1. UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGY"

Transkripsi

1 1. UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGY Ada bermacam-macam jenis satuan ukuran, diantaranya: Mengukur Jarak meter, kilometer Mengukru Waktu jam, hari bulan Mengukur Kejadian Kasus Mengukur Hubungan Rasio Odds, Risiko Terdapat dua macam ukuran yang digunakan dalam epidemiolog, yaitu 1. Tipe Kuantitas Matematis 2. Tipe Kuantitas Epidemiologis Ringkasan Ukuran-ukuran dalam Epidemiologi Tipe Kuantitas Matematis Dengan Denominator Tanpa Denominator Rasio Proporsi Rate Enumerasi Hitung, Angka mutlak RR, OR, IDR %, AR%, PAR% Crude, Specific, Adjusted 1

2 UKURAN dalam Epidemiologi Ukuran Frekuensi Penyakit Ukuran Asosiasi (Rasio) Ukuran Efek (Dampak) Insiden Prevalen Mortalitas RR, OR, IDR, PR Perbedaan Efek Fraksi Efek Insidens Kumulatif, Insidens Densitas Prevalens Titik, Prevalens Periode RD, AR, ER, PAR AR%, PAR%, PF TIPE KUANTITAS MATEMATIS Ada empat jenis tipe kuantitas matematis, yaitu Enumerasi (hitungan) Rasio Proporsi Rate Hitungan (Enumerasi) atau Angka Mutlak merupakan jumlah kasar atau frekuensi. Contoh: 10 kasus, 1961 kasus, dsb. Rasio merupakan nilai yang didapat dengan pembagian suatu kuantitas dengan kuantitas yang lain. Kuantitas numerator (pembilang) boleh berbeda dari kuantitas denominator (penyebut) atau denominator mungkin tidak memuat numerator. Contoh: a b 2

3 Proporsi merupakan suatu fraksi atau tipe rasio yang unsur numerator adalah bagian dari denominator. Bila dikalikan dengan 100, biasanya disebut suatu persentase. Contoh: 28/56 = 0,5; 0,5 x 100% = 50% Ada 28 kasus dari 56 orang. Berarti proporsi kasus adalah 50%. Rate adalah tipe spesifik dari rasio yang digunakan mengkuantifikasi proses dinamik seperti pertumbuhan dan kecepatan. Rate merupakan pernyataan numeris dari frekuensi suatu peristiwa, dihitung dengan cara pembagian antara jumlah individu yang mengalami peristiwa (numerator) dengan jumlah total (keseluruhan) yang mungkin dapat (kapabel) mengalami peristiwa (denominator atau populasi berisiko) dan perkalian dengan suatu konstanta (tetapan). Rate disebut juga Tingkat atau Laju. Format umum dari Rate adalah Rate = Numerator Denominator F Numerator adalah jumlah orang atau individu yang mengalami peristiwa Denominator adalah jumlah populasi berisiko (jumlah total orang keseluruhan individu yang mungkin mengalami peristiwa) F adalah factor pengali, biasanya kelipatan 10, mengkonversi rate dari suatu fraksi ke suatu jumlah keseluruhan. Dengan demikian Rate dapat berarti suatu pernyataan numeris dari frekuensi kejadian yang terjadi dalam suatu kelompok orang tertentu (didefinisikan) di dalam satu periode waktu tertentu. Contoh: Pada tahun 2004, ada 100 kasus demam berdarah di suatu kota yang berpenduduk orang. Berapa rate kasus demam berdarah di kota itu? Rate = Σ Kasus = Σ Populasi 100 Kasus = 1 Kasus = 8 Kasus per orang Orang Oramg 3

4 Rate merupakan bentuk khusus dari suatu proporsi yang memuat waktu (atau faktor lain) dalam denominator. Contoh: - Incidence rate = 3 kasus per 100 orang per tahun - Kematian per 1000 penumpang - kilometer 2. UKURAN-UKURAN FREKUENSI PENYAKIT Ukuran Frekuensi Penyakit merupakan kuantifikasi kejadian penyakit, dengan mengitung individu yang terinfeksi, yang sakit dan yang meninggal. UFP biasanya menggunakan kata-kata (mis: kadangkadang, jarang) UFP merefleksikan besar kejadian penyakit (morbiditas) atau kematian karena penyakit (mortalitas) dalam suatu populasi. Biasanya diukur sebagai suatu rate atau proporsi. Kesepakatan kecil tentang arti umumnya yang digunakan kata-kata untuk frekuensi biasanya bila angka 0,5 0,8 Kadang-kadang bila angka 0,2 0,6 jarang bila angka 0,01 0,2 Jenis ukuran frekuensi penyakit: 1. Insidens (Incidence) 2. Prevalens (Prevalence) 3. Mortalitas (Mortality) A. INSIDENS Insidens merefleksikan jumlah kasus baru (insiden) yang berkembang dalam suatu periode waktu di antara populasi yang berisiko. Yang dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit. Periode Waktu adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat hingga menjadi sakit Insidens ada dua jenis: 4

5 1. Insidens kumulatif (Cumulative Incidence) atau Risk atau Proporsi Insidens Berarti rata-rata risiko seorang individu terkena penyakit. Orang-orang yang berada dalam denominator haruslah terbebas dari penyakit pada permulaan periode (observasi atau tindak lanjut) Metode ini hanya layak bila ada sedikit atau tidak ada kasus yang lolos dari pengamatan karena kematian, tidak lama berisiko, hilang dari pengamatan. Semua non-kasus diamati selama seluruh periode pengamatan. Insidens Kumulatif juga menunjukkan probabilitas individu berisiko berkembang menjadi penyakit dalam periode waktu tertentu dan menyatakan individu tidak meninggal karena sebab lain selama periode itu. Ciri-ciri Insidens Kumulatif: Tidak berdimensi, dinilai dari nol sampai satu Merujuk pada individu Mempunyai periode rujukan waktu yang ditentukan dengan baik Jumlah Kasus Insidens selama periode waktu tertentu Rumus Insidens Kumulatif = Jumlah Orang Berisiko pada Permulaan Waktu Contoh (Insidens Kumulatif) Dari gambar di bawah, berapa insidens kumulatif (IK) selama 7 tahun waktu pengamatan? Jawab : IK = Kasus Baru = 3 Kasus Populasi berisiko pada awal pengamatan 7 orang = 43 kasus per 100 orang 5

6 ATTACK RATE Attack Rate yaitu jenis khusus Insidens Kumulatif yang berguna selama epidemic. Contoh (Attack Rate) 6

7 2. Densitas insidens (Incidence Density) atau Insidens orang waktu (Person Time Incidence) atau Tingkat insidens (Incidence rate) Densitas Insidens berarti rata-rata rate untuk populasi berisiko selama waktu yang ditentukan. Karena denominator diukur dalam orang-waktu, hal ini tidak perlu bahwa semua individu diamati untuk periode yang sama. Densitas Insidens menyatakan suatu jumlah kasus baru per orang-waktu. Jumlah Kasus Insidens terjadi dalam Periode Waktu Rumus Densitas Insidens = Jumlah Orang Waktu Ciri-ciri Insidens Rate: Tidak ada periode rujukan (tidak ada seperti rate 2-tahun) Mempunyai dimensi yang invers waktu (misal: 0,001/tahun) Mempunyai nilai nol dan infiniti (~) Contoh (Densitas Insidens) Dari gambar di bawah, hitunglah berapa nilai Densitas Insidens (DI) atau Insidens orang-waktu (PTI) atau Incidence Rate (IR)! Jawab: Jumlah Orang-Waktu = = 33 orang-tahun DI = Jumlah Kasus Insidens terjadi dalam Periode Waktu Jumlah Orang Waktu = 3 Kasus 33 Orang tahun = 9,1 kasus per 100 orang tahun 7

8 Contoh (Insidens Rate) Hitunglah Incidence Rates pada gambar di bawah ini. 8

9 Arti Angka Incidence Rates Misalkan Densitas Insiden (Insidens orang waktu atau Incidence Rate) = 9,1 kasus/100 orang- tahun. Unit (satuan) orang-tahun dalam contoh di atas adalah 1 x 100 x orang-tahun = 4 x 25 orang- tahun, artinya angka ini dari orang-waktu dapat diakumulasi dengan observasi 100 orang selama 1 tahun, 25 orang selama 4 tahun, 10 orang selama 10 tahun. Instantaneous Incidence Density Disebut juga Instantaneous Incidence Rate atau Person-time Incidence Rate atau Force of Morbidity atau Hazard Rate. IDD merupakan: Kejadian segera dari kasus baru, pada suatu titik atau segera dalam waktu T per unit waktu di antara populasi berisiko selama waktu T. Ukuran teoritis jumlah kasus yang terjadi per satuan populasi-waktu (orang-tahun berisiko). Mengukur kejadian penyakit pada satu titik waktu t (ditentukan secara matematik sebagai limit, seperti t 0. Probabilitas seseorang yang sehat pada waktu t akan mengalami sakit dalam interval t+t dibagi t. B. PREVALENS Prevalens merefleksikan jumlah kasus yang ada (kasus lama maupun kasus baru) dalam populasi dalam suatu waktu atau periode waktu tertentu. Probabilitas bahwa seorang individu menjadi kasus (atau menjadi sakit) dalam waktu atau periode waktu tertentu. Ukuran Prevalens ada dua macam: 1. Prevalens Titik (Point of Prevalence), disebut juga Prevalens atau Proporsi Prevalens Prevalens Titik adalah probabilitas bahwa seorang individu menjadi kasus (atau menjadi sakit) pada suatu titik waktu. 9

10 Ciri-ciri dari Prevalens Titik adalah: Tidak mempunyai dimensi Variasi nilai antara nol dan satu Jumlah Kasus yang ada pada Satu Titik dalam waktu T Rumus Prevalens Titik = Total Jumlah Orang pada Waktu T Contoh (Prevalens Titik) Dari gambar di atas hitunglah Prevalens pada tahun ke 2,3,4,56, dan 7 Rumus Prevalens Titik = Maka, Prevalens titik pada t=2 adalah 0 7 Prevalens titik pada t=3 adalah 2 7 Jumlah Kasus yang ada pada Satu Titik dalam waktu T Total Jumlah Orang pada Waktu T Prevalens titik pada t=4 adalah 2 6 (terdapat satu kasus hilang dalam pengamatan) Prevalens titik pada t=5 adalah 2 6 (terdapat satu kasus hilang dalam pengamatan) Prevalens titik pada t=6 adalah 2 5 (terdapat satu kasus meninggal) Prevalens titik pada t=7 adalah

11 2. Prevalens Periode (Period of Prevalence), disebut juga Prevalens Tahunan (Annual of Prevalence) atau Prevalens selama hidup (Lifetime of Prevalence) Jumlah Kasus yang Ada Selama suatu periode waktu Rumus Prevalens Periode = Jumlah Orang selama Periode Contoh (Prevalens Periode) Dari gambar di atas hitunglah Prevalens Periode (PP) dari tahun ke-1 hingga ke-4. Jumlah Kasus yang Ada Selama suatu periode waktu Rumus PP = Jumlah Orang selama Periode Karena jumlah orang (populasi) dalam pengamatan berubah-ubah, maka kita dapat menggunakan jumlah rata-rata dari populasi, atau yang umum digunakan adalah jumlah populasi pada tengah tahun pengamatan (midpoint year), sehingga PP = 2 7 = 0,29 Dari gambar di atas, - Notasi A, B,C,D, E, F, G merupakan individu yang diamati (ada 7 orang) - Notasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 merupakan tahun yang diamati (ada 7 tahun pengamatan) - Jumlah kasus baru selama 7 tahun pengamatan ada 3 kasus - Rata-rata lama sakit = (3+5+2)/3 tahun = 3,3 tahun - Orang waktu (Person Time) 11

12 Jumlah waktu seseorang yang memberikan kontribusi masa sehat sejak awal pengamatan. - Untuk A = masa sehat 7 tahun - Untuk B = masa sehat 7 tahun - Untuk C = masa sehat 2 tahun - Untuk D = masa sehat 7 tahun - Untuk E = masa sehat 3 tahun - Untuk F = masa sehat 2 tahun - Untuk G = masa sehat 5 tahun Total orang tahun = ( ) orang- tahun = 33 orang tahun Hubungan Antara Insidens dan Prevalens Jika dalam kondisi yang tetap, maka hubungan insidens dan prevalens adalah P = I x D, dimana P adalah Prevalens [Prevalens periode], I adalah Insidens [Densitas Insindens], dan D adalah rata-rata lama sakit. Contoh (Hubungan antara I dan P) Dari gambar di atas (untuk pengamatan selama 7 tahun), maka I = 3 kasus/33 orang-tahun dan D = 3,3 tahun, sehingga P = 3 kasus/33 orang tahun x 3,3 tahun = 3 kasus/10 orang = 30 kasus/100 orang Perbandingan antara Insidens dan Prevalens INSIDENS Hanya menghitung kasus baru Tidak bergantung durasi rata-rata penyakit Dapat diukur sebagai Rate atau Proporsi Merefleksikan kemungkinan menjadi penyakit sepanjang waktu Lebih disukai pada studi etiologi penyakit PREVALENS Menghitung kasus yang ada (kasus baru dan lama) Bergantung pada durasi lama rata-rata penyakit Selalu diukur sebagai Proporsi Merefleksikan kemungkinan terjadi penyakit pada satu waktu tertentu Lebih disukai pada studi utilisasi pelayanan kesehatan 12

13 Ringkasan Insidens dan Prevalens Dynamic Prevalence 13

14 C. UKURAN MORTALITAS Mortalitas merefleksikan jumlah kematian dalam suatu populasi. 1. Ratio Kematian terhadap Kasus atau Death-to-case Ratio DTCR = Kematian dari Penyakit Tertentu selama Periode tertentu Kasus Baru dari Penyakit yang diidentifikasi selama periode yang sama Contoh (Death-to-Case Ratio) Pada tahun 2004, ada 200 kasus baru TB Paru yang dilaporkan di suatu wilayah. Pada tahun yang sama ada 15 kematian yang terjadi pada penderita TB Paru, maka DTCR = 15/200 = 75 kematian per 1000 kasus baru. 2. Infant Mortality Rate (IMR) IMR = Bayi yang Meninggal Bayi yang Lahir Hidup Contoh (Infant Mortality Rate) IMR = 7,2 artinya terdapat 7,2 bayi yang meninggal per 1000 kelahiran hidup 3. Neonatal Mortality Rate (NMR) NMR = Kematian Bayi dalam 28 hari pertama kehidupan Bayi yang Lahir Hidup Contoh (Neonatal Mortality Rate) NMR = 5,2 artinya terdapat 5,4 kematian neoatal per 1000 kelahiran hidup 4. Postneonatal Mortality Rate (PNMR) PNMR = Kematian Bayi umur 28 hari sampai 11 bulan Bayi yang Lahir Hidup Contoh (Post Neonatal Mortality Rate) PNMR = 2,8 artinya terdapat 2,8 kematian postneoatal per 1000 kelahiran hidup 14

15 5. Maternal Mortality Rate (MMR) MMR = Kematian Ibu disebabkan kehamilan, kelahiran, nifas Bayi yang Lahir Hidup Contoh (Maternal Mortality Rate) PNMR = 6,1 artinya terdapat 6,1 kematianibu per 1000 kelahiran hidup 6. Case Fatality Rate (CFR) CFR = Meninggal di antara Kasus Insiden Kasus Insiden 7. Proportionate Mortality (PM) PM = Kematian Karena Kasus Tertentu Kematian karena Semua Sebab 8. Proportionate Mortality Ratio (PMR) Ukuran ini membandingkan Propotionate Mortality pada satu kelompok umur dengan kelompok umur yang lain pada satu populasi PMR = PM Group 1 PM Group 2 Contoh (Proportionate Mortality Rate) PM pada semua kasus = 7,1%; PM pada umur = 2,5%; PM pada umur = 4,3%, maka PMR antara umur dan adalah (4,3/2,5) = 1,72 15

16 3. UKURAN ASOSIASI Ukuran Asosiasi merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu eksposur/faktor risiko dan kejadian suatu penyakit. Ukuran Asosiasi juga memasukkan suatu perbandingan frekuensi penyakit antara dua atau lebih kelompok dengan berbagai derajat eksposur. Beberapa ukuran assosiasi digunakan untuk mengestimasi efek. Pertanyaan dasar dalam epidemiologi analitik adalah apakah exposure dan disease berhubungan? Ukuran asosiasi antara E and D tergantung kepada skala pengukuran dari E and D. Jika E and D keduanya diukur dengan skala kategorikal, ukuran asosiasi antara E and D dalam bentuk : RR OR PR Jika E skala kategorikal, D skala kontinyu ukuran asosiasi, antara E and D dalam bentuk : membandingkan nilai mean D pada jelompok E+ and E- Pada ukuran rasio (perbandingan relatif), rasio dua frekuensi penyakit membandingkan kelompok terpajan dengan kelompok tidak 16

17 terpajan. Sedangkan pada ukuran perbedaan efek (perbandingan absolut), perbedaan antara ukuran frekuensi penyakit suatu kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan. Absolute Comparison (Perbedaan) vs Relative Comparison (Rasio) Anggaplah anda memiliki uang Rp ,- dan teman Anda memiliki uang Rp ,- - Pada Absolute Comparisons, selisih uang Anda dan teman Anda adalah Rp Rp = Rp atau saya memiliki uang Rp ,- lebih banyak dibanding kamu - Pada Relative Comparisons, uang Anda dan teman Anda diperbandingkan yaitu Rp : Rp ,- = 2 (tanpa satuan) atau saya memiliki uang dua kali lebih banyak dibanding kamu - Perbedaan antara ukuran frekuensi penyakit suatu kelompok terpajan dan kelompok yang tidak terpajan Contoh lain, misalkan: the 5-year rate of a disease in smokers is 2 per 100, in non-smokers is 1 per Rasio dua frekuensi penyakit dengan membandingkan kelompok terpajan terhadap kelompok tidak terpajan - Absolute Comparison: (2 per 100) (1 per 100) = 1 per 100, there is one addition case per 100 smokers - Relative comparison: (2 per 100) (1 per 100) = 2 [no units; per 100 units cancel out]. Smokers are at twice the risk of non-smokers Jika E and D keduanya diukur dengan skala kontinyu, ukuran asosiasi antara E and D dalam bentuk: Koefisien korelasi Koefisien regressi Jika E dalam skala kontinyu and D dalam skala kategorikal, ukuran asosiasi antara E and D dalam bentuk: Koefisien regressi dari persamaan logistic regression 17

18 Pada ukuran Asosiasi terdapat dua jenis koefisien hubungan, yakni: 1. Koefisien Model Merupakan koefisien variabel yang diturunkan dari model matematis yang menujukkan besarnya hubungan antara variabel eksposur dan penyakit. Contoh: Linier, Logistik, Cox, Poisson. Koefisien Linier y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X b k X k. Interpretasi b 1 adalah peningkatan dalam outcome (penyakit) ) mempengaruhi nilai rata-rata y (variabel kontinu) per unit sebesar X 1, disesuaikan (distandarisasi) dengan semua variabel lain dalam model Koefisien Logistik log(odds) = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X b k X k. Interpretasi b 1 adalah peningkatan dalam log odds outcome (penyakit) per unit meningkat dalam X 1, disesuaikan dengan semua variabel lain dalam model. Koefisien Cox log(hazard) = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X b k X k. Interpretasi b 1 adalah peningkatan dalam log hazard outcome (penyakit) per unit meningkat dalam X 1, disesuaikan (distandarisasi) dengan semua variabel lain dalam model. Koefisien Poisson log(rate) = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X b k X k. Interpretasi b 1 adalah peningkatan dalam log rate outcome (penyakit) per unit meningkat dalam X 1, disesuaikan (distandarisasi) dengan semua variabel lain dalam model 2. Koefisien Korelasi Merupakan ukuran lain asosiasi yang juga diturunkan dari model matematis, namun tidak merefleksikan parameter kausal. Persamaan matematisnya y = b 0 + b 1 X b 0 adalah intersep yaitu nilai y yang diestimasi ketika X = 0 b 1 adalah koefisien korelasi (regresi) yaitu peningkatan yang diperkirakan pada dependent variable (y) per unit dalam variable predictor (X). Jika X=1, maka y = b 0 + b 1 Jika X=2, maka y = b 0 + 2b 1 18

19 Macam-macam Ukuran Asosiasi 1. Relative (Ukuran Rasio) Relative Risk (RR) Risk Ratio Rate Ratio Odds Ratio 2. Absolute (OR) Risk Difference (RD) Ukuran Asosiasi biasanya ditampilkan dalam bentu Tabel 2x2, D+ (Disease+) D- (Disease -) E+ (Exposure+) a b a+b E- (Exposure-) c d c+d a+c d+d a+b+c+d Contoh hipotesis tabel 2x2, D+ (Lung Cancer) D- (No Lung Cancer) E+ (Smoking) E- (No Smoking) Relative Risk(RR) = = 9.0 incidence in the exposed incidence in the unexposed = a (a + b) = c (c + d) 70 ( ) 15 ( ) Berarti perilaku merokok menyebabkan resiko menderita Lung Cancer sembilan kali lebih sering dibanding perilaku tidak merokok. 19

20 Ukuran Rasio, terdiri dari Rasio Risiko atau Risiko Relatif (RR) RR = Risiko pada Kelompok Terpajan Risiko pada Kelompok tidak Terpajan Rasio Insidens Kumulatif (RIK) RIK = Insiden Kumulatif pada Kelompok Terpajan Insiden Kumulatif pada Kelompok tidak Terpajan Interpretasi Relative Risk (RR) a. RR = 1 mengindikasikan kejadian penyakit pada kelompok terpajan sama dengan pada kelompok tidak terpajan, artinya TIDAK ADA ASOSIASI antara kelompok terpajan dengan tidak terpajan. b. RR > 1 mengindikasikan hubungan yang positif, atau risiko meningkat pada kelompok terpajan c. RR < 1 berarti bahwa terjadi penurunan risiko pada kelompok terpajan 20

21 Contoh (Relative Risk dan Risk Difference) A Prospective Study of 3,000 Smokers and 5,000 Non-smokers to Investigate Smoking and Coronary Heart Disease (CHD). Then follow up to see how many. D+ (Develop CHD) D- (Do not Develop CHD) Total Incidence per 1000 per year E+ (Healthy smokers) E- (Healthy Nonsmokers) RR (Ratio of two risk; Risk Ratio; Relative Risk) = CI E+ CI E = 28 17,4 = 1,6 artinya perilaku merokok memiliki risiko CHD 1,6 kali dibanding tidak merokok. Difference of two risks (Risk Difference) = CI E+ CI E = 28,0 17,4 = 10,6 Ratio Rate atau Rasio Densitas Insidens (RDI) RDI = Densitas Insiden pada Kelompok Terpajan Densitas Insiden pada Kelompok tidak Terpajan Rasio Prevalens (RP) RP = Prevalens pada Kelompok Terpajan Prevalens pada Kelompok tidak Terpajan Perhitungan RR untuk IR (Incidence Rate) IR pada Populasi Exposed (E) RR = IR pada Populasi unexposed (NE) = a N 1 c N 0 D+ (Outcome) Person Time E+ (Exposure) a N 1 E- (No Exposure) c N 0 a+c T 21

22 Contoh (Rasio Densitas Insiden) Kaitan antara merokok dan angka insidens stroke dalam suatu studi Kohort. Kategori Merokok Jumlah Kasus Stroke Orang-Tahun Observasi (> 8 thn) Tingkat Insidens Stroke (per orang tahun) Tidak pernah Merokok ,7 Mantan Perokok ,9 Perokok ,6 Total ,2 Maka: RDI = Densitas Insiden pada Kelompok Terpajan Densitas Insiden pada Kelompok tidak Terpajan = 49,6 17,7 = 2,8 Contoh (Risk Ratio) Postmenopausal Hormone Supplement and CHD CHD Person-year Ever Use ,7 Past Use ,7 Current ,0 Never Use , ,7 o RR Ever Use vs Never Use = = 0, , ,7 o RR Past Use vs Never Use = = 0, ,5 o RR Current Use vs Never Use= , ,5 = 0,3 Rasio Odds Disebut juga Odds Ratio (OR), Odds Relative, Rasio Cross-Product, yakni rasio dua odds yang digunakan dalam studi Kasus-Kontrol untuk mengestimasi Ratio Rate atau Rasio Risiko. Menghitung OR yaitu dengan membagi odds untuk satu kelompok terhadap odds untuk kelompok yang lain. Interpretasi OR sama seperti risiko relative. 22

23 Odds suatu kejadian adalah rasio probabilitas bahwa kejadian terjadi atau p terhadap probabilitas kejadian tidak terjadi atau 1-p atau Odds suatu peristiwa = p 1 p Odds Ratio pada Studi Kohort = Odds exposed person dari develop disease Odds non exposed person dari develop disease a b = = ad c d bc D+ (Develop Disease) D- (Do not Develop Disease) E+ (Exposed) a b a+b E- (Not Exposed) c d c+d a+c d+d a+b+c+d Contoh (Odds Ratio pada Kohort) Tabulasi silang pemajan dan status sakit, insidens sakit dan Probabilitas odds sakit pada studi Kohort Pemajan D+ (Sakit) D- (Tidak Sakit) Total Insiden Sakit (Risk) E+ a b a+b a (a + b) E- c d c+d c (c + d) Prob. Odds Sakit a a + b 1 (a a + b) = a b c c + d 1 (c c + d) = c d Total a+c b+d a+b+c+d Odds Ratio pada Studi Case-Control = Odds that a case was exposed Odds that a Control was exposed a c = = ad b d bc D+ (CASES with Disease) D- (CONTROLS without Disease) E+ (History of Exposure) a b a+b E- (No History Exposure) c d c+d a+c d+d a+b+c+d 23

24 Contoh (Odds Ratio pada Kasus-Kontrol) Faktor D+ (KASUS) D- (KONTROL) Total E+ (Perokok) 650 (a) 950 (b) 1600 E- (Bukan Perokok) 50 (c). 350 (d) Odds Ratio = a d = = 4,8 artinya perokok mempunyai risiko menjadi 4,8 kali dari yang b c bukan perokok atau odds perokok menjadi kasus 4,8 kali lebih besar dari odds bukan perokok. Pada studi Case-Control, hanya OR yang dapat digunakan untuk menghitung asosiasi. Sedangkan pada studi Kohort, RR dan OR dapat digunakan sebagai pengukuran asosiasi. RR dapat pula dihitung pada studi Case-Control, bila: Prevalen pemajan pada kelompok kasus sama atau hampir sama dengan populasi subyek penyakit dimana kasus diambil Prevalen pemajan pada kelompok control sama dengan populasi non-disease dimana kasus diambil Kasus penyakit jarang terjadi (CI < 0,1) D+ D- E+ a b a+b E- c d c+d a+c b+d a+b+c+d Bila kasus penyakit jarang, sel a dan sel c akan kecil, a a+b RR = = c c+d a b = ad c d bc = OR Contoh (Odds Ratio pada penyakit yang jarang) D+ (Develop Disease) D- (Do Not Develop Disease) E+ (Exposed) E- (Not Exposed)

25 Relative Risk = = Odds Ratio = = 2,02 Contoh (Odds Ratio pada penyakit yang tidak jarang) D+ (Develop Disease) D- (Do Not Develop Disease) E+ (Exposed) E- (Not Exposed) Relative Risk = = Odds Ratio = = 3 Interpretasi Odds Ratio: Relative odds associated with exposure OR = 1 no association OR > 1 positive association OR < 1 negative association Size of OR indicates strength of association 25

26 4. UKURAN DAMPAK Jenis Ukuran Dampak (Measures of Effect) Attributable Risk (AR) Attributable Risk Percent (AR%) Population Attributable Risk (PAR) Population Attributable Risk Percent (PAR%) Pada perhitungan Ukuran Dampak, diasumsikan bahwa hubungan Sebab-Akibat antara exposure dan outcomes tetap ada. Ukuran Dampak: a. Merefleksikan dampak suatu faktor pada frekuensi atau risiko dari suatu masalah (outcome) kesehatan b. Merefleksikan kelebihan jumlah kasus karena suatu faktor (attributable) atau jumlah kasus yang dapat dicegah oleh eksposur (pemajan ) Relative Risk vs Attributable Risk RELATIVE RISK Menghitung kekuatan asosiasi Merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan adanya kemungkinan hubungan sebab-akibat Penggunaan untuk Etiology ATTRIBUTABLE RISK Menghitung potensi pencegahan penyakit bila factor exposure dihilangkan Penggunaan untuk Policy decisions dan Funding decisions (mis: prevention programs) 26

27 A. ATTRIBUTABLE RISK (AR) Disebut juga Perbedaan Risiko, Risk Difference (RD), Excess Risk (ER), Absolute Risk. AR = Risiko pada Kelompok Terpajan Risiko pada Kelompok tidak Terpajan AR berguna untuk a. Mengukur besarnya masalah Kesmas yang disebabkan oleh suatu pemajan b. Menilai aksi prioritas bagi Kesmas 27

28 Contoh (Attributable Risk) D+ (Develop CHD) D- (Do Not Develop CHD) E+ (Smoke) E- (Not Smoke) ISMOKE = 84 = 0,0280 = 28,0 per 1000 orang 3000 INO SMOKE = 87 = 0,0174 = 17,4 per 1000 orang (background risk) 5000 AR = (28,0 17,4) per 1000 orang = 10,6 per 1000 orang Artinya 10,6 dari 28 per 1000 insiden CHD: - Merupakan sumbangan dari perokok - Dapat dicegah bila kebiasaan merokok dikurangi Contoh (Attributable Risk Fast Driving) D+ (Dead) D- (Not Dead) Total Risk AR E+ (Fast) ,05 E- (Slow) , ,04 Contoh (Attributable Risk Drunk Driving) D+ (Dead) D- (Not Dead) Total Risk AR E+ (Drunk) ,150 E- (Not Drunk) , ,136 28

29 B. ATRRIBUTABLE RISK PERCENT (AR%) Disebut juga Etiologic Fraction. AR% = Insidens (terpajan) Insidens (tidak terpajan) Insidens (terpajan) 100% Contoh (Attributable Risk Percent) D+ (Develop CHD) D- (Do Not Develop CHD) E+ (Smoke) E- (Not Smoke) ISMOKE = 84 = 0,0280 = 28,0 per 1000 orang 3000 INO SMOKE = 87 = 0,0174 = 17,4 per 1000 orang (background risk) 5000 AR% = (28,0 17,4) 28,0 = 37,9 % Artinya: - 38% penyebab kematian pada CHD bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok - 38% penyebab kematian pada CHD dapat dicegah bila kebiasaan merokok dikurangi 29

30 Contoh (Attributable Risk % Fast Driving) D+ (Dead) D- (Not Dead) Total Risk AR% E+ (Fast) ,05 0, 05 0, 01 E- (Slow) ,01 0, 05 = 80% Contoh (Attributable Risk% Drunk Driving) D+ (Dead) D- (Not Dead) Total Risk AR% E+ (Drunk) ,150 0, 15 0, 014 E- (Not Drunk) ,014 0, 15 = 91% C. POPULATION ATTRIBUTABLE RISK (PAR) Disebut juga Attributable Fraction (Population) atau Etiologic Fraction (Population) atau Population Attributable Risk Proportion atau Population Attributable Risk Fraction. PAR adalah proporsi (atau fraksi) rate penyakit pada seluruh populasi yang mewakili rate penyakit dalam kelompok terpajan. PAR = Insidens (Populasi) Insidens (tidak terpajan) Berbeda dengan AR yang mengukur pada kelompok terpajan, PAR mengukur seluruh populasi (terpajan dan tidak terpajan). Ukuran ini berguna bagi pengambil kebijakan dalam menentukan anggaran bagi progam pencegahan penyakit. 30

31 Contoh (Population Attributable Risk) D+ (Diabetes) D- (Not Diabetes) Total E+ (Obese) Insidens E- (Slim) PAR = (110 45,5) / 1000 = 64,5 per 1000 Artinya: = 0,0455 atau 45,5 per 1000 = 0,011 atau 110 per ,5 dari 110 per 1000 insiden Diabetes disebabkan oleh obesitas - 64,5 dari 110 per 1000 insiden Diabetes yang terjadi dapat dicegah dengan mengurangi berat badan secukupnya D. POPULATION ATTRIBUTABLE RISK PERCENT (PARP) Disebut juga Attributable Fraction (population) atau Etiologic Fraction (population). PARP berarti proporsi kasus baru yang dapat dicegah jika pada semua orang yang tidak terpajan. PAR% = Insidens (populasi) Insidens (tidak terpajan) Insidens (populasi) 100% Contoh (Population Attributable Risk Percent) D+ (Diabetes) D- (Not Diabetes) Total E+ (Obese) Insidens E- (Slim) PAR %= (110 45,5) / 110 = 58,6 % Artinya: = 0,0455 atau 45,5 per 1000 = 0,011 atau 110 per % insiden Diabetes disebabkan oleh obesitas pada populasi - 59% insiden Diabetes yang terjadi dapat dicegah dengan mengurangi berat badan secukupnya 31

32 Contoh (PAR dan PAR % Fast Driving) D+ (Dead) D- (Not Dead) Total Risk E+ (Fast) ,05 E- (Slow) ,01 PAR = 0,018 0,010 = 0,008 PAR% = (0,018 0,010) / 0,018 = 44,4 % ,018 Artinya 44% kematian saat mengemudi di populasi disebabkan mengemudi dengan kecepatan tinggi Contoh (PAR dan PAR% Drunk Driving) D+ (Dead) D- (Not Dead) Total Risk AR E+ (Drunk) ,150 E- (Not Drunk) , ,018 0,136 PAR = 0,018 0,014 = 0,004 PAR% = (0,018 0,014) / 0,018 = 22 % Artinya 22% kematian saat mengemudi di populasi disebabkan mabuk minuman keras E. CUMULATIVE INCIDENCE DIFFERENCE (CID) Disebut juga Perbedaan Insidens Kumulatif. CID = IK pada Kelompok Terpajan IK pada Kelompok tidak Terpajan F. INCIDENCE DENSITY DIFFERENCE (IDD) Disebut juga Perbedaan Rate atau Perbedaan Densitas Insiden IDD = Densitas Insidens Kelompok Terpajan Densitas Insiden Kelompok tidak Terpajan G. PREVALENCE DIFFERENCE (PD) Disebut juga Perbedaan Prevalen. 32 PD = Prevalen Kelompok Terpajan Prevalen Kelompok tidak Terpajan

33 UKURAN DAMPAK PADA STUDI CASE CONTROL Pada studi Case Control, pengukuran Insidens bisa dilakukan hanya pada kasus tertentu. AR dan PAR tidak bisa dihitung dari studi Case Control. Studi ini hanya bisa menghitung AR% dan PAR%. BIla Odds Ratio dianggap sebagai RR, maka rumus menghitung AR% dan PAR% pada studi Case Control adalah AR% = OR 1 OR 100% (P E )(OR 1) PAR% = 100% [(P E )(OR 1)]+1 Dimana P E = prop. pemajan kelompok kontrol (asumsi proporsi ini mewakili proporsi pemajan populasi) Contoh (AR% dan PAR% pada Studi Case Control) Case-control study to evaluate the impact of smoking as related to bladder cancer D+ (Bladder Cancer) D- (Not Bladder Cancer) Total E+ (Smoke) E- (Do Not Smoke) Odds Ratio = 160/90 120/200 = 2,96 AR% Artinya = OR 1 OR 2, % = 100% = 66,2% 2,96 66% kasus Bladder Cancer diantara perokok disebabkan kebiasaan merokok 66% kasus Bladder Cancer diantara perokok dapat dicegah dengan mengurangi kebiasaan merokok Diasumsikan ada hubungan kausal antara merokok dan Bladder Cancer 33

34 PAR% = Artinya (P E )(OR 1) [(P E )(OR 1]+1 100% = ( )(2,96 1) 100% = 42,4% [( )(2,96 1)]+1 42% kasus Bladder Cancer bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok 42% kasus Bladder Cancer dapat dicegah bisa masyarakat mengurangi kebiasaan merokok Diasumsikan ada hubungan kausal antara merokok dan Bladder Cancer Pada studi Kohort, rumus mengitung PAR% adalah P (RR 1) PAR% = 100% [P (RR 1)]+1 PREVENTED FRACTION (PF) Bila RR < 1, proporsi kasus baru akan timbul bila tidak ada factor pemajan. PF = I unexposed I exposed I unexposed = 1 RR Contoh (Prevented Fraction Vaccice Efficcacy) D+ (Cases) Population Cases/1000 RR E+ (Vaccinated) ,49 0,28 E- (Unvaccinated) ,72 1 (Ref) ,11 PF = 1,72 0,49 1,72 = 0,72 atau = 1 RR = 1 0,28 = 0,72 Contoh (AR Dua Kasus) D1+ (Lung Cancer) per ADR D2+ (CHD) per ADR E+ (Smoker) 127, E- (Non-smoker) 12,8 500 RRLC = 127 = 9,9 sehingga ARLC = ,8 = 114,4 per ,8 34

35 Artinya RRCHD = = 2 sehingga ARCHD = = 500 per Risiko akibat kebiasaan merokok pada CHD (RR=2) lebih rendah dibanding pada LC (RR=9,9) AR pada CHD (AR=500) lebih tinggi dibandingkan pada LC (AR=114,4) Kesimpulannya CHD merupakan kasus yang sering terjadi pada populasi, sehingga jumlah pasien hidup yang tertolong akan lebih lebih CHD dibanding LC. Faktor pemajan memiliki efek relative (RR) yang kuat, tetapi memiliki perbedaan yang kecil (RD). Contoh (RR dan RD) D1+ (Lung Cancer) per ADR D2+ (CHD) per ADR E+ (Smoker) E- (Non-smoker) RELATIVE RISK (RR) 10,4 1,37 RISK DIFFERENCE (RD) Contoh (RR, RD, AR, PAR, PF) Data hipotesis kanitan antara kadar Kolesterol dan angka insidens penyakit jantung koroner dalam suatu Kohort D+ (Cases) Population Cases/1000 RR E+ (Vaccinated) ,49 0,28 E- (Unvaccinated) ,72 1 (Ref) ,11 PF = 1,72 0,49 1,72 = 0,72 atau = 1 RR = 1 0,28 = 0,72 35

36 36

UKURAN DAMPAK DALAM EPIDEMIOLOGI. Putri Handayani, M.KKK

UKURAN DAMPAK DALAM EPIDEMIOLOGI. Putri Handayani, M.KKK UKURAN DAMPAK DALAM EPIDEMIOLOGI Putri Handayani, M.KKK Measures of Public Health Impact Attributable Risk (AR) Attributable Risk Percent (AR%) Number Percentage Population Attributable Risk (PAR) Number

Lebih terperinci

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT UKURAN FREKUENSI PENYAKIT ade.heryana24@gmail.com 6 Desember 2015 Universitas Esa Unggul - Jakarta Jenis Ukuran dalam Epidemiologi Tipe Matematik Dengan denominator Tanpa denominator Tipe Epidemiologik

Lebih terperinci

UKURAN ASOSIASI DALAM EPIDEMIOLOGI. Putri Handayani, M. KKK

UKURAN ASOSIASI DALAM EPIDEMIOLOGI. Putri Handayani, M. KKK UKURAN ASOSIASI DALAM EPIDEMIOLOGI Putri Handayani, M. KKK Tipe ukuran yang digunakan dalam epidemiologi Ukuran asosiasi Merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu eksposur/faktor risiko dan

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI K3 UKURAN-UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

EPIDEMIOLOGI K3 UKURAN-UKURAN FREKUENSI PENYAKIT DR.. RobianaModjo, SKM, MKes S-Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sesi: Ukuran Fekuensi.. PDMOLOG K3 UKURAN-UKURAN FRKUNS PNYAKT PNDAHULUAN. Definisi pidemiologi Last (988) pidemiologi adalah studi distribusi

Lebih terperinci

UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI UKURAN FREKWENSI KEJADIAN PENYAKIT UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI FITRA YELDA Secara garis besar kejadian dapat berupa : Morbiditas /kesakitan Mortalitas / kematian Ada 3 macam parameter matematis yang digunakan

Lebih terperinci

UKURAN-UKURAN FREKUENSI EPIDEMIOLOGI

UKURAN-UKURAN FREKUENSI EPIDEMIOLOGI UKURAN-UKURAN FREKUENSI EPIDEMIOLOGI 1 Definisi Epidemiologi Last (1988) Epidemiologi adalah studi distribusi dan determinan kesehatan yang terkait keadaan atau peristiwa dalam populasi tertentu, dan aplikasi

Lebih terperinci

Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU

Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU Ukuran Frekuensi; Ukuran Asosiasi; Ukuran Dampak. Ukuran frekuensi merupakan ukuran dalam epidemiologi deskriptif; Ukuran

Lebih terperinci

Attributable Risk (AR) dan Population Attributable Risk (PAR) MK Epidemiologi Gizi Smt III 1

Attributable Risk (AR) dan Population Attributable Risk (PAR) MK Epidemiologi Gizi Smt III 1 Attributable Risk (AR) dan Population Attributable Risk (PAR) MK Epidemiologi Gizi Smt III 1 Pendahuluan Case control dan cohort study keduanya dirancang untuk menentukan adanya hubungan antara paparan

Lebih terperinci

UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI 1. PROPORSI Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi Rumus

Lebih terperinci

CARA PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN DAN ANGKA KEMATIAN

CARA PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN DAN ANGKA KEMATIAN CARA PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN DAN ANGKA KEMATIAN - Ukuran dasar epidemiologi RATE - Penyusunan rate perlu 3 hal: 1. Jumlah orang yang terserang penyakit / meninggal 2. Jumlah penduduk tempat asal penderita

Lebih terperinci

TUTORIAL EPIDEMIOLOGI : 1. FREKUENSI MASALAH KESEHATAN DAN PENGUKURAN

TUTORIAL EPIDEMIOLOGI : 1. FREKUENSI MASALAH KESEHATAN DAN PENGUKURAN TUTORIAL EPIDEMIOLOGI : 1. FREKUENSI MASALAH KESEHATAN DAN PENGUKURAN Tutorial Epidemiologi : 1 Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran Tujuan Pembelajaran Definisi istilah rate, ratio, proportion Membedakan

Lebih terperinci

Odds ratio = a/b = ad/bc c/d

Odds ratio = a/b = ad/bc c/d Latihan Soal Epidemiologi : Tutorial 2 (Kelompok A) Measures of Association and Measures of Public Health Impact Rumus : a. Risk Ratio : b. Rate Ratio c. Odd Ratio Odds ratio = a/b = ad/bc c/d d. Attributable

Lebih terperinci

Tutorial Epidemiologi : 1. Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran

Tutorial Epidemiologi : 1. Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran Tutorial Epidemiologi : 1 Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran Tujuan Pembelajaran Definisi istilah rate, ratio, proportion Membedakan : incidence rate vs prevalence Point prevalence vs period prevalence

Lebih terperinci

2. Proporsi Perbandingan 2 nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Contoh: Proporsi 12/(12+20)= 0,375

2. Proporsi Perbandingan 2 nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Contoh: Proporsi 12/(12+20)= 0,375 OLEH KELOMPOK IV 1. Rasio merupakan nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut Contoh: Keracunan makanan terdapat 32 orang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA STUDI KOHORT

ANALISIS DATA STUDI KOHORT Etih Sudarnika Laboratorium Epidemiologi Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan IPB ANALISIS DATA STUDI KOHORT Bahan Kuliah Mata Ajaran

Lebih terperinci

Cross sectional Case control Kohort

Cross sectional Case control Kohort Definisi Cross sectional Case control Kohort Rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status penyakit dan paparan secara bersamaan pada individu

Lebih terperinci

PENGUKURAN FREKUENSI PENYAKIT

PENGUKURAN FREKUENSI PENYAKIT PENGUKURAN FREKUENSI PENYAKIT Dalam epidemiologi ukuran yg banyak digunakan dlm menentukan morbiditas dan mortalitas adalah: Angka, Rasio, dan Proporsi RASIO merupakan nilai relatif yg dihasilkan dari

Lebih terperinci

Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit

Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit Mengapa mengukur penyakit? Tujuannya adalah deskripsi dan komparasi Jenis pertanyaannya mencakup: Seperti apa mortalitas dan morbiditas yang khas pada kelompok unggas

Lebih terperinci

PENELITIAN OBSERVASIONAL. DR. Titiek Sumarawati,MKes

PENELITIAN OBSERVASIONAL. DR. Titiek Sumarawati,MKes PENELITIAN OBSERVASIONAL DR. Titiek Sumarawati,MKes Rancangan penelitian kesehatan berdasar klasifikasi penelitian Rancangan Penelitian Jenis Contoh Observasional (noneksperimen) Eksperimen Deskriptif

Lebih terperinci

Ukuran-Ukuran dalam Kesehatan dan Epidemiologi

Ukuran-Ukuran dalam Kesehatan dan Epidemiologi Ukuran-Ukuran dalam Kesehatan dan Epidemiologi Oleh : Suyatno, Ir. MKes Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: 08122815730 / 024-70251915 Ukuran-ukuran/Indikator

Lebih terperinci

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT. Bentuk Dasar ukuran frekuensi Penyakit Jenis Ukuran frekuensi Penyakit

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT. Bentuk Dasar ukuran frekuensi Penyakit Jenis Ukuran frekuensi Penyakit UKURAN FREKUENSI PENYAKIT Bentuk Dasar ukuran frekuensi Penyakit Jenis Ukuran frekuensi Penyakit Seberapa besar masalah flu burung di Indonesia? Tidak terlalu banyak Mulai banyak? Tentu Tidak Paling sederhana

Lebih terperinci

DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI &

DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI & DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI & APLIKASINYA (UKURAN 2 EPIDEMIOLOGI) DALAM KEBIDANAN PENGUKURAN FREKUENSI MASALAH KESEHATAN Cara mengukur frekwensi masalah kesehatan yang dapat dipergunakan dalam Epidemiologi

Lebih terperinci

Epidemiologi Kesehatan Reproduksi - 2

Epidemiologi Kesehatan Reproduksi - 2 Pengertian, tujuan dan kegunaan Terjadinya penyakit / masalah kesehatan reproduksi Faktor resiko terjadinya masalah kesehatan reproduksi Ukuran-ukuran status kesehatan epidemiologi yang terkait dalam kespro

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEJADIAN PENYAKIT ETIH SUDARNIKA LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN IPB

PENGUKURAN KEJADIAN PENYAKIT ETIH SUDARNIKA LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN IPB PENGUKURAN KEJADIAN PENYAKIT ETIH SUDARNIKA LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN IPB Tujuan: Memberikan gambaran kuantiatif seberapa besar kejadian suatu penyakit pada populasi Populasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 31 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain kohort retrospektif mengenai pengaruh PMT pada penderita TB paru terhadap konversi

Lebih terperinci

Introduksi. Disain penelitian Epidemiologi

Introduksi. Disain penelitian Epidemiologi 1 Introduksi Disain penelitian Epidemiologi 2 Untuk mempelajari distribusi dan frekwensi penyakit di populasi dipakai disain studi epidemiologi deskriptif Untuk mempelajari diterminan suatu penyakit di

Lebih terperinci

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa. JENIS DESAIN PENELITIAN 1. Cross-Sectional Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktorfaktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

Lebih terperinci

Analisis Data Kategorikal

Analisis Data Kategorikal Analisis Data Kategorikal Topik: Data & skala pengukuran Uji hipotesis untuk data kontinu Uji hipotesis untuk data kategorikal Desain penelitian kesehatan Ukuran asosiasi Regresi Logistik Target: Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI

BAB 1 KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI BAB 1 KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI Pendahuluan Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang dapat memberikan dampak baik positif maupun negatif. Contoh dampak negatif dari era globalisasi

Lebih terperinci

30/10/2015. Tujuan epidemiologi kebidanan :

30/10/2015. Tujuan epidemiologi kebidanan : Pengertian, tujuan dan kegunaan Terjadinya penyakit / masalah kesehatan reproduksi Faktor resiko terjadinya masalah kesehatan reproduksi Ukuran-ukuran status kesehatan epidemiologi yang terkait dalam kespro

Lebih terperinci

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI Suatu penelitian ingin mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit Thypoidpada anak-anak. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI GIZI. Saptawati Bardosono

EPIDEMIOLOGI GIZI. Saptawati Bardosono EPIDEMIOLOGI GIZI Saptawati Bardosono Pendahuluan Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari frekuensi penyakit pada manusia Epidemiologi mempelajari distribusi penyakit

Lebih terperinci

UKURAN MORTALITAS. Nunik Puspitasari, S.KM, M.Kes Dept. Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

UKURAN MORTALITAS. Nunik Puspitasari, S.KM, M.Kes Dept. Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga UKURAN MORTALITAS Nunik Puspitasari, S.KM, M.Kes Dept. Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Pengukuran mortalitas membutuhkan ketepatan dalam: 1. Kelompok

Lebih terperinci

MORTALITAS (KEMATIAN)

MORTALITAS (KEMATIAN) MORTALITAS (KEMATIAN) Pengantar: Kematian terkait dengan masalah sosial dan ekonomi Komitmen MDGs pada tahun 2015: - Angka Kematian Bayi menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup - Angka Kematian Ibu menjadi

Lebih terperinci

UKURAN-UKURAN DEMOGRAFI

UKURAN-UKURAN DEMOGRAFI UKURAN-UKURAN DEMOGRAFI 1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan banyak jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Sex

Lebih terperinci

Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership)

Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership) Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership) Hubungan obesitas dengan kejadian penyakit jantung koroner di usia lebih atau sama dengan 40 tahun pada kelompok orang yang memiliki keluarga riwayat

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) AKADEMI KEBIDANAN MITRA HUSADA MEDAN Jalan Pintu Air IV Pasar 8 Kel. Kwala Bekala, Kec. Medan Johor - Medan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) AKADEMI KEBIDANAN MITRA HUSADA MEDAN Jalan Pintu Air IV Pasar 8 Kel. Kwala Bekala, Kec. Medan Johor - Medan MH RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH AKADEMI KEBIDANAN MITRA HUSADA MEDAN Jalan Pintu Air IV Pasar 8 Kel. Kwala Bekala, Kec. Me Johor - Me RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER KODE BOBOT (SKS) SEMESTER

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Indra Pramana Widya., 2011 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S

Lebih terperinci

Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi.

Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi. Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi. Ternyata didapatkan hubungan dengan obesitas, merokok, dan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan akan memberikan beban mortalitas, morbiditas dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita,

Lebih terperinci

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation Demografi formal Pengumpulan dan analisis statistik atas data demografi Dilakukan ahli matematika dan statistika Contoh : jika jumlah perempuan usia subur (15-49) berubah, apa pengaruhnya pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak. umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak. umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat

Lebih terperinci

MUSLIM, MPH 5/8/2010. Akademi Kebidanan Anugerah Bintan

MUSLIM, MPH 5/8/2010. Akademi Kebidanan Anugerah Bintan EPIDEMIOLOGI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN MUSLIM, MPH Blog: muslimpinang.wordpress.com Blog: akbidanugrahbintan.wordpress.com Email: muslimmph@yahoo.co.id HP. 081 27768269 Akademi Kebidanan Anugerah Bintan

Lebih terperinci

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita

Lebih terperinci

UU kes no 36 tahun 1992 NILUH WINDA ANGGRIANI

UU kes no 36 tahun 1992 NILUH WINDA ANGGRIANI UU kes no 36 tahun 1992 29 juni 2013 Ukuran-ukuran epidemiologi Frekuensi penyakit (masalah kes) adalah keterangan ttg banyaknya suatu msalah kes yg ditemukan dlm kelompok manusia yg dpt dinyatakan dgn

Lebih terperinci

BIOSTATISTIKA DAN EPIDEMIOLOGI (MMS-4411)

BIOSTATISTIKA DAN EPIDEMIOLOGI (MMS-4411) BAHAN AJAR BIOSTATISTIKA DAN EPIDEMIOLOGI (MMS-4411) Disusun oleh: Dr. Danardono, MPH. PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lebih terperinci

Observasional study. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt. Department of Pharmacy Faculty of Mathematics and Science Lambung Mangkurat University

Observasional study. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt. Department of Pharmacy Faculty of Mathematics and Science Lambung Mangkurat University Observasional study Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt Department of Pharmacy Faculty of Mathematics and Science Lambung Mangkurat University Cross-sectional Rancangan penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF. Putri Handayani, SKM., M.KKK

STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF. Putri Handayani, SKM., M.KKK STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF Putri Handayani, SKM., M.KKK Epidemiologi Definisi: Studi tentang sebaran (distribusi) dan faktor yang berpengaruh (determinan) dari frekuensi penyakit pada populasi (manusia).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK Oleh : Dr. Edison, MPH Bagian Ilmu Kesehatan Masysarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas EPIDEMIOLOGI : Ilmu yang mempelajari frekuensi

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2017/2018 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2017/2018 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2017/2018 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL Mata kuliah : Dasar Dasar Epidemiologi Kode MK : KMS233 Mata kuliah

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEHATAN. pengertian, definisi operasional, dan formula perhitungannya

INDIKATOR KESEHATAN. pengertian, definisi operasional, dan formula perhitungannya INDIKATOR KESEHATAN pengertian, definisi operasional, dan formula perhitungannya Pendahuluan Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat telah dilakukan Namun, bila dibandingkan

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO PENYAKIT

FAKTOR RISIKO PENYAKIT MAKALAH EPIDEMIOLOGI KLINIK FAKTOR RISIKO PENYAKIT DOSEN MATA KULIAH: dr. Edison, MPH DISUSUN OLEH KELOMPOK V: 1. Peny Ariani : 1220342001 2. Henny Gustianti : 3. Henni Fitria : 4. Lini Gustini : PROGRAM

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI SA Putri, Nurdjaman Nurimaba, Henny Anggraini Sadeli, Thamrin Syamsudin Bagian

Lebih terperinci

MORTALITAS & MORBIDITAS

MORTALITAS & MORBIDITAS MORTALITAS & MORBIDITAS Angka Kematian o Death Rate (crude death rate) adalah jumlah kematian per 1000 penduduk pada tahun tertentu o CDR= ΣD P tengah tahun x k o CDR=crude death rate o D= jumlah kematian

Lebih terperinci

Modul 13 Ukuran Sampel

Modul 13 Ukuran Sampel Modul 13 Ukuran Sampel Daftar Isi 13.1 Tujuan Pembelajaran..................... 1 13.2 Prinsip Penghitungan Besar Sampel............. 1 13.3 Ukuran Sampel untuk Uji Mean............... 3 13.4 Ukuran Sampel

Lebih terperinci

Studi epidemiologi deskriptif

Studi epidemiologi deskriptif Studi epidemiologi deskriptif Penelitian Crosectional Adalah rancangan studi epidemiologi yg memepelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ASTRI ATTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini di desain melalui pendekatan cross-sectional study yaitu rancangan suatu studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan

Lebih terperinci

MORTALITAS DAN MORBIDITAS

MORTALITAS DAN MORBIDITAS MORTALITAS DAN MORBIDITAS PEMBAHASAN MORTALITAS MORBIDITAS PENGUKURAN MORBIDITAS DAN MORTALITAS PERKEMBANGAN ANGKA KEMATIAN ANAK DAN IBU DI INDONESIA KLIK BACK MORTALITAS Mortalitas diartikan sebagai kematian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang

BAB II KAJIAN TEORI. Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang BAB II KAJIAN TEORI BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Survival Analisis survival atau analisis ketahanan hidup adalah metode yang berhubungan dengan jangka waktu, dari awal pengamatan sampai suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat analitik dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN EKOLOGIS MP-KONSENTRASI MAGISTER KESEHATAN IBU-ANAK

RANCANGAN EKOLOGIS MP-KONSENTRASI MAGISTER KESEHATAN IBU-ANAK RANCANGAN EKOLOGIS MP-KONSENTRASI MAGISTER KESEHATAN IBU-ANAK TIPOLOGI RANCANGAN EPIDEMIOLOGI 1. RANCANGAN DASAR (basic-design) * Kriteria unit pengamatan : Individu, ada informasi ttg faktor resiko &

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan jenis penelitian case control

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan jenis penelitian case control BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan jenis penelitian case control yaitu suatu penelitian dengan cara membandingkan antara kelompok kasus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusun. Kelompok 1

KATA PENGANTAR. Penyusun. Kelompok 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan izin dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah farmakoepidemiologi tentang Studi Cohort. Dalam makalah

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis data sekunder dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI) tahun 2007, dengan menggunakan

Lebih terperinci

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETAHANAN HIDUP BAYI NEONATAL DI INDONESIA

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETAHANAN HIDUP BAYI NEONATAL DI INDONESIA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETAHANAN HIDUP BAYI NEONATAL DI INDONESIA lngan Ukur Tarigan1, dan Tati Suryati1 ABSTRACT Background: Health care for children under five year in Indonesia was still

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. 3.2. Waktu dan tempat Penelitian dilakukan di Departemen

Lebih terperinci

Statistik Non-Parametrik. Saptawati Bardosono

Statistik Non-Parametrik. Saptawati Bardosono Statistik Non-Parametrik Saptawati Bardosono Uji statistik non-parametrik: Chi-square test Fisher-test Kolmogorov-Smirnov McNemar test Korelasi rank Mann Whitney Wilcoxon Chi-squared test tabel 2X2 Pada

Lebih terperinci

Konfounding dan Interaksi. Departemen Biostatistika FKM UI, 2010

Konfounding dan Interaksi. Departemen Biostatistika FKM UI, 2010 Konfounding dan Interaksi Departemen Biostatistika FKM UI, 2010 CONFOUNDING Dari bahasa latin cunfundere (to mix together) Pengertian: Suatu distorsi (gangguan) dalam menaksir pengaruh paparan terhadap

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MATA KULIAH: PRINSIP-PRINSIP EPIDEMIOLOGI. (Frekuensi Masalah Kesehatan)

BAHAN AJAR MATA KULIAH: PRINSIP-PRINSIP EPIDEMIOLOGI. (Frekuensi Masalah Kesehatan) BAHAN AJAR MATA KULIAH: PRINSIP-PRINSIP EPIDEMIOLOGI (Frekuensi Masalah Kesehatan) OLEH LIA AMALIA JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERITAS NEGERI GORONTALO

Lebih terperinci

Kata Kunci: Merokok, Kepadatan Hunian, Ventilai, TB Paru

Kata Kunci: Merokok, Kepadatan Hunian, Ventilai, TB Paru ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN TB PARU DI RSUD MERAUKE Maria Grizella Aldehaids Malelak*, Afnal Asrifuddin*, Grace. D. Kandou* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan modern. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan

Lebih terperinci

Studi Epidemiologi Analitik. DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika

Studi Epidemiologi Analitik. DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika Studi Epidemiologi Analitik DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK 1.1 PENGERTIAN STUDI EPIDEMIOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. Polusi Udara + ISPA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. analisis kesintasan bertujuan menaksir probabilitas kelangsungan hidup, kekambuhan,

BAB III LANDASAN TEORI. analisis kesintasan bertujuan menaksir probabilitas kelangsungan hidup, kekambuhan, 17 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Data Analisis Survival (Survival Analysis) Analisis survival (survival analysis) atau analisis kelangsungan hidup atau analisis kesintasan bertujuan menaksir probabilitas

Lebih terperinci

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA Ika Setya P 1, Krisnawati Bantas 2 1 Stikes Wira Medika PPNI Bali, 2 FKM Universitas Indonesia

Lebih terperinci

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi TUJUAN Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif Pertemuan 4 - Epidemiologi Adalah studi yang menggambarkan karakteristik & sebaran masalah kesehatan/ penyakit;

Lebih terperinci

Pengukuran Kejadian Penyakit

Pengukuran Kejadian Penyakit Pengukuran Kejadian Penyakit Deskripsi sesi: Pengukuran adalah bagian terpenting dari suatu penelitian epidemiologi. Aspek pengukuran meliputi alat ukur, cara pengukuran dan hasil pengukuran. Secara umum

Lebih terperinci

Menghitung Besar Sampel Kasus Kontrol dan Eksperimen

Menghitung Besar Sampel Kasus Kontrol dan Eksperimen Menghitung Besar Sampel Kasus Kontrol dan Eksperimen Sri Poedji Hastoety Djaiman Badan Litbangkes-Kemenkes RI Sumber utama: dr. Iwan Ariawan, MSc.PH FKM-UI Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus dalam setiap program kesehatan karena

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Oleh : YULI MARLINA 080100034 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 GAMBARAN FAKTOR RISIKO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Dalam penelitian ini ruang lingkup keilmuan adalah Ilmu Gizi. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September

Lebih terperinci

BESAR SAMPEL. Saptawati Bardosono

BESAR SAMPEL. Saptawati Bardosono BESAR SAMPEL Saptawati Bardosono Mengapa perlu menentukan besar sampel? Tujuan utama penelitian: Estimasi nilai tertentu pada populasi (rerata, total, rasio), misal: Mengetahui proporsi penyakit ISPA pada

Lebih terperinci

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan neoplasma yang jarang terjadi di sebagian

Lebih terperinci

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF Putri Winda Lestari, S.KM., M.Kes (Epid) STIKes Binawan Classification of Epidemiology Study Classification of Community Epidemiology Prevention Treatment Trials Study

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

Asosiasi dan Uji Perbedaan

Asosiasi dan Uji Perbedaan Asosiasi dan Uji Perbedaan Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menjelaskan pengertian asosiasi dan Tabulasi Silang. Menghitung koefisien korelasi dan uji perbedaan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI VETERINER. Screening dan diagnostic test

EPIDEMIOLOGI VETERINER. Screening dan diagnostic test EPIDEMIOLOGI VETERINER Screening dan diagnostic test PKH UB - 2013 Epidemiology : the study of patterns of disease and health in populations. For particular disease, epidemiology provides information about

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI. Putri Ayu Utami S. Kep, Ns.

KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI. Putri Ayu Utami S. Kep, Ns. KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI Putri Ayu Utami S. Kep, Ns. Pengertian Epidemiologi berasal dari kata Yunani yaitu: Epi : Di antara / di atas / tentang Demos : Masyarakat Logos : Ilmu / Doktrin Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Ibu hamil Pekerjaan Ibu hamil Pendidikan Ibu hamil Umur kehamilan ibu hamil Jumlah asupan protein Variable Terikat Kejadian Kekurangan Energi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian

Lebih terperinci

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI 49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50

Lebih terperinci

CATATAN TUTORIAL OPTIMA

CATATAN TUTORIAL OPTIMA CATATAN TUTORIAL OPTIMA Quantitative Qualitative Analytic Descriptive Experimental Non-experimental Observational Randomizes Clinical Trial Non-randomized Clinical Trial Survey Case report Cross-sectional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Analisis Survival

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Analisis Survival BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan bab selanjutnya dan pembahasan utama dalam penelitian

Lebih terperinci