IV. METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini terdiri dari kerangka teori, kerangka pemikiran, model

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini terdiri dari kerangka teori, kerangka pemikiran, model"

Transkripsi

1 IV. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini terdiri dari kerangka teori, kerangka pemikiran, model analisis deskriptif dari struktur, perilaku dan kinerja (Structure, Conduct and Performance) merupakan gabungan alur berfikir rezim new-strukturalis dari Carlton and Perlof, (2001) dan model Martin, (1993), kemudian penulis membuat rekonstruksi model untuk menjelaskan perkembangan pasar minyak sawit dan produk sawit Malaysia, bab ini juga berisi tentang metode penelitian serta deskripsi data Kerangka Teori Analisis SCP Analisis Struktur sebagai bagian dari komponen analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja (SCP), menekankan pengembangan pasar menurut kerangka pemikiran Bain dan Mason (1959), Koeh (1980), Martin, (1993), Carlton and Perlof (2002). Penelitian ini melakukan modifikasi model dengan menggabung model Carlton and Perlof (2001) dan Martin, (1993) sesuai realita pengembangan industri sawit di Malaysia tahun Menurut Martin, (1993), kerangka pemikiran teori organisasi industri terus berkembang dengan pandangan bahwa terdapat hubungan kausal yang sederhana dalam model linear yang saling pengaruh mempengaruhi antara struktur, perilaku dan kinerja menurut aliran New-Harvard Tradition. Bagian dari komponen model yaitu struktur dan perilaku, keduanya ditentukan secara spesifik oleh sebagian keadaan dasar yaitu keadaan

2 102 permintaan dan pengembangan teknologi. Struktur melalui strategi (Strategic Behavior) mempengaruhi perilaku, perilaku juga mempengaruhi struktur dan keduanya baik struktur maupun perilaku saling berhubungan untuk menentukan kinerja perusahaan. Dalam kasus industri minyak sawit dan industri produk sawit Malaysia, antara struktur dan perilaku terdapat modifikasi model yaitu gabungan model Carlton and Perlof, (2001), dan model dari Martin, (1993), yaitu adanya peranan pemerintah Malaysia melalui Badan Pengelola Minyak Sawit Malaysia (MPOB) dan Kementerian Komoditi dan Perindustrian Perkebunan Malaysia dalam mengatur strategi. Lihat Gambar 15. Untuk menjelaskan komponen dari modifikasi model Martin, (1993), penulis melakukan improvisasi berpedoman pada penjelasan komponen model Carlton dan Perlof (2000), lihat Gambar 5 bab 3. Menurut pemikiran dan pengalaman bisnis yang ada (Main Stream), mengasumsikan bahwa setiap struktur pasar cenderung mempengaruhi bagaimana perusahaan bertingkah laku dan bagaimana kinerja yang diperoleh perusahaan tersebut Model SCP Penelitian ini membahas secara deskriptif jumlah pembeli dan jumlah penjual minyak kelapa sawit dan produk industri sawit Malaysia, tingkat konsentrasi penjualan minyak sawit empat perusahaan terbesar (CR4), hambatan masuk pasar baik dalam negeri maupun luar negeri, diferensiasi produk, diversivikasi pasar, peranan pemerintah dalam

3 103 menuntun dan menetapkan struktur pasar (structure) industri kelapa sawit Malaysia. Selain itu juga membahas upaya pemerintah dan perusahaan swasta baik nyata maupun tidak nyata melakukan promosi, riset dan pengembangan, penetapan harga, pilihan produk, kolusi, merjer dan sistem kontrak dari sisi perilaku (conduct). Bahasan berikutnya adalah kinerja yang diukur dengan areal kebun, produksi, kinerja ekspor, cadangan, perkembangan impor, nilai ekspor, harga produk, rendemen efisiensi alokasi, kualitas produk periode (performance). Penelitian deskriptif ini memakai kerangka alur berfikir menurut Gambar 6. bagan SCP modifikasi Martin, (2003) Deskriptif Struktur Secara sederhana, untuk mendeskripsikan struktur pasar (structure) digunakan dua ukuran yaitu; pertama, dengan konsentrasi industri CR4, dikatakan tinggi jika nilai konsentrasi penjualan dari empat perusahaan terbesar melebihi 70 persen dari total penjualan atau menggunakan jumlah kuadratik dari prosentase penjualan empat atau delapan besar perusahaan (market share) dalam industri untuk menggambarkan struktur perusahaan (structure), jika tidak memungkinkan digunakan nilai Indeks Herfindahl- Hirsschman (HHI). Indeks Herfindahl-Hirsschman (HHI), model ini diturunkan dari teori Cournot tentang pasar oligopoli yang terdiri dari n perusahaan yang identik menghasilkan produk yang homogen (homogeneous product). Masing-

4 104 masing perusahaan memilih sejumlah output untuk memaksimumkan keuntungannya dengan rumus, π i = p(q)q i - mq i dimana m adalah marginal tetap atau biaya rata-rata variabel dari masing-masing perusahaan, dan p adalah harga, sedangkan fungsi total output adalah, Q = nq i. Diasumsikan perusahaan memakai model Cournot, menurut syarat kondisi pertama (first order condition) optimalisasi yaitu, turunan pertama q i sama dengan nol, dimana pendapatan marginal (MR) sama dengan biaya marginal (MC) : MR = p + q i p' = m = MC. 1) Dimana p' adalah turunan dari harga p dengan Q, jika disusun kembali persamaan 1) dapat ditulis manjadi : L = p - m = - p'q q i = - s i = - 1 2) P p Q n Dimana L disebut juga dengan Indeks Lerner, s i = q i /Q = 1/n adalah bahagian output perusahaan i dan 1/ = (p'q)/p adalah kebalikan dari elastisitas permintaan. Karena semua perusahaan identik, maka persamaan 2) berlaku bagi semua perusahaan dalam industri. Sesuai studi Cowling dan Waterson, (1976), menunjukkan, rata-rata harga dikurang biaya marginal (price-cost margin) didapat nilai tertimbang, 2 S i p - m = - s i I i p = - HHI 3)

5 105 HHI adalah indeks Herfindahl-Hirschman. Dimana HHI dibagi dengan nilai absolut elastisitas permintaan pasar sama dengan rata-rata tertimbang dari harga dikurang biaya marginal (price-cost marginal) perusahaan. Atau dapat juga ditulis dengan pendekatan penerimaan (revenues) : R = p (Q; Z)Q, penerimaan marginal (MR) dapat didefinisikan : MR (8) = p + 8 p Q Q, 4) Dimana 8 adalah parameter yang diestimasi dan dapat digunakan untuk mengukur kekuatan pasar (market power) dan PQ = p/ Q. Jika industrinya monopoli, 8 = 1 dan MR (1) efektif diukur dengan : p + p Q Q, jika perusahaan bertindak sebagai penerima harga (price takers), 8 = 0 dan MR (0) sama dengan harga. Jika perusahaan bersifat oligopolistik atau persaingan monopolistik maka nilai 8 berada antara 0 dan 1. Untuk mencapai kondisi optimal maka MR (8) = MC. Hasilnya adalah, 8 diukur dari perbedaan antara harga dan biaya marginal. Maka didapat suatu nilai menurut teori ekonomi mikro disebut dengan indeks Lerner yaitu : L = p - MC = - 8 P Q Q = - 8, 5) P p Dimana adalah elastisitas permintaan pasar. Pendekatan ini persis sama dengan pembagian pada persamaan 3) yang tergantung pada jumlah perusahaan, pembagian pangsa pasar (market share), yaitu, indeks Herfindahl-Hirschman (HHI).

6 Deskriptif Perilaku Pasar (Conduct) Analisis deskripsi perilaku pasar (conduct), dijelaskan sesuai teori perilaku pelaku pasar dan adanya kemungkinan pemerintah dan perusahaan swasta Malaysia melakukan promosi, riset dan pengembangan, pilihan produk, diskriminasi harga, potongan harga, jaminan kualitas, taktik legal, kolusi, merger dan sistem kontrak, strategis menghadapi pesaing seperti; strategi kerja sama (cooperative strategy), strategi tidak bekerjsama (non-cooperative strategy), integrasi vertikal, dan restriksi vertikal pada industri minyak sawit dan produk industri kelapa sawit Malaysia dan sebagainya Deskriptif Kinerja (Performance) Untuk mengukur kinerja pasar baik secara langsung maupun tidak langsung mencerminkan keuntungan perusahaan atau hubungan antara harga dengan biaya biasanya digunakan : pertama, tingkat pengembalian modal (rate of return-ror), yaitu keuntungan per mata uang yang diinvestasikkan. Kedua, harga dikurangi biaya marginal atau harga dikurangi biaya rata-rata. 1). Analisis Pengembalian Modal (Return of Invesment- ROI) Tingkat pengembalian modal (Return of Invesment-ROI), adalah ukuran seberapa banyak perolehan uang dari invetasi yang ditanamkan. Untuk mengukur (Return of Invesment-ROI) dengan tepat adalah pekerjaan sulit, untuk itu perlu adanya kesepakatan-kesepakatan.

7 107 Hubungan antara ROI dan keuntungan ekonomi, dimana keuntungan ekonomi adalah hasil pengurangan penerimaan dengan biaya oportunitas (opportunity cost) dan bukan biaya menurut akunting. Perbedaan yang jelas antara keuntungan ekonomi dengan keuntungan akunting adalah, keuntungan ekonomi sama dengan penerimaan dikurang biaya tenaga kerja dan biaya material sedangkan keuntungan akunting adalah pemerimaan dikurang biaya sesuai kaedah akuntansi. Keuntungan ekonomi dapat ditulis sebagai, π I = R - biaya tenaga kerja - biaya material - biaya modal dimana π I adalah keuntungan ekonomi, R adalah penerimaan dikurang biaya tenaga kerja, biaya bahan baku (matrial) dan biaya modal sebagai biaya rental modal menurut waktu dari jumlah modal yang dipakai. Nilai modal dapat dirumuskan sebagai p k K, dimana p k adalah harga rental modal dan K adalah jumlah modal yang dipakai. Jika sewa modal adalah (r + ), kemudian keuntungan dapat ditulis, π I = R - biaya tenaga kerja - biaya material - (r + ) p k K.. 6) Pada pasar persaingan, maka keuntungan ekonomi sama dengan nol, π I = 0 diperoleh nilai ROR sebagai, r dari persamaan 6), r = R - biaya tenaga kerja - biaya material - p k K K p k dengan demikian tingkat pengembalian modal (rate of return-ror), adalah pendapatan bersih dibagi nilai aset, atau pendapatan bersih adalah

8 108 penerimaan dikurang dengan biaya tenaga kerja, dikurang biaya material, dikurang dengan penyusutan. Dalam melakukan analisa organisasi industri terdapat empat cara untuk mengamati hubungan atau keterkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja. Keempat cara tersebut terdiri dari Hasibuan,(1993); pertama, hanya memperhatikan hubungan antara struktur dengan kinerja tanpa terlalu memperhatikan perilaku, kedua, menelaah kaitan antara struktur dengan perilaku, kemudian mengamati kinerja industri. Ketiga, menelaah hubungan antara kinerja dan perilaku, kemudian mengaitkannya dengan struktur. Keempat, tidak mengamati kinerja sama sekali karena dianggap sudah terjawab dari menelaah hubungan antara perilaku dan struktur. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan studi literatur, analisa deskriptif dan menggunakan model ekonometrika. Berdasarkan kerangka pikir SCP, maka model yang digunakan adalah model yang menggambarkan hubungan antara kinerja suatu industri dengan struktur industri itu sendiri dan membahas tentang strategi secara lebih luas. Orang yang pertama kali mengadakan penelitian tentang hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja dalam bentuk empiris adalah Joe. S. Bain (1956). Bain membuktikan hal tersebut dengan menggunakan limit price model. Hipotesis yang dibuat Bain adalah : 1. Konsentrasi menimbulkan kolusi 2. Kolusi akan menciptakan keuntungan jika hambatan masuk tinggi 3. Efek ini akan terasa pada perusahaan-perusahaan besar

9 109 Model ekonometrika yang digunakan untuk menguji hipotesa dalam disertasi ini adalah model yang pernah digunakan oleh domowitz,(1986), hubbard dan peterson, (1986), yang merupakan pengembangan dari apa yang telah disampaikan oleh Joe. S. Bain, (1956), dalam karyanya yang berjudul Barriers to New Entry. Modelnya adalah sebagai berikut : Di mana : PCM = α + β 1 CR4+β 2 K + β 3 GD S PCM CR4 K/S GD = Price-Cost Margin = Tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar = Capital-Sales Ratio = Geographic Dispersion (penyebaran geografi) Kemudian Domowitz, (1986), mengembangkan model ini dengan menambahkan variabel advertising-sales ratio (A/S) untuk menggantikan variabel penyebaran geografi dan rasio capital-output (K/Q) sebagai variabel penyesuaian untuk rasio kapital penjualan. Sehingga persamaan di atas menjadi : PCM = α + β 1 CR4 it +β 2 (K/Q) it + β 3 (A/S) it + ε it Di mana : PCM = Price-Cost Margin CR4 = Tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar K/Q = Capital-Output Ratio

10 110 A/S i t = Advertising-Sales Ratio = Industri = Periode Waktu 4.2. Kerangka Pemikiran Berdasarkan model diatas, dalam disertasi ini dilakukan penyesuaian model guna mempermudah analisis yang dilakukan dan menyesuaikan dengan data yang dimiliki. Penyesuaian yang dilakukan adalah dengan menggantikan variabel rasio capital-output (K/Q) dengan MES atau Minimum Economic of Scale. Hal ini dilakukan karena rasio capital output digunakan sebagai variabel indikator hambatan masuk. Sedangkan, menurut teori ekonomi industri, indikator hambatan masuk industri dapat diukur dengan menggunakan variabel MES. Setelah itu, penulis juga menambahkan harga CPO internasional PCPOINT, harga minyak RBD dan diferensiasi CPODIFF sebagai variabel tambahan untuk analisa makro dengan variabel pertumbuhan permintaan CPO yang digunakan sebagai penyesuaian data dan model pada korelasi berikutnya. Selain itu, KURS, sehingga setelah penyesuaian tersebut model yang digunakan dalam penulisan ini menjadi : PCM = α + β 1 CR4 it +β 2 (MES) it + β 3 (PCPOINT) it + β 4 (PRBDD) it + β 5 (CPODIFF) + Di mana : β 6 (DGROW) + β 7 (KURS) + ε it PCM = Price-Cost Margin

11 111 CR4 = Tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar MES = Minimum Effieciency of Scale PCPOINT = Harga CPO Internasional PRBDD = Harga Minyak RBD Domestik CPODIFF = Diferensiasi Produk CPO KURS = Nilai tukar Dolar Amerika terhadap Ringgit Malaysia ε = Error i = Industri atau perusahaan (i = 1,2,...,N) t = Periode Waktu (t = 1,2,...,T) Berdasarkan hipotesis yang dibuat penulis sebelumnya maka nilai koefisien β 1 sampai β 7 dihipotesakan lebih besar dari nol. Metode yang digunakan dalam pengujian model ini adalah dengan mencari koefisien korelasi antar variabel untuk melihat interaksinya. Paradigma Structure-Conduct-Performance (SCP) merupakan salah satu kerangka analisa yang dipakai dalam melakukan analisa organisasi industri. Paradigma tersebut digunakan untuk menjelaskan hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja suatu industri dalam pasar. Ada beberapa pandangan mengenai metodologi SCP, salah satunya adalah pandangan tradisional yang juga disebut dengan pandangan strukturalis. Pandangan ini menyatakan bahwa suatu struktur pasar dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu tingkat konsentrasi dan faktor eksternal yaitu tingkat hambatan masuk (Entry Barriers). Selain itu, struktur juga dipengaruhi oleh faktor eksternal lainnya seperti, tingkat permintaan dan kebijakan pemerintah. Struktur tersebut kemudian akan

12 112 mempengaruhi perilaku yang terbentuk yang kemudian akan mempengaruhi kinerja industri tersebut Analisis Deskriptif dari Struktur, Perilaku dan Kinerja Struktur Struktur sering diartikan sebagai bentuk atau susunan komponen pada suatu bentuk. Dalam konteks ekonomi, struktur merupakan sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi penjual (perusahaan), jumlah pembeli dan penjual, regulasi, tingkat hambatan masuk, diferensiasi produk, dan sebagainya dalam suatu industri (Scherer, 1980). Struktur juga dapat menggambarkan tingkat kekuatan pasar melalui tingkat konsentrasinya. Semakin tinggi tingkat konsentrasinya menandakan struktur pasar yang mendekati monopoli. Seperti yang telah dijelaskan dalam teori ekonomi, struktur pasar monopoli memiliki kekuatan pasar yang tinggi. Oleh sebab itu, tingkat konsentrasi yang tinggi menggambarkan semakin tingginya kekuatan pasar. Struktur pasar merupakan elemen strategis yang relatif permanen dari lingkungan perusahaan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku dan kinerja di dalam pasar (Koch, 2000). Struktur pasar merupakan bahasan penting untuk mengetahui perilaku dan kinerja suatu industri. Struktur pasar merupakan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Elemen struktur pasar adalah pangsa pasar (market share), konsentrasi (concentration) dan hambatan masuk (barriers to entry).

13 113 Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin tinggi hambatan masuk dalam suatu industri Konsentrasi Konsentrasi merupakan jumlah dan ukuran distribusi perusahaan. Kecil dan besarnya perusahaan mempengaruhi peningkatan konsentrasi penjual. Terdapat dua alasan pembenaran yang sering digunakan dalam menjelaskan hubungan positif antara konsentrasi penjual dan kekuatan pasar, (Church dan Ware, 2000), yaitu : 1. Meningkatnya derajat konsentrasi akan meningkatkan kemampuan penjual untuk mengatasi persaingan dan mengkoordinasikan perilaku harga. 2. Teori oligopoli pun mengatakan adanya hubungan positif antara kekuatan pasar dan konsentrasi penjual. Joe S. Bain, (1956), mengemukakan tiga hipotesanya mengenai hubungan tingkat konsentrasi terhadap profit, yaitu : 1. Konsentrasi menimbulkan kolusi 2. Kolusi akan menciptakan profit jika hambatan masuk tinggi 3. Efek ini terjadi pada perusahaan-perusahaan besar Tingkat konsentrasi dapat dihitung dengan berbagai cara, dua diantaranya adalah dengan rasio konsentrasi atau consentration ratio (CR) dan Herfindhal-Hirschman Index (HHI) Rasio Konsentrasi

14 114 Rasio konsentrasi merupakan cara yang umum dalam menjelaskan struktur industri Utton, (1970). Rasio konsentrasi merupakan jumlah pangsa pasar dari perusahaan m terbesar. Contohnya, CR 4 menggambarkan rasio konsentrasi dari empat perusahaan terbesar. Semakin tinggi tingkat konsentrasi, maka struktur akan semakin terkonsentrasi atau dengan kata lain semakin mengarah ke monopoli. Adapun mekanisme perhitungannya adalah sebagai berikut. CR m = m Σ i S i Di mana : CRm = Rasio konsentrasi m perusahaan terbesar S i = Pangsa pasar perusahaan i Dari perhitungan di atas, dapat kita ketahui bahwa perhitungan rasio konsentrasi adalah dengan menggabungkan pangsa pasar sejumlah perusahaan yang terdapat dalam suatu industri. Adapun perhitungan pangsa pasar suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara berikut : S i = m Σ i = X i X i Di mana : S i m X i = Pangsa pasar = Jumlah pemain dalam pasar = Output atau value added aset perusahaan i

15 115 Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa dalam menghitung pangsa pasar dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah output yang dihasilkan perusahaan i dengan jumlah output yang dihasilkan dalam suatu industri dimana perusahaan itu bergerak. Namun, dalam perhitungan dengan metode CR ini, memiliki beberapa kelemahan, seperti : 1. CR mengabaikan tingkat peran perdagangan internasional (Ekspor- Impor) dalam kaitan dengan persaingan. Padahal barang impor merupakan saingan yang cukup kuat untuk produk domestik. 2. CR tidak memberikan informasi mengenai masuknya pesaing ke dalam industri 3. CR dihitung berdasarkan konsentrasi nasional dengan mengabaikan konsentrasi regional dan internasional. 4. CR tidak menjelaskan distribusi perusahaan secara menyeluruh 5. CR tidak memberikan informasi tentang perubahan posisi dan rangking perusahaan yang ada dalam industri, mengabaikan tingkat persaingan diantara perusahaan-perusahaan di pasar tersebut. Namun, banyak pengamat ekonomi dalam studi organisasi industri sepakat bahwa rasio konsentrasi merupakan indeks dari struktur pasar. Sering dihipotesakan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi maka semakin besar pula kemungkinan adanya kekuatan pasar di dalam industri tersebut. Kondisi ini juga menunjukkan semakin tinggi kemungkinan terjadinya kolusi Herfindhal-Hirschman Index

16 116 Selain dengan CR, tingkat konsentrasi juga dapat dihitung dengan menggunakan HHI. Berbeda dengan CR, dalam HHI semua perusahaan dimasukkan dalam perhitungan tingkat konsentrasi suatu industri. Dengan kata lain, Herfindhal-Hirschman Index (HHI) merupakan penjumlahan kuadrat sederhana dari pangsa pasar untuk semua perusahaan dalam suatu industri. Adapun mekanisme perhitungannya adalah : HHI = Σ S i 2 Di mana : m S i = Jumlah seluruh perusahaan dalam suatu industri = Pangsa pasar HHI bernilai antara 0 sampai 1. Semakin mendekati satu, maka struktur industri akan semakin terkonsentrasi Hambatan Masuk Hambatan masuk merupakan kondisi di mana terdapat halanganhalangan untuk masuk dan atau untuk keluar suatu industri. Jika tidak terdapat halangan untuk masuk atau keluar, maka akan sulit bagi perusahaan yang sudah berdiri untuk mempertahankan harga di atas biaya marginal dan mendapatkan keuntungan, (Church dan Ware, 2000). Terdapat dua bentuk hambatan masuk, yaitu Economic Entry Barrier atau natural dan Non-Economic Entry Barrier atau artifisial. Maksud dari natural adalah hambatan masuk yang dapat dijelaskan dengan teori ekonomi, sedangkan artifisial adalah hambatan yang tidak dapat dijelaskan

17 117 dengan teori ekonomi, namun dengan teori lain seperti teori politik, sosial budaya, dan lain-lain di luar teori ekonomi. Economic Entry Barriers dapat dibagi menjadi tiga, yaitu Economic of Scale, Absolute Cost Advantage/Capital Requirement, dan Differentiated Product. Sedangkan Non-Economic Entry Barrier terdiri dari peraturan pemerintah dalam proses pembangunan, hak paten, dan lisensi Skala Ekonomi Skala ekonomi (Economics Of Scale) merupakan keadaan dimana perusahaan dapat menghasilkan jumlah output yang banyak dengan biaya yang lebih murah. Dengan kata lain, jika suatu perusahaan menambah jumlah produksi, maka biaya akan menurun, sehingga biaya produksi per unit akan lebih murah. Jika yang berlaku sebaliknya, dimana jika Average Cost (AC) lebih kecil dari Marginal Cost (MC) maka kondisi tersebut dikatakan sebagai diseconomies of scale. Sedangkan, jika biaya rata-rata sama dengan biaya marginal maka kondisi tersebut dikatakan constant return to scale atau mencapai MES (Minimum Efficiency of Scale). Dapat dikatakan jika MES semakin besar, maka hambatan masuk industri juga akan menjadi besar karena entry cost yang tinggi bagi pemain baru. Bila suatu perusahaan memiliki skala ekonomis, biaya rata-rata akan turun ketika output meningkat. Secara sederhana dapat digambarkan dalam bentuk matematis, dengan mengasumsikan C sebagai Constant Marginal Cost, dan F sebagai Biaya Tetap. Maka persamaan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

18 118 Di mana biaya rata-rata adalah : C (q) = F + Cq AC(q) = C + F q Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa AC (Average Cost) menurun seiring peningkatan output. Memproduksi dengan skala besar akan mengakibatkan biaya tetap yang besar akan menekan AC dan membuat AC mendekati MC. Jika F kecil maka penurunan AC seiring peningkatan output tidak begitu besar. Namun, jika F besar, AC akan menurun lebih cepat seiring peningkatan output. Oleh karena itu, skala ekonomis akan lebih berperan jika biaya tetap yang besar. Dalam teori ekonomi mikro, skala ekonomis bila dilihat dengan FC (Functional Coefficient), yaitu : FC = AC = 1 + F MC Cq Jika FC lebih besar dari satu, maka AC akan lebih besar daripada MC, dan ini dikatakan sebagai skala ekonomis. Sebaliknya, jika FC lebih kecil dari satu, mengakibatkan AC naik seiring peningkatan output, maka dapat disebut sebagai skala non-ekonomis. Sedangkan, jika FC sama dengan satu, menandakan bahwa AC sama dengan MC, dan ini dikatakan sebagai skala konstan, di mana AC berada di titik terendah. Para ekonom sering menyebutkan kondisi tersebut sebagai MES (Minimum Efficiency of

19 119 Scale). Economies of Scale dapat juga ditunjukkan melalui kurva biaya (AC) dalam jangka panjang seperti Gambar 9. Kurva ini dapat memberikan penjelasan adanya hambatan masuk dalam pasar. Bandingkan antara pendatang baru (Entranct) dengan pemain lama (Incumbant). Pemain lama lebih memiliki keuntungan dibandingkan dengan pemain baru. Hal tersebut terjadi karena pemain lama sudah terlebih dahulu berada di pasar. Ini menandakan mereka lebih memiliki banyak pengalaman dalam melakukan produksi. Cost Q 1 Q 2 LAC AC 1 AC 2 Min AC Quantity MES Gambar 9. Kurva Skala Ekonomi Dalam gambar di atas, Incumbant dapat diilustrasikan dengan AC2. Dengan mengasumsikan bahwa AC berbuhungan dengan harga, maka perubahan AC tercermin pada perubahan harga. Jika AC menurun, maka harga juga akan turun. Bagi pemain baru, mereka akan berfikir untuk memasuki pasar ini. Jika mereka ingin bersaing dengan pemain lama, maka pemain baru harus berusaha untuk memproduksi barangnya pada level Q 2. Sedangkan, pemain lama untuk memasuki level produksi ini

20 120 butuh melewati suatu proses pembelajaran, seperti melewati Q 1 terlebih dahulu. Untuk pemain baru, mereka baru dapat memproduksi pada level AC 1, sehingga harga yang ditawarkan mereka akhirnya menjadi mahal dengan tingkat produksi yang lebih sedikit. Hal ini dapat mendatangkan kerugian bagi pemain baru. Akhirnya, pemain baru akan cenderung tidak memasuki pasar. Hal inilah yang dinamakan hambatan masuk Diferensiasi Produk Pada model kompetisi yang sederhana, produk yang dijual oleh para produsen merupakan barang yang terstandardisasi. Namun, dalam kehidupan nyata, produk tidak hanya itu-itu saja melainkan akan mengalami perkembangan sehingga produk tersebut menjadi terdiferensiasi. Semakin terdiferensiasi produk dalam suatu perusahaan, akan semakin tinggi kekuatan yang dimiliki perusahaan tersebut dalam mengontrol harga. Oleh sebab itu varian yang banyak dapat juga menghambat masuknya pesaing baru. Penyebab munculnya varian ini adalah brand image yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau suatu pemain preferensi konsumen yang berbeda-beda sehingga barang yang diminta bukan merupakan barang homogen. Semakin banyak varian yang dapat diciptakan, semakin besar peluang bagi perusahaan tersebut untuk memenuhi preferensi konsumen. Akibatnya, perusahaan tersebut dapat menguasai pangsa pasar dan membuat pesaing baru yang masuk sulit untuk menyaingi perusahaan yang sudah ada terlebih dahulu dalam pasar.

21 121 Penyebab pesaing baru mengalami hambatan untuk memasuki pasar adalah faktor biaya dan faktor publikasi kepada masyarakat. Semakin banyak varian yang diciptakan maka semakin besar pula biaya yang dibutuhkan dalam penyediaan varian tersebut. Selain itu, sebelum varian tersebut dikonsumsi oleh konsumen, produsen perlu melakukan publikasi terhadap varian tersebut kepada masyarakat. Pada umumnya publikasi yang sering dilakukan adalah melalui Advertising. Advertising ini merupakan Sunk Cost, yaitu biaya yang telah dikeluarkan tidak dapat di ditarik atau recovered lagi. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat diferensiasi maka semakin tinggi hambatan masuknya Capital Requirement atau Absolute Cos Advantage Jika pemain lama memiliki keunggulan biaya secara absolut, maka mustahil bagi pemain baru berkompetisi harga dengan menawarkan harga kompetitif. Satu hal yang penting dalam keunggulan biaya absolut adalah diperlukannya sunk capital investment, yaitu modal investasi pra-operasi perusahaan yang sangat besar. Semakin tinggi modal yang dikeluarkan untuk memasuki pasar, maka akan semakin enggan pesaing baru memasuki pasar Perilaku Paradigma SCP tradisional menyatakan bahwa struktur pasar akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam membuat keputusan untuk berkompetisi atau berkolusi. Pandangan ini meyakini bahwa tingkat

22 122 konsentrasi yang tinggi akan mendorong perusahaan melakukan kolusi yang pada gilirannya akan menunjukkan kinerja yang dicapai. Menurut paradigma ini, perusahaan-perusahaan yang melakukan kartel akan menjadikan perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut memiliki keuntungan yang di atas normal. Dengan kata lain, paradigma ini meyakini bahwa pasar akan berfungsi dengan baik jika terjadi persaingan didalamnya. Sebaliknya, kinerja akan menjadi buruk jika dalam pasar perusahaan-perusahaan melakukan kolusi. Perilaku dapat diartikan sebagai pola tanggapan dan penyesuaian berbagai perusahaan yang terdapat dalam suatu industri untuk mencapai tujuannya dan menghadapi persaingan. Perilaku dapat terlihat dalam bagaimana perusahaan menentukan harga jual, promosi produk, koordinasi kegiatan dalam pasar (berkolusi, kartel dan merger) dan penelitian dan pengembangan (R&D). Menurut Hasibuan, (1993), perilaku didefinisikan sebagai pola tanggapan dan penyesuaian suatu industri di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Industri yang satu dengan industri yang lain memiliki perbedaan perilaku, salah satu penyebabnya adalah struktur yang dimiliki oleh industri tersebut. Perilaku terlihat menarik untuk dibahas jika suatu perusahaan berada pada suatu industri yang terdapat dalam struktur pasar yang tidak sempurna. Struktur pasar yang sempurna menyebabkan perusahaan tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga pasar Perilaku Harga

23 123 Perilaku harga dapat diukur dengan menggunakan indeks lerner sebagai berikut. L = P MC P Di mana : P = Harga MC = Biaya marginal Persaingan dan Kolusi Menurut pandangan strukturalis, struktur pasar akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam membuat keputusan untuk berkompetisi atau berkolusi. Pandangan ini juga meyakini bahwa tingkat konsentrasi yang tinggi memungkinkan adanya praktek kolusi yang pada akhirnya akan menunjukkan kinerja yang dihasilkan akibat perilaku ini. Menurut paradigma ini, pasar akan berfungsi dengan baik, jika didalamnya terdapat persaingan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kolusi dapat membuat kinerja suatu perusahaan menjadi buruk. Terkadang, tanpa dorongan untuk bersaing, membuat kualitas pelayanan menjadi buruk. Harga dan tingkat kualitas tidak terlalu diperhatikan, yang menjadi perhatian adalah bagaimana mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya. Sebagai akibatnya, dengan harga yang tinggi mengakibatkan industri tersebut mendapatkan keuntungan diatas normal. Perilaku perusahaan dalam perusahaan pasar dapat terlihat melalui sikap kooperatif dan non-kooperatif. Perusahaan yang bersikap nonkooperatif akan bertindak atas diri sendiri tanpa melakukan perjanjian

24 124 secara eksplisit atau implisit terhadap perusahaan lain. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya perang harga. Sedangkan perusahaan yang bersikap kooperatif lebih memilih untuk meminimalkan persaingan melalui perjanjian yang disepakati bersama atau lebih dikenal dengan istilah kolusi. Istilah ini menunjukkan suatu situasi dimana perusahaan atau lebih bekerja sama menentukan harga atau output, membagi pasar di antara mereka, atau membuat bisnis lain secara bersama-sama. Sesungguhnya oligopolis yang berkolusi dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan bersamanya dengan mempertimbangkan saling ketergantungan mereka, mereka akan menghasilkan output dan tingkat harga yang cenderung bersifat monopoli. Begitu juga dengan tingkat keuntungan yang dirasakan, juga mengarah kepada keuntungan monopoli. Meskipun banyak oligopolis yang gembira karena mendapatkan keuntungan yang besar, dalam kenyataannya akan menghadapi rintanganrintangan yang menghalangi kolusi yang efektif. Rintangan pertama adalah kolusi merupakan hal yang ilegal. Kedua, kemungkinan terjadinya kecurangan di antara perusahaan-perusahaan yang melakukan kolusi. Di saat perusahaan menemukan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, maka semakin tinggi hasrat mereka untuk melanggar perjanjian yang telah disepakati. Salah satu bentuk kecurangan yang sering terjadi adalah dengan memproduksi jumlah output di luar kuota yang terdapat dalam kesepakatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keuntungan yang lebih besar merupakan insentif utama bagi perusahaan yang berada dalam

25 125 pasar oligopoli untuk melakukan kolusi dan menghindari persaingan. Mereka akan berkolusi jika mereka berada pada kondisi yang lebih baik dibandingkan jika mereka menentukan harga sendiri-sendiri. Terlebih lagi jika mereka menganggap bahwa ketergantungan mereka terhadap pesaing merupakan hambatan mereka untuk menentukan harga sendiri. Pada sisi lain, ada perusahaan yang menganggap faktor saling ketergantungan ini dapat dijadikan senjata untuk melakukan kompetisi dan membuat pesaingnya keluar dari pasar. Istilah kolusi menunjukkan suatu keadaan di mana dua atau lebih perusahaan bersama-sama menentukan harga atau output mereka atau membentuk suatu kesepakatan dalam melakukan tindak bisnis mereka yang pada akhirnya akan memunculkan kartel dalam perekonomian Faktor-Faktor Terbentuknya Kolusi Selain ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar, faktor pemicu adanya kolusi adalah: 1). Konsentrasi dan jumlah perusahaan Semakin tinggi tingkat konsentrasi, semakin tinggi kekuatan pasar yang dimiliki suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolusi di antara mereka. Semakin sedikit pemimpin perusahaan maka akan semakin kuat kendali yang dapat dilakukan terhadap strategi yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan kesekapatan tersebut. Oleh karena itu, kolusi akan lebih stabil dan akhirnya akan menuju ke monopoli.

26 126 2). Persaingan non-harga Persaingan non-harga merupakan substitusi dari persaingan harga yang dapat digunakan untuk merebut pangsa pasar pesaing. Namun butuh biaya yang tidak sedikit untuk melakukannya, sehingga jika dilakukan dengan kolusi dan kerjasama akan lebih baik. 3). Pengalaman Pengalaman (Long industry experience,) Industri-industri yang sudah berada lama dalam pasar pada umunya sudah saling mengenal karakteristik masing-masing dan mengalami situasi secara bersama-sama. Oleh karena itu menjadi lebih mudah dan memungkinkan bagi mereka untuk melakukan kolusi Bentuk-Bentuk Kolusi Kartel merupakan persetujuan penggabungan usaha secara terbuka dan formal. Persoalan yang diangkat dari kartel ini adalah bagaimana perusahaan-perusahaan yang bergabung itu bersama-sama menentukan tingkat harga yang berlaku dan jumlah produksi yang akan dihasilkan untuk mencapai laba maksimum. Terdapat dua wujud kerjasama, yaitu penentuan tingkat harga dan pembagian pangsa pasar. Sehingga, terdapat dua kemungkinan yang dapat ditempuh, pertama adalah membiarkan tiap perusahaan berproduksi sesuai kemampuan dan menjualnya ke pasar pada tingkat harga yang telah disepakati bersama. Kedua, menentukan kuota masing-masing perusahaan dalam bentuk jumlah output atau dapat pula dalam bentuk pembatasan daerah penjualan.

27 127 Kartel adalah bentuk konsentrasi usaha yang berdasarkan atas perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya dengan maksud akan mempengaruhi harga dengan mengatur produksi atau pemasaran suatu barang dan jasa. Dengan sifatnya seperti itu di Indonesia, berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 kartel termasuk ke dalam monopoli dan dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat Kerjasama Tersembunyi Kerjasama tersembunyi (Tacit Collusion) merupakan persetujuan penetapan harga yang dilakukan secara diam-diam. Dalam Tacit Collusion terdapat kesepakatan antara perusahaan untuk melakukan kolusi. Namun dalam bentuk yang tidak tampak atau tidak berkolusi langsung atau tidak menandatangani persetujuan. Contohnya adalah adanya price leadership dimana ada satu leading firm yang merupakan price leader. Melalui media massa membuat pengumuman atau artikel yang mengindikasikan bahwa perlu diadakan kenaikan harga sehingga pelaku usaha lain tahu kalau mereka harus meningkatkan harga. Tindakan pemimpin harga ini dikatakan sebagai price signaling yang biasa diikuti oleh pemain follower untuk menghindari terjadinya perang harga yang dapat merugikan mereka. Syarat stabilnya price leadership di dalam pasar adalah : 1. Tingkat konsentrasi yang tinggi dan tingkat pangsa pasar yang hampir sama

28 Hambatan masuk yang tinggi sehingga kemampuan perusahaanperusahaan pemimpin dalam menentukan harga 3. Jenis barang tidak harus homogen, namun terdiferensiasi dengan subsitusi yang dekat. Hal ini untuk menjamin bahwa di antara mereka harus terjadi interdependence yang kuat. 4. Kurva permintaan harus inelastis. Hal ini untuk menjamin bahwa restriksi jumlah output yang dilakukan mendatangkan keuntungan 5. Kondisi biaya masing-masing perusahaan setidaknya harus sama sehingga ketika terjadi penetapan harga, keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan tersebut akan sama pula Asosiasi Perdagangan Asosiasi perdagangan dikategorikan sebagai bentuk kolusi karena dalam asosiasi perdagangan biasanya perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam asosiasi tersebut bersama-sama menentukan jumlah produksi dan distribusi yang dapat memaksimalkan keuntungan mereka, baik secara individu maupun kelompok Kinerja Kinerja merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri di mana hasilnya pada umumnya terlibat melalui tingkat keuntungan atau besarnya penguasaan pasar, dan efisiensi Keuntungan

29 129 Keuntungan (Profitability), dengan persaingan perusahaan hanya diperbolehkan untuk mendapatkan tingkat pengembalian di atas normal. Keuntungan monopoli adalah keuntungan yang terdapat di atas keuntungan normal, sehingga mendorong perusahaan untuk meningkatkan kekuatan pasar. Semakin dekat harga dengan biaya marginal, maka akan semakin baik kinerja suatu perusahaan Efisiensi Efisiensi secara statis maupun secara dinamis dapat menggambarkan kinerja dari suatu pasar. Efisiensi statis dapat diartikan sebagai tingkat di mana suatu perusahaan dapat menghasilkan tingkat output dengan biaya minimum. Sedangkan secara dinamis, efisiensi dapat dilihat dari tingkat technical progress Perhitungan kinerja Dalam menghitung kinerja dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menurut studi mengenai SCP, kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat variabel perhitungan seperti di bawah ini (Church dan Ware, 2000). 1. Economic profit atau rates of return of investment Laba ekonomis mengandung arti selisih antara pendapatan dan opportunity cost dari semua input. Dalam jangka panjang, laba ekonomis adalah indikator kekuatan pasar. Pada pasar persaingan, laba ekonomis berkurang dengan adanya pendatang baru yang masuk pasar. Keuntungan dalah indikator yang kurang sempurna

30 130 karena boleh jadi perusahaan memiliki kekuatan pasar, namun tidak memiliki economic profit. 2. Indeks Lerner atau Price-Cost Margin Perhitungan Indeks Lerner dapat dilakukan dengan cara (P-MC)/P, namun pada umumnya data MC sulit diperoleh. Oleh sebab itu sering digunakan perhitungan PCM, yaitu dengan menggantikan MC menjadi AVC sehingga dapat dihitung dengan menggunakan cara (P-AVC)/P, di mana P adalah harga dan AVC adalah biaya variabel rata-rata. 3. Tobin s q; Pendekatan ini menggunakan penilaian pasar modal untuk menafsir laba ekonomis. Tobin s q adalah rasio antara nilai pasar suatu perusahaan terhadap biaya penggantian (replacement cost) atau aset perusahaan. Nilai pasar suatu perusahaan adalah jumlah nilai stok dan utang perusahaan. Selisih nilai pasar perusahaan atas biaya penggantian asetnya sering ditafsirkan sebagai laba ekonomis. Nilai q yang melebihi satu berarti makin besar nilai return suatu perusahaan relatif terhadap biaya asetnya, maka makin tinggi laba ekonomisnya. 4. Indeks Kinerja Dansby-Wilig (IKDW) IKDW adalah indeks yang mencoba untuk mengukur seberapa jauh kesejahteraan sosial, yang didefenisikan sebagai surplus konsumen dan produsen, akan meningkat bila perusahaan-perusahaan dalam suatu industri meningkatkan output yang secara sosial efisien. Bila

31 131 IKDW suatu industri sama dengan nol, maka tidak ada manfaat yang diperoleh dengan mendorong perusahaan untuk mengubah outputnya. Bila IKDW lebih besar dari nol, maka kesejahteraan sosial akan meningkat dengan adanya kenaikan output industri Model Ekonometrika Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja Edward S. Mason dalam Joe S. Bain, (1956), awalnya membuat pernyataan bahwa jika ingin melihat kejadian di suatu pasar, di mana ada harga yang naik atau tinggi dalam suatu pasar, maka kita harus melihat dari kinerja suatu pasar. Kinerja itu sendiri menurut Mason, dilihat dari perilakunya yang tercermin dari struktur pasar tersebut. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa untuk melihat suatu kinerja pasar itu baik atau buruk, terlebih dahulu harus melihat struktur pasar yang mempengaruhi perilaku pasar tersebut. Joe S. Bain, (1956), merupakan orang pertama yang melakukan pendekatan Mason tersebut ke dalam sebuah teori empiris. Bain mencoba membuat suatu persamaan sederhana untuk mencoba membuktikan apa yang dikatakan Masson, yaitu kinerja di pengaruhi oleh struktur. Persamaan yang dibentuk oleh Bain adalah sebagai berikut : Di mana : P = f (S) P S = Performance = Struktur

32 132 Kemudian Bain, (1956), mencari variabel yang mempengaruhi struktur tersebut. Ditemukan bahwa yang menentukan struktur terkonsentrasi atau tidak adalah variabel tingkat konsentrasi dan tingkat hambatan masuk. Sehingga besaran kinerja merupakan fungsi dari tingkat konsentrasi dan tingkat hambatan masuk. Persamaan di atas diperjelas lagi seperti di bawah ini : P = f (CR, EB) Di mana : CR = Concentration Rate EB = Entry Barrier Untuk Entry Barrier (hambatan masuk) dapat dilihat dari Minimum Eficiency of Scale (MES) dan Product Differentiated. Sehingga, persamaan di atas menjadi : P = f (CR, MES, DIFT) Di mana : CR = Concentration Rate MES = Minimum Eficiency of Scale DIFT = Product Differentiated Dari persamaan di atas, Bain (1953), mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasinya maka akan semakin tinggi tingkat hambatan masuk ke dalam suatu pasar, sehingga pasar tersebut akan

33 133 memiliki kinerja yang buruk karena mendekati monopoli, di mana pada struktur pasar ini, persaingan hampir tidak ada. Dari persamaan tersebut, juga dapat diketahui bahwa struktur akan mempengaruhi kinerja melalui perilaku suatu perusahaan atau suatu industri. Dalam penulisan disertasi ini, penulis menggunakan landasan teori SCP yang dikemukakan oleh kaum strukturalis. Kaum ini mengatakan bahwa struktur mempengaruhi perilaku, dan perilaku pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja. Elemen yang digunakan dalam mengukur struktur adalah entry barriers yang diproksikan dengan MES (Minimum Eficiency of Scale), tingkat konsentrasi dengan menggunakan metode pengukuran CR (Concentration Ratio). Melalui struktur tersebut, penulis mengggunakan proksi profitability atau tingkat keuntungan dengan menggunakan perhitungan PCM Defenisi Variabel PCM atau Price-Cost Margin Untuk mengukur tingkat kekuatan pasar digunakan indeks lerner. Persamaan yang terbentuk adalah : MR = P + ΔP = P (1 + Q ΔP ) ΔQ P ΔQ Dalam persamaan di atas mengandung elastisitas permintaan, yaitu : ΔQ ε it = Q = - P ΔQ ΔP P Q ΔP

34 134 sehingga penerimaan marginal dapat ditulis sebagai berikut : MR = P + Q ΔP = P (1 + Q ΔP ) = P (1-1 ) ΔQ P ΔQ ε QP Lerner, dalam pesaingan tidak sempurna, suatu perusahaan akan memaksimalkan keuntungannya atau profitnya dengan memilih tingkat output ketika biaya marginal berada pada tingkat yang sama dengan pendapatan marginal (MC = MR). Sehingga keuntungan maksimum terbentuk ketika : MR = P (1-1 ) = MC ε QP Dengan demikian, Lerner melihat tingkat kekuatan pasar bertujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk meningkatkan tingkat harga di atas biaya marginal. Hal ini dapat dijelaskan melalui persaman matematis yang dibuatnya berikut ini : P (1-1 ) = MC ε QP menjadi ; P - P = MC (ε QP ) Sehingga melalui persamaan di atas, terbentuklah persamaan Lerner yang disebut juga Lerner Index seperti di bawah ini : P - MC = 1

35 135 P (ε QP ) Sisi kiri persamaan menunjukkan selisih antara tingkat harga dengan biaya marginal yang kemudian dibagi dengan tingkat harga. Hal inilah yang menurut Lerner dapat menggambarkan kekuatan pasar suatu perusahaan. Untuk menggambarkan struktur pasar, Lerner menggunakan angka berkisar antara satu hinggal nol. Untuk pasar yang kompetitif, menandakan bahwa tingkat harga sama dengan biaya marginal, sehingga indeks Lerner bernilai nol. Sedangkan untuk pasar monopoli, indeks Lerner akan mendekati satu atau di mana dengan perhitungan tersebut menunjukkan bahwa tingkat harga akan semakin jauh perbedaannya dengan biaya marginal. Sehingga dapat disimpulkan semakin besar indeks Lerner, maka semakin besar kekuatan pasar yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Selain itu, jika ditinjau dari elastisitas permintaan, semakin besar elastisitas permintaan membuat kekuatan pasar yang dimiliki oleh perusahaan semakin besar. Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, perolehan data mengenai Marginal Cost (MC) sangat sulit. Maka para ekonom, seperti Collin-Preston pada tahun 1969, mengasumsikan industri bersifat constant return to scalei (CRTS). Hal ini menjadikan pada jangka panjang biaya marginal sama dengan biaya rata-rata (AVC atau Average Cost). Oleh sebab itu, dari perjalanan panjang indeks Lerner ini diperoleh persamaan sebagai berikut : LI = P - ΔVC

36 136 P Di mana : LI P MC = Lerner Index = Price atau harga = Marginal Cost atau biaya marjinal Persamaan di atas kemudian dikenal dengan Price-Cost Margin. Selain dengan persamaan di atas, PCM juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut : PCM = NILAI TAMBAH - UPAH OUT PUT PCM merupakan variabel standar yang digunakan untuk mendekati indeks Lerner yang digunakan mengukur seberapa besar kekuatan pasar. Sebenarnya PCM merupakan perkiraan kasar mengenai keuntungan perusahaan. Namun, karena keterbatasan data, proksi semacam ini banyak digunakan dalam studi literatur ekonomi industri, khususnya dalam pencarian hubungan antara tingkat konsentrasi dengan PCM. Para ekonom tersebut juga beranggapan bahwa PCM dapat dijadikan proksi yang baik untuk indeks Lerner. Dalam penulisan disertasi ini digunakan persamaan PCM dengan cara mengurangi nilai tambah dengan upah lalu membaginya dengan jumlah output Rasio Konsentrasi

37 137 Konsentrasi industri merupakan salah satu variabel penting untuk melihat struktur Pasar yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku suatu perusahaan. Seperti hipotesa yang dikemukakan oleh Bain, perilaku kolusi dapat terjadi jika tingkat konsentrasi yang terjadi tinggi. Dengan adanya tingkat konsentrasi yang tinggi juga akan menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan akan menjadi tinggi. Oleh sebab itu, tingkat konsentrasi merupakan variabel penting untuk mengukur PCM. Untuk mengukur tingkat konsentrasi, maka penulis akan menggunakan perhitungan CR dengan menggunakan empat perusahaan terbesar dalam perhitungannya. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : CR 4 = Out Put 4 Perusahaan Terbesar Output Industri Minimum Efficiency of Scale Salah satu proksi yang dapat digunakan untuk mengukur entry barriers adalah MES. Variabel ini merupakan kondisi di mana penambahan output yang diproduksi menyebabkan penurunan biaya produksi pada jangka panjang. Perhitungan MES yang dilakukan adalah : MES = Rata-rataOutput 4 Perusahaan terbesar (50% Output Industri) Output Industri Angka 50% dalam persamaan di atas bukanlah angka mutlak. Angka ini dapat saja melebihi 50% jika struktur pasar dalam keadaan natural monopoly.

38 Tingkat pertumbuhan permintaan CPO oleh industri minyak RBD dan RBD Olein Kondisi perekonomian yang dihadapi oleh perusahaan merupakan proksi dari kondisi makro perekonomian. Pendekatan yang digunakan sebagai tingkat permintaan ini adalah tingkat permintaan industri minyak goreng akan CPO. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : Di mana : DGROW = Yn - Y n-1 Y n-1 Y n Y n 1 = Tingkat permintaan industri minyak RDB terhadap CPO pada tahun ke n = Tingkat permintaan industri minyak RBD terhadap CPO pada tahun ke n Estimasi Model Hubungan antara PCM dengan Tingkat Konsentrasi Encau dan Jacquemin, (1980), menemukan hubungan antara PCM dengan perhitungan tingkat konsentrasi untuk suatu model oligopoli baik secara statis maupun dinamis. Dalam seluruh penelitian yang mereka lakukan ditemukan bahwa PCM memiliki hubungan yang positif dengan perhitungan tingkat konsentrasi dan berhubungan negatif dengan elastisitas permintaan. Studi lainnya yang dilakukan oleh Waterson (1984) menunjukkan hubungan antara PCM dengan tingkat konsentrasi.

39 139 Waterson menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara tingkat konsentrasi dengan PCM. Dapat disimpulkan, dalam estimasi yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin tinggi kekuatan pasar yang akhirnya akan membuat semakin tingginya tingkat keuntungan suatu perusahaan Hubungan antara PCM dengan MES Semakin tinggi MES maka akan semakin tinggi keuntungan yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh tingkat output yang meningkat seiring dengan penurunan biaya produksi pada jangka panjang. Hal ini dapat menjadikan hambatan masuk bagi pemain baru yang disebabkan mereka sulit untuk bersaing dengan pemain lama yang lebih dapat mengetahui bagaimana cara memproduksi dengan biaya yang rendah. Oleh sebab itu, peningkatan MES akan mengakibatkan tingkat keuntungan yang tinggi. Sehingga, hubungan MES dengan PCM adalah positif Hubungan PCM dengan Pertumbuhan Permintaan Semakin tinggi tingkat permintaan yang dihadapi menunjukkan pangsa pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan semakin besar. Hal ini menunjukkan kekuatan pasar yang tinggi sehingga akan mengakibatkan tingkat keuntungan yang besar. Oleh sebab itu, hubungan antara DGROW (pertumbuhan permintaan) dengan PCM adalah positif Hubungan PCM dengan Harga Internasional

40 140 Semakin tinggi harga internasional, maka akan semakin tinggi keuntungan yang dirasakan pada suatu industri. Hal ini menandakan pergerakan yang searah antara harga internasional dengan PCM Hubungan PCM dengan Harga RBD OIL, RBD OLEIN Domestik Semakin tinggi harga minyak RBD dan RBD Olein domestik maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh. Dengan kata lain, pergerakan PCM searah dengan pergerakan RBDOD dan RBDOLD Hubungan PCM dengan Variabel CPODIFF Variabel CPODIFF merupakan variabel yang ingin melihat hubungan tingkat keberagaman produk turunan CPO dalam pembentukan keuntungan pada industri kelapa sawit Malaysia. Menurut teori, semakin tingginya tingkat keberagaman produk turunan CPO Malaysia maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang tercipta Hubungan PCM dengan Variabel KURS Variabel KURS merupakan variabel yang ingin melihat hubungan tingkat nilai tukar mata uang Dolar Amerika terhadap nilai tukar mata uang Ringgit Malaysia. Menurut teori bahwa hubungan antara keuntungan industri berbanding terbalik dengan niai tukar, semakin rendah nilai tukar Ringgit Malaysia terhadap Dolar Amerika, maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh Hipotesa Hipotesa yang penulis buat untuk diuji kebenarannya adalah :

41 141 SCP dapat menjelaskan hubungan antara struktur dan kinerja dari Industri Kelapa Sawit di Malaysia, di mana : Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang terjadi Semakin besar tingkat hambatan masuk maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh Semakin besar tingkat harga internasional maka keuntungan yang diperoleh juga semakin tinggi Semakin besar tingkat harga minyak RBD domestik maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh Semakin besar tingkat harga minyak RBD Olein maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh Semakin beragam produk turunan minyak sawit Malaysia maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh Semakin lama waktu terlaksananya industri ini maka akan semakin tinggi keuntungan yang diperoleh Semakin tinggi permintaan terhadap Minyak RBD dan RBD Olein domestik maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh Semakin rendah nilai tukar Dolar Amerika terhadap Ringgit Malaysia maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh Tabel 41. Hipotesa Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel Independen

II. TINJAUAN LITERATUR TENTANG STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR. Bab ini merujuk model analisis dari teori terdahulu mengenai

II. TINJAUAN LITERATUR TENTANG STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR. Bab ini merujuk model analisis dari teori terdahulu mengenai II. TINJAUAN LITERATUR TENTANG STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR 2.1. Pendahuluan Bab ini merujuk model analisis dari teori terdahulu mengenai Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar (Structure, Conduct

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Industri Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.

Lebih terperinci

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA P E R T E M U A N 6 N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M MONOPOLI Bahasa Yunani monos polein artinya menjual sendiri Penguasaan atas produksi dan atau pemasaran

Lebih terperinci

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 ASUMSI YANG MELANDASI BENTUK-BENTUK PASAR No Asumsi-asumsi Persaingan Sempurna Monopolistik Oligopoli Monopoli 1 Banyaknya Penjual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri

Lebih terperinci

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Oligopoli: Arti & Sumbernya Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi

Lebih terperinci

Struktur Pasar dan Conduct

Struktur Pasar dan Conduct Struktur Pasar dan Conduct sayifullah Pasar? Konteks di mana para penjual dan pembeli melakukan pertukaran secara sukarela. Pasar = penawaran + permintaan. Dalam ekonomi industri, pasar = industri. 1 Permintaan

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

pada persepsi konsumen.

pada persepsi konsumen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur

Lebih terperinci

IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA. Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan

IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA. Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan IX. IMPLIKASI KEBIJAKAN BAGI PENGEMBANGAN INDUSTRI SAWIT INDONESIA 9.1. Industri Sawit Indonesia Indonesia menetapkan kebijakan pada industri kelapa sawit dan memberlakukan pajak ekspor dengan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri adalah hubungan antara Struktur-Perilaku-Kinerja atau Structure-Conduct-Performance (SCP). Hubungan

Lebih terperinci

Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada

Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada dua penjual namanya Duopoli Oligipoli Murni: apabila

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 5. Bentuk Pasar

Pertemuan Ke 5. Bentuk Pasar Pertemuan Ke 5 Bentuk Pasar Berdasarkan jumlah penjual yang ada, struktur pasar output dibedakan menjadi empat, yaitu : 1. Pasar Persaingan Sempurna (perfect competitive market) : pasar dengan jumlah penjual

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak

III. KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Permintaan Jagung dan Penawaran Pakan Ternak Perusahaan adalah satu unit teknis dimana output dihasilkan, karena itu perusahaan adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

Materi 8 Ekonomi Mikro

Materi 8 Ekonomi Mikro Materi 8 Ekonomi Mikro Pasar Persaingan Sempurna Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami metode dan model pasar persaingan sempurna dalam : Karakteristik Pasar Persaingan Sempurna,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA Oleh: Endi Rekarti & Mafizatun Nurhayati 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian

Kinerja Pasar Komoditas Pertanian 8 informal kelompok yang mempengaruhi daya tawar dan ketersedian informasi harga serta dampaknya pada harga yang berlaku. Analisis berikutnya yaitu mekanisme penentuan harga, faktor yang mempengaruhi penetapan

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI

STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI STRUKTUR PASAR PERSAINGAN MONOPOLI TIU : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat memahami tentang konsep pasar persaingan monopoli, mampu menghitung tingkat harga baik dalam jangka pendek dan jangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Struktur Pasar Struktur Pasar menurut Undang-Undang No 5 tahun 1995 adalah keadaan pasar yang memberi petunjuk tentang aspek yang memiliki pengaruh penting

Lebih terperinci

Materi 11 Ekonomi Mikro

Materi 11 Ekonomi Mikro Materi 11 Ekonomi Mikro Pasar Oligopoli Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami : - Ruang Lingkup Pasar Oligopoli - Karakteristik Pasar Olipogoli - Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka

Lebih terperinci

MODEL OLIGOPOLI DASAR

MODEL OLIGOPOLI DASAR MAKALAH MODEL OLIGOPOLI DASAR DISUSUN OLEH : FIFI APRILIA NURUL AINI NIM: 041624253005/ KELAS B TUSTA CITTA IHTISAN TRI PRASIDYA NIM: 041624253009/ KELAS B SESILIA ADRIANA ARIF NIM: 041624253012/ KELAS

Lebih terperinci

Persaingan Usaha Pendekatan Ekonomi

Persaingan Usaha Pendekatan Ekonomi Persaingan Usaha Pendekatan Ekonomi The Wealth of Nation: Adam Smith The Invisible Hand - laissez faire (allow to do) Bagaimana pasar bekerja? Apa yang terjadi bila pasar terdistorsi? Pendapat Thomas Jefferson

Lebih terperinci

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama)

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) Dosen Pengasuh: Khairul Amri, SE. M.Si Bacaan Dianjurkan: Wihana Kirana Jaya, 2008. Ekonomi Industri, BPFE-UGM Yogyakarta. Mudrajat Kuncoro, 2012. Ekonomika Aglomerasi,

Lebih terperinci

monopolistik - Pasar oligopoli

monopolistik - Pasar oligopoli STRUKTUR PASAR Ari Darmawan, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawan_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. STRUKTUR PASAR - Pasar persaingan sempurna - Pasar monopoli - Pasar persaingan monopolistik - Pasar oligopoli

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Materi Presentasi. Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopoli Pasar Monopolistis Pasar Oligopoli. Sayifullah, SE., M.

TEORI PASAR. Materi Presentasi. Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopoli Pasar Monopolistis Pasar Oligopoli. Sayifullah, SE., M. TEORI PASAR Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Pasar Persaingan Sempurna Pasar Monopoli Pasar Monopolistis Pasar Oligopoli 1 Teori Pasar Pasar Persaingan Sempurna Pasar Persaingan Tidak Sempurna

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR & LABA MAKSIMUM

STRUKTUR PASAR & LABA MAKSIMUM STRUKTUR PASAR & LABA MAKSIMUM Lecturer Notes by Rini Setyo W, SE.MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Pasar Adalah suatu institusi atau badan yg menjalankan aktivitas jual beli barang 2 dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pada

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pada periode 2011-2013,

Lebih terperinci

Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 10 Struktur Pasar: Pasar Persaingan Sempurna, Monopoli & Monopolistik 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Struktur Pasar & Tingkat Persaingan Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang

Lebih terperinci

Struktur, Pengukuran dan Perilaku Oligopoli

Struktur, Pengukuran dan Perilaku Oligopoli Struktur, Pengukuran dan Perilaku Oligopoli Sayifullah Istilah Oligopoli Istilah oligopoli telah digunakan oleh Chamberlin (1927) dan Cournot (1938). Adam Smith dan Machlup few-sellers (jumlah penjual

Lebih terperinci

Persaingan Monopolistik dan Oligopoli. Abd. Jamal, S.E., M.Si

Persaingan Monopolistik dan Oligopoli. Abd. Jamal, S.E., M.Si Persaingan Monopolistik dan Oligopoli Abd. Jamal, S.E., M.Si http://abdjamal1966.wordpress.com abdjamal@doctor.com abdjml@aim.com Jenis Struktur Pasar 1. Persaingan Monopoli (Monopolistic Competition)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang perlunya pengorganisasian pasar dan bagaimana pengorganisasian

Lebih terperinci

Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi oleh struktur pasarnya Pasar: terdiri atas pembeli dan penjual aktual maupun

Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi oleh struktur pasarnya Pasar: terdiri atas pembeli dan penjual aktual maupun Proses dimana tingkat harga dan output ditentukan sangat dipengaruhi oleh struktur pasarnya Pasar: terdiri atas pembeli dan penjual aktual maupun potensial suatu produk tertentu Struktur Pasar: mengacu

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia Struktur pasar dapat dianalisis dengan tiga pokok elemen, yaitu nilai pangsa pasar, konsentrasi rasio empat perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA POSISI PERUSAHAAN SAAT INI

ANALISA POSISI PERUSAHAAN SAAT INI ANALISA POSISI PERUSAHAAN SAAT INI Analisis Daya Tarik dan Daya Saing Perusahaan Konsep Daya saing Dalam ekonomi, daya saing pada tingkat mikro (perusahaan firm level) sering diartikan sebagai : Kemampuan

Lebih terperinci

Analisis Industri Telekomunikasi di Indonesia

Analisis Industri Telekomunikasi di Indonesia Volume 9 Number 1 2010 1. Pendahuluan Abstrak Analisis Industri Telekomunikasi di Indonesia Erlinda Muslim Rahmat Nurcahyo Aziz Priyanto Nanda Prasetya Niftahuljanah Departemen Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Pasar Persaingan Monopolistik

Pasar Persaingan Monopolistik Pasar Persaingan Monopolistik Adalah struktur pasar di mana terdapat cukup banyak perusahaan yang menjual produk-produk yang mirip satu sama lain, namun tidak identik. Teori pasar persaingan monopolistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR II.1 Monopoli Sebuah perusahaan disebut melakukan monopoli apabila perusahaan tersebut menjadi satu satunya penjual produk di pasar, dan produk tersebut sendiri tidak memiliki

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini membahas beberapa teori yang akan menjadi karangka acuan atau dasar analisis skripsi ini. Pembahasan teori dilakukan agar dapat memahami secara mendalam pengusaan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gula dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu gula putih (white plantation), gula

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gula dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu gula putih (white plantation), gula BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Keputusan Presiden tahun 2004 tentang pergulaan, dalam pasal 1, menetapkan bahwa gula dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu gula putih (white plantation), gula

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 4, # 88 -

Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 4, # 88 - Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and ertloff 4 th ed. 2005 Chapter 4, # 88 - Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and ertloff 4 th ed. 2005 Chapter 4, # 88 - Monopoli

Lebih terperinci

Perusahaan, Produksi, dan Biaya

Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan adalah kesatuan teknis, yang bertujuan untuk menghasilkan benda-benda atau jasa. Perusahaan ingin mencapai laba setinggi mungkin. Pengertian sehari-hari, laba

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Pengertian Industri Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN 23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),

Lebih terperinci

PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK

PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK Pasar Persaingan Monopolistik Adalah struktur pasar di mana terdapat cukup banyak perusahaan yang menjual produk-produk yang mirip satu sama lain, namun tidak identik. Teori

Lebih terperinci

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 65 VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 090210 Komoditi teh dengan kode HS 090210 merupakan teh hijau yang

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Pasar. Categories : Bentuk-Bentuk Pasar. ekonomi.

Bentuk-Bentuk Pasar. Categories : Bentuk-Bentuk Pasar. ekonomi. http://www.plengdut.com/2013/01/bentuk-bentuk-pasar.html Bentuk-Bentuk Pasar Diposkan oleh irmawan hadi saputra di 7:29 PM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Categories : Bentuk-Bentuk

Lebih terperinci

Kuliah ke-9. Persaingan Monopolistik & Oligopoli

Kuliah ke-9. Persaingan Monopolistik & Oligopoli Kuliah ke-9 Persaingan Monopolistik & Oligopoli Persaingan Monopolistik Definisi Pasar Persaingan Monopolistik adalah pasar yang di dalamnya terdapat beberapa penjual, dengan free entry dan free exit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bain (1951). Paradigma SCP mengatakan ada hubungan yang bersifat kausal antara

BAB I PENDAHULUAN. pasar, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bain (1951). Paradigma SCP mengatakan ada hubungan yang bersifat kausal antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma structure-conduct-performance (SCP) pertama kali dikemukakan oleh Mason (1939) dari konsep ekonomi mengenai struktur pasar, dan kemudian dikembangkan lebih

Lebih terperinci

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA Struktur Pasar Faktor-faktor yang membedakan bentuk pasar 1. Ciri-ciri barang yang dihasilkan 2. Banyaknya perusahaan dalam industri 3. Tingkat kesulitan perusahaan baru dalam

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi

TEORI PASAR. Pengantar Ilmu Ekonomi TEORI PASAR Pengantar Ilmu Ekonomi Pasar Secara Sederhana Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Secara Luas (W.J. Stanton ) orang-orang yang mempunyai

Lebih terperinci

Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24

Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24 Perbuatan atau Kegiatan yang Dilarang Pasal 17 24 Defenisi Praktek Monopoli: pemusatan kekuatan ekonomi (penguasaan yang nyata atas suatu pasar yang relevan) sehingga dapat menentukan harga barang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR. II.1 Karakteristik Industri Jasa Pemotongan Hewan DKI Jakarta

BAB II TINJAUAN LITERATUR. II.1 Karakteristik Industri Jasa Pemotongan Hewan DKI Jakarta BAB II TINJAUAN LITERATUR II.1 Karakteristik Industri Jasa Pemotongan Hewan DKI Jakarta Rumah Pemotongan Hewan atau yang lebih dikenal dengan RPH merupakan suatu industri jasa yang mempunyai peran penting

Lebih terperinci

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

ANALISIS INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA DENGAN METODE STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE SKRIPSI

ANALISIS INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA DENGAN METODE STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE SKRIPSI ANALISIS INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA DENGAN METODE STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik ANANDITA LAKSMI WARDHANI 04 04 070085

Lebih terperinci

November 1, 2012 DIE-FEUI. Kuliah ke-8: Monopoli dan Monopsoni. Rus an Nasrudin. Outline. Kekuatan Pasar. Sumber Konsekuensi dari Monopoli Monopoli

November 1, 2012 DIE-FEUI. Kuliah ke-8: Monopoli dan Monopsoni. Rus an Nasrudin. Outline. Kekuatan Pasar. Sumber Konsekuensi dari Monopoli Monopoli dan Pasar: dan DIE-FEUI November 1, 2012 dan Pasar: 1 2 3 dengan : Rujukan dan Pasar: Pindyck Bab 10 dan Bab 11 Apa itu monopoli dan apa itu kekuatan pasar? dan Pasar: Struktur pasar yang hanya terdiri

Lebih terperinci

Pertemuan 5: Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 3, # 73-85

Pertemuan 5: Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed Chapter 3, # 73-85 Pertemuan 5: Entry dan exit Referensi utama: Modern Industrial Organization Carlton and Pertloff 4 th ed. 2005 Chapter 3, # 73-85 Halangan untuk Entry pada beberapa negara (sumber: Djankov, et al. 2002)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP

STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP STRUKTUR PASAR DAN STRATEGI PENETAPAN HARGA Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Suhardi, S.Pt.,MP Materi : Pengertian Struktur Pasar Bentuk Pasar Maksimisasi Keuntungan Metode

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas promosi..., Grace Tania, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas promosi..., Grace Tania, FE UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan atau bentuk usaha memiliki tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dengan berbagai cara dan strategi untuk mencapainya. Promosi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu pilar pembangunan yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu pilar pembangunan yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai sebuah negara agraris yang sedang berkembang dan dalam suasana pergaulan antar bangsa yang memasuki millennium ketiga ini, sepantasnya sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN KINERJA INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

ANALISIS STRUKTUR DAN KINERJA INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA ANALISIS STRUKTUR DAN KINERJA INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA Erlinda Muslim 1, Anandita Laksmi Wardhani 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Makalah Pasar Oligopoli

Makalah Pasar Oligopoli Makalah Pasar Oligopoli BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Pasar merupakan tulang punggung perekonomian masyakat, baik masyarakat yang berada dikalangan kelas bawah ataupun masyarakat yang berada

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO Widiastuti *) Kepala Bagian Pengembangan Pasar, BAPPEBTI Pengantar redaksi: Tahun 2010, lalu, Biro Analisa Pasar, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak goreng kelapa sawit berasal dari kelapa sawit yaitu sejenis tanaman keras yang digunakan sebagai salah satu sumber penghasil

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 14Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Struktur Pasar Oligopoli Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen Pengertian Pasar Oligopoli Pasar Oligopoli adalah : struktur

Lebih terperinci

Persaingan Sempurna Persaingan Monopolistik Oligopoli Monopoli

Persaingan Sempurna Persaingan Monopolistik Oligopoli Monopoli Struktur Pasar POKOK BAHASAN Struktur Pasar dan Tingkat Persaingan Pasar Persaingan Sempurna Arti dan Nilai Penting Persaingan Sempurna Penentuan Harga dan Output Analisis Jangka Pendek & Kurva Penawaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai

Lebih terperinci

Struktur dan kinerja industri warung internet di kota Surakarta tahun Oleh: Wisnu Yudananto F BAB I PENDAHULUAN

Struktur dan kinerja industri warung internet di kota Surakarta tahun Oleh: Wisnu Yudananto F BAB I PENDAHULUAN 1 Struktur dan kinerja industri warung internet di kota Surakarta tahun 2004 Oleh: Wisnu Yudananto F.0100069 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini kebutuhan manusia tidak terbatas kepada

Lebih terperinci

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Bab 9: Oligopoli dan Arsitektur Perusahaan Pokok Bahasan Oligopoli dan Konsentrasi Pasar Model Oligopoli Implikasi Efisiensi Oligopoli Model Maksimisasi Penjualan

Lebih terperinci

Kuliah V-Analisis Perilaku Produsen: Biaya Produksi

Kuliah V-Analisis Perilaku Produsen: Biaya Produksi Kuliah V-Analisis Perilaku Produsen: Biaya Produksi DIE-FEUI March 13, 2013 1 Beberapa Definisi Ukuran SR vs LR Ilustrasi 2 Biaya dalam jangka pendek Kurva biaya dalam jangka pendek Antara AC dan MC 3

Lebih terperinci

Teori Pasar Persaingan.

Teori Pasar Persaingan. Teori Pasar Persaingan www.aeunike.lecture.ub.ac.id Kondisi ekstrim 1 perfect competition >>> jumlah perusahaan banyak namun kemampuan sangat kecil untuk mempengaruhi harga pasar. Kondisi ekstrim 2 Monopoli

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM

DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM Pricing practice DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM MR MR PENETAPAN HARGA BERBAGAI PRODUK Penetapan Harga Produk Dengan Permintaan Saling Berhubungan Permintaan hubungan timbal balik mempengaruhi penentuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan yang ada dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan yang ada dapat disimpulkan sebagai berikut: 104 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sesuai Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan maka jawaban atas permasalahan yang ada dapat disimpulkan sebagai berikut: 5.1.1 Bahwa perilaku concerted action

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.. Penurunan Fungsi Produksi Pupuk Perilaku produsen pupuk adalah berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika keuntungan produsen dinotasikan dengan π, total biaya (TC) terdiri

Lebih terperinci

TEORI PASAR. Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta

TEORI PASAR. Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta TEORI PASAR Wawong Dwi Ratminah Prodi Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta PASAR Secara Sederhana : Tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa.

Lebih terperinci

Pasar adalah tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan transaksi jual/beli

Pasar adalah tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan transaksi jual/beli TEORI EKONOMI MIKRO Pasar adalah tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan transaksi jual/beli Sebuah pasar dapat terjadi jika terdapat

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

Struktur pasar dan karakteristik pasar persaingan sempurna

Struktur pasar dan karakteristik pasar persaingan sempurna BAB 5 PASAR PERSAINGAN 1. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA Struktur pasar dan karakteristik pasar persaingan sempurna Dalam kegiatan dunia usaha, kita melihat banyak perusahaan yang menjual produk tertentu. Ketika

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dilema serta kontroversial. Industri rokok kretek memegang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dilema serta kontroversial. Industri rokok kretek memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan industri rokok khususnya rokok kretek di Indonesia semakin menimbulkan dilema serta kontroversial. Industri rokok kretek memegang peranan dalam perekonomian

Lebih terperinci

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Bab 8: Struktur Pasar Pokok Bahasan Struktur Pasar dan Tingkat Persaingan Pasar Persaingan Sempurna Arti dan Nilai Penting Persaingan Sempurna Penentuan Harga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan

Lebih terperinci

Definisi Pasar Monopoli

Definisi Pasar Monopoli Struktur Pasar Definisi Pasar Monopoli suatu bentuk pasar dimana dalam suatu industri hanya terdapat sebuah perusahaan dan produk yang dihasilkan tidak memiliki pengganti yang sempurna Karakteristik Pasar

Lebih terperinci

MAKALAH EKONOMI MIKRO PASAR OLIGOPOLI SYARI TRI MULIA DOSEN : SUGIS PANCA YANARTI

MAKALAH EKONOMI MIKRO PASAR OLIGOPOLI SYARI TRI MULIA DOSEN : SUGIS PANCA YANARTI MAKALAH EKONOMI MIKRO PASAR OLIGOPOLI SYARI TRI MULIA 110610009 DOSEN : SUGIS PANCA YANARTI UNIVERSITAS PUTERA BATAM 2012 PUTERA BATAM EKONOMI MIKRO 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur marilah kita panjatkan

Lebih terperinci

ANALISIS INDUSTRI TELEKOMUNIKASI SELULER BIDANG JASA KOMUNIKASI BERGERAK ( GSM ) DENGAN PENDEKATAN STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE

ANALISIS INDUSTRI TELEKOMUNIKASI SELULER BIDANG JASA KOMUNIKASI BERGERAK ( GSM ) DENGAN PENDEKATAN STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE ANALISIS INDUSTRI TELEKOMUNIKASI SELULER BIDANG JASA KOMUNIKASI BERGERAK ( GSM ) DENGAN PENDEKATAN STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE Erlinda Muslim 1, Nanda Prasetya Taswanda 2 Departemen Teknik Industri,

Lebih terperinci