BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Getaran Getaran adalah suatu gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan (Kuswana, 2014). Kesetimbangan di sini maksudnya adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Getaran memiliki amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan titik tengah) yang sama. Jika dirunut lebih dalam maka kita akan menemukan didalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran bebas terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu dibiarkan bergetar secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah memukul garpu tala dan membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan setimbang lalu dilepaskan. Dasar analisis getaran dapat dipahami dengan struktur rumit seperti badan mobil dapat dimodelkan sebagai jumlahan model massapegas-peredam kejut tersebut. 2.2 Getaran Mekanis Proses industrialisasi dan modernisasi kehidupan disertai dengan semakin meluasnya aplikasi teknologi maju yang antara lain jelas nampak dari kian bertambahnya dengan cepat penggunaan beraneka ragam mesin dan peralatan kerja mekanis yang dijalankan oleh motor penggerak. Mesin dan peralatan kerja 8

2 9 mekanis tersebut menimbulkan getaran yaitu gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran ini menyebar kepada lingkungan dan merupakan bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin atau peralatan mekanis. Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat ditempat kerja dan lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis. Pada umumnya getaran mekanis yang berasal dari suatu mesin atau benda bergerak merupakan sesuatu hal yang tidak disukai, dan tidak dikehendaki. Selain itu, getaran mekanis ternyata dapat menyebabkan efek buruk kepada kesehatan dan mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Penyebab terjadinya keluhan atau gangguan kesehatan dari getaran mekanis kepada tenaga kerja adalah : a. Efek mekanis getaran kepada jaringan tubuh ; dan b. Rangsangan oleh getaran mekanis kepada reseptor saraf di dalam jaringan. Pada efek mekanis, sel-sel jaringan mungkin rusak atau metabolismenya terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui saraf sentral atau langsung pada sistem saraf otonom. Kedua mekanisme demikian terjadi secara bersama-sama. Untuk maksud praktis, dibedakan tiga tingkat efek getaran mekanis kepada tenaga kerja, sebagai berikut (Suma mur, 2009) : a. Gangguan kenyamanan kerja; dalam hal ini, pengaruh getaran mekanis kepada tenaga kerja hanya terbatas pada tidak dimungkinkannya bekerja secara nyaman;

3 10 b. Terganggunya tugas yang terjadi bersamaan dengan cepatnya timbul kelelahan; c. Gangguan dan bahaya terhadap kesehatan. Penentuan tiga tingkat efek getaran mekanis terebut berdasarkan 2 faktor, yaitu : i. Tingkat Accelerasi / percepatan getaran a) Mengganggu kenyamanan : 0,01 0,1 m/s 2 b) Mempercepat timbulnya kelelahan : 0,1 1,1 m/s 2 c) Gangguan kesehatan : 1 10 m/s 2 Tingkat percepatan ini diperbolehkan dengan batas waktu tertentu misalnya : a) 1 1,5 m/s 2 : 4 jam b) 1,5 3 m/s 2 : 2,5 jam c) 3 5 m/s 2 : 1 jam d) 5 6 m/s 2 : 25 menit e) 6,3 10 m/s 2 : 1 menit f) > 10 m/s 2 : sama sekali tidak diperkenankan ii. Frekuensi getaran : berpengaruh terhadap tubuh yaitu : Sumbu Z : arah kaki kepala atau sebaliknya yaitu 4 8 Hz Sumbu X : arah depan belakang atau sebaliknya Sumbu Y : arah kanan kekiri atau sebaliknya Sumbu X dan sumbu Y yaitu 1 2 Hz Getaran mekanis dibedakan atas (Suma mur, 2009) : a. Getaran seluruh badan (whole body vibration)

4 11 b. Getaran tangan-lengan (tool-hand vibration) Getaran Seluruh Badan Getaran seluruh badan terutama terjadi pada alat angkutan. Alat angkutan penyebab getaran seluruh badan bukan mobil yang pembuatannya sempurna ditinjau dari sudut halusnya mesin atau efektifnya fungsi peredam getaran, melainkan pada truk, alat angkut yang digunakan dalam kegiatan industri, traktor pertanian dan perlengkapannya untuk mengerjakan tanah. Selain getaran seluruh badan oleh alat angkut tersebut, seluruh badan dapat ikut bergetar oleh beroperasinya alat-alat berat yang memindahkan getaran mekanis dari alat berat dimaksud ke seluruh badan tenaga kerja lewat getaran lantai melalui kaki. Sebenarnya pada getaran seluruh badan hanya getaran mekanis dari tempat duduk dan topangan kaki di lantai yang penting artinya dilihat dari sudut efeknya kepada tenaga kerja, karena getaran mekanis dari lokasi tersebut diteruskan ke badan. Kekuatan getaran mekanis yang disalurkan ke badan tergantung kepada sifat bantal duduk atau injakan kaki yaitu peredam yang menurunkan kekuatan getaran atau ikut bergetar (beresonansi) sehingga menambah kekuatan getaran. Bahan peredam bagi getaran mekanis antara lain bantalan tempat duduk atau injakan kaki yang berisikan kapuk atau busa. Adapun material yang menambah kekuatan getaran adalah logam atau benda padat lainnya yang frekuensi dirinya sama atau serupa dengan sumber getaran mekanis yang bersangkutan. Jika pemasangan peredam getaran kurang baik, lebih-lebih bila suatu alat angkutan atau peralatan mekanis tidak memiliki peredam getaran sama sekali biasanya terjadi resonansi yang mungkin beberapa kali menambah

5 12 besarnya getaran mekanis. Untuk semua kendaraan angkutan, selalu harus diperhatikan sifat tempat duduk dalam hal kemampuannya meredam getaran. Tempat duduk yang menghantar dan beresonansi dengan getaran tidak boleh digunakan. Badan manusia merupakan suatu susunan elastis yang kompleks dengan tulang sebagai penyokong otot dan urat serta merupakan landasan bagi kekuatan otot bekerja. Kerangka, organ tubuh, urat, dan otot secara bersama-sama menentukan elastisitas tubuh dan kelambanan sebagai reaksi menahan gaya mekanis yang bekerja kepadanya. Untuk getaran mekanis, sifat susunan tubuh yang demikian merupakan massa peredam tetapi juga penghantar sekaligus. Pada model dinamis tubuh manusia sebagai reaksi terhadap getaran mekanis, organ dalam pada tubuh yang meliputi paru dan isi perut dianggap sebagai satu unit bagian dari keseluruhan sistem. Demikian pula dengan lengan dan bahu adalah satu unit sebagai bagian dari sistem. Fungsi kaki sehubungan dengan penghantaran atau peredaman getaran mekanis berbeda pada satu orang terhadap orang lainnya dan tergantung dari bengkokan pada sendi lutut. Tungkai pada posisi lurus menghantar 100% getaran ke badan, sedangkan pada posisi bengkok tungkai berlaku sebagai peredam terhadap getaran. Getaran suatu sistem akan berkekuatan sebesar-besarnya, apabila getaran mekanis yang mengenai sistem tersebut sesuai dengan frekuensi alami sistem itu sendiri, sehingga seluruh sistem beresonansi maksimal terhadap getaran yang bersangkutan. Pada manusia ternyata frekuensi getaran demikian adalah 4-6 Hz. Dalam beberapa keadaan ditemukan pula puncak resonansi yang lain yaitu pada

6 13 getaran dengan frekuensi Hz tetapi untuk frekuensi tersebut terdapat tingkat peredaman yang lebih besar dari jaringan. Dalam keadaan duduk, seluruh tubuh dapat dianggap satu kesatuan massa terhadap getaran. Pada posisi tubuh yang berbeda dengan arah getaran, penghantaran getaran oleh suatu organ tubuh mungkin berbeda-beda. Isi perut pada segala sikap tubuh dapat dianggap sebagai satu kesatuan terhadap getaran sampai dengan 9 Hz, tetapi dengan frekuensi yang lebih besar organ dalam isi perut kemudian beresonansi mengikuti getaran secara sendiri-sendiri. Organ tubuh seperti tenggorokan atau kantung kencing mempunyai frekuensi alami masingmasing terutama pada pemaparan terhadap getaran yang frekuensinya tinggi. Terhadap getaran horizontal keadaaan duduk dan berdiri menunjukkan reaksi yang berlainan. Pada keadaan berdiri resonansi terjadi pada getaran yang frekuensinya 2 Hz dan untuk getaran-getaran dengan frekuensi yang lebih tinggi tidak terjadi resonansi yang berarti sehingga getaran tidak dihantar secara baik Efek Fisiologis Getaran Seluruh Badan Efek fisiologis vibrasi kepada tubuh tergantung dari frekuensi getaran mekanis dan juga frekuensi alami jaringan. Hal ini terjadi sebesar-besarnya pada frekuensi getaran yang sama dengan frekuensi alami jaringan yang menyebabkan resonansi maksimum jaringan terhadap getaran. Ternyata frekuensi alami demikian adalah 3-9 Hz untuk unit bagian tubuh seperti dada dan perut. Getaran mekanis dengan frekuensi yang lebih tinggi mempengaruhi bagian tubuh yang frekuensi alaminya lebih tinggi pula, yaitu bagian tubuh yang berada di periferi. Leher dan kepala, pinggul dan perineum, serta unit otot dan

7 14 tulang terdiri atas jaringan lunak dengan bagian keras bersama; bagian-bagian tubuh demikian beresonansi dengan baik terhadap getaran mekanis yang frekuensinya 10 Hz. Adapun faring (pharynx) beresonansi terhadap getaran dengan frekuensi Hz. Getaran mekanis yang kuat yaitu getaran dengan simpang getar yang besar menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Sistem peredaran darah dipengaruhi hanya oleh getaran mekanis yang intensitasnya kuat. Tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O 2 dan volume darah per satu denyut jantung berubah sedikit pada intensitas 0,6 g tetapi berubah banyak pada 1,2 g dengan frekuensi 6-10 Hz. Dari semua organ badan, mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran mekanis. Pada frekuensi sampai dengan 4 Hz, mata masih dapat mengikuti gerakan-gerakan yang berada antara kepala dan objek yang dilihat, sedangkan untuk frekuensi yang lebih tinggi mata tidak memiliki kemampuan untuk mengikuti gerakan tersebut. Amplitudo getaran juga berpengaruh terhadap kemampuan indera mata. Pada getaran yang frekuensinya tinggi, penglihatan terganggu, apabila amplitudo getaran lebih besar dari dua kali diameter ukuran retina. Pengaruh getaran mekanis dengan frekuensi di bawah 16 Hz kepada kohlea (cochlea) belum diketahui secara pasti dan masih perlu penelitian lebih lanjut. Pengaruh getaran mekanis kepada saraf dan kelenjar endokrin kadangkadang terlihat pada tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri. Efeknya terutama kepada sistem saraf otonom yaitu sistem yang berada di luar kendali

8 15 kemauan, dan bila hal ini terjadi, problema getaran mekanis sangat perlu memperoleh perhatian dan upaya preventif segera diselenggarakan Gangguan Melakukan Pekerjaan Akibat Getaran Seluruh Badan Gangguan melakukan pekerjaan oleh karena getaran mekanis adalah akibat gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketepatan dan ketajaman penglihatan. Maka dari itu, cara mengatasinya adalah mengurangi sampai sesedikit mungkin terjadinya getaran pada tangan dan kaki. Salah satu cara untuk hal tersebut adalah penggunaan penunjang anggota badan dengan memakai peredam getaran. Bertambahnya tonus otot yang dikarenakan getaran mekanis dengan frekuensi di bawah 20 Hz menjadi penyebab kelelahan. Kontraksi statis oleh bertambahnya tonus otot mengakibatkan penimbunan asam laktat dalam jaringan tubuh dengan akibat bertambah panjangnya waktu reaksi otot dan saraf. Rasa tidak nyaman sebagai reaksi atas gangguan getaran mekanis menjadi sebab kurangnya fokus perhatian. Rangsangan dari getaran mekanis kepada sistem retikuler di otak menjadi sebab seseorang mengalami mabuk. Sebaliknya, frekuensi di atas 20 Hz menyebabkan mengendurnya tonus otot. Sebagai catatan, getaran dengan frekuensi tinggi yaitu Hz digunakan dalam kedokteran olahraga untuk memulihkan kondisi otot sesudah berlangsung kontraksi yang luar biasa.getaran mekanis yang terdiri atas campuran aneka frekuensi bersifat menegangkan dan melemaskan tonus otot secara serta-merta. Kedua efek yang berlawanan ini melelahkan. Maka peredam getaran sangat perlu digunakan untuk melindungi tenaga kerja terhadap efek yang dimaksud.

9 Tempat Duduk Dan Alas Kaki Sebagai Perlindungan Tenaga Kerja Terhadap Getaran Seluruh Badan Dari fisika diketahui bahwa menjalarnya getaran suatu benda kepada sekelilingnya dapat dihambat dengan meletakkan peredam di bawah benda yang bergetar, asalkan frekuensi diri dari peredam jauh lebih rendah dari frekuensi benda yang bergetar tersebut. Maka dari itu, frekuensi diri dari peredam sebaliknya sekitar 1 Hz. Peredam demikian bagi pekerja yang menghadapi risiko getaran seluruh badan adalah tempat duduk untuk posisi duduk dan alas kaki bagi posisi berdiri. Kemampuan meredam getaran dari material yang dipakai membuat tempat duduk atau alas kaki dan juga bentuk serta tebalnya sangat mempengaruhi kualitas fungsi perlindungannya terhadap getaran. Traktor kuno mempunyai tempat duduk yang posisinya tidak lurus, melainkan menyudut. Hal ini dapat menyebabkan rangsangan vestibuler dengan akibat timbulnya keluhan terhadap keseimbangan operatornya Getaran Mekanis Tangan-Lengan Alat manual yang pada waktu bekerjanya bergetar dan mengakibatkan getaran mekanis pada tangan dan lengan banyak terdapat dan digunakan di perusahaan. Selama pekerjaan dengan alat manual demikian sifatnya hanya sekali atau kadang-kadang saja atau jarang, sedangkan getarannya tidak seberapa, peralatan seperti itu boleh dikatakan tidak akan mendatangkan gangguan kesehatan atau kecelakaan. Tetapi berbagai pekerjaan dalam industri manufaktur, perkebunan, kehutanan, konstruksi, dan pertambangan, secara terus-menerus menggunakan mesin atau peralatan bergetar. Dalam pertambangan, alat demikian

10 17 adalah tukul yang secara mekanis dipukul alat pengebor, yang di negara maju telah diganti mesin. Di pabrik baja dan pengecoran logam, biasanya dipakai gerinda mesin sehingga pekerjaan menggerinda dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Tukul mekanis sering diganti dengan kempa, yang beroperasi secara otomatis. Pada pekerjaan kehutanan dipakai gergaji mesin yang menimbulkan getaran tangan-lengan kepada operatornya. Demikian pula dengan pengeras jalan yang digunakan pada pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan jalan. Dua gejala terutama ditemukan sehubungan dengan pengaruh getaran mekanis kepada tangan-lengan tersebut sebagai berikut (Suma mur, 2009): a. Kelainan pada peredaran darah dan persarafan; b. Kerusakan pada persendian dan tulang. Gejala kelainan peredaran darah dan persarafan sangat mirip dengan fenomin Raynaud, yaitu keadaan pucat dan biru (sianosis, cyanosis) yang terjadi berulang-ulang pada tangan, dengan mulai tampak pada saat tenaga kerja berada pada lingkungan kerja dengan suhu udara dingin, tanpa adanya secara klinis penyumbatan pembuluh darah tepi serta kelainan gizi dan bila kelainan itu ada, hanya terbatas pada kelainan kulit saja. Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir kelainan akibat getaran tangan-lengan masih memungkinkan yang bersangkutan bekerja dengan mesin atau alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal, kelainan yang disebabkan getaran tangan-lengan keadaannya memburuk sekali, sehingga kapasitas kerja sama sekali terganggu dan tenaga kerja harus berhenti dari pekerjaannya. Dari sudut kecacatan akibat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding dengan

11 18 hilangnya perasaan tangan dan tangan yang tidak dapat digunakan sebagai mestinya. Hal ini terutama benar bagi tenaga kerja yang bekerja dengan tangan kanan dan memerlukan ketelitian terutama dengan menggunakan alat kecil yang berputar. Otot-otot yang menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otototot interossea (antar tulang) dan fleksor dari jari-jari. Gejala-gejala hilang, manakala peredaran darah kembali normal. Hal ini dapat dilakukan dengan pemanasan tangan dengan air hangat / panas, pemijitan, meniupkan udara panas ke tangan dan menggerak-gerakkan atau menggerakkan tangan secara berputar. Namun pemulihan sepenuhnya biasanya belum terjadi dan gejala-gejala masih tetap ada, walaupun tenaga kerja tidak lagi mengalami getaran pada tangan dan lengannya. Kelainan persendian dan tulang pada pekerja dengan tukul pnematik dan alat-alat yang getarannya berfrekuensi rendah adalah fenomin yang mekanismenya berlainan dari fenomin Raynaud. Sebab utama kerusakan persendian atau tulang adalah akibat kekerasan kepada tulang rawan yang dikarenakan oleh getaran. Gejala subyektifnya adalah rasa nyeri dan keterbatasan gerak pada sendi-sendi. Kelainan klinis yang ditemukan mungkin osteokondrosis dissekans, kerusakan kepada tulang radius dan persendian karpometakarpal pertama, rangsangan otot beserta perkapuran (myositis ossificans) pada muka depan humerus dan osteoartritis pada sendi bahu. Juga terjadi dekalsifikasi (berkurangnya kadar kalsium tulang). Namun sendi bahu jarang terganggu dibandingkan dengan sendi-sendi pergelangan tangan dan siku.

12 19 Parameter besarnya risiko bahaya getaran mekanis berfrekuensi rendah adalah tenaga yang disalurkan kepada tangan dan terbesar adalah dari frekuensi 30 Hz. Maka terdapat kesulitan, oleh karena untuk pencegahan dan perlindungan terhadap fenomin Raynaud disyaratkan peredam dengan frekuensi yang rendah, sedangkan untuk mencegah efek buruk kepada persendian dan tulang dianjurkan frekuensi yang lebih tinggi. Maka dari sudut energi getaran (E = a 2 w 2 ), dapat ditinggikan frekuensi dengan dikurangi amplitudo. Tetapi peralatan sering memberikan suatu amplitudo minimum, agar kualitas kerja dan hasil kerja tetap pada kondisi yang sebaik-baiknya Nilai Ambang Batas Getaran Mekanis Tangan-Lengan Nilai ambang batas getaran mekanis untuk pemaparan tangan-lengan dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah 4 meter/detik 2 atau 0,40 gravitasi g (SNI ). Dalam hal intensitas getaran mekanis tangan-lengan melebihi NAB-nya, dapat dilakukan upaya pengendalian dengan mengurangi upaya pemaparan yang diatur menurut nilai percepatan getaran mekanis pada tangan-lengan (Tabel 1). Tabel 2.1 Pengendalian Waktu Pemaparan Menurut Nilai Percepatan Getaran Mekanis tangan Lengan (Suma mur, 2009). Waktu pemaparan per hari kerja (jam) Nilai percepatan (meter/detik 2 ) Nilai Percepatan (g meter/detik 2 ) 4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40 2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61 1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81 Kurang dari 1 jam 12 1,22 Alat untuk mengukur percepatan getaran mekanis pada tangan-lengan yang dikarenakan oleh pekerjaan yang menggunakan mesin atau peralatan yang

13 20 bergetar adalah akselerometer atau transducer yaitu sensor untuk mengukur percepatan yang disebabkan oleh getaran. Bekerjanya alat pengukur adalah merubah energi percepatan getaran menjadi energi listrik (piezoelectric accelerometer type), kemudian energi listrik dalam bentuk arus menggerakkan jarum skala atau alat digital dan dengan demikian perubahan angka yang ditunjukkan jarum dapat langsung dibaca. Sebelum digunakan akselerometer harus dikalibrasi. Frekuensi yang alat tersebut peka untuk mengukurnya adalah Hz. Akselerometer dipasang pada pegangan tangan atau alat. Pengukuran percepatan dilakukan pada 2 atau 3 sumbu koordinat. Arah percepatan getaran mekanis tangan-lengan diukur dengan menggunakan 1 dari 2 sistem koordinat yaitu sistem biodinamis dan basisentris. Sistem basisentris menunjukkan arah percepatan pada pegangan alat atau mesin, sedangkan sistem biodinamis menunjukkan arah percepatan pada tangan. 2.3 Kelelahan Kelelahan (kelesuan) adalah perasaan subjektif, tetapi berbeda dengan kelemahan dan memiliki sifat bertahap (Kuswana, 2014). Tidak seperti kelemahan, kelelahan dapat diatasi dengan periode istirahat. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Secara medis, kelelahan adalah gejala nonspesifik, yang berarti bahwa ia memiliki banyak penyebab. Kelelahan dianggap sebagai gejala, bukan tanda karena merupakan perasaan subjektif dilaporkan oleh pasien, daripada satu tujuan yang dapat diamati oleh orang lain. Kelelahan fisik atau kelelahan otot adalah ketidakmampuan fisik sementara otot untuk tampil maksimal. Permulaan kelelahan otot selama aktivitas fisik secara

14 21 bertahap, dan bergantung pada tingkat kebugaran fisik individu dan juga pada faktor-faktor lain, seperti kurang tidur dan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini dapat diperbaiki dengan istirahat. Menurut Gandevia S.C. (2001) yang dikutip oleh Kuswana, menuliskan bahwa komponen utama dari kelelahan dipicu oleh peningkatan tingkat serotonin dalam sistem saraf pusat. Selama aktivitas saraf motorik, serotonin dirilis pada sinapsis yang motoneurons kontak mempromosikan kontraksi otot. Kelelahan adalah hasil yang normal, stres mental, overstimulasi dan understimulation, jet lag atau rekreasi aktif, depresi, dan juga kebosanan, penyakit, dan kurang tidur. Hal ini juga mungkin memiliki penyebab kimia, seperti keracunan atau mineral atau kekurangan vitamin. Kehilangan darah kronis sering menyebabkan kelelahan, seperti halnya kondisi lain yang menyebabkan anemia. Kelelahan berbeda dengan mengantuk, di mana pasien merasa bahwa tidur diperlukan. Kelelahan adalah respon normal terhadap pengerahan tenaga fisik atau stres, tetapi juga bisa menjadi tanda dari gangguan fisik Pengertian Kelelahan Kerja Ada beberapa teori kelelahan kerja yaitu : 1. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor berbeda seperti :

15 22 a. Lelah otot, yang dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala kesakitan yang sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan. b. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terusmenerus pada suatu objek (layar monitor) seperti yang dialami operator komputer misalnya akan terasa lelah. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang sama. c. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja mental (proses berpikir sebagai contoh). Lelah mental ini seringkali pula disebut sebagai lelah otak. d. Lelah monotonis, adalah sejenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat menjemukan (Wignjosoebroto yang dikutip oleh Restika, 2005). 2. Kelelahan kerja (Job Burnout) adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya, seperti perawatan kesehatan, pendidikan, kepolisian, keagamaan, dan sebagainya. Suatu studi mengenai kesehatan menttal pekerja menemukan bahwa orang-orang yang mengalami perasaan tidak simpatik tentang kliennya atau konsumen yang dilayaninya juga

16 23 banyak menceritakan hal-hal buruk tentang kliennya atau konsumen yang dilayaninya kepada rekan kerjanya sehingga menciptakan suatu atmosfir negatif di antara satuan kerja tersebut. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja ini juga akan sering tidak masuk kerja dan mengambil waktu istirahat (Wignjosoebroto yang dikutip oleh Restika, 2005). 3. Kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya (Nasution yang dikutip oleh Restika, 2005) Jenis Kelelahan Kerja Menurut Suma mur (2009), kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja.berdasarkan proses dalam otot terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai antara lain tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Pada tahap ini menurunnya kinerja sesudah mengalami stress tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah persarafan sentral atau kondisi psikispsikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotonnya pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi

17 24 semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. Sedangkan berdasarkan waktu terjadinya, kelelahan kerja terdiri atas kelelahan akut dan kelelahan kronis. Berdasarkan pendapat Nasution yang dikutip oleh Restika (2005), kelelahan akut terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. Kelelahan kronis menurut pendapat Wignjosoebroto yang dikutip oleh Restika (2005) yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti : a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau a-sosial terhadap orang lain. b. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan. c. Depresi yang berat, dan lain-lain Gejala Kelelahan Kerja Suatu daftar gejala atau perasaan atau tanda yang ada hubungannya dengan kelelahan kerja adalah (Suma mur, 2009): 1. Perasaan berat di kepala; 2. Menjadi lelah seluruh badan; 3. Kaki merasa berat; 4. Menguap; 5. Merasa kacau pikiran; 6. Mengantuk;

18 25 7. Merasa berat pada mata; 8. Kaku dan canggung dalam gerakan; 9. Tidak seimbang dalam berdiri; 10. Mau berbaring; 11. Merasa susah berpikir; 12. Lelah bicara; 13. Gugup; 14. Tidak dapat berkonsentrasi; 15. Tidak dapat memfokuskan perhatian pada sesuatu; 16. Cenderung untuk lupa; 17. Kurang kepercayaan diri; 18. Cemas terhadap sesuatu; 19. Tidak dapat mengontrol sikap; 20. Tidak dapat tekun dalam melakukan pekerjaan; 21. Sakit kepala; 22. Kekakuan di bahu; 23. Merasa nyeri di punggung; 24. Merasa pernafasan tertekan; 25. Merasa haus; 26. Suara serak; 27. Merasa pening; 28. Spasme kelopak mata; 29. Tremor pada anggota badan;

19 Merasa kurang sehat. Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan melemahnya kegiatan, menunjukkan melemahnya motivasi dan gambaran kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Kelelahan dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor yang mungkin berhubungan dengan pekerjaan, gaya hidup, atau kombinasi keduanya. Faktor kerja terkait dapat mencakup hal-hal berikut ini (Kuswana, 2014). a. Waktu kerja, b. Penjadwalan dan perencanaan (misalnya, pola daftar, panjang dan waktu shift), c. Waktu istirahat yang tidak memadai, d. Lamanya waktu terjaga, e. Waktu pemulihan cukup antara shift, f. Insentif pembayaran yang dapat menyebabkan bekerja shift lagi, g. Kondisi lingkungan (misalnya, iklim, cahaya, kebisingan, desain workstation), h. Jenis pekerjaan yang dilakukan (misalnya, fisik maupun mental menuntut kerja), i. Tuntutan pekerjaan ditempatkan pada orang (misalnya, jangka waktu, tenggang waktu, intensitas), j. Budaya organisasi, k. Peran seseorang dalam organisasi.

20 27 Faktor gaya hidup dapat meliputi hal-hal berikut ini. a. Mutu tidur yang tidak memadai atau buruk akibat gangguan tidur (misalnya, sleep apnae), b. Kehidupan sosial, c. Tanggung jawab keluarga, d. Pekerjaan lain, e. Waktu tempuh (dapat dianggap waktu kerja dalam beberapa kasus), f. Kesehatan dan kesejahteraan (misalnya, gizi dan diet, olahraga, nyeri, penyakit) Pengukuran Kelelahan Kerja Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan kerja yang baku karena kelelahan merupakan suatu perasaan yang subjektif yang sulit diukur dan diperlukan pendekatan secara multidisiplin. Banyak dikenal parameter yang digunakan untuk mnegukur kelelahan kerja (Suma mur, 2009) antara lain : Waktu Reaksi Seluruh Tubuh atau Whole Body ReactionTester (WBRT), Uji Ketuk Jari (Finger Tapping Test), Uji Flicker Fusion, Uji Critical Fusion, Uji Bourdon Wiersma, Skala Kelelahan IFRC (Industrial Fatique Rating Committee, Skala Fatique Rating (FR Scala), Ekresi Katekolamin, Stroop Test, dan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). Sedangkan menurut Kuswana (2014) pengukuran kelelahan dapat dilakukan melalui berbagai cara. a. Mengukur kecepatan denyut jantung,

21 28 b. Mengukur kecepatan pernafasan, c. Mengukur tekanan darah, d. Menghitung jumlah kadar oksigen yang dikonsumsi, e. Menghitung perubahan suhu tubuh, f. Perubahan komposisi kimia darah dan urine, g. Jumlah karbon dioksida yang terhirup. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatique Research Committee (IFRC) yang diambil dari Industrial Fatique Research Committee Of Japanese Association Of Industrial Health (IFRC Jepang).Kuesioner digunakan untuk mengukur kelelahan pekerja yang berjumlah 30 pertanyaan tentang gejala kelelahan umum terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik (Tarwaka, 2004). Jadi dengan menggunakan kuesioner ini, kita dapat mengetahui gambaran tingkat kelelahan subyektif yang dialami pekerja mulai dari akibat pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, maupun akibat kelelahan fisik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Potensi bahaya banyak ditemukan di setiap tempat dimana kita melakukan aktivitas pekerjaan baik dirumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Dalam UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit). (E-5,0) = Habisnya cadangan energi (kcal/menit). Tw = Waktu kerja (menit).

E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit). (E-5,0) = Habisnya cadangan energi (kcal/menit). Tw = Waktu kerja (menit). BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kelelahan (Fatigue) Kelelahan merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan yang dialami oleh manusia. Kelelahan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja 2.1.1. Pengertian Kelelahan Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Definisi Kelelahan Kerja Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Semua gerak dan kesibukan manusia mempunyai arti bagi mereka. Apabila dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan pendapatan negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan kerja 1. Definisi Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012) Kelelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN KUESIONER GAMBARAN GETARAN MEKANIS DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI BAGIAN PRODUKSI CV. BAROKAT MAQOBUL BINJAI TAHUN 2016 Nama : Jenis Kelamin : *Pr / Lk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Kerja Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan, yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia Sistem komunikasi utama dalam tubuh manusia: Sistem Syaraf Perangkat Penunjang: Otot Perangkat sensor tubuh (panca indera) Berfungsi mengontrol keseimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keperawatan 2.1.1 Definisi Keperawatan Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan ergonomi, yaitu : sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan peralatan kerja industri.

BAB I PENDAHULUAN. banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan peralatan kerja industri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, akan terjadi perubahan-perubahan yang bertujuan untuk mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Hal ini didukung dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

Pengukuran Kelelahan

Pengukuran Kelelahan Kegiatan Belajar -7.2 Modul 4: Pengukuran Kelelahan Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 PENGUKURAN KELELAHAN SECARA SUBYEKTIF (subyective feeting of fatigue) Pengukuran kelelahan mengunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI Saya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tempat kerja industri, banyak pekerja melakukan pekerjaan proses dalam posisi berdiri untuk jangka waktu yang panjang. Bekerja di posisi berdiri dapat dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti TUJUAN MODUL Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami konsep dukungan latihan fisik untuk asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya seperti mesin winding, warping, zising, riching,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi:

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi: PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi: Ilmu yang mempelajari interaksi manusia dengan pekerjaannya secara fisik sesuai dengan pekerjaannya, lingkungan kerjanya serta peralatan yang digunakannya. Secara ideal ergonomik:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi a. Pengertian Ergonomi adalah ilmu, penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan dengan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY PENGANTAR Usila sebagai akronim usia lanjut mengandung konotasi ganda. Disatu pihak ia dikaitkan dengan kelemahan, ketidak mampuan, ketidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Manusia mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah makhluk fisik, psikologis, sekaligus rohani, dan aspek-aspek ini saling berkaitan satu sama

Lebih terperinci

Peneliti, Pratiwi Andiningsari

Peneliti, Pratiwi Andiningsari Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT KELELAHAN (FATIGUE) PADA PENGEMUDI TRAVEL X TRANS TRAYEK JAKARTA-BANDUNG TAHUN 2009 Yth, Saudara/I Selamat Pagi/

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gabah dan memisahkan lapisan kulit air beras dari beras pecah kulit untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gabah dan memisahkan lapisan kulit air beras dari beras pecah kulit untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggilingan Padi Menurut Suprayono dan Setyono yang dikutip oleh Sijabat (2007) penggilingan padi adalah salah satu proses mekanik memisahkan sekam dari gabah dan memisahkan

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketahanan tubuh untuk bekerja(suma mur, 2013).Pada umumnya kelelahan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketahanan tubuh untuk bekerja(suma mur, 2013).Pada umumnya kelelahan kerja 2.1 Kelelahan Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Kerja Pada umumnya kelelahan kerja didefinisikan berkurangnya energi dan motifasi yang dapat berpengaruh pada kemampuan fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Reaksi 2.1.1 Definisi Waktu Reaksi Waktu reaksi merupakan jarak waktu antara diberikannya stimulus dengan kontraksi otot pertama setelah stimulus diberikan. 4,5 Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.

Lebih terperinci

PENGURUTAN (MASSAGE)

PENGURUTAN (MASSAGE) PENGURUTAN (MASSAGE) Massage merupakan salah satu cara perawatan tubuh paling tua dan paling bermanfaat dalam perawatan fisik (badan) Massage mengarahkan penerapan manipulasi (penanganan) perawatan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Massage adalah suatu cara penyembuhan yang menggunakan gerakan tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan memperbaiki sirkulasi,

Lebih terperinci

BAHASAN ADANYA GERAK FUNGSI DARI GERAK SISTEM GERAKAN TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN 1. SISTEM OTOT, TULANG, SENDI : DASAR

BAHASAN ADANYA GERAK FUNGSI DARI GERAK SISTEM GERAKAN TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN 1. SISTEM OTOT, TULANG, SENDI : DASAR MOTORIK DASAR BAHASAN 1. SISTEM OTOT, TULANG, SENDI : DASAR ADANYA GERAK 2. SISTEM OTOT SARAF : MENGENDALIKAN FUNGSI DARI GERAK SISTEM MUSCULOSKELETAL / OTOT - TULANG 3. SISTEM OTOT, TULANG, DAN SARAF

Lebih terperinci

untuk Mencegah Sakit Punggung

untuk Mencegah Sakit Punggung 5 Hal yang Bisa Anda Lakukan untuk Mencegah Sakit Punggung WISNUBRATA Kompas.com - 25/09/2017, 07:45 WIB Ilustrasi sakit punggung dan pinggang(grinvalds) KOMPAS.com - Sakit punggung adalah penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu meluangkan banyak waktu untuk bekerja. Hal ini karena bekerja merupakan salah satu kegiatan utama bagi setiap orang atau masyarakat untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) PERTEMUAN #6 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Salafi Nugrahani, pembangunan Nasional kini sudah memasuki era Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja baik pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar di dalam telinga. Namun bunyi tersebut dapat menimbulkan kebisingan di telinga manusia.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL Otong Andi Juhandi (30402785) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Kontak Person : Otong Andi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Petir : 30.000 Volt 60.000 Volt = 30-60 Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Tubuh Manusia: 70 milivolt = 0,07 Volt Biolistrik_02 Listrik Eksternal. Yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN KELUHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEKERJA PANDAI BESI DITINJAU DARI SIKAP KERJA DAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KUALA BEGUMIT KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri

Lebih terperinci