DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK PADA SEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN DI KOTA BOGOR TERHADAP OUTPUT, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA NOVIANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK PADA SEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN DI KOTA BOGOR TERHADAP OUTPUT, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA NOVIANTI"

Transkripsi

1 DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK PADA SEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN DI KOTA BOGOR TERHADAP OUTPUT, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA NOVIANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk pada Sektor Tanaman Bahan Makanan di Kota Bogor terhadap Output, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Novianti H

3 RINGKASAN NOVIANTI. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk pada Sektor Tanaman Bahan Makanan di Kota Bogor terhadap Output, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja (dibimbing oleh ADI HADIANTO) Sektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Kota Bogor karena menyangkut hajat hidup sebagian masyarakat yang secara langsung dan tidak langsung bergantung pada sektor tersebut. Oleh karena itu, diperlukannya intervensi kebijakan pemerintah, diantaranya melalui pemberian subsidi pupuk pada sektor tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis peran sektor tanaman bahan makanan terhadap perekonomian Kota Bogor dan (2) menganalisis dampak kebijakan subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan di Kota Bogor terhadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis input-output dengan menggunakan basis data Tabel Input-Output (I-O) Kota Bogor tahun 2008 yang diagregasi ke dalam 12 sektor perekonomian. Hasil analisis menunjukkan bahwa kontribusi sektor tanaman bahan makanan terhadap pembentukan nilai tambah bruto (NTB) wilayah relatif rendah yaitu sekitar 0.42 persen dibandingkan sektor lainnya seperti industri pengolahan dan jasa yang mencapai 16 persen dari total NTB wilayah. Namun demikian dari sisi pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, dan permintaan total relatif cukup besar yaitu masing-masing sekitar 0.19 persen, 3.24 persen, dan 1.91 persen dari total permintaan wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tanaman bahan makanan memiliki peran dalam pembentukan struktur permintaan sektor lain meski nilai tambah tersebut relatif kecil. Output sektor tanaman bahan makanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lain. Produk dari sektor ini banyak digunakan oleh sektor lain sebagai input, dan sebaliknya sektor ini juga memerlukan input dari sektor lain untuk menghasilkan output. Hasil perhitungan diperoleh bahwa koefisisen penyebaran (backward lingkage) sektor tanaman bahan makanan sebesar 1.16 (>1) yang mengindikasikan bahwa sektor tanaman bahan makanan mampu mendorong pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan nilai kepekaan penyebaran (forward lingkages) sektor tanaman bahan makanan adalah sebesar 0.16 (< 1) yang menunjukkan bahwa sektor tanaman bahan makanan kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Nilai koefisien penyebaran lebih besar daripada nilai kepekaan penyebaran yang menjelaskan bahwa sektor ini lebih banyak dikonsumsi secara langsung daripada dipasarkan atau diolah menjadi produk lain. Sektor tanaman bahan makanan juga memiliki multiplier output (2.06), tenaga kerja (2.02) dan pendapatan (5.64) yang lebih besar dari 1 (> 1). Hal ini menjelaskan bahwa apabila terjadi kenaikan pada permintaan akhir sebesar satu juta rupiah pada sektor tanaman bahan makanan, maka akan meningkatkan output wilayah sebesar 2.06 juta, pendapatan sebesar 5.64 juta dan tenaga kerja sebesar 2.02 atau sekitar dua orang. Selanjutnya hasil simulasi menunjukkan bahwa jika kebijakan subsidi pupuk dilakukan pada sektor tanaman bahan makanan, maka akan memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian wilayah baik terhadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Jika pemerintah daerah

4 memberikan subsidi pupuk disektor tersebut sebesar Rp 772 juta maka output sektor tanaman bahan makanan meningkat sebesar juta, pendapatan rumah tangga pada sektor tanaman bahan makanan menjadi sebesar Rp juta dan mampu menciptakan lapangan kerja baru sebanyak 135 orang. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pemberian subsidi pupuk memberikan dampak positif bagi perekonomian wilayah Kota Bogor, meskipun dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala terutama terkait dengan masalah penggunaan dan distribusi. Berdasarkan hasil uraian diatas, maka saran dalam penelitian ini antara lain (1) tetap melanjutkan kebijakan pemberian subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian wilayah, terutama pembentukan output, meningkatkan pendapatan rumah tangga, dan menciptakan lapangan kerja (2) agar dampak dari kebijakan subsidi pupuk dirasakan lebih efektif, maka permasalahan mengenai penggunaan dan distribusi harus diatasi dengan cara pemberian penyuluhan secara intensif mengenai penggunaan pupuk yang sesuai dengan dosis dan penegakan hukum untuk setiap penyalahgunaan distribusi pupuk. Kata Kunci : Subsidi Pupuk, Analisis Input-Output, Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja

5 DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK PADA SEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN DI KOTA BOGOR TERHADAP OUTPUT, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA NOVIANTI H Skripsi Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

6 Judul Skripsi : Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk pada Sektor Tanaman Bahan Makanan di Kota Bogor terhadap Output, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja Nama : Novianti NIM : H Disetujui Pembimbing Adi Hadianto, SP, M.Si NIP Diketahui Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Kelulusan :

7 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya dan juga kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Dampak Subsidi Pupuk pada Sektor Tanaman Bahan Makanan terhadap Output, Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam penyelesaian studi Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Sekolah Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, saran, motivasi serta memberikan waktu luang dalam penulisan skripsi ini. 2. Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama dan Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan saran serta masukan bagi penulis. 3. Wulandari, Muhammad Ridwan, Muhammad Ikhsan, Norman Saputra, dan Septian Handika sebagai kakak dan adik yang memberikan dukungan serta saran atas penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak/Ibu staf Dinas Pertanian Kota Bogor, Bappeda Kota Bogor, Badan Pusat Statistik, PT. Pupuk Kujang, yang telah memberikan kemudahan data untuk keperluan penulisan skripsi ini dan waktu luang atas diskusi yang diberikan. 5. Rekan-rekan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, khususnya untuk sahabat-sahabat terbaik Yuliana Ermawan, Eva Liana Sari, Dea Amanda, dan Fauziah Azzahro. 6. Rekan-rekan bimbingan skripsi yang telah membantu dalam suka maupun duka selama penyelesaian skripsi ini : Mafia Sartika Dewi, Adelina Anjani, Rani Sumarni, Septiana Ully, Anissa Saras Waty, dan Latifah Hanum dan seluruh staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terimakasih atas kerjasama dan dukungannya selama ini.

8 7. Paguyuban Karya Salemba Empat dan Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA) yang telah memberikan banyak dukungan secara finansial dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat luas khususnya kalangan perguruan tingi sebagai referensi dalam melakukan penelitian sejenis. Bogor, Juli 2012 Novianti

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 03 November 1990 dari pasangan Sri Mulyadi dan Maryanah yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Guntur 04 Pagi, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 57 Jakarta, dan penulis diterima di SMA Negeri 79 Jakarta pada tahun 2006 dan lulus tahun 2008 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) sehingga menjadi mahasiswa Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Selama Program Studi penulis aktif pada berbagai organisasi antara lain aktif di BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen, dan menjadi Ketua UKM Taekwondo IPB selama dua tahun berturut-turut. Penulis mendapatkan beberapa beasiswa selama program studi, diantaranya : Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), Beasiswa dari Paguyuban Karya Salemba Empat IPB, dan Beasiswa Indofood.

10 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1.1. Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kota Bogor Tahun Prediksi Kebutuhan Konsumsi Tanaman Bahan Makanan Penduduk Jenis Pupuk, Target, Realisasi, dan Capaian Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Kota Bogor Tahun Kerangka Dasar Tabel Input-Output Jenis dan Sumber Data Penelitian Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Bogor Tahun Penggunaan Lahan Pertanian Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun Penggunaan Lahan Bukan Sawah Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor Struktur Nilai Tambah Bruto Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor Rasio Upah dan Gaji Terhadap Surplus Usaha di Kota Bogor Tahun Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Antar Sektor di Kota Bogor Tahun Multiplier Output Multiplier Pendapatan Multiplier Tenaga Kerja Rekap HPP Pupuk Urea Subsidi Tahun Pupuk Urea Bersubsidi di Kota Bogor Tahun Dampak Subsidi Pupuk pada Output Tanaman Bahan Makanan Dampak Subsidi Pupuk pada Pendapatan Sektor Tanaman Bahan Makanan Dampak Subsidi Pupuk pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Tanaman Bahan Makanan... 71

11 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1. Permintaan dan Penawaran dari Bahan Tanaman Bahan Makanan Pokok Mekanisme Pembentukan Harga Pupuk Setelah Adanya Kebijakan Subsidi Kuadran Matriks Tabel Input-Output Alur Kerangka Pemikiran Operasional Peta Kota Bogor Diagram Pupuk Urea Bersubsidi di Kota Bogor... 64

12 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Sektor Tabel Input-Output Kota Bogor 28 Sektor Tahun Sektor Tabel Input-Output Kota Bogor 12 Sektor Tahun Tabel Input-Output Kota Bogor 28 Sektor Tahun Tabel Input-Output Kota Bogor Klasifikasi 12 Sektor Matriks Koefisien Input Matriks Kebalikan Leontief Terbuka Multiplier Output Multiplier Pendapatan Multiplier Tenaga Kerja... 92

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di Indonesia. Penggunaan lahan sawah untuk tanaman bahan makanan di Jawa Barat menempati urutan kedua setelah Jawa Timur yaitu seluas 1.12 juta ha (BPS, 1999). Namun sebagian besar di wilayah Jawa Barat memiliki lahan pertanian yang telah banyak dikonversi untuk sektor lain seperti industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain sehingga daerah-daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan tanaman bahan makanan harus disuplai dari daerah lain. Kota Bogor merupakan salah satu daerah yang dalam menyediakan tanaman bahan makanan harus disuplai oleh luar wilayah. Ketersediaan tanaman bahan makanan yang dibutuhkan penduduk Kota Bogor sebagian besar tidak dapat dipenuhi oleh produksi sendiri, melainkan disuplai oleh luar wilayah seperti Kabupaten Bogor. Kota Bogor bukan merupakan daerah pertanian tetapi masalah pertanian masih sangat diupayakan dalam jajaran Pemerintah Daerah Kota Bogor melalui Dinas Agribisnis karena masih ada lahan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Sektor pertanian di Kota Bogor bukan merupakan sektor ekonomi yang dominan, tetapi penggunaan lahan baik sawah maupun bukan sawah masih tetap mendapat perhatian utama pemerintah daerah Kota Bogor. Pada tahun 2010 terdapat 793 ha lahan sawah dan ha lahan bukan sawah di Kota Bogor. Selain padi dan palawija, tanaman holtikultura merupakan andalan sektor pertanian di Kota Bogor. Selain pertanian tanaman bahan makanan, sektor 1

14 peternakan dan perikanan juga masih cukup berkembang di Kota Bogor (BPS Kota Bogor, 2011). Namun Sektor pertanian merupakan sektor penting yang menyediakan kebutuhan pokok untuk tanaman bahan makanan penduduk dan sektor pertanian merupakan sektor primer yang berkontribusi nyata terhadap PDRB di Kota Bogor. Berikut ini merupakan struktur ekonomi Kota Bogor menurut kelompok sektor atas dasar harga berlaku dan harga konstan tahun Tabel 1.1. Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kota Bogor Tahun Kode Sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2009*) 2010**) 2009*) 2010**) A. PRIMER Pertanian Pertambangan & 2 Penggalian B. SEKUNDER Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air 4 Bersih Bangunan C. TERSIER Perdagangan, Angkutan dan 7 Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa *)Angka Perbaikan **)Angka Sementara Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor (2010) Peran sektor pertanian sangat luas dan mencakup beberapa indikator. Indikator peran sektor pertanian antara lain: 1. pertanian sebagai penyerap tenaga kerja yang cukup besar, 2. pertanian merupakan penghasil makanan pokok penduduk, 3. komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga. Harga produkproduk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen 2

15 sehingga dinamika sangat berpengaruh terhadap inflasi, 4. akselerasi pembangunan pertanian sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor, 5. komoditas pertanian merupakan bahan industri manufaktur pertanian. Sektor pertanian adalah prasyarat bagi adanya sektor industri manufaktur pertanian berlanjut, 6. pertanian memiliki keterkaitan sektoral yang tinggi. Keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor lain dapat dilihat dari aspek keterkaitan produksi, keterkaitan konsumsi, keterkaitan investasi, dan keterkaitan fiskal. (Setiawan, 2010) Produksi tanaman bahan makanan di Kota Bogor yang berasal dari seluruh kecamatan yang ada pada tahun 2004 yaitu tanaman padi sawah sebanyak ton, jagung ton, kacang tanah 59 ton, ubi kayu ton, ubi jalar ton, total produksi sayuran ton dengan hasil terbanyak diperoleh dari produksi ketimun sebesar ton dan terung sebesar ton, total produksi buah-buahan ton sebagian besar yang disumbang oleh produksi pepaya ton dan rambutan sebesar ton. Produksi beras berasal dari padi sawah. Selama periode tahun 2002 sampai 2005 produksi padi mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 produksi padi sebesar ton, tahun 2003 menjadi ton, tahun 2004 sebesar ton dan pada tahun 2005 menjadi ton. Peningkatan produksi ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman bahan makanan yang semakin bertambah. Berikut ini merupakan tabel prediksi kebutuhan konsumsi tanaman bahan makanan penduduk Kota Bogor. 3

16 Tabel 1.2. Prediksi Kebutuhan Konsumsi Tanaman Bahan Makanan Penduduk Jenis Bahan Makanan Konsumsi Tabaman (kg/kap/th) Kebutuhan Masyarakat (ton) Pemenuhan Produksi Lokal (ton) Suplai Luar Daerah (ton) Beras Jagung Umbi-umbian Kacang-kacangan Sayuran Buah-buahan Daging Telur Susu Ikan Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor (2004) Sektor pertanian membutuhkan dukungan dari berbagai pihak karena disamping pertanian sangat terkait dengan masalah fenomena perubahan iklim, bencana banjir, dan kekeringan terdapat fakta bahwa sebagian besar petani kita memiliki luasan lahan yang sempit, yaitu berkisar antara 0.5 ha-1 ha yang bisa disebut gurem dan terdapat sekitar 55 persen dari total petani yang ada di Indonesia. Produksi tanaman bahan makanan umumnya dihasilkan oleh petani gurem yang menggarap lahan yang relatif sempit dengan kemampuan dan keterampilan yang masih sangat terbatas serta kondisi perekonomian yang pada umumnya lemah. Hal ini menyebabkan perlunya perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian. Petani dalam memproduksi lahan pertaniannya memerlukan input-input produksi dari mulai penanaman hingga pemanenan. Input produksi yang dibutuhkan seperti bibit atau benih, tenaga kerja, modal, peralatan tanam, peralatan bajak seperti traktor dan peralatan panen seperti rice milling unit (unit penggilingan padi) dan juga pupuk yang sangat bermanfaat untuk tanaman pertanian. 4

17 Pupuk merupakan input yang penting dalam pertanian serta memiliki pengaruh nyata pada produksi dan produktifitas komoditas tanaman bahan makanan terutama komoditas padi. Pupuk yang digunakan dalam pertanian terdapat dua macam, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik, kedua jenis pupuk ini masih digunakan oleh petani. Pupuk organik menjadi andalan petani karena selain harganya sangat terjangkau dan manfaatnya lebih dirasakan daripada pupuk industri atau pupuk anorganik tapi pupuk anorganik merupakan sarana produksi yang sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan oleh petani kita. Walaupun pemerintah telah gencar mengadakan sosialisasi tentang substitusi pupuk anorganik dengan pupuk organik, kenyataannya peran pupuk anorganik masih belum tergantikan oleh pupuk organik. Perhatian pemerintah terhadap pupuk ini dapat diaplikasikan melalui pemberian subsidi pupuk baik pupuk organik maupun anorganik. Subsidi pupuk merupakan kebijakan pemerintah yang kebanyakan disorot oleh berbagai pihak, baik dari pihak petani, pemerintah itu sendiri, maupun pihakpihak yang berusaha mengambil keuntungan dari pemberian subsidi pupuk bahkan terdapat banyak pihak yang menyelewengkan atau menyalahgunakan subsidi pupuk dan pada akhirnya subsidi pupuk tersebut banyak yang tidak dinikmati oleh petani serta terdapatnya masalah penggunaan pupuk yang tidak rasional, menurut penelitian bahwa secara agronomis dibutuhkan sekitar kg/ha, namun dewasa ini penggunaan pupuk melebihi batas toleransi tersebut, yaitu kg/ha yang mengakibatkan penurunan tingkat kesuburan tanah dan menimbulkan masalah pada lingkungan hidup. 5

18 Pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus sangat berhati-hati terhadap semua kebijakan yang akan diterapkan. Kebijakan subsidi pupuk memiliki pro dan kontra dari berbagai pihak. Disatu sisi pemberian subsidi pupuk menimbulkan banyak masalah jika penggunaan, pendistribusian, dan penerapannya tidak dilakukan secara benar dan tepat sasaran tapi tidak dapat dipungkiri bahwa petani kita sangat membutuhkan subsidi dalam bidang pertanian terutama subsidi pupuk. Subsidi pupuk ini merupakan penolong bagi petani dalam memproduksi hasil pertanian mereka dan pemberian subsidi pupuk dapat meningkatkan kesejahteraaan petani yang dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja petani di Kota Bogor. Terjadinya peningkatan maupun pengurangan subsidi dapat mempengaruhi jumlah output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian merupakan sektor primer sehingga menyebabkan banyaknya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian, semakin banyaknya perhatian pemerintah melalui subsidi pupuk dibidang tanaman bahan makanan juga akan menyebabkan pendapatan masyarakat pada sektor tanaman bahan makanan juga meningkat karena output tanaman bahan makanan juga akan meningkat seiring dengan murahnya harga input-input produksi termasuk pupuk dan memudahkan petani untuk mencapai penyediaan input tersebut tapi sebaliknya jika terjadi pengurangan subsidi pupuk. Subsidi pupuk yang selama ini diberikan masih dirasakan kurang di Kota Bogor karena terkadang jumlah yang diberikan pemerintah tidak sama dengan jumlah yang diterima petani, hal ini menimbulkan masalah yang cukup besar dalam hal penyaluran pupuk bersubsidi. Berikut ini 6

19 merupakan jenis pupuk, target, realisasi dan capaian pupuk bersubsidi di Kota Bogor Tahun Tabel 1.3. Jenis Pupuk, Target, Realisasi, dan Capaian Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Kota Bogor Tahun 2010 No Jenis Pupuk Target (Ton) Realisasi (Ton) Capaian (persen) 1 Urea Superphose/SP NPK Phonska NPK Kujang ZA Organik Jumlah Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor (2010) Penelitian ini merupakan penelitian data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti Pemerintah Kota Bogor, Bappeda Kota Bogor, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian serta sumber-sumber lain yang terkait. Penelitian ini penting dilakukan karena dampak dari kebijakan subsidi pupuk di Kota Bogor mempengaruhi sektor tanaman bahan makanan terutama dalam hal output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja pada sektor tanaman bahan makanan. Penelitian ini pada akhirnya berusaha merumuskan kebijakan subsidi pupuk yang terbaik oleh pemerintah daerah Kota Bogor disamping banyaknya permasalahan yang menyangkut subsidi pupuk, kebijakan yang baik serta tepat sasaran dengan tujuan menyejahterakan petani di Kota Bogor Perumusan Masalah Kota Bogor merupakan daerah yang memiliki kebutuhan akan tanaman bahan makanan yang besar namun tidak dapat menyediakan atau memproduksi sendiri melainkan mengandalkan daerah lain dalam penyediaannya. Sektor tanaman bahan makanan di Kota Bogor memerlukan banyak perhatian serta 7

20 dukungan agar produksi tanaman bahan makanan dapat meningkat dan pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan tanaman bahan makanan di daerahnya sendiri dan mengurangi suplai dari daerah lain. Dukungan dan perhatian yang diperlukan berasal dari pemerintah karena disamping masalah perubahan cuaca, bencana alam dan kekeringan, sektor tanaman bahan makanan merupakan sektor yang cukup banyak menyerap tenaga kerja di Kota Bogor dan berpengaruh terhadap perekonomian Kota Bogor. Sektor tanaman bahan makanan membutuhkan banyak input-input produksi yang terkadang menjadi hambatan petani untuk meningkatkan produksinya. Pupuk merupakan salah satu input penting dalam sektor tanaman bahan makanan terutama pertanian. Perhatian pemerintah terhadap petani yang terkait dengan pemberian pupuk adalah subsidi pupuk untuk tanaman bahan makanan. Subsidi pupuk yang diberikan selama ini oleh pemerintah Kota Bogor dapat mempengaruhi output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian. Kebijakan subsidi pupuk yang diberikan pemerintah dapat bertambah maupun berkurang. Peningkatan subsidi pupuk ini dapat berpengaruh positif bagi petani karena akan menyebabkan harga eceran pupuk menurun dan mempermudah petani dalam penyediaan input dalam produksi. Sedangkan pengurangan subsidi pupuk ini menyebabkan harga eceran pupuk meningkat. Perubahan harga pupuk akan mempengaruhi struktur biaya usaha tani padi dan permintaan pupuk menurun, hal ini akan berpengaruh pula pada output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian. Perlunya perhatian pemerintah untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang tepat tanpa 8

21 harus menyebabkan kesejahteraan petani kita menurun dan kebijakan tersebut dapat menyelesaikan masalah penyalahgunaan subsidi pupuk oleh beberapa pihak agar subsidi pupuk yang diberikan dapat diterima seluruhnya oleh petani. Penelitian ini penting dilakukan karena untuk mengetahui bagaimana dampak dari subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan di Kota Bogor terhadap output tanaman bahan makanan itu sendiri, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peran sektor tanaman bahan makanan terhadap perekonomian di Kota Bogor? 2. Bagaimana dampak kebijakan subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan di Kota Bogor terhadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dicapai yaitu : 1. Menganalisis peran sektor tanaman bahan makanan terhadap perekonomian di Kota Bogor. 2. Menganalisis dampak kebijakan subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan di Kota Bogor terhadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan memiliki batasan-batasan, yaitu: 1. Data yang digunakan yaitu data sekunder tanpa adanya turun lapang langsung ke petani. Sumber data diperoleh dari Dinas Pertanian Kota 9

22 Bogor, Bappeda Kota Bogor, Badan Pusat Statistik, serta sumber-sumber lain yang terkait. 2. Penelitian ini menganalisis bagaimana peran sektor tanaman bahan makanan terhadap perekonomian Kota Bogor dari tahun Penelitian ini menganalisis dampak kebijakan subsidi pupuk baik peningkatan maupun pengurangan subsidi pupuk di Kota Bogor terhadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja pada sektor tanaman bahan makanan. 4. Penelitian ini hanya menganalisis dampak kebijakan subsidi pupuk di Kota Bogor dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dan hanya pada tanaman bahan makanan. 5. Penelitian ini hanya menganalisis jenis pupuk urea bersubsidi karena dibanding dengan jenis pupuk yang lain pupuk urea memiliki dominasi yang cukup besar dalam subsidi pupuk di Kota Bogor atau dapat dikatakan bahwa pupuk bersubsidi adalah pupuk urea yang paling sering dan banyak digunakan oleh petani. 6. Aspek yang dilihat dalam penelitian ini ada empat, diantaranya: 1) Output pada sektor tanaman bahan makanan. Setelah adanya kebijakan subsidi pupuk baik terjadinya peningkatan, pengurangan maupun tetap dari subsidi tersebut, apakah output pada sektor tanaman bahan makanan juga mengalami peningkatan, pengurangan atau tetap dan seberapa besar persentase perubahannya tiap tahun dari tahun 2008 sampai tahun

23 2) Pendapatan pada sektor tanaman bahan makanan. Setelah adanya kebijakan subsidi pupuk baik terjadinya peningkatan, pengurangan maupun tetap dari subsidi tersebut, apakah pendapatan pada sektor tanaman bahan makanan juga mengalami peningkatan, pengurangan, atau tetap dan seberapa besar persentase perubahannya tiap tahun dari tahun 2008 sampai tahun ) Penyerapan tenaga kerja pada sektor tanaman bahan makanan. Setelah adanya kebijakan subsidi pupuk baik terjadinya peningkatan, pengurangan maupun tetap dari subsidi tersebut, apakah penyerapan tenaga kerja pada sektor tanaman bahan makanan juga mengalami peningkatan, pengurangan atau tetap dan seberapa besar persentase perubahannya tiap tahun dari tahun 2008 sampai tahun ) Kebijakan pemerintah yang paling tepat dalam menyelesaikan masalah kebijakan subsidi pupuk yang terjadi di Kota Bogor tanpa mengurangi kesejahteraan petani dan dapat meningkatan output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja pada sektor tanaman bahan makanan serta menghindari rent seeking behaviour oleh beberapa pihak. 7. Penelitian ini menggunakan model Input-Output dan model tersebut memiliki beberapa keterbatasan. Menurut West (1993) dalam Hadianto (2010), transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel I-O didasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut : 11

24 1) Asumsi keseragaman (Homogenitas) Artinya tiap sektor dalam perekonomian memproduksi satu output tunggal dengan struktur input tunggal. 2) Asumsi kesebandingan (Proporsionalitas) Artinya dalam proses produksi, hubungan antara input dan output merupakan fungsi linier yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik (atau turun) sebanding dengan kenaikan (atau penurunan) output tersebut. 3) Asumsi penjumlahan (Addivitas), asumsi ini menjelaskan bahwa dampak total pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti diluar sistem Input- Output semua pengaruh dari luar diabaikan. Sebagai sebuah model analisis kuantitatif, adanya asumsi-asumsi tersebut menandakan adanya keterbatasan model Input-Output itu sendiri. Asumsi keseragaman menganggap setiap sektor memiliki struktur input tunggal, maka asumsi ini tidak mempertimbangkan adanya kemungkinan setiap sektor produksi untuk melakukan substitusi input, misalnya karena faktor harga yang lebih murah. Setiap sektor hanya memproduksi suatu output tunggal, maka setiap sektor tidak mungkin melakukan variasi produk. Asumsi kesebandingan menganggap rasio input-output tetap dan konstan sepanjang periode analisis, dengan demikian produsen tidak dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses produksinya. Asumsi ini tidak mempertimbangkan adanya kemajuan teknologi atau produktivitas. Selanjutnya asumsi penjumlahan menganggap proses produksi hanya dipengaruhi faktor dalam sistem input-output. 12

25 Asumsi ini tidak mempertimbangkan faktor luar yang sebenarnya berpengaruh terhadap proses produksi Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1) Masyarakat Kota Bogor dapat mengetahui peran sektor tanaman bahan makanan terhadap perekonomian Kota Bogor dan dampak kebijakan subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan terhadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. 2) Petani dalam menggunakan subsidi pupuk secara hemat dan tidak ada pemborosan penggunaan pupuk melebihi kapasitas yang dianjurkan yang dapat merusak kesuburan tanah serta pencemaran lingkungan hidup. 3) Pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang tepat dalam hal subsidi pupuk untuk meningkatkan output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja pada sektor tanaman bahan makanan di Kota Bogor serta menegaskan kebijakan-kebijakan dalam mengatasi masalah subsidi pupuk yang terjadi di Kota Bogor. 4) Banyak pihak terkait serta akademisi mengembangkan pemahaman serta teknologi mengenai pupuk, alternatif pembuatan pupuk dari sumberdaya lokal dengan tujuan memudahkan petani dalam penyediaan pupuk yang merupakan salah satu solusi dalam mengatasi penurunan subsidi pupuk. 13

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung suatu kegiatan usaha atau perorangan oleh pemerintah. Subsidi dapat bersifat langsung (dalam bentuk uang tunai, pinjaman bebas bunga dan sebagainya), atau tidak langsung (pembebasan penyusutan, potongan sewa dan semacamnya). Subsidi dapat bertujuan untuk: 1) subsidi produksi, dimana pemerintah menutup sebagian biaya produksi untuk mendorong peningkatan output produk tertentu dan dimaksudkan untuk menekan harga dan memperluas penggunaan produk tersebut, 2) subsidi ekspor, yang diberikan pada produk ekspor yang dianggap dapat membantu neraca perdagangan negara, 3) subsidi pekerjaan, yang diberikan untuk membayar sebagian dari beban upah perusahaan agar dapat diserap lebih banyak pekerja dan mengurangi pengangguran, dan 4) subsidi pendapatan, yang diberikan melalui sistem pembayaran transfer pemerintah untuk meningkatkan standar hidup minimum sebagian kelompok tertentu seperti tunjangan hari tua dan lainnya. Dari uraian diatas, yang dimaksud dengan subsidi harga pupuk dalam penelitian ini adalah subsidi produksi yang diberikan oleh pemerintah untuk menanggung sebagian biaya produksi pupuk agar bisa dicapai harga jual yang diinginkan. a) Teori Dasar Subsidi Input Pembangunan pertanian yang diarahkan untuk mewujudkan pertanian yang tangguh dan efisien memerlukan kebijakan yang berkaitan langsung dengan 14

27 pertumbuhan, stabilitas, dan pemerataan pembangunan ekonomi. Salah satu cara untuk menciptakan pertanian yang tangguh adalah melalui peningkatan produksi pertanian yang berkelanjutan. Upaya yang ditempuh untuk meningkatkan produksi pertanian adalah antara lain dengan mendorong petani untuk menerapkan teknologi usaha tani, yaitu berupa penggunaan pupuk sebagai salah satu input produksi. Dalam rangka mencapai tujuan ini, pemerintah selalu berupaya mendorong petani untuk memanfaatkan pupuk secara tepat waktu dan tepat dosis. Konsekuensinya adalah pemerintah juga harus berupaya meningkatkan produksi pupuk, sehingga tercapainya pasokan yang cukup dan juga dengan harga yang dapat dijangkau oleh petani. (Manaf, 2000). Sebagai tanaman bahan makanan pokok (padi dan palawija) umumnya mempunyai kurva permintaan yang inelastis, sehingga perubahan produksi akan sangat berpengaruh pada perubahan harga tanaman bahan makanan tersebut. Gambar 2.1 memperlihatkan keadaan permintaan dan penawaran dari tanaman bahan makanan pokok pada umumnya. Jika terjadi peningkatan produksi yang didorong dengan penggunaan pupuk, hal ini akan mendorong kurva penawaran ke kanan sehingga produksi akan meningkat dari Q E1 ke Q E2 dan menekan harga dari P E1 ke P E2. Disisi lain, penurunan harga dari tanaman bahan makanan pokok tersebut tidak akan banyak meningkatkan permintaan karena kurvanya inelastis, sehingga secara umum terjadi penurunan pendapatan bagi petani. Hal ini sering kali juga membuat petani enggan untuk menanam padi kembali. 15

28 Harga P S 1 S 2 P E1 E 1 P E2 E 2 D 0 Q E1 Q E2 Kuantitas Q Sumber : Manaf (2000) Gambar 2.1. Permintaan dan Penawaran dari Tanaman Bahan Makanan Pokok b) Teori Kebijakan Pemerintah dalam Perpupukan Kebijakan pemerintah dalam perpupukan yaitu mengenai kebijakan harga eceran tertinggi. Menurut Manaf (2000), kebijakan ini dilatarbelakangi oleh fungsi pupuk sebagai kebutuhan yang esensial dalam meningkatkan produksi pertanian terutama tanaman bahan makanan. Oleh karena itu pemerintah merasa perlu menetapkan harga eceran tertinggi pupuk untuk melindungi petani sebagai konsumen pupuk. Dalam penetapan harga tersebut, pemerintah mempertimbangkan agar harga pupuk tetap berada dalam kisaran kemampuan petani untuk membeli pupuk dalam dosis yang optimal. Mekanisme pembentukan harga pupuk setelah adanya kebijakan subsidi diperlihatkan oleh gambar berikut ini. 16

29 Harga (P) S P E E harga tertinggi P S C 0 Q S Q E Q D Pupuk (Q) Sumber : Manaf, 2000 D Gambar 2.2. Mekanisme Pembentukan Harga Pupuk Setelah Adanya Kebijakan Subsidi Pada gambar 2.2, keseimbangan awal (sebelum ada kebijakan pemerintah mengenai harga eceran tertinggi) berada pada titik E dengan tingkat harga sebesar P E dan jumlah pupuk sebesar Q E. Saat pemerintah melakukan kebijakan dengan menetapkan harga tertinggi, maka harga yang efektif adalah bila ditetapkan sebesar P S, yaitu dibawah harga keseimbangan. Pada tingkat harga P S produsen hanya mau menawarkan sebesar Q S, sementara yang diminta konsumen adalah sebesar Q D, sehingga terjadi excess demand sebesar Q S Q D. Sementara itu titik C menunjukkan keadaan tingkat harga dan jumlah yang seharusnya terjadi dipasar. Campur tangan pemerintah tersebut mendorong peningkatan jumlah penawaran pupuk ke Q D pada tingkat harga sebesar P S dengan membiayainya melalui pemberian subsidi kepada produsen pupuk Tanaman Bahan Makanan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun Dikenal dua istilah penting tentang tanaman bahan makanan, yaitu sistem tanaman bahan 17

30 makanan dan ketahanan tanaman bahan makanan. Sistem tanaman bahan makanan diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan, dan/atau pengawasan terhadap kegiatan atau produksi tanaman bahan makanan dan peredaran tanaman bahan makanan sampai dengan siap konsumsi oleh manusia. Sementara itu, ketahanan tanaman bahan makanan diartikan sebagai kondisi terpenuhnya tanaman bahan makanan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya tanaman bahan makanan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ketergantungan pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan tanaman bahan makanan nasional. Selain harus dilakukan usaha peningkatan produksi padi, program diverifikasi tanaman bahan makanan dengan sumber karbohidrat lain merupakan tindakan yang sangat strategis. Oleh karena itu perlu mengenal jenis tanaman bahan makanan lainnya Pengertian Tanaman Bahan Makanan Tanaman bahan makanan diartikan sebagai segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Tanaman bahan makanan diperuntukan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan tambahan tanaman bahan makanan, bahan baku tanaman bahan makanan, dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau bagi pembuatan makanan atau minuman. Komoditas tanaman bahan makanan harus mengandung zat gizi yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Batasan untuk tanaman bahan makanan 18

31 adalah kelompok tanaman sumber karbohidrat dan protein. Namun, secara sempit, tanaman bahan makanan biasanya dibatasi pada kelompok tanaman yang berumur semusim. Batasan ini dimasa mendatang harus diperbaiki karena akan menyebabkan sumber karbohidrat menjadi terbatas. Tanaman bahan makanan sebaiknya memasukkan jenis tanaman yang dapat menjadi sumber karbohidrat tanpa dibatasi pada kelompok tanaman semusim Peluang Pasar Tanaman Bahan Makanan Kebutuhan terhadap tanaman bahan makanan akan selalu ada. Hal ini disebabkan setiap hari tanaman bahan makanan selalu dikonsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, ketersediaan tanaman bahan makanan harus tetap terjaga. Namun secara umum kebutuhan beberapa jenis tanaman bahan makanan masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga harus diimpor setiap tahunnya. Jagung, kedelai, kacang tanah, dan tepung tapioka masih harus diimpor dalam jumlah yang banyak. Bahkan, pada saat-saat terakhir ini beras juga harus diimpor meskipun dengan alasan untuk memenuhi stok nasional. Impor beras pada tahun 2002 sebanyak 1.79 juta ton, setahun kemudian turun menjadi 1.43 juta ton, dan 0.24 juta ton pada tahun 2004, lalu tinggal 0.17 juta ton pada tahun Akan tetapi pada tahun 2006, impor beras meningkat mencapai 0.11 juta ton untuk Januari 2006 dan 0.21 juta ton pada Oktober 2006 dan pada tahun 2007 beras akan diimpor sebanyak 1 juta ton. Dengan demikian, jelas sekali peluang pasar terhadap tanaman bahan makanan tidak akan pernah mati. 19

32 2.3. Keterkaitan Tanaman Bahan Makanan dan Pupuk Output Tanaman Bahan Makanan dan Pupuk Sudaryanto (2000) dalam Manaf (2000) memperlihatkan bahwa penurunan produksi tanaman bahan makanan di Indonesia selain disebabkan oleh kemarau panjang pada tahun , serta kebakaran hutan, juga oleh ketersediaan pupuk utama antara lain Urea, SP-36, dan KCL yang sangat terbatas, ditambah lagi dengan harganya yang melonjak persen dari harga eceran tertinggi di pasar. Namun menurut Wini (2000) dalam Manaf (2000), kenaikan harga input (antara lain pupuk) relatif tidak banyak berpengaruh dalam menurunkan permintaan input itu sendiri. Hal ini disebabkan karena elastisitas permintaan input terhadap harga sendiri adalah inelastis. Di lain pihak, pengaruh harga padi (output) mempunyai pengaruh yang positif terhadap penawaran output dan permintaan input akan lebih efektif melalui kebijakan harga output Pendapatan Sektor Tanaman Bahan Makanan dan Pupuk Untuk mendorong peningkatan pendapatan riil petani diperlukan peningkatan produksi dengan penekanan penggunaan teknologi pertanian seperti pupuk dan bibit unggul, pemerintah perlu memberikan insentif antara lain dengan harga yang murah. Oleh sebab itu, diperlukan subsidi harga agar dapat terjangkau dan mendorong petani menggunakannya. Kebijakan ini adalah salah satu kebijakan yang dianggap memberikan dampak distorsi paling rendah. Renade dan Herdt (1978) dalam Manaf (2000) pernah menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam menggunakan teknologi baru bagi pertanian padi dan penyediaan saprodinya memberikan dampak positif bagi peningkatan pendapatan 20

33 riil petani secara umum. Memang pada permulaan ekspansi produksi beras secara besar-besaran, semua sarana penunjang produksi diperkenalkan untuk menaikkan output perhektar. Selain subsidi harga pupuk dan pestisida, kebijakan perdagangan yang membatasi impor beras (dan tanaman bahan makanan pokok lainnya), juga pengenalan benih-benih unggulan dan bahkan peralatan pertanian yang modern telah dilakukan. Dan untuk beberapa tahun pertama, hal ini memang dapat meningkatkan output perhektar secara signifikan yang dapat langsung dinikmati oleh petani dan buruh tani Tenaga Kerja Sektor Tanaman Bahan Makanan dan Pupuk Tenaga kerja merupakan input yang penting dalam suatu sektor perekonomian, tenaga kerja dalam sektor pertanian yang sebagian besar adalah petani yang merupakan tenaga kerja yang bergantung pada hasil panennya. Hasil panen tanaman bahan makanan yang dihasilkan oleh petani dipengaruhi inputinput seperti benih, pupuk, alat-alat pertanian, dan faktor eksternal lainnya seperti cuaca dsb. Pupuk merupakan salah satu input yang berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan tanaman bahan makanan, jika ketersediaan pupuk pada sektor tanaman bahan makanan memenuhi maka akan memudahkan tenaga kerja pada sektor tersebut dalam meningkatkan produksi pertaniannya. Pemenuhan kebutuhan pupuk secara memadai akan berkorelasi positif dengan peningkatan produksi tanaman bahan makanan, dan semakin banyak produksi tanaman bahan makanan dari tahun ke tahun akan menyebabkan peningkatan tenaga kerja pada sektor tanaman bahan makanan karena semakin dibutuhkannya tenaga-tenaga dalam proses produksi tanaman bahan makanan baik pada proses di hulu maupun hilir. Subsidi pupuk yang diberikan pemerintah baik pemerintah pusat maupun 21

34 daerah harus mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja pada sektor tanaman bahan makanan, agar subsidi pupuk tersebut dapat digunakan secara efektif dan efisien di tingkat petani Model Input-Output Menurut Leontief (1986) dalam Mulyani (2007), analisis I-O merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Sistem ekonomi yang dimaksud dapat diterapkan berupa sistem suatu bangsa atau dunia. Kemudian ia juga memfokuskan perhatian terhadap terhadap hubungan antar sektor di dalam suatu wilayah, dan mendasarkan analisisnya terhadap keseimbangan. Kemudian, model I-O dapat dianggap sebagai suatu kemajuan penting di dalam pengembangan teori keseimbangan umum Konsep Dasar Model Input-Output Konsep dasar Model I-O Leontief didasarkan atas : 1) struktur perekonomian tersusun (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli, 2) output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal dan ekspor, 3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, 4) hubungan input-output bersifat linier, 5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu tahun, total input sama dengan total output, dan 6) suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu output, dan output tersebut dihasilkan oleh suatu teknologi. 22

35 Badan Pusat Statistik (BPS) mengembangkan Tabel Input-Output sebagai dasar pengembangan model Input-Output dengan tiga kuadran yaitu matriks input-output (kuadran I), matriks permintaan akhir (kuadran II) dan matriks input antara (kuadran III) seperti pada gambar. (Kuadran I) (Kuadran II) (Kuadran III) Sumber : Hadianto (2010) Gambar 2.3. Kuadran Matriks Tabel Input-Output Keterangan: Kuadran I : transaksi antar industri, output sektor i menjadi input sektor j. Kuadran II : transaksi antara konsumen akhir (rumah tangga, pemerintah, investor, dan ekspor) dengan industri penghasil barang dan jasa. Kuadran III : menggambarkan transaksi antara pihak-pihak pemilik faktor produksi (tenaga dan pemilik modal) dengan unit-unit ekonomi yang menggunakannya. Tabel 2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Sektor Penjual 1 Sektor Pembeli 2 N 1 2 Permintaan Akhir Total Output N Nilai Tambah Impor Total Input Sumber : Badan Pusat Statistik (2000) 23

36 Keterangan: 1) Permintaan akhir (F) terdiri dari konsumsi rumah tangga (C), konsumsi pemerintah (G), pembentukan modal/investasi (I), dan Ekspor (E). 2) X ij = besarnya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j. 3) v j adalah nilai tambah dan IMj adalah impor. 4) x i = Xj+fi adalah total input = total output. 5) Koefisien langsung, a ij = x ij /X j, X ij, x ij =a ij X j, matriks A = [a ij ]. 6) AX + F = X dengan melakukan transformasi maka diperoleh (I-A) -1 F = X. 7) (I-A) -1 adalah matriks kebalikan Leontief. Matriks kebalikan Leontief mengandung informasi penting tentang bagaimana kenaikan produksi dari suatu sektor (pertanian) akan mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Karena setiap sektor memiliki pola transaksi pembelian maupun penjualan dengan sektor lain yang berbeda-beda, maka dampak dari perubahan produksi dari suatu sektor terhadap total produksi sektorsektor lainnya juga berbeda-beda. Matriks kebalikan Leontief merangkum seluruh dampak dari perubahan produksi dari suatu sektor terhadap total produksi sektorsektor lainnya ke dalam koefisien-koefisien yang disebut sebagai multiplier ( ij ). Multiplier ini adalah angka-angka yang terlihat di dalam matriks (I-A) Koefisien Input Menurut Sahara dan D.S Priyarsono (1998) dalam Mulyani (2007), pada Tabel Input-Output koefisien input merupakan perbandingan antara output sektor i 24

37 yang digunakan dalam sektor j atau (Xij) dengan input total sektor j (Xij). Jika koefisien input dilambangkan dengan ij, maka: ij = ; untuk i dan j = 1,2,...,n. (2.1) dimana: ij = Koefisien Input Sesuai dengan perumusan koefisien di atas, maka dapat disusun matriks sebagai berikut: 11X X n X n +F 1 =X 1 11X X n X n +F 1 =X n1x 1 + n2 X nn X n +F n =X n (2.2) atau, + = (2.3) A X + F = X AX + F = X atau F = (I-A) X X = (I-A) -1 F (2.4) dimana: I F X : Matriks Identitas : Permintaan Akhir : Jumlah Output (I-A) : Matriks Leontief 25

38 (I-A) -1 : Matriks Kebalikan Leontief Matriks kebalikan merupakan alat yang sangat penting dalam melakukan analisis ekonomi karena saling berkaitan dengan tingkat permintaan akhir maupun tingkat produksi. Hasil dari analisis tersebut yaitu, 1) Keterkaitan langsung baik langsung ke depan maupun langsung ke belakang. 2) Pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja. 3) Koefisien dan kepekaan penyebaran Pertumbuhan Ekonomi Menurut Hess dan Ross (2000) dalam Hadianto (2010), pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode waktu tertentu yang direpresentasikan oleh peningkatan output perkapita. Lebih jauh menurut Mankiw (2000), dalam terminologi fungsi produksi pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan total output dalam proses produksi akibat peningkatan faktor produksi dan kemajuan teknologi pada periode waktu tertentu. Dornbush (1992) dalam Hadianto (2010) mengklasifikasikan pengukuran output suatu perekonomian melalui indikator PDB, dibagi dalam dua pendekatan yaitu pendekatan sisi penerimaaan (income side) dan pendekatan sisi pengeluaran (expenditure side). PDB dari sisi penerimaan merupakan nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Sementara PDB dari sisi pengeluaran terdiri dari konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah, pengeluaran investasi, dan ekspor bersih. 26

39 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap subsidi pupuk ini sudah sering dilakukan, penelitian ini biasanya meliputi perencanaan, peraturan harga eceran tertinggi, jumlah subsidi, sistem distribusi pupuk, dan dampak dari diterapkan subsidi pupuk tersebut. Penelitian Manaf (2000) yang berjudul Pengaruh Subsidi Harga Pupuk Terhadap Pendapatan Petani: Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi, menganalisis bagaimana pengaruh dari kebijakan subsidi pupuk yang ada di Indonesia terhadap pendapatan petani yang menyangkut aspek-aspek harga eceran tertinggi dari pupuk, permintaan dan penawaran pupuk, penyaluran subsidi pupuk, perkembangan subsidi pupuk, bahkan sampai pada kebijakan ekspor dan impor pupuk kemudian dari aspek-aspek tersebut dilihat pengaruhnya terhadap pendapatan petani yang ada di Indonesia, bagaimana pendapatan rumah tangga petani setelah adanya kebijakan subsidi pupuk. Penelitian ini menggunakan metode Sistem Neraca Sosial Ekonomi yaitu sebuah metode yang merangkum berbagai variabel sosial dan ekonomi secara kompak dan terintegrasi untuk memperlihatkan gambaran umum mengenai perekonomian suatu negara dan keterkaitan antar variabel sosial dan ekonomi pada suatu waktu tertentu. Penelitian Sudaryanto (2010) yang berjudul Dampak dan Perspektif Kebijakan Pupuk di Indonesia membahas mengenai pelaksanaan kebijakan subsidi pupuk telah diterapkan secara komprehensif mulai dari tahap perencanaan, pengaturan harga eceran tertinggi, jumlah subsidi dan sistem distribusi pupuk. Namun, dalam penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan tersebut belum mampu manjamin ketersediaan pupuk yang memadai di tingkat petani. Perencanaan jumlah kebutuhan pupuk tidak sepenuhnya akurat, dan membahas mengenai 27

40 ketidakoptimalan pengawasan dalam distribusi pupuk. Penelitian ini juga membahas mengenai perubahan mekanisme distribusi subsidi dari subsidi tidak langsung menjadi subsidi langsung kepada petani. Penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Peneliti ingin mengetahui dampak dari kebijakan subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan di Kota Bogor terhadap output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor karena Kota Bogor merupakan daerah yang telah banyak mengalami konversi lahan pada sektor tanaman bahan makanan menjadi sektor tersier dan primer. Sedangkan kebutuhan tanaman bahan makanan untuk konsumsi penduduk di Kota Bogor terus meningkat dan tidak dapat dipenuhi oleh Kota Bogor sendiri melainkan selalu disuplai oleh daerah lain. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan kepada kebijakan pemerintah pada sektor pertanian terutama tanaman bahan makanan dalam bentuk kebijakan subsidi input yaitu subsidi pupuk yang terjadi di Kota Bogor dan bagaimana dampaknya terhadap output tanaman bahan makanan, penyerapan tenaga kerja, serta pendapatan pada sektor tanaman bahan makanan. Dampak tersebut mencakup dampak dari peningkatan maupun pengurangan subsidi pupuk di Kota Bogor yang pada akhirnya merumuskan kebijakan harga subsidi pupuk dan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada penggunaan dan pendistribusian subsidi pupuk tersebut. 28

41 III. KERANGKA PEMIKIRAN OPERASIONAL Kota Bogor merupakan suatu daerah di Jawa Barat yang telah mengalami konversi lahan, yakni dari sektor pertanian menjadi sektor lain seperti industri, perdagangan, hotel, dsb. Hal ini menyebabkan pemenuhan kebutuhan tanaman bahan makanan penduduk Kota Bogor tidak dapat dari dalam daerah melainkan harus disuplai dari daerah lain seperti Kabupaten Bogor bahkan banyak komoditas yang disuplai dari luar daerah seperti Cianjur, Sukabumi, dan Bandung. Pergeseran sektor ini menyebabkan kerawanan tanaman bahan makanan bagi penduduk Kota Bogor. Sektor pertanian terutama tanaman bahan makanan merupakan sektor yang penting dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Walaupun Kota Bogor bukan merupakan daerah pertanian tetapi masalah pertanian masih sangat diupayakan dalam jajaran Pemerintah Daerah Kota Bogor melalui Dinas Agribisnis karena masih ada lahan dapat digunakan sebagai lahan pertanian dan alasan pemerintah harus memperhatikan sektor pertanian adalah sektor pertanian merupakan sektor primer di Kota Bogor yang masih berkontribusi terhadap PDRB Kota Bogor. Peran sektor pertanian sangat luas terutama mencakup penyediaan output-output tanaman bahan makanan, penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan. Sektor pertanian memiliki keterkaitan antar sektor yang dapat dilihat dari aspek keterkaitan produksi, keterkaitan konsumsi, keterkaitan investasi, dan keterkaitan fiskal. Kebutuhan akan konsumsi tanaman bahan makanan penduduk Kota Bogor dari tahun ke tahun semakin meningkat sedangkan Kota Bogor tidak dapat memproduksi tanaman bahan makanan untuk daerahnya sendiri dan sebagian besar dipenuhi oleh daerah lain. Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan 29

42 produksi tanaman bahan makanan di Kota Bogor dan mengurangi ketergantungan pemenuhan dari luar daerah menyebabkan perlunya dukungan dari berbagai pihak dalam sektor pertanian terutama tanaman bahan makanan karena selain sektor pertanian merupakan sektor yang dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal seperti perubahan iklim, hama, penyakit, dan kekeringan terdapat fakta bahwa sebagian besar petani kita adalah petani gurem yang memiliki luasan lahan yang sempit yaitu hanya berkisar 0.5 ha - 1 ha sehingga menyebabkan kondisi perekonomian mereka relatif rendah. Salah satu dukungan terhadap sektor pertanian yang dapat membantu menyejahterakan petani yaitu dengan adanya pemberian subsidi dari pemerintah. Pemberian subsidi ini dapat berupa subsidi input pertanian yaitu subsidi pupuk, karena pupuk merupakan input yang penting dalam pertanian serta memiliki pengaruh nyata pada produksi dan produktivitas komoditas tanaman bahan makanan terutama padi. Baik pupuk organik maupun pupuk anorganik merupakan input yang tidak bisa ditinggalkan oleh petani. Subsidi pupuk merupakan kebijakan pemerintah yang kebanyakan disorot oleh berbagai pihak baik dari pihak petani, pemerintah itu sendiri, maupun pihak-pihak yang berusaha mengambil keuntungan dari pemberian subsidi pupuk bahkan terdapat banyak pihak yang menyelewengkan atau menyalahgunakan subsidi pupuk dan pada akhirnya subsidi pupuk tersebut banyak yang tidak dinikmati oleh petani serta terdapatnya masalah penggunaan pupuk yang tidak rasional yang menyebabkan penurunan kualitas tanah dan perusakan lingkungan hidup. Disatu sisi pemberian subsidi pupuk menimbulkan banyak masalah jika penggunaan, pendistribusian, dan penerapannya tidak dilakukan secara benar dan 30

43 tepat sasaran tapi tidak dapat dipungkiri bahwa petani kita sangat membutuhkan subsidi dalam bidang pertanian terutama subsidi pupuk. Subsidi pupuk ini merupakan penolong bagi petani dalam memproduksi hasil pertanian mereka dan pemberian subsidi pupuk dapat meningkatkan kesejahteraaan petani yang dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja petani di Kota Bogor. Kebijakan subsidi pupuk yang diberikan oleh pemerintah dapat mengalami peningkatan dan pengurangan sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah di Indonesia termasuk Kota Bogor. Peningkatan maupun pengurangan tersebut dapat mempengaruhi jumlah output tanaman bahan makanan, penyerapan tenaga kerja, dan juga pendapatan. Karena sektor pertanian merupakan sektor primer sehingga menyebabkan banyaknya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian, semakin banyaknya perhatian pemerintah melalui subsidi pupuk dibidang tanaman bahan makanan juga akan menyebabkan pendapatan masyarakat pada sektor tanaman bahan makanan juga meningkat karena output tanaman bahan makanan juga akan meningkat seiring dengan murahnya harga input-input produksi termasuk pupuk dan memudahkan petani untuk mencapai penyediaan input tersebut tapi sebaliknya jika terjadi pengurangan subsidi pupuk. Subsidi pupuk yang selama ini diberikan masih dirasakan kurang di Kota Bogor karena terkadang jumlah yang diberikan pemerintah tidak sama dengan jumlah yang diterima petani, hal ini menimbulkan masalah yang cukup besar dalam hal penyaluran pupuk bersubsidi. Jenis pupuk yang dibutuhkan di Kota Bogor dan mendapatkan subsidi adalah Urea, Superphos, NPK Ponska, NPK Kujang, ZA dan Organik. Subsidi pupuk yang menjadi bahasan dalam penelitian 31

44 ini hanya subsidi pupuk urea karena persentase terbesar dari subsidi pupuk di Kota Bogor didominasi oleh pupuk urea atau bisa dikatakan bahwa subsidi pupuk di Kota Bogor adalah subsidi urea. Untuk menganalis dampak dari subsidi pupuk ini baik terhadap output tanaman bahan makanan, penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan yaitu dengan menggunakan model input ouput yaitu merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Dalam model I-O menganalisis pengaruh interaksi ekonomi yang dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu: 1) pengaruh langsung, 2) pengaruh tidak langsung, dan 3) pengaruh total. Analisis dampak input primer digunakan untuk melihat pengaruh perubahan dampak input primer yaitu pupuk dalam sektor tanaman bahan makanan terhadap pembentukan output, tenaga kerja, dan pendapatan. 32

45 Konversi lahan pertanian di Kota Bogor Kerawanan pangan Ketergantungan pada luar daerah Peningkatan kebutuhan pangan Pentingnya sektor pangan di Kota Bogor Peran sektor pangan terhadap perekonomian Analisis Lingkages Analisis Multiplier Perlunya perhatian pemerintah pada sektor pangan Subsidi pupuk pada tanaman pangan Dampak subsidi pupuk Analisis Dampak Dampak terhadap pertumbuhan output Dampak terhadap pendapatan Dampak terhadap peluang kerja Masalah penggunaan dan distribusi pupuk Kebijakan pemerintah dengan analisis deskriptif Gambar 3.1. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Keterangan: = Cakupan penelitian. 33

46 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan sektor yang penting dan perlu diperhatikan di Kota Bogor oleh pemerintah mengingat semakin berkurangnya lahan pertanian di Kota Bogor karena adanya pergeseran sektor yakni dari sektor pertanian ke sektor lain seperti industri, perdagangan, hotel, transportasi, dan sektor-sektor lainnya sedangkan kebutuhan tanaman bahan makanan semakin meningkat. Salah satu bentuk perhatian dari pemerintah adalah dengan memberikan subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan. Selain itu tersedianya Tabel Input-Output Kota Bogor yang mendukung penelitian. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari sampai bulan Mei Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, Perpustakaan IPB, Perusahaan Produsen Pupuk Kota Bogor yaitu PT. Pupuk Kujang serta lembaga atau instansi yang terkait lainnya. Data yang digunakan adalah data subsidi pupuk di Kota Bogor dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dan tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2008 klasifikasi 28 sektor. Jenis data yang digunakan dalam analisis ini adalah data transaksi total atas dasar harga produsen. 34

47 Tabel 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian No Tujuan Jenis dan Sumber Data Metode Analisis 1 Menganalisis peran sektor tanaman bahan makanan terhadap perekonomian dan sektor lainnya. Data Sekunder sumber Dinas Pertanian Kota Bogor, Bappeda Kota Bogor, Badan Pusat Statistik Kota Bogor. Analisis Input- Output 2 Menganalisis dampak kebijakan subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan di Kota Bogor terhadap output tanaman bahan makanan, pendapatan, dan tenaga kerja. Data Sekunder sumber Bappeda Kota Bogor, PT. Pupuk Kujang, Cikampek. Analisis Dampak Subsidi Input Primer 4.3. Metode Analisis Data Alat analisis yang digunakan adalah model input-output dari sisi permintaan (demand). Dari tabel input-output ini peranan subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan dalam pembentukan output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja dapat diketahui secara langsung karena sudah tersaji dalam tabel. Untuk mengetahui peran sektor tanaman bahan makanan terhadap perekonomian Kota Bogor dapat dikaji berdasarkan analisis input-output yang terdiri dari analisis keterkaitan dan multiplier dan untuk menganalisis dampak kebijakan subsidi pupuk pada sektor tanaman bahan makanan untuk meningkatkan ouput, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja dapat dikaji berdasarkan analisis dampak subsidi input primer yang berpengaruh terhadap final demand. Dalam pengolahan datanya didukung dengan Microsoft Office Excel. Daryanto dan Hafizrianda (2010) dalam Mulyani (2007). 35

48 Analisis Keterkaitan (Linkages) Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Analisis ini disebut dengan koefisien penyebaran (backward lingkage) dan kepekaan penyebaran (forward lingkage) a) Koefisien Penyebaran (Backward Lingkages) Koefisien penyebaran digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Dengan kata lain, koefisien penyebaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj mempunyai nilai lebih besar dari satu, begitu juga sebaliknya jika nilai Pdj lebih kecil dari satu. Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien penyebaran, digunakan rumus sebagai berikut: Pdj = ; untuk i dan j = 1,2,...,n (4.1) dimana: Pdj n ij = Koefisien Penyebaran sektor j = Unsur matriks kebalikan Leontief = Jumlah sektor Nilai koefisien penyebaran dari suatu sektor menunjukkan tingkat kepekaan suatu sektor tersebut terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. 36

49 b) Kepekaan Penyebaran (Forward Lingkages) Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor seluruh koefisien matriks kebalikan Leontief. Untuk mengetahui besarnya nilai kepekaan penyebaran, digunakan rumus sebagai berikut: Sdi = ; untuk i dan j = 1,2,...,n (4.2) dimana: Sdi n ij = Kepekaan Penyebaran sektor j = Unsur matriks kebalikan Leontief = Jumlah sektor Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor menunjukkan bahwa kenaikan satu unit output dari suatu sektor akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lain yang menggunakan output dari sektor tersebut, termasuk sektor itu sendiri sebesar nilai kepekaan penyebarannya. Apabila nilai kepekaan penyebaran (Sdi) lebih dari satu maka sektor i tersebut mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi. Sebaliknya jika nilai Sdi kecil maka sektor i tersebut mempunyai tingkat penyebaran yang rendah. Semakin besar nilai kepekaan suatu sektor menunjukkan bahwa sektor tersebut mampu menumbuhkan sektor hilirnya. Perbandingan antara nilai kepekaan dan koefisien penyebaran dapat menunjukkan kemampuan menarik atau mendorong suatu sektor. Apabila suatu sektor memiliki koefisien penyebaran lebih besar dari nilai kepekaan penyebaran maka sektor tersebut mempunyai kemampuan menarik yang lebih besar terhadap pertumbuhan sektor hulunya dibandingkan dengan sektor lainnya. 37

50 Analisis Pengganda (Multiplier) Menurut Sahara dan D.S Priyarsono (1998) dalam Mulyani (2007), berdasarkan matriks kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka ( ij ) atau model tertutup ( * ij ) dapat ditentukan nilai-nilai multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja. a) Multiplier Output Multiplier Output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers) menunjukkan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan dengan persamaan: = (I-A) -1 = [ ij ] ; untuk i dan j = 1,2,...,n (4.3) Dengan demikian matriks mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matriks invers ini [ ij] menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. b) Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel Input-Output, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis 38

51 pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen dan bunga bank Jensen (1979) dalam Priyarsono, et al.(2007). Angka pengganda pendapatan dapat diperoleh dari rumus : MI j = ; untuk i dan j = 1,2,...,n (4.4) Dimana : MI j D ij = pengganda tipe II = unsur matrik kebalikan Leontief tertutup n+1, j = koefisien input dari gaji/upah rumah tangga sektor j c) Multiplier Tenaga Kerja Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel Input-Output seperti pada multiplier output dan pendapatan, karena dalam Tabel Input-Output tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Untuk memperoleh multiplier tenaga kerja maka pada Tabel Input-Output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk memperoleh koefisien tenaga kerja (w n+1 ). Besaran multiplier tenaga kerja dapat diperoleh dengan rumus : ML j = ; untuk i dan j = 1,2,...,n (4.5) 39

52 Dimana : ML j D ij = pengganda tenaga kerja tipe II = unsur matrik kebalikan Leontief tertutup w n+1,j = koefisien tenaga kerja sektor j w n+1,i = koefisien tenaga kerja sektor i Tabel 4.2. Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Nilai Multiplier Output Pendapatan Tenaga Kerja Efek Awal 1 h i e i Efek Putaran Σ i ij Σ i ij h i Σ i ij e i Pertama Efek Σ i ij 1 Σ i ij Σ i ij h i h i Σ i ij h i Σ i ij e i e i Σ i ij e i Dukungan Industri Efek Induksi Σ i * ij Σ i ij Σ i * ij h i Σ i ij h i Σ i * ij e i Σ i ij e i Konsumsi Efek Total Σ i * ij Σ i * ij h i Σ i * ij e i Efek Lanjutan Σ i ij 1 Σ i ij h i h i Σ i ij e i e i Sumber : Sahara dan D.S Priyarsono (1998) dalam Mulyani (2007) Keterangan: ij h ij e i ij = Koefisien Output = Koefisien pendapatan rumah tangga = Koefisien tenaga kerja = Matriks Kebalikan Leontief Model Terbuka * ij = Matriks Kebalikan Leontief Model Tertutup d) Multiplier Tipe I dan II Multiplier Tipe I dan II digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan dan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan 40

53 tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Respon atau efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut: i) Dampak Awal (Initial Impact) Dampak awal merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan jumlah dalam satu unit satuan moneter. Dari sisi output, dampak awal ini diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (h i ). Sedangkan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (e i ). ii) Efek Putaran Pertama (First Round Effect) Efek putaran pertama menunjukkan efek langsung dari pembelian masingmasing sektor untuk peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Dari sisi output efek putaran pertama ditunjukkan oleh koefisien langsung (koefisien input output/ ij ). Sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan (Σ i ij h i ) menunjukkan adanya efek putaran pertama dari sisi output. Sementara efek putaran pertama dari sisi tenaga kerja (Σ i e ij h i ) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. iii) Efek Dukungan Industri (Industrial Support Effect) Efek dukungan industri dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja 41

54 putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. iv) Efek Induksi Konsumsi (Consumption Induced Effect) Efek induksi konsumsi dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh masing-masing dengan mengalihkan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. v) Efek Lanjutan (Flow-on-Effect) Efek lanjutan merupakan efek (dari output, pendapatan, dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal. Hubungan antara efek awal dengan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan tipe II, sebagai berikut: Tipe I (4.6) Tipe II (4.7) 4.4. Penentuan Besarnya Subsidi (external shock) Kota Bogor mendapatkan subsidi pupuk mulai tahun 2008 hingga saat ini, subsidi pupuk yang diperoleh di Kota Bogor yaitu jenis pupuk urea, SP- 42

55 36/superphose, NPK yang terdiri dari NPK phonska dan kujang, ZA, dan Organik namun subsidi pupuk yang selama ini diberikan didominasi oleh pupuk urea yang diproduksi PT. Pupuk Kujang. Kota Bogor merupakan salah satu daerah yang menjadi daerah distribusi pupuk bersubsidi yang dihasilkan dari PT. Pupuk Kujang yang berlokasi di Cikampek. Kota Bogor mendapatkan subsidi dalam tonase per tahun jadi untuk mendapatkan nilai subsidi, perlunya konversi ke rupiah sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian nomor 3293/kpts/sr.130/7/2011 yaitu HPP atau harga pokok penjualan yang diperoleh dari total biaya produksi ditambah marjin PT. Pupuk Kujang yang bertindak sebagai produsen pupuk yang kemudian nilai tersebut dikurang dengan harga eceran tertinggi (HET) pupuk. Nilai tersebut akan di shock ke dalam tabel input-output Kota Bogor. HPP+Marjin-HET Pupuk = Subsidi Pupuk (4.8) 4.5. Analisis Dampak Perubahan Input Primer terhadap Output, Pendapatan, dan Tenaga kerja Subsidi yang diberikan oleh pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk meningkatkan perekonomian suatu sektor. Subsidi pupuk merupakan salah salah satu perhatian pemerintah dalam hal meningkatkan input primer dari sektor pertanian terutama tanaman pangan. Subsidi pupuk ini memberikan dampak baik bagi output sektor tanaman pangan, penyerapan tenaga kerja, dan pendapatan. Berikut ini merupakan rumus dampak dari pemberian subsidi pupuk terhadap pembentukan output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja yang merupakan rumus yang diolah dari BPS (2000), yaitu : 43

56 a) Dampak Terhadap Pembentukan Output ( X w ) X w = (W sub )(I-A) -1 (4.9) b) Dampak Terhadap Pembentukan Pendapatan ( P w ) P w = ( ) ( ) (4.10) c) Dampak Terhadap Pembentukan Tenaga Kerja ( T w ) T w = ( ) ( ) (4.11) dimana : X w P w T w W sub (I-A) -1 δ(i-a) -1 = matriks baris dampak terhadap output = matriks baris dampak terhadap pendapatan = matriks baris dampak terhadap tenaga kerja = matriks baris input primer = matriks kebalikan Leontief terbuka = matriks kebalikan Leontief terbuka yang masing-masing sektornya telah dikalikan dengan masing-masing koefisien pendapatan β(i-a) -1 = matriks kebalikan Leontief terbuka yang masing-masing sektornya telah dikalikan dengan masing-masing koefisien tenaga kerja δ s β s = koefisien pendapatan sektor yang mendapat subsidi = koefsien tenaga kerja sektor yang mendapat subsidi Koefisien Pendapatan ( δ s ) Menurut Sahara dan D.S Priyarsono (1998) dalam Mulyani (2007), koefisien pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya 44

57 jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan diperlukan untuk mencari dampak perubahan input primer terhadap pembentukan pendapatan. Rumusnya adalah : δ s = (4.12) dimana: δ s U i X i = koefisien pendapatan sektor i = jumlah upah dan gaji = jumlah input total sektor i Koefisien Tenaga Kerja ( β s ) Menurut Sahara dan D.S Priyarsono dalam Mulyani (2007), koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja diperlukan untuk mencari dampak perubahan i primer terhadap pembentukan tenaga kerja. Dirumuskan sebagai berikut: β s = (4.13) dimana : β s L i X i = koefisien tenaga kerja sektor i = jumlah tenaga kerja sektor i = jumlah input 45

58 V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat BT-106 derajat BT dan LS-6 derajat LS. Kota Bogor memiliki ketinggian rata-rata minimal 190 meter dan maksimal 350 meter diatas permukaan laut. Jarak Kota Bogor dengan ibukota Jakarta kurang lebih 60 km. Kota Bogor memiliki udara yang sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 o C dan suhu udara terendah 21 o C, dengan kelembaban udara kurang lebih 70 persen disebut sebagai Kota Hujan. Di Kota Bogor mengalir beberapa sungai yang permukaan airnya jauh dibawah permukaan tanah, yaitu sungai Ciliwung, Cisadane, Cikapancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok. Dengan kondisi sungai seperti ini, Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir walaupun memiliki banyak aliran sungai. Batas-batas wilayah Kota Bogor adalah sebagai berikut : 1. Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor 2. Timur : berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor 3. Utara : berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojonggede, dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor 4. Barat : berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. 46

59 Secara topografi, kemiringan tanah di Kota Bogor berkisar antara 0-15 persen dan hanya sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara persen. Jenis tanah dihampir seluruh wilayah adalah lotosil coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Berikut ini merupakan gambar lokasi penelitian di Kota Bogor. Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2010) Gambar 5.1. Peta Kota Bogor Keterangan : Sampel lokasi penelitian 47

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun.

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Tanaman Bahan Makanan Terhadap Perekonomian di Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan memilih lokasi di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor tanaman bahan makanan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang subsidi pupuk merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) ERY FEBRURIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH APSARI DIANING BAWONO H14103060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing Model Tabel Input-Output (I-O) Regional Tabel Input-Output (Tabel IO) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA OLEH SITI ADELIANI H14103073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan,

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk di dalamnya pemerataan pendapatan antar suatu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG OLEH TEUKU FAJAR AKBAR H

ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG OLEH TEUKU FAJAR AKBAR H ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG OLEH TEUKU FAJAR AKBAR H14103035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama, sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah negara. Peran sektor pertanian sebagai penyedia bahan makanan utama merupakan peran strategis terkait

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN OLEH HASNI H14102023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

PERANAN AGROINDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN WILAYAH, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BOGOR (ANALISIS INPUT-OUTPUT) ADELINA ANJANI

PERANAN AGROINDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN WILAYAH, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BOGOR (ANALISIS INPUT-OUTPUT) ADELINA ANJANI PERANAN AGROINDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN WILAYAH, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BOGOR (ANALISIS INPUT-OUTPUT) ADELINA ANJANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci