BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Sukarno Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian memerlukan teori yang tepat agar sesuai dengan objek kajian, teori digunakan untuk mengetahui objek penelitian, maka dalam penelitian dibutuhkan teori pendekatan yang sesuai dengan objek yang akan dikaji. Menurut Pradopo (2010: ) karya sastra merupakan struktur yang bermakna mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang memiliki makna dan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. 1. Pengertian Puisi dan Geguritan Perkataan puisi berasal dari bahasa Yunani, yang juga dalam bahasa Latin poietes (Latin poeta). Asal katanya poieo atau poio atau poeo yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair (Situmorang, 1983:10). Vincil C. Coulter (dalam Situmorang, 1983:11) memberi keterangan tentang puisi poetry itu sebagai berikut : Kata poet berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang berarti membuat, mencipta (to make, to create). Di inggris kata poet ini lama sekali disebut maker. Hudson (dalam Sutejo dan Kasnadi,2009:2) menyatakan bahwa puisi merupakan salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Menurut Pradopo (2005:7) puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan 14
2 digilib.uns.ac.id 15 diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Pradopo menyimpulkan bahwa puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting,digubah dalam wujud yang paling berkesan. Altenbernd (dalam Pradopo, 2010:5-6) mengungkapkan bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama (as the interpretive dramatization of experience in metrical language). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra sebagai media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangnya yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya berdasarkan pengalaman batin pengarangnya. Kata geguritan berasal dari kata gurit yang artinya kidung/tembang, sedangkan geguritan berarti tembang yang berwujud purwakanthi (Poerwadarminta, 1939:157). Geguritan sendiri digunakan untuk menyebut puisi Jawa Modern. Dalam geguritan, pengarang bebas berekspresi tanpa terikat dengan konvensi-konvensi tertentu seperti pada tembang ataupun kidung. Sutadi (1997:35) mengungkapkan bahwa puisi Jawa Modern dalam hal ini geguritan ialah apa yang dikomunikasikan oleh penyairnya, bertumpu pada rasa kemanusiawiannya, dengan memeras kemampuan dan daya guna kata-kata bahasa Jawa, mengacu pada kehidupan yang digumulinya dengan naugan kode bahasa dan budayanya, dalam orientasi mengindonesia, serta mengimbau keterlibatan penyambutan pada khalayaknya. Perbedaan puisi Indonesia modern dengan geguritan (puisi Jawa Modern) adalah pada medium yang digunakan. Puisi Indonesia modern menggunakan
3 digilib.uns.ac.id 16 bahasa Indonesia sebagai mediumnya sedangkan geguritan menggunakan bahasa Jawa sebagai mediumnya. 2. Struktur Puisi Karya sastra termasuk puisi dalam hal ini geguritan merupakan sebuah struktur. Struktur karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantung (Pradopo, 2005 : ). Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro,2005:36) menyatakan bahwa pendekatan struktural merupakan pendekatan yang menekankan pada hubungan antar unsurnya. Suatu karya sastra, fiksi atau puisi menurut kaum strukturalisme adalah suatu totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan serta bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Riffattere. Teori semiotika merupakan teori mengenai tanda yang juga mengaplikasikan teori strukturalisme. Hawkes (dalam Pradopo, 2010: ) menyatakan bahwa strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur seperti tersebut diatas. Menurut pikiran strukturalisme dunia (karya sastra merupakan dunia yang diciptakan
4 digilib.uns.ac.id 17 pengarang) lebih merupakan susunan hubungan daripada susunan benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu. Struktur puisi memiliki koherensi atau pertautan erat antarunsur. Unsur - unsur tersebut tidak otonom, melainkan merupakan bagian dari situasi yang rumit dan dari hubungannya dengan bagian lain, unsur-unsur itu mendapatkan artinya (Culler dalam Pradopo, 2010:120) Strukturalisme dinamik adalah strukturalisme dalam kerangka semiotik, yaitu dengan memperhatikan karya sastra sebagai sistem tanda (Pradopo, 2005:280). Pradopo mengungkapkan bahwa yang harus dikuak dalam sebuah sajak adalah arti bahasa dan suasana, perasaan, intensitas diri,arti tambahan (konotasi), daya rilis pengertian yang ditimbulkan tanda-tanda kebahasaan atau tanda-tanda lain yang ditimbulkan oleh konvensi sastra, misalnya tipografi, enjambemen, sajak, baris sajak, ulangan, dan lain-lain. Hubungan bentuk, konsep dan acuan dalam semiotika C.S Pierce diungkapkan oleh Ogden dan Richards yang dikutip John Lyons (1968:44) sebagai berikut : Makna (konsep) Kata Bentuk referen/acuan Garis putus-putus di antara bentuk kata dan referen atau acuan menunjukkan bahwa hubungan diantara keduanya tidak langsung. Bentuk kata
5 digilib.uns.ac.id 18 dihubungkan kepada referennya atau acuannya melalui makna konseptual yang mempunyai hubungan independen terhadap bentuk kata dan terhadap referen atau acuan. Menganalisis puisi sebenarnya bertujuan untuk menemukan makna puisi. Dengan kata lain, menganalisis puisi adalah usaha untuk menangkap dan memberi makna kepada teks sastra, sebab karya sastra merupakan sistem tanda yang memiliki makna dan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 1995 : 120) Michael Riffaterre tidak mengemukakan tentang struktur, sehingga dalam penelitian ini untuk membedah struktur menggunakan teori struktur Roman Ingarden. Analisis struktural dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan unsur-unsur struktural dalam karya sastra puisi berdasarkan analisis strata norma Roman Ingarden. Analisi strata norma berupa lapis suara (sound stratum), lapis arti (units of meaning), lapis objek, latar dan pelaku, lapis dunia dan lapis metafisika dalam dua puluh enam guritan karya Irul S Budianto yaitu Ing Pucuking Sepi, Ing Antarane, Marang Angin lan Ombak, Terminal, Tlaga lan Rembulan, Amsal Adohing Laku, Vertikal, Tali-tali ayat-mu, Tembang Pamungkas, Sepi, Layang 1, Layang 2, Ngungak Korining Wengi, Gurit Wendi, Wis Daktemu, Dalan 1, Dalan 2, Grenjeting Kapercayan, Ritus Sedina-dina, Ana Ngendi Slira-Mu, Wit Pari, Suling, Ana Ing Urip, Wengi Iku, Silhuet, Meditasi. Analisis strata norma dimaksudkan untuk mengetahui semua unsur (fenomena) karya sastra yang ada. Dengan demikian, akan dapat diketahui unsurunsur pembentukannya dengan jelas. Namun analisis yang hanya memecah-
6 digilib.uns.ac.id 19 mecah demikian, dapat berakibat mengosongkan makna karya sastra (T.S. Eliot via Sansom, 1960:155). Karena itu, analisis strata norma harus ditingkatkan ke analisis semiotik, karya sastra sebagai sistem tanda yang bermakna. Tiap-tiap fenomena atau unsur karya sastra itu mempunyai makna atau arti. Dengan analisis strata norma dan semiotik, maka karya sastra atau puisi akan dapat didapatkan makna sepenuhnya dan dapat dipahami sebagai karya seni yang bernilai puitis (estetis) yaitu dengan mengingat fungsi estetik setiap fenomena atau unsur-unsur karya sastra puisi. 3. Religiositas Religius berasal dari bahasa Latin Lerigare yang berarti mengikat. Religio berarti ikatan atau pengikatan, sehingga religius dapat diartikan sebagai keterikatan manusia terhadap Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan (Dojosantoso, 1986:3). Situasi kehidupan religius orang Jawa sangat majemuk. Banyak agama yang dianut, baik agama pribumi maupun agama impor. Sebelum Hindusme dan Budhisme yang diimpor dari negeri India masuk, bahkan sejak masa pra sejarah, agaknya orang-orang Jawa telah menganut agama asli yang bercorak animistikdinamistik (Masroer, 2004 : 19). Quinque viae (panca marga untuk membuktikan adanya Tuhan) Thomas Aquinas berpangkal pada kenyataan, pada hal ikhwal dunia yang nampak, lalu dalam suatu penalaran yang dari sudut pandang logika tiada lubangnya, membeberkan, bahwa adanya dunia ini mustahil tanpa adanya seorang penggerak pertama, sebab musabab pertama mutlak ada dan uang mencakup ada itu secara
7 digilib.uns.ac.id 20 paripurna, seorang pengatur tertinggi et hoc dicimus Deum, dan itulah yang kita namakan Tuhan ( Zoetmulder, 2000 : 5). Agama lebih merujuk pada kebaktian kepada Tuhan dengan aturan dan hukum yang resmi. Religiositas merupakan kekuatan dan dorongan dari diri seseorang untuk memahami mengenai Ketuhanan. Pengalaman religius dapat diperoleh ketika manusia mampu menangkap simbol-simbol yang ada di sekitarnya. Masyarakat Jawa dikenal sebagai masyarakat yang memiliki religiositas yang tinggi. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa di luar kekuatan dan kekuasaan manusia ada sumber kekuatan dan kekuasaan yang Maha hebat, ialah Pangeran ingkang Maha Agung (Dojosantosa, 1986:10). Wawasan hidup masyarakat Jawa mengarah kepada sikap keterikatan manusia kepada Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan (Dojosantosa, 1986:15). 4. Strata norma puisi Wellek (dalam Pradopo, 1990: 15) mengemukakan analisis strata norma menurut Roman Ingarden sebagai berikut : (1) Lapis norma pertama adalah lapis bunyi (sound stratum). Suara sebagai konvensi bahasa, disusun sedemikian rupa hingga menimbulkan arti. Sehingga suara itu tidak hanya sekadar suara tidak berarti. Dengan adanya suara-suara itu, akan bisa ditangkap artinya atau maksud dari puisi tersebut; (2) Lapis arti (unit of meaning), yaitu berupa rangkauan fonem, suku kata, kata, frase, dan kalimat. Semuanya merupakan satuan-satuan arti ; (3) Lapis yang berupa latar, pelaku, objek-objek yang dikemukakan, dan dunia pengarang yang berupa cerita atau lukisan ; (4) Lapis dunia yang dipandang dari
8 digilib.uns.ac.id 21 titik pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan, tetapi terkadung dalamnya (implied) ; (5) Lapis metafisis, berupa sifat-sifat metafisis yang sublim, tragis, mengerikan atau menakutkan, dan suci. Melalui sifat-sifat seni ini dapat memberikan renungan atau kontemplasi kepada pembaca. 5. Semiotika Michael Riffattere (Semiotika Puisi) Model struktur semiotik muncul sebagai akibat ketidakpuasan terhadap kajian struktural. Jika struktural sekedar menitikberatkan aspek instrinsik, semiotik tak demikian halnya, karena paham semiotik mempercayai bahwa karya sastra memiliki sistem tersendiri (Endraswara, 2011:64). Kemudian muncul kajian struktural semiotik yang menghubungkan aspek-aspek struktur dengan tandatanda sekecil apapun. Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara sign (tanda-tanda) berdasarkan kode tertentu. Semiotik menurut de Saussure yaitu adanya hubungan antara penanda (signifiant) dan petanda (signifie) yang dalam karya sastra pun terdapat hubungan tersebut. Penanda adalah aspek formal atau bentuk tanda itu, sedangkan petanda adalah aspek makna atau konseptual dari penanda. Melalui semiotika karya sastra akan terpahami arti di dalamnya. Arti dalam pandangan semiotik adalah meaning of meaning disebut juga makan (significance). Tanda-tanda dalam karya sastra telah ditata oleh pengarang sehingga ada sistem, konvensi, dan aturan-aturan tertentu. Tanpa memperhatikan hal-hal yang terkait dengan tanda, makna pemaknaan karya sastra tidaklah lengkap. Nuta (Endraswara, 2011:65) membagi tiga jenis sarana komunikasi, yaitu signals, sign,
9 digilib.uns.ac.id 22 symbol. Signals adalah tanda-tanda yang merupakan elemen terendah, seperti halnya sebuah stimulus pada sebuah binatang. Sign adalah tanda-tanda. Symbol adalah lambang yang bermakna. Ketiganya seringkali digunakan tidak secara terpisah dalam dunia sastra. Pemberian makna melibatkan peranan teks pembaca a. Peranan pembaca dalam puisi Peranan pembaca sangat penting karena karya sastra tak akan ada artinya tanpa adanya pembaca yang mengapresiasi dan mengkritik karya sastra tersebut. Dalam analisis semiotik yang ditekankan adalah sejauh mana peran pembaca menentukan karena mereka bertindak sebagai subjek pelaku yang menciptakan pertalian teks, penafsiran, dan interteks. Sedangkan sebagai objek mereka menginterpretasi tanda-tanda dalam puisi tersebut. Pembaca mempunyai horison harapan sendiri, maka tiap pembaca akan memberikan makna yang berbeda dengan pembaca lain. Jausz menyatakan bahwa apresiasi pembaca pertama terhadap sebuah karya melalui tanggapantanggapan yang lebih lanjut dari generasi ke generasi (Pradopo, 1995:116) b. Peranan penulis dalam puisi Kedudukan penulis dalam penafsiran karya sastra dikemukakan oleh Juhl melalui tiga dalih. Pertama, ada kaitan logis antara sebuah arti karya sastra dan niat penulisnya. Kedua, penulis yang nyata terlibat tanggungjawab atas proposisi yang diajukan dalam karyanya, jadi karya sastra antara sastra dan kehidupan. Ketiga, karya sastra mempunyai satu dan hanya satu arti saja. Apa yang diniatkan oleh kata-kata dipergunakan oleh penulis dalam karya sastranya
10 digilib.uns.ac.id 23 adalah sesuatu yang dipikirkan sebelum penciptaan, niat justru terwujud dalam proses perumusan kalimat-kalimat yang dipakai dalam karya (Teeuw, 1984:177) c. Pembacaan heuristik dan hermeneutik Pembacaan heuristik adalah pembacaan yang berdasarkan pada struktur bahasanya secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Dalam pembacaan ini karya sastra dibaca secara linear, sesuai dengan struktur bahasa sebagi sistem tanda semiotik tingkat pertama. Untuk menjelaskan arti bahasa bilamana perlu susunan kalimat dibalik seperti susunan bahasa secara normatif, diberi tambahan kata sambung (dalam kurung), katakata dikembalikan kedalam bentuk morfologinya yang normatif. Bilamana perlu, kalimat karya sastra diberi sisipan-sisipan arti kata atau sinonimnya, ditaruh dalam tanda kurung supaya artinya menjadi jelas (Pradopo, 1995:295). Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang dari awal sampai akhir dengan penafsiran. Pembacaan ini adalah pemberian makna berdasarkan konvensi sastra (Pradopo, 1995:297) d. Intertekstualitas (Hipogram) Intertekstualitas juga berlaku pada puisi yang merupakan tanggapan terhadap karya sebelumnya. Tanggapannya bisa berupa penyimpangan atau meneruskan tradisi. Penyair meresapi, menyerap, dan kemudian mentransformasikan ke dalam puisi-puisinya. Mentranformasi adalah memindahkan sesuatu dalam bentuk atau wujud lain, yang pada hakikatnya sama (Pradopo, 1995:229). Istilah yang digunakan oleh Riffaterre yakni hipogram. Hipogram adalah teks yang menjadi latar penciptaan teks lain atau puisi yang
11 digilib.uns.ac.id 24 menjadi latar penciptaan puisi yang lain atau disebut teks induk. Dalam interteks yang ditekankan adalah pemahaman dan pemberian makna teks tersendiri. e. Wacana puitik Wacana puitik adalah kesepadanan yang ditentukan di antara kata dan teks, atau antara sebuah teks dengan teks lain. Menurut Riffaterre wacana tak langsung puisi disebabkan oleh tiga hal yaitu penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning). 1. Penggantian arti (displacing of meaning) Penggantian arti ini menurut Riffaterre disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi dalam karya sastra. Metafora dan metonimi ini dalam arti luasnya untuk menyebut bahasa kiasan pada umumnya. Jadi, tidak terbatas pada bahasa kiasan metafora dan metonimi saja. Hal ini disebabkan oleh metafora dan metonimi itu merupakan bahasa kiasan yang sangat penting hingga dapat mengganti bahasa kiasan lainnya. Pada umumnya kata-kata kiasan menggantikan arti sesuatu yang lain lebih-lebih metafora dan metonimi. Dalam penggantian arti suatu kata (kiasan) berarti yang lain tidak (tidak menurut arti sesungguhnya) (Pradopo, 1995:210). Metafora merupakan pergeseran dari suatu sifat ke dalam sifat lain berdasarkan asosiasi kaitan atau asosiasi perbandingan. Sedangkan metonimi merupakan kiasan pengganti nama. 2. Penyimpangan arti (distorting of meaning) Penyimpangan arti merupakan penyimpangan bahasa secara evaluatif atau secara emotif dari bahasa biasa ditujukan untuk membentuk kejelasan,
12 digilib.uns.ac.id 25 penekanan, hiasan, humor, atau sesuatu efek yang lain. Riffaterre (1978:2) mengemukakan bahwa penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal, yaitu pertama oleh ambiguitas, kedua oleh kontradiksi, dan ketiga oleh nonsense. Penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal yaitu : a) Ambiguitas Ambiguitas adalah keragu-raguan atau ketidakpastian dalam menafsirkan makna kata atau ungkapan dalam karya sastra karena adanya beberapa kemungkinan. Adanya ambiguitas ini akan memberikan arti sesuai dengan asosiasinya. Asosiasi ini mampu memberikan efek pada setiap pembaca berbeda-beda dikarenakan perbedaan pengalaman batin pembaca. b) Kontradiksi Kontradiksi adalah salah satu cara menyampaikan sesuatu dengan menggunakan pertentangan atau secara berlawanan. Hal ini disebabkan oleh paradoks dan ironi. Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya (Keraf, 2010:136). Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya (Keraf,2010:143). c) Nonsense Nonsense adalah bentuk kata-kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti, sebab tidak terdapat pada kosa kata, karena hanya berupa rangkaian bunyi yang tidak terdapat dalam kamus. Akan tetapi dalam puisi
13 digilib.uns.ac.id 26 mempunyai makna sesuai arti sastra berdasarkan konvensi sastra (Pradopo,1995:219). 3. Penciptaan arti (creating of meaning) Penciptaan arti ditimbulkan melalui enjambement, homologue, dan tipografi (Riffaterre, 1978:2). Penciptaan arti ini merupakan konvensi kepuitisan yang berupa bentuk visual yang secara linguistik tidak mempunyai arti, tetapi menimbulkan makna di dalam puisi. Jadi, penciptaan arti ini merupakan organisasi teks di luar linguistik. a) Simetri Simetri yaitu keseimbangan berupa persejajaran antara bait-bait atau antara baris-baris dalam bait (Pradopo, 1995:220). b) Rima Rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk musikalitas dan dalam mengulang bunyi ini penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 2003:90). Rima dalam larik diperinci menjadi : aparliterasi, asonansi, desonansi, dan anafora. (1) Aliterasi dimaksudkan sebagai runtutan konsonan dalam larik seperti : desir, hari, lari, berenang. (2) Asonansi yaitu runtutan paroh suku kata terakhir dalam larik seperti : berjuang, pulang, berkubang. (3) Desonansi adalah runtun ragangan konsonan kata dalam larik seperti : bolak-balik, compang-camping.
14 digilib.uns.ac.id 27 (4) Anafora ialah runtun suku awal kata yang sama dalam larik, seperti : bernyanyi, beria, berlupa. Rima bisa juga dibedakan menjadi rima awal, rima tengah dan rima akhir, ketiga rima itu diperhatikan menjadi rima terus (a a a a), rima berpasangan (a a b b), rima bersilang (a b a b), rima berpeluk ( a b b a), dan rima putus (a a a b atau a b a c). c) Homologues Homologues tampak dalam sajak pantun. Misalkan makna yang mengeras (intensitas arti) dan kejelasan yang diciptakan oleh ulangan bunyi dan paralelisme (Pradopo, 1995:220). Penciptaan arti telah mencakup aspek formal puisi. Homologues tampak dalam bentuk sajak pantun yang berisi baris-baris yang sejajar, baik bentuk visual ataupun kata-katanya, persejajaran suara itu menyebabkan timbulnya arti yang sama. d) Enjambemen Enjambemen adalah pemutusan kalimat untuk diletakkan pada baris berikutnya. Pemutusan atau perlompatan kalimat ke baris berikutnya pada puisi ini berfungsi untuk membangun satuan kata atau kalimat yang menunjukkan satu kandungan tertentu, atau untuk memberi tekanan makna baris tersebut. e) Tipografi Salah satu ciri yang membedakan puisi dengan karya sastra lain pada bentuk tulisannya atau tata wajah. Melalui indera mata tampak bahwa puisi tersusun atas kata-kata yang membentuk larik-larik puisi. Larik-larik itu disusun ke bawah dan terikat dalam bait-bait.
15 digilib.uns.ac.id 28 Banyak kata, larik maupun bait ditentukan oleh keseluruhan makna puisi yang ingin dituliskan penyair. Dengan demikian satu bait puisi bisa terdiri dari satu kata bahkan satu huruf saja. Dalam hal cara penulisannya puisi tidak selalu harus ditulis dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan seperti bentuk tulisan umumnya. Susunan penulisan dalam puisi disebut tipografi (Pradopo, 2005:210). f) Matriks, Model, dan Varian Secara teoretis puisi merupakan perkembangan dari matriks menjadi model dan ditransformasikan menjadi varian-varian. Dalam menganalisis karya sastra (puisi) matriks diabstraksikan berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat atau kalimat sederhana (Salam, 2009:7). Matriks, model, dan varian-varian dikenali pada pembacaan tahap kedua. Matriks bersifat hipotesis dan di dalam struktur teks hanya terlihat sebagai aktualisasi kata-kata. Matriks bisa saja berupa sebuah kata dan dalam hal ini tidak pernah muncul di dalam teks. Matriks selalu diaktualisasikan dalam varianvarian. Bentuk varian-varian tersebut diatur aktualisasi primer atau pertama, yang disebut sebagai model. Matriks, model, dan teks merupakan varian-varian dari struktur yang sama. Kompleksitas teks pada dasarnya tidak lebih sebagai pengembangan matriks. Dengan demikian, matriks merupakan motor atau generator sebuah teks, sedangkan model menentukan tata cara pemerolehannya atau pengembangannya.
banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam
12 Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil renungan seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulis. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra
BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Sebelumnya, ada beberapa penelitian yang memiliki tema yang sama. Pertama, Intertekstual Lirik-Lirik Lagu Karya Ahmad Dhani: Sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi dalam Kamus Istilah Sastra (1984) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal yang sama
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
Lebih terperinciANALISIS PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR DENGAN PENDEKATAN STRATA NORMA
ANALISIS PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR DENGAN PENDEKATAN STRATA NORMA Elfiyani Jurusan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Medan e-mail: elfiyanip@gmail.com Abstrak. Penelitian ini membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii. HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv. KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...vi ABSTRAK...vii I.PENDAHULUAN 1.1
Lebih terperinciANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG
ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan cara memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersusun dengan sistem korespondensi dalam satu bentuk. Penulis dan penyair
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalaman, tersusun
Lebih terperinciDAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii
DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL....i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.ii LEMBAR PENGESAHAN iii HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI x ABSTRAK.xii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini menggunakan salah satu karya sastra yang berasal dari kesusastraan Jepang modern sebagai objeknya. Kesusastraan Jepang modern dimulai dari adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ajaran-ajaran adi luhung dan luhur. Karya-karya sastra Jawa Kuno misalnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya-karya sastra Jawa sejak dahulu terkenal karena selalu menyertakan ajaran-ajaran adi luhung dan luhur. Karya-karya sastra Jawa Kuno misalnya Ramayana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Hal ini ditegaskan oleh Wellek dan Werren, bahwa karya sastra dipandang sebagai suatu kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah hasil seni kreatif manusia yang menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia, menggunakan seni bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra merupakan penjelasan
Lebih terperinciMAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT
MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT E-JURNAL ILMIAH ASMARIDA NPM. 09080206 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciASPEK RELIGIUS DALAM GEGURITAN IRUL S BUDIANTO (TINJAUAN SEMIOTIKA MICHAEL RIFFATERRE)
ASPEK RELIGIUS DALAM GEGURITAN IRUL S BUDIANTO (TINJAUAN SEMIOTIKA MICHAEL RIFFATERRE) Oleh: DESSI APRILIYA NINGRUM C0109007 Pembimbing1: Drs. Aloysius Indratmo, M.Hum. Pembimbing 2: Siti Muslifah, S.S.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI
ESAI KRITIK SUDAH LARUT SEKALI, CHAIRIL ANWAR: KAWANKU DAN AKU ANALISIS ESAI Dalam kritik yang diberikan Teeew atas karya sastra SUDAH LARUT SEKALI : Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar ini menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang saling berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan agar sebuah karya ilmiah lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1998:
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
Lebih terperinciASPEK RELIGIUS DALAM GEGURITAN IRUL S BUDIANTO (TINJAUAN SEMIOTIKA MICHAEL RIFFATERRE)
ASPEK RELIGIUS DALAM GEGURITAN IRUL S BUDIANTO (TINJAUAN SEMIOTIKA MICHAEL RIFFATERRE) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan
Bab 2 Landasan Teori Dalam bab dua ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian kali ini. Teori tersebut mencangkup teori semantik dan teori pengkajian puisi. Teori
Lebih terperinciSamuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang
Lebih terperinciSTRATA NORMA PUISI-PUISI W.S RENDRA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA DAN MODEL PEMBELAJARANNYA
STRATA NORMA PUISI-PUISI W.S RENDRA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA DAN MODEL PEMBELAJARANNYA Rustam Effendi e-mail:r.effendi12@yahoo.co.id Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan
Lebih terperinciDIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN
1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP,DANLANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP,DANLANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan penelusuran kepustakaan untuk mengidentifikasi makalah dan buku yang bermanfaat dan ada hubungannya dengan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono
Lebih terperinciASPEK TEMATIS DALAM GEGURITAN KARYA HANDOYO WIBOWO (OEI TJHIAN HWAT) (Analisis Struktur dan Semiotik)
ASPEK TEMATIS DALAM GEGURITAN KARYA HANDOYO WIBOWO (OEI TJHIAN HWAT) (Analisis Struktur dan Semiotik) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah
8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Menulis Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif
Lebih terperinciStruktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA
Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Oleh: Miskiyatun Isnainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian mengenai makna simbol dalam sastra lisan telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran dari kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan.hal tersebut berarti bahwa sebagian besar tindakan manusia adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari manusia sebagai makhluk budaya terus menjalankan kebudayaan.hal tersebut berarti bahwa sebagian besar tindakan manusia adalah kebudayaan karena
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK
ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah banyak ungkapan yang dilontarkan bertalian dengan hubungan antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai aspek kebudayaan Bali,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk memahami karya sastra dibutuhkan analisis. Definisi karya sastra menurut KBBI (1989:76) adalah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran danperasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan.genre sastra
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta
1 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta imajinasi adalah alat. Sastrawan menggunakan media lingkungan sosial sekitar,
Lebih terperincibentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.
PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG David Maulana Muhammad*)1 Wahyudi Siswanto)*2 Email davidmuhammad7@gmail.com Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh
5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
Lebih terperinciGAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN
GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaya bahasa menimbulkan efek keindahan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Efek keindahan gaya bahasa berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Puisi lama, (2) Puisi baru, dan (3) Puisi modern (Badudu, 1984).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua yang diciptakan oleh manusia. Menurut zamannya puisi dapat dibedakan menjadi tiga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, puisi selalu diciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi, melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya.
Lebih terperinci2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)
BAB III Metodologi Penelitian A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian bisa dipertanggungjawabkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan
Lebih terperinciANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR
ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah puisi. Puisi merupakan perpaduan antara emosi, imajinasi, pemikiran, ide,
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sastra Arab merupakan salah satu sastra dunia yang tidak asing lagi bagi para peneliti sastra dunia. Tradisi kesusastraan Arab yang tertua dan terkokoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni yang berupa bangunan bahasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya seni yang berupa bangunan bahasa yang di dalamnya terdapat nilai estetik (keindahan). Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,
Lebih terperinciANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X
ANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X Oleh: Supriyanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua negara ini sama sama menghasilkan karya karya sastra dalam bentuk puisi terutama puisi puisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, puisi selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa
Lebih terperinciTRANSFORMASI DAN INTERTEKSTUAL DALAM SASTRA. oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia
TRANSFORMASI DAN INTERTEKSTUAL DALAM SASTRA oleh Halimah FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dsb)..(kubi, 2002); Wujud transformasi: terjemahan, salinan, alih huruf,
Lebih terperinci