bunga yang terdapat dalam puisi Sanyuhwa karya Kim Sowol dan puisi Kkot karya Kim Chunsu. Kedua puisi merupakan jenis puisi modern yang diterbitkan masing-masing pada tahun 1924 dan tahun Walaupun kedua puisi tersebut ditulis oleh dua pengarang dan dari dua periode yang berbeda, namun keduanya memiliki persamaan yaitu menggunakan kata bunga dalam bahasa puisinya. Penulis mengkaji makna kata bunga dari kedua puisi tersebut berdasarkan realsi makna antarkata dari larik dalam puisi dan menghubungkannya dengan keberadaan kata bunga, serta menganalisis medan makna dari kata bunga yang terdapat dari setiap puisi. Bunga adalah sebuah lambang keindahan. Bunga sering digunakan sebagai hiasan karena dianggap sebagai sesuatu yang dapat menciptakan keindahan. Menurut kamus bahasa Korea- Korea, pengertian 꽃 (Kkot, bunga) adalah 1 Kim Chun-su describes his poems as 'poems without a meaning' but in a strict sense, there are no such poems that do not have a meaning. What he means by it, is that his poems take 'subjective conceptions' as its subject and expresses it in a subjective manner. 한국현대문학연구제 15 집,

7 꽃 [ 명 ] 1종자식물의유성생식기관. 모양과빛깔이가지각색임. 꽃자루끝에서피며, 꽃술과화피로나뉨. 2 아름답고화려한것 을비유하여이르는말. 3 아름다운여자 를비유하여이르는말. 4 중요하다고핵심적인것 을비유하여이르는말. Terjemahan: Bunga [N] 1 Organ reproduksi tumbuhan berbiji. Bentuk dan warnanya bervariasi. Mekar pada ujung kantung bunga, terbagi menjadi putik dan benang sari serta mahkota bunga. 2 Kata yang digunakan untuk mengibaratkan hal yang indah dan permai. 3 Kata yang digunakan untuk mengibaratkan Perempuan cantik. 4 Kata yang digunakan untuk mengibaratkan hal yang penting dan inti. Kemudian menurut KBBI, bunga adalah 1 bagian tumbuhan yg akan menjadi buah, biasanya elok warnanya dan harum baunya; kembang: -- mangga; -- rambutan; 2 jenis untuk berbagai-bagai bunga; -- melati; -- mawar; 3 gambar hiasan (pd kain, pamor ukiran, dsb); 4 tambahan untuk memperindah: ceritanya itu sudah banyak -- nya; 5 tanda-tanda baik: sudah tampak -- nya bahwa tuntutan kita akan berhasil; 6 ki sesuatu yg dianggap elok (cantik) spt bunga. Dari pengertian di atas, bunga merupakan bagian tumbuhan yang memiliki keindahan bentuk dan warna serta memiliki aroma tersendiri yang dapat digunakan sebagai hiasan untuk memperindah sesuatu. Bunga tidak hanya digunakan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari namun juga digunakan untuk memperindah bahasa dari suatu tulisan. Dalam bukunya, Pradopo (1993) menyatakan bahwa dalam puisi, sebuah kata tidak hanya mengandung aspek denotasinya saja, melainkan juga megandung arti tambahan yang ditimbulkan oleh asosiasi-asosiasi yang keluar dari denotasinya. Dari kedua puisi Sanyuhwa dan Kkot akan dianalisis bahwa makna bunga dalam puisi-puisi tersebut tidak hanya mengandung aspek denotasi, namun juga memiliki makna dan aspek-aspek lain yang merupakan hasil pemikiran dan perasaan pengarang. Dibalik makna denotasi tersebut terdapat pesan lain yang terkandung dalam kedua puisi. Penulis akan menganalisis makna bunga dalam kedua puisi secara linguistik dengan menggunakan teori relasi makna dan análisis medan makna yang terdapat dalam ilmu semantik. Sebelumnya sudah terdapat karya sastra mengenali análisis makna bunga dalam puisi Jindallae

8 Kkot dan Sanyuhwa karya Kim Sowol oleh salah satu mahasiswa Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea,, namun dalam karya sastra ini penulis meneliti makna bunga dari puisi-puisi tersebut dengan menggunakan teori yang berbeda. Penulis akan membuktikan bahwa terlepas dari latar belakang waktu penulisan serta latar belakang penyairnya, secara semantik makna bunga yang terdapat dalam kedua puisi ini berbeda. Perbedaan ini akan dianalisis berdasarkan relasi makna antarkata dalam puisi serta medan makna kata bunga yang terdapat dalam kedua puisi. 1.2 Masalah Penelitian Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apa makna bunga dalam puisi Jindallae Kkot dan Kkot? 2. Bagaimana perbandingan makna bunga yang terdapat dalam puisi Jindallae Kkot dan Kkot? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian penulisan adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui makna bunga dalam puisi Jindallae Kkot dan Kkot. 2. Untuk mengetahui perbandingan makna bunga yang terdapat dalam puisi Jindallae Kkot dan Kkot. 1.4 Manfaat Penelitian Saat ini sudah ada banyak penelitian tentang sastra Korea khususnya puisi namun masih belum banyak penelitian karya sastra yang menggunakan teori-teori semantik. Oleh karena itu, penulis menganalisis dan membandingkan dua puisi yaitu puisi Sanyuhwa karya Kim Sowol dan puisi Kkot karya Kim Chunsu dengan menggunakan teori-teori semantik berupa analisis relasi makna dan analisis medan makna. Selain itu, pembaca mampu mengetahui lebih dalam lagi mengenai puisi-puisi Korea dan juga dapat mendorong mahasiswa jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea lainnya untuk meneliti karya sastra Korea, terutama puisi. Manfaat yang terakhir adalah penelitian ini menjadi salah satu bukti pengembangan penelitian kesusastraan Korea di Indonesia dan dapat menjadi acuan untuk penelitian puisi selanjutnya.

9 2. Metode Penelitian Dalam karya tulis ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-induktif yaitu menganalisis data-data dan teori-teori yang berkaitan lalu menarik kesimpulan dari analisis berdasarkan teori dan data tersebut. Pemahaman puisi secara mendalam tidaklah terlepas dari unsur di dalam teks dan di luar teks sehingga pendekatan yang penulis lakukan adalah pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Terdapat empat tahapan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data, tahap analisis data, penyajian hasil analisis data, dan menarik kesimpulan. 3. Tinjauan Teori Karya tulis ini akan disusun berdasarkan analisis karya sastra dengan menggunakan teoriteori semantik. Semantik adalah istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa (Chaer, 1990:2). Penulis ingin menganalisis makna bunga yang terdapat dalam puisi Sanyuhwa dan Kkot karena secara linguistik makna bunga tersebut berbeda, terlepas dari latar belakang waktu penulisan dan latar belakang penyairnya yang juga berbeda. Penulis akan menggunakan teori semantik dengan membandingkan relasi makna antarkata dalam puisi kemudian menghubungkannya dengan kata bunga, serta menganalisis medan makna kata bunga dalam kedua puisi. Menurut Chaer dalam bukunya, dalam setiap bahasa sering kali ditemui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyagkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonimi atau oposisi), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redudansi) dan sebagainya (1990:66). Analisis makna relasi makna ini berhubungan dengan teori medan makna. Medan makna merupakan bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Hubungan dengan masalah relasi makna kata secara paradigmatis sesuai dengan ciri referen dan konseptualisasinya, serta juga berhubungan secara internal antara kata yang satu dengan yang lainnya (Aminuddin 1998:109).

10 Analisis medan makna ini juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kolokasi. Seperti dikatakan oleh Chaer (1990:161) bahwa kolokasi menunjuk kepada hubungan sintagmatik yang terjadi antara kata-kata atau unsur-unsur leksikalnya. Misalnya, kata-kata layar, perahu, badai ombak dan tenggelam berkolokasi dengan kata laut. Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa suatu kata memiliki beberapa makna dan memiliki kolokasi dengan kata-kata lain sesuai dengan lingkungan tempat kata itu berada. Begitu juga dengan kata bunga yang akan dianalisis dalam dua puisi Sanyuhwa dan Kkot. Berdasarkan jenis makna dan medan maknanya, penulis ingin membuktikan bahwa kata bunga yang terdapat dalam kedua puisi berbeda. 4. Analisis dan Interpretasi Data 4.1 Analisis relasi makna dalam puisi Sanyuhwa 산유화 - 김소월 산에는꽃피네꽃이피네갈봄여름없이꽃이피네 산에산에피는꽃은저만치혼자서피어있네 산에서우는작은새요꽃아좋아산에서사노라네 산에는꽃지네꽃이지네갈봄여름없이꽃이지네 Hanguk Hyundae Si eui Silche, 2008 hlm 34 Penulis menginterpretasikan makna yang terkandung dari puisi di atas menjadi, pada bait pertama bunga-bunga di gunung sedang bermekaran, dan akan terus bermekaran tanpa

11 menghiraukan datang dan berlalunya musim semi dan musim panas. Lalu pada Dari setiap bait dalam puisi Sanyuhwa ini terdapat kata bunga yang menunjukkan bahwa penyair ingin menjadikan bunga sebagai ciri khas dari puisinya. Pada bait pertama, penyair mengulang kalimat 꽃이피네 (Kkot i phi ne, Bunganya mekar) untuk menekankan kembali penggunaan kata bunga dalam puisinya. Kemudian pada bait berikutnya, frasa 산에 (San e, di gunung) juga digunakan berkali-kali untuk menambah unsur rasa alam dalam puisi. Pada bait ketiga juga terjadi pengulangan kata 산에서 (san e so, di gunung) dan pada bait keempat terjadi pengulangan kalimat 꽃이지네 (Kkot i ji ne, bunganya gugur). Dari kata-kata dalam puisi di atas terdapat beberapa kata yang memiliki relasi makna satu sama lain. Kata 봄 (bom, musim semi) dan 여름 (yeo reum, musim panas) memiliki dua relasi makna yang dapat dijabarkan menjadi relasi makna oposisi majemuk dan relasi makna hiponim dan hipernim. Kata bom dan yeo reum merupakan kata-kata yang menunjukkan nama musim. Musim semi dan musim panas adalah dua musim yang sangat berbeda namun tidak berlawanan secara langsung. Musim semi bisa saja beroposisi dengan musim panas, musim gugur dan musim dingin. Musim semi Musim panas Musim gugur Musim dingin Oposisi yang seperti ini disebut dengan oposisi majemuk. Jadi, kata bom beroposisi majemuk dengan kata yeo reum. Relasi makna yang berikutnya adalah hiponim dan hipernim. Bom dan yeo reum secara langsung berhiponim terhadap kata musim. Sebaliknya kata musim berhipernim terhadap kata bom dan yeo reum. Walaupun di dalam puisi tidak terdapat kata musim, namun secara tidak langsung kata musim menunjukkan hubungan antara makna yang terdapat dalam kata bom dan kata yeo reum. Kemudian, jika dihubungkan dengan kata bunga, pada musim semi ada banyak bunga-bunga bermekaran dan kemudian tetap mekar pada musim panas sampai akhirnya akan gugur ketika memasuki musim gugur. Hubungan kata Kkot dengan kata bom dan yeo reum ini menunjukkan bahwa bunga yang merupakan sebuah tumbuhan akan mengikuti siklus alam berupa musim dalam proses pertumbuhannya.

12 Kata lain yang memiliki relasi makna adalah kata 피네 (phi ne, mekar) dan 지네 (ji ne, gugur). Kedua kata ini memiliki relasi makna antonim atau oposisi. Jika menganalisi berdasarkan arti dalam bahasa Indonesia, kata mekar beroposisi majemuk dengan kata gugur. Alasannya adalah, kata mekar memang berlawanan dengan kata gugur namun juga berlawanan dengan kata kuncup dan layu atau kering. Jadi sebelum bunga mekar, bunga mengalami fase kuncup lalu kemudian setelah mekar lama-kelamaan akan kering dan kemudian gugur. Jadi jika bunga tidak mekar bukan berarti bunga akan gugur. Relasi makna yang seperti ini disebut dengan relasi oposisi majemuk. Akan tetapi jika dianalisis berdasarkan makna kata dalam bahasa Korea, kata 피다 (phi da, mekar) yang merupakan kata dasar dari 피네 (phi ne) beroposisi hubungan dengan kata 지다 (ji da, mekar) yang merupakan kata dasar dari 지네 (ji ne). Alasannya adalah, di dalam bahasa Korea, kata ji da dan kata phi da memiliki hubungan saling melengkapi. Kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain menjadi oposisinya. Pada penggunaan dalam bahasa Korea biasanya jika bunga sudah mekar maka kelanjutannya adalah bunga akan gugur. Bahasa Korea kurang menggunakan kata kuncup, layu ataupun kering. 4.2 Analisis medan makna dan kolokasi dalam puisi Sanyuhwa Puisi Sanyuhwa menggunakan kata Kkot (bunga) dalam setiap baitnya. Berikut akan dipaparkan proses penguraian komponen kata bunga dan medan makna yang dibentuknya dengan kata-kata lain yang terdapat dalam puisi. Kata Kkot (bunga) memiliki komponen kata atau ciri makna sebagai berikut Bunga [+tumbuhan] [+indah] [+alam] Dari komponen-komponen ini dapat dilhat bahwa bunga membentuk medan makna dengan kata san (gunung) yang memiliki komponen: Gunung [+tinggi] [+alam] [+indah]

13 Kata Kkot dan san sama-sama berarti bagian dari alam dan memiliki unsur keindahan. Kedua kata ini membentuk medan makna alam dan indah. Kemudian, kata Kkot juga membentuk medan makna dengan 새 (sae, burung). Kata sae (burung) memiliki komponen Burung [+makhluk hidup] [+hewan] [+alam] [-tumbuhan] dan kata Kkot (bunga) memiliki komponen kata atau ciri makna [+tumbuhan] [+indah] [+alam]. Dari komponen-komponen ini dapat dilihat bahwa kata sae (burung) dan Kkot (bunga) membentuk medan makna makhluk hidup dan alam. Burung dan bunga sama-sama bagian dari makhluk hidup dan alam, namun burung merupakan bagian dari hewan dan bunga merupakan bagian dari tumbuhan. Kata 봄 (bom, musim semi) dan 여름 (yeo reum, musim panas) juga membentuk medan makna dengan kata Kkot. Kata Kkot (bunga) memiliki komponen kata atau ciri makna [+tumbuhan] [+indah] [+alam]. Kata bom dan yeo reum sama-sama memiliki komponen, Musim semi, musim panas [+musim] [+alam] [-makhluk hidup]. Dari komponen-komponen tersebut dapat dianalisis bahwa bom dan yeo reum bukanlah bagian dari makhluk hidup, namun membentuk medan makna alam karena ketiga kata memiliki komponen atau ciri khas makna alam. Medan makna juga berhubungan dengan kolokasi dalam bahasa. Kata bunga yang terdapat dalam puisi berkolokasi dengan kata gunung, mekar, gugur, burung, musim semi dan musim panas. Kata-kata ini saling berhubungan karena sama-sama mengandung makna yang berhubungan dengan alam. Jika membicarakan tentang bunga, gunung, burung, mekar gugur, musim semi dan musim semi maka dapat dikatakan bahwa pembicaraan berada dalam lingkungan pembicaraan mengenai alam. Terlepas dari makna bunga dan kata-kata lain yang

14 terdapat di dalam puisi, makna dasar dari bunga itu sendiri berhubungan dengan alam sehingga jika dihubungkan dengan kata-kata seperti burung, gunung, mekar, gugur, musim semi dan musim gugur, maka akan terbentuk hubungan kolokasi yang sangat erat. Berdasarkan analisis medan makna dari kata bunga dengan kata-kata yang terdapat dalam puisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kata bunga dalam puisi Sanyuhwa secara garis besar memiliki medan makna alam. Hal ini menunjukkan bahwa Kim Sowol sebagai penciptanya sangat menonjolkan aliran naturalisme yang terdapat dalam dirinya. Kim Sowol menggunakan kata bunga dalam setiap bait puisinya dan merangkainya dengan kata-kata yang memiliki komponen makna alam lainnya. Makna bunga yang terdapat dalam puisi Sanyuhwa jika dianalisis secara linguistik dengan menggunakan teori semantik memiliki makna bunga yang sebenarnya yaitu bunga sebagai suatu tumbuhan yang merupakan bagian dari alam. Kata-kata yang digunakan Kim Sowol sangat mudah dipahami secara linguistik, namun jika dianalisis lagi secara mendalam, di samping unsur alam terdapat makna lain yang ingin disampaikan dan digambarkan oleh Kim Sowol. Akan tetapi, mengesampingkan makna kias atau makna disamping makna lugasnya, puisi Sanyuhwa yang ditulis oleh Kim Sowol ini menunjukkan kuatnya aliran naturalisme yang mempengaruhi Kim Sowol ketika menciptakan pusi ini. Kim Sowol dikenal sebagai penyair Korea yang beraliran romantisme namun dengan analisis medan makna ini penulis merasa bahwa di dalam puisi ini Kim Sowol lebih menonjolkan aliran naturalismenya dibandingkan dengan aliran romantisme yang sudah menjadi ciri khasnya. 4.3 Analisis relasi makna dalam puisi Kkot 꽃 - 김춘수 내가그의이름을불러주기전에는그는다만하나의몸짓에지나지않았다. 내가그의이름을불러주었을때그는나에게로와서꽃이되었다. 내가그의이름을불러준것처럼나의이빛깔과향기에알맞은

15 누가나의이름을불러다오. 그에게로가서나도그의꽃이되고싶다. 우리들은모두무엇이되고싶다. 너는나에게나는너에게잊혀지지않는하나의눈짓이되고싶다. Hanguk Hyundae Si eui Silche, 2008 hlm 179 Penulis menginterpretasikan puisi Kkot sebagai berikut, pada bait pertama aku lirik menyatakan bahwa sebelum aku lirik memanggil nama nya, dia tidak lebih dari hanya sebuah gerakan tubuh. Pada bait kedua, ketika aku lirik memanggil namanya, dia datang kepada aku dan menjadi bunga. Lalu pada baik ketiga, seperti aku memanggil namanya, aku berharap ada orang yang memanggil nama aku sesuai dengan warna dan aroma yang cocok dengan aku. Aku lirik juga ingin pergi ke dia dan menjadi bunga baginya. Pada bait keempat, aku lirik bertanya-tanya kepada kita semua, mau jadi apakah kita semua. Kamu kepada aku, aku kepada kamu ingin, ingin menjadi kedipan mata yang tidak terlupakan. Puisi ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam pemahaman bahasanya. Kim Chunsu menggunakan kata bunga yang tidak begitu memiliki relasi makna dengan kata-kata lain yang terdapat di dalam puisi. Kata-kata yang memiliki sedikit hubungan makna dengan bunga hanyalah kata warna dan aroma. Namun melihat jenis-jenis relasi makna, tidak terdapat adanya relasi makna tertentu antara kata bunga, warna dan harum. Kim Chunsu menggunakan kalimat 꽃이되다 (Kkot I dwe da, menjadi bunga) pada bait kedua dan mengulangnya kembali pada bait kedua. Akan tetapi pada bait kedua dikatakan bahwa sudah menjadi bunga sedangkan pada bait ketiga dikatakan bahwa ingin menjadi bunga. Kalimat menjadi bunga ini mengandung makna ada sesuatu atau seseorang yang ingin berubah menyerupai bunga. Secara konotasi kalimat seperti ini dapat diartikan bahwa ada sesuatu atau seseorang yang ingin menjadi seperti bunga yang cantik dan indah atau ingin menjadi pusat perhatian dan dikagumi oleh banyak orang. Akan tetapi secara semantik, kalimat menjadi bunga ini tidak dapat dianalisis karna secara makna dasar, satu-satunya hal yang dapat menjadi bunga adalah kuntum bunga yang terdapat pada tanaman.

16 Kata-kata lain dalam puisi yang memiliki relasi makna adalah kata 나 (na, aku), 너 (neo, kamu) dan 그 (ge, dia). Ketiga kata ini memiliki relasi makna oposisi majemuk sekaligus oposisi hubungan. Secara oposisi majemuk dapat dipaparkan bahwa kata aku, kata kamu dan kata dia ketiganya saling berlawanan satu sama lain. Akan tetapi kata aku tidak mutlak beroposisi dengan kamu. Kata aku bisa juga beroposisi dengan kata dia. Begitu pula dengan kata kamu yang dapat beroposisi baik dengan kata aku maupun kata dia. Sama halnya dengan kata dia yang dapat berlawanan dengan kata aku atau kata kamu. Secara oposisi hubungan ketiga kata ini membentuk hubungan yang saling melengkapi satu sama lain. Walaupun ketiganya saling beroposisi namun kata aku berhubungan langsung dengan kata kamu dan dapat pula beroposisi langsung dengan kata dia. Kata aku bisa berpasangan dengan kata kamu bisa pula berpasangan dengan kata dia, dan begitu juga sebaliknya. Kata 오다 (o da, datang) dan kata 가다 (ga da, pergi) juga memiliki relasi makna kebalikan makna atau oposisi. Jenis oposisi yang dimiliki oleh kata datang dan pergi adalah oposisi hubungan. Kedua kata tersebut memiliki makna yang berlawanan namun kegiatannya berhubungan karena kegiatan datang itu tidak akan terjadi jika kegiatan pergi tidak dilakukan terlebih dahulu. Begitu pula sebaliknya, kegiatan pergi itu terjadi ketika kegiatan datang sudah terjadi. Tanpa adanya kehadiran salah satu dari kata tersebut maka relasi makna oposisi hubungan ini tidak akan terwujud. Lalu frasa 불러주었을때 (bulleo ju eot eul ttae, ketika memanggilkan) yang terdapat pada bait kedua memiliki relasi makna oposisi dengan frasa 불러다오 (bulleo da o, tolong panggil) yang terdapat pada bait ketiga. Kata 불러주다 (bulleo ju da) mengandung arti memanggilkan atau memberikan panggilan sedangkan kata 불러다오 (bulleo da o) mengandung arti meminta dipanggil atau meminta panggilan. Dari kedua frasa ini dapat diambil makna memberi dan meminta saling berhubungan dan membentuk relasi makna oposisi hubungan. Kegiatan meminta dan memberi merupakan dua kegiatan yang saling berlawanan namun juga saling berhubungan. Walaupun hubungannya tidak mutlak namun jika ada seseorang yang meminta maka akan ada seseorang yang memberi. Kegiatan meminta tidak akan membentuk relasi oposisi hubungan jika kegiatan memberi tidak dilakukan.

17 4.4 Analisis medan makna dan kolokasi dalam puisi Kkot Pada puisi Kkot, kata bunga hanya terdapat pada bait kedua dan ketiga puisi. Seperti yang sudah dianalisis sebelumnya, Kata Kkot (bunga) memiliki komponen kata atau ciri makna sebagai berikut, Bunga [+tumbuhan] [+indah] [+alam] Dari komponen-komponen di atas, tidak terdapat kata-kata dalam puisi Kkot yang dapat membentuk medan makna dengan kata bunga. Kata harum dan aroma memiliki hubungan makna dengan bunga namun jika ditinjau dari komponen-komponen atau ciri khas maknanya, medan makna tidak bisa terbentuk di antara kata-kata tersebut. Akan tetapi, medan makna lain terbentuk dari kata 나 (na, aku) dengan kata 너 (neo, kamu), 그 (ge, dia) dan 우리 (u ri, kita).kata kamu memiliki komponen sebagai berikut, Aku [+Subjek] [ +Kata ganti orang] [+Manusia] [+Tunggal] Dari komponen-komponen di atas dapat dilihat bahwa kata aku membentuk medan makna kata ganti orang dengan kata kamu, dia dan mereka yang masing-masing memiliki komponen sebagai berikut Kamu, dia Kita [+Subjek] [ +Kata ganti orang] [+Manusia] [+ Tunggal] [+Subjek] [ +Kata ganti orang]

18 [+Manusia] [- Tunggal] Sebagian besar komponen kata aku, kamu, dia dan kita memiliki komponen yang sama. Walaupun kata kita tidak memiliki komponen tunggal namun kesamaan komponen subjek dan kata ganti orang sudah cukup membentuk medan makna kata ganti orang di antara ketiganya. Karena keterbatasan komponen kata yang berhubungan dengan bunga, maka berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa secara medan makna kata bunga yang terdapat dalam puisi Kkot bukan mengandung makna bunga yang secara harfiah berarti tanaman yang indah dan digunakan sebagai hiasan. Penyair puisi pasti memiliki alasan tertentu dalam penggunaan kata tersebut, namun secara analisis medan makna tidak dapat menemukan alasan tersebut. Medan makna juga berhubungan dengan kolokasi dan dalam puisi Kkot ini terdapat beberapa kolokasi. Kata aku, kamu, dia dan kita dapat digolongkan menjadi satu kelompok yaitu kelompok kata ganti orang. Jadi kata aku, kamu, dia dan kita berkolokasi satu sama lain dalam lingkungan pembicaraan mengenai kata ganti orang dan juga subjek. Selain itu, kata bunga juga membentuk kolokasi dengan kata warna dan aroma. Ketiga kata ini berada dalam satu lingkungan pembicaraan yaitu mengenai bunga itu sendiri. Jika membicarakan tentang bunga tentulah berhubungan dengan warna karena bunga dikenal sebagai tumbuhan yang memiliki keragaman warna dan juga aroma yang sedap. Ketiganya membentuk kolokasi bunga atau ciri khas bunga. Kesimpulan Puisi Sanyuhwa karya Kim Sowol dan puisi Kkot karya Kim Chunsu merupakan puisi modern yang diciptakan oleh dua penyair Korea yang berbeda berdasarkan latar belakang waktu dan dengan aliran yang juga berbeda. Akan tetapi, kedua puisi sama-sama menggunakan kata bunga dalam larik-lariknya. Kedua puisi mencantumkan kata bunga dan merangkainya menjadi suatu bahasa puisi yang indah. Terlepas dari makna yang terdapat dibalik makna denotasinya, secara linguistik makna bunga yang terdapat dalam kedua puisi sangatlah berbeda. Setelah dianalisis dengan menggunakan teori semantik mengenai relasi makna dan medan makna, makna bunga yang terdapat dalam puisi Sanyuhwa berarti bunga yang secara harfiah adalah sebuah tanaman yang indah, memiliki aroma dan warna dan biasa digunakan sebagai

19 penghias. Hal ini dibuktikan berdasarkan relasi makna kata bunga itu sendiri dengan kata-kata lain yang terdapat di dalam puisi. Sebaliknya, kata bunga yang ada dalam puisi Kkot bukan bermakna bunga sebagai tanaman. Di dalam puisi Kkot, kata bunga digunakan hanya sebagai simbol atau kiasan yang digunakan penyair untuk menyampaikan isi pikirannya dalam puisi. Hal ini dibuktikan dari sedikitnya relasi makna dan tidak adanya medan makna yang dihasilkan oleh kata bunga dengan kata-kata lain yang terdapat dalam puisi tersebut. Daftar Acuan 이태동. (2008). 한국현대시의실체. 서울 : ( 주 ) 문예출판사. (Lee Taedong. (2008). Hanguk Hyeondaesi eui silche. Seoul: (Ju)Munyechulphansa.) 성낙양. (2010). 동아새국어사전. 서울 : 두산동아 ( 주 ). (Seong, Nakyeong. (2010). Donga Sae Guk o Sa jeon. Seoul: Doosan Donga (Ju).) 한국현대문학연구제 15 집, (Hanguk Hyeondae Munhak Yeongu Je 15 jip, ) Aminuddin. (1988). Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru. Chaer, Abdul. (1990). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Pradopo, Rachmat Djoko. (1990). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Pusat Bahasa Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka Riffaterre, Michael. (1984). Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press Santosa, Puji. (1990). Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa. Sumardi dkk. (1985). Pedoman Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Waluyo, J Herman. (1995). Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk memahami karya sastra dibutuhkan analisis. Definisi karya sastra menurut KBBI (1989:76) adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut: Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini saya akan memperkenalkan teori-teori yang akan digunakan untuk menganalisis bab 3. 2.1 Semantik 意味論 Dalam menganalisis lagu, tidak dapat terlepas dari semantik. Keraf

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG David Maulana Muhammad*)1 Wahyudi Siswanto)*2 Email davidmuhammad7@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA KARYA UMAR KAYAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA Sun Suntini Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam lingkungannya. Melayu yang belum mendapat pengaruh Barat. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam lingkungannya. Melayu yang belum mendapat pengaruh Barat. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil daya cipta manusia baik lisan maupun tulisan yang memiliki ciri keartistikan dan keindahan dalam mengungkapkan isinya. Setiap karya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE

UNIVERSITAS INDONESIA INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE UNIVERSITAS INDONESIA INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE MAKALAH NON SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK TEMATIK DIKELAS V SDN BAKTI KENCANA

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK TEMATIK DIKELAS V SDN BAKTI KENCANA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK TEMATIK DIKELAS V SDN BAKTI KENCANA MAKALAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian sidang sarjana Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sangat berperan penting bagi kehidupan manusia. Bahasa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala sesuatu. Satuan kebahasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kemampuan tertentu yang begitu istimewa. Manusia mampu beradaptasi untuk bertahan hidup karena Tuhan telah memberikan mereka otak. Manusia

Lebih terperinci

(Michael Riffaterre) (S.S)

(Michael Riffaterre) (S.S) (Michael Riffaterre) (S.S) : : / :.١..٢..٣. : : (Michael Riffaterre).. (Michael Riffaterre) (Heuristic).(Hermeneutic).. (Heuristic) (Hermeneutic) : (Heuristic). (Hermeneutic). . : :.١. .٢..٣..٤..٥..٦.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. SEMANTIK Pengantar Linguistik Umum 3 November 2014 APAKAH SEMANTIK ITU? 1 2 Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Menurut Ogden & Richards (1923), makna tanda bahasa dapat dilihat dari

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBACA AKROSTIX

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBACA AKROSTIX MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBACA AKROSTIX PADA SISWA KELAS IX SMPN 2 SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh : TIKA ROHMATIKA NIM.1021.0253 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala hal yang dilakukan seseorang tak terlepas dari bagaimana ia memaknai tindakannya, begitu pula dalam berkomunikasi yang menjadikan bahasa sebagai kunci pokoknya.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN METODE PENGAMATAN OBJEK LINGKUNGAN SEKOLAH SISWA SMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN METODE PENGAMATAN OBJEK LINGKUNGAN SEKOLAH SISWA SMA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN METODE PENGAMATAN OBJEK LINGKUNGAN SEKOLAH SISWA SMA Oleh: Imam Oktavianto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo imamoctav@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari semakin maju. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk mengungkapkan persepsi pikirannya pada orang lain menggunakan kata atau kalimat. Kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI

ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI 1 ANALISIS CITRAAN DAN DIKSI PADA PUISI WAHAI DIRIKU KARYA USTADZ JEFRI AL BUCHORI Andi nova 1,Dainur Putri 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut gambar hiasan, kata tambahan untuk memperindah, penyebutan tandatanda

BAB I PENDAHULUAN. menyebut gambar hiasan, kata tambahan untuk memperindah, penyebutan tandatanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunga diartikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai bagian dari tumbuhan yang akan menjadi buah, memiliki warna yang elok dan harum. Bunga diartikan pula sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Puisi sebagai suatu karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang. Perwujudan ekspresi pengarang lewat puisi selanjutnya difasilitasi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 1 November 2015 9-14 Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik Indonesia. Pentingnya bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran dari kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM 09080240 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEMA CINTA DALAM LIRIK-LIRIK LAGU JONAS BROTHERS JURNAL. Oleh : ENDA SUOTH

PENGEMBANGAN TEMA CINTA DALAM LIRIK-LIRIK LAGU JONAS BROTHERS JURNAL. Oleh : ENDA SUOTH PENGEMBANGAN TEMA CINTA DALAM LIRIK-LIRIK LAGU JONAS BROTHERS JURNAL Oleh : ENDA SUOTH 090912014 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1 ABSTRACT Jonas Brothers song lyrics which are about

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial manusia. Selain itu, bahasa mempunyai fungsi penting dalam kegiatan berinteraksi antar sesama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 AMBAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 AMBAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 AMBAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Turyati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas

Lebih terperinci

Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik Peer-Kecil Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi

Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik Peer-Kecil Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik Peer-Kecil Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi 2010 2011 Oleh: Sheila Fera Phina 1 Abstrak Judul skripsi ini adalah Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah karya yang bersifat imajinatif yang mengandung nilai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah karya yang bersifat imajinatif yang mengandung nilai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah karya yang bersifat imajinatif yang mengandung nilai keindahan di dalamnya. Sastra menyajikan berbagai bentuk kisah yang menarik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, mantra serta penyusunan larik dan

BAB I PENDAHULUAN. sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, mantra serta penyusunan larik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984) merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, mantra serta penyusunan larik dan bait. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.193 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR Risma Despryanti 1, Riska Desyana 2, Amalia Siddiqa Rahayu 3, Yeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinonimi adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun, memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata atau padanan kata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minat membaca karya sastra sama halnya dengan minat membaca, namun minat membaca karya sastra lebih diarahkan dan difokuskan dalam bidang sastra baik itu puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI

EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMPARAFRASAKAN PUISI Mia Yulianti Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia Surel : miayulianti@rocketmail.com

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI SURAT DARI IBU KE DALAM KARANGAN NARATIF. Oleh

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI SURAT DARI IBU KE DALAM KARANGAN NARATIF. Oleh KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI SURAT DARI IBU KE DALAM KARANGAN NARATIF Oleh Haris Nur Prasetyo Kahfie Nazaruddin Ali Mustofa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Email: haris91210@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

Lebih terperinci

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI PUISI MELALUI KEGIATAN MEMBACA DAN MENDENGARKAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEBAKWANGI KABUPATEN KUNINGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER KRITIK SASTRA I (BDI 2133) Pengampu: Drs. Heru Marwata, M.Hum.

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER KRITIK SASTRA I (BDI 2133) Pengampu: Drs. Heru Marwata, M.Hum. BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER KRITIK SASTRA I (BDI 2133) Pengampu: Drs. Heru Marwata, M.Hum. JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2004

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN SINONIMI DAN HIPONIMI PADA LAGU ANAK-ANAK KARYA IBU SUD

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN SINONIMI DAN HIPONIMI PADA LAGU ANAK-ANAK KARYA IBU SUD ANALISIS PENANDA HUBUNGAN SINONIMI DAN HIPONIMI PADA LAGU ANAK-ANAK KARYA IBU SUD NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana S-I Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO Oleh: Farida Tuzzaman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra

Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra JURNAL ILMIAH RANI FITRIA WATI NPM. 09080301 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Judul Penelitian : Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Padang Nama : Rika Fitrianti NPM : 0910013111196 Jenjang Pendidikan : Sarjana Pendidikan (S1) Program

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. struktural maupun jenisnya dalam kebudayaan.musik dapat mendamaikan hati yang

Bab 1. Pendahuluan. struktural maupun jenisnya dalam kebudayaan.musik dapat mendamaikan hati yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian. Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan normanorma yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa adalah suatu simbol bunyi yang dihasilkan oleh indera pengucapan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi sangat berperan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

Journal of Primary Education

Journal of Primary Education JPE 2 (1) (2013) Journal of Primary Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MODEL KUANTUM DAN MODEL INSTRUKSI LANGSUNG BERDASARKAN MINAT BELAJAR

Lebih terperinci

RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DESA PANTAI LABU BARU, KABUPATEN DELI SERDANG. Skripsi. Dikerjakan Oleh, NAMA : SATRIA SINAGA NIM :

RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DESA PANTAI LABU BARU, KABUPATEN DELI SERDANG. Skripsi. Dikerjakan Oleh, NAMA : SATRIA SINAGA NIM : RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DESA PANTAI LABU BARU, KABUPATEN DELI SERDANG Skripsi Dikerjakan Oleh, NAMA : SATRIA SINAGA NIM : 090702005 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA

Lebih terperinci

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola menjadi cabang olahraga yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain pertandingannya yang menarik terdapat pula fenomena bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran danperasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan.genre sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah sastra atau karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah sastra atau karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah sastra atau karya sastra yakni prosa atau puisi. Dengan membaca karya sastra, kita akan memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol.4 No.2 Juli

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol.4 No.2 Juli PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK SECARA LANGSUNG Miswanto Guru SMP Negeri 1 Ponorogo Email : smpn1_pon@yahoo.co.id ABSTRAK Penguasaan keterampilan berbahasa khususnya

Lebih terperinci

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT E-JURNAL ILMIAH ASMARIDA NPM. 09080206 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga

BAB I PENDAHULUAN. Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga menambahkan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI SISWA KELAS VII.1 SMPN 35 PADANG DENGAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK SECARA LANGSUNG Eni Puji Astuti 1), Hasnul Fikri 1), Elvina A. Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM KUMPULAN PUISI KERIKIL TAJAM DAN YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS KARYA CHAIRIL ANWAR SKRIPSI

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM KUMPULAN PUISI KERIKIL TAJAM DAN YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS KARYA CHAIRIL ANWAR SKRIPSI ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM KUMPULAN PUISI KERIKIL TAJAM DAN YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS KARYA CHAIRIL ANWAR SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN 2011-2012 Septiana Dwi Lestari 0821.0176 alka_dira@yahoo.co.id STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra.

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra. NILAI RELIGIUS NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Oleh Leny Dhamayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dhamayanti_cubby@yahoo.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIE SMPK MARIA FATIMA JEMBER MELALUI TEKNIK PS3

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIE SMPK MARIA FATIMA JEMBER MELALUI TEKNIK PS3 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIE SMPK MARIA FATIMA JEMBER MELALUI TEKNIK PS3 Andriana Isbinarni Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Keterampilan menulis puisi merupakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON Dwi Novita Ariyaningtyas 1 Heri Suwignyo 2 Karkono 3 Universitas Negeri Malang, Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

ANALISIS SEMIOTIK DALAM KUMPULAN PUISI LOVE POEMS AKU DAN KAMU SADURAN SAPARDI DJOKO DAMONO ARTIKEL E-JOURNAL FEBRINA AMELIA NIM

ANALISIS SEMIOTIK DALAM KUMPULAN PUISI LOVE POEMS AKU DAN KAMU SADURAN SAPARDI DJOKO DAMONO ARTIKEL E-JOURNAL FEBRINA AMELIA NIM ANALISIS SEMIOTIK DALAM KUMPULAN PUISI LOVE POEMS AKU DAN KAMU SADURAN SAPARDI DJOKO DAMONO ARTIKEL E-JOURNAL FEBRINA AMELIA NIM 120388201051 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci