BAB II LANDASAN TEORI. Vibrasi adalah gerakan, dapat disebabkan oleh getaran udara atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Vibrasi adalah gerakan, dapat disebabkan oleh getaran udara atau"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisa Vibrasi Analisa vibrasi digunakan untuk menentukan kondisi mekanis dan operasional dari peralatan. Vibrasi adalah gerakan, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya (J.F.Gabriel, 1996:96). Keuntungan utama adalah bahwa analisa vibrasi dapat mengindentifikasi munculnya masalah sebelum menjadi serius dan menyebabkan downtime yang tidak terencana. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan monitoring secara regular terhadap getaran mesin baik secara kontinyu maupun pada interval waktu yang terjadwal. Monitoring vibrasi secara regular dapat mendeteksi detorisasi atau cacat pada bantalan, kehilangan mekanis (mechanical looseness) dan gigi-gigi yang rusak atau aus. Analisa vibrasi dapat juga mendeteksi misalignment dan ketidakseimbangan (unbalance) sebelum kondisi ini menyebabkan kerusakan pada bantalan dan poros. Trending terhadap tingkat vibrasi dapat mengindentifikasi praktek pemeliharaan yang buruk seperti instalasi dan penggantian bantalan yang buruk, alignment poros yang tidak akurat, dan balancing rotor yang tidak presisi. Semua mesin yang berputar menghasilkan getaran yang merupakan fungsi dari dinamika permesinan seperti 6

2 7 misalignment dan unbalance dari komponen-komponen rotor. Pengukuran amplitudo getaran pada frekuensi tertentu akan menginformasikan tingkat akurasi dari proses alignment dan balancing, kondisi bantalan atau roda gigi, dan efek mesin yang diakibatkan oleh resonansi dari rumah mesin, pipa dan strukutur lainnya. 2.2 Parameter Getaran Vibrasi adalah gearakan bolak balik dalam suatu interval waktu tertentu yang disebabkan oleh gaya. Vibrasi atau getaran mempunyai tiga parameter yang dapat dijadikan sebgai tolak ukur yaitu : Frekuensi Frekuensi adalah banyaknya periode getaran yang terjadi dalam satu putaran waktu. Besarnya frekuensi yang timbul pada saat terjadinya vibrasi dapat mengdentifikasikan jenis-jenis gangguan yang terjadi. Gangguan yang terjadi pada mesin sering menghasilkan frekuensi yang jelas atau mengasilkan contoh frekuensi yang dapat dijadikan sebagai bahan pengamatan. Dengan diketahuinya frekuensi pada saat mesin mengalami vibrasi, maka penelitin atau pengamatan secara akurat dapat dilakuakan untuk mengetahui penyebab atau sumber dari permasalahan. Frekuensi biasanya ditunjukkan dalam bentuk Cycle per menit (CPM), yang biasanya disebut dengan istilah Hertz ( dimana Hz = CPM ).Biasanya singkatan yang digunakan untuk Hertz adalah Hz. Frequency = 0,25 cycles/s (cps) (ω) = 0,25 x 60 cycles/min = 15 cycles/min (cpm) Fase degree Waktu second

3 Amplitudo Amplitudo adalah ukuran atau besarnya sinyal vibrasi yang dihasilkan. Amplitudo dari sinyal vibrasi mengidentifikasikan besarnya gangguan yang terjadi. Makin tinggi amplitudo yang ditunjukkan menandakan makin besar gangguan yang terjadi, besarnya amplitudo bergantung pada tipe mesin yang ada. Pada mesin yang masih bagus dan baru,tingkat vibrasinya biasanya bersifat relatif. Gambar 2.1 : Dua Gelombang yang Berbeda Amplitudo Sumber: Dua buah gelombang dengan frekuensi yang sama tetapi dengan amplitudo yang berbeda Amplitudo adalah simpangan vibrasi, yaitu seberapa jauh jarak dari titik keseimbangan masa jika dilihat pada gambar pegas dan diagram harmonic diatas. Ada tiga cara untuk menggambarkan besarnya amplitudo yaitu ; 1. Displacement (perpindahan) satuannya adalah mills inch atau micron 2. Velocity (kecepatan) satuannya adalah inch per sekon atau mm/s 3. Accelerations (percepatan) satuannya adalah

4 9 Gambar 2.2: Perbedaan Acceleration, Velocity, dan Displacement Pada Sistem Pegas Sumber: Untuk amplitudo vibrasi (displacement, velocity, accelerations) dapat dinyatakan dalam peak to peak (Pk-Pk), Peak (Pk), Average, dan Root Mean Square (RMS). Angka Peak to Peak tidak selalu bisa ditampilkan oleh setiap alat ukur vibrasi. Gambar 2.3: Peak to Peak, Average, dan RMS Sumber: Pada umumnya Average adalah nilai rata-rata nilai mutlak dari waveform. Dan untuk gelombang sinus besarnya adalah 0,5 Peak. Root Mean Square (RMS) adalah akar kuadrat dari rata-rata nilai kuadrat waveform, untuk gelombang sinus besarnya adalah Peak. Nilai RMS dalam grafik bisa digambarkan seperti dibawah ini

5 10 Gambar 2.4: Root Maen Square Sumber: Dalam suatu Organisasi Standarisasi Internasional (ISO) yang standarisasinya sudah dikenal dan diterima di dunia internasional menganjurkan untuk memakai RMS sebagai acuan tingkat keparahan vibrasi. Berkaitan dengan RMS dikenal juga parameter penting lainnya yaitu Crest Factor yang besarnya adalah perbandingan antara nilai peak (pk) gelombang terhadap nilai RMS dari gelombang. Crest factor dari gelombang Sinus adalah yaitu nilai Peak (Pk) adalah dikali nilai RMS. Dan Crest Factor adalah salah satu ciri-ciri penting yang dapat digunakan unruk perkembangan kondisi mesin Fase Jika kita perhatikan kedua gelombang seperti yang digambarkan pada gambar 2.8 kita temukan bahwa kedua gelombang vibrasi memiliki amplitude dan frekuensi yang sama tetapi puncak gelombangnya berjarak sekitar T. T adalah priode yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu gelombang vibrasi sempurna yaitu satu puncak dan satu lembah atau. Perbedaan waktu ini disebut fase dan dapat dinyatakan dengan sudut fase. Jadi dalam gambar 2.8 dibawah waktu wave crest gelombang kedua terlambat (lag) sebesar T/4 dari wave crest gelombang pertama. Waktu keterlambatan T adalah sudut fase sebesar

6 11 sehingga waktu keterlambatan T/4 akan menjadi fase sudut. Dalam hal ini, biasanya kita mengatakan bahwa kedua gelombang tersebut berbeda dase sebesar, sehingga T setara dengan. Gambar 2.5: Fase diantara Dua Gelombang yang Identik Sumber: Harmonik Gambar waveform dibawah ini memberi informasi yang bagus untuk memahami bagaimanakah cara membaca fenomena vibrasi. Sumbu Y adalah displacement (perpindahan) dan sumbu X adalah waktu (Time) dalam skala 1 detik. Gelombang seperti dibawah ini dinamakan juga gelombang time domain (fungsi waktu). Gambar 2.6: Bentuk Gelombang Persegi Sumber:

7 12 Keterangan Gambar 2.6 nomor yang tertera menunjukan nomor dari gelombang sinusnya. Penjelasan dari gambar diatas sebagai berikut : 1. Gelombang pertama yang harus kita amati adalah gelombang (1), gelombang 1 adalah gelombang dengan satu siklus. Karena skala waktunya adalah 1 detik, maka frekuensi dari gelombang 1 adalah 1 Hz. 2. Gelombang berikutnya adalah gelombang (3) dengan priode yang sama dengan gelombang 1, dengan jumlah siklus adalah 3, maka frekuensinya adalah 3 Hz 3. Ketiga adalah gelombang (5) memiliki 5 siklus. Sehingga pada priode yang sama yaitu 1 detik, gelombang 5 mempunyai frekuensi 5 Hz. 4. Berikutnya adalah gelombang (7) mempunyai 7 siklus selama priode 1 detik. Sehingga gelombang ini mempunyai frekuensi sebesar 7 Hz 5. Kemudian dengan cara yang sama gelombang (9) mempunyai 9 Hz Jika semua gelombang pada gambar diatas dijumlahkan, maka akan menghasilkan satu gelombang yang Nampak seperti bentuk kotak yang lebih komplek. Gelombang dalam bentuk yang komplek sangat sulit dibaca dan dianalisa. Bentuk gelombang komplek ini bisa ditransformasi menjadi bentuk yang lebih sederhana dengan menggunakan operasi matematik yang dinamakan Fourier Fast Transform (FFT). Sehingga menghasilkan gambar yang lebih mudah dianalisa. Gambar dibawah ini adalah contoh dari Waveform sebagai fungsi dari waktu (time domain) yang komplek.

8 13 Gambar 2.7: Waveform Sumber: Titik Pengukuran Secara umum dianjurkan untuk mengukur vibrasi dekat dengan sumbernya untuk meminimalisasi pengaruh-pengaruh yang dikhawatirkan akan merubah sinyal vibrasi. Titik pengkuran yang disukai biasanya adalah pada komponen yang kaku, seperti rumah bantalan atau gearbox. Untuk monitoring yang bersifat rutin ISO Sebagai acuan merekomendasikan pengukuran pada arah horizontal saja atau pada arah vertical sudah cukup memadai. Pada poros yang dipasang horizontal, titik pengukuran pada komponen kaku pada arah horizontal akan mendapatkan hasil pengkuran yang paling besar. Tetapi pengukuran vibrasi pada sambungan fleksibel pada mesin akan mendapatkan hasil yang besar pada arah vertikal. Titik pengukuran pada pillow block bearings, harus dilakukan pada ketiga arah sumbu poros, seperti yang ditampilkan pada gambar dibawah ini:

9 14 Gambar 2.8: Titik Pengukuran Pillow Block Bearings Sumber: Demikian juga pengukuran pada rumah motor, dilakukan pada ketiga arah sumbu seperti pada gambar dibawah ini: Gambar 2.9: Titik Pengukuran Rumah Motor Sumber: Pada titik pengukuran secara vertical adalah menempatkan alat pada posisi vertical berbanding dengan arah horizontal pada rumah motor, dan axial sejajar garis lurus dengan poros. Pengambilan pada tiga sumbu berfungsi untuk melihat kondisi vibrasi pada masing-masing sumbu seperti yang sudah dibahas diatas karena disetiap sumbu mempunyai vibrasi yang berbeda. Dan pada setiap kondisi dapat ditentukan karakteristik kerusakan dengan melihat sinyal vibrasi dari masing-masing sumbu pengukuran.

10 Standart ISO Standar ISO dibangun oleh Komite Teknis yang terdiri dari para pakar yang dipinjam dari sector teknis, bisnis dan industry. Para pakar ini berpartisipasi sebagai perwakilan dari negara-negara anggota ISO (sekarang ini beranggota 145 negara). Komite Teknik bertemu,berdiskusi, berdebat, dan berargumentasi hingga mereka menetapkan consensus yang akan menjadi draft kesepakatan. Draft kesepakatan yang biasa dikenal sebagai Draft International Standard (DIS) ini diedarkan kesemua anggota ISO untuk dikomentari seringkali harus dilakukan pemilihan. DIS yang sudah disepakati dan sudah dimodifikasi menjadi draft final yang dikenal sebagai Final Draft International Standard (FDIS). Draft final diedarkan ke semua anggota dan lalu dilakukan pemilihan. Dokumen akhir menjadi International Standard. Hampir semua standar vibrasi pada mesin disusun oleh komite teknis TC108 (Mechanical Vibrations and Shock). TC108 beranggotakan 22 negara dan peninjau dari 25 negara. Hingga bulan Mei 2003, TC108 menerbitkan 98 standar. Berkenaan dengan vibrations severity, ISO mengeluarkan beberapa standar diantara bisa dilihat pada table dibawah ini.

11 16 Tabel2.1: Standart ISO ISO 2372 Standar yang paling banyak digunakan oleh seorang analisis sebagai indikator tingkat vibrasi adalah ISO 2372 (BS 4675). Standard ini dapat digunakan sebagai acuan batasan tingkat vibrasi yang bisa diterima oleh bermacam-macam mesin. Oleh karena itu untuk memakai standar ini harus dimulai dengan mengklasifikasikan terebih dahulu mesin yang akan kita ukur. Standard ini menggunakan parameter velocity-rms untuk mengindikasikan tingkat keparahan vibrasi.

12 17 Tabel2.2: ISO 2372 Sumber: Keterangan gambar diatas : Kelas I : komponen individu dari Engine atau Mesin yang secara integral terhubung dengan sebuah Mesin yang lebih komplek pada kondisi operasi normalnya (missal ; motor produksi dengan daya hingga 15 Kw) Kelas II : Mesin berukuran medium (biasanya motor elektrik dengan kapasitas keluaran Kw), tanpa pondasi special, atau mesin yang terikat kaku pada fondasi special (kapasitas keluaran hingga 300 Kw)

13 18 Kelas III : Pengerak Utama (Prime Mover) besar dan mesin-mesin besar lainnya yang memiliki bagian yang berputar (Rotating Mass) terikat secara kaku pada fondasi berat, yang relative kaku terhadap arah getaran. Kelas IV : Pengerak Utama (Prime Mover) besar dan mesin-mesin besar lainnya yang memiliki bagian yang berputar (Rotating Mass) terikat pada fondasi, yng relative lunak terhadap arah pengukuran vibrasi (sebagai contoh Turbo generator dengan fondasi yang struktur bawahnyaa ringan) ISO Standar ini digunakan untuk mengukur vibrasi pada mesin Reciprocating, seperti mesin bensin atau diesel pada mobil, motor, kompressoer torak, pompa torak dan lain-lain. Parameter yang diukur adalah nilai RMS dari akselerasi, velocity, dan displacement. Besaran ini diambil dengan meletakkan sensor pada ketiga arah sumbu di blok mesin. Jangkauan frekuensi yang dipakai biasanya berkisar antara 2 Hz hingga 1000 Hz. Tabel2.3: ISO Sumber:

14 19 Keterangan untuk table diatas adalah ; A : Mesin baru B : pengoperasian kontinyu tanpa berhenti. C : Tidak memungkinkan untuk pengoperasian kontinyu, kurangi jam operasi hingga dilakukan tindakan perbaikan pada skedul berikutnya. D : vibrasi terlalu tinggi pada mesin. Kerusakan pada mesin tidak dapat dibiarkan ISO Standar ISO adalah salah satu standar turunan dari ISO series diatas yang paling banyak pula digunakan oleh seorang analisis sebagai indicator tingkat vibrasi dan sebagai acuan batasan tingkat vibrasi. Namun sebelum memakai standar ini harus dimulai dengan mengklasifikasikan terebih dahulu mesin yang akan kita ukur. Seperti salah satunya ialah melihat pondasi mesin yang seperti apa untuk mengklasifikasikannya dan type mesin tersebutnya. Tabel2.4: ISO Sumber: D C B A

15 20 Keterangan Tabel di atas sebagai berikut : 1. Zona A berwarna hijau, getaran dari mesin sangat baik dan dibawah getaran yang diijinkan. 2. Zona B berwarna hijau muda, getaran dari mesin baik dan dapat dioperasikan tanpa larangan. 3. Zona C berwarna kuning, getaran dari mesin dalam batas toleransi dan hanya dioperasikan dalam waktu terbatas. 4. Zona D berwarna merah, getaran dari mesin dalam batas berbahaya dan dapat terjadi kerusakan sewaktu-waktu. 2.5 Fourier Fast Transform (FFT) FFT (Fourier Fast Transform) adalah varian tercepat dari pada varian lainnya seperti DFT (Discreete Fourier Transform). Dimana FFT menggunakan algoritma yang canggih untuk melakukan proses yang sama dengan DFT, namun perbedaannya FFT menggunakan waktu yang lebih singkat. Karena kecepatan dan sifat diskritnya inilah yang membuat FFT digunakan pada berbagai pengolahan sinyal digital termasuk yang paling utama kita gunakan adalah pengolahan sinyal vibrasi. Dengan menggunakan Fourier analysis atau spectrum analysis, gelombang berbasis waktu (time domain) dirubah menjadi gelombang sebagai fungsi dari frekuensi. Sehingga jika dilhat pada gambar dibawah ini; gelombang fungsi frekuensi dilihat sebagai fungsi amplitude (sumbu Y) dan frekuensi (sumbu Z).

16 Proses transformasi dari gelombang berbasis waktu ke gelombang berbasis frekuensi dapat dilakukan oleh sebuah alat analyzer. 21 Gambar 2.10: Gelombang Frekuensi Sumber: Gelombang sebagai fungsi frekeunsi (FFT) secara dua dimensi akan terlihat seperti gambar dibawah ini: Gambar 2.11: FFT Dua Dimensi Sumber:

17 Kegunaan FFT Sebagai contoh grafik dibawah ini menunjukkan gambar gelombang fungsi waktu (Time Waveform) dari Turbin Uap berkapasitas 40 MW. Untuk menarik kesimpulan dari grafik ini sangat tidak mudah, kita tidak bisa menjawab pertanyaan apakah yang menyebabkan getaran, meskipun kita mungkin bisa memperoleh informasi tingkat keparahan dari vibrasi pada Turbin ini. Gambar 2.12: Time Waveform Turbin Sumber: Gelombang komplek diatas kita rubah menjadi sinyal yang lebih sederhana dengan proses FFT. Proses penyederhanaan sinyal gelombang ini dilakukan oleh analyzer. Seorang analis yang mempunyai kemampuan matematik bisa melakukannya secara manual, tetapi akan sangat memakan waktu yang jauh lebih lama. Dengan perangkat teknologi sekarang semuanya bisa dilakukan oleh perangkat elektronik. Sinyal yang sudah disederhanakan berupa sinyal fungsi frekuensi seperti pada gambar. Dengan grafik ini kita bisa melakukan analisa spketrum, dengan melihat frekuensi sebagai basis analisa. Frekuensi memberikan informasi apa yang menjadi penyebab vibrasi dan amplitude menunjukkan tingkat keparahannya.

18 23 Gambar 2.13: Spectrum Data Sumber: Grafik dibawah ini menunjukkan perubahan dari gelombang waveform dari Turbin Uap yang dirubah dengan FFT menjadi gelombang berbasis frekuensi yang lebih sederhana dari bentuk grafik waveform data menjadi spectrum data. 2.6 Sinyal Vibrasi Gambar 2.14: Transform FFT Sumber: Sinyal getaran adalah gambaran (deskripsi) tentang bagaimana suatu parameter mempengaruhi parameter lain. Sinyal yang diperoleh melalui sensor pada pengukuran suatu vibrasi mesin adalah suatu respon gabungan dari suatu mesin terhadap bermacammacam gaya eksitasi, dari dalam maupun dari luar mesin tersebut. Kunci ke arah analisa yang efektif adalah, penguraian sinyal kompleks ini menjadi komponen-komponennya.

19 24 Masing-masing komponen kemudian dikorelasikan dengan sumbernya dimana Analisa vibrasi bertujuan untuk menemukan korelasi antara tingkat vibrasi dengan penyebab vibrasi yang pada akhirnya mengarah kepada menemukan sebuah kerusakan pada komponen. Telah dijelaskan diatas bahwa amplitudo vibrasi menunjukkan tingkat keparahan dari vibrasi dan juga berarti tingkat kerusakan pada mesin. Hanya saja para analis kesulitan dalam menentukan pada tingkat amplitude berapakah yang masih diijinkan bagi mesin yang menimbulkan sinyal vibrasi untuk beroprasi? Yang harus diingat adalah bahwa para analisis bertujuan untuk menetapkan frekuensi pemeriksaan vibrasi terhadap mesin agar bisa mendeteksi kerusakan lebih awal, bukan menentukan berapa banyak getaran yang bisa diterima oleh mesin sebelum rusak. Batasan vibrasi yang absolute akan tidak mungkin untuk didapatkan, sebab munculnya kerusakan pada mesin sangatlah komplek. Tetapi adalah mustahil bagi seorang analis untuk mengimplementasikan kegiatan monitoring vibrasi tanpa suatu petunjuk yang mungkin diperoleh dari pengalaman atau penelitian dari orang-orang yang sudah berpengalaman Sumber Frekuensi Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya vibrasi, diantaranya karena misalignment poros, pondasi yang kurang kokoh, masalah elektris pada motor, akibat kavitasi, cacat pada bantalan, unbalance pada impeller, ataupun ada benda asing yang menggangu operasi kinerja mesin, Gaya yang menyebabkan vibrasi dihasilkan dari gerak berputar elemen mesin. Gaya tersebut berubah dalam besar dan arahnya

20 25 sebagaimana elemen putar berubah terhadap titik netral. Akibatnya, vibrasi yang dihasilkan akan mempunyai frekuensi yang bergantung pada kecepatan putar element yang telah mengalami kerusakan. Oleh karena itu dengan mengetahui frekuensi vibrasi, akan dapat mengidentifikasi bagian dari mesin yang bermasalah. Vibrasi adalah gearakan bolak balik dalam suatu interval waktu tertentu yang disebabkan oleh gaya, beberapa diantara gaya tersebut adalah Torsi penggerak Gaya reaksi karena adanya beban Gaya tambahan akibat adanya misaligment, unbalance, dll. Dalam terminology dasarnya Vibrasi adalah sebuah gerakan yang kontiyu, random atau periodic dari sebuah objek. Atau sebuah impak dalam suatu durasi waktu tertentu yang singkat. Pemahaman dasar Vibrasi bisa kita proleh dari ilustrasi sederhana mengenai gerakan pegas seperti dibawah ini : Gambar 2.15: Model Vibrasi Sederhana Sumber: Bola (massa) yang terikat ke pegas berada pada titik keseimbangannya di A, dikarenakan gaya luar maka bola akan bergerak ke B kembali ke titik keseimbangan di

21 C dilanjutkan ke C dan kembali ke titik keseimbangan di E. Pergerakan masa dari A ke E dinamakan satu siklus dan dalam contoh diatas 26 membutuhkan waktu 4 detik. Dari pergerakan bolak-balik masa pada pegas diatas terdapat informasi berharga yang bisa kita simpulkan yang sebenarnya menggambarkan kondisi alami dari vibrasi. Pergerakan di atas dinamakan periodic dan harmonic, dimana hubungan antara simpangan (X) dengan massa (m) dan waktu (t) dan hubungan antara perpindahn masa dengan waktu bisa diekspresikan dengan persamaan (Leonard Meirovitch. 1975) berikut:...(2.1) X = perpindahan masa pada waktu tertentu Xo = perpindahan maksimum dari masa...(2.2) f= frekuensi (cycle/s, Hertz, Hz) t=time (second) Kecepatan pergerakan masa dari titik keseimbangan ke titik maksimum (atas atau bawah) bisa dituliskan dengan rumus persamaan (Leonard Meirovitch. 1975):...(2.3) Sedangkan persamaan percepatan bisa diturunkan dari persamaan kecepatan menghasilkan persamaan (Leonard Meirovitch. 1975):

22 27...(2.4) Pada gambar dibawah ini perpindahan (displacement) digambarkan dalam kurva sinus, kecepatan dalam cosinus dan percepatan dalam sinus. Gambar 2.16: Waveform dari percepatan, perpindahan dan kecepatan Sumber: Istilah istilah yang terkandung dalam waveform (gelombang) akan sering kita gunakan seperti siklus, panjang gelombang dan fasa merupakan tiga terminology utama untuk menggambarkannya. Frekuensi Siklus perdetik/cycles per second (Hz) Siklus permenit/cycles per minute (CPM) Putaran per menit/ Rotation per minute (RPM) Orders, 1 order sama dengan 1 x RPM (1xputaran poros mesin) Amplitido Displacement/perpindahan (mills,micron) Velocity/kecepatan (ips, mm/s) Accelerations/percepatan (g,, ) 1 g = 9,807 m/ = 386,4 inch/ Fasa Degree (derajat) dimana satu putaran sama dengan Gambar 2.17: Terminologi Utama

23 Displacement, Velocity Atau Accelerations Untuk menentukan tingkat keparahan vibrasi ditentukan dengan seberapa besarnya amplitude. Dan frekuensi menunjukkan sumber atau penyebab dari vibrasi. Secara umum makin besar amplitudo vibrasi dari sebuah mesin maka kondisi getarannya makin parah, berarti kondisi mesin makin buruk. Ada 3 jenis amplitudo yang sudah dikenalkan pda tulisan ini, dan alat ukur hanya mampu melihat satu untuk setiap kali pengukuran, karena masing-masing besaran amplitude membutuhkan sensor yang berbeda. Pertanyaannya adalah mana dari ketiga besaran amplitudo yang akan kita pilih? grafik dibawah ini bisa dijadikan paduan. Pergerakan dibawah 10 Hz (600 cpm), menghasilkan getaran yang sangat kecil dan berarti amplitudonya juga kecil dari sisi accelerations, sedang jika dilihat velocitynya, dan besar jika dilihat Displacement-nya. Kesimpulannya untuk rentang dibawah 10 Hz lebih baik Displacement yang diukur. Gambar 2.18 : Hubungan antara Displacement,Velocity dan Accelaration Sumber:

24 29 Untuk rentang frekuensi tinggi (lebih dari 1000 Hz atau 60 kcpm) akan lebih baik jika accelerations yang diukur. Secara umum disepakati bahwa antara 60 Hz s/d 1000 Hz, velocity adalah parameter terbaik. Karena secara umum Rotating Machine mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 1000 Hz, maka velocity umum digunakan sebagai parameter pengukuran maupun analisa. 2.7 Macam-Macam Kegagalan Untuk beberapa parameter penting yang di analisa pada vibrasi, diantaranya yang paling sering digunakan adalah sebagai berikut: 1. Amplitude versus frequency. 2. Amplitude versus time. 3. Amplitude versus frequency versus time. 4. Time waveform. 5. Lissajous patterns (orbits). 6. Amplitude and phase versus rpm. 7. Phase (relative motion) analysis. 8. Mode shape determination. Dari beberapa parameter yang ada analisa akan lebih mudah jika kita menggunakan Amplitude versus Frequency. Analisa parameter Amplitudi versus frequency dalam prakteknya selalu melibatkan FFT analyzer. Metode ini paling banyak digunakan terutama pada analisa vibrasi Rotating Machine, Motor dan Bearings. Seperti yang sudah dibahas sebeleumnya, besarnya amplitudo berhubungan dengan besarnya tingkat severity dan besarnya frequency mengacu kepada penyebab atau sumber vibrasinya. Sebagai petunjuk table dibawah ini bisa dijadikan acuan dasar.

25 30 Tabel2.5 : Frekuensi Vibrasi dan Frekuensi Penyebabnya Frekuensi dalam Penyebab Utama Kemungkinan Penyebab Lainnya RPM 1 x RPM Unbalance 1. Ekisentrik journal, gigi atau puli. 2. Misaligment atau poros bengkok (bila axial vibration terjadi). 3. Sabuk Buruk. 4. Resonansi. 5. Problema listrik. 2 x RPM Kelonggaran 1. Misaligment bila axial vibration tinggi. 2. Gaya reciprocating. 3. Resonansi 4. Belt buruk bila 2 x RPM belt 3 x RPM Misaligment Pada umumnya kombinasi dari misaligment dan kelonggaran (looseness). Kurang dari 1 x Terjadi pusaran 1. Putaran belt yang tidak teratur. RPM oli 2. Resonansi sub-harmonik. 3. Vibrasi belt. Synkron Problema Secara umum adalah problema elektrikal (Frekuensi A.C.) elektrikal seperti rotor patah, fase yang tidak balance pada sistem poly-phase.

26 31 2 x synkron frekuensi N x RPM Pulsa torsi Gigi buruk Gaya aerodinamic Gaya hydraulic Kelonggaran Gaya Reciprocating Problema ini jarang sekali terjadi, kecuali resonansi yang ter-eksitasi. 1. Jumlah gigi x RPM dari gigi yang kurang memadai. 2. Jumlah impeller vanes x RPM. 3. Dapat terjadi pada 2,3,4 x RPM bahkan harmonik tinggi,bila terjadi looseness yang cukup parah. Frekuensi tinggi Bearing dengan 1. Vibrasi bearing yang tidak steady, (Non-Harmonik) anti friksi yang kurang baik yaitu amplitudo dan frekuensi. 2. Cavitasi, sirkulasi, dan aliran tubulen yang menyebabkan random vibrasi dengan frekuensi tinggi. 3. Lubrikasi yang tidak benar pada journal bearings (pendukung blok bantalan). 4. Gesekan. Sumber : Machinery Failure Analysis and Troubleshooting ; Heinz P Bloch, dkk UNBALANCE (Sinyal Satu Kali Putaran) Unbalance dicirikan dengan sinyal yang muncul pada frekuensi tunggal, dengan amplitude yang sama besar pada keseluruhan arah radial. Pada unbalance murni, vibrasi akan muncul dalam bentuk gelombang sinus pada kecepatan mesin, dituliskan sebagai 1x RPM. Vibrasi terjadi ketika pusat masa dari suatu elemen yang berputar tidak

27 32 sesumbu dengan susunan elemen putar. Amplitude akan terus membesar dengan terus bertambahnya kecepatan elemen dan akan mencapai kecepatan kritis dari elemen putar. Berikut adalah pola spectrum yang akan terjadi apabila unbalance: Gambar2.19: Pola Spectrum Unbalance Sumber: Misalignment (Sinyal Pada Dua kali Putaran) Para ahli sepakat bahwa penyebab dari 70 hingga 75 persen dari getaran disebabkan oleh misalignment. Dan seringkali vibrasi yang disebabkan oleh misalignment sering kali disalah artikan sebagai unbalance. Hal ini bisa anda pahami jika kita mengerti tahap-tahap terjadinya unbalance akibat munculnya misalignement seperti yang dijelaskan pada tahapan berikut ini : 1. Ciri misalignment: Mempunyai komponen getaran pada frekuensi 2x putaran poros Menyebabkan getaran dalam arah aksial 2. Misalignment berasal dari: Preload dari poros bengkok atau bantalan yang tidak mapan Sumbu poros pada kopling tidak segaris

28 33 3. Misalignment terjadi karena adanya pergeseran atau penyimpangan salah satu bagian mesin dari garis pusatnya. Misalignment sendiri mengakibatkan getaran dalam arah axial. Misalignment merupakan penyebab kedua terjadinya vibrasi meskipun telah digunakan flexible couplings dan self aligning bearing. 4. Setiap elemen berputar (Rotating element) memiliki sejumlah unbalance. Setiap manufaktur memiliki toleransi terhadap unbalance ini. Untuk mencapai kondisi keseimbangan yang sempurna adalah sangat sulit dan mahal, yang hanya dilkukan untuk aplikasi-aplikasi tertentu seperti kapal selam nuklir misalnya. 5. Ketidakseimbangan yang kecil ini kemudian diredam atau diserap dengan menggunakan rolling element bearings yang memiliki clearance diantara bagian yang tetap dan bagian berputarnya sekitar atau bahkan untuk beberapa aplikasi praktis tidak ada clearance sama sekali. 6. Ketika unit-unitnya mengalami kondisi misalignment, elemen-elemennya mengalami tarikan dan tekanan melalui kopling dan menghasilkan keausan yang tidak dinginkan pada bearings. Dengan segera keausan ini akan membuat clearance antara element putar dan race-nya membesar. Sehingga kemudia bearings tidak lagi mampu bertindak sebagai damper yang menjaga unbalance pada tingkat aman. Tahap akhir dicapai ketika seorang yang memahami getaran menyimpulkan bahwa getaran terjadi akibat adanya unbalance, sehingga dilakukan langkah koreksi untuk memperbaiki keseimbangan elemen-elemen putar. Tanpa diagnose yang tepat masalah getaran ini akan kembali muncul, seperti yang dijelaskan pada tahap sebelumnya, bahwa misalignemetlah ternyata yang meneyebabkan timbulnya

29 unbalance. Secara statistic menunjukkan bahwa sekitar 12 % pekerjaan harus diulang dan biaya menjadi naik, karena salah diagnose. 34 Beberapa gambaran terjadinya misaligment dan pola spektrum yang terjadi apabila misaligment terjadi pada pompa yang mengalami kerusakan. Gambar2.20: Posisi Misaligment Sumber:

30 35 Gambar2.21: Pola Spektrum Misaligment Sumber: Ben Shaft Terjadinya bent shaft juga dapat menimbulkan vibrasi. Phase ketika diukur secara axial disekeliling poros akan berubah kira-kira 180 o, terlebih ketika pembengkokan yang terjadi dekat dengan bearing. Eccentric Journal/Rotor Gejala ini menunjukkan bahwa garis pusat dari poros mesin, journal, rotor atau stator tidak konsentris. Vibrasinya terjadi pada sekali shaft rotational frequency. Pada roda gigi, amplitude terbesar terjadi searah dengan garis pusat. Phase menunjukkan single reference merk

31 36 Tabel2.6: Toleransi Aligment Sumber: MECHANICAL LOOSENESS Karakteristik dominan dari kehilangan mekanis adalah munculnya multiple harmonic pada beberapa kecepatan operasi. Kecepatan operasi dari suatu komponen

32 37 dituliskan sebagai 1X, misalnya adalah 1800 CPM. Harmonic ke-2 adalah 2X (3600 CPM) dan harmonic ke-3 adalah 3X (5400 CPM), dan seterusnya. Pada kasus kehilangan mekanis, amplitudo terbesar akan terjadi dekat dengan sumber masalah. Gambar2.22: Pola Spectrum Mechanical Looseness Sumber: Komponen-komponen mesin yang dapat kendor antara lain bantalan (mount) atau tutup bantalan (bearing cap). Kekendoran ini hampir selalu menghasilkan sejumlah besar harmonik dalam spektrum frekuensinya, baik harmonik ganjil maupun tunggal. Komponen getaran yang dengan frekuensi lebih kecil dari kecepatan putar juga dapat terjadi. Teknik untuk mendeteksi kekendoran adalah dengan mengukur getaran pada beberapa titik (transducer kecepatan dapat berfungsi baik). Sinyal yang terukur akan mencapai maksimumnya pada arah getaran (biasanya arah vertikalmemberikan getaranyang lebih besar dari arah horizontal), atau disekitar lokasi kekendoran.

33 RESONANSI Setiap komponen memiliki sebuah frekuensi natural yang besarnya tergantung pada mounting dari equipment tersebut. Suatu kasus mengenai resonansy ini terjadi ketika sebuah mesin Diesel yang dioperasikan oleh sebuah perusahaan minyak menjalani pengujian, dan mengalami getaran pada semua strukturnya secara hebat, sehingga pengujian tidak mungkin dilakukan. Mesin ini diprogramkan untuk beroperasi pada 2000 RPM selama periode pengujian, dan diperkirakan mengalamai resonansi BEARING (Bantalan) BAGIAN UTAMA ROLLING BEARING OUTER RING ROLLING ELEMENT CAGE / SANGKAR INNER RING 15/11/2010 TEGOEH SATRIYO WIBOWO Semua pompa dan motor menggunakan roller atau ball bearings. Sebuah perusahaan besar yang memproduksi bearing dengan penguasaan pasar sekitar 26 % mampu menjual bearing seharga 3 miliar dolar setahunnya. Bearing ini dibuat untuk bertahan sampai ratusan ribu jam, tetapi begitu keluar dari pabrik dan dipasang pada mesin, usianya bisa saja hanya tinggal beberapa puluh jam saja. Beberapa masalah yang membuat bearing berusia rendah diantaranya adalah kesalahan dalam penanganan,

34 39 kesalahan pemasangan, pelumasan yang buruk, kelebihan beban, overspeed, lingkungan buruk dan yang paling banyak hamper 70 % disebabkan oleh misalignment antara driver dan driven unit. Salah satu alas an utama mengapa pengukuran vibrasi dilakukan pada rumah Bearings adalah karena semua gaya yang bekerja pada elemen berputar akan ditransmisikan melalui Bearings. Semua gaya yang terdeteksi ini pada gilirannya akan mendegradasi Bearings. Degradasi ini akan muncul dalam empat cara: merusak sisi luar dari Race mengacu kepada apa yang dinamakan BPFO (Ball Pass Frequency Outer), merusak sisi dalam dari Race mengacu kepada BPFI (Ball Pass Frequncy Inner), merusak elemen putar mengacu kepada BSF (Ball Spin Frequency), atau merusak Bearings cage mengacu kepada FTF (Fundamental Train Frequency). Catatan : jika inner ring-nya fix (stasioner) sementara outer race-nya bergerak, maka tanda negative pada persamaan empat dalam kurung dirubah menjadi tanda postif. Dan Nb x FTF tidak samadengan BPFI ataupun BPFO, besarnya FTF sekitar RPM. Dimana ; Nb = jumlah bola atau Roller Bd = diameter ball atau Roller (in atau mm) Pd = dimater Bearing Pitch (in atau mm) Θ = sudut kontak (derajat)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar Pompa adalah mesin atau peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh:

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh: LAPORAN TUGAS AKHIR Analisa Kerusakan Pompa Sentrifugal One Stage type Ebara Pump 37KW Pada Water Treatment Plant (WTP) Dengan Metode FFT Analyzer Studi Kasus Mall Senayan City Diajukan Guna Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN ROLLING BEARING PADA HAMMER CLINKER COOLER BERBASIS ANALISA PEAKVUE DAN KURTOSIS

IDENTIFIKASI KERUSAKAN ROLLING BEARING PADA HAMMER CLINKER COOLER BERBASIS ANALISA PEAKVUE DAN KURTOSIS Tugas Akhir (TM 1486) IDENTIFIKASI KERUSAKAN ROLLING BEARING PADA HAMMER CLINKER COOLER BERBASIS ANALISA PEAKVUE DAN KURTOSIS LUQMAN PURWADANI 2102 100 004 Pembimbing : Ir. Suwarmin, PE PENDAHULUAN LATAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri, mesin rotari merupakan bagian yang sangat penting dalam proses produksi dan bantalan (bearing) mempunyai peran penting dalam menjaga performa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 EXHAUST GAS FAN Gambar 2. 1 Exhaust gas fan (Sumber: Siemens VAI, 2009) Hampir setiap pabrik memiliki fasilitas fan dan blower untuk ventilasi atau proses industri yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Getaran Getaran timbul akibat transfer gaya siklik melalui elemen-elemen mesin yang ada, dimana elemen-elemen tersebut saling beraksi satu sama lain dan energi didesipasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Getaran Mesin Getaran mesin adalah gerakan suatu bagian mesin maju dan mundur (bolakbalik) dari keadaan diam /netral, (F=0). Con toh sederhana untuk menunjukkan suatu getaran

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GETARAN PADA BANTALAN BOLA MENYELARAS SENDIRI KARENA KERUSAKAN SANGKAR

KARAKTERISTIK GETARAN PADA BANTALAN BOLA MENYELARAS SENDIRI KARENA KERUSAKAN SANGKAR KARAKTERISTIK GETARAN PADA BANTALAN BOLA MENYELARAS SENDIRI KARENA KERUSAKAN SANGKAR Abstrak Muhamad Tesar Setiyadi dan Parno Raharjo Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung parno_raharjo@yahoo.com

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI

DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI Ganong Zainal Abidin, I Wayan Sujana Program Studi Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional Malang Email : ganongzainal@outlook.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN 3.1. Metode Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan pada mesin bubut type EMCO MAXIMAT V13 dengan menggunakan alat vibrometer (untuk mengukur getaran) Kohtect

Lebih terperinci

ANALISIS HIGH AXIAL VIBRATION PADA BLOWER 22K-102 REFORMER FORCE DRAFT FAN (FDF) - HYDROGEN PLANT

ANALISIS HIGH AXIAL VIBRATION PADA BLOWER 22K-102 REFORMER FORCE DRAFT FAN (FDF) - HYDROGEN PLANT Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISIS HIGH AXIAL VIBRATION PADA BLOWER 22K-102 REFORMER FORCE DRAFT FAN (FDF) - HYDROGEN PLANT *Norman Iskandar, Muhammad Lazuardi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN KELURUSAN Kelurusan poros adalah posisi yang tepat dari garis sumbu penggerak dan komponen yang digerakkan (gearbox, pompa, dll). Penyelarasan dicapai melalui shimming

Lebih terperinci

ANALISA SINYAL GETARAN POMPA SEBAGAI PREDICTIVE MAINTENANCE POMPA PADA LABORATORIUM REKAYASA AKUSTIK DAN VIBRASI TEKNIK FISIKA ITS

ANALISA SINYAL GETARAN POMPA SEBAGAI PREDICTIVE MAINTENANCE POMPA PADA LABORATORIUM REKAYASA AKUSTIK DAN VIBRASI TEKNIK FISIKA ITS ANALISA SINYAL GETARAN POMPA SEBAGAI PREDICTIVE MAINTENANCE POMPA PADA LABORATORIUM REKAYASA AKUSTIK DAN VIBRASI TEKNIK FISIKA ITS Nadhifa Maulida 1, Alinda Nurul B. 1, Trikarsa Tirta Dwipa 1, Nugroho

Lebih terperinci

Kata kunci : Perawatan prediktif, monitoring kondisi, sinyal getaran, sinyal suara, bantalan gelinding

Kata kunci : Perawatan prediktif, monitoring kondisi, sinyal getaran, sinyal suara, bantalan gelinding Kaji Banding Prediksi Kerusakan Pada Bantalan Gelinding Melalui Sinyal Getaran Dan Sinyal Suara Meifal Rusli 1, a *, Agus Arisman 1,b, Lovely Son 1,c dan Mulyadi Bur 1,d 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS VIBRASI UNTUK KLASIFIKASI KERUSAKAN MOTOR DI PT PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM DAN NEURAL NETWORK

ANALISIS VIBRASI UNTUK KLASIFIKASI KERUSAKAN MOTOR DI PT PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM DAN NEURAL NETWORK ANALISIS VIBRASI UNTUK KLASIFIKASI KERUSAKAN MOTOR DI PT PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM DAN NEURAL NETWORK Nirma Priatama NRP. 2210100159 Dosen Pembimbing : Dimas Anton Asfani, ST.,

Lebih terperinci

Analisa Kerusakan Centrifugal Pump P951E di PT. Petrokimia Gresik

Analisa Kerusakan Centrifugal Pump P951E di PT. Petrokimia Gresik JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Analisa Kerusakan Centrifugal Pump P951E di PT. Petrokimia Gresik Farandy Afrizal dan Muhammad Nur Yuniarto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Analisis Getaran Bantalan Rotor Skala Laboratorium untuk Kondisi Lingkungan Normal dan Berdebu

Analisis Getaran Bantalan Rotor Skala Laboratorium untuk Kondisi Lingkungan Normal dan Berdebu Analisis Getaran Bantalan Rotor Skala Laboratorium untuk Kondisi Lingkungan Normal dan Berdebu Jhon Malta 1,*), Boy Ilham Wahyudi 1), Mulyadi Bur 1) 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN: 2548-1509 Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam mengoptimalkan kerja sistem pendingin jenis Mechanical Draft Crossflow Cooling Tower digunakan data dari menara pendingin yang dioperasikan oleh PT. Indonesia Power PLTP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pembahasan metode penelitian ini disuse untuk mengidentifikasikan kegagalan yang terjadi pada pompa sentrifugal terhadap sinyal vibrasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Bantalan (bearing) mempunyai peran penting dalam menjaga performa sebuah mesin rotari karena bantalan berfungsi sebagai penumpu sebuah poros

Lebih terperinci

DIAGNOSA KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DENGAN SINYAL GETARAN

DIAGNOSA KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DENGAN SINYAL GETARAN DIAGNOSA KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DENGAN SINYAL GETARAN *Rizka Rosyadi 1, Achmad Widodo 2, Ismoyo Haryanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 33 4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL Perancangan simulator getaran ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : pengumpulan konsep rancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI GAYA TRANSMISI V-BELT TERHADAP PRILAKU GETARAN POROS DEPERICARPER FAN TYPE 2 SWSI

PENGARUH VARIASI GAYA TRANSMISI V-BELT TERHADAP PRILAKU GETARAN POROS DEPERICARPER FAN TYPE 2 SWSI PENGARUH VARIASI GAYA TRANSMISI V-BELT TERHADAP PRILAKU GETARAN POROS DEPERICARPER FAN TYPE 2 SWSI SKRIPSI MEKANIKA KEKUATAN BAHAN Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TEKNIK LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING Aplikasi Response Getaran Untuk Menganalisis Fenomena Kavitasi Pada Instalasi Pompa Sentrifugal Wijianto, ST.M.Eng.Sc Marwan Effendy, ST. MT. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PEDAHULUAN Pada Bab II ini akan menjelaskan teori tentang vibrasi, beberapa parameter yang berkaitan dengan karakteristik getaran menurut illustrated vibration diagnostic

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN BANTALAN GELINDING PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN

DETEKSI KERUSAKAN BANTALAN GELINDING PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN DETEKSI KERUSAKAN BANTALAN GELINDING PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN Didik Djoko Susilo Abstract : The aim of the research was to detect the fault of rolling bearing in a centrifugal

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK VIBRASI PADA GEAR PUTARAN RENDAH

KARAKTERISTIK VIBRASI PADA GEAR PUTARAN RENDAH KARAKTERISTIK VIBRASI PADA GEAR PUTARAN RENDAH (Studi Kasus Gearbox Main Drive Kiln Pabrik Indarung V PT Semen Padang) Suherdian Septa Sarianja Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

ALAT PENGUKUR GETARAN

ALAT PENGUKUR GETARAN ALAT PENGUKUR GETARAN Dalam pengambilan data suatu getaran agar supaya informasi mengenai data getaran tersebut mempunyai arti, maka kita harus mengenal dengan baik alat yang akan kita gunakan. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian di rancang untuk dapat memformulasikan daignosa kegagalan pada pompa sentrifugal dengan sinyal getaran. Untuk mencapai tujuan ini,

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER

ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 98 ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER Levi Amanda Putra Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisa Getaran Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan getaran sama sekali, karena seluruh energi yang dihasilkan diubah menjadi kerja. Sebagian

Lebih terperinci

VIBRASI DAN JENIS KERUSAKAN POMPA AIR

VIBRASI DAN JENIS KERUSAKAN POMPA AIR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM INSTRUMENTASI AKUSTIK DAN VIBRASI P1 VIBRASI DAN JENIS KERUSAKAN POMPA AIR Di Susun Oleh : Rizky Kurniasari Kusuma Pratiwi NRP. 2413 031 058 Asisten : Rio Asruleovito NRP. 2414

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN DAN PERBAIKAN OIL PUMP STEAM TURBINE 32-K-101-P1-T DALAM PLATFORMING UNIT-NAPHTA PROCESSING UNIT (NPU)

ANALISIS KERUSAKAN DAN PERBAIKAN OIL PUMP STEAM TURBINE 32-K-101-P1-T DALAM PLATFORMING UNIT-NAPHTA PROCESSING UNIT (NPU) Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISIS KERUSAKAN DAN PERBAIKAN OIL PUP STEA TURBINE 32-K-101-P1-T DALA PLATFORING UNIT-NAPHTA PROCESSING UNIT (NPU) *Norman Iskandar,

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL SUARA

DETEKSI KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL SUARA DETEKSI KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL SUARA Akbar Anggriawan 1, Feblil Huda 2 Laboratorium Konstruksi Mesin, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya

Lebih terperinci

BAB IV PERANGKAT PENGUJIAN GETARAN POROS-ROTOR

BAB IV PERANGKAT PENGUJIAN GETARAN POROS-ROTOR BAB IV PERANGKAT PENGUJIAN GETARAN POROS-ROTOR 4.1 Perangkat Uji Sistem Poros-rotor Perangkat uji sistem poros-rotor yang digunakan tersusun atas lima belas komponen utama, antara lain: landasan (base),

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL CIRI GETARAN PADA BANTALAN ROL DENGAN PEMBEBANAN STATIK

KAJI EKSPERIMENTAL CIRI GETARAN PADA BANTALAN ROL DENGAN PEMBEBANAN STATIK Jurnal Teknik Mesin, Vol. 24, No. 1, April 2009 1 KAJI EKSPERIMENTAL CIRI GETARAN PADA BANTALAN ROL DENGAN PEMBEBANAN STATIK K. Magiano 1 & K. Bagiasna 2 1 Asisten riset, Mahasiswa magister fast track,

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISA VIBRASI PADA SISTEM MC PUMP DENGAN MENGGUNAKAN ALAT VIBXPERT TYPE VIB DI PERUSAHAAN PULP & PAPER

ANALISA VIBRASI PADA SISTEM MC PUMP DENGAN MENGGUNAKAN ALAT VIBXPERT TYPE VIB DI PERUSAHAAN PULP & PAPER ANALISA VIBRASI PADA SISTEM MC PUMP DENGAN MENGGUNAKAN ALAT VIBXPERT TYPE VIB 5.300 DI PERUSAHAAN PULP & PAPER Legisnal Hakim, Ir. Japri, MT, Aprizul Teknik Mesin, Fak. Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

METODE DETEKSI KERUSAKAN ELEMEN BOLA PADA BANTALAN BOLA TIPE DOUBLE ROW BERBASIS SINYAL GETARAN TUGAS AKHIR

METODE DETEKSI KERUSAKAN ELEMEN BOLA PADA BANTALAN BOLA TIPE DOUBLE ROW BERBASIS SINYAL GETARAN TUGAS AKHIR METODE DETEKSI KERUSAKAN ELEMEN BOLA PADA BANTALAN BOLA TIPE DOUBLE ROW BERBASIS SINYAL GETARAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1 Pada Prodi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Arus bolak-balik Motor arus bolak-balik (motor AC) menggunakan arus listrik yang membalikkan arahnya secara teratur pada rentang waktu tertentu. Motor listrik AC mempunyai

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KONDISI MESIN BERDASARKAN SINYAL GETARAN

PEMANTAUAN KONDISI MESIN BERDASARKAN SINYAL GETARAN 130 PEMANTAUAN KONDISI MESIN BERDASARKAN SINYAL GETARAN Didik Djoko Susilo 1 1 Staf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik UNS Keywords : Machine Monitoring Vibration Signal Data Acquisition

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PEMANTAUAN KONDISI MESIN DENGAN EKSTRAKSI FITUR SINYAL GETARAN TUGAS AKHIR ANGGA DWI SAPUTRA L2E

UNIVERSITAS DIPONEGORO PEMANTAUAN KONDISI MESIN DENGAN EKSTRAKSI FITUR SINYAL GETARAN TUGAS AKHIR ANGGA DWI SAPUTRA L2E UNIVERSITAS DIPONEGORO PEMANTAUAN KONDISI MESIN DENGAN EKSTRAKSI FITUR SINYAL GETARAN TUGAS AKHIR ANGGA DWI SAPUTRA L2E 006 009 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN SEMARANG MARET 2011 TUGAS SARJANA Diberikan

Lebih terperinci

Kajian Lintasan Orbit pada Turbin Angin Savonius Tipe Rotor U dan Helix dengan Menggunakan Software MATLAB

Kajian Lintasan Orbit pada Turbin Angin Savonius Tipe Rotor U dan Helix dengan Menggunakan Software MATLAB Kajian Lintasan Orbit pada Turbin Angin Savonius Tipe Rotor U dan Helix dengan Menggunakan Software MATLAB Panji Waskito 1, Ali Syahputra Hasibuan 2 1 Progam Studi S1 Teknik Mesin, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

KAJIAN VIBRASI UNTUK MENDETEKSI KEGAGALAN AWAL PADA MESIN ROTASI DENGAN KASUS MESIN POMPA Arvin Ekoputranto *, Otong Nurhilal, Ahmad Taufik.

KAJIAN VIBRASI UNTUK MENDETEKSI KEGAGALAN AWAL PADA MESIN ROTASI DENGAN KASUS MESIN POMPA Arvin Ekoputranto *, Otong Nurhilal, Ahmad Taufik. Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor KAJIAN VIBRASI UNTUK MENDETEKSI KEGAGALAN AWAL PADA MESIN ROTASI DENGAN

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Getaran dengan Temperatur Kerja pada Mesin Mill Fan 412 di PT. Semen Tonasa

Analisis Hubungan Getaran dengan Temperatur Kerja pada Mesin Mill Fan 412 di PT. Semen Tonasa Samnur dkk, Analisis Hubungan Getaran dengan Temperatur Kerja pada Mesin Mil Fan 412 173 Analisis Hubungan Getaran dengan Temperatur Kerja pada Mesin Mill Fan 412 di PT. Semen Tonasa Samnur (1), Ilham

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS VASRIASI PUTARAN DARI PROSES BALANCING TERHADAP PUTARAN KERJA POROS YANG SESUNGGUHNYA

EFEKTIFITAS VASRIASI PUTARAN DARI PROSES BALANCING TERHADAP PUTARAN KERJA POROS YANG SESUNGGUHNYA EFEKTIFITAS VASRIASI PUTARAN DARI PROSES BALANCING TERHADAP PUTARAN KERJA POROS YANG SESUNGGUHNYA Djoko Sulistyono 1, Arief Budiman 2 Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN CENTRIFUGAL PUMP P951E DI PT. PETROKIMIA GRESIK

ANALISA KERUSAKAN CENTRIFUGAL PUMP P951E DI PT. PETROKIMIA GRESIK Sidang Tugas Akhir - TM091486 ANALISA KERUSAKAN CENTRIFUGAL PUMP P951E DI PT. PETROKIMIA GRESIK Oleh : Farandy Afrizal Pembimbing : Dr. Muhammad Nur Yuniarto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

ANALISA VIBRASI PADA IGNITOR COOLING FAN 2A DI PT PJB UP GRESIK

ANALISA VIBRASI PADA IGNITOR COOLING FAN 2A DI PT PJB UP GRESIK Judul ANALISA VIBRASI PADA IGNITOR COOLING FAN 2A DI PT PJB UP GRESIK Disusun oleh : Hizky Putra Prasetya NRP 2107.030.012 Dosen Pembimbing : Ir. Arino Anzip,M.Eng,Sc Latar Belakang Fan merupakan peralatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL CACAT PADA BANTALAN BERDASARKAN LEVEL GETARAN

KAJIAN EKSPERIMENTAL CACAT PADA BANTALAN BERDASARKAN LEVEL GETARAN KAJIAN EKSPERIMENTAL CACAT PADA BANTALAN BERDASARKAN LEVEL GETARAN J. A. Apriansyah, Dedi Suryadi, A. Fauzan Suryono Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu Jl. WR. Supratman

Lebih terperinci

MENDETEKSI KERUSAKAN BANTALAN DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL VIBRASI

MENDETEKSI KERUSAKAN BANTALAN DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL VIBRASI ISSN: 1410-2331 MENDETEKSI KERUSAKAN BANTALAN DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL VIBRASI Tri Wahyudi 1, Soeharsono 2, Noor Eddy 2 1 Pascasarjana Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti 2

Lebih terperinci

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES No.Dokumen : FM SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00 KAJIAN ENJINIRING BAB 1 PENDAHULUAN

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES No.Dokumen : FM SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00 KAJIAN ENJINIRING BAB 1 PENDAHULUAN Halaman : 1 dari 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. NAMA KAJIAN Nama kajian No Kajian Engineering : Analisa vibrasi steam turbine #1 PLTU Amurang : Klasifikasi program : Operasi & Pemeliharaan Pembangkit Lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MISALIGNMENT TERHADAP VIBRASI DAN KINERJA MOTOR INDUKSI

ANALISIS PENGARUH MISALIGNMENT TERHADAP VIBRASI DAN KINERJA MOTOR INDUKSI POLITEKNOLOGI VOL. 10 NO. 3, SEPTEMBER 2011 ANALISIS PENGARUH MISALIGNMENT TERHADAP VIBRASI DAN KINERJA MOTOR INDUKSI ABSTRACT Andi Ulfiana Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta Kampus Baru -

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT DAN ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN AKIBAT MISALIGNMENT POROS

PERANCANGAN ALAT DAN ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN AKIBAT MISALIGNMENT POROS PERANCANGAN ALAT DAN ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN AKIBAT MISALIGNMENT POROS Muhammad Hasbi, Nanang Endriatno, Jainudin Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA Getaran banyak dipakai sebagai alat untuk melakukan analisis terhadap mesin-mesin, baik gerak rotasi maupun translasi. Pengetahuan akan getaran dan data-data yang dihasilkan sangat

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PARALLEL-MISALIGNMENT DAN TINGKAT GETARAN YANG TERJADI PADA PULLEY DEPERICARPER FAN SKRIPSI

ANALISA PENGARUH PARALLEL-MISALIGNMENT DAN TINGKAT GETARAN YANG TERJADI PADA PULLEY DEPERICARPER FAN SKRIPSI ANALISA PENGARUH PARALLEL-MISALIGNMENT DAN TINGKAT GETARAN YANG TERJADI PADA PULLEY DEPERICARPER FAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH LASTRI SITUMORANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan sinyal getaran untuk mendeteksi kerusakan elemen bola pada bantalan. Bantalan normal dan bantalan cacat elemen bola akan diuji

Lebih terperinci

PENGARUH MISSALIGMENT TERHADAP ARUS DAN GETARAN PADA MOTOR INDUKSI

PENGARUH MISSALIGMENT TERHADAP ARUS DAN GETARAN PADA MOTOR INDUKSI PENGARUH MISSALIGMENT TERHADAP ARUS DAN GETARAN PADA MOTOR INDUKSI Tendi Rahayu 1*, Abdul Multi 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, ISTN, Jl.PLN Duren Tiga Pasar Minggu Jakarta 12760 * Email : tendy_r@ymail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : balance performance, massa unbalance, balancing roda mobil, metoda sudut fasa

Abstrak. Kata kunci : balance performance, massa unbalance, balancing roda mobil, metoda sudut fasa STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERAT RODA PADA PROSENTASE UNJUK KERJA BALANCING RODA MOBIL Harie Satiyadi Jaya *, Suhardjono ** Laboratorium Mesin Perkakas, Jurusan Teknik Mesin FTI ITS, Surabaya. E-mail:

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR

PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR Oleh: ADITYA PRIMADI PUTRA 2108030047 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Arino Anzip, MEng., Sc PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara

Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Chapter 5 Gelombang sferis (bola) dan Radiasi suara Gelombang dasar lain datang jika jarak dari beberapa titik dari titik tertentu dianggap sebagai koordinat relevan yang bergantung pada variabel akustik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Getaran berlebih pada sebuah mesin akan menimbulkan berbagai kerugian tersendiri. Dalam hal ini juga telah dibuktikan dengan adanya jurnal ilmiah yang membahas

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN RODA GIGI DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN

DETEKSI KERUSAKAN RODA GIGI DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi DETEKSI KERUSAKAN RODA GIGI DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN *Achmad Widodo, Djoeli Satrijo, Toni Prahasto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

PEMICU 1 29 SEPT 2015

PEMICU 1 29 SEPT 2015 PEMICU 1 9 SEPT 015 Kumpul 06 Okt 015 Diketahui: Data eksperimental hasil pengukuran sinyal vibrasi sesuai soal. Ditanya: a. Hitung persamaan karakteristiknya. b. Dapatkan putaran kritisnya c. Simulasikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB GETARAN YANG TERJADI PADA MESIN GERINDA BANGKU (BENCH GRINDING MACHINE). Semuel Marthen Taribuka *) Abstract

ANALISIS PENYEBAB GETARAN YANG TERJADI PADA MESIN GERINDA BANGKU (BENCH GRINDING MACHINE). Semuel Marthen Taribuka *) Abstract ANALISIS PENYEBAB GETARAN YANG TERJADI PADA MESIN GERINDA BANGKU (BENCH GRINDING MACHINE). Semuel Marthen Taribuka *) Abstract This research was conducted to find the cause of the vibration at grinding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Bantalan (bearing) merupakan salah satu bagian dari elemen mesin rotasi yang memegang peranan sangat penting yaitu menjaga kinerja mesin tetap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Analisa Getaran Perawatan mesin tradisional, skedul overhaul perbaikan biasanya sulit dibuat karena kebutuhan perbaikan tidak dapat ditentukan secara pasti, tanpa membongkar mesin

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI LAPORAN PENELITIAN MANDIRI ANALISA GETARAN ROTOR SIMULATOR DENGAN MENGGUNAKAN FFT ( FAST FOURIER TRANSFROM) Oleh : J.D.C. SIHASALE NIP. 196505091997021001 UNIVERSITAS PATTIMURA November 2016 ANALISA GETARAN

Lebih terperinci

TUGAS GETARAN MEKANIK ALAT UKUR GETARAN. Oleh : Opi Sumardi

TUGAS GETARAN MEKANIK ALAT UKUR GETARAN. Oleh : Opi Sumardi TUGAS GETARAN MEKANIK ALAT UKUR GETARAN Oleh : Opi Sumardi 1215021064 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2015 Dalam pengambilan data suatu getaran agar supaya informasi mengenai data getaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisa Getaran 2.1.1 Getaran Getaran secara teknik didefinisikan sebagai gerak osilasi dari suatu objek terhadap posisi awalnya. Semua mesin memiliki tiga sifat fundamental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin dan peralatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memiliki variasi yang cukup banyak sesuai fungsinya, dengan tujuan yaitu mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak

Lebih terperinci

EVALUASI SUBYEKTIF EMISI AKUSTIK MESIN BERPUTAR OLEH OPERATOR MESIN KRI PULAU RUPAT-712 DI KOMANDO ARMADA RI KAWASAN TIMUR SURABAYA

EVALUASI SUBYEKTIF EMISI AKUSTIK MESIN BERPUTAR OLEH OPERATOR MESIN KRI PULAU RUPAT-712 DI KOMANDO ARMADA RI KAWASAN TIMUR SURABAYA EVALUASI SUBYEKTIF EMISI AKUSTIK MESIN BERPUTAR OLEH OPERATOR MESIN KRI PULAU RUPAT-712 DI KOMANDO ARMADA RI KAWASAN TIMUR SURABAYA Dhenok Ayu Setianingsih NRP. 2410105025 Pembimbing : Dr. Dhany Arifianto

Lebih terperinci

ANALISIS VIBRASI PADA POMPA PENDINGIN PRIMER JE01 AP003 Pranto Busono, Syafrul, Aep Saefudin Catur PRSG - BATAN

ANALISIS VIBRASI PADA POMPA PENDINGIN PRIMER JE01 AP003 Pranto Busono, Syafrul, Aep Saefudin Catur PRSG - BATAN Analisis Vibrasi Pada (Pranto B, dkk) ANALISIS VIBRASI PADA POMPA PENDINGIN PRIMER JE01 AP003 Pranto Busono, Syafrul, Aep Saefudin Catur PRSG - BATAN Abstrak ANALISIS VIBRASI PADA POMPA PENDINGIN PRIMER

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Getaran merupakan salah satu efek yang terjadi akibat adanya gerak yang diakibatkan adanya perbedaan tekanan dan frekuensi. Dalam dunia otomotif ada banyak terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Steam Power Plant dituntut punya availability tinggi dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Steam Power Plant dituntut punya availability tinggi dengan biaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu Steam Power Plant dituntut punya availability tinggi dengan biaya yang optimum, konsekuensinya suatu power plant harus memiliki Program peningkatan kehandalan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

Deteksi Cacat Bantalan Bola Pada Pompa Sentrifugal Menggunakan Spektrum Getaran

Deteksi Cacat Bantalan Bola Pada Pompa Sentrifugal Menggunakan Spektrum Getaran 204 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 20, No.2, 204-215, November 2017 Deteksi Cacat Bantalan Bola Pada Pompa Sentrifugal Menggunakan Spektrum Getaran (Ball Bearing Fault Detection of Sentrifugal Pumps

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS DAN OPTIMALISASI PROTEKSI VIBRASI PADA POMPA INJEKSI SENTRIFUGAL EMPAT STAGE PADA WATERFLOOD LAPANGAN MINYAK RINGAN

TESIS ANALISIS DAN OPTIMALISASI PROTEKSI VIBRASI PADA POMPA INJEKSI SENTRIFUGAL EMPAT STAGE PADA WATERFLOOD LAPANGAN MINYAK RINGAN TESIS ANALISIS DAN OPTIMALISASI PROTEKSI VIBRASI PADA POMPA INJEKSI SENTRIFUGAL EMPAT STAGE PADA WATERFLOOD LAPANGAN MINYAK RINGAN Oleh: Moh. Ishak NRP : 2209204806 PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

Pemodelan dan Analisis Pengaruh Kenaikan Putaran Kerja Terhadap Respon Dinamis, Kasus Unbalance Rotor Steam Turbine Unit 1 PLTU Amurang 2x25MW

Pemodelan dan Analisis Pengaruh Kenaikan Putaran Kerja Terhadap Respon Dinamis, Kasus Unbalance Rotor Steam Turbine Unit 1 PLTU Amurang 2x25MW JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 120 Pemodelan dan Analisis Pengaruh Kenaikan Putaran Kerja Terhadap Respon Dinamis, Kasus Unbalance Rotor Steam Turbine Unit

Lebih terperinci

BAB V DATA DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN

BAB V DATA DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN BAB V DATA DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN Sebagaimana yang telah dibahas pada Bab IV, ada beberapa tahap pengujian yang dilakukan pada kaji eksperimental ini. Tahap pertama diawali dengan pengukuran FRF

Lebih terperinci

Rancang Bangun Vibration Test Bench untuk Mensimulasikan Kondisi Unbalance dengan Pengaturan Putaran dan Beban Unbalance

Rancang Bangun Vibration Test Bench untuk Mensimulasikan Kondisi Unbalance dengan Pengaturan Putaran dan Beban Unbalance Jurnal Teknologi Terapan Volume 3, Nomor 1, Maret 217 ISSN 2477-356 Rancang Bangun Vibration Test Bench untuk Mensimulasikan Kondisi Unbalance dengan Pengaturan Putaran dan Beban Unbalance Imam Maolana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin dan peralatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memiliki variasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin dan peralatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memiliki variasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mesin dan peralatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memiliki variasi yang cukup banyak sesuai fungsinya, dengan tujuan utama yaitu mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sebagai pendukung kelengkapan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sebagai pendukung kelengkapan sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi sebagai pendukung kelengkapan sistem trasportasi menjadi suatu hal tersendiri dalam penyempurnaan dan pendesainan mesin diesel agar menjadi

Lebih terperinci

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin Oleh: Rahardian Faizal Zuhdi 0220120068 Mekatronika Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara

Lebih terperinci

ANALISIS CIRI GETARAN PADA MOTOR BAKAR TORAK AKIBAT BERTAMBAHNYA KELONGGARAN PADA BALL BEARINGS. Semuel Marthen Taribuka *) Abstract

ANALISIS CIRI GETARAN PADA MOTOR BAKAR TORAK AKIBAT BERTAMBAHNYA KELONGGARAN PADA BALL BEARINGS. Semuel Marthen Taribuka *) Abstract ANALISIS CIRI GETARAN PADA MOTOR BAKAR TORAK AKIBAT BERTAMBAHNYA KELONGGARAN PADA BALL BEARINGS. Semuel Marthen Taribuka *) Abstract The aim of this research was to know the characteristics vibration of

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GETARAN DAN TEKANAN RUANG SILINDER AKIBAT VARIASI PUTARAN KOMPRESOR PADA LIMA MODEL PROFIL DUDUKAN KATUP TEKAN SEBUAH KOMPRESOR TORAK

KARAKTERISTIK GETARAN DAN TEKANAN RUANG SILINDER AKIBAT VARIASI PUTARAN KOMPRESOR PADA LIMA MODEL PROFIL DUDUKAN KATUP TEKAN SEBUAH KOMPRESOR TORAK KARAKTERISTIK GETARAN DAN TEKANAN RUANG SILINDER AKIBAT VARIASI PUTARAN KOMPRESOR PADA LIMA MODEL PROFIL DUDUKAN KATUP TEKAN SEBUAH KOMPRESOR TORAK Muhamad Abdurrochman 2108 100 147 Pembimbing : Ir. Bambang

Lebih terperinci

STUDI DINAMIKA ROTOR POMPA PENGISI AIR KETEL (BFWP) 6 TINGKAT MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK

STUDI DINAMIKA ROTOR POMPA PENGISI AIR KETEL (BFWP) 6 TINGKAT MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK STUDI DINAMIKA ROTOR POMPA PENGISI AIR KETEL (BFWP) 6 TINGKAT MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK Fatkur Rachmanu Program Studi Teknik Mesin Politeknik Enjinering Indorama Email: fatkur.rachman@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Analisis Penurunan Efisiensi Motor Listrik Akibat Cacat Pada Bantalan A. Widodo 1, a *, N. Sinaga 2,b dan M. Muchlis 3,c

Analisis Penurunan Efisiensi Motor Listrik Akibat Cacat Pada Bantalan A. Widodo 1, a *, N. Sinaga 2,b dan M. Muchlis 3,c Analisis Penurunan Efisiensi Motor Listrik Akibat Cacat Pada Bantalan A. Widodo 1, a *, N. Sinaga 2,b dan M. Muchlis 3,c 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH., Tembalang,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA 3.1 Alat Uji Kerusakan Bantalan Pada penelitian tugas akhir ini, alat uji yang digunakan adalah alat uji test rig yang digerakkan menggunakan sebuah motor dan

Lebih terperinci

SHAFT ALIGNMENT. Definisi shaft alignment?

SHAFT ALIGNMENT. Definisi shaft alignment? ALIGNMENT POROS SHAFT ALIGNMENT Definisi shaft alignment? Adjustment posisi relatif dari dua poros, ex. motor (driver & pompa (driven). Pengaturan posisi center pada kondisi operasi normal. EFEK MISALIGNMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berputar dengan putaran tertentu (Zhou and Shi, 2001). Salah satunya adalah pompa

BAB I PENDAHULUAN. yang berputar dengan putaran tertentu (Zhou and Shi, 2001). Salah satunya adalah pompa BAB I PENDAHULUAN 1.2 LatarBelakang Mesin-mesin rotasi seperti turbin, kompresor, pompa, dan fan banyak digunakan di dunia industri. Mesin-mesin rotasi tersebut pada umumnya terdiri dari poros yang berputar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Misalignment Misalignment adalah ketidaklurusan antara kedua pulley. Misalignment terjadi karena adanya pergeseran atau penyimpangan salah satu bagian mesin dari garis pusatnya.

Lebih terperinci

PENGARUH ANGULAR DAN PARALLEL MISALIGNMENT TERHADAP KONSUMSI ENERGI PADA MOTOR LISTRIK

PENGARUH ANGULAR DAN PARALLEL MISALIGNMENT TERHADAP KONSUMSI ENERGI PADA MOTOR LISTRIK PENGARUH ANGULAR DAN PARALLEL MISALIGNMENT TERHADAP KONSUMSI ENERGI PADA MOTOR LISTRIK Satworo Adiwidodo JurusanTeknik Mesin, Politeknik Negeri Malang satworo.adiwidodo@polinema.ac.id, Abstrak Misalignment

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Getaran (Vibrasi).. Pengertian Getaran (vibrasi) Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan.

Lebih terperinci