BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,"

Transkripsi

1 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa ( ). Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur. Menurut Suma mur (2013), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan untuk pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan banyak masalah terutama bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat menyesuaikan diri dengan jam kerja yang lazim. 9

2 10 Menurut Nurmianto (2004), shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, dimana pada hari kerja biasa, pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari. Biasanya perusahaan yang berjalan secara kontinyu yang menerapkan aturan shift kerja ini. Selain itu, masyarakat yang membutuhkan kebutuhkan sosial akan pelayanan dengan waktu yang lebih banyak seperti polisi dan rumah sakit juga benar benar dibutuhkan dalam 24 jam/hari, 7 hari/minggu Sistem Shift Kerja Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap shift. Menurut William yang dikutip oleh Ramayuli (2004), dikenal dua macam system shift kerja yang terdiri dari : 1. Shift Permanen Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari. 2. Sistem Rotasi Tenaga kerja bekerja tidak terus menerus di tempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling mengganggu terhadap irama circardian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang.

3 11 Pergantian shift yang normal 8 jam/shift kerja. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu ini dikenal dengan regu kerja terus menerus dan diperlukan sedikitnya 3 regu yang disebut dengan regu kerja semi terus menerus (ILO dalam Ramayuli, 2004). Knauth (1988) dalam jurnalnya yang berjudul The Design of Shift System mengemukakan bahwa terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan dalam shift kerja, antara lain (Nurmianto,2004): 1. Jenis shift (pagi,siang,malam) 2. Panjang waktu tiap shift 3. Waktu dimulai dan diakhirinya satu shift 4. Distribusi waktu istirahat 5. Arah transisi shift. Ada lima kriteria dalam mendesain suatu shift kerja, antara lain : 1. Setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua shift yang berurutan. 2. Seorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari berturut turut (seharusnya 5 hari kerja, 2 hari libur). 3. Sediakan libur akhir pecan (setidaknya 2 hari). 4. Rotasi shift mengikuti matahari. 5. Buat jadwal yang sederhana dan mudah diingat.

4 Efek Shift Kerja 1. Efek Fisiologis a. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam. b. Menurunnya kapasitas kerja fisik akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek Psikososial Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. 3. Efek Kinerja Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan. 4. Efek terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5 13 Menurut Nurmianto (2004), sebagian besar dari pekerja yang bekerja pada shift malam memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan mereka yang bekerja pada shift normal. Josling (1998) dalam artikelnya yang berjudul Shift Work and Ill-Health mempertegas anggapan tersebut dengan menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Circardian Leraning Centre di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa para pekerja shift, terutama yang bekerja di malam hari, dapat terkena beberapa permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan tersebut ditambah dengan tekanan stress yang besar dapat secara otomatis meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan pada para pekerja shift malam. 2.2 Irama Circardian Irama Circardian adalah jam alami dalam tubuh manusia. Dalam 24 jam tubuh akan mengalami fluktuasi berupa temperature, kemampuan untuk bangun, aktivitas lambung, denyut jantung, tekanan darah dan kadar hormone, dikenal sebagai irama circardian ( Folkard dan Monk dalam Firdaus, 2005). Circardian rhythm berasal dari bahasa latin. Circa yang berarti kira kira dan Dies berarti hari (Circadies = kira kira satu hari). Circardian Rhythm adalah irama dan pengenalan waktu yang sesuai dengan perputaran bumi dalam siklus 24 jam. Hampir seluruh makhluk hidup di dunia ini mempunyai irama yang secara teratur mengalai perubahan fungsi tubuh dan fisiologik dalam siklus 24 jam, tetapi ada pula beberapa perubahan yang sesuai dengan bulan atau tahun. Sebenarnya siklus sirkadian manusia berkisar antara jam (Mahyusti, 1993).

6 14 Menurut Folkard dan Monk serta Mc. Cormick dan Ilgen yang dikutip oleh Firdaus (2005) menyatakan bahwa circardian rhythm setiap individu berbeda dalam penyesuaian kerja malam, namun antara shift pagi dan siang terlihat sedikit perbedaan. Pola aktivitas tubuh akan terganggu apabila bekerja malam dan maksimum terjadi selama shift malam. Masing masing orang mempunyai jam biologis sendiri sendiri, kehidupan mereka diatur menjadi sama dan seragam dalam daur hidup 24 jam sehari. Menurut Nurmianto (2004), pengaturan dilakukan oleh penangguh waktu yang ada di luar tubuh seperti : 1. Perubahan dari siang ke malam dan semacamnya. 2. Kontak sosial. 3. Pekerjaan 4. Pengetahuan waktu jam Fungsi tubuh yang ditandai dengan circardian rhythm adalah pola tidur, kesiapan bekerja, beberapa fungsi otonom, vegetative seperti metabolisme, temperature tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Setiap hari fungsi tubuh ini akan berubah ubah antara maksimum dan minimum, pada siang hari meningkat dan pada malam hari menurun. Menurut Mahyusti (1993), dalam keadaan normal, fungsi tubuh dapat dibedakan atas 2 fase, yaitu : 1. Fase Ergotropik, terjadi pada siang hari dan semua organ tubuh siap untuk bekerja.

7 15 2. Fase Tropotropik, terjadi malam hari dan sebagian besar fungsi tubuh menurun serta waktu ini dipakai untuk pemulihan dan pembaruan energy. 2.3 Kelelahan Definisi Kelelahan Semua jenis pekerjaan akan menimbulkan kelelahan. Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan subjektif. Kelelahan merupakan salah satu keluhan yang paling sering dan umum yang dirasakan pekerja seperti rasa letih, baik karena kurang tidur malamnya, terlalu banyak bekerja atau suatu masalah emosional lainnya. Menurut Suma mur (2013), kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda beda, tetapi semuanya berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Banyak definisi kelelahan yang telah dikemukakan, namun secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya ( Satalaksana dalam Putra, 2011). Menurut Wignjosoebroto dan Schuler yang dikutip oleh Sudana, kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang orang yang bekerja dalam pekerjaan pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, pendidikan dan sebagainya. Kelelahan akibat kerja sering sekali diartikan sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan.

8 Jenis Jenis Kelelahan Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelelahan berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan. a. Kelelahan berdasarkan Proses 1. Kelelahan Otot Menurut Tarwaka,dkk (2004), kelelahan otot meupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Menurut Suma mur (2013), kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama akan mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, kurangnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan. 2. Kelelahan Umum Menurut Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004), biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi. Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi antara lain : lelah pada organ penglihatan ( mata ), mengantuk, stress (pikiran tegang), dan rasa malas bekerja (Nurmianto dalam Putra).

9 17 b. Kelelahan berdasarkan Waktu Terjadinya Kelelahan 1. Kelelahan akut Terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. 2. Kelelahan Kronis Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti : Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau a-sosial terhadap orang lain. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan. Depresi yang berat, dan lain-lain. c. Kelelahan berdasarkan Penyebab Terjadinya Kelelahan 1. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah, penurunan waktu reaksi. 2. Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial Faktor yang Menimbulkan Kelelahan Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pekerjaan yang akan dilakukan seseorang setiap hari dan tingkat kelelahan fisik akibat kerja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan yaitu : jam kerja; periode istirahat; cahaya, suhu dan ventilasi yang berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap, mental dan

10 18 kelelahan tenaga kerja; kebisingan dan getaran merupakan gangguan yang tidak diinginkan, sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan. Hal ini sebaiknya dipahami sehingga tercipta kondisi fisik yang menyenangkan dalam bekerja. Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsifungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ diluar kesadaran serta prose pemulihan. Orang-orang lelah menunjukkan : 1. Penurunan perhatian. 2. Perlambatan dan hambatan persepsi. 3. Lambat dan sukar berfikir. 4. Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja. 5. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental. Ada lima (5) kelompok penyebab kelelahan yaitu : 1. Keadaan monoton. 2. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental. 3. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan. 4. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik. 5. Penyakit, perasaan sakit, keadaan gizi. Faktor organisasi kerja seperti pengaturan waktu kerja termasuk di dalamnya shift kerja dan periode istirahat juga berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan kerja. Shift kerja secara nyata berpengaruh terhadap timbulnya kelelahan terutama shift kerja siang dan shift kerja malam. Kedua shift ini nyata lebih lelah dibandingkan shift pagi karena menyebabkan gangguan circardian rhythm.

11 19 Schultz dalam Resayana (2008), dalam penelitiannya menyatakan bahwa shift kerja siang dan malam paling berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja kurang produktif pada shift malam dibanding shift siang dan cenderung membuat banyak kesalahan kerja, mudah kecelakaan kerja dan absentism Proses Terjadinya Kelelahan Kelelahan terjadi karena berkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivasi otot. Ataupun mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah. Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot akan selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksida glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontiniu. Ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produkproduk sisa dalam otot dan peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dengan proses pemulihan.

12 Akibat Terjadinya Kelelahan Perasaan lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah bekerja, tetapi juga saat sedang bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum bekerja. Kelelahan yang terjadi secara terus-menerus berakibat pada kelelahan kronis. Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang sering timbul seperti : 1. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh tubuh, kaki terasa berat, menguap, pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring. 2. Merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan. 3. Merasa sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernafasan merasa tertekan, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan dan kurang sehat badan (Suma mur, 2013). Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1 menunjukkan pelemahan kegiatan, kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan kelelahan fisik akibat psikologis. Dalam studi efek kelelahan harus dipahami bahwa gejala umum dari kelelahan kerja merupakan sebagai suatu hasil dari aktivitas yang panjang. Gejala

13 21 kelelahan berikut merupakan gejala yang jelas dilihat dan dirasakan, yaitu menurunnya perhatian, lamban dalam bergerak, gangguan persepsi, pikiran melemah, motivasi menurun, kinerja menurun, ketelitian menurun dan kesalahan meningkat (Grandjean dalam Putra, 2011) Perawat Definisi Perawat Perawat ( bahasa inggris nurse, berasal dari bahasa latin yaitu nutrix yang berarti merawat atau memelihara ) adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Menurut UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pada pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa perawat adalah seseoag yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Seseorang dapat dikatakan sebagai perawat dan mempunyai tanggungjawab sebagai perawat manakala yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik di luar maupun di dalam negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar. Dengan kata lain, seseorang dikatakan perawat bukan dari keahlian turun menurun, melainkan dengan melalui jenjang pendidikan perawat (Bertha, 2013).

14 Peran dan Tugas Perawat Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Menurut UU RI No. 38 tahun 2014 pasal 29, perawat bertugas sebagai : 1. Pemberi asuhan keperawatan. 2. Penyuluh dan konselor bagi Klien. 3. Pengelola pelayanan keperawatan. 4. Peneliti keperawatan. 5. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang, dan/atau 6. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu Hak dan Kewajiban Perawat Berdasarkan isi pasal 36 dan pasal 37 dalam UU RI No. 38 tahun 2014 menjelaskan mengenai hak dan kewajiban yang menjadi tanggung jawab perawat. Hak perawat dijelaskan dalam pasal 36 yang isinya : a. Setiap perawat berhak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang undangan. b. Setiap perawat berhak memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau keluarganya.

15 23 c. Setiap perawat berhak menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan yang telah diberikan. d. Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan peraturan perundang undangan. e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar. Sedangkan kewajiban perawat dijelaskan pada pasal 37 yang isinya : a. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan standar pelayanna keperawatan dan ketentuan peraturan perundang undangan. b. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang undangan. c. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya. d. Mendokumentasikan asuahn keperawatan sesuai dengan standar. e. Memberikan informasi lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya. f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi perawat dan g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.

16 Beban Kerja Perawat Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan perawat dengan jenis pekerjaan dan beratnya pekerjaan yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu di suatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja dapat dibedakan menjadi beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif menunjukan adanya jumlah pekerjaan yang besar yang harus dilakukan misalnya jam kerja yang tinggi, derajat tanggung jawab yang besar, tekanan kerja sehari hari dan sebagainya. Sedangkan beban kerja kualitatif menyangkut kesulitan tugas yang dihadapi. Kelebihan beban kerja secara kuantitatif mencakup : a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja. b. Terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan. c. Terlalu beragamnya pekerjaan yang harus dikerjakan. d. Kontak langsung perawat dengan pasien secara terus menerus selama jam kerja. Sedangkan kelebihan beban kerja secara kuantitatif mencakup : a. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di ruangan. b. Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien kritis di ruangan. c. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas. d. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien. e. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.

17 25 f. Tugas memberikan obat secara intensif. g. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma, dan kondisi terminal. h. Tindakan penyelamatan pasien Tanggung Jawab Perawat Salah satu ciri perawat professional adalah melaksanakan tanggung jawab dan tanggung gugat, sesuai dengan kode etik serta berdasarkan standar praktek keperawatan yang telah disepakati. Tanggung jawab tersebut dijabarkan sebagai berikut : a. Tanggung jawab terhadap klien merupakan upaya kesejahteraan umum sebagai bagian tugas kewajibannya bagi masyarakat. b. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, seperti melindungi dirinya dari kemungkinan penularan penyakit ataupun gangguan yang datang dari lingkungan pekerjaannya. c. Tanggung jawab terhadap profesi, seperti mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, mengadakan kerjasama tim dalam melaksanakan tugas, tulus dan ikhlas dalam melaksanakan kewajibannya, serta membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya. d. Tanggung jawab terhadap masyarakat, misalnya dengan menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan.

18 26 e. Tanggung jawab terhadap bangsa dan tanah air, seperti memenuhi kebutuhan pelayanan dengan rasa penuh tanggung jawab serta melindung dan membantu pasien dari hal hal yang dapat membahayakan dirinya dan keselamatan pasien, dan merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan tugas yang dipercayakan kepadanya Organisasi Profesi Perawat Organisasi profesi perawat dibentuk sebagai satu wadah yang menghimpun perawat secara nasional dan berbadan hukum. Organisasi profesi perawat bertujuan untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan etika profesi perawat serta mempersatukan dan memberdayakan perawat dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan Kerangka Konsep Shift Kerja - Pagi ( ) - Siang ( ) Kelelahan - Malam ( ) Gambar 2.1. Kerangka Konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja 1. Definisi Moril Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Shift Kerja Kerja shift jika dipandang sebagai tuntutan yang menekan individu, jika tidak dikelola dengan baik oleh pihak perusahaan akan berdampak pada gangguan fisiologis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan ergonomi, yaitu : sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola jam biologik yang disebut dengan circadian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Kerja Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghasilkan suatu produk dan jasa yang dapat dipasarkan dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka perusahaan tersebut harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawat 2.1.1 Pengertian Perawat Secara sederhana, perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, defenisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan salah satu pegawai yang selalu

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam dunia kerja, seperti halnya di intansi Rumah Sakit terdapat beberapa pekerjaan yang harus dilakukan secara terus menerus selama 24 jam. Pekerjaan ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keperawatan 2.1.1 Definisi Keperawatan Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN KUESIONER GAMBARAN GETARAN MEKANIS DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI BAGIAN PRODUKSI CV. BAROKAT MAQOBUL BINJAI TAHUN 2016 Nama : Jenis Kelamin : *Pr / Lk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya

Lebih terperinci

Peneliti, Pratiwi Andiningsari

Peneliti, Pratiwi Andiningsari Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT KELELAHAN (FATIGUE) PADA PENGEMUDI TRAVEL X TRANS TRAYEK JAKARTA-BANDUNG TAHUN 2009 Yth, Saudara/I Selamat Pagi/

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang berbahaya bagi kesehatan, mudah terjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Potensi bahaya banyak ditemukan di setiap tempat dimana kita melakukan aktivitas pekerjaan baik dirumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Dalam UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).

BAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001). BAB II LANDASAN TEORI A. Kualitas Kehidupan Bekerja 1. Definisi Kualitas Kehidupan Bekerja Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang meliputi beberapa konsep seperti jaminan kerja,

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Kerja Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan, yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pasti memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dalam perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Menurut Tarwaka (2010), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Lebih terperinci

E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit). (E-5,0) = Habisnya cadangan energi (kcal/menit). Tw = Waktu kerja (menit).

E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit). (E-5,0) = Habisnya cadangan energi (kcal/menit). Tw = Waktu kerja (menit). BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kelelahan (Fatigue) Kelelahan merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan yang dialami oleh manusia. Kelelahan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI Rudi Aman 1*, Dutho Suh Utomo 2, Lina Dianati Fathimahhayati 3* 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu pula dengan teknologi dibidang kesehatan. Selain itu, juga kebutuhan akan kesehatan pada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan akses utama dalam memperoleh perawatan di rumah sakit, mempunyai peranan sangat penting dalam menangani pasien dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi mendorong manusia mengerahkan segenap potensi untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada. Manusia dapat mencukupi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat dituntut untuk memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Mahwidhi, 2010). Para perawat tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap dalam upaya peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI Saya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003)

BAB I PENDAHULUAN. dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kini menghadapi persaingan dunia kerja hingga bekerja dalam jam kerja tidak normal dengan sistem kerja shift. Menurut ILO (2003) shift kerja merupakan kerja

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Definisi Kelelahan Kerja Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Semua gerak dan kesibukan manusia mempunyai arti bagi mereka. Apabila dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover

Lebih terperinci

KERJA SHIFT EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

KERJA SHIFT EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN KERJA SHIFT EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN DISUSUN OLEH: KELOMPOK 30 130407004 SAKTI TRI ANGGRAINI 130407028 DHIA DARIN SILFI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelelahan Kerja 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja Kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia berfungsi sebagai penggerak atau motor dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan Gatt yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Pengertian Shift Kerja Tanpa disadari tubuh kita memiliki waktu tertentu yang dapat berpengaruh terhadap aktifitas dalam bekerja secara berulang dan teratur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempat kerja yang sehat dan aman merupakan hal yang diinginkan oleh pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan RI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur multidisipliner yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan optimal. Keperawatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang sehat dan produktif, kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapanya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Salafi Nugrahani, pembangunan Nasional kini sudah memasuki era Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja baik pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai standar yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi a. Pengertian Ergonomi adalah ilmu, penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan dengan baik dalam

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Kerja Pada umumnya kelelahan kerja didefinisikan berkurangnya energi dan motifasi yang dapat berpengaruh pada kemampuan fisik, mental,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I PABRIK PULAU TIGA TAHUN 2015 Yth. Saudara/I Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelelahan Kerja a. Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja (Maulidi, 2012). Kelelahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan rumah sakit dalam 20 tahun belakangan ini meningkat dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut tentunya akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan. Pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan, sehingga pengembangan rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan analisa statistik deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memaparkan dan mendeskripsikan (menggambarkan) data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (antara lain tenaga kerja perawat), sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan rumah sakit saat ini mengalami transformasi besar. Pada masa sekarang rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetetif, termasuk bersaing

Lebih terperinci