BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Sudomo Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi a. Pengertian Ergonomi adalah ilmu, penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan dengan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan dan kerterbatasan manusia baik secara fisik atau mental (Tarwaka,2011). Ergonomi sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering dan desain perancangan tempat kerja (Harrianto, 2009). b. Aspek Ilmu Ergonomi mencakup berbagai aspek ilmu yang sangat luas, dapat dibagi menjadi 3 kelompok spesialisasi ilmu (Harrianto, 2009), yaitu : 1) Ergonomi fisik yang meliputi sikap kerja, aktivitas mengangkat beban, gerakan berulang, penyakit muskoloskeletal akibat kerja, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan kerja (Harrianto, 2009 ; Tarwaka, 2011). 6
2 7 2) Ergonomi kognitif yang meliputi beban mental akibat kerja, pengambilan keputusan, penampilan keterampilan kerja, interaksi manusia dan mesin dengan sistem perencanaan kerja (Harrianto, 2009 ; Tarwaka, 2011). 3) Ergonomi organisasi yang meliputi komunikasi, manajemen sumber daya pekerja, perencanaan tugas, perencanaan waktu kerja, kerja sama tim kerja, perencanaan partisipasi kerja, ergonomi komunitas, paradigma kerja yang baru, pola kerja jarak jauh dan manajemen kualitas kerja (Harrianto, 2009 ; Tarwaka, 2011). c. Keluhan Muskuloskeletal Risiko gangguan muskuloskeletal meningkat ketika bagian bagian tubuh yang digunakan berulang kali, dengan jeda atau kesempatan untuk beristirahat. Kegiatan yang berulang ulang dapat menyebabkan kelelahan, kerusakan jaringan, dan akhirnya rasa sakit, dan rasa ketidaknyamanan (OHSCO, 2007). Terdapat 4 faktor yang dapat meningkatkan timbulnya keluhan muskoloskeletal yaitu postur tidak alamiah, tenaga yang berlebihan, pengulangan gerakan berkali kali, dan lamanya waktu kerja (OHSCO,2007). 2. Gerakan Berulang a. Pengertian Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
3 8 akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi (Tarwaka, 2011). Repetitive motion merupakan gerakan yang memiliki sedikit variasi dan dilakukan setiap beberapa detik, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan dan ketegangan otot tendon. Jika waktu yang digunakan untuk istirahat tidak dapat mengurangi efek tersebut, jika gerakan terdapat posisi janggal, yang memerlukan tenaga besar, risiko kerusakan jaringan dan masalah muskuloskeletal lainnya akan meningkat. Pengulangan dengan waktu kurang dari 30 detik telah dianggap sebagai repetitive motion (OSHA, 2013). Repetitive motion dalam pekerjaan dapat disebut sebagai kecepatan pergerakan tubuh, atau dapat diperluas sebagai gerakan yang dilakukan secara berulang ulang tanpa adanya variasi gerakan. Pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan yang sama yang dilakukan secara berulang ulang, apabila dilakukan dalam intensitas waktu yang sering dan dalam jangka waktu yang lama maka dapat menyebabkan suatu efek tertentu pada tenaga kerja (Boediono dkk, 2005). b. Fakta Kejadian Gerakan Berulang Menurut Bureau of Labor Statistic Amerika melaporkan pada tahun 1997, lebih dari 50% dari semua penyakit akibat kerja disebabkan oleh repetitive motion trauma. Cedera yang disebabkan oleh repetitive motion bukan merupakan penyakit yang akut atau
4 9 jangka pendek yang terjadi dari kecelakaan satu kali, tetapi sebaliknya, merupakan hasil dari efek kronis yang bertahap, yang disebabkan oleh trauma berulang. Tiga cedera yang paling umum adalah gerakan berulang otot, tendon, dan cedera saraf (Roudney dkk, 2006). c. Hal Hal yang Mempengaruhi Repettive motion merupakan pekerjaan monoton yang melakukan gerakan yang sama secara berulang ulang. Bila dilakukan dalam intensitas yang sering dan dalam jangka waktu yang lama, akan berdampak timbulnya suatu efek tertentu pada tenaga kerja. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti (Boediono dkk, 2005) : 1) Banyaknya gerakan yang dilakukan dalam proses pekerjaan berulang. 2) Besarnya atau seringnya penggunaan otot. 3) Lamanya pekerjaan yang dilakukan. Apabila dalam pekerjaan tersebut tidak banyak dilakukan gerakan, maka waktu yang diperlukan dalam melakukan gerakan yang sama akan menjadi lebih pendek. Sehingga pekerja akan lebih sering melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang (Boediono dkk, 2005).
5 10 d. Kategori Gerakan Berulang Variasi penilaian tingkat risiko untuk tingkat pengulangan yang dapat menimbulkan bahaya, dipengaruhi juga oleh faktor faktor lain, seperti tenaga dan postur tubuh yang berbeda dapat dilihat di Tabel 1. Tabel 1. Pengulangan Risiko Gerakan Berulang pada Bagian Tubuh yang Berbeda-Beda. Bagian Tubuh Pengulangan Per Menit Bahu Lebih dari 2,5 Lengan atas atau Siku Lebih dari 10 Lengan atau Pergelangan Tangan Lebih dari 10 Jari Lebih dari 200 Sumber : Dinardi (1997). e. Macam Macam Gerakan pada Tangan Menurut Pearce (2004) ada beberapa mekanisme gerakan kerangka bagian atas yaitu sendi dari tangan dan jari, antara lain: 1) Gerakan sendi bahu Adanya kelonggaran pada ligamen kapsul dan permukaan persendian yang dangkal maka ada banyak kemungkinan gerak. Gerakan sendi bahu lebih dimungkinkan oleh gerakan meluncur skapula diatas dinding dada. Abduksi dilaksanakan oleh otot supraspinatus dan otot deltoid, tetapi hanya sampai 90 derajat. Mengangkat lebih tinggi lagi sampai 180 derajat dimungkinkan oleh rotasi skapula diatas dinding dada yang dilaksanakan oleh otot trapezius. Rotasi internal dan rotasi
6 11 eksternal juga dapat dilakukan dengan mengangkat lengan dalam lingkaran, ke atas, ke samping, kebelakang dan turun (Pearce, 2004). 2) Sendi siku Fraktur tulang tulang yang membentuk sendi siku sering mendapat komplikasi dengan dislokasi. Dislokasi ke belakang dari sendi dapat disertai oleh fraktur dari proses kronoid. Otot-otot yang menggerakan siku, antara lain: a) Flexi : bisep, brakhialis, otot flexor dari lengan bawah b) Pronasi : pronator dan flexor radialis c) Extensi : trisep dan ankonius d) Supinasi : bisep, supinator dan extensor dan ibu jari Bisep merupakan otot flexor dari siku yang masuk ke dalam tuberositas radius, maka bisep juga merotasikan lengan bawah ke dalam kedudukan supinasi (Pearce, 2004). 3) Sendi Pergelangan Tangan dan Tangan Sendi pergelangan tangan mudah terkilir, sehingga memerlukan pendukung untuk beberapa waktu. Jika sendi pergelangan tidak diberikan pendukung maka bisa cenderung menjatuhkan benda yang dipegangnya. Beberapa tulang karpal (lunatum) dapat terkena dislokasi karena jatuh diatas tangan sedangkan skafoid atau navikular dapat patah atau jatuh di telapak
7 12 tangan. Otot otot yang dapat menggerakan pergelangan tangan, antara lain (Pearce, 2004): a) Flexi : otot otot panjang yang melintasi bagian depan pergelangan tangan b) Extensi : semua yang melintasi bagian belakang sendi c) Adduksi : flexor karpal dan extensor di sisi ulna dari pergelangan tangan d) Abduksi : flexor karpal dan extensor-extensor di sebelah radinal f. Pengukuran Gerakan Berulang Gerakan berulang dapat diukur dengan menghitung gerakan pada anggota tubuh selama 1 menit. Menurut Delleman dkk (2009) gerakan berulang mempunyai frekuensi maksimal (30 gerakan/menit), hal ini menjadi referensi tetap untuk setiap pengukuran gerakan berulang. Kelebihan dari pengukuran ini bersifat praktis, dapat mencatat waktu signifikan untuk faktor faktor risiko lain, seperti : tekanan, postur tubuh, faktor tambahan dan kurangnya waktu istirahat. 3. Kelelahan Kerja a. Definisi Menurut beberapa ahli terdapat beberapa definisi tentang kelelahan kerja, antar lain:
8 13 1) Kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan (Grandjean, 1995). 2) Dilihat dari sudut pandang neurofisiologi diungkapkan bahwa kelelahan sebagai suatu keadaan sistemik saraf sentral, akibat aktivitas yang berkepanjangan dan secara fundamental yang dikontrol oleh aktivitas berlawanan antara sistem aktivasi dan sistem inhibisi pada batang otak (Grandjean dan Kogi, 1971). 3) Kelelahan kerja adalah respon total individu terhadap stres psikososial yang dialami dalam satu periode waktu tertentu dan kelelahan kerja cenderung menurunkan prestasi maupun motivasi pekerja. Kelelahan kerja merupakan kriteria yang lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang bersifat fisik dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan adanya penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja (Cameron, 1973). 4) Kelelahan kerja adalah suatu fenomena kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja serta dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal (Chavalitsakulchai dan Shahvanaz, 1991). 5) Lelah menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja (Suma mur, 2009).
9 14 6) Perasaan kelelahan kerja adalah gejala subjektif kelelahan kerja yang dikeluhkan pekerja yang merupakan semua perasaan yang tidak menyenangkan (Maurits, 2010). b. Penyebab Kelelahan Kelelahan disebabkan oleh berbagai macam faktor penyebab, secara umum dapat dikelompokan seperti gambar dibawah : Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis Masalah lingkungan kerja: - Kebisingan - Penerangan Irama detak jantung Masalah-masalah Fisik : - Tanggung jawab - Kecemasan - Konflik Nyeri dan penyakit lainnya Gizi/Nutrisi Tingkat Kelelahan Gambar 1. Diagram Teoritik efek kombinasi dari penyebab kelelahan (Sumber : Grandjean, 1995.) c. Sistem Timbulnya Kelelahan Keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri), yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat bekerja terhadap thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan
10 15 menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem penggerak yang dapat merangsang pusat pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari organ organ dalam ke arah kegiatan bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain lain. Keadaan seseorang pada suatu saat akan sangat tergantung kepada hasil kerja antara dua sistem yang dimaksud. Apabila sistem penghambat berada pada posisi lebih kuat dari pada sistem penggerak, seseorang akan berada pada kondisi lelah, jika sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka seseorang akan berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk bekerja (Suma mur, 2009). d. Gejala Kelelahan Kerja Kelelalahan kerja dikeluhkan sebagai kelelahan sikap, orientasi dan penyesuaian di tempat kerja (Chavalitsakulchai dan Shahnavaz, 1991). Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukan melemahnya kegiatan, menunjukkan melemahnya motivasi dan gambaran kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan (Suma mur, 2009). 1) Perasaan berat di kepala (Maurits, 2010) 2) Lelah di seluruh badan 3) Kaki merasa berat 4) Menguap (Maurits, 2010) 5) Merasa kacau pikiran (Maurits, 2010)
11 16 6) Mengantuk (Maurits, 2010) 7) Merasa berat pada mata 8) Kaku dan canggung dalam gerakan (Maurits, 2010) 9) Tidak seimbang dalam berdiri 10) Mau berbaring 11) Merasa susah berfikir (Maurits, 2010) 12) Lelah bicara 13) Gugup 14) Konsentrasi hilang (Maurits, 2010) 15) Tidak fokus (Maurits, 2010) 16) Cenderung untuk lupa 17) Kurang percaya diri (Maurits, 2010) 18) Cemas terhadap sesuatu 19) Tidak dapat mengontrol sikap 20) Tidak dapat tekun dalam melakukan pekerjaan 21) Sakit kepala (Maurits,2010) 22) Kekakuan di bahu 23) Merasa nyeri pada punggung 24) Merasa pernafasan tertekan 25) Merasa haus 26) Suara serak 27) Merasa pening 28) Spasme kelopak mata
12 17 29) Tremor pada anggota badan 30) Merasa kurang sehat Menurut Grandjean (1995) gejala kelelahan kerja adalah adanya perasaan lelah, somnolensi, tidak bergairah bekerja, sulit berpikir, penurunan kesiagaan, penurunan persepsi dan kecepatan bereaksi dalam bekerja. e. Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan Ada beberapa macam faktor faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja, mulai dari faktor lingkungan kerja yang tidak memadai untuk bekerja sampai pada masalah psikososial yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja. Waktu istirahat dan waktu bekerja yang proposional dapat menurunkan derajat kelelahan kerja, lama dan ketepatan waktu istirahat juga sangat berperngaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja. Kesehatan kerja yang selalu dimonitor dengan baik dan pemberian gizi yang sempurna dapat menurunkan terjadinya kelelahan kerja. Menurut Maurits (2010) ada beberapa penyebab terjadinya kelelahan kerja, umumnya berkaitan dengan: 1) Sifat pekerjaan yang monoton. Monoton adalah suatu ciri lingkungan kehidupan manusia yang tidak berubah atau berulang ulang dalam suatu keadaan yang tetap. Pekerjaan monoton adalah pekerjaan yang
13 18 sama dari menit ke menit dengan pekerjaan yang tidak berubah (Maurits, 2010). Bila dilakukan dalam intensitas yang sering dan dalam jangka waktu yang lama dapat penyebabkan berkembangnya suatu efek tertentu pada tenaga kerja (Boediono dkk, 2003). 2) Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental serta fisik yang tinggi. Beban kerja didefinisikan sebagai perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Pekerjaan manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai pembebanan yang berbeda (Tarwaka, 2011). 3) Kondisi ruang kerja seperti pencahayaan dan kebisingan serta lingkungan kerja lainnya yang tidak memadai. Lingkungan kerja berkaitan dengan keadaan di sekitar aktivitas pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Interaksi antara pekerja, pekerjaan dan lingkungan tidak bisa dihindari karena merupakan bagian dari aktivitas kehidupan (Boediono dkk, 2003). 4) Faktor psikologis. Faktor psikologis dapat berupa tegangan-tegangan sebagai akibat ketidaksesuian emosi dalam pekerjaan yang kurang baik, hambatan psikologis, sosial dan lain-lain, akan
14 19 menurunkan berat badan, terjadi penyakit dan timbul kelelahan kerja (Boediono dkk, 2003). 5) Status gizi. Tingkat kebutuhan kalori pekerja tergantung pada beberapa faktor yaitu ukuran tubuh yang meliputi tinggi dan berat badan,usia, jenis kelamin,kegiatan sehari-hari dan beban kerja, kondisi tertentu seperti sakit serta iklim dan suhu lingkungan (Maurits, 2010). 6) Circandian rhytm. Fungsi fisiologis dan psikologis manusia digambarkan sebagai sebuah irama selama periode waktu 24 jam, dan menunjukkan adanya fluktuasi harian (Maurits, 2010). f. Dampak kelelahan kerja Kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang menurun, badan terasa tidak enak di samping semangat kerja yang menurun. Perasaan lelah cenderung meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat merugikan diri sendiri maupun perusahaannya karena adanya penurunan produktivitas kerja (Maurits, 2010). g. Pencegahan kelelahan kerja Pencegahan kelelelahan kerja ditujukan kepada upaya menekan faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif pada
15 20 kelelahan kerja dan meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh secara positif. Faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif yang perlu ditekan misal adanya stress akut, yaitu dengan tidak menciptakan atau menghindarkan stress buatan manusia. Memilih usia-usia yang berpeluang baik mengendalikan kelelahan kerja. Pemilihan pekerja yang memiliki semangat kerja yang tinggi, pendidikan yang memadai sesuai jenis pekerjaannya (Maurits, 2010). h. Pengobatan kelelahan kerja Kelelahan kerja merupakan keadaan yang dapat mengganggu pekerja, perusahaan dan pihak masyarakat maka pekerja dengan kelelahan kerja perlu mendapat pengobatan sesuai dengan penyebabnya, disamping penanganan kehadiran faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Pengobatan kelelahan kerja dapat berbentuk obat-obatan; terapi kognitif dan perilaku pekerja bersangkutan; penyuluhan mental dan bimbingan mental; perbaikan lingkungan kerja; sikap kerja dan alat kerja diupayakan berciri ergonomis; serta pemberian gizi kerja yang memadai (Maurits, 2010). i. Metode Pengukuran 1) Alat Ukur Ada beberapa cara pengukuran kelelahan kerja, mengelompokan metode pengukuran kelelahan kerja menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
16 21 a) Kualitas dan Kuantitas Kerja Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah proses kerja (waktu yang digunakan pada setiap menit) atau proses operasi yang dilakukan pada setiap unit. Namun pada metode ini banyak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran dan harus dipertimbangkan seperti; target produksi; faktor sosial; dan prilaku psikologis dalam bekerja. Sedangkan kualitas output yang berupa kerusakan produk dan penolakan produk atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelalahan, tetapi faktor diatas bukan termasuk causal factor (Grandjean, 1995 ; Maurits 2010). b) Uji Psiko-motor Pada metode psiko-motor ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam metode ini adalah dengan pengukuran menggunakan waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari mulai pemberian rangsang sampai pada waktu kesadaran atau dilaksanakannya suatu kegiatan. Dalam pengukuran kelelahan pada metode ini dapat diukur mengggunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Jika terdapat pemanjangan waktu reaksi maka menunjukan bahwa adanya pelambatan pada proses faal syaraf dan otot.
17 22 Uji waktu reaksi menggunakan stimuli terhadap cahaya lebih signifikan dari pada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor dari pada stimuli cahaya. Alat ukur biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli, alat ukur stimuli yang digunakan adalah reaction time (Grandjean, 1995 ; Maurits 2010). c) Uji Hilangnya Kelipan (flicker-fusion test) Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan menjadi berkurang. Semakin lelah maka akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Pada uji kelipan, bukan hanya untuk menguji kelelahan kerja tetapi juga dapat menunjukkan keadaan kewaspadaan pada tenaga kerja (Grandjean, 1995 ; Maurits 2010). d) Uji Critical Flicker-Fusion Uji Critical Flicker Fusion adalah modifikasi uji flicker-fusion test, yang digunakan untuk menguji kelelahan mata yang berat (Maurits, 2010). e) Metode Blink Pengujian untuk kelalahan tubuh secara keseluruhan dengan melihat objek yang bergerak dengan mata yang terkejap secara cepat dan berulang-ulang. Kelelamahan pada
18 23 pengukuran ini adalah tidak dapat menguji jenis kelelahan kerja pada setiap pekerjaan (Maurits, 2010). f) Pengukuran kelelahan kerja secara subjektif Penilaian dengan menggunakan kuesioner kelelahan subjektif dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan kelelahan pekerja dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang dapat mempresentasikan populasi secara keseluruhan. Jika metode ini dilakukan hanya untuk beberapa pekerja saja maka hasilnya tidak akan valid dan reliable (Grandjean, 1995). Penilaian dengan menggunakan kuisioner ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan 2 jawaban sederhana yaitu YA (ada kelelahan) dan TIDAK (tidak ada kelelahan). Tetapi lebih baik menggunakan skoring (misal 4 skala likert). Apabila menggunakan skala likert maka setiap skala harus disertai dengan definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami oleh responden. Contoh desain penilaian kelelahan subjektif dengan 4 skala likert (Grandjean, 1995), dimana: (a) Skor 1 : tidak pernah merasakan (b) Skor 2 : kadang-kadang merasakan (c) Skor 3 : sering merasakan (d) Skor 4 : sering sekali merasakan
19 24 4. Proses Timbulnya Gerakan Berulang Terhadap Kelelahan Kerja Keadaan lelah adalah reaksi fungsional pusat kesadaran pada otak (cortex cerebri), yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat bekerja terhadap thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Keadaan seseorang pada suatu saat akan sangat tergantung kepada hasil kerja antara dua sistem. Apabila sistem penghambat berada pada posisi lebih kuat dari pada sistem penggerak, seseorang akan berada pada kondisi lelah. Sebaliknya, manakala sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka seseorang akan berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk bekerja (Suma mur, 2009). Kelelahan terjadi dikarenakan berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya metabolisme dalam darah sebagai penyebab hilangnya efesiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf menjadi penyebab kedua. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarnya rangsangan syaraf melalui syaraf sensorik sehingga rangsangan aferen menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan dan mengakibatkan frekuensi kegiatan pada syaraf berkurang. Berkurangnya frekuensi kegiatan pada otak akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot (Tarwaka, 2011). Kelelahan akibat kerja dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisik, usia, jenis
20 25 kelamin, gizi, atau gaya hidup. Sedangkan faktor eksternal dapat meliputi lingkungan tempat kerja (kebisingan, suhu, kelembaban, dan pencahayaan), organisasi kerja (waktu kerja, jam istirahat, dan psikososial) maupun faktor ergonomi (sikap kerja paksa serta gerakan yang berulang) (Weerdmeester, 2003). Repetitive motion merupakan gerakan yang memiliki sedikit variasi dan dilakukan setiap beberapa detik, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan dan ketegangan otot tendon. Jika waktu yang digunakan untuk istirahat tidak dapat mengurangi efek tersebut, atau jika gerakan yang juga yang terdapat posisi janggal atau yang memerlukan tenaga besar, risiko kerusakan jaringan dan masalah muskuloskeletal lainnya mungkin akan meningkat. Pengulangan dengan waktu kurang dari 30 detik telah dianggap sebagai repetitive motion (Dinardi, 1997).
21 26 B. Kerangka Pemikiran Gerakan Berulang Cadangan Energi Berkurang Sisa Metabolisme Meningkat Efisiensi Otot Berkurang Perubahan Arus Listrik Pada Otot Dan Syaraf Syaraf Sensorik Naik Ke Otak Faktor Internal : - Status Gizi - Usia - Jenis kelamin - Kondisi fisik - Masa kerja Keterangan : Inhibisi Naik Aktivasi Turun Kecepatan dan Kontraksi Otot Melambat Kelelahan Gambar 2. Kerangka Pemikiran Faktor Eksternal : - Lingkungan kerja - Organisasi kerja - Sikap kerja : Diteliti : Tidak Diteliti C. Hipotesis Ada hubungan antara gerakan berulang dengan kelelahan kerja pada pekerja pemetik daun teh di perkebunan teh Kemuning Karanganyar.
BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Postur Kerja Postur atau sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekerja Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kelelahan Konsep mengenai kelelahan sering ditemui pada pengalaman pribadi, kata kelelahan digunakan untuk menunjukan kondisi yang berbeda yaitu semua yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja 2.1.1. Pengertian Kelelahan Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja
Lebih terperinciHubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test
Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com
Lebih terperinciPengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin
ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Potensi bahaya banyak ditemukan di setiap tempat dimana kita melakukan aktivitas pekerjaan baik dirumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Dalam UU No. 1 Tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja 2.1.1. Definisi Kelelahan Kerja Kata kelelahan diterapkan di berbagai macam kondisi. 9 Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Definisi Kelelahan Kerja Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Semua gerak dan kesibukan manusia mempunyai arti bagi mereka. Apabila dalam beberapa
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap
BAB V PEMBAHASAN Karakteristik responden meliputi umur, masa kerja, jenis kelamin, merokok dan trauma. Di mana untuk karakteristik jenis kelamin semua responden adalah perempuan, tidak merokok dan tidak
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN
LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN KUESIONER GAMBARAN GETARAN MEKANIS DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI BAGIAN PRODUKSI CV. BAROKAT MAQOBUL BINJAI TAHUN 2016 Nama : Jenis Kelamin : *Pr / Lk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan kerja 1. Definisi Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012) Kelelahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama
Lebih terperinciPengukuran Kelelahan
Kegiatan Belajar -7.2 Modul 4: Pengukuran Kelelahan Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 PENGUKURAN KELELAHAN SECARA SUBYEKTIF (subyective feeting of fatigue) Pengukuran kelelahan mengunakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang. (Lau & Bruce dalam Considine & Callus, 2001).
BAB II LANDASAN TEORI A. Kualitas Kehidupan Bekerja 1. Definisi Kualitas Kehidupan Bekerja Kualitas kehidupan bekerja adalah dinamika multidimensional yang meliputi beberapa konsep seperti jaminan kerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keperawatan 2.1.1 Definisi Keperawatan Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelelahan Kerja 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja Kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik (physical fatigue) dan kelelahan mental (mental fatigue). Kelelahan dapat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kelelahan Kerja Kelelahan (fatigue) adalah suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gabah dan memisahkan lapisan kulit air beras dari beras pecah kulit untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggilingan Padi Menurut Suprayono dan Setyono yang dikutip oleh Sijabat (2007) penggilingan padi adalah salah satu proses mekanik memisahkan sekam dari gabah dan memisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan pertambahan tenaga kerja menimbulkan berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah meningkatnya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan melalui pembelajaran, penyempurnaan, atau temuan baru secara interaktif, berkolaborasi dengan berbagai kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,
Lebih terperinciBAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Kerja Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan ergonomi, yaitu : sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluhan Muskuloskeletal Menurut Tarwaka (2004), keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga terjadi pemulihan sementara. Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Menurut Tarwaka (2010), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI Saya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan Kerja Pengertian Kelelahan Kerja Secara garis besar kelelahan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang ditimbulkan dari aktivitas seseorang, sehingga orang
Lebih terperinciPeneliti, Pratiwi Andiningsari
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT KELELAHAN (FATIGUE) PADA PENGEMUDI TRAVEL X TRANS TRAYEK JAKARTA-BANDUNG TAHUN 2009 Yth, Saudara/I Selamat Pagi/
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelelahan Kerja a. Pengertian Kelelahan Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja (Maulidi, 2012). Kelelahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut sebuah sumber dari International Labour Organitation (ILO)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut sebuah sumber dari International Labour Organitation (ILO) setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Suma mur (2009) bahwa aktivitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja dalam setiap pekerjaan apapun jenisnya yang memerlukan kekuatan otot atau pemikiran merupakan beban bagi yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kelelahan 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kelelahan secara sempit dapat diartikan sebatas lelah fisik yang dirasakan saja. Hal ini dikarenakan setiap orang yang merasakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian Kelelahan Kerja Pada umumnya kelelahan kerja didefinisikan berkurangnya energi dan motifasi yang dapat berpengaruh pada kemampuan fisik, mental,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja dalam hubungan pertambangan. Pertambangan di Indonesia telah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena pertambangan pada era globalisasi banyak memunculkan persoalan mengenai higene perusahaan dan kesehatan kerja serta keselamatan kerja dalam hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah salah satu di antaranya adalah nyeri otot leher. Bekerja dengan posisi berdiri yang di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan
Lebih terperinciFIRMAN FARADISI J
PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUROTAL DENGAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUMAH SAKIT Dr.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terdiri atas usia, status pernikahan, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan. 1. Usia Pada penelitian
Lebih terperinciBAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kelelahan Kerja 1. Pengertian a. Kelelahan Menurut Suma mur (2009) kelelahan (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tapi semuanya berakibat pada daya
Lebih terperinciFAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4
FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4 FAKTOR ERGONOMI Setiap tempat kerja atau kegiatan yang bisa menyebabkan/ menimbulkan tekanan terhadap fisik/ jiwa ataupun perlakuan yang tidak pantas terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawat 2.1.1 Pengertian Perawat Secara sederhana, perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangannya, defenisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan terdiri atas upaya pokok di bidang kesehatan yang dituangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suma mur (2014) menyatakan bahwa industri tekstil ditinjau dari segi higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak ditemui dalam industri
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI
ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI Rudi Aman 1*, Dutho Suh Utomo 2, Lina Dianati Fathimahhayati 3* 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,
Lebih terperincikelelahan (Ryna Parlyna dan Arif Marsal, 2013).
2.1 Kelelahan Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi Kelelahan Kerja Kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.2
1. Persamaan antara otot lurik dan otot jantung adalah... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.2 Sifat kerja secara sadar Memiliki percabangan Berinti satu Ada garis gelap
Lebih terperincitenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Nyeri Hasil evaluasi nyeri dengan menggunakan VDS didapatkan hasil bahwa pada terapi ke-0 nyeri diam: tidak nyeri, nyeri tekan: nyeri ringan, nyeri gerak: nyeri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketahanan tubuh untuk bekerja(suma mur, 2013).Pada umumnya kelelahan kerja
2.1 Kelelahan Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I PABRIK PULAU TIGA TAHUN 2015 Yth. Saudara/I Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam
Lebih terperinciDISUSUN OLEH MUHAMMAD HANAFI ( ) HERKA ARDIYATNO ( ) LESTARI PUJI UTAMI
OTOT MANUSIA UNIVERSITAS PGRI Y O G T A Y A K A R DISUSUN OLEH MUHAMMAD HANAFI (09144600025) HERKA ARDIYATNO (09144600172) LESTARI PUJI UTAMI (09144600214) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Kata ergonomi atau dalam bahasa inggris ergonomics berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum, jadi ergonomi dapat diterjemahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja merupakan salah satu dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tuntutan pekerjaan kerap kali membuat manusia lupa akan batas kemampuan tubuhnya. Dunia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang yang memiliki jiwa profesional akan melakukan pekerjaan yang dimilikinya dengan penuh suka cita dan bersedia dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pekerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Kerja Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan, yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah penggunaan tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas
Lebih terperinciterjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Kesehatan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Manusia mempunyai sifat yang holistik, dalam artian manusia adalah makhluk fisik, psikologis, sekaligus rohani, dan aspek-aspek ini saling berkaitan satu sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin suksesnya industrialisasi tersebut dituntut tingkat efisiensi yang tinggi terhadap penggunaaan
Lebih terperinciBAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan
BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan departemen water pump PT. X. Hasil analisa data meliputi gambaran tingkat pajanan ergonomi, keluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tempat kerja industri, banyak pekerja melakukan pekerjaan proses dalam posisi berdiri untuk jangka waktu yang panjang. Bekerja di posisi berdiri dapat dihubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan pendapatan negara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja dapat terjadi saat melakukan aktivitas kerja. Dari sekian banyak penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh
Lebih terperinci