Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :
|
|
- Hartanti Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN : Struktur Komunitas Plankton Di Situ Patengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat Rinaldy Amanta*, Zahidah Hasan** dan Rosidah** *) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad **) Staf Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad ABSTRAK Penelitian mengenai struktur komunitas plankton di Situ Patengan Kabupaten Bandung Jawa Barat dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai Februari Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei dengan menetapkan empat stasiun dan enam kali waktu sampling secara time series setiap 7 hari sekali. Data yang dihitung meliputi kelimpahan plankton, indeks keanekaragaman Simpson, biomassa fitoplankton dan analisis saluran pencernaan ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas plankton di Situ Patengan terdiri dari 32 genus fitoplankton dan 11 genus zooplankton. Kelimpahan ratarata terbesar fitoplankton adalah kelas Chlorophyceae (97 ind/l) dengan genus paling banyak ditemukan adalah Spyrogira, sedangkan zooplankton kelimpahan ratarata terbesar adalah kelas Crustaceae (32 ind/l) dengan genus paling banyak ditemukan adalah Cyclops. Indeks Keanekaragaman ratarata fitoplankton adalah 0,872 dan zooplankton 0,649. Biomassa fitoplankton tertinggi berasal dari kelas Bacilariophyceae (7681,8 µg/l) sedangkan biomassa terkecil berasal dari kelas Pyrrophyceae (306,7 µg/l). Komunitas plankton dari kelas Chlorophyceae merupakan fitoplankton yang paling banyak terdapat dalam alat pencernaan ikan yang tertangkap di Situ Patengan sedangkan yang jumlahnya sedikit yaitu kelas Cyanophyceae. Kelimpahan pakan alami berdasarkan kelimpahan plankton yang ditemukan di air cukup tinggi sedangkan ikan yang memanfaatkannya rendah sehingga sumberdaya pakan yang tersedia belum dimanfaatkan dengan optimal dalam pengelolaan sumberdaya ikan secara ekstensif. Kata Kunci, Situ Patengan, Plankton, Struktur Komunitas ABSTRACT The research on the structure of plankton community in Situ Patengan District of Bandung West Java was conducted from January 2012 to February The method used is survey method with a set of four stations and six times sampling time was once every 7 days. The data of plankton community were calculated using plankton abundance, Simpson s diversity index, phytoplankton biomass and fish digestion analysis. The result showed that plankton community in Situ Patengan consists of 32 genus of phytoplankton and 11 genus of zooplankton. The highest average abundance of phytoplankton was from the Chlorophyceae class (97 ind/l) with Spyrogira as the most found genus, meanwhile the highest average abundance of zooplankton was from the Crustaceae class (32 ind/l) with Cyclops the most found genus. The average diversity index of phytoplankton were 0,872 and 0,649 for the zooplankton. The highest biomass of phytoplankton was from the Bacilariophyceae class (7681,8 µg/l) and the lowest was from the Pyrrophyceae class (306,7 µg/l). The phytoplankton community from Chlorophyceae class were major food for the fish meanwhile Cyanophyceae class was a minor one. Natural food abundance on the abundance of plankton found in the water is high and the fish that use low that the available food resources have not been optimally utilized in the management of fish resources extensively. Keyword: Situ Patengan, Plankton, Community Structure
2 PENDAHULUAN Pengelolaan perairan umum sebagai salah satu upaya kegiatan perikanan dalam memanfaatkan sumberdaya secara berkesinambungan perlu dilakukan secara bijaksana. Kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan umum melalui kegiatan penangkapan dan budidaya mempunyai kecenderungan semakin tidak terkendali. Agar terjadi keseimbangan maka diperlukan pengelolaan sumberdaya yang lebih hatihati dan terjaminnya kelangsungan usaha pemanfaatan sumberdaya ikan dengan tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan di perairan umum. Situ Patengan merupakan salah satu perairan umum yang memiliki areal seluas 150 Ha, terletak di kaki Gunung Patuha Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, berjarak 47 kilometer arah selatan dari pusat Kota Bandung berada pada ketinggian 1600 m dari permukaan laut. Fakta secara geologi, Situ Patengan terbentuk karena bekas letusan Gunung Patuha beberapa ratus tahun yang lalu yang membentuk kawah dan hingga akhirnya terisi oleh air (Brahmantyo 2004). Situ Patengan merupakan taman wisata, pemanfaatannya hanya pada sektor pariwisata rekreasi alam. Pada tahun 2011 Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat melakukan restocking benih ikan di Situ Patengan (Anonim 2011). Situ Patengan juga dimanfaatkan masyarakat sekitar dalam aktivitas menangkap ikan dengan alat tangkap seperti pancing, dan jala lempar. Jenis ikan yang tertangkap masyarakat sekitar antara lain ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan grasscarp (Ctenopharyngodon idella), ikan nilem (Osteochilus hasselti), dan ikan tawes (Barbodes gonionotus). Berdasarkan wawancara dengan masyarakat sekitar, ikan nilem sebagai ikan asli Situ Patengan semakin sulit ditemukan. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Sulastri dkk (2007) menunjukkan bahwa perairan Situ Patengan didominasi oleh fitoplankton dari kelas Cyanophyceae, hal ini jelas merugikan bagi kehidupan ikan. Situ Patengan dikategorikan sebagai danau kecil, sama halnya dengan Situ Gede yang terletak di Tasikmalaya namun dalam pemanfaatannya berbeda, Situ Gede selain dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan restocking ikan juga dimanfaatkan untuk budidaya ikan di Keramba Jaring Apung (KJA), hal ini memperlihatkan bahwa pemanfaatan Situ Patengan belum optimal. Upaya mengoptimalkan pemanfaatan Situ Patengan di sektor perikanan, khususnya sebagai areal produksi perikanan maka perlu diketahui terlebih dahulu kondisi perairan yang dapat menunjang kehidupan ikan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas plankton yang dihubungkan dengan parameter kualitas air sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam peningkatan pengelolaan sumberdaya perairan di di Situ Patengan Kabupaten Jawa Barat. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan Penelitian 1. Sampel plankton diambil dari 4 titik stasiun pengamatan sebanyak 6 kali setiap satu minggu sekali. 2. Lugol 0,5 % digunakan untuk mengawetkan sampel plankton. 3. Formalin 4% untuk mengawetkan lambung ikan. 4. Bahan pereaksi untuk nitrat yaitu larutan Phenol disulfonic acid, NH 4 OH 10 % dan larutan standar nitrat NO 3 N 5 µg/ml. 5. Bahan pereaksi ortofosfat yaitu larutan reduktor SnCl 2, larutan NH 4 molidbat dan larutan standar fosfat PO 4 P 5 µg/ml. 6. Bahan pereaksi oksigen terlarut yaitu O2 Reagen, MnSO4 50 %, H2SO4 pekat, Natiosulfat 0,01 N. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode survei pada empat stasiun dan diulang 6 kali. Pengambilan sampel dilakukan di empat stasiun pengamatan dengan mempertimbangkan karakter fisik perairan danau secara umum yaitu : 1) Stasiun I merupakan daerah pemasukan (inlet) perairan berada di daerah Renggamanis, daerah mata air. 2) Stasiun II merupakan lokasi tengah Situ Patengan.
3 3) Stasiun III merupakan daerah pelabuhan perahu. 4) Stasiun IV merupakan pengeluaran (outlet) bermuara di Cirengganis daerah Sepirata Desa Sukaresmi. Parameter Yang Diukur Parameter yang diamati dan dianalisis adalah sampel plankton sebagai parameter utama yaitu kelimpahan, keanekaragaman, biomassa, parameter fisik yaitu suhu, kedalaman, tranparansi, sedangkan parameter kimiawi meliputi pengukuran DO, BOD 5, ph, nitrat dan ortofosfat. Sebagai data untuk mendukung penelitian juga dilakukan analisis isi lambung ikan (Tabel 1). Tabel 1. Parameter pengukuran Parameter Satuan Alat Lokasi Pengamatan Biologis Plankton Kelimpahan Keanekaragaman Biomassa Ind/L µg/l Mikroskop Mikroskop Fisik Kedalaman Suhu Transparansi cm ºC cm Tali Berskala Termometer Secchi Disk Kimiawi ph Oksigen terlarut (DO) BOD 5 Nitrat Ortofosfat mg/l mg/l mg/l mg/l ph Meter Alat Titrasi Alat Titrasi Spektrofotometer Spektrofotometer Kelimpahan Plankton Kelimpahan plankton dihitung dengan rumus modifikasi Sachlan (1982): N = n x Vr Vo x 1 Vs Keterangan: N = Kelimpahan Plankton (Ind/L) n = Plankton yang teridentifikasi Vr = Volume yang tersaring (ml) Vo = Volume air yang diamati (ml) Vs = Volume air yang disaring (L) Indeks Keanekaragaman Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan rumus simpson (Magurran, 1988) sebagai berikut : D = 1 (Pi) Pi = ni/n Keterangan : D = Indeks keanekaragaman Simpson Pi = Proporsi individu terhadap populasi total N = Jumlah total individu ni = Jumlah individu dalam genus kei Nilai indeks keanekaragaman berkisar 0 1, jika indeks mendekati 0 maka keanekaragamannya rendah dan jika indeks mendekati 1 maka nilai keanekaragamannya tinggi. Kestabilan ekosistem perairan dinyatakan baik jika mempunyai nilai indeks keanekaragaman Simpson antara 0,6 0,8 (Odum, 1971). Biomassa Fitoplankton Mengukur volume sel fitoplankton secara geometrik dan mengasumsikan bobot jenis fitoplankton sama dengan satu ( Wetzel 1983) maka biomassa fitoplankton dapat diperoleh melalui rumus:
4 B = BJ. V Keterangan: B = Biomassa fitoplankton (µg/l) BJ = Bobot jenis fitoplankton (1. 10 / µ ) V = Volume fitoplankton Volume fitoplankton yang dimaksud adalah hasil perhitungan volume dari jenis fitoplankton yang diamati dengan menggunakan pendekatan dari bentuk sel kedalam bangun geometrik. Analisis Isi Saluran Pencernaan Ikan Dengan menganalisis berapa banyak genus plankton yang terdapat dalam lambung ikan dapat diketahui genus plankton yang dimanfaatkan sebagai pakan alami ikan dan jenis ikan yang cocok untuk pengelolaan lebih lanjut. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskripsi eksplanasi yaitu memaparkan dan menjelaskan kondisi dan situasi variabel yang diamati serta hubungan antara masing masing variabel. Variabelnya adalah struktur komunitas plankton yaitu komposisi, kelimpahan, keanekaragaman jenis serta parameter fisik dan kimiawi perairan. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi dan Kelimpahan Komposisi plankton yang diperoleh selama penelitian terdiri dari 43 genus terbagi dalam 32 genus fitoplankton dan 11 genus zooplankton. Fitoplankton terdiri dari 5 kelas yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Pyrrhophyceae, sedangkan zooplankton terdiri dari 3 kelas yaitu Rhizopoda, Rotifera, dan Crustaceae (Tabel 2). Tabel 2. Komposisi Plankton Berdasarkan Kelas Dan Jumlah Genus Kelompok Kelas Jumlah Genus Fitoplankton Bacillariophyceae 10 Chlorophyceae 13 Cyanophyceae 5 Euglenophyceae 2 Pyrrhophyceae 2 Jumlah 5 32 Zooplankton Rhizopoda 1 Rotifera 4 Crustacea 6 Jumlah 3 11 Pada Tabel 2 terlihat pada kelompok fitoplankton, genus yang terbanyak berasal dari kelas Chlorophyceae dan Bacilariophyceae, genus paling sedikit berasal dari kelas Euglenophyceae dan Pyrrhophyceae, sedangkan dari kelompok zooplankton genus terbanyak berasal dari kelas Crustaceae dan genus paling sedikit berasal dari kelas Rhizopoda. Pada gambar 2 memperlihatkan bahwa persentase genus Chlorophyceae dan Bacilariophyceae mendominasi, yaitu 40 % dan 31 % dari seluruh genus fitoplankton yang ditemukan. Kelimpahan fitoplankton yang ditemukan selama penelitian bervariasi. Kelimpahan ratarata fitoplankton tertinggi yaitu 234 ind/l terdapat pada stasiun III. Kelimpahan terbesar fitoplankton adalah dari kelas Chlorophyceae dengan genus yang paling banyak ditemukan adalah Spyrogira dengan kelimpahan terbesar pada sampling ke4. Kelimpahan tertinggi Chlorophyceae yaitu 118 ind/l pada stasiun III (Gambar 3).
5 Kelimpahan (ind/l) Bacillariophyceae Chlorophyceae Cyanophyceae Euglenophyceae Pyrrhophyceae Stasiun Gambar 3. Kelimpahan Fitoplankton Kelimpahan (ind/l) Stasiun Gambar 5. Kelimpahan Zooplankton Rhizopoda Rotifera Crustaceae Kelimpahan terbesar dari zooplankton adalah kelas Crustaceae dengan kelimpahan ratarata 44 ind/l terdapat pada stasiun I (Gambar 5) dengan genus yang paling banyak ditemukan adalah Cyclops (Lampiran 3). Besarnya kelimpahan Crustaceae disebabkan oleh aktivitas pemangsaan, sesuai dengan pernyataan Odum (1971) Crustacea menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organik berupa fitoplankton maupun detritus dalam persaingan makanan. Keanekaragaman Plankton Keanekaragaman jenis dapat diidefinisikan sebagai suatu ukuran dari suatu komposisi spesiess dalam suatu ekosistem, yang dinyatakan dalam jumlah dan kelimpahan relatif dari jenis tersebut (Odum 1971). Untuk mengetahui keanekaragaman jenis tersebut maka digunakan indeks keanekaragaman
6 Simpson. Tabel 3 menunjukan bahwa ratarata nilai indeks keanekaragaman Simpson untuk fitoplankton di perairan Situ Patengan adalah 0,8420,893 dengan kisaran 0,7520,915. Berdasarkan perhitungan didapatkan ratarata indeks keanekaragaman fitoplankton berada pada kisaran tinggi untuk semua stasiun hal ini mengindikasikan bahwa dengan indeks keanekaragaman yang tinggi, menandakan bahwa ekosistem fitoplankton di perairan berada pada kondisi yang stabil dan tidak tercemar. Nilai indeks keanekaragaman simpson untuk zooplankton ratarata sebesar 0,5220,753 dengan kisaran 0,3880,875. Ekosistem dikatakan baik jika indeks keanekaragaman simpson bernilai antara 0,60,8 (Magguran 1991). Berdasarkan indeks keanekaragaman yang diperoleh selama penelitian menunjukan sebaran fitoplankton berada pada kondisi yang stabil sedangkan zooplankton berada pada kondisi yang tidak stabil. Hal ini terjadi karena adanya dominasi dari genus Cyclops. Biomassa Fitoplankton Tingginya nilai biomassa dari kelas Bacilariophyceae dikarenakan ukuran sel Bacilariophyceae lebih besar bila dibandingkan dengan Chlorophyceae, Wetzel (1983) menyebutkan bahwa biomassa diikuti dengan besarnya nutrien namun tidak diikuti dengan tingginya kelimpahan fitoplankton, sehingga kandungan biomassa tertinggi tidak selalu akan memiliki kelimpahan fitoplankton yang tertinggi pula (Tabel 3). Tabel 3. Biomassa Fitoplankton di Perairan Situ Patengan Kelas Biomassa total (µg/l) Bacillariophyceae 7681,8 Chlorophyceae 2387,9 Cyanophyceae 1298,9 Euglenophyceae 1509,3 Pyrrhophyceae 306,7 Jumlah 13184,6 Analisis Isi Saluran Pencernaan Ikan Dari 43 genus plankton hanya 11 genus yang ditemukan pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan 7 genus pada ikan grasscarp (Ctenopharyngodon idella). Berdasarkan hasil penelitian terhadap parameter fisik, kimiawi dan biologi perairan Situ Patengan maka kegiatan perikanan dikembangkan di Perairan Situ Patengan adalah restocking. Pemanfaatan pakan alami oleh ikan masih rendah, hal ini terbukti dari hasil pengamatan pada alat pencernaan ikan yang menunjukkan bahwa pada ikan nila memiliki jumlah total plankton pada pencernaan terbesar 11 jenis. Parameter Fisik Kimiawi Air Parameter fisik kimiawi yang diamati selama penelitian meliputi suhu, ph, DO, nitrat dan ortofosfat (Tabel 4).
7 Tabel 4. Kisaran Ratarata Parameter Fisik dan Kimiawi Air Selama Penelitian. Parameter Stasiun Baku Mutu* I II III IV Fisik Suhu (ºC) K 19,1 21,8 19,7 23,5 21,8 23,3 19,4 23,3 R 20,15 21,3 22,5 20,8 Transparensi Cahaya (cm) Kedalaman (cm) Kimiawi BOD 5 (mg/l) DO (mg/l) Ortofosfat (mg/l) Nitrat (mg/l) K R 87,5 122,3 29,3 60, K 1,73 5,03 K 6,7 4,7 5,5 5,03 5,7 4,0 6 3 R 5,81 5,06 5,19 5,05 K 0,01 0,01 <0,01 0,010,02 1 R 001 0,01 0,01 0,01 3,2 0,36 0,38 K 4,77 0,38 0,45 0,86 0,94 20 R 3,9 0,37 0,41 0,9 K 7,4 7,8 7,2 8,4 7,2 8 7,4 8,4 69 ph R 7,55 7,73 7,66 7,83 Keterangan: R = Ratarata K = Kisaran *) = Lampiran PP No.82 Tahun 2001, Kelas 3 Ratarata kadar nitrat selama penelitian berada pada kisaran 0,364,77 mg/l. Effendi (2003) menyatakan bahwa kandungan nitrat >0,2 mg/l telah cukup untuk memacu dan menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat. Kadar nitrat tertinggi ditemukan di stasiun I yaitu 4,77 mg/l, hal ini diduga karena sumber aliran inlet Situ Patengan sebagian besar berasal dari tanah lahan kebun teh. Menurut Goldman dan Horne (1983) nitrat merupakan unsur utama di perairan yang merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan alga lainnya. Ortofosfat yang diperoleh selama penelitian berada pada kisaran <0,010,02 mg/l. Menurut Seller dan Markland (1987) kandungan fosfat di perairan sering menjadi faktor pendorong terjadinya dominansi fitoplankton. Mackentum (1969) dalam Basmi (1988) menyatakan bahwa senyawa ortofosfat merupakan faktor pembatas bila kadarnya di bawah 0,004 mg/l, sementara pada kadar lebih dari 1 mg/l dapat menimbulkan blooming. Menurut Effendi (2003), kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya jarang melebihi 0,1 mg/l, kecuali pada perairan yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu. KESIMPULAN 1. Komposisi plankton yang diperoleh selama penelitian yaitu sebanyak 43 genus terbagi dalam 32 genus fitoplankton dan 11 genus zooplankton. Kelimpahan terbesar fitoplankton berasal dari kelas Chlorophyceae (96.9 ind/l) dengan genus utamanya adalah Spyrogira, sedangkan zooplankton adalah kelas
8 Crustaceae (32.5 Ind/L) dengan genus utamanya adalah Cyclops. 2. Nilai ratarata indeks keanekaragaman simpson untuk fitoplankton adalah 0,8420,893 sedangkan untuk zooplankton 0,5220,753. Biomassa terbesar dari kelas Bacillariophyceae yaitu 7681,8 µg/l, sedangkan biomassa terkecil berasal dari kelas Pyrrophyceae yaitu 306,7 µg/l. 3. Pada alat pencernaan ikan, plankton yang paling banyak ditemukan berasal dari kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan Crustaceae, dari 43 genus plankton hanya 11 genus yang dimanfaatkan ikan nila (Oreochromis niloticus) dan 7 genus pada ikan grasscarp (Ctenopharyngodon idella) 4. Berdasarkan Struktur Komunitas Plankton, parameter fisik dan kimiawi, Situ Patengan masih layak untuk mendukung kegiatan perikanan. DAFTAR PUSTAKA Anonim Waduk Di Jabar Ditebar Benih Ikan. Diakses September, Balai Lingkungan Keairan Indonesia 2010, Pengelolaan Danau dan Waduk. Balai Lingkungan Keairan Indonesia. Puslitbang Keairan. 6 hal. Brahmantyo, B. (2004), Geologi Cekungan Bandung, Catatan Kuliah GL4121,Penerbit ITB, Bandung, 176 hlm. Effendi, H Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal. Odum, E.P Fundamentals Of Ecology. 3rd edition. W. B. Sounders Co. Philadephia. 574 p. Sulastri, Suryono, T., Harsono, Y Hubungan Tata Guna Lahan, Kualitas Air dan Komunitas Fitoplankton Di Beberapa Danau Kecil Di Jawa Barat. Limnotek LIPI (XVI) 1:10 21.
BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 15 Juni sampai dengan 6 Juli 2013 di perairan tambak udang Cibalong, Kabupaten Garut (Gambar 2). Analisis
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan di kawasan perairan Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai dari bulan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013 di perairan Pantai Balongan, Kabupaten Indramayu. Pengambilan sampel dilakukan dengan
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI SITU CISANTI KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI SITU CISANTI KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Zahidah Hasan, Iqbal Nur Syawalludin, dan Walim Lili Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Lebih terperinciKajian Variabel Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Primer Fitoplankton Di Perairan Waduk Darma Jawa Barat
Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 2016 (93-102) Kajian Variabel Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Produktivitas Primer Fitoplankton Di Perairan Waduk Darma Jawa Barat Ega Cahyadi Rahman,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nilem yang digunakan berasal dari Cijeruk. Pada penelitian ini digunakan ikan nilem berumur 4 minggu sebanyak 3.150 ekor dengan ukuran panjang 5,65 ± 0,62
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan Saptosari dan desa Karangasem kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul. B. Waktu Penelitian
Lebih terperinciWater Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.
Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities Dedy Muharwin Lubis, Nur El Fajri 2, Eni Sumiarsih 2 Email : dedymuh_lubis@yahoo.com This study was
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif (Nazir, 1999: 63). Penelitian ini hanya mengungkapkan fakta mengenai struktur komunitas fitoplankton
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Situ Gede. Situ Gede terletak di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor-Darmaga, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komunitas Fitoplankton Di Pantai Balongan Hasil penelitian di perairan Pantai Balongan, diperoleh data fitoplankton selama empat kali sampling yang terdiri dari kelas Bacillariophyceae,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
21 III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksaakan di Karamba Jaring Apung (KJA) dengan mengambil lokasi di Waduk Cirata, Jawa Barat melalui 3 tahap sebagai berikut: 3.1. Penelitian Tahap I Tahap penelitian
Lebih terperinciGambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika Perairan 4.1.1 Suhu Setiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme
Lebih terperinciIkan mola (Hypophthalmichthys molitrix) sebagai pengendali pertumbuhan plankton yang berlebihan di Waduk Cirata
Ikan mola (Hypophthalmichthys molitrix) sebagai pengendali pertumbuhan plankton yang berlebihan di Waduk Cirata Heti Herawati Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Abstrak Pengembangan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor
3. METODE PENELITIAN 5.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2009, berlokasi di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Sampel yang didapat dianalisis di Laboratorium Biologi
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 51-59 ISSN : 2088-3137 KAJIAN PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DI WADUK SAGULING, DESA BONGAS DALAM KAITANNYA DENGAN KEGIATAN PERIKANAN Rizky
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
35 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Penelitian Tahap I 4.1.1.1. Percobaan 1: 4.1.1.1.a. Komposisi Perifiton Selama penelitian ditemukan tiga kelas perifiton yaitu Bacillariophyceae (9 genus),
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis) Perairan Pantai Cilincing, Jakarta Utara. Sampel plankton diambil
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air
3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal penambangan pasir tepatnya di Kampung Awilarangan, Desa Cikahuripan, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur. Sebagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan lokasi dilakukan dengan purposive sampling (penempatan titik sampel dengan
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK
Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 19-23 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,
III. METODOLOGI PENELITIAN.. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran, Lampung. Penelitian ini secara umum mencakup tahapan yaitu survei lapangan,
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106 0 34-106 0 44 BT dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015. Pengambilan sampel dilakukan pada saat awal pergantian musim dari musim
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman
Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode
BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode observasi. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi : Seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktifitas wisata (Mulyaningrum, 2005). Lebih
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODA
BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011 di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara, dan laboratorium Pengelolaan
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 301-311 ISSN : 2088-3137 Distribusi Spasial Komunitas Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Situ Bagendit Kecamatan Banyuresmi,
Lebih terperinciPOTENSI FITOPLANKTON SEBAGAI SUMBER DAYA PAKAN PADA PEMELIHARAAN LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI BBPBAT SUKABUMI
POTENSI FITOPLANKTON SEBAGAI SUMBER DAYA PAKAN PADA PEMELIHARAAN LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI BBPBAT SUKABUMI Ana Widiana*, Astuti Kusumorini dan Selvi Handayani Jurusan Biologi, Fakultas Sains
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Morotai bagian selatan, Maluku Utara (Gambar 1) pada Bulan September 2012 dengan Kapal Riset Baruna Jaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara maritim karena sebagian besar wilayahnya didominasi oleh perairan. Perairan ini meliputi perairan laut, payau, maupun perairan
Lebih terperinciLampiran 1. Analisis pengaruh peningkatan kepadatan terhadap tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan nilem
LAMPIRAN 32 Lampiran 1. Analisis pengaruh peningkatan kepadatan terhadap tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan nilem Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. Perlakuan 5,662 2 2,831 1,469 0,302
Lebih terperinciKOMPOSISI DAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN PULAU GUSUNG KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN SKRIPSI. Oleh: ABDULLAH AFIF
KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN PULAU GUSUNG KEPULAUAN SELAYAR SULAWESI SELATAN SKRIPSI Oleh: ABDULLAH AFIF 26020110110031 JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciSTUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK
STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODA
BAB 2 BAHAN DAN METODA 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2010 di Danau Lut Tawar Kecamatan Lut Tawar Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah, dan Laboratorium Pengelolaan
Lebih terperinciDiversity of Plankton in the Part of Downstrem Siak River, Tualang Village, Tualang Sub-Regency, Siak Regency, Riau Province. By :
1 Diversity of Plankton in the Part of Downstrem Siak River, Tualang Village, Tualang Sub-Regency, Siak Regency, Riau Province By : Ani Mulyani, Yuliati, Efawani Abstract A study on the diversity of plankton
Lebih terperinciKOMPOSISI ZOOPLANKTON DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI RUNGAN KOTA PALANGKARAYA
81 ZIRAA AH, Volume 39 Nomor 2, Juni 214 Halaman 81-85 E- ISSN 2355-3545 KOMPOSISI ZOOPLANKTON DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI RUNGAN KOTA PALANGKARAYA (Zooplankton Composition In The Waters Of A Flood
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Danau Buyan, Keramba Jaring Apung, Fitoplankton.
ABSTRAK Danau Buyan merupakan sumberdaya alam akuatik yang mempunyai nilai yang sangat penting. Pemanfaatan Danau Buyan diantaranya adalah kegiatan budidaya keramba jaring apung yang berpotensi memberikan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014. Pengambilan sampel dilakukan di Rawa Bawang Latak, Desa Ujung
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Waduk Cirata dengan tahap. Penelitian Tahap I merupakan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta pada bulan Maret 2013. Identifikasi makrozoobentos dan pengukuran
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2014. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari peninjauan lokasi penelitian pada
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI PERAIRAN PESISIR PULAU SIANTAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
SIMBIOSA, 2 (1): 48-60 STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI PERAIRAN PESISIR PULAU SIANTAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU Phytoplankton Community Structure at Siantan Island Coastal
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013. Tempat penelitian di Situ Cileunca, Kecamatan pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk Budidaya kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan perikanan keramba jaring apung (KJA) di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 4). Kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam ekosistem perairan termasuk danau. Fitoplankton berperan sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan organisme yang berperan penting dalam ekosistem perairan termasuk danau. Fitoplankton berperan sebagai produsen dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
Lebih terperinciPERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI
PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul Struktur Komunitas Plankton dan Kualitas Perairan di Bendungan Telaga Tunjung Tabanan adalah benar merupakan hasil
Lebih terperinciStruktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Pesisir Pulau Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau ABSTRACT
Struktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Pesisir Pulau Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau (Phytoplankton Community Structure at Siantan Island Coastal Area Anambas Islands District
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN : STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI SUNGAI CITARUM HULU JAWA BARAT
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 212: 313-325 ISSN : 288-3137 STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI SUNGAI CITARUM HULU JAWA BARAT Adie Wijaya Putra*, Zahidah** dan Walim Lili** *) Alumni
Lebih terperinciKAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA
KAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) DI PERAIRAN SEKOTONG, NTB Dosen Penguji I
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Suaka Margasatwa Muara Angke yang di
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Suaka Margasatwa Muara Angke yang di tumbuhi mangrove pada bulan Februari 2013. Analisis organ pencernaan
Lebih terperinciABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI
ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI This research was conducted to find out the impact of agricultural
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN
Jamaran Kaban Daniel PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN Mayang Sari Yeanny Biologi FMIPA USU Abstract The research about the influence
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 25-31 ISSN : 2088-3137 HUBUNGAN LIMBAH ORGANIK DENGAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI SUNGAI MUSI BAGIAN HILIR Ghina Ilmia Hafshah*, Henhen
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sudah menjadi kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tidak hanya untuk mandi atau mencuci, tapi kebutuhan akan air bersih juga diperlukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi secara purposive sampling (penempatan titik sampel dengan tujuan
Lebih terperinciSTRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI SEKITAR KERAMBA JARING APUNG DANAU TOBA KECAMATAN HARANGGAOL, KABUPATEN SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA SKRIPSI
STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON DI SEKITAR KERAMBA JARING APUNG DANAU TOBA KECAMATAN HARANGGAOL, KABUPATEN SIMALUNGUN, SUMATERA UTARA SKRIPSI RISKY ANGGITA HARAHAP 090302075 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate) Selama 40 hari masa pemeliharaan nilem terjadi peningkatan bobot dari 2,24 ± 0,65 g menjadi 6,31 ± 3,23 g. Laju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang memiliki luas 240 ha. Pemanfaatan lahan di sekitar Waduk Cengklik sebagian besar adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau
1. Profil Waduk Cengklik Boyolali BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Keberadaan waduk dan danau sangat penting dalam turut menciptakan keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN. No Nama alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Spesifikasi Bahan Dan Peralatan SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN No Nama alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat 1 Ember plastik Tipe 316 2 Jerigen Tipe KS 1L 3 Coolbox Marina 4 Termometer
Lebih terperinciKOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN WADUK KRENCENG, CILEGON, BANTEN
KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN WADUK KRENCENG, CILEGON, BANTEN Sri Handayani dan Mufti P. Patria 2. Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Jakarta 220, Indonesia 2. Departemen Biologi, FMIPA, Universitas
Lebih terperinciKELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI PERAIRAN LAGUNA DESA TOLONGANO KECAMATAN BANAWA SELATAN ABSTRAK
Media Litbang Sulteng III (2) : 119 123, September 2010 ISSN : 1979-5971 KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI PERAIRAN LAGUNA DESA TOLONGANO KECAMATAN BANAWA SELATAN Oleh : Madinawati 1) ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
11 3. METODE PENELITIAN 3. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106 48 26-106 48 50 BT dan 6 44 30-6 44 58 LS (Gambar
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI
KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI RAISSHA AMANDA SIREGAR 090302049 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA
PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: BETZY VICTOR TELAUMBANUA 090302053 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciKonsentrasi Logam Cd dan Pb Di Sungai Plumbon dan Kaitannya dengan Struktur Komunitas Fitoplankton
G 02 Konsentrasi Logam Cd dan Pb Di Sungai Plumbon dan Kaitannya dengan Struktur Komunitas Fitoplankton Ersan Noviansyah, Siti Rudiyanti* dan Haeruddin Abstrak *Program studi MSP, FPIK, UNDIP Sungai Plumbon
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kejayaan pada tahun 1930an. Tidak heran bila Sawahlunto, yang hari jadinya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah panjang Kota Sawahlunto dimulai, ketika para ahli Geologi Belanda menemukan cadangan batubara dalam jumlah besar pada akhir abad 19. Penemuan dan penggalian
Lebih terperinciROTIFERA PADA AREA BEKAS TAMBANG EMAS DI KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG ROTIFERA AT GOLD MINED AREAS IN KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG
Bio-site. Vol. 02 No. 1, Mei 2016 : 1-5I SSN: 2502-6178 ROTIFERA PADA AREA BEKAS TAMBANG EMAS DI KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG ROTIFERA AT GOLD MINED AREAS IN KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG Silvi Susanti
Lebih terperinciStruktur Komunitas Plankton (Cici Nurmaidha Tanjung )1
Struktur Komunitas Plankton (Cici Nurmaidha Tanjung )1 Struktur Komunitas Plankton pada Awal Musim Penghujan di Embung Nglenggeran Desa Nglanggeran Kecamatan Pathuk Kabupaten Gunungkidul (Community Structure
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 - Agustus 2006 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta. Pengambilan contoh air dan
Lebih terperinciKeterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat
Maspari Journal, 2014, 6 (1), 25-31 http://masparijournal.blogspot.com Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat Yuliana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur atau badan atau palung sungai (PerMen LH No 28 Tahun 2009). Waduk
Lebih terperinciKOMUNITAS FITOPLANKTON DI ZONE KARAMBA JARING APUNG (KJA) dan NON KJA DI WADUK CIRATA Zahidah 1)
KOMUNITAS FITOPLANKTON DI ZONE KARAMBA JARING APUNG (KJA) dan NON KJA DI WADUK CIRATA Zahidah 1) ABSTRAK Penelitian mengenai komunitas fitoplankton di zone KJA dan non KJA di Waduk Cirata telah dilakukan
Lebih terperinciBAB 2 BAHAN DAN METODE
BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009- Juli 2010 di Danau Lut Tawar. Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun adalah dengan metode Purposive
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan sangat pesat saat ini. Perkembangan pariwisata dunia telah melahirkan bentuk pariwisata baru pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang
BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang Kelimpahan, Indeks keanekaragaman dan Indeks dominansi zooplankton
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA
KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA DIVERSITY AND DOMINANCE OF PLANKTON IN KUALA RIGAIH, ACEH JAYA DISTRICT Rahmatullah 1 *, M. Sarong
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juni sampai dengan 31 Juli 2013. Penelitian meliputi kegiatan lapangan dan kegiatan laboratorium. Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sungai adalah tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh di daerah tangkapannya dan mengalir dengan takarannya. Sungai tersebut merupakan drainase
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendiskripsikan tentang kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton. erta menentukan kualitas air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Mulur Sukoharjo merupakan objek wisata alam yang terletak di provinsi Jawa Tengah.Tepatnya berada di daerah Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Bendosari, Kelurahan
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sampel plankton, formalin 40%, MnSO4, KOH-KI,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE PENELITIAN
8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan betutu yang tertangkap, sampel
Lebih terperinciBy : ABSTRACT
Phytoplankton abundance and the relation with water quality around fish cage in the Koto Panjang Reservoir Tanjung Alai Village, Kampar, Riau Province. By : M. Hafiz Muzakki 1)*, Nur El Fajri 2), Eni Sumiarsih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 13) mengatakan bahwa, Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek dan Lokasi Penelitian 1. Profil Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah jenis zooplankton yang ada di estuari Cipatireman pantai Sindangkerta Kecamatan
Lebih terperinciII. METODE PENELITIAN
II. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sungai Pelus terletak di Kabupaten Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o 21'31" LS dan 109 o 12'31" BT sampai
Lebih terperinciKata kunci : Periphyton, eichornia crassipes, bendungan limbungan, pesisir rumbai ABSTRACT
Jurnal Akuatika Vol. III No. 2/ September 2012 (95-104) ISSN 0853-2523 KAJIAN JENIS DAN KELIMPAHAN PERIFITON PADA ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DI ZONA LITORAL WADUK LIMBUNGAN, PESISIR RUMBAI, RIAU
Lebih terperinci