ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM SEKTORAL LINATUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM SEKTORAL LINATUN"

Transkripsi

1 ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM SEKTORAL LINATUN PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Sektoral adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Linatun NIM H

3 ABSTRAK LINATUN. Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Sektoral. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan FARIDA RATNA DEWI. Investasi adalah pengorbanan yang dilakukan di masa sekarang untuk mengharapkan imbalan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Salah satu instrumen keuangan pada investasi finansial di Indonesia adalah reksa dana. Reksa dana memiliki beberapa jenis yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhaninvestasi, salah satunya adalah reksa dana saham sektoral yang membatasi investasi dananya pada sektor ekonomi atau segmen indeks tertentu, seperti sektor infrastruktur, sektor pertanian, sektor konsumsi, dan sektor lainnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja reksa dana saham sektoral periode Data yang digunakan adalah data sekunder meliputi data Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan, data suku bunga bulanan SBI, dan IHSG. Metode pengolahan dalam perhitungan evaluasi kinerja reksa dana saham sektoral yang digunakan adalah metode Sharpe.Indeks Sharpe menunjukkan kinerja reksa dana yang dievaluasi dengan melihat hasil bersih return rata-rata dari tingkat suku bunga bebas resiko per total resiko. Penentuan sampel menggunakan purposive sampling, dengan kriteria yaitu reksa dana saham sektor konvensional dan merupakan reksa dana saham terbuka yang telah melewati krisis ekonomi (rebound) pada tahun 2008, sehingga reksa dana saham sektoral yang memenuhi kriteria tersebut adalah BNP Paribas Infrastruktur Plus, Batavia Dana Saham Agro, dan First State Indoequity Sectoral Fund. Hasil penelitian menunjukkan bahwa average return sektor infrastruktur ( ), sektor pertanian ( ), dan sektor strategis ( ). Tingkat resiko sektor infrastruktur ( ), sektor pertanian ( ), dan sektor strategis ( ). Kinerja berdasarkan hasil perhitungan metode Sharpe sektor infrastruktur ( ), sektor pertanian ( ), dan sektor strategis ( ) memiliki kinerja positif artinya investasi pada reksa dana saham sektoral tersebut memiliki return lebih besar daripada return investasi bebas resiko. Kata kunci:average return, reksa dana saham sektoral, sharpe, tingkat resiko.

4 ABSTRACT LINATUN. Performance Analysis of Sectoral Equity Fund. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and FARIDA RATNA DEWI. Investment is the sacrifice that is done in the present to expect compensation that will occur in the future. One of the financial instruments on the financial investment in Indonesia is a mutual fund. Mutual funds have several types in accordance with the investment objectives and needs, one of which is the sectoral equity fund that limits investment funds in the economic sector or segment of a particular index, such as infrastructure, agriculture, consumption, and other sectors. This study aims to analyze the performance of mutual funds sector The data used are secondary data include data on Net Asset Value per unit of investment, the data monthly interest rate of SBI, and JCI. Method in the calculation of the performance evaluation of sectoral equity funds is the method of Sharpe. Sharpe index indicates that fund performance is evaluated by looking at the average return net of the risk-free interest rate per total risk. Determination of the sample using purposive sampling, with the criteria that the conventional sector equity funds and a mutual fund that has already passed through the economic crisis (rebounds) in 2008, so the sectoral equity funds that meet these criteria are BNP Paribas Infrastructure Plus, Batavia Fund Shares Agro, and First State Indoequity Sectoral Fund. The results showed that the average return of the infrastructure sector ( ), agriculture ( ), and a strategic sector ( ). The level of risk of the infrastructure sector ( ), agriculture ( ), and a strategic sector ( ). Performance is based on the calculation method of the infrastructure sector Sharpe ( ), agriculture ( ), and a strategic sector ( ) has a positive performance means investing in sectoral mutual fund has a return greater than the return of risk-free investment. Keywords: average return, level of risk, sectoral equity funds, sharpe.

5 ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM SEKTORAL LINATUN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6 Judul Skripsi : Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Sektoral Nama : Linatun NIM : H Disetujui oleh Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc Pembimbing I Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing II Diketahui oleh Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen Tanggal Lulus:

7 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah kinerja reksa dana, dengan judul Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Sektoral. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Syamsun, Msc dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran untuk menjadikan penelitian ini lebih baik lagi. Terima kasih kepada kepada Departemen Manajemen yang meliputi Dosen-dosen, Tata Usaha dan lain lain atas bantuannya selama tiga tahun penulis menuntut ilmu. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan motovasinya. Ungkapan terima kasih juga penulis disampaikan kepada seluruh rekan-rekan Program Sarjana Alih Jenis Manajemen angkatan 10 atas doa, semangat, dukungan, dan kerja keras selama ini. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2014 Linatun

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 TINJAUAN PUSTAKA 4 Pengertian Investasi 4 Pengertian Reksa Dana 4 Pengertian Reksa Dana Saham 5 Penelitian Terdahulu 5 METODE 7 Kerangka Pemikiran Penelitian 7 Lokasi dan Waktu Penelitian 9 Jenis Data 9 Teknik Pengumpulan Data 9 Sampel dan Populasi 9 Metode Pengolahan dan Analisis Data 10 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Gambaran Umum Penelitian 12 Kinerja Reksa Dana 12 Implikasi Manajerial 21 SIMPULAN DAN SARAN 22 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 25

9 DAFTAR TABEL 1 Perkembangan nilai aktiva bersih reksa dana tahun Average return reksa dana tahun Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun Average return reksa dana tahun Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun Average return reksa dana tahun Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun Average return reksa dana tahun Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun Average return reksa dana tahun Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun Average return reksa dana tahun Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun Perbedaan kinerja reksa dana antar saham sektoral 20 DAFTAR GAMBAR 1 Pergerakan indeks sektoral dengan indeks harga saham gabungan 2 2 Kerangka pemikiran penelitian 7 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan tahun Perhitungan tahun Perhitungan tahun Perhitungan tahun Perhitungan tahun Perhitungan tahun Data indeks harga saham gabungan 31 8 Data suku bunga bulanan sertifikat bank indonesia 32

10

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Investasi adalah pengorbanan yang dilakukan di masa sekarang untuk mengharapkan imbalan yang akan terjadi di masa yang akan datang (Iman 2008). Investasi merupakan indikator untuk mengukur perekonomian suatu negara. Berdasarkan bentuknya, kegiatan investasi bisa dibagi menjadi investasi riil dan investasi finansial. Investasi riil adalah kegiatan investasi yang dilakukan dengan modal dan dalam bentuk aktiva berwujud fisik, misalnya membangun pabrik, membuka usaha waralaba, membeli emas, dan sebagainya. Sedangkan investasi finansial adalah investasi yang dilakukan dengan membeli instrumen keuangan atau surat berharga seperti saham, obligasi, reksa dana, dan sebagainya. Masyarakat Indonesia lebih menjual dengan investasi riil karena investasi tersebut berwujud fisik dan dapat dikelola langsung oleh pemilik. Selain itu, minimnya pengetahuan masyarakat akan investasi sekuritas membuat masyarakat cenderung memilih berinvestasi pada aktiva riil. Minat masyarakat Indonesia yang masih minim mengenai investasi di pasar modal sangat berbeda dengan negara Asia Tenggara. Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tahun 2012menyebutkan, jumlah investor domestik hanya sekitar 0.2% dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta warga. Hal tersebut masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. Singapura contohnya, perbandingan jumlah pemodal terhadap penduduknya sekitar 30%, sedangkan Malaysia berbanding 12.8% (Kontan 2012). Berbagai macam bentuk instrumen investasi diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Data survei Manulife Investor Sentiment Index (MISI) mencatat, investasi yang mulai digemari masyarakat Indonesia adalah, saham sebesar 70%, reksa dana 21.4%, properti 13.4%, dan rumah 10.6% (Sindonews 2013).Salah satu media investasi yang mulai dipilih oleh calon investor adalah jenis reksa dana. Reksa dana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai intrumen investasi di pasar modal. Melalui reksa dana, investor dimudahkan dengan tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri. Pengertian reksa dana menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, reksa dana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam salah satu efek portofolio oleh manajer investasi. Reksa dana memiliki beberapa jenis yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhaninvestasi. Salah satunya adalah jenis reksa dana saham yang memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, demikian juga resikonya. Faktor yang menarik dari reksa dana yang memiliki portofolio saham biasa adalah reksa dana ini memiliki sasaran pertumbuhan, yaitu reksa dana dengan tujuan mendapatkan penghasilan yang besar di masa mendatang atau dalam jangka panjang. Perkembangan reksa dana di Indonesia yang semakin meningkat dapat dilihat dari Nilai Aktiva Bersih yang terus naik. Berikut adalah Nilai Aktiva Bersih reksa dana dari tahun

12 Tabel 1Perkembangan nilai aktiva bersih reksa dana tahun Periode Jumlah Reksa Dana Nilai Aktiva Bersih (Rp Juta) Jumlah Unit Penyertaan Beredar (Juta) ,620, ,190, ,913, ,086, ,704, ,231, ,591, ,544, , , , , , , , , Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2013) Reksa dana mengalami pertumbuhan yang baik setiap tahunnya di Indonesia di tunjukkan dengan Tabel 1. Periode , jumlah reksa dana yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, Nilai Aktiva Bersih dan jumlah unit penyertaan beredar meningkat secara bertahap. Hal tersebut menunjukkan investasi pada reksa dana semakin diminati oleh masyarakat. Saat ini, muncul tren baru pada industri reksa dana saham di Indonesia. Dalam upaya meningkatkan jumlah dana kelolaan dan memberikan pilihan yang lebih banyak kepada investor, para manajer investasi menerbitkan reksa dana saham sektoral.reksa dana sektoral adalah reksa dana yang membatasi investasi dananya pada sektor ekonomi atau segmen indeks tertentu. Reksa dana saham sektoral yang diminati investor saat ini adalah sektor properti, sektor infrastruktur, dan sektor konsumsi (Kontan 2013). Perbandingan pergerakan tahun terakhir indeks sektoral dengan IHSG dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. 120% 100% 80% Jakarta Composite and Sectoral Indices Movement July 2012 Desember % 40% 20% - -20% -40% -60% 2012 Property, 22.26% Consumer, 18.76% Infrastructure, 18.45% Trade, 16.75% Basic-Ind, 12.08% Finance, 8.47% JCI, 8.05% Agriculture, -2.26% Misc-Ind, -2.37% Mining, -30,12% Gambar 1 Pergerakan indeks sektoral dengan indeks harga saham gabungan 2013 Gambar 1 menunjukkan grafik pergerakan indeks sektoral dan Jakarta Composite Indices (Indeks Harga Saham Gabungan) mulai Juli 2012 sampai Desember 2013 mengalami peningkatan dan penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai acuan ditunjukkan oleh garis kurva berwarna hijau.

13 Pergerakan IHSG meningkat dari tahun 2012 ke tahun 2013, namun pada Juni sampai September 2013 mengalami penurunan, dan meningkat kembali di Oktober Sektor saham yang mengalami peningkatan nilai diatas garis kurva IHSG adalah sektor properti, konsumsi, dan infrastruktur. Pada garis kurva properti yang ditunjukkan warna biru tua, mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2012 sampai pertengahan tahun 2013 mencapai puncak dengan nilai 100%-120% dan berada diatas garis kurva IHSG. Hal tersebut karena pada pertengahan tahun 2013 tingkat suku bunga BI tergolong rendah yaitu sebesar 5,75%. Selain itu, jumlah proyek baru pun terus bermunculan sehingga memicu minat investor untuk mengalihkan dananya ke properti.garis kurva berwarna biru muda adalah sektor konsumsi. Sektor tersebut pada 2012 sampai bulan Mei 2013 berada dibawah garis kurva IHSG. Kenaikan inflasi tahun 2012 sebesar 4,30% lebih tinggi dibanding tahun lalu dapat menggerus daya beli masyarakat sehingga dengan nilai Rupiah yang sama, kuantitas barang yang diperoleh menjadi lebih sedikit. Nilai yang paling tinggi pada indeks sektor konsumsi terdapat pada Juni 2013 antara 40%-60% dan garis kurva berada di atas IHSG sampai akhir tahun Sektor infrastruktur ditunjukkan oleh garis kurva berwarna abu-abu dan menempati posisi ketiga sektor terbesar diatas IHSG yaitu dengan nilai 18,45% sedangkan IHSG yaitu 8,05%. Meskipun dalam Gambar 1 grafik warna kurva sektor infrastruktur sama dengan sektor perdagangan, industri dasar dan keuangan, namun pergerakannya cenderung mengikuti pergerakan IHSG yang mengalami penurunan pada bulan Juni dan September 2013, tetapi meningkat kembali pada Oktober Banyaknya jumlah reksa dana yang ada di Indonesia, membuat investor harus memilih jenis reksa dana yang tepat untuk menginvestasikan sejumlah dananya pada instrumen reksa dana. Oleh karena itu, diperlukan penelitian ini guna mengetahui kinerja reksa dana yang meliputi reksa dana saham sektoral. Perumusan Masalah Reksa dana sebagai salah satu instrumen investasi yang menjanjikan, saat ini mengalami perkembangan di Indonesia. Reksa dana saham memiliki potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, demikian juga resikonya. Oleh karena itu, calon investor perlu mengetahui gambaran mengenai kinerja dari reksa dana yang akan dipilih untuk berinvestasi pada reksa dana saham sektoral. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: 1 Bagaimana kondisi reksa dana saham sektoral? 2 Bagaimana kinerja reksa dana saham sektoral? 3 Bagaimana perbedaan kinerja reksa dana antar saham sektoral? Tujuan Penelitian Penelitian inibertujuan untuk: 1 Mengetahui kondisi reksa dana saham sektoral. 2 Menganalisis kinerja reksa dana saham sektoral. 3 Menganalisis perbedaan kinerja reksa dana antar saham sektoral.

14 Manfaat Penelitian Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1 Bagi Para Investor Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan informasi kinerja reksa dana saham sektoral. 2 Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang investasi reksa dana saham sektoral. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi pada kinerja reksa dana yang meliputi reksa dana saham sektoral periode Objek penelitian ini adalah reksa dana saham sektoral yang telah beroperasi lebih dari lima tahun. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Investasi Investasi adalah pengorbanan yang dilakukan di masa sekarang untuk mengharapkan imbalan yang akan terjadi di masa yang akan datang (Iman 2008). Sedangkan menurut Smith dan Skousen dalam Fahmi (2012) mengatakan, investing activities: transaction and events the purchase and sale of securities (excluding cash equivalents), and, building, equipment. And other asset not generally held for sale, and the making, and collecting of loans,. They are not classified as operating activities, since the relate only inderectly to the central, ongoing operations of entity. Investasi menurut Marojahan (2014) adalah berkomitmen untuk menggunakan aset yang ada sekarang dalam periode waktu tertentu guna mendapatkan keuntungan yang lebih dari aset yang sekarang. Pengertian Reksa Dana Reksa dana merupakan terjemahan dari mutual fund berasal dari kata reksa yang berarti jaga atau pelihara dan dana yang berarti uang. Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 menyebutkan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.dalam kamus keuangan reksa dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersih. Menurut Iman (2008) reksa dana dapat diartikan sebagai sejumlah dana yang dihimpun dari masyarakat untuk dikelola oleh manajer investasi dalam portofolio surat berharga seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang, deposito,

15 uang kas, atau kombinasi dari instrumen-instrumen di atas. Sedangkan menurut Pozen dalam Manurung (2008) menyatakan bahwa a mutual fund is an investment company that pools money from shareholders and invests in a diversified of securities. Definisi manajer investasi menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 11 adalah pihak yang kegiatannya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengertian Reksa Dana Saham Reksa dana saham; menurut Samsul (2006); adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam efek yang bersifat ekuitas. Sedangkan menurut Widioatmodjo (2009), reksa dana saham merupakan reksa dana yang khusus menggunakan dana yang dihimpunnya untuk dibelanjakan saham biasa. Reksa dana saham menurut Iman (2008), biasanya menginvestasikan dananya pada saham-saham yang dicatatkan di bursa, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pengertian instrumen saham sebagai instrumen efek investasi reksa dana menurut Pratomo (2007), saham merupakan bukti kepemilikan pada suatu badan usaha yang telah go public dan diperdagangkan melalui bursa efek. Reksa dana saham sektoral menurut Manurung (2008) adalah reksa dana saham yang di kelompokkan berdasarkan sektor industri dari bisnis saham yang bersangkutan, adapun sektor industri yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sektor pertanian, perkebunan, industri dasar dan kimia, industri barang konsumsi, properti (real estate), sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan dan sektor perdagangan, jasa dan investasi. Reksa dana dari investor selanjutnya akan dikelola oleh manajer investasi, pengertian manajer investasi adalah sebuah perusahaan yang mendapatkan izin resmi dari pemerintah untuk mengelola kumpulan dana dari investor untuk didiversifikasikan di pasar modal atau pasar uang (Marojahan 2014). Penelitian Terdahulu Dewi (2005) melakukan penelitian mengenai kinerja investasi reksa dana saham di Indonesia periode (Januari 2004-Maret 2005). Tujuan dari penelitian tersebut yaitu mengetahui profil kinerja reksa dana saham di Indonesia, untuk mengevaluasi kinerja manajer investasi dan untuk memperoleh pilihan terhadap reksa dana saham yang memiliki kinerja terbaik. Data yang digunakan adalah data periode Januari 2004-Maret Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan dari 19 sampel reksa dana saham yang diteliti, ada 10 reksa dana yang mampu memberikan tingkat imbalan diatas tingkat imbalan yang mampu diberikan oleh pasar tetapi juga memberikan resiko diatas resiko pasar. Kesepuluh reksa dana tersebut yaitu; Bahana Dana Prima, Citi Reksa Dana Ekuitas, Dana Megah

16 Kapital, Mnulife Dana Saham, Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Saham, Rencana Cerdas, Schroder Dana Prestasi Plus, dan Si Dana Saham. Pujiarti (2010) melakukan penelitian mengenai analisis kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metode Sharpe dan Jensen untuk periode Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kinerja reksa dana saham kemudian melakukan pemeringkatan. Penelitian mengambil sampel sebanyak 9 reksa dana dengan menggunakan metode Sharpe dan Jensen. Pada penelitian tersebut yang diutamakan adalah metode Sharpe karena pada perhitungan resikonya sudah merupakan resiko keseluruhan, sedangkan perhitungan dengan metode Jensen pada dasarnya menilai kinerja manajer investasi. Hasil pemeringkatan atas kinerja reksa dana saham dapat membantu investor maupun calon investor dalam menilai baik buruknya suatu reksa dana. Sasanti (2013) melakukan penelitian skripsi mengenai analisis kinerja reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana campuran dengan menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen untuk periode Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kinerja masing-masing reksa dana dengan mengambil total sampel 30 reksa dana yang telah aktif dipasarkan sejak tahun 2008 dan merupakan reksa dana terbuka yang memiliki Nilai Aktiva Bersih terbesar berdasarkan data Bapepam-LK. Penelitian tersebut juga menunjukkan hubungan antara lama umur reksa dana dengan peringkat pada metode Sharpe, Treynor dan Jensen yaitu semakin lama umur reksa dana maka semakin baik kinerja dari reksa dana tersebut. Valensia (2005) melakukan penelitian thesis mengenai pengukuran kinerja reksa dana saham menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen pada periode Januari 2000-Juni Penelitian tersebut menggunakan 14 sampel reksa dana saham dari populasi berjumlah 24 reksa dana saham yang aktif. Hasil perhitungan dengan ketiga metode tersebut, ada 5 reksa dana yang memiliki kinerja baik yaitu, Rencana Cerdas, Phinisi Dana Saham, Bira Dana Saham, Bahana Dana Prima, dan Panin Dana Maksima. Peringkat tertinggi selama periode tersebut adalah Rencana Cerdas, sedangkan untuk peringkat terendah yang mempunyai nilai negatif terbesar adalah reksa dana Arjuna. Pengukuran kinerja reksa dana saham jika dilihat secara keseluruhan masih dinilai kurang baik (underperformed), karena 64% memiliki return dibawah return market (IHSG). Reksa dana yang layak dipilih sebagai portofolio investasi adalah yang menempati ranking kinerja tertinggi yang menunjukkan kinerja diatas return market. Wahdah dan Hartanto (2012) melakukan penelitian mengenai analisis pengukuran kinerja reksa dana saham di Indonesia. Penelitian tersebut menggunakan sampel data sebanyak 10 reksa dana saham yang aktif beroperasi selama periode dan menggunakan IHSG dan LQ45 sebagai pembandingnya. Metode yang digunakan adalah Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil perhitungan dengan ketiga metode tersebut menunjukkan, masing-masing metode terdapat 2 reksa dana yang mempunyai kinerja lebih baik dibandingkan kinerja pasar yaitu Reksa Dana Panin Maxima dan Reksa Dana Prima. Rahman et al. (2012) melakukan penelitian berjudul Mutual Fund Performance: An Analysis of Monthly Returns of an Emerging Market. Tujuan utama dari penelitian adalah untuk mengevaluasi kinerja reksa dana yang berorientasi pertumbuhan dan menyajikan analisis yang luas tentang faktor-faktor yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada harga dan kinerja reksa

17 dana secara keseluruhan. Penelitian tersebut mengambil 16 sampel reksa dana yang terdaftar di Bursa Efek Dhaka dengan periode yang dipilih lebih dari 30 bulan dan menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil dari penelitian menunjukkan reksa dana berorientasi pertumbuhan belum lebih baik daripada indikator patokan mereka. Narayanasamy dan Rathnamani (2013) melakukan penelitian berjudul Performance Evaluation of Equity Mutual Funds (On Selected Equity Large Cap Funds). Penelitian tersebut bertujuan menganalisis kinerja skema reksa dana yang dipilih melalui parameter statistik seperti; alpha, beta, standar deviasi, r-squared, rasio Sharpe. Sampel penelitian terdiri dari 5 skema reksa dana saham yang diluncurkan oleh sektor swasta yang berbeda di India. Jangka waktu penelitian adalah Januari 2010-Desember Hasil penelitian menunjukkan turunnya Cnx Nifty selama tahun 2011 telah berdampak pada kinerja semua reksa dana yang dipilih. Pada analisis akhir dapat disimpulkan bahwa semua dana telah dilakukan dengan baik dalam gerakan pasar yang bergejolak tinggi. Oleh karena itu,sangat penting bagi investor untuk mempertimbangkan parameter statistik seperti saat berinvestasi di reksa dana selain mempertimbangkan NAB dan return total untuk memastikan kinerja yang konsisten dari reksa dana. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Ada tiga hal utama yang mendasari perlunya melakukan investasi, yaitu; pertama adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum mampu untuk dipenuhi saat ini, kedua adanya keinginan untuk menambah nilai aset dan adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang sudah dimiliki, dan ketiga karena adanya inflasi. Seorang calon investor atau mereka yang memiliki kelebihan dana dan ingin berinvestasi, maka ia dapat memutuskan tipe aktiva keuangan seperti apa yang akan dipilihnya. Sebagai contoh, pebisnis atau calon investor yang melakukan investasi tidak langsung (inderect investment) yaitu pemodal menyerahkan kepercayaan sepenuhnya terhadap dana yang ditanamkan kepada pihak yang nantinya akan mengelola dana tersebut ke pasar modal. Salah satu sarana investasi tidak langsung adalah melalui reksa dana, yang memanfaatkan jasa manajer investasi, yaitu suatu perusahaan dengan izin Bapepam-LK, sekarang menjadi Otoritas Jasa Keuangan, yang secara profesional akan menyediakan jasa pengelolaan portofolio investasi bagi nasabah. Reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi secara umum memiliki beberapa jenis, yaitu reksa dana saham, pendapatan tetap, campuran dan pasar uang. Calon investor yang ingin melakukan investasi jangka panjang dan memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih besar, dapat berinvestasi pada reksa dana saham. Keunggulan reksa dana saham adalah hargaharga saham dalam jangka panjang menghasilkan keuntungan yang cukup besar

18 dibandingkan berinvestasi pada jenis reksa dana lain. Dalam upaya meningkatkan jumlah dana kelolaan dan memberikan pilihan yang lebih banyak kepada investor, para manajer investasi menerbitkan reksa dana saham sektoral. Pemilihan reksa dana sektoral oleh para manajer investasi dikarenakan adanya proyeksi pertumbuhan yang kuat dari suatu sektor ekonomi atau suatu segmen indeks di masa depan, sehingga jika berinvestasi pada sektor tersebut diharapkan dapat memiliki imbal hasil rata-rata di atas pasar. Reksa dana saham yang menjadi tujuan berinvestasi calon investor, selanjutnya dilakukan analisis bagaimana kinerjanya, mulai dari mengkaji kondisi reksa dana saham sektoral, lalu menghitung kinerja reksa dana pada masingmasing sektor dengan menggunakan metode Sharpe. Setelah dilakukan perhitungan, selanjutnya menentukan reksa dana manakah yang memiliki nilai yang terbaik dan melakukan analisis terhadap perbedaan reksa dana saham sektoral. Hasil dari analisis tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi untuk investor, sehingga keputusan terakhir untuk berinvestasi pada reksa dana saham berada di tangan investor. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan dalam Gambar 2. Investor Investasi Reksa Dana Saham Pendapatan Tetap Campuran Pasar Uang Kondisi Reksa Dana Saham Sektoral Kinerja Reksa Dana Saham Sektoral Perbedaan Kinerja Reksa Danaantar Saham Sektoral Rekomendasi Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian

19 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada reksa dana saham sektoral dengan mengambil data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Penelitian dilakukan selama periode Mei-Juli 2014 dengan menggunakan data sekunder. Jenis Data Jenis data yang digunakan pada penelitian adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang pengumpulannya tidak diusahakan sendiri oleh peneliti, tetapi berupa hasil publikasi. Berkaitan dengan penelitian, data yang peneliti peroleh didapatkan melalui berbagai publikasi yang diterbitkan oleh OJK yaitu berupa data Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana, IHSG sebagai benchmark yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan suku bunga bulanan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diperoleh dari Bank Indonesia. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan adalah teknik kepustakaan. Teknik kepustakaan adalah sebuah teknik yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, menganalisis serta mengumpulkan pendapatpendapat para ahli yang berasal dari buku-buku, artikel, jurnal maupun tulisan ilmiah yang berhubungan dengan pokok bahasan penelitian ini. Sampel dan Populasi Penentuan sampel dan populasi dalam penelitian ini didasarkan pada metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode penentuan sampel dengan cara sengaja dan menerapkan beberapa kriteria untuk memilih sampel. Populasi dari penelitian ini adalah sebanyak 126 reksa dana saham, sedangkan reksa dana saham sektoral berjumlah 13 reksa dana. Kriteria sampel didasarkan pada batasan-batasan sebagai berikut: 1 Reksa dana merupakan reksa dana saham sektor konvensional. 2 Reksa dana tersebut merupakan reksa dana saham terbuka yangtelah aktif di pasarkan sejak tahun 2009 dan telah melewati krisis ekonomi (rebound) pada tahun Berdasarkan penentuan sampel diatas, maka peneliti mendapatkan sampel sebanyak 3 reksa dana saham yang terdiri dari sektorinfrastruktur, pertanian, dan sektor strategis.

20 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dalam perhitungan evaluasi kinerja reksa danasaham yang akan digunakan adalah metode Sharpe, sehingga diperlukan tiga data mentah yang nantinya akan digunakan dalam penelitian, yaitu: 1 Data NAB per unit penyertaan bulanan periode akhir Desember 2008 sampai dengan akhir Desember 2013 dari 3 reksa dana saham sektoral yang akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Sumber data NAB per unit penyertaan 3 reksa dana saham tersebut diperoleh dari yang merupakan situs Otoritas Jasa Keuangan. 2 Data IHSG di Bursa Efek Indonesia yang selanjutnya akan digunakan sebagai benchmark dalam penelitian ini. Data tersebut juga diperoleh dari periode yang sama yaitu dari akhir Desember 2008 sampai dengan akhir Desember Data IHSG tersebut diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu 3 Data tingkat suku bunga SBI periode satu bulan. Data tersebut dimulai dari periode akhir Desember 2008 sampai dengan akhir Desember Data tingkat suku bunga SBI satu bulan tersebut diperoleh dari internet yang merupakan situs Bank Indonesia. Penelitian ini menggunakan beberapa rumus yaitu: 1 Rumus tingkat pengembalian (return) Nilai ini diperoleh dari angka NAB per unit penyertaan untuk masing-masing reksa dana saham yang diteliti. Rumus tingkat pengembalian yaitu: Return reksa dana = NABupt NABup t-1 NABup t-1 Keterangan: NABup t = Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan periode saat ini NABup t = Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan periode sebelumnya 2 Rumus tingkat pengembalian pasar (return market) Nilai ini diperoleh dari angka IHSG untuk periode yang diteliti. Rumus tingkat pengembalian pasar yaitu: Return Market = IHSGt IHSGt-1 IHSGt-1 Keterangan: IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan saat ini IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan sebelumnya 3 Metode Sharpe Menurut Sharpe (1966) dalam Samsul (2006) kinerja mutual funds di masa datang dapat diprediksi dengan menggunakan dua ukuran, yaitu expected rate of

21 return adalah return tahunan rata-rata dan predicted variability of risk adalah deviasi standar dari return tahunanyang diekspresikan sebagai deviasi standar return (σp). Deviasi standar menunjukkan besar-kecilnya perubahan return suatu reksa dana terhadap return rata-rata reksa dana yang bersangkutan. Excess return adalah selisih antara average rate of return dikurangi risk free rate. Penelitian Sharpe ini berkaitan dengan prediksi kinerja masa datang yang menggunakan data masa lalu. Average return masa lalu dianggap sebagai return prediksi masa datang dan deviasi standar return masa lalu dianggap sebagai prediksi resiko masa datang. Rumus untuk pengukuran metode Sharpe yaitu: RVAR = RP-RF σp Keterangan: RVAR = nilai rasio Sharpe (reward to variability ratio model Sharpe) RP = rata-rata tingkat pengembalian portofolio RF = rata-rata risk free rate RP - RF = excess return portofolio terhadap risk free rate σp = total risiko atau standart deviasi portofolio Rumus untuk menghitung standar deviasi yaitu: σ = (Ri - R)² N 1 Keterangan: σ = standar deviasi Ri = return ke-i R = rata-rata return N = jumlah pengamatan Hasil perhitungan kinerja portofolio dengan metode Sharpe yang positif dan berada diatas pasar menandakan portofolio tersebut memiliki kinerja yang baik. Jika hasil perhitungan kinerja portofolio dengan metode Sharpe menunjukkan angka yang lebih kecil dari nilai portofolio pasar, maka portofolio tersebut memiliki kinerja yang buruk. 4 Analisis Kualitatif Pembahasan analisis kualitatif, bertujuan untuk membandingkan bagaimana perbedaan reksa dana saham antar sektoral dilihat dari usia reksa dana saham yang baru dengan reksa dana saham yang telah lama berdiri, rata-rata pengembalian, tingkat resiko serta penilaian kinerja reksa dana saham sektor infrastruktur, sektor strategis dan sektor pertanian.

22 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 3 reksa dana saham sektoral yang terdiri dari sektor infrastruktur, sektor pertanian dan sektor strategis. Sampel reksa dana tersebut merupakan reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yaitu perjanjian kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian, dan reksa dana bersifat terbuka (open ends funds) yaitu reksa dana dapat dijual kembali kepada perusahaan manajer investasi yang menerbitkan reksa dana tersebut. Reksa dana yang dipilih adalah reksa dana yang telah memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian. Objek penelitian ini terdaftar di OJK mulai Januari 2009 sampai dengan Desember Kinerja Reksa Dana Menilai kinerja sebuah reksa dana dimulai dengan perhitungan tingkat pengembalian reksa dana tersebut. Reksa dana yang memiliki nilai average return yang lebih tinggi dibandingkan nilai benchmark artinya reksa dana tersebut memiliki kinerja yang lebih baik (outperform) dibandingkan kinerja pasar (benchmark). Reksa dana yang memiliki nilai average return yang lebih kecil dari nilai benchmark artinya reksa dana tersebut memiliki kinerja yang lebih buruk (underperform) dibandingkan dengan kinerja pasar. Penggunaan tolok ukur dalam pengukuran kinerja reksa dana dimaksudkan untuk membandingkan apakah kinerja reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi dapat mengalahkan (outperform) kinerja pasar atau kalah (underperform) dari kinerja pasar. Statistik adalah salah satu alat bantu dalam menilai potensi resiko dan keuntungan berinvestasi di reksa dana. Resiko didefinisikan sebagai perbedaan antara tingkat pengembalian (actual return) dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return). Resiko dinamakan sebagai standar deviasi, yang merupakan perhitungan matematis untuk menjelaskan kemungkinan potensi keuntungan reksa dana menjadi lebih atau kurang dari yang diharapkan investor. Penilaian selanjutnya adalah dengan melihat hasil perhitungan menggunakan metode Sharpe. Perhitungan metode Sharpe dengan cara average return reksa dana dikurangi dengan suku bunga bulanan SBI, kemudian dibagi dengan standar deviasi. Reksa dana yang memiliki Sharpe ratio positif artinya investasi pada reksa dana saham sektoral tersebut memiliki return lebih besar daripada return investasi bebas resiko. Sharpe ratio negatif menunjukkan bahwa investasi pada reksa dana saham sektoral memiliki return yang lebih kecil daripada return investasi bebas resiko. Periode 2009 Setelah melakukan penelitian didapatkan hasil perhitungan pada masingmasing reksa dana saham sektoral yang terdapat pada ringkasan hasil seperti di bawah ini:

23 Penilaian dari Average Return Tabel 2 Average return reksa dana tahun 2009 Peringkat Reksa Dana Average Return Batavia Dana Saham Agro BNP Paribas Infrastruktur Plus First State Indoequity Sectoral Fund IHSG Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Standar Deviasi Tabel 2 menunjukkan average return reksa dana saham sektoral tahun 2009, peringkat tertinggi terdapat pada sektor pertanian. Walaupun NAB pada triwulan pertama tahun 2009 mengalami penurunan, namun berangsur-angsur meningkat sampai akhir tahun 2009 menyebabkan tingkat pengembalian yang tinggi dibandingkan dengan reksa dana sektor lain. Tingkat resiko pada sektor pertanian juga memiliki nilai yang paling tinggi, artinya tingkat pengembalian yang tinggi berbanding lurus dengan resiko investasi yang akan diterima oleh investor. Karakteristik sektor pertanian yang memiliki resiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi dibanding sektor lain cenderung kurang menarik bagi investor. Beberapa penyebab ketidaktertarikan investor untuk menanamkan modalnya ke sektor petanian misalnya faktor perubahan iklim (climate change) yang menyebabkan fluktuasi produksi, minimnya sarana pendukung yang tersedia serta sulitnya birokrasi, masih tidak stabilnya iklim politik dan komoditi pertanian yang menjadi komoditi politik dan adanya otonomi daerah yang terkadang kebijakanya tumpang tindih dengan kebijakan pusat. Penilaian dari indeks Sharpe Metode yang digunakan untuk membandingkan kinerja portofolio yaitu dengan indeks Sharpe. Indeks Sharpe menunjukkan kinerja reksa dana yang dievaluasi dengan melihat hasil bersih return rata-rata dari tingkat suku bunga bebas resiko per total resiko. Peringkat reksa dana saham sektoral berdasarkan perhitungan menggunakan metode Sharpe dapat terlihat pada tabel 3 dibawah ini: Tabel 3 Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2009 Peringkat Reksa Dana Sharpe First State Indoequity Sectoral Fund IHSG BNP Paribas Infrastruktur Plus Batavia Dana Saham Agro Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Analisis Tahun 2009 Indonesia pada tahun 2009 memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu sebesar 4.6% di tengah krisis keuangan global yang masih berlangsung. Tingkat inflasi mencapai nilai yang cukup rendah yaitu sebesar 2.78%. IHSG

24 pada tahun 2009 tercatat mengalami peningkatan, dimulai pada awal tahun dengan level dan pada akhir tahun berada pada level Peningkatan IHSG tersebut berdampak positif pada pertumbuhan reksa dana yang terus meningkat. Kinerja reksa dana saham sektoral di Indonesia selama tahun 2009 berhasil menghadapi badai krisis di awal tahun dan mencatat pertumbuhan yang cukup signifikan. Berdasarkan NAB reksa dana juga meningkat menjadi 109 triliun rupiah, hal tersebut membuktikan bahwa minat investor untuk berinvestasi begitu besar yang didukung oleh kondisi perekonomian yang semakin baik. Berdasarkan Tabel 2 average return tahun 2009, reksa dana saham sektoral memiliki nilai positif dan berada di atas nilai tolok ukur, artinya reksa dana saham sektoral memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja pasar. Sedangkan menurut perhitungan dengan metode Sharpe, ketiga reksa dana saham sektoral memiliki nilai positif yang berarti ketiga reksa dana tersebut memiliki kinerja yang baik. Pada pemeringkatan Sharpe,peringkat pertama ditempati oleh reksa dana First State Indoequity Sectoral Fund dan memiliki nilai Sharpe diatas IHSG. Kinerja kumulatif satu tahun yang terdapat pada laporan yang dikeluarkan oleh First State Indoequity Sectoral Fund nilainya mencapai 95.86% sedangkan IHSG berada pada nilai 86.98%, artinya, kinerja sektor strategis berada pada kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja pasar. Periode 2010 Penilaian dari Average Return Tabel 4 Average return reksa dana tahun 2010 Peringkat Reksa Dana Average Return IHSG BNP Paribas Infrastruktur Plus Batavia Dana Saham Agro First State Indoequity Sectoral Fund Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Standar Deviasi Tabel 4 menunjukkan IHSG sebagai tolok ukur memiliki nilai average return yang paling besar, sedangkan ketiga sektor berada di bawah IHSG. Meskipun ketiga sektor memiliki nilai positif. namun masih berada di bawah nilai IHSG sehingga menunjukkan bahwa kinerja ketiga reksa dana saham sektoral bernilai buruk. Pada tingkat resiko, investasi pada sektor infrastruktur memiliki nilai resiko yang paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor infrastruktur memiliki karakteristik yang bersifat jangka panjang, karena para pelaku pasar akan mempertimbangkan berbagai resiko sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Resiko tersebut seperti resiko politik, resiko keuangan, resiko legal, resiko lingkungan dan resiko pasar. Average return yang dimiliki sektor infrastruktur meskipun berada dibawah kinerja pasar, namun memiliki nilai yang terbesar diantara sektor lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa investasi pada sektor infrastruktur pada tahun 2010 sangat menjanjikan karena memiliki rata-rata tingkat pengembalian yang besar namun juga resiko investasi yang besar pula jika dibandingkan dengan sektor pertanian dan sektor strategis. Pergerakan indeks harga saham sektor pertanian

25 pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 30.30% dibandingkan tahun 2009 sebesar 90.81%. Sektor infrastruktur mengalami hal yang sama menurun sebesar 12.45% dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 48.57%. Penilaian dari indeks Sharpe Tabel 5 Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2010 Peringkat Reksa Dana Sharpe IHSG Batavia Dana Saham Agro BNP Paribas Infrastruktur Plus First State Indoequity Sectoral Fund Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Analisis Tahun 2010 Perekonomian di Indonesia pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yaitu sebesar 6.2%, sedangkan laju inflasi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6.96%. Peningkatan inflasi yang sangat signifikan dapat mempengaruhi kinerja reksa dana saham. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan tujuan berinvestasi yang memberikan keuntungan ditengah situasi pemulihan ekonomi global akibat krisis. IHSG pada tahun 2010 terus meningkat, dimulai pada level pada awal tahun dan berada di level pada akhir tahun. Peningkatan IHSG sepanjang 2010 dan relatif stabilnya tingkat suku bunga berdampak positif pada pertumbuhan reksa dana saham di Indonesia. Meskipun demikian, resiko ketidakpastian juga masih cukup tinggi, sehubungan dengan masih adanya ketidakseimbangan kondisi ekonomi global yang dapat membuat indeks juga akan turun, sehingga hal ini membuat reksa dana saham menawarkan return yang tinggi tetapi resiko juga masih cukup besar.berdasarkan nilai Sharpe, peringkat pertama ditempati oleh benchmark, sedangkan reksa dana saham sektoral walaupun berada dibawah nilai IHSG namun memiliki nilai positif. Periode 2011 Penilaian dari Average Return Tabel 6 Average return reksa dana tahun 2011 Peringkat Reksa Dana Average Return First State Indoequity Sectoral Fund IHSG BNP Paribas Infrastruktur Plus Batavia Dana Saham Agro Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Standar Deviasi Tabel 6 menunjukkan tingkat pengembalian yang tertinggi terdapat pada sektor strategis dan berada di atas nilai IHSG. Hal tersebut menunjukkan sektor strategis mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja pasar

26 dan sektor lainnya. Berdasarkan kinerja yang baik tersebut, sektor strategis memiliki tingkat resiko yang lebih rendah jika dibandingkan dengan sektor lain. Sektor pertanian dan infrastruktur memiliki rata-rata tingkat pengembalian yang buruk dengan tingkat resiko yang besar. NAB per unit penyertaan yang fluktuatif pada sektor infrastruktur mempengaruhi kinerja pada sektor tersebut. Sementara itu, NAB per unit penyertaan pada Batavia Dana Saham Agro memiliki penurunan yang signifikan. Awal tahun 2011 berada pada nilai dan mengalami peningkatan hingga bulan April, selanjutnya menurun sampai akhir tahun 2011 dengan nilai akhir Berdasarkan data laporan laba rugi komprehensif, Batavia Dana Saham Agro tahun 2011 mencatatkan kerugian investasi bersih sebesar Rp-779,265,068. Sehingga dari kedua data tersebut berpengaruh terhadap rata-rata pengembalian dan tingkat resiko Batavia Dana Saham Agro. Penilaian dari indeks Sharpe Tabel 7 Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2011 Peringkat Reksa Dana Sharpe First State Indoequity Sectoral Fund IHSG BNP Paribas Infrastruktur Plus Batavia Dana Saham Agro Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Analisis Tahun 2011 Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6.5%. Angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir, disertai dengan pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3.79% lebih baik dibanding tahun lalu. IHSG pada tahun 2011 mengalami pergerakan naik dan turun. Pada awal tahun sampai bulan Juli IHSG meningkat, namun memasuki bulan Agustus IHSG mengalami penurunan, hal tersebut cukup berpengaruh pada kinerja reksa dana saham, sedangkan untuk tingkat suku bunga relatif stabil. Fluktuasinya nilai IHSG tersebut mengakibatkan kinerja reksa dana saham pada sektor strategis, infrastruktur dan pertanian mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun Penilaian dengan metode Sharpe menunjukkan kinerja reksa dana saham sektoral mengalami kinerja yang buruk, hal tersebut disebabkan karena menurunnya level IHSG pada tahun Pada Januari 2011, kinerja reksa dana cenderung menurun dibanding periode yang sama tahun lalu. Penurunan kinerja reksa dana tersebut didorong pergerakan IHSG yang minus 7.95% dan kinerja reksa dana saham minus 9.33%, hal tersebut terjadi lantaran kinerja reksa dana saham mengikuti pergerakan IHSG. Oleh ketika itu, banyak reksa dana saham yang kinerjanya turun lebih dalam dibanding IHSG. Permulaan yang kurang bagus tersebut menyebabkan ketika IHSG kembali naik menjelang akhir semester satu 2011, banyak reksa dana yang imbal hasilnya masih lebih rendah dibanding IHSG.

27 Periode 2012 Penilaian dari Average Return Tabel 8 Average return reksa dana tahun 2012 Peringkat Reksa Dana Average Retur n BNP Paribas Infrastruktur Plus IHSG First State Indoequity Sectoral Fund Batavia Dana Saham Agro Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Standar Deviasi Rata-rata pengembalian pada tahun 2012 yang memiliki nilai tertinggi pada Tabel 8 adalah sektor infrastruktur. Sektor tersebut berada di atas nilai IHSG, artinya, kinerja sektor infrastruktur memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja pasar. Resiko pada sektor infrastruktur masih lebih rendah jika dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor strategis meskipun rata-rata pengembalian dibawah benchmark, namun memiliki resiko yang lebih rendah dari sektor infrastruktur. Sedangkan pada sektor pertanian memiliki rata-rata pengembalian yang paling buruk dan dengan tingkat resiko yang paling besar diantara ketiga sektor tersebut. Data laporan laba rugi tahun 2012, Batavia Dana Saham Agro mencatat kerugian investasi sebesar Rp-235,326,068 dan memiliki NAB per unit penyertaan yang fluktuatif yaitu, pada awal tahun berada pada nilai sedangkan pada akhir tahun menurun menjadi Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, laju pertumbuhan pada sektor pertanian berada pada posisi terendah kedua setelah sektor pertambangan dengan presentase sebesar 3.97%. Hal tersebut mempengaruhi investor dalam menginvestasikan dananya pada sektor pertanian. Penilaian dari indeks Sharpe Tabel 9 Peringkat reksa dana berdasarkan metode Sharpe tahun 2012 Peringkat Reksa Dana Sharpe BNP Paribas Infrastruktur Plus IHSG First State Indoequity Sectoral Fund Batavia Dana Saham Agro Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah) Analisis Tahun 2012 Indeks Harga Saham Gabungan pada tahun 2012 mengalami peningkatan, pada awal tahun berada di level dan pada akhir tahun mencapai IHSG yang terus menempati level yang tinggi akan merangsang pertumbuhan reksa dana. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun 2012 pun tergolong baik yaitu sebesar 6.23% sedangkan laju inflasi tahun ini mengalami berada pada level 4.3%. Keadaan ekonomi yang semakin baik di Indonesia membuat investasi semakin berkembang.

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN UNTUK PERIODE SOFIKA AZIZIA SASANTI

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN UNTUK PERIODE SOFIKA AZIZIA SASANTI ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN UNTUK PERIODE 2008-2012 SOFIKA AZIZIA SASANTI DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sample Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih sample adalah sebagai berikut: 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham 2. Reksa dana tersebut

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan tipe sampel yang berbasis pada kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun sejak tahun 2008 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan dikarenakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Teori 3.1.1. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund Makinta Growth Fund merupakan reksa dana yang dikelola oleh Makinta Securities. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial adalah kondisi ketika kita hidup berkecukupan, mempunyai pendapatan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Model dan Metode Analisis Model penelitian pada tesis ini adalah secara deskriftif yaitu dengan menampilkan diagram, tabel dan grafik, disertai dengan penjelasan.dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat BAB IV PEMBAHAS AN IV.1 Analisis Kinerja Portofolio Melihat kinerja portofolio perlu dilakukan sebelum melakukan keputusan investasi. Dengan membandingkan kinerja antar reksa dana, maka investor mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe,

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe, BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Perhitungan Return Pengembalian Bebas Risiko Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe, Treynor, dan Jensen, digunakan suatu tingkat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang lebih besar pada masa mendatang. Investasi merupakan penanaman dana yang bertujuan untuk mendapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang menjadi objek penelitian studi komparasi adalah kinerja dari reksa

III. METODE PENELITIAN. yang menjadi objek penelitian studi komparasi adalah kinerja dari reksa 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah suatu entitas yang akan diteliti, dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian studi komparasi adalah kinerja dari reksa dana

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe Dan Jensen Untuk Periode

Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe Dan Jensen Untuk Periode Pujiarti, Dewi Ratna Analisis Kinerja Reksa Dana 97 Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe Dan Jensen Untuk Periode 2005 2009 Trisiwi Pujiarti Alumni Manajemen Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV METODE RISET. penelitian adalah tahun 2006 s.d maka reksadana saham yang dijadikan

BAB IV METODE RISET. penelitian adalah tahun 2006 s.d maka reksadana saham yang dijadikan BAB IV METODE RISET 4.1. Objek Penelitian Dari berbagai jenis reksadana sebagaimana telah diuraikan pada Bab III, yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah reksadana saham. Karena periode penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investor dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini atau di investasikan pada berbagai jenis pilihan instrumen

Lebih terperinci

PADA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JANSEN. NPM : Jurusan : Akuntansi

PADA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JANSEN. NPM : Jurusan : Akuntansi ANALISIS KINERJA REKSA DANA PADA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JANSEN Nama : Pricilia Meidy Sapulete NPM : 28211722 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Riyanti, SE., MM. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Reksa Dana Saham dan Reksa Dana

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Reksa Dana Saham dan Reksa Dana 29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Teknik dan Pengambilan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Pendapatan Tetap yang terdaftar di Badan Pengawas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada 21 Mei 2013 Bursa Efek Indonesia mengalami peristiwa penting dimana IHSG mencapai level 5.251,296 dimana level tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah pendapatan tetap yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan. Reksa dana yang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN ABSTRAK

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN ABSTRAK ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja dari beberapa reksa dana saham. Penulis melakukan penelitian pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Single Index Model Pada dasarnya Single Index Model menyederhanakan masalah portofolio dengan mengkaitkan hubungan antara setiap saham dalam portofolio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia memerlukan dana investasi yang sangat besar agar mampu menciptakan kesempatan kerja baru dan meningkatkan tingkat pertumbuhan Produk Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) merupakan anak perusahaan dari

BAB I PENDAHULUAN. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) merupakan anak perusahaan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) merupakan anak perusahaan dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, yang terbentuk pada bulan Desember 2004. Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 214,48%, begitu pula dengan Nilai Kapitalisasi BEI sebesar 274,16% (Kementrian Keuangan RI Bapepam-LK,2012).

BAB I PENDAHULUAN. 214,48%, begitu pula dengan Nilai Kapitalisasi BEI sebesar 274,16% (Kementrian Keuangan RI Bapepam-LK,2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia investasi khususnya investasi pada aset finansial mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dibuktikan oleh semakin variatifnya instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Investasi adalah hal yang dilakukan oleh masyarakat agar mendapatkan tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau kekayaaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang. BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Di zaman yang serba moidern ini investasi sudah menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Menurut Sharpe (2005: 1) investasi merupakan pengorbanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets menjadi sebuah cara yang banyak digemari oleh para pemilik modal untuk mengembangkan dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal atau bursa efek merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market). Peran pasar modal sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara.

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN Fitaning Intan Pradani R. Rustam Hidayat Topowijono Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

USD FIXED INCOME FUND

USD FIXED INCOME FUND Feb-14 Mar-14 LAPORAN USD FIXED INCOME FUND keahlian dalam mengidentifikasi kondisi ekonomi dan pergerakan investasi untuk menghasilkan hasil investasi yang kompetitif melalui berbagai macam instrumen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran dan Evaluasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis, sehingga tidak ada suatu kepastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunan rata-rata sebesar 5,6% (BPS 2015). Peningkatan pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. tahunan rata-rata sebesar 5,6% (BPS 2015). Peningkatan pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pertumbuhan tingkat perekonomian Indonesia yang tinggi maka kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat. Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2011 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengusahakan agar pasar modal menjadi salah satu sektor kegiatan penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengusahakan agar pasar modal menjadi salah satu sektor kegiatan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya kegiatan investasi membuat pemerintah selalu bertekad untuk mengusahakan agar pasar modal menjadi salah satu sektor kegiatan penting di bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Reksadana Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) disebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia investasi banyak sekali alternatif investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia investasi banyak sekali alternatif investasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia investasi banyak sekali alternatif investasi yang ditawarkan baik itu investasi pada aset-aset finansial (financial asset) atau investasi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

USD FIXED INCOME FUND

USD FIXED INCOME FUND Oct-13 Nov-13 LAPORAN USD FIXED INCOME FUND keahlian dalam mengidentifikasi kondisi ekonomi dan pergerakan investasi untuk menghasilkan hasil investasi yang kompetitif melalui berbagai macam instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini sendiri merupakan jenis penelitian komparatif yakni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini sendiri merupakan jenis penelitian komparatif yakni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini sendiri merupakan jenis penelitian komparatif yakni menjelaskan perbandingan kinerja reksa dana saham dan reksa dana campuran. 3.2 Tempat dan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 11, Nomor 3, Agustus 2014

Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 11, Nomor 3, Agustus 2014 Jurnal Ilmu Manajemen, Volume 11, Nomor 3, Agustus 2014 ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN METODE RISK-ADJUSTED RETURN DI BURSA EFEK INDONESIAPERIODE TAHUN 2011-2013 Datu Pinastiko Adi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai analisis komparasi

METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai analisis komparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai analisis komparasi kelayakan investasi reksadana saham syariah dengan reksadana saham konvensional dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu alternatif bagi para pemodal untuk berinvestasi. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat inflasi di masa depan. Dari semua hal di atas, dapat disimpulkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. akibat inflasi di masa depan. Dari semua hal di atas, dapat disimpulkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan utama seseorang melakukan investasi adalah adanya kebutuhan yang direncanakan di masa depan yang ingin dipenuhi dari hasil investasi. Investasi juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksa Dana Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan, setiap saat cenderung menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya pertambahan permintaan permodalan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA INVESTASI REKSADANA PADA PHILLIP SEKURITAS MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN

ANALISIS KINERJA INVESTASI REKSADANA PADA PHILLIP SEKURITAS MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN ANALISIS KINERJA INVESTASI REKSADANA PADA PHILLIP SEKURITAS MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN ANALYSIS OF MUTUAL FUND INVESTMENT PERFORMANCE AT PHILLIP SECURITY MANADO WITH SHARPE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. harus memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi yang demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat dan harga barang atau produk yang diinginkan pun semakin mahal, membuat setiap orang harus memikirkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana yang III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana yang terdaftar dalam situs BAPEPAM dan IDX, perusahaan reksa dana ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI REKSA DANA. mengeluarkan peraturan tentang pasar modal yang mencakup pula peraturan

BAB II DISKRIPSI REKSA DANA. mengeluarkan peraturan tentang pasar modal yang mencakup pula peraturan 11 BAB II DISKRIPSI REKSA DANA 2.1 Sejarah Reksa Dana di Indonesia Di Indonesia, reksa dana pertama kali muncul saat pemerintah mendirikan PT. Danareksa pada tahun 1976. Pada waktu itu PT. Danareksa menerbitkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari rentang waktu Januari 2013 sampai dengan Desember 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. dari rentang waktu Januari 2013 sampai dengan Desember 2015. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2017. Sedangkan tempat yang menjadi objek penelitian adalah situs resmi OJK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran umum Reksa Dana Fortis Ekuitas Reksa Dana Fortis Ekuitas mulai efektif pada tanggal 16 Januari 2001, selaku manajer investasi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN Abdul Rofiq abdulrofiq.sulaiman@gmail.com Bambang Hadi Santoso Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya Abstract

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persen ke depan, dibutuhkan investasi sekitar Rp Trilyun per tahun. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. persen ke depan, dibutuhkan investasi sekitar Rp Trilyun per tahun. Investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dukungan dana / modal yang cukup besar untuk menumbuhkan perekonomiannya. Dukungan dana / modal ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang tidak terbatas, tapi kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang tidak terbatas, tapi kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang tidak terbatas, tapi kemampuan mereka memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut terbatas. Manusia membutuhkan sandang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Komposisi Investasi Komposisi Investasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Komposisi Investasi Komposisi Investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 PT. Trimegah Asset Management PT. Trimegah Asset Management merupakan anak perusahaan dari PT. Trimegah Securities Tbk, salah satu perusahaan sekuritas

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI IHSG

BAB II DESKRIPSI IHSG BAB II DESKRIPSI IHSG 2.1 Sejarah Singkat IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari

Lebih terperinci

Bab I. Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan. jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi.

Bab I. Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan. jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi. Halim (2003:1) menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA INVESTASI DALAM REKSADANA SAHAM (EQUITY FUNDS) DENGAN METODE SHARPE DAN TREYNOR

ANALISIS KINERJA INVESTASI DALAM REKSADANA SAHAM (EQUITY FUNDS) DENGAN METODE SHARPE DAN TREYNOR ANALISIS KINERJA INVESTASI DALAM REKSADANA SAHAM (EQUITY FUNDS) DENGAN METODE SHARPE DAN TREYNOR Cana Paranita Moch. Dzulkirom, AR. Raden Rustam Hidayat Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi adalah kegiatan penempatan uang atau dana dengan harapan untuk

I. PENDAHULUAN. Investasi adalah kegiatan penempatan uang atau dana dengan harapan untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi adalah kegiatan penempatan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh keuntungan tertentu atau dana tersebut dimasa yang akan datang. Saat ini banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian terbuka. Sistem perekonomian terbuka sangat penting peranannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Reksa Dana 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya I. PENDAHULUAN I.1 latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 hingga 2007 mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya surplus neraca pembayaran serta membaiknya

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Grafik IHSG periode

Gambar 1.1. Grafik IHSG periode BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 1 dekade terakhir perkembangan pasar modal Indonesia semakin maju dengan pesat, dapat dilihat dari data Bapepam-LK dalam gambar 1.1 dan tabel 1.2. Keadaan ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa Dana Saham Dan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa Dana Saham Dan BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa Dana Saham Dan Pendapatan Tetap Untuk menghitung tingkat pengembalian investasi Reksa dana. Dibutuhkan data berupa nilai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA. Rofiqah Wahdah Joko Hartanto

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA. Rofiqah Wahdah Joko Hartanto APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1 Rofiqah Wahdah Joko Hartanto Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banjarmasin Jalan Brigjend H. Hasan Basry No. 9-11 Kayu Tangi Banjarmasin Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa mendatang (Tandelilin, 2010:2). Proses investasi terlebih dahulu harus

BAB I PENDAHULUAN. masa mendatang (Tandelilin, 2010:2). Proses investasi terlebih dahulu harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga perantara (intermediasi) antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal menyediakan alternatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah kegiatan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan

Lebih terperinci

Ahmad Sofyan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Abstrak

Ahmad Sofyan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Abstrak ANALISIS PERBANDINGAN PRODUK REKSA DANA SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN BERINVESTASI DENGAN MENGGUNAKAN TOLOK UKUR INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN NILAI SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI). ( STUDI KASUS

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di masa sekarang ini banyak orang berpikir untuk investasi. Banyak juga orang mengatakan investasi tanpa jelas dan mengerti apa itu investasi dan apa contoh

Lebih terperinci

karena hanya diijinkan usaha reksadana yang berjenis tertutup (close-ended). Kemudian setelah disahkan Undang Undang No. 8 tahun 1995 yang mengatur

karena hanya diijinkan usaha reksadana yang berjenis tertutup (close-ended). Kemudian setelah disahkan Undang Undang No. 8 tahun 1995 yang mengatur Perbandingan Kinerja Reksadana saham Konvensional dan Reksadana Syariah di Indonesia dengan Metode Sharpe, Treynor, Jensen, Rasio Informasi dan Roy Safety First Ratio Oleh : Siti Listiana T (11510032)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

BAB I PENDAHULUAN. merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN METODE RISK-ADJUSTED RETURN DI BURSA EFEK INDONESIAPERIODE TAHUN

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN METODE RISK-ADJUSTED RETURN DI BURSA EFEK INDONESIAPERIODE TAHUN ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN METODE RISK-ADJUSTED RETURN DI BURSA EFEK INDONESIAPERIODE TAHUN 2011-2013 Datu Pinastiko Adi Email: dha_two@yahoo.co.id Musaroh, M.Si, Email: musaroh@uny.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana

I. PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini dan di masa datang. Investasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. ini menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar untuk bermacam instrumen keuangan jangka panjang. Peran pasar modal sangat besar dalam perekonomian karena pasar ini menjalankan dua fungsi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 67 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa dana Populasi penelitian yang dipilih oleh penulis adalah reksa dana jenis pendapatan tetap periode Januari 2008

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal dan sektor industri dari suatu negara. Seperti halnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal dan sektor industri dari suatu negara. Seperti halnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan perekonomian secara keseluruhan dapat dilihat melalui perkembangan pasar modal dan sektor industri dari suatu negara. Seperti halnya pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para. (Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para. (Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu pilar ekonomi di Indonesia yang dapat menjadi penggerak perekonomian nasional melalui peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi

Lebih terperinci

REVIEW REKSADANA CAMPURAN TAHUN 2014

REVIEW REKSADANA CAMPURAN TAHUN 2014 REVIEW REKSADANA CAMPURAN TAHUN 2014 Edisi.1, Tahun 2015, Tanggal: 10 Februari 2015 Definisi Reksadana Campuran : Reksadana campuran adalah reksadana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas dan efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reksa dana merupakan salah satu cara berinvestasi agar bisa memenuhi kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal, Reksa dana adalah wadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini, pasar modal merupakan salah satu alternatif terbaik dalam berinvestasi. Hal ini didukung oleh rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua negara mulai melakukan reformasi di bidang ekonomi dengan mulai membuka diri terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti yaitu bagaimanakah perbedaan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ekonomi nasional di Indonesia, sedangkan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ekonomi nasional di Indonesia, sedangkan bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal mempunyai peranan yang penting bagi kemajuan ekonomi nasional di Indonesia, sedangkan bagi masyarakat pemodal kehadiran pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis membahas mengenai pengolahan data-data yang berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data tersebut akan menghasilkan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia semakin sadar terhadap keuangan yang dimiliki. Hal ini ditunjukkan melalui riset yang dilakukan oleh Citi group 1 untuk mengetahui Financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Saham merupakan surat berharga yang

Lebih terperinci