BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk"

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk memahami karya sastra dibutuhkan analisis. Definisi karya sastra menurut KBBI (1989:76) adalah sebuah karya tulis yang apabila dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam sisi dan ungkapannya. Kata sastra merujuk pada kata kesusasteraan yang berarti sebuah jenis tulisan yang mempunyai arti atau keindahan tertentu (Teeuw, 1984:21-23). Kemudian menurut Warren (1989:11-12) sastra adalah sesuatu yang tertulis dan tercetak dan dibatasi pada mahakarya, yaitu buku-buku yang dianggap menonjol karena bentuk ekspresi sastranya atau segi estetisnya. Bangsa Korea memiliki karya sastra sebagai bagian dari kemajuan peradaban. Kesusasteraan Korea dibagi menjadi dua periode, yakni periode klasik dan modern. Kesusasteraan klasik dipengaruhi kepercayaan lama seperti Taoisme, Konfusianisme dan Budhisme sedangkan kesusasteraan modern dipengaruhi oleh kebudayaan Barat. Salah satu dari hasil kesusasteraan Korea adalah puisi-puisi kuno pada jaman Joseon yaitu sijo dan gasa. Sedangkan puisi modern Korea diawali dengan munculnya sinchesi atau puisi baru (Kristianto, 2008:155) Sebagai salah satu produk karya sastra, puisi memiliki peranan penting dalam menyampaikan ekspresi pemikiran. Seperti yang diungkapkan oleh puisi Pradopo (2010:7) puisi adalah suatu karya sastra yang mengekspresikan 1

2 2 pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama. Hal itu menjadi penting karena puisi merupakan rekaman terhadap pengalaman, analisis penulis terhadap situasi dan lingkungan yang diinterpretasikan dalam bentuk tulisan yang menarik, memberi kesan dan diekspresikan. Menurut Tarsyad (2010:3) puisi adalah gubahan dalam bahasa yang memiliki bentuk, bunyi, irama, dan makna khusus. Namun, puisi bukan memberikan gambaran informasi atau petunjuk melainkan gambaran yang dapat mempertajam kesadaran orang dan dapat membangkitkan tanggapan orang atas apa yang dibacanya. Puisi juga merupakan salah satu bentuk karya sastra Korea. Karya sastra Korea yang berupa puisi sudah ada sejak jaman sastra Korea klasik hingga sastra Korea modern. Sastra modern di Korea ditandai dengan jaman kolonial Jepang yang meruntuhkan dinasti Joseon serta pengaruh budaya Barat dan Amerika yang masuk ke Korea menggantikan penetrasi kolonial Jepang. Hadirnya sastra modern termasuk puisi modern saat ini tidak lepas dari eksistensi pujangga Korea untuk menciptakan puisi. Salah satu penulis yang aktif dalam penulisan puisi adalah Park Ryeol. Park Ryeol adalah pujangga kelahiran Chungnam yang aktif menerbitkan karya-karyanya sejak tahun 1989 hingga sekarang. Ia merupakan lulusan Sunkyungwan University dan Colombia State University di Amerika Serikat. Karya-karya Park Ryeol seperti kebanyakan penulis puisi Korea yaitu dalam beberapa puisi masih bersifat naturalis. Dalam penulisan puisinya seringkali mengambil judul yang berasal dari alam. Puisi Park Ryeol selain bertemakan alam juga ada yang bertema cinta dan kemanusiaan.

3 3 Dalam skripsi ini akan dibahas objek penelitian yang berupa puisi karya Park Ryeol. Judul puisi yang di pilih memiliki unsur 겨울 (gyeoul) yang berarti musim dingin dalam bahasa Indonesia. Puisi diambil dari antalogi puisi karya Park Ryeol yang berjudul 또하나의사랑앞에서 ( Tto Hanaei Sarang Apaeseo ) yang berarti Di Hadapan Cinta yang Satu Lagi. Dalam antalogi ini dipilih satu puisi yang judulnya memiliki unsur 겨울 (gyeoul) yaitu puisi 겨울새 (Gyeoul Sae) yang berarti Burung Musim Dingin. Dipilihnya puisi yang berunsur 겨울 (gyeoul) dalam antologi puisi 또하나의사랑앞에서 ( Tto Hanaei Sarang Apaeseo ) yaitu untuk mengetahui makna dari 겨울새 (Gyeoul Sae) atau Burung Musim Dingin pada puisi karya Park Ryeol. Musim dingin identik dengan hal yang bersifat dingin, kebekuan, salju dan keterbatasan akan bahan pangan yang menyebabkan penderitaan. Musim dingin konon oleh masyarakat Korea sering diidentikan dengan sulitnya hidup dan penderitaan. Hal ini dikarenakan musim dingin di Korea panjang dan membeku. Selain itu Korea sedikit memiliki ladang dan sawah yang subur dan sama sekali tidak terdapat sumber-sumber alam yang penting (Yang, 1995:1). Hal ini mempengaruhi etos kerja orang Korea menjadi pekerja keras dan cepat merespon perubahan. Selain itu puisi yang berjudul 겨울새 (Gyeoul Sae) karya Park Ryeol ini bersifat naturalis karena dalam puisinya mengungkapkan aspek-aspek alam semesta serta cenderung melukiskan kenyataan-kenyataan yang buruk, kejelekan-kejelekan atau kekurangan-kekurangan tentang keadaan masyarakat atau sifat manusia (

4 4 Pengkajian makna 겨울새 (Gyeoul Sae) atau Burung Musim Dingin menggunakan analisis semiotika Riffaterre belum pernah dilakukan oleh mahasiswa jurusan Bahasa Korea UGM. Selain itu pemaknaan 겨울새 (Gyeoul Sae) atau Burung Musim Dingin sangat menarik untuk dilakukan karena penelitian ini bisa melihat gambaran tentang musim dingin yang dicitrakan oleh Park Ryeol melalui puisi 겨울새 (Gyeoul Sae). Oleh karena itu penelitian ini relevan dan layak dilakukan. Untuk mengetahui dan mendapatkan makna puisi 겨울새 (Gyeoul Sae) digunakan kajian semiotika Riffaterre dalam Semiotics of Poetry karya Michael Riffaterre. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak diteliti adalah bagaimana mencari signifikansi dari puisi karya Park Ryeol. Puisi yang akan di teliti adalah 겨울새 (Gyeoul Sae) yang berarti Burung Musim Dingin. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk memperoleh signifikansi puisi karya Park Ryeol yang berjudul 겨울새 (Gyeoul Sae) yang berarti Burung Musim Dingin. Proses signifikansi adalah dengan teori semiotika Riffaterre yaitu melalui pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model, varian serta hipogram.

5 5 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian pada puisi Korea pernah dilakukan sebelumnya. Salah satunya dilakukan oleh Anjarsari (2011). Anjarsari pernah meneliti salah satu lagu nasional Korea yang terkenal yaitu Arirang. Penelitian yang dilakukannya membandingkan dua lagu Arirang menggunakan strategi semiotika Riffaterre yaitu dengan cara pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model, varian dan hipogram. Lirik-lirik Arirang memilki arti kesedihan akan sebuah perpisahan. Meskipun demikian, dalam penelitian ini Anjarsari tidak melakukan pengkajian kesedihan sebagai makna dari 겨울 (gyeoul) namun keseluruhan dalam dua lagu Arirang. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Asrori (2009) dalam skripsinya. Asrori melakukan penelitian atas karya Hong Geum Ja yaitu 목마른나무가되어 (Mokmareun Namuga Dweo) menggunakan analisis struktural. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti unsur bahasa dan kepuitisan yang terkandung serta menyimpulkan bahwa karya Hong Geum Ja bersifat naturalis yaitu merefleksikan alam untuk mencurahkan yang dilihat. Puisi menggunakan judul yang sama dalam satu antologi serta menggunakan teori semiotika Riffaterre juga dilakukan oleh Andani (2013). Andani menganalisis tiga puisi yang judulnya mengandung unsur 꽃 (kkot) atau bunga karya Seong Jang Seob. Dari analisis itu menghasilkan kesimpulan bahwa unsur alam bunga menggambarkan perempuan, cinta dan hal-hal yang dapat mewakili perasaan melalui bunga.

6 6 Ada pula penelitian karya Solehatin (2013) yang menggunakan kajian semiotika Riffaterre atas puisi yang judulnya berunsur 산 (san) atau gunung karya Kim Jang Wook. Puisi ini bertema naturalis, dalam 3 analisis puisi berunsur gunung digambarkan bahwa gunung mewakili keberadaan dan pemujaan terhadap sifat-sifat Tuhan, perpisahan, kerinduan serta sebuah hubungan. Penelitian yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Trihtarani (2013). Penelitian ini menggunakan teori semiotika Riffaterre atas tiga puisi karya pengarang terkemuka Korea, Kim Soweol. Penelitian ini mencari signifikansi puisi atas puisi 진달래꽃 (Jindallaekhot), 해가산마루에저물어도 (Haega Sanmaruae Jeomuleodo), dan 못잊어 (Mot Ijo). Dalam penelitian ini dilakukan signifikansi untuk mendapat keterangan atas sajak-sajak Kim Seoweol yang merepresentasikan rasa sakit dan penderitaan masa kolonial Jepang. Berdasar dari beberapa penelitian di atas, puisi Korea adalah objek yang menarik untuk dikaji di kalangan mahasiswa jurusan bahasa Korea. Objek yang dapat dikaji dengan menggunakan teori semiotika Riffaterre tidak hanya puisi namun juga lagu. Dari penelitian sebelumnya objek yang dipilih adalah bertema naturalis seperti karya skripsi dari Andani (2013) dan Solehatin (2013). Selain bertema naturalis terdapat pula puisi bertema penjajahan Jepang dari skripsi karya Trihtarani (2013). Pada penelitian ini terdapat kesamaan dan perbedaan dari penelitianpenelitian sebelumnya. Kesamaan dengan penelitian terdahulu, yaitu pada teori yang digunakan adalah teori semiotika Riffaterre. Objek penelitian sastra yang

7 7 berupa puisi seperti pada objek penelitian sebelumnya meskipun terdapat pula penelitan yang menggunakan lirik lagu sebagai objeknya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya secara substansial adalah pemilihan unsur musim dingin dalam judul puisi. Jika dibandingkan dengan pemilihan objek-objek pada penelitian sebelumnya, penelitian ini ingin meengambil unsur yang berkaitan dengan kondisi alam dan sosial di Korea sehingga pemilihan judul puisi yang memiliki unsur musim dingin dianggap akan merefleksikan ekspresi bahasa sastra dari unsur musim dingin. Harapannya melalui puisi yang memiliki unsur musim dingin pada judul puisi mampu mengungkap makna yang tersirat. Kondisi musim dingin di Korea yang panjang, membeku dan susah bahan pangan secara langsung atau tidak telah membentuk sifat bangsa Korea dan kehidupan sosial dan etos kerjanya sehingga dapat diungkap dalam penelitian ini makna musim dingin yang membentuk karakter orang Korea. Jadi, puisi ini sangat layak untuk dijadikan objek penelitian dengan menggunakan teori semiotika Riffaterre untuk mengungkap makna tersirat dari puisi-puisi karya Park Ryeol yang memiliki unsur musim dingin pada judul puisinya. 1.5 Landasan Teori Dalam karya sastra ini dilakukan pengkajian atau analisis sesuai dengan maksud dari penelitian. Pengkajian atas karya sastra perlu dilakukan untuk membuka kemungkinan penerapan metodologis yang tepat, penetapan dan perumusan metode penelitian sastra (Faruk, 2012:5). Dalam upaya penelitian,

8 8 diperlukan teori untuk melakukan analisis. Teori menjadi penting karena menurut Faruk (2012:20) teori tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu untuk konseptualisasi, melainkan juga alat bantu untuk menempatkan masalah yang terkait dalam kerangka konseptual tertentu yang tidak hanya mendapatkan gambaran dari objek-objek dan proses empirik. Kemudian menurut Sangidu (2004:6) teori dapat menjelaskan hubungannya dengan objek-objek dan proses empirik lainnya sehingga ada beberapa hal yang penting dalam penelitian puisi ini. Hal penting dalam penelitian puisi yaitu menjawab prosedur apa yang harus dilakukan dalam penelitian, menggunakan metode bagaimana dalam melaksanakan penelitian serta teknik apa yang digunakan untuk mengukur atau mengumpulkan data penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian semiotika Riffaterre untuk memperoleh signifikansi atau makna dari puisi yang berjudul puisi 겨울새 (Gyeoul Sae) yang berarti Burung Musim Dingin. Puisi 겨울새 (Gyeoul Sae) diambil dari antologi puisi 또하나의사랑앞에서 (Tto Hanaei Sarang Apaeseo) karya Park Ryeol. Kajian sajak ini akan menggunakan teori semiotika Riffaterre yang terdapat pada buku Semiotics of Poetry karya Michael Riffaterre. Menurut Pradopo (2010:120) menganalisis sajak bertujuan untuk mencari makna yang terkandung dalam teks sastra. Hal itu dikarenakan karya sastra adalah struktur yang bermakna. Makna yang terkandung dalam karya sastra menggunakan medium bahasa. Bahasa bisa juga disebut sebagai bagian dari penanda atau sistem tanda. Sistem ketandaan itulah yang disebut semiotik dan

9 9 ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda itu disebut semiotika (Pradopo, 2010: 21). Semiotika sendiri menurut Zoest (1993:1) dalam bahasa Yunani berarti semion atau tanda. Semiotika dapat disebut pula sebagai ilmu tanda. Istilah ini pertama kali digunakan oleh seorang filsuf dari Jerman yang bernama Lambert pada abad ke-18. Menurut Pradopo (2010:121) dalam penelitian tanda ada suatu prinsip penting, yaitu penanda (signifier) atau yang menandai. Penanda merupakan bentuk tanda atau petanda (signified) atau yang ditandai yang merupakan arti tanda. Pada penelitian ini digunakan teori semiotika Riffaterre sebagai alat analisis. Semiotika Riffaterre menekankan pada pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, mencari matriks, model, varian dan juga hipogram. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui makna yang terdapat dalam puisi. Hal ini karena menurut Riffaterre (1978:1) bahwa karya sastra merupakan ekspresi yang tidak langsung. Ketidaklangsungan ekspresi itu disebabkan oleh tiga hal yaitu, penggantian arti (displancing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning). Untuk memperoleh makna melalui semiotika Riffaterre langkah pertama yang harus dilakukan adalah pembacaan heuristik. Pembacaan pada langkah ini dilakukan berdasarkan pada konversi bahasa karena pada langkah ini biasanya arti yang sebenarnya ditemukan. Dalam pembacaan ini pembaca dituntut kemampuan linguistiknya untuk mencari kata dalam kamus. Tahap ini juga dilakukan identifikasi kata-kata yang tidak lazim. Kata-kata tersebut hanya bisa dilakukan

10 10 apabila melakukan perubahan secara semantik. Perubahan semantik hanya bisa dilakukan jika susunan strukturalnya tidak gramatikal. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Riffaterre dalam Semiotics of Poetry. Langkah kedua adalah pembacaan hermeneutik. Pembacaan ini memerlukan penguasaan sastra yang mencakup keakraban pembaca dengan sistem-sistem diskripsi, tema-tema, mitologi masyarakat dan teks-teks lain. Tahap ini memunculkan interpretasi tahap kedua, hasil akhir tahap pertama dan kedua dikaji secara tafsir hermeneutik lepas dari kegramatikalan. Hal ini sebagai efek pembangkit makna yang biasanya terdapat pada teks terakhir setelah dibaca secara menyeluruh (Riffaterre, 1978:5-6). Pada tahap pembacaan hermeunetik terdapat konsep pembentuk puisi untuk membentuk persepsi yang sama terhadap makna yang terkandung dalam puisi. Konsep itu adalah matriks, model dan varian. Matriks adalah konsep abstrak yang tidak pernah muncul dengan sendirinya. Matriks dapat diringkas dalam satu kata yang menjadi konsep besar atau tema dari teks dan tidak terdapat dalam teks. Kemudian, matriks biasa diambil setelah ditemukannya model yang merupakan kunci yang puitis pada teks. Lalu pencarian varian, varian adalah pokok permasalahan dalam sajak (Riffaterre, 1978:23). Tahap terakhir adalah menentukan hipogram. Hipogram adalah satu istilah penting dari Riffaterre untuk menentukan hubungan intertekstual. Hubungan intertekstual adalah hubungan antar teks. Ada kalanya sebuah teks memiliki hubungan dengan teks sebelumnya (Riffaterre, 1978:25) Jadi, dalam penelitian ini dibutuhkan kajian semiotika Riffaterre dengan

11 11 langkah pembacaah heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model dan varian. Kemudian, diakhiri dengan mencari hipogram untuk mendapatkan makna secara utuh. Setelah dilakukan analisis tersebut, maka akan ditemukan signifikansi dari puisi berjudul 겨울새 (Gyeoul Sae) dalam antologi puisi 또하나의사랑앞에서 ( Tto Hanaei Sarang Apaeseo ) karya Park Ryeol. 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah kualitatif, metode kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud memahami fenomena yang dialami subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan pada suatu konteks khusus yang alamiah (Moleong, 1989:6). Penelitian ini mengambil puisi karya Park Ryeol yang berjudul 겨울새 (Gyeoul Sae). 1.7 Metode Pengumpuan Data Puisi dipilih dalam penelitian ini adalah puisi karya Park Ryeol yang diambil dari antologi puisi 또하나의사랑앞에서 ( Tto Hanaei Sarang Apaeseo ) yang terbit pada tahun Park Ryeol memiliki banyak antologi puisi dan diambil satu antologi yang merupakan puisi diawal abad ke-21 yang sesuai dengan kondisi masyarakat Korea saat itu. Dari sekian banyak judul diambil puisi yang berjudul 겨울새 (Gyeoul Sae). Pemilihan judul puisi yang mengandung unsur 겨울 (gyeoul) sesuai dengan kondisi alam dan sosial di Korea yang keras. Tema yang dipilih adalah penderitaan hidup.

12 Metode Analisis Data Karya Park Ryeol akan diteliti menggunakan teori semiotika Riffaterre. Dimulai dengan pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model dan varian. Selanjutnya diakhiri dengan mencari hipogram sebagai langkah untuk menentukan hubungan intertekstual. Untuk menentukan hasil signifikansi puisi 겨울새 (Gyeoul Sae) perlu terdapat beberapa tahapan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan ini meliputi sebagai berikut : a. Tahap pertama adalah pengumpulan data. Pada tahap ini, dicari data berupa puisi dalam antalogi puisi karya Park Ryeol untuk dipilih yang mencerminkan penderitaan hidup dengan judul yang mngandung unsur kata 겨울 (gyeoul) atau musim dingin. b. Dari berbagai sajak yang memiliki unsur 겨울 (gyeoul) dipilih satu sajak. Kemudian didapatkan puisi dengan judul 겨울새 (Gyeoul Sae) atau Burung Musim Dingin. Setelah dilakukan pemilihan puisi, puisi tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia mengunakan kamus Korea- Indonesia dan kamus situs online, yaitu Naver dan Google Translate. c. Tahap selanjutnya adalah analisis data, yaitu mencari signifikansi puisi-puisi yang sudah diterjemahkan. Signifikansi puisi tersebut meliputi pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, dan juga mencari matriks, model, varian, dan hipogram masing-masing puisi. d. Tahap berikutnya adalah menyimpulkan hasil penelitian.

13 Sistematika Penyajian Secara keseluruhan, penelitian ini disajikan dalam tiga bab. Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi signifikansi terhadap sajak karya Park Ryeol yang berjudul 겨울새 (Gyeoul Sae) dari antologi puisi 또하나의사랑앞에서 ( Tto Hanaei Sarang Apaeseo ). Analisis puisi ini menggunakan kajian semiotika Riffaterre. Kajian ini meliputi pembacaan heuristik, pemaknaan hermeneutik, pencarian matriks, model, varian-varian, dan hipogram. Bab III merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum terdapat tiga genre sastra yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum terdapat tiga genre sastra yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terdapat tiga genre sastra yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi adalah pemadatan ide atau gagasan yang jika kadar kepadatannya diencerkan akan berwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dapat dilihat. Kebudayaan tidak hanya dapat dilihat dari benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. negara dapat dilihat. Kebudayaan tidak hanya dapat dilihat dari benda-benda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah salah satu warisan dari nenek moyang yang harus selalu dijaga dan dikembangkan. Melalui kebudayaan, perkembangan dari suatu negara dapat dilihat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal

BAB I PENDAHULUAN. bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terdapat tiga genre sastra, yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi adalah pemadatan ide atau gagasan yang jika kadar kepadatannya diencerkan akan berwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi dalam Kamus Istilah Sastra (1984) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal yang sama

Lebih terperinci

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam 12 Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini menggunakan salah satu karya sastra yang berasal dari kesusastraan Jepang modern sebagai objeknya. Kesusastraan Jepang modern dimulai dari adanya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Sebelumnya, ada beberapa penelitian yang memiliki tema yang sama. Pertama, Intertekstual Lirik-Lirik Lagu Karya Ahmad Dhani: Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1998:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan, mungkin lagu ada sebelum manusia itu sendiri ada. Sadar atau tidak, percaya atau tidak, langsung atau tidak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalakan lampu sen bagian kanan yang berarti memberikan isyarat atau tanda

BAB I PENDAHULUAN. menyalakan lampu sen bagian kanan yang berarti memberikan isyarat atau tanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika seorang wasit meniup peluit, para pemain sepak bola bergegas memulai pertandingan. Perbuatan meniup peluit di sini diartikan sebagai tanda untuk memulai pertandingan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta

BAB I PENDAHULUAN. 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan manusia. Karya sastra merupakan satuan yang dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Hal ini ditegaskan oleh Wellek dan Werren, bahwa karya sastra dipandang sebagai suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut gambar hiasan, kata tambahan untuk memperindah, penyebutan tandatanda

BAB I PENDAHULUAN. menyebut gambar hiasan, kata tambahan untuk memperindah, penyebutan tandatanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunga diartikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai bagian dari tumbuhan yang akan menjadi buah, memiliki warna yang elok dan harum. Bunga diartikan pula sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disaksikannya, gagasan hidup, hingga cita-cita. Pengungkapan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. disaksikannya, gagasan hidup, hingga cita-cita. Pengungkapan tersebut harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni adalah pengungkapan pengalaman dan merupakan hasil kreativitas manusia dalam menghayati dan memaknai kehidupan. Seorang seniman bermaksud menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran danperasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan.genre sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai yaitu dengan munculnya kayo. Kayo lahir di Jepang dari kebudayaan bercocok tanam yang mana kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berarti melalui karya sastra, seorang pengarang menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berarti melalui karya sastra, seorang pengarang menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Sumardjo dan Saini (1988:3), sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga

BAB I PENDAHULUAN. Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga menambahkan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra Indonesia telah bermula sejak abad 20 dan menjadi salah satu bagian dari kekayaan kebudayaan Indonesia. Sastra Indonesia telah mengalami perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah salah satu kebudayaan dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah salah satu kebudayaan dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah salah satu kebudayaan dalam kehidupan manusia. Karya sastra secara umum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi dibandingkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii

DAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL....i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.ii LEMBAR PENGESAHAN iii HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI x ABSTRAK.xii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Menurut Tarigan (1986:3), menulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, puisi berasal dari kata bahasa Yunani

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, puisi berasal dari kata bahasa Yunani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis, puisi berasal dari kata bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποι (poiéo/poió) atau I create, yang berarti seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan.hal tersebut berarti bahwa sebagian besar tindakan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan.hal tersebut berarti bahwa sebagian besar tindakan manusia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari manusia sebagai makhluk budaya terus menjalankan kebudayaan.hal tersebut berarti bahwa sebagian besar tindakan manusia adalah kebudayaan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii. HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii. HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...vi ABSTRAK...vii I.PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.

BAB III METODE PENELITIAN. karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Salah satu dari budaya pop Jepang yang terkenal ke mancanegara adalah industri

Bab 1. Pendahuluan. Salah satu dari budaya pop Jepang yang terkenal ke mancanegara adalah industri Bab 1 Pendahuluan 1. 1. Latar Belakang Salah satu dari budaya pop Jepang yang terkenal ke mancanegara adalah industri musiknya. Industri musik Jepang saat ini telah menjadi urutan kedua terbesar setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut yaitu ketrampilan dan kreatifitas yang terbentuk oleh manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut yaitu ketrampilan dan kreatifitas yang terbentuk oleh manusia itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kehidupan yang beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut yaitu ketrampilan dan kreatifitas yang terbentuk oleh manusia itu sendiri. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari sebuah kesusastraan, terlepas dari apakah kegiatan bersastra dilakukan didasari ataupun tanpa didasari kesadaran untuk

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

PEMAKNAAN PUISI GADIS PEMINTA-MINTA KARYA TOTO SUDARTO BACHTIAR MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA DAN INTERTEKSTUALITAS

PEMAKNAAN PUISI GADIS PEMINTA-MINTA KARYA TOTO SUDARTO BACHTIAR MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA DAN INTERTEKSTUALITAS 73 PEMAKNAAN PUISI GADIS PEMINTA-MINTA KARYA TOTO SUDARTO BACHTIAR MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA DAN INTERTEKSTUALITAS wardah_hanafiah@yahoo.com Abstract As homo semioticus, humans communicate to others

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS...

BAB 2 LANDASAN TEORETIS... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Hak Cipta... ii Halaman Pengesahan... iii Lembar Pernyataan... iv Ucapan Terima Kasih... v Abstrak... viii Daftar Isi... x Daftar Tabel... xiv Daftar Gambar... xv Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Pada umumnya, sebuah lagu memiliki dua elemen penting didalamnya,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Pada umumnya, sebuah lagu memiliki dua elemen penting didalamnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lagu adalah salah satu bentuk seni populer yang ada pada masa kini. Lagu menjadi salah satu bentuk seni audio yang memadukan antara seni musik dan seni bahasa.

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek tersebut. Lirik merupakan pemikiran atau gagasan seseorang terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. aspek tersebut. Lirik merupakan pemikiran atau gagasan seseorang terhadap suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lagu akan selalu berkaitan dengan lirik dan musik yang mengiringinya. Dapat dikatakan bahwa kekuatan dari sebuah lagu terletak pada hadirnya kedua aspek

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan secara umum diakui sebagai unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih suatu bangsa yang sedang membangun watak dan kepribadiannya yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE

UNIVERSITAS INDONESIA INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE UNIVERSITAS INDONESIA INTERPRETASI PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK RIFFATERRE MAKALAH NON SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA BUNGA DALAM PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL DAN PUISI KKOT KARYA KIM CHUNSU: ANALISIS RELASI MAKNA DAN MEDAN MAKNA

UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA BUNGA DALAM PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL DAN PUISI KKOT KARYA KIM CHUNSU: ANALISIS RELASI MAKNA DAN MEDAN MAKNA UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA BUNGA DALAM PUISI SANYUHWA KARYA KIM SOWOL DAN PUISI KKOT KARYA KIM CHUNSU: ANALISIS RELASI MAKNA DAN MEDAN MAKNA MAKALAH NON SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V Oleh: Aida Azizah Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu Negeri 5 Menara dengan cara menonton film tersebut. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu Negeri 5 Menara dengan cara menonton film tersebut. Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami isi film yang dijadikan objek pada penelitian yaitu Negeri 5 Menara dengan cara menonton film tersebut. Dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS TANDA-TANDA DALAM TEKS LAGU SLANK. Oleh: Budi Fernando Saputra ( )

ANALISIS TANDA-TANDA DALAM TEKS LAGU SLANK. Oleh: Budi Fernando Saputra ( ) ANALISIS TANDA-TANDA DALAM TEKS LAGU SLANK Oleh: Budi Fernando Saputra (07184020) ABSTRAK Penelitian ini berjudul Analisis Tanda-tanda Dalam Teks Lagu Slank, dengan tujuan untuk mengetahui makna-makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012: 7). Bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa yang ringkas dan padat,

BAB I PENDAHULUAN. 2012: 7). Bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa yang ringkas dan padat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi adalah karya sastra yang paling tua dan merupakan rekaman serta interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang berkesan (Pradopo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan ajaran (moral dan agama), untuk kepentingan politik pemerintah, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan ajaran (moral dan agama), untuk kepentingan politik pemerintah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi sastra di dalam masyarakat diantaranya adalah sebagai sarana menyampaikan ajaran (moral dan agama), untuk kepentingan politik pemerintah, dan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam berkomunikasi. Komunikasi tersebut tidak terbatas hanya dari apa yang diberikan namun juga dari

Lebih terperinci

(Michael Riffaterre) (S.S)

(Michael Riffaterre) (S.S) (Michael Riffaterre) (S.S) : : / :.١..٢..٣. : : (Michael Riffaterre).. (Michael Riffaterre) (Heuristic).(Hermeneutic).. (Heuristic) (Hermeneutic) : (Heuristic). (Hermeneutic). . : :.١. .٢..٣..٤..٥..٦.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, sejarah Jepang bukanlah sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, sejarah Jepang bukanlah sejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah kesusastraan Jepang dalam bentuk tertulis sudah ada sejak abad ke-8. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, sejarah Jepang bukanlah sejarah yang singkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemunculan dan perkembangan bahasa merupakan tanda-tanda dari kemunculan

BAB I PENDAHULUAN. kemunculan dan perkembangan bahasa merupakan tanda-tanda dari kemunculan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberadaan manusia dalam proses perkembangan akal budinya tidak dapat lepas dari bahasa. Hal ini didasari atas kedudukan bahasa sebagai penunjang aktualisasi ide, gagasan,

Lebih terperinci

Karya Ahmad Tohari. Heisma Arya Demokrawati dan Widowati. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Karya Ahmad Tohari. Heisma Arya Demokrawati dan Widowati. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Tinjauan Semiotika Riffaterre pada Cerpen Bulan Kuning Sudah Tenggelam Karya Ahmad Tohari Heisma Arya Demokrawati dan Widowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Menurut Syamsun (2014:52) metodologi penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis dilaksanakan secara rasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, 46 III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan hasil penelitian apa adanya. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bagian bentuk seni yang kehadirannya untuk diapresiasi. Artinya, kehadiran karya sastra untuk dimanfaatkan, dinikmati, dihargai, dan dikaji. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabdikan untuk keperluan masyarakat secara luas. 2 Wujud dari budaya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. diabdikan untuk keperluan masyarakat secara luas. 2 Wujud dari budaya yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan segala hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat tersebut menghasilkan teknologi dan juga kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra bukanlah komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra bukanlah komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Kegiatan kreatif itu akan melahirkan sebuah karya sastra. Pradopo (2010: 121)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karya sastra yang hadir di tengah masyarakat merupakan refleksi

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karya sastra yang hadir di tengah masyarakat merupakan refleksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu karya sastra yang hadir di tengah masyarakat merupakan refleksi dari pengarangnya tentang hidup atau kehidupan yang memadukan daya imajinasi serta kreasi setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang

Lebih terperinci