PENGARUN SEKTOR INFORMAL TERHADAP STATUS SOSlAE WANlTA 4 K~JUS Wanita Pekerja Di Desa Tarikolot. Kec. Citeureup

Transkripsi

1 PENGARUN SEKTOR INFORMAL TERHADAP STATUS SOSlAE WANlTA 4 K~JUS Wanita Pekerja Di Desa Tarikolot. Kec. Citeureup Kab. Bogor. Propinsi Jawa Barat ) O l e h SITTI BULKIS FAKULTAS PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1990

2 RINGKASAN Sitti Bulkis, NRP Terhadap Status Sosial Wanita, Pengaruh Sektor Informal Studi Kasus Pekerja Wanita Di Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor; dibawah bimbingan dari Prof. Or. Ir. Pudjiwati Sayogyo sebagai ketua, dan Dra Winati Wigna, NOS sebagai anggota. Penelitian ini berusaha memahami tentang kehidupan wanita yang bekerja di sektor informal dan dikaitkan de- ngan status sosial wanita dalam rumahtangga dan masyara- kat luas, Pertama, serta dianlisa berdasarkan sejumlah pemikiran. keterlibatan wanita dalam pencaharian nafkah bezarti menempatkan posisi wanita sebagai istri, anak, ibu, anggota keluarga, warga desa, pencari nafkah dan pe- kerja rumahtangga yang menunjukkan seperangkat sejumlah peranan wanita. Untuk menelaah perangkat peranan terse- but, perlu kiranya memahami konsepsi "kerja". Pudjiwati Sayogyo (lg83) mengembangkan pendekatan # yancj lebih tajam dalam mengukur kerja wanita, yaitu : (a) para pelaku mengeluarkan enerd, (b) para pelaku terjalin da- lam interaksi sosial dan mendapat status, (c) para pelaku memberikan sumbangan dalam produksi berupa barang dan ja- sa, (d) para pelaku mendapatkan penghasilan cash dan na- tura dan (e) para pelaku mendapatkan hasil yang mempunyai nilai waktu. m, dalam setiap masyarakat dikenal adanya pembagian kerja antar berapa tuga

3 beberapa yang lain pada pria, dan ada yang dikerjakan oleh pria maupun wanita. Dengan demikian berarti pentingnya untuk menelaah fungsi keluarga. Levy (1971) dengan teori Struktur Fungsionalnya menelaah keluarga sebagai sistem sosial dan mempunyai berbagai fun9 si, dimana fungsi-fungsi tersebut bekerja sendiri-sendiri, tetapi terkait dan terkoordinasi, demi kelangsungan hidup keluarga/rumahtangga. Fungsi-fungsi tersebut ditelaah berdasarkan hubungan gender, dengan memperhatikan aspekaspek : (a) diferensiasi peranan, dianalisa dengan memakai ukuran alokasi waktu/curahan tenaga, sehingga nyata peran- an wanita dan pria dalam pekerjaan rumahtangga dan peker- jaan mencari nafkah; (b) alokasi ekonomi, dianalisa dengan mengukur pendapatan individu dan rumahtanqga serta pengelu aran rumahtangga, sehingga nampak sumbangan individu pria maupun wanita; (c) alokasi kekuasaan, dianalisa baik de- ngan mengukur lima pola pengambilan keputusan oleh wanita dan pria dalam keluarga/rurnahtangga, sehingga nyata kepu- tusan yang diarnbil oleh istri sendiri atau suami sendiri; suami istri bersama setara, atau bersama dengan pengaruh istri lebih besar atau bersama dengan pengaruh suami lebih besar. Perbedaan dalam pengambilan keputusan terse- but mencerminkan distribusi kekuasaan dalam keluarga yang pada dasarnya menurut Blood dan Wolf (Pudjiwati Sayogyo, 1983) ditentukan oleh struktur keluarga dan oleh faktor sumberdaya pribadi ("personal resources") suami istri yang menurut Rogers diperoleh dalam keluarga orientasi masing-

4 iii masing, misalnya : pendidikan formal dan informal serta pengetahuan, kekayaan dan pengalaman serta norma/nilai; (d) alokasi solidaritas yang menunjuk pada makne hubungan yang ada dalam keluarga, dianalisa dengan melihat unsur- unsur solidaritas, seperti keintiman (kemesraan), kekompak an, kasih sayang, rasa iri, pilih kasih dan selisih/bent- rok/konflik; (e) alokasi integrasi dan ekspresi dianalisa melalui keharmonisan peranan, keaktifan anggota dalam ran9 ka mewujudkan keutuhan keluarga dan bagaimana nilai sosial itu disosialisasikan antar anggota keluarga dan kondisi ekspresinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan wanita dalam kegiatan nafkah di sektor informal cukup tin9 gi, walaupun nampak peranan wanita yang diukur dengan alo- si wsktunya, rata-rata curahan tenaga wanita dalam pekerja an nafkah lebih rendah dibanding dengan curahan tenaga pria. Curahan tenaga pria untuk pekerjaan nafkah sektur informal berkisar antara jam per hari untuk suami dan untuk anggota rumahtangga pria lainnya berkisar antara jam per hari, sedangkan untuk wanita cu- rahan tenaganya berkisar antara jam per hari un- tuk istri dan jam perhari untuk anggota rumahtanq ga wanita lainnya. Walaupun wanita berperanan dalam pekerjaan nafkah di sektor informal, nampak bahwa wanita terutama sebagai istri tetap dapat melakukan pekerjaan rumahtangga karena dari segi normatif kegiatan tersebut merupakan tanggung jawab-

5 nya. Hal tersebut dimungkinkan karena sifat pekerjaan di sektor informal menunjukkan jam kerja yang relatif tidak teratur clan biasanya pekerjaan dilakukan di sekitar tem- pat tinggal (rumah). Dengan demikian wanita dapat melakg kan pekerjaan rumahtangga berbarengan atau disela-sela pekerjaan nafkah atau pekerjaan nafkah dilakukan setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumahtangga. Sifat kerja yang demikian ternyata jika sewaktu-waktu ada kegiatan sosial, maka wanita akan lebih mudah mengikuti- nya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa ada kecocokan antara pola kerja ekonomi sektor informal dengan pola ker ja wanita dalam urusan rumahtangga, Untuk pekerjaan rumahtangga, jumlah curahan tenaga wanita jauh lebih besar dibanding pria yang meliputi status kerja sebagai pengusaha, tenaaa kerja keluarga dan w; wanita menggunakan waktu jam per hari, dun, untuk pria rata-rata berkisar antara jam per hari. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran nilai dalam masyara kat,tentang pefanan pria dan wanita; pria telah terlibat dalam pekerjaan rumahtangga, walaupun curahan tenaga ma- sih sedikit, sedangkan wanita selain mengerjakan pekerja- an urusan rumahtangga berperan pula dalam pekerjaan naf- kah. Peranan wanita dalam sektor informal dihubungkan dengan Peranannya dalam pekerjaan urusan rumahtangga tidak terla lu besar; ha1 ini nyata dari jam kerjanya : memang ada

6

7

8

9

10