VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS
|
|
- Hartono Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 65 VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS Komoditi teh dengan kode HS merupakan teh hijau yang difermentasi dikemas 3 kg. Berdasarkan data untuk HS selama lima tahun, menghasilkan nilai rataan HI sebesar 3353 dan nilai rataan CR4 sebesar 72,43 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pasar teh hijau HS memiliki tingkat konsentrasi pasar tinggi karena nilai Indeks Herfindahl berkisar antara 3184 hingga Namun, nilai rataan rasio konsentrasi CR4 menunjukkan tingkat konsentrasi pasar sedang. Perkembangan nilai HI dan rasio konsentrasi komoditi teh HS dapat terlihat pada tabel 19. Tabel 19. Nilai Herfindahl Index dan Rasio Konsentrasi Komoditi Teh Hijau HS Tahun Komoditi Teh HS Herfindahl Index Tahun Jumlah Eksportir Nilai Herfindahl Index (HI) Nilai Rasio Konsentrasi (CR4) (Negara) , , , , ,69 Rata-rata ,43 Jumlah negara yang terlibat dalam pasar teh hijau HS selalu berubah-ubah dalam lima tahun terakhir yang terdiri dari kisaran 98 negara hingga 104 negara, masing-masing negara tersebut memiliki market share yang rendah, hanya beberapa negara saja yang mempunyai market share cukup tinggi. Untuk komoditi ini, nilai Indeks Herfindahl tidak terlalu mengalami perubahan yang
2 berarti karena nilai HI berada pada kisaran 3184 hingga 3728, dengan nilai rataan HI sebesar 3353 yang menunjukkan tingkat konsentrasi pasar tinggi. Nilai CR4 selama lima tahun terakhir berada dalam kisaran 70,39 persen hingga 73,96 persen dengan rataan 72,43 persen. Dengan demikian konsentrasi pasar dapat berada dalam tingkatan sedang, namun nilai CR4 cenderung mengalami penurunan. Pada akhirnya dengan menggunakan nilai rataan HI dan CR4, kedua alat ukur memberikan kesimpulan yang berbeda. Berdasarkan nilai HI, pasar teh hijau HS menunjukkan tingkat konsentrasi yang tinggi, sedangkan nilai CR4 menunjukkan bahwa pasar teh hijau HS memiliki tingkat konsentrasi sedang. Konsentrasi pasar yang tinggi seharusnya mengarah pada bentuk pasar monopoli, namun kenyataannya adalah negara-negara dengan pangsa pasar terbesar tidak menguasai pasar yang mendekati 100 persen, sehingga bentuk pasar yang mungkin adalah oligopoli dengan pemimpin kekuatan pasar monopoli. Tabel 20. Pangsa Pasar Produsen Teh Hijau HS Terbesar di Pasar Internasional Periode Negara Cina 59,74 55,17 55,64 54,43 55,95 Inggris 9,25 9,88 12,49 12,11 8,46 Jerman 3,09 3,74 3,02 3,63 4,24 USA 1,88 1,60 2,06 2,72 3,04 Penguasaan pasar sesuai hasil concentration ratio selama lima tahun terakhir dipegang oleh negara Cina, Inggris, Jerman dan Amerika Serikat. Keempat negara tersebut selama kurun waktu 2001 hingga 2005 menguasai lebih dari 70 persen pangsa pasar di seluruh dunia. Cina menjadi penguasa pangsa pasar terbesar selama lima tahun terakhir. Demikian pula dengan Inggris yang selalu menjadi peringkat kedua setelah Cina, namun terjadi penurunan pangsa pasar 66
3 67 yang diperoleh. Setelah itu disusul dengan Jerman di peringkat ketiga setelah Inggris dengan pangsa pasar yang cenderung mengalami peningkatan. Berbeda halnya dengan Amerika Serikat yang menunjukkan perubahan positif pada pangsa pasarnya yang mengalami peningkatan tiap tahunnya walaupun sedikit. Menurut Kirana (2001), suatu negara dikatakan dominan bila suatu negara menguasai 40 persen pangsa pasar. Sementara pangsa pasar negara terbesar lainnya kurang dari separuh negara dominan tersebut. Semakin besar pangsa pasar negara dominan, semakin dekat negara itu untuk menjadi negara monopoli murni. Jika suatu negara menguasai pangsa pasar yang sangat tinggi yaitu diatas 50 persen dan tidak ada persaingan yang berarti, ini menandakan kekuatan pasar negara itu juga besar. Pada komoditi teh hijau ini penguasa pangsa pasar terbesar diraih oleh Cina dengan rataan pangsa pasar periode sebesar 56,2 persen. Dalam hal ini negara Cina merupakan negara dominan dalam pasar teh hijau HS , sehingga semakin dekat pula kemungkinan Cina untuk memonopoli pasar teh hijau ini. Hal ini merupakan ancaman yang serius karena terbukanya kesempatan persaingan yang tidak sehat. Negara dengan tipe pasar dominan seperti ini yaitu Cina mempunyai dua pengaruh terhadap harga seperti halnya monopoli murni. Kedua pengaruh tersebut yaitu: (1) Dapat menaikkan tingkat harga, seringkali (meskipun tidak selalu) untuk memperoleh keuntungan lebih (2) Dapat menggunakan diskriminasi harga.
4 6.2 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS Komoditi teh dengan kode HS merupakan teh hijau yang difermentasi dikemas 3 kg. Dari perhitungan Herfindahl Index (HI) dari tahun 2001 sampai tahun 2005 diketahui bahwa nilai HI komoditi teh hijau HS berada dalam kisaran 6078 hingga 7477 dengan rataan sebesar Hal ini menunjukkan bahwa pasar komoditi teh hijau HS dunia memiliki tingkat konsentrasi tinggi karena memiliki nilai HI diantara 1800 hingga Tabel 21. Nilai Herfindahl Index dan Rasio Konsentrasi Komoditi Teh Hijau HS Tahun Komoditi Teh HS Herfindahl Index Tahun Jumlah Eksportir Nilai Herfindahl Index (HI) Nilai Rasio Konsentrasi (CR4) (Negara) , , , , ,73 Rata-rata ,74 Pasar komoditi komoditi teh hijau HS menunjukkan struktur pasar monopoli atau sedikit monopoli yang cenderung oligopoli. Hal ini terlihat dari nilai Indeks Herfindahl yang relatif tinggi dan jumlah negara yang terlibat dalam pasar banyak. Jumlah negara yang terlibat dalam pasar komoditi teh hijau HS tidak terlalu mengalami perubahan yang signifikan tiap tahunnya. Jumlah negara eksportir teh hijau HS selama kurun waktu 2001 hingga 2005 berkisar dari 89 hingga 95 negara. Rasio tingkat konsentrasi yang ditunjukkan dengan nilai CR4 memperlihatkan kecenderungan dimana empat negara produsen terbesar menguasai lebih dari 80 persen pangsa pasar selama periode tahun 2001 sampai 68
5 69 tahun Nilai CR4 selama lima tahun berada dalam kisaran 84,60 persen hingga 86,91 persen dengan rataan 85,74 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa komoditi teh hijau HS berada dalam pasar dengan struktur pasar persaingan monopoli. Berdasarkan hasil Herfindahl Index (HI) dan Consentration Ratio (CR4) memberikan kesimpulan bahwa pasar komoditi teh hijau HS di pasar internasional memiliki tingkat konsentrasi tinggi yaitu pasar dengan struktur pasar monopoli. Namun tidak mungkin dalam suatu pasar terjadi ukuran konsentrasi yang benar-benar sempurna. Jadi bentuk pasar yang mungkin untuk komoditi ini adalah struktur pasar oligopoli dengan pemimpin kekuatan pasar monopoli. Selama periode 2001 hingga 2005 pasar didominasi oleh negara Cina, Jerman, Jepang, serta Tanzania. Keempat negara tersebut dalam kurun waktu tersebut menguasai lebih dari 84 persen pangsa pasar di dunia. Cina memiliki pangsa pasar tertinggi dalam komoditi teh hijau HS selama lima tahun terakhir dengan rataan penguasaan pangsa pasar 77,2 persen selama kurun waktu tersebut, namun perubahan pangsa pasarnya cenderung menurun. Pada komoditi ini penguasa pangsa pasar terbesar yaitu negara Cina menguasai pangsa pasar dunia dengan rataan selama lima tahun terakhir sebesar 77,2 persen. Hal ini mengindikasikan Cina tidak memiliki saingan berarti yang menandakan kekuatan pasar negara Cina juga besar. Negara Cina dengan pangsa pasar yang mendekati 100 persen, maka taraf kekuatan yang dihadapi Cina meningkat seperti pada taraf monopoli. Dengan struktur pasar yang dimiliki Cina maka akan terbukanya kesempatan persaingan yang tidak sehat, karena Cina memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga seperti pada persaingan monopoli.
6 Tabel 22. Pangsa Pasar Produsen Teh Hijau HS Terbesar di Pasar Internasional Periode Negara Cina 81,56 77,69 74,99 77,19 74,59 Jerman 3,83 4,91 6,45 5,70 6,84 Jepang 1,50 1,94 1,87 2,16 2,67 Tanzania 0,03 0,06 1,45 1,64 1, Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hitam HS Berdasarkan data ekspor komoditi teh hitam HS di pasar internasional selama lima tahun, didapatkan nilai rataan HI sebesar 1671,8 dan nilai rataan CR4 sebesar 71,73 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pasar komoditi teh hitam HS dunia memiliki tingkat konsentrasi sedang karena nilai HI diantara 1000 hingga 1800 dan nilai CR4 berada diantara 50 hingga 80 persen. Nilai HI selama lima tahun berada dalam kisaran 1489 hingga 1806 dengan rataan 1671,8, sedangkan nilai CR4 selama lima tahun berada dalam kisaran 69,49 persen hingga 72,72 persen dengan rataan 71,73 persen. Rasio tingkat konsentrasi yang ditunjukkan dengan nilai CR4 memperlihatkan kecenderungan dimana empat negara produsen terbesar menguasai lebih dari 69 persen pangsa pasar selama periode tahun 2001 hingga tahun Hal ini memperlihatkan bahwa komoditi teh hitam HS berada pada konsentrasi pasar sedang. Berdasarkan hasil Herfindahl Index (HI) dan Consentration Ratio (CR4) memberikan kesimpulan bahwa pasar komoditi teh hitam HS di pasar internasional memiliki tingkat konsentrasi sedang yaitu pasar dengan struktur pasar lebih banyak oligopoli. 70
7 Tabel 23. Nilai Herfindahl Index dan Rasio Konsentrasi Komoditi Teh Hitam HS Tahun Komoditi Teh HS Herfindahl Index Tahun Jumlah Eksportir Nilai Herfindahl Index (HI) Nilai Rasio Konsentrasi (CR4) (Negara) , , , , ,84 Rata-rata 1671,8 71,73 Pangsa pasar komoditi teh hitam HS selama lima tahun terakhir dikuasai oleh negara Sri Lanka, Inggris, India serta Belgia. Sebanyak lebih dari 69 persen pangsa pasar dunia dikuasai oleh keempat negara tersebut. Pangsa pasar tertinggi dipegang oleh Sri Lanka yang perubahan pangsa pasarnya menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Inggris menduduki peringkat kedua setelah Sri Lanka. Setelah negara Inggris terdapat negara India yang perkembangan pangsa pasarnya tiap tahun mengalami penurunan, jika hal seperti ini terus berlanjut bukan tidak mungkin India akan disusul oleh Belgia. Peringkat keempat adalah Belgia, perkembangannya di pasar teh hitam HS berfluktuasi. Tabel 24. Pangsa Pasar Produsen Teh Hitam HS Terbesar di Pasar Internasional Periode Negara Sri Lanka 32,24 32,39 33,33 32,68 37,52 Inggris 15,63 19,02 22,11 24,08 20,67 India 19,37 12,61 11,51 11,01 8,43 Belgia 4,68 5,46 5,73 4,95 5,21 Menurut Kirana (2001), ciri dari struktur pasar oligopoli ketat adalah jika terdapat penggabungan empat perusahaan atau negara yang memiliki pangsa pasar persen. Kesepakatan di antara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah. Pasar komoditi teh hitam HS adalah pasar dengan struktur 71
8 72 oligopoli ketat, karena empat negara produsen teh terbesar menguasai pangsa pasar lebih dari 69 persen. Struktur pasar seperti ini memicu terjadinya persaingan tidak sehat yaitu kolusi. Kolusi ini dimaksudkan agar mereka dapat mempertahankan keuntungan yang sudah didapat selama ini, bahkan kolusi ini juga dapat dilakukan untuk memperkuat posisi tawar. Hal seperti ini merupakan ancaman serius bagi negara-negara produsen teh yang pangsa pasarnya rendah seperti Indonesia. 6.4 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hitam HS Komoditi teh hitam HS merupakan komoditi teh hitam (difermentasi dan teh difermentasi sebagian) dikemas dalam kemasan 3 kg, struktur pasar komoditi tersebut dapat dilihat pada Tabel 25. Dari hasil perhitungan nilai Herfindahl Index (HI) dan Concentration Ratio (CR4) untuk komoditi teh hitam HS dari tahun 2001 sampai tahun 2005 dapat terlihat bahwa kisaran nilai HI berada pada 1591 sampai 2167 dengan rataan sebesar 1866,2. dari rataan HI tersebut maka dapat diidentifikasi bahwa struktur persaingan komoditi teh hitam HS berada pada tingkat konsentrasi tinggi pasar yang mungkin untuk konsentrasi tinggi adalah struktur pasar persaingan monopoli atau sedikit monopoli cenderung oligopoli. Rasio tingkat konsentrasi yang ditunjukkan dengan nilai CR4 memperlihatkan kecenderungan dimana empat negara produsen terbesar menguasai lebih dari 60 persen sampai lebih dari 90 persen pasar selama periode tahun 2001 sampai tahun Nilai CR4 selama lima tahun berada dalam kisaran 67,45 persen hingga 94,88 persen dengan rataan 77,87 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa komoditi teh hitam HS berada dalam konsentrasi
9 pasar sedang dengan struktur pasar persaingan oligopoli. Pada tahun 2001 sampai tahun 2004, nilai CR4 menunjukkan konsentrasi sedang, bentuk pasarnya adalah struktur pasar persaingan oligopoli. Sedangkan pada tahun 2005 nilai CR4 menunjukkan konsentrasi pasar tinggi dengan bentuk struktur pasar monopoli. Tabel 25. Nilai Herfindahl Index dan Rasio Konsentrasi Komoditi Teh Hitam HS Tahun Komoditi Teh HS Herfindahl Index Tahun Jumlah Eksportir Nilai Herfindahl Index (HI) Nilai Rasio Konsentrasi (CR4) (Negara) , , , , ,88 Rata-rata 1866,2 77,87 Berdasarkan hasil Herfindahl Index (HI) dan Consentration Ratio (CR4), kedua alat ukur memberikan kesimpulan yang berbeda. Nilai HI pasar teh hitam HS menunjukkan tingkat konsentrasi yang tinggi, sedangkan nilai CR4 menunjukkan bahwa pasar teh hitam HS memiliki tingkat konsentrasi sedang. Konsentrasi tinggi seharusnya mengarah pada bentuk pasar monopoli, namun pada kenyataannya adalah negara-negara dengan pangsa pasar terbesar tidak menguasai pasar yang mendekati 100 persen, sehingga bentuk pasar yang mungkin adalah bentuk pasar dengan struktur oligopoli dengan pemimpin kekuatan pasar monopoli. Penguasaan pasar komoditi teh hitam HS selama lima tahun terakhir dipegang oleh negara Sri Lanka, Kenya, India dan Cina. Keempat negara tersebut selama kurun waktu 2001 hingga 2005 menguasai lebih dari 60 persen bahkan lebih dari 90 persen pangsa pasar di seluruh dunia. Sri Lanka dan Kenya 73
10 saling bersaing menjadi penguasa pangsa pasar teh hitam HS terbesar. Sri Lanka dalam perkembangan pangsa pasarnya cenderung mengalami peningkatan, sedangkan Kenya perkembangan pangsa pasarnya cenderung mengalami penurunan. Setelah Kenya terdapat negara India, negara ini menunjukkan perkembangan yang positif dengan nilai pangsa pasar yang cenderung meningkat terutama pada tahun Sedangkan Cina menunjukkan laju pertumbuhan yang positif namun perkembangannya tidak terlalu signifikan. Pasar komoditi teh hitam HS adalah pasar dengan struktur oligopoli ketat, karena empat negara produsen teh terbesar menguasai pangsa pasar lebih dari 60 persen. Struktur pasar seperti ini memicu terjadinya persaingan tidak sehat yaitu kolusi. Kolusi ini dimaksudkan agar mereka dapat mempertahankan keuntungan yang sudah didapat selama ini, bahkan kolusi ini juga dapat dilakukan untuk memperkuat posisi tawar. Hal seperti ini merupakan ancaman serius bagi negara-negara produsen teh yang pangsa pasarnya rendah seperti Indonesia. Tabel 26. Pangsa Pasar Produsen Teh Hitam HS Terbesar di Pasar Internasional Periode Negara Sri Lanka 26,67 31,45 24,81 26,99 38,05 Kenya 29,61 11,09 30,87 27,50 25,53 India 12,22 18,05 15,03 16,90 24,15 Cina 6,12 6,86 5,12 5,17 7,15 74
VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan
VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL 7.1. Pangsa Pasar Karet Alam Dalam rangka mengetahui struktur pasar karet alam yang terbentuk dalam perdagangan karet alam di pasar internasional,
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.
54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang
Lebih terperinciIX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan
IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Simpulan 1) Perdagangan Tuna Indonesia di Pasar Dunia, Jepang, USA, dan Korea Selatan : a. Peringkat Indonesia sebagai eksportir tuna baik secara total maupun berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Disusun Oleh : SRI ANNA FEBRIYANTHI A
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Disusun Oleh : SRI ANNA FEBRIYANTHI A14303077 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBER DAYA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
Lebih terperinciAGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : ISSN :
AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : 60 66 ISSN : 1411-1063 STRUKTUR PASAR DAN KEDUDUKAN INDONESIA PADA PERDAGANGAN TUNA OLAHAN DI PASAR DUNIA, JEPANG DAN USA Sri Hidayati Akademi Pertanian HKTI Banyumas
Lebih terperinciStruktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan
Struktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan Sri Hidayati Akademi Pertanian HKTI Banyumas Email : hidayati_sree@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber seperti Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian,
Lebih terperinciSTRUCTURE OF THE MARKET AND INDONESIA S STATUS AS FRESH AND FROZEN TUNA S EXPORTER IN WORD MARKETS, WHICH ARE JAPAN, USA, AND REP OF KOREA
STRUCTURE OF THE MARKET AND INDONESIA S STATUS AS FRESH AND FROZEN TUNA S EXPORTER IN WORD MARKETS, WHICH ARE JAPAN, USA, AND REP OF KOREA STRUKTUR PASAR DAN PERINGKAT INDONESIA PADA PERDAGANGAN TUNA SEGAR
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan
III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh merupakan salah satu komoditi yang telah lama di kembangkan di Indonesia. Teh pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor perkebunan. Besarnya
Lebih terperinciV. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN
143 V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 1989-2008 Tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui posisi daya saing Indonesia dan Thailand dalam mengekspor udang ketiga pasar utama akan dilakukan menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut
Lebih terperinciPROSIDING ISSN: E-ISSN:
ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. golongan, yaitu: (1) teh yang difermentasikan atau teh hitam (fermented) ; (2) teh
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Jenis Teh Menurut Spillane (1992) teh pada umumnya digolongkan dalam empat golongan, yaitu: (1) teh yang difermentasikan atau teh hitam (fermented) ; (2) teh yang
Lebih terperinciOleh: Dabukke Muhammad. Frans Betsi M. Iqbal Eddy S. Yusuf
LAPORAN AKHIR TA. 2013 PENGARUH KEBIJAKAN PERDAGANGAN NEGARA- NEGARAA MITRA TERHADAP KINERJA DAN DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS PERTANIAN INDONESIA Oleh: Budiman Hutabarat Saktyanu K. Dermoredjo Frans Betsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditi andalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditi andalan Provinsi Jawa Barat yang dikenal masyarakat sejak zaman Hindia Belanda (tahun 1860). Melalui
Lebih terperincipada persepsi konsumen.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016
No. 15/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2016 TURUN 6,81 PERSEN MENJADI US$683,74 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2016 turun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Teh merupakan komoditas perkebunan unggulan di Indonesia, apalagi pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor enam di
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
49 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, sejak bulan Mei hingga Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di tujuh (7) pasar (Lampiran 2a dan 2b),
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. RATNA KANIA 1) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. RATNA KANIA 1) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Ratna Kania 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Ratna Kania 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi RatnaKnya@Gmail.com Hj. Enok Sumarsih 2) Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor
Lebih terperinciKomoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia
Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Robby Alexander Sirait 1 ) Per September 2016, ekspor hasil Dibandingkan tahun 2012, porsi nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai krustasea terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciVII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT
55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar
Lebih terperinciEKSPOR Perkembangan Ekspor Ekspor Migas dan Non Migas
EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan ober mencapai US$ 7,27 milyar, atau 1,62 persen lebih tinggi dibanding ekspor bulan lalu. Secara kumulatif, ekspor Januari - ober mencapai US$ 58,5 milyar atau naik
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode 2002-2010 Ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia di pasar nontradisional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.02/01/33/Th.III, 05 Januari 2009 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008 Nilai ekspor Jawa Tengah bulan September 2008 mencapai 286,02 juta USD, meningkat sebesar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana
Lebih terperinciANALISIS DAYA SAING TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. * HP:
ANALISIS DAYA SAING TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Mochamad Yuzi Zakariyah 1*, Ratya Anindita 2, Nur Baladina 2 1 Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya 2 DosenJurusan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini membahas beberapa teori yang akan menjadi karangka acuan atau dasar analisis skripsi ini. Pembahasan teori dilakukan agar dapat memahami secara mendalam pengusaan teori
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014
No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik
Lebih terperinciA. PERKEMBANGAN EKSPOR
No. 03/01/81/Th. VI, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR & IMPOR MALUKU NOVEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Maluku bulan adalah sebesar US$ 11,27 juta, naik 60,54 persen dibandingkan nilai ekspor.
Lebih terperinciBab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli
Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Oligopoli: Arti & Sumbernya Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015
No. 20/03/15/Th.IX, 16 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 95,49 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 9,88 Juta.
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT MARET 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014
No. 07/02/15/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,29 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 6,69 Juta.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Minyak Sawit dan Turunannya Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman keras (tahunan) berasal dari Afrika yang bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia Komoditi perkebunan Indonesia rata-rata masuk kedalam lima besar sebagai produsen dengan produksi tertinggi di dunia menurut Food and agriculture organization (FAO)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015
No. 32/05/15/Th.IX, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 101,85 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 7,81 Juta. Nilai ekspor Melalui
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017
No. 24/05/36/Th.XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 9,30 PERSEN MENJADI US$995,96 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 9,30 persen dibanding
Lebih terperinciNilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.09/02/32/Th.XVIII, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER MENCAPAI US$2,15 MILYAR
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015
No. 24/04/15/Th.IX, 15 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 10,95 Juta. Nilai
Lebih terperinciDAYA SAING EKSPOR TEH INDONESIA DI PASAR TEH DUNIA
DAYA SAING EKSPOR TEH INDONESIA DI PASAR TEH DUNIA Rohayati Suprihatini Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Jl. Salak 1A Bogor 16151 ABSTRACT The purposes of this study was to analyze competitive position
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI No.20/32/Th.XVIII, 01 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$ 1,97 MILYAR Nilai
Lebih terperinci4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data
21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perkayuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perolehan devisa dan pembangunan ekonomi negara. Perkembangan industri kayu di Indonesia dimulai pada
Lebih terperinciPasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8
Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 ASUMSI YANG MELANDASI BENTUK-BENTUK PASAR No Asumsi-asumsi Persaingan Sempurna Monopolistik Oligopoli Monopoli 1 Banyaknya Penjual
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER No.68/11/32/Th.XVII, 16 November A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$2,23 MILYAR Nilai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014
No. 26/06/36/Th. VIII, 2 Juni 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2014 NAIK 8,46 PERSEN MENJADI US$870,12JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 8,46
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciRINGKASAN. Anggur merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai
RINGKASAN Ni Ketut Suartining, STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PEMASARAN ANGGUR, (STUDI KASUS DI DESA BANJAR KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG). Di Bawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. Dwi Putra Darmawan,
Lebih terperinciMuhammad Firdaus dan Bayu Geo Sandy Silalahi
Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 23 POSISI BERSAING NENAS DAN PISANG INDONESIA DI PASAR DUNIA Muhammad Firdaus 1 dan Bayu Geo Sandy Silalahi 2 1 Departemen Ilmu Ekonomi,
Lebih terperinciAnalisis Harga Lada Hitam/Putih April 2013
Analisis Harga Lada Hitam/Putih April 2013 Pergerakan Harga Selama bulan April 2013, Indeks Harga Lada menurun sebesar 4,85 poin untuk Lada Hitam dan untuk Lada Putih tertekan tipis 0,67 poin (Tabel 1).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2015
No. 25/ 06 / 94 / Th. XVII, 16 November 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2015 EKSPOR Nilai ekspor Papua pada Oktober 2015 sebesar US$45,23 juta atau turun 80,88 persen dibandingkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.02/03/33/Th.III, 02 Maret 2009 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008 Nilai ekspor Jawa Tengah bulan Nopember 2008 mencapai 231,78 juta USD, naik sebesar 8,88 persen
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER No.72/12/32/Th.XVII, 15 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER MENCAPAI US$2,03 MILYAR Nilai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017
No. 16/03/36/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 TURUN 3,84 PERSEN MENJADI US$904,45 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 3,84
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama pasca krisis ekonomi global tahun 2008 yang melanda dunia, perekonomian dunia mengalami berbagai penurunan ekspor non migas. Beberapa negara di dunia membatasi
Lebih terperinciOligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada
Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada dua penjual namanya Duopoli Oligipoli Murni: apabila
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA
V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA 5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015
No.08/02/36/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER NAIK 0,11 PERSEN MENJADI US$733,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 0,11 persen
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016
No. 44/08/36/Th.X, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI NAIK 12,20 PERSEN MENJADI US$889,48 JUTA Nilai ekspor Banten pada Juni naik 12,20 persen dibanding
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 24/04/32/Th.XVII, 15 April PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR Nilai ekspor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017
No. 13/03/15/Th.XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 195,65 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 5,81 Juta. Nilai ekspor asal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu sektor pertanian yang sangat berperan dalam
Lebih terperinciISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015
OUTLOOK TEH ISSN 1907-1507 2015 OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK TEH ii Pusat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
No. 41/07/72/Th.XIX, 15 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2016, Nilai Ekspor US$ 145,17 Juta dan Impor US$ 124,22 Juta Selama Juni 2016, total ekspor senilai US$ 145,17
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
No. 49/08/72/Th.XIX, 15 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juli 2016, Nilai Ekspor US$ 94,59 Juta dan Impor US$ 33,35 Juta Selama Juli 2016, total ekspor senilai US$ 94,59
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016
No. 37/07/36/Th. X, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 NAIK 3,05 PERSEN MENJADI US$792,73 JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 3,05 persen dibanding
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
No. 35/06/72/Th.XX, 15 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Mei 2017, Nilai Ekspor US$ 311,29 Juta dan Impor US$ 95,63 Juta Selama Mei 2017, total ekspor senilai US$ 311,29 juta,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
No. 23/05/72/Th.XIX, 02 Mei 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Maret 2016, Nilai Ekspor US$ 118,87 Juta dan Impor US$ 38,41 Juta Selama Maret 2016, total ekspor senilai US$ 118,87
Lebih terperinci