Introduksi. Disain penelitian Epidemiologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Introduksi. Disain penelitian Epidemiologi"

Transkripsi

1 1

2 Introduksi Disain penelitian Epidemiologi 2

3 Untuk mempelajari distribusi dan frekwensi penyakit di populasi dipakai disain studi epidemiologi deskriptif Untuk mempelajari diterminan suatu penyakit di populasi dipakai disain studi epidemiologi analitik 3

4 Penelitian epidemiologi berdasarkan unit pengamatan/unit analisisnya dapat dibagi menjadi : studi dengan unit pengamatan/analisis individu studi epidemiologi dengan unit pengamatan/analisis agregat Termasuk disain studi epidemiologi dengan unit pengamatan /analisis individu adalah : disain studi laporan kasus disain studi serial kasus disain studi potong lintang disain studi kasus - kontrol disain studi kohort disain studi intervensi 4

5 Termasuk disain studi epidemiologi dengan unit pengamatan /analisis agregat adalah : disain studi korelasi Penelitian epidemiologi berdasarkan bagaimana tindakan peneliti terhadap subjek yang diteliti dapat dibagi menjadi : disain studi observasional disain studi intervensi Termasuk disain studi epidemiologi yang bersifat studi observasional adalah : semua disain studi epidemiologi kecuali studi intervensi, yakni; semua disain studi epidemiologi deskriptif semua disain studi epidemiologi analitik kecuali studi intervensi 5

6 Pada disain studi epidemiologi yang bersifat studi observasional, peneliti hanya mengobservasi subjek-subjek yang diteliti tanpa melakukan intervensi Pada disain studi epidemiologi yang bersifat intervensi, peneliti melakukan intervensi pada subjek-subjek yang diteliti 6

7 merupakan studi epidemiologi yang bersifat observasional unit pengamatan/analisisnya individual merupakan laporan kasus-kasus penyakit dengan diagnosis yang diduga sama biasanya merupakan penyakit-penyakit baru, masalah kesehatan baru, fenomena baru yang belum jelas menggambarkan riwayat penyakit, pengalaman klinis dari masing-masing kasus laporan kasus-kasus kemudian dapat dianalisis secara sederhana yakni dengan melihat distribusi/ frekwensi penyakit berdasarkan : gejala-gejala klinis Orang, Tempat, Waktu 7

8 tujuan : diperoleh informasi tentang distribusi frekwensi penyakit /masalah kesehatan yang diteliti diperoleh informasi tentang kelompok yang berisiko tinggi terhadap penyakit dapat dipakai untuk membangun/memformulasikan hipotesis baru kelemahan : gambaran distribusi, frekwensi penyakit yang diperoleh tidak dapat mewakili populasi hanya berdasarkan kasus-kasus yang dilaporkan saja kelebihan : sebagai langkah awal untuk mempelajari suatu penyakit sebagai jembatan antara penelitian klinis dan penelitian epidemilogi dapat digunakan untuk sebagai dasar penelitian lebih lanjut : dengan melihat kelompok yang berisiko tinggi dengan membuktikan hipotesis yang dibangun 8

9 contoh dari suatu studi laporan kasus suatu penyakit yang belum jelas sebut penyakit X, 10 orang dengan gejala-gejala yang mirip satu sama lain : berdasarkan gejala dan pemeriksaan laboratoris Berat badan : 9 orang dengan gejala mengurus, 1 berat badan tidak turun Diare : 6 diare, 4 tidak ada diare Demam : 8 demam dengan pnemonia, 4 tidak demam Bercak pada kulit : 7 orang mempunyai, 3 tidak ada bercak Pemeriksaan laboratoris : semua pasien angka limfosit menurun drastis berdasarkan gambaran demografinya sex : 9 pria, 1 wanita umur : 8 dewasa muda, 2 tua pekerjaan : 6 pemusik, 4 pegawai 9

10 kebiasaan mengkonsumsi drugs : menggunakan jarum suntik 8 orang, cara lain 2 orang bukan pengguna perilaku berhubungan intim : sesama jenis 8 orang, lawan jenis 2 orang dari data diatas dapat dilihat bahwa : dari gejala dan pemeriksaan laboratoris penyakit X tersebut adalah : 90 % berat-badan menurun 60 % diare 80 % demam dengan pneumonia 70 % bercak pada kulit 100 % limfosit menurun drastis 10

11 dari gambaran demografisnya 90% pria 80% dewasa muda 60% pemusik dari kebiasaan mengkonsumsi narkoba 80% pecandu narkoba dari perilaku seksual : 80 % homoseksual diperoleh gambaran distribusi, frekwensi penyakit berdasarkan : gejala dan tanda serta pemeriksaan laboratoris gambaran demografi kebiasaan mengkonsumsi narkoba perilaku seksual 11

12 dari analisis sederhana diatas didapat informasi kelompok orang yang berisiko antara lain : pria dewasa muda pemusik pecandu narkoba homoseksual dari informasi tadi dapat dibangun suatu hipotesis pria lebih berisiko untuk mendapat penyakit X dari pada wanita usia dewasa muda lebih berisiko untuk mendapat penyakit X dari pada yang usia tua pemusik lebih berisiko untuk mendapat penyakit X dari pada non pemusik pecandu narkoba lebih berisiko untuk mendapat penyakit X dari pada bukan pecandu homoseksual lebih berisiko untuk mendapat penyakit X dari pada bukan heteroseksual 12

13 Untuk mendapatkan informasi yang dapat menggambarkan distribusi, frekwensi penyakit yang mewakili populasi diperlukan penelitian epidemiologi deskriptif lain, dimana sampel penelitian mewakili populasi yang diteliti disain studi epidemiologi yang sesuai dipakai untuk itu adalah disain studi potong lintang. Untuk membuktikan hipotesis yang dibangun, dapat dilakukan penelitian epidemiologi analitik lebih lanjut antara lain dapat dengan : studi kohort studi kasus kontrol studi intervensi 13

14 Studi Epidemiologi Serial Kasus merupakan studi epidemiologi yang bersifat observasional unit pengamatan/unit analisis adalah individu merupakan kumpulan kasus-kasus individual suatu penyakit dengan diagnosis yang sama sama dengan studi laporan kasus tapi dengan kasus yang lebih banyak surveilens yang rutin dilakukan untuk suatu penyakit yang belum jelas diagnosisnya ataupun sudah jelas diagnosisnya : merupakan kumpulan laporan kasus-kasus, atau serial kasus dapat digunakan untuk menditeksi munculnya penyakit baru dapat digunakan juga untuk menditeksi adanya epidemi 14

15 kumpulan laporan kasus kemudian dianalisis secara sederhana yakni dengan melihat distribusi/ frekwensi penyakit berdasarkan Orang, Tempat, Waktu tujuan : diperoleh informasi tentang distribusi frekwensi penyakit /masalah kesehatan yang diteliti diperoleh informasi tentang kelompok yang berisiko tinggi terhadap penyakit dapat dipakai untuk membangun/memformulasikan hipotesis baru 15

16 kelemahan : gambaran distribusi, frekwensi penyakit yang diperoleh tidak dapat mewakili populasi hanya berdasarkan kasus-kasus yang dilaporkan saja kelebihan : sebagai langkah awal untuk mempelajari gambaran epidemiologi suatu penyakit sebagai jembatan antara penelitian klinis dan penelitian epidemilogi dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut : dengan melihat kelompok yang diduga berisiko tinggi dengan membuktikan hipotesis yang dibangun 16

17 Latihan : Kota X mempunyai 8 RS. Seorang dokter disalah satu RS melakukan penelitian terhadap kasus kasus diabetes mellitus (DM), selama 1 tahun penelitiannya terkumpul data sebagai berikut : No ID Sex Umur Suku Kadar gula Darah gr/dl Wanita Wanita Pria Pria Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Pria Pria Pria Pria Wanita Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Pria Pria Wanita Wanita Pria Wanita Wanita Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Jawa Jawa Sumatra Sumatra Jawa Jawa Betawi Betawi Betawi Betawi Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Sumatra Sumatra Betawi Betawi Betawi Betawi Sumatra Sumatra Jawa Betawi Betawi Sumatra Jawa Betawi Sumatra Betawi Betawi Betawi Betawi Betawi Jawa Komplikasi Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Tidakada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Status Keluar dr RS Meninggal Hidup Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Hidup Hidup Meninggal Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup Meninggal Meninggal Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup Meninggal Meningga Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Meninggal Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup 17

18 Tugas : deskripsikan distribusikan/frekwensi penyakit DM berdasarkan : jenis kelamin umur ada tidaknya komplikasi kadar gula darah status pada saat pulang dari RS dapatkah gambaran distribusi/frekwensi diatas menggambarkan kondisi di populasi? apa alasannya? Dari data diatas dapatkah saudara menentukan kelompok yang diduga berisiko tinggi untuk penyakit DM? bagaimana caranya dari data diatas dapatkah saudara memformulasikan hipotesis baru adakah hubungan antara komplikasi dengan kematian pada penderita DM jika ada hubungan antara kejadian komplikasi dengan kematian pada penderita DM dapatkah hasil tersebut digeneralisasikan di populasi dapatkah saudara memformulasikan hipotesis baru dari analisis hubungan tersebut 18

19 Studi Korelasi nama lain studi ekologi merupakan studi epidemiologi yang bersifat studi observasional unit pengamatan/analisisnya adalah agregat, berikut beberapa contoh ukuran agregat : ukuran agregat yang mengukur nilai rata-rata, median, atau proporsi dari kumpulan nilai-nilai individu di suatu kelompok misal : nilai rate suatu penyakit ; insidens, prevalens nilai rata-rata asupan lemak pada suatu kelompok individu /masyarakat nilai cakupan program nilai median dari penghasilan sekelompok individu 19

20 ukuran agregat environment, merupakan ukuran yang mewakili karakteristik fisik dari suatu lingkungan hidup misalnya : nilai cakupan rumah sehat pada suatu area nilai intensitas polusi pada suatu area nilai kepadatan jentik pada suatu area populasi studi terdiri dari kumpulan unit pengamatan dari mana ukuran agregat diukur sebagai contoh : unit pengamatan untuk angka kepadatan jentik, dan insidens DHF diukur berdasarkan area kerja puskesmas, maka populasi studi terdiri dari kumpulan puskesmas - puskesmas 20

21 analisis yang dilakukan dapat bersifat: deskriptif : melihat distribusi frekwensi dari variabel yang diteliti (dalam unit agregat) analitik : melihat korelasi/hubungan antara variabel-variabel diteliti jika variabel exposure dan variabel outcome diukur sebagai data kontinyu hubungannya secara statistik diuji dengan uji korelasi kekuatan/keeratan hubungan dilihat dengan melihat nilai koefisien korelasi ( r ) jika variabel exposure dan variabel outcome diukur sebagai data kategorikal hubungannya secara statistik dapat diuji dengan uji kuadrat, atau regressi logistik kekuatan hubungan dilihat dengan menghitung RR atau OR 21

22 contoh : suatu studi ekologi ingin melihat korelasi antara cakupan imunisasi campak dengan insidens campak unit pengamatan puskesmas populasi studi; 10 puskesmas cakupan imunisasi campak dianggap sebagai (exposure / independent variable) insidens campak dianggap sebagai (outcome /dependent variable) contoh 1: jika variabel bebas dan variabel terikat diukur dengan skala kontinyu y = insidens campak x = cakupan imunisasi campak hubungan secara statitik diuji dengan uji korelasi kekuatan hubungan dilihat dari koefisien korelasi 22

23 data : ID PKM X (%) Y(%) X 2 Y 2 XY x N =10 X Y X 2 Y 2 XY n xy - ( x )( xy) r = n x 2 - ( x ) 2 n y 2 - ( y ) 2 23

24 persamaan garis linier : y = a + bx n xy - ( x )( y) b = n x 2 - ( x ) 2 y - b x a = n b 2 [ x 2 - ( x ) 2 /n] r 2 = r = r 2 y 2 - ( y) 2 /n 24

25 a = intercept merupakan titik dimana garis memotong sumbu y jika nilai a negatif, garis memotong sumbu y dibawah sumbu x jika nilai a positif, garis memotong sumbu y diatas sumbu x b = slope; angka dimana nilai y berubah untuk setiap unit perubahan pada x Jika nilai b negatif menunjukkan arah garis dari bagian atas sudut kiri kebagian bawah sudut kanan Jika nilai b positif menunjukkan arah garis dari bagian bawah sudut kiri ke bagian atas sudut kanan Dalam persamaan regressi disebut dengan koefisien regressi, memprediksi perubahan y untuk setiap unit perubahan pada x 25

26 r = koefisien korelasi menggambarkan kekuatan hubungan variabel x dan y nilai r berkisar dari 0 sampai 1 makin mendekati 1 ada hubungan linier yang kuat antara x dan y makin mendekati 0 hampir tidak ada hubungan antara x dan y nilai r dapat positif ataupun negatif nilai r yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara x dan y jika x meningkat y menurun jika x menurun y meningkat nilai r yang positif menunjukkan adanya hubungan yang positif antara x dan y jika x meningkat y meningkat jika x menurun y juga menurun 26

27 sebagai contoh nilai r = ada hubungan linier yang kuat antara variabel x dan y jika x meningkat y menurun atau sebaliknya y r = positif dan mendekati 1 x y r = negatif dan mendekati 1 x 27

28 r = positif dan mendekati nol 28

29 Uji statistik : untuk melihat apakah nilai r yang didapat merupakan ukuran yang cukup bermakna secara statistik untuk mengindikasikan bahwa di populasi kedua variabel x dan y berkorelasi hipotesis : H 0 : r = 0 H A : r 0 r = koefisien korelasi di populasi uji statistik jika r = 0 n - 2 t = r dengan derajat kebebasan = n r 2 29

30 jika dipakai = 0.05, dan hasil kalkulasi uji statistik mempunyai nilai p < 0.05 maka H 0 ditolak, artinya koefisien korelasi di populasi tidak sama dengan 0, artinya hasil kalkulasi r berdasarkan sampel tadi cukup bermakna secara statistik atau dengan kata lain korelasi antara variabel x dan y bermakna secara statistik 30

31 contoh 2 : jika variabel terikat dan variabel bebas diukur dengan skala kategorikal data : ID PKM X (%) kategori Y (%) kategori rendah rendah rendah rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah X = cakupan imunisasi campak y = insidens campak PKM = puskesmas 31

32 Tabel distribusi cakupan imunisasi campak dan insidens campak Dari data diatas Insiden tinggi Insiden rendah Cakupan rendah Cakupan tinggi

33 Contoh : Dari 35 puskesmas yang mempunyai cakupan imunisasi rendah, 25 puskesmas mempunyai insiden campak yang tinggi : proporsi dari insidens campak tinggi pada pkm cakupan rendah = 25/35 odds dari insidens campak tinggi cakupan rendah = 25/10 Dari 50 puskesmas yang mempunyai cakupan imunisasi tinggi, 15 puskesmas mempunyai insiden campak yang tinggi proporsi dari insidens campak tinggi pada pkm cakupan tinggi = 15/50 odds dari insidens campak tinggi cakupan tinggi = 15/35 Insidens 25/35 odds 25/10 RR= = = 1.56 OR= = = 5.81 Insidens 15/50 odds 15/35 33

34 Uji statistik : uji homogenitas proprorsi binomial uji independensi kedua uji statistik diatas sama prosedurnya 2 : Khi kuadrat k ( O - E ) 2 2 = i = 1 O : Observed value / nilai yang diamati E : Expected value / nilai yang diharapkan E H 0 : angka cakupan imunisasi dengan insidens campak, independen (tak berhubungan) H a : angka cakupan imunisasi dengan insidens campak, tak independen (berhubungan) : 0.05 dengan derajat kebebasan = (c-1)((r-1) c= kolom r=baris jika 2 memberikan nilai P lebih besar dari maka H 0 ditolak 34

35 tabel kontingensi Observed insidens DHF angka kpdt jentik tinggi rendah total rendah a b (a+b) tinggi c d (c+d) total (a+c) (b+d) (a+b+c+d) (a+b) (a+c) (a+b) ( b+d) a = b = (a+b+c+d) (a+b+c+d) (c+d) (a+c) (c+d) (b+d) c = d = (a+b+c+d) (a+b+c+d) jika ada nilai sel E kurang dari 5, uji yang dipakai Fisher Exact Test 35

36 (a+b) (a+c) (a+b) ( b+d) a = b = (a+b+c+d) (a+b+c+d) (c+d) (a+c) (c+d) (b+d) c = d = (a+b+c+d) (a+b+c+d) jika ada nilai sel E kurang dari 5, uji yang dipakai Fisher Exact Test D + D - E + a b E - c d 36

37 Contoh menghitung nilai expected Insidens penyakit tinggi rendah total cakupan imunisasi rendah 25(a) 10(b) 35 (a+b) tinggi 15(c) 35(d) 50 (c+d) total 40(a+c) 45(b+d) 85 (a+b+c+d) total row x total colum nilai expected = grand total total row x total colum 35 x 40 nilai expected a = = = grand total 85 total row x total colum 35 x 45 nilai expected b = = = grand total 85 37

38 total row x total colum 50 x 40 nilai expected c = = = grand total 85 total row x total colum 50 x 45 nilai expected d = = = grand total 85 38

39 k ( O - E ) 2 2 = i = 1 E ( ) 2 ( ) 2 ( ) 2 ( ) 2 2 = = Didapat nilai 2 yang mana dibawa H 0 akan mengikuti distribusi khi kuadrat untuk tingkat = 0.05 kita akan menolak H 0 jika nilai nilai 2 > nilai 2 d.f..1- kita akan menerima H 0 jika nilai nilai 2 < nilai 2 d.f..1-39

40 nilai 2 d.f..1- = 3.84 { d.f = derajat kebebasan = (r-1)(c-1) = (2-1)(2-1) =1 dan 1- = = 0.95) kita menolak H 0 karena nilai nilai 2 = > 3.84 dimana nilai p < 0.05 artinya ada hubungan secara statistik antara variabel cakupan imunisasi campak dengan insiden campak kelebihan dari studi korelasi : jika data telah tersedia relatif murah dapat untuk melihat distribusi frekwensi kejadian penyakit /masalah kesehatan dalam satuan agregat di populasi dapat melihat hubungan antara variabel yang diteliti dalam satuan agregat dapat untuk membangun /memformulasikan hipotesis baru 40

41 kelemahan studi korelasi : tidak dapat melihat hubungan ditingkat individu. ada ecologic fallacy, yakni bias dalam menginterpretasikan, hubungan tingkat agregat disamakan dengan hubungan tingkat individu, misal ada hubungan antara angka cakupan imunisasi campak dengan angka insidens campak (hubungan dalam tingkat agregat) belum berarti dalam tingkat idividu ada hubungan antara imunisasi dengan kejadian penyakit campak pada seseorang sehingga untuk membuktikan adanya hubungan ditingkat individu, dari studi korelasi hanya dapat memformulasikan hipotesis baru pembuktian hipotesis tadi dengan disain studi epidemiologi analitik 41

42 Disain Studi Potong-Lintang (cross-sectional study) nama lain : studi prevalensi, survey bersifat observasional unit pengamatan dan unit analaisisnya adalah individu populasi studi merupakan populasi umum sampel diambil secara random (acak) setiap orang di populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel sampel representatif /mewakili populasi pengukuran variabel independet (exposure) dan variabel dependent (outcome) dilakukan secara simultan, sehinga : tidak dapat terlihat sekuens mana yang terjadi lebih dulu, variabel independent atau variabel dependent, atau sebaliknya konsekwensinya tidak dapat melihat hubungan sebab-akibat (exposure harus mendahului outcome ) 42

43 analisis yang dilakukan dapat bersifat: deskriptif : distribusi frekwensi kejadian penyakit/ masalah kesehatan berdasarkan orang - tempat - waktu distribusi frekwensi variabel exposure dan outcome (angka prevalens) analitik : melihat korelasi/hubungan antara variabel-variabel diteliti jika variabel exposure dan variabel outcome diukur sebagai data kontinyu hubungannya secara statistik diuji dengan uji korelasi kekuatan/keeratan hubungan dilihat dengan melihat nilai koefisien korelasi ( r ) ataupun dengan koefisien regressi 43

44 jika variabel exposure dan variabel outcome diukur sebagai data kategorikal hubungannya secara statistik dapat diuji dengan uji kuadrat, atau regressi logistik kekuatan hubungan dilihat dengan menghitung PR atau OR jika variabel exposure diukur sebagai data kontinyu dan variabel outcome diukur sebagai data kategorikal hubungannya secara statistik dapat diuji dengan regressi logistik kekuatan hubungan dilihat dengan menghitung exponensial koefisien regressi setiap ada penambahan atau pengurangan satu satuan unit exposure terjadi peningkatan atau pengurangan odds outcome sebesar eksponensial koefisien regressi 44

45 jika variabel exposure diukur sebagai data kategorikal dan variabel outcome diukur sebagai data kontinyu hubungannya secara statistik dapat diuji dengan uji t (jika hanya2 kelompok exposure ) dan tes Anova (bila lebih dari 2 kelompok) kekuatan hubungan dilihat dengan membandingkan masing-masing nilai mean pada masing-masing kelompok 45

46 Contoh : dalam suatu penelitian dengan disain potong lintang : ingin melihat hubungan antara skore intensitas psikosis dengan kadar amphetamin darah. D = skore intensitas psikosis (data kontinyu) E = kadar amphetamin darah (data kontinyu) pengukuran D dan E dilakukan secara simultan populasi pengguna amphetamin yang datang ke klinik ketergantungan obat sampel 10 orang yang diambil secara random dari populasi analisis deskriptif : menghitung mean, median, mode dari variabel D dan E 46

47 analisis analitik : buat diagram scatter untuk melihat hubungan secara kasar analisis korelasi linear dan analisis regrresi alpha ditentukan 0,05 untuk melihat hubungan E dan D lihat koefisien korelasi r untuk melihat bagaimana E memprediksian D lihat koeffisien regressi b 47

48 Data Pasien Skore intesitas psikosis Kadar amphetamin darah (Y) mg/ml ( X )

49 persamaan garis linier : y = a + bx n xy - ( x )( y) b = n x 2 - ( x ) 2 y - b x a = n b 2 [ x 2 - ( x ) 2 /n] r 2 = r = r 2 y 2 - ( y) 2 /n silahkan hitung koefisien korelasi r dan koefisen regressi b 49

50 Uji statsitik: t statistik n - 2 t = r dengan derajat kebebasan = n r 2 Apakah ada hubungan secara statistik antara kadar amphetamin darah dengan skore intensitas psikosis Buatlah persamaan garis y = a + bx Seseorang pecandu dengan kadar amphetamin 360 mg/ml darah berapa kira-kira skore intesitas psikosisnya 50

51 Contoh 2 dalam suatu penelitian dengan disain potong lintang ingin melihat hubungan antara merokok dan bronchitis kronis. D = bronchitis kronis (data kategorikal) E = merokok (data kategorikal) pengukuran D dan E dilakukan secara simultan populasi merupakan pegawai di pabrik A sampel 1000 orang yang diambil secara random dari populasi analisis deskriptif : menghitung distribusi frekwensi D dan E analisis analitik : analisis khi kuadrat dengan tabel kontingensi alpha ditentukan 0,05 untuk melihat hubungan E dan D hitung OR atau PR 51

52 Tabel kontingensi 2x2 untuk data diatas Outcome D + D - total exposure E E total

53 Populasi sampel dipilih secara random (acak) sampel representatif untuk populasi sampel sampel distribusi frekwensi variabel exposure distribusi frekwensi variabel outcome Distribusi frekwensi berdasarkan variabel exposure pada sampel terpapar dengan exposure E + tidak terpapar dengan exposure E - misal sampel terdiri dari 1000 orang terpapar dengan exposure E + = 400 orang = 40% tidak terpapar dengan exposure E - = 600 orang = 60% E + 40% E - 60% prevalensi terpapar dengan exposure = 40% prevalensi tidak terpapar dengan exposure = 60% 53

54 Distribusi frekwensi berdasarkan variabel outcome pada sampel outcome positif D (disease) + outcome negatif D (disease) - misal sampel terdiri dari 1000 orang outcome positif D (disease) + = 300 orang = 30 % outcome negatif D (disease) - = 700 orang = 70% D + 30% D - 70% Prevalensi disease = 30% prevalensi not disease = 70% 54

55 Mendistribusikan variabel disease pada variabel exposure dari 400(E+) 200 D+ 200 D - dari 600 (E-) 100 D+ 500 D - E + E D+ 200 D D+ 500 D - dari 400 orang (E+) prevalens D+ pada kelompok E+ = 200/400 dari 600 orang (E-) prevalens D+ pada kelompok E - = 100/600 prevalens D+ pada kelompok E+ = 200/400 Prevalens Ratio = = 3 prevalens D + pada kelompok E- = 100/600 55

56 Odds D+ E + (kelompok orang terpapar) = 200/200 Odds D+ E - (kelompok tidaterpapar) = 100/500 Odds D+ E + (kelompok orang terpapar) 200/200 OR = = = 5 Odds D+ E - (kelompok tidaterpapar) = 100/500 Tabel kontingensi 2x2 untuk data diatas Outcome D + D - total exposure E E total

57 Mendistribusikan variabel exposure pada variabel disease dari 300 (D+) 200 E+ 100 E - dari 700 (D-) 200 E+ 500 E - Prevalens E+ D + (kelompok orang sakit) = 200/300 Prevalens E+ D - (kelompok tidak sakit) = 200/700 Prevalens E+ D + (kelompok orang sakit) 200/300 Prevalens Ratio = = = 2 1/3 Prevalens E+ D - (kelompok tidak sakit) 200/700 57

58 Odds E+ D + (kelompok orang sakit) = 200/100 Odds E+ D - (kelompok tidak sakit) = 200/500 Odds E+ D + (kelompok orang sakit) = 200/100 OR = = 5 Odds E+ D - (kelompok tidak sakit) = 200/500 Terlihat bahwa kalkulasi nilai OR tetap = 5. bila variabel disease didistribusikan pada variabel exposure atau bila variabel exposure dididtribusikan pada variabel disease 58

59 Kelebihan Studi Potong Lintang : dapat untuk melihat distribusi frekwensi penyakit di populsi dapat untuk melihat hubungan variabel exposure dan variabel outcome hasil analisisnya dapat dipakai untuk membangun hipotesis baru Kelemahan Studi Potong Lintang tidak dapat untuk melihat hubungan sebab akibat, karena variabel exposure dan variabel outcome diukur secara simultan 59

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF Putri Winda Lestari, S.KM., M.Kes (Epid) STIKes Binawan Classification of Epidemiology Study Classification of Community Epidemiology Prevention Treatment Trials Study

Lebih terperinci

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi TUJUAN Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif Pertemuan 4 - Epidemiologi Adalah studi yang menggambarkan karakteristik & sebaran masalah kesehatan/ penyakit;

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. Polusi Udara + ISPA

Lebih terperinci

Cross sectional Case control Kohort

Cross sectional Case control Kohort Definisi Cross sectional Case control Kohort Rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status penyakit dan paparan secara bersamaan pada individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik observasional yaitu penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF. Putri Handayani, SKM., M.KKK

STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF. Putri Handayani, SKM., M.KKK STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF Putri Handayani, SKM., M.KKK Epidemiologi Definisi: Studi tentang sebaran (distribusi) dan faktor yang berpengaruh (determinan) dari frekuensi penyakit pada populasi (manusia).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi.

Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi. Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi. Ternyata didapatkan hubungan dengan obesitas, merokok, dan aktifitas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu penelitian terhadap variabel-variabel yang termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI GIZI. Saptawati Bardosono

EPIDEMIOLOGI GIZI. Saptawati Bardosono EPIDEMIOLOGI GIZI Saptawati Bardosono Pendahuluan Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari frekuensi penyakit pada manusia Epidemiologi mempelajari distribusi penyakit

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pasien ART Rendahnya imunitas dan beratnya keadaan klinis pasien saat memulai ART mempengaruhi lamanya proses perbaikan imunologis maupun klinis pasien. Tabel 2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Kata regresi (regression) diperkenalkan pertama kali oleh Francis Dalton pada tahun 1886. Menurut Dalton, analisis regresi berkenaan dengan studi

Lebih terperinci

Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan

Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan STUDI EKSPRIMENTAL/STUDI INTERVENSI Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan sengaja diberikan tindakan/intervensi tertentu dengan kelompok lain yang sama tetapi

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA EPIDEMIOLOGI dr. Maftuhah Nurbeti A. Pendahuluan Knowledge is not enough, we must apply. Willingness is not enough, we must do (Goethe dalam Killoran et al, 2006) Kutipan dari ilmuwan terkenal abad 18

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dari penelitian ini adalah CV.Nusaena Konveksi yang beralamat di

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dari penelitian ini adalah CV.Nusaena Konveksi yang beralamat di BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Lokasi dan waktu penelitian Lokasi dari penelitian ini adalah CV.Nusaena Konveksi yang beralamat di Jalan Pembangunan Gg. Samoa No. 12 Rumbai - Pekanbaru. Penelitian ini di

Lebih terperinci

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa. JENIS DESAIN PENELITIAN 1. Cross-Sectional Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktorfaktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian Epidemiologi Deskriptif yang bersifat studi observasional yang mempelajari distribusi dan frekuensi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain studi Penelitian ini merupakan penelitian yang memanfaatkan penelitian sebelumnya mengenai Pengaruh Asupan Asam Lemak Trans terhadap Profil Lipid Darah yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian cross sectional. Desain ini dipilih sesuai dengan kegunaan dari desain studi cross sectional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusun. Kelompok 1

KATA PENGANTAR. Penyusun. Kelompok 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan izin dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah farmakoepidemiologi tentang Studi Cohort. Dalam makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center

Lebih terperinci

RANCANGAN EKOLOGIS MP-KONSENTRASI MAGISTER KESEHATAN IBU-ANAK

RANCANGAN EKOLOGIS MP-KONSENTRASI MAGISTER KESEHATAN IBU-ANAK RANCANGAN EKOLOGIS MP-KONSENTRASI MAGISTER KESEHATAN IBU-ANAK TIPOLOGI RANCANGAN EPIDEMIOLOGI 1. RANCANGAN DASAR (basic-design) * Kriteria unit pengamatan : Individu, ada informasi ttg faktor resiko &

Lebih terperinci

UJI CHI SQUARE DAN FISHER EXACT

UJI CHI SQUARE DAN FISHER EXACT Kuliah Oleh Ir. Rahayu Astuti, M.Kes UJI CHI SQUARE DAN FISHER EXACT UJI CHI SQUARE (UJI KAI KUADRAT) Analisis yang dapat dilakukan pada data kategorik antara lain adalah Uji Chi Square. Dalam penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinik termasuk heterogen diakibatkan karena hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2006). Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan penelitian analitik obeservasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan penelitian analitik obeservasional 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN E. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan penelitian analitik obeservasional dengan pendekatan Case Control. Case Control merupakan penelitian jenis analitik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Paritas Riwayat Keluarga Penggunaan KB Hormonal Kanker Payudara Riwayat Kanker Sebelumnya Status Perkawinan Gambar 3.1 Kerangka

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK

ANALISIS DATA KATEGORIK ANALISIS DATA KATEGORIK 7.1 Uji Independensi Khi Kuadrat Adakalanya kita menjumpai data yang bersifat kategorikal. Yang dimaksud dengan kategorikal di sini adalah data terkelompokkan berdasarkan kategori

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol 15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perdagangan, Jasa Dan Investasi Di Daftar Efek Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (Non-Communicable diseases) terdiri dari beberapa penyakit seperti jantung, kanker, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis. Pada tahun 2008,

Lebih terperinci

Statistik Parametrik

Statistik Parametrik Statistik Parametrik Statistik Parametrik Adalah suatu tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber sampel penelitiannya. Syarat-syarat itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya

Lebih terperinci

6/5/2010. Analytic. Descriptive Case report Case series Survey. Observational Cross sectional Case-control Cohort studies

6/5/2010. Analytic. Descriptive Case report Case series Survey. Observational Cross sectional Case-control Cohort studies Disampaikan oleh: Retna Siwi Padmawati KMPK-2009 Tujuan Memberi pengantar tentang disain metode penelitian Memahami perbedaan penelitian deskriptif dan analytic Mengidentifikasi hirarki disain penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional), dimana variabel independen (kebiasaan merokok

Lebih terperinci

Vitamin D and diabetes

Vitamin D and diabetes Vitamin D and diabetes a b s t r a t c Atas dasar bukti dari studi hewan dan manusia, vitamin D telah muncul sebagai risiko potensial pengubah untuk tipe 1 dan tipe 2 diabetes (diabetes tipe 1 dan tipe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Ibu hamil Pekerjaan Ibu hamil Pendidikan Ibu hamil Umur kehamilan ibu hamil Jumlah asupan protein Variable Terikat Kejadian Kekurangan Energi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu Geriatri dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan suatu observasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat analitik dengan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan metode case control. Pengambilan data variabel dependen pada metode

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25 57 BAB 5 PEMBAHASAN Subjek penelitian adalah 62 pasien pasca stroke iskemik. Variabel independen adalah asupan lemak, yang terdiri dari asupan lemak total, SFA, MUFA, PUFA dan kolesterol. Variabel dependen

Lebih terperinci

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK Oleh : Dr. Edison, MPH Bagian Ilmu Kesehatan Masysarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas EPIDEMIOLOGI : Ilmu yang mempelajari frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dahulu dikenal dengan nama non insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik

Lebih terperinci

Analisis Data Kategorikal

Analisis Data Kategorikal Analisis Data Kategorikal Topik: Data & skala pengukuran Uji hipotesis untuk data kontinu Uji hipotesis untuk data kategorikal Desain penelitian kesehatan Ukuran asosiasi Regresi Logistik Target: Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka penelitian ini merupakan Basic Researh karena hasil dari penelitian ini berfungsi sebagai pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BioStatistik. Linier Positif Linier Negatif Tak ada hubungan

BioStatistik. Linier Positif Linier Negatif Tak ada hubungan Berfungsi untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan, juga untuk mengetahui arah hubungan dua variabel numerik Contoh: Apakah hubungan berat badan dan tekanan darah mempunyai derajat yang kuat atau

Lebih terperinci

PENELITIAN OBSERVASIONAL. DR. Titiek Sumarawati,MKes

PENELITIAN OBSERVASIONAL. DR. Titiek Sumarawati,MKes PENELITIAN OBSERVASIONAL DR. Titiek Sumarawati,MKes Rancangan penelitian kesehatan berdasar klasifikasi penelitian Rancangan Penelitian Jenis Contoh Observasional (noneksperimen) Eksperimen Deskriptif

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) menyebutkan bila stroke merupakan penyebab kematian nomer satu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan cross-sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan antara

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 56 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari hasil penelitian Pengembangan Surveilans Faktor Risiko Penyakit dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitan ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitan ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitan ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional melalui pengamatan sesaat atau dalam suatu periode tertentu dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini ber di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu. Wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah observasional analitik menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara sekelompok orang terdiagnosis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci

Studi Epidemiologi Analitik. DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika

Studi Epidemiologi Analitik. DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika Studi Epidemiologi Analitik DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK 1.1 PENGERTIAN STUDI EPIDEMIOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di 35 Fasyankes primer Klaten

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di 35 Fasyankes primer Klaten digilib.uns.ac.id 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di 35 Fasyankes primer Klaten B. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan September sampai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah. 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan pendapat Sugiyono (2003:58) pengertian objek penelitian sebagai berikut:

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dengan pendapat Sugiyono (2003:58) pengertian objek penelitian sebagai berikut: BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data, sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:58) pengertian objek penelitian sebagai

Lebih terperinci

HIPOTESIS ASOSIATIF KORELASI PRODUCT MOMENT -YQ-

HIPOTESIS ASOSIATIF KORELASI PRODUCT MOMENT -YQ- HIPOTESIS ASOSIATIF KORELASI PRODUCT MOMENT -YQ- PENGERTIAN Hipotesis asosiatif adalah hipotesis yang menunjukkan dugaan adanya hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Contoh: Rumusan masalah:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

HERNAWAN TRI SAPUTRO J HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. satu variabel yang disebut variabel tak bebas (dependent variable), pada satu atau

BAB 2 LANDASAN TEORI. satu variabel yang disebut variabel tak bebas (dependent variable), pada satu atau BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi pertama kali digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Gallon, istilah regresi pada mulanya bertujuan untuk membuat perkiraan

Lebih terperinci

UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI UKURAN FREKWENSI KEJADIAN PENYAKIT UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI FITRA YELDA Secara garis besar kejadian dapat berupa : Morbiditas /kesakitan Mortalitas / kematian Ada 3 macam parameter matematis yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis deskriptif eksploratif, yang didalamnya menggunakan analisis distribusi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan kerangka konsep dan hipotesis yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang (Crosssectional).

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus-kontrol (case control) yaitu suatu penelitian untuk menelaah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Obstetri dan Ginekologi 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Januari-Desember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan Botupingge pada tanggal 15 Juni-27 Juni 2012 dan pemeriksaan tinja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai Identifikasi Permasalahan Dosis dan Terapi Obat pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap Pengguna Askes

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan BAB II LANDASAN TEORI 21 Konsep Dasar Analisis Regresi Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross-sectional, variabel bebas dan variabel terikat diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan bersifat kuantitatif, yaitu sebuah penelitian yang sarat akan nuansa angka-angka dalam teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) sebagai penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul pada pasien penderita diabetes mellitus (DM). Komplikasi ini terjadi pada 50% pasien dengan DM tipe

Lebih terperinci

Studi epidemiologi deskriptif

Studi epidemiologi deskriptif Studi epidemiologi deskriptif Penelitian Crosectional Adalah rancangan studi epidemiologi yg memepelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit

Lebih terperinci