V. HASIL DAN PEMBAHASAN PERANCANGAN VERTICAL GREENERY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN PERANCANGAN VERTICAL GREENERY"

Transkripsi

1 39 V. HASIL DAN PEMBAHASAN PERANCANGAN VERTICAL GREENERY 5.1 Sistem Vertical Greenery PT. Envirospace Consultant Indonesia Perusahaan PT. ESCI merupakan konsultan lanskap yang mengerjakan proyek perancangan lanskap, salah satunya adalah vertical greenery. Proyek perancangan vertical greenery mulai dikembangkan sejak tahun 2010 sampai saat ini. Konsep dari vertical greenery PT. ESCI adalah menggunakan konsep bentukan yang sesuai karakter lanskap dan warna yang alami dari tanaman. Selain itu, konsep tersebut bertujuan untuk merefleksikan keindahan dari lanskap di sekitar, menciptakan suatu karakter pada lanskap tersebut dan menciptakan unsur unity pada suatu lanskap. Keberadaan taman vertikal menjadi elemen penyatu antara bangunan dengan taman rumah. Untuk tujuan perancangan vertical greenery, perusahaan memperhatikan aspek estetika, keamanan, dan kenyamanan. Tujuan yang mencakup aspek tersebut adalah : a. untuk menciptakan unsur keindahan dari taman di lahan sempit, b. memberikan kesan alami di lingkungan perkotaan, c. memperindah bangunan di perkotaan, d. menciptakan suatu screen untuk bad view, dan e. memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna. Tujuan perancangan vertical greenery dari PT. ESCI tersebut sesuai dengan Sujayanto (2011), bahwa manfaat vertical greenery adalah menjadikan solusi penataan taman dalam kondisi keterbatasan lahan, menciptakan keindahan yang alami di tengah lingkungan kota modern, merefleksikan atau memindahkan suatu pemandangan alam, menjadikan partisi dan screen untuk view yang tidak diinginkan. Dalam pengembangan rancangan vertical greenery, perusahaan bekerja sama dengan induk perusahaan Envirospace Consultant Pte.Ltd, Singapura (ESC). ESC sendiri merupakan pecahan dari Garden and Landscape Center. Pte. Ltd, Singapura (GLC) yang merupakan perusahaan besar yang menangani design and built bidang arsitektur lanskap di Singapura. Pengembangan rancangan yang dilakukan memperhatikan kepraktisan dan keoptimalan rancangan. Kepraktisan dan keoptimalan yang dikembangkan

2 40 memperhitungkan elemen penting pada vertical greenery yaitu media tanam, tanaman, dan struktur pendukung. Kepraktisan yang dikembangkan adalah elemen struktur yang mudah dipasang dan dibongkar untuk kepentingan pemeliharaan dan pola rancangan yang dapat diatur sesuai keinginan klien. Keoptimalan rancangan mencakup penggunaan elemen tanaman yang tumbuh optimal pada bidang vertikal dan elemen media tanam yang mendukung pertumbuhan tanaman. Setiap elemen yang dihasilkan oleh PT. ESCI didiskusikan dengan pihak ESC dan diuji cobakan untuk mengetahui keberhasilan dari setiap elemen terhadap rancangan vertical greenery. Sistem awal vertical greenery yang dikembangkan oleh ESC yaitu menggunakan sistem porous mesh. Sistem ini menggunakan kantong jaring sebagai tempat menyimpan media dan tanaman (Gambar 22). Sistem ini menggunakan serpihan cocopeat sebagai media tanam. Sistem ini kurang optimal karena media cocopeat menjadi semakin rapuh akibat terkena cahaya matahari dan hujan yang terus menerus sehingga sulit ditahan oleh jaring. Gambar 22. Sistem Porous Mesh (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Vertical greenery dengan sistem porous tersebut kemudian dikembangkan dengan kerja sama ESCI dan PT. ESCI mengembangkan sistem VGM panel dengan media tanam berbentuk lempeng yaitu cocopeat lempeng dan pakis lempeng (Gambar 23). Selain sistem VGM, pengembangan lain dilakukan mencakup kepraktisan dalam pemasangan struktur dan keoptimalan dalam menciptakan rancangan. Pengembangan teknologi yang dilakukan untuk mencapai kepraktisan dan keoptimalan rancangan meliputi: 1. media tanam, 2. tanaman, 3. struktur pendukung.

3 41 Gambar 23. Sistem VGM panel (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) 1. Media Tanam Media tanam merupakan salah satu elemen penting dalam perancangan vertical greenery sebagai sumber makanan bagi tanaman pada dinding. Hal yang diperhatikan oleh PT. ESCI dalam pemilihan media adalah ketersediaan unsur hara, ketersediaan nutrisi, tahan lama, ketersediaan mineral, kemampuan menyerap air, menjaga kelembaban (porousitas air), aman dari penyakit, kemampuan mengikat akar, dan mempunyai drainase serta aerasi yang baik. Media tanam yang digunakan oleh PT. ESCI terdapat beberapa jenis yang berasal dari hasil alam (organik). Media tanam yang digunakan oleh PT. ESCI terdapat beberapa yang merupakan teknologi yang dikembangkan bersama pihak ESC dan ada yang dikembangkan oleh PT. ESCI sendiri. Untuk media tanam yang dikembangkan dengan pihak ESC, yaitu cocopeat, dan pakis. Media tanam yang dikembangkan sendiri oleh PT. ESCI yaitu batu apung, kombinasi (mixed media), dan humus bambu. a. Cocopeat Cocopeat adalah serbuk yang berasal dari serabut buah kelapa tua. Cocopeat memiliki kelebihan mampu menyimpan dan menahan air. Sifat ini dibutuhkan untuk menjamin ketersediaan air bagi tanaman yang menyukai kelembaban. Hal tersebut dibutuhkan karena air irigasi pada sistem vertical greenery cepat mengalir ke bawah mengikuti gaya gravitasi, sehingga lebih cepat mengalami kekurangan air. Bahan media cocopeat sering digunakan dan merupakan media tanam yang pertama kali dikembangkan PT ESCI dan ESC sekitar tahun Bahan ini pertama kali digunakan, karena bahan dasarnya mudah didapat. Namun bahan ini memiliki kekurangan mudah rusak dan lapuk

4 42 jika terkena sinar matahari dan air hujan yang berlebihan. Cocopeat yang awalnya berbentuk serpihan dikembangkan menjadi bentukan cocopeat panel. Gambar media cocopeat panel dapat dilihat pada Gambar 24. b. Pakis Media pakis adalah media tanam yang berasal dari tanaman pakis yang sudah tua. Media pakis sering digunakan PT. ESCI sebagai media tanam vertical greenery dengan ESC. Konsep awal pakis yang berbentuk lempeng diajukan oleh pihak ESC dan selanjutnya dibuat produknya oleh PT. ESCI. Pembuatan media pakis lempeng dilakukan di Indonesia oleh PT. ESCI, karena bahan dasarnya lebih mudah didapat dibanding di Singapura. Cara menanam tanaman pada lempeng pakis adalah menempelkan akar tanaman dengan menggunakan kawat atau paku. Hal ini dilakukan untuk memberikan perlakuan akar agar menempel pada lempeng pakis. Setelah akar ditempelkan, selanjutnya dilakukan pemupukan dan penyiraman agar akar dan daun berkembang. Menurut Aditya (2009) ada beberapa kelebihan dari pakis. Kelebihan dari media pakis adalah memiliki sifat mengikat air, aerasi baik, drainase baik, mudah ditembus akar, dan mampu menjaga kelembaban air. Kelebihan mengikat air dan menjaga kelembaban dapat bermanfaat pada aspek penyiraman. Kelebihan tersebut dapat membantu mengoptimalkan proses penyiraman, karena dapat menjaga air tetap pada media untuk diserap akar. Hal tersebut perlu diperhatikan, karena pertumbuhan pada vertical greenery terjadi pada bidang vertikal sehingga dipengaruhi gaya gravitasi yang mempercepat aliran air irigasi dari atas. Aerasi dan drainase dapat membantu pertumbuhan akar dan mempermudah proses respirasi. Selain itu, kelebihan mengikat akar dan mudah ditembus berpotensi untuk menahan tanaman agar tetap kokoh. Hal tersebut sesuai pada Blanc (2008), bahwa media tanam pada taman vertikal harus dapat menopang tanaman secara kokoh. Kekurangan dari pakis adalah sering menjadi sarang semut dan serangga lain. Hal tersebut dapat mengganggu kenyamanan user jika jumlah serangga berlebihan. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan proses pengukusan media tanam. Menurut Blanc (2008), media tanam taman vertikal sebaiknya bersifat steril, agar terhindar dari serangga, jamur, virus, dan mikroorganisme yang

5 43 merugikan. Salah satu upaya agar media tanam menjadi steril adalah melakukan proses pengukusan media tanam. Selain itu, jenis media pakis sulit didapat dan ilegal karena merupakan bahan langka yang sulit tumbuh. Hal tersebut sesuai pada Sujayanto (2011) bahwa jenis media pakis memiliki kekurangan mencakup ketersediaan media dan dilindungi karena pertumbuhannya yang lambat. Untuk mengatasi hal tersebut PT. ESCI menggunakan sisa pakis dari perkebunan. Bentuk dari lempeng pakis yang digunakan oleh PT. ESCI adalah lempeng dan kantung panel. Lempeng pakis memiliki bentuk lempengan yang memiliki berbagai jenis ukuran panjang dan lebar dengan tebal 5 cm. Ukuran tebal tersebut berbanding lurus dengan kesuburan dan berpengaruh terhadap perkembangan akar. Semakin tebal ukuran lempeng pakis, maka semakin tinggi nutrisi dan unsur hara serta berpengaruh terhadap jangkauan akar. Selain itu, ukuran tebal panel pakis berbanding terbalik dengan bobot dari vertical green module (VGM). Semakin tebal ukuran lempeng pakis, maka semakin berat bobot VGM yang dapat berpengaruh terhadap kekuatan struktur vertical greenery. Pakis yang berbentuk kantung panel adalah jenis media pakis yang dikembangkan PT. ESCI sejak tahun Jenis ini memiliki keunggulan dibanding lempeng pakis, yaitu mempunyai kantung yang berfungsi untuk menyimpan pupuk organik. Hal tersebut menambah ketersediaan unsur hara dan nutrisi bagi tanaman. Kelebihan dari penggunaan jenis ini adalah jangkuan akar lebih besar sehingga tanaman lebih kokoh menyokong media. Kekurangan jenis ini adalah bobot yang lebih besar dibanding jenis lempeng, karena kantung terbuat dari dua buah lempeng yang dibentuk. Produk media pakis yang digunakan oleh PT. ESCI dapat dilihat pada Gambar 25. Gambar 24. Media Cocopeat (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

6 44 a b Gambar 25. Media Pakis (a.lempeng dan b. Kantung Panel) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) c. Batu Apung Batu apung adalah media tanam vertical greenery yang biasa digunakan PT. ESCI untuk pelengkap taman gaya mediteranian. Media tanam ini dikombinasikan dengan tanaman bergaya mediteranian seperti Bromelia (Neoregalia tricolor), Neoregalia Hybrid (Neoregalia sp), kriptantus (Cryptanthus sp), ophiopogon (Ophiopogon sp), dan Aechmea (Aechmea sp). Media ini memiliki tektur kasar dengan batuan yang kering mendukung jenis taman kering mediteranian. Jenis penggunaan media ini merupakan original yang dihasilkan oleh PT. ESCI untuk perancangan vertical greenery dan diterapkan di Indonesia. Menurut Gusbiandha (2010) media batu apung memiliki kelebihan kandungan hara yang tinggi bagi tanaman, memiliki pori-pori makro lebih banyak, batuannya ringan, mampu melarutkan air, dan material penyusunnya yang tidak mudah lapuk. Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Kekurangan dari media apung adalah kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin. Gambar media batu apung dapat dilihat Gambar 26. Gambar 26. Media Batu Apung (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

7 45 d. Humus Bambu Humus bambu adalah jenis media yang terbuat dari daun bambu yang difermentasi dan diuraikan dengan bakteri mikroba dengan menggunakan teknologi fermentasi. Jenis ini original dikembangkan oleh PT. ESCI kerjasama dengan pihak LIPI sebagai alternatif media pakis yang merupakan bahan yang dilindungi. Keunggulan dari media ini adalah mengandung unsur hara dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, meningkatkan kesuburan dan memperbaiki kondisi media tanam baik di tanah maupun di dalam pot, mempercepat pertumbuhan akar halus dan tunas baru, mampu memelihara kondisi tanaman pada keadaan minim air. Media humus bambu merupakan media vertical greenery yang dikembangkan oleh perusahaan sejak tahun Media ini menjadi alternatif pengganti pakis, karena mudah dicari dan merupakan sustainable product. Pembuatan jenis media bambu adalah sama seperti pada media pakis, yaitu berbentuk lempeng dan kantung panel. Gambar produk media humus bambu dapat dilihat pada Gambar 27. a b Gambar 27. Media Humus Bambu (a. lempeng, dan b. Kantung Panel. (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) e. Mixed Media (Media Campuran) Mixed media (media campuran) adalah media tanam yang merupakan kombinasi dari berbagai media. Bahan media tanam yang dicampur adalah pakis, cocopeat, kompos, dan batu apung dengan komposisi 25% : 25% : 25% : 25% (Gambar 28). Kelebihan dari mixed media adalah komposisi kandungan unsur hara dan nutrisi dari setiap media tanam lebih banyak dan lebih subur. Selain itu, kelebihan setiap media menjadi pendukung kekurangan pada media lain. Kelemahan dari jenis media ini adalah kurang praktis dalam proses pemasangan

8 46 pada bidang vertikal, karena memiliki bentuk serpihan yang sulit ditahan oleh struktur. Untuk mengatasi kendala tersebut PT. ESCI menggunakan bentuk VGM yang lebih komplek untuk menahan media. a b c d Gambar 28. Mixed Media (a.cocopeat, b. Batu Apung, c. Kompos, dan d. Pakis) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) 2. Jenis Tanaman Tanaman adalah salah satu elemen estetika dalam pembuatan vertical greenery. Tanaman sebagai unsur estetika yang ditonjolkan pada vertical greenery untuk menciptakan suasana asri, hijau, dan sejuk. Dalam pemilihan tanaman yang tepat untuk vertical greenery, PT. ESCI melakukan percobaan dari berbagai jenis tanaman. Percobaan yang dilakukan yaitu penanaman terhadap media pada posisi normal (horizontal) sampai akar menembus media dan daun mulai tumbuh. Selanjutnya posisi tanaman dan media diubah kedalam posisi vertikal dan diteliti jenis yang bertahan hidup. Hasil dari percobaan ini dihasilkan jenis tanaman yang cocok dengan sistem vertical greenery dan digunakan pada proyek di Indonesia oleh PT. ESCI dan di Singapura oleh ESC. Jenis tanaman yang digunakan oleh perusahaan adalah epifit, tanaman merambat dan penutup tanah (ground cover). Hal tersebut sesuai dengan Sujayanto (2011), bahwa jenis tanaman yang digunakan untuk vertical greenery meliputi tanaman epifit, merambat, dan penutup tanah. Tanaman epifit paling adaftif untuk digunakan karena secara alami tumbuh menempel. Jenis tanaman epifit memiliki akar alami yang menempel pada suatu bidang, sehingga sesuai untuk sistem vertical greenery. Jenis tanaman epifit yang digunakan oleh PT. ESCI adalah Paku Sarang burung (Asplenium nidus), Kriptantus (Cryptanthus sp), Paku-pakuan (Nephrolepis sp), Bromelia (Neoregalia tricolor), Bromelia Hybrid (Neoregalia sp), dan Aechmea (Aechmea sp).

9 47 Tanaman penutup tanah (ground cover) dapat digunakan, karena memiliki bobot ringan, relatif kecil, dan berakar serabut. Jenis tanaman ground cover memiliki perakaran lunak dan dapat menembus material media tanam yang terbatas. Jenis tanaman ground cover digunakan PT. ESCI adalah Peperomia (Peperomia argyreia), Asparagus (Asparagus densiflorus Mayer ), Ophiopogon (Ophiopogon sp), Pilea (Pilea microphylla), Hoya (Hoya sp) dan Embun pagi (Dissotis rotundifolia). Jenis tanaman merambat memiliki karakter pertumbuhan yang dapat menyebar ke bidang vertikal. Tanaman merambat (climber) yang digunakan adalah Sirih Gading (Scindapsus sp/epipremnum sp), Monstera (Monstera sp), Dolar-dolaran (Ficus repens), Philodendron (Philodendron sp), dan Sigonium (Sygonium sp). 3. Struktur Pendukung Struktur pendukung berfungsi untuk memasang media dan tanaman pada bidang vertikal. Selain itu, dengan menggunakan struktur lebih praktis dalam memasang dan membongkar model vertical greenery. Terdapat beberapa bagian struktur pendukung vertical greenery yang digunakan oleh PT.ESCI yaitu: a. vertical green module (VGM), b. frame module, c. rel module. a. Vertical Green Module (VGM) Vertical Green Module (VGM) adalah bagian struktur model vertical greenery yang berfungsi sebagai tempat menahan media dan tanaman. VGM yang digunakan oleh PT. ESCI memperhitungkan aspek kepraktisan dalam pemasangan, kokoh, tidak merusak tembok, mengotori bidang tembok, dan tidak merusak media serta tanaman. Bahan dasar dalam pembuatan VGM adalah menggunakan bahan yang tidak mengalirkan panas dan tahan seperti aluminium. Untuk jenis VGM yang digunakan oleh perusahaan adalah VGM bag dan VGM panel. VGM bag adalah jenis vertical green modul yang berbentuk kantung atau wadah untuk menyimpan media tanam. Pada bagian depan VGM dipasang besi

10 48 kasa untuk menahan media tanam yang berbentuk serpihan. Bagian dalam lubang tanaman dilengkapi dengan geotextile yang berfungsi untuk menahan akar. Jenis VGM ini dikembangkan oleh PT. ESCI untuk menahan media serpihan (mixed media). Kelebihan dari jenis ini adalah kapasitas dalam penggunaan media lebih tinggi dan beragam. Hal tersebut memungkinkan menggunakan kombinasi media (mixed media tanam) yang memiliki unsur hara dan nutrisi yang cukup. Kekurangan dari jenis ini adalah bobot massa yang lebih berat, sehingga berpengaruh terhadap aspek keamanan dan konstruksi penopang yang lebih rumit. VGM panel adalah jenis vertical green modul berbentuk panel dilengkapi dengan lempengan media. Jenis VGM ini merupakan struktur yang dikembangkan PT. ESCI dengan pihak ESC. Jenis ini memiliki ketebalan 5 6 cm dan bobot massa yang ringan yaitu sekitar gr/m 2 (bahan struktur+media tanam). Selain itu, bobot massa VGM yang ringan dapat menghindari resiko struktur vertical greenery kelebihan beban. Hal tersebut sesuai dengan Blanc (2008), bahwa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan media adalah bobot. Bobot media tanam mempengaruhi berat total dari taman vertikal, sehingga media tanam yang digunakan disarankan memiliki bobot ringan. Kekurangan dari jenis ini adalah keterbatasan penggunaan jumlah media yang dapat berpengaruh terhadap jumlah kandungan unsur hara yang terkandung dalam media. Hal tersebut sesuai pada Blanc (2008), bahwa media taman vertikal harus menyediakan unsur hara makro dan mikro yang cukup untuk tanaman. Vertical green module (VGM) yang digunakan oleh PT.ESCI dapat dilihat pada Gambar 29 dan 30. a b Gambar 29. Vertical Green Module Bag (a.photo, dan b. Ilustrasi Tampak Isometri) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

11 49 a b Lempeng Pakis Irrigation Column Aluminium Galvanis Gambar 30. Vertical Green Module Panel (a.photo, dan b. Ilustrasi) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) b. Frame Module Frame module adalah bagian dari struktur vertical greenery yang berfungsi untuk menopang VGM. PT. ESCI merancang frame module berbentuk balok kanal U bertujuan sebagai bingkai untuk menahan beban dari VGM. Fungsi lain dari frame module adalah menyimpan pipa irigasi untuk mengairi media tanam. Bahan yang digunakan dalam pembuatan frame module adalah besi kanal U galvanis. Besi kanal U yang dilapisi oleh galvanis lebih tahan dan tidak berkarat. Frame module merupakan teknologi bagian struktur vertical greenery yang dikembangkan oleh PT. ESCI dengan ESC. Kelebihan penggunaan frame module adalah kemudahannya dalam memasang dan membongkar VGM, karena memiliki prinsip kerja seperti bingkai foto. Kekurangan struktur ini adalah menimbulkan batas bingkai tebal pada saat pemasangan tanaman, sehingga penutupan tanaman tidak sempurna. Gambar dari frame module dapat dilihat pada Gambar 31. c. Rel Module Rel module adalah struktur yang berfungsi untuk menahan dan menghubungkan VGM dan frame module ke bidang vertikal. Rel module yang

12 50 digunakan terdapat 2 jenis, yaitu rel module langsung dan rel module tidak langsung (Gambar 32 dan 33). Kedua jenis tersebut merupakan teknologi yang dikembangkan oleh PT. ESCI dan ESC. Rel module langsung menghubungkan struktur vertical greenery ke bidang dinding menggunakan skrup. Jenis struktur ini biasanya digunakan pada bidang tembok yang berstruktur kuat dan kokoh, seperti beton atau bata dan semen. Hal tersebut sesuai pendapat Sujayanto (2011), bahwa untuk menahan struktur vertical greenery dibutuhkan tembok yang kuat seperti bata atau beton. Kelebihan dari struktur ini adalah lebih kuat menopang beban dari massa VGM dan frame module, karena didukung dinding tembok sebagai penopangnya. Kelemahan dari struktur ini adalah lebih beresiko merusak struktur pada bidang tembok. Rel module tidak langsung adalah jenis struktur yang tidak menghubungkan struktur vertical greenery pada bidang tembok. Jenis struktur ini mempunyai pondasi sendiri sebagai penopang struktur vertical greenery. Struktur ini digunakan pada saat bidang tembok terbuat dari bahan yang mudah rusak seperti batako ringan. Kelebihan dari rel module ini adalah dapat digunakan pada tapak yang tidak memiliki bidang tembok, karena rel module memiliki struktur pondasi sendiri. Selain itu, jenis ini dapat digunakan untuk vertical greenery yang berfungsi sebagai screening atau tirai untuk menutup bad view. Kelemahan menggunakan rel module jenis ini adalah kurang praktis diaplikasikan pada area perkerasan, karena harus terlebih dahulu membongkar struktur perkerasan disbanding pada area tanah. Solusi untuk kendala tersebut adalah menggunakan VGM yang berbobot ringan. Depan a b Samping Gambar 31. Frame Module (a. Foto dan b. Ilustrasi) (Sumber: Bribach, 2010 dan PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

13 51 a b a Gambar 32. Rel Module Langsung (a. Foto, b. Potongan) (Sumber: Bribach, 2010 dan PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) a b Gambar 33. Rel Module Tidak Langsung (a. Foto, b. Potongan) (Sumber: Bribach, 2010 dan PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) 5.2. Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Jalan Fly Over, Pramuka DKI Jakarta Hasil Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Jalan Fly Over, Pramuka DKI Jakarta Deskripsi Proyek Proyek perancangan vertical greenery tiang kolom jalan fly over Pramuka, bertujuan untuk memberikan penghijauan pada area di bawah jalan fly over. Kondisi eksisting area bawah fly over memiliki iklim mikro yang tidak nyaman.

14 52 Karena kondisi tersebut, dibutuhkan suatu penghijauan di sekitar area bawah fly over untuk menciptakan iklim mikro yang nyaman dan memberikan suasana yang asri bagi pengguna jalan. Klien pada proyek ini adalah lembaga pemerintahan, yaitu Dinas Pemakaman dan Pertamanan DKI Jakarta. Kegiatan proyek ini merupakan keberlanjutan dari proyek penghijauan area bawah fly over yang dikerjakan bersama antara klien dan PT. Envirospace Consultant, Indonesia Proses Perancangan Proses perancangan vertical greenery tiang kolom jalan fly over Pramuka, DKI Jakarta dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang umum dikerjakan oleh konsultan lanskap. Mahasiswa magang diikutsertakan dalam kegiatan di lapang dan di studio. Kegiatan yang dilakukan di lapang meliputi, inventarisasi dan analisis tapak. Kegiatan di studio meliputi pembuatan dokumen gambar yaitu gambar konsep dasar, konsep desain awal (preliminary concept design), rencana tapak (site plan), pengembangan desain (design development), dan detail konstruksi (detail engineering design). Kegiatan pembuatan dokumen gambar dibimbing oleh staf divisi dan pimpinan perusahaan. Proses perancangan yang dikerjakan dapat dilihat pada Gambar 34. Persiapan Inventarisasi Analisis Konsep Dasar Konsep desain awal Detail Konstruksi Pengembangan Desain Rencana Tapak Kegiatan Magang Gambar 34. Proses Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Jalan Fly Over Pramuka, DKI Jakarta (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Tahap Persiapan Lingkup kerja pada proyek ini adalah perancangan vertical greenery tiang kolom jalan fly over Pramuka DKI Jakarta. Pada tahapan ini perusahaan melakukan proses kontrak proyek dengan klien. Kontrak tersebut berisi penjelasan mengenai lingkup pekerjaan time line progres pekerjaan, batasan pekerjaan dan daftar gambar kerja yang harus dibuat perusahaan. Klien pada proyek ini adalah Bidang Jalur Kota Tata Hijau Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI

15 53 Jakarta. Setelah proses kontrak, pimpinan perusahaan melakukan tahap diskusi awal dengan klien untuk membicarakan kondisi awal tapak dan gambaran ide serta gagasan. Pada tahapan diskusi ini, klien menginginkan rancangan berupa vertical greenery pada tiang kolom fly over untuk menciptakan suasana asri dan indah Tahap inventarisasi Jalan fly over Pramuka merupakan salah satu fly over di kawasan DKI Jakarta yang sudah beroperasi sejak tahun Fly over Pramuka terletak di antara jalan Pemuda dan jalan Pramuka, Jakarta Timur (Gambar 29). Area yang menjadi cakupan pekerjaan perancangan adalah pada bagian kolom konstruksi tiang jalan fly over Pramuka. Jumlah tiang kolom yang menjadi cakupan pekerjaan adalah 10 (sepuluh) tiang kolom dengan tinggi yang berbeda-beda. Empat buah tiang dengan tinggi 2.5 m, empat buah tiang dengan tinggi 6 m dan dua buah tiang dengan tinggi 4 m. Cakupan luasan untuk perancangan vertical greenery pada keseluruhan tiang kolom adalah 416 m 2. Kondisi area sekitar tiang kolom adalah jalur kendaraan bermotor dan jalur busway. Selain itu, di area bawah fly over terdapat pocket park yang sedang dikerjakan pihak Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Kecepatan kendaraan di sekitar tiang kolom antara km/jam dengan posisi tiang kolom berada di samping kanan ruas jalan. Pada tahapan inventarisasi ini, perusahaan menggunakan dua metode, yaitu inventarisasi data primer dan inventarisasi data sekunder. Data primer diperoleh langsung di lapang (site visit) dengan pengambilan foto (site photo). Site photo diperlukan untuk memotret kondisi fisik tiang kolom dari berbagai sudut yang selanjutnya akan dianalisis. Data sekunder diperoleh dari data google earth, Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta dan website. Data hasil inventarisasi dapat dilihat kembali pada Tabel 3. Tahap site visit untuk inventarisasi dilakukan 2 kali untuk melakukan proses cross cek data sekunder dengan keadaan di lapang. Proses cross cek dilakukan untuk mencocokkan informasi data sekunder dengan informasi yang ada di lapang. Data sekunder yang digunakan pada saat proses cross cek adalah gambaran spasial dari google earth dan peta basemap yang sudah dibuat

16 54 perusahaan (Gambar 36). Tahap inventarisasi dilakukan oleh pimpinan perusahaan ESCI, staf perancangan dan perencanaan, dan mahasiswa magang. Mahasiswa magang diikutsertakan dalam kegiatan inventarisasi bertujuan untuk pembelajaran mengenai cara melakukan inventarisasi tapak dan pengetahuan mengenai data yang akan dianalisis. t = 4 m t = 6 m t = 6 m t = 6 m t = 4 m t = 6 m t = 2,5 m t = 2.5 m t = 2,5 m t = 2,5 m Gambar 35. Lokasi dan Jumlah Tiang Kolom Fly Over (Sumber: google earth, 2011) (Foto: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Tahap Analisis Kondisi fisik dari tiang kolom fly over kurang baik dari segi visual. Banyak terdapat bekas pamflet yang ditempel dan coretan gambar di beberapa bagian tiang kolom, sehingga kurang enak dilihat dari arah pengendara. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 37. Selain itu, kondisi tiang kolom yang berdebu menciptakan suasana kumuh yang jauh dari kesan asri dan hijau seperti yang diinginkan klien.

17 55 Gambar 36. Base Map Tiang Kolom Fly Over Jakarta (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

18 56 Gambar 37. Kondisi Tiang Kolong Fly Over (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Kondisi biofisik dari tiang kolom yaitu terdapat jalur kendaraan di sebelah kanan tiang dan beberapa zebracross serta trotoar. Kecepatan kendaraan di sekitar tiang kolom adalah antara km/jam dengan posisi tiang kolom berada di samping kanan ruas jalan. Kecepatan kendaraan tersebut menjadi dasar untuk menghadirkan vertical greenery di sepanjang jalan yang bisa dinikmati keindahan dan keasriannya oleh pengguna jalan tanpa mengganggu arus lalu lintas. Selain itu, ada beberapa existing pocket park di area kolong tol yang berpotensi sebagai titik irigasi bagi sistem vertical greenery (Gambar 38). Tidak semua tiang berada di dekat posisi titik air, sehingga diperlukan sistem irigasi yang lebih komplek untuk mengairi tanaman pada semua vertical greenery. Pengguna jalan sekitar tiang kolom fly over Pramuka adalah masyarakat kota maupun luar kota yang berkendara melewati area tiang kolom fly over. Jenis kendaraan yang menggunakan jalan adalah mobil pribadi, angkutan umum, dan busway. Kondisi jalan yang sering terjadi kemacetan, bisa menjadi potensi untuk menikmati aspek visual dan ekologis dari vertical greenery. Iklim mikro di area sekitar tiang kolom tidak nyaman dengan kondisi udara yang tercemar debu dan asap kendaraan. Selain itu efek dari aspal dan beton fly over mengakibatkan radiasi panas yang tidak nyaman bagi pengguna jalan. Karena hal tersebut diperlukan penghijauan, dengan penggunaan vertical greenery pada area tiang kolom, yang bertujuan untuk menciptakan iklim mikro yang lebih baik secara amenity.

19 57 Gambar 38 Exsisting Pocket Park Kolong Fly Over (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Konsep Dasar (Concept Plan) Rencana konsep dari proyek vertical greenery ini adalah menciptakan keindahan alami di lingkungan sekitar jalan bawah fly over, kenyamanan bagi pengendara dan dapat dinikmati pada kondisi normal dan macet. Karakter bentuk yang digunakan adalah bentukan rectilinier yang memberikan kesan formal, kaku dan mengikuti bentukan tiang kolom yang kokoh. Karakter tersebut dikombinasikan dengan tekstur tumbuhan yang lembut alami. Untuk konsep warna yang digunakan adalah warna alami yaitu hijau meliputi hijau tua dan hijau muda. Konsep warna yang digunakan merupakan permintaan dari pihak klien untuk menciptakan kombinasi warna yang dinamis agar tidak monoton. Untuk pembuatan konsep. PT. ESCI memberikan beberapa alternatif kombinasi bentuk dan warna (Gambar 39). A B C D E Gambar 39 Pola Konsep Desain yang Diajukan Kepada Klien (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011) Konsep desain yang diajukan kepada klien mengalami beberapa kali diskusi untuk mendapatkan konsep yang tepat. Dasar pemikiran dari konsep yang

20 58 dipilih mempertimbangkan bentuk pola desain yang tidak monoton, tidak terlalu rumit dan bersifat dinamis, sehingga memberikan suasana nyaman untuk dinikmati oleh pengendara. Konsep yang disetujui oleh klien terdapat 2 (dua) pola yaitu Pola A dan B (Gambar 40). Pola tersebut dipilih klien karena memiliki susunan warna dan bentuk yang tidak terlalu rumit dan dinamis. Kedua pola tersebut ditempatkan pada posisi a-b-a-b pada setiap tiang kolom untuk menciptakan suatu irama searah laju kendaraan (Gambar 41). A B Gambar 40. Dua Konsep Desain yang Disetujui Klien (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011) Gambar 41. Pola a-b-a-b (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011) Tahap Konsep Desain Awal (Preliminary Concept Design) Tahap konsep desain awal menghasilkan produk gambar ilustrasi yang bertujuan untuk menggambarkan konsep yang digunakan pada tahap rencana konsep (concept plan) sebelumnya. Produk dari tahap ini diajukan kepada klien untuk didiskusikan. Produk yang dihasilkan pada tahap ini berupa: a. Feature image of softscape b. Feature image of vertical greenery c. Artist impression

21 59 a. Feature image of softmaterial Feature image of softmaterial merupakan gambar usulan mengenai elemen softmaterial (tanaman) yang akan digunakan pada vertical greenery. Spesifikasi warna tanaman disesuaikan dengan konsep kombinasi warna yang telah direncanakan. Tanaman tersebut adalah bromelia merah (Neoregelia tricolor) untuk warna merah, sirih gold (Scindapsus aureum) untuk warna kuning, pakis kelabang (Nephrolepis biserrata) untuk warna hijau muda, dan sirih gading (Scindapsus aureus) untuk warna hijau tua (Gambar 42). a b c d Gambar 42. Tanaman untuk Vertical Greenery (a. bromelia merah (Neoregelia tricolor), b. sirih gold (Scindapsus aureum), c. pakis kelabang (Nephrolepis biserrata), d. sirih gading (Scindapsus aureus)). (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) b. Feature image of vertical greenery Feature image of vertical greenery merupakan gambar usulan mengenai gambaran desain yang akan dikerjakan. Gambar tersebut mencakup aplikasi dari konsep softscape pada vertical garden (Gambar 43), aplikasi vertical greenery pada bidang kolom (Gambar 44), bahan hardmaterial dan bahan media yang akan digunakan (Gambar 45). Gambar 43. Feature Image Aplikasi Konsep Softscape pada Vertical Greenery (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

22 60 Gambar 44. Feature Image Aplikasi Vertical Greenery pada Bidang Kolom (Sumber: Blanc, 2008) a b c d e Gambar 45. Feature Image Bahan Hard Material ( a. modul aluminium galvanis ) dan bahan media tanam (b. pakis, c. batu apung, d. cocopeat, e. geotextile) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) c. Artist impression Artist impression merupakan gambar ilustrasi yang dibuat untuk menggambarkan rencana konsep kepada pihak klien. Ilustrasi tersebut meliputi view dari vertical greenery pada kolom (Gambar 46) dan perspektif suasana vertical greenery (Gambar 47).

23 61 Gambar 46 Ilustrasi View Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

24 Gambar 47. Ilustrasi Perspektif Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011) Rencana Tapak ( Site Plan) Tahap rencana pelaksanaan bertujuan untuk menggambarkan rencana garis besar proyek vertical greenery. Rencana pelaksanaan yang dibuat menggambarkan posisi vertical greenery dan posisi titik air pada pocket park exsisting untuk sistem irigasi (Gambar 48). Pada site plan terlihat posisi vertical greenery berada di bawah tiang kolom fly over antara Jalan Pramuka dan Jalan Pemuda. Pola desain A dan B yang sudah ditentukan sebelumnya dipasangkan secara berselang untuk menciptakan irama yang tidak monoton. Ukuran tiang kolom dengan ketinggian yang berbeda dengan komposisi tinggi ke rendah dikombinasikan dengan komposisi vertical greenery yang berselang Tahap Pengembangan Desain (Design Development) Tahap pengembangan desain adalah tahapan dari pengembangan konsep elemen hardscape dan softscape ke dalam suatu rancangan. Pengembangan elemen hardscape berupa pembuatan desain konstruksi dengan berbagai alternatif. Pengembangan elemen softscape berupa pembuatan desain penanaman secara vertical serta pengembangan penggunaan media tanam. Produk yang dibuat pada tahapan ini adalah a) desain konstruksi vertical greenery, b) desain penanaman, dan c) sistem irigasi (irrigation system).

25 63 Gambar 48. Rencana Induk Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

26 64 a. Desain konstruksi vertical greenery Desain konstruksi vertical greenery merupakan pengembangan konsep dari elemen hardmaterial pada tahap konsep desain awal (preliminary concept design). Pada perancangan proyek ini, PT. ESCI menggunakan struktur vertical green module (VGM). VGM berfungsi sebagai tempat menyimpan media yang akan ditanami. Sistem ini memodifikasi tanaman agar dapat tumbuh secara vertikal. Selain itu, sistem VGM digunakan untuk memudahkan dalam menyusun tanaman sesuai dengan konsep warna dan bentuk yang sudah ditentukan, karena prinsip kerjanya seperti puzzle. Bagian struktur yang digunakan perusahaan selanjutnya adalah struktur frame module. Struktur ini berfungsi untuk menopang dan mengunci VGM. Penggunaan sistem ini memudahkan dalam memasang dan membongkar VGM, karena memiliki prinsip kerja seperti bingkai foto. Posisi VGM terhadap frame module dapat dilihat pada Gambar 49. a b Gambar 49. Posisi Vertical Green Module Terhadap Frame Module (a. Tampak Depan, b. Tampak Samping (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011) Posisi VGM dan frame module terhadap bidang kolom mengikuti bentuk keliling lingkaran agar dapat menutup bagian luasan kolom. Selain itu, dalam pemasangan VGM terhadap frame module harus memperhatikan sudut antar VGM dan frame module. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses pemasangan VGM. Struktur terakhir yang digunakan untuk menopang frame module dan VGM adalah rel module. PT. ESCI menawarkan dua alternatif desain untuk menghubungkan antara rel module dengan bidang kolom yaitu rel module langsung dan tidak langsung. Alternatif tersebut memperhitungkan perlakuan terhadap struktur kolom yang menopang fly over.

27 65 Alternatif pertama adalah menggunakan struktur penghubung yang dihubungkan langsung ke bidang kolom. Struktur ini menggunakan 2 (dua) buah rel module untuk menopang satu baris frame module dan VGM. Setiap baris terdapat 5 buah VGM uk. 1000x200x75 mm dan 10 buah frame module. Total rel module yang digunakan adalah 16 buah pada setiap tiang kolom. Struktur rel module dihubungkan langsung terhadap struktur kolom dengan menggunakan skrup baja (Gambar 50). Alternatif kedua adalah menggunakan pondasi beton untuk menahan rel besi. Alternatif ini menggunakan 1 (satu) buah rel module dilengkapi struktur pondasi dengan flat besi yang berukuran lebih besar menopang 11 VGM uk. 700x450x75mm dan 22 buah frame module. Rel module tersebut memiliki pondasi telapak untuk menopang struktur vertical greenery agar tetap kokoh. Setiap Rel module yang mengelilingi tiang kolom diikat menggunakan besi ulir untuk memperkuat struktur secara keseluruhan dan mengurangi resiko karena kelebihan beban (Gambar 51). Dua alternatif tersebut diajukan kepada klien untuk didiskusikan dan mendapatkan persetujuan. Diskusi dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pihak PT. ESCI dan pihak klien. Untuk pihak perusahaan yang melakukan diskusi adalah pimpinan perusahaan dan perwakilan staf perancangan, sedangkan dari pihak klien adalah pimpinan sub bidang dan perwakilan anggota sub bidang. Setelah melakukan diskusi dengan klien, klien memilih alternatif 2 (dua) untuk dibuat gambar detail engineering design (DED). Alternatif tersebut dipilih karena lebih memperhatikan keamanan struktur tiang kolom. b. Desain Penanaman Desain Penanaman adalah pengembangan dari konsep vegetasi yang sudah direncanakan sebelumnya, yaitu menggunakan kombinasi warna tanaman (merah, kuning, hijau muda dan hijau tua). Pada tahapan ini tim proyek membuat suatu sistem penanaman pada vertical greenery yang disesuaikan dengan konstruksi modul. Sistem penanaman yang digunakan adalah menggunakan teknik porous atau mesh. Media tanam yang digunakan adalah serabut kelapa (cocopeat), batu apung, pakis dan kompos dengan komposisi masing-masing 25%.

28 66 Gambar 50. Desain Alternatif I dengan Rel Module Langsung (a. Tampak Atas, b. Tampak Samping (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

29 67 Gambar 51. Desain Alternatif II dengan Rel Module Tidak Langsung (a. Tampak Atas, b. Tampak Samping (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (DIgambar Oleh: Fauzi, 2011)

30 68 Komposisi tanaman yang digunakan pada pengembangan pola desain A adalah Bromelia bunga (Neoregelia tricolor) 25%, Pakis kelabang (Nephrolepis biserrata) 30%, Sirih gading (Scindapsus aureum) 20%, Sirih gading kuning (Scindapsus aureus Gold ) 25%. Pola desain B adalah Bromelia bunga (Neoregelia tricolor) 20%, Pakis kelabang (Nephrolepis biserrata) 35%, Sirih gading (Scindapsus aureum) 15%, Sirih gading kuning (Scindapsus aureus Gold ) 30%. Jarak tanam yang didesain tergantung dari diameter tajuk tanaman yang digunakan. Untuk tanaman yang berukuran lebih besar seperti Bromelia bunga (Neoregelia tricolor) dan Pakis kelabang (Nephrolepis biserrata) dengan lebar tajuk tanaman sekitar 30cm-40cm memiliki jarak tanam 30cm-40cm. Tanaman berukuran lebih kecil seperti Sirih gading (Scindapsus aureum), Sirih gading kuning (Scindapsus aureus Gold ) dengan lebar tajuk lebih ramping antara 10 cm- 20cm memiliki jarak tanam 10cm-20cm. Teknik penanaman yang digunakan pada proyek ini adalah vertical class, yaitu teknik penanaman dengan posisi tanaman secara vertikal. Arah tumbuh tanaman mengarah horizontal menuju pandangan manusia (Gambar 52). a b Bidang Vertikal Arah tanaman Horizontal Gambar 52.Teknik Penanaman secara Vertikal (a. Tampak, b.potongan) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011) c. Sistem Irigasi (Irrigation system). Sistem irigasi yang digunakan pada proyek perancangan vertical greenery ini adalah irigasi tetes (drip irrigation) yang mengairi bagian perakaran. Perakaran tersebut berada pada campuran media yang dapat menyimpan air (cocopeat, batu apung, pakis) untuk diserap tanaman. Untuk jumlah pipa subline yang

31 69 mendistribusikan air irigasi pada vertical greenery, jumlahnya tergantung dari tinggi kolom dan jumlah modul yang digunakan. Tinggi tiang kolom 6 m menggunakan 6 (enam) pipa subline, tinggi tiang 4 m menggunakan 4 (empat) pipa subline, dan tinggi tiang 2,5 m menggunakan 2 (dua) pipa subline. Pipa subline yang digunakan dipasang diatas kantung VGM dan terhubung dengan media tanam (Gambar 53) Detail Engineering Design (DED) Detail engineering design (DED) merupakan tahapan pembuatan gambar kerja konstruksi yang dilengkapi dengan spesifikasi material beserta dimensi yang akan diimplementasikan oleh kontraktor. Tahapan ini merupakan pengembangan dari tahap design development setelah melalui tahap persetujuan dan revisi. Pembuatan produk gambar kerja konstruksi dilakukan oleh mahasiswa magang dibimbing oleh bagian perancangan dan perencanaan serta pimpinan perusahaan. Selain itu, gambar melalui tahap koreksi dan revisi oleh pimpinan perusahaan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam membuat konstruksi yang sudah direncanakan sebelumnya. Setelah melalui tahap diskusi dengan perusahaan, selanjutnya gambar kerja diajukan kepada klien untuk didiskusikan dan direvisi untuk disesuaikan dengan keinginan klien. Drawing list dari tahapan ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Drawing List DED No Nama Gambar Skala Kode Gambar (DED) No Gambar (Skripsi) 1 Rencana Tapak 1 : 1200 DED-VG-001 Gambar 42 2 >Detail Plan Vertical Greenery 1 : 60 DED-VG-002 Gambar 49 >Detail A (Tiang Besi) 1 : 60 >Tampak Depan ( t = 2.5 m ) 1 : 140 >Tampak Depan ( t = 4 m ) 1 : 140 >Tampak Depan ( t = 6 m ) 1 : >Tipikal Potongan 1 : 140 DED-VG-003 Gambar 50 >Detail B 1 : 30 >Vertical Green Module NTS >Detail C ( Pondasi Tiang Besi ) 1 : 120 >Tampak Depan ( t = 6 m ) 1 : Contoh Tanaman Vertical Greenery Pola A NTS DED-VG-007 Gambar 54 5 Contoh Tanaman Vertical Greenery Pola B NTS DED-VG-008 Gambar 55 6 Rencana Induk Sistem Irigasi 1 : 120 DED-VG-009 Gambar 56 (Sumber: PT Envirospace Consultant Indonesia)

32 70 Gambar 53. Sistem Irigasi Pipa Subline (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

33 71 Tahap DED dikerjakan di studio dengan beberapa jenis pekerjaan, yaitu a) pekerjaan hardmaterial, b) pekerjaan softmaterial, dan c) pekerjaan irigasi. a. Pekerjaan Hardmaterial Pekerjaan hardmaterial merupakan tahap pembuatan gambar detail konstruksi vertical greenery yang mencakup elemen keras (Gambar 54 dan 55). Pekerjaan ini dibantu oleh tim ahli dari divisi struktur dan sipil. Divisi tersebut tidak mengerjakan pembuatan gambar konstruksi, tetapi hanya melakukan diskusi dan konsultasi mengenai spesifikasi hardmaterial yang digunakan untuk mendukung desain konstruksi. Produk dari pekerjaan hardmaterial merupakan pengembangan dari gambar desain konstruksi design development. Pada tahap DED, elemen hardmaterial dilengkapi dengan spesifikasi bahan meliputi jenis bahan dan dimensi material. Bagian dari struktur yang telah dilengkapi dengan spesifikasi bahan tersebut yaitu: vertical green module (VGM), frame module, rel module (tiang rangka besi), pondasi, besi pengikat. Vertical Green Module (VGM) VGM berfungsi sebagai wadah dari kantong media tanam dan memberikan kemudahan untuk menempatkan tanaman pada bidang vertikal. Jenis VGM yang digunakan adalah VGM bag dengan spesifikasi bahan menggunakan bahan lempeng aluminium yang dilapisi galvanis dan dimensi yaitu (450x700x75) mm + baja kasa. Galvanis dan baja kasa berfungsi untuk menahan media dan akar. Jumlah VGM bag yang digunakan setiap tiang kolom adalah 32 buah untuk kolom tinggi 2 m, 56 buah untuk kolom tinggi 4 m, dan 88 buah untuk kolom tinggi 6 m. Jumlah total VGM yang digunakan PT. ESCI pada proyek ini adalah 128 buah untuk kolom tinggi 2 m, 112 buah untuk kolom tinggi 4m, dan 352 buah untuk kolom tinggi 6 m.

34 72 Gambar 54. Detail Engineering Design Detail Plan dan View (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

35 73 Gambar 55. Detail Engineering Design General Section dan Detail Section (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

36 74 Frame Module Frame modul berfungsi sebagai bingkai penopang untuk menopang dan memasukkan VGM, prinsip kerjanya seperti bingkai foto. Konstruksi ini menempel pada bagian rel module dengan cara dilas menggunakan besi panas. Spesifikasi bahan frame module adalah menggunakan besi kanal U uk. 80x45x5 dan dilapisi galvanis. Jenis besi ini digunakan karena memiliki bentuk seperti bingkai yang dapat menopang VGM. Selain itu, jenis besi ini lebih gampang ditemukan dipasaran untuk memudahkan kontraktor. Ukuran kanal disesuaikan dengan ketebalan dari VGM. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pemasangan dan pembongkaran VGM. Kanal besi U dilapisi oleh galvanis agar tidak mudah berkarat. Gambar kanal besi U dapat dilihat pada Gambar 56. Gambar 56. Besi Kanal U (Sumber: PT. Bas-Baja, 2011) Rel Module (Tiang rangka besi) Rel module (tiang rangka besi) merupakan bagian dari konstruksi desain vertical greenery yang berfungsi sebagai penopang VGM dan frame module. Spesifikasi tiang rangka besi yaitu menggunakan besi kanal C uk. (100x50x20x2.3) mm yang telah digabungkan dari 2 besi kanal C. Pemasangan 2 besi kanal C dilakukan untuk menimbulkan gaya saling mengikat untuk meningkatkan kekuatan menahan beban. Selain itu, jenis besi tersebut digunakan karena lebih kuat menahan beban frame module dan VGM. Kanal besi C dilapisi galvanis agar tidak mudah berkarat. Jenis besi kanal C dapat dilihat pada Gambar 57. Panjang tiang kanal C disesuaikan dengan ketinggian tiang kolom, yaitu kolom tinggi 2.5 m menggunakan tiang besi kanal C tinggi 2.5 m, tinggi 4 m menggunakan tiang besi kanal C tinggi 4 m dan tinggi 6 m menggunakan tiang besi kanal C tinggi 6 m.

37 75 Gambar 57. Besi Kanal C (Sumber: PT. Bas-Baja, 2011) Pondasi Beton Pondasi beton merupakan bagian struktur vertical greenery yang berada di dalam tanah. Pondasi beton berfungsi sebagai penopang tiang rangka besi untuk menahan gaya gravitasi dan tiang rangka tetap berdiri kokoh. Jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi telapak untuk menahan 1 (satu) tiang rel module. Spesifikasi yang digunakan untuk pondasi beton yaitu menggunakan adukan 1pc:3ps. Kedalaman pondasi yaitu 1/3 dari tinggi tiang, sedangkan panjang dan lebar pondasi yaitu 300x300 mm. Penghubung antara pondasi dan tiang rangka besi, menggunakan plat baja hitam. Penggunaan plat baja bertujuan untuk menahan rel module agar lebih kokoh. Ukuran plat baja yang digunakan adalah (300 x 300 x 10) mm. Ukuran tersebut digunakan untuk sebagai pijakan untuk menahan beban rel besi. Plat baja dipasang dengan menggunakan skrup cm ke dalam struktur pondasi. Besi Pengikat Besi pengikat merupakan bagian dari konstruksi vertical greenery yang berfungsi mengikat setiap rel module agar tetap kokoh. Penggunaan struktur tersebut untuk mengurangi resiko tiang rel module kelebihan beban. Jenis bahan yang digunakan untuk besi pengikat adalah besi ulir (deformed bar) uk. Ø 10 mm. Jenis besi ulir memiliki kelebihan mampu menahan gaya tarik dan gaya tekan. Hal

38 76 tersebut dapat diaplikasikan untuk menahan beban yang ditahan oleh tiang rel module. Gambar besi ulir (deformed bar) dapat dilihat pada Gambar 58. Gambar 58. Besi Ulir (Sumber: PT. Bas-Baja, 2011) b. Pekerjaan Softmaterial Pekerjaan softsmaterial yang dikerjakan oleh mahasiswa magang adalah membuat gambar kerja detail penanaman yang meliputi spesifikasi tanaman yang meliputi nama tanaman, diameter standar tanaman, density, luasan area, dan jumlah polibag per m 2. Prosentase jumlah tanaman disesuaikan dengan luasan warna pada konsep. Pola A, mempunyai prosentase merah (25%), hijau muda (30%), hijau tua (20%), dan kuning (25%). Pola B, prosentasenya merah (20%), hijau muda (35%), hijau tua (15%), dan kuning (30%). Density pada tanaman adalah jumlah tanaman setiap ukuran 1 m 2. Kuantitas dari density berbanding terbalik dengan ukuran diameter tajuk. Semakin besar diameter tajuk tanaman, maka semakin kecil jumlah density nya dalam suatu area. Untuk jarak tanam berbanding lurus dengan ukuran diameter dari tajuk tanaman. Semakin besar ukuran diameter tajuk, maka semakin besar jarak penanaman. Tanaman berukuran besar seperti Bromelia Merah (Neoregelia tricolor) memiliki diameter 30 cm dan jarak tanam 30 cm serta density 12 pb/m 2. Pakis Kelabang (Nephrolepis biserrata) memiliki diameter tajuk 20 cm dan jarak tanam 20 cm serta density 16 pb/m 2. Sirih Gading (Scindapsus aureus) memiliki diameter tajuk lebih kecil adalah 15 cm dan jarak tanam 15 cm serta density 36 pb/m 2. Sirih gading Gold (Scindapsus aureum Gold ) memiliki diameter tajuk sama yaitu 15 cm dengan jarak tanam 15 cm serta density 36 pb/m 2. Spesifikasi penanaman untuk pekerjaan vertical greenery dapat dilihat pada Gambar 59 dan 60.

39 77 Blow Up Ilustrasi Pola Tanaman Gambar 59. Spesifikasi Tanaman Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over Pola Desain A (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

40 78 Blow Up Ilustrasi Pola Tanaman Gambar 60. Spesifikasi Tanaman Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over Pola Desain B (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

41 79 c. Pekerjaan Irigasi Pekerjaan irigasi merupakan pekerjaan untuk membuat sistem pengairan dan penentuan peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung sistem tersebut. PT. ESCI membuat produk pekerjaan irigasi hanya sampai rencana induk irigasi yang berupa penentuan titik air dan letak pipa untuk irigasi baik itu pipa subline dan main line. Pekerjaan irigasi yang lebih detail dilakukan oleh konsultan mechanical and electrical (ME) yang ditunjuk oleh pihak klien. Konsultan ME ditunjuk sebagai bagian tim proyek karena lebih menguasai sistem kompleks pekerjaan irigasi, pekerjaan pipa dan pekerjaan listrik, tetapi konsep dasar atau desain pengembangan berasal dari konsultan arsitektur lanskap. Detail irigasi yang didesain oleh PT. ESCI adalah letak pipa mainline, subline dan letak titik air. Pipa mainline adalah pipa yang berfungsi sebagai distributor untuk mengalirkan air irigasi dari sumber pompa utama ke setiap tiang kolom. Panjang total pipa mainline adalah 271 m 1 untuk mengalirkan air ke semua tiang kolom. Letak pipa mainline berada di atas fly over agar tidak mengganggu kendaraan. Ukuran pipa yang digunakan adalah Ø 25 mm. Pipa subline adalah pipa yang berfungsi mendistribusikan aliran air dari pipa mainline ke dalam VGM pada tiang kolom. Ukuran pipa yang digunakan adalah Ø 25 mm. Letak pipa subline berada di dalam frame module agar aliran irigasi dapat langsung mengairi media tanam. Selain itu, pipa tersebut dimasukkan ke dalam frame module agar tidak terlihat dan mengganggu estetika. Letak titik air berada pada eksisting pocket park sekitar tiang fly over. Titik air yang sudah ditentukan tersebut akan dibuat untuk sumur pompa. Pengadaan dan pemasangan sumur pompa diperlukan agar saluran irigasi untuk vertical greenery dapat lebih mudah. Titik air adalah bagian dari rencana irigasi yang berfungsi sebagai sumber air yang didistribusikan ke pipa mainline (Gambar 61). Di dalam titik air tersebut terdapat sumur pompa, panel kontrol manual dan otomatis. Adapun elemenelemen yang diperlukan untuk pengadaan dan pemasangan sumur pompa adalah sebagai berikut: pengadaan dan pemasangan pompa transfer air bersih lengkap dengan pondasi dan instalasi listrik. Untuk pusat kontrol irigasi dibuat rumah pompa yang terbuat dari kerangka besi.

42 80 Irigasi otomatis Irigasi otomatis Irigasi Manual Irigasi Manual Irigasi otomatis Irigasi otomatis Gambar 61. Rencana Sistem Irigasi (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

43 81 Beberapa material pendukung dalam rencana irigasi adalah Ball Valve Drat Br Kitz 400 Psi T 1 1/2 ", Elbow (Tee ukuran 1 1/4"), dan Elbow (Knee 45º ukuran 1 1/4"). Ball valve adalah kran yang berfungsi untuk mengatur aliran air irigasi dari pipa. Elemen ini digunakan pada pipa mainline dan subline. Elbow Tee adalah elemen pendukung dari instalasi pipa yang berfungsi membagi aliran air. Elbow knee adalah elemen pendukung yang berfungsi untuk mengatur arah pipa. Elemen pendukung dapat dilihat pada Gambar 62. a b c Gambar 62. Elemen Pendukung Instalasi Irigasi (a. Ball Valve, b. Elbow Tee, dan c. Elbow Knee (Sumber: plumbing-suplay, 2011) Tiang kolom yang berjumlah dua buah dengan ketinggian 6 m berada pada posisi yang susah menjangkau titik air (lihat kembali Gambar 61). Tiang kolom tersebut berada di berada di bagian tengah badan jalan, sehingga sulit dihubungkan dengan pipa mainline dari titik air. Untuk mengatasi hal tersebut, PT. ESCI menggunakan sistem irigasi manual dengan menggunakan selang dan tangki air. Sistem aliran irigasi sama seperti pada sistem automatis dimana air dialirkan dari atas sampai membasahi media dan daun tanaman. Sistem ini dikerjakan oleh bagian pemeliharaan taman Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Pembahasan Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Jalan Fly Over, Pramuka DKI Jakarta Konsep Desain. Konsep desain yang digunakan PT. ESCI pada proyek ini meliputi konsep bentuk dan konsep warna. Konsep bentuk menggunakan garis geometris horizontal dan vertikal yang membentuk rectilinier. Bentuk recliniear menurut

44 82 Lin (1993) menciptakan kesan kaku, tegas dan formal. Kesan tersebut dikombinasikan dengan warna dingin (hijau tua dan hijau muda) dan warna panas (merah dan kuning) untuk menghilangkan kesan tidak monoton untuk dinikmati pengguna jalan secara visual. Bentukan rectilinier yang digunakan didominasi pola yang mengarah secara vertikal (Gambar 63). Bentukan tersebut memberikan aksentuasi terhadap ketinggian yang dapat berfungsi sebagai pengarah jalan bagi kendaraan. Kedua pola desain yang dirancang dengan membentuk ritme a-b-a-b (berselang) (lihat kembali Gambar 41) dapat memberikan kesan dinamis sebagai pengarah terhadap pengendara saat melaju. Gambar 63. Ilustrasi Pola Rectilinier Dominasi Arah Vertikal (Digambar Oleh: Fauzi, 2011) Dari beberapa konsep desain yang diajukan kepada klien, terdapat satu pola yang tidak termasuk bentukan rectilinier yaitu pola E (lihat kembali Gambar 39). Pola tersebut dibentuk dari garis geometris diagonal yang membentuk bentukan rectilinier 45º. Bentukan rectilinier dan rectilinear 45º menurut Lin (1993), termasuk jenis pola desain yang mempunyai karakter dan bentukan yang berbeda. Hal tersebut mengakibatkan ketidakkonsistenan dalam pengajukan pola desain kepada klien. Warna yang digunakan pada pola A dan B adalah 50% warna dingin (hijau muda dan hijau tua) dan 50% warna panas (merah dan kuning). Warna dingin yaitu hijau tua dan hijau muda menurut Sutton dan Whelan (2004), memberikan panjang gelombang yang pendek mudah diterima oleh mata, sehingga memberikan kesan sejuk. Kesan warna sejuk tersebut belum bisa menutupi warna merah kuning yang memberikan kesan panas. Hal tersebut perlu diperhatikan karena tiang kolom berada di area jalan raya yang gersang dan panas.

45 Tanaman Vertical Greenery a. Konsep Tanaman Konsep vegetasi (softscape material) yang digunakan oleh PT. ESCI adalah tanaman yang memiliki warna hijau muda, hijau tua, merah dan kuning gersang berasal dari daun. Warna hijau muda dan hijau tua yang digunakan sebagai warna dominan menimbulkan kesan sejuk cocok untuk kondisi tapak. Warna merah dan kuning berfungsi sebagai aksen untuk mengurangi kesan monoton pada pola penanaman. Selain itu, pemilihan tanaman yang digunakan memperhatikan syarat tumbuh terhadap kebutuhan matahari. Tiang kolom berada di bawah jalan fly over yang minim cahaya matahari, sehingga membutuhkan tanaman semi naungan atau naungan. Hal tersebut sesuai dengan Sujayanto (2011), bahwa jenis tanaman untuk pengisi taman harus memperhatikan syarat kebutuhan naungan, semi naungan dan cahaya penuh. Analisis jenis tanaman terhadap kebutuhan cahaya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Jenis Tanaman dengan Kebutuhan Cahaya No Nama Tanaman Warna daun/bunga Jenis Tanaman Syarat tumbuh penyinaran 1 Neoregelia tricolor/ Bromelia Bunga merah penutup tanah semi naungan 2 Nephrolepis biserrata/pakis semi naungan dan hijau muda penutup tanah Kelabang naungan 3 Scindapsus aureus/sirih Gading hijau tua merambat semi naungan 4 Scindapsus aureus/sirih Gading kuning merambat semi naungan Sumber: Lestari dan Kencana (2008) Penentuan konsep tanaman yang digunakan oleh PT. ESCI pada proyek ini menggunakan konsep yang lebih menonjolkan estetika seperti warna dan bentuk daun, tetapi untuk konsep ekologis tanaman seperti penyerap polutan tidak digunakan. Hal ini perlu diperhatikan karena kondisi udara sekitar fly over didominasi polutan udara hasil emisi kendaraan. Fungsi ekologis tanaman perlu diperhitungkan agar vertical greenery optimal memberikan manfaat bagi user. Jenis kendaraan yang digunakan di sekitar fly over meliputi kendaraan pribadi (mobil, sepeda motor), angkutan umum (angkot, bis kota, bajaj, dan busway), dan pengangkut barang (truk box, truk tangki). Jenis kendaraan tersebut sering melewati area fly over dan menimbulkan asap kendaraan yang berlebihan saat kondisi macet. Kondisi tersebut menyebabkan lokasi di sekitar fly over

46 84 memiliki resiko tersemar polutan. Hal ini mengacu pada Santoso (2010), bahwa faktor dominan penyebab polusi udara berasal dari sektor transportasi perkotaan meliputi: a. perkembangan jumlah kendaraan yang cepat, b. tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada, c. jenis, umur dan karakter kendaraan bermotor, d. jenis bahan bakar yang digunakan, Menurut Yusad (2003), jenis emisi polutan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor adalah SO 2, CO, NO, dan NO 2. Semua zat tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan, radang paru-paru, dan menghambat fungsi paru-paru. Jenis bensin yang beredar di Indonesia masih banyak yang mengandung logam timbal, sehingga pertikel logam yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor mengandung partikel timbal (pb) (Santoso, 2010). Efek negatif partikel timbal bagi kesehatan menurut Onggo (2006), meliputi tekanan darah tinggi, serangan jantung, kemandulan, dan penurunan kecerdasan anak. Selain gas SO 2, CO, NO, Pb, dan NO 2 menurut Andayani et.al (2012), terdapat zat polutan yang bersumber dari asap kendaraan yaitu formaldehid dalam bentuk gas dan benzena dalam bentuk cairan hidrokarbon aromatik. Selain polutan dalam wujud gas, logam dan cairan, asap kendaraan bermotor dapat menghasilkan partikel halus (fine particulate matter) sebesar 10µm, yang dapat dihirup oleh manusia dan diteruskan ke organ pernapasan (Mediastika, 2002). Sumber polutan partikel halus (fine particulate matter) juga dapat ditimbulkan dari permukaan jalan beraspal yang terjadi pada saat gesekan roda kendaraan dan permukaan jalan. Deskripsi tersebut menghasilkan hipotesis bahwa area jalan sekitar tiang kolom fly over Pramuka beresiko memiliki udara tercemar polusi yang bersumber dari asap kendaraan dan bahan permukaan jalan. Zat polutan yang berpotensi dihasilkan pada area tesebut meliputi emisi gas SO 2, CO, NO, NO 2, formaldehid, partikel logam timbal (pb), cairan benzena, dan partikel halus (fine particulate matter). Jenis tanaman yang memiliki karakter kemampuan tinggi menyerap polutan SO 2, CO, NO, NO 2, formaldehid, partikel logam timbal (pb), dan cairan

47 85 benzena menurut Santoso (2010) adalah memiliki ciri-ciri, yaitu a) daun berbulu halus, b) permukaan daun kasar, c) daun bersisik, e) tepi daun bergerigi, f) daun jarum, dan g) permukaan daun bersifat melekat. Menurut Mediastika (2002), syarat tumbuhan mengendapkan partikel halus (fine particulate matter) adalah a) memiliki permukaan daun tidak licin (berbulu), b) berdaun lebat dengan posisi dedaunannya yang tumpang tindih, c) jenis semak dan perdu-perduan atau tanaman rambat (climbing plants), d) luas daun minimal 5 cm², e) kondisi tumbuh sekitar 1-1,5m di atas permukaan tanah. Pada proyek ini PT. ESCI menggunakan beberapa jenis tanaman semak rendah, penutup tanah dan epifit. Jenis tanaman tersebut adalah a) bromelia merah (Neoregalia sp), b) paku boston (Nephrolepis biserata), c) sirih gading (Scindapsus aureus), d) sirih gading Gold (Scindapsus aureum Gold ). a.1 Bromelia Merah (Neoregalia sp) Morfologi daun tanaman Bromelia Merah (Neoregalia sp) menurut Rahayu (2011), adalah tanaman bromelia memiliki tepian daun bergerigi. Morfologi daun yang dimiliki bromelia tersebut termasuk salah satu kriteria tanaman penyerap polutan. Hal tersebut sesuai pada Andayani et.al (2012) yang menyatakan bahwa tanaman bromelia sp mampu membersihkan berbagai jenis polutan udara terutama pada malam hari. Permukaan daun bromelia tidak memiliki bulu tetapi memiliki beberapa karakter pengendap partikel halus (fine particulate matter), yaitu a) posisi daun tumpang tindih, b) berdaun lebat, c) luas daun > 5 cm 2. Karakter daun berpotensi untuk mengendapkan partikel halus (fine particulate matter). Morfologi daun tanaman Bromelia merah (Neoregalia sp) memiliki potensi untuk menyerap emisi gas polutan dan mengendapkan partikel halus (fine particulate matter). Jenis Bromelia Merah memiliki kapasitas 22.5 % dari total tanaman yang digunakan pada proyek ini. a.2 Pakis Kelabang (Nephrolepis biserrata) Menurut Andayani et.al (2012), tanaman Nephrolepis biserrata mampu mendekomposisi formaldehid di udara melalui stomata. Selain itu, kapasitas Nephrolepis biserrata dalam menyerap formaldehid menurut Franz (2008) adalah

48 86 sebesar 1800 µg/hr. Jenis Nephrolepis biserrata memiliki kapasitas total 32.5 % dari total tanaman yang digunakan pada proyek ini. a.3 Sirih Gading (Scindapsus aureus) Menurut Nasrullah et.al (2000), tanaman Sirih Gading termasuk dalam tanaman penyerap gas emisi NO 2 sedang yaitu 25,63 µg/g. Menurut Bidwell dan Fraser (1981) yang diacu dalam Santoso (2010), jenis tanaman Sirih Belanda atau Scindapsus aureus dapat menyerap gas emisi CO sejumlah 113 ppm/hari. Selain itu menurut Andayani et.al (2012) Sirih Gading berpotensi menyerap zat polutan yaitu NO 2, benzena, dan formaldehid. Sirih Gading (Scindapsus aureus) termasuk jenis tanaman merambat (climber) yang memiliki morfologi daun yaitu permukaan daun licin sempurna (dilapisi lilin). Karakter daun Sirih Gading tersebut menurut Mediastika (2002) kurang maksimal untuk mengendapkan partikel halus (fine particulate matter) dibandingkan dengan jenis tanaman yang berdaun kasar (dilapisi bulu). Kedua hasil analisis tersebut menghasilkan suatu hipotesis bahwa jenis tanaman Sirih Gading (Scindapsus aureus) memiliki potensi untuk menyerap gas emisi NO 2, CO, formaldehid, benzena dan partikel halus (fine particulate matter) sekitar kolom fly over. Jenis Scindapsus aureus memiliki kapasitas total 17.5 % dari total tanaman yang digunakan pada proyek ini. a.4 Sirih Gading Gold (Scindapsus aureum Gold ) Sirih Gading Gold (Scindapsus aureum) adalah jenis tanaman family Araceae yang merupakan spesies dari keluarga tanaman Sirih Gading. Potensi tanaman ini sama seperti jenis Scindapsus aureus yaitu berpotensi menyerap gas emisi NO 2, CO, formaldehid, benzena dan partikel halus (fine particulate matter). Jenis Sirih Gading Gold memiliki kapasitas total 27.5 % dari total tanaman yang digunakan pada proyek ini. Dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang digunakan oleh PT.ESCI pada proyek ini memiliki potensi menyerap polutan udara. Jenis tanaman tersebut adalah a) Bromelia Merah (Neoregalia sp) mampu menyerap dan mengendapkan partikel halus (fine particulate matter), b) Pakis Kelabang (Nephrolepis exaltata) mampu menyerap formaldehid, c) Sirih Gading (Scindapsus aureus) mampu

49 87 menyerap NO 2, CO, formaldehid, benzena dan partikel halus (fine particulate matter), dan d) Sirih Gading Gold (Scindapsus aureum Gold ) mampu menyerap NO 2, CO, formaldehid, benzena dan partikel halus (fine particulate matter). Zat polutan yang kemungkinan dapat diserap oleh tanaman vertical greenery pada area jalan sekitar fly over adalah gas NO 2, CO, benzene, formaldehid, dan partikel halus (fine particulate matter). Hal tersebut menghasilkan hipotesis terdapat zat polutan yang tidak diserap pada area jalan sekitar fly over, yaitu SO 2 dan timbal (pb). Rekomendasi jenis tanaman penyerap SO 2 dan benzene memiliki karakter tanaman vertical greenery adalah Sansivera sp Desain Penanaman Sistem penanaman yang digunakan PT.ESCI pada proyek ini adalah vertical class. Sistem tersebut adalah penanaman dengan bidang vertikal sebagai cakupannya dan orientasi tanaman mengarah horizontal untuk mengekspos bentuk tanaman kepada user. Menurut Hortpark (2009), teknik penanaman vertical class adalah rancangan penanaman dimana tanaman dirancang ditanam secara vertikal dengan dinding sebagai bidang cakupan. Kelebihan dari sistem ini adalah bentuk tanaman bisa diekspos terhadap arah pandangan manusia dan dapat dinikmati dari jarak dekat. Hal tersebut kurang berpengaruh pada vertical greenery tiang kolom yang dipasang di sebelah jalan, karena waktu untuk memperhatikan tekstur tanaman relatif lebih kecil pada saat laju kendaraan. Sistem penanaman lebih bisa dinikmati pada saat kondisi macet, karena warna dan bentuk daun dapat dinikmati dalam waktu yang lebih lama dibandingkan saat kendaraan melaju Media Tanam Jenis media tanam yang digunakan oleh PT.ESCI pada proyek ini adalah jenis media campuran. Campuran tersebut adalah serbuk pakis 25%, serbuk cocopeat 25%, kompos 25%, dan batu apung 25%. Penggunaan jenis ini bertujuan agar kandungan unsur hara dan nutrisi dari setiap jenis media lebih banyak dan beragam. Hal tersebut sesuai Ginting (2008), bahwa penggunaan media campuran cenderung mendorong pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Hal tersebut lebih baik dibanding media tunggal karena masing-masing media saling

50 88 mendukung. Kelebihan dan kekurangan setiap media yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kelebihan dan Kekurangan Jenis Media Tanam No Jenis Media Kelebihan Kekurangan Tanam 1 Cocopeat a.mengikat dan menyimpan air a.mudah lapuk pada curah hujan yang tinggi b.mengandung unsur hara b.cepat membusuk esensial (Ca, Mg, K, N, P ) 2 Pakis a.mengikat air a.habitat semut dan serangga b.memiliki aerasi dan drainase b.bahan termasuk langka yang baik c.mampu mengikat akar d.mempengaruhi pertambahan daun 3 Kompos a.fasilitator penyerapan unsur N a.proses dekomposisi terlalu cepat b.kandungan bahan organik yang tinggi dapat menimbulkan suatu penyakit, b.media tanam harus sering diganti untuk menghindari penyakit 4 Batu apung a.menyerap air a.cepat kering jika tidak dilakukan b.membantu peredaran unsur Penyiraman rutin hara c.membantu peredaran udara d.ringan e.mampu melarutkan air (Sumber: Lestari, 2011) Media tanam yang digunakan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Setiap media saling mendukung antara kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Kekurangan yang dimiliki pada suatu media, akan didukung dengan kelebihan yang dimiliki media lain. Media cocopeat kekurangannya mudah melapuk dan rusak jika terkena sinar matahari dan air yang berlebihan. Hal tersebut dikarenakan media ini dapat menyimpan air yang berlebihan. Untuk mengatasi hal tersebut, media pakis dan batu apung mendukung dengan mengeluarkan kelebihan air. Media batu apung yang memiliki kekurangan cepat melarutkan dan mengeluarkan air, ditanggulangi dengan kelebihan cepat menyerap air dari media pakis dan cocopeat. Pakis yang memiliki kelebihan dapat mengikat akar dibutuhkan pada penanaman vertical greenery, karena tidak dimiliki oleh media lain. Kompos memiliki kandungan organik tinggi yang tidak ada pada media lain sangat dibutuhkan pada vertical greenery. Selain itu, cocopeat memiliki kelebihan

51 89 mengandung unsur hara esensial yang bermanfaat bagi tanaman dan tidak dimiliki media lain. Setiap kelebihan pada suatu media yang tidak dimiliki oleh media lain, menjadi pendukung keoptimalan semua media yang digunakan. Kelemahan jenis mixed media ini adalah kurang praktis dalam proses pemasangan, sehingga memerlukan wadah dan geotextile untuk menahan agar tidak terjatuh Untuk mengatasi hal tersebut PT. ESCI menggunakan VGM bag yang dilengkapi geotextile dan rangka besi untuk menahan serpihan media, tetapi lubang tanam yang berada dibagian depan lebih beresiko serpihan medianya jatuh Struktur Pendukung Struktur pendukung yang digunakan PT. ESCI berfungsi untuk memodifikasi tanaman agar dapat tumbuh secara vertikal. Struktur tersebut tersusun dari beberapa bagian yang memiliki fungsi. Setiap bagian struktur tersebut disesuaikan menurut kondisi struktur dan bentuk bidang vertikal. Struktur tersebut adalah vertical green module (VGM), bingkai modul (frame module), dan rel module. Alternatif desain konstruksi yang diajukan PT. ESCI ada dua yaitu alternatif I dengan rel module langsung dan alternatif II dengan rel module tidak langsung. Kelebihan dari desain konstruksi alternatif I adalah menghasilkan struktur yang kokoh, karena bidang kolom menyangga langsung struktur vertical greenery. Kekurangan dari alternatif I adalah perlakuan langsung terhadap struktur kolom, sehingga berpengaruh terhadap kekuatan tiang kolom sebagai penyangga beban fly over. Kelebihan desain konstruksi alternatif II adalah tidak merusak struktur kolom sebagai penyangga fly over. Kekurangan dari alternatif ini adalah adanya pembongkaran terhadap struktur pedestrian track di sekitar tiang. Pembongkaran tersebut dilakukan untuk memasang struktur pondasi. Desain konstruksi alternatif I (lihat kembali Gambar 50) yang ditawarkan perusahaan tidak sesuai dengan kondisi tiang kolom tersebut. Konstruksi pada alternatif I memberikan perlakuan terhadap struktur tiang kolom sehingga dapat mempengaruhi kekuatannya dalam menopang beban fly over. Perlakuan tersebut adalah penggunaan skrup penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan langsung struktur vertical greenery dengan tiang kolom. Penggunaan skrup

52 90 mengakibatkan pengeboran terhadap struktur kolom dapat menimbulkan getaran dan perusakan struktur tiang. Hal tersebut mengakibatkan desain konstruksi ini tidak tepat diajukan kepada klien sebagai alternatif desain. Desain konstruksi alternatif II (Gambar 51) yang dirancang perusahaan lebih sesuai untuk kondisi tiang kolom sebagai penopang beban fly over. Kelebihan konstruksi tersebut adalah struktur rel module dirancang memiliki pondasi sebagai penopang beban struktur vertical greenery, sehingga menjadi solusi agar tidak mengganggu struktur tiang kolom. Desain konstruksi alternatif II lebih tepat diajukan kepada klien karena mementingkan unsur keamanan di area publik. Untuk penggunaan struktur VGM bag dan frame module yang diajukan PT. ESCI memiliki kekurangan yaitu menimbulkan space tiap kolom yang tidak tertutup struktur dan tanaman vertical garden secara optimal. Hal tersebut dikarenakan penggunaan VGM dan frame module yang memiliki permukaan bidang datar, sehingga tidak dapat menutupi seluruh permukaan tiang kolom yang memiliki permukaan melengkung (Gambar 64). Gambar 64. Ilustrasi Penutupan VGM pada Bidang Kolom (Digambar oleh: Fauzi, 2011) Alasan PT. ESCI menggunakan vertical green module (VGM) adalah kemudahan dalam mengatur pola penanaman dengan prinsip puzzle dan kemudahan dalam bongkar pasang. Harga panel VGM yang ditawarkan oleh PT.

53 91 ESCI lebih murah dibandingkan dengan VGM di pasaran yaitu Rp Rp /m 2. VGM memiliki kekurangan tidak bisa mengikuti bentuk permukaan selain bidang datar. Bahan VGM bag dan frame module yang digunakan PT. ESCI adalah aluminium galvanis. Bahan ini tidak mudah berkarat sehingga lebih awet digunakan sampai 3 tahun. Selain itu bahan aluminium yang tidak cepat panas tidak mempercepat proses penguapan air irigasi pada media tanam sehingga dapat mengurangi resiko media tanam cepat kering Sistem Irigasi Hal yang harus diperhatikan dalam sistem irigasi pada vertical greenery adalah waktu, efisiensi irigasi, dan volume penggunaan. Sistem irigasi (irrigation system) yang digunakan oleh PT.ESCI adalah irigasi tetes (drip irrigation). Sistem tersebut lebih efektif karena membasahi area media tanam untuk diserap akar tumbuhan sehingga lebih optimal. Penggunakan sistem irigasi tetes dengan timer bertujuan agar waktu penyiraman dan volume air yang digunakan lebih efesiensi. Hal tersebut sesuai dengan Sujayanto (2011) bahwa irigasi tetes menghemat jumlah air yang dikeluarkan, karena hanya membasahi bagian yang dibutuhkan. Selain itu, dengan irigasi tetes, klien dapat mengatur timer otomatis untuk melakukan irigasi. Sistem irigasi yang digunakan oleh PT. ESCI antara lain sumber titik air, sumur pompa transfer air bersih (filter), panel control otomatis, instalasi listrik, kran, pipa mainline, pipa subline, pembagi aliran (ball valve, elbow tee, elbow knee), pupuk cair. Komponen tersebut sesuai pada Hortpark (2010), bahwa elemen irigasi terdiri dari sumber keran, filter, pengatur waktu, pengatur tekanan, dan pupuk cair. Kesulitan dalam mengaplikasikan sistem irigasi tetes adalah memerlukan titik air berupa tanah yang memiliki lapisan tebal (true ground) untuk pembuatan sumur pompa. Kondisi tiang kolom yang berada di sekitar jalan beraspal sulit menentukan titik air. Solusi yang digunakan PT. ESCI adalah memanfaatkan lokasi pocket park yang memiliki ketebalan tanah yang dapat digali menjadi sumur pompa. Hanya saja terdapat 2 (dua) tiang kolom tinggi 6 m berada jauh dari letak pocket park, sehingga terdapat kesulitan untuk dijangkau oleh pipa mainline.

54 92 Kondisi tersebut menyebabkan kedua tiang menggunakan sistem irigasi tetes secara manual, sehingga tidak semua vertical greenery pada tiang kolom menggunakan sistem irigasi tetes secara otomatis. Sistem irigasi tetes manual memiliki kekurangan dalam aspek kemudahan dan biaya pemeliharaan, karena tidak menggunakan timer yang otomatis menyiram tepat waktu. Sistem ini menggunakan selang yang disemprotkan secara manual oleh manusia. Kendala tersebut berpengaruh terhadap efisiensi irigasi yang dilakukan dibandingkan dengan timer yang dapat diatur jadwal penyiraman dan jumlah air yang dikeluarkan Rekomendasi Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Fly Over Rekomendasi Struktur Vertical Greenery Rekomendasi struktur ini bertujuan mencarikan alternatif pengganti VGM dan frame module yang tidak optimal dalam penutupan permukaan bidang kolom dan material penopang mixed media yang berbentuk serpihan. Alternatif struktur untuk kendala bidang kolom yang mempunyai permukaan melengkung adalah menggunakan struktur media geotextile atau felt. Menurut Sujayanto (2011), geotextile merupakan material yang berbentuk lembaran kain yang memiliki kelebihan penanaman sempurna ke segala arah. Menurut Blanc (2008), material felt adalah bahan semacam kain yang dibuat dari bulu binatang dan memiliki zona perakaran tipis tidak lebih dari 5 cm. Geotextile dan felt adalah jenis material vertical greenery yang memiliki sifat sama seperti lembaran yang dapat digunakan mengikuti bentuk bidang vertikal. Kedua jenis tersebut memberikan solusi untuk vertical greenery pada bidang kolom karena dapat menutupi mengikuti bentukan permukaan kolom yang melengkung. Contoh proyek perancangan vertical greenery pada tiang kolom yaitu vertical greenery shopping center Esplanade Bangkok, Thailand. Pada proyek tersebut Patrick Blanc menggunakan material felt untuk menopang perakaran dan menutupi semua bagian bidang kolom dengan optimal (Gambar 65). Kendala pemasangan mixed media yang berbentuk serpihan dapat diatasi dengan sistem pada geotextile, dimana media ditahan oleh kantung geotextile dan dibungkus oleh rockwool. Untuk sistem pemasangan tanaman dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama permukaan bidang dilapisi dua lapis bahan geotextile

55 93 mengikuti permukaan bidang vertikal. Tahap kedua lapisan pertama dibuat lubang sayatan selebar 10 cm membentuk kantung dengan jarak disesuaikan dengan diameter tajuk tanaman. Selanjutnya tahap terakhir akar, media, rockwool dimasukan kedalam untuk memasukan akar tanaman (Gambar 66). Untuk pemasangan tanaman lebih mudah dilakukan tanpa bantuan alat pengangkut seperti pada VGM, karena memiliki bobot yang lebih ringan dibanding VGM. Gambar 65. Vertical Greenery pada Bidang Kolom Esplanade Shopping Center Bangkok (Sumber: Blanc, 2008) a b Gambar 66. Sistem Pemasangan Tanaman pada Felt dan Geotextile (Sumber: Bribach, 2011 dan Sujayanto, 2011) Kekurangan apabila menggunakan jenis felt pada proyek ini adalah ketersediaan yang cukup langka di Indonesia, sehingga sulit diperoleh. Untuk menanggulangi hal tersebut dapat menggunakan jenis geotextile yang biasa digunakan pada karpet mobil yang tersedia dipasaran dengan harga sekitar Rp 40 ribu-100 ribu/m 2. Harga tersebut lebih murah dibandingkan menggunakan vertical green module (VGM) dengan harga sampai Rp 1 juta/m 2. Kekurangan lain dari sistem ini adalah pola penanaman yang tidak bisa diubah sesuai keinginan klien,

56 94 karena akar tanaman sudah melekat pada media. Selain itu, sistem pemasangan tanaman kurang praktis, karena tanaman dipasang satu persatu menyesuaikan dengan pola dibandingan VGM dengan sistem puzzle. Hal tersebut sesuai pendapat Sujayanto (2011), bahwa kekurangan dari geotextile (frame carpet) adalah dalam hal pemasangan dan penggantian tanaman yang kurang praktis Rekomendasi Tanaman Penyerap SO 2 dan Timbal (pb) Hasil analisis potensi tanaman penyerap polutan menyimpulkan zat polutan udara yang kemungkinan belum diserap oleh tanaman vertical greenery PT. ESCI adalah SO 2 dan timbal (pb). Rekomendasi jenis tanaman yang memiliki karakter tanaman vertical greenery dan dapat menyerap zat polutan udara adalah Sanseviera sp. Hal tersebut berdasarkan pernyataan Adijaya (2005) diacu dalam Fatmawati (2010), bahwa Sanseviera sp mampu menyerap polutan berbahaya di udara seperti timbale (pb), klorofom, benzene, xylene, SO 2, formaldehid, dan trichloroethylene. Menurut Sujayanto (2011), jenis Sanseviera sp memiliki karakter tanaman yang sesuai dengan karater tanaman vertical greenery, yaitu berakar lunak, perakaran dangkal, beradaptasi terhadap cahaya matahari, berdaun indah, dan tidak berkayu. Selain itu, menurut Lestari dan Kencana (2008) Sanseviera sp toleran terhadap kondisi cahaya matahari semi naungan, sehingga dapat diaplikasikan pada kondisi tapak eksisting. Contoh jenis Sanseviera sp yang dapat digunakan antara lain Sansevieria hahnii berwarna daun hijau tua, Sanseviera trifasciata Moonshine berwarna daun hijau muda, dan Sanseviera hahnii Golden berwarna daun dominan kuning dan strip hijau (Gambar 67). a b c Gambar 67. Rekomendasi Tanaman Sansevieria sp (a. Sansevieria hahnii, b. Sanseviera trifasciata Moonshine, c. Sanseviera hahnii Golden ). (Sumber: Lestari dan Kencana, 2008)

57 95 Ketiga jenis Sanseviera sp dapat disubtitusikan dengan sebagian tanaman yang digunakan PT. ESCI menyesuaikan dengan pola warna. Sansevieria hahnii yang memiliki warna daun hijau tua dapat disubtitusikan dengan Scindapsus aureus yang memiliki warna sama (Gambar 68). Sanseviera trifasciata Moonshine yang memiliki warna daun hijau muda dapat disubtitusikan dengan Nephrolepis biseratta yang memiliki warna sama (Gambar 69). Sanseviera hahnii Golden berwarna daun dominan kuning dapat disubtitusikan dengan Scindapsus aureum Gold yang memiliki warna sama (Gambar 70). Gambar 68. Ilustrasi Substitusi Scindapsus aureus dengan Sansevieria hahnii. (Sumber: Fauzi, 2012) Gambar 69. Ilustrasi Substitusi Nephrolepis biserrata dengan Sansevieria trifasciata moonshine. (Sumber: Fauzi, 2012)

58 96 Gambar 70. Ilustrasi Substitusi Scindapsus aureum gold dengan Sansevieria hahnii golden. (Sumber: Fauzi, 2012) Kesimpulan Perancangan Vertical Greenery Tiang Kolom Jalan Fly Over, Pramuka DKI Jakarta. Aspek penting yang harus diperhatikan dalam perancangan vertical greenery tiang kolom yang berada di lingkungan jalan raya adalah keindahan, kenyamanan, keamanan, dan keoptimalan desain. Semua aspek tersebut memperhatikan manfaat yang ditimbulkan vertical greenery tiang kolom kepada pengguna jalan. Aspek keindahan yang digunakan adalah komposisi tanaman yang mengkombinasikan bentuk tanaman, warna dan pola penanaman. Kombinasi yang digunakan menciptakan suatu ritme pola desain yang dirancang mengikuti pergerakan kendaraan. Hal tersebut berfungsi untuk dinikmati secara visual oleh pengendara di sekitar kolom fly over. Aspek kenyamanan berasal dari manfaat vertical greenery sebagai pereduksi polusi udara dari asap kendaraan. Manfaat tersebut berasal dari penggunaan tanaman epifit, semak rendah dan penutup tanah yang memiliki fungsi penyerap polutan. Tanaman yang digunakan PT. ESCI adalah Bromelia merah (Neoregelia tricolor), Pakis haji (Nephrolepis biseratta), Sirih gading (Scindapsus aureus), dan Sirih gading Gold (Scindapsus aureum Gold ). Tanaman tersebut memiliki potensi menyerap zat polutan (NO 2, CO, formaldehid,

59 97 benzene, dan partikel halus) di udara, sehingga menciptakan udara yang baik untuk kesehatan di sekitar tiang kolom. Aspek keamanan yang harus diperhatikan adalah perancangan struktur vertical greenery yang tidak membahayakan pengguna jalan. Struktur tersebut menghindari resiko kerusakan yang dapat merobohkan tiang kolom vertical greenery yang berbahaya bagi pengendara. Penggunaan struktur vertical greenery PT. ESCI pada proyek ini adalah struktur berpondasi yang berdiri sendiri dan tidak bertumpu pada tiang kolom fly over. Hal tersebut untuk menghindari resiko kerusakan struktur tiang kolom fly over yang sudah lama dibangun. Hal lain yang harus diperhatikan adalah aspek keoptimalan rancangan vertical greenery. Aspek tersebut mencakup keberhasilan pertumbuhan tanaman dan kesempurnaan penutupan tanaman pada tiang kolom. Tanaman yang digunakan adalah bersifat tahan panas yang diakibatkan oleh pantulan panas dari material jalan. Selain itu, syarat tumbuh terhadap cahaya perlu diperhatikan agar dapat tumbuh optimal. Posisi tiang kolom yang memperoleh sedikit cahaya matahari menjadi dasar pemilihan tanaman yang toleran semi naungan. Selain itu, jenis struktur yang digunakan berpengaruh terhadap keoptimalan dalam penutupan tanaman. Sistem struktur pendukung yang digunakan oleh PT.ESCI adalah vertical green module (VGM) dan frame module. Struktur ini digunakan PT. ESCI, karena memiliki kelebihan dalam sistem pemasangan mengikuti pola warna dan bentuk tanaman dengan prinsip seperti puzzle. Selain itu, sistem ini dapat memudahkan untuk membongkar, memasang kembali desain, dan mengubah pola desain sesuai keinginan klien. Kekurangan sistem ini tidak cocok diaplikasikan pada bidang yang permukaannya melengkung seperti tiang kolom, karena penutupan tanaman dan struktur kurang optimal. Hal tersebut dikarenakan struktur VGM dan frame module memiliki permukaan datar sehingga tidak efektif menutupi semua permukaan kolom yang melengkung. Sistem irigasi yang digunakan adalah irigasi tetes. Pemasangan instalasi harus memperhatikan aspek titik air sebagai sumur pompa. Titik air berasal dari bagian area yang memiliki sumber air meliputi sungai atau true ground. Sistem irigasi tetes yang digunakan oleh PT. ESCI adalah sistem automatis dan manual. Sistem automatis lebih efektif dalam mengairi bagian media dan akar serta efisien

60 98 dalam waktu penyiraman dan volume air yang digunakan. Sistem manual digunakan karena tiang kolom yang tidak bisa dijangkau dari titik air. Sistem ini tidak efektif dan efisien karena waktu, volume, dan arah aliran dilakukan secara manual oleh manusia. Terdapat 2 (dua) buah tiang kolom yang menggunakan sistem manual. Rekomendasi struktur yang dapat digunakan untuk keoptimalan penutupan tanaman dan penopang mixed media serpihan adalah menggunakan material felt atau geotextile. Jenis ini dapat menutupi mengikuti permukaan bidang dan dilengkapi dengan kantung media. Kekurangan bahan felt adalah ketersediaan yang sulit di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut dapat menggunakan geotextile dari bahan karpet mobil. Hasil analisis potensi tanaman PT. ESCI dalam menyerap polutan menghasilkan hipotesis bahwa tanaman zat polutan yang belum diserap adalah SO 2 dan timbal (pb). Untuk itu direkomendasikan tanaman Sanseviera sp yang teruji dapat menyerap zat polutan tersebut Perancangan Vertical Greenery Lantai Empat Taman Menteng Square, Jakarta Hasil Perancangan Vertical Greenery Lantai Empat Taman Menteng Square, Jakarta Deskripsi Proyek Proyek perancangan vertical greenery Menteng Square adalah bagian kegiatan perancangan dari proyek lanskap residential Menteng Square Jakarta. Perancangan vertical greenery pada proyek ini bertujuan untuk mendukung konsep lanskap residensial yang menciptakan integrasi antara bangunan dengan nuansa alami. Kondisi keterbatasan lahan pada bangunan membuat PT. ESCI mencoba memberikan solusi sebuah ruang terbuka berupa taman yang memanfaatkan ruang secara horizontal maupun vertikal. Untuk solusi pemanfaatan ruang secara vertikal, digunakan konsep vertical greenery Klien dari proyek ini adalah PT. Bahama Development yang merupakan holding company yang memfokuskan diri pada industri properti. Proyek properti Bahama Group yang telah dibangun dan beroperasi dengan baik, antara lain adalah Menara Cawang, Menara Kebon Jeruk, Menara Latumenten, Menteng Square, Botani Square Bogor, dan lain lain.

61 Tahapan Kegiatan Perancangan Kegiatan perancangan vertical greenery yang dilakukan PT.ESCI melalui beberapa tahap. Tahapan tersebut adalah tahap persiapan, inventarisasi, analisis, konsep desain (concept design), konsep desain awal (preliminary concept design), konsep desain akhir (final concept design), rencana pelaksanaan (siteplan), pengembangan desain (design development). Mahasiswa magang berpartisipasi mulai dari tahap inventarsiasi dan analisis tapak di lapang serta pembuatan dokumen gambar di studio. Untuk alur dari tahap perancangan dapat dilihat pada Gambar 71 Persiapan Inventarisasi Analisis Konsep Dasar Konsep desain awal Pengembangan Desain Rencana Tapak Kegiatan Magang Gambar 71. Tahap Perancangan Vertical Greenery Lantai Empat Menteng Square, Jakarta (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Inventarisasi Taman Menteng Square terletak pada area seluas 1,6 ha yang berlokasi di Jalan Matraman no 30 E Jakarta Pusat. Area tersebut berbatasan dengan pemukiman dan Jalan Salemba I di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Matraman dan pemukiman padat, di sebelah barat berbatasan dengan Jalan Inpeksi Ciliwung dan di sebelah timur berbatasan dengan Jalan Raya Salemba. Data yang diperoleh dari proyek ini meliputi data fisik, biofisik, dan sosial baik berupa data primer dan sekunder. Lantai empat direncanakan oleh pihak klien sebagai area rekreasi terbuka hijau tropis. Luasan total area wall yang direncanakan untuk vertical greenery adalah 325 m 2. Lokasi wall yang dirancang berada di beberapa spot lantai empat pada Tower A, B, dan C. a. Aspek Fisik Lokasi wall yang dirancang berada di beberapa spot lantai empat pada Tower A, B, dan C. Setiap lantai empat tower dihubungkan dengan sky bridge

62 100 yang berfungsi sebagai akses penghubung (Gambar 72). Dasar pemilihan wall yang dirancang untuk vertical greenery adalah titik wall tersebut berada di area untuk beristirahat yang dirancang pada lanskap lantai empat. Hal tersebut bertujuan agar pengguna tapak dapat menikmati vertical greenery saat beristirahat. Selain itu, pada Tower A dan B terdapat vertical greenery yang dirancang untuk menutupi gudang. Wall Tower A yang dirancang untuk vertical greenery berada pada area yang mudah terlihat yaitu ruang transisi sampai ruang utama (Gambar 73). Wall yang direncanakan yaitu 6 (enam) wall yang memiliki luasan total 150 m 2. Setiap wall memiliki dimensi yang sama adalah 5 x 5 m (tinggi 5 m, lebar 5 m, dan luas area wall 25 m 2 ). Struktur wall menggunakan material beton bertulang dengan bentuk tembok massive. Bentuk struktur wall adalah bidang segi empat yang memiliki sudut 90º terhadap bidang lantai. Posisi wall yang dirancang pada Tower B berada di sekitar ruang transisi dari arah sky bridge Tower A sampai ruang utama (Gambar 74). Jumlah wall yang direncanakan adalah 4 (empat) wall yang memiliki luasan total 100 m 2. Struktur material, dimensi, dan bentuk wall sama seperti pada Tower A. Posisi wall yang dirancang pada Tower C di sekitar ruang transisi arah skybride Tower B sampai ruang utama (Gambar 75). Jumlah wall yang direncanakan adalah 3 (tiga) wall yang memiliki luasan total 75 m 2. Struktur material, dimensi dan bentuk wall sama seperti pada Tower A dan B. Data inventarisasi lantai empat Menteng Square Jakarta Pusat dapat dilihat kembali pada Tabel 4. Untuk dokumentasi lokasi lantai empat dapat dilihat pada Gambar 76. b. Aspek Biofisik Posisi wall vertical greenery lantai empat Tower A, B, dan C berada di area yang 50% terkena cahaya matahari atau semi naungan. Cahaya matahari tersebut masuk melalui void pada struktur bangunan dan tembok kaca di sekitar wall. Kondisi tersebut menjadi dasar dari pemilihan tanaman vertical greenery dengan syarat tumbuh semi naungan. Suhu maksimum siang hari di sekitar tower adalah 25º-35ºC, sehingga dibutuhkan vegetasi yang berfungsi untuk menurunkan

63 101 suhu udara. Posisi lantai yang tidak langsung terkena cahaya matahari atau semi naungan, menyebabkan suhu maksimum berada sekitar 25º-30ºC. c. Aspek Sosial Aspek sosial yang diperoleh meliputi jenis rekreasi dan aktifitas yang dilakukan di lantai empat. Klien menginginkan lantai empat sebagai area rekreasi ruang hijau. Area rekreasi ruang hijau yang direncanakan adalah aktivitas berekreasi dengan suasana alam tropis. Untuk Tower A dan B, aktivitas yang direncanakan adalah jogging, fitness, dan bersantai. Pada Tower C aktivitas yang direncanakan adalah jogging, bersantai dan area bermain anak (children playground). Penghuni tower apartemen berasal dari berbagai kalangan usia mulai dari anak-anak, dewasa, dan orang tua. Selain itu status sosial penghuni berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas yang memiliki kesibukan cukup tinggi sehingga kurang waktu untuk rekreasi Analisis tapak Tahap analisis tapak dilakukan pada beberapa aspek yang berkaitan dengan keoptimalan perancangan vertical greeney. Aspek tersebut meliputi aspek fisik, biofisik, dan sosial. a. Aspek Fisik Lantai empat merupakan area yang direncanakan oleh pihak arsitek untuk area rekreasi. Pada lantai tersebut terdapat beberapa wall yang tidak dimanfaatkan sehingga terkesan kaku untuk area rekreasi terbuka hijau. Bentuk tembok yang simetris berbentuk bujur sangkar dan memiliki kemiringan normal 90 o menjadikan potensi struktur vertical greenery yang tidak rumit. Bentuk tembok tersebut lebih aman menopang struktur vertical greenery dan tidak membahayakan user. b. Aspek Biofisik Letak wall berada pada sudut yang berpotensi masuknya 50% cahaya matahari (semi naungan). Hal tersebut dikarenakan lantai empat memiliki beberapa tembok void yang memungkinkan masuknya cahaya matahari. Kondisi suhu di lantai empat sekitar 25º-30º C nyaman digunakan user. Bentuk lantai empat memiliki koridor sky bridge antar tower dan beberapa wall berbentuk void menjadikan potensi aliran angin yang cukup sejuk di area tersebut.

64 102 Gambar 72. Base Map Lantai Empat Menteng Square (sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

65 103 Gudang Area istirahat Area istirahat Area istirahat Gambar 73. Base Map Lantai Empat Tower A (sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Lift Barang

66 104 Area istirahat Area istirahat Area istirahat Gambar 74. Base Map Lantai Empat Tower B (sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Lift Barang

67 105 Area istirahat Area istirahat Area istirahat Gambar 75. Base Map Lantai Empat Tower C (sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

68 106 Gambar 76. Foto Lokasi Wall Lantai Empat Menteng Square Jakarta (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Foto: Fauzi, 2011) c. Aspek Sosial Lantai empat memiliki sirkulasi yang berpotensi bagi pengguna untuk mengakses wall vertical greenery. Selain itu, terdapat beberapa titik view untuk menikmati vertical greenery. Pada lantai empat, interior ruang yang dirancang arsitek memiliki visibility view, sehingga berpotensi melihat wall vertical greenery dari berbagai sudut. Titik view terdekat ke arah wall berpotensi untuk menikmati wall vertical greenery meliputi bentuk daun, tektur daun, dan warna. Titik view terjauh sampai batas penglihatan manusia berpotensi untuk menikmati pola bentuk dan pola warna Konsep Dasar (Concept Design) Tujuan awal dari pembangunan Menteng Square adalah membangun area komersial dan hunian yang mengintegrasikan karakter lanskap alami di interior bangunan yang modern. Konsep dasar vertical greenery pada tapak berfungsi sebagai lukisan untuk merefleksikan karakter lanskap alami pada lantai empat. Aspek yang direfleksikan adalah bentukan dari karakter pola desain dan warna tanaman. Konsep dasar ini digunakan untuk menciptakan unity antara vertical greenery dan lanskap interior lantai empat Konsep Desain Awal (Preliminary Concept Design) Preliminary concept design adalah pengembangan dari konsep dasar. Untuk mengembangkan dan mendukung konsep dasar, PT. ESCI menggunakan

69 107 foto dan ilustrasi. Produk dari tahap ini diajukan kepada klien untuk mendapatkan masukan. a. Conceptual Landscape Plan and Ilustration of Vertical Greenery Conceptual landscape plan merupakan rencana perancangan yang bertujuan untuk menunjukkan letak vertical greenery terhadap semua ruang. Pada tahap ini disertai ilustrasi desain vertical greenery (ilustrasi of vertical greenery) berdasarkan konsep dasar yang sudah ditentukan. Konsep bentuk dan warna yang digunakan disesuaikan dengan pola desain lanskap secara keseluruhan dan jenis aktifitas. Pola desain lanskap lantai empat didominasi garis natural untuk menggambarkan bentukan alam yang tidak kaku. Untuk mendukung hal tersebut, pola bentuk yang digunakan pada vertical greenery adalah pola natural melengkung meniru bentuk tumbuhan. Pola desain ini digunakan pada vertical greenery Tower A, B, dan C. Jenis aktivitas yang dominan pada Tower A dan B adalah olahraga dan bersantai. Untuk mendukung hal tersebut, tanaman berwarna hijau digunakan sebagai pemberi kesan sejuk dan sehat. Jenis aktivitas yang dominan pada Tower C adalah aktivitas olahraga, duduk, dan arena bermain untuk anak-anak. Untuk mendukung hal tersebut, digunakan tanaman dengan kombinasi warna hijau dan merah. Warna hijau memberikan kesan sejuk dan sehat, sedangkan warna merah memberikan kesan ceria dan aktif untuk anak-anak. Produk conceptual landscape plan dan illustration of vertical greenery lantai empat dapat dilihat pada Gambar 77 dan 78. a b c 5m 5m 5m 5m Gambar 77. Ilustration Of Vertical Greenery Lantai empat (a. Tower A, b. Tower B, c. Tower C) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Gambar: Fauzi, 2011)

70 108 C B A Gambar 78. Conceptual Plan Landscape Desain Vertical Greenery Lantai Empat (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Di gambar oleh: Fauzi, b. Feature Image Softmaterial Konsep softmaterial yang digunakan adalah kombinasi warna alami tanaman dan tekstur yang ditimbulkan oleh tanaman. Hal tersebut digunakan untuk menghindari kemonotonan. Selain itu, pemilihan jenis tanaman memiliki syarat tumbuh semi naungan yang sesuai pada kondisi eksisting lantai empat. Softmaterial pada vertical greenery lantai empat, menggunakan tanaman Asplenium nidus (paku sarang burung), Ophiopogon sp (opipogon), Asparagus densiflorus mayer (asparagus), Peperomia argyreia (peperomia), Cryptanthus bivittatus 'Pink Starlight (criptantus merah muda) dan Cryptanthus bivittatus (criptantus merah). Konsep softmaterial pada lantai empat dapat dilihat pada Gambar 79, 80, 81. a b Gambar 79. Konsep Softscape Tower A (a. Asplenium nidus, b. Ophiopogon sp) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

71 109 a b Gambar 80. Konsep Softscape Tower B Lantai Empat (a. Peperomia argyreia, b. Asparagus densiflorus mayer ) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) a c b Gambar 81. Konsep Softscape 3 Lantai Empat (a.cryptanthus bivittatus 'Pink Starlight, b. Cryptanthus bivittatus, c.ophiopogon sp) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) c. Feature Image Hardmaterial Hardmaterial yang digunakan untuk vertical greenery antara lain aluminium dan besi. VGM menggunakan material aluminum agar modul lebih ringan dan tidak menghantarkan panas yang berlebihan pada media dan tanaman. Frame penyangga menggunakan besi yang dapat menopang modul. Produk feature image hardmaterial dapat dilihat pada Gambar 82. a b Gambar 82. Konsep Hardscape Vertical Greenery (a. Aluminium, b. Besi ) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

72 110 d. Feature Image of Vertical Greenery, Gambar usulan untuk vertical greenery lantai empat menjelaskan penggunaan pola bentuk natural melengkung dan kombinasi warna hijau tua, hijau muda, merah, dan merah muda (Gambar 83). Gambar tersebut berasal dari proyek perancangan vertical greenery yang pernah dikerjakan oleh PT.ESCI.. Gambar 83. Feature Image of Vertical Greenery Lantai empat (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Rencana Tapak ( Site Plan) Vertical greenery pada lantai empat berada pada area timber deck untuk istirahat dan screen untuk bangunan lift barang dan gudang. Produk dari site plan vertical greenery lantai empat dapat dilihat pada Gambar 84, 85, dan 86. Untuk memperjelas site plan, dibuat beberapa gambar potongan (section) yang menggambarkan view vertical greenery (Gambar 87, 88, dan 89) Tahap Pengembangan Desain (Design Development) Tahap pengembangan desain (design development) adalah pengembangan dari konsep desain yang sudah ditentukan sebelumnya. Pengembangan dilakukan dari beberapa elemen desain. Elemen tersebut adalah softscape, hardscape, dan irrigation system. Elemen softscape yang dikembangkan berupa desain penanaman dan media tanam. Untuk elemen hardscape yang dikembangkan adalah pembuatan desain konstruksi untuk menjelaskan struktur desain menopang vertical greenery. Irrigaton system yang dikembangkan untuk menunjukkan aliran irigasi.

73 111 Gambar 84. Site Plan Vertical Greenery Lantai Empat Tower A (sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

74 112 D D Gambar 85. Site Plan Vertical Greenery Lantai Empat Tower B (sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

75 113 Gambar 86. Site Plan Vertical Greenery Lantai Empat Tower C (sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

76 114 a vertical greenery vertical greenery vertical greenery b timber deck timber deck vertical greenery vertical greenery vertical greenery timber deck timber deck Gambar 87. Potongan Tampak Vertical Greenery Tower A (a.a-a, b. B-B ) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011) a vertical greenery vertical greenery b timber deck vertical greenery timber deck vertical greenery vertical greenery timber deck timber deck Gambar 88. Potongan Tampak Vertical Greenery Tower B (a.c-c, b. D-D ) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011) a vertical greenery vertical greenery timber deck timber deck b vertical greenery vertical greenery timber deck timber deck Gambar 89. Potongan Tampak Vertical Greenery Tower C (a.e-e, b. F-F ) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

77 115 a. Desain Konstruksi Vertical Greenery Desain konstruksi vertical greenery yang digunakan PT.ESCI meliputi perancangan vertical green module (VGM), frame module, dan rel module. Sistem ketiga komponen tersebut saling mendukung untuk menciptakan struktur vertical greenery yang optimal dalam menopang media dan tanaman. VGM berfungsi sebagai wadah atau planter media dan tanaman. VGM tersebut ditahan oleh frame module seperti sistem bingkai foto untuk mempermudah pengaturan pola warna dan bentuk tanaman. Frame module yang menahan VGM tidak langsung menempel pada bidang dinding, tetapi dihubungkan dengan rel module (Gambar 90). Beberapa Frame module ditahan oleh konstruksi rel module dengan sistem kerja seperti rel pada kereta api. a b Gambar 90. Ilustrasi Sistem Struktur Vertical Greenery (a.tampak Samping, b. Tampak Depan) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011) Vertical Green Module (VGM) Jenis VGM yang digunakan adalah VGM panel (2000x500)mm. VGM panel dipilih karena memiliki bobot yang cukup ringan untuk keamanan user. Selain itu, jenis ini lebih praktis karena media tanam terpasang langsung pada VGM. Jenis VGM ini dilengkapi tabung yang menghubungkan dengan pipa irigasi. Ukuran VGM (2000x500) mm digunakan agar sesuai dengan lebar dan tinggi wall (5000x5000) mm. Jumlah VGM panel yang digunakan adalah 20 panel untuk menutupi luasan wall eksisting.

78 116 Frame Module Frame Module berfungsi seperti bingkai untuk menopang VGM panel terhadap bidang vertikal. Frame module adalah struktur yang berbentuk balok kanal U. Struktur ini memudahkan dalam mengatur pemasangan VGM, karena memiliki prinsip kerja seperti bingkai foto. Selain itu, fungsi lain dari frame module adalah untuk menyembunyikan instalasi pipa irigasi agar tidak mengganggu keindahan view. Jumlah frame module yang digunakan adalah 4 (empat) buah masing-masing memiliki panjang 5 m disesuaikan dengan lebar wall. Setiap 10 (sepuluh) modul VGM panel diapit oleh 2 buah frame module bagian atas dan bawah yang dipasang secara horizontal. Bagian bawah untuk menopang beban dari VGM panel, sedangkan bagian atas untuk mengunci panel dan tempat pipa irigasi. Gambar VGM dan frame module dapat dilihat pada Gambar 91. Rel Module Rel Module adalah struktur yang berbentuk balok segi empat berukuran panjang untuk menopang beberapa frame module. Rel module dipasang pada posisi vertical untuk menopang frame module. Jumlah rel module yang digunakan adalah 4 buah rel untuk menopang frame module sepanjang 5 m. Pada proyek ini PT. ESCI mengajukan 2 (dua) alternatif desain yang menggunakan kedua jenis rel module sebagai alternatif. Alternatif I menggunakan rel module langsung untuk penghubung struktur vertical greenery langsung ke bidang dinding (Gambar 92). Penghubungnya menggunakan skrup pada rel module yang berfungsi mengunci struktur vertical greenery pada dinding. Alternatif II menggunakan struktur yang tidak menghubungkan langsung vertical greenery dengan bidang dinding (Gambar 93). Struktur ini menggunakan rel module tidak langsung yang memiliki pondasi tersendiri untuk menahan seluruh struktur vertical greenery. Desain konstruksi yang disetujui oleh klien adalah alternatif I.

79 117 Gambar 91. Vertical Green Module (VGM) dan Frame Module Vertical Greenery Menteng Square (sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

80 118 Eksisting wall Eksisting wall Gambar 92. Desain Konstruksi Alternatif I Rel Module Langsung Vertical Greeney Menteng Square (a. View, b. Section) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

81 119 Eksisting wall Eksisting wall Gambar 93. Desain Konstruksi Alternatif II Rel Module Tidak Langsung Vertical Greeney Menteng Square (a. View, b. Section) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

82 120 b. Desain Penanaman Vertical Greenery Desain penanaman berfungsi untuk pengembangan konsep softscape yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada tahapan ini sistem penanaman yang digunakan perusahaan adalah menggunakan VGM. VGM berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan media dan tanaman. Desain penanaman yang dilakukan dengan sistem secara vertikal (vertical class). Sistem tersebut adalah penanaman dengan bidang vertikal sebagai cakupannya dan orientasi tanaman mengarah horizontal (Gambar 94). a b c Gambar 94. Contoh Penanaman Vertical Class (a.tampak Samping, b. Tampak Depan, c. Ilustrasi) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Digambar Oleh: Fahmi Komposisi tanaman yang digunakan pada lantai Empat Tower A adalah 40 % Asplenium nidus (hijau muda), dan 60% Ophiopogon sp (hijau tua). Lantai Empat Tower B menggunakan komposisi tanaman 60% Asparagus densiflorus (hijau muda), 40% Peperomia hederaefolia (hijau tua), adapun Lantai Empat Tower C menggunakan komposisi tanaman 20% Cryptanthus bivittatus 'pink starlight' (merah muda), 20% Cryptanthus bivittatus (merah), dan 60% Ophiopogon sp (hijau tua). Setiap warna tanaman dan tekstur yang digunakan membentuk suatu komposisi desain. Untuk tanaman dengan komposisi warna yang lebih besar dan tekstur yang halus, digunakan sebagai background desain. Adapun tanaman dengan komposisi warna lebih kecil dan tekstur kasar daun lebar, digunakan sebagai pola desain. Pola penanaman setiap tower dapat dilihat pada Gambar 95.

83 121 a a. Media Tanam b c Gambar 95. Pola Penanaman Vertical Greenery Menteng Square (a. Tower A, b. Tower B, c. Tower C) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia) (Digambar Oleh: Fauzi, 2011)

84 122 Pada lantai empat Tower A, Ophiopogon sp yang memiliki komposisi warna 60% dan karakter halus digunakan sebagai background. Asplenium nidus yang memiliki komposisi warna 40% dan karakter kasar digunakan sebagai pola bentuk (lihat kembali Gambar 79). Pada lantai empat tower B, Asparagus densiflorus yang memiliki komposisi warna 60% dan karakter halus digunakan sebagai background. Peperomia hederaefolia yang memiliki komposisi warna 40% dan karakter kasar digunakan sebagai pola bentuk (lihat kembali Gambar 80). Pada lantai empat tower C, Ophiopogon sp dengan komposisi warna 60% dan karakter halus sebagai background. Cryptanthus bivittatus 'pink starlight' dan Cryptanthus bivittatus dengan total komposisi warna 40% dan karakter kasar digunakan sebagai pola bentuk (lihat kembali Gambar 81). Media tanam yang digunakan pada pengembangan desain vertical greenery lantai empat adalah media pakis. Pakis tersebut berasal dari sampah sisa perkebunan yang sudah tidak digunakan. Pakis yang digunakan berbentuk padatan lempeng agar lebih mudah pemasangannya pada VGM panel dibanding yang berbentuk serpihan (Gambar 96). a b Gambar 96. Media tanam (a. Pakis Lempeng, b. Pakis dengan VGM panel) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Lempengan pakis yang digunakan memiliki ketebalan 5 cm. Hal tersebut dikarenakan media pakis sulit diperoleh sehingga perusahaan melakukan penekanan pada volume media untuk menekan biaya pengadaan. Pakis sebagai media tanam memiliki fungsi mengikat akar, menyalurkan air irigasi, mengikat air irigasi, aerasi udara, dan mempengaruhi pertumbuhan daun.

85 123 d. Sistem Irigasi (Irrigation System) Sistem irigasi yang digunakan adalah irigasi tetes (drip irrigation). Sistem tersebut dipasang dengan instalasi penyiraman air otomatis. Air yang akan digunakan, dicampur dengan pupuk cair untuk kemudian distribusikan ke media tanam. Sistem penyiraman dilakukan dengan timer untuk memudahkan pemeliharaan. Untuk instalasi irigasi, pipa saluran tidak diekspos dan disembunyikan ke dalam konstruksi frame VGM. Hal tersebut digunakan agar pipa irigasi tidak mengganggu pandangan terhadap vertical greenery (Gambar 97). Pipa Irigasi Aliran Irigasi Nodzle Gambar 97. Sistem Irigasi Vertical Greenery Menteng Square (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) (Fauzi, 2011) e. Tahap Persiapan Tanaman dan VGM Panel Setelah tahap pengembangan desain, selanjutnya perusahaan melakukan pengadaan tanaman, media dan frame module. Hal tersebut dilakukan agar VGM yang berisi tanaman dan media siap dipasang pada tahap implementasi. Persiapan tersebut meliputi penanaman pada media dalam posisi horizontal selama 3 4 minggu. Ini dilakukan agar akar pada tanaman menyebar dan mengikat kokoh pada media. Tanaman yang dipersiapkan adalah tanaman yang sudah tumbuh daun dan batang. Hal ini untuk memperpendek waktu persiapan dibandingkan dengan menggunakan bibit atau benih tanaman. Setelah 70% tanaman tumbuh

86 124 dalam posisi normal (horizontal), selanjutnya tanaman dibiarkan tumbuh dengan posisi vertikal 4 8 minggu. Hal tersebut dilakukan agar tanaman dapat beradaptasi untuk berkembang pada lingkungan vertikal. Total waktu yang dibutuhkan agar VGM siap digunakan di lapang, adalah sekitar 2 3 bulan. Perlakuan pemeliharan seperti penyiraman, pemupukan dan pembersihan gulma dilakukan perusahaan agar produk VGM dapat menghasilkan visual yang maksimal untuk disusun sesuai pola desain. Contoh kegiatan pengadaan tanaman pada proyek lain di PT.ESCI dapat dilihat pada Gambar 98. a. b. c d Gambar 98. Contoh Kegiatan Pengadaan Panel Vertical Green Module Proyek Lain di PT. Envirospace Consultant Indonesia, (a. Penanaman bibit tanaman, b. Pertumbuhan horizontal, c. Perlakuan awal pertumbuhan Vertikal, d. Penyusunan Vertical Greenery) (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) Pembahasan Perancangan Vertical Greenery Lantai Empat Menteng Square, Jakarta Konsep Desain Konsep desain vertical greenery Menteng Square adalah merefleksikan lanskap sekitar. Hal yang direfleksikan pada desain vertical greenery adalah karakter desain yang ada pada lanskap lantai empat. Hal tersebut sesuai dengan

87 125 tujuan perancangan vertical greenery menurut Sujayanto (2011), bahwa salah satu manfaat vertical greenery adalah merefleksikan atau memindahkan suatu pemandangan alam sekitar. Konsep dasar lanskap lantai empat Menteng Square adalah mengintegrasikan lanskap alami dari unsur tanaman yang lembut ke dalam interior lantai empat yang bergaya modern. Tujuan dari konsep desain lantai empat adalah sebagai tempat rekreasi hijau dengan nuansa alami tropis. Rekreasi tersebut berupa kegiatan olahraga jogging, fitness, duduk santai dan gathering. Pola desainnya menggunakan dominasi warna alami hijau untuk area rekreasi keluarga dan dewasa pada lantai empat Tower A dan B. Adapun lantai empat Tower C menggunakan kombinasi warna alami dan warna ceria untuk area rekreasi anak. Konsep desain lanskap lantai empat direfleksikan dengan desain vertical greenery melalui pola elemen bentuk dan elemen warna. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan suatu unity rancangan antara konsep desain vertical greenery lantai empat dengan konsep desain lanskap lantai empat. Suatu kesatuan (unity) menurut Hakim dan Utomo (2002) adalah hubungan yang harmonis dari berbagai elemen atau komponen dan unsur yang ada dalam suatu rancangan. Elemen bentuk vertical greenery yang berupa bentukan curvilinear merefleksikan lanskap interior lantai empat yang didominasi bentukan natural curvilinear (lihat kembali Gambar 70). Selain itu, pola curvilinear pada vertical greenery digunakan untuk mendukung terciptanya suasana yang santai, dinamis, ceria, riang, lembut dan natural yang sesuai untuk aktivitas berolah raga, berkumpul, dan children playground. Pola lengkung atau curvilinear menurut Lin (1993) adalah sebuah pola lengkung yang bisa disebut natural dan karakter yang ditimbulkan dari pola ini adalah dinamis, ceria, menarik, indah, organik, halus, tenang dan santai. Konsep warna yang didominasi warna alami hijau tua dan muda pada vertical greenery lantai empat Tower A dan B memberikan kesan alami, sejuk, santai, penghilang stress, dinamis, dan tenang yang sesuai untuk aktivitas rekreasi seperti bersantai jogging, fitness, duduk dan gathering. Hal tersebut sesuai dengan Sutton dan Whelan (2004), bahwa warna sejuk seperti hijau memiliki panjang

88 126 gelombang yang pendek mudah diterima oleh mata, sehingga memberikan ketenangan dan kesejukan. Konsep warna hijau tua, hijau muda, merah dan merah muda pada vertical greenery lantai empat Tower C sesuai untuk aktivitas olahraga anak dan children playground. Adanya warna merah dan merah muda yang memberikan kesan dinamis, ceria, riang, dan gembira bertujuan untuk mendukung aktivitas bermain anak-anak. Menurut Sutton dan Whelan (2004), bahwa warna hangat seperti merah, jingga, dan kuning memiliki panjang gelombang terpanjang, membutuhkan energi untuk memunculkan warna tersebut, sehingga dapat menstimulasi otak. Hal ini cocok untuk aktivitas anak yang mengembangkan proses berpikir aktif dalam kegiatan bermain. Untuk warna hijau muda dan hijau tua memberikan kesan sejuk, tenang, dinamis, alami, sehat dan penghilang stress mendukung aktivitas olah raga Tanaman Vertical Greenery Konsep softscape yang digunakan adalah warna natural dengan dominasi warna hijau. Jenis tanaman yang digunakan sesuai dengan syarat terhadap kebutuhan matahari. Konsep tersebut sesuai dengan Sujayanto (2011), bahwa jenis tanaman yang dapat digunakan pada taman vertikal adalah jenis yang bisa beradaptasi di lingkungan terpapar sinar matahari dan bisa berkembang dengan baik di lingkungan bernaungan. Selain itu hal yang diperhatikan dalam pemilihan tanaman adalah jenis yang memiliki perakaran lunak (ground cover plant), jenis merambat (climber plant) dan epifit. Sistem penanaman yang digunakan PT.ESCI pada proyek ini adalah vertical class. Sistem tersebut adalah penanaman dengan bidang vertikal sebagai cakupannya dan orientasi tanaman mengarah horizontal. Kelebihan dari sistem ini adalah dapat mengekspos bentukan tanaman secara keseluruhan terhadap arah pandang user. Selain itu, penggunaan sistem vertical class menguntungkan pada kondisi wall vertical greenery yang mudah diakses untuk dinikmati dalam jarak dekat (Hortpark, 2009). Kombinasi ukuran dan bentuk daun pada vertical greenery memberikan suatu permainan tekstur (Sujayanto, 2011). Kombinasi tersebut bertujuan agar penanaman tidak monoton dan dapat dinikmati pada jarak lebih dekat. Bentuk

89 127 daun tanaman seperti Ophiopogan sp (Ophiopogan jaburan) dan Asparagus densiflorus (Asparagus) yang memiliki bentuk daun memanjang berukuran kecil menciptakan tekstur halus. Jenis ini digunakan untuk komposisi tanaman pada layer belakang (background). Untuk daun tanaman yang berukuran lebar dan lebih besar seperti Asplenium nidus (paku sarang burung) menciptakan tekstur kasar. Jenis tanaman ini digunakan untuk membentuk pola utama pada layer depan, karena memiliki susunan daun yang lebih menonjol. Menurut Sujayanto (2011), dalam merancang taman vertikal harus memperhatikan kombinasi tekstur, gradasi maupun warna daun dan bunga dalam komposisi menarik pada tatanan vertikal. Tanaman berdaun indah digunakan karena lebih mudah dirawat dibandingkan dengan tanaman berbunga. Selain itu, tanaman yang memiliki bunga harus terkena cahaya matahari langsung, sehingga tidak sesuai untuk kondisi wall yang semi naungan (50% cahaya matahari). Hal tersebut sesuai pendapat Sujayanto (2011), bahwa tanaman berdaun indah lebih banyak digunakan karena lebih mudah dirawat dan sepanjang musim terlihat indah. Selain itu, jika menggunakan tanaman berbunga harus diletakkan di tempat yang cukup cahaya matahari. Lantai empat Menteng Square memiliki ruang semi indoor karena terdapat beberapa tembok yang massive, sehingga matahari 50% (semi naungan) dapat masuk ke dalam ruangan. Hal ini menjadi dasar pemikiran tanaman yang toleran terhadap semi naungan atau sedikit cahaya matahari. Semua jenis tanaman yang digunakan oleh PT. ESCI pada proyek ini sesuai dengan kondisi wall yang 50% terkena cahata matahari. Analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis Tanaman Vertical Greenery Terhadap Kebutuhan Cahaya Matahari No Nama Tanaman Warna Syarat tumbuh daun/bunga penyinaran 1 Ophiopogon sp/ opiopogon hijau tua penuh dan semi naungan 2 Asplenium nidus/ paku sarang burung hijau muda semi naungan 3 Peperomia argyreia/ peperomia hijau tua naungan dan semi naungan 4 Asparagus densiflorus/asparagus hijau muda penuh dan semi naungan 5 Cryptanthus bivittatus 'Pink Starlight / merah kriptantus pink muda/pink penuh dan semi naungan 6 Cryptanthus bivittatus/kriptantus merah merah penuh dan semi naungan Sumber: Lestari dan Kencana (2008).

90 128 Hal lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan tanaman vertical greenery adalah fungsi ekologis. Fungsi tersebut adalah manfaat tanaman menciptakan udara yang segar dan kemampuan menyerap polutan indoor. Hal tersebut perlu diperhatikan untuk mendukung aktivitas olahraga yang memerlukan udara yang sehat. Lantai empat yang merupakan area indoor dapat berpotensi menghasilkan polutan udara dari berbagai faktor penghasil zat polutan udara yang ada disekitar ruangan. Hal tersebut berdasarkan pendapat Kastiyowati (2001) yang diacu dalam Santoso (2010), bahwa pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua yaitu pencemaran udara bebas (Out door air pollution) dan pencemaran udara ruangan (In door air pollution). Menurut Andayani et.al (2012), bahwa sumber pencemaran udara disebabkan oleh gas kendaraan bermotor, zat kimia dari bahan bangunan dan perabotan rumah tangga, asap pembakaran dari perapian dan pembakaran kayu, bahan kimia dari produk pembersih atau pewangi serta pembasmi serangga. Zat polutan yang berpotensi dihasilkan dari interior lantai empat adalah benzena, formaldehid, trichloroetilen, dan xylen. Semua zat tersebut dapat berasal dari berbagai sumber antara lain: Formaldehid bersumber dari penghilang bau pada ruangan, lem perekat, tisu wajah, kertas toilet, asap rokok, gas alam, minyak tanah, bahan pembersih dan kamper sintetis yang masih baru. Trichloroetilen bersumber dari dry cleaning, tinta cetak, cat, vernis, lem dan adesif. Benzena bersumber dari produk bahan kimia seperti deterjen, insektisida, tinta, oli, cat, plastik, karet, bahan celup, dan asap tembakau. Xylen bersumber dari cat, karet, alat tulis, alat gambar, vernis dan industri kulit. Untuk mengurangi polutan udara indoor dari lantai empat Menteng Square diperlukan jenis tanaman yang memiliki karakter penyerap polutan. Menurut Santoso (2010), karakter umum tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi menyerap polutan indoor maupun outdoor, secara umum serupa. Tanaman memiliki ciri daun berbulu halus, permukaan daun kasar, daun bersisik, tepi daun bergerigi, daun jarum, daun yang permukaannya bersifat lengket, ini efektif untuk menyerap polutan. Salah satu jenis tanaman hias yang mampu menyerap semua

91 129 jenis zat polutan tersebut adalah Sansevieria sp. Menurut Adijaya (2005) diacu dalam Fatmawati (2010), Sansevieria mampu menyerap beragam unsur polutan berbahaya di udara seperti timbal, klorofom, benzene, xylene, formaldehid, SO 2 dan trichloroethylene, karena Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid dalam mereduksi polutan. Pada proyek ini perusahaan ESCI menggunakan beberapa jenis tanaman semak rendah, penutup tanah dan epifit. Jenis tanaman tersebut adalah a) Ophiopogon sp (Opiopogon jaburan), b) Asplenium nidus (Paku sarang burung), c) Peperomia argyreia (Peperomia), d) Asparagus densiflorus (Asparagus), e) Cryptanthus bivittatus 'Pinkn Starlight (Kriptantus pink), dan f) Cryptanthus bivittatus (Kriptantus merah) a. Ophiopogon sp (Opiopogon jaburan) Ophiopogon sp (Opiopogon jaburan) adalah tanaman yang memiliki daun tipis, panjang, berwarna putih-hijau atau kuning hijau (Lestari dan Kencana, 2008). Jenis tanaman ini memiliki morfologi daun yang tidak sesuai dengan karakter daun yang berpotensi menyerap polutan. b. Asplenium nidus (Paku sarang burung) Asplenium nidus (Paku sarang burung) adalah tanaman dengan morfologi daun yang tersusun melingkar dalam bentuk roset saling berdekatan, ujung daun meruncing, tepi daun bergelombang, dan ibu tulang daun menonjol (Lestari dan Kencana, 2008). Morfologi jenis tanaman ini tidak sesuai dengan karakter tanaman yang berpotensi menyerap polutan. Hal tersebut menghasilkan hipotesis bahwa Asplenium nidus (Paku sarang burung) tidak berpotensi menyerap polutan. c. Peperomia argyreia (Peperomia) Peperomia argyreia (Peperomia) adalah tanaman yang memiliki morfologi daun berbentuk hati, tebal, berwarna hijau putih, dan tidak berkayu (Lestari dan Kencana, 2008). Morfologi jenis tanaman ini tidak sesuai dengan karakter tanaman yang berpotensi menyerap polutan. Hal tersebut menghasilkan hipotesis bahwa Peperomia argyreia (Peperomia) tidak berpotensi menyerap polutan.

92 130 d. Asparagus densiflorus (Asparagus) Asparagus densiflorus (Asparagus) adalah tanaman evergreen tahunan yang tertutup daun sehingga tampak berbulu. Bentuk daun umumnya berbentuk jarum dan tebal (Lestari dan Garsinia, 2008). Tanaman ini memiliki beberapa karakter daun yang berpotensi menyerap polutan, yaitu bentuk daun berbulu, berbentuk jarum, dan tebal. Hal tersebut menghasilkan hipotesis bahwa Asparagus densiflorus berpotensi untuk menyerap polutan. e. Cryptanthus bivittatus 'Pink Starlight (Kriptantus pink) dan Cryptanthus bivittatus (Kriptantus merah) Cryptanthus sp menurut Andreas (2011), memiliki daun yang berbentuk pita melancip dengan ujung-ujung tersusun meruncing, permukaan daun kasar, dan tepi daun berduri bergelombang seperti bintang laut. Tanaman ini memiliki karakter daun yang bertepi duri atau bergerigi dan permukaan daun kasar. Morfologi daun tersebut termasuk kedalam karakter tanaman penyerap polutan, sehingga menghasilkan hipotesis bahwa Cryptanthus sp berpotensi menyerap polutan. Selain itu, Crytanthus sp memiliki morfologi daun yang sama dengan jenis tanaman Bromelia sp. Menurut Franz (2012), tanaman Bromelia sp dapat menyerap polutan xylene. Hal ini memberikan hipotesis bahwa Crytanthus sp dapat menyerap polutan xylene. Analisis tanaman yang digunakan PT.ESCI terhadap potensi morfologi daun penyerap polutan dapat dilihat Tabel 10. Tabel 10 menjelaskan bahwa Asparagus densiflorus (Asparagus) dan Cryptanthus sp (kriptantus) berkarakter daun penyerap polutan. Cryptanthus sp memiliki kesamaan morfologi daun dengan tanaman Bromelia sp berpotensi penyerap xylene. Ophiopogon sp (Opiopogon) tidak memiliki karakter daun penyerap polutan, Asplenium nidus (Paku sarang burung) dan Peperomia argyreia (Peperomia) tidak memiliki morfologi daun penyerap polutan, sehingga tidak berpotensi menyerap polutan.

93 36 Tabel 10. Analisis Tanaman Vertical Greenery Penyerap Polutan Indoor. Morfologi Daun Penyerap Polutan (Santoso, 2010) Morfologi Daun NO Nama Tanaman berbulu permukaan bersisik tepi bentuk permukaan (Lestari dan Kencana, 2008) kasar bergerigi jarum lengket 1 Ophiopogon sp daun tipis, panjang, berwarna putih hijau atau kuning hijau 2 Asplenium nidus daun melingkar, roset berdekatan, dan tepi daun bergelombang 3 Peperomia daun bentuk hati, daun tebal, argyreia warna putih, dan tidak berkayu 4 Asparagus daun berbulu dan berdaun densiflorus jarum 5 Cryptanthus sp daun kasar dan tepi daun bergerigi Sumber: Lestari dan Kencana, 2011 dan Santoso, 2010 Kesimpulan* Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sesuai * Kesimpulan merupakan hipotesis, sehingga diperlukan pengujian lebih lanjut 131

94 132 Kesimpulan jenis tanaman Asparagus densiflorus (Asparagus) pada Tower B, Cryptanthus sp (Kriptantus merah), dan Cryptanthus bivittatus 'Pink Starlight (Kriptantus pink) pada Tower B dan C memiliki morfologi daun penyerap polutan. Untuk tanaman Ophiopogon sp (Opiopogon) dan Peperomia argyreia (Peperomia) pada Tower A dan Tower C tidak memiliki karakter morfologi daun penyerap polutan. Jenis tanaman yang memiliki morfologi daun penyerap polutan tersebut belum diuji di laboratorium mengenai jenis zat polutan yang dapat diserap. PT. ESCI disarankan menggunakan jenis tanaman berpotensi penyerap polutan indoor yang sudah teruji Media Tanam Jenis media tanam yang digunakan pada vertical greenery ini adalah media pakis untuk mendukung pertumbuhan tanaman vertical greenery. Menurut Blanc (2008), syarat media tanam yang harus diperhatikan dalam taman vertikal adalah menopang akar tanaman, bersifat porous, drainase dan aerasi yang baik. Hal tersebut sesuai dengan kelebihan media pakis. Menurut Aditya (2009), media pakis memiliki kelebihan mengikat air, aerasi baik, drainase baik, menjaga kelembaban, mampu ditembus akar, dan dapat mengikat akar. Jenis media pakis yang digunakan oleh PT. ESCI adalah lempeng pakis. Jenis ini digunakan agar praktis dimasukan ke dalam VGM panel. Penggunaan lempeng pakis dapat membuat media lebih kokoh menahan akar dan tidak mudah lapuk jika terkena cahaya matahari. Hal tersebut sesuai Blanc (2008), bahwa syarat media tanam yang harus diperhatikan dalam taman vertikal adalah dapat menopang akar dan tidak mudah rusak atau lapuk. Selain itu, jenis pakis yang berbentuk lempengan dengan permukaan datar dapat lebih mudah disesuaikan terhadap bidang dinding dengan permukaan datar Struktur Pendukung Struktur pendukung yang digunakan PT. ESCI pada proyek ini adalah VGM, frame module, dan rel module. Menurut Sujayanto (2011), tanpa suatu struktur pendukung akan sulit untuk merancang atau menempatkan tanaman pada bidang vertikal. Hal tersebut menunjukkan pentingnya suatu struktur untuk mendukung tanaman vertical greenery. Hal yang diperhatikan dalam pemilihan

95 133 struktur pendukung adalah 1) keoptimalan struktur untuk menopang media dan tanaman sebagai unsur utama, 2) struktur yang digunakan tidak merusak media dan tanaman, 3) keoptimalan dalam penutupan bidang dinding, dan 4) tidak merusak struktur media vertikal dan tidak membahayakan user. Jenis VGM yang digunakan adalah VGM panel untuk menopang media pakis yang berbentuk lempengan. VGM panel yang berbentuk panel kotak memiliki permukaan datar cocok digunakan pada dinding interior lantai empat yang berbentuk datar dengan kemiringan 90º. Hal ini memungkinkan penutupan sempurna, sehingga tidak ada space dinding yang terbuka. VGM panel dilengkapi pipa aluminium untuk memudahkan distribusi air irigasi ke dalam media. Bahan yang digunakan untuk VGM panel adalah aluminium galvanis. Bahan ini dipilih karena memiliki bobot ringan dan tidak menghantarkan panas. VGM yang ringan dapat mudah ditahan oleh struktur lain agar tidak mudah terlepas. Selain itu, bahan yang ringan lebih aman digunakan terhadap keselamatan user. Hal tersebut perlu diperhatikan karena user dapat menikmati vertical greenery dalam jarak dekat. Bahan aluminium yang dilapisi galvanis berguna agar VGM tidak cepat berkarat dan rusak. Struktur selanjutnya yang digunakan pada perancangan vertical greenery adalah frame module. Struktur frame dipasang di bagian atas dan bawah VGM. Frame bagian atas berfungsi untuk mengunci VGM dan menyembunyikan pipa irigasi sedangkan frame bagian bawah berfungsi sebagai penopang beban VGM. Penggunaan struktur frame module memudahkan dalam memasukkan dan membongkar VGM panel, karena memiliki prinsip kerja seperti bingkai foto. Tebal frame module yang digunakan oleh PT. ESCI sekitar 45 mm. Ukuran tersebut cukup besar mempengaruhi kesempurnaan penutupan tanaman. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan jarak tanam yang lebih kecil dan jumlah tanaman yang lebih banyak untuk menutupi tebal frame. Selain itu frame module yang berbentuk balok kanal U memiliki permukaan datar. Frame module ini dipasang melintang secara horizontal sehingga berpengaruh terhadap bentuk permukaan bidang dinding. Frame module yang memiliki bentuk permukaan datar, cocok digunakan untuk dinding yang memiliki bentuk permukaan datar.

96 134 Penutupan VGM dan frame module terhadap bidang dinding dapat dilihat pada Gambar 99. Eksisting Wall Gambar 99. Ilustrasi Penutupan VGM dan Frame Module terhadap Bidang Dinding (Digambar oleh: Fauzi, 2011) Struktur selanjutnya yang digunakan untuk menopang VGM dan frame module adalah rel module. Rel module adalah struktur pendukung vertical greenery yang berbentuk balok panjang yang dipasang tegak lurus untuk penopang frame module. Rel module yang dipasang tegak lurus dengan sudut 90º terhadap lantai tepat digunakan pada kondisi bidang wall yang juga memiliki sudut 90º terhadap lantai (Gambar 100). Gambar 100. Ilustrasi Posisi Rel Module dengan Dinding Vertikal sudut 90º (digambar oleh: Fauzi, 2011) Jenis rel module yang diajukan kepada klien ada 2 (dua) jenis rel yaitu rel module langsung (lihat kembali Gambar 82) dan rel module tidak langsung (lihat kembali Gambar 83). Kedua jenis rel module tersebut berpengaruh terhadap struktur wall exsisiting. Alternatif I menggunakan rel module langsung dengan

97 135 wall exsisting beton sebagai penahan beban struktur keseluruhan vertical greenery. Alternatif tersebut disetujui karena eksisting bahan struktur dinding bangunan terbuat dari beton bertulang yang cukup tebal, sehingga jenis rel module ini aman digunakan tanpa merusak dinding. Menurut Sujayanto (2011), bahwa untuk menahan struktur taman vertikal dibutuhkan tembok yang kuat seperti bata atau beton, sedangkan untuk bahan batako ringan tidak disarankan. Alternatif II yang mengunakan rel module tidak langsung dilengkapi struktur pondasi untuk menopang beban struktur keseluruhan vertical greenery. Alternatif ini tidak dipilih klien, karena struktur yang berpondasi lebih beresiko menimbulkan kerusakan terhadap struktur lantai empat yang tidak bersentuhan langsung dengan tanah (true ground) tetapi berada di atas struktur lantai tiga. Wall eksisiting berbahan beton bertulang tersebut tidak diberi perlakuan khusus seperti penambahan lapisan waterproof untuk pemasangan struktur vertical greenery. Hal ini dikarenakan wall tidak langsung mengenai media dan tanaman, tetapi terlindungi oleh bagian struktur rel module dan frame module. Jarak antara permukaan wall dengan permukaan media tanam sekitar 13 cm, sehingga media tidak menyentuh langsung permukaan wall. Pada saat penyiraman irigasi air dapat berpotensi membasahi terus menerus wall. Air tersebut dapat keluar dari permukaan media tanam dan membasahi serta merusak permukaan dinding. Untuk mencegah hal tersebut sebaiknya diberi perlakuan terhadap wall yaitu dengan pelapisan waterproof sebelum pemasangan struktur vertical greenery. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah kekuatan struktur vertical greenery terhadap keamanan user yaitu faktor angin. Hal ini perlu diperhitungkan karena area wall vertical greenery berada pada lantai empat dengan kondisi terdapat sky bridge dan terdapat void. Hal tersebut mengakibatkan aliran angin cukup kencang pada ruangan tersebut. Untuk mengatasi faktor angin PT. ESCI tepat menggunakan struktur dengan rel module langsung yang menggunakan dinding sebagai penopang struktur. Adapun kelemahan dari struktur ini terhadap faktor angin adalah frame module yang hanya berfungsi sebagai penahan VGM dengan bobot ringan tanpa adanya sistem pengunci. Hal tersebut dapat menjadi kendala karena VGM dapat mudah terlepas sehingga dapat mengganggu

98 136 keamanan pengguna tapak. Untuk mengatasi hal tersebut frame module sebaiknya dilengkapi dengan sistem pengunci yang lebih kompleks untuk mencegah VGM mudah terlepas Sistem Irigasi (Irrigation system). PT ESCI menggunakan jenis irigasi tetes (drip irrigation) pada proyek ini. Jenis ini digunakan karena faktor kemudahan bagi pengelola untuk melakukan penyiraman. Jenis ini lebih praktis karena menggunakan sistem timer secara otomatis dan air dengan pupuk cair dapat mengalir jatuh vertikal seperti air hujan, sehingga cocok untuk model vertical greenery. Timer membantu jadwal penyiraman untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman. Hal tersebut sesuai dengan Hortpark (2011), bahwa waktu adalah hal penting dalam sistem irigasi vertical greenery. Kelebihan irigasi ini menurut Sujayanto (2011), adalah 1) sistem irigasi tetes membuat air menetes di media tanam dekat tumbuhan, 2) hemat dalam penggunaan air karena hanya membasahi bagian yang dibutuhkan, dan 3) pemupukan bisa dilakukan bersamaan penyiraman dengan pupuk cair. Pipa irigasi yang digunakan pada dinding vertikal sama seperti yang digunakan pada bidang kolom proyek sebelumnya. Perbedaannya terletak pada pemasangan pipa yang dipasang lurus mengikuti bentuk permukaan dinding. Pemasangan pipa tersebut lebih cepat mengalirkan air irigasi dan pupuk dibanding pemasangan pipa pada kolom. Pipa irigasi subline yang meneruskan aliran air dari pipa mainline disembunyikan ke dalam frame module agar tidak mengganggu kesempurnaan penutupan tanaman. Sistem distribusi aliran air ke dalam media pada proyek ini berbeda dengan proyek sebelumnya. Pada proyek ini pipa subline dihubungkan dengan tabung aluminium yang ada pada VGM panel, sehingga air irigasi langsung masuk ke dalam media. Hal tersebut lebih efektif dan efisien dalam penggunaan volume air dan pupuk cair, karena aliran irigasi langung menuju media tanam. Hal ini sesuai dengan Hortpark (2010), bahwa hal penting yang dalam sistem irigasi vertical greenery adalah waktu, efisiensi irigasi dan volume penggunaan. Sistem valve atau kran yang mengatur aliran air disembunyikan di dalam planter tanaman yang berada di bawah vertical greenery. Penggunaan planter

99 137 tanaman bertujuan untuk menampung kelebihan air dan pupuk cair yang tidak diserap media tanam. Hal tersebut dilakukan agar sistem irigasi lebih efisien dan tidak mengotori lantai apartemen Persiapan Tanaman dan VGM panel Setelah pembuatan produk desain penanaman disetujui, selanjutnya perusahaan melakukan kegiatan pengadaan panel vertical greenery yang berupa tanaman, media dan konstruksi VGM. Kegiatan ini dilakukan perusahaan untuk mempersiapkan tanaman agar dapat tumbuh maksimal pada saat dipasang secara vertikal. Selain itu, persiapan tersebut mempermudah perusahaan membentuk pola desain, karena tekstur dan warna dari tanaman sudah terbentuk. Kendala pada saat melakukan pengadaan panel vertical greenery berasal dari faktor hama penyakit yang dapat memperlambat atau merusak kualitas tanaman dan waktu pertumbuhan. Solusi yang dapat dilakukan adalah mengendalikan hama dan penyakit, mengganti segera tanaman yang sudah rusak, dan membersihkan gulma yang tumbuh. Solusi pemeliharaan tersebut dilakukan dari tahap penanaman secara horizontal sampai semua tanaman pada media dapat tumbuh optimal dalam posisi vertikal. PT. ESCI menggunakan jenis tanaman dengan syarat minimal tanaman sudah tumbuh batang dan daun tua, untuk mempercepat persiapan tanaman dibanding dengan benih atau bibit. Hal ini didukung pendapat Sujayanto (2011), bahwa jika tanaman yang digunakan pada VGM berukuran kecil, harus menunggu hingga satu setengah tahun untuk mendapatkan tanaman yang tumbuh optimal. Selain ukuran tumbuh tanaman, hal yang harus diperhatikan adalah waktu pertumbuhan. Jenis tanaman yang tumbuh cepat (fast growing) memiliki kelebihan pada waktu pengadaan atau persiapan panel yaitu sekitar 2-3 bulan. Jenis tanaman tersebut pada proyek ini adalah Ophiopogon sp, dan Asparagus densiflorus. Kendalanya pada pemeliharaan karena cepat rimbun, sehingga mudah mengubah bentuk pola desain. Untuk mengatasi kendala jenis tanaman ini adalah melakukan pemangkasan pada pucuk daun dan daun yang menutupi tanaman lain agar pola desain tetap utuh. Menurut Sujayanto (2011), perawatan yang berupa pemangkasan penting dilakukan untuk jenis tanaman yang mudah tumbuh dan

100 138 menutup tanaman lain. Cara pemangkasan dapat dilakukan dengan hair cut technique untuk mempertahankan penampilan visual tanaman (Lestari dan Kencana, 2008). Jenis tanaman yang tumbuh lambat (slow growing) memiliki kelemahan pada waktu pengadaan atau persiapan panel lebih lama sekitar 4-5 bulan. Kelebihan jenis slow growing adalah pemangkasan lebih minim dilakukan, karena jenis ini lebih lambat rimbun. Jenis tanaman tersebut adalah Asplenium nidus, Cryptanthus bivittatus 'pink starlight' dan Cryptanthus bivittatus. Jenis tanaman slow growing dapat menjadi rekomendasi untuk menjaga pola desain tetap utuh lebih lama dibanding jenis fast growing Rekomendasi Vertical Greenery Lantai Empat Menteng Square Jakarta Pusat Rekomendasi Struktur VGM Vertical Greenery GSky Plant Systems Inc Faktor aliran angin yang berada di area tower lantai empat Menteng Square dapat mempengaruhi kekuatan struktur vertical green module (VGM) PT. ESCI yang tidak memiliki pengunci. Untuk mengatasi kendala tersebut, diperlukan alternatif struktur VGM yang memiliki sistem pengunci agar lebih aman bagi pengguna tapak. Alternatif struktur VGM atau green wall panel yang dapat digunakan adalah sistem VGM GSky Plant Systems Inc (GSky) yang dilengkapi dengan pengunci semi permanen (wedge anchor) dan pengunci ganda (top trim dan side trim) (Gambar 101). GSky merupakan studio arsitektur lanskap yang bekerja dengan spesialisasi dibidang vertical greenery di Amerika. Wedge anchor yang digunakan GSky merupakan sistem pengunci berupa skrup untuk mengunci VGM ke dalam dinding. Sistem ini bersifat semi permanen karena dapat dibongkar kembali untuk keperluan pemeliharaan atau mengganti VGM. Top trim dan side trim merupakan pengunci tambahan pada VGM yang menopang barisan VGM bagian atas dan samping. Hal ini digunakan oleh GSky untuk memperkuat struktur VGM terutama pada tembok yang tinggi. Kedua sistem pengunci VGM GSky tersebut cocok digunakan pada vertical greenery lantai empat yang memiliki aliran angin yang cukup kencang, untuk menahan agar VGM lebih kokoh. Selain itu, sistem pengunci ini dapat diaplikasikan pada dinding lantai empat berbahan dasar beton yang kuat menahan beban.

101 139 a b GSky Top Wedge Anchor GSky Side Trim Gambar 101. Struktur Pengunci Gsky (a. Wedge Anchor, b. Top Trim dan Side Trim) (Sumber: GSky, 2010 ) Rekomendasi Waterproofing Vertical Greenery GSky Plant Systems Inc Aliran irigasi yang langsung mengenai media tanam dapat membasahi permukaan bidang wall yang berada di belakang media. Hal tersebut dapat menyebabkan permukaan bidang wall dapat rusak jika terus menerus terkena aliran air. Rekomendasi untuk melapisi permukaan dinding agar tidak rusak yaitu menggunakan waterproofing yang seing digunakan oleh GSky Plant Systems Inc (GSky) (Gambar 102). Pelapisan dengan waterproofing bertujuan untuk mencegah kebocoran dan kerusakan terhadap struktur wall. Perlakuan tersebut dapat digunakan pada struktur vertical greenery Menteng Square. Perlakuan dengan waterproofing sudah teruji oleh GSky Plant Systems inc dapat melindungi permukaan bidang vertikal agar tidak rusak. Gambar 102. Struktur Gsky dengan Waterproofing (Sumber: Gsky, 2010 )

102 Rekomendasi Jenis Tanaman Penyerap Polutan Indoor Untuk hasil optimal dalam menyerap polutan indoor, diperlukan beberapa jenis tanaman yang berpotensi menyerap polutan dari sumber yang teruji. Tanaman yang direkomendasikan harus memiliki karakter tanaman vertical greenery, yaitu tidak berkayu, berakar lunak, berakar dangkal, dan dapat mencengkram akar (Sujayanto, 2011), dan dapat menyerap zat polutan udara indoor, yaitu benzena, formaldehid, trichloroetilen, dan xylene. Rekomendasi tanaman penyerap polutan indoor dilihat pada Tabel 11. Tabel 11, Jenis Tanaman Penyerap Polutan Indoor. NO Zat Polutan Indoor Nama Tanaman 1 Xylene Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis), Bromelia (Bromelia sp), Pakis Kelabang (Nephrolepis exaltata), Pedang-pedangan (Sanseviera trifasciata) 2 Formaldehid Anggrek Dendrobium (Dendrobium jayakarta), Pakis Kelabang (Nephrolepis exaltata), Pedangpedangan (Sanseviera trifasciata), Philodendron (Philodendron sp), Sirih Gading (Scindapsus aureus/epipremnum aureum), Sri Rejeki (Aglaonema modestum), Suplir (Adiantum tenerum), Syngonium (Syngonium podophyllum) 3 Benzena Sirih Gading (Scindapsus aureus/epipremnum aureum), Sri Rejeki (Aglaonema modestum) 4 Trichloroetilen Pedang-pedangan (Sanseviera trifasciata) Sumber: Andayani, 2011 Jenis tanaman yang teruji dapat menyerap polutan tersebut, dipilih beberapa jenis tanaman yang cocok untuk konsep dan desain penanaman proyek ini, yaitu kondisi eksisting wall yang berada pada semi naungan, memiliki warna yang dapat disubtitusikan kedalam konsep desain, dan memiliki tektur dan ukuran daun yang disesuaikan dengan desain penanaman (Tabel 12). Tabel 12, Seleksi Tanaman Penyerap Polutan. NO. 1 Nama Tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) 2 Bromelia (Bromelia sp) Spesifikasi tanaman (Bentuk (Warna) daun) Hijau muda Merah dan merah muda Kecil Lebar Kebutuhan Cahaya Semi naungan Semi naungan Substitusi Tanaman* tanaman berbunga tidak cocok** Cryptanthu s sp

103 141 No Nama Tanaman Pakis Kelabang (Nephrolepis exaltata) Sansivera (Sanseviera trifasciata) Anggrek Dendrobium (Dendrobium jayakarta) Philodendron (Philodendron sp) Sirih Gading (Scindapsus aureus/epipremnum aureum) Sri Rejeki (Aglaonema modestum) Spesifikasi tanaman (Bentuk (Warna) daun) Hijau muda Hijau muda Hijau tua Hijau muda Hijau tua Hijau tua Kecil Lebar Kecil Lebar Lebar Lebar 9 Suplir (Adiantum tenerum) Hijau tua Kecil 10 Syngonium (Syngonium podophyllum) Sumber: Lestari dan Kencana, 2011 Hijau muda Lebar Kebutuhan Cahaya Semi naungan dan penuh Semi naungan, naungan, penuh Semi naungan Semi naungan dan naungan Semi naungan dan penuh Semi naungan dan penuh Semi naungan dan naungan Semi naungan dan penuh *Substitusi jenis tanaman berdasarkan warna, kebutuhan cahaya, dan ukuran daun. *Tanaman berdaun indah sesuai dengan konsep tanaman pada proyek. Substitusi Tanaman* Asparagus sp Asplenium nidus tanaman berbunga tidak cocok** Asplenium nidus Peperomia argyreia Peperomia argyreia Ophiopog on sp Asplenium nidus Jenis tanaman Sanseviera trifasciata, Philodendron sp, dan Syngonium podophyllum memiliki warna hijau muda, toleransi semi naungan, dan daun kecil dapat menggantikan Asplenium nidus pada Tower A. Nephrolepis exaltata yang memiliki warna hijau muda, toleransi semi naungan, dan daun kecil dapat menggantikan Asparagus densiflorus mayer pada Tower B. Scindapsus aureus/epipremnum aureum, dan Aglaonema modestum memiliki daun warna hijau tua, toleransi semi naungan, dan daun lebar dapat menggantikan Peperomia argyreia pada Tower B. Bromelia sp daun warna merah dan merah muda, toleransi semi naungan, dan daun lebar dapat menggantikan Cryptanthus bivittatus 'Pink Starlight dan Cryptanthus bivittatus (Cryptanthus sp) pada Tower C. Adiantum tenerum memiliki daun warna hijau tua, toleransi semi naungan, dan daun kecil dapat menggantikan Ophiopogon sp pada Tower A dan C. Tanaman

104 142 Phalaenopsis amabilis dan Dendrobium jayakarta termasuk jenis tanaman berbunga indah tidak sesuai dengan konsep tanaman berdaun indah pada proyek ini Kesimpulan Perancangan Vertical Greenery Menteng Square, Jakarta Aspek penting yang diperhatikan dalam perancangan vertical greenery bidang dinding interior apartemen adalah keindahan, keamanan, dan keoptimalan desain. Aspek keindahan yang diperhatikan PT. ESCI adalah penggunaan prinsip unity digunakan pada proyek ini sebagai media untuk merefleksikan karakter lanskap di sekitar dengan pola bentuk dan warna. Lanskap interior dari lantai empat yang memiliki karakter bentukan curvilinier meniru alam dan warna yang berasal dari alam direfleksikan ke dalam pola bentuk dan warna yang unity pada vertical greenery. Selain itu, desain penanaman memperhatikan komposisi warna dan tekstur daun. PT.ESCI menggunakan komposisi warna analog hijau tua dan hijau muda untuk memberikan kesan segar dan sejuk serta kombinasi warna hijau, merah, dan merah muda untuk memberikan kesan ceria bagi kegiatan bermain anak-anak. Selain itu, PT. ESCI mengkombinasikan permainan tekstur dari daun, seperti daun dengan ukuran lebih lebar bertekstur kasar sebagai pembentuk pola foreground (pola desain) dan tanaman dengan ukuran lebih kecil bertekstur halus sebagai pembentuk pola background. Aspek keamanan yang diperhatikan PT. ESCI adalah perancangan struktur yang tidak membahayakan pengguna lantai empat. Struktur yang digunakan PT. ESCI adalah menggunakan rel module langsung yang tidak merusak lantai empat yang berada di atas struktur lantai tiga. Selain itu, struktur bidang wall yang berupa beton lebih kuat menahan struktur rel module, sehingga lebih aman bagi pengguna tapak. Untuk struktur VGM yang dipilih oleh PT. ESCI tidak dilengkapi sistem pengunci beresiko terhadap faktor angin. Selain itu, permukaan bidang wall yang tidak diberi waterproofing beresiko merusak permukaan karena irigasi. Aspek keoptimalan rancangan mencakup penutupan tanaman terhadap permukaan bidang. VGM panel yang digunakan PT.ESCI sebagai tempat media dan tanaman memiliki permukaan datar yang sama dengan permukaan bidang wall, sehingga penutupan lebih optimal. Selain itu, keberhasilan pertumbuhan tanaman perlu diperhatikan seperti persiapan VGM dan tanaman di nursery

105 143 sebelum tahap implementasi serta pemilihan jenis tanaman yang disesuaikan dengan kondisi cahaya matahari semi naungan. Aspek kenyamanan dalam penggunaan jenis tanaman yang dapat mereduksi polutan udara indoor yang berada di sekitar kurang diperhatikan oleh PT. ESCI. Tanaman yang digunakan oleh PT.ESCI pada proyek ini perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui zat polutan yang diserap. Rekomendasi untuk struktur VGM sebagai solusi terhadap kendala angin adalah VGM. GSky Plant System Inc menggunakan VGM yang dilengkapi pengunci GSky wedge anchor (skrup) dan pengunci ganda GSky top trim dan GSky side trim cocok digunakan pada proyek ini. Rekomendasi untuk mencegah kerusakan permukaan bidang dinding dari aliran air irigasi adalah dengan menggunakan pelapis waterproofing pada permukaan. Sistem tersebut sudah digunakan oleh GSky Plant System Inc di beberapa proyek vertical greenery untuk melindungi permukaan dinding. Rekomendasi untuk tanaman vertical greenery penyerap polutan dapat menggunakan jenis Sanseviera trifasciata, Philodendron sp, Syngonium podophyllum, Nephrolepis exaltata, Scindapsus aureus/epipremnum aureum, Aglaonema modestum, Bromelia sp, Adiantum tenerum, Phalaenopsis amabilis, dan Dendrobium jayakarta. Tanaman tersebut berpotensi menyerap zat polutan udara indoor juga memiliki warna, kebutuhan cahaya, dan karakter daun yang sama pada jenis tanaman PT. ESCI untuk disubtitusikan. 5.4 Perbandingan Perancangan Vertical Greenery pada Bidang Kolom dan Bidang Dinding (wall). Kedua proyek yang diikuti mahasiswa magang dengan PT. ESCI, memiliki bentuk bidang vertikal yang berbeda, yaitu bidang kolom dan bidang dinding. Bidang kolom merupakan bentuk dari bangun tabung atau silinder yang dibentuk oleh dua buah lingkaran identik yang sejajar dan sebuah persegi panjang yang melengkung mengelilingi lingkaran (selimut tabung). Selimut tabung tersebut membuat permukaan tabung yang dirancang untuk vertical greenery menjadi melengkung. Bidang dinding berbentuk 4 persegi panjang dengan bentuk permukaan yang datar. Bidang persegi yang membentuk permukaan dinding membuat bentuk permukaan menjadi datar. Perbedaan bentuk dimensi dari kedua

106 144 bidang vertikal tersebut menjadi dasar untuk membandingkan perancangan vertical greenery yang digunakan PT. ESCI yang mencakup struktur pendukung, tanaman, media tanam, dan sistem irigasi (Tabel13). Tabel 13. Perbandingan Perancangan Vertical Greenery Bidang Kolom dan Bidang Dinding No Sistem Vertical Greenery Bidang Kolom Bidang Dinding 1 Konsep Desain Pola desain sebagai lukisan Pola desain memberikan aksen untuk merefleksikan ketinggian dan pengarah karakter lanskap sekitar 2 Struktur Pendukung a.vgm Tidak cocok untuk permukaan Cocok untuk permukaan b.frame Module c.rel Module melengkung Tidak cocok untuk permukaan melengkung Tidak tergantung bentuk bidang 3 Tanaman Tidak tergantung bentuk bidang 4 Media Tidak tergantung bentuk bidang 5 Irigasi a.aliran irigasi b.pembelok aliran Mengelilingi bentukan dasar lingkaran Menggunakan pembelok aliran elbow knee 45 c.pembagi aliran Menggunakan elbow knee 90 datar Cocok untuk permukaan datar Tidak tergantung bentuk bidang Tidak tergantung bentuk bidang Tidak tergantung bentuk bidang lurus mengikuti lebar dinding Pipa lurus tanpa pembelok Menggunakan elbow knee Konsep Desain Konsep desain yang digunakan pada setiap bidang memiliki perbedaan tergantung bentuk bidang dan kondisi lingkungan sekitar. Bidang kolom yang berada di area jalan raya berfungsi sebagai tiang penopang fly over dan dapat diaplikasikan sebagai pengarah jalan. Bidang kolom berbentuk bangun tabung panjang dipasang secara vertikal memberikan aksen ketinggian. Pola desain yang dirancang mengikuti arah vertikal untuk memperkuat aksen ketinggian tersebut serta sebagai pengarah jalan bagi pengendara. Warna hijau digunakan untuk memberikan aksen sejuk mengurangi kesan gersang dan panas, sedangkan warna kuning dan merah berfungsi sebagai aksen. Selain itu, pola desain yang berjumlah 2 yaitu pola A dan pola B diaplikasikan dengan komposisi berselang a-b-a-b menikuti laju kendaraan agar dapat dinikmati pengguna yang merupakan pengendara.

107 145 Bidang dinding yang berada pada interior Menteng Square lantai 4 berfungsi sebagai pembentuk ruang interior. Bidang dinding tersebut dapat diakses oleh pengguna dan dilihat dari berbagai sudut sehingga dapat diaplikasikan sebagai elemen yang dapat dinikmati secara visual. Bidang dinding yang berbentuk bidang persegi dapat diaplikasikan sebagai kanvas untuk mengekspos vertical greenery yang berfungsi sebagai lukisan untuk merefleksikan karakter lanskap sekitar. Pola desain yang menggunakan bentukan alami dan warna alami serta ceria berfungsi untuk merefleksikan karakter lanskap lantai 4 yang didominasi bentukan alami, warna alami, aktivitas olahraga, dan aktivitas bermain anak Struktur Pendukung Rancangan struktur yang dibandingkan adalah perbedaan aplikasi dari VGM, frame module dan rel module terhadap bentuk bidang kolom dan bidang dinding. Bentuk bidang kolom yang memiliki permukaan melengkung lebih sulit jika menggunakan sistem vertical green module (VGM) dan frame module yang memiliki permukaan datar. Hal tersebut dikarenakan permukaan kolom yang melengkung tidak optimal ditutupi oleh VGM dan frame module dengan permukaan datar, sehingga menciptakan sudut permukaan bidang kolom yang tidak tertutup. Hal ini dapat mempengaruhi penutupan tanaman yang berada dipermukaan VGM karena tanaman tidak akan optimal menutupi permukaan kolom sehingga dapat mengganggu pandangan user. Rel module yang dipasang tegak lurus sesuai digunakan pada kolom yang tegak lurus terhadap lantai. Sistem VGM dan frame module lebih cocok digunakan pada bidang dinding yang memiliki bentuk permukaan yang sama. Struktur VGM yang memiliki permukaan datar dapat menutupi permukaan dinding yang datar, sehingga tidak ada sudut yang terbuka. Hal tersebut dapat menciptakan penutupan optimal oleh tanaman yang berada pada VGM. Rel module cocok digunakan pada bidang dinding sama seperti pada bidang kolom karena tegak lurus terhadap lantai. Ilustrasi perbandingan struktur pendukung bidang kolom dan bidang dinding dapat dilihat pada Gambar 103.

108 146 a Kolom Tertutup Sudut tidak tertutup VGM dan Frame ISOMETRI Kolom TOP No Scale b Tertutup VGM dan Frame TOP Dinding ISOMETRI No Scale Gambar 103. Ilustrasi Perbandingan Struktur Pendukung (a. Bidang Kolom, b. Bidang Dinding) (Digambar Oleh: Fauzi, 2012 ) Tanaman Jenis tanaman tidak dipengaruhi bentuk bidang vertikal. Penutupan tanaman dipengaruhi oleh penutupan VGM terhadap bidang, karena VGM merupakan wadah tanaman dan media tanam. Jika penutupan VGM terhadap bidang vertikal tidak optimal, maka penutupan tanaman akan mengikuti penutupan VGM tersebut. Jenis tanaman yang digunakan lebih dipengaruhi oleh posisi bidang vertikal terhadap cahaya matahari.

III. METODOLOGI. Gambar 11. Peta Lokasi PT.Envirospace Consultant Indonesia (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011)

III. METODOLOGI. Gambar 11. Peta Lokasi PT.Envirospace Consultant Indonesia (Sumber: PT. Envirospace Consultant Indonesia, 2011) 17 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi Magang Kegiatan magang dilakukan di perusahaan PT. Envirospace Consultant Indonesia (ESCI). Perusahaan ini bergerak di bidang pertamanan atau lanskap penyedia jasa konsultasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA

IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA 25 IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Envirospace Consultant Indonesia (ESCI) berdiri pada tahun 2005. Perusahaan ini merupakan cabang dari perusahaan Envirospace

Lebih terperinci

BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL

BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 68 BAB VII DESAIN TAMAN VERTIKAL 7.1 Tema Desain Desain merupakan tahap setelah perencanaan yang menghasilkan gambar lebih detil. Desain taman vertikal di kluster Pine Forest, Sentul City merupakan implementasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN VERTICAL GREENERY DI PT. ENVIROSPACE CONSULTANT, INDONESIA FAHMI FAUZI

PERANCANGAN VERTICAL GREENERY DI PT. ENVIROSPACE CONSULTANT, INDONESIA FAHMI FAUZI PERANCANGAN VERTICAL GREENERY DI PT. ENVIROSPACE CONSULTANT, INDONESIA FAHMI FAUZI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU

sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU sentuhan TROPIS pada DINDING HIJAU Pe n u lis Viva Rahwidhiyasa Foto g r a f e r Tri Rizeki Darusman Halaman sebuah rumah tinggal menjadi alternatif area beraktivitas keluarga di ruang luar. Khusus untuk

Lebih terperinci

TAMAN VERTIKAL V-GA PENDAHULUAN

TAMAN VERTIKAL V-GA PENDAHULUAN PENDAHULUAN T TAMAN VERTIKAL V-GA aman vertikal sebagai sebuah taman yang menempel di dinding (pada umumnya), memerlukan sebuah sarana untuk meletakkan media tanam dan tanaman. Selain itu, apabila bidang

Lebih terperinci

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Metode Magang

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Metode Magang 36 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilakukan di perusahaan PT. Envirospace Consultants Indonesia (ESCI) yang bertempat di Jl Bambu Apus Raya No.6 Sektor 7 Taman Yasmin, Bogor, Jawa Barat,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang 3.1 Lokasi dan Waktu Magang III. METODOLOGI Kegiatan magang dilakukan di perusahaan AECOM Singapore Pte. Ltd, divisi Planning, Design, Development (PDD), tim Landscape Architecture (LA team). Perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR i ii I PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Tujuan.. 2 1.3 Manfaat 2 1.4 Kerangka Pikir. 3 II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Kota Berkelanjutan.. 4 2.2 Ruang Terbuka

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM KEGIATAN MAGANG. Kelembagaan Perusahaan

PEMBAHASAN UMUM KEGIATAN MAGANG. Kelembagaan Perusahaan 116 PEMBAHASAN UMUM KEGIATAN MAGANG Kelembagaan Perusahaan PT. Envirospace Consultans Indonesia (ECI) merupakan sebuah konsultan yang bergerak dalam bidang arsitektur lanskap. Dalam melakukan proses manajemen,

Lebih terperinci

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat pembudidayaan dan wisata penangkaran buaya dirancang berangkat dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin menurun. Hal

Lebih terperinci

EBOOK PROPERTI POPULER

EBOOK PROPERTI POPULER EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN Perancangan Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun berangkat dari semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sarana rekreasi baik yang bersifat rekreatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011).

III. METODOLOGI. 2). Waktu penelitian sejak pelaksanaan hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 9 bulan (Februari 2011-Oktober 2011). 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Bandara Internasional SoekarnoHatta, Tangerang, Banten dengan lokasi yang berada pada Terminal 3 (Gambar 2). Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema BAB VI HASIL RANCANGAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema yang terkandung antara lain celebration

Lebih terperinci

Berdasarkan ketahanan bahan material yang digunakan, paling tidak Taman Vertikal V- ga dapat mencapai usia tahun.

Berdasarkan ketahanan bahan material yang digunakan, paling tidak Taman Vertikal V- ga dapat mencapai usia tahun. Q&A 1. Apa itu Taman Vertikal V-ga? Taman Vertikal V-ga adalah sistim pembuatan taman vertikal (vertical garden/greenwall) dengan menggunakan karpet tanam dengan kantong untuk menyimpan tanaman dan bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL)

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL) KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS VERTICAL GARDEN (TANAMAN HIAS VERTICAL) Disusun Oleh : Nama : Sasanti Setianingsih Nim : 11.01.2937 Kelas : 11.D3TI.02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Bisnis tanaman hias

Lebih terperinci

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR :

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR : STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR : STADION NASIONAL BEIJING Nama : Stadion Nasional Lokasi : Area Olimpiade Hijau, Beijing, China Mulai pembangunan : 24 Desember 2003 Pembukaan : 28 Juni 2008 Permukaan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tempat dan Waktu METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI

B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI Kepada Yth. Bupati Pati Cq. Kepala Dinas di Pati FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI Yang bertanda tangan di bawah ini : Pemohon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Peta Lokasi Magang (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Peta Lokasi Magang (Sumber: BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Magang Kegiatan magang studi perancangan lanskap Green Permata Residence (GPR) ini dilaksanakan selama 3,5 bulan yang terhitung sejak tanggal 7 Februari 2012 hingga

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Tapak dan Ruang Luar BAB V KONSEP PERANCANGAN mengaplikasikan konsep rumah panggung pada bangunan pengembangan, agar bagian bawah bangunan dapat dimanfaatkan untuk aktifitas mahasiswa, selain

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Sekolah Islam Terpadu memiliki image tersendiri didalam perkembangan pendidikan di Indonesia, yang bertujuan memberikan sebuah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

BAB V DATA DAN ANALISIS

BAB V DATA DAN ANALISIS 37 BAB V DATA DAN ANALISIS 5.1 Kondisi Umum Pine Forest Pine Forest merupakan salah satu kluster di Sentul City yang lokasinya di bagian barat Sentul City. Salah satu konsep pembangunan kluster ini adalah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Penjelasan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu: A. Konsep Tapak yang meliputi: a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi b. Sirkulasi e. Orientasi c. Lingkungan f. Skyline

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 38 BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar perancangan kampus sekolah seni rupa dan desain Indonesia yaitu keselarasan dengan lingkungan sekitar dimana berada dalam kawasan kampus Telkom. 5.1 Konsep Rencana

Lebih terperinci

Berdasarkan ketahanan bahan material yang digunakan, paling tidak Taman Vertikal V- ga dapat mencapai usia tahun.

Berdasarkan ketahanan bahan material yang digunakan, paling tidak Taman Vertikal V- ga dapat mencapai usia tahun. Q&A 1. Apa itu Taman Vertikal V-ga? Taman Vertikal V-ga [baca: vega] adalah sistim pembuatan taman vertikal (vertical garden/greenwall) dengan menggunakan karpet tanam dengan kantong untuk menyimpan tanaman

Lebih terperinci

Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Penelitian

Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Penelitian 20 BAB III ME ETODOLOG GI 3 Lokasi dan 3.1 d Waktu Penelitian Sentuul City meruupakan kawaasan permukkiman di sebbelah timur kota k Bogor, d termasuuk wilayah Kabupaten Bogor. Senntul City terrletak pada

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinding panel merupakan suatu komponen non struktural yaitu dinding yang dibuat dari suatu kesatuan blok dinding parsial, yang kemudian dirangkai menjadi sebuah dinding

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan bangunan yang banyak dipilih oleh para ahli struktur. Banyaknya pemakaian beton disebabkan beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh,

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

Gambar 65. Tipikal Karakter Penanaman Tropis pada Area Masuk Perumahan

Gambar 65. Tipikal Karakter Penanaman Tropis pada Area Masuk Perumahan 97 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Produk Perancangan Lanskap Pada setiap perancangan lanskap yang dihasilkan oleh BCI terdapat karakter dan keunikan tersendiri pada masing-masing proyek. Pada perancangan lanskap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktik Nusa Konstruksi Enjiniring - Proyek Apartemen Ciputra International Tower 4&5 BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK

Laporan Kerja Praktik Nusa Konstruksi Enjiniring - Proyek Apartemen Ciputra International Tower 4&5 BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1 Proyek 3.1.1 Uraian Umum Proyek Proyek Ciputra International ini merupakan proyek yang dikerjakan oleh PT. Nusa Konstruksi Enjiniring bertindak sebagai kontraktor pelaksana,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu teknologi dalam bidang teknik sipil mengalami perkembangan dengan cepat. Beton merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan pada saat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Kota 2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Kota 2.2 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Kota Simonds and Starke (2006) mengemukakan kota merupakan suatu wilayah luas yang padat penduduk yang merupakan pusat bagi kegiatan kegiatan ekonomi, sosial, dan politik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan Rumah sakit Sulianti Saroso ini menggunakan tema Arsitektur sirkulasi. Hal ini ditekankan pada : 1. Pemisahan akses dari dan ke instalasi

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet ini dibagi menjadi 3 yaitu bangunan primer, sekunder dan penunjang yang kemudian membentuk zoning sesuai fungsi,

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANTS INDONESIA

KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANTS INDONESIA 41 KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANTS INDONESIA Sejarah Perusahaan PT. Envirospace Consultants Indonesia (ESCI) merupakan cabang perusahaan dari Envirospace Consultants Pte. Ltd. yang berkedudukan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA Leonardo Krisnanto Wijono 1, Gerry Febrian Ongko 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Perkembangan bangunan industri membutuhkan permukaan lantai

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Tapak Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

PERANCANGAN Perancangan Rancangan Green Wall (

PERANCANGAN Perancangan Rancangan Green Wall ( 42 PERANCANGAN Perancangan Simonds (1983) mengatakan perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian dalam perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang, dimana setiap volume

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Bentukan Dasar Bangunan Bentuk massa bangunan terdiri terdiri dari susunan kubus yang diletakan secara acak, bentukan ruang yang kotak menghemat dalam segi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Perancangan Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture yang kaitannya sangat erat dengan objek perancangan hotel resort wisata organik dimana konsep

Lebih terperinci