METODE HEURISTIK UNTUK PENCARIAN CITRA PADA SISTEM TEMU KEMBALI CITRA FITRIA YUNINGSIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE HEURISTIK UNTUK PENCARIAN CITRA PADA SISTEM TEMU KEMBALI CITRA FITRIA YUNINGSIH"

Transkripsi

1 METODE HEURISTIK UNTUK PENCARIAN CITRA PADA SISTEM TEMU KEMBALI CITRA FITRIA YUNINGSIH DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 METODE HEURISTIK UNTUK PENCARIAN CITRA PADA SISTEM TEMU KEMBALI CITRA FITRIA YUNINGSIH Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Departemen Ilmu Komputer DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

3 ABSTRACT FITRIA YUNINGSIH. Image Searching Using Heuristic Method for Image Retrieval System. Under the supervision of YENI HERDIYENI. The development of image retrieval system and user demand for a fast and accurate search engine motivates research on finding efficient retrieval methods. Commonly, image searching process works through computing and comparing similarity value between input query and entire database images. This process is not efficient due to time-wasting during computation especially for large database. This research proposes heuristic method for image searching. The basic idea of this research deals with structural database content that reduces searching time. This research implements fitness landscape model. Fitness landscape is kind of directed graph whose labeled vertices and edges. Each node represents an image and each edge represents distance or similarity value of a node to other connected nodes. Similarity value between nodes are computed using combination of three image features, those are color, shape, and texture. Heuristic algorithm moves on these nodes with Breadth- First Search mechanism under certain constraints. Each visited node that fulfills the requirement will be retrieved as searching result. This retrieval result is then evaluated using recall precision parameter to get value of searching effectiveness. This experiment also computes retrieval time for each query. As the result, heuristic method obtains average retrieval time up to nine times faster compared with the non-heuristic one. Hence, this proposed method is promising to be used in image retrieval system because it provides fast image searching. Keywords: image searching, fitness landscape, heuristic, content based image retrieval.

4 Judul Nama NIM : Metode Heuristik untuk Pencarian Citra pada Sistem Temu Kembali Citra : Fitria Yuningsih : G Menyetujui: Pembimbing, Yeni Herdiyeni, S.Si., M.Kom. NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. drh. Hasim, DEA. NIP Tanggal Lulus:

5 PRAKATA Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, yang tidak henti-hentinya mencurahkan rahmat dan kasih sayang, sehingga tugas akhir berjudul Metode Heuristik untuk Pencarian Citra pada Sistem Temu Kembali Citra dapat diselesaikan dengan baik. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis mendapatkan banyak sekali bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1 Bapak (Alm.), Mama, Mas Udy, Mbak Lita, Mas Teguh, Kak Icha, atas kasih sayang, doa, motivasi dan segala bantuan yang tak ternilai. 2 Ibu Yeni Herdiyeni, S.Si, M.Kom. selaku pembimbing atas bimbingan dan arahan selama pengerjaan tugas akhir ini. 3 Seluruh staf dosen dan karyawan Departemen Ilmu Komputer FMIPA IPB atas segala bimbingan dan bantuannya selama masa perkuliahan Penulis. 4 Mbak Gibtha dan Kak Rizki atas bantuan dan penelitian-penelitiannya. 5 Teman-teman satu bimbingan, Gang CI Berkacamata, Rahmadhani, Ferry Pratama, Muhammad Abi Rafdi, Vera Yunita, Indra Nugraha Abdullah, Dimas Perdana CKP, dan seluruh teman-teman bidang retrieval atas kerjasama dan kebersamaan selama masa pembuatan skripsi. 6 Consistent Team, Medria KDH, Rizqi Baihaqi, M. Abi Rafdi, atas kekompakan serta waktu-waktu yang menyenangkan dan bermanfaat. 7 Ida, Mega, Mirna, Cira, Esti, Windy, Ovie, Ibonk, Regi, Uud, Nano, dan seluruh teman-teman Departemen Ilmu Komputer IPB angkatan 42 yang telah meramaikan hari-hari penulis dengan kebersamaan dan waktu-waktu yang tak terlupakan bersama kalian. 8 Teman-teman kos putri White House sebagai second home Penulis selama kuliah di Departemen Ilmu Komputer IPB. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pengerjaan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Segala kritik dan saran yang membangun akan diterima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Bogor, Agustus 2009 Fitria Yuningsih

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Juni 1987 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari ayahanda bernama H. Sugiman (Alm.) dan ibunda bernama Hj. Parini. Penulis masuk SMA Negeri 12 Jakarta pada tahun 2002 dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswi Program Studi Ilmu Komputer, Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, Penulis bergabung sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Komputer (HIMALKOM) sebagai staf Divisi Troubleshooting dan beberapa kepanitian dalam ruang lingkup Fakultas MIPA IPB. Pada tanggal 7 Juli 2008 sampai tanggal 22 Agustus 2008, Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... v PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 Ruang Lingkup... 1 TINJAUAN PUSTAKA Content Based Image Retrieval... 1 Heuristik... 1 Ekstraksi Ciri (Feature Extraction)... 1 Evolutionary Algorithm... 1 Fungsi Fitness... 2 Model Fitness Landscapes... 2 Algoritme Breadth-First Search (BFS)... 2 Recall dan Precision... 2 METODE PENELITIAN Data Penelitian... 3 Ekstraksi Ciri... 3 Pembentukan Struktur Graf... 3 Landscape Landscape Temu Kembali Citra... 4 Evaluasi Hasil Temu Kembali... 4 Spesifikasi Pengembangan... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Ciri Citra... 5 Struktur Graf... 5 Landscape Landscape Proses Pencarian... 6 Hasil Temu Kembali... 6 Evaluasi Hasil Temu Kembali... 8 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 9 Saran... 9 DAFTAR PUSTAKA... 9 LAMPIRAN iv

8 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Ilustrasi algoritme BFS Metode penelitian Representasi satu node pada landscape Ilustrasi pencarian pada landscape Ilustrasi pencarian pada landscape Ilustrasi landscape Ilustrasi landscape Diagram alur proses penelusuran pada landscape 1 dan landscape Contoh tampilan utama sistem Contoh hasil temu kembali Contoh hasil temu kembali yang kurang relevan Grafik perbandingan nilai recall dan precision Grafik perbandingan waktu temu kembali... 9 v

9 Latar Belakang PENDAHULUAN Dalam perkembangan media informasi terutama di bidang temu kembali citra dewasa ini, para pengguna membutuhkan mesin pencari yang cepat dengan hasil yang relevan. Oleh karena itu, metode pencarian heuristik diaplikasikan dengan harapan mampu membuat proses pencarian citra menjadi lebih cepat. Proses pencarian yang umum dilakukan adalah dengan membandingkan citra kueri dengan seluruh citra dalam basis data. Proses ini dilakukan berulang setiap citra kueri diberikan. Hal ini tidak efisien karena proses tersebut cukup membutuhkan waktu terutama pada basis data berukuran besar. Metode heuristik diterapkan untuk membuat basis data lebih terstruktur. Model struktur basis data tersebut menransformasi isi basis data menjadi graf terhubung. Setiap node graf adalah representasi setiap citra dalam basis data. Antara node satu dengan node lainnya dihubungkan dengan edge yang dilabeli dengan nilai kemiripan dan prediksi kedekatan (Stadler 2001). Model graf ini dalam ruang lingkup Evolutionary Algorithm (EA) dikenal dengan fitness landscape (Jones 1995). Prediksi kedekatan dan kemiripan tersebut mempengaruhi posisi antar node. Semakin mirip citra-citra tersebut maka posisinya semakin berdekatan. Pada saat kueri dimasukkan, pencarian dilakukan dengan cara menelusuri node-node graf tersebut dengan algoritme pencarian Breadth-First Search (BFS). Awal pencarian difokuskan untuk mencari citra dalam basis data yang paling relevan dengan kueri. Setelah itu, pencarian berlanjut dengan menelusuri citracitra lain dengan posisi yang berdekatan dengan citra basis data yang paling relevan tersebut. Hal ini dilakukan karena model struktur graf ini telah memposisikan citra-citra yang mirip saling berdekatan, sehingga ketika citra paling relevan dengan kueri telah ditemukan, maka citra-citra lain yang letaknya berdekatan dengan citra tersebut juga relevan terhadap kueri. Hasil penelusuran kemudian ditampilkan sebagai hasil temu kembali. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengimplementasikan dan menganalisis kinerja metode heuristik pada pencarian citra. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada implementasi pemrograman heuristik pada proses pencarian citra dalam konteks Content Based Image Retrieval (CBIR) berdasarkan fitur warna, bentuk, dan tekstur. Implementasi ini diterapkan pada data sebanyak 1100 citra yang terbagi menjadi 10 kelas, yaitu mobil, singa, matahari terbenam, tekstur, beruang, gajah, tanda panah, pemandangan, reptil, dan pesawat. TINJAUAN PUSTAKA Content Based Image Retrieval Content based imaged retrieval (CBIR) merupakan suatu pendekatan pada temu kembali citra berdasarkan ciri atau informasi yang terkandung di dalam citra seperti warna, bentuk dan tekstur (Han & Ma diacu dalam Pebuardi 2008). Secara umum, proses content based image retrieval (CBIR) dapat dibagi menjadi dua proses utama yaitu pengolahan basis data atau pengindeksan dan temu kembali. Heuristik Kata heuristik berasal dari bahasa Yunani, heuriskein, yang berarti mencari atau menemukan. Di dalam mempelajari metodemetode pencarian, kata heuristik diartikan sebagai suatu fungsi yang memberikan suatu nilai berupa biaya perkiraan (estimasi) dari suatu solusi (Suyanto 2007). Ekstraksi Ciri (Feature Extraction) Proses ekstraksi ciri adalah salah satu tahap praproses pada sistem CBIR (Datta et al 2008). Informasi visual yang dihasilkan dari ekstraksi ciri sangat bermanfaat untuk analisis dan proses citra selanjutnya. Ekstraksi ciri pada umumnya memanfaatkan komponen informasi pada citra yaitu berdasarkan warna, bentuk dan tekstur. Evolutionary Algorithm Evolutionary algorithm identik dengan Evolutionary Programming, Genetic Algorithm, dan Evolution Strategies. Algoritme ini mencari sekumpulan solusi untuk suatu masalah. Solusi awal tersebut digunakan untuk membentuk potensi solusi baru melalui penggunaan operator. Operator yang dimaksud adalah operator genetika seperti mutasi, rekombinasi, dan inversi. Setiap operator yang digunakan membentuk landscape tersendiri (Jones 1995). Landscape adalah salah satu cara untuk menggambarkan proses yang dijalankan oleh suatu operator. Hasilnya berupa struktur berbentuk graf terhubung.

10 Fungsi Fitness Fungsi fitness adalah ukuran kinerja yang mengevaluasi seberapa bagus suatu solusi. Fungsi ini dapat digunakan untuk mengukur nilai kemiripan antar dua citra. Salah satu fungsi kemiripan yang umum digunakan adalah cosine similarity, formulanya adalah sebagai berikut: I II III, V IV dengan x = vektor citra x, dan y = vektor citra y. Hasil perhitungan nilai kemiripan berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati nilai 1 maka kedua citra tersebut semakin mirip, begitu pula sebaliknya (Klabbankoh & Pinngren 1999). Model Fitness Landscapes Model fitness landscape adalah suatu cara untuk memodelkan citra-citra beserta nilai kemiripannya menjadi bentuk graf terhubung. Setiap citra direpresentasikan sebagai sebuah node pada suatu dimensi ruang (Jones & Forrest 1995). Untuk membentuk landscape diperlukan tiga komponen, yaitu sebagai berikut (Stadler 2001): 1 Memiliki konfigurasi X, yaitu himpunan anggota, atau dalam hal ini citra dalam basis data. 2 Memiliki perkiraan kedekatan atau jarak antar anggota X. 3 Memiliki fungsi kemiripan. Himpunan citra menjadi node-node pada graf. Fungsi kemiripan dihitung menggunakan persamaan tertentu sehingga dapat mengidentifikasi tingkat kemiripan antar citra. Tingkat kemiripan tersebut digunakan sebagai perkiraan kedekatan antar node. Semakin besar nilai kemiripannya maka posisi dalam graf semakin berdekatan. Algoritme Breadth-First Search (BFS) Algoritme BFS adalah suatu sitematika pencarian yang dilakukan pada semua node pada setiap level secara berurutan dari kiri ke kanan. Jika pada satu level belum ditemukan solusi, maka pencarian dilanjutkan pada level berikutnya (Suyanto 2007). Ilustrasi algoritme BFS dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Ilustrasi algoritme BFS. Recall dan Precision Recall dan precision merupakan parameter untuk mengukur keefektifan dari hasil temu kembali. Recall menyatakan proporsi materi relevan yang ditemukembalikan terhadap seluruh materi relevan yang ada dalam basis data. Sementara itu, precision menyatakan proporsi materi relevan yang ditemukembalikan terhadap seluruh materi yang ditemukembalikan (Grossman 2006). Penentuan nilai precision untuk nilai recall tertentu dihitung dengan interpolasi maksimum dengan aturan berikut (misalnya untuk recall 0 sampai 1 dengan interval 0.1): dengan r j {0.0, 0.1,, 1.0}, r 0 = 0.0, r 1 = 0.1,, r 10 =1.0. Jika tidak semua citra relevan dapat ditemukembalikan maka nilai precision pada recall yang bersangkutan bernilai 0 (Baeza- Yates & Ribeiro-Neto 1999). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu: (1) ekstraksi citra, (2) proses pembentukan struktur graf, (3) proses pengindeksan dokumen citra, (4) pencarian dan pengukuran kemiripan dengan menggunakan metode heuristik, dan (5) evaluasi hasil temu kembali. Tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian diilustrasikan pada Gambar 2., 2

11 Pengindeksan Basis Data Citra Ekstraksi ciri Pembentukan struktur graf Indeks Citra Basis data Temu Kembali Citra Citra kueri Ekstraksi Ciri Indeks Citra kueri Metode Heuristik Pencarian dan Pengukuran Kesamaan 1 Representasi node Penelitian ini menggunakan tiga fitur citra, yaitu warna, bentuk, dan tekstur. Oleh karena itu, satu node pada landscape ini adalah satu citra yang direpresentasikan dengan vektorvektor hasil ekstraksi ketiga fiturnya. Ketiga vektor tersebut terdiri atas vektor warna berisi 162 elemen, vektor bentuk berisi 72 elemen, dan vektor tekstur berisi 7 elemen. Contoh ilustrasi satu node digambarkan pada Gambar elemen warna 7 elemen tekstur Hasil Temu Kembali Optimal 72 elemen bentuk node Gambar 2 Metode penelitian. Evaluasi Temu Kembali Data Penelitian Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas 1100 citra berformat TIF yang dikelompokkan secara manual ke dalam 10 kelas, yaitu mobil, singa, matahari terbenam, tekstur, beruang, gajah, tanda panah, pemandangan, reptil, dan pesawat. Setiap citra memiliki ukuran yang bervariasi. Citra didapat dari las/generalist1200.zip. Beberapa contoh citra yang digunakan tertera pada Lampiran 1. Ekstraksi Ciri Ekstraksi ciri yang digunakan pada penelitian meliputi ekstraksi warna, bentuk, dan tekstur hasil penelitian Pebuardi (2008). Ekstraksi warna menggunakan conventional color histogram (CCH), ekstraksi bentuk menggunakan deteksi tepi Sobel, dan ekstraksi tekstur menggunakan matriks co-occurrence. Pembentukan Struktur Graf Tahapan pembentukan struktur graf adalah sebagai berikut. Landscape 1 Pembentukan landscape ini bertujuan untuk mencari citra dalam basis data yang paling identik dengan citra kueri. Landscape 1 terdiri atas beberapa komponen, yaitu node, edge, dan nilai kemiripan untuk melabeli edge-nya. Tahapan pembuatan landscape ini yaitu: Gambar 3 Representasi satu node pada landscape. 2 Perhitungan nilai kemiripan Nilai kemiripan antar citra dalam basis data dihitung menggunakan cosine similarity. Setiap fitur antar dua citra dihitung nilai kemiripannya kemudian dijumlahkan. Perhitungan dilakukan terhadap citra basis data urutan pertama terhadap setiap citra dalam basis data. Hasilnya adalah sebuah matriks berukuran 1 n, dengan n menunjukkan jumlah citra dalam basis data. Rumus cosine similarity adalah sebagai berikut: dengan x = vektor citra x, y = vektor citra y. Landscape 2 Manfaat landscape 2 dalam pencarian adalah untuk menemukan citra lain yang relevan namun dengan nilai kemiripan yang lebih rendah dibandingkan hasil temuan pada landscape 1. Dalam landscape ini, setiap node merepresentasikan satu citra, sedangkan edgenya merupakan nilai kemiripan hasil perhitungan dengan implementasi pembobotan automatis dengan Algoritme Genetika (GA) sesuai penelitian Pratama (2009). Bobot yang dihasilkan oleh proses GA berubah-ubah karena pembangkitan nilai awal yang dilakukan secara acak. Perbedaan nilai ini tidak terlalu signifikan, namun tetap mempengaruhi nilai akhir precision yang dihasilkan. Oleh karena itu, perhitungan kemiripan dengan pembobotan, 3

12 yang dilakukan dengan GA ini dilakukan beberapa kali dan dilihat hasil yang terbaik. Perhitungan nilai kemiripan dengan pembobotan automatis ini dilakukan terhadap seluruh citra basis data menghasilkan matriks berukuran n n, dengan n menunjukkan jumlah citra dalam basis data. Temu Kembali Citra Proses Heuristik Pada proses temu kembali, pemberian kueri dilakukan. Kueri citra tersebut melalui proses ekstraksi ciri menghasilkan vektor yang terdiri dari 162 elemen warna, 72 elemen bentuk, dan 7 elemen tekstur. Node awal untuk proses penelusuran selalu dimulai dari anggota basis data urutan pertama. Penelusuran bergerak pada dua landscape yang telah terbentuk. Penjelasannya adalah sebagai berikut: Landscape 1 Pada landscape ini setiap edge telah memiliki label jarak berupa nilai kemiripan cosine. Tahapan penelusuran selanjutnya dijelaskan sebagai berikut: 1 Menghitung nilai kemiripan c1 antara citra kueri dengan node awal. 2 Dari node awal, proses bergerak untuk menemukan node lain yang memiliki nilai kemiripan yang sama dengan atau mendekati c1, cx c1. 3 Jika ada lebih dari satu node yang memiliki nilai kemiripan yang sama dengan c1, maka node-node citra basis data yang memiliki nilai kemiripan yang sama tersebut dihitung nilai kemiripannya terhadap kueri. Node yang terpilih adalah node dengan nilai kemiripan tebesar terhadap kueri. Hasilnya adalah indeks kandidat hasil temu kembali dengan nilai kemiripan tertinggi atau citra dalam basis data yang paling identik dengan kueri. Gambar 4 adalah ilustrasi pencarian pada landscape 1. Gambar 4 Ilustrasi pencarian pada landscape 1. Landscape 2 Indeks node awal pada landscape ini adalah indeks node hasil pencarian pada landscape 1. Setiap node pada landscape ini merepresentaskan satu citra dan edge-nya dilabeli nilai kemiripan yang dihitung dengan pembobotan automatis dengan GA. Penelusuran berjalan dengan algoritme berikut: 1 Dari node awal pada landscape 2, berdasarkan urutan nilai kemiripan dari yang paling besar, penelusuran bergerak mengikuti pola BFS. 2 Dari setiap node yang dikunjungi, dilihat nilai kemiripan antara node awal dengan node yang sedang dikunjungi, dan hasilnya disimpan sebagai calon hasil temu kembali. 3 Pelusuran dilakukan berdasarkan urutan nilai kemiripan mulai dari yang terbesar sampai menemukan node dengan nilai kemiripan kurang dari threshold sebesar 0.5. Jika penelusuran menemukan node dengan kriteria tersebut maka pencarian berhenti. Hasil sebelumnya yang telah tersimpan dalam calon hasil temu kembali diurutkan berdasarkan nilai kemiripan mulai dari yang tertinggi. Hasil tersebut kemudian ditampilkan sebagai hasil temu kembali. Gambar 5 menunjukkan ilustrasi pencarian pada landscape 2. c ga = nilai kemiripan dengan pembobotan GA. Gambar 5 Ilustrasi pencarian pada landscape 2. Evaluasi Hasil Temu Kembali Pada tahap evaluasi dilakukan penilaian kinerja sistem terhadap sejumlah data pengujian dengan menghitung nilai recall dan precision untuk menentukan tingkat relevansi hasil temu kembali. Recall adalah perbandingan jumlah citra relevan dan ditemukembalikan dengan jumlah citra relevan dalam basis data. Precision adalah perbandingan jumlah citra relevan yang ditemukembalikan dengan jumlah citra hasil temu kembali. Penentuan nilai precision pada nilai recall tertentu dihitung menggunakan aturan interpolasi maksimum. 4

13 Spesifikasi Pengembangan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut: sebagai node awal. Gambar 6 menunjukkan ilustrasi landscape 1. Perangkat keras dengan spesifikasi: 1 Prosesor AMD Turion64 X2 2.0 GHz 2 Memori 2,37 GB 3 Harddisk 80 GB 4 Alat input mouse dan keyboard Perangkat lunak dengan spesifikasi: 1 Microsoft Windows XP Professional SP3 2 MATLAB HASIL DAN PEMBAHASAN Pada metode heuristik, proses pengindeksan cukup membutuhkan waktu. Hal ini terjadi karena komputasi pada proses pengindeksan melibatkan seluruh citra dalam basis data untuk membentuk struktur graf. Namun, pada saat temu kembali, yang dilakukan sistem adalah menelusuri nilai-nilai yang telah dihitung tersebut. Oleh sebab itu, minimnya proses komputasi pada saat temu kembali diharapkan mampu mempercepat proses pencarian. Ekstraksi Ciri Citra Seluruh citra dalam basis data mengalami proses ekstraksi warna, bentuk, dan tekstur sesuai penelitian Pebuardi (2008). Hasilnya, setiap citra direpresentasikan menjadi vektor warna berisi 162 elemen, vektor bentuk berisi 72 elemen, dan vektor tekstur berisi 7 elemen. c = nilai kemiripan cosine. Gambar 6 Ilustrasi landscape 1. Komputasi yang dilakukan pada tahap pembentukan landscape ini melibatkan 1100 citra dalam basis data. Waktu yang diperlukan untuk perhitungan kemiripan cosine antar 1100 citra tersebut adalah sekitar 90 detik. Landscape 2 Landscape ini memiliki node yang merepresentasikan satu citra. Edge-nya dilabeli dengan nilai kemiripan yang dihitung dengan implementasi pembobotan automatis dengan GA yang dinilai memiliki kinerja yang baik berdasarkan penelitian Pratama (2009). Perhitungan ini menghasilkan sebuah matriks berukuran sesuai dengan jumlah 1100 citra dalam basis data. Ilustrasi landscape 2 ditunjukkan pada Gambar 7. Struktur Graf Landscape 1 Landscape ini memiliki node yang merepresentasikan satu citra. Setiap citra memiliki tiga vektor yang terdiri dari vektor warna berisi 162 elemen, vektor bentuk berisi 72 elemen, dan vektor tekstur berisi 7 elemen. Edge-nya dilabeli dengan jumlah ketiga nilai kemiripan cosine fiturnya. Semakin besar nilai kemiripannya maka citra semakin identik. Perhitungan nilai kemiripan cosine dilakukan antara citra basis data urutan pertama dengan seluruh citra dalam basis data menghasilkan sebuah matriks berukuran atau sesuai dengan jumlah citra dalam basis data. Hal ini dilakukan karena penelusuran pada landscape 1 selalu dimulai dari citra basis data urutan pertama, sehingga pada saat penelusuran, kemiripan node-node dalam basis data dibandingkan dengan citra urutan pertama c ga = nilai kemiripan dengan pembobotan GA. Gambar 7 Ilustrasi landscape 2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2009), proses pembobotan dengan GA dilakukan pada setiap kueri dimasukkan. Hasilnya, proses temu kembali menjadi lebih lama yaitu sekitar 5 sampai 6 detik karena pengaruh iterasi-iterasi dalam proses GA. Di samping itu, nilai bobot yang dihasilkan selalu berubah karena pembangkitan nilai awal yang dilakukan secara acak. 5

14 Pada penelitian ini proses pembobotan dengan GA dilakukan pada saat pengindeksan, yaitu digunakan untuk pembentukan struktur landscape 2. Nilai bobot yang berubah-ubah tersebut dicoba untuk ditetapkan dengan dilakukan sepuluh kali percobaan dan dipilih yang menghasilkan rata-rata nilai precision tertinggi. Bobot-bobot tersebut menjadi bobot tetap antar citra dalam basis data. Waktu yang diperlukan untuk komputasi 1100 citra untuk pembentukan landscape ini adalah sekitar 1618 detik. Proses Pencarian Proses pencarian bergerak antar node pada graf dengan sistematika BFS. Penelusuran dibatasi dengan threshold sebesar 0.5 dengan asumsi bahwa citra-citra yang mirip akan memiliki nilai kemiripan tinggi. Pada proses penelusuran, kegiatan komputasi minim dilakukan karena pencarian lebih banyak menelusuri angka-angka yang telah dihitung pada tahap pengindeksan. Alur proses pencarian pada dua landscape ini dapat dilihat pada Gambar 8. Pencarian pertama bergerak pada landscape 1 untuk menemukan citra dalam basis data dengan nilai kemiripan tertinggi atau yang paling identik dengan kueri. Node awal pencarian adalah anggota citra basis data urutan pertama. Selanjutnya, pencarian menuju landscape 2 untuk menemukan citra lain yang masih relevan dengan kueri namun dengan nilai kemiripan yang lebih rendah dibandingkan hasil pencarian pada landscape 1. Pencarian dimulai pada node awal yang indeksnya merupakan indeks node akhir hasil pencarian pada landscape 1. Selanjutnya penelusuran dilakukan dengan mencari node tetangga yang memiliki identik berdasarkan urutan nilai kemiripan GA mulai dari yang terbesar. Pencarian akan berhenti dilakukan jika menemukan node dengan kemiripan kurang dari 0,5. Hasil Temu Kembali Hasil temu kembali adalah hasil penelusuran graf dengan batasan threshold nilai kemiripan sebesar 0.5. Citra kueri yang digunakan adalah seluruh citra basis data. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk setiap proses penelusuran adalah sekitar 0.66 detik. Contoh tampilan utama sistem saat menemukembalikan suatu kueri dapat dilihat pada Gambar 9. Di lain pihak, contoh hasil temu kembali untuk tampilan tersebut terlihat pada Gambar 10. Pada Gambar 10 terlihat bahwa proses temu kembali berhasil baik dengan menghasilkan 37 citra teratas yang seluruhnya relevan dengan kueri. Kueri masuk Hitung cosine similarity c1 antara kueri dengan node awal Mencari nilai kemiripan antar node awal dan node lain yang sama atau mendekati c1 Hitung cosine similarity antara node (dengan kemiripan mendekati c1) dengan kueri Node awal Hampiri node berdasarkan urutan nilai kemiripan GA mulai dari yang terbesar Lihat nilai kemiripannya tidak Maksimum? Simpan indeksnya, lanjutkan penelusuran ya >0.5? Landscape 1 ya Landscape 2 tidak Selesai (simpan indeks-nya) Pencarian selesai. Tampilkan indeks-indeks yang tersimpan Gambar 8 Diagram alur proses penelusuran. Contoh hasil temu kembali yang kurang relevan tertera pada Gambar 11. Pada gambar tersebut terlihat hanya ditemukan dua citra yang relevan, sedangkan selainnya adalah citra-citra dari kelas lain namun dengan nilai kemiripan yang besar terhadap kueri. Ini menunjukkan bahwa antar citra dalam satu kelas belum tentu memiliki nilai kemiripan tinggi. Hal ini berkaitan dengan perhitungan nilai kemiripan yang sangat dipengaruhi oleh kualitas ekstraksi ciri. Dengan kata lain, pada beberapa citra, ekstraksi ciri yang digunakan kurang mencirikan citra tertentu untuk masuk ke kelasnya. 6

15 Jumlah citra yang ditemukan Rentang citra hasil temu kembali yang ditampilkan Gambar 9 Contoh tampilan utama sistem. Gambar 10 Contoh hasil temu kembali.

16 Gambar 11 Contoh hasil temu kembali yang kurang relevan. Evaluasi Hasil Temu Kembali Evaluasi dilakukan menggunakan perhitungan recall dan precision. Perhitungan nilai recall dan precision ini melibatkan seluruh citra dalam basis data sebagai kueri. Nilai recall yang digunakan adalah 0, 0.1, 0.2, 0.3,, 1. Penentuan nilai precision pada recall tersebut menggunakan interpolasi maksimum dengan aturan dengan r j {0.0, 0.1,, 1.0}, r 0 = 0.0, r 1 = 0.1,, r 10 =1.0. Nilai precision yang ditampilkan pada Tabel 1 adalah hasil rataan nilai precision dari keseluruhan kueri. Grafik perbandingan nilai recall dan precision dapat dilihat pada Gambar 12. Pada nilai recall 0 dan 0.1, precision yang dihasilkan masih di atas 0.5 walaupun penurunannya cukup signifikan. Hal ini berarti rata-rata pada sejumlah hasil temu kembali yang teratas, lebih dari setengahnya merupakan citra yang relevan terhadap kueri. Pada nilai recall selanjutnya, precision yang dihasilkan kurang dari 0.5 namun dengan penurunan yang tidak signifikan., Tabel 1 Rataan precision temu kembali. Recall Precision Rataan Dari segi kecepatan waktu komputasi temu kembali, proses heuristik berjalan lebih cepat.. Perhitungan waktu ini menggunakan seluruh citra dalam basis data dan dicobakan pada sistem dengan dan tanpa metode heuristik. Sistem temu kembali tanpa metode heuristik menghasilkan rata-rata waktu temu kembali sekitar 5.97 detik, sedangkan sistem dengan implementasi heuristik menghasilkan rata-rata temu kembali sekitar 0.66 detik, atau terjadi penurunan waktu temu kembali sebesar 88.94%. Dengan kata lain, waktu pencarian temu kembali menjadi 8.89 kali lebih cepat. Grafik perbandingan waktu tertera pada Gambar 13. 8

17 Precision Recall Gambar 12 Grafik perbandingan nilai recall dan precision. Kesimpulan Grafik Perbandingan R-P KESIMPULAN DAN SARAN Metode heuristik berhasil diimplementasikan dan mampu menghasilkan temu kembali 8.89 kali lebih cepat dibandingkan dengan sistem tanpa implementasi heuristik. Kinerja metode heuristik ini dapat berjalan lebih baik jika nilai kemiripan yang dihasilkan antar citra baik, artinya nilai tersebut mampu mencirikan citracitra yang memang berada pada kelas yang sama. Saran Model heuristik dengan landscape ini sangat bergantung pada nilai kemiripan antar citra, dan nilai kemiripan ini sangat dipengaruhi oleh kualitas ekstraksi ciri. Penelitian selanjutnya dapat mengimplementasikan teknik ekstraksi ciri lain yang lebih mencirikan antar satu citra dengan citra lainnya terutama untuk fitur bentuk dan tekstur. Selain itu, penghitungan nilai kemiripan dengan menggabungkan ketiga fitur juga merupakan tantangan yang masih dapat terus dicarikan solusi. Di sisi lain, pengimplementasian model heuristik lain masih mungkin untuk hasil yang lebih optimal. Grafik perbandingan waktu temu kembali Waktu (detik) Kueri heuristik Non-heuristik Gambar 13 Grafik perbandingan waktu temu kembali. 9

18 DAFTAR PUSTAKA Baeza-Yates R, Ribeiro-Neto R Modern Information Retrieval. New York : Addison Wesley Datta R, Joshi D, Li J, Wang JZ Image Retrieval: Ideas, Influences, and Trends of the New Age. ACM Computing Surveys. Grossman DA, Frieder O Information Retrieval Algorithms and Heuristics. Netherlands: Springer. Jones T Evolutionary Algorithms, Fitness Landscapes and Search [dissertation]. s-and-proposals/terry.pdf [8 April 2009]. Jones T, Forrest S Genetic Algorithms and Heuristic Search. /gahs.pdf [20 November 2008]. Klabbankoh B, Pinngern O Applied Genetic Algorithms in Information Retrieval. Bangkok : Faculty of Information Technology King Mongkut, Institute of Technology Ladkrabang. drouen.pdf[17 Desember 2008]. Pebuardi R Pengukuran Kemiripan Citra Berbasis Warna, Bentuk, dan Tekstur Menggunakan Bayesian Network [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor. Pratama F Algoritme Genetika untuk Optimasi Pembobotan Fitur pada Temu Kembali Citra [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor. Stadler PF Fitness Landscape pfs-004.pdf [26 Mei 2009]. Suyanto Artificial Intelligence, Searching, Reasoning, Planning and Learning. Bandung: Penerbit Informatika.

19 LAMPIRAN 11

20 Lampiran 1 Contoh citra yang digunakan untuk masing-masing kelas 1. Kelas mobil Citra 2 Citra20 Citra 43 Citra Kelas singa Citra 96 Citra 109 Citra 135 Citra 164 Citra 179 Citra 192 Citra 206 Citra 181 Citra 216 Citra 252 Citra 263 Citra Kelas matahari terbenam Citra 280 Citra 279 Citra 323 Citra Kelas tekstur Citra 329 Citra 342 Citra 344 Citra 375 Citra 386 Citra 400 Citra 418 Citra 430 Citra 465 Citra 494 Citra 506 Citra Kelas beruang Citra 557 Citra 572 Citra 573 Citra

21 Lanjutan 6. Kelas gajah Citra 611 Citra 617 Citra 620 Citra 654 Citra 659 Citra 678 Citra 684 Citra 691 Citra 705 Citra 720 Citra 738 Citra Kelas tanda panah Citra 760 Citra 764 Citra 774 Citra 789 Citra 793 Citra Kelas pemandangan Citra 797 Citra 800 Citra 804 Citra 823 Citra 847 Citra 861 Citra 868 Citra 880 Citra 899 Citra Kelas reptil Citra 939 Citra 946 Citra 951 Citra

22 Lanjutan Citra 965 Citra 937 Citra 988 Citra Kelas pesawat Citra 1006 Citra1023 Citra 1027 Citra 1030 Citra 1055 Citra 1079 Citra 1085 Citra

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. 5 Mulai HASIL DAN PEMBAHASAN Kromosom P = rand [0,1] Ya P < Pm R = random Gen(r) dimutasi Selesai Tidak Gambar 7 Diagram alur proses mutasi. Hasil populasi baru yang terbentuk akan dievaluasi kembali dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA PEMBOBOTAN CIRI PADA TEMU KEMBALI CITRA MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK DAN ALGORITME GENETIKA FACHRIZAL

PERBANDINGAN KINERJA PEMBOBOTAN CIRI PADA TEMU KEMBALI CITRA MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK DAN ALGORITME GENETIKA FACHRIZAL PERBANDINGAN KINERJA PEMBOBOTAN CIRI PADA TEMU KEMBALI CITRA MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK DAN ALGORITME GENETIKA FACHRIZAL DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Klasifikasi Citra Menggunakan Metode Minor Component Analysis pada Sistem Temu Kembali Citra

Klasifikasi Citra Menggunakan Metode Minor Component Analysis pada Sistem Temu Kembali Citra Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol 15 No. 2, Desember 2010 : 38-41 Klasifikasi Citra Menggunakan Metode Minor Component Analysis pada Sistem Temu Kembali Citra Vera Yunita, Yeni Herdiyeni Departemen Ilmu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. B fch a. d b

HASIL DAN PEMBAHASAN. B fch a. d b 7 dengan nilai σ yang digunakan pada tahap pelatihan sebelumnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat akurasi SVM terhadap citra yang telah diprediksi secara benar dan tidak benar oleh model klasifikasi.

Lebih terperinci

Crossover Probability = 0.5 Mutation Probability = 0.1 Stall Generation = 5

Crossover Probability = 0.5 Mutation Probability = 0.1 Stall Generation = 5 oleh pengguna sistem adalah node awal dan node tujuan pengguna. Lingkungan Pengembangan Sistem Implementasi Algoritme Genetika dalam bentuk web client menggunakan bahasa pemrograman PHP dan DBMS MySQL.

Lebih terperinci

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA MENGGUNAKAN METODE MINOR COMPONENT ANALYSIS PADA SISTEM TEMU KEMBALI CITRA VERA YUNITA

KLASIFIKASI CITRA MENGGUNAKAN METODE MINOR COMPONENT ANALYSIS PADA SISTEM TEMU KEMBALI CITRA VERA YUNITA KLASIFIKASI CITRA MENGGUNAKAN METODE MINOR COMPONENT ANALYSIS PADA SISTEM TEMU KEMBALI CITRA VERA YUNITA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Saat ini, kebutuhan manusia akan teknologi semakin meningkat karena tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi tersebut dapat meringankan pekerjaan manusia. Hal ini juga diimbangi

Lebih terperinci

TEMU KEMBALI CITRA WAJAH BERDASARKAN PENGUKURAN KEMIRIPAN FITUR DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN BAYESIAN TESIS HENDRIK SIAGIAN

TEMU KEMBALI CITRA WAJAH BERDASARKAN PENGUKURAN KEMIRIPAN FITUR DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN BAYESIAN TESIS HENDRIK SIAGIAN TEMU KEMBALI CITRA WAJAH BERDASARKAN PENGUKURAN KEMIRIPAN FITUR DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN BAYESIAN TESIS HENDRIK SIAGIAN 107038003 PROGRAM STUDI S2 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia Aristoteles Jurusan Ilmu Komputer FMIPA Universitas Lampung aristoteles@unila.ac.id Abstrak.Tujuan penelitian ini adalah meringkas

Lebih terperinci

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi. dalam contoh ini variance bernilai 2000 I p I t 2 = (200-150) 2 + (150-180) 2 + (250-120) I p I t 2 = 28400. D p (t) = exp(-28400/2*2000) D p (t) = 8.251 x 10-4. Untuk bobot t-link {p, t} dengan p merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM TEMU KEMBALI CITRA DENGAN MULTIMODAL DATA MENGGUNAKAN MICROSTRUCTURE DESCRIPTOR DAN PLSA

PENGEMBANGAN SISTEM TEMU KEMBALI CITRA DENGAN MULTIMODAL DATA MENGGUNAKAN MICROSTRUCTURE DESCRIPTOR DAN PLSA PENGEMBANGAN SISTEM TEMU KEMBALI CITRA DENGAN MULTIMODAL DATA MENGGUNAKAN MICROSTRUCTURE DESCRIPTOR DAN PLSA Choiru Za in, Nanik Suciati, Chastine Fatichah Institut Teknologi Sepuluh Nopember choiruzain@gmail.com,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Perhitungan recall-precision. ) adalah peluang kata i dalam dokumen setelah q j. p( i q j

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Perhitungan recall-precision. ) adalah peluang kata i dalam dokumen setelah q j. p( i q j 3 p( i j ) adalah peluang kata i dalam dokumen setelah j diketahui (Adisantoso 1996). Hitung Relevansi Kata Pada tahap ini, dilakukan proses perhitungan setiap kata yang dinilai relevan dan tidak relevan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan penjelasan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA Dina Indarti Pusat Studi Komputasi Matematika, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424, Jawa Barat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : CBIR, GLCM, Histogram, Kuantisasi, Euclidean distance, Normalisasi. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : CBIR, GLCM, Histogram, Kuantisasi, Euclidean distance, Normalisasi. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Content-Based Image Retrieval (CBIR) adalah proses untuk mendapatkan suatu citra berdasarkan konten-konten tertentu, konten yang dimaksud dapat berupa tekstur, warna, bentuk. CBIR pada dasarnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Metodologi penelitian.

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Metodologi penelitian. 4 penelitian i, kata diasosiasikan dengan anotasi citra (kata) dan dokumen diasosiasikan dengan citra. Matriks kata-citra tersebut didekomposisi meadi : A USV T dengan A adalah matriks kata-citra, matriks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk identitas citra adalah nama file, tanggal pengambilan,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk identitas citra adalah nama file, tanggal pengambilan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring berkembangnya teknologi, makin banyak pulalah hasil-hasil citra digital di berbagai aspek. Citra tersebut bisa merupakan hasil digitalisasi foto-foto analog,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Korpus Data korpus berisi berita-berita nasional berbahasa Indonesia dari tanggal 11 Maret 2002 sampai 11 April 2002. Berita tersebut berasal dari berita online harian

Lebih terperinci

Sistem Temu Kembali Informasi pada Dokumen Teks Menggunakan Metode Term Frequency Inverse Document Frequency (TF-IDF)

Sistem Temu Kembali Informasi pada Dokumen Teks Menggunakan Metode Term Frequency Inverse Document Frequency (TF-IDF) Sistem Temu Kembali Informasi pada Dokumen Teks Menggunakan Metode Term Frequency Inverse Document Frequency (TF-IDF) 1 Dhony Syafe i Harjanto, 2 Sukmawati Nur Endah, dan 2 Nurdin Bahtiar 1 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar belakang Latar belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara megabiodiversity yang memiliki kekayaan tumbuhan obat. Indonesia memiliki lebih dari 38.000 spesies tanaman (Bappenas 2003). Sampai tahun 2001 Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SISTEM CONTENT-BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN KODE FRAKTAL DARI DOKUMEN CITRA TESIS ARIF RAHMAN NIM :

PEMBANGUNAN SISTEM CONTENT-BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN KODE FRAKTAL DARI DOKUMEN CITRA TESIS ARIF RAHMAN NIM : PEMBANGUNAN SISTEM CONTENT-BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN KODE FRAKTAL DARI DOKUMEN CITRA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN 22 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Video dan Ektraksi Frame Video yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan gabungan dari beberapa cuplikan video yang berbeda. Tujuan penggabungan beberapa

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 13 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Penelitian dilakukan dalam lima tahapan utama, yaitu ekstraksi frame video, ekstraksi fitur SIFT dari seluruh frame, pembentukan kantong kata visual

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Data dengan menggunakan model Bayesian Network. Nilai kemiripan dapat dihitung dengan Persamaan 21. P(I j Q)=n[1-(1-P(CS j CS)) x(1-p(ct j CT))] (21) dengan n adalah jumlah citra pada basis data, P(CS j CS)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4. Menghitung fungsi objektif pada iterasi ke-t, 5. Meng-update derajat keanggotaan. 6. Mengecek kondisi berhenti:

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4. Menghitung fungsi objektif pada iterasi ke-t, 5. Meng-update derajat keanggotaan. 6. Mengecek kondisi berhenti: 2. v kj merupakan centroid term ke-j terhadap cluster ke-k 3. μ ik merupakan derajat keanggotaan dokumen ke-i terhadap cluster ke-k 4. i adalah indeks dokumen 5. j adalah indeks term 6. k adalah indeks

Lebih terperinci

PENERAPAN SEMANTIC SEARCHING BERBASIS ONTOLOGI PADA PERPUSTAKAAN DIGITAL

PENERAPAN SEMANTIC SEARCHING BERBASIS ONTOLOGI PADA PERPUSTAKAAN DIGITAL PENERAPAN SEMANTIC SEARCHING BERBASIS ONTOLOGI PADA PERPUSTAKAAN DIGITAL i SKRIPSI S U L H A N 041401025 PROGRAM STUDI S-1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

' L~~taCit:~ I~-- -- Basi;---J. 1. Pendahuluan. 1. Metode penelitian. Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra. Abstract

' L~~taCit:~ I~-- -- Basi;---J. 1. Pendahuluan. 1. Metode penelitian. Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra. Abstract -------------------------------------------" Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra Yeni Herdlven, A us Buono. Gibtha Fitri Laxmi Departemen I1mu Kornputer, Fakultas Matematika dan IPA,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) CIG4C3 EVOLUTIONARY COMPUTATION Disusun oleh: Untari Novia Wisesty Syahrul Mubarok PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS INFORMATIKA TELKOM UNIVERSITY LEMBAR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. diformulasikan digunakan dalam proses temu kembali selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diformulasikan digunakan dalam proses temu kembali selanjutnya. beberapa kata. Menurut Baeza-Yates dan Ribeiro-Neto (1999), tidak semua kata dapat digunakan untuk merepresentasikan sebuah dokumen secara signifikan Pemrosesan teks yang dilakukan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR...

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii PERNYATAAN... iii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv BERITA ACARA TUGAS AKHIR... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR...

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii PERNYATAAN... iii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv BERITA ACARA TUGAS AKHIR... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri:

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri: BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Retrival Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri: 1. Kategori Gajah Gambar 4.1 Hasil kueri kategori gajah dengan histogram biasa 48 Gambar 4.2

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM TEMU BALIK CITRA MENGGUNAKAN JARAK HISTOGRAM DENGAN MODEL WARNA YIQ SKRIPSI AYU SATYARI UTAMI

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM TEMU BALIK CITRA MENGGUNAKAN JARAK HISTOGRAM DENGAN MODEL WARNA YIQ SKRIPSI AYU SATYARI UTAMI PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM TEMU BALIK CITRA MENGGUNAKAN JARAK HISTOGRAM DENGAN MODEL WARNA YIQ SKRIPSI AYU SATYARI UTAMI 091421075 PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

CROSS LANGUAGE QUESTION ANSWERING SYSTEM MENGGUNAKAN PEMBOBOTAN HEURISTIC DAN RULE BASED SELAMET SUBU

CROSS LANGUAGE QUESTION ANSWERING SYSTEM MENGGUNAKAN PEMBOBOTAN HEURISTIC DAN RULE BASED SELAMET SUBU CROSS LANGUAGE QUESTION ANSWERING SYSTEM MENGGUNAKAN PEMBOBOTAN HEURISTIC DAN RULE BASED SELAMET SUBU DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Gambar 2 Prinsip pencarian: (a) struktur dan area-area pencarian, (b) jumlah dari garis-garis sampling (Sumber: (Kirchgeβner et al. 2002).

Gambar 2 Prinsip pencarian: (a) struktur dan area-area pencarian, (b) jumlah dari garis-garis sampling (Sumber: (Kirchgeβner et al. 2002). 6 kebanyakan informasi tentang suatu garis tepi objek akan berada pada frekuensi rendah dari transformasi Fourier diskret (Petković & Krapac 2002). Pada penerapan ekstraksi venasi daun, inisialisasi parameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, selalu dilakukan perjalanan dari satu titik atau lokasi ke lokasi yang lain dengan mempertimbangkan efisiensi waktu dan biaya sehingga

Lebih terperinci

METODE FUZZY COLOR HISTOGRAM UNTUK TEMU KEMBALI CITRA BUNGA. Oleh: DINDA PUTRI BALQIS G

METODE FUZZY COLOR HISTOGRAM UNTUK TEMU KEMBALI CITRA BUNGA. Oleh: DINDA PUTRI BALQIS G METODE FUZZY COLOR HISTOGRAM UNTUK TEMU KEMBALI CITRA BUNGA Oleh: DINDA PUTRI BALQIS G64102056 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 METODE

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENDETEKSI GARIS TEPI PADA CITRA DIGITAL ANTARA METODE EDGE LINKING DAN OPERATOR SOBEL SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN PENDETEKSI GARIS TEPI PADA CITRA DIGITAL ANTARA METODE EDGE LINKING DAN OPERATOR SOBEL SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN PENDETEKSI GARIS TEPI PADA CITRA DIGITAL ANTARA METODE EDGE LINKING DAN OPERATOR SOBEL SKRIPSI PUTRA MAQRIFAD QALBI FAHZUANTA 061401007 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma A* (A Star) Sebagai Solusi Pencarian Rute Terpendek Pada Maze

Penerapan Algoritma A* (A Star) Sebagai Solusi Pencarian Rute Terpendek Pada Maze Penerapan Algoritma A* (A Star) Sebagai Solusi Pencarian Rute Terpendek Pada Maze 1 Rakhmat Kurniawan. R., ST, M.Kom, 2 Yusuf Ramadhan Nasution, M.Kom Program Studi Ilmu Komputer, Fakultas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PARKIR KOSONG MENGGUNAKAN ALGORITMA PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) SKRIPSI JOKO KURNIANTO

PENENTUAN LOKASI PARKIR KOSONG MENGGUNAKAN ALGORITMA PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) SKRIPSI JOKO KURNIANTO PENENTUAN LOKASI PARKIR KOSONG MENGGUNAKAN ALGORITMA PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) SKRIPSI JOKO KURNIANTO 121402102 PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 1970an penelitian awal image retrieval dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 1970an penelitian awal image retrieval dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada tahun 1970an penelitian awal image retrieval dilakukan dengan menggunakan pendekatan pengindeksan dan informasi citra berbasis teks. Teknik pencarian berbasis

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA KOMPRESI ARITHMETIC CODING PADA FILE TEKS DAN CITRA DIGITAL SKRIPSI SARIFAH

ANALISIS KINERJA DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA KOMPRESI ARITHMETIC CODING PADA FILE TEKS DAN CITRA DIGITAL SKRIPSI SARIFAH ANALISIS KINERJA DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA KOMPRESI ARITHMETIC CODING PADA FILE TEKS DAN CITRA DIGITAL SKRIPSI SARIFAH 061401090 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Maha Esa, yang telah berkenan memelihara dan membimbing penulis, sehingga

KATA PENGANTAR. Maha Esa, yang telah berkenan memelihara dan membimbing penulis, sehingga KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah berkenan memelihara dan membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pengerjaan dan penyusunan

Lebih terperinci

Search Engine. Text Retrieval dan Image Retrieval YENI HERDIYENI

Search Engine. Text Retrieval dan Image Retrieval YENI HERDIYENI Search Engine Text Retrieval dan Image Retrieval YENI HERDIYENI 14 JUNI 2008 Search engine atau mesin pencari merupakan bagian dari teknologi inte rnet yang sangat penting untuk pencarian informasi. Dewasa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE GENERATE AND TEST DALAM PENYELESAIAN PUZZLE 2048 BERBASIS MOBILE SKRIPSI

IMPLEMENTASI METODE GENERATE AND TEST DALAM PENYELESAIAN PUZZLE 2048 BERBASIS MOBILE SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE GENERATE AND TEST DALAM PENYELESAIAN PUZZLE 2048 BERBASIS MOBILE SKRIPSI DEVINA PRATIWI HALIM 101401094 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK (SHORTEST PATH) SKRIPSI RION SIBORO 060803025 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komputer dan internet semakin maju

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komputer dan internet semakin maju BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komputer dan internet semakin maju menyebabkan data digital yang dihasilkan, disimpan, ditransmisikan, dianalisis, dan diakses menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri:

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri: BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Retrival Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri: 1. Kategori Buah Gambar 4.1 Hasil kueri kategori buah dengan metode histogram warna 55 56

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) CIG4B3 SOFT COMPUTING Disusun oleh: Syahrul Mubarok PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS INFORMATIKA TELKOM UNIVERSITY LEMBAR PENGESAHAN Rencana Pembelajaran

Lebih terperinci

Pengenalan Plat Nomor Mobil Menggunakan Metode Learning Vector Quantization

Pengenalan Plat Nomor Mobil Menggunakan Metode Learning Vector Quantization Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 3, Maret 2018, hlm. 1313-1317 http://j-ptiik.ub.ac.id Pengenalan Plat Nomor Mobil Menggunakan Metode Learning Vector

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peringkasan Teks Peringkasan teks adalah proses pemampatan teks sumber ke dalam versi lebih pendek namun tetap mempertahankan informasi yang terkandung didalamnya (Barzilay & Elhadad

Lebih terperinci

QUERY-SENSITIVE SIMILARITY MEASURE DALAM TEMU KEMBALI DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA ABSTRAK

QUERY-SENSITIVE SIMILARITY MEASURE DALAM TEMU KEMBALI DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA ABSTRAK QUERY-SENSITIVE SIMILARITY MEASURE DALAM TEMU KEMBALI DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA Sri Nurdiati 1, Julio Adisantoso 1, Adam Salnor Akbar 2 1 Staf Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan IPA, Institut

Lebih terperinci

Kata kunci : Pemilihan gambar, Pencocokan Graph

Kata kunci : Pemilihan gambar, Pencocokan Graph ALGORITMA PENCOCOKAN OBJEK GEOMETRI CITRA BERBASIS GRAPH UNTUK PEMILIHAN KEMBALI (RETRIEVAL) Yureska Angelia 867 Email : angelia.yureska@gmail.com Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Bernadus Very Christioko Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi, Universitas Semarang. Abstract

Bernadus Very Christioko Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi, Universitas Semarang. Abstract IMPLEMENTASI SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI Studi Kasus: Dokumen Teks Berbahasa Indonesia (IMPLEMENTATION OF INFORMATION RETRIEVAL SYSTEM Case Study: Text Document in Indonesian Language) Bernadus Very

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMAKASIH. Denpasar, Agustus Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH. Denpasar, Agustus Penulis UCAPAN TERIMAKASIH Segenap puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber dari segala sumber pengetahuan, karena atas asung kertha wara nugrahanya Tesis yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA CLARKE AND WRIGHT S SAVINGS DALAM MENYELESAIKAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) SKRIPSI DONNA DAMANIK

IMPLEMENTASI ALGORITMA CLARKE AND WRIGHT S SAVINGS DALAM MENYELESAIKAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) SKRIPSI DONNA DAMANIK IMPLEMENTASI ALGORITMA CLARKE AND WRIGHT S SAVINGS DALAM MENYELESAIKAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) SKRIPSI DONNA DAMANIK 110803063 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Information Retrieval system, Generalized Vector Space Model. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Information Retrieval system, Generalized Vector Space Model. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Information retrieval (IR) system adalah sistem yang secara otomatis melakukan pencarian atau penemuan kembali informasi yang relevan terhadap kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna, diekspresikan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tahapan Penelitian

Gambar 1.1 Tahapan Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Content Based Image Retrieval (CBIR) atau dikenal sebagai query dengan konten image dan pengambilan informasi visual berbasis konten merupakan penerapan teknik

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB 5 UJI COBA DAN ANALISA HASIL

BAB 5 UJI COBA DAN ANALISA HASIL BAB 5 UJI COBA DAN ANALISA HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai lingkungan uji coba, hasil uji coba serta analisa hasil uji coba dari perangkat lunak. 5.1 Lingkungan Lingkungan uji coba merupakan komputer

Lebih terperinci

KONTROL OTOMATIS PADA ROBOT PENGANTAR BARANG DENGAN PARAMETER MASUKAN JARAK DENGAN OBJEK DAN POSISI ROBOT. oleh. Ricky Jeconiah NIM :

KONTROL OTOMATIS PADA ROBOT PENGANTAR BARANG DENGAN PARAMETER MASUKAN JARAK DENGAN OBJEK DAN POSISI ROBOT. oleh. Ricky Jeconiah NIM : KONTROL OTOMATIS PADA ROBOT PENGANTAR BARANG DENGAN PARAMETER MASUKAN JARAK DENGAN OBJEK DAN POSISI ROBOT oleh Ricky Jeconiah NIM : 622009004 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA BRUTE FORCE DAN ALGRITMA KNUTH-MORRIS-PRATT (KMP) DALAM PENCARIAN WORD SUGGESTION SKRIPSI ADLI ABDILLAH NABABAN

IMPLEMENTASI ALGORITMA BRUTE FORCE DAN ALGRITMA KNUTH-MORRIS-PRATT (KMP) DALAM PENCARIAN WORD SUGGESTION SKRIPSI ADLI ABDILLAH NABABAN IMPLEMENTASI ALGORITMA BRUTE FORCE DAN ALGRITMA KNUTH-MORRIS-PRATT (KMP) DALAM PENCARIAN WORD SUGGESTION SKRIPSI ADLI ABDILLAH NABABAN 131421065 PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

KINERJA PROTOKOL ROUTING DALAM KOMUNIKASI REAL-TIME PADA JARINGAN BERKABEL DAMAS WIDYATMOKO

KINERJA PROTOKOL ROUTING DALAM KOMUNIKASI REAL-TIME PADA JARINGAN BERKABEL DAMAS WIDYATMOKO KINERJA PROTOKOL ROUTING DALAM KOMUNIKASI REAL-TIME PADA JARINGAN BERKABEL DAMAS WIDYATMOKO DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 KINERJA

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. perhitungan LSI dan juga interface yang akan dibuat oleh penulis.

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. perhitungan LSI dan juga interface yang akan dibuat oleh penulis. BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI Pada Bab ini, penulis akan membahas mengenai prosedur dan metodologi seperti perhitungan LSI dan juga interface yang akan dibuat oleh penulis. 3.1 Sistem CBIR Gambar 3.1 Sistem

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA EFFICIENT RANDOMIZED UNTUK MENGHITUNG JUMLAH KOIN DAN BOLA ABSTRAK

PENERAPAN ALGORITMA EFFICIENT RANDOMIZED UNTUK MENGHITUNG JUMLAH KOIN DAN BOLA ABSTRAK PENERAPAN ALGORITMA EFFICIENT RANDOMIZED UNTUK MENGHITUNG JUMLAH KOIN DAN BOLA Yuliana Melita Pranoto 1, Endang Setyati 2 1) Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Jl. Ngagel Jaya Tengah 73-77

Lebih terperinci

APLIKASI CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL DENGAN FITUR WARNA DAN BENTUK

APLIKASI CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL DENGAN FITUR WARNA DAN BENTUK APLIKASI CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL DENGAN FITUR WARNA DAN BENTUK Arwin Halim 1, Hardy 2, Alvin Yufandi 3, Fiana 4 Program Studi Teknik Informatika, STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 122, 124, 140 Medan

Lebih terperinci

PENGENALAN GARIS TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI JARAK EUCLIDEAN TERNORMALISASI SKRIPSI FUJI FRILLA KURNIA

PENGENALAN GARIS TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI JARAK EUCLIDEAN TERNORMALISASI SKRIPSI FUJI FRILLA KURNIA PENGENALAN GARIS TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI 09PENGENALAN GARIS TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN FITUR EKSTRAKSI OPERASI BLOK FITUR OPERASI NON-OVERLAPPING BLOK NON-OVERLAPPING DAN PENCOCOKAN

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN GAMBAR BERDASARKAN WARNA DAN BENTUK MENGGUNAKAN FGKA (FAST GENETIC KMEANS ALGORITHM) UNTUK PENCOCOKAN GAMBAR

PENGELOMPOKAN GAMBAR BERDASARKAN WARNA DAN BENTUK MENGGUNAKAN FGKA (FAST GENETIC KMEANS ALGORITHM) UNTUK PENCOCOKAN GAMBAR PENGELOMPOKAN GAMBAR BERDASARKAN WARNA DAN BENTUK MENGGUNAKAN FGKA (FAST GENETIC KMEANS ALGORITHM) UNTUK PENCOCOKAN GAMBAR Farah Zakiyah Rahmanti 1, Entin Martiana K. 2, S.Kom, M.Kom, Nana Ramadijanti

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK Fajar Saptono 1, Taufiq Hidayat 2 Laboratorium Pemrograman dan Informatika Teori Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang ENDHULUN Saat ini kemampuan untuk dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi daun menadi kebutuhan yang besar bagi taksonomis dalam mengetahui keanekaragaman tanaman (Hickey et al 999).

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PASSAGE DALAM QUESTION ANSWERING SYSTEM UNTUK DOKUMEN BAHASA INDONESIA SYAHRUL FATHI

PEMBENTUKAN PASSAGE DALAM QUESTION ANSWERING SYSTEM UNTUK DOKUMEN BAHASA INDONESIA SYAHRUL FATHI PEMBENTUKAN PASSAGE DALAM QUESTION ANSWERING SYSTEM UNTUK DOKUMEN BAHASA INDONESIA SYAHRUL FATHI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wireless Sensor Network (WSN) merupakan teknologi yang digunakan untuk pemantauan dan pengumpulan data secara langsung [1]. WSN mengalami perkembangan yang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. 1.2 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. 1.2 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Dewasa ini komputer berkembang sangat pesat di berbagai bidang kehidupan. Perkembangan ini didukung oleh proses komputasi yang sangat cepat dan juga dukungan pengolahan

Lebih terperinci

Simulasi Pencarian Rute Terpendek dengan Metode Algoritma A* (A-Star) Agus Gustriana ( )

Simulasi Pencarian Rute Terpendek dengan Metode Algoritma A* (A-Star) Agus Gustriana ( ) Simulasi Pencarian Rute Terpendek dengan Metode Algoritma A* (A-Star) Agus Gustriana (0222182) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri 65, Bandung 40164, Indonesia E-mail

Lebih terperinci

Sistem perolehan citra berbasis isi Berdasarkan tekstur menggunakan metode Gray level co-occurrence matrix dan Euclidean distance

Sistem perolehan citra berbasis isi Berdasarkan tekstur menggunakan metode Gray level co-occurrence matrix dan Euclidean distance Vol 1, No 3 Desember 2010 ISSN 2088-2130 Sistem perolehan citra berbasis isi Berdasarkan tekstur menggunakan metode Gray level co-occurrence matrix dan Euclidean distance * Fitri Damayanti, ** Husni, ***

Lebih terperinci

APLIKASI CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL DENGAN ALGORITMA SOBEL S EDGE DETECTION Arwin Halim 1, Hernawati Gohzali 2, In Sin 3, Kelvin Wijaya 4

APLIKASI CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL DENGAN ALGORITMA SOBEL S EDGE DETECTION Arwin Halim 1, Hernawati Gohzali 2, In Sin 3, Kelvin Wijaya 4 APLIKASI CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL DENGAN ALGORITMA SOBEL S EDGE DETECTION Arwin Halim 1, Hernawati Gohzali 2, In Sin 3, Kelvin Wijaya 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Informatika, STMIK Mikroskil, Medan 1,2,3,4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan buatan merupakan sub-bidang ilmu komputer yang khusus ditujukan untuk membuat software dan hardware yang sepenuhnya bisa menirukan beberapa fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi jumlah citra dijital yang dapat diakses oleh pengguna. Basis data citra

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi jumlah citra dijital yang dapat diakses oleh pengguna. Basis data citra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, semakin tinggi jumlah citra dijital yang dapat diakses oleh pengguna. Basis data citra akan

Lebih terperinci

ANALISIS GRAFOLOGI BERDASARKAN HURUF a DAN t MENGGUNAKAN ALGORITME K-NEAREST NEIGHBOR AMANDA KARATIKA HUBEIS

ANALISIS GRAFOLOGI BERDASARKAN HURUF a DAN t MENGGUNAKAN ALGORITME K-NEAREST NEIGHBOR AMANDA KARATIKA HUBEIS ANALISIS GRAFOLOGI BERDASARKAN HURUF a DAN t MENGGUNAKAN ALGORITME K-NEAREST NEIGHBOR AMANDA KARATIKA HUBEIS DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fuzzy Local Binary Pattern (FLBP) Fuzzifikasi pada pendekatan LBP meliputi transformasi variabel input menjadi variabel fuzzy, berdasarkan pada sekumpulan fuzzy rule. Dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PERPUSTAKAAN PADA SMA NEGERI 5 MEDAN TUGAS AKHIR HERA PRATIWI SIPAYUNG

PERANCANGAN APLIKASI PERPUSTAKAAN PADA SMA NEGERI 5 MEDAN TUGAS AKHIR HERA PRATIWI SIPAYUNG PERANCANGAN APLIKASI PERPUSTAKAAN PADA SMA NEGERI 5 MEDAN TUGAS AKHIR HERA PRATIWI SIPAYUNG 082406183 PROGRAM STUDI D-III TEKNIK INFORMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Ekstraksi Fitur Warna, Tekstur dan Bentuk untuk Clustered- Based Retrieval of Images (CLUE)

Ekstraksi Fitur Warna, Tekstur dan Bentuk untuk Clustered- Based Retrieval of Images (CLUE) Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Ekstraksi Fitur Warna, Tekstur dan Bentuk untuk Clustered- Based Retrieval of Images (CLUE) I Gusti Rai Agung Sugiartha

Lebih terperinci

ALGORITMA SEMUT UNTUK MENCARI JALUR TERPENDEK YAAYU

ALGORITMA SEMUT UNTUK MENCARI JALUR TERPENDEK YAAYU ALGORITMA SEMUT UNTUK MENCARI JALUR TERPENDEK YAAYU 060803040 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MEDAN 2012 ALGORITMA SEMUT UNTUK MENCARI JALUR TERPENDEK SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600 Citra asli Citra ya Inisialisasi: Topologi jaringan, Bobot awal, Lebar tetangga, Nilai laju awal pembelajaran Kriteria pemberhentian Training Error> -6 Epoch< 4 Alpha> HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PENGEMBANGAN PEMODELAN 3D PRODUK BERBASIS FEATURE BERDASARKAN ALGORITMA FEATURE PENGURANGAN TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Faizal Wahyu Prabowo

Lebih terperinci

IMAGE COLOR FEATURE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

IMAGE COLOR FEATURE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya IMAGE COLOR FEATURE Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Materi: 1. Image Color Feature 2. Application Using Image Color Feature 3. RGB-Cube 4. Histogram RGB Gabungan Layer Color Indeks

Lebih terperinci

FUZZY RULE-BASED SISTEM TEMUKEMBALI CITRA BUNGA ADI SUCIPTO AJI

FUZZY RULE-BASED SISTEM TEMUKEMBALI CITRA BUNGA ADI SUCIPTO AJI FUZZY RULE-BASED SISTEM TEMUKEMBALI CITRA BUNGA ADI SUCIPTO AJI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis saya

Lebih terperinci

APLIKASI MESIN PENCARI DOKUMEN CROSS LANGUAGE BAHASA INGGRIS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN VECTOR SPACE MODEL

APLIKASI MESIN PENCARI DOKUMEN CROSS LANGUAGE BAHASA INGGRIS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN VECTOR SPACE MODEL APLIKASI MESIN PENCARI DOKUMEN CROSS LANGUAGE BAHASA INGGRIS BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN VECTOR SPACE MODEL SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer pada Jurusan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KUALITAS BUAH STROBERI SEGAR BERDASARKAN PENGUKURAN ATRIBUT KECACATAN MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA

KLASIFIKASI KUALITAS BUAH STROBERI SEGAR BERDASARKAN PENGUKURAN ATRIBUT KECACATAN MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA KLASIFIKASI KUALITAS BUAH STROBERI SEGAR BERDASARKAN PENGUKURAN ATRIBUT KECACATAN MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA Arina Diori (0722107) Jurusan Teknik Elektro email: arinadiorisinaga@yahoo.com ABSTRAK Buah

Lebih terperinci

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika Wayan Firdaus Mahmudy (wayanfm@ub.ac.id) Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak.

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENCARIAN (SEARCHING) FILE DENGAN MENGGUNAKAN METODE BEST FIRST SEARCH JUNA ESKA,

PERANCANGAN APLIKASI PENCARIAN (SEARCHING) FILE DENGAN MENGGUNAKAN METODE BEST FIRST SEARCH JUNA ESKA, PERANCANGAN APLIKASI PENCARIAN (SEARCHING) FILE DENGAN MENGGUNAKAN METODE BEST FIRST SEARCH JUNA ESKA, M.Kom STMIK ROYAL Kisaran ABSTRACT The Best First Search method is content-based search and software

Lebih terperinci

INTEGRASI PEMBOBOTAN TF IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS

INTEGRASI PEMBOBOTAN TF IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS i TESIS INTEGRASI PEMBOBOTAN TF IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS DEDDY WIJAYA SULIANTORO No. Mhs. : 105301466/PS/MTF PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA

Lebih terperinci