PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Aspek Teknologi Seleksi awal akan di lakukan untuk mencari 2 alternatif yang terbaik dari 5 alternatif yang tersedia. Seleksi akan dilakukan dengan membandingkan aspek teknis, non teknis dan teknologi. Kemudian dari 2 alternatif terbaik akan ditetapkan suatu metode peramalan untuk jumlah permintaan penggunaan mesin dengan menggunakan Metode Trend Linier dan Metode Eksponensial, perhitungan harga jual, serta biaya variabel mesin. Diharapkan dari kedua metode tersebut akan muncul salah satu metode yang terpilih yang dapat digunakan untuk evaluasi peramalan. Dasar pemilihan metode adalah dengan membandingkan nilai standar error dari masing-masing metode. Metode dengan nilai standar error yang terkecil akan menjadi metode yang terpilih. Kemudian akan dilakukan analisa terhadap perhitungan Earning Before Taxes (EBT), Earning After Taxes (EAT), serta perhitungan Kas Masuk Bersih dengan menggunakan data hasil peramalan yang ada.

2 Pengumpulan Data Mesin Plastik Injeksi Seperti telah diterangkan pada Bab 1, PMA berencana untuk mengganti mesin. Di bawah ini adalah data-data spesifikasi mengenai mesin lama, dan alternatifaltenatif yang akan dipilih sebagai pengganti Data Spesifikasi Mesin Plastik Injeksi lama Untuk melakukan produksi pada mesin Plastik Injeksi beberapa hal yang harus diperhatikan dari produk yang akan dicetak adalah : 1. kapasitas clamping dari mesin 2. jarak antara Tie Rod 3. Clamping stroke Ini diperhatikan untuk mengukur dimensi cetakan plastik (Mould) yang bisa dicekam pada mesin plastik injeksi. Berdasarkan hal tersebut PMA bisa menentukan produk-produk plastik yang bisa dikerjakan di mesin yang dimilikinya sekarang. Adapun produk yang secara rutin dikerjakan pada mesin plastik injeksi adalah : 1. Case Head Light KEHR (MEGA PRO II) 2. Case Head Light KEH 3. Cover Handle Lower GN5 4. Poly Box Besar Karena permintaan produk-produk tersebut akan rutin dan jumlahnya akan meningkat namun secara ukuran tidak terlalu berbeda jauh, maka Pemilihan mesin

3 61 yang baru akan menyamakan data-data dari faktor-faktor tersebut diatas, lalu membandingkan teknologi yang dimilikinya terutama faktor kecepatan proses injeksi yang bisa dilakukan, biaya maintenance, dan juga kemudahan control yang disediakan yang bisa membantu operator melakukan set-up mesin dengan cepat. Tabel 4.1 Spesifikasi mesin Plastik injeksi lama Mesin Plastik Injeksi Lama Model : IS 315 CN II Serial Number : ,207404, Produsen : Toshiba Machine Co.Ltd Tahun Pembuatan : 1982 Clamping Unit Injection Unit Spesifikasi satuan nominal Clamping Force tons 315 Clamp Opening Force tons 18 Distance Between Tie Rod mm 670x670 Platen Dimension mm 960x960 Clamping Stroke mm 710 Daylight (max) without spacer mm 1250 Daylight (max) with spacer mm 1010 Closed Daylight (min) without spacer mm 540 Closed Daylight (min) with spacer mm 300 Ejecting Force (Hydraulic) tons 9.8 Ejector Stroke mm 125 Closing Speed (Fast) m/min -36.8(-30.7) Closing Speed (Slow) m/min 2.0(2.0) Opening Speed (Slow) m/min -34.5(-29.5) Opening Speed (Fast) m/min 2.6(2.2) Screw Diameter mm 60 Injection Capacity Calculated cm3 930 Injection Capacity (PE) grams 855 Injection Capacity (PS) grams 680

4 62 Common Injection Pressure kg/cm Injection Rate cm3/se c 367(306) Platicizing Capacity (PS) kg/h 175 Screw Stroke mm 330 Screw Speed Range rpm 250/192(250/12 7) Screw Drive Torque kg-m 198/99 Hopper Capacity liters 50 nozzle Pressing Force tons 8.3 Motor,Pump drive kw Heating Unit kw 18.3(97) Maximum Load Capacity KVA 116(97) Required Oil Liters 900 Machine Dimension meters 7.4x1.6x2.3 Machine Weight Tons 16.5 Data dari instruction Manual Book Dari data spesifikasi mesin di atas, terlihat bahwa umur mesin sudah kurang lebih 25 tahun. Kemampuan teknologi dan produksi sudah tertinggal dengan mesin-mesin terbaru yang ada sekarang. Sistem clamping pada mesin ini menggunakan Hidrolik

5 63 Gambar 4.1 Mesin Plastik injeksi TOSHIBA Data Spesifikasi Mesin Plastik Injeksi Baru Dalam memilih sebuah mesin, perbedaan yang harus diperhatikan adalah hal-hal mengenai harga mesin, umur ekonomis mesin, kapasitas produksi, kemampuan mesin, peralatan standar, nilai sisa, teknologi, dan terakhir namun tak kalah penting adalah pelayanan purna jual. Dengan demikian pihak perusahaan dapat dengan mudah mengetahui kelemahan maupun keunggulan dari mesin yang dipilih dan akan dibeli. PMA akan melakukan seleksi pada beberapa vendor dan brand. Setelah dikumpulkan maka ada 5 vendor yang mengajukan penawaran, yaitu HUARONG,

6 64 STEADY STREAM BUSINESS (SSB), Fu Chun Shin, PowerJet, Chuan Lih Fa. Berikut ini adalah type dari masing-masing brand beserta spesifikasi teknis. Tabel 4.2 Spesifikasi Mesin Plastik Injeksi Baru Spesifikasi satuan Fu Chun Shin HUARONG SSB PowerJet Chuan Lih Fa HT-600I HMC -500 NS-500T BJ650-V1 CLF-500TX Clamping Unit Clamping Force tons Distance Between Tie Rod mm 760x x x x x810 Platen Dimension mm 1130x x x x x1260 Clamping Stroke mm Closed Daylight (min) without spacer mm Ejector Stroke mm Injection Unit Screw Diameter mm Injection Capacity Calculated cm Injection Pressure kg/cm Injection Rate cm3/sec , Common Required Oil Liters Machine Dimension meters 8.3x1.7x x2.2x x2.2x x2.4x X2.5X3 Machine Weight Tons 24 20, Price Unit Price US$ Data dari instruction Manual Book Gambar 4.2 Mesin Palstik Injeksi SSB NS-500T

7 65 Gambar 4.3 Mesin Plastik Injeksi HUARONG HMC-500 Gambar 4.4 Mesin Plastik Injeksi Fu Chun Shin HT-600I

8 66 Gambar 4.5 Mesin Platik Injeksi PowerJet BJ650-V1 Gambar 4.6 Mesin Plastik Injeksi Chuan Lih Fa CLF-500TX

9 67 Dari 5 mesin tersebut akan ditinjau secara teknis dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan 2 mesin terbaik dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Kemudian dari segala pertimbangan diatas akan diambil 2 terbaik untuk analisa aspek ekonomi teknik dengan menggunakan NVP, IRR, dan Payback Periode. 4.3 Pengolahan Data Aspek Teknologi Penentuan kriteria dari tahapan AHP dilakukan lewat wawancara dengan Bapak Eduardus Dimas Aryasadewa ST. Sebagai satu narasumber yang sudah lebih dari 6 tahun menangani, mengoperasikan dan merawat mesin Plastik Injeksi di POLMAN ASTRA. Dan dari hasil wawancara tersebut muncullah beberapa kriteria penting untuk memilih mesin plastik injeksi, yaitu : Sistem Clamping Tabel 4.3 Perbandingan Clamping Unit mesin-mesin baru Fu Chun Chuan Lih HUARONG SSB PowerJet Spesifikasi satuan Shin Fa HT-600I HMC -500 NS-500T BJ650-V1 CLF-500TX Clamping Unit Clamping Force tons Distance Between Tie Rod mm 760x x x x x810 Platen Dimension mm 1130x x x x x1260 Clamping Stroke mm Berdasarkan hasil pengumpulan data kami dari narasumber pada Unit ini terdapat beberapa hal penting yang menentukan kualitas dari mesin :

10 68 1. Clamping Force, yaitu kekuatan yang bisa dihasilkan oleh mesin untuk menutup kedua bagian mold (core dan cavity) sehingga pada saat proses penembakan material plastik cair, material tersebut tidak akan keluar dari cetakannya. Semakin rumit suatu bentukan atau semakin besar dimensi Benda yang akan dicetak maka memerlukan clamping force yang tinggi pula. Mesin yang ada saat ini (Toshiba) memiliki clamping force 315 ton, namun melihat perkembangan dunia molding saat ini dan mengantisipasi pesanan produk yang lebih besar maka diputuskan untuk membeli mesin plastik dengan clamping force berkisar antara ton. 2. Distance Between Tirod Tirod / Tie Bar adalah bentukan poros silindris yang digunakan untuk menggerakkan moving plate pada mesin plastik injeksi agar gerakannya saling sejajar, maka pada mesin plastik injeksi selalu terdapat 4 buah tirod. Distance between Tirod adalah jarak antara tirod yang satu dengan yang lain, dan umunya letaknya simetris.hal ini dianggap penting pada mesin plastik injeksi karena untuk bisa memasukkan cetakan dan menempatkannya pada plate dan tepat pada center mesin harus melewati Tirod ini, oleh karenanya dimensi dari Cetakan yang bisa dipasang pada plate tergantung dari jarak Tirod yang ada pada mesin. Semakin besar jarak antar porosnya maka semakin besar dimensi cetakan (mold) yang bisa dipasang. Dari kelima produk yang terlihat di tabel terlihat bahwa

11 69 Power Jet BJ650-V1 memiliki jarak tirod paling luas yaitu 930x930 mm dan Huarong HMC-500 adalah yang terkecil dengan panjang 710x710, namun kesemua mesin baru yang ada masih lebih besar dibandingkan mesin lama Toshiba yakni 670x670 mm. 3. Platen Dimension Adalah besarnya luasan plat dimana nantinya cetakan akan dicekam, semakin besar area plat maka semakin besar pula cetakan yang bisa dipasang pada plat tersebut. Untuk dimensi plat Power Jet BJ650-V1 juga memiliki luasan plat paling besar dan Huarong HMC-500 adalah yang terkecil 4. Clamping Stroke Adalah panjangnya langkah yang bisa dilakukan oleh mesin tersebut guna membuka dan menutup moving plate. Semakin jauh jarak bukaan moving plate berarti memungkinkan kita menggunakan cetakan yang memiliki ketebalan lebih besar. Power Jet BJ650-V1 dan SSB NS-500T memiliki langkah terpanjang hingga 900 mm Injection Unit Tabel 4.4 Perbandingan Injection Unit mesin-mesin baru Fu Chun Chuan Lih HUARONG SSB PowerJet Spesifikasi satuan Shin Fa HT-600I HMC -500 NS-500T BJ650-V1 CLF-500TX Injection Unit Injection Pressure kg/cm Injection Rate cm3/sec

12 70 Pada unit ini terdapat beberapa output yang dihasilkan : 1. Injection Rate, adalah luasan yang bisa dibentuk oleh mesin plastik injeksi dalam setiap detiknya, kapasitas ini memudahkan kita bila akan mencetak produk yang memiliki luasan yang besar dengan kecepatan yang lebih baik dan meminimalisasi kegagalan proses injeksi yang membuat produk rusak. Injection Rate terbaik adalah pada mesin dengan merek Power Jet BJ650-V1 dengan kemampuan 709 cm3/sec sedang mesin yang lama hanya mampu hingga 367 cm3/sec. 2. Injection Pressure, adalah kekuatan tekanan yang muncul diujung nozzle penyemprot, semakin besar tekanan yang bisa dihasilkan maka akan lebih memudahkan bila kita akan mencetak produk yang memiliki profil yang rumit. Saat ini mesin yang dipakai memiliki injection pressure 1640 kg/cm2 yang memang dikhususkan untuk pekerjaan produk-produk CHL atapun lainnya. Untuk itu akan dipilih mesin pengganti yang memiliki injection pressure yang sama ataupun melebihi kemampuan mesin yang lama. Dari data diatas dapat dilihat hanya mesin Power Jet BJ650- V1, Chua Lin Fa CLF-500TX dan SSB NT-500T yang memiliki injection pressure diatas mesin yang lama.

13 Spesifikasi lain Lalu yang lain tentang dimensi dari mesin serta berat dari mesin tersebut juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan mesin yang baru, luasan mesin kami coba sandingkan dengan besar dimensi mesin yang lama yaitu 7.4 x1.6 x2.3 (meter) karena dengan perbandingan parameter tersebut akan memudahkan kita menyediakan tempat untuk mesin yang baru tanpa harus melayout ulang kondisi bengkel yang ada baik dari panjang dan lebar luasan lantai hingga tinggi dari bangunan sehingga tidak mengganggu kinerja mesin ataupun instalasi lainnya (listrik, pipa air, pipa emergency dll). Tabel 4.5 Perbandingan Common Specification mesin-mesin baru Spesifikasi satuan Fu Chun Shin HUARONG SSB PowerJet Chuan Lih Fa HT-600I HMC -500 NS-500T BJ650-V1 CLF-500TX Common Machine Dimension meters 8.3x1.7x x2.2x x2.2x x2.4x X2.5X3 Data dari instruction Manual Book

14 Analisa Data Teknologi Berikut adalah susunan hirarki permasalahan yang muncul Memilih mesin plastik injeksi Clamping Force Distance Between tirod Platen Dimension Clamping Stroke Injection Rate Injection Pressure Dimension KRITERIA SSB NS-500T SSB NS-500T SSB NS-500T SSB NS-500T SSB NS-500T SSB NS-500T SSB NS-500T HUARONG HMC -500 Fu Chun Shin HT-600I PowerJet BJ650-V1 Chuan Lih Fa CLF-500TX HUARONG HMC -500 Fu Chun Shin HT-600I PowerJet BJ650-V1 Chuan Lih Fa CLF-500TX HUARONG HMC -500 Fu Chun Shin HT-600I PowerJet BJ650-V1 Chuan Lih Fa CLF-500TX HUARONG HMC Fu Chun Shin HT- 600I PowerJet BJ650-V1 Chuan Lih Fa CLF- 500TX HUARONG HMC -500 Fu Chun Shin HT-600I PowerJet BJ650-V1 Chuan Lih Fa CLF-500TX HUARONG HMC -500 Fu Chun Shin HT-600I PowerJet BJ650-V1 Chuan Lih Fa CLF-500TX HUARONG HMC -500 Fu Chun Shin HT-600I PowerJet BJ650-V1 Chuan Lih Fa CLF-500TX A L T E R N A T I F Gambar 4.7 Hirarki Mesin Plastik Injeksi Dari hasil wawancara dengan narasumber bobot dari dari setiap kriteria berdasarkan skala yang telah ditentukan, tersusun dalam matrik seperti ini : Tabel 4.6 Matrik Kriteria-kriteria Plastik Injeksi Distance Clamping Platen Clamping Injection Injection Faktor Between Dimension Force Dimension Stroke Rate Pressure tirod Clamping Force Distance Between tirod Platen Dimension Clamping Stroke Injection Rate Injection Pressure Dimension

15 73 Sehingga setelah dilakukan pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas secara bertahap maka didapatkan bobot dari masing-masing kriteria diurutkan menurut bobot terbesar sebagai berikut : Tabel 4.7 Bobot Kriteria-kriteria Plastik Injeksi Rank Kriteria konsistensi Bobot 1 Clamping Force 0, ,51% 2 Distance Between tirod 0, ,51% 3 Clamping Stroke 0, ,22% 4 Dimension 0, ,11% 5 Platen Dimension 0, ,08% 6 Injection Pressure -0,0015 4,41% 7 Injection Rate -0,0015 4,18% Selanjutkan akan dianalisa kembali dari masing-masing kriteria, untuk mendapatkan bobot terbaik dari 5 alternatif yang ada. Untuk perhitungan bobot perhitungan perbandingan berpasangan diputuskan untuk menggunakan perbandingan spesifikasi dari masing-masing kriteria disesuaikan dengan satuan besaran masing-masing kriteria. Hal ini dilakukan karena pada prinsipnya tidak ada perbandingan yang cukup signifikan dari kelima mesin tersebut, sehingga untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan menghindari pembobotan ekstrim

16 74 yang membuat data menjadi tidak riil. Berikut adalah ringkasan hasil analisa perbandingan yang telah dilakukan : a. Clamping Force Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.8 Matrik Kriteria Clamping Force Jenis mesin SSB HUARONG Fu Chun Chuan Lih PowerJet Shin Fa Clamp.force ton SSB 600 1,0000 2,0000 2,0000 0,5000 2,0000 HUARONG 500 0,5000 1,0000 1,0000 0,3333 1,0000 Fu Chun Shin 500 0,5000 1,0000 1,0000 0,3333 1,0000 PowerJet 650 2,0000 3,0000 3,0000 1,0000 3,0000 Chuan Lih Fa 500 0,5000 1,0000 1,0000 0,3333 1,0000 Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.9 Bobot Kriteria Clamping Force Rank Kriteria Konsistensi Bobot 1 PowerJet -0, ,16% 2 SSB 0, ,18% 3 Chuan Lih Fa -0, ,22% 4 Fu Chun Shin -0, ,22% 5 HUARONG -0, ,22% TOTAL 0, ,00%

17 75 b. Distance Between Tirod Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.10 Matrik Kriteria Distance Between Tirod Jenis Mesin SSB HUARONG Fu Chun Chuan Lih PowerJet Shin Fa Distance BT mm SSB 860 1,0000 3,0000 3,0000 0,5000 1,0000 HUARONG 710 0,3333 1,0000 1,0000 0,3333 0,5000 Fu Chun Shin 760 0,3333 1,0000 1,0000 0,3333 0,5000 PowerJet 930 2,0000 3,0000 3,0000 1,0000 2,0000 Chuan Lih Fa 810 1,0000 2,0000 2,0000 0,5000 1,0000 Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.11 Bobot Kriteria Distance Between Tirod Rank Kriteria Konsistensi Bobot 1 PowerJet -0, ,01% 2 Chuan Lih Fa -0, ,04% 3 SSB 0, ,30% 4 Fu Chun Shin -0, ,32% 5 HUARONG -0, ,32% TOTAL 0, ,00%

18 76 c. Platen Dimension Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.12 Matrik Kriteria Platen Dimension Jenis Mesin SSB HUARONG Fu Chun Shin PowerJet Chuan Lih Fa Plat.Dim mm SSB ,0000 3,0000 2,0000 1,0000 1,0000 HUARONG ,3333 1,0000 0,5000 0,3333 0,5000 Fu Chun Shin ,5000 2,0000 1,0000 0,5000 0,5000 PowerJet ,0000 3,0000 2,0000 1,0000 2,0000 Chuan Lih Fa ,0000 2,0000 2,0000 0,5000 1,0000 Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.13 Bobot Kriteria Platen Dimension Rank Kriteria Konsistensi Bobot 1 PowerJet -0, ,90% 2 Chuan Lih Fa -0, ,47% 3 SSB 0, ,55% 4 Fu Chun Shin -0, ,66% 5 HUARONG -0,0056 9,41% TOTAL 0, ,00%

19 77 d. Clamping Stroke Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.14 Matrik Kriteria Clamping Stroke Jenis Mesin SSB HUARONG Fu Chun Chuan Lih PowerJet Shin Fa Clam.stroke mm SSB 900 1,0000 3,0000 2,0000 1,0000 2,0000 HUARONG 736 0,3333 1,0000 0,5000 0,3333 0,5000 Fu Chun Shin 800 0,5000 2,0000 1,0000 0,5000 1,0000 PowerJet 900 1,0000 3,0000 2,0000 1,0000 2,0000 Chuan Lih Fa 800 0,5000 2,0000 1,0000 0,5000 1,0000 Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.15 Bobot Kriteria Clamping Stroke Rank Kriteria Konsistensi Bobot 1 SSB 0, ,21% 2 PowerJet -0, ,07% 3 Chuan Lih Fa -0, ,06% 4 Fu Chun Shin -0, ,06% 5 HUARONG -0,0075 9,60% TOTAL 0, ,00%

20 78 e. Injection Pressure Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.16 Matrik Kriteria Injection Pressure Jenis Mesin SSB HUARONG Fu Chun Chuan Lih PowerJet Shin Fa Inj.Press kg/cm SSB ,0000 1,0000 0,5000 0,3333 0,3333 HUARONG ,0000 1,0000 0,5000 0,3333 0,5000 Fu Chun Shin ,0000 2,0000 1,0000 0,5000 0,5000 PowerJet ,0000 3,0000 2,0000 1,0000 1,0000 Chuan Lih Fa ,0000 2,0000 2,0000 1,0000 1,0000 Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.17 Bobot Kriteria Injection Pressure Rank Kriteria Konsistensi Bobot 1 PowerJet -0, ,21% 2 Chuan Lih Fa -0, ,01% 3 Fu Chun Shin -0, ,22% 4 HUARONG -0, ,13% 5 SSB 0,0150 8,44% TOTAL 0, ,00%

21 79 f. Injection Rate Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.18 Matrik Kriteria Injection Rate Jenis Mesin SSB HUARON Fu Chun Chuan Lih PowerJet G Shin Fa Inj.Rate cm3/sec SSB 539 1,0000 2,0000 1,0000 0,5000 1,0000 HUARONG 393 0,5000 1,0000 0,5000 3,0000 2,0000 Fu Chun Shin 580 1,0000 2,0000 1,0000 0,5000 1,0000 PowerJet 709 2,0000 0,3333 2,0000 1,0000 0,5000 Chuan Lih Fa 522 1,0000 0,5000 1,0000 2,0000 1,0000 Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.19 Bobot Kriteria Injection Rate Rank Kriteria konsistensi Bobot 1 HUARONG -0, ,05% 2 PowerJet -0, ,80% 3 Fu Chun Shin -0, ,70% 4 Chuan Lih Fa -0, ,61% 5 SSB 0, ,84% TOTAL 0, ,00%

22 80 g. Dimension Untuk Matrik kriteria dimensi, pemahaman yang harus diambil adalah semakin besar luasan mesin yang digunakan maka akan semakin tidak prioritaslah mesin tersebut, sehingga luas area yang digunakan dibalikkan dengan rumus 1/x, dimana x adalah luasan dari mesin. Matrik dari 5 alternatif mesin : Tabel 4.20 Matrik Kriteria Dimension Jenis Mesin SSB HUARONG Fu Chun Chuan Lih PowerJet Shin Fa Dimension 1/m2 0,05 0,05 0,07 0,04 0,05 SSB 0,05 1,0000 1,0000 0,5000 2,0000 1,0000 HUARONG 0,05 1,0000 1,0000 0,5000 2,0000 1,0000 Fu Chun Shin 0,07 2,0000 2,0000 1,0000 0,3333 0,5000 PowerJet 0,04 0,5000 0,5000 3,0000 1,0000 0,5000 Chuan Lih Fa 0,05 1,0000 1,0000 2,0000 2,0000 1,0000 Bobot untuk masing-masing alternatif dari yang terbesar : Tabel 4.21 Bobot Kriteria Dimension Rank Kriteria Konsistensi Bobot 1 Chuan Lih Fa -0, ,42% 2 Fu Chun Shin -0, ,82% 3 HUARONG -0, ,02% 4 PowerJet -0, ,90% 5 SSB 0, ,84% TOTAL 0, ,00%

23 Hasil Rekomendasi Aspek Teknologi Tabel 4.22 Bobot Kriteria mesin Plastik Injeksi Dimension Injection Rate Injection Pressure Clamping Stroke Platen Dimens ion Distance Between tirod Clamping Force SSB 13,84% 13,84% 8,44% 24,07% 21,55% 20,30% 18,18% HUARONG 20,02% 25,05% 11,13% 9,60% 9,41% 10,32% 13,22% Fu Chun Shin 20,82% 20,70% 18,22% 17,06% 14,66% 10,32% 13,22% PowerJet 19,90% 20,80% 32,21% 32,21% 31,90% 38,01% 42,16% Chuan Lih Fa 25,42% 19,61% 30,01% 17,06% 22,47% 21,04% 13,22% Setelah dianalisa dengan mengalikan matrik dari alternatif mesin dengan 7 kriteria diatas maka didapatkan bobot dari masing-masing alternatif mesin sebagai berikut : Tabel 4.23 Bobot Kriteria mesin Plastik Injeksi Rank Alternatif Bobot 1 PowerJet 29,75% 2 SSB 19,21% 3 Fu Chun Shin 18,24% 4 Chuan Lih Fa 16,68% 5 HUARONG 16,13% TOTAL 100,00%

24 82 Maka untuk analisa teknologi dengan menggunakan pendekatan AHP, ditentukan 2 mesin yang terbaik yaitu Power Jet BJ650-V1 dan SSB NS-500T. Untuk selanjutnya akan dianalisa secara ekonomi. 4.7 Data jumlah Permintaan Produksi Di PMA terdapat bermacam-macam komponen Plastik yang dikerjakan. Data dibawah ini merupakan total kebutuhan berbagai macam jenis produk Plastik yang dikerjakan di mesin Plastik Injeksi dalam kurun waktu 1 tahun. Tabel berikut ini merupakan tabel jumlah permintaan waktu permesinan dari tahun 2001 sampai dengan akhir tahun Data dibawah ini merupakan data total dari mesin plastik injeksi lama yang sebelumnya dimiliki oleh PMA. Tabel 4.24 Jumlah Permintaan Produksi Tahun Jumlah Permintaan Produksi unit unit unit unit unit unit unit

25 83 Dari data di atas, dapat kita lihat adanya peningkatan permintaan Jumlah Produksi untuk setiap tahunnya dari tahun 2001 sampai dengan tahun Namun, rata-rata peningkatan permintaan tersebut tidak menentu pada setiap tahunnya. 4.8 Pengumpulan Data Ekonomi Penetapan Kapasitas Produksi Dalam menjalankan aktivitas produksinya, PMA mempunyai 9 jam kerja per hari yang dikurangi 1 jam untuk istirahat, sehingga total jam kerja yang tersedia adalah 8 jam untuk setiap harinya, dimulai pukul 7.30 hingga dan istirahat pukul Dengan berdasar pada jam efektif yang terjadi, maka diputuskan dalam 1 hari ada 8 jam kerja efektif. Hari kerja di PMA adalah 5 hari kerja untuk setiap minggunya. Jadi total hari kerja untuk 1 tahun adalah 5 hari x 4 minggu x 12 bulan = 240 hari kerja. Waktu cuti tidak akan dibahas di sini. Jadi jumlah hari kerja dalam 1 tahun adalah 240 hari kerja, dengan total waktu permesinan per tahun adalah 240 x 8 jam = x jam kerja untuk mesin Plastik Injeksi ini per tahun. Kondisi saat ini, PMA hanya memiliki 1 buah mesin Plastik Injeksi. Dari data yang kami kumpulkan dari Proses permesinan di Mesin Plastik Injeksi didapat data estimasi untuk menghasilkan 1 pcs produk (cycle time) dibutuhkan waktu selama 57 detik, dan dapat dijabarkan kegiatan dalam satu hari di proses permesinan Plastik Injeksi adalah sebagai berikut :

26 84 Tabel 4.25 Waktu Produksi dalam 1 hari Production Time 07:30-07:45 07:45-09:30 09:30-09:45 09:45-12:00 12:00-13:00 13: Activity Preparation Production Break Production Break Production Cleaning Qty Time (secon) Qty Part (pcs) Sehingga dalam 1 hari bisa dihasilkan produk plastik sejumlah : = 421 pcs Bila dihitung dalam waktu setahun dihasilkan produk plastik sejumlah : 421 x 240 = pcs Bila dilihat kebutuhan permintaan jumlah produk yang diminta per tahunnya sesuai table 3.6 yaitu , hal ini tidak sebanding dengan jumlah produk yang bisa dihasilkan dalam waktu setahun yaitu pcs. Maka untuk bisa mencukupi permintaan tersebut perlu dilakukan Overtime. Data yang dihimpun dari PPC PMA pada tahun 2003 over time untuk 1 mesin plastik injeksi tercatat sebanyak 1456 jam kerja yang dilakukan pada hari sabtu, minggu, dan tidak jarang terpaksa dilakukan shift 3 yang tidak efisien jika dibandingkan antara hasil kerja dan biaya yang harus dikeluarkan Biaya Variabel Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya meningkat secara proporsional sesuai dengan peningkatan kegiatan dan menurun secara

27 85 proporsional sesuai dengan penurunan kegiatan. Biaya variabel penggunaan mesin dapat dicari dengan memperhitungkan biaya-biaya sebagai berikut : 1. Biaya Bahan Baku dan Bahan Pembantu 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Perawatan 4. Biaya Pemakaian Listrik 5. Biaya Tidak Terduga Biaya Bahan Baku dan Bahan Pembantu Mesin Biaya bahan baku berbeda dengan biaya bahan pembantu. Biaya bahan baku mengandung pengertian biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaaan untuk menghasilkan barang sedangkan biaya bahan pembantu adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperlancar jalannya produksi. Misalnya minyak pelumas, cairan pendingin (Coolant), biaya untuk pengadaan angin untuk pneumatik mesin, dan lain-lain.

28 86 Tabel 4.26 Biaya Bahan Baku Mesin Tahun Biaya Bahan Baku 2001 Rp 298,006, Rp 322,008, Rp 341,409, Rp 361,511, Rp 542,932, Rp 611,598, Rp 714,530, Tabel 4.27 Biaya Bahan Pembantu Mesin Tahun Biaya Bahan Pembantu 2001 Rp 63,747, Rp 73,241, Rp 82,569, Rp 92,965, Rp 118,799, Rp 133,824, Rp 156,347,157.59

29 Biaya Tenaga Kerja Langsung Mesin Biaya tenaga kerja langsung menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh pihak PMA untuk membayar tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan mesin ini. Tabel 4.28 Biaya Tenaga Kerja Langsung Mesin Tahun Biaya Tenaga Kerja Langsung 2001 Rp 17,643, Rp 26,804, Rp 32,214, Rp 36,875, Rp 44,569, Rp 48,273, Rp 57,376, Biaya Perawatan Mesin Biaya perawatan adalah biaya yang dikeluarkan pihak perusahaan untuk melakukan perawatan mesin-mesin tersebut.

30 88 Tabel 4.29 Biaya Perawatan Mesin Tahun Biaya perawatan mesin 2001 Rp 13,631, Rp 15,599, Rp 28,437, Rp 28,762, Rp 21,787, Rp 12,366, Rp 39,699, Menurut pihak maintenance PMA dan diperkuat oleh sales engineer beberapa reseller mesin Plastik Injeksi, kerusakan fatal tidak akan terjadi pada masa umur ekonomis mesin, selama penggunaan mesin sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pembuat. Kecuali bila terjadi salah penggunaan atau kecelakaan kerja. Ini biasanya terjadi diluar batas ekonomis mesin. Selain itu fasilitas garansi untuk spare part vital juga masih berlaku. Biaya perawatan yang dikeluarkan biasanya hanya sebatas alat-alat pelengkap dan pembantu mesin, seperti selang coolant, selang angin, grease dan penggantian oli. Dikarenakan hal tersebut biaya perawatan diasumsikan sama besarnya untuk kedua mesin yang akan di analisa secara ekonomi.

31 Biaya Pemakaian Listrik Biaya Pemakaian SSB NS-500T & Power Jet BJ650-V1 Biaya pemakaian listrik untuk produksi dengan standar volume pemakaian per tahun berdasarkan keputusan mengenai tarif dasar listrik tahun 2001 dan disesuaikan dengan keputusan perubahan tarif dasar listrik yang dikeluarkan tahun 2002 namun mulai berlaku tahun Tabel 4.30 Biaya Pemakaian Listrik mesin Baru Tahun SSB NS-500T (71 Kw) Power Jet BJ650-V1 (93 Kw) 2001 Rp 73,958, Rp 96,874, Rp 79,874, Rp 104,624, Rp 84,645, Rp 110,873, Rp 89,584, Rp 117,342, Rp 107,610, Rp 140,954, Biaya Tidak Terduga Mesin Biaya tidak terduga adalah biaya cadangan pihak PMA yang mungkin sewaktuwaktu diperlukan dan di luar perhitungan yang ada.

32 90 Tabel 4.31 Biaya Tak Terduga Mesin Tahun Biaya tidak terduga 2001 Rp 49,800, Rp 57,217, Rp 64,505, Rp 72,626, Rp 92,809, Rp 104,547, Rp 122,142, Dari uraian perhitungan biaya variabel di atas, dapat kita simpulkan bahwa biaya variabel untuk mesin-mesin dari tahun 2001 sampai tahun 2007 adalah : Biaya Variabel Mesin SSB NS-500T & Power Jet BJ650-V1 Tabel 4.32 Biaya Variabel Mesin Baru Tahun SSB NS-500T Power Jet BJ650-V Rp 516,787, Rp 539,704, Rp 574,745, Rp 599,495, Rp 633,781, Rp 660,009, Rp 682,325, Rp 710,083, Rp 928,509, Rp 961,853, Rp 1,024,557, Rp 1,059,864, Rp 1,215,231, Rp 1,254,006,409.27

33 Biaya Tetap Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang tidak berubah jumlahnya walaupun kegiatan bisnis meningkat atau menurun. Biaya tetap proses produksi yang dipergunakan untuk setiap tahunnya adalah: a. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung b. Biaya Penggunaan Bangunan c. Biaya Depresiasi d. Biaya Asuransi Berikut ini akan dijelaskan biaya tetap pada masing-masing mesin tetapi untuk biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya penggunaan bangunan, kedua mesin menggunakan biaya yang jumlahnya sama Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya tenaga kerja dibayarkan kepada tenaga kerja yang tidak langsung ikut dalam kegiatan produksi. Biaya tenaga kerja tidak langsung tahun 1997 sampai tahun 2003 adalah sebagai berikut :

34 92 Tabel 4.33 Tabel Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Tahun Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 2001 Rp 2,850, Rp 3,075, Rp 3,300, Rp 3,525, Rp 3,675, Rp 3,900, Rp 4,200, Jika biaya ini diasumsikan akan meningkat sebesar 10% per tahun, akan terlihat seperti dalam tabel berikut ini. Tabel 4.34 Tabel Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Tahun Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 2008 Rp 4,620, Rp 5,082, Rp 5,590, Rp 6,149, Rp 6,764, Rp 7,440, Rp 8,184, Rp 9,003,073.00

35 Biaya Penggunaan Bangunan Biaya Penggunaan Bangunan untuk bangunan industri standart adalah Rp ,- per meter persegi. Tabel 4.35 Biaya Penggunaan Bangunan jenis mesin Dimensi panjang lebar harga/m2 Total biaya penggunaan Bangunan SSB NS-500T 8.3x1.7x2.2 8,30 1,70 Rp ,00 Rp ,60 PowerJet BJ650-V1 9.7x2.4x2.5 9,70 2,40 Rp ,00 Rp , Biaya Depresiasi Besarnya biaya depresiasi untuk peralatan masing-masing mesin dihitung dengan menggunakan metode Garis lurus ( Straight Line Methode) Asumsi yang digunakan adalah Mesin dijual sebagai besi bekas dengan harga per kilogram adalah Rp 7.500,-. Sedangkan kebijakan masa manfaat yang berlaku di Politeknik Manufaktur Astra adalah 8 tahun. Bila dihitung maka Nilai Sisa dari Mesin SSB NS-500T adalah Rp ,- dan mesin Power Jet BJ650-V1 adalah Rp ,- didapat dari berat mesin dikalikan harga jual per kilogram. Selanjutnya dapat dihitung : Biaya Depresiasi : ( Harga Beli Nilai sisa ) / masa manfaat

36 94 Didapatkan bahwa biaya depresiasi untuk mesin SSB NS-500T adalah Rp ,- sedangkan mesin Power Jet BJ650-V1 adalah Rp , Biaya Asuransi Biaya asuransi setiap mesin berbeda-beda disesuaikan dengan harga beli masing-masing mesin dan ini dibayarkan oleh perusahaan setiap tahunnya. Biaya asuransi PMA dihitung secara keseluruhan baik mesin, komputer AC, hingga seluruh inventaris yang ada di PMA. Untuk Asuransi Politeknik Manufaktur Astra menggunakan jasa Asuransi Astra Buana, untuk mesin yang baru diperhitungkan biaya premi yang harus dibayarkan mengikuti rumusan 0.153% dikalikan harga beli mesin SSB NS-500T adalah Rp ,- sedangkan mesin Power Jet BJ650-V1 adalah Rp ,- Dari uraian perhitungan biaya tetap di atas, diperoleh biaya tetap masingmasing mesin yang diperoleh dengan cara menjumlahkan masing-masing komponen biaya tetap tersebut yaitu biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penggunaan bangunan, biaya depresiasi, dan biaya asuransi. Berikut ini adalah tabel biaya tetap mesin dari tahun 2001 sampai tahun 2007.

37 95 Tabel 4.36 Tabel Biaya Tetap Mesin Baru Tahun SSB NS-500T Power Jet BJ650-V Rp ,60 Rp , Rp ,60 Rp , Rp ,60 Rp , Rp ,60 Rp , Rp ,60 Rp , Rp ,60 Rp , Rp ,60 Rp ,80 Berikut ini adalah tabel biaya tetap mesin dari tahun 2008 sampai tahun 2015.

38 96 Tabel 4.37 Tabel Biaya Tetap Mesin Tahun Tahun SSB NS-500T Power Jet BJ650-V Rp 84,239, Rp 97,345, Rp 84,701, Rp 97,807, Rp 85,209, Rp 98,315, Rp 85,768, Rp 98,874, Rp 86,383, Rp 99,489, Rp 87,059, Rp 100,166, Rp 87,803, Rp 100,910, Rp 88,622, Rp 101,728, Pengolahan Data Aspek Ekonomi Peramalan Permintaan Produksi Metode yang digunakan dalam peramalan permintaan produksi akan dipilih dengan menentukan persamaan dari dua alternatif metode dengan standar error yang lebih kecil.

39 97 a. Peramalan Permintaan Produksi dengan Metode Trend Linier Tabel 4.38 Perhitungan Peramalan Produksi Tahun Tahun Y (Pcs) X X² XY Y' (Y-Y')² ,929 (3) 9 (446,787) 141,325 57,825, ,843 (2) 4 (321,687) 158,919 3,703, ,449 (1) 1 (170,449) 176,513 36,768, , , ,027, , , ,701 24,924, , , ,295 25, , , ,889 25,974,504 1,358, ,635 1,358, ,248,802 Sumber : Hasil Perhitungan Sehingga didapatkan : a = ( / 7 ) = ,02 b = ( / 28 ) = ,11 Jadi persamaan perhitungan yang diperoleh adalah : Y = , ,11 (X) Dari perhitungan tersebut kita peroleh : Tahun 2001 : Y = , ,11 (-3) = ,68

40 98 Tabel 4.39 Perhitungan Y Tahun Y' , , , , , ,889 Sumber : hasil perhitungan (Y - Y )2 didapat dari perhitungan berikut: Tahun 2001 : (Y - Y )² = ( ,71)² = Tabel 4.40 Perhitungan (Y-Y )2 Tahun (Y-Y')² ,703, ,768, ,027, ,924, , ,974,504 Sumber : hasil perhitungan Perhitungan standard error dengan menggunakan rumus :

41 99 SE = ,84 (7-2) SE = 5.571,25 b. Peramalan Permintaan Produksi dengan Metode Trend Eksponensial Tabel 4.41 Perhitungan Peramalan Permintaan Produksi Tahun Tahun Y (Jam Mesin) X X² Log Y X Log Y Y' (Y-Y')² ,929 (3) 9 5 (16) 145,575 11,251, ,843 (2) 4 5 (10) 159,331 2,286, ,449 (1) 1 5 (5) 174,388 15,511, , , ,671, , ,904 60,680, , , , , ,251 3,008,157 1,358, ,357, ,064,525 Sumber : hasil perhitungan Sehingga diperoleh : log a = ( 36,97 / 7 ) = 5.28 a = ,13 log b = ( 1.10 / 28 ) = 0,04 b = 1,09 Jadi persamaan perhitungan yang diperoleh adalah : Y = ,13 x (1,09) x

42 100 Dari perhitungan tersebut diperoleh : Tahun 2001 : Y = ,13 x (1,09) x = ,61 Tabel 4.42 Perhitungan Y Tahun Y' , , , , , , Sumber : hasil perhitungan Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai yaitu : Tahun 2001 : (Y - Y ) 2 = ( ,61) 2 = ,19 Tabel 4.43 Perhitungan (Y-Y )2 Tahun (Y-Y')² ,286, ,511, ,671, ,680, , ,008, Sumber : hasil perhitungan Untuk perhitungan standard error digunakan rumus :

43 101 SE = ,69 (7-2) SE = 4.259,36 Karena SE metode trend linier senilai 5.571,25 lebih besar daripada SE metode trend eksponensial senilai 4.259,36 maka hasil peramalan permintaan jam permesinan akan dihitung dengan menggunakan metode Trend Eksponensial. Berikut ini adalah hasil peramalan permintaan jumlah produk 8 tahun mendatang. Tabel 4.44 Peramalan Permintaan Produksi Tahun X Y' , , , , , , , , Sumber : hasil perhitungan Perhitungan Biaya Variabel dan biaya tetap Perhitungan untuk biaya variabel dan biaya tetap untuk tahun 2007 sebagai dasar acuan perhitungan selanjutnya akan didapat seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

44 102 Tabel 4.45 Biaya variabel dan tetap mesin SSB NS-500T Biaya variabel Jumlah Biaya tetap Jumlah Biaya Material 714,530,023 Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 4,200,000 Biaya Bahan Pembantu 156,347,158 Biaya penggunaan bangunan Rp 15,694,445 Tenaga Kerja Langsung 57,376,532 Biaya depresiasi Rp 68,937,500 Biaya pemakaian listrik 125,136,344 Biaya asuransi Rp 1,169,195 Biaya tidak terduga 122,142,162 Biaya perawatan 39,699,549 Total biaya variabel 1,215,231,767 Total biaya tetap 90,001,140 Tabel 4.46 Biaya variabel dan tetap mesin Power Jet BJ650-V1 Biaya variabel Jumlah Biaya tetap Jumlah Biaya Material 714,530,023 Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 4,200,000 Biaya Bahan Pembantu 156,347,158 Biaya penggunaan bangunan Rp 15,694,445 Tenaga Kerja Langsung 57,376,532 Biaya depresiasi Rp 75,687,500 Biaya pemakaian listrik 195,186,644 Biaya asuransi Rp 1,343,615 Biaya tidak terduga 122,142,162 Biaya perawatan 39,699,549 Total biaya variabel 1,285,282,068 Total biaya tetap 96,925, Peramalan Penjualan Harga jual produk saat ini yang berlaku untuk PMA dan juga pasar secara umum adalah senilai Rp 5.350,-/pc. Hasil penjualan didapatkan dari hasil perhitungan harga jual dikalikan dengan rata-rata peramalan penjualan selama 8 tahun. Hasil Penjualan = Rata-rata penjualan x Harga jual Hasil Penjualan = ( /8) x Rp 5.350,- Hasil Penjualan total dalam setahun = Rp ,43,-

45 Perhitungan Earning Before Taxes (EBT) Setelah mengetahui hasil perhitungan dari penjualan, perhitungan biaya variable dan perhitungan biaya tetap maka dapat dicari hasil dari semua penghasilan sebelum pajak, yaitu dengan rumus : EBT = HP BV BT Dimana : EBT = Earning Before Taxes HP = Hasil Penjualan BV = Biaya Variabel BT = Biaya Tetap Penghasilan sebelum pajak dari mesin SSB NS-500T dan Power Jet BJ650-V1 dapat dicari melalui rumus di atas, tetapi juga harus diperhatikan bahwa perhitungan dilakukan pada masing-masing mesin dengan menggunakan biaya masing-masing mesin. Perhitungan earning before taxes dapat dilihat tabel di bawah ini: EBT = HP BV BT

46 104 Tabel 4.47 Perhitungan Earning Before Taxes SSB Powerjet HP 1,763,901,143 1,763,901,143 BV 1,215,231,767 1,285,282,068 BT 90,001,140 96,925,560 EBT 458,668, ,693,515 Sumber : Hasil perhitungan Perhitungan Earning After Taxes (EAT) Setelah didapatkan hasil perhitungan penghasilan sebelum pajak (earning before taxes), selanjutnya dicari perhitungan penghasilan setelah pajak (earning after taxes) dengan rumus: EAT = EBT ( EBT x % Pajak ) Dimana : EAT = Earning After Taxes EBT = Earning Before Taxes Pajak = Besarnya Pajak yang ditetapkan Besarnya pajak telah ditetapkan pemerintah sesuai dengan pendapatan dari perusahaan mengikuti Undang-undang Perpajakan No. 28 tahun Adapun besarnya pajak yang dikenakan sebagai berikut:

47 105 Tabel 4.48 Penghasilan kena pajak Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak ( % ) 0 - Rp ,- 10 Rp ,- - Rp ,- 15 > Rp ,- 30 Penghitungan penghasilan mesin setelah pajak dapat dicari dengan menghitung selisih antara penghasilan sebelum pajak dengan penghasilan sebelum pajak dikalikan dengan persentase pajak. Rumus : EAT mesin = EBT mesin (EBT mesin x % Pajak) Penghasilan setelah pajak dari mesin dapat dicari melalui rumus diatas, tetapi juga harus diperhatikan bahwa perhitungan dilakukan pada masing-masing mesin dengan menggunakan EBT masing-masing mesin juga. Tabel 4.49 Perhitungan Earning After Taxes EBT 10% 15% 30% Total Pajak EAT SSB Rp 458,668,236 Rp 5,000,000 Rp 7,500,000 Rp 107,600,471 Rp 120,100,471 Rp 338,567,765 Powerjet Rp 381,693,515 Rp 5,000,000 Rp 7,500,000 Rp 84,508,054 Rp 97,008,054 Rp 284,685, Perhitungan Kas Masuk Bersih (Proceeds) Perhitungan kas masuk bersih dapat diketahui setelah didapatkan hasil dari perhitungan Earning After Taxes dan selanjutnya dijumlahkan dengan biaya depresiasi. Rumus yang digunakan adalah : Proceeds = EAT + Depresiasi

48 106 Dengan menggunakan rumus di atas, proceeds untuk mesin dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.50 Perhitungan Proceeds Mesin S-33 mesin EAT depresiasi Proceeds SSB Rp 338,567,765 Rp 68,937,500 Rp 407,505,265 Powerjet Rp 284,685,460 Rp 75,687,500 Rp 360,372, Perhitungan Net Present Value (NPV) Analisa ini digunakan untuk membandingkan penghasilan yang didapat oleh kedua alternatif yaitu mesin SSB NS-500T dan mesin Power Jet BJ650-V1 dengan memperhitungkan penghasilan sepanjang umur ekonomis mesin yang akan dinilai besarnya untuk waktu sekarang dengan tingkat bunga yang berlaku di bank sebesar 6% per tahun. Perhitungan Net Present Value menggunakan rumus : NPV = PV keuntungan PV Investasi Perhitungan NPV mesin SSB NS-500T P (Investasi) = Rp ,- NA (Nilai Akhir) = Rp ,- a. PV Keuntungan Dengan menggunakan data-data pada uraian sebelumnya, dapat diperoleh PV keuntungan seperti berikut ini:

49 107 PV = F (P/F, 6%, 8) Dengan menggunakan rumus di atas, didapatkan hasil seperti tabel berikut ini: Tabel 4.51 Perhitungan Present Value Keuntungan Mesin SSB NS-500T Tahun F (Rp) (P/F, 6%, 8) PV (Rp) ,505, ,438, ,505, ,678, ,505, ,149, ,505, ,782, ,505, ,511, ,505, ,275, ,505, ,014, ,505, ,673,845 2,530,523,673 b. PV Investasi : P (Investasi) = Rp ,- NA (P/F, 6%, 8) = Rp ,- x 0,7894 = Rp ,- maka Present Value Investasi : Dengan menggunakan rumus: PV Investasi = P (Investasi) NA (P/F, i%, n) Maka diperoleh : PV Investasi = Rp Rp ,- = Rp ,-

50 108 Dari perhitungan di atas, diperoleh Net Present Value Mesin SSB NS-500T : = PV keuntungan PV Investasi = Rp ,- Rp ,- = Rp , Perhitungan NPV mesin Power Jet BJ650-V1 P (Investasi) = Rp ,- NA (Nilai Akhir) = Rp ,- a. PV Keuntungan Dengan menggunakan data-data pada uraian sebelumnya, dapat diperoleh PV keuntungan seperti berikut ini: PV = F ( P/F, 6%, 8 ) Dengan menggunakan rumus di atas, didapatkan hasil seperti tabel berikut ini:

51 109 Tabel 4.52 Perhitungan Present Value Keuntungan Mesin Power Jet BJ650-V1 Tahun F (Rp) (P/F, 6%, 8) PV (Rp) ,372, ,974, ,372, ,730, ,372, ,576, ,372, ,449, ,372, ,291, ,372, ,048, ,372, ,668, ,372, ,102,454 2,237,841,779 b. PV Investasi P (Investasi) = Rp ,- NA (P/F, 6%, 8) = Rp ,-x (0,7894) = Rp ,- Present Value Investasi : Dengan menggunakan rumus: PV Investasi = P (Investasi) NA (P/F, i%, n) Maka diperoleh : PV Investasi = Rp Rp = Rp ,- Dari perhitungan di atas, diperoleh Net Present Value Mesin Power Jet BJ650-V1 :

52 110 = PV keuntungan PV Investasi = Rp ,- Rp = Rp ,- Dari perhitungan di atas, kita peroleh data bahwa Net Present Value mesin SSB NS-500T adalah Rp ,- sedangkan NPV mesin Power Jet BJ650- V1 adalah Rp ,-. NPV Mesin Power Jet BJ650-V1 lebih kecil daripada NPV Mesin SSB NS-500T Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) Analisa ini digunakan untuk membandingkan aliran kas yang dihasilkan oleh kedua alternatif yaitu mesin SSB NS-500T dan Power Jet BJ650-V1 dengan MARR yang berlaku. Kriteria dari metode ini adalah apabila i% yang diperoleh dari penghitungan IRR lebih besar atau sama dengan MARR perusahaan, maka suatu usulan proyek bisa diterima (layak dilaksanakan). Sebaliknya apabila i% yang diperoleh lebih kecil dari MARR perusahaan, usulan proyek tersebut ditolak (tidak layak dilaksanakan). Perhitungan dilakukan dengan trial and error yang menyamakan cashflows selama umur investasi pada nilai present value, dengan modal awal investasi. Hasil dari perhitungan tersebut diatas, diperoleh untuk mesin powerjet IRR berkisar pada 35%, sedangkan untuk SSB, hasil perhitungan IRR berkisar pada 48%. Dengan demikian, karena kedua-duanya lebih besar nilainya daripada

53 111 MARR, maka investasi pada kedua mesin ini layak untuk dilakukan. Dan hasil terbaik diperoleh dari mesin SSB dimana IRRnya lebih besar daripada powerjet Penghitungan Payback Periode (PP) Metode Payback Periode ini digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Untuk itu perlu analisa dari masing-masing mesin. a. Penghitungan Payback Periode Mesin SSB NS-500T Investasi = Rp ,- Proceeds tahun ke-1 = Rp ,- Kelebihan = Rp ,- Maka PP tahun ke-2 = ( / ) x 12 bulan = 2,5 bulan = 2 bulan 15 hari Jadi Payback Periode Mesin SSB NS-500T membutuhkan waktu 1 tahun 2 bulan 15 hari. b. Penghitungan Payback Periode Mesin Power Jet BJ650-V1 Investasi = Rp ,- Proceeds tahun ke-1 = Rp ,- Investasi Proceeds = Rp ,- Proceeds tahun ke-2 = Rp ,- Kelebihan = Rp ,-

54 112 Maka PP tahun ke-5 = ( / ) x 12 bulan = 4,2 bulan = 5 bulan 6 hari Jadi Payback Periode Mesin Power Jet BJ650-V1 membutuhkan waktu 2 tahun 5 bulan 6 hari. Dari penghitungan Payback Periode di atas dapat diketahui bahwa mesin Mesin SSB NS-500T mempunyai tingkat pengembalian investasi 2 tahun, 2 bulan 15 hari, lebih cepat jika dibandingkan dengan mesin Power Jet BJ650-V1 dengan tingkat pengembalian investasi 2 tahun 5 bulan 6 hari Perhitungan Profitability Index (PI) Metode Profitability Index ini digunakan untuk mengetahui nilai investasi sekarang dapat dikembalikan dengan nilai penerimaan sekarang. Untuk itu perlu analisa dari masing-masing mesin. a. Perhitungan PI SSB NS-500T PI = Rp ,- / Rp ,- = 4.29 b. Perhitungan PI Power Jet BJ650-V1 PI = Rp ,- / Rp = 3,41

55 113 Dari hasil perhitungan PI, diketahui, kedua investasi atas mesin tersebut layak untuk dilakukan, karena nilai PI kedua investasi tersebut lebih besar dari 1. Tabel 4.53 Ringkasan Hasil Analisa aspek Finansial Metode SSB Powerjet Pilihan NPV Rp Rp SSB IRR 48,0% 35,0% SSB Payback 1 tahun 2 bulan 15 hari 2 tahun 5 bulan 6 hari SSB PI 4,29 3,41 SSB

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Abstrak Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1 - Semester Genap tahun 2007 / 2008 ANALISA ALTERNATIF INVESTASI MESIN PLASTIK INJEKSI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart Start 1. Melakukan pembelajaran,pencarian informasi, pengukuran, dan data mesin 2. Melakukan pembelajaran,pencarian informasi, pengukuran, dan data cooling tower

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

PADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA BENGKEL INDAH JAYA MOTOR ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS

PADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA BENGKEL INDAH JAYA MOTOR ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA BENGKEL INDAH JAYA MOTOR ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS Mayang Hadi Ratnawati ABSTRAKSI ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA JASA SERVIS KENDARAAN

Lebih terperinci

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-15. Budget Modal (capital budgetting) Penganggaran Perusahaan. By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Penganggaran Perusahaan Minggu-15 Budget Modal (capital budgetting) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 Email: ailili1955@gmail.com 1 Pokok Bahasan Pengertian Penganggaran

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M TIME VALUE OF MONEY Nilai uang saat ini lebih berharga dari pada nanti. Individu akan memilih menerima uang yang sama sekarang daripada nanti, dan lebih

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI Outline: JUDUL LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PERANCANGAN METODOLOGI PERANCANGAN SPESIFIKASI PRODUK DAN SPESIFIKASI MESIN PERENCANAAN JUMLAH CAVITY DIMENSI SISTEM SALURAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proyek dan Investasi Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit), atau suatu kegiatan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PEMBUKAAN CABANG BARU RUMAH MAKAN SOTO MIE ASLI BOGOR PAK KADIR SEFTIEAN AL RASYID EA02 MANAJEMEN (S1) EKONOMI

STUDI KELAYAKAN BISNIS PEMBUKAAN CABANG BARU RUMAH MAKAN SOTO MIE ASLI BOGOR PAK KADIR SEFTIEAN AL RASYID EA02 MANAJEMEN (S1) EKONOMI STUDI KELAYAKAN BISNIS PEMBUKAAN CABANG BARU RUMAH MAKAN SOTO MIE ASLI BOGOR PAK KADIR SEFTIEAN AL RASYID 13209876 3EA02 MANAJEMEN (S1) EKONOMI LATAR BELAKANG Disaat perkembangan usaha semakin pesat seperti

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Tabel 4.1 Input Data Umum INPUT DATA UMUM Depresiasi Mesin (Tahun) 5 MARR 18% N Sisa 15% Inflasi 5% PPN 10% PPh 10% Kenaikan Upah/Th

Lebih terperinci

Bab 5 Penganggaran Modal

Bab 5 Penganggaran Modal M a n a j e m e n K e u a n g a n 90 Bab 5 Penganggaran Modal Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai teori dan perhitungan dalam investasi penganggaran modal dalam penentuan keputusan

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Modul ke: PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Penganggaran Modal ( Capital Budgeting) Istilah penganggaran

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI Nama : Dedik Fahrudin NPM : 11212796 Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen LATAR BELAKANG Studi kelayakan terhadap suatu usaha

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan. Tabel 2. Data penelitian. Waktu pencetakan (detik) I Bintang

Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan. Tabel 2. Data penelitian. Waktu pencetakan (detik) I Bintang Lampiran 1. Data pencetakan kompos dengan variasi bentuk cetakan Tabel 2. Data penelitian Ulangan Berat Kompos yang dicetak (gr) Waktu pencetakan (detik) Berat kompos yang rusak (gr) Hasil cetakan yang

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN KELANGSUNGAN PADA USAHA JASA

ANALISIS STUDI KELAYAKAN KELANGSUNGAN PADA USAHA JASA LINA AULINA 14210027 MANAJEMEN EKONOMI 2013 ANALISIS STUDI KELAYAKAN KELANGSUNGAN PADA USAHA JASA FOTOCOPY MENTARI PAGI Latar Belakang Masalah Kemajuan dl dalam bidang tk teknologi juga sudah dh berkembang

Lebih terperinci

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI PENILAIAN EKSPANSI USAHA (Studi Kasus pada PT. Wijaya Karya Beton, Tbk)

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI PENILAIAN EKSPANSI USAHA (Studi Kasus pada PT. Wijaya Karya Beton, Tbk) ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI PENILAIAN EKSPANSI USAHA (Studi Kasus pada PT. Wijaya Karya Beton, Tbk) Aditya Satriawan Topowijono Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 14 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Metode Material Handling 4.1.1 Faktor Peralatan Material Handling yang digunakan Metode yang di gunakan untuk mengirim part dari part preparation ke Line Assembling Engine

Lebih terperinci

Judul Penulisan Ilmiah

Judul Penulisan Ilmiah Judul Penulisan Ilmiah ANALISIS INVESTASI AKTIVA TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL BUDGETING PADA PT. SAM SUNG PRINT & PACK INDONESIA Nama : Dian Ratnasari NPM : 21210971 Kelas : 3EB03 Jurusan :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah material plastik berjenis polystyrene murni dan daur ulang. Sifat dari material plastik polystyrene yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian CAD CAD (Computer Aided Design) adalah suatu program komputer untuk menggambar suatu produk atau bagian dari suatu produk. Produk yang ingin digambarkan bisa diwakili

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA NECIS LAUNDRY LATAR BELAKANG Saat ini perubahan ekonomi mempengaruhi gerak laju kegiatan kegiatan perekonomian yang berlangsung. Persaingan yang ketat, perkembangan ilmu

Lebih terperinci

ANALISA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA CV. BU DENA CATERING. Nama : Mamih Mayangsari Npm : Kelas : 3EA24

ANALISA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA CV. BU DENA CATERING. Nama : Mamih Mayangsari Npm : Kelas : 3EA24 ANALISA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA CV. BU DENA CATERING Nama : Mamih Mayangsari Npm : 14211268 Kelas : 3EA24 Latar Belakang Suatu kegiatan bisnis pasti melibatkan banyak pihak yang memiliki berbagai kepentingan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian digunakan untuk mempersempit permasalahan yang diteliti, sehingga dapat membahas dan menjelaskan permasalahan secara tepat. Pada

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta XII. Penganggaran Modal (Capita l Budgeting) i 1. Pengantar Investasi aktiva tetap merupakan salah satu investasi yang mendapat perhatian karena jangka waktu pengembalian biasanya lebih dari satu tahun,

Lebih terperinci

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu A. Pengertian Capital Budgeting Definisi Capital Budgeting menurut Bambang Riyanto (hal 121, thn 1995) adalah keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

LAMPIRAN. Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan LAMPIRAN Lampiran 1.Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL Nama : Marlina Fitri Annisa Npm : 15213303 Kelas : 4EA33 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Christera Kuswahyu Indira,

Lebih terperinci

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) M a n a j e m e n K e u a n g a n 103 Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Accounting

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line pada Produk SP 04 Haemonetics

Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line pada Produk SP 04 Haemonetics Jurnal Integrasi Vol. 9 No. 1, April 2017, 48-52 e-issn: 2548-9828 Article History Received March, 2017 Accepted April, 2017 Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad, (1994: ), metode deskriptif analisis, yaitu metode BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Menurut Surakhmad, (1994:140-143), metode deskriptif analisis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP PENAMBAHAN MESIN PERCETAKAN PADA LINEZA PRODUCTION SAMARINDA

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP PENAMBAHAN MESIN PERCETAKAN PADA LINEZA PRODUCTION SAMARINDA ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP PENAMBAHAN MESIN PERCETAKAN PADA LINEZA PRODUCTION SAMARINDA Henny Ramadhani Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Email : Ramadhani.henny@rocketmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI USAHA KONSTRUKSI. Nama : Renaldi Prakoso Soekarno NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Elvia Fardiana,SE.

ANALISIS INVESTASI USAHA KONSTRUKSI. Nama : Renaldi Prakoso Soekarno NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Elvia Fardiana,SE. ANALISIS INVESTASI USAHA PADA CV.CD LAS KONSTRUKSI Nama : Renaldi Prakoso Soekarno NPM : 15210722 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Elvia Fardiana,SE.,MM Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Molding Injection molding dapat membuat part yang memiliki bentuk yang kompleks dengan permukaan yang cukup baik. Variasi bentuk yang sangat banyak yang dapat

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN USAHA TERHADAP PENGEMBANGAN INVESTASI PADA PABRIK KERUPUK KULIT HIDAYAH

ANALISA KELAYAKAN USAHA TERHADAP PENGEMBANGAN INVESTASI PADA PABRIK KERUPUK KULIT HIDAYAH ANALISA KELAYAKAN USAHA TERHADAP PENGEMBANGAN INVESTASI PADA PABRIK KERUPUK KULIT HIDAYAH Nama : Annisa Dwiutami NPM : 20210910 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Heru Suharjo, SE., MM, FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISA STUDY KELAYAKAN KELANGSUNGAN USAHA JASA FOTO COPY CAHAYA GIRI

ANALISA STUDY KELAYAKAN KELANGSUNGAN USAHA JASA FOTO COPY CAHAYA GIRI ANALISA STUDY KELAYAKAN KELANGSUNGAN USAHA JASA FOTO COPY CAHAYA GIRI Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang tekhnologi juga sudah berkembang pesat. Dimana - mana terdapat usaha - usaha jasa yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Model penyelesaian masalah painting system adalah sebagai berikut : Identifikasi Masalah. Studi Pustaka.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Model penyelesaian masalah painting system adalah sebagai berikut : Identifikasi Masalah. Studi Pustaka. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Model Penyelesaian Masalah Model penyelesaian masalah painting system adalah sebagai berikut : Identifikasi Masalah Studi Pustaka Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisa Aspek

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI Nama : Afriwan Sinaga NPM : 16209661 Jurusan : Manajemen ( S-1 ) Pembimbing : Sri Kurniasih Agustin, SE., MM. Latar Belakang Penulis

Lebih terperinci

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Oleh : Ani Hidayati Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keputusan Investasi (capital investment decisions) Berkaitan dengan proses perencanaan, penentuan tujuan

Lebih terperinci

BAB V KEPUTUSAN INVESTASI

BAB V KEPUTUSAN INVESTASI BAB V KEPUTUSAN INVESTASI A. Tujuan Kompetensi Khusus Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: Memahami Pentingnya Keputusan Investasi Mampu Menghitung Cash Flow Proyek Investasi Memahami

Lebih terperinci

MARABUNTA MACHINDO Hydraulic and Hard Chrome Specialist CNC Miling and CNC Lathe

MARABUNTA MACHINDO Hydraulic and Hard Chrome Specialist CNC Miling and CNC Lathe SPESIFIKASI PERALATAN Specification Equipment CAR LIFTING 1. HIDROLIS PLATFOR H West Model Piston : Standart Chrome 20 Mikron ( Hard Chrome Process ) Kapasitas angkat : 4000 Kg ( syarat dan ketentuan )*

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Pengamatan Kapasitas Material (kg/jam) Ulangan I II III

Lampiran 1. Data Pengamatan Kapasitas Material (kg/jam) Ulangan I II III Lampiran 1. Data Pengamatan Kapasitas Material (kg/jam) Perlakuan Ulangan I II III Total Rataan P1T1 6.96 6.71 7.23 21 6.96 P1T2 7.01 6.96 7.06 21 7.01 P1T3 7.46 7.71 7.34 23 7.50 P2T1 7.64 7.77 6.96 22

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU EDIE SHOES. : Bayu Aji Prasetyo NPM : Jurusan : Manajemen Fakultas : Ekonomi

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU EDIE SHOES. : Bayu Aji Prasetyo NPM : Jurusan : Manajemen Fakultas : Ekonomi ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU EDIE SHOES Nama : Bayu Aji Prasetyo NPM : 11208350 Jurusan : Manajemen Fakultas : Ekonomi UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2011 Latar Belakang Masalah Kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG SABANA CABANG PERUMAHAN ANGKASA PURI JATI ASIH - BEKASI

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG SABANA CABANG PERUMAHAN ANGKASA PURI JATI ASIH - BEKASI ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG SABANA CABANG PERUMAHAN ANGKASA PURI JATI ASIH - BEKASI Nama NPM : 12210810 Jurusan Pembimbing : Firman Rengga Adi Nugroho : Manajemen : Dessy Hutajulu, SE., MM

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Investasi Usaha Toko Mebel Sinar Terang di Proyek Bekasi

Studi Kelayakan Investasi Usaha Toko Mebel Sinar Terang di Proyek Bekasi Studi Kelayakan Investasi Usaha Toko Mebel Sinar Terang di Proyek Bekasi Nama : Ratu Gingga Mentari NPM : 15210675 Kelas : 3EA18 Fakultas : Ekonomi Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen Sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan pada sample produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data produk hardcase Data Produk Hardcase

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan 52 Lampiran 1.Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

ANALISA INVESTASI USAHA PADA PROYEK WARNET X BOUNCE

ANALISA INVESTASI USAHA PADA PROYEK WARNET X BOUNCE ANALISA INVESTASI USAHA PADA PROYEK WARNET X BOUNCE Nama : RITA MARIANI CAROLIN NPM : 20207953 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Aji Sukarno SE., MM PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kebutuhan

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE.

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE. Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA 15212337 STEVIANUS, SE., MM PENDAHULUAN Latar Belakang Persaingan Bisnis Strategi Pemasaran Studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek LOGO LOGO Aspek Finansial & Pendanaan Proyek Pendahuluan Aspek finansial pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena kajian dalam

Lebih terperinci

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil Manajemen Investasi Pendahuluan Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

Teknik Analisis Biaya / Manfaat

Teknik Analisis Biaya / Manfaat Teknik Analisis Biaya / Manfaat Komponen Biaya Biaya Pengadaan (procurement cost) Biaya Persiapan Operasi (start-up cost) Biaya Proyek (project-related cost) Biaya Operasi (ongoing cost) dan Biaya Perawatan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA BENGKEL LAS SINAR AGUNG REJEKI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL

STUDI KELAYAKAN USAHA BENGKEL LAS SINAR AGUNG REJEKI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL STUDI KELAYAKAN USAHA BENGKEL LAS SINAR AGUNG REJEKI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS PENGANGGARAN MODAL NAMA : DIAN RUSMITA NPM : 12209223 JURUSAN : MANAJEMEN JENJANG : S1 PEMBIMBING : EDY NURSANTA, SE., MM

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Pengecatan

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Pengecatan Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA. Alternatif Mesin yang akan Digunakan

PENGOLAHAN DATA. Alternatif Mesin yang akan Digunakan PENGOLAHAN DATA Alternatif Mesin yang akan Digunakan Millstar VT-550 CNC bed mill Motor 5 HP; 3 Ph 230/460V; Pre-wired 230V Number Of Spindle Speeds Variable Range Of Spindle Speeds (RPM) 80 ~ 5800 rpm

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA Nama : Rani Eva Dewi NPM : 16212024 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Nenik Diah Hartanti, SE.,MM Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI PRIMA JAYA

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI PRIMA JAYA ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI PRIMA JAYA Nama : Alif Ammar Nugraha NPM : 10212632 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Budi Sulistyo, SE.,MM Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian ini dilakukan selama periode Agustus Desember 2012 dan bertempat di PT Panarub Industry. 3.2 Materi Penelitian Subyek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa dari hasil perancangan cetakan injeksi yang telah dibuat pada bab sebelumnya. Analisa akan meliputi waktu satu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA USAHA KECIL WARNET WANGI JAYA

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA USAHA KECIL WARNET WANGI JAYA ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA USAHA KECIL WARNET WANGI JAYA Nama : Revika Rusviana Arafi NPM : 27213465 Kelas : 3EB22 Fakultas : Ekonomi Jenjang/Jurusan : S1/Akuntansi LATAR BELAKANG 1. Perkembangan

Lebih terperinci

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?

Lebih terperinci

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Perancangan bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Pengukuran bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut, dan dikikir bahan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 DATA KOMPOSISI DAN SPESIFIKASI MESIN 3.1.1 Spesifikasi Mesin Secara Umum Dalam melakukan pengumpulan data Industri yang di jadikan tempat riset ini memiliki 15 buah mesin injeksi

Lebih terperinci

METODE ACCOUNTING RATE OF RETURN (ARR)

METODE ACCOUNTING RATE OF RETURN (ARR) METODE ACCOUNTING RATE OF RETURN (ARR) ARR dapat dihitung dengan dua cara : 1. ARR atas dasar Initial Invesment NI ARR = ----------- x 100 % Io dimana : NI = Net Income (keuntungan netto rata-rata tahunan)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL BUDGETING PADA CV. SURYA SEJAHTERA BERSAMA

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL BUDGETING PADA CV. SURYA SEJAHTERA BERSAMA ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL BUDGETING PADA CV. SURYA SEJAHTERA BERSAMA Nama : Restia Arenisca Wulandari NPM : 26212149 Kelas : 3EB27 Jurusan : S1 Akuntansi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan 38 Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian. Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT X, mengenai Peranan Capital Budgeting Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Untuk Pembelian Mesin

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2007 / 2008 ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI KONVEYOR DI STRIPPING AREA PT ASTRA HONDA MOTOR ALFI NIM : 1000835152 Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Ibrahim H.M.Y (2003) menyatakan bahwa biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan suatu proyek, yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penggantian Komponen Dies dan Mesin Dengan adanya beberapa perubahan desain menjadi dies monoblok, maka besarnya biaya biaya komponen dibagi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Gemala Kempa Daya berdiri pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Parts sebagai bisnis utamanya. Menjawab tantangan pasar PT. GKD melengkapi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PADA PANCONG BALAP 3. Nama : Indra Ferdian Saputra NPM : Pembimbing : Sri Sapto Darmawati, SE.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PADA PANCONG BALAP 3. Nama : Indra Ferdian Saputra NPM : Pembimbing : Sri Sapto Darmawati, SE. ANALISIS KELAYAKAN USAHA PADA PANCONG BALAP 3 Nama : Indra Ferdian Saputra NPM : 24213385 Pembimbing : Sri Sapto Darmawati, SE., MMSI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dampak perkembangan zaman dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1 ABSTRAKSI Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, maka perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk selalu dapat unggul dalam persaingan. Karena bila salah dalam menerapkan strategi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 39 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian pada skripsi ini yaitu tujuan studi/penelitian adalah studi deskriptif. Lingkungan/setting adalah lingkungan natural yaitu PT Patent Process,

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 AHP (Analytic Hierarchy Process) Sumber kerumitan masalah pengambilan keputusan bukan hanya ketidakpastian atau ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya adalah faktor yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini dijelaskan mengenai pengumpulan dan pengolahan data untuk menganalisa kelayakan investasi yang dilakukan oleh CV. Utama Karya Mandiri. Data ini digunakan

Lebih terperinci

2. Persentase Bahan yang Tidak Terparut

2. Persentase Bahan yang Tidak Terparut Lampiran 1. Data Pemarutan Singkong Tabel 1. Data penelitian Ulangan Berat Bahan Waktu Bahan Terparut Bahan Tidak Terparut (Kg) (menit) (Kg) (Kg) I 10 16,46 8,6 0,7 II 10 16,02 9,2 0,4 III 10 16,52 9,1

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Kerangka pemecahan masalah atau biasa disebut dengan metodologi penelitian adalah suatu proses berpikir dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data baik melalui

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA TOKO BIN AGIL DI JALAN RAYA CONDET, JAKARTA TIMUR : MUAMMAL IRZAD NPM :

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA TOKO BIN AGIL DI JALAN RAYA CONDET, JAKARTA TIMUR : MUAMMAL IRZAD NPM : STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA TOKO BIN AGIL DI JALAN RAYA CONDET, JAKARTA TIMUR NAMA : MUAMMAL IRZAD NPM : 14212737 JURUSAN : MANAJEMEN DOSEN PEMBIMBING : BUDI UTAMI, SE., MM Latar Belakang Perdagangan

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci